Laporan Kualitas Udara

31
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Salah satu tugas pokok dan fungsi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) adalah peningkatan dan pembangunan jejaring pemantauan (monitoring) kualitas udara di Indonesia. Monitoring partikulat dan gas berkaitan dengan polusi perkotaan sebagai bahan informasi terhadap kebijakan pengelolaan tata ruang dan pengendalian bahaya pencemaran udara terhadap kesehatan manusia dan mahluk hidup lainnya. Disamping itu, monitoring partikulat dan gas di daerah bersih (remote area) sebagai bagian dari antisipasi dampak polusi udara terhadap isu perubahan iklim. Udara merupakan faktor yang penting dalam kehidupan, namun dengan meningkatnya pembangunan fisik kota dan pusat – pusat industri, kualitas udara telah mengalami perubahan. Udara yang dulunya segar, kini kering dan kotor. Perubahan lingkungan udara pada umumnya disebabkan pencemaran udara, yaitu masuknya zat pencemar (berbentuk gas-gas dan partikel kecil/aerosol) kedalam udara. Udara ambien yang dihirup oleh mahluk hidup merupakan hal pokok yang harus tetap dijaga kualitasnya, agar dapat dimanfaatkan sesuai dengan 1

Transcript of Laporan Kualitas Udara

Page 1: Laporan Kualitas Udara

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Salah satu tugas pokok dan fungsi Badan Meteorologi Klimatologi dan

Geofisika (BMKG) adalah peningkatan dan pembangunan jejaring pemantauan

(monitoring) kualitas udara di Indonesia. Monitoring partikulat dan gas berkaitan

dengan polusi perkotaan sebagai bahan informasi terhadap kebijakan pengelolaan

tata ruang dan pengendalian bahaya pencemaran udara terhadap kesehatan

manusia dan mahluk hidup lainnya. Disamping itu, monitoring partikulat dan gas

di daerah bersih (remote area) sebagai bagian dari antisipasi dampak polusi udara

terhadap isu perubahan iklim.

Udara merupakan faktor yang penting dalam kehidupan, namun dengan

meningkatnya pembangunan fisik kota dan pusat – pusat industri, kualitas udara

telah mengalami perubahan. Udara yang dulunya segar, kini kering dan kotor.

Perubahan lingkungan udara pada umumnya disebabkan pencemaran udara, yaitu

masuknya zat pencemar (berbentuk gas-gas dan partikel kecil/aerosol) kedalam

udara.

Udara ambien yang dihirup oleh mahluk hidup merupakan hal pokok yang

harus tetap dijaga kualitasnya, agar dapat dimanfaatkan sesuai dengan fungsinya.

Udara yang tercemar dengan tingkat konsentrasi bahan pencemar baik dalam

bentuk gas maupun padatan lebih tinggi dari yang umumnya terdapat di

lingkungan alam dapat membahayakan kehidupan manusia, binatang, maupun

tumbuh – tumbuhan (http://airqualitylaw.cecepaminudin.info,2009).

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun

1999 tentang pengendalian pencemaran udara, pencemaran udara adalah

masuknya atau dimasukkannya zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam

udara ambien oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara ambien turun sampai

ke tingkat tertentu yang menyebabkan udara ambien tidak dapat memenuhi

fungsinya.

1

Page 2: Laporan Kualitas Udara

Salah satu jenis polutan yang sangat berpengaruh pada kehidupan manusia

adalah SPM (Suspended Particulate Matter). SPM yang merupakan salah satu

partikulat yang dapat menyebabkan penyakit asma, kanker saluran nafas,

permasalahan pada sistem peredaran darah, dan kematian mendadak.

Hujan merupakan fenomena atmosfer yang sangat penting dalam siklus

hidrologi. Hujan sendiri merupakan proses alamiah yang bermanfaat untuk

membersihkan polutan di atmosfer, termasuk SPM. Karena sifat hujan tersebut

maka perlu diketahui karakteristik hujan dalam membersihkan atmosfer, melalui

kajian hubungan antara jumlah curah hujan terhadap kadar SPM.

1.2 MAKSUD DAN TUJUAN

BMKG sebagai representatif perwakilan pemerintah Indonesia di Badan

Dunia World Meteorological Organization (WMO) berkewajiban melakukan

pemantauan sampel air hujan yang merupakan bagian dari program WMO.

Sehingga dapat diketahui informasi tentang kondisi atau kecenderungan sampel

air hujan serta hubunganya dengan iklim, lingkungan dan kesehatan.

