Laporan Kegiatan Bulan Mei 2016 - tarulh.comtarulh.com/wp-content/uploads/2017/02/Labul-Mei.pdf ·...

22

Transcript of Laporan Kegiatan Bulan Mei 2016 - tarulh.comtarulh.com/wp-content/uploads/2017/02/Labul-Mei.pdf ·...

Page 1: Laporan Kegiatan Bulan Mei 2016 - tarulh.comtarulh.com/wp-content/uploads/2017/02/Labul-Mei.pdf · selama Bulan Januari 2016 oleh Kedeputian Gubernur Bidang Tata Ruang dan Lingkungan

1

Laporan Kegiatan Bulan Mei 2016

Page 2: Laporan Kegiatan Bulan Mei 2016 - tarulh.comtarulh.com/wp-content/uploads/2017/02/Labul-Mei.pdf · selama Bulan Januari 2016 oleh Kedeputian Gubernur Bidang Tata Ruang dan Lingkungan

2

Laporan Kegiatan Bulan Mei 2016

Kata Pengantar

Laporan bulanan ini merupakan bagian dari upaya pertanggungjawaban Kedeputian Gubernur

DKI Bidang Tata Ruang dan Lingkungan Hidup kepada publik, yang berisikan keseluruhan

laporan hasil kegiatan Kedeputian Gubernur DKI Bidang Tata Ruang dan Lingkungan Hidup,

baik kegiatan internal, kegiatan eksternal, maupun komunikasi publik.

Kami mengucapkan terima kasih atas segala partisipasi dan dukungan kepada pihak yang

terlibat dalam kegiatan Kedeputian serta dalam penyelesaian laporan ini.

Jakarta, Juni 2016

Deputi Gubernur

Bidang Tata Ruang dan Lingkungan Hidup Pemerintah Provinsi DKI Jakarta

DR. Ir. Oswar M. Mungkasa, MURP

ii

Page 3: Laporan Kegiatan Bulan Mei 2016 - tarulh.comtarulh.com/wp-content/uploads/2017/02/Labul-Mei.pdf · selama Bulan Januari 2016 oleh Kedeputian Gubernur Bidang Tata Ruang dan Lingkungan

3

Laporan Kegiatan Bulan Mei 2016

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................................... ii DAFTAR ISI ................................................................................................................................................ iii DAFTAR TABEL ......................................................................................................................................... iv BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................................................. 5 BAB II RENCANA KERJA DAN PENCAPAIAN....................................................................................... 6 2.1 Pencapaian Kegiatan ....................................................................................................................... 6 2.2 Rencana Kerja ................................................................................................................................... 7 BAB III KEGIATAN BIDANG TATA RUANG DAN LINGKUNGAN HIDUP....................................... 8 3.1 Kegiatan Internal Bidang Tata Ruang ........................................................................................ 8

3.1.1 Rapat Konsolidasi Internal Tim Reklamasi DKI Jakarta .......................................................... 8 3.1.2 Rapat Lanjutan Evaluasi Survei Pengumpulan Data Ruang Terbuka Hijau (RTH) ........... 9

3.2 Kegiatan Internal Bidang Lingkungan Hidup .......................................................................... 9 3.2.1 Penyusunan Lokakarya Grand Design Green Building............................................................. 9 3.2.2 Lokakarya Grand Design Green Building ..................................................................................... 10 3.2.3 Persiapan Lokakarya Jakarta Menuju Kota Berkelanjutan .................................................... 11 3.2.4 Penyusunan Key Performance Indicator (KPI) untuk Para Sekda, Para Deputi,

Para Asisten Sekda, dan Asisten Deputi Gubernur Pemprov. DKI Jakarta ......................... 12

3.3 Kegiatan Eksternal Bidang Tata Ruang ..................................................................................... 12 3.3.1 Rapat Pembahasan Tim Teknis Komite Bersama Reklamasi Pantura Jakarta.................. 12 3.3.2 Rapat Pembahasan Persiapan Scooping KLHS dan Review Kebijakan NCICD .................... 13 3.3.3 Sebagai Narasumber pada Acara Quick Response Analysis (QRA) ......................................... 14 3.3.4 Mewakili Gubernur Peluncuran Hasil Penelitian Restatement pada

Hukum Pidana, Hukum Perdata dan Hukum Tata Usaha Negara ......................................... 14 3.3.5 Menindaklanjuti Analisa Perundangan Dan Mapping Perizinan Lebih Detail

dengan Mereviu Dokumen Izin yang Tersedia dari Kementerian Perhubungan KLHK dan Pemprov. DKI Jakarta .................................................................................................... 14

3.3.6 Rapat Gabungan Pembahasan Kelayakan Teknis Dan Lingkungan, Persiapan Konsultasi Publik dan Kemajuan Pengawasan ........................................................................... 15

3.3.7 Video Conference terkait Terpilihnya DKI Jakarta dalam 100 Resilient City ..................... 15 3.3.8 Rapat dengan IAP terkait Peninjauan kembali Rencana Tata Ruang Wilayah

(RTRW) dan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi (RDTR &PZ) DKI Jakarta ............................................................................................................................................ 16

3.4 Kegiatan Eksternal Bidang Lingkungan Hidup .............................................................................. 16 3.4.1 Program Master Meter di DKI Jakarta kerjasama Pemerintah DKI Jakarta dan

USAID ( IUWASH) ................................................................................................................................ 16

3.4.2 Rencana aplikasi konsep Waste To Energy (Listrik Kerakyatan) dan hasil kunjungan kerja di Kelurahan Pondok Kopi Jakarta Timur ................................................... 17

3.4.3 Acara FGD "Revitalisasi Air Minum Indonesia" di Kemenko Perekonomian ..................... 18

3.4.4 Pertemuan dengan PT. CNOOC tentang Injection Water ............................................................... 19

3.5 Komunikasi Publik Bidang Tata Ruang ..................................................................................... 19 3.5.1 Rapat Pembahasan Permohonan PT Anggana Development tentang

Pelampauan KLB Rusunami Menara Kebon Jeruk Jakarta Barat .......................................... 19 3.5.2 Launching Peninjauan Kembali RTRW dan RDTR PZ DKI Jakarta ........................................ 20

3.6 Komunikasi Publik Bidang Lingkungan Hidup ....................................................................... 20 3.6.1 Pengembangan Waste to Energy (WTE) Skala Komunitas .................................................. 20

BAB IV KENDALA DAN PERMASALAHAN ........................................................................................... 21

iii

Page 4: Laporan Kegiatan Bulan Mei 2016 - tarulh.comtarulh.com/wp-content/uploads/2017/02/Labul-Mei.pdf · selama Bulan Januari 2016 oleh Kedeputian Gubernur Bidang Tata Ruang dan Lingkungan

4

Laporan Kegiatan Bulan Mei 2016

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Pencapaian Kegiatan Bidang Tata Ruang dan Lingkungan Hidup .......................... 6 Tabel 2. Rencana Kegiatan Bidang Tata Ruang dan Lingkungan Hidup ................................ 7

iv

Page 5: Laporan Kegiatan Bulan Mei 2016 - tarulh.comtarulh.com/wp-content/uploads/2017/02/Labul-Mei.pdf · selama Bulan Januari 2016 oleh Kedeputian Gubernur Bidang Tata Ruang dan Lingkungan

5

Laporan Kegiatan Bulan Mei 2016

BAB I PENDAHULUAN

Kedeputian Gubernur Bidang Tata Ruang dan Lingkungan Hidup merupakan salah satu

kedeputian yang membantu Gubernur dalam penyelenggaraan Pemerintahan Provinsi DKI Jakarta. Berdasarkan Peraturan Gubernur No. 85 Tahun 2008 tentang tugas, fungsi, tanggung jawab, dan tata kerja Deputi Gubernur Provinsi DKI Jakarta, Deputi Gubernur Bidang Tata Ruang dan Lingkungan Hidup memiliki tugas untuk membantu Gubernur dalam menyelenggarakan Pemerintahan Provinsi DKI Jakarta di bidang Tata Ruang dan Lingkungan Hidup. Deputi Gubernur Bidang Tata Ruang dan Lingkungan Hidup memiliki fungsi antara lain:

1. Pemberian saran dan pertimbangan kepada Gubernur di bidang tata ruang dan lingkungan hidup;

2. Pengoordinasian, pemantauan, dan evaluasi atas pelaksanaan tugas di bidang tata ruang dan lingkungan hidup;

3. Pelaksanaan komunikasi publik sesuai bidang dan tugasnya; 4. Pelaksanaan komunikasi antar lembaga sesuai bidang tugasnya; 5. Pelaksanaan tugas untuk mewakili Gubernur sesuai bidang tugasnya; 6. Pelaksanaan tugas lainnya yang diserahkan oleh Gubernur; dan 7. Penyampaian laporan atas pelaksanaan tugasnya kepada Gubernur.

Ruang lingkup tugas Deputi yaitu: a. Tugas dan fungsi Deputi bukan merupakan lingkup tugas dan fungsi satuan kerja

perangkat daerah/unit kerja perangkat daerah. b. Deputi dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, melakukan koordinasi dengan Lembaga

serta dapat melakukan konsultasi dengan pakar atau kelompok pakar/profesi yang terkait dengan bidang tugas masing-masing.

c. Dalam melaksanakan koordinasi dan konsultasi, Deputi berkoordinasi dengan Sekretaris Daerah.

d. Fungsi pengoordinasian, pemantauan dan evaluasi yang dilaksanakan Deputi adalah dalam rangka memperoleh data dan informasi sebagai bahan penyusunan saran, pertimbangan, dan laporan Deputi kepada Gubernur.

Deputi Gubernur Bidang Tata Ruang dan Lingkungan Hidup memiliki dua asisten deputi

yaitu Asisten Deputi Bidang Tata Ruang dan Asisten Deputi Bidang Lingkungan Hidup. Asisten deputi tersebut bertugas membantu Deputi Gubernur Bidang Tata Ruang dan Lingkungan Hidup dalam melaksanakan tugas, fungsi, dan tanggung jawabnya.

Kedeputian Gubernur Bidang Tata Ruang dan Lingkungan Hidup memiliki 2 jenis kegiatan yaitu kegiatan internal dan kegiatan eksternal. Kegiatan internal merupakan kegiatan yang menjadi tanggung jawab Deputi/Asdep, baik mencakup bidang tata ruang maupun lingkungan hidup. Sedangkan, kegiatan eksternal merupakan kegiatan yang bukan menjadi tanggung jawab langsung Deputi/Asdep, tetapi Deputi/Asdep ikut terlibat dalam kegiatan tersebut.

Pada laporan ini dijelaskan secara rinci pelaksanaan kegiatan yang telah dilaksanakan selama Bulan Januari 2016 oleh Kedeputian Gubernur Bidang Tata Ruang dan Lingkungan Hidup. Laporan ini bertujuan untuk pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi yang diberikan kepada Kedeputian Bidang Tata Ruang dan Lingkungan Hidup dalam membantu Gubernur DKI Jakarta menyelenggarakan Pemerintahan Provinsi DKI Jakarta di bidang Tata Ruang dan Lingkungan Hidup.

