LAPORAN KASUSss

37
URAIAN KASUS I. Identitas Pasien No. Rekam Medik : 00-67-61 Nama Inisial : Tn. B. S. Jenis Kelamin : Laki-laki TTL : 10 Mei 1967 Usia : 47 tahun Alamat : Kp. Cilangkap, Tapos, Depok Pendidikan Terakhir : SPK RSPAD Gatot Soebroto Pekerjaan : Staf Bagian Perawatan RSPAD Gatot Soebroto, saat ini tidak bekerja lagi Agama : Islam Status Pernikahan : Bercerai (Duda) Suku : Jawa Tanggal Masuk : 10 Desember 2014 II. Riwayat Psikiatri Autoanamnesa : 19, 20, 21 Desember 2014. Alloanamnesa : 20 Desember 2014 dengan ayah pasien via telepon A. Keluhan Utama Pasien tidak mau merawat diri dan marah-marah sejak keluar dari Paviliun Amino terakhir pada bulan November 2014 lalu. B. Keluhan Tambahan Pasien membanting remote control televisi di rumahnya. Menurut anamnesis dengan ayah pasien didapatkan bahwa pasien membanting remote control televisi setelah ditegur oleh ayahnya karena 1

description

jiwa

Transcript of LAPORAN KASUSss

URAIAN KASUSI. Identitas Pasien No. Rekam Medik: 00-67-61 Nama Inisial: Tn. B. S. Jenis Kelamin: Laki-laki TTL: 10 Mei 1967 Usia: 47 tahun Alamat: Kp. Cilangkap, Tapos, Depok PendidikanTerakhir: SPK RSPAD Gatot Soebroto Pekerjaan : Staf Bagian Perawatan RSPAD Gatot Soebroto, saat ini tidak bekerja lagi Agama: Islam Status Pernikahan: Bercerai (Duda) Suku: Jawa Tanggal Masuk: 10 Desember 2014

II. Riwayat Psikiatri Autoanamnesa: 19, 20, 21 Desember 2014. Alloanamnesa: 20 Desember 2014 dengan ayah pasien via telepon

A. Keluhan UtamaPasien tidak mau merawat diri dan marah-marah sejak keluar dari Paviliun Amino terakhir pada bulan November 2014 lalu.

B. Keluhan TambahanPasien membanting remote control televisi di rumahnya. Menurut anamnesis dengan ayah pasien didapatkan bahwa pasien membanting remote control televisi setelah ditegur oleh ayahnya karena pasien mengganti-ganti channel siaran dengan cepat dan terus menerus.

C. Riwayat Gangguan SekarangPasien mengaku diantar oleh ayah pasien ke RSPAD Gatot Soebroto karena pasien tidak betah tinggal di rumah. Pasien merasa jika tinggal di rumah, pasien tidak bisa belajar, tidak bisa berkonsentrasi, dan tidak tenang. Pasien mengatakan di rumah, pasien sering dimarahi oleh ayahnya dan ayahnya telah membuhuh pasien dua kali menggunakan ilmu halus.Pasien sering mendengar ayah dan adik pasien memarahi, memaki, dan menertawakan pasien. Pasien juga mengeluhkan bahwa pasien tidak bisa tidur di rumah karena ada banyak kereta kencana dan suara-suara dari neraka dan dari alam semesta lain yang setiap malam memanggil-manggil namanya. Pasien menyatakan lebih senang tinggal di Paviliun Amino RSPAD Gatot Soebroto karena disinilah tempat paling nyaman baginya untuk belajar. Pemeriksa bertanya mengapa pasien membanting barang di rumah. Pasien menjawab bahwa dirinya memang membanting remote control televisi, namun saat itu bukan ia yang membanting. Saat itu pasien mengaku dirinya sedang kerasukan sesuatu. Pasien memberitahu pemeriksa rasa kerasukan seperti dikontrol atau disuruh untuk membanting remote control televisi.Pasien memiliki hobi menciptakan lagu, saat ini pasien mengaku sudah menciptakan 250 lagu yang disusun dalam 100-an lebih album. Pasien juga mengatakan kepada pemeriksa bahwa pasien telah menemukan robot yang bisa menjadi awal mula pengabul seluruh kebutuhan manusia. Pasien meyakini bahwa robot tersebut dapat disusun asalkan manusia memiliki program software dan hardware yang tepat berdasarkan rahasia bilangan avogadro dan rumus unlimited pangkat dua. Pasien tidak memberi tahu pemeriksa apa tujuan pasien membuat robot, software, dan alat pengabul seluruh kebutuhan manusia. Pasien cenderung menyembunyikan keterangan dari pemeriksa.Pasien saat ini tidak mau bekerja lagi. Menurut pasien, bagian keperawatan RSPAD sangat bobrok dan tidak bermutu, dan hanya pasien yang bisa mengembalikan citra baik bagian keperawatan RSPAD. Pasien tidak mau bekerja jika hanya menjadi perawat biasa. Pasien ingin ia diangkat sebagai kepala bagian.Pasien mengatakan kepada pemeriksa bahwa dirinya beragama Islam, tapi tidak mau solat karena setiap kali pasien mau berwudhu selalu ada suara-suara yang mengganggunya. Demikian juga setiap saat pasien akan mandi, pasti ada suara-suara, sehingga pasien enggan untuk mandi dan lebih memilih mengganti baju saja. Pasien hanya menyatakan kepada pemeriksa bahwa suara-suara tersebut terdengar setiap saat pasien akan solat dan mandi, tetapi tidak memberi tahu pemeriksa secara detail suara tersebut perempuan atau laki-laki dan apa yang suara tersebut katakan kepada pasien. Pasien berkata kepada pemeriksa bahwa pemeriksa harus lebih banyak belajar agar dapat mengetahui sendiri suara apa yang bicara kepada pasien, sehingga pemeriksa tidak perlu bertanya kepada pasien.Pasien menyatakan kepada pemeriksa bahwa di kamar tempat tidurnya di Paviliun Amino merupakan sebuah kerajaan besar bertingkat seribu dan mewah. Di bagian belakang kamarnya ada satu kereta yang bolak balik ke bumi dan ke langit. Pasien juga banyak menyatakan kepada pemeriksa tentang ayat-ayat Al Quran yang pasien karang sendiri. Misalnya, pasien berkata bahwa di alam dunia manusia harus terus belajar, agar bisa bertemu dengan Allah. Tetapi kalau manusia tidak sanggup belajar di dunia tidak apa-apa, cukup berdoa dan memohon kepada Allah agar dimasukkan ke neraka. Di neraka ada pohon yang menjadi sumber ilmu bagi seluruh manusia. Pasien tidak menjawab pemeriksa ketika pemeriksa bertanya lebih lanjut mengenai pohon tersebut. Pasien mengubah topik pembicaraan dengan segera ke lagu ciptaannya dan meminta pemeriksa merekam pasien yang sedang menyanyikan lagu ciptaannya.Pemeriksa kemudian bertanya mengenai lagu-lagu yang pasien ciptakan, pasien tidak menjawab sesuai topik, tetapi menjawab bahwa selain mengarang lagu, hobi pasien yang lain adalah menciptakan sesuatu yang baru bagaikan ilmuwan. Pasien menyatakan bahwa pasien sanggup membuat makanan dari rumput, membuat mobil yang dapat dilipat dan dimasukkan ke dalam saku, membuat alat transportasi seperti UFO yang bisa berkeliling dunia dan alam semesta.Pasien mengaku dulu pernah dibawa ke orang pintar atau dukun oleh ayahnya, kemudian dukun tersebut membukakan cakra di dalam dirinya. Semenjak pulang dari dukun tersebut, pasien mengaku pandangannya terhadap dunia menjadi berbeda. Pasien mengatakan dunia ini terhubung oleh semesta yang lain yang tidak sembarang orang dapat melihat. Jika ingin melihat semesta yang lain harus belajar kepada pasien.

