Laporan Kimia Fisika - Polarimetri
-
Upload
dika-virga-saputra -
Category
Documents
-
view
168 -
download
3
description
Transcript of Laporan Kimia Fisika - Polarimetri
![Page 1: Laporan Kimia Fisika - Polarimetri](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082212/55cf9803550346d033950218/html5/thumbnails/1.jpg)
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA I
PERHITUNGAN DI LABORATORIUM (POLARIMETRI)
Oleh :
Nama : I Gede Dika Virga Saputra
NIM : 1108105034
Kelompok : IV.B
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS UDAYANA
2013
![Page 2: Laporan Kimia Fisika - Polarimetri](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082212/55cf9803550346d033950218/html5/thumbnails/2.jpg)
Laporan Praktikum Kimia Fisika 1
Perhitungan Di Laboratorium (Polarimetri)
Oleh :
I Gede Dika Virga Saputra (1108105034)
Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Udayana
2013
Abstrak
Tujuan dari percobaan ini untuk melakukan pengamatan dan pengukuran dengan metode polarimetri serta membuat perhitungan secara sistematis, dan menentukan sudut putar jenis larutan optis aktif
dengan menggunakan polarimeter. Penentuan sudut putar jenis larutan optik aktif dilakukan dengan mengukur aquades sebagai standar pengukuran dengan menggunakan Polarimeter. Setelah diketahui
besar sudut putar aquades kemudian dilakukan pengukuran pada larutan glukosa 5% dan sukrosa 5%. Hasil dari pengamatan dan pengukuran menunjukkan putaran (α) glukosa 5% yang didapat adalah +64° ; +68° ; +66° ; sedangkan putaran (α) sukrosa 5% adalah +120° ; +124° ; +122° sehingga
diketahui bahwa putaran optik spesifik sukrosa 5% lebih besar dari putaran optik spesifik glukosa 5%, hal ini dikarenakan sukrosa 5%, memiliki sifat optis aktif yang lebih besar dibandingkan glukosa
5%. Hal-hal yang dapat mempengaruhi sudut putar suatu larutan adalah jenis zat, panjang lajur larutan dan panjang tabung, suhu, konsentrasi zat, jenis sinar (panjang gelombang), pelarut
Kata kunci : metode polarimetri, polarimeter, sudut putar, optik aktif, faktor pengaruh.
Pendahuluan
Polarisasi oleh refleksi telah ditemukan
pada 1808 oleh Etienne malus (1775-1812).
Malus, yang telah melakukan percobaan
pembiasan ganda bekerja pada saat bekerja
pada teori efek, mengamati dari pengaturan
cahaya matahari, tercermin dari jendela yang
dekat jendela, melalui kristal dari Islandia
Spar.
Polarimetri adalah suatu cara analisa
yang didasarkan pada pengukuran sudut
putaran (optical rotation) cahaya terpolarisir
oleh senyawa yang transparan dan optis aktif
apabila senyawa tersebut dilewati sinar
monokromatis yang terpolarisir tersebut.
Senyawa optis aktif adalah senyawa yang
dapat memutar bidang getar sinar terpolarisir.
Zat yang optis ditandai dengan adanya atom
karbon asimetris atau atom C kiral dalam
senyawa organik, contoh : kuarsa ( SiO2 ),
fruktosa.
Cahaya monokromatik pada dasarnya
mempunyai bidang getar yang banyak sekali.
Bila dikhayalkan maka bidang getar tersebut
akan tegak lurus pada bidang datar. Bidang
getar yang banyak sekali ini secara mekanik
dapat dipisahkan menjadi dua bidang getar
yang saling tegak lurus. Yang dimaksud
dengan cahaya terpolarisasi adalah senyawa
yang mempunyai satu arah getar dan arah getar
tersebut tegak lurus terhadap arah rambatnya.
Pada polarimeter terdapat polarisator dan
analisator. Sinar yang berasal dari sumber
dilewatkan melalui prisma terpolarisasi
(polarisator), kemudian terus ke sel
![Page 3: Laporan Kimia Fisika - Polarimetri](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082212/55cf9803550346d033950218/html5/thumbnails/3.jpg)
polarimeter yang berisi larutan dan akhirnya
menuju prisma terpolarisasi kedua (analisator).
Polarisator adalah polaroid yang dapat
mempolarisasi cahaya, sedangkan analisator
adalah polaroid yang dapat menganalisis atau
mempolarisasi cahaya.
