LAPORAN KINERJA BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI …bptp-banten.ppid.pertanian.go.id/doc/44/LAKIN BPTP...
Transcript of LAPORAN KINERJA BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI …bptp-banten.ppid.pertanian.go.id/doc/44/LAKIN BPTP...
i
LAPORAN KINERJA
BALAI PENGKAJIAN
TEKNOLOGI PERTANIAN BANTEN
2018
BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN
PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN
BADAN LITBANG PERTANIAN
2018
i
KATA PENGANTAR
Dalam mewujudkan pemerintahan yang bersih,
transparan, dan akuntabel, maka pelaksanaan kegiatan
pengkajian dan diseminasi inovasi teknologi pertanian,
serta tata kelola manajemen dan sistem akuntabilitas
kinerja harus dilaksanakan secara konsisten dan penuh
tanggung jawab sesuai tugas dan fungsi BPTP.
Sejalan dengan Perpres RI No. 29 Tahun 2014 dan Permenpan-RB No. 53
Tahun 2014, maka hasil capaian kinerja setiap unit kerja sepatutnya
dipertanggungjawabkan sepenuhnya kepada publik melalui Laporan Kinerja
(LAKIN). Laporan Kinerja BPTP Banten tahun 2018 ini merupakan cerminan
akuntabilitas kinerja dalam rangka pencapaian sasaran yang dilaksanakan dalam
bentuk kegiatan.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIN) BPTP Banten
menyajikan informasi mengenai hasil-hasil pengkajian dan diseminasi teknologi
pertanian yang dilakukan pada tahun 2018. Laporan ini merupakan perwujudan
pertanggungjawaban atas pelaksanaan kegiatan Penelitian dan Pengkajian (Litkaji),
Diseminasi dan Manajemen pada Renstra 2015-2019 dan DIPA 2018.
Kami berharap LAKIN 2018 memberikan manfaat bagi pemangku
kepentingan bidang pertanian baik Kementrian Pertanian, Pemda, petani dan
masyarakat Provinsi Banten. Saya sampaikan penghargaan dan terima kasih kepada
seluruh penanggungjawab dan semua pihak yang telah berpartisipasi aktif dalam
penyusunan hingga terbitnya LAKIP 2018 ini.
Serang, Desember 2018
Kepala Balai
Dr. Ir. Sudi Mardianto.M.Si NIP. 196803161997031002
ii
IKHTISAR EKSEKUTIF
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Banten sebagai salah satu UPT
Badan Litbang Pertanian memiliki tugas pokok dan fungsi sebagaimana yang diatur
berdasarkan SK. Menteri Pertanian No. 633/Kpts/OT.140/12/2003, tanggal 30
Desember 2003. Berdasarkan tugas pokok dan fungsi tersebut, tujuan pengkajian
dan diseminasi BPTP Banten dalam tahun 2015-2019 adalah : (1) mengidentifikasi
potensi sumberdaya pertanian wilayah dalam upaya pengembangan agribisnis, (2)
merakit komponen dan paket teknologi komersial, merancang model
pengembangan usahatani serta mengembangkan dan merekayasa kelembagaan
pertanian spesifik lokasi, (3) mendorong percepatan alih teknologi pertanian melalui
pengembangan metode dan media diseminasi, (4) meningkatkan partisipasi,
kapasitas dan kompetensi dalam mendukung perencanaan dan pelaksanaan
pembangunan pertanian wilayah, (5) menyusun rekomendasi alternatif kebijakan
yang bersifat antisipatif dan responsif, dan (6) meningkatkan sarana dan prasarana
litkaji.
Dalam tahun anggaran 2018, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Banten
melaksanakan satu program yaitu Penciptaan Teknologi dan Varietas Unggul
Berdaya Saing dengan Sub-Program Pengkajian dan Percepatan Diseminasi Inovasi
Teknologi Pertanian. Sasaran utama dari subprogram tersebut adalah : (1)
tersedianya inovasi pertanian spesifik lokasi, (2) meningkatnya penyebarluasan
teknologi pertanian (diseminasi), (3) meningkatnya kerjasama nasional/internsional
dibidang pertanian, (4) meningkatnya sinergi operasional pengkajian dan
pengembangan inovasi pertanian, dan (5) meningkatnya manajemen pengkajian
dan pengembangan inovasi pertanian. Pengukuran tingkat capaian kinerja utama
dilakukan dengan cara membandingkan antara target dengan capaian/realisasi.
Dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran litkaji, BPTP Banten menyusun
strategi berdasarkan faktor internal dan eksternal. Faktor internal yang
mempengaruhi pencapaian sasaran, antara lain : jumlah dan kualitas SDM,
ketersediaan fasilitas dan dana, serta teknologi yang dihasilkan dan adopsinya.
Selanjutnya faktor eksternal meliputi : tersedianya lahan pertanian, kepemilikan
lahan yang sempit, kesenjangan produktivitas antara petani dengan hasil litkaji,
serta belum optimalnya kelembagaan penyuluhan dan petani. Berdasarkan hal
iii
tersebut diatas, strategi utama yang ditempuh untuk mencapai tujuan dan
sasaran adalah : (1) meningkatkan peran unit kerja dalam menghasilkan inovasi
teknologi bagi terwujudnya pertanian industrial, (2) meningkatkan diseminasi
teknologi yang memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif bagi terwujudnya
pembangunan pertanian wilayah, (3) memacu adopsi teknologi baru yang berdaya
guna bagi pembangunan pertanian dan kesejahteraan petani, (4) meingkatkan
profesionalisme, etos kerja, produktivitas dan kualitas SDM, serta manajemen yang
kondusif, dan (5) mendorong tumbuh dan berkembangnya pola kemitraan yang
saling menguntungkan antara pelaku dan pengguna hasil litkaji.
Dalam rangka menjalankan tugas dan fungsinya, BPTP Banten pada tahun
2014 mendapat alokasi anggaran APBN sebesar Rp. 9.334.212.000,- yang terbagi
dalam 11 keluaran/output, yaitu : (1) Laporan Pengelolaan Satker, (2) Laporan
Kerjasama, Pengkajian, Pengembangan dan Pemanfaatan Hasil Litbang, (3) Laporan
Koordinasi dan Sinkronisasi Satker, (4) Teknologi Spesifik Lokasi, (5) Rekomendasi
Kebijakan Pembangunan Pertanian, (6) Pengelolaan Instalasi Pengkajian, (7)
Teknologi yang Terdiseminasi ke Pengguna, (8) Laporan Pelaksanaan Kegiatan
Pendampingan Program Strategis Nasional, (9) Produksi Benih, (10) Layan
Perkantoran, dan (11) Peralatan dan Fasilitas Perkantoran.
Berdasarkan hasil evaluasi dan analisis terhadap capaian kinerja utama
selama tahun 2014 secara umum baik, hal tersebut terlihat dari tingkat capaian
kinerja dibandingkan dengan sasaran/target yang telah ditetapkan. Misalnya pada
pendampingan program SL-PTT padi dan kedelai dalam bentuk display VUB dan
gelar teknologi memberikan hasil lebih tinggi dibandingkan teknologi petani. Dalam
rangka mendukung program SL-PTT dan percepatan penggunaan VUB, telah
diproduksi benih padi berbagai kelas (FS, SS dan ES) sebanyak 13.217 kg dan benih
kedelai kelas FS sebanyak 738 kg. Selanjutnya hasil pengkajian telah diperoleh 5
teknologi spesifik lokasi, yaitu : Teknologi Budidaya/Pembesaran Ayam KUB,
Teknologi Penggemukan Sapi Potong, Teknologi Penggemukan Domba, Teknologi
Invigorasi Kedelai, dan Pewilayahan Komoditas Pertanian Kabupaten Lebak. Selain
itu, dalam upaya mempercepat diseminasi teknologi kepada pengguna, juga
disediakan berbagai materi informasi tercetak dalam bentuk folder, leaflet, poster,
kalender, banner, buku dan CD, serta koran Sinar Tani dan koran lokal (Radar
Banten), sedangkan penyebaran informasi melalui media elektronik dilakukan
iv
melalui siaran radio serta televisi lokal dan nasional (Baraya TV, AnTV dan Metro
TV).
Walaupun capaian kinerja secara keseluruhan baik, namun masih terdapat
sejumlah kendala dan permasalahan, terutama dalam produksi benih padi dan
kedelai, serta adopsi dan pengembangan teknologi spesifik lokasi Permasalahan
yang dihadapi diantaranya : kekeringan, banjir dan serangan OPT (dampak
perubahan iklim), rendahnya respon petani/pengguna terhadap teknologi yang
dihasilkan, terbatasnya benih unggul dan tidak tepat waktu, kelangkaan pupuk
pada sejumlah daerah/lokasi, dan lainnya. Berbagai permasalahan tersebut perlu
upaya pemecahannya, diantaranya : peningkatan sinergitas dengan dinas/instansi
terkait, peningkatan pembinaan dan pendampingan, penguatan kelembagaan
penyuluh dan petani, penyediaan benih bermutu dan tepat waktu dll.
v
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR …………………………………………………………………………………. i
IKHTISAR EKSEKUTIF ……………………………………………………………………………. ii
DAFTAR ISI .............................................................................................. v
DAFTAR TABEL ........................................................................................ vi
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... vii
I. PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2. Tugas, Fungsi dan Organisasi ............................................................. 1
II. PERENCANAAN KINERJA …………………………………………………………………… 4
2.1. Visi dan Misi ………………………………………………………………………………. 4
2.2. Tujuan dan Sasaran ……………………………………………………………………. 4
2.3. Kegiatan …………………………………………………………………………………… 5
2.4. Perjanjian Kinerja Tahun 2018 …………………………………………………….. 7
III. AKUNTABILITAS KINERJA ……………………………………………………………… 9
3.1. Capaian Kinerja ………………………………………………………………………….. 9
3.1.1. Pengukuran Capaian Kinerja Tahun 2018 ……………………………….. 9
3.1.2. Analisis capaian Kinerja dan Efisiensi ……………………………………… 53
3.1.3. Keberhasilan, Kendala dan Langkah Antisipasi ………………………… 55
3.1.4. Capaian Kinerja lainnya …………………………………………………………. 55
3.2. Akuntabilitas Keuangan ………………………………………………………………. 59
3.2.1. Realisasi Keuangan ………………………………………………………………. 59
3.2.2. Pengelolaan PNBP ………………………………………………………………… 60
3.2.3. Hibah langsung Luar Negeri …………………………………………………… 60
IV. PENUTUP ………………………………………………………………………………………… 61
vi
DAFTAR TABEL Tabel 1. Perjanjian Kinerja Tahun 2018 BPTP Banten ………………………………. 8
Tabel 2. Capaian Ouput per output Kegiatan Tahun 2018 ……………………….. 10
Tabel 3. Target/Sasaran Kinerja Kegiatan BPTP Banten Tahun 2018 ............ 11
Tabel 4. Nilai Efesiensi indikator kinerja BPTP Banten Tahun 2018 …………… 54
Tabel 5. Rekomendasi Teknologi Pertanian BPTP Banten ........................... 57
vii
DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Struktur Organisasi BPTP Banten Tahun 2018 ………………………… 3
Gambar 2. Diseminasi Teknologi Budidaya Itik ………………………………………. 13
Gambar 3. Pelatihan dan Pengamatan demplot …………………………………..... 15
Gambar 4. Seminar Bersama Fakultas Pertanian Untirta dengan BPTP
Banten ………………………………………………………………………………..
16
Gambar 5. Kegiatan Pelatihan Hama dan Penyakit …………………………………. 18
Gambar 6. Survey kelompok sasaran pendampingan ……………………………… 21
Gambar 7. Pendampingan Lokasi Kawasan Cabai Di Kabupaten Serang Dan
Bawang Tangerang ………………………………………………………………
22
Gambar 8. Pelatihan dan Penyerahan Benih sayuran kepada KWT ……… 24
Gambar 9. Koordinasi dan Sinkronisasi Kegiatan UPSUS ………………………….. 25
Gambar 10. Sosialiasi SIWAB dan Pelatihan Pengolahan Pakan Ternak ………. 26
Gambar 11. Kandang Plasma di Kecamatan Tiga Raksa ……………………………. 28
Gambar 12. Distribusi DOC dan Pengadukan pakan di Strata 3 …………………. 29
Gambar 13. Kegiatan Model Bioindustri Padi di Kabupaten Tangerang .......... 33
Gambar 14. Panen dan Pasca panen Kegiatan Bioindustri Ubi Kayu ……………. 36
Gambar 15. Produksi Benih Sumber Padi/UPBS ………………………………………… 38
Gambar 16. Karakteristik in situ , FGD dan Penandatanganan Dokumen oleh Bupati Pandeglang ……………………………………………………………….
40
Gambar 17. Pelaksanaan Kegiatan Peningkatan Komunikasi, Koordinasi,
Diseminasi Inovasi Teknologi Pertanian …………………………………
44
Gambar 18. Pelaksanaan Kegiatan Produksi Benih Sebar Padi di Provinsi Banten ………………………………………………………………………………..
47
Gambar 19. Performas Penetasan Pada Mesin Tetas Otomatis …………………… 48
Gambar 20. Koordinasi dan Distribusi Benih Petai …………………………………….. 50
Gambar 21. Pemeliharaan dan Distribusi Benih Jengkol …………………………….. 51
Gambar 22. Kegiatan Lapang Produksi Benih Sebar Manggis ………………… 53
Gambar 23. Buku Rekomendasi Teknologi Pertanian Spesifik LOkasi Banten .. 58
Gambar 24. Penandatanganan Perjanjian Kerjasama (PKS) antara BPTP Banten dengan Fakultas Pertanian UNTIRTA …………………………..
59
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sasaran utama pembangunan nasional RPJMN 2015-2019 diarahkan
untuk dapat menjamin ketahanan pangan dan energi untuk mendukung
ketahanan nasional. Arah kebijakan pembangunan pertanian lima tahun ke
depat, antara lain : (1) meningkatkan kapasitas produksi melalui peningkatan
produktivitas dan perluasan areal tanam, (2) meningkatkan daya saing dan nilai
tambah komoditas pertanian, (3) meningkatkan produksi dan diversifikasi
sumberdaya pertanian, (4) pengolahan dan pemanfaatan keaneka-ragaman
hayati, dan (5) memperkuat kapasitas mitigasi dan adptasi perubahan iklim.
Dalam rangka meningkatkan kinerja pelaksanaan pembangunan pertanian
dan memberikan umpan balik bagi penyempurnaan kebijakan, program dan
kegiatan, maka diperlukan sistem pemantauan, evaluasi dan pelaporan yang
tepat, akurat, efektif dan efisien. Pelaporan adalah bentuk penyampaian
informasi mengenai hasil pelaksanaan kegiatan kepada pemangku kepentingan
atau pimpinan sebagai bahan pengambilan keputusan sesuai kondisi yang terjadi
serta penentuan kebijakan yang relevan. Salah satu bentuk laporan
pertanggungjawaban pelaksanaan tugas pokok dan fungsi serta pengelolaan
sumberdaya oleh instansi pemerintah adalah Laporan Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah (LAKIN). Penyusunan LAKIN dilakukan melalui proses
penyusunan Rencana Strategis (Renstra) dan Rencana Kinerja Tahunan (RKT),
serta Pengukuran Kinerja Kegiatan (PKK) dan Pengukuran Pencapaian Sasaran
(PPS).
1.2. Tugas Fungsi dan Organisasi
Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) Nomor
16/Permentan/OT.140/3/2006 tanggal 1 Maret 2006, BPTP Banten mempunyai
Tugas yakni melaksanakan pengkajian, perakitan dan pengembangan teknologi
pertanian tepat guna spesifik lokasi. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana
dimaksud, BPTP Banten menyelenggarakan fungsi sebagai berikut :
2
1. Pelaksanaan inventarisasi dan identifikasi kebutuhan teknologi pertanian
tepat guna spesifik lokasi.
2. Pelaksanaan penelitian, pengkajian dan perakitan teknologi pertanian tepat
guna spesifik lokasi
3. Pelaksanaan pengembangan teknologi dan diseminasi hasil pengkajian
serta perakitan materi penyuluhan.
4. Penyiapan kerjasama, informasi, dokumentasi, serta penyebarluasan dan
pendayagunaan hasil litkaji, perakitan dan pengembangan teknologi
pertanian tepat guna spesifik lokasi.
5. Pemberian pelayanan teknik kegiatan pengkajian, perakitan dan
pengembangan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi.
6. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Balai.
Selaras dengan tugas dan fungsi tersebut, BPTP Banten ke depan akan
terus memperkuat jaringan litkaji dengan Puslit/Balit lingkup Badan Litbang
Pertanian dan dinas/instansi terkait yang ada di daerah guna menghasilkan
inovasi teknologi spesifik lokasi yang siap dikembangkan dan di adopsi oleh
pengguna, serta meningkatkan kapasitas institusi melalui penambahan sarana
litkaji dan optimalisasi kegiatan (informasi, komunikasi dan diseminasi) hasil-
hasil litkaji ke pemerintah daerah kabupaten/kota.
Disamping peran fungsional dan operasional, BPTP juga berperan secara
struktural yaitu : (1) membantu pemerintah daerah terutama dinas terkait dalam
perencanaan, pelaksanaan dan pemecahan masalah pembangunan pertanian, (2)
pelopor dan intermediasi program Kementerian Pertanian, (3) menyusun peta
dan roadmap pengembangan komoditas unggulan, dan (4) menyusun kebijakan
teknis operasional dan implementasi teknologi. Selanjutnya tugas khusus dalam
program strategis (Upsus, GP-PTT padi, GP-PTT kedelai, PSDS/K, PKAH,
Bioindustri) adalah sebagai pendamping teknologi, identifikasi lokasi dan
kebutuhan teknologi, mendukung penyediaan benih serta sekretariat Unit
Akutansi Pembantu Pengguna Anggaran/Barang Wilayah (UAPPA/B-W).
Sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) Nomor
16/Permentan/OT.140/3/2006 tanggal 1 Maret 2006 tentang Susunan
Organisasi dan Tata Kerja BPTP. Secara organisatoris, BPTP Banten berada di
bawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Balai Besar Pengkajian dan
Pengembangan Teknologi Pertanian (BB P2TP) Bogor. Dalam tindak
3
operasionalisasinya, Kepala BPTP Banten dibantu oleh 2 (dua) struktural yakni
Kepala Seksi Kerjasama dan Pelayanan Pengkajian (KSKPP), dan Kepala Sub
Bagian Tata Usaha (Kasubag TU). Sub Bagian Tata Usaha dibantu 3 (tiga) urusan
yang menangani kepegawaian, rumah tangga-perlengkapan dan urusan
keuangan. Kepala BPTP Banten didukung oleh Koordinator Program, kelompok
fungsional peneliti dan penyuluh, yang tergabung dalam 4 (empat) kelompok
pengkaji (Kelji) yaitu Kelji Budidaya, Kelji Sumberdaya, Kelji Mekanisasi dan
Teknologi Pengolahan Hasil serta Kelji Sosial Ekonomi. BPTP Banten memiliki 1
satu) Kebun Percobaan (KP) yaitu KP. Singamerta di kecamatan Ciruas
Kabupaten Serang . Struktur Organisasi sesuai SK Ka BPTP Banten dapat dilihat
pada Gambar 1 berikut ini.
KASI. KERJASAMA DAN PELAYANAN PENGKAJIAN
KASUBAG. TATA USAHA
KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL
KEPALA BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BANTEN
Gambar 1. Struktur Organisasi BPTP Banten
Struktur organisasi BPTP Banten terdiri dari Kepala Balai, yang
membawahi Sub Bagian Tata Usaha dan Seksi Kerjasama dan Pelayanan
Pengkajian. Sebagai pendukung pelaksanaan tugas dan fungsi balai, disetiap
BPTP terdapat koordinator Program dan Evaluasi serta 2 kelompok pengkaji
(kelji) yaitu : 1) Budidaya Pertanian, 2) Pasca Panen, Sumberdaya, dan Sosial
ekonomi Pertanian.
4
II. PERENCANAAN KINERJA
2.1. Visi dan Misi
Visi Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Banten tahun 2018 adalah
“Menjadi Lembaga Pengkajian Inovasi Pertanian Spesifik Lokasi Terdepan dalam
Pelayanan Informasi Teknologi Pertanian” dengan motto “Inovasi Tepat
Kesejahteraan Meningkat”. Untuk mencapai visi tersebut, maka misi BPTP
Banten adalah : (1) Menghasilkan dan mendiseminasikan inovasi pertanian
spesifik lokasi sesuai kebutuhan pengguna, (2) Mengembangkan jejaring
kerjasama regional dan nasional dalam rangka peningkatan kapasitas pengkajian
dan diseminasi inovasi pertanian, (3) Memberikan pelayanan berstandar
nasional/internasional, dan (4) Mengembangkan sumberdaya manusia yang
bermoral dan professional.
Selanjutnya untuk mewujudkan visi dan pelaksanaan misi, maka nilai –
nilai dasar yang harus dimiliki oleh jajaran BPTP Banten adalah : (1) Taat
melaksanakan dan mengamalkan ajaran agama masing – masing, (2) Selalu
berusaha untuk menimba ilmu guna meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan demi kemajuan sektor pertanian, (3) Mengutamakan kerjasama
dalam melaksanakan tugas untuk mencapai tujuan dan sasaran dengan kinerja
yang terbaik, (4) Bekerja secara profesional yang berkompetisi dalam bidang
tugasnya, dan (5) Memberikan yang terbaik secara ikhlas, baik bagi BPTP
maupun stakeholder sebagai perwujudan pengabdian
2.2. Tujuan dan Sasaran
Tujuan BPTP Banten adalah :
1. Meningkatkan ketersediaan inovasi pertanian unggulan spesifik lokasi.
2. Meningkatkan penyebarluasan inovasi pertanian unggulan spesifik lokasi.
3. Meningkatkan kapasitas dan kompetensi pengkajian dan pengembangan
inovasi pertanian unggulan spesifik lokasi.
5
Sasaran Yang Ingin Dicapai BPTP Banten :
1. Tersedianya inovasi pertanian unggulan spesifik lokasi.
2. Meningkatnya penyebarluasan (diseminasi) inovasi pertanian spesifik
lokasi.
3. Meningkatnya kerjasama nasional dan internasional (di bidang
pengkajian, diseminasi dan pendayagunaan inovasi pertanian).
4. Meningkatnya sinergi operasional pengkajian dan pengembangan inovasi
pertanian.
5. Meningkatnya manajemen pengkajian dan pengembangan inovasi
pertanian.
2.3. Kegiatan
Mengacu pada kebijakan umum penelitian dan pengembangan pertanian
yang telah dirumuskan dalam Renstra Badan Litbang Pertanian 2015 – 2019,
maka BPTP Banten menetapkan kegiatan pengkajian dan pengembangan
teknologi pertanian sebagai berikut:
1. Meningkatkan fokus kegiatan dan capaian hasil pengkajian dan
pengembangan berorientasi pasar/preferensi konsumen berdasarkan
pada potensi sumberdaya wilayah
2. Meningkatkan kuantitas/kualitas iinformasi, media dan lembaga
diseminasi inovasi pertanian.
3. Meningkatkan kapabilitas manajemen pengkajian dan diseminasi untuk
memperluas jejaring kerjasama.
4. Meningkatkan koordinasi dan sinkronisasi kegiatan pengkajian dan
pengembangan inovasi pertanian.
5. Meningkatkan efektivitas manajemen institusi.
Indikator yang digunakan dalam mengukur keberhasilan capaian kinerja
kegiatan yang dilakukan BPTP Banten adalah : masukan (input), keluaran
(output), dan hasil (outcome). Masukan merupakan segala sesuatu yang
dibutuhkan agar pelaksanaan kegiatan dan program dapat berjalan atau dalam
rangka menghasilkan output. Masukan yang digunakan dalam kegiatan BPTP
Banten adalah dana dan sumber daya manusia (SDM) atau peneliti/penyuluh
yang melaksanakan kegiatan serta inovasi teknologi yang digunakan dalam
6
pelaksanaan pengkajian dan diseminasi teknologi pertanian. Keluaran adalah
produk yang merupakan hasil langsung dari pelaksanaan suatu kegiatan atau
program. Keluaran yang dihasilkan oleh BPTP Banten umumnya berupa
program/rencana, informasi/bahan diseminasi, database, rumusan, paket
teknologi maupun rekomendasi kebijakan yang akan disampaikan ke stakeholder
(Badan Litbang Pertanian, BPTP/PTP dan petani). Hasil merupakan segala
sesuatu yang mencerminkan berfungsinya keluaran kegiatan pada jangka
menengah. Setiap kegiatan yang akan dilakukan jika diharapkan menghasilkan
sesuatu yang dapat memenuhi kebutuhan penggunanya. Hasil yang diharapkan
dari masing-masing kegiatan BPTP Banten bergantung dari tujuan yang ingin
dicapai oleh masing-masing kegiatan tersebut. Hasil kegiatan dan pengkajian
BPTP Banten umumnya dirasakan langsung oleh pengambil kebijakan maupun
BPTP.
Dalam menjabarkan tugas pokok dan fungsinya, program BPTP Banten
yang dilaksanakan dalam kurun waktu 2015 – 2018 dengan satu program yaitu:
“Pengkajian dan Percepatan Diseminasi Inovasi Teknologi Pertanian”.
Untuk mengimplementasikan mandatnya, selanjutnya program tersebut
dijabarkan dalam beberapa kegiatan utama dan indikator, yaitu :
1. Pengkajian teknologi pertanian unggulan spesifik lokasi, dengan indikator
utama jumlah teknologi spesifik lokasi yang dihasilkan.
2. Penyediaan dan penyebarluasan inovasi pertanian, dengan indikator utama
jumlah teknologi yang didiseminasikan ke pengguna.
3. Pendampingan model spectrum diseminasi multi chanel (SDMC) dan
program strategis nasional/daerah, dengan indikator utama jumlah
laporan kegiatan pendampingan model spectrum diseminasi multi chanel
dan program strategis nasional/daerah.
4. Advokasi teknis dan kebijakan operasional pembangunan pertanian
wilayah, regional dan nasional, dengan indikator utama jumlah
rekomendasi kebijakan pembangunan pertanian mendukung empat sukses
Kementerian Pertanian.
5. Pengembangan kerjasama nasional dan internasional dalam pengkajian
dan pendayagunaan inovasi pertanian, dengan indikator utama jumlah
laporan kerjasama pengkajian, pengembangan dan pemanfaatan inovasi
pertanian.
7
6. Koordinasi dan sinkronisasi operasional pengkajian dan pengembangan
inovasi pertanian, dengan indikator utama jumlah sinergi operasional
pengkajian dan pengembangan inovasi pertanian.
7. Penyediaan petunjuk pelaksanaan/petunjuk teknis pengkajian dan
pengembangan inovasi pertanian, dengan indikator utama jumlah
juklak/juknis.
8. Penguatan manajemen perencanaan dan evaluasi kegiatan serta
adminstrasi institusi, dengan indikator utama jumlah dokumen
perencanaan dan evaluasi kegiatan serta administrasi keuangan,
kepegawaian dan sarana prasarana.
9. Peningkatan kualitas manajemen institusi, dengan indikator utama jumlah
dokumen penerapan ISO 9001 : :2008.
10. Pengembangan kapasitas dan kompetensi SDM, dengan indikator utama
jumlah SDM yang meningkat kompetensinya.
11. Peningkatan pengelolaan laboratorium, dengan indikator utama jumlah
laboratorium yang operasional dan produktif.
12. Peningkatan pengelolaan kebun percobaan (KP), dengan indikator utama
jumlah kebun percobaan yang produktif.
13. Peningkatan pengelolaan website dan database, dengan indikator utama
jumlah website dan database yang ter-update secara berkelanjutan.
2.4. Perjanjian Kinerja Tahun 2018
Sesuai dengan anggaran yang telah dialokasikan dalam Rencana Kinerja
Anggaran Kementerian dan Lembaga (RKA-KL) pada tahun 2018 yaitu sebesar
Rp. 14.543.285.000,-. BPTP Banten telah mengimplementasikan Program
Penciptaan Teknologi dan Inovasi Pertanian Bio Industri Berkelanjutan
dan Percepatan Diseminasi Inovasi Teknologi Pertanian melalui beberapa
kegiatan utama yang tertuang dalam Perjanjian Kinerja Tahun Anggaran 2018
seperti terlihat pada Tabel 1 berikut. Sasaran yang ingin dicapai pada tahun
2018 adalah : (1) Dimanfaatkannya hasil kajiandan pengembangan teknologi
pertanian spesifik lokasi (2) Dimanfaatkannya hasil kajian dan pengembangan
teknologi pertanian spesifik lokasi, dan (3) Meningkatnya akualitas layanan publik
BPTP Banten, dengan indikator kinerjanya adalah : 1) Jumlah paket teknologi
8
spesifik lokasi yang dimanfaatkan (akumulasi 5 tahun terakhir), dan Rasio paket
teknologi spesifik lokasi yang dihasilkan terhadap pengkajian teknologi pertanian
spesifik lokasi yang dilakukan pada tahun berjalan (%), 2) Jumlah rekomendasi
kebijakan yang dihasilkan, Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) atas layanan
publik Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Banten.
Tabel 1. Perjanjian Kinerja Tahun 2018 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Banten
No Sasaran IndikatorKinerja Target
1 Dimanfaatkannya hasil
kajian dan Pengembangan teknologi pertanian
spesifik lokasi
1. Jumlah paket
teknologi spesifik lokasi yang dimanfaatkan
(akumulasi 5 tahun terakhir)
11 paket teknologi
2. Rasio paket teknologi
spesifik lokasi yang dihasilkan terhadap pengkajian teknologi
pertanian spesifik lokasi yang dilakukan
pada tahun berjalan (%)
100 %
2 Dimanfaatkannya hasil kajian dan
pengembangan teknologi pertanian
spesifik lokasi
Jumlah rekomendasi kebijakan yang dihasilkan
1 rekomendasi kebijakan
3 Meningkatny akualitas
layanan publik BPTP Banten
Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) atas
layanan public Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Banten
3 Nilai IKM
9
III. AKUNTABILITAS KINERJA
Dalam tahun anggaran 2018, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
Banten melaksanakan Program Percepatan teknologi dan Inovasi Pertanian
Bio-industri Berkelanjutan dengan Sub program Pengkajian dan Percepatan
Diseminasi Inovasi Teknologi Pertanian dengan 5 (lima) sasaran utama, yang
selanjutnya ditetapkan melalui Rencana Kinerja Tahunan (RKT) dengan beberapa
target. Capaian sasaran semua kegiatan sampai akhir tahun 2018 menunjukkan
hasil baik, karena semua target yang direncanakan sudah tercapai .
3.1. Capaian Kinerja Tahun 2018
Indikator pencapaian kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Banten
adalah penekanan kepada indikator keluaran (output) dan hasil (outcome) dari
setiap program/kegiatan. Pengukuran tingkat capaian kinerja Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian Banten tahun 2018 dilakukan dengan cara membandingkan
antara target dengan capaian atau realisasinya.
3.1.1. Pengukuran Capaian Kinerja Tahun 2018
Rincian tingkat capaian kinerja masing-masing indikator sasaran selama
tahun 2018 disajikan pada Tabel 2 dan Tabel 3
Keberhasilan pencapaian sasaran program dan kegiatan tahun 2018 BPTP
Banten ditetapkan berdasarkan penilaian melalui skoring yang mengacu pada
kriteria ukuran Kementerian Pertanian dan Badan Litbang Pertanian, yaitu : (1)
sangat baik dengan capaian > 100 %, (2) baik dengan capaian 80-100 %, (3)
cukup dengan capaian 60-80 %, dan (4) kurang dengan capaian < 60 %
terhadap sasaran yang telah ditetapkan.
Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Banten tahun 2018 dilihat
dari target dan capaian masuk dalam kategori baik.
Keberhasilan pencapaian kinerja tersebut didukung oleh berbagai faktor,
diantaranya : komitmen yang kuat dari pimpinan dan semua staf BPTP Banten
dalam mendukung pelaksanaan kegiatan. Sumberdaya manusia yang berkualitas
juga turut menopang keberhasilan pelaksanaan program. Selain itu sumberdaya
sarana dan prasarana pengkajian dan diseminasi serta sumberdaya anggaran
juga menjadi factor penentu tercapainya target kinerja BPTP Banten. .
10
Tabel 2. Capaian output per output kegiatan Tahun Anggaran 2018
(Rp.000,-)
Kode Nama Output
Anggaran output
pagu Realisasi Target fisik
Realisasi Capaian
201 Teknologi Spesifik Lokasi
420.000 410.542 3 3 100
202 Teknologi yang
terdiseminasikan ke pengguna
1.634.542 1.617.561 5 5 100
203 Rekomendasi Kebijakan pembangunan Pertanian
45.000 44.715 1 1 100
204 Model Pengembangan Inovasi Pertanian
Bioindustri Spesifik Lokasi
171.300 145.023 2 2 100
206 Benih Sumber padi 88.250 88.147 5 5 100
209 Sumberdaya Genetik yang terkonservasi dan terdokumentasi
70.050 69.803 5 5 100
211 Dukungan Inovasi Untuk
peningkatan IP kawasan Pertanian
137.600 101.512 1 1 100
212 Transfer Inovasi Teknologi
655.259 652.248 1 1 100
213 Inovasi Perbenihan dan Perbibitan
390.100 377.095 39.01 39.01 100
216 Unit Perbenihan
Unggulan komoditas pertanian strategis
2.407.525 2.175.818 1 1 100
217 Inovasi Perbenihan dan Perbibitan komoditas unggul non strategis
142.500 141.881 3.500 3.500 100
303 Produksi Benih Sayuran
Lainnya
50.000 48.116 20.000 20.000 100
305 Produksi benih buah tropika dan sub stropika
39.030 39.027 1.500 1.500 100
951 Layanan Internal 1.912.317 1.718.561 1 1 100
994 Layanan Perkantoran 6.381.522 6.113.502 12 12 100
11
Tabel 3. Target/Sasaran Kinerja Kegiatan BPTP Banten Tahun 2018
Sasaran Strategis Indikator Kinerja
2018
Target Capaian
Tersedianya teknologi pertanian
unggulan spesifik lokasi
Jumlah teknologi spesifik lokasi 3 Tek 3 Tek
Meningkatnya penyebarluasan (diseminasi)
Teknologi pertanian
Jumlah teknologi yg di diseminasikan ke pengguna
Jumlah kegiatan pendampingan model SDMC
5 Tek
2 Lap
5 Tek
2 Lap
Meningkatnya
kerjasama nasional dan internasional di bidang pengkajian, diseminasi
dan pendayagunaan inovasi pertanian
Jumlah laporan kerjasama
pengkajian, pengembangan dan pemanfaatan inovasi pertanian
1 Dok 1 Dok
Meningkatnya sinergi
operasional pengkajian dan pengembangan inovasi pertanian
Jumlah sinergi operasional
pengkajian dan pengembangan inovasi pertanian
Jumlah juklak/juknis
1 Dok
3 Judul
1 Dok
3 Judul
Meningkatnya
managemen pengkajian dan pengembangan inovasi pertanian
Jumlah dokumen perencanaan
dan evaluasi kegiatan serta administrasi keuangan, kepegawaian dan sapras.
Jumlah dokumen penerapan ISO 9001 : 2008
Jumlah SDM yang meningkat kompetensinya
Jumlah lab. yang berfungsi secara aktif
Jumlah KP yang berfungsi
secara produktif Jumlah usaha penangkaran
benih sumber Jumlah website yang ter-update
secara berkelanjutan
6 Dok.
1 Satker
62 Orang
1 Unit
1 Unit
1 Unit
1 Unit
6 Dok.
1 Satker
62
Orang
1 Unit
1 Unit
1 Unit
1 Unit
12
Adapun uraian capaian kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2018
adalah sebagai berikut :
I. TEKNOLOGI SPESIFIK LOKASI
A. Kajian Budidaya Ternak Lokal di Provinsi Banten
Kegiatan "Kajian Budidaya Ternak Lokal di Provinsi Banten" dilaksanakan
dalam rangka mendukung pengembangan itik Damiaking dan kambing Kosta.