Oleh karena itu akan dibahas mengenai korelasi antara total curah hujan terhadap

kadar SPM yang tercatat di Stasiun Geofisika Klas 1 Angkasapura – Jayapura.

Tujuan dari penulisan ini adalah :

1. Untuk mengetahui karakteristik hubungan total curah hujan terhadap

SPM di Stasiun Geofisika Klas 1 Angkasapura –Jayapura.

2. Untuk mengetahui kondisi kadar SPM pada bulan – bulan kering

(Jumlah curah hujan kecil) maupun bulan basah (Jumlah curah hujan

besar).

1.3 PERMASALAHAN

Konsentrasi gas dan partikel di Atmosfer berubah sejalan dengan

peningkatan emisi gas buang dari kegiatan industri dan transportasi. Gas-gas

polutan seperti SPM, aerosol (PM10), CO, O3 Permukaan, NO2, SO2 dan lain-lain

yang dihasilkan pembakaran bahan bakar fosil, proses industri dan transportasi

akan berdampak pada penurunan kesehatan bila terbawa masuk dalam pernapasan

dan menimbulkan berbagai gangguan pernapasan. Sehingga perlu adanya analisis

laboratorium untuk mengetahui nilai dari parameter tersebut sudah melebihi nilai

2

Page 3: Laporan Kualitas Udara

baku mutu bagi kesehatan. Dalam penulisan ini data yang digunakan merupakan

data curah hujan dan kadar SPM yang tercatat di Stasiun Geofisika Klas 1

Angkasapura – Jayapura sehingga dapat diketahui adanya korelasi antara total

curah hujan terhadap kadar SPM di Jayapura dalam proses pembersihan atmosfer

oleh hujan.

1.4 RUANG LINGKUP

Dalam Penulisan ini penulis mencoba menginterpretasikan data dari

pengamatan Kualitas Udara di Stasiun Geofisika Klas 1 Angkasapura – Jayapura

sehingga dapat diketahui analisis mengenai Korelasi antara total curah hujan

terhadap kadar SPM di Jayapura dalam proses pembersihan atmosfer oleh hujan.

Sebagaimana kita ketahui bahwa gas-gas polutan SPM akan berdampak pada

penurunan kesehatan terutama berbagai gangguan pernapasan.

3

Page 4: Laporan Kualitas Udara

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 PARTIKULAT

Partikulat debu melayang (Suspended Particulate Matter/SPM) merupakan

campuran yang sangat rumit dari berbagai senyawa organik dan anorganik yang

terbesar di udara dengan diameter yang sangat kecil mulai dari < 1 mikron sampai

dengan maksimal 500 mikron. Partikulat debu tersebut akan berada di udara

dalam waktu yang relatif lama dalam keadaan melayang – layang di udara dan

masuk kedalam tubuh manusia melalui saluran pernapasan. Selain itu dapat

berpengaruh negatif terhadap kesehatan, partikel debu juga dapat mengganggu

daya tembus pandang mata dan juga mengadakan berbagai reaksi kmia di udara.

Partikel debu SPM pada umumnya mengandung berbagai senyawa kimia yang

berbeda, dengan berbagai ukuran dan bentuk yang berbeda pula, tergantung dari

mana sumber emisinya.

Karena komposisi partikulat debu udara yang rumit dan pentingnya ukuran

partikulat dalam menentukan pajanan, banyak istilah yang digunakan untuk

menyatakan partikulat debu di udara. Beberapa istilah digunakan dengan mengacu

pada metode pengambilan sampel udara seperti: Suspended Particulate Matter

(SPM), Total Suspended Particulate, Black Smoke.

Istilah lainnya lagi lebih mengacu pada tempat di saluran pernafasan

dimana partikulat debu dapat mengendap, seperti inhalable/thoracic particulate

yang terutama mengendap disaluran pernafasan bagian bawah, yaitu dibawah

pangkal tenggorokan (laring). Istilah lainnya yang juga digunakan adalah PM-10

(Partikulat debu dengan ukuran diameter aerodinamik < 10 Mikron), yang

mengacu pada unsur fisiologi maupun metode pengambilan sampel.

(http://andalucygroup.blogspot.com,2009).

Partikulat dapat terbentuk dari campuran heterogen zat cair dengan sulfur

dioksida yang bersifat korosif terhadap barang – barang logam. Partikulat yang

4

Page 5: Laporan Kualitas Udara

mengandung Fluor atau Magnesium oksida dapat mengganggu pertumbuhan

tanaman.

