Laporan Kasus Ulkus Kornea

download Laporan Kasus Ulkus Kornea

of 34

description

lapsus

Transcript of Laporan Kasus Ulkus Kornea

LAPORAN KASUS ULKUS KORNEA

LAPORAN KASUS ULKUS KORNEA

Oleh:Rodi Nur Fajri(201510401011074)

PendahuluanKornea jaringan transparan yang ukurannya sebanding dengan kristal sebuah jam tangan kecil.

Sebagai membran pelindung dan merupakan jaringan transparan yang dilalui oleh berkas cahaya saat menuju retina.

Ulkus kornea hilangnya sebagian permukaan kornea akibat kematian jaringan kornea.

Gejala dari ulkus kornea yaitu nyeri, berair, fotofobia, blefarospasme, dan biasanya disertai riwayat trauma pada mata.

Ulkus kornea yang luas memerlukan penanganan yang tepat dan cepat untuk mencegah perluasan dan timbulnya komplikasi seperti.

Pembentukan parut akibat ulserasi kornea adalah penyebab utama kebutaan dan ganguan penglihatan di seluruh dunia.

Diperlukan penanganan ulkus kornea yang meliputi anamnesis yang komprehensif, pemeriksaan fisik dan oftalmologis yang menyeluruh, serta pemeriksaan penunjang dan terapi yang tepat.TINJAUAN PUSTAKAKorneaJaringan transparan yang ukurannya sebanding dengan kristal sebuah jam tangan kecil.Kornea disisipkan ke sklera di limbuslengkung melingkar pada persambungan yang disebut sulkus skelaris.

Kornea dewasa tebal 0,54 mm di tengah, sekitar 0,65 di tepi, dan diameternya sekitar 11,5 mm dari anterior ke posterior.

Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensorik terutama berasal dari saraf siliar longus, saraf nasosiliar, saraf ke V.

Daya regenerasi saraf sesudah dipotong di daerah limbus terjadi dalam waktu 3 bulan.

Kornea mempunyai lima lapisan:

Sumber nutrisi kornea adalah pembuluh-pembuluh darah limbus, aquous humour dan air mata. Kornea superfisial juga mendapat oksigen sebagian besar dari atmosfir.

Ulkus KorneaDiskontinuitas atau hilangnya sebagian permukaan kornea akibat kematian jaringan kornea. Terbentuknya ulkus kornea diakibatkan oleh adanya kolagenase yang dibentuk oleh sel epitel baru dan sel radang. Epidemiologi

Insidensi ulkus kornea tahun 1993 adalah 5,3 per 100.000 penduduk di Indonesia

Predisposisi terjadinya ulkus kornea trauma, pemakaian lensa kontak, dan kadang-kadang tidak di ketahui penyebabnya.

Singapura melaporkan selama 2.5 tahun dari 112 kasus ulkus kornea 22 beretiologi jamur.

Berdasarkan kepustakaan di USA, laki-laki lebih banyak menderita ulkus kornea, yaitu sebanyak 71%, begitu juga dengan penelitian yang dilakukan di India Utara ditemukan 61% laki- laki.

Disebabkan karena banyaknya kegiatan kaum laki-laki sehari-hari resiko terjadinya traumaEtiologi

1. Infeksi a. Infeksi Bakteri: P. aeraginosa, Streptococcus pneumonia dan spesies Moraxella merupakan penyebab paling sering. Penyebab ulkus kornea 38,85% disebabkan oleh bakteri.b. Infeksi Jamur: disebabkan oleh Candida, Fusarium, Aspergilus, Cephalosporium dan spesies mikosis fungoides. Penyebab ulkus kornea 40,65% disebabkan oleh jamur.c. Infeksi virus: Ulkus kornea oleh virus herpes simplex cukup sering dijumpai. d. Acanthamoeba Infeksi kornea oleh Acanthamoeba sering terjadi pada pengguna lensa kontak lunak. Infeksi juga biasanya ditemukan pada bukan pemakai lensa kontak yang terpapar air yang tercemar.

2. Noninfeksi a. Bahan kimia, bersifat asam atau basa tergantung pHb. Radiasi atau suhud. Defisiensi vitamin A e. Obat-obatan (kortikosteroid, idoxiuridine, anestesi topikal, immunosupresif);f. Kelainan dari membran basal, misalnya karena traumag. Pajanan (exposur)h. Neurotropik

3. Sistem Imun (Reaksi Hipersensitivitas).

Patofisiologi

Kornea bagian mata yang avaskuler, jika infeksi maka proses infiltrasi dan vaskularisasi terjadi 48 jam kemudian. Badan kornea, sel-sel lain yang terdapat dalam stroma kornea bekerja sebagai makrofag, disusul dengan dilatasi pembuluh darah pada limbus dan tampak sebagai injeksi perikornea. Selanjutnya terjadi infiltrasi dari sel-sel mononuklear, sel plasma, leukosit polimorfonuklear (PMN) yang mengakibatkan timbulnya infiltrat, yang tampak sebagai bercak berwarna kelabu, keruh dengan batas-batas tak jelas dan permukaan tidak licin, kemudian dapat terjadi kerusakan epitel dan timbullah ulkus kornea.

Kornea mempunyai banyak serabut saraf lesi kornea menimbulkan rasa sakit dan fotofobia. Rasa sakit juga diperberat dengan adanaya gesekan palpebra (terutama palbebra superior) pada kornea dan menetap sampai sembuh.

Bersifat progresif, regresif atau membentuk jaringan parut. Infiltrat sel leukosit dan limfosit dapat dilihat pada proses progresif.

Ulkus ini menyebar kedua arah yaitu melebar dan mendalam. jika lesi sampai ke membran Bowman dan sebagian stroma maka akan terbentuk jaringan ikat baru yang akan menyebabkan terjadinya sikatrik.