Selain itu, kegiatan ini terkait pula dengan tugas dan fungsi BPTP dalam
mendiseminasikan teknologi Badan Litbang Pertanian. Pada kegiatan pengkajian
budidaya itik Damiaking, digunakan salah satu teknologi keluaran Badan Litbang
Pertanian untuk meningkatkan kinerja itik. Selanjutnya, pada komoditas kambing
Kostadianalisis potensi wilayah untuk menggali potensi dan tantangan
pengembangan kambing Kosta yang dibutuhkan dalam merumuskan model
pengembangan kambing Kosta berbasis sumberdaya lokal. Pada kegiatan
pengkajian budidaya itik Damiaking, didapatkan bobot DOD itik Damiaking
berkisar antara 38 - 43 gram/ekor. Pada pemeliharaan itik periode umur DOD - 3
minggu, didapatkan mortalitas ≤ 5% dengan pertambahan bobot badan berkisar
200 gram/ekor. Selanjutnya, pada aplikasi pakan basal dengan perlakuan herbal
didapatkan bahwa pemberian herbal dengan dosis 5-10 gram/kg pakan basal
dapat meningkatkan bobot badan itik dibandingkan tanpa pemberian herbal.
Lebih lanjut, pemberian dosis herbal 5 gram/kg pakan basal menghasilkan bobot
badan itik yang lebih tinggi dibandingkan dengan dosis herbal 10 gram/kg pakan
basal. Pada komoditas kambing Kosta, hal yang dapat memperkuat
pengembangan kambing Kosta antara lain memiliki sifat prolifik dan daya
adaptasi yang cukup luas terhadap cekaman lingkungan. Peluang pengembangan
kambing Kosta masih cukup besar mengingat kambing Kosta mudah dipelihara,
dapat digunakan sebagai saving dan sudah memiliki pasar tersendiri. Terkait
dengan pengembangannya, perlu juga diperhatikan aspek yang berpotensi
menjadi penghambat pengembangan kambing Kosta, antara lain tingginya
persilangan antar bangsa yang dapat menurunkan kemurnian kambing Kosta dan
belum adanya program pengembangan kambing Kosta yang berkelanjutan yang
didukung oleh Pemda terkait.
13
Gambar 2. Diseminasi Teknologi Budidaya Itik
B. Identifikasi dan Pemetaan Biotipe WBC serta Kajian Pergiliran Varietas Tahan WBC di Provinsi Banten
Wereng batang coklat (WBC) merupakan hama penting tanaman padi
yang dapat menimbulkan kerugian dalam usaha tani padi. Salah satu upaya
pengendalian WBC adalah menggunakan varietas tahan seperti Ciherang, Inpari
1, Inpari 3, Inpari 6, Inpari 13, Inpari 18, Inpari 19, Inpari 23, Inpari 31 dan
Inpari 33. Keunggulan penggunaan varietas tahan diantaranya adalah efektif,
efisien, mudah dalam aplikasinya dan murah. Namun demikian, ketahanan suatu
varietas terhadap hama bersifat spesifik sehingga keberhasilan penggunaan
varietas tahan ini karena adanya kesesuaian antara ketahanan yang dimiliki
tanaman dengan jenis atau biotipe WBC. Di Indonesia, telah teridentifikasi 4
jenis biotipe WBC yaitu biotipe 1, 2, 3 dan 4. Adapun hasil identifikasi dan
pemetaan terhadap biotipe WBC pada tahun 2016, di Provinsi Banten didominasi
oleh biotipe 2 dan 3. Sebaran WBC biotipe 2 terdapat di kecamatan Warung
Gunung dan Rangkas Bitung (Kabupaten Lebak), Kecamatan Menes (Kabupaten
Pandeglang), Kecamatan Pontang (Kabupaten Serang) dan Kecamatan Kasemen
(Kota Serang). Selanjutnya, WBC biotipe 3 terdapat di Kecamatan Panggarangan
14
(Kabupaten Lebak), Kecamatan Sindang Resmi (Kabupaten Pandeglang) dan
Kecamatan Sukadiri (Kabupaten Tangerang). WBC biotipe 4 teridentifikasi di
Kecamatan Banjarsari (Kabupaten Lebak) dan Kecamatan Petir (Kabupaten
Serang). Hasil kajian tahun 2017 berkatan dengan pola pergiliran varetas tahan
WBC untuk Biotipe 2 dan Biotipe 3. Varietas yang terpilih untuk lokasi biotipe 2
musih kemarau (MK) adalah Mekongga, Inpari 23 dan Inpari 33.Musim hujan
(MH) varietas yang terpilih adalah Inpari 3 dan Inpari 33.Pola pergiliran varietas
tahan WBC biotipe 3, varietas yang terpilih pada MK adalah Ciherang dan Inpari
33, sedangkan di MH adalah Inpari 10 dan Inpari 22. Tahun 2018 telah
dilakukan kajian rakitan teknologi pengendalian WBC spesifik lokasi didaerah
endemis WBC di Kabupaten Serang (Biotipe 2) dan Kabupaten Lebak (Biotipe 3).
Hasil pengkajian di lokasi endemis WBC biotipe 2 (Kec. Pontang) pada MK adalah
paket teknologi pengendalian WBC tanpa Beauveria/kimia terkontrol merupakan
paket terpilih yang paling diminati petani (40,76%) yang mampu memberikan
hasil produksi terbaik sebesar 5,6 t/ha GKG dengan varietas terbaik adalah Inpari
33.
Sedangkan di Kecamatan Malingping (Biotipe 3), paket teknologi di lokasi
endemis WBC biotipe 3 yang terpilih dan diminati oleh petani (34,03%) pada MK
adalah paket teknologi pengendalian WBC denganBeauveria dengan varietas
Inpari 33. Paket ini mampu memberikan hasil produksi terbaik (5,23 t/ha GKG)
dan meningkatkan 12-23% lebih tinggi dibandingkan dengan plot perlakuan
yang lainnya. Terpilihnya suatu teknologi didasarkan pada aspek kemudahan
aplikasi dan kemudahan mendapatkan bahan/pestisida.
Rekomendasi teknologi budidaya di wilayah endemis WBC harus diikuti
dengan teknologi budidaya lainnya yaitu : 1) Pergiliran varietas antar musim; 2)
Budidaya tanaman sehat (sanitasi lahan sebelum semai, penggunaan pupuk
organik, cara tanam legowo 2:1, pemupukan sesuai rekomendasi, pengaturan
air, pengendalian gulma dan OPT lainnya); 3) pengamatan rutin; serta 4)
Penggunaan entomopatogen Beauveria bassiana serta penanaman tanaman
refugia.
15
Gambar 3. Pelatihan dan Pengamatan demplot
II. TEKNOLOGI YANG TERDISEMINASIKAN KE PENGGUNA
A. Percepatan Pendayagunaan dan Ekspose Hasil Pengkajian
Dalam rangka penyebarluasan, advokasi dan fasilitasi agar inovasi
pertanian hasil Badan Litbang Pertanian diadopsi secara cepat, tepat guna, tepat
sasaran dengan jangkauan pengguna yang luas diperlukan strategi pendekatan
yang sesuai dengan dinamika dan tantangan yang ada. Pengembangan inovasi
pertanian secara partisipatif perlu dikembangkan dengan melibatkan berbagai
pihak yang berkepentingan (stakeholders) melalui media yang sesuai sebagai
channel-nya.Pihak yang kepentingan tersebut meliputi Petani/Poktan/ Gapoktan,
Penyuluh, Pengusaha/Industri, Akademisi, Pengambil Keputusan, dan
Peneliti/Ilmuan baik di pusat maupun di daerah.Kegiatan diseminasi merupakan
upaya BPTP untuk menjembatani inovasi teknologi pertanian yang dihasilkan
dengan daya manfaat teknologi tersebut terhadap stakeholder.Melalui
diseminasi, inovasi teknologi pertanian pada akhirnya akan memberikan dampak
16
pada kehidupan yang mencerdaskan dan memberdayakan pengguna, serta
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
1. Ekspose Hasil-Hasil Pengkajian dilakukan melalui :
a. Seminar Rutin I
Seminar pada Semester I telah dilaksanakan melalui kerjasama dengan
Fakultas Pertanian Universitas Sultan Ageng Tirtayasa pada tanggal 13
April 2018 di Auditorium Gedung B Universitas Sultan Ageng Tirtayasa –
Serang.Seminar tersebut mengangkat tema "Membangun Generasi Muda
Petani Untuk Kedaulatan Pangan Bangsa” yang dihadiri oleh 100 orang
Gambar: 4. Seminar Bersama Fakultas Pertanian Untirta dengan BPTP Banten
b. Seminar Rutin II
Seminar Rutin II dilaksanakan pada Hari Selasa, 27 November 2018 di
Aula BPTP Banten dengan tema “Model Pertanian Bio Industri dan
Prospek Pengembangannya di Provinsi Banten”
c. Pameran
Pameran yang diikuti oleh BPTP Banten tahun 2018 mengikuti jadwal
yang diagendakan oleh Pemerintah Provinsi Banten dan Pemerintah
Daerah, yaitu pameran pada Banten Expo dan Pameran di Gelar
Teknologi Tepat Guna XIV Provinsi Banten
d. Ekspose/Pameran di Pesta Patok Kab. Tangerang
Dalam upaya peningkatan produksi ternak, tanggal 6 Agustus 2018 Dinas
Pertanian Kab.Tangerang menyelenggarakan Kontes Ternak yang
berlangsung di lapangan Bubulak Kelurahan Mekarbakti Kecamatan
Panongan Kabupaten Tangerang.
17
e. Ekspose/Pameran di Panen Pedet/Eneng Kab. Pandeglang
Sebagai wujud pelaksanaan IB (Inseminasi Buatan) sekaligus
menunjukkan keberhasilan Produksi Pedet (anak sapi/Eneng (anak
kerbau) hasil IB di wilayah ini, Dinas Pertanian Kab.Pandeglang
menggelar Gebyar Panen Pedet/Eneng pada Hari Rabu tanggal 5
September 2018 dengan tema "Keberhasilan Teknik IB dalam Upaya
Mendorong Peningkatan Populasi Pada Ternak Sapi dan Kerbau".
B. Pendampingan Kawasan Pangan (Padi, Jagung) Mendukung Program Strategis Kementan
Berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian RI No.
830/Kpts/RC.040/12/2016, lokasi pengembangan kawasan padi di Provinsi
Banten meliputi Kab. Pandeglang, Lebak, Serang dan Tangerang, Kawasan
jagung : Kab. Pandeglang, Lebak, dan Serang, Kawasan kedelai : Kab.
Pandeglang. Dalam upaya mendukung pengembangan kawasan tanaman
pangan, BPTP melaksanakan pendampingan dalam bentuk (a).percontohan
inovasi teknologi berupa demfarm padi sawah, (b) demplot jagung, (c) demplot
tumpangsari jagung-kedelai, (d). Pelatihan, (e) monitoring dan supervisi
teknolog. Tujuan kegiatan pendampingan kawasan adalah : (a) meningkatkan
sinergitas, koordinasi dan sinkronisasi pendampingan kawasan pangan pajale
dengan Dinas/Instansi terkait, (b) meningkatkan respon/minat petani terhadap
inovasi teknologi melalui percontohan inovasi, (c) meningkatkan pengetahuan
petani dan petugas lapang melalui pelatihan, dan (d) mengidentifikasi penerapan
teknologi melalui monitoring dan supervisi lapangan.
Diseminasi teknologi berupa VUB dan pemupukan pada kegiatan
pendampingan tersebut direnspon dan diminati oleh petani. Kegiatan
percontohan inovasi berupa denfarm padi sawah dilakukan di Kabupaten Lebak
(Desa Sukaraja dan desa Cempaka, Kec. Warunggunung seluas 12 ha), demplot
tumpangsari jagung-kedelai di Kabupaten Pandeglang (Desa Panies, Kec.
Keroncong seluas 0,5 ha), dan demplot jagung di Kab. Serang (Desa Mekarbaru,
Kec. Petir, Desa Cimaung, Kec. Cikeusal seluas 4 ha).
Pada denfarm padi di desa Cempaka Kec. Warungunung menggunakan
VUB Inpari-30 petani memperoleh produktivitas rata-rata 5,890 t/ha dengan
18
keuntungan sebesar Rp. 13.083.000 dan nilai R/C rasio 2,32. Selanjutnya petani
menggunakan varietas Ciherang memperoleh produktivitas rata-rata 4.120 t/ha
dengan keuntungan sebesar Rp. 5.982.000 dan rasio R/C sebesar 1,69.
Penggunaan VUB Inpari-30 dibandingkan Ciherang dapat meningkat
produktivitas padi sebesar 1.23 t/ha dan menambah pendapatan sebesar Rp.
7.101.
Bentuk pendampingan teknologi jagung dilakukan dalam bentuk demplot
jagung di Kabupaten Serang, di Kec. Petir desa Mekarbaru dan di Kec. Cikeusal
desa Cimaung dengan luas 4 ha. Komponen hasil jagung komposit varietas
Lamuru dan Bisma meliputi : panjang tongkol 16,4 cm dan 15,6 cm; Diameter
tongkol atas 14 cm dan 13,8 cm; diameter tongkol bawah 16,24 cm; jumlah
baris 14 dan 16, bobot 100 butir jagung 20,94 dan 20,83 gram, produktivitas
jagung komposit Bisma 4,9 t/ha dan dan Lamuru sebesar 5,0 t/ha. Sedangkan
komponen hasil jagung hibrida NK 272 meliputi panjang tongkol 14,86 cm;
Diameter tongkol atas 14,04 cm, diameter tongkol bawah 16,24 cm; jumlah baris
16, bobot 100 butir jagung 21,17, produktivitas jagung hibrida 4,6 t/ha.
Gambar 5. Kegiatan Pelatihan Hama dan Penyakit
19
Bentuk pendampingan teknologi tumpangsari berupa demplot yang
dilaksanakan di poktan Panies Jaya, desa Panies, Kec. Keroncong Kab.
Pandeglang seluas 0,5 ha. Poktan Panies Jaya merupakan CPCL penerima
bantuan program tumpangsari dinas pertanian pandeglang seluas 5 ha. Demplot
BPTP berada sehamparan dengan denfarm tumpangsari Dinas. BPTP
mengitroduksikan benih kedelai varietas Dena yang sesuai untuk budidaya
tumpangsari jagung dan kedelai. Demplot ini diharapkan wadah pembelajaran
bagi petani dan petani dapat melihat keragaan tanaman kedelai varietas Dena
dibandingkan dengan varietas Anjasmoro
Dalam Peningkatan pengetahuan petani dan petugas lapang dilakukan
pelatihan teknis usahatani padi sawah sebanyak 1 kali (40 orang peserta tediri
dari petani, penyuluh, POPT). Pelatihan dilaksanakan dalam bentuk pengamatan
lapang OPT tanaman padi dan pengendalian tikus di lahan sawah serta metode
aplikasi pengendalian dengan pestida baik cara, jenis, dosis, waktu dan
frekuensi.
Selain pendampingan dalam bentuk denfarm dan demplot, BPTP juga
memberikan pendampingan teknologi pada kegiatan pengembangan pajale
Dinas, yaitu : (a) pendampingan pada denfarm jagung kanan-kiri tol di
Kabupaten Serang, Kota Cilegon, Kabupaten Tangerang seluas 55 ha dengan
melibatkan 11 poktan, (b).pendampingan pada kegiatan kawasan Pilot Projet
Jagung berbasis koorporasi (c). pendampingan pada kegiatan tumpangsari
jagung-kedelai di Kabupaten Pandeglang.
Sistem tumpangsari antar komoditas pangan telah banyak dipraktekkan
petani, namun hasilnya rendah karena jarak tanam tidak diatur, kombinasi
tanaman tidak tepat dan waktu tanam komoditas yang kurang tepat sehingga
tananaman menutupi tanaman lainnya dan tanaman yang tertutup tidak
berkembang. Dalam upaya pengembangan sistim tumpangsari di lahan kering
perlu percotohan denfarm tumpangsari pangan yaitu padi gogo dan jagung atau
jagung dan kedelai. Pemilihan kombinasi tanaman pangan yang tepat agar hasil
dari kombinasi tanaman per satuan luas lebih tinggi dari sistim monokultur.
20
C. Pendampingan Kawasan Peternakan (Sapi/Kerbau) Mendukung
Program Strategis Kementan
Adapun kegatan pendampingan kawasan secara penuh mendukung
keberhasilan UPSUS SIWAB. Konsep pengembangan kawasan pertanian
khususnya bidang peternakan mengacu pada target Direktorat Jendral
Peternakan dan Kesehatan Hewan. Pengembangan kawasan peternakan 2015-
2019 menggunakan pendekatan kawasan nasional, provinsi, kabupaten/kota
dengan rangkaian kegiatan meliput pemenuhan sarana prasana dari hulu hingga
hilir dan kegiatan on farm. Tahapan kegiatan meliputi: 1)
pembentukan/penentuan model pengembangan sentra komoditas (mpsk), 2)
pembetukan model pengembangan kawasan yang terdiri atas gabungan model
pengembangan sentra komoditas.Banten termasuk salah satu provinsi wilayah
pengembangan kawasan peternakan. Pengembangan komoditas ternak sapi
potong di Kabupaten Tangerang dan pengembangan komoditas ternak di kerbau
di tiga kabupaten (Pandeglang, Lebak dan Serang) dan satu kota (Serang).
Koordinasi dan sinergitas program dengan instansi yang terkait
pembangunan peternakan di Provinsi Banten. Tim pendamping kegiatan
pengembangan kawasan peternakan BPTP Banten telah berkoordinasi dengan
tim pusat dan daerah.
