LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT.PERKEBUNAN NUSANTARA … · DI PT.PERKEBUNAN NUSANTARA VII (PERSERO)...

35
1 LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT.PERKEBUNAN NUSANTARA VII (PERSERO) LAMPUNG BAGUS KARTIKO WICAKSONO 14 06 07921 PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA YOGYAKARTA 2017

Transcript of LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT.PERKEBUNAN NUSANTARA … · DI PT.PERKEBUNAN NUSANTARA VII (PERSERO)...

Page 1: LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT.PERKEBUNAN NUSANTARA … · DI PT.PERKEBUNAN NUSANTARA VII (PERSERO) LAMPUNG BAGUS KARTIKO WICAKSONO 14 06 07921 ... Jarak perkebunan ke kantor direksi

1

LAPORAN KERJA PRAKTEK

DI PT.PERKEBUNAN NUSANTARA VII (PERSERO) LAMPUNG

BAGUS KARTIKO WICAKSONO

14 06 07921

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA

YOGYAKARTA

2017

Page 2: LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT.PERKEBUNAN NUSANTARA … · DI PT.PERKEBUNAN NUSANTARA VII (PERSERO) LAMPUNG BAGUS KARTIKO WICAKSONO 14 06 07921 ... Jarak perkebunan ke kantor direksi
Page 3: LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT.PERKEBUNAN NUSANTARA … · DI PT.PERKEBUNAN NUSANTARA VII (PERSERO) LAMPUNG BAGUS KARTIKO WICAKSONO 14 06 07921 ... Jarak perkebunan ke kantor direksi

2

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Kerja Praktek Yng dilaksanakan di PT Perkebunan Nusantara VII mulai

tanggal 3 Juli sampai dengan 5 Agustus 2017 yang disusun oleh:

Nama : Bagus Kartiko Wicaksono

NPM : 140607921

Program Studi : Teknologi Industri

Universitas : Atma Jaya Yogyakarta

Telah diperiksa dan disetujui,

Yogyakarta, 5 Desember 2017

Pembimbing Lapangan Dosen Pembimbing

Lomuk Harianja Dr. A. Teguh Siswantoro

Page 4: LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT.PERKEBUNAN NUSANTARA … · DI PT.PERKEBUNAN NUSANTARA VII (PERSERO) LAMPUNG BAGUS KARTIKO WICAKSONO 14 06 07921 ... Jarak perkebunan ke kantor direksi

3

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan penyertaan-

Nya kami dapat menyelesaikan Laporan Akhir Kerja Praktek di PT Perkebunan

Nusantara VII unit Tulung Buyut. Adapun tujuan dari penyusunan Laporan Akhir

Kerja Praktek ini adalah untuk membantu memahami dan memperdalam

pemahaman teori dan proses tentang proses produksi pengolahan karet di PTPN

VII unit Tulung Buyut.

Kerja Praktek ini merupakan syarat wajib yang harus ditempuh dalam

Program Studi Teknik Industri. Selain untuk menuntaskan program studi yang

penyusun tempuh, kerja praktek ini ternyata banyak memberikan manfaat kepada

penyusun baik dari segi akademik maupun untuk pengalaman yang tidak dapat

penyusun temukan saat berada di bangku kuliah. Dalam penyusunan laporan hasil

kerja praktek ini, penyusun banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak,

oleh sebab itu penyusun ingin mengungkapkan rasa terima kasih kepada Bapak

Wiyoso, Sp selaku manager, Bapak Setyo Budiono selaku asisten pengolahan

RSS, Bapak Dwi Siswanta selaku asisten pengolahan SIR, Bapak Lomuk Harianja,

S.T selaku asisten teknik, Bapak Aji Adhi Kusumo, STP selaku asisiten

pengolahan SIR

Akhir kata, penyusun menyadari bahwa Laporan Akhir kerja praktek ini

masih memiliki banyak kekurangan, meski demikian penyusun berharap laporan

ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Yogyakarta, 20 September 2017

Penyusun

Page 5: LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT.PERKEBUNAN NUSANTARA … · DI PT.PERKEBUNAN NUSANTARA VII (PERSERO) LAMPUNG BAGUS KARTIKO WICAKSONO 14 06 07921 ... Jarak perkebunan ke kantor direksi
Page 6: LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT.PERKEBUNAN NUSANTARA … · DI PT.PERKEBUNAN NUSANTARA VII (PERSERO) LAMPUNG BAGUS KARTIKO WICAKSONO 14 06 07921 ... Jarak perkebunan ke kantor direksi

4

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................................

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................... i

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii

BAB 1 : PENDAHULUAN ................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1

1.2. Tujuan ........................................................................................................ 1

1.3. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Kerja Praktek ......................................... 2

BAB 2 : TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN ..................................................... 3

2.1. Sejarah Singkat Perusahaan...................................................................... 3

2.2. Struktur Organisasi .................................................................................... 4

2.3. Manajemen Perusahaan ............................................................................ 5

BAB 3 : TINJAUAN SISTEM PERUSAHAAN ................................................. 11

3.1. Proses Bisnis Departemen ....................................................................... 11

3.2. Produk yang Dihasilkan ........................................................................... 12

3.3. Proses Produksi ....................................................................................... 12

BAB 4 : TINJAUAN PEKERJAAN MAHASISWA ............................................ 17

4.1. Lingkup Pekerjaan ................................................................................... 17

4.2. Tanggung Jawab dan Wewenang dalam...................................................17

4.3. Metode Pengambilan Data ..... ..................................................................18

4.4. Hasil Pekerjaan ........................................................................................ 19

BAB 5 : KESIMPULAN DAN SARAN ...............................................................29

LAMPIRAN ........................................................................................................ 30

Page 7: LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT.PERKEBUNAN NUSANTARA … · DI PT.PERKEBUNAN NUSANTARA VII (PERSERO) LAMPUNG BAGUS KARTIKO WICAKSONO 14 06 07921 ... Jarak perkebunan ke kantor direksi

5

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Atma Jaya

Yogyakarta (PSTI UAJY) mewajibkan semua mahasiswanya untuk melaksanakan

kerja praktek sesuai dengan Kurikulum di PSTI UAJY. PSTI UAJY memandang

kerja praktek sebagai wahana atau sarana bagi mahasiswa untuk mengenali

suasana di industri serta menumbuhkan, meningkatkan, dan mengembangkan

etos kerja profesional sebagai calon sarjana Teknik Industri.

Kerja praktek dapat dikatakan sebagai ajang simulasi profesi mahasiswa Teknik

Industri. Paradigma yang harus ditanamkan adalah bahwa selama kerja praktek

mahasiswa bekerja di perusahaan yang dipilihnya. Bekerja, dalam hal ini

mencakup kegiatan perencanaan, perancangan, perbaikan, penerapan dan

pemecahanan masalah. Oleh karena itu, dalam kerja praktek kegiatan yang

dilakukan oleh mahasiswa adalah:

1. Mengenali ruang lingkup perusahaan

2. Mengikuti proses kerja di perusahaan secara kontinu

3. Melakukan dan mengerjakan tugas yang diberikan oleh atasan,

supervisor atau pembimbing lapangan

4. Mengamati perilaku sistem

5. Menyusun laporan dalam bentuk tertulis

6. Melaksanakan ujian kerja praktek

1.2. Tujuan

Hal-hal yang ingin dicapai melalui pelaksanaan Kerja Praktek ini adalah:

a. Melatih kedisiplinan.

b. Melatih kemampuan berinteraksi dengan bawahan, rekan kerja, dan atasan

dalam perusahaan.

c. Melatih kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungan kerja.

d. Mengamati secara langsung aktivitas perusahaan dalam berproduksi dan

menjalankan bisnis.

e. Melengkapi teori yang diperoleh di perkuliahan dengan praktek yang ada di

perusahaan.

Page 8: LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT.PERKEBUNAN NUSANTARA … · DI PT.PERKEBUNAN NUSANTARA VII (PERSERO) LAMPUNG BAGUS KARTIKO WICAKSONO 14 06 07921 ... Jarak perkebunan ke kantor direksi

6

f. Menambah wawasan mengenai sistem produksi dan sistem bisnis.

1.3. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Kerja Praktek

Kerja Praktek ini dilaksanakan terhitung mulai tanggal 03 Juli 2017 sampai dengan

05 Agustus 2017 di PT. Perkebunan Nusantara VII (Persero) terletak di desa

Kalipapan Kecamatan Negeri Agung Kabupaten Way Kanan Provinsi Lampung.

