LAPORAN KKN KU.... FKG UNMAS DPS
-
Upload
versadentistry -
Category
Documents
-
view
615 -
download
9
description
Transcript of LAPORAN KKN KU.... FKG UNMAS DPS
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud
derajat kesahatan yang optimal. Untuk mewujudkan derajat kesehatan
yang optimal bagi masyarakat, diselenggarakan upaya kesehatan dengan
pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit,
penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan yang dilaksanakan
secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan (UU.RI, 1992).
Modal dari pada pembangunan nasional adalah sumber daya
manusia yang sehat fisik, mental dan sosial. Sekolah adalah lingkungan
pendidikan kedua setelah keluarga, merupakan lingkungan yang strategis
dalam mengembangkan nilai-nilai yang mendukung terbentuknya sikap,
perilaku hidup sehat sejahtera baik jasmani maupun rohani. Untuk
mencapai derajat yang optimal bagi peserta didik maka sekolah memiliki
wadah yang menunjang yaitu usaha kesehatan sekolah. Peserta didik
merupakan obyek yang sangat vital karena disamping sebagai siswa juga
sebagai sarana sekaligus sebagai pelaksana dari usaha kesehatan sekolah
(Selamet Riyadi, 1992).
Usaha kesehatan sekolah memiliki program-program yang
nantinya dapat dijadikan tolak ukur dalam tingkah laku anak yang sehat.
Oleh karena itu, diharapkan agar pelaksanaan program kesehatan sekolah
dapat menunjang ke arah perbaikan kesehatan anak didik, khususnya
dalam hal ini adalah Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) untuk
pencegahan karies gigi (depkes, 1992).
Pendidikan kesehatan gigi bertujuan membangun kebiasaan yang
baik bagi kesehatan gigi melalui penyampaikan pengetahuan yang tepat
dan pembentukan sikap yang positif. Apabila sikap yang positif terbentuk,
maka kebiasaan yang baik dapat dibangun, terutama pada anak usia
sekolah (Depkes,1991) .
1
Penyakit karies gigi bersifat irreversible, kumulatif dan progresif.
Peningkatan kejadian karies gigi berhubungan dengan perubahan sosial,
pendidikan dan diet. Penyebab utama dari karies gigi adalah bakteri,
makanan yang mengandung banyak gula, kesehatan umum yang buruk
pada masa anak-anak, faktor herediter, rendahnya kadar fluor dalam air
minum (Rasinta Tarigan ,1990).
Berdasarkan hal tersebut di atas maka peneliti mencoba untuk
melakukan penelitian tentang usaha kesehatan gigi sekolah inovatif
sebagai simulator terjadinya karies gigi pada siswa-siswi Kelas VSDN 2
Belumbang di Kabupaten Tabanan.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan
permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut, yaitu :
1. Bagaimanakah hubungan antara kebiasaan dalam kehidupan
sehari-hari dengan keasaman kuman pada anak-anak SDN 2
Belumbang?
2. Adakah hubungan tingkat pengetahuan, sikap, dan praktik orang
tua tentang kesehatan gigi dan mulut dengan kejadian karies gigi
pada anak?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan Umum :
Mengetahui hubungan tingkat pengetahuan, sikap dan praktik
orang tua tentang kesehatan gigi dan mulut serta pola hidup anak-anak
dengan kejadian karies gigi pada anak.
Tujuan Khusus :
1. Mengetahui hubungan pengetahuan, sikap dan praktik orang tua
terhadap kesehatan gigi dan mulut.
2. Mengetahui hubungan pola hidup/ kebiasaan anak dengan tingkat
keasaman kuman dan hubungannya terhadap karies gigi.
2
1.4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah :
1. Bagi institusi sekolah :
a. Dengan adanya hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar
untuk lebih meningkatkan Usaha Kesehatan Gigi Sekolah
(UKGS) di lingkungan sekolah masing-masing.
b. Memotivasi siswa-siswi dalam menjaga kebersihan gigi dan
mulut.
2. Bagi populasi penelitian :
Penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terhadap
masalah yang terkait dengan karies gigi.
3. Bagi peneliti :
Penelitian ini untuk menambah wawasan dan pengetahuan
mengenai penelitian dan proses kegiatan UKGS inovatif.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Usaha Kesehatan Gigi Sekolah
2.1.1. Pengertian
Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) telah berdiri sejak tahun
1951 merupakan suatu kegiatan yang sangat relevan dalam pelaksanaan
upaya penanggulangan penyakit gigi dan mulut. Usaha Kesehatan Gigi
Sekolah (UKGS) adalah upaya kesehatan masyarakat yang ditujukan
untuk memelihara, meningkatkan kesehatan gigi dan mulut seluruh peserta
didik di sekolah binaan yang dirancang dengan upaya kesehatan
perorangan berupa upaya kuratif bagi individu (peserta didik) yang
memerlukan perawatan kesehatan gigi dan mulut (YKGI,1987).
2.1.2. Tujuan
Adapun tujuan dari UKGS antara lain :
a. Meningkatkan taraf kesehatan gigi anak-anak sekolah dengan
jalan mengadakan usaha preventif dan promotif.
b. Mengusahakan timbulnya kesadaran dan keyakinan bahwa
untuk meningkatkan taraf kesehatan gigi perlu pemeliharaan
kebersihan mulut (oral hygiene).
c. Mengusahakan agar anak-anak sekolah dasar mau memelihara
kebersihan mulutnya di rumah (habit formation).
d. Meningkatkan taraf kesehatan gigi anak-anak sekolah dasar
dengan menjalankan usaha kuratif apabila usaha preventif
gagal melalui sistem selektif (selective approach).
e. Meningkatkan kesadaran kesehatan gigi dengan suatu system
pembiayaan yang bersifat praupaya (Prepayment System).