Page 6: Laporan Kegiatan Bulan Mei 2016 - tarulh.comtarulh.com/wp-content/uploads/2017/02/Labul-Mei.pdf · selama Bulan Januari 2016 oleh Kedeputian Gubernur Bidang Tata Ruang dan Lingkungan

6

Laporan Kegiatan Bulan Mei 2016

BAB II RENCANA KERJA DAN PENCAPAIAN

2.1 Pencapaian Kegiatan Pencapaian kegiatan merupakan kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan baik internal

maupun eksternal selama bulan Mei 2016.

Tabel 1. Pencapaian Kegiatan Bidang Tata Ruang dan Lingkungan Hidup No. Kegiatan Utama Sub Kegiatan Target Waktu

1 Peluncuran peninjauan kembali RTRW 2030 dan RDTR-PZ DKI Jakarta

Peninjauan kembali RTRW 2030 dan RDTR-PZ DKI Jakarta

Publik mengetahui peninjauan kembali RTRW 2030 dan RDTR-PZ DKI Jakarta

13 Mei 2016 di Balai Agung

2 Rapat Grand Design RTH

Melaporkan hasil pengumpulan data RTH oleh DPP

Data terkumpul mencapai target H rencana dari DPK

19 Mei 2016

3 Rapat Konsolidasi Sub Tim Reklamasi Pantura Jakarta

Pelaporan hasil rapat tim teknis bersama reklamasi pantura

Kesiapan Pemprov. DKI Jakarta dalam menjawab setiap pertanyaan pihak lain

Setiap hari jumat

4 Rapat Pembahasan Permohonan PT Anggana Development tentang Pelampauan KLB Rusunami Menara Kebon Jeruk Jakarta Barat

Pembahasan kasus pelampauan KLB

Penyelesaian kasus pelampauan KLB

10 Mei 2016

5 Pengembangan Destinasi Wisata Kepulauan Seribu sebagai salah satu Nasional

Rapat Koordinasi Tindak Lanjut Hasil Pembahasan dan Komitmen Percepatan Pembangunan Destinasi Pariwisata Prioritas Nasional di Kawasan Kota Tua dan Kepulauan Seribu DKI Jakarta

Koordinasi dalam pembuatan Master Plan Destinasi Wisata Kepulauan seribu sebagai prioritas nasional

4 Mei 2016

6 Uji Publik Kosep Grand design Green Building

Lokakarya Grand Design Green Building di Balai Agung , Lantai 5 dan Lantai 22 Blok G

untuk mewujudkan Kota Jakarta sebagai “Centre of Excellence” Bangunan Hijau di Indonesia dan penghematan konsumsi energi dan penggunaan air tanah dan penurunan emisi gas rumah kaca sampai dengan tahun 2030

18 Mei 2016

7 Kerjasama Pemrov DKI Jakarta dengan Singapura

Rapat Persiapan Lokakarya Jakarta Menuju Kota Berkelanjutan dalam Rangka World Cities Summit

Membahas kesiapan lokakarya "Jakarta Menuju Kota Berkelanjutan dan Layak Huni”

20 Mei 2016

8 Pembuatan Konsep Grand Design Green Building

Rapat Evaluasi Lokakarya dan Pembuatan Laporan hasil pelaksanaan Lokakarya serta Implementasi Rusun GB

Membahas arahan Gubernur tentang tindak lanjut pembangunan rusun Daan Mogot berkonsep Green Building sebanyak 7 tower

24 Mei 2016

Page 7: Laporan Kegiatan Bulan Mei 2016 - tarulh.comtarulh.com/wp-content/uploads/2017/02/Labul-Mei.pdf · selama Bulan Januari 2016 oleh Kedeputian Gubernur Bidang Tata Ruang dan Lingkungan

7

Laporan Kegiatan Bulan Mei 2016

2.2 Rencana Kerja Rencana kerja merupakan kegiatan yang akan dilaksanakan pada periode mendatang

terutama kegiatan internal, namun tidak tertutup kemungkinan juga menyangkut kegiatan eksternal.

Tabel 2. Rencana Kegiatan Bidang Tata Ruang dan Lingkungan Hidup

No. Kegiatan Utama Sub Kegiatan Target Waktu 1 Rapat Grand Design

RTH Evaluasi hasil identifikasi RTH di DKI Jakarta oleh DPP

Identifikasi RTH di DKI Jakarta mencapai target rencana H DPK

Analisis hasil identifikasi RTH di DKI Jakarta

kondisional

2 Rapat reviu peninjauan kembali RTRW dan RDTR-PZ

Membahas secara rutin perkembangan peninjauan kembali RTRW dan RDTR-PZ

RTRW dan RDTR-PZ selesai ditinjau kembali

kondisional

3 Rapat konsolidasi internal tim Reklamasi Pantura DKI Jakarta

Membahas hasil rakornis gabungan tim teknis reklamasi Pantura

Diskusi dan saling bertukar informasi dan data terbaru

KLHS Pantura dan NCICD kondisional

4 Kerjasama Pemprov DKI Jakarta dengan Negara Singapura dalam rangka World Cities Summit

Lokakarya Jakarta menuju Kota Keberlanjutan dalam rangka World Cities Summit

Dapat mengadopsi masukan Narasumber dari Singapura (CLC) untuk membantu permasalahan terkait isu Integrated Master Plan Transoportation, Sustainabiliy Water Management , Waste Management dan Green Building.

1 Juni 2016

5 Pembuatan Grand Design Green Building

Peluncuran Konsep Greand Design Green Building

Selesainya konsep Grand Desain Green Building, yang memuat visi, misi, strategi, roadmap dan rencana aksi yang menjadi komitmen para pemangku kepentingan

kondisional

6 Implementasi Pengelolaan Sampah Waste to Energy

Lokakarya penyempurnaan konsep Waste to Energy skala komunitas

Untuk mengatasi masalah sampah di DKI Jakarta melalui percepatan pembangunan Pembangkit listrik berbasis sampah di Jakarta

kondisional

Page 8: Laporan Kegiatan Bulan Mei 2016 - tarulh.comtarulh.com/wp-content/uploads/2017/02/Labul-Mei.pdf · selama Bulan Januari 2016 oleh Kedeputian Gubernur Bidang Tata Ruang dan Lingkungan

8

Laporan Kegiatan Bulan Mei 2016

BAB III KEGIATAN BIDANG TATA RUANG DAN LINGKUNGAN HIDUP

3.1 Kegiatan Internal Bidang Tata Ruang

3.1.1 Rapat Konsolidasi Internal Tim Reklamasi DKI Jakarta

Pada Hari Rabu, 4 Mei 2016, telah dilaksanakan rapat konsolidasi sub tim reklamasi DKI Jakarta untuk bertukar informasi antar sub tim teknis komite DKI Jakarta yang telah menghadiri Rapat Pembahasan Tim Teknis Komite Bersama Reklamasi Pantura Jakarta setiap Hari Kamis. Disepakati rapat konsolidasi internal tim reklamasi DKI Jakarta ini dilaksanakan rutin setiap Jum’at. Pada Selasa, 3 Mei 2016, Kepala Bappeda memaparkan perkembangan terakhir Dermaga KCN, Pulau O,P, dan Q, dan Port of Jakarta. Kepala Bappeda mengusulkan bahwa perlu disusun dua Perpres (1) untuk mengatur Kawasan Timur (Port of Jakarta) dan (2) untuk penyelarasan reklamasi Pulau A-N (penyempurnaan Keppres No. 52 Tahun 1995). Terkait bidang lingkungan, pengawasan pelaksanaan reklamasi perlu ditingkatkan oleh BPLHD dan membuat tabel penjelasan untuk paparan KKP. DKPKP perlu melakukan kajian terhadap dokumen RZWP3K dan Perda No. 11 Tahun 1992. Selain itu, masih terdapat kekosongan regulasi, apabila reklamasi dilakukan bukan di wilayah KSP maka pihak yang mengajukan reklamasi perlu membuat perencanaan reklamasi sesuai dengan Perpres No. 122 Tahun 2012 pada Bab 2 Pasal 3.

Pada Hari Jum’at 13 Mei 2016, beberapa saran dan tindak lanjut yang disepakati yaitu tiap tim teknis reklamasi harus ada perwakilan yang menjadi sekretariat. Tim komite I bidang lingkungan diwakili oleh BPLHD, tim komite II bidang teknis dan kebijakan diwakili oleh DKPKP, dan tim komite III bidang perizinan dan penyelarasan peraturan diwakili oleh biro PKLH. Terkait terjadinya penundaan penyelesaian Raperda RZWP3K dan raperda RTR KSP Pantura, disarankan agar dimintakan fatwa hukum ke Mahkamah Agung. Untuk itu, Biro Hukum menyiapkan draft surat dari Gubernur DKI Jakarta. Dinas Penataan Kota memberikan penjelasan kepada publik terkait bangunan di Pulau C dan D tidak dibongkar. Perlu menyusun dua Perpres yang mengatur tentang Port of Jakarta (Kawasan Timur Reklamasi) dan Perpres tentang penyelesaian 17 Pulau Reklamasi. Kemudian, meningkatkan pengawasan terhadap pelaksanaan maupun pemanfaatan pulau hasil reklamasi.

Kemudian, pada Hari Jum’at 20 Mei 2016, BPLHD melaporkan bahwa pengawasan reklamasi Pantura sudah mulai dilakukan melalui survei lapangan yang dipimpin oleh Kepala BPLHD sendiri. Hal ini sebagai respon dari diterbitkannya SK Menteri LHK tanggal 10 Mei 2016 dan upaya peningkatan pengawasan pelaksanaan maupun pemanfaatan reklamasi Pantura. Perwakilan Bappeda memaparkan hasil kajian mengenai kronologis perubahan bentuk pulau reklamasi Pantura dan tabel rekomendasi dari Balitbang KP. Bappeda mengoordinir tanggapan terhadap Tabel hasil kajian Balitbang KKP dari masing-masing SKPD. Selain itu, Pemprov. DKI Jakarta perlu memberikan saran terhadap tim KLHS NCICD terkait memasukkan beberapa skenario yaitu (1) KLHS reklamasi dan Tanggul A, (2) KLHS reklamasi dan Tanggul A dan B, dan (3) KLHS reklamasi dan Tanggul A, B, dan C.

Pada Hari Jum’at, 27 Mei 2016, rapat membahas hasil tanggapan tim BPLHD terhadap

dokumen AMDAL yang dievaluasi oleh KemenLHK. Tim BPLHD menjelaskan adanya beberapa

kejanggalan dari table kriteria kelengkapan analisis dokumen AMDAL reklamasi Pantura. Selain

itu, terdapat perbedaan persepsi atas AMDAL antara KemenLHK dengan Pemprov. DKI.