Untuk menentukan posisi yang tepat
sulit dilakukan, karena itu digunakan setengah
bayangan. Untuk mencapai kondisi ini,
polarisator diatur sedemikian rupa, sehingga
setengah bidang polarisasi membentuk sudut
sekecil mungkin dengan setengah bidang
polarisasi yang lainnya. Akibatnya
memberikan pemadaman pada kedua sisi lain,
sedangkan ditengah terang. Bila analisator
diputar terus, setengah dari medan menjadi
lebih terang dan lainnya redup. Posisi putaran
diantara terjadinya pemadaman dan terang
tersebut adalah “posisi putaran yang tepat”
dimana pada saat ini intensitas kedua medan
sama.
Bila arah transmisi polarisator sejajar
dengan arah transmisi analisator, maka sinar
yang mempunyai arah getaran yang sama
dengan arah polarisator diteruskan seluruhnya.
Tetapi apabila arah transmisi polarisator tegak
lurus terhadap analisator maka tak ada sinar
yang diteruskan. Dan bila arahnya membentuk
suatu sudut maka sinar yang diteruskan hanya
sebagian. Sinar terpolarisasi linear yang
melalui suatu larutan optik aktif akan
mengalami pemutaran bidang polarisasi
Prinsip dasar polarimetris ini adalah
pengukuran daya putar optis suatu zat yang
menimbulkan terjadinya putaran bidang getar
sinar terpolarisir. Pemutaran bidang getar
sinar terpolarisir oleh senyawa optis aktif ada
2 macam, yaitu : Dexro rotary (+), jika arah
putarnya ke kanan atau sesuai putaran jarum
jam dan Levo rotary (-), jika arah putarnya ke
kiri atau berlawanan dengan putaran jarum
jam.
Sinar mempunyai arah getar atau arah
rambat kesegala arah dengan variasi warna
dan panjang gelombang yang dikenal dengan
sinar polikromatis. Untuk menghasilkan sinar
monokromatis, maka digunakan suatu filter
atau sumber sinar tertentu. Sinar
monokromatis ini akan melewati suatu prisma
yang terdiri dari suatu kristal yang
mempunyai sifat seperti layar yang dapat
menghalangi jalannya sinar, sehingga
dihasilkan sinar yang hanya mempunyai satu
arah bidang getar yang disebut sebagai sinar
terpolarisasi.
Jika suatu sinar dilewatkan pada suatu
larutan, larutan itu akan meneruskan sinar atau
komponen gelombang yang arah getarnya
searah dengan larutan dan menyerap sinar
yang arahnya tegak lurus dengan arah ini. Di
sini larutan digunakan sebagai suatu plat
pemolarisasi atau polarisator. Akhirnya sinar
yang keluar dari larutan adalah sinar yang
terpolarisasi bidang. Cahaya dalam keadaan
terpolarisasi mempunyai ciri-ciri sebagai
berikut yaitu gelombang ke semua arah dan
tegak lurus arah rambatnya, terdiri dari
banyak gelombang dan banyak arah getar.
![Page 4: Laporan Kimia Fisika - Polarimetri](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082212/55cf9803550346d033950218/html5/thumbnails/4.jpg)
Rotasi spesifik disimbolkan dengan [α]
sehingga dapat dirumuskan :
[α] = α / dc
Karena panjang gelombang yang sering
digunakan adalah 589,3 nm yaitu garis D
lampu natrium dan suhu standar 20oC, maka
[α]T ditulis menjadi [α]. Kadar larutan dapat
ditentukan dengan rumus :
% = 𝟏𝟎𝟎 .
() .𝟏
Dengan menggunakan tabung yang sama maka
konsentrasi dapat atau kadar senyawa dapat
ditentukan dengan jalan membuat kurva
standar.
Adapun hal-hal yang dapat
mempengaruhi sudut putar suatu larutan
adalah jenis zat, panjang lajur larutan dan
panjang tabung, suhu, konsentrasi zat, jenis
sinar (panjang gelombang), pelarut.
Fakta bahwa cahaya mengalami
polarisasi menunjukkan bahwa cahaya
merupakan gelombang transversal. Cahaya
dapat terpolarisasi karena peristiwa
pemantulan, peristiwa pembiasan dan
pemantulan, peristiwa bias kembar, peristiwa
absorbsi selektif, dan peristiwa hamburan.