2.1.3. Aplikasi Simulator Karies
Aplikasi simulator karies merupakan sebuah software Irene’s
Donut yang dibuat berdasarkan penelitian disertasi S3 Dr. drg. Irene
4
Adyatmaka. Penelitian ini melibatkan 2568 murid TK beserta orang
tuanya. Pengembangan penelitian dari disertasi berjudul “Simulator
Resiko Karies Gigi” untuk anak prasekolah. Pembuatan program ini
dibantu oleh seorang programmer Brigitta Witjara, S.Kom. MM dengan
dukungan penuh dari FKG Universitas Indonesia, CHAMPS FKM UI,
Dikti Depdiknas, YanMed DEPKES, BPK Penabur Jakarta,
PARTNERSIS & GC Asia Dental Pte Ltd.
Software ini merupakan kumpulan kuisioner yang terdiri 20 buah
pertanyaan tentang pengetahuan, sikap dan praktik orang tua serta
kebiasaan anak yang berhubungan dengan kesehatan gigi dan mulut.
Sebelum menjawab kuisioner ini, operator diwajibkan untuk mengecek
tingkat keasaman kuman pada anak dengan menggunakan plak cek.
Setelah pengisian kuisioner, akan didapatkan diagram resiko terjadinya
karies serta saran-saran untuk mencegah terjadinya karies (Irene’s
donut,2009).
2.2. Gigi
2.2.1. Definisi Gigi
Gigi adalah jaringan tubuh yang paling keras dibanding yang
lainnya. Strukturnya berlapis-lapis mulai dari email yang amat keras,
dentin yang di dalamnya, pulpa yang berisi pembuluh darah, pembuluh
saraf, dan bagian lain yang memperkokoh gigi. Namun demikian, gigi
merupakan jaringan tubuh yang mudah sekali mengalami kerusakan. Ini
terjadi ketika gigi tidak memperoleh perawatan semestinya. Proses
kerusakan gigi geligi diawali dengan adanya lubang gigi atau disebut juga
karies. Gigi adalah bagian keras yang terdapat di dalam mulut. Gigi
memiliki struktur yang bervariasi yang memiliki banyak fungsi.
2.2.2. Pembagian Gigi
Email, yaitu lapisan terluar gigi yang meliputi seluruh corona,
dalam bahasa Inggris disebut crown artinya mahkota. Email merupakan
bagian paling keras dari seluruh bagian gigi bahkan lebih keras dari tulang.
5
Email tersusun atas air 2,3 %, bahan organik 1,7 %, bahan anorganik 96%.
Dentin, yaitu bagian yang terletak di bawah email, merupakan bagian
terbesar dari seluruh gigi. Dentin lebih lunak dari email. Dentin tersusun
atas 13,2 % air, 17 % bahan organik, dan 69 % bahan anorganik. Jaringan
pulpa, yaitu jaringan lunak yang terdapat di dalam ruang pulpa dan seluruh
saluran akar. Jaringan ini terdiri dari jaringan limfe, pembuluh darah
arteri/vena, dan syaraf. Sementum yaitu bagian yang meliputi seluruh
lapisan luar gigi, kecuali pada bagian lubang pucuk/ ujung akar gigi
disebut foramen apikalis. Sama seperti email dan dentin, sementum terdiri
atas air 32 %, bahan organik 12 % dan bahan anorganik 56 % (Ircham Mc,
2005:26).
2.2.3. Fungsi Gigi
Secara garis besar gigi berfungsi sebagai berikut:
a. Alat untuk mengunyah makanan (mastikasi). Penghancuran dan
pelumatan dari makanan dalam mulut sangat perlu untuk
membantu proses pencernaan. Makanan yang dikunyah dengan
baik akan mempermudah penyerapan zat makanan oleh darah.
b. Alat untuk menjaga agar ucapan kata-kata kita tepat dan jelas
(fonetik).
c. Alat untuk menjaga kecantikan (estetik) .
d. Pelindung jaringan penyangga.
2.3. Karies Gigi
2.3.1. Definisi Karies Gigi
Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi, yaitu email,
dentin dan cementum yang disebabkan oleh aktivitas jasad renik dalam
suatu karbohidrat yang terfementasi. Tanda dimulainya karies adalah
adanya demineralisasi jaringan keras gigi yang kemudian diikuti oleh
kerusakan bahan organiknya. Akibatnya terjadi invasi bakteri dan kematian
pulpa serta penyebaran infeksi ke jaringan periapeks yang dapat
menyebabkan nyeri. Karies gigi merupakan penyakit universal yang dapat
6
terjadi pada semua orang, semua usia, semua ras, dan semua tempat di
dunia (Kusumaningsih, 1999).
2.3.2. Epidemiologi Karies Gigi
Karies gigi terdapat diseluruh dunia, tanpa memandang umur,
bangsa maupun keadaan ekonomi. Menurut penelitian di negara-negara
Eropa, Amerika Serikat dan Asia termasuk Indonesia, ternyata 80-95% dari
anak-anak dibawah umur 18 tahun terserang karies gigi. Persentase karies
gigi bertambah dengan meningkatnya peradaban manusia dan hanya
beberapa penduduk yang tidak mengalami karies gigi. Keparahan karies
gigi dipengaruhi oleh adanya faktor umur, jenis kelamin, geografi, suku
bangsa, keadaan ekonomi dan diet (Supartinah, 1999).