Pemprov. DKI Jakarta menggunakan dua AMDAL yakni AMDAL pelaksanaan reklamasi dan

AMDAL pemanfaatan reklamasi. Sementara KemenLHK menggunakan satu AMDAL yakni hanya

AMDAL pemanfaatan reklamasi yang mencakup AMDAL untuk bangunan diatas lahan hasil

reklamasi sesuai Perpres No. 122 Tahun 2012. Menurut Pemprov DKI Jakarta aturan lingkungan

reklamasi tidak hanya menggunakan AMDAL terdapat aturan lain yakni Pergub DKI Jakarta No.

146 Tahun 2014 dan Pergub DKI Jakarta No. 121 Tahun 2012. Sehingga disarankan BPLHD

perlu membuat tabel kriteria AMDAL dua tahap yaitu tahap pelaksanaan dan tahap

Page 9: Laporan Kegiatan Bulan Mei 2016 - tarulh.comtarulh.com/wp-content/uploads/2017/02/Labul-Mei.pdf · selama Bulan Januari 2016 oleh Kedeputian Gubernur Bidang Tata Ruang dan Lingkungan

9

Laporan Kegiatan Bulan Mei 2016

pemanfaatan reklamasi. Kriteria yang digunakan untuk AMDAL pelaksanaan reklamasi hanya

empat dari enam kriteria KemenLHK. Selain itu, BPLHD perlu melengkapi dan merevisi diagram

alur system pencegahan dampak lingkungan reklamasi di Prov. DKI Jakarta. Sementara DKPKP

perlu membuat tabel tanggapan seperti BPLHD, khususnya terkait dampak reklamasi terhadap

nelayan dan reklamasi di depan Pulau H. Serta Biro PKLH juga perlu membuat tabel tanggapan

perihal perizinan-perizinan dan aturan reklamasi Pantura. Hal ini diperlukan sebagai bahan

bagi Pemprov. DKI Jakarta dalam menjawab pertanyaan pihak luar dan menjelaskan adanya

berbagai perbedaan persepsi dalam rapat koordinasi tim teknis reklamasi.

3.1.2 Rapat Lanjutan Evaluasi Survei Pengumpulan Data Ruang Terbuka Hijau (RTH)

Pada Hari Kamis, 19 Mei 2016, telah dilaksanakan rapat lanjutan evaluasi survei pengumpulan data Ruang Terbuka Hijau (RTH). Rapat ini bertujuan untuk mengevaluasi hasil pelaksanaan identifikasi RTH yang dilakukan oleh Dinas Pertamanan dan Pemakaman Provinsi DKI Jakarta. Berdasarkan hasil survei, jumlah H yang sudah disurvei belum mencapai target H yang direncanakan oleh DPK. Masih terdapat perbedaan peta antara eksisting dengan rencana DPK. Oleh karena itu, disarankan sebagian data hasil identifikasi RTH yang sudah tersurvei perlu segera dianalisis oleh DPK, tidak perlu menunggu data terkumpul semua (system paralel). Peta sebaiknya didigitasi per kecamatan sesuai dengan batas administrasinya. Hal ini meminimalisir pergeseran koordinat peta. Perlu adanya pelatihan dan pendampingan saat survei, sehingga seurveyor tidak bingung dan lebih paham dengan lokasi yang akan disurvei.

3.2 Kegiatan Internal Bidang Lingkungan Hidup

3.2.1 Penyusunan Lokakarya Grand Design Green Building

Saat ini dunia sedang menghadapi issue pemanasan global (global warming), suatu keadaan meningkatnya suhu rata-rata atmosfer dan emisi gas karbon yang salah satunya disebabkan oleh peningkatan konsentrasi gas rumah kaca dari aktivitas manusia pada bangunan gedung. Bangunan berkontribusi terhadap sekitar 40% dari pengeluaran emisi karbon yang mempercepat perubahan iklim. Dampak dari perubahan iklim adalah meningkatnya frekuensi kekeringan, banjir, ancaman ketahanan pangan, penurunan mata pencaharian, ketersediaan air bersih dan keberlangsungan kehidupan.

Umumnya untuk bangunan dan gedung di Jakarta, sistem pencahayaan merupakan satu dari konsumsi energi terbesar sampai dengan 30 % dari total sistem pengkondisian udara. Dengan desain yang tepat, fitur yang efisien, dan kontrol pencahayaan berpotensi mengurangi energi sebesar 15%. Saat ini Pemprov. DKI berdasarkan Peraturan Gubernur DKI No. 38/2012 tentang Bangunan Gedung Hijau telah menerapkan konsep Green Building. Konsep Green Building atau Bangunan Hijau merupakan penerapan tingkat efesiensi bangunan gedung dalam memanfaatkan sumber daya energi, air dan bahan-bahan material lain untuk mengurangi dampak negatif bangunan gedung bagi lingkungan. Per Juni 2015, berdasarkan hasil survey ditemukan bahwa 112 bangunan Gedung Hijau dengan total luasan 7 juta m2 di Provinsi DKI Jakarta telah mengikuti Peraturan Gubernur DKI No. 38/2012 yang setara dengan total pengurangan Gas Rumah Kaca (GRK) sebesar 255.968 metric ton /tahun CO2 = total penghematan energi sebesar 375.130 Mwh/tahun dan total penghematan biaya listrik US $ 30.010.434.

Pada dasarnya hasil ini belum optimal, terutama disebabkan oleh belum terlibatnya berbagai pemangku kepentingan dalam penerapan konsep Green Building. Salah satu faktor yang menjadi penyebabnya adalah belum tersedianya Grand Design Green Building, yang memuat visi, misi, strategi, roadmap dan rencana aksi yang menjadi komitmen para pemangku kepentingan.

Sejak 3 (tiga) bulan yang lalu kami berinisiatif untuk mulai menyusun rancangan Grand Design Green Building bersama dengan para pemangku kepentingan diantaranya Kementerian PUPR, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kementerian ESDM, Dinas Penataan Kota, Dinas Perindustrian dan Energi, BPLHD, Bappeda, Dewan Riset Daerah, Green Building Council lndonesia, PT Telekomunikasi Indonesia, Tim Ahli Bangunan Gedung, International

Page 10: Laporan Kegiatan Bulan Mei 2016 - tarulh.comtarulh.com/wp-content/uploads/2017/02/Labul-Mei.pdf · selama Bulan Januari 2016 oleh Kedeputian Gubernur Bidang Tata Ruang dan Lingkungan

10

Laporan Kegiatan Bulan Mei 2016

Finance Corporation, Green Product Council Indonesia, Jakarta Property Institute. Pada saat ini draft tersebut telah siap diuji publik.

Sehubungan dengan hal itu, Deputi Tata Ruang dan Lingkungan Hidup bersama SKPD terkait bermaksud mengadakan uji publik dalam bentuk Lokakarya 1 (satu) hari. Keluaran dari lokakarya ini adalah perbaikan terhadap draft awal Grand Design Green Building.

3.2.2 Lokakarya Grand Design Green Building

Lokakarya yang telah diadakan pada tanggal 18 Mei 2016 diikuti oleh 90 peserta dari elemen Pemerintah, Lembaga, dan Swasta ini bermaksud untuk mewujudkan Kota Jakarta sebagai “Centre of Excellence” Bangunan Hijau di Indonesia dengan tujuan kedepannya bisa melakukan penghematan konsumsi energi dan penggunaan air tanah serta penurunan emisi gas rumah kaca sampai dengan 30% pada tahun 2030 di DKI Jakarta. Lokakarya Grand Design Green Building dibuka oleh Wakil Gubernur DKI Jakarta dan ditutup oleh Gubernur DKI Jakarta dihadiri oleh 140 peserta, terdiri dari para staf unggulan dari tiap SKPD yang disiapkan untuk memformulasikan rencana aksi berdasarkan gagasan dan berbagi pengalaman dengan ahli atau narasumber dari Dinas Penataan Kota, Praktisi/Tim Ahli Tata bangunan dan Gedung, dan PT. Telkom.

Pelaksanaan lokakarya dibagi menjadi 3 (tiga) sesi yaitu: a) Sesi Pertama adalah paparan dari Narasumber mengenai (a) Green Building oleh DR

Jatmika (Akademisi), (b) Teknologi Smart Building, oleh Iskandar Z dari PT. Telkom dan (c) Grand Design Green Building oleh Dinas Penataan Kota.

b) Sesi Kedua adalah pembagian peserta lokakarya kedalam 4 (empat) kelompok untuk mengikuti salah satu track secara paralel yaitu (a) Kelompok Kebijakan dan Regulasi, (b) Kelompok Pengingkatan Kapasitas dan Perangkat Kerja, (c) Kelompok Pemberdayaan Masyarakat dan (d) Kelompok Pengendalian dan Pengawasan.

c) Sesi Ketiga adalah penyampaian paparan hasil diskusi kelompok kepada Bapak Gubernur sekaligus penutupan lokakarya.

Kesimpulan dan rekomendasi diskusi grup dari 4 kelompok adalah sebagai berikut : a) Kelompok 1 : Kebijakan dan Regulasi

Perlu adanya revisi Pergub Nomor 38 Tahun 2012 tentang Bangunan Hijau untuk memperbesar impact, seperti Luasan minimal bangunan yang terkena peraturan, Parameter teknis disesuaikan dengan perkembangan teknologi terbaru, Tambahan parameter (misalnya: green product, greenery requirements), Rumah tinggal dengan self assessment, dan Konsep green neighbourhood.

Intensif Integrasi implementasi

b) Kelompok 2 : Peningkatan Kapasitas

Tujuan yang jelas dari Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah (Top Down Direction)

Peraturan yang jelas dan konsisten dari Pemerintah Pusat/Daerah Sosialisasi Peraturan yang terkait melalui media elektronik, seperti jakarta.go.id,

SosMed, Twitter, dll Insentif dari pemerintah kepada pelaku green building yang akan meningkatkan

partisipasi dari pengembang Punishment sebagai bagian dari regulation enforcement Center of Excellence for Resource (Resource Center) untuk Peraturan Pemerintah,

Pengetahuan Umum tentang Green Building, Rating Tools Kerjasama Research dengan Universitas/Kajian akademis lebih ditingkatkan,

bekerjasama dengan pemerintah dan pengembang sebagai masukan untuk peraturan-peraturan pemerintah

Lembaga Sertifikasi Profesi : Sertifikasi profesi untuk Green Building Professional Kerjasama dengan dinas pendidikan untuk edukasi “Green Concept” dari mulai

pendidikan dasar untuk mengubah “perilaku” masyarakat

Page 11: Laporan Kegiatan Bulan Mei 2016 - tarulh.comtarulh.com/wp-content/uploads/2017/02/Labul-Mei.pdf · selama Bulan Januari 2016 oleh Kedeputian Gubernur Bidang Tata Ruang dan Lingkungan

11

Laporan Kegiatan Bulan Mei 2016

c) Kelompok 3 : Pemberdayaan Masyarakat

Kampanye Green Building (Apa, bagaimana, siapa, dan dimana)

Edukasi tentang Green Building kepada semua pihak (Mulai dari tingkat dasar hingga Perguruan Tinggi)

Partisipasi masyarakat terhadap prinsip Green Building (contoh : Bangunan dan Kampung Iklim/Kampung Sehat)

Pembinaan, Pengawasan, dan Pengendalian (Insentif dan Disinsentif)

d) Kelompok 4 : Pengendalian dan Pengawasan

Pengawasan dan Kebijakan : Pengawasan terintegrasi, sederhana, mudah, dan sinergi dengan pemilik bangunan.