D. Riwayat Gangguan Sebelumnya1. Riwayat Gangguan PsikiatriAlloanamnesis dengan ayah pasien tanggal 20 Desember 2014 via telepon, pemeriksa mendapatkan data bahwa Tn. B merupakan pasien yang sudah lebih dari 10 kali dirawat di Paviliun Amino sejak 1995. Pasien saat itu dirawat karena mengamuk, marah-marah, merusak barang, hingga mengganggu keluarga dan tetangga sekitar rumah. Pasien kemudian diberikan obat tetapi ayah pasien lupa obat apa. Ayah pasien juga lupa tahun-tahun persis pasien dirawat dan penyebab-penyebab pasien dirawat.Menurut ayah pasien, pemicu pertama pasien sakit pada tahun 1995 adalah kejadian pada sekitar tahun 1992-1993, saat itu pasien tidak jadi menikah dengan pacar pasien sesama perawat. Ayah pasien mengatakan, batalnya menikah saat itu karena pacarnya meminta mahar sebesar Rp 20.000.000. Ayah pasien menilai bahwa pacar pasien saat itu sangat matrealistis dan menyuruh pasien memutuskan hubungan mereka. Sejak saat itu pasien menjadi pemurung.Sejak tahun 1995 saat pertama kali pasien dirawat, pasien berulang kali dirawat. Ayah pasien mengaku tidak ingat persis sebab pasien dirawat per tahunnya karena pasien hampir setiap tahun memang dirawat di Paviliun Amino. Ayah pasien menyatakan bahwa dalam satu tahun setidak-tidaknya pasien dirawat 4 sampai 5 kali dengan lama perawatan selama 2 bulan. Pasien pulang ke rumah hanya satu atau dua minggu, lalu pasien dikembalikan ke Paviliun Amino untuk dirawat. Pada tahun-tahun tertentu terkadang pasien dirawat hingga 6 sampai 8 bulan di Paviliun Amino.Setiap pasien dibawa pulang, biasanya untuk cuti beberapa minggu atau pulang atas permintaan dokter penanggung jawab. Ketika di rumah, pasien tidak mau minum obat. Pasien jarang berkomunikasi dengan keluarga. Suara-suara dan bayangan-bayangan tetap dialami oleh pasien tanpa perbaikan.Pada tahun 2008, ayah pasien menyatakan bahwa pasien dirawat di Pavilun Amino karena mengamuk. Menurut ayah pasien, tahun 2008 adalah pengalaman mengamuk pasien yang paling parah, karena pasien sampai memecahkan seluruh barang pecah belah seperti piring, gelas, televisi, handphone, sampai kaca cermin di rumahnya.Kemudian pada tahun 2009, pasien juga dirawat, namun bukan dengan keluhan mengamuk tetapi karena pasien tidak mau makan, tidak mau keluar kamar, dan tidak mau berbicara dengan orang lain. Pasien tidak pernah kontrol secara teratur di poli jiwa RSPAD. Pasien juga tidak mau meminum obatnya di rumah.Sejak 2009, seperti tahun-tahun sebelumnya pasien pulang-pergi dari Paviliun Amino untuk alasan yang sama, jika tidak karena mengamuk, karena pasien diam di dalam kamar tidak mau makan.Tahun 2014, pasien masuk perawatan pada Februari 2014 dan pulang tanggal 17 November 2014, lalu dirawat kembali di Paviliun Amino pada 10 Desember 2014.

2. Riwayat Gangguan MedikPasien pernah menderita sinusitis dan pernah melakukan operasi sinusitis di bagian THT RSPAD Gatot Soebroto. Tidak pernah mengalami riwayat trauma kepala, riwayat kejang atau epilepsi disangkal, riwayat nyeri kepala hebat sampai muntah memuncrat disangkal, riwayat tumor pada bagian otak disangkal.

3. Riwayat Penggunaan Zat PsikoaktifRiwayat merokok disangkal, pasien tidak pernah meminum minuman beralkohol, pasien tidak pernah mengkonsumsi obat-obatan terlarang.

