Laporan Kelompok Bronkopneumonia

download Laporan Kelompok Bronkopneumonia

of 32

description

Dept Anak

Transcript of Laporan Kelompok Bronkopneumonia

LAPORAN KELOMPOKBRONKOPNEUMONIADisusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Blok Clinical Study 2 Departemen Anak

Disusun oleh:

KELOMPOK 7ANi Wayan Asma Nira Yustika115070201111011

Atika Dyah Setianingati

115070201111013

Fitri Octavia Hadi Putri

115070201111015

Rahmi Nurrosyid Primadiati115070201111017

Etri Nurhayati

115070201111019PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2015A. DEFINISI

a. Pneumonia adalah infeksi saluran pernafasan akut bagian bawah yang mengenai parenkim paru. Menurut anatomis, pneumonia pada anak dibedakan menjadi pneumonia lobaris, pneumonia interstiasialis dan bronkopneumonia (Arif mansjoer, 2001, Hal 446 ).b. Pneumonia adalah proses inflamatori parenkim paru yang umumnya disebabkan oleh agen infeksius. Pneumonia adalah penyakit infeksius yang sering mengakibatkan kematian. Pneumonia disebabkan terapi radiasi, bahan kimia dan aspirasi. Pneumonia radiasi dapat menyartai terapi radiasi untuk kanker payudara dan paru, biasanya enam minggu atau lebih setelah pengobatan sesesai. Pneoumalitiis kimiawi atau pneumonia terjadi setelah menjadi kerosin atau inhalasi gas yang mengiritasi. Jika suatu bagian substasial dari suatu lobus atau yang terkenal dengan penyakit ini disebut pneumonia lobaris (Jeremy, dkk, 2007, Hal 76-78).c. Bronkopneumonia adalah peradangan pada paru, dimana proses peradangannya menyebar membentuk bercak-bercak infiltrat yang berlokasi di alveoli paru dan dapat pula melibatkan bronkiolus terminal. Bronkopneumonia adalah salah satu jenis pneumonia yang mempunyai pola penyebaran bercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi di dalam bronchi dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya. (Smeltzer & Suzanne, 2002).

d. Bronkopneumonia berasal dari kata bronchus dan pneumonia berarti peradangan pada jaringan paru-paru dan juga cabang tenggorokan (broncus).

e. Bronkopneumonia adalah bronkolius terminal yang tersumbat oleh eksudat, kemudian menjadi bagian yang terkonsolidasi atau membentuk gabungan di dekat lobules, disebut juga pneumonia lobularis (Whaley&Wong, 2000)

f. Bronkopneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang melibatkan bronkus atau bronkiolus yang berupa distribusi berbentuk bercak-bercak (patchy distribution) (Bennete, 2013). Pneumonia merupakan penyakit peradangan akut pada paru yang disebabkan oleh infeksi mikroorganisme dan sebagian kecil disebabkan oleh penyebab non-infeksi yang akan menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat (Bradley et.al., 2011)B. KLASIFIKASI

Tiga klasifikasi pneumonia.1. Berdasarkan klinis dan epidemiologis:a.Pneumonia komuniti (community-acquired pneumonia).

b.Pneumonia nosokomial, (hospital-acquired pneumonia/nosocomial pneumonia).

c.Pneumonia aspirasi.d.Pneumonia pada penderita immunocompromised.(Jeremy, dkk, 2007, Hal 76-78) 2. Berdasarkan bakteri penyebab:a.Pneumonia Bakteri/Tipikal.

Dapat terjadi pada semua usia. Pneumonia bakterial sering diistilahkan dengan pneumonia akibat kuman. Pneumonia jenis itu bisa menyerang siapa saja, dari bayi hingga mereka yang telah lanjut usia. Para peminum alkohol, pasien yang terkebelakang mental, pasien pascaoperasi, orang yang menderita penyakit pernapasan lain atau infeksi virus adalah yang mempunyai sistem kekebalan tubuh rendah dan menjadi sangat rentan terhadap penyakit itu. Pada saat pertahanan tubuh menurun, misalnya karena penyakit, usia lanjut, dan malnutrisi, bakteri pneumonia akan dengan cepat berkembang biak dan merusak paru-paru. Jika terjadi infeksi, sebagian jaringan dari lobus paru-paru, atau pun seluruh lobus, bahkan sebagian besar dari lima lobus paru-paru (tiga di paru-paru kanan, dan dua di paru-paru kiri) menjadi terisi cairan. Dari jaringan paru-paru, infeksi dengan cepat menyebar ke seluruh tubuh melalui peredaran darah. Bakteri Pneumokokus adalah kuman yang paling umum sebagai penyebab pneumonia bakteri tersebut. Gejalanya Biasanya pneumonia bakteri itu didahului dengan infeksi saluran napas yang ringan satu minggu sebelumnya. Misalnya, karena infeksi virus (flu). Infeksi virus pada saluran pernapasan dapat mengakibatkan pneumonia disebabkan mukus (cairan/lendir) yang mengandung pneumokokus dapat terisap masuk ke dalam paru-paru (Soeparman, dkk, 1998, Hal 697).Beberapa bakteri mempunyai tendensi menyerang seseorang yang peka, misalnya klebsiella pada penderita alkoholik, staphyllococcus pada penderita pasca infeksi influenza. Pneumonia Atipikal. Disebabkan mycoplasma, legionella, dan chalamydia (Soeparman, dkk, 1998, Hal 697).b.Pneumonia Akibat virus.Penyebab utama pneumonia virus adalah virus influenza (bedakan dengan bakteri hemofilus influenza yang bukan penyebab penyakit influenza, tetapi bisa menyebabkan pneumonia juga). Gejalanya Gejala awal dari pneumonia akibat virus sama seperti gejala influenza, yaitu demam, batuk kering, sakit kepala, nyeri otot, dan kelemahan. Dalam 12 hingga 36 jam penderita menjadi sesak, batuk lebih parah, dan berlendir sedikit. Terdapat panas tinggi disertai membirunya bibir. Tipe pneumonia itu bisa ditumpangi dengan infeksi pneumonia karena bakteri. Hal itu yang disebut dengan superinfeksi bakterial. Salah satu tanda terjadi superinfeksi bakterial adalah keluarnya lendir yang kental dan berwarna hijau atau merah tua (S. A. Price, 2005, Hal 804-814)4. Berdasarkan predileksi infeksi:a.Pneumonia lobaris, pneumonia yang terjadi pada satu lobus (percabangan besar dari pohon bronkus) baik kanan maupun kiri.b.Pneumonia bronkopneumoniaPneumonia yang ditandai bercak-bercak infeksi pada berbagai tempat di paru. Bisa kanan maupun kiri yang disebabkan virus atau bakteri dan sering terjadi pada bayi atau orang tua. Pada penderita pneumonia, kantong udara paru-paru penuh dengan nanah dan cairan yang lain. Dengan demikian, fungsi paru-paru, yaitu menyerap udara bersih (oksigen) dan mengeluarkan udara kotor menjadi terganggu. Akibatnya, tubuh menderita kekurangan oksigen dengan segala konsekuensinya, misalnya menjadi lebih mudah terinfeksi oleh bakteri lain (super infeksi) dan sebagainya. Jika demikian keadaannya, tentu tambah sukar penyembuhannya. Penyebab penyakit pada kondisi demikian sudah beraneka macam dan bisa terjadi infeksi yang seluruh tubuh. (S. A. Price, 2005, Hal 804-814)C. ETIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO

