laporan kasus osteoartritis

56
BAB I ILUSTRASI KASUS I. Identitas Pasien Nama Pasien : Ny. R Umur : 75 tahun Jenis Kelamin : Perempuan Alamat : Ungaran Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Status Perkawinan : Menikah Agama : Islam Suku : Jawa No. Rekam Medik : 19 23 xx Tanggal Masuk RS : 2 Februari 2014 Tanggal Keluar RS : 7 Februari 2014 Tanggal Pemeriksaan : 2 – 7 Februari 2014 II. Anamnesis Riwayat keluhan pasien diperoleh secara autoanamnesis dan alloanamnesis (anak pasien) yang dilakukan pada tanggal : 2 Februari 2014 saat pasien tiba di IGD RSUD Ungaran. 1. Keluhan Utama Kedua lutut nyeri dan sulit berjalan 2. Riwayat Penyakit Sekarang 1

description

I. Identitas PasienNama Pasien : Ny. RUmur : 75 tahunJenis Kelamin : PerempuanAlamat : UngaranPekerjaan : Ibu Rumah TanggaStatus Perkawinan : MenikahAgama : IslamSuku : JawaNo. Rekam Medik : 19 23 xxTanggal Masuk RS : 2 Februari 2014Tanggal Keluar RS : 7 Februari 2014Tanggal Pemeriksaan : 2 – 7 Februari 2014II. AnamnesisRiwayat keluhan pasien diperoleh secara autoanamnesis dan alloanamnesis (anak pasien) yang dilakukan pada tanggal : 2 Februari 2014 saat pasien tiba di IGD RSUD Ungaran.1. Keluhan UtamaKedua lutut nyeri dan sulit berjalan2. Riwayat Penyakit SekarangPasien datang diantar keluarganya ke IGD RSUD Ungaran pada tanggal 2 Februari 2014 pukul 16.13 WIB dengan keluhan kedua lutut terasa nyeri dan sulit untuk berjalan. Keluhan ini dirasakan pasien secara tiba – tiba sejak ± 2 hari SMRS. Nyeri dirasakan pasien seperti berdenyut dan tertusuk jarum. Nyeri tersebut juga tidak menghilang dengan kompres, minyak urut, maupun obat pengurang rasa sakit. Nyeri semakin memberat saat pasien melipat lututnya dan menggerakkan kakinya tetapi sedikit berkurang dengan istirahat. Awalnya, pasien mengaku mendapatkan keluhan nyeri dan sulit berjalan ini ketika pasien ingin beranjak dari tempat tidurnya menuju kamar mandi. Ketika akan berdiri, pasien merasakan kedua kakinya sangat nyeri dan sulit untuk digerakkan hingga pasien terjatuh ke lantai. Pasien menyangkal adanya benturan di kepala saat jatuh. Riwayat pingsan setelah jatuh, mual, muntah, sesak, kejang, pusing, lumpuh separo, cedal, pelo, merot semuanya juga disangkal. Riwayat makan minum, buang air besar dan buang air kecil semuanya masih dalam batas normal. Sebenarnya, pasien sudah lama merasakan nyeri pada kedua lututnya ini yaitu selama ± 1 tahun SMRS, namun perlahan dirasa semakin memberat sejak ada bengkak di kedua lututnya dan puncaknya yaitu 2 HSMRS karena keluhan pasien ini menyebabkan dirinya tidak bisa berjalan lagi. Pasien mengaku baru menyadari ada pembengkakan di kedua lututnya ini kira – kira 6 bulan terakhir (SMRS). Bengkak tersebut menyebabkan pasien susah menggerakkan kakinya dan menyebabkan terhambatnya aktivitas sehari – hari pasien. Namun, pasien masih bisa berjalan pelan – pelan tanpa tongkat. Di daerah lutut yang bengkak tersebut terasa hangat. Pasien mengatakan bengkaknya tidak mengecil setelah dikompres dengan air dingin ataupun setelah pasien beristirahat. Selain keluhan nyeri dan bengkak, pasien juga merasakan kaku pada kedua lututnya. Biasanya kaku ini muncul pada pagi hari setelah pasien bangun tidur dan menetap sekitar setengah jam. Saat kaku ini muncul, pasien tidak bisa menggerakkan kakinya sama sekali, pasien hanya bisa diam di tempat tidur. Saat dicoba digerakkan oleh orang lain, kaki pasien hanya bisa bergeser ke kanan ataupun ke kiri, tidak bisa ditekuk dan kadang pasien juga merasakan gemertak ketika lututnya digerakkan. Pasien mengaku sudah pernah berobat ke alternatif (dipijat) dan mengkonsumsi obat yang dibeli di apotek untuk meredakan keluhan bengkak dan nyeri pada lututnya, hanya saja pasien lupa nama obatnya. Pasien juga mengaku bahwa sebelum sakit selama ± 1 tahun ini, pasien masih sering melakukan pekerjaan rumah seperti menyapu dan memasak, tetapi semenjak kedua lututnya terasa nyeri pasien hanya bisa berjalan santai di sekeliling rumahnya.Pada saat pemeriksaan di IGD RSUD Ungaran, keluhan pasien dirasakan semakin memberat, kedua kaki semakin nyeri dan semakin sulit untuk digerakkan. Pasien bahkan tidak bisa menekuk kakinya. Pada saat memasuki ruang pemeriksaanpun, pasien tidak kuat untuk berjalan sendiri. 3. Riwayat Penyakit Dahulua. Riwayat Keluhan Serupa : diakui (sudah ± 1 tahun, tetapi pasien masih bisa berjalan) b. Riwayat Kencing Manis : disangkalc. Riwayat Darah Tinggi : diakui (sudah > 2 tahun tetapi tidak rutin konsumsi OAH)d. Riwayat Penyakit Jantung : disangkale. Riwayat Sakit Ginjal : disangkalf. Alergi Obat dan Makanan : disangkalg. R

Transcript of laporan kasus osteoartritis

Page 1: laporan kasus osteoartritis

BAB I

ILUSTRASI KASUS

IIdentitas Pasien

Nama Pasien Ny R

Umur 75 tahun

Jenis Kelamin Perempuan

Alamat Ungaran

Pekerjaan Ibu Rumah Tangga

Status Perkawinan Menikah

Agama Islam

Suku Jawa

No Rekam Medik 19 23 xx

Tanggal Masuk RS 2 Februari 2014

Tanggal Keluar RS 7 Februari 2014

Tanggal Pemeriksaan 2 ndash 7 Februari 2014

II Anamnesis

Riwayat keluhan pasien diperoleh secara autoanamnesis dan

alloanamnesis (anak pasien) yang dilakukan pada tanggal 2 Februari 2014

saat pasien tiba di IGD RSUD Ungaran

1 Keluhan Utama

Kedua lutut nyeri dan sulit berjalan

2 Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang diantar keluarganya ke IGD RSUD Ungaran pada

tanggal 2 Februari 2014 pukul 1613 WIB dengan keluhan kedua lutut

terasa nyeri dan sulit untuk berjalan Keluhan ini dirasakan pasien secara

tiba ndash tiba sejak plusmn 2 hari SMRS Nyeri dirasakan pasien seperti

berdenyut dan tertusuk jarum Nyeri tersebut juga tidak menghilang

dengan kompres minyak urut maupun obat pengurang rasa sakit Nyeri

semakin memberat saat pasien melipat lututnya dan menggerakkan

11

kakinya tetapi sedikit berkurang dengan istirahat Awalnya pasien

mengaku mendapatkan keluhan nyeri dan sulit berjalan ini ketika pasien

ingin beranjak dari tempat tidurnya menuju kamar mandi Ketika akan

berdiri pasien merasakan kedua kakinya sangat nyeri dan sulit untuk

digerakkan hingga pasien terjatuh ke lantai Pasien menyangkal adanya

benturan di kepala saat jatuh Riwayat pingsan setelah jatuh mual

muntah sesak kejang pusing lumpuh separo cedal pelo merot

semuanya juga disangkal Riwayat makan minum buang air besar dan

buang air kecil semuanya masih dalam batas normal Sebenarnya pasien

sudah lama merasakan nyeri pada kedua lututnya ini yaitu selama plusmn 1

tahun SMRS namun perlahan dirasa semakin memberat sejak ada

bengkak di kedua lututnya dan puncaknya yaitu 2 HSMRS karena

keluhan pasien ini menyebabkan dirinya tidak bisa berjalan lagi Pasien

mengaku baru menyadari ada pembengkakan di kedua lututnya ini kira ndash

kira 6 bulan terakhir (SMRS) Bengkak tersebut menyebabkan pasien

susah menggerakkan kakinya dan menyebabkan terhambatnya aktivitas

sehari ndash hari pasien Namun pasien masih bisa berjalan pelan ndash pelan

tanpa tongkat Di daerah lutut yang bengkak tersebut terasa hangat

Pasien mengatakan bengkaknya tidak mengecil setelah dikompres

dengan air dingin ataupun setelah pasien beristirahat

Selain keluhan nyeri dan bengkak pasien juga merasakan kaku

pada kedua lututnya Biasanya kaku ini muncul pada pagi hari setelah

pasien bangun tidur dan menetap sekitar setengah jam Saat kaku ini

muncul pasien tidak bisa menggerakkan kakinya sama sekali pasien

hanya bisa diam di tempat tidur Saat dicoba digerakkan oleh orang lain

kaki pasien hanya bisa bergeser ke kanan ataupun ke kiri tidak bisa

ditekuk dan kadang pasien juga merasakan gemertak ketika lututnya

digerakkan

Pasien mengaku sudah pernah berobat ke alternatif (dipijat) dan

mengkonsumsi obat yang dibeli di apotek untuk meredakan keluhan

bengkak dan nyeri pada lututnya hanya saja pasien lupa nama obatnya

2

Pasien juga mengaku bahwa sebelum sakit selama plusmn 1 tahun ini pasien

masih sering melakukan pekerjaan rumah seperti menyapu dan

memasak tetapi semenjak kedua lututnya terasa nyeri pasien hanya bisa

berjalan santai di sekeliling rumahnya

Pada saat pemeriksaan di IGD RSUD Ungaran keluhan pasien

dirasakan semakin memberat kedua kaki semakin nyeri dan semakin

sulit untuk digerakkan Pasien bahkan tidak bisa menekuk kakinya Pada

saat memasuki ruang pemeriksaanpun pasien tidak kuat untuk berjalan

sendiri

3 Riwayat Penyakit Dahulu

a Riwayat Keluhan Serupa diakui (sudah plusmn 1 tahun tetapi

pasien masih bisa berjalan)

b Riwayat Kencing Manis disangkal

c Riwayat Darah Tinggi diakui (sudah gt 2 tahun tetapi tidak

rutin konsumsi OAH)

d Riwayat Penyakit Jantung disangkal

e Riwayat Sakit Ginjal disangkal

f Alergi Obat dan Makanan disangkal

g Riwayat Asma disangkal

h Riwayat Sakit Maag disangkal

i Riwayat Operasi disangkal

j Riwayat Opname di RS diakui (karena keracunan plusmn 5 tahun

yang lalu)

k Riwayat Asam Urat tidak tahu (tidak pernah cek)

l Riwayat Kolesterol tidak tahu (tidak pernah cek)

m Riwayat Trauma Jatuh disangkal

4 Riwayat Penyakit Keluarga

a Riwayat Penyakit Serupa disangkal

b Riwayat Darah Tinggi disangkal

c Riwayat Kencing Manis disangkal

d Riwayat Penyakit Jantung disangkal

3

e Riwayat Penyakit Ginjal disangkal

f Riwayat Asma disangkal

5 Riwayat Kebiasaan

a Riwayat Minum Jamu dan Obat Bebas disangkal

b Riwayat Minum Alkhohol disangkal

c Riwayat Merokok disangkal

d Riwayat Minum Suplemen disangkal

e Riwayat Makan Makanan Berlemak disangkal

6 Riwayat Lingkungan dan Sosial

Pasien adalah seorang ibu rumah tangga yang tinggal di dalam

lingkungan tempat tinggal yang cukup bersih bersama anaknya Pasien

menggunakan fasilitas Umum untuk biaya pengobatan selama di rumah

sakit

III PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 2 Februari 2014 jam 1613

WIB saat pasien tiba di IGD RSUD Ungaran

1 Keadaan umum sedang tampak kesakitan

2 Kesadaran composmentis GCS E4V5M6 15

3 Tanda Vital

a Tekanan darah 150100 mmHg posisi berbaring lengan kiri

b Nadi 86 xmenit reguler kuat isi dan tegangan cukup

c Respirasi 18xmenit tipe thorakoabdominal

d Suhu 37ordmC per axiler

e Saturasi O2 99

4 Status Gizi

BB = 65 kg

TB = 155 cm

BMI = 65 = 2705 kgm2 (harga normal = 185-225 kgm2)

(155)2

Kesan overweight

4

5 Pemeriksaan fisik

a Kepala

Bentuk mesocephal rambut warna hitam sebagian beruban mudah

rontok (-) tidak mudah dicabut (+) luka (-)

1) Wajah

Simetris eritema (-) ruam muka (-) luka (-)

2) Mata

Konjungtiva palpebra anemis (--) sklera ikterik (--) oedem

palpebra (--) sianosis (-) pupil isokor (3mm 3mm) reflek

cahaya directindirect (++) perdarahan subkonjungtiva (--)

3) Telinga

Sekret (-) darah (-) nyeri tekan mastoid (-) gangguan fungsi

pendengaran (-)

4) Hidung

Deviasi septum nasi (-) epistaksis (-) nafas cuping hidung (-)

sekret (-) fungsi pembau baik foetor ex nasal (-)

5) Mulut

Sianosis (-) gusi berdarah (-) kering (-) stomatitis (-) pucat(-)

lidah tifoid (-) papil lidah atropi (-) luka pada sudut bibir (-)

b Leher

Leher simetris retraksi suprasternal (-) deviasi trachea (-) JVP R0

pembesaran kelenjar limfe (-) pembesaran kelenjar tiroid (-)

c Thorax

Bentuk normochest simetris retraksi intercostalis (-) pernafasan

thorakoabdominal sela iga melebar (-) jejas (-)

Jantung

1) Inspeksi Iktus kordis tidak tampak

2) Palpasi Iktus kordis tidak kuat angkat

5

3) Perkusi

Batas jantung

Kiri atas SIC II linea parasternalis sinistra

Kiri bawah SIC V 2 cm medial linea midclavicularis

sinistra

Kanan atas SIC II linea parasternalis dextra

Kanan bawah SIC IV linea parasternalis dextra

Pinggang jantung SIC II-III parasternalis sinistra

Konfigurasi jantung kesan tidak melebar

4) Auskultasi Bunyi jantung I-II murni intensitas reguler bising

(-) gallop (-)

Paru - Paru

1) Inspeksi

Normochest sela iga tidak melebar gerakan pernafasan simetris

kanan kiri retraksi intercostae (-)

2) Palpasi

Ketinggalan gerak

Depan Belakang

- - - -

- - - -

- - - -

Fremitus

Depan Belakang

N N N N

N N N N

N N N N

6

3) Perkusi

Depan Belakang

Sonor Sonor Sonor Sonor

Sonor Sonor Sonor Sonor

Sonor Sonor Sonor Sonor

4) Auskultasi

Suara dasar vesikuler

Depan Belakang

+ + + +

+ + + +

+ + + +

Suara tambahan wheezing (--) ronkhi (--)

d Abdomen

1) Inspeksi

Dinding perut sejajar dinding dada distended (-) umbilikus

tampak dan tidak ada inflamasi kaput medusa (-) venektasi (-)

sikatrik bekas operasi (-)

2) Auskultasi

Peristaltik (+) normal

3) Perkusi

Timpani (+) ascites (-) shifting dullnes (-)

4) Palpasi

Supel nyeri tekan epigastrium (-) lien dan hepar tidak teraba

membesar ginjal tidak teraba nyeri ketok costovertebrae (-)

defans muskular (-)

7

e Ekstremitas

1) Ekstremitas superior

Dekstra

Pergerakan motorik dalam batas normal tanda-tanda inflamasi

(-) oedem (-) eritem (-) CRT lt 3 detik clubbing finger (-)

kuku nekrosis (-) akral hangat (+) deformitas (-)

Sinistra

Pergerakan motorik dalam batas normal tanda-tanda inflamasi

(-) oedem (-) eritem (-) CRT lt 3 detik clubbing finger (-)

kuku nekrosis (-) akral hangat (+) deformitas (-)

2) Ekstremitas inferior

Dekstra

Pergerakan motorik sendi lutut terbatas (+) tanda-tanda

inflamasi sendi lutut (+) oedem sendi lutut (+) deformitas

sendi lutut (+) krepitasi sendi lutut (+) nyeri gerak dan

tekan (+) hiperemi (-) kuku nekrosis (-) akral hangat (+)

Sinistra

Pergerakan motorik sendi lutut terbatas (+) tanda-tanda

inflamasi sendi lutut (+) oedem sendi lutut (+) deformitas

sendi lutut (+) krepitasi sendi lutut (+) nyeri gerak dan

tekan(+) hiperemi (-) kuku nekrosis (-) akral hangat (+)

8

Genu Dekstra Genu Sinistra

IV PEMERIKSAAN PENUNJANG

1 Pemeriksaan EKG

a Frekuensi 87xmenit saat pertama kali masuk RS ritme reguler

b Jenis irama Sinus

c Zona transisi V6

d Aksis Lead II (+) aVL (+)

e Morfologi gelombang

1) Gelombang P selalu diikuti gelombang QRS dan T

2) Interval PR 012 detik

3) Gelombang QRS 010 detik

4) Elevasi ST (-)

5) Depresi ST (-)

6) Gelombang T inverted di Lead II III aVF dan V1 ndash V3

9

2 Laboratorium Darah dan Urin (tanggal 2 dan 3 Februari 2014)

Keterangan 02022014 03022014 SatuanNilai

RujukanHematologi rutinHemoglobin 118 - gdl 115-16

Hematokrit 369 - 35-49

Leukosit 83 - 10sup3microl 40-11Trombosit 297 - 10sup3microl 150-440Eritrosit 505 - 10⁶microl 38-52

Indeks eritrosit

MCV 731 - fl 82-95MCH 233 - pg 27-31MCHC 319 - gdl 32-36RDW 185 - 116-148

Hitung jenis

Granulosit 732 (H) - 50-70Limfosit 170 (L) - 20-40Monosit 98 (H) - 2-8

Kimia Ginjal

Ureum - 16 mgdL 10-45Creatinin - 073 mgdL 05-11

Asam Urat - 60 mgdL 24-60

GDS 199 - mgdL lt 200

Kimia Profil Lipid

Kolesterol Total - 199 mgdL lt200HDL Kolesterol - 35 (L) mgdL gt40LDL Kolesterol - 1348 (H) mgdL lt 130Trigliserid - 146 mgdL 35-160

URIN RUTIN 03022014 Satuan Nilai Rujukan

10

MAKROSKOPIS

Warna Kuning Kuning muda - kuning

Kekeruhan Jernih Jernih

KIMIA URINE

pH Reaksi 60 46 ndash 85Berat jenis 1015 1003 ndash 1030Protein Negatif mgdL NegatifReduksi Negatif mgdL NegatifLeukosit Esterase Negatif microL NegatifBilirubin Negatif mgdL NegatifUrobilinogen Normal mgdL NormalNitrit Negatif mgdL NegatifKeton Negatif mgdL NegatifBlood (HbEri) Negatif mgdL Negatif

MIKROSKOPIS

Leukosit Sedimen 10 ndash 15 SelLPB 0 ndash 15Eritrosit Sedimen 0 SelLPB 0 ndash 3 Epitel 5 - 10 SelLPB 0 ndash 15 Silinder Negatif LPK NegatifKristal Negatif LPB NegatifBakteri Negatif LPB NegatifJamur Negatif LPB NegatifLain - lain Negatif LPB

11

3 Foto Rontgen (tanggal 2 Februari 2014)

X ndash Ray Genu Dekstra et Sinistra

Kesan

Osteofit pada condylus lateralis dan medialis os tibia femoralis

dekstra disertai penyempitan sendi tibia femoralis lateralis dekstra

merupakan gambaran osteoarthrosis genu dekstra grade III

Osteofit pada condylus lateralis dan medialis os tibia femoralis

sinistra disertai penyempitan sendi femoro tibialis sinistra disertai

irreguler pada tulang tibia fibula sekitar sendi dan sklerotik

subcondral merupakan gambaran osteoarthosis genu sinistra grade

IV disertai osteoarthritis peradangan

12

X ndash Ray Pelvis AP

13

Kesan

Lesi opak pada cavum pelvis suspek massa DD vesikolitiasis ( usul

USG abdomen )

Tak tampak fraktur maupun dislokasi

V ASSESMENT DIAGNOSIS KERJA DAN DIAGNOSIS BANDING

1 Osteoartritis Genu Dextra et Sinistra

2 Hipertensi stage I

3 Ischemia Hearth Disease

Daftar masalah Problem AssesmentPlanning Diagnosa

Plannning Terapi (IGD)Planning

Monitoring

75 tahun Kedua kaki nyeri tidak bisa jalan (+) tidak bisa ditekuk (+) kaku riwjatuh (-)

Pmx Fisik Genu D et S ada deformitas (+) bengkak(+) krepitasi (+)

Foto x-ray genu osteoarthritis osteofit sendi genu D et S

-Deformitas Sendi-Proses Degeneratif

Osteoartritis Genu Dextra et Sinistra

- X-ray genu Dekstra et Sinistra

- Pmx Cairan synovial sendi genu

Non Farmakologi- A-B-C management ( infRL 20tpm)- Edukasi pasien- Terapi Fisik latihan gerak sendi- Fisioterapi-Penurunan berat badanFarmakologi- Inj Ranitidin 1 Amp12j- Inj Ketorolac 30mg (E)po Natrium Diklofenak 2x1 Analsik 2x1 Vit BC 1x1

-Tanda dan gejala Klinis

- TD 150100 mmHg

Gangguan hemo -dinamik

Hipertensi stage I

- EKG Foto Thorax

Non Farmakologi- Diet rendah garamFarmakologi

- Cek ulang Tekanan Darah

14

Fungsi Ginjal

- Captopril 2 x 25mg (po)- Amlodipin 1x10mg (po)

EKG Gelombang T inverted di Lead II III aVF dan V1 ndash V3

-Ateroskle- rosis-Hipoksia vaskuler

Ischemia Hearth Disease

-Cek Profil Lipid Asam Urat Enzim Jantung

Non Farmakologi-Tirah baring- O2 3-4lpmFarmakologi-ISDN 3x5mg

-Cek EKG serial 4 jam

VI POMR (Problem Oriented Medical Record)

VII FOLLOW UP

Tanggal Subjektif dan Objektif Penatalaksanaan03022014 S kaki masih nyeri jika digerakkan (+)

pegel (+) masih belum bisa berjalan pusing (-) sesak (-)KU Kesadaran Sedang composmentisVS TD 170100 mmHg RR 18 kali menit N 88 kali menit T 370CVAS 7Bengkak (+) eritem (-) ROM terbatasEKG T inverted Lead IIIII aVF amp V1-V3

O2 3lpmIVFD RL 20 tpm Captopril 3x25mgHCT 2x50mgAmlodipin 1x10mgAnalsik 3x1Natrium Diklofenak 3x1ISDN 3x5mg

15

04022014 S kaki masih nyeri jika digerakkan ditekuk (+) pasien tetap masih belum bisa duduk maupun berjalan sesak(-) pusing(-)KU Kesadaran Sedang composmentisVS TD 130100 mmHg RR 18 kali menit N 76 kali menit T 3730CVAS 7Bengkak (+) eritem (-) ROM terbatas

O2 3lpmIVFD RL 20 tpm Captopril 3x25mgHCT 2x50mgAmlodipin 1x10mgAnalsik 3x1Natrium Diklofenak 3x1ISDN 3x5mg(+) Inj Flamicort 1 Amp Omeprazole 2x1

05022014 S kaki masih nyeri jika digerakkan (+) namun pasien sudah bisa tidur miring sambil menekuk lututnya pegel (+) masih belum bisa berjalan (+)KU Kesadaran Sedang composmentisVS TD 150100 mmHg RR 18 kali menit N 86 kali menit T 370CVAS 5Bengkak (+) eritem (-) ROM terbatas

O2 3lpmIVFD RL 20 tpm Captopril 3x25mgHCT 2x50mgAmlodipin 1x10mgAnalsik 3x1Natrium Diklofenak 3x1ISDN 3x5mg(+) Inj Flamicort 1 Amp Omeprazole 2x1Co SpRM untuk Fisioterapi

pasien sudah difisioterapi (IR)06022014 S kaki masih nyeri jika digerakkan (+)

ditambah keluhan nyeri pinggang keluhan pusing sesak mual muntah disangkalKU Kesadaran Sedang composmentisVS TD 200100 mmHg RR 20 kali menit N 88 kali menit T 3630CVAS 7Bengkak (+) eritem (-) ROM terbatas

O2 3lpmIVFD RL 20 tpm Inj Flamicort 1 AmpCaptopril 3x25mgHCT 2x50mgAmlodipin 1x10mgAnalsik 3x1Natrium Diklofenak 3x1ISDN 3x5mgOmeprazole 2x1

Fisioterapi masih dilanjutkan

16

07022014 S kaki masih nyeri tapi lebih jarang pasien sudah bisa setengah duduk namun tetap dibantu keluarga sesak (-) pusing (sedikit) makan minum (+) sedikit - sedikitKU Kesadaran Sedang composmentisVS TD 200100 mmHg RR 18 kali menit N 76 kali menit T 370CVAS 5Bengkak (+) eritem (-) ROM terbatas

Pasien dan keluarga APS pulang karena persoalan biaya terapi pulang

Captopril 3x25mgHCT 2x50mgAmlodipin 1x10mgAnalsik 3x1Natrium Diklofenak 3x1ISDN 3x5mgOmeprazole 2x1(+) Clonidin 3x1 tab

VIIIPROGNOSIS

Qua ad vitam Dubia ad bonam

Qua ad functionam Dubia ad malam

Qua ad sanationam Dubia ad malam

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

IDefinisi

Osteoarthritis (OA dikenal juga sebagai arthritis degeneratif penyakit

degeneratif sendi) merupakan penyakit sendi degeneratif yang mengenai

sendi-sendi penumpu berat badan dengan gambaran patologis yang berupa

kerusakan kartilago sendi dimana terjadi proses degradasi interaktif sendi

17

yang kompleks terdiri dari proses perbaikan pada kartilago tulang dan

sinovium diikuti komponen sekunder proses inflamasi12

II Epidemiologi

Osteoartritis merupakan penyakit sendi yang paling banyak ditemukan di

dunia termasuk di Indonesia Bahkan sejak tahun 2001 hingga 2010

dicanangkan sebagai dekade penyakit tulang dan sendi di seluruh dunia5

Penyakit ini menempati urutan kedua setelah penyakit kardiovaskuler sebagai

penyebab ketidakmampuan fisik Di Inggris dan Wales sekitar 13 hingga

175 juta orang mengalami gejala OA Di Amerika 1 dari 7 penduduk

menderita OA34

Di Australia pada tahun 2002 diperkirakan biaya nasional untuk OA

sebesar 1 dari GNP yaitu mencapai $Aus 2700orangtahun4 Di Indonesia

sendiri prevalensi total OA sebanyak 343 juta orang pada tahun 2002 dan

mencapai 365 juta orang pada tahun 2007 Diperkirakan 1 sampai 2 juta

orang lanjut usia di Indonesia menderita cacat karena osteoarthritis Pada

beberapa penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan terjadinya

osteoarthritis pada obesitas dan sendi penahan beban tubuh5 Dari sekian

banyak sendi yang dapat terserang OA lutut merupakan sendi yang paling

sering dijumpai terserang OA Data Arthritis Research Campaign

menunjukkan bahwa lebih dari 550 ribu orang di Inggris menderita OA lutut

yang parah dan lebih dari 80 ribu operasi replacement sendi lutut dilakukan di

Inggris pada tahun 2000 dengan biaya 405 juta Poundsterling6

III Patofisiologi Osteoartritis

Terjadinya OA tidak lepas dari banyak persendian yang ada di dalam

tubuh manusia Sebanyak 230 sendi menghubungkan 206 tulang yang

memungkinkan terjadinya gesekan Untuk melindungi tulang dari gesekan di

dalam tubuh ada tulang rawan Namun karena berbagai faktor risiko yang ada

maka terjadi erosi pada tulang rawan dan berkurangnya cairan pada sendi

Tulang rawan sendiri berfungsi untuk meredam getar antar tulang Tulang

rawan terdiri atas jaringan lunak kolagen yang berfungsi untuk menguatkan

18

17

sendi proteoglikan yang membuat jaringan tersebut elastis dan air (70

bagian) yang menjadi bantalan pelumas dan pemberi nutrisi910

Kondrosit adalah sel yang tugasnya membentuk proteoglikan dan

kolagen pada rawan sendi Osteoartritis terjadi akibat kondrosit gagal

mensintesis matriks yang berkualitas dan memelihara keseimbangan antara

degradasi dan sintesis matriks ekstraseluler termasuk produksi kolagen tipe I

III VI dan X yang berlebihan dan sintesis proteoglikan yang pendek Hal

tersebut menyebabkan terjadi perubahan pada diameter dan orientasi dari serat

kolagen yang mengubah biomekanik dari tulang rawan sehingga tulang rawan

sendi kehilangan sifat kompresibilitasnya yang unik9

Selain kondrosit sinoviosit juga berperan pada patogenesis OA

terutama setelah terjadi sinovitis yang menyebabkan nyeri dan perasaan tidak

nyaman Sinoviosit yang mengalami peradangan akan menghasilkan Matrix

Metalloproteinases (MMPs) dan berbagai sitokin yang akan dilepaskan ke

dalam rongga sendi dan merusak matriks rawan sendi serta mengaktifkan

kondrosit Pada akhirnya tulang subkondral juga akan ikut berperan dimana

osteoblas akan terangsang dan menghasilkan enzim proteolitik 910

Agrekanase merupakan enzim yang akan memecah proteoglikan di

dalam matriks rawan sendi yang disebut agrekan Ada dua tipe agrekanase

yaitu agrekanase 1 (ADAMTs-4) dan agrekanase 2 (ADAMTs-11) MMPs

diproduksi oleh kondrosit kemudian diaktifkan melalui kaskade yang

melibatkan proteinase serin (aktivator plasminogen plamsinogen plasmin)

radikal bebas dan beberapa MMPs tipe membran Kaskade enzimatik ini

dikontrol oleh berbagai inhibitor termasuk TIMPs dan inhibitor aktifator

plasminogen Enzim lain yang turut berperan merusak kolagen tipe II dan

proteoglikan adalah katepsin yang bekerja pada pH rendah termasuk

proteinase aspartat (katepsin D) dan proteinase sistein (katepsin B H K L

dan S) yang disimpam di dalam lisosom kondrosit Hialuronidase tidak

terdapat di dalam rawan sendi tetapi glikosidase lain turut berperan merusak

proteoglikan10

19

Berbagai sitokin turut berperan merangsang kondrosit dalam

menghasilkan enzim perusak rawan sendi Sitokin-sitokin pro-inflamasi akan

melekat pada reseptor di permukaan kondrosit dan sinoviosit dan

menyebabkan transkripsi gene MMP sehingga produksi enzim tersebut

meningkat Sitokin yang terpenting adalah IL-1 selain sebagai sitokin

pengatur (IL-6 IL-8 LIFI) dan sitokin inhibitor (IL-4 IL-10 IL-13 dan IFN-

γ) Sitokin inhibitor ini bersama IL-Ira dapat menghambat sekresi berbagai

MMPs dan meningkatkan sekresi TIMPs Selain itu IL-4 dan IL-13 juga

dapat melawan efek metabolik IL-1 IL-1 juga berperan menurunkan sintesis

kolagen tipe II dan IX dan meningkatkan sintesis kolagen tipe I dan III

sehingga menghasilkan matriks rawan sendi yang berkualitas buruk 910

IV Klasifikasi Osteoartritis

OA dapat terjadi secara primer (idiopatik) maupun sekunder seperti

yang tercantum di bawah ini 19

IDIOPATIK SEKUNDER

20

SetempatTangan- nodus Heberden dan Bouchard (nodal)- artritis erosif interfalang- karpal-metakarpal IKaki - haluks valgus- haluks rigidus- jari kontraktur (hammercock-up toes)- talonavikulareCoxae- eksentrik (superior)- konsentrik (aksial medial)- difus (koksa senilis)Vertebra- sendi apofiseal- sendi intervertebral- spondilosis (osteofit)- ligamentum (hiperostosis penyakit Forestier diffuse idiopathic skeletal hyperostosis=DISH)Tempat lainnya- glenohumeral- akromioklavikular- tibiotalar- sakroiliaka- temporomandibularMenyeluruhMeliputi 3 atau lebih daerah yang tersebut diatas (Kellgren-Moore)

Traumaminus akutminus kronik (okupasional port)Kongenital atau developmentalGangguan setempatminus Penyakit Leg-Calve-Perthesminus Dislokasi koksa kongenitalminus Slipped epiphysisFaktor mekanikminus Panjang tungkai tidak samaminus Deformitas valgus varusminus Sindroma hipermobilitasMetabolikminus Okronosis (alkaptonuria)minus Hemokromatosisminus Penyakit Wilsonminus Penyakit GaucherEndokrinminus Akromegaliminus Hiperparatiroidismeminus Diabetes melitusminus Obesitasminus HipotiroidismePenyakit Deposit Kalsiumminus Deposit kalsium pirofosfat dihidratminus Artropati hidroksiapatitPenyakit Tulang dan Sendi lainnya Setempatminus FrakturminusNekrosis avaskular

Tabel 21 Osteoartritis Idiopatik dan Sekunder

V Manifestasi Klinis 15

1 Nyeri sendi

Terutama bila sendi bergerak atau menanggung beban yang akan

berkurang bila penderita beristirahat

21

2 Kaku pada pagi hari (morning stiffness)

Kekakuan pada sendi yang terserang terjadi setelah imobilisasi yang

cukup lama (gel phenomenon) bahkan sering disebutkan kaku muncul

pada pagi hari setelah bangun tidur (morning stiffness)

3 Hambatan pergerakan sendi

Hambatan pergerakan sendi ini bersifat progresif lambat bertambah

berat secara perlahan sejalan dengan bertambahnya nyeri pada sendi

4 Krepitasi

Rasa gemeretak (seringkali sampai terdengar) yang terjadi pada sendi

yang sakit

5 Perubahan bentuk sendi

Sendi yang mengalami osteoarthritis biasanya mengalami perubahan

berupa perubahan bentuk dan penyempitan pada celah sendi

6 Perubahan gaya berjalan

Hal yang paling meresahkan pasien adalah perubahan gaya berjalan

hampir semua pasien osteoarthritis pada pergelangan kaki lutut dan

panggul mengalami perubahan gaya berjalan (pincang)

VI Faktor Risiko Osteoartritis Lutut (Genu)

Secara garis besar terdapat dua pembagian faktor risiko OA lutut yaitu

faktor predisposisi dan faktor biomekanis

1 Faktor Predisposisi

a Faktor Demografi

1) Umur

Dari semua faktor risiko untuk timbulnya osteoartritis faktor

ketuaan adalah yang terkuat Proses penuaan dianggap sebagai

penyebab peningkatan kelemahan di sekitar sendi penurunan

kelenturan sendi kalsifikasi tulang rawan dan menurunkan

fungsi kondrosit yang semuanya mendukung terjadinya OA

Studi Framingham menunjukkan bahwa 27 orang berusia 63 ndash

22

70 tahun memiliki bukti radiografik menderita OA lutut yang

meningkat mencapai 40 pada usia 80 tahun atau lebih7

2) Jenis kelamin

Prevalensi OA pada laki-laki sebelum usia 50 tahun lebih tinggi

dibandingkan perempuan tetapi setelah usia lebih dari 50 tahun

prevalensi perempuan lebih tinggi menderita OA dibandingkan

laki-laki Hal ini dikaitkan dengan pengurangan hormon

estrogen yang signifikan pada wanita8

3) Ras Etnis

Prevalensi OA lutut pada penderita di negara Eropa dan

Amerika tidak berbeda sedangkan suatu penelitian

membuktikan bahwa ras Afrika ndash Amerika memiliki risiko

menderita OA lutut 2 kali lebih besar dibandingkan ras

Kaukasia Penduduk Asia juga memiliki risiko menderita OA

lutut lebih tinggi dibandingkan Kaukasia1011 Suatu studi lain

menyimpulkan bahwa populasi kulit berwarna lebih banyak

terserang OA dibandingkan kulit putih9

b Faktor Genetik

Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoartritis Adanya

mutasi dalam gen prokolagen atau gen-gen struktural lain untuk

unsur-unsur tulang rawan sendi seperti kolagen proteoglikan

berperan dalam timbulnya kecenderungan familial pada

osteoartritis10

c Faktor Gaya Hidup

1) Kebiasaan Merokok

Merokok dapat merusak sel dan menghambat proliferasi sel

tulang rawan sendi

Merokok dapat meningkatkan tekanan oksidan yang

mempengaruhi hilangnya tulang rawan

23

Merokok dapat meningkatkan kandungan karbonmonoksida

dalam darah menyebabkan jaringan kekurangan oksigen

dan dapat menghambat pembentukan tulang rawan12

2) Konsumsi Vitamin D

Orang yang tidak biasa mengkonsumsi makanan yang

mengandung vitamin D memiliki peningkatan risiko 3 kali lipat

menderita OA lutut13

d Faktor Metabolik

1) Obesitas

Berat badan yang berlebih ternyata dapat meningkatkan tekanan

mekanik pada sendi penahan beban tubuh dan lebih sering

menyebabkan osteoartritis lutut7

2) Osteoporosis

Hubungan antara OA lutut dan osteoporosis mendukung teori

bahwa gerakan mekanis yang abnormal tulang akan

mempercepat kerusakan tulang rawan sendi10

3) Penyakit Lain

OA lutut terbukti berhubungan dengan diabetes mellitus

hipertensi dan hiperurikemi dengan catatan pasien tidak

mengalami obesitas10

4) Histerktomi

Hal ini diduga berkaitan dengan pengurangan produksi hormon

estrogen setelah dilakukan pengangkatan rahim 10

5) Manisektomi

Menisektomi merupakan operasi yang dilakukan di daerah lutut

dan telah diidentifikasi sebagai faktor risiko penting bagi OA

lutut Hal ini berkaitan dengan hilangnya jaringan meniscus14

2 Faktor Biomekanis

a Riwayat Trauma Lutut

24

Trauma lutut yang akut termasuk robekan pada ligamentum

krusiatum dan meniskus merupakan faktor risiko timbulnya OA

lutut9

b Kelainan Anatomis

Faktor risiko timbulnya OA lutut antara lain kelainan lokal pada

sendi lutut seperti genu varum genu valgus Legg ndash Calve ndashPerthes

disease dan displasia asetabulum10

c Pekerjaan

Osteoartritis banyak ditemukan pada pekerja fisik berat terutama

yang banyak menggunakan kekuatan yang bertumpu pada lutut

(petani kuli dll)9

d Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik berat seperti berdiri lama (2 jam atau lebih setiap

hari) berjalan jarak jauh (2 jam atau lebih setiap hari) mengangkat

barang berat (10 kg ndash 50 kg selama 10 kali atau lebih setiap

minggu) mendorong objek yang berat (10 kg ndash 50 kg selama 10

kali atau lebih setiap minggu) naik turun tangga setiap hari

merupakan faktor risiko OA lutut 9

e Kebiasaan Olahraga

Atlit olah raga benturan keras dan membebani lutut seperti sepak

bola lari maraton dan kung fu memiliki risiko meningkat untuk

menderita OA lutut10

VII Kriteria Diagnosis Osteoartritis Lutut (Genu)

25

Kriteria diagnosis OA lutut menggunakan kriteria klasifikasi American

College of Rheumatology seperti tercantum pada tabel berikut ini 16

Tabel 22 Kriteria Klasifikasi Osteoartritis Lutut

Derajat osteoartritis lutut dinilai menjadi lima derajat oleh Kellgren dan

Lawrence yaitu 17

- Derajat 0 tidak ada gambaran osteoartritis

- Derajat 1 osteoartritis meragukan dengan gambaran sendi normal tetapi

terdapat osteofit minimal

- Derajat 2 osteoartritis minimal dengan osteofit pada 2 tempat tidak terdapat

sklerosis dan kista subkondral serta celah sendi baik

- Derajat 3 osteoartritis moderat dengan osteofit moderat deformitas ujung

tulang dan celah sendi sempit

- Derajat 4 osteoartritis berat dengan osteofit besar deformitas ujung tulang

celah sendi hilang serta adanyasklerosis dan kista subkondral

26

VIIIPenatalaksanaan Osteoarthritis

Tujuan penatalaksanaan pasien dengan osteoarthritis adalah18

1 Meredakan nyeri

2 Mengoptimalkan fungsi sendi

3 Mengurangi ketergantungan kepada orang lain dan meningkatkan

kualitas hidup

4 Menghambat progresivitas penyakit

5 Mencegah terjadinya komplikasi

Pilar terapi pada pasien dengan osteoarthritis yaitu

Nonfarmakologis

1 Modifikasi pola hidup

2 Edukasi

3 Istirahat teratur yang bertujuan mengurangi penggunaan beban pada

sendi

4 Modifikasi aktivitas

5 Menurunkan berat badan

6 Rehabilitasi medik fisioterapi

a Latihan statis dan memperkuat otot-otot

b Fisioterapi yang berguna untuk mengurangi nyeri menguatkan otot

dan menambah luas pergerakan sendi

7 Penggunaan alat bantu

Farmakologis

1 Sistemik

a Analgetik

Non narkotik parasetamol

Opioid (kodein tramadol)

b Antiinflamasi nonsteroid (NSAIDs)

Oral

Injeksi

Suppositoria

27

c DMOADs (disease modifying OA drugs)

Diantara nutraceutical yang saat ini tersedia di Indonesia adalah

Glucosamine sulfate dan Chondroitine sulfate

2 Topikal

a Krim rubefacients dan capsaicin

Beberapa sediaan telah tersedia di Indonesia dengan cara kerja pada

umumnya bersifat counter irritant

b Krim NSAIDs

Beberapa yang dapat digunakan adalah gel piroxicam dan sodium

diklofenak

3 Injeksi intraartikularintra lesi

Pada dasarnya ada 2 indikasi suntikan intra artikular yakni penanganan

simtomatik dengan steroid dan viskosuplementasi dengan hyaluronan

untuk modifikasi perjalanan penyakit Beberapa preparat injeksi

intraartikular diantaranya

a Steroid ( triamsinolone hexacetonide dan methyl prednisolone )

Hanya diberikan jika ada satu atau dua sendi yang mengalami

nyeri dan inflamasi yang kurang responsif terhadap pemberian

NSAIDs tak dapat mentolerir NSAIDs atau ada komorbiditas yang

merupakan kontra indikasi terhadap pemberian NSAIDs

Dosis untuk sendi besar seperti lutut 40-50 mginjeksi

sedangkan untuk sendi-sendi kecil biasanya digunakan dosis 10 mg

b Hyaluronan high molecular weight dan low molecular weight

Diberikan berturut-turut 5 sampai 6 kali dengan interval satu

minggu masing-masing 2 sampai 25 ml Hyaluronan Sediaan di

Indonesia diantaranya adalah Hyalgan dan Osflex

4 Pembedahan

Sebelum diputuskan untuk terapi pembedahan harus dipertimbangkan

terlebih dahulu risiko dan keuntungannya Pertimbangan dilakukan

tindakan operatif bila

28

a Deformitas menimbulkan gangguan mobilisasi

b Nyeri yang tidak dapat teratasi dengan penganan medikamentosa

dan rehabilitatif

Ada 2 tipe terapi pembedahan Realignment osteotomi dan replacement

joint

Macam-macam operasi sendi lutut untuk osteoarthritis

a Partial replacementunicompartemental

b High tibial osteotomy orang muda

c Patella amp condyle resurfacing

d Minimally constrained total replacement stabilitas sendi dilakukan

sebagian oleh ligament asli dan sebagian oleh sendi buatan

e Cinstrained joint fixed hinges dipakai bila ada tulang hilang dan

severe instability

f Total knee replacement apabila didapatkan nyeri deformitas

instability akibat dari rheumatoid atau osteoarthritis

29

Gambar 21 Piramida Penatalaksanaan Osteoartritis

BAB III

DISKUSI DAN PEMBAHASAN

OA adalah penyakit degenerasi kartilago artikuler yang berlangsung secara

perlahan dan ditandai dengan nyeri sendi kekakuan dan keterbatasan gerak yang

berkembang secara progresif Tanda-tanda tersebut ditemukan pada penderita ini

Berdasarkan etiologinya OA diklasifikasikan menjadi dua yaitu OA

primer dan OA sekunder OA primer disebut juga OA idiopatik yaitu OA yang

kausanya tidak diketahui dan tidak ada hubungannya dengan penyakit sistemik

maupun proses perubahan lokal pada sendi OA sekunder adalah OA yang

didasari oleh adanya kelainan endokrin trauma inflamasi metabolik

pertumbuhan herediter jejas mikro dan makro serta imobilisasi yang terlalu lama

faktor mekanik penyakit deposit kalsium penyakit tulang dan sendi lainnya serta

neuropatik endemik Beberapa faktor risiko yang diketahui berhubungan dengan

penyakit OA diantaranya faktor risiko umum yang penting seperti kegemukan

faktor genetik dan jenis kelamin serta beberapa faktor risiko lain seperti usia lebih

dari 40 tahun suku bangsa cedera sendi pekerjaan olahraga kelainan

pertumbuhan kepadatan tulang dan lain-lain Pada penderita ini berdasarkan

30

anamnesis riwayat sosialnya penderita adalah seorang wanita berusia 75 tahun

yang meskipun tidak melakukan pekerjaan yang berat tetapi dirinya tetap

menjalankan pekerjaan rumah tangga (sebelum sakit) yang notabene banyak

menggunakan sendi lutut Selain itu dari pemeriksaan fisik penderita ini juga

mengalami kegemukan Kondisi-kondisi pada penderita ini merupakan faktor

risiko sekunder terjadinya OA Jadi dapat disimpulkan bahwa penyebab OA pada

penderita ini bukan termasuk faktor risiko OA primer

Penderita datang dengan keluhan nyeri pada kedua sendi lutut sejak plusmn 1

tahun SMRS dan puncaknya 2 hari SMRS dimana penderita sudah tidak bisa

berjalan lagi Nyeri sendi merupakan keluhan yang umum terjadi pada penyakit

reumatik seperti artritis gout OA keganasan reumatik septik dan lain

sebagainya Pada penderita ini nyeri terlokalisir pada lutut tanpa adanya nyeri

pada sendi yang lain nyeri bertambah saat melakukan gerakan (seperti berjalan)

dan berkurang apabila beristirahat Tidak ada demam Nyeri tidak menetap

sepanjang hari Nyeri seperti ini biasanya ditemukan pada OA

Penderita juga mengeluh kaku sendi Kaku sendi dirasakan penderita pada

pagi hari Keadaan ini biasanya disebabkan oleh desakan cairan yang berada di

sekitar jaringan yang mengalami inflamasi (kapsul sendi sinovial atau bursa)

Kaku sendi makin nyata pada pagi hari atau setelah istirahat Setelah digerak-

gerakkan cairan akan menyebar dari jaringan yang mengalami inflamasi sehingga

penderita merasa terlepas dari ikatan dan bisa menggerakkan sendinya kembali

Lama kaku sendi pada OA adalah kurang dari 30 menit sedangkan pada AR

minimal satu jam Pada penderita ini kaku sendi juga dirasakan pada pagi hari

selama plusmn 20-30 menit dan menghilang dengan sendirinya bila penderita

menggerakkan kakinya dengan beraktivitas seperti biasa Hal ini sesuai untuk

mendukung keluhan pada penderita OA

Penderita juga mengalami bengkak pada kedua lutut Bengkak dirasakan

oleh penderita sejak 6 bulan SMRS Sendi yang membengkak bisa disebabkan

oleh penonjolan tulang sinovitis efusi dan karena adanya osteofit yang dapat

mengubah permukaan sendi Pada penderita ditemukan osteofit pada pemeriksaan

rontgent

31

29

Pemeriksaan fisik lokalis pada kedua sendi lutut didapatkan pada

inspeksi didapatkan pembesaran bengkak pada kedua sendi lutut dengan tidak

ada perubahan warna kulit Palpasi pada kedua sendi lutut didapatkan nyeri tekan

dan pada perabaan dirasakan hangat Pemeriksaan gerak sendi didapat

keterbatasan gerak fleksi yaitu hanya dapat mengerakkan lutut sebesar 60deg

Hambatan gerak terutama disebabkan oleh adanya remodelling osteofit penebalan

kapsul dan juga adanya efusi Pada auskultasi sendi lutut penderita ditemukan

adanya krepitasi dimana terdengar suara gemeretak ldquokretek-kretekrdquo seperti suara

krupuk yang diremukkan Gejala ini mungkin disebabkan karena gesekan kedua

permukaan tulang sendi yang irregular pada saat sendi digerakkan ataupun secara

pasif dimanipulasi

Pemeriksaan radiologis pada penderita ini didapatkan adanya gambaran

berupa penyempitan sendi dan osteofit pada pinggir sendi Menipisnya rawan

sendi diawali dengan retak dan terbelahnya permukaan sendi di beberapa tempat

yang kemudian menyatu dan disebut sebagai fibrilasi Di lain pihak pada tulang

akan terjadi pula perubahan sebagai reaksi tubuh untuk memperbaiki kerusakan

Perubahan itu adalah penebalan tulang subkondral dan pembentukan osteofit

marginal disusul kemudian dengan perubahan komposisi molekular dan struktur

tulang Penipisan kartilago sendi akibat proses degeneratif memberi gambaran

penyempitan celah sendi yang tidak simetris pada foto polos radiologi Fungsi

kartilago sendi berkurang bahkan menghilang mengakibatkan beban stres di

daerah subkhondral bertambah Beberapa subkhondral tersebut dapat diamati pada

poto polos radiologi berupa pembentukan osteofit sklerotik subkhondral maupun

pembentukan kista subkhondral Pada penderita ini ditemukan adanya

pembentukan osteofit pada condylus lateralis dan medialis os tibio femoralis

Pada OA anamnesa (gejala klinis) pemeriksaan fisik dan pemeriksaan

radiologi sudah dapat menunjang penegakan diagnosis Hasil pemeriksaan

laboratorium pada OA biasanya tidak banyak berguna Darah tepi (Hb Leukosit

dan LED) dalam batas normal kecuali OA generalisata yang harus dibedakan

dengan arthritis peradangan Pada OA yang disertai peradangan mungkin

didapatkan penurunan viskositas pleositosis sedang hingga ringan serta

32

peningkatan ringan sel radang (lt8000m) gt1 Pada penderita ini dilakukan

pemeriksaan laboratorium darah lengkap kimia darah dan urin lengkap karena

pemeriksaan tersebut merupakan pemeriksaan rutin Dari hasil pemeriksaan

laboratorium pada penderita ini tidak ditemukan adanya kelainan

Diagnosis OA sudah bisa ditegakkan secara klinis dengan memakai

kriteria OA yang dibuat oleh Subcommittee American College of Rheumatology

(ACR) Kriteria OA lutut secara klinis laboratorium dan radiologis adalah adanya

nyeri lutut osteofit dan salah satu dari tanda berikut yaitu usia lebih dari 50

tahun kaku sendi kurang dari 30 menit atau adanya krepitus Pada penderita ini

wanita berusia 75 tahun ditemukan memiliki keluhan nyeri kedua sendi lutut

terdapat kaku sendi selama 20-30 menit terdapat krepitus dan pada pemeriksaan

radiologi ditemukan adanya osteofit

Pengelolaan penderita dengan OA bertujuan untuk menghilangkan

keluhan mengoptimalkan fungsi sendi mengurangi ketergantungan dan

meningkatkan kualitas hidup menghambat progresivitas penyakit dan mencegah

komplikasi Pilar terapi OA non farmakologis (edukasi terapi fisik

dietpenurunan berat badan) farmakologis (analgetik kortikosteroid lokal

sistemik kondroprotektif dan biologik) dan pembedahan

Edukasi sangat penting bagi semua pasien OA Dua hal yang menjadi

tujuan edukasi adalah bagaimana mengatasi nyeri dan disabilitas Pemberian

edukasi pada penderita ini sangat penting karena dengan edukasi diharapkan

pengetahuan penderita mengenai penyakit OA menjadi meningkat dan pengobatan

menjadi lebih mudah serta dapat diajak bersama-sama untuk mencegah kerusakan

organ sendi lebih lanjut Edukasi yang diberikan pada penderita ini yaitu

memberikan pengertian bahwa OA adalah penyakit yang kronik sehingga perlu

dipahami bahwa mungkin dalam derajat tertentu akan tetap ada rasa nyeri kaku

dan keterbatasan gerak serta fungsi Selain itu agar rasa nyeri dapat berkurang

maka penderita hendaknya mengurangi aktivitaspekerjaannya sehingga tidak

terlalu banyak menggunakan sendi lutut dan lebih banyak beristirahat Penderita

juga disarankan untuk kembali kontrol sehingga dapat diketahui apakah

33

penyakitnya sudah membaik atau ternyata ada efek samping akibat obat yang

diberikan

Terapi fisik bertujuan untuk melatih penderita agar persendiannya tetap

dapat dipakai dan melatih penderita untuk melindungi sendi yang sakit Pada

penderita ini dianjurkan untuk berolah raga tapi olah raga yang memperberat

sendi sebaiknya dihindari seperti lari atau joging Hal ini dikarenakan dapat

menambah inflamasi meningkatkan tekanan intraartikular bila ada efusi sendi dan

bahkan bisa menyebabkan robekan kapsul sendi Untuk mencegah risiko

terjadinya kecacatan pada sendi sebaiknya dilakukan olah raga peregangan otot

seperti mQuadrisep femoris dengan peregangan otot diharapkan dapat membantu

dalam peningkatan fungsi sendi secara keseluruhan dan mengurangi nyeri Pada

penderita ini disarankan untuk senam lantai 3 kali seminggu dimana pasien

mengambil posisi terlentang sambil meregangkan lututnya dengan cara

mengangkat kaki dan secara perlahan menekuk dan meluruskan lututnya Olah

raga ini sangat mudah dilakukan apalagi mengingat usia penderita yang sudah

mencapai 75 tahun

Diet bertujuan untuk menurunkan berat badan pada penderita OA yang

gemuk Hal ini sebaiknya menjadi program utama pengobatan OA Penurunan

berat badan seringkali dapat mengurangi keluhan dan peradangan Selain itu

obesitas juga dapat meningkatkan risiko progresifitas dari OA Pada penderita ini

disarankan untuk mengurangi berat badan dengan mengatur diet rendah kalori

sampai mungkin mendekati berat badan ideal Dimana prinsipnya adalah

mengurangi kalori yang masuk dibawah energi yang dibutuhkan Penurunan

energi intake yang aman dianjurkan pemberian defisit energi antara 500-1000

kalori perhari sehingga diharapkan akan terjadi pembakaran lemak tubuh dan

penurunan berat badan 05 ndash 1 kg per minggu Biasanya intake energi diberikan

1200-1300 kal per hari dan paling rendah 800 kal per hari Formula yang dapat

digunakan untuk kebutuhan energi berdasarkan berat badan adalah 22kalkgBB

aktualhari dengan cara ini didapatkan defisit energi 1000 kalhari Pada penderita

ini dianjurkan untuk diet 1400 kal perhari agar mencapai BB idealnya yakni

setidaknya mencapai 55 kg Namun cara ini juga memerlukan kehati ndash hatian

34

dikarenakan usia penderita dan daya tahan tubuhnya yang memang sudah tidak

mendukung untuk melakukan usaha diit

Terapi farmakologis pada penderita OA biasanya bersifat simptomatis

Pada tahap awal dapat dicoba analgetik sederhana seperti asetaminofen atau

salisilat Bila tidak ada perbaikan dapat diberikan obat anti inflamasi non steroid

Untuk mengurangi keluhan nyeri pada penderita ini telah diberikan pengobatan

langsung dengan obat anti inflamasi non steroid seperti Na-diklofenak dengan

dosis 3times50 mg tanpa menggunakan obat lini pertama Hal ini dikarenakan keluhan

pada penderita ini sudah cukup berat ditambah pula adanya bengkak dan rasa

hangat di lutut yang tidak hilang dengan obat analgetik sederhana ( seperti yang

biasa dikonsumsi penderita) Na-diklofenak merupakan obat golongan OAINS

COX-1 inhibitor yang non-selektif dimana obat ini diberikan pada penderita

karena tidak terdapat riwayat pernah menderita gangguan gastrointestinal Namun

mengingat usia penderita yang memang sudah lanjut maka penderita juga

diberikan obat pelapis lambung untuk menjaga kondisi saluran pencernaannya Di

sini penderita diberikan obat golongan PPI (Omeprazole 2 x 20 mg) Setelah

dievaluasi beberapa hari ternyata keluhan nyeri dan bengkak pada penderita tidak

kunjung ada perubahan maka ditambahkan pula obat steroid injeksi dimana

pilihannya adalah InjTriamcinolon 1 Amp24 jam (Inj Flamicort) Selain itu

pasien juga dikonsulkan ke spesialis rehabilitasi medis untuk dilakukan

fisioterapi

Terapi pembedahan Terapi ini diberikan apabila terapi farmakologis dan

rehabilitasi tidak berhasil untuk mengurangi rasa sakit dan juga untuk melakukan

koreksi apabila terjadi deformitas yang menimbulkan gangguan mobilisasi sendi

yang mengganggu aktifitas sehari-hari Pada penderita ini tidak sampai dilakukan

terapi pembedahan

35

DAFTAR PUSTAKA

1 Soeroso J Isbagio H Kalim H Broto R Pramudiyo R Osteoartritis In

Sudoyo AW Setiyohadi B Alwi I Simadibrata M Setiati S editors Buku

Ajar Ilmu Penyakit Dalam 4th ed Jakarta Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit

Dalam Fakultas Kedokteran Indonesia 2006 p 1195-201

2 Osteoarthritis Wikipedia The Free Encyclopedia [serial on the internet]

2009 [cited 2009 Sep 1] Available from

httpenwikipediaorgwikiOsteoarthritis

3 Reginster JY The Prevalence and Burden of Osteoarthritis Rheumatology

2002 41 (suppl 1) 3 ndash 6

4 Wibowo Dhidik Tri Kurniawan Yusuf Latifah Tati Gunadi Rachmat

Perancangan dan Implementasi Sistem Bantu Diagnosis Penyakit

Osteoartritis dan Reumatoid Artritis Melalui Deteksi Penyempitan Celah

Sendi pada Citra X-Ray Tangan dan Lutut Dalam Temu Ilmiah

Reumatologi Jakarta 2003 168 ndash 172

5 Konggres Nasional Ikatan Reumatologi Indonesia VI httppemda-

diygoidberita 2005 102140

36

6 Arthritis Research Campaign 2000 Available at

httpwwwarcorgukabout_arthastatshtm

7 Felson DT Zhang Y Hannan MT et al The Incidence and Natural

History of Knee Osteoarthritis in the Elderly The Framingham

Osteoarthritis Study Arthritis Rheumatology 1995 38 1500 ndash 1505

8 Felson DT Zhang Y An Update on the Epidemiology of Knee and Hip

Osteoarthritis with a View to Prevention Arthritis Rheumatology 1998

41 1343 ndash 1355

9 Setiyohadi Bambang Osteoartritis Selayang Pandang Dalam Temu Ilmiah

Reumatologi Jakarta 2003 27 ndash 31

10 Klippel John H Dieppe Paul A Brooks Peter et al Osteoarthritis In

Rheumatology United Kingdom Mosby ndash Year Book Europe Limited

1994 21 ndash 106

11 Abbate L Renner JB Stevens J et al Do Body Composition and Body Fat

Distribution Explain Ethnic Differences in Radiographic Knee

Osteoarthritis Outcomes in African -American and Caucasian Women The

North American Association for the Study of Obesity 2006 14 1274 ndash

1281

12 Amin Niu Jingbo Hunter David et al Smoking Worsens Knee

Osteoarthritis News Center Oklahoma City Oklahoma USA 2006 1 ndash 4

13 McAlindon Timothy E Felson David T Zhang Yuqing et al Relation of

Dietary Intake and Serum Levels of Vitamin D to Progression of

Osteoarthritis of the Knee Among Participants in the Framingham Study

14 Englund M and Lohmander LS Patellofemoral Osteoarthritis Coexistent

with Tibiofemoral Osteoarthritis in a Meniscectomy Population Annals of

the Rheumatic Diseases 2005 64 1721 ndash 1726

15 Carter MA Osteoartritis In Price SA Wilson LM Patofisiologi konsep

klinis proses-proses penyakit 6th ed Jakarta EGC 2006 p 1380-4

16 Altman RD Criteria for the Classification of Osteoarthritis Journal of

Rheumatology 1991 27 (suppl) 10 ndash 12

37

17 Milne AD Evans NA Stanish WD Nonoperative Management of Knee

Osteoarthritis In Hartono IM Studi komparasi antara WOMAC index

dengan Kellgren-Lawrence grading system pada penderita osteoarthritis

genu [PPDS1 thesis] Semarang Medical Faculty Diponegoro University

2007 p 12

18 Haq I Murphy E Dacre J Osteoarthritis Review Postgrad Med J 2003

79 377 ndash 383

19 Anonim [1986] Criteria for classification of idiopathic osteoarthtritis (OA)

of the knee American College of Rheumatology [serial on the internet]

2010 [cited 2010 Jan 20] Available from

httpwwwrheumatologyorgpublicationsclassificationoakneeasp

aud=mem

38

  • BAB I
  • ILUSTRASI KASUS
  • 1 Pemeriksaan EKG
  • X ndash Ray Pelvis AP
  • BAB III
  • DISKUSI DAN PEMBAHASAN
Page 2: laporan kasus osteoartritis

kakinya tetapi sedikit berkurang dengan istirahat Awalnya pasien

mengaku mendapatkan keluhan nyeri dan sulit berjalan ini ketika pasien

ingin beranjak dari tempat tidurnya menuju kamar mandi Ketika akan

berdiri pasien merasakan kedua kakinya sangat nyeri dan sulit untuk

digerakkan hingga pasien terjatuh ke lantai Pasien menyangkal adanya

benturan di kepala saat jatuh Riwayat pingsan setelah jatuh mual

muntah sesak kejang pusing lumpuh separo cedal pelo merot

semuanya juga disangkal Riwayat makan minum buang air besar dan

buang air kecil semuanya masih dalam batas normal Sebenarnya pasien

sudah lama merasakan nyeri pada kedua lututnya ini yaitu selama plusmn 1

tahun SMRS namun perlahan dirasa semakin memberat sejak ada

bengkak di kedua lututnya dan puncaknya yaitu 2 HSMRS karena

keluhan pasien ini menyebabkan dirinya tidak bisa berjalan lagi Pasien

mengaku baru menyadari ada pembengkakan di kedua lututnya ini kira ndash

kira 6 bulan terakhir (SMRS) Bengkak tersebut menyebabkan pasien

susah menggerakkan kakinya dan menyebabkan terhambatnya aktivitas

sehari ndash hari pasien Namun pasien masih bisa berjalan pelan ndash pelan

tanpa tongkat Di daerah lutut yang bengkak tersebut terasa hangat

Pasien mengatakan bengkaknya tidak mengecil setelah dikompres

dengan air dingin ataupun setelah pasien beristirahat

Selain keluhan nyeri dan bengkak pasien juga merasakan kaku

pada kedua lututnya Biasanya kaku ini muncul pada pagi hari setelah

pasien bangun tidur dan menetap sekitar setengah jam Saat kaku ini

muncul pasien tidak bisa menggerakkan kakinya sama sekali pasien

hanya bisa diam di tempat tidur Saat dicoba digerakkan oleh orang lain

kaki pasien hanya bisa bergeser ke kanan ataupun ke kiri tidak bisa

ditekuk dan kadang pasien juga merasakan gemertak ketika lututnya

digerakkan

Pasien mengaku sudah pernah berobat ke alternatif (dipijat) dan

mengkonsumsi obat yang dibeli di apotek untuk meredakan keluhan

bengkak dan nyeri pada lututnya hanya saja pasien lupa nama obatnya

2

Pasien juga mengaku bahwa sebelum sakit selama plusmn 1 tahun ini pasien

masih sering melakukan pekerjaan rumah seperti menyapu dan

memasak tetapi semenjak kedua lututnya terasa nyeri pasien hanya bisa

berjalan santai di sekeliling rumahnya

Pada saat pemeriksaan di IGD RSUD Ungaran keluhan pasien

dirasakan semakin memberat kedua kaki semakin nyeri dan semakin

sulit untuk digerakkan Pasien bahkan tidak bisa menekuk kakinya Pada

saat memasuki ruang pemeriksaanpun pasien tidak kuat untuk berjalan

sendiri

3 Riwayat Penyakit Dahulu

a Riwayat Keluhan Serupa diakui (sudah plusmn 1 tahun tetapi

pasien masih bisa berjalan)

b Riwayat Kencing Manis disangkal

c Riwayat Darah Tinggi diakui (sudah gt 2 tahun tetapi tidak

rutin konsumsi OAH)

d Riwayat Penyakit Jantung disangkal

e Riwayat Sakit Ginjal disangkal

f Alergi Obat dan Makanan disangkal

g Riwayat Asma disangkal

h Riwayat Sakit Maag disangkal

i Riwayat Operasi disangkal

j Riwayat Opname di RS diakui (karena keracunan plusmn 5 tahun

yang lalu)

k Riwayat Asam Urat tidak tahu (tidak pernah cek)

l Riwayat Kolesterol tidak tahu (tidak pernah cek)

m Riwayat Trauma Jatuh disangkal

4 Riwayat Penyakit Keluarga

a Riwayat Penyakit Serupa disangkal

b Riwayat Darah Tinggi disangkal

c Riwayat Kencing Manis disangkal

d Riwayat Penyakit Jantung disangkal

3

e Riwayat Penyakit Ginjal disangkal

f Riwayat Asma disangkal

5 Riwayat Kebiasaan

a Riwayat Minum Jamu dan Obat Bebas disangkal

b Riwayat Minum Alkhohol disangkal

c Riwayat Merokok disangkal

d Riwayat Minum Suplemen disangkal

e Riwayat Makan Makanan Berlemak disangkal

6 Riwayat Lingkungan dan Sosial

Pasien adalah seorang ibu rumah tangga yang tinggal di dalam

lingkungan tempat tinggal yang cukup bersih bersama anaknya Pasien

menggunakan fasilitas Umum untuk biaya pengobatan selama di rumah

sakit

III PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 2 Februari 2014 jam 1613

WIB saat pasien tiba di IGD RSUD Ungaran

1 Keadaan umum sedang tampak kesakitan

2 Kesadaran composmentis GCS E4V5M6 15

3 Tanda Vital

a Tekanan darah 150100 mmHg posisi berbaring lengan kiri

b Nadi 86 xmenit reguler kuat isi dan tegangan cukup

c Respirasi 18xmenit tipe thorakoabdominal

d Suhu 37ordmC per axiler

e Saturasi O2 99

4 Status Gizi

BB = 65 kg

TB = 155 cm

BMI = 65 = 2705 kgm2 (harga normal = 185-225 kgm2)

(155)2

Kesan overweight

4

5 Pemeriksaan fisik

a Kepala

Bentuk mesocephal rambut warna hitam sebagian beruban mudah

rontok (-) tidak mudah dicabut (+) luka (-)

1) Wajah

Simetris eritema (-) ruam muka (-) luka (-)

2) Mata

Konjungtiva palpebra anemis (--) sklera ikterik (--) oedem

palpebra (--) sianosis (-) pupil isokor (3mm 3mm) reflek

cahaya directindirect (++) perdarahan subkonjungtiva (--)

3) Telinga

Sekret (-) darah (-) nyeri tekan mastoid (-) gangguan fungsi

pendengaran (-)

4) Hidung

Deviasi septum nasi (-) epistaksis (-) nafas cuping hidung (-)

sekret (-) fungsi pembau baik foetor ex nasal (-)

5) Mulut

Sianosis (-) gusi berdarah (-) kering (-) stomatitis (-) pucat(-)

lidah tifoid (-) papil lidah atropi (-) luka pada sudut bibir (-)

b Leher

Leher simetris retraksi suprasternal (-) deviasi trachea (-) JVP R0

pembesaran kelenjar limfe (-) pembesaran kelenjar tiroid (-)

c Thorax

Bentuk normochest simetris retraksi intercostalis (-) pernafasan

thorakoabdominal sela iga melebar (-) jejas (-)

Jantung

1) Inspeksi Iktus kordis tidak tampak

2) Palpasi Iktus kordis tidak kuat angkat

5

3) Perkusi

Batas jantung

Kiri atas SIC II linea parasternalis sinistra

Kiri bawah SIC V 2 cm medial linea midclavicularis

sinistra

Kanan atas SIC II linea parasternalis dextra

Kanan bawah SIC IV linea parasternalis dextra

Pinggang jantung SIC II-III parasternalis sinistra

Konfigurasi jantung kesan tidak melebar

4) Auskultasi Bunyi jantung I-II murni intensitas reguler bising

(-) gallop (-)

Paru - Paru

1) Inspeksi

Normochest sela iga tidak melebar gerakan pernafasan simetris

kanan kiri retraksi intercostae (-)

2) Palpasi

Ketinggalan gerak

Depan Belakang

- - - -

- - - -

- - - -

Fremitus

Depan Belakang

N N N N

N N N N

N N N N

6

3) Perkusi

Depan Belakang

Sonor Sonor Sonor Sonor

Sonor Sonor Sonor Sonor

Sonor Sonor Sonor Sonor

4) Auskultasi

Suara dasar vesikuler

Depan Belakang

+ + + +

+ + + +

+ + + +

Suara tambahan wheezing (--) ronkhi (--)

d Abdomen

1) Inspeksi

Dinding perut sejajar dinding dada distended (-) umbilikus

tampak dan tidak ada inflamasi kaput medusa (-) venektasi (-)

sikatrik bekas operasi (-)

2) Auskultasi

Peristaltik (+) normal

3) Perkusi

Timpani (+) ascites (-) shifting dullnes (-)

4) Palpasi

Supel nyeri tekan epigastrium (-) lien dan hepar tidak teraba

membesar ginjal tidak teraba nyeri ketok costovertebrae (-)

defans muskular (-)

7

e Ekstremitas

1) Ekstremitas superior

Dekstra

Pergerakan motorik dalam batas normal tanda-tanda inflamasi

(-) oedem (-) eritem (-) CRT lt 3 detik clubbing finger (-)

kuku nekrosis (-) akral hangat (+) deformitas (-)

Sinistra

Pergerakan motorik dalam batas normal tanda-tanda inflamasi

(-) oedem (-) eritem (-) CRT lt 3 detik clubbing finger (-)

kuku nekrosis (-) akral hangat (+) deformitas (-)

2) Ekstremitas inferior

Dekstra

Pergerakan motorik sendi lutut terbatas (+) tanda-tanda

inflamasi sendi lutut (+) oedem sendi lutut (+) deformitas

sendi lutut (+) krepitasi sendi lutut (+) nyeri gerak dan

tekan (+) hiperemi (-) kuku nekrosis (-) akral hangat (+)

Sinistra

Pergerakan motorik sendi lutut terbatas (+) tanda-tanda

inflamasi sendi lutut (+) oedem sendi lutut (+) deformitas

sendi lutut (+) krepitasi sendi lutut (+) nyeri gerak dan

tekan(+) hiperemi (-) kuku nekrosis (-) akral hangat (+)

8

Genu Dekstra Genu Sinistra

IV PEMERIKSAAN PENUNJANG

1 Pemeriksaan EKG

a Frekuensi 87xmenit saat pertama kali masuk RS ritme reguler

b Jenis irama Sinus

c Zona transisi V6

d Aksis Lead II (+) aVL (+)

e Morfologi gelombang

1) Gelombang P selalu diikuti gelombang QRS dan T

2) Interval PR 012 detik

3) Gelombang QRS 010 detik

4) Elevasi ST (-)

5) Depresi ST (-)

6) Gelombang T inverted di Lead II III aVF dan V1 ndash V3

9

2 Laboratorium Darah dan Urin (tanggal 2 dan 3 Februari 2014)

Keterangan 02022014 03022014 SatuanNilai

RujukanHematologi rutinHemoglobin 118 - gdl 115-16

Hematokrit 369 - 35-49

Leukosit 83 - 10sup3microl 40-11Trombosit 297 - 10sup3microl 150-440Eritrosit 505 - 10⁶microl 38-52

Indeks eritrosit

MCV 731 - fl 82-95MCH 233 - pg 27-31MCHC 319 - gdl 32-36RDW 185 - 116-148

Hitung jenis

Granulosit 732 (H) - 50-70Limfosit 170 (L) - 20-40Monosit 98 (H) - 2-8

Kimia Ginjal

Ureum - 16 mgdL 10-45Creatinin - 073 mgdL 05-11

Asam Urat - 60 mgdL 24-60

GDS 199 - mgdL lt 200

Kimia Profil Lipid

Kolesterol Total - 199 mgdL lt200HDL Kolesterol - 35 (L) mgdL gt40LDL Kolesterol - 1348 (H) mgdL lt 130Trigliserid - 146 mgdL 35-160

URIN RUTIN 03022014 Satuan Nilai Rujukan

10

MAKROSKOPIS

Warna Kuning Kuning muda - kuning

Kekeruhan Jernih Jernih

KIMIA URINE

pH Reaksi 60 46 ndash 85Berat jenis 1015 1003 ndash 1030Protein Negatif mgdL NegatifReduksi Negatif mgdL NegatifLeukosit Esterase Negatif microL NegatifBilirubin Negatif mgdL NegatifUrobilinogen Normal mgdL NormalNitrit Negatif mgdL NegatifKeton Negatif mgdL NegatifBlood (HbEri) Negatif mgdL Negatif

MIKROSKOPIS

Leukosit Sedimen 10 ndash 15 SelLPB 0 ndash 15Eritrosit Sedimen 0 SelLPB 0 ndash 3 Epitel 5 - 10 SelLPB 0 ndash 15 Silinder Negatif LPK NegatifKristal Negatif LPB NegatifBakteri Negatif LPB NegatifJamur Negatif LPB NegatifLain - lain Negatif LPB

11

3 Foto Rontgen (tanggal 2 Februari 2014)

X ndash Ray Genu Dekstra et Sinistra

Kesan

Osteofit pada condylus lateralis dan medialis os tibia femoralis

dekstra disertai penyempitan sendi tibia femoralis lateralis dekstra

merupakan gambaran osteoarthrosis genu dekstra grade III

Osteofit pada condylus lateralis dan medialis os tibia femoralis

sinistra disertai penyempitan sendi femoro tibialis sinistra disertai

irreguler pada tulang tibia fibula sekitar sendi dan sklerotik

subcondral merupakan gambaran osteoarthosis genu sinistra grade

IV disertai osteoarthritis peradangan

12

X ndash Ray Pelvis AP

13

Kesan

Lesi opak pada cavum pelvis suspek massa DD vesikolitiasis ( usul

USG abdomen )

Tak tampak fraktur maupun dislokasi

V ASSESMENT DIAGNOSIS KERJA DAN DIAGNOSIS BANDING

1 Osteoartritis Genu Dextra et Sinistra

2 Hipertensi stage I

3 Ischemia Hearth Disease

Daftar masalah Problem AssesmentPlanning Diagnosa

Plannning Terapi (IGD)Planning

Monitoring

75 tahun Kedua kaki nyeri tidak bisa jalan (+) tidak bisa ditekuk (+) kaku riwjatuh (-)

Pmx Fisik Genu D et S ada deformitas (+) bengkak(+) krepitasi (+)

Foto x-ray genu osteoarthritis osteofit sendi genu D et S

-Deformitas Sendi-Proses Degeneratif

Osteoartritis Genu Dextra et Sinistra

- X-ray genu Dekstra et Sinistra

- Pmx Cairan synovial sendi genu

Non Farmakologi- A-B-C management ( infRL 20tpm)- Edukasi pasien- Terapi Fisik latihan gerak sendi- Fisioterapi-Penurunan berat badanFarmakologi- Inj Ranitidin 1 Amp12j- Inj Ketorolac 30mg (E)po Natrium Diklofenak 2x1 Analsik 2x1 Vit BC 1x1

-Tanda dan gejala Klinis

- TD 150100 mmHg

Gangguan hemo -dinamik

Hipertensi stage I

- EKG Foto Thorax

Non Farmakologi- Diet rendah garamFarmakologi

- Cek ulang Tekanan Darah

14

Fungsi Ginjal

- Captopril 2 x 25mg (po)- Amlodipin 1x10mg (po)

EKG Gelombang T inverted di Lead II III aVF dan V1 ndash V3

-Ateroskle- rosis-Hipoksia vaskuler

Ischemia Hearth Disease

-Cek Profil Lipid Asam Urat Enzim Jantung

Non Farmakologi-Tirah baring- O2 3-4lpmFarmakologi-ISDN 3x5mg

-Cek EKG serial 4 jam

VI POMR (Problem Oriented Medical Record)

VII FOLLOW UP

Tanggal Subjektif dan Objektif Penatalaksanaan03022014 S kaki masih nyeri jika digerakkan (+)

pegel (+) masih belum bisa berjalan pusing (-) sesak (-)KU Kesadaran Sedang composmentisVS TD 170100 mmHg RR 18 kali menit N 88 kali menit T 370CVAS 7Bengkak (+) eritem (-) ROM terbatasEKG T inverted Lead IIIII aVF amp V1-V3

O2 3lpmIVFD RL 20 tpm Captopril 3x25mgHCT 2x50mgAmlodipin 1x10mgAnalsik 3x1Natrium Diklofenak 3x1ISDN 3x5mg

15

04022014 S kaki masih nyeri jika digerakkan ditekuk (+) pasien tetap masih belum bisa duduk maupun berjalan sesak(-) pusing(-)KU Kesadaran Sedang composmentisVS TD 130100 mmHg RR 18 kali menit N 76 kali menit T 3730CVAS 7Bengkak (+) eritem (-) ROM terbatas

O2 3lpmIVFD RL 20 tpm Captopril 3x25mgHCT 2x50mgAmlodipin 1x10mgAnalsik 3x1Natrium Diklofenak 3x1ISDN 3x5mg(+) Inj Flamicort 1 Amp Omeprazole 2x1

05022014 S kaki masih nyeri jika digerakkan (+) namun pasien sudah bisa tidur miring sambil menekuk lututnya pegel (+) masih belum bisa berjalan (+)KU Kesadaran Sedang composmentisVS TD 150100 mmHg RR 18 kali menit N 86 kali menit T 370CVAS 5Bengkak (+) eritem (-) ROM terbatas

O2 3lpmIVFD RL 20 tpm Captopril 3x25mgHCT 2x50mgAmlodipin 1x10mgAnalsik 3x1Natrium Diklofenak 3x1ISDN 3x5mg(+) Inj Flamicort 1 Amp Omeprazole 2x1Co SpRM untuk Fisioterapi

pasien sudah difisioterapi (IR)06022014 S kaki masih nyeri jika digerakkan (+)

ditambah keluhan nyeri pinggang keluhan pusing sesak mual muntah disangkalKU Kesadaran Sedang composmentisVS TD 200100 mmHg RR 20 kali menit N 88 kali menit T 3630CVAS 7Bengkak (+) eritem (-) ROM terbatas

O2 3lpmIVFD RL 20 tpm Inj Flamicort 1 AmpCaptopril 3x25mgHCT 2x50mgAmlodipin 1x10mgAnalsik 3x1Natrium Diklofenak 3x1ISDN 3x5mgOmeprazole 2x1

Fisioterapi masih dilanjutkan

16

07022014 S kaki masih nyeri tapi lebih jarang pasien sudah bisa setengah duduk namun tetap dibantu keluarga sesak (-) pusing (sedikit) makan minum (+) sedikit - sedikitKU Kesadaran Sedang composmentisVS TD 200100 mmHg RR 18 kali menit N 76 kali menit T 370CVAS 5Bengkak (+) eritem (-) ROM terbatas

Pasien dan keluarga APS pulang karena persoalan biaya terapi pulang

Captopril 3x25mgHCT 2x50mgAmlodipin 1x10mgAnalsik 3x1Natrium Diklofenak 3x1ISDN 3x5mgOmeprazole 2x1(+) Clonidin 3x1 tab

VIIIPROGNOSIS

Qua ad vitam Dubia ad bonam

Qua ad functionam Dubia ad malam

Qua ad sanationam Dubia ad malam

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

IDefinisi

Osteoarthritis (OA dikenal juga sebagai arthritis degeneratif penyakit

degeneratif sendi) merupakan penyakit sendi degeneratif yang mengenai

sendi-sendi penumpu berat badan dengan gambaran patologis yang berupa

kerusakan kartilago sendi dimana terjadi proses degradasi interaktif sendi

17

yang kompleks terdiri dari proses perbaikan pada kartilago tulang dan

sinovium diikuti komponen sekunder proses inflamasi12

II Epidemiologi

Osteoartritis merupakan penyakit sendi yang paling banyak ditemukan di

dunia termasuk di Indonesia Bahkan sejak tahun 2001 hingga 2010

dicanangkan sebagai dekade penyakit tulang dan sendi di seluruh dunia5

Penyakit ini menempati urutan kedua setelah penyakit kardiovaskuler sebagai

penyebab ketidakmampuan fisik Di Inggris dan Wales sekitar 13 hingga

175 juta orang mengalami gejala OA Di Amerika 1 dari 7 penduduk

menderita OA34

Di Australia pada tahun 2002 diperkirakan biaya nasional untuk OA

sebesar 1 dari GNP yaitu mencapai $Aus 2700orangtahun4 Di Indonesia

sendiri prevalensi total OA sebanyak 343 juta orang pada tahun 2002 dan

mencapai 365 juta orang pada tahun 2007 Diperkirakan 1 sampai 2 juta

orang lanjut usia di Indonesia menderita cacat karena osteoarthritis Pada

beberapa penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan terjadinya

osteoarthritis pada obesitas dan sendi penahan beban tubuh5 Dari sekian

banyak sendi yang dapat terserang OA lutut merupakan sendi yang paling

sering dijumpai terserang OA Data Arthritis Research Campaign

menunjukkan bahwa lebih dari 550 ribu orang di Inggris menderita OA lutut

yang parah dan lebih dari 80 ribu operasi replacement sendi lutut dilakukan di

Inggris pada tahun 2000 dengan biaya 405 juta Poundsterling6

III Patofisiologi Osteoartritis

Terjadinya OA tidak lepas dari banyak persendian yang ada di dalam

tubuh manusia Sebanyak 230 sendi menghubungkan 206 tulang yang

memungkinkan terjadinya gesekan Untuk melindungi tulang dari gesekan di

dalam tubuh ada tulang rawan Namun karena berbagai faktor risiko yang ada

maka terjadi erosi pada tulang rawan dan berkurangnya cairan pada sendi

Tulang rawan sendiri berfungsi untuk meredam getar antar tulang Tulang

rawan terdiri atas jaringan lunak kolagen yang berfungsi untuk menguatkan

18

17

sendi proteoglikan yang membuat jaringan tersebut elastis dan air (70

bagian) yang menjadi bantalan pelumas dan pemberi nutrisi910

Kondrosit adalah sel yang tugasnya membentuk proteoglikan dan

kolagen pada rawan sendi Osteoartritis terjadi akibat kondrosit gagal

mensintesis matriks yang berkualitas dan memelihara keseimbangan antara

degradasi dan sintesis matriks ekstraseluler termasuk produksi kolagen tipe I

III VI dan X yang berlebihan dan sintesis proteoglikan yang pendek Hal

tersebut menyebabkan terjadi perubahan pada diameter dan orientasi dari serat

kolagen yang mengubah biomekanik dari tulang rawan sehingga tulang rawan

sendi kehilangan sifat kompresibilitasnya yang unik9

Selain kondrosit sinoviosit juga berperan pada patogenesis OA

terutama setelah terjadi sinovitis yang menyebabkan nyeri dan perasaan tidak

nyaman Sinoviosit yang mengalami peradangan akan menghasilkan Matrix

Metalloproteinases (MMPs) dan berbagai sitokin yang akan dilepaskan ke

dalam rongga sendi dan merusak matriks rawan sendi serta mengaktifkan

kondrosit Pada akhirnya tulang subkondral juga akan ikut berperan dimana

osteoblas akan terangsang dan menghasilkan enzim proteolitik 910

Agrekanase merupakan enzim yang akan memecah proteoglikan di

dalam matriks rawan sendi yang disebut agrekan Ada dua tipe agrekanase

yaitu agrekanase 1 (ADAMTs-4) dan agrekanase 2 (ADAMTs-11) MMPs

diproduksi oleh kondrosit kemudian diaktifkan melalui kaskade yang

melibatkan proteinase serin (aktivator plasminogen plamsinogen plasmin)

radikal bebas dan beberapa MMPs tipe membran Kaskade enzimatik ini

dikontrol oleh berbagai inhibitor termasuk TIMPs dan inhibitor aktifator

plasminogen Enzim lain yang turut berperan merusak kolagen tipe II dan

proteoglikan adalah katepsin yang bekerja pada pH rendah termasuk

proteinase aspartat (katepsin D) dan proteinase sistein (katepsin B H K L

dan S) yang disimpam di dalam lisosom kondrosit Hialuronidase tidak

terdapat di dalam rawan sendi tetapi glikosidase lain turut berperan merusak

proteoglikan10

19

Berbagai sitokin turut berperan merangsang kondrosit dalam

menghasilkan enzim perusak rawan sendi Sitokin-sitokin pro-inflamasi akan

melekat pada reseptor di permukaan kondrosit dan sinoviosit dan

menyebabkan transkripsi gene MMP sehingga produksi enzim tersebut

meningkat Sitokin yang terpenting adalah IL-1 selain sebagai sitokin

pengatur (IL-6 IL-8 LIFI) dan sitokin inhibitor (IL-4 IL-10 IL-13 dan IFN-

γ) Sitokin inhibitor ini bersama IL-Ira dapat menghambat sekresi berbagai

MMPs dan meningkatkan sekresi TIMPs Selain itu IL-4 dan IL-13 juga

dapat melawan efek metabolik IL-1 IL-1 juga berperan menurunkan sintesis

kolagen tipe II dan IX dan meningkatkan sintesis kolagen tipe I dan III

sehingga menghasilkan matriks rawan sendi yang berkualitas buruk 910

IV Klasifikasi Osteoartritis

OA dapat terjadi secara primer (idiopatik) maupun sekunder seperti

yang tercantum di bawah ini 19

IDIOPATIK SEKUNDER

20

SetempatTangan- nodus Heberden dan Bouchard (nodal)- artritis erosif interfalang- karpal-metakarpal IKaki - haluks valgus- haluks rigidus- jari kontraktur (hammercock-up toes)- talonavikulareCoxae- eksentrik (superior)- konsentrik (aksial medial)- difus (koksa senilis)Vertebra- sendi apofiseal- sendi intervertebral- spondilosis (osteofit)- ligamentum (hiperostosis penyakit Forestier diffuse idiopathic skeletal hyperostosis=DISH)Tempat lainnya- glenohumeral- akromioklavikular- tibiotalar- sakroiliaka- temporomandibularMenyeluruhMeliputi 3 atau lebih daerah yang tersebut diatas (Kellgren-Moore)

Traumaminus akutminus kronik (okupasional port)Kongenital atau developmentalGangguan setempatminus Penyakit Leg-Calve-Perthesminus Dislokasi koksa kongenitalminus Slipped epiphysisFaktor mekanikminus Panjang tungkai tidak samaminus Deformitas valgus varusminus Sindroma hipermobilitasMetabolikminus Okronosis (alkaptonuria)minus Hemokromatosisminus Penyakit Wilsonminus Penyakit GaucherEndokrinminus Akromegaliminus Hiperparatiroidismeminus Diabetes melitusminus Obesitasminus HipotiroidismePenyakit Deposit Kalsiumminus Deposit kalsium pirofosfat dihidratminus Artropati hidroksiapatitPenyakit Tulang dan Sendi lainnya Setempatminus FrakturminusNekrosis avaskular

Tabel 21 Osteoartritis Idiopatik dan Sekunder

V Manifestasi Klinis 15

1 Nyeri sendi

Terutama bila sendi bergerak atau menanggung beban yang akan

berkurang bila penderita beristirahat

21

2 Kaku pada pagi hari (morning stiffness)

Kekakuan pada sendi yang terserang terjadi setelah imobilisasi yang

cukup lama (gel phenomenon) bahkan sering disebutkan kaku muncul

pada pagi hari setelah bangun tidur (morning stiffness)

3 Hambatan pergerakan sendi

Hambatan pergerakan sendi ini bersifat progresif lambat bertambah

berat secara perlahan sejalan dengan bertambahnya nyeri pada sendi

4 Krepitasi

Rasa gemeretak (seringkali sampai terdengar) yang terjadi pada sendi

yang sakit

5 Perubahan bentuk sendi

Sendi yang mengalami osteoarthritis biasanya mengalami perubahan

berupa perubahan bentuk dan penyempitan pada celah sendi

6 Perubahan gaya berjalan

Hal yang paling meresahkan pasien adalah perubahan gaya berjalan

hampir semua pasien osteoarthritis pada pergelangan kaki lutut dan

panggul mengalami perubahan gaya berjalan (pincang)

VI Faktor Risiko Osteoartritis Lutut (Genu)

Secara garis besar terdapat dua pembagian faktor risiko OA lutut yaitu

faktor predisposisi dan faktor biomekanis

1 Faktor Predisposisi

a Faktor Demografi

1) Umur

Dari semua faktor risiko untuk timbulnya osteoartritis faktor

ketuaan adalah yang terkuat Proses penuaan dianggap sebagai

penyebab peningkatan kelemahan di sekitar sendi penurunan

kelenturan sendi kalsifikasi tulang rawan dan menurunkan

fungsi kondrosit yang semuanya mendukung terjadinya OA

Studi Framingham menunjukkan bahwa 27 orang berusia 63 ndash

22

70 tahun memiliki bukti radiografik menderita OA lutut yang

meningkat mencapai 40 pada usia 80 tahun atau lebih7

2) Jenis kelamin

Prevalensi OA pada laki-laki sebelum usia 50 tahun lebih tinggi

dibandingkan perempuan tetapi setelah usia lebih dari 50 tahun

prevalensi perempuan lebih tinggi menderita OA dibandingkan

laki-laki Hal ini dikaitkan dengan pengurangan hormon

estrogen yang signifikan pada wanita8

3) Ras Etnis

Prevalensi OA lutut pada penderita di negara Eropa dan

Amerika tidak berbeda sedangkan suatu penelitian

membuktikan bahwa ras Afrika ndash Amerika memiliki risiko

menderita OA lutut 2 kali lebih besar dibandingkan ras

Kaukasia Penduduk Asia juga memiliki risiko menderita OA

lutut lebih tinggi dibandingkan Kaukasia1011 Suatu studi lain

menyimpulkan bahwa populasi kulit berwarna lebih banyak

terserang OA dibandingkan kulit putih9

b Faktor Genetik

Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoartritis Adanya

mutasi dalam gen prokolagen atau gen-gen struktural lain untuk

unsur-unsur tulang rawan sendi seperti kolagen proteoglikan

berperan dalam timbulnya kecenderungan familial pada

osteoartritis10

c Faktor Gaya Hidup

1) Kebiasaan Merokok

Merokok dapat merusak sel dan menghambat proliferasi sel

tulang rawan sendi

Merokok dapat meningkatkan tekanan oksidan yang

mempengaruhi hilangnya tulang rawan

23

Merokok dapat meningkatkan kandungan karbonmonoksida

dalam darah menyebabkan jaringan kekurangan oksigen

dan dapat menghambat pembentukan tulang rawan12

2) Konsumsi Vitamin D

Orang yang tidak biasa mengkonsumsi makanan yang

mengandung vitamin D memiliki peningkatan risiko 3 kali lipat

menderita OA lutut13

d Faktor Metabolik

1) Obesitas

Berat badan yang berlebih ternyata dapat meningkatkan tekanan

mekanik pada sendi penahan beban tubuh dan lebih sering

menyebabkan osteoartritis lutut7

2) Osteoporosis

Hubungan antara OA lutut dan osteoporosis mendukung teori

bahwa gerakan mekanis yang abnormal tulang akan

mempercepat kerusakan tulang rawan sendi10

3) Penyakit Lain

OA lutut terbukti berhubungan dengan diabetes mellitus

hipertensi dan hiperurikemi dengan catatan pasien tidak

mengalami obesitas10

4) Histerktomi

Hal ini diduga berkaitan dengan pengurangan produksi hormon

estrogen setelah dilakukan pengangkatan rahim 10

5) Manisektomi

Menisektomi merupakan operasi yang dilakukan di daerah lutut

dan telah diidentifikasi sebagai faktor risiko penting bagi OA

lutut Hal ini berkaitan dengan hilangnya jaringan meniscus14

2 Faktor Biomekanis

a Riwayat Trauma Lutut

24

Trauma lutut yang akut termasuk robekan pada ligamentum

krusiatum dan meniskus merupakan faktor risiko timbulnya OA

lutut9

b Kelainan Anatomis

Faktor risiko timbulnya OA lutut antara lain kelainan lokal pada

sendi lutut seperti genu varum genu valgus Legg ndash Calve ndashPerthes

disease dan displasia asetabulum10

c Pekerjaan

Osteoartritis banyak ditemukan pada pekerja fisik berat terutama

yang banyak menggunakan kekuatan yang bertumpu pada lutut

(petani kuli dll)9

d Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik berat seperti berdiri lama (2 jam atau lebih setiap

hari) berjalan jarak jauh (2 jam atau lebih setiap hari) mengangkat

barang berat (10 kg ndash 50 kg selama 10 kali atau lebih setiap

minggu) mendorong objek yang berat (10 kg ndash 50 kg selama 10

kali atau lebih setiap minggu) naik turun tangga setiap hari

merupakan faktor risiko OA lutut 9

e Kebiasaan Olahraga

Atlit olah raga benturan keras dan membebani lutut seperti sepak

bola lari maraton dan kung fu memiliki risiko meningkat untuk

menderita OA lutut10

VII Kriteria Diagnosis Osteoartritis Lutut (Genu)

25

Kriteria diagnosis OA lutut menggunakan kriteria klasifikasi American

College of Rheumatology seperti tercantum pada tabel berikut ini 16

Tabel 22 Kriteria Klasifikasi Osteoartritis Lutut

Derajat osteoartritis lutut dinilai menjadi lima derajat oleh Kellgren dan

Lawrence yaitu 17

- Derajat 0 tidak ada gambaran osteoartritis

- Derajat 1 osteoartritis meragukan dengan gambaran sendi normal tetapi

terdapat osteofit minimal

- Derajat 2 osteoartritis minimal dengan osteofit pada 2 tempat tidak terdapat

sklerosis dan kista subkondral serta celah sendi baik

- Derajat 3 osteoartritis moderat dengan osteofit moderat deformitas ujung

tulang dan celah sendi sempit

- Derajat 4 osteoartritis berat dengan osteofit besar deformitas ujung tulang

celah sendi hilang serta adanyasklerosis dan kista subkondral

26

VIIIPenatalaksanaan Osteoarthritis

Tujuan penatalaksanaan pasien dengan osteoarthritis adalah18

1 Meredakan nyeri

2 Mengoptimalkan fungsi sendi

3 Mengurangi ketergantungan kepada orang lain dan meningkatkan

kualitas hidup

4 Menghambat progresivitas penyakit

5 Mencegah terjadinya komplikasi

Pilar terapi pada pasien dengan osteoarthritis yaitu

Nonfarmakologis

1 Modifikasi pola hidup

2 Edukasi

3 Istirahat teratur yang bertujuan mengurangi penggunaan beban pada

sendi

4 Modifikasi aktivitas

5 Menurunkan berat badan

6 Rehabilitasi medik fisioterapi

a Latihan statis dan memperkuat otot-otot

b Fisioterapi yang berguna untuk mengurangi nyeri menguatkan otot

dan menambah luas pergerakan sendi

7 Penggunaan alat bantu

Farmakologis

1 Sistemik

a Analgetik

Non narkotik parasetamol

Opioid (kodein tramadol)

b Antiinflamasi nonsteroid (NSAIDs)

Oral

Injeksi

Suppositoria

27

c DMOADs (disease modifying OA drugs)

Diantara nutraceutical yang saat ini tersedia di Indonesia adalah

Glucosamine sulfate dan Chondroitine sulfate

2 Topikal

a Krim rubefacients dan capsaicin

Beberapa sediaan telah tersedia di Indonesia dengan cara kerja pada

umumnya bersifat counter irritant

b Krim NSAIDs

Beberapa yang dapat digunakan adalah gel piroxicam dan sodium

diklofenak

3 Injeksi intraartikularintra lesi

Pada dasarnya ada 2 indikasi suntikan intra artikular yakni penanganan

simtomatik dengan steroid dan viskosuplementasi dengan hyaluronan

untuk modifikasi perjalanan penyakit Beberapa preparat injeksi

intraartikular diantaranya

a Steroid ( triamsinolone hexacetonide dan methyl prednisolone )