Audit Bangunan : Parameter BGH, keterbatasan SDM, kemudahan pemeriksaan dan kompetensi Pemeriksa.

Penegakan Hukum : Transformasi masyarakat, Sanksi, Insentif, dialog lintas institusi. Sistem Informasi IT : Format IT yang mudah, verifikatif, transparan, penyediaan

infrastruktur.

Hasil dari diskusi kelompok yang telah dipaparkan oleh Kepala Dinas Penataan Kota pada saat penutupan lokakarya telah di tindak lanjut langsung oleh Gubernur DKI Jakarta melalui perintah beliau kepada Kepala Dinas Perumahan dan Gedung Pemda untuk membangun Rumah Susun Daan Mogot sebanyak 7 tower dengan konsep Green Building.

3.2.3 Persiapan Lokakarya Jakarta Menuju Kota Berkelanjutan

Sebagai ibu kota Indonesia, Jakarta dipadati oleh 10 juta penduduk pada malam hari dan sekitar 12,7 juta pada siang hari. Meskipun pertumbuhan populasi di DKI Jakarta terus menurun dari tahun ke tahun, proses urbanisasi akan terus ada seiring dengan ketimpangan ekonomi yang masih terjadi di Indonesia. Hal ini menjadikan DKI Jakarta tujuan penduduk yang ingin hijrah ke daerah perkotaan. Selain itu, untuk rencana pembangunan jangka panjang DKI Jakarta 2005-2025 menyebutkan visi dan misi DKI Jakarta untuk membangun kota yang makmur, produktif, berkelanjutan dan menyediakan lingkungan yang kompetitif bersamaan dengan membangun “Jakarta Baru” sebagai kota yang rapi, layak huni, humanis, berbudaya dan modern. Untuk mewujudkan tujuan rencana pembangunan tersebut, pemerintah DKI Jakarta mengadakan Lokakarya “Jakarta Menuju Kota Berkelanjutan dan Layak Huni” untuk mendiskusikan empat isu utama: 1) Integrated Transportation Masterplan, 2) Pengelolaan Air yang Berkelanjutan, 4) Pengelolaan Sampah, dan 4) Bangunan Hijau.

Pada tahun 2012, pemerintah DKI Jakarta menyusun peraturan tentang rencana tata ruang menuju tahun 2030 yaitu Peraturan Daerah No 1/2012 tentang Rencana Tata Ruang dan Wilayah 2030. Peraturan tersebut menyebutkan bahwa rencana tata ruang DKI Jakarta bertujuan untuk membangun DKI Jakarta sebagai Ibu Kota serta pusat industri jasa yang juga merupakan kota yang menciptakan lingkungan hidup yang layak dan seimbang sehingga menciptakan lingkungan yang dapat mendorong produktivitas.

Selain itu, strategi-strategi kota yang terintegrasi melibatkan berbagai elemen, termasuk sistem transportasi masal melalui sistem Transit Oriented Development (TOD), sistem sanitasi air, pengelolaan sampah, lingkungan dan perubahan cuaca, populasi, dan elemen sosial ekonomi. Sebagai lanjutan dari peraturan daerah, pemerintah DKI Jakarta menjelaskan rencana detail tata ruang dan zonasi si tahun 2014. Peraturan tersebut menyantumkan zonasi terperinci untuk setiap kecamatan hingga kabupaten yang diperuntukkan untuk zonasi yang khusus, seperti: area hijau, taman kota, zona rekreasi, pemerintah pusat, pemerintah daerah, perumahan menengah, perumahan vertikal, perkantoran, perdagangan dan jasa, multiguna, layanan publik dan sosial, dan area biru. Saat ini DKI Jakarta mempunyai lima kecamatan, yaitu: Jakarta Pusat, Jakarta Selatan, Jakarta Timur, Jakarta Barat, dan Jakarta Utara.

Tujuan dari lrencana okakarya ini adalah untuk membahas, menyampaikan dan menampung pendapat untuk menyusun rencana aksi (action plan), kebijakan-kebijakan dan koordinasi antardepartement di tubuh DKI Jakarta untuk menciptakan DKI Jakarta yang

Page 12: Laporan Kegiatan Bulan Mei 2016 - tarulh.comtarulh.com/wp-content/uploads/2017/02/Labul-Mei.pdf · selama Bulan Januari 2016 oleh Kedeputian Gubernur Bidang Tata Ruang dan Lingkungan

12

Laporan Kegiatan Bulan Mei 2016

berkelanjutan, layak hidup dan cerdas. Lokakarya ini juga akan mengundang pembicara dari Center for Livable Cities (CLC) dari Singapura sebagai nara sumber contoh pada penerapan tata ruang dan pembangunan perkotaan di Singapura. Lokakarya yang akan dilakukan satu hari ini akan menyentuh empat topik utama, antara lain:

Master Plan Transportasi Terintegrasi

Sustainable Water Management

Pengelolaan Sampah

Gedung Hijau (Green Building)

Adapun hasil yang diharapkan adalah Action Plan untuk setiap topik dalam rangka mendukung DKI Jakarta yang berkelanjutan dan layak huni.

3.2.4 Penyusunan Key Performance Indicator (KPI) untuk Para Sekda, Para Deputi, Para

Asisten Sekda, dan Asisten Deputi Gubernur Pemprov. DKI Jakarta

Terkait pergantian Peraturan Gubernur No. 193 Tahun 2016 tentang TKD, maka melalui Pergub 108 Tahun 2016, maka perhitungan Tunjangan Kinerja Daerah khusus jabatan Pimpinan Tinggi Madya dan Jabatan Pimpinan Tinggi Pratama telah ditetapkan KPI sebagai salah satu ukuran kuantitatif yang digunakan Pemprov. DKI Jakarta sekarang ini untuk mengukur atau membandingkan kinerja untuk memenuhi tujuan strategis dan operasional. Adapun Bobot penilaian Prestasi Kinerja untuk Jabatan Pimpinan Tinggi Madya dan Pratama adalah KPI 60%, TL arahan Gubernur 10%, TL aduan 10%, dan serapan anggaran 20%. Di dalam lingkup kerja Gubernur, Deputi dan Asisten Deputi, unsur-unsur yang dapat di KPI kan yaitu Nota Dinas, Laporan Rekapitulasi dan Rekapitulasi Rapat yang sudah dilaksanakan.

Sehubungan dengan hal di atas KPI Deputi dan Asisten Deputi telah ditetapkan targetnya selama 1 tahun dan telah diinput pada sistem eTKD. Sedangkan terkait bobot serapan anggaran sebesar 20%, Deputi dan Asisten Deputi tidak berkenan apabila Serapan Perkiraan Sendiri (SPS) tergantung pada penyerapan anggaran Biro Administrasi Keuangan dan Aset Setda, karena para Deputi dan Asisten Deputi tidak dilibatkan langsung pada perencanaan anggaran Biro AKAS. Oleh sebab itu Biro AKAS akan berkoordinasi dengan BKD, KOMINFOMAS, BAPPEDA untuk mencari solusinya.

3.3 Kegiatan Eksternal Bidang Tata Ruang

3.3.1 Rapat Pembahasan Tim Teknis Komite Bersama Reklamasi Pantura Jakarta

Pada Hari Selasa, 3 Mei 2016, telah dilaksanakan rapat konsolidasi data untuk persiapan KLHS dan reviu kebijakan NCICD. Isu-isu yang mengemuka diantaranya KLHS reklamasi tahun 2011 belum terintergrasi dengan KLHS NCICD, KLHS belum mencakup keseluruhan pulau reklamasi, kabel bawah laut, pipa gas dan alur laut perlu dipertimbangkan dalam melakukan reklamasi Pantura, KLHS reklamasi perlu mempertimbangkan peta bawah laut (dishidros). Diharapkan hasil dari rapat yang akan dilaksanakan rutin seminggu sekali ini dapat menjadi bahan untuk konsultasi publik akhir mei mendatang. Untuk itu, sangat penting diperhatikan yakni aspek pengawasan pelaksanaan maupun pemanfaatan reklamasi Pantura. BPLHD diberikan kewenangan dalam hal pengawasan pelaksanaan maupun pemanfaatan reklamasi Pantura.

Kemudian, pada Hari Kamis 12 Mei 2016, menindaklanjuti hasil rapat tanggal 3 Mei 2016 berupa pembahasan persiapan penetapan rencana kerja tim dan pengumpulan data sebagai bahan masukan kebijakan penanganan reklamasi 17 Pulau dan pengembangan NCICD. Beberapa hal yang mengemuka diantaranya : 1) Perlu adanya persamaan persepsi terkait perizinan pelaksanaan reklamasi; 2) Penghentian sementara pembangunan Pulau C,D, dan G; 3) Terjadi tumpang tindih terhadap bangunan yang ada; 4) Ketegasan dalam pengurusan izin/wewenang reklamasi; 5) Kajian Amdal disusun secara komprehensif antar pulau dengan memerhatikan kajian PLN, Pertamina, Dishidros,dan terintegrasi dengan NCICD; 6) Hasil kajian reklamasi Pantura Jakarta dapat menjadi pedoman bagi reklamasi di daerah lain. Saran dan

Page 13: Laporan Kegiatan Bulan Mei 2016 - tarulh.comtarulh.com/wp-content/uploads/2017/02/Labul-Mei.pdf · selama Bulan Januari 2016 oleh Kedeputian Gubernur Bidang Tata Ruang dan Lingkungan

13

Laporan Kegiatan Bulan Mei 2016

tindak lanjut : beberapa temuan dan analisis dari K/L akan diklarifikasi dalam pertemuan masing-masing sub komisi.

Pada Hari Kamis, 19 Mei 2016, menindaklanjuti hasil rapat tanggal 12 Mei 2016 berupa

pembahasan hasil kajian masing-masing tim kenis komite I, II, dan III reklamasi Pantura Jakarta.