2.3.3. Etiologi Karies Gigi
2.3.3.1 Faktor Dalam
Newburn (1977) mengemukakan bahwa karies adalah proses
kerusakan gigi yang dimulai dari email berlanjut ke dentin. Karies gigi
merupakan penyakit yang berhubungan dengan banyak faktor
(multiple factors) yang saling mempengaruhi. Terdapat tiga faktor
utama yaitu gigi dan saliva, mikroorganisme dan substrat serta waktu
sebagai faktor tambahan (Newburn, 1977; Alfano,1980; Konig dan
Hoogendoorn,1982).
Gambar. 2.3.3.1 Faktor Penyebab Terjadinya Karies ( Hoogendorn,1982)
7
Mikroorganisme
Substrat
Waktu
Gigi Karies
1. Gigi dan saliva
1) Gigi
Morfologi gigi merupakan faktor penentu terjadinya karies.
Bentuk gigi yang mempunyai alur dan lekukan pada permukaan
oklusal, susunan geligi yang berjejal dapat merupakan retensi bagi
sisa makanan yang melekat dalam waktu yang relatif lama. Selain
itu struktur email dan dentin yang terdiri dari kristal-kristal
kimiawi yang tahan dan rentan juga berpengaruh terhadap daya
pelarutan asam di sekitar gigi (Pinkham,1994).
2) Saliva
Keadaan saliva antara lain berhubungan dengan jenis
kelamin dan usia. Volume dan aliran saliva anak-anak sampai
remaja lebih banyak daripada orang dewasa dan pH anak-anak
lebih tinggi dari orang dewasa (Bridqes, 1981).
2. Mikroorganisme
Bakteri dalam mulut yang mempunyai peran sebagai
penyebab terjadinya karies gigi adalah golongan streptococcus
(Streptococcus mutans). Bakteri dalam mulut melakukan peragian
(proses fermentasi) terhadap karbohidrat sebagai sisa-sisa makanan
dalam mulut. Pada awalnya permukaan gigi dilapisi oleh plak yang
mengandung koloni bakteri (Grant dkk, 1972).
3. Substrat
Substrat adalah campuran makanan halus dan minuman
yang dimakan sehari-hari yang menempel pada permukaan gigi.
Substrat berpengaruh terhadap karies secara lokal dalam mulut
(Newburn, 1978; Konig dan Hoogendoorn, 1982).
4. Waktu
Pengertian waktu pada terjadinya karies adalah kecepatan
terbentuknya karies gigi serta lama dan frekuensi substrat
menempel pada permukaan gigi (Newburn, 1978; Konig dan
Hoogendoorn, 1982).
8
2.3.3.2 Faktor Luar
1. Usia
Sejalan dengan pertambahan usia seseorang, jumlah
kariespun juga akan bertambah. Hal ini jelas karena faktor-faktor
resiko terjadinya karies akan lebih lama berpengaruh terhadap gigi.
Seseorang yang memiliki faktor resiko terjadinya karies kuat akan
menunjukkan jumlah karies lebih besar dibandingkan yang kurang
kuat pengaruhnya.
2. Jenis Kelamin
Dari berbagai penelitian menyatakan bahwa prevalensi
karies gigi tetap wanita lebih tinggi dibandingkan pria. Hal ini
disebabkan karena erupsi gigi anak perempuan lebih cepat
dibandingkan dengan anak laki-laki sehingga gigi anak perempuan
berada lebih lama di dalam mulut. Akibatnya gigi anak perempuan
akan lebih lama berhubungan dengan faktor resiko terjadinya
karies.
3. Suku Bangsa
Beberapa penelitian menunjukkan adanya perbedaan
pendapat hubungan suku bangsa dengan prevalensi karies, karena
keadaan sosial ekonomi, pendidikan, makanan, cara pencegahan
karies dan jangkauan pelayanan kesehatan gigi yang berbeda di
setiap suku tersebut.
4. Letak Geografis
Keadaan geografis berpengaruh dalam hal terjadinya karies
karena kandungan fluor air minum. Bila air minum mengandung
fluor 1 ppm maka gigi mempunyai daya tahan terhadap karies
tetapi bila air minum mengandung lebih besar dari 1 ppm maka
akan terjadi Mottled teeth yang menyebabkan kerusakan email
berupa bintik-bintik hitam.
5. Kultur Sosial Penduduk
Wycoff (1980) menjelaskan bahwa ada hubungan antara
keadaan sosial ekonomi dan prevalensi karies. Faktor yang
9
mempengaruhi keadaan ini adalah pendidikan dan penghasilan
yang berhubungan dengan diet, kebiasaan merawat gigi dan lain-
lain.
6. Kesadaran, Sikap dan Prilaku Individu
Keadaan kesehatan gigi dan mulut sangat ditentukan oleh
pengetahuan dan kesadaran dari masing-masing individu akan
pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut, yang kemudian
akan menentukan sikap dan prilaku yang diambil oleh individu.
Misalnya dengan kebiasaan menggosok gigi minimal 2 kali setelah
sarapan dan sebelum tidur, rajin kontrol ke dokter gigi setiap 6
bulan sekali, dan lain-lain.