Hanya diberikan jika ada satu atau dua sendi yang mengalami

nyeri dan inflamasi yang kurang responsif terhadap pemberian

NSAIDs tak dapat mentolerir NSAIDs atau ada komorbiditas yang

merupakan kontra indikasi terhadap pemberian NSAIDs

Dosis untuk sendi besar seperti lutut 40-50 mginjeksi

sedangkan untuk sendi-sendi kecil biasanya digunakan dosis 10 mg

b Hyaluronan high molecular weight dan low molecular weight

Diberikan berturut-turut 5 sampai 6 kali dengan interval satu

minggu masing-masing 2 sampai 25 ml Hyaluronan Sediaan di

Indonesia diantaranya adalah Hyalgan dan Osflex

4 Pembedahan

Sebelum diputuskan untuk terapi pembedahan harus dipertimbangkan

terlebih dahulu risiko dan keuntungannya Pertimbangan dilakukan

tindakan operatif bila

28

a Deformitas menimbulkan gangguan mobilisasi

b Nyeri yang tidak dapat teratasi dengan penganan medikamentosa

dan rehabilitatif

Ada 2 tipe terapi pembedahan Realignment osteotomi dan replacement

joint

Macam-macam operasi sendi lutut untuk osteoarthritis

a Partial replacementunicompartemental

b High tibial osteotomy orang muda

c Patella amp condyle resurfacing

d Minimally constrained total replacement stabilitas sendi dilakukan

sebagian oleh ligament asli dan sebagian oleh sendi buatan

e Cinstrained joint fixed hinges dipakai bila ada tulang hilang dan

severe instability

f Total knee replacement apabila didapatkan nyeri deformitas

instability akibat dari rheumatoid atau osteoarthritis

29

Gambar 21 Piramida Penatalaksanaan Osteoartritis

BAB III

DISKUSI DAN PEMBAHASAN

OA adalah penyakit degenerasi kartilago artikuler yang berlangsung secara

perlahan dan ditandai dengan nyeri sendi kekakuan dan keterbatasan gerak yang

berkembang secara progresif Tanda-tanda tersebut ditemukan pada penderita ini

Berdasarkan etiologinya OA diklasifikasikan menjadi dua yaitu OA

primer dan OA sekunder OA primer disebut juga OA idiopatik yaitu OA yang

kausanya tidak diketahui dan tidak ada hubungannya dengan penyakit sistemik

maupun proses perubahan lokal pada sendi OA sekunder adalah OA yang

didasari oleh adanya kelainan endokrin trauma inflamasi metabolik

pertumbuhan herediter jejas mikro dan makro serta imobilisasi yang terlalu lama

faktor mekanik penyakit deposit kalsium penyakit tulang dan sendi lainnya serta

neuropatik endemik Beberapa faktor risiko yang diketahui berhubungan dengan

penyakit OA diantaranya faktor risiko umum yang penting seperti kegemukan

faktor genetik dan jenis kelamin serta beberapa faktor risiko lain seperti usia lebih

dari 40 tahun suku bangsa cedera sendi pekerjaan olahraga kelainan

pertumbuhan kepadatan tulang dan lain-lain Pada penderita ini berdasarkan

30

anamnesis riwayat sosialnya penderita adalah seorang wanita berusia 75 tahun

yang meskipun tidak melakukan pekerjaan yang berat tetapi dirinya tetap

menjalankan pekerjaan rumah tangga (sebelum sakit) yang notabene banyak

menggunakan sendi lutut Selain itu dari pemeriksaan fisik penderita ini juga

mengalami kegemukan Kondisi-kondisi pada penderita ini merupakan faktor

risiko sekunder terjadinya OA Jadi dapat disimpulkan bahwa penyebab OA pada

penderita ini bukan termasuk faktor risiko OA primer

Penderita datang dengan keluhan nyeri pada kedua sendi lutut sejak plusmn 1

tahun SMRS dan puncaknya 2 hari SMRS dimana penderita sudah tidak bisa

berjalan lagi Nyeri sendi merupakan keluhan yang umum terjadi pada penyakit

reumatik seperti artritis gout OA keganasan reumatik septik dan lain

sebagainya Pada penderita ini nyeri terlokalisir pada lutut tanpa adanya nyeri

pada sendi yang lain nyeri bertambah saat melakukan gerakan (seperti berjalan)

dan berkurang apabila beristirahat Tidak ada demam Nyeri tidak menetap

sepanjang hari Nyeri seperti ini biasanya ditemukan pada OA

Penderita juga mengeluh kaku sendi Kaku sendi dirasakan penderita pada

pagi hari Keadaan ini biasanya disebabkan oleh desakan cairan yang berada di

sekitar jaringan yang mengalami inflamasi (kapsul sendi sinovial atau bursa)

Kaku sendi makin nyata pada pagi hari atau setelah istirahat Setelah digerak-

gerakkan cairan akan menyebar dari jaringan yang mengalami inflamasi sehingga

penderita merasa terlepas dari ikatan dan bisa menggerakkan sendinya kembali

Lama kaku sendi pada OA adalah kurang dari 30 menit sedangkan pada AR

minimal satu jam Pada penderita ini kaku sendi juga dirasakan pada pagi hari

selama plusmn 20-30 menit dan menghilang dengan sendirinya bila penderita

menggerakkan kakinya dengan beraktivitas seperti biasa Hal ini sesuai untuk

mendukung keluhan pada penderita OA

Penderita juga mengalami bengkak pada kedua lutut Bengkak dirasakan

oleh penderita sejak 6 bulan SMRS Sendi yang membengkak bisa disebabkan

oleh penonjolan tulang sinovitis efusi dan karena adanya osteofit yang dapat

mengubah permukaan sendi Pada penderita ditemukan osteofit pada pemeriksaan

rontgent

31

29

Pemeriksaan fisik lokalis pada kedua sendi lutut didapatkan pada

inspeksi didapatkan pembesaran bengkak pada kedua sendi lutut dengan tidak

ada perubahan warna kulit Palpasi pada kedua sendi lutut didapatkan nyeri tekan

dan pada perabaan dirasakan hangat Pemeriksaan gerak sendi didapat

keterbatasan gerak fleksi yaitu hanya dapat mengerakkan lutut sebesar 60deg

Hambatan gerak terutama disebabkan oleh adanya remodelling osteofit penebalan

kapsul dan juga adanya efusi Pada auskultasi sendi lutut penderita ditemukan

adanya krepitasi dimana terdengar suara gemeretak ldquokretek-kretekrdquo seperti suara

krupuk yang diremukkan Gejala ini mungkin disebabkan karena gesekan kedua

permukaan tulang sendi yang irregular pada saat sendi digerakkan ataupun secara

pasif dimanipulasi

Pemeriksaan radiologis pada penderita ini didapatkan adanya gambaran

berupa penyempitan sendi dan osteofit pada pinggir sendi Menipisnya rawan

sendi diawali dengan retak dan terbelahnya permukaan sendi di beberapa tempat

yang kemudian menyatu dan disebut sebagai fibrilasi Di lain pihak pada tulang

akan terjadi pula perubahan sebagai reaksi tubuh untuk memperbaiki kerusakan

Perubahan itu adalah penebalan tulang subkondral dan pembentukan osteofit

marginal disusul kemudian dengan perubahan komposisi molekular dan struktur

tulang Penipisan kartilago sendi akibat proses degeneratif memberi gambaran

penyempitan celah sendi yang tidak simetris pada foto polos radiologi Fungsi

kartilago sendi berkurang bahkan menghilang mengakibatkan beban stres di

daerah subkhondral bertambah Beberapa subkhondral tersebut dapat diamati pada

poto polos radiologi berupa pembentukan osteofit sklerotik subkhondral maupun

pembentukan kista subkhondral Pada penderita ini ditemukan adanya

pembentukan osteofit pada condylus lateralis dan medialis os tibio femoralis

Pada OA anamnesa (gejala klinis) pemeriksaan fisik dan pemeriksaan

radiologi sudah dapat menunjang penegakan diagnosis Hasil pemeriksaan

laboratorium pada OA biasanya tidak banyak berguna Darah tepi (Hb Leukosit

dan LED) dalam batas normal kecuali OA generalisata yang harus dibedakan

dengan arthritis peradangan Pada OA yang disertai peradangan mungkin

didapatkan penurunan viskositas pleositosis sedang hingga ringan serta

32

peningkatan ringan sel radang (lt8000m) gt1 Pada penderita ini dilakukan

pemeriksaan laboratorium darah lengkap kimia darah dan urin lengkap karena

pemeriksaan tersebut merupakan pemeriksaan rutin Dari hasil pemeriksaan

laboratorium pada penderita ini tidak ditemukan adanya kelainan

Diagnosis OA sudah bisa ditegakkan secara klinis dengan memakai

kriteria OA yang dibuat oleh Subcommittee American College of Rheumatology

(ACR) Kriteria OA lutut secara klinis laboratorium dan radiologis adalah adanya

nyeri lutut osteofit dan salah satu dari tanda berikut yaitu usia lebih dari 50

tahun kaku sendi kurang dari 30 menit atau adanya krepitus Pada penderita ini

wanita berusia 75 tahun ditemukan memiliki keluhan nyeri kedua sendi lutut

terdapat kaku sendi selama 20-30 menit terdapat krepitus dan pada pemeriksaan

radiologi ditemukan adanya osteofit

Pengelolaan penderita dengan OA bertujuan untuk menghilangkan

keluhan mengoptimalkan fungsi sendi mengurangi ketergantungan dan

meningkatkan kualitas hidup menghambat progresivitas penyakit dan mencegah

komplikasi Pilar terapi OA non farmakologis (edukasi terapi fisik

dietpenurunan berat badan) farmakologis (analgetik kortikosteroid lokal

sistemik kondroprotektif dan biologik) dan pembedahan

Edukasi sangat penting bagi semua pasien OA Dua hal yang menjadi

tujuan edukasi adalah bagaimana mengatasi nyeri dan disabilitas Pemberian

edukasi pada penderita ini sangat penting karena dengan edukasi diharapkan

pengetahuan penderita mengenai penyakit OA menjadi meningkat dan pengobatan

menjadi lebih mudah serta dapat diajak bersama-sama untuk mencegah kerusakan

organ sendi lebih lanjut Edukasi yang diberikan pada penderita ini yaitu

memberikan pengertian bahwa OA adalah penyakit yang kronik sehingga perlu

dipahami bahwa mungkin dalam derajat tertentu akan tetap ada rasa nyeri kaku

dan keterbatasan gerak serta fungsi Selain itu agar rasa nyeri dapat berkurang

maka penderita hendaknya mengurangi aktivitaspekerjaannya sehingga tidak

terlalu banyak menggunakan sendi lutut dan lebih banyak beristirahat Penderita

juga disarankan untuk kembali kontrol sehingga dapat diketahui apakah

33

penyakitnya sudah membaik atau ternyata ada efek samping akibat obat yang

diberikan

Terapi fisik bertujuan untuk melatih penderita agar persendiannya tetap

dapat dipakai dan melatih penderita untuk melindungi sendi yang sakit Pada

penderita ini dianjurkan untuk berolah raga tapi olah raga yang memperberat

sendi sebaiknya dihindari seperti lari atau joging Hal ini dikarenakan dapat

menambah inflamasi meningkatkan tekanan intraartikular bila ada efusi sendi dan

bahkan bisa menyebabkan robekan kapsul sendi Untuk mencegah risiko

terjadinya kecacatan pada sendi sebaiknya dilakukan olah raga peregangan otot

seperti mQuadrisep femoris dengan peregangan otot diharapkan dapat membantu

dalam peningkatan fungsi sendi secara keseluruhan dan mengurangi nyeri Pada

penderita ini disarankan untuk senam lantai 3 kali seminggu dimana pasien

mengambil posisi terlentang sambil meregangkan lututnya dengan cara

mengangkat kaki dan secara perlahan menekuk dan meluruskan lututnya Olah

raga ini sangat mudah dilakukan apalagi mengingat usia penderita yang sudah

mencapai 75 tahun

Diet bertujuan untuk menurunkan berat badan pada penderita OA yang

gemuk Hal ini sebaiknya menjadi program utama pengobatan OA Penurunan

berat badan seringkali dapat mengurangi keluhan dan peradangan Selain itu

obesitas juga dapat meningkatkan risiko progresifitas dari OA Pada penderita ini

disarankan untuk mengurangi berat badan dengan mengatur diet rendah kalori

sampai mungkin mendekati berat badan ideal Dimana prinsipnya adalah

mengurangi kalori yang masuk dibawah energi yang dibutuhkan Penurunan

energi intake yang aman dianjurkan pemberian defisit energi antara 500-1000

kalori perhari sehingga diharapkan akan terjadi pembakaran lemak tubuh dan

penurunan berat badan 05 ndash 1 kg per minggu Biasanya intake energi diberikan

1200-1300 kal per hari dan paling rendah 800 kal per hari Formula yang dapat

digunakan untuk kebutuhan energi berdasarkan berat badan adalah 22kalkgBB

aktualhari dengan cara ini didapatkan defisit energi 1000 kalhari Pada penderita

ini dianjurkan untuk diet 1400 kal perhari agar mencapai BB idealnya yakni

setidaknya mencapai 55 kg Namun cara ini juga memerlukan kehati ndash hatian

34

dikarenakan usia penderita dan daya tahan tubuhnya yang memang sudah tidak

mendukung untuk melakukan usaha diit

Terapi farmakologis pada penderita OA biasanya bersifat simptomatis

Pada tahap awal dapat dicoba analgetik sederhana seperti asetaminofen atau

salisilat Bila tidak ada perbaikan dapat diberikan obat anti inflamasi non steroid

Untuk mengurangi keluhan nyeri pada penderita ini telah diberikan pengobatan

langsung dengan obat anti inflamasi non steroid seperti Na-diklofenak dengan

dosis 3times50 mg tanpa menggunakan obat lini pertama Hal ini dikarenakan keluhan

pada penderita ini sudah cukup berat ditambah pula adanya bengkak dan rasa

hangat di lutut yang tidak hilang dengan obat analgetik sederhana ( seperti yang

biasa dikonsumsi penderita) Na-diklofenak merupakan obat golongan OAINS

COX-1 inhibitor yang non-selektif dimana obat ini diberikan pada penderita

karena tidak terdapat riwayat pernah menderita gangguan gastrointestinal Namun

mengingat usia penderita yang memang sudah lanjut maka penderita juga

diberikan obat pelapis lambung untuk menjaga kondisi saluran pencernaannya Di

sini penderita diberikan obat golongan PPI (Omeprazole 2 x 20 mg) Setelah

dievaluasi beberapa hari ternyata keluhan nyeri dan bengkak pada penderita tidak

kunjung ada perubahan maka ditambahkan pula obat steroid injeksi dimana

pilihannya adalah InjTriamcinolon 1 Amp24 jam (Inj Flamicort) Selain itu

pasien juga dikonsulkan ke spesialis rehabilitasi medis untuk dilakukan

fisioterapi

Terapi pembedahan Terapi ini diberikan apabila terapi farmakologis dan

rehabilitasi tidak berhasil untuk mengurangi rasa sakit dan juga untuk melakukan

koreksi apabila terjadi deformitas yang menimbulkan gangguan mobilisasi sendi

yang mengganggu aktifitas sehari-hari Pada penderita ini tidak sampai dilakukan

terapi pembedahan

35

DAFTAR PUSTAKA

1 Soeroso J Isbagio H Kalim H Broto R Pramudiyo R Osteoartritis In

Sudoyo AW Setiyohadi B Alwi I Simadibrata M Setiati S editors Buku

Ajar Ilmu Penyakit Dalam 4th ed Jakarta Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit

Dalam Fakultas Kedokteran Indonesia 2006 p 1195-201

2 Osteoarthritis Wikipedia The Free Encyclopedia [serial on the internet]

2009 [cited 2009 Sep 1] Available from

httpenwikipediaorgwikiOsteoarthritis

3 Reginster JY The Prevalence and Burden of Osteoarthritis Rheumatology

2002 41 (suppl 1) 3 ndash 6

4 Wibowo Dhidik Tri Kurniawan Yusuf Latifah Tati Gunadi Rachmat

Perancangan dan Implementasi Sistem Bantu Diagnosis Penyakit

Osteoartritis dan Reumatoid Artritis Melalui Deteksi Penyempitan Celah

Sendi pada Citra X-Ray Tangan dan Lutut Dalam Temu Ilmiah

Reumatologi Jakarta 2003 168 ndash 172

5 Konggres Nasional Ikatan Reumatologi Indonesia VI httppemda-

diygoidberita 2005 102140

36

6 Arthritis Research Campaign 2000 Available at

httpwwwarcorgukabout_arthastatshtm

7 Felson DT Zhang Y Hannan MT et al The Incidence and Natural

History of Knee Osteoarthritis in the Elderly The Framingham

Osteoarthritis Study Arthritis Rheumatology 1995 38 1500 ndash 1505

8 Felson DT Zhang Y An Update on the Epidemiology of Knee and Hip

Osteoarthritis with a View to Prevention Arthritis Rheumatology 1998

41 1343 ndash 1355

9 Setiyohadi Bambang Osteoartritis Selayang Pandang Dalam Temu Ilmiah

Reumatologi Jakarta 2003 27 ndash 31

10 Klippel John H Dieppe Paul A Brooks Peter et al Osteoarthritis In

Rheumatology United Kingdom Mosby ndash Year Book Europe Limited

1994 21 ndash 106

11 Abbate L Renner JB Stevens J et al Do Body Composition and Body Fat

Distribution Explain Ethnic Differences in Radiographic Knee

Osteoarthritis Outcomes in African -American and Caucasian Women The

North American Association for the Study of Obesity 2006 14 1274 ndash

1281

12 Amin Niu Jingbo Hunter David et al Smoking Worsens Knee

Osteoarthritis News Center Oklahoma City Oklahoma USA 2006 1 ndash 4

13 McAlindon Timothy E Felson David T Zhang Yuqing et al Relation of

Dietary Intake and Serum Levels of Vitamin D to Progression of

Osteoarthritis of the Knee Among Participants in the Framingham Study

14 Englund M and Lohmander LS Patellofemoral Osteoarthritis Coexistent

with Tibiofemoral Osteoarthritis in a Meniscectomy Population Annals of

the Rheumatic Diseases 2005 64 1721 ndash 1726

15 Carter MA Osteoartritis In Price SA Wilson LM Patofisiologi konsep

klinis proses-proses penyakit 6th ed Jakarta EGC 2006 p 1380-4

16 Altman RD Criteria for the Classification of Osteoarthritis Journal of

Rheumatology 1991 27 (suppl) 10 ndash 12

37

17 Milne AD Evans NA Stanish WD Nonoperative Management of Knee

Osteoarthritis In Hartono IM Studi komparasi antara WOMAC index

dengan Kellgren-Lawrence grading system pada penderita osteoarthritis

genu [PPDS1 thesis] Semarang Medical Faculty Diponegoro University

2007 p 12

18 Haq I Murphy E Dacre J Osteoarthritis Review Postgrad Med J 2003

79 377 ndash 383

19 Anonim [1986] Criteria for classification of idiopathic osteoarthtritis (OA)

of the knee American College of Rheumatology [serial on the internet]

2010 [cited 2010 Jan 20] Available from

httpwwwrheumatologyorgpublicationsclassificationoakneeasp

aud=mem

38

  • BAB I
  • ILUSTRASI KASUS
  • 1 Pemeriksaan EKG
  • X ndash Ray Pelvis AP
  • BAB III
  • DISKUSI DAN PEMBAHASAN
Page 3: laporan kasus osteoartritis

Pasien juga mengaku bahwa sebelum sakit selama plusmn 1 tahun ini pasien

masih sering melakukan pekerjaan rumah seperti menyapu dan

memasak tetapi semenjak kedua lututnya terasa nyeri pasien hanya bisa

berjalan santai di sekeliling rumahnya

Pada saat pemeriksaan di IGD RSUD Ungaran keluhan pasien

dirasakan semakin memberat kedua kaki semakin nyeri dan semakin

sulit untuk digerakkan Pasien bahkan tidak bisa menekuk kakinya Pada

saat memasuki ruang pemeriksaanpun pasien tidak kuat untuk berjalan

sendiri

3 Riwayat Penyakit Dahulu

a Riwayat Keluhan Serupa diakui (sudah plusmn 1 tahun tetapi

pasien masih bisa berjalan)

b Riwayat Kencing Manis disangkal

c Riwayat Darah Tinggi diakui (sudah gt 2 tahun tetapi tidak

rutin konsumsi OAH)

d Riwayat Penyakit Jantung disangkal

e Riwayat Sakit Ginjal disangkal

f Alergi Obat dan Makanan disangkal

g Riwayat Asma disangkal

h Riwayat Sakit Maag disangkal

i Riwayat Operasi disangkal

j Riwayat Opname di RS diakui (karena keracunan plusmn 5 tahun

yang lalu)

k Riwayat Asam Urat tidak tahu (tidak pernah cek)

l Riwayat Kolesterol tidak tahu (tidak pernah cek)

m Riwayat Trauma Jatuh disangkal

4 Riwayat Penyakit Keluarga

a Riwayat Penyakit Serupa disangkal

b Riwayat Darah Tinggi disangkal

c Riwayat Kencing Manis disangkal

d Riwayat Penyakit Jantung disangkal

3

e Riwayat Penyakit Ginjal disangkal

f Riwayat Asma disangkal

5 Riwayat Kebiasaan

a Riwayat Minum Jamu dan Obat Bebas disangkal

b Riwayat Minum Alkhohol disangkal

c Riwayat Merokok disangkal

d Riwayat Minum Suplemen disangkal

e Riwayat Makan Makanan Berlemak disangkal

6 Riwayat Lingkungan dan Sosial

Pasien adalah seorang ibu rumah tangga yang tinggal di dalam

lingkungan tempat tinggal yang cukup bersih bersama anaknya Pasien

menggunakan fasilitas Umum untuk biaya pengobatan selama di rumah

sakit

III PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 2 Februari 2014 jam 1613

WIB saat pasien tiba di IGD RSUD Ungaran

1 Keadaan umum sedang tampak kesakitan

2 Kesadaran composmentis GCS E4V5M6 15

3 Tanda Vital

a Tekanan darah 150100 mmHg posisi berbaring lengan kiri

b Nadi 86 xmenit reguler kuat isi dan tegangan cukup

c Respirasi 18xmenit tipe thorakoabdominal

d Suhu 37ordmC per axiler

e Saturasi O2 99

4 Status Gizi

BB = 65 kg

TB = 155 cm

BMI = 65 = 2705 kgm2 (harga normal = 185-225 kgm2)

(155)2

Kesan overweight

4

5 Pemeriksaan fisik

a Kepala

Bentuk mesocephal rambut warna hitam sebagian beruban mudah

rontok (-) tidak mudah dicabut (+) luka (-)

1) Wajah

Simetris eritema (-) ruam muka (-) luka (-)

2) Mata

Konjungtiva palpebra anemis (--) sklera ikterik (--) oedem

palpebra (--) sianosis (-) pupil isokor (3mm 3mm) reflek

cahaya directindirect (++) perdarahan subkonjungtiva (--)

3) Telinga

Sekret (-) darah (-) nyeri tekan mastoid (-) gangguan fungsi

pendengaran (-)

4) Hidung

Deviasi septum nasi (-) epistaksis (-) nafas cuping hidung (-)

sekret (-) fungsi pembau baik foetor ex nasal (-)

5) Mulut

Sianosis (-) gusi berdarah (-) kering (-) stomatitis (-) pucat(-)

lidah tifoid (-) papil lidah atropi (-) luka pada sudut bibir (-)

b Leher

Leher simetris retraksi suprasternal (-) deviasi trachea (-) JVP R0

pembesaran kelenjar limfe (-) pembesaran kelenjar tiroid (-)

c Thorax

Bentuk normochest simetris retraksi intercostalis (-) pernafasan

thorakoabdominal sela iga melebar (-) jejas (-)

Jantung

1) Inspeksi Iktus kordis tidak tampak

2) Palpasi Iktus kordis tidak kuat angkat

5

3) Perkusi

Batas jantung

Kiri atas SIC II linea parasternalis sinistra

Kiri bawah SIC V 2 cm medial linea midclavicularis

sinistra

Kanan atas SIC II linea parasternalis dextra

Kanan bawah SIC IV linea parasternalis dextra

Pinggang jantung SIC II-III parasternalis sinistra

Konfigurasi jantung kesan tidak melebar

4) Auskultasi Bunyi jantung I-II murni intensitas reguler bising

(-) gallop (-)

Paru - Paru

1) Inspeksi

Normochest sela iga tidak melebar gerakan pernafasan simetris

kanan kiri retraksi intercostae (-)

2) Palpasi

Ketinggalan gerak

Depan Belakang

- - - -

- - - -

- - - -

Fremitus

Depan Belakang

N N N N

N N N N

N N N N

6

3) Perkusi

Depan Belakang

Sonor Sonor Sonor Sonor

Sonor Sonor Sonor Sonor

Sonor Sonor Sonor Sonor

4) Auskultasi

Suara dasar vesikuler

Depan Belakang

+ + + +

+ + + +

+ + + +

Suara tambahan wheezing (--) ronkhi (--)

d Abdomen

1) Inspeksi

Dinding perut sejajar dinding dada distended (-) umbilikus

tampak dan tidak ada inflamasi kaput medusa (-) venektasi (-)

sikatrik bekas operasi (-)

2) Auskultasi

Peristaltik (+) normal

3) Perkusi

Timpani (+) ascites (-) shifting dullnes (-)

4) Palpasi

Supel nyeri tekan epigastrium (-) lien dan hepar tidak teraba

membesar ginjal tidak teraba nyeri ketok costovertebrae (-)

defans muskular (-)

7

e Ekstremitas

1) Ekstremitas superior

Dekstra

Pergerakan motorik dalam batas normal tanda-tanda inflamasi

(-) oedem (-) eritem (-) CRT lt 3 detik clubbing finger (-)

kuku nekrosis (-) akral hangat (+) deformitas (-)

Sinistra

Pergerakan motorik dalam batas normal tanda-tanda inflamasi

(-) oedem (-) eritem (-) CRT lt 3 detik clubbing finger (-)

kuku nekrosis (-) akral hangat (+) deformitas (-)

2) Ekstremitas inferior

Dekstra

Pergerakan motorik sendi lutut terbatas (+) tanda-tanda

inflamasi sendi lutut (+) oedem sendi lutut (+) deformitas

sendi lutut (+) krepitasi sendi lutut (+) nyeri gerak dan

tekan (+) hiperemi (-) kuku nekrosis (-) akral hangat (+)

Sinistra

Pergerakan motorik sendi lutut terbatas (+) tanda-tanda

inflamasi sendi lutut (+) oedem sendi lutut (+) deformitas

sendi lutut (+) krepitasi sendi lutut (+) nyeri gerak dan

tekan(+) hiperemi (-) kuku nekrosis (-) akral hangat (+)

8

Genu Dekstra Genu Sinistra

IV PEMERIKSAAN PENUNJANG

1 Pemeriksaan EKG

a Frekuensi 87xmenit saat pertama kali masuk RS ritme reguler

b Jenis irama Sinus

c Zona transisi V6

d Aksis Lead II (+) aVL (+)

e Morfologi gelombang

1) Gelombang P selalu diikuti gelombang QRS dan T

2) Interval PR 012 detik

3) Gelombang QRS 010 detik

4) Elevasi ST (-)

5) Depresi ST (-)

6) Gelombang T inverted di Lead II III aVF dan V1 ndash V3

9

2 Laboratorium Darah dan Urin (tanggal 2 dan 3 Februari 2014)

Keterangan 02022014 03022014 SatuanNilai

RujukanHematologi rutinHemoglobin 118 - gdl 115-16

Hematokrit 369 - 35-49

Leukosit 83 - 10sup3microl 40-11Trombosit 297 - 10sup3microl 150-440Eritrosit 505 - 10⁶microl 38-52

Indeks eritrosit

MCV 731 - fl 82-95MCH 233 - pg 27-31MCHC 319 - gdl 32-36RDW 185 - 116-148

Hitung jenis

Granulosit 732 (H) - 50-70Limfosit 170 (L) - 20-40Monosit 98 (H) - 2-8

Kimia Ginjal

Ureum - 16 mgdL 10-45Creatinin - 073 mgdL 05-11

Asam Urat - 60 mgdL 24-60

GDS 199 - mgdL lt 200

Kimia Profil Lipid

Kolesterol Total - 199 mgdL lt200HDL Kolesterol - 35 (L) mgdL gt40LDL Kolesterol - 1348 (H) mgdL lt 130Trigliserid - 146 mgdL 35-160

URIN RUTIN 03022014 Satuan Nilai Rujukan

10

MAKROSKOPIS

Warna Kuning Kuning muda - kuning

Kekeruhan Jernih Jernih

KIMIA URINE

pH Reaksi 60 46 ndash 85Berat jenis 1015 1003 ndash 1030Protein Negatif mgdL NegatifReduksi Negatif mgdL NegatifLeukosit Esterase Negatif microL NegatifBilirubin Negatif mgdL NegatifUrobilinogen Normal mgdL NormalNitrit Negatif mgdL NegatifKeton Negatif mgdL NegatifBlood (HbEri) Negatif mgdL Negatif

MIKROSKOPIS

Leukosit Sedimen 10 ndash 15 SelLPB 0 ndash 15Eritrosit Sedimen 0 SelLPB 0 ndash 3 Epitel 5 - 10 SelLPB 0 ndash 15 Silinder Negatif LPK NegatifKristal Negatif LPB NegatifBakteri Negatif LPB NegatifJamur Negatif LPB NegatifLain - lain Negatif LPB

11

3 Foto Rontgen (tanggal 2 Februari 2014)

X ndash Ray Genu Dekstra et Sinistra

Kesan

Osteofit pada condylus lateralis dan medialis os tibia femoralis

dekstra disertai penyempitan sendi tibia femoralis lateralis dekstra

merupakan gambaran osteoarthrosis genu dekstra grade III

Osteofit pada condylus lateralis dan medialis os tibia femoralis

sinistra disertai penyempitan sendi femoro tibialis sinistra disertai

irreguler pada tulang tibia fibula sekitar sendi dan sklerotik

subcondral merupakan gambaran osteoarthosis genu sinistra grade

IV disertai osteoarthritis peradangan

12

X ndash Ray Pelvis AP

13

Kesan

Lesi opak pada cavum pelvis suspek massa DD vesikolitiasis ( usul

USG abdomen )

Tak tampak fraktur maupun dislokasi

V ASSESMENT DIAGNOSIS KERJA DAN DIAGNOSIS BANDING

1 Osteoartritis Genu Dextra et Sinistra

2 Hipertensi stage I

3 Ischemia Hearth Disease

Daftar masalah Problem AssesmentPlanning Diagnosa

Plannning Terapi (IGD)Planning

Monitoring

75 tahun Kedua kaki nyeri tidak bisa jalan (+) tidak bisa ditekuk (+) kaku riwjatuh (-)

Pmx Fisik Genu D et S ada deformitas (+) bengkak(+) krepitasi (+)

Foto x-ray genu osteoarthritis osteofit sendi genu D et S

-Deformitas Sendi-Proses Degeneratif

Osteoartritis Genu Dextra et Sinistra

- X-ray genu Dekstra et Sinistra

- Pmx Cairan synovial sendi genu

Non Farmakologi- A-B-C management ( infRL 20tpm)- Edukasi pasien- Terapi Fisik latihan gerak sendi- Fisioterapi-Penurunan berat badanFarmakologi- Inj Ranitidin 1 Amp12j- Inj Ketorolac 30mg (E)po Natrium Diklofenak 2x1 Analsik 2x1 Vit BC 1x1

-Tanda dan gejala Klinis

- TD 150100 mmHg

Gangguan hemo -dinamik

Hipertensi stage I

- EKG Foto Thorax

Non Farmakologi- Diet rendah garamFarmakologi

- Cek ulang Tekanan Darah

14

Fungsi Ginjal

- Captopril 2 x 25mg (po)- Amlodipin 1x10mg (po)

EKG Gelombang T inverted di Lead II III aVF dan V1 ndash V3

-Ateroskle- rosis-Hipoksia vaskuler

Ischemia Hearth Disease

-Cek Profil Lipid Asam Urat Enzim Jantung

Non Farmakologi-Tirah baring- O2 3-4lpmFarmakologi-ISDN 3x5mg

-Cek EKG serial 4 jam

VI POMR (Problem Oriented Medical Record)

VII FOLLOW UP

Tanggal Subjektif dan Objektif Penatalaksanaan03022014 S kaki masih nyeri jika digerakkan (+)

pegel (+) masih belum bisa berjalan pusing (-) sesak (-)KU Kesadaran Sedang composmentisVS TD 170100 mmHg RR 18 kali menit N 88 kali menit T 370CVAS 7Bengkak (+) eritem (-) ROM terbatasEKG T inverted Lead IIIII aVF amp V1-V3

O2 3lpmIVFD RL 20 tpm Captopril 3x25mgHCT 2x50mgAmlodipin 1x10mgAnalsik 3x1Natrium Diklofenak 3x1ISDN 3x5mg

15

04022014 S kaki masih nyeri jika digerakkan ditekuk (+) pasien tetap masih belum bisa duduk maupun berjalan sesak(-) pusing(-)KU Kesadaran Sedang composmentisVS TD 130100 mmHg RR 18 kali menit N 76 kali menit T 3730CVAS 7Bengkak (+) eritem (-) ROM terbatas

O2 3lpmIVFD RL 20 tpm Captopril 3x25mgHCT 2x50mgAmlodipin 1x10mgAnalsik 3x1Natrium Diklofenak 3x1ISDN 3x5mg(+) Inj Flamicort 1 Amp Omeprazole 2x1

05022014 S kaki masih nyeri jika digerakkan (+) namun pasien sudah bisa tidur miring sambil menekuk lututnya pegel (+) masih belum bisa berjalan (+)KU Kesadaran Sedang composmentisVS TD 150100 mmHg RR 18 kali menit N 86 kali menit T 370CVAS 5Bengkak (+) eritem (-) ROM terbatas

O2 3lpmIVFD RL 20 tpm Captopril 3x25mgHCT 2x50mgAmlodipin 1x10mgAnalsik 3x1Natrium Diklofenak 3x1ISDN 3x5mg(+) Inj Flamicort 1 Amp Omeprazole 2x1Co SpRM untuk Fisioterapi

pasien sudah difisioterapi (IR)06022014 S kaki masih nyeri jika digerakkan (+)

ditambah keluhan nyeri pinggang keluhan pusing sesak mual muntah disangkalKU Kesadaran Sedang composmentisVS TD 200100 mmHg RR 20 kali menit N 88 kali menit T 3630CVAS 7Bengkak (+) eritem (-) ROM terbatas

O2 3lpmIVFD RL 20 tpm Inj Flamicort 1 AmpCaptopril 3x25mgHCT 2x50mgAmlodipin 1x10mgAnalsik 3x1Natrium Diklofenak 3x1ISDN 3x5mgOmeprazole 2x1

Fisioterapi masih dilanjutkan

16

07022014 S kaki masih nyeri tapi lebih jarang pasien sudah bisa setengah duduk namun tetap dibantu keluarga sesak (-) pusing (sedikit) makan minum (+) sedikit - sedikitKU Kesadaran Sedang composmentisVS TD 200100 mmHg RR 18 kali menit N 76 kali menit T 370CVAS 5Bengkak (+) eritem (-) ROM terbatas

Pasien dan keluarga APS pulang karena persoalan biaya terapi pulang

Captopril 3x25mgHCT 2x50mgAmlodipin 1x10mgAnalsik 3x1Natrium Diklofenak 3x1ISDN 3x5mgOmeprazole 2x1(+) Clonidin 3x1 tab

VIIIPROGNOSIS

Qua ad vitam Dubia ad bonam

Qua ad functionam Dubia ad malam

Qua ad sanationam Dubia ad malam

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

IDefinisi

Osteoarthritis (OA dikenal juga sebagai arthritis degeneratif penyakit

degeneratif sendi) merupakan penyakit sendi degeneratif yang mengenai

sendi-sendi penumpu berat badan dengan gambaran patologis yang berupa

kerusakan kartilago sendi dimana terjadi proses degradasi interaktif sendi

17

yang kompleks terdiri dari proses perbaikan pada kartilago tulang dan

sinovium diikuti komponen sekunder proses inflamasi12

II Epidemiologi

Osteoartritis merupakan penyakit sendi yang paling banyak ditemukan di

dunia termasuk di Indonesia Bahkan sejak tahun 2001 hingga 2010

dicanangkan sebagai dekade penyakit tulang dan sendi di seluruh dunia5

Penyakit ini menempati urutan kedua setelah penyakit kardiovaskuler sebagai

penyebab ketidakmampuan fisik Di Inggris dan Wales sekitar 13 hingga

175 juta orang mengalami gejala OA Di Amerika 1 dari 7 penduduk

menderita OA34

Di Australia pada tahun 2002 diperkirakan biaya nasional untuk OA

sebesar 1 dari GNP yaitu mencapai $Aus 2700orangtahun4 Di Indonesia

sendiri prevalensi total OA sebanyak 343 juta orang pada tahun 2002 dan

mencapai 365 juta orang pada tahun 2007 Diperkirakan 1 sampai 2 juta

orang lanjut usia di Indonesia menderita cacat karena osteoarthritis Pada

beberapa penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan terjadinya

osteoarthritis pada obesitas dan sendi penahan beban tubuh5 Dari sekian

banyak sendi yang dapat terserang OA lutut merupakan sendi yang paling

sering dijumpai terserang OA Data Arthritis Research Campaign

menunjukkan bahwa lebih dari 550 ribu orang di Inggris menderita OA lutut

yang parah dan lebih dari 80 ribu operasi replacement sendi lutut dilakukan di

Inggris pada tahun 2000 dengan biaya 405 juta Poundsterling6

III Patofisiologi Osteoartritis

Terjadinya OA tidak lepas dari banyak persendian yang ada di dalam

tubuh manusia Sebanyak 230 sendi menghubungkan 206 tulang yang

memungkinkan terjadinya gesekan Untuk melindungi tulang dari gesekan di

dalam tubuh ada tulang rawan Namun karena berbagai faktor risiko yang ada

maka terjadi erosi pada tulang rawan dan berkurangnya cairan pada sendi

Tulang rawan sendiri berfungsi untuk meredam getar antar tulang Tulang

rawan terdiri atas jaringan lunak kolagen yang berfungsi untuk menguatkan

18

17

sendi proteoglikan yang membuat jaringan tersebut elastis dan air (70

bagian) yang menjadi bantalan pelumas dan pemberi nutrisi910

Kondrosit adalah sel yang tugasnya membentuk proteoglikan dan

kolagen pada rawan sendi Osteoartritis terjadi akibat kondrosit gagal

mensintesis matriks yang berkualitas dan memelihara keseimbangan antara

degradasi dan sintesis matriks ekstraseluler termasuk produksi kolagen tipe I

III VI dan X yang berlebihan dan sintesis proteoglikan yang pendek Hal

tersebut menyebabkan terjadi perubahan pada diameter dan orientasi dari serat

kolagen yang mengubah biomekanik dari tulang rawan sehingga tulang rawan

sendi kehilangan sifat kompresibilitasnya yang unik9

Selain kondrosit sinoviosit juga berperan pada patogenesis OA

terutama setelah terjadi sinovitis yang menyebabkan nyeri dan perasaan tidak

nyaman Sinoviosit yang mengalami peradangan akan menghasilkan Matrix

Metalloproteinases (MMPs) dan berbagai sitokin yang akan dilepaskan ke

dalam rongga sendi dan merusak matriks rawan sendi serta mengaktifkan

kondrosit Pada akhirnya tulang subkondral juga akan ikut berperan dimana

osteoblas akan terangsang dan menghasilkan enzim proteolitik 910

Agrekanase merupakan enzim yang akan memecah proteoglikan di

dalam matriks rawan sendi yang disebut agrekan Ada dua tipe agrekanase

yaitu agrekanase 1 (ADAMTs-4) dan agrekanase 2 (ADAMTs-11) MMPs

diproduksi oleh kondrosit kemudian diaktifkan melalui kaskade yang

melibatkan proteinase serin (aktivator plasminogen plamsinogen plasmin)

radikal bebas dan beberapa MMPs tipe membran Kaskade enzimatik ini

dikontrol oleh berbagai inhibitor termasuk TIMPs dan inhibitor aktifator

plasminogen Enzim lain yang turut berperan merusak kolagen tipe II dan

proteoglikan adalah katepsin yang bekerja pada pH rendah termasuk

proteinase aspartat (katepsin D) dan proteinase sistein (katepsin B H K L

dan S) yang disimpam di dalam lisosom kondrosit Hialuronidase tidak

terdapat di dalam rawan sendi tetapi glikosidase lain turut berperan merusak

proteoglikan10

19

Berbagai sitokin turut berperan merangsang kondrosit dalam

menghasilkan enzim perusak rawan sendi Sitokin-sitokin pro-inflamasi akan

melekat pada reseptor di permukaan kondrosit dan sinoviosit dan

menyebabkan transkripsi gene MMP sehingga produksi enzim tersebut

meningkat Sitokin yang terpenting adalah IL-1 selain sebagai sitokin

pengatur (IL-6 IL-8 LIFI) dan sitokin inhibitor (IL-4 IL-10 IL-13 dan IFN-

γ) Sitokin inhibitor ini bersama IL-Ira dapat menghambat sekresi berbagai

MMPs dan meningkatkan sekresi TIMPs Selain itu IL-4 dan IL-13 juga

dapat melawan efek metabolik IL-1 IL-1 juga berperan menurunkan sintesis

kolagen tipe II dan IX dan meningkatkan sintesis kolagen tipe I dan III

sehingga menghasilkan matriks rawan sendi yang berkualitas buruk 910

IV Klasifikasi Osteoartritis

OA dapat terjadi secara primer (idiopatik) maupun sekunder seperti

yang tercantum di bawah ini 19

IDIOPATIK SEKUNDER

20

SetempatTangan- nodus Heberden dan Bouchard (nodal)- artritis erosif interfalang- karpal-metakarpal IKaki - haluks valgus- haluks rigidus- jari kontraktur (hammercock-up toes)- talonavikulareCoxae- eksentrik (superior)- konsentrik (aksial medial)- difus (koksa senilis)Vertebra- sendi apofiseal- sendi intervertebral- spondilosis (osteofit)- ligamentum (hiperostosis penyakit Forestier diffuse idiopathic skeletal hyperostosis=DISH)Tempat lainnya- glenohumeral- akromioklavikular- tibiotalar- sakroiliaka- temporomandibularMenyeluruhMeliputi 3 atau lebih daerah yang tersebut diatas (Kellgren-Moore)

Traumaminus akutminus kronik (okupasional port)Kongenital atau developmentalGangguan setempatminus Penyakit Leg-Calve-Perthesminus Dislokasi koksa kongenitalminus Slipped epiphysisFaktor mekanikminus Panjang tungkai tidak samaminus Deformitas valgus varusminus Sindroma hipermobilitasMetabolikminus Okronosis (alkaptonuria)minus Hemokromatosisminus Penyakit Wilsonminus Penyakit GaucherEndokrinminus Akromegaliminus Hiperparatiroidismeminus Diabetes melitusminus Obesitasminus HipotiroidismePenyakit Deposit Kalsiumminus Deposit kalsium pirofosfat dihidratminus Artropati hidroksiapatitPenyakit Tulang dan Sendi lainnya Setempatminus FrakturminusNekrosis avaskular

Tabel 21 Osteoartritis Idiopatik dan Sekunder

V Manifestasi Klinis 15

1 Nyeri sendi

Terutama bila sendi bergerak atau menanggung beban yang akan

berkurang bila penderita beristirahat

21

2 Kaku pada pagi hari (morning stiffness)

Kekakuan pada sendi yang terserang terjadi setelah imobilisasi yang

cukup lama (gel phenomenon) bahkan sering disebutkan kaku muncul

pada pagi hari setelah bangun tidur (morning stiffness)

3 Hambatan pergerakan sendi

Hambatan pergerakan sendi ini bersifat progresif lambat bertambah

berat secara perlahan sejalan dengan bertambahnya nyeri pada sendi

4 Krepitasi

Rasa gemeretak (seringkali sampai terdengar) yang terjadi pada sendi

yang sakit

5 Perubahan bentuk sendi

Sendi yang mengalami osteoarthritis biasanya mengalami perubahan

berupa perubahan bentuk dan penyempitan pada celah sendi

6 Perubahan gaya berjalan

Hal yang paling meresahkan pasien adalah perubahan gaya berjalan

hampir semua pasien osteoarthritis pada pergelangan kaki lutut dan

panggul mengalami perubahan gaya berjalan (pincang)

VI Faktor Risiko Osteoartritis Lutut (Genu)

Secara garis besar terdapat dua pembagian faktor risiko OA lutut yaitu

faktor predisposisi dan faktor biomekanis

1 Faktor Predisposisi

a Faktor Demografi

1) Umur

Dari semua faktor risiko untuk timbulnya osteoartritis faktor

ketuaan adalah yang terkuat Proses penuaan dianggap sebagai

penyebab peningkatan kelemahan di sekitar sendi penurunan

kelenturan sendi kalsifikasi tulang rawan dan menurunkan

fungsi kondrosit yang semuanya mendukung terjadinya OA

Studi Framingham menunjukkan bahwa 27 orang berusia 63 ndash

22

70 tahun memiliki bukti radiografik menderita OA lutut yang

meningkat mencapai 40 pada usia 80 tahun atau lebih7

2) Jenis kelamin

Prevalensi OA pada laki-laki sebelum usia 50 tahun lebih tinggi

dibandingkan perempuan tetapi setelah usia lebih dari 50 tahun

prevalensi perempuan lebih tinggi menderita OA dibandingkan

laki-laki Hal ini dikaitkan dengan pengurangan hormon

estrogen yang signifikan pada wanita8

3) Ras Etnis

Prevalensi OA lutut pada penderita di negara Eropa dan

Amerika tidak berbeda sedangkan suatu penelitian

membuktikan bahwa ras Afrika ndash Amerika memiliki risiko

menderita OA lutut 2 kali lebih besar dibandingkan ras

Kaukasia Penduduk Asia juga memiliki risiko menderita OA

lutut lebih tinggi dibandingkan Kaukasia1011 Suatu studi lain

menyimpulkan bahwa populasi kulit berwarna lebih banyak

terserang OA dibandingkan kulit putih9

b Faktor Genetik

Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoartritis Adanya

mutasi dalam gen prokolagen atau gen-gen struktural lain untuk

unsur-unsur tulang rawan sendi seperti kolagen proteoglikan

berperan dalam timbulnya kecenderungan familial pada

osteoartritis10

c Faktor Gaya Hidup

1) Kebiasaan Merokok

Merokok dapat merusak sel dan menghambat proliferasi sel

tulang rawan sendi

Merokok dapat meningkatkan tekanan oksidan yang

mempengaruhi hilangnya tulang rawan

23

Merokok dapat meningkatkan kandungan karbonmonoksida

dalam darah menyebabkan jaringan kekurangan oksigen

dan dapat menghambat pembentukan tulang rawan12

2) Konsumsi Vitamin D

Orang yang tidak biasa mengkonsumsi makanan yang

mengandung vitamin D memiliki peningkatan risiko 3 kali lipat

menderita OA lutut13

d Faktor Metabolik

1) Obesitas

Berat badan yang berlebih ternyata dapat meningkatkan tekanan

mekanik pada sendi penahan beban tubuh dan lebih sering

menyebabkan osteoartritis lutut7

2) Osteoporosis

Hubungan antara OA lutut dan osteoporosis mendukung teori

bahwa gerakan mekanis yang abnormal tulang akan

mempercepat kerusakan tulang rawan sendi10

3) Penyakit Lain

OA lutut terbukti berhubungan dengan diabetes mellitus

hipertensi dan hiperurikemi dengan catatan pasien tidak

mengalami obesitas10

4) Histerktomi

Hal ini diduga berkaitan dengan pengurangan produksi hormon

estrogen setelah dilakukan pengangkatan rahim 10

5) Manisektomi

Menisektomi merupakan operasi yang dilakukan di daerah lutut

dan telah diidentifikasi sebagai faktor risiko penting bagi OA

lutut Hal ini berkaitan dengan hilangnya jaringan meniscus14

2 Faktor Biomekanis

a Riwayat Trauma Lutut

24

Trauma lutut yang akut termasuk robekan pada ligamentum

krusiatum dan meniskus merupakan faktor risiko timbulnya OA

lutut9

b Kelainan Anatomis

Faktor risiko timbulnya OA lutut antara lain kelainan lokal pada

sendi lutut seperti genu varum genu valgus Legg ndash Calve ndashPerthes

disease dan displasia asetabulum10

c Pekerjaan

Osteoartritis banyak ditemukan pada pekerja fisik berat terutama

yang banyak menggunakan kekuatan yang bertumpu pada lutut

(petani kuli dll)9

d Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik berat seperti berdiri lama (2 jam atau lebih setiap

hari) berjalan jarak jauh (2 jam atau lebih setiap hari) mengangkat

barang berat (10 kg ndash 50 kg selama 10 kali atau lebih setiap

minggu) mendorong objek yang berat (10 kg ndash 50 kg selama 10

kali atau lebih setiap minggu) naik turun tangga setiap hari

merupakan faktor risiko OA lutut 9

e Kebiasaan Olahraga

Atlit olah raga benturan keras dan membebani lutut seperti sepak

bola lari maraton dan kung fu memiliki risiko meningkat untuk

menderita OA lutut10

VII Kriteria Diagnosis Osteoartritis Lutut (Genu)

25

Kriteria diagnosis OA lutut menggunakan kriteria klasifikasi American

College of Rheumatology seperti tercantum pada tabel berikut ini 16

Tabel 22 Kriteria Klasifikasi Osteoartritis Lutut

Derajat osteoartritis lutut dinilai menjadi lima derajat oleh Kellgren dan

Lawrence yaitu 17

- Derajat 0 tidak ada gambaran osteoartritis

- Derajat 1 osteoartritis meragukan dengan gambaran sendi normal tetapi

terdapat osteofit minimal

- Derajat 2 osteoartritis minimal dengan osteofit pada 2 tempat tidak terdapat

sklerosis dan kista subkondral serta celah sendi baik

- Derajat 3 osteoartritis moderat dengan osteofit moderat deformitas ujung

tulang dan celah sendi sempit

- Derajat 4 osteoartritis berat dengan osteofit besar deformitas ujung tulang

celah sendi hilang serta adanyasklerosis dan kista subkondral

26

VIIIPenatalaksanaan Osteoarthritis

Tujuan penatalaksanaan pasien dengan osteoarthritis adalah18

1 Meredakan nyeri

2 Mengoptimalkan fungsi sendi

3 Mengurangi ketergantungan kepada orang lain dan meningkatkan

kualitas hidup

4 Menghambat progresivitas penyakit

5 Mencegah terjadinya komplikasi

Pilar terapi pada pasien dengan osteoarthritis yaitu

Nonfarmakologis

1 Modifikasi pola hidup

2 Edukasi

3 Istirahat teratur yang bertujuan mengurangi penggunaan beban pada

sendi

4 Modifikasi aktivitas

5 Menurunkan berat badan

6 Rehabilitasi medik fisioterapi

a Latihan statis dan memperkuat otot-otot

b Fisioterapi yang berguna untuk mengurangi nyeri menguatkan otot

dan menambah luas pergerakan sendi

7 Penggunaan alat bantu

Farmakologis

1 Sistemik

a Analgetik

Non narkotik parasetamol

Opioid (kodein tramadol)

b Antiinflamasi nonsteroid (NSAIDs)

Oral

Injeksi

Suppositoria

27

c DMOADs (disease modifying OA drugs)

Diantara nutraceutical yang saat ini tersedia di Indonesia adalah

Glucosamine sulfate dan Chondroitine sulfate

2 Topikal

a Krim rubefacients dan capsaicin

Beberapa sediaan telah tersedia di Indonesia dengan cara kerja pada

umumnya bersifat counter irritant

b Krim NSAIDs

Beberapa yang dapat digunakan adalah gel piroxicam dan sodium

diklofenak

3 Injeksi intraartikularintra lesi

Pada dasarnya ada 2 indikasi suntikan intra artikular yakni penanganan

simtomatik dengan steroid dan viskosuplementasi dengan hyaluronan

untuk modifikasi perjalanan penyakit Beberapa preparat injeksi

intraartikular diantaranya

a Steroid ( triamsinolone hexacetonide dan methyl prednisolone )

Hanya diberikan jika ada satu atau dua sendi yang mengalami

nyeri dan inflamasi yang kurang responsif terhadap pemberian

NSAIDs tak dapat mentolerir NSAIDs atau ada komorbiditas yang

merupakan kontra indikasi terhadap pemberian NSAIDs

Dosis untuk sendi besar seperti lutut 40-50 mginjeksi

sedangkan untuk sendi-sendi kecil biasanya digunakan dosis 10 mg

b Hyaluronan high molecular weight dan low molecular weight

Diberikan berturut-turut 5 sampai 6 kali dengan interval satu

minggu masing-masing 2 sampai 25 ml Hyaluronan Sediaan di

Indonesia diantaranya adalah Hyalgan dan Osflex

4 Pembedahan

Sebelum diputuskan untuk terapi pembedahan harus dipertimbangkan

terlebih dahulu risiko dan keuntungannya Pertimbangan dilakukan

tindakan operatif bila

28

a Deformitas menimbulkan gangguan mobilisasi

b Nyeri yang tidak dapat teratasi dengan penganan medikamentosa

dan rehabilitatif

Ada 2 tipe terapi pembedahan Realignment osteotomi dan replacement

joint

Macam-macam operasi sendi lutut untuk osteoarthritis

a Partial replacementunicompartemental

b High tibial osteotomy orang muda

c Patella amp condyle resurfacing

d Minimally constrained total replacement stabilitas sendi dilakukan

sebagian oleh ligament asli dan sebagian oleh sendi buatan

e Cinstrained joint fixed hinges dipakai bila ada tulang hilang dan

severe instability

f Total knee replacement apabila didapatkan nyeri deformitas

instability akibat dari rheumatoid atau osteoarthritis

29

Gambar 21 Piramida Penatalaksanaan Osteoartritis

BAB III

DISKUSI DAN PEMBAHASAN

OA adalah penyakit degenerasi kartilago artikuler yang berlangsung secara

perlahan dan ditandai dengan nyeri sendi kekakuan dan keterbatasan gerak yang

berkembang secara progresif Tanda-tanda tersebut ditemukan pada penderita ini

Berdasarkan etiologinya OA diklasifikasikan menjadi dua yaitu OA

primer dan OA sekunder OA primer disebut juga OA idiopatik yaitu OA yang

kausanya tidak diketahui dan tidak ada hubungannya dengan penyakit sistemik

maupun proses perubahan lokal pada sendi OA sekunder adalah OA yang

didasari oleh adanya kelainan endokrin trauma inflamasi metabolik

pertumbuhan herediter jejas mikro dan makro serta imobilisasi yang terlalu lama

faktor mekanik penyakit deposit kalsium penyakit tulang dan sendi lainnya serta

neuropatik endemik Beberapa faktor risiko yang diketahui berhubungan dengan

penyakit OA diantaranya faktor risiko umum yang penting seperti kegemukan

faktor genetik dan jenis kelamin serta beberapa faktor risiko lain seperti usia lebih

dari 40 tahun suku bangsa cedera sendi pekerjaan olahraga kelainan

pertumbuhan kepadatan tulang dan lain-lain Pada penderita ini berdasarkan

30

anamnesis riwayat sosialnya penderita adalah seorang wanita berusia 75 tahun

yang meskipun tidak melakukan pekerjaan yang berat tetapi dirinya tetap

menjalankan pekerjaan rumah tangga (sebelum sakit) yang notabene banyak

menggunakan sendi lutut Selain itu dari pemeriksaan fisik penderita ini juga

mengalami kegemukan Kondisi-kondisi pada penderita ini merupakan faktor

risiko sekunder terjadinya OA Jadi dapat disimpulkan bahwa penyebab OA pada

penderita ini bukan termasuk faktor risiko OA primer

Penderita datang dengan keluhan nyeri pada kedua sendi lutut sejak plusmn 1

tahun SMRS dan puncaknya 2 hari SMRS dimana penderita sudah tidak bisa

berjalan lagi Nyeri sendi merupakan keluhan yang umum terjadi pada penyakit

reumatik seperti artritis gout OA keganasan reumatik septik dan lain

sebagainya Pada penderita ini nyeri terlokalisir pada lutut tanpa adanya nyeri

pada sendi yang lain nyeri bertambah saat melakukan gerakan (seperti berjalan)

dan berkurang apabila beristirahat Tidak ada demam Nyeri tidak menetap

sepanjang hari Nyeri seperti ini biasanya ditemukan pada OA

Penderita juga mengeluh kaku sendi Kaku sendi dirasakan penderita pada

pagi hari Keadaan ini biasanya disebabkan oleh desakan cairan yang berada di

sekitar jaringan yang mengalami inflamasi (kapsul sendi sinovial atau bursa)

Kaku sendi makin nyata pada pagi hari atau setelah istirahat Setelah digerak-

gerakkan cairan akan menyebar dari jaringan yang mengalami inflamasi sehingga

penderita merasa terlepas dari ikatan dan bisa menggerakkan sendinya kembali

Lama kaku sendi pada OA adalah kurang dari 30 menit sedangkan pada AR

minimal satu jam Pada penderita ini kaku sendi juga dirasakan pada pagi hari

selama plusmn 20-30 menit dan menghilang dengan sendirinya bila penderita

menggerakkan kakinya dengan beraktivitas seperti biasa Hal ini sesuai untuk

mendukung keluhan pada penderita OA

Penderita juga mengalami bengkak pada kedua lutut Bengkak dirasakan

oleh penderita sejak 6 bulan SMRS Sendi yang membengkak bisa disebabkan

oleh penonjolan tulang sinovitis efusi dan karena adanya osteofit yang dapat

mengubah permukaan sendi Pada penderita ditemukan osteofit pada pemeriksaan

rontgent

31

29

Pemeriksaan fisik lokalis pada kedua sendi lutut didapatkan pada

inspeksi didapatkan pembesaran bengkak pada kedua sendi lutut dengan tidak

ada perubahan warna kulit Palpasi pada kedua sendi lutut didapatkan nyeri tekan

dan pada perabaan dirasakan hangat Pemeriksaan gerak sendi didapat

keterbatasan gerak fleksi yaitu hanya dapat mengerakkan lutut sebesar 60deg

Hambatan gerak terutama disebabkan oleh adanya remodelling osteofit penebalan

kapsul dan juga adanya efusi Pada auskultasi sendi lutut penderita ditemukan

adanya krepitasi dimana terdengar suara gemeretak ldquokretek-kretekrdquo seperti suara

krupuk yang diremukkan Gejala ini mungkin disebabkan karena gesekan kedua

permukaan tulang sendi yang irregular pada saat sendi digerakkan ataupun secara

pasif dimanipulasi

Pemeriksaan radiologis pada penderita ini didapatkan adanya gambaran

berupa penyempitan sendi dan osteofit pada pinggir sendi Menipisnya rawan

sendi diawali dengan retak dan terbelahnya permukaan sendi di beberapa tempat

yang kemudian menyatu dan disebut sebagai fibrilasi Di lain pihak pada tulang

akan terjadi pula perubahan sebagai reaksi tubuh untuk memperbaiki kerusakan

Perubahan itu adalah penebalan tulang subkondral dan pembentukan osteofit

marginal disusul kemudian dengan perubahan komposisi molekular dan struktur

tulang Penipisan kartilago sendi akibat proses degeneratif memberi gambaran

penyempitan celah sendi yang tidak simetris pada foto polos radiologi Fungsi

kartilago sendi berkurang bahkan menghilang mengakibatkan beban stres di

daerah subkhondral bertambah Beberapa subkhondral tersebut dapat diamati pada

poto polos radiologi berupa pembentukan osteofit sklerotik subkhondral maupun

pembentukan kista subkhondral Pada penderita ini ditemukan adanya

pembentukan osteofit pada condylus lateralis dan medialis os tibio femoralis

Pada OA anamnesa (gejala klinis) pemeriksaan fisik dan pemeriksaan

radiologi sudah dapat menunjang penegakan diagnosis Hasil pemeriksaan

laboratorium pada OA biasanya tidak banyak berguna Darah tepi (Hb Leukosit

dan LED) dalam batas normal kecuali OA generalisata yang harus dibedakan

dengan arthritis peradangan Pada OA yang disertai peradangan mungkin

didapatkan penurunan viskositas pleositosis sedang hingga ringan serta

32

peningkatan ringan sel radang (lt8000m) gt1 Pada penderita ini dilakukan

pemeriksaan laboratorium darah lengkap kimia darah dan urin lengkap karena

pemeriksaan tersebut merupakan pemeriksaan rutin Dari hasil pemeriksaan

laboratorium pada penderita ini tidak ditemukan adanya kelainan

Diagnosis OA sudah bisa ditegakkan secara klinis dengan memakai

kriteria OA yang dibuat oleh Subcommittee American College of Rheumatology

(ACR) Kriteria OA lutut secara klinis laboratorium dan radiologis adalah adanya

nyeri lutut osteofit dan salah satu dari tanda berikut yaitu usia lebih dari 50

tahun kaku sendi kurang dari 30 menit atau adanya krepitus Pada penderita ini

wanita berusia 75 tahun ditemukan memiliki keluhan nyeri kedua sendi lutut

terdapat kaku sendi selama 20-30 menit terdapat krepitus dan pada pemeriksaan

radiologi ditemukan adanya osteofit

Pengelolaan penderita dengan OA bertujuan untuk menghilangkan

keluhan mengoptimalkan fungsi sendi mengurangi ketergantungan dan

meningkatkan kualitas hidup menghambat progresivitas penyakit dan mencegah

komplikasi Pilar terapi OA non farmakologis (edukasi terapi fisik

dietpenurunan berat badan) farmakologis (analgetik kortikosteroid lokal

sistemik kondroprotektif dan biologik) dan pembedahan

Edukasi sangat penting bagi semua pasien OA Dua hal yang menjadi

tujuan edukasi adalah bagaimana mengatasi nyeri dan disabilitas Pemberian

edukasi pada penderita ini sangat penting karena dengan edukasi diharapkan

pengetahuan penderita mengenai penyakit OA menjadi meningkat dan pengobatan

menjadi lebih mudah serta dapat diajak bersama-sama untuk mencegah kerusakan

organ sendi lebih lanjut Edukasi yang diberikan pada penderita ini yaitu

memberikan pengertian bahwa OA adalah penyakit yang kronik sehingga perlu

dipahami bahwa mungkin dalam derajat tertentu akan tetap ada rasa nyeri kaku

dan keterbatasan gerak serta fungsi Selain itu agar rasa nyeri dapat berkurang

maka penderita hendaknya mengurangi aktivitaspekerjaannya sehingga tidak

terlalu banyak menggunakan sendi lutut dan lebih banyak beristirahat Penderita

juga disarankan untuk kembali kontrol sehingga dapat diketahui apakah

33

penyakitnya sudah membaik atau ternyata ada efek samping akibat obat yang

diberikan

Terapi fisik bertujuan untuk melatih penderita agar persendiannya tetap

dapat dipakai dan melatih penderita untuk melindungi sendi yang sakit Pada

penderita ini dianjurkan untuk berolah raga tapi olah raga yang memperberat

sendi sebaiknya dihindari seperti lari atau joging Hal ini dikarenakan dapat

menambah inflamasi meningkatkan tekanan intraartikular bila ada efusi sendi dan

bahkan bisa menyebabkan robekan kapsul sendi Untuk mencegah risiko

terjadinya kecacatan pada sendi sebaiknya dilakukan olah raga peregangan otot

seperti mQuadrisep femoris dengan peregangan otot diharapkan dapat membantu

dalam peningkatan fungsi sendi secara keseluruhan dan mengurangi nyeri Pada

penderita ini disarankan untuk senam lantai 3 kali seminggu dimana pasien

mengambil posisi terlentang sambil meregangkan lututnya dengan cara

mengangkat kaki dan secara perlahan menekuk dan meluruskan lututnya Olah

raga ini sangat mudah dilakukan apalagi mengingat usia penderita yang sudah

mencapai 75 tahun

Diet bertujuan untuk menurunkan berat badan pada penderita OA yang

gemuk Hal ini sebaiknya menjadi program utama pengobatan OA Penurunan

berat badan seringkali dapat mengurangi keluhan dan peradangan Selain itu

obesitas juga dapat meningkatkan risiko progresifitas dari OA Pada penderita ini

disarankan untuk mengurangi berat badan dengan mengatur diet rendah kalori

sampai mungkin mendekati berat badan ideal Dimana prinsipnya adalah

mengurangi kalori yang masuk dibawah energi yang dibutuhkan Penurunan

energi intake yang aman dianjurkan pemberian defisit energi antara 500-1000

kalori perhari sehingga diharapkan akan terjadi pembakaran lemak tubuh dan

penurunan berat badan 05 ndash 1 kg per minggu Biasanya intake energi diberikan

1200-1300 kal per hari dan paling rendah 800 kal per hari Formula yang dapat

digunakan untuk kebutuhan energi berdasarkan berat badan adalah 22kalkgBB

aktualhari dengan cara ini didapatkan defisit energi 1000 kalhari Pada penderita

ini dianjurkan untuk diet 1400 kal perhari agar mencapai BB idealnya yakni

setidaknya mencapai 55 kg Namun cara ini juga memerlukan kehati ndash hatian

34

dikarenakan usia penderita dan daya tahan tubuhnya yang memang sudah tidak

mendukung untuk melakukan usaha diit

Terapi farmakologis pada penderita OA biasanya bersifat simptomatis

Pada tahap awal dapat dicoba analgetik sederhana seperti asetaminofen atau

salisilat Bila tidak ada perbaikan dapat diberikan obat anti inflamasi non steroid

Untuk mengurangi keluhan nyeri pada penderita ini telah diberikan pengobatan

langsung dengan obat anti inflamasi non steroid seperti Na-diklofenak dengan

dosis 3times50 mg tanpa menggunakan obat lini pertama Hal ini dikarenakan keluhan

pada penderita ini sudah cukup berat ditambah pula adanya bengkak dan rasa

hangat di lutut yang tidak hilang dengan obat analgetik sederhana ( seperti yang

biasa dikonsumsi penderita) Na-diklofenak merupakan obat golongan OAINS

COX-1 inhibitor yang non-selektif dimana obat ini diberikan pada penderita

karena tidak terdapat riwayat pernah menderita gangguan gastrointestinal Namun

mengingat usia penderita yang memang sudah lanjut maka penderita juga

diberikan obat pelapis lambung untuk menjaga kondisi saluran pencernaannya Di

sini penderita diberikan obat golongan PPI (Omeprazole 2 x 20 mg) Setelah

dievaluasi beberapa hari ternyata keluhan nyeri dan bengkak pada penderita tidak

kunjung ada perubahan maka ditambahkan pula obat steroid injeksi dimana

pilihannya adalah InjTriamcinolon 1 Amp24 jam (Inj Flamicort) Selain itu

pasien juga dikonsulkan ke spesialis rehabilitasi medis untuk dilakukan

fisioterapi

Terapi pembedahan Terapi ini diberikan apabila terapi farmakologis dan

rehabilitasi tidak berhasil untuk mengurangi rasa sakit dan juga untuk melakukan

koreksi apabila terjadi deformitas yang menimbulkan gangguan mobilisasi sendi

yang mengganggu aktifitas sehari-hari Pada penderita ini tidak sampai dilakukan

terapi pembedahan

35

DAFTAR PUSTAKA

1 Soeroso J Isbagio H Kalim H Broto R Pramudiyo R Osteoartritis In

Sudoyo AW Setiyohadi B Alwi I Simadibrata M Setiati S editors Buku

Ajar Ilmu Penyakit Dalam 4th ed Jakarta Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit

Dalam Fakultas Kedokteran Indonesia 2006 p 1195-201

2 Osteoarthritis Wikipedia The Free Encyclopedia [serial on the internet]

2009 [cited 2009 Sep 1] Available from

httpenwikipediaorgwikiOsteoarthritis

3 Reginster JY The Prevalence and Burden of Osteoarthritis Rheumatology

2002 41 (suppl 1) 3 ndash 6

4 Wibowo Dhidik Tri Kurniawan Yusuf Latifah Tati Gunadi Rachmat

Perancangan dan Implementasi Sistem Bantu Diagnosis Penyakit

Osteoartritis dan Reumatoid Artritis Melalui Deteksi Penyempitan Celah

Sendi pada Citra X-Ray Tangan dan Lutut Dalam Temu Ilmiah

Reumatologi Jakarta 2003 168 ndash 172

5 Konggres Nasional Ikatan Reumatologi Indonesia VI httppemda-

diygoidberita 2005 102140

36

6 Arthritis Research Campaign 2000 Available at

httpwwwarcorgukabout_arthastatshtm

7 Felson DT Zhang Y Hannan MT et al The Incidence and Natural

History of Knee Osteoarthritis in the Elderly The Framingham

Osteoarthritis Study Arthritis Rheumatology 1995 38 1500 ndash 1505

8 Felson DT Zhang Y An Update on the Epidemiology of Knee and Hip

Osteoarthritis with a View to Prevention Arthritis Rheumatology 1998

41 1343 ndash 1355

9 Setiyohadi Bambang Osteoartritis Selayang Pandang Dalam Temu Ilmiah

Reumatologi Jakarta 2003 27 ndash 31

10 Klippel John H Dieppe Paul A Brooks Peter et al Osteoarthritis In

Rheumatology United Kingdom Mosby ndash Year Book Europe Limited

1994 21 ndash 106

11 Abbate L Renner JB Stevens J et al Do Body Composition and Body Fat

Distribution Explain Ethnic Differences in Radiographic Knee

Osteoarthritis Outcomes in African -American and Caucasian Women The

North American Association for the Study of Obesity 2006 14 1274 ndash

1281

12 Amin Niu Jingbo Hunter David et al Smoking Worsens Knee

Osteoarthritis News Center Oklahoma City Oklahoma USA 2006 1 ndash 4

13 McAlindon Timothy E Felson David T Zhang Yuqing et al Relation of

Dietary Intake and Serum Levels of Vitamin D to Progression of

Osteoarthritis of the Knee Among Participants in the Framingham Study

14 Englund M and Lohmander LS Patellofemoral Osteoarthritis Coexistent

with Tibiofemoral Osteoarthritis in a Meniscectomy Population Annals of

the Rheumatic Diseases 2005 64 1721 ndash 1726

15 Carter MA Osteoartritis In Price SA Wilson LM Patofisiologi konsep

klinis proses-proses penyakit 6th ed Jakarta EGC 2006 p 1380-4

16 Altman RD Criteria for the Classification of Osteoarthritis Journal of

Rheumatology 1991 27 (suppl) 10 ndash 12

37

17 Milne AD Evans NA Stanish WD Nonoperative Management of Knee

Osteoarthritis In Hartono IM Studi komparasi antara WOMAC index

dengan Kellgren-Lawrence grading system pada penderita osteoarthritis

genu [PPDS1 thesis] Semarang Medical Faculty Diponegoro University

2007 p 12

18 Haq I Murphy E Dacre J Osteoarthritis Review Postgrad Med J 2003

79 377 ndash 383

19 Anonim [1986] Criteria for classification of idiopathic osteoarthtritis (OA)

of the knee American College of Rheumatology [serial on the internet]

2010 [cited 2010 Jan 20] Available from

httpwwwrheumatologyorgpublicationsclassificationoakneeasp

aud=mem

38

  • BAB I
  • ILUSTRASI KASUS
  • 1 Pemeriksaan EKG
  • X ndash Ray Pelvis AP
  • BAB III
  • DISKUSI DAN PEMBAHASAN
Page 4: laporan kasus osteoartritis

e Riwayat Penyakit Ginjal disangkal

f Riwayat Asma disangkal

5 Riwayat Kebiasaan

a Riwayat Minum Jamu dan Obat Bebas disangkal

b Riwayat Minum Alkhohol disangkal

c Riwayat Merokok disangkal

d Riwayat Minum Suplemen disangkal

e Riwayat Makan Makanan Berlemak disangkal

6 Riwayat Lingkungan dan Sosial

Pasien adalah seorang ibu rumah tangga yang tinggal di dalam

lingkungan tempat tinggal yang cukup bersih bersama anaknya Pasien

menggunakan fasilitas Umum untuk biaya pengobatan selama di rumah

sakit

III PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 2 Februari 2014 jam 1613

WIB saat pasien tiba di IGD RSUD Ungaran

1 Keadaan umum sedang tampak kesakitan

2 Kesadaran composmentis GCS E4V5M6 15

3 Tanda Vital

a Tekanan darah 150100 mmHg posisi berbaring lengan kiri

b Nadi 86 xmenit reguler kuat isi dan tegangan cukup

c Respirasi 18xmenit tipe thorakoabdominal

d Suhu 37ordmC per axiler

e Saturasi O2 99

4 Status Gizi

BB = 65 kg

TB = 155 cm

BMI = 65 = 2705 kgm2 (harga normal = 185-225 kgm2)

(155)2

Kesan overweight

4

5 Pemeriksaan fisik

a Kepala

Bentuk mesocephal rambut warna hitam sebagian beruban mudah

rontok (-) tidak mudah dicabut (+) luka (-)

1) Wajah

Simetris eritema (-) ruam muka (-) luka (-)

2) Mata

Konjungtiva palpebra anemis (--) sklera ikterik (--) oedem

palpebra (--) sianosis (-) pupil isokor (3mm 3mm) reflek

cahaya directindirect (++) perdarahan subkonjungtiva (--)

3) Telinga

Sekret (-) darah (-) nyeri tekan mastoid (-) gangguan fungsi

pendengaran (-)

4) Hidung

Deviasi septum nasi (-) epistaksis (-) nafas cuping hidung (-)

sekret (-) fungsi pembau baik foetor ex nasal (-)

5) Mulut

Sianosis (-) gusi berdarah (-) kering (-) stomatitis (-) pucat(-)

lidah tifoid (-) papil lidah atropi (-) luka pada sudut bibir (-)

b Leher

Leher simetris retraksi suprasternal (-) deviasi trachea (-) JVP R0

pembesaran kelenjar limfe (-) pembesaran kelenjar tiroid (-)

c Thorax

Bentuk normochest simetris retraksi intercostalis (-) pernafasan

thorakoabdominal sela iga melebar (-) jejas (-)

Jantung

1) Inspeksi Iktus kordis tidak tampak

2) Palpasi Iktus kordis tidak kuat angkat

5

3) Perkusi

Batas jantung

Kiri atas SIC II linea parasternalis sinistra

Kiri bawah SIC V 2 cm medial linea midclavicularis

sinistra

Kanan atas SIC II linea parasternalis dextra

Kanan bawah SIC IV linea parasternalis dextra

Pinggang jantung SIC II-III parasternalis sinistra

Konfigurasi jantung kesan tidak melebar

4) Auskultasi Bunyi jantung I-II murni intensitas reguler bising

(-) gallop (-)

Paru - Paru

1) Inspeksi

Normochest sela iga tidak melebar gerakan pernafasan simetris

kanan kiri retraksi intercostae (-)

2) Palpasi

Ketinggalan gerak

Depan Belakang

- - - -

- - - -

- - - -

Fremitus

Depan Belakang

N N N N

N N N N

N N N N

6

3) Perkusi

Depan Belakang

Sonor Sonor Sonor Sonor

Sonor Sonor Sonor Sonor

Sonor Sonor Sonor Sonor

4) Auskultasi

Suara dasar vesikuler

Depan Belakang

+ + + +

+ + + +

+ + + +

Suara tambahan wheezing (--) ronkhi (--)

d Abdomen

1) Inspeksi

Dinding perut sejajar dinding dada distended (-) umbilikus

tampak dan tidak ada inflamasi kaput medusa (-) venektasi (-)

sikatrik bekas operasi (-)

2) Auskultasi

Peristaltik (+) normal

3) Perkusi

Timpani (+) ascites (-) shifting dullnes (-)

4) Palpasi

Supel nyeri tekan epigastrium (-) lien dan hepar tidak teraba

membesar ginjal tidak teraba nyeri ketok costovertebrae (-)

defans muskular (-)

7

e Ekstremitas

1) Ekstremitas superior

Dekstra

Pergerakan motorik dalam batas normal tanda-tanda inflamasi

(-) oedem (-) eritem (-) CRT lt 3 detik clubbing finger (-)

kuku nekrosis (-) akral hangat (+) deformitas (-)

Sinistra

Pergerakan motorik dalam batas normal tanda-tanda inflamasi

(-) oedem (-) eritem (-) CRT lt 3 detik clubbing finger (-)

kuku nekrosis (-) akral hangat (+) deformitas (-)

2) Ekstremitas inferior

Dekstra

Pergerakan motorik sendi lutut terbatas (+) tanda-tanda

inflamasi sendi lutut (+) oedem sendi lutut (+) deformitas

sendi lutut (+) krepitasi sendi lutut (+) nyeri gerak dan

tekan (+) hiperemi (-) kuku nekrosis (-) akral hangat (+)

Sinistra

Pergerakan motorik sendi lutut terbatas (+) tanda-tanda

inflamasi sendi lutut (+) oedem sendi lutut (+) deformitas

sendi lutut (+) krepitasi sendi lutut (+) nyeri gerak dan

tekan(+) hiperemi (-) kuku nekrosis (-) akral hangat (+)

8

Genu Dekstra Genu Sinistra

IV PEMERIKSAAN PENUNJANG

1 Pemeriksaan EKG

a Frekuensi 87xmenit saat pertama kali masuk RS ritme reguler

b Jenis irama Sinus

c Zona transisi V6

d Aksis Lead II (+) aVL (+)

e Morfologi gelombang

1) Gelombang P selalu diikuti gelombang QRS dan T

2) Interval PR 012 detik

3) Gelombang QRS 010 detik

4) Elevasi ST (-)

5) Depresi ST (-)

6) Gelombang T inverted di Lead II III aVF dan V1 ndash V3

9

2 Laboratorium Darah dan Urin (tanggal 2 dan 3 Februari 2014)

Keterangan 02022014 03022014 SatuanNilai

RujukanHematologi rutinHemoglobin 118 - gdl 115-16

Hematokrit 369 - 35-49

Leukosit 83 - 10sup3microl 40-11Trombosit 297 - 10sup3microl 150-440Eritrosit 505 - 10⁶microl 38-52

Indeks eritrosit

MCV 731 - fl 82-95MCH 233 - pg 27-31MCHC 319 - gdl 32-36RDW 185 - 116-148

Hitung jenis

Granulosit 732 (H) - 50-70Limfosit 170 (L) - 20-40Monosit 98 (H) - 2-8

Kimia Ginjal

Ureum - 16 mgdL 10-45Creatinin - 073 mgdL 05-11

Asam Urat - 60 mgdL 24-60

GDS 199 - mgdL lt 200

Kimia Profil Lipid

Kolesterol Total - 199 mgdL lt200HDL Kolesterol - 35 (L) mgdL gt40LDL Kolesterol - 1348 (H) mgdL lt 130Trigliserid - 146 mgdL 35-160

URIN RUTIN 03022014 Satuan Nilai Rujukan

10

MAKROSKOPIS

Warna Kuning Kuning muda - kuning

Kekeruhan Jernih Jernih

KIMIA URINE

pH Reaksi 60 46 ndash 85Berat jenis 1015 1003 ndash 1030Protein Negatif mgdL NegatifReduksi Negatif mgdL NegatifLeukosit Esterase Negatif microL NegatifBilirubin Negatif mgdL NegatifUrobilinogen Normal mgdL NormalNitrit Negatif mgdL NegatifKeton Negatif mgdL NegatifBlood (HbEri) Negatif mgdL Negatif

MIKROSKOPIS

Leukosit Sedimen 10 ndash 15 SelLPB 0 ndash 15Eritrosit Sedimen 0 SelLPB 0 ndash 3 Epitel 5 - 10 SelLPB 0 ndash 15 Silinder Negatif LPK NegatifKristal Negatif LPB NegatifBakteri Negatif LPB NegatifJamur Negatif LPB NegatifLain - lain Negatif LPB

11

3 Foto Rontgen (tanggal 2 Februari 2014)

X ndash Ray Genu Dekstra et Sinistra

Kesan

Osteofit pada condylus lateralis dan medialis os tibia femoralis

dekstra disertai penyempitan sendi tibia femoralis lateralis dekstra

merupakan gambaran osteoarthrosis genu dekstra grade III

Osteofit pada condylus lateralis dan medialis os tibia femoralis

sinistra disertai penyempitan sendi femoro tibialis sinistra disertai

irreguler pada tulang tibia fibula sekitar sendi dan sklerotik

subcondral merupakan gambaran osteoarthosis genu sinistra grade

IV disertai osteoarthritis peradangan

12

X ndash Ray Pelvis AP

13

Kesan

Lesi opak pada cavum pelvis suspek massa DD vesikolitiasis ( usul

USG abdomen )

Tak tampak fraktur maupun dislokasi

V ASSESMENT DIAGNOSIS KERJA DAN DIAGNOSIS BANDING

1 Osteoartritis Genu Dextra et Sinistra

2 Hipertensi stage I

3 Ischemia Hearth Disease

Daftar masalah Problem AssesmentPlanning Diagnosa

Plannning Terapi (IGD)Planning

Monitoring

75 tahun Kedua kaki nyeri tidak bisa jalan (+) tidak bisa ditekuk (+) kaku riwjatuh (-)

Pmx Fisik Genu D et S ada deformitas (+) bengkak(+) krepitasi (+)

Foto x-ray genu osteoarthritis osteofit sendi genu D et S

-Deformitas Sendi-Proses Degeneratif

Osteoartritis Genu Dextra et Sinistra

- X-ray genu Dekstra et Sinistra

- Pmx Cairan synovial sendi genu

Non Farmakologi- A-B-C management ( infRL 20tpm)- Edukasi pasien- Terapi Fisik latihan gerak sendi- Fisioterapi-Penurunan berat badanFarmakologi- Inj Ranitidin 1 Amp12j- Inj Ketorolac 30mg (E)po Natrium Diklofenak 2x1 Analsik 2x1 Vit BC 1x1

-Tanda dan gejala Klinis

- TD 150100 mmHg

Gangguan hemo -dinamik

Hipertensi stage I

- EKG Foto Thorax

Non Farmakologi- Diet rendah garamFarmakologi

- Cek ulang Tekanan Darah

14

Fungsi Ginjal

- Captopril 2 x 25mg (po)- Amlodipin 1x10mg (po)

EKG Gelombang T inverted di Lead II III aVF dan V1 ndash V3

-Ateroskle- rosis-Hipoksia vaskuler

Ischemia Hearth Disease

-Cek Profil Lipid Asam Urat Enzim Jantung

Non Farmakologi-Tirah baring- O2 3-4lpmFarmakologi-ISDN 3x5mg

-Cek EKG serial 4 jam

VI POMR (Problem Oriented Medical Record)

VII FOLLOW UP

Tanggal Subjektif dan Objektif Penatalaksanaan03022014 S kaki masih nyeri jika digerakkan (+)

pegel (+) masih belum bisa berjalan pusing (-) sesak (-)KU Kesadaran Sedang composmentisVS TD 170100 mmHg RR 18 kali menit N 88 kali menit T 370CVAS 7Bengkak (+) eritem (-) ROM terbatasEKG T inverted Lead IIIII aVF amp V1-V3

O2 3lpmIVFD RL 20 tpm Captopril 3x25mgHCT 2x50mgAmlodipin 1x10mgAnalsik 3x1Natrium Diklofenak 3x1ISDN 3x5mg

15

04022014 S kaki masih nyeri jika digerakkan ditekuk (+) pasien tetap masih belum bisa duduk maupun berjalan sesak(-) pusing(-)KU Kesadaran Sedang composmentisVS TD 130100 mmHg RR 18 kali menit N 76 kali menit T 3730CVAS 7Bengkak (+) eritem (-) ROM terbatas

O2 3lpmIVFD RL 20 tpm Captopril 3x25mgHCT 2x50mgAmlodipin 1x10mgAnalsik 3x1Natrium Diklofenak 3x1ISDN 3x5mg(+) Inj Flamicort 1 Amp Omeprazole 2x1

05022014 S kaki masih nyeri jika digerakkan (+) namun pasien sudah bisa tidur miring sambil menekuk lututnya pegel (+) masih belum bisa berjalan (+)KU Kesadaran Sedang composmentisVS TD 150100 mmHg RR 18 kali menit N 86 kali menit T 370CVAS 5Bengkak (+) eritem (-) ROM terbatas

O2 3lpmIVFD RL 20 tpm Captopril 3x25mgHCT 2x50mgAmlodipin 1x10mgAnalsik 3x1Natrium Diklofenak 3x1ISDN 3x5mg(+) Inj Flamicort 1 Amp Omeprazole 2x1Co SpRM untuk Fisioterapi

pasien sudah difisioterapi (IR)06022014 S kaki masih nyeri jika digerakkan (+)

ditambah keluhan nyeri pinggang keluhan pusing sesak mual muntah disangkalKU Kesadaran Sedang composmentisVS TD 200100 mmHg RR 20 kali menit N 88 kali menit T 3630CVAS 7Bengkak (+) eritem (-) ROM terbatas

O2 3lpmIVFD RL 20 tpm Inj Flamicort 1 AmpCaptopril 3x25mgHCT 2x50mgAmlodipin 1x10mgAnalsik 3x1Natrium Diklofenak 3x1ISDN 3x5mgOmeprazole 2x1

Fisioterapi masih dilanjutkan

16

07022014 S kaki masih nyeri tapi lebih jarang pasien sudah bisa setengah duduk namun tetap dibantu keluarga sesak (-) pusing (sedikit) makan minum (+) sedikit - sedikitKU Kesadaran Sedang composmentisVS TD 200100 mmHg RR 18 kali menit N 76 kali menit T 370CVAS 5Bengkak (+) eritem (-) ROM terbatas

Pasien dan keluarga APS pulang karena persoalan biaya terapi pulang

Captopril 3x25mgHCT 2x50mgAmlodipin 1x10mgAnalsik 3x1Natrium Diklofenak 3x1ISDN 3x5mgOmeprazole 2x1(+) Clonidin 3x1 tab

VIIIPROGNOSIS

Qua ad vitam Dubia ad bonam

Qua ad functionam Dubia ad malam

Qua ad sanationam Dubia ad malam

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

IDefinisi

Osteoarthritis (OA dikenal juga sebagai arthritis degeneratif penyakit

degeneratif sendi) merupakan penyakit sendi degeneratif yang mengenai

sendi-sendi penumpu berat badan dengan gambaran patologis yang berupa

kerusakan kartilago sendi dimana terjadi proses degradasi interaktif sendi

17

yang kompleks terdiri dari proses perbaikan pada kartilago tulang dan

sinovium diikuti komponen sekunder proses inflamasi12

II Epidemiologi

Osteoartritis merupakan penyakit sendi yang paling banyak ditemukan di

dunia termasuk di Indonesia Bahkan sejak tahun 2001 hingga 2010

dicanangkan sebagai dekade penyakit tulang dan sendi di seluruh dunia5

Penyakit ini menempati urutan kedua setelah penyakit kardiovaskuler sebagai

penyebab ketidakmampuan fisik Di Inggris dan Wales sekitar 13 hingga

175 juta orang mengalami gejala OA Di Amerika 1 dari 7 penduduk

menderita OA34

Di Australia pada tahun 2002 diperkirakan biaya nasional untuk OA

sebesar 1 dari GNP yaitu mencapai $Aus 2700orangtahun4 Di Indonesia

sendiri prevalensi total OA sebanyak 343 juta orang pada tahun 2002 dan

mencapai 365 juta orang pada tahun 2007 Diperkirakan 1 sampai 2 juta

orang lanjut usia di Indonesia menderita cacat karena osteoarthritis Pada

beberapa penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan terjadinya

osteoarthritis pada obesitas dan sendi penahan beban tubuh5 Dari sekian

banyak sendi yang dapat terserang OA lutut merupakan sendi yang paling

sering dijumpai terserang OA Data Arthritis Research Campaign

menunjukkan bahwa lebih dari 550 ribu orang di Inggris menderita OA lutut

yang parah dan lebih dari 80 ribu operasi replacement sendi lutut dilakukan di

Inggris pada tahun 2000 dengan biaya 405 juta Poundsterling6

III Patofisiologi Osteoartritis

Terjadinya OA tidak lepas dari banyak persendian yang ada di dalam

tubuh manusia Sebanyak 230 sendi menghubungkan 206 tulang yang

memungkinkan terjadinya gesekan Untuk melindungi tulang dari gesekan di

dalam tubuh ada tulang rawan Namun karena berbagai faktor risiko yang ada

maka terjadi erosi pada tulang rawan dan berkurangnya cairan pada sendi

Tulang rawan sendiri berfungsi untuk meredam getar antar tulang Tulang

rawan terdiri atas jaringan lunak kolagen yang berfungsi untuk menguatkan

18

17

sendi proteoglikan yang membuat jaringan tersebut elastis dan air (70

bagian) yang menjadi bantalan pelumas dan pemberi nutrisi910

Kondrosit adalah sel yang tugasnya membentuk proteoglikan dan

kolagen pada rawan sendi Osteoartritis terjadi akibat kondrosit gagal

mensintesis matriks yang berkualitas dan memelihara keseimbangan antara

degradasi dan sintesis matriks ekstraseluler termasuk produksi kolagen tipe I

III VI dan X yang berlebihan dan sintesis proteoglikan yang pendek Hal

tersebut menyebabkan terjadi perubahan pada diameter dan orientasi dari serat

kolagen yang mengubah biomekanik dari tulang rawan sehingga tulang rawan

sendi kehilangan sifat kompresibilitasnya yang unik9

Selain kondrosit sinoviosit juga berperan pada patogenesis OA

terutama setelah terjadi sinovitis yang menyebabkan nyeri dan perasaan tidak

nyaman Sinoviosit yang mengalami peradangan akan menghasilkan Matrix

Metalloproteinases (MMPs) dan berbagai sitokin yang akan dilepaskan ke

dalam rongga sendi dan merusak matriks rawan sendi serta mengaktifkan

kondrosit Pada akhirnya tulang subkondral juga akan ikut berperan dimana

osteoblas akan terangsang dan menghasilkan enzim proteolitik 910

Agrekanase merupakan enzim yang akan memecah proteoglikan di

dalam matriks rawan sendi yang disebut agrekan Ada dua tipe agrekanase

yaitu agrekanase 1 (ADAMTs-4) dan agrekanase 2 (ADAMTs-11) MMPs

diproduksi oleh kondrosit kemudian diaktifkan melalui kaskade yang

melibatkan proteinase serin (aktivator plasminogen plamsinogen plasmin)

radikal bebas dan beberapa MMPs tipe membran Kaskade enzimatik ini

dikontrol oleh berbagai inhibitor termasuk TIMPs dan inhibitor aktifator

plasminogen Enzim lain yang turut berperan merusak kolagen tipe II dan

proteoglikan adalah katepsin yang bekerja pada pH rendah termasuk

proteinase aspartat (katepsin D) dan proteinase sistein (katepsin B H K L

dan S) yang disimpam di dalam lisosom kondrosit Hialuronidase tidak

terdapat di dalam rawan sendi tetapi glikosidase lain turut berperan merusak

proteoglikan10

19

Berbagai sitokin turut berperan merangsang kondrosit dalam

menghasilkan enzim perusak rawan sendi Sitokin-sitokin pro-inflamasi akan

melekat pada reseptor di permukaan kondrosit dan sinoviosit dan

menyebabkan transkripsi gene MMP sehingga produksi enzim tersebut

meningkat Sitokin yang terpenting adalah IL-1 selain sebagai sitokin

pengatur (IL-6 IL-8 LIFI) dan sitokin inhibitor (IL-4 IL-10 IL-13 dan IFN-

γ) Sitokin inhibitor ini bersama IL-Ira dapat menghambat sekresi berbagai

MMPs dan meningkatkan sekresi TIMPs Selain itu IL-4 dan IL-13 juga

dapat melawan efek metabolik IL-1 IL-1 juga berperan menurunkan sintesis

kolagen tipe II dan IX dan meningkatkan sintesis kolagen tipe I dan III

sehingga menghasilkan matriks rawan sendi yang berkualitas buruk 910

IV Klasifikasi Osteoartritis

OA dapat terjadi secara primer (idiopatik) maupun sekunder seperti

yang tercantum di bawah ini 19

IDIOPATIK SEKUNDER

20

SetempatTangan- nodus Heberden dan Bouchard (nodal)- artritis erosif interfalang- karpal-metakarpal IKaki - haluks valgus- haluks rigidus- jari kontraktur (hammercock-up toes)- talonavikulareCoxae- eksentrik (superior)- konsentrik (aksial medial)- difus (koksa senilis)Vertebra- sendi apofiseal- sendi intervertebral- spondilosis (osteofit)- ligamentum (hiperostosis penyakit Forestier diffuse idiopathic skeletal hyperostosis=DISH)Tempat lainnya- glenohumeral- akromioklavikular- tibiotalar- sakroiliaka- temporomandibularMenyeluruhMeliputi 3 atau lebih daerah yang tersebut diatas (Kellgren-Moore)

Traumaminus akutminus kronik (okupasional port)Kongenital atau developmentalGangguan setempatminus Penyakit Leg-Calve-Perthesminus Dislokasi koksa kongenitalminus Slipped epiphysisFaktor mekanikminus Panjang tungkai tidak samaminus Deformitas valgus varusminus Sindroma hipermobilitasMetabolikminus Okronosis (alkaptonuria)minus Hemokromatosisminus Penyakit Wilsonminus Penyakit GaucherEndokrinminus Akromegaliminus Hiperparatiroidismeminus Diabetes melitusminus Obesitasminus HipotiroidismePenyakit Deposit Kalsiumminus Deposit kalsium pirofosfat dihidratminus Artropati hidroksiapatitPenyakit Tulang dan Sendi lainnya Setempatminus FrakturminusNekrosis avaskular

Tabel 21 Osteoartritis Idiopatik dan Sekunder

V Manifestasi Klinis 15

1 Nyeri sendi

Terutama bila sendi bergerak atau menanggung beban yang akan

berkurang bila penderita beristirahat

21

2 Kaku pada pagi hari (morning stiffness)

Kekakuan pada sendi yang terserang terjadi setelah imobilisasi yang

cukup lama (gel phenomenon) bahkan sering disebutkan kaku muncul

pada pagi hari setelah bangun tidur (morning stiffness)

3 Hambatan pergerakan sendi

Hambatan pergerakan sendi ini bersifat progresif lambat bertambah

berat secara perlahan sejalan dengan bertambahnya nyeri pada sendi

4 Krepitasi

Rasa gemeretak (seringkali sampai terdengar) yang terjadi pada sendi

yang sakit

5 Perubahan bentuk sendi

Sendi yang mengalami osteoarthritis biasanya mengalami perubahan

berupa perubahan bentuk dan penyempitan pada celah sendi

6 Perubahan gaya berjalan

Hal yang paling meresahkan pasien adalah perubahan gaya berjalan

hampir semua pasien osteoarthritis pada pergelangan kaki lutut dan

panggul mengalami perubahan gaya berjalan (pincang)

VI Faktor Risiko Osteoartritis Lutut (Genu)

Secara garis besar terdapat dua pembagian faktor risiko OA lutut yaitu

faktor predisposisi dan faktor biomekanis

1 Faktor Predisposisi

a Faktor Demografi

1) Umur

Dari semua faktor risiko untuk timbulnya osteoartritis faktor

ketuaan adalah yang terkuat Proses penuaan dianggap sebagai

penyebab peningkatan kelemahan di sekitar sendi penurunan

kelenturan sendi kalsifikasi tulang rawan dan menurunkan

fungsi kondrosit yang semuanya mendukung terjadinya OA

Studi Framingham menunjukkan bahwa 27 orang berusia 63 ndash

22

70 tahun memiliki bukti radiografik menderita OA lutut yang

meningkat mencapai 40 pada usia 80 tahun atau lebih7

2) Jenis kelamin

Prevalensi OA pada laki-laki sebelum usia 50 tahun lebih tinggi

dibandingkan perempuan tetapi setelah usia lebih dari 50 tahun

prevalensi perempuan lebih tinggi menderita OA dibandingkan

laki-laki Hal ini dikaitkan dengan pengurangan hormon

estrogen yang signifikan pada wanita8

3) Ras Etnis

Prevalensi OA lutut pada penderita di negara Eropa dan

Amerika tidak berbeda sedangkan suatu penelitian

membuktikan bahwa ras Afrika ndash Amerika memiliki risiko

menderita OA lutut 2 kali lebih besar dibandingkan ras

Kaukasia Penduduk Asia juga memiliki risiko menderita OA

lutut lebih tinggi dibandingkan Kaukasia1011 Suatu studi lain

menyimpulkan bahwa populasi kulit berwarna lebih banyak

terserang OA dibandingkan kulit putih9

b Faktor Genetik

Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoartritis Adanya

mutasi dalam gen prokolagen atau gen-gen struktural lain untuk

unsur-unsur tulang rawan sendi seperti kolagen proteoglikan

berperan dalam timbulnya kecenderungan familial pada

osteoartritis10

c Faktor Gaya Hidup

1) Kebiasaan Merokok

Merokok dapat merusak sel dan menghambat proliferasi sel

tulang rawan sendi

Merokok dapat meningkatkan tekanan oksidan yang

mempengaruhi hilangnya tulang rawan

23

Merokok dapat meningkatkan kandungan karbonmonoksida

dalam darah menyebabkan jaringan kekurangan oksigen

dan dapat menghambat pembentukan tulang rawan12

2) Konsumsi Vitamin D

Orang yang tidak biasa mengkonsumsi makanan yang

mengandung vitamin D memiliki peningkatan risiko 3 kali lipat

menderita OA lutut13

d Faktor Metabolik

1) Obesitas

Berat badan yang berlebih ternyata dapat meningkatkan tekanan

mekanik pada sendi penahan beban tubuh dan lebih sering

menyebabkan osteoartritis lutut7

2) Osteoporosis

Hubungan antara OA lutut dan osteoporosis mendukung teori

bahwa gerakan mekanis yang abnormal tulang akan

mempercepat kerusakan tulang rawan sendi10

3) Penyakit Lain

OA lutut terbukti berhubungan dengan diabetes mellitus

hipertensi dan hiperurikemi dengan catatan pasien tidak

mengalami obesitas10

4) Histerktomi

Hal ini diduga berkaitan dengan pengurangan produksi hormon

estrogen setelah dilakukan pengangkatan rahim 10

5) Manisektomi

Menisektomi merupakan operasi yang dilakukan di daerah lutut

dan telah diidentifikasi sebagai faktor risiko penting bagi OA

lutut Hal ini berkaitan dengan hilangnya jaringan meniscus14

2 Faktor Biomekanis

a Riwayat Trauma Lutut

24

Trauma lutut yang akut termasuk robekan pada ligamentum

krusiatum dan meniskus merupakan faktor risiko timbulnya OA

lutut9

b Kelainan Anatomis

Faktor risiko timbulnya OA lutut antara lain kelainan lokal pada

sendi lutut seperti genu varum genu valgus Legg ndash Calve ndashPerthes

disease dan displasia asetabulum10

c Pekerjaan

Osteoartritis banyak ditemukan pada pekerja fisik berat terutama

yang banyak menggunakan kekuatan yang bertumpu pada lutut

(petani kuli dll)9

d Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik berat seperti berdiri lama (2 jam atau lebih setiap

hari) berjalan jarak jauh (2 jam atau lebih setiap hari) mengangkat

barang berat (10 kg ndash 50 kg selama 10 kali atau lebih setiap

minggu) mendorong objek yang berat (10 kg ndash 50 kg selama 10

kali atau lebih setiap minggu) naik turun tangga setiap hari

merupakan faktor risiko OA lutut 9

e Kebiasaan Olahraga

Atlit olah raga benturan keras dan membebani lutut seperti sepak

bola lari maraton dan kung fu memiliki risiko meningkat untuk

menderita OA lutut10

VII Kriteria Diagnosis Osteoartritis Lutut (Genu)