Hasil rapat berupa komite Bid. Lingkungan : 1) Menteri LHK menerbitkan SK Menteri No. 354,

355, dan 356; 2) Dalam waktu 120 hari dokumen terkait lingkungan harus selesai terhitung

sejak tanggal 10 mei 2016; 3) Aspek pengawasan pelaksanaan dan pemanfaatan reklamasi

masih lemah; 4) perlu merumuskan prediksi dampak dan integrasi sosial; 5) perlu menyepakati

isu strategis Komite Bid. Teknis dan kebijakan : 1) temuan-temuan di Pulau E, F,G, H, dan P

perlu mempertimbangkan aktivitas nelayan; 2) perlu mempertimbangkan pipa dan kabel

bawah laut; 3) perlu adanya pengerukan rutin. Komite Bid. perundangan reklamasi : Perlu

memperhatikan regulasi, persyaratan teknis, peruntukan 17 pulau, kaitan dengan NCICD,

keberadaan mangrove, sedimentasi. Adapun saran dan tindak lanjut yaitu Komite Bid.

Lingkungan : 1) Tim 1 dan 2 digabung; 2) perlu melakukan simulasi pembangunan NCICD; 3)

membentuk tim kecil guna menyamakan persepsi; 4) KLHK dan Pemprov DKI perlu bekerja

sama dalam mengawasi pelaksanaan reklamasi. Komite Bid. Teknis dan Kebijakan : 1) perlunya

mempertimbangkan aspek aktivitas nelayan, alur laut, pipa dan kabel laut, dan integrasi

kebijakan NCICD dan KLHK. Komite Bid. Perundangan: 1) analisis lebih lanjut atas perundangan

terkait reklamasi; 2) izin-izin perlu diperbaiki sebelum melangkah untuk melakukan

pengerukan dan pelaksanaan reklamasi.

3.3.2 Rapat Pembahasan Persiapan Scooping KLHS dan Review Kebijakan NCICD

Pada Hari Senin, 9 Mei 2016, telah dihadiri rapat persiapan scooping KLHS dan reviu

kebijakan NCICD. Rapat membahas terkait evaluasi dan penyesuaian KLHS yang telah ada

dengan kebijakan NCICD. KLHS reklamasi pantura harus terintegrasi dengan KLHS NCICD

sesuai amanat Perpres 54 Tahun 2008. Reviu KLHS tahun 2011 yang telah ada perlu

disesuaikan juga dengan kondisi saat ini. Sehingga dapat memilih isu strategis yang kini

berkembang.

Kemudian pada Hari Senin, 16 Mei 2016, dilaksanakan rapat lanjutan pembahasan

persiapan scooping KLHS dan reviu kebijakan NCICD. Rapat ini membahas 1) KLHS harus selesai

dan dapat memberikan rekomendasi sebelum akhir Bulan Juni; 2) Perlu menentukan waktu dan

tempat untuk pelaksanaan public hearing; 3) Menyamakan persepsi dan mestrukturkan alur

pikir dan isu strategis; 4) Disepakati ada 18 isu strategis. Saran dan tindak lanjut : 1) Perlu

dilakukan pembahasan terkait rencana pembiayaan NCICD; 2) Perlu memastikan kembali 18 isu

strategis yang sudah disepakati tadi benar-benar fakta bukan hanya gosip; 3) perlu

memasukkan isu strategis yang positif juga, jangan hanya yang negatif saja; 4) isu positif juga

harus diberikan penjelasan dan menambahkan isu baru yang berkembang saat ini; 5)

pertemuan selanjutnya, perlu membawa draft Raperda RTR Pantura dan hasil strukturisasi isu

strategis.

Pada Hari Senin, 23 Mei 2016, telah dilaksanakan rapat untuk membahas isu-isu terkait

KLHS Kawasan Strategis Pantura dan Pembangunan Tanggul A NCICD sebagai bahan public

hearing yang direncanakan akan dilaksanakan pada akhir Mei atau awal juni 2016. Diharapkan

dalam pembahasan ini adalah persiapan stakeholders yang akan dilibatkan dalam konsultasi

publik ke-1 (direncanakan pada akhir Mei atau awal Juni 2016). Kepala BPLHD telah

melaksanakan peninjauan lapangan bersama KLHK pada hari Jumat, 20 Mei 2016, dan telah di

tindak lanjut oleh pengembang terkait pengerukan sedimentasi dan pembuatan kanal lateral di

Pulau C dan D.

Page 14: Laporan Kegiatan Bulan Mei 2016 - tarulh.comtarulh.com/wp-content/uploads/2017/02/Labul-Mei.pdf · selama Bulan Januari 2016 oleh Kedeputian Gubernur Bidang Tata Ruang dan Lingkungan

14

Laporan Kegiatan Bulan Mei 2016

3.3.3 Sebagai Narasumber pada Acara Quick Response Analysis (QRA)

Pada Hari Selasa 17 Mei 2016, Deputi Gubernur Bidang TRLH berkesempatan menjadi

narasumber pada Acara Quick Response Analysis (QRA). Rapat ini membahas fenomena

ketimpangan: penguasaan dan pemilikan tanah skala besar oleh Korporasi. Beberapa isu yang

mengemuka : 1) Aspek keadilan dalam konteks penguasaan dan pemilikan tanah di DKI Jakarta

saat ini menggunakan konsep Surat Izin Penujukan Penggunaan Tanah (SIPPT); 2) SIPPT hanya

diatur dalam KepGub DKI Jakarta No. 41 Tahun 2001, sehingga SIPPT dipandang masih lemah;

3) Lemahnya aturan SIPPT berdampak pada Pemprov. DKI Jakarta mengalami kesulitan dalam

menagih perihal penyerahan kewajiban pengembang perumahan berupa fasos/fasum. Padahal,

SIPPT dan surat izin mendirikan bangunan (IMB) sudah dikeluarkan oleh Pemprov. DKI Jakarta;

4) Konsep hunian berimbang 1:2:3 di DKI Jakarta belum sepenuhnya diterapkan dan belum ada

regulasi daerah yang mengatur hal tersebut. Untuk itu, disarankan : 1) Aspek keadilan dalam

konteks penguasaan dan pemilikan tanah di DKI Jakarta saat ini menggunakan konsep Surat

Izin Penujukan Penggunaan Tanah (SIPPT); 2) SIPPT hanya diatur dalam KepGub DKI Jakarta

No. 41 Tahun 2001, sehingga SIPPT dipandang masih lemah; 3) Lemahnya aturan SIPPT

berdampak pada Pemprov. DKI Jakarta mengalami kesulitan dalam menagih perihal

penyerahan kewajiban pengembang perumahan berupa fasos/fasum. Padahal, SIPPT dan surat

izin mendirikan bangunan (IMB) sudah dikeluarkan oleh Pemprov. DKI Jakarta; 4) Konsep

hunian berimbang 1:2:3 di DKI Jakarta belum sepenuhnya diterapkan dan belum ada regulasi

daerah yang mengatur hal tersebut.

3.3.4 Mewakili Gubernur Peluncuran Hasil Penelitian Restatement pada Hukum Pidana,

Hukum Perdata dan Hukum Tata Usaha Negara

Pada Hari Selasa, 17 Mei 2016, telah dihadiri acara peluncuran hasil penelitian restatement dengan tiga tema yaitu 1) Pidana; sifat melawan hokum dalam ranah korupsi, (2) Perdata; perlindungan hukum terhadap pembelian tanah beritikad baik; (3) TUN; asas-asas umum pemerintahan yang baik. Selain itu, sebagai media diskusi dan bertukar pendapat diantara para peserta dalam mengkritisi hasil, metode, hingga rekomendasi dari hasil penelitian ketiga restatement tersebut. Nantinya, restatement ini akan digunakan sebagai bahan referensi, rujukan bagi hakim, jaksa, dan advokat ketika menangani kasus yang salah dan juga pelengkap bahan ajar. AUPB saat ini berfungsi AUPB sebagai pedoman penyelenggaraan pemerintahan.

AUPB ini terdiri dari 23 asas. Asas yang sering digunakan ada 13 yakni 1). Asas Kepastian Hukum, 2) Asas Kepentingan Umum, 3) Asas Keterbukaan, 4) Asas Kemanfaatan,5) Asas Persamaan/ Non diskriminasi,6) Asas Kecermatan, 7) Asas Tidak Menyalahgunakan wewenang, 8) Asas Pelayanan yang baik, 9) Asas Tertib Penyelenggaraan Negara, 10) Asas Akuntabilitas,11) Asas Proporsionalitas/ keseimbangan,12) Asas Profesionalitas, dan 13) Asas Keadilan. Sedangkan, asas tambahan lainnya ada 10 yakni 1) Asas Motivasi, 2) Asas Fair Play, 3) Asas Larangan Detournement de Pouvoir, 4) Asas Keadilan, 5) Asas Kebebasan, 6) Asas Integritasi, 7) Asas Tujuan Nyata, 8) Asas Efektivitas, 9) Asas Partisipasi, 10) Asas Pemberdayaan. AUPB tersebut sebaiknya dapat diterapkan dalam penyelenggaraan pemerintahan DKI Jakarta, guna mendukung terwujudnya pemerintahan yang baik (good governance). Dengan diberlakukannya AUPB di DKI Jakarta, maka terdapat alat kontrol untuk mencvegah tindakan administratif yang menimbulkan kerugian.

3.3.5 Menindaklanjuti Analisa Perundangan Dan Mapping Perizinan Lebih Detail

dengan Mereviu Dokumen Izin yang Tersedia dari Kementerian Perhubungan

KLHK dan Pemprov. DKI Jakarta

Pada Hari Selasa, 24 Mei 2016, telah dihadiri rapat untuk menindaklanjuti analisa

perundangan dan mapping perijinan dengan mereview dokumen izin Kementerian

Pehubungan, KLHK dan Pemprov. DKI Jakarta. Beberapa hal yang mengemuka diantaranya: 1)

Berdasarkan UU No.17 tahun 2008, PP 5 /2010, Dan PP 61/2009, Menteri diberikan

Page 15: Laporan Kegiatan Bulan Mei 2016 - tarulh.comtarulh.com/wp-content/uploads/2017/02/Labul-Mei.pdf · selama Bulan Januari 2016 oleh Kedeputian Gubernur Bidang Tata Ruang dan Lingkungan

15

Laporan Kegiatan Bulan Mei 2016

kewenangan untuk mengeluarkan izin pekerjaan reklamasi di dalam DLKr/DLKp pelabuhan; 2)

Berdasarkan Keppres 52/1995 tentang Reklamasi Pantai Utara Jakarta, Pemprov DKI telah

mengeluarkan persetujuan prinsip untuk pulau A-Q. dan izin pelaksanaan reklamasi untuk

pulau C, D, E, F, G, H, I, K; 3) Izin pekerjaan reklamasi yang dikeluarkan oleh Kemenhub

dianalogikan /sama secara administratif dan teknis dengan persetujuan prinsip dan izin

pelaksanaan reklamasi yang dikeluarkan oleh pemprov DKI; 4) Berdasarkan poin 1, seharusnya

kewenangan izin pekerjaan reklamasi di wilayah perairan utara Jakarta merupakan

kewenangan Kementerian Perhubungan dan bukan kewenangan Pemerintah DKI Jakarta. Untuk

itu, disarankan: masing–masing pemangku kepentingan dan kewenangan perizinan agar dapat

memberikan data sesuai izin reklamasi pantura yang telah dikeluarkan untuk sebagai bahan

masukan analisa perundang-undangan pada Tim 3 Bidang Kajian Perizinan dan Penyelarasan

Peraturan Perundang-undangan.