III. Riwayat Kehidupan Pribadi1. Riwayat Prenatal dan PerinatalPasien dilahirkan cukup bulan, tidak ada trauma kelahiran, lahir secara spontan, berat badan lahir normal, tidak ada kelainan pembesaran kepala. Pasien dilahirkan oleh bidan.2. Riwayat Masa Kanak (0-3 tahun)Menurut ayah pasien, pada fase usia ini pasien tumbuh normal seperti anak sebaya lainnya. Pasien mulai merangkak sekitar usia 8 bulan dan berjalan pada usia 1 tahun. Pasien mulai mengucap kata-kata sederhana di usia 1 tahun lebih, namun ayah pasien lupa usia tepatnya.3. Riwayat Masa Kanak Pertengahan (3-11 tahun)Pasien merupakan anak yang sangat pintar. Di sekolah pasien selalu mendapatkan prestasi dan peringkat yang baik.4. Riwayat Masa Kanak Akhir dan RemajaPasien tidak pernah mendapat masalah yang berarti selama sekolah. Orangtua pasien tidak pernah dipanggil oleh pihak sekolah karena kenakalan atau tingkat laku buruk pasien lainnya.5. Riwayat Masa Dewasaa. Riwayat PendidikanPasien lulus dari SD dan SMP dengan predikat sangat baik. Pasien bersekolah di SDN 2 Cilangkap, SMPN 1 Cibinong, dan SMAN 1 Bogor. Tetapi di SMAN 1 Bogor hanya sebentar saja. Pasien kemudian meneruskan pendidikan di SPK RSPAD Gatot Soebroto atas permintaan dari pihak keluarganya, terutama dari ibu pasien. Pasien lulus dari SPK RSPAD Gatot Soebroto juga dengan prestasi dan predikat sangat baik. Ayah pasien menuturkan bahwa saat itu pasien merupakan lulusan terbaik dan membanggakan.b. Riwayat PekerjaanSetelah lulus dari SPK RSPAD, pasien diangkat menjadi PNS perawat karena merupakan lulusan terbaik. Pasien kemudian bekerja di RSPAD pada bagian ICU. Setelah pasien sakit pada tahun 1995, pasien dipindahkan ke BAGWAT karena sering melakukan rawat jalan ke poli jiwa.c. Riwayat Pernikahan dan HubunganPasien merupakan seorang duda tanpa anak. Pasien menikah pada tahun 2004. Pasangan saat itu ditentukan atas pilihan kedua orangtuanya. Pernikahan pasien berlangsung selama 4 tahun, kemudian istri pasien menceraikan pasien. Menurut pasien, istrinya menceraikannya karena istrinya merasa dibohongi. Pasien dan keluarga tidak pernah menceritakan riwayat pasien pernah dirawat di bangsal jiwa. Namun menurut ayah pasien, perceraian terjadi karena istri pasien hanya mengambil gaji dari pasien tanpa mau merawat pasien sebagai suaminya, sehingga ayah pasien menyuruh pasien menceraikan istrinya.d. Riwayat Kehidupan BeragamaPasien merupakan seorang yang beragama muslim. Pasien hampir tidak pernah melakukan ibadah solat 5 waktu karena menurut pasien, setiap kali pasien mau solat selalu ada suara dan bisikan yang mengganggunya.e. Riwayat HukumPasien tidak pernah melakukan tindakan yang melanggar hingga harus berurusan dengan pihak hukumf. Riwayat Aktivitas SosialSelama di rumah lebih sering menyendiri di dalam kamar. Selama dirawat di Paviliun Amino, pasien dapat berbaur dengan pasien lain di dalam bangsal.g. Riwayat PsikoseksualPasien mengatakan bahwa dirinya tidak pernah berpacaran seumur hidup, pasien mengaku langsung menikah dengan mantan istrinya tanpa proses pacaran. Menuru alloanamnesa, pasien pernah berpacaran beberapa kali selama sekolah.6. Riwayat KeluargaPasien merupakan anak pertama dari 6 bersaudara. Pasien memiliki satu orang adik laki-laki dan empat orang adik perempuan. Tidak ada riwayat gangguan jiwa pada anggota keluarga pasien. Pasien pernah menikah dan bercerai tanpa memiliki anak. Pasien saat ini tinggal bersama ayah dan ibu pasien.

Genogram :

KETERANGAN : Laki-laki Meninggal

Perempuan Bercerai

Pasien Tinggal bersama satu rumah

7. Situasi Kehidupan SekarangSaat ini perawatan diri pasien sangat buruk, pasien tidak mau mandi dan hanya mau mengganti baju. Sebelum dirawat, pasien mengaku sulit tidur di rumahnya. Saat ini keseharian pasien hanya duduk, tidur, makan siang, dan menyendiri di dalam kamar rawatnya.8. Persepsia. Persepsi Pasien tentang Diri dan KehidupanPasien saat ini menganggap dirinya tidak sakit. Pasien juga tidak menyadari bahwa dirinya telah membanting remote control dan tidak sadar bahwa menjaga kebersihan diri terutama mandi merupakan hal yang dibutuhkan. Pasien tidak merasa terdapat kelainan pada diri pasien.

b. Persepsi Keluarga terhadap PasienKeluarga pasrah dan ikhlas atas keadaan pasien saat ini. Keluarga berharap pasien dapat sembuh dan sehat seperti dulu, namun jika hal tersebut tidak dapat tercapai, keluarga sudah paham dan tidak menuntut terlalu banyak kepada pasien maupun kepada tenaga kesehatan.c. Mimpi, Fantasi, dan Nilai-nilaiPasien pernah bercita-cita menjadi teknisi, menjadi sarjana teknik, menjadi pilot, dan menjadi ilmuwan. Saat ini pasien ingin menjadi pimpinan keperawatan di RSPAD, pasien ingin menciptakan benda atau alat canggih yang bisa mengabulkan permintaan dan kebutuhan manusia. Pasien menyangkal adanya mimpi buruk. Pasien hanya berkata dalam mimpinya ia bertemu dengan adiknya yang datang menjemput pasien menggunakan kereta untuk berkeliling alam semesta.

IV. Pemeriksaan Status MentalPemeriksaan dilakukan pada tanggal 20 Desember 20141. Deskripsi Umuma. PenampilanPasien berjenis kelamin laki-laki berusia 47 tahun dengan penampilan sesuai usia, tinggi 155 cm, kulit berwarna sawo matang, rambut pendek beruban. Perawatan diri pasien sangat kurang. Pada saat wawancara, pasien menggunakan baju kemeja kotak-kotak yang sobek di bagian pinggir dan kancingnya lepas sehingga bagian perut pasien terlihat. Pasien mengenakan celana panjang berwarna biru muda yang digulung setinggi lutut. Pasien dapat berjalan dengan keseimbangan baik, cara jalan pasien normal.b. Perilaku dan Aktivitas PsikomotorikPasien aktif dalam kegiatan wawancara. Pasien sering menyapa pemeriksa terlebih dulu. Pasien kurang kooperatif dalam proses wawancara. Pertanyaan pemeriksa memang dijawab oleh pasien, namun pertanyaan yang mengeksplorasi lebih mendalam tidak dijawab oleh pasien. Pasien banyak mendikte pemeriksa, pasien tidak mau diwawancara jika pemeriksa tidak berhasil memenuhi keinginan pasien dibawakan artikel tentang mesin pengabul segala permintaan. Selama pemeriksaan tidak tampak adanya gerakan tubuh yang melambat secara menyeluruh dan gerakan tidak bertujuan dan tidak berguna yang patut diperhatikan.