2.3.4. Patogenesis Karies
Proses terjadinya karies gigi menurut Miller, Black dan
William adalah sebagai berikut dimulai dari pengertian karies
adalah kerusakan yang terjadi pada lapisan gigi, paling sering
terjadi dibandingkan penyakit gigi yang lain.
Asam (H+) terbentuk karena adanya gula (sukrosa) dan
bakteri dalam plak (coccus). Gula (sukrosa) akan mengalami
fermentasi oleh bakteri (coccus) dalam plak sehingga terbentuk
asam (H+) dan dextran. Dextran akan melekatkan asam (H+) yang
terbentuk pada permukaan email gigi.
Apabila hanya satu kali makan gula (sukrosa), maka asam
(H+) yang terbentuk sedikit. Apabila berkali-kali makan gula
(sukrosa), maka berkali-kali terbentuk asam (H+) sehingga lama
kelamaan pH plak menjadi ± 5. Jadi frekuensi makan gula
(sukrosa) mempengaruhi pH plak. Asam (H+) dengan pH ± 5 ini
akan dapat masuk ke dalam email melalui enamel rod (port
d’entre). Tetapi permukaan email lebih banyak mengandung kristal
fluorapatit yang lebih tahan terhadap serangan asam, sehingga
asam (H+) hanya melewati permukaan email dan akan masuk ke
dalam bagian bawah permukaan email. Asam yang akan masuk ke
10
dalam bagian bawah permukaan email akan melarutkan kristal
hidroksiapatit yang ada. Reaksi kimianya adalah sebagai berikut :
Ca10 ( PO4 )6 (OH )2+8 H+¿→ 10Ca2+¿+6 HPO4+2H 2O ¿ ¿
Apabila asam (H+) yang masuk ke dalam bagian bawah email
sudah banyak, reaksi kimia diatas terjadi berulang kali. Maka jumlah
Ca yang lepas bertambah banyak dan lama kelamaan Ca akan keluar
dari email. Proses ini disebut dekalsifikasi, karena proses ini terjadi
pada bagian bawah email maka biasa disebut dekalsifikasi bagian
bawah permukaan.
Ringkasan terjadinya proses karies gigi (Schatz, 1955):
Sukrosa+Plak → Asam
Asam+Email → Karies
2.3.5. Pencegahan Karies Gigi
Pencegahan karies gigi bertujuan untuk mempengaruhi taraf
hidup dengan memperpanjang kegunaan gigi di dalam mulut.
Usaha-usaha pencegahan terhadap karies gigi antara lain :
a. Memperpendek waktu kontak permukaan gigi dengan bahan
penyebab kerusakan gigi. Kurangi makan permen atau makanan
manis lainya apalagi yang mudah melekat terutama kurangi
makan-makanan tadi terutama waktu malam.
b. Menyikat gigi sehabis makan atau sekurang-kurangnya dua kali
sehari terutama malam hari kalau mau tidur. Memakan
makanan yang cukup bergizi dan baik untuk pertumbuhan gigi
anak. Makanan tersebut harus mengandung protein, vitamin dan
mineral.
c. Ratakan gigi yang tidak beraturan atau gigi yang berdesakan
hingga pembersihan dapat dilakukan dengan baik.
d. Memeriksakan gigi secara teratur kepada dokter gigi.
Pencegahan karies juga dapat dilakukan dengan beberapa
cara antara lain dengan:
11
a. Pengaturan diet
Disini hal utama yang perlu diperhatikan yaitu dalam diet
karbohidrat, khususnya gula sederhana.
b. Kontrol plak
Merupakan tindakan pencegahan menumpuknya plak dan
deposit-deposit lainnya pada permukaan gigi.
c. Penggunaan fluor
Cara penggunaan fluor ini dapat dibagi dua cara yaitu secara:
a. Sistemik.
Penggunaan fluor secara sistemik yaitu untuk gigi yang
belum mengalami erupsi
b. Lokal.
Dilakukan dengan cara menyikat gigi dengan pasta gigi
atau larutan fluor.
d. Anti bakterial
Dengan penggunaan obat kumur selama beberapa minggu untuk
membunuh bakteri didalam plak yang tersisa, diharapkan
bakteri yang tidak membahayakan akan mengganti bakteri
penyebab karies.
2.4. Kebersihan Gigi dan Mulut
Mulut terdiri dari bibir atas dan bawah, gusi, lidah, pipi bagian
dalam, langit-langit dan gigi. Lapisan gusi, pipi dan langit-langit selalu
basah berlendir oleh karena itu disebut selaput lendir.
Gigi merupakan salah satu organ pengunyah yang terdiri dari gigi
pada rahang atas dan bawah, lidah serta saluran-saluran penghasil air ludah.
Gigi dapat dibagi atas 3 bagian, yaitu mahkota gigi, akar gigi dan leher
gigi.
Kebersihan gigi dan mulut adalah suatu keadaan dimana gigi tidak
terdapat karang gigi, plak, dan kotoran atau sisa-sisa makanan yang
melekat pada permukaan gigi, gusi, celah diantara gigi dan tidak tercium
bau busuk dalam mulut.
12
Dengan perawatan yang baik kita akan dapat mencegah penyakit
gigi dan mulut, yaitu dengan membersihkan gigi dan mulut dari sisa-sisa
makanan yang biasanya tertingggal diantara gigi. Mulut sebenarnya sudah
mempunyai sistem pembersihan sendiri yaitu air ludah, tapi dengan
makanan modern kita sekarang, pembersih alami ini tidak lagi dapat
berfungsi dengan baik. Kita juga harus menggunakan sikat gigi sebagai alat
pembantu untuk membersihkan gigi dan mulut. Telah dibuktikan bahwa
gigi yang bersih sedikit sekali kemungkinannya untuk terserang karies gigi.