3.3.6 Rapat Gabungan Pembahasan Kelayakan Teknis Dan Lingkungan, Persiapan

Konsultasi Publik dan Kemajuan Pengawasan

Pada Hari Rabu, 25 Mei 2016 telah dilaksanakan rapat gabungan pembahasan kelayakan

ntuk membahas kelayakan teknis dan lingkungan, persiapan konsultasi publik dan kemajuan

pengawasan. Adapun pembahasan dalam rapat ini sebagai berikut : 1) hasil reviu dokumen

perenc. : reklamasi sebenarnya dimulai dari tahun 1985, saat itu pembukaan green belt Jakarta

Utara untuk reklamasi; 2) tahun 2002 kualitas perkotaan sudah sangat rendah akibat banjir; 3)

KLHS 17 pulau dan KLHS NCICD belum dapat menjawab masalah; 4) isu aktual : kerusakan

wilayah hulu -> adanya limpasan dan sedimentasi sistem sungai -> Jakarta berada di bawah

permukaan laut -> menimbulkan pendangkalan dan penurunan kualitas teluk; 5) peta jalan

assessment : adanya kombinasi lokasi, luas, bentuk dan besaran dari reklamasi pulau, tanggul,

pelabuhan dan pembangkit listrik; 6) Hasil evaluasi dokumen Amdal reklamasi Pantura : pada

dokumen Amdal reklamasi banyak hal yang tidak dimasukkan. Saran dan tindak lanjut : 1) perlu

dilakukan uji silang antara KLHS NCICD dengan KLHS 17 pulau reklamasi; 2) pada rapat

selanjutnya, perlu diundang otoritas pelabuhan, KSOP Tanjung Priok, Sunda Kelapa; 3)

melakukan normalisasi sungai dan pengerukan secara rutin guna mengurangi segala dampak

dari reklamasi; 4) memperhatikan cakupan layanan PDAM; 5) menyamakan persepsi istilah

banjir dan kenaikan muka air laut; 6) Banyak pernyataan dalam Amdal yang perlu dikaji

kembali

3.3.7 Video Conference terkait Terpilihnya DKI Jakarta dalam 100 Resilient City

Dengan terpilihnya DKI Jakarta sebagai salah satu kota yang bergabung dalam jaringan

100 Resilient Cities untuk membangun ketahanan kota, maka pada 25 Mei 2016 Deputi

Gubernur Bidang Tata Ruang dan Lingkungan Hidup, Oswar Mungkasa sebagai perwakilan

Pemprov. DKI Jakarta melakukan video conference dengan Daniel Butschek, salah satu anggota

Rockefeller Foundation yang menjadi pelopor acara ini. Nantinya, jaringan program 100RC akan

membantu DKI Jakarta berupa perangkat, pendanaan, sumbangan keahlian teknis, dan

sumberdaya lain dalam menghadapi tantangan ketahanan kota seperti banjir, kemacetan, dan

penurunan muka tanah. Menurut Oswar, sebuah resilience framework (kerangka ketahanan)

adalah ketika kita membahas mengenai shocks dan stresses. Stresses adalah kejadian yang

dihadapi selalu berulang seperti kemacetan, banjir, dan kekeringan. Sedangkan shocks adalah

kejadian yang dihadapi secara mendadak atau tiba-tiba seperti gempa bumi, gunung meletus,

dan tsunami.

Dalam beberapa bulan kedepan, sebagai bagian dari jaringan program 100RC, DKI

Jakarta akan resmi menerima dana hibah yang dapat digunakan untuk menunjuk dan melantik

seorang Chief Resilience Officer, yang akan menjadi penanggung jawab dalam memimpin proses

pembangunan ketahanan kota dan berinteraksi dengan pemangku kepentingan dari berbagai

Page 16: Laporan Kegiatan Bulan Mei 2016 - tarulh.comtarulh.com/wp-content/uploads/2017/02/Labul-Mei.pdf · selama Bulan Januari 2016 oleh Kedeputian Gubernur Bidang Tata Ruang dan Lingkungan

16

Laporan Kegiatan Bulan Mei 2016

badan pemerintahan, sektor publik serta beragam komunitas untuk menampung kritikan dan

masukan mengenai kotanya. Sehingga Pemprov. DKI Jakarta harus memilih seseorang yang

berhak menjadi CRO tersebut.

3.3.8 Rapat dengan IAP terkait Peninjauan kembali Rencana Tata Ruang Wilayah

(RTRW) dan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi (RDTR &PZ) DKI

Jakarta

Pada Hari Jum’at 27 Mei 2016, telah dihadiri rapat dengan Ikatan Ahli Perencanaan

Indonesia (IAP) guna memberikan masukan sebagai bahan dalam rangka penyusunan

peninjauan kembali RTRW/RDTRPZ DKI Jakarta. Dalam pertemuan IAP dan Dinas Penataan

Kota saling memberikan informasi terkait isu-isu yang terjadi dalam penyusunan Peninjauan

Kembali agar sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan kembali ke prinsip dasar RTRW 2030.

Peninjauan Kembali RTRW/RDTRPZ seharusnya dilakukan minimal 5 Tahun sekali dan

disetujui oleh DPRD dan IAP pada prinsipnya akan tetap mendukung Pemprov DKI Jakarta dan

tidak terganggu secara politis. Dalam pembangun Jakarta harus dilakukan secara transparan

dan jelas perencanaannya.

3.4 Kegiatan Eksternal Bidang Lingkungan Hidup

3.4.1 Program Master Meter di DKI Jakarta kerjasama Pemerintah DKI Jakarta dan

USAID ( IUWASH)

Program IUWASH (Indonesia Urban Water, Sanitation, and Hygiene) adalah program

Air, Sanitasi, dan Kebersihan Perkotaan Indonesia lima tahun yang didanai oleh Badan

Pembangunan Internasional Amerika Serikat atau (United States Agency for International

Development-USAID). IUWASH berupaya membantu Pemerintah Indonesia meraih kemajuan

untuk mencapai target Millenium Development Goals (MDG) melalui perluasan akses terhadap

air bersih dan layanan sanitasi yang aman. IUWASH juga mendukung terwujudnya tujuan dari

Kemitraan Komprehensif AS-Indonesia dengan meingkatkan pelayanan air dan sanitasi

perkotaan sebagai salah satu cara dalam meningkatkan kesehatan di Indonesia. Dalam

mencapai tujuannya IUWASH bekerja sama dengan masyarakat, pemerintah daerah dan

penyedia layanan.

Meningkatkan jumlah pipa sambungan pribadi selalu menjadi tantangan yang berat bagi

PDAM. Khususnya bagi masyarakat berpenghasilan rendah, biaya pemasangan pipa sambungan

yang besar membuat mereka enggan untuk mengajukan permohonan pemasangan sambungan

air baru, ditambah lagi persyaratan administrasi yang kadang mereka tidak mengerti. Salah

satunya adalah kesulitan mereka untuk menunjukkan dokumen kepemilikan tanah yang sah

seperti bukti PBB meskipun mereka telah tinggal di lokasi tersebut selama puluhan tahun.

Kebanyakan masih mengandalkan penjual air keliling yang dijual dengan harga rata-rata Rp

1000 per 20 liter. Dengan sistem tersebut, mereka menghabiskan sekitar Rp 50.000 per meter

kubik air, jauh lebih mahal daripada harga air PDAM yang hanya berkisar sekitar Rp 7.000 per

meter kubik air. Dari perspektif teknis PDAM, pemenuhan standar teknis juga merupakan

tantangan besar, khususnya di lokasi dengan jalan-jalan sempit dan padat penduduk. Selain itu,

resiko adanya sambungan ilegal yang mengakibatkan air yang hilang akibat banyaknya air tak

berekning.

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan PAM Jaya telah berupaya untuk mengurangi

jumlah air yang hilang karena pipa sambungan ilegal yang sebagian besar terjadi di daerah

kumuh perkotaan. Selama tidak terdapat alternatif sumber air yang lain, masyarakat akan terus

mencuri dari pipa sambungan milik PDAM. Salah satu solusi adalah dengan menyediakan pipa

sambungan komunal dengan memasang master meter. Beberapa contoh sistem ini di Jakarta

adalah sistem yang dipasang oleh proyek USAID lain, Environmental Service Program dan juga

Mercy Corps.

Page 17: Laporan Kegiatan Bulan Mei 2016 - tarulh.comtarulh.com/wp-content/uploads/2017/02/Labul-Mei.pdf · selama Bulan Januari 2016 oleh Kedeputian Gubernur Bidang Tata Ruang dan Lingkungan

17

Laporan Kegiatan Bulan Mei 2016

Master meter menggunakan komponen teknis yang sederhana, dimana PDAM

mengalirkan air bersih melalui (master) meter air komunal. Masyarakat setempat kemudian

akan mendistribusikan air bersih untuk rumah tangga masing-masing melalui jaringan pipa

distribusi di areanya. Total penggunaan air akan dicatat oleh master meter dan anggota

masyarakat secara kolektif dapat membayar tagihan air untuk PDAM sesuai dengan jumlah air

yang digunakan oleh masing-masing rumah tangga.

Program master meter untuk DKI Jakarta ini merupakan upaya kerja sama antara PAM

Jaya, PT PAM Lyonnnaise Jaya (PALYJA), PT Aetra Air Jakarta, IUWASH dan Asian Development

Bank (ADB). Program ini diharapkan dapat direplikasi dan membangun kapasitas PAM

Jaya/operator untuk menginternalisasi skema dan melaksanakan program master meter

sebagai bagian dari layanan reguler untuk masyarakat berpenghasilan rendah. IUWASH dan

ADB bersama-sama mendanai pengembangan masyarakat dan pemasangan jaringan

sambungan pelayanan di delapan kelompok masyarakat, sementara PAM Jaya, PALYJA dan

Aetra akan berkolaborasi dalam memberikan air termasuk master meter air dan sistem

perpipaan ke pipa distribusi terdekat.

3.4.2 Rencana aplikasi konsep Waste To Energy (Listrik Kerakyatan) dan hasil

kunjungan kerja di Kelurahan Pondok Kopi Jakarta Timur

Sehubungan dengan penyelenggaran komunikasi publik mengenai Pengembangan WTE

Skala Komunitas pada hari Kamis 12 Mei 2016 dan tinjauan lapangan pilot project

Pengembangan WTE Skala Komunitas di Pondok Kopi, hari Jumat tanggal 20 Mei 2016.