25

Kriteria diagnosis OA lutut menggunakan kriteria klasifikasi American

College of Rheumatology seperti tercantum pada tabel berikut ini 16

Tabel 22 Kriteria Klasifikasi Osteoartritis Lutut

Derajat osteoartritis lutut dinilai menjadi lima derajat oleh Kellgren dan

Lawrence yaitu 17

- Derajat 0 tidak ada gambaran osteoartritis

- Derajat 1 osteoartritis meragukan dengan gambaran sendi normal tetapi

terdapat osteofit minimal

- Derajat 2 osteoartritis minimal dengan osteofit pada 2 tempat tidak terdapat

sklerosis dan kista subkondral serta celah sendi baik

- Derajat 3 osteoartritis moderat dengan osteofit moderat deformitas ujung

tulang dan celah sendi sempit

- Derajat 4 osteoartritis berat dengan osteofit besar deformitas ujung tulang

celah sendi hilang serta adanyasklerosis dan kista subkondral

26

VIIIPenatalaksanaan Osteoarthritis

Tujuan penatalaksanaan pasien dengan osteoarthritis adalah18

1 Meredakan nyeri

2 Mengoptimalkan fungsi sendi

3 Mengurangi ketergantungan kepada orang lain dan meningkatkan

kualitas hidup

4 Menghambat progresivitas penyakit

5 Mencegah terjadinya komplikasi

Pilar terapi pada pasien dengan osteoarthritis yaitu

Nonfarmakologis

1 Modifikasi pola hidup

2 Edukasi

3 Istirahat teratur yang bertujuan mengurangi penggunaan beban pada

sendi

4 Modifikasi aktivitas

5 Menurunkan berat badan

6 Rehabilitasi medik fisioterapi

a Latihan statis dan memperkuat otot-otot

b Fisioterapi yang berguna untuk mengurangi nyeri menguatkan otot

dan menambah luas pergerakan sendi

7 Penggunaan alat bantu

Farmakologis

1 Sistemik

a Analgetik

Non narkotik parasetamol

Opioid (kodein tramadol)

b Antiinflamasi nonsteroid (NSAIDs)

Oral

Injeksi

Suppositoria

27

c DMOADs (disease modifying OA drugs)

Diantara nutraceutical yang saat ini tersedia di Indonesia adalah

Glucosamine sulfate dan Chondroitine sulfate

2 Topikal

a Krim rubefacients dan capsaicin

Beberapa sediaan telah tersedia di Indonesia dengan cara kerja pada

umumnya bersifat counter irritant

b Krim NSAIDs

Beberapa yang dapat digunakan adalah gel piroxicam dan sodium

diklofenak

3 Injeksi intraartikularintra lesi

Pada dasarnya ada 2 indikasi suntikan intra artikular yakni penanganan

simtomatik dengan steroid dan viskosuplementasi dengan hyaluronan

untuk modifikasi perjalanan penyakit Beberapa preparat injeksi

intraartikular diantaranya

a Steroid ( triamsinolone hexacetonide dan methyl prednisolone )

Hanya diberikan jika ada satu atau dua sendi yang mengalami

nyeri dan inflamasi yang kurang responsif terhadap pemberian

NSAIDs tak dapat mentolerir NSAIDs atau ada komorbiditas yang

merupakan kontra indikasi terhadap pemberian NSAIDs

Dosis untuk sendi besar seperti lutut 40-50 mginjeksi

sedangkan untuk sendi-sendi kecil biasanya digunakan dosis 10 mg

b Hyaluronan high molecular weight dan low molecular weight

Diberikan berturut-turut 5 sampai 6 kali dengan interval satu

minggu masing-masing 2 sampai 25 ml Hyaluronan Sediaan di

Indonesia diantaranya adalah Hyalgan dan Osflex

4 Pembedahan

Sebelum diputuskan untuk terapi pembedahan harus dipertimbangkan

terlebih dahulu risiko dan keuntungannya Pertimbangan dilakukan

tindakan operatif bila

28

a Deformitas menimbulkan gangguan mobilisasi

b Nyeri yang tidak dapat teratasi dengan penganan medikamentosa

dan rehabilitatif

Ada 2 tipe terapi pembedahan Realignment osteotomi dan replacement

joint

Macam-macam operasi sendi lutut untuk osteoarthritis

a Partial replacementunicompartemental

b High tibial osteotomy orang muda

c Patella amp condyle resurfacing

d Minimally constrained total replacement stabilitas sendi dilakukan

sebagian oleh ligament asli dan sebagian oleh sendi buatan

e Cinstrained joint fixed hinges dipakai bila ada tulang hilang dan

severe instability

f Total knee replacement apabila didapatkan nyeri deformitas

instability akibat dari rheumatoid atau osteoarthritis

29

Gambar 21 Piramida Penatalaksanaan Osteoartritis

BAB III

DISKUSI DAN PEMBAHASAN

OA adalah penyakit degenerasi kartilago artikuler yang berlangsung secara

perlahan dan ditandai dengan nyeri sendi kekakuan dan keterbatasan gerak yang

berkembang secara progresif Tanda-tanda tersebut ditemukan pada penderita ini

Berdasarkan etiologinya OA diklasifikasikan menjadi dua yaitu OA

primer dan OA sekunder OA primer disebut juga OA idiopatik yaitu OA yang

kausanya tidak diketahui dan tidak ada hubungannya dengan penyakit sistemik

maupun proses perubahan lokal pada sendi OA sekunder adalah OA yang

didasari oleh adanya kelainan endokrin trauma inflamasi metabolik

pertumbuhan herediter jejas mikro dan makro serta imobilisasi yang terlalu lama

faktor mekanik penyakit deposit kalsium penyakit tulang dan sendi lainnya serta

neuropatik endemik Beberapa faktor risiko yang diketahui berhubungan dengan

penyakit OA diantaranya faktor risiko umum yang penting seperti kegemukan

faktor genetik dan jenis kelamin serta beberapa faktor risiko lain seperti usia lebih

dari 40 tahun suku bangsa cedera sendi pekerjaan olahraga kelainan

pertumbuhan kepadatan tulang dan lain-lain Pada penderita ini berdasarkan

30

anamnesis riwayat sosialnya penderita adalah seorang wanita berusia 75 tahun

yang meskipun tidak melakukan pekerjaan yang berat tetapi dirinya tetap

menjalankan pekerjaan rumah tangga (sebelum sakit) yang notabene banyak

menggunakan sendi lutut Selain itu dari pemeriksaan fisik penderita ini juga

mengalami kegemukan Kondisi-kondisi pada penderita ini merupakan faktor

risiko sekunder terjadinya OA Jadi dapat disimpulkan bahwa penyebab OA pada

penderita ini bukan termasuk faktor risiko OA primer

Penderita datang dengan keluhan nyeri pada kedua sendi lutut sejak plusmn 1

tahun SMRS dan puncaknya 2 hari SMRS dimana penderita sudah tidak bisa

berjalan lagi Nyeri sendi merupakan keluhan yang umum terjadi pada penyakit

reumatik seperti artritis gout OA keganasan reumatik septik dan lain

sebagainya Pada penderita ini nyeri terlokalisir pada lutut tanpa adanya nyeri

pada sendi yang lain nyeri bertambah saat melakukan gerakan (seperti berjalan)

dan berkurang apabila beristirahat Tidak ada demam Nyeri tidak menetap

sepanjang hari Nyeri seperti ini biasanya ditemukan pada OA

Penderita juga mengeluh kaku sendi Kaku sendi dirasakan penderita pada

pagi hari Keadaan ini biasanya disebabkan oleh desakan cairan yang berada di

sekitar jaringan yang mengalami inflamasi (kapsul sendi sinovial atau bursa)

Kaku sendi makin nyata pada pagi hari atau setelah istirahat Setelah digerak-

gerakkan cairan akan menyebar dari jaringan yang mengalami inflamasi sehingga

penderita merasa terlepas dari ikatan dan bisa menggerakkan sendinya kembali

Lama kaku sendi pada OA adalah kurang dari 30 menit sedangkan pada AR

minimal satu jam Pada penderita ini kaku sendi juga dirasakan pada pagi hari

selama plusmn 20-30 menit dan menghilang dengan sendirinya bila penderita

menggerakkan kakinya dengan beraktivitas seperti biasa Hal ini sesuai untuk

mendukung keluhan pada penderita OA

Penderita juga mengalami bengkak pada kedua lutut Bengkak dirasakan

oleh penderita sejak 6 bulan SMRS Sendi yang membengkak bisa disebabkan

oleh penonjolan tulang sinovitis efusi dan karena adanya osteofit yang dapat

mengubah permukaan sendi Pada penderita ditemukan osteofit pada pemeriksaan

rontgent

31

29

Pemeriksaan fisik lokalis pada kedua sendi lutut didapatkan pada

inspeksi didapatkan pembesaran bengkak pada kedua sendi lutut dengan tidak

ada perubahan warna kulit Palpasi pada kedua sendi lutut didapatkan nyeri tekan

dan pada perabaan dirasakan hangat Pemeriksaan gerak sendi didapat

keterbatasan gerak fleksi yaitu hanya dapat mengerakkan lutut sebesar 60deg

Hambatan gerak terutama disebabkan oleh adanya remodelling osteofit penebalan

kapsul dan juga adanya efusi Pada auskultasi sendi lutut penderita ditemukan

adanya krepitasi dimana terdengar suara gemeretak ldquokretek-kretekrdquo seperti suara

krupuk yang diremukkan Gejala ini mungkin disebabkan karena gesekan kedua

permukaan tulang sendi yang irregular pada saat sendi digerakkan ataupun secara

pasif dimanipulasi

Pemeriksaan radiologis pada penderita ini didapatkan adanya gambaran

berupa penyempitan sendi dan osteofit pada pinggir sendi Menipisnya rawan

sendi diawali dengan retak dan terbelahnya permukaan sendi di beberapa tempat

yang kemudian menyatu dan disebut sebagai fibrilasi Di lain pihak pada tulang

akan terjadi pula perubahan sebagai reaksi tubuh untuk memperbaiki kerusakan

Perubahan itu adalah penebalan tulang subkondral dan pembentukan osteofit

marginal disusul kemudian dengan perubahan komposisi molekular dan struktur

tulang Penipisan kartilago sendi akibat proses degeneratif memberi gambaran

penyempitan celah sendi yang tidak simetris pada foto polos radiologi Fungsi

kartilago sendi berkurang bahkan menghilang mengakibatkan beban stres di

daerah subkhondral bertambah Beberapa subkhondral tersebut dapat diamati pada

poto polos radiologi berupa pembentukan osteofit sklerotik subkhondral maupun

pembentukan kista subkhondral Pada penderita ini ditemukan adanya

pembentukan osteofit pada condylus lateralis dan medialis os tibio femoralis

Pada OA anamnesa (gejala klinis) pemeriksaan fisik dan pemeriksaan

radiologi sudah dapat menunjang penegakan diagnosis Hasil pemeriksaan

laboratorium pada OA biasanya tidak banyak berguna Darah tepi (Hb Leukosit

dan LED) dalam batas normal kecuali OA generalisata yang harus dibedakan

dengan arthritis peradangan Pada OA yang disertai peradangan mungkin

didapatkan penurunan viskositas pleositosis sedang hingga ringan serta

32

peningkatan ringan sel radang (lt8000m) gt1 Pada penderita ini dilakukan

pemeriksaan laboratorium darah lengkap kimia darah dan urin lengkap karena

pemeriksaan tersebut merupakan pemeriksaan rutin Dari hasil pemeriksaan

laboratorium pada penderita ini tidak ditemukan adanya kelainan

Diagnosis OA sudah bisa ditegakkan secara klinis dengan memakai

kriteria OA yang dibuat oleh Subcommittee American College of Rheumatology

(ACR) Kriteria OA lutut secara klinis laboratorium dan radiologis adalah adanya

nyeri lutut osteofit dan salah satu dari tanda berikut yaitu usia lebih dari 50

tahun kaku sendi kurang dari 30 menit atau adanya krepitus Pada penderita ini

wanita berusia 75 tahun ditemukan memiliki keluhan nyeri kedua sendi lutut

terdapat kaku sendi selama 20-30 menit terdapat krepitus dan pada pemeriksaan

radiologi ditemukan adanya osteofit

Pengelolaan penderita dengan OA bertujuan untuk menghilangkan

keluhan mengoptimalkan fungsi sendi mengurangi ketergantungan dan

meningkatkan kualitas hidup menghambat progresivitas penyakit dan mencegah

komplikasi Pilar terapi OA non farmakologis (edukasi terapi fisik

dietpenurunan berat badan) farmakologis (analgetik kortikosteroid lokal

sistemik kondroprotektif dan biologik) dan pembedahan

Edukasi sangat penting bagi semua pasien OA Dua hal yang menjadi

tujuan edukasi adalah bagaimana mengatasi nyeri dan disabilitas Pemberian

edukasi pada penderita ini sangat penting karena dengan edukasi diharapkan

pengetahuan penderita mengenai penyakit OA menjadi meningkat dan pengobatan

menjadi lebih mudah serta dapat diajak bersama-sama untuk mencegah kerusakan

organ sendi lebih lanjut Edukasi yang diberikan pada penderita ini yaitu

memberikan pengertian bahwa OA adalah penyakit yang kronik sehingga perlu

dipahami bahwa mungkin dalam derajat tertentu akan tetap ada rasa nyeri kaku

dan keterbatasan gerak serta fungsi Selain itu agar rasa nyeri dapat berkurang

maka penderita hendaknya mengurangi aktivitaspekerjaannya sehingga tidak

terlalu banyak menggunakan sendi lutut dan lebih banyak beristirahat Penderita

juga disarankan untuk kembali kontrol sehingga dapat diketahui apakah

33

penyakitnya sudah membaik atau ternyata ada efek samping akibat obat yang

diberikan

Terapi fisik bertujuan untuk melatih penderita agar persendiannya tetap

dapat dipakai dan melatih penderita untuk melindungi sendi yang sakit Pada

penderita ini dianjurkan untuk berolah raga tapi olah raga yang memperberat

sendi sebaiknya dihindari seperti lari atau joging Hal ini dikarenakan dapat

menambah inflamasi meningkatkan tekanan intraartikular bila ada efusi sendi dan

bahkan bisa menyebabkan robekan kapsul sendi Untuk mencegah risiko

terjadinya kecacatan pada sendi sebaiknya dilakukan olah raga peregangan otot

seperti mQuadrisep femoris dengan peregangan otot diharapkan dapat membantu

dalam peningkatan fungsi sendi secara keseluruhan dan mengurangi nyeri Pada

penderita ini disarankan untuk senam lantai 3 kali seminggu dimana pasien

mengambil posisi terlentang sambil meregangkan lututnya dengan cara

mengangkat kaki dan secara perlahan menekuk dan meluruskan lututnya Olah

raga ini sangat mudah dilakukan apalagi mengingat usia penderita yang sudah

mencapai 75 tahun

Diet bertujuan untuk menurunkan berat badan pada penderita OA yang

gemuk Hal ini sebaiknya menjadi program utama pengobatan OA Penurunan

berat badan seringkali dapat mengurangi keluhan dan peradangan Selain itu

obesitas juga dapat meningkatkan risiko progresifitas dari OA Pada penderita ini

disarankan untuk mengurangi berat badan dengan mengatur diet rendah kalori

sampai mungkin mendekati berat badan ideal Dimana prinsipnya adalah

mengurangi kalori yang masuk dibawah energi yang dibutuhkan Penurunan

energi intake yang aman dianjurkan pemberian defisit energi antara 500-1000

kalori perhari sehingga diharapkan akan terjadi pembakaran lemak tubuh dan

penurunan berat badan 05 ndash 1 kg per minggu Biasanya intake energi diberikan

1200-1300 kal per hari dan paling rendah 800 kal per hari Formula yang dapat

digunakan untuk kebutuhan energi berdasarkan berat badan adalah 22kalkgBB

aktualhari dengan cara ini didapatkan defisit energi 1000 kalhari Pada penderita

ini dianjurkan untuk diet 1400 kal perhari agar mencapai BB idealnya yakni

setidaknya mencapai 55 kg Namun cara ini juga memerlukan kehati ndash hatian

34

dikarenakan usia penderita dan daya tahan tubuhnya yang memang sudah tidak

mendukung untuk melakukan usaha diit

Terapi farmakologis pada penderita OA biasanya bersifat simptomatis

Pada tahap awal dapat dicoba analgetik sederhana seperti asetaminofen atau

salisilat Bila tidak ada perbaikan dapat diberikan obat anti inflamasi non steroid

Untuk mengurangi keluhan nyeri pada penderita ini telah diberikan pengobatan

langsung dengan obat anti inflamasi non steroid seperti Na-diklofenak dengan

dosis 3times50 mg tanpa menggunakan obat lini pertama Hal ini dikarenakan keluhan

pada penderita ini sudah cukup berat ditambah pula adanya bengkak dan rasa

hangat di lutut yang tidak hilang dengan obat analgetik sederhana ( seperti yang

biasa dikonsumsi penderita) Na-diklofenak merupakan obat golongan OAINS

COX-1 inhibitor yang non-selektif dimana obat ini diberikan pada penderita

karena tidak terdapat riwayat pernah menderita gangguan gastrointestinal Namun

mengingat usia penderita yang memang sudah lanjut maka penderita juga

diberikan obat pelapis lambung untuk menjaga kondisi saluran pencernaannya Di

sini penderita diberikan obat golongan PPI (Omeprazole 2 x 20 mg) Setelah

dievaluasi beberapa hari ternyata keluhan nyeri dan bengkak pada penderita tidak

kunjung ada perubahan maka ditambahkan pula obat steroid injeksi dimana

pilihannya adalah InjTriamcinolon 1 Amp24 jam (Inj Flamicort) Selain itu

pasien juga dikonsulkan ke spesialis rehabilitasi medis untuk dilakukan

fisioterapi

Terapi pembedahan Terapi ini diberikan apabila terapi farmakologis dan

rehabilitasi tidak berhasil untuk mengurangi rasa sakit dan juga untuk melakukan

koreksi apabila terjadi deformitas yang menimbulkan gangguan mobilisasi sendi

yang mengganggu aktifitas sehari-hari Pada penderita ini tidak sampai dilakukan

terapi pembedahan

35

DAFTAR PUSTAKA

1 Soeroso J Isbagio H Kalim H Broto R Pramudiyo R Osteoartritis In

Sudoyo AW Setiyohadi B Alwi I Simadibrata M Setiati S editors Buku

Ajar Ilmu Penyakit Dalam 4th ed Jakarta Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit

Dalam Fakultas Kedokteran Indonesia 2006 p 1195-201

2 Osteoarthritis Wikipedia The Free Encyclopedia [serial on the internet]

2009 [cited 2009 Sep 1] Available from

httpenwikipediaorgwikiOsteoarthritis

3 Reginster JY The Prevalence and Burden of Osteoarthritis Rheumatology

2002 41 (suppl 1) 3 ndash 6

4 Wibowo Dhidik Tri Kurniawan Yusuf Latifah Tati Gunadi Rachmat

Perancangan dan Implementasi Sistem Bantu Diagnosis Penyakit

Osteoartritis dan Reumatoid Artritis Melalui Deteksi Penyempitan Celah

Sendi pada Citra X-Ray Tangan dan Lutut Dalam Temu Ilmiah

Reumatologi Jakarta 2003 168 ndash 172

5 Konggres Nasional Ikatan Reumatologi Indonesia VI httppemda-

diygoidberita 2005 102140

36

6 Arthritis Research Campaign 2000 Available at

httpwwwarcorgukabout_arthastatshtm

7 Felson DT Zhang Y Hannan MT et al The Incidence and Natural

History of Knee Osteoarthritis in the Elderly The Framingham

Osteoarthritis Study Arthritis Rheumatology 1995 38 1500 ndash 1505

8 Felson DT Zhang Y An Update on the Epidemiology of Knee and Hip

Osteoarthritis with a View to Prevention Arthritis Rheumatology 1998

41 1343 ndash 1355

9 Setiyohadi Bambang Osteoartritis Selayang Pandang Dalam Temu Ilmiah

Reumatologi Jakarta 2003 27 ndash 31

10 Klippel John H Dieppe Paul A Brooks Peter et al Osteoarthritis In

Rheumatology United Kingdom Mosby ndash Year Book Europe Limited

1994 21 ndash 106

11 Abbate L Renner JB Stevens J et al Do Body Composition and Body Fat

Distribution Explain Ethnic Differences in Radiographic Knee

Osteoarthritis Outcomes in African -American and Caucasian Women The

North American Association for the Study of Obesity 2006 14 1274 ndash

1281

12 Amin Niu Jingbo Hunter David et al Smoking Worsens Knee

Osteoarthritis News Center Oklahoma City Oklahoma USA 2006 1 ndash 4

13 McAlindon Timothy E Felson David T Zhang Yuqing et al Relation of

Dietary Intake and Serum Levels of Vitamin D to Progression of

Osteoarthritis of the Knee Among Participants in the Framingham Study

14 Englund M and Lohmander LS Patellofemoral Osteoarthritis Coexistent

with Tibiofemoral Osteoarthritis in a Meniscectomy Population Annals of

the Rheumatic Diseases 2005 64 1721 ndash 1726

15 Carter MA Osteoartritis In Price SA Wilson LM Patofisiologi konsep

klinis proses-proses penyakit 6th ed Jakarta EGC 2006 p 1380-4

16 Altman RD Criteria for the Classification of Osteoarthritis Journal of

Rheumatology 1991 27 (suppl) 10 ndash 12

37

17 Milne AD Evans NA Stanish WD Nonoperative Management of Knee

Osteoarthritis In Hartono IM Studi komparasi antara WOMAC index

dengan Kellgren-Lawrence grading system pada penderita osteoarthritis

genu [PPDS1 thesis] Semarang Medical Faculty Diponegoro University

2007 p 12

18 Haq I Murphy E Dacre J Osteoarthritis Review Postgrad Med J 2003

79 377 ndash 383

19 Anonim [1986] Criteria for classification of idiopathic osteoarthtritis (OA)

of the knee American College of Rheumatology [serial on the internet]

2010 [cited 2010 Jan 20] Available from

httpwwwrheumatologyorgpublicationsclassificationoakneeasp

aud=mem

38

  • BAB I
  • ILUSTRASI KASUS
  • 1 Pemeriksaan EKG
  • X ndash Ray Pelvis AP
  • BAB III
  • DISKUSI DAN PEMBAHASAN
Page 5: laporan kasus osteoartritis

5 Pemeriksaan fisik

a Kepala

Bentuk mesocephal rambut warna hitam sebagian beruban mudah

rontok (-) tidak mudah dicabut (+) luka (-)

1) Wajah

Simetris eritema (-) ruam muka (-) luka (-)

2) Mata

Konjungtiva palpebra anemis (--) sklera ikterik (--) oedem

palpebra (--) sianosis (-) pupil isokor (3mm 3mm) reflek

cahaya directindirect (++) perdarahan subkonjungtiva (--)

3) Telinga

Sekret (-) darah (-) nyeri tekan mastoid (-) gangguan fungsi

pendengaran (-)

4) Hidung

Deviasi septum nasi (-) epistaksis (-) nafas cuping hidung (-)

sekret (-) fungsi pembau baik foetor ex nasal (-)

5) Mulut

Sianosis (-) gusi berdarah (-) kering (-) stomatitis (-) pucat(-)

lidah tifoid (-) papil lidah atropi (-) luka pada sudut bibir (-)

b Leher

Leher simetris retraksi suprasternal (-) deviasi trachea (-) JVP R0

pembesaran kelenjar limfe (-) pembesaran kelenjar tiroid (-)

c Thorax

Bentuk normochest simetris retraksi intercostalis (-) pernafasan

thorakoabdominal sela iga melebar (-) jejas (-)

Jantung

1) Inspeksi Iktus kordis tidak tampak

2) Palpasi Iktus kordis tidak kuat angkat

5

3) Perkusi

Batas jantung

Kiri atas SIC II linea parasternalis sinistra

Kiri bawah SIC V 2 cm medial linea midclavicularis

sinistra

Kanan atas SIC II linea parasternalis dextra

Kanan bawah SIC IV linea parasternalis dextra

Pinggang jantung SIC II-III parasternalis sinistra

Konfigurasi jantung kesan tidak melebar

4) Auskultasi Bunyi jantung I-II murni intensitas reguler bising

(-) gallop (-)

Paru - Paru

1) Inspeksi

Normochest sela iga tidak melebar gerakan pernafasan simetris

kanan kiri retraksi intercostae (-)

2) Palpasi

Ketinggalan gerak

Depan Belakang

- - - -

- - - -

- - - -

Fremitus

Depan Belakang

N N N N

N N N N

N N N N

6

3) Perkusi

Depan Belakang

Sonor Sonor Sonor Sonor

Sonor Sonor Sonor Sonor

Sonor Sonor Sonor Sonor

4) Auskultasi

Suara dasar vesikuler

Depan Belakang

+ + + +

+ + + +

+ + + +

Suara tambahan wheezing (--) ronkhi (--)

d Abdomen

1) Inspeksi

Dinding perut sejajar dinding dada distended (-) umbilikus

tampak dan tidak ada inflamasi kaput medusa (-) venektasi (-)

sikatrik bekas operasi (-)

2) Auskultasi

Peristaltik (+) normal

3) Perkusi

Timpani (+) ascites (-) shifting dullnes (-)

4) Palpasi

Supel nyeri tekan epigastrium (-) lien dan hepar tidak teraba

membesar ginjal tidak teraba nyeri ketok costovertebrae (-)

defans muskular (-)

7

e Ekstremitas

1) Ekstremitas superior

Dekstra

Pergerakan motorik dalam batas normal tanda-tanda inflamasi

(-) oedem (-) eritem (-) CRT lt 3 detik clubbing finger (-)

kuku nekrosis (-) akral hangat (+) deformitas (-)

Sinistra

Pergerakan motorik dalam batas normal tanda-tanda inflamasi

(-) oedem (-) eritem (-) CRT lt 3 detik clubbing finger (-)

kuku nekrosis (-) akral hangat (+) deformitas (-)

2) Ekstremitas inferior

Dekstra

Pergerakan motorik sendi lutut terbatas (+) tanda-tanda

inflamasi sendi lutut (+) oedem sendi lutut (+) deformitas

sendi lutut (+) krepitasi sendi lutut (+) nyeri gerak dan

tekan (+) hiperemi (-) kuku nekrosis (-) akral hangat (+)

Sinistra

Pergerakan motorik sendi lutut terbatas (+) tanda-tanda

inflamasi sendi lutut (+) oedem sendi lutut (+) deformitas

sendi lutut (+) krepitasi sendi lutut (+) nyeri gerak dan

tekan(+) hiperemi (-) kuku nekrosis (-) akral hangat (+)

8

Genu Dekstra Genu Sinistra

IV PEMERIKSAAN PENUNJANG

1 Pemeriksaan EKG

a Frekuensi 87xmenit saat pertama kali masuk RS ritme reguler

b Jenis irama Sinus

c Zona transisi V6

d Aksis Lead II (+) aVL (+)

e Morfologi gelombang

1) Gelombang P selalu diikuti gelombang QRS dan T

2) Interval PR 012 detik

3) Gelombang QRS 010 detik

4) Elevasi ST (-)

5) Depresi ST (-)

6) Gelombang T inverted di Lead II III aVF dan V1 ndash V3

9

2 Laboratorium Darah dan Urin (tanggal 2 dan 3 Februari 2014)

Keterangan 02022014 03022014 SatuanNilai

RujukanHematologi rutinHemoglobin 118 - gdl 115-16

Hematokrit 369 - 35-49

Leukosit 83 - 10sup3microl 40-11Trombosit 297 - 10sup3microl 150-440Eritrosit 505 - 10⁶microl 38-52

Indeks eritrosit

MCV 731 - fl 82-95MCH 233 - pg 27-31MCHC 319 - gdl 32-36RDW 185 - 116-148

Hitung jenis

Granulosit 732 (H) - 50-70Limfosit 170 (L) - 20-40Monosit 98 (H) - 2-8

Kimia Ginjal

Ureum - 16 mgdL 10-45Creatinin - 073 mgdL 05-11

Asam Urat - 60 mgdL 24-60

GDS 199 - mgdL lt 200

Kimia Profil Lipid

Kolesterol Total - 199 mgdL lt200HDL Kolesterol - 35 (L) mgdL gt40LDL Kolesterol - 1348 (H) mgdL lt 130Trigliserid - 146 mgdL 35-160

URIN RUTIN 03022014 Satuan Nilai Rujukan

10

MAKROSKOPIS

Warna Kuning Kuning muda - kuning

Kekeruhan Jernih Jernih

KIMIA URINE

pH Reaksi 60 46 ndash 85Berat jenis 1015 1003 ndash 1030Protein Negatif mgdL NegatifReduksi Negatif mgdL NegatifLeukosit Esterase Negatif microL NegatifBilirubin Negatif mgdL NegatifUrobilinogen Normal mgdL NormalNitrit Negatif mgdL NegatifKeton Negatif mgdL NegatifBlood (HbEri) Negatif mgdL Negatif

MIKROSKOPIS

Leukosit Sedimen 10 ndash 15 SelLPB 0 ndash 15Eritrosit Sedimen 0 SelLPB 0 ndash 3 Epitel 5 - 10 SelLPB 0 ndash 15 Silinder Negatif LPK NegatifKristal Negatif LPB NegatifBakteri Negatif LPB NegatifJamur Negatif LPB NegatifLain - lain Negatif LPB

11

3 Foto Rontgen (tanggal 2 Februari 2014)

X ndash Ray Genu Dekstra et Sinistra

Kesan

Osteofit pada condylus lateralis dan medialis os tibia femoralis

dekstra disertai penyempitan sendi tibia femoralis lateralis dekstra

merupakan gambaran osteoarthrosis genu dekstra grade III

Osteofit pada condylus lateralis dan medialis os tibia femoralis

sinistra disertai penyempitan sendi femoro tibialis sinistra disertai

irreguler pada tulang tibia fibula sekitar sendi dan sklerotik

subcondral merupakan gambaran osteoarthosis genu sinistra grade

IV disertai osteoarthritis peradangan

12

X ndash Ray Pelvis AP

13

Kesan

Lesi opak pada cavum pelvis suspek massa DD vesikolitiasis ( usul

USG abdomen )

Tak tampak fraktur maupun dislokasi

V ASSESMENT DIAGNOSIS KERJA DAN DIAGNOSIS BANDING

1 Osteoartritis Genu Dextra et Sinistra

2 Hipertensi stage I

3 Ischemia Hearth Disease

Daftar masalah Problem AssesmentPlanning Diagnosa

Plannning Terapi (IGD)Planning

Monitoring

75 tahun Kedua kaki nyeri tidak bisa jalan (+) tidak bisa ditekuk (+) kaku riwjatuh (-)

Pmx Fisik Genu D et S ada deformitas (+) bengkak(+) krepitasi (+)

Foto x-ray genu osteoarthritis osteofit sendi genu D et S

-Deformitas Sendi-Proses Degeneratif

Osteoartritis Genu Dextra et Sinistra

- X-ray genu Dekstra et Sinistra

- Pmx Cairan synovial sendi genu

Non Farmakologi- A-B-C management ( infRL 20tpm)- Edukasi pasien- Terapi Fisik latihan gerak sendi- Fisioterapi-Penurunan berat badanFarmakologi- Inj Ranitidin 1 Amp12j- Inj Ketorolac 30mg (E)po Natrium Diklofenak 2x1 Analsik 2x1 Vit BC 1x1

-Tanda dan gejala Klinis

- TD 150100 mmHg

Gangguan hemo -dinamik

Hipertensi stage I

- EKG Foto Thorax

Non Farmakologi- Diet rendah garamFarmakologi

- Cek ulang Tekanan Darah

14

Fungsi Ginjal

- Captopril 2 x 25mg (po)- Amlodipin 1x10mg (po)

EKG Gelombang T inverted di Lead II III aVF dan V1 ndash V3

-Ateroskle- rosis-Hipoksia vaskuler

Ischemia Hearth Disease

-Cek Profil Lipid Asam Urat Enzim Jantung

Non Farmakologi-Tirah baring- O2 3-4lpmFarmakologi-ISDN 3x5mg

-Cek EKG serial 4 jam

VI POMR (Problem Oriented Medical Record)

VII FOLLOW UP

Tanggal Subjektif dan Objektif Penatalaksanaan03022014 S kaki masih nyeri jika digerakkan (+)

pegel (+) masih belum bisa berjalan pusing (-) sesak (-)KU Kesadaran Sedang composmentisVS TD 170100 mmHg RR 18 kali menit N 88 kali menit T 370CVAS 7Bengkak (+) eritem (-) ROM terbatasEKG T inverted Lead IIIII aVF amp V1-V3

O2 3lpmIVFD RL 20 tpm Captopril 3x25mgHCT 2x50mgAmlodipin 1x10mgAnalsik 3x1Natrium Diklofenak 3x1ISDN 3x5mg

15

04022014 S kaki masih nyeri jika digerakkan ditekuk (+) pasien tetap masih belum bisa duduk maupun berjalan sesak(-) pusing(-)KU Kesadaran Sedang composmentisVS TD 130100 mmHg RR 18 kali menit N 76 kali menit T 3730CVAS 7Bengkak (+) eritem (-) ROM terbatas

O2 3lpmIVFD RL 20 tpm Captopril 3x25mgHCT 2x50mgAmlodipin 1x10mgAnalsik 3x1Natrium Diklofenak 3x1ISDN 3x5mg(+) Inj Flamicort 1 Amp Omeprazole 2x1

05022014 S kaki masih nyeri jika digerakkan (+) namun pasien sudah bisa tidur miring sambil menekuk lututnya pegel (+) masih belum bisa berjalan (+)KU Kesadaran Sedang composmentisVS TD 150100 mmHg RR 18 kali menit N 86 kali menit T 370CVAS 5Bengkak (+) eritem (-) ROM terbatas

O2 3lpmIVFD RL 20 tpm Captopril 3x25mgHCT 2x50mgAmlodipin 1x10mgAnalsik 3x1Natrium Diklofenak 3x1ISDN 3x5mg(+) Inj Flamicort 1 Amp Omeprazole 2x1Co SpRM untuk Fisioterapi

pasien sudah difisioterapi (IR)06022014 S kaki masih nyeri jika digerakkan (+)

ditambah keluhan nyeri pinggang keluhan pusing sesak mual muntah disangkalKU Kesadaran Sedang composmentisVS TD 200100 mmHg RR 20 kali menit N 88 kali menit T 3630CVAS 7Bengkak (+) eritem (-) ROM terbatas

O2 3lpmIVFD RL 20 tpm Inj Flamicort 1 AmpCaptopril 3x25mgHCT 2x50mgAmlodipin 1x10mgAnalsik 3x1Natrium Diklofenak 3x1ISDN 3x5mgOmeprazole 2x1

Fisioterapi masih dilanjutkan

16

07022014 S kaki masih nyeri tapi lebih jarang pasien sudah bisa setengah duduk namun tetap dibantu keluarga sesak (-) pusing (sedikit) makan minum (+) sedikit - sedikitKU Kesadaran Sedang composmentisVS TD 200100 mmHg RR 18 kali menit N 76 kali menit T 370CVAS 5Bengkak (+) eritem (-) ROM terbatas

Pasien dan keluarga APS pulang karena persoalan biaya terapi pulang

Captopril 3x25mgHCT 2x50mgAmlodipin 1x10mgAnalsik 3x1Natrium Diklofenak 3x1ISDN 3x5mgOmeprazole 2x1(+) Clonidin 3x1 tab

VIIIPROGNOSIS

Qua ad vitam Dubia ad bonam

Qua ad functionam Dubia ad malam

Qua ad sanationam Dubia ad malam

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

IDefinisi

Osteoarthritis (OA dikenal juga sebagai arthritis degeneratif penyakit

degeneratif sendi) merupakan penyakit sendi degeneratif yang mengenai

sendi-sendi penumpu berat badan dengan gambaran patologis yang berupa

kerusakan kartilago sendi dimana terjadi proses degradasi interaktif sendi

17

yang kompleks terdiri dari proses perbaikan pada kartilago tulang dan

sinovium diikuti komponen sekunder proses inflamasi12

II Epidemiologi

Osteoartritis merupakan penyakit sendi yang paling banyak ditemukan di

dunia termasuk di Indonesia Bahkan sejak tahun 2001 hingga 2010

dicanangkan sebagai dekade penyakit tulang dan sendi di seluruh dunia5

Penyakit ini menempati urutan kedua setelah penyakit kardiovaskuler sebagai

penyebab ketidakmampuan fisik Di Inggris dan Wales sekitar 13 hingga

175 juta orang mengalami gejala OA Di Amerika 1 dari 7 penduduk

menderita OA34

Di Australia pada tahun 2002 diperkirakan biaya nasional untuk OA

sebesar 1 dari GNP yaitu mencapai $Aus 2700orangtahun4 Di Indonesia

sendiri prevalensi total OA sebanyak 343 juta orang pada tahun 2002 dan

mencapai 365 juta orang pada tahun 2007 Diperkirakan 1 sampai 2 juta

orang lanjut usia di Indonesia menderita cacat karena osteoarthritis Pada

beberapa penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan terjadinya

osteoarthritis pada obesitas dan sendi penahan beban tubuh5 Dari sekian

banyak sendi yang dapat terserang OA lutut merupakan sendi yang paling

sering dijumpai terserang OA Data Arthritis Research Campaign

menunjukkan bahwa lebih dari 550 ribu orang di Inggris menderita OA lutut

yang parah dan lebih dari 80 ribu operasi replacement sendi lutut dilakukan di

Inggris pada tahun 2000 dengan biaya 405 juta Poundsterling6

III Patofisiologi Osteoartritis

Terjadinya OA tidak lepas dari banyak persendian yang ada di dalam

tubuh manusia Sebanyak 230 sendi menghubungkan 206 tulang yang

memungkinkan terjadinya gesekan Untuk melindungi tulang dari gesekan di

dalam tubuh ada tulang rawan Namun karena berbagai faktor risiko yang ada

maka terjadi erosi pada tulang rawan dan berkurangnya cairan pada sendi

Tulang rawan sendiri berfungsi untuk meredam getar antar tulang Tulang

rawan terdiri atas jaringan lunak kolagen yang berfungsi untuk menguatkan

18

17

sendi proteoglikan yang membuat jaringan tersebut elastis dan air (70

bagian) yang menjadi bantalan pelumas dan pemberi nutrisi910

Kondrosit adalah sel yang tugasnya membentuk proteoglikan dan

kolagen pada rawan sendi Osteoartritis terjadi akibat kondrosit gagal

mensintesis matriks yang berkualitas dan memelihara keseimbangan antara

degradasi dan sintesis matriks ekstraseluler termasuk produksi kolagen tipe I

III VI dan X yang berlebihan dan sintesis proteoglikan yang pendek Hal

tersebut menyebabkan terjadi perubahan pada diameter dan orientasi dari serat

kolagen yang mengubah biomekanik dari tulang rawan sehingga tulang rawan

sendi kehilangan sifat kompresibilitasnya yang unik9

Selain kondrosit sinoviosit juga berperan pada patogenesis OA

terutama setelah terjadi sinovitis yang menyebabkan nyeri dan perasaan tidak

nyaman Sinoviosit yang mengalami peradangan akan menghasilkan Matrix

Metalloproteinases (MMPs) dan berbagai sitokin yang akan dilepaskan ke

dalam rongga sendi dan merusak matriks rawan sendi serta mengaktifkan

kondrosit Pada akhirnya tulang subkondral juga akan ikut berperan dimana

osteoblas akan terangsang dan menghasilkan enzim proteolitik 910

Agrekanase merupakan enzim yang akan memecah proteoglikan di

dalam matriks rawan sendi yang disebut agrekan Ada dua tipe agrekanase

yaitu agrekanase 1 (ADAMTs-4) dan agrekanase 2 (ADAMTs-11) MMPs

diproduksi oleh kondrosit kemudian diaktifkan melalui kaskade yang

melibatkan proteinase serin (aktivator plasminogen plamsinogen plasmin)

radikal bebas dan beberapa MMPs tipe membran Kaskade enzimatik ini

dikontrol oleh berbagai inhibitor termasuk TIMPs dan inhibitor aktifator

plasminogen Enzim lain yang turut berperan merusak kolagen tipe II dan

proteoglikan adalah katepsin yang bekerja pada pH rendah termasuk

proteinase aspartat (katepsin D) dan proteinase sistein (katepsin B H K L

dan S) yang disimpam di dalam lisosom kondrosit Hialuronidase tidak

terdapat di dalam rawan sendi tetapi glikosidase lain turut berperan merusak

proteoglikan10

19

Berbagai sitokin turut berperan merangsang kondrosit dalam

menghasilkan enzim perusak rawan sendi Sitokin-sitokin pro-inflamasi akan

melekat pada reseptor di permukaan kondrosit dan sinoviosit dan

menyebabkan transkripsi gene MMP sehingga produksi enzim tersebut

meningkat Sitokin yang terpenting adalah IL-1 selain sebagai sitokin

pengatur (IL-6 IL-8 LIFI) dan sitokin inhibitor (IL-4 IL-10 IL-13 dan IFN-

γ) Sitokin inhibitor ini bersama IL-Ira dapat menghambat sekresi berbagai

MMPs dan meningkatkan sekresi TIMPs Selain itu IL-4 dan IL-13 juga

dapat melawan efek metabolik IL-1 IL-1 juga berperan menurunkan sintesis

kolagen tipe II dan IX dan meningkatkan sintesis kolagen tipe I dan III

sehingga menghasilkan matriks rawan sendi yang berkualitas buruk 910

IV Klasifikasi Osteoartritis

OA dapat terjadi secara primer (idiopatik) maupun sekunder seperti

yang tercantum di bawah ini 19

IDIOPATIK SEKUNDER

20

SetempatTangan- nodus Heberden dan Bouchard (nodal)- artritis erosif interfalang- karpal-metakarpal IKaki - haluks valgus- haluks rigidus- jari kontraktur (hammercock-up toes)- talonavikulareCoxae- eksentrik (superior)- konsentrik (aksial medial)- difus (koksa senilis)Vertebra- sendi apofiseal- sendi intervertebral- spondilosis (osteofit)- ligamentum (hiperostosis penyakit Forestier diffuse idiopathic skeletal hyperostosis=DISH)Tempat lainnya- glenohumeral- akromioklavikular- tibiotalar- sakroiliaka- temporomandibularMenyeluruhMeliputi 3 atau lebih daerah yang tersebut diatas (Kellgren-Moore)

Traumaminus akutminus kronik (okupasional port)Kongenital atau developmentalGangguan setempatminus Penyakit Leg-Calve-Perthesminus Dislokasi koksa kongenitalminus Slipped epiphysisFaktor mekanikminus Panjang tungkai tidak samaminus Deformitas valgus varusminus Sindroma hipermobilitasMetabolikminus Okronosis (alkaptonuria)minus Hemokromatosisminus Penyakit Wilsonminus Penyakit GaucherEndokrinminus Akromegaliminus Hiperparatiroidismeminus Diabetes melitusminus Obesitasminus HipotiroidismePenyakit Deposit Kalsiumminus Deposit kalsium pirofosfat dihidratminus Artropati hidroksiapatitPenyakit Tulang dan Sendi lainnya Setempatminus FrakturminusNekrosis avaskular

Tabel 21 Osteoartritis Idiopatik dan Sekunder

V Manifestasi Klinis 15

1 Nyeri sendi

Terutama bila sendi bergerak atau menanggung beban yang akan

berkurang bila penderita beristirahat

21

2 Kaku pada pagi hari (morning stiffness)

Kekakuan pada sendi yang terserang terjadi setelah imobilisasi yang

cukup lama (gel phenomenon) bahkan sering disebutkan kaku muncul

pada pagi hari setelah bangun tidur (morning stiffness)

3 Hambatan pergerakan sendi

Hambatan pergerakan sendi ini bersifat progresif lambat bertambah

berat secara perlahan sejalan dengan bertambahnya nyeri pada sendi

4 Krepitasi

Rasa gemeretak (seringkali sampai terdengar) yang terjadi pada sendi

yang sakit

5 Perubahan bentuk sendi

Sendi yang mengalami osteoarthritis biasanya mengalami perubahan

berupa perubahan bentuk dan penyempitan pada celah sendi

6 Perubahan gaya berjalan

Hal yang paling meresahkan pasien adalah perubahan gaya berjalan

hampir semua pasien osteoarthritis pada pergelangan kaki lutut dan

panggul mengalami perubahan gaya berjalan (pincang)

VI Faktor Risiko Osteoartritis Lutut (Genu)

Secara garis besar terdapat dua pembagian faktor risiko OA lutut yaitu

faktor predisposisi dan faktor biomekanis

1 Faktor Predisposisi

a Faktor Demografi

1) Umur

Dari semua faktor risiko untuk timbulnya osteoartritis faktor

ketuaan adalah yang terkuat Proses penuaan dianggap sebagai

penyebab peningkatan kelemahan di sekitar sendi penurunan

kelenturan sendi kalsifikasi tulang rawan dan menurunkan

fungsi kondrosit yang semuanya mendukung terjadinya OA

Studi Framingham menunjukkan bahwa 27 orang berusia 63 ndash

22

70 tahun memiliki bukti radiografik menderita OA lutut yang

meningkat mencapai 40 pada usia 80 tahun atau lebih7

2) Jenis kelamin

Prevalensi OA pada laki-laki sebelum usia 50 tahun lebih tinggi

dibandingkan perempuan tetapi setelah usia lebih dari 50 tahun

prevalensi perempuan lebih tinggi menderita OA dibandingkan

laki-laki Hal ini dikaitkan dengan pengurangan hormon

estrogen yang signifikan pada wanita8

3) Ras Etnis

Prevalensi OA lutut pada penderita di negara Eropa dan

Amerika tidak berbeda sedangkan suatu penelitian

membuktikan bahwa ras Afrika ndash Amerika memiliki risiko

menderita OA lutut 2 kali lebih besar dibandingkan ras

Kaukasia Penduduk Asia juga memiliki risiko menderita OA

lutut lebih tinggi dibandingkan Kaukasia1011 Suatu studi lain

menyimpulkan bahwa populasi kulit berwarna lebih banyak

terserang OA dibandingkan kulit putih9

b Faktor Genetik

Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoartritis Adanya

mutasi dalam gen prokolagen atau gen-gen struktural lain untuk

unsur-unsur tulang rawan sendi seperti kolagen proteoglikan

berperan dalam timbulnya kecenderungan familial pada

osteoartritis10

c Faktor Gaya Hidup

1) Kebiasaan Merokok

Merokok dapat merusak sel dan menghambat proliferasi sel

tulang rawan sendi

Merokok dapat meningkatkan tekanan oksidan yang

mempengaruhi hilangnya tulang rawan

23

Merokok dapat meningkatkan kandungan karbonmonoksida

dalam darah menyebabkan jaringan kekurangan oksigen

dan dapat menghambat pembentukan tulang rawan12

2) Konsumsi Vitamin D

Orang yang tidak biasa mengkonsumsi makanan yang

mengandung vitamin D memiliki peningkatan risiko 3 kali lipat

menderita OA lutut13

d Faktor Metabolik

1) Obesitas

Berat badan yang berlebih ternyata dapat meningkatkan tekanan

mekanik pada sendi penahan beban tubuh dan lebih sering

menyebabkan osteoartritis lutut7

2) Osteoporosis

Hubungan antara OA lutut dan osteoporosis mendukung teori

bahwa gerakan mekanis yang abnormal tulang akan

mempercepat kerusakan tulang rawan sendi10

3) Penyakit Lain

OA lutut terbukti berhubungan dengan diabetes mellitus

hipertensi dan hiperurikemi dengan catatan pasien tidak

mengalami obesitas10

4) Histerktomi

Hal ini diduga berkaitan dengan pengurangan produksi hormon

estrogen setelah dilakukan pengangkatan rahim 10

5) Manisektomi

Menisektomi merupakan operasi yang dilakukan di daerah lutut

dan telah diidentifikasi sebagai faktor risiko penting bagi OA

lutut Hal ini berkaitan dengan hilangnya jaringan meniscus14

2 Faktor Biomekanis

a Riwayat Trauma Lutut

24

Trauma lutut yang akut termasuk robekan pada ligamentum

krusiatum dan meniskus merupakan faktor risiko timbulnya OA

lutut9

b Kelainan Anatomis

Faktor risiko timbulnya OA lutut antara lain kelainan lokal pada

sendi lutut seperti genu varum genu valgus Legg ndash Calve ndashPerthes

disease dan displasia asetabulum10

c Pekerjaan

Osteoartritis banyak ditemukan pada pekerja fisik berat terutama

yang banyak menggunakan kekuatan yang bertumpu pada lutut

(petani kuli dll)9

d Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik berat seperti berdiri lama (2 jam atau lebih setiap

hari) berjalan jarak jauh (2 jam atau lebih setiap hari) mengangkat

barang berat (10 kg ndash 50 kg selama 10 kali atau lebih setiap

minggu) mendorong objek yang berat (10 kg ndash 50 kg selama 10

kali atau lebih setiap minggu) naik turun tangga setiap hari

merupakan faktor risiko OA lutut 9

e Kebiasaan Olahraga

Atlit olah raga benturan keras dan membebani lutut seperti sepak

bola lari maraton dan kung fu memiliki risiko meningkat untuk

menderita OA lutut10

VII Kriteria Diagnosis Osteoartritis Lutut (Genu)

25

Kriteria diagnosis OA lutut menggunakan kriteria klasifikasi American

College of Rheumatology seperti tercantum pada tabel berikut ini 16

Tabel 22 Kriteria Klasifikasi Osteoartritis Lutut

Derajat osteoartritis lutut dinilai menjadi lima derajat oleh Kellgren dan

Lawrence yaitu 17

- Derajat 0 tidak ada gambaran osteoartritis

- Derajat 1 osteoartritis meragukan dengan gambaran sendi normal tetapi

terdapat osteofit minimal

- Derajat 2 osteoartritis minimal dengan osteofit pada 2 tempat tidak terdapat

sklerosis dan kista subkondral serta celah sendi baik

- Derajat 3 osteoartritis moderat dengan osteofit moderat deformitas ujung

tulang dan celah sendi sempit

- Derajat 4 osteoartritis berat dengan osteofit besar deformitas ujung tulang

celah sendi hilang serta adanyasklerosis dan kista subkondral

26

VIIIPenatalaksanaan Osteoarthritis

Tujuan penatalaksanaan pasien dengan osteoarthritis adalah18

1 Meredakan nyeri

2 Mengoptimalkan fungsi sendi

3 Mengurangi ketergantungan kepada orang lain dan meningkatkan

kualitas hidup

4 Menghambat progresivitas penyakit

5 Mencegah terjadinya komplikasi

Pilar terapi pada pasien dengan osteoarthritis yaitu

Nonfarmakologis

1 Modifikasi pola hidup

2 Edukasi

3 Istirahat teratur yang bertujuan mengurangi penggunaan beban pada

sendi

4 Modifikasi aktivitas

5 Menurunkan berat badan

6 Rehabilitasi medik fisioterapi

a Latihan statis dan memperkuat otot-otot

b Fisioterapi yang berguna untuk mengurangi nyeri menguatkan otot

dan menambah luas pergerakan sendi

7 Penggunaan alat bantu

Farmakologis

1 Sistemik

a Analgetik

Non narkotik parasetamol

Opioid (kodein tramadol)

b Antiinflamasi nonsteroid (NSAIDs)

Oral

Injeksi

Suppositoria

27

c DMOADs (disease modifying OA drugs)

Diantara nutraceutical yang saat ini tersedia di Indonesia adalah

Glucosamine sulfate dan Chondroitine sulfate

2 Topikal

a Krim rubefacients dan capsaicin

Beberapa sediaan telah tersedia di Indonesia dengan cara kerja pada

umumnya bersifat counter irritant

b Krim NSAIDs

Beberapa yang dapat digunakan adalah gel piroxicam dan sodium

diklofenak

3 Injeksi intraartikularintra lesi

Pada dasarnya ada 2 indikasi suntikan intra artikular yakni penanganan

simtomatik dengan steroid dan viskosuplementasi dengan hyaluronan

untuk modifikasi perjalanan penyakit Beberapa preparat injeksi

intraartikular diantaranya

a Steroid ( triamsinolone hexacetonide dan methyl prednisolone )

Hanya diberikan jika ada satu atau dua sendi yang mengalami

nyeri dan inflamasi yang kurang responsif terhadap pemberian

NSAIDs tak dapat mentolerir NSAIDs atau ada komorbiditas yang

merupakan kontra indikasi terhadap pemberian NSAIDs

Dosis untuk sendi besar seperti lutut 40-50 mginjeksi

sedangkan untuk sendi-sendi kecil biasanya digunakan dosis 10 mg

b Hyaluronan high molecular weight dan low molecular weight

Diberikan berturut-turut 5 sampai 6 kali dengan interval satu

minggu masing-masing 2 sampai 25 ml Hyaluronan Sediaan di

Indonesia diantaranya adalah Hyalgan dan Osflex

4 Pembedahan

Sebelum diputuskan untuk terapi pembedahan harus dipertimbangkan

terlebih dahulu risiko dan keuntungannya Pertimbangan dilakukan

tindakan operatif bila

28

a Deformitas menimbulkan gangguan mobilisasi

b Nyeri yang tidak dapat teratasi dengan penganan medikamentosa

dan rehabilitatif

Ada 2 tipe terapi pembedahan Realignment osteotomi dan replacement

joint

Macam-macam operasi sendi lutut untuk osteoarthritis

a Partial replacementunicompartemental

b High tibial osteotomy orang muda

c Patella amp condyle resurfacing

d Minimally constrained total replacement stabilitas sendi dilakukan

sebagian oleh ligament asli dan sebagian oleh sendi buatan

e Cinstrained joint fixed hinges dipakai bila ada tulang hilang dan

severe instability

f Total knee replacement apabila didapatkan nyeri deformitas

instability akibat dari rheumatoid atau osteoarthritis

29

Gambar 21 Piramida Penatalaksanaan Osteoartritis

BAB III

DISKUSI DAN PEMBAHASAN

OA adalah penyakit degenerasi kartilago artikuler yang berlangsung secara

perlahan dan ditandai dengan nyeri sendi kekakuan dan keterbatasan gerak yang

berkembang secara progresif Tanda-tanda tersebut ditemukan pada penderita ini

Berdasarkan etiologinya OA diklasifikasikan menjadi dua yaitu OA

primer dan OA sekunder OA primer disebut juga OA idiopatik yaitu OA yang

kausanya tidak diketahui dan tidak ada hubungannya dengan penyakit sistemik

maupun proses perubahan lokal pada sendi OA sekunder adalah OA yang

didasari oleh adanya kelainan endokrin trauma inflamasi metabolik

pertumbuhan herediter jejas mikro dan makro serta imobilisasi yang terlalu lama

faktor mekanik penyakit deposit kalsium penyakit tulang dan sendi lainnya serta

neuropatik endemik Beberapa faktor risiko yang diketahui berhubungan dengan

penyakit OA diantaranya faktor risiko umum yang penting seperti kegemukan

faktor genetik dan jenis kelamin serta beberapa faktor risiko lain seperti usia lebih

dari 40 tahun suku bangsa cedera sendi pekerjaan olahraga kelainan

pertumbuhan kepadatan tulang dan lain-lain Pada penderita ini berdasarkan

30

anamnesis riwayat sosialnya penderita adalah seorang wanita berusia 75 tahun

yang meskipun tidak melakukan pekerjaan yang berat tetapi dirinya tetap

menjalankan pekerjaan rumah tangga (sebelum sakit) yang notabene banyak

menggunakan sendi lutut Selain itu dari pemeriksaan fisik penderita ini juga

mengalami kegemukan Kondisi-kondisi pada penderita ini merupakan faktor

risiko sekunder terjadinya OA Jadi dapat disimpulkan bahwa penyebab OA pada

penderita ini bukan termasuk faktor risiko OA primer

Penderita datang dengan keluhan nyeri pada kedua sendi lutut sejak plusmn 1

tahun SMRS dan puncaknya 2 hari SMRS dimana penderita sudah tidak bisa

berjalan lagi Nyeri sendi merupakan keluhan yang umum terjadi pada penyakit

reumatik seperti artritis gout OA keganasan reumatik septik dan lain

sebagainya Pada penderita ini nyeri terlokalisir pada lutut tanpa adanya nyeri

pada sendi yang lain nyeri bertambah saat melakukan gerakan (seperti berjalan)

dan berkurang apabila beristirahat Tidak ada demam Nyeri tidak menetap

sepanjang hari Nyeri seperti ini biasanya ditemukan pada OA

Penderita juga mengeluh kaku sendi Kaku sendi dirasakan penderita pada

pagi hari Keadaan ini biasanya disebabkan oleh desakan cairan yang berada di

sekitar jaringan yang mengalami inflamasi (kapsul sendi sinovial atau bursa)

Kaku sendi makin nyata pada pagi hari atau setelah istirahat Setelah digerak-

gerakkan cairan akan menyebar dari jaringan yang mengalami inflamasi sehingga

penderita merasa terlepas dari ikatan dan bisa menggerakkan sendinya kembali

Lama kaku sendi pada OA adalah kurang dari 30 menit sedangkan pada AR

minimal satu jam Pada penderita ini kaku sendi juga dirasakan pada pagi hari

selama plusmn 20-30 menit dan menghilang dengan sendirinya bila penderita

menggerakkan kakinya dengan beraktivitas seperti biasa Hal ini sesuai untuk

mendukung keluhan pada penderita OA

Penderita juga mengalami bengkak pada kedua lutut Bengkak dirasakan

oleh penderita sejak 6 bulan SMRS Sendi yang membengkak bisa disebabkan

oleh penonjolan tulang sinovitis efusi dan karena adanya osteofit yang dapat

mengubah permukaan sendi Pada penderita ditemukan osteofit pada pemeriksaan

rontgent

31

29

Pemeriksaan fisik lokalis pada kedua sendi lutut didapatkan pada

inspeksi didapatkan pembesaran bengkak pada kedua sendi lutut dengan tidak

ada perubahan warna kulit Palpasi pada kedua sendi lutut didapatkan nyeri tekan

dan pada perabaan dirasakan hangat Pemeriksaan gerak sendi didapat

keterbatasan gerak fleksi yaitu hanya dapat mengerakkan lutut sebesar 60deg

Hambatan gerak terutama disebabkan oleh adanya remodelling osteofit penebalan

kapsul dan juga adanya efusi Pada auskultasi sendi lutut penderita ditemukan

adanya krepitasi dimana terdengar suara gemeretak ldquokretek-kretekrdquo seperti suara

krupuk yang diremukkan Gejala ini mungkin disebabkan karena gesekan kedua

permukaan tulang sendi yang irregular pada saat sendi digerakkan ataupun secara

pasif dimanipulasi

Pemeriksaan radiologis pada penderita ini didapatkan adanya gambaran

berupa penyempitan sendi dan osteofit pada pinggir sendi Menipisnya rawan

sendi diawali dengan retak dan terbelahnya permukaan sendi di beberapa tempat

yang kemudian menyatu dan disebut sebagai fibrilasi Di lain pihak pada tulang

akan terjadi pula perubahan sebagai reaksi tubuh untuk memperbaiki kerusakan

Perubahan itu adalah penebalan tulang subkondral dan pembentukan osteofit

marginal disusul kemudian dengan perubahan komposisi molekular dan struktur

tulang Penipisan kartilago sendi akibat proses degeneratif memberi gambaran

penyempitan celah sendi yang tidak simetris pada foto polos radiologi Fungsi

kartilago sendi berkurang bahkan menghilang mengakibatkan beban stres di

daerah subkhondral bertambah Beberapa subkhondral tersebut dapat diamati pada

poto polos radiologi berupa pembentukan osteofit sklerotik subkhondral maupun

pembentukan kista subkhondral Pada penderita ini ditemukan adanya

pembentukan osteofit pada condylus lateralis dan medialis os tibio femoralis

Pada OA anamnesa (gejala klinis) pemeriksaan fisik dan pemeriksaan

radiologi sudah dapat menunjang penegakan diagnosis Hasil pemeriksaan

laboratorium pada OA biasanya tidak banyak berguna Darah tepi (Hb Leukosit

dan LED) dalam batas normal kecuali OA generalisata yang harus dibedakan

dengan arthritis peradangan Pada OA yang disertai peradangan mungkin

didapatkan penurunan viskositas pleositosis sedang hingga ringan serta

32

peningkatan ringan sel radang (lt8000m) gt1 Pada penderita ini dilakukan

pemeriksaan laboratorium darah lengkap kimia darah dan urin lengkap karena

pemeriksaan tersebut merupakan pemeriksaan rutin Dari hasil pemeriksaan

laboratorium pada penderita ini tidak ditemukan adanya kelainan

Diagnosis OA sudah bisa ditegakkan secara klinis dengan memakai

kriteria OA yang dibuat oleh Subcommittee American College of Rheumatology

(ACR) Kriteria OA lutut secara klinis laboratorium dan radiologis adalah adanya

nyeri lutut osteofit dan salah satu dari tanda berikut yaitu usia lebih dari 50

tahun kaku sendi kurang dari 30 menit atau adanya krepitus Pada penderita ini

wanita berusia 75 tahun ditemukan memiliki keluhan nyeri kedua sendi lutut

terdapat kaku sendi selama 20-30 menit terdapat krepitus dan pada pemeriksaan

radiologi ditemukan adanya osteofit

Pengelolaan penderita dengan OA bertujuan untuk menghilangkan

keluhan mengoptimalkan fungsi sendi mengurangi ketergantungan dan

meningkatkan kualitas hidup menghambat progresivitas penyakit dan mencegah

komplikasi Pilar terapi OA non farmakologis (edukasi terapi fisik

dietpenurunan berat badan) farmakologis (analgetik kortikosteroid lokal

sistemik kondroprotektif dan biologik) dan pembedahan

Edukasi sangat penting bagi semua pasien OA Dua hal yang menjadi

tujuan edukasi adalah bagaimana mengatasi nyeri dan disabilitas Pemberian

edukasi pada penderita ini sangat penting karena dengan edukasi diharapkan

pengetahuan penderita mengenai penyakit OA menjadi meningkat dan pengobatan

menjadi lebih mudah serta dapat diajak bersama-sama untuk mencegah kerusakan

organ sendi lebih lanjut Edukasi yang diberikan pada penderita ini yaitu

memberikan pengertian bahwa OA adalah penyakit yang kronik sehingga perlu

dipahami bahwa mungkin dalam derajat tertentu akan tetap ada rasa nyeri kaku

dan keterbatasan gerak serta fungsi Selain itu agar rasa nyeri dapat berkurang

maka penderita hendaknya mengurangi aktivitaspekerjaannya sehingga tidak

terlalu banyak menggunakan sendi lutut dan lebih banyak beristirahat Penderita

juga disarankan untuk kembali kontrol sehingga dapat diketahui apakah

33

penyakitnya sudah membaik atau ternyata ada efek samping akibat obat yang

diberikan

Terapi fisik bertujuan untuk melatih penderita agar persendiannya tetap

dapat dipakai dan melatih penderita untuk melindungi sendi yang sakit Pada

penderita ini dianjurkan untuk berolah raga tapi olah raga yang memperberat

sendi sebaiknya dihindari seperti lari atau joging Hal ini dikarenakan dapat

menambah inflamasi meningkatkan tekanan intraartikular bila ada efusi sendi dan

bahkan bisa menyebabkan robekan kapsul sendi Untuk mencegah risiko

terjadinya kecacatan pada sendi sebaiknya dilakukan olah raga peregangan otot

seperti mQuadrisep femoris dengan peregangan otot diharapkan dapat membantu

dalam peningkatan fungsi sendi secara keseluruhan dan mengurangi nyeri Pada

penderita ini disarankan untuk senam lantai 3 kali seminggu dimana pasien

mengambil posisi terlentang sambil meregangkan lututnya dengan cara

mengangkat kaki dan secara perlahan menekuk dan meluruskan lututnya Olah

raga ini sangat mudah dilakukan apalagi mengingat usia penderita yang sudah

mencapai 75 tahun

Diet bertujuan untuk menurunkan berat badan pada penderita OA yang

gemuk Hal ini sebaiknya menjadi program utama pengobatan OA Penurunan

berat badan seringkali dapat mengurangi keluhan dan peradangan Selain itu

obesitas juga dapat meningkatkan risiko progresifitas dari OA Pada penderita ini

disarankan untuk mengurangi berat badan dengan mengatur diet rendah kalori

sampai mungkin mendekati berat badan ideal Dimana prinsipnya adalah

mengurangi kalori yang masuk dibawah energi yang dibutuhkan Penurunan

energi intake yang aman dianjurkan pemberian defisit energi antara 500-1000

kalori perhari sehingga diharapkan akan terjadi pembakaran lemak tubuh dan

penurunan berat badan 05 ndash 1 kg per minggu Biasanya intake energi diberikan

1200-1300 kal per hari dan paling rendah 800 kal per hari Formula yang dapat

digunakan untuk kebutuhan energi berdasarkan berat badan adalah 22kalkgBB

aktualhari dengan cara ini didapatkan defisit energi 1000 kalhari Pada penderita

ini dianjurkan untuk diet 1400 kal perhari agar mencapai BB idealnya yakni

setidaknya mencapai 55 kg Namun cara ini juga memerlukan kehati ndash hatian

34

dikarenakan usia penderita dan daya tahan tubuhnya yang memang sudah tidak

mendukung untuk melakukan usaha diit

Terapi farmakologis pada penderita OA biasanya bersifat simptomatis

Pada tahap awal dapat dicoba analgetik sederhana seperti asetaminofen atau

salisilat Bila tidak ada perbaikan dapat diberikan obat anti inflamasi non steroid

Untuk mengurangi keluhan nyeri pada penderita ini telah diberikan pengobatan

langsung dengan obat anti inflamasi non steroid seperti Na-diklofenak dengan

dosis 3times50 mg tanpa menggunakan obat lini pertama Hal ini dikarenakan keluhan

pada penderita ini sudah cukup berat ditambah pula adanya bengkak dan rasa

hangat di lutut yang tidak hilang dengan obat analgetik sederhana ( seperti yang

biasa dikonsumsi penderita) Na-diklofenak merupakan obat golongan OAINS

COX-1 inhibitor yang non-selektif dimana obat ini diberikan pada penderita

karena tidak terdapat riwayat pernah menderita gangguan gastrointestinal Namun

mengingat usia penderita yang memang sudah lanjut maka penderita juga

diberikan obat pelapis lambung untuk menjaga kondisi saluran pencernaannya Di

sini penderita diberikan obat golongan PPI (Omeprazole 2 x 20 mg) Setelah

dievaluasi beberapa hari ternyata keluhan nyeri dan bengkak pada penderita tidak

kunjung ada perubahan maka ditambahkan pula obat steroid injeksi dimana

pilihannya adalah InjTriamcinolon 1 Amp24 jam (Inj Flamicort) Selain itu

pasien juga dikonsulkan ke spesialis rehabilitasi medis untuk dilakukan

fisioterapi

Terapi pembedahan Terapi ini diberikan apabila terapi farmakologis dan

rehabilitasi tidak berhasil untuk mengurangi rasa sakit dan juga untuk melakukan

koreksi apabila terjadi deformitas yang menimbulkan gangguan mobilisasi sendi

yang mengganggu aktifitas sehari-hari Pada penderita ini tidak sampai dilakukan

terapi pembedahan

35

DAFTAR PUSTAKA

1 Soeroso J Isbagio H Kalim H Broto R Pramudiyo R Osteoartritis In

Sudoyo AW Setiyohadi B Alwi I Simadibrata M Setiati S editors Buku

Ajar Ilmu Penyakit Dalam 4th ed Jakarta Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit

Dalam Fakultas Kedokteran Indonesia 2006 p 1195-201

2 Osteoarthritis Wikipedia The Free Encyclopedia [serial on the internet]

2009 [cited 2009 Sep 1] Available from

httpenwikipediaorgwikiOsteoarthritis

3 Reginster JY The Prevalence and Burden of Osteoarthritis Rheumatology

2002 41 (suppl 1) 3 ndash 6

4 Wibowo Dhidik Tri Kurniawan Yusuf Latifah Tati Gunadi Rachmat

Perancangan dan Implementasi Sistem Bantu Diagnosis Penyakit

Osteoartritis dan Reumatoid Artritis Melalui Deteksi Penyempitan Celah

Sendi pada Citra X-Ray Tangan dan Lutut Dalam Temu Ilmiah

Reumatologi Jakarta 2003 168 ndash 172

5 Konggres Nasional Ikatan Reumatologi Indonesia VI httppemda-

diygoidberita 2005 102140

36

6 Arthritis Research Campaign 2000 Available at

httpwwwarcorgukabout_arthastatshtm

7 Felson DT Zhang Y Hannan MT et al The Incidence and Natural

History of Knee Osteoarthritis in the Elderly The Framingham

Osteoarthritis Study Arthritis Rheumatology 1995 38 1500 ndash 1505

8 Felson DT Zhang Y An Update on the Epidemiology of Knee and Hip

Osteoarthritis with a View to Prevention Arthritis Rheumatology 1998

41 1343 ndash 1355

9 Setiyohadi Bambang Osteoartritis Selayang Pandang Dalam Temu Ilmiah

Reumatologi Jakarta 2003 27 ndash 31

10 Klippel John H Dieppe Paul A Brooks Peter et al Osteoarthritis In

Rheumatology United Kingdom Mosby ndash Year Book Europe Limited

1994 21 ndash 106

11 Abbate L Renner JB Stevens J et al Do Body Composition and Body Fat

Distribution Explain Ethnic Differences in Radiographic Knee

Osteoarthritis Outcomes in African -American and Caucasian Women The

North American Association for the Study of Obesity 2006 14 1274 ndash

1281

12 Amin Niu Jingbo Hunter David et al Smoking Worsens Knee

Osteoarthritis News Center Oklahoma City Oklahoma USA 2006 1 ndash 4

13 McAlindon Timothy E Felson David T Zhang Yuqing et al Relation of

Dietary Intake and Serum Levels of Vitamin D to Progression of

Osteoarthritis of the Knee Among Participants in the Framingham Study

14 Englund M and Lohmander LS Patellofemoral Osteoarthritis Coexistent

with Tibiofemoral Osteoarthritis in a Meniscectomy Population Annals of

the Rheumatic Diseases 2005 64 1721 ndash 1726

15 Carter MA Osteoartritis In Price SA Wilson LM Patofisiologi konsep

klinis proses-proses penyakit 6th ed Jakarta EGC 2006 p 1380-4

16 Altman RD Criteria for the Classification of Osteoarthritis Journal of

Rheumatology 1991 27 (suppl) 10 ndash 12

37

17 Milne AD Evans NA Stanish WD Nonoperative Management of Knee

Osteoarthritis In Hartono IM Studi komparasi antara WOMAC index

dengan Kellgren-Lawrence grading system pada penderita osteoarthritis

genu [PPDS1 thesis] Semarang Medical Faculty Diponegoro University

2007 p 12

18 Haq I Murphy E Dacre J Osteoarthritis Review Postgrad Med J 2003

79 377 ndash 383

19 Anonim [1986] Criteria for classification of idiopathic osteoarthtritis (OA)

of the knee American College of Rheumatology [serial on the internet]

2010 [cited 2010 Jan 20] Available from

httpwwwrheumatologyorgpublicationsclassificationoakneeasp

aud=mem

38

  • BAB I
  • ILUSTRASI KASUS
  • 1 Pemeriksaan EKG
  • X ndash Ray Pelvis AP
  • BAB III
  • DISKUSI DAN PEMBAHASAN
Page 6: laporan kasus osteoartritis

3) Perkusi

Batas jantung

Kiri atas SIC II linea parasternalis sinistra

Kiri bawah SIC V 2 cm medial linea midclavicularis

sinistra

Kanan atas SIC II linea parasternalis dextra

Kanan bawah SIC IV linea parasternalis dextra

Pinggang jantung SIC II-III parasternalis sinistra

Konfigurasi jantung kesan tidak melebar

4) Auskultasi Bunyi jantung I-II murni intensitas reguler bising

(-) gallop (-)

Paru - Paru

1) Inspeksi

Normochest sela iga tidak melebar gerakan pernafasan simetris

kanan kiri retraksi intercostae (-)

2) Palpasi

Ketinggalan gerak

Depan Belakang

- - - -

- - - -

- - - -

Fremitus

Depan Belakang

N N N N

N N N N

N N N N

6

3) Perkusi

Depan Belakang

Sonor Sonor Sonor Sonor

Sonor Sonor Sonor Sonor

Sonor Sonor Sonor Sonor

4) Auskultasi

Suara dasar vesikuler

Depan Belakang

+ + + +

+ + + +

+ + + +

Suara tambahan wheezing (--) ronkhi (--)

d Abdomen

1) Inspeksi

Dinding perut sejajar dinding dada distended (-) umbilikus

tampak dan tidak ada inflamasi kaput medusa (-) venektasi (-)

sikatrik bekas operasi (-)

2) Auskultasi

Peristaltik (+) normal

3) Perkusi

Timpani (+) ascites (-) shifting dullnes (-)

4) Palpasi

Supel nyeri tekan epigastrium (-) lien dan hepar tidak teraba

membesar ginjal tidak teraba nyeri ketok costovertebrae (-)

defans muskular (-)

7

e Ekstremitas

1) Ekstremitas superior

Dekstra

Pergerakan motorik dalam batas normal tanda-tanda inflamasi

(-) oedem (-) eritem (-) CRT lt 3 detik clubbing finger (-)

kuku nekrosis (-) akral hangat (+) deformitas (-)

Sinistra

Pergerakan motorik dalam batas normal tanda-tanda inflamasi

(-) oedem (-) eritem (-) CRT lt 3 detik clubbing finger (-)

kuku nekrosis (-) akral hangat (+) deformitas (-)

2) Ekstremitas inferior

Dekstra

Pergerakan motorik sendi lutut terbatas (+) tanda-tanda

inflamasi sendi lutut (+) oedem sendi lutut (+) deformitas

sendi lutut (+) krepitasi sendi lutut (+) nyeri gerak dan

tekan (+) hiperemi (-) kuku nekrosis (-) akral hangat (+)

Sinistra

Pergerakan motorik sendi lutut terbatas (+) tanda-tanda

inflamasi sendi lutut (+) oedem sendi lutut (+) deformitas

sendi lutut (+) krepitasi sendi lutut (+) nyeri gerak dan

tekan(+) hiperemi (-) kuku nekrosis (-) akral hangat (+)

8

Genu Dekstra Genu Sinistra

IV PEMERIKSAAN PENUNJANG

1 Pemeriksaan EKG

a Frekuensi 87xmenit saat pertama kali masuk RS ritme reguler

b Jenis irama Sinus

c Zona transisi V6

d Aksis Lead II (+) aVL (+)

e Morfologi gelombang

1) Gelombang P selalu diikuti gelombang QRS dan T

2) Interval PR 012 detik

3) Gelombang QRS 010 detik

4) Elevasi ST (-)

5) Depresi ST (-)

6) Gelombang T inverted di Lead II III aVF dan V1 ndash V3

9

2 Laboratorium Darah dan Urin (tanggal 2 dan 3 Februari 2014)

Keterangan 02022014 03022014 SatuanNilai

RujukanHematologi rutinHemoglobin 118 - gdl 115-16

Hematokrit 369 - 35-49

Leukosit 83 - 10sup3microl 40-11Trombosit 297 - 10sup3microl 150-440Eritrosit 505 - 10⁶microl 38-52

Indeks eritrosit

MCV 731 - fl 82-95MCH 233 - pg 27-31MCHC 319 - gdl 32-36RDW 185 - 116-148

Hitung jenis

Granulosit 732 (H) - 50-70Limfosit 170 (L) - 20-40Monosit 98 (H) - 2-8

Kimia Ginjal

Ureum - 16 mgdL 10-45Creatinin - 073 mgdL 05-11

Asam Urat - 60 mgdL 24-60

GDS 199 - mgdL lt 200

Kimia Profil Lipid

Kolesterol Total - 199 mgdL lt200HDL Kolesterol - 35 (L) mgdL gt40LDL Kolesterol - 1348 (H) mgdL lt 130Trigliserid - 146 mgdL 35-160

URIN RUTIN 03022014 Satuan Nilai Rujukan

10

MAKROSKOPIS

Warna Kuning Kuning muda - kuning

Kekeruhan Jernih Jernih

KIMIA URINE

pH Reaksi 60 46 ndash 85Berat jenis 1015 1003 ndash 1030Protein Negatif mgdL NegatifReduksi Negatif mgdL NegatifLeukosit Esterase Negatif microL NegatifBilirubin Negatif mgdL NegatifUrobilinogen Normal mgdL NormalNitrit Negatif mgdL NegatifKeton Negatif mgdL NegatifBlood (HbEri) Negatif mgdL Negatif

MIKROSKOPIS

Leukosit Sedimen 10 ndash 15 SelLPB 0 ndash 15Eritrosit Sedimen 0 SelLPB 0 ndash 3 Epitel 5 - 10 SelLPB 0 ndash 15 Silinder Negatif LPK NegatifKristal Negatif LPB NegatifBakteri Negatif LPB NegatifJamur Negatif LPB NegatifLain - lain Negatif LPB

11

3 Foto Rontgen (tanggal 2 Februari 2014)

X ndash Ray Genu Dekstra et Sinistra

Kesan

Osteofit pada condylus lateralis dan medialis os tibia femoralis

dekstra disertai penyempitan sendi tibia femoralis lateralis dekstra

merupakan gambaran osteoarthrosis genu dekstra grade III

Osteofit pada condylus lateralis dan medialis os tibia femoralis

sinistra disertai penyempitan sendi femoro tibialis sinistra disertai

irreguler pada tulang tibia fibula sekitar sendi dan sklerotik

subcondral merupakan gambaran osteoarthosis genu sinistra grade

IV disertai osteoarthritis peradangan

12

X ndash Ray Pelvis AP

13

Kesan

Lesi opak pada cavum pelvis suspek massa DD vesikolitiasis ( usul

USG abdomen )

Tak tampak fraktur maupun dislokasi

V ASSESMENT DIAGNOSIS KERJA DAN DIAGNOSIS BANDING

1 Osteoartritis Genu Dextra et Sinistra

2 Hipertensi stage I

3 Ischemia Hearth Disease

Daftar masalah Problem AssesmentPlanning Diagnosa

Plannning Terapi (IGD)Planning

Monitoring

75 tahun Kedua kaki nyeri tidak bisa jalan (+) tidak bisa ditekuk (+) kaku riwjatuh (-)

Pmx Fisik Genu D et S ada deformitas (+) bengkak(+) krepitasi (+)

Foto x-ray genu osteoarthritis osteofit sendi genu D et S

-Deformitas Sendi-Proses Degeneratif

Osteoartritis Genu Dextra et Sinistra

- X-ray genu Dekstra et Sinistra

- Pmx Cairan synovial sendi genu

Non Farmakologi- A-B-C management ( infRL 20tpm)- Edukasi pasien- Terapi Fisik latihan gerak sendi- Fisioterapi-Penurunan berat badanFarmakologi- Inj Ranitidin 1 Amp12j- Inj Ketorolac 30mg (E)po Natrium Diklofenak 2x1 Analsik 2x1 Vit BC 1x1

-Tanda dan gejala Klinis

- TD 150100 mmHg

Gangguan hemo -dinamik

Hipertensi stage I

- EKG Foto Thorax

Non Farmakologi- Diet rendah garamFarmakologi

- Cek ulang Tekanan Darah

14

Fungsi Ginjal

- Captopril 2 x 25mg (po)- Amlodipin 1x10mg (po)

EKG Gelombang T inverted di Lead II III aVF dan V1 ndash V3

-Ateroskle- rosis-Hipoksia vaskuler

Ischemia Hearth Disease

-Cek Profil Lipid Asam Urat Enzim Jantung

Non Farmakologi-Tirah baring- O2 3-4lpmFarmakologi-ISDN 3x5mg

-Cek EKG serial 4 jam

VI POMR (Problem Oriented Medical Record)

VII FOLLOW UP

Tanggal Subjektif dan Objektif Penatalaksanaan03022014 S kaki masih nyeri jika digerakkan (+)

pegel (+) masih belum bisa berjalan pusing (-) sesak (-)KU Kesadaran Sedang composmentisVS TD 170100 mmHg RR 18 kali menit N 88 kali menit T 370CVAS 7Bengkak (+) eritem (-) ROM terbatasEKG T inverted Lead IIIII aVF amp V1-V3

O2 3lpmIVFD RL 20 tpm Captopril 3x25mgHCT 2x50mgAmlodipin 1x10mgAnalsik 3x1Natrium Diklofenak 3x1ISDN 3x5mg

15

04022014 S kaki masih nyeri jika digerakkan ditekuk (+) pasien tetap masih belum bisa duduk maupun berjalan sesak(-) pusing(-)KU Kesadaran Sedang composmentisVS TD 130100 mmHg RR 18 kali menit N 76 kali menit T 3730CVAS 7Bengkak (+) eritem (-) ROM terbatas

O2 3lpmIVFD RL 20 tpm Captopril 3x25mgHCT 2x50mgAmlodipin 1x10mgAnalsik 3x1Natrium Diklofenak 3x1ISDN 3x5mg(+) Inj Flamicort 1 Amp Omeprazole 2x1

05022014 S kaki masih nyeri jika digerakkan (+) namun pasien sudah bisa tidur miring sambil menekuk lututnya pegel (+) masih belum bisa berjalan (+)KU Kesadaran Sedang composmentisVS TD 150100 mmHg RR 18 kali menit N 86 kali menit T 370CVAS 5Bengkak (+) eritem (-) ROM terbatas

O2 3lpmIVFD RL 20 tpm Captopril 3x25mgHCT 2x50mgAmlodipin 1x10mgAnalsik 3x1Natrium Diklofenak 3x1ISDN 3x5mg(+) Inj Flamicort 1 Amp Omeprazole 2x1Co SpRM untuk Fisioterapi

pasien sudah difisioterapi (IR)06022014 S kaki masih nyeri jika digerakkan (+)

ditambah keluhan nyeri pinggang keluhan pusing sesak mual muntah disangkalKU Kesadaran Sedang composmentisVS TD 200100 mmHg RR 20 kali menit N 88 kali menit T 3630CVAS 7Bengkak (+) eritem (-) ROM terbatas

O2 3lpmIVFD RL 20 tpm Inj Flamicort 1 AmpCaptopril 3x25mgHCT 2x50mgAmlodipin 1x10mgAnalsik 3x1Natrium Diklofenak 3x1ISDN 3x5mgOmeprazole 2x1

Fisioterapi masih dilanjutkan

16

07022014 S kaki masih nyeri tapi lebih jarang pasien sudah bisa setengah duduk namun tetap dibantu keluarga sesak (-) pusing (sedikit) makan minum (+) sedikit - sedikitKU Kesadaran Sedang composmentisVS TD 200100 mmHg RR 18 kali menit N 76 kali menit T 370CVAS 5Bengkak (+) eritem (-) ROM terbatas

Pasien dan keluarga APS pulang karena persoalan biaya terapi pulang

Captopril 3x25mgHCT 2x50mgAmlodipin 1x10mgAnalsik 3x1Natrium Diklofenak 3x1ISDN 3x5mgOmeprazole 2x1(+) Clonidin 3x1 tab

VIIIPROGNOSIS

Qua ad vitam Dubia ad bonam

Qua ad functionam Dubia ad malam

Qua ad sanationam Dubia ad malam

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

IDefinisi

Osteoarthritis (OA dikenal juga sebagai arthritis degeneratif penyakit

degeneratif sendi) merupakan penyakit sendi degeneratif yang mengenai

sendi-sendi penumpu berat badan dengan gambaran patologis yang berupa

kerusakan kartilago sendi dimana terjadi proses degradasi interaktif sendi

17

yang kompleks terdiri dari proses perbaikan pada kartilago tulang dan

sinovium diikuti komponen sekunder proses inflamasi12

II Epidemiologi

Osteoartritis merupakan penyakit sendi yang paling banyak ditemukan di

dunia termasuk di Indonesia Bahkan sejak tahun 2001 hingga 2010

dicanangkan sebagai dekade penyakit tulang dan sendi di seluruh dunia5

Penyakit ini menempati urutan kedua setelah penyakit kardiovaskuler sebagai

penyebab ketidakmampuan fisik Di Inggris dan Wales sekitar 13 hingga

175 juta orang mengalami gejala OA Di Amerika 1 dari 7 penduduk

menderita OA34

Di Australia pada tahun 2002 diperkirakan biaya nasional untuk OA

sebesar 1 dari GNP yaitu mencapai $Aus 2700orangtahun4 Di Indonesia

sendiri prevalensi total OA sebanyak 343 juta orang pada tahun 2002 dan

mencapai 365 juta orang pada tahun 2007 Diperkirakan 1 sampai 2 juta

orang lanjut usia di Indonesia menderita cacat karena osteoarthritis Pada

beberapa penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan terjadinya

osteoarthritis pada obesitas dan sendi penahan beban tubuh5 Dari sekian

banyak sendi yang dapat terserang OA lutut merupakan sendi yang paling

sering dijumpai terserang OA Data Arthritis Research Campaign

menunjukkan bahwa lebih dari 550 ribu orang di Inggris menderita OA lutut

yang parah dan lebih dari 80 ribu operasi replacement sendi lutut dilakukan di

Inggris pada tahun 2000 dengan biaya 405 juta Poundsterling6

III Patofisiologi Osteoartritis

Terjadinya OA tidak lepas dari banyak persendian yang ada di dalam

tubuh manusia Sebanyak 230 sendi menghubungkan 206 tulang yang

memungkinkan terjadinya gesekan Untuk melindungi tulang dari gesekan di

dalam tubuh ada tulang rawan Namun karena berbagai faktor risiko yang ada

maka terjadi erosi pada tulang rawan dan berkurangnya cairan pada sendi

Tulang rawan sendiri berfungsi untuk meredam getar antar tulang Tulang

rawan terdiri atas jaringan lunak kolagen yang berfungsi untuk menguatkan

18

17

sendi proteoglikan yang membuat jaringan tersebut elastis dan air (70

bagian) yang menjadi bantalan pelumas dan pemberi nutrisi910

Kondrosit adalah sel yang tugasnya membentuk proteoglikan dan

kolagen pada rawan sendi Osteoartritis terjadi akibat kondrosit gagal

mensintesis matriks yang berkualitas dan memelihara keseimbangan antara

degradasi dan sintesis matriks ekstraseluler termasuk produksi kolagen tipe I

III VI dan X yang berlebihan dan sintesis proteoglikan yang pendek Hal

tersebut menyebabkan terjadi perubahan pada diameter dan orientasi dari serat

kolagen yang mengubah biomekanik dari tulang rawan sehingga tulang rawan

sendi kehilangan sifat kompresibilitasnya yang unik9

Selain kondrosit sinoviosit juga berperan pada patogenesis OA

terutama setelah terjadi sinovitis yang menyebabkan nyeri dan perasaan tidak

nyaman Sinoviosit yang mengalami peradangan akan menghasilkan Matrix

Metalloproteinases (MMPs) dan berbagai sitokin yang akan dilepaskan ke

dalam rongga sendi dan merusak matriks rawan sendi serta mengaktifkan

kondrosit Pada akhirnya tulang subkondral juga akan ikut berperan dimana

osteoblas akan terangsang dan menghasilkan enzim proteolitik 910

Agrekanase merupakan enzim yang akan memecah proteoglikan di

dalam matriks rawan sendi yang disebut agrekan Ada dua tipe agrekanase

yaitu agrekanase 1 (ADAMTs-4) dan agrekanase 2 (ADAMTs-11) MMPs

diproduksi oleh kondrosit kemudian diaktifkan melalui kaskade yang

melibatkan proteinase serin (aktivator plasminogen plamsinogen plasmin)

radikal bebas dan beberapa MMPs tipe membran Kaskade enzimatik ini

dikontrol oleh berbagai inhibitor termasuk TIMPs dan inhibitor aktifator

plasminogen Enzim lain yang turut berperan merusak kolagen tipe II dan

proteoglikan adalah katepsin yang bekerja pada pH rendah termasuk

proteinase aspartat (katepsin D) dan proteinase sistein (katepsin B H K L

dan S) yang disimpam di dalam lisosom kondrosit Hialuronidase tidak

terdapat di dalam rawan sendi tetapi glikosidase lain turut berperan merusak

proteoglikan10

19

Berbagai sitokin turut berperan merangsang kondrosit dalam

menghasilkan enzim perusak rawan sendi Sitokin-sitokin pro-inflamasi akan

melekat pada reseptor di permukaan kondrosit dan sinoviosit dan

menyebabkan transkripsi gene MMP sehingga produksi enzim tersebut

meningkat Sitokin yang terpenting adalah IL-1 selain sebagai sitokin

pengatur (IL-6 IL-8 LIFI) dan sitokin inhibitor (IL-4 IL-10 IL-13 dan IFN-

γ) Sitokin inhibitor ini bersama IL-Ira dapat menghambat sekresi berbagai

MMPs dan meningkatkan sekresi TIMPs Selain itu IL-4 dan IL-13 juga

dapat melawan efek metabolik IL-1 IL-1 juga berperan menurunkan sintesis

kolagen tipe II dan IX dan meningkatkan sintesis kolagen tipe I dan III

sehingga menghasilkan matriks rawan sendi yang berkualitas buruk 910

IV Klasifikasi Osteoartritis

OA dapat terjadi secara primer (idiopatik) maupun sekunder seperti

yang tercantum di bawah ini 19

IDIOPATIK SEKUNDER

20

SetempatTangan- nodus Heberden dan Bouchard (nodal)- artritis erosif interfalang- karpal-metakarpal IKaki - haluks valgus- haluks rigidus- jari kontraktur (hammercock-up toes)- talonavikulareCoxae- eksentrik (superior)- konsentrik (aksial medial)- difus (koksa senilis)Vertebra- sendi apofiseal- sendi intervertebral- spondilosis (osteofit)- ligamentum (hiperostosis penyakit Forestier diffuse idiopathic skeletal hyperostosis=DISH)Tempat lainnya- glenohumeral- akromioklavikular- tibiotalar- sakroiliaka- temporomandibularMenyeluruhMeliputi 3 atau lebih daerah yang tersebut diatas (Kellgren-Moore)

Traumaminus akutminus kronik (okupasional port)Kongenital atau developmentalGangguan setempatminus Penyakit Leg-Calve-Perthesminus Dislokasi koksa kongenitalminus Slipped epiphysisFaktor mekanikminus Panjang tungkai tidak samaminus Deformitas valgus varusminus Sindroma hipermobilitasMetabolikminus Okronosis (alkaptonuria)minus Hemokromatosisminus Penyakit Wilsonminus Penyakit GaucherEndokrinminus Akromegaliminus Hiperparatiroidismeminus Diabetes melitusminus Obesitasminus HipotiroidismePenyakit Deposit Kalsiumminus Deposit kalsium pirofosfat dihidratminus Artropati hidroksiapatitPenyakit Tulang dan Sendi lainnya Setempatminus FrakturminusNekrosis avaskular

Tabel 21 Osteoartritis Idiopatik dan Sekunder

V Manifestasi Klinis 15

1 Nyeri sendi

Terutama bila sendi bergerak atau menanggung beban yang akan

berkurang bila penderita beristirahat

21

2 Kaku pada pagi hari (morning stiffness)

Kekakuan pada sendi yang terserang terjadi setelah imobilisasi yang

cukup lama (gel phenomenon) bahkan sering disebutkan kaku muncul

pada pagi hari setelah bangun tidur (morning stiffness)

3 Hambatan pergerakan sendi

Hambatan pergerakan sendi ini bersifat progresif lambat bertambah

berat secara perlahan sejalan dengan bertambahnya nyeri pada sendi

4 Krepitasi

Rasa gemeretak (seringkali sampai terdengar) yang terjadi pada sendi

yang sakit

5 Perubahan bentuk sendi

Sendi yang mengalami osteoarthritis biasanya mengalami perubahan

berupa perubahan bentuk dan penyempitan pada celah sendi

6 Perubahan gaya berjalan

Hal yang paling meresahkan pasien adalah perubahan gaya berjalan

hampir semua pasien osteoarthritis pada pergelangan kaki lutut dan

panggul mengalami perubahan gaya berjalan (pincang)

VI Faktor Risiko Osteoartritis Lutut (Genu)

Secara garis besar terdapat dua pembagian faktor risiko OA lutut yaitu

faktor predisposisi dan faktor biomekanis

1 Faktor Predisposisi

a Faktor Demografi

1) Umur

Dari semua faktor risiko untuk timbulnya osteoartritis faktor

ketuaan adalah yang terkuat Proses penuaan dianggap sebagai

penyebab peningkatan kelemahan di sekitar sendi penurunan

kelenturan sendi kalsifikasi tulang rawan dan menurunkan

fungsi kondrosit yang semuanya mendukung terjadinya OA

Studi Framingham menunjukkan bahwa 27 orang berusia 63 ndash

22

70 tahun memiliki bukti radiografik menderita OA lutut yang

meningkat mencapai 40 pada usia 80 tahun atau lebih7

2) Jenis kelamin

Prevalensi OA pada laki-laki sebelum usia 50 tahun lebih tinggi

dibandingkan perempuan tetapi setelah usia lebih dari 50 tahun

prevalensi perempuan lebih tinggi menderita OA dibandingkan

laki-laki Hal ini dikaitkan dengan pengurangan hormon

estrogen yang signifikan pada wanita8

3) Ras Etnis

Prevalensi OA lutut pada penderita di negara Eropa dan

Amerika tidak berbeda sedangkan suatu penelitian

membuktikan bahwa ras Afrika ndash Amerika memiliki risiko

menderita OA lutut 2 kali lebih besar dibandingkan ras

Kaukasia Penduduk Asia juga memiliki risiko menderita OA

lutut lebih tinggi dibandingkan Kaukasia1011 Suatu studi lain

menyimpulkan bahwa populasi kulit berwarna lebih banyak

terserang OA dibandingkan kulit putih9

b Faktor Genetik

Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoartritis Adanya

mutasi dalam gen prokolagen atau gen-gen struktural lain untuk

unsur-unsur tulang rawan sendi seperti kolagen proteoglikan

berperan dalam timbulnya kecenderungan familial pada

osteoartritis10

c Faktor Gaya Hidup

1) Kebiasaan Merokok

Merokok dapat merusak sel dan menghambat proliferasi sel

tulang rawan sendi

Merokok dapat meningkatkan tekanan oksidan yang

mempengaruhi hilangnya tulang rawan

23

Merokok dapat meningkatkan kandungan karbonmonoksida

dalam darah menyebabkan jaringan kekurangan oksigen

dan dapat menghambat pembentukan tulang rawan12

2) Konsumsi Vitamin D

Orang yang tidak biasa mengkonsumsi makanan yang

mengandung vitamin D memiliki peningkatan risiko 3 kali lipat

menderita OA lutut13

d Faktor Metabolik

1) Obesitas

Berat badan yang berlebih ternyata dapat meningkatkan tekanan

mekanik pada sendi penahan beban tubuh dan lebih sering

menyebabkan osteoartritis lutut7

2) Osteoporosis

Hubungan antara OA lutut dan osteoporosis mendukung teori

bahwa gerakan mekanis yang abnormal tulang akan

mempercepat kerusakan tulang rawan sendi10

3) Penyakit Lain

OA lutut terbukti berhubungan dengan diabetes mellitus

hipertensi dan hiperurikemi dengan catatan pasien tidak

mengalami obesitas10

4) Histerktomi

Hal ini diduga berkaitan dengan pengurangan produksi hormon

estrogen setelah dilakukan pengangkatan rahim 10

5) Manisektomi

Menisektomi merupakan operasi yang dilakukan di daerah lutut

dan telah diidentifikasi sebagai faktor risiko penting bagi OA

lutut Hal ini berkaitan dengan hilangnya jaringan meniscus14

2 Faktor Biomekanis

a Riwayat Trauma Lutut

24

Trauma lutut yang akut termasuk robekan pada ligamentum

krusiatum dan meniskus merupakan faktor risiko timbulnya OA

lutut9

b Kelainan Anatomis

Faktor risiko timbulnya OA lutut antara lain kelainan lokal pada

sendi lutut seperti genu varum genu valgus Legg ndash Calve ndashPerthes

disease dan displasia asetabulum10

c Pekerjaan

Osteoartritis banyak ditemukan pada pekerja fisik berat terutama

yang banyak menggunakan kekuatan yang bertumpu pada lutut

(petani kuli dll)9

d Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik berat seperti berdiri lama (2 jam atau lebih setiap

hari) berjalan jarak jauh (2 jam atau lebih setiap hari) mengangkat

barang berat (10 kg ndash 50 kg selama 10 kali atau lebih setiap

minggu) mendorong objek yang berat (10 kg ndash 50 kg selama 10

kali atau lebih setiap minggu) naik turun tangga setiap hari

merupakan faktor risiko OA lutut 9

e Kebiasaan Olahraga

Atlit olah raga benturan keras dan membebani lutut seperti sepak

bola lari maraton dan kung fu memiliki risiko meningkat untuk

menderita OA lutut10

VII Kriteria Diagnosis Osteoartritis Lutut (Genu)

