Laporan Kasus Psikotik Akut

28
BAB I DASAR TEORI 1. Gangguan Psikotik Akut (F23) 1.1 Definisi Psikotik adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan ketidak mampuan individu menilai kenyataan yang terjadi, misalnya terdapat halusinasi, waham atau perilaku kacau/aneh. 1.2 Pedoman Diagnostik Menggunakan urutan diagnosis yang mencerminka urutan prioritas yang diberikan untuk ciri-ciri utama terpilih dari gangguan ini. Urutan prioritas yang dipakai ialah: a. Onset yang akut (dalam masa 2 minggu atau kurang = jangka waktu gejala-gejala psikotik menjadinyata dan mengganggu sedikitnya beberapa aspek kehidupan dan pekerjaan sehari-hari, tidak termasuk periode prodromal yang gejalanya sering tidak jelas) sebagai cirri khas yang menentukan seluruh kelompok b. Adanya sindrom yang khas (berupa “polimormif” = beraneka ragam dan berubah cepat, atau “schizophrenia-like” = gejala yang khas) c. Adanya stress akut yang berkaitan (tidak selalu ada, sehingga dispesifikan dengan karakter ke 1

Transcript of Laporan Kasus Psikotik Akut

BAB I

DASAR TEORI

1. Gangguan Psikotik Akut (F23)

1.1 Definisi

Psikotik adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan ketidak mampuan individu

menilai kenyataan yang terjadi, misalnya terdapat halusinasi, waham atau perilaku

kacau/aneh.

1.2 Pedoman Diagnostik

Menggunakan urutan diagnosis yang mencerminka urutan prioritas yang

diberikan untuk ciri-ciri utama terpilih dari gangguan ini. Urutan prioritas yang

dipakai ialah:

a. Onset yang akut (dalam masa 2 minggu atau kurang = jangka waktu gejala-

gejala psikotik menjadinyata dan mengganggu sedikitnya beberapa aspek

kehidupan dan pekerjaan sehari-hari, tidak termasuk periode prodromal yang

gejalanya sering tidak jelas) sebagai cirri khas yang menentukan seluruh

kelompok

b. Adanya sindrom yang khas (berupa “polimormif” = beraneka ragam dan

berubah cepat, atau “schizophrenia-like” = gejala yang khas)

c. Adanya stress akut yang berkaitan (tidak selalu ada, sehingga dispesifikan

dengan karakter ke 5;0 .x0=Tanpa penyerta stress akut; .xi=Dengan penyerta

stress akut). Kesulitan atau problem yang berkepanjangan tidak boleh

dimasukkan sebagai sumber stress dalam konteks ini

d. Tanpa diketahui berapa lama gangguan akan berlangsung;

Tidak ada gangguan dalam kelompok ini yang memenuhi criteria episode manic

(F.30) atau episode depresif (F32), walaupun perubahan emosional dan gejala-

gejala afektif individual dapat menonjol dari waktu ke waktu.

Tidak ada penyebab organik, seperti trauma kapitis, delirium, atau dimensia.

Tidak merupakan intoksikasi akibat penggunaan alcohol atau obat-obatan.

1

1.3 Beberapa Gangguan Psikotik akut

1. Gangguan Psikotik Polimorfik Akut tanpa Gejala Skizofrenia (F23.0)

a. Onset harus akut (dari suatu keadaan non psikotik sampai keadaan psikotik

yang jelas dalam kurun waktu 2 minggu atau kurang);

b. Harus ada beberapa jenis halusinasi atau waham yang berubah dalam jenis

dan intensitasnya dari hari ke hari atau dalam hari yang sama ;

c. Harus ada keadaan emosional yang beranekaragamnya ;

d. Walaupun gejala-gejalanya beraneka ragam, tidak satupun dari gejala itu ada

secara cukup konsisten dapat memenuhi kriteria skizofrenia atau episode

manik atau episode depresif.