Kontrol terhadap plak dapat dilakukan dengan berbagai cara yang
paling umum yaitu dengan membersihkan gigi dan mulut dengan bantuan
alat-alat tertentu, terutama dengan menggunakan sikat gigi. Tujuan
menggosok gigi adalah membersihkan mulut dari sisa-sisa makanan agar
fermentasi sisa makanan tidak berlangsung terlalu lama, sehingga,
kerusakan gigi dapat terhindari. Adapun cara menggosok gigi yaitu
sewaktu menggosok gigi harus diingat bahwa sebaiknya arah penyikatan
adalah dari gusi kepermukaan gigi, dengan tujuan selain membersihkan
gigi, juga dapat dilakukan suatu pengurutan yang baik terhadap gusi
(Notoatmodjo cit Fankari, 2004).
2.5. Hubungan Kebersihan Gigi dan Mulut dengan Karies
Kerusakan gigi (karies) sangat dipengaruhi oleh adanya kebersihan
gigi dan mulut seseorang. Selain kebersihan gigi, faktor komposisi ludah
memegang peranan penting terhadap kemungkinan terjadinya karies. Mulut
merupakan pintu gerbang tubuh, setiap harinya tidak terhitung banyaknya
mikroorganisme yang melewati mulut. Di dalam ludah terdapat amilase
yang menjadi pelicin jika terjadi kontak antara gigi. Daya kerja pada ludah
berfungsi untuk menetralkan asam, sehingga dapat mencegah kerusakan
gigi.
Pengaruh bahan gula terhadap karies sangat ditentukan oleh kondisi
mulut. Makanan dikonsumsi melalui mulut, maka bila ada sejumlah kecil
sisa makanan tertinggal pada gigi yang akan diubah menjadi asam dan
lama-kelamaan membentuk plak sehingga akan terjadi karies.Selain
13
pengaruh makanan, karies juga dapat disebabkan adanya kebersihan gigi
dan mulut yang tidak terjaga. Kebersihan gigi dan mulut mempunyai
pengaruh sangat kuat terhadap timbulnya karies, oleh karena itu kebersihan
gigi dan mulut harus sangat diperhatikan terutama cara membersihkanya
yaitu dengan cara menggosok gigi (Notoatmodjo cit Fankari, 2004).
2.6. Pengetahuan Orang Tua
Pengetahuan adalah hasil dari tahu yang terjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan
terjadi melalui panca indra manusia, yaitu indra penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa, dan raba. Sebagian pengetahuan manusia diperoleh
melalui mata dan telinga. Rogers (1974) mengungkapkan bahwa
pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya suatu tindakan seseorang, karena dari pengalaman dan
penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih
langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.
Timbulnya karies gigi anak usia sekolah dipengaruhi oleh
pengetahuan, kesadaran dan kebisaan orang tua dalam merawat kesehatan
gigi. Pengetahuan dan kebiasaan yang perlu dimiliki orang tua antara lain
yang berkaitan dengan cara membersihkan gigi, jenis makanan dan
minuman yang menguntungkan kesehatan gigi, cara makan dan minum.
Pengetahuan orang tua terhadap pemeliharaan kesehatan gigi tersebut
dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain faktor penduduk, lingkungan
tingkat pendidikan, ekonomi, dan kehadiran sarana pelayanan kesehatan
gigi.
Antara masyarakat yang tinggal didaerah perkotaan dan pedesaan
yang situasi dan kondisinya berbeda akan terdapat perbedaan juga dalam
pengetahuan dan kesadaran mengenai kesehatan gigi. Perbedaan tersebut
disebabkan oleh sarana komunikasi dan transportasi lebih merata didaerah
perkotaan. Orang tua dikota lebih mengetahui bagaimana cara menjaga
kebersihan gigi dan mulut anaknya serta lebih cepat mendapatkan
pelayanan kesehatan gigi bila memerlukan. Orang tua di kota pada
14
umumnya lebih mengetahui jenis makanan dan minuman yang dapat
menyebabkan terjadinya karies gigi anak-anaknya.
Menurut Allport (1954) menjelaskan bahwa dalam penentuan sikap,
pengetahuan memegang peranan sangat penting. Suatu sikap akan terwujud
apabila seseorang telah mendapatkan pengetahuan. Hal ini biasanya dapat
dilakukan oleh seseorang untuk menimbang-nimbang terhadap baik dan
tidaknya informasi yang telah diperoleh.
2.7. Sikap Orang Tua
Newcomb, salah seorang ahli psikologis sosial menyatakan bahwa
sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan
merupakan pelaksana motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu
tindakan atau aktifitas, akan tetapi reaksi predisposisi tindakan suatu
perilaku. Sikap mempunyai 4 tingkatan yaitu:
a. Menerima
Menerima diartikan bahwa orang mau dan memperhatikan
stimulus yang diberikan.
b. Merespon
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan
menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari
sikap, karena dengan suatu usaha mengerjakan atau menjawab
dengan benar atau salah berarti orang tesebut menerima ide
yang telah diterima.
c. Menghargai
Menghargai dapat berupa mengajak orang lain untuk
mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah.
d. Bertanggung jawab
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya
dengan segala resiko merupakan tingkatan sikap yang paling
tinggi.