1) Bakteri

Pneumonia bakteri biasanya didapatkan pada usia lanjut. Organisme gram posifif seperti : Steptococcus pneumonia, S. aerous, dan streptococcus pyogenesis. Bakteri gram negatif seperti Haemophilus influenza, klebsiella pneumonia dan P. Aeruginosa.2) Virus

Disebabkan oleh virus influensa yang menyebar melalui transmisi droplet. Cytomegalovirus dalam hal ini dikenal sebagai penyebab utama pneumonia virus.3) Jamur

Infeksi yang disebabkan jamur seperti histoplasmosis menyebar melalui penghirupan udara yang mengandung spora dan biasanya ditemukan pada kotoran burung, tanah serta kompos.

4) Protozoa

Menimbulkan terjadinya Pneumocystis carinii pneumonia (CPC). Biasanya menjangkiti pasien yang mengalami immunosupresi. (Reeves, 2001).Faktor Risiko Bronchopneumonia

Faktor host

Umur

Bronkopneumonia ini menyebabkan empat dari 15 juta perkiraan kematian pada anak berusia di bawah 5 tahun setiap tahunnya, sebanyak dua pertiga kematian tersebut adalah bayi (khususnya bayi muda).Jenis kelamin

Berdasarkan konsep epidemiologi, secara umum setiap penyakit dapat terjadi pada laki-laki maupun perempuan. Selain umur, jenis kelamin merupakan determinan perbedaan kedua yang paling signifikan di dalam peristiwa kesehatan atau dalam faktor risiko suatu penyakit.Status giziStatus gizi pada balita berdasarkan hasil pengukuran antropometri dengan melihat kriteria yaitu : Berat Badan per Umur (BB/U), Tinggi Badan per Umur (TB/U), Berat Badan per Tinggi Badan (BB/TB). Keadaan gizi yang buruk muncul sebagai faktor risiko yang penting untuk terjadinya Bronkopneumonia. Beberapa penelitian telah membuktikan adanya hubungan antara gizi buruk dan infeksi paru, sehingga anak-anak yang bergizi buruk sering mendapat Bronkopneumonia.Status imunisasi

Imunisasi merupakan salah satu cara menurunkan angka kesakitan dan angka kematian pada bayi dan balita. Dari seluruh kematian balita, sekitar 38% dapat dicegah dengan pemberian imunisasi secara efektif. Imunisasi yang tidak lengkap merupakan faktor risiko yang dapat meningkatakan insidens Bronkopneumonia.Faktor Agent Bronkopneumonia umumnya disebabkan oleh bakteri seperti Diplococus pneumonia, Pneumococcus sp, Streptococcus sp, Hemoliticus aureus, Haemophilus influenza, Basilus friendlander (Klebsial pneumonia), Mycobacterium tuberculosis. Virus seperti Respiratory syntical virus, Virus influenza, Virus sitomegalik. Jamur seperti Citoplasma capsulatum, Criptococcus nepromas, Blastomices dermatides, Cocedirides immitis, Aspergillus sp, Candinda albicans, Mycoplasma pneumonia.Faktor Lingkungan Sosial Pekerjaan Orang Tua Penghasilan keluarga adalah pendapatan keluarga dari hasil pekerjaan utama maupun tambahan. Tingkat penghasilan yang rendah menyebabkan orang tua sulit menyediakan fasilitas perumahan yang baik, perawatan kesehatan, dan gizi balita yang memadai. Rendahnya kualitas gizi anak menyebabkan daya tahan tubuh berkurang dan mudah terkena penyakit infeksi termasuk penyakit pneumonia.Pendidikan Orang Tua Tingkat pendidikan orang tua yang rendah juga merupakan faktor risiko yang dapat meningkatkan angka kematian. Tingkat pendidikan ibu akan berpengaruh terhadap tindakan perawatan oleh ibu kepada anak yang menderita bronkopneumonia.Pola Asuhan Anak Dalam Keluarga Berdasarkan Jumlah AnakOrang tua yang menerapkan pola asuh secara tepat artinya pola asuh yang diterapkan orang tua bersifat dinamis, sesuai, konsisten, penerapan pola asuh yang kompak antara kedua orang tua, serta adanya contoh perilaku yang positif dari kedua orang tua. Pola asuh yang dinamis artinya pola asuh yang diterapkan sejalan dengan usia balita misalkan pemberian jenis makanan pada anak yang berumur 1 tahun tentu berbeda dengan jenis makanan anak yang berumur 5 tahun, pola asuh bersifat sesuai artinya orang tua menerapkan pola asuh sesuai dengan kondisi balita itu sendiri karena pola asuh pada balita yang memiliki ganguan kesehatan tentu berbeda dengan pola asuh pada balita normal. Pola asuh yang baik yaitu pola asuh yang bersifat konsisten dalam penerapan pola asuh cenderung bersifat tetap sebagai contoh balita boleh bermain asal ditempat yang bersih dan saat tiba waktu makan balita harus berhenti bermain dulu unuk makan, berbagi dan berkasih sayang dengan saudara dan anggota keluarga yang lain, lama kelamaan balita akan terbiasa dengan hal tersebut dan pada akhirnya balita akan mengerti hal mana yang boleh atau baik dan hal mana yang tidak boleh atau tidak baik.Faktor Lingkungan Fisik Polusi Udara Dalam Ruangan/Rumah Rumah atau tempat tinggal yang buruk (kurang baik) dapat mendukung terjadinya penularan penyakit dan gangguan kesehatan, diantaranya adalah infeksi saluran nafas. Hal ini dapat terjadi pada rumah yang ventilasinya kurang dan dapur terletak di dalam rumah bersatu dengan kamar tidur dan ruang tempat bayi dan balita bermain. Hal ini lebih dimungkinkan karena bayi dan balita lebih lama berada di rumah bersama-sama ibunya sehingga lebih sering terhirup udara yang pencemaran tentunya akan lebih tinggi.Kepadatan HunianSalah satu kaitan kepadatan hunian dan kesehatan adalah karena rumah yang sempit dan banyak penghuninya, maka penghuni mudah terserang penyakit dan orang yang sakit dapat menularkan penyakit pada anggota keluarga lainnya.