Areal tersebut terbentuk Unit Usaha yang terdiri dari beberapa Afdeling yaitu

Afdeling 1 sampai Afdeling 7. Jarak perkebunan ke kantor direksi ± 160 km, ke

kabupaten ± 60 km, dan jarak perkebunan ke kecamatan ± 20 km. semua dapat

ditempuh dengan jalan darat sedangkan lokasi emplasemen berada di dalam areal

PT Perkebunan Nusantara VII.

Page 9: LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT.PERKEBUNAN NUSANTARA … · DI PT.PERKEBUNAN NUSANTARA VII (PERSERO) LAMPUNG BAGUS KARTIKO WICAKSONO 14 06 07921 ... Jarak perkebunan ke kantor direksi

7

BAB 2

TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Singkat Perusahaan

2.1.1. Sejarah Perusahaan (sekaligus perkembangannya)

PT. Perkebunan Nusantara VII Unit Tulungbuyut merupakan salah satu diantara

Unit dalam lingkungan PT. Perkebunan Nusantara VII yang mengelola Budidaya

Tanaman Karet. Letak Unit ini ± 60 km arah Timur Ibu kota Kabupaten Way Kanan,

dan ± 175 km dari Ibu kota Propinsi Lampung, dengan ketinggian tempat ± 82 m

diatas permukaan laut. Jenis tanahnya adalah podsolik merah kuning dengan

bahan induk Tufa asam, latosol dan sebagian kecil alluvial. Type iklim B dengan

rata-rata curah hujan bulanan lebih dari 200 mm sepanjang tahun, sehingga

keadaan musim normal daerah ini tidak mengalami kering yang berkepanjangan.

Perkebunan ini dibangun pada tahun 1930 oleh PT. Internatio Belanda. Tahun

1957 diambil alih oleh Pemerintah Republik Indonesia dalam rangka Nasionalisasi

dengan budidaya tanaman karet dan hasil olah karet konvensional berupa RSS

(Ribbed Smoked Sheet). Setelah pengambilan alihan (Nasionalisasi) pada tanggal

10 Desember 1957, terjadi perubahan status dari Perusahaan Negara (PN)

menjadi Perseroan Terbatas (PT) Perkebunan X (Persero) pada tanggal 30 Juni

1980. Sejalan dengan perkembangan areal dan meningkatnya produksi, maka

pada tahun 1988 dan 1994 dibangun pabrik pengolahan karet remah (CRF)

dengan kapasitas masing-masing 20 ton kk/hari. Dan dilengkapi dengan unit

pengolahan Limbah yang telah memenuhi standar Bapedal. Dengan dibangunnya

pabrik CRF, maka mulai tahun 1989 sudah dapat diproduksi karet remah (SIR) di

samping produksi RSS yang telah ada. Sehingga dengan adanya Restrukturisasi

PT. Perkebunan pada tanggal 11 maret 1996 dengan akte Notaris Harum

Kamil,S.H. No. 40 berubah menjadi PT Perkebunan Nusantara VII (Persero).

2.2. Struktur Organisasi

Struktur Organisasi merupakan susunan dan hubungan antara komponen bagian-

bagian dan posisi dalam suatu perusahaan dalam menjalankan kegiatan-kegiatan

operasionalnya dengan maksud untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan

sebelumnya. Struktur organisasi memiliki fungsi sebagai berikut :

Page 10: LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT.PERKEBUNAN NUSANTARA … · DI PT.PERKEBUNAN NUSANTARA VII (PERSERO) LAMPUNG BAGUS KARTIKO WICAKSONO 14 06 07921 ... Jarak perkebunan ke kantor direksi

8

Gambar 2.1. Stuktur Organisasi PTPN VII Unit Tulung Buyut

Page 11: LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT.PERKEBUNAN NUSANTARA … · DI PT.PERKEBUNAN NUSANTARA VII (PERSERO) LAMPUNG BAGUS KARTIKO WICAKSONO 14 06 07921 ... Jarak perkebunan ke kantor direksi

9

2.3. Manajemen Perusahaan

2.3.1. Visi dan Misi Perusahaan

a) Visi

PT. Perkebunan Nusantara VII salah satu perusahaan Perkebunan mempunyai

visi ” menjadi perusahaan agribisnis dan agroindustri yang tangguh dan berkarakter

global “.

b) Misi

1) Menjalankan usaha agribisnis perkebunan dengan komoditas karet, kelapa sawit,

teh dan tebu.

2) Mengembangkan usaha berbasis bisnis inti yang mengarah ke integrasi vertical.

3) Mengembangkan teknologi budidaya dan proses yang efisien dan akrab dengan

lingkungan untuk menghasilkan produk berstandar, baik untuk pasar domistik

maupun international.

4) Memperhatikan kepentingan shareholders dan stakeholders , khususnya

karyawan, mitra petani, pemasok, dan mitra usaha untuk bersama-sama

mewujudkan daya saing guna menumbuhkembangkan perusahaan.

2.3.2 Nilai-nilai Perusahaan

a. Dinamic

Dinamis = Selalu siap dengan perubahan dan tantangan baru dengan selalu belajar

dan meningkatkan pengetahuan serta kemampuan.

b. On Target

Tepat Sasaran = Bekerja dan tekun demi tercapainya suatu target yang diberikan

oleh Managemen

c. Innovative

Inovatif = Aktif dalam memberikan ide dan terobosan baru serta membuka diri

terhadap semua dan koreksi demi tercapainya perbaikan yang berkesinambungan.

d. Capable

Mampu = Menyelesaikan tugas dan tanggung jawab dengan penuh amanah dan

sungguh-sungguh

e. Team Work

Kerjasama = Mampu bekerja sama dengan rekan, karyawan pelaksanan, maupun

pimpinan serta tetap menjaga kekompakan antar karyawan di dalam perusahaan

Page 12: LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT.PERKEBUNAN NUSANTARA … · DI PT.PERKEBUNAN NUSANTARA VII (PERSERO) LAMPUNG BAGUS KARTIKO WICAKSONO 14 06 07921 ... Jarak perkebunan ke kantor direksi

10

f. Environment Care

Peduli Lingkungan = Senantiasa berusaha untuk selalu menjaga dan peduli

terhadap keberlansungan lingkungan hidup.

2.3.3 Ketenagakerjaan

Pada sub bab ini akan dijelaskan mengenai beberapa hal yang berkaitan

dengan tenaga kerja. Ketenagakerjaan yang ada pada PT. Perkebunan

Nusantara VII Tulungbuyut berkaitan dengan hal-hal berikut ini:

a. Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia atau SDM merupakan elemen yang sangat penting

bagi perusahaan. Ketidakadaannya manusia dalam proses bisnis pada

perusahaan membuat perusahaan tersebut akan berjalan dengan baik.

Namun tidak sembarangan sumber daya manusia dapat digunakan dalam

perusahaan. Dibutuhkan SDM yang memenuhi kopentensi tertentu agar dapat

menjalankan proses bisnis perusahaan.

PT. Perkebunan Nusantara VII Tulungbuyut memiliki kebijakan yaitu

menerapkan karyawan tetap dan karyawan kontrak. Karyawan kontrak

merupakan pekerja yang diambil dari outsourcing yang bisanya ditempatkan

pada bagian pengolahan dan pada pekerja bongkar muat dan sebagainya .

Karyawan lain yang bekerja selain jenis pekerjaan di atas merupakan

karyawan tetap.

b. Prosedur Perekrutan Karyawan

Proses pencarian atau perekrutan tenaga kerja baru di PT. Perkebunan

Nusantara VII Tulungbuyut dilakukan dengan bantuan pihak ketiga yaitu LPP

yang berkantor di Yogyakarta, pihak PT Perkebunan Nusantara VII

TulungBuyut, menerima karyawan yang diseleksi oleh LPP dan kemudian

dilakukan training selama 3 bulan untuk menjadi karyawan outsourcing, dan

1 tahun training untuk menjadi karyawan tetap.

Page 13: LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT.PERKEBUNAN NUSANTARA … · DI PT.PERKEBUNAN NUSANTARA VII (PERSERO) LAMPUNG BAGUS KARTIKO WICAKSONO 14 06 07921 ... Jarak perkebunan ke kantor direksi

11

c. Pembagian Jam Kerja

Sistem pembagian jam kerja yang ada di PT. Perkebunan Nusantara VII

Tulungbuyut adalah menggunakan pembagian berdasarkan pekerja shift .

