Laporan Kemajuan Revisi SNI

61
USULAN REVISI (SNI) No 03-2404-1991 mengenai Tata Cara Pencegahan Rayap Pada Pembuatan Bangunan Rumah dan Gedung SNI No 03-2405-1991 tentang Tata Cara Penanggulangan Rayap Pada Bangunan Rumah dan Gedung dengan Termitisida Kelompok Kerja Patologi Bangunan Dan Pengendalian Rayap Institut Pertanian Bogor (IPB) Dan Asosiasi Perusahaan Pengendalian Hama Indonesia (ASPPHAMI) SEPTEMBER 2013

Transcript of Laporan Kemajuan Revisi SNI

Page 1: Laporan Kemajuan Revisi SNI

USULAN REVISI

(SNI) No 03-2404-1991 mengenai Tata Cara

Pencegahan Rayap Pada Pembuatan Bangunan Rumah

dan Gedung

SNI No 03-2405-1991 tentang Tata Cara

Penanggulangan Rayap Pada Bangunan Rumah dan

Gedung dengan Termitisida

Kelompok Kerja Patologi Bangunan Dan Pengendalian Rayap Institut Pertanian Bogor (IPB) Dan Asosiasi Perusahaan Pengendalian Hama Indonesia (ASPPHAMI)

SEPTEMBER 2013

Page 2: Laporan Kemajuan Revisi SNI

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Berdasarkan berbagai sumber serangan rayap menimbulkan kerugian

ekonomis yang sangat besar sehingga menempatkan serangga ini menjadi

hama terpenting di beberapa negara tropika termasuk Indonesia. Serangan

rayap mengakibatkan kerusakan tidak saja pada kayu sebagai bagian

komponen konstruksi bangunan seperti kuda-kuda, balok knok, gording, kaso,

atau reng, dan lain-lain tetapi juga pada komponen non struktural pada

bangunan seperti plint, wooden floor, mebeler, lemari, kitchen set dan lain-

lain. Di samping itu serangan rayap dapat menimbulkan dampak kerusakan

sekunder seperti kerusakan sistem mekanikal elektrikal, intalasi telepon,

bahaya kebakaran, dan dampak sekunder lainnya.

Robinson (1996) melaporkan di Amerika Serikat serangan rayap

menyebabkan kerugian ekonomis satu milyar US dollar setiap tahun, di

Australia kerugian dan biaya pengendalian rayap mencapai 100 juta US

dollar. Sementara itu di negara-negara besar seperti India dan Brazil

kerugian akibat serangan rayap mencapai 5 juta US. Di Indonesia, Direktorat

Tata Bangunan Dirjen Cipta Karya pada tahun 1983 memperkirakan kerugian

ekonomis akibat serangan rayap pada gedung pemerintah mencapai 100

milyar rupiah, sementara itu pada bangunan dengan fungsi hunian di DKI

Jakarta diperkirakan mencapai 35 milyar rupiah (Safarudin, 1994). Menurut

Rakhmawati (1995) kerugian ekonomis akibat serangan rayap pada

bangunan rumah dan gedung di Indonesia diperkirakan mencapai lebih dari

1,6 trilyun per tahun.

Melihat perkembangan perubahan kondisi lingkungan alami akibat

pembangunan lingkungan permukiman termasuk didalamnya prasarana

berupa bangunan gedung dan rumah tinggal diperkirakan serangan rayap

Page 3: Laporan Kemajuan Revisi SNI

akan semakin meningkat. Kondisi ini ditunjang pula kemampuan beberapa

jenis rayap yang mampu beradaptasi dengan baik pada permukiman (urban

environmental).

Dalam upaya mendukung tercapainya tujuan pengendalian serangan rayap,

pemerintah telah menetapkan Standar Nasional Indonesia (SNI) No 03-2404-

1991 mengenai Tata Cara Pencegahan Rayap Pada Pembangunan Bangunan

Rumah dan Gedung serta SNI No 03-2405-1991 tentang Tata Cara

Penanggulangan Rayap Pada Bangunan Rumah dan Gedung dengan

Termitisida. Selama lebih dari dua puluh tahun, kedua SNI tersebut telah

menjadi acuan resmi bagi para pemangku kepentingan pengendalian rayap

pada bangunan rumah dan gedung di Indonesia dalam menjalankan perannya

masing-masing, khususnya bagi penyedia jasa pengendalian rayap. Di satu sisi

banyak kemaslahatan yang terwujud karena adanya kedua SNI dimaksud,

baik secara teknis, sosial, ekonomis, maupun ekologis. Namun di sisi lain,

mengingat perkembangan teknologi pengendalian rayap yang cukup dinamis

dalam sepuluh tahun terakhir ini (jenis termitisida, teknologi aplikasi

termitisida, dan lain-lain) dan meningkatnya kepedulian masyarakat akan

kualitas layanan jasa pengendalian rayap, maka dirasa perlu mengusulkan

revisi atas kedua SNI tersebut di atas. Revisi SNI tersebut menjadi penting

tidak saja bagi para praktisi pengendalian rayap, tetapi juga bagi masyarakat

sebagai konsumen jasa pengendalian rayap.

1.2. MAKSUD DAN TUJUAN

Penyusunan usulan revisi SNI Nomor 03-2404-1991 dan SNI Nomor 03-2405-

1991 ini dimaksudkan sebagai penggerak awal (starter) untuk bergulirnya

proses revisi atas kedua SNI tersebut oleh lembaga yang berwenang sesuai

ketentuan peraturan perundang-undangan. Adapun tujuannya adalah

terbitnya versi baru hasil revisi atas SNI Nomor 03-2404-1991 dan SNI

Nomor 03-2405-1991 yang substansinya lebih sesuai dengan perkembangan

teknologi pengendalian rayap dalam arti luas dan kebutuhan/tuntutan

masyarakat pengguna jasa pengendalian rayap pada rumah dan bangunan

gedung.

1.3. RUANG LINGKUP

Usulan revisi SNI Nomor 03-2404-1991 dan SNI Nomor 03-2405-1991 ini

mencakup:

a. Input-proses-output pekerjaan seperti jenis termitisida, cara aplikasi,

operator, cara pemantauan dan evaluasi, tanggung jawab para pihak, dan

lain-lain;

b. Stuktur penyajian (redaksional); dan

c. Format-format pendukung,

Page 4: Laporan Kemajuan Revisi SNI

yang merupakan satu kesatuan informasi yang jelas dan dapat dilaksanakan

dalam rangka pengendalian serangan rayap pada bangunan rumah dan

gedung

1.4. ASAS

Usulan revisi SNI Nomor 03-2404-1991 dan SNI Nomor 03-2405-1991 ini

disusun dengan memperhatikan lima asas sebagai berikut:

a. Asas Manfaat

Revisi atas kedua SNI tersebut diarahkan agar masyarakat pengguna jasa

pengendalian rayap dapat memperoleh manfaat maksimal dari layanan

jasa pengendalian rayap, khususnya manfaat berupa terkendalinya

serangan rayap pada rumah dan/atau gedung miliknya dalam jangka

waktu yang disepakati dengan penyedia jasa dimaksud;

b. Asas Keterlaksanaan

Revisi atas kedua SNI tersebut di atas diarahkan untuk menjamin

keterlaksanaan kegiatan pengendalian serangan rayap pada rumah dan

bangunan gedung, termasuk aspek kemudahan dan kepraktisannya;

c. Asas Efisiensi

Revisi atas kedua SNI tersebut di atas diarahkan untuk tercapainya

penggunaan sumberdaya (waktu, tenaga, dana) secara minimal dengan

tetap memperhatikan kualitas hasil kegiatan;

d. Asas Akuntabilitas

Revisi atas kedua SNI tersebut di atas diarahkan agar setiap tahap

kegiatan dan hasil kegiatan yang diatur dalam SNI hasil revisi dapat

dipertanggungjawabkan kepada masyarakat.

e. Asas Ramah Lingkungan

Revisi atas kedua SNI tersebut di atas memuat aplikasi teknologi yang

ramah lingkungan, setidak-tidaknya diarahkan untuk meminimalisasi

dampak negatif pengendalian rayap tanah terhadap lingkungan, termasuk

organisme bukan sasaran (non-target organisms).

Page 5: Laporan Kemajuan Revisi SNI

BAB 2

METODOLOGI

Usulan revisi SNI Nomor 03-2404-1991 dan SNI Nomor 03-2405-1991 dirancang

dengan tahapan kegiatan sebagai berikut:

a. Pengumpulan Informasi dan Pengalaman

Pengumpulan informasi dan pengalaman tentang implementasi SNI Nomor 03-

2404-1991 dan SNI Nomor 03-2405-1991 selama ini dilakukan melalui

serangkaian pertemuan tidak terstruktur antara praktisi pengendalian rayap,

masyarakat/konsumen, dan para peneliti rayap.

b. Penyusunan Daftar Isian Masalah (DIM)

Penyusunan DIM dilakukan dengan menyelenggarakan Focus Group Discussion

antara asosiasi penyedia jasa pengendalian rayap, formulator termitisida,

peneliti/akademisi, dan pemerintah cq. Pusat Penelitian Permukiman-

Kementerian Pekerjaan Umum.

Penyusunan DIM didasarkan atas pengalaman implementasi kedua SNI

dimaksud dan perkembangan kelembagaan, kebijakan maupun teknologi

pengendalian rayap. Melalui penyusunan DIM tersebut diharapkan semua

pihak untuk mengetahui dan memahami secara utuh berbagai pandangan dan

usulan terkait perlunya Revisi SNI.

c. Penyusunan Draf Revisi SNI (R0)

Penyusunan Draf Revisi SNI didasarkan atas hasil DIM yang telah disepakati

dan asas-asas yang telah ditetapkan. Sementara itu, penulisan Draf Revisi SNI

mengacu kepada PSN 08:2007 tentang Penulisan Standar Nasional Indonesia.

d. Pembahasan Draf Revisi SNI (R0)

Pembahasan draf Revisi SNI (R0) dilakukan dengan menyelenggarakan Focus

Group Discussion, rapat-rapat tim kecil, lokarkarya antar pemangku

kepentingan pengendalian rayap. Pemangku kepentingan pengendalian rayap

dalah hal ini diwakili oleh perusahaan pengendalian hama, asosiasi, perusahaan

formulator, pemerintah cq. Pusat Penelitian Permukiman – Badan Penelitian

Page 6: Laporan Kemajuan Revisi SNI

dan Pengembangan, Kementerian PekerjaanUmum, dan akademisi/pakar

pengendalian rayap, serta lembaga masyarakat.

e. Finalisasi dan Penyampaian Draf Revisi SNI (R0)

Setelah pembahasan draf Revisi SNI (R0) selesai akan dilakukan

penyempurnaan draf berdasarkan masukan dari semua pihak. Draf Revisi SNI

(R0) yang telah selesai selanjutnya diserahkan kepada Pemerintah cq. Pusat

Penelitian Permukiman-Kementerian Pekerjaan Umum.

Page 7: Laporan Kemajuan Revisi SNI

BAB 3

HASIL SEMENTARA

Sampai dengan akhir Juli 2013 telah dihasilkan hal-hal sebagai berikut:

a. Kesepakatan antar pemangku kepentingan Melalui berbagai pertemuan wakil-wakil pemangku kepentingan, baik terstruktur maupun tidak terstruktur, telah dicapai kesempatan untuk mengajukan usulan revisi SNI Nomor 03-2404-1991 dan SNI Nomor 03-2405-1991 sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

b. Daftar isian masalah Berdasarkan hasil FGD antar pemangku kepentingan pengendalian rayap diperoleh DIM sebagaimana disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Daftar Isian Masalah Dalam Rangka Pengajuan Usulan Revisi SNI Nomor

03-2404-1991 dan SNI Nomor 03-2405-1991

NO ISIAN MASALAH PENGUSUL 1. Sistem baiting belum tercantum dalam SNI No 03-

2405-1991 tentang Tata cara penanggulangan rayap pada bangunan rumah dan gedung dengan termitisida

Masa garansi mungkin harus lebih terbatas (<10 tahun)

Aplikasi basement kemungkinan bisa diabaikan kalau water tablenya cukup tinggi

Prof. Surjono Surjokusumo

2. SNI yang ada belum mengatur standar peralatan yang digunakan dalam kegiatan aplikasi, seperti penggunaan flow meter pada injector

Ketentuan mengenai dosis rekomendasi pestisida perlu disajikan pada SNI

Ketentuan mengenai jarak antar lubang injeksi sebaiknya berupa selang (interval)

Pengertian metoda pra konstruksi) harus di well define, bangunan yang telah dibangun lantai kerja berupa tembok tidak termasuk pekerjaan pra konstruksi

Perimeter bangunan/apron perlu diberi perlakuan aplikasi termitisida

Drs. Herman Prastowo & Drs. Mashuri (Asosiasi)

Page 8: Laporan Kemajuan Revisi SNI

3. Pendekatan yang digunakan sebaiknya revisi SNI bukan adopsi terhadap standar lain

Pengertian chemical barrier perlu dirubah, mungkin bisa diusulkan adanya istilah perlakuan residu

Pengertian termitisida perlu diperbaharui Teknik Pengumpanan belum teradopsi dlm SNI

lama Pengumpanan harus dibedakan menjadi dua: (a)

pengumpanan memakai insect growth regulator (IGR) dan (b) penggunaan non IGR.

Sistem baiting juga dapat dipertimbangkan untuk perlakuan pra konstruksi

Pemantauan dan evaluasi (cek mutu) sebaiknya hanya berupa analisis terhadap larutan siap pakai, tidak perlu anaisis tanah seperti diatur dalam SNI lama

Garansi harus dilengkapi dengan sistem pemantauan (monitoring)

Perlu dipertimbangkan adanya standar inspeksi

Ir. Indrosancoyo AW

4. Spesimen rayap untuk identifikasi harus ditekankan kasta prajurit

Perlu adanya tanda tentang adanya pekerjaan anti rayap

Hal hal yang menyangkut perbaikan fisis-mekanis (tidak langsung merupakan tindakan anti rayap) sebaiknya di luar SNI

Target lokasi yang akan ditreatment harus diinventarisasi

Kriteria tenaga kerja yang dicantumkan cukup yang terkait kompetensi bukan hal-hal umum

(umur, gender, dsb) Hal-hal yang menyangkut fungsi para pihak,

pelaksana, pengawas tidak perlu diatur dalam SNI

Tim Kecil Penyusunan Usulan Revisi

C. Draf revisi SNI

Hasil revisi Standar Nasional Indonesia (SNI) No 03-2404-1991 mengenai Tata Cara Pencegahan Rayap Pada Pembangunan Bangunan Rumah dan Gedung serta SNI No 03-2405-1991 tentang Tata Cara Penanggulangan Rayap Pada Bangunan Rumah dan Gedung dengan Termitisida berupa Draf Revisi SNI (Ro) disajikan pada Lampiran 5 dan Lampiran 6. Sementara itu perbandingan isi SNI No 03-2404-1991 dan SNI No 03-2404-2013 (Ro) serta SNI No 03-2405-1991 dan SNI No 03-2405-2013 (Ro) disajikan pada Tabel 2 dan 3.

Page 9: Laporan Kemajuan Revisi SNI

Tabel 2. Perbandingan Isi SNI No 03-2404-1991 dan Draf Revisi SNI No 03-2404-2013 (Ro)

ISI SNI NO 03-2404-1991 ISI DRAF SNI NO 03-2404-2013

JUDUL Tata Cara Pencegahan Rayap Pada Pembangunan Bangunan Rumah dan Gedung

JUDUL Tata Cara Pengendalian Serangan Rayap Tanah Pada Bangunan Rumah Dan Gedung Pra Konstruksi

BAB I. DESKRIPSI I. MAKSUD DAN TUJUAN

1.1. Maksud dan Tujuan 1.1.1. Maksud Tata Cara pencegahan rayap pada bangunan rumah dan gedung dimaksudkan sebagai acuan bagi perencana dan pelaksana dalam melaksanakan pencegahan rayap pada bangunan rumah dan gedung, agar keseragaman proses dan upaya efektivitas kegiatan tersebut dapat tercapai

1.1. Maksud Tata Cara pengendalian serangan rayap tanah pada bangunan rumah dan gedung pra konstruksi ini dimaksudkan sebagai acuan bagi perancangan dan pelaksanaan pengendalian serangan rayap tanah (subterannean termites) pada bangunan rumah dan gedung yang akan didirikan agar pekerjaan tersebut terlaksana dengan efektif, efisien dan terstandarisasi serta ramah lingkungan.

1.1.2. Tujuan Tujuan tata cara ini adalah untuk melindungi bangunan rumah dan gedung yang akan didirikan terhadap serangan rayap

1.2. Tujuan Tujuan tata cara ini adalah untuk melindungi bangunan rumah dan gedung yang akan didirikan dari serangan rayap tanah tanpa menimbulkan dampak negatif yang signifikan bagi lingkungan

1.2. Ruang Lingkup II. RUANG LINGKUP DAN ACUAN NORMATIF

Tata cara ini memuat ketentuan dan persyaratan yang harus diikuti dalam merencanakan dan melaksanakan pencegahan rayap pada bangunan rumah dan gedung yang akan didirikan meliputi persyaratan umum; perencanaan, pelaksanaan pengendalian kualitas dan pemantauan di lapangan yang dilakukan dengan cara perlakuan terhadap tanah dan perencanaan teknis pada komponen struktura dan kelengkapan bangunan untuk menjamin tidak terjadinya kerusakan oleh rayap pada bangunan rumah dan gedung beserta isinya.

