LAPORAN KHUSUS PIP dan Kekisruhan Divestasi Newmont fileakhirnya tidak bisa menikmati dividen yang...
Transcript of LAPORAN KHUSUS PIP dan Kekisruhan Divestasi Newmont fileakhirnya tidak bisa menikmati dividen yang...
LAPORAN KHUSUS
18 Warta BPKJUNI 2011
Nama Pusat Investasi Pemerintah (PIP) tibatiba mencuat. Hiruk pikuk divestasi saham PT Newmont Nusa
Tenggara (NNT) membuat orang ingin mengetahui apa gerangan lembaga ini. Sosok Kepala PIP Soritaon Siregar pun menjadi terkenal.
PIP berfungsi semacam sovereign wealth fund yang ada di negaranegara maju. PIP ini didirikan sebagai pelaksanaan amanah UU Nomor 01 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. PIP merupakan representasi pemerintah pusat yang struktur organisasinya berada di bawah Kementerian Keuangan.
PIP juga bergerak sebagai agent of development yang bertanggung jawab atas pelaksanaan investasi oleh pemerintah berdasarkan kebijakan menteri Keuangan selaku bendahara umum negara. meskipun perundangan yang
mengatur lembaga ini tidak membatasi cakupan investasi yang dapat dilakukan, berbagai dokumen PIP jelas menyatakan bahwa maksud pendirian PIP adalah untuk mempercepat pembangunan infrastruktur.
Wakil Ketua Badan anggaran DPR Olly Dondokambey mengatakan peran PIP perlu dioptimalkan untuk mengatasi banyaknya proyek infrastruktur besar yang belum berjalan akibat berbagai hambatan seperti pembiayaan.
menurut dia, PIP seharusnya bisa mengatasi kendala pembiayaan yang menjadi hambatan dalam pembangunan proyek infrastruktur.
“PIP didirikan untuk menerabas hambatan yang dikeluhkan investor. Namun, ternyata ini tidak jalan. Lembaga ini semestinya dioptimalkan agar kendala investasi bisa diatasi,” katanya seperti dilansir Antara belum lama ini.
Dia menilai banyak infrastruktur besar yang tidak berjalan karena mengharapkan investasi. Sementara itu investor juga melakukan perhitungan jika ingin berinvestasi dalam suasana global yang belum begitu kondusif.
Namun, faktanya mengapa kini PIP hendak beralih menjadi pengelola portofolio investasi di luar sektor infrastruktur. Lantas bagaimana peran Kementerian BUmN sebagai pengelola portofolio saham negara.
Salah satu investasi yang noninfrastruktur dan ramai dibicarakan yakni pembelian saham PT Newmont Nusa Tenggara (NNT). Penandatanganan pembelian 7% saham NNT oleh peme
PIP dan Kekisruhan Divestasi NewmontDivestasi saham PT Newmont Nusa Tenggara (NNT) bisa dikatakan tidak mulus. Sejumlah masalah timbul dan cenderung mengarah ke arena politik yang bisa merugikan rakyat.
foto-foto: istimewa
Tambang Newmont
18 - 24 laporan khusus.indd 18 7/27/2011 11:14:40 AM
19Warta BPK JUNI 2011
rintah dilakukan pada 6 mei 2011. agaknya, pemerintah menganggap
PIP merupakan lembaga yang paling tepat membeli saham divestasi NNT sebesar 7% seharga US$246,8 juta itu. Pemerintah mengharapkan perolehan dividen US$485,3 juta hingga 2028. Sementara potensi keuntungan PIP dari Newmont diharapkan mencapai 197%.
Banyak kalangan menilai pertimbangan pemerintah membeli 7% saham NNT berawal dari rasa prihatin dan kecewa karena masuknya pihak luar dalam konsorsium pemerintah daerah.
menteri Keuangan merasa prihatin dan kecewa atas digadaikannya 24% saham NNT oleh konsorsium badan usaha milik daerah (PT Daerah maju Bersama) yang mengundang multicapital (unit usaha Bakrie Group) membentuk konsorsium PT multi Daerah Bersaing. Pasalnya, masyarakat daerah akhirnya tidak bisa menikmati dividen yang optimal dari perusahaan tambang emas tersebut.
Jika pemda dapat memainkan peran nya sebagai pemilik 24% saham secara efektif, diyakini mampu memberi nilai tambah dan multiplier effect kepada masyarakat daerah.
memang selama 20062009, NNT telah mendivestasikan sahamnya sebesar 24% dengan rincian 3% pada 2006), 7% (2007), 7% (2008), dan 7% (2009).
Yang banyak disayangkan, kepemilikan 24% saham itu tidak sepenuhnya di tangan pemerintah, baik pusat atau daerah. Kepemilikannya berada pada PT multi Daerah Bersaing, perusahaan konsorsium dengan komposisi 25% PT Daerah maju Bersaing (BUmD) dan 75% milik PT multi Capital. artinya, mengapa divestasi itu seperti lebih me
mentingkan pihak swasta. Dan cukup ironis dan mempriha
tinkan ketika menteri Keuangan bermaksud membeli 7% divestasi NNT, banyak pihak menolak habishabisan. apalagi menjadikan masalah ini sebagai sebuah kekisruhan politik terkait dengan kontroversi pusat dan daerah.
Bahkan, menteri Keuangan agus martowardoyo sampai harus menegaskan bahwa pembelian 7% saham NNT oleh PIP merupakan keputusan pemerintah yang dinakhodai oleh Presiden.
“Sikap pemerintah untuk masuk dan membeli 7% saham itu adalah melaksanakan kontrak karya. Itu sejak awal. Bukan suatu inisiatif baru, jadi tentu pemerintah di bawah presiden,” jelasnya di Gedung DPR beberapa waktu lalu.
Dalam sebuah diskusi disebutkan pembelian saham NNT memberikan banyak keuntungan bagi pemerintah. Dirjen Kekayaan Negara Hadiyanto mengatakan semua aspek hukum dalam pelaksanan investasi PIP di NNT telah sesuai dengan peraturan perundangundangan.
“Secara finansial pemerintah akan mendapat profit yang lebih tinggi dari Indo Bond dari investasi pada NNT.”
Setelah berhasil memiliki saham NNT, menkeu membidik kepemiliman di PT Indonesia asahan alumunium (Inalum) yang kontraknya jatuh tempo pada 2013.
menurut agus, selama ini Indonesia selalu gagal dalam menasionalisasi perusahaanperusahaan asing di Indonesia yang masa kontraknya habis atau jatuh tempo.
Sejumlah pertanyaanSelama proses divestasi, muncul
banyak pertanyaan. Sebut saja, lambatnya surat dari Kementerian ESDm yang dibutuhkan sebelum eksekusi pambayaran. Bahkan, menkeu harus mengirimkan surat sebanyak tiga kali agar surat penegasan tersebut bisa keluar segera.