Pembagian jam kerja shift ditujukan untuk pekerja yang berada di area

produksi, operator mesin, analis dibagian quality management, dan bagian

security. Pembagian waktunya sendiri dibagi ke dalam 2 shift yang tiap shift

bekerja selama 8 jam kerja, berikut ini pembagian waktu untuk setiap shift :

i. Shift 1

Senin - Kamis : 04.00 - 12.00 WIB

Jumat, Sabtu : 04.00 - 11.00 WIB

ii. Shift 2

Senin - Sabtu : 14.00 - 23.00 WIB

iii. Istirahat

Senin – Sabtu : 12.00 – 14.00 WIB

Kebijakan untuk meratakan beban kerja pada pekerja shift, para pekerja

dibagi-bagi dalam grup. Terdapat 4 grup terdiri dari 10 sampai 15 pekerja yang

nantinya tiap grup akan bergantian shift setiap minggunya.

d. Sistem Pengupahan

PT. Perkebunan Nusantara VII Tulungbuyut memiliki sistem pengupahan

yang akan dibayarkan pada setiap bulan tepatnya di pertengahan bulan.

Pembayaran untuk karyawan tetap dibayarkan melalui rekening masing-

masing karyawan, sedangkan untuk karyawan outsourcing untuk gaji

dibagikan melalui kantor administrasi. Besaran nilai upah yang diterima

tentunya disesuaikan dengan tingkat jabatan yang ditambahkan dengan

tunjangan-tunjangan lain. Untuk jabatan atau tingkatan pekerja di PT

Perkebunan Nusantara VII Tulungbuyut ini, mengikuti sistem golongan

seperti pegawai negeri.

Untuk pekerja outsourcing pengupahan didasarkan berdasarkan perjanjian

atau kontrak yang sebelumnya telah disepakati. Penentuan besaran

pengupahan didasarkan pada jenis pekerjaan yang dilakukan.

Page 14: LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT.PERKEBUNAN NUSANTARA … · DI PT.PERKEBUNAN NUSANTARA VII (PERSERO) LAMPUNG BAGUS KARTIKO WICAKSONO 14 06 07921 ... Jarak perkebunan ke kantor direksi

Pada PT. Perkebunan Nusantara VII Tulungbuyut selain mendapatkan gaji

pokok para karyawan atau pekerjanya juga mendapatkan tunjangan-

tunjangan lain. Tunjangan yang didapatkan oleh para karyawan dan pekerja

di PT. Perkebunan Nusantara VII Tulungbuyut adalah sebagai berikut:

i. Tunjangan Hari Raya (Idul Fitri)

ii. Bonus Akhir Tahun

iii. Bonus Pencapaian Target Produksi

2.3.4 Fasilitas yang diterima oleh karyawan

Dalam rangka memberikan kepuasan dan rasa nyaman pada para pekerja pihak

PT. Perkebunan Nusantara VII, Tulung Buyut memberikan beberapa fasilitas.

Fasilitas ini digunakan dan didapatkan oleh para pekerja untuk meningkatkan

produktivitasnya. Fasilitas yang diterima oleh karyawan PT. Perkebunan

Nusantara VII adalah sebagai berikut:

a. Tunjangan Hari Raya (THR)

Tunjangan Hari Raya atau THR diberikan oleh PT. Perkebunan Nusantara

VII sebagai kewajiban perusahaan untuk memberikan tunjangan ketika akan

bertepatan dengan hari raya. Pemberian Tunjangan Hari Raya ini sesuai

dengan PerMen No.04/Men/1994 tentang pemberian tunjangan hari raya. Dan

diberikan kepada karyawan paling lambat 7 hari sebelum hari raya.

b. Jaminan kesehatan (melalui BPJS)

PT. Perkebunan Nusantara VII Tulungbuyut mewajibkan setiap pekerja atau

karyawannya memiliki asuransi. Salah satu yang digunakan oleh perusahaan

adalah jaminan kesehatan melalui BPJS Ketenagakerjaan. Jaminan kesehatan ini

diberikan untuk melindungi para pekerja terutama bagi para pekerja di lingkungan

pabrik karena dalam area pabrik banyak sekali kegiatan- kegiatan yang

berbahaya. Bagi para pekerja yang berada di office juga diberikan jaminan

kesehatan karena tidak menutup kemungkinan bekerja area office akan

mengunjungi area-area pabrik, sehingga tetap perlu diberikan jaminan.

Page 15: LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT.PERKEBUNAN NUSANTARA … · DI PT.PERKEBUNAN NUSANTARA VII (PERSERO) LAMPUNG BAGUS KARTIKO WICAKSONO 14 06 07921 ... Jarak perkebunan ke kantor direksi

c. Kerja Sama

PT. Perkebunan Nusantara VII Tulungbuyut bekerja sama dengan Bank BRI.

Karyawannya diberikan fasilitas rekening Bank BRI agar mempermudahkan

dalam memberikan gaji dan tunjangan-tunjangan lainnya.

d. Klinik kesehatan

Fasilitas klinik juga diberikan oleh PT. Perkebunan Nusantara VII

Tulungbuyut yang merupakan wujud kepedulian perusahaan terhadap

kesehatan para karyawannya. Fasilitas ini selain dapat digunakan untuk

pengobatan, Klinik juga menyediakan obat-obatan yang mendukung untuk

mengobati keluhan-keluhan penyakit ringan yang dialami karyawan.

Terdapat tim khusus di klinik ini yang selalu siap siaga dalam

menanggulangi jika adanya kecelakaan kerja yang dialami pekerja.

e. Tempat ibadah (Masjid)

Fasilitas yang diberikan selain untuk kebutuhan jasmani, namun PT.

Perkebunan Nusantara VII Tulungbuyut juga memberikan fasilitas bagi

kebutuhan rohani para karyawannya. Tempat ibadah diberikan pada

karyawan yang ingin menunaikan kewajibannya beribadah.

f. Mess (Perumahan Karyawan)

PT. Perkebunan Nusantara VII Tulungbuyut juga memberikan fasilitas berupa

perumahan Karyawan yang letaknya berada di lingkungan pabrik pengolahan PT

Perkebunan Nusantara VII Tulungbuyut. Pemberian fasilitas ini bertujuan untuk

meningkatkan efisiensi pekerja.

g. Safety Tools

PT. Perkebunan Nusantara VII Tulungbuyut dalam upayanya meningkatkan

keamanan dan keselamatan kerja dari para karyawan terutama pada area

pengolahan. PT. Perkebunan Nusantara VII Tulungbuyut memberikan

fasilitas alat-alat pelindungan diri terhadap kecelakaan. Fasilitas utama

yang diterima semua karyawan adalah berupa sepatu boot dan Masker.

Namun bagi pekerja-pekerja khusus seperti di area produksi mendapatkan

tambahan perlindungan. Tambahan perlindungan tersebut berupa sarung

tangan, masker, dan earplug. PT. Perkebunan Nusantara VII Tulungbuyut

juga memberikan alat-alat perlindungan dari kecelakaan yang diberikan

melalui bagian divisi K3, supaya para pekerja selalu ingat dalam bekerja

selalu mengutamakan kesehatan, dan keselamatan kerja.

Page 16: LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT.PERKEBUNAN NUSANTARA … · DI PT.PERKEBUNAN NUSANTARA VII (PERSERO) LAMPUNG BAGUS KARTIKO WICAKSONO 14 06 07921 ... Jarak perkebunan ke kantor direksi

h. Internet

PT. Perkebunan Nusantara VII Tulungbuyut dalam usahanya meningkatkan

produktivitas dari karyawan, memberikan fasilitas berupa layanan internet.

Fasilitas ini tentunya hanya digunakan untuk kegiatan- kegiatan yang

memiliki kepentingan bagi perusahaan.

Page 17: LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT.PERKEBUNAN NUSANTARA … · DI PT.PERKEBUNAN NUSANTARA VII (PERSERO) LAMPUNG BAGUS KARTIKO WICAKSONO 14 06 07921 ... Jarak perkebunan ke kantor direksi

BAB 3

TINJAUAN SISTEM PERUSAHAAN

Pada bagian bab 3 ini akan dijelaskan mengenai proses bisnis system perusahaan

produk yang dihasilkan beserta proses-proses produksinya.