2.1. Ruang Lingkup Tata cara ini memuat ketentuan dan persyaratan yang harus diikuti serta tata cara dalam merancang dan melaksanakan pengendalian serangan rayap tanah pada bangunan rumah dan gedung yang akan didirikan meliputi persyaratan umum; perancangan, pelaksanaan, pemeliharaan pekerjaan selama masa garansi, dan pengawasan pelaksanaan pengendalian, serta pengendalian bahaya pencemaran.

Page 10: Laporan Kemajuan Revisi SNI

ISI SNI NO 03-2404-1991 ISI DRAF SNI NO 03-2404-2013

- 2.2. Acuan Normatif 2.2.1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28. Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung

2.2.2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2005 Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung

2.2.3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1973 Tentang Pengawasan Atas Pendaftaran, Peredaran, Penyimpanan Dan Penggunaan Pestisida

2.2.4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2012 Tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

1.3. Pengertian III. ISTILAH DAN DEFINISI

Yang dimaksud dengan: 1. Rayap tanah adalah jenis rayap yang bersarang di dalam tanah,

memerlukan kebasahan, kelembaban dan menyerang komponen kayu bangunan gedung maupun isinya yang mengandung selulosa.

2. Rayap kayu kering adalah jenis rayap yang bersarang di dalam kayu, biasanya memilih kayu yang sudah kering sebagai sasaran serangan dan mengeluarkan serbuk gerek berbentuk butiran.

3. Termitisida adalah bahan kimia yang mempunyai sifat racun terhadap rayap dan diijinkan pemakainya.

4. Perlakuan terhadap tanah adalah pembentukan rintangan kimiawi pada tanah lantai dan pondasi bangunan yang akan didirikan, baik yang berkerangka beton, maupun tidak berkerangka beton agar tidak dapat ditembus rayap tanah untuk masuk kedalam bangunan

5. Perlakuan kimia kontruksi adalah cara perlakuan terhadap tanah di sekitar permukaan pondasi yang dilengkapi dengan balok pondasi beton bertulang.

6. Perusahaan pengendali rayap adalah perusahaan yang bergerak

3.1. Atap Eleman bangunan berbentuk bidang (datar, miring atau lengkung) di bagian atas bangunan yang berfungsi melindungi bangunan terhadap pengaruh air hujan, panas matahari, angin atau cuaca lainnya. 3.2. Basement Bagian bangunan yang sebagian atau seluruhnya terletak di bawah permukaan tanah, baik terdiri dari satu tingkat atau beberapa tingkat. 3.3. Dosis Banyaknya volume larutan termitisida yang diaplikasikan pada suatu bidang tertentu yang dinyatakan dengan lt/m’ atau lt/m2 3.4. Drainase Saluran untuk mengalirkan, membuang, atau mengalihkan air pada bangunan rumah dan gedung

Page 11: Laporan Kemajuan Revisi SNI

ISI SNI NO 03-2404-1991 ISI DRAF SNI NO 03-2404-2013

dalam bidang pengendalian maupun penanggulangan rayap secara profesional, baik pada bangunan yang akan/sedang didirikan maupun yang sudah ada

7. Struktur bangunan adalah bagian dari bangunan yang berfungsi untuk memperkuat, mengkakukan dan menstabilkan bangunan secara keseluruhan

8. Pondasi adalah komponen struktur yang terletak dibawah permukaan tanah berfungsi untuk mendukung/menahan seluruh macam beban dari suatu bangunan, sehingga menjamin kestabilan bangunan dan mencegah terjadinya perubahan posisi bangunan baik ke arah horizontal maupun vertikal.

9. Pondasi lajur adalah pondasi menerus yang dirancang untuk men dukung beban gravitasi merata, untuk diteruskan pada tanah dukung.

10. Pondasi monolitik adalah pondasi lajur yang dibuat (dicor) secara menyatu dengan slab lantai langsung di atas permukaan tanah dan dirancang untuk mendukung beban vertikal merata dan dinding pikul.

11. Pondasi setempat adalah pondasi yang dirancang untuk mendukung gaya tekan terpusat akibat beban gravitasi atau kombinasi beban tekan dan momen dari kaki kolom struktur.

12. Pondasi umpak adalah pondasi setempat tersebut dari beton atau batu alami yang berfungsi sebagai landasan/kaku kolom kayu struktur melindungi ujung kaki kayu tersebut terhadap lembab dan kontak langsung dengan tanah, serta untuk memperluas bidang desak ke permukaan tanah dukung.

13. Balok pondasi beton, pada pondasi menerus adalah balok yang berfungsi untuk mengakukan pondasi dan meratakan beban dari dinding struktur serta mencegah terjadinya proses penurunan tidak merata.

14. Balok pondasi beton, pada pondasi setempat adalah balok yang berfungsi mengikat dan menghubungkan semua pondasi dalam dua arah saling tegak lurus untuk mencegah penurunan akibat gaya puntir.

15. Dinding struktur adalah dinding yang diperhitungkan kekuatannya untuk menahan gaya vertikal maupun lateral.

3.5. Instalasi Perangkat untuk menyalurkan air bersih, listrik, telepon, atau pengkondisian udara di dalam bangunan rumah dan gedung. 3.6. Koloni Rayap Seketurunan individu rayap yang merupakan kesatuan sistem kehidupan, terdiri dari kasta reproduktif, kasta pekerja, dan kasta prajurit, serta serangga muda (nimfa) yang berasal dari sepasang kasta reproduktif primer (ratu dan raja) 3.7. Kedalaman Air Tanah (Water table) Kedalaman rata-rata permukaan air di dalam tanah yang diukur dari permukaan tanah 3.8. Konsultan Perencana Perorangan atau badan usaha yang dipercaya oleh pemilik bangunan rumah atau gedung untuk melaksanakan pekerjaan perancangan pengendalian serangan rayap tanah pada bangunan rumah dan gedung 3.9. Konsultan Pengawas Perorangan maupun badan usaha yang dipercaya oleh pemilik bangunan rumah atau gedung untuk melaksanakan pekerjaan pengawasan atas pekerjaan pengendalian serangan rayap tanah pada bangunan rumah dan gedung 3.10. Laron Individu rayap bersayap (winged termites), yang merupakan anggota kasta reproduktif primer, yang berperan membentuk koloni baru rayap. 3.11. Perlakuan Tanah (soil treatment) Pembentukan lapisan residu termitisida pada permukaan tanah di bawah dan sekeliling pondasi atau lantai bangunan rumah dan gedung atau pada permukaan tanah di bawah dinding basement yang diharapkan berfungsi sebagai lapisan kimiawi untuk mencegah masuknya rayap tanah ke dalam

Page 12: Laporan Kemajuan Revisi SNI

ISI SNI NO 03-2404-1991 ISI DRAF SNI NO 03-2404-2013

16. Dinding non-struktur adalah dinding yang dirancang untuk tidak memikul gaya, atau dinding yang tidak diperhitungkan untuk menahan gaya vertikal maupun lateral.

17. Dinding partisi adalah dinding non-struktur yang mengisi ruang antar kolom struktur atau dinding pembagi atau pembentuk ruang.

18. Lambrisering adalah susunan papan kayu dengan atau tanpa dekorasi yang berfungsi sebagai pelapis luar suatu bidang dinding.

19. Lapisan kedap air adalah bagian dinding pasangan yang dibuat kedap air dengan menggunakan campuran adukan dan plesteran yang kedap air sehingga lembab/air di sekitarnya tidak dapat melewati atau menembusnya.

20. Telapak kusen adalah beton atau pasangan yang merupakan bagian bawah kaki kusen atau tiang kayu non struktur berfungsi sebagai alas pelindung kayu terhadap lembab/air permukaan tanah di sekitarnya.

21. Lantai tingkat adalah lantai yang kontruksinya terangkat dengan ketinggian tertentu dari permukaan tanah karena dan bersifat struktural.

22. Atap adalah eleman bangunan berbentuk bidang (datar, miring atau lengkung) yang berfungsi melindungi bangunan terhadap pengaruh air hujan, panas matahari atau cuaca lainnya.

23. Juluran atap adalah bagian atap yang menjulur melebihi dinding luar bangunan, ada pada sekeliling bangunan atau pada daerah-daerah yang diperlukan.

24. Ventilasi adalah bukaan-bukaan pada bangunan yang direncanakan sedemikian rupa untuk memungkinkan udara keluar masuk ruangan sehingga ruang tidak lembab.

25. Drainase adalah saluran air bangunan rumah tangga yang terdiri dari tinja dan urine, air bekas cucian dapur dan kamar mandi, dimana sebagian besar merupakan bahan-bahan organik.

26. Instalasi adalah saluran yang digunakan untuk air bersih, listrik, telepon dan pengkondisian udara.

bangunan rumah atau gedung 3.12. Perusahaan Jasa Pengendalian Rayap Badan hukum yang memiliki izin operasional sebagai penyedia layanan jasa pengendalian rayap pada bangunan rumah dan gedung dari instansi yang berwenang di wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia 3.13. Pondasi Komponen struktur bangunan rumah atau gedung yang terletak di bawah permukaan tanah yang berfungsi untuk mendukung seluruh beban dari suatu bangunan, sehingga menjamin kestabilan bangunan dan mencegah terjadinya perubahan posisi bangunan baik ke arah horizontal maupun vertikal. 3.14. Rabat Area yang mengelilingi bagian dinding terluar bangunan yang merupakan kesatuan tidak terpisahkan dengan bangunan tersebut. 3.15. Rayap Serangga sosial yang termasuk kedalam Ordo Isoptera 3.16. Rayap Tanah Spesies-spesies rayap yang bersarang di dalam tanah 3.17. Tanah Urugan Tanah yang dipakai untuk mengisi bekas galian pondasi, basement, atau galian sipil lainnya, dan atau tanah untuk taman di dalam bangunan 3.18. Termitisida Jenis-jenis pestisida yang teregistrasi di Komisi Pestisida Republik Indonesia sebagai bahan kimia untuk pengendalian rayap pada bangunan rumah dan gedung.

Page 13: Laporan Kemajuan Revisi SNI

ISI SNI NO 03-2404-1991 ISI DRAF SNI NO 03-2404-2013

BAB II. PERSYARATAN UMUM IV. PERSYARATAN UMUM

2.1. Pelaksana pencegahan Pelaksanaan pencegahan rayap pada bangunan rumah dan gedung hanya dapat dilaksanakan oleh perusahaan yang memiliki izin dari Menteri Pertanian

4.1. Perusahaan Pengendalian Rayap Pengendalian serangan rayap pada bangunan rumah dan gedung pra konstruksi hanya dapat dilaksanakan oleh perusahaan yang memiliki izin operasional sebagai perusahaan pengendalian rayap dari instansi yang berwenang dan memiliki tanda keanggotaan yang sah dari asosiasi pengendalian hama di wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia

2.2. Tanah Tanah tempat tapak bangunan yang akan mendapatkan perlakuan tanah harus: 1) Berjarak minimal 8 meter dari calon sumber air bila menggunakan

termitisida yang dapat terikat oleh tanah 2) Sistem drainase baik

4.2. Kondisi Tapak Bangunan Tapak bangunan yang akan mendapatkan perlakuan tanah dalam rangka pengendalian rayap pada bangunan rumah dan gedung harus memenuhi syarat: 4.2.1. Berjarak minimal 8 meter dari lokasi sumber air permukaan (sumur, sungai, dan lain-lain)

4.2.2. Kedalaman air tanah (water table) lebih dari 0,5 meter

2.3. Termitisida Termitisida yang digunakan dalam pencegahan rayap pada bangunan rumah dan gedung harus terdaftar dan mendapat izin pemakaiannya sesuai dengan PP No 7 Tahun 1973

1) Termitisida yang dapat digunakan untuk perlakuan tanah harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1) Harus berasal dari wadah (kemasan) asli yang tertutup rapat, tidak bocor atau rusak, disegel serta dilengkapi dengan label asli dan masa kadaluwarsa.

2) Termitisida yang tidak dalam kemasan asli atau tidak disegel oleh pabrik/distributor harus diuji keasliannya oleh laboratorium yang memiliki kemampuan dalam pengujian kandungan bahan aktif termitisida.

3) Pada label “termitisida terbatas pakai” harus tercantum juga nama perusahaan pengendali rayap yang membeli dan berhak

4.3. Termitisida Termitisida yang digunakan dalam pelaksanaan pengendalian serangan rayap tanah pada bangunan rumah dan gedung adalah Jenis-jenis pestisida yang pada saat digunakan teregistrasi di Komisi Pestisida Republik Indonesia sebagai bahan kimia untuk pengendalian rayap pada bangunan rumah dan gedung serta diaplikasikan sesuai dengan ketentuan Komisi Pestisida Republik Indonesia

Page 14: Laporan Kemajuan Revisi SNI

ISI SNI NO 03-2404-1991 ISI DRAF SNI NO 03-2404-2013

menggunakannya. 2) termitisida yang dapat digunakan untuk pengawetan kayu harus sesuai

dengan SK SNI 43.53.1987, mengenai spesifikasi kayu awet untuk bangunan rumah dan gedung

2.4. Peralatan Peralatan yang digunakan antara lain

1). Peralatan pelaksanaan perlakuan terhadap tanah

1. Alat penyemprot bertekanan tinggi yang baik sehingga tidak bocor pada saat pemakaian.

2. Alat injeksi yang dilengkapi dengan penyemprot 3. Kompressor. 4. Alat pengaman kerja sesuai dengan ketentuan Departemen Tenaga

Kerja seperti: seragam lengan panjang, respirator, sepatu bot karet, sarung tangan tahan bahan kimia, helm, kacamata, masker dan penutup telinga.

5. Alat penghisap cairan 6. Pengaduk bahan pengawet 7. Wadah untuk membuat larutan

2). Peralatan Penunjang

1. Kunci-kunci untuk membuka skrup dan baut. 2. Alat pengikat/pengaman.

4.4. Peralatan Pelaksanaan pengendalian rayap tanah pada bangunan rumah dan gedung pra konstruksi harus didukung oleh sekurang-kurangnya jenis-jenis peralatan sebagai berikut: 4.4.1. Perangkat penyemprot bertekanan tinggi

4.4.2. Perangkat injeksi yang dilengkapi dengan nozle dan flow meter (pengukur volume aliran larutan termitisida)

4.4.3. Alat ukur volume termitisida

4.4.4. Wadah untuk membuat larutan

4.4.5. Alat pengamanan kerja (personal protection equipment) seperti seragam kerja, respirator, sepatu boot karet, sarung tangan tahan bahan kimia, helm, kacamata, sabun, handuk, dan lain-lain.

4.4.6. Alat-alat penunjang (kunci-kunci untuk membuka skrup atau baut, serta alat pengikat/pengaman)

2.5. Tenaga Kerja Persyaratan tenaga kerja sebagai berikut:

1. berumur 18 (delapan belas tahun) ke atas. 2. Telah melaksanakan pemeriksaan awal. 3. Harus menjalani ujian kesehatan berkala setiap 2 (dua) bulan sekali. 4. Apabila diperlukan, tenaga kerja harus menjalani ujian kesehatan

khusus.

4.5. Persyaratan Keselamatan Kerja 4.5.1. Persyaratan tenaga kerja harus memenuhi ketentuan perundang-undangan yang berlaku

4.5.2. Tenaga kerja memilki sertifikat sebagai operator pengendalian rayap yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang di wilayah Hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia

4.5.3. Pengendalian serangan rayap pada bangunan rumah dan gedung

Page 15: Laporan Kemajuan Revisi SNI

ISI SNI NO 03-2404-1991 ISI DRAF SNI NO 03-2404-2013

5. Apabila aplikasi termitisida berlangsung selama enam hari dalam seminggu, tenaga kerja tidak boleh mengalami pemaparan selama lebih dari lima jam sehari.

6. Tenaga kerja harus menjalani latihan/training tentang peraturan penanganan termitisida, cara bekerja dengan termitisida, pengenalan bahaya termitisida, cara membersihkan alat-alat, cara penggunaan alat pelindung, gejala keracunan dan pertolongan pertama pada keracunan.

7. Apabila bekerja dengan termitisida, tenaga kerja harus lebih dari satu orang, agar apabila terjadi keracunan pada seorang tenaga kerja mudah ditolong.

harus dilakukan oleh satu kelompok kerja minimal 2 (dua) orang tenaga kerja

CATATAN Petunjuk keselamatan kerja disajikan pada Lampiran 1

BAB III. PERENCANAAN PENCEGAHAN

3.1. Struktur Bangunan Struktur bangunan mempunyai persyaratan sebagai berikut : 1. Bahan yang digunakan adalah bahan yang bisa menjadi kedap air

sehingga aliran air kapiler tidak sampai pada kayu bangunan. 2. Pada struktur bangunan kayu, maka pada semua dasar tiang harus

diberi telapak kedap air minimal setinggi 15 cm.

-

3.2. Elemen Pondasi Bangunan Persyaratan untuk pondasi bangunan sebagai berikut : 1. Bahan yang digunakan untuk pondasi adalah bahan yang bisa menjadi

kedap air sehingga tidak terdapat aliran air kapiler. 2. Tinggi rendahnya pondasi dari permukaan tanah dapat ikut

menentukan efektifitas pencegahan kelembaban dari tanah ke kayu bangunan, makin tinggi pondasi dari tanah makin efektif.

