Laporan KDLH 2011

27
sebagai sumber-sumber kehidupan Rakyat berdaulat atas sumber daya alam Laporan Eksekutif Daerah dan Dewan Daerah WALHI Yogyakarta Periode 2010-2011 [tahun kedua] Yogyakarta www.walhi-jogja.or.id www.walhi.or.id WALHI Yogyakarta Jl. Nyi Pembayun No. 14-A Kotagede Yogyakarta 55172 Telp/Fax: 0274-378631 [email protected]

Transcript of Laporan KDLH 2011

Page 1: Laporan KDLH 2011

sebagai sumber-sumber kehidupan

Rakyat berdaulatatas sumber daya alam

Laporan Eksekutif Daerah dan Dewan DaerahWALHI Yogyakarta Periode 2010-2011[tahun kedua]

Yogyakarta

www.walhi-jogja.or.idwww.walhi.or.id

WALHI Yogyakarta Jl. Nyi Pembayun No. 14-A Kotagede Yogyakarta 55172Telp/Fax: [email protected]

Page 2: Laporan KDLH 2011

2

Laporan Eksekutif Daerah

danDewan Daerah

WALHI Yogyakarta Periode 2010-2011

[tahun kedua]

Kompleksitas persoalan penyelamatan sumber daya alam dan lingkungan terjadi selama kurun waktu tahun 2010-2011 di wilayah propinsi Yog-

yakarta. WALHI Yogyakarta periode sebelumnya men-catat persoalan lingkungan yang tidak selesai hingga 94 kasus, hingga periode ini persoalan lingkungan semakin meningkat. Ini membuktikan bahwa belum ada per-baikan secara sistemik pada persoalan lingkungan oleh pemerintah di wilayah propinsi Yogyakarta. WALHI Yog-yakarta memaknai permasalah tersebut sebagai bentuk ‘pelemahan tapak kearifian lokal’ dalam penyelamatan sumber-sumber kehidupan rakyat. Pemerintah dan perusahaan besar tentu memiliki peranan penting mulai dari lahirnya kebijakan hingga implementasinya. Berikut catatan WALHI atas pelemahan tersebut.

PENGANTAR

Page 3: Laporan KDLH 2011

3

Pertama, pemerintah belum memiliki keperpihakan terhadap kebijakan yang pro rakyat dan ling-kungan hidup, hal ini didasarkan pada pada Peraturan Daerah (Perda) tentang Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) propinsi No. 2 Tahun 2010. Terdapat penambahan 31 pasal tanpa melalui prosedur yang benar, padahal ketika konsultasi publik Raperda RTRW DIY, salah satunya adalah klausul yang mengatur tentang peruntukan kawasan pertambangan pasir besi, Pasal 60 Ayat 2 Point b. Padahal bila berdasar pada Pasal 13 ayat (1) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 11/PRT/M/2009 menyatakan bahwa:“Setelah mendapat persetujuan substansi, rancangan Perda Provinsi tentang rencana tata ruang wilayah provinsi disampaikan oleh gubernur kepada DPRD Provinsi untuk disetujui bersama”.

Pasal tersebut dalam penyusunannya mengabaikan amanat ketentuan di atas, dimana setelah ran-cangan tersebut telah mendapatkan persetujuan substansi dari Menteri Pekerjaan Umum namun tidak disampaikan oleh Gubernur Provinsi DIY kepada DPRD Provinsi DIY untuk disetujui bersama.

Kedua, Surat Keputusan (SK) Bupati No. 140 tentang Izin Pemanfaatan Ruang Kawasan Pesisir Se-latan Kulonprogo (11 Mei 2010) dan Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kab. Ku-lon Progo No. 1/Kep/DPRD/2010 tentang persetujuan ijin pemanfaatan kawasan pesisir Kulon Progo. Temuan WALHI pada 2 kebijakan tersebut adalah pelanggaran Undang-Undang Tata Ruang No 26 Ta-hun 2007 pasal 37 ayat 7 “Setiap pejabat pemerintah yang berwenang menerbitkan izin pemanfaatan ruang dilarang menerbitkan izin yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang”.

Kebijakan tersebut melanggar pasal 51 jo 53 Peraturan Pemerintah (PP) No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Nasional, yang mengatur kawasan lindung nasional yakni kawasan rawan bencana banjir dan tsunamai, hal ini berdasarkan peta kawasan rawan bencana yang diterbitkan Bappeda DIY.

Ketiga, Rencana pertambangan pasir besi di pesisir Kabupaten Kulon Progo. Catatan WALHI atas rencana petambangan tersebut mengancam perubahan struktur dan mekanisme sosial masyarakat, menghilangkan sumber penghidupan masyarakat dengan basis pertanian yang telah melekat pada ma-syarakat pesisir. Keseimbangan ekosistem yang ada di sepanjang kawasan rencana pertambangan pasir besi juga akan terancam. Selain itu, tingkat kerawanan wilayah pesisir selatan juga akan meningkat seiring dengan laju pemanasan global dan perubahan iklim.

Keempat, proyek Jalur Lintas Selatan (JLS). Proyek ini sepanjang 1.273,5 Km, meliputi 20 kabupaten di enam propinsi (Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, D.I Yogyakarta, Kalimantan Timur dan Kali-mantan Barat). Khusus Wilayah Propinsi Yogyakarta total 46 desa yang akan terkena proyek JLS. JLS membentang pada ruas jalan Samas – Kretek 155.680 m2, ruas jalan Pandasimo – Samas 164.000 m2, total 319.680 m2.

Rata rata satu desa dihuni sekitar 200 s/d 250 Kepala Keluarga. Mata pencaharian umumnya bertani, beternak dan sebagian kecil nelayan, kedepan mereka terancam beralih profesi. Contoh peruba-han alih fungsi di kabupaten Bantul, pekarangan sebesar 27.455 M2, sedangkan untuk pengurangan sawah tegalan sebesar 718.131 M2, rumah 72 buah dan luas wilayah mencapai 454.183 serta 12 tiang listrik. Proyek ini didanai dari dana utang Asian Depelopment Bank (ADB) sebesar 500 juta US Dollar. Salah satu dampak proyek ini juga dikhawatirkan akan dibukanya kembali akses pertambangan kapur di wilayah kawasan kars Gunung Kidul, serta akses yang luas terha-dap beberapa industri ekstratif di sepanjang pesisir selatan pulau Jawa.

Kelima, pertumbuhan produksi sampah. Kondisi sampah 3 kota dan kabupaten yang tergabung dalam SEKBER KARTAMANTUL ter-catat produksi sampah di setiap tahunnya 122-125 ton. Yang terbagi atas wilayah Kota Yogyakarta berkisar 80-90 ton perhari, 25-30 ton

rencana petambangan pasir besi mengancam perubahan struktur dan mekanisme sosial masyarakat, meng-hilangkan sumber penghidupan masyara-kat dengan basis per-tanian yang telah me-lekat pada masyarakat pesisir.

Page 4: Laporan KDLH 2011

4

perhari untuk wilayah Kabupaten Sleman dan 5 ton dari wilayah Kabupaten Bantul. Dengan biaya opera-sinal meningkat dari 1,7 milyar menjadi 2,3 milyar.

Seiring meningkatnya volume sampah buangan tersebut, kapasitas Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Pi-yungan mulai dipertanyakan, masa kontrak lahan yang akan berakhir pada tahun 2012, memuncul ide baru untuk memperluas area lahan TPA Piyungan. Namun yang menjadi pertanyaan apakah perluasan menjadi jawaban atas solusi sampah yang selama ini ada? Selama ini TPA Piyungan belum mampu menjadi tempat pengelolaan akhir, tetapi masih menjadi tempat buangan akhir. Tentu ini menjadi kritik bahwa pemerintah belum cukup mampu mengelola sampah untuk keberlanjutan.

Keenam, pertumbuhan produksi kendaraan bermotor. Catatan WALHI atas pertumbuhan kendaran ber-motor mencapai sekitar 900-1.000.000 setiap dua tahunnya. Ini tidak diikuti dengan fasilitas infrastruktur jalan yang bisa mengakibatkan kemacetan dan kepadatan lalu lintas yang mengarah pada emisi yang me-nyumbang pemanasan global. Ini manjadi bukti pembenahan dari sisi transportasi di wilayah Yogyakarta belum memberikan batasan dan antisipasi untuk keberlanjutan sistem transportasi yang ramah lingkungan dan tertata dengan basis keberlanjutan.

Ketujuh, Banyu Panguripan di Titik Nadir. Catatan WALHI atas kondisi air di Yogyakarta bahwa air mem-punyai fungsi sosial ”tidak dapat dimiliki oleh siapapun secara pribadi”. Hak atas air adalah hak fundamental yang melekat pada setiap orang. Air adalah awal dari kehidupan bahkan masyarakat jawa memposisikan air sebagai ‘panguripan’, yakni sebagai bagian dari kehidupan, yang bermakna sosiologis dan religius.

Namun penguasaan air dalam skala besar dikelola oleh swasta yang dijamin oleh pemerintah. Misalnya Perusahaan air Evita dan Abras di wilayah Kabupaten Sleman. Padahal realitas saat ini krisis air, kekeringan dan gagal panen tidak bisa terelakkan lagi. Kondisi 12 sumber mata air di wilayah lereng Merapi pasca erupsi tentu berpengaruh pada masyarakat Sleman, Yogyakarta dan Bantul.

Sementara itu, Dinas Kesehatan Kota Yogya-karta merilis 75% depot isi ulang air minum di Kota Yogyakarta tercemar bakteri E-Coli (Escherichia coli). Demikian juga dengan air tanah sudah tidak memenuhi standar kesehatan karena tercemar E-Coli hingga 75-85% . Berdasarkan ketetapan pemerintah, bahwa kebutuhan dasar minimum sebesar 10m³/keluarga/bulan atau 60 liter/orang/hari. Acuan diambil berdasar pada kebutuhan ma-nusia akan air bersih (Basic Needs Approach) yang telah ditetapkan oleh World Health Organization (WHO) yang kemudian ditingkatkan menjadi rata-rata 125 liter/orang/hari. Jika fakta ini tidak segera di lakukan upaya pencegahan untuk mengatasi persoalan air, maka kedepan krisis air akan berlan-jut hingga jangka panjang.