25

Kriteria diagnosis OA lutut menggunakan kriteria klasifikasi American

College of Rheumatology seperti tercantum pada tabel berikut ini 16

Tabel 22 Kriteria Klasifikasi Osteoartritis Lutut

Derajat osteoartritis lutut dinilai menjadi lima derajat oleh Kellgren dan

Lawrence yaitu 17

- Derajat 0 tidak ada gambaran osteoartritis

- Derajat 1 osteoartritis meragukan dengan gambaran sendi normal tetapi

terdapat osteofit minimal

- Derajat 2 osteoartritis minimal dengan osteofit pada 2 tempat tidak terdapat

sklerosis dan kista subkondral serta celah sendi baik

- Derajat 3 osteoartritis moderat dengan osteofit moderat deformitas ujung

tulang dan celah sendi sempit

- Derajat 4 osteoartritis berat dengan osteofit besar deformitas ujung tulang

celah sendi hilang serta adanyasklerosis dan kista subkondral

26

VIIIPenatalaksanaan Osteoarthritis

Tujuan penatalaksanaan pasien dengan osteoarthritis adalah18

1 Meredakan nyeri

2 Mengoptimalkan fungsi sendi

3 Mengurangi ketergantungan kepada orang lain dan meningkatkan

kualitas hidup

4 Menghambat progresivitas penyakit

5 Mencegah terjadinya komplikasi

Pilar terapi pada pasien dengan osteoarthritis yaitu

Nonfarmakologis

1 Modifikasi pola hidup

2 Edukasi

3 Istirahat teratur yang bertujuan mengurangi penggunaan beban pada

sendi

4 Modifikasi aktivitas

5 Menurunkan berat badan

6 Rehabilitasi medik fisioterapi

a Latihan statis dan memperkuat otot-otot

b Fisioterapi yang berguna untuk mengurangi nyeri menguatkan otot

dan menambah luas pergerakan sendi

7 Penggunaan alat bantu

Farmakologis

1 Sistemik

a Analgetik

Non narkotik parasetamol

Opioid (kodein tramadol)

b Antiinflamasi nonsteroid (NSAIDs)

Oral

Injeksi

Suppositoria

27

c DMOADs (disease modifying OA drugs)

Diantara nutraceutical yang saat ini tersedia di Indonesia adalah

Glucosamine sulfate dan Chondroitine sulfate

2 Topikal

a Krim rubefacients dan capsaicin

Beberapa sediaan telah tersedia di Indonesia dengan cara kerja pada

umumnya bersifat counter irritant

b Krim NSAIDs

Beberapa yang dapat digunakan adalah gel piroxicam dan sodium

diklofenak

3 Injeksi intraartikularintra lesi

Pada dasarnya ada 2 indikasi suntikan intra artikular yakni penanganan

simtomatik dengan steroid dan viskosuplementasi dengan hyaluronan

untuk modifikasi perjalanan penyakit Beberapa preparat injeksi

intraartikular diantaranya

a Steroid ( triamsinolone hexacetonide dan methyl prednisolone )

Hanya diberikan jika ada satu atau dua sendi yang mengalami

nyeri dan inflamasi yang kurang responsif terhadap pemberian

NSAIDs tak dapat mentolerir NSAIDs atau ada komorbiditas yang

merupakan kontra indikasi terhadap pemberian NSAIDs

Dosis untuk sendi besar seperti lutut 40-50 mginjeksi

sedangkan untuk sendi-sendi kecil biasanya digunakan dosis 10 mg

b Hyaluronan high molecular weight dan low molecular weight

Diberikan berturut-turut 5 sampai 6 kali dengan interval satu

minggu masing-masing 2 sampai 25 ml Hyaluronan Sediaan di

Indonesia diantaranya adalah Hyalgan dan Osflex

4 Pembedahan

Sebelum diputuskan untuk terapi pembedahan harus dipertimbangkan

terlebih dahulu risiko dan keuntungannya Pertimbangan dilakukan

tindakan operatif bila

28

a Deformitas menimbulkan gangguan mobilisasi

b Nyeri yang tidak dapat teratasi dengan penganan medikamentosa

dan rehabilitatif

Ada 2 tipe terapi pembedahan Realignment osteotomi dan replacement

joint

Macam-macam operasi sendi lutut untuk osteoarthritis

a Partial replacementunicompartemental

b High tibial osteotomy orang muda

c Patella amp condyle resurfacing

d Minimally constrained total replacement stabilitas sendi dilakukan

sebagian oleh ligament asli dan sebagian oleh sendi buatan

e Cinstrained joint fixed hinges dipakai bila ada tulang hilang dan

severe instability

f Total knee replacement apabila didapatkan nyeri deformitas

instability akibat dari rheumatoid atau osteoarthritis

29

Gambar 21 Piramida Penatalaksanaan Osteoartritis

BAB III

DISKUSI DAN PEMBAHASAN

OA adalah penyakit degenerasi kartilago artikuler yang berlangsung secara

perlahan dan ditandai dengan nyeri sendi kekakuan dan keterbatasan gerak yang

berkembang secara progresif Tanda-tanda tersebut ditemukan pada penderita ini

Berdasarkan etiologinya OA diklasifikasikan menjadi dua yaitu OA

primer dan OA sekunder OA primer disebut juga OA idiopatik yaitu OA yang

kausanya tidak diketahui dan tidak ada hubungannya dengan penyakit sistemik

maupun proses perubahan lokal pada sendi OA sekunder adalah OA yang

didasari oleh adanya kelainan endokrin trauma inflamasi metabolik

pertumbuhan herediter jejas mikro dan makro serta imobilisasi yang terlalu lama

faktor mekanik penyakit deposit kalsium penyakit tulang dan sendi lainnya serta

neuropatik endemik Beberapa faktor risiko yang diketahui berhubungan dengan

penyakit OA diantaranya faktor risiko umum yang penting seperti kegemukan

faktor genetik dan jenis kelamin serta beberapa faktor risiko lain seperti usia lebih

dari 40 tahun suku bangsa cedera sendi pekerjaan olahraga kelainan

pertumbuhan kepadatan tulang dan lain-lain Pada penderita ini berdasarkan

30

anamnesis riwayat sosialnya penderita adalah seorang wanita berusia 75 tahun

yang meskipun tidak melakukan pekerjaan yang berat tetapi dirinya tetap

menjalankan pekerjaan rumah tangga (sebelum sakit) yang notabene banyak

menggunakan sendi lutut Selain itu dari pemeriksaan fisik penderita ini juga

mengalami kegemukan Kondisi-kondisi pada penderita ini merupakan faktor

risiko sekunder terjadinya OA Jadi dapat disimpulkan bahwa penyebab OA pada

penderita ini bukan termasuk faktor risiko OA primer

Penderita datang dengan keluhan nyeri pada kedua sendi lutut sejak plusmn 1

tahun SMRS dan puncaknya 2 hari SMRS dimana penderita sudah tidak bisa

berjalan lagi Nyeri sendi merupakan keluhan yang umum terjadi pada penyakit

reumatik seperti artritis gout OA keganasan reumatik septik dan lain

sebagainya Pada penderita ini nyeri terlokalisir pada lutut tanpa adanya nyeri

pada sendi yang lain nyeri bertambah saat melakukan gerakan (seperti berjalan)

dan berkurang apabila beristirahat Tidak ada demam Nyeri tidak menetap

sepanjang hari Nyeri seperti ini biasanya ditemukan pada OA

Penderita juga mengeluh kaku sendi Kaku sendi dirasakan penderita pada

pagi hari Keadaan ini biasanya disebabkan oleh desakan cairan yang berada di

sekitar jaringan yang mengalami inflamasi (kapsul sendi sinovial atau bursa)

Kaku sendi makin nyata pada pagi hari atau setelah istirahat Setelah digerak-

gerakkan cairan akan menyebar dari jaringan yang mengalami inflamasi sehingga

penderita merasa terlepas dari ikatan dan bisa menggerakkan sendinya kembali

Lama kaku sendi pada OA adalah kurang dari 30 menit sedangkan pada AR

minimal satu jam Pada penderita ini kaku sendi juga dirasakan pada pagi hari

selama plusmn 20-30 menit dan menghilang dengan sendirinya bila penderita

menggerakkan kakinya dengan beraktivitas seperti biasa Hal ini sesuai untuk

mendukung keluhan pada penderita OA

Penderita juga mengalami bengkak pada kedua lutut Bengkak dirasakan

oleh penderita sejak 6 bulan SMRS Sendi yang membengkak bisa disebabkan

oleh penonjolan tulang sinovitis efusi dan karena adanya osteofit yang dapat

mengubah permukaan sendi Pada penderita ditemukan osteofit pada pemeriksaan

rontgent

31

29

Pemeriksaan fisik lokalis pada kedua sendi lutut didapatkan pada

inspeksi didapatkan pembesaran bengkak pada kedua sendi lutut dengan tidak

ada perubahan warna kulit Palpasi pada kedua sendi lutut didapatkan nyeri tekan

dan pada perabaan dirasakan hangat Pemeriksaan gerak sendi didapat

keterbatasan gerak fleksi yaitu hanya dapat mengerakkan lutut sebesar 60deg

Hambatan gerak terutama disebabkan oleh adanya remodelling osteofit penebalan

kapsul dan juga adanya efusi Pada auskultasi sendi lutut penderita ditemukan

adanya krepitasi dimana terdengar suara gemeretak ldquokretek-kretekrdquo seperti suara

krupuk yang diremukkan Gejala ini mungkin disebabkan karena gesekan kedua

permukaan tulang sendi yang irregular pada saat sendi digerakkan ataupun secara

pasif dimanipulasi

Pemeriksaan radiologis pada penderita ini didapatkan adanya gambaran

berupa penyempitan sendi dan osteofit pada pinggir sendi Menipisnya rawan

sendi diawali dengan retak dan terbelahnya permukaan sendi di beberapa tempat

yang kemudian menyatu dan disebut sebagai fibrilasi Di lain pihak pada tulang

akan terjadi pula perubahan sebagai reaksi tubuh untuk memperbaiki kerusakan

Perubahan itu adalah penebalan tulang subkondral dan pembentukan osteofit

marginal disusul kemudian dengan perubahan komposisi molekular dan struktur

tulang Penipisan kartilago sendi akibat proses degeneratif memberi gambaran

penyempitan celah sendi yang tidak simetris pada foto polos radiologi Fungsi

kartilago sendi berkurang bahkan menghilang mengakibatkan beban stres di

daerah subkhondral bertambah Beberapa subkhondral tersebut dapat diamati pada

poto polos radiologi berupa pembentukan osteofit sklerotik subkhondral maupun

pembentukan kista subkhondral Pada penderita ini ditemukan adanya

pembentukan osteofit pada condylus lateralis dan medialis os tibio femoralis

Pada OA anamnesa (gejala klinis) pemeriksaan fisik dan pemeriksaan

radiologi sudah dapat menunjang penegakan diagnosis Hasil pemeriksaan

laboratorium pada OA biasanya tidak banyak berguna Darah tepi (Hb Leukosit

dan LED) dalam batas normal kecuali OA generalisata yang harus dibedakan

dengan arthritis peradangan Pada OA yang disertai peradangan mungkin

didapatkan penurunan viskositas pleositosis sedang hingga ringan serta

32

peningkatan ringan sel radang (lt8000m) gt1 Pada penderita ini dilakukan

pemeriksaan laboratorium darah lengkap kimia darah dan urin lengkap karena

pemeriksaan tersebut merupakan pemeriksaan rutin Dari hasil pemeriksaan

laboratorium pada penderita ini tidak ditemukan adanya kelainan

Diagnosis OA sudah bisa ditegakkan secara klinis dengan memakai

kriteria OA yang dibuat oleh Subcommittee American College of Rheumatology

(ACR) Kriteria OA lutut secara klinis laboratorium dan radiologis adalah adanya

nyeri lutut osteofit dan salah satu dari tanda berikut yaitu usia lebih dari 50

tahun kaku sendi kurang dari 30 menit atau adanya krepitus Pada penderita ini

wanita berusia 75 tahun ditemukan memiliki keluhan nyeri kedua sendi lutut

terdapat kaku sendi selama 20-30 menit terdapat krepitus dan pada pemeriksaan

radiologi ditemukan adanya osteofit

Pengelolaan penderita dengan OA bertujuan untuk menghilangkan

keluhan mengoptimalkan fungsi sendi mengurangi ketergantungan dan

meningkatkan kualitas hidup menghambat progresivitas penyakit dan mencegah

komplikasi Pilar terapi OA non farmakologis (edukasi terapi fisik

dietpenurunan berat badan) farmakologis (analgetik kortikosteroid lokal

sistemik kondroprotektif dan biologik) dan pembedahan

Edukasi sangat penting bagi semua pasien OA Dua hal yang menjadi

tujuan edukasi adalah bagaimana mengatasi nyeri dan disabilitas Pemberian

edukasi pada penderita ini sangat penting karena dengan edukasi diharapkan

pengetahuan penderita mengenai penyakit OA menjadi meningkat dan pengobatan

menjadi lebih mudah serta dapat diajak bersama-sama untuk mencegah kerusakan

organ sendi lebih lanjut Edukasi yang diberikan pada penderita ini yaitu

memberikan pengertian bahwa OA adalah penyakit yang kronik sehingga perlu

dipahami bahwa mungkin dalam derajat tertentu akan tetap ada rasa nyeri kaku

dan keterbatasan gerak serta fungsi Selain itu agar rasa nyeri dapat berkurang

maka penderita hendaknya mengurangi aktivitaspekerjaannya sehingga tidak

terlalu banyak menggunakan sendi lutut dan lebih banyak beristirahat Penderita

juga disarankan untuk kembali kontrol sehingga dapat diketahui apakah

33

penyakitnya sudah membaik atau ternyata ada efek samping akibat obat yang

diberikan

Terapi fisik bertujuan untuk melatih penderita agar persendiannya tetap

dapat dipakai dan melatih penderita untuk melindungi sendi yang sakit Pada

penderita ini dianjurkan untuk berolah raga tapi olah raga yang memperberat

sendi sebaiknya dihindari seperti lari atau joging Hal ini dikarenakan dapat

menambah inflamasi meningkatkan tekanan intraartikular bila ada efusi sendi dan

bahkan bisa menyebabkan robekan kapsul sendi Untuk mencegah risiko

terjadinya kecacatan pada sendi sebaiknya dilakukan olah raga peregangan otot

seperti mQuadrisep femoris dengan peregangan otot diharapkan dapat membantu

dalam peningkatan fungsi sendi secara keseluruhan dan mengurangi nyeri Pada

penderita ini disarankan untuk senam lantai 3 kali seminggu dimana pasien

mengambil posisi terlentang sambil meregangkan lututnya dengan cara

mengangkat kaki dan secara perlahan menekuk dan meluruskan lututnya Olah

raga ini sangat mudah dilakukan apalagi mengingat usia penderita yang sudah

mencapai 75 tahun

Diet bertujuan untuk menurunkan berat badan pada penderita OA yang

gemuk Hal ini sebaiknya menjadi program utama pengobatan OA Penurunan

berat badan seringkali dapat mengurangi keluhan dan peradangan Selain itu

obesitas juga dapat meningkatkan risiko progresifitas dari OA Pada penderita ini

disarankan untuk mengurangi berat badan dengan mengatur diet rendah kalori

sampai mungkin mendekati berat badan ideal Dimana prinsipnya adalah

mengurangi kalori yang masuk dibawah energi yang dibutuhkan Penurunan

energi intake yang aman dianjurkan pemberian defisit energi antara 500-1000

kalori perhari sehingga diharapkan akan terjadi pembakaran lemak tubuh dan

penurunan berat badan 05 ndash 1 kg per minggu Biasanya intake energi diberikan

1200-1300 kal per hari dan paling rendah 800 kal per hari Formula yang dapat

digunakan untuk kebutuhan energi berdasarkan berat badan adalah 22kalkgBB

aktualhari dengan cara ini didapatkan defisit energi 1000 kalhari Pada penderita

ini dianjurkan untuk diet 1400 kal perhari agar mencapai BB idealnya yakni

setidaknya mencapai 55 kg Namun cara ini juga memerlukan kehati ndash hatian

34

dikarenakan usia penderita dan daya tahan tubuhnya yang memang sudah tidak

mendukung untuk melakukan usaha diit

Terapi farmakologis pada penderita OA biasanya bersifat simptomatis

Pada tahap awal dapat dicoba analgetik sederhana seperti asetaminofen atau

salisilat Bila tidak ada perbaikan dapat diberikan obat anti inflamasi non steroid

Untuk mengurangi keluhan nyeri pada penderita ini telah diberikan pengobatan

langsung dengan obat anti inflamasi non steroid seperti Na-diklofenak dengan

dosis 3times50 mg tanpa menggunakan obat lini pertama Hal ini dikarenakan keluhan

pada penderita ini sudah cukup berat ditambah pula adanya bengkak dan rasa

hangat di lutut yang tidak hilang dengan obat analgetik sederhana ( seperti yang

biasa dikonsumsi penderita) Na-diklofenak merupakan obat golongan OAINS

COX-1 inhibitor yang non-selektif dimana obat ini diberikan pada penderita

karena tidak terdapat riwayat pernah menderita gangguan gastrointestinal Namun

mengingat usia penderita yang memang sudah lanjut maka penderita juga

diberikan obat pelapis lambung untuk menjaga kondisi saluran pencernaannya Di

sini penderita diberikan obat golongan PPI (Omeprazole 2 x 20 mg) Setelah

dievaluasi beberapa hari ternyata keluhan nyeri dan bengkak pada penderita tidak

kunjung ada perubahan maka ditambahkan pula obat steroid injeksi dimana

pilihannya adalah InjTriamcinolon 1 Amp24 jam (Inj Flamicort) Selain itu

pasien juga dikonsulkan ke spesialis rehabilitasi medis untuk dilakukan

fisioterapi

Terapi pembedahan Terapi ini diberikan apabila terapi farmakologis dan

rehabilitasi tidak berhasil untuk mengurangi rasa sakit dan juga untuk melakukan

koreksi apabila terjadi deformitas yang menimbulkan gangguan mobilisasi sendi

yang mengganggu aktifitas sehari-hari Pada penderita ini tidak sampai dilakukan

terapi pembedahan

35

DAFTAR PUSTAKA

1 Soeroso J Isbagio H Kalim H Broto R Pramudiyo R Osteoartritis In

Sudoyo AW Setiyohadi B Alwi I Simadibrata M Setiati S editors Buku

Ajar Ilmu Penyakit Dalam 4th ed Jakarta Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit

Dalam Fakultas Kedokteran Indonesia 2006 p 1195-201

2 Osteoarthritis Wikipedia The Free Encyclopedia [serial on the internet]

2009 [cited 2009 Sep 1] Available from

httpenwikipediaorgwikiOsteoarthritis

3 Reginster JY The Prevalence and Burden of Osteoarthritis Rheumatology

2002 41 (suppl 1) 3 ndash 6

4 Wibowo Dhidik Tri Kurniawan Yusuf Latifah Tati Gunadi Rachmat

Perancangan dan Implementasi Sistem Bantu Diagnosis Penyakit

Osteoartritis dan Reumatoid Artritis Melalui Deteksi Penyempitan Celah

Sendi pada Citra X-Ray Tangan dan Lutut Dalam Temu Ilmiah

Reumatologi Jakarta 2003 168 ndash 172

5 Konggres Nasional Ikatan Reumatologi Indonesia VI httppemda-

diygoidberita 2005 102140

36

6 Arthritis Research Campaign 2000 Available at

httpwwwarcorgukabout_arthastatshtm

7 Felson DT Zhang Y Hannan MT et al The Incidence and Natural

History of Knee Osteoarthritis in the Elderly The Framingham

Osteoarthritis Study Arthritis Rheumatology 1995 38 1500 ndash 1505

8 Felson DT Zhang Y An Update on the Epidemiology of Knee and Hip

Osteoarthritis with a View to Prevention Arthritis Rheumatology 1998

41 1343 ndash 1355

9 Setiyohadi Bambang Osteoartritis Selayang Pandang Dalam Temu Ilmiah

Reumatologi Jakarta 2003 27 ndash 31

10 Klippel John H Dieppe Paul A Brooks Peter et al Osteoarthritis In

Rheumatology United Kingdom Mosby ndash Year Book Europe Limited

1994 21 ndash 106

11 Abbate L Renner JB Stevens J et al Do Body Composition and Body Fat

Distribution Explain Ethnic Differences in Radiographic Knee

Osteoarthritis Outcomes in African -American and Caucasian Women The

North American Association for the Study of Obesity 2006 14 1274 ndash

1281

12 Amin Niu Jingbo Hunter David et al Smoking Worsens Knee

Osteoarthritis News Center Oklahoma City Oklahoma USA 2006 1 ndash 4

13 McAlindon Timothy E Felson David T Zhang Yuqing et al Relation of

Dietary Intake and Serum Levels of Vitamin D to Progression of

Osteoarthritis of the Knee Among Participants in the Framingham Study

14 Englund M and Lohmander LS Patellofemoral Osteoarthritis Coexistent

with Tibiofemoral Osteoarthritis in a Meniscectomy Population Annals of

the Rheumatic Diseases 2005 64 1721 ndash 1726

15 Carter MA Osteoartritis In Price SA Wilson LM Patofisiologi konsep

klinis proses-proses penyakit 6th ed Jakarta EGC 2006 p 1380-4

16 Altman RD Criteria for the Classification of Osteoarthritis Journal of

Rheumatology 1991 27 (suppl) 10 ndash 12

37

17 Milne AD Evans NA Stanish WD Nonoperative Management of Knee

Osteoarthritis In Hartono IM Studi komparasi antara WOMAC index

dengan Kellgren-Lawrence grading system pada penderita osteoarthritis

genu [PPDS1 thesis] Semarang Medical Faculty Diponegoro University

2007 p 12

18 Haq I Murphy E Dacre J Osteoarthritis Review Postgrad Med J 2003

79 377 ndash 383

19 Anonim [1986] Criteria for classification of idiopathic osteoarthtritis (OA)

of the knee American College of Rheumatology [serial on the internet]

2010 [cited 2010 Jan 20] Available from

httpwwwrheumatologyorgpublicationsclassificationoakneeasp

aud=mem

38

  • BAB I
  • ILUSTRASI KASUS
  • 1 Pemeriksaan EKG
  • X ndash Ray Pelvis AP
  • BAB III
  • DISKUSI DAN PEMBAHASAN
Page 7: laporan kasus osteoartritis

3) Perkusi

Depan Belakang

Sonor Sonor Sonor Sonor

Sonor Sonor Sonor Sonor

Sonor Sonor Sonor Sonor

4) Auskultasi

Suara dasar vesikuler

Depan Belakang

+ + + +

+ + + +

+ + + +

Suara tambahan wheezing (--) ronkhi (--)

d Abdomen

1) Inspeksi

Dinding perut sejajar dinding dada distended (-) umbilikus

tampak dan tidak ada inflamasi kaput medusa (-) venektasi (-)

sikatrik bekas operasi (-)

2) Auskultasi

Peristaltik (+) normal

3) Perkusi

Timpani (+) ascites (-) shifting dullnes (-)

4) Palpasi

Supel nyeri tekan epigastrium (-) lien dan hepar tidak teraba

membesar ginjal tidak teraba nyeri ketok costovertebrae (-)

defans muskular (-)

7

e Ekstremitas

1) Ekstremitas superior

Dekstra

Pergerakan motorik dalam batas normal tanda-tanda inflamasi

(-) oedem (-) eritem (-) CRT lt 3 detik clubbing finger (-)

kuku nekrosis (-) akral hangat (+) deformitas (-)

Sinistra

Pergerakan motorik dalam batas normal tanda-tanda inflamasi

(-) oedem (-) eritem (-) CRT lt 3 detik clubbing finger (-)

kuku nekrosis (-) akral hangat (+) deformitas (-)

2) Ekstremitas inferior

Dekstra

Pergerakan motorik sendi lutut terbatas (+) tanda-tanda

inflamasi sendi lutut (+) oedem sendi lutut (+) deformitas

sendi lutut (+) krepitasi sendi lutut (+) nyeri gerak dan

tekan (+) hiperemi (-) kuku nekrosis (-) akral hangat (+)

Sinistra

Pergerakan motorik sendi lutut terbatas (+) tanda-tanda

inflamasi sendi lutut (+) oedem sendi lutut (+) deformitas

sendi lutut (+) krepitasi sendi lutut (+) nyeri gerak dan

tekan(+) hiperemi (-) kuku nekrosis (-) akral hangat (+)

8

Genu Dekstra Genu Sinistra

IV PEMERIKSAAN PENUNJANG

1 Pemeriksaan EKG

a Frekuensi 87xmenit saat pertama kali masuk RS ritme reguler

b Jenis irama Sinus

c Zona transisi V6

d Aksis Lead II (+) aVL (+)

e Morfologi gelombang

1) Gelombang P selalu diikuti gelombang QRS dan T

2) Interval PR 012 detik

3) Gelombang QRS 010 detik

4) Elevasi ST (-)

5) Depresi ST (-)

6) Gelombang T inverted di Lead II III aVF dan V1 ndash V3

9

2 Laboratorium Darah dan Urin (tanggal 2 dan 3 Februari 2014)

Keterangan 02022014 03022014 SatuanNilai

RujukanHematologi rutinHemoglobin 118 - gdl 115-16

Hematokrit 369 - 35-49

Leukosit 83 - 10sup3microl 40-11Trombosit 297 - 10sup3microl 150-440Eritrosit 505 - 10⁶microl 38-52

Indeks eritrosit

MCV 731 - fl 82-95MCH 233 - pg 27-31MCHC 319 - gdl 32-36RDW 185 - 116-148

Hitung jenis

Granulosit 732 (H) - 50-70Limfosit 170 (L) - 20-40Monosit 98 (H) - 2-8

Kimia Ginjal

Ureum - 16 mgdL 10-45Creatinin - 073 mgdL 05-11

Asam Urat - 60 mgdL 24-60

GDS 199 - mgdL lt 200

Kimia Profil Lipid

Kolesterol Total - 199 mgdL lt200HDL Kolesterol - 35 (L) mgdL gt40LDL Kolesterol - 1348 (H) mgdL lt 130Trigliserid - 146 mgdL 35-160

URIN RUTIN 03022014 Satuan Nilai Rujukan

10

MAKROSKOPIS

Warna Kuning Kuning muda - kuning

Kekeruhan Jernih Jernih

KIMIA URINE

pH Reaksi 60 46 ndash 85Berat jenis 1015 1003 ndash 1030Protein Negatif mgdL NegatifReduksi Negatif mgdL NegatifLeukosit Esterase Negatif microL NegatifBilirubin Negatif mgdL NegatifUrobilinogen Normal mgdL NormalNitrit Negatif mgdL NegatifKeton Negatif mgdL NegatifBlood (HbEri) Negatif mgdL Negatif

MIKROSKOPIS

Leukosit Sedimen 10 ndash 15 SelLPB 0 ndash 15Eritrosit Sedimen 0 SelLPB 0 ndash 3 Epitel 5 - 10 SelLPB 0 ndash 15 Silinder Negatif LPK NegatifKristal Negatif LPB NegatifBakteri Negatif LPB NegatifJamur Negatif LPB NegatifLain - lain Negatif LPB

11

3 Foto Rontgen (tanggal 2 Februari 2014)

X ndash Ray Genu Dekstra et Sinistra

Kesan

Osteofit pada condylus lateralis dan medialis os tibia femoralis

dekstra disertai penyempitan sendi tibia femoralis lateralis dekstra

merupakan gambaran osteoarthrosis genu dekstra grade III

Osteofit pada condylus lateralis dan medialis os tibia femoralis

sinistra disertai penyempitan sendi femoro tibialis sinistra disertai

irreguler pada tulang tibia fibula sekitar sendi dan sklerotik

subcondral merupakan gambaran osteoarthosis genu sinistra grade

IV disertai osteoarthritis peradangan

12

X ndash Ray Pelvis AP

13

Kesan

Lesi opak pada cavum pelvis suspek massa DD vesikolitiasis ( usul

USG abdomen )

Tak tampak fraktur maupun dislokasi

V ASSESMENT DIAGNOSIS KERJA DAN DIAGNOSIS BANDING

1 Osteoartritis Genu Dextra et Sinistra

2 Hipertensi stage I

3 Ischemia Hearth Disease

Daftar masalah Problem AssesmentPlanning Diagnosa

Plannning Terapi (IGD)Planning

Monitoring

75 tahun Kedua kaki nyeri tidak bisa jalan (+) tidak bisa ditekuk (+) kaku riwjatuh (-)

Pmx Fisik Genu D et S ada deformitas (+) bengkak(+) krepitasi (+)

Foto x-ray genu osteoarthritis osteofit sendi genu D et S

-Deformitas Sendi-Proses Degeneratif

Osteoartritis Genu Dextra et Sinistra

- X-ray genu Dekstra et Sinistra

- Pmx Cairan synovial sendi genu

Non Farmakologi- A-B-C management ( infRL 20tpm)- Edukasi pasien- Terapi Fisik latihan gerak sendi- Fisioterapi-Penurunan berat badanFarmakologi- Inj Ranitidin 1 Amp12j- Inj Ketorolac 30mg (E)po Natrium Diklofenak 2x1 Analsik 2x1 Vit BC 1x1

-Tanda dan gejala Klinis

- TD 150100 mmHg

Gangguan hemo -dinamik

Hipertensi stage I

- EKG Foto Thorax

Non Farmakologi- Diet rendah garamFarmakologi

- Cek ulang Tekanan Darah

14

Fungsi Ginjal

- Captopril 2 x 25mg (po)- Amlodipin 1x10mg (po)

EKG Gelombang T inverted di Lead II III aVF dan V1 ndash V3

-Ateroskle- rosis-Hipoksia vaskuler

Ischemia Hearth Disease

-Cek Profil Lipid Asam Urat Enzim Jantung

Non Farmakologi-Tirah baring- O2 3-4lpmFarmakologi-ISDN 3x5mg

-Cek EKG serial 4 jam

VI POMR (Problem Oriented Medical Record)

VII FOLLOW UP

Tanggal Subjektif dan Objektif Penatalaksanaan03022014 S kaki masih nyeri jika digerakkan (+)

pegel (+) masih belum bisa berjalan pusing (-) sesak (-)KU Kesadaran Sedang composmentisVS TD 170100 mmHg RR 18 kali menit N 88 kali menit T 370CVAS 7Bengkak (+) eritem (-) ROM terbatasEKG T inverted Lead IIIII aVF amp V1-V3

O2 3lpmIVFD RL 20 tpm Captopril 3x25mgHCT 2x50mgAmlodipin 1x10mgAnalsik 3x1Natrium Diklofenak 3x1ISDN 3x5mg

15

04022014 S kaki masih nyeri jika digerakkan ditekuk (+) pasien tetap masih belum bisa duduk maupun berjalan sesak(-) pusing(-)KU Kesadaran Sedang composmentisVS TD 130100 mmHg RR 18 kali menit N 76 kali menit T 3730CVAS 7Bengkak (+) eritem (-) ROM terbatas

O2 3lpmIVFD RL 20 tpm Captopril 3x25mgHCT 2x50mgAmlodipin 1x10mgAnalsik 3x1Natrium Diklofenak 3x1ISDN 3x5mg(+) Inj Flamicort 1 Amp Omeprazole 2x1

05022014 S kaki masih nyeri jika digerakkan (+) namun pasien sudah bisa tidur miring sambil menekuk lututnya pegel (+) masih belum bisa berjalan (+)KU Kesadaran Sedang composmentisVS TD 150100 mmHg RR 18 kali menit N 86 kali menit T 370CVAS 5Bengkak (+) eritem (-) ROM terbatas

O2 3lpmIVFD RL 20 tpm Captopril 3x25mgHCT 2x50mgAmlodipin 1x10mgAnalsik 3x1Natrium Diklofenak 3x1ISDN 3x5mg(+) Inj Flamicort 1 Amp Omeprazole 2x1Co SpRM untuk Fisioterapi

pasien sudah difisioterapi (IR)06022014 S kaki masih nyeri jika digerakkan (+)

ditambah keluhan nyeri pinggang keluhan pusing sesak mual muntah disangkalKU Kesadaran Sedang composmentisVS TD 200100 mmHg RR 20 kali menit N 88 kali menit T 3630CVAS 7Bengkak (+) eritem (-) ROM terbatas

O2 3lpmIVFD RL 20 tpm Inj Flamicort 1 AmpCaptopril 3x25mgHCT 2x50mgAmlodipin 1x10mgAnalsik 3x1Natrium Diklofenak 3x1ISDN 3x5mgOmeprazole 2x1

Fisioterapi masih dilanjutkan

16

07022014 S kaki masih nyeri tapi lebih jarang pasien sudah bisa setengah duduk namun tetap dibantu keluarga sesak (-) pusing (sedikit) makan minum (+) sedikit - sedikitKU Kesadaran Sedang composmentisVS TD 200100 mmHg RR 18 kali menit N 76 kali menit T 370CVAS 5Bengkak (+) eritem (-) ROM terbatas

Pasien dan keluarga APS pulang karena persoalan biaya terapi pulang

Captopril 3x25mgHCT 2x50mgAmlodipin 1x10mgAnalsik 3x1Natrium Diklofenak 3x1ISDN 3x5mgOmeprazole 2x1(+) Clonidin 3x1 tab

VIIIPROGNOSIS

Qua ad vitam Dubia ad bonam

Qua ad functionam Dubia ad malam

Qua ad sanationam Dubia ad malam

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

IDefinisi

Osteoarthritis (OA dikenal juga sebagai arthritis degeneratif penyakit

degeneratif sendi) merupakan penyakit sendi degeneratif yang mengenai

sendi-sendi penumpu berat badan dengan gambaran patologis yang berupa

kerusakan kartilago sendi dimana terjadi proses degradasi interaktif sendi

17

yang kompleks terdiri dari proses perbaikan pada kartilago tulang dan

sinovium diikuti komponen sekunder proses inflamasi12

II Epidemiologi

Osteoartritis merupakan penyakit sendi yang paling banyak ditemukan di

dunia termasuk di Indonesia Bahkan sejak tahun 2001 hingga 2010

dicanangkan sebagai dekade penyakit tulang dan sendi di seluruh dunia5

Penyakit ini menempati urutan kedua setelah penyakit kardiovaskuler sebagai

penyebab ketidakmampuan fisik Di Inggris dan Wales sekitar 13 hingga

175 juta orang mengalami gejala OA Di Amerika 1 dari 7 penduduk

menderita OA34

Di Australia pada tahun 2002 diperkirakan biaya nasional untuk OA

sebesar 1 dari GNP yaitu mencapai $Aus 2700orangtahun4 Di Indonesia

sendiri prevalensi total OA sebanyak 343 juta orang pada tahun 2002 dan

mencapai 365 juta orang pada tahun 2007 Diperkirakan 1 sampai 2 juta

orang lanjut usia di Indonesia menderita cacat karena osteoarthritis Pada

beberapa penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan terjadinya

osteoarthritis pada obesitas dan sendi penahan beban tubuh5 Dari sekian

banyak sendi yang dapat terserang OA lutut merupakan sendi yang paling

sering dijumpai terserang OA Data Arthritis Research Campaign

menunjukkan bahwa lebih dari 550 ribu orang di Inggris menderita OA lutut

yang parah dan lebih dari 80 ribu operasi replacement sendi lutut dilakukan di

Inggris pada tahun 2000 dengan biaya 405 juta Poundsterling6

III Patofisiologi Osteoartritis

Terjadinya OA tidak lepas dari banyak persendian yang ada di dalam

tubuh manusia Sebanyak 230 sendi menghubungkan 206 tulang yang

memungkinkan terjadinya gesekan Untuk melindungi tulang dari gesekan di

dalam tubuh ada tulang rawan Namun karena berbagai faktor risiko yang ada

maka terjadi erosi pada tulang rawan dan berkurangnya cairan pada sendi

Tulang rawan sendiri berfungsi untuk meredam getar antar tulang Tulang

rawan terdiri atas jaringan lunak kolagen yang berfungsi untuk menguatkan

18

17

sendi proteoglikan yang membuat jaringan tersebut elastis dan air (70

bagian) yang menjadi bantalan pelumas dan pemberi nutrisi910

Kondrosit adalah sel yang tugasnya membentuk proteoglikan dan

kolagen pada rawan sendi Osteoartritis terjadi akibat kondrosit gagal

mensintesis matriks yang berkualitas dan memelihara keseimbangan antara

degradasi dan sintesis matriks ekstraseluler termasuk produksi kolagen tipe I

III VI dan X yang berlebihan dan sintesis proteoglikan yang pendek Hal

tersebut menyebabkan terjadi perubahan pada diameter dan orientasi dari serat

kolagen yang mengubah biomekanik dari tulang rawan sehingga tulang rawan

sendi kehilangan sifat kompresibilitasnya yang unik9

Selain kondrosit sinoviosit juga berperan pada patogenesis OA

terutama setelah terjadi sinovitis yang menyebabkan nyeri dan perasaan tidak

nyaman Sinoviosit yang mengalami peradangan akan menghasilkan Matrix

Metalloproteinases (MMPs) dan berbagai sitokin yang akan dilepaskan ke

dalam rongga sendi dan merusak matriks rawan sendi serta mengaktifkan

kondrosit Pada akhirnya tulang subkondral juga akan ikut berperan dimana

osteoblas akan terangsang dan menghasilkan enzim proteolitik 910

Agrekanase merupakan enzim yang akan memecah proteoglikan di

dalam matriks rawan sendi yang disebut agrekan Ada dua tipe agrekanase

yaitu agrekanase 1 (ADAMTs-4) dan agrekanase 2 (ADAMTs-11) MMPs

diproduksi oleh kondrosit kemudian diaktifkan melalui kaskade yang

melibatkan proteinase serin (aktivator plasminogen plamsinogen plasmin)

radikal bebas dan beberapa MMPs tipe membran Kaskade enzimatik ini

dikontrol oleh berbagai inhibitor termasuk TIMPs dan inhibitor aktifator

plasminogen Enzim lain yang turut berperan merusak kolagen tipe II dan

proteoglikan adalah katepsin yang bekerja pada pH rendah termasuk

proteinase aspartat (katepsin D) dan proteinase sistein (katepsin B H K L

dan S) yang disimpam di dalam lisosom kondrosit Hialuronidase tidak

terdapat di dalam rawan sendi tetapi glikosidase lain turut berperan merusak

proteoglikan10

19

Berbagai sitokin turut berperan merangsang kondrosit dalam

menghasilkan enzim perusak rawan sendi Sitokin-sitokin pro-inflamasi akan

melekat pada reseptor di permukaan kondrosit dan sinoviosit dan

menyebabkan transkripsi gene MMP sehingga produksi enzim tersebut

meningkat Sitokin yang terpenting adalah IL-1 selain sebagai sitokin

pengatur (IL-6 IL-8 LIFI) dan sitokin inhibitor (IL-4 IL-10 IL-13 dan IFN-

γ) Sitokin inhibitor ini bersama IL-Ira dapat menghambat sekresi berbagai

MMPs dan meningkatkan sekresi TIMPs Selain itu IL-4 dan IL-13 juga

dapat melawan efek metabolik IL-1 IL-1 juga berperan menurunkan sintesis

kolagen tipe II dan IX dan meningkatkan sintesis kolagen tipe I dan III

sehingga menghasilkan matriks rawan sendi yang berkualitas buruk 910

IV Klasifikasi Osteoartritis

OA dapat terjadi secara primer (idiopatik) maupun sekunder seperti

yang tercantum di bawah ini 19

IDIOPATIK SEKUNDER

20

SetempatTangan- nodus Heberden dan Bouchard (nodal)- artritis erosif interfalang- karpal-metakarpal IKaki - haluks valgus- haluks rigidus- jari kontraktur (hammercock-up toes)- talonavikulareCoxae- eksentrik (superior)- konsentrik (aksial medial)- difus (koksa senilis)Vertebra- sendi apofiseal- sendi intervertebral- spondilosis (osteofit)- ligamentum (hiperostosis penyakit Forestier diffuse idiopathic skeletal hyperostosis=DISH)Tempat lainnya- glenohumeral- akromioklavikular- tibiotalar- sakroiliaka- temporomandibularMenyeluruhMeliputi 3 atau lebih daerah yang tersebut diatas (Kellgren-Moore)

Traumaminus akutminus kronik (okupasional port)Kongenital atau developmentalGangguan setempatminus Penyakit Leg-Calve-Perthesminus Dislokasi koksa kongenitalminus Slipped epiphysisFaktor mekanikminus Panjang tungkai tidak samaminus Deformitas valgus varusminus Sindroma hipermobilitasMetabolikminus Okronosis (alkaptonuria)minus Hemokromatosisminus Penyakit Wilsonminus Penyakit GaucherEndokrinminus Akromegaliminus Hiperparatiroidismeminus Diabetes melitusminus Obesitasminus HipotiroidismePenyakit Deposit Kalsiumminus Deposit kalsium pirofosfat dihidratminus Artropati hidroksiapatitPenyakit Tulang dan Sendi lainnya Setempatminus FrakturminusNekrosis avaskular

Tabel 21 Osteoartritis Idiopatik dan Sekunder

V Manifestasi Klinis 15

1 Nyeri sendi

Terutama bila sendi bergerak atau menanggung beban yang akan

berkurang bila penderita beristirahat

21

2 Kaku pada pagi hari (morning stiffness)

Kekakuan pada sendi yang terserang terjadi setelah imobilisasi yang

cukup lama (gel phenomenon) bahkan sering disebutkan kaku muncul

pada pagi hari setelah bangun tidur (morning stiffness)

3 Hambatan pergerakan sendi

Hambatan pergerakan sendi ini bersifat progresif lambat bertambah

berat secara perlahan sejalan dengan bertambahnya nyeri pada sendi

4 Krepitasi

Rasa gemeretak (seringkali sampai terdengar) yang terjadi pada sendi

yang sakit

5 Perubahan bentuk sendi

Sendi yang mengalami osteoarthritis biasanya mengalami perubahan

berupa perubahan bentuk dan penyempitan pada celah sendi

6 Perubahan gaya berjalan

Hal yang paling meresahkan pasien adalah perubahan gaya berjalan

hampir semua pasien osteoarthritis pada pergelangan kaki lutut dan

panggul mengalami perubahan gaya berjalan (pincang)

VI Faktor Risiko Osteoartritis Lutut (Genu)

Secara garis besar terdapat dua pembagian faktor risiko OA lutut yaitu

faktor predisposisi dan faktor biomekanis

1 Faktor Predisposisi

a Faktor Demografi

1) Umur

Dari semua faktor risiko untuk timbulnya osteoartritis faktor

ketuaan adalah yang terkuat Proses penuaan dianggap sebagai

penyebab peningkatan kelemahan di sekitar sendi penurunan

kelenturan sendi kalsifikasi tulang rawan dan menurunkan

fungsi kondrosit yang semuanya mendukung terjadinya OA

Studi Framingham menunjukkan bahwa 27 orang berusia 63 ndash

22

70 tahun memiliki bukti radiografik menderita OA lutut yang

meningkat mencapai 40 pada usia 80 tahun atau lebih7

2) Jenis kelamin

Prevalensi OA pada laki-laki sebelum usia 50 tahun lebih tinggi

dibandingkan perempuan tetapi setelah usia lebih dari 50 tahun

prevalensi perempuan lebih tinggi menderita OA dibandingkan

laki-laki Hal ini dikaitkan dengan pengurangan hormon

estrogen yang signifikan pada wanita8

3) Ras Etnis

Prevalensi OA lutut pada penderita di negara Eropa dan

Amerika tidak berbeda sedangkan suatu penelitian

membuktikan bahwa ras Afrika ndash Amerika memiliki risiko

menderita OA lutut 2 kali lebih besar dibandingkan ras

Kaukasia Penduduk Asia juga memiliki risiko menderita OA

lutut lebih tinggi dibandingkan Kaukasia1011 Suatu studi lain

menyimpulkan bahwa populasi kulit berwarna lebih banyak

terserang OA dibandingkan kulit putih9

b Faktor Genetik

Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoartritis Adanya

mutasi dalam gen prokolagen atau gen-gen struktural lain untuk

unsur-unsur tulang rawan sendi seperti kolagen proteoglikan

berperan dalam timbulnya kecenderungan familial pada

osteoartritis10

c Faktor Gaya Hidup

1) Kebiasaan Merokok

Merokok dapat merusak sel dan menghambat proliferasi sel

tulang rawan sendi

Merokok dapat meningkatkan tekanan oksidan yang

mempengaruhi hilangnya tulang rawan

23

Merokok dapat meningkatkan kandungan karbonmonoksida

dalam darah menyebabkan jaringan kekurangan oksigen

dan dapat menghambat pembentukan tulang rawan12

2) Konsumsi Vitamin D

Orang yang tidak biasa mengkonsumsi makanan yang

mengandung vitamin D memiliki peningkatan risiko 3 kali lipat

menderita OA lutut13

d Faktor Metabolik

1) Obesitas

Berat badan yang berlebih ternyata dapat meningkatkan tekanan

mekanik pada sendi penahan beban tubuh dan lebih sering

menyebabkan osteoartritis lutut7

2) Osteoporosis

Hubungan antara OA lutut dan osteoporosis mendukung teori

bahwa gerakan mekanis yang abnormal tulang akan

mempercepat kerusakan tulang rawan sendi10

3) Penyakit Lain

OA lutut terbukti berhubungan dengan diabetes mellitus

hipertensi dan hiperurikemi dengan catatan pasien tidak

mengalami obesitas10

4) Histerktomi

Hal ini diduga berkaitan dengan pengurangan produksi hormon

estrogen setelah dilakukan pengangkatan rahim 10

5) Manisektomi

Menisektomi merupakan operasi yang dilakukan di daerah lutut

dan telah diidentifikasi sebagai faktor risiko penting bagi OA

lutut Hal ini berkaitan dengan hilangnya jaringan meniscus14

2 Faktor Biomekanis

a Riwayat Trauma Lutut

24

Trauma lutut yang akut termasuk robekan pada ligamentum

krusiatum dan meniskus merupakan faktor risiko timbulnya OA

lutut9

b Kelainan Anatomis

Faktor risiko timbulnya OA lutut antara lain kelainan lokal pada

sendi lutut seperti genu varum genu valgus Legg ndash Calve ndashPerthes

disease dan displasia asetabulum10

c Pekerjaan

Osteoartritis banyak ditemukan pada pekerja fisik berat terutama

yang banyak menggunakan kekuatan yang bertumpu pada lutut

(petani kuli dll)9

d Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik berat seperti berdiri lama (2 jam atau lebih setiap

hari) berjalan jarak jauh (2 jam atau lebih setiap hari) mengangkat

barang berat (10 kg ndash 50 kg selama 10 kali atau lebih setiap

minggu) mendorong objek yang berat (10 kg ndash 50 kg selama 10

kali atau lebih setiap minggu) naik turun tangga setiap hari

merupakan faktor risiko OA lutut 9

e Kebiasaan Olahraga

Atlit olah raga benturan keras dan membebani lutut seperti sepak

bola lari maraton dan kung fu memiliki risiko meningkat untuk

menderita OA lutut10

VII Kriteria Diagnosis Osteoartritis Lutut (Genu)

25

Kriteria diagnosis OA lutut menggunakan kriteria klasifikasi American

College of Rheumatology seperti tercantum pada tabel berikut ini 16

Tabel 22 Kriteria Klasifikasi Osteoartritis Lutut

Derajat osteoartritis lutut dinilai menjadi lima derajat oleh Kellgren dan

Lawrence yaitu 17

- Derajat 0 tidak ada gambaran osteoartritis

- Derajat 1 osteoartritis meragukan dengan gambaran sendi normal tetapi

terdapat osteofit minimal

- Derajat 2 osteoartritis minimal dengan osteofit pada 2 tempat tidak terdapat

sklerosis dan kista subkondral serta celah sendi baik

- Derajat 3 osteoartritis moderat dengan osteofit moderat deformitas ujung

tulang dan celah sendi sempit

- Derajat 4 osteoartritis berat dengan osteofit besar deformitas ujung tulang

celah sendi hilang serta adanyasklerosis dan kista subkondral

26

VIIIPenatalaksanaan Osteoarthritis

Tujuan penatalaksanaan pasien dengan osteoarthritis adalah18

1 Meredakan nyeri

2 Mengoptimalkan fungsi sendi

3 Mengurangi ketergantungan kepada orang lain dan meningkatkan

kualitas hidup

4 Menghambat progresivitas penyakit

5 Mencegah terjadinya komplikasi

Pilar terapi pada pasien dengan osteoarthritis yaitu

Nonfarmakologis

1 Modifikasi pola hidup

2 Edukasi

3 Istirahat teratur yang bertujuan mengurangi penggunaan beban pada

sendi

4 Modifikasi aktivitas

5 Menurunkan berat badan

6 Rehabilitasi medik fisioterapi

a Latihan statis dan memperkuat otot-otot

b Fisioterapi yang berguna untuk mengurangi nyeri menguatkan otot

dan menambah luas pergerakan sendi

7 Penggunaan alat bantu

Farmakologis

1 Sistemik

a Analgetik

Non narkotik parasetamol

Opioid (kodein tramadol)

b Antiinflamasi nonsteroid (NSAIDs)

Oral

Injeksi

Suppositoria

27

c DMOADs (disease modifying OA drugs)

Diantara nutraceutical yang saat ini tersedia di Indonesia adalah

Glucosamine sulfate dan Chondroitine sulfate

2 Topikal

a Krim rubefacients dan capsaicin

Beberapa sediaan telah tersedia di Indonesia dengan cara kerja pada

umumnya bersifat counter irritant

b Krim NSAIDs

Beberapa yang dapat digunakan adalah gel piroxicam dan sodium

diklofenak

3 Injeksi intraartikularintra lesi

Pada dasarnya ada 2 indikasi suntikan intra artikular yakni penanganan

simtomatik dengan steroid dan viskosuplementasi dengan hyaluronan

untuk modifikasi perjalanan penyakit Beberapa preparat injeksi

intraartikular diantaranya

a Steroid ( triamsinolone hexacetonide dan methyl prednisolone )

Hanya diberikan jika ada satu atau dua sendi yang mengalami

nyeri dan inflamasi yang kurang responsif terhadap pemberian

NSAIDs tak dapat mentolerir NSAIDs atau ada komorbiditas yang

merupakan kontra indikasi terhadap pemberian NSAIDs

Dosis untuk sendi besar seperti lutut 40-50 mginjeksi

sedangkan untuk sendi-sendi kecil biasanya digunakan dosis 10 mg

b Hyaluronan high molecular weight dan low molecular weight

Diberikan berturut-turut 5 sampai 6 kali dengan interval satu

minggu masing-masing 2 sampai 25 ml Hyaluronan Sediaan di

Indonesia diantaranya adalah Hyalgan dan Osflex

4 Pembedahan

Sebelum diputuskan untuk terapi pembedahan harus dipertimbangkan

terlebih dahulu risiko dan keuntungannya Pertimbangan dilakukan

tindakan operatif bila

28

a Deformitas menimbulkan gangguan mobilisasi

b Nyeri yang tidak dapat teratasi dengan penganan medikamentosa

dan rehabilitatif

Ada 2 tipe terapi pembedahan Realignment osteotomi dan replacement

joint

Macam-macam operasi sendi lutut untuk osteoarthritis

a Partial replacementunicompartemental

b High tibial osteotomy orang muda

c Patella amp condyle resurfacing

d Minimally constrained total replacement stabilitas sendi dilakukan

sebagian oleh ligament asli dan sebagian oleh sendi buatan

e Cinstrained joint fixed hinges dipakai bila ada tulang hilang dan

severe instability

f Total knee replacement apabila didapatkan nyeri deformitas

instability akibat dari rheumatoid atau osteoarthritis

29

Gambar 21 Piramida Penatalaksanaan Osteoartritis

BAB III

DISKUSI DAN PEMBAHASAN

OA adalah penyakit degenerasi kartilago artikuler yang berlangsung secara

perlahan dan ditandai dengan nyeri sendi kekakuan dan keterbatasan gerak yang

berkembang secara progresif Tanda-tanda tersebut ditemukan pada penderita ini

Berdasarkan etiologinya OA diklasifikasikan menjadi dua yaitu OA

primer dan OA sekunder OA primer disebut juga OA idiopatik yaitu OA yang

kausanya tidak diketahui dan tidak ada hubungannya dengan penyakit sistemik

maupun proses perubahan lokal pada sendi OA sekunder adalah OA yang

didasari oleh adanya kelainan endokrin trauma inflamasi metabolik

pertumbuhan herediter jejas mikro dan makro serta imobilisasi yang terlalu lama

faktor mekanik penyakit deposit kalsium penyakit tulang dan sendi lainnya serta

neuropatik endemik Beberapa faktor risiko yang diketahui berhubungan dengan

penyakit OA diantaranya faktor risiko umum yang penting seperti kegemukan

faktor genetik dan jenis kelamin serta beberapa faktor risiko lain seperti usia lebih

dari 40 tahun suku bangsa cedera sendi pekerjaan olahraga kelainan

pertumbuhan kepadatan tulang dan lain-lain Pada penderita ini berdasarkan

30

anamnesis riwayat sosialnya penderita adalah seorang wanita berusia 75 tahun

yang meskipun tidak melakukan pekerjaan yang berat tetapi dirinya tetap

menjalankan pekerjaan rumah tangga (sebelum sakit) yang notabene banyak

menggunakan sendi lutut Selain itu dari pemeriksaan fisik penderita ini juga

mengalami kegemukan Kondisi-kondisi pada penderita ini merupakan faktor

risiko sekunder terjadinya OA Jadi dapat disimpulkan bahwa penyebab OA pada

penderita ini bukan termasuk faktor risiko OA primer

Penderita datang dengan keluhan nyeri pada kedua sendi lutut sejak plusmn 1

tahun SMRS dan puncaknya 2 hari SMRS dimana penderita sudah tidak bisa

berjalan lagi Nyeri sendi merupakan keluhan yang umum terjadi pada penyakit

reumatik seperti artritis gout OA keganasan reumatik septik dan lain

sebagainya Pada penderita ini nyeri terlokalisir pada lutut tanpa adanya nyeri

pada sendi yang lain nyeri bertambah saat melakukan gerakan (seperti berjalan)

dan berkurang apabila beristirahat Tidak ada demam Nyeri tidak menetap

sepanjang hari Nyeri seperti ini biasanya ditemukan pada OA

Penderita juga mengeluh kaku sendi Kaku sendi dirasakan penderita pada

pagi hari Keadaan ini biasanya disebabkan oleh desakan cairan yang berada di

sekitar jaringan yang mengalami inflamasi (kapsul sendi sinovial atau bursa)

Kaku sendi makin nyata pada pagi hari atau setelah istirahat Setelah digerak-

gerakkan cairan akan menyebar dari jaringan yang mengalami inflamasi sehingga

penderita merasa terlepas dari ikatan dan bisa menggerakkan sendinya kembali

Lama kaku sendi pada OA adalah kurang dari 30 menit sedangkan pada AR

minimal satu jam Pada penderita ini kaku sendi juga dirasakan pada pagi hari

selama plusmn 20-30 menit dan menghilang dengan sendirinya bila penderita

menggerakkan kakinya dengan beraktivitas seperti biasa Hal ini sesuai untuk

mendukung keluhan pada penderita OA

Penderita juga mengalami bengkak pada kedua lutut Bengkak dirasakan

oleh penderita sejak 6 bulan SMRS Sendi yang membengkak bisa disebabkan

oleh penonjolan tulang sinovitis efusi dan karena adanya osteofit yang dapat

mengubah permukaan sendi Pada penderita ditemukan osteofit pada pemeriksaan

rontgent

31

29

Pemeriksaan fisik lokalis pada kedua sendi lutut didapatkan pada

inspeksi didapatkan pembesaran bengkak pada kedua sendi lutut dengan tidak

ada perubahan warna kulit Palpasi pada kedua sendi lutut didapatkan nyeri tekan

dan pada perabaan dirasakan hangat Pemeriksaan gerak sendi didapat

keterbatasan gerak fleksi yaitu hanya dapat mengerakkan lutut sebesar 60deg

Hambatan gerak terutama disebabkan oleh adanya remodelling osteofit penebalan

kapsul dan juga adanya efusi Pada auskultasi sendi lutut penderita ditemukan

adanya krepitasi dimana terdengar suara gemeretak ldquokretek-kretekrdquo seperti suara

krupuk yang diremukkan Gejala ini mungkin disebabkan karena gesekan kedua

permukaan tulang sendi yang irregular pada saat sendi digerakkan ataupun secara

pasif dimanipulasi

Pemeriksaan radiologis pada penderita ini didapatkan adanya gambaran

berupa penyempitan sendi dan osteofit pada pinggir sendi Menipisnya rawan

sendi diawali dengan retak dan terbelahnya permukaan sendi di beberapa tempat

yang kemudian menyatu dan disebut sebagai fibrilasi Di lain pihak pada tulang

akan terjadi pula perubahan sebagai reaksi tubuh untuk memperbaiki kerusakan

Perubahan itu adalah penebalan tulang subkondral dan pembentukan osteofit

marginal disusul kemudian dengan perubahan komposisi molekular dan struktur

tulang Penipisan kartilago sendi akibat proses degeneratif memberi gambaran

penyempitan celah sendi yang tidak simetris pada foto polos radiologi Fungsi

kartilago sendi berkurang bahkan menghilang mengakibatkan beban stres di

daerah subkhondral bertambah Beberapa subkhondral tersebut dapat diamati pada

poto polos radiologi berupa pembentukan osteofit sklerotik subkhondral maupun

pembentukan kista subkhondral Pada penderita ini ditemukan adanya

pembentukan osteofit pada condylus lateralis dan medialis os tibio femoralis

Pada OA anamnesa (gejala klinis) pemeriksaan fisik dan pemeriksaan

radiologi sudah dapat menunjang penegakan diagnosis Hasil pemeriksaan

laboratorium pada OA biasanya tidak banyak berguna Darah tepi (Hb Leukosit

dan LED) dalam batas normal kecuali OA generalisata yang harus dibedakan

dengan arthritis peradangan Pada OA yang disertai peradangan mungkin

didapatkan penurunan viskositas pleositosis sedang hingga ringan serta

32

peningkatan ringan sel radang (lt8000m) gt1 Pada penderita ini dilakukan

pemeriksaan laboratorium darah lengkap kimia darah dan urin lengkap karena

pemeriksaan tersebut merupakan pemeriksaan rutin Dari hasil pemeriksaan

laboratorium pada penderita ini tidak ditemukan adanya kelainan

Diagnosis OA sudah bisa ditegakkan secara klinis dengan memakai

kriteria OA yang dibuat oleh Subcommittee American College of Rheumatology

(ACR) Kriteria OA lutut secara klinis laboratorium dan radiologis adalah adanya

nyeri lutut osteofit dan salah satu dari tanda berikut yaitu usia lebih dari 50

tahun kaku sendi kurang dari 30 menit atau adanya krepitus Pada penderita ini

wanita berusia 75 tahun ditemukan memiliki keluhan nyeri kedua sendi lutut

terdapat kaku sendi selama 20-30 menit terdapat krepitus dan pada pemeriksaan

radiologi ditemukan adanya osteofit

Pengelolaan penderita dengan OA bertujuan untuk menghilangkan

keluhan mengoptimalkan fungsi sendi mengurangi ketergantungan dan

meningkatkan kualitas hidup menghambat progresivitas penyakit dan mencegah

komplikasi Pilar terapi OA non farmakologis (edukasi terapi fisik

dietpenurunan berat badan) farmakologis (analgetik kortikosteroid lokal

sistemik kondroprotektif dan biologik) dan pembedahan

Edukasi sangat penting bagi semua pasien OA Dua hal yang menjadi

tujuan edukasi adalah bagaimana mengatasi nyeri dan disabilitas Pemberian

edukasi pada penderita ini sangat penting karena dengan edukasi diharapkan

pengetahuan penderita mengenai penyakit OA menjadi meningkat dan pengobatan

menjadi lebih mudah serta dapat diajak bersama-sama untuk mencegah kerusakan

organ sendi lebih lanjut Edukasi yang diberikan pada penderita ini yaitu

memberikan pengertian bahwa OA adalah penyakit yang kronik sehingga perlu

dipahami bahwa mungkin dalam derajat tertentu akan tetap ada rasa nyeri kaku

dan keterbatasan gerak serta fungsi Selain itu agar rasa nyeri dapat berkurang

maka penderita hendaknya mengurangi aktivitaspekerjaannya sehingga tidak

terlalu banyak menggunakan sendi lutut dan lebih banyak beristirahat Penderita

juga disarankan untuk kembali kontrol sehingga dapat diketahui apakah

33

penyakitnya sudah membaik atau ternyata ada efek samping akibat obat yang

diberikan

Terapi fisik bertujuan untuk melatih penderita agar persendiannya tetap

dapat dipakai dan melatih penderita untuk melindungi sendi yang sakit Pada

penderita ini dianjurkan untuk berolah raga tapi olah raga yang memperberat

sendi sebaiknya dihindari seperti lari atau joging Hal ini dikarenakan dapat

menambah inflamasi meningkatkan tekanan intraartikular bila ada efusi sendi dan

bahkan bisa menyebabkan robekan kapsul sendi Untuk mencegah risiko

terjadinya kecacatan pada sendi sebaiknya dilakukan olah raga peregangan otot

seperti mQuadrisep femoris dengan peregangan otot diharapkan dapat membantu

dalam peningkatan fungsi sendi secara keseluruhan dan mengurangi nyeri Pada

penderita ini disarankan untuk senam lantai 3 kali seminggu dimana pasien

mengambil posisi terlentang sambil meregangkan lututnya dengan cara

mengangkat kaki dan secara perlahan menekuk dan meluruskan lututnya Olah

raga ini sangat mudah dilakukan apalagi mengingat usia penderita yang sudah

mencapai 75 tahun

Diet bertujuan untuk menurunkan berat badan pada penderita OA yang

gemuk Hal ini sebaiknya menjadi program utama pengobatan OA Penurunan

berat badan seringkali dapat mengurangi keluhan dan peradangan Selain itu

obesitas juga dapat meningkatkan risiko progresifitas dari OA Pada penderita ini

disarankan untuk mengurangi berat badan dengan mengatur diet rendah kalori

sampai mungkin mendekati berat badan ideal Dimana prinsipnya adalah

mengurangi kalori yang masuk dibawah energi yang dibutuhkan Penurunan

energi intake yang aman dianjurkan pemberian defisit energi antara 500-1000

kalori perhari sehingga diharapkan akan terjadi pembakaran lemak tubuh dan

penurunan berat badan 05 ndash 1 kg per minggu Biasanya intake energi diberikan

1200-1300 kal per hari dan paling rendah 800 kal per hari Formula yang dapat

digunakan untuk kebutuhan energi berdasarkan berat badan adalah 22kalkgBB

aktualhari dengan cara ini didapatkan defisit energi 1000 kalhari Pada penderita

ini dianjurkan untuk diet 1400 kal perhari agar mencapai BB idealnya yakni

setidaknya mencapai 55 kg Namun cara ini juga memerlukan kehati ndash hatian

34

dikarenakan usia penderita dan daya tahan tubuhnya yang memang sudah tidak

mendukung untuk melakukan usaha diit

Terapi farmakologis pada penderita OA biasanya bersifat simptomatis

Pada tahap awal dapat dicoba analgetik sederhana seperti asetaminofen atau

salisilat Bila tidak ada perbaikan dapat diberikan obat anti inflamasi non steroid

Untuk mengurangi keluhan nyeri pada penderita ini telah diberikan pengobatan

langsung dengan obat anti inflamasi non steroid seperti Na-diklofenak dengan

dosis 3times50 mg tanpa menggunakan obat lini pertama Hal ini dikarenakan keluhan

pada penderita ini sudah cukup berat ditambah pula adanya bengkak dan rasa

hangat di lutut yang tidak hilang dengan obat analgetik sederhana ( seperti yang

biasa dikonsumsi penderita) Na-diklofenak merupakan obat golongan OAINS

COX-1 inhibitor yang non-selektif dimana obat ini diberikan pada penderita

karena tidak terdapat riwayat pernah menderita gangguan gastrointestinal Namun

mengingat usia penderita yang memang sudah lanjut maka penderita juga

diberikan obat pelapis lambung untuk menjaga kondisi saluran pencernaannya Di

sini penderita diberikan obat golongan PPI (Omeprazole 2 x 20 mg) Setelah

dievaluasi beberapa hari ternyata keluhan nyeri dan bengkak pada penderita tidak

kunjung ada perubahan maka ditambahkan pula obat steroid injeksi dimana

pilihannya adalah InjTriamcinolon 1 Amp24 jam (Inj Flamicort) Selain itu

pasien juga dikonsulkan ke spesialis rehabilitasi medis untuk dilakukan

fisioterapi

Terapi pembedahan Terapi ini diberikan apabila terapi farmakologis dan

rehabilitasi tidak berhasil untuk mengurangi rasa sakit dan juga untuk melakukan

koreksi apabila terjadi deformitas yang menimbulkan gangguan mobilisasi sendi

yang mengganggu aktifitas sehari-hari Pada penderita ini tidak sampai dilakukan

terapi pembedahan

35

DAFTAR PUSTAKA

1 Soeroso J Isbagio H Kalim H Broto R Pramudiyo R Osteoartritis In

Sudoyo AW Setiyohadi B Alwi I Simadibrata M Setiati S editors Buku

Ajar Ilmu Penyakit Dalam 4th ed Jakarta Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit

Dalam Fakultas Kedokteran Indonesia 2006 p 1195-201

2 Osteoarthritis Wikipedia The Free Encyclopedia [serial on the internet]

2009 [cited 2009 Sep 1] Available from

httpenwikipediaorgwikiOsteoarthritis

3 Reginster JY The Prevalence and Burden of Osteoarthritis Rheumatology

2002 41 (suppl 1) 3 ndash 6

4 Wibowo Dhidik Tri Kurniawan Yusuf Latifah Tati Gunadi Rachmat

Perancangan dan Implementasi Sistem Bantu Diagnosis Penyakit

Osteoartritis dan Reumatoid Artritis Melalui Deteksi Penyempitan Celah

Sendi pada Citra X-Ray Tangan dan Lutut Dalam Temu Ilmiah

Reumatologi Jakarta 2003 168 ndash 172

5 Konggres Nasional Ikatan Reumatologi Indonesia VI httppemda-

diygoidberita 2005 102140

36

6 Arthritis Research Campaign 2000 Available at

httpwwwarcorgukabout_arthastatshtm

7 Felson DT Zhang Y Hannan MT et al The Incidence and Natural

History of Knee Osteoarthritis in the Elderly The Framingham

Osteoarthritis Study Arthritis Rheumatology 1995 38 1500 ndash 1505

8 Felson DT Zhang Y An Update on the Epidemiology of Knee and Hip

Osteoarthritis with a View to Prevention Arthritis Rheumatology 1998

41 1343 ndash 1355

9 Setiyohadi Bambang Osteoartritis Selayang Pandang Dalam Temu Ilmiah

Reumatologi Jakarta 2003 27 ndash 31

10 Klippel John H Dieppe Paul A Brooks Peter et al Osteoarthritis In

Rheumatology United Kingdom Mosby ndash Year Book Europe Limited

1994 21 ndash 106

11 Abbate L Renner JB Stevens J et al Do Body Composition and Body Fat

Distribution Explain Ethnic Differences in Radiographic Knee

Osteoarthritis Outcomes in African -American and Caucasian Women The

North American Association for the Study of Obesity 2006 14 1274 ndash

1281

12 Amin Niu Jingbo Hunter David et al Smoking Worsens Knee

Osteoarthritis News Center Oklahoma City Oklahoma USA 2006 1 ndash 4

13 McAlindon Timothy E Felson David T Zhang Yuqing et al Relation of

Dietary Intake and Serum Levels of Vitamin D to Progression of

Osteoarthritis of the Knee Among Participants in the Framingham Study

14 Englund M and Lohmander LS Patellofemoral Osteoarthritis Coexistent

with Tibiofemoral Osteoarthritis in a Meniscectomy Population Annals of

the Rheumatic Diseases 2005 64 1721 ndash 1726

15 Carter MA Osteoartritis In Price SA Wilson LM Patofisiologi konsep

klinis proses-proses penyakit 6th ed Jakarta EGC 2006 p 1380-4

16 Altman RD Criteria for the Classification of Osteoarthritis Journal of

Rheumatology 1991 27 (suppl) 10 ndash 12

37

17 Milne AD Evans NA Stanish WD Nonoperative Management of Knee

Osteoarthritis In Hartono IM Studi komparasi antara WOMAC index

dengan Kellgren-Lawrence grading system pada penderita osteoarthritis

genu [PPDS1 thesis] Semarang Medical Faculty Diponegoro University

2007 p 12

18 Haq I Murphy E Dacre J Osteoarthritis Review Postgrad Med J 2003

79 377 ndash 383

19 Anonim [1986] Criteria for classification of idiopathic osteoarthtritis (OA)

of the knee American College of Rheumatology [serial on the internet]

2010 [cited 2010 Jan 20] Available from

httpwwwrheumatologyorgpublicationsclassificationoakneeasp

aud=mem

38

  • BAB I
  • ILUSTRASI KASUS
  • 1 Pemeriksaan EKG
  • X ndash Ray Pelvis AP
  • BAB III
  • DISKUSI DAN PEMBAHASAN
Page 8: laporan kasus osteoartritis

e Ekstremitas

1) Ekstremitas superior

Dekstra

Pergerakan motorik dalam batas normal tanda-tanda inflamasi

(-) oedem (-) eritem (-) CRT lt 3 detik clubbing finger (-)

kuku nekrosis (-) akral hangat (+) deformitas (-)

Sinistra

Pergerakan motorik dalam batas normal tanda-tanda inflamasi

(-) oedem (-) eritem (-) CRT lt 3 detik clubbing finger (-)

kuku nekrosis (-) akral hangat (+) deformitas (-)

2) Ekstremitas inferior

Dekstra

Pergerakan motorik sendi lutut terbatas (+) tanda-tanda

inflamasi sendi lutut (+) oedem sendi lutut (+) deformitas

sendi lutut (+) krepitasi sendi lutut (+) nyeri gerak dan

tekan (+) hiperemi (-) kuku nekrosis (-) akral hangat (+)

Sinistra

Pergerakan motorik sendi lutut terbatas (+) tanda-tanda

inflamasi sendi lutut (+) oedem sendi lutut (+) deformitas

sendi lutut (+) krepitasi sendi lutut (+) nyeri gerak dan

tekan(+) hiperemi (-) kuku nekrosis (-) akral hangat (+)

8

Genu Dekstra Genu Sinistra

IV PEMERIKSAAN PENUNJANG

1 Pemeriksaan EKG

a Frekuensi 87xmenit saat pertama kali masuk RS ritme reguler

b Jenis irama Sinus

c Zona transisi V6

d Aksis Lead II (+) aVL (+)

e Morfologi gelombang

1) Gelombang P selalu diikuti gelombang QRS dan T

2) Interval PR 012 detik

3) Gelombang QRS 010 detik

4) Elevasi ST (-)

5) Depresi ST (-)

6) Gelombang T inverted di Lead II III aVF dan V1 ndash V3

9

2 Laboratorium Darah dan Urin (tanggal 2 dan 3 Februari 2014)

Keterangan 02022014 03022014 SatuanNilai

RujukanHematologi rutinHemoglobin 118 - gdl 115-16

Hematokrit 369 - 35-49

Leukosit 83 - 10sup3microl 40-11Trombosit 297 - 10sup3microl 150-440Eritrosit 505 - 10⁶microl 38-52

Indeks eritrosit

MCV 731 - fl 82-95MCH 233 - pg 27-31MCHC 319 - gdl 32-36RDW 185 - 116-148

Hitung jenis

Granulosit 732 (H) - 50-70Limfosit 170 (L) - 20-40Monosit 98 (H) - 2-8

Kimia Ginjal

Ureum - 16 mgdL 10-45Creatinin - 073 mgdL 05-11

Asam Urat - 60 mgdL 24-60

GDS 199 - mgdL lt 200

Kimia Profil Lipid

Kolesterol Total - 199 mgdL lt200HDL Kolesterol - 35 (L) mgdL gt40LDL Kolesterol - 1348 (H) mgdL lt 130Trigliserid - 146 mgdL 35-160

URIN RUTIN 03022014 Satuan Nilai Rujukan

10

MAKROSKOPIS

Warna Kuning Kuning muda - kuning

Kekeruhan Jernih Jernih

KIMIA URINE

pH Reaksi 60 46 ndash 85Berat jenis 1015 1003 ndash 1030Protein Negatif mgdL NegatifReduksi Negatif mgdL NegatifLeukosit Esterase Negatif microL NegatifBilirubin Negatif mgdL NegatifUrobilinogen Normal mgdL NormalNitrit Negatif mgdL NegatifKeton Negatif mgdL NegatifBlood (HbEri) Negatif mgdL Negatif

MIKROSKOPIS

Leukosit Sedimen 10 ndash 15 SelLPB 0 ndash 15Eritrosit Sedimen 0 SelLPB 0 ndash 3 Epitel 5 - 10 SelLPB 0 ndash 15 Silinder Negatif LPK NegatifKristal Negatif LPB NegatifBakteri Negatif LPB NegatifJamur Negatif LPB NegatifLain - lain Negatif LPB

11

3 Foto Rontgen (tanggal 2 Februari 2014)

X ndash Ray Genu Dekstra et Sinistra

Kesan

Osteofit pada condylus lateralis dan medialis os tibia femoralis

dekstra disertai penyempitan sendi tibia femoralis lateralis dekstra

merupakan gambaran osteoarthrosis genu dekstra grade III

Osteofit pada condylus lateralis dan medialis os tibia femoralis

sinistra disertai penyempitan sendi femoro tibialis sinistra disertai

irreguler pada tulang tibia fibula sekitar sendi dan sklerotik

subcondral merupakan gambaran osteoarthosis genu sinistra grade

IV disertai osteoarthritis peradangan

12

X ndash Ray Pelvis AP

13

Kesan

Lesi opak pada cavum pelvis suspek massa DD vesikolitiasis ( usul

USG abdomen )

Tak tampak fraktur maupun dislokasi

V ASSESMENT DIAGNOSIS KERJA DAN DIAGNOSIS BANDING

1 Osteoartritis Genu Dextra et Sinistra

2 Hipertensi stage I

3 Ischemia Hearth Disease

Daftar masalah Problem AssesmentPlanning Diagnosa

Plannning Terapi (IGD)Planning

Monitoring

75 tahun Kedua kaki nyeri tidak bisa jalan (+) tidak bisa ditekuk (+) kaku riwjatuh (-)

Pmx Fisik Genu D et S ada deformitas (+) bengkak(+) krepitasi (+)

Foto x-ray genu osteoarthritis osteofit sendi genu D et S

-Deformitas Sendi-Proses Degeneratif

Osteoartritis Genu Dextra et Sinistra

- X-ray genu Dekstra et Sinistra

- Pmx Cairan synovial sendi genu

Non Farmakologi- A-B-C management ( infRL 20tpm)- Edukasi pasien- Terapi Fisik latihan gerak sendi- Fisioterapi-Penurunan berat badanFarmakologi- Inj Ranitidin 1 Amp12j- Inj Ketorolac 30mg (E)po Natrium Diklofenak 2x1 Analsik 2x1 Vit BC 1x1

-Tanda dan gejala Klinis

- TD 150100 mmHg

Gangguan hemo -dinamik

Hipertensi stage I

- EKG Foto Thorax

Non Farmakologi- Diet rendah garamFarmakologi

- Cek ulang Tekanan Darah

14

Fungsi Ginjal

- Captopril 2 x 25mg (po)- Amlodipin 1x10mg (po)

EKG Gelombang T inverted di Lead II III aVF dan V1 ndash V3

-Ateroskle- rosis-Hipoksia vaskuler

Ischemia Hearth Disease

-Cek Profil Lipid Asam Urat Enzim Jantung

Non Farmakologi-Tirah baring- O2 3-4lpmFarmakologi-ISDN 3x5mg

-Cek EKG serial 4 jam

VI POMR (Problem Oriented Medical Record)

VII FOLLOW UP

Tanggal Subjektif dan Objektif Penatalaksanaan03022014 S kaki masih nyeri jika digerakkan (+)

pegel (+) masih belum bisa berjalan pusing (-) sesak (-)KU Kesadaran Sedang composmentisVS TD 170100 mmHg RR 18 kali menit N 88 kali menit T 370CVAS 7Bengkak (+) eritem (-) ROM terbatasEKG T inverted Lead IIIII aVF amp V1-V3

O2 3lpmIVFD RL 20 tpm Captopril 3x25mgHCT 2x50mgAmlodipin 1x10mgAnalsik 3x1Natrium Diklofenak 3x1ISDN 3x5mg

15

04022014 S kaki masih nyeri jika digerakkan ditekuk (+) pasien tetap masih belum bisa duduk maupun berjalan sesak(-) pusing(-)KU Kesadaran Sedang composmentisVS TD 130100 mmHg RR 18 kali menit N 76 kali menit T 3730CVAS 7Bengkak (+) eritem (-) ROM terbatas

O2 3lpmIVFD RL 20 tpm Captopril 3x25mgHCT 2x50mgAmlodipin 1x10mgAnalsik 3x1Natrium Diklofenak 3x1ISDN 3x5mg(+) Inj Flamicort 1 Amp Omeprazole 2x1

05022014 S kaki masih nyeri jika digerakkan (+) namun pasien sudah bisa tidur miring sambil menekuk lututnya pegel (+) masih belum bisa berjalan (+)KU Kesadaran Sedang composmentisVS TD 150100 mmHg RR 18 kali menit N 86 kali menit T 370CVAS 5Bengkak (+) eritem (-) ROM terbatas

O2 3lpmIVFD RL 20 tpm Captopril 3x25mgHCT 2x50mgAmlodipin 1x10mgAnalsik 3x1Natrium Diklofenak 3x1ISDN 3x5mg(+) Inj Flamicort 1 Amp Omeprazole 2x1Co SpRM untuk Fisioterapi

pasien sudah difisioterapi (IR)06022014 S kaki masih nyeri jika digerakkan (+)

ditambah keluhan nyeri pinggang keluhan pusing sesak mual muntah disangkalKU Kesadaran Sedang composmentisVS TD 200100 mmHg RR 20 kali menit N 88 kali menit T 3630CVAS 7Bengkak (+) eritem (-) ROM terbatas

O2 3lpmIVFD RL 20 tpm Inj Flamicort 1 AmpCaptopril 3x25mgHCT 2x50mgAmlodipin 1x10mgAnalsik 3x1Natrium Diklofenak 3x1ISDN 3x5mgOmeprazole 2x1

Fisioterapi masih dilanjutkan

16

07022014 S kaki masih nyeri tapi lebih jarang pasien sudah bisa setengah duduk namun tetap dibantu keluarga sesak (-) pusing (sedikit) makan minum (+) sedikit - sedikitKU Kesadaran Sedang composmentisVS TD 200100 mmHg RR 18 kali menit N 76 kali menit T 370CVAS 5Bengkak (+) eritem (-) ROM terbatas

Pasien dan keluarga APS pulang karena persoalan biaya terapi pulang

Captopril 3x25mgHCT 2x50mgAmlodipin 1x10mgAnalsik 3x1Natrium Diklofenak 3x1ISDN 3x5mgOmeprazole 2x1(+) Clonidin 3x1 tab

VIIIPROGNOSIS

Qua ad vitam Dubia ad bonam

Qua ad functionam Dubia ad malam

Qua ad sanationam Dubia ad malam

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

IDefinisi

Osteoarthritis (OA dikenal juga sebagai arthritis degeneratif penyakit

degeneratif sendi) merupakan penyakit sendi degeneratif yang mengenai

sendi-sendi penumpu berat badan dengan gambaran patologis yang berupa

kerusakan kartilago sendi dimana terjadi proses degradasi interaktif sendi

17

yang kompleks terdiri dari proses perbaikan pada kartilago tulang dan

sinovium diikuti komponen sekunder proses inflamasi12

II Epidemiologi

Osteoartritis merupakan penyakit sendi yang paling banyak ditemukan di

dunia termasuk di Indonesia Bahkan sejak tahun 2001 hingga 2010

dicanangkan sebagai dekade penyakit tulang dan sendi di seluruh dunia5

Penyakit ini menempati urutan kedua setelah penyakit kardiovaskuler sebagai

penyebab ketidakmampuan fisik Di Inggris dan Wales sekitar 13 hingga

175 juta orang mengalami gejala OA Di Amerika 1 dari 7 penduduk

menderita OA34

Di Australia pada tahun 2002 diperkirakan biaya nasional untuk OA

sebesar 1 dari GNP yaitu mencapai $Aus 2700orangtahun4 Di Indonesia

sendiri prevalensi total OA sebanyak 343 juta orang pada tahun 2002 dan

mencapai 365 juta orang pada tahun 2007 Diperkirakan 1 sampai 2 juta

orang lanjut usia di Indonesia menderita cacat karena osteoarthritis Pada

beberapa penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan terjadinya

osteoarthritis pada obesitas dan sendi penahan beban tubuh5 Dari sekian

banyak sendi yang dapat terserang OA lutut merupakan sendi yang paling

sering dijumpai terserang OA Data Arthritis Research Campaign

menunjukkan bahwa lebih dari 550 ribu orang di Inggris menderita OA lutut

yang parah dan lebih dari 80 ribu operasi replacement sendi lutut dilakukan di

Inggris pada tahun 2000 dengan biaya 405 juta Poundsterling6

III Patofisiologi Osteoartritis

Terjadinya OA tidak lepas dari banyak persendian yang ada di dalam

tubuh manusia Sebanyak 230 sendi menghubungkan 206 tulang yang

memungkinkan terjadinya gesekan Untuk melindungi tulang dari gesekan di

dalam tubuh ada tulang rawan Namun karena berbagai faktor risiko yang ada

maka terjadi erosi pada tulang rawan dan berkurangnya cairan pada sendi

Tulang rawan sendiri berfungsi untuk meredam getar antar tulang Tulang

rawan terdiri atas jaringan lunak kolagen yang berfungsi untuk menguatkan

18

17

sendi proteoglikan yang membuat jaringan tersebut elastis dan air (70

bagian) yang menjadi bantalan pelumas dan pemberi nutrisi910

Kondrosit adalah sel yang tugasnya membentuk proteoglikan dan

kolagen pada rawan sendi Osteoartritis terjadi akibat kondrosit gagal

mensintesis matriks yang berkualitas dan memelihara keseimbangan antara

degradasi dan sintesis matriks ekstraseluler termasuk produksi kolagen tipe I

III VI dan X yang berlebihan dan sintesis proteoglikan yang pendek Hal

tersebut menyebabkan terjadi perubahan pada diameter dan orientasi dari serat

kolagen yang mengubah biomekanik dari tulang rawan sehingga tulang rawan

sendi kehilangan sifat kompresibilitasnya yang unik9

Selain kondrosit sinoviosit juga berperan pada patogenesis OA

terutama setelah terjadi sinovitis yang menyebabkan nyeri dan perasaan tidak

nyaman Sinoviosit yang mengalami peradangan akan menghasilkan Matrix

Metalloproteinases (MMPs) dan berbagai sitokin yang akan dilepaskan ke

dalam rongga sendi dan merusak matriks rawan sendi serta mengaktifkan

kondrosit Pada akhirnya tulang subkondral juga akan ikut berperan dimana

osteoblas akan terangsang dan menghasilkan enzim proteolitik 910

Agrekanase merupakan enzim yang akan memecah proteoglikan di

dalam matriks rawan sendi yang disebut agrekan Ada dua tipe agrekanase

yaitu agrekanase 1 (ADAMTs-4) dan agrekanase 2 (ADAMTs-11) MMPs

diproduksi oleh kondrosit kemudian diaktifkan melalui kaskade yang

melibatkan proteinase serin (aktivator plasminogen plamsinogen plasmin)

radikal bebas dan beberapa MMPs tipe membran Kaskade enzimatik ini

dikontrol oleh berbagai inhibitor termasuk TIMPs dan inhibitor aktifator

plasminogen Enzim lain yang turut berperan merusak kolagen tipe II dan

proteoglikan adalah katepsin yang bekerja pada pH rendah termasuk

proteinase aspartat (katepsin D) dan proteinase sistein (katepsin B H K L

dan S) yang disimpam di dalam lisosom kondrosit Hialuronidase tidak

terdapat di dalam rawan sendi tetapi glikosidase lain turut berperan merusak

proteoglikan10

19

Berbagai sitokin turut berperan merangsang kondrosit dalam

menghasilkan enzim perusak rawan sendi Sitokin-sitokin pro-inflamasi akan

melekat pada reseptor di permukaan kondrosit dan sinoviosit dan

menyebabkan transkripsi gene MMP sehingga produksi enzim tersebut

meningkat Sitokin yang terpenting adalah IL-1 selain sebagai sitokin

pengatur (IL-6 IL-8 LIFI) dan sitokin inhibitor (IL-4 IL-10 IL-13 dan IFN-

γ) Sitokin inhibitor ini bersama IL-Ira dapat menghambat sekresi berbagai

MMPs dan meningkatkan sekresi TIMPs Selain itu IL-4 dan IL-13 juga

dapat melawan efek metabolik IL-1 IL-1 juga berperan menurunkan sintesis

kolagen tipe II dan IX dan meningkatkan sintesis kolagen tipe I dan III

sehingga menghasilkan matriks rawan sendi yang berkualitas buruk 910

IV Klasifikasi Osteoartritis

OA dapat terjadi secara primer (idiopatik) maupun sekunder seperti

yang tercantum di bawah ini 19

IDIOPATIK SEKUNDER

20

SetempatTangan- nodus Heberden dan Bouchard (nodal)- artritis erosif interfalang- karpal-metakarpal IKaki - haluks valgus- haluks rigidus- jari kontraktur (hammercock-up toes)- talonavikulareCoxae- eksentrik (superior)- konsentrik (aksial medial)- difus (koksa senilis)Vertebra- sendi apofiseal- sendi intervertebral- spondilosis (osteofit)- ligamentum (hiperostosis penyakit Forestier diffuse idiopathic skeletal hyperostosis=DISH)Tempat lainnya- glenohumeral- akromioklavikular- tibiotalar- sakroiliaka- temporomandibularMenyeluruhMeliputi 3 atau lebih daerah yang tersebut diatas (Kellgren-Moore)

Traumaminus akutminus kronik (okupasional port)Kongenital atau developmentalGangguan setempatminus Penyakit Leg-Calve-Perthesminus Dislokasi koksa kongenitalminus Slipped epiphysisFaktor mekanikminus Panjang tungkai tidak samaminus Deformitas valgus varusminus Sindroma hipermobilitasMetabolikminus Okronosis (alkaptonuria)minus Hemokromatosisminus Penyakit Wilsonminus Penyakit GaucherEndokrinminus Akromegaliminus Hiperparatiroidismeminus Diabetes melitusminus Obesitasminus HipotiroidismePenyakit Deposit Kalsiumminus Deposit kalsium pirofosfat dihidratminus Artropati hidroksiapatitPenyakit Tulang dan Sendi lainnya Setempatminus FrakturminusNekrosis avaskular

Tabel 21 Osteoartritis Idiopatik dan Sekunder

V Manifestasi Klinis 15

1 Nyeri sendi

Terutama bila sendi bergerak atau menanggung beban yang akan

berkurang bila penderita beristirahat

21

2 Kaku pada pagi hari (morning stiffness)

Kekakuan pada sendi yang terserang terjadi setelah imobilisasi yang

cukup lama (gel phenomenon) bahkan sering disebutkan kaku muncul

pada pagi hari setelah bangun tidur (morning stiffness)

3 Hambatan pergerakan sendi

Hambatan pergerakan sendi ini bersifat progresif lambat bertambah

berat secara perlahan sejalan dengan bertambahnya nyeri pada sendi

4 Krepitasi

Rasa gemeretak (seringkali sampai terdengar) yang terjadi pada sendi

yang sakit

5 Perubahan bentuk sendi

Sendi yang mengalami osteoarthritis biasanya mengalami perubahan

berupa perubahan bentuk dan penyempitan pada celah sendi

6 Perubahan gaya berjalan

Hal yang paling meresahkan pasien adalah perubahan gaya berjalan

hampir semua pasien osteoarthritis pada pergelangan kaki lutut dan

panggul mengalami perubahan gaya berjalan (pincang)

VI Faktor Risiko Osteoartritis Lutut (Genu)

Secara garis besar terdapat dua pembagian faktor risiko OA lutut yaitu

faktor predisposisi dan faktor biomekanis

1 Faktor Predisposisi

a Faktor Demografi

1) Umur

Dari semua faktor risiko untuk timbulnya osteoartritis faktor

ketuaan adalah yang terkuat Proses penuaan dianggap sebagai

penyebab peningkatan kelemahan di sekitar sendi penurunan

kelenturan sendi kalsifikasi tulang rawan dan menurunkan

fungsi kondrosit yang semuanya mendukung terjadinya OA

Studi Framingham menunjukkan bahwa 27 orang berusia 63 ndash

22

70 tahun memiliki bukti radiografik menderita OA lutut yang

meningkat mencapai 40 pada usia 80 tahun atau lebih7

2) Jenis kelamin

Prevalensi OA pada laki-laki sebelum usia 50 tahun lebih tinggi

dibandingkan perempuan tetapi setelah usia lebih dari 50 tahun

prevalensi perempuan lebih tinggi menderita OA dibandingkan

laki-laki Hal ini dikaitkan dengan pengurangan hormon

estrogen yang signifikan pada wanita8

3) Ras Etnis

Prevalensi OA lutut pada penderita di negara Eropa dan

Amerika tidak berbeda sedangkan suatu penelitian

membuktikan bahwa ras Afrika ndash Amerika memiliki risiko

menderita OA lutut 2 kali lebih besar dibandingkan ras

Kaukasia Penduduk Asia juga memiliki risiko menderita OA

lutut lebih tinggi dibandingkan Kaukasia1011 Suatu studi lain

menyimpulkan bahwa populasi kulit berwarna lebih banyak

terserang OA dibandingkan kulit putih9

b Faktor Genetik

Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoartritis Adanya

mutasi dalam gen prokolagen atau gen-gen struktural lain untuk

unsur-unsur tulang rawan sendi seperti kolagen proteoglikan

berperan dalam timbulnya kecenderungan familial pada

osteoartritis10

c Faktor Gaya Hidup

1) Kebiasaan Merokok

Merokok dapat merusak sel dan menghambat proliferasi sel

tulang rawan sendi

Merokok dapat meningkatkan tekanan oksidan yang

mempengaruhi hilangnya tulang rawan

23

Merokok dapat meningkatkan kandungan karbonmonoksida

dalam darah menyebabkan jaringan kekurangan oksigen

dan dapat menghambat pembentukan tulang rawan12

2) Konsumsi Vitamin D

Orang yang tidak biasa mengkonsumsi makanan yang

mengandung vitamin D memiliki peningkatan risiko 3 kali lipat

menderita OA lutut13

d Faktor Metabolik

1) Obesitas

Berat badan yang berlebih ternyata dapat meningkatkan tekanan

mekanik pada sendi penahan beban tubuh dan lebih sering

menyebabkan osteoartritis lutut7

2) Osteoporosis

Hubungan antara OA lutut dan osteoporosis mendukung teori

bahwa gerakan mekanis yang abnormal tulang akan

mempercepat kerusakan tulang rawan sendi10

3) Penyakit Lain

OA lutut terbukti berhubungan dengan diabetes mellitus

hipertensi dan hiperurikemi dengan catatan pasien tidak

mengalami obesitas10

4) Histerktomi

Hal ini diduga berkaitan dengan pengurangan produksi hormon

estrogen setelah dilakukan pengangkatan rahim 10

5) Manisektomi

Menisektomi merupakan operasi yang dilakukan di daerah lutut

dan telah diidentifikasi sebagai faktor risiko penting bagi OA

lutut Hal ini berkaitan dengan hilangnya jaringan meniscus14

2 Faktor Biomekanis

a Riwayat Trauma Lutut

24

Trauma lutut yang akut termasuk robekan pada ligamentum

krusiatum dan meniskus merupakan faktor risiko timbulnya OA

lutut9

b Kelainan Anatomis

Faktor risiko timbulnya OA lutut antara lain kelainan lokal pada

sendi lutut seperti genu varum genu valgus Legg ndash Calve ndashPerthes

disease dan displasia asetabulum10

c Pekerjaan

Osteoartritis banyak ditemukan pada pekerja fisik berat terutama

yang banyak menggunakan kekuatan yang bertumpu pada lutut

(petani kuli dll)9

d Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik berat seperti berdiri lama (2 jam atau lebih setiap

hari) berjalan jarak jauh (2 jam atau lebih setiap hari) mengangkat

barang berat (10 kg ndash 50 kg selama 10 kali atau lebih setiap

minggu) mendorong objek yang berat (10 kg ndash 50 kg selama 10

kali atau lebih setiap minggu) naik turun tangga setiap hari

merupakan faktor risiko OA lutut 9

e Kebiasaan Olahraga

Atlit olah raga benturan keras dan membebani lutut seperti sepak

bola lari maraton dan kung fu memiliki risiko meningkat untuk

menderita OA lutut10

VII Kriteria Diagnosis Osteoartritis Lutut (Genu)

25

Kriteria diagnosis OA lutut menggunakan kriteria klasifikasi American

College of Rheumatology seperti tercantum pada tabel berikut ini 16

Tabel 22 Kriteria Klasifikasi Osteoartritis Lutut

Derajat osteoartritis lutut dinilai menjadi lima derajat oleh Kellgren dan

Lawrence yaitu 17

- Derajat 0 tidak ada gambaran osteoartritis

- Derajat 1 osteoartritis meragukan dengan gambaran sendi normal tetapi

terdapat osteofit minimal

- Derajat 2 osteoartritis minimal dengan osteofit pada 2 tempat tidak terdapat

sklerosis dan kista subkondral serta celah sendi baik

- Derajat 3 osteoartritis moderat dengan osteofit moderat deformitas ujung

tulang dan celah sendi sempit

- Derajat 4 osteoartritis berat dengan osteofit besar deformitas ujung tulang

celah sendi hilang serta adanyasklerosis dan kista subkondral

26

VIIIPenatalaksanaan Osteoarthritis

Tujuan penatalaksanaan pasien dengan osteoarthritis adalah18

1 Meredakan nyeri

2 Mengoptimalkan fungsi sendi

3 Mengurangi ketergantungan kepada orang lain dan meningkatkan

kualitas hidup

4 Menghambat progresivitas penyakit

5 Mencegah terjadinya komplikasi

Pilar terapi pada pasien dengan osteoarthritis yaitu

Nonfarmakologis

1 Modifikasi pola hidup

2 Edukasi

3 Istirahat teratur yang bertujuan mengurangi penggunaan beban pada

sendi

4 Modifikasi aktivitas

5 Menurunkan berat badan

6 Rehabilitasi medik fisioterapi

a Latihan statis dan memperkuat otot-otot

b Fisioterapi yang berguna untuk mengurangi nyeri menguatkan otot

dan menambah luas pergerakan sendi

7 Penggunaan alat bantu

Farmakologis

1 Sistemik

a Analgetik

Non narkotik parasetamol

Opioid (kodein tramadol)

b Antiinflamasi nonsteroid (NSAIDs)

Oral

Injeksi

Suppositoria

27

c DMOADs (disease modifying OA drugs)

Diantara nutraceutical yang saat ini tersedia di Indonesia adalah

Glucosamine sulfate dan Chondroitine sulfate

2 Topikal

a Krim rubefacients dan capsaicin

Beberapa sediaan telah tersedia di Indonesia dengan cara kerja pada

umumnya bersifat counter irritant

b Krim NSAIDs

Beberapa yang dapat digunakan adalah gel piroxicam dan sodium

diklofenak

3 Injeksi intraartikularintra lesi

Pada dasarnya ada 2 indikasi suntikan intra artikular yakni penanganan

simtomatik dengan steroid dan viskosuplementasi dengan hyaluronan

untuk modifikasi perjalanan penyakit Beberapa preparat injeksi

intraartikular diantaranya

a Steroid ( triamsinolone hexacetonide dan methyl prednisolone )