2.1.1 Sumber dan Distribusi

Sumber utama partikulat adalah pembakaran batu bara, proses industri

(industri logam, industri kimia, industri semen, pabrik kertas dan lain – lain),

kebakaran hutan dan pembakaran sampah pertanian.

Secara alamiah partikulat debu dapat dihasilkan dari debu tanah kering

yang terbawa oleh angin atau berasal dari muntahan letusan gunung berapi.

Pembakaran yang tidak sempurna dari bahan bakar yang mengandung senyawa

karbon akan murni atau bercampur dengan gas – gas organik seperti halnya

penggunaan mesin diesel yang tidak terpelihara dengan baik. Partikel debu

melayang (SPM) juga dihasilkan dari pembakaran batu bara yang tidak sempurna

sehingga terbentuk aerosol kompleks dari butir – butiran tar. Dibandingkan

dengan pembakaran batu bara, pembakaran minyak dan gas pada umumnya

menghasilkan SPM lebih sedikit.

Kepadatan kendaraan bermoto dapat menambah asap hitam pada total

emisi partikulat debu. Demikian juga pembakaran sampah domestik dan sampah

komersial bisa merupakan sumber SPM yang cukup penting. Berbagai proses

industri seperti proses penggilingan dan penyemprotan, dapat menyebabkan abu

beterbangan di udara, seperti yang dihasilkan juga oleh emisi kendaraan bermotor.

2.1.2 Pengaruh Partikulat Terhadap Kesehatan dan Iklim

Pengaruh terhirupnya partikel – partikel tersuspensi di udara telah

dipelajari mendalam pada manusia dan hewan, termasuk penyakit asma, kanker

saluran nafas, permasalahan pada sistem peredaran darah, dan kematian

mendadak. Ukuran dari partikel merupakan hal penentu utama dari sistem

pernapasan ketika partikel terhirup saat bernafas. Karena akibat ukuran dari

partikel, mereka dapat menembus paling dalam bagian dari paru – paru (US EPA,

2008).

5

Page 6: Laporan Kualitas Udara

2.2 HUJAN

Hujan merupakan satu bentuk presipitasi yang berwujud cairan. Presipitasi

sendiri dapat berwujud padat (misalnya salju dan hujan es) atau aerosol (seperti

embun dan kabut). Hujan terbentuk apabila titik air yang terpisah jatuh ke bumi

dari awan. Tidak semua air hujan sampai ke permukaan bumi karena sebagian

menguap ketika jatuh melalui udara kering. Hujan jenis ini disebut sebagai virga,

yaitu tetes air (hujan) atau es yang jatuh dari atmosfer tetapi tidak sampai ke

permukaan tanah.

Hujan memainkan peranan penting dalam siklus hidrologi. Lembaban dari

laut menguap berubahn menjadi awan, terkumpul menjadi awan mendung lalu

turun kembali ke bumi dan akhirnya kembali ke laut melalui sungai dan anak

sngai untuk mengulangi daur ulang itu semua.

Jumlah air hujan diukur menggunakan pengukur hujan atau rain gauge.

Jumlah air hujan tersebut dinyatakan sebagai kedalaman air yang terkumpul pada

permukaan datar dan diukur kurang lebih 0.25 mm. Satuan curah hujan menurut

SI adalah milimeter, yang merupakan penyingkatan dari liter per meter persegi.

Air hujan sering digambarkan sebagai berbentuk ”lonjong”, lebar di bawah

dan menciut di atas, tetapi ini tidaklah tepat. Air hujan kecil hampir bulat. Air

hujan yang besar menjadi leper seperti roti hamburger, air hujan yang leih besar

berbentuk payung terjun. Air hujan yang besar jatuh lebih cepat berbanding air

hujan yang lebih kecil.

Hujan sendiri merupakan proses alamiah yang bermanfaat untuk

membersihkan polutan di atmosfer. Termasuk diantara polutan itu adalah partikel-

partikel yang tersuspensi di udara (SPM-Suspended Particulate Matter). Ketika

hujan turun, butiran hujan akan menyapu beberapa partikel besar dalam

lintasannya dengan sebuah proses yang secara ilmiah dinamakan coalescene, yaitu

penggabungan dua tetes atau lebih air menjadi satu dengan ukuran menjadi lebih

besar.