Periode 2010-2011 Eksekutif Daerah (ED) WALHI Yogyakarta mengalami beberapa ma-salah klasik yang juga terjadi pada periode sebe-lumnya. Struktur kelembagaan yang seharusnya dijalankan sesuai dengan ketersediaan sumber

Page 5: Laporan KDLH 2011

5

daya manusia sejumlah 7 orang, meliputi direktur, manajer program, administrasi dan keuangan, data base dan informasi, kajian hukum dan kebijakan, penguatan organisasi rakyat serta riset dan kampanye. Namun pada periode ini hanya dijalankan 4 orang, hal ini disebabkan periode sebelumnya manager program dan koordinator hukum dan kebijakan memiliki persoalan study, sehingga harus memilih tidak bisa aktif lagi.

Selanjutnya pasca KDLH pertama WALHI Yogyakarta April 2010, menyusul koordinator penguatan organisasi rakyat yang meminta izin mengundurkan diri (untuk pulang kampung), sehingga sampai pada periode 2010-2011 ini staff WALHI Yogyakarta di jalankan dengan 4 orang dengan dibantu rekan-rekan volunteer dari Sahabat Lingkungan (SHALINK).

WALHI Yogyakarta mengubah pola kerja dengan memposisikan kerja dan program di ranah anggota, selain itu struktur yang ada difokuskan pada program internal dan eksternal kelembagaan, se-hingga pola struktur sebelumnya tidak sepenuhnya menjadi alur kerja, namun tetap menjadi acuan dalam pelaksanaan program internal dan eksternal kelembagaan.

Sedangkan posisi kebutuhan teknis untuk pelaksanaan program WALHI Yogyakarta, jika diperlukan untuk pelaksanaan program yang emergency, maka rekruitmen relawan menjadi penting. Misalnya dalam program respon erupsi Merapi. Relawan yang dimaksud memi-liki komitmen dan tanggung jawab dalam pelaksanaan program yang dilakukan WALHI, sehingga diperlukan dukungan untuk mobilitas ker-ja.

Walaupun dengan keterbatasan sumber daya yang ada pada ED WALHI Yogyakarta, sesuai dengan hasil capaian kerja-kerja, kami men-ganggap belum menjadi persoalan krusial yang bisa menghambat rencana kerja yang telah tersusun. Karena prinsip yang kami dorong adalah efektifitas kerja, bukan pada jumlah yang melakukan, namun melihat dari hasil capaian.

Sedangkan analisa eksternal kelembagaan ED, tidak jauh berbeda dengan periode sebelumnya, keterlibatan anggota hanya sekitar 30% yang secara intensif melakukan koordinasi dan komunikasi. ED sudah beberapa kali membuka ruang untuk melakukan koordinasi dan ko-munikasi, misalnya rapat anggota hingga jaringan yang berkoordina-sikan dalam agenda koordinasi program. Oleh sebab itu proses kerja kawasan masih belum efektif dalam implementasinya. Sehingga kerja-kerja kawasan dilakukan dengan menitikberatkan anggota yang bera-da pada kawasan tersebut. Apabila terdapat kawasan yang tidak ada anggota, maka ED melakukan intervensi langsung dalam melakukan advokasi atau kerja-kerja lainnya.

KONDISI INTERNAL

DAN EKSTERNAL

Page 6: Laporan KDLH 2011

6

Secara umum, capaian WALHI Yogyakarta tahun 2010-2011 dilaku-kan dengan melanjutkan rencana kerja organisasi yang telah disusun selama 4 tahun kedepan. Diantaranya adalah WALHI Yogyakarta telah melakukan kajian hukum dan kebijakan sebanyak 5 kebijakan, baik dari undangan-undangan hingga Perda. WALHI juga telah memperkuat 5 organisasi rakyat dalam upaya advokasi dan penyelesaian kasus-kasus lingkungan. Melakukan loby dan aksi melalui publik hearing dengan Eksekutif dan Legislatif, serta dengan jaringan kerja WALHI Yogyakar-ta. Periode ini WALHI juga melakukan kampanye lingkungan dengan melakukan 6 kali aksi, dengan berbagai tema diantaranya anak dan lingkungan, pulihkan indonesia, 4 tahun lumpur Lapindo, krisis air dan beberapa isu strategis lainnya.

Selain beberapa agenda tersebut di atas beberapa media kampa-nye dan pendidikan seperti release, diskusi dan kajian juga dilakukan WALHI Yogyakarta. Update terahir terkait dengan kasus pasir besi adalah, pelaporan WALHI atas dugaan pelanggaran pidana Bupati Kab. Kulon Progo atas pemberian izin pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan peruntukannya.

Di sisi lain, WALHI Yogyakarta mengedepankan penggalan dana publik sebagai bagian dari proses kemandirian organisasi dengan men-goptimalkan mess WALHI dan kedai HIJO. Walaupun hingga saat ini proses pengelolaan kedai tidak lagi dilakukan WALHI secara langsung, namun dengan mitra kerja, dengan prinsip bagi hasil. Pendapatan yang sudah ada dari kedai dan mess sudah bisa menopang kebutuhan listrik dan telepon dan internet selama satu tahun.

WALHI juga bekerjasama dengan Radio Anak Jogya (RAJ), mengi-nisiasi terbentuknya FOKAL (forum keluarga anak cinta lingkungan). Forum ini berkoordinasi dalam penggalangan dana publik lewat arisan sampah, setiap peserta arisan membawa sampah untuk kemudian di-kumpulkan di WALHI. Upaya lain penggalangan dana publik juga di-lakukan pada respon erupsi Merapi dalam bentuk barang dan uang.

Pelaksanaan program WALHI Yogyakarta periode 2010-2011, di-awali dengan perumusan hasil KDLH pertama pada bulan april 2010. Hasil KDLH WALHI Yogyakarta menitikberatkan pada program inter-nal dan eksternal. Dengan posisi ED sebagai fasilitator untuk program WALHI 1 tahun kedepan. Disamping itu perbaikan sistem kerja WALHI Yogyakarta, sehubungan dengan beberapa staff yang tidak bisa lagi aktif karena ada persoalan individu terkait dengan pendidikan dan pu-lang kampung, sehingga efektifitas kerja WALHI Yogyakarta meliputi program internal kelembagaan dan eksternal kelembagaan. Internal yang berhubungan dengan ED, sedangkan eksternal berhubungan dengan program-program kawasan, sebagaimana kawasan yang su-dah disepekati pada periode sebelumnya.

CAPAIAN UMUM

PELAKSANAAN PROGRAM

Page 7: Laporan KDLH 2011

capaian program

7

1. Publik hearing eksekutif dan legislatif

Rangkaian hearing (audiensi) dengan lembaga legislatif (DPRD Ka-bupaten dan Propinsi) di Daerah Istimewa Yogyakarta berlangsung se-jak awal bulan Agustus hingga September 2010. Agenda roadshow ini diinisiasi oleh Forum LSM dengan melibatkan elemen masyarakat sipil dari berbagai fokus advokasi, budaya, pendidikan, lingkungan hidup, ekonomi hingga perlindungan terhadap anak dan perempuan.

Seluruh materi isu yang terangkum dalam upaya advokasi masyara-kat sipil di Daerah Istemewa Yogyakarta ini disampaikan secara bergilir sesuai fokus isu masing-masing lembaga. Audiensi ini bertujuan pen-guatan anggota legislatif yang terpilih dalam merespon isu-isu yang berkembang di masyarakat.

2. Basic Environmental Training (BET)

Upaya penggalangan dukungan relawan WALHI sebagai bagian dari mandat kelembagaan untuk memperkuat sumberdaya manusia telah terselenggara dua kali sesi training.

Training ini adalah bentuk penyempurnaan dari penyelenggaraan training yang selama ini diselenggarakan oleh sahabat lingkungan (SHALINK) dan WALHI. Pada tahun 2010 telah terselenggarakan Ba-sic Environmental Training dengan rekrutment selektif mencapai 28 orang. Dalam sesi ini tersaring hingga 20 relawan yang secara aktif terus melanjutkan aktifitas kampanye lingkungan hidup hingga regen-erasi kepemimpinan SHALINK periode 2010-2011.

Pada Januari 2011, sebagai mandat periode kepemimpinan, terse-lenggara BET #2 dengan seleksi aktif mencapai 30 peserta. BET kali ini diselenggarakan bekerjasama dengan BPPM Mahkamah Fak. Hu-kum UGM. Komposisi peserta beragam, mulai dari mahasiswa, umum, hingga asal peserta dari luar Yogyakarta dan luar pulau Jawa. Hasil BET inilah yang kemudian dikukuhkan dengan environmentalis muda.

3. Modul Pendidikan Environmentalis (draft modul)

Setelah sukses menyelenggarakan dua kali BET, WALHI Yogyakarta bersama SHALINK menyempurnakan model pendidikan alternatif un-tuk kaum muda. Pendidikan alternatif ini dianggap penting untuk terus menjaga sekaligus merawat model kaderisasi gerakan lingkungan hid-up di Yogyakarta.

Pada BET #2 Januari 2011 lalu, penyempurnaan modul masih men-emukan beberapa kendala, diantaranya penguatan kurikulum dan kerangka lanjutan pasca BET. Bagian ini menjadi urgen dalam mendo-rong setiap individu/kelompok turut serta dalam upaya perlindungan dan penyelamatan lingkungan hidup, khususnya aktifitas kampanye lingkungan hidup.

4. Tata Ruang Jawa dan JJLS (Pertemuan Regional Jawa)

Penataan Ruang pulau Jawa menuai banyak polemik, mulai dari tar-get Perda Tata Ruang di setiap Propinsi (yang diamanahkan UU Tata Ruang No. 26 Tahun 2007) tak tercapai pada 2010 lalu, hingga pela-

Upaya penggalangan du-kungan relawan WALHI sebagai bagian dari mandat kelembagaan untuk mem-perkuat sumberdaya manusia

Page 8: Laporan KDLH 2011

8

bagai konflik sumberdaya alam akibat penataan ruang yang mengabaikan hak ma-syarakat serta ancaman degradasi lingkungan hidup.

Kondisi ini terus berlanjut, terutama ancaman serius untuk kawasan pesisir selatan pulau Jawa. Salah satu ancaman itu adalah ‘pemaksaan’ proyek Jalan Jalur Lintas Se-latan (JJLS) yang membentang dari ujung timur hingga barat pulau Jawa (pesisir se-latan). Inilah salah satu agenda utama dari Pertemuan Regional para Eksekutif Daerah WALHI se-pulau Jawa. Temuan yang mencengangkan adalah, ketika terbukanya akses JJLS, maka beberapa industri ekstraktif dan alih fungsi lahan akan semakin meluas, sehingga pelanggaran HAM akan menjadi ‘momok’ yang menakutkan bagi masyara-kat yang mendiami kawasan pesisir pulau Jawa. Sebagaimana rekomendasi KOMNAS HAM pada rencana proyek Tambang Pasir Besi di pesisir Propinsi Yogyakarta (Kab. Ku-lon Progo).