Keterangan :
(a) Gelombang terpolarisasi linier pada arah
vertical
(b) Gelombang terpolarisasi linier pada arah
horizontal
(c) Gelombang takterpolarisasi
Polarisasi karena pemantulan, bila
sinar datang pada cermin datar dengan sudut
datang 570, maka sinar pantul merupakan
sinar terpolarisasi. Polarisasi karena
pembiasan dan pemantulan, cahaya
terpolarisasi dapat diperoleh dari pembiasan
dan pemantulan. Hasil percobaan para ahli
fisika menunjukkan bahwa cahaya
pemantulan terpolarisasi sempurna jika sudut
datang θ1 mengakibatkan sianr bias dengan
sinar pantul saling tegak lurus. Sudut datang
seperti itu disebut sudut polarisasi atau sudut
Brewster sedangkan Polarisasi karena
pembiasan ganda (bias kembar), jika cahaya
melalui kaca, maka cahaya lewat dengan
kelajuan yang sama ke segala arah. Ini
disebabkan kaca hanya memiliki satu indeks
bias. Tetapi bahan-bahan kristal tertentu
seperti kalsitt dan kuarsa memiliki dua indeks
bias sehingga kelajuan cahaya tidak sama
untuk segala arah. Jadi, cahaya yang melalui
bahan ini akan mengalami pembiasan ganda
Bahan dan Metode Percobaan
Pada percobaan kali ini menggunakan
metode polarimetri didasarkan pada
pengukuran sudut putaran (optical rotation)
cahaya terpolarisir oleh senyawa yang
transparan dan optis aktif apabila senyawa
tersebut dilewati sinar monokromatis yang
terpolarisir tersebut dengan menggunakan
alat-alat diantaranya Polarimeter dan gelas
beaker. Bahan-bahan yang digunakan seperti
aquades (air suling), glukosa 5% dan sukrosa
5%.
a. Cara Pengerjaan
Percobaan ini dilakukan dengan
membilas sel polarimeter dengan akuades
sebanyak dua kali untuk menghilangkan
kotoran yang ada pada sel. Kemudian sel diisi
oleh akuades dan diusahakan tidak boleh ada
gelembung udara dalam sel. Sel polarimeter
diletakkan di dalam polarimeter, kemudian
pembacaan diatur hingga 0°C melalui lensa
mata bagian kanan. Setelah itu, “setengah
bayangan” (bayangan redup) ditetapkan
sebagai bayangan kerja dengan mengatur
pusat lensa mata ke kanan atau ke kiri.
![Page 5: Laporan Kimia Fisika - Polarimetri](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082212/55cf9803550346d033950218/html5/thumbnails/5.jpg)
Pembacaan ini dicatat sebagai titik nol. Harga
titik nol ini harus diperhitungkan terhadap
setiap pengukuran selanjutnya. Kemudian sel
dikosongkan dan dibilas beberapa kali dengan
larutan sampel. Dengan menggunakan rumus
rotasi optik:
[𝛼]𝐷𝑇 =
𝜃
𝑐 . 𝑙
Dimana:
θ = rotasi optik (yang teramati)
c = konsentrasi larutan gram/mL larutan
l = panjang jalan atau larutan (dm)
T = temperatur (25°C)
D = panjang gelombang
Selanjutnya, putaran optik untuk larutan
glukosa dan sukrosa dihitung.
Data Pengamatan
Pengukuran Polarisasi dengan
Polarimeter
Hasil dan Pembahasan
Dalam percobaan kali ini tentang
polarimetri, dimana percobaan polarimetri ini
bertujuan untuk meningkatkan kemampuan
melakukan prosedur laboratorium yang lebih
sederhana dengan lebih baik dan efisien,
melakukan pengamatan dan pengukuran
dengan metode polarimetri serta membuat
perhitungan secara sistematis, dan
menentukan sudut putar jenis larutan optis
aktif dengan menggunakan polarimeter.
Polarimeter adalah suatu alat yang
menggunakan asas polarisasi yaitu sebuah
berkas sinar yang akan diteruskan oleh
polarizer dalam berbagai bentuk sinar yang
terpolarisasi. Sinar yang terpolarisasi bisa
berbentuk polarisasi linear, polarisasi
lingkaran dan polarisasi elips. Berkas sinar
yang telah terpolarisasi akan diteruskan ke
analizer. Analizer adalah penerima berkas
sinar dari polarizer.
Dengan metode polarimetri, hal yang
diukur dan diamati adalah putaran optis yang
dihasilkan larutan atau cairan yang diuji.
Putaran optis (α) bergantung pada panjang sel,
panjang gelombang cahaya, dan temperatur.