Ada dua macam proses penghilangan pencemaran dari udara:

1). Penghilangan cara basah, yaitu bila pencemar atau polutan

terkumpul dalam awan atau butiran hujan. Proses penghilangan

6

Page 7: Laporan Kualitas Udara

cara basah ini, yang pencemarnya terhimpun dalam awan yang

kemudian mencurah, disebut penghujanan. Jika udara berawan atau

menguntungkan bagi pembentukan awan, penghilangan basah

dapat membersihkan udara dengan cepat. Pencemar atau polutan

berupa gas juga dihilangkan dengan cara ini. Bahan ini terserap

dalam pada partikel sebelum partikel tersebut terhimpun oleh tetes

awan, atau dapat pula terserap atau melarut dalam tetes – tetes

tersebut. Penghujanan merupakan cara utama untuk membersihkan

udara yang tercemar.

2). Penghilangan cara kering, yaitu apabila pencemar berupa partikel

mengendap akibat gravitasi dan pencemar berupa gas dihilangkan

akibat terserap pada atau bereaksi dengan bahan di permukaan

partikel atau pada tanah (Morris, 1995).

2.2.1 Curah Hujan

Curah hujan yaitu jumlah air hujan yang turun pada suatu daerah dalam

waktu tertentu. Curah hujan adalah butiran air dalam bentuk cair atau pada di

atmosfer yang jatuh ke permukaan bumi. Curah hujan merupakan unsur iklim

yang sangat penting bagi kehidupan di bumi. Jumlah curah hujan dicatat dalam

inci atau milimeter (1 inci = 25.4 mm). Jumlah curah hujan 1mm, menunjukkan

tinggi air hujan yang menutupi permukaan 1 mm, jika air tersebut tidak meresap

ke dalam tanah atau menguap ke atmosfer. (Bayong, 2004).

Curah hujan bertindak sebagai pencuci atmosfer dan mengurangi

penyebaran pencemar di atmosfer. Air hujan sebagai pelarut umum, cenderung

melarutkan bahan polutan yang terdapat dalam udara.

(http://dwipuspita.wordpress.com/2009/04/07/pencemaran-udara/,2009).

Biasanya hujan memiliki kadar asam pH 6. Air hujan dengan pH dibawah

5,6 dianggap sebagai hujan asam.

7

Page 8: Laporan Kualitas Udara

2.2.2 Jenis Hujan

Untuk kepentingan kajian atau praktis, hujan dibedakan menurut

terjadinya, ukuran butirannya, atau curah hujannya.

Jenis – jenis hujan berdasarkan terjadinya:

1. Hujan Siklonal, yaitu hujan yang terjadi karena udara panas yang naik

disertai dengan angin berputar.

2. Hujan Zenithal, yaitu hujan yang sering terjadi di daerah sekitar ekuator,

akibat pertemuan angin pasat timur laut dengan pasat tenggara. Kemudian

angin tersebut naik dan membentuk gumpalan – gumpalan awan di sekitar

ekuator yang berakibat awan menjadi jenuh dan turunlah hujan.

3. Hujan orografis, yaitu hujan yang terjadi karena angin yang mengandung

uap air yang bergerak horisontal. Angin tersebut naik menuju pegunungan,

suhu udara menjadi dingin sehingga terjadi kondensasi. Terjadilah hujan di

sekitar pegunungan.

4. Hujan Frontal, yaitu hujan yang terjadi apabila massa udara yang dingin

bertemu dengan massa udara yang panas. Tempat pertemuan antara kedua

massa itu disebut bidang front. Karena lebih berat massa udara dingin

lebih berada di bawah. Di sekitar bidang front inilah sering terjadi hujan

lebat yang disebut hujan frontal.

5. Hujan Muson atau hujan musiman, yaitu hujan yang terjadi karena angin

musim (angin muson). Penyebab terjadinya angin muson adalah karena

adanya pergerakan semu tahunan matahari antara garis balik utara dan

garis balik selatan. Di Indonesia, hujan muson terjadi bulan oktober

sampai april, sementara di kawasan Asia Timur terjadi bulan mei sampai

agustus. Siklus muson inilah yang menyebabkan adanya musim penghujan

dan musim kemarau.

Jenis – jenis hujan berdasarkan ukuran butirannya:

1. Hujan gerimis/drizzle, diameter butirannya kurang dari 0,5 mm

2. Hujan Salju, terdiri dari kristal – kristal es yang suhunya berada dibawah

Celsius

8

Page 9: Laporan Kualitas Udara

3. Hujan batu es, curahan batu es yang turun dalam cuaca panas dari awan

yang suhunya dibawah Celsius.

4. Hujan deras/rain, curahan air yang turun dari awan dengan suhu diatas

Celsius dengan diameter ± 7 mm.