5. Pertemuan Tata Ruang Jawa di Yogyakarta dan Semarang “Jaringan Advokasi Tata ruang Pulau Jawa”.

Sebagai lanjutan dari pertemuan regional ED WALHI se-pulau Jawa khusus tata ru-ang, pada akhir 2010 silam, WALHI mendorong upaya advokasi tata ruang pada Forum Tata Ruang Nasional yang diinisiasi oleh Dirjen Penataan Ruang Kementrian Pekerjaan Umum. Dalam pertemuan konsultasi forum tata ruang tersebut, WALHI se-pulau Jawa mendesak para pihak untuk meninjau kembali penerapan Perda serta Raperda Tata Ruang di seluruh pulau Jawa.

Desakan ini berdasarkan pada beberapa konflik SDA dan degradasi lingkungan akibat maraknya industri ekstraktif yang mengancam stabilitas ekologi pulau Jawa hingga berdampak pada bencana akologis. Pada pertemuan tersebut, disampaikan pula fakta-fakta dalam riset yang dilakukan WALHI yang diterbitkan dalam buku ‘Java Collapse’.

6. Jaringan Advokasi Penyintas (respon kondisi penyintas atas pemenuhan kebutuhan dasar)

Sebagai bagian dari lembaga kemanusiaan yang turut serta memperjuangkan hak-hak penyintas, WALHI bersama jaringan masyarakat sipil Yogyakarta menginisiasi de-sakan kepada pemangku penyelenggara kebencanaan erupsi Merapi. Hingga upaya advokasi penyintas pemenuhan hak-hak dasar penyintas. Jaringan Advokasi Penyintas (JAP) ini terhimpun setidaknya 16 lembaga dengan berbagai latar belakang fokus ak-tifitas.

Salah satu langkah JAP melakukan upaya tekanan, yakni melakukan audiensi den-gan Gubernur D.I Yogyakarta. Pada pertemuan tersebut, Sri Sultan Hemengkubuwono X menyatakan dukungannya terhadap penolakan dana utang luar negeri dalam pen-anganan bencana erupsi Merapi.

7. Riset Pemetaan Kawasan Kelola Rakyat

• Pemetaan Kali Code

Pasca Erupsi Merapi 2010 dampak sekunder banjir lahar dingin terjadi di wilayah Kota Yogyakarta di sepanjang aliran Kali Code, untuk melihat ancaman khususnya di dunia pendidikan, WALHI Yogyakarta mencoba membuat peta ancaman banjir lahar terhadap fasilitas pendidikan mulai dari TK sampai Per-guruan Tinggi dengan buffer 100m dari tengah sungai di sepanjang Kali Code.

• Pemetaan Sungai Gajahwong

Perubahan pemanfaatan sungai oleh manusia yang pada awalnya untuk pemenuhan kebutuhan hidupnya berbanding terbalik dengan kondisi saat ini, yaitu menjadi tempat pembuangan akhir dari aktifitas yang dilakukan se-

capa

ian

prog

ram

capa

ian

prog

ram

Page 9: Laporan KDLH 2011

9

hari–hari berupa limbah domestik (cair dan padat), industri dan jasa, akibatnya menurunnya baku mutu sungai dan beban pencemaran meningkat sehingga makhluk hidup lain yang menjadikan sungai sebagai media kehidupan meng-hilang atau bahkan punah yang pada akhirnya siklus dari ekosistem sungai ter-putus. Hal lain yang terjadi adalah alih fungsi sepadan sungai menjadi pemu-kiman berdampak terhadap ancaman pada pemukiman itu sendiri dari banjir dan longsor.

Pemetaan sungai gajahwong ini diharapkan menjadi awal solusi terhadap pengelolaan sungai Gajahwong terpadu yang dkemudian diikuti oleh DAS atau Sub DAS yang lain di Yogyakarta, serta dapat memberikan kejelasan atas tum-pang tindihnya antara kewenangan terhadap suatu wilayah baik secara Admi-nistratif maupun geografis.

8. Riset Media

Sumber Informasi tentang lingkungan salah satunya berasal dari media baik cetak maupun online. Kegiatan yang dilakukan baru sebatas kliping berita, informasi atau berita yang dikumpulkan terkait dengan krisis yang terjadi di Yogyakarta, isu lingkun-gan yang menjadi fokus WALHI dan WALHI di media. Hasil Kliping yang dilakukan di-publikasikan di www.berita.walhi-jogja.or.id

9. Publikasi dan Kampanye Penyebaran Informasi Lingkungan

Informasi kondisi lingkungan kekinian di Yogyakarta sangat dibutuhkan oleh ma-syarakat. Melihat hal tersebut WALHI Yogyakarta mempunyai peran dalam mempub-likasikan dan menyebarkan informasi terkini tentang kondisi lingkungan baik isu yang yang menjadi fokus WALHI Yogyakarta maupun lingkungan secara umum yang di-dapat dari kliping media. Publikasi yang dilakukan menggunakan media informasi re-lease, Foto, leaflet dll, yang disebar secara langsung kepada masyarakat, Faks, email, Website dan pameran.

10. Penerbitan Media Informasi

Media Informasi yang telah diterbitkan oleh WALHI Yogyakarta adalah :

• Leaflet adaptasi petani terhadap perubahan iklim merupakan hasil dari FGD dan Workshop yang dilakukan di daerah Kulonprogo dan Gunungkidul bersama CSF dan didistribusikan secara online

• Peta hasil overlay Peta TNGM dan 2 kawasan kelola rakyat, diamana hasil overlay ini akan digunakan masyarakat Dusun Ngandong dan Dusun pelem-sari sebagai posisi tawar masyarakat akan wilayah kelola mereka yang masuk dalam peta taman nasional menjadi zona tradisional yang dapat dikelola oleh masyarakat.

• Leaflet bahaya Abu Vulkanik, Tipe letusan Gunung merapi 2010 yang eksplosif mengakibatkan sebagian wilayah Yogyakarta dan Jawa Tengah mengalami hujan abu vulkanik. Leaflet ini dihaapkan memberikan pemahaman akan ba-haya abu vulkanik terhadap kesehatan maupun barang khususnya yang berba-han logam. Proses distribusi leaflet ini berbarengan dengan distribusi bantuan kemanusian di wilayah Yogyakarta dan Jawa Tengah.

• Peta ancaman Banjir Lahan di Kali Code, peta ini secara khusus untuk melihat ancaman banjir lahan dingin terhadap fasilitas pendidikan mulai dari TK sam-pai perguruan tinggi. Diameter Buffer yang digunakan untuk melihat ancaman banjir lahar dingin adalah 100 m dari tengah sungai, sehingga fasilitas pendidi-kan yang masuk dalam dalam jarak tersebut antara 2 TK, 2 SD, 2 SMP, 3 SMA, 1 SMK dan 2 Perguruan Tinggi. Peta ini diharapkan dapat menjadi pegangan

capa

ian

prog

ram

Page 10: Laporan KDLH 2011

10

dalam menyusun kesiapsiagaan di sekolah – sekolah yang dalam meminimal risiko dari ancaman banjir lahar tersebut.

11. Aksi Hari – hari Besar Lingkungan Hidup

• Hari Air

Menjamurnya depot isi ulang air minum adalah wujud nyata ketidakmampuan pemerintah (PDAM) dalam menyediakan air bersih untuk masyarakat serta sangat lemahnya pengawasan terhadap depot isi ulang air minum tersebut. Hal itu melihat fakta dari Pemerintah Kota Yogyakarta melalui Dinas Kesehatan memaparkan hasil uji contoh bakteriologi dan kimiawi atas air bersih di beberapa titik di Yogyakarta. Air bawah tanah tercemar bakteri E-Coli dan Califom mencapai 70%. Tidak hanya itu, 59 dari 263 sample depot isi ulang air minum yang diteliti tak luput dari cemaran bakteri tersebut, bah-kan melebihi ambang batas.

• Peringatan Hari Bumi

Krisis Bumi = Krisis Kemanusian, merupakan fakta status lingkungan hidup di Indonesia saat ini sangat kritis dan hampir terjadi secara masif di setiap daerah. Di Yogyakarta sendiri WALHI Yogya-karta mencatatat selama kurun waktu 2006 sampai dengan 2010 terjadi 101 kasus lingkungan, yakni berupa pelanggaran kebijakan, alih fungsi lahan dan tata ruang, pencemaran, sampah, pertambangan hingga penggusuran yang sampai sekarang ini belum juga terselesaikan. Tingginya tingkat pencema-ran udara yang terjadi di perkotaan akibat banyaknya penggunaan kendaraan bermotor pribadi juga merupakan permasalahan yang sangat serius, jika tidak ditanggulangi, besar kemungkinan Yogya-karta akan menjelma menjadi kota polutan seperti halnya kota-kota besar lain. Akses masyarakat terhadap air bersih semakin sulit, data Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta melangsir 70% air tanah di Yogyakarta tercemar. Dalam Aksi Hari Bumi yang terlibat adalah WALHI Yogyakarta, SHALINK, AJI Damai, SeTAM, LBH Yogyakarta, AMUK, JPY, LNPR-PB, PMII UGM, LPPM MAHKAMAH, SISPALA, DEMA JUSTICIA FH-UGM dan PPLP.

• Peringatan Hari Lingkungan

Kegiatan Hari Lingkungan 2010 dilaksanakan dengan cara pameran foto – foto kerusakan ling-kungan yang ada di Yogyakarta. Tema di usung kali adalah “Stop Eksploitasi Lingkungan” dengan tampilan visual berupa foto harapannya dapat membangun kesadaran masyarakat dalam menjaga

capaian program

Page 11: Laporan KDLH 2011

capaian program

11

dan melestarikan lingkungan dengan cara - cara yang sederhana dan mudah di aplikasikan dalam kehidupan sehari – hari.

• Peringatan 4 Tahun Lumpur Lapindo

4 tahun luapan lumpur lapindo belum juga terseselaikan, sebuah tragedi kemanusiaan berdampak terhadap 100 ribu lebih warga di sekitar Porong tak tentu nasibnya, dan puluhan ribu warga di kawasan Porong, Sidoarjo, Jawa Timur, terpaksa kehilangan tempat tinggal, pekerjaan, serta tempat mencari nafkah. Ekonomi warga hancur lebur dan kondisi lingkungan yang makin mengkhawatirkan. Selain itu, kondisi kesehatan warga pengungsi makin memburuk karena mereka terpaksa menghirup udara bera-cun serta mengkonsumsi air yang tercemar lumpur beracun. Belum lagi, nasib anak-anak yang terpaksa kehilangan masa depan dan tak bisa lagi melanjutkan pendidikan. WALHI Yogyakarta bersama mitra di Tahun ke empat Luapan Lumpur lapindo ini mengajak masyarakat untuk memperhatikan nasib korban Lumpur lapindo khususnya Masyarakat Yogyakarta serta mendeklarasikan 29 Mei sebagai sebagai hari anti tambang yang juga dilaksanakan secara Nasional.