Hanya diberikan jika ada satu atau dua sendi yang mengalami

nyeri dan inflamasi yang kurang responsif terhadap pemberian

NSAIDs tak dapat mentolerir NSAIDs atau ada komorbiditas yang

merupakan kontra indikasi terhadap pemberian NSAIDs

Dosis untuk sendi besar seperti lutut 40-50 mginjeksi

sedangkan untuk sendi-sendi kecil biasanya digunakan dosis 10 mg

b Hyaluronan high molecular weight dan low molecular weight

Diberikan berturut-turut 5 sampai 6 kali dengan interval satu

minggu masing-masing 2 sampai 25 ml Hyaluronan Sediaan di

Indonesia diantaranya adalah Hyalgan dan Osflex

4 Pembedahan

Sebelum diputuskan untuk terapi pembedahan harus dipertimbangkan

terlebih dahulu risiko dan keuntungannya Pertimbangan dilakukan

tindakan operatif bila

28

a Deformitas menimbulkan gangguan mobilisasi

b Nyeri yang tidak dapat teratasi dengan penganan medikamentosa

dan rehabilitatif

Ada 2 tipe terapi pembedahan Realignment osteotomi dan replacement

joint

Macam-macam operasi sendi lutut untuk osteoarthritis

a Partial replacementunicompartemental

b High tibial osteotomy orang muda

c Patella amp condyle resurfacing

d Minimally constrained total replacement stabilitas sendi dilakukan

sebagian oleh ligament asli dan sebagian oleh sendi buatan

e Cinstrained joint fixed hinges dipakai bila ada tulang hilang dan

severe instability

f Total knee replacement apabila didapatkan nyeri deformitas

instability akibat dari rheumatoid atau osteoarthritis

29

Gambar 21 Piramida Penatalaksanaan Osteoartritis

BAB III

DISKUSI DAN PEMBAHASAN

OA adalah penyakit degenerasi kartilago artikuler yang berlangsung secara

perlahan dan ditandai dengan nyeri sendi kekakuan dan keterbatasan gerak yang

berkembang secara progresif Tanda-tanda tersebut ditemukan pada penderita ini

Berdasarkan etiologinya OA diklasifikasikan menjadi dua yaitu OA

primer dan OA sekunder OA primer disebut juga OA idiopatik yaitu OA yang

kausanya tidak diketahui dan tidak ada hubungannya dengan penyakit sistemik

maupun proses perubahan lokal pada sendi OA sekunder adalah OA yang

didasari oleh adanya kelainan endokrin trauma inflamasi metabolik

pertumbuhan herediter jejas mikro dan makro serta imobilisasi yang terlalu lama

faktor mekanik penyakit deposit kalsium penyakit tulang dan sendi lainnya serta

neuropatik endemik Beberapa faktor risiko yang diketahui berhubungan dengan

penyakit OA diantaranya faktor risiko umum yang penting seperti kegemukan

faktor genetik dan jenis kelamin serta beberapa faktor risiko lain seperti usia lebih

dari 40 tahun suku bangsa cedera sendi pekerjaan olahraga kelainan

pertumbuhan kepadatan tulang dan lain-lain Pada penderita ini berdasarkan

30

anamnesis riwayat sosialnya penderita adalah seorang wanita berusia 75 tahun

yang meskipun tidak melakukan pekerjaan yang berat tetapi dirinya tetap

menjalankan pekerjaan rumah tangga (sebelum sakit) yang notabene banyak

menggunakan sendi lutut Selain itu dari pemeriksaan fisik penderita ini juga

mengalami kegemukan Kondisi-kondisi pada penderita ini merupakan faktor

risiko sekunder terjadinya OA Jadi dapat disimpulkan bahwa penyebab OA pada

penderita ini bukan termasuk faktor risiko OA primer

Penderita datang dengan keluhan nyeri pada kedua sendi lutut sejak plusmn 1

tahun SMRS dan puncaknya 2 hari SMRS dimana penderita sudah tidak bisa

berjalan lagi Nyeri sendi merupakan keluhan yang umum terjadi pada penyakit

reumatik seperti artritis gout OA keganasan reumatik septik dan lain

sebagainya Pada penderita ini nyeri terlokalisir pada lutut tanpa adanya nyeri

pada sendi yang lain nyeri bertambah saat melakukan gerakan (seperti berjalan)

dan berkurang apabila beristirahat Tidak ada demam Nyeri tidak menetap

sepanjang hari Nyeri seperti ini biasanya ditemukan pada OA

Penderita juga mengeluh kaku sendi Kaku sendi dirasakan penderita pada

pagi hari Keadaan ini biasanya disebabkan oleh desakan cairan yang berada di

sekitar jaringan yang mengalami inflamasi (kapsul sendi sinovial atau bursa)

Kaku sendi makin nyata pada pagi hari atau setelah istirahat Setelah digerak-

gerakkan cairan akan menyebar dari jaringan yang mengalami inflamasi sehingga

penderita merasa terlepas dari ikatan dan bisa menggerakkan sendinya kembali

Lama kaku sendi pada OA adalah kurang dari 30 menit sedangkan pada AR

minimal satu jam Pada penderita ini kaku sendi juga dirasakan pada pagi hari

selama plusmn 20-30 menit dan menghilang dengan sendirinya bila penderita

menggerakkan kakinya dengan beraktivitas seperti biasa Hal ini sesuai untuk

mendukung keluhan pada penderita OA

Penderita juga mengalami bengkak pada kedua lutut Bengkak dirasakan

oleh penderita sejak 6 bulan SMRS Sendi yang membengkak bisa disebabkan

oleh penonjolan tulang sinovitis efusi dan karena adanya osteofit yang dapat

mengubah permukaan sendi Pada penderita ditemukan osteofit pada pemeriksaan

rontgent

31

29

Pemeriksaan fisik lokalis pada kedua sendi lutut didapatkan pada

inspeksi didapatkan pembesaran bengkak pada kedua sendi lutut dengan tidak

ada perubahan warna kulit Palpasi pada kedua sendi lutut didapatkan nyeri tekan

dan pada perabaan dirasakan hangat Pemeriksaan gerak sendi didapat

keterbatasan gerak fleksi yaitu hanya dapat mengerakkan lutut sebesar 60deg

Hambatan gerak terutama disebabkan oleh adanya remodelling osteofit penebalan

kapsul dan juga adanya efusi Pada auskultasi sendi lutut penderita ditemukan

adanya krepitasi dimana terdengar suara gemeretak ldquokretek-kretekrdquo seperti suara

krupuk yang diremukkan Gejala ini mungkin disebabkan karena gesekan kedua

permukaan tulang sendi yang irregular pada saat sendi digerakkan ataupun secara

pasif dimanipulasi

Pemeriksaan radiologis pada penderita ini didapatkan adanya gambaran

berupa penyempitan sendi dan osteofit pada pinggir sendi Menipisnya rawan

sendi diawali dengan retak dan terbelahnya permukaan sendi di beberapa tempat

yang kemudian menyatu dan disebut sebagai fibrilasi Di lain pihak pada tulang

akan terjadi pula perubahan sebagai reaksi tubuh untuk memperbaiki kerusakan

Perubahan itu adalah penebalan tulang subkondral dan pembentukan osteofit

marginal disusul kemudian dengan perubahan komposisi molekular dan struktur

tulang Penipisan kartilago sendi akibat proses degeneratif memberi gambaran

penyempitan celah sendi yang tidak simetris pada foto polos radiologi Fungsi

kartilago sendi berkurang bahkan menghilang mengakibatkan beban stres di

daerah subkhondral bertambah Beberapa subkhondral tersebut dapat diamati pada

poto polos radiologi berupa pembentukan osteofit sklerotik subkhondral maupun

pembentukan kista subkhondral Pada penderita ini ditemukan adanya

pembentukan osteofit pada condylus lateralis dan medialis os tibio femoralis

Pada OA anamnesa (gejala klinis) pemeriksaan fisik dan pemeriksaan

radiologi sudah dapat menunjang penegakan diagnosis Hasil pemeriksaan

laboratorium pada OA biasanya tidak banyak berguna Darah tepi (Hb Leukosit

dan LED) dalam batas normal kecuali OA generalisata yang harus dibedakan

dengan arthritis peradangan Pada OA yang disertai peradangan mungkin

didapatkan penurunan viskositas pleositosis sedang hingga ringan serta

32

peningkatan ringan sel radang (lt8000m) gt1 Pada penderita ini dilakukan

pemeriksaan laboratorium darah lengkap kimia darah dan urin lengkap karena

pemeriksaan tersebut merupakan pemeriksaan rutin Dari hasil pemeriksaan

laboratorium pada penderita ini tidak ditemukan adanya kelainan

Diagnosis OA sudah bisa ditegakkan secara klinis dengan memakai

kriteria OA yang dibuat oleh Subcommittee American College of Rheumatology

(ACR) Kriteria OA lutut secara klinis laboratorium dan radiologis adalah adanya

nyeri lutut osteofit dan salah satu dari tanda berikut yaitu usia lebih dari 50

tahun kaku sendi kurang dari 30 menit atau adanya krepitus Pada penderita ini

wanita berusia 75 tahun ditemukan memiliki keluhan nyeri kedua sendi lutut

terdapat kaku sendi selama 20-30 menit terdapat krepitus dan pada pemeriksaan

radiologi ditemukan adanya osteofit

Pengelolaan penderita dengan OA bertujuan untuk menghilangkan

keluhan mengoptimalkan fungsi sendi mengurangi ketergantungan dan

meningkatkan kualitas hidup menghambat progresivitas penyakit dan mencegah

komplikasi Pilar terapi OA non farmakologis (edukasi terapi fisik

dietpenurunan berat badan) farmakologis (analgetik kortikosteroid lokal

sistemik kondroprotektif dan biologik) dan pembedahan

Edukasi sangat penting bagi semua pasien OA Dua hal yang menjadi

tujuan edukasi adalah bagaimana mengatasi nyeri dan disabilitas Pemberian

edukasi pada penderita ini sangat penting karena dengan edukasi diharapkan

pengetahuan penderita mengenai penyakit OA menjadi meningkat dan pengobatan

menjadi lebih mudah serta dapat diajak bersama-sama untuk mencegah kerusakan

organ sendi lebih lanjut Edukasi yang diberikan pada penderita ini yaitu

memberikan pengertian bahwa OA adalah penyakit yang kronik sehingga perlu

dipahami bahwa mungkin dalam derajat tertentu akan tetap ada rasa nyeri kaku

dan keterbatasan gerak serta fungsi Selain itu agar rasa nyeri dapat berkurang

maka penderita hendaknya mengurangi aktivitaspekerjaannya sehingga tidak

terlalu banyak menggunakan sendi lutut dan lebih banyak beristirahat Penderita

juga disarankan untuk kembali kontrol sehingga dapat diketahui apakah

33

penyakitnya sudah membaik atau ternyata ada efek samping akibat obat yang

diberikan

Terapi fisik bertujuan untuk melatih penderita agar persendiannya tetap

dapat dipakai dan melatih penderita untuk melindungi sendi yang sakit Pada

penderita ini dianjurkan untuk berolah raga tapi olah raga yang memperberat

sendi sebaiknya dihindari seperti lari atau joging Hal ini dikarenakan dapat

menambah inflamasi meningkatkan tekanan intraartikular bila ada efusi sendi dan

bahkan bisa menyebabkan robekan kapsul sendi Untuk mencegah risiko

terjadinya kecacatan pada sendi sebaiknya dilakukan olah raga peregangan otot

seperti mQuadrisep femoris dengan peregangan otot diharapkan dapat membantu

dalam peningkatan fungsi sendi secara keseluruhan dan mengurangi nyeri Pada

penderita ini disarankan untuk senam lantai 3 kali seminggu dimana pasien

mengambil posisi terlentang sambil meregangkan lututnya dengan cara

mengangkat kaki dan secara perlahan menekuk dan meluruskan lututnya Olah

raga ini sangat mudah dilakukan apalagi mengingat usia penderita yang sudah

mencapai 75 tahun

Diet bertujuan untuk menurunkan berat badan pada penderita OA yang

gemuk Hal ini sebaiknya menjadi program utama pengobatan OA Penurunan

berat badan seringkali dapat mengurangi keluhan dan peradangan Selain itu

obesitas juga dapat meningkatkan risiko progresifitas dari OA Pada penderita ini

disarankan untuk mengurangi berat badan dengan mengatur diet rendah kalori

sampai mungkin mendekati berat badan ideal Dimana prinsipnya adalah

mengurangi kalori yang masuk dibawah energi yang dibutuhkan Penurunan

energi intake yang aman dianjurkan pemberian defisit energi antara 500-1000

kalori perhari sehingga diharapkan akan terjadi pembakaran lemak tubuh dan

penurunan berat badan 05 ndash 1 kg per minggu Biasanya intake energi diberikan

1200-1300 kal per hari dan paling rendah 800 kal per hari Formula yang dapat

digunakan untuk kebutuhan energi berdasarkan berat badan adalah 22kalkgBB

aktualhari dengan cara ini didapatkan defisit energi 1000 kalhari Pada penderita

ini dianjurkan untuk diet 1400 kal perhari agar mencapai BB idealnya yakni

setidaknya mencapai 55 kg Namun cara ini juga memerlukan kehati ndash hatian

34

dikarenakan usia penderita dan daya tahan tubuhnya yang memang sudah tidak

mendukung untuk melakukan usaha diit

Terapi farmakologis pada penderita OA biasanya bersifat simptomatis

Pada tahap awal dapat dicoba analgetik sederhana seperti asetaminofen atau

salisilat Bila tidak ada perbaikan dapat diberikan obat anti inflamasi non steroid

Untuk mengurangi keluhan nyeri pada penderita ini telah diberikan pengobatan

langsung dengan obat anti inflamasi non steroid seperti Na-diklofenak dengan

dosis 3times50 mg tanpa menggunakan obat lini pertama Hal ini dikarenakan keluhan

pada penderita ini sudah cukup berat ditambah pula adanya bengkak dan rasa

hangat di lutut yang tidak hilang dengan obat analgetik sederhana ( seperti yang

biasa dikonsumsi penderita) Na-diklofenak merupakan obat golongan OAINS

COX-1 inhibitor yang non-selektif dimana obat ini diberikan pada penderita

karena tidak terdapat riwayat pernah menderita gangguan gastrointestinal Namun

mengingat usia penderita yang memang sudah lanjut maka penderita juga

diberikan obat pelapis lambung untuk menjaga kondisi saluran pencernaannya Di

sini penderita diberikan obat golongan PPI (Omeprazole 2 x 20 mg) Setelah

dievaluasi beberapa hari ternyata keluhan nyeri dan bengkak pada penderita tidak

kunjung ada perubahan maka ditambahkan pula obat steroid injeksi dimana

pilihannya adalah InjTriamcinolon 1 Amp24 jam (Inj Flamicort) Selain itu

pasien juga dikonsulkan ke spesialis rehabilitasi medis untuk dilakukan

fisioterapi

Terapi pembedahan Terapi ini diberikan apabila terapi farmakologis dan

rehabilitasi tidak berhasil untuk mengurangi rasa sakit dan juga untuk melakukan

koreksi apabila terjadi deformitas yang menimbulkan gangguan mobilisasi sendi

yang mengganggu aktifitas sehari-hari Pada penderita ini tidak sampai dilakukan

terapi pembedahan

35

DAFTAR PUSTAKA

1 Soeroso J Isbagio H Kalim H Broto R Pramudiyo R Osteoartritis In

Sudoyo AW Setiyohadi B Alwi I Simadibrata M Setiati S editors Buku

Ajar Ilmu Penyakit Dalam 4th ed Jakarta Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit

Dalam Fakultas Kedokteran Indonesia 2006 p 1195-201

2 Osteoarthritis Wikipedia The Free Encyclopedia [serial on the internet]

2009 [cited 2009 Sep 1] Available from

httpenwikipediaorgwikiOsteoarthritis

3 Reginster JY The Prevalence and Burden of Osteoarthritis Rheumatology

2002 41 (suppl 1) 3 ndash 6

4 Wibowo Dhidik Tri Kurniawan Yusuf Latifah Tati Gunadi Rachmat

Perancangan dan Implementasi Sistem Bantu Diagnosis Penyakit

Osteoartritis dan Reumatoid Artritis Melalui Deteksi Penyempitan Celah

Sendi pada Citra X-Ray Tangan dan Lutut Dalam Temu Ilmiah

Reumatologi Jakarta 2003 168 ndash 172

5 Konggres Nasional Ikatan Reumatologi Indonesia VI httppemda-

diygoidberita 2005 102140

36

6 Arthritis Research Campaign 2000 Available at

httpwwwarcorgukabout_arthastatshtm

7 Felson DT Zhang Y Hannan MT et al The Incidence and Natural

History of Knee Osteoarthritis in the Elderly The Framingham

Osteoarthritis Study Arthritis Rheumatology 1995 38 1500 ndash 1505

8 Felson DT Zhang Y An Update on the Epidemiology of Knee and Hip

Osteoarthritis with a View to Prevention Arthritis Rheumatology 1998

41 1343 ndash 1355

9 Setiyohadi Bambang Osteoartritis Selayang Pandang Dalam Temu Ilmiah

Reumatologi Jakarta 2003 27 ndash 31

10 Klippel John H Dieppe Paul A Brooks Peter et al Osteoarthritis In

Rheumatology United Kingdom Mosby ndash Year Book Europe Limited

1994 21 ndash 106

11 Abbate L Renner JB Stevens J et al Do Body Composition and Body Fat

Distribution Explain Ethnic Differences in Radiographic Knee

Osteoarthritis Outcomes in African -American and Caucasian Women The

North American Association for the Study of Obesity 2006 14 1274 ndash

1281

12 Amin Niu Jingbo Hunter David et al Smoking Worsens Knee

Osteoarthritis News Center Oklahoma City Oklahoma USA 2006 1 ndash 4

13 McAlindon Timothy E Felson David T Zhang Yuqing et al Relation of

Dietary Intake and Serum Levels of Vitamin D to Progression of

Osteoarthritis of the Knee Among Participants in the Framingham Study

14 Englund M and Lohmander LS Patellofemoral Osteoarthritis Coexistent

with Tibiofemoral Osteoarthritis in a Meniscectomy Population Annals of

the Rheumatic Diseases 2005 64 1721 ndash 1726

15 Carter MA Osteoartritis In Price SA Wilson LM Patofisiologi konsep

klinis proses-proses penyakit 6th ed Jakarta EGC 2006 p 1380-4

16 Altman RD Criteria for the Classification of Osteoarthritis Journal of

Rheumatology 1991 27 (suppl) 10 ndash 12

37

17 Milne AD Evans NA Stanish WD Nonoperative Management of Knee

Osteoarthritis In Hartono IM Studi komparasi antara WOMAC index

dengan Kellgren-Lawrence grading system pada penderita osteoarthritis

genu [PPDS1 thesis] Semarang Medical Faculty Diponegoro University

2007 p 12

18 Haq I Murphy E Dacre J Osteoarthritis Review Postgrad Med J 2003

79 377 ndash 383

19 Anonim [1986] Criteria for classification of idiopathic osteoarthtritis (OA)

of the knee American College of Rheumatology [serial on the internet]

2010 [cited 2010 Jan 20] Available from

httpwwwrheumatologyorgpublicationsclassificationoakneeasp

aud=mem

38

  • BAB I
  • ILUSTRASI KASUS
  • 1 Pemeriksaan EKG
  • X ndash Ray Pelvis AP
  • BAB III
  • DISKUSI DAN PEMBAHASAN
Page 9: laporan kasus osteoartritis

IV PEMERIKSAAN PENUNJANG

1 Pemeriksaan EKG

a Frekuensi 87xmenit saat pertama kali masuk RS ritme reguler

b Jenis irama Sinus

c Zona transisi V6

d Aksis Lead II (+) aVL (+)

e Morfologi gelombang

1) Gelombang P selalu diikuti gelombang QRS dan T

2) Interval PR 012 detik

3) Gelombang QRS 010 detik

4) Elevasi ST (-)

5) Depresi ST (-)

6) Gelombang T inverted di Lead II III aVF dan V1 ndash V3

9

2 Laboratorium Darah dan Urin (tanggal 2 dan 3 Februari 2014)

Keterangan 02022014 03022014 SatuanNilai

RujukanHematologi rutinHemoglobin 118 - gdl 115-16

Hematokrit 369 - 35-49

Leukosit 83 - 10sup3microl 40-11Trombosit 297 - 10sup3microl 150-440Eritrosit 505 - 10⁶microl 38-52

Indeks eritrosit

MCV 731 - fl 82-95MCH 233 - pg 27-31MCHC 319 - gdl 32-36RDW 185 - 116-148

Hitung jenis

Granulosit 732 (H) - 50-70Limfosit 170 (L) - 20-40Monosit 98 (H) - 2-8

Kimia Ginjal

Ureum - 16 mgdL 10-45Creatinin - 073 mgdL 05-11

Asam Urat - 60 mgdL 24-60

GDS 199 - mgdL lt 200

Kimia Profil Lipid

Kolesterol Total - 199 mgdL lt200HDL Kolesterol - 35 (L) mgdL gt40LDL Kolesterol - 1348 (H) mgdL lt 130Trigliserid - 146 mgdL 35-160

URIN RUTIN 03022014 Satuan Nilai Rujukan

10

MAKROSKOPIS

Warna Kuning Kuning muda - kuning

Kekeruhan Jernih Jernih

KIMIA URINE

pH Reaksi 60 46 ndash 85Berat jenis 1015 1003 ndash 1030Protein Negatif mgdL NegatifReduksi Negatif mgdL NegatifLeukosit Esterase Negatif microL NegatifBilirubin Negatif mgdL NegatifUrobilinogen Normal mgdL NormalNitrit Negatif mgdL NegatifKeton Negatif mgdL NegatifBlood (HbEri) Negatif mgdL Negatif

MIKROSKOPIS

Leukosit Sedimen 10 ndash 15 SelLPB 0 ndash 15Eritrosit Sedimen 0 SelLPB 0 ndash 3 Epitel 5 - 10 SelLPB 0 ndash 15 Silinder Negatif LPK NegatifKristal Negatif LPB NegatifBakteri Negatif LPB NegatifJamur Negatif LPB NegatifLain - lain Negatif LPB

11

3 Foto Rontgen (tanggal 2 Februari 2014)

X ndash Ray Genu Dekstra et Sinistra

Kesan

Osteofit pada condylus lateralis dan medialis os tibia femoralis

dekstra disertai penyempitan sendi tibia femoralis lateralis dekstra

merupakan gambaran osteoarthrosis genu dekstra grade III

Osteofit pada condylus lateralis dan medialis os tibia femoralis

sinistra disertai penyempitan sendi femoro tibialis sinistra disertai

irreguler pada tulang tibia fibula sekitar sendi dan sklerotik

subcondral merupakan gambaran osteoarthosis genu sinistra grade

IV disertai osteoarthritis peradangan

12

X ndash Ray Pelvis AP

13

Kesan

Lesi opak pada cavum pelvis suspek massa DD vesikolitiasis ( usul

USG abdomen )

Tak tampak fraktur maupun dislokasi

V ASSESMENT DIAGNOSIS KERJA DAN DIAGNOSIS BANDING

1 Osteoartritis Genu Dextra et Sinistra

2 Hipertensi stage I

3 Ischemia Hearth Disease

Daftar masalah Problem AssesmentPlanning Diagnosa

Plannning Terapi (IGD)Planning

Monitoring

75 tahun Kedua kaki nyeri tidak bisa jalan (+) tidak bisa ditekuk (+) kaku riwjatuh (-)

Pmx Fisik Genu D et S ada deformitas (+) bengkak(+) krepitasi (+)

Foto x-ray genu osteoarthritis osteofit sendi genu D et S

-Deformitas Sendi-Proses Degeneratif

Osteoartritis Genu Dextra et Sinistra

- X-ray genu Dekstra et Sinistra

- Pmx Cairan synovial sendi genu

Non Farmakologi- A-B-C management ( infRL 20tpm)- Edukasi pasien- Terapi Fisik latihan gerak sendi- Fisioterapi-Penurunan berat badanFarmakologi- Inj Ranitidin 1 Amp12j- Inj Ketorolac 30mg (E)po Natrium Diklofenak 2x1 Analsik 2x1 Vit BC 1x1

-Tanda dan gejala Klinis

- TD 150100 mmHg

Gangguan hemo -dinamik

Hipertensi stage I

- EKG Foto Thorax

Non Farmakologi- Diet rendah garamFarmakologi

- Cek ulang Tekanan Darah

14

Fungsi Ginjal

- Captopril 2 x 25mg (po)- Amlodipin 1x10mg (po)

EKG Gelombang T inverted di Lead II III aVF dan V1 ndash V3

-Ateroskle- rosis-Hipoksia vaskuler

Ischemia Hearth Disease

-Cek Profil Lipid Asam Urat Enzim Jantung

Non Farmakologi-Tirah baring- O2 3-4lpmFarmakologi-ISDN 3x5mg

-Cek EKG serial 4 jam

VI POMR (Problem Oriented Medical Record)

VII FOLLOW UP

Tanggal Subjektif dan Objektif Penatalaksanaan03022014 S kaki masih nyeri jika digerakkan (+)

pegel (+) masih belum bisa berjalan pusing (-) sesak (-)KU Kesadaran Sedang composmentisVS TD 170100 mmHg RR 18 kali menit N 88 kali menit T 370CVAS 7Bengkak (+) eritem (-) ROM terbatasEKG T inverted Lead IIIII aVF amp V1-V3

O2 3lpmIVFD RL 20 tpm Captopril 3x25mgHCT 2x50mgAmlodipin 1x10mgAnalsik 3x1Natrium Diklofenak 3x1ISDN 3x5mg

15

04022014 S kaki masih nyeri jika digerakkan ditekuk (+) pasien tetap masih belum bisa duduk maupun berjalan sesak(-) pusing(-)KU Kesadaran Sedang composmentisVS TD 130100 mmHg RR 18 kali menit N 76 kali menit T 3730CVAS 7Bengkak (+) eritem (-) ROM terbatas

O2 3lpmIVFD RL 20 tpm Captopril 3x25mgHCT 2x50mgAmlodipin 1x10mgAnalsik 3x1Natrium Diklofenak 3x1ISDN 3x5mg(+) Inj Flamicort 1 Amp Omeprazole 2x1

05022014 S kaki masih nyeri jika digerakkan (+) namun pasien sudah bisa tidur miring sambil menekuk lututnya pegel (+) masih belum bisa berjalan (+)KU Kesadaran Sedang composmentisVS TD 150100 mmHg RR 18 kali menit N 86 kali menit T 370CVAS 5Bengkak (+) eritem (-) ROM terbatas

O2 3lpmIVFD RL 20 tpm Captopril 3x25mgHCT 2x50mgAmlodipin 1x10mgAnalsik 3x1Natrium Diklofenak 3x1ISDN 3x5mg(+) Inj Flamicort 1 Amp Omeprazole 2x1Co SpRM untuk Fisioterapi

pasien sudah difisioterapi (IR)06022014 S kaki masih nyeri jika digerakkan (+)

ditambah keluhan nyeri pinggang keluhan pusing sesak mual muntah disangkalKU Kesadaran Sedang composmentisVS TD 200100 mmHg RR 20 kali menit N 88 kali menit T 3630CVAS 7Bengkak (+) eritem (-) ROM terbatas

O2 3lpmIVFD RL 20 tpm Inj Flamicort 1 AmpCaptopril 3x25mgHCT 2x50mgAmlodipin 1x10mgAnalsik 3x1Natrium Diklofenak 3x1ISDN 3x5mgOmeprazole 2x1

Fisioterapi masih dilanjutkan

16

07022014 S kaki masih nyeri tapi lebih jarang pasien sudah bisa setengah duduk namun tetap dibantu keluarga sesak (-) pusing (sedikit) makan minum (+) sedikit - sedikitKU Kesadaran Sedang composmentisVS TD 200100 mmHg RR 18 kali menit N 76 kali menit T 370CVAS 5Bengkak (+) eritem (-) ROM terbatas

Pasien dan keluarga APS pulang karena persoalan biaya terapi pulang

Captopril 3x25mgHCT 2x50mgAmlodipin 1x10mgAnalsik 3x1Natrium Diklofenak 3x1ISDN 3x5mgOmeprazole 2x1(+) Clonidin 3x1 tab

VIIIPROGNOSIS

Qua ad vitam Dubia ad bonam

Qua ad functionam Dubia ad malam

Qua ad sanationam Dubia ad malam

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

IDefinisi

Osteoarthritis (OA dikenal juga sebagai arthritis degeneratif penyakit

degeneratif sendi) merupakan penyakit sendi degeneratif yang mengenai

sendi-sendi penumpu berat badan dengan gambaran patologis yang berupa

kerusakan kartilago sendi dimana terjadi proses degradasi interaktif sendi

17

yang kompleks terdiri dari proses perbaikan pada kartilago tulang dan

sinovium diikuti komponen sekunder proses inflamasi12

II Epidemiologi

Osteoartritis merupakan penyakit sendi yang paling banyak ditemukan di

dunia termasuk di Indonesia Bahkan sejak tahun 2001 hingga 2010

dicanangkan sebagai dekade penyakit tulang dan sendi di seluruh dunia5

Penyakit ini menempati urutan kedua setelah penyakit kardiovaskuler sebagai

penyebab ketidakmampuan fisik Di Inggris dan Wales sekitar 13 hingga

175 juta orang mengalami gejala OA Di Amerika 1 dari 7 penduduk

menderita OA34

Di Australia pada tahun 2002 diperkirakan biaya nasional untuk OA

sebesar 1 dari GNP yaitu mencapai $Aus 2700orangtahun4 Di Indonesia

sendiri prevalensi total OA sebanyak 343 juta orang pada tahun 2002 dan

mencapai 365 juta orang pada tahun 2007 Diperkirakan 1 sampai 2 juta

orang lanjut usia di Indonesia menderita cacat karena osteoarthritis Pada

beberapa penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan terjadinya

osteoarthritis pada obesitas dan sendi penahan beban tubuh5 Dari sekian

banyak sendi yang dapat terserang OA lutut merupakan sendi yang paling

sering dijumpai terserang OA Data Arthritis Research Campaign

menunjukkan bahwa lebih dari 550 ribu orang di Inggris menderita OA lutut

yang parah dan lebih dari 80 ribu operasi replacement sendi lutut dilakukan di

Inggris pada tahun 2000 dengan biaya 405 juta Poundsterling6

III Patofisiologi Osteoartritis

Terjadinya OA tidak lepas dari banyak persendian yang ada di dalam

tubuh manusia Sebanyak 230 sendi menghubungkan 206 tulang yang

memungkinkan terjadinya gesekan Untuk melindungi tulang dari gesekan di

dalam tubuh ada tulang rawan Namun karena berbagai faktor risiko yang ada

maka terjadi erosi pada tulang rawan dan berkurangnya cairan pada sendi

Tulang rawan sendiri berfungsi untuk meredam getar antar tulang Tulang

rawan terdiri atas jaringan lunak kolagen yang berfungsi untuk menguatkan

18

17

sendi proteoglikan yang membuat jaringan tersebut elastis dan air (70

bagian) yang menjadi bantalan pelumas dan pemberi nutrisi910

Kondrosit adalah sel yang tugasnya membentuk proteoglikan dan

kolagen pada rawan sendi Osteoartritis terjadi akibat kondrosit gagal

mensintesis matriks yang berkualitas dan memelihara keseimbangan antara

degradasi dan sintesis matriks ekstraseluler termasuk produksi kolagen tipe I

III VI dan X yang berlebihan dan sintesis proteoglikan yang pendek Hal

tersebut menyebabkan terjadi perubahan pada diameter dan orientasi dari serat

kolagen yang mengubah biomekanik dari tulang rawan sehingga tulang rawan

sendi kehilangan sifat kompresibilitasnya yang unik9

Selain kondrosit sinoviosit juga berperan pada patogenesis OA

terutama setelah terjadi sinovitis yang menyebabkan nyeri dan perasaan tidak

nyaman Sinoviosit yang mengalami peradangan akan menghasilkan Matrix

Metalloproteinases (MMPs) dan berbagai sitokin yang akan dilepaskan ke

dalam rongga sendi dan merusak matriks rawan sendi serta mengaktifkan

kondrosit Pada akhirnya tulang subkondral juga akan ikut berperan dimana

osteoblas akan terangsang dan menghasilkan enzim proteolitik 910

Agrekanase merupakan enzim yang akan memecah proteoglikan di

dalam matriks rawan sendi yang disebut agrekan Ada dua tipe agrekanase

yaitu agrekanase 1 (ADAMTs-4) dan agrekanase 2 (ADAMTs-11) MMPs

diproduksi oleh kondrosit kemudian diaktifkan melalui kaskade yang

melibatkan proteinase serin (aktivator plasminogen plamsinogen plasmin)

radikal bebas dan beberapa MMPs tipe membran Kaskade enzimatik ini

dikontrol oleh berbagai inhibitor termasuk TIMPs dan inhibitor aktifator

plasminogen Enzim lain yang turut berperan merusak kolagen tipe II dan

proteoglikan adalah katepsin yang bekerja pada pH rendah termasuk

proteinase aspartat (katepsin D) dan proteinase sistein (katepsin B H K L

dan S) yang disimpam di dalam lisosom kondrosit Hialuronidase tidak

terdapat di dalam rawan sendi tetapi glikosidase lain turut berperan merusak

proteoglikan10

19

Berbagai sitokin turut berperan merangsang kondrosit dalam

menghasilkan enzim perusak rawan sendi Sitokin-sitokin pro-inflamasi akan

melekat pada reseptor di permukaan kondrosit dan sinoviosit dan

menyebabkan transkripsi gene MMP sehingga produksi enzim tersebut

meningkat Sitokin yang terpenting adalah IL-1 selain sebagai sitokin

pengatur (IL-6 IL-8 LIFI) dan sitokin inhibitor (IL-4 IL-10 IL-13 dan IFN-

γ) Sitokin inhibitor ini bersama IL-Ira dapat menghambat sekresi berbagai

MMPs dan meningkatkan sekresi TIMPs Selain itu IL-4 dan IL-13 juga

dapat melawan efek metabolik IL-1 IL-1 juga berperan menurunkan sintesis

kolagen tipe II dan IX dan meningkatkan sintesis kolagen tipe I dan III

sehingga menghasilkan matriks rawan sendi yang berkualitas buruk 910

IV Klasifikasi Osteoartritis

OA dapat terjadi secara primer (idiopatik) maupun sekunder seperti

yang tercantum di bawah ini 19

IDIOPATIK SEKUNDER

20

SetempatTangan- nodus Heberden dan Bouchard (nodal)- artritis erosif interfalang- karpal-metakarpal IKaki - haluks valgus- haluks rigidus- jari kontraktur (hammercock-up toes)- talonavikulareCoxae- eksentrik (superior)- konsentrik (aksial medial)- difus (koksa senilis)Vertebra- sendi apofiseal- sendi intervertebral- spondilosis (osteofit)- ligamentum (hiperostosis penyakit Forestier diffuse idiopathic skeletal hyperostosis=DISH)Tempat lainnya- glenohumeral- akromioklavikular- tibiotalar- sakroiliaka- temporomandibularMenyeluruhMeliputi 3 atau lebih daerah yang tersebut diatas (Kellgren-Moore)

Traumaminus akutminus kronik (okupasional port)Kongenital atau developmentalGangguan setempatminus Penyakit Leg-Calve-Perthesminus Dislokasi koksa kongenitalminus Slipped epiphysisFaktor mekanikminus Panjang tungkai tidak samaminus Deformitas valgus varusminus Sindroma hipermobilitasMetabolikminus Okronosis (alkaptonuria)minus Hemokromatosisminus Penyakit Wilsonminus Penyakit GaucherEndokrinminus Akromegaliminus Hiperparatiroidismeminus Diabetes melitusminus Obesitasminus HipotiroidismePenyakit Deposit Kalsiumminus Deposit kalsium pirofosfat dihidratminus Artropati hidroksiapatitPenyakit Tulang dan Sendi lainnya Setempatminus FrakturminusNekrosis avaskular

Tabel 21 Osteoartritis Idiopatik dan Sekunder

V Manifestasi Klinis 15

1 Nyeri sendi

Terutama bila sendi bergerak atau menanggung beban yang akan

berkurang bila penderita beristirahat

21

2 Kaku pada pagi hari (morning stiffness)

Kekakuan pada sendi yang terserang terjadi setelah imobilisasi yang

cukup lama (gel phenomenon) bahkan sering disebutkan kaku muncul

pada pagi hari setelah bangun tidur (morning stiffness)

3 Hambatan pergerakan sendi

Hambatan pergerakan sendi ini bersifat progresif lambat bertambah

berat secara perlahan sejalan dengan bertambahnya nyeri pada sendi

4 Krepitasi

Rasa gemeretak (seringkali sampai terdengar) yang terjadi pada sendi

yang sakit

5 Perubahan bentuk sendi

Sendi yang mengalami osteoarthritis biasanya mengalami perubahan

berupa perubahan bentuk dan penyempitan pada celah sendi

6 Perubahan gaya berjalan

Hal yang paling meresahkan pasien adalah perubahan gaya berjalan

hampir semua pasien osteoarthritis pada pergelangan kaki lutut dan

panggul mengalami perubahan gaya berjalan (pincang)

VI Faktor Risiko Osteoartritis Lutut (Genu)

Secara garis besar terdapat dua pembagian faktor risiko OA lutut yaitu

faktor predisposisi dan faktor biomekanis

1 Faktor Predisposisi

a Faktor Demografi

1) Umur

Dari semua faktor risiko untuk timbulnya osteoartritis faktor

ketuaan adalah yang terkuat Proses penuaan dianggap sebagai

penyebab peningkatan kelemahan di sekitar sendi penurunan

kelenturan sendi kalsifikasi tulang rawan dan menurunkan

fungsi kondrosit yang semuanya mendukung terjadinya OA

Studi Framingham menunjukkan bahwa 27 orang berusia 63 ndash

22

70 tahun memiliki bukti radiografik menderita OA lutut yang

meningkat mencapai 40 pada usia 80 tahun atau lebih7

2) Jenis kelamin

Prevalensi OA pada laki-laki sebelum usia 50 tahun lebih tinggi

dibandingkan perempuan tetapi setelah usia lebih dari 50 tahun

prevalensi perempuan lebih tinggi menderita OA dibandingkan

laki-laki Hal ini dikaitkan dengan pengurangan hormon

estrogen yang signifikan pada wanita8

3) Ras Etnis

Prevalensi OA lutut pada penderita di negara Eropa dan

Amerika tidak berbeda sedangkan suatu penelitian

membuktikan bahwa ras Afrika ndash Amerika memiliki risiko

menderita OA lutut 2 kali lebih besar dibandingkan ras

Kaukasia Penduduk Asia juga memiliki risiko menderita OA

lutut lebih tinggi dibandingkan Kaukasia1011 Suatu studi lain

menyimpulkan bahwa populasi kulit berwarna lebih banyak

terserang OA dibandingkan kulit putih9

b Faktor Genetik

Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoartritis Adanya

mutasi dalam gen prokolagen atau gen-gen struktural lain untuk

unsur-unsur tulang rawan sendi seperti kolagen proteoglikan

berperan dalam timbulnya kecenderungan familial pada

osteoartritis10

c Faktor Gaya Hidup

1) Kebiasaan Merokok

Merokok dapat merusak sel dan menghambat proliferasi sel

tulang rawan sendi

Merokok dapat meningkatkan tekanan oksidan yang

mempengaruhi hilangnya tulang rawan

23

Merokok dapat meningkatkan kandungan karbonmonoksida

dalam darah menyebabkan jaringan kekurangan oksigen

dan dapat menghambat pembentukan tulang rawan12

2) Konsumsi Vitamin D

Orang yang tidak biasa mengkonsumsi makanan yang

mengandung vitamin D memiliki peningkatan risiko 3 kali lipat

menderita OA lutut13

d Faktor Metabolik

1) Obesitas

Berat badan yang berlebih ternyata dapat meningkatkan tekanan

mekanik pada sendi penahan beban tubuh dan lebih sering

menyebabkan osteoartritis lutut7

2) Osteoporosis

Hubungan antara OA lutut dan osteoporosis mendukung teori

bahwa gerakan mekanis yang abnormal tulang akan

mempercepat kerusakan tulang rawan sendi10

3) Penyakit Lain

OA lutut terbukti berhubungan dengan diabetes mellitus

hipertensi dan hiperurikemi dengan catatan pasien tidak

mengalami obesitas10

4) Histerktomi

Hal ini diduga berkaitan dengan pengurangan produksi hormon

estrogen setelah dilakukan pengangkatan rahim 10

5) Manisektomi

Menisektomi merupakan operasi yang dilakukan di daerah lutut

dan telah diidentifikasi sebagai faktor risiko penting bagi OA

lutut Hal ini berkaitan dengan hilangnya jaringan meniscus14

2 Faktor Biomekanis

a Riwayat Trauma Lutut

24

Trauma lutut yang akut termasuk robekan pada ligamentum

krusiatum dan meniskus merupakan faktor risiko timbulnya OA

lutut9

b Kelainan Anatomis

Faktor risiko timbulnya OA lutut antara lain kelainan lokal pada

sendi lutut seperti genu varum genu valgus Legg ndash Calve ndashPerthes

disease dan displasia asetabulum10

c Pekerjaan

Osteoartritis banyak ditemukan pada pekerja fisik berat terutama

yang banyak menggunakan kekuatan yang bertumpu pada lutut

(petani kuli dll)9

d Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik berat seperti berdiri lama (2 jam atau lebih setiap

hari) berjalan jarak jauh (2 jam atau lebih setiap hari) mengangkat

barang berat (10 kg ndash 50 kg selama 10 kali atau lebih setiap

minggu) mendorong objek yang berat (10 kg ndash 50 kg selama 10

kali atau lebih setiap minggu) naik turun tangga setiap hari

merupakan faktor risiko OA lutut 9

e Kebiasaan Olahraga

Atlit olah raga benturan keras dan membebani lutut seperti sepak

bola lari maraton dan kung fu memiliki risiko meningkat untuk

menderita OA lutut10

VII Kriteria Diagnosis Osteoartritis Lutut (Genu)

25

Kriteria diagnosis OA lutut menggunakan kriteria klasifikasi American

College of Rheumatology seperti tercantum pada tabel berikut ini 16

Tabel 22 Kriteria Klasifikasi Osteoartritis Lutut

Derajat osteoartritis lutut dinilai menjadi lima derajat oleh Kellgren dan

Lawrence yaitu 17

- Derajat 0 tidak ada gambaran osteoartritis

- Derajat 1 osteoartritis meragukan dengan gambaran sendi normal tetapi

terdapat osteofit minimal

- Derajat 2 osteoartritis minimal dengan osteofit pada 2 tempat tidak terdapat

sklerosis dan kista subkondral serta celah sendi baik

- Derajat 3 osteoartritis moderat dengan osteofit moderat deformitas ujung

tulang dan celah sendi sempit

- Derajat 4 osteoartritis berat dengan osteofit besar deformitas ujung tulang

celah sendi hilang serta adanyasklerosis dan kista subkondral

26

VIIIPenatalaksanaan Osteoarthritis

Tujuan penatalaksanaan pasien dengan osteoarthritis adalah18

1 Meredakan nyeri

2 Mengoptimalkan fungsi sendi

3 Mengurangi ketergantungan kepada orang lain dan meningkatkan

kualitas hidup

4 Menghambat progresivitas penyakit

5 Mencegah terjadinya komplikasi

Pilar terapi pada pasien dengan osteoarthritis yaitu

Nonfarmakologis

1 Modifikasi pola hidup

2 Edukasi

3 Istirahat teratur yang bertujuan mengurangi penggunaan beban pada

sendi

4 Modifikasi aktivitas

5 Menurunkan berat badan

6 Rehabilitasi medik fisioterapi

a Latihan statis dan memperkuat otot-otot

b Fisioterapi yang berguna untuk mengurangi nyeri menguatkan otot

dan menambah luas pergerakan sendi

7 Penggunaan alat bantu

Farmakologis

1 Sistemik

a Analgetik

Non narkotik parasetamol

Opioid (kodein tramadol)

b Antiinflamasi nonsteroid (NSAIDs)

Oral

Injeksi

Suppositoria

27

c DMOADs (disease modifying OA drugs)

Diantara nutraceutical yang saat ini tersedia di Indonesia adalah

Glucosamine sulfate dan Chondroitine sulfate

2 Topikal

a Krim rubefacients dan capsaicin

Beberapa sediaan telah tersedia di Indonesia dengan cara kerja pada

umumnya bersifat counter irritant

b Krim NSAIDs

Beberapa yang dapat digunakan adalah gel piroxicam dan sodium

diklofenak

3 Injeksi intraartikularintra lesi

Pada dasarnya ada 2 indikasi suntikan intra artikular yakni penanganan

simtomatik dengan steroid dan viskosuplementasi dengan hyaluronan

untuk modifikasi perjalanan penyakit Beberapa preparat injeksi

intraartikular diantaranya

a Steroid ( triamsinolone hexacetonide dan methyl prednisolone )

Hanya diberikan jika ada satu atau dua sendi yang mengalami

nyeri dan inflamasi yang kurang responsif terhadap pemberian

NSAIDs tak dapat mentolerir NSAIDs atau ada komorbiditas yang

merupakan kontra indikasi terhadap pemberian NSAIDs

Dosis untuk sendi besar seperti lutut 40-50 mginjeksi

sedangkan untuk sendi-sendi kecil biasanya digunakan dosis 10 mg

b Hyaluronan high molecular weight dan low molecular weight

Diberikan berturut-turut 5 sampai 6 kali dengan interval satu

minggu masing-masing 2 sampai 25 ml Hyaluronan Sediaan di

Indonesia diantaranya adalah Hyalgan dan Osflex

4 Pembedahan

Sebelum diputuskan untuk terapi pembedahan harus dipertimbangkan

terlebih dahulu risiko dan keuntungannya Pertimbangan dilakukan

tindakan operatif bila

28

a Deformitas menimbulkan gangguan mobilisasi

b Nyeri yang tidak dapat teratasi dengan penganan medikamentosa

dan rehabilitatif

Ada 2 tipe terapi pembedahan Realignment osteotomi dan replacement

joint

Macam-macam operasi sendi lutut untuk osteoarthritis

a Partial replacementunicompartemental

b High tibial osteotomy orang muda

c Patella amp condyle resurfacing

d Minimally constrained total replacement stabilitas sendi dilakukan

sebagian oleh ligament asli dan sebagian oleh sendi buatan

e Cinstrained joint fixed hinges dipakai bila ada tulang hilang dan

severe instability

f Total knee replacement apabila didapatkan nyeri deformitas

instability akibat dari rheumatoid atau osteoarthritis

29

Gambar 21 Piramida Penatalaksanaan Osteoartritis

BAB III

DISKUSI DAN PEMBAHASAN

OA adalah penyakit degenerasi kartilago artikuler yang berlangsung secara

perlahan dan ditandai dengan nyeri sendi kekakuan dan keterbatasan gerak yang

berkembang secara progresif Tanda-tanda tersebut ditemukan pada penderita ini

Berdasarkan etiologinya OA diklasifikasikan menjadi dua yaitu OA

primer dan OA sekunder OA primer disebut juga OA idiopatik yaitu OA yang

kausanya tidak diketahui dan tidak ada hubungannya dengan penyakit sistemik

maupun proses perubahan lokal pada sendi OA sekunder adalah OA yang

didasari oleh adanya kelainan endokrin trauma inflamasi metabolik

pertumbuhan herediter jejas mikro dan makro serta imobilisasi yang terlalu lama

faktor mekanik penyakit deposit kalsium penyakit tulang dan sendi lainnya serta

neuropatik endemik Beberapa faktor risiko yang diketahui berhubungan dengan

penyakit OA diantaranya faktor risiko umum yang penting seperti kegemukan

faktor genetik dan jenis kelamin serta beberapa faktor risiko lain seperti usia lebih

dari 40 tahun suku bangsa cedera sendi pekerjaan olahraga kelainan

pertumbuhan kepadatan tulang dan lain-lain Pada penderita ini berdasarkan

30

anamnesis riwayat sosialnya penderita adalah seorang wanita berusia 75 tahun

yang meskipun tidak melakukan pekerjaan yang berat tetapi dirinya tetap

menjalankan pekerjaan rumah tangga (sebelum sakit) yang notabene banyak

menggunakan sendi lutut Selain itu dari pemeriksaan fisik penderita ini juga

mengalami kegemukan Kondisi-kondisi pada penderita ini merupakan faktor

risiko sekunder terjadinya OA Jadi dapat disimpulkan bahwa penyebab OA pada

penderita ini bukan termasuk faktor risiko OA primer

Penderita datang dengan keluhan nyeri pada kedua sendi lutut sejak plusmn 1

tahun SMRS dan puncaknya 2 hari SMRS dimana penderita sudah tidak bisa

berjalan lagi Nyeri sendi merupakan keluhan yang umum terjadi pada penyakit

reumatik seperti artritis gout OA keganasan reumatik septik dan lain

sebagainya Pada penderita ini nyeri terlokalisir pada lutut tanpa adanya nyeri

pada sendi yang lain nyeri bertambah saat melakukan gerakan (seperti berjalan)

dan berkurang apabila beristirahat Tidak ada demam Nyeri tidak menetap

sepanjang hari Nyeri seperti ini biasanya ditemukan pada OA

Penderita juga mengeluh kaku sendi Kaku sendi dirasakan penderita pada

pagi hari Keadaan ini biasanya disebabkan oleh desakan cairan yang berada di

sekitar jaringan yang mengalami inflamasi (kapsul sendi sinovial atau bursa)

Kaku sendi makin nyata pada pagi hari atau setelah istirahat Setelah digerak-

gerakkan cairan akan menyebar dari jaringan yang mengalami inflamasi sehingga

penderita merasa terlepas dari ikatan dan bisa menggerakkan sendinya kembali

Lama kaku sendi pada OA adalah kurang dari 30 menit sedangkan pada AR

minimal satu jam Pada penderita ini kaku sendi juga dirasakan pada pagi hari

selama plusmn 20-30 menit dan menghilang dengan sendirinya bila penderita

menggerakkan kakinya dengan beraktivitas seperti biasa Hal ini sesuai untuk

mendukung keluhan pada penderita OA

Penderita juga mengalami bengkak pada kedua lutut Bengkak dirasakan

oleh penderita sejak 6 bulan SMRS Sendi yang membengkak bisa disebabkan

oleh penonjolan tulang sinovitis efusi dan karena adanya osteofit yang dapat

mengubah permukaan sendi Pada penderita ditemukan osteofit pada pemeriksaan

rontgent

31

29

Pemeriksaan fisik lokalis pada kedua sendi lutut didapatkan pada

inspeksi didapatkan pembesaran bengkak pada kedua sendi lutut dengan tidak

ada perubahan warna kulit Palpasi pada kedua sendi lutut didapatkan nyeri tekan

dan pada perabaan dirasakan hangat Pemeriksaan gerak sendi didapat

keterbatasan gerak fleksi yaitu hanya dapat mengerakkan lutut sebesar 60deg

Hambatan gerak terutama disebabkan oleh adanya remodelling osteofit penebalan

kapsul dan juga adanya efusi Pada auskultasi sendi lutut penderita ditemukan

adanya krepitasi dimana terdengar suara gemeretak ldquokretek-kretekrdquo seperti suara

krupuk yang diremukkan Gejala ini mungkin disebabkan karena gesekan kedua

permukaan tulang sendi yang irregular pada saat sendi digerakkan ataupun secara

pasif dimanipulasi

Pemeriksaan radiologis pada penderita ini didapatkan adanya gambaran

berupa penyempitan sendi dan osteofit pada pinggir sendi Menipisnya rawan

sendi diawali dengan retak dan terbelahnya permukaan sendi di beberapa tempat

yang kemudian menyatu dan disebut sebagai fibrilasi Di lain pihak pada tulang

akan terjadi pula perubahan sebagai reaksi tubuh untuk memperbaiki kerusakan

Perubahan itu adalah penebalan tulang subkondral dan pembentukan osteofit

marginal disusul kemudian dengan perubahan komposisi molekular dan struktur

tulang Penipisan kartilago sendi akibat proses degeneratif memberi gambaran

penyempitan celah sendi yang tidak simetris pada foto polos radiologi Fungsi

kartilago sendi berkurang bahkan menghilang mengakibatkan beban stres di

daerah subkhondral bertambah Beberapa subkhondral tersebut dapat diamati pada

poto polos radiologi berupa pembentukan osteofit sklerotik subkhondral maupun

pembentukan kista subkhondral Pada penderita ini ditemukan adanya

pembentukan osteofit pada condylus lateralis dan medialis os tibio femoralis

Pada OA anamnesa (gejala klinis) pemeriksaan fisik dan pemeriksaan

radiologi sudah dapat menunjang penegakan diagnosis Hasil pemeriksaan

laboratorium pada OA biasanya tidak banyak berguna Darah tepi (Hb Leukosit

dan LED) dalam batas normal kecuali OA generalisata yang harus dibedakan

dengan arthritis peradangan Pada OA yang disertai peradangan mungkin

didapatkan penurunan viskositas pleositosis sedang hingga ringan serta

32

peningkatan ringan sel radang (lt8000m) gt1 Pada penderita ini dilakukan

pemeriksaan laboratorium darah lengkap kimia darah dan urin lengkap karena

pemeriksaan tersebut merupakan pemeriksaan rutin Dari hasil pemeriksaan

laboratorium pada penderita ini tidak ditemukan adanya kelainan

Diagnosis OA sudah bisa ditegakkan secara klinis dengan memakai

kriteria OA yang dibuat oleh Subcommittee American College of Rheumatology

(ACR) Kriteria OA lutut secara klinis laboratorium dan radiologis adalah adanya

nyeri lutut osteofit dan salah satu dari tanda berikut yaitu usia lebih dari 50

tahun kaku sendi kurang dari 30 menit atau adanya krepitus Pada penderita ini

wanita berusia 75 tahun ditemukan memiliki keluhan nyeri kedua sendi lutut

terdapat kaku sendi selama 20-30 menit terdapat krepitus dan pada pemeriksaan

radiologi ditemukan adanya osteofit

Pengelolaan penderita dengan OA bertujuan untuk menghilangkan

keluhan mengoptimalkan fungsi sendi mengurangi ketergantungan dan

meningkatkan kualitas hidup menghambat progresivitas penyakit dan mencegah

komplikasi Pilar terapi OA non farmakologis (edukasi terapi fisik

dietpenurunan berat badan) farmakologis (analgetik kortikosteroid lokal

sistemik kondroprotektif dan biologik) dan pembedahan

Edukasi sangat penting bagi semua pasien OA Dua hal yang menjadi

tujuan edukasi adalah bagaimana mengatasi nyeri dan disabilitas Pemberian

edukasi pada penderita ini sangat penting karena dengan edukasi diharapkan

pengetahuan penderita mengenai penyakit OA menjadi meningkat dan pengobatan

menjadi lebih mudah serta dapat diajak bersama-sama untuk mencegah kerusakan

organ sendi lebih lanjut Edukasi yang diberikan pada penderita ini yaitu

memberikan pengertian bahwa OA adalah penyakit yang kronik sehingga perlu

dipahami bahwa mungkin dalam derajat tertentu akan tetap ada rasa nyeri kaku

dan keterbatasan gerak serta fungsi Selain itu agar rasa nyeri dapat berkurang

maka penderita hendaknya mengurangi aktivitaspekerjaannya sehingga tidak

terlalu banyak menggunakan sendi lutut dan lebih banyak beristirahat Penderita

juga disarankan untuk kembali kontrol sehingga dapat diketahui apakah

33

penyakitnya sudah membaik atau ternyata ada efek samping akibat obat yang

diberikan

Terapi fisik bertujuan untuk melatih penderita agar persendiannya tetap

dapat dipakai dan melatih penderita untuk melindungi sendi yang sakit Pada

penderita ini dianjurkan untuk berolah raga tapi olah raga yang memperberat

sendi sebaiknya dihindari seperti lari atau joging Hal ini dikarenakan dapat

menambah inflamasi meningkatkan tekanan intraartikular bila ada efusi sendi dan

bahkan bisa menyebabkan robekan kapsul sendi Untuk mencegah risiko

terjadinya kecacatan pada sendi sebaiknya dilakukan olah raga peregangan otot

seperti mQuadrisep femoris dengan peregangan otot diharapkan dapat membantu

dalam peningkatan fungsi sendi secara keseluruhan dan mengurangi nyeri Pada

penderita ini disarankan untuk senam lantai 3 kali seminggu dimana pasien

mengambil posisi terlentang sambil meregangkan lututnya dengan cara

mengangkat kaki dan secara perlahan menekuk dan meluruskan lututnya Olah

raga ini sangat mudah dilakukan apalagi mengingat usia penderita yang sudah

mencapai 75 tahun

Diet bertujuan untuk menurunkan berat badan pada penderita OA yang

gemuk Hal ini sebaiknya menjadi program utama pengobatan OA Penurunan

berat badan seringkali dapat mengurangi keluhan dan peradangan Selain itu

obesitas juga dapat meningkatkan risiko progresifitas dari OA Pada penderita ini

disarankan untuk mengurangi berat badan dengan mengatur diet rendah kalori

sampai mungkin mendekati berat badan ideal Dimana prinsipnya adalah

mengurangi kalori yang masuk dibawah energi yang dibutuhkan Penurunan

energi intake yang aman dianjurkan pemberian defisit energi antara 500-1000

kalori perhari sehingga diharapkan akan terjadi pembakaran lemak tubuh dan

penurunan berat badan 05 ndash 1 kg per minggu Biasanya intake energi diberikan

1200-1300 kal per hari dan paling rendah 800 kal per hari Formula yang dapat

digunakan untuk kebutuhan energi berdasarkan berat badan adalah 22kalkgBB

aktualhari dengan cara ini didapatkan defisit energi 1000 kalhari Pada penderita

ini dianjurkan untuk diet 1400 kal perhari agar mencapai BB idealnya yakni

setidaknya mencapai 55 kg Namun cara ini juga memerlukan kehati ndash hatian

34

dikarenakan usia penderita dan daya tahan tubuhnya yang memang sudah tidak

mendukung untuk melakukan usaha diit

Terapi farmakologis pada penderita OA biasanya bersifat simptomatis

Pada tahap awal dapat dicoba analgetik sederhana seperti asetaminofen atau

salisilat Bila tidak ada perbaikan dapat diberikan obat anti inflamasi non steroid

Untuk mengurangi keluhan nyeri pada penderita ini telah diberikan pengobatan

langsung dengan obat anti inflamasi non steroid seperti Na-diklofenak dengan

dosis 3times50 mg tanpa menggunakan obat lini pertama Hal ini dikarenakan keluhan

pada penderita ini sudah cukup berat ditambah pula adanya bengkak dan rasa

hangat di lutut yang tidak hilang dengan obat analgetik sederhana ( seperti yang

biasa dikonsumsi penderita) Na-diklofenak merupakan obat golongan OAINS

COX-1 inhibitor yang non-selektif dimana obat ini diberikan pada penderita

karena tidak terdapat riwayat pernah menderita gangguan gastrointestinal Namun

mengingat usia penderita yang memang sudah lanjut maka penderita juga

diberikan obat pelapis lambung untuk menjaga kondisi saluran pencernaannya Di

sini penderita diberikan obat golongan PPI (Omeprazole 2 x 20 mg) Setelah

dievaluasi beberapa hari ternyata keluhan nyeri dan bengkak pada penderita tidak

kunjung ada perubahan maka ditambahkan pula obat steroid injeksi dimana

pilihannya adalah InjTriamcinolon 1 Amp24 jam (Inj Flamicort) Selain itu

pasien juga dikonsulkan ke spesialis rehabilitasi medis untuk dilakukan

fisioterapi

Terapi pembedahan Terapi ini diberikan apabila terapi farmakologis dan

rehabilitasi tidak berhasil untuk mengurangi rasa sakit dan juga untuk melakukan

koreksi apabila terjadi deformitas yang menimbulkan gangguan mobilisasi sendi

yang mengganggu aktifitas sehari-hari Pada penderita ini tidak sampai dilakukan

terapi pembedahan

35

DAFTAR PUSTAKA

1 Soeroso J Isbagio H Kalim H Broto R Pramudiyo R Osteoartritis In

Sudoyo AW Setiyohadi B Alwi I Simadibrata M Setiati S editors Buku

Ajar Ilmu Penyakit Dalam 4th ed Jakarta Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit

Dalam Fakultas Kedokteran Indonesia 2006 p 1195-201

2 Osteoarthritis Wikipedia The Free Encyclopedia [serial on the internet]

2009 [cited 2009 Sep 1] Available from

httpenwikipediaorgwikiOsteoarthritis

3 Reginster JY The Prevalence and Burden of Osteoarthritis Rheumatology

2002 41 (suppl 1) 3 ndash 6

4 Wibowo Dhidik Tri Kurniawan Yusuf Latifah Tati Gunadi Rachmat

Perancangan dan Implementasi Sistem Bantu Diagnosis Penyakit

Osteoartritis dan Reumatoid Artritis Melalui Deteksi Penyempitan Celah

Sendi pada Citra X-Ray Tangan dan Lutut Dalam Temu Ilmiah

Reumatologi Jakarta 2003 168 ndash 172

5 Konggres Nasional Ikatan Reumatologi Indonesia VI httppemda-

diygoidberita 2005 102140

36

6 Arthritis Research Campaign 2000 Available at

httpwwwarcorgukabout_arthastatshtm

7 Felson DT Zhang Y Hannan MT et al The Incidence and Natural

History of Knee Osteoarthritis in the Elderly The Framingham

Osteoarthritis Study Arthritis Rheumatology 1995 38 1500 ndash 1505

8 Felson DT Zhang Y An Update on the Epidemiology of Knee and Hip

Osteoarthritis with a View to Prevention Arthritis Rheumatology 1998

41 1343 ndash 1355

9 Setiyohadi Bambang Osteoartritis Selayang Pandang Dalam Temu Ilmiah

Reumatologi Jakarta 2003 27 ndash 31

10 Klippel John H Dieppe Paul A Brooks Peter et al Osteoarthritis In

Rheumatology United Kingdom Mosby ndash Year Book Europe Limited

1994 21 ndash 106

11 Abbate L Renner JB Stevens J et al Do Body Composition and Body Fat

Distribution Explain Ethnic Differences in Radiographic Knee

Osteoarthritis Outcomes in African -American and Caucasian Women The

North American Association for the Study of Obesity 2006 14 1274 ndash

1281

12 Amin Niu Jingbo Hunter David et al Smoking Worsens Knee

Osteoarthritis News Center Oklahoma City Oklahoma USA 2006 1 ndash 4

13 McAlindon Timothy E Felson David T Zhang Yuqing et al Relation of

Dietary Intake and Serum Levels of Vitamin D to Progression of

Osteoarthritis of the Knee Among Participants in the Framingham Study

14 Englund M and Lohmander LS Patellofemoral Osteoarthritis Coexistent

with Tibiofemoral Osteoarthritis in a Meniscectomy Population Annals of

the Rheumatic Diseases 2005 64 1721 ndash 1726

15 Carter MA Osteoartritis In Price SA Wilson LM Patofisiologi konsep

klinis proses-proses penyakit 6th ed Jakarta EGC 2006 p 1380-4

16 Altman RD Criteria for the Classification of Osteoarthritis Journal of

Rheumatology 1991 27 (suppl) 10 ndash 12

37

17 Milne AD Evans NA Stanish WD Nonoperative Management of Knee

Osteoarthritis In Hartono IM Studi komparasi antara WOMAC index

dengan Kellgren-Lawrence grading system pada penderita osteoarthritis

genu [PPDS1 thesis] Semarang Medical Faculty Diponegoro University

2007 p 12

18 Haq I Murphy E Dacre J Osteoarthritis Review Postgrad Med J 2003

79 377 ndash 383

19 Anonim [1986] Criteria for classification of idiopathic osteoarthtritis (OA)

of the knee American College of Rheumatology [serial on the internet]

2010 [cited 2010 Jan 20] Available from

httpwwwrheumatologyorgpublicationsclassificationoakneeasp

aud=mem

38

  • BAB I
  • ILUSTRASI KASUS
  • 1 Pemeriksaan EKG
  • X ndash Ray Pelvis AP
  • BAB III
  • DISKUSI DAN PEMBAHASAN
Page 10: laporan kasus osteoartritis

2 Laboratorium Darah dan Urin (tanggal 2 dan 3 Februari 2014)

Keterangan 02022014 03022014 SatuanNilai

RujukanHematologi rutinHemoglobin 118 - gdl 115-16

Hematokrit 369 - 35-49

Leukosit 83 - 10sup3microl 40-11Trombosit 297 - 10sup3microl 150-440Eritrosit 505 - 10⁶microl 38-52

Indeks eritrosit

MCV 731 - fl 82-95MCH 233 - pg 27-31MCHC 319 - gdl 32-36RDW 185 - 116-148

Hitung jenis

Granulosit 732 (H) - 50-70Limfosit 170 (L) - 20-40Monosit 98 (H) - 2-8

Kimia Ginjal

Ureum - 16 mgdL 10-45Creatinin - 073 mgdL 05-11

Asam Urat - 60 mgdL 24-60

GDS 199 - mgdL lt 200

Kimia Profil Lipid

Kolesterol Total - 199 mgdL lt200HDL Kolesterol - 35 (L) mgdL gt40LDL Kolesterol - 1348 (H) mgdL lt 130Trigliserid - 146 mgdL 35-160

URIN RUTIN 03022014 Satuan Nilai Rujukan

10

MAKROSKOPIS

Warna Kuning Kuning muda - kuning

Kekeruhan Jernih Jernih

KIMIA URINE

pH Reaksi 60 46 ndash 85Berat jenis 1015 1003 ndash 1030Protein Negatif mgdL NegatifReduksi Negatif mgdL NegatifLeukosit Esterase Negatif microL NegatifBilirubin Negatif mgdL NegatifUrobilinogen Normal mgdL NormalNitrit Negatif mgdL NegatifKeton Negatif mgdL NegatifBlood (HbEri) Negatif mgdL Negatif

MIKROSKOPIS

Leukosit Sedimen 10 ndash 15 SelLPB 0 ndash 15Eritrosit Sedimen 0 SelLPB 0 ndash 3 Epitel 5 - 10 SelLPB 0 ndash 15 Silinder Negatif LPK NegatifKristal Negatif LPB NegatifBakteri Negatif LPB NegatifJamur Negatif LPB NegatifLain - lain Negatif LPB

11

3 Foto Rontgen (tanggal 2 Februari 2014)

X ndash Ray Genu Dekstra et Sinistra

Kesan

Osteofit pada condylus lateralis dan medialis os tibia femoralis

dekstra disertai penyempitan sendi tibia femoralis lateralis dekstra

merupakan gambaran osteoarthrosis genu dekstra grade III

Osteofit pada condylus lateralis dan medialis os tibia femoralis

sinistra disertai penyempitan sendi femoro tibialis sinistra disertai

irreguler pada tulang tibia fibula sekitar sendi dan sklerotik

subcondral merupakan gambaran osteoarthosis genu sinistra grade

IV disertai osteoarthritis peradangan

12

X ndash Ray Pelvis AP

13

Kesan

Lesi opak pada cavum pelvis suspek massa DD vesikolitiasis ( usul

USG abdomen )

Tak tampak fraktur maupun dislokasi

V ASSESMENT DIAGNOSIS KERJA DAN DIAGNOSIS BANDING

1 Osteoartritis Genu Dextra et Sinistra

2 Hipertensi stage I

3 Ischemia Hearth Disease

Daftar masalah Problem AssesmentPlanning Diagnosa

Plannning Terapi (IGD)Planning

Monitoring

75 tahun Kedua kaki nyeri tidak bisa jalan (+) tidak bisa ditekuk (+) kaku riwjatuh (-)

Pmx Fisik Genu D et S ada deformitas (+) bengkak(+) krepitasi (+)

Foto x-ray genu osteoarthritis osteofit sendi genu D et S

-Deformitas Sendi-Proses Degeneratif

Osteoartritis Genu Dextra et Sinistra

- X-ray genu Dekstra et Sinistra

- Pmx Cairan synovial sendi genu

Non Farmakologi- A-B-C management ( infRL 20tpm)- Edukasi pasien- Terapi Fisik latihan gerak sendi- Fisioterapi-Penurunan berat badanFarmakologi- Inj Ranitidin 1 Amp12j- Inj Ketorolac 30mg (E)po Natrium Diklofenak 2x1 Analsik 2x1 Vit BC 1x1

-Tanda dan gejala Klinis

- TD 150100 mmHg

Gangguan hemo -dinamik

Hipertensi stage I

- EKG Foto Thorax

Non Farmakologi- Diet rendah garamFarmakologi

- Cek ulang Tekanan Darah

14

Fungsi Ginjal

- Captopril 2 x 25mg (po)- Amlodipin 1x10mg (po)

EKG Gelombang T inverted di Lead II III aVF dan V1 ndash V3

-Ateroskle- rosis-Hipoksia vaskuler

Ischemia Hearth Disease

-Cek Profil Lipid Asam Urat Enzim Jantung

Non Farmakologi-Tirah baring- O2 3-4lpmFarmakologi-ISDN 3x5mg

-Cek EKG serial 4 jam

VI POMR (Problem Oriented Medical Record)

VII FOLLOW UP

Tanggal Subjektif dan Objektif Penatalaksanaan03022014 S kaki masih nyeri jika digerakkan (+)

pegel (+) masih belum bisa berjalan pusing (-) sesak (-)KU Kesadaran Sedang composmentisVS TD 170100 mmHg RR 18 kali menit N 88 kali menit T 370CVAS 7Bengkak (+) eritem (-) ROM terbatasEKG T inverted Lead IIIII aVF amp V1-V3

O2 3lpmIVFD RL 20 tpm Captopril 3x25mgHCT 2x50mgAmlodipin 1x10mgAnalsik 3x1Natrium Diklofenak 3x1ISDN 3x5mg

15

04022014 S kaki masih nyeri jika digerakkan ditekuk (+) pasien tetap masih belum bisa duduk maupun berjalan sesak(-) pusing(-)KU Kesadaran Sedang composmentisVS TD 130100 mmHg RR 18 kali menit N 76 kali menit T 3730CVAS 7Bengkak (+) eritem (-) ROM terbatas

O2 3lpmIVFD RL 20 tpm Captopril 3x25mgHCT 2x50mgAmlodipin 1x10mgAnalsik 3x1Natrium Diklofenak 3x1ISDN 3x5mg(+) Inj Flamicort 1 Amp Omeprazole 2x1

05022014 S kaki masih nyeri jika digerakkan (+) namun pasien sudah bisa tidur miring sambil menekuk lututnya pegel (+) masih belum bisa berjalan (+)KU Kesadaran Sedang composmentisVS TD 150100 mmHg RR 18 kali menit N 86 kali menit T 370CVAS 5Bengkak (+) eritem (-) ROM terbatas

O2 3lpmIVFD RL 20 tpm Captopril 3x25mgHCT 2x50mgAmlodipin 1x10mgAnalsik 3x1Natrium Diklofenak 3x1ISDN 3x5mg(+) Inj Flamicort 1 Amp Omeprazole 2x1Co SpRM untuk Fisioterapi

pasien sudah difisioterapi (IR)06022014 S kaki masih nyeri jika digerakkan (+)

ditambah keluhan nyeri pinggang keluhan pusing sesak mual muntah disangkalKU Kesadaran Sedang composmentisVS TD 200100 mmHg RR 20 kali menit N 88 kali menit T 3630CVAS 7Bengkak (+) eritem (-) ROM terbatas

O2 3lpmIVFD RL 20 tpm Inj Flamicort 1 AmpCaptopril 3x25mgHCT 2x50mgAmlodipin 1x10mgAnalsik 3x1Natrium Diklofenak 3x1ISDN 3x5mgOmeprazole 2x1

Fisioterapi masih dilanjutkan

16

07022014 S kaki masih nyeri tapi lebih jarang pasien sudah bisa setengah duduk namun tetap dibantu keluarga sesak (-) pusing (sedikit) makan minum (+) sedikit - sedikitKU Kesadaran Sedang composmentisVS TD 200100 mmHg RR 18 kali menit N 76 kali menit T 370CVAS 5Bengkak (+) eritem (-) ROM terbatas

Pasien dan keluarga APS pulang karena persoalan biaya terapi pulang

Captopril 3x25mgHCT 2x50mgAmlodipin 1x10mgAnalsik 3x1Natrium Diklofenak 3x1ISDN 3x5mgOmeprazole 2x1(+) Clonidin 3x1 tab

VIIIPROGNOSIS

Qua ad vitam Dubia ad bonam

Qua ad functionam Dubia ad malam

Qua ad sanationam Dubia ad malam

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

IDefinisi

Osteoarthritis (OA dikenal juga sebagai arthritis degeneratif penyakit

degeneratif sendi) merupakan penyakit sendi degeneratif yang mengenai

sendi-sendi penumpu berat badan dengan gambaran patologis yang berupa

kerusakan kartilago sendi dimana terjadi proses degradasi interaktif sendi

17

yang kompleks terdiri dari proses perbaikan pada kartilago tulang dan

sinovium diikuti komponen sekunder proses inflamasi12

II Epidemiologi

Osteoartritis merupakan penyakit sendi yang paling banyak ditemukan di

dunia termasuk di Indonesia Bahkan sejak tahun 2001 hingga 2010

dicanangkan sebagai dekade penyakit tulang dan sendi di seluruh dunia5

Penyakit ini menempati urutan kedua setelah penyakit kardiovaskuler sebagai

penyebab ketidakmampuan fisik Di Inggris dan Wales sekitar 13 hingga

175 juta orang mengalami gejala OA Di Amerika 1 dari 7 penduduk

menderita OA34

Di Australia pada tahun 2002 diperkirakan biaya nasional untuk OA

sebesar 1 dari GNP yaitu mencapai $Aus 2700orangtahun4 Di Indonesia

sendiri prevalensi total OA sebanyak 343 juta orang pada tahun 2002 dan

mencapai 365 juta orang pada tahun 2007 Diperkirakan 1 sampai 2 juta

orang lanjut usia di Indonesia menderita cacat karena osteoarthritis Pada

beberapa penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan terjadinya

osteoarthritis pada obesitas dan sendi penahan beban tubuh5 Dari sekian

banyak sendi yang dapat terserang OA lutut merupakan sendi yang paling

sering dijumpai terserang OA Data Arthritis Research Campaign

menunjukkan bahwa lebih dari 550 ribu orang di Inggris menderita OA lutut

yang parah dan lebih dari 80 ribu operasi replacement sendi lutut dilakukan di

Inggris pada tahun 2000 dengan biaya 405 juta Poundsterling6

III Patofisiologi Osteoartritis

Terjadinya OA tidak lepas dari banyak persendian yang ada di dalam

tubuh manusia Sebanyak 230 sendi menghubungkan 206 tulang yang

memungkinkan terjadinya gesekan Untuk melindungi tulang dari gesekan di

dalam tubuh ada tulang rawan Namun karena berbagai faktor risiko yang ada

maka terjadi erosi pada tulang rawan dan berkurangnya cairan pada sendi

Tulang rawan sendiri berfungsi untuk meredam getar antar tulang Tulang

rawan terdiri atas jaringan lunak kolagen yang berfungsi untuk menguatkan

18

17

sendi proteoglikan yang membuat jaringan tersebut elastis dan air (70

bagian) yang menjadi bantalan pelumas dan pemberi nutrisi910

Kondrosit adalah sel yang tugasnya membentuk proteoglikan dan

kolagen pada rawan sendi Osteoartritis terjadi akibat kondrosit gagal

mensintesis matriks yang berkualitas dan memelihara keseimbangan antara

degradasi dan sintesis matriks ekstraseluler termasuk produksi kolagen tipe I

III VI dan X yang berlebihan dan sintesis proteoglikan yang pendek Hal

tersebut menyebabkan terjadi perubahan pada diameter dan orientasi dari serat

kolagen yang mengubah biomekanik dari tulang rawan sehingga tulang rawan

sendi kehilangan sifat kompresibilitasnya yang unik9

Selain kondrosit sinoviosit juga berperan pada patogenesis OA

terutama setelah terjadi sinovitis yang menyebabkan nyeri dan perasaan tidak

nyaman Sinoviosit yang mengalami peradangan akan menghasilkan Matrix

Metalloproteinases (MMPs) dan berbagai sitokin yang akan dilepaskan ke

dalam rongga sendi dan merusak matriks rawan sendi serta mengaktifkan

kondrosit Pada akhirnya tulang subkondral juga akan ikut berperan dimana

osteoblas akan terangsang dan menghasilkan enzim proteolitik 910

Agrekanase merupakan enzim yang akan memecah proteoglikan di

dalam matriks rawan sendi yang disebut agrekan Ada dua tipe agrekanase

yaitu agrekanase 1 (ADAMTs-4) dan agrekanase 2 (ADAMTs-11) MMPs

diproduksi oleh kondrosit kemudian diaktifkan melalui kaskade yang

melibatkan proteinase serin (aktivator plasminogen plamsinogen plasmin)

radikal bebas dan beberapa MMPs tipe membran Kaskade enzimatik ini

dikontrol oleh berbagai inhibitor termasuk TIMPs dan inhibitor aktifator

plasminogen Enzim lain yang turut berperan merusak kolagen tipe II dan

proteoglikan adalah katepsin yang bekerja pada pH rendah termasuk

proteinase aspartat (katepsin D) dan proteinase sistein (katepsin B H K L

dan S) yang disimpam di dalam lisosom kondrosit Hialuronidase tidak

terdapat di dalam rawan sendi tetapi glikosidase lain turut berperan merusak

proteoglikan10

19

Berbagai sitokin turut berperan merangsang kondrosit dalam

menghasilkan enzim perusak rawan sendi Sitokin-sitokin pro-inflamasi akan

melekat pada reseptor di permukaan kondrosit dan sinoviosit dan

menyebabkan transkripsi gene MMP sehingga produksi enzim tersebut

meningkat Sitokin yang terpenting adalah IL-1 selain sebagai sitokin

pengatur (IL-6 IL-8 LIFI) dan sitokin inhibitor (IL-4 IL-10 IL-13 dan IFN-

γ) Sitokin inhibitor ini bersama IL-Ira dapat menghambat sekresi berbagai

MMPs dan meningkatkan sekresi TIMPs Selain itu IL-4 dan IL-13 juga

dapat melawan efek metabolik IL-1 IL-1 juga berperan menurunkan sintesis

kolagen tipe II dan IX dan meningkatkan sintesis kolagen tipe I dan III

sehingga menghasilkan matriks rawan sendi yang berkualitas buruk 910

IV Klasifikasi Osteoartritis

OA dapat terjadi secara primer (idiopatik) maupun sekunder seperti

yang tercantum di bawah ini 19

IDIOPATIK SEKUNDER

20

SetempatTangan- nodus Heberden dan Bouchard (nodal)- artritis erosif interfalang- karpal-metakarpal IKaki - haluks valgus- haluks rigidus- jari kontraktur (hammercock-up toes)- talonavikulareCoxae- eksentrik (superior)- konsentrik (aksial medial)- difus (koksa senilis)Vertebra- sendi apofiseal- sendi intervertebral- spondilosis (osteofit)- ligamentum (hiperostosis penyakit Forestier diffuse idiopathic skeletal hyperostosis=DISH)Tempat lainnya- glenohumeral- akromioklavikular- tibiotalar- sakroiliaka- temporomandibularMenyeluruhMeliputi 3 atau lebih daerah yang tersebut diatas (Kellgren-Moore)

Traumaminus akutminus kronik (okupasional port)Kongenital atau developmentalGangguan setempatminus Penyakit Leg-Calve-Perthesminus Dislokasi koksa kongenitalminus Slipped epiphysisFaktor mekanikminus Panjang tungkai tidak samaminus Deformitas valgus varusminus Sindroma hipermobilitasMetabolikminus Okronosis (alkaptonuria)minus Hemokromatosisminus Penyakit Wilsonminus Penyakit GaucherEndokrinminus Akromegaliminus Hiperparatiroidismeminus Diabetes melitusminus Obesitasminus HipotiroidismePenyakit Deposit Kalsiumminus Deposit kalsium pirofosfat dihidratminus Artropati hidroksiapatitPenyakit Tulang dan Sendi lainnya Setempatminus FrakturminusNekrosis avaskular

Tabel 21 Osteoartritis Idiopatik dan Sekunder

V Manifestasi Klinis 15

1 Nyeri sendi

Terutama bila sendi bergerak atau menanggung beban yang akan

berkurang bila penderita beristirahat

21

2 Kaku pada pagi hari (morning stiffness)

Kekakuan pada sendi yang terserang terjadi setelah imobilisasi yang

cukup lama (gel phenomenon) bahkan sering disebutkan kaku muncul

pada pagi hari setelah bangun tidur (morning stiffness)

3 Hambatan pergerakan sendi

Hambatan pergerakan sendi ini bersifat progresif lambat bertambah

berat secara perlahan sejalan dengan bertambahnya nyeri pada sendi

4 Krepitasi

Rasa gemeretak (seringkali sampai terdengar) yang terjadi pada sendi

yang sakit

5 Perubahan bentuk sendi

Sendi yang mengalami osteoarthritis biasanya mengalami perubahan

berupa perubahan bentuk dan penyempitan pada celah sendi

6 Perubahan gaya berjalan

Hal yang paling meresahkan pasien adalah perubahan gaya berjalan

hampir semua pasien osteoarthritis pada pergelangan kaki lutut dan

panggul mengalami perubahan gaya berjalan (pincang)

VI Faktor Risiko Osteoartritis Lutut (Genu)

Secara garis besar terdapat dua pembagian faktor risiko OA lutut yaitu

faktor predisposisi dan faktor biomekanis

1 Faktor Predisposisi

a Faktor Demografi

1) Umur

Dari semua faktor risiko untuk timbulnya osteoartritis faktor

ketuaan adalah yang terkuat Proses penuaan dianggap sebagai

penyebab peningkatan kelemahan di sekitar sendi penurunan

kelenturan sendi kalsifikasi tulang rawan dan menurunkan

fungsi kondrosit yang semuanya mendukung terjadinya OA

Studi Framingham menunjukkan bahwa 27 orang berusia 63 ndash

22

70 tahun memiliki bukti radiografik menderita OA lutut yang

meningkat mencapai 40 pada usia 80 tahun atau lebih7

2) Jenis kelamin

Prevalensi OA pada laki-laki sebelum usia 50 tahun lebih tinggi

dibandingkan perempuan tetapi setelah usia lebih dari 50 tahun

prevalensi perempuan lebih tinggi menderita OA dibandingkan

laki-laki Hal ini dikaitkan dengan pengurangan hormon

estrogen yang signifikan pada wanita8

3) Ras Etnis

Prevalensi OA lutut pada penderita di negara Eropa dan

Amerika tidak berbeda sedangkan suatu penelitian

membuktikan bahwa ras Afrika ndash Amerika memiliki risiko

menderita OA lutut 2 kali lebih besar dibandingkan ras

Kaukasia Penduduk Asia juga memiliki risiko menderita OA

lutut lebih tinggi dibandingkan Kaukasia1011 Suatu studi lain

menyimpulkan bahwa populasi kulit berwarna lebih banyak

terserang OA dibandingkan kulit putih9

b Faktor Genetik

Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoartritis Adanya

mutasi dalam gen prokolagen atau gen-gen struktural lain untuk

unsur-unsur tulang rawan sendi seperti kolagen proteoglikan

berperan dalam timbulnya kecenderungan familial pada

osteoartritis10

c Faktor Gaya Hidup

1) Kebiasaan Merokok

Merokok dapat merusak sel dan menghambat proliferasi sel

tulang rawan sendi

Merokok dapat meningkatkan tekanan oksidan yang

mempengaruhi hilangnya tulang rawan

23

Merokok dapat meningkatkan kandungan karbonmonoksida

dalam darah menyebabkan jaringan kekurangan oksigen

dan dapat menghambat pembentukan tulang rawan12

2) Konsumsi Vitamin D

Orang yang tidak biasa mengkonsumsi makanan yang

mengandung vitamin D memiliki peningkatan risiko 3 kali lipat

menderita OA lutut13

d Faktor Metabolik

1) Obesitas

Berat badan yang berlebih ternyata dapat meningkatkan tekanan

mekanik pada sendi penahan beban tubuh dan lebih sering

menyebabkan osteoartritis lutut7

2) Osteoporosis

Hubungan antara OA lutut dan osteoporosis mendukung teori

bahwa gerakan mekanis yang abnormal tulang akan

mempercepat kerusakan tulang rawan sendi10

3) Penyakit Lain

OA lutut terbukti berhubungan dengan diabetes mellitus

hipertensi dan hiperurikemi dengan catatan pasien tidak

mengalami obesitas10

4) Histerktomi

Hal ini diduga berkaitan dengan pengurangan produksi hormon

estrogen setelah dilakukan pengangkatan rahim 10

5) Manisektomi

Menisektomi merupakan operasi yang dilakukan di daerah lutut

dan telah diidentifikasi sebagai faktor risiko penting bagi OA

lutut Hal ini berkaitan dengan hilangnya jaringan meniscus14

2 Faktor Biomekanis

a Riwayat Trauma Lutut

24

Trauma lutut yang akut termasuk robekan pada ligamentum

krusiatum dan meniskus merupakan faktor risiko timbulnya OA

lutut9

b Kelainan Anatomis

Faktor risiko timbulnya OA lutut antara lain kelainan lokal pada

sendi lutut seperti genu varum genu valgus Legg ndash Calve ndashPerthes

disease dan displasia asetabulum10

c Pekerjaan

Osteoartritis banyak ditemukan pada pekerja fisik berat terutama

yang banyak menggunakan kekuatan yang bertumpu pada lutut

(petani kuli dll)9

d Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik berat seperti berdiri lama (2 jam atau lebih setiap

hari) berjalan jarak jauh (2 jam atau lebih setiap hari) mengangkat

barang berat (10 kg ndash 50 kg selama 10 kali atau lebih setiap

minggu) mendorong objek yang berat (10 kg ndash 50 kg selama 10

kali atau lebih setiap minggu) naik turun tangga setiap hari

merupakan faktor risiko OA lutut 9

e Kebiasaan Olahraga

Atlit olah raga benturan keras dan membebani lutut seperti sepak

bola lari maraton dan kung fu memiliki risiko meningkat untuk

menderita OA lutut10

VII Kriteria Diagnosis Osteoartritis Lutut (Genu)

25

Kriteria diagnosis OA lutut menggunakan kriteria klasifikasi American

College of Rheumatology seperti tercantum pada tabel berikut ini 16

Tabel 22 Kriteria Klasifikasi Osteoartritis Lutut

Derajat osteoartritis lutut dinilai menjadi lima derajat oleh Kellgren dan

Lawrence yaitu 17

- Derajat 0 tidak ada gambaran osteoartritis

- Derajat 1 osteoartritis meragukan dengan gambaran sendi normal tetapi

terdapat osteofit minimal

- Derajat 2 osteoartritis minimal dengan osteofit pada 2 tempat tidak terdapat

sklerosis dan kista subkondral serta celah sendi baik

- Derajat 3 osteoartritis moderat dengan osteofit moderat deformitas ujung

tulang dan celah sendi sempit

- Derajat 4 osteoartritis berat dengan osteofit besar deformitas ujung tulang

celah sendi hilang serta adanyasklerosis dan kista subkondral

26

VIIIPenatalaksanaan Osteoarthritis

Tujuan penatalaksanaan pasien dengan osteoarthritis adalah18

1 Meredakan nyeri

2 Mengoptimalkan fungsi sendi

3 Mengurangi ketergantungan kepada orang lain dan meningkatkan

kualitas hidup

4 Menghambat progresivitas penyakit

5 Mencegah terjadinya komplikasi

Pilar terapi pada pasien dengan osteoarthritis yaitu

Nonfarmakologis

1 Modifikasi pola hidup

2 Edukasi

3 Istirahat teratur yang bertujuan mengurangi penggunaan beban pada

sendi

4 Modifikasi aktivitas

5 Menurunkan berat badan

6 Rehabilitasi medik fisioterapi

a Latihan statis dan memperkuat otot-otot

b Fisioterapi yang berguna untuk mengurangi nyeri menguatkan otot

dan menambah luas pergerakan sendi

7 Penggunaan alat bantu

Farmakologis

1 Sistemik

a Analgetik

Non narkotik parasetamol

Opioid (kodein tramadol)

b Antiinflamasi nonsteroid (NSAIDs)

Oral

Injeksi

Suppositoria

27

c DMOADs (disease modifying OA drugs)

Diantara nutraceutical yang saat ini tersedia di Indonesia adalah

Glucosamine sulfate dan Chondroitine sulfate

2 Topikal

a Krim rubefacients dan capsaicin

Beberapa sediaan telah tersedia di Indonesia dengan cara kerja pada

umumnya bersifat counter irritant

b Krim NSAIDs

Beberapa yang dapat digunakan adalah gel piroxicam dan sodium

diklofenak

3 Injeksi intraartikularintra lesi

Pada dasarnya ada 2 indikasi suntikan intra artikular yakni penanganan

simtomatik dengan steroid dan viskosuplementasi dengan hyaluronan

untuk modifikasi perjalanan penyakit Beberapa preparat injeksi

intraartikular diantaranya

a Steroid ( triamsinolone hexacetonide dan methyl prednisolone )

Hanya diberikan jika ada satu atau dua sendi yang mengalami

nyeri dan inflamasi yang kurang responsif terhadap pemberian

NSAIDs tak dapat mentolerir NSAIDs atau ada komorbiditas yang

merupakan kontra indikasi terhadap pemberian NSAIDs

Dosis untuk sendi besar seperti lutut 40-50 mginjeksi

sedangkan untuk sendi-sendi kecil biasanya digunakan dosis 10 mg

b Hyaluronan high molecular weight dan low molecular weight

Diberikan berturut-turut 5 sampai 6 kali dengan interval satu

minggu masing-masing 2 sampai 25 ml Hyaluronan Sediaan di

Indonesia diantaranya adalah Hyalgan dan Osflex

4 Pembedahan

Sebelum diputuskan untuk terapi pembedahan harus dipertimbangkan

terlebih dahulu risiko dan keuntungannya Pertimbangan dilakukan

tindakan operatif bila

28

a Deformitas menimbulkan gangguan mobilisasi

b Nyeri yang tidak dapat teratasi dengan penganan medikamentosa

dan rehabilitatif

Ada 2 tipe terapi pembedahan Realignment osteotomi dan replacement

joint

Macam-macam operasi sendi lutut untuk osteoarthritis

a Partial replacementunicompartemental

b High tibial osteotomy orang muda

c Patella amp condyle resurfacing

d Minimally constrained total replacement stabilitas sendi dilakukan

sebagian oleh ligament asli dan sebagian oleh sendi buatan

e Cinstrained joint fixed hinges dipakai bila ada tulang hilang dan

severe instability

f Total knee replacement apabila didapatkan nyeri deformitas

instability akibat dari rheumatoid atau osteoarthritis

29

Gambar 21 Piramida Penatalaksanaan Osteoartritis

BAB III

DISKUSI DAN PEMBAHASAN

OA adalah penyakit degenerasi kartilago artikuler yang berlangsung secara

perlahan dan ditandai dengan nyeri sendi kekakuan dan keterbatasan gerak yang

berkembang secara progresif Tanda-tanda tersebut ditemukan pada penderita ini

Berdasarkan etiologinya OA diklasifikasikan menjadi dua yaitu OA

primer dan OA sekunder OA primer disebut juga OA idiopatik yaitu OA yang

kausanya tidak diketahui dan tidak ada hubungannya dengan penyakit sistemik

maupun proses perubahan lokal pada sendi OA sekunder adalah OA yang

didasari oleh adanya kelainan endokrin trauma inflamasi metabolik

pertumbuhan herediter jejas mikro dan makro serta imobilisasi yang terlalu lama

faktor mekanik penyakit deposit kalsium penyakit tulang dan sendi lainnya serta

neuropatik endemik Beberapa faktor risiko yang diketahui berhubungan dengan

penyakit OA diantaranya faktor risiko umum yang penting seperti kegemukan

faktor genetik dan jenis kelamin serta beberapa faktor risiko lain seperti usia lebih

dari 40 tahun suku bangsa cedera sendi pekerjaan olahraga kelainan

pertumbuhan kepadatan tulang dan lain-lain Pada penderita ini berdasarkan

30

anamnesis riwayat sosialnya penderita adalah seorang wanita berusia 75 tahun

yang meskipun tidak melakukan pekerjaan yang berat tetapi dirinya tetap

menjalankan pekerjaan rumah tangga (sebelum sakit) yang notabene banyak

menggunakan sendi lutut Selain itu dari pemeriksaan fisik penderita ini juga

mengalami kegemukan Kondisi-kondisi pada penderita ini merupakan faktor

risiko sekunder terjadinya OA Jadi dapat disimpulkan bahwa penyebab OA pada

penderita ini bukan termasuk faktor risiko OA primer

Penderita datang dengan keluhan nyeri pada kedua sendi lutut sejak plusmn 1

tahun SMRS dan puncaknya 2 hari SMRS dimana penderita sudah tidak bisa

berjalan lagi Nyeri sendi merupakan keluhan yang umum terjadi pada penyakit

reumatik seperti artritis gout OA keganasan reumatik septik dan lain

sebagainya Pada penderita ini nyeri terlokalisir pada lutut tanpa adanya nyeri

pada sendi yang lain nyeri bertambah saat melakukan gerakan (seperti berjalan)

dan berkurang apabila beristirahat Tidak ada demam Nyeri tidak menetap

sepanjang hari Nyeri seperti ini biasanya ditemukan pada OA

Penderita juga mengeluh kaku sendi Kaku sendi dirasakan penderita pada

pagi hari Keadaan ini biasanya disebabkan oleh desakan cairan yang berada di

sekitar jaringan yang mengalami inflamasi (kapsul sendi sinovial atau bursa)

Kaku sendi makin nyata pada pagi hari atau setelah istirahat Setelah digerak-

gerakkan cairan akan menyebar dari jaringan yang mengalami inflamasi sehingga

penderita merasa terlepas dari ikatan dan bisa menggerakkan sendinya kembali

Lama kaku sendi pada OA adalah kurang dari 30 menit sedangkan pada AR

minimal satu jam Pada penderita ini kaku sendi juga dirasakan pada pagi hari

selama plusmn 20-30 menit dan menghilang dengan sendirinya bila penderita

menggerakkan kakinya dengan beraktivitas seperti biasa Hal ini sesuai untuk

mendukung keluhan pada penderita OA

Penderita juga mengalami bengkak pada kedua lutut Bengkak dirasakan

oleh penderita sejak 6 bulan SMRS Sendi yang membengkak bisa disebabkan

oleh penonjolan tulang sinovitis efusi dan karena adanya osteofit yang dapat

mengubah permukaan sendi Pada penderita ditemukan osteofit pada pemeriksaan

rontgent

31

29

Pemeriksaan fisik lokalis pada kedua sendi lutut didapatkan pada

inspeksi didapatkan pembesaran bengkak pada kedua sendi lutut dengan tidak

ada perubahan warna kulit Palpasi pada kedua sendi lutut didapatkan nyeri tekan

dan pada perabaan dirasakan hangat Pemeriksaan gerak sendi didapat

keterbatasan gerak fleksi yaitu hanya dapat mengerakkan lutut sebesar 60deg

Hambatan gerak terutama disebabkan oleh adanya remodelling osteofit penebalan

kapsul dan juga adanya efusi Pada auskultasi sendi lutut penderita ditemukan

adanya krepitasi dimana terdengar suara gemeretak ldquokretek-kretekrdquo seperti suara

krupuk yang diremukkan Gejala ini mungkin disebabkan karena gesekan kedua

permukaan tulang sendi yang irregular pada saat sendi digerakkan ataupun secara

pasif dimanipulasi

Pemeriksaan radiologis pada penderita ini didapatkan adanya gambaran

berupa penyempitan sendi dan osteofit pada pinggir sendi Menipisnya rawan

sendi diawali dengan retak dan terbelahnya permukaan sendi di beberapa tempat

yang kemudian menyatu dan disebut sebagai fibrilasi Di lain pihak pada tulang

akan terjadi pula perubahan sebagai reaksi tubuh untuk memperbaiki kerusakan

Perubahan itu adalah penebalan tulang subkondral dan pembentukan osteofit

marginal disusul kemudian dengan perubahan komposisi molekular dan struktur

tulang Penipisan kartilago sendi akibat proses degeneratif memberi gambaran

penyempitan celah sendi yang tidak simetris pada foto polos radiologi Fungsi

kartilago sendi berkurang bahkan menghilang mengakibatkan beban stres di

daerah subkhondral bertambah Beberapa subkhondral tersebut dapat diamati pada

poto polos radiologi berupa pembentukan osteofit sklerotik subkhondral maupun

pembentukan kista subkhondral Pada penderita ini ditemukan adanya

pembentukan osteofit pada condylus lateralis dan medialis os tibio femoralis

Pada OA anamnesa (gejala klinis) pemeriksaan fisik dan pemeriksaan

radiologi sudah dapat menunjang penegakan diagnosis Hasil pemeriksaan

laboratorium pada OA biasanya tidak banyak berguna Darah tepi (Hb Leukosit

dan LED) dalam batas normal kecuali OA generalisata yang harus dibedakan

dengan arthritis peradangan Pada OA yang disertai peradangan mungkin

didapatkan penurunan viskositas pleositosis sedang hingga ringan serta

32

peningkatan ringan sel radang (lt8000m) gt1 Pada penderita ini dilakukan

pemeriksaan laboratorium darah lengkap kimia darah dan urin lengkap karena

pemeriksaan tersebut merupakan pemeriksaan rutin Dari hasil pemeriksaan

laboratorium pada penderita ini tidak ditemukan adanya kelainan

Diagnosis OA sudah bisa ditegakkan secara klinis dengan memakai

kriteria OA yang dibuat oleh Subcommittee American College of Rheumatology

(ACR) Kriteria OA lutut secara klinis laboratorium dan radiologis adalah adanya

nyeri lutut osteofit dan salah satu dari tanda berikut yaitu usia lebih dari 50

tahun kaku sendi kurang dari 30 menit atau adanya krepitus Pada penderita ini

wanita berusia 75 tahun ditemukan memiliki keluhan nyeri kedua sendi lutut

terdapat kaku sendi selama 20-30 menit terdapat krepitus dan pada pemeriksaan

radiologi ditemukan adanya osteofit

Pengelolaan penderita dengan OA bertujuan untuk menghilangkan

keluhan mengoptimalkan fungsi sendi mengurangi ketergantungan dan

meningkatkan kualitas hidup menghambat progresivitas penyakit dan mencegah

komplikasi Pilar terapi OA non farmakologis (edukasi terapi fisik

dietpenurunan berat badan) farmakologis (analgetik kortikosteroid lokal

sistemik kondroprotektif dan biologik) dan pembedahan

Edukasi sangat penting bagi semua pasien OA Dua hal yang menjadi

tujuan edukasi adalah bagaimana mengatasi nyeri dan disabilitas Pemberian

edukasi pada penderita ini sangat penting karena dengan edukasi diharapkan

pengetahuan penderita mengenai penyakit OA menjadi meningkat dan pengobatan

menjadi lebih mudah serta dapat diajak bersama-sama untuk mencegah kerusakan

organ sendi lebih lanjut Edukasi yang diberikan pada penderita ini yaitu

memberikan pengertian bahwa OA adalah penyakit yang kronik sehingga perlu

dipahami bahwa mungkin dalam derajat tertentu akan tetap ada rasa nyeri kaku

dan keterbatasan gerak serta fungsi Selain itu agar rasa nyeri dapat berkurang

maka penderita hendaknya mengurangi aktivitaspekerjaannya sehingga tidak

terlalu banyak menggunakan sendi lutut dan lebih banyak beristirahat Penderita

juga disarankan untuk kembali kontrol sehingga dapat diketahui apakah

33

penyakitnya sudah membaik atau ternyata ada efek samping akibat obat yang

diberikan

Terapi fisik bertujuan untuk melatih penderita agar persendiannya tetap

dapat dipakai dan melatih penderita untuk melindungi sendi yang sakit Pada

penderita ini dianjurkan untuk berolah raga tapi olah raga yang memperberat

sendi sebaiknya dihindari seperti lari atau joging Hal ini dikarenakan dapat

menambah inflamasi meningkatkan tekanan intraartikular bila ada efusi sendi dan

bahkan bisa menyebabkan robekan kapsul sendi Untuk mencegah risiko

terjadinya kecacatan pada sendi sebaiknya dilakukan olah raga peregangan otot

seperti mQuadrisep femoris dengan peregangan otot diharapkan dapat membantu

dalam peningkatan fungsi sendi secara keseluruhan dan mengurangi nyeri Pada

penderita ini disarankan untuk senam lantai 3 kali seminggu dimana pasien

mengambil posisi terlentang sambil meregangkan lututnya dengan cara

mengangkat kaki dan secara perlahan menekuk dan meluruskan lututnya Olah

raga ini sangat mudah dilakukan apalagi mengingat usia penderita yang sudah

mencapai 75 tahun

Diet bertujuan untuk menurunkan berat badan pada penderita OA yang

gemuk Hal ini sebaiknya menjadi program utama pengobatan OA Penurunan

berat badan seringkali dapat mengurangi keluhan dan peradangan Selain itu

obesitas juga dapat meningkatkan risiko progresifitas dari OA Pada penderita ini

disarankan untuk mengurangi berat badan dengan mengatur diet rendah kalori

sampai mungkin mendekati berat badan ideal Dimana prinsipnya adalah

mengurangi kalori yang masuk dibawah energi yang dibutuhkan Penurunan

energi intake yang aman dianjurkan pemberian defisit energi antara 500-1000

kalori perhari sehingga diharapkan akan terjadi pembakaran lemak tubuh dan

penurunan berat badan 05 ndash 1 kg per minggu Biasanya intake energi diberikan

1200-1300 kal per hari dan paling rendah 800 kal per hari Formula yang dapat

digunakan untuk kebutuhan energi berdasarkan berat badan adalah 22kalkgBB

aktualhari dengan cara ini didapatkan defisit energi 1000 kalhari Pada penderita

ini dianjurkan untuk diet 1400 kal perhari agar mencapai BB idealnya yakni

setidaknya mencapai 55 kg Namun cara ini juga memerlukan kehati ndash hatian

34

dikarenakan usia penderita dan daya tahan tubuhnya yang memang sudah tidak

mendukung untuk melakukan usaha diit

Terapi farmakologis pada penderita OA biasanya bersifat simptomatis

Pada tahap awal dapat dicoba analgetik sederhana seperti asetaminofen atau

salisilat Bila tidak ada perbaikan dapat diberikan obat anti inflamasi non steroid