2.3 Teori Korelasi

Dalam teori probabilitas dan statistika, korelasi juga disebut koefisien

korelasi dengan definisi nilai yang menunjukkan kekuatan dan arah hubungan

linier antara dua peubah acak (random variable).

Tabel 1. Nilai Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0.00 - 0.199 sangat rendah

0.20 - 0.399 rendah

0.40 - 0.599 sedang

0.60 - 0.799 kuat

0.80 - 1.000 sangat kuat

Korelasi merupakan angka yang menunjukkan arah dan kuatnya hubungan

antar dua variabel (atau lebih). Arah dinyatakan dalam bentuk hubungan positif

(+) atau negatif (-), sedangkan kuatnya hubungan dinyatakan dengan besarnya

koefisien korelasi.

Hubungan dua variabel dinyatakan positif jika nilai suatu variabel

ditingkatkan maka akan meningkatkan nilai variabel lainnya. Sebaliknya jika nilai

variabel tersebut diturunkan maka akan menurunkan nilai variabel yang lain.

Sebagai contoh adalah hubungan tinggi tanaman dengan produksi. Semakin tinggi

jagung maka berat tongkolnya akan semakin besar, sebaliknya semakin pendek

tanaman maka berat tongkol semakin kecil.

Hubungan dua variabel dinyatakan negatif jika nilai suatu variabel

ditingkatkan maka akan menurunkan nilai variabel lainnya, sebaliknya jika nilai

variabel tersebut diturunkan maka akan menaikkan nilai variabel yang lain.

Sebagai contoh adalah hubungan tingkat serangan hama dengan produksi.

Semakin tinggi tingkat serangan hama maka produksinya semakin kecil,

9

Page 10: Laporan Kualitas Udara

sebaliknya semakin kecil tingkat serangan hama maka produksinya semakin

besar.

Analisis korelasi dilakukan dengan tujuan antara lain: (1) untuk mencari

bukti terdapat tidaknya hubungan (korelasi) antar variabel, (2) bila sudah ada

hubungan, untuk melihat besar kecilnya hubungan antar variabel, dan (3) untuk

memperoleh kejelasan dan kepastian apakah hubungan tersebut berarti

(meyakinkan/signifikan) atau tidak berarti (tidak meyakinkan).

Kuatnya hubungan antar variabel dinyatakan dengan besarnya koefisien

korelasi. Koefisien korelasi memiliki rentang nilai antara -1 sampai 1. jika

hubungan antara 2 variabel memiliki korelasi -1 atau 1 berarti kedua variabel

tersebut memiliki hubungan yang sempurna, sebaliknya jika hubungan antara 2

variabel memiliki korelasi 0 berarti tidak ada hubungan antara kedua variabel

tersebut.

Salah satu jenis korelasi yang paling popule adalah koefisien korelasi

momen – produk Pearson, yang diperoleh dengan membagi kovarians kedua

variabel dengan perkalian simpangan bakunya. Meski memiliki nama Pearson,

metode ini pertama kali diperkenalkan oleh Francis Galton.

Koefisien Korelasi Linier (Pearson Product Moment Correlation

Coefficient) antara dua variabel dapat dicari dengan persamaan berikut:

10

Page 11: Laporan Kualitas Udara

BAB III

GAMBARAN UMUM STASIUN GEOFISIKA KLAS 1

ANGKASAPURA – JAYAPURA

3.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Stasiun Geofisika Klas I Angkasapura Jayapura terletak di jalan Drs.

Krisna S No. 26 Kelurahan Angkasapura Kecamatan Jayapura Utara Provinsi

Papua. Dengan titik dasarnya terletak pada 02°30'53.4" Lintang Selatan dan

140°42'16.8" Bujur Timur. Stasiun Geofisika Klas I Angkasapura Jayapura

merupakan salah satu dari dua Stasiun Geofisika yang terdapat di Pulau Papua dan

merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang bertanggung jawab langsung

kepada Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika. Stasiun Geofisika

mempunyai tugas melaksanakan pengamatan, pengumpulan, penyebaran data dan

penganalisaan di wilayahnya serta pelayanan jasa Geofisika dan Klimatologi.

3.2 Tugas Pokok dan Fungsi Stasiun Geofisika

Stasiun Geofisika mempunyai tugas pokok dan fungsi, diantaranya :

1. Tugas Pokok

Melakukan pengamatan, analisis, dan pengolahan serta pelayanan jasa

geofisika.