2. Gangguan Psikotik Polimorfik Akut dengan Gejala Skizofrenia (F23.1)

i. Memenuhi kriteria yang khas untuk gangguan psikotik polimorfik akut.

ii. Disertai gejala-gejala yang memenuhi kriteria untuk diagnosis Skizofrenia

yang harus sudah ada untuk sebagian besar waktu sejak munculnya gambaran

klinis psikotik itu secara jelas.

iii. Apabila gejala-gejala skizofrenia menetap untuk lebih dari 1 bulan maka

diagnosis harus diubah menjadi skizofrenia.

3. Gangguan Psikotik Lir – Skizofrenia Akut (F23.2)

Suatu gangguan psikotik akut dengan gejala yang stabil dan memenuhi kriteria

skizofrenia, tetapi hanya berlangsung kurang dari satu bulan lamanya.

Pedoman Diagnosis ;

1) Onset psikotiknya akut (dua minggu atau kurang)

2) Memenuhi kriteria skizofrenia, tetapi lamanya kurang 1 bulan.

3) Tidak memenuhi kriteria psikosis pilimorfik akut.

4. Gangguan Psikotik Akut Lainnya dengan Predominan Waham (F23.3)

Gambaran klinis berupa waham dan halusinasi yang cukup stabil, tetapi tidak

memenuhi skizofrenia. Sering berupa waham kejaran dan waham rujukan, dan

halusinasi pendengaran.

1.4 Penanganan Gangguan Psikotik Akut

2

Farmakoterapi

Obat utama Antipsikotik untuk mengurangi gejala psikotik :

Haloperidol 2-5 mg, 1 sampai 3 kali sehari, atau Chlorpromazine

100-200 mg, 1 sampai 3 kali sehari

Dosis harus diberikan serendah mungkin untuk mengurangi efek

samping, walaupun beberapa pasien mungkin memerlukan dosis

yang lebih tinggi

Obat antiansietas juga bisa digunakan bersama dengan neuroleptika untuk

mengendalikan agitasi akut (misalnya: lorazepam 1-2 mg, 1 sampai 3 kali

sehari)

Lanjutkan obat antipsikotik selama sekurang-kurangnya 3 bulan sesudah

gejala hilang.

Kekakuan otot (Distonia atau spasme akut), bisa ditanggulangi dengan

suntikan benzodiazepine atau obat antiparkinson

Kegelisahan motorik berat (Akatisia), bisa ditanggulangi dengan

pengurangan dosis terapi atau pemberian beta-bloker

Gejala parkinson (tremor/gemetar, akinesia), bisa ditanggulangi dengan

obat antiparkinson oral (misalnya, trihexyphenidil 2 mg 3 kali sehari)

Psikoterapi

Psikoterapi individual, kelompok, dan keluarga

Mengatasi stresor dan episode psikotik

Mengembalikan harga diri dan kepercayaan

2. Gangguan Waham Menetap (F22)

A. Pengertian Waham Menetap

Sekelompok gangguan jiwa dengan waham-waham yang berlangsung lama,

dan merupakan satu-satunya gejala klinik yang khas atau yang mencolok serta

tidak dapat digolongkan sebagai gangguan organik, skizofrenik atau afektif.

B. Diagnosis Gangguan Waham Menetap

1 Gangguan Waham

3

Pedoman diagnosis gangguan waham

1) Merupakan satu-satunya gejala atau gejala yang paling mencolok

2) Sudah berlangsung paling sedikit 3 bulan dan khas pribadi

3) Bila terdapat gejala depresi, maka gejala waham harus tetap ada

pada saat depresinya hilang.

4) Tidak disebabkan penyakit otak, tidak terdapat halusinasi, dan

tanpa riwayat skizofrenia, dan tanpa riwayat skizofrenik

2. Gangguan Waham Menetap Lainnya

Gangguan waham menetap yang tidak memenuhi kriteria untuk

gangguan waham.