Keputusan pembelian itu juga dipertanyaan terkait dengan kemampuan aPBN. apakah aPBN mampu menyediakan dana senilai US$271,6 juta
18 - 24 laporan khusus.indd 19 7/27/2011 11:14:41 AM
LAPORAN KHUSUS
20 Warta BPKJUNI 2011
atau sekitar Rp 2,44 triliun. Kepala PIP Soritaon Siregar per
nah mengatakan bahwa dari anggaran yang dimiliki PIP sebesar Rp15,4 triliun, hanya 15% yang digunakan untuk membeli 7% saham Newmont.
Di sisi lain, sebenarnya sebelum PIP didirikan, pemerintah dapat memaksimalkan peran BUmN yang dimilikinya sebagai sovereign wealth fund. Pemer
intah memiliki Taspen, Jamsostek, asabri, yang di negara lain seperti di Singapura juga berperan seperti layaknya SWF.
Ekonom UGm anggito abimanyu yang juga mantan Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan mengatakan masyarakat Nusa Tenggara Barat perlu mendapat kepastian manfaat dari hasil pengelolaan 7% sa
ham NNT oleh pemerintah pusat tersebut.
Sebaiknya momen divestasi NNT dapat menjadi momentum untuk menjadi awal pengelolaan negara dengan benar. Keributan yang terjadi bisa dikatakan lebih mengarah ke masalah politik. Dan harus diingat bahwa yang paling dirugikan adalah masyarakat di daerah. aiz
PERaN Pusat Investasi Pemerintah (PIP) untuk sektor infrastruktur terlihat dari beberapa kali pinjaman yang diberikan kepada sejumlah daerah.
Belum lama ini, PIP menandatangani pinjaman senilai Rp40,5 miliar yang resmi di tanda tangani oleh Wali Kota Surakarta Joko Widodo dan Kepala PIP Soritaon Siregar.
Pinjaman ini guna mendanai proyek pembangunan Rumah Sakit Umum Daerah yang sempat mangkrak sekitar 6 bulan. Pinjaman ini dikenakan bunga efektif 8,75% dengan grace period satu tahun.
Soritaon mengatakan PIP tidak kesulitan untuk memutuskan pemberian pinjaman kepada Kota Surakarta karena kota ini telah mendapatkan opini audit Wajar Tanpa Pengecualian (WTP).
atas hasil audit tersebut inilah maka dalam tempo 3 bulan setelah melalui proses penilaian dan kelayakan, PIP menyetujui untuk memberikan pinjaman. Terkait WTP ini, Joko mengatakan Surakarta akan mendapat hadiah Rp50 miliar dari Kementerian Keuangan.
Setelah pinjaman ini dikucurkan, diharapkan Dinas Kesehatan Kota (DKK) membuka lelangnya dan segera memulai proyek sehingga RSUD bisa mulai beroperasi pada mei 2012.
Dia menyatakan sangat mendukung keberadaan PIP. “PIP ini merupakan institusi yang sangat penting untuk mendukung pembangunan infrastruktur daerah. PIP bisa mengisi financial gap Pemda untuk pembangunan dengan bunga kompetitif dan prosedur yang sim-ple,” ujarnya seperti dikutip dari situs resmi lembaga ini.
Joko juga berencana untuk rebuilding Pasar Klewer yang telah berdiri selama 30 tahun dengan berencana bekerjasama lagi dengan PIP. Soritaon sangat mendukung usulan tersebut selama study kelayakan dan ada kerelaan semua stakeholder.
PIP juga telah mencairkan dana pinjaman serupa pada berbagai proyek RSUD, termasuk di Kendari, Sulawesi Tenggara.
Garap Infrastuktur dan Opini WTP
Opini WTPBPK sebagai eksternal/independen auditor bagi PIP
kembali memberikan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) untuk laporan keuangan PIP tahun 2010.
Opini WTP ini merupakan opini keempat untuk Laporan Keuangan PIP, sejak tahun 2007.
Selain opini atas laporan keuangan, BPK juga menerbitkan Laporan Hasil Pemeriksaan atas Sistem Pengendalian Intern dan Laporan Hasil Pemeriksaan atas Kepatuhan Terhadap Peraturan Perundangundangan.
PIP sebagai Badan Layanan Umum (BLU) sebagaimana diatur dalam PP Nomor 23 tahun 2005 wajib diaudit oleh eksternal auditor setiap tahun.
Opini WTP ini menunjukkan bisnis proses dan aksiaksi investasi PIP telah sesuai dengan Sistem Pengendalian Intern dan Peraturan Perundangundangan.
Dengan kata lain, laporan keuangan PIP yang disajikan secara wajar dalam semua hal yang material, posisi keuangan PIP tanggal 31 Desember 2010 dan 2009, dan aktivitas usaha, serta arus kas untuk tahun yang berakhir pada tanggaltanggal tersebut sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
Soritaon menegaskan dan berharap PIP ke depan akan lebih melaksanakan good governance dalam setiap kegiatannya. lif
foto: istimew
a
18 - 24 laporan khusus.indd 20 7/27/2011 11:14:41 AM
21Warta BPK JUNI 2011
INDONESIaN Corruption Watch (ICW) menyambut baik langkah BPK yang akan melakukan audit. Pasalnya, sejak awal ICW telah
mendorong hal tersebut dilakukan. Bahkan, ICW meminta bukan hanya audit terhadap pembelian 7% saham terakhir, tetapi audit menyeluruh, mulai dari proses awal divestasi 24%.
Dalam konteks pembelajaran dan transparansi industri pertambangan, audit merupakan salah satu cara untuk mengetahui kewajaran proses (peraturan) dan melihat dugaan kerugian negara.
“Bagaimana delaynya divestasi, kemudian default, lalu terjadi proses arbitrase. Kenapa hal itu harus dilakukan? Karena sekarang itu menjadi boomerang,” ujar Firdaus Ilyas, Koordinator Divisi monitoring dan analisis
Koordinator Divisi Monitoring dan Analisis Anggaran ICW Firdaus Ilyas
‘Investasi yang Menjadi Boomerang’
anggaran ICW, belum lama ini.Dia menambahkan ada beberapa
hal yang perlu diaudit, di antaranya, kenapa Newmont menundanunda proses divestasi terkait saham digadai atau gugatan arbitrase, penjatahan saham setelah putusan arbitrase, landasan dan dasar hukum pembentukan badan usaha milik daerah serta kerja sama BUmD dengan swasta dalam hal ini multi Capital. Perlu dilihat kewajaran kerja sama dan dampaknya bagi keuangan daerah.”
Secara garis besar Firdaus menjelaskan, kontrak karya pertambangan (CoW generasi IV) dibuat 2 Desember 1986, dengan produk konsentrat tembaga, emas, perak. masa berlaku kontrak 1 maret 2000 (terhitung mulai produksi) hingga 28 Februari 2030.