Pada percobaan ini masing – masing variabel
dibuat tetap. Sumber sinar adalah lampu
natrium yang dapat memancarkan cahaya
kuning (duplet) yang disebut garis D-natrium
dengan panjang gelombang 589 nm.
Digunakannya panjang gelombang tersebut
ditujukan untuk lebih mudahnya menajamkan
batas antara daerah gelap dan terang sehingga
sangat bermanfaat dalam mencari bayangan
redup yang sebenarnya.
Syarat senyawa yang dapat dianalisa
dengan polarimeter adalah sampel larutan
berwarna bening dan mempunya atom C kiral
dan bayangan didapatkan baur-baur. Dalam
percobaan ini, digunakan glukosa dan sukrosa
sebagai senyawa optis aktif dengan variasi
konsentrasi 5 %. Selain itu, dalam percobaan
ini aquades juga diukur putaran optisnya
untuk dijadikan sebagai standar dalam
pengukuran untuk menentukan titik nol.
Glukosa dan sukrosa digunakan sebagai
senyawa optis aktif karena glukosa dan
sukrosa dapat memutar bidang terpolarisir
kearah kanan (dekstro rotary).
Pengukuran putaran optis dari sukrosa
dan glukosa dengan metode polarimetri
dilakukan dengan pengukuran aquades
terlebih dahulu. Aquades dimasukkan ke
Percobaan
Pengulangan
I II III
Aquades 1,9 1,8 1,9
Glukosa 5,1 5,2 5,2
Sukrosa 7,9 8,0 8,0
![Page 6: Laporan Kimia Fisika - Polarimetri](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082212/55cf9803550346d033950218/html5/thumbnails/6.jpg)
dalam sel polarimetri dan tidak boleh ada
gelembung udara agar tidak mengganggu
hasil pembacaan. Kemudian analizer diatur
sedemikian rupa agar garis hitam tidak terlihat
lagi. Sinar yang dihasilkan berwarna merah.
Kemudian sudut putaran diukur pada skala
vernier. Pengukuran dilakukan sebanyak 3
kali pengulangan. Kemudian dilakukan
perhitungan rata-rata terhadap hasil
pengukuran sudut putaran aquades yang akan
digunakan untuk menentukan titik nolnya.
Selanjutnya dilakukan pengukuran
terhadap sampel yaitu glukosa 5% dan
sukrosa 5%. Sama seperti halnya aquades,
sampel dimasukkan ke dalam sel polarimetri,
kemudian sel dimasukkan ke dalam
polarimetri dan diukur setengah bayangan
atau bayangan redup. Kemudian putaran optis
dari masing-masing larutan dibaca dari skala
vernier. Percobaan untuk masing-masing
larutan dilakukan sebanyak tiga kali
pengulangan, hal ini bertujuan untuk
melakukan perbandingan terhadap hasil yang
diperoleh.
Dari data diatas dapat ditentukan
putaran optik spesifik dari glukosa dan sukrosa
dengan air sebagai zat pembandingnya.
Penentuan putaran optik spesifik tersebut
dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
[𝛼]𝐷𝑇 =
𝜃
𝑐 . 𝑙
Setelah dilakukan perhitungan putaran
spesifik dari glukosa 5% dan sukrosa 5%
dengan menggunakan rumus diatas, maka
didapatkan hasil sebagai berikut
No. Putaran (α)
Glukosa 5%
Putaran (α)
Sukrosa 5%
1. +64o +120o
2. +68o +124o
3. +66o +122o
Berdasarkan hasil percobaan dan
perhitungan menunjukkan bahwa putaran
optik spesifik sukrosa 5% lebih besar dari
putaran optik spesifik glukosa 5%. Hal ini
dikarenakan sukrosa 5%, memiliki sifat optis
aktif yang lebih besar dibandingkan glukosa
5%.
Dalam konsentrasi yang sama yaitu 5%,
glukosa dan sukrosa memiliki besaran putaran
optik yang berbeda. Hal ini disebabkan karena
perbedaan ukuran dan konformasi dari
struktur molekul diantara keduanya. Karena
struktur dan ukuran molekul sukrosa lebih
besar, maka hal ini dapat mempengaruhi sifat
optis aktif dari senyawa sukrosa bila
dibandingkan dengan glukosa yang ukuran
molekulnya lebih kecil dan sederhana
dibandingkan sukrosa.