c. Sikap terhadap PemeriksaPasien tampak sopan terhadap pemeriksa. Pasien menjawab pertanyaan dari pemeriksa meski tidak semua pertanyaan. Pasien sesekali mengganti topik pembicaraan tanpa ada hubungan antara satu topik dan lainnya.d. Mood dan AfekMood : Terbatas. Emosi yang ditunjukkan pasien terkesan dibatasi. Pasien tidak melaporkan secara jelas mengenai emosi yang meresap dan dipertahankan oleh dirinya. Pasien tidak melaporkan perasaan subjektif yang saat ini dirasakan kepada pemeriksa.Afek : Terbatas. Pasien menunjukkan penurunan intensitas irama perasaan yang tidak lebih parah dari pada afek yang tumpul, namun jelas terlihat menurun.Keserasian : Tidak serasi (inappropriate). Karena pasien bercerita bahwa pasien pernah dibunuh dua kali oleh ayahnya menggunakan ilmu, namun mimik wajah pasien saat menceritakan pembunuhan tersebut sambil tersenyum. Sehingga terdapat ketidakharmonisan antara irama perasaan emosional dengan gagasan atau pembicaraaan yang menyertainya.e. PembicaraanPasien dapat berbicara dengan lancar dan baik, volume suara normal, irama teratur dan artikulasi yang jelas. Pasien tidak menjawab pertanyaan yang melenceng dari topik. Terkadang pasien memulai topik baru yang sama sekali tidak berhubungan selama wawancara. f. Gangguan PersepsiDari hasil wawancara didapatkan pada pasien terdapat :1) Halusinasi auditorik : Pasien mendengar adanya suara-suara yang mengganggu tidurnya. Suara-suara tersebut juga mengganggu pasien setiap pasien mau solat dan mandi. Pasien juga mendengar suara ayah dan adiknya yang sering memarahi, memaki, dan menertawakan pasien.2) Halusinasi visual : Pasien melihat di dalam kamar rawatnya saat ini terdapat istana besar, bangunan 1000 tingkat dan kereta yang dapat membawa orang keluar alam semesta.g. Pikiran1) Bentuk dan Arus pikirPada proses wawancara, ketika pemeriksa bertanya beberapa pertanyaan yang kritis dan pertanyaan yang merujuk kepada eksplorasi lebih mendalam, ditemukan terdapat adanya asosiasi longgar, dimana aliran gagasan pasien bergeser dari satu topik ke topik lainnya tanpa adanya hubungan antara satu dengan lainnya.2) Isi pikirDidapatkan adanya waham dikendalikan (delusion of control) dan waham dipengaruhi (delusion of influence), dimana pasien tidak mau mandi dan solat karena setiap mau mandi dan solat ada suara-suara yang mempengaruhi dan mengendalikan pasien agar tidak mandi dan tidak solat. Waham dikendalikan juga didapat dari keterangan pasien bahwa pasien membanting remote control televisi karena merasa dirinya dirasuki dan dikontrol agar melakukan hal tersebut.Didapatkan juga adanya waham bizzare, dimana pasien mengatakan bahwa pasien dapat menciptakan benda dan alat pengabul permintaan manusia berdasarkan rahasia bilangan avogadro. Selain itu juga didapatkan adanya waham kebesaran, dimana pasien mengatakan bahwa jika pasien harus menjadi kepala bagian perawatan RSPAD karena hanya pasien yang bisa membenahi bagian keperawatan RSPAD.3) Proses PikirPada pasien ditemukan adanya proses pikir yang dereistik dan tidak logis. Karena pasien berpikir untuk menciptakan alat-alat yang tidak masuk akal, menciptakan makanan dari rumput, menciptakan robot, dan sebagainya.h. Sensorium dan Kognisi1) Taraf kesadaran dan kesiagaan Kesadaran atau sensorium : Kompos mentis.2) Orientasi Orientasi waktu : Baik. Pasien dapat membedakan antara waktu pagi, siang, sore, dan malam berdasarkan warna langit. Pasien dapat menyebutkan jam dengan baik dan benar. Pasien juga mengetahui hari meski tidak dapat menyebutkan tanggal berapa. Orientas tempat : Baik. Pasien dapat mengetahui dirinya sedang dirawat di RSPAD Gatot Soebroto di Paviliun Amino. Orientasi orang : Baik. Pasien dapat mengenali dan membedakan pemeriksa, dokter, residen, teman satu bangsalnya.

3) Daya ingat Jangka panjang : Baik. Pasien dapat menyebutkan tanggal lahir pasien dengan tepat, pasien dapat menyebutkan nama-nama sekolah pasien, pasien dapat menyebutkan nama adik-adiknya. Jangka sedang : Baik. Pasien dapat menyebutkan makanan yang pasien makan sehari sebelumnya dengan benar. Pemeriksa telah mengetahui sebelumnya menu makanan yang pasien makan. Jangka pendek : Baik. Pasien dapat menyebutkan menu makanan pagi yang pasien makan. Jangka segera : Baik. Pasien dapat mengulang 5 kata sederhana yang pemeriksa ucapkan dengan berurutan dan benar.4) Konsentrasi dan perhatianBaik. Pasien dapat menjawab pertanyaan seratus dikurangi tujuh, dikurangi tujuh lagi, dan seterusnya. Pasien mampu memusatkan perhatian kepada pemeriksa, dengan menjawab beberapa pertanyaan pemeriksa sesuai topik. Tidak ditemukan kelainan konsentrasi.5) Kemampuan membaca dan menulisBaik. Pasien memiliki sebuah buku yang pasien tulis. Pasien senang membaca koran. Pasien juga dapat menuliskan nama pasien ketika diminta oleh pemeriksa.6) Kemampuan visuospasialBaik. Pasien dapat menggambarkan jam sesuai permintaan pemeriksa.7) Pikiran abstrakBaik. Pasien dapat menjawab perbedaan antara kucing dan kelinci. Pasien juga mengetahui arti peribahasa tong kosong nyaring bunyinya. 8) Intelegensia dan daya informasiBaik. Pasien dapat menjawab nama Presiden RI pertama dan Presiden RI saat ini. Pasien juga dapat menjawab nama Gubernur DKI Jakarta saat ini.i. Kemampuan Mengendalikan ImpulsPengendalian impuls pasien baik. Pasien dapat mengendalikan diri, berperilaku sopan terhadap pemeriksa dan terhadap tenaga kesehatan lain di Paviliun Amino.j. Daya Nilai dan Tilikan1) Daya dan nilai sosialBaik. Pasien dapat bersikap sopan terhadap pemeriksa, dokter, residen, perawat, dan sesama pasien di dalam bangsal.