• Peringatan 3 Dekade WALHI

Dalam rangka memperingati 30 tahun WALHI, WALHI Yogyakarta memberikan kado ulang tahun den-gan dengan membentuk Forum keluarga anak cinta lingkungan (FOKAL) sebagai wujud dari perluasan gerakan WALHI kepada masyarakat untuk kampanye dan aksi nyata terkait dengan berbagai problem lingkungan hidup khususnya sampah di Yogyakarta dan indonesia pada umumnya. Kampanye lingkun-gan dengan tema “Dari Keluarga Pulihkan Indonesia” dilakukan dengan berjalan kaki dari parkiran Abu Bakar Ali sampai Perempatan Kantor Pos Besar, dengan mengiring 5 grobak sampah yang sudah dimural dan aksi nyata pengambilan sampah di jalanan. Maksud dari aksi nyata ini guna mengajak masyarakat khususnya dari keluarga untuk melakukan produksi bersih dengan menerapkan dalam keseharian den-gan prinsip 4R. Kegiatan ini diikuti oleh Sahabat Lingkungan, Radio Anak Jogja, FOKAL dan masyarakat umum.

• Hari Peduli Sampah

Hari peduli sampah dengan bentuk kegiatan berupa grebeg sampah merupakan agenda tahunan di-mana tahun 2011 ini adalah tahun kedua. WALHI Yogyakarta yang tergabung dalam Masyarakat korban sampah (MARKOSAM) yang terdiri dari komunitas pengelola sampah, Jejaring Pengelola Sampah Prop. DIY, Seniman, LSM dan Gerakan Mahasiswa dan Perguruan Tinggi, melakukan long march dari Makam Pahlawan menuju Balaikota Yogyakarta dengan media kampanye gunungan sampah dan beberapa

Page 12: Laporan KDLH 2011

12

kreasi sampah. Tujuan kegiatan ini adalah mengingatkan masyarakat secara luas tentang bahaya sampah bila tidak dikelola dengan benar dan menuntut pemerintah Kota Yogya-karta membuat perencanaan kongkrit tentang pengurangan sampah dan membuat kebi-jakan yang mampu menekan laju produksi sampah.

• Media Inovatif

WALHI Yogyakarta dalam rangka 30 tahun WALHI membuatkan media kampanye yang inovatif yaitu mural 5 gerobak sampah yang digunakan dalam aksi dijalan mulai dari jalan Abu bakar Ali sampai Perempatan kantor Pos Besar. Proses mural yang dilakukan dibantu oleh Bapak Nur Saman salah satu pegiat mural di Yogyakarta.

12. Pengembangan media kampanye Lingkungan untuk perempuan dan Anak

Pasca Kegiatan lomba menyanyi untuk anak dengan lagu lingkungan yang sudah di cip-takan oleh mitra WALHI Yogyakarta yang dilakasanakan bersama Radio Anak Jogja yang dii-kuti 60 peserta, WALHI Yogyakarta dan RAJ menginisiasi untuk membuat forum keluarga anak cinta lingkungan atau yang selanjutnya di singkat “FOKAL”. Latar belakang FOKAL terbentuk adalah 60 peserta yang mengikuti lomba tersebut tidak hanya sebatas dengan keikutsertaan lomba semata, tetapi bagaimana jika mereka di lakukan pengkaderan kede-pan dimana setiap kegiatan 60 anak tersebut di dampingi oleh orangtua, maka WALHI me-mandang penting untuk melibatkan orangtua mereka dalam kegiatan-kegiatan lingkungan.

Pertemuan FOKAL yang dilaksanakan setiap bulan sudah melakukan diskusi sebanyak 5 kali dan 2 kali Wisata Lingkungan sebagai salah satu studi lapangan dan mengaplikasikan hasil diskusi yang telah dilaksanakan. Anggota FOKAL juga telah melakukan aksi riil den-gan melakukan pengelolaan sampah dengan memilah sampah. Hasil pemilahan sampah an organik dibawa oleh anggota FOKAL sebagai arisan sampah dalam pertemuan bulanan. Sedangkan sampah organiknya dikelola menjadi kompos dimana sebagian komposternya dibantu oleh oleh BLH Kota Yogyakarta

13. Pengembangan Unit Usaha WALHI Yogyakarta

• Mess

Pengelolaan Mess WALHI Yogyakarta ditahun 2010 mengalami kemajuan dilihat dari pemasukan yang didapat baik melalui perseorangan maupun digunakan dalam kegiatan yang laksanakan WALHI yogyakarta. Kendala utama yang dialami adalah be-lum dikelola secara khusus dan kurang maksimalnya pomosi dikarenakan belum ada standard harga pemakaian yang disesuaikan dengan standard penginapan di Yogya-karta.

• Kedai Hijau

Hasil rekomendasi dari KDLH I pengelolaan Kedai Hijau tetap dikelola oleh Ekseku-tif Daerah baik secara manajemen maupun teknis sampai ada pengelolaan yang lebih profesional dari luar. Dalam perjalanannya pengelolaan secara internal hanya berjalan 1 bulan dikarenakan kurangnya personal yang membantu dalam hal teknis. Bulan Ok-tober 2010 Kedai Hijau di kelola secara profesional dengan sistem sewa selama 1 tahun dimana proses pengelolaannya tetap sesuai dengan prinsip – prinsip Kedai Hijau ini didirikan sebagai salah satu unit Usaha WALHI yogyakarta.

• Pustaka Hijau

Unit usaha WALHI Yogyakarta yang fokus di penerbitan dan percetakan ini di ta-hun kedua mendapatkan pesanan untuk mencetak 2 buah buku dimana 1 buku masih dalam proses desain baik sampul maupun isi.

capaian program

Page 13: Laporan KDLH 2011

13

capaian program

Status Gunung Merapi dinaikkan dari status ‘Siaga’ menjadi ‘Awas’ sejak Senin, 25 Oktober 2010 puku 06.00 WIB. Pengumu-man ini resmi dikeluarkan oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG). Status ‘Awas Merapi’ merupakan level tertinggi aktivitas vukanik gunung Merapi.

Status Merapi terbagi dalam beberapa level yaitu Aktif Normal, Waspada, Siaga, dan Awas. Pernyataan resmi Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta bahwa masyarakat yang berada di kawasan rawan erupsi harus mengungsi saat status gunung sudah mencapai level IV atau Awas.

Radius kawasan rawan bencana (KRB) erupsi ditetapkan pada radius 10 km. Namun sejak Jum’at, 5 November 2010 dini hari radius kawasan rawan bencana erupsi menjadi 20 KM. Langkah ini diambil oleh pemerintah karena letusan eksplosif Merapi berkekuatan 3 kali lipat dari letusan Merapi pada tahun 2006.

Jumlah korban meninggal dunia akibar erupsi Merapi menca-pai 277 Jiwa (data Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman per 2 De-sember 2010)

Tanggap darurat merupakan upaya penting pemerintah dan organisasi kemanusiaan dan untuk memberikan bantuan kepada penyintas, namun dilain pihak bantuan tersebut tumpang tindih bahkan tidak memenuhi standar kemanusiaan yang ada. Pemer-intah telah mengeluarkan kebijakan melalui Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Nomor 7 Tahun 2008 Tentang Pedoman Tata Cara Pemberian Bantuan Pemenuhan Kebutuhan Dasar.

Sedangkan organisasi kemanusiaan Internasional, nasional maupun lokal telah menggunakan Standar Internasional Penan-ganan Bencana sebagai referensi dalam memberikan bantuan

tanggap ERUPSI MERAPI

TIM RELAWAN 17.02Advokasi Penyintas

[ WALHI Yogyakarta ]Jl. Nyi Pembayun No. 14-A Kotagede Yogyakarta 55172

Telp/Fax: [email protected]

www.walhi-jogja.or.id

Page 14: Laporan KDLH 2011

14

kemanusiaan sesuai dengan Hukum Kemanusiaan Internasioan dan 10 (sepuluh) Kode Etik Pekerja Kemanusiaan.

Relawan Advokasi Penyintas 17.02

Tepat 25 Oktober 2010, minggu pertama pasca erupsi Merapi, WALHI Yogyakarta bersama relawan dan mitra telah melakukan advokasi dan mediasi penyintas di 5 titik pos penampungan penyintas. Fokus advokasi pada pemenuhan hak dasar peny-intas. Kontrol atas kebijakan nasional dan standar penanganan bencana (yang telah banyak digu-nakan oleh organisasi kemanusiaan) menjadi pi-jakan WALHI Yogyakarta dalam melakukan kontrol atas proses pemberian bantuan, termasuk cross cutting issues-nya. Pengabaian standar tersebut merugikan masyarakat terkena bencana, ketika analisa kemampuan masyarakat dan negara tidak dihitung sebagai bentuk kapasitas.

1. Penyintas belum menjadi aktor utama dalam pen-gelolaan bencana dan dampak-dampaknya.

2. Lambatnya pemenuhan kebutuhan dasar bagi penyintas yang berpotensi memperentan serta memperbesar risiko bencana.

3. Kebijakan dan anggaran pemerintah yang terse-dia tidak didasarkan atas besarnya risiko dan dampak serta ancaman sekunder bagi penyintas.

4. Belum adanya jaminan terhadap penangaan asset masyarakat selama dalam pengungsian.

Kendala Penyelenggaraan Penanggulangan bencana erupsi Merapi

Dampak Ke PenyintasFasilitas MCK yang ada kotor dan tidak nyaman digunakan bahkan terkesan jorok. Hal ini memaksa penyintas, terutama kaum perempuan, enggan menggunakan fasilitas MCK yang ada di barak pengung-sian sehingga lebih memilih menumpang warga sekitar barak atau pulang ke rumah masing-masing.

Suasana hiruk pikuk dan semrawut di barak pengungsian menghambat proses evakuasi dadakan yang yang kerap terjadi.Kondisi tersebut mengakibatkan penyin-tas sulit untuk beristirahat dengan tenang, terutama bagi para lansia, Ibu hamil dan balita. Jika terus-menerus dibiarkan tanpa penanganan yang serius, dikhawatirkan menimbulkan setres bagi para penyintas

Penyintas merasa kedinginan dan tidak dapat beristirahat pada malam hari, padahal mereka adalah para penyin-tas yang berasal dari dusun Kali Adem yang merupakan salah satu daerah yang terkena dampak langsung dari semburan awan panas pada tanggal 25 Oktober lalu, sehingga harta-benda mereka telah ludes tersapu awan panas.