Fase perkembangan anak usia sekolah terutama kelas 1 dan 2
sangat tergantung pada pemeliharaan dan bantuan orang dewasa dan
15
pengaruh paling kuat dalam masa tersebut datang dari ibunya. Peranan ibu
sangat menentukan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Ibu
harus benar-benar sadar dan mampu memberikan perhatian sepenuhnya
terhadap rumah tangga. Sama halnya dalam bidang kesehatan peranan
seorang ibu sangat menentukan. Biasanya ibu yang pertama kali merawat
dan menjumpai kedaan kesehatan anaknya. Demikian juga kebersihan gigi
dan mulut anak masih sangat ditentukan oleh kesadaran, sikap ibunya.
Mengubah sikap seseorang harus didasari motivasi tertentu,
sehingga yang bersangkutan mau melakukan secara sukarela. Orang tua di
desa belum mempunyai motivasi untuk merawat gigi, sehingga banyak
orang tua di desa yang belum mau secara sukarela melakukan perawatan
gigi. Sikap akan terwujud menjadi suatu tindakan, apabila sesorang
sudah mempunyai niat dan ditambah dengan tersedianya fasilitas yang
dibutuhkan.
2.8. Praktik Orang Tua
Menurut Kwick (1974) menyatakan bahwa praktik adalah tindakan
atau perbuatan seseorang yang dapat diamati dan bahkan dapat dipelajari.
Suatu perbuatan nyata atau tindakan dapat terwujud bila ada suatu fasilitas.
Sikap ibu yang positif terhadap kebersihan gigi harus ada fasilitas yang
dapat digunakan, agar ibu memperhatikan anaknya.
Praktik mempunyai 4 tingkatan yaitu :
a. Persepsi
Persepsi dapat diartikan dengan mengenal dan memilih berbagai
obyek sehubungan dengan tindakan yag diambil.
b. Respon terpimpin
Respon dapat diartikan dengan orang dapat melakukan sesuatu
dengan benar sesuai dengan contohnya.
c. Mekanisme
Dapat diartikan apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu
dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan
kebiasaan.
16
d. Adaptasi
Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah
berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasi
tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut. Apabila orang tua
apatis dalam mengusahakan perawatan gigi anaknya secara lebih
dini, kerusakan gigi berlangsung terus tanpa kendala, keadaan ini
bisa disalah artikan padahal sesungguhnya merupakan akibat
diabaikan upaya mencari perawatan. Bimbingan orang tua bagi
tingkah laku anak yang benar dengan jalan memberikan
pengalaman perawatan gigi yang baik akan memberikan pengaruh
positif pada sikap dan perilaku anak dalam merawat kebersihan
gigi. Praktik orang tua terhadap kebersihan gigi anak dapat berupa
memberikan contoh cara menggosok gigi, menggosokan gigi
anaknya dan mengingatkan anak untuk menggosok gigi .
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
17
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif cross-
sectional.
3.2. Variabel Penelitian
Variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah faktor resiko
terjadinya karies gigi pada siswa kelas V di SDN 2 Belumbang.
3.3. Definisi Operasional
Faktor resiko karies gigi merupakan hal-hal yang berpengaruh
terhadap terjadinya karies gigi antara lain tingkat pH plak (keasaman
kuman), karakteristik keluarga yang meliputi pengetahuan, sikap, dan
praktik orang tua, serta kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari seperti
konsumsi makanan dan minuman.
3.4. Subyek Penelitian
Subyek dari penelitian ini adalah 10 orang siswa-siwi Kelas V
SDN 2 Belumbang.
3.5. Teknik Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel pada penelitian ini yaitu dengan
menggunakan quota random sampling.
3.6. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan dilakukan di masing- masing rumah-rumah
siswa-siswi kelas V SDN 2 Belumbang, yang terdiri dari 3 daerah yaitu
Belumbang kaja, Belumbang tengah dan Langan.
Penelitian dilakukan pada tanggal 23 Agustus 2010 pada pukul
12.30 -15.00 WITA.
3.7. Instrument Penelitian
18
Dalam penelitian ini menggunakan instrumen berupa program Irene’s
Donut yang merupakan aplikasi simulator karies. Program ini terdiri dari 20
kuisioner tentang kebiasaan dal kehidupan sehari- hari yang berhubungan
dengan kesehatan gigi dan mulut, dengan indikator-indikator antara lain
tingkat pH kuman (keasaman kuman) pada plak, kebersihan gigi dan mulut,
konsumsi makanan dan minuman dan karakteristik keluarga (pengetahuan,
sikap dan praktik orang tua)
3.8. Alat dan Bahan Penelitian
Alat :
1. Laptop
2. Hand gloves
3. Plaque check
4. Form penilaian kuisioner
5. Alat tulis
Bahan :
1. Cairan pengukur keasaman plak
2. Tissue
3.9. Jalannya Penelitian
1. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan dalam penelitian.
2. Mendata siswa-siswi kelas V SDN 2 Belumbang yang akan
dijadikan sebagai sampel (nama siswa, nama orang tua, alamat).
3. Mengunjungi ke rumah siswa-siswi yang bersangkutan.
4. Melakukan pemeriksaan tingkat keasaman plak dengan cara
mengambil sampel plak dari siswa, menetesi cairan pengukur
keasaman plak, mengamati perubahan warna yang ada.