Kepemilikan saham sebelum divestasi adalah Sumitomo 35%, Newmont mining Corp 45% dan PT Pukuafu Indah 20%. Sesudah divestasi, Nusa Tenggara Partnership—yang dimiliki Newmont USa Limited dan Sumitomo Corp Jepang 49%, PT multi Daerah Bersaing 24% (6% BUmD Pemda NTB dan 18% multi Capital (Bumi Resources mineral), Pukuafu Indah 20% dan PIP 7%.
masalah kewajiban divestasi ini tertuang dalam Kontrak Karya Tambang (CoW). Dalam pasal 24 ayat 3 dan 4 diungkapkan, setelah 5 tahun kalender operasi penuh, PT NNT wajib melakukan divestasi saham yang total hingga tahun ke10 (tahun 2010) sebanyak 51%. Divestasi ini dilakukan secara bertahap. Dengan rincian, sampai akhir tahun kelima 2005 seti
BaDaN Pemeriksa Keuangan (BPK) segera
mengaudit pembelian saham divestasi
PT Newmont Nusa Tenggara (NNT). audit
ini dilakukan ‘menjawab’ permintaan DPR dan
Kementerian Keuangan. DPR dalam suratnya
meminta agar BPK mengaudit penggunaan dana PT Pusat Investasi
Pemerintah (PIP) yang dipakai untuk membeli
saham Newmont, sedangkan Kementerian
Keuangan meminta auditor negara mengaudit
pembelian 24% saham divestasi yang dilakukan
pemerintah daerah. Ketua BPK Hadi Poernomo
mengatakan kedua permintaan tersebut akan
memperoleh perlakukan yang sama.
Firdaus Ilyas (kanan) foto: istimewa
18 - 24 laporan khusus.indd 21 7/27/2011 11:14:41 AM
LAPORAN KHUSUS
22 Warta BPKJUNI 2011
daknya telah mencapai 15%, tahun keenam 2006 telah mencapai 23%, tahun ketujuh 2007 mencapai 30%, tahun kedelapan 2008 mencapai 37%, tahun kesembilan 2009 mencapai 44% dan tahun kesepuluh 2010 mencapai 51%.
Namun, papar Firdaus, dalam komposisi kepemilikan saham PT NNT sebelum kewajiban divestasi sudah ada kepemilikan saham oleh perusahaan Indonesia yaitu PT Pukuafu Indah sebesar 20%, sehingga menjadi pada tahun kelima (2005) tidak ada kewajiban divestasi sebesar 15%, tahun keenam (2006) kewajiban divestasi (23%20%) 3% , tahun ketujuh (2007) kewajiban divestasi sebesar 7%, tahun kedelapan (2008) sebesar 7%, tahun kesembilan (2009) sebesar 7% dan tahun kesepuluh (2010) sebesar 7%. “Dengan demikian total divestasi hingga 2010 adalah 31%,” jelasnya.
Biang KekisruhanLalu sekarang muncul masalah
perdebatan siapa yang berhak atas divestasi itu. Perlu dipahami dahulu, ujar Firdaus, adalah spirit dibuatnya kontrak karya, yakni sejalan dengan UUD 1945, di mana cabangcabang produksi yang penting dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebesarbesarnya untuk kemakmuran rakyat.
Berdasarkan kontrak karya, prioritas dalam divestasi adalah pemerintah Indonesia (pusat dan daerah), serta WNI atau perusahaan yang dikendalikan oleh orang Indonesia.
Namun dalam kenyataan, negara memiliki beberapa kendala diantaranya finansial, kemampuan dasar sehingga membuat kontrak tersebut juga melibatkan swasta. Namun, spiritnya tetap yakni pengelolaan, pengusaan dan pengawasan tetap melalui negara. Dalam kontrak karya tersebut pada salah satu klausulnya berbunyi nilai divestasi 51%, yang artinya mayoritas.
artinya, tandas Firdaus, kepemilikan saham sudah dikunci, bahwa saham tidak boleh dilepas keluar. “Kuncinya sudah benar, paling tidak dari sisi normatif. Kontrak karya ini sudah jelas,
cukup tegas, penguasaan divestasi 51% ada pada Indonesia. Di situ juga ada klausul agar saham tidak digadaikan,” paparnya.
Lalu terjadi kekisruhan. Pangkal dari kekisruhan ini, lanjut Firdaus, tak terlepas dari sidang arbitrase penyelesaian sengketa divestasi PT NNT dan pemerintah Indonesia yang dilaksanakan pada 13 Desember 2008. Sidang yang berlangsung di Jakarta di bawah prosedur arbitrase United Na-tion Commission on International Trade Law (UNCITRaL), majelis arbitrase pada 13 maret 2009 memutuskan, memenangkan Pemerintah Indonesia.
Hasil keputusannya, memerintahkan PT NNT melaksanakan ketentuan pasal 24,3 kontrak karya, menyatakan PT NNT telah melakukan default (pelanggaran janji), memerintahkan PT Newmont melaksanakan divestasi 17% saham, yang terdiri dari divestasi tahun 2006 sebesar 3% dan 2007 sebesar 7% kepada pemerintah daerah. Pada 2008 sebesar 7% kepada pemerintah Indonesia. Semua kewajiban itu dilaksanakan dalam waktu 180 hari sesudah tanggal putusan arbitrase, Juga, saham yang didivestasikan harus bebas gadai (clean and clear) dan sumber dana pembelian saham tersebut bukan menjadi urusan PT NNT.
“Dalam forum arbitrase, ESDm memasukkan untuk 2006 dan 2007 bahwa saham itu diberikan pada pemerintah daerah. Ini juga menjadi pertanyaan. Kenapa, dalam forum arbitrase langsung mengunci dengan kata ‘Pemda’, terutama untuk 10% (3% dan 7%). Lalu, ini yang kemudian ‘dianggap’ oleh teman di dewan bahwa keputusan arbitrase menyatakan 31% harus kepada Pemda,” jelasnya.
artinya sampai akhir 2010 divestasi 24 % diambil konsorsium pemda NTB dan multi Capital, sisa divestasi 7% . mungkin, sebaiknya mencoba melihat pengalaman proses divestasi KPC (Kaltim Prima Coal) 2002 yang pada akhirnya tidak menguntungkan Pemda (Kab Kutai Timur), malah buntung dan berujung dikurung. Ini seha
rusnya menjadi pelajaran yang sangat mahal.
Dalam konteks kepentingan nasional, dan aturan yang ada sudah seharusnya divestasi diperuntukkan dan dikelola oleh Negara (pusat dan daerah). Berdasarkan keputusan arbitrase, tandas Firdaus, kewajiban divestasi 10% (2006,v2007) menjadi hak pemda, sedangkan sisanya menjadi hak pemerintah Indonesia, di mana pemerintah menunjuk PIP untuk membeli saham 7%.
menurut Firdaus, pemerintah berhak menunjuk PIP karena dari sisi regulasi PIP tidak menyalahi undangundang keuangan negara, juga tidak menyalahi undangundang perbendaharaan negara.