Faktor Non-infeksiTerjadi akibat disfungsi menelan atau refluks esophagus meliputi a. Bronkopneumonia hidrokarbon :Terjadi oleh karena aspirasi selama penelanan muntah atau sonde lambung (zat hidrokarbon seperti pelitur, minyak tanah dan bensin).b. Bronkopneumonia lipoid :Terjadi akibat pemasukan obat yang mengandung minyak secaraintranasal, termasuk jeli petroleum. Setiap keadaan yang mengganggu mekanisme menelan seperti palatoskizis, pemberian makanan dengan posisi horizontal, atau pemaksaan pemberian makanan seperti minyak ikan pada anak yang sedang menangis. Keparahan penyakit tergantung pada jenis minyak yang terinhalasi. Jenis minyak binatang yang mengandung asam lemak tinggi bersifat paling merusak contohnya seperti susu dan minyak ikan.D. PATOFISIOLOGI (TERLAMPIR)E. MANIFESTASI KLINIS

Manifestasi bronkopneumonia secara umum adalah : Kesulitan dan sakit pada saat pernafasan

Nyeri pleuritik

Nafas dangkal dan mendengkur

Takipnea

Bunyi nafas di atas area yang menglami konsolidasi

Mengecil, kemudian menjadi hilang

Krekels, ronki, egofoni

Gerakan dada tidak simetris

Menggigil dan demam 38,8 C sampai 41,1C.

Delirium

Diaforesis

Anoreksia

Malaise

Batuk kental, produktif

Sputum kuning kehijauan kemudian berubah menjadi kemerahan atau berkarat

Secara patologis, terdapat 4 stadium pneumonia, yaitu (Bradley et.al., 2011):1. Stadium I (4-12 jam pertama atau stadium kongesti)Disebut hiperemia, mengacu pada respon peradangan permulaan yang berlangsung pada daerah baru yang terinfeksi. Hal ini ditandai dengan peningkatan aliran darah dan permeabilitas kapiler di tempat infeksi. Hiperemia ini terjadi akibat pelepasan mediator-mediator peradangan dari sel-sel mast setelah pengaktifan sel imun dan cedera jaringan. Mediator-mediator tersebut mencakup histamin dan prostaglandin. Degranulasi sel mast juga mengaktifkan jalur komplemen. Komplemen bekerja sama dengan histamin dan prostaglandin untuk melemaskan otot polos vaskuler paru dan peningkatan permeabilitas kapiler paru. Hal ini mengakibatkan perpindahan eksudat plasma ke dalam ruang interstisium sehingga terjadi pembengkakan dan edema antar kapiler dan alveolus. Penimbunan cairan di antara kapiler dan alveolus meningkatkan jarak yang harus ditempuh oleh oksigen dan karbondioksida maka perpindahan gas ini dalam darah paling berpengaruh dan sering mengakibatkan penurunan saturasi oksigen hemoglobin.2. Stadium II (48 jam berikutnya)Disebut hepatisasi merah, terjadi sewaktu alveolus terisi oleh sel darah merah, eksudat dan fibrin yang dihasilkan oleh penjamu ( host ) sebagai bagian dari reaksi peradangan. Lobus yang terkena menjadi padat oleh karena adanya penumpukan leukosit, eritrosit dan cairan, sehingga warna paru menjadi merah dan pada perabaan seperti hepar, pada stadium ini udara alveoli tidak ada atau sangat minimal sehingga anak akan bertambah sesak, stadium ini berlangsung sangat singkat, yaitu selama 48 jam.3. Stadium III (3-8 hari berikutnya)Disebut hepatisasi kelabu, yang terjadi sewaktu sel-sel darah putih mengkolonisasi daerah paru yang terinfeksi. Pada saat ini endapan fibrin terakumulasi di seluruh daerah yang cedera dan terjadi fagositosis sisa-sisa sel. Pada stadium ini eritrosit di alveoli mulai diresorbsi, lobus masih tetap padat karena berisi fibrin dan leukosit, warna merah menjadi pucat kelabu dan kapiler darah tidak lagi mengalami kongesti.4. Stadium IV (7-11 hari berikutnya)Disebut juga stadium resolusi, yang terjadi sewaktu respon imun dan peradangan mereda, sisa-sisa sel fibrin dan eksudat lisis dan diabsorsi oleh makrofag sehingga jaringan kembali ke strukturnya semula.F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1) Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik ditemukan ciri-ciri sebagai berikut :

Inspeksi

Retraksi otot epigastrik, interkostal, suprasternal, dan pernapasan cuping hidung.