3.1 Proses Bisnis Departemen

Proses bisnis pada PT. Perkebunan Nusantara VII memiliki beberapa departement

yaitu BOKAR, gudang bahan baku, pengolahan, sortasi, quality control dan

gudang, alur proses bisnis dijelaskan pada gambar 3.1

Proses Bisinis PT. Perkebunan Nusantara VII

Gudang Bahan BakuBOKAR Pengolahan Sortasi Quality Control Gudang

Ph

ase

Menerima LateksMenyimpan bahan

baku lateksMengolah lateks menjadi remahan

Dibersihkan sebanyak 7 kali

poses

Dimasukkan ke dalam penggilingan sebanyak 5 menjadi

lembaran karet

Lembaran lateks ditimbang

Dijemur selama 12 hari

Dicuci dan dikirim ke roli sekaligus

pengeringan

Diantar ke bagian penimbangan

Ditimbang

Mengecek kualitas produk

Apakah karet memenuhi standard

Menyusun karet di gudang

Gambar 3.1 Proses Bisnis

Page 18: LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT.PERKEBUNAN NUSANTARA … · DI PT.PERKEBUNAN NUSANTARA VII (PERSERO) LAMPUNG BAGUS KARTIKO WICAKSONO 14 06 07921 ... Jarak perkebunan ke kantor direksi

3.2 Produk yang dihasilkan

Produksi dan Produktivitas Komoditas tanaman yang dihasilkan oleh PTPN VII

(Persero) antara lain:

a. Karet merupakan komoditas andalan ekspor yang mempunyai kontribusi

penting bagi perusahaan. Produksi yang dihasilkan antara lain: Standard

Indonesian Rubber (SIR), Ribber Smoked Sheet (RSS).

b. Kelapa sawit merupakan komoditas dengan areal terluas kedua yang memiliki

produktivitas cukup tinggi. Produksi yang dihasilkan antara lain : minyak kepala

sawit, inti sawit, dan minyak inti sawit.

c. Teh Komoditi teh yang berada di PTPN VII (Persero) hanya berada di unit

usaha Pagar Alam (Pala), dengan produk berupa :

i. Grade I = BOP, BOP I, BOPF, PF, DUST, BP, BT.

ii. Grade II= BP II, BT II, PF II, DUST II, DUST III, DUST IV, FANN II, FANN

III

iii. Off Grade = BM, FLUFF, POWDER, RMIT

d. Tebu PTPN VII (Persero) memiliki 2 pabrik gula, yaitu : Cinta Manis di

Sumatera Selatan dan Bunga Mayang di Lampung dengan produk yang

dihasilkan yaitu : gula dan tetes.

3.3 Proses Produksi

3.3.1. Pengolahan Karet Standard Indonesian Rubber ( SIR )

a. Penerimaan Bahan Olah Karet ( BOKAR )

Bahan olah karet dari masyarakat berupa cup lump/slab yang tiba di pabrik

ditentukan beratnya dengan menggunakan jembatan timbang atau timbangan

duduk. Setelah itu dilakukan sortasi mutu bokar yang terutama diterima dari

plasma/pembelian, mutu bokar yang tidak sesuai dengan standard SNI tidak

diterima. Bokar dari kebun inti, plasma dan pembelian ditempatkan di lantai semen

dan terlindungi dari sinar matahari, dan dikelompokkan sesuai jenis mutunya untuk

memudahkan mengatur komposisi, blending agar mutu produk yang dihasilkan

memenuhi spesifikasi teknis.

Page 19: LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT.PERKEBUNAN NUSANTARA … · DI PT.PERKEBUNAN NUSANTARA VII (PERSERO) LAMPUNG BAGUS KARTIKO WICAKSONO 14 06 07921 ... Jarak perkebunan ke kantor direksi

b. Pencacahan dan Blending Karet

Sebelum digiling bahan olah karet terutama slab yang tebal harus

dibelah/dipotong dengan slab cutter untuk memeriksa kontaminan dan

memudahkan pengolahan selanjutnya . Kotoran pada permukaan bokar dicuci

sebelum ke slab cutter. Kemudian bokar dipecah dalam pre breaker menjadi

ukuran ± 3 – 5 cm, setelah keluar dari pre breaker cacahan karet masuk dalam bak

blending 1 supaya homogen (Gambar 37). Cacahan karet dipecah lagi menjadi

ukuran kecil ± 2 – 4 cm menggunakan hammermill 1. Cacahan yang diperoleh

kemudian dicampur lagi dalam bak blending II kemudian cacahan dipecah lagi

menjadi ukuran lebih kecil ukuran ± 1 – 2 cm menggunakan hammermill II.

Cacahan yang keluar dicampur lagi dalam bak blending III yang berfungsi supaya

cacahan karet tercampur dengan baik.

c. Pembuatan Crep

Cacahan dari bak blending III masuk ke macerator untuk membuat lembaran awal.

Lembaran yang keluar dari macerator digiling dengan creper I dan II sambil

melakukan pengepakan yang bertujuan agar lembaran crep menjadi homogen,

kemudian masuk ke creper III dan akhirnya masuk ke creper finisher ketebalan

crep 8 – 10 mm. Selama penggilingan selalu dibarengi pencucian disetiap creper.

Crep hasil gilingan ditimbang dan dikeringkan dalam ruangan penggantung pre

drying minimal 12 hari.

d. Peremahan dan Pengeringan

Setelah 12 hari di pre drying crepe diremah menggunakan shredder. Selanjutnya

remahan dimasukkan ke dalam trolly menggunakan vortex pump dan vibrating

screen. Pengisian trolly tidak boleh terlampau padat dan ketinggiannya cukup

merata pada setiap trolly dan tidak boleh terjadi penggumpalan. Trolly yang sudah

berisi remahan dimasukkan kedalam dryer, setting time 18 – 20 menit per trolly

untuk dryer merk YAM dan 7 menit – 8 menit untuk dryer merk SHT atau lama

pengeringan 3 jam - 3,2 jam dan setting of temperatur dryer1180C – 1200C. Setting

time dan setting dryer tidak diperbolehkan diubah – ubah ketika dryer sedang

beroperasi, kecuali bila keadaan memaksa misalnya terjadi white sport/virgin

rubber.

Page 20: LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT.PERKEBUNAN NUSANTARA … · DI PT.PERKEBUNAN NUSANTARA VII (PERSERO) LAMPUNG BAGUS KARTIKO WICAKSONO 14 06 07921 ... Jarak perkebunan ke kantor direksi

e. Sortasi dan Pengepakan

Karet keluar dari dryer didinginkan menggunakan cooling fan hingga suhu

maksimum 400 C dan sebelum di press diamati dan dihilangkan cacat karet yang

ada seperti white spot/virgin rubber, kontaminasi dan sebagainya. Sebelum

dipress karet ditimbang menurut berat yang diminta oleh konsumen. Toleransi

selisih berat yang diperkenankan per bale maksimal 0,5 %. Setelah ditimbang

karet dipress dengan balling press selama ± 30 detik, hasil pressan harus padat

dan kompak. Sebelum dibungkus dilakukan sortasi pada bagian luar bale

kemungkinan adanya white sport/virgin rubber dan kontaminasi benda asing

lainnya dan diditeksi menggunakan metal detector . Sementara pengamatan

bagian dalam bale dilakukan dengan cara dibelah dengan kelipatan 6 dalam

satu pallet (1 bale disetiap lapisan). Bale yang sudah disortir melalui metal detector

(bebas white spot/virgin rubber dan kontaminasi) diberi pita mutu yang sesuai

dengan kelas mutunya lalu dilakukan pengepakan dengan kantong plastik polos

atau langsung dikemas dengan kantong plastik berlogo, Sebelum dimasukan

kedalam peti pallet diambil contoh/sample SIR untuk dianalisis laboratorium,

contoh/ sample SIR diambil dengan kelipatan 9 dalam setiap pallet berisi 36 bale.

Bale dikemas dalam pallet ( FS ) atau shrink wrapped ( SW )

f. Penyimpanan dan Penggudangan

Kemasan pallet yang sudah selesai ditutup diberi nomor, Tanda Pengenal

Produsen (TPP) dibuat pada sisi pallet, sementara kemasan SW diberi nomor,

TPP pada label kemasan, kemudian disimpan dalam gudang penyimpanan

(Gambar 43 dan Gambar 44). Penyusunan dan penumpukan pallet/SW

dikelompokkan menurut jenis mutunya untuk memudahkan dalam pelayanan

export/pengiriman. Tumpukan pallet maksimum 3 tingkat dan SW ditumpuk

menggunakan rak besi maksimum 3 tingkat.