Termasuk :

Gangguan waham dengan halusinasi yang tidak memenuhi

kriteria skizofrenia

Gangguan waham menetap kurang 3 bulan

C. Perjalanan Penyakit Gangguan Waham Menetap

1. Kurang dari 25% menjadi skizofrenia

2. Kurang dari 10% menjadi gangguan afektif

3. 50% sembuh untuk waktu yang lama

4. 20% hanya penurun gejala

5. 30% tidak mengalami perubahan gejala

D. Cara Penanganan Pasien Gangguan Waham Menetap

Farmakoterapi

Antipsikotik adalah obat terpilih untuk penanganan gangguan waham

menetap

Mulai dengan dosis rendah anti psikotik (Haloperidol 2 mg) dan

naikan bertahap.

Dosis maintenance biasanya rendah

Bila gagal dengan anti psikotik, maka dihentikan

4

Psikoterapi

Terapi individual lebih efektif dari terapi kelompok

Terapi suportif berorientasi tilikan, kognitif, dan perilaku sering

afektif.

Bina hubungan dan kepercayaan

Hindari membicarakan waham pasien, dan tidak boleh meremehkan

ataupun mendukung isi waham tersebut.

Terapi Keluarga

Target hubungan sosial yang baik.

OBAT ANTIPSIKOSIS

1. Haloperidol

Berguna untuk menenangkan keadaan mania pasien psikosis yang karena hal

tertentu tidak dapat diberi fenotiazin. Reaksi ekstrapiramidal timbul pada 80%

pasien yang diobati haloperidol. Oksipertin merupakan derivate butirofenon yang

banyak persamaannya dengan CPZ. Oksipertin berefek blockade adrenergic dan

anti emetic serta dapat menimbulkan parkinsonisme pada manusia dan katalepsi

pada hewan.

Farmakodinamik

Struktur haloperidol berbeda dengan fenotiazin, tetapi butirofenon

memperlihatkan banyk sifat fenotiazin. Pada orang normal, efek haloperidol mirip

fenotiazin piperazin. Haloperidol memperlihatkan antipsikosis yang kuat dan

efektif untuk fase mania penyakit manic dan manic depresif dan schizophrenia.

Efek fenotiazin piperazin dan butirofenon berbed secara kuantitatif karena

butirofenon selain menghambat efek dopamine, juga meningkatkan turn over

ratenya.

Indikasi

Skizofrenia akut & kronik, status ansietas, gelisah & psikis labil disertai dengan

mudah marah, menyerng, astenia, delusi, halusinasi.

5

Dosis

Dewasa dan anak <12 tahun; gejala sedang 0.5-2mg/hr 2-3x/hr, gejala berat 3-5

mg/hr 2-3x/hr.

Efek Samping

Hipertonia, gemetar pd otot, gerakan mata yang tak terkendali, hipotensi

ortostatik, galaktore.

2. Chlorpromazine

Indikasi

Skizofrenia & kondisi yang berhubungan dg psikosis, trankuilisasi & kontrol

darurat untuk gangguan perilaku, terapi tambahan untuk gangguan perilku karena

retardasi mental.

Dosis

Dewasa 10-25 mg tiap 4-6 jam. Psikosis 200-800 mg/hr. anak 0,5 mg/kgBB tiap

4-6 jam

Efek Samping

Ikterus, hipotensi postural & depresi pernapasan, diskrasia darah, distonia akut,

diskinesia tardiv, gangguan penglihatan, reaksi ekstrapiramidal (dosis tinggi)

3. Antipsikotik Atipikal ; Flufenazin Dekanoat, Trifluoperazin, Perfenazin,

Risperidon, Klozapin, Sulpirida, Olanzapin, Quetiapin fumarat.