Penyintas merasa takut untuk meminta sesuatu meskipun sekadar secangkir teh panas.Beberapa penyintas merasa ‘dianaktirikan’ dan diperlakukan tidak baik oleh petugas.

Hasil InvestigasiDesa Hargobinangun: 10 MCK untuk 2.302 jiwa, sehingga rata-rata satu MCK digunakan untuk kebutuhan lebih dari 230 jiwa. Desa Umbuharjo: 11 MCK untuk 1.401 jiwa, atau 1 MCK digu-nakan untuk lebih dari 125 orang.MCK hanya disekat dengan kain dan tidak ada pemisahan antara laki-laki dan perempuan.MCK mampet dan kotor ini menimbulkan bau yang tidak sedap.Problem ini menyebabkan banyak penyintas yang buang air besar dan kecil tanpa disiram atau melakukan membuang hajat di sembarang tempat.

Kawasan barak dijejali spanduk, umbul-umbul dan baliho produk-produk komersil, partai politik hingga foto-foto para anggota legislatif. Selain itu, diduga terjadi komersialisasi peny-intas oleh pihak-pihak tertentu dengan memanfaatkan situasi ini sebagai ajang promosi gratis.Di sekitar barak, hiruk-pikuk para relawan, pejabat-pejabat dan selebritis serta ‘wisatawan’ yang berkunjung. Bahkan kerap ter-jadi kemacetan di sepanjang jalan di sekitar barak pengungsian.

Aduan dari penyintas daerah Kali Adem yang mengungsi di posko Kepuharjo. Mereka mengeluhkan soal belum adanya ban-tuan selimut hingga tanggal 29 Oktober siang, sementara barak pengungsian sangat dingin saat malam hari.

Penyintas mengadukan perilaku petugas yang kerap marah jika penyintas membutuhkan sesuatu di posko barak. Bahkan ada penyintas yang meminta pembalut wanita namun tidak lang-sung diberikan hingga harus menunggu beberapa waktu.Beberapa penyintas mengeluhkan ketidakadilan petugas barak, dan terlihat bahwa petugas selalu mendahulukan kepentingan penyintas yang berasal dari daerah yang sama dengannya dan mengabaikan para penyintas yang berasal dari daerah lain.

Upaya AdvokasiLoby dan komunikasi den-gan pengelola barak prihal keadaan tersebut dan upaya penanggulangannya.

WALHI Yogyakarta mengirim-kan surat himbauan kepada BNPB, berikut tembusannya kepada polda DIY, Bupati Sleman, Gubernur Yogyakarta, Satlak Pakem, Eksekutif Nasi-onal dan Media.

Tim relawan mengkonfirmasi aduan tersebut pada penang-gung jawab barak, dari sana diperoleh informasi bahwa selimut baru akan dibagikan pada tanggal 29 Oktober malam selepas magrib.

Seorang relawan kami melakukan cross-check kepada petugas dan memberikan te-guran langsung pada petugas tersebut.

POSKO PENGADUAN PENYINTAS RELAWAN ADVOKASI 17.02

Page 15: Laporan KDLH 2011

15

Pasca erupsi yang terjadi 5 November 2010 dini hari, WALHI Yogyakarta mengambil langkah strategis dalam upaya penanganan penyintas, yakni dengan melakukan kegiatan tanggap darurat. Keputusan ini diambil ber-dasarkan dampak radius yang diakibatkan erupsi Merapi yang mencapai radius 20 km. Radius ini tidak terpredeksi sebelumnya, sehingga untuk sementara waktu mengam-bil peran fokus pada tanggap darurat, sembari tetap melakukan monitoring dan kontrol terhadap penanganan hak dasar pengungsi yang menjadi goal utama dari advo-kasi WALHI Yogyakarta.

WALHI Yogyakarta bersama kurang lebih 70 relawan advokasi penyintas, yang tergabung dalam Relawan Advokasi 17.02 melakukan assesment cepat sejak Se-jak 5-9 November 2010, pada 69 titik posko penyintas dengan total 37.417 jiwa. Dengan spesifikasi; Balita 54 jiwa, anak-anak 522 jiwa, Ibu Hamil 32 jiwa, lansia 622 jiwa dan ibu menyusui 19 jiwa. Tersebar di 6 kabupaten, yakni Magelang, Sleman, Klaten, Boyolali, Bantul dan Gunung Kidul.

Inisiatif evakuasi justru dari warga dan penyintas setelah mendengar suara gemuruh.Ada bantuan yang melimpah di posko-posko tertentu yang sering dikunjungi oleh pejabat, namun, di posko-posko yang mines kunjungan pejabat merasa kekurangan bantuan.

Hasil investigasi relawan di lapangan menemukan bahwa beberapa paramedis pergi meninggalkan posko layanan-nya karena merasa takut dengan erupsi yang terjadi di malam hari. Sehingga tak ada lagi paramedis yang stand by di wilayah barak pengungsian Umbulharjo.

Beberapa logistik menumpuk di gudang, padahal barang-barang tersebut sangat dibutuhkan oleh penyintas, seperti selimut, dan alas tidur.

Lambannya respon akan pakan ternak dari pihak pengelola posko.

Pengaduan Sunarman mewakili 5 Kepala Keluarga dari du-sun Kaliurang Timur mengeluhkan ketiadaan pakan ternak untuk enam ekor sapi yang ada di wilayahnya.

Beberapa penyintas (yang sebelumnya menghuni barak pengungsian desa Kepuharjo) mengadukan penuhnya barak pengungsian di Desa Wukirsari. Sebagian barak yang ada di Desa Wukirsari tergenang air akibat hujan lebat, mereka pun terpaksa harus pindah sementara ke barak Desa Kepurharjo. Sementara itu kondisi barak penuh sesak oleh para penyintas dari barak Desa Umbulharjo yang terpaksa harus dipindah akibat letusan pada tanggal 30 Oktober dini hari.

Situasi saat Merapi meletus dini hari ter-jadi kepanikan yang luar biasa dan mobili-tas evakuasi sangat tidak koordinatifSuasana menjadi gaduh dan penuh sesak, sehingga para penyintas merasa terganggu.

Debu vulkanik mengakibatkan tergang-gunya kesehatan para penyintas, mulai dari iritasi mata hingga sesak napas.Beberapa warga yang masih bertahan di barak pengungsian Umbulharjo keluhkan sesak nafas akibat debu vulkanik yang menumpuk di area barak pengungsian.

Bantuan yang kurang merata mengaki-batkan beberapa penyintas yang berada di posko terabaikan hak-haknya.

Kebutuhan penyitas yang seharusnya tercukupi menjadi kurang terpenuhi

Sebagian penyintas terpaksa kembali ke kawasan rawan sekadar memastikan ketersediaan pakan bagi ternak mereka.

Akses jalan menuju penampungan ternak tertutup debu vulkanik dan licin. Selain itu, rumput di wilayah tersebut juga dise-limuti debu vulkanik.

Kapasitas barak pengungsian tidak me-nampung, sebagian penyintas terpaksa menumpang di rumah warga yang ada di sekitar area pengungsian.

Loby kepada pengelola barak untuk memaksimalkan fungsi kontrol dan akses keluar masuk barak bagi pihak-pihak yang tidak berkepentingan dalam penanganan penyintas.

Mendorong pihak pengelola untuk segera melakukan pem-bersihan wilayah yang ada di sekitar barak pengungsian dan menghimbau paramedis untuk melakukan pengecekan kondisi penyintas khususnya ISPA

Relawan mempertemukan penyintas dengan Satlak Desa Hargobinangun khususnya ba-gian logistik atas permasalahan tersebut.

Informasi hasil koordinasi bahwa belum tersedia stok ban-tuan untuk pakan ternak. Saran pihak Satlak Desa Hargobinan-gun agar masyarakat mencari rumput sendiri atau membeli.

Relawan berusaha mengko-munikasikan aduan tersebut kepada komandan posko Desa Wukirsari, agar keberadaan mereka tercatat serta mem-peroleh distribusi bantuan.

Page 16: Laporan KDLH 2011

16

JENIS JUMLAHNasi tim 40 kotakSun pisang 24 kotakPromina 24 kotakSun beras merah 24 kotakSGM 1 14 kotakSGM 2 14 kotakSGM 3 14 dusSGM 4 14 kotakPasta gigi 31 pcsSikat gigi 49 pcsShampo 252 pcsSarung 31 lembarDetergen 22 buahSabun colek 3 buahMinyak urut 1 botolMinyak angin 7 botolMasker 13 dusMasker respirator 43 buahBiscuit anak 60buahWafer 70 buahParamex 20 stripPanadol 7 stripSabun bayi 77 kotakShampo bayi 5 pcs Minyak telon 33 botolSabun dewasa 235 pcsBedak bayi 89 botolNasi bungkus 1850 buahAir mineral 40 dusMinyak kayu putih 75 botolPampers 200 pcsMinyak goring 4liter,Beras 40kgObat sesak napas 2 buahBalsem 14 buahSalonpas 22 pcsTetes mata 4 pcsTolak angin 28Vit C 35 buahMylanta 4 buahGula pasir 3 kgSarden 8 kalengMie instant 10 dus

Distribusi Logistik Kabupaten Sleman oleh WALHI Yogyakarta

per 9 November 2010

Beriringan dengan assesment, WALHI Yogyakarta juga melakukan penggalangan kebutuhan dasar penyintas berupa pangan dan non-pan-gan. Penggalangan dukungan dari semua pihak yang ingin berbagi dan menyumbangkan dukungannya kepada penyintas melalui Posko Relawan Advokasi 17.02 di Jl. Nyi Pembayun No 14-A Kotagede, Yogyakarta.

Beberapa gerakan yang dilakukan antara lain; gerakan 1 keluarga 10 nasi bungkus dan gerakan 1 orang satu sarung untuk penyintas Merapi. Distribusi pelayanan pangan dan non-pangan kepada penyintas dilakukan pagi hari pasca erupsi Merapi. Tercatatat hingga tanggal 9 November 2010 WALHI Yogyakarta telah mendistribusikan logistik ke 69 titik (hasil dari assesment).