Untuk mengurangi keluhan nyeri pada penderita ini telah diberikan pengobatan

langsung dengan obat anti inflamasi non steroid seperti Na-diklofenak dengan

dosis 3times50 mg tanpa menggunakan obat lini pertama Hal ini dikarenakan keluhan

pada penderita ini sudah cukup berat ditambah pula adanya bengkak dan rasa

hangat di lutut yang tidak hilang dengan obat analgetik sederhana ( seperti yang

biasa dikonsumsi penderita) Na-diklofenak merupakan obat golongan OAINS

COX-1 inhibitor yang non-selektif dimana obat ini diberikan pada penderita

karena tidak terdapat riwayat pernah menderita gangguan gastrointestinal Namun

mengingat usia penderita yang memang sudah lanjut maka penderita juga

diberikan obat pelapis lambung untuk menjaga kondisi saluran pencernaannya Di

sini penderita diberikan obat golongan PPI (Omeprazole 2 x 20 mg) Setelah

dievaluasi beberapa hari ternyata keluhan nyeri dan bengkak pada penderita tidak

kunjung ada perubahan maka ditambahkan pula obat steroid injeksi dimana

pilihannya adalah InjTriamcinolon 1 Amp24 jam (Inj Flamicort) Selain itu

pasien juga dikonsulkan ke spesialis rehabilitasi medis untuk dilakukan

fisioterapi

Terapi pembedahan Terapi ini diberikan apabila terapi farmakologis dan

rehabilitasi tidak berhasil untuk mengurangi rasa sakit dan juga untuk melakukan

koreksi apabila terjadi deformitas yang menimbulkan gangguan mobilisasi sendi

yang mengganggu aktifitas sehari-hari Pada penderita ini tidak sampai dilakukan

terapi pembedahan

35

DAFTAR PUSTAKA

1 Soeroso J Isbagio H Kalim H Broto R Pramudiyo R Osteoartritis In

Sudoyo AW Setiyohadi B Alwi I Simadibrata M Setiati S editors Buku

Ajar Ilmu Penyakit Dalam 4th ed Jakarta Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit

Dalam Fakultas Kedokteran Indonesia 2006 p 1195-201

2 Osteoarthritis Wikipedia The Free Encyclopedia [serial on the internet]

2009 [cited 2009 Sep 1] Available from

httpenwikipediaorgwikiOsteoarthritis

3 Reginster JY The Prevalence and Burden of Osteoarthritis Rheumatology

2002 41 (suppl 1) 3 ndash 6

4 Wibowo Dhidik Tri Kurniawan Yusuf Latifah Tati Gunadi Rachmat

Perancangan dan Implementasi Sistem Bantu Diagnosis Penyakit

Osteoartritis dan Reumatoid Artritis Melalui Deteksi Penyempitan Celah

Sendi pada Citra X-Ray Tangan dan Lutut Dalam Temu Ilmiah

Reumatologi Jakarta 2003 168 ndash 172

5 Konggres Nasional Ikatan Reumatologi Indonesia VI httppemda-

diygoidberita 2005 102140

36

6 Arthritis Research Campaign 2000 Available at

httpwwwarcorgukabout_arthastatshtm

7 Felson DT Zhang Y Hannan MT et al The Incidence and Natural

History of Knee Osteoarthritis in the Elderly The Framingham

Osteoarthritis Study Arthritis Rheumatology 1995 38 1500 ndash 1505

8 Felson DT Zhang Y An Update on the Epidemiology of Knee and Hip

Osteoarthritis with a View to Prevention Arthritis Rheumatology 1998

41 1343 ndash 1355

9 Setiyohadi Bambang Osteoartritis Selayang Pandang Dalam Temu Ilmiah

Reumatologi Jakarta 2003 27 ndash 31

10 Klippel John H Dieppe Paul A Brooks Peter et al Osteoarthritis In

Rheumatology United Kingdom Mosby ndash Year Book Europe Limited

1994 21 ndash 106

11 Abbate L Renner JB Stevens J et al Do Body Composition and Body Fat

Distribution Explain Ethnic Differences in Radiographic Knee

Osteoarthritis Outcomes in African -American and Caucasian Women The

North American Association for the Study of Obesity 2006 14 1274 ndash

1281

12 Amin Niu Jingbo Hunter David et al Smoking Worsens Knee

Osteoarthritis News Center Oklahoma City Oklahoma USA 2006 1 ndash 4

13 McAlindon Timothy E Felson David T Zhang Yuqing et al Relation of

Dietary Intake and Serum Levels of Vitamin D to Progression of

Osteoarthritis of the Knee Among Participants in the Framingham Study

14 Englund M and Lohmander LS Patellofemoral Osteoarthritis Coexistent

with Tibiofemoral Osteoarthritis in a Meniscectomy Population Annals of

the Rheumatic Diseases 2005 64 1721 ndash 1726

15 Carter MA Osteoartritis In Price SA Wilson LM Patofisiologi konsep

klinis proses-proses penyakit 6th ed Jakarta EGC 2006 p 1380-4

16 Altman RD Criteria for the Classification of Osteoarthritis Journal of

Rheumatology 1991 27 (suppl) 10 ndash 12

37

17 Milne AD Evans NA Stanish WD Nonoperative Management of Knee

Osteoarthritis In Hartono IM Studi komparasi antara WOMAC index

dengan Kellgren-Lawrence grading system pada penderita osteoarthritis

genu [PPDS1 thesis] Semarang Medical Faculty Diponegoro University

2007 p 12

18 Haq I Murphy E Dacre J Osteoarthritis Review Postgrad Med J 2003

79 377 ndash 383

19 Anonim [1986] Criteria for classification of idiopathic osteoarthtritis (OA)

of the knee American College of Rheumatology [serial on the internet]

2010 [cited 2010 Jan 20] Available from

httpwwwrheumatologyorgpublicationsclassificationoakneeasp

aud=mem

38

  • BAB I
  • ILUSTRASI KASUS
  • 1 Pemeriksaan EKG
  • X ndash Ray Pelvis AP
  • BAB III
  • DISKUSI DAN PEMBAHASAN
Page 11: laporan kasus osteoartritis

MAKROSKOPIS

Warna Kuning Kuning muda - kuning

Kekeruhan Jernih Jernih

KIMIA URINE

pH Reaksi 60 46 ndash 85Berat jenis 1015 1003 ndash 1030Protein Negatif mgdL NegatifReduksi Negatif mgdL NegatifLeukosit Esterase Negatif microL NegatifBilirubin Negatif mgdL NegatifUrobilinogen Normal mgdL NormalNitrit Negatif mgdL NegatifKeton Negatif mgdL NegatifBlood (HbEri) Negatif mgdL Negatif

MIKROSKOPIS

Leukosit Sedimen 10 ndash 15 SelLPB 0 ndash 15Eritrosit Sedimen 0 SelLPB 0 ndash 3 Epitel 5 - 10 SelLPB 0 ndash 15 Silinder Negatif LPK NegatifKristal Negatif LPB NegatifBakteri Negatif LPB NegatifJamur Negatif LPB NegatifLain - lain Negatif LPB

11

3 Foto Rontgen (tanggal 2 Februari 2014)

X ndash Ray Genu Dekstra et Sinistra

Kesan

Osteofit pada condylus lateralis dan medialis os tibia femoralis

dekstra disertai penyempitan sendi tibia femoralis lateralis dekstra

merupakan gambaran osteoarthrosis genu dekstra grade III

Osteofit pada condylus lateralis dan medialis os tibia femoralis

sinistra disertai penyempitan sendi femoro tibialis sinistra disertai

irreguler pada tulang tibia fibula sekitar sendi dan sklerotik

subcondral merupakan gambaran osteoarthosis genu sinistra grade

IV disertai osteoarthritis peradangan

12

X ndash Ray Pelvis AP

13

Kesan

Lesi opak pada cavum pelvis suspek massa DD vesikolitiasis ( usul

USG abdomen )

Tak tampak fraktur maupun dislokasi

V ASSESMENT DIAGNOSIS KERJA DAN DIAGNOSIS BANDING

1 Osteoartritis Genu Dextra et Sinistra

2 Hipertensi stage I

3 Ischemia Hearth Disease

Daftar masalah Problem AssesmentPlanning Diagnosa

Plannning Terapi (IGD)Planning

Monitoring

75 tahun Kedua kaki nyeri tidak bisa jalan (+) tidak bisa ditekuk (+) kaku riwjatuh (-)

Pmx Fisik Genu D et S ada deformitas (+) bengkak(+) krepitasi (+)

Foto x-ray genu osteoarthritis osteofit sendi genu D et S

-Deformitas Sendi-Proses Degeneratif

Osteoartritis Genu Dextra et Sinistra

- X-ray genu Dekstra et Sinistra

- Pmx Cairan synovial sendi genu

Non Farmakologi- A-B-C management ( infRL 20tpm)- Edukasi pasien- Terapi Fisik latihan gerak sendi- Fisioterapi-Penurunan berat badanFarmakologi- Inj Ranitidin 1 Amp12j- Inj Ketorolac 30mg (E)po Natrium Diklofenak 2x1 Analsik 2x1 Vit BC 1x1

-Tanda dan gejala Klinis

- TD 150100 mmHg

Gangguan hemo -dinamik

Hipertensi stage I

- EKG Foto Thorax

Non Farmakologi- Diet rendah garamFarmakologi

- Cek ulang Tekanan Darah

14

Fungsi Ginjal

- Captopril 2 x 25mg (po)- Amlodipin 1x10mg (po)

EKG Gelombang T inverted di Lead II III aVF dan V1 ndash V3

-Ateroskle- rosis-Hipoksia vaskuler

Ischemia Hearth Disease

-Cek Profil Lipid Asam Urat Enzim Jantung

Non Farmakologi-Tirah baring- O2 3-4lpmFarmakologi-ISDN 3x5mg

-Cek EKG serial 4 jam

VI POMR (Problem Oriented Medical Record)

VII FOLLOW UP

Tanggal Subjektif dan Objektif Penatalaksanaan03022014 S kaki masih nyeri jika digerakkan (+)

pegel (+) masih belum bisa berjalan pusing (-) sesak (-)KU Kesadaran Sedang composmentisVS TD 170100 mmHg RR 18 kali menit N 88 kali menit T 370CVAS 7Bengkak (+) eritem (-) ROM terbatasEKG T inverted Lead IIIII aVF amp V1-V3

O2 3lpmIVFD RL 20 tpm Captopril 3x25mgHCT 2x50mgAmlodipin 1x10mgAnalsik 3x1Natrium Diklofenak 3x1ISDN 3x5mg

15

04022014 S kaki masih nyeri jika digerakkan ditekuk (+) pasien tetap masih belum bisa duduk maupun berjalan sesak(-) pusing(-)KU Kesadaran Sedang composmentisVS TD 130100 mmHg RR 18 kali menit N 76 kali menit T 3730CVAS 7Bengkak (+) eritem (-) ROM terbatas

O2 3lpmIVFD RL 20 tpm Captopril 3x25mgHCT 2x50mgAmlodipin 1x10mgAnalsik 3x1Natrium Diklofenak 3x1ISDN 3x5mg(+) Inj Flamicort 1 Amp Omeprazole 2x1

05022014 S kaki masih nyeri jika digerakkan (+) namun pasien sudah bisa tidur miring sambil menekuk lututnya pegel (+) masih belum bisa berjalan (+)KU Kesadaran Sedang composmentisVS TD 150100 mmHg RR 18 kali menit N 86 kali menit T 370CVAS 5Bengkak (+) eritem (-) ROM terbatas

O2 3lpmIVFD RL 20 tpm Captopril 3x25mgHCT 2x50mgAmlodipin 1x10mgAnalsik 3x1Natrium Diklofenak 3x1ISDN 3x5mg(+) Inj Flamicort 1 Amp Omeprazole 2x1Co SpRM untuk Fisioterapi

pasien sudah difisioterapi (IR)06022014 S kaki masih nyeri jika digerakkan (+)

ditambah keluhan nyeri pinggang keluhan pusing sesak mual muntah disangkalKU Kesadaran Sedang composmentisVS TD 200100 mmHg RR 20 kali menit N 88 kali menit T 3630CVAS 7Bengkak (+) eritem (-) ROM terbatas

O2 3lpmIVFD RL 20 tpm Inj Flamicort 1 AmpCaptopril 3x25mgHCT 2x50mgAmlodipin 1x10mgAnalsik 3x1Natrium Diklofenak 3x1ISDN 3x5mgOmeprazole 2x1

Fisioterapi masih dilanjutkan

16

07022014 S kaki masih nyeri tapi lebih jarang pasien sudah bisa setengah duduk namun tetap dibantu keluarga sesak (-) pusing (sedikit) makan minum (+) sedikit - sedikitKU Kesadaran Sedang composmentisVS TD 200100 mmHg RR 18 kali menit N 76 kali menit T 370CVAS 5Bengkak (+) eritem (-) ROM terbatas

Pasien dan keluarga APS pulang karena persoalan biaya terapi pulang

Captopril 3x25mgHCT 2x50mgAmlodipin 1x10mgAnalsik 3x1Natrium Diklofenak 3x1ISDN 3x5mgOmeprazole 2x1(+) Clonidin 3x1 tab

VIIIPROGNOSIS

Qua ad vitam Dubia ad bonam

Qua ad functionam Dubia ad malam

Qua ad sanationam Dubia ad malam

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

IDefinisi

Osteoarthritis (OA dikenal juga sebagai arthritis degeneratif penyakit

degeneratif sendi) merupakan penyakit sendi degeneratif yang mengenai

sendi-sendi penumpu berat badan dengan gambaran patologis yang berupa

kerusakan kartilago sendi dimana terjadi proses degradasi interaktif sendi

17

yang kompleks terdiri dari proses perbaikan pada kartilago tulang dan

sinovium diikuti komponen sekunder proses inflamasi12

II Epidemiologi

Osteoartritis merupakan penyakit sendi yang paling banyak ditemukan di

dunia termasuk di Indonesia Bahkan sejak tahun 2001 hingga 2010

dicanangkan sebagai dekade penyakit tulang dan sendi di seluruh dunia5

Penyakit ini menempati urutan kedua setelah penyakit kardiovaskuler sebagai

penyebab ketidakmampuan fisik Di Inggris dan Wales sekitar 13 hingga

175 juta orang mengalami gejala OA Di Amerika 1 dari 7 penduduk

menderita OA34

Di Australia pada tahun 2002 diperkirakan biaya nasional untuk OA

sebesar 1 dari GNP yaitu mencapai $Aus 2700orangtahun4 Di Indonesia

sendiri prevalensi total OA sebanyak 343 juta orang pada tahun 2002 dan

mencapai 365 juta orang pada tahun 2007 Diperkirakan 1 sampai 2 juta

orang lanjut usia di Indonesia menderita cacat karena osteoarthritis Pada

beberapa penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan terjadinya

osteoarthritis pada obesitas dan sendi penahan beban tubuh5 Dari sekian

banyak sendi yang dapat terserang OA lutut merupakan sendi yang paling

sering dijumpai terserang OA Data Arthritis Research Campaign

menunjukkan bahwa lebih dari 550 ribu orang di Inggris menderita OA lutut

yang parah dan lebih dari 80 ribu operasi replacement sendi lutut dilakukan di

Inggris pada tahun 2000 dengan biaya 405 juta Poundsterling6

III Patofisiologi Osteoartritis

Terjadinya OA tidak lepas dari banyak persendian yang ada di dalam

tubuh manusia Sebanyak 230 sendi menghubungkan 206 tulang yang

memungkinkan terjadinya gesekan Untuk melindungi tulang dari gesekan di

dalam tubuh ada tulang rawan Namun karena berbagai faktor risiko yang ada

maka terjadi erosi pada tulang rawan dan berkurangnya cairan pada sendi

Tulang rawan sendiri berfungsi untuk meredam getar antar tulang Tulang

rawan terdiri atas jaringan lunak kolagen yang berfungsi untuk menguatkan

18

17

sendi proteoglikan yang membuat jaringan tersebut elastis dan air (70

bagian) yang menjadi bantalan pelumas dan pemberi nutrisi910

Kondrosit adalah sel yang tugasnya membentuk proteoglikan dan

kolagen pada rawan sendi Osteoartritis terjadi akibat kondrosit gagal

mensintesis matriks yang berkualitas dan memelihara keseimbangan antara

degradasi dan sintesis matriks ekstraseluler termasuk produksi kolagen tipe I

III VI dan X yang berlebihan dan sintesis proteoglikan yang pendek Hal

tersebut menyebabkan terjadi perubahan pada diameter dan orientasi dari serat

kolagen yang mengubah biomekanik dari tulang rawan sehingga tulang rawan

sendi kehilangan sifat kompresibilitasnya yang unik9

Selain kondrosit sinoviosit juga berperan pada patogenesis OA

terutama setelah terjadi sinovitis yang menyebabkan nyeri dan perasaan tidak

nyaman Sinoviosit yang mengalami peradangan akan menghasilkan Matrix

Metalloproteinases (MMPs) dan berbagai sitokin yang akan dilepaskan ke

dalam rongga sendi dan merusak matriks rawan sendi serta mengaktifkan

kondrosit Pada akhirnya tulang subkondral juga akan ikut berperan dimana

osteoblas akan terangsang dan menghasilkan enzim proteolitik 910

Agrekanase merupakan enzim yang akan memecah proteoglikan di

dalam matriks rawan sendi yang disebut agrekan Ada dua tipe agrekanase

yaitu agrekanase 1 (ADAMTs-4) dan agrekanase 2 (ADAMTs-11) MMPs

diproduksi oleh kondrosit kemudian diaktifkan melalui kaskade yang

melibatkan proteinase serin (aktivator plasminogen plamsinogen plasmin)

radikal bebas dan beberapa MMPs tipe membran Kaskade enzimatik ini

dikontrol oleh berbagai inhibitor termasuk TIMPs dan inhibitor aktifator

plasminogen Enzim lain yang turut berperan merusak kolagen tipe II dan

proteoglikan adalah katepsin yang bekerja pada pH rendah termasuk

proteinase aspartat (katepsin D) dan proteinase sistein (katepsin B H K L

dan S) yang disimpam di dalam lisosom kondrosit Hialuronidase tidak

terdapat di dalam rawan sendi tetapi glikosidase lain turut berperan merusak

proteoglikan10

19

Berbagai sitokin turut berperan merangsang kondrosit dalam

menghasilkan enzim perusak rawan sendi Sitokin-sitokin pro-inflamasi akan

melekat pada reseptor di permukaan kondrosit dan sinoviosit dan

menyebabkan transkripsi gene MMP sehingga produksi enzim tersebut

meningkat Sitokin yang terpenting adalah IL-1 selain sebagai sitokin

pengatur (IL-6 IL-8 LIFI) dan sitokin inhibitor (IL-4 IL-10 IL-13 dan IFN-

γ) Sitokin inhibitor ini bersama IL-Ira dapat menghambat sekresi berbagai

MMPs dan meningkatkan sekresi TIMPs Selain itu IL-4 dan IL-13 juga

dapat melawan efek metabolik IL-1 IL-1 juga berperan menurunkan sintesis

kolagen tipe II dan IX dan meningkatkan sintesis kolagen tipe I dan III

sehingga menghasilkan matriks rawan sendi yang berkualitas buruk 910

IV Klasifikasi Osteoartritis

OA dapat terjadi secara primer (idiopatik) maupun sekunder seperti

yang tercantum di bawah ini 19

IDIOPATIK SEKUNDER

20

SetempatTangan- nodus Heberden dan Bouchard (nodal)- artritis erosif interfalang- karpal-metakarpal IKaki - haluks valgus- haluks rigidus- jari kontraktur (hammercock-up toes)- talonavikulareCoxae- eksentrik (superior)- konsentrik (aksial medial)- difus (koksa senilis)Vertebra- sendi apofiseal- sendi intervertebral- spondilosis (osteofit)- ligamentum (hiperostosis penyakit Forestier diffuse idiopathic skeletal hyperostosis=DISH)Tempat lainnya- glenohumeral- akromioklavikular- tibiotalar- sakroiliaka- temporomandibularMenyeluruhMeliputi 3 atau lebih daerah yang tersebut diatas (Kellgren-Moore)

Traumaminus akutminus kronik (okupasional port)Kongenital atau developmentalGangguan setempatminus Penyakit Leg-Calve-Perthesminus Dislokasi koksa kongenitalminus Slipped epiphysisFaktor mekanikminus Panjang tungkai tidak samaminus Deformitas valgus varusminus Sindroma hipermobilitasMetabolikminus Okronosis (alkaptonuria)minus Hemokromatosisminus Penyakit Wilsonminus Penyakit GaucherEndokrinminus Akromegaliminus Hiperparatiroidismeminus Diabetes melitusminus Obesitasminus HipotiroidismePenyakit Deposit Kalsiumminus Deposit kalsium pirofosfat dihidratminus Artropati hidroksiapatitPenyakit Tulang dan Sendi lainnya Setempatminus FrakturminusNekrosis avaskular

Tabel 21 Osteoartritis Idiopatik dan Sekunder

V Manifestasi Klinis 15

1 Nyeri sendi

Terutama bila sendi bergerak atau menanggung beban yang akan

berkurang bila penderita beristirahat

21

2 Kaku pada pagi hari (morning stiffness)

Kekakuan pada sendi yang terserang terjadi setelah imobilisasi yang

cukup lama (gel phenomenon) bahkan sering disebutkan kaku muncul

pada pagi hari setelah bangun tidur (morning stiffness)

3 Hambatan pergerakan sendi

Hambatan pergerakan sendi ini bersifat progresif lambat bertambah

berat secara perlahan sejalan dengan bertambahnya nyeri pada sendi

4 Krepitasi

Rasa gemeretak (seringkali sampai terdengar) yang terjadi pada sendi

yang sakit

5 Perubahan bentuk sendi

Sendi yang mengalami osteoarthritis biasanya mengalami perubahan

berupa perubahan bentuk dan penyempitan pada celah sendi

6 Perubahan gaya berjalan

Hal yang paling meresahkan pasien adalah perubahan gaya berjalan

hampir semua pasien osteoarthritis pada pergelangan kaki lutut dan

panggul mengalami perubahan gaya berjalan (pincang)

VI Faktor Risiko Osteoartritis Lutut (Genu)

Secara garis besar terdapat dua pembagian faktor risiko OA lutut yaitu

faktor predisposisi dan faktor biomekanis

1 Faktor Predisposisi

a Faktor Demografi

1) Umur

Dari semua faktor risiko untuk timbulnya osteoartritis faktor

ketuaan adalah yang terkuat Proses penuaan dianggap sebagai

penyebab peningkatan kelemahan di sekitar sendi penurunan

kelenturan sendi kalsifikasi tulang rawan dan menurunkan

fungsi kondrosit yang semuanya mendukung terjadinya OA

Studi Framingham menunjukkan bahwa 27 orang berusia 63 ndash

22

70 tahun memiliki bukti radiografik menderita OA lutut yang

meningkat mencapai 40 pada usia 80 tahun atau lebih7

2) Jenis kelamin

Prevalensi OA pada laki-laki sebelum usia 50 tahun lebih tinggi

dibandingkan perempuan tetapi setelah usia lebih dari 50 tahun

prevalensi perempuan lebih tinggi menderita OA dibandingkan

laki-laki Hal ini dikaitkan dengan pengurangan hormon

estrogen yang signifikan pada wanita8

3) Ras Etnis

Prevalensi OA lutut pada penderita di negara Eropa dan

Amerika tidak berbeda sedangkan suatu penelitian

membuktikan bahwa ras Afrika ndash Amerika memiliki risiko

menderita OA lutut 2 kali lebih besar dibandingkan ras

Kaukasia Penduduk Asia juga memiliki risiko menderita OA

lutut lebih tinggi dibandingkan Kaukasia1011 Suatu studi lain

menyimpulkan bahwa populasi kulit berwarna lebih banyak

terserang OA dibandingkan kulit putih9

b Faktor Genetik

Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoartritis Adanya

mutasi dalam gen prokolagen atau gen-gen struktural lain untuk

unsur-unsur tulang rawan sendi seperti kolagen proteoglikan

berperan dalam timbulnya kecenderungan familial pada

osteoartritis10

c Faktor Gaya Hidup

1) Kebiasaan Merokok

Merokok dapat merusak sel dan menghambat proliferasi sel

tulang rawan sendi

Merokok dapat meningkatkan tekanan oksidan yang

mempengaruhi hilangnya tulang rawan

23

Merokok dapat meningkatkan kandungan karbonmonoksida

dalam darah menyebabkan jaringan kekurangan oksigen

dan dapat menghambat pembentukan tulang rawan12

2) Konsumsi Vitamin D

Orang yang tidak biasa mengkonsumsi makanan yang

mengandung vitamin D memiliki peningkatan risiko 3 kali lipat

menderita OA lutut13

d Faktor Metabolik

1) Obesitas

Berat badan yang berlebih ternyata dapat meningkatkan tekanan

mekanik pada sendi penahan beban tubuh dan lebih sering

menyebabkan osteoartritis lutut7

2) Osteoporosis

Hubungan antara OA lutut dan osteoporosis mendukung teori

bahwa gerakan mekanis yang abnormal tulang akan

mempercepat kerusakan tulang rawan sendi10

3) Penyakit Lain

OA lutut terbukti berhubungan dengan diabetes mellitus

hipertensi dan hiperurikemi dengan catatan pasien tidak

mengalami obesitas10

4) Histerktomi

Hal ini diduga berkaitan dengan pengurangan produksi hormon

estrogen setelah dilakukan pengangkatan rahim 10

5) Manisektomi

Menisektomi merupakan operasi yang dilakukan di daerah lutut

dan telah diidentifikasi sebagai faktor risiko penting bagi OA

lutut Hal ini berkaitan dengan hilangnya jaringan meniscus14

2 Faktor Biomekanis

a Riwayat Trauma Lutut

24

Trauma lutut yang akut termasuk robekan pada ligamentum

krusiatum dan meniskus merupakan faktor risiko timbulnya OA

lutut9

b Kelainan Anatomis

Faktor risiko timbulnya OA lutut antara lain kelainan lokal pada

sendi lutut seperti genu varum genu valgus Legg ndash Calve ndashPerthes

disease dan displasia asetabulum10

c Pekerjaan

Osteoartritis banyak ditemukan pada pekerja fisik berat terutama

yang banyak menggunakan kekuatan yang bertumpu pada lutut

(petani kuli dll)9

d Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik berat seperti berdiri lama (2 jam atau lebih setiap

hari) berjalan jarak jauh (2 jam atau lebih setiap hari) mengangkat

barang berat (10 kg ndash 50 kg selama 10 kali atau lebih setiap

minggu) mendorong objek yang berat (10 kg ndash 50 kg selama 10

kali atau lebih setiap minggu) naik turun tangga setiap hari

merupakan faktor risiko OA lutut 9

e Kebiasaan Olahraga

Atlit olah raga benturan keras dan membebani lutut seperti sepak

bola lari maraton dan kung fu memiliki risiko meningkat untuk

menderita OA lutut10

VII Kriteria Diagnosis Osteoartritis Lutut (Genu)

25

Kriteria diagnosis OA lutut menggunakan kriteria klasifikasi American

College of Rheumatology seperti tercantum pada tabel berikut ini 16

Tabel 22 Kriteria Klasifikasi Osteoartritis Lutut

Derajat osteoartritis lutut dinilai menjadi lima derajat oleh Kellgren dan

Lawrence yaitu 17

- Derajat 0 tidak ada gambaran osteoartritis

- Derajat 1 osteoartritis meragukan dengan gambaran sendi normal tetapi

terdapat osteofit minimal

- Derajat 2 osteoartritis minimal dengan osteofit pada 2 tempat tidak terdapat

sklerosis dan kista subkondral serta celah sendi baik

- Derajat 3 osteoartritis moderat dengan osteofit moderat deformitas ujung

tulang dan celah sendi sempit

- Derajat 4 osteoartritis berat dengan osteofit besar deformitas ujung tulang

celah sendi hilang serta adanyasklerosis dan kista subkondral

26

VIIIPenatalaksanaan Osteoarthritis

Tujuan penatalaksanaan pasien dengan osteoarthritis adalah18

1 Meredakan nyeri

2 Mengoptimalkan fungsi sendi

3 Mengurangi ketergantungan kepada orang lain dan meningkatkan

kualitas hidup

4 Menghambat progresivitas penyakit

5 Mencegah terjadinya komplikasi

Pilar terapi pada pasien dengan osteoarthritis yaitu

Nonfarmakologis

1 Modifikasi pola hidup

2 Edukasi

3 Istirahat teratur yang bertujuan mengurangi penggunaan beban pada

sendi

4 Modifikasi aktivitas

5 Menurunkan berat badan

6 Rehabilitasi medik fisioterapi

a Latihan statis dan memperkuat otot-otot

b Fisioterapi yang berguna untuk mengurangi nyeri menguatkan otot

dan menambah luas pergerakan sendi

7 Penggunaan alat bantu

Farmakologis

1 Sistemik

a Analgetik

Non narkotik parasetamol

Opioid (kodein tramadol)

b Antiinflamasi nonsteroid (NSAIDs)

Oral

Injeksi

Suppositoria

27

c DMOADs (disease modifying OA drugs)

Diantara nutraceutical yang saat ini tersedia di Indonesia adalah

Glucosamine sulfate dan Chondroitine sulfate

2 Topikal

a Krim rubefacients dan capsaicin

Beberapa sediaan telah tersedia di Indonesia dengan cara kerja pada

umumnya bersifat counter irritant

b Krim NSAIDs

Beberapa yang dapat digunakan adalah gel piroxicam dan sodium

diklofenak

3 Injeksi intraartikularintra lesi

Pada dasarnya ada 2 indikasi suntikan intra artikular yakni penanganan

simtomatik dengan steroid dan viskosuplementasi dengan hyaluronan

untuk modifikasi perjalanan penyakit Beberapa preparat injeksi

intraartikular diantaranya

a Steroid ( triamsinolone hexacetonide dan methyl prednisolone )

Hanya diberikan jika ada satu atau dua sendi yang mengalami

nyeri dan inflamasi yang kurang responsif terhadap pemberian

NSAIDs tak dapat mentolerir NSAIDs atau ada komorbiditas yang

merupakan kontra indikasi terhadap pemberian NSAIDs

Dosis untuk sendi besar seperti lutut 40-50 mginjeksi

sedangkan untuk sendi-sendi kecil biasanya digunakan dosis 10 mg

b Hyaluronan high molecular weight dan low molecular weight

Diberikan berturut-turut 5 sampai 6 kali dengan interval satu

minggu masing-masing 2 sampai 25 ml Hyaluronan Sediaan di

Indonesia diantaranya adalah Hyalgan dan Osflex

4 Pembedahan

Sebelum diputuskan untuk terapi pembedahan harus dipertimbangkan

terlebih dahulu risiko dan keuntungannya Pertimbangan dilakukan

tindakan operatif bila

28

a Deformitas menimbulkan gangguan mobilisasi

b Nyeri yang tidak dapat teratasi dengan penganan medikamentosa

dan rehabilitatif

Ada 2 tipe terapi pembedahan Realignment osteotomi dan replacement

joint

Macam-macam operasi sendi lutut untuk osteoarthritis

a Partial replacementunicompartemental

b High tibial osteotomy orang muda

c Patella amp condyle resurfacing

d Minimally constrained total replacement stabilitas sendi dilakukan

sebagian oleh ligament asli dan sebagian oleh sendi buatan

e Cinstrained joint fixed hinges dipakai bila ada tulang hilang dan

severe instability

f Total knee replacement apabila didapatkan nyeri deformitas

instability akibat dari rheumatoid atau osteoarthritis

29

Gambar 21 Piramida Penatalaksanaan Osteoartritis

BAB III

DISKUSI DAN PEMBAHASAN

OA adalah penyakit degenerasi kartilago artikuler yang berlangsung secara

perlahan dan ditandai dengan nyeri sendi kekakuan dan keterbatasan gerak yang

berkembang secara progresif Tanda-tanda tersebut ditemukan pada penderita ini

Berdasarkan etiologinya OA diklasifikasikan menjadi dua yaitu OA

primer dan OA sekunder OA primer disebut juga OA idiopatik yaitu OA yang

kausanya tidak diketahui dan tidak ada hubungannya dengan penyakit sistemik

maupun proses perubahan lokal pada sendi OA sekunder adalah OA yang

didasari oleh adanya kelainan endokrin trauma inflamasi metabolik

pertumbuhan herediter jejas mikro dan makro serta imobilisasi yang terlalu lama

faktor mekanik penyakit deposit kalsium penyakit tulang dan sendi lainnya serta

neuropatik endemik Beberapa faktor risiko yang diketahui berhubungan dengan

penyakit OA diantaranya faktor risiko umum yang penting seperti kegemukan

faktor genetik dan jenis kelamin serta beberapa faktor risiko lain seperti usia lebih

dari 40 tahun suku bangsa cedera sendi pekerjaan olahraga kelainan

pertumbuhan kepadatan tulang dan lain-lain Pada penderita ini berdasarkan

30

anamnesis riwayat sosialnya penderita adalah seorang wanita berusia 75 tahun

yang meskipun tidak melakukan pekerjaan yang berat tetapi dirinya tetap

menjalankan pekerjaan rumah tangga (sebelum sakit) yang notabene banyak

menggunakan sendi lutut Selain itu dari pemeriksaan fisik penderita ini juga

mengalami kegemukan Kondisi-kondisi pada penderita ini merupakan faktor

risiko sekunder terjadinya OA Jadi dapat disimpulkan bahwa penyebab OA pada

penderita ini bukan termasuk faktor risiko OA primer

Penderita datang dengan keluhan nyeri pada kedua sendi lutut sejak plusmn 1

tahun SMRS dan puncaknya 2 hari SMRS dimana penderita sudah tidak bisa

berjalan lagi Nyeri sendi merupakan keluhan yang umum terjadi pada penyakit

reumatik seperti artritis gout OA keganasan reumatik septik dan lain

sebagainya Pada penderita ini nyeri terlokalisir pada lutut tanpa adanya nyeri

pada sendi yang lain nyeri bertambah saat melakukan gerakan (seperti berjalan)

dan berkurang apabila beristirahat Tidak ada demam Nyeri tidak menetap

sepanjang hari Nyeri seperti ini biasanya ditemukan pada OA

Penderita juga mengeluh kaku sendi Kaku sendi dirasakan penderita pada

pagi hari Keadaan ini biasanya disebabkan oleh desakan cairan yang berada di

sekitar jaringan yang mengalami inflamasi (kapsul sendi sinovial atau bursa)

Kaku sendi makin nyata pada pagi hari atau setelah istirahat Setelah digerak-

gerakkan cairan akan menyebar dari jaringan yang mengalami inflamasi sehingga

penderita merasa terlepas dari ikatan dan bisa menggerakkan sendinya kembali

Lama kaku sendi pada OA adalah kurang dari 30 menit sedangkan pada AR

minimal satu jam Pada penderita ini kaku sendi juga dirasakan pada pagi hari

selama plusmn 20-30 menit dan menghilang dengan sendirinya bila penderita

menggerakkan kakinya dengan beraktivitas seperti biasa Hal ini sesuai untuk

mendukung keluhan pada penderita OA

Penderita juga mengalami bengkak pada kedua lutut Bengkak dirasakan

oleh penderita sejak 6 bulan SMRS Sendi yang membengkak bisa disebabkan

oleh penonjolan tulang sinovitis efusi dan karena adanya osteofit yang dapat

mengubah permukaan sendi Pada penderita ditemukan osteofit pada pemeriksaan

rontgent

31

29

Pemeriksaan fisik lokalis pada kedua sendi lutut didapatkan pada

inspeksi didapatkan pembesaran bengkak pada kedua sendi lutut dengan tidak

ada perubahan warna kulit Palpasi pada kedua sendi lutut didapatkan nyeri tekan

dan pada perabaan dirasakan hangat Pemeriksaan gerak sendi didapat

keterbatasan gerak fleksi yaitu hanya dapat mengerakkan lutut sebesar 60deg

Hambatan gerak terutama disebabkan oleh adanya remodelling osteofit penebalan

kapsul dan juga adanya efusi Pada auskultasi sendi lutut penderita ditemukan

adanya krepitasi dimana terdengar suara gemeretak ldquokretek-kretekrdquo seperti suara

krupuk yang diremukkan Gejala ini mungkin disebabkan karena gesekan kedua

permukaan tulang sendi yang irregular pada saat sendi digerakkan ataupun secara

pasif dimanipulasi

Pemeriksaan radiologis pada penderita ini didapatkan adanya gambaran

berupa penyempitan sendi dan osteofit pada pinggir sendi Menipisnya rawan

sendi diawali dengan retak dan terbelahnya permukaan sendi di beberapa tempat

yang kemudian menyatu dan disebut sebagai fibrilasi Di lain pihak pada tulang

akan terjadi pula perubahan sebagai reaksi tubuh untuk memperbaiki kerusakan

Perubahan itu adalah penebalan tulang subkondral dan pembentukan osteofit

marginal disusul kemudian dengan perubahan komposisi molekular dan struktur

tulang Penipisan kartilago sendi akibat proses degeneratif memberi gambaran

penyempitan celah sendi yang tidak simetris pada foto polos radiologi Fungsi

kartilago sendi berkurang bahkan menghilang mengakibatkan beban stres di

daerah subkhondral bertambah Beberapa subkhondral tersebut dapat diamati pada

poto polos radiologi berupa pembentukan osteofit sklerotik subkhondral maupun

pembentukan kista subkhondral Pada penderita ini ditemukan adanya

pembentukan osteofit pada condylus lateralis dan medialis os tibio femoralis

Pada OA anamnesa (gejala klinis) pemeriksaan fisik dan pemeriksaan

radiologi sudah dapat menunjang penegakan diagnosis Hasil pemeriksaan

laboratorium pada OA biasanya tidak banyak berguna Darah tepi (Hb Leukosit

dan LED) dalam batas normal kecuali OA generalisata yang harus dibedakan

dengan arthritis peradangan Pada OA yang disertai peradangan mungkin

didapatkan penurunan viskositas pleositosis sedang hingga ringan serta

32

peningkatan ringan sel radang (lt8000m) gt1 Pada penderita ini dilakukan

pemeriksaan laboratorium darah lengkap kimia darah dan urin lengkap karena

pemeriksaan tersebut merupakan pemeriksaan rutin Dari hasil pemeriksaan

laboratorium pada penderita ini tidak ditemukan adanya kelainan

Diagnosis OA sudah bisa ditegakkan secara klinis dengan memakai

kriteria OA yang dibuat oleh Subcommittee American College of Rheumatology

(ACR) Kriteria OA lutut secara klinis laboratorium dan radiologis adalah adanya

nyeri lutut osteofit dan salah satu dari tanda berikut yaitu usia lebih dari 50

tahun kaku sendi kurang dari 30 menit atau adanya krepitus Pada penderita ini

wanita berusia 75 tahun ditemukan memiliki keluhan nyeri kedua sendi lutut

terdapat kaku sendi selama 20-30 menit terdapat krepitus dan pada pemeriksaan

radiologi ditemukan adanya osteofit

Pengelolaan penderita dengan OA bertujuan untuk menghilangkan

keluhan mengoptimalkan fungsi sendi mengurangi ketergantungan dan

meningkatkan kualitas hidup menghambat progresivitas penyakit dan mencegah

komplikasi Pilar terapi OA non farmakologis (edukasi terapi fisik

dietpenurunan berat badan) farmakologis (analgetik kortikosteroid lokal

sistemik kondroprotektif dan biologik) dan pembedahan

Edukasi sangat penting bagi semua pasien OA Dua hal yang menjadi

tujuan edukasi adalah bagaimana mengatasi nyeri dan disabilitas Pemberian

edukasi pada penderita ini sangat penting karena dengan edukasi diharapkan

pengetahuan penderita mengenai penyakit OA menjadi meningkat dan pengobatan

menjadi lebih mudah serta dapat diajak bersama-sama untuk mencegah kerusakan

organ sendi lebih lanjut Edukasi yang diberikan pada penderita ini yaitu

memberikan pengertian bahwa OA adalah penyakit yang kronik sehingga perlu

dipahami bahwa mungkin dalam derajat tertentu akan tetap ada rasa nyeri kaku

dan keterbatasan gerak serta fungsi Selain itu agar rasa nyeri dapat berkurang

maka penderita hendaknya mengurangi aktivitaspekerjaannya sehingga tidak

terlalu banyak menggunakan sendi lutut dan lebih banyak beristirahat Penderita

juga disarankan untuk kembali kontrol sehingga dapat diketahui apakah

33

penyakitnya sudah membaik atau ternyata ada efek samping akibat obat yang

diberikan

Terapi fisik bertujuan untuk melatih penderita agar persendiannya tetap

dapat dipakai dan melatih penderita untuk melindungi sendi yang sakit Pada

penderita ini dianjurkan untuk berolah raga tapi olah raga yang memperberat

sendi sebaiknya dihindari seperti lari atau joging Hal ini dikarenakan dapat

menambah inflamasi meningkatkan tekanan intraartikular bila ada efusi sendi dan

bahkan bisa menyebabkan robekan kapsul sendi Untuk mencegah risiko

terjadinya kecacatan pada sendi sebaiknya dilakukan olah raga peregangan otot

seperti mQuadrisep femoris dengan peregangan otot diharapkan dapat membantu

dalam peningkatan fungsi sendi secara keseluruhan dan mengurangi nyeri Pada

penderita ini disarankan untuk senam lantai 3 kali seminggu dimana pasien

mengambil posisi terlentang sambil meregangkan lututnya dengan cara

mengangkat kaki dan secara perlahan menekuk dan meluruskan lututnya Olah

raga ini sangat mudah dilakukan apalagi mengingat usia penderita yang sudah

mencapai 75 tahun

Diet bertujuan untuk menurunkan berat badan pada penderita OA yang

gemuk Hal ini sebaiknya menjadi program utama pengobatan OA Penurunan

berat badan seringkali dapat mengurangi keluhan dan peradangan Selain itu

obesitas juga dapat meningkatkan risiko progresifitas dari OA Pada penderita ini

disarankan untuk mengurangi berat badan dengan mengatur diet rendah kalori

sampai mungkin mendekati berat badan ideal Dimana prinsipnya adalah

mengurangi kalori yang masuk dibawah energi yang dibutuhkan Penurunan

energi intake yang aman dianjurkan pemberian defisit energi antara 500-1000

kalori perhari sehingga diharapkan akan terjadi pembakaran lemak tubuh dan

penurunan berat badan 05 ndash 1 kg per minggu Biasanya intake energi diberikan

1200-1300 kal per hari dan paling rendah 800 kal per hari Formula yang dapat

digunakan untuk kebutuhan energi berdasarkan berat badan adalah 22kalkgBB

aktualhari dengan cara ini didapatkan defisit energi 1000 kalhari Pada penderita

ini dianjurkan untuk diet 1400 kal perhari agar mencapai BB idealnya yakni

setidaknya mencapai 55 kg Namun cara ini juga memerlukan kehati ndash hatian

34

dikarenakan usia penderita dan daya tahan tubuhnya yang memang sudah tidak

mendukung untuk melakukan usaha diit

Terapi farmakologis pada penderita OA biasanya bersifat simptomatis

Pada tahap awal dapat dicoba analgetik sederhana seperti asetaminofen atau

salisilat Bila tidak ada perbaikan dapat diberikan obat anti inflamasi non steroid

Untuk mengurangi keluhan nyeri pada penderita ini telah diberikan pengobatan

langsung dengan obat anti inflamasi non steroid seperti Na-diklofenak dengan

dosis 3times50 mg tanpa menggunakan obat lini pertama Hal ini dikarenakan keluhan

pada penderita ini sudah cukup berat ditambah pula adanya bengkak dan rasa

hangat di lutut yang tidak hilang dengan obat analgetik sederhana ( seperti yang

biasa dikonsumsi penderita) Na-diklofenak merupakan obat golongan OAINS

COX-1 inhibitor yang non-selektif dimana obat ini diberikan pada penderita

karena tidak terdapat riwayat pernah menderita gangguan gastrointestinal Namun

mengingat usia penderita yang memang sudah lanjut maka penderita juga

diberikan obat pelapis lambung untuk menjaga kondisi saluran pencernaannya Di

sini penderita diberikan obat golongan PPI (Omeprazole 2 x 20 mg) Setelah

dievaluasi beberapa hari ternyata keluhan nyeri dan bengkak pada penderita tidak

kunjung ada perubahan maka ditambahkan pula obat steroid injeksi dimana

pilihannya adalah InjTriamcinolon 1 Amp24 jam (Inj Flamicort) Selain itu

pasien juga dikonsulkan ke spesialis rehabilitasi medis untuk dilakukan

fisioterapi

Terapi pembedahan Terapi ini diberikan apabila terapi farmakologis dan

rehabilitasi tidak berhasil untuk mengurangi rasa sakit dan juga untuk melakukan

koreksi apabila terjadi deformitas yang menimbulkan gangguan mobilisasi sendi

yang mengganggu aktifitas sehari-hari Pada penderita ini tidak sampai dilakukan

terapi pembedahan

35

DAFTAR PUSTAKA

1 Soeroso J Isbagio H Kalim H Broto R Pramudiyo R Osteoartritis In

Sudoyo AW Setiyohadi B Alwi I Simadibrata M Setiati S editors Buku

Ajar Ilmu Penyakit Dalam 4th ed Jakarta Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit

Dalam Fakultas Kedokteran Indonesia 2006 p 1195-201

2 Osteoarthritis Wikipedia The Free Encyclopedia [serial on the internet]

2009 [cited 2009 Sep 1] Available from

httpenwikipediaorgwikiOsteoarthritis

3 Reginster JY The Prevalence and Burden of Osteoarthritis Rheumatology

2002 41 (suppl 1) 3 ndash 6

4 Wibowo Dhidik Tri Kurniawan Yusuf Latifah Tati Gunadi Rachmat

Perancangan dan Implementasi Sistem Bantu Diagnosis Penyakit

Osteoartritis dan Reumatoid Artritis Melalui Deteksi Penyempitan Celah

Sendi pada Citra X-Ray Tangan dan Lutut Dalam Temu Ilmiah

Reumatologi Jakarta 2003 168 ndash 172

5 Konggres Nasional Ikatan Reumatologi Indonesia VI httppemda-

diygoidberita 2005 102140

36

6 Arthritis Research Campaign 2000 Available at

httpwwwarcorgukabout_arthastatshtm

7 Felson DT Zhang Y Hannan MT et al The Incidence and Natural

History of Knee Osteoarthritis in the Elderly The Framingham

Osteoarthritis Study Arthritis Rheumatology 1995 38 1500 ndash 1505

8 Felson DT Zhang Y An Update on the Epidemiology of Knee and Hip

Osteoarthritis with a View to Prevention Arthritis Rheumatology 1998

41 1343 ndash 1355

9 Setiyohadi Bambang Osteoartritis Selayang Pandang Dalam Temu Ilmiah

Reumatologi Jakarta 2003 27 ndash 31

10 Klippel John H Dieppe Paul A Brooks Peter et al Osteoarthritis In

Rheumatology United Kingdom Mosby ndash Year Book Europe Limited

1994 21 ndash 106

11 Abbate L Renner JB Stevens J et al Do Body Composition and Body Fat

Distribution Explain Ethnic Differences in Radiographic Knee

Osteoarthritis Outcomes in African -American and Caucasian Women The

North American Association for the Study of Obesity 2006 14 1274 ndash

1281

12 Amin Niu Jingbo Hunter David et al Smoking Worsens Knee

Osteoarthritis News Center Oklahoma City Oklahoma USA 2006 1 ndash 4

13 McAlindon Timothy E Felson David T Zhang Yuqing et al Relation of

Dietary Intake and Serum Levels of Vitamin D to Progression of

Osteoarthritis of the Knee Among Participants in the Framingham Study

14 Englund M and Lohmander LS Patellofemoral Osteoarthritis Coexistent

with Tibiofemoral Osteoarthritis in a Meniscectomy Population Annals of

the Rheumatic Diseases 2005 64 1721 ndash 1726

15 Carter MA Osteoartritis In Price SA Wilson LM Patofisiologi konsep

klinis proses-proses penyakit 6th ed Jakarta EGC 2006 p 1380-4

16 Altman RD Criteria for the Classification of Osteoarthritis Journal of

Rheumatology 1991 27 (suppl) 10 ndash 12

37

17 Milne AD Evans NA Stanish WD Nonoperative Management of Knee

Osteoarthritis In Hartono IM Studi komparasi antara WOMAC index

dengan Kellgren-Lawrence grading system pada penderita osteoarthritis

genu [PPDS1 thesis] Semarang Medical Faculty Diponegoro University

2007 p 12

18 Haq I Murphy E Dacre J Osteoarthritis Review Postgrad Med J 2003

79 377 ndash 383

19 Anonim [1986] Criteria for classification of idiopathic osteoarthtritis (OA)

of the knee American College of Rheumatology [serial on the internet]

2010 [cited 2010 Jan 20] Available from

httpwwwrheumatologyorgpublicationsclassificationoakneeasp

aud=mem

38

  • BAB I
  • ILUSTRASI KASUS
  • 1 Pemeriksaan EKG
  • X ndash Ray Pelvis AP
  • BAB III
  • DISKUSI DAN PEMBAHASAN
Page 12: laporan kasus osteoartritis

3 Foto Rontgen (tanggal 2 Februari 2014)

X ndash Ray Genu Dekstra et Sinistra

Kesan

Osteofit pada condylus lateralis dan medialis os tibia femoralis

dekstra disertai penyempitan sendi tibia femoralis lateralis dekstra

merupakan gambaran osteoarthrosis genu dekstra grade III

Osteofit pada condylus lateralis dan medialis os tibia femoralis

sinistra disertai penyempitan sendi femoro tibialis sinistra disertai

irreguler pada tulang tibia fibula sekitar sendi dan sklerotik

subcondral merupakan gambaran osteoarthosis genu sinistra grade

IV disertai osteoarthritis peradangan

12

X ndash Ray Pelvis AP

13

Kesan

Lesi opak pada cavum pelvis suspek massa DD vesikolitiasis ( usul

USG abdomen )

Tak tampak fraktur maupun dislokasi

V ASSESMENT DIAGNOSIS KERJA DAN DIAGNOSIS BANDING

1 Osteoartritis Genu Dextra et Sinistra

2 Hipertensi stage I

3 Ischemia Hearth Disease

Daftar masalah Problem AssesmentPlanning Diagnosa

Plannning Terapi (IGD)Planning

Monitoring

75 tahun Kedua kaki nyeri tidak bisa jalan (+) tidak bisa ditekuk (+) kaku riwjatuh (-)

Pmx Fisik Genu D et S ada deformitas (+) bengkak(+) krepitasi (+)

Foto x-ray genu osteoarthritis osteofit sendi genu D et S

-Deformitas Sendi-Proses Degeneratif

Osteoartritis Genu Dextra et Sinistra

- X-ray genu Dekstra et Sinistra

- Pmx Cairan synovial sendi genu

Non Farmakologi- A-B-C management ( infRL 20tpm)- Edukasi pasien- Terapi Fisik latihan gerak sendi- Fisioterapi-Penurunan berat badanFarmakologi- Inj Ranitidin 1 Amp12j- Inj Ketorolac 30mg (E)po Natrium Diklofenak 2x1 Analsik 2x1 Vit BC 1x1

-Tanda dan gejala Klinis

- TD 150100 mmHg

Gangguan hemo -dinamik

Hipertensi stage I

- EKG Foto Thorax

Non Farmakologi- Diet rendah garamFarmakologi

- Cek ulang Tekanan Darah

14

Fungsi Ginjal

- Captopril 2 x 25mg (po)- Amlodipin 1x10mg (po)

EKG Gelombang T inverted di Lead II III aVF dan V1 ndash V3

-Ateroskle- rosis-Hipoksia vaskuler

Ischemia Hearth Disease

-Cek Profil Lipid Asam Urat Enzim Jantung

Non Farmakologi-Tirah baring- O2 3-4lpmFarmakologi-ISDN 3x5mg

-Cek EKG serial 4 jam

VI POMR (Problem Oriented Medical Record)

VII FOLLOW UP

Tanggal Subjektif dan Objektif Penatalaksanaan03022014 S kaki masih nyeri jika digerakkan (+)

pegel (+) masih belum bisa berjalan pusing (-) sesak (-)KU Kesadaran Sedang composmentisVS TD 170100 mmHg RR 18 kali menit N 88 kali menit T 370CVAS 7Bengkak (+) eritem (-) ROM terbatasEKG T inverted Lead IIIII aVF amp V1-V3

O2 3lpmIVFD RL 20 tpm Captopril 3x25mgHCT 2x50mgAmlodipin 1x10mgAnalsik 3x1Natrium Diklofenak 3x1ISDN 3x5mg

15

04022014 S kaki masih nyeri jika digerakkan ditekuk (+) pasien tetap masih belum bisa duduk maupun berjalan sesak(-) pusing(-)KU Kesadaran Sedang composmentisVS TD 130100 mmHg RR 18 kali menit N 76 kali menit T 3730CVAS 7Bengkak (+) eritem (-) ROM terbatas

O2 3lpmIVFD RL 20 tpm Captopril 3x25mgHCT 2x50mgAmlodipin 1x10mgAnalsik 3x1Natrium Diklofenak 3x1ISDN 3x5mg(+) Inj Flamicort 1 Amp Omeprazole 2x1

05022014 S kaki masih nyeri jika digerakkan (+) namun pasien sudah bisa tidur miring sambil menekuk lututnya pegel (+) masih belum bisa berjalan (+)KU Kesadaran Sedang composmentisVS TD 150100 mmHg RR 18 kali menit N 86 kali menit T 370CVAS 5Bengkak (+) eritem (-) ROM terbatas

O2 3lpmIVFD RL 20 tpm Captopril 3x25mgHCT 2x50mgAmlodipin 1x10mgAnalsik 3x1Natrium Diklofenak 3x1ISDN 3x5mg(+) Inj Flamicort 1 Amp Omeprazole 2x1Co SpRM untuk Fisioterapi

pasien sudah difisioterapi (IR)06022014 S kaki masih nyeri jika digerakkan (+)

ditambah keluhan nyeri pinggang keluhan pusing sesak mual muntah disangkalKU Kesadaran Sedang composmentisVS TD 200100 mmHg RR 20 kali menit N 88 kali menit T 3630CVAS 7Bengkak (+) eritem (-) ROM terbatas

O2 3lpmIVFD RL 20 tpm Inj Flamicort 1 AmpCaptopril 3x25mgHCT 2x50mgAmlodipin 1x10mgAnalsik 3x1Natrium Diklofenak 3x1ISDN 3x5mgOmeprazole 2x1

Fisioterapi masih dilanjutkan

16

07022014 S kaki masih nyeri tapi lebih jarang pasien sudah bisa setengah duduk namun tetap dibantu keluarga sesak (-) pusing (sedikit) makan minum (+) sedikit - sedikitKU Kesadaran Sedang composmentisVS TD 200100 mmHg RR 18 kali menit N 76 kali menit T 370CVAS 5Bengkak (+) eritem (-) ROM terbatas

Pasien dan keluarga APS pulang karena persoalan biaya terapi pulang

Captopril 3x25mgHCT 2x50mgAmlodipin 1x10mgAnalsik 3x1Natrium Diklofenak 3x1ISDN 3x5mgOmeprazole 2x1(+) Clonidin 3x1 tab

VIIIPROGNOSIS

Qua ad vitam Dubia ad bonam

Qua ad functionam Dubia ad malam

Qua ad sanationam Dubia ad malam

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

IDefinisi

Osteoarthritis (OA dikenal juga sebagai arthritis degeneratif penyakit

degeneratif sendi) merupakan penyakit sendi degeneratif yang mengenai

sendi-sendi penumpu berat badan dengan gambaran patologis yang berupa

kerusakan kartilago sendi dimana terjadi proses degradasi interaktif sendi

17

yang kompleks terdiri dari proses perbaikan pada kartilago tulang dan

sinovium diikuti komponen sekunder proses inflamasi12

II Epidemiologi

Osteoartritis merupakan penyakit sendi yang paling banyak ditemukan di

dunia termasuk di Indonesia Bahkan sejak tahun 2001 hingga 2010

dicanangkan sebagai dekade penyakit tulang dan sendi di seluruh dunia5

Penyakit ini menempati urutan kedua setelah penyakit kardiovaskuler sebagai

penyebab ketidakmampuan fisik Di Inggris dan Wales sekitar 13 hingga

175 juta orang mengalami gejala OA Di Amerika 1 dari 7 penduduk

menderita OA34

Di Australia pada tahun 2002 diperkirakan biaya nasional untuk OA

sebesar 1 dari GNP yaitu mencapai $Aus 2700orangtahun4 Di Indonesia

sendiri prevalensi total OA sebanyak 343 juta orang pada tahun 2002 dan

mencapai 365 juta orang pada tahun 2007 Diperkirakan 1 sampai 2 juta

orang lanjut usia di Indonesia menderita cacat karena osteoarthritis Pada

beberapa penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan terjadinya

osteoarthritis pada obesitas dan sendi penahan beban tubuh5 Dari sekian

banyak sendi yang dapat terserang OA lutut merupakan sendi yang paling

sering dijumpai terserang OA Data Arthritis Research Campaign

menunjukkan bahwa lebih dari 550 ribu orang di Inggris menderita OA lutut

yang parah dan lebih dari 80 ribu operasi replacement sendi lutut dilakukan di

Inggris pada tahun 2000 dengan biaya 405 juta Poundsterling6

III Patofisiologi Osteoartritis

Terjadinya OA tidak lepas dari banyak persendian yang ada di dalam

tubuh manusia Sebanyak 230 sendi menghubungkan 206 tulang yang

memungkinkan terjadinya gesekan Untuk melindungi tulang dari gesekan di

dalam tubuh ada tulang rawan Namun karena berbagai faktor risiko yang ada

maka terjadi erosi pada tulang rawan dan berkurangnya cairan pada sendi

Tulang rawan sendiri berfungsi untuk meredam getar antar tulang Tulang

rawan terdiri atas jaringan lunak kolagen yang berfungsi untuk menguatkan

18

17

sendi proteoglikan yang membuat jaringan tersebut elastis dan air (70

bagian) yang menjadi bantalan pelumas dan pemberi nutrisi910

Kondrosit adalah sel yang tugasnya membentuk proteoglikan dan

kolagen pada rawan sendi Osteoartritis terjadi akibat kondrosit gagal

mensintesis matriks yang berkualitas dan memelihara keseimbangan antara

degradasi dan sintesis matriks ekstraseluler termasuk produksi kolagen tipe I

III VI dan X yang berlebihan dan sintesis proteoglikan yang pendek Hal

tersebut menyebabkan terjadi perubahan pada diameter dan orientasi dari serat

kolagen yang mengubah biomekanik dari tulang rawan sehingga tulang rawan

sendi kehilangan sifat kompresibilitasnya yang unik9

Selain kondrosit sinoviosit juga berperan pada patogenesis OA

terutama setelah terjadi sinovitis yang menyebabkan nyeri dan perasaan tidak

nyaman Sinoviosit yang mengalami peradangan akan menghasilkan Matrix

Metalloproteinases (MMPs) dan berbagai sitokin yang akan dilepaskan ke

dalam rongga sendi dan merusak matriks rawan sendi serta mengaktifkan

kondrosit Pada akhirnya tulang subkondral juga akan ikut berperan dimana

osteoblas akan terangsang dan menghasilkan enzim proteolitik 910

Agrekanase merupakan enzim yang akan memecah proteoglikan di

dalam matriks rawan sendi yang disebut agrekan Ada dua tipe agrekanase

yaitu agrekanase 1 (ADAMTs-4) dan agrekanase 2 (ADAMTs-11) MMPs

diproduksi oleh kondrosit kemudian diaktifkan melalui kaskade yang

melibatkan proteinase serin (aktivator plasminogen plamsinogen plasmin)

radikal bebas dan beberapa MMPs tipe membran Kaskade enzimatik ini

dikontrol oleh berbagai inhibitor termasuk TIMPs dan inhibitor aktifator

plasminogen Enzim lain yang turut berperan merusak kolagen tipe II dan

proteoglikan adalah katepsin yang bekerja pada pH rendah termasuk

proteinase aspartat (katepsin D) dan proteinase sistein (katepsin B H K L

dan S) yang disimpam di dalam lisosom kondrosit Hialuronidase tidak

terdapat di dalam rawan sendi tetapi glikosidase lain turut berperan merusak

proteoglikan10

19

Berbagai sitokin turut berperan merangsang kondrosit dalam

menghasilkan enzim perusak rawan sendi Sitokin-sitokin pro-inflamasi akan

melekat pada reseptor di permukaan kondrosit dan sinoviosit dan

menyebabkan transkripsi gene MMP sehingga produksi enzim tersebut

meningkat Sitokin yang terpenting adalah IL-1 selain sebagai sitokin

pengatur (IL-6 IL-8 LIFI) dan sitokin inhibitor (IL-4 IL-10 IL-13 dan IFN-

γ) Sitokin inhibitor ini bersama IL-Ira dapat menghambat sekresi berbagai

MMPs dan meningkatkan sekresi TIMPs Selain itu IL-4 dan IL-13 juga

dapat melawan efek metabolik IL-1 IL-1 juga berperan menurunkan sintesis

kolagen tipe II dan IX dan meningkatkan sintesis kolagen tipe I dan III

sehingga menghasilkan matriks rawan sendi yang berkualitas buruk 910

IV Klasifikasi Osteoartritis

OA dapat terjadi secara primer (idiopatik) maupun sekunder seperti

yang tercantum di bawah ini 19

IDIOPATIK SEKUNDER

20

SetempatTangan- nodus Heberden dan Bouchard (nodal)- artritis erosif interfalang- karpal-metakarpal IKaki - haluks valgus- haluks rigidus- jari kontraktur (hammercock-up toes)- talonavikulareCoxae- eksentrik (superior)- konsentrik (aksial medial)- difus (koksa senilis)Vertebra- sendi apofiseal- sendi intervertebral- spondilosis (osteofit)- ligamentum (hiperostosis penyakit Forestier diffuse idiopathic skeletal hyperostosis=DISH)Tempat lainnya- glenohumeral- akromioklavikular- tibiotalar- sakroiliaka- temporomandibularMenyeluruhMeliputi 3 atau lebih daerah yang tersebut diatas (Kellgren-Moore)

Traumaminus akutminus kronik (okupasional port)Kongenital atau developmentalGangguan setempatminus Penyakit Leg-Calve-Perthesminus Dislokasi koksa kongenitalminus Slipped epiphysisFaktor mekanikminus Panjang tungkai tidak samaminus Deformitas valgus varusminus Sindroma hipermobilitasMetabolikminus Okronosis (alkaptonuria)minus Hemokromatosisminus Penyakit Wilsonminus Penyakit GaucherEndokrinminus Akromegaliminus Hiperparatiroidismeminus Diabetes melitusminus Obesitasminus HipotiroidismePenyakit Deposit Kalsiumminus Deposit kalsium pirofosfat dihidratminus Artropati hidroksiapatitPenyakit Tulang dan Sendi lainnya Setempatminus FrakturminusNekrosis avaskular

Tabel 21 Osteoartritis Idiopatik dan Sekunder

V Manifestasi Klinis 15

1 Nyeri sendi

Terutama bila sendi bergerak atau menanggung beban yang akan

berkurang bila penderita beristirahat

21

2 Kaku pada pagi hari (morning stiffness)

Kekakuan pada sendi yang terserang terjadi setelah imobilisasi yang

cukup lama (gel phenomenon) bahkan sering disebutkan kaku muncul

pada pagi hari setelah bangun tidur (morning stiffness)

3 Hambatan pergerakan sendi

Hambatan pergerakan sendi ini bersifat progresif lambat bertambah

berat secara perlahan sejalan dengan bertambahnya nyeri pada sendi

4 Krepitasi

Rasa gemeretak (seringkali sampai terdengar) yang terjadi pada sendi

yang sakit

5 Perubahan bentuk sendi

Sendi yang mengalami osteoarthritis biasanya mengalami perubahan

berupa perubahan bentuk dan penyempitan pada celah sendi

6 Perubahan gaya berjalan

Hal yang paling meresahkan pasien adalah perubahan gaya berjalan

hampir semua pasien osteoarthritis pada pergelangan kaki lutut dan

panggul mengalami perubahan gaya berjalan (pincang)

VI Faktor Risiko Osteoartritis Lutut (Genu)

Secara garis besar terdapat dua pembagian faktor risiko OA lutut yaitu

faktor predisposisi dan faktor biomekanis

1 Faktor Predisposisi

a Faktor Demografi

1) Umur

Dari semua faktor risiko untuk timbulnya osteoartritis faktor

ketuaan adalah yang terkuat Proses penuaan dianggap sebagai

penyebab peningkatan kelemahan di sekitar sendi penurunan

kelenturan sendi kalsifikasi tulang rawan dan menurunkan

fungsi kondrosit yang semuanya mendukung terjadinya OA

Studi Framingham menunjukkan bahwa 27 orang berusia 63 ndash

22

70 tahun memiliki bukti radiografik menderita OA lutut yang

meningkat mencapai 40 pada usia 80 tahun atau lebih7

2) Jenis kelamin

Prevalensi OA pada laki-laki sebelum usia 50 tahun lebih tinggi

dibandingkan perempuan tetapi setelah usia lebih dari 50 tahun

prevalensi perempuan lebih tinggi menderita OA dibandingkan

laki-laki Hal ini dikaitkan dengan pengurangan hormon

estrogen yang signifikan pada wanita8

3) Ras Etnis

Prevalensi OA lutut pada penderita di negara Eropa dan

Amerika tidak berbeda sedangkan suatu penelitian

membuktikan bahwa ras Afrika ndash Amerika memiliki risiko

menderita OA lutut 2 kali lebih besar dibandingkan ras

Kaukasia Penduduk Asia juga memiliki risiko menderita OA

lutut lebih tinggi dibandingkan Kaukasia1011 Suatu studi lain

menyimpulkan bahwa populasi kulit berwarna lebih banyak

terserang OA dibandingkan kulit putih9

b Faktor Genetik

Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoartritis Adanya

mutasi dalam gen prokolagen atau gen-gen struktural lain untuk

unsur-unsur tulang rawan sendi seperti kolagen proteoglikan

berperan dalam timbulnya kecenderungan familial pada

osteoartritis10

c Faktor Gaya Hidup

1) Kebiasaan Merokok

Merokok dapat merusak sel dan menghambat proliferasi sel

tulang rawan sendi

Merokok dapat meningkatkan tekanan oksidan yang

mempengaruhi hilangnya tulang rawan

23

Merokok dapat meningkatkan kandungan karbonmonoksida

dalam darah menyebabkan jaringan kekurangan oksigen

dan dapat menghambat pembentukan tulang rawan12

2) Konsumsi Vitamin D

Orang yang tidak biasa mengkonsumsi makanan yang

mengandung vitamin D memiliki peningkatan risiko 3 kali lipat

menderita OA lutut13

d Faktor Metabolik

1) Obesitas

Berat badan yang berlebih ternyata dapat meningkatkan tekanan

mekanik pada sendi penahan beban tubuh dan lebih sering

menyebabkan osteoartritis lutut7

2) Osteoporosis

Hubungan antara OA lutut dan osteoporosis mendukung teori

bahwa gerakan mekanis yang abnormal tulang akan

mempercepat kerusakan tulang rawan sendi10

3) Penyakit Lain

OA lutut terbukti berhubungan dengan diabetes mellitus

hipertensi dan hiperurikemi dengan catatan pasien tidak

mengalami obesitas10

4) Histerktomi

Hal ini diduga berkaitan dengan pengurangan produksi hormon

estrogen setelah dilakukan pengangkatan rahim 10

5) Manisektomi

Menisektomi merupakan operasi yang dilakukan di daerah lutut

dan telah diidentifikasi sebagai faktor risiko penting bagi OA

lutut Hal ini berkaitan dengan hilangnya jaringan meniscus14

2 Faktor Biomekanis

a Riwayat Trauma Lutut

24

Trauma lutut yang akut termasuk robekan pada ligamentum

krusiatum dan meniskus merupakan faktor risiko timbulnya OA

lutut9

b Kelainan Anatomis

Faktor risiko timbulnya OA lutut antara lain kelainan lokal pada

sendi lutut seperti genu varum genu valgus Legg ndash Calve ndashPerthes

disease dan displasia asetabulum10

c Pekerjaan

Osteoartritis banyak ditemukan pada pekerja fisik berat terutama

yang banyak menggunakan kekuatan yang bertumpu pada lutut

(petani kuli dll)9

d Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik berat seperti berdiri lama (2 jam atau lebih setiap

hari) berjalan jarak jauh (2 jam atau lebih setiap hari) mengangkat

barang berat (10 kg ndash 50 kg selama 10 kali atau lebih setiap

minggu) mendorong objek yang berat (10 kg ndash 50 kg selama 10

kali atau lebih setiap minggu) naik turun tangga setiap hari

merupakan faktor risiko OA lutut 9

e Kebiasaan Olahraga

Atlit olah raga benturan keras dan membebani lutut seperti sepak

bola lari maraton dan kung fu memiliki risiko meningkat untuk

menderita OA lutut10

VII Kriteria Diagnosis Osteoartritis Lutut (Genu)

25

Kriteria diagnosis OA lutut menggunakan kriteria klasifikasi American

College of Rheumatology seperti tercantum pada tabel berikut ini 16

Tabel 22 Kriteria Klasifikasi Osteoartritis Lutut

Derajat osteoartritis lutut dinilai menjadi lima derajat oleh Kellgren dan

Lawrence yaitu 17

- Derajat 0 tidak ada gambaran osteoartritis

- Derajat 1 osteoartritis meragukan dengan gambaran sendi normal tetapi

terdapat osteofit minimal

- Derajat 2 osteoartritis minimal dengan osteofit pada 2 tempat tidak terdapat

sklerosis dan kista subkondral serta celah sendi baik

- Derajat 3 osteoartritis moderat dengan osteofit moderat deformitas ujung

tulang dan celah sendi sempit

- Derajat 4 osteoartritis berat dengan osteofit besar deformitas ujung tulang

celah sendi hilang serta adanyasklerosis dan kista subkondral

26

VIIIPenatalaksanaan Osteoarthritis

Tujuan penatalaksanaan pasien dengan osteoarthritis adalah18

1 Meredakan nyeri

2 Mengoptimalkan fungsi sendi

3 Mengurangi ketergantungan kepada orang lain dan meningkatkan

kualitas hidup

4 Menghambat progresivitas penyakit

5 Mencegah terjadinya komplikasi

Pilar terapi pada pasien dengan osteoarthritis yaitu

Nonfarmakologis

1 Modifikasi pola hidup

2 Edukasi

3 Istirahat teratur yang bertujuan mengurangi penggunaan beban pada

sendi

4 Modifikasi aktivitas

5 Menurunkan berat badan

6 Rehabilitasi medik fisioterapi

a Latihan statis dan memperkuat otot-otot

b Fisioterapi yang berguna untuk mengurangi nyeri menguatkan otot

dan menambah luas pergerakan sendi

7 Penggunaan alat bantu

Farmakologis

1 Sistemik

a Analgetik

Non narkotik parasetamol

Opioid (kodein tramadol)

b Antiinflamasi nonsteroid (NSAIDs)

Oral

Injeksi

Suppositoria

27

c DMOADs (disease modifying OA drugs)

Diantara nutraceutical yang saat ini tersedia di Indonesia adalah

Glucosamine sulfate dan Chondroitine sulfate

2 Topikal

a Krim rubefacients dan capsaicin

Beberapa sediaan telah tersedia di Indonesia dengan cara kerja pada

umumnya bersifat counter irritant

b Krim NSAIDs

Beberapa yang dapat digunakan adalah gel piroxicam dan sodium

diklofenak

3 Injeksi intraartikularintra lesi

Pada dasarnya ada 2 indikasi suntikan intra artikular yakni penanganan

simtomatik dengan steroid dan viskosuplementasi dengan hyaluronan

untuk modifikasi perjalanan penyakit Beberapa preparat injeksi

intraartikular diantaranya

a Steroid ( triamsinolone hexacetonide dan methyl prednisolone )

Hanya diberikan jika ada satu atau dua sendi yang mengalami

nyeri dan inflamasi yang kurang responsif terhadap pemberian

NSAIDs tak dapat mentolerir NSAIDs atau ada komorbiditas yang

merupakan kontra indikasi terhadap pemberian NSAIDs

Dosis untuk sendi besar seperti lutut 40-50 mginjeksi

sedangkan untuk sendi-sendi kecil biasanya digunakan dosis 10 mg

b Hyaluronan high molecular weight dan low molecular weight

Diberikan berturut-turut 5 sampai 6 kali dengan interval satu

minggu masing-masing 2 sampai 25 ml Hyaluronan Sediaan di

Indonesia diantaranya adalah Hyalgan dan Osflex

4 Pembedahan

Sebelum diputuskan untuk terapi pembedahan harus dipertimbangkan

terlebih dahulu risiko dan keuntungannya Pertimbangan dilakukan

tindakan operatif bila

28

a Deformitas menimbulkan gangguan mobilisasi

b Nyeri yang tidak dapat teratasi dengan penganan medikamentosa

dan rehabilitatif

Ada 2 tipe terapi pembedahan Realignment osteotomi dan replacement

joint

Macam-macam operasi sendi lutut untuk osteoarthritis

a Partial replacementunicompartemental

b High tibial osteotomy orang muda

c Patella amp condyle resurfacing

d Minimally constrained total replacement stabilitas sendi dilakukan

sebagian oleh ligament asli dan sebagian oleh sendi buatan

e Cinstrained joint fixed hinges dipakai bila ada tulang hilang dan

severe instability

f Total knee replacement apabila didapatkan nyeri deformitas

instability akibat dari rheumatoid atau osteoarthritis

29

Gambar 21 Piramida Penatalaksanaan Osteoartritis

BAB III

DISKUSI DAN PEMBAHASAN

OA adalah penyakit degenerasi kartilago artikuler yang berlangsung secara

perlahan dan ditandai dengan nyeri sendi kekakuan dan keterbatasan gerak yang

berkembang secara progresif Tanda-tanda tersebut ditemukan pada penderita ini

Berdasarkan etiologinya OA diklasifikasikan menjadi dua yaitu OA

primer dan OA sekunder OA primer disebut juga OA idiopatik yaitu OA yang

kausanya tidak diketahui dan tidak ada hubungannya dengan penyakit sistemik

maupun proses perubahan lokal pada sendi OA sekunder adalah OA yang

didasari oleh adanya kelainan endokrin trauma inflamasi metabolik

pertumbuhan herediter jejas mikro dan makro serta imobilisasi yang terlalu lama

faktor mekanik penyakit deposit kalsium penyakit tulang dan sendi lainnya serta

neuropatik endemik Beberapa faktor risiko yang diketahui berhubungan dengan

penyakit OA diantaranya faktor risiko umum yang penting seperti kegemukan

faktor genetik dan jenis kelamin serta beberapa faktor risiko lain seperti usia lebih

dari 40 tahun suku bangsa cedera sendi pekerjaan olahraga kelainan

pertumbuhan kepadatan tulang dan lain-lain Pada penderita ini berdasarkan

30

anamnesis riwayat sosialnya penderita adalah seorang wanita berusia 75 tahun

yang meskipun tidak melakukan pekerjaan yang berat tetapi dirinya tetap

menjalankan pekerjaan rumah tangga (sebelum sakit) yang notabene banyak

menggunakan sendi lutut Selain itu dari pemeriksaan fisik penderita ini juga

mengalami kegemukan Kondisi-kondisi pada penderita ini merupakan faktor

risiko sekunder terjadinya OA Jadi dapat disimpulkan bahwa penyebab OA pada

penderita ini bukan termasuk faktor risiko OA primer

Penderita datang dengan keluhan nyeri pada kedua sendi lutut sejak plusmn 1

tahun SMRS dan puncaknya 2 hari SMRS dimana penderita sudah tidak bisa

berjalan lagi Nyeri sendi merupakan keluhan yang umum terjadi pada penyakit

reumatik seperti artritis gout OA keganasan reumatik septik dan lain

sebagainya Pada penderita ini nyeri terlokalisir pada lutut tanpa adanya nyeri

pada sendi yang lain nyeri bertambah saat melakukan gerakan (seperti berjalan)

dan berkurang apabila beristirahat Tidak ada demam Nyeri tidak menetap

sepanjang hari Nyeri seperti ini biasanya ditemukan pada OA

Penderita juga mengeluh kaku sendi Kaku sendi dirasakan penderita pada

pagi hari Keadaan ini biasanya disebabkan oleh desakan cairan yang berada di

sekitar jaringan yang mengalami inflamasi (kapsul sendi sinovial atau bursa)

Kaku sendi makin nyata pada pagi hari atau setelah istirahat Setelah digerak-

gerakkan cairan akan menyebar dari jaringan yang mengalami inflamasi sehingga

penderita merasa terlepas dari ikatan dan bisa menggerakkan sendinya kembali

Lama kaku sendi pada OA adalah kurang dari 30 menit sedangkan pada AR

minimal satu jam Pada penderita ini kaku sendi juga dirasakan pada pagi hari

selama plusmn 20-30 menit dan menghilang dengan sendirinya bila penderita

menggerakkan kakinya dengan beraktivitas seperti biasa Hal ini sesuai untuk

mendukung keluhan pada penderita OA

Penderita juga mengalami bengkak pada kedua lutut Bengkak dirasakan

oleh penderita sejak 6 bulan SMRS Sendi yang membengkak bisa disebabkan

oleh penonjolan tulang sinovitis efusi dan karena adanya osteofit yang dapat

mengubah permukaan sendi Pada penderita ditemukan osteofit pada pemeriksaan

rontgent

31

29

Pemeriksaan fisik lokalis pada kedua sendi lutut didapatkan pada

inspeksi didapatkan pembesaran bengkak pada kedua sendi lutut dengan tidak

ada perubahan warna kulit Palpasi pada kedua sendi lutut didapatkan nyeri tekan

dan pada perabaan dirasakan hangat Pemeriksaan gerak sendi didapat

keterbatasan gerak fleksi yaitu hanya dapat mengerakkan lutut sebesar 60deg

Hambatan gerak terutama disebabkan oleh adanya remodelling osteofit penebalan

kapsul dan juga adanya efusi Pada auskultasi sendi lutut penderita ditemukan

adanya krepitasi dimana terdengar suara gemeretak ldquokretek-kretekrdquo seperti suara

krupuk yang diremukkan Gejala ini mungkin disebabkan karena gesekan kedua

permukaan tulang sendi yang irregular pada saat sendi digerakkan ataupun secara

pasif dimanipulasi

Pemeriksaan radiologis pada penderita ini didapatkan adanya gambaran

berupa penyempitan sendi dan osteofit pada pinggir sendi Menipisnya rawan

sendi diawali dengan retak dan terbelahnya permukaan sendi di beberapa tempat

yang kemudian menyatu dan disebut sebagai fibrilasi Di lain pihak pada tulang

akan terjadi pula perubahan sebagai reaksi tubuh untuk memperbaiki kerusakan

Perubahan itu adalah penebalan tulang subkondral dan pembentukan osteofit

marginal disusul kemudian dengan perubahan komposisi molekular dan struktur

tulang Penipisan kartilago sendi akibat proses degeneratif memberi gambaran

penyempitan celah sendi yang tidak simetris pada foto polos radiologi Fungsi

kartilago sendi berkurang bahkan menghilang mengakibatkan beban stres di

daerah subkhondral bertambah Beberapa subkhondral tersebut dapat diamati pada

poto polos radiologi berupa pembentukan osteofit sklerotik subkhondral maupun

pembentukan kista subkhondral Pada penderita ini ditemukan adanya

pembentukan osteofit pada condylus lateralis dan medialis os tibio femoralis

Pada OA anamnesa (gejala klinis) pemeriksaan fisik dan pemeriksaan

radiologi sudah dapat menunjang penegakan diagnosis Hasil pemeriksaan

laboratorium pada OA biasanya tidak banyak berguna Darah tepi (Hb Leukosit

dan LED) dalam batas normal kecuali OA generalisata yang harus dibedakan

dengan arthritis peradangan Pada OA yang disertai peradangan mungkin

didapatkan penurunan viskositas pleositosis sedang hingga ringan serta

32

peningkatan ringan sel radang (lt8000m) gt1 Pada penderita ini dilakukan

pemeriksaan laboratorium darah lengkap kimia darah dan urin lengkap karena

pemeriksaan tersebut merupakan pemeriksaan rutin Dari hasil pemeriksaan

laboratorium pada penderita ini tidak ditemukan adanya kelainan

Diagnosis OA sudah bisa ditegakkan secara klinis dengan memakai

kriteria OA yang dibuat oleh Subcommittee American College of Rheumatology

(ACR) Kriteria OA lutut secara klinis laboratorium dan radiologis adalah adanya

nyeri lutut osteofit dan salah satu dari tanda berikut yaitu usia lebih dari 50

tahun kaku sendi kurang dari 30 menit atau adanya krepitus Pada penderita ini

wanita berusia 75 tahun ditemukan memiliki keluhan nyeri kedua sendi lutut

terdapat kaku sendi selama 20-30 menit terdapat krepitus dan pada pemeriksaan

radiologi ditemukan adanya osteofit

Pengelolaan penderita dengan OA bertujuan untuk menghilangkan

keluhan mengoptimalkan fungsi sendi mengurangi ketergantungan dan

meningkatkan kualitas hidup menghambat progresivitas penyakit dan mencegah

komplikasi Pilar terapi OA non farmakologis (edukasi terapi fisik

dietpenurunan berat badan) farmakologis (analgetik kortikosteroid lokal

sistemik kondroprotektif dan biologik) dan pembedahan

Edukasi sangat penting bagi semua pasien OA Dua hal yang menjadi

tujuan edukasi adalah bagaimana mengatasi nyeri dan disabilitas Pemberian

edukasi pada penderita ini sangat penting karena dengan edukasi diharapkan

pengetahuan penderita mengenai penyakit OA menjadi meningkat dan pengobatan

menjadi lebih mudah serta dapat diajak bersama-sama untuk mencegah kerusakan

organ sendi lebih lanjut Edukasi yang diberikan pada penderita ini yaitu

memberikan pengertian bahwa OA adalah penyakit yang kronik sehingga perlu

dipahami bahwa mungkin dalam derajat tertentu akan tetap ada rasa nyeri kaku

dan keterbatasan gerak serta fungsi Selain itu agar rasa nyeri dapat berkurang

maka penderita hendaknya mengurangi aktivitaspekerjaannya sehingga tidak

terlalu banyak menggunakan sendi lutut dan lebih banyak beristirahat Penderita

juga disarankan untuk kembali kontrol sehingga dapat diketahui apakah

33

penyakitnya sudah membaik atau ternyata ada efek samping akibat obat yang

diberikan

Terapi fisik bertujuan untuk melatih penderita agar persendiannya tetap

dapat dipakai dan melatih penderita untuk melindungi sendi yang sakit Pada

penderita ini dianjurkan untuk berolah raga tapi olah raga yang memperberat

sendi sebaiknya dihindari seperti lari atau joging Hal ini dikarenakan dapat

menambah inflamasi meningkatkan tekanan intraartikular bila ada efusi sendi dan

bahkan bisa menyebabkan robekan kapsul sendi Untuk mencegah risiko

terjadinya kecacatan pada sendi sebaiknya dilakukan olah raga peregangan otot

seperti mQuadrisep femoris dengan peregangan otot diharapkan dapat membantu

dalam peningkatan fungsi sendi secara keseluruhan dan mengurangi nyeri Pada

penderita ini disarankan untuk senam lantai 3 kali seminggu dimana pasien

mengambil posisi terlentang sambil meregangkan lututnya dengan cara

mengangkat kaki dan secara perlahan menekuk dan meluruskan lututnya Olah

raga ini sangat mudah dilakukan apalagi mengingat usia penderita yang sudah

mencapai 75 tahun

Diet bertujuan untuk menurunkan berat badan pada penderita OA yang

gemuk Hal ini sebaiknya menjadi program utama pengobatan OA Penurunan

berat badan seringkali dapat mengurangi keluhan dan peradangan Selain itu

obesitas juga dapat meningkatkan risiko progresifitas dari OA Pada penderita ini

disarankan untuk mengurangi berat badan dengan mengatur diet rendah kalori

sampai mungkin mendekati berat badan ideal Dimana prinsipnya adalah

mengurangi kalori yang masuk dibawah energi yang dibutuhkan Penurunan

energi intake yang aman dianjurkan pemberian defisit energi antara 500-1000

kalori perhari sehingga diharapkan akan terjadi pembakaran lemak tubuh dan

penurunan berat badan 05 ndash 1 kg per minggu Biasanya intake energi diberikan

1200-1300 kal per hari dan paling rendah 800 kal per hari Formula yang dapat

digunakan untuk kebutuhan energi berdasarkan berat badan adalah 22kalkgBB

aktualhari dengan cara ini didapatkan defisit energi 1000 kalhari Pada penderita

ini dianjurkan untuk diet 1400 kal perhari agar mencapai BB idealnya yakni

setidaknya mencapai 55 kg Namun cara ini juga memerlukan kehati ndash hatian

34

dikarenakan usia penderita dan daya tahan tubuhnya yang memang sudah tidak

mendukung untuk melakukan usaha diit

Terapi farmakologis pada penderita OA biasanya bersifat simptomatis

Pada tahap awal dapat dicoba analgetik sederhana seperti asetaminofen atau

salisilat Bila tidak ada perbaikan dapat diberikan obat anti inflamasi non steroid

Untuk mengurangi keluhan nyeri pada penderita ini telah diberikan pengobatan

langsung dengan obat anti inflamasi non steroid seperti Na-diklofenak dengan

dosis 3times50 mg tanpa menggunakan obat lini pertama Hal ini dikarenakan keluhan

pada penderita ini sudah cukup berat ditambah pula adanya bengkak dan rasa

hangat di lutut yang tidak hilang dengan obat analgetik sederhana ( seperti yang

biasa dikonsumsi penderita) Na-diklofenak merupakan obat golongan OAINS

COX-1 inhibitor yang non-selektif dimana obat ini diberikan pada penderita

karena tidak terdapat riwayat pernah menderita gangguan gastrointestinal Namun

mengingat usia penderita yang memang sudah lanjut maka penderita juga

diberikan obat pelapis lambung untuk menjaga kondisi saluran pencernaannya Di

sini penderita diberikan obat golongan PPI (Omeprazole 2 x 20 mg) Setelah

dievaluasi beberapa hari ternyata keluhan nyeri dan bengkak pada penderita tidak

kunjung ada perubahan maka ditambahkan pula obat steroid injeksi dimana

pilihannya adalah InjTriamcinolon 1 Amp24 jam (Inj Flamicort) Selain itu

pasien juga dikonsulkan ke spesialis rehabilitasi medis untuk dilakukan

fisioterapi

Terapi pembedahan Terapi ini diberikan apabila terapi farmakologis dan

rehabilitasi tidak berhasil untuk mengurangi rasa sakit dan juga untuk melakukan

koreksi apabila terjadi deformitas yang menimbulkan gangguan mobilisasi sendi

yang mengganggu aktifitas sehari-hari Pada penderita ini tidak sampai dilakukan

terapi pembedahan

35

DAFTAR PUSTAKA

1 Soeroso J Isbagio H Kalim H Broto R Pramudiyo R Osteoartritis In

Sudoyo AW Setiyohadi B Alwi I Simadibrata M Setiati S editors Buku

Ajar Ilmu Penyakit Dalam 4th ed Jakarta Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit

Dalam Fakultas Kedokteran Indonesia 2006 p 1195-201

2 Osteoarthritis Wikipedia The Free Encyclopedia [serial on the internet]

2009 [cited 2009 Sep 1] Available from

httpenwikipediaorgwikiOsteoarthritis

3 Reginster JY The Prevalence and Burden of Osteoarthritis Rheumatology

2002 41 (suppl 1) 3 ndash 6

4 Wibowo Dhidik Tri Kurniawan Yusuf Latifah Tati Gunadi Rachmat

Perancangan dan Implementasi Sistem Bantu Diagnosis Penyakit

Osteoartritis dan Reumatoid Artritis Melalui Deteksi Penyempitan Celah

Sendi pada Citra X-Ray Tangan dan Lutut Dalam Temu Ilmiah

Reumatologi Jakarta 2003 168 ndash 172

5 Konggres Nasional Ikatan Reumatologi Indonesia VI httppemda-

diygoidberita 2005 102140

36

6 Arthritis Research Campaign 2000 Available at

httpwwwarcorgukabout_arthastatshtm

7 Felson DT Zhang Y Hannan MT et al The Incidence and Natural

History of Knee Osteoarthritis in the Elderly The Framingham

Osteoarthritis Study Arthritis Rheumatology 1995 38 1500 ndash 1505

8 Felson DT Zhang Y An Update on the Epidemiology of Knee and Hip

Osteoarthritis with a View to Prevention Arthritis Rheumatology 1998

41 1343 ndash 1355

9 Setiyohadi Bambang Osteoartritis Selayang Pandang Dalam Temu Ilmiah

Reumatologi Jakarta 2003 27 ndash 31

10 Klippel John H Dieppe Paul A Brooks Peter et al Osteoarthritis In

Rheumatology United Kingdom Mosby ndash Year Book Europe Limited

1994 21 ndash 106

11 Abbate L Renner JB Stevens J et al Do Body Composition and Body Fat

Distribution Explain Ethnic Differences in Radiographic Knee

Osteoarthritis Outcomes in African -American and Caucasian Women The

North American Association for the Study of Obesity 2006 14 1274 ndash

1281

12 Amin Niu Jingbo Hunter David et al Smoking Worsens Knee

Osteoarthritis News Center Oklahoma City Oklahoma USA 2006 1 ndash 4

13 McAlindon Timothy E Felson David T Zhang Yuqing et al Relation of

Dietary Intake and Serum Levels of Vitamin D to Progression of

Osteoarthritis of the Knee Among Participants in the Framingham Study

14 Englund M and Lohmander LS Patellofemoral Osteoarthritis Coexistent

with Tibiofemoral Osteoarthritis in a Meniscectomy Population Annals of

the Rheumatic Diseases 2005 64 1721 ndash 1726

15 Carter MA Osteoartritis In Price SA Wilson LM Patofisiologi konsep

klinis proses-proses penyakit 6th ed Jakarta EGC 2006 p 1380-4

16 Altman RD Criteria for the Classification of Osteoarthritis Journal of

Rheumatology 1991 27 (suppl) 10 ndash 12

37

17 Milne AD Evans NA Stanish WD Nonoperative Management of Knee

Osteoarthritis In Hartono IM Studi komparasi antara WOMAC index

dengan Kellgren-Lawrence grading system pada penderita osteoarthritis

genu [PPDS1 thesis] Semarang Medical Faculty Diponegoro University

2007 p 12

18 Haq I Murphy E Dacre J Osteoarthritis Review Postgrad Med J 2003

79 377 ndash 383

19 Anonim [1986] Criteria for classification of idiopathic osteoarthtritis (OA)

of the knee American College of Rheumatology [serial on the internet]

2010 [cited 2010 Jan 20] Available from

httpwwwrheumatologyorgpublicationsclassificationoakneeasp

aud=mem

38

  • BAB I
  • ILUSTRASI KASUS
  • 1 Pemeriksaan EKG
  • X ndash Ray Pelvis AP
  • BAB III
  • DISKUSI DAN PEMBAHASAN
Page 13: laporan kasus osteoartritis

X ndash Ray Pelvis AP

13

Kesan

Lesi opak pada cavum pelvis suspek massa DD vesikolitiasis ( usul

USG abdomen )

Tak tampak fraktur maupun dislokasi

V ASSESMENT DIAGNOSIS KERJA DAN DIAGNOSIS BANDING

1 Osteoartritis Genu Dextra et Sinistra

2 Hipertensi stage I

3 Ischemia Hearth Disease

Daftar masalah Problem AssesmentPlanning Diagnosa

Plannning Terapi (IGD)Planning

Monitoring

75 tahun Kedua kaki nyeri tidak bisa jalan (+) tidak bisa ditekuk (+) kaku riwjatuh (-)

Pmx Fisik Genu D et S ada deformitas (+) bengkak(+) krepitasi (+)

Foto x-ray genu osteoarthritis osteofit sendi genu D et S

-Deformitas Sendi-Proses Degeneratif

Osteoartritis Genu Dextra et Sinistra

- X-ray genu Dekstra et Sinistra

- Pmx Cairan synovial sendi genu

Non Farmakologi- A-B-C management ( infRL 20tpm)- Edukasi pasien- Terapi Fisik latihan gerak sendi- Fisioterapi-Penurunan berat badanFarmakologi- Inj Ranitidin 1 Amp12j- Inj Ketorolac 30mg (E)po Natrium Diklofenak 2x1 Analsik 2x1 Vit BC 1x1

-Tanda dan gejala Klinis

- TD 150100 mmHg

Gangguan hemo -dinamik

Hipertensi stage I

- EKG Foto Thorax

Non Farmakologi- Diet rendah garamFarmakologi

- Cek ulang Tekanan Darah

14

Fungsi Ginjal

- Captopril 2 x 25mg (po)- Amlodipin 1x10mg (po)

EKG Gelombang T inverted di Lead II III aVF dan V1 ndash V3

-Ateroskle- rosis-Hipoksia vaskuler

Ischemia Hearth Disease

-Cek Profil Lipid Asam Urat Enzim Jantung

Non Farmakologi-Tirah baring- O2 3-4lpmFarmakologi-ISDN 3x5mg

-Cek EKG serial 4 jam

VI POMR (Problem Oriented Medical Record)

VII FOLLOW UP

Tanggal Subjektif dan Objektif Penatalaksanaan03022014 S kaki masih nyeri jika digerakkan (+)

pegel (+) masih belum bisa berjalan pusing (-) sesak (-)KU Kesadaran Sedang composmentisVS TD 170100 mmHg RR 18 kali menit N 88 kali menit T 370CVAS 7Bengkak (+) eritem (-) ROM terbatasEKG T inverted Lead IIIII aVF amp V1-V3