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. A

Usia : 45 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

6

Agama : Islam

Pendidikan terakhir : SMA

Suku / warganegara : Jawa/ Indonesia

Alamat : Rogomulyo RT 06/01 Batu

Status perkawinan : Menikah

Pekerjaan : Wiraswasta

Tanggal pemeriksaan : 1 Februari 2012

II. RIWAYAT PSIKIATRI

Riwayat psikiatri diperoleh dari hasil autoanamnesa dan alloanamnesa.

Alloanamnesis diperoleh dari: ( 01/02/2012)

Nama Ny. Sinta

Alamat Batu

Pekerjaan IRT

Pendidikan SMA

Umur 44 tahun

Agama Islam

Hubungan Istri pasien

Lama kenal 19 Tahun

Sifat perkenalan Hubungan suami-istri

A. Sebab dibawa ke Rumah Sakit

Alloanamnesis : Pasien dibawa ke RSJ Lawang pada tanggal 1 Februari 2012

karena pasien sering terlihat seperti ketakutan sampai tidak

mau pergi bekerja

Autoanamnesis : Tidak ada keluhan

7

B. Riwayat Gangguan Penyakit

Sejak 2 minggu pasien mengeluh takut, kadang-kadang seperti melihat

mayat dan didalam hatinya seperti ada suara menyuruhnya untuk mati. Dalam 2

minggu ini pasien sering tidak masuk kerja dan kadang-kadang memegangi

istrinya jika rasa takut mendera. Pasien sering berteriak jika ketakutan tidak

mau sendirian ingin selalu ada orang didekatnya, pasien juga susah tidur dan

tidak mau pergi bekerja. Makan dan minum masih mau, mandi masih mau bila

dipaksa. Akhirnya keluarga membawa pasien ke RSJ dr. Radjiman W. Lawang

untuk menjalani pemeriksaan.

C. Riwayat Gangguan Sebelumnya

1. Psikiatri

Pasien belum pernah sakit seperti ini sebelumnya.

2. Medis Umum

Riwayat kejang demam disangkal

Riwayat epilepsi disangkal

Riwayat trauma kepala disangkal

Riwayat pingsan / kehilangan kesadaran sebelumnya disangkal

Riwayat alergi disangkal

Riwayat asma disangkal

3. Penggunaan Obat-obatan dan Alkohol

Riwayat pemakaian alkohol dan obat psikoaktif disangkal

D. Riwayat Premorbid

1. Prenatal dan perinatal

Pasien adalah anak yang diinginkan, merupakan anak keempat dari

tujuh bersaudara. Persalinan ditolong oleh dukun. Lahir spontan, Tidak ada

cacat bawaan atau kelainan lain. Lahir langsung menangis. Selama hamil

ibu tidak pernah sakit, tidak mengkonsumsi obat-obatan, alkohol atau

8

merokok. Usia kehamilan + 9 bulan, selama masa itu pasien dirawat dan

disusui oleh ibu kandung.

2. Masa anak awal

Pasien diasuh oleh orang tuanya. Pertumbuhan dan perkembangan

sesuai dengan usia. Riwayat kejang saat panas tinggi disangkal. Riwayat

perkembangan pada masa balita normal.

3. Masa anak pertengahan

Pasien dibiarkan bebas bermain, dan penurut. Pasien pernah tinggal

kelas waktu SD sebanyak 1 kali yaitu saat kelas 2 karena tidak dapat

mengikuti pelajaran. Pasien merupakan anak yang sedikit pendiam, tidak

bermasalah dalam bergaul dan tidak pernah berbuat kenakalan di sekolah.

4. Masa Kanak Akhir dan Remaja

Pasien mampu bergaul dengan baik, tidak bermasalah dengan teman-

teman yang seumur, hubungan dengan keluarga harmonis, tidak pernah

berurusan dengan kekerasan.