Berdasarkan literatur yang ada, putaran
optik spesifik dari glukosa berkisar +52,7 dan
sukrosa berkisar +66,60. Hasil tersebut, jika
dibandingkan dengan sudut putar glukosa dan
sukrosa yang murni berdasarkan literatur
berbeda dengan pengamatan yang telah
dilakukan, karena dapat disebabkan oleh
jumlah atau kadar senyawa yang berada dalam
tabung, panjang jalan atau larutan yang dilalui
oleh cahaya, temperatur pengukuran ataupun
panjang gelombang dari cahaya yang
digunakan. Adapun hal-hal yang dapat
mempengaruhi sudut putar suatu larutan
adalah jenis zat, panjang lajur larutan dan
panjang tabung, suhu, konsentrasi zat, jenis
sinar (panjang gelombang), pelarut.
No. Putaran
(θ) Air
Putaran (θ)
Glukosa 5%
Putaran
(θ)
Sukrosa
5%
1. +1,9 +5,1 +7,9
2. +1,8 +5,2 +8,0
3. +1,9 +5,2 +8,0
![Page 7: Laporan Kimia Fisika - Polarimetri](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082212/55cf9803550346d033950218/html5/thumbnails/7.jpg)
Untuk mengetahui kebenaran perobaan
yang dilakukan maka dilakukan ralat untuk
perhitungan. Berdasarkan ralat, persentase
kebenaran untuk percobaan glukosa 5% dan
sukrosa 5% yang tidak mencapai nilai 100%
menunjukkan bahwa terdapatnya kesalahan
pada percobaan kali ini, dimana disebabkan
karena kemungkinan kesalahan dari praktikan
dalam memasukkan larutan ke sel polarimetri
masih terdapat gelembung dan kurang
ketelitian dalam pembacaan putaran optis
pada skala yang tertera pada polarimetri.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan yang telah
dilakukan dapat disimpulkan bahwa putaran
(α) glukosa 5% yang didapat adalah +64° ;
+68° ; +66° ; sedangkan putaran (α) sukrosa
5% adalah +120° ; +124° ; +122° dimana
berbeda dengan literatur yang ada.
Berdasarkan hasil percobaan dan perhitungan
menunjukkan bahwa putaran optik spesifik
sukrosa 5% lebih besar dari putaran optik
spesifik glukosa 5%. Hal ini dikarenakan
sukrosa 5%, memiliki sifat optis aktif yang
lebih besar dibandingkan glukosa 5%. Putaran
optik yang berbeda disebabkan oleh perbedaan
ukuran dan konformasi dari struktur molekul
diantara keduanya. Karena struktur dan ukuran
molekul sukrosa lebih besar, maka hal ini
dapat mempengaruhi sifat optis aktif dari
senyawa sukrosa bila dibandingkan dengan
glukosa yang ukuran molekulnya lebih kecil
dan sederhana dibandingkan sukrosa dan hal-
hal yang dapat mempengaruhi sudut putar
suatu larutan adalah jenis zat, panjang lajur
larutan dan panjang tabung, suhu, konsentrasi
zat, jenis sinar (panjang gelombang), pelarut.
Daftar Pustaka
Anonim. 2009. Spektrum Gelombang
Elektromagnetik. Terdapat pada http://
makalah-artikel-
online.blogspot.com/2009/04/spektrum
gelombangelektromagnetik.html.
Diakses pada tanggal 9 Mei 2013
Bird, Tony. 1993. Kimia Fisik untuk
Universitas. Alih Bahasa: Kwee Ie Tjen.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Dogra,S.K.1990. Kimia Fisik dan Soal-Soal.
UI-Press : Jakarta
Fessenden dan Fessenden. 1999. Kimia
Organik. Jakarta: Erlangga.
Mika. 2010. Polarimetri. Jurusan Fisika,
Fakultas MIPA, Universitas Padjadjaran
Reid, C. Rober, dkk. 1991.Sifat Gas dan Zat
Cair, Edisi Ketiga. PT Gramedia
Pustaka : Jakarta.
Tim Laboratorium Kimia Fisika. Penuntun
Praktikum Kimia Fisika II. 2013.
Jurusan Kimia, Fakultas MIPA,
Universitas Udayana : Bukit Jimbaran
![Page 8: Laporan Kimia Fisika - Polarimetri](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082212/55cf9803550346d033950218/html5/thumbnails/8.jpg)
LAMPIRAN
Perhitungan Data
Perhitungan:
1. Untuk zat A : Glukosa 5 %
Diketahui : 𝜃1 = + 3,2o
𝜃2 = + 3,4 o
𝜃3 = + 3,2o
C = 5/100 = 0,05
l = 1 dm
Ditanya : [𝛼]𝐷𝑇 = . . . ?