PIP ini didirikan sebagai pelaksanaan amanah Undangundang Nomor 01 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. PIP merupakan representasi pemerintah pusat yang struktur organisasinya berada di bawah Kementerian Keuangan. PIP bergerak
18 - 24 laporan khusus.indd 22 7/27/2011 11:14:41 AM
23Warta BPK JUNI 2011
sebagai agent of development yang bertanggung jawab atas pelaksanaan investasi oleh pemerintah berdasarkan kebijakan menteri Keuangan selaku bendahara umum negara.
“menurut kami 7% diambil pemerintah itu legal dan dasar hukumnya kuat,” tandasnya.
Di sisi lain, ICW juga melihat harga saham 7% yang dibeli pemerintah cu kup masuk akal. Dari nilai yang ditawarkan US$271,6 juta menjadi US$246,8 juta. “menurut kami itu wajar kalau kita bicara berapa nilai aset Newmont berdasarkan laporan keuangannya yang terakhir,” katanya.
Ini berbeda dengan perjanjian dalam mDB yakni antara DmB [milik Pemprov NTB dan Pemda Sumbawa (KS) dan Sumbawa Barat (KSB) dan multi Capital (Bumi Resorurces mineral). menurut ICW, kata Firdaus, baik agreement maupun kerja samanya sangat merugikan Pemda.
Di sisi lain, berdasarkan laporan
keuangan dan rilis yang disampaikan PT NNT, selama periode 20042010 total royalty (emas, perak, dan tembaga) yang dibayarkan kepada Negara adalah 138,8 juta US$. Padahal perhitungan ICW berdasarkan realisasi penjualan (kuantitas dan harga) serta tariff emas dan perak dalam kontrak karya Newmont dan tariff tembaga berdasarkan PP 13/2000 jo PP 45/2003 maka seharusnya total royalti yang diterima negara adalah US$382,2 juta.
Jadi, tandasnya, terjadi kekurangan penerimaan (kerugian) Negara dari royalty PT NNT selama periode 20042010 sebesar US$237,4 juta. Hal ini berdampak pada, kerugian penerimaan pusat dari DBH tambang PT NNT selama tahun 20042010 sebesar US$47,5 juta, dan kerugian pemerintah daerah (provinsi dan kabupaten dari DBH tambah PT NNT selama 20042010 sebesar US$189,9 juta.
Kejanggalan Kontrak Newmont, lanjut Firdaus, memiliki
kandungan dan cadangan nomor dua terbesar di Indonesia setelah Freeport. Terutama untuk tembaga dan emas. Paling tidak dari sisi bisnis pertambangan, tambang Newmont (batu hijau) merupakan salah satu wilayah di dunia yang kaya akan kandungan emas dan tembaga. Sebanyak 60% lebih dari total pendapatan PT Newmont disumbangkan oleh tembaga.
Dari perbandingan biaya produksi (cost applicable to sales), NNT merupakan yang terendah di antara site Newmont Co di dunia. Sementara itu kebutuhan produk logam yang terus naik, khususnya tembaga, dan harga semakin tinggi membuat keuntungan makin besar.
Jadi, dari aspek bisnis, katanya, tambang NNT sangat menjanjikan. Wajar jika banyak pihak yang tertarik misal Newmont Co berusaha mengulurulur kewajiban divestasinya (saham digadai/arbritase) bahkan swasta nasional berebut membelinya, bahkan dengan harga yang tidak wajar sekalipun.
Hal lain, terkait dengan kontribusi
dan kewajiban terhadap negara, royaltinya kecil. Emas dan perak hanya 1%2%, tergantung harga penjualan. Kemudian tembaga. Ini menjadi masalah. Bisa di bawah 1% dari harga penjualan. Bahkan, tembaga tarif royaltinya lebih rendah dari Freeport Indonesia. Namun tidak masuk dalam kontrak karya. Ini berbeda dengan Freeport. Freeport ada tarif royalti tembaga. Seka rang tembaga di Freeport 3,5%.
Nah untuk Newmont, anehnya royaltinya hanya tiga yakni emas, perak, dan platina. Padahal tembaga adalah konsentrat terbesar. “aneh, concentrate terbesar adalah tembaga, tetapi tidak sebutkan. Pada tahun 1986 ketika dibuat kontrak karya, hanya mencakup tiga emas, perak dan platinum. Pertanyaan saya, sebagai daerah yang kandungan utamanya tembaga, kenapa tembaga tidak disebutkan?” paparnya.
Tentu ini kontrak karya membingungkan. “Kita tidak bisa mengatakan ESDm tidak punya data apa apa tentang batu hijau sehingga dibuat kontrak karya terkesan asalasalan. ada apa? Saya tidak tahu. mengapa tidak ada rate untuk tembaga.”
Pertanyaannya sekarang, untuk tembaga Newmont mengacu pada aturan apa? Kalau melihat datanya, untuk tarif tembaga, mereka mengacu pada SK Dirjen Pertambangan Umum No 310/20.01/DJP/2000 per 24 Februari 2000.
“Dasar hukumnya sangat lemah. Padahal sehari sebelumnya, kita punya PP Tahun 2000 dikeluarkan 23 Februari 2000 bahwa tarif tembaga 4%. Jadi ada apakah ini?” papar Firdaus sambil menggeleng heran.
Hal lainnya, hal tersebut juga telah menyalahi hirarki peraturan, dan sangat merugikan negara. Karenanya, tegas Firdaus, pihak ICW melaporkan masalah ini pada Komisi Pemberantasan Korupsi.
“Kami laporkan dari 2004 sampai 2010. ada dua hal yakni, kerugian negara dan potensi kerugian negara,” katanya. dr/bd/bw
foto: istimew
a
18 - 24 laporan khusus.indd 23 7/27/2011 11:14:41 AM
LAPORAN KHUSUS
24 Warta BPKJUNI 2011
KEINGINaN pemerintah untuk membeli 7% saham PT Newmont Nusa Tenggara (NNT) me
lalui Pusat Investasi Pemerintah (PIP) mendapat batu sandungan. Kalangan DPR menolak keras rencana itu. Pasalnya, proses pembelian yang diduga menggunakan uang negara tersebut belum disetujui oleh DPR.
Ketua Komisi XI DPR achsanul Qosasi menilai pangkal persoalan penolakan itu karena pemerintah tidak meminta persetujuan DPR terlebih dahulu. anggota DPR dari Fraksi Golkar Nusron Wahid mempersoalkan penunjukan PIP oleh menteri Keuangan agus martowardoyo. Padahal, tujuan pembentukan PIP, di mata Nurson, bukan membeli saham, tetapi untuk mempercepat pembangunan infrastruktur.