5. Melakukan penelitian dengan teknik wawancara kepada orang tua
siswa, yang dibantu dengan software program Irene’s Donut.
6. Mencetak saran dari hasil wawancara dengan software program
Irene’s Donut ini, kemudian menyerahkan hasilnya pada orang tua
yang bersangkutan.
19
3.10.Analisis Data
Pada hasil penelitian, tingkat keasaman kuman pada plak tersebut,
dibuatkan suatu rata-rata tingkat keasaman plak. Perhitungan tersebut
dihitung dengan rumus :
X= X 1+ X 2+ X 3+…+X nn
Keterangan :
X = mean sampel (rata-rata)
X 1-Xn = nilai responden
n = jumlah responden
Hasil dari wawancara pada 10 orang tua siswa dengan program Irene’s
Donut yang berjumlah 20 buah pertanyaan dikumpulkan pada sebuah tabel.
Tabel analisis data tersebut adalah sebagai berikut :
Tabel.3.10.1. Analisis Data Simulator Karies Gigi
No. PertanyaanJumlah
Jawaban
1
Apakah anak suka minum softdrink? a Tidak senang minum softdrink
b Minum softdrink > 1 x seminggu
2
Berapa kali anak minum susu dalam sehari? a Minum susu ≤ 3 x sehari
b Minum susu ≥ 4 x sehari
3
Berapa lama anak minum susu menggunakan botol? a Minum susu dengan botol < 4 tahun
b Minum susu dengan botol ≥ 4 tahun
4 Apakah anak suka makan permen? a Tidak senang makan permen b Tiap hari makan permen / coklat / gulali
5 Apakah anak punya kebiasaan ngemut makanan? a Tidak ngemut makanan
20
b Ngemut makanan
6 Apakah di gigi belakang terlihat garis kehitaman? a Tidak ada b Ada
7 Apakah ada bercak putih pada permukaan gigi? a Tidak ada b Ada
8Berapa tingkat keasaman kuman?
a ≥ 6,5 b < 6,5
9 Apakah pendidikan terakhir ibu? a Sarjana b Bukan sarjana
10 Berapakah umur ibu? a ≤ 36 tahun b > 36 tahun
11 Berapa lama anak diberi ASI? a ≤ 1 tahun b > 1 tahun
12 Berapa umur anak? a ≤ 4 tahun b ≥ 5 tahun
13 Siapa yang sehari-hari mengasuh anak? a Anak diasuh pengasuh b Anak diasuh anggota keluarga
14
Menurut ibu, apakah gigi berlubang mengganggu selera makan anak?
a Ya b Tidak
15
Menurut ibu, apakah gigi berlubang karena malas menggosok gigi?
a Ya b Tidak
16
Apakah ibu setuju jika gigi berlubang bisa mengganggu tumbuh kembang anak?
a Setuju b Tidak setuju
17
Apakah terlalu sering minum softdrink menyebabkan gigi mudah berlubang?
a Setuju b Tidak setuju
18 Apakah ibu pernah memeriksa anak secara langsung untuk mendeteksi adanya gigi berlubang?
21
a Ya b Tidak
19
Apakah setiap hari ibu membantu anak menggosok gigi?
a Ya b Tidak
20 Apakah ditemukan gigi berlubang? a Tidak b Ya
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian
22
Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada tanggal 24 Agustus
2010 dengan menggunakan program simulator gigi berlubang Irene’s
Donut di rumah masing- masing siswa – siswi kelas V SDN 2
Belumbang, didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel 4.1.1 Hasil Wawancara Program Irene’s Donut
No. PertanyaanJumlah
Jawaban
1
Apakah anak suka minum softdrink?
A Tidak senang minum softdrink 4
B Minum softdrink > 1 x seminggu 6
2
Berapa kali anak minum susu dalam sehari?
A Minum susu ≤ 3 x sehari 10
B Minum susu ≥ 4 x sehari 0
3
Berapa lama anak minum susu menggunakan botol?
A Minum susu dengan botol < 4 tahun 10
B Minum susu dengan botol ≥ 4 tahun 0
4
Apakah anak suka makan permen?
A Tidak senang makan permen 2
B Tiap hari makan permen / coklat / gulali 8
5
Apakah anak punya kebiasaan ngemut makanan?
A Tidak ngemut makanan 10
B Ngemut makanan 0
6
Apakah di gigi belakang terlihat garis kehitaman?
A Tidak ada 7
B Ada 3
7
Apakah ada bercak putih pada permukaan gigi?
A Tidak ada 6
B Ada 4
8Berapa tingkat keasaman kuman?
A ≥ 6,5 0
23
B < 6,5 10
9
Apakah pendidikan terakhir ibu?
A Sarjana 1
B Bukan sarjana 9
10
Berapakah umur ibu?
A ≤ 36 tahun 5
B > 36 tahun 5
11
Berapa lama anak diberi ASI?
A ≤ 1 tahun 2
B > 1 tahun 8
12
Berapa umur anak?
A ≤ 4 tahun 0
B ≥ 5 tahun 10
13
Siapa yang sehari-hari mengasuh anak?
A Anak diasuh pengasuh 0
B Anak diasuh anggota keluarga 10
14
Menurut ibu, apakah gigi berlubang mengganggu
selera makan anak?
A Ya 10
B Tidak 0
15
Menurut ibu, apakah gigi berlubang karena malas
menggosok gigi?
A Ya 9
B Tidak 1
16
Apakah ibu setuju jika gigi berlubang bisa
mengganggu tumbuh kembang anak?