3.3.2. Pengolahan Ribbed Smoke Sheet (RSS)

a. Penerimaan Bahan Baku ( Lateks )

Penerimaan bahan baku lateks dari kebun melalui beberapa tahapan yaitu, Lateks

yang tiba di pabrik ditimbang menggunakan jembatan timbangan atau

diukur menggunakan bulking tank berskala. Kadar Karet Kering ( KKK ) lateks

yang baik untuk diolah menjadi RSS berkisar 28 – 31%. Lateks dari tank diambil

100 gram untuk dijadikan sample Kadar Karet Kering ( KKK ) sebelum masuk ke

tempat pengolahan. Lateks dari tanki kendaraan pengangkut dituang ke bulking

Page 21: LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT.PERKEBUNAN NUSANTARA … · DI PT.PERKEBUNAN NUSANTARA VII (PERSERO) LAMPUNG BAGUS KARTIKO WICAKSONO 14 06 07921 ... Jarak perkebunan ke kantor direksi

tank dan disaring dengan saringan 40 – 60 mesh. Kontaminasi yang banyak

ditemui pada lateks hasil kebun berupa daun pohon karet, tatal kayu, dan

kontaminasi lainnya, lalu dibuang di tempat yang telah disediakan. Pada saat

penuangan lateks ke bulking tank, tidak boleh terlalu deras karena sebagian lateks

tidak tersaring dengan baik. Lateks yang telah mengalami prakoagulasi tidak boleh

menjadi RSS.

b. Pengenceran dan Pembekuan Lateks

Lateks diencerkan menjadi 12 – 14% KK di dalam bak – bak penggumpal, air yang

digunakan harus bersih dan jernih. Lateks dialirkan dari bulking tank ke bak – bak

penggumpal lateks yang telah berisi air pengencer, kemudian lateks tersebut

diaduk ± 16 kali ( 8 kali maju, 8 kali mundur ). Setelah pengadukan cukup rata

kemudian dilakukan pembuangan busa dengan menggunakan saringan tangan 60

mesh. Selanjutnya menambahkan larutan asam semut (formic acid) kepekatan 2,5

secukupnya, kemudian diaduk sebanyak ± 16 kali ( 8 kali maju, 8 kali mundur )

agar tercampur merata. Selanjutnya dilakukan pembuangan busa kedua hingga

tidak terlihat lagi busa dipermukaan lateks. Pemasangan alat plat penyekat

dilakukan setelah pembuangan busa kedua. Sebelum dipasang plat penyekat

disiram dengan air lebih dahulu agar koagulum tidak lengket pada plat – plat

penyekat. Lateks didiamkan selama ± 4 jam sebelum digiling.

c. Penggilingan

Sebelum digiling koagulum yang sudah menggumpal sempurna di bak – bak

penggumpal disiram/diisi air, untuk memudahkan dalam pencabutan plat

penyekat. Talang luncuran koagulum diisi air untuk memudahkan koagulum

mengapung tujuannya agar karet mudah ditarik untuk dimasukkan ke mesin

giling sheeter . Plat penyekat dicabut satu persatu dimulai dari bak penggumpal

yang koagulumnya telah menggumpal dengan sempurna. Antara satu koagulum

dengan koagulum lainya diusahakan agar mudah disambung dan mudah

penarikannya ke mesin giling (sheeter ). Mesin giling (sheeter ) dihidupkan berikut

air penyemprot di atas rol, lalu masukkan koagulum satu per satu. Hindari sheet

melipat selama dalam proses penggilingan. Ketebalan penggilingan sheet basah

keluar dari sheeter 3 – 4 mm. Pencucian lembaran sheet dilakukan dalam bak

pencucian hingga tidak ada lagi tersisa asam. Kemudian dilakukan

penggantungan sheet pada lori. Setelah lori terisi penuh, lori didorong ke tempat

penyiraman. Sheet disiram/dicuci kembali untuk menghilangkan sisa – sisa asam

Page 22: LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT.PERKEBUNAN NUSANTARA … · DI PT.PERKEBUNAN NUSANTARA VII (PERSERO) LAMPUNG BAGUS KARTIKO WICAKSONO 14 06 07921 ... Jarak perkebunan ke kantor direksi

dan kotoran yang masih tersisa. Sebelum masuk ke kamar pengasapan. Lori yang

berisi lembaran, di keringkan terlebih dahulu selama 2 – 4 jam.

3.4 Material Handling

Material Handling adalah salah satu jenis transportasi (pengangkutan) yang

dilakukan dalam perusahaan industri, yang artinya memindahkan bahan baku,

barang setengah jadi atau barang jadi dari tempat asal ketempat tujuan yang telah

ditetapkan.

3.4.1 Material Handling pada Pengolahan RSS

a. Kereta dorong

Karet yang sudah melewati proses pengasapan akan dipindahkan ke gudang

penyimpanan menggunakan kereta dorong

b. Rak Dorong

Karet yang sudah melewati proses penggilingan akan disusun di rak

penjemuran, rak tersebut di desain dapat melewati rel menuju gudang

penjemuran.

3.4.2 Material Handling pada Pengolahan SIR

a. Conveyor

Conveyor digunakan untuk memindakan material (lateks) ke mesin penggiling

latek. Selain itu conveyor juga digunakan pada proses packaging.

b. Lift Roll crepe

Karet yang sudah digiling dan menjadi lembaran panjang akan digulung

membentuk roll dan diangkat menggunakan lift menuju gudang penjemuran.

c. Gerobang Sorong

Gerobak dorong digunakan untuk mendorong roll karet ke lokasi penjemuran

karet.

d. Forklift

Forklift digunakan untuk memindahkan produk setengah jadi ke gudang

penyimpanan.

Page 23: LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT.PERKEBUNAN NUSANTARA … · DI PT.PERKEBUNAN NUSANTARA VII (PERSERO) LAMPUNG BAGUS KARTIKO WICAKSONO 14 06 07921 ... Jarak perkebunan ke kantor direksi

BAB 4

TINJAUAN PEKERJAAN MAHASISWA

Pada bab 4 ini dibahas mengenai tinjauan pekerjaan yang dilakukan selama

melaksanakan kerja praktek. Tinjauan pekerjaan yang dilakukan meliputi lingkup

pekerjaan, tanggung jawab dan wewenang , metodologi pelaksanaan pekerjaan

dan hasil pekerjaan

4.1. Lingkup Pekerjaan

Pelaksanaan kerja praktek di PT. Perkebunan Nusantara VII Tulungbuyut

ditempatkan di Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dibawah

pengawasan Bapak Boediono, selaku kepala team K3 di PT. Perkebunan

Nusantara VII Tulungbuyut. Selama pelaksanaan kerja praktek ditugaskan di area

produksi SIR 20, untuk melakukan pengamatan serta evaluasi terhadap

kemungkinan-kemungkinan potensi bahaya yang dapat terjadi area produksi SIR

20. Pelaksanaan kerja praktek dibimbing dan dibantu oleh:

a. Bapak Setyo Boediono, selaku kepala team K3, sekaligus pembimbing

lapangan yang membantu mengarahkan tugas kepada penulis.

b. Bapak Lomuk Harianjah, selaku kepala kantor teknik yang membantu

memberikan arahan dan orientasi di lingkungan produksi SIR 20

c. Bapak Dwi Siswanta, selaku kepala pengolahan/produksi SIR 20, yang

membantu memberi informasi mengenai hal penting dan data mengenai

pengolahan SIR 20

4.2. Tanggung Jawab dan Wewenang dalam Pekerjaan

Pada pelaksanaan kerja praktek di PT Perkebunan Nusantara VII Tulungbuyut

diberi tanggung jawab dan wewenang oleh pihak perusahaan. Tanggung jawab

yang diberi yaitu membantu dan melakukan analisis mengenai resiko bahaya yang

mungkin terjadi di area produksi SIR 20. Wewenang yang diberikan antara lain

sebagai berikut:

a. Diizinkan untuk mengamati secara langsung kegiatan atau aktivitas yang

terjadi.

Page 24: LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT.PERKEBUNAN NUSANTARA … · DI PT.PERKEBUNAN NUSANTARA VII (PERSERO) LAMPUNG BAGUS KARTIKO WICAKSONO 14 06 07921 ... Jarak perkebunan ke kantor direksi

b. Diizinkan untuk berkomunikasi atau bertanya kepada pembimbing apabila ada

hal yang tidak dipahami dari proses yang terjadi

c. Difasilitasi tempat kerja yang bertempat di kantor tehnik

d. Diizinkan untuk mengambil data secara langsung di lapangan.

4.3. Metode Pengambilan Data

Dalam proses pengambilan data , dilakukan dengan cara turun langsung ke proses

pengolahan produksi SIR 20. Untuk kemudian melakukan observasi dengan

mengamati mengenai potensi bahaya yang dapat terjadi pada tiap-tiap stasiun

kerja. Hal-hal yang diamati antara lain yaitu mengenai tindakan kerja setiap

karyawan yang berpatokan pada SOP yang telah perusahaan buat, alat-alat

pelindung diri yang telah menjadi standar, serta keadaan lingkungan saat proses

produksi berlangsung. Untuk nantinya didapatkan analisis mengenai resiko

bahaya yang mungkin terjadi serta dampak atau efek samping dari resiko bahaya

tersebut bagi karyawan yang bekerja pada bagian pengolahan SIR 20.