Untuk wilayah Yogyakarta dan sekitarnya telah terdistribusi; posko UPN, Kalasan, Trimulyo, Berbah, Melati, Banyuroto, Bantul, Godean, Jakal. Wilayah Magelang pada posko Penyintas di desa Gajahan, Selobaru, Salam, Magelang, Muntilan, dan Kayu bawang. Sementara wilayah Klaten tersebar di posko penyintas Gondang Legi, Manjung, Ngawen, berupa: Matras 10 lembar, Masker 5 dus, 500 unit terdiri dari hygene kit, selimut, tikar dan ember. Sedangkan wilayah Boyolali mendistribusikan logistik berupa, 200 unit terdiri dari hygene kit, selimut, Tikar dan Ember

Sirkulasi Logistik Plan Indonesia

Tanggal Stok Masuk Stok Keluar Sisa Stok Tempat Distribusi

HGK SLM TKR EBR HGK SLM TKR EBR HGK SLM TKR EBR

8 November 2010 500 2500 980 500 0 0 0 0 500 2500 980 500 Klaten

9 November 2010 0 0 0 0 200 1000 400 200 300 1500 580 300

9 November 2010 0 0 0 0 100 1000 400 0 200 500 180 300 Posko NU Boyolali

10 November 2010 0 0 0 0 100 0 0 200 100 500 180 100 Posko NU Boyolali

10 November 2010 200 1000 400 200 0 0 0 0 300 1500 580 300

11 November 2010 0 0 0 0 149 745 298 149 151 755 282 151 Klaten Utara

12 November 2010 151 755 282 151 0 0 0 0

HKG: Hygene Kit | SLM: Selimut | TKR: Tikar | EBR: Ember

Pada awal 2011 WALHI Yogyakarta melanjutkan pendampingan di be-berapa wilayah diantaranya di Desa Glagaharjo, Cangkringan, Sleman dan Desa Talun, Kemalang, Klaten yang juga dibantu dari hasil penggalangan dana publik WALHI dan Bank SUMSEL BABEL. Fokus Kegiatan yang dilaku-kan adalah:

1. Tanggap Situasi, merupakan kesiapsiagaan tanggap bencana respon cepat. Dibentuk berdasarkan kebutuhan dan perencanaan warga. Dalam mendukung program tersebut WALHI Yogyakarta memberikan bantuan alat komunikasi berupa Handy Talky (HT), Radio RIG set dan Radio Pemancar Ulang (RPU) serta membantu pembuatan Gardu Pan-dang. Perencanaan yang dilakukan di dua wilayah tersebut meng-hasilkan Forum Tanggap Situasi Talun (FORTASITA) di Desa Talun dan memperkuat forum yang sudah ada di Desa Glagaharjo yaitu PASOPATI. Kedua forum inilah nantinya yang akan memberikan informasi terkait situasi dan kondisi pemukiman, pertanian dan perkebunan serta anca-man primer dan sekunder Gunung Merapi di wilayah masing–masing.

Page 17: Laporan KDLH 2011

17

Nama Barang Unit JumlahPupuk Organik Padat 200 Sak 4 TonPupuk Organik Cair 20 Botol 20 LiterSekop 150 buah -Pacul 150 buah -Troler 14 buah -Hand Tractor 1 set -Pompa Air 4 buah -Pipa Paralon 100 batang -Selang 100 m -Sarung Tangan 4 Lusin 48 pasangMasker 120 box -Kran air 50 buah -Tempat kran 50 buah -Tutup Pipa 12 buah -Sambungan tandon 24 buah -Tandon Air 1200 Lt 24 buah -Ember 100 buah -Handy Talky 4 buah -Rig, Power Supply, Antena & Kabel 2 Set -Benih Bayam 500gram 12 bungkus 6 KGBenih Cabe Besar 10 gram 10 bungkus 100 gramBenih Timun 800 butir 20 bungkus -Benih Terong 10 gram 40 bungkus 400 gramBenih Tomat 10 gram 60 bungkus 600 gramBenih Sawi 100gram 20 Kaleng 2 KgBenih Cabe Rawit 10 gram 100 bungkus 1 KgBenih Kacang Panjang 100 gram 40 bungkus 4 KgBibit Manggis 200 batang -Bibit Duren 200 Batang -Bibit Duwet 200 Batang -Bibit Salam 100 Batang -Bibit Beringin 25 Batang -

JENIS JUMLAHSGM 1 4 kotakSGM 2 6 kotakSGM 3 6 kotakSGM 4 5 kotakshampo 164 pcsShampo bayi 5 pcsSabun bayi 13 pcsMinyak telon 12 botolMinyak kayu putih 12 botolSabun dewasa 30 pcsBedak bayi 2 botolBedak gatal 10 botolPampers 21 bungkusSarung 23 lembarSendok bayi 12 pcsGelas bayi 12 pcsRoti basah 45 buahBubur bayi 6 kotakSusu UHT 20 kotakBiscuit bayi 20 buahPembalut 100bijiPopok lansia 20 bugkusMasker 4 dusBiscuit anak 29 bijiTetes mata 12 bijiTolak angin 24 pcsSarden 4 kalengMinyak goreng 5 literRoti basah 1 buahGula pasir 25 kgMie instant 6 dusPakaian 2 dusSusu bayi 3 kotakBubur instant 10 buahMatras 5 lembarDetergen 18 buah

Data Distribusi Logistik Kabupaten Sleman oleh WALHI Yogyakarta per 9 November 2010

1. Pemulihan. Hilang sumber air untuk pemenuhan kebutuhan air bersih menjadi problem utama masyarakat lereng Gunung Merapi. Dalam hal ini, WALHI Yogyakarta memberikan bantuan di desa Glagaharjo dan Talun berupa tandon air, Kran Air, Pipa paralon, pompa air, selang air, ember dan dukungan pembuatan sumur untuk pemenuhan air ber-sih yang berkelanjutan tanpa bergantung pada droping air yang ada.

Sementara itu pemulihan sektor pertanian, bantuan yang diberikan berupa Traktor, Cangkul, pupuk, bibit sayuran sebagai pemenuhan kebu-tuhan jangka pendek yang bisa dilakukan di hunian sementara maupun di lahan pertanian yang sudah siap.

Sedangkan dalam penataan pemukiman bantuan yang diberikan adalah Sekop, Troler, sarung tangan dan masker. Dalam pemulihan eko-nomi alternatif jangka panjang WALHI Yogyakarta juga membantu bibit tanaman buah yaitu bibit manggis dan duren yang memang menjadi salah satu komoditas buah–buahan masyarakat. Bibit tanaman yang lain adalah bibit Salam dan Duwet, bibit ini nantinya diharapkan bisa men-jadi sumber makanan hewan yang ada di lereng Gunung Merapi sehingga tidak mengganggu lahan pertanian masyarakat.

Bantuan Kemanusian WALHI dan Bank SUMSEL BABEL ERUPSI MERAPI 2010

Page 18: Laporan KDLH 2011

18

Total penerimaan uang posko 17.02 WALHI Yogyakarta selama tang-gap & pasca erupsi merapi ( kurang lebih 6 bulan) yaitu dari akhir Oktober 2011 sampai dengan Awal maret 2011, yaitu sebesar Rp 102.098.780,65 ( seratus dua juta sembilan puluh delapan ribu tujuh ratus delapan puluh poin enam lima rupaih). Sedangkan untuk total pengeluaran uang posko 17.02 WALHI. sebasar Rp 109.803.600,- ( se-ratus sembilan juta delapan ratus tiga ribu enam ratus rupiah). Dari total Penerimaan dikurangi Total pengeluran masih terdapat kekuran-gan dana (saldo), sebesar Rp - 7.704.819,35 ( minus tujuh juta tujuh ratus empat ribu delapan ratussembilan belas poin tiga lima rupiah). Kekurangn dana tersebut diambilakan dari Kas WALHI Yogyakarta seb-agai swadaya. Rincian penerimaan & pengeluaran keuangan tersebut sebagai berikut:

PENERIMAAN Institusi atau Lembaga JATAMWALHI KALBARMAPALA CANTIGI, UNIVERSITAS BALE, BANDUNGTRI WARDANIKOMUNITAS MERANGKUL BUMI, DS. JEPITU,KEC.GIRISUBE, GKPPA DAARUL QUR’AN YOGYAKARTALBH YogyakartaRumah Belajar Saraba KAWA (PUSAKA)WALHI JABAR & FK3I Jawa BaratAliansi Pers Mahasiswa SUMUTSTMM MMTCWALHI Sumatera Selatan (Bank Sumsel -Babel)

Perorangan NNNNIBU DJUSNI JOHAN, RAWAMANGUN JKTNNMUHAMMAD RINALDITODY SASMITA JIWA UTAMANNNNNNPONTI PRATIWIWAHYU ROKHMULYATINunung HarmaniNanda Permata HatiNNNNNNNNNNP.Radja SiregarNNPRITA WIDYASTARINNNNNNPUJIWATINNBazar Kemanusian untuk Penyintas Sub Total 40.639.945,65 TOTAL 102.098.780,65

PENGELUARAN Respon Tanggap Darurat Erupsi Merapi Pembentukan Posko pengaduan &advokasi penyintas Merapi 10.650.000,00 Pengadaan barang & distribusi bantuan penyintas Merapi 55.303.600,00 Sub Total 65.953.600,00

Respon pasca Erupsi Merapi Respon lahar dingin di wilayah Kali Code 1.650.000,00 Bazaar kemanusian untuk penyintaserupsi Merapi 3.300.000,00 Pemberdayaan penyintaspasca Erupsi Merapi 38.900.000,00 Sub Total 43.850.000,00 TOTAL 109.803.600,00 SALDO (7.704.819,35)

Institusi/Lembaga

Perorangan

Pemberdayaan Penyitas

Posko Pengaduan & Advokas

500.000,00 500.000,00

900.000,00 502.810,00

2.500.000,00 1.000.000,00 1.000.000,00 11.590.025,00 1.410.000,00 6.156.000,00 500.000,00

34.900.000,00

1.000.000,00 875.000,00 250.000,00 250.000,00 100.000,00 100.000,00 150.000,00

1.000.000,00 100.000,00

1.500.000,00 300.000,00 500.000,00 200.000,00

2.000.000,00 1.500.000,00 1.200.000,00 1.000.000,00 4.687.345,65 1.500.000,00

100.000,00 100.000,00

1.000.000,00 4.074.000,00 4.000.000,00 3.000.000,00

134.700,00 10.018.900,00

Pengadaan Barang & Distribusi

Respon Lahar Dingin Kali Code

Bazaar Kemanusian

Page 19: Laporan KDLH 2011

19

Perjalanan WALHI Institut (WI) pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan periode sebelumnya, yakni telah sampai pada pembentukan pengurus. Beberapa agenda pertemuan khusus untuk membentuk kerangka kerja su-dah dilakukan beberapa kali, hingga akhirnya WI difung-sikan sebagai organ support guna meningkatkan kemam-puan dan kapasitas lembaga ED baik dari sisi internal dan eksternal.