Percontohan Pemberian Pakan Tambahan Pada Sapi Induk Betina,
Pemberian pakan tambahan pada sapi dengan status dewasa, siap kawin, dan
bunting. Fungsi pemberian pakan tambahan disesuaikan dengan status
ternaknya. Dari hasil wawancara dengan peternak bahwa ternak sapi yang
diberikan perlakuan pakan menunjukan anak yang laihir memiliki bobot badan
yang lebih tinggi dan anakan menjadi lebih sehat.
Percontohan sistem integrasi tanaman ternak hanya dilaksanakan di
Kelompok Ternak Bina Karya Kampung Barahat Desa Cileles Kecamatan
Tigaraksa Kabupaten Tangerangseluas 300 m2.Benih sayuran sudah ditanam di
lahan kelompok ternak Bina Karya dengan luas 300 m2.Pupuk kandang yang
dberikan berasal dari kotoran ternak sapi di kandang milik kelompok ternak Bina
Karya. Hasil sayuran dijual ke pasar terdekat.
Monitoring dan Evaluasi Adopsi Teknologidilakukan di Kabupaten Lebak
dan Tangerang yang merupakan lokasi UPSUS SIWAB. Parameter monev yaitu
adopsi teknologi budidaya ruminansia besar (sapi dan kerbau).
21
Gambar 6. Survey Kelompok Sasaran Pendampingan Kawasan Ternak
D. Pendampingan Kawasan Hortikultura (Cabai dan Bawang)
Mendukung Program Strategis Kementan
Kegiatan pendampingan di tahun 2018 ini adalah melaksanakan
pendampingan pada lokasi kawasan di Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Lebak,
Kabupaten Tangerang, dan Kabupaten Serang. Kegiatan yang dilakukan dalam
pendampingan ini adalah mendiseminasikan varietas Kencana (Varietas Badan
Litbang) dan penggunaan feromon exi pada bawang merah, melakukan pelatihan
kepada petani dan penyuluh, dan melakukan pendampingan kepada kelompok
tani yang mendapatkan alokasi kegiatan pengembangan cabai dari Dinas
Pertanian Provinsi Banten anggaran APBN dan APBD.
Ruang lingkup kegiatan pendampingan kawasan hortikultura ini adalah
melaksanakan sosialisasi dan koordinasi dengan dinas terkait, identifikasi
karakteristik usahatani cabai merah dan bawang merah, diseminasi varietas
Kencana dan penggunaan feromon exi, pendampingan dan supervisi penerapan
teknologi, dan pelatihan petani. Diseminasi cabai varietas Kencana dilaksanakan
di Kabupaten Tangerang dan penggunaan feromon exi di Kabupaten Serang.
22
Hasil dari pendampingan ini adalah telah dilaksanakannya koordinasi
dengan dinas terkait terutama mengenai CPCL penerima bantuan pengembangan
kawasan yang akan dilakukan pendampingan, diseminasi varietas Kencana untuk
cabai telah terlaksanan untuk luasan 25 ha dan penggunaan feromon exi pada
bawang pada luasan 2 h, hasil monitoring dan supervisi pada lokasi
pengembangan kawasan cabai dan bawang pada akhir tahun 2018 masih banyak
yang belum terlaksana penanamannya, pelatihan telah dilaksanakan untuk
komoditas cabai sebanyak 75 orang dan komoditas bawang sebanyak 40 orang,
pengetahuan peserta pelatihan komoditas bawang telah meningkat sebesar
50,91%.
Gambar 7. Pendampingan di lokasi kawasan cabai di Kabupaten Serang dan
bawang di Kabupaten Tangerang
E. Taman Agro Inovasi Pertanian/Pendampingan KRPL
Pengembangan inovasi pertanian secara partisipatif menjadi suatu
keharusan dalam rangka penyebarluasan, advokasi dan fasilitasi inovasi
pertanian hasil Badan Litbang Pertanian sehingga inovasi tersebut dapat diadopsi
23
secara cepat, tepat guna, dan tepat sasaran dengan jangkauan pengguna yang
luas.Pihak pengguna dapat berupa Petani/Poktan/ Gapoktan, Penyuluh,
Pengusaha/Industri, Akademisi, Pengambil Keputusan, dan Peneliti/Ilmuan baik
di pusat maupun di daerah.
Hasil inovasi pertanian produk Badan Litbang Pertanian sangat
berpeluang untuk dikembangkan menjadi suatu entitas bisnis yang mandiri
karena pengembangan entitas bisnis kegiatan penelitian dan pengembangan
bukan suatu yang tabu untuk dilakukan. Pengembangan ini akan memicu
diseminasi hasil inovasi tersebut. Idealnya, hasil penelitian dapat memicu spin
off, pembentukan entitas baru yang lebih besar yang merupakan pengembangan
dari entitas yang telah ada. Untuk itu, konsep Taman Agroinovasi Mart
(Tagrimart) sebagai suatu pengembangan dari konsep Taman Agroinovasi
menjadi diseminasi yang mandiri/entitas bisnis yang mandiri (bukan cost
center), perlu dirintis oleh BPTP.
Tahun 2018 ini merupakan langkah awal dari konsep Tagrimart BPTP
Banten, dengan tujuan kegiatan adalah membuat Taman Agro Inovasi, membuat
Kebun Bibit Inti (KBI), menyediakan bibit tanaman sayuran dalam rangka
mendukung program KRPL, membuat Agrimart yang mendisplay hasil teknologi
pertanian dan Melakukan pendampingan program KRPL Badan Ketahanan
Pangan di Provinsi Banten dalam bentuk pelatihan. Kegiatan yang telah dilakukan
sampai juni 2018 antara lain adalah koordinasi dilakukan dengan Dinas
Ketahanan Pangan Tingkat Provinsi dan Tingkat Kabupaten. Dalam koordinasi ini
diperoleh CPCL penerima manfaat program KRPL BKP TA 2018 dari Provinsi
Banten berjumlah 40 kelompok yang tersebar di 8 kabupaten/kota yaitu
Kabupaten Serang, Kabupaten Tangerang, Kabupaten Lebak, Kabupaten
Pandeglang, Kota Tangerang, Kota Serang, Kota Tangerang Selatan dan Kota
Cilegon dan dihasilkan kesepakatan antara Dinas Ketahanan Pangan Provinsi
Banten, dan BPTP Banten, yaitu pendampingan teknologi pada program KRPL
BKP TA 2018 akan dilakukan oleh BPTP Banten. Sebagai bentuk pendampingan
teknologi BPTP Banten telah melaksanakan pelatihan dan menjadi narasumber
pelatihan yang diselenggarakan instansi terkait sebanyak 5 kali. BPTP Banten
selain melakukan pendampingan teknologi juga mensuplai bibit tanaman sayuran
sebagai bentuk dukungan terhadap kegiatan KRPL melalui Kebun Bibit Inti.
Sebagai sarana display teknologi budidaya sayuran telah dibentuk taman
24
agroinovasi yang menampilkan demplot demplot tanaman baik ditanam dilahan
maupun secara hidroponi dan kolam ikan. Tanaman yang dibudidayakan pada
taman agroinovasi antara lain tanaman obat dan tanaman sayuran yang terdiri
dari : pokcoy, bunga kol, kembang kol, kol bulat, bayam, kangkung, selada,
seisim dan lainnya. Display teknologi juga dilakukan dalam bentuk Agro Inovasi
Mart yang menampilkan hasil olahan berbahan baku local diantaranya tepung
mocaf, mie mocaf, ringgining ampas kedelai, gula semut aren rasa jahe, tepung
talas beneng dan tepung kimpul.
Gambar 8. Pelatihan dan Penyerahan bantuan Bibit Sayuran kepada KWT
F. Upaya-upaya Khusus PAJALE
Pelaksanaan program UPSUS dalam waktu 4 tahun terakhir telah
memberikan kontribusi yang cukup baik dalam peningkatan produksi padi,
jagung, dan kedelai di Banten.Produksi padi, jagung, dan kedelai dari tahun
2014-2018menunjukkan trend meningkat.Untuk komoditas padi, BPS mulai
menggunakan metode KSA untuk menghitung data produksi dan produktivitas
padi. Produksi padi Banten pada Tahun 2018 melalui metode KSA mencapai 1.6
juta ton.
25
Kegiatan UPSUS Pajale BPTP Banten melakukan peningkatan koordinasi
dengan stakeholder untuk mendukung pencapaian target LTT Padi, Jagung dan
Kedelai, serap gabah, dan optimalisasi alat mesin pertanian melalui rapat
koordinasi secara intens dan berkala. Capaian LTT Padi Banten periode Tahun
2018 mencapai 447,5 ribu hektar, lebih tinggi dibandingkan dengan periode
Tahun 2017 sebesar 417,2 ribu hektar.
BPTP Banten telah melaksanakan pendampingan dan berbagai advokasi
kegiatan usahatani pajale dan komoditas strategis kementan melalui bimbingan
dan diseminasi teknologi pertanian berupa Demfarm Pajale seluas 38 hektar dan
pelatihan/bimbingan teknis kepada stakeholder di kabupaten sentra produksi
pajale.
Gambar 9. Koordinasi dan Sinkronisasi Kegiatan UPSUS
26
G. UPSUS SIWAB (Sapi Wajib Bunting)
Kegiatan pendampingan dan supervisi UPSUS SIWAB Provinsi Banten
dilaksanakan dengan tujuan untuk melaksanakan supervisi dan pendampingan
intensif kegiatan UPSUS SIWAB di Kabupaten Lebak dan Tangerang melalui
kegiatan sosialisasi dan demfarm. Kegiatan ini diharapkan dapat memberikan
nilai tambah bagi peternak berupa peningkatan pengetahuan dan ketrampilan
peternak dalam melaksanakan tatalaksana pemeliharaan sapi/kerbau yang sesuai
dengan kebutuhan ternak. Selain itu, kegiatan ini diharapkan dapat
mempercepat pencapaian target populasi sapi/kerbau provinsi Banten melalui
keberhasilan kebuntingan IB 70%, penurunan penyakit gangguan reproduksi
60% dan penurunan pemotongan sapi betina produktif 20% dalam rangka
mendukung pemenuhan populasi sapi/kerbau nasional untuk pencapaian target
swasembada sapi tahun 2026.
Gambar 10. Sosialisasi Siwab dan Pelatihan Pengolahan Pakan Ternak
Pada tahun 2018 ini, capaian UPSUS SIWAB Provinsi Banten sampai
dengan Desember 2018 adalah IB 110,60%, Kebuntingan 125,07 %, Kelahiran
27
151,08%. Capaian ini melebihi target yang telah ditetapkan. Selanjutnya, untuk
pelaksanaan denfarm SIWAB dilaksanakan di Kab.Lebak, yaitu pada kelompok
ternak Basisir Sukajadi, Desa Sukajadi, Kec. Panggarangan, Kab. Lebak.
Pelaksanaan denfarm SIWAB sampai dengan Desember 2018 berupa pelatihan
teknologi pakan dalam rangka peningkatan performance reproduksi ternak dan
menjawab permasalahan pakan yang dihadapi oleh kelompok, pengenalan dan
penanaman hijauan pakan ternak unggul berupa rumput gajah, lamtoro taramba
dan indigofera, serta pengenalan bahan pakan additif berupa minoxvit dan
bioplus pedet. Dilaksanakan pula penyebarluasan informasi teknologi reproduksi
berupa kegiatan sosialisasi dan pelatihan yaitu sosialisasi teknologi reproduksi
pada ternak kerbau dan pelatihan teknologi pakan untuk perbaikan performance
indukan.
H. Penyediaan Bibit Ayam KUB dan Sensi Sebagai Intiplasma
Peningkatan produktivitas peternakan salah satunya disebabkan
digunakannya bibit unggul dalam sistem budidaya yang efisien, sehingga mampu
meningkatkan pendapatan peternak. Pengembangan peternakan khususnya
ayam kampung dengan memanfaatkan inovasi teknologi unggul utamanya bibit
ternak unggul Badan Litbang Pertanian dilakukan dengan menggerakkan
peternak sebagai rumah tangga peternak untuk melakukan agribisnis ternak
ayam kampung unggul Badan Litbang Pertanian didukung dengan jaringan
kerjasama dengan stakeholder terkait.
Dalam mengembangkan pembibitan ternak, perlu adanya kerja sama dan
interaksi yang kuat antara pemerintah dan kelompok masyarakat. Hal ini
dikarenakan individu masyarakat mempunyai pola pikir yang berbeda-beda,
sehingga perlu kesadaran untuk mendukung terlaksananya suatu kegiatan. Salah
satu langkah strategis untuk memenuhi kebutuhan bibit ternak adalah dengan
membentuk, membina dan mengembangkan pembibitan ternak rakyat (Village
Breeding Centre atau VBC). Dengan adanya pembibitan ternak rakyat ini
diharapkan mampu mengembangkan peternakan secara berkelanjutan, terutama
dalam menyediakan bibit ternak.
Pengembangan kegiatan usaha ayam kampung di masyarakat dapat
diupayakan melalui kegiatan penyediaan bibit ayam KUB dan Sensi berbasis inti
28
dan plasma. Adapun peran peternak inti sebagai penyedia/sumber bibit ayam
sebar (DOC) bagi peternak plasma dan peternak plasma berperan sebagai
peternak yang berusaha ternak pembesaran ayam.Dengan demikian, melalui
kegiatan penyediaan bibit ayam KUB dan Sensi berbasis inti plasma diharapkan
pengembangan ayam kampung unggul di masyarakat dapat berkembang dengan
baik.
Gambar 11. Kandang Plasma di Kecamatan Tiga Raksa
I. Pengembangan Ayam KUB Berbasis Rumah Tangga
Kegiatan disseminasi inovasi teknologi peternakan dibiayai dari DIPA
BPTP Banten Tahun Anggaran 2018. Dengan tujuan untuk mengembangkan
ayam KUB berbasis Rumah tangga (strata 3) yang berdampingan saling
mendukung dan sinergis dengan strata 1 dan 2 yaitu Pembibitan ayam KUB dan
pengembangan Inti dan plasma ayam KUB. Pelaksanaan kegiatan dimulai pada
semester kedua karena sesuai rapat koordinasi perbibitan menekankan bahwa
kegiatan strata 3 setelah terbentuknya strata 1 dan 2.Sehingga diharapkan
adanya model sinergis antara strata 1, 2 dan 3.Dalam hal ini, sehingga Strata 3
dilakukan mulai bulan juni, dengan pelaksanaan awal survey calon petani dan
29
calon lokasi yang berdampingan dengan rumah tangga miskin di kabupaten
Serang, Kabupaten Pandeglang dan kabupaten Lebak.
Pendampingan kegiatan dilakukan dengan cara pemberian pelatihan
pemeliharaan ayam KUB dan monitoring progress kegiatan dan evaluasi pada
masing-masing tahap kegiatan. Dari hasil kegiatan ini diperoleh beberapa
informasi antara lain : penerapan pengembangan ayam KUB berbasis rumah
tangga sesuai dengan kemampuan rumah tangga yang memproduksi sampah
rumah tangga, sehingga suplai pakan dari sisa rumah tangga ini bisa
termanfaatkan. Adanya kegiatan ini memberikan dampak penambahan
kecukupan gizi rumah tangga dan pengurangan pengeluaran rumah tangga
untuk membeli protein hewani.Sehingga hampir seluruh petani kooperator
berharap bisa lestari dalam mengembangkan ayam KUB berbasis rumah tangga
dengan pendampingan berlanjut dari BPTP Banten.
Gambar 12. Distribusi DOC dan Pengadukan pakan di Strata 3
30
III. REKOMENDASI KEBIJAKAN DAN PEMBANGUNAN PERTANIAN
(ANJAK)
Kajian ini berjudul “Analisis Kebijakan Pembangunan Pertanian di Provinsi
Banten dengan Kegiatan “Kajian Effektiftas Penggunaan Alsintan Berbantuan
dan Kelembagaan UPJA Dalam Peningkatan Produksi padi di Provinsi Banten”.
Kajian dilakukan di empat kabupaten produsen padi yakni Kabupaten (Kab.)
Serang, Tangerang, Lebak dan Pandeglang.Tujuan kajian ini adalah: 1)
Mengetahui pemanfaatan alsintan berbantuan di Provinsi Banten, 2)
Menganalisis pola kinerja dan kelompok UPJA (Usaha Pelayanan Jasa Alsintan)
di Provinsi Banten, 3) Mengetahui dampak pemanfaatan alsintan berbantuan.
Metodologi menggunakan metode survei dan FGD, dimana untuk
pemilihan lokasi contoh mengggunakan multistage random sampling (acak
berlapis) sedangkan di tingkat pengelola/pemilik alsintan petani menggunakan
purposive sampling (pengambilan sampel secara sengaja). Metode survei
menggunakan questioner untuk pengambilan data primer (wawancara), dimana
jumlah responden pengelola/pemilik alsintan yang sekaligus petani padi
berjumlah 120 petani yang terdiri dari 30 responden per kabupaten (Kab.
Pandeglang, Lebak, Serang, dan Tangerang. Metode sampling untuk UPJA
secara purposive (sengaja). Data dianalisis dengan analisis tabulasi deskriptif dan
statistik.
Lokasi contoh untuk masing-masing kabupaten dipilih berdasarkan jumlah
dominan alsintan berbantuan dan non bantuan dan hasil konsultasi dengan
dinas pertanian setempat. Lokasi contoh untuk Serang dipilih Kecamatan
Kramawatwatu dan Tanara , lokasi contoh untuk Kabupaten Tangerang dipilih
Kecamatan Mauk dan Kemirii, lokasi contoh untuk Kabupaten Pandeglang dipilih
Kecamatan Sukanegara, dan Labuhan. Lokasi contoh untuk Kabupaten Lebak
dipilih Kecamatan Wanasalam dan Malimping.Responden petani pengelola
alsintan dipilih dari desa-desa penerima bantuan alsintan dan petani yang
memiliki alsintan.