3. Permukaan atas balok pondasi sebaiknya berada di atas tanah sekitar bangunan minimal 5 cm.

4. Pada balok pondasi dan struktur bangunan yang menggunakan beton bertulang masih dibolehkan terdapat retak rambut, tetapi tidak boleh terjadi retak tembus.

5. Retak tembus pada bagian struktur bangunan harus tidak merupakan retak kapiler.

-

Page 16: Laporan Kemajuan Revisi SNI

ISI SNI NO 03-2404-1991 ISI DRAF SNI NO 03-2404-2013

6. Pada daerah pondasi yang memungkinkan terjadinya retak misalnya pada pondasi monolitik atau pondasi lajur, maka pada sambungan antara pondasi lajur dengan plat lantai harus diberi tulangan untuk menghindari retak yang dapat dipakai sebagai jalan rayap.

7. Pada bangunan panggung tinggi pondasi umpak sebaiknya tidak kurang dari 46 cm dihitung dari permukaan tanah bagian dalam (kolong bangunan).

8. Pada setiap bangunan perlu dilakukan perlakuan terhadap tanah pada seluruh bagian dalam bangunan pada sekeliling bangunan sesuai yang diperlukan

9. Pekerjaan perlakuan terhadap tanah dapat dilakukan setelah selesai pembuatan pondasi dan balok pondasi

10. Perlakuan terhadap tanah diberikan pada tanah urugan yang bersebelahan dengan balok pondasi ( di samping kiri kanan) hingga permukaan tanah yang akan ditutup lantai dan rabat

11. Untuk dapat mendeteksi dini adanya serangan hama rayap pada bangunan gedung, sebaiknya bagian pondasi yang berada di atas tanah dicat dengan warna putih/terang.

3.3. Elemen Lantai Bangunan Lantai bangunan memiliki persyaratan sebagai berikut : 1. Bahan yang digunakan adalah bahan yang bisa menjadi kedap air

sehingga aliran air kapiler tidak sampai pada kayu bangunan. 2. Posisi lantai sebaiknya lebih tinggi dari permukaan tanah di luar

bangunan, pada kondisi posisi lantai terpaksa harus lebih rendah dari permukaan tanah maka sebaiknya dibuat tanggul penahan air.

3. Untuk menjamin permukaan lantai bangunan aman terhadap serangan rayap maka perlakuan terhadap tanah dilakukan pada seluruh permukaan tanah dalam dan sekeliling luar bangunan sesuai yang diperlukan

4. Pada daerah yang mudah ditembus/dilalui rayap seperti sambungan tegel, daerah dilatasi atau retakan lantai beton harus dapat dijamin bahwa perlakuan terhadap tanah dilakukan dengan baik

5. Pada bangunan yang menggunakan lantai tingkat (panggung), harus

-

Page 17: Laporan Kemajuan Revisi SNI

ISI SNI NO 03-2404-1991 ISI DRAF SNI NO 03-2404-2013

mempunyai ketinggian minimal 50 cm dari tanah untuk menghindari pengaruh lengas dari tanah ataupun jangkauan liang kembara dari rayap

6. Tanah sekeliling kolom atau penyanggah lantai panggung perlu diberi perlakuan terhadap tanah

3.4. Elemen Dinding Bangunan Persyaratan dinding bangunan adalah sebagai berikut : 1. Dinding luar (dinding struktur atau non struktur) harus cukup

terlindung dari percikan air hujan yang terus menerus. 2. Untuk dinding luar dari tembok yang tidak terlindung atap perlu

dilapisi plesteran kedap air. 3. Bila dinding luar atau dinding partisi menggunakan kayu, maka rangka

dinding terbawah sebaiknya didirikan di atas pasangan setinggi minimal 15 cm dari permukaan lantai.

4. Dinding luar yang menggunakan kayu atau bambu harus selalu terlindung dengan baik (ada di bawah juluran atap) dilapisi lembaran seng atau bahan lain yang kedap air setinggi 50 cm dan permukaannya harus dilapisi dengan cat kedap air.

5. Dinding partisi yang dibuat dari bilik/gerek, kayu lapis atau papan harus dari jenis bambu dan kayu yang mempunyai keawetan relatif tinggi atau diawetkan terlebih dulu.

6. Pemakaian papan dan kayu lapis sebagai finishing bangunan, haruslah dari kayu yang baik dan permukaannya sebaiknya dilapisi cat kedap air agar tidak mengalami pembusukan.

7. Pada kusen pintu yang menggunakan kayu, pada dasar tiang kusen harus diberi telapak kusen minimal 15 cm.

-

3.5. Elemen Atap Bangunan 3.5.1. Rangka Atap Bangunan 1) Kayu yang akan digunakan untuk konstruksi rangka atap harus kayu

yang sudah dikeringkan atau diawetkan dengan bahan yang sesuai, 2) Struktur atap yang terdiri dari kuda-kuda, ikatan pengkaku dan

rangka atap harus baik, sehingga bantuk dan bahan atap selalu pada

-

Page 18: Laporan Kemajuan Revisi SNI

ISI SNI NO 03-2404-1991 ISI DRAF SNI NO 03-2404-2013

posisinya dan kebocoran dapat dihindari. 3) Bentuk atap dan rangka atap disesuaikan dengan persyaratan

arsitektur. 4) Juluran atap harus cukup lebar sebaiknya tidak kurang dari 100 cm,

pada bangunan yang tidak menggunakan talang maka juluran atap harus lebih lebar.

5) Kelandaian/kemiringan sudut atap disesuaikan dengan intensitas curah hujan, karakter angin setempat dan persyaratan teknis bahan penutup atap yang akan dipakai.

6) Konstruksi atap sebaiknya dilengkapi dengan ventilasi atau ventilasi di langit-langit juluran atap secukupnya untuk menghindari terjadinya lembab.

7) Ruang ducting ac sebaiknya dibuat cukup untuk orang merangkak dan diberi lubang masuk agar memungkinkan dilakukan pemeriksaan dan pemeliharaan.

8) kayu di bawah reng sebaiknya diberi lapisan kedap air seperti plastik, kertas aluminium atau beton aspal untuk menahan rembesan air hujan terhadap kayu yang ada di bawahnya (kuda-kuda dan rangka langit-langit).

3.5.2. Penutup Atap 1) Bahan penutup atap yang dipakai disesuaikan dengan bentuk atap. 2) Pada daerah pertemuan bahan penutup atap dengan dinding harus

diselesaikan dengan baik hingga tidak terjadi kebocoran atau rembesan air ke ruang atap.

3) Bentuk, ukuran dan kualitas bahan sebaiknya seragam dan dikerjakan dengan rapih.

-

3.5.3. Talang dan Papan List 1) Di ujung juluran atap sebaiknya dilengkapi dengan talang dan papan lis

karena selain berfungsi melindungi ujung kaso juga mengurangi percikan air hujan terhadap dinding.

2) Talang datar air hujan harus direncanakan sedemikian rupa hingga tidak memungkinkan air hujan melimpah ke bagian atap, air harus

-

Page 19: Laporan Kemajuan Revisi SNI

ISI SNI NO 03-2404-1991 ISI DRAF SNI NO 03-2404-2013

melimpah ke arah luar bangunan dan harus mudah dibersihkan. 3) Perletakan dimensi palang pipa harus direncanakan sedemikian rupa

sesuai dengan kebutuhannya hingga tidak terjadi pelimpahan air dan pada bagian pangkal talang harus diberi saringan untuk menghindari penyumbatan di sepanjang pipa.

4) Papan lis sebaiknya menggunakan kayu dari jenis kelas awet tinggi. Apabila menggunakan kayu meranti atau kayu kurang awet harus diawetkan. Multipleks yang menggunakan lem kedap air yang biasa atau yang dilapisi dengan film phenol adalah bahan yang cukup baik untuk papan lis.

5) Atap, talang dan papan lis harus dijamin dari bocor untuk menghindari pembusukan karena merupakan kondisi yang baik bagi perkembangan rayap.

3.5.4. Rangka dan Penutup Langit-langit 1) Kayu yang akan digunakan sebagai rangka dan penutup langit-langit

harus dalam keadaan kering udara. 2) Hanya kayu-kayu yang menempel pada dinding yang harus diawetkan

-

3.6 Kelengkapan Bangunan 3.6.1. Tanah sekeliling Bangunan 1) Di atas tanah sekeliling bangunan sebaiknya diberi rabat untuk

mencegah percikan air hujan pada dinding. 2) Rabat berfungsi untuk menutupi tanah bagian luar bangunan yang

telah diberi perlakuan terhadap tanah untuk mencegah pencemaran akibat erosi oleh aliran air sekitar bangunan.

3) Permukaan tanah sekeliling bangunan harus landai mengarah ke luar sehingga air tidak menggenangkan di tepi rabat.

-

3.6.2. Bangunan Bawah Tanah 1) Pada bangunan yang mempunyai bangunan bawah tanah pada bagian

pondasi arus dilakukan perlakuan terhadap tanah. 2) Tanah disekeliling bangunan bawah tanah mulai dari batas tinggi

permukaan air tanah sampai tinggi dinding bangunan bawah tanah

Page 20: Laporan Kemajuan Revisi SNI

ISI SNI NO 03-2404-1991 ISI DRAF SNI NO 03-2404-2013

harus dilakukan perlakuan terhadap tanah.

3.6.3. Bangunan Tambahan Apabila disamping bangunan lama dibuat bangunan tambahan dengan menggunakan perlakuan anti rayap, maka seyoyanya bagian bangunan yang ada diberi perlakuan terahdap tanah.

-

3.6.4. Tembok Bersama Dalam hal rumah yang bergandengan sebaiknya tidak menggunakan tembok bersama, lebih aman menggunakan dinding baru yang cukup jaraknya dari dinding yang telah ada untuk memberi jarak terhadap liang kembara rayap tanah dan dan terlebih dulu diberi perlakuan anti rayap.

-

3.6.5. Tanah Dibawah Panggung

1) Permukaan tanah di bawah panggung harus lebih tinggi dari tanah sekeliling bangunan untuk mencegah masuknya air dari luar bangunan.

2) Panggung harus dilengkapi dengan ventilasi yang cukup hingga mampu memelihara kekeringan tanah di bawah panggung.

-

3.6.6. Teras dan Tangga Masuk Tanah yang bersentuhan dengan bagian teras dan tangga masuk perlu diberi perlakuan terhadap tanah untuk menghindari kemungkinan dipakai oleh rayap tanah untuk jalan masuk ke dalam bangunan,

-

3.6.7. Kamar Mandi dan Kakus 1) Dinding kedap air setinggi minimal 100 cm dan lantai harus kedap air. 2) Apabila dinding kamar mandi atau lainnya dipasang porselin atau

bahan lain, maka plaster pengikatnya harus merata sehingga tidak terbentuk rongga-rongga pada dinding yang dapat dijadikan sarang rayap.

3) Ventilasi udara harus agar lengas udara rendah dapat dijaga

-

Page 21: Laporan Kemajuan Revisi SNI

ISI SNI NO 03-2404-1991 ISI DRAF SNI NO 03-2404-2013

4) Diusulkan agar udara disalurkan ke arah luar bangunan. 3.6.8. Ventilasi Bangunan 1) Pada setiap bangunan harus dilengkapi dengan ventilasi yang

direncanakan sesuai dengan kebutuhan dan persyaratan bangunan juga untuk mencegah meningkatnya kadar air pada kayu bangunan atau bahan bangunan lainnya yang dapat mengakibatkan busuk.

2) Ventilasi alamiah yang dibuat pada bangunan yang harus dilindungi dengan juluran atap yang cukup lebar untuk menghindari terhisapnya udara basah ke dalam ruangan.

3) Pada bangunan yang menggunakan penghawaan dengan pengkondisian udara (pemakaian ac), cara pemasangan mesin harus dilakukan dengan baik sehingga kelembaban akibat pembasahan lantai dan dinding dapat dihindari.

-

3.6.9. Instalasi 1) Saluran intalasi air harus direncanakan sedemikian rupa, sehingga

tidak mudah bocor dan apabila diperlukan perbaikan dapat dilakukan dengan mudah dan sederhana.

2) Bagian pipa yang masuk bangunan untuk air minum maupun sanitasi perlu diselubungi tanah beracun anti rayap.

3) Bagian pipa listrik dan tilpun perlu diselubungi tanah beracun anti rayap.

-

3.6.10. Drainase 1) Drainase sekeliling bangunan harus dari konstruksi yang kokoh dan

mempunyai kelandaian yang cukup hingga air dapat mengalir dengan lancar.

2) Sebaiknya menggunakan saluran terbuka agar mudah diperiksa dan mudah dibersihkan.

3) Jaringan drainase harus dijamin bahwa letaknya lebih tinggi dari saluran pembuangan umum agar air kotor dapat mengalir dengan lancar dan sebaiknya dibuat sumur-sumur rembesan untuk mempercepat pembuangan air.

-

Page 22: Laporan Kemajuan Revisi SNI

ISI SNI NO 03-2404-1991 ISI DRAF SNI NO 03-2404-2013

3.6.11. Sumur Air 1) Sumur air (sumber air bersih) pada bangunan yang diberi perlakuan

terhadap tanah harus ditempatkan sedemikian rupa dengan memperhatikan kemungkinan adanya pencemaran.

2) Disain sumur air harus dipilih yang aman dan dapat dipertanggungjawabkan terhadap pencemaran.

3.6.12. Kolam Taman dan Tangki Septik Kolam taman atau tangki septik yang diletakkan dekat bangunan harus berdinding kedap air untuk mencegah kontaminasi bila bangunan menggunakan sistem perlakuan terhadap tanah.

-

3.6.13. Vegetasi 1) Vegetasi sekeliling bangunan harus ditempatkan sedemikian rupa dan

diusahakan daun-daunnya tidak akan menyumbat lubang aliran talang. 2) Hubungan langsung antara vegetasi dan bangunan harus dihindari

karena akan mempermudah masuknya rayap.

-

BAB IV PELAKSANAAN V. PROSEDUR PELAKSANAAN

4.1 Hal-hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Bekerja Dengan Termitisida 4.1.1. Pada Waktu Pelaksanaan

1) Penggunaan termitisida harus dilakukan oleh operator yang terlatih. 2) Sebelum menggunakan termitisida, label harus dibaca dengan teliti. 3) Termitisida harus disimpan ditempat yang sejuk kering dan dapat

dikunci, jauh dari makanan dan minuman, tidak terjangkau oleh anak-anak, hewan piaraan serta ternak.

4) Penakaran, pengenceran atau pencampuran termitisida harus dilakukan di tempat terbuka atau di dalam ruangan yang bervariasi baik, jauh dari sumber air atau saluran air.

5) Gunakan sarung tangan, masker, sepatu, wadah, alat pengaduk, alat penakar yang khusus untuk termitisida.

5.1. Cakupan Pekerjaan Pelaksanaan pengendalian serangan rayap tanah pada bangunan rumah dan gedung pra konstruksi mencakup: 5.1.1. Perancangan pengendalian serangan rayap pada bangunan rumah atau gedung 5.1.2. Persiapan 5.1.3. Pelaksanaan perlakuan tanah 5.1.4. Pemeliharaan pekerjaan selama masa garansi 5.1.5. Pengawasan pekerjaan dan pengendalian bahaya pencemaran CATATAN: Pengendalian serangan rayap perlu memperhatikan rancang bangun yang baik (good construction practices). Ketentuan-ketentuan rancang bangun

Page 23: Laporan Kemajuan Revisi SNI

ISI SNI NO 03-2404-1991 ISI DRAF SNI NO 03-2404-2013

6) Membuka tutup wadah termitisida harus dilakukan dengan hati-hati, sehingga tidak memercik, tumpah dan terhambur keluar.

7) Pemakaian termitisida harus sesuai dengan takaran yang dianjurkan, tidak lebih atau kurang.

8) Alat penyemprot termitisida harus selalu dalam keadaan baik, bersih dan tidak bocor.

9) Hindari termitisida terhirup melalui pernapasan atau terkena kulit, mata,mulut dan pakaian.

10) Apabila ada luka pada kulit, tutuplah luka tersebut dengan baik sebelum bekerja.

11) Selama penyemprotan, harus menggunakan baju khusus berlengan panjang, penutup kepala, penutup muka (masker), celana panjang, sarung tangan dan sepatu boot.

12) Jangan menyemprot berlawanan dengan arah aliran udara. 13) Hindarkan semprotan termitisida terbawa ke tempat lain, yang bukan

sasaran penyemprotan. 14) Jangan menyemprot pada saat angin bertiup kencang, atau sedang

turun hujan sehingga air membasahi tanah bangunan. 15) Apabila terjadi gejala keracunan, penderita harus berhenti bekerja,

melepaskan baju yang basah, mencuci kulit yang terkena basahan baju dengan sabun dan hubungi dokter.

16) Setelah bekerja dengan termitisida, segera mandi dengan sabun, pakaian dan alat pelindung segera dicuci dengan sabun.

17) Setelah bekerja, alat penyemprot dan alat-alat segera dicuci, air bekas cucian diusahakan tidak mengalir ke sungai dan sumber air lainnya.

18) Wajah dan tangan dibersihkan dengan air sabun sebelum beristirahat. 19) Jangan merokok, minum atau makan selama bekerja dengan

termitisida.

disajikan pada Lampiran 2.

4.1.2. Pertolongan Pertama Pada Pengguna Termitisida

1) Apabila larutan termitisida tertelan dan penderita masih sadar, harus diusahakan agar ia muntah dan tidak boleh diberi susu atau minyak.