Distres pernapasan : retraksi dinding dada, penggunaan otot tambahan yang terlihat; orthopnea; dan pergerakan pernafasan yang berlawanan. Hal ini disebabkan oleh tekanan intrapleura yang bertambah negatif selama inspirasi melawan resistensi tinggi jalan nafas menyebabkan retraksi bagian-bagian yang mudah terpengaruh pada dinding dada, yaitu jaringan ikat inter dan sub kostal, dan fossae supraklavikula dan suprasternal. Kebalikannya, ruang interkostal yang melenting dapat terlihat apabila tekanan intrapleura yang semakin positif. Retraksi lebih mudah terlihat pada bayi baru lahir dimana jaringan ikat interkostal lebih tipis dan lebih lemah dibandingkan anak yang lebih tua.

Kontraksi yang terlihat dari otot sternokleidomastoideus dan pergerakan fossae supraklavikular selama inspirasi merupakan tanda yang paling dapat dipercaya akan adanya sumbatan jalan nafas. Pada infant, kontraksi otot ini terjadi akibat head bobbing, yang dapat diamati dengan jelas ketika anak beristirahat dengan kepala disangga tegal lurus dengan area suboksipital. Apabila tidak ada tanda distres pernapasan yang lain pada head bobbing, adanya kerusakan sistem saraf pusat dapat dicurigai.

Pengembangan cuping hidung adalah tanda yang sensitif akan adanya distress pernapasan dan dapat terjadi apabila inspirasi memendek secara abnormal (contohnya pada kondisi nyeri dada). Pengembangan hidung memperbesar pasase hidung anterior dan menurunkan resistensi jalan napas atas dan keseluruhan. Selain itu dapat juga menstabilkan jalan napas atas dengan mencegah tekanan negatif faring selama inspirasi.

Palpasi

Taktil fremitus masih ada

Perkusi

Tidak ditemukan kelainan.

Auskultasi

Ditemukan crackles sedang nyaring. Crackles adalah bunyi non musikal, tidak kontinyu, interupsi pendek dan berulang dengan spektrum frekuensi antara 200-2000 Hz. Bisa bernada tinggi ataupun rendah, keras atau lemah, jarang atau banyak, halus atau kasar. Crackles dihasilkan oleh gelembung-gelembung udara yang melalui sekret jalan napas/jalan napas kecil yang tiba-tiba terbuka.

2) Pemeriksaan Radiologi

Gambaran radiologis mempunyai bentuk difus bilateral dengan peningkatan corakan bronkhovaskular dan infiltrat kecil dan halus yang tersebar di pinggir lapang paru. Bayangan bercak ini sering terlihat pada lobus bawah (Bennete, 2013).

3) Pemeriksaan Lab

Leukosit meningkat.

Hitung leukosit dapat membantu membedakan pneumoni viral dan bakterial. Infeksi virus leukosit normal atau meningkat (tidak melebihi 20.000/mm3 dengan limfosit predominan) dan bakteri leukosit meningkat 15.000-40.000 /mm3 dengan neutrofil yang predominan.

GDA

Menunjukkan hasil hipoksemia dan hiperkarbia. Dapat terjadi asidosis respiratorik pada stadium lanjut.

KulturMenunjukkan bakteri penyebab bronkopneumonia.

Pemeriksaan LabElektrolit Natrium dan Klorida mungkin menurun.

4) Penegakkan diagnosis

Diagnosis ditegakkan bila ditemukan 3 dari 5 gejala berikut (Bradley et.al., 2011):

Sesak napas disertai dengan pernafasan cuping hidung dan tarikan dinding dada

Panas badan

Ronkhi basah halus-sedang nyaring (crackles)

Foto thorax meninjikkan gambaran infiltrat difus

Leukositosis (pada infeksi virus tidak melebihi 20.000/mm3 dengan limfosit predominan, dan bakteri 15.000-40.000/mm3 neutrofil yang predominan)G. PENATALAKSANAAN MEDIS

Penatalaksanaan pneumonia khususnya bronkopneumonia pada anak terdiri dari 2 macam, yaitu penatalaksanaan umum dan khusus (IDAI, 2012; Bradley et.al., 2011)1. Penatalaksaan Umum

Pemberian oksigen lembab 2-4 L/menit ( sampai sesak nafas hilang atau PaO2 pada analisis gas darah 60 torr. Pemasangan infus untuk rehidrasi dan koreksi elektrolit.

Asidosis diatasi dengan pemberian bikarbonat intravena.

2. Penatalaksanaan Khusus

Mukolitik, ekspektoran dan obat penurun panas sebaiknya tidak diberikan pada 72 jam pertama karena akan mengaburkan interpretasi reaksi antibioti awal.

Obat penurun panas diberikan hanya pada penderita dengan suhu tinggi, takikardi, atau penderita kelainan jantung

Pemberian antibiotika berdasarkan mikroorganisme penyebab dan manifestasi klinis. Pneumonia ringan ( amoksisilin 10-25 mg/kgBB/dosis (di wilayah dengan angka resistensi penisillin tinggi dosis dapat dinaikkan menjadi 80-90 mg/kgBB/hari).

Faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan terapi :

1. Kuman yang dicurigai atas dasas data klinis, etiologis dan epidemiologis

2. Berat ringan penyakit

3. Riwayat pengobatan selanjutnya serta respon klinis

4. Ada tidaknya penyakit yang mendasari

Penatalaksanaan Farmakologis

1. Neonatus dan bayi muda (< 2 bulan) :

a. ampicillin + aminoglikosid

b. amoksisillin - asam klavulanat

c. amoksisillin + aminoglikosid

d. sefalosporin generasi ke-3

2. Bayi dan anak usia pra sekolah (2 bl-5 thn)

a. beta laktam amoksisillin

b. amoksisillin - asam klavulanat

c. golongan sefalosporin

d. kotrimoksazol

e. makrolid (eritromisin)

3. Anak usia sekolah (> 5 thn)

Amoksisilin/ Makrolid (Eritromisin/Klaritromisisn/Azotrimisin).

Cara Pencegahan

1. Pencegahan primer:

Merupakan upaya untuk mempertahankan orang yang sehat agar tetap sehat atau mencegah orang yang sehat agar tidak sakit. Upaya yang dapat dilakukan adalah :

Memberikan imunisasi BCG satu kali (pada usia 0 -11 bulan). Campak 1x (pada usia 9 11 bulan), DPT 3x (pada usia 2 11 bulan). Polio 4x (pada usia 2 11 bulan ) dan hepatitis B 3x (pada usia 0 9 bulan).

Menjaga daya tahan tubuh anak dengan cara memberikan ASI pada bayi sampai berumur 2 tahun dan makanan yang bergizi pada balita.

Mengurangi polusi lingkungan seperti polusi udara dalam ruangan dan polusi di luar ruangan.

Mengurangi kepadatan hunian rumah.

2. Pencegahan sekunder:

Merupakan upaya manusia untuk mencegah orang yang telah sakit agar sembuh. Menghambat progresifitas penyakit, menghindari komplikasi dan mengurangi ketidakmampuan, uapaya yang dapat dilakukan adalah:

Bronkopneumonia berat : rawat dirumah sakit, berikan oksigen, beri antibiotik benzilpenisillin, obat demam, obat mengi, beri perawatan supportif, nilai setiap hari.

Bronkopneumonia: berikan kotrimoksasol, obati demam, obati mengi

Bukan Bronkopneumonia : perawatan dirumah, obati demam.

3. Pencegahan tertier:

Bertujuan untuk mengurangi ketidakmampuan dan mengadakan rehabilitasi, upaya yang dapat dlakukan adalah:

Memberikan makanan anak selama sakit, tingkatkan pemberian makanan setelah sakit

Bersihkan hidung jika terapat sumbatan pada hidung yang mengganggu proses pemberian makanan.

Berikan anak cairan tambahan untuk minum

Tingkatkan pemberian ASI

Sebuhkan batuk dan legakan tenggorokan dengan obat yang aman

Ibu sebaiknya memperhatikan tanda-tand seperti : anak tidak dapat minum, kondisi anak semakin memburuk, jika muncul tanda-tanda seperti diatas segera bawa naka kepetugas kesehatan.

Pemilihan antibiotik dalam penanganan pneumonia pada anak harus dipertimbangkan berdasakan pengalaman empiris, yaitu bila tidak ada kuman yang dicurigai, berikan antibiotik awal (24-72 jam pertama) menurut kelompok usia.H. KOMPLIKASI

a. AtelektasisPengembangan paru-paru yangi tidak sempurna atau kolaps paru.b. EmpyemaSuatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalam rongga pleura yang terdapat di satu tempat atau seluruh rongga pleura.c. Abses paruPengumpulan pus dalam jaringan paru yang meradangd. EndokarditisPeradangan pada setiap katup endokardiale. MeningitisInfeksi yang menyerang selaput otakf. Gagal nafasPengkajian Dasar Keperawatan AnakNama Mahasiswa:

Tempat praktik: RST. SoepraoenNIM

:

Tanggal Praktik: A. Identitas klien

Nama

: Aisyah Nurul ANo. Register

: 235482Usia

: 4 tahun

Tanggal Masuk: 30-03-2015Jenis kelamin: perempuan

Tanggal Pengkajian: 01-04-2015Alamat

: JL. Kemayoran 4 Cemorokandang

Nama orang tua: Ny. Ria

Sumber informasi: orang tuaPekerjaan

: GuruPendidikan: S1Agama

: IslamSuku

: JawaB. Status kesehatan sekarang

1. Keluhan utama

Saat MRS

:

Batuk berdahak disertai sesak, demam sejak 1 minggu yang lalu Saat Pengkajian:Batuk berdahak, dahak lewat muntah, pilek2. Lama keluhan

: 1 minggu3. Kualitas keluhan: klien sering batuk saat beraktifitas4. Faktor pencetus: klien dengan BBLR5. Faktor pemberat: klien sering mandi di malam hari6. Upaya yang telah dilakukan: 7. Diagnose medis

: Bronkopneumonia + suspect TB + gizi buruk C. Riwayat kesehatan saat ini

Pada saat MRS (30-3-2015) klien mengeluh batuk sejak 1 minggu yang lalu, batuk disertai dahak dan sesak, klien mengalami demam sejak 1 minggu yang lalu serta terdapat ronkhi di seluruh lapang paru.Pada tanggal 31-3-2015 klien batuk tanpa dahak, muntah 4x berisi susu, sulit tidur karena batuk, terdengar rhonkhi diseluruh lapang paru

Pada tanggal 1-4-2015 klien batuk berdahak, dahak keluar melalui muntah, pilek dan sudah tidak demamD. Riwayat kesehatan terdahulu

1. Penyakit yang pernah dialami

a. Kecelakaan (jenis dan waktu): tidak adab. Operasi (jenis dan waktu)

: tidak adac. Penyakit

Kronis

: tidak ada Akut

: batuk berdahakd. Terakhir MRS

: tidak pernah2. Alergi

: pada waktu bayi alergi susu, ayam potong, telur lehorE. Riwayat kehamilan dan persalinan