2) Uji daya nilaiBaik. Pasien tidak mengambil dompet yang terjatuh di jalan raya. Jika di dalam dompet terdapat sejumlah uang, pasien akan mencari pemilik dompet tersebut dan mengembalikannya.3) Penilaian realitaRTA pasien terganggu.4) TilikanTilikan pasien derajat 1. Dimana pasien sama sekali tidak menyadari saat ini dirinya sedang sakit dan butuh perawatan. Pasien menyatakan dirinya dirawat karena marah-marah, namun bukan menyadari dirinya sakit.5) Taraf dapat dipercayaSecara umum, keterangan yang diberikan oleh pasien tidak seluruhnya dapat dipercaya, karena keterangan dari ayah pasien ada yang sama dan ada yang berbeda dengan ucapan pasien.

V. Pemeriksaan Diagnosis Lebih LanjutTidak dilakukan pemeriksaan penunjang untuk diagnosis lebih lanjut seperti pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan radiologi, atau pemeriksaan neurologi.

VI. Ikhtisar Penemuan BermaknaPemeriksaan dilakukan pada Tn. B. S, usia 47 tahun, agama Islam, pendidikan terakhir SPK RSPAD Gatot Soebroto. Pasien datang ke Paviliun Amino pada tanggal 10 Desember 2014 diantar oleh ayah pasien karena pasien tidak mau merawat diri di rumah sejak terakhir kali pulang dari perawatan di Paviliun Amino bulan November 2014. Ayah pasien juga mengatakan pasien sempat marah-marah dan membanting remote control televisi di rumahnya. Pasien mengatakan ia membanting remote control karena kerasukan dan dikontrol saat kerasukan untuk membanting benda tersebut.Berdasarkan pemeriksaan status mental pada pasien didapatkan penampilan umum pasien sesuai usia dan perawatan diri sangat kurang. Kesadaran pasien kompos mentis. Selama wawancara pasien tenang dan kurang kooperatif. Pasien terkadang tidak mau menjawab pertanyaan pemeriksa yang mengarahkan ke eksplorasi dan identifikasi lanjut.Mood pasien terbatas dan afek terbatas, keserasian tidak serasi atau inappropriate. Pembicaraan lancar dan baik, volume suara normal, irama teratur dan artikulasi yang jelas. Konsentrasi dan perhatian pasien baik.Pada pasien didapatkan suatu bentuk dan arus pikir asosiasi longgar, isi pikir terdapat waham dikontrol, waham dipengaruhi, waham kebesaran dan waham bizzare, serta proses pikir berupa dereistik. Pasien mengalami gangguan persepsi, dimana pada pasien didapatkan adanya halusinasi pendengaran dan halusinasi visual. Halusinasi pendengaran didapatkan suara ayah dan adik pasien yang memarahi, memaki, dan menertawakan pasien. Halusinasi visual didapatkan pasien melihat istana, gedung 1000 tingkat, dan kereta di dalam kamar rawatnya. Pemeriksaan sensorium pasien didapatkan kesadaran, orientasi, daya ingat, kemampuan membaca menulis, dan kemampuan visospasial baik.Selama wawancara, pasien dapat mengendalikan diri dengan berperilaku baik dan sopan. Daya nilai dan daya sosial pasien baik. Pasien menyadari saat ini berada di dalam perawatan RSPAD Gatot Soebroto dalam keadaan sakit, namun pada saat yang sama pasien juga menyangkal bahwa dirinya sakit dan butuh perawatan.

VII. Formulasi DiagnostikAksis IPada pasien ditemukan adanya pola perilaku atau psikologis yang secara klinis bermakna dan secara khas berkaitan dengan suatu gejala yang menimbulkan distress (penderitaan) dan disability (hendaya) dalam beberapa fungsi psikososial dan pekerjaan. Maka dari itu, dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami suatu gangguan jiwa menurut PPDGJ III.Gangguan yang dialami pasien ini merupakan gangguan mental non-organik karena tidak ditemukan adanya gangguan kesadaran dan kognitif, pasien juga tidak berada dalam pengaruh zat psikoaktifdan alkohol, sehingga diagnosa gangguan mental organik dan gangguan mental akibat zat psikoaktif dapat disingkirkan.Dari anamnesis dan hasil pemeriksaan, terdapat pengalaman inderawi yang tak wajar berupa keliling alam semesta (delucion of perception), adanya waham-waham yang menetap berupa waham dikendalikan, waham dikontrol, waham bizzare dan waham kebesaran, dan terdapat adanya halusinasi visual dan auditorik yang menetap disertai ide-ide berlebihan. Pada pasien, gejala ini sudah berlangsung sejak tahun 1995, yang artinya telah berlangsung lebih dari satu bulan. Dari uraian tersebut sesuai dengan kriteria diagnosis skizofrenia.Pasien memenuhi kriteria diagnosis untuk Skizofrenia Paranoid menurut PPDGJ III, yaitu pertama, terdapat halusinasi atau waham yang menonjol berupa suara-suara yang mengancam atau memberi perintah. Kedua, terdapat juga waham dikendalikan dan waham dikontrol. Dan yang ketiga terdapat gangguan afektif pada pasien. Sehingga diagnosis Aksis I pada pasien diambil F20.0 Skizofrenia Paranoid.