A Setuju 10
B Tidak setuju 0
17Apakah terlalu sering minum softdrink menyebabkan
gigi mudah berlubang?
24
A Setuju 7
B Tidak setuju 3
18
Apakah ibu pernah memeriksa anak secara langsung
untuk mendeteksi adanya gigi berlubang?
A Ya 5
B Tidak 5
19
Apakah setiap hari ibu membantu anak menggosok
gigi?
A Ya 4
B Tidak 6
20
Apakah ditemukan gigi berlubang?
A Tidak 5
B Ya 5
Tabel. 4.1.2. Hasil Tingkat Keasaman Kuman Plak
No Nama SiswaKeasaman
Kuman
1 Putu Dena Santika 5.8
2 I Pande Made Ema Septiana Putra 5.8
3 I Gusti Putu Krisna Sukma Wigraha 6.4
4 I Made Yuda Arantika 5.3
5 I Putu Wisnu Wardana 6.2
6 Ni Luh Gede Evi Apriliantini 6.4
7 Ni Putu Krisnayanti 6.1
8 Ni Putu Rantika Dewi 5.4
9 Ni Made Rahayu Ovina Sriadiningsih 5.1
10 Ni Pande Putu Putri Andini 5.9
Jumlah 58.4
Rata- rata 5.84
4.2. Pembahasan
25
Makanan dan minuman yang manis sangat berpengaruh terhadap
kesehatan gigi dan mulut. Dari hasil penelitian diatas, menyatakan bahwa
60 % anak- anak kelas V SDN 2 Belumbang suka minum softdrink dan
40% tidak suka minum softdrink. Sedangkan 80 % anak suka makan
permen/ coklat (makanan yang mengandung gula) dan 20 % tidak suka
makan permen/ coklat. Konsumsi makanan dan minuman yang manis ini
dapat menyebabkan terjadinya kerusakan gigi. Jumlah makanan manis
yang dikonsumsi dalam suatu saat mempengaruhi jumlah plak yang
dihasilkan serta kesehatan umum. Frekuensi gula yang dimakan
mempengaruhi lama berlangsungnya proses kerusakan gigi.
Susu merupakan salah satu dari 4 sehat 5 sempurna yang penting
bagi tubuh. Cara serta waktu pemberian susu pada anak, mempengaruhi
kesehatan gigi. Susu dianjurkan tidak diberikan pada anak-anak di tengah
waktu makan, karena dapat menyebabkan terjadinya sindrom karies botol.
Penyebabnya adalah gula yang terdapat dalam susu atau sari buah tersebut.
Bakteri pada plak gigi merubah gula tersebut menjadi asam yang merusak
hingga menimbulkan kebusukan dan kehancuran gigi. Sedangkan untuk
cara pemberiannya, sebaiknya anak- anak dibiasakan untuk minum susu
dengan gelas.
Anak-anak SDN 2 Belumbang jarang mengkonsumsi susu. Hal ini
mungkin disebabkan oleh faktor ekonomi yang cukup rendah. Semua anak
tersebut mengkonsumsi susu kurang dari atau sama dengan 3 kali sehari.
Sedangkan untuk konsumsi susu dengan menggunakan botol, seluruh
orang tua mengatakan bahwa 100% anak-anaknya minum susu dengan
botol kurang dari 4 tahun.
Timbulnya karies gigi anak usia sekolah dipengaruhi oleh
pengetahuan, kesadaran dan kebisaan orang tua serta anak dalam merawat
kesehatan gigi. Kesehatan gigi dan mulut anak-anak kelas V SDN 2
Belumbang dapat dikategorikan cukup baik, karena persentasi gigi
berlubangnya 50 %. Walaupun 90 % orang tua bukan sarjana, pengetahuan
mereka tentang kesehatan gigi dan mulut dikategorikan baik.
26
Namun, sikap orang tua kepada anaknya dalam menjaga kesehatan
gigi dan mulut perlu ditingkatkan. Orang tua diharapkan mendampingi
anaknya untuk sikat gigi setiap hari, membina anaknya untuk mengurangi
konsumsi makanan dan minuman yang manis, serta memeriksa secara
rutin keadaan gigi anak-anaknya.
Rata-rata pH kuman plak gigi pada anak-anak yaitu 5,84. Hal ini
menunjukkan bahwa pH kuman plak gigi tergolong asam, sehingga mudah
terjadi karies gigi. Asam ini disebabkan karena reaksi antara makanan
yang menumpuk pada sela-sela gigi dengan mikroorganisme.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa :
27
1. Pengetahuan, sikap dan praktik orang tua berpengaruh terhadap
kerusakan gigi. Namun, tak selamanya orang tua yang bukan
sarjana tidak mengetahui tentang kesehatan gigi dan mulut.
2. Rata- rata pH kuman plak gigi pada anak-anak SDN 2 Belumbang
adalah 5,84 yang tergolong asam sehingga mudah terjadi
kerusakan gigi.
3. Kebiasaan anak mengkonsumsi makanan dan minuman
manis / kariogenik dapat menyebabkan terjadinya karies gigi
5.2. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disarankan :
1. Meningkatkan usaha kesehatan gigi sekolah di wilayah Puskesmas
Kerambitan II.
2. Orang tua diharapkan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan
praktik tentang kesehatan gigi dan mulut sehingga dapat
menurunkan resiko karies pada anak-anak.
3. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan dalam
menciptakan hidup sehat, khususnya kesehatan gigi dan mulut.
28