Dari hasil enumerasi, diketahui bahwa umumnya hand traktor bermerk
Kubota dan Boxer dan Yanmar dengan kekuatan mesin 6,5 - 8,5 PK. Sebagian
besar adalah milik sendiri dan bantuan. Nilai beli berkisar Rp 20 -25
juta/unit.Pembelian bervariasi mulai tahun 2012 – sampai tahun 2018. Umur
pakai umumnya 5 – 10 tahun tergantung perawatan mesin dan body.
31
Kapasitas potensi layanan per musim tanam (MT) berkisar 10 – 25 ha.
Sedangkan riil (aktual layanan 4,5 – 17 ha/MT. Hal ini karena jumlah hand
traktor di desa relatif banyak yaitu 26 unit. Upah sewa traktor untuk anggota
Rp 600.000/ha dan non anggota Rp 0,9 – 1,1 juta/ha. Dari kedua upah tersebut
upah operator Rp 300.000/ha, biaya solar 12 liter/ha @Rp 6.500/liter dan oli 2,5
liter @Rp 17.000/ 3 bulan, di Kec. Tanara upah sewa operator adalah 1/3 dari
upah sewa.Service mesin Rp 500.000/MT.
Disamping sebagai pengelola hand traktor responden juga sebagai
petani padi sawah garapan dengan luas garapan 0,5 – 2,0 ha. Produktivitas
berkisar 4,5 – 7 ton gkp/ha pada MH 2017/2018 dan pada MK 2017 berkisar 4,0
– 6,0 gkp/ha. Varitas padi umumnya Inpari-33 dan Mekongga. Penggunaan
benih 100% bersertifikat karena wilayah studi adalah daerah petani penangkar
benih padi. Harga gabah pada MH 2017/2018 Rp 4.700 – 4.800/kg sedangkan
pada MK 2017 berkisar 3.500 – 3.800/kg. Permasalahan pada usahatani padi
adalah kekurangan debit air terutama pada MK 2018 yang mulai tanam pada
bulan Mei. Untuk traktor roda-4 seluruhnya adalah bantuan,diperoleh tahun
2016 – 2017 dengan nilai pembelian sekitar Rp 350 juta/unit. Kapasitas potensi
kemampuan layanan adalah 300 ha/MT dan kapasitas rielnya 100 ha/MT. Upah
pengolahan lahan (bajak saja) Rp 700.00/ha sedangkan untuk garu dilanjutkan
dengan hand traktor Rp 500.000/ha. Kemudian TR-4 merk Iseki berasal dari
bantuan APBN 2016 di Kab.Lebak dengan kondisi layak dan bagus, sudah
digunakan 2 MT dengan kapasitas kerja 1 – 1,5 ha/hari. Kapasitas luas kerja
adalah 18 ha/MT. Jika dipakai oleh anggota maka upahnya adalah Rp 725.000/ha
yaitu Rp 500.000 upah operator dan bensin 25 liter (Rp 225.000) . Jika bukan
anggota maka upahnya Rp 1 juta /ha.
Untuk Combine harvester besar (CHB) perolehan bantuan tahun
2016/2017 dengan nilai Rp 406 juta. Merk CHB Domfeng (Tani Kaya) dengan
kapasitas potensi layana 60 ha/MT atau 2 ha/hari. Kapasitas riil layana adalah
60 ha/MT. Lama pakai 4 – 5 tahun. Upah operator adalah bagi hasil 1/3 dari total
upah.Upah panen Rp 50 - 70.000/kw.
Alsintan combine harvester sedang secara umum upah sewa CHS
sebagian besar sepaket dengan panen bawon yaitu 5: 1, sebagian lagi dengan
sistim tunai yaitu Rp 70.000/kw.
32
Sebagian petani mengatakan bahwa sesudah adanya alsintan berbantuan
luas tanam bertambah seperti di Kec. Tanara Kab. Serang luas tanam sebelum
ada alsintan berbantuan 478 ha menjadi 528 ha. Juga petani di Kab.Lebak yakni
Kec. Wanasalam mengatakan bahwa sebelum adanya alsintan berbantuan luas
panen di Desa Wanasalam 80 ha meningkat menjadi 160 ha.MT. Upah
pengolahan lahan sebelum adanya hand traktor berbantuan adalah sama Rp
1,0 – 1,2 juta/ha turun menjadi Rp 1 juta/ha sesudah adanya hand traktor
berbantuan.
IV. MODEL PENGEMBANGAN INOVASI PERTANIAN BIO INDUSTRI SPESIFIK LOKASI
A. Pengembangan Kawasan Bio industri Padi di Kab. Tangerang
Indonesia secara bertahap juga mengikuti tren perubahan paradigma
pembangunan global tersebut. Salah satu diantaranya adalah mengarahkan
pembangunan sektor pertanian kearah bioindustri berkelanjutan, sebagaimana
tertuang dalam Strategi Induk Pembangunan Pertanian (SIPP) tahun 2013-2045
(Biro Perencanaan. 2013). Menurut SIPP, visi pembangunan pertanian Indonesia
hingga tahun 2045 adalah : “terwujudnya sistem pertanian bioindustri
berkelanjutan yang menghasilkan beragam pangan sehat dan produk bernilai
tambah tinggi dari sumberdaya hayati pertanian dan kelautan tropika”.
Implementasi SIPP dibagi kedalam 7 periode. Sasaran periode pertama (2013-
2014: RPJM2-RPJPN1) adalah terbangunnya fondasi sistem pertanian-bioindustri
berkelanjutan sebagai sistem pertanian terpadu yang berdaya saing, ketahanan
pangan dan kesejahteraan petani. Sementara itu sasaran SIPP pada periode
kedua (2015-2019 :PJM4-RPJPN1) adalah kokohnya fondasi sistem pertanian-
bioindustri berkelanjutan menuju tercapainya keunggulan daya saing pertanian
terpadu berbasis sumber daya alam berkelanjutan, sumber daya insansi
berkualitas dan berkemampuan IPTEK bioindustri untuk meningkatkan ketahanan
pangan dan kesejahteraan petani.
Beberapa prinsip dasar dari bioindustri berkelanjutan menurut SIPP
meliputi adalah pembangunan pertanian berkelanjutan berbasis masyarakat,
lingkungan alam, pelaku agribisnis, berorientasi pengembangan usaha pertanian
rakyat, serta berbasis sumberdaya lokal (Biro Perencanaan. 2013).
33
Kegiatan Bioindustri berbasis padi sawah Provinsi Banten dilakukan di
Kelompok Sabana Mandiri terletak di Kampung Cambay Desa Sukatani
Kecamatan Rajeg.Struktur kepengurusan kelompok terdiri atas ketua (Madrodi),
sekretatis (Daong) dan bendahara (Ajim).Anggota kelompok sebanyak 34
orang.Usaha utama kelompok yaitu di bidang tanaman pangan dan
hortikultura.Pola tanam dalam satu tahun yaitu padi – padi – timun. Luas lahan
yang dikelola anggota kelompok yaitu seluas 20 Ha.
Gambar 13. Kegiatan Model Bio Industri Padi di Kabupaten Tangerang
Hasil kegiatan meliputi beberapa hal sebagai berikut : 1) Pendampingan
budidaya padi sawah seluas 20 ha; 2) Pemeliharaan sapi potong tahun sebanyak
18 ekor; 3) Produksi jamur merang sebanyak 115 kg (1 kumbung); Usahatani
hortikultura dengan tingkat keuntungan berdasarkan B/C ratio adalah 0,8
(kacang panjang), 0,75 (oyong), 1,14 (Paria) dan 0,58 (timun); 4) Konsep zero-
waste sudah mulai diaplikasikan oleh para anggota Poktan Sabana Mandiri
melalui pemanfaatan kotoran ternak sapi untuk diolah menjadi biogas (2 rumah
tangga) dan pupuk organik yang diaplikasikan pada pertanaman padi dan
sayuran.; 5) Komersialisasi produk olahan berbasis padi dan jamur merang
berupa pembuatan produk kerupuk beras dan nugget jamur yang masih
dikembangkan oleh kelompok wanita tani setempat jika ada pesanan; 6)
pelatihan pengolahan makanan hortikultura (manisan terung); serta 7)
34
Pembangunan sarana penunjang berupa pembuatan gapura, pembuatan gudang
pakan serta perbaikan rumah jamur dan instalasi biogas.
B. Pengembangan Kawasan Bioindustri Ubi Kayu di Kab. Lebak
Pertanian bioindustri adalah sistem pertanian yang pada prinsipnya
mengelola dan/atau memanfaatkan secara optimal seluruh sumberdaya hayati
termasuk biomasa dan/atau limbah pertanian bagi kesejahteraan masyarakat
dalam suatu ekosistem secara harmonis. Prinsip dasar proses produksi dalam
sistem pertanian bioindustri berkelanjutan adalah : mengurangi input dalam
meningkatkan produksi (reduce); pemanfaatan hasil samping dan limbah
(reuse); dan mendaur ulang produk akhir dan/atau bekas pakai produk akhir
(recycle).
Model pengembangan bioindustri dapat berupa percontohan lapangan
(display/demplot) atau keragaan model pertanian bioindustri, dimana teknologi
yang ditampilkan harus memiliki keunggulan. Dengan kata lain, pertanian
bioindustri dirancang dari hulu sanpai hilir (budidaya ”on farm”, industri hulu
”saprodi”, pengolahan ”agroindustri” dan pemasaran ”off farm”). Salah satu
pendekatan pertanian bioindustri adalah berbasis komoditas yang sesuai dengan
karakteristik biofisik lokasi, kesesuaian lahan dan preferensi masyarakat, serta
prospek pemasarannya.
Model pertanian bioindustri dilaksanakan di Desa Sukarame, Kecamatan
Sajira – Kab. Lebak dengan tujuan umum/ahkir adalah ” Membangun kawasan
bio-industri ubi kayu terpadu yang menghasilkan produk lebih efisien dan bernilai
tambah untuk kesejahteraan petani dan ketahanan pangan”, sedangkan tujuan
tahun 2018 meliputi : (1) meningkatkan usaha budidaya ubi kayu dalam
mendukung penyediaan bahan baku pengolahan, (2) meningkatkan kapasitas
produksi olahan ubi kayu menjadi keripik dan tepung mocaf, (3) meningkatkan
pemanfaatan limbah dan hasil samping dalam usaha ternak dimba, dan (4)
melaksanakan advokasi, promosi dan temu usaha tentang bioindustri berbasis
ubi kayu.
Model pertanian bioindustri di poktan ”Sri Rejeki” Desa Sukarame,
Kecamatan Sajira, Kab. Lebak dilaksanakan melalui pola integrasi ubi kayu-ternak
domba yang dimulai sejak tahun 2015. Implementasi model dilaksanakan melalui
35
percontohan inovasi dalam bentuk demplot/demfarm serta dilakukan dengan
pendekatan sistem agribisnis secara utuh, yaitu keterkaitan antara aspek hulu,
aspek usahatani, dan aspek hilir. Percontohan inovasi yang dilakukan melaiputi :
teknologi budidaya dan pengolahan ubi kayu (keripik, gaplek, mocaf), teknologi
budidaya ternak domba, teknologi pembuatan pupuk kandang, serta teknologi
pengolahan dan pemanfaatan limbah/hasil samping.
Model pertanian bioindustri ubi kayu sangat direspon petani/masyarakat
di poktan ”Sri Rejeki” Desa Sukarame, Kec. Sajira. Hal ini terlihat dari
perkembangan usaha budidaya yang sebelumnya hanya 15-20 ha (25-30 orang)
menjadi 40-65 ha dengan jumlah petani sebanyak 80 orang. Dalam hal budidaya,
penggunaan pupuk kandang, Urea, SP-36 dan NPK Phonska mampu
meningkatkan produktivitas dari 18-20 ton/ha menjadi 25-60 ton/ha, dan bahkan
dapat mencapai 60-90 ton/ha pada umur 12 bulan (varietas Manggu, UJ-2 dan
Prelek). Selain budidaya, usaha lain yang dikembangkan adalah pengolahan ubi
kayu menjadi gaplek, keripik dan tepung mocaf. Produksi tepung mocaf
dilakukan dalam skala kelompok, dimana pada tahun 2017 telah diproduksi
sebanyak 850 kg dari bahan baku ubi segar sebanyak 2.500 kg. Harga tepung
mocaf di pasar lokal Banten berkisar antara Rp. 7.500-8.000,-/kg.
Hasil panen dan penjualan ubi kayu dari poktan ”Sri Rejeki” Desa
Sukarame, Kec. Sajira sebagian besar digunakan untuk bahan baku pembuatan
tepung casava, pembuatan keripik, pembuatan gaplek, dan kebutuhan
masyarakat sekitarnya. Hasil panen dan penjualan ubi kayu (sekitar 1.000 ton)
secara ekonomi dapat meingkatkan pendapatan petani dan ekonomi wilayah,
dimana secara keseluruhan mencapai Rp. 723.000.000,-. Nilai tersebut belum
termasuk upah panen yang diperoleh petani/masyarakat, yang diperkirakan
sebesar Rp. 200.000.000,- (upah panen Rp. 200,-/kg).
Usaha lain yang dikembangkan di pokta ”Sri Rejeki” Desa Sukarame, Kec.
Sajira adalah budidaya ternak domba, yang pada awlanya sebanyak 55 ekor
induk (betina 50 ekor dan jantan 5 ekor), dimana selama 2,5 tahun
berkembangn menjadi 187 ekor (betina 112 ekor dan jantan 75 ekor). Selain
rumput alam dan hijauan yang tersedia di lokasi kegiatan, pakan lain yang
dberikan selama pemeliharaan adalah limbah dan hasil samping ubi kayu, serta
konsentrat. Usaha ternak domba sangat membantu ekonomi petani dan
36
pengembangan usaha budidaya ubi kayu, karena kotorannya dimanfaatkan
sebagai pupuk kandang (pukan).
Implementasi model pertanian bioindustri di poktan ”Sri Rejeki” Desa
Sukarame, Kec. Sajira sangat berdampak terhadap pembangunan dan
pengembangan usaha pertanian serta ekonomi perdesaan. Dampak langsung
adalah penyerapan tenaga kerja untuk pengolahan lahan, penanaman,
penyiangan dan penggembruran, serta pemupukan dan panen. Selanjutnya
dampak ekonomi meliputi tambahan pendapatan dari upah tenaga kerja dan
penjualan hasil panen. Dampak lain adalah peningkatan usaha budidaya ubi
kayu, optimalisasi pemanfaatan lahan, pengembangan usaha ternak domba, dan
aktivitas poktan/petani.
Usahtani ubi kayu di poktan ”Sri Rejeki” Desa Sukarme, Kecamatan
Sajira memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif, namun sangat rentan
terhadap penurunan harga jual dan produktivitas. Oleh karena itu, usahatani ubi
kayu perlu diarahkan pada peningkatan efisiensi, peningkatan produktivitas, dan
diversifikasi pemanfataannya. Selain itu perlu mendorong pengembangan
agroindustri, pengembangan kemitraan usaha antara kelompok dengan
kelembagaan agribisnis, serta pelayanan informasi pasar. Selanjutnya dalam
upaya pengembangan usaha terak domba perlu perguliran anak betina kepada
anggota lainnya, sedangkan pengadaan induk awal perlu regenerasi (penjualan
dan pembelian yang baru).
Gambar 14. Panen dan Pasca Panen Kegiatan Bioindustri Ubi Kayu
37
V. PRODUKSI BENIH SUMBER PADI/UPBS
Pemerintah Jokowi-JK memiliki agenda prioritas kabinet kerja
(NAWACITA) yang memprioritaskan agenda pembangunan pertanian kedepan
untuk mewujudkan kedaulatan pangan. Indonesia sebagai bangsa dapat
mengatur dan memenuhi kebutuhan pangan rakyatnya secara berdaulat.
Kedaulatan pangan diterjemahkan dalam bentuk kemampuan bangsa dalam hal :
(1) mencukupi kebutuhan pangan dari produksi dalam negeri, (2) mengatur
kebijakan pangan secara mandiri, serta (3) melindungi dan mensejahterakan
petani sebagai pelaku utama usaha pertanian pangan (Kementan 2015).
Implementasi program yang menunjang kedaulatan pangan salah satunya
dengan menggulirkan berbagai program berbasis pangan pokok (padi, jagung
dan kedelai). Program swasembada berkelanjutan padi, jagung dan kedelai
ditempuh dengan berbagai pencanangan program salah satunya melalui
penyediaan benih bermutu varietas unggul baru yang sesuai dengan
agroekosistem dan preferensi konsumen.
Dalam suatu sistem produksi pertanian baik ditujukan untuk memenuhi
konsumsi sendiri maupun yang berorientasi komersial diperlukan adanya
ketersediaan benih dengan varietas yang berdaya hasil tinggi dan mutu yang
baik. Daya hasil yang tinggi serta mutu yang terjamin pada umumnya terdapat
pada varietas unggul. Namun manfaat dari suatu varietas akan dirasakan oleh
petani atau konsumen lainnya apabila benihnya tersedia dalam jumlah yang
cukup dengan harga yang sesuai, serta waktu yang tepat. Oleh karena itu
regulasi produksi benih harus dilakukan terkait penyediaan benih yang harus
mengacu pada prinsip 6 tepat (varietas, jumlah, mutu, waktu, harga dan
tempat).
Produksi benih tahun 2018 dilaksanakan dalam 1 (satu) musim tanam di
KT Sukabungah, Desa Tambakbaya Kecamatan Cibadak Kabupaten Lebak
dengan luas 4 ha. Produksi benih meliputi kelas FS dan SS terdiri atas 3 Varietas
yaitu Inpari 32 (SS), dan Inpari 33 (FS) dan Inpago 8 (FS). Capaian produksi
melebihi target yaitu sebesar 3500 kg SS Inpari 32, 2000 kg FS Inpari 33 dan
3000 kg FS Inpago 8. Capaian benih kelas SS mencapai 116% dan FS mencapai
250%. Koordinasi dengan stake holders dilakukan dengan beberapa lembaga
seperti BB-PADI, BPSB-TPH, Asosiasi Benih Banten (Asbenten), Balai Benih Induk
(BBI) provinsi Banten, Dinas Pertanian Provinsi, Dinas Pertanian kabupaten/kota,
38
SHS, Pertani, serta badan Penyuluhan. Salah satu kesepakatan kerjasama adalah
para pengguna akan memanfaatkan benih VUB Inpari 32 dan Inpari 33 untuk
mendukung kedaulatan pangan berdasarkan agroekosistem di Banten.