2) Apabila larutan termitisida mengenai mata, maka yang bersangkutan

5.2. Perancangan 5.2.1. Pemilik bangunan dapat menunjuk konsultan perencana untuk melaksanakan pekerjaan perancangan pengendalian serangan rayap tanah pada bangunan rumah atau gedung pra konstruksi

Page 24: Laporan Kemajuan Revisi SNI

ISI SNI NO 03-2404-1991 ISI DRAF SNI NO 03-2404-2013

harus segera mencuci mata/merendam dalam air sedikitnya selama 10 (sepuluh) menit.

3) Penderita segera dibawa ke dokter dan macam termitisida yang digunakan harus dilaporkan ke dokter yang bersangkutan.

4) Apabila terjadi gejala keracunan penderita harus berhenti bekerja, melepaskan baju yang basah karena larutan, mencuci kulit yang terkena basahan baju dengan sabun dan hubungi dokter.

5) Apabila gejala racun itu akibat dari pernafasan, maka penderita dibawa ke tempat terbuka dan bila perlu dilakukan pernafasan buatan.

CATATAN Perancang pengendalian rayap tanah pada bangunan rumah atau gedung pra konstruksi harus memiliki pengetahuan dan keterampilan mengenai: (1) entomologi dan atau patologi bangunan khususnya tentang rayap (termitologi) (2) ilmu struktur bangunan (3) sertifikat keahlian pengendalian rayap atau hama permukiman 5.2.2. Perancangan disusun berdasarkan kondisi tapak bangunan dan dokumen perencanaan pembangunan bangunan rumah atau gedung yang dimiliki pemilik, kontraktor, atau developer 5.2.3. Perancangan pengendalian rayap tanah pada bangunan rumah dan gedung pra konstruksi harus memuat lokasi atau daerah yang akan diberi perlakuan, volume pekerjaan, jenis termitisida yang digunakan, rencana volume penggunaan termitisida, rencana tenaga kerja dan tanggungjawabnya, rencana jadual pelaksanaan pekerjaan, tindakan keselamatan kerja dan perlindungan lingkungan, serta rencana anggaran biaya. 5.2.4. Dokumen perancangan harus disepakati oleh pemilik bangunan, kontraktor, dan atau developer

4.2 Tanah 4.2.1. Persiapan Tanah

Beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum pekerjaan perlakuan terhadap tanah adalah : 1) Pelaksanaan harus mempelajari jenis/keadaan tanah dimana bangunan

akan didirikan yaitu : (1) untuk tanah yang tidak mudah tererosi, air tanah lebih dari 50 cm

dan tidak terjadi retak pada waktu musim kering dilaksanakan sesuai dengan ketentuan tata cara ini.

5.3. Persiapan Tanah 5.3.1. Tapak bangunan harus dibersihkan dari tonggak pohon, akar-akar tumbuhan, sisa-sisa kayu, sampah dan bahan lainnya yang disukai rayap maupun peralatan bangunan seperti perancah dan lain-lain. 5.3.2. Sisa kayu cetakan dan sampah lain pada beton coran maupun bagian struktur lain harus dibersihkan sebelum pekerjaan pengendalian rayap tanah dimulai.

Page 25: Laporan Kemajuan Revisi SNI

ISI SNI NO 03-2404-1991 ISI DRAF SNI NO 03-2404-2013

(2) Untuk tanah yang mudah tererosi harus dilakukan tindakan pencegahan erosi terlebih dahulu sebelum tata cara pencegahan ini dilaksanakan.

(3) Untuk tanah dengan ketinggian air tanah kurang dari 50 cm pelaksanaannya dilakukan dengan cara meninggikan tapak bangunan terlebih dahulu.

2) Tapak bangunan harus dibersihkan dari tonggak-tonggak, akar-akar tumbuhan, sisa-sisa kayu, sampah dan bahan lainnya yang disukai rayap maupun peralatan bangunan seperti perancah dan lain-lain.

3) Sisa kayu cetakan dan sampah lain pada beton coran maupun bagian struktur lain harus dibersihkan sebelum pekerjaan-pekerjaan penanggulangan rayap dimulai.

4) Pada tanah berat atau tanah miring, sebelum penyemprotan dilaksanakan, harus dilakukan pengolahan tanah permukaan sedalam 5-8 (lima sampai delapan) cm agar larutan semprot meresap ke dalam tanah dan termitisida dapat terikat dengan baik oleh partikel tanah.

5) Pada tanah berpasir atau tanah sarang, sebelum penyemprotan dilaksanakan tanah harus dibasahi agar menjadi lembab dan sebagian ruang kapiler tanah terisi air.

6) Penyemprotan tanah dilakukan pada saat tanah dalam keadaan cukup lembab, artinya tanah tidak terlalu basah dan tidak terlalu kering.

7) Harus dihindarkan penyemprotan pada tanah yang mungkin tererosi oleh air hujan sebelum tertutup lantai.

8) Dilarang melakukan pekerjaan perlakuan terhadap tanah pada : (1) tanah yang sangat basah (2) tanah yang akan kena curahan air pada saat hujan (3) daerah yang sumber airnya mudah terkontaminasi ; (4) tanah yang letaknya sangat dekat dengan sumber air.

5.3.3. Pada tanah berat atau tanah miring, sebelum penyemprotan dilaksanakan, harus dilakukan pengolahan tanah permukaan sedalam lima sampai delapan centimeter agar larutan termitisida meresap ke dalam tanah dan dapat terikat dengan baik oleh partikel tanah. 5.3.4. Pada tanah berpasir atau tanah sarang, sebelum penyemprotan dilaksanakan tanah harus dibasahi agar menjadi lembab dan sebagian ruang kapiler tanah terisi air.

4.2.2. Persiapan termitisida untuk perlakuan terhadap tanah sebagai berikut: 1). Wadah untuk mengecerkan termitisida harus dalam keaadaan baik dan

siap pakai 2). Sebelum bekerja, pekerja harus menggunakan alat pelindung

5.4. Persiapan Peralatan dan Termitisida 5.4.1. Semua peralatan yang digunakan dalam rangka pengendalian rayap tanah pada bangunan rumah dan gedung harus dipastikan dalam kondisi laik pakai

Page 26: Laporan Kemajuan Revisi SNI

ISI SNI NO 03-2404-1991 ISI DRAF SNI NO 03-2404-2013

3). Tempat/wadah diisi air/bahan pelarut sesuai dengan keperluan luas bangunan yang akan disemprot

4) Termitisida dituang dalam gelas ukur sesuai dengan konsentrasi yang ditentukan pada label untuk satu jenis termitisida

5) larutan diaduk hingga merata

5.4.2. Termitisida yang digunakan harus berasal dari wadah yang masih tersegel dan dilengkapi dengan label asli produk termitisida

5.4.3. Pencampuran/pelarutan termitisida harus mengacu pada petunjuk pencampuran termitisida yang tercantum pada label asli produk termitisida yang digunakan

CATATAN Daftar termitisida yang teregistrasi disajikan pada Lampiran 3 5,4,3, Pencampuran dilakukan secara merata menggunakan pengaduk

5.4.4. Pencampuran termitisida mempertimbangkan kebutuhan larutan termitisida yang akan digunakan sehingga tidak terdapat sisa larutan termitisida.

5.4.5. Jika, terdapat sisa larutan termitisida tidak boleh dibuang ke septik tank atau saluran air. Sisa termitisida dapat digunakan kembali pada daerah-daerah tapak bangunan yang dianggap perlu

5.4.6. Selama proses persiapan termitisida, tenaga kerja harus menggunakan peralatan keselamatan kerja

4.2.3. Cara Kimia Konstruksi Cara Kimia Konstruksi diterapkan pada bangunan yang pondasinya dilengkapi dengan balok pondasi beton bertulang. Tahapan kerjanya adalah :

1). Pondasi (1) Setelah parit pondasi berikut balok pondasi diurug, pada kedua

sisinya disemprotkan larutan termitisida dengan dosis 5 liter per meter panjang pondasi dengan kedalaman 30 cm (Gambar 5).

(2) Tempat-tempat yang rentan terhadap rayap disemprot larutan termitisida dengan dosis 3-5 liter per meter persegi permukaan tergantung pada intensitas dan keadaan / kebutuhan ruangan.

5.5. Pelaksanaan 5.5.1. Perlakuan Tanah Yang akan ditutupi Lantai (1). Penyemprotan tanah yang akan ditutup lantai dengan larutan termitisida harus dilaksanakan secara merata dengan dosis 5 (lima) liter per meter persegi (2). Segera setelah selesai penyemprotan, permukaan tanah dilindungi dari air hujan atau paparan sinar matahari langsung. (3) Tidak dibolehkan mengurug kembali tanah yang telah diberi perlakuan, jika terpaksa diperlukan tanah urugan harus diberi perlakuan termitisida terlebih dahulu.

Page 27: Laporan Kemajuan Revisi SNI

ISI SNI NO 03-2404-1991 ISI DRAF SNI NO 03-2404-2013

2) . Tanah yang akan ditutup lantai (1) Penyemprotan tanah yang akan ditutup lantai dilaksanakan secara

merata dengan dosis 5 liter per meter persegi tanah permukaan. (2) segera setelah selesai penyemprotan, tanah harus terlindung dari

hujan atau paparan sinar matahari langsung. (3) Tidak dibolehkan mengurug kembali tanah yang telah diberi

perlakuan, jika terpaksa diperlukan tanah urukan harus diberi perlakuan terlebih dahulu.

(4) perlakuan terhadap tanah bagi bagi gedung-gedung yang masih dalam tahap pembangunan, dilaksanakan sejalan dengan tahapan pembangunan gedung tersebut.

5.5.2. Perlakuan Tanah di Parit Pondasi (1) Penyemprotan dasar parit pondasi dengan larutan termitisida harus dilaksanakan secara merata dengan dosis 5 (lima) liter per meter persegi. (2) Setelah pondasi bangunan terbentuk dan pengurugan mencapai setengahnya dilakukan penyemprotan tanah urugan di kedua sisi pondasi dengan dosis pada masing-masing sisi sebanyak 5 (lima) liter per meter lari pondasi. (3) Setelah parit pondasi berikut balok pondasi diurug, pada kedua sisinya disemprotkan larutan termitisida dengan dosis 5 (lima) liter per meter lari.

4.3 Komponen Kayu Pelaksanaan pengawetan kayu harus sesuai dengan SK SNI -3.6.53.1987

5.4.3. Perlakuan Tanah Dinding Basement

Pada bangunan rumah dan atau gedung yang dilengkapi basement, dinding basement yang berada 0,5 meter di atas kedalaman air tanah harus disemprot larutan termitisida dengan dosis termitisida 5 (lima) liter per meter persegi.

4.4 Pekerjaan Beton Beberapa hal yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan beton dilapangan adalah : 1) Bahan yang akan digunakan harus disesuaikan dengan persyaratan

bahan kekuatan yang ada dalam SK SNI mengenai Spesifikasi Bahan Bangunan.

2) Pada waktu pengecoran beton harus dipadatkan dengan alat getar untuk menghindari keropos atau retak tembus terutama pada pondasi yang memungkinkan menjadi jalan rayap.

3) Bagian-Bagian cetakan yang dicocok dengan kertas atau kayu waktu

5.4.4. Perlakuan Tanah Bawah Rabat

(1) Pada tanah di bawah rabat, sekurang-kurangnya 1 (satu) meter harus disemprot larutan termitisida dengan dosis termitisida 5 (lima) liter per meter persegi (2) Perlakuan tanah bawah rabat dapat pula dilakukan dengan membuat galian parit ditepi dinding terluar bangunan selebar 10 cm kemudian disiram larutan termitisida dengan dosis 5 (lima) liter per meter lari.

Page 28: Laporan Kemajuan Revisi SNI

ISI SNI NO 03-2404-1991 ISI DRAF SNI NO 03-2404-2013

pembukaan cetakan harus dibersihkan dan lubang yang terjadi harus ditutup adukan semen dengan baik.

4) Pada daerah prtemuan dinding dengan kolom harus diperhatikan agar tidak terjadi retak-retak.

4.5 Kelengkapan Bangunan Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan kelengkapan bangunan adalah : 1) Bagian pipa saluran instalasi dan drainase yang masuk dan keluar

bangunan yang ditanam di bawah tanah, harus diselubungi tanah anti rayap, agar tidak di pergunakan sebagai jalan masuk rayap ke dalam bangunan dengan dosis 7,5 liter per meter persegi.

2) Pada pembuatan jaringan harus betul-betul diperhatikan kemiringan dan ketinggiannya terhadap saluran pembuangan umum.

5.4.5. Komponen Bangunan Lain (1) Bagian luar sekeliling pipa instalasi dan drainase yang masuk dan keluar bangunan yang ditanam di bawah tanah, harus disemprot larutan termitisida, agar tidak di pergunakan sebagai jalan masuk rayap ke dalam bangunan dengan dosis 5 (lima) liter per meter persegi. (2) Tanah yang bersentuhan dengan bagian teras dan tangga masuk diberi perlakuan tanah dengan dosis 5 (lima) liter per meter persegi. Catatan: *) Dosis tersebut harus diaplikasikan pada konsentrasi larutan termitisida sesuai dengan rekomendasi komisi pestisida

5.6. Garansi dan pemeliharaan pekerjaan 5.6.1. Garansi harus diberikan oleh perusahaan jasa pengendalian rayap terhadap pelaksanaan pekerjaan pengendalian serangan rayap tanah pada bangunan rumah atau gedung setelah pekerjaan pengendalian serangan rayap tanah selesai dikerjakan.

5.6.2. Keuntungan garansi secara otomatis diberikan pada pemilik/pengelola bangunan.

5.6.3 Masa berlakunya garansi selama 5 (lima) tahun dimulai sejak diterbitkannya sertifikat garansi sampai masa ketentuan garansi berakhir.

5.6.4. Sertifikat garansi sekurang-kurangnya memuat ketentuan-ketentuan sebagai berikut:

(1) Masa berlakunya garansi. (2) Waktu dan pelaksanaan perlakuan ulang pada bagian-bagian

Page 29: Laporan Kemajuan Revisi SNI

ISI SNI NO 03-2404-1991 ISI DRAF SNI NO 03-2404-2013

bangunan gedung yang kembali terserang rayap. (3) Ketentuan-ketentuan yang dapat mengakibatkan berakhirnya masa garansi. 5.6.5. Selama masa garansi perusahaan jasa pengendalian rayap harus melakukan pemeriksaan serangan rayap dan pemeliharaan secara berkala sekurang-kurangnya enam bulan sekali.

BAB V. PENGENDALIAN KUALITAS VI. PENGAWASAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN BAHAYA PENCEMARAN

5.1 Persyaratan Pelaksanaan Hal-hal yang perlu dilakukan pada pengawasan sebelum pelaksanaan adalah : 1) Survei keadaan Lapangan/Lahan 2) Apakah drainase yang dubuat telah sesuai dengan kondisi lahan 3) Apakah perletakan dan disain sumber air telah sesuai dengan

persyaratan 4) Menilai perencanaan apakah telah sesuai dengan kondisi lapangan 5) Ada jaminan tersedianya termitisida pada setiap tahap pelaksanaan

pekerjaan.

6.1. Konsultan Pengawas 6.1.1. Pengawasan pekerjaan pengendalian rayap tanah pada bangunan rumah dan gedung harus dilakukan oleh konsultan pengawas yang ditunjuk oleh pemilik bangunan, kontraktor dan atau developer. CATATAN Pengawas pengendalian dan penanggulangan serangan rayap pada bangunan rumah atau gedung harus memiliki pengetahuan dan keterampilan mengenai: (1) entomologi atau patologi bangunan khususnya tentang rayap (termitologi) (2) ilmu struktur bangunan (3) sertifikat keahlian penanggulangan serangan rayap atau hama permukiman 6.1.2. Lingkup tugas petugas pengawas adalah pengawasan sebelum dan pada saat pelaksanaan penanggulangan bahaya rayap dilakukan hingga berakhirnya pekerjaan.

5.2 Pengawasan pada saat Pelaksanaan Hal-hal yang harus diperhatikan pada pengawasan pada saat pelaksanaan adalah : 1) Pengawasan Melakukan hal-hal :

6.2. Sebelum pelaksanaan

6.2.1. Konsultan pengawas harus memastikan kesiapan tenaga kerja, termitisida dan peralatan kerja sesuai dengan ketentuan dalam standar

Page 30: Laporan Kemajuan Revisi SNI

ISI SNI NO 03-2404-1991 ISI DRAF SNI NO 03-2404-2013

(1) Pengawas harus mengetahui jumlah larutan termitisida yang digunakan pada setiap tahap pekerjaan atau yang digunakan pada bagian bangunan.

(2) Pengawas mencatat persedian dan penggunaan termitisida atau umpan racun pada setiap tahap pekerjaan dan dicocokan dengan kemajuan pekerjaan.

(3) Pengawas harus mengawasi saat pelaksanaan penyemprotan termitisida sampai pekerjaan selesai

2) Pengawasan terhadap bahan : (1) Pengawasan sebelum pengenceran

Sebelum pekerjaan pengenceran dilaksanakan harus dilakukan pengawasan terhadap bahan sebagai berikut : o Keaslian termitisida yang akan digunakan harus dinyatakan

dalam sertifikat keaslian atau segel oleh penjual termitisida bersangkutan.

o Apabila tidak disertai dengan sertifikat keaslian, maka termitisida harus dianalisis di laboratorium yang memiliki kemampuan dalam pengujian kandungan bahan aktif termitisida.

o Jumlah termitisida yang dibutuhkan harus tersedia di gudang proyek, satu minggu sebelum pelaksanaan.