Pendapat serupa juga dilontarkan anggota Komisi VII DPR azwir Dainy Tara. menurut dia, pembelian itu jelas tidak diperkenankan karena melanggar UU Keuangan Negara dan UU aPBN.
Namun, kalangan akademisi berpendapat lain. Dekan Fakultas Hukum Universitas Pajajaran Ida Nurlinda menganggap kebijakan pemerintah yang mengambil alih 7% saham NNT sudah sah secara hukum. menurut dia, ketika perusahaan tambang itu dikuasai pemodal asing, mengakibatkan kerusakan lingkungan. akibatnya, pemerintah kesulitan melakukan kontrol atas pemodal asing itu. Namun, dengan kepemilikan saham di perusahaan itu, pemerintah bakal mudah melakukan pengawasan.
meski mendapat penolakan dari kalangan DPR, menkeu sepertinya tak mau ambil pusing. Buktinya, pada 6 mei, pemerintah melalui PIP sudah
meneken perjanjian divestasi saham NNT tersebut. menkeu mengaku sudah berhasil memperoleh harga rasional dari penawaran US$271 juta menjadi US$246,8 juta. Dengan kurs Rp8.500 per dolar aS, harga 7% itu setara dengan Rp2,1 triliun.
Dengan begitu sebenarnya proses divestasi sudah selesai. Hanya saja, peralihan saham ini baru akan resmi jika sudah ada surat persetujuan dari
Kementerian Energi dan Sumber Daya mineral (ESDm) dan Badan Koordinasi Penanaman modal (BKPm) untuk perubahan struktur permodalan.
Sayangnya, hingga berita ini diturunkan Kementerian ESDm belum memberikan surat referensi transaksi divestasi 7% saham NTT antara PIP dengan Nusa Tenggara Partnership BV (NTP BV). Kabarnya, menteri ESDm baru mengeluarkan surat persetujuan bila Newmont menyelesaikan berbagai persyaratan dan persoalan hukum yang dihadapinya.
Padahal, menurut Kepala PIP Soritaon Siregar, pihaknya sudah menyiapkan dana segar senilai Rp3 triliun untuk membayar saham ini. Begitu keluar surat dari ESDm dan BKPm, PIP akan transfer US$246,8 juta ke NNT. Rencananya, pemerintah akan mem
Audit BPK Tentukan Nasib Divestasi NewmontBPK diminta melakukan audit atas pembelian 7% saham PT Newmont Nusa Tenggara oleh pemerintah melalui Pusat Investasi Pemerintah.
berikan 25% nya dari 7% atau 1,75% saham kepada pemerintah daerah. Saat ini, PIP akan melakukan sosialisasi kepada pemerintah daerah.
menteri Keuangan pernah menjelaskan bahwa tujuan pemerintah membeli saham NNT untuk menjaga kepentingan negara, terutama yang berkaitan dengan penerimaan royalti dan pajak.
Audit BPK Kini nasib rencana pembelian
saham itu tergantung dari hasil audit BPK. Pasalnya, DPR telah meminta BPK untuk segera melakukan audit investigasi. menurut Harry azhar azis, hingga berita diturunkan belum ada persetujuan atas kontrak pembelian saham tersebut dengan menggunakan dana PIP.
Gayungpun bersambut. BPK telah menerima surat permohonan dari pemerintah dan DPR untuk melakukan audit investigasi ini. Sebelumnnya, pemerintah dan DPR samasama meminta untuk dilakukannya audit yang independen atas proses pengambilalihan saham NNT tersebut.
Ketua BPK Hadi Poernomo membenarkan bahwa pemerintah dan DPR samasama meminta untuk dilakukannya audit yang independen. Keduanya meminta BPK untuk mengaudit yang menyeluruh meliputi full of money dan full of document. Pemerintah minta apakah proses pembeliannya sudah sesuai. adapun, DPR meminta apakah agreement menteri Keuangan sudah sesuai. Selain itu, DPR meminta audit investigasi hanya pada proses divestasi 7% saham NNT yang diambil alih oleh pemerintah.
agus martowardojo menegaskan perlunya ada keseimbangan dalam pemeriksaan saham NNT. Dia mengungkapkan jika memang DPR meminta BPK untuk memeriksa pembelian itu, pihaknya juga meminta pada BPK untuk mengaudit 24% saham yang dibeli pemda.
Rencananya, BPK akan memulai audit investigasi pada akhir Juli. Kabarnya, audit ini selama 30 hari. Kita tunggu saja hasilnya. bw
18 - 24 laporan khusus.indd 24 7/27/2011 11:14:41 AM
TepaT pada hari lahirnya pancasila yang jatuh pada Rabu 1 Juni 2011, pagi-pagi sekitar pukul 7.30, Menteri
Koordinator perekonomian Hatta Ra-jasa sudah mendatangi Gedung KpK di Jl Rasuna Said, Kuningan. Sekalipun gedung yang dikenal “paling angker” bagi para koruptor itu masih terlihat sepi, akan tetapi sejumlah kuli tinta dengan setia sudah menunggu kehadi-ran Hatta Rajasa.
Maklumlah, pagi itu calon besan presiden Soesilo Bambang Yudhoyo-no tersebut akan diperiksa penyidik terkait adanya “bau tak sedap ” yang menyangkut dalam pengiriman kereta
Heboh Hibah “Si Ular Besi” dari Jepang
rel listrik (KRL) milik sejumlah peru-sahaan transportasi di Jepang yang dihibahkan ke pemerintah Indonesia.
Memang masalah ini tak ada kai-tannya dengan jabatan Hatta Rajasa sebagai Menteri Koordinator pereko-nomian. Keterangan Hatta yang juga sebagai Ketua Umum paN itu diperlu-kan KpK dalam kapasitasnya sebagai Menteri perhubungan pada saat hibah dilaksanakan pada 2006-2007.
“Saya memberikan penjelasan se-suai kewajiban warga negara terkait masalah hibah KRL dari Jepang,” ka-tanya yang didampingi dua ajudan-nya saat diberondong pertanyaan oleh sejumlah wartawan yang sudah
menunggu di Gedung KpK. Undangan KpK ini memang bukan
untuk kali pertama bagi Hatta. Se-belumnya, dia juga pernah dimintai keterangan sebagai saksi oleh KpK. Waktu itu, Hatta mengaku tidak me-ngetahui pengadaan KRL eks Jepang yang pengirimannya terindikasi ko-rupsi. Sebab, saat pengadaannya, dia tidak lagi bertugas di Departemen per-hubungan. Melainkan sudah pindah ke Sekretariat Negara.