Sedangkan pelatihan petani terselenggara di 3 kelompok tani di Kabupaten Lebak
( 2 Kelompok) dan Kota Serang (1 kelompok) dengan jumlah peserta mencapai
150 orang.
Gambar 15. Kegiatan Produksi Benih Sumber Padi/UPBS
VI. SDG YANG TERKONSERVASI DAN TERDOKUMENTASI
Plasma nutfah lokal hortikultura Banten yang cukup populer salah satunya
adalah durian. Durian merupakan komoditas hortikultura yang sangat populer di
Provinsi Banten. Secara umum durian memiliki nilai ekonomi yang tinggi dan
memiliki aroma yang khas dan rasa yang lezat. Banten sebagai salah satu
Provinsi yang memiliki keanekaragaman jenis durian yang cukup banyak.
Sehingga upaya pelestarian jenis durian lokal merupakan target setiap tahunnya
dari pemerintah daerah. Selama ini yang menjadi upaya Pemda adalah dengan
melakukan kontes durian agar teridentifikasi jenis-jenis durian yang tersedia di
Provinsi Banten. Namun pelestariannya belum dilakukan secara intensif, untuk itu
perlu dilakukan upaya penyelamatan jenis-jenis durian atau pohon induk yang
39
tersebar agar dapat diidentifiikasi dan selanjutnya didaftarkan yang suatu saat
akan dapat dilepas sebagai varietas lokal milik Banten. BPTP Balitbangtan Banten
sejak tahun 2015 telah melakukan identifikasi dan karakterisasi terkait dengan
durian lokal. Sehingga target untuk dapat didaftarkan perlu dilakukan agar dapat
mengamankan plasma nutfah Banten.
Keluaran tahun 2018 kegiatan Sumberdaya Genetik terkonservasi dan
terdokumentasi adalah :1) Karakterisasi dan Koleksi plasma nutfah komoditas
lokal (5 aksesi), 2) Dokumen hasil karakterisasi dan terkonservasi di Banten (5
aksesi terdokumentasi), 3) Pemeliharaan kebun koleksi (2 kebun koleksi), 4)
Terlaksananya FGD pembentukan KOMDA dan 5) Meningkatnya kapasitas SDM
Mellaui KTI (1 makalah)
Karakterisasi sudah dilakukan terhadap komoditas durian (10 jenis), petai
(1 jenis), jengkol (1 jenis), padi lokal (6 jenis) sehingga total komoditas telah
selesai karakterisasi terdapat : 18 aksesi.
Dokumen yang telah tersusun dan didaftarkan ke PPVTPP terdiri dari 10
jenis durian (asal Kab. Pandeglang ada 8 jenis : Baranjang, Grinsing, Ketan jaya,
Si Bintang, Si kampong, Si Kucing, Si pedang dan Top1/emas; asal Kab.Lebak
ada 2 jenis : sangkan wangi 1 dan sangkan wangi 2), 1 jenis petai jolongan-
Pandeglang, 1 jenis jengkol gobang - Pandeglang, komoditas padi terdapat 3
jenis asal Kab.Pandeglang (ketan bahung, ketan jalupang, ketan putri) serta 3
jenis padi lokal asal Kab.Lebak (padi caok, seungkeu dan Beureum batu).
Dokumen yang telah keluar tanda daftarnya /sertifikatnya terdiri dari : 1
jenis petai jolongan, 1 jenis jengkol gobang, 3 jenis durian asal Pandeglang
(baranjang, grinsing dan ketan jaya), 5 jenis padi lokal (asal pandeglang : ketan
bahung dan ketan jalupang; asal Lebak : caok, seungkeu dan beureum batu).
Pemeliharaan kebun koleksi dilakukan dengan memperbanyak bibit durian
dan dikoleksi sebagian di kebun koleksi milik BPTP di KP Singamerta dan milik
petani bpk.Hendi di Kec. Leuwidamar Kab.Lebak. terdapat 100 bibit terkoleksi
terdiri dari jenis durian dan rambutan. Sedangkan padi lokal, dilakukan
rejuvenasi di KP Singamerta.
Berdasarkan hasil FGD tahun 2018 dilakukan diskusi terkait pembentukan
KOMDA SDG Plasma Nutfah dan telah disusun struktur organisasi sementara.
Selanjutnya akan di tindaklanjuti oleh Pemda untuk dapat dibentuk KOMDA
Plasma Nutfah tahun 2018.
40
Gambar. 16. Karakteristik in situ, FGD dan Penandatanganan Dokumen oleh Bupati Pandeglang
VII. DUKUNGAN INOVASI TEKNOLOGI UNTUK PENINGKATAN IP KAWASAN PERTANIAN
Provinsi Banten merupakan salah satu wilayah sentra produksi, karena
memiliki lahan sawah seluas 198.100 ha dan bukan sawah 433.454 ha (BPS,
2011). Berdasarkan jenis irigasi, lahan sawah yang bisa ditanami padi tiga kali
seluas 10.361 ha; dua kali 153.891 ha; satu kali 32.934 ha; tidak ditanami 926
ha; dan tidak diusahakan 67 ha.
Y6Penigkatan produksi dan produktivitas tanaman pangan (padi, jagung
dan kedelai) di Provinsi Banten memiliki peluang cukup besar karena belum
optimalnya penerapan teknologi serta pemanfaatan sumberdaya lahan, air,
tanaman dan organisme (LATO). Strategi pengelolaan LATO yaitu meningkatkan
efektivitas input untuk menaikkan produktivitas tanaman, efisiensi dalam
penggunaan input, serta pemanfaatan limbah dan sumberdaya yang tersedia,
sehingga tercipta sistem pertanian ramah lingkungan dan berkelanjutan.
41
Keluaran umum/akhir kegiatan adalah “Meningkatnya indeks pertanaman
padi lahan kering dan sawah tadah hujan dalam upaya mendukung peningkatan
produksi dan produktivitas, serta pendapatan petani”.
Ruang Lingkup Kegiatan meliputi, Koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan
kegiatan Peningkatan IP Pajale Lahan Kering dan Sawah Tadah Hujan antara BB
Pengkajian, BPTP, BB Padi, dan Ditjentan, Dinas. Koordinasi yang intensif dengan
seluruh pemangku kepentingan (pusat, daerah), Identifikasi dan inventarisasi
potensi pemanfaatan lahan kering dan sawah tadah hujan untuk pembangunan
infrastruktur tata kelola air, Identifikasi IP padi jagung kedelai (Pajale) dan pola
tanam, infrastruktur dan tata kelola air, serta kelembagaannya pada lahan kering
dan sawah tadah hujan pada kondisi eksisting;, Pengkajian dukungan inovasi
pertanian dalam peningkatan IP padi jagung kedelai (Pajale) lahan kering dan
sawah tadah hujan.
Pembangunan dan pengelolaan sumberdaya air (SDA) pada tahun 2018 di
Kabupaten Lebak terdiri atas : Pemanfaatan Air Sungai sebanyak 86 unit dengan
sasaran luas 1.316,75 ha; Sumur Dangkal 62 unit (620,39 ha); Long Storage 12
unit (198,89 ha); Dam Parit 22 unit (1.291,69 ha); dan Embung 2 unit (42,29
ha), Kegiatan tersebut tersebar di 3 Kec./50 Desa dengan biaya investasi Rp.
17.592.683.084,-. Di Kabupaten Pandeglang terdiri atas : Pemanfaatan Air
Sungai sebanyak 790 unit dengan sasaran luas 11.943 ha; Sumur Dangkal 70
unit (718.62 ha); Long Storage 73 unit (1135.08 ha); Dam Parit 24 unit (1733.85
ha); dan Embung 15 unit (331.97 ha), Kegiatan tersebut tersebar di 35 Kec./120
Desa dengan biaya investasi Rp. 88.613.864.534.20,- Di kabupaten Serang terdiri
dari : Pemanfaatan Air Sungai sebanyak 883 unit dengan sasaran luas 13.302.36
ha; Sumur Dangkal 51 unit (527.12 ha); Long Storage 14 unit (239 ha); Dam
Parit 2 unit (162.80 ha); dan Embung 5 unit (114.79 ha), Kegiatan tersebut
tersebar di 21 Kec./82 Desa dengan biaya investasi Rp. 84.143.292.424.87,-, Di
kabupaten Tangerang terdiri dari : Pemanfaatan Air Sungai sebanyak 69 unit
dengan sasaran luas 1.021.17 ha; Sumur Dangkal 46 unit (456.22 ha); Long
Storage 0 unit (0 ha); Dam Parit 25 unit (1.712 ha); dan Embung 0 unit (0 ha),
Kegiatan tersebut tersebar di 16 Kec./68 Desa dengan biaya investasi Rp.
16.244.081.972.68,- dan di Kota Cilegon terdiri dari : Pemanfaatan Air Sungai
sebanyak 78 unit dengan sasaran luas 1.187.95 ha; Sumur Dangkal 3 unit (32.13
ha); Long Storage 8 unit (127.74 ha); Dam Parit 0 unit (0 ha); dan Embung 0
42
unit (0 ha), Kegiatan tersebut tersebar di 8 Kec./37 Desa dengan biaya investasi
Rp. 7.752.751.291.93,- serta Kota Serang Pemanfaatan Air Sungai sebanyak 202
unit dengan sasaran luas 3057.56 ha; Sumur Dangkal 11 unit (113.66 ha); Long
Storage 0 unit (0 ha); Dam Parit 0 unit (0 ha); dan Embung 0 unit (0 ha),
Kegiatan tersebut tersebar di 12 Kec./80 Desa dengan biaya investasi Rp.
18.806.255.062.52,-
Hasil kegiatan dari introduksi dan pendampingan teknologi padi dilahan
tadah hujan berupa denfarm seluas 5 ha diperoleh produktivitas padi pada
masing-masing varietas adalah untuk varietas Inpari 33 sebesar 6.2 t/ha dan
produktivitas varietas Inpari 32 sebesar 5.6 t/ha sedangkan produktivitas padi
pada eksisting petani sebesar 5.4 t/ha (peningkatan 0.80-0,20 t/ha. Pada saat
pemeliharaan di lahan tadah hujan curah hujan sangat minim namun dengan
bantuan pompanisasi dapat meminimalis kegagalan panen dan kekurangan
hasil/produktivitas .
VIII. TRANSFER INOVASI TEKNOLOGI (PENINGKATAN KOMUNIKASI,
KOORDINASI, DISEMINASI INOVASI TEKNOLOGI)
Kegiatan diseminasi merupakan salah satu tupoksi BPTP untuk
mempercepat penyampaian inovasi teknologi pertanian kepada stakeholder.
Melalui diseminasi, inovasi teknologi pertanian diharapkan teknologi yang ada
dapat diterapkan dan memberikan dampak pada peningkatan produksi dan
produktivitas produk-produk pertanian. Upaya diseminasi dapat dilakukan dengan
penyiapan SDM Penyuluh yang tangguh, memiliki kapabilitas dan integritas
dalam melaksanakan tugasnya. Upaya diseminasi teknologi tersebut tidak hanya
melalui penyuluh yang ada di BPTP Banten tetapi juga melalui penyuluh yang
ada dalam binaan Pemerintah Provinsi/Kab./Kota. Untuk itu, peningkatan
kapasitas dilakukan baik terhadap penyuluh di BPTP Banten maupun Penyuluh
Daerah lingkup Provinsi Banten. Selain itu, dalam upaya menyatukan gerak
langkah diseminasi, diperlukan sinkronisasi materi hasil litkaji dan programa
penyuluhan Pusat dan Daerah dalam bentuk Temu Tugas; dan sinergitas inovasi
pertanian antara peneliti dan penyuluh BPTP Banten dan antara penyuluh
dengan petani maju/penyuluh swadaya melalui kegiatan Temu Teknis. Sebagai
rangkaian suatu kegiatan diseminasi, untuk meningkatkan kemampuan petani
43
dalam memilih paket teknologi usaha tani yang telah direkomendasikan sebelum
didemonstrasikan dan atau dianjurkan, maka perlu dilakukan Kaji Terap
Hasil kegiatan peningkatan kapasistas Penyuluh Pertanian di Daerah yang
dilakukan melalui Bimtek dan pendampingan narasumber cukup efektif dan
mampu meningkatkan kapasitas peserta belajar (Penyuluh Pertanian di daerah),
meliputi aspek pengetahuan, aspek sikap dan aspek keterampilan. Berdasakan
kondisi tersebut kegiatan pendampingan dan Bimtek terhadap Penyuluh
Pertanian Daerah perlu dilanjutkan agar peningkatan adopsi teknologi oleh
penguna dapat lebih cepat dan berdampak pada peningkatan produktivitas serta
peningkatan kesejahteraan petani.
Telah terwujudnya sinkronisasi materi hasil penelitian dan pengkajian dan
programa penyuluhan pertanian tingkat provinsi Banten yang dilaksanakan
melalui Penyusunan Bersama Programa Penyuluhan Pertanian Tingkat Provinsi
Banten antara Penyuluh Pertanian Dinas Pertanian Provinsi Banten dan Penyuluh
BPTP Banten. Perlu dilakukan sinkronisasi penyusunan programa penyuluhan
pada tingkat kab/kota hingga desa lebih menderaskan arus informasi teknologi
baik ke penyuluh maupun ke petani.
Penetapan materi temu teknis berupa inovasi teknologi partanian telah
sesuai dengan target pengembangan komoditas tingkat provinsi dan kabupaten.
Penilaian kesesuaian didasarkan pada hasil koordinasi terkait keselarasan target
provinsi dan kabupaten serta hasil identifikasi kebutuhan teknologi. Adapun
respon peserta terkait pelaksanaan temu teknis menunjukkan kategori sangat
puas (berturut-turut) terhadap materi, fasilitator, waktu, fasilitas, dan media.
Temu teknis inovasi teknologi pertanian menjadi sarana percepatan diseminasi
yang efektif dilaksanakan untuk meningkatkan kapasitas pesertanya. Indikator
efektivitas yaitu adanya peningkatan pengetahuan, sikap hingga peluang
penerapan teknologi setelah peserta mengikuti temu teknis. Pelaksanaan temu
teknis memberikan wacana penyempurnaan teknologi spesifik lokasi melalui
himpunan proses umpan balik. Rencana penyempurnaan teknologi meliputi
introduksi VUB yang sesuai dengan performa dan preferensi petani, diseminasi
penggunaan pestisida ramah lingkungan berbasis agens hayati, teknologi pakan
ternak murah dan berbahan dasar spesifik lokasi.
Hasil kegiatan peningkatan kapasitas penyuluh BPTP dan Peserta lainnya
melalui kegiatan Bimbingan Teknis secara efektif mampu meningkatkan
44
pengetahuan, sikap, dan keterampilan peserta pada materi yang telah
disampaikan.
Teknologi yang didiseminasikan pada lokasi kaji terap di Kabupaten Lebak
dan Kabupaten Tangerang adalah pengendalian WBC dan produksi benih,
sedangkan untuk di Kabupaten Pandeglang mengenai pemanfaatan pekarangan
dengan teknologi yang diterapkan antara lain budidaya cabai dan bawang merah
dengan menerapkan teknologi pemupukan berimbang. Telah diperolehnya paket
rekomendasi teknologi untuk dikembangka pada lokasi pengembangan yang
telah dituangkan dalam Juknis.Meningkatnya pengetahuan petani dan penyuluh
sebanyak 90 orang melalui pembelajaran pada setiap pertemuan.
Gambar 17. Pelaksanaan Kegiatan Peningkatan Komunikasi, Koordinasi dan Diseminasi Inovasi Teknologi Pertanian di Kab. Pandeglang,
Serang, Tangerang dan Lebak
IX. PRODUKSI BENIH SEBAR PADI
Benih merupakan salah satu input produksi yang mempunyai kontribusi
signifikan terhadap peningkatan produktivitas dan kualitas hasil pertanian.
Ketersediaan benih bermutu mutlak diperlukan di dalam suatu sistem produksi
pertanian. Benih berperan sebagai delivery mechanish yang menyalurkan
45
keunggulan teknologi kepada petani dan konsumen lainnya. Penggunaan benih
bermutu dan sehat dapat meningkatkan hasil panen 5-20 %.
Kebutuhan benih padi di Provinsi Banten terus meingkat dari tahun ke
tahun sejalan dengan berbagai program/kegiatan yang dilaksanakan Pemerintah
Pusat dan Derah tentang penggunaan benih dan varietas unggul, diantaranya
Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU), Cadangan Benih Nasional (CBN) dam
Cadangan Benih Daerah (CBD).
Berdasarkan sasaran luas tanam tahun 2018 (seluas 434.658 ha),
kebutuhan benih padi sawah di Provinsi Banten sebanyak 10.886.450 kg.
Kebutuhan terbesar adalah Kabupaten Pandeglang yakni 3.318.475 kg,
selanjutnya Kab.Lebak 2.858.400 kg, Kab.Serang 2.400.075 kg, dan Kab.
Tangerang 1.720.925 kg, sedangkan kebutuhan terkecil adalah Kota Tangsel
yaitu 1.875 kg.
Dalam upaya mempercepat adopsi dan pengembangan varietas unggul
baru (VUB) padi sawah, BPTP Banten melaksanakan kegiatan perbenihan dengan
tujuan : (1) memproduksi dan mengdistribusikan benih padi bermutu sebanyak
39,01 ton pada beberapa Kabupaten/Kota, (2) mempercepat pengembangan dan
penggunaan VUB padi dan benih bermutu oleh poktan/petani, (3) menganalisis
usaha perbenihan VUB padi sawah pada beberapa lokasi, dan (4) meningkatkan
kemampuan poktan/petani penangkar melalui pelatihan dan percontohan usaha.