O2 3lpmIVFD RL 20 tpm Captopril 3x25mgHCT 2x50mgAmlodipin 1x10mgAnalsik 3x1Natrium Diklofenak 3x1ISDN 3x5mg

15

04022014 S kaki masih nyeri jika digerakkan ditekuk (+) pasien tetap masih belum bisa duduk maupun berjalan sesak(-) pusing(-)KU Kesadaran Sedang composmentisVS TD 130100 mmHg RR 18 kali menit N 76 kali menit T 3730CVAS 7Bengkak (+) eritem (-) ROM terbatas

O2 3lpmIVFD RL 20 tpm Captopril 3x25mgHCT 2x50mgAmlodipin 1x10mgAnalsik 3x1Natrium Diklofenak 3x1ISDN 3x5mg(+) Inj Flamicort 1 Amp Omeprazole 2x1

05022014 S kaki masih nyeri jika digerakkan (+) namun pasien sudah bisa tidur miring sambil menekuk lututnya pegel (+) masih belum bisa berjalan (+)KU Kesadaran Sedang composmentisVS TD 150100 mmHg RR 18 kali menit N 86 kali menit T 370CVAS 5Bengkak (+) eritem (-) ROM terbatas

O2 3lpmIVFD RL 20 tpm Captopril 3x25mgHCT 2x50mgAmlodipin 1x10mgAnalsik 3x1Natrium Diklofenak 3x1ISDN 3x5mg(+) Inj Flamicort 1 Amp Omeprazole 2x1Co SpRM untuk Fisioterapi

pasien sudah difisioterapi (IR)06022014 S kaki masih nyeri jika digerakkan (+)

ditambah keluhan nyeri pinggang keluhan pusing sesak mual muntah disangkalKU Kesadaran Sedang composmentisVS TD 200100 mmHg RR 20 kali menit N 88 kali menit T 3630CVAS 7Bengkak (+) eritem (-) ROM terbatas

O2 3lpmIVFD RL 20 tpm Inj Flamicort 1 AmpCaptopril 3x25mgHCT 2x50mgAmlodipin 1x10mgAnalsik 3x1Natrium Diklofenak 3x1ISDN 3x5mgOmeprazole 2x1

Fisioterapi masih dilanjutkan

16

07022014 S kaki masih nyeri tapi lebih jarang pasien sudah bisa setengah duduk namun tetap dibantu keluarga sesak (-) pusing (sedikit) makan minum (+) sedikit - sedikitKU Kesadaran Sedang composmentisVS TD 200100 mmHg RR 18 kali menit N 76 kali menit T 370CVAS 5Bengkak (+) eritem (-) ROM terbatas

Pasien dan keluarga APS pulang karena persoalan biaya terapi pulang

Captopril 3x25mgHCT 2x50mgAmlodipin 1x10mgAnalsik 3x1Natrium Diklofenak 3x1ISDN 3x5mgOmeprazole 2x1(+) Clonidin 3x1 tab

VIIIPROGNOSIS

Qua ad vitam Dubia ad bonam

Qua ad functionam Dubia ad malam

Qua ad sanationam Dubia ad malam

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

IDefinisi

Osteoarthritis (OA dikenal juga sebagai arthritis degeneratif penyakit

degeneratif sendi) merupakan penyakit sendi degeneratif yang mengenai

sendi-sendi penumpu berat badan dengan gambaran patologis yang berupa

kerusakan kartilago sendi dimana terjadi proses degradasi interaktif sendi

17

yang kompleks terdiri dari proses perbaikan pada kartilago tulang dan

sinovium diikuti komponen sekunder proses inflamasi12

II Epidemiologi

Osteoartritis merupakan penyakit sendi yang paling banyak ditemukan di

dunia termasuk di Indonesia Bahkan sejak tahun 2001 hingga 2010

dicanangkan sebagai dekade penyakit tulang dan sendi di seluruh dunia5

Penyakit ini menempati urutan kedua setelah penyakit kardiovaskuler sebagai

penyebab ketidakmampuan fisik Di Inggris dan Wales sekitar 13 hingga

175 juta orang mengalami gejala OA Di Amerika 1 dari 7 penduduk

menderita OA34

Di Australia pada tahun 2002 diperkirakan biaya nasional untuk OA

sebesar 1 dari GNP yaitu mencapai $Aus 2700orangtahun4 Di Indonesia

sendiri prevalensi total OA sebanyak 343 juta orang pada tahun 2002 dan

mencapai 365 juta orang pada tahun 2007 Diperkirakan 1 sampai 2 juta

orang lanjut usia di Indonesia menderita cacat karena osteoarthritis Pada

beberapa penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan terjadinya

osteoarthritis pada obesitas dan sendi penahan beban tubuh5 Dari sekian

banyak sendi yang dapat terserang OA lutut merupakan sendi yang paling

sering dijumpai terserang OA Data Arthritis Research Campaign

menunjukkan bahwa lebih dari 550 ribu orang di Inggris menderita OA lutut

yang parah dan lebih dari 80 ribu operasi replacement sendi lutut dilakukan di

Inggris pada tahun 2000 dengan biaya 405 juta Poundsterling6

III Patofisiologi Osteoartritis

Terjadinya OA tidak lepas dari banyak persendian yang ada di dalam

tubuh manusia Sebanyak 230 sendi menghubungkan 206 tulang yang

memungkinkan terjadinya gesekan Untuk melindungi tulang dari gesekan di

dalam tubuh ada tulang rawan Namun karena berbagai faktor risiko yang ada

maka terjadi erosi pada tulang rawan dan berkurangnya cairan pada sendi

Tulang rawan sendiri berfungsi untuk meredam getar antar tulang Tulang

rawan terdiri atas jaringan lunak kolagen yang berfungsi untuk menguatkan

18

17

sendi proteoglikan yang membuat jaringan tersebut elastis dan air (70

bagian) yang menjadi bantalan pelumas dan pemberi nutrisi910

Kondrosit adalah sel yang tugasnya membentuk proteoglikan dan

kolagen pada rawan sendi Osteoartritis terjadi akibat kondrosit gagal

mensintesis matriks yang berkualitas dan memelihara keseimbangan antara

degradasi dan sintesis matriks ekstraseluler termasuk produksi kolagen tipe I

III VI dan X yang berlebihan dan sintesis proteoglikan yang pendek Hal

tersebut menyebabkan terjadi perubahan pada diameter dan orientasi dari serat

kolagen yang mengubah biomekanik dari tulang rawan sehingga tulang rawan

sendi kehilangan sifat kompresibilitasnya yang unik9

Selain kondrosit sinoviosit juga berperan pada patogenesis OA

terutama setelah terjadi sinovitis yang menyebabkan nyeri dan perasaan tidak

nyaman Sinoviosit yang mengalami peradangan akan menghasilkan Matrix

Metalloproteinases (MMPs) dan berbagai sitokin yang akan dilepaskan ke

dalam rongga sendi dan merusak matriks rawan sendi serta mengaktifkan

kondrosit Pada akhirnya tulang subkondral juga akan ikut berperan dimana

osteoblas akan terangsang dan menghasilkan enzim proteolitik 910

Agrekanase merupakan enzim yang akan memecah proteoglikan di

dalam matriks rawan sendi yang disebut agrekan Ada dua tipe agrekanase

yaitu agrekanase 1 (ADAMTs-4) dan agrekanase 2 (ADAMTs-11) MMPs

diproduksi oleh kondrosit kemudian diaktifkan melalui kaskade yang

melibatkan proteinase serin (aktivator plasminogen plamsinogen plasmin)

radikal bebas dan beberapa MMPs tipe membran Kaskade enzimatik ini

dikontrol oleh berbagai inhibitor termasuk TIMPs dan inhibitor aktifator

plasminogen Enzim lain yang turut berperan merusak kolagen tipe II dan

proteoglikan adalah katepsin yang bekerja pada pH rendah termasuk

proteinase aspartat (katepsin D) dan proteinase sistein (katepsin B H K L

dan S) yang disimpam di dalam lisosom kondrosit Hialuronidase tidak

terdapat di dalam rawan sendi tetapi glikosidase lain turut berperan merusak

proteoglikan10

19

Berbagai sitokin turut berperan merangsang kondrosit dalam

menghasilkan enzim perusak rawan sendi Sitokin-sitokin pro-inflamasi akan

melekat pada reseptor di permukaan kondrosit dan sinoviosit dan

menyebabkan transkripsi gene MMP sehingga produksi enzim tersebut

meningkat Sitokin yang terpenting adalah IL-1 selain sebagai sitokin

pengatur (IL-6 IL-8 LIFI) dan sitokin inhibitor (IL-4 IL-10 IL-13 dan IFN-

γ) Sitokin inhibitor ini bersama IL-Ira dapat menghambat sekresi berbagai

MMPs dan meningkatkan sekresi TIMPs Selain itu IL-4 dan IL-13 juga

dapat melawan efek metabolik IL-1 IL-1 juga berperan menurunkan sintesis

kolagen tipe II dan IX dan meningkatkan sintesis kolagen tipe I dan III

sehingga menghasilkan matriks rawan sendi yang berkualitas buruk 910

IV Klasifikasi Osteoartritis

OA dapat terjadi secara primer (idiopatik) maupun sekunder seperti

yang tercantum di bawah ini 19

IDIOPATIK SEKUNDER

20

SetempatTangan- nodus Heberden dan Bouchard (nodal)- artritis erosif interfalang- karpal-metakarpal IKaki - haluks valgus- haluks rigidus- jari kontraktur (hammercock-up toes)- talonavikulareCoxae- eksentrik (superior)- konsentrik (aksial medial)- difus (koksa senilis)Vertebra- sendi apofiseal- sendi intervertebral- spondilosis (osteofit)- ligamentum (hiperostosis penyakit Forestier diffuse idiopathic skeletal hyperostosis=DISH)Tempat lainnya- glenohumeral- akromioklavikular- tibiotalar- sakroiliaka- temporomandibularMenyeluruhMeliputi 3 atau lebih daerah yang tersebut diatas (Kellgren-Moore)

Traumaminus akutminus kronik (okupasional port)Kongenital atau developmentalGangguan setempatminus Penyakit Leg-Calve-Perthesminus Dislokasi koksa kongenitalminus Slipped epiphysisFaktor mekanikminus Panjang tungkai tidak samaminus Deformitas valgus varusminus Sindroma hipermobilitasMetabolikminus Okronosis (alkaptonuria)minus Hemokromatosisminus Penyakit Wilsonminus Penyakit GaucherEndokrinminus Akromegaliminus Hiperparatiroidismeminus Diabetes melitusminus Obesitasminus HipotiroidismePenyakit Deposit Kalsiumminus Deposit kalsium pirofosfat dihidratminus Artropati hidroksiapatitPenyakit Tulang dan Sendi lainnya Setempatminus FrakturminusNekrosis avaskular

Tabel 21 Osteoartritis Idiopatik dan Sekunder

V Manifestasi Klinis 15

1 Nyeri sendi

Terutama bila sendi bergerak atau menanggung beban yang akan

berkurang bila penderita beristirahat

21

2 Kaku pada pagi hari (morning stiffness)

Kekakuan pada sendi yang terserang terjadi setelah imobilisasi yang

cukup lama (gel phenomenon) bahkan sering disebutkan kaku muncul

pada pagi hari setelah bangun tidur (morning stiffness)

3 Hambatan pergerakan sendi

Hambatan pergerakan sendi ini bersifat progresif lambat bertambah

berat secara perlahan sejalan dengan bertambahnya nyeri pada sendi

4 Krepitasi

Rasa gemeretak (seringkali sampai terdengar) yang terjadi pada sendi

yang sakit

5 Perubahan bentuk sendi

Sendi yang mengalami osteoarthritis biasanya mengalami perubahan

berupa perubahan bentuk dan penyempitan pada celah sendi

6 Perubahan gaya berjalan

Hal yang paling meresahkan pasien adalah perubahan gaya berjalan

hampir semua pasien osteoarthritis pada pergelangan kaki lutut dan

panggul mengalami perubahan gaya berjalan (pincang)

VI Faktor Risiko Osteoartritis Lutut (Genu)

Secara garis besar terdapat dua pembagian faktor risiko OA lutut yaitu

faktor predisposisi dan faktor biomekanis

1 Faktor Predisposisi

a Faktor Demografi

1) Umur

Dari semua faktor risiko untuk timbulnya osteoartritis faktor

ketuaan adalah yang terkuat Proses penuaan dianggap sebagai

penyebab peningkatan kelemahan di sekitar sendi penurunan

kelenturan sendi kalsifikasi tulang rawan dan menurunkan

fungsi kondrosit yang semuanya mendukung terjadinya OA

Studi Framingham menunjukkan bahwa 27 orang berusia 63 ndash

22

70 tahun memiliki bukti radiografik menderita OA lutut yang

meningkat mencapai 40 pada usia 80 tahun atau lebih7

2) Jenis kelamin

Prevalensi OA pada laki-laki sebelum usia 50 tahun lebih tinggi

dibandingkan perempuan tetapi setelah usia lebih dari 50 tahun

prevalensi perempuan lebih tinggi menderita OA dibandingkan

laki-laki Hal ini dikaitkan dengan pengurangan hormon

estrogen yang signifikan pada wanita8

3) Ras Etnis

Prevalensi OA lutut pada penderita di negara Eropa dan

Amerika tidak berbeda sedangkan suatu penelitian

membuktikan bahwa ras Afrika ndash Amerika memiliki risiko

menderita OA lutut 2 kali lebih besar dibandingkan ras

Kaukasia Penduduk Asia juga memiliki risiko menderita OA

lutut lebih tinggi dibandingkan Kaukasia1011 Suatu studi lain

menyimpulkan bahwa populasi kulit berwarna lebih banyak

terserang OA dibandingkan kulit putih9

b Faktor Genetik

Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoartritis Adanya

mutasi dalam gen prokolagen atau gen-gen struktural lain untuk

unsur-unsur tulang rawan sendi seperti kolagen proteoglikan

berperan dalam timbulnya kecenderungan familial pada

osteoartritis10

c Faktor Gaya Hidup

1) Kebiasaan Merokok

Merokok dapat merusak sel dan menghambat proliferasi sel

tulang rawan sendi

Merokok dapat meningkatkan tekanan oksidan yang

mempengaruhi hilangnya tulang rawan

23

Merokok dapat meningkatkan kandungan karbonmonoksida

dalam darah menyebabkan jaringan kekurangan oksigen

dan dapat menghambat pembentukan tulang rawan12

2) Konsumsi Vitamin D

Orang yang tidak biasa mengkonsumsi makanan yang

mengandung vitamin D memiliki peningkatan risiko 3 kali lipat

menderita OA lutut13

d Faktor Metabolik

1) Obesitas

Berat badan yang berlebih ternyata dapat meningkatkan tekanan

mekanik pada sendi penahan beban tubuh dan lebih sering

menyebabkan osteoartritis lutut7

2) Osteoporosis

Hubungan antara OA lutut dan osteoporosis mendukung teori

bahwa gerakan mekanis yang abnormal tulang akan

mempercepat kerusakan tulang rawan sendi10

3) Penyakit Lain

OA lutut terbukti berhubungan dengan diabetes mellitus

hipertensi dan hiperurikemi dengan catatan pasien tidak

mengalami obesitas10

4) Histerktomi

Hal ini diduga berkaitan dengan pengurangan produksi hormon

estrogen setelah dilakukan pengangkatan rahim 10

5) Manisektomi

Menisektomi merupakan operasi yang dilakukan di daerah lutut

dan telah diidentifikasi sebagai faktor risiko penting bagi OA

lutut Hal ini berkaitan dengan hilangnya jaringan meniscus14

2 Faktor Biomekanis

a Riwayat Trauma Lutut

24

Trauma lutut yang akut termasuk robekan pada ligamentum

krusiatum dan meniskus merupakan faktor risiko timbulnya OA

lutut9

b Kelainan Anatomis

Faktor risiko timbulnya OA lutut antara lain kelainan lokal pada

sendi lutut seperti genu varum genu valgus Legg ndash Calve ndashPerthes

disease dan displasia asetabulum10

c Pekerjaan

Osteoartritis banyak ditemukan pada pekerja fisik berat terutama

yang banyak menggunakan kekuatan yang bertumpu pada lutut

(petani kuli dll)9

d Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik berat seperti berdiri lama (2 jam atau lebih setiap

hari) berjalan jarak jauh (2 jam atau lebih setiap hari) mengangkat

barang berat (10 kg ndash 50 kg selama 10 kali atau lebih setiap

minggu) mendorong objek yang berat (10 kg ndash 50 kg selama 10

kali atau lebih setiap minggu) naik turun tangga setiap hari

merupakan faktor risiko OA lutut 9

e Kebiasaan Olahraga

Atlit olah raga benturan keras dan membebani lutut seperti sepak

bola lari maraton dan kung fu memiliki risiko meningkat untuk

menderita OA lutut10

VII Kriteria Diagnosis Osteoartritis Lutut (Genu)

25

Kriteria diagnosis OA lutut menggunakan kriteria klasifikasi American

College of Rheumatology seperti tercantum pada tabel berikut ini 16

Tabel 22 Kriteria Klasifikasi Osteoartritis Lutut

Derajat osteoartritis lutut dinilai menjadi lima derajat oleh Kellgren dan

Lawrence yaitu 17

- Derajat 0 tidak ada gambaran osteoartritis

- Derajat 1 osteoartritis meragukan dengan gambaran sendi normal tetapi

terdapat osteofit minimal

- Derajat 2 osteoartritis minimal dengan osteofit pada 2 tempat tidak terdapat

sklerosis dan kista subkondral serta celah sendi baik

- Derajat 3 osteoartritis moderat dengan osteofit moderat deformitas ujung

tulang dan celah sendi sempit

- Derajat 4 osteoartritis berat dengan osteofit besar deformitas ujung tulang

celah sendi hilang serta adanyasklerosis dan kista subkondral

26

VIIIPenatalaksanaan Osteoarthritis

Tujuan penatalaksanaan pasien dengan osteoarthritis adalah18

1 Meredakan nyeri

2 Mengoptimalkan fungsi sendi

3 Mengurangi ketergantungan kepada orang lain dan meningkatkan

kualitas hidup

4 Menghambat progresivitas penyakit

5 Mencegah terjadinya komplikasi

Pilar terapi pada pasien dengan osteoarthritis yaitu

Nonfarmakologis

1 Modifikasi pola hidup

2 Edukasi

3 Istirahat teratur yang bertujuan mengurangi penggunaan beban pada

sendi

4 Modifikasi aktivitas

5 Menurunkan berat badan

6 Rehabilitasi medik fisioterapi

a Latihan statis dan memperkuat otot-otot

b Fisioterapi yang berguna untuk mengurangi nyeri menguatkan otot

dan menambah luas pergerakan sendi

7 Penggunaan alat bantu

Farmakologis

1 Sistemik

a Analgetik

Non narkotik parasetamol

Opioid (kodein tramadol)

b Antiinflamasi nonsteroid (NSAIDs)

Oral

Injeksi

Suppositoria

27

c DMOADs (disease modifying OA drugs)

Diantara nutraceutical yang saat ini tersedia di Indonesia adalah

Glucosamine sulfate dan Chondroitine sulfate

2 Topikal

a Krim rubefacients dan capsaicin

Beberapa sediaan telah tersedia di Indonesia dengan cara kerja pada

umumnya bersifat counter irritant

b Krim NSAIDs

Beberapa yang dapat digunakan adalah gel piroxicam dan sodium

diklofenak

3 Injeksi intraartikularintra lesi

Pada dasarnya ada 2 indikasi suntikan intra artikular yakni penanganan

simtomatik dengan steroid dan viskosuplementasi dengan hyaluronan

untuk modifikasi perjalanan penyakit Beberapa preparat injeksi

intraartikular diantaranya

a Steroid ( triamsinolone hexacetonide dan methyl prednisolone )

Hanya diberikan jika ada satu atau dua sendi yang mengalami

nyeri dan inflamasi yang kurang responsif terhadap pemberian

NSAIDs tak dapat mentolerir NSAIDs atau ada komorbiditas yang

merupakan kontra indikasi terhadap pemberian NSAIDs

Dosis untuk sendi besar seperti lutut 40-50 mginjeksi

sedangkan untuk sendi-sendi kecil biasanya digunakan dosis 10 mg

b Hyaluronan high molecular weight dan low molecular weight

Diberikan berturut-turut 5 sampai 6 kali dengan interval satu

minggu masing-masing 2 sampai 25 ml Hyaluronan Sediaan di

Indonesia diantaranya adalah Hyalgan dan Osflex

4 Pembedahan

Sebelum diputuskan untuk terapi pembedahan harus dipertimbangkan

terlebih dahulu risiko dan keuntungannya Pertimbangan dilakukan

tindakan operatif bila

28

a Deformitas menimbulkan gangguan mobilisasi

b Nyeri yang tidak dapat teratasi dengan penganan medikamentosa

dan rehabilitatif

Ada 2 tipe terapi pembedahan Realignment osteotomi dan replacement

joint

Macam-macam operasi sendi lutut untuk osteoarthritis

a Partial replacementunicompartemental

b High tibial osteotomy orang muda

c Patella amp condyle resurfacing

d Minimally constrained total replacement stabilitas sendi dilakukan

sebagian oleh ligament asli dan sebagian oleh sendi buatan

e Cinstrained joint fixed hinges dipakai bila ada tulang hilang dan

severe instability

f Total knee replacement apabila didapatkan nyeri deformitas

instability akibat dari rheumatoid atau osteoarthritis

29

Gambar 21 Piramida Penatalaksanaan Osteoartritis

BAB III

DISKUSI DAN PEMBAHASAN

OA adalah penyakit degenerasi kartilago artikuler yang berlangsung secara

perlahan dan ditandai dengan nyeri sendi kekakuan dan keterbatasan gerak yang

berkembang secara progresif Tanda-tanda tersebut ditemukan pada penderita ini

Berdasarkan etiologinya OA diklasifikasikan menjadi dua yaitu OA

primer dan OA sekunder OA primer disebut juga OA idiopatik yaitu OA yang

kausanya tidak diketahui dan tidak ada hubungannya dengan penyakit sistemik

maupun proses perubahan lokal pada sendi OA sekunder adalah OA yang

didasari oleh adanya kelainan endokrin trauma inflamasi metabolik

pertumbuhan herediter jejas mikro dan makro serta imobilisasi yang terlalu lama

faktor mekanik penyakit deposit kalsium penyakit tulang dan sendi lainnya serta

neuropatik endemik Beberapa faktor risiko yang diketahui berhubungan dengan

penyakit OA diantaranya faktor risiko umum yang penting seperti kegemukan

faktor genetik dan jenis kelamin serta beberapa faktor risiko lain seperti usia lebih

dari 40 tahun suku bangsa cedera sendi pekerjaan olahraga kelainan

pertumbuhan kepadatan tulang dan lain-lain Pada penderita ini berdasarkan

30

anamnesis riwayat sosialnya penderita adalah seorang wanita berusia 75 tahun

yang meskipun tidak melakukan pekerjaan yang berat tetapi dirinya tetap

menjalankan pekerjaan rumah tangga (sebelum sakit) yang notabene banyak

menggunakan sendi lutut Selain itu dari pemeriksaan fisik penderita ini juga

mengalami kegemukan Kondisi-kondisi pada penderita ini merupakan faktor

risiko sekunder terjadinya OA Jadi dapat disimpulkan bahwa penyebab OA pada

penderita ini bukan termasuk faktor risiko OA primer

Penderita datang dengan keluhan nyeri pada kedua sendi lutut sejak plusmn 1

tahun SMRS dan puncaknya 2 hari SMRS dimana penderita sudah tidak bisa

berjalan lagi Nyeri sendi merupakan keluhan yang umum terjadi pada penyakit

reumatik seperti artritis gout OA keganasan reumatik septik dan lain

sebagainya Pada penderita ini nyeri terlokalisir pada lutut tanpa adanya nyeri

pada sendi yang lain nyeri bertambah saat melakukan gerakan (seperti berjalan)

dan berkurang apabila beristirahat Tidak ada demam Nyeri tidak menetap

sepanjang hari Nyeri seperti ini biasanya ditemukan pada OA

Penderita juga mengeluh kaku sendi Kaku sendi dirasakan penderita pada

pagi hari Keadaan ini biasanya disebabkan oleh desakan cairan yang berada di

sekitar jaringan yang mengalami inflamasi (kapsul sendi sinovial atau bursa)

Kaku sendi makin nyata pada pagi hari atau setelah istirahat Setelah digerak-

gerakkan cairan akan menyebar dari jaringan yang mengalami inflamasi sehingga

penderita merasa terlepas dari ikatan dan bisa menggerakkan sendinya kembali

Lama kaku sendi pada OA adalah kurang dari 30 menit sedangkan pada AR

minimal satu jam Pada penderita ini kaku sendi juga dirasakan pada pagi hari

selama plusmn 20-30 menit dan menghilang dengan sendirinya bila penderita

menggerakkan kakinya dengan beraktivitas seperti biasa Hal ini sesuai untuk

mendukung keluhan pada penderita OA

Penderita juga mengalami bengkak pada kedua lutut Bengkak dirasakan

oleh penderita sejak 6 bulan SMRS Sendi yang membengkak bisa disebabkan

oleh penonjolan tulang sinovitis efusi dan karena adanya osteofit yang dapat

mengubah permukaan sendi Pada penderita ditemukan osteofit pada pemeriksaan

rontgent

31

29

Pemeriksaan fisik lokalis pada kedua sendi lutut didapatkan pada

inspeksi didapatkan pembesaran bengkak pada kedua sendi lutut dengan tidak

ada perubahan warna kulit Palpasi pada kedua sendi lutut didapatkan nyeri tekan

dan pada perabaan dirasakan hangat Pemeriksaan gerak sendi didapat

keterbatasan gerak fleksi yaitu hanya dapat mengerakkan lutut sebesar 60deg

Hambatan gerak terutama disebabkan oleh adanya remodelling osteofit penebalan

kapsul dan juga adanya efusi Pada auskultasi sendi lutut penderita ditemukan

adanya krepitasi dimana terdengar suara gemeretak ldquokretek-kretekrdquo seperti suara

krupuk yang diremukkan Gejala ini mungkin disebabkan karena gesekan kedua

permukaan tulang sendi yang irregular pada saat sendi digerakkan ataupun secara

pasif dimanipulasi

Pemeriksaan radiologis pada penderita ini didapatkan adanya gambaran

berupa penyempitan sendi dan osteofit pada pinggir sendi Menipisnya rawan

sendi diawali dengan retak dan terbelahnya permukaan sendi di beberapa tempat

yang kemudian menyatu dan disebut sebagai fibrilasi Di lain pihak pada tulang

akan terjadi pula perubahan sebagai reaksi tubuh untuk memperbaiki kerusakan

Perubahan itu adalah penebalan tulang subkondral dan pembentukan osteofit

marginal disusul kemudian dengan perubahan komposisi molekular dan struktur

tulang Penipisan kartilago sendi akibat proses degeneratif memberi gambaran

penyempitan celah sendi yang tidak simetris pada foto polos radiologi Fungsi

kartilago sendi berkurang bahkan menghilang mengakibatkan beban stres di

daerah subkhondral bertambah Beberapa subkhondral tersebut dapat diamati pada

poto polos radiologi berupa pembentukan osteofit sklerotik subkhondral maupun

pembentukan kista subkhondral Pada penderita ini ditemukan adanya

pembentukan osteofit pada condylus lateralis dan medialis os tibio femoralis

Pada OA anamnesa (gejala klinis) pemeriksaan fisik dan pemeriksaan

radiologi sudah dapat menunjang penegakan diagnosis Hasil pemeriksaan

laboratorium pada OA biasanya tidak banyak berguna Darah tepi (Hb Leukosit

dan LED) dalam batas normal kecuali OA generalisata yang harus dibedakan

dengan arthritis peradangan Pada OA yang disertai peradangan mungkin

didapatkan penurunan viskositas pleositosis sedang hingga ringan serta

32

peningkatan ringan sel radang (lt8000m) gt1 Pada penderita ini dilakukan

pemeriksaan laboratorium darah lengkap kimia darah dan urin lengkap karena

pemeriksaan tersebut merupakan pemeriksaan rutin Dari hasil pemeriksaan

laboratorium pada penderita ini tidak ditemukan adanya kelainan

Diagnosis OA sudah bisa ditegakkan secara klinis dengan memakai

kriteria OA yang dibuat oleh Subcommittee American College of Rheumatology

(ACR) Kriteria OA lutut secara klinis laboratorium dan radiologis adalah adanya

nyeri lutut osteofit dan salah satu dari tanda berikut yaitu usia lebih dari 50

tahun kaku sendi kurang dari 30 menit atau adanya krepitus Pada penderita ini

wanita berusia 75 tahun ditemukan memiliki keluhan nyeri kedua sendi lutut

terdapat kaku sendi selama 20-30 menit terdapat krepitus dan pada pemeriksaan

radiologi ditemukan adanya osteofit

Pengelolaan penderita dengan OA bertujuan untuk menghilangkan

keluhan mengoptimalkan fungsi sendi mengurangi ketergantungan dan

meningkatkan kualitas hidup menghambat progresivitas penyakit dan mencegah

komplikasi Pilar terapi OA non farmakologis (edukasi terapi fisik

dietpenurunan berat badan) farmakologis (analgetik kortikosteroid lokal

sistemik kondroprotektif dan biologik) dan pembedahan

Edukasi sangat penting bagi semua pasien OA Dua hal yang menjadi

tujuan edukasi adalah bagaimana mengatasi nyeri dan disabilitas Pemberian

edukasi pada penderita ini sangat penting karena dengan edukasi diharapkan

pengetahuan penderita mengenai penyakit OA menjadi meningkat dan pengobatan

menjadi lebih mudah serta dapat diajak bersama-sama untuk mencegah kerusakan

organ sendi lebih lanjut Edukasi yang diberikan pada penderita ini yaitu

memberikan pengertian bahwa OA adalah penyakit yang kronik sehingga perlu

dipahami bahwa mungkin dalam derajat tertentu akan tetap ada rasa nyeri kaku

dan keterbatasan gerak serta fungsi Selain itu agar rasa nyeri dapat berkurang

maka penderita hendaknya mengurangi aktivitaspekerjaannya sehingga tidak

terlalu banyak menggunakan sendi lutut dan lebih banyak beristirahat Penderita

juga disarankan untuk kembali kontrol sehingga dapat diketahui apakah

33

penyakitnya sudah membaik atau ternyata ada efek samping akibat obat yang

diberikan

Terapi fisik bertujuan untuk melatih penderita agar persendiannya tetap

dapat dipakai dan melatih penderita untuk melindungi sendi yang sakit Pada

penderita ini dianjurkan untuk berolah raga tapi olah raga yang memperberat

sendi sebaiknya dihindari seperti lari atau joging Hal ini dikarenakan dapat

menambah inflamasi meningkatkan tekanan intraartikular bila ada efusi sendi dan

bahkan bisa menyebabkan robekan kapsul sendi Untuk mencegah risiko

terjadinya kecacatan pada sendi sebaiknya dilakukan olah raga peregangan otot

seperti mQuadrisep femoris dengan peregangan otot diharapkan dapat membantu

dalam peningkatan fungsi sendi secara keseluruhan dan mengurangi nyeri Pada

penderita ini disarankan untuk senam lantai 3 kali seminggu dimana pasien

mengambil posisi terlentang sambil meregangkan lututnya dengan cara

mengangkat kaki dan secara perlahan menekuk dan meluruskan lututnya Olah

raga ini sangat mudah dilakukan apalagi mengingat usia penderita yang sudah

mencapai 75 tahun

Diet bertujuan untuk menurunkan berat badan pada penderita OA yang

gemuk Hal ini sebaiknya menjadi program utama pengobatan OA Penurunan

berat badan seringkali dapat mengurangi keluhan dan peradangan Selain itu

obesitas juga dapat meningkatkan risiko progresifitas dari OA Pada penderita ini

disarankan untuk mengurangi berat badan dengan mengatur diet rendah kalori

sampai mungkin mendekati berat badan ideal Dimana prinsipnya adalah

mengurangi kalori yang masuk dibawah energi yang dibutuhkan Penurunan

energi intake yang aman dianjurkan pemberian defisit energi antara 500-1000

kalori perhari sehingga diharapkan akan terjadi pembakaran lemak tubuh dan

penurunan berat badan 05 ndash 1 kg per minggu Biasanya intake energi diberikan

1200-1300 kal per hari dan paling rendah 800 kal per hari Formula yang dapat

digunakan untuk kebutuhan energi berdasarkan berat badan adalah 22kalkgBB

aktualhari dengan cara ini didapatkan defisit energi 1000 kalhari Pada penderita

ini dianjurkan untuk diet 1400 kal perhari agar mencapai BB idealnya yakni

setidaknya mencapai 55 kg Namun cara ini juga memerlukan kehati ndash hatian

34

dikarenakan usia penderita dan daya tahan tubuhnya yang memang sudah tidak

mendukung untuk melakukan usaha diit

Terapi farmakologis pada penderita OA biasanya bersifat simptomatis

Pada tahap awal dapat dicoba analgetik sederhana seperti asetaminofen atau

salisilat Bila tidak ada perbaikan dapat diberikan obat anti inflamasi non steroid

Untuk mengurangi keluhan nyeri pada penderita ini telah diberikan pengobatan

langsung dengan obat anti inflamasi non steroid seperti Na-diklofenak dengan

dosis 3times50 mg tanpa menggunakan obat lini pertama Hal ini dikarenakan keluhan

pada penderita ini sudah cukup berat ditambah pula adanya bengkak dan rasa

hangat di lutut yang tidak hilang dengan obat analgetik sederhana ( seperti yang

biasa dikonsumsi penderita) Na-diklofenak merupakan obat golongan OAINS

COX-1 inhibitor yang non-selektif dimana obat ini diberikan pada penderita

karena tidak terdapat riwayat pernah menderita gangguan gastrointestinal Namun

mengingat usia penderita yang memang sudah lanjut maka penderita juga

diberikan obat pelapis lambung untuk menjaga kondisi saluran pencernaannya Di

sini penderita diberikan obat golongan PPI (Omeprazole 2 x 20 mg) Setelah

dievaluasi beberapa hari ternyata keluhan nyeri dan bengkak pada penderita tidak

kunjung ada perubahan maka ditambahkan pula obat steroid injeksi dimana

pilihannya adalah InjTriamcinolon 1 Amp24 jam (Inj Flamicort) Selain itu

pasien juga dikonsulkan ke spesialis rehabilitasi medis untuk dilakukan

fisioterapi

Terapi pembedahan Terapi ini diberikan apabila terapi farmakologis dan

rehabilitasi tidak berhasil untuk mengurangi rasa sakit dan juga untuk melakukan

koreksi apabila terjadi deformitas yang menimbulkan gangguan mobilisasi sendi

yang mengganggu aktifitas sehari-hari Pada penderita ini tidak sampai dilakukan

terapi pembedahan

35

DAFTAR PUSTAKA

1 Soeroso J Isbagio H Kalim H Broto R Pramudiyo R Osteoartritis In

Sudoyo AW Setiyohadi B Alwi I Simadibrata M Setiati S editors Buku

Ajar Ilmu Penyakit Dalam 4th ed Jakarta Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit

Dalam Fakultas Kedokteran Indonesia 2006 p 1195-201

2 Osteoarthritis Wikipedia The Free Encyclopedia [serial on the internet]

2009 [cited 2009 Sep 1] Available from

httpenwikipediaorgwikiOsteoarthritis

3 Reginster JY The Prevalence and Burden of Osteoarthritis Rheumatology

2002 41 (suppl 1) 3 ndash 6

4 Wibowo Dhidik Tri Kurniawan Yusuf Latifah Tati Gunadi Rachmat

Perancangan dan Implementasi Sistem Bantu Diagnosis Penyakit

Osteoartritis dan Reumatoid Artritis Melalui Deteksi Penyempitan Celah

Sendi pada Citra X-Ray Tangan dan Lutut Dalam Temu Ilmiah

Reumatologi Jakarta 2003 168 ndash 172

5 Konggres Nasional Ikatan Reumatologi Indonesia VI httppemda-

diygoidberita 2005 102140

36

6 Arthritis Research Campaign 2000 Available at

httpwwwarcorgukabout_arthastatshtm

7 Felson DT Zhang Y Hannan MT et al The Incidence and Natural

History of Knee Osteoarthritis in the Elderly The Framingham

Osteoarthritis Study Arthritis Rheumatology 1995 38 1500 ndash 1505

8 Felson DT Zhang Y An Update on the Epidemiology of Knee and Hip

Osteoarthritis with a View to Prevention Arthritis Rheumatology 1998

41 1343 ndash 1355

9 Setiyohadi Bambang Osteoartritis Selayang Pandang Dalam Temu Ilmiah

Reumatologi Jakarta 2003 27 ndash 31

10 Klippel John H Dieppe Paul A Brooks Peter et al Osteoarthritis In

Rheumatology United Kingdom Mosby ndash Year Book Europe Limited

1994 21 ndash 106

11 Abbate L Renner JB Stevens J et al Do Body Composition and Body Fat

Distribution Explain Ethnic Differences in Radiographic Knee

Osteoarthritis Outcomes in African -American and Caucasian Women The

North American Association for the Study of Obesity 2006 14 1274 ndash

1281

12 Amin Niu Jingbo Hunter David et al Smoking Worsens Knee

Osteoarthritis News Center Oklahoma City Oklahoma USA 2006 1 ndash 4

13 McAlindon Timothy E Felson David T Zhang Yuqing et al Relation of

Dietary Intake and Serum Levels of Vitamin D to Progression of

Osteoarthritis of the Knee Among Participants in the Framingham Study

14 Englund M and Lohmander LS Patellofemoral Osteoarthritis Coexistent

with Tibiofemoral Osteoarthritis in a Meniscectomy Population Annals of

the Rheumatic Diseases 2005 64 1721 ndash 1726

15 Carter MA Osteoartritis In Price SA Wilson LM Patofisiologi konsep

klinis proses-proses penyakit 6th ed Jakarta EGC 2006 p 1380-4

16 Altman RD Criteria for the Classification of Osteoarthritis Journal of

Rheumatology 1991 27 (suppl) 10 ndash 12

37

17 Milne AD Evans NA Stanish WD Nonoperative Management of Knee

Osteoarthritis In Hartono IM Studi komparasi antara WOMAC index

dengan Kellgren-Lawrence grading system pada penderita osteoarthritis

genu [PPDS1 thesis] Semarang Medical Faculty Diponegoro University

2007 p 12

18 Haq I Murphy E Dacre J Osteoarthritis Review Postgrad Med J 2003

79 377 ndash 383

19 Anonim [1986] Criteria for classification of idiopathic osteoarthtritis (OA)

of the knee American College of Rheumatology [serial on the internet]

2010 [cited 2010 Jan 20] Available from

httpwwwrheumatologyorgpublicationsclassificationoakneeasp

aud=mem

38

  • BAB I
  • ILUSTRASI KASUS
  • 1 Pemeriksaan EKG
  • X ndash Ray Pelvis AP
  • BAB III
  • DISKUSI DAN PEMBAHASAN
Page 14: laporan kasus osteoartritis

Kesan

Lesi opak pada cavum pelvis suspek massa DD vesikolitiasis ( usul

USG abdomen )

Tak tampak fraktur maupun dislokasi

V ASSESMENT DIAGNOSIS KERJA DAN DIAGNOSIS BANDING

1 Osteoartritis Genu Dextra et Sinistra

2 Hipertensi stage I

3 Ischemia Hearth Disease

Daftar masalah Problem AssesmentPlanning Diagnosa

Plannning Terapi (IGD)Planning

Monitoring

75 tahun Kedua kaki nyeri tidak bisa jalan (+) tidak bisa ditekuk (+) kaku riwjatuh (-)

Pmx Fisik Genu D et S ada deformitas (+) bengkak(+) krepitasi (+)

Foto x-ray genu osteoarthritis osteofit sendi genu D et S

-Deformitas Sendi-Proses Degeneratif

Osteoartritis Genu Dextra et Sinistra

- X-ray genu Dekstra et Sinistra

- Pmx Cairan synovial sendi genu

Non Farmakologi- A-B-C management ( infRL 20tpm)- Edukasi pasien- Terapi Fisik latihan gerak sendi- Fisioterapi-Penurunan berat badanFarmakologi- Inj Ranitidin 1 Amp12j- Inj Ketorolac 30mg (E)po Natrium Diklofenak 2x1 Analsik 2x1 Vit BC 1x1

-Tanda dan gejala Klinis

- TD 150100 mmHg

Gangguan hemo -dinamik

Hipertensi stage I

- EKG Foto Thorax

Non Farmakologi- Diet rendah garamFarmakologi

- Cek ulang Tekanan Darah

14

Fungsi Ginjal

- Captopril 2 x 25mg (po)- Amlodipin 1x10mg (po)

EKG Gelombang T inverted di Lead II III aVF dan V1 ndash V3

-Ateroskle- rosis-Hipoksia vaskuler

Ischemia Hearth Disease

-Cek Profil Lipid Asam Urat Enzim Jantung

Non Farmakologi-Tirah baring- O2 3-4lpmFarmakologi-ISDN 3x5mg

-Cek EKG serial 4 jam

VI POMR (Problem Oriented Medical Record)

VII FOLLOW UP

Tanggal Subjektif dan Objektif Penatalaksanaan03022014 S kaki masih nyeri jika digerakkan (+)

pegel (+) masih belum bisa berjalan pusing (-) sesak (-)KU Kesadaran Sedang composmentisVS TD 170100 mmHg RR 18 kali menit N 88 kali menit T 370CVAS 7Bengkak (+) eritem (-) ROM terbatasEKG T inverted Lead IIIII aVF amp V1-V3

O2 3lpmIVFD RL 20 tpm Captopril 3x25mgHCT 2x50mgAmlodipin 1x10mgAnalsik 3x1Natrium Diklofenak 3x1ISDN 3x5mg

15

04022014 S kaki masih nyeri jika digerakkan ditekuk (+) pasien tetap masih belum bisa duduk maupun berjalan sesak(-) pusing(-)KU Kesadaran Sedang composmentisVS TD 130100 mmHg RR 18 kali menit N 76 kali menit T 3730CVAS 7Bengkak (+) eritem (-) ROM terbatas

O2 3lpmIVFD RL 20 tpm Captopril 3x25mgHCT 2x50mgAmlodipin 1x10mgAnalsik 3x1Natrium Diklofenak 3x1ISDN 3x5mg(+) Inj Flamicort 1 Amp Omeprazole 2x1

05022014 S kaki masih nyeri jika digerakkan (+) namun pasien sudah bisa tidur miring sambil menekuk lututnya pegel (+) masih belum bisa berjalan (+)KU Kesadaran Sedang composmentisVS TD 150100 mmHg RR 18 kali menit N 86 kali menit T 370CVAS 5Bengkak (+) eritem (-) ROM terbatas

O2 3lpmIVFD RL 20 tpm Captopril 3x25mgHCT 2x50mgAmlodipin 1x10mgAnalsik 3x1Natrium Diklofenak 3x1ISDN 3x5mg(+) Inj Flamicort 1 Amp Omeprazole 2x1Co SpRM untuk Fisioterapi

pasien sudah difisioterapi (IR)06022014 S kaki masih nyeri jika digerakkan (+)

ditambah keluhan nyeri pinggang keluhan pusing sesak mual muntah disangkalKU Kesadaran Sedang composmentisVS TD 200100 mmHg RR 20 kali menit N 88 kali menit T 3630CVAS 7Bengkak (+) eritem (-) ROM terbatas

O2 3lpmIVFD RL 20 tpm Inj Flamicort 1 AmpCaptopril 3x25mgHCT 2x50mgAmlodipin 1x10mgAnalsik 3x1Natrium Diklofenak 3x1ISDN 3x5mgOmeprazole 2x1

Fisioterapi masih dilanjutkan

16

07022014 S kaki masih nyeri tapi lebih jarang pasien sudah bisa setengah duduk namun tetap dibantu keluarga sesak (-) pusing (sedikit) makan minum (+) sedikit - sedikitKU Kesadaran Sedang composmentisVS TD 200100 mmHg RR 18 kali menit N 76 kali menit T 370CVAS 5Bengkak (+) eritem (-) ROM terbatas

Pasien dan keluarga APS pulang karena persoalan biaya terapi pulang

Captopril 3x25mgHCT 2x50mgAmlodipin 1x10mgAnalsik 3x1Natrium Diklofenak 3x1ISDN 3x5mgOmeprazole 2x1(+) Clonidin 3x1 tab

VIIIPROGNOSIS

Qua ad vitam Dubia ad bonam

Qua ad functionam Dubia ad malam

Qua ad sanationam Dubia ad malam

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

IDefinisi

Osteoarthritis (OA dikenal juga sebagai arthritis degeneratif penyakit

degeneratif sendi) merupakan penyakit sendi degeneratif yang mengenai

sendi-sendi penumpu berat badan dengan gambaran patologis yang berupa

kerusakan kartilago sendi dimana terjadi proses degradasi interaktif sendi

17

yang kompleks terdiri dari proses perbaikan pada kartilago tulang dan

sinovium diikuti komponen sekunder proses inflamasi12

II Epidemiologi

Osteoartritis merupakan penyakit sendi yang paling banyak ditemukan di

dunia termasuk di Indonesia Bahkan sejak tahun 2001 hingga 2010

dicanangkan sebagai dekade penyakit tulang dan sendi di seluruh dunia5

Penyakit ini menempati urutan kedua setelah penyakit kardiovaskuler sebagai

penyebab ketidakmampuan fisik Di Inggris dan Wales sekitar 13 hingga

175 juta orang mengalami gejala OA Di Amerika 1 dari 7 penduduk

menderita OA34

Di Australia pada tahun 2002 diperkirakan biaya nasional untuk OA

sebesar 1 dari GNP yaitu mencapai $Aus 2700orangtahun4 Di Indonesia

sendiri prevalensi total OA sebanyak 343 juta orang pada tahun 2002 dan

mencapai 365 juta orang pada tahun 2007 Diperkirakan 1 sampai 2 juta

orang lanjut usia di Indonesia menderita cacat karena osteoarthritis Pada

beberapa penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan terjadinya

osteoarthritis pada obesitas dan sendi penahan beban tubuh5 Dari sekian

banyak sendi yang dapat terserang OA lutut merupakan sendi yang paling

sering dijumpai terserang OA Data Arthritis Research Campaign

menunjukkan bahwa lebih dari 550 ribu orang di Inggris menderita OA lutut

yang parah dan lebih dari 80 ribu operasi replacement sendi lutut dilakukan di

Inggris pada tahun 2000 dengan biaya 405 juta Poundsterling6

III Patofisiologi Osteoartritis

Terjadinya OA tidak lepas dari banyak persendian yang ada di dalam

tubuh manusia Sebanyak 230 sendi menghubungkan 206 tulang yang

memungkinkan terjadinya gesekan Untuk melindungi tulang dari gesekan di

dalam tubuh ada tulang rawan Namun karena berbagai faktor risiko yang ada

maka terjadi erosi pada tulang rawan dan berkurangnya cairan pada sendi

Tulang rawan sendiri berfungsi untuk meredam getar antar tulang Tulang

rawan terdiri atas jaringan lunak kolagen yang berfungsi untuk menguatkan

18

17

sendi proteoglikan yang membuat jaringan tersebut elastis dan air (70

bagian) yang menjadi bantalan pelumas dan pemberi nutrisi910

Kondrosit adalah sel yang tugasnya membentuk proteoglikan dan

kolagen pada rawan sendi Osteoartritis terjadi akibat kondrosit gagal

mensintesis matriks yang berkualitas dan memelihara keseimbangan antara

degradasi dan sintesis matriks ekstraseluler termasuk produksi kolagen tipe I

III VI dan X yang berlebihan dan sintesis proteoglikan yang pendek Hal

tersebut menyebabkan terjadi perubahan pada diameter dan orientasi dari serat

kolagen yang mengubah biomekanik dari tulang rawan sehingga tulang rawan

sendi kehilangan sifat kompresibilitasnya yang unik9

Selain kondrosit sinoviosit juga berperan pada patogenesis OA

terutama setelah terjadi sinovitis yang menyebabkan nyeri dan perasaan tidak

nyaman Sinoviosit yang mengalami peradangan akan menghasilkan Matrix

Metalloproteinases (MMPs) dan berbagai sitokin yang akan dilepaskan ke

dalam rongga sendi dan merusak matriks rawan sendi serta mengaktifkan

kondrosit Pada akhirnya tulang subkondral juga akan ikut berperan dimana

osteoblas akan terangsang dan menghasilkan enzim proteolitik 910

Agrekanase merupakan enzim yang akan memecah proteoglikan di

dalam matriks rawan sendi yang disebut agrekan Ada dua tipe agrekanase

yaitu agrekanase 1 (ADAMTs-4) dan agrekanase 2 (ADAMTs-11) MMPs

diproduksi oleh kondrosit kemudian diaktifkan melalui kaskade yang

melibatkan proteinase serin (aktivator plasminogen plamsinogen plasmin)

radikal bebas dan beberapa MMPs tipe membran Kaskade enzimatik ini

dikontrol oleh berbagai inhibitor termasuk TIMPs dan inhibitor aktifator

plasminogen Enzim lain yang turut berperan merusak kolagen tipe II dan

proteoglikan adalah katepsin yang bekerja pada pH rendah termasuk

proteinase aspartat (katepsin D) dan proteinase sistein (katepsin B H K L

dan S) yang disimpam di dalam lisosom kondrosit Hialuronidase tidak

terdapat di dalam rawan sendi tetapi glikosidase lain turut berperan merusak

proteoglikan10

19

Berbagai sitokin turut berperan merangsang kondrosit dalam

menghasilkan enzim perusak rawan sendi Sitokin-sitokin pro-inflamasi akan

melekat pada reseptor di permukaan kondrosit dan sinoviosit dan

menyebabkan transkripsi gene MMP sehingga produksi enzim tersebut

meningkat Sitokin yang terpenting adalah IL-1 selain sebagai sitokin

pengatur (IL-6 IL-8 LIFI) dan sitokin inhibitor (IL-4 IL-10 IL-13 dan IFN-

γ) Sitokin inhibitor ini bersama IL-Ira dapat menghambat sekresi berbagai

MMPs dan meningkatkan sekresi TIMPs Selain itu IL-4 dan IL-13 juga

dapat melawan efek metabolik IL-1 IL-1 juga berperan menurunkan sintesis

kolagen tipe II dan IX dan meningkatkan sintesis kolagen tipe I dan III

sehingga menghasilkan matriks rawan sendi yang berkualitas buruk 910

IV Klasifikasi Osteoartritis

OA dapat terjadi secara primer (idiopatik) maupun sekunder seperti

yang tercantum di bawah ini 19

IDIOPATIK SEKUNDER

20

SetempatTangan- nodus Heberden dan Bouchard (nodal)- artritis erosif interfalang- karpal-metakarpal IKaki - haluks valgus- haluks rigidus- jari kontraktur (hammercock-up toes)- talonavikulareCoxae- eksentrik (superior)- konsentrik (aksial medial)- difus (koksa senilis)Vertebra- sendi apofiseal- sendi intervertebral- spondilosis (osteofit)- ligamentum (hiperostosis penyakit Forestier diffuse idiopathic skeletal hyperostosis=DISH)Tempat lainnya- glenohumeral- akromioklavikular- tibiotalar- sakroiliaka- temporomandibularMenyeluruhMeliputi 3 atau lebih daerah yang tersebut diatas (Kellgren-Moore)

Traumaminus akutminus kronik (okupasional port)Kongenital atau developmentalGangguan setempatminus Penyakit Leg-Calve-Perthesminus Dislokasi koksa kongenitalminus Slipped epiphysisFaktor mekanikminus Panjang tungkai tidak samaminus Deformitas valgus varusminus Sindroma hipermobilitasMetabolikminus Okronosis (alkaptonuria)minus Hemokromatosisminus Penyakit Wilsonminus Penyakit GaucherEndokrinminus Akromegaliminus Hiperparatiroidismeminus Diabetes melitusminus Obesitasminus HipotiroidismePenyakit Deposit Kalsiumminus Deposit kalsium pirofosfat dihidratminus Artropati hidroksiapatitPenyakit Tulang dan Sendi lainnya Setempatminus FrakturminusNekrosis avaskular

Tabel 21 Osteoartritis Idiopatik dan Sekunder

V Manifestasi Klinis 15

1 Nyeri sendi

Terutama bila sendi bergerak atau menanggung beban yang akan

berkurang bila penderita beristirahat

21

2 Kaku pada pagi hari (morning stiffness)

Kekakuan pada sendi yang terserang terjadi setelah imobilisasi yang

cukup lama (gel phenomenon) bahkan sering disebutkan kaku muncul

pada pagi hari setelah bangun tidur (morning stiffness)

3 Hambatan pergerakan sendi

Hambatan pergerakan sendi ini bersifat progresif lambat bertambah

berat secara perlahan sejalan dengan bertambahnya nyeri pada sendi

4 Krepitasi

Rasa gemeretak (seringkali sampai terdengar) yang terjadi pada sendi

yang sakit

5 Perubahan bentuk sendi

Sendi yang mengalami osteoarthritis biasanya mengalami perubahan

berupa perubahan bentuk dan penyempitan pada celah sendi

6 Perubahan gaya berjalan

Hal yang paling meresahkan pasien adalah perubahan gaya berjalan

hampir semua pasien osteoarthritis pada pergelangan kaki lutut dan

panggul mengalami perubahan gaya berjalan (pincang)

VI Faktor Risiko Osteoartritis Lutut (Genu)

Secara garis besar terdapat dua pembagian faktor risiko OA lutut yaitu

faktor predisposisi dan faktor biomekanis

1 Faktor Predisposisi

a Faktor Demografi

1) Umur

Dari semua faktor risiko untuk timbulnya osteoartritis faktor

ketuaan adalah yang terkuat Proses penuaan dianggap sebagai

penyebab peningkatan kelemahan di sekitar sendi penurunan

kelenturan sendi kalsifikasi tulang rawan dan menurunkan

fungsi kondrosit yang semuanya mendukung terjadinya OA

Studi Framingham menunjukkan bahwa 27 orang berusia 63 ndash

22

70 tahun memiliki bukti radiografik menderita OA lutut yang

meningkat mencapai 40 pada usia 80 tahun atau lebih7

2) Jenis kelamin

Prevalensi OA pada laki-laki sebelum usia 50 tahun lebih tinggi

dibandingkan perempuan tetapi setelah usia lebih dari 50 tahun

prevalensi perempuan lebih tinggi menderita OA dibandingkan

laki-laki Hal ini dikaitkan dengan pengurangan hormon

estrogen yang signifikan pada wanita8

3) Ras Etnis

Prevalensi OA lutut pada penderita di negara Eropa dan

Amerika tidak berbeda sedangkan suatu penelitian

membuktikan bahwa ras Afrika ndash Amerika memiliki risiko

menderita OA lutut 2 kali lebih besar dibandingkan ras

Kaukasia Penduduk Asia juga memiliki risiko menderita OA

lutut lebih tinggi dibandingkan Kaukasia1011 Suatu studi lain

menyimpulkan bahwa populasi kulit berwarna lebih banyak

terserang OA dibandingkan kulit putih9

b Faktor Genetik

Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoartritis Adanya

mutasi dalam gen prokolagen atau gen-gen struktural lain untuk

unsur-unsur tulang rawan sendi seperti kolagen proteoglikan

berperan dalam timbulnya kecenderungan familial pada

osteoartritis10

c Faktor Gaya Hidup

1) Kebiasaan Merokok

Merokok dapat merusak sel dan menghambat proliferasi sel

tulang rawan sendi

Merokok dapat meningkatkan tekanan oksidan yang

mempengaruhi hilangnya tulang rawan

23

Merokok dapat meningkatkan kandungan karbonmonoksida

dalam darah menyebabkan jaringan kekurangan oksigen

dan dapat menghambat pembentukan tulang rawan12

2) Konsumsi Vitamin D

Orang yang tidak biasa mengkonsumsi makanan yang

mengandung vitamin D memiliki peningkatan risiko 3 kali lipat

menderita OA lutut13

d Faktor Metabolik

1) Obesitas

Berat badan yang berlebih ternyata dapat meningkatkan tekanan

mekanik pada sendi penahan beban tubuh dan lebih sering

menyebabkan osteoartritis lutut7

2) Osteoporosis

Hubungan antara OA lutut dan osteoporosis mendukung teori

bahwa gerakan mekanis yang abnormal tulang akan

mempercepat kerusakan tulang rawan sendi10

3) Penyakit Lain

OA lutut terbukti berhubungan dengan diabetes mellitus

hipertensi dan hiperurikemi dengan catatan pasien tidak

mengalami obesitas10

4) Histerktomi

Hal ini diduga berkaitan dengan pengurangan produksi hormon

estrogen setelah dilakukan pengangkatan rahim 10

5) Manisektomi

Menisektomi merupakan operasi yang dilakukan di daerah lutut

dan telah diidentifikasi sebagai faktor risiko penting bagi OA

lutut Hal ini berkaitan dengan hilangnya jaringan meniscus14

2 Faktor Biomekanis

a Riwayat Trauma Lutut

24

Trauma lutut yang akut termasuk robekan pada ligamentum

krusiatum dan meniskus merupakan faktor risiko timbulnya OA

lutut9

b Kelainan Anatomis

Faktor risiko timbulnya OA lutut antara lain kelainan lokal pada

sendi lutut seperti genu varum genu valgus Legg ndash Calve ndashPerthes

disease dan displasia asetabulum10

c Pekerjaan

Osteoartritis banyak ditemukan pada pekerja fisik berat terutama

yang banyak menggunakan kekuatan yang bertumpu pada lutut

(petani kuli dll)9

d Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik berat seperti berdiri lama (2 jam atau lebih setiap

hari) berjalan jarak jauh (2 jam atau lebih setiap hari) mengangkat

barang berat (10 kg ndash 50 kg selama 10 kali atau lebih setiap

minggu) mendorong objek yang berat (10 kg ndash 50 kg selama 10

kali atau lebih setiap minggu) naik turun tangga setiap hari

merupakan faktor risiko OA lutut 9

e Kebiasaan Olahraga

Atlit olah raga benturan keras dan membebani lutut seperti sepak

bola lari maraton dan kung fu memiliki risiko meningkat untuk

menderita OA lutut10

VII Kriteria Diagnosis Osteoartritis Lutut (Genu)

25

Kriteria diagnosis OA lutut menggunakan kriteria klasifikasi American

College of Rheumatology seperti tercantum pada tabel berikut ini 16

Tabel 22 Kriteria Klasifikasi Osteoartritis Lutut

Derajat osteoartritis lutut dinilai menjadi lima derajat oleh Kellgren dan

Lawrence yaitu 17

- Derajat 0 tidak ada gambaran osteoartritis

- Derajat 1 osteoartritis meragukan dengan gambaran sendi normal tetapi

terdapat osteofit minimal

- Derajat 2 osteoartritis minimal dengan osteofit pada 2 tempat tidak terdapat

sklerosis dan kista subkondral serta celah sendi baik

- Derajat 3 osteoartritis moderat dengan osteofit moderat deformitas ujung

tulang dan celah sendi sempit

- Derajat 4 osteoartritis berat dengan osteofit besar deformitas ujung tulang

celah sendi hilang serta adanyasklerosis dan kista subkondral

26

VIIIPenatalaksanaan Osteoarthritis

Tujuan penatalaksanaan pasien dengan osteoarthritis adalah18

1 Meredakan nyeri

2 Mengoptimalkan fungsi sendi

3 Mengurangi ketergantungan kepada orang lain dan meningkatkan

kualitas hidup

4 Menghambat progresivitas penyakit

5 Mencegah terjadinya komplikasi

Pilar terapi pada pasien dengan osteoarthritis yaitu

Nonfarmakologis

1 Modifikasi pola hidup

2 Edukasi

3 Istirahat teratur yang bertujuan mengurangi penggunaan beban pada

sendi

4 Modifikasi aktivitas

5 Menurunkan berat badan

6 Rehabilitasi medik fisioterapi

a Latihan statis dan memperkuat otot-otot

b Fisioterapi yang berguna untuk mengurangi nyeri menguatkan otot

dan menambah luas pergerakan sendi

7 Penggunaan alat bantu

Farmakologis

1 Sistemik

a Analgetik

Non narkotik parasetamol

Opioid (kodein tramadol)

b Antiinflamasi nonsteroid (NSAIDs)

Oral

Injeksi

Suppositoria

27

c DMOADs (disease modifying OA drugs)

Diantara nutraceutical yang saat ini tersedia di Indonesia adalah

Glucosamine sulfate dan Chondroitine sulfate

2 Topikal

a Krim rubefacients dan capsaicin

Beberapa sediaan telah tersedia di Indonesia dengan cara kerja pada

umumnya bersifat counter irritant

b Krim NSAIDs

Beberapa yang dapat digunakan adalah gel piroxicam dan sodium

diklofenak

3 Injeksi intraartikularintra lesi

Pada dasarnya ada 2 indikasi suntikan intra artikular yakni penanganan

simtomatik dengan steroid dan viskosuplementasi dengan hyaluronan

untuk modifikasi perjalanan penyakit Beberapa preparat injeksi

intraartikular diantaranya

a Steroid ( triamsinolone hexacetonide dan methyl prednisolone )

Hanya diberikan jika ada satu atau dua sendi yang mengalami

nyeri dan inflamasi yang kurang responsif terhadap pemberian

NSAIDs tak dapat mentolerir NSAIDs atau ada komorbiditas yang

merupakan kontra indikasi terhadap pemberian NSAIDs

Dosis untuk sendi besar seperti lutut 40-50 mginjeksi

sedangkan untuk sendi-sendi kecil biasanya digunakan dosis 10 mg

b Hyaluronan high molecular weight dan low molecular weight

Diberikan berturut-turut 5 sampai 6 kali dengan interval satu

minggu masing-masing 2 sampai 25 ml Hyaluronan Sediaan di

Indonesia diantaranya adalah Hyalgan dan Osflex

4 Pembedahan

Sebelum diputuskan untuk terapi pembedahan harus dipertimbangkan

terlebih dahulu risiko dan keuntungannya Pertimbangan dilakukan

tindakan operatif bila

28

a Deformitas menimbulkan gangguan mobilisasi

b Nyeri yang tidak dapat teratasi dengan penganan medikamentosa

dan rehabilitatif

Ada 2 tipe terapi pembedahan Realignment osteotomi dan replacement

joint

Macam-macam operasi sendi lutut untuk osteoarthritis

a Partial replacementunicompartemental

b High tibial osteotomy orang muda

c Patella amp condyle resurfacing

d Minimally constrained total replacement stabilitas sendi dilakukan

sebagian oleh ligament asli dan sebagian oleh sendi buatan

e Cinstrained joint fixed hinges dipakai bila ada tulang hilang dan

severe instability

f Total knee replacement apabila didapatkan nyeri deformitas

instability akibat dari rheumatoid atau osteoarthritis

29

Gambar 21 Piramida Penatalaksanaan Osteoartritis

BAB III

DISKUSI DAN PEMBAHASAN

OA adalah penyakit degenerasi kartilago artikuler yang berlangsung secara

perlahan dan ditandai dengan nyeri sendi kekakuan dan keterbatasan gerak yang

berkembang secara progresif Tanda-tanda tersebut ditemukan pada penderita ini

Berdasarkan etiologinya OA diklasifikasikan menjadi dua yaitu OA

primer dan OA sekunder OA primer disebut juga OA idiopatik yaitu OA yang

kausanya tidak diketahui dan tidak ada hubungannya dengan penyakit sistemik

maupun proses perubahan lokal pada sendi OA sekunder adalah OA yang

didasari oleh adanya kelainan endokrin trauma inflamasi metabolik

pertumbuhan herediter jejas mikro dan makro serta imobilisasi yang terlalu lama

faktor mekanik penyakit deposit kalsium penyakit tulang dan sendi lainnya serta

neuropatik endemik Beberapa faktor risiko yang diketahui berhubungan dengan

penyakit OA diantaranya faktor risiko umum yang penting seperti kegemukan

faktor genetik dan jenis kelamin serta beberapa faktor risiko lain seperti usia lebih

dari 40 tahun suku bangsa cedera sendi pekerjaan olahraga kelainan

pertumbuhan kepadatan tulang dan lain-lain Pada penderita ini berdasarkan

30

anamnesis riwayat sosialnya penderita adalah seorang wanita berusia 75 tahun

yang meskipun tidak melakukan pekerjaan yang berat tetapi dirinya tetap

menjalankan pekerjaan rumah tangga (sebelum sakit) yang notabene banyak

menggunakan sendi lutut Selain itu dari pemeriksaan fisik penderita ini juga

mengalami kegemukan Kondisi-kondisi pada penderita ini merupakan faktor

risiko sekunder terjadinya OA Jadi dapat disimpulkan bahwa penyebab OA pada

penderita ini bukan termasuk faktor risiko OA primer

Penderita datang dengan keluhan nyeri pada kedua sendi lutut sejak plusmn 1

tahun SMRS dan puncaknya 2 hari SMRS dimana penderita sudah tidak bisa

berjalan lagi Nyeri sendi merupakan keluhan yang umum terjadi pada penyakit

reumatik seperti artritis gout OA keganasan reumatik septik dan lain

sebagainya Pada penderita ini nyeri terlokalisir pada lutut tanpa adanya nyeri

pada sendi yang lain nyeri bertambah saat melakukan gerakan (seperti berjalan)

dan berkurang apabila beristirahat Tidak ada demam Nyeri tidak menetap

sepanjang hari Nyeri seperti ini biasanya ditemukan pada OA

Penderita juga mengeluh kaku sendi Kaku sendi dirasakan penderita pada

pagi hari Keadaan ini biasanya disebabkan oleh desakan cairan yang berada di

sekitar jaringan yang mengalami inflamasi (kapsul sendi sinovial atau bursa)

Kaku sendi makin nyata pada pagi hari atau setelah istirahat Setelah digerak-

gerakkan cairan akan menyebar dari jaringan yang mengalami inflamasi sehingga

penderita merasa terlepas dari ikatan dan bisa menggerakkan sendinya kembali

Lama kaku sendi pada OA adalah kurang dari 30 menit sedangkan pada AR

minimal satu jam Pada penderita ini kaku sendi juga dirasakan pada pagi hari

selama plusmn 20-30 menit dan menghilang dengan sendirinya bila penderita

menggerakkan kakinya dengan beraktivitas seperti biasa Hal ini sesuai untuk

mendukung keluhan pada penderita OA

Penderita juga mengalami bengkak pada kedua lutut Bengkak dirasakan

oleh penderita sejak 6 bulan SMRS Sendi yang membengkak bisa disebabkan

oleh penonjolan tulang sinovitis efusi dan karena adanya osteofit yang dapat

mengubah permukaan sendi Pada penderita ditemukan osteofit pada pemeriksaan

rontgent

31

29

Pemeriksaan fisik lokalis pada kedua sendi lutut didapatkan pada

inspeksi didapatkan pembesaran bengkak pada kedua sendi lutut dengan tidak

ada perubahan warna kulit Palpasi pada kedua sendi lutut didapatkan nyeri tekan

dan pada perabaan dirasakan hangat Pemeriksaan gerak sendi didapat

keterbatasan gerak fleksi yaitu hanya dapat mengerakkan lutut sebesar 60deg

Hambatan gerak terutama disebabkan oleh adanya remodelling osteofit penebalan

kapsul dan juga adanya efusi Pada auskultasi sendi lutut penderita ditemukan

adanya krepitasi dimana terdengar suara gemeretak ldquokretek-kretekrdquo seperti suara

krupuk yang diremukkan Gejala ini mungkin disebabkan karena gesekan kedua

permukaan tulang sendi yang irregular pada saat sendi digerakkan ataupun secara

pasif dimanipulasi

Pemeriksaan radiologis pada penderita ini didapatkan adanya gambaran

berupa penyempitan sendi dan osteofit pada pinggir sendi Menipisnya rawan

sendi diawali dengan retak dan terbelahnya permukaan sendi di beberapa tempat

yang kemudian menyatu dan disebut sebagai fibrilasi Di lain pihak pada tulang

akan terjadi pula perubahan sebagai reaksi tubuh untuk memperbaiki kerusakan

Perubahan itu adalah penebalan tulang subkondral dan pembentukan osteofit

marginal disusul kemudian dengan perubahan komposisi molekular dan struktur

tulang Penipisan kartilago sendi akibat proses degeneratif memberi gambaran

penyempitan celah sendi yang tidak simetris pada foto polos radiologi Fungsi

kartilago sendi berkurang bahkan menghilang mengakibatkan beban stres di

daerah subkhondral bertambah Beberapa subkhondral tersebut dapat diamati pada

poto polos radiologi berupa pembentukan osteofit sklerotik subkhondral maupun

pembentukan kista subkhondral Pada penderita ini ditemukan adanya

pembentukan osteofit pada condylus lateralis dan medialis os tibio femoralis

Pada OA anamnesa (gejala klinis) pemeriksaan fisik dan pemeriksaan

radiologi sudah dapat menunjang penegakan diagnosis Hasil pemeriksaan

laboratorium pada OA biasanya tidak banyak berguna Darah tepi (Hb Leukosit

dan LED) dalam batas normal kecuali OA generalisata yang harus dibedakan

dengan arthritis peradangan Pada OA yang disertai peradangan mungkin

didapatkan penurunan viskositas pleositosis sedang hingga ringan serta

32

peningkatan ringan sel radang (lt8000m) gt1 Pada penderita ini dilakukan

pemeriksaan laboratorium darah lengkap kimia darah dan urin lengkap karena

pemeriksaan tersebut merupakan pemeriksaan rutin Dari hasil pemeriksaan

laboratorium pada penderita ini tidak ditemukan adanya kelainan

Diagnosis OA sudah bisa ditegakkan secara klinis dengan memakai

kriteria OA yang dibuat oleh Subcommittee American College of Rheumatology

(ACR) Kriteria OA lutut secara klinis laboratorium dan radiologis adalah adanya

nyeri lutut osteofit dan salah satu dari tanda berikut yaitu usia lebih dari 50

tahun kaku sendi kurang dari 30 menit atau adanya krepitus Pada penderita ini

wanita berusia 75 tahun ditemukan memiliki keluhan nyeri kedua sendi lutut

terdapat kaku sendi selama 20-30 menit terdapat krepitus dan pada pemeriksaan

radiologi ditemukan adanya osteofit

Pengelolaan penderita dengan OA bertujuan untuk menghilangkan

keluhan mengoptimalkan fungsi sendi mengurangi ketergantungan dan

meningkatkan kualitas hidup menghambat progresivitas penyakit dan mencegah

komplikasi Pilar terapi OA non farmakologis (edukasi terapi fisik

dietpenurunan berat badan) farmakologis (analgetik kortikosteroid lokal

sistemik kondroprotektif dan biologik) dan pembedahan

Edukasi sangat penting bagi semua pasien OA Dua hal yang menjadi

tujuan edukasi adalah bagaimana mengatasi nyeri dan disabilitas Pemberian

edukasi pada penderita ini sangat penting karena dengan edukasi diharapkan

pengetahuan penderita mengenai penyakit OA menjadi meningkat dan pengobatan

menjadi lebih mudah serta dapat diajak bersama-sama untuk mencegah kerusakan

organ sendi lebih lanjut Edukasi yang diberikan pada penderita ini yaitu

memberikan pengertian bahwa OA adalah penyakit yang kronik sehingga perlu

dipahami bahwa mungkin dalam derajat tertentu akan tetap ada rasa nyeri kaku

dan keterbatasan gerak serta fungsi Selain itu agar rasa nyeri dapat berkurang

maka penderita hendaknya mengurangi aktivitaspekerjaannya sehingga tidak

terlalu banyak menggunakan sendi lutut dan lebih banyak beristirahat Penderita

juga disarankan untuk kembali kontrol sehingga dapat diketahui apakah

33

penyakitnya sudah membaik atau ternyata ada efek samping akibat obat yang

diberikan

Terapi fisik bertujuan untuk melatih penderita agar persendiannya tetap

dapat dipakai dan melatih penderita untuk melindungi sendi yang sakit Pada

penderita ini dianjurkan untuk berolah raga tapi olah raga yang memperberat

sendi sebaiknya dihindari seperti lari atau joging Hal ini dikarenakan dapat

menambah inflamasi meningkatkan tekanan intraartikular bila ada efusi sendi dan

bahkan bisa menyebabkan robekan kapsul sendi Untuk mencegah risiko

terjadinya kecacatan pada sendi sebaiknya dilakukan olah raga peregangan otot

seperti mQuadrisep femoris dengan peregangan otot diharapkan dapat membantu

dalam peningkatan fungsi sendi secara keseluruhan dan mengurangi nyeri Pada

penderita ini disarankan untuk senam lantai 3 kali seminggu dimana pasien

mengambil posisi terlentang sambil meregangkan lututnya dengan cara

mengangkat kaki dan secara perlahan menekuk dan meluruskan lututnya Olah

raga ini sangat mudah dilakukan apalagi mengingat usia penderita yang sudah

mencapai 75 tahun

Diet bertujuan untuk menurunkan berat badan pada penderita OA yang

gemuk Hal ini sebaiknya menjadi program utama pengobatan OA Penurunan

berat badan seringkali dapat mengurangi keluhan dan peradangan Selain itu

obesitas juga dapat meningkatkan risiko progresifitas dari OA Pada penderita ini

disarankan untuk mengurangi berat badan dengan mengatur diet rendah kalori

sampai mungkin mendekati berat badan ideal Dimana prinsipnya adalah

mengurangi kalori yang masuk dibawah energi yang dibutuhkan Penurunan

energi intake yang aman dianjurkan pemberian defisit energi antara 500-1000

kalori perhari sehingga diharapkan akan terjadi pembakaran lemak tubuh dan

penurunan berat badan 05 ndash 1 kg per minggu Biasanya intake energi diberikan

1200-1300 kal per hari dan paling rendah 800 kal per hari Formula yang dapat

digunakan untuk kebutuhan energi berdasarkan berat badan adalah 22kalkgBB

aktualhari dengan cara ini didapatkan defisit energi 1000 kalhari Pada penderita

ini dianjurkan untuk diet 1400 kal perhari agar mencapai BB idealnya yakni

setidaknya mencapai 55 kg Namun cara ini juga memerlukan kehati ndash hatian

34

dikarenakan usia penderita dan daya tahan tubuhnya yang memang sudah tidak

mendukung untuk melakukan usaha diit

Terapi farmakologis pada penderita OA biasanya bersifat simptomatis

Pada tahap awal dapat dicoba analgetik sederhana seperti asetaminofen atau

salisilat Bila tidak ada perbaikan dapat diberikan obat anti inflamasi non steroid

Untuk mengurangi keluhan nyeri pada penderita ini telah diberikan pengobatan

langsung dengan obat anti inflamasi non steroid seperti Na-diklofenak dengan

dosis 3times50 mg tanpa menggunakan obat lini pertama Hal ini dikarenakan keluhan

pada penderita ini sudah cukup berat ditambah pula adanya bengkak dan rasa

hangat di lutut yang tidak hilang dengan obat analgetik sederhana ( seperti yang

biasa dikonsumsi penderita) Na-diklofenak merupakan obat golongan OAINS

COX-1 inhibitor yang non-selektif dimana obat ini diberikan pada penderita

karena tidak terdapat riwayat pernah menderita gangguan gastrointestinal Namun

mengingat usia penderita yang memang sudah lanjut maka penderita juga

diberikan obat pelapis lambung untuk menjaga kondisi saluran pencernaannya Di

sini penderita diberikan obat golongan PPI (Omeprazole 2 x 20 mg) Setelah

dievaluasi beberapa hari ternyata keluhan nyeri dan bengkak pada penderita tidak

kunjung ada perubahan maka ditambahkan pula obat steroid injeksi dimana

pilihannya adalah InjTriamcinolon 1 Amp24 jam (Inj Flamicort) Selain itu

pasien juga dikonsulkan ke spesialis rehabilitasi medis untuk dilakukan

fisioterapi

Terapi pembedahan Terapi ini diberikan apabila terapi farmakologis dan

rehabilitasi tidak berhasil untuk mengurangi rasa sakit dan juga untuk melakukan

koreksi apabila terjadi deformitas yang menimbulkan gangguan mobilisasi sendi

yang mengganggu aktifitas sehari-hari Pada penderita ini tidak sampai dilakukan

terapi pembedahan

35

DAFTAR PUSTAKA

1 Soeroso J Isbagio H Kalim H Broto R Pramudiyo R Osteoartritis In

Sudoyo AW Setiyohadi B Alwi I Simadibrata M Setiati S editors Buku

Ajar Ilmu Penyakit Dalam 4th ed Jakarta Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit

Dalam Fakultas Kedokteran Indonesia 2006 p 1195-201

2 Osteoarthritis Wikipedia The Free Encyclopedia [serial on the internet]

2009 [cited 2009 Sep 1] Available from

httpenwikipediaorgwikiOsteoarthritis

3 Reginster JY The Prevalence and Burden of Osteoarthritis Rheumatology

2002 41 (suppl 1) 3 ndash 6

4 Wibowo Dhidik Tri Kurniawan Yusuf Latifah Tati Gunadi Rachmat

Perancangan dan Implementasi Sistem Bantu Diagnosis Penyakit

Osteoartritis dan Reumatoid Artritis Melalui Deteksi Penyempitan Celah

Sendi pada Citra X-Ray Tangan dan Lutut Dalam Temu Ilmiah

Reumatologi Jakarta 2003 168 ndash 172

5 Konggres Nasional Ikatan Reumatologi Indonesia VI httppemda-

diygoidberita 2005 102140

36

6 Arthritis Research Campaign 2000 Available at

httpwwwarcorgukabout_arthastatshtm

7 Felson DT Zhang Y Hannan MT et al The Incidence and Natural

History of Knee Osteoarthritis in the Elderly The Framingham

Osteoarthritis Study Arthritis Rheumatology 1995 38 1500 ndash 1505

8 Felson DT Zhang Y An Update on the Epidemiology of Knee and Hip

Osteoarthritis with a View to Prevention Arthritis Rheumatology 1998

41 1343 ndash 1355

9 Setiyohadi Bambang Osteoartritis Selayang Pandang Dalam Temu Ilmiah

Reumatologi Jakarta 2003 27 ndash 31

10 Klippel John H Dieppe Paul A Brooks Peter et al Osteoarthritis In

Rheumatology United Kingdom Mosby ndash Year Book Europe Limited

1994 21 ndash 106

11 Abbate L Renner JB Stevens J et al Do Body Composition and Body Fat

Distribution Explain Ethnic Differences in Radiographic Knee

Osteoarthritis Outcomes in African -American and Caucasian Women The

North American Association for the Study of Obesity 2006 14 1274 ndash

1281

12 Amin Niu Jingbo Hunter David et al Smoking Worsens Knee

Osteoarthritis News Center Oklahoma City Oklahoma USA 2006 1 ndash 4

13 McAlindon Timothy E Felson David T Zhang Yuqing et al Relation of

Dietary Intake and Serum Levels of Vitamin D to Progression of

Osteoarthritis of the Knee Among Participants in the Framingham Study

14 Englund M and Lohmander LS Patellofemoral Osteoarthritis Coexistent

with Tibiofemoral Osteoarthritis in a Meniscectomy Population Annals of

the Rheumatic Diseases 2005 64 1721 ndash 1726

15 Carter MA Osteoartritis In Price SA Wilson LM Patofisiologi konsep

klinis proses-proses penyakit 6th ed Jakarta EGC 2006 p 1380-4

16 Altman RD Criteria for the Classification of Osteoarthritis Journal of

Rheumatology 1991 27 (suppl) 10 ndash 12

37

17 Milne AD Evans NA Stanish WD Nonoperative Management of Knee

Osteoarthritis In Hartono IM Studi komparasi antara WOMAC index

dengan Kellgren-Lawrence grading system pada penderita osteoarthritis

genu [PPDS1 thesis] Semarang Medical Faculty Diponegoro University

2007 p 12

18 Haq I Murphy E Dacre J Osteoarthritis Review Postgrad Med J 2003

79 377 ndash 383

19 Anonim [1986] Criteria for classification of idiopathic osteoarthtritis (OA)

of the knee American College of Rheumatology [serial on the internet]

2010 [cited 2010 Jan 20] Available from

httpwwwrheumatologyorgpublicationsclassificationoakneeasp

aud=mem

38

  • BAB I
  • ILUSTRASI KASUS
  • 1 Pemeriksaan EKG
  • X ndash Ray Pelvis AP
  • BAB III
  • DISKUSI DAN PEMBAHASAN
Page 15: laporan kasus osteoartritis

Fungsi Ginjal

- Captopril 2 x 25mg (po)- Amlodipin 1x10mg (po)

EKG Gelombang T inverted di Lead II III aVF dan V1 ndash V3

-Ateroskle- rosis-Hipoksia vaskuler

Ischemia Hearth Disease

-Cek Profil Lipid Asam Urat Enzim Jantung

Non Farmakologi-Tirah baring- O2 3-4lpmFarmakologi-ISDN 3x5mg

-Cek EKG serial 4 jam

VI POMR (Problem Oriented Medical Record)

VII FOLLOW UP

Tanggal Subjektif dan Objektif Penatalaksanaan03022014 S kaki masih nyeri jika digerakkan (+)

pegel (+) masih belum bisa berjalan pusing (-) sesak (-)KU Kesadaran Sedang composmentisVS TD 170100 mmHg RR 18 kali menit N 88 kali menit T 370CVAS 7Bengkak (+) eritem (-) ROM terbatasEKG T inverted Lead IIIII aVF amp V1-V3

O2 3lpmIVFD RL 20 tpm Captopril 3x25mgHCT 2x50mgAmlodipin 1x10mgAnalsik 3x1Natrium Diklofenak 3x1ISDN 3x5mg

15

04022014 S kaki masih nyeri jika digerakkan ditekuk (+) pasien tetap masih belum bisa duduk maupun berjalan sesak(-) pusing(-)KU Kesadaran Sedang composmentisVS TD 130100 mmHg RR 18 kali menit N 76 kali menit T 3730CVAS 7Bengkak (+) eritem (-) ROM terbatas

O2 3lpmIVFD RL 20 tpm Captopril 3x25mgHCT 2x50mgAmlodipin 1x10mgAnalsik 3x1Natrium Diklofenak 3x1ISDN 3x5mg(+) Inj Flamicort 1 Amp Omeprazole 2x1

05022014 S kaki masih nyeri jika digerakkan (+) namun pasien sudah bisa tidur miring sambil menekuk lututnya pegel (+) masih belum bisa berjalan (+)KU Kesadaran Sedang composmentisVS TD 150100 mmHg RR 18 kali menit N 86 kali menit T 370CVAS 5Bengkak (+) eritem (-) ROM terbatas

O2 3lpmIVFD RL 20 tpm Captopril 3x25mgHCT 2x50mgAmlodipin 1x10mgAnalsik 3x1Natrium Diklofenak 3x1ISDN 3x5mg(+) Inj Flamicort 1 Amp Omeprazole 2x1Co SpRM untuk Fisioterapi

pasien sudah difisioterapi (IR)06022014 S kaki masih nyeri jika digerakkan (+)

ditambah keluhan nyeri pinggang keluhan pusing sesak mual muntah disangkalKU Kesadaran Sedang composmentisVS TD 200100 mmHg RR 20 kali menit N 88 kali menit T 3630CVAS 7Bengkak (+) eritem (-) ROM terbatas

O2 3lpmIVFD RL 20 tpm Inj Flamicort 1 AmpCaptopril 3x25mgHCT 2x50mgAmlodipin 1x10mgAnalsik 3x1Natrium Diklofenak 3x1ISDN 3x5mgOmeprazole 2x1

Fisioterapi masih dilanjutkan

16

07022014 S kaki masih nyeri tapi lebih jarang pasien sudah bisa setengah duduk namun tetap dibantu keluarga sesak (-) pusing (sedikit) makan minum (+) sedikit - sedikitKU Kesadaran Sedang composmentisVS TD 200100 mmHg RR 18 kali menit N 76 kali menit T 370CVAS 5Bengkak (+) eritem (-) ROM terbatas

Pasien dan keluarga APS pulang karena persoalan biaya terapi pulang

Captopril 3x25mgHCT 2x50mgAmlodipin 1x10mgAnalsik 3x1Natrium Diklofenak 3x1ISDN 3x5mgOmeprazole 2x1(+) Clonidin 3x1 tab

VIIIPROGNOSIS

Qua ad vitam Dubia ad bonam

Qua ad functionam Dubia ad malam

Qua ad sanationam Dubia ad malam

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

IDefinisi

Osteoarthritis (OA dikenal juga sebagai arthritis degeneratif penyakit

degeneratif sendi) merupakan penyakit sendi degeneratif yang mengenai

sendi-sendi penumpu berat badan dengan gambaran patologis yang berupa

kerusakan kartilago sendi dimana terjadi proses degradasi interaktif sendi

17

yang kompleks terdiri dari proses perbaikan pada kartilago tulang dan

sinovium diikuti komponen sekunder proses inflamasi12

II Epidemiologi

Osteoartritis merupakan penyakit sendi yang paling banyak ditemukan di

dunia termasuk di Indonesia Bahkan sejak tahun 2001 hingga 2010

dicanangkan sebagai dekade penyakit tulang dan sendi di seluruh dunia5

Penyakit ini menempati urutan kedua setelah penyakit kardiovaskuler sebagai

penyebab ketidakmampuan fisik Di Inggris dan Wales sekitar 13 hingga

175 juta orang mengalami gejala OA Di Amerika 1 dari 7 penduduk

menderita OA34

Di Australia pada tahun 2002 diperkirakan biaya nasional untuk OA

sebesar 1 dari GNP yaitu mencapai $Aus 2700orangtahun4 Di Indonesia

sendiri prevalensi total OA sebanyak 343 juta orang pada tahun 2002 dan

mencapai 365 juta orang pada tahun 2007 Diperkirakan 1 sampai 2 juta

orang lanjut usia di Indonesia menderita cacat karena osteoarthritis Pada

beberapa penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan terjadinya

osteoarthritis pada obesitas dan sendi penahan beban tubuh5 Dari sekian

banyak sendi yang dapat terserang OA lutut merupakan sendi yang paling

sering dijumpai terserang OA Data Arthritis Research Campaign

menunjukkan bahwa lebih dari 550 ribu orang di Inggris menderita OA lutut

yang parah dan lebih dari 80 ribu operasi replacement sendi lutut dilakukan di

Inggris pada tahun 2000 dengan biaya 405 juta Poundsterling6

III Patofisiologi Osteoartritis

Terjadinya OA tidak lepas dari banyak persendian yang ada di dalam

tubuh manusia Sebanyak 230 sendi menghubungkan 206 tulang yang

memungkinkan terjadinya gesekan Untuk melindungi tulang dari gesekan di

dalam tubuh ada tulang rawan Namun karena berbagai faktor risiko yang ada

maka terjadi erosi pada tulang rawan dan berkurangnya cairan pada sendi

Tulang rawan sendiri berfungsi untuk meredam getar antar tulang Tulang

rawan terdiri atas jaringan lunak kolagen yang berfungsi untuk menguatkan

18

17

sendi proteoglikan yang membuat jaringan tersebut elastis dan air (70

bagian) yang menjadi bantalan pelumas dan pemberi nutrisi910

Kondrosit adalah sel yang tugasnya membentuk proteoglikan dan

kolagen pada rawan sendi Osteoartritis terjadi akibat kondrosit gagal

mensintesis matriks yang berkualitas dan memelihara keseimbangan antara

degradasi dan sintesis matriks ekstraseluler termasuk produksi kolagen tipe I

III VI dan X yang berlebihan dan sintesis proteoglikan yang pendek Hal

tersebut menyebabkan terjadi perubahan pada diameter dan orientasi dari serat

kolagen yang mengubah biomekanik dari tulang rawan sehingga tulang rawan

sendi kehilangan sifat kompresibilitasnya yang unik9

Selain kondrosit sinoviosit juga berperan pada patogenesis OA

terutama setelah terjadi sinovitis yang menyebabkan nyeri dan perasaan tidak

nyaman Sinoviosit yang mengalami peradangan akan menghasilkan Matrix

Metalloproteinases (MMPs) dan berbagai sitokin yang akan dilepaskan ke

dalam rongga sendi dan merusak matriks rawan sendi serta mengaktifkan

kondrosit Pada akhirnya tulang subkondral juga akan ikut berperan dimana

osteoblas akan terangsang dan menghasilkan enzim proteolitik 910

Agrekanase merupakan enzim yang akan memecah proteoglikan di

dalam matriks rawan sendi yang disebut agrekan Ada dua tipe agrekanase

yaitu agrekanase 1 (ADAMTs-4) dan agrekanase 2 (ADAMTs-11) MMPs

diproduksi oleh kondrosit kemudian diaktifkan melalui kaskade yang

melibatkan proteinase serin (aktivator plasminogen plamsinogen plasmin)

radikal bebas dan beberapa MMPs tipe membran Kaskade enzimatik ini

dikontrol oleh berbagai inhibitor termasuk TIMPs dan inhibitor aktifator

plasminogen Enzim lain yang turut berperan merusak kolagen tipe II dan

proteoglikan adalah katepsin yang bekerja pada pH rendah termasuk

proteinase aspartat (katepsin D) dan proteinase sistein (katepsin B H K L

dan S) yang disimpam di dalam lisosom kondrosit Hialuronidase tidak

terdapat di dalam rawan sendi tetapi glikosidase lain turut berperan merusak

proteoglikan10

19

Berbagai sitokin turut berperan merangsang kondrosit dalam

menghasilkan enzim perusak rawan sendi Sitokin-sitokin pro-inflamasi akan

melekat pada reseptor di permukaan kondrosit dan sinoviosit dan

menyebabkan transkripsi gene MMP sehingga produksi enzim tersebut

meningkat Sitokin yang terpenting adalah IL-1 selain sebagai sitokin

pengatur (IL-6 IL-8 LIFI) dan sitokin inhibitor (IL-4 IL-10 IL-13 dan IFN-

γ) Sitokin inhibitor ini bersama IL-Ira dapat menghambat sekresi berbagai

MMPs dan meningkatkan sekresi TIMPs Selain itu IL-4 dan IL-13 juga

dapat melawan efek metabolik IL-1 IL-1 juga berperan menurunkan sintesis

kolagen tipe II dan IX dan meningkatkan sintesis kolagen tipe I dan III

sehingga menghasilkan matriks rawan sendi yang berkualitas buruk 910

IV Klasifikasi Osteoartritis

OA dapat terjadi secara primer (idiopatik) maupun sekunder seperti

yang tercantum di bawah ini 19

IDIOPATIK SEKUNDER

20

SetempatTangan- nodus Heberden dan Bouchard (nodal)- artritis erosif interfalang- karpal-metakarpal IKaki - haluks valgus- haluks rigidus- jari kontraktur (hammercock-up toes)- talonavikulareCoxae- eksentrik (superior)- konsentrik (aksial medial)- difus (koksa senilis)Vertebra- sendi apofiseal- sendi intervertebral- spondilosis (osteofit)- ligamentum (hiperostosis penyakit Forestier diffuse idiopathic skeletal hyperostosis=DISH)Tempat lainnya- glenohumeral- akromioklavikular- tibiotalar- sakroiliaka- temporomandibularMenyeluruhMeliputi 3 atau lebih daerah yang tersebut diatas (Kellgren-Moore)

Traumaminus akutminus kronik (okupasional port)Kongenital atau developmentalGangguan setempatminus Penyakit Leg-Calve-Perthesminus Dislokasi koksa kongenitalminus Slipped epiphysisFaktor mekanikminus Panjang tungkai tidak samaminus Deformitas valgus varusminus Sindroma hipermobilitasMetabolikminus Okronosis (alkaptonuria)minus Hemokromatosisminus Penyakit Wilsonminus Penyakit GaucherEndokrinminus Akromegaliminus Hiperparatiroidismeminus Diabetes melitusminus Obesitasminus HipotiroidismePenyakit Deposit Kalsiumminus Deposit kalsium pirofosfat dihidratminus Artropati hidroksiapatitPenyakit Tulang dan Sendi lainnya Setempatminus FrakturminusNekrosis avaskular

Tabel 21 Osteoartritis Idiopatik dan Sekunder

V Manifestasi Klinis 15

1 Nyeri sendi

Terutama bila sendi bergerak atau menanggung beban yang akan

berkurang bila penderita beristirahat

21

2 Kaku pada pagi hari (morning stiffness)

Kekakuan pada sendi yang terserang terjadi setelah imobilisasi yang

cukup lama (gel phenomenon) bahkan sering disebutkan kaku muncul

pada pagi hari setelah bangun tidur (morning stiffness)

3 Hambatan pergerakan sendi

Hambatan pergerakan sendi ini bersifat progresif lambat bertambah

berat secara perlahan sejalan dengan bertambahnya nyeri pada sendi

4 Krepitasi

Rasa gemeretak (seringkali sampai terdengar) yang terjadi pada sendi

yang sakit

5 Perubahan bentuk sendi

Sendi yang mengalami osteoarthritis biasanya mengalami perubahan

berupa perubahan bentuk dan penyempitan pada celah sendi

6 Perubahan gaya berjalan

Hal yang paling meresahkan pasien adalah perubahan gaya berjalan

hampir semua pasien osteoarthritis pada pergelangan kaki lutut dan

panggul mengalami perubahan gaya berjalan (pincang)

VI Faktor Risiko Osteoartritis Lutut (Genu)

Secara garis besar terdapat dua pembagian faktor risiko OA lutut yaitu

faktor predisposisi dan faktor biomekanis

1 Faktor Predisposisi

a Faktor Demografi

1) Umur

Dari semua faktor risiko untuk timbulnya osteoartritis faktor

ketuaan adalah yang terkuat Proses penuaan dianggap sebagai

penyebab peningkatan kelemahan di sekitar sendi penurunan

kelenturan sendi kalsifikasi tulang rawan dan menurunkan

fungsi kondrosit yang semuanya mendukung terjadinya OA

Studi Framingham menunjukkan bahwa 27 orang berusia 63 ndash

22

70 tahun memiliki bukti radiografik menderita OA lutut yang

meningkat mencapai 40 pada usia 80 tahun atau lebih7

2) Jenis kelamin

Prevalensi OA pada laki-laki sebelum usia 50 tahun lebih tinggi

dibandingkan perempuan tetapi setelah usia lebih dari 50 tahun

prevalensi perempuan lebih tinggi menderita OA dibandingkan

laki-laki Hal ini dikaitkan dengan pengurangan hormon

estrogen yang signifikan pada wanita8

3) Ras Etnis

Prevalensi OA lutut pada penderita di negara Eropa dan

Amerika tidak berbeda sedangkan suatu penelitian

membuktikan bahwa ras Afrika ndash Amerika memiliki risiko

menderita OA lutut 2 kali lebih besar dibandingkan ras

Kaukasia Penduduk Asia juga memiliki risiko menderita OA

lutut lebih tinggi dibandingkan Kaukasia1011 Suatu studi lain

menyimpulkan bahwa populasi kulit berwarna lebih banyak

terserang OA dibandingkan kulit putih9

b Faktor Genetik

Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoartritis Adanya

mutasi dalam gen prokolagen atau gen-gen struktural lain untuk

unsur-unsur tulang rawan sendi seperti kolagen proteoglikan

berperan dalam timbulnya kecenderungan familial pada

osteoartritis10

c Faktor Gaya Hidup

1) Kebiasaan Merokok

Merokok dapat merusak sel dan menghambat proliferasi sel

tulang rawan sendi

Merokok dapat meningkatkan tekanan oksidan yang

mempengaruhi hilangnya tulang rawan

23

Merokok dapat meningkatkan kandungan karbonmonoksida

dalam darah menyebabkan jaringan kekurangan oksigen

dan dapat menghambat pembentukan tulang rawan12

2) Konsumsi Vitamin D

Orang yang tidak biasa mengkonsumsi makanan yang

mengandung vitamin D memiliki peningkatan risiko 3 kali lipat

menderita OA lutut13

d Faktor Metabolik

1) Obesitas

Berat badan yang berlebih ternyata dapat meningkatkan tekanan

mekanik pada sendi penahan beban tubuh dan lebih sering

menyebabkan osteoartritis lutut7

2) Osteoporosis

Hubungan antara OA lutut dan osteoporosis mendukung teori

bahwa gerakan mekanis yang abnormal tulang akan

mempercepat kerusakan tulang rawan sendi10

3) Penyakit Lain

OA lutut terbukti berhubungan dengan diabetes mellitus

hipertensi dan hiperurikemi dengan catatan pasien tidak

mengalami obesitas10

4) Histerktomi

Hal ini diduga berkaitan dengan pengurangan produksi hormon

estrogen setelah dilakukan pengangkatan rahim 10

5) Manisektomi

Menisektomi merupakan operasi yang dilakukan di daerah lutut

dan telah diidentifikasi sebagai faktor risiko penting bagi OA

lutut Hal ini berkaitan dengan hilangnya jaringan meniscus14

2 Faktor Biomekanis

a Riwayat Trauma Lutut

24

Trauma lutut yang akut termasuk robekan pada ligamentum

krusiatum dan meniskus merupakan faktor risiko timbulnya OA

lutut9

b Kelainan Anatomis

Faktor risiko timbulnya OA lutut antara lain kelainan lokal pada

sendi lutut seperti genu varum genu valgus Legg ndash Calve ndashPerthes

disease dan displasia asetabulum10

c Pekerjaan

Osteoartritis banyak ditemukan pada pekerja fisik berat terutama

yang banyak menggunakan kekuatan yang bertumpu pada lutut

(petani kuli dll)9

d Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik berat seperti berdiri lama (2 jam atau lebih setiap

hari) berjalan jarak jauh (2 jam atau lebih setiap hari) mengangkat

barang berat (10 kg ndash 50 kg selama 10 kali atau lebih setiap

minggu) mendorong objek yang berat (10 kg ndash 50 kg selama 10

kali atau lebih setiap minggu) naik turun tangga setiap hari

merupakan faktor risiko OA lutut 9

e Kebiasaan Olahraga

Atlit olah raga benturan keras dan membebani lutut seperti sepak

bola lari maraton dan kung fu memiliki risiko meningkat untuk

menderita OA lutut10

VII Kriteria Diagnosis Osteoartritis Lutut (Genu)