Jawab : [𝛼]𝐷𝑇 =
𝜃
𝑐 .𝑙
=+3,2°
1 . 0,05
= + 64°
Dengan cara yang sama, diperoleh data sebagai berikut:
Percobaan [𝛼]𝐷𝑇 [𝛼]𝐷
𝑇̅̅ ̅̅ ̅̅ ([𝛼]𝐷𝑇 − [𝛼]𝐷
𝑇 ) ([𝛼]𝐷𝑇 − [𝛼]𝐷
𝑇̅̅ ̅̅ ̅̅ )2
I +3,20 +64o +66o -20 +40
II +3,40 +68o +66o +20 +40
III +3,30 +66o +66o +00 +00
∑[𝛼]𝐷𝑇 +198o ∑ ([𝛼]𝐷
𝑇 − [𝛼]𝐷𝑇̅̅ ̅̅ ̅̅ )
2
+80
No. Putaran (θ)
Air
Putaran (θ)
Glukosa 5%
Putaran (θ) Sukrosa
5%
1. +1,9 +5,1 +7,9
2. +1,8 +5,2 +8,0
3. +1,9 +5,2 +8,0
Percobaan Putaran (θ) Glukosa 5% -
Putaran (θ) air
Putaran (θ) Sukrosa 5% -
Putaran (θ) air
I 3,2 6,0
II 3,4 6,2
III 3,3 6,1
![Page 9: Laporan Kimia Fisika - Polarimetri](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082212/55cf9803550346d033950218/html5/thumbnails/9.jpg)
Standar deviasi (SD) = √
∑(([𝛼]𝐷𝑇 −[𝛼]𝐷
𝑇̅̅ ̅̅ ̅̅ ̅))
𝑛−1
= √+8°
3−1
= √+8°
2
= √4
= +2°
Simpangan baku = ([𝛼]𝐷𝑇̅̅ ̅̅ ̅̅ ± 𝑆𝐷) = (66 ± +2)°
Persentase kesalahan = +2°
66°× 100%
= 3,03 %
Kebenaran praktikum = 100 % - 3,03 % = 96,97 %
2. Untuk Zat B : Sukrosa 5 %
Diketahui : 𝜃1 = + 6o
𝜃2 = + 6,2o
𝜃3 = + 6,1o
C = 5/100 = 0,05
l = 1 dm
Ditanya : [𝛼]𝐷𝑇 = . . . ?
Jawab : [𝛼]𝐷𝑇 =
𝜃
𝑐 .𝑙
= +6°
1 .0,05
= + 120°
Dengan cara yang sama, diperoleh data sebagai berikut :
Percobaan [𝛼]𝐷𝑇 [𝛼]𝐷
𝑇̅̅ ̅̅ ̅̅ ([𝛼]𝐷𝑇 − [𝛼]𝐷
𝑇̅̅ ̅̅ ̅̅ ) ([𝛼]𝐷𝑇 − [𝛼]𝐷
𝑇̅̅ ̅̅ ̅̅ )2
I 6 o +120o +122o -20 +40
II 6,2 o +124o +122o +20 +40
III 6,1 o +122o +122o +00 +00
∑[𝛼]𝐷𝑇 +366o ∑ ([𝛼]𝐷
𝑇 − [𝛼]𝐷𝑇̅̅ ̅̅ ̅̅ )
2
+8,00
![Page 10: Laporan Kimia Fisika - Polarimetri](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082212/55cf9803550346d033950218/html5/thumbnails/10.jpg)
Standar deviasi (SD) = √
∑(([𝛼]𝐷𝑇 −[𝛼]𝐷
𝑇̅̅ ̅̅ ̅̅ ̅))
𝑛−1
= √+8,0°
3−1
= √+8,0°
2
= √+8,0°
2
= +2,0°
Simpangan baku = ([𝛼]𝐷𝑇̅̅ ̅̅ ̅̅ ± 𝑆𝐷) = (120 ± +2,0)°
Persentase kesalahan = +2,0°
+120°
= 1,67 %
Kebenaran praktikum = 100 % - 1,67 % = 98,33
![Page 11: Laporan Kimia Fisika - Polarimetri](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082212/55cf9803550346d033950218/html5/thumbnails/11.jpg)