(2) Pengawasan pada saat pengenceran Pada saat pengenceran, pengawas harus mengawasi banyaknya termitisida dan air yang digunakan untuk mengencerkan.

3) Tenaga Kerja dan Peralatan (1) Tenaga Kerja pelaksanaan pengendalian rayap harus memenuhi

persyaratan dan ketentuan-ketentuan yang berlaku di Departemen Tenaga Kerja.

(2) Kelengkapan peralatan serta perlatan keselamatan kerja harus memenuhi persyaratan dan ketentuan-ketentuan yang berlaku di Departemen Tenaga Kerja.

(3) Persyaratan tenaga kerja pengendalian rayap harus sesuai dengan undang-undang dan peraturan yang berlaku.

ini.

(1). Tenaga kerja harus memiliki sertifikat sebagai tenaga kerja penjamah termitisida yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang di wilayah Hukum Negara Republik Indonesia

(2) Peralatan kerja yang disiapkan harus sesuai dengan standar ini

(3)Termitisida yang digunakan harus sudah tersedia dalam wadah/kemasan yang masih tersegel dengan dilengkapi label asli produk termitisida

6.2.2. Konsultan pengawas harus memastikan kondisi tapak bangunan telah siap untuk diberi perlakukan

6.2.3. Konsultan pengawas memastikan bahwa resiko pencemaran lingkungan telah dimitigasi dan perusahaan jasa pengendalian serangan rayap telah memahami tindakan pengendalian resiko pencemaran lingkungan

6.2.4. Pada bangunan rumah dan gedung yang akan dan sedang dilakukan tindakan pencagahan serangan rayap harus dipasang papan peringatan yang menyatakan bahwa bangunan tersebut sedang dilakukan tindakan pencagahan serangan rayap dengan termitisida

Page 31: Laporan Kemajuan Revisi SNI

ISI SNI NO 03-2404-1991 ISI DRAF SNI NO 03-2404-2013

4) Pengawasan perlakuan terhadap tanah : (1) Pengawas harus mengetahui jenis dan sifat-sifat tanah (2) Tanah yang akan diberi perlakuan tidak mudah kena erosi dan

tidak berkrikil atau berpasir (3) Air Tanah cukup dalam (4) Jauh dari sumber air bersih (5) Tanah tidak retak dalam keaadan kering (6) Sistem drainase baik (7) Penyemprotan tanah dilakuakan pada saat tanahdalam keadaan

cukup lembab 5) Pengawasan perlakuan terhadap kayu

(1) Pengawas harus mengetahui jenis kayu dan jenis bahan pengawet yang sesuai dengan jenis kayu, serta metoda pengawetan yang diterapkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

(2) Jenis bahan pengawet yang digunakan harus sudah mendapat ijin penggunaan pengedaran dari Menteri Pertanian.

(3) Metoda pengawetan kayu, hrus sesuai dengan ketentuan-ketentuan dalam SK SNI – 3.6.53.1987 dan hasil pengawetannya harus sesuai dengan SK SNI – 4.3.53.1987

5.3 Evaluasi dan Pengamatan 5.3.1 Pekerjaan Perlakuan Terhadap Tanah Pelaksanaan perlakuan terhadap tanah sebagai berikut :

1. Pengawasan mengambil contoh tanah yang telah diberi perlakuan termitisida selama 7-12 hari setelah penyemprotan pada kedalaman 10-20 cm.

2. Contoh tanah dikirim ke labolatorium yang memiliki kemampuan dalam pengujian kandungan bahan aktif termitisida untuk dianalisa mengenai kandungan residu termitisida berdasarkan persyaratan yang berlaku.

3. Pengambilan contoh tanah termasuk untuk referensi minimal 50 gram, harus sesuai dengan persyaratan yang berlaku.

6.3. Pada Saat Pelaksanaan 6.3.1. Konsultan pengawas mengikuti seluruh tahapan kegiatan yang tercangkup dalam lingkup kegiatan pengendalian serangan rayap pada bangunan rumah atau gedung pra konstruksi 6.3.2. Konsultan pengawas harus mengawasi pencampuran/pelarutan termitisida yang akan digunakan (1). Termitisida harus dalam wadah/kemasan asli yang masih tersegel dengan dilengkapi label asli produk termitisida (2). Pencampuran harus sesuai dengan petunjuk pencampuran

Page 32: Laporan Kemajuan Revisi SNI

ISI SNI NO 03-2404-1991 ISI DRAF SNI NO 03-2404-2013

4. Pengambilan contoh tanah harus disaksikan bersama oleh petugas pengawas dan pelaksana penanggulangan rayap.

5. Setiap pengambilan contoh harus dicadangkan contoh untuk referensi yang hanya berlaku sampai pekerjaan disepakati.

6. Contoh perlakuan terhadap tanah harus disegel dan disertai berita acara.

termitisida dalam label asli produk termisida yang digunakan 6.3.3. Konsultan pengawas memantau dan mencacat penggunaan larutan termitisida yang digunakan selama pelaksanaan pengendalian serangan rayap pada bangunan rumah atau gedung. Penggunaan termitisida harus diverifikasi dari sisa wadah termitisida yang terpakai dan cacatan yang terdapat pada flow meter alat semprot yang digunakan. 6.3.4. Konsultan pengawas dapat mengambil sampel larutan termitisida secara acak untuk dianalisis kandungan bahan aktifnya CATATAN Formulir Pengawasan pengendalian serangan rayap pada bangunan gedung disajikan pada Lampiran 4

5.3.2. Pekerjaan Perlakuan Terhadap Kayu Pelaksanaan perlakuan terhadap kayu sebagai berikut : 1) Pengawas mengambul contih jayu yang telah selesai diberi perlakuan

termitisida. 2) Contoh kayu yang diambil dikirim ke laboratorium yang berwenang

untuk dianalisa guna mengetahui kandungan residu termitisida. 3) Pengambilan contoh ( benda uji ) harus mengikuti persyaratan yang

berlaku 4) Pengambilan contoh kayu harus disesuaikan bersama dengan

Pelaksana Pengendalian Rayap. 5) Setiap Pengembalian contoh harus dicadangakan contoh untuk

referensi yang hanya berlaku sampai dengan pekerjaan disepakati.

6.4. Pekerjaaan Pengamanan Pada Bangunan rumah dan gedung yang dilakukan pengendalian rayap harus dipasang papan peringatan yang menyatakan bangunan tersebut mendapat perlakuan dengan termitisida.

5.3.3. Pekerjaan Pengamanan Pada Banguan yang sudah mengalami perlakuan terhadap tanah dan kayu harus dipasang papan peringatan yang menyatakan bangunan tersebut telah mendapat perlakuan dengan termitisida.

Page 33: Laporan Kemajuan Revisi SNI

Tabel 2. Perbandingan Isi SNI No 03-2405-1991 dan Draf Revisi SNI No 03-2405-2013 (Ro)

ISI SNI NO 03-2405-1991 ISI DRAF SNI NO 03-2404-2013

JUDUL Tata Cara Penanggulangan Rayap Pada Bangunan Rumah dan Gedung dengan Termitisida

JUDUL Tata Cara Pengendalian Rayap Pada Bangunan Rumah Dan Gedung Pasca Konstruksi

BAB I. DESKRIPSI I. MAKSUD DAN TUJUAN 1.1. Maksud dan Tujuan 1.1.1. Maksud Tata Cara pencegahan rayap pada bangunan rumah dan gedung dimaksudkan sebagai acuan bagi perencana dan pelaksana dalam melaksanakan pencegahan rayap pada bangunan rumah dan gedung, agar keseragaman proses dan upaya efektivitas kegiatan tersebut dapat tercapai

1.1. Maksud Tata Cara pengendalian rayap pada bangunan rumah dan gedung pasca konstruksi dimaksudkan untuk dipergunakan sebagai acuan bagi perancangan dan pelaksanaan pengendalian serangan rayap tanah (subterannean termites) pada bangunan rumah dan gedung yang telah didirikan agar pekerjaan tersebut terlaksana dengan efektif, efisien dan terstandarisasi serta ramah lingkungan.

1.1.2. Tujuan Tujuan tata cara ini adalah untuk melindungi bangunan rumah dan gedung yang akan didirikan terhadap serangan rayap

1.2. Tujuan Tujuan standar ini adalah untuk menanggulangi serangan rayap tanah dan atau melindungi bangunan rumah dan gedung terhadap serangan rayap tanah tanpa menimbulkan dampak yang berarti bagi lingkungan.

2. Ruang Lingkup Tata cara ini memuat ketentuan-ketentuan dan persyaratan-persyaratan yang harus diikuti dalam penaggulangan rayap pada bangunan rumah dan gedung yang sudah terserang rayap maupun yang belum terserang rayap, tetapi pemiliknya ingin melakukan pencegahan. Tata Cara ini meliputi persyaratan umum, persiapan pelaksanaan dan pengendalian kwlitas, dengan cara perlakuan terhadap tanah, perlakuan terhadap kayu maupun perbaikan komponen/elemen lainnya, tanpa menggunakan cara fumigasi.

II. RUANG LINGKUP DAN ACUAN NORMATIF

2.1. Ruang Lingkup Tata cara ini memuat ketentuan dan persyaratan yang harus diikuti serta tata cara dalam merancang dan melaksanakan pengendalian serangan rayap tanah pada bangunan rumah dan gedung yang telah didirikan meliputi persyaratan umum; pemeriksaan dan perancangan, pelaksanaan, pekerjaan selama masa garansi, dan pengawasan pelaksanaan pengendalian serta pengendalian bahaya pencemaran.

2.2. Acuan Normatif

2.2.1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28. Tahun 2002

Page 34: Laporan Kemajuan Revisi SNI

ISI SNI NO 03-2405-1991 ISI DRAF SNI NO 03-2404-2013

Tentang Bangunan Gedung

2.2.2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2005 Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung

2.2.3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1973 Tentang Pengawasan Atas Peredaran, Penyimpanan Dan Penggunaan Termitisida

2.2.4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2012 Tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

1.3. Pengertian 1. Perlakuan tanah adalah pembentukan rintangan kimiawi pada tanah

lantai dan pondasi bangunan 2. Rayap tanah adalah jenis rayap yang bersarang di dalam tanah,

memerlukan kebasahan, kelembaban dan menyerang komponen kayu bangunan gedung maupun isinya yang mengandung selulosa.

3. Rayap kayu kering adalah jenis rayap yang bersarang di dalam kayu, biasanya memilih kayu yang sudah kering sebagai sasaran serangan dan mengeluarkan serbuk gerek berbentuk butiran.

4. Termitisida adalah bahan kimia yang mempunyai sifat racun terhadap rayap dan diijinkan pemakainya. Dilakukan penggantian/perbaikan pada komponen/elemen yang diamati

5. Tingkat kerusakan adalah kondisi fisik bangunan ketika dilakukan pengamatan sebelum dilakukan penaggulangan sehingga diperkirakan perlu tidaknya d

6. Telapak kusen adalah beton atau pasangan yang merupakan bagian bawah kaki kusen atau tiang kayu non struktur berfungsi sebagai alas pelindung kayu terhadap lembab/air permukaan tanah di sekitarnya.

7. Struktur bangunan adalah bagian dari bangunan yang berfungsi untuk memperkuat, mengkakukan dan menstabilkan bangunan secara keseluruhan

III. ISTILAH DAN DEFINISI 3.1. Koloni Rayap Seketurunan individu rayap yang merupakan kesatuan sistem kehidupan, terdiri dari kasta reproduktif, kasta pekerja, dan kasta prajurit, serta serangga muda (nimfa) yang berasal dari sepasang kasta reproduktif primer (ratu dan raja) 3.2. Konsultan Perencana Perorangan atau badan usaha yang dipercaya oleh pemilik bangunan rumah atau gedung untuk melaksanakan pekerjaan perancangan pengendalian serangan rayap tanah pada bangunan rumah dan gedung 3.3. Konsultan Pengawas Perorangan maupun badan usaha yang dipercaya oleh pemilik bangunan rumah atau gedung untuk melaksanakan pekerjaan pengawasan atas pekerjaan pengendalian serangan rayap tanah pada bangunan rumah dan gedung 3.4. Laron Individu rayap bersayap (winged termites), yang merupakan anggota kasta reproduktif primer, yang berperan membentuk koloni baru rayap.

Page 35: Laporan Kemajuan Revisi SNI

ISI SNI NO 03-2405-1991 ISI DRAF SNI NO 03-2404-2013

3.5. Monitoring Penilaian yang skematis dan terus menerus terhadap pelaksanaan pekerjaan pengendalian atau penaggulangan serangan rayap 3.6. Pemeriksaan Serangan Rayap Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menemukan, mengumpulkan, mengolah data dan atau keterangan lainnya untuk mengetahui adanya serangan rayap tanah, identifikasi jenis rayap tanah, tingkat kerusakan serangan, dan untuk tujuan lainnya dalam rangka melaksanakan pengendalian serangan rayap 3.7. Pengumpanan Pemberian umpan rayap dalam formulasi padatan yang dikemasan dalam wadah spesifik dan diletakkan dalam titik tertentu setelah diidentifikasi adanya rayap dalam bangunan rumah dan gedung agar koloni rayap mengalami kematian (colony elimination). 3.8. Perlakuan Kimia Tanah (soil treatment) Paska Konstruksi Pembentukan residu termitisida pada permukaan tanah sepanjang pondasi di bawah lantai atau bagian lain tempat masuknya rayap pada bangunan rumah atau gedung yang sudah dibangun.

3.9. Perusahaan Jasa Pengendalian Rayap Badan usaha yang memiliki izin operasional sebagai penyedia layanan jasa pengendalian rayap pada bangunan rumah dan gedung dari instansi yang berwenang di wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia 3.10. Rayap Serangga sosial yang termasuk kedalam Ordo Isoptera. 3.11. Rayap Tanah Spesies-spesies rayap yang bersarang di dalam tanah

Page 36: Laporan Kemajuan Revisi SNI

ISI SNI NO 03-2405-1991 ISI DRAF SNI NO 03-2404-2013

3.12. Struktur bangunan Bagian dari bangunan yang berfungsi untuk memperkuat, mengkakukan dan menstabilkan bangunan secara keseluruhan. 3.13. Tingkat kerusakan Kondisi fisik bangunan ketika dilakukan pemeriksaan serangan rayap sehingga dapat diperkirakan perlu adanya penggantian/perbaikan bahan bangunan atau konstruksi termasuk tata cara pengendalian serangan rayap. 3.14. Termitisida Jenis-jenis pestisida yang teregistrasi di Komisi Pestisida Republik Indonesia sebagai bahan kimia untuk pengendalian rayap pada bangunan rumah dan gedung.

BAB II. PERSYARATAN UMUM IV. PERSYARATAN UMUM 2.1. Pelaksana pencegahan Pelaksanaan penanggulangan rayap pada banguanan rumah dan gedung dengan termitisidasi hanya dapat dilakukan oleh perusahaan yang telah mendapat ijin dari Menteri Pertanian.

4.1. Perusahaan Pengendalian Rayap Pengendalian serangan rayap pada bangunan rumah dan gedung paska konstruksi hanya dapat dilaksanakan oleh perusahaan yang memiliki izin operasional sebagai perusahaan pengendalian rayap dari instansi yang berwenang dan memiliki tanda keanggotaan yang sah dari asosiasi pengendalian hama di Wilayah Hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia

2.2. Termitisida Termitisida yang digunakan dalam pencegahan rayap pada bangunan rumah dan gedung harus terdaftar dan mendapat izin pemakaiannya sesuai dengan PP No 7 Tahun 1973 2.2.1. Termitisida Perlakuan Terhadap Tanah Termitisida yang dapat digunakan untuk perlakuan tanah harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

4.2. Teknik Pengendalian Serangan Rayap

4.2.1. Pelaksanaan pengendalian serangan rayap paska konstruksi dapat dilakukan dengan teknik

(1) perlakuan kimia tanah paska konstruksi dan atau

(2) Pengumpanan dan atau

(3) Kombinasi antara perlakukan kimia tanah paska konstruksi dan pengumpanan

Page 37: Laporan Kemajuan Revisi SNI

ISI SNI NO 03-2405-1991 ISI DRAF SNI NO 03-2404-2013

1) Harus berasal dari wadah (kemasan) asli yang tertutup rapat, tidak bocor atau rusak, disegel serta dilengkapi dengan label asli dan masa kadaluwarsa.

2) Termitisida yang tidak dalam kemasan asli atau tidak disegel oleh pabrik/distributor harus diuji keasliannya oleh laboratorium yang memiliki kemampuan dalam pengujian kandungan bahan aktif termitisida.

3) Pada label “termitisida terbatas pakai” harus tercantum juga nama perusahaan pengendali rayap yang membeli dan berhak menggunakannya.

4.2.2. Teknik pengendalian serangan rayap pada bangunan rumah atau gedung paska konstruksi ditetapkan berdasarkan hasil pemeriksaan serangan rayap dengan mempertimbangkan kondisi bangunan gedung, jenis rayap yang menyerang, dan kondisi lingkungan tapak bangunan.