2. Fungsi

Menyelenggarakan pengamatan dan analis/pengolahan :

a. Gempa bumi dan tsunami

b. Curah hujan

c. Petir atau listrik udara

d. Polusi air dan udara

e. Tanda waktu

11

Page 12: Laporan Kualitas Udara

f. Geomagnet ( Magnet Bumi )

3.3 Struktur Organisasi Stasiun Geofisika Klas 1 Angkasapura-Jayapura

3.3.1 Kepala Stasiun Geofisika

1) Bertanggung jawab penuh dalam pelaksanaan manajemen

stasiun yang menyangkut pembinaan, koordinasi, integrasi,

bimbingan arahan, motivasi, pengaturan dan pengawasan

semua kegiatan stasiun baik teknis operasional.

2) Menyampaikan laporan kepada stasiun secara rutin atau

berkala ke BMKG.

3) Mengikuti rapat-rapat yang dilaksanakan di lingkungan BMKG

dan instansi terkait daerah.

4) Melaksanakan koordinasi dengan Pemda dan instansi-instansi

terkait di daerah.

3.3.2 Kepala Sub Bagian Tata Usaha

1) Bertanggung jawab dalam pelaksanaan pembinaan, koordinasi,

integrasi, bimbingan, arahan, motivasi, pengaturan dan

pengawasan semua kegiatan urusan ketatausahaan, keuangan,

kepegawaian, rumah tangga dan laporan stasiun.

2) Melaksanakan tugas yang diberikan kepala Stasiun Geofisika

1. Bendahara Pengeluaran

a. Menyelenggarakan pembukuan kas umum, buku kas

pembantu, buku bank dan buku utang

b. Menyelenggarakan penyusunan laporan keuangan seperti

realisasi anggaran rutin, keadaan kas rutin, register,

penutupan kas, berita acara pemeriksaan kas oleh atasan

langsung dan rekonsiliasi bulanan atau semester.

c. Melakukan transaksi keluar masuk keuangan stasiun atas

perintah kepala stasiun.

d. Menyusun daftar usulan RKA/SK (bersama PPK dan

pembuat daftar gaji).

e. Menyusun revisi DIPA atas perintah kepala Stasiun

12

Page 13: Laporan Kualitas Udara

2. Bendahara Penerima

a. Mencatat keluar masuknya penerimaan negara bukan

pajak (PNBP).

b. Membuat laporan PNBP

3. Bendahara materil

a. mencatat keluar masuknya barang

b. membuat rencana kebutuhan belanja kantor

c. membuat catatan inventaris barang yang akan dihapuskan

d. membuat laporan SA – BMN semester

e. membuat daftar inventaris ruangan dan lobi

f. melakukan tindak pemeliharaan peralatan kantor (gedung,

meubelair, mobil, mesin pemotong rumput dan lain-lain).

4. Pembuat Daftar Gaji

a. Membuat konsep, mengetik, mengeprint dan mengirim

daftar gaji stasiun

b. Membuat daftar gaji susulan

c. Membuat claftar usulan RKA-SK ( bersama PPK clan

Bendahara Pengeluaran

5. Kepegawaian

a. Menyusun nominatif pegawai per april dan oktober

b. Mempersiapkan pembuatan DP-3

c. Menyusun proses kenaikan pangkat pegawai

d. Mengumpulkan laporan Dupak yang dibuat para pejabat

fungsional untuk di proses lebih lanjut

13

Page 14: Laporan Kualitas Udara

e. Membuat usulan karpeg, karsi dan karsu

f. Membuat usulan kenaikan 100% ( menjadi PNS )

g. Membuat perbaikan data taspen

h. Pengembangan SDM

6. Pelaporan

a. Menerima, mencatat keluar masuknya clan surat stasiun

b. Menyusun laporan bulanan

3.3.3 Kepala Seksi Observasi

1) Bertanggung jawab penuh dalam pelaksanaa, pembinaan,

koordinas, integrasi, bimbingan, arahan, motivasi, pengaturan

dan pengawasan semua kegiatan operasional.