Untuk membantu menunjang informasi yang diperlukan, maka pada pengambilan

data, dibagikan kuisioner mengenai Kesehatan dan Keselamatan Kerja kepada

karyawan. Hal ini dirasa mampu membantu untuk dapat memperoleh data yang

sesuai dengan yang didapatkan dan di lapangan. Konsultasi mengenai penyakit

akibat kerja yang telah didapatkan dari data kuisioner dilakukan dengan petugas

kesehatan yang ada di puskesmas milik PTPN VII.

Page 25: LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT.PERKEBUNAN NUSANTARA … · DI PT.PERKEBUNAN NUSANTARA VII (PERSERO) LAMPUNG BAGUS KARTIKO WICAKSONO 14 06 07921 ... Jarak perkebunan ke kantor direksi

Mulai

Mempelajari alur

proses produksi

pada pengolahan

SIR 20

Mengamati

mengenai potensi

bahaya pada

setiap stasiun kerja

Melakukan analisis

dan pengumpulan

data

Melakukan konsultasi

mengenai pekerjaan

dengan pembimbing

lapangan

Membuat laporan

Selesai

Gambar 4.1. Diagram Alur Pelaksanaan Pekerjaan

4.4. Hasil Pekerjaan

Pada pelaksanaan kegiatan Kerja Praktek ini, analisis difokuskan pada resiko atau

potensi bahaya yang mungkin dapat terjadi pada area produksi SIR 20 serta faktor-

faktor penyebabnya.

4.4.1. Sistem Kesehatan dan Keselamatan Kerja PTPN VII

a. Alat Pelindung Diri

Keselamatan karyawan perlu diperhatikan, untuk itu perlu adanya perlindungan

terhadap faktor bahaya yang menyebabkan kecelakaan kerja. Adapun sistem

keselamatan kerja di PTPN VII telah menyediakan:

1. Ear Plug (sumbat telinga)

Berfungsi melindungi tenaga kerja dari paparan kebisingan yang melebihi

ambang batas. Ear plug ini diberikan kepada operator yang bekerja pada

Page 26: LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT.PERKEBUNAN NUSANTARA … · DI PT.PERKEBUNAN NUSANTARA VII (PERSERO) LAMPUNG BAGUS KARTIKO WICAKSONO 14 06 07921 ... Jarak perkebunan ke kantor direksi

mesin Macerator, Creeper, dan Finisher. Selain operator mesin-mesin tersebut

, ear plug ini juga berlaku bagi karyawan yang berhubungan langsung dengan

area tersebut.

2. Safety Shoes (sepatu boot)

Safety Shoes diberikan kepada seluruh karyawan. Safety shoes ini dijadikan

standar keamanan untuk seluruh karyawan yang ingin masuk pada area

produksi SIR 20.

3. Anti Polution Masker

Anti Polution Masker diberikan kepada semua karyawan yang berada di area

produksi, termasuk staff office yang berhubungan langsung dengan area

produksi. Fungsinya untuk menghindari paparan polusi dari hasil emisi mesin

produksi dan polusi bau dari bahan baku karet

4. Ear Muff

Ear muff diberikan kepada operator mesin Shreeder, fungsinya sama dengan

ear plug, hanya saja pada mesin shreeder ini kebisingan yang dihasilkan tinggi

sehingga peredaman yang dibutuhkan lebih tinggi.

5. Sarung Tangan

Sarung tangan yang disediakan merupakan sarung tangan yang tahan

terhadap api. Sarung tangan ini diberikan kepada karyawan yang bekerja di

gudang yang bertugas melapisi bal-bal karet yang sudah dipress dan

ditumpuk, sarung tangan pada proses pelapisan ini penting karena, plastik

yang digunakan untuk melapisi harus dipanaskan menggunakan api menyala

yang berasal dari tabung. Sarung tangan ini diberikan pada pekerja yang

bekerja di bagian maintenance (bengkel).

6. Tameng Muka dan Kacamata las

Kacamata las berfungsi melindungi mata pekerja dari sinar las. Kacamata ini

diperuntukkan bagi pekerja di bagian maintenance. Sedangkan tameng muka

sering digunakan pada proses penggerindaan di bagian maintenance .

Page 27: LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT.PERKEBUNAN NUSANTARA … · DI PT.PERKEBUNAN NUSANTARA VII (PERSERO) LAMPUNG BAGUS KARTIKO WICAKSONO 14 06 07921 ... Jarak perkebunan ke kantor direksi

PTPN VII memberikan APD kepada karyawan sesuai dengan jenis pekerjaan yang

terkoordinir di setiap departemen. Tetapi karena beberapa faktor kenyataan di

lapangan bahwa penggunaan APD belum terlaksana dengan baik.

b. Pengaman Mesin

Pada mesin produksi terdapat pengaman mesin yaitu emergency stop. Emergency

stop ini berfungsi untuk menghentikan mesin secara tiba-tiba ketika terjadi suatu

kejadian kecelakaan kerja, atau keadaan darurat lainnya.

c. Rambu Tanda Bahaya dan Poster K3

Rambu tanda bahaya mengenai peringatan bahaya api, benda mudah terbakar,

bahan kimia, dan poster himbauan tentang keselamatan kerja telah terpasang

pada beberapa titik sesuai areanya. Beberapa titik telah terpasang poster K3

karena untuk memberikan peringatan kepada pekerja agar menghargai

keselamatan dan kesehatan mereka dengan menggunakan alat pelindung diri dan

tidak melakukan tindakan tidak aman.

Gambar 4.2 Himbauan alat Gambar 4.3 Peringatan

pelindung diri (APD)

Gambar 4.4 Slogan Keselamatan Gambar 4.5 Himbauan APD

Page 28: LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT.PERKEBUNAN NUSANTARA … · DI PT.PERKEBUNAN NUSANTARA VII (PERSERO) LAMPUNG BAGUS KARTIKO WICAKSONO 14 06 07921 ... Jarak perkebunan ke kantor direksi

Gambar 4.6 Rambu Peringatan Gambar 4.7 Rambu Peringatan

d. Sistem Pemadam Kebakaran

Fasilitas pemadam kebakaran pada PTPN VII Tulungbuyut ini sesuai

denganketentuan Permenakertrans No.Per. 04 / MEN / 1980 tentang syarat –

syarat tentang pemasangan Alat Pemadam Api Ringan (APAR). Telah sesuai

dengan kondisi dan kelengkapan bagian dari hydrant seperti nozzle, box, selang

valve dan lain-lain. Serta di masing-masing lokasi hydrant terdapat panduan cara

penggunaannya. Kemudian di setiap bangunan dan kantor sudah terdapat peta

tata letak alat pemadam api. Untuk APAR yang ada di PTPN VII Tulungbuyut ini

ada 70 buah dan hydrant tersebar pada 9 titik di lingkungan pabrik

Gambar 4.8 APAR Gambar4.9 Hydrant Gambar 4.10 Peta APAR

e. Pelayanan Kesehatan Kerja

PTPN VII menyediakan fasilitas kesehatan bagi karyawan berupa puskesmas

yang terletak tidak jauh dari pabrik. Fungsi dari adanya puskesmas ini yaitu untuk

memberikan pelayanan kesehatan kepada pekerja yang mengalami kecelakaan

kerja ringan, melayani pemeriksaan tenaga kerja dan obat-obatan bagi pekerja

yang sakit. Pelayanan kesehatan kepada tenaga kerja diberikan selama jam kerja.

Untuk tenaga medis yang ada yaitu seorang mantri/perawat. Dan juga seluruh

pekerja mendapatkan jaminan kesehatan BPJS. PTPN VII juga menyediakan P3K

pada beberapa titik guna membantu menangani keadaan-keadaan darurat akibat

kecelakaan kerja. Kemudian untuk pelaporan penyakit akibat kerja yang dialami

tenaga kerja di PTPN VII dapat dilihat dari keluhan-keluhan pekerja saat berobat

Page 29: LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT.PERKEBUNAN NUSANTARA … · DI PT.PERKEBUNAN NUSANTARA VII (PERSERO) LAMPUNG BAGUS KARTIKO WICAKSONO 14 06 07921 ... Jarak perkebunan ke kantor direksi

ke puskesmas macam-macam penyakit akibat kerja yang sering dialami

diantaranya yaitu : ISPA, diare, magh dan telinga berdenging.