4.2.3. Pengendalian serangan rayap dengan cara pengumpanan hanya dapat dilakukan apabila kerusakan pada bangunan rumah atau gedung diakibatkan oleh rayap tanah Genus Coptetermes atau Schedorhinotermes

2.2.2. Termitisida Untuk Pengawetan Kayu

Termitisida yang dapat digunakan untuk pengawetan kayu harus sesuai dengan SK SNI 43.53.1987, mengenai spesifikasi kayu awet untuk bangunan rumah dan gedung

4.3. Termitisida

Termitisida yang digunakan dalam pelaksanaan pengendalian serangan rayap tanah pada bangunan rumah dan gedung adalah Jenis-jenis pestisida yang teregistrasi di Komisi Pestisida Republik Indonesia sebagai bahan kimia untuk pengendalian rayap pada bangunan rumah dan gedung serta diaplikasikan sesuai dengan ketentuan Komisi Pestisida Republik Indonesia

2.3. Peralatan Untuk Penanggulangan serangan rayap dibutuhkan perlatan sebagai berikut 2.3.1. Peralatan untk pengamatan/inspeksi Peralatan yang digunakan antara lain: 1. Alat penerang (lampu senter). 2. Alat penusuk dan pemukul dari kayu. 3. Alat ukur (meteran atau pita ukur) 4. Botol koleksi berisi alkohol 70% untuk menyimpan dan mengawetkan

spesimen rayap yang ditemukan untuk diidentifikasi.

2.3.2. Peralatan untuk Pelaksanaan Perlakuan terhadap tanah Peralatan untuk pelaksanaan perlakuan terhadap tanah sebagai berikut :

Pelaksanaan pengendalian rayap tanah pada bangunan rumah dan gedung paska konstruksi harus didukung oleh sekurang-kurangnya jenis-jenis peralatan sebagai berikut: 4.4.1. Peralatan Perlakuan Kimia Tanah Pasca Kontruksi

(1) Alat penyemprot bertekanan tinggi (2) Alat injeksi yang dilengkapi dengan nozle dan flow meter (pengukur volume) (3) Kompresor (4) Foaming (5) Gelas ukur (6) Penyedot cairan (7) Bor beton dan perlengkapannya 4.4.2. Peralatan pengumpanan meliputi peralatan instalasi umpan rayap

Page 38: Laporan Kemajuan Revisi SNI

ISI SNI NO 03-2405-1991 ISI DRAF SNI NO 03-2404-2013

1) Alat penyemprot bertekanan tinggi (power sprayer) dengan tekanan sekurang-kurangnya 1 atmosfir, dalam kondisi baik dan tidak bocor pada saat pemakaian.

2) Alat injeksi yang dilengkapi dengan penyemprot (injektor and sprayer). 3) Kompressor. 4) Alat penyemprot listrik. 5) Alat pengaman kerja sesuai dengan ketentuan Departemen Tenaga

Kerja seperti: seragam lengan panjang, respirator, sepatu bot karet, sarung tangan tahan bahan kimia, helm, kacamata, masker dan penutup telinga.

6) Bor palu (hammer drill) dan bor kayu. 7) Alat pembuat parit (bila perlu). 8) Alat pengisap cairan. 2.3.3. Peralatan untuk Pelaksanaan Perlakuan terhadap kayu Semua alat yang dipakai untuk Pelaksanaan Perlakuan terhadap kayu harus sesuai dengan SK SNI 3.6.1987, mengenai tata cara Pengawetan dengan cara Pelaburan dan Rendaman. 2.3.4. Alat Penunjang Alat Penunjang yang diperlukan sebagai berikut : 1. Peralatan kunci untuk membuka skrup dan baut. 2. Alat pengikat/pengaman. 3. Tangga. 4. Wadah untuk peralatan

(obeng, palu, gunting, dan lain-lain) dan jika tersedia digunakan alat pendeteksi rayap (termite detector)

4.4.3. Alat pengamanan kerja (personal protection equipment, PPE) seperti seragam kerja, respirator, sepatu boot karet, sarung tangan tahan bahan kimia, helm, kacamata, sabun, handuk, dan lain-lain.

4.4.4. Peralatan pemeriksaan serangam rayap seperti senter, obeng, alat pendeteksi serangan rayap dan lain-lain.

2.5. Persyaratan Tenaga Kerja Persyaratan tenaga kerja sebagai berikut: 1. berumur 18 (delapan belas tahun) ke atas. 2. Telah melaksanakan pemeriksaan awal. 3. Harus menjalani ujian kesehatan berkala setiap 2 (dua) bulan sekali. 4. Apabila diperlukan, tenaga kerja harus menjalani ujian kesehatan

khusus. 5. Wanita hamil dan menyusui dilarang bekerja dengan termitisida.

4.5. Keselamatan Kerja

4.5.1. Persyaratan tenaga kerja harus memenuhi ketentuan perundang-undangan yang berlaku

4.5.2. Tenaga kerja harus bersertifikat sebagai tenaga penjamah termitisida yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang di wilayah Hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia

4.5.3. Pengendalian serangan rayap pada bangunan rumah dan gedung

Page 39: Laporan Kemajuan Revisi SNI

ISI SNI NO 03-2405-1991 ISI DRAF SNI NO 03-2404-2013

6. Apabila aplikasi termitisida berlangsung selama enam hari dalam seminggu, tenaga kerja tidak boleh mengalami pemaparan selama lebih dari lima jam sehari.

7. Tenaga kerja harus menjalani latihan/training tentang peraturan penanganan termitisida, cara bekerja dengan termitisida, pengenalan bahaya termitisida, cara membersihkan alat-alat, cara penggunaan alat pelindung, gejala keracunan dan pertolongan pertama pada keracunan.

8. Apabila bekerja dengan termitisida, tenaga kerja harus lebih dari satu orang, agar apabila terjadi keracunan pada seorang tenaga kerja mudah ditolong.

harus dilakukan oleh satu kelompok kerja minimal 2 (dua) orang tenaga kerja

CATATAN

Petunjuk keselamatan kerja disajikan pada Lampiran 1

BAB III. PERSIAPAN

3.1. Pengkajian Gambar Bangunan Pengkajian Gambar Bangunan meliputi : 1) Gambar bangunan yang perlu dipersiapkan adalah gambar denah dan

gambar konstruksi, serta instalasi saluran air dan listrik dari bangunan. 2) Gambar-gambar tersebut harus dipelajari sebelumnya, terutama pada

bagian-bagian konstruksi yang berdekatan dengan tanah atau pada bagian yang lembab dan gelap.

3) Bagian-bagian yang rentan/rawan terhadap serangan rayap perlu mendapat perhatian khusus, terutama bagian konstruksi yang menggunakan kayu sebagai bahan bangunannya.

4) Bagian konstruksi lainnya adalah pondasi, dinding koppel/yang berdekatan dengan tanah, kusen pintu atau jendela, daun pintu/jendela, tangga, langit-langit, serta rangka atap.

5) Selain melihat gambar tersebut di atas, semua perlengkapan yang ada di bangunan harus dipelajari misalnya, tempat pemasangan kabel telepon, kabel listrik, pipa air, panel-panel kayu, hiasan-hiasan, dan tempat-tempat lain yang memungkinkan dilalui rayap.

3.2. Elemen Pondasi Bangunan 3.2.1. Pengamatan Bahan Bangunan Pengamatan bahan bangunan dilkukan dengan : 1) Mencatat serangan rayap yang terjadi pada bahan bangunan maupun

Page 40: Laporan Kemajuan Revisi SNI

ISI SNI NO 03-2405-1991 ISI DRAF SNI NO 03-2404-2013

pada komponen/elemen yang digunakan. 2) Mengamati kayu yang letaknya berdekatan dengantanah atau yang

terletak pada daerah yang lembab. 3) Pengamatan terhadap kayu, karena kayu merupakan bahan bangunan

yang rentan terhadap serangan rayap. 4) Memeriksa semua bahan bangunan dari semen yang digunakan seperti,

tegel, bata, beton, pipa beton dll, terutama yang berdekatan dengan tanah atau pada daerah lembab.

5) Memeriksa semua bahan banguan dari tanah (keramik) yang digunakan seperti, bata, pipa tanah dll, terutama yang berdekatan dengan tanah atau pada daerah lembab.

6) Memeriksa bahan bangunan lain yang diperkirakan dapat dilalalui terutama yang berdekatan dengan tanah atau pada daerah lembab.

3.2.2. Pengamatan Komponen/Elemen Bagian-bagian yang perlu diamati terhadap serangan rayap adalah :

1. Bagian elemen/komponen yang berhubungan atau berdekatan dengan tanah, misalnya lantai, anak tangga, rabat dan teras.

2. Bagian elemen/komponen yang berhubungan dengan bagian gedung milik pihak lain, misalnya dinding batas pada kopel.

3. Bagian elemen yang gelap atau lembab, misalnya shaft, gudang, kamar mandi, WC, plumbing, ujung-ujung saluran pipa listrik, telepon atau tempat-tempat lain.

4. Bagian elemen/komponen yang terbuat dari kayu pada lantai panggung dinding, langit-langit dan atap.

5. Tempat pemasangan kabel listrik, kabel telepon, pipa air dsb.

6. Panel-panel kayu, tangga, hiasan-hiasan pada dinding langit-langit dan bagian-bagian gedung lainnya yang menggunakan kayu.

3.2.3. Pengamatan di sekitar bangunan Pengamatan di sekitar bangunan dapat dilakukan pada tunggak-tunggak kayu, pohon-pohon, pagar kayub yang mungkin dijadikan tempat sarang rayap.

Page 41: Laporan Kemajuan Revisi SNI

ISI SNI NO 03-2405-1991 ISI DRAF SNI NO 03-2404-2013

3.2.4 Tingkat Kerusakan Bahan Bangunan 1) Dari evaluasi hasil pengamatan yang dilakukan harus dicatat serangga

rayap yang terjadi masih aktif atau tidak dan sampai sejauh mana penyebaran rayap terjadi.

2) Bahan bangunan dari kayun termasuk rusak berat apabila keseluruhan kayu terserang belum mencapai setengah nya, sedangkan bagian lainnya yang belum terserang masih dapat dimanfaatkan, sehingga hanya diperlukan perbaikan.

3) Pada bahan bangunan lain selain kayu seperti bahan bangunan semen atau keramik (tagel,conblock dll), termasuk rusak berat, jika kerusakannya parah (pecah dsb )sehingga perlu diganti dengan yang baru. Kerusakan ringan pada bahan bangunan ini adalah, apabila perbaikan dilakukan tanpa mengganti bahan bangunan tersebut.

4) Plesteran dinding termasuk rusak berat apabila keadanya telah rapuh, terkelupas dari pasangan dinding, sehingga perlu dilkuakan penggantian dengan plesteran yang baru.

5) Setelah selesai semua letak bahan bangunan yang rusak dicatat sehingga memudahkan perbaikan yang diperlukan.

3.2.5. Tingkat kerusakan kompnen/elemen 1) Pondasi Tingkat kerusakan pada pondasi sebagai berikut : (1) Pondasi termasuk rusak apabila patah atau retak tembus dari atas ke

bawah dan mengakibatkan komponen/elemen yang ada di atasnya mengalami perubahan kedudukan,sehingga perlu diganti dengan pasangan pondasi yang baru.

(2) Pondasi termasuk rusak ringan apabila keretakan yang terjadi tidak mempengaruhi komponen/elemen di atasnya dan perbaikan yang dilakukan cukup dengan memperbaiki bagian yang retak saja.

2) Lantai Tingkat kerusakan pada lantai sebagai berikut : (1) Lantai termasuk rusak berat apabila permukaan lantai bergelombang

atau pecah serta spesi antara tegel yang digunakan terjadi retak tembus

Page 42: Laporan Kemajuan Revisi SNI

ISI SNI NO 03-2405-1991 ISI DRAF SNI NO 03-2404-2013

sampai ke tanah, sehingga perlu dilakukan pembongkaran dan penggantian dengan bahan lantai yang baru.

(2) Lantai termasuk rusak ringan apabila perbaikan yang dilakukan tidak memerlukan pembongkaran, seperto retak-retak rambut yang tidak tembus.

3) Dinding Tingkat kerusakan pada lantai sebagai berikut : (1) Pasangan dinding rusak berat apabila keretakan yang terjadi pada

pasangan mengakibatkan posisinya miring, sehingga perlu dilakukan pembongkaran dan penggantian dengan pasangan dinding yang baru.

(2) Pasangan dinding rusak ringan apabila kerusakan yang terjadi berupa retak-retak kecil yang tidak mengakibatkan perubahan posisi dinding, sehingga perbaikan yang dilakukan tidak memerlukan perubahan posisi dinding.

(3) Rangka dinding yang terbuat dari kayu termasuk rusak berat, apabila serangan rayapsudah melibihi tinggi dari rangkadinding tersebut, sehingga perlu dilakuakn pembongkaran dan penggantian dengan bahan yang baru. Rangka dinding yang sudah terserang tapi belum mencapai setengah tinggi dari rangka dinding termasuk rusak ringan dan masih dapat diperbaiki dengan cara penyambungan.

4) Tiang/Kolom Tingkat kerusakan pada tiang/kolom sebagai berikut : (1) Semua tiang atau kolom yang terbuat dari kayu harus diperiksa

kerusakannya, dan tiang/kolom termasuk rusak berat apabila serangan rayapsudah lebih dari setengah tingginya, sehingga perlu diganti.

(2) Pada tiang/kolom yang terbuat dari beton, biasanya kerusakan yang timbul adalah kerusakan ringan,kevuali tiang/kolom tersebut retak tembus atau patah yang diakibatkan oleh struktur yang memerlukan perbaikan atau penggantian dengan tiang/kolom baru, termasuk rusak berat.

Page 43: Laporan Kemajuan Revisi SNI

ISI SNI NO 03-2405-1991 ISI DRAF SNI NO 03-2404-2013

5) Langit-langit Tingkat kerusakan pada langit-langit sebagai berikut : (1) Komponen/elemen langit-langit termasuk rusak berat apabila

serangan rayap sampai melebihi bagian tengah ruang, sehingga perlu dibongkar dan diganti dengan bahan yang baru.

(2) Rangka kayu langit-langit yang terserang bagian pinggir termasuk rusak ringan karena masih bisa dilakukan penyambungan.

6) Rangka Atap Tingkat kerusakan pada rangka atap sebagai berikut : (1) Rangka atap termasuk rusak berat apabila kerusakan yang terjadi

adalah pada bagian-bagian struktur penting seperti batang-batang tepi atas, bawah, diagonal, vertical pada kuda-kuda serta gording, sehingga perlu dilakukan pembongkaran dan penggantian dengan kayu yang baru pada waktu perbaikan.

(2) Kerusakan yang terjadi pada rangka atap seperti kaso-kaso, reng, papan reter dan papan lis termasuk ringan, karena perbaikan dapat dilakukan tanpa merusak bagian struktur lain.

BAB IV PELAKSANAAN V. PROSEDUR PELAKSANAAN 4.1 Hal-hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Bekerja Dengan Termitisida 4.1.1. Pada Waktu Pelaksanaan 1) Penggunaan termitisida harus dilakukan oleh operator yang terlatih. 2) Sebelum menggunakan termitisida, label harus dibaca dengan teliti. 3) Termitisida harus disimpan ditempat yang sejuk kering dan dapat

dikunci, jauh dari makanan dan minuman, tidak terjangkau oleh anak-anak, hewan piaraan serta ternak.

4) Penakaran, pengenceran atau pencampuran termitisida harus dilakukan di tempat terbuka atau di dalam ruangan yang bervariasi baik, jauh dari sumber air atau saluran air.

5) Gunakan sarung tangan, masker, sepatu, wadah, alat pengaduk, alat penakar yang khusus untuk termitisida.

5.1. Cakupan Pekerjaan Pelaksanaan Pengendalian serangan rayap pada bangunan rumah dan gedung mencakup:

5.1.1. Perancangan pengendalian serangan rayap

5.1.2. Pelaksanaan pengendalian serangan rayap dapat dilakukan dengan teknik

(1) perlakuan kimia tanah paska konstruksi dan atau

(2) Pengumpanan

(3) Kombinasi antara perlakukan kimia tanah paska konstruksi dan pengumpanan

Page 44: Laporan Kemajuan Revisi SNI

ISI SNI NO 03-2405-1991 ISI DRAF SNI NO 03-2404-2013

6) Membuka tutup wadah termitisida harus dilakukan dengan hati-hati, sehingga tidak memercik, tumpah dan terhambur keluar.

7) Pemakaian termitisida harus sesuai dengan takaran yang dianjurkan, tidak lebih atau kurang.

8) Alat penyemprot termitisida harus selalu dalam keadaan baik, bersih dan tidak bocor.

9) Hindari termitisida terhirup melalui pernapasan atau terkena kulit, mata,mulut dan pakaian.

10) Apabila ada luka pada kulit, tutuplah luka tersebut dengan baik sebelum bekerja.

11) Selama penyemprotan, harus menggunakan baju khusus berlengan panjang, penutup kepala, penutup muka (masker), celana panjang, sarung tangan dan sepatu boot.

12) Jangan menyemprot berlawanan dengan arah aliran udara. 13) Hindarkan semprotan termitisida terbawa ke tempat lain, yang bukan

sasaran penyemprotan. 14) Jangan menyemprot pada saat angin bertiup kencang, atau sedang

turun hujan sehingga air membasahi tanah bangunan. 15) Apabila terjadi gejala keracunan, penderita harus berhenti bekerja,

melepaskan baju yang basah, mencuci kulit yang terkena basahan baju dengan sabun dan hubungi dokter.