Seperti diketahui, KpK yang mendapatkan bisikan dari ICW ten-tang adanya kejanggalan dalam hal pengiriman kereta hibah itu, tampak-nya semakin penasaran dan getol un-tuk membongkar kasus itu. Hasilnya, pada akhir Oktober 2009 KpK mene-tapkan mantan Direktur Jenderal perkeretapian Soemino eko Saputro, menjadi tersangka. Satu setengah ta-hun kemudian, pada 31 Maret 2011, KpK menahan Soemino eko Saputro dan menitipkannya di Rutan Cipinang, Jakarta Timur.
Dari hasil penyidikan, KpK mengin-dikasikan Soemino terlibat dalam mark up biaya transportasi KRL hibah dari Jepang yang nilai proyeknya men-capai Rp48 miliar tersebut.
25Warta BPK JUNI 2011
PANTAUfoto-foto: istimewa
25 - 29 pantau.indd 25 7/27/2011 11:26:50 AM
Menurut penyidikan, biaya peng-angkutan kereta dinilai KpK terlalu mahal sehingga negara berpotensi menderita kerugian sekitar Rp11 miliar. Soemino pun akhirnya dibidik dengan pasal 2 ayat 1 dan atau pasal 3 UU 31/1999 tentang pemberantasan Tindak pidana Korupsi.
Usai menjalani pemeriksaan sing-kat di KpK, Hatta membenarkan bahwa dia telah ditanya penyidik soal hibah KRL dari Jepang yang belakangan ber-masalah. Namum demikian, dia enggan berkomentar lebih detail tentang ma-teri yang dibahas dalam pemeriksaan yang berlangsung kurang dari 2 jam tersebut. “Soal materi tanyakan ke pe-nyidik,” elaknya.
Ketika disinggung keikutsertaan adiknya, Achmad Hafisz Tohir, untuk melakukan survei KRL ke Jepang ber-sama Soemino, Hatta mengunci per-tanyaam wartawan dengan menjawab bahwa pertanyaan itu juga sudah ma-suk ke materi pokok sehingga yang berwenang memberikan penjelasan adalah penyidik
Krisis AngkutanKasus pengadaan kereta pada
2006-2007 yang mengakibatkan Hatta diperiksa KpK ini berawal dari krisis angkutan massal yang sangat dibu-tuhkan oleh masyarakat. akibat keter-batasan jumlah kereta yang tersedia, para penumpang yang memang kurang disiplin, sering naik ke atap kereta se-hingga kerap menimbulkan kecelakaan yang berakibat fatal.
Kebetulan, saat itu pemerintah Je-pang membuat kebijakan yang intinya sejak 1998 -1999 negaranya tidak akan menggunakan KRL lagi. Kebijakan itu diambil seiring dengan diberlakukan-nya UU Lingkungan Hidup yang mela-rang penggunaan refrigent freon pada alat pendingin di kendaraan umum.
Sementara itu, Indonesia merupa-kan satu-satunya negara yang memiliki sistem transportasi KRL yang sama dengan Jepang. pada 2004, melalui pT Kereta api pemerintah telah membeli 16 unit KRL kepada Itocu Corporation Japan dengan harga 8 juta yen per unit KRL seri 103. Biaya tersebut termasuk
pengangkutan dan transaksi. pada 2005, pT Ka kembali membeli 16 unit KRL seri 8000 pada Tokyu Corporation dengan harga yang sama.
Bak gayung bersambut, setelah melalui proses penjajagan ke Jepang kurang lebih setahun, pada 30 No-vember 2006 ditandatangani kontrak pengangkutan 60 unit kereta tipe 5000 milik Tokyo Metro dan tipe 1000 milik Toyo Rapid. penandatanganan hibah eks kereta api Jepang itu dilakukan an-tara Satuan Kerja pengembangan Sara-na Kereta api dengan Sumitomo Corpo-ration. Dalam kontrak itu disebutkan, biaya angkut termasuk asuransi tiap unit kereta mencapai 9,9 juta yen.
Mahalnya ongkos angkut ini tentu saja mendapat sorotan berbagi pihak, termasuk Indonesian Corruption Watch (ICW). apalagi, dua tipe itu merupakan tipe generasi 1 dan 5 yang tergolong tua. Jadi kalau ongkos ang-kutnya mencapai 9,9 juta yen per unit, ongkos untuk mendatangkan kereta bekas itu menjadi jauh lebih mahal dibandingkan dengan mendatangkan kereta baru. Itulah sebabnya ICW me-laporkan perihal adanya indikasi mark up ongkos kirim kereta itu ke KpK.
Lantas apa gerangan penyebabnya sehingga wartawan menanyakan adik Hatta Rajasa, Achmad Hafisz Tohir. adakah dia ikut terlibat dalam kasus pengiriman “si ular besi” dari Jepang itu?
Menurut pengakuan Soemino yang diungkapkan mantan penasihat hukumnya Tumpal Hutabarat, entah apa perannya saat melakukan survei proyek penambahan KRL itu ahmad Hafisz dan beberapa rekannya, di an-taranya Bendahara Umum paN Jon er-izal, ikut ke Jepang.
Soemino kenal mereka karena per-nah bertemu di ruang kerja Hatta Ra-jasa saat dirinya dipanggil untuk mem-bicarakan penambahan armada kereta yang sangat mendesak.
Saat melakukan survei di Jepang, atas bantuan Japan Railway Technical Services, Soemino mendapatkan infor-masi soal 124 kereta bekas yang siap dihibahkan. perinciannya, 33 unit dari Tokyo Car, 33 unit dari Tokyo Metro, 30 unit dari Tokyo Kosaku, dan sisanya dari Odakyu. Namun, dari jumlah itu, yang siap dikirim ke Indonesia hanya 60 unit.
“Sepulang dari survei, hasil perjala-nan itu saya laporkan ke pak Hatta,” kata Soemino kepada penyidik yang disampaikan pengacaranya.
Setelah melakukan survei perta-ma, pada 12 Januari 2006, Soemino ditemani asril berangkat lagi ke Je-pang. Dalam perjalanan kedua ini, dia semakin intensif membicarakan rencana hibah dengan sejumlah peru-sahaan operator. pasalnya, di negara itu, kereta pada usia tertentu harus di-musnahkan atau dihibahkan ke negara lain.
Menurut Tumpal, sepulang dari kunjungan kedua itu Soemino kembali melaporkan hasilnya kepada Hatta Ra-jasa lewat surat tertanggal 26 Januari 2006. Isinya penjelasan soal alokasi dana yang tersedia dalam daftar isian penggunaan anggaran 2006 senilai Rp76 miliar yang dipakai untuk penga-daan 160 unit kereta.
“Sehari kemudian, Hatta menjawab surat itu lewat disposisi,” kata Tumpal menirukan Soemino. “Isinya proses di-lanjutkan.”