Dari sisi internal, WI berperan dalam fasilitasi Raker (rapat kerja) maupun seminar. Pada koordinasi terakhir, akan didorong untuk membuka model pendidikan ling-kungan ala WALHI yakni ”Sekolah Lingkungan”, dengan berbagai tema dan spesifikasi pendidikan, misalnya pe-rubahan iklim, bencana, resolusi konflik dan lain sebagain-ya. Dalam perkembangannya, WI sedang mempersiapkan kurikulum pendidikan yang nantinya akan dibagi dengan anggota-anggota yang lain.

Sedangkan perjalanan Sahabat Lingkungan (SHALINK) pada tahun 2010-2011 masih sama pada periode sebelum-nya. Mengalami pasang surut, hal ini disebabkan kesibu-kan dari personil dalam menyelesaikan studi. Sehingga mobilitas dari SHALINK sangat sedikit, hal ini terbukti pada saat akan di lakukan beberapa aktifitas kegitaan baik yang di motori oleh shalink maupun ED yogya. Hal yang cukup strategis yang di lakukan shalink adalah beberapa kegiatan carity untuk penghijauan di beberapa wilayah dan pendidikan BET (basic tranining environemntalis) yang di kerjasamakan dengan fakultas hukum ugm.

WALHI Institutdan

Sahabat Lingkungan

Page 20: Laporan KDLH 2011

20

Tidak terasa kepengurusan ED WALHI Yogyakarta periode 2009-2013 telah melewati tahun kedua. Beberapa program dari rencana kerja (REKAT) WALHI Yogyakarta 4 tahunan sebagaian besar telah dilaksana. Dalam pelaksanaan pro-gram-program tersebut, ED WALHI Yogyakarta menerima pendanaan dari Ekse-kutif Nasional WALHI (EKNAS) dan donatur lainya, serta dana dana publik dan dari saldo rekening bank periode sebelumnya.

Pada tahun ke 2 periode April 2010 s/d Maret 2011 laporan keuangan WALHI Yogyakarta sebagai berikut:

1. Penerimaan

Total penerimaan WALHI yogyakarta pada tahun ke 2 ini sebesar Rp 300.517.310,00 ( tiga ratus juta lima ratus tujuh belas ribu tiga ratus sepuluh rupiah). Penerimaan tersebut diantaranya:

a. Saldo awal (saldo periode tahun 1) sebesar 9 %, yaitu Rp 25.879.788,55 (dua puluh lima juta delapan ratus tujuh puluh sembilan ribu tujuh ratus delapan puluh delapan poin lima puluh lima rupiah).

b. Eksekutif Nasional WALHI sebesar 25 %, yaitu Rp 74.527.000,00 (tujuh puluh empat lima ratus dua puluh tujuh ribu rupiah).

c. Donor Lain seperti Civil Society Forum for Climate Justice (CSF), PLAN Indo-nesia, donasi publik baik perorangan maupun intitusi sebesar 65%, yaitu Rp 135.087.180,65 (seratus tiga puluh lima juta delapan puluh tujuh ribu seratus delapan puluh rupiah).

d. Fundrising dari Unit Usaha WALHI (kedai HIJO, Pustaka Hijau, Mess, dll sebesar 22%, yaitu Rp 65.023.340,90 (enam puluh lima juta dua puluh tiga ribu tiga ratus empat puluh rupiah)

2. Pengeluaran

Sedangkan untuk total pengeluaran WALHI Yogyakarta pada tahun kedua ini sebesar, Rp 266.424.264,75 (dua ratus enam puluh enam juta empat ratus dua pu-luh empat ribu, dua ratus enam puluh empat rupiah). Pengeluaran tersebut terdiri dari:

a. Pengeluaran untuk Office Suport seperti Listrik, telepon, internet, Kerumahtanggaan, Kesekretariatan, sewa kantor, dll, sebesar 18% yaitu Rp 48.430,644,75 (empat puluh delapan juta empat ratus tiga puluh ribu enam ratus empat puluh empat rupiah)

b. Untuk Suport Managerial Eksekutif Daerah sebanyak 4 orang; Direktur Eksekutif, Staff Administrasi & Keuangan, Staff Kesekretariatan dan Staff Koordinator Riset & Kampanye, sebesar 10% yaitu Rp 27.000.000,- (dua pu-luh tujuh juta rupiah)

c. Sedangkang untuk pengeluaran program Respon erupsi merapi, serta pro-gram Rekat WALHI yogyakarta tahun 2 sebesar 72 % yaitu Rp 190.993.600,00 (seratus sembilan puluh juta sembilan ratus sembilan puluh tiga ribu enam ratus rupiah)

3. Saldo

WALHI Yogykarta per 31 Maret 2011 sebesar Rp 34.093.045,35 (tiga puluh em-pat juta sembilan puluh tiga ribu empat puluh lima rupiah)

KE

UA

NG

AN

Page 21: Laporan KDLH 2011

21

Saldo Awal (periode tahun 1)

EknasWALHI

Fundraising

Donor Lain

Office Support

Managerial

Program

Pengeluran Periode April 2010 s/d Maret 2011

Penerimaan Periode April 2010 s/d Maret 2011

Page 22: Laporan KDLH 2011

22

Pada tahun 2010-2011, WALHI Yogyakarta menghadapi tantangan bagaimana membangun dan menjaga komunikasi ED dengan ang-gota dan mitra kerja, dimana keterlibatan anggota beserta mitra kerja masih sangat minim. Walaupun ED telah memberikan banyak kesem-patan dan ruang untuk komunikasi dan koordinasi dengan anggota dan mitra, namun belum efektif.

Selain itu, tantangan dalam pelaksanaan program adalah pendan-aan yang belum cukup dalam mendukung kegiatan maupun program kerja WALHI, sehingga harus ada upaya kemandirian kelembagaan melalui upaya penggalangan dana publik lingkungan dengan berb-agai strategi, di antaranya: optimalisasi kedai HIJO, lini penerbitan WALHI (Pustaka Hijau), mess WALHI dan beberapa event publik lain-nya.

Dari berbagai upaya tersebut memang belum maksimal, namun harapannya ini menjadi embrio dalam upaya pengembangan publik fundraising yang lebih inovatif.

TANTANGAN

Page 23: Laporan KDLH 2011

23

Konteks

Kondisi sumber daya alam dan lingkungan di DIY periode tahun 2010 -2011 belumlah banyak beranjak dari tahun-tahun sebelumnya. Persoalan mengenai kebijakan pemerintah masih berpihak pada investor karena paradigma pem-bangunanisme yang mengedepankan pembangunan fisik dan eksploitasi sum-ber daya alam yang menjadi masalah krusial. Dampak pembangunan terhadap urusan keselamatan masyarakat tidak pernah diperhitungkan oleh Pemerintah, akibatnya kasus pelanggaran hak-hak masyarakat atas lingkungan pun mening-kat tahun ini. Sebut saja beberapa Peraturan Daerah di Propinsi Daerah Istime-wa Yogyakarta yang memberikan peluang diadakannya wilayah pertambangan di pesisir Kulon Progo seperti Perda No 2 Tahun 2010 tentang Tata Ruang Tata Wilayah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, SK Bupati No. 140 tentang Ijin Pemanfaatan Ruang Kawasan Pesisir Selatan Kulon Progo, Keputusan DPRD Kabupaten Kulon Progo No. 1/Kep/DPRD/2010 tentang Persetujuan Ijin Peman-faatan Ruang Kawasan Pesisir Selatan Kulon Progo. Seperti kita ketahui keren-tanan pesisir selatan wilayah Kabupaten Kulon Progo terhadap abrasi, bahaya tsunami dan yang paling penting adalah ancaman terhadap hak atas ruang se-bagai sumber penghidupan lebih dari 20.000 jiwa yang berada di pesisir Kulon Progo atas rencana penambangan pasir besi.

Polemik Penataan Ruang Pulau Jawa lagi-lagi demi kepentingan industri den-

LAPORAN DEWAN DAERAH

WAHANA LINGKUNGAN HIDUP INDONESIA [WALHI YOGYAKARTA] 2010

Page 24: Laporan KDLH 2011

24

gan pembangunan Jalan Jalur Lintas Selatan (JJLS) merupakan ancaman serius terhadap degradasi lingkungan hidup. Alih fungsi lahan, penggusuran, pen-gangguran sebagai akibat dilaksanakannya proyek ini akan menambah deret panjang kasus Pelanggaran Hak Asasi Manusia di Indonesia karena bukan tidak mungkin akan banyak pemaksaan (abuse of power) yang dilakukan oleh Negara terhadap masyarakat pemilik lahan.

Masalah sampah, emisi kendaraan bermotor, krisis air yang merupakan ma-salah klasik juga tak kunjung mendapatkan penanganan yang serius dari Pemer-intah. Ditambah lagi dengan erupsi Merapi yang terjadi pada akhir tahun 2010 menyisakan kerumitan tersendiri karena sejatinya hak-hak dasar penyintas yang notabene adalah hak dasar belum dapat dipenuhi oleh pemerintah. Apa-lagi jika ditambah dengan bencana sekunder pasca erupsi seperti lahar dingin menimbulkan kerugian besar dan signifikan bagi masyarakat. Gagap terhadap penanganan penyintas seharusnya tidak terjadi di Propinsi DIY mengingat su-dah terpetakannya risiko bencana seperti gempa tktonik maup0au vulkanik yang mengancam keberadaan dan kelansungan sumber-sumber penghidupan masyarakat. Artinya kesiapsiagaan dan kemauan pemerintah untuk memiliki sistem penanggulangan bencana baik sebelum, pada saat maupaun paska ben-cana, seharusnya menjadi prioritas dalam menyelamatkan dan mensejahter-akan rakyat.

WALHI Yogyakarta menjawab beberapa masalah krusial di atas dengan melakukan riset, kajian, analisis dan advokasi kebijakan, kampanye lingkungan, hearing kepada DPRD Propinsi DIY. Ditengah problem internal kurangnya Sum-ber Daya Manusia dan pendanaan WALHI Yogyakarta tetap menjadi pioneer demi terwujudnya keadilan lingkungan selama kurun waktu tahun 2010-2011.