1. Prenatal:Ibu memiliki tekanan darah rendah2. Natal:Persalinan normal umur kandungan 9 bulan 10 hari dengan Berat badan saat lahir 1.6 kg3. Postnatal:Klien diberi asupan ASI sampai umur 3 bulan, setelah itu berhenti karena ASI sulit keluar4. Imunisasi:Klien telah diimunisasi dasar lengkap: BCG, polio, campak, DPTF. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan

1. Pertumbuhan

Klien lahir pada usia kandungan 9 bulan 10 hari dengan BB 1.6 kg.Usia 1 tahun: BB 2.4 kg

Usia 2 tahun: BB 5.5 kg

Usia 3 tahun: BB 7 kg

Usia 4 tahun: BB 9 kg, TB 83 cm

2. Perkembangan

Pada usia 3 bulan klien belajar untuk tengkurap, usia 4 bulan klien belajar untuk mengangkat kepala, usia 4 5 bulan klien belajar mengungkapkan perasaannya atau memekik gembira, usia 7 8 bulan klien mulai belajar memegang dua benda di sekitarnya di dua tangan, usia 7 8 bulan klien sudah mulai bisa belajar untuk duduk, pada usia yang bersamaan 7 8 bulan tersebut klien juga bisa merangkak, usia 6 9 bulan klien mulai bisa belajar untuk makan sendiri, pada usia 9 12 bulan klien mulai mengenal anggota keluarga, takut pada orang yang belum dikenal, menginjak usia 12 13 bulan klien mulai belajar untuk berjalan, pada usia 18 24 bulan mulai belajar untuk bicara dan bicara lancar pada saat usia 2 tahun. G. Riwayat keluargaGenogram: orang tua ibu riwayat Hipertensi

Hipertensi Hipertensi

4 TahunH. Lingkungan Rumah1. Kebersihan

: Rumah dibersihkan 2x sehari, pagi dan sore.2. Bahaya kecelakaan: tidak ada.3. Polusi

: Lokasi rumah jauh dari pusat polusi atau jalan raya4. Ventilasi

: Baik5. Pencahayaan

: BaikI. Pola aktifitas

Jenis RumahRumah Sakit

Makan/minumDisuapiDisuapi

Mandi Sehari sekaliTidak mandi

Berpakaian Dibantudibantu

Toileting dibantudibantu

Mobilitas ditempat tidursendiriDibantu

Berpindah dan berjalansendiriDibantu

J. Pola nutrisi

Jenis RumahRumah Sakit

Jenis makananNasi, tidak mau sayur-

Frekuensi makan3 kali sehariTidak mau makan

Porsi yang dihabiskan2-3 sendokJarang mau makan

Komposisi menu--

Pantangan Tidak adaTidak ada

Nafsu makanmenurunmenurun

Jenis minumanSusu, teh, air, kopiSusu,air

Frekuensi minum2 gelas/ hari2 gelas/ hari

Jumlah minuman

K. Pola eliminasi

1. BAB

Jenis Rumah Rumah Sakit

Frekuensi1 kali sehari1 kali sejak MRS

Konsistensi padatPadat

Warna/baucoklatCoklat

Kesulitan

Upaya menangani

2. BAK

Jenis Rumah Rumah Sakit

Frekuensi4-5 kali/hari4-5 kali/hari

Warna/bauKuning jernih/ khas urineKuning jernih/ khas urine

Kesulitan--

Upaya menangani--

L. Pola istirahat tidur

1. Tidur siangJenis RumahRumah Sakit

Lama tidur2 jam< 2 jam

Kenyamanan setelah tidur

2. Tidur malam

Jenis RumahRumah Sakit

Lama tidur11 jam< 11 jam

Kenyamanan setelah tidur

Kebiasaan sebelum tidurMinum susu , ngempengMinum susu, ngempeng

Kesulitan --

Upaya mengatasi--

M. Pola kebersihan diri

JenisRumahRumah Sakit

Mandi

Frekuensi

Menggunakan sabunYa1kali sehari

yaTidak mandi

Keramas

Frekuensi

Penggunaan shampooYaSering

yaTidak pernahTidak pernah

Menggosok gigi

Frekuensi

Penggunaan pasta gigiYaKadang kadang

yaTidak

Frekuensi ganti bajuMinimal 2 kaliSehari sekali

Frekuensi memotong kukuseringSering

Kesulitan

Upaya untuk mengatasi

N. Pola koping keluarga

1. Pengambil keputusan:suami2. Masalah terkait dengan anak di RS atau penyakit:

Ayah klien mengatakan tidak tahu mengenai penyakit anaknya, penyebab dan gejalanya. Ayah klien mengira BP adalah penyakit paru dan belum ada obatnya.3. Yang biasa dilakukan keluarga apabila mengalami masalah:

4. Harapan setelah anak menjalani perawatan: Penyakit anaknya bisa sembuh5. Perubahan yang dirasakan setelah anak sakit: Waktu di rumah berkurang dan orang tua terutama Ibu tidak bisa bekerjaO. Konsep diri1. Gambaran diri: -2. Ideal diri: -3. Harga diri: -4. Peran

: -5. Identitas diri: -P. Pola peran dan hubungan

1. Peran dalam keluarga

: Anak2. System pendukung keluarga: Ayah dan Ibu3. Kesulitan dalam keluarga: -4. Masalah tentang peran/hubungan dengan keluarga selama perawatan anak dirumah sakit: -5. Upaya yang dilakukan

: -Q. Pemeriksaan fisik

1. Keadaan umum

: composmentis Kesadaran

: GCS 4 5 6 Tanda-tanda vital

Tekanan darah: 110/70 Nadi

:66 (lemah) Suhu

: 39,1oC RR

: 40 Tinggi badan: 83 cm

Berat badan: 9 kg2. Kepala & leher

a. Kepala

Rambut berwarna hitam kecoklatan, rambut tipis sehingga kulit kepala terlihat, kulit kepala terlihat bersih, tidak ada memar, tidak ada massa, kepala tampak simetrisb. Mata