2) Melaksanakan tugas yang diberikan Kepala Stasiun Geofisika

1. Kelompok Pengamatan

a. Pengamatan percepatan tanah dengan accelerograph

b. Pengamatan gempa bumi dengan Broadband digital

c. Pengamat gempabumi SPS-1

d. Pengamatan curah hujan

e. Pengamatan Lightning Detector

f. Pengamatan Kualitas Udara

g. Pengamatan Sampel air Hujan

h. Pengamatan unsur meteorologi menggunakan AWS

2. Kelompok Pengumpulan dan Penyebaran Data

a.Pengumpulan dan penyebaran data seismo harian

b. Pengumpulan dan penyebaran Phase Report Sheat

Dekade

c.Penyebaran data curah hujan harian

d. Penyebaran data curah hujan

dekade

14

Page 15: Laporan Kualitas Udara

e. Pengumpulan data hasil olahan polusi udara dan sample

air hujan

f. Pengumpulan data Lightning Detector

3. Kelompok Peralatan

a. Pemeliharaan peralatan geofisika ( seismograph, lightning

detector, ranet, accelograph, geolistrik dan penakar hujan )

b. Pemeliharaan peralatan penunjang operasional ( genset

dan komputer)

3.3.4 Kepala Seksi Data dan Informasi

1) Bertanggung jawab penuh dalam pelaksanaan pembinaan,

koordinasi, integrasi, bimbingan, arah~ motivasi, pengaturan

dan pengaeasn semua kegiatan pengolahan dan menajemen

data stasiun

2) Melaksanakan tugas yang dibe.riJam Kepala Stasiun Geofisika

1. Kelompok Analisa dan Pengolahan

a. Tabulasi data gempa bumi harian

b. Analisa parameter gempa bumi harian

c. Kualitas kontrol

d. Entri parameter gempa bumi

e. Tabulasi data curah hujan harian

f. Pengolahan data Curah hujan bulanan

g. Evaluasi aktifitas gempa bumi di Papua dan sekitamya

h. Membuat publikasi aktifitas gempabumi

i. Menbuat publikasi curah hujan

j. Membuat publikasi data petir

k. Survey gempa bumi merusak dalam tim Seksi Observasi

dan Seksi Datin

2. Kelompok Pelayanan Jasa

a. Pelayanan jasa gempa bumi

15

Page 16: Laporan Kualitas Udara

b. Pelayananjasa curah hujan

c. Pelayanan jasa kualitas air hujan

d. Pelayanan jasa polusi udara

3. Kelompok Pelaporan

Membuat, mengetik laporan dekade gempabumi, bulletin

gempabumi, lightning detector, sample hujan dan sample

kualitas udara.

16

Kepala Stasiun Geofisika Klas I Angkasapura

PETRUS DEMON SILI, S.IP

Seksi Observasi

Cahyo Nugroho,S.E, S.Si

Seksi Data dan Informasi

Herlambang Hudha, S.Si

Kelompok Jabatan Fungsional

Staf Pegawai Stasiun Geofisika Klas I Angkasapura

Kepala Sub Bagian Tata Usaha

Bahtiar, S.Si. MT

Page 17: Laporan Kualitas Udara

Gambar 3.1: Sruktur Organisasi Stasiun Geofisika Klas 1 Angkasapura – Jayapura

3.4 Data Dukung

Stasiun Geofisika Klas 1 Angkasapura – Jayapura selain mempunyai tugas

pokok dan fungsi dalam pengamatan geofisika tetapi juga melaksanakan

pengamatan Kualitas Udara sebagaimana yang tercantum pada Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 tentang pengendalian

Pencemaran Udara. Sehingga pengamatan Kualitas udara di Stasiun Geofisika

Klas 1 Angkasapura – Jayapura meliputi pengamatan curah hujan dengan

menggunakan instrumentasi penakar hujan observasi dan penakar hujan Hillman,

pengamatan sampel air hujan dengan menggunakan instrumentasi Automatic Rain

Water Sampler (Wet and Dry Sampler), dan pengamatan sampel debu dengan

menggunakan instrumentasi High Volume air Sampler.

17

Page 18: Laporan Kualitas Udara

BAB IV

METODOLOGI

DATA

Data dihasilkan dari analisa sampel di Laboratorium. Sampel yang

dianalisa yaitu SPM yang diamati pada Stasiun Geofisika Klas 1 Angkasapura –

Jayapura. Sampel diambil setiap minggu dan data yang dipakai adalah rata – rata

bulanan. Waktu pengamatan weekly dengan satu kali pengukuran selama 24 jam.

Prinsip perhitungan konsentrasi SPM yang dipakai adalah perhitungan menurut

AUSTRALIAN STANDARD No.2724.3-1984 (Nurlaily, 2004).

Monitoring dan analisa sampel dilakukan oleh BMKG (Badan

Meteorologi Klimatologi dan Geofisika). Dilakukan kendali mutu sesuai dengan

metoda WMO (World Meteorology Organization).

Pengamatan curah hujan dengan alat penakar hujan dengan alat penakar

hujan biasa dilakukan setiap hari / mutlak pada pukul 07.00 WIB (walau tidak

ada hujan).