Produksi benih padi sawah dilaksanakan melalui kerjasama dengan
kelompoktani penangkar dan pemafaatan lahan KP. Singamerta pada lahan
seluas 47 ha.Varietas padi yang digunakan adalah Inpari-30 seluas 16 ha (Desa
Karyasari dan Desa Perdana, Kec. Sukaresmi), Inpari-32 seluas 20 ha (Desa
Cikeusik dan Desa Nanggala, Kec. Cikeusik), Inpari-33 seluas 5 ha (KP.
Singamerta, Kec. Ciruas), dan Mekongga seluas 6 ha (Desa Tambakbaya, Kec.
Cibadak).
Pertumbuhan tanaman padi sawah cukup beragam, baik antar varietas
maupun antar lokasi dan antar petani. Tanaman padi pada beberapa lokasi
mengalami kekeringan (fase vegetatif), dan bahkan pada saat keluar malai dan
pengisian bulir terserang penyakit blas dan hama wereng batang cokelat (WBC)
dengan intensitas cukup tinggi, sehingga berdampak pada hasil panen. Intensitas
serangan penyakit blas (Inpari-30) di Desa Perdana berkisar 40,81-70,48 % dan
Desa Karyasari 35,96-65,23 %.
46
Produktivitas Inpari-30 di Desa Karyasari berkisar 2,40-3,70 t/ha (rataan
3,34 t/ha) dan Desa Perdana 0,8-3,4 t/ha (rataan 1,65 t/ha); produktivitas
Inpari-32 di Desa Cikeusik berkisar 4,28-5,65 t/ha (rataan 5,22 t/ha) dan Desa
Nanggala 4,25-5,75 t/ha (rataan 4,99 t/ha). Selanjutnya produktivitas varietas
Inpari-33 berkisar 2,37-4,07 t/ha (rataan 2,81 t/ha), sedangkan varietas
Mekongga 3,50-5,84 t/ha (rataan 4,66 t/ha).
Hasil panen yang diperoleh pada poktan “Bukit Lestari” Desa Cikeusik
sebanyak 12.935 kg (100 % dari target 12.935 kg); poktan “Sukajaya Berkah”
Desa Nanggala 5.355 kg (81,07 % dari target 6.605 kg); poktan “Karya Sadar”
Desa Karyasari 6.250 kg (53,6 % dari target 11.668 kg); poktan “Sri Mukti I”
Desa Perdana 1.198 kg (20,3 % dari target 5.903 kg); gapoktan “Suka Bungah”
Desa Tambakbaya 3.806 kg (84,2 % dari target 4.518 kg); sedangkan di KP.
Singamerta sebanyak 14.050 kg (GKP) atau 10.550 kg dalam bentuk benih.
Produksi benih padi yang diperoleh dari semua lokasi dan varietas
sebanyak 39.065 kg (100,14 % dari target 39.010 kg). Produksi benih padi
varietas Inpari-30 (ES) sebanyak 880 kg; Inpari-32 (ES) 13.410 kg; Inpari-32
(SS) 9.895 kg; Inpari-33 (ES) 10.550 kg, dan Mekongga (ES) 4.330 kg. Benih
yang sudah terdistribusi sampai akhir Desember 2018 sebanyak 17.340 kg yang
meliputi : Kabupaten Pandeglang 5.400 kg; Kab. Lebak 1.440 kg; Kab.
Tangerang 4.375 kg, Kab. Serang 4.075 kg, dan Kota Serang 2.050 kg.
Biaya produksi benih padi sawah berdasarkan biaya langsung sebesar Rp.
7.800,-/kg. Nilai penjualan benih berdasarkan harga pasar/kios (Rp. 9.000-
10.000,-/kg) sebesar Rp. 352.585.000-390.650.000,- dengan R/C Ratio 1,15-
1,28. Khusus di KP. Singamerta, penerimaan usaha perbeniahan padi Inpari-33
sebesar Rp. 79.125.000,- dengan tingkat keuntungan Rp. 10.833.650,- (R/C
Ratio 1,16).
Dalam upaya peningkatan pengetahuan petani penangkar, petugas
lapang dan stakeholder lainnya dilakukan melalui bimbingan teknis (bimtek), baik
secara mandiri maupun kerjasama dengan dinas/instansi terkait lainnya. Materi
yang disampaikan pada bimtek meliputi : deskripsi beberapa VUB padi,
penyemaian dan seleksi benih, sistem tanam, jenis dan dosis pupuk,
pengendalian hama dan penyakit, pengendalian gulma, isolasi dan rouging,
panen dan pascapanen, kelas benih dan standar mutu, serta sertifikasi, packing
dan distribusi. Sosialisasi dan bimtek dihadiri oleh Ketua Poktan dan Anggota,
47
Kepala Desa, Babinsa, Kepala UPT Pertanian, Penyuluh Lapangan, POPT, Dinas
Kabupaten, BPSP Provinsi, Komisi VII DPR-RI, Kemenrinstekdikti, BPTP dan
lainnya (200 orang).
Gambar 18. Pelaksanaan Kegiatan Produksi Benih Sebar di Provinsi Banten
X. PENGEMBANGAN MODEL PEMBIBITAN AYAM KUB DAN SENSI
Untuk mempercepat proses diseminasi teknologi dan produk pertanian
secara langsung kepada petani dan masyarakat Kementerian Pertanian, melalui
Badan Litbang Pertanian telah menetapkan untuk kegiatan penyebaran bibit
unggul ternak dan tanaman pakan ternak asal Balitnak dengan jumlah target
yang besar pada tahun 2018. Prioritas jenis produk yang akan disebarkan yakni
ayam KUB/ SenSi.
BPTP Banten tahun 2018 menerima 720 ekor bibit ayam unggul dari
Balitnak dengan target produksi sebanyak 3.500 DOC. Hasil DOC di BPTP
tersebut akan disebarkan ke peternak-peternak terpilih sesuai kewenangan BPTP
Banten. Untuk penyediakan bibit pullet PS ayam dari Balitnak melakukan
pengirisam dalam 3 tahap yaitu dengan jumlah jantan 120 ekor dan betina 600
ekor. Umur pullet pertama kali dikirim berkisar 11 – 12 minggu dengan 3
tahapan pengiriman yaitu : Tahap 1 tanggal 29 Juni 2018 (8 eor jantan dan 37
ekor betina), Tahap 2 tanggal 6 September 2018 ( 40 ekor jantan dan 200 ekor
48
betina) dan Tahap 3 tanggal 13 Oktober 2018 ( 72 ekor jantan dan 363 ekor
betina).
Gambar 19. Performa penetasan pada mesin tetas otomatis
Daya tetas/ haching rate dari indukan ayam yang dipelihara berkisar antara
60 – 70% hal ini disebabkan oleh beberapa factor diantaranya adalah : factor
internal indukan masih muda, sehingga telur yang dihasilkan belum sempurna
untuk dijadikan tetasan sedangkan untuk factor eksternal mesin listriknya kurang
stabil untuk kelembaban dan suhu ruangan sehingga perlu dikalibrasi. Untuk
Fertilitas sudah mencapai 80 – 90% hal ini menunjukkan bahwa perkawinan
alami yang terjadi cukup baik dan perbandingan jantan dan betina sudah
memadai untuk menghasilkan telur tetasan yang fertile. Perbandingan yang di
pakai adalah 1 : 6
CPCL penerima DOC dari BPTP Banten terdiri dari Kelompok Wanita Tani (KWT)
Kelompok Tani dan Dinas terkait. Selain itu DOC yang dihasilkan juga
dipersiapkan untuk peremajaan indukan
49
XI. PRODUKSI BENIH SAYURAN LAINNYA
A. Produksi Benih Petai
Dalam rangka mencapai swasembada pangan dan mandiri benih
hortikultura yang salah satunya adalah komoditas petai maka diperlukan
perbayakan benih petai yang bermutu.Perbanyakan dilakukan dengan cara
vegetatif dengan menggunakan pohon indukan yang bersertifikat. Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Banten sebagai unit kerja di bawah
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, berusaha mendukung
pengembangan benih hortikultura dengan melakukan penyediaan benih yang
terjamin kualitasnya. Komoditas petai memiliki nilai ekonomis cukup tinggi,
karena masyarakat secara umum menyukai komoditas tersebut sebagai sumber
pangan favorit. Harga petai cukup stabil, namun pada hari-hari tertentu harga
petai cukup tinggi.Potensi ekonomis komoditas petai cukup menjajikan, sehingga
tanaman petai layak dikembangkan di Provinsi Banten. Kondisi saat ini
keberadaan tanaman petai semakin berkurang, akibat penuaan tanaman dan
banyak ditebang dijadikan sebagai bahan baku bangunan. Pengembangan
tanaman petai perlu segera dilakukan, dengan menambah jumlah pohon dan
produksi petai melalui pemanfaatan pekarangan dan potensi lahan kering yang
ada di Provinsi Banten.
Tujuan dari kegiatan dukungan perbenihan komoditas petai pada tahun
2018 adalah : 1) memproduksi benih petai sebanyak 10.000 batang dan 2)
mendistribusikan benih petai sebanyak 20.000 batang.
Kegiatan produksi benih petai dilakukan di Kelompok Tani Sukatani,
Kelurahan Saruni, Kecamatan Majasari, Kabupaten Pandeglang dan Gabungan
Kelompoktani Karya Mandiri, Desa Gunung Kuning, Kecamatan Sindang,
Kabupaten Majalengka, Jawa Barat. Waktu pelaksanaan dari mulai persiapan
hingga pelaporan adalah dari bulan Januari hingga Desember 2018. Tahapan
kegiatan produksi benih petai adalah: koordinasi dan konsultasi, survey,
pelaksanaan produksi benih, pemeliharaan, sertifikasi benih dan distribusi benih.
Tahapan kegiatan produksi benih petai tahun 2018 yang telah dilaksanakan
baru pada tahap koordinasi dan konsultasi, survei, persiapan batang bawah dan
distribusi benih produksi tahun 2017. Hal ini disebabkan oleh kebijakan
refocusing anggaran pemerintah yang berakibat kepada dihentikannya kegiatan,
sehingga target produksi benih petai sebanyak 10.000 batang pada tahun 2018
50
tidak dapat terpenuhi.Distribusi benih hasil produksi tahun 2017 yang telah
dilakukan sebanyak 10.000 batang.Target distribusi benih sebanyak 20.000
batang tidak bisa dilakukan, karena produksi benih petai tahun 2018 tidak
terpenuhi.
Gambar 20. Koordinasi dan Distribusi Bibit Petai
B. Produksi Benih Jengkol
Penyediaan benih unggul bermutu dan berkualitas menjadi target
Kementerian Pertanian pada tahun 2018 dalam upaya meningkatkan produksi
komoditas serta peningkatan kesejahteraan petani. Penyediaan benih dan unggul
bermutu tidak hanya difokuskan pada komoditas strategis nasional, namun
dilakukan pula pada komoditas unggulan lokal yang memiliki potensi pasar besar
dan memiliki fluktuasi harga yang tinggi seperti jengkol.Penyediaan benih unggul
dan bermutu tanaman jengkol menjadi sarana diseminasi teknologi perbenihan
jengkol kepada para petani dalam upaya peningkatan produksi dan peningkatan
kesejahteraan petani. Tingginya permintaan masyarakat akan biji jengkol sebagai
bahan konsumsi pangan mengakibatkan ketersediaanya di pasar sangat terbatas.
Pada saat-saat tertentu seperti Hari Raya Keagamaan, harga jengkol dapat
51
melambung tinggi mencapai Rp. 60.000,- per kg. Hal ini membuktikan bahwa
komoditas ini mempunyai nilai tambah yang tinggi. Keterbatasan ketersediaan
biji jengkol di pasaran disebabkan karena belum adanya penanaman jengkol
berskala kebun. Sangat dimungkinkan tidak tersedianya benih unggul bermutu
menjadi kendala dalam berbudidaya jengkol. Tujuan umum dari kegiatan ini
adalah untuk mendukung penyediaan benih unggul lokal jengkol di daerah sentra
di Provinsi Banten. Adapun tujuan secara spesifik dari kegiatan produksi benih
jengkol tahun pada tahun 2018 adalah : 1) memproduksi benih jengkol sebanyak
10.000 batang dan memelihara benih sebanyak 20.000 batang, dan 2)
mendistribusikan benih jengkol sebanyak 20.000 batang.
Kegiatan produksi benih jengkol dilakukan di Kelompoktani Sukatani,
Kelurahan Saruni, Kecamatan Majasari, Kabupaten Pandeglang dan Gabungan
Kelompoktani Karya Mandiri, Desa Gunung Kuning, Kecamatan Sindang,
Kabupaten Majalengka, Jawa Barat. Waktu pelaksanaan dari mulai persiapan
hingga pelaporan adalah dari bulan Januari hingga Desember 2018. Tahapan
kegiatan produksi benih jengkol adalah: persiapan media tanam dan pembibitan,
persiapan biji calon benih, penanaman, dan pemeliharaan, dan distribusi.
Gambar 21. Pemeliharaan dan Distribusi Bibit Jengkol
52
Tahapan kegiatan produksi benih jengkol tahun 2018 yang telah
dilaksanakan baru pada tahap penyediaan bahan persiapan media tanam dan
pembibitan. Hal ini disebabkan oleh kebijakan refocusing anggaran pemerintah
yang berakibat kepada dihentikannya kegiatan, sehingga target produksi benih
jengkol sebanyak 10.000 batang pada tahun 2018 tidak dapat terpenuhi.
Telah dilakukan distribusi benih hasil produksi tahun 2017 sebanyak
10.000 batang. Target distribusi benih sebanyak 20.000 batang tidak bisa
dilakukan, karena produksi benih jengkol untuk tahun 2018 tidak terpenuhi.
XII. PRODUKSI BUAH TROPIKA DAN SUB TROPIKA
A. PRODUKSI BENIH BUAH MANGGIS
Ketersediaan benih buah-buahan bermutu di tingkat masyarakat masih
sangat terbatas termasuk benih manggis. Ketersediaan dan kualitas benih sebar
manggis serta harga yang terjangkau masih mengalami kendala di tingkat petani.
Keterbatasan produksi benih dan penyebaran tanaman manggis bermutu di
Provinsi Banten menjadi penghambat dalam mengembangan sentra produksi
buah manggis. Upaya dalam pengembangan sentra produksi buah manggis yang
memiliki potensi strategis di Provinsi Banten perlu ditingkatkan. Langkah nyata
yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan penyediaan benih sebar
manggis secara massal yang berkualitas dan pendistribusiannya sampai ditingkat
petani.
Tujuan dari kegiatan ini adalah: 1). Memelihara benih sebar manggis 2).
Memproduksi benih sebar manggis sebanyak 1500 batang 3). Mendistribusikan
benih sebar manggis. Keluaran yang daharapkan yaitu: 1). Terpeliharanya benih
sebar manggis 2). Tersedia benih sebar manggis sebanyak 1500 batang 3).
Terdistribusikannya benih sebar manggis.
Kegiatan dilaksanakan di Kabupaten Serang dan Kabupaten Lebak. Ruang
lingkup kegiatan meliputi Kegiatan meliputi: koordinasi, pemilihan pohon induk,
penyediaan media, prosesing biji, penyemaian benih, transplanting semaian dari
persemaian ke media tanam dalam polybag, pemeliharaan, sertifikasi dan
distribusi. Metode pelaksanaan kegiatan meliputi : penyediaan media tanam,
prosesing biji dan penyemaian, transplanting semaian dan pemeliharaan,
pemeliharaan benih, sertifikasi dan distribusi benih manggis.
53
Hasil yang dicapai pada tahun 2017 yaitu identifikasi pohon induk dan
produksi calon benih sebar manggis sebanyak 500 batang varietas Bogor Raya
dan 1000 batang varietas Kaligesing.
Pada tahun 2018 dilakukan pemeliharaan benih manggis produksi tahun
2017 sebanyak 1500 batang sampai memenuhi persyaratan untuk
didistribusikan. Distribusi benih manggis produksi TA 2017 sebanyak 1500 batang
telah dilakukan ke 3 kelompok tani yaitu : 1) Kelompok Tani Hegar Jaya
Kecamatan Cipanas Kabupaten Lebak sebanyak 500 batang varietas Bogor Raya,
2) Kelompok Tani Cikomara Kecamatan Lebak Gedong Kabupaten Lebak
sebanyak 500 batang varietas Kaligesing, 3) Kelompok Tani Muda Berkarya
Kecamatan Cisata Kabupaten Pandeglang sebanyak 500 batang varietas
Kaligesing. Produksi benih manggis pada tahun 2018 sebanyak 1500 batang,
saat ini masih berupa calon benih karena belum memenuhi persyaratan untuk
mendapatkan label dari BPSB TPH Provinsi Banten.Tinggi benih ± 25 cm.
Gambar 22. Kegiatan Lapangan Produksi Benih Sebar Manggis
54
3.1.2. Analisis capaian Kinerja dan Efisiensi
Bila dibandingkan antara sumber dana yang dialokasikan dengan hasil
(output) kinerja yang dicapai, maka BPTP Banten dapat dikategorikan berhasil
dalam menjalankan efisiensi dalam mencapai kinerjanya. Hal ini didasari dari
pengertian mengenai efisiensi, yaitu efisiensi merupakan suatu ukuran
keberhasilan yang dinilai dari segi besarnya sumber/biaya untuk mencapai hasil
dari kegiatan yang dijalankan. Atau dengan kata lain, efisiensi dapat
diterjemahkan sebagai perbandingan output terhadap input. Berdasarkan rumus
perhitungan efisiensi dari aplikasi SMART PMK 249/2011, BPTP Banten telah
melakukan efisiensi sebesar 49.16 atau nilai efisiensi sebesar 172.90 persen.