5. Masa Dewasa

Pasien bukan termasuk pribadi yang emosional dan lekas marah. Pasien

jarang menceritakan masalah pribadinya.

a. Riwayat Pekerjaan

Saat ini pasien bekerja disebuah perusahaan wiraswasta penghasilan

dirasakan kurang memenuhi kebutuhan keluarga.

b. Riwayat Keagamaan

Pasien beragama islam sholat dijalankan 5 waktu.

c. Riwayat Perkawinan

Pasien sudah menikah.

d. Riwayat Militer

Pasien belum pernah melihat suatu peperangan maupun mengikuti

kemiliteran.

e. Riwayat pelanggaran hukum

9

Tidak pernah terlibat dalam pelanggaran hukum.

f. Aktivitas sosial

Hubungan dengan tetangga dan teman-temannya baik. Pasien tidak

mempunyai teman dekat.

g. Situasi Hidup Sekarang

Pasien tinggal bersama istri, satu orang anak, ibu dan adik

kandungnya. Untuk biaya berobat menggunakan biaya pribadi.

6. Riwayat Psikoseksual

Pasien tidak memilki kelainan dalam riwayat psikoseksual. Pasien

menyukai lawan jenis, tidak pernah mendapatkan pelecehan seksual atau

melakukan pelecehan seksual.

7. Riwayat keluarga

Pasien merupakan anak keempat dari tujuh bersaudara, situasi dalam

keluarga cukup baik, dukungan dari keluarga selama pasien sakit cukup

baik. 2 tahun yang lalu paman pasien mengalami hal yang serupa dengan

kondisi pasien tapi sekarang sudah sembuh.

Genogram keluarga

III. STATUS MENTAL

A. Diskripsi Umum (01/02/2012)

1. Penampilan

Kulit sawo matang, tampak lebih tua dari umurnya, kebersihan cukup dan

kerapihan kurang.

2. Perilaku & aktifitas psikomotor

10

Selama pemeriksaan berlangsung, pasien tampak normoaktif. Pasien

terlihat sedikit gelisah dan sering memegangi tangan pemeriksa.

3. Sikap terhadap pemeriksa : kooperatif

4. Mood dan Afek

Mood : labil

Afek : terbatas, tidak serasi

B. Pembicaraan

Jelas dan cukup spontan, berusaha menjawab semua pertanyaan pemeriksa

kadang logorhhea, intonasi suara cukup, volume suara kadang-kadang

menurun kadang meningkat tanpa penyebab yang jelas, nada suara seperti

ketakutan, artikulasi jelas. Kuantitas lebih, kualitas kurang.

C. Gangguan Persepsi :

Ilusi (+)

Riwayat halusinasi auditorik (+), yaitu berupa suara didalam hatinya yang

menyuruhnya untuk mati.