Beberapa bulan kemudian, tepat-nya pada awal September 2006, Soe-mino mendapat nota dinas dari asril Syafei tentang pengangkutan kereta oleh Sumitomo Corp. Dalam nota di-
Hatta Rajasa
26 Warta BPKJUNI 2011
PANTAU
25 - 29 pantau.indd 26 7/27/2011 11:26:50 AM
nas itu, sang direktur menyampaikan perlunya pembahasan lebih lanjut soal hibah dan biaya pengangkutan 60 unit kereta ke Indonesia.
Bahkan dalam surat itu juga ada catatan penting . “Selain itu, dapat ki-ranya diupayakan penunjukan lang-sung kepada Sumitomo,” tulis asril dalam suratnya.
Masuknya Sumitomo menjadi koordinator perusahaan pengangkut kereta ke Indonesia konon merupakan rekomendasi dari Japan Railway Tech-
nical Services. perusahaan perdaga-ngan Jepang ini menyebutkan biaya pe-ngangkutan senilai 9 juta yen (Rp720 juta) per unit, sehingga total biaya yang harus dibayar pemerintah untuk bi-aya transportasi 60 kereta itu Rp43,2 miliar.
Soemino lalu menyurati Hatta. Dia menjelaskan secara terperinci soal jadwal pengiriman kereta itu ke Indo-nesia. Terakhir, dia meminta Hatta me-nyetujui penunjukan langsung kepada Sumitomo.
“Surat itu kembali di-jawab Hatta lewat disposi-si pada 2 November 2006,” kata Tumpal. Menurut dia, dalam disposisi itu Hatta menyatakan setuju de ngan catatan pelaksa-naannya dilakukan sesuai ketentuan yang berlaku.
Setelah melewati se-jumlah proses, Satuan Kerja pengembangan per-keretaapian yang ditugasi menyiapkan proyek terse-but menyetujui penggu-naan anggaran sebesar Rp43,2 miliar. Dengan rincian, Rp14,4 miliar di-ambil dari anggaran 2006 dan dipakai untuk biaya angkut 20 unit kereta, lalu Rp28,8 miliar dari angga-ran 2007 untuk biaya ang-kut 40 unit kereta lain.
Berdasarkan bukti-
bukti yang dimiliki tersebut Tumpal mengatakan kliennya meminta ke-adilan dalam kasus ini. Menurut dia, Soemino berkukuh tidak mendapat keuntungan dari proyek dan berkeya-kinan tidak ada kerugian negara dari kebijakan itu.
“Namun, kalau KpK tetap menilai ada kerugian negara, bukan hanya Soe-mino yang harus bertanggung jawab. atasan dan pihak lain juga harus di-jerat.”
Tumpal menegaskan kliennya melakukan pengiriman KRL hibah dari Jepang karena menjalankan perintah dari Menteri perhubungan saat itu yang dijabat oleh Hatta Rajasa. Kala itu, kliennya diperintahkan Hatta untuk survei ke Jepang. “persetujuan menteri semua. ada disposisinya.”
Hatta membantah telah membe-rikan persetujuan soal penunjukan langsung kepada Sumitomo. Dia me-ngatakan menulis disposisi untuk Sekretaris Jenderal Departemen per-hubungan agar mengkaji usul Soemino.
“Disposisi saya selalu ditujukan ke Sekjen dan tidak pernah ke Dirjen,” ka-tanya.
Hatta menduga ada pihak yang sengaja memelintir dokumen untuk me nyerangnya.
Mantan Menteri-Sekretaris Negara ini mengatakan baru tahu belakangan bahwa proses pengadaan kereta bekas itu bermasalah. “Saya yang meminta proyek itu disetop dan minta Badan pengawasan Keuangan dan pemba-ngunan melakukan audit,” kata Hatta.
Tumpal menilai janggal bantahan Hatta. Menurut dia, jika disposisi benar ditujukan buat Sekretaris Jenderal, ka-limat yang tertulis bukan “setuju dan laksanakan sesuai aturan yang ber-laku”.
Dia juga menepis keterangan Hatta yang menyatakan tidak pernah me-ngeluarkan disposisi untuk Direktur Jenderal. Terbukti, pada 14 Juli 2006, Hatta pernah membuat disposisi un-tuk Sekretaris Jenderal dan Soemino setelah menerima surat dari presiden Direktur Japan Railway Technical Ser-vice. “Bukti-bukti disposisi itu akan kami serahkan ke KpK,” ujarnya. bd
27Warta BPK JUNI 2011
25 - 29 pantau.indd 27 7/27/2011 11:26:52 AM
RapaT paripurna DpR yang digelar pada akhir Mei lalu, telah menyetujui RUU Mata Uang menjadi UU Mata
Uang. Menteri Keuangan agus Mar-towardoyo mengaku gembira dengan disahkannya RUU itu. Dengan adanya UU Mata Uang bisa dijadikan landasan hukum yang kuat dalam pengelolaan dan pengendalian rupiah. Menkeu ber-harap dengan terbitnya UU Mata Uang, semua warga negara cinta terhadap mata uang Indonesia.
Untuk warga di perbatasan dihim-bau untuk tidak lagi menggunakan mata uang asing dalam transaksi perdagangan. pasalnya, UU Mata Uang mengharuskan penggunaan rupiah se-bagai alat transaksi di Indonesia. Mata uang asing tidak diperkenankan, mes-ki berasal dari negara tetangga.
Sejatinya. ada beberapa substansi krusial yang diatur dalam UU Mata Uang. Sebut saja, uang kertas Repu blik Indonesia ditandatangani oleh Guber-nur Bank Indonesia dan presiden di-wakili Menteri Keuangan. Terkait de-
Ada Kontroversi di UU Mata UangRapat paripurna DPR telah mensahkan Rancangan Undang-Undang Mata Uang menjadi Undang-Undang. Nantinya semua orang Indonesia wajib menggunakan mata uang rupiah saat bertransaksi di dalam negeri. Bila melanggar bisa di penjara satu tahun.
ngan waktu pemberlakuan uang kertas baru, mulai diberlakukan, dikeluarkan, dan diedarkan pada 17 agustus 2014.
Dalam UU itu juga diatur bahwa BI perlu berkoordinasi dengan pemerin-tah dalam perencanaan, pencetakan, dan pemusnahan rupiah. Untuk penge-luaran, pengedaran, pencabutan, dan penarikan rupiah, kewenangan tetap menjadi otoritas penuh Bank Indone-sia, sebagai bagian dari pelaksanaan
kebijakan di bidang moneter.Sedangkan untuk memperkuat
mekanisme check and balance, BI juga wajib melaporkan pengelolaan rupiah secara periodik setiap tiga bulan ke-pada DpR. Sedangkan untuk menjamin akuntabilitas pelaksanaan pencetakan, pengeluaran, dan pemusnahan Rupiah, Badan pemeriksa Keuangan (BpK) melakukan audit secara periodik, pa-ling sedikit satu kali dalam satu tahun.