Aksis IIPada pasien tidak ditemukan adanya gangguan kepribadian. Namun dari hasil anamnesa, didapatkan riwayat bahwa pasien tidak memilih sendiri keputusan masuk SPK RSPAD Gatot Soebroto dan pasien menikah pada tahun 2004 juga atas dorongan dan pilhan orangtuanya, pemeriksa mengambil kesimpulan pasien memiliki ciri kepribadian dependen.Kemudian, pasien menyukai kegiatan yang menyendiri, ia lebih suka berada di kamarnya untuk belajar. Ia tidak suka bergaul, dan tidak mempunyai teman akrab. Pasien hanya dekat dengan orangtuanya terutama ibunya. Dari keterangan tersebut pemeriksa mengambil kesimpulan pada pasien juga memiliki ciri kepribadian skizoid.Aksis IIITidak dapat ditentukan.Aksis IVDiperkirakan pasien memiliki masalah pada primary support group yaitu keluarga dan masalah psikososial yang berkaitan dengan lingkungan sosial, termasuk tetangga, pekerjaan dan percintaan.Aksis VPada aksis V ditentukan GAF HLPY (Global Assesment of Functioning Highest Level Past Year) pada pasien adalah 40-31 dimana terdapat beberapa disabilitas dalam hubungan dengan realita dan komunikasi, disabilitas berat dalam beberapa fungsi. GAF (Global Assesment of Functioning) pasien saat ini sama dengan GAF HLPY yaitu 40-31. VIII. Evaluasi MultiaksialAksis I : F20.0 Skizofrenia ParanoidAksis II : Tidak terdapat gangguan kepribadian, ciri kepribadian dependen dan ciri kepribadian skizoid.Aksis III : Tidak dapat ditentukanAksis IV : Masalah psikososial berkaitan dengan lingkungan sosial, pekerjaan dan percintaan.Aksis V : GAF HLPY 40-31 dan GAF saat ini 40-31.IX. DiagnosisDiagnosis Kerja: F20.0 Skizofrenia ParanoidDiagnosis Banding : F20.1 Skizofrenia Hebefrenik dan F20.5 Skizofrenia Residual.

X. Daftar MasalahOrganobiologik : Tidak ditemukan permasalahanPsikologik Mood : Terbatas Afek : Terbatas Gangguan persepsi : Halusinasi auditorik dan halusinasi visual Proses pikir : Asosiasi longgar Isi pikir : Waham dikendalikan, waham dikontrol, waham bizzare, waham kebesaran. RTA : Terganggu. Tilikan : Derajat 1

XI. Prognosis ad vitam : dubia ad bonam ad functionam : ad malam ad sanationam : ad malam

XII. Penalataksanaana. Farmakologis Aripiprazol 15 mg 1x1 PO Clozapine 3 x 100 mg 3x1 PO Trihexyphenidyl 2 gram 2x2 POb. NonfarmakologisTerhadap pasien: Melakukan intervensi psikoterapi individu kepada pasien agar pasien dapat mengeluarkan isi hati dan masalah yang pasien pendam sehingga psikiatri atau pemeriksa dapat membantu mencarikan jalan keluar bagi permasalahannya. Mengajarkan kepada pasien untuk bersosialisasi dengan baik, dimulai dari bersosialisasi bersama teman satu bangsalnya. Mengembalikan pasien pada fungsi optimal terutama dalam kehidupan sosioekonomi, minimal pasien bisa merawat kebersihan diri dengan baik tanpa disuruh. Memberikan penjelasaan pada pasien yang bersifat komunikatif, edukatif dan informatif tentang keadaan pasien sehingga pasien dapat menjaga kepatuhan minum obat, mengerti tentang gangguan yang dideritanya dan juga menyadari bahwa ada kemungkinan bahwa keluhan-keluhan yang dideritanya disadari oleh faktor psikologis dan dapat mencari bantuan psikiatri pada saat pasien membutuhkannya.Kepada keluarga Melakukan intervensi kepada keluarga yang berfokus untuk mengubah interaksi di antara anggota keluarga dan berupaya untuk memperbaiki fungsi keluarga sebagai suatu unit yang utuh. Keluarga diharapkan dapat memperbaiki hubungan dengan pasien, mengutamakan komunikasi dan rekreasi bagi pasien untuk mendukung keadaan pasien kembali menjadi pulih, atau minimal mengembalikan keadaan pasien dapat merawat dirinya sendiri. Keluarga diharapkan mampu mengawasi, mengingatkan, dan mengajak pasien untuk patuh minum obat maupun kontrol berobat jika obat habis untuk memantau perjalanan penyakit pasien dan tindak lanjut dari pengobatan yang didapat pasien.Kepada lingkungan sekitar pasien Memberikan edukasi kepada teman kerja, tetangga, dan orang sekitar lingungan pasien mengenai kondisi dan keadaan pasien saat ini. Mungkin dapat memberikan pasien kegiatan sesuai kemampuan pasien saat ini sehingga lingkungan dapat menerima pasien. XIII. DiskusiBerdasarkan pedoman diagnostik menurut PPDGJ III, kriteria diagnosis untuk Skizofrenia (F20) adalah:1. Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas) :a) Thought echo = isi pikiran dirinyasendiri yang berulang atau bergema dalam kepalanya (tidak keras) , dan isi pikiran ulangan, walaupun isi sama, namun kualitasnya berbeda; atau Thought insertion or withdrawal = isi pikiran yang asing dari luar masuk kedalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar dirinya (withdrawal); danThought broadcasting = isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau umum mengetahuinya;b) Delusion of control = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan tertentu dari luar; atauDelusion of influence = waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu kekuatan tertentu dari luar; atauDelusion of passivity = waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap suatu kekuatan tertentu dari luar; (tentang dirinya = secara jelas merujuk ke pergerakan tubuh atau anggota gerak atau ke pikiran, tindakan, atau penginderaan khusus);Delusional perception = pengalaman inderawi yang tak wajar, yang bermakna, sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat;c) Halusinasi auditorik: - Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap perilaku pasien, atau - Mendiskusikan perihal pasien diantara mereka sendiri (diantara berbagai suara yang berbicara), atau jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh.d) Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan diatas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan makhluk asing dari dunia lain).

2. Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas :a) Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja, apabila disertai baik oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan (over loaded ideas) yang menetap, atau yang apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus menerus;b) Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan (interpolation), yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan atau neologisme;c) Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh gelisah (excitement), posisi tubuh tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme dan stupor;d) Gejala gejala negatif, seperti sangat apatis, bicara yang jarang, dan respons emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika;

3. Adanya gejala gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik prodormal);

4. Harus ada suatu perbuatan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi (personal behaviour), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self absorbed attitude), dan penarikan diri secara sosial.Berdasarkan kriteria diagnosis di atas, pasien memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia, yaitu terdapat pengalaman inderawi yang tak wajar berupa keliling alam semesta (delucion of perception), adanya waham-waham yang menetap berupa waham bizzare dan waham kebesaran, dan terdapat adanya halusinasi visual dan auditorik yang menetap disertai ide-ide berlebihan. Pada pasien, gejala ini sudah berlangsung sejak tahun 1995, yang artinya telah berlangsung lebih dari satu bulan.Menurut PPDGJ III, kriteria diagnosis utuk skizofrenia paranoid adalah:1. Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia.2. Sebagai tambahan : Halusinasi dan/atau waham yang menonjol:a. suara-suara atau halusinasi yang mengancam pasien atau memberi perintah, atau halusinasi bentuk verbal berupa bunyi pluit (whistling), mendengung (humming), atau suara tawa (laughing).b. Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual, atau lain-lain perasaan tubuh; visual mungkin ada tapi jarang menonjolc. waham dapat berbagai jenis, tetapi waham dikendalikan (delusion of control), waham dipengaruhi (delusion of influence), dan keyakinan dikejar-kejar yang beraneka ragam; adalah yang paling khas. Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan serta gejala katatonik secara relatif tidak menonjol

Pasien memenuhi kriteria diagnosis untuk Skizofrenia Paranoid menurut PPDGJ III, yaitu pertama, terdapat halusinasi atau waham yang menonjol berupa suara-suara yang mengancam atau memberi perintah. Ini didapatkan pada pasien yaitu pasien tidak mau mandi dan tidak mau solat karena setiap akan melakukan kegiatan mandi atau solat, pasien mendengar suara-suara yang mencegah pasien melakukan hal tersebut Kedua, terdapat juga waham dikendalikan dan waham dikontrol. Ini didapatkan pada pasien yaitu saat pasien marah-marah, pasien merasa dirasuki sesuatu yang mengontrol pasien untuk menjadi marah dan membanting barang. Sehingga diagnosis Aksis I pada pasien diambil F20.0 Skizofrenia Paranoid.

Diagnosis banding pertama diambil skizofrenia hebefrenik, karena didapatkan perilaku senang menyendiri dan bicaranya kacau. Didapatkan juga pada pasien tindakan yang tidak bertanggung jawab karena pasien tidak mau merawat diri sendiri. Pada pasien terdapat adanya afek yang dangkal atau tidak wajar saat menceritakan dirinya telah dibunuh ayahnya dengan emosi wajah yang biasa saja cenderung berafek terbatas. Namun pada pasien tidak mengalami proses pikir yang tidak terorganisasi cenderung inkoheren, karena pasien masih memiliki tujuan dalam pembicaraan dan ide-idenya. Pada pasien juga tidak ditemukan perilaku pasien cekikikan, senyum sendiri, atau sikap tinggi hati dan tertawa menyeringai. Sehingga menurut PPDGJ kurang tepat untuk digolongkan dalam kriteria diagnosis skizofrenia hebefrenik.Diagnosis banding kedua adalah skizofrenia residual, karena pasien sudah melampaui kurun waktu satu tahun dan terdapat riwayat skizofrenia di masa lalu dan didapatkan gejala negatif skizofrenia yang dominan berupa penurunan fungsi kognitif, menyendiri, tidak mau merawat diri. Namun pada pasien tidak ditemukan adanya kemiskinan ide sebagai bagian dari kriteria skizofrenia residual. Pasien masih mengemukakan ide-ide berlebihnya kepada pemeriksa. Pasien juga masih bisa berbicara dengan sesama pasien di dalam bangsalnya. Sehingga menurut PPDGJ III kurang tepat digolongkan dalam kriteria diagnosis skizofrenia residual.Skizofrenia yang diderita pasien sudah bersifat kronis karena sudah diderita selama kurang lebih 19 tahun. Skizofrenia dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan seseorang kehilangan fungsi normalnya sebagai manusia yang utuh, yaitu dengan mengalami kemunduran fungsi kognitif. Kemunduran fungsi kognitif menyebabkan masalah pada kemampuan penderita skizofrenia dalam mengelola kegiatan fungsional sehari-harinya dan dalam pekerjaannya sehingga menurunkan kualitas hidupnya.Gangguan fungsi kognitif tidak hanya hasil dari simptomatologi, gejala negatif secara konsisten telah dihubungkan dengan keparahan dari defisit kognitif, sementara gejala positif belum berhubungan. Banyak penelitian yang meneliti keterkaitan ini menunjukkan bahwa hubungan antara gejala negatif dan defisit neuropsikologi seperti memori, perhatian, kefasihan verbal, psikomotor, dan fungsi eksekutif.Berdasarkan uraian di atas, terapi psikofarmaka yang dipilih untuk penanganan pada Tn.B adalah aripriprazole. Aripiprazole merupakan derivat dari quinolone yang digunakan sebagai terapi maintenance pada schizophernia. Tidak seperti anti psikotik atypical lain yang merupakan antagonist D2 receptor, Aripiprazole merukan partial agonist D2 yang membuat mekanisme aripipraszole lebih fleksibel, karena pada saat keadaan hyperdopaminergic aripiprazole akan ditranslate menjadi agonist D2, sedangkan pada keadaan hypodopaminergic aripiprazole akan ditranslate menjadi antagonis D2.Kelebihan apipriprazole dibandingkan antipsikotik tipikal adalah, aripriprazole mampu menangani gejala positif dan gejala negatif pasien psikotik. Aripriprazole juga mampu menangani gangguan fungsi kognitif. Pada pasien ini terdapat adanya kemundran atau penurunan fungsi kognitif sehingga baik jika diberikan aripriprazole sebagai antipsikotiknya. Selain itu, aripriprazole memiliki efektivitas tinggi, efek samping ekstrapiramidal kecil, dan aman untuk pemakaian jangka panjang.