Mata agak cowong, konjungtiva anemis, sklera tidak ikhterik, pupil isokorc. Hidung

Bersih, tidak ada massa, tidak terdapat memar, tidak terdapat gangguan penciuman, tidak ada perdarahan, tidak ada polip, tidak ada sekretd. Mulut dan tenggorokan

Bibir kering, gigi hitam, tidak ada sianosise. Telinga

Pendengaran baik, tidak ada memar, tidak ada perdarahanf. Leher

Tidak ada distensi vena jugularis, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening3. Thorak dan dada

a. Jantung

Inspeksi

Iktus cordis terlihat di ICS 5 Palpasi

Iktus cordis teraba di ICS 5 Perkusi

Dullness di seluruh lapang jantung, batas jantung dalam batas normal Auskultasi

S1 dan S2 normal, regulerb. Paru

Inspeksi

Terdapat retraksi otot bantu nafas, terlihat ada tonjolan tulang dada tengah, tidak ada luka dan lesi Palpasi

Tidak teraba massa, pengembangan dada normal Perkusi

Sonor di seluruh lapang paru Auskultasi Ronkhi (-), whezzing (-)

4. Payudara dan ketiak

Tidak ada pembesaran getah bening5. Punggung dan tulang belakang

Tidak terdapat dekubitus, terdapat deformitas tulang belakang, tidak terdapat nyeri6. Abdomen

Inspeksi

Tidak terdapat luka, warna kulit sama dengan kulit sekitar, Palpasi

Tidak terdapat nyeri tekan, supel, tidak ada pembesaran hati dan limfa Perkusi

Timpani diseluruh lapang abdomen Auskultasi

Bising usus (+)7. Genetalia dan anus

Inspeksi

tidak terdapat luka, terlihat bersih Palpasi

Tidak ada nyeri tekan8. Ekstremitas

Atas

Tangan kurus, akral hangat, tidak terdapat luka, tidak terdapat deformitas, tidak terdapat krepitasi, tidak memar dan tidak edema Bawah

Kaki kurus, akral hangat, tidak terdapat luka, tidak terdapat deformitas, tidak terdapat krepitasi, tidak memar dan tidak edema9. System neurologi

GCS 456, CRT < 2 detik10. Kulit dan kuku

Kulit

Lembab, bersih Kuku

Belum dipotong, kuku kehitamanR. Hasil Pemeriksaan Penunjang

Foto Thorax PA : Cor : CTR ratio dalam batas normal

Pulmo : tampak patchy infiltrate parahiller kiri kanan

Sinus phrenicocostalis kanan kiri tajam

Hemidia

Laboratorium :

Hb : 12, 4

Leukosit : 9300

LED 12/20

Trombosit : 234000

PCV : 37,9S. Terapi

Infus

: 1:2 250 cc / 24 jamCefotaxim

: 3 x 500mg

Gentamycin: 1 x 40 mg

Ranitidin

: 2 x 10 mg

Ondansetron : 3 x 0,8mg

Dexamethasone: 1 ampulANALISA DATANo.DataEtiologiMasalah Keperawatan

1.DS :

Ibu klien mengeluh klien batuk sejak 1 minggu yang lalu

Saat MRS Klien batuk berdahak disertai sesak Saat pengkajian klien batuk berdahak, dahak lewat muntah, pilekDO:

Ronkhi (+) pada pemeriksaan fisik saat MRS TTV:

TD 110/70 mmHg, Nadi 66x/menit,

RR 40x/menit Hasil foto thorax menunjukkan bronkopneumoniaBakteri PneumoniaMasuk saluran nafas

Difiltrasi di hidung

Dibersihkan oleh mukosa dan epitel bersilia

Masuk ke paru-paru

System imun tubuh di pertahankan oleh makrofag dan SDP

Inflamasi akut

Reaksi inflamasi dengan pengeluaran eksudat cairan, deposit fibrin dan infiltrasi leukositMerangsang sel goblet mensekresi mukus

Hipersekresi mukus

Apabila tidak bisa dieksresi

Menghambat jalan nafas

Ketidakefektifan Bersihan Jalan NafasKetidakefektifan Bersihan Jalan Nafas

2DS:

Ibu klien mengatakan klien setiap makan hanya 2 3 sendok saja klien mengatakan tidak mau makan sayur Ibu klien mengatakan klien sejak lahir mengalami BBLRDO:

BB 9 kg, TB 83 cm Mata terlihat agak cowongBakteri PneumoniaMasuk saluran nafas

Difiltrasi di hidung

Dibersihkan oleh mukosa dan epitel bersilia

Masuk ke paru-paru

System imun tubuh di pertahankan oleh makrofag dan SDP

Inflamasi akutRespon inflamasi

Produksi Metabolisme

Mukus meningkat

Penumpukan intake

Mukus nutrisi

Nafsu makan

Menurun

BB menurun

Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuhKetidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh

3DS :

Ayah klien mengatakan tidak tahu tentang penyakit anaknya dan menganggap penyakit anaknya itu jenis penyakit yang baru

Ayah klien mengatakan tidak tahu penyebab penyakit anaknya

DO:

Ayah klien tampak tertarik mengetahui kondisi anaknyaFaktor resiko bronkopneumonia

Anak batuk berdahak, sesak, demam (terkena bronkopneumonia)

Nama penyakit tidak sering didengar

Keluarga mengatakan tidak tahu jenis penyakit bronkopneumonia

Keluarga tidak berusaha mencari tahu lebih lanjut

Menganggap penyakit tersebut adalah penyakit baru

Defisit PengetahuanDefisit Pengetahuan

PRIORITAS DIAGNOSA

No.Diagnosa Keperawatan

1Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas b/d

2Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh b/d

3Defisit Pengetahuan b/d

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

NoTanggalDiagnosaImplementasiRespon

101 /04 / 2015Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas Melakukan auskultasi area nafas klien