Suasana rapat paripurna DPR sedang mensahkan RUU mata uang menjadi UU
foto: istimew
a
28 Warta BPKJUNI 2011
PANTAU
25 - 29 pantau.indd 28 7/27/2011 11:26:52 AM
Berikutnya menyangkut pence-takan Rupiah dilakukan oleh Bank In-donesia dan dalam proses pelaksanaan pencetakan rupiah dilaksanakan di-dalam negeri dengan menunjuk Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak dalam bidang pencetakan uang. Jika BUMN tersebut menyatakan tidak sanggup, pencetakan Rupiah di-laksanakan oleh BUMN yang bekerjasa-ma dengan lembaga lain yang ditunjuk melalui proses yang transparan dan akuntabel. Bahan baku Rupiah (baik Kertas Uang atau Logam Uang) harus mengutamakan produk dalam negeri dengan menjaga mutu, keamanan, dan harga yang bersaing serta ditetapkan oleh Bank Indonesia yang berkoordi-nasi dengan pemerintah.
Dalam UU tersebut juga disebut-kan beberapa ciri umum rupiah kertas. Diantaranya yakni memuat kata “Ne-gara Kesatuan Republik Indonesia” dan gambar lambang Negara “Garuda pan-casila”. Selain itu pemberantasan ru-piah palsu dilakukan oleh pemerintah melalui suatu badan yang mengoordi-nasikan pemberantasan Rupiah palsu. Badan tersebut terdiri unsur Badan Intelijen Negara, Kepolisian Negara RI, Kejaksaan agung, Kementerian Keua-ngan dan Bank Indonesia. Ketentuan mengenai tugas, wewenang, dan tang-gung jawab badan tersebut akan diatur dengan peraturan presiden.
Meski begitu, pembahasan RUU Mata Uang mengundang perdebatan yang cukup alot. Wakil Ketua Komisi Keuangan achsanul Qosasih meng-atakan ada sejumlah klausul yang mengundang perdebatan pelik. Seper-ti penandatangan uang kertas oleh Menteri Keuangan dan ketentuan re-denominasi. Selain itu, pembahasan beleid mata uang menghasilkan penambahan jumlah pasal, dari yang semula 46 pasal menjadi 48 pasal. Se-mentara untuk jumlah bab tidak meng-alami perubahan, yaitu terdiri dari 12 bab.
Hanya Macan Kertaspengamat ekonomi Universitas
airlangga Subagyo justru melihat
klausul yang ada dalam UU Mata Uang hanya garang dipasalnya. Bila tak ada sistem pengawasan dan penegakan hukum secara tegas, UU itu akan men-jadi ‘macan kertas’ saja. Salah satunya aturan mengenai keharusan bertran-saksi dengan rupiah di daerah perba-tasan. Ketentuan itu dianggap Subagyo tidak memberikan dampak yang besar. Dia menilai di daerah perbatasan mata uang yang acceptable bisa saja ada 2-3 mata uang.
“Contohnya seperti di Batam ber-lalu rupiah, dolar Singapura dan dolar aS. Hal serupa juga terjadi di Bintan, Nunukan, atau atambua. Di sana pem-bayaran tidak mungkin menggunakan rupiah karena mata uang kita hampir tidak beredar,” jelasnya.
Begitu soal ketentuan pidana yang diatur dalam pasal 33 Bab X Ketentuan pidana. Disebutkan, bagi yang melang-gar diancam pidana kurungan paling lama 1 tahun dan denda paling ba nyak Rp200 juta. Menurut Subayo, akan sulit diterapkan karena pada 2015 negara-negara asean telah menyetujui diberlakukannya mata uang tunggal. Dia menilai adanya UU tersebut se-benarnya hanya cermin rebutan tan-datangan di mata uang antara BI dan pemerintah.
pengamat pasar Modal dan Va-las edwin Sinaga justru menilai sisi baik disahkan UU Mata Uang. Dia ber-pendapat pengesahan UU untuk men-guatkan posisi rupiah di mata dunia. Selain itu, sektor perbankan juga tidak akan terganggu.
Manfaat lainnya, ujarnya, UU ini juga mengatur mengenai sanksi bagi orang yang memalsukan rupiah. an-caman hukumannya maksimal 10 ta-hun penjara dan denda sebesar Rp10 miliar. Bagi pengedar atau membe-lanjakan rupiah palsu akan dipenjara maksimal 15 tahun dan denda sebesar Rp50 miliar. Hukuman ini juga berlaku bagi orang yang meniru rupiah kecuali untuk tujuan pendidikan dan promosi asal mencantumkan kata spesimen. Hukumannya berupa denda sebesar Rp200 juta dan pidana kurungan se-lama setahun.
Sanksi bagi orang yang sengaja merusak, memotong, menghancurkan dan mengubah rupiah, dihukum pen-jara selama 5 tahun dan denda sebesar Rp1 miliar. Denda yang sama juga ber-laku untuk setiap orang yang membeli, menjual rupiah rusak rupiah, dipotong, dan dihancurkan. Bahkan, jika ada pihak yang menolak menerima pem-bayaran dalam bentuk rupiah dapat dikenakan pidana.
Protes KeberatanKalangan advokat berpendapat
lain. Mereka justru memprotes kehadi-ran UU Mata Uang. Maklum, pengacara banyak yang bertarif mata uang asing. Sementara UU baru ini menegaskan bahwa rupiah wajib digunakan dalam setiap transaksi yang mempunyai tu-juan pembayaran.
Sekjen perhimpunan advokat In-donesia Hasanuddin Nasution me-nyatakan keberatan jika jasa penga-cara diwajibkan menggunakan rupiah. alasannya, profesi pengacara adalah profesi transborder atau lintas negara sehingga sangat mungkin bersentuhan dengan unsur asing. Oleh karena itu, bila ketentuan nanti diberlakukan klien asing akan enggan menggunakan jasa pengacara Indonesia. Dia menyayang-kan pihak DpR dan pemerintah yang tidak meminta pendapat kalangan pengacara. Hasanuddin akan mengi-rimkan surat ke pemerintah sebagai tanda protes.
protes serupa juga datang dari ka-langan pengusaha realestat. Masalah-nya sama, mereka banyak menerap-kan tarif dalam mata uang asing untuk transaksi sewa-menyewa perkantoran.
Namun, nasi sudah menjadi bubur. UU Mata Uang sudah disahkan DpR dan tinggal menunggu waktu untuk resmi diundangkan. Keberatan yang muncul tidak akan mengubah pasal-pasal dalam UU Mata Uang. Namun, sesuai mekanisme yang berlaku, pihak yang merasa keberatan sebenarnya diberi jalan untuk mengajukan permo-honan judicial review ke Mahkamah Konstitusi. Kita Tungggu saja. bw
29Warta BPK JUNI 2011
25 - 29 pantau.indd 29 7/27/2011 11:26:52 AM