16) Setelah bekerja dengan termitisida, segera mandi dengan sabun, pakaian dan alat pelindung segera dicuci dengan sabun.

17) Setelah bekerja, alat penyemprot dan alat-alat segera dicuci, air bekas cucian diusahakan tidak mengalir ke sungai dan sumber air lainnya.

18) Wajah dan tangan dibersihkan dengan air sabun sebelum beristirahat. 19) Jangan merokok, minum atau makan selama bekerja dengan

termitisida.

5.1.3. Pengawasan pekerjaan dan pengendalian bahaya pekerjaan

5.1.4. Pemeliharaan pekerjaan selama masa garansi

4.1.2. Pertolongan Pertama Pada Pengguna Termitisida 1) Apabila larutan termitisida tertelan dan penderita masih sadar, harus

diusahakan agar ia muntah dan tidak boleh diberi susu atau minyak. 2) Apabila larutan termitisida mengenai mata, maka yang bersangkutan

harus segera mencuci mata/merendam dalam air sedikitnya selama

5.2. Perancangan

5.2.1. Pemilik bangunan dapat menunjuk konsultan perencana untuk melaksanakan pekerjaan perancangan pengendalian serangan rayap pada bangunan rumah atau gedung

Page 45: Laporan Kemajuan Revisi SNI

ISI SNI NO 03-2405-1991 ISI DRAF SNI NO 03-2404-2013

10 (sepuluh) menit. 3) Penderita segera dibawa ke dokter dan macam termitisida yang

digunakan harus dilaporkan ke dokter yang bersangkutan. 4) Apabila terjadi gejala keracunan penderita harus berhenti bekerja,

melepaskan baju yang basah karena larutan, mencuci kulit yang terkena basahan baju dengan sabun dan hubungi dokter.

5) Apabila gejala racun itu akibat dari pernafasan, maka penderita dibawa ke tempat terbuka dan bila perlu dilakukan pernafasan buatan.

CATATAN

Perencana pengendalian serangan rayap pada bangunan rumah atau gedung harus memiliki pengetahuan dan keterampilan mengenai:

(1) entomologi atau patologi bangunan khususnya tentang rayap (termitologi)

(2) ilmu struktur bangunan

(3) sertifikat keahlian Pengendalian serangan rayap atau hama permukiman

5.2.2. Perancangan pengendalian serangan rayap disusun berdasarkan analisis hasil pemeriksaan serangan rayap dengan mempertimbangkan kondisi bangunan gedung, jenis rayap yang menyerang, dan kondisi lingkungan tapak bangunan.

5.3.3. Perancangan pengendalian serangan rayap harus memuat laporan hasil pemerikksaan, teknik pengendalian serangan rayap, ruang lingkup dan volume pekerjaan, jenis termitisida yang digunakan, rencana volume penggunaan termitisida, rencana tenaga kerja dan tanggungjawabnya, rencana jadual pelaksanaan pekerjaan dan tindakan keselamatan kerja dan perlindungan lingkungan serta rencana anggaran biaya.

5.2.3. Dokumen perancangan harus disepakati oleh pemilik bangunan

4.2 Pekerjaan Persiapan Pekerjaan persiapan pelaksanan penanggulangan sebagai berikut : 1) Bahan yang dipersiapkan sesuai dengan persyaratan yang diharuskan

(Bab II pasal 2.2 Termitisida ) 2) Semua peralatan yang dipergunakan harus sesuai dengan persyaratan

yang diharuskan ( Bab II pasal 2 Peralatan ) 3) Persiapan termitisida untuk perlakuan tanah sebagai berikut :

(1) Wadah untuk mengencerkan larutan termitisida harus dalam keadaan bersih dan siap pakai.

(2) Sebelum bekerja, pekerja harus mengenakan alat pelindung.

5.3. Pemeriksaan Serangan Rayap

5.3.1. Cakupan pekerjaan pemeriksaan serangan rayap meliputi:

(1). Persiapan pemeriksaan serangan rayap

(2). Pemeriksaan di luar dan di dalam bangunan rumah dan gedung

(3).Pengukuran tingkat kerusakan bagian bangunan akibat serangan rayap dan kerusakan bagian bangunan lainnya

(4). Identifikasi jenis rayap

Page 46: Laporan Kemajuan Revisi SNI

ISI SNI NO 03-2405-1991 ISI DRAF SNI NO 03-2404-2013

(3) Wadah diisi air/bahan pelarut sesuai dengan keperluan (luas bangunan yang akan disemprot).

(4) Termitisida dituang dalam gelas ukuran sesuai dengan konsentrasi yang ditentukan pada label untuk satu jenis termitisida.

(5) Larutan diaduk hingga merata.

(5). Penyusunan laporan hasil pemeriksaan

5.3.2. Persiapan Pemeriksaan Bahaya Rayap

(1) Pemeriksaan serangan rayap harus mempelajari gambar bangunan (as build drawing)

(2). Pemeriksa serangan rayap harus mendapatkan informasi dari pemilik bangunan rumah atau gedung mengenai aktivitas rayaptanah yang ada dan tindakan yang pernah dilakukan sebelumnya

(4) Peralatan pemeriksaan harus dalam kondisi baik dan siap untuk digunakan

5.3.3. Pemeriksaan di luar bangunan mencakup pemeriksaan ada tidaknya aktivitas rayap atau tanda-tanda kerusakan akibat serangan rayap tanah pada:

(1) bagian kayu yang berhubungan dengan tanah

(2) dinding pondasi atau dinding bangunan

(3) rangka pintu garasi, rangka dan daun jendela lantai dasar dan lantai dek

(4) rangka kayu yang ditutup beton

(5) tonggak kayu mati di sekitar bangunan, tumpukan kayu sisa yang mudah terkena jamur dan rayap

(6) daerah-daerah; pertemuan tanah dengan dinding bangunan; daerah sekitar atau belakang pipa drainase; kotak-kotak listrik,; pipa-pipa saluran air bersih dan air kotor, serta tanaman atau tanaman yang merambat pada dinding.

(7) Jika bangunan rumah kopel, periksa bagian struktur kopel dan tanyakan pada tetangga apakah mengalami masalah dengan rayap.

5.3.4. Pemeriksaan di dalam bangunan mencakup pemeriksaan ada tidaknya aktivitas rayap tanah atau tanda-tanda kerusakan akibat

Page 47: Laporan Kemajuan Revisi SNI

ISI SNI NO 03-2405-1991 ISI DRAF SNI NO 03-2404-2013

seranga rayap tanah pada:

(1) Daerah pertemuan lantai dan dinding, terutama yang dilengkapi list kayu atau plint

(2) Nat/celah antara penutup lantai (keramik, marmer atau batu alam) demikian juga jika bagian dinding ditutupi oleh bahan tersebut

(3) Bagian dinding; celah antara dinding dengan kusen, intalasi listrik atau air, list plafon; atau penutup bagian dinding seperti panel-panel kayu, sambungan wallpaper dengan bagian tepi dinding

(4) Rak-rak buku atau lemari, saluran AC sentral, instalsi listrk termasuk kotak saklar listrik, stop kontak, atau telepon.

(5) Bagian bangunan yang gelap atau lembab, misalnya shaft, saluran lift, plumbing, ujung-ujung saluran pipa listrik, telepon atau tempat-tempat lain.

(6) Bagian elemen/komponen di dalam bangunan yang terbuat dari kayu pada lantai, dinding, langit-langit dan atap.

(7) Panel-panel kayu, tangga, hiasan-hiasan pada dinding langit-langit dan bagian-bagian gedung lainnya yang menggunakan kayu.

5.3.5. Ada tidaknya ada tidaknya aktivitas rayap di dalam atau diluar bangunan dapat diketahui dari;

(1) Liang kembara rayap atau jalur rayap berjelajah dari sarang ke sumber makanan yang menempel pada bagian permukaan dinding, pondasi, permukaan kayu, atau keluar dari retakan dinding bangunan dan lain-lain. Pada liang kembara yang masih aktif dapat dijumpai rayap dan harus diambil untuk keperluan identifikasi

(2) Laron. Adanya laron merupakan indikasi bahwa tidak terlalu jauh atau bahkan di dalam bangunan rumah atau gedung terdapat sarang rayap. Laron tertarik cahaya lampu dan mengerumuninya. Pemeriksa dapat menyelusuri sumber keluarnya laron,. Walapun tidak mudah tetapi

Page 48: Laporan Kemajuan Revisi SNI

ISI SNI NO 03-2405-1991 ISI DRAF SNI NO 03-2404-2013

penyelusuran tersebut sering berhasil menemukan sarang rayap.

(3) Sayap laron. Sayap laron mudah tanggal sehingga dapat dijadikan indikasi adanya aktivitas rayap di dalam atau di sekitar bangunan rumah atau gedung.

(4) Kayu rusak. Kayu rusak oleh rayap tanah merupakan tanda adanya aktivitas rayap tanah. Apabila ditemukan kayu rusak parah menjadi tanda bahwa serangan rayap telah berlangsung relative lama. Kerusakan kayu oleh rayap pada tahap awal sukar dijumpai karena rayap memakan kayu seringkali dari bagian tersembunyi dan merusak dari bagian dalam sehingga permukaan kayu sering kali tampak masih baik tidak mengalami kerusakan

(5) Indikasi Serangan Rayap Kayu Kering. Serangan rayap kayu kering dikenali dari adanya butiran gerek berwarna kecoklatan atau disebut eksremen rayap kayu kering yang keluar dari kayu yang diserang.

5.3.7. Pengumpulan Spesimen dan Identifikasi Rayap Tanah

(1) Spesimen rayap yang ditemukan baik di dalam maupun di luar bangunan dikumpulkan dalam botol koleksi yang diberi alkohol 70%.

(2) Spesimen rayap diidentifikasi untuk menentukan jenis rayap perusak bangunan.

CATATAN

Formulir pemeriksaan serangan rayap disusun sesuai Lampiran 2.

4.3. Pelaksanaan Perlakuan Terhadap Tanah dan Dinding 4.3.1. Pada bangunan tidak berangka beton Pelaksanaan Perlakuan Terhadap Tanah dan Dinding sebagai berikut : 1) Pengeboran Konstruksi Lantai

5.4. Pelaksanaan Pengendalian Serangan Rayap

5.4.1. Perlakuan kimia tanah paska konstruksi

(1) Perlakuan kimia tanah paska konstruksi dan pengawetan kayu

Page 49: Laporan Kemajuan Revisi SNI

ISI SNI NO 03-2405-1991 ISI DRAF SNI NO 03-2404-2013

(1) Mengebor lantai (diameter mata bor + 10 mm) untuk lubang injeksi

pada bagian ruangan yang nyata ditembus rayap, dengan jarak maksimal 0,40 meter dan jarak dari sisi dinding 0,15 meter (Gambar 6).

(2) Jika memungkinkan, pengeboran (diameter mata bor + 10 mm) juga dilakukan pada bagian luar pondasi sekeliling bangunan secara horizontal dengan jarak antar lubang injeksi dengan jarak maksimal 0,40 meter sampai masuk kedalam tanah bawah lantai.

(3) Pengeboran hanya dilakukan pada bangunan yang menggunakan lantai dari semen, untuk bangunan panggung pengeboran tidak diperlukan.

2) Pengeboran komponen/elemen dinding (1) Pengeboran pada dinding dilakuakn pada dinding yang berhubungan

dengan pondasi. (2) Dinding di bor (diameter mata bor + 10 mm) untuk lubang injeksi

dengan jarak maksimum 0.30 meter dengan ketinggian 0,20 – 0,30 meter dari lantai

(3) Retakan-retakan pada dinding maupun lantai diberi perlakuan sama. 3) Pelaksanaan injeksi Bahan termitisida yang sudah dipersipakan diinjeksikan pada lubang yang sudah dipersiapkan dengan dosis sbb : (1) Untuk lantai sebanyak + 2 liter per lubang atau sampai larutan keluar

dari lubang berikutnya. (2) Untuk dinding sebanyak 2 liter per lubang atau sampai larutan keluar

dari lubang berikutnya. (3) Untuk tempat-tempat yang rentan rayap dosisnya dinaikan menjadi 2,5

– 3,5 liter per lubang. (4) Untuk ketetapan ukuran volume cairan dapat digunakan meteran arus

air minum (water flow meter) atau dengan cara kalibrasi sebelumnya. (5) Pada pengeboran horizontal, pipa dimasukan sepanjang lantai yang

diberi perlakuan dan melalui pipa tersebut termitisida dipompakan sambil menarik pipa perlahan-lahan. Kecapatan penarikan memperhitungkan dosisi yang ditentukan untuk lantai yaitu 51/m2.

mencakup: a. Persiapan Peralatan dan Temitisida b. Pengeboran c. Perlakuan kimia tanah (2) Persiapan peralatan dan termisisida a. Semua peralatan yang digunakan untuk perlakuan tanah paska konstruksi harus siap digunakan dan berfungsi baik b. Termitisida yang digunakan harus berasal dari wadah yang masih tersegel dan dilengkapi drngan label asli produk termitisida c. Pencampuran/pelarutan termitisida harus mengacu pada petunjuk pencampuran termitisida dalam label asli produk termisida yang digunakan

CATATAN

Daftar termitisida yang teregistrasi disajikan pada Lampiran 3

d. Pencampuran dilakukan secara merata menggunakan pengaduk e. Pencampuran termitisida mempertimbangkan kebutuhan larutan termitisida yang akan digunakan sehingga tidak terdapat sisa larutan termitisida. f. Jika, terdapat sisa larutan termitisida tidak boleh dibuang ke septi tank atau saluran air. Sisa termitisida dapat digunakan kembali pada daerah-daerah yang dianggap perlu g. Selama proses persiapan termitisida, tenaga kerja penjamah termitisida harus menggunakan peralatan keselamatan kerja

(3) Pengeboran Lantai

Pengeboran lantai bertujuan untuk membuat lubang injeksi yang digunakan untuk perlakuan kimia tanah paska konstruksi.

a. Diameter mata bor yang digunakan + 8-10 mm b. Interval atau jarak antar pengeboran disesuaikan dengan ukuran

Page 50: Laporan Kemajuan Revisi SNI

ISI SNI NO 03-2405-1991 ISI DRAF SNI NO 03-2404-2013

(6) Selain itu perlakuan tanah seperti tersebut dapat juga dilakukan pada teras dan lain-lain atau dengan membuat parit dengan jarak 0,10 meter dari dinding/pondasi dan dalamnya 0,30 meter yang kemudian pada lubang parit serta tanah galian tersebut disemprotkan cairan termitisida. Cara dengan pembuatan parit ini dilakukan pada tempat yang tidak terlalu jauh (+8 meter ) dari sumber air yang tertutup.

(7) Setelah pekerjaan perlakuan selesai, lubang bekas pengeboran harus ditutup rapih.

(8) Tekanan udara untuk pelaksanaan injeksi paling rendah 1 ( satu ) ato.

lantai atau selebar-lebarnya 0,5 meter. c. Jarak lubang pengeboran dari sisi dinding selebar-lebarnya 0,30 meter d. Kedalaman pengeboran hingga mata bor menyentuh permukaan tanah di bawah lantai e. Jika memungkinkan, pengeboran juga dilakukan pada bagian luar pondasi sekeliling bangunan rumah atau gedung secara horizontal atau bagian lain yang menjadi tempat masuknya rayap ke dalam bangunan rumah atau gedung f. Pada bangunan rumah atau gedung yang berbentuk panggung pengeboran tidak diperlukan

(4) Perlakuan kimia tanah paska konstruksi

Larutan termitisida yang sudah dipersiapkan diinjeksikan pada lubang pengeboran yang sudah dipersiapkan dengan dosis aplikasi sebagai berikut :

a. Untuk lantai sebanyak + 2,5 liter per lubang atau sampai larutan keluar dari lubang berikutnya.

b. Untuk tempat-tempat yang rentan rayap dosisnya dinaikkan menjadi 2,5 - 5,0 liter per lubang.

c. Retakan-retakan pada pondasi, dinding bangunan maupun lantai dengan dosis 2,5 - 5,0 liter.

d. Untuk menjamin ketepatan ukuran dosis aplikasi perusahaan pengendalian rayap harus menggunakan meteran arus air (water flow meter) pada alat injeksinya

e. Perlakuan kimia tanah di bagian luar pondasi dapat pula dilakukan dengan membuat parit dengan jarak 0.10 meter dari dinding dengan kedalaman 0.30 meter, kemudian pada lubang parit dan tanah galian tersebut disemprotkan atau disiramkan larutan termitisida dengan dosis aplikasi 5 liter per meter lari.

Page 51: Laporan Kemajuan Revisi SNI

ISI SNI NO 03-2405-1991 ISI DRAF SNI NO 03-2404-2013

f. Apabila dalam tanah atau dalam bangunan yang diperlakukan terdapat rongga-rongga yang menyebabkan distribusi larutan termitisida tidak merata maka harus dilakukan perlakuan foam. Buih yang sudah mengandung termitisida mampu menyerap dengan sempurna kedalam retakan-retakan beton dan rongga-rongga dalam tanah serta menutupi permukaannya.

g. Setelah pekerjaan perlakuan lubang bekas pengeboran harus ditutup rapih dengan menggunakan semen yang warnanya sama.

h. Tekanan udara untuk pelaksanaan injeksi paling rendah 1 (satu) atmosfir

4.3.2. Pada Bangunan Berangka Beton Perlakuan terhadap tanah pada banguanan berangka beton sebagai berikut : 1) Pengeboran pada lantai Lantai sepanjang kedua sisi dinding sejauh 0,15 m dari dindingdibor

dengan jarak antar lubang maksimal 0,40 meter 2) Pengeboran pada dinding Perlakuan pada dinding diberikan apabila tanah yang seharusnya

diberi perlakuan terdapat sumber air dan jaringan pipa saluran air kotor yang sulit diketahui serta pada dinding yang berhimpitan dengan bangunan lain.