Dosis aripriprazole adalah 10 15 mg per kali. Sediaan aripriprazole tablet 10 dan 15 mg. Dosis maksimal aripriprazole per hari adalah 10 30 mg. Merk dagang aripriprazole adalah abilify. Kontra indikasi diberikan antipsikotik adalah jika pada pasien terdapat keadaan memiliki penyakit hati, penyakit kelainan jantung, epilepsi, ketergantungan alkohol, gangguan kesadaran karena CNS depresant, atau terdapat febris yang tinggi.Clozapine adalah obat anti psikotik lini ke 2, hal ini dikarenakan karena resiko efek samping clozapine yang tinggi, clozapine digunakan jika obat anti psikotik yang lain tidak adequate. Clozapine adalah sejenis obat penghalang penerima beberapa macam neurotransmiter di otak, terutama neurotransmiter dopamin, serotonin, norepinefrin, asetilkolin, dan histamin. Dosis clozapine 25 100 mg per kali. Dosis maksimal per hari 450-600 mg. Sediaan clozapine dalam tablet 25 100 mg dengan merk dagang clozaril atau sizoril. Efek samping sedasi clozapine lebih tinggi sehingga clozapine digunakan sebagai obat tambahan jika antipsikotik lain kurang dapat menangani gejala psikotik pada pasien.Selain itu pasien diberikan trihexiphenidil, yang termasuk ke dalam golongan obat antikolinergik yang mempunyai efek sentral yaitu mengurangi aktivitas kolinergik yang berlebihan di ganglia basalis dengan cara menghambat pelepasan asetil kolin endogen dan eksogen. Kadar puncak trihexilphenidil tercapai setelah 1-2 jam. Obat antikolinergik bermanfaat terhadap parkinsonisme terhadap obat. Dosis trihexyphenidyl adalah 4 8 mg per hari. Sediaan trihexyphenidyl tablet 2,5 mg dengan merk dagang artane. Efek samping obat ini adalah mulut kering, penglihatan kabur, cemas, konstipasi, retensi urin, takikardi, sakit kepala, tekanan intraokular meningkat, dan dilatasi pupil. Penggunaan pada pasien yang hipersensitif harus diperhatikan dan dipertimbangkan sebagai kontraindikasi. Karena efek samping obat menyebabkan TIO meningkat dan dilatasi pupil, kontraindikasi trihexyphenidyl adalah pada pasien glaukoma sudut tertutup.Pada pasien terjadi keadaan resisten terhadap pengobatan psikofarmaka. Pada beberapa kasus resistensi obat, perlu dipikirkan terapi elektrokonvulsif. Terapi Elektrokonvulsif juga dikenal sebagai terapi electroshock pada penatalaksanaan terapi biologis. Pada akhir 1930-an, electroconvulsive therapy (ECT) diperkenalkan sebagai penanganan untuk skizofrenia.Tetapi terapi ini telah menjadi pokok perdebatan dan keprihatinan masyarakat karena beberapa alasan. ECT ini digunakan di berbagai rumah sakit jiwa pada berbagai gangguan jiwa, termasuk skizofrenia.

Selain terapi psikofarmaka, perlu juga dilakukan psikoterapi kepada pasien dan kepada keluarga pasien berupa terapi kelompok dan terapi keluarga. Terapi kelompok merupakan salah satu jenis terapi humanistik. Pada terapi ini, beberapa klien berkumpul dan saling berkomunikasi dan terapist berperan sebagai fasilitator dan sebagai pemberi arah di dalamnya. Para peserta terapi saling memberikan feedback tentang pikiran dan perasaan yang dialami. Peserta diposisikan pada situasi sosial yang mendorong peserta untuk berkomunikasi, sehingga dapat memperkaya pengalaman peserta dalam kemampuan berkomunikasi.

Pada terapi keluarga merupakan suatu bentuk khusus dari terapi kelompok. Terapi ini digunakan untuk penderita yang telah keluar dari rumah sakit jiwa dan tinggal bersama keluarganya. Keluarga berusaha untuk menghindari ungkapan-ungkapan emosi yang bisa mengakibatkan penyakit penderita kambuh kembali. Dalam hal ini, keluarga diberi informasi tentang cara-cara untuk mengekspresikan perasaan-perasaan, baik yang positif maupun yang negatif secara konstruktif dan jelas, dan untuk memecahkan setiap persoalan secara bersama-sama. Keluarga diberi pengetahuan tentang keadaan penderita dan cara-cara untuk menghadapinya.

IX. Follow UpTanggal 21 Desember 2014S : Pasien tidak mandi. Pasien menyatakan rumus-rumus yang tidak bermakna seperti jumlah bilangan avogadro dan rumus unimited pangkat dua.

O : Status mental Laki-laki sesuai usia, perawatan diri kurang Sikap cukup kooperatif, psikomotor baik Bicara spontan, lancar, artikulasi jelas, volume cukup Mood disforik Afek terbatas Proses pikir : Asosiasi longgar Isi pikir : Waham bizzare Persepsi : Terdapat halusinasi auditorik dan halusinasi visual RTA : Terganggu Insight / Tilikan : Derajat 1

A : - Skizofrenia paranoid Skizofrenia hebefrenik Skizofrenia residual

P : - Mengatasi gejala : Abilify 1 x 15 mg PO Clozaril 3 x 100 mg PO Trihexyphenidyl 2 x 2 g PO

X. Timeline dan Grafik Perjalanan Penyakit

Sejak tahun 2009 ke tahun 2014, pasien dalam keadaan tetap tanpa perbaikan. Pasien berulang kali kembali dirawat di Pavilun Amino. Pasien tidak mau minum obat jika di rumah, sehingga pasien cenderung mengalami kekambuhan, marah-marah, terkadang diam tidak mau beraktivitas sama sekali.Keluarga cenderung melepaskan pasien di perawatan Paviliun Amino. Setiap pasien mengamuk atau menunjukkan gejala menjauh dan menyendiri, pasien langsung dibawa ke RSPAD oleh keluarganya dan jarang dijenguk selama di perawatan.Selama tahun 1995 ke tahun 2008, pasien berulang kali keluar masuk Paviliun Amino. Menurut ayah pasien, dalam kurun waktu satu tahun saja pasien bisa 4-5 kali dirawat di RSPAD dengan keluhan yang sama, jika tidak marah-marah, keluhan pasien tidak mau keluar kamar dan tidak mau makan. Terkadang dalam setahun pasien hanya dirawat 2 kali namun lama perawatan mencapai 6-8 bulan per kali rawat. Pasien tidak teratur kontrol dan di rumah tidak mau minum obat. Keluarga terkesan enggan menemani pasien kontrol karena jarak dari rumah ke RSPAD jauh.

DAFTAR PUSTAKA

Agus, Dharmady, 2003. Psikopatologi, Dasar di Dalam Memahami Tanda dan Gejala dari Suatu Gangguan Jiwa. UNIKA Atma Jaya : Jakarta.Kaplan, HI dan Sadock BJ, Grebb JA, 2010. Sinopsis Psikiatri. Jilid 1. Edisi ke-7. Binarupa Aksara: Jakarta.Depkes RI, 1993. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III Cetakan Pertama. Departemen Kesehatan Republik Indonesia : JakartaMaslim, Rusdi, 2007. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik Edisi Ketiga. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atmajaya: Jakarta.Maslim, Rusdi, 2003. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atmajaya: Jakarta.

14