Secara rinci nilai efisiensi indikator kinerja dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4, Nilai Efesiensi indikator kinerja BPTP Banten Tahun 2018
Output Pagu
(,000) Realisasi TVK RVK
Harga satuan
(pagu)
Harga Total
Seharusnya
teknologi speklok 420,000 410,642,900 3 3 140,000,000 420,000,000
model bioindustri 171,300 145,023,221 2 2 2,595,455 171,300,000
teknologi diseminasi
1,634,542 1,617,561,505 5 5 326,908,400 1,634,542,000
rekomendasi 45,000,000 44,715,600 1 1 45,000,000 45,000,000
benih sumber 86,250,000 86,147,200 5 5 17,250,000 86,250,000
layanan 1,912,517 1,718,551,339 12 12 159,376,417 1,912,517,000
aksesi 70,050 69,803,118 5 5 14,010,000 70,050,000
Transfer inovasi tek.
655,259 652,248,750 1 1 655,259,000 655,259,000
Inovasi Tekno 137,800 101,512,300 1 1 137,800,000 137,800,000
Inovasi
perbenihan
390,100 377,095,375 39.01 40
10,000,000 400,000,000
Unit perbenihan 2,407,525 2,175,818,050 1 1 2,407,525,000 2,407,525,000
Perbenihan non strategis
142,500 141,881,500 3500 3500 40,714 142,500,000
Produksi Benih sayuran
50,090 48,116,500 20000 20000 2,505 50,090,000
Produksi Benih buah tropika
39,030 39,027,750 1500 1500 26,020 39,030,000
Layanan Perkantoran
6,381,522 6,113,502,825 12 12 531,793,500 6,381,522,000
Total 14,543,485 13,741,647,933 14,553,385,000
49.16
172.90
55
3.1.3. Keberhasilan, Kendala dan Langkah Antisipasi
Secara umum, capaian kinerja BPTP Banten tahun anggaran 2018 dapat
tercapai dengan berhasil, baik atas dukungan faktor internal maupun eksternal.
Secara eksternal, keberhasilan pencapaian kinerja didukung oleh adanya
koordinasi dengan berbagai stakeholder yang memadai, sehingga terjalin
berbagai kerjasama dalam pelaksanaan kegiatan, baik dengan institusi
pemerintah, masyarakat petani maupun akademisi wilayah Banten. Sedangkan
faktor internal yang berpengaruh terhadap keberhasilan pencapaian target
kinerja antara lain dukungan sumber daya manusia BPTP Banten yang mumpuni,
dukungan sarana prasarana serta anggaran yang memadai, dan penerapan
sistem monitoring evaluasi secara periodik sehingga fungsi kontrol kegiatan
dapat berjalan dengan baik.
Namun demikian, beberapa kendala ditemui dalam pelaksanaan kegiatan,
terutama terkait kondisi alam yang mengalami musim kemarau panjang dan
musim hujan dengan kapasitas air yang cukup banyak yang mengakibatkan
banjir dimana-mana
Beberapa solusi yang diambil untuk mengatasi berbagai kendala tersebut
antara lain dengan menerapkan sistem pertanian yang sesuai dengan kondisi
alam dengan mengatur pola tanam yang sesuai dan melalui inovasi teknologi
penyediaan embung untuk pertanian di musim kemarau.
3.1.4. Capaian Kinerja lainnya
a. Persiapan Pembentukan Komisi Teknologi Pertanian dan Tim
Teknis Pertanian Provinsi Banten
Dalam rangka menunjang program Pemerintah Daerah Provinsi Banten
sebagai wilayah produsen pangan dan sebagai wilayah penyangga pangan
ibukota, diperlukan dukungan teknologi agar percepatan pencapaian tujuan
program dapat terlaksana. Untuk mencapai tujuan tersebut, diperlukan adanya
program pengkajian dan penelitian teknologi pertanian spesifik lokasi yang
terencana dan terpadu di wilayah Banten. Untuk itu, diperlukan pembentukan
Komisi Teknologi Pertanian dan Tim Teknis Teknologi Pertanian Banten yang
ditetapkan melalui SK Gubernur.
Komisi Teknologi Pertanian diharapkan akan melaksanakan tugas sebagai
berikut: 1) merumuskan dan menetapkan kebijakan-kebijakan strategis dan
56
target penelitian dan pengkajian (Litkaji) dalam rangka percepatan pencapaian
sasaran dan tujuan program dari Provinsi Banten menjadikan Provinsi Produsen
Pangan dan sebagai wilayah Penyangga Pangan Ibukota; 2) memberikan
panduan dan saran-saran kepada BPTP dalam pelaksanaan Litkaji dan Diseminasi
hasil penelitian dan pengkajian sesuai dengan program strategi Kementerian
Pertanian maupun Program Pemerintah Provinsi Banten; 3) memfasilitasi dan
mengkoordinir pelaksanaan kegiatan penelitian dan pengkajian dalam
keterkaitannya dengan kebutuhan masyarakat petani dan sektor swasta sebagai
pengguna teknologi pertanian; dan 4) menetapkan Paket Rekomendasi Teknologi
Pertanian Spesifik lokasi. Komisi Teknis Teknologi Pertanian akan melakukan
tugas: 1) mempersiapkan bahan rekomendasi paket teknologi pertanian spesifik
lokasi; 2) mempersiapkan panduan teknis untuk dibahas oleh Komisi Teknologi
Pertanian dalam hubungannya dengan kegiatan penelitian dan pengkajian; 3)
mempersiapkan panduan mengenai perencanaan Litkaji, penentuan prioritas
alokasi sumber daya, monitoring dan evaluasi; 4) melaksanakan monitoring dan
evaluasi rencana kerja rinci termasuk anggaran tahunan BPTP serta memberikan
hasil evaluasi kepada Komisi Teknologi Pertanian; dan 5) memberikan panduan
atau arahan kepada BPTP dalam pelaksanaan program penelitian dan
pengembangan di provinsi; serta 6) mengawasi pelaksanaan koordinasi
penelitian dan pengkajian dan pengembangan di tingkat provinsi selama
implementasi kegiatan.
Koordinasi sebagai bentuk persiapan untuk Pembentukan Komisi
Teknologi dan Komisi Teknis telah dilakukan ke Dinas Pertanian Provinsi dan
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda). BPTP Banten telah
menyusun Draft SK Pembentukan Komisi Teknologi Pertanian dan Tim Teknis,
dan telah disampaikan ke Pihak Dinas Pertanian selaku pihak yang mewakili
instansi daerah (draft SK terlampir). Dalam draft SK tersebut, diharapkan Kepala
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah menjadi Ketua Komisi Teknologi
Pertanian dengan Wakil Ketua adalah Kepala Dinas Pertanian Provinsi Banten.
BPTP Banten bertugas sebagai Sekretaris Komisi. Anggota terdiri dari Organisasi
Perangkat Daerah (OPD) serta stakeholder lainnya seperti Kamar Dagang dan
Industri Prov.Banten, Direktur LSM, Ketua Kelompok Tani Nelayan Andalan Prov.
Banten, Produsen Benih Komoditi Pertanian, Petani andalan tanaman Pangan,
Petani andalan Peternakan, Nelayan Andalan, Pengusaha Pertanian, dan Manager
57
BMD, serta Ketua Gapoktan terpilih. Untuk keanggotaan Tim Teknis, BPTP
Banten diharapkan menduduki posisi Ketua karena akan mempersiapkan hal-hal
bersifat teknis seperti bahan rekomendasi teknologi, panduan rencana litkaji, dan
lain-lain. Sekretaris Tim Teknis adalah Kepala Seksi Kerja Sama dan Pelayanan
Pengkajian BPTP Banten, dan anggota adalah Para Eselon 3 dinas lingkup
pertanian Kab/Kota Provinsi Banten, Koordinator Program, para Ketua Kelji, dan
Koordinator Penyuluh Provinsi Banten.
Pihak Dinas Pertanian telah menindaklanjuti dengan melaporkan rencana
pembentukan Komisi Teknologi Pertanian dan Tim Teknis tersebut dengan
menyampaikan laporan ke Gubernur Provinsi Banten. Namun sejauh ini, belum
ada respon positif dari pimpinan daerah sehingga koordinasi masih terus
dilakukan sebagai upaya meyakinkan Pihak Daerah tentang pentingnya
keberadaan komisi tersebut.
Dalam rangka persiapan penetapan paket Rekomendasi Teknologi
Pertanian, BPTP Banten telah menyusun 7 paket teknologi spesifik lokasi yang
siap untuk diaplikasikan secara luas di Provinsi Banten. Ketujuh paket teknologi
tersebut tercantum pada Tabel 5.
Tabel 5. Rekomendasi Teknologi Pertanian BPTP Banten
1 Paket Teknologi Produksi Benih VUB Padi
Spesifik Banten
Pepi NS dan Zuraida
Yursak
2 Usahatani Padi Model PTT di Lahan Sawah
Irigasi
Mayunar
3 Teknologi Pemupukan Pada Budidaya Cabai Merah
Silvia Yuniarti
4 Pemanfaatan Feromon Exi Sebagai Pengendali Dan Pemantau Hama Ulat Bawang, Spodoptera Exigua
Resmayeti Purba
5 Teknologi Penyusunan Ransum Itik Pedaging Berbasis Bahan Pakan Lokal
Maureen C. Hadiatry dan Dewi Haryani
6 Teknologi Pengolahan Mocaf dan Mie Mocaf Sri Lestari
7 Peta Pewilayahan Komoditas Pertanian Provinsi Banten
Tian Mulyaqin dan Hijriah Mutmainah
58
Gambar: 23. Buku Rekomendasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi Banten
b. Perjanjian Kerjasama Antara BPTP Banten dengan Fakultas Pertanian Untirta
Perjanjian Kerjasama antara BPTP Banten dengan Fakultas Pertanian
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta) dilakukan pada bidang Penelitian
dan Pengabdian Masyarakat, Seminar/Publikasi, dan KKP. Koordinasi diawali
dengan melakukan rintisan kerjasama dengan melakukan pertemuan dengan
Dekan Fakultas Pertanian UNTIRTA. Dalam pertemuan tersebut, disepakati
bahwa lingkup kerjasama dilakukan pada 3 hal, yaitu kegiatan penelitian dan
pengabdian masyarakat, kegiatan seminar/publikasi bersama, dan kegiatan
Kuliah Kerja Profesi (KKP).
Selanjutnya, penandatanganan Perjanjian Kerja Sama (PKS) dilakukan di
kantor BPTP Banten (PKS terlampir) pada tanggal 23 Maret 2018. Dari Pihak
Fak. Pertanian UNTIRTA hadir sejumlah pejabat, yaitu Dekan Fakultas Pertanian,
Prof. Dr. Nurmayulis, Ir, M.P, Wakil Dekan 1, Wakil Dekan 3, Ketua Jurusan
Agroekoteknologi, Ketua Jurusan Ilmu Perikanan, Ketua Prodi Pasca Sarjana,
Ketua Gugus Penjamin Mutu, Kabag TU dan Kasubag Umum, serta sejumlah
Pejabat lainnya di Fakultas Pertanian. Dari Pihak BPTP Banten hadir Kepala BPTP
Banten, Ir. Amirudin Pohan, M.Si didampingi Kepala Seksi Kerjasama dan
Pelayanan Pengkajian (KSPP), ST. Rukmini SP, M.Si, Kasubag TU, Ano
Wirantono, A.Md, dan peneliti & penyuluh, serta staf fungsional umum di KSPP
dan TU.
59
Gambar: 24. Penandatanganan Perjanjian Kerja Sama (PKS) antara BPTP Banten
dengan Fakultas Pertanian Untirta
Dalam acara penandatanganan tersebut, Kepala BPTP Banten
mengharapkan agar kegiatan yang dikerjasamakan dapat dilaksanakan dengan
sebaik-baiknya, dan mengharapkan adanya rutinitas kerjasama yang bersifat
tahunan. Dekan Fakultas Pertanian UNTIRTA menyampaikan bahwa pihaknya
menyambut baik kerjasama ini, dan kegiatan ini sejalan dengan Tri Dharma
Perguruan Tinggi, yaitu Pengabdian Kepada Masyarakat.
3.2. Akuntabilitas Keuangan
3.2.1. Realisasi Keuangan
Dalam rangka melaksanakan tugas dan fungsinya, alokasi anggaran yang
diperoleh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Banten setiap tahunnya
terus meningkat. Selama periode 5 tahun terakhir (2014-2018), BPTP Banten
mendapat anggaran tahun 2014 sebesar Rp. 9.334.212.000,- (88,82 %). tahun
2015, sebesar Rp. 13.641.063.000,- ( 92,36%) tahun 2016 sebesar Rp.
17.513.415.000,- (94,78 %). tahun 2017 mendapat anggaran sebesar Rp.
11.981.500.000,- (95.29%) sedangkan pada tahun 2018 sebesar Rp.
14.543.285.000,- (94.49%)
Alokasi anggaran BPTP Banten pada tahun 2017 11.981.500.000,- terdiri
atas Belanja Pegawai Rp. 4.425.018.474,- Belanja Barang Rp. 4.453.355.509,-
dan Belanja Modal Rp. 2.496.945.700,-. Sedangkan pada tahun 2018 sebesar Rp.
14.543.285.0000,- yang terdiri atas Belanja Pegawai Rp. 4.815.822.000,-
Belanja Barang Rp. 6.218.349.000,- dan Belanja Modal Rp. 3.509.114.000,-.
60
Selain itu juga mendapat dana pinjaman(LOAN) sebesar Rp. 940.000.000,-
Berdasarkan data tersebut diatas, capaian kinerja keuangan tahun 2018 sedikit
menurun dibandingkan tahun 2017. Realisasi belanja dilakukan dengan
mempertimbangkan prinsip penghematan dan efisiensi, namun tetap menjamin
terlaksananya program/kegiatan sebagaimana yang telah ditetapkan dalam
Rencana Kerja Anggaran Kementerian Negara/Lembaga (RKA-KL). Tidak
tercapainya realisasi anggaran 100% diakibatkan adanya dana APBN-P yang
keluar di bulan oktober akhir sehingga dalam pelaksanaannya tidak optimal
terbatasnya waktu, hal ini terlihat dari sisa anggaran dari belanja modal dari
dana APBN cukup tinggi.
3.2.2. Pengelolaan PNBP
Penerimaan negara bukan pajak (PNBP) yang dibebankan kepada Satker
BPTP Banten periode 2014-2018 secara berurutan adalah sebagai berikut : tahun
2014 sebesar Rp. 102.184.000,- realisasi Rp. 122.397.500,- tahun 2015 sebesar
Rp. 54.975. realisasi Rp. 388.347.541,- tahun 2016 sebesar Rp. 96.600.000,-
realisasi Rp. 155.051.608,- tahun 2017 sebesar Rp. 128.500.000,- dengan
realisasi Rp. 145.507.293,-. Dan Tahun 2018 Rp. 106.172.000,- dengan realisasi
Rp. 105.097.000,- . Pencapaian PNBP Satker BPTP Banten periode 2014-2018
jauh melebih dari sasaran/target yang ditetapkan. Namun pada tahun 2018 tidak
mencapai target. Hal tersebut disebabkan karena anggaran untuk UPBS padi
berkurang demikian juga dengan target yang pada tahun sebelumnya mencapai
30 ton sedangkan pada tahun 2018 hanya 5 ton. Dari hasil PNBP tersebut
dikembalikan lagi ke BPTP sebanyak Rp. 112.824.000,- yang selanjutnya
digunakan untuk belanja modal peralatan dan mesin ( laptop 1 unit) dan Belanja
Modal Irigasi .
3.2.3. Hibah langsung Luar Negeri
Pada tahun anggaran 2018, BPTP Banten memperoleh hibah dari sumber
bank Dunia melalui dana smart-d, dalam bentuk bangunan untuk revitalisasi KP.
Singamerta. Jumlah anggaran yang doialokasikan dari dana Smartd tersebut
berjumlah Rp. 970.000.000,- dengan capaian realisasi nya adalah Rp.
810.174.527,-
61
IV. PENUTUP
Hasil evaluasi dan analisis terhadap capaian kinerja Satker BPTP Banten secara
umum cukup baik, namun hasil beberapa kegiatan belum optimal. Hal ini ditunjukkan
oleh capaian indikator kinerja kegiatan manajemen, serta kegiatan pengkajian dan
diseminasi inovasi pertanian terutama indikator masukan (input) dan keluaran (output),
yang pada umumnya telah terealisasi sesuai target/sasaran yang ditetapkan
sebelumnya. Dengan kata lain, kegiatan yang dilaksanakan sudah seuai rencana atau
metode/prosedur yang ditetapkan. Selanjutnya evaluasi dan analisis terhadap indikator
hasil, secara umum menunjukkan bahwa kegiatan yang dilksanakan BPTP Banten dapat
memberikan kontribusi terhadap peningkatan produktivitas dan mutu produk serta
peningkatan pengetahuan petugas/petani, sedangkan secara ekonomi dapat
meningkatkan pendapatan usahatani.
Meskipun demikian, ke depan masih diperlukan upaya peningkatan kinerja.
Perbaikan kinerja dapat dilakukan salah satunya melalui peningkatan kualitas sumber
daya manusia serta kerjasama yang baik dengan instansi terkait lainnya, sehingga
kualitas kegiatan yang dihasilkan benar-benar sesuai dengan kebutuhan pengguna,
baik bagi pengambil kebijakan maupun petani, sebagai pengguna akhir paket teknologi
yang dihasilkan selama ini.
Dalam pelaksanaan kegiatannya, BPTP Banten juga menghadapi berbagai
hambatan dan kendala baik yang bersifat internal maupun eksternal. Hambatan
internal yang dihadapi oleh BPTP Banten terutama berkaitan dengan terbatasnya
jumlah dan kualitas SDM yang dimiliki, baik dari sisi kualifikasi maupun bidang keahlian.
Untuk itu perlu peningkatan kapasitas SDM melalui pelatihan, magang, dan pembinaan
secara berkala. Sedangkan hambatan/kendala eksternal yang dihadapi BPTP Banten
berkaitan dengan kondisi iklim dan cuaca yang tidak mendukung kegiatan budidaya
tanaman.