Pada tahun 2015 volume sampah di DKI Jakarta sudah mencapai sekitar 7.000 ton per

hari. Tingginya volume sampah di DKI Jakarta mengakibatkan meningkatnya anggaran

pengelolaan sampah yang terutama diakibatkan oleh meningkatnya biaya angkut sampah ke

TPA Bantar Gebang, dan kebutuhan truk sampah. Selain itu, banyaknya truk sampah setiap hari

menuju TPA Bantar Gebang merupakan salah satu penyumbang kemacetan dan polusi udara.

Disamping itu, volume sampah TPA Bantar Gebang telah melampaui kapasitas normal. Untuk

menangani masalah akibat tingginya volume sampah di Indonesia termasuk DKI Jakarta,

Presiden Joko Widodo menerbitkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 18 Tahun 2016

tentang Percepatan Pembangunan Pembangkit Listrik Berbasis Sampah di Provinsi DKI Jakarta,

Kota Tangerang, Kota Bandung, Kota Semarang, Kota Surakarta, Kota Surabaya, dan Kota

Makasar.

Disadari sepenuhnya bahwa jika timbulan sampah dapat dikurangi pada sumbernya,

maka dampak keberadaan timbulan sampah dapat tereliminir. Menyadari hal ini, banyak pihak

telah berusaha melakukan upaya untuk mengurangi sampah pada sumbernya. Salah satu upaya

tersebut telah dilaksanakan dalam bentuk proyek percontohan di Kelurahan Pondok Kopi

berupa penerapan konsep Waste to Energy (WTE) skala komunitas sebagai konsep baru dalam

pengelolaan sampah. Konsep Waste to Energy skala komunitas yang dikembangkan oleh

Supriyadi Legino, Direktur STTN PLN Jakarta merupakan model penyediaan dan pengembangan

energi listrik yang terdiri dari bauran pembangkit sederhana skala kecil dari energi bersih yang

tersedia di sekitar komunitas sehingga dapat dibangun sendiri. Sumber energi tersebut berasal

dari pengolahan sampah

Dengan menerapkan konsep Waste to Energy skala komunitas, diharapkan dapat

membantu mengurangi timbulan sampah pada sumbernya. Dengan demikian dapat mengurangi

volume sampah yang terangkut ke TPA, mengurangi transportasi sampah ke TPA, dan masalah

daya tampung TPA Bantar Gebang. Dalam upaya mencari jalan keluar pengolahan sampah di

DKI Jakarta, Kedeputian TRLH kemudian pada tanggal 20 Mei 2016 menugaskan Asisten Deputi

Bidang Lingkungan Hidup bersama dengan Kepala Dinas Kebersihan dan jajarannya, serta

perwakilan BPLHD, DPE, DPP, dan DRD melakukan kunjungan lapangan/Pilot Project ke

Pengolahan Sampah Terpadu di Kelurahan Pondok Kopi, Jakarta Timur untuk melihat secara

Page 18: Laporan Kegiatan Bulan Mei 2016 - tarulh.comtarulh.com/wp-content/uploads/2017/02/Labul-Mei.pdf · selama Bulan Januari 2016 oleh Kedeputian Gubernur Bidang Tata Ruang dan Lingkungan

18

Laporan Kegiatan Bulan Mei 2016

langsung penerapan Waste to Energy skala komunitas di Kelurahan tersebut. Konsep WTE skala

komunitas ini menggunakan teknologi BioMethaGreen sebagai alternatif pengelolaan sampah,

yang menggunakan sampah khususnya sampah organik.

Adapun hasil hasil kunjungan Pilot Project :

Tahapan Uji Coba : (a) Tahapan Uji Coba 1 dilakukan di LPS Pondok Kopi dan uji coba 2 di Kampus STT PLN dengan volume 1 ton sampah campuran dengan kandungan sekitar 100 kg sampah organik telah berhasil menjadi listrik dan mengurangi bau sampah, (b) Listrik yang dihasilkan dari 1 ton sampah campuran hanya sekitar 2 kWH sehingga perlu diperbanyak lagi digester yang dapat disebar di berbagai komunitas seperti pasar, mal, sekolah, kantor, dan pemukiman, (c) Perlu dukungan Pemda untuk menambah jumlah digester dan melakukan pelatihan agar lebih banyak “champion” LK di Pondok Kopi.

Uji Coba Tuntas Pondok Kopi : (a) Untuk mendapatkan gas tambahan bisa dilakukan dengan memanfaatkan limbah manusia dan hewan sekaligus mengurangi penggunaan septic tank secara bertahap, (b) Tahapan “massive solution” yang sedang dilakukan adalah membuat “emas hitam” berupa briket yang berasal dari sampah campuran untuk bahan bakar pembangkit listrik dengan kapasitas 20 kW, (c) Uji Coba di Kelurahan Pondok Kopi sampai saat ini didanai sepenuhnya dari anggaran penelitian STT PLN yang jumlahnya terbatas sehingga perlu bantuan dari Pemerintah ataupun sponsor agar percontohan penanggulangan sampah di Kelurahan Pondok Kopi secara tuntas dapat terlaksana dengan cepat.

Penanganan sampah dengan skema WTE skala komunitas dapat menjadi salah satu

pilihan dengan mempertimbangkan pengurangan polusi udara, beban transportasi dari truk

sampah, sekaligus berpotensi mengurangi sampah di DKI Jakarta yang dikirim ke tempat TPA

Bantar Gebang sehingga dapat memperpanjang usia TPA Bantar Gebang.

Adapun dukungan yang diperlukan dari Pemerintah adalah : (a) Penetapan Feed in Tarif

khusus untuk LK yang kapasitasnya dibawah 100 kW, (b) Penetapan kebijakan yang

memberikan kewenangan bagi PLN Wilayah untuk menetapkan dan menandatangani PPA

dengan IPP LK, (c) Penetapan tarif pengolahan sampah (tipping fee) yang menarik dari

Pemerintah Daerah setempat, (d) Mencanangkan WTE skala komunitas sebagai kebijakan

pemerintah yang didukung dengan fasilitas pinjaman dana murah seperti KUR bunga rendah

untuk kemudahan investasi bagi pengusaha lokal. Proyek percontohan dapat direplikasi pada

beberapa lokasi lain dengan terlebih dahulu melakukan penyempurnaan terhadap aspek

kelembagaan, financial, dan regulasi. Diharapkan segera dapat ditemukan beberapa protipe

yang sesuai dengan kondisi Jakarta.

3.4.3 Acara FGD "Revitalisasi Air Minum Indonesia" di Kemenko Perekonomian

Sehubungan dengan telah dihadirinya Focus Group on Discussion (FGD) Revitalisasi Air

Minum yang diselenggarakan oleh Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian pada

tanggal 25 Mei 2016.

Akses air minum merupakan hak semua rakyat. Dalam 2 tahun terakhir pencapaian

akses air minum Indonesia mencapai kenaikan sebesar 6.1 %, Saat ini akses air minum

Indonesia berada di posisi 73.7 % (BPS, 2015). Dibutuhkan peningkatan sebesar 26.3 % dalam

4 tahun ini untuk memenuhi target akses universal pada tahun 2019 sebagaimana amanat RPJM

2015-2019.

Belum optimalnya pencapaian target 100 % akses air minum dipengaruhi oleh beberapa

kendala, terkait ketersediaan sumber air baku dan teknis pengolahan, kelembagaan

penyelenggaraan SPAM, finansial, kebijakan, pelayanan dan masalah lainnya yang belum

teridentifikasi. Dalam menghadapi tantangan dan permasalahan tersebut pemerintah Pusat,

Pemerintah Daerah, PDAM dan lembaga lainnya telah melakukan beberapa program, namun

diperlukan strategi dan kebijakan untuk mempercepat target 100 akses air minum mengingat

target tersebut harus dicapai pada tahun 2019.

Page 19: Laporan Kegiatan Bulan Mei 2016 - tarulh.comtarulh.com/wp-content/uploads/2017/02/Labul-Mei.pdf · selama Bulan Januari 2016 oleh Kedeputian Gubernur Bidang Tata Ruang dan Lingkungan

19

Laporan Kegiatan Bulan Mei 2016

Untuk mempercepat pencapaian target universal tersebut, Kemenko Perekonomian

menyelenggarakan FGD Revitalisasi Penyediaan Air Minum Indonesia, dengan tujuan :

Menggali informasi tentang permasalahan dan hambatan dalam upaya pencapaian akses air minum di Indonesia,

Mengetahui aspirasi dari para penyelenggara Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) diantaranya PDAM, Pemerintah Daerah, Pemerintah Pusat, NGO dan masyarakat,

Menyusun kebijakan inovatif yang dapat mendukung pencapaian target 100 % akses air minum 2019 dan

Meningkatkan komunikasi dan komitmen penyelenggara SPAM untuk mendorong percepatan pencapaian akses air minum Indonesia 100 %.

FGD ini telah mengidentifikasi beberapa informasi tentang permasalahan dan hambatan

dalam upaya akses air minum di Indonesia, mengetahui aspirasi dari penyelenggara SPAM,

meningkatkan komunikasi dan komitmen penyelenggara SPAM dan usulan perbaikan kebijakan

dan regulasi untuk mendukung pencapaian target 100 %.

3.4.4 Pertemuan dengan PT. CNOOC tentang Injection Water

Pada hari Selasa, tanggal 10 Mei 2016 telah dilaksanakan pertemuan dengan PT. CNOOC. Pertemuan ini membahas tentang pentingnya air tanah bagi berlangsungnya kehidupan masyarakat. Air tanah juga merupakan sumber utama air minum baik di perkotaan dan pedesaan. Selain itu, sebagai sumber air untuk pertanian dan sektor industri. Menjadi sangat penting dan integral dari siklus hidrologi, karena ketersediaannya tergantung pada kondisi curah hujan dan isian. Permintaan air telah meningkat selama bertahun-tahun dan ini telah menyebabkan

Kelangkaan air di berbagai belahan dunia. Krisis air tawar terutama disebabkan oleh manajemen yang tidak tepat sumber daya air dan degradasi lingkungan, yang telah mengakibatkan kurangnya akses untuk memasok air bersih bagi jutaan orang. Pemompaan yang berlebihan, baik untuk kebutuhan pribadi, pertanian, industri air mineral dan lainnya, menyebabkan krisis air semakin parah.

Oleh karenanya PT. CNOOC menawarkan metode Injection Water yang terbukti dapat : (a) diimplementasikan untuk meningkatkan ketersediaan air tanah di daerah perkotaan, (b) meningkatkan kesinambungan pasokan air di daerah perkotaan, (c) dapat meningkatkan kualitas air limbah melalui filtrasi alami, dan (d) dapat mirip dengan sistem injeksi air di industri minyak dan gas.