D. Pikiran

1. Bentuk pikir : non realistik

2. Arus pikir :

Kecepatan proses pikir : baik Sirkumstansialitas : tidak ada

Retardasi : tidak ada Blocking : tidak ada

Flight of ideas : tidak ada Perseverasi : tidak ada

Verbigerasi : tidak ada Asosiasi longgar : ada

Inkoherensi : tidak ada Jawaban irelevan : ada

3. Isi pikir :

Pola sentral : tidak ada Fobia : tidak ada

Obsesi : tidak ada Konfabulasi : tidak ada

11

Pikiran bermusuhan : tidak ada Rasa takut : ada

Pikiran bersalah : tidak ada Hipokondri : tidak ada

Rasa rendah diri : tidak ada Preokupasi : tidak ada

Kemiskinan isi pikir : tidak ada

Waham

Thought of echo : tidak ada

Thought of insertion : tidak ada

Thought of withdrawl : tidak ada

Thought of broadcasting : tidak ada

Delusion of control : tidak ada

Delusion of influence : tidak ada

Delusion of passivity : tidak ada

Delusion of perception : tidak ada

Waham kebesaran : tidak ada

Waham curiga : tidak ada

Waham dikejar : ada

Waham erotomania : tidak ada

Waham cemburu : tidak ada

Waham hipochondri : tidak ada

Waham magic mistik : tidak ada

Waham somatik : tidak ada

E. Sensorium dan kognitif

1. Kesadaran : jernih

2. Orientasi

Personal : baik

Tempat : kurang

Waktu : kurang

Situasional : kurang

12

3. Daya ingat

Segera : kurang

Jangka Pendek : cukup

Panjang / jauh : cukup

4. Konsentrasi dan perhatian : konsentrasi kurang

Perhatian : Distraktibilitas

5. Kapasitas untuk membaca dan menulis : cukup

6. Kemampuan visuospasial : cukup

7. Pikiran abstrak : kurang

F. Pengendalian impuls : baik

G. Tilikan : derajat 1

Derajat tilikan yang dimiliki pasien :

1. Menyangkal sepenuhnya bahwa ia mengalami penyakit/gangguan

2. Sedikit memahami adanya penyakit pada dirinya dan membutuhkan

pertolongan, dan pada saat yang bersamaan pasien sekaligus

menyangkalnya

3. Pasien menyadari dirinya sakit namun menyalahkan orang lain atau

penyebab eksternal atau faktor organik sebagai penyebabnya

4. Pasien menyadari dirinya sakit yang penyebabnya adalah sesuatu yang

tidak diketahui dari diri pasien.

5. Intellectual insight : pasien menerima kondisi dan gejala-gejala sebagai

bagian dari penyakitnya dan hal ini disebabkan oleh gangguan yang ada

dalam diri pasien, namun tidak menerapkan pemahamannya ini untuk

melakukan sesuatu selanjutnya (misalnya perubahan gaya hidup)

6. Emotional insight: pasien memahami kondisi yang ada dalam dirinya

seperti tilikan derajat 5, namun pasien juga memahami perasaan dan

13

tujuan yang ada pada diri pasien sendiri dan orang yang penting dalam

kehidupan pasien. Hal ini membuat perubahan perilaku pada pasien.

H. Pertimbangan : cukup

I . Taraf dapat dipercaya : dapat dipercaya

IV. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT (01/02/2011 )

A. Status Internus

1. Keadaan umum : baik

2. Berat/tinggi badan : 60 kg /170 cm

3. Kesadaran : kompos mentis

4. Tekanan darah / nadi : 130 / 80 mmHg / 80 x / menit

5. Pernafasan / suhu : 20 x / mnt / 36,7oC

6. Kepala : Sklera tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis

7. Leher : Dalam batas normal

8. Toraks : Cor : SI –SII murni, suara tambahan (-)

Pulmo : suara vesikuler, ronkhi (-), wheezing (-)

9. Abdomen : Supel, nyeri tekan (-), peristaltik (+) normal

10.Ekstremitas : Dalam batas normal

11.Lain-lain : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid

B. Status Neurologi

1. GCS: E4 M6 V5

2. Gejala rangsang selaput otak : Negatif

3. Tanda-tanda efek samping ekstrapiramidal:

- Tremor tangan : Negatif

- Akatisia : Negatif

- Bradikinesia : Negatif

- Cara berjalan : Normal

14

- Keseimbangan : Baik

- Rigiditas : Negatif

4. Motorik : Kekuatan baik 555 555

555 555

5. Sensorik : Baik

Kesan : tidak ada kelainan

C. Laboratorium : (-)

D. Pemeriksaan lain: (-)

V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA

Tn A, 45 tahun dibawa oleh keluarga ke RSJ Lawang karena sejak 2

minggu sebelum masuk rumah sakit seperti ketakutan, tidak mau bekerja karena

merasa takut, pasien mengatakan ada suara dalam hatinya yang menyuruhnya

untuk mati, seperti melihat mayat, dan selalu ingin ditemani karena merasa takut.