3) Pengeboran pada retakan struktur Pengeboran dilakukan pada semua retakan dan lubang seramngga

pada struktur atau bagian yang diduga merupakan jalan masuk nya rayap.

4) Pelaksanaan injeksi dengan menggunakan injector yang sesuai ukuran larutan termitisida diinjeksikan lewat lubang-lubang bor dengan tekanan sedang sampai volume yang ditentukan terpenuhi atau sampai larutan keluar dari lubang berikutnya.

5.4.2. Pengumpanan

(1) Pengumpanan di dalam Bangunan Gedung

a. Pemasangan stasiun pengumpanan

(a) Pada bagian-bagian yang terserang rayap di dalam bangunan gedung dipasang stasiun pengumpanan (above ground station).

(b) Pemasanganstasiun pengumpanan diusahakan menempel pada bagian yang terserang sedemikian rupa sehingga memudahkan rayap untuk memakan umpan rayap.

b. Pemeriksaan dan Pergantian Umpan Rayap

(a) Setiap stasiun pengumpanan di dalam bangunan gedung diperiksa pada 1-2 minggu setelah instalasi, untuk memastikan tidak terjadi kerusakan instalasi dan mulai terjadi aktifitas konsumsi umpan oleh rayap.

(b) Pemeriksaan berikutnya dapat dilakukan secara berkala paling tidak satu bulan sekali selama tiga bulan pertama, kemudian dilanjutkan dalam rentang periode tiga bulan sekali dalam satu tahun. Setiap umpan rayap yang dimakan dicatat dan dievaluasi secara visual persen umpan yang dimakan (bait consumption) hingga terdeteksi secara nyata bahwa koloni

Page 52: Laporan Kemajuan Revisi SNI

ISI SNI NO 03-2405-1991 ISI DRAF SNI NO 03-2404-2013

rayap telah tereliminasi

(b) Penggantian umpan rayap hanya dilakukan bila hampir secara keseluruhan umpan rayap habis dimakan rayap, tetapi dari hasil pengamatan masih terdapat rayap pekerja.

(2) Pengumpanan di luar bangunan (In-ground station)

Pengumpanan di luar bangunan rumah atau gedung dapat dilakukan sebagai perlakuan tambahan.

a. Pemasangan stasiun pengumpanan

(a) Mengebor tanah dengan bor tanah berdiameter + 50 mm pada halaman di sekitar bangunan

(b) Pengeboran dilakukan mengelilingi pondasi bagian luar dari bangunan gedung, jarak dari pondasi 1-4 meter.

(c) Jarak antar lubang pengeboran 4-5 meter.

(d) Pada setiap lubang pengeboran di pasang stasiun pengumpanan di dalam tanah (inground station).

b. Pemasangan dan Pemeriksaan kayu umpan

(a) Pada setiap stasiun pengumpanan diletakkan kayu umpan yang disimpan sedemikian rupa di dalam stasiun pengumpanan.

(b) Setiap stasiun pengumpanan diperiksa secara berkala 2 minggu sekali selama satu bulan, kemudian dapat dikukan satu bulan sekali dalam rentang waktu 1-2 tahun tergantung dari saat koloni tereliminasi sempurna.

(c) Pada setiap kayu umpan yang terserang rayap kemudian dilakukan pergantian kayu umpan dengan umpan beracun yang dikemas sedemikian rupa dalam tabung umpan dan diletakkan di dalam stasiun

Page 53: Laporan Kemajuan Revisi SNI

ISI SNI NO 03-2405-1991 ISI DRAF SNI NO 03-2404-2013

pengumpanan.

c. Pergantian Umpan Rayap

(a) Umpan rayap diamati secara berkala.

(b) Setiap umpan rayap yang dimakan rayap harus diganti pada saat umpan masih tersisa, tidak boleh dibiarkan sampai umpan habis.

(c) Pergantian umpan rayap dilakukan terus menerus sampai tidak ditemukan lagi rayap yang mengkonsumsi umpan rayap. Kondisi ini menunjukkan bahwa rayap telah tereliminasi.

(d). Setelah rayap tereliminasi dilakukan pemeriksaan rutin sekurang-kurangnya setiap sebulan sekali sampai berakhirnya masa pekerjaan.

4.4 Pelaksanaan terhadap perlakuan Kayu 4.4.1. Kayu Rusak Berat Kayu pengganti untuk komponen kayu yang rusak berat harus diawetkan sesuai dengan SK SNI -3.6.1987, mengenai tata cara pengawetan kayu dengan cara Pemulasan, pencelupan dan rendaman.

5.5. Garansi dan Pemeliharaan Pekerjaan

5.5.1. Garansi harus diberikan oleh perusahaan jasa pengendalian rayap terhadap pelaksanaan pekerjaan Pengendalian serangan rayap pada bangunan rumah atau gedung setelah pekerjaan penaggulangan serangan rayap selesai dikerjakan.

5.5.2. Keuntungan garansi secara otomatis diberikan pada pemilik/pengelola bangunan.

5.5.3 Masa berlakunya garansi untuk perlakuan kimia tanah paska konstruksi adalah selama 3 (tiga) tahun dimulai sejak diterbitkannya sertifikat garansi sampai masa ketentuan garansi berakhir.

CATATAN

Garansi Pengendalian serangan rayap dengan teknik pengumpanan disesuaikan dengan perjanjian kontrak kerja antara pemilik bangunan rumah atau gedung dengan perusahaan pengendalian rayap

Page 54: Laporan Kemajuan Revisi SNI

ISI SNI NO 03-2405-1991 ISI DRAF SNI NO 03-2404-2013

5.5.4. Sertifikat garansi sekurang-kurangnya memuat ketentuan-ketentuan sebagai berikut:

(1) Masa berlakunya garansi.

(2) Waktu dan pelaksanaan perlakuan ulang pada bagian-bagian bangunan gedung yang kembali terserang rayap.

(3) Ketentuan-ketentuan yang dapat mengakibatkan berakhirnya masa garansi.

5.5.5. Selama masa garansi perusahaan jasa pengendalian rayap harus melakukan pemeriksaan serangan rayap secara berkala sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun sekali.

4.4.2. Kayu Rusak ringan Untuk kayu yang masih memungkinkan dipakai termasuk sambungannya, harus dibersihkan dari sisa-sisa rayap dan harus diberi perlakuan dengan cara pelaburan/penyemprotan bahan pengawet yang sesuai dengan SK SNI mengenai tata cara pengawetan kayu dan pemulasan, pencelupan dan rendaman. Semua bagian yang rusak seperti plesteran, pengecatan dll, serta bekas-bekas kayu yang tidak terpakai akibat dari perlakuan, harus dibereskan oleh Pelaksanan Penanggulangan Rayap.

4.5 Penanggulangan dengan cara perbaikan komponan/elemen 4.5.1 Pondasi Perbaikan pada pondasi sebagai berikut : (1) Bagian pondasi yang retak tetapi tidak tembus, harus diperbaiki

dengan jalan menutup retak-retak yang terjadi dengan adukan baru yang lebih baik.

(2) Bagian pondasi yang retak tembus harus dibongkar dan sisa-sisa aduk lama harus dibersihkan kemudian diganti dengan aduk yang baru yang lebih baik.

(3) Bagian pondasi yang rusak berta sehingga membahayakan dinding

Page 55: Laporan Kemajuan Revisi SNI

ISI SNI NO 03-2405-1991 ISI DRAF SNI NO 03-2404-2013

yang ada diatasnya, harus dibongkar dan diganti dengan pasangan pondasi baru.

4.5.2. Lantai Perbaikan pada lantai sebagai berikut : (1) Apabila terjadi retak-retak lantai harus dilakukan perbaikan dengan

menutup bagian tersebut, atau bila perlu mengganti lantai (tegel) yang rusak dengan tegel yang baru.

(2) Membongkar lantai bila kerusakan lantai sudah begitu parah. (3) Khusus untuk bagian kamar mandi dimana dibawah lantai terdapat

jaringan pipa air kotor, maka perlakuan yang dapat dilakukan adlah perlakuan terhadap dinding dengan menggunakan pengeboran horizontal.

4.5.3. Dinding Perbaikan pada dinding sebagai berikut : (1) Jika terjadi retak tembus pada pasangan dinding yang berhubungan

dengan pondasi harus diperbaiki, dengan jlan membuang adukan lama kemudian diganti dengan adukan baru yang lebih baik.

(2) Pasangan dinding harus dibongkar jika posisinya sudah miring ( kerusakannya parah ), baik kerusakan yang dikibatkan oleh pondasi atau karena bahan pengisinya ( bata,batako,conblok,kayu)rusak

(3) Rangka dinding yang terbuat dari kayu yang sudah terserang sampai melebihi batas setengah dari tinggi, harus diganti.

(4) Untuk rangka dinding yang terserang tetapi belum sampai batas tengah tinggi masih dapat diperbaiki dengan mengganti kayu yang terserang dengan kayu yang baru.

(5) Semua kayu yang dipakai harus diawetkan sesuai dengan Bab III mengenai pelaksanaan perlakuan terhadap kayu.

4.5.4. Tiang/Kolom Perbaikan pada tiang/kolom sebagai berikut : (1) Semua tiang atau kolom yang terbuat dari kayu yang sudah terserang

lebih dari setengah tinggi tiang/kolom harus diganti.

Page 56: Laporan Kemajuan Revisi SNI

ISI SNI NO 03-2405-1991 ISI DRAF SNI NO 03-2404-2013

(2) Untuk tiang/kolom yang terserang tidak sampai setengah tinggi cukup dilakukan penyambungan dengan kayu baru.

(3) Semua kayu yang dipakai harus diawetkan sesuai dengan Bab III mengenai pelaksanaan perlakuan terhadap kayu.

(4) Pada tiang/kolom yang terbuat dari beton, biasanya kerusakan yang timbul akibat serangan rayap tidak separah kayu, maka perbaikan dapat dilakukan pada bagian-bagian yang retak saja.

4.5.5. Langit-Langit Perbaikan pada langit-langit sebagai berikut : (1) Komponen/elemen langit-langit yang sudah terserang rayap sampai

bagian tengah ruang harus dibongkar dan diganti dengan bahan yang baru.

(2) Komponen/elemen langit-langit yang belum terserang sampai bagian tengah dapat diperbaiki dengan mengganti/menyambung kayu yang sudah terserang dengan kayu baru.

(3) Semua kayu yang dipakai harus diawetkan sesuai dengan Bab III mengenai pelaksanaan perlakuan terhadap kayu.

4.5.6. Rangka Atap (1) Kerusakan berat yang terjadi pada bagian-bagian penting kuda-kuda,

seperti pada batang tepi bawah, batang tepi atas atau pada sambungan harus diganti dengan kayu baru.

(2) Balok bubungan dan papan reter yang terserang rayap harus diganti, terutama yang menumpang pada kuda-kuda.

(3) Papanlis atau papan talang air hujan yang terserang parah terutama yang menumpang pada konstruksi lain harus diganti.

(4) Semua kayu yang dipakai harus diawetkan sesuai dengan Bab III mengenai pelaksanaan perlakuan terhadap kayu.

Perlakuan dengan cara tersebut diatas perlu pengontrolan periodik dan bila tampak tanda-tanda serangan harus segera ditanggulangi.

Page 57: Laporan Kemajuan Revisi SNI

ISI SNI NO 03-2405-1991 ISI DRAF SNI NO 03-2404-2013

5.3.2. Pekerjaan Perlakuan terhadap kayu Pelaksanaan perlakuan terhadap kayu sebagai berikut : 1. Pengawas mengambil contoh kayu yang telah selesai diberi perlakuan

termitisida 2. Contoh kayu yang diambil dikirim ke laboraturium yang berwenang

untuk dianalisa guna mengetahui kandungan residu termitisida. 3. Pengambilan contoh (benda uji) harus mengikuti persyaratan yang

berlaku 4. Pengambilan contoh kayu harus disaksikan bersama dengan

pelaksana pengendalian rayap 5. Setiap pengambilan contoh harus dicadangkan untuk referensi yang

hanya berlaku sampai dengan pekerjaan disepakati.

5.3.3. pekerjaan pengamanan Pada bangunan yang sudah mengalami perlakuan terhadap tanah dan kayu, harus dipasang papan peringatan yang menyatakan bahwa banguan tersebut telah mendapat perlakuan dengan termitisidasi.

VI. PENGAWASAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN BAHAYA PENCEMARAN

6.1. Petugas Pengawas

6.1.1. Pengawasan pekerjaan pengendalian serangan rayap pada bangunan rumah dan gedung harus dilakukan oleh petugas pengawas atau konsultan pengawas yang ditunjuk oleh pemilik bangunan, kontraktor dan atau developer.

CATATAN Pengawas pengendalian dan Pengendalian serangan rayap pada bangunan rumah atau gedung harus memiliki pengetahuan dan keterampilan mengenai: (1) entomologi atau patologi bangunan khususnya tentang rayap (termitologi) (2) ilmu struktur bangunan (3) sertifikat keahlian Pengendalian serangan rayap atau hama

Page 58: Laporan Kemajuan Revisi SNI

ISI SNI NO 03-2405-1991 ISI DRAF SNI NO 03-2404-2013

permukiman 6.1.2. Lingkup tugas petugas pengawas adalah pengawasan sebelum dan pada saat pelaksanaan Pengendalian bahaya rayap dilakukan hingga berakhirnya pekerjaan.

6.2. Sebelum pelaksanaan

6.2.1. Petugas pengawas harus memastikan kesiapan tenaga kerja, termitisida dan peralatan kerja sesuai dengan ketentuan dalam standar ini.

(1). Tenaga kerja harus memiliki sertifikat sebagai tenaga kerja penjamah termitisida yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang di wilayah Hukum Negara Republik Indonesia

(2) Peralatan kerja yang disiapkan harus sesuai dengan standar ini

(3)Termitisida yang digunakan harus sudah tersedia dalam wadah/kemasan yang masih tersegel dengan dilengkapi label asli produk termitisida

6.2.2. Petugas pengawas harus memastikan kondisi tapak bangunan telah siap untuk diberi perlakukan

6.2.3. Petugas pengawas memastikan bahwa resiko pencemaran lingkungan telah dimitigasi dan perusahaan jasa pengendalian serangan rayap telah

6.3. Pada Saat Pelaksanaan

6.3.1. Petugas pengawas harus mengawasi pencampuran/pelarutan termitisida yang akan digunakan

(1). Termitisida harus dalam wadah/kemasan asli yang masih tersegel dengan dilengkapi label asli produk termitisida

(2). Pencampuran harus sesuai dengan petunjuk pencampuran termitisida dalam label asli produk termisida yang digunakan

Page 59: Laporan Kemajuan Revisi SNI

ISI SNI NO 03-2405-1991 ISI DRAF SNI NO 03-2404-2013

6.3.2. Petuga pengawas memantau dan mencacat penggunaan larutan termitisida yang digunakan selama pelaksanaan pengendalian serangan rayap pada bangunan rumah atau gedung. Penggunaan termitisida harus diverifikasi dari sisa wadah termitisida yang terpakai dan cacatan yang terdapat pada flow meter alat semprot yang digunakan.

6.3.3. Konsultan pengawas dapat mengambil sampel larutan termitisida secara acak untuk dianalisis kandungan bahan aktifnya

CATATAN

Formulir Pengawasan Penaggulangan serangan rayap pada bangunan gedung disajikan pada Lampiran 4

Page 60: Laporan Kemajuan Revisi SNI

BAB 4

RENCANA TINDAK LANJUT

Sesuai dengan tahapan kegiatan maka Draf Revisi SNI yang telah disusun akan

dibahas dengan melibatkan semua pihak yang berkepentingan melalui forum

lokakarya. Lokakarya tersebut selayaknya dihadiri oleh wakil-wakil dari

masyarakat/konsumen jasa pengendalian rayap, penyedia/perusahaan

pengendalian rayap, konsultan perencana, konsultan pengawas, kontraktor

bangunan, akademisi dan peneliti, serta pemerintah (Kementerian Pekerjaan

Umum, Kementerian Kesehatan, Komisi Pestisida, dan Dinas-Dinas terkait di tingkat

provinsi).

Berdasarkan hasil pembahasan tersebut akan dilakukan penyempurnaan terhadap

Draf revisi SNI untuk selanjutnya disampaikan kepada pemerintah cq. Pusat

Penelitian Permukiman, Badan Penelitian dan Pengembangan, Kementerian

Pekerjaan Umum.

Page 61: Laporan Kemajuan Revisi SNI

BAB 5

PENUTUP

Demikian laporan kemajuan ini disampaikan sebagai gambaran terhadap rangkaian

pelaksanaan kegiatan revisi Standar Nasional Indonesia (SNI) No 03-2404-1991

mengenai Tata Cara Pencegahan Rayap Pada Pembangunan Bangunan Rumah dan

Gedung serta SNI No 03-2405-1991 tentang Tata Cara Penanggulangan Rayap Pada

Bangunan Rumah dan Gedung dengan Termitisida yang telah dilakukan.

Atas kesempatan dan kerjasama yang baik selama ini, kami haturkan terima kasih.