Memberikan terapi cairan 250cc/24 jam

Memonitor TTV klien

Mengajarkan batuk efektif kepada klien dan keluarga

Memberikan terapi antibiotik sesuai order dokter Ronkhi (-), wheezing (-), suara nafas vaskular Cairan Ns 250cc/24jam RR; 24x/menit, nadi: 90x/menit, suhu: 36oC Klien dapat mempraktekkan batuk efektif

201 / 04 / 2015Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh Klien diberikan susu sebagai makanan ringan

Klien diberikan makanan sedikit tapi sering Klien mampu menghabiskan susu yang diberikan Klien mau makan sedikit

301 / 04 / 2015Defisit Pengetahuan Menjelaskan tentang proses penyakit Menjelaskan tanda dan gejala penyakit Mengidentifikasi kemungkinan penyebab dan mendiskusikan dengan keluarga Mendiskusikan dengan keluarga kemungkinan perubahan gaya hidup Menginstruksikan untuk rutin kontrol / menghubungi pelayanan kesehatan Keluarga Klien memahami tentang proses penyakit Keluarga Klien mengetahui tanda dan gejala penyakit

Keluarga Klien mengetahui penyebab penyakit

Keluarga klien berkeinginan untuk mengubah gaya hidup

EVALUASI

NoDiagnosaEvaluasiParaf

1Ketidakefektifan Bersihan Jalan NafasS:

Ibu klien mengeluh batuk dan sesak anaknya sudah berkurang Ibu klien menyatakan anaknya dapat mengeluarkan dahakO:

Dari hasil auskultasi rhonkhi (-), wheezing (-)

Akral hangat TTV: RR 24x/menit, Nadi 90x/menit, Suhu 36oC

Klien dapat mempraktekkan batuk efektifNOC : Respiratory status: Airway patency (Status jalan nafas: kepatenan jalan nafas)NO

INDIKATOR

SKALA

KETERANGAN SKALA TARGET

SAAT DIKAJISAAT EVALUASITARGET

1

Respiratory rate

3

55

1=60-70x/menit, 2=50-59x/menit, 3=40-49x/menit, 4=30-39x/menit, 5=20-29x/menit

2

Batuk

2

35

1=sangat sering(>15xmenit), 2=sering(10-15x/hari), 3=kadang(6-9x/hari), 4=jarang(3-5x/hari), 5=tidak pernah(0)

3

Akumulasi sputum

2

34

1=sangat banyak, 2=banyak, 3=sedang, 4=sedikit, 5=tidak pernah

NOC: Vital SignNO

INDIKATOR

SKALA

KETERANGAN SKALA TARGET

SAAT INI

SAAT EVALUASITARGET

1

Body temperature (suhu tubuh)

1

55

1=39-39.5C, 2=38.5-38.9C, 3=38-38.4C, 4=37.5-37.9C, 5=36-37.4C

2

Radial pulse rate (Denyut nadi radialis)

3

55

1=40-50x/menit, 2=50-59x/menit, 3=60-69x/menit, 4=70-79x/menit, 5=80-90x/menit

3

Sistolic blood pressure (tekanan darah sistolik)

3

-5

1=130-140mmHg, 2=120-129mmHg, 3=110-119mmHg, 4=100-109mmHg, 5=90-99mmHg

4

Diastolic blood pressure (tekanan darah diastolik)

4

-5

1=100mmHg, 2=90mmHg, 3=80mmHg, 4=70mmHg, 5=60mmHg

A:

Masalah teratasi sebagianP:

Lanjutkan intervensi no 1, 2, 3, 4, 5

2Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan TubuhS:

Ibu klien mengatakan mau minum susu dan makan sedikit tapi sering

O:

Klien mau minum susu dan sedikit tapi seringNOC: Nutritional statusNO

INDIKATOR

SKALA

KETERANGAN SKALA TARGET

SAAT INI

SAAT EVALUASITARGET

1

Food intake (intake makanan)

1

23

1=2-4sdm, 2=4-6sdm, 3=6-8sdm, 4=8-10sdm, 5=>10sdm

2

Fluid intake (intake cairan)

1

22

1=400cc, 2=700cc, 3=1000cc, 4=1300cc, 5=1600cc

3

Weight/ height ratio (rentang berat badan dan tinggi badan )

1

12

1=8.5-10kg, 2=10.5-12kg, 3=12.5-14kh, 4=14.5-16kg, 5=16.5kg

NOC: Appetite

NO

INDIKATOR

SKALA

KETERANGAN SKALA TARGET

SAAT INI

SAAT EVALUASITARGET

1

Keinginan untuk makan

1

23

1=Buruk, 2=Sedang, 3=Baik

A:

Masalah teratasi sebagian

P:

Lanjutkan intervensi nomor 4 dan 5

3Defisit Pengetahuan S:

Klien / keluarga mengatakan paham tentang penyakit

Keluarga mengatakan paham tentang kemungkinan perubahan gaya hidup

Keluarga mengatakan akan mendatangi pelayanan kesehatan jika ada keluhan

O:

Keluarga terlihat antusias mendengar penjelasan perawat

Keluarga mau diajak berdiskusi dan menyatakan pemahamannyaNOC: Knowledge: Disease Process

NO

INDIKATOR

SKALA

KETERANGAN SKALA TARGET

SAAT INI

SAAT EVALUASITARGET

1

Characteristics of spesific disease (Karakter dari penyakit spesifik)

1

22

1=tidak mengatui, 2=mengetahui

2

Cause and contributing factors (Sebab dan faktor yang berkontribusi)

1

22

1=tidak mengatui, 2=mengetahui

3

Risk Factor (Faktor Risiko)

1

22

1=tidak mengatui, 2=mengetahui

4

Signs and symptoms of disease (Tanda dan gejala penyakit)

1

22

1=tidak mengatui, 2=mengetahui

A:

Masalah teratasi sebagian

P:

Lanjutkan intervensi