Suka melamun, dan suka bicara sendiri. Makan dan minum harus dipaksa, mandi

dipaksa. Akhirnya keluarga membawa pasien ke RSJ Lawang untuk menjalani

pemeriksaan. Dari alloanamnesis, autoanamnesis, dan pemeriksaan fisik tidak

didapatkan kelainan yang disebabkan oleh gangguan organik maupun akibat

penyalahgunaan alkohol maupun obat psikoaktif.

Keadaan Umum : tampak sehat, kebersihan cukup dan kerapihan kurang

Status Internus : tak ada kelainan

Status Neurologis: dalam batas normal

Pemeriksaan Status Mental:

Kesadaran : jernih

Kontak : (+), tidak wajar, tidak dapat dipertahankan

Perilaku : normoaktif

Verbalisasi : kualitas kurang dan kuantitas lebih

15

Mood : labil

Afek : terbatas, tidak serasi

Ggn persepsi : ilusi (+), riwayat halusinasi akustik (+)

Arus pikir : asosiasi longgar, jawaban irrelevan

Isi pikir : rasa takut (+), waham kejar (+)

Hendaya : dalam semua fungsi (peran, hubungan sosial, perawatan diri,

penggunaan waktu luang)

VI. FORMULASI DIAGNOSTIK

Formulasi diagnostik didasarkan pada Pedoman Penggolongan Diagnosis

Gangguan Jiwa III. Onset penyakit 2 minggu jangka waktu gejala psikotik

menjadi nyata dan mengganggu aspek kehidupan sehari-hari. Adanya gejala

skizofrenik yang khas berupa halusinasi auditorik, waham dan ilusi. Tidak

diketahui berapa lama gangguan ini akan berlangsung. Tidak ada gangguan yang

memenuhi kriteria episode manik atau episode depresif. Tidak ada penyebab

organik dan bukan merupakan intoksikasi akibat penggunaan alkohol atau obat-

obatan. Maka diagnosis pasien ini adalah Gangguan Psikotik Akut.

VII. EVALUASI MULTIAKSIAL ( 01/02/2012)

A. Menurut PPDGJ-III

Aksis I : F.23 Gangguan Psikotik Akut

Aksis II : tidak ada kelainan

Aksis III : tidak ada kelainan

Aksis IV : Masalah dengan ekonomi : ekonomi kurang untuk

memenuhi kebutuhan sehari-hari

Aksis V : GAF mutakhir : 60

VIII. PROGNOSIS :

16

Pendukung ke arah baik

Genetik tidak ada

Onset akut

Usia tua

Faktor pencetus jelas

Riwayat premorbid baik

Belum pernah sakit seperti ini

Menikah

Suportif lingkungan ada

Tilikan baik

Status ekonomi baik

Pendukung ke arah buruk

Genetik ada

Onset kronik

Usia muda

Faktor pencetus tidak jelas

Riwayat premorbid buruk

Pernah sakit seperti ini

Tidak menikah

Suportif lingkungan tidak ada

Tilikan buruk

Status ekonomi kurang

Prognosis: dubia ad bonam

X. PENATALAKSANAAN

A. Farmakoterapi :

17

B. Usul : ECT (Electro Convulsion Therapy)

C. Psikoterapi

Terapi individual lebih efektif dari terapi kelompok

Terapi suportif berorientasi tilikan, kognitif, dan perilaku sering

afektif.

Bina hubungan dan kepercayaan

Hindari membicarakan waham pasien, dan tidak boleh meremehkan

ataupun mendukung isi waham tersebut.

D. Terapi Keluarga

Target hubungan sosial yang baik.

DAFTAR PUSTAKA

18

1. Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa edisi ke-III, Depkes RI,

Jakarta, 1993

2. Maramis W.E. Ilmu Kedokteran Jiwa. Penerbit bagian Ilmu Kedokteran Jiwa

FK- Universitas Airlangga. Surabaya, 1980.

3. Sinaga BR. Skizofrenia dan Diagnosis Banding. Balai Penerbit FKUI, Jakarta,

2007.

19