Dinamika

A. Program

Patut diapresiasi bahwa di tengah berbagai kendala internal yang ada, Ekse-kutif Daerah (ED) telah mampu menjalankan beberapa program seperti anali-sis kebijakan, advokasi kebijakan lingkungan, kajian terhadap pembangunan Jalan Jalur Lintas Selatan, Riset Pemetaan Kawasan Kelola Rakyat, kampanye, tanggap bencana terhadap erupsi Merapi. Namun juga harus memperhatikan bahwa perubahan terhadap program kerja tetap harus berbasis pada perenca-naan yang telah dilakukan tahun 2009-2013 bukan sebaliknya kegiatan-kegiatan secara insidental dilakukan kemudian dicari legitimasinya untuk coba dimasuk-kan dalam kerangka pelaksanaan program. Hal ini dilakukan agar dalam evalu-asi dapat diketahui kendala yang ada dan apa alasannya sehingga program kerja mengalami perubahan.Sehingga ada elemen pembelajaran yang bisa didapat bersama.

Program Advokasi terhadap hak-hak Penyintas sesungguhnya mampu men-jadi program yang signifikan bagi perubahan kebijakan dan sosial tentang tang-gap bencana di tingkat DIY apabila WALHI Yogyakarta memiliki konsep yang matang, ditunjang dengan pendanaan yang cukup, dan Sumber Daya Manusia yang memadai. Program ini telah mampu menghasilkan data dari assesment yang dilakukan mengenai kurangnya respon pemerintah dalam memenuhi hak penyintas. Harapannya program yang masih cukup relevan ini dapat didorong menjadi advokasi kebijakan baik di tingkat Propinsi maupun di level kabupaten/

...perubahan terhadap program kerja tetap harus berbasis pada

perencanaan yang telah dilakukan tahun 2009-2013 bukan se-

baliknya kegiatan-keg-iatan secara insidental

dilakukan kemudian dicari legitimasinya

untuk coba dimasuk-kan dalam kerangka

pelaksanaan program.

Page 25: Laporan KDLH 2011

25

kota karena dampak sekunder, tersier masih dan akan terus berlanjut.

Sampai dengan tahun kedua ini WALHI Yogyakarta belum mendapatkan sumber dana yang cukup sig-nifikan untuk mendorong kerja-kerjanya. Sehingga penting adanya peningkatan kapasitas membuat pro-posal, berjejaring dengan donor, mengelola program dan kerjasama dengan anggota atau pihak lain untuk mencari sumber dana bersama.

Kekhawatirannya apabila situasi ini bertahan sampai tahun ketiga dan keempat tentu sangat sulit un-tuk meraih tujuan awal yang ditetapkan dalam perencanaan. Adanya perubahan Rencana Kerja Tahunan (REKAT) yang lebih terfokus dan terarah disesuaikan dengan kapasitas organisasi sangat diperlukan pada tahun kedua ini. Sedikit Program namun dapat dijalankan dan memperoleh hasil yang maksimal lebih baik untuk dijalankan sembari melakukan perbaikan-perbaikan di tingkat internal kelembagaan.

B. Organisasi

Mekanisme Organisasi

Pelibatan anggota dalam pelaksanaan program masih minim dengan presentase 30% dari keseluruhan program, padahal sebagai lembaga yang berbasis jaringan seharusnya keterlibatan anggota terhadap pro-gram kerja WALHI diharapkan semaksimal mungkin. Apalagi ditengah kondisi keuangan yang minim du-kungan dan keterlibatan anggota dalam menjalankan program sangat dibutuhkan. Program kawasan yang menjadi program kerja sampai saat ini belum berjalan maksimal bahkan ketika merespon erupsi Merapi keterlibatan anggota masih kurang optimal. Akibatnya ED kembali harus bekerja sendiri.

Koordinasi/Rapat sekertariat bulanan merupakan elemen yang cukup signifikan untuk merencanakan dan mengevaluasi jalannya program kerja. Kendala-kendala yang dihadapi diharapkan dapat teridentifikasi dan terpecahkan dalam rapat. Perubahan program kerja sebagai respon untuk menyikapi berbagai kendala yang ada dapat terumuskan dan terinternalisasi dengan baik oleh semua staff dan relawan. Beban kerja dapat terdistribusi secara merata karena tanggung jawab terlaksananya program tidak hanya berada di tan-gan Direktur Eksekutif saja tetapi juga pada staf ED yang lain.

Pada tahun kedua ini rapat koordinasi tidak secara rutin dilakukan oleh ED. Koordinasi lebih banyak dilakukan secara insidental dan fungsinya lebih pada persiapan teknis kegiatan yang akan dilakukan. Se-hingga pemahaman terhadap program kerja juga tidak sama pada setiap staff ED. Sedikit banyak hal ini menjadi kendala pada pelaksanaan program. Segala pengambilan keputusan masih dipegang oleh Direktur Eksekutif, sehingga beban kerja Direktur Eksekutif tinggi padahal ada beberapa hal yang seharusnya bisa didistribusikan kewenangannya kepada Staff. Dengan demikian Direktur tinggal menjalankan fungsi asis-tensi dan kontrol terhadap program yang dijalankan oleh Staff.

Asistensi Walhi terhadap organ support saat ini yang telah menampakan hasil adalah program pelatihan enviromentalis dasar yang alumninya diharapkan dapat bergabung di Sahabat Lingkungan sedangkan op-timalisasi WI sebagai pool resource belum memberikan hasil dalam membangun kerangka kerja advokasi. Begitu juga peran Dewan Daerah dalam menjalankan mandate statute belum optimal.

Optimalisasi Kinerja Sumber Daya Manusia

Berdasarkan laporan tahunan kinerja ED tahun 2010/2011 dari sisi manajemen, yang paling utama adalah persoalan SDM. Tahun ini Walhi Yogyakarta harus berjalan dengan 4 staff karena kepala divisi pengorgan-isasian mengundurkan diri. Sempat terjadi ketimpangan pelaksanaan program. Namun mampu direspon dengan mengangkat relawan sesuai dengan kebutuhan program. Hal ini juga dikarenakan kondisi keuan-gan yang minim sehingga belum dapat mengangkat staff pengganti. Program Basic Environmental Train-ing (BET) juga menjadi solusi untuk memecahkan problem kekurangan SDM di WALHI Yogyakarta, selain sebagai sarana kaderisasi.

Hal yang harus dipikirkan berikutnya adalah mengenai SDM harus diperjelas mengenai pembagian tugas agar tidak terjadi kesenjangan beban pekerjaan. Untuk itu perlu dilakukan penilaian beban kerja (asses-

Page 26: Laporan KDLH 2011

26

ment) dan kontrol atas SDM yang disesuaikan dengan diskripsi kerja dan Standar Operating Procedure (SOP) yang sudah disepakati sehingga mandat organisasi dapat dicapai lebih optimal.

Peningkatan kapasitas SDM Walhi Yogyakarta perlu dilakukan untuk menambah kompetensi SDM Walhi dalam penelitian, advokasi lingkungan, analisis kebijakan, kampanye, penyusunan proposal, manajemen organisasi dan memabngun jaringan yang strategis.

Pengelolaan barang (asset)

Ketersediaan sumber daya yang mendukung mandat organisasi menjadi hal yang penting. Tidak hanya sumber daya manusia tetapi barang (asset) menjadi bagian penting sebagai alat untuk mencapai tujuan. Ke-beradaan asset tersebut telah mampu dikelola meskipun masih terkesan dokumentasi inventarisasi barang. Pembiayaan pengelolaan pun menjadi tinggi sehingga mempengaruhi pembiayaan program lainnya. Se-hingga menjadi penting perawtan dan inventarisasi barang serta ”surat peminjaman” bagi yang meminjam asset tersebut dapat dilakukan optimal dalam mendukung kinerja SDM WALHI.

C. Pembiayaan

Prosentase pengeluaran Walhi Yogyakarta sudah cukup proporsional antara operasional program den-gan support managerial ED. Walaupun secara nominal masih sangat kurang untuk mendukung program REKAT. Sangat wajar apabila program tidak dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya apabila dilihat dari segi pendanaan.

Pemasukan Walhi Yogyakarta tahun 2010-2011 terbesar yaitu sekitar 65% didapatkan dari Donor Lain, artinya tingkat ketergantungan WALHI Yogyakarta terhadap Donor masih cukup tinggi. Sulitnya mencari lembaga donor yang mau membiayai kegiatan WALHI dan kemampuan membuat proposal yang hanya di-miliki oleh sedikit orang menjadi kendala yang harus disiasati. Pendapatan potensial yang bisa lebih diting-katkan adalah Fundrising dan Unit usaha Walhi yaitu telah menyumbang 22% dari pendapatan. Pengelo-laan yang serius dengan berbasis bussines plan, dikelola oleh orang yang kompeten, publikasi yang menarik diversifikasi unit usaha merupakan langkah yang dapat dilakukan untuk terus menaikkan omzet dari Unit Usaha ini. Penggalangan dana publik secara reguler perlu dicoba dilakukan oleh Walhi Yogyakarta karena hasilnya ternyata cukup signifikan untuk mendukung kinerja Walhi Yogyakarta.

Iuran anggota WALHI bisa dihidupkan kembali tidak harus dalam bentuk uang bisa juga sumbangan ba-rang bekas seperti koran atau botol yang bisa dijual kembali oleh WALHI Yogyakarta selain menghidupkan rasa kepemilikan (baca: handarbeni) anggota terhadap WALHI Yogyakarta kegiatan ini juga merupakan wu-jud partisipasi anggota.

Kesimpulan dan Rekomendasi

1. Perlu adanya perubahan REKAT yang lebih realistis disesuaikan dengan kondisi internal WALHI Yogya-karta. Tidak perlu banyak kegiatan sedikit namun berkualitas capaiannya dapat maksimal.

2. Kerjasama yang lebih luas dengan para pemangku kepentingan (stakeholders) yang tidak mengikat di-perlukan untuk menyiasati kebutuhan pendanaan program.

3. Perbaikan sistem organisasi, rekomitmen terhadap staff, penegakan SOP perlu dilakukan agar organisasi berjalan sehat.

4. Peningkatan kapasitas staff berupa pelatihan fundrising dan advokasi lingkungan untuk menambah kompetensi staff ED.

5. Penataan manajemen fundrising mess dan kedai hijau yang lebih baik, berkelanjutan sesuai dengan bus-siness plan yang telah direncanakan.

6. Pelibatan anggota terhadap kinerja Walhi Yogyakarta.

7. Keberlanjutan program BET untuk mendukung regenerasi dan menjawab persoalan kekurangan SDM di WALHI Yogyakarta.

Page 27: Laporan KDLH 2011

27