Adapun keuntungan dengan menggunakan Injection Water adalah : (a) ketersediaan air tanah terkontrol, (b) menghambat laju penurunan muka air tanah, (c) menghambat laju intrusi air laut, (d) dukungan dalam mitigasi banjir, dan (d) meningkatkan air limbah kualitas bakteriologis dengan penyaringan alami.

3.5 Komunikasi Publik Bidang Tata Ruang

3.5.1 Rapat Pembahasan Permohonan PT Anggana Development tentang Pelampauan

KLB Rusunami Menara Kebon Jeruk Jakarta Barat

Pada Hari Selasa, 10 Mei 2016, telah dilaksanakan rapat yang membahas permohonan PT Anggana Development tentang Pelampauan KLB. PT Anggana Development ditunjuk KemenPUPR untuk membangun rusunami Menara Kebon Jeruk yang terletak di Jalan Arjuna Utara, Kebon Jeruk guna mendukung program pembangunan 1000 Menara Rumah Susun bagi MBR. Akan tetapi, rusunami tersebut melampaui KLB yang seharusnya 5 menjadi 5,45 dan harus menyesuaikan dengan Perda No.1 Tahun 2014. Sehingga PT Anggana Development mengajukan permohonan pelampauan KLB tersebut kepada Gubernur DKI Jakarta, namun tidak disetujui. PT Anggana Development merujuk pada Pergub DKI Jakarta No. 136 Tahun 2007 pasal 6 ayat 3 dan 4 yang menjelaskan bahwa pembangunan rusunami dapat diberikan kelonggaran berupa pelampauan KLB sampai dengan 6,0. Berdasarkan penjelasan kasus tersebut, DPK perlu melakukan kajian mendalam untuk menyelesaikan kasus tersebut. Agar

Page 20: Laporan Kegiatan Bulan Mei 2016 - tarulh.comtarulh.com/wp-content/uploads/2017/02/Labul-Mei.pdf · selama Bulan Januari 2016 oleh Kedeputian Gubernur Bidang Tata Ruang dan Lingkungan

20

Laporan Kegiatan Bulan Mei 2016

permohonan pelampauan KLB oleh PT. Anggana Development dapat diputuskan boleh atau tidaknya. Apabila boleh, maka PT. Anggana Development perlu menyelesaikan hal perizinan dengan BPTSP dan apabila tidak boleh, maka lantai yang melanggar aturan perlu disegel dan dibongkar. 3.5.2 Launching Peninjauan Kembali RTRW dan RDTR PZ DKI Jakarta

Pada Hari Jum’at, 13 Mei 2016, telah dilaksanakan launching peninjauan kembali RTRW

DKI Jakarta 2030 dan RDTR-PZ DKI Jakarta. Acara ini diselenggarakan sebagai upaya dalam

sosialisasi dasar hukum pelaksanaan proyek strategis nasional Pemerintah Pusat dan Pemprov.

DKI Jakarta kepada masyarakat luas. Dengan adanya peninjauan kembali RTRW dan RDTR-PZ

ini diharapkan dapat mengakomodir perubahan-perubahan yang terdapat dalam Perda terkait

proyek pemerintah seperti kereta cepat, LRT, MRT, tanggul, dan lain-lain. Dengan melibatkan

banyak stakeholder mulai dari Pemerintah Pusat, Pemprov. DKI Jakarta, asosiasi, swasta hingga

masyarakat, maka secara tidak langsung membuka kesempatan bagi seluruh aspek tata ruang di

DKI Jakarta untuk dapat memberikan masukan, ikut serta mengawasi, dan menambah

pengetahuan.

3.6 Komunikasi Publik Bidang Lingkungan Hidup

3.6.1 Pengembangan Waste to Energy (WTE) Skala Komunitas

Pada hari Kamis 12 Mei 2016 dan tinjauan lapangan pilot project Pengembangan WTE Skala Komunitas di Pondok Kopi, hari Jumat tanggal 20 Mei 2016. Pada tahun 2015 volume sampah di DKI Jakarta sudah mencapai sekitar 7.000 ton per hari. Tingginya volume sampah di DKI Jakarta mengakibatkan meningkatnya anggaran pengelolaan sampah yang terutama diakibatkan oleh meningkatnya biaya angkut sampah ke TPA Bantar Gebang, dan kebutuhan truk sampah. Selain itu, banyaknya truk sampah setiap hari menuju TPA Bantar Gebang merupakan salah satu penyumbang kemacetan dan polusi udara. Disamping itu, volume sampah TPA Bantar Gebang telah melampaui kapasitas normal. Untuk menangani masalah akibat tingginya volume sampah di Indonesia termasuk DKI Jakarta, Presiden Joko Widodo menerbitkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 18 Tahun 2016 tentang Percepatan Pembangunan Pembangkit Listrik Berbasis Sampah di Provinsi DKI Jakarta, Kota Tangerang, Kota Bandung, Kota Semarang, Kota Surakarta, Kota Surabaya, dan Kota Makasar. Disadari sepenuhnya bahwa jika timbulan sampah dapat dikurangi pada sumbernya, maka dampak keberadaan timbulan sampah dapat tereliminir. Menyadari hal ini, banyak pihak telah berusaha melakukan upaya untuk mengurangi sampah pada sumbernya. Salah satu upaya tersebut telah dilaksanakan dalam bentuk proyek percontohan di Kelurahan Pondok Kopi berupa penerapan konsep Waste to Energy (WTE) skala komunitas sebagai konsep baru dalam pengelolaan sampah. Konsep Waste to Energy (WTE) skala komunitas yang dikembangkan oleh Supriyadi Legino, Direktur STTN PLN Jakarta merupakan model penyediaan dan pengembangan energi listrik yang terdiri dari bauran pembangkit sederhana skala kecil dari energi bersih yang tersedia di sekitar komunitas sehingga dapat dibangun sendiri. Sumber energi tersebut berasal dari pengolahan sampah. Dengan menerapkan konsep Waste to Energy (WTE) skala komunitas, diharapkan dapat membantu mengurangi timbunan sampah pada sumbernya. Dengan demikian dapat mengurangi volume sampah yang terangkut ke TPA, mengurangi transportasi sampah ke TPA, dan masalah daya tampung TPA Bantar Gebang.

Dalam upaya mencari jalan keluar pengolahan sampah di DKI Jakarta, Kedeputian TRLH kemudian pada tanggal 20 Mei 2016 menugaskan Asisten Deputi Bidang Lingkungan Hidup bersama dengan Kepala Dinas Kebersihan dan jajarannya, serta perwakilan BPLHD, DPE, DPP, dan DRD melakukan kunjungan lapangan/Pilot Project ke Pengolahan Sampah Terpadu di Kelurahan Pondok Kopi, Jakarta Timur untuk melihat secara langsung penerapan Waste to Energy skala komunitas di Kelurahan tersebut. Konsep WTE skala komunitas ini menggunakan teknologi BioMethaGreen sebagai alternatif pengelolaan sampah, yang menggunakan sampah khususnya sampah organik.

Page 21: Laporan Kegiatan Bulan Mei 2016 - tarulh.comtarulh.com/wp-content/uploads/2017/02/Labul-Mei.pdf · selama Bulan Januari 2016 oleh Kedeputian Gubernur Bidang Tata Ruang dan Lingkungan

21

Laporan Kegiatan Bulan Mei 2016

Adapun hasil kunjungan Pilot Project ke Pengolahan Sampah Terpadu di Kelurahan Pondok Kopi, Jakarta Timur aladh : (a) Tahapan Uji Coba 1 dilakukan di LPS Pondok Kopi dan uji coba 2 di Kampus STT PLN dengan volume 1 ton sampah campuran dengan kandungan sekitar 100 kg sampah organik telah berhasil menjadi listrik dan mengurangi bau sampah, (b) Listrik yang dihasilkan dari 1 ton sampah campuran hanya sekitar 2 kWH sehingga perlu diperbanyak lagi digester yang dapat disebar di berbagai komunitas seperti pasar, mal, sekolah, kantor, dan pemukiman, (c) Perlu dukungan Pemda untuk menambah jumlah digester dan melakukan pelatihan agar lebih banyak “champion” LK di Pondok Kopi.

Uji Coba Tuntas Pondok Kopi : (a) Untuk mendapatkan gas tambahan bisa dilakukan dengan memanfaatkan limbah manusia dan hewan sekaligus mengurangi penggunaan septic tank secara bertahap, (b) Tahapan “massive solution” yang sedang dilakukan adalah membuat “emas hitam” berupa briket yang berasal dari sampah campuran untuk bahan bakar pembangkit listrik dengan kapasitas 20 kW, (c) Uji Coba di Kelurahan Pondok Kopi sampai saat ini didanai sepenuhnya dari anggaran penelitian STT PLN yang jumlahnya terbatas sehingga perlu bantuan dari Pemerintah ataupun sponsor agar percontohan penanggulangan sampah di Kelurahan Pondok Kopi secara tuntas dapat terlaksana dengan cepat.

Penanganan sampah dengan skema WTE skala komunitas dapat menjadi salah satu pilihan dengan mempertimbangkan pengurangan polusi udara, beban transportasi dari truk sampah, sekaligus berpotensi mengurangi sampah di DKI Jakarta yang dikirim ke tempat TPA Bantar Gebang sehingga dapat memperpanjang usia TPA Bantar Gebang. Dukungan yang diperlukan dari Pemerintah adalah : (a) Penetapan Feed in Tarif khusus untuk LK yang kapasitasnya dibawah 100 kW, (b) Penetapan kebijakan yang memberikan kewenangan bagi PLN Wilayah untuk menetapkan dan menandatangani PPA dengan IPP LK, (c) Penetapan tarif pengolahan sampah (tipping fee) yang menarik dari Pemerintah Daerah setempat, (d) Mencanangkan WTE skala komunitas sebagai kebijakan pemerintah yang didukung dengan fasilitas pinjaman dana murah seperti KUR bunga rendah untuk kemudahan investasi bagi pengusaha lokal. Proyek percontohan dapat direplikasi pada beberapa lokasi lain dengan terlebih dahulu melakukan penyempurnaan terhadap aspek kelembagaan, financial, dan regulasi. Diharapkan segera dapat ditemukan beberapa protipe yang sesuai dengan kondisi Jakarta.

Page 22: Laporan Kegiatan Bulan Mei 2016 - tarulh.comtarulh.com/wp-content/uploads/2017/02/Labul-Mei.pdf · selama Bulan Januari 2016 oleh Kedeputian Gubernur Bidang Tata Ruang dan Lingkungan

22

Laporan Kegiatan Bulan Mei 2016

BAB IV KENDALA DAN PERMASALAHAN

Masih belum memadainya jumlah Staf Teknis di Kedeputian Bidang TRLH Kehadiran SKPD dalam rapat yang diadakan Kedeputian Bidang TRLH hanya diwakili oleh

staf yang tidak kompeten Sulitnya memperoleh data dan informasi dari SKPD terkait.