Gambar 4.11 Puskesmas

f. Sanitasi

Sanitasi adalah kebersihan semua tempat untuk menciptakan kesehatan bagi

lingkungan dan bagi tenaga kerja itu sendiri. Sanitasi yang menjadi perhatian di

PTPN VII ini yaitu kebersihan lingkungan kerja baik di dalam maupun di luar ruang

produksi dibersihkan dan dipel. Selain kebersihan di area produksi kebersihan got

juga diperhatikan agar tidak mengganggu aliran air. Serta juga adanya

pengontrolan dalam pembuangan sampah sehingga sangat membantu

kelancaran proses produksi.

4.4.2. Hasil Pengamatan di lapangan mengenai potensi bahaya yang

mungkin terjadi

a. Slab Cutter dan Sizer (pencacahan)

Slab Cutter berfungsi untuk memotong/mencacah bahan baku karet menjadi

bagian-bagian lebih kecil dan memisahkan kotoran yang terikut dalam bahan baku,

dan menyeragamkan ukuran bahan baku (bokar). Pada pengamatan yang

dilakukan di stasiun kerja proses pencacahan bahan baku karet yaitu pada proses

pencacahan, didapatkan beberapa potensi bahaya yang dapat mengganggu

kinerja pekerja, yaitu bau yang menyengat akibat dari tumpukan bahan baku karet

yang berasal dari pihak ketiga, bau yang dihasilkan berasal dari bau karet itu

sendiri dan juga ditambah lagi dengan bau yang diakibatkan karena adanya

beberapa bahan baku karet dari pihak ketiga yang pada saat penyimpanannya

diletakkan di dalam parit, sehingga bau bahan baku karet tersebut bercampur

dengan bau parit sehingga menyebabkan potensi bahaya yang tergolong dalam

Bilogical Hazard, bahaya ini muncul karena berdasarkan apa yang diperoleh di

Page 30: LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT.PERKEBUNAN NUSANTARA … · DI PT.PERKEBUNAN NUSANTARA VII (PERSERO) LAMPUNG BAGUS KARTIKO WICAKSONO 14 06 07921 ... Jarak perkebunan ke kantor direksi

lapangan, operator yang bekerja pada mesin sizer ini tidak menggunakan masker.

Pada stasiun ini juga ditemui faktor resiko kebisingan namun masih pada ambang

batas toleransi kebisingan yang dapat diterima oleh pendengran, bahaya ini

digolongkan kedalam golongan bahaya Physical Hazard namun kondisi ini dapat

menyebabkan masalah pendengaran yaitu Temporary Hearing Loss, masalah ini

disebabkan paparan kebisingan dalam jangka waktu singkat, pendengaran akan

kembali saat menjauh dari kebisingan.

b. Hammer Mill (pencuci karet)

Hammer Mill berfungsi untuk memecahkan potongan-potongan karet dari slab

cutter/sizer menjadi bagian-bagian yang lebih kecil dan juga membersihkan

kotoran yang ada dalam remahan karet. dan membersihkan kotoran-kotoran. Pada

pengamatan yang dilakukan di stasiun kerja berikutnya yaitu pada mesin Hammer

Mill (pencuci karet), didapatkan beberapa potensi bahaya yang dapat

mengganggu kinerja pekerja, yaitu getaran yang cukup kuat dirasakan ketika kita

berada di atas mesin Hammer Mill ini, jenis getaran yang dirasakan masuk pada

jenis Whole Body Vibration (WBV), jika keadaan ini dibiarkan dalam jangka

panjang maka dapat menimbulkan beberapa efek seperti nyeri punggung,

gangguan peredaran darah, bahkan kerusakan permanen pada tulang belakang.

Potensi bahaya lain yaitu kebisingan, kebisingan yang dirasakan pada saat berada

di area operasi mesin Hammer Mill ini juga dirasa cukup mengganggu, karena

memiliki tingkat kebisingan hingga 87,34 dB, berada di atas nilai ambang batas

pendengaran dan dapat berakibat pada masalah pendengaran Temporary

Hearing Loss. Resiko bahaya ini muncul karena berdasarkan pengamatan di

lapangan operator yang bekerja pada stasiun kerja ini tidak menggunakan alat

pelindung pendengaran. Kedua resiko bahaya ini masuk dalam golongan bahaya

Physical Hazard. Kemudian potensi bahaya lain yang di dapatkan yaitu bahaya

terpleset bagi pekerja, hal ini disebabkan karena pada stasiun ini merupakan

stasiun basah yang berakibat pada licinnya area produksi di stasiun kerja Hammer

Mill ini.

c. Penggilingan (Macerator, Creeper, Finisher)

Stasiun kerja penggilingan berfungsi untuk menghasilkan lembaran crepe. Pada

pengamatan yang dilakukan di area proses penggilingan ini ditemukan beberapa

potensi bahaya, yang menonjol yaitu kebisingan, kebisingan yang dihasilkan pada

mesin ini cukup besar mencapai 87,34 dB sehingga dapat beresiko pada masalah

Page 31: LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT.PERKEBUNAN NUSANTARA … · DI PT.PERKEBUNAN NUSANTARA VII (PERSERO) LAMPUNG BAGUS KARTIKO WICAKSONO 14 06 07921 ... Jarak perkebunan ke kantor direksi

gangguan pendengaran Temporary Hearing Loss, namun jika keadaan ini tetap

dilakukan secara terus menerus dalam jangka panjang maka dapat berakibat pada

kerusakan pendengaran permanen atau yang biasa disebut Permanent Hearing

Loss. Resiko bahaya ini muncul karena berdasarkan pengamatan di lapangan

operator yang bekerja pada stasiun kerja ini tidak menggunakan alat pelindung

pendengaran. Kemudian pada area kerja penggilingan ini bahaya yang muncul

yaitu resiko kecelakaan kerja yang disebabkan akibat tangan pekerja yang masuk

pada mesin penggiling.

d. Pre drying (penjemuran)

Pre drying merupakan ruangan/kamar untuk tempat penjemuran lembaran crepe.

Pada pengamatan yang dilakukan di area kerja Pre drying terdapat beberapa

potensi bahaya yang muncul diantaranya yaitu, potensi bahaya yang timbul akibat

dari rapuhnya kayu-kayu penjemuran yang terdapat pada area Pre Drying ini,

potensi bahaya ini muncul ketika pekerja melakukan proses penjemuran karet

yang sudah melalui proses penggilingan, pada proses penjemuran pekerja harus

memindahkan gulungan karet yang beratnya 200 kg – 300 kg dengan

menggunakan Hand Carts dan harus melewati barisan kayu penjemur yang

kondisinya ada beberapa yang sudah rapuh, keadaan ini menimbulkan resiko

pekerja terjatuh dari ketinggian ketika melakukan pekerjaan ini . Bahaya ini

termasuk dalam golongan bahaya yang disebabkan oleh kondisi yang tidak aman

(Unsafe Condition). Potensi bahaya lain yang muncul pada stasiun kerja ini yaitu

pada saat proses pengangkatan karet yang sudah kering, pada saat karet di tarik

akan muncul kebulan menyerupai asap yang di akibatkan dari jamur yang rontok

ketika karet ditarik.

e. Shreder

Shreder merupakan mesin yang digunakan untuk melakukan pencacahan

lembaran creeper. Pada pengamatan yang dilakukan pada stasiun kerja Shreder

ini didapatkan potensi bahaya yang mencolok yaitu kebisingan. Kebisingan yang

dihasilkan oleh mesin ini sangat kuat yaitu hingga 89,23 dB melampaui nilai

ambang batas pendengaran, sehingga memiliki resiko bahaya yang berakibat

pada terjadinya gangguan pendengaran mulai dari Temporary Hearing Loss

hingga Permanent Hearing loss. Resiko bahaya ini terjadi ketika pekerja (bukan

operator shreder) yang bertugas mengangkut atau memindahkan karet dari pre

dryer menuju ke mesin shreder, resiko bahaya muncul karena pekerja yang

Page 32: LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT.PERKEBUNAN NUSANTARA … · DI PT.PERKEBUNAN NUSANTARA VII (PERSERO) LAMPUNG BAGUS KARTIKO WICAKSONO 14 06 07921 ... Jarak perkebunan ke kantor direksi

memindahkan karet tidak menggunakan alat pelindung pendengaran sehingga

sangat berpotensi terkena resiko bahaya yang telah disebutkan sebelumnya.

f. Alat Angkat-angkut

Bahaya lain yang timbul yaitu resiko terjadinya kecelakaan akibat tertabrak fork lift

yang bergerak memindahkan bal-bal karet dari packaging departement menuju

gudang.