Manifestasi Klinis

1. Gejala subjektif:a. Eritema pada kelopak mata dan konjungtiva e.Mata berair b. Sekret mukopurulen f. Bintik putih di korneac. Merasa ada benda asing di mata g.Silau d. Pandangan kabur h.Nyeri

2. Gejala objektifa. Injeksi silierb. Hilangnya sebagian kornea dan adanya infiltrat c. Hipopion

KlasifikasiBerdasarkan lokasi :1. Ulkus kornea sentralUlkus kornea bakterialisUlkus kornea fungiUlkus kornea virusUlkus kornea acanthamoeba

2.Ulkus kornea periferUlkus marginalUlkus mooren (ulkus serpinginosa kronik/ulkus roden)Ulkus cincin (ring ulcer)

Diagnosis Anamnesis penting. sering dapat diungkapkan adanya riwayat trauma, benda asing, abrasi, adanya riwayat penyakit kornea.

Riwayat pemakaian obat topikal oleh pasien seperti kortikosteroid predisposisi bagi penyakit bakteri, fungi, virus terutama keratitis herpes simplek.

Pemeriksaan oftalmologis injeksi siliar, kornea edema, terdapat infiltrat, hilangnya jaringan kornea disertai adanya jaringan nekrotik.

Pemeriksaan diagnostik ketajaman penglihatan, pemeriksaan slit-lamp, respon reflek pupil, pewarnaan kornea dengan zat fluoresensi, dan scrapping untuk analisa atau kultur (pulasan gram, giemsa atau KOH).Diperlukan pemeriksaan mikrobiologik. Pengambilan spesimen harus dari tempat ulkusnya, dengan membersihkan jaringan nekrotik terlebih dahulu; dilakukan secara aseptik menggunakan spatula Kimura, lidi kapas steril, kertas saring atau Kalsium alginate swab.

TesFluoresceinTes yang menggunakan pewarna oranye (fluorescein) dan cahaya biru untuk mendeteksi benda asing di mata. Tes ini juga dapat mendeteksi kerusakan pada kornea, permukaan luar mata.Hasil abnormal ditemukan:- Abnormal produksi air mata (mata kering)- Kornea abrasi (goresan pada permukaan kornea)- Benda asing, seperti bulu mata atau debu - Infeksi- Cedera atau trauma- Mata kering parah yang berhubungan dengan arthritis (keratoconjunctivitis sicca)Penatalaksanaan1. Penatalaksanaan non-medikamentosa: a. Jika memakai lensa kontak, secepatnya untuk melepaskannyab. Jangan memegang atau menggosok-gosok mata yang meradangc. Mencegah penyebaran infeksi dengan mencuci tangan sesering mungkin dan mengeringkannya dengan handuk atau kain yang bersihd. Menghindari asap rokok, karena dengan asap rokok dapat memperpanjang proses penyembuhan luka

2. Penatalaksanaan medikamentosa: A. Antibiotik Antibiotik yang sesuai dengan kuman penyebabnya atau yang berspektrum luas diberikan dapat berupa salep, tetes atau injeksi subkonjungtiva. Pada pengobatan ulkus sebaiknya tidak diberikan salep mata karena dapat memperlambat penyembuhan dan dapat menimbulkan erosi kornea kembali. B. Anti jamur a. Jamur berfilamen: topikal amphotericin B, Thiomerosal, Natamicin, Imidazol b. Ragi (yeast): Amphotericin B, Natamicin, Imidazol, Micafungin 0,1% tetes matac. Actinomyces yang bukan jamur sejati: golongan sulfa, berbagai jenis antibiotik

C. Anti ViralUntuk herpes zoster pengobatan bersifat simtomatik diberikan streroid lokal untuk mengurangi gejala, analgetik bila terdapat indikasi serta antiviral topika berupa salep asiklovir 3% tiap 4 jam. D. Anti acanthamoeba Dapat diberikan poliheksametilen biguanid + propamidin isetionat atau salep klorheksidin glukonat 0,02%.

Obat-obatan lainnya : a. Sulfas atropin sebagai salep atau larutan. Kebanyakan dipakai sulfas atropin karena bekerja lama 1-2 minggu. Efek kerja sulfas atropin: 1. Sedatif, menghilangkan rasa sakit. 2. Dekongestif, menurunkan tanda-tanda radang. 3. Menyebabkan paralysis M. siliaris dan M. konstriktor pupil.

b. Skopolamin sebagai midriatika. c. Analgetik. Untuk menghilangkan rasa sakit, dapat diberikan tetes pantokain atau tetrakain

Penatalaksanaan bedah: a. Flap Konjungtiva Tujuan dari flap konjungtiva adalah mengembalikan integritas permukaan kornea yang terganggu dan memberikan metabolisme serta dukungan mekanik untuk penyembuhan kornea. Flap konjungtiva bertindak sebagai patch biologis, memberikan pasokan nutrisi dan imunologi oleh jaringan ikat vaskularnya. Indikasi yang paling umum: penggunaan flap konjungtiva adalah dalam pengelolaan ulkus kornea persisten steril. Hal ini mungkin akibat dari denervasi sensorik kornea atau kekurangan sel induk limbal. b. Keratoplasti Merupakan jalan terakhir jika penatalaksanaan diatas tidak berhasil. Indikasi keratoplasti: 1. Dengan pengobatan tidak sembuh2. Terjadinya jaringan parut yang menganggu penglihatan 3. Kedalaman ulkus telah mengancam terjadinya perforasi Ada dua jenis keratoplasti yaitu: A. Keratoplasti penetrans penggantian kornea seutuhnya. Karena sel endotel sangat cepat mati segera dibekukan setelah diambil. Mata donor harus dimanfaatkan