Pengumpulan data dilakukan selama 5 (Lima) tahun dan dilanjutkan

dengan pengolahan data menggunakan program microsoft Excel dan Minitab.

Data yang diolah adalah data pada tahun 2007-2011.

Data dihasilkan dengan menggunakan peralatan berupa: TSP High Volume Air

Sampler model 5000 untuk menyedot debu yang akan dianalisa

18

Page 19: Laporan Kualitas Udara

Tabel 2: Total Curah Hujan (mm) yang tercatat di Stasiun Geofisika Klas 1

Angkasapura - Jayapura

BulanTAHUN Rata-

rata2008 2009 2010 2011

JANUARI 710,6 250,3 645,6 268,4 468,725

FEBRUARI 416,8 551,3 268 275,1 377,8

MARET 213,8 621,6 373,1 247,3 363,95

APRIL 251,5 366,1 331,2 198,4 286,8

MEI 262,9 238,3 316,2 243 265,1

JUNI 380 246,8 284,3 205,2 279,075

JULI 90,2 379,4 107 241,9 204,625

AGUSTUS 109,6 227,9 144 254,7 184,05

SEPTEMBER 164,3 260,1 29,9 235,3 172,4

OKTOBER 265,1 158,9 222,4 223,5 217,475

NOPEMBER 153,9 110,2 194,1 151,6 152,45

DESEMBER 204,5 460,9 421,5 486 393,225

4.2 Instrumen Penelitian

Peralatan yang digunakan dalam pengambilan data adalah :

1. Penakar obs dan Hillman untuk menakar curah hujan

2. Peralatan analisa laboratorium untuk menimbang filter debu sehingga

didapatkan data kadar SPM yang telah diobservasi

3. TSP High Volume Air Sampler untuk menyedot debu yang akan

dianalisa

19

Page 20: Laporan Kualitas Udara

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

1. Daerah pengamatan yang mempunyai topografi yang sangat bervariasi

didapatkan densitas batuan rata – rata sebesar 2.4 g/cm yang diduga

sebagai batu pasir (sandstone) yang merupakan batuan reservoar.

2. Harga anomali bouguer daerah pengukuran berkisar diantara 23 mgal – 49

mgal dengan interval kontur 1 mGal.

1.2 SARAN

1. Untuk mendapatkan informasi data yang lebih lanjut maka diperlukan

pengolahan data yang lengkap seperti analisa anomali residu sehingga

dapat diketahui informasi mengenai interpretasi data struktur geologi

bawah permukaan.

2. Untuk penelitian yang sejenis membutuhkan software analisa Grav2DC,

karena adanya faktor kerusakan software tersebut yang diakibatkan oleh

virus maka penulis mengalami kesulitan dalam mengolah data.

20

Page 21: Laporan Kualitas Udara

DAFTAR PUSTAKA

Asikin, Sukendar.,2002, “Geologi Struktur Indonesia”, Laboratorium Geologi

Dinamis-geologi Institut Teknologi Bandung, Bandung.

Hammer,S.,1939, “Terrain Corrections for Gravimeter Stations.Geophysics 4,

184-194”.

Harahap, D.,1999, “Modul Pendahuluan Geofisika, Akademi Meteorologi dan

Geofisika”, Jakarta.

Kusnandar, Ridwan.,2008,“Interpretasi Data Anomali Gravitasi Daerah

Indramayu Jawa Barat”, Akademi Meteorologi dan Geofisika, Jakarta.

Kadir,A, 2000,“Eksplorasi Gaya gravitasi dan Magnetik”, Program Jurusan

Tehnik Geofisika Fakultas Ilmu Kebumian dan Teknologi Mineral, Institut

Teknologi Bandung, Bandung.

Longman,I.M.,1959,“Formulas For Computing The Tidal Acceleration Due to

Moon and The Sun. Journal Geophysical Research Vol.64, 2351-2355”.

Reynolds,J.M.,1997,“An Introduction to Applied and Environmental

Geophysics”,John Wiley and Sons Inc.,England.

Seigel, H.O.,1994,“A Guide To High Precission Land Gravimeter Surveys”,

Ontario Geological Survey, Canada.

Telford, W.A., Geldart, L.P., Sherif, R.E.,1976“Applied Geophysics Second

Edition”, Cambridge University Press, London.

Zhou X.,Zhong B.,Li X.,1990,“Gravimetric Terrain Correction by Triangular

Element Method,Geophysics,Vol.55,PP.232-238”.

21

Page 22: Laporan Kualitas Udara

22