Tabel 4.1 Tabel hasil pengukuran kebisingan pada tiap stasiun kerja

No Stasiun Kerja Hasil Pengukuran

dB (A)

Waktu

Pemaparan

(Jam)

NAB

1 Slab Cutter dan

Sizer

84,26 dB 7 jam 85

2 Hammer Mill

(pencuci karet)

87,34 dB 7 jam 85

3 Macerator,

Creeper, Finisher

(Penggilingan)

86,72 dB 7 jam 85

4 Shreder 89,23 dB 7 jam 85

4.4.3. Dampak / penyakit yang ditimbulkan oleh potensi bahaya di lapangan.

a. Dampak Paparan Kebisingan

Kebisingan adalah suara yang tidak dikehendaki yang bersifat mengganggu.

Kebisingan yang tinggi akan berpengaruh pada lingkungan sekitar .Pengaruh

utama kebisingan pada kesehatan adalah terjadinya kerusakan pada indra

pendengaran berup yang dapat menyebabkan ketulian progresif. Hal ini sudah

nampak dari beberapa keluhan pekerja yang berobat ke puskesmas mengenai

telinga berdenging. Tidak hanya berpengaruh pada pendengaran tetapi juga dapat

menyebabkan gangguan psikologis berupa rasa tidak nyaman dan kurang

konsentrasi, serta berdampak pada gangguan fisiologis berupa peningkatan

tekanan darah (± 10 mmHg) dan juga tekanan jantung.

b. Dampak Paparan Getaran

Page 33: LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT.PERKEBUNAN NUSANTARA … · DI PT.PERKEBUNAN NUSANTARA VII (PERSERO) LAMPUNG BAGUS KARTIKO WICAKSONO 14 06 07921 ... Jarak perkebunan ke kantor direksi

Getaran dapat menimbulkan gangguan pada jaringan secara mekanik dan

gangguan rangsangan reseptor saraf di dalam jaringan. Untuk getaran yang terjadi

di stasiun kerja Hammer Mill termasuk dalam golongan WBV (Whole Body

Vibration) yang akan menyebabkan dampak yaitu kerusakan struktural pada

tulang subkondral dan endplate, dan kelelahan otot yang berdampak pada

menurunya tingkat stabilitas tulang belakang. Hal ini juga sudah tampak dari

beberapa keluhan pekerja ke puskesmas mengenai adanya nyeri di beberapa

bagian tulang.

c. Dampak Kondisi Lantai Licin

Lantai licin dapat berpotensi bahaya pada terjadinya kecelakaan kerja berupa

terpleset dan terjatuh. Hal ini juga dapat berdampak pada cideranya pekerja jika

terjatuh atau terpleset pada posisi yang berbahaya.

d. Dampak Terjatuh dari Ketinggian

Potensi bahaya terjatuh dari ketinggian terjadi pada proses penjemuran di pre

drying yang dapat menyebabkan resiko pekerja terjatuh dari ketinggian. Ini dapat

menimbulkan bahaya resiko cidera yang cukup parah jika terjatuh dari ketinggian,

resiko tersebut dapat berupa patah tulang, cacat permanen, bahkan kematian

e. Dampak Tertabrak Alat Angkat-Angkut (forklift)

Pergerakan forklift di area produksi tepatnya dari packaging departement menuju

ke gudang juga memiliki potensi bahaya, potensi bahaya yang mungkin muncul

yaitu tertabraknya pekerja oleh forklift ketika sedang berada di area tersebut.

Kejadian ini dapat menyebabkan resiko terjadinya cidera pada pekerja.

4.4.4. Pengendalian Bahaya

Untuk pengendalian bahaya di PTPN VII ini, instruksi kerja mengenai

pengendalian bahaya sebenarnya sudah tersusun dengan baik dan terperinci di

dalam dokumen SMTN 7, dokumen ini merupakan dokumen mengenai Sistem

Manajemen Terpadu yang diterapkan di seluruh PTPN VII. Dokumen ini mencakup

semua hal dari pedoman prosedur terpadu, manajemen pemasaran, manajemen

pengolahan, manajemen produksi tanaman, manajemen logistik, manajemen

lingkungan, manajemen K3 dan tata kelola sistem manajemen terpadu. Dalam

dokumen SMTN 7 ini seluruh instruksi kerja dan alur-alur serta tahapan yang harus

dijalankan perusahaan sudah tersusun dengan baik dan terperinci, termasuk

Page 34: LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT.PERKEBUNAN NUSANTARA … · DI PT.PERKEBUNAN NUSANTARA VII (PERSERO) LAMPUNG BAGUS KARTIKO WICAKSONO 14 06 07921 ... Jarak perkebunan ke kantor direksi

tentang instruksi mengenai K3, seperti himbauan mengenai penggunaan APD,

tanggap darurat kebakaran, tanggap darurat bencana alam, dan segala hal

tentang kesehatan dan keselamatan kerja serta alur-alur proses dan tahapan yang

perlu dilakukan ketika hal-hal tersebut terjadi. Namun karena beberapa faktor

instruksi kerja yang terdapat di dalam dokumen SMTN 7 ini belum dapat terlaksana

sepenuhnya.

Mengacu pada dokumen SMTN 7, untuk potensi bahaya yang dapat

mengakibatkan tenaga kerja mengalami kecelakaan kerja di area produksi. PTPN

VII menghi mbau seluruh pekerjanya untuk menggunakan alat pelindung diri untuk

mengurangi resiko kecelakaan. Hal ini sesuai Undang-Undang No. 1 tahun 1970

tentang keselamatan kerja. PTPN VII juga melakukan pemberian alat pelindung

diri kepada seluruh karyawan di pengolahan, seperti Ear plug di bagian

penggilingan, ear muff dibagian mesin shreder, anti polution masker pada seluruh

pekerja yang bersinggungan langsung dengan area produksi, serta safety shoes

sebagai standar keamanan paling dasar untuk masuk ke area produksi. Namun

karna faktor sumber daya manusia dan beberapa faktor lain penggunaan APD di

lapangan belum sesuai dengan Standar Operasional Produksi yang ada.

Page 35: LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT.PERKEBUNAN NUSANTARA … · DI PT.PERKEBUNAN NUSANTARA VII (PERSERO) LAMPUNG BAGUS KARTIKO WICAKSONO 14 06 07921 ... Jarak perkebunan ke kantor direksi

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan dan Saran

Untuk mengatasi permasalahan kebisingan harus diawali dengan

mengatasi sumbernya terlebih dahulu yaitu dengan melakukan pemeliharaan dan

perawatan terhadap mesin-mesin secara teratur dengan pemberian pelumas atau

oli. kemudian perlu dilakukan sosialisasi kepada seluruh pekerja tentang

pentingnya penggunaan Alat Pelindung Diri serta fungsinya bagi kesehatan dan

keselamatan kerja. Perlu juga dilakukan pengawasan ketat tentang penggunaan

APD. Karena seperti yang kita ketahui bahwa kesehatan dan keselamatan kerja

merupakan salah satu faktor pendukung dalam produktivitas produksi di

perusahaan. Terutama penggunaan ear plug bagi para pekerja yang bekerja di

area sekitar mesin shreeder dan mesin penggilingan (macerator, creeper,

Finisher), karena pada area ini memiliki tingkat kebisingan yang cukup tinggi dan

melewati ambang batas normal pendengaran. Dan perlu adanya tambahan rambu

mengenai himbauan penggunaan APD yang diperlukan sesuai dengan potensi

bahaya di area kerja masing-masing.

Untuk permasalahan potensi bahaya akibat getaran juga perlu dilakukan

pemeliharaan terhadap mesin secara rutin sehingga sumber getaran dapat di

minimumkan. Serta memberi himbauan kepada pekerja di area hammer mill untuk

tidak terlalu lama berada di atas jembatan mesin Hammer mill, untuk mengurangi

resiko dampak bahaya jangka panjang akibat getaran

Untuk permasalahan potensi bahaya pada pre drying yaitu jatuh dari

ketinggian akibat kayu penjemur yang biasa dilewati oleh pekerja saat melakukan

proses penjemuran, harus di lakukan pengawasan secara intensif mengenai

kelayakan kemampuan kayu dalam menahan beban yang dibawa pekerja yang

mencapai 200 – 300 kg, dan dilakukan penggantian kayu apabila kayu tersebut

sudah dianggap tidak layak dan membahayakan.

Untuk permasalahan potensi bahaya tertabrak forklift dalam dilakukan

dengan memasang bel atau sirine pada forklift sehingga operator forklift dapat

memberi tanda ketika forklift akan melintas, serta juga memasang rambu

pemberitahuan bahwa area tersebut sering dilalui forklift. Dan bila memungkinkan

disediakan jalur khusus pejalan kaki dan kendaraan, memisahkan pintu masuk dan

keluar antara pejalan kaki dengan forklift.