25

Kriteria diagnosis OA lutut menggunakan kriteria klasifikasi American

College of Rheumatology seperti tercantum pada tabel berikut ini 16

Tabel 22 Kriteria Klasifikasi Osteoartritis Lutut

Derajat osteoartritis lutut dinilai menjadi lima derajat oleh Kellgren dan

Lawrence yaitu 17

- Derajat 0 tidak ada gambaran osteoartritis

- Derajat 1 osteoartritis meragukan dengan gambaran sendi normal tetapi

terdapat osteofit minimal

- Derajat 2 osteoartritis minimal dengan osteofit pada 2 tempat tidak terdapat

sklerosis dan kista subkondral serta celah sendi baik

- Derajat 3 osteoartritis moderat dengan osteofit moderat deformitas ujung

tulang dan celah sendi sempit

- Derajat 4 osteoartritis berat dengan osteofit besar deformitas ujung tulang

celah sendi hilang serta adanyasklerosis dan kista subkondral

26

VIIIPenatalaksanaan Osteoarthritis

Tujuan penatalaksanaan pasien dengan osteoarthritis adalah18

1 Meredakan nyeri

2 Mengoptimalkan fungsi sendi

3 Mengurangi ketergantungan kepada orang lain dan meningkatkan

kualitas hidup

4 Menghambat progresivitas penyakit

5 Mencegah terjadinya komplikasi

Pilar terapi pada pasien dengan osteoarthritis yaitu

Nonfarmakologis

1 Modifikasi pola hidup

2 Edukasi

3 Istirahat teratur yang bertujuan mengurangi penggunaan beban pada

sendi

4 Modifikasi aktivitas

5 Menurunkan berat badan

6 Rehabilitasi medik fisioterapi

a Latihan statis dan memperkuat otot-otot

b Fisioterapi yang berguna untuk mengurangi nyeri menguatkan otot

dan menambah luas pergerakan sendi

7 Penggunaan alat bantu

Farmakologis

1 Sistemik

a Analgetik

Non narkotik parasetamol

Opioid (kodein tramadol)

b Antiinflamasi nonsteroid (NSAIDs)

Oral

Injeksi

Suppositoria

27

c DMOADs (disease modifying OA drugs)

Diantara nutraceutical yang saat ini tersedia di Indonesia adalah

Glucosamine sulfate dan Chondroitine sulfate

2 Topikal

a Krim rubefacients dan capsaicin

Beberapa sediaan telah tersedia di Indonesia dengan cara kerja pada

umumnya bersifat counter irritant

b Krim NSAIDs

Beberapa yang dapat digunakan adalah gel piroxicam dan sodium

diklofenak

3 Injeksi intraartikularintra lesi

Pada dasarnya ada 2 indikasi suntikan intra artikular yakni penanganan

simtomatik dengan steroid dan viskosuplementasi dengan hyaluronan

untuk modifikasi perjalanan penyakit Beberapa preparat injeksi

intraartikular diantaranya

a Steroid ( triamsinolone hexacetonide dan methyl prednisolone )

Hanya diberikan jika ada satu atau dua sendi yang mengalami

nyeri dan inflamasi yang kurang responsif terhadap pemberian

NSAIDs tak dapat mentolerir NSAIDs atau ada komorbiditas yang

merupakan kontra indikasi terhadap pemberian NSAIDs

Dosis untuk sendi besar seperti lutut 40-50 mginjeksi

sedangkan untuk sendi-sendi kecil biasanya digunakan dosis 10 mg

b Hyaluronan high molecular weight dan low molecular weight

Diberikan berturut-turut 5 sampai 6 kali dengan interval satu

minggu masing-masing 2 sampai 25 ml Hyaluronan Sediaan di

Indonesia diantaranya adalah Hyalgan dan Osflex

4 Pembedahan

Sebelum diputuskan untuk terapi pembedahan harus dipertimbangkan

terlebih dahulu risiko dan keuntungannya Pertimbangan dilakukan

tindakan operatif bila

28

a Deformitas menimbulkan gangguan mobilisasi

b Nyeri yang tidak dapat teratasi dengan penganan medikamentosa

dan rehabilitatif

Ada 2 tipe terapi pembedahan Realignment osteotomi dan replacement

joint

Macam-macam operasi sendi lutut untuk osteoarthritis

a Partial replacementunicompartemental

b High tibial osteotomy orang muda

c Patella amp condyle resurfacing

d Minimally constrained total replacement stabilitas sendi dilakukan

sebagian oleh ligament asli dan sebagian oleh sendi buatan

e Cinstrained joint fixed hinges dipakai bila ada tulang hilang dan

severe instability

f Total knee replacement apabila didapatkan nyeri deformitas

instability akibat dari rheumatoid atau osteoarthritis

29

Gambar 21 Piramida Penatalaksanaan Osteoartritis

BAB III

DISKUSI DAN PEMBAHASAN

OA adalah penyakit degenerasi kartilago artikuler yang berlangsung secara

perlahan dan ditandai dengan nyeri sendi kekakuan dan keterbatasan gerak yang

berkembang secara progresif Tanda-tanda tersebut ditemukan pada penderita ini

Berdasarkan etiologinya OA diklasifikasikan menjadi dua yaitu OA

primer dan OA sekunder OA primer disebut juga OA idiopatik yaitu OA yang

kausanya tidak diketahui dan tidak ada hubungannya dengan penyakit sistemik

maupun proses perubahan lokal pada sendi OA sekunder adalah OA yang

didasari oleh adanya kelainan endokrin trauma inflamasi metabolik

pertumbuhan herediter jejas mikro dan makro serta imobilisasi yang terlalu lama

faktor mekanik penyakit deposit kalsium penyakit tulang dan sendi lainnya serta

neuropatik endemik Beberapa faktor risiko yang diketahui berhubungan dengan

penyakit OA diantaranya faktor risiko umum yang penting seperti kegemukan

faktor genetik dan jenis kelamin serta beberapa faktor risiko lain seperti usia lebih

dari 40 tahun suku bangsa cedera sendi pekerjaan olahraga kelainan

pertumbuhan kepadatan tulang dan lain-lain Pada penderita ini berdasarkan

30

anamnesis riwayat sosialnya penderita adalah seorang wanita berusia 75 tahun

yang meskipun tidak melakukan pekerjaan yang berat tetapi dirinya tetap

menjalankan pekerjaan rumah tangga (sebelum sakit) yang notabene banyak

menggunakan sendi lutut Selain itu dari pemeriksaan fisik penderita ini juga

mengalami kegemukan Kondisi-kondisi pada penderita ini merupakan faktor

risiko sekunder terjadinya OA Jadi dapat disimpulkan bahwa penyebab OA pada

penderita ini bukan termasuk faktor risiko OA primer

Penderita datang dengan keluhan nyeri pada kedua sendi lutut sejak plusmn 1

tahun SMRS dan puncaknya 2 hari SMRS dimana penderita sudah tidak bisa

berjalan lagi Nyeri sendi merupakan keluhan yang umum terjadi pada penyakit

reumatik seperti artritis gout OA keganasan reumatik septik dan lain

sebagainya Pada penderita ini nyeri terlokalisir pada lutut tanpa adanya nyeri

pada sendi yang lain nyeri bertambah saat melakukan gerakan (seperti berjalan)

dan berkurang apabila beristirahat Tidak ada demam Nyeri tidak menetap

sepanjang hari Nyeri seperti ini biasanya ditemukan pada OA

Penderita juga mengeluh kaku sendi Kaku sendi dirasakan penderita pada

pagi hari Keadaan ini biasanya disebabkan oleh desakan cairan yang berada di

sekitar jaringan yang mengalami inflamasi (kapsul sendi sinovial atau bursa)

Kaku sendi makin nyata pada pagi hari atau setelah istirahat Setelah digerak-

gerakkan cairan akan menyebar dari jaringan yang mengalami inflamasi sehingga

penderita merasa terlepas dari ikatan dan bisa menggerakkan sendinya kembali

Lama kaku sendi pada OA adalah kurang dari 30 menit sedangkan pada AR

minimal satu jam Pada penderita ini kaku sendi juga dirasakan pada pagi hari

selama plusmn 20-30 menit dan menghilang dengan sendirinya bila penderita

menggerakkan kakinya dengan beraktivitas seperti biasa Hal ini sesuai untuk

mendukung keluhan pada penderita OA

Penderita juga mengalami bengkak pada kedua lutut Bengkak dirasakan

oleh penderita sejak 6 bulan SMRS Sendi yang membengkak bisa disebabkan

oleh penonjolan tulang sinovitis efusi dan karena adanya osteofit yang dapat

mengubah permukaan sendi Pada penderita ditemukan osteofit pada pemeriksaan

rontgent

31

29

Pemeriksaan fisik lokalis pada kedua sendi lutut didapatkan pada

inspeksi didapatkan pembesaran bengkak pada kedua sendi lutut dengan tidak

ada perubahan warna kulit Palpasi pada kedua sendi lutut didapatkan nyeri tekan

dan pada perabaan dirasakan hangat Pemeriksaan gerak sendi didapat

keterbatasan gerak fleksi yaitu hanya dapat mengerakkan lutut sebesar 60deg

Hambatan gerak terutama disebabkan oleh adanya remodelling osteofit penebalan

kapsul dan juga adanya efusi Pada auskultasi sendi lutut penderita ditemukan

adanya krepitasi dimana terdengar suara gemeretak ldquokretek-kretekrdquo seperti suara

krupuk yang diremukkan Gejala ini mungkin disebabkan karena gesekan kedua

permukaan tulang sendi yang irregular pada saat sendi digerakkan ataupun secara

pasif dimanipulasi

Pemeriksaan radiologis pada penderita ini didapatkan adanya gambaran

berupa penyempitan sendi dan osteofit pada pinggir sendi Menipisnya rawan

sendi diawali dengan retak dan terbelahnya permukaan sendi di beberapa tempat

yang kemudian menyatu dan disebut sebagai fibrilasi Di lain pihak pada tulang

akan terjadi pula perubahan sebagai reaksi tubuh untuk memperbaiki kerusakan

Perubahan itu adalah penebalan tulang subkondral dan pembentukan osteofit

marginal disusul kemudian dengan perubahan komposisi molekular dan struktur

tulang Penipisan kartilago sendi akibat proses degeneratif memberi gambaran

penyempitan celah sendi yang tidak simetris pada foto polos radiologi Fungsi

kartilago sendi berkurang bahkan menghilang mengakibatkan beban stres di

daerah subkhondral bertambah Beberapa subkhondral tersebut dapat diamati pada

poto polos radiologi berupa pembentukan osteofit sklerotik subkhondral maupun

pembentukan kista subkhondral Pada penderita ini ditemukan adanya

pembentukan osteofit pada condylus lateralis dan medialis os tibio femoralis

Pada OA anamnesa (gejala klinis) pemeriksaan fisik dan pemeriksaan

radiologi sudah dapat menunjang penegakan diagnosis Hasil pemeriksaan

laboratorium pada OA biasanya tidak banyak berguna Darah tepi (Hb Leukosit

dan LED) dalam batas normal kecuali OA generalisata yang harus dibedakan

dengan arthritis peradangan Pada OA yang disertai peradangan mungkin

didapatkan penurunan viskositas pleositosis sedang hingga ringan serta

32

peningkatan ringan sel radang (lt8000m) gt1 Pada penderita ini dilakukan

pemeriksaan laboratorium darah lengkap kimia darah dan urin lengkap karena

pemeriksaan tersebut merupakan pemeriksaan rutin Dari hasil pemeriksaan

laboratorium pada penderita ini tidak ditemukan adanya kelainan

Diagnosis OA sudah bisa ditegakkan secara klinis dengan memakai

kriteria OA yang dibuat oleh Subcommittee American College of Rheumatology

(ACR) Kriteria OA lutut secara klinis laboratorium dan radiologis adalah adanya

nyeri lutut osteofit dan salah satu dari tanda berikut yaitu usia lebih dari 50

tahun kaku sendi kurang dari 30 menit atau adanya krepitus Pada penderita ini

wanita berusia 75 tahun ditemukan memiliki keluhan nyeri kedua sendi lutut

terdapat kaku sendi selama 20-30 menit terdapat krepitus dan pada pemeriksaan

radiologi ditemukan adanya osteofit

Pengelolaan penderita dengan OA bertujuan untuk menghilangkan

keluhan mengoptimalkan fungsi sendi mengurangi ketergantungan dan

meningkatkan kualitas hidup menghambat progresivitas penyakit dan mencegah

komplikasi Pilar terapi OA non farmakologis (edukasi terapi fisik

dietpenurunan berat badan) farmakologis (analgetik kortikosteroid lokal

sistemik kondroprotektif dan biologik) dan pembedahan

Edukasi sangat penting bagi semua pasien OA Dua hal yang menjadi

tujuan edukasi adalah bagaimana mengatasi nyeri dan disabilitas Pemberian

edukasi pada penderita ini sangat penting karena dengan edukasi diharapkan

pengetahuan penderita mengenai penyakit OA menjadi meningkat dan pengobatan

menjadi lebih mudah serta dapat diajak bersama-sama untuk mencegah kerusakan

organ sendi lebih lanjut Edukasi yang diberikan pada penderita ini yaitu

memberikan pengertian bahwa OA adalah penyakit yang kronik sehingga perlu

dipahami bahwa mungkin dalam derajat tertentu akan tetap ada rasa nyeri kaku

dan keterbatasan gerak serta fungsi Selain itu agar rasa nyeri dapat berkurang

maka penderita hendaknya mengurangi aktivitaspekerjaannya sehingga tidak

terlalu banyak menggunakan sendi lutut dan lebih banyak beristirahat Penderita

juga disarankan untuk kembali kontrol sehingga dapat diketahui apakah

33

penyakitnya sudah membaik atau ternyata ada efek samping akibat obat yang

diberikan

Terapi fisik bertujuan untuk melatih penderita agar persendiannya tetap

dapat dipakai dan melatih penderita untuk melindungi sendi yang sakit Pada

penderita ini dianjurkan untuk berolah raga tapi olah raga yang memperberat

sendi sebaiknya dihindari seperti lari atau joging Hal ini dikarenakan dapat

menambah inflamasi meningkatkan tekanan intraartikular bila ada efusi sendi dan

bahkan bisa menyebabkan robekan kapsul sendi Untuk mencegah risiko

terjadinya kecacatan pada sendi sebaiknya dilakukan olah raga peregangan otot

seperti mQuadrisep femoris dengan peregangan otot diharapkan dapat membantu

dalam peningkatan fungsi sendi secara keseluruhan dan mengurangi nyeri Pada

penderita ini disarankan untuk senam lantai 3 kali seminggu dimana pasien

mengambil posisi terlentang sambil meregangkan lututnya dengan cara

mengangkat kaki dan secara perlahan menekuk dan meluruskan lututnya Olah

raga ini sangat mudah dilakukan apalagi mengingat usia penderita yang sudah

mencapai 75 tahun

Diet bertujuan untuk menurunkan berat badan pada penderita OA yang

gemuk Hal ini sebaiknya menjadi program utama pengobatan OA Penurunan

berat badan seringkali dapat mengurangi keluhan dan peradangan Selain itu

obesitas juga dapat meningkatkan risiko progresifitas dari OA Pada penderita ini

disarankan untuk mengurangi berat badan dengan mengatur diet rendah kalori

sampai mungkin mendekati berat badan ideal Dimana prinsipnya adalah

mengurangi kalori yang masuk dibawah energi yang dibutuhkan Penurunan

energi intake yang aman dianjurkan pemberian defisit energi antara 500-1000

kalori perhari sehingga diharapkan akan terjadi pembakaran lemak tubuh dan

penurunan berat badan 05 ndash 1 kg per minggu Biasanya intake energi diberikan

1200-1300 kal per hari dan paling rendah 800 kal per hari Formula yang dapat

digunakan untuk kebutuhan energi berdasarkan berat badan adalah 22kalkgBB

aktualhari dengan cara ini didapatkan defisit energi 1000 kalhari Pada penderita

ini dianjurkan untuk diet 1400 kal perhari agar mencapai BB idealnya yakni

setidaknya mencapai 55 kg Namun cara ini juga memerlukan kehati ndash hatian

34

dikarenakan usia penderita dan daya tahan tubuhnya yang memang sudah tidak

mendukung untuk melakukan usaha diit

Terapi farmakologis pada penderita OA biasanya bersifat simptomatis

Pada tahap awal dapat dicoba analgetik sederhana seperti asetaminofen atau

salisilat Bila tidak ada perbaikan dapat diberikan obat anti inflamasi non steroid

Untuk mengurangi keluhan nyeri pada penderita ini telah diberikan pengobatan

langsung dengan obat anti inflamasi non steroid seperti Na-diklofenak dengan

dosis 3times50 mg tanpa menggunakan obat lini pertama Hal ini dikarenakan keluhan

pada penderita ini sudah cukup berat ditambah pula adanya bengkak dan rasa

hangat di lutut yang tidak hilang dengan obat analgetik sederhana ( seperti yang

biasa dikonsumsi penderita) Na-diklofenak merupakan obat golongan OAINS

COX-1 inhibitor yang non-selektif dimana obat ini diberikan pada penderita

karena tidak terdapat riwayat pernah menderita gangguan gastrointestinal Namun

mengingat usia penderita yang memang sudah lanjut maka penderita juga

diberikan obat pelapis lambung untuk menjaga kondisi saluran pencernaannya Di

sini penderita diberikan obat golongan PPI (Omeprazole 2 x 20 mg) Setelah

dievaluasi beberapa hari ternyata keluhan nyeri dan bengkak pada penderita tidak

kunjung ada perubahan maka ditambahkan pula obat steroid injeksi dimana

pilihannya adalah InjTriamcinolon 1 Amp24 jam (Inj Flamicort) Selain itu

pasien juga dikonsulkan ke spesialis rehabilitasi medis untuk dilakukan

fisioterapi

Terapi pembedahan Terapi ini diberikan apabila terapi farmakologis dan

rehabilitasi tidak berhasil untuk mengurangi rasa sakit dan juga untuk melakukan

koreksi apabila terjadi deformitas yang menimbulkan gangguan mobilisasi sendi

yang mengganggu aktifitas sehari-hari Pada penderita ini tidak sampai dilakukan

terapi pembedahan

35

DAFTAR PUSTAKA

1 Soeroso J Isbagio H Kalim H Broto R Pramudiyo R Osteoartritis In

Sudoyo AW Setiyohadi B Alwi I Simadibrata M Setiati S editors Buku

Ajar Ilmu Penyakit Dalam 4th ed Jakarta Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit

Dalam Fakultas Kedokteran Indonesia 2006 p 1195-201

2 Osteoarthritis Wikipedia The Free Encyclopedia [serial on the internet]

2009 [cited 2009 Sep 1] Available from

httpenwikipediaorgwikiOsteoarthritis

3 Reginster JY The Prevalence and Burden of Osteoarthritis Rheumatology

2002 41 (suppl 1) 3 ndash 6

4 Wibowo Dhidik Tri Kurniawan Yusuf Latifah Tati Gunadi Rachmat

Perancangan dan Implementasi Sistem Bantu Diagnosis Penyakit

Osteoartritis dan Reumatoid Artritis Melalui Deteksi Penyempitan Celah

Sendi pada Citra X-Ray Tangan dan Lutut Dalam Temu Ilmiah

Reumatologi Jakarta 2003 168 ndash 172

5 Konggres Nasional Ikatan Reumatologi Indonesia VI httppemda-

diygoidberita 2005 102140

36

6 Arthritis Research Campaign 2000 Available at

httpwwwarcorgukabout_arthastatshtm

7 Felson DT Zhang Y Hannan MT et al The Incidence and Natural

History of Knee Osteoarthritis in the Elderly The Framingham

Osteoarthritis Study Arthritis Rheumatology 1995 38 1500 ndash 1505

8 Felson DT Zhang Y An Update on the Epidemiology of Knee and Hip

Osteoarthritis with a View to Prevention Arthritis Rheumatology 1998

41 1343 ndash 1355

9 Setiyohadi Bambang Osteoartritis Selayang Pandang Dalam Temu Ilmiah

Reumatologi Jakarta 2003 27 ndash 31

10 Klippel John H Dieppe Paul A Brooks Peter et al Osteoarthritis In

Rheumatology United Kingdom Mosby ndash Year Book Europe Limited

1994 21 ndash 106

11 Abbate L Renner JB Stevens J et al Do Body Composition and Body Fat

Distribution Explain Ethnic Differences in Radiographic Knee

Osteoarthritis Outcomes in African -American and Caucasian Women The

North American Association for the Study of Obesity 2006 14 1274 ndash

1281

12 Amin Niu Jingbo Hunter David et al Smoking Worsens Knee

Osteoarthritis News Center Oklahoma City Oklahoma USA 2006 1 ndash 4

13 McAlindon Timothy E Felson David T Zhang Yuqing et al Relation of

Dietary Intake and Serum Levels of Vitamin D to Progression of

Osteoarthritis of the Knee Among Participants in the Framingham Study

14 Englund M and Lohmander LS Patellofemoral Osteoarthritis Coexistent

with Tibiofemoral Osteoarthritis in a Meniscectomy Population Annals of

the Rheumatic Diseases 2005 64 1721 ndash 1726

15 Carter MA Osteoartritis In Price SA Wilson LM Patofisiologi konsep

klinis proses-proses penyakit 6th ed Jakarta EGC 2006 p 1380-4

16 Altman RD Criteria for the Classification of Osteoarthritis Journal of

Rheumatology 1991 27 (suppl) 10 ndash 12

37

17 Milne AD Evans NA Stanish WD Nonoperative Management of Knee

Osteoarthritis In Hartono IM Studi komparasi antara WOMAC index

dengan Kellgren-Lawrence grading system pada penderita osteoarthritis

genu [PPDS1 thesis] Semarang Medical Faculty Diponegoro University

2007 p 12

18 Haq I Murphy E Dacre J Osteoarthritis Review Postgrad Med J 2003

79 377 ndash 383

19 Anonim [1986] Criteria for classification of idiopathic osteoarthtritis (OA)

of the knee American College of Rheumatology [serial on the internet]

2010 [cited 2010 Jan 20] Available from

httpwwwrheumatologyorgpublicationsclassificationoakneeasp

aud=mem

38

  • BAB I
  • ILUSTRASI KASUS
  • 1 Pemeriksaan EKG
  • X ndash Ray Pelvis AP
  • BAB III
  • DISKUSI DAN PEMBAHASAN
Page 16: laporan kasus osteoartritis

04022014 S kaki masih nyeri jika digerakkan ditekuk (+) pasien tetap masih belum bisa duduk maupun berjalan sesak(-) pusing(-)KU Kesadaran Sedang composmentisVS TD 130100 mmHg RR 18 kali menit N 76 kali menit T 3730CVAS 7Bengkak (+) eritem (-) ROM terbatas

O2 3lpmIVFD RL 20 tpm Captopril 3x25mgHCT 2x50mgAmlodipin 1x10mgAnalsik 3x1Natrium Diklofenak 3x1ISDN 3x5mg(+) Inj Flamicort 1 Amp Omeprazole 2x1

05022014 S kaki masih nyeri jika digerakkan (+) namun pasien sudah bisa tidur miring sambil menekuk lututnya pegel (+) masih belum bisa berjalan (+)KU Kesadaran Sedang composmentisVS TD 150100 mmHg RR 18 kali menit N 86 kali menit T 370CVAS 5Bengkak (+) eritem (-) ROM terbatas

O2 3lpmIVFD RL 20 tpm Captopril 3x25mgHCT 2x50mgAmlodipin 1x10mgAnalsik 3x1Natrium Diklofenak 3x1ISDN 3x5mg(+) Inj Flamicort 1 Amp Omeprazole 2x1Co SpRM untuk Fisioterapi

pasien sudah difisioterapi (IR)06022014 S kaki masih nyeri jika digerakkan (+)

ditambah keluhan nyeri pinggang keluhan pusing sesak mual muntah disangkalKU Kesadaran Sedang composmentisVS TD 200100 mmHg RR 20 kali menit N 88 kali menit T 3630CVAS 7Bengkak (+) eritem (-) ROM terbatas

O2 3lpmIVFD RL 20 tpm Inj Flamicort 1 AmpCaptopril 3x25mgHCT 2x50mgAmlodipin 1x10mgAnalsik 3x1Natrium Diklofenak 3x1ISDN 3x5mgOmeprazole 2x1

Fisioterapi masih dilanjutkan

16

07022014 S kaki masih nyeri tapi lebih jarang pasien sudah bisa setengah duduk namun tetap dibantu keluarga sesak (-) pusing (sedikit) makan minum (+) sedikit - sedikitKU Kesadaran Sedang composmentisVS TD 200100 mmHg RR 18 kali menit N 76 kali menit T 370CVAS 5Bengkak (+) eritem (-) ROM terbatas

Pasien dan keluarga APS pulang karena persoalan biaya terapi pulang

Captopril 3x25mgHCT 2x50mgAmlodipin 1x10mgAnalsik 3x1Natrium Diklofenak 3x1ISDN 3x5mgOmeprazole 2x1(+) Clonidin 3x1 tab

VIIIPROGNOSIS

Qua ad vitam Dubia ad bonam

Qua ad functionam Dubia ad malam

Qua ad sanationam Dubia ad malam

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

IDefinisi

Osteoarthritis (OA dikenal juga sebagai arthritis degeneratif penyakit

degeneratif sendi) merupakan penyakit sendi degeneratif yang mengenai

sendi-sendi penumpu berat badan dengan gambaran patologis yang berupa

kerusakan kartilago sendi dimana terjadi proses degradasi interaktif sendi

17

yang kompleks terdiri dari proses perbaikan pada kartilago tulang dan

sinovium diikuti komponen sekunder proses inflamasi12

II Epidemiologi

Osteoartritis merupakan penyakit sendi yang paling banyak ditemukan di

dunia termasuk di Indonesia Bahkan sejak tahun 2001 hingga 2010

dicanangkan sebagai dekade penyakit tulang dan sendi di seluruh dunia5

Penyakit ini menempati urutan kedua setelah penyakit kardiovaskuler sebagai

penyebab ketidakmampuan fisik Di Inggris dan Wales sekitar 13 hingga

175 juta orang mengalami gejala OA Di Amerika 1 dari 7 penduduk

menderita OA34

Di Australia pada tahun 2002 diperkirakan biaya nasional untuk OA

sebesar 1 dari GNP yaitu mencapai $Aus 2700orangtahun4 Di Indonesia

sendiri prevalensi total OA sebanyak 343 juta orang pada tahun 2002 dan

mencapai 365 juta orang pada tahun 2007 Diperkirakan 1 sampai 2 juta

orang lanjut usia di Indonesia menderita cacat karena osteoarthritis Pada

beberapa penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan terjadinya

osteoarthritis pada obesitas dan sendi penahan beban tubuh5 Dari sekian

banyak sendi yang dapat terserang OA lutut merupakan sendi yang paling

sering dijumpai terserang OA Data Arthritis Research Campaign

menunjukkan bahwa lebih dari 550 ribu orang di Inggris menderita OA lutut

yang parah dan lebih dari 80 ribu operasi replacement sendi lutut dilakukan di

Inggris pada tahun 2000 dengan biaya 405 juta Poundsterling6

III Patofisiologi Osteoartritis

Terjadinya OA tidak lepas dari banyak persendian yang ada di dalam

tubuh manusia Sebanyak 230 sendi menghubungkan 206 tulang yang

memungkinkan terjadinya gesekan Untuk melindungi tulang dari gesekan di

dalam tubuh ada tulang rawan Namun karena berbagai faktor risiko yang ada

maka terjadi erosi pada tulang rawan dan berkurangnya cairan pada sendi

Tulang rawan sendiri berfungsi untuk meredam getar antar tulang Tulang

rawan terdiri atas jaringan lunak kolagen yang berfungsi untuk menguatkan

18

17

sendi proteoglikan yang membuat jaringan tersebut elastis dan air (70

bagian) yang menjadi bantalan pelumas dan pemberi nutrisi910

Kondrosit adalah sel yang tugasnya membentuk proteoglikan dan

kolagen pada rawan sendi Osteoartritis terjadi akibat kondrosit gagal

mensintesis matriks yang berkualitas dan memelihara keseimbangan antara

degradasi dan sintesis matriks ekstraseluler termasuk produksi kolagen tipe I

III VI dan X yang berlebihan dan sintesis proteoglikan yang pendek Hal

tersebut menyebabkan terjadi perubahan pada diameter dan orientasi dari serat

kolagen yang mengubah biomekanik dari tulang rawan sehingga tulang rawan

sendi kehilangan sifat kompresibilitasnya yang unik9

Selain kondrosit sinoviosit juga berperan pada patogenesis OA

terutama setelah terjadi sinovitis yang menyebabkan nyeri dan perasaan tidak

nyaman Sinoviosit yang mengalami peradangan akan menghasilkan Matrix

Metalloproteinases (MMPs) dan berbagai sitokin yang akan dilepaskan ke

dalam rongga sendi dan merusak matriks rawan sendi serta mengaktifkan

kondrosit Pada akhirnya tulang subkondral juga akan ikut berperan dimana

osteoblas akan terangsang dan menghasilkan enzim proteolitik 910

Agrekanase merupakan enzim yang akan memecah proteoglikan di

dalam matriks rawan sendi yang disebut agrekan Ada dua tipe agrekanase

yaitu agrekanase 1 (ADAMTs-4) dan agrekanase 2 (ADAMTs-11) MMPs

diproduksi oleh kondrosit kemudian diaktifkan melalui kaskade yang

melibatkan proteinase serin (aktivator plasminogen plamsinogen plasmin)

radikal bebas dan beberapa MMPs tipe membran Kaskade enzimatik ini

dikontrol oleh berbagai inhibitor termasuk TIMPs dan inhibitor aktifator

plasminogen Enzim lain yang turut berperan merusak kolagen tipe II dan

proteoglikan adalah katepsin yang bekerja pada pH rendah termasuk

proteinase aspartat (katepsin D) dan proteinase sistein (katepsin B H K L

dan S) yang disimpam di dalam lisosom kondrosit Hialuronidase tidak

terdapat di dalam rawan sendi tetapi glikosidase lain turut berperan merusak

proteoglikan10

19

Berbagai sitokin turut berperan merangsang kondrosit dalam

menghasilkan enzim perusak rawan sendi Sitokin-sitokin pro-inflamasi akan

melekat pada reseptor di permukaan kondrosit dan sinoviosit dan

menyebabkan transkripsi gene MMP sehingga produksi enzim tersebut

meningkat Sitokin yang terpenting adalah IL-1 selain sebagai sitokin

pengatur (IL-6 IL-8 LIFI) dan sitokin inhibitor (IL-4 IL-10 IL-13 dan IFN-

γ) Sitokin inhibitor ini bersama IL-Ira dapat menghambat sekresi berbagai

MMPs dan meningkatkan sekresi TIMPs Selain itu IL-4 dan IL-13 juga

dapat melawan efek metabolik IL-1 IL-1 juga berperan menurunkan sintesis

kolagen tipe II dan IX dan meningkatkan sintesis kolagen tipe I dan III

sehingga menghasilkan matriks rawan sendi yang berkualitas buruk 910

IV Klasifikasi Osteoartritis

OA dapat terjadi secara primer (idiopatik) maupun sekunder seperti

yang tercantum di bawah ini 19

IDIOPATIK SEKUNDER

20

SetempatTangan- nodus Heberden dan Bouchard (nodal)- artritis erosif interfalang- karpal-metakarpal IKaki - haluks valgus- haluks rigidus- jari kontraktur (hammercock-up toes)- talonavikulareCoxae- eksentrik (superior)- konsentrik (aksial medial)- difus (koksa senilis)Vertebra- sendi apofiseal- sendi intervertebral- spondilosis (osteofit)- ligamentum (hiperostosis penyakit Forestier diffuse idiopathic skeletal hyperostosis=DISH)Tempat lainnya- glenohumeral- akromioklavikular- tibiotalar- sakroiliaka- temporomandibularMenyeluruhMeliputi 3 atau lebih daerah yang tersebut diatas (Kellgren-Moore)

Traumaminus akutminus kronik (okupasional port)Kongenital atau developmentalGangguan setempatminus Penyakit Leg-Calve-Perthesminus Dislokasi koksa kongenitalminus Slipped epiphysisFaktor mekanikminus Panjang tungkai tidak samaminus Deformitas valgus varusminus Sindroma hipermobilitasMetabolikminus Okronosis (alkaptonuria)minus Hemokromatosisminus Penyakit Wilsonminus Penyakit GaucherEndokrinminus Akromegaliminus Hiperparatiroidismeminus Diabetes melitusminus Obesitasminus HipotiroidismePenyakit Deposit Kalsiumminus Deposit kalsium pirofosfat dihidratminus Artropati hidroksiapatitPenyakit Tulang dan Sendi lainnya Setempatminus FrakturminusNekrosis avaskular

Tabel 21 Osteoartritis Idiopatik dan Sekunder

V Manifestasi Klinis 15

1 Nyeri sendi

Terutama bila sendi bergerak atau menanggung beban yang akan

berkurang bila penderita beristirahat

21

2 Kaku pada pagi hari (morning stiffness)

Kekakuan pada sendi yang terserang terjadi setelah imobilisasi yang

cukup lama (gel phenomenon) bahkan sering disebutkan kaku muncul

pada pagi hari setelah bangun tidur (morning stiffness)

3 Hambatan pergerakan sendi

Hambatan pergerakan sendi ini bersifat progresif lambat bertambah

berat secara perlahan sejalan dengan bertambahnya nyeri pada sendi

4 Krepitasi

Rasa gemeretak (seringkali sampai terdengar) yang terjadi pada sendi

yang sakit

5 Perubahan bentuk sendi

Sendi yang mengalami osteoarthritis biasanya mengalami perubahan

berupa perubahan bentuk dan penyempitan pada celah sendi

6 Perubahan gaya berjalan

Hal yang paling meresahkan pasien adalah perubahan gaya berjalan

hampir semua pasien osteoarthritis pada pergelangan kaki lutut dan

panggul mengalami perubahan gaya berjalan (pincang)

VI Faktor Risiko Osteoartritis Lutut (Genu)

Secara garis besar terdapat dua pembagian faktor risiko OA lutut yaitu

faktor predisposisi dan faktor biomekanis

1 Faktor Predisposisi

a Faktor Demografi

1) Umur

Dari semua faktor risiko untuk timbulnya osteoartritis faktor

ketuaan adalah yang terkuat Proses penuaan dianggap sebagai

penyebab peningkatan kelemahan di sekitar sendi penurunan

kelenturan sendi kalsifikasi tulang rawan dan menurunkan

fungsi kondrosit yang semuanya mendukung terjadinya OA

Studi Framingham menunjukkan bahwa 27 orang berusia 63 ndash

22

70 tahun memiliki bukti radiografik menderita OA lutut yang

meningkat mencapai 40 pada usia 80 tahun atau lebih7

2) Jenis kelamin

Prevalensi OA pada laki-laki sebelum usia 50 tahun lebih tinggi

dibandingkan perempuan tetapi setelah usia lebih dari 50 tahun

prevalensi perempuan lebih tinggi menderita OA dibandingkan

laki-laki Hal ini dikaitkan dengan pengurangan hormon

estrogen yang signifikan pada wanita8

3) Ras Etnis

Prevalensi OA lutut pada penderita di negara Eropa dan

Amerika tidak berbeda sedangkan suatu penelitian

membuktikan bahwa ras Afrika ndash Amerika memiliki risiko

menderita OA lutut 2 kali lebih besar dibandingkan ras

Kaukasia Penduduk Asia juga memiliki risiko menderita OA

lutut lebih tinggi dibandingkan Kaukasia1011 Suatu studi lain

menyimpulkan bahwa populasi kulit berwarna lebih banyak

terserang OA dibandingkan kulit putih9

b Faktor Genetik

Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoartritis Adanya

mutasi dalam gen prokolagen atau gen-gen struktural lain untuk

unsur-unsur tulang rawan sendi seperti kolagen proteoglikan

berperan dalam timbulnya kecenderungan familial pada

osteoartritis10

c Faktor Gaya Hidup

1) Kebiasaan Merokok

Merokok dapat merusak sel dan menghambat proliferasi sel

tulang rawan sendi

Merokok dapat meningkatkan tekanan oksidan yang

mempengaruhi hilangnya tulang rawan

23

Merokok dapat meningkatkan kandungan karbonmonoksida

dalam darah menyebabkan jaringan kekurangan oksigen

dan dapat menghambat pembentukan tulang rawan12

2) Konsumsi Vitamin D

Orang yang tidak biasa mengkonsumsi makanan yang

mengandung vitamin D memiliki peningkatan risiko 3 kali lipat

menderita OA lutut13

d Faktor Metabolik

1) Obesitas

Berat badan yang berlebih ternyata dapat meningkatkan tekanan

mekanik pada sendi penahan beban tubuh dan lebih sering

menyebabkan osteoartritis lutut7

2) Osteoporosis

Hubungan antara OA lutut dan osteoporosis mendukung teori

bahwa gerakan mekanis yang abnormal tulang akan

mempercepat kerusakan tulang rawan sendi10

3) Penyakit Lain

OA lutut terbukti berhubungan dengan diabetes mellitus

hipertensi dan hiperurikemi dengan catatan pasien tidak

mengalami obesitas10

4) Histerktomi

Hal ini diduga berkaitan dengan pengurangan produksi hormon

estrogen setelah dilakukan pengangkatan rahim 10

5) Manisektomi

Menisektomi merupakan operasi yang dilakukan di daerah lutut

dan telah diidentifikasi sebagai faktor risiko penting bagi OA

lutut Hal ini berkaitan dengan hilangnya jaringan meniscus14

2 Faktor Biomekanis

a Riwayat Trauma Lutut

24

Trauma lutut yang akut termasuk robekan pada ligamentum

krusiatum dan meniskus merupakan faktor risiko timbulnya OA

lutut9

b Kelainan Anatomis

Faktor risiko timbulnya OA lutut antara lain kelainan lokal pada

sendi lutut seperti genu varum genu valgus Legg ndash Calve ndashPerthes

disease dan displasia asetabulum10

c Pekerjaan

Osteoartritis banyak ditemukan pada pekerja fisik berat terutama

yang banyak menggunakan kekuatan yang bertumpu pada lutut

(petani kuli dll)9

d Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik berat seperti berdiri lama (2 jam atau lebih setiap

hari) berjalan jarak jauh (2 jam atau lebih setiap hari) mengangkat

barang berat (10 kg ndash 50 kg selama 10 kali atau lebih setiap

minggu) mendorong objek yang berat (10 kg ndash 50 kg selama 10

kali atau lebih setiap minggu) naik turun tangga setiap hari

merupakan faktor risiko OA lutut 9

e Kebiasaan Olahraga

Atlit olah raga benturan keras dan membebani lutut seperti sepak

bola lari maraton dan kung fu memiliki risiko meningkat untuk

menderita OA lutut10

VII Kriteria Diagnosis Osteoartritis Lutut (Genu)

25

Kriteria diagnosis OA lutut menggunakan kriteria klasifikasi American

College of Rheumatology seperti tercantum pada tabel berikut ini 16

Tabel 22 Kriteria Klasifikasi Osteoartritis Lutut

Derajat osteoartritis lutut dinilai menjadi lima derajat oleh Kellgren dan

Lawrence yaitu 17

- Derajat 0 tidak ada gambaran osteoartritis

- Derajat 1 osteoartritis meragukan dengan gambaran sendi normal tetapi

terdapat osteofit minimal

- Derajat 2 osteoartritis minimal dengan osteofit pada 2 tempat tidak terdapat

sklerosis dan kista subkondral serta celah sendi baik

- Derajat 3 osteoartritis moderat dengan osteofit moderat deformitas ujung

tulang dan celah sendi sempit

- Derajat 4 osteoartritis berat dengan osteofit besar deformitas ujung tulang

celah sendi hilang serta adanyasklerosis dan kista subkondral

26

VIIIPenatalaksanaan Osteoarthritis

Tujuan penatalaksanaan pasien dengan osteoarthritis adalah18

1 Meredakan nyeri

2 Mengoptimalkan fungsi sendi

3 Mengurangi ketergantungan kepada orang lain dan meningkatkan

kualitas hidup

4 Menghambat progresivitas penyakit

5 Mencegah terjadinya komplikasi

Pilar terapi pada pasien dengan osteoarthritis yaitu

Nonfarmakologis

1 Modifikasi pola hidup

2 Edukasi

3 Istirahat teratur yang bertujuan mengurangi penggunaan beban pada

sendi

4 Modifikasi aktivitas

5 Menurunkan berat badan

6 Rehabilitasi medik fisioterapi

a Latihan statis dan memperkuat otot-otot

b Fisioterapi yang berguna untuk mengurangi nyeri menguatkan otot

dan menambah luas pergerakan sendi

7 Penggunaan alat bantu

Farmakologis

1 Sistemik

a Analgetik

Non narkotik parasetamol

Opioid (kodein tramadol)

b Antiinflamasi nonsteroid (NSAIDs)

Oral

Injeksi

Suppositoria

27

c DMOADs (disease modifying OA drugs)

Diantara nutraceutical yang saat ini tersedia di Indonesia adalah

Glucosamine sulfate dan Chondroitine sulfate

2 Topikal

a Krim rubefacients dan capsaicin

Beberapa sediaan telah tersedia di Indonesia dengan cara kerja pada

umumnya bersifat counter irritant

b Krim NSAIDs

Beberapa yang dapat digunakan adalah gel piroxicam dan sodium

diklofenak

3 Injeksi intraartikularintra lesi

Pada dasarnya ada 2 indikasi suntikan intra artikular yakni penanganan

simtomatik dengan steroid dan viskosuplementasi dengan hyaluronan

untuk modifikasi perjalanan penyakit Beberapa preparat injeksi

intraartikular diantaranya

a Steroid ( triamsinolone hexacetonide dan methyl prednisolone )

Hanya diberikan jika ada satu atau dua sendi yang mengalami

nyeri dan inflamasi yang kurang responsif terhadap pemberian

NSAIDs tak dapat mentolerir NSAIDs atau ada komorbiditas yang

merupakan kontra indikasi terhadap pemberian NSAIDs

Dosis untuk sendi besar seperti lutut 40-50 mginjeksi

sedangkan untuk sendi-sendi kecil biasanya digunakan dosis 10 mg

b Hyaluronan high molecular weight dan low molecular weight

Diberikan berturut-turut 5 sampai 6 kali dengan interval satu

minggu masing-masing 2 sampai 25 ml Hyaluronan Sediaan di

Indonesia diantaranya adalah Hyalgan dan Osflex

4 Pembedahan

Sebelum diputuskan untuk terapi pembedahan harus dipertimbangkan

terlebih dahulu risiko dan keuntungannya Pertimbangan dilakukan

tindakan operatif bila

28

a Deformitas menimbulkan gangguan mobilisasi

b Nyeri yang tidak dapat teratasi dengan penganan medikamentosa

dan rehabilitatif

Ada 2 tipe terapi pembedahan Realignment osteotomi dan replacement

joint

Macam-macam operasi sendi lutut untuk osteoarthritis

a Partial replacementunicompartemental

b High tibial osteotomy orang muda

c Patella amp condyle resurfacing

d Minimally constrained total replacement stabilitas sendi dilakukan

sebagian oleh ligament asli dan sebagian oleh sendi buatan

e Cinstrained joint fixed hinges dipakai bila ada tulang hilang dan

severe instability

f Total knee replacement apabila didapatkan nyeri deformitas

instability akibat dari rheumatoid atau osteoarthritis

29

Gambar 21 Piramida Penatalaksanaan Osteoartritis

BAB III

DISKUSI DAN PEMBAHASAN

OA adalah penyakit degenerasi kartilago artikuler yang berlangsung secara

perlahan dan ditandai dengan nyeri sendi kekakuan dan keterbatasan gerak yang

berkembang secara progresif Tanda-tanda tersebut ditemukan pada penderita ini

Berdasarkan etiologinya OA diklasifikasikan menjadi dua yaitu OA

primer dan OA sekunder OA primer disebut juga OA idiopatik yaitu OA yang

kausanya tidak diketahui dan tidak ada hubungannya dengan penyakit sistemik

maupun proses perubahan lokal pada sendi OA sekunder adalah OA yang

didasari oleh adanya kelainan endokrin trauma inflamasi metabolik

pertumbuhan herediter jejas mikro dan makro serta imobilisasi yang terlalu lama

faktor mekanik penyakit deposit kalsium penyakit tulang dan sendi lainnya serta

neuropatik endemik Beberapa faktor risiko yang diketahui berhubungan dengan

penyakit OA diantaranya faktor risiko umum yang penting seperti kegemukan

faktor genetik dan jenis kelamin serta beberapa faktor risiko lain seperti usia lebih

dari 40 tahun suku bangsa cedera sendi pekerjaan olahraga kelainan

pertumbuhan kepadatan tulang dan lain-lain Pada penderita ini berdasarkan

30

anamnesis riwayat sosialnya penderita adalah seorang wanita berusia 75 tahun

yang meskipun tidak melakukan pekerjaan yang berat tetapi dirinya tetap

menjalankan pekerjaan rumah tangga (sebelum sakit) yang notabene banyak

menggunakan sendi lutut Selain itu dari pemeriksaan fisik penderita ini juga

mengalami kegemukan Kondisi-kondisi pada penderita ini merupakan faktor

risiko sekunder terjadinya OA Jadi dapat disimpulkan bahwa penyebab OA pada

penderita ini bukan termasuk faktor risiko OA primer

Penderita datang dengan keluhan nyeri pada kedua sendi lutut sejak plusmn 1

tahun SMRS dan puncaknya 2 hari SMRS dimana penderita sudah tidak bisa

berjalan lagi Nyeri sendi merupakan keluhan yang umum terjadi pada penyakit

reumatik seperti artritis gout OA keganasan reumatik septik dan lain

sebagainya Pada penderita ini nyeri terlokalisir pada lutut tanpa adanya nyeri

pada sendi yang lain nyeri bertambah saat melakukan gerakan (seperti berjalan)

dan berkurang apabila beristirahat Tidak ada demam Nyeri tidak menetap

sepanjang hari Nyeri seperti ini biasanya ditemukan pada OA

Penderita juga mengeluh kaku sendi Kaku sendi dirasakan penderita pada

pagi hari Keadaan ini biasanya disebabkan oleh desakan cairan yang berada di

sekitar jaringan yang mengalami inflamasi (kapsul sendi sinovial atau bursa)

Kaku sendi makin nyata pada pagi hari atau setelah istirahat Setelah digerak-

gerakkan cairan akan menyebar dari jaringan yang mengalami inflamasi sehingga

penderita merasa terlepas dari ikatan dan bisa menggerakkan sendinya kembali

Lama kaku sendi pada OA adalah kurang dari 30 menit sedangkan pada AR

minimal satu jam Pada penderita ini kaku sendi juga dirasakan pada pagi hari

selama plusmn 20-30 menit dan menghilang dengan sendirinya bila penderita

menggerakkan kakinya dengan beraktivitas seperti biasa Hal ini sesuai untuk

mendukung keluhan pada penderita OA

Penderita juga mengalami bengkak pada kedua lutut Bengkak dirasakan

oleh penderita sejak 6 bulan SMRS Sendi yang membengkak bisa disebabkan

oleh penonjolan tulang sinovitis efusi dan karena adanya osteofit yang dapat

mengubah permukaan sendi Pada penderita ditemukan osteofit pada pemeriksaan

rontgent

31

29

Pemeriksaan fisik lokalis pada kedua sendi lutut didapatkan pada

inspeksi didapatkan pembesaran bengkak pada kedua sendi lutut dengan tidak

ada perubahan warna kulit Palpasi pada kedua sendi lutut didapatkan nyeri tekan

dan pada perabaan dirasakan hangat Pemeriksaan gerak sendi didapat

keterbatasan gerak fleksi yaitu hanya dapat mengerakkan lutut sebesar 60deg

Hambatan gerak terutama disebabkan oleh adanya remodelling osteofit penebalan

kapsul dan juga adanya efusi Pada auskultasi sendi lutut penderita ditemukan

adanya krepitasi dimana terdengar suara gemeretak ldquokretek-kretekrdquo seperti suara

krupuk yang diremukkan Gejala ini mungkin disebabkan karena gesekan kedua

permukaan tulang sendi yang irregular pada saat sendi digerakkan ataupun secara

pasif dimanipulasi

Pemeriksaan radiologis pada penderita ini didapatkan adanya gambaran

berupa penyempitan sendi dan osteofit pada pinggir sendi Menipisnya rawan

sendi diawali dengan retak dan terbelahnya permukaan sendi di beberapa tempat

yang kemudian menyatu dan disebut sebagai fibrilasi Di lain pihak pada tulang

akan terjadi pula perubahan sebagai reaksi tubuh untuk memperbaiki kerusakan

Perubahan itu adalah penebalan tulang subkondral dan pembentukan osteofit

marginal disusul kemudian dengan perubahan komposisi molekular dan struktur

tulang Penipisan kartilago sendi akibat proses degeneratif memberi gambaran

penyempitan celah sendi yang tidak simetris pada foto polos radiologi Fungsi

kartilago sendi berkurang bahkan menghilang mengakibatkan beban stres di

daerah subkhondral bertambah Beberapa subkhondral tersebut dapat diamati pada

poto polos radiologi berupa pembentukan osteofit sklerotik subkhondral maupun

pembentukan kista subkhondral Pada penderita ini ditemukan adanya

pembentukan osteofit pada condylus lateralis dan medialis os tibio femoralis

Pada OA anamnesa (gejala klinis) pemeriksaan fisik dan pemeriksaan

radiologi sudah dapat menunjang penegakan diagnosis Hasil pemeriksaan

laboratorium pada OA biasanya tidak banyak berguna Darah tepi (Hb Leukosit

dan LED) dalam batas normal kecuali OA generalisata yang harus dibedakan

dengan arthritis peradangan Pada OA yang disertai peradangan mungkin

didapatkan penurunan viskositas pleositosis sedang hingga ringan serta

32

peningkatan ringan sel radang (lt8000m) gt1 Pada penderita ini dilakukan

pemeriksaan laboratorium darah lengkap kimia darah dan urin lengkap karena

pemeriksaan tersebut merupakan pemeriksaan rutin Dari hasil pemeriksaan

laboratorium pada penderita ini tidak ditemukan adanya kelainan

Diagnosis OA sudah bisa ditegakkan secara klinis dengan memakai

kriteria OA yang dibuat oleh Subcommittee American College of Rheumatology

(ACR) Kriteria OA lutut secara klinis laboratorium dan radiologis adalah adanya

nyeri lutut osteofit dan salah satu dari tanda berikut yaitu usia lebih dari 50

tahun kaku sendi kurang dari 30 menit atau adanya krepitus Pada penderita ini

wanita berusia 75 tahun ditemukan memiliki keluhan nyeri kedua sendi lutut

terdapat kaku sendi selama 20-30 menit terdapat krepitus dan pada pemeriksaan

radiologi ditemukan adanya osteofit

Pengelolaan penderita dengan OA bertujuan untuk menghilangkan

keluhan mengoptimalkan fungsi sendi mengurangi ketergantungan dan

meningkatkan kualitas hidup menghambat progresivitas penyakit dan mencegah

komplikasi Pilar terapi OA non farmakologis (edukasi terapi fisik

dietpenurunan berat badan) farmakologis (analgetik kortikosteroid lokal

sistemik kondroprotektif dan biologik) dan pembedahan

Edukasi sangat penting bagi semua pasien OA Dua hal yang menjadi

tujuan edukasi adalah bagaimana mengatasi nyeri dan disabilitas Pemberian

edukasi pada penderita ini sangat penting karena dengan edukasi diharapkan

pengetahuan penderita mengenai penyakit OA menjadi meningkat dan pengobatan

menjadi lebih mudah serta dapat diajak bersama-sama untuk mencegah kerusakan

organ sendi lebih lanjut Edukasi yang diberikan pada penderita ini yaitu

memberikan pengertian bahwa OA adalah penyakit yang kronik sehingga perlu

dipahami bahwa mungkin dalam derajat tertentu akan tetap ada rasa nyeri kaku

dan keterbatasan gerak serta fungsi Selain itu agar rasa nyeri dapat berkurang

maka penderita hendaknya mengurangi aktivitaspekerjaannya sehingga tidak

terlalu banyak menggunakan sendi lutut dan lebih banyak beristirahat Penderita

juga disarankan untuk kembali kontrol sehingga dapat diketahui apakah

33

penyakitnya sudah membaik atau ternyata ada efek samping akibat obat yang

diberikan

Terapi fisik bertujuan untuk melatih penderita agar persendiannya tetap

dapat dipakai dan melatih penderita untuk melindungi sendi yang sakit Pada

penderita ini dianjurkan untuk berolah raga tapi olah raga yang memperberat

sendi sebaiknya dihindari seperti lari atau joging Hal ini dikarenakan dapat

menambah inflamasi meningkatkan tekanan intraartikular bila ada efusi sendi dan

bahkan bisa menyebabkan robekan kapsul sendi Untuk mencegah risiko

terjadinya kecacatan pada sendi sebaiknya dilakukan olah raga peregangan otot

seperti mQuadrisep femoris dengan peregangan otot diharapkan dapat membantu

dalam peningkatan fungsi sendi secara keseluruhan dan mengurangi nyeri Pada

penderita ini disarankan untuk senam lantai 3 kali seminggu dimana pasien

mengambil posisi terlentang sambil meregangkan lututnya dengan cara

mengangkat kaki dan secara perlahan menekuk dan meluruskan lututnya Olah

raga ini sangat mudah dilakukan apalagi mengingat usia penderita yang sudah

mencapai 75 tahun

Diet bertujuan untuk menurunkan berat badan pada penderita OA yang

gemuk Hal ini sebaiknya menjadi program utama pengobatan OA Penurunan

berat badan seringkali dapat mengurangi keluhan dan peradangan Selain itu

obesitas juga dapat meningkatkan risiko progresifitas dari OA Pada penderita ini

disarankan untuk mengurangi berat badan dengan mengatur diet rendah kalori

sampai mungkin mendekati berat badan ideal Dimana prinsipnya adalah

mengurangi kalori yang masuk dibawah energi yang dibutuhkan Penurunan

energi intake yang aman dianjurkan pemberian defisit energi antara 500-1000

kalori perhari sehingga diharapkan akan terjadi pembakaran lemak tubuh dan

penurunan berat badan 05 ndash 1 kg per minggu Biasanya intake energi diberikan

1200-1300 kal per hari dan paling rendah 800 kal per hari Formula yang dapat

digunakan untuk kebutuhan energi berdasarkan berat badan adalah 22kalkgBB

aktualhari dengan cara ini didapatkan defisit energi 1000 kalhari Pada penderita

ini dianjurkan untuk diet 1400 kal perhari agar mencapai BB idealnya yakni

setidaknya mencapai 55 kg Namun cara ini juga memerlukan kehati ndash hatian

34

dikarenakan usia penderita dan daya tahan tubuhnya yang memang sudah tidak

mendukung untuk melakukan usaha diit

Terapi farmakologis pada penderita OA biasanya bersifat simptomatis

Pada tahap awal dapat dicoba analgetik sederhana seperti asetaminofen atau

salisilat Bila tidak ada perbaikan dapat diberikan obat anti inflamasi non steroid

Untuk mengurangi keluhan nyeri pada penderita ini telah diberikan pengobatan

langsung dengan obat anti inflamasi non steroid seperti Na-diklofenak dengan

dosis 3times50 mg tanpa menggunakan obat lini pertama Hal ini dikarenakan keluhan

pada penderita ini sudah cukup berat ditambah pula adanya bengkak dan rasa

hangat di lutut yang tidak hilang dengan obat analgetik sederhana ( seperti yang

biasa dikonsumsi penderita) Na-diklofenak merupakan obat golongan OAINS

COX-1 inhibitor yang non-selektif dimana obat ini diberikan pada penderita

karena tidak terdapat riwayat pernah menderita gangguan gastrointestinal Namun

mengingat usia penderita yang memang sudah lanjut maka penderita juga

diberikan obat pelapis lambung untuk menjaga kondisi saluran pencernaannya Di

sini penderita diberikan obat golongan PPI (Omeprazole 2 x 20 mg) Setelah

dievaluasi beberapa hari ternyata keluhan nyeri dan bengkak pada penderita tidak

kunjung ada perubahan maka ditambahkan pula obat steroid injeksi dimana

pilihannya adalah InjTriamcinolon 1 Amp24 jam (Inj Flamicort) Selain itu

pasien juga dikonsulkan ke spesialis rehabilitasi medis untuk dilakukan

fisioterapi

Terapi pembedahan Terapi ini diberikan apabila terapi farmakologis dan

rehabilitasi tidak berhasil untuk mengurangi rasa sakit dan juga untuk melakukan

koreksi apabila terjadi deformitas yang menimbulkan gangguan mobilisasi sendi

yang mengganggu aktifitas sehari-hari Pada penderita ini tidak sampai dilakukan

terapi pembedahan

35

DAFTAR PUSTAKA

1 Soeroso J Isbagio H Kalim H Broto R Pramudiyo R Osteoartritis In

Sudoyo AW Setiyohadi B Alwi I Simadibrata M Setiati S editors Buku

Ajar Ilmu Penyakit Dalam 4th ed Jakarta Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit

Dalam Fakultas Kedokteran Indonesia 2006 p 1195-201

2 Osteoarthritis Wikipedia The Free Encyclopedia [serial on the internet]

2009 [cited 2009 Sep 1] Available from

httpenwikipediaorgwikiOsteoarthritis

3 Reginster JY The Prevalence and Burden of Osteoarthritis Rheumatology

2002 41 (suppl 1) 3 ndash 6

4 Wibowo Dhidik Tri Kurniawan Yusuf Latifah Tati Gunadi Rachmat

Perancangan dan Implementasi Sistem Bantu Diagnosis Penyakit

Osteoartritis dan Reumatoid Artritis Melalui Deteksi Penyempitan Celah

Sendi pada Citra X-Ray Tangan dan Lutut Dalam Temu Ilmiah

Reumatologi Jakarta 2003 168 ndash 172

5 Konggres Nasional Ikatan Reumatologi Indonesia VI httppemda-

diygoidberita 2005 102140

36

6 Arthritis Research Campaign 2000 Available at

httpwwwarcorgukabout_arthastatshtm

7 Felson DT Zhang Y Hannan MT et al The Incidence and Natural

History of Knee Osteoarthritis in the Elderly The Framingham

Osteoarthritis Study Arthritis Rheumatology 1995 38 1500 ndash 1505

8 Felson DT Zhang Y An Update on the Epidemiology of Knee and Hip

Osteoarthritis with a View to Prevention Arthritis Rheumatology 1998

41 1343 ndash 1355

9 Setiyohadi Bambang Osteoartritis Selayang Pandang Dalam Temu Ilmiah

Reumatologi Jakarta 2003 27 ndash 31

10 Klippel John H Dieppe Paul A Brooks Peter et al Osteoarthritis In

Rheumatology United Kingdom Mosby ndash Year Book Europe Limited

1994 21 ndash 106

11 Abbate L Renner JB Stevens J et al Do Body Composition and Body Fat

Distribution Explain Ethnic Differences in Radiographic Knee

Osteoarthritis Outcomes in African -American and Caucasian Women The

North American Association for the Study of Obesity 2006 14 1274 ndash

1281

12 Amin Niu Jingbo Hunter David et al Smoking Worsens Knee

Osteoarthritis News Center Oklahoma City Oklahoma USA 2006 1 ndash 4

13 McAlindon Timothy E Felson David T Zhang Yuqing et al Relation of

Dietary Intake and Serum Levels of Vitamin D to Progression of

Osteoarthritis of the Knee Among Participants in the Framingham Study

14 Englund M and Lohmander LS Patellofemoral Osteoarthritis Coexistent

with Tibiofemoral Osteoarthritis in a Meniscectomy Population Annals of

the Rheumatic Diseases 2005 64 1721 ndash 1726

15 Carter MA Osteoartritis In Price SA Wilson LM Patofisiologi konsep

klinis proses-proses penyakit 6th ed Jakarta EGC 2006 p 1380-4

16 Altman RD Criteria for the Classification of Osteoarthritis Journal of

Rheumatology 1991 27 (suppl) 10 ndash 12

37

17 Milne AD Evans NA Stanish WD Nonoperative Management of Knee

Osteoarthritis In Hartono IM Studi komparasi antara WOMAC index

dengan Kellgren-Lawrence grading system pada penderita osteoarthritis

genu [PPDS1 thesis] Semarang Medical Faculty Diponegoro University

2007 p 12

18 Haq I Murphy E Dacre J Osteoarthritis Review Postgrad Med J 2003

79 377 ndash 383

19 Anonim [1986] Criteria for classification of idiopathic osteoarthtritis (OA)

of the knee American College of Rheumatology [serial on the internet]

2010 [cited 2010 Jan 20] Available from

httpwwwrheumatologyorgpublicationsclassificationoakneeasp

aud=mem

38

  • BAB I
  • ILUSTRASI KASUS
  • 1 Pemeriksaan EKG
  • X ndash Ray Pelvis AP
  • BAB III
  • DISKUSI DAN PEMBAHASAN
Page 17: laporan kasus osteoartritis

07022014 S kaki masih nyeri tapi lebih jarang pasien sudah bisa setengah duduk namun tetap dibantu keluarga sesak (-) pusing (sedikit) makan minum (+) sedikit - sedikitKU Kesadaran Sedang composmentisVS TD 200100 mmHg RR 18 kali menit N 76 kali menit T 370CVAS 5Bengkak (+) eritem (-) ROM terbatas

Pasien dan keluarga APS pulang karena persoalan biaya terapi pulang

Captopril 3x25mgHCT 2x50mgAmlodipin 1x10mgAnalsik 3x1Natrium Diklofenak 3x1ISDN 3x5mgOmeprazole 2x1(+) Clonidin 3x1 tab

VIIIPROGNOSIS

Qua ad vitam Dubia ad bonam

Qua ad functionam Dubia ad malam

Qua ad sanationam Dubia ad malam

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

IDefinisi

Osteoarthritis (OA dikenal juga sebagai arthritis degeneratif penyakit

degeneratif sendi) merupakan penyakit sendi degeneratif yang mengenai

sendi-sendi penumpu berat badan dengan gambaran patologis yang berupa

kerusakan kartilago sendi dimana terjadi proses degradasi interaktif sendi

17

yang kompleks terdiri dari proses perbaikan pada kartilago tulang dan

sinovium diikuti komponen sekunder proses inflamasi12

II Epidemiologi

Osteoartritis merupakan penyakit sendi yang paling banyak ditemukan di

dunia termasuk di Indonesia Bahkan sejak tahun 2001 hingga 2010

dicanangkan sebagai dekade penyakit tulang dan sendi di seluruh dunia5

Penyakit ini menempati urutan kedua setelah penyakit kardiovaskuler sebagai

penyebab ketidakmampuan fisik Di Inggris dan Wales sekitar 13 hingga

175 juta orang mengalami gejala OA Di Amerika 1 dari 7 penduduk

menderita OA34

Di Australia pada tahun 2002 diperkirakan biaya nasional untuk OA

sebesar 1 dari GNP yaitu mencapai $Aus 2700orangtahun4 Di Indonesia

sendiri prevalensi total OA sebanyak 343 juta orang pada tahun 2002 dan

mencapai 365 juta orang pada tahun 2007 Diperkirakan 1 sampai 2 juta

orang lanjut usia di Indonesia menderita cacat karena osteoarthritis Pada

beberapa penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan terjadinya

osteoarthritis pada obesitas dan sendi penahan beban tubuh5 Dari sekian

banyak sendi yang dapat terserang OA lutut merupakan sendi yang paling

sering dijumpai terserang OA Data Arthritis Research Campaign

menunjukkan bahwa lebih dari 550 ribu orang di Inggris menderita OA lutut

yang parah dan lebih dari 80 ribu operasi replacement sendi lutut dilakukan di

Inggris pada tahun 2000 dengan biaya 405 juta Poundsterling6

III Patofisiologi Osteoartritis

Terjadinya OA tidak lepas dari banyak persendian yang ada di dalam

tubuh manusia Sebanyak 230 sendi menghubungkan 206 tulang yang

memungkinkan terjadinya gesekan Untuk melindungi tulang dari gesekan di

dalam tubuh ada tulang rawan Namun karena berbagai faktor risiko yang ada

maka terjadi erosi pada tulang rawan dan berkurangnya cairan pada sendi

Tulang rawan sendiri berfungsi untuk meredam getar antar tulang Tulang

rawan terdiri atas jaringan lunak kolagen yang berfungsi untuk menguatkan

18

17

sendi proteoglikan yang membuat jaringan tersebut elastis dan air (70

bagian) yang menjadi bantalan pelumas dan pemberi nutrisi910

Kondrosit adalah sel yang tugasnya membentuk proteoglikan dan

kolagen pada rawan sendi Osteoartritis terjadi akibat kondrosit gagal

mensintesis matriks yang berkualitas dan memelihara keseimbangan antara

degradasi dan sintesis matriks ekstraseluler termasuk produksi kolagen tipe I

III VI dan X yang berlebihan dan sintesis proteoglikan yang pendek Hal

tersebut menyebabkan terjadi perubahan pada diameter dan orientasi dari serat

kolagen yang mengubah biomekanik dari tulang rawan sehingga tulang rawan

sendi kehilangan sifat kompresibilitasnya yang unik9

Selain kondrosit sinoviosit juga berperan pada patogenesis OA

terutama setelah terjadi sinovitis yang menyebabkan nyeri dan perasaan tidak

nyaman Sinoviosit yang mengalami peradangan akan menghasilkan Matrix

Metalloproteinases (MMPs) dan berbagai sitokin yang akan dilepaskan ke

dalam rongga sendi dan merusak matriks rawan sendi serta mengaktifkan

kondrosit Pada akhirnya tulang subkondral juga akan ikut berperan dimana

osteoblas akan terangsang dan menghasilkan enzim proteolitik 910

Agrekanase merupakan enzim yang akan memecah proteoglikan di

dalam matriks rawan sendi yang disebut agrekan Ada dua tipe agrekanase

yaitu agrekanase 1 (ADAMTs-4) dan agrekanase 2 (ADAMTs-11) MMPs

diproduksi oleh kondrosit kemudian diaktifkan melalui kaskade yang

melibatkan proteinase serin (aktivator plasminogen plamsinogen plasmin)

radikal bebas dan beberapa MMPs tipe membran Kaskade enzimatik ini

dikontrol oleh berbagai inhibitor termasuk TIMPs dan inhibitor aktifator

plasminogen Enzim lain yang turut berperan merusak kolagen tipe II dan

proteoglikan adalah katepsin yang bekerja pada pH rendah termasuk

proteinase aspartat (katepsin D) dan proteinase sistein (katepsin B H K L

dan S) yang disimpam di dalam lisosom kondrosit Hialuronidase tidak

terdapat di dalam rawan sendi tetapi glikosidase lain turut berperan merusak

proteoglikan10

19

Berbagai sitokin turut berperan merangsang kondrosit dalam

menghasilkan enzim perusak rawan sendi Sitokin-sitokin pro-inflamasi akan

melekat pada reseptor di permukaan kondrosit dan sinoviosit dan

menyebabkan transkripsi gene MMP sehingga produksi enzim tersebut

meningkat Sitokin yang terpenting adalah IL-1 selain sebagai sitokin

pengatur (IL-6 IL-8 LIFI) dan sitokin inhibitor (IL-4 IL-10 IL-13 dan IFN-

γ) Sitokin inhibitor ini bersama IL-Ira dapat menghambat sekresi berbagai

MMPs dan meningkatkan sekresi TIMPs Selain itu IL-4 dan IL-13 juga

dapat melawan efek metabolik IL-1 IL-1 juga berperan menurunkan sintesis

kolagen tipe II dan IX dan meningkatkan sintesis kolagen tipe I dan III

sehingga menghasilkan matriks rawan sendi yang berkualitas buruk 910

IV Klasifikasi Osteoartritis

OA dapat terjadi secara primer (idiopatik) maupun sekunder seperti

yang tercantum di bawah ini 19

IDIOPATIK SEKUNDER

20

SetempatTangan- nodus Heberden dan Bouchard (nodal)- artritis erosif interfalang- karpal-metakarpal IKaki - haluks valgus- haluks rigidus- jari kontraktur (hammercock-up toes)- talonavikulareCoxae- eksentrik (superior)- konsentrik (aksial medial)- difus (koksa senilis)Vertebra- sendi apofiseal- sendi intervertebral- spondilosis (osteofit)- ligamentum (hiperostosis penyakit Forestier diffuse idiopathic skeletal hyperostosis=DISH)Tempat lainnya- glenohumeral- akromioklavikular- tibiotalar- sakroiliaka- temporomandibularMenyeluruhMeliputi 3 atau lebih daerah yang tersebut diatas (Kellgren-Moore)

Traumaminus akutminus kronik (okupasional port)Kongenital atau developmentalGangguan setempatminus Penyakit Leg-Calve-Perthesminus Dislokasi koksa kongenitalminus Slipped epiphysisFaktor mekanikminus Panjang tungkai tidak samaminus Deformitas valgus varusminus Sindroma hipermobilitasMetabolikminus Okronosis (alkaptonuria)minus Hemokromatosisminus Penyakit Wilsonminus Penyakit GaucherEndokrinminus Akromegaliminus Hiperparatiroidismeminus Diabetes melitusminus Obesitasminus HipotiroidismePenyakit Deposit Kalsiumminus Deposit kalsium pirofosfat dihidratminus Artropati hidroksiapatitPenyakit Tulang dan Sendi lainnya Setempatminus FrakturminusNekrosis avaskular

Tabel 21 Osteoartritis Idiopatik dan Sekunder

V Manifestasi Klinis 15

1 Nyeri sendi

Terutama bila sendi bergerak atau menanggung beban yang akan

berkurang bila penderita beristirahat

21

2 Kaku pada pagi hari (morning stiffness)

Kekakuan pada sendi yang terserang terjadi setelah imobilisasi yang

cukup lama (gel phenomenon) bahkan sering disebutkan kaku muncul

pada pagi hari setelah bangun tidur (morning stiffness)

3 Hambatan pergerakan sendi

Hambatan pergerakan sendi ini bersifat progresif lambat bertambah

berat secara perlahan sejalan dengan bertambahnya nyeri pada sendi

4 Krepitasi

Rasa gemeretak (seringkali sampai terdengar) yang terjadi pada sendi

yang sakit

5 Perubahan bentuk sendi

Sendi yang mengalami osteoarthritis biasanya mengalami perubahan

berupa perubahan bentuk dan penyempitan pada celah sendi

6 Perubahan gaya berjalan

Hal yang paling meresahkan pasien adalah perubahan gaya berjalan

hampir semua pasien osteoarthritis pada pergelangan kaki lutut dan

panggul mengalami perubahan gaya berjalan (pincang)

VI Faktor Risiko Osteoartritis Lutut (Genu)

Secara garis besar terdapat dua pembagian faktor risiko OA lutut yaitu

faktor predisposisi dan faktor biomekanis

1 Faktor Predisposisi

a Faktor Demografi

1) Umur

Dari semua faktor risiko untuk timbulnya osteoartritis faktor

ketuaan adalah yang terkuat Proses penuaan dianggap sebagai

penyebab peningkatan kelemahan di sekitar sendi penurunan

kelenturan sendi kalsifikasi tulang rawan dan menurunkan

fungsi kondrosit yang semuanya mendukung terjadinya OA

Studi Framingham menunjukkan bahwa 27 orang berusia 63 ndash

22

70 tahun memiliki bukti radiografik menderita OA lutut yang

meningkat mencapai 40 pada usia 80 tahun atau lebih7

2) Jenis kelamin

Prevalensi OA pada laki-laki sebelum usia 50 tahun lebih tinggi

dibandingkan perempuan tetapi setelah usia lebih dari 50 tahun

prevalensi perempuan lebih tinggi menderita OA dibandingkan

laki-laki Hal ini dikaitkan dengan pengurangan hormon

estrogen yang signifikan pada wanita8

3) Ras Etnis

Prevalensi OA lutut pada penderita di negara Eropa dan

Amerika tidak berbeda sedangkan suatu penelitian

membuktikan bahwa ras Afrika ndash Amerika memiliki risiko

menderita OA lutut 2 kali lebih besar dibandingkan ras

Kaukasia Penduduk Asia juga memiliki risiko menderita OA

lutut lebih tinggi dibandingkan Kaukasia1011 Suatu studi lain

menyimpulkan bahwa populasi kulit berwarna lebih banyak

terserang OA dibandingkan kulit putih9

b Faktor Genetik

Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoartritis Adanya

mutasi dalam gen prokolagen atau gen-gen struktural lain untuk

unsur-unsur tulang rawan sendi seperti kolagen proteoglikan

berperan dalam timbulnya kecenderungan familial pada

osteoartritis10

c Faktor Gaya Hidup

1) Kebiasaan Merokok

Merokok dapat merusak sel dan menghambat proliferasi sel

tulang rawan sendi

Merokok dapat meningkatkan tekanan oksidan yang

mempengaruhi hilangnya tulang rawan

23

Merokok dapat meningkatkan kandungan karbonmonoksida

dalam darah menyebabkan jaringan kekurangan oksigen

dan dapat menghambat pembentukan tulang rawan12

2) Konsumsi Vitamin D

Orang yang tidak biasa mengkonsumsi makanan yang

mengandung vitamin D memiliki peningkatan risiko 3 kali lipat

menderita OA lutut13

d Faktor Metabolik

1) Obesitas

Berat badan yang berlebih ternyata dapat meningkatkan tekanan

mekanik pada sendi penahan beban tubuh dan lebih sering

menyebabkan osteoartritis lutut7

2) Osteoporosis

Hubungan antara OA lutut dan osteoporosis mendukung teori

bahwa gerakan mekanis yang abnormal tulang akan

mempercepat kerusakan tulang rawan sendi10

3) Penyakit Lain

OA lutut terbukti berhubungan dengan diabetes mellitus

hipertensi dan hiperurikemi dengan catatan pasien tidak

mengalami obesitas10

4) Histerktomi

Hal ini diduga berkaitan dengan pengurangan produksi hormon

estrogen setelah dilakukan pengangkatan rahim 10

5) Manisektomi

Menisektomi merupakan operasi yang dilakukan di daerah lutut

dan telah diidentifikasi sebagai faktor risiko penting bagi OA

lutut Hal ini berkaitan dengan hilangnya jaringan meniscus14

2 Faktor Biomekanis

a Riwayat Trauma Lutut

24

Trauma lutut yang akut termasuk robekan pada ligamentum

krusiatum dan meniskus merupakan faktor risiko timbulnya OA

lutut9

b Kelainan Anatomis

Faktor risiko timbulnya OA lutut antara lain kelainan lokal pada

sendi lutut seperti genu varum genu valgus Legg ndash Calve ndashPerthes

disease dan displasia asetabulum10

c Pekerjaan

Osteoartritis banyak ditemukan pada pekerja fisik berat terutama

yang banyak menggunakan kekuatan yang bertumpu pada lutut

(petani kuli dll)9

d Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik berat seperti berdiri lama (2 jam atau lebih setiap

hari) berjalan jarak jauh (2 jam atau lebih setiap hari) mengangkat

barang berat (10 kg ndash 50 kg selama 10 kali atau lebih setiap

minggu) mendorong objek yang berat (10 kg ndash 50 kg selama 10

kali atau lebih setiap minggu) naik turun tangga setiap hari

merupakan faktor risiko OA lutut 9

e Kebiasaan Olahraga

Atlit olah raga benturan keras dan membebani lutut seperti sepak

bola lari maraton dan kung fu memiliki risiko meningkat untuk

menderita OA lutut10

VII Kriteria Diagnosis Osteoartritis Lutut (Genu)

25

Kriteria diagnosis OA lutut menggunakan kriteria klasifikasi American

College of Rheumatology seperti tercantum pada tabel berikut ini 16

Tabel 22 Kriteria Klasifikasi Osteoartritis Lutut

Derajat osteoartritis lutut dinilai menjadi lima derajat oleh Kellgren dan

Lawrence yaitu 17

- Derajat 0 tidak ada gambaran osteoartritis

- Derajat 1 osteoartritis meragukan dengan gambaran sendi normal tetapi

terdapat osteofit minimal

- Derajat 2 osteoartritis minimal dengan osteofit pada 2 tempat tidak terdapat

sklerosis dan kista subkondral serta celah sendi baik

- Derajat 3 osteoartritis moderat dengan osteofit moderat deformitas ujung

tulang dan celah sendi sempit

- Derajat 4 osteoartritis berat dengan osteofit besar deformitas ujung tulang

celah sendi hilang serta adanyasklerosis dan kista subkondral

26

VIIIPenatalaksanaan Osteoarthritis

Tujuan penatalaksanaan pasien dengan osteoarthritis adalah18

1 Meredakan nyeri

2 Mengoptimalkan fungsi sendi

3 Mengurangi ketergantungan kepada orang lain dan meningkatkan

kualitas hidup

4 Menghambat progresivitas penyakit

5 Mencegah terjadinya komplikasi

Pilar terapi pada pasien dengan osteoarthritis yaitu

Nonfarmakologis

1 Modifikasi pola hidup

2 Edukasi

3 Istirahat teratur yang bertujuan mengurangi penggunaan beban pada

sendi

4 Modifikasi aktivitas

5 Menurunkan berat badan

6 Rehabilitasi medik fisioterapi

a Latihan statis dan memperkuat otot-otot

b Fisioterapi yang berguna untuk mengurangi nyeri menguatkan otot

dan menambah luas pergerakan sendi

7 Penggunaan alat bantu

Farmakologis

1 Sistemik

a Analgetik

Non narkotik parasetamol

Opioid (kodein tramadol)

b Antiinflamasi nonsteroid (NSAIDs)

Oral

Injeksi

Suppositoria

27

c DMOADs (disease modifying OA drugs)

Diantara nutraceutical yang saat ini tersedia di Indonesia adalah

Glucosamine sulfate dan Chondroitine sulfate

2 Topikal

a Krim rubefacients dan capsaicin

Beberapa sediaan telah tersedia di Indonesia dengan cara kerja pada

umumnya bersifat counter irritant

b Krim NSAIDs

Beberapa yang dapat digunakan adalah gel piroxicam dan sodium

diklofenak

3 Injeksi intraartikularintra lesi

Pada dasarnya ada 2 indikasi suntikan intra artikular yakni penanganan

simtomatik dengan steroid dan viskosuplementasi dengan hyaluronan

untuk modifikasi perjalanan penyakit Beberapa preparat injeksi

intraartikular diantaranya

a Steroid ( triamsinolone hexacetonide dan methyl prednisolone )

Hanya diberikan jika ada satu atau dua sendi yang mengalami

nyeri dan inflamasi yang kurang responsif terhadap pemberian

NSAIDs tak dapat mentolerir NSAIDs atau ada komorbiditas yang

merupakan kontra indikasi terhadap pemberian NSAIDs

Dosis untuk sendi besar seperti lutut 40-50 mginjeksi

sedangkan untuk sendi-sendi kecil biasanya digunakan dosis 10 mg

b Hyaluronan high molecular weight dan low molecular weight

Diberikan berturut-turut 5 sampai 6 kali dengan interval satu

minggu masing-masing 2 sampai 25 ml Hyaluronan Sediaan di

Indonesia diantaranya adalah Hyalgan dan Osflex

4 Pembedahan

Sebelum diputuskan untuk terapi pembedahan harus dipertimbangkan

terlebih dahulu risiko dan keuntungannya Pertimbangan dilakukan

tindakan operatif bila

28

a Deformitas menimbulkan gangguan mobilisasi

b Nyeri yang tidak dapat teratasi dengan penganan medikamentosa

dan rehabilitatif

Ada 2 tipe terapi pembedahan Realignment osteotomi dan replacement

joint

Macam-macam operasi sendi lutut untuk osteoarthritis

a Partial replacementunicompartemental

b High tibial osteotomy orang muda

c Patella amp condyle resurfacing

d Minimally constrained total replacement stabilitas sendi dilakukan

sebagian oleh ligament asli dan sebagian oleh sendi buatan

e Cinstrained joint fixed hinges dipakai bila ada tulang hilang dan

severe instability

f Total knee replacement apabila didapatkan nyeri deformitas

instability akibat dari rheumatoid atau osteoarthritis

29

Gambar 21 Piramida Penatalaksanaan Osteoartritis

BAB III

DISKUSI DAN PEMBAHASAN

OA adalah penyakit degenerasi kartilago artikuler yang berlangsung secara

perlahan dan ditandai dengan nyeri sendi kekakuan dan keterbatasan gerak yang

berkembang secara progresif Tanda-tanda tersebut ditemukan pada penderita ini

Berdasarkan etiologinya OA diklasifikasikan menjadi dua yaitu OA

primer dan OA sekunder OA primer disebut juga OA idiopatik yaitu OA yang

kausanya tidak diketahui dan tidak ada hubungannya dengan penyakit sistemik

maupun proses perubahan lokal pada sendi OA sekunder adalah OA yang

didasari oleh adanya kelainan endokrin trauma inflamasi metabolik

pertumbuhan herediter jejas mikro dan makro serta imobilisasi yang terlalu lama

faktor mekanik penyakit deposit kalsium penyakit tulang dan sendi lainnya serta

neuropatik endemik Beberapa faktor risiko yang diketahui berhubungan dengan

penyakit OA diantaranya faktor risiko umum yang penting seperti kegemukan

faktor genetik dan jenis kelamin serta beberapa faktor risiko lain seperti usia lebih

dari 40 tahun suku bangsa cedera sendi pekerjaan olahraga kelainan

pertumbuhan kepadatan tulang dan lain-lain Pada penderita ini berdasarkan

30

anamnesis riwayat sosialnya penderita adalah seorang wanita berusia 75 tahun

yang meskipun tidak melakukan pekerjaan yang berat tetapi dirinya tetap

menjalankan pekerjaan rumah tangga (sebelum sakit) yang notabene banyak

menggunakan sendi lutut Selain itu dari pemeriksaan fisik penderita ini juga

mengalami kegemukan Kondisi-kondisi pada penderita ini merupakan faktor

risiko sekunder terjadinya OA Jadi dapat disimpulkan bahwa penyebab OA pada

penderita ini bukan termasuk faktor risiko OA primer

Penderita datang dengan keluhan nyeri pada kedua sendi lutut sejak plusmn 1

tahun SMRS dan puncaknya 2 hari SMRS dimana penderita sudah tidak bisa

berjalan lagi Nyeri sendi merupakan keluhan yang umum terjadi pada penyakit

reumatik seperti artritis gout OA keganasan reumatik septik dan lain

sebagainya Pada penderita ini nyeri terlokalisir pada lutut tanpa adanya nyeri

pada sendi yang lain nyeri bertambah saat melakukan gerakan (seperti berjalan)

dan berkurang apabila beristirahat Tidak ada demam Nyeri tidak menetap

sepanjang hari Nyeri seperti ini biasanya ditemukan pada OA

Penderita juga mengeluh kaku sendi Kaku sendi dirasakan penderita pada

pagi hari Keadaan ini biasanya disebabkan oleh desakan cairan yang berada di

sekitar jaringan yang mengalami inflamasi (kapsul sendi sinovial atau bursa)

Kaku sendi makin nyata pada pagi hari atau setelah istirahat Setelah digerak-

gerakkan cairan akan menyebar dari jaringan yang mengalami inflamasi sehingga

penderita merasa terlepas dari ikatan dan bisa menggerakkan sendinya kembali

Lama kaku sendi pada OA adalah kurang dari 30 menit sedangkan pada AR

minimal satu jam Pada penderita ini kaku sendi juga dirasakan pada pagi hari

selama plusmn 20-30 menit dan menghilang dengan sendirinya bila penderita

menggerakkan kakinya dengan beraktivitas seperti biasa Hal ini sesuai untuk

mendukung keluhan pada penderita OA

Penderita juga mengalami bengkak pada kedua lutut Bengkak dirasakan

oleh penderita sejak 6 bulan SMRS Sendi yang membengkak bisa disebabkan

oleh penonjolan tulang sinovitis efusi dan karena adanya osteofit yang dapat

mengubah permukaan sendi Pada penderita ditemukan osteofit pada pemeriksaan

rontgent

31

29

Pemeriksaan fisik lokalis pada kedua sendi lutut didapatkan pada

inspeksi didapatkan pembesaran bengkak pada kedua sendi lutut dengan tidak

ada perubahan warna kulit Palpasi pada kedua sendi lutut didapatkan nyeri tekan

dan pada perabaan dirasakan hangat Pemeriksaan gerak sendi didapat

keterbatasan gerak fleksi yaitu hanya dapat mengerakkan lutut sebesar 60deg

Hambatan gerak terutama disebabkan oleh adanya remodelling osteofit penebalan

kapsul dan juga adanya efusi Pada auskultasi sendi lutut penderita ditemukan

adanya krepitasi dimana terdengar suara gemeretak ldquokretek-kretekrdquo seperti suara

krupuk yang diremukkan Gejala ini mungkin disebabkan karena gesekan kedua

permukaan tulang sendi yang irregular pada saat sendi digerakkan ataupun secara

pasif dimanipulasi

Pemeriksaan radiologis pada penderita ini didapatkan adanya gambaran

berupa penyempitan sendi dan osteofit pada pinggir sendi Menipisnya rawan

sendi diawali dengan retak dan terbelahnya permukaan sendi di beberapa tempat

yang kemudian menyatu dan disebut sebagai fibrilasi Di lain pihak pada tulang

akan terjadi pula perubahan sebagai reaksi tubuh untuk memperbaiki kerusakan

Perubahan itu adalah penebalan tulang subkondral dan pembentukan osteofit

marginal disusul kemudian dengan perubahan komposisi molekular dan struktur

tulang Penipisan kartilago sendi akibat proses degeneratif memberi gambaran

penyempitan celah sendi yang tidak simetris pada foto polos radiologi Fungsi

kartilago sendi berkurang bahkan menghilang mengakibatkan beban stres di

daerah subkhondral bertambah Beberapa subkhondral tersebut dapat diamati pada

poto polos radiologi berupa pembentukan osteofit sklerotik subkhondral maupun

pembentukan kista subkhondral Pada penderita ini ditemukan adanya

pembentukan osteofit pada condylus lateralis dan medialis os tibio femoralis

Pada OA anamnesa (gejala klinis) pemeriksaan fisik dan pemeriksaan

radiologi sudah dapat menunjang penegakan diagnosis Hasil pemeriksaan

laboratorium pada OA biasanya tidak banyak berguna Darah tepi (Hb Leukosit

dan LED) dalam batas normal kecuali OA generalisata yang harus dibedakan

dengan arthritis peradangan Pada OA yang disertai peradangan mungkin

didapatkan penurunan viskositas pleositosis sedang hingga ringan serta

32

peningkatan ringan sel radang (lt8000m) gt1 Pada penderita ini dilakukan

pemeriksaan laboratorium darah lengkap kimia darah dan urin lengkap karena

pemeriksaan tersebut merupakan pemeriksaan rutin Dari hasil pemeriksaan

laboratorium pada penderita ini tidak ditemukan adanya kelainan

Diagnosis OA sudah bisa ditegakkan secara klinis dengan memakai

kriteria OA yang dibuat oleh Subcommittee American College of Rheumatology

(ACR) Kriteria OA lutut secara klinis laboratorium dan radiologis adalah adanya

nyeri lutut osteofit dan salah satu dari tanda berikut yaitu usia lebih dari 50

tahun kaku sendi kurang dari 30 menit atau adanya krepitus Pada penderita ini

wanita berusia 75 tahun ditemukan memiliki keluhan nyeri kedua sendi lutut

terdapat kaku sendi selama 20-30 menit terdapat krepitus dan pada pemeriksaan

radiologi ditemukan adanya osteofit

Pengelolaan penderita dengan OA bertujuan untuk menghilangkan

keluhan mengoptimalkan fungsi sendi mengurangi ketergantungan dan

meningkatkan kualitas hidup menghambat progresivitas penyakit dan mencegah

komplikasi Pilar terapi OA non farmakologis (edukasi terapi fisik

dietpenurunan berat badan) farmakologis (analgetik kortikosteroid lokal

sistemik kondroprotektif dan biologik) dan pembedahan

Edukasi sangat penting bagi semua pasien OA Dua hal yang menjadi

tujuan edukasi adalah bagaimana mengatasi nyeri dan disabilitas Pemberian

edukasi pada penderita ini sangat penting karena dengan edukasi diharapkan

pengetahuan penderita mengenai penyakit OA menjadi meningkat dan pengobatan

menjadi lebih mudah serta dapat diajak bersama-sama untuk mencegah kerusakan

organ sendi lebih lanjut Edukasi yang diberikan pada penderita ini yaitu

memberikan pengertian bahwa OA adalah penyakit yang kronik sehingga perlu

dipahami bahwa mungkin dalam derajat tertentu akan tetap ada rasa nyeri kaku

dan keterbatasan gerak serta fungsi Selain itu agar rasa nyeri dapat berkurang

maka penderita hendaknya mengurangi aktivitaspekerjaannya sehingga tidak

terlalu banyak menggunakan sendi lutut dan lebih banyak beristirahat Penderita

juga disarankan untuk kembali kontrol sehingga dapat diketahui apakah

33

penyakitnya sudah membaik atau ternyata ada efek samping akibat obat yang

diberikan

Terapi fisik bertujuan untuk melatih penderita agar persendiannya tetap

dapat dipakai dan melatih penderita untuk melindungi sendi yang sakit Pada

penderita ini dianjurkan untuk berolah raga tapi olah raga yang memperberat

sendi sebaiknya dihindari seperti lari atau joging Hal ini dikarenakan dapat

menambah inflamasi meningkatkan tekanan intraartikular bila ada efusi sendi dan

bahkan bisa menyebabkan robekan kapsul sendi Untuk mencegah risiko

terjadinya kecacatan pada sendi sebaiknya dilakukan olah raga peregangan otot

seperti mQuadrisep femoris dengan peregangan otot diharapkan dapat membantu

dalam peningkatan fungsi sendi secara keseluruhan dan mengurangi nyeri Pada

penderita ini disarankan untuk senam lantai 3 kali seminggu dimana pasien

mengambil posisi terlentang sambil meregangkan lututnya dengan cara

mengangkat kaki dan secara perlahan menekuk dan meluruskan lututnya Olah

raga ini sangat mudah dilakukan apalagi mengingat usia penderita yang sudah

mencapai 75 tahun

Diet bertujuan untuk menurunkan berat badan pada penderita OA yang

gemuk Hal ini sebaiknya menjadi program utama pengobatan OA Penurunan

berat badan seringkali dapat mengurangi keluhan dan peradangan Selain itu

obesitas juga dapat meningkatkan risiko progresifitas dari OA Pada penderita ini

disarankan untuk mengurangi berat badan dengan mengatur diet rendah kalori

sampai mungkin mendekati berat badan ideal Dimana prinsipnya adalah

mengurangi kalori yang masuk dibawah energi yang dibutuhkan Penurunan

energi intake yang aman dianjurkan pemberian defisit energi antara 500-1000

kalori perhari sehingga diharapkan akan terjadi pembakaran lemak tubuh dan

penurunan berat badan 05 ndash 1 kg per minggu Biasanya intake energi diberikan

1200-1300 kal per hari dan paling rendah 800 kal per hari Formula yang dapat

digunakan untuk kebutuhan energi berdasarkan berat badan adalah 22kalkgBB

aktualhari dengan cara ini didapatkan defisit energi 1000 kalhari Pada penderita

ini dianjurkan untuk diet 1400 kal perhari agar mencapai BB idealnya yakni

setidaknya mencapai 55 kg Namun cara ini juga memerlukan kehati ndash hatian

34

dikarenakan usia penderita dan daya tahan tubuhnya yang memang sudah tidak

mendukung untuk melakukan usaha diit

Terapi farmakologis pada penderita OA biasanya bersifat simptomatis

Pada tahap awal dapat dicoba analgetik sederhana seperti asetaminofen atau

salisilat Bila tidak ada perbaikan dapat diberikan obat anti inflamasi non steroid

Untuk mengurangi keluhan nyeri pada penderita ini telah diberikan pengobatan

langsung dengan obat anti inflamasi non steroid seperti Na-diklofenak dengan

dosis 3times50 mg tanpa menggunakan obat lini pertama Hal ini dikarenakan keluhan

pada penderita ini sudah cukup berat ditambah pula adanya bengkak dan rasa

hangat di lutut yang tidak hilang dengan obat analgetik sederhana ( seperti yang

biasa dikonsumsi penderita) Na-diklofenak merupakan obat golongan OAINS

COX-1 inhibitor yang non-selektif dimana obat ini diberikan pada penderita

karena tidak terdapat riwayat pernah menderita gangguan gastrointestinal Namun

mengingat usia penderita yang memang sudah lanjut maka penderita juga

diberikan obat pelapis lambung untuk menjaga kondisi saluran pencernaannya Di

sini penderita diberikan obat golongan PPI (Omeprazole 2 x 20 mg) Setelah

dievaluasi beberapa hari ternyata keluhan nyeri dan bengkak pada penderita tidak

kunjung ada perubahan maka ditambahkan pula obat steroid injeksi dimana

pilihannya adalah InjTriamcinolon 1 Amp24 jam (Inj Flamicort) Selain itu

pasien juga dikonsulkan ke spesialis rehabilitasi medis untuk dilakukan

fisioterapi

Terapi pembedahan Terapi ini diberikan apabila terapi farmakologis dan

rehabilitasi tidak berhasil untuk mengurangi rasa sakit dan juga untuk melakukan

koreksi apabila terjadi deformitas yang menimbulkan gangguan mobilisasi sendi

yang mengganggu aktifitas sehari-hari Pada penderita ini tidak sampai dilakukan

terapi pembedahan

35

DAFTAR PUSTAKA

1 Soeroso J Isbagio H Kalim H Broto R Pramudiyo R Osteoartritis In

Sudoyo AW Setiyohadi B Alwi I Simadibrata M Setiati S editors Buku

Ajar Ilmu Penyakit Dalam 4th ed Jakarta Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit

Dalam Fakultas Kedokteran Indonesia 2006 p 1195-201

2 Osteoarthritis Wikipedia The Free Encyclopedia [serial on the internet]

2009 [cited 2009 Sep 1] Available from

httpenwikipediaorgwikiOsteoarthritis

3 Reginster JY The Prevalence and Burden of Osteoarthritis Rheumatology

2002 41 (suppl 1) 3 ndash 6

4 Wibowo Dhidik Tri Kurniawan Yusuf Latifah Tati Gunadi Rachmat

Perancangan dan Implementasi Sistem Bantu Diagnosis Penyakit

Osteoartritis dan Reumatoid Artritis Melalui Deteksi Penyempitan Celah

Sendi pada Citra X-Ray Tangan dan Lutut Dalam Temu Ilmiah

Reumatologi Jakarta 2003 168 ndash 172

5 Konggres Nasional Ikatan Reumatologi Indonesia VI httppemda-

diygoidberita 2005 102140

36

6 Arthritis Research Campaign 2000 Available at

httpwwwarcorgukabout_arthastatshtm

7 Felson DT Zhang Y Hannan MT et al The Incidence and Natural

History of Knee Osteoarthritis in the Elderly The Framingham

Osteoarthritis Study Arthritis Rheumatology 1995 38 1500 ndash 1505

8 Felson DT Zhang Y An Update on the Epidemiology of Knee and Hip

Osteoarthritis with a View to Prevention Arthritis Rheumatology 1998

41 1343 ndash 1355

9 Setiyohadi Bambang Osteoartritis Selayang Pandang Dalam Temu Ilmiah

Reumatologi Jakarta 2003 27 ndash 31

10 Klippel John H Dieppe Paul A Brooks Peter et al Osteoarthritis In

Rheumatology United Kingdom Mosby ndash Year Book Europe Limited

1994 21 ndash 106

11 Abbate L Renner JB Stevens J et al Do Body Composition and Body Fat

Distribution Explain Ethnic Differences in Radiographic Knee

Osteoarthritis Outcomes in African -American and Caucasian Women The

North American Association for the Study of Obesity 2006 14 1274 ndash

1281

12 Amin Niu Jingbo Hunter David et al Smoking Worsens Knee

Osteoarthritis News Center Oklahoma City Oklahoma USA 2006 1 ndash 4

13 McAlindon Timothy E Felson David T Zhang Yuqing et al Relation of

Dietary Intake and Serum Levels of Vitamin D to Progression of

Osteoarthritis of the Knee Among Participants in the Framingham Study

14 Englund M and Lohmander LS Patellofemoral Osteoarthritis Coexistent

with Tibiofemoral Osteoarthritis in a Meniscectomy Population Annals of

the Rheumatic Diseases 2005 64 1721 ndash 1726

15 Carter MA Osteoartritis In Price SA Wilson LM Patofisiologi konsep

klinis proses-proses penyakit 6th ed Jakarta EGC 2006 p 1380-4

16 Altman RD Criteria for the Classification of Osteoarthritis Journal of

Rheumatology 1991 27 (suppl) 10 ndash 12

37

17 Milne AD Evans NA Stanish WD Nonoperative Management of Knee

Osteoarthritis In Hartono IM Studi komparasi antara WOMAC index

dengan Kellgren-Lawrence grading system pada penderita osteoarthritis

genu [PPDS1 thesis] Semarang Medical Faculty Diponegoro University

2007 p 12

18 Haq I Murphy E Dacre J Osteoarthritis Review Postgrad Med J 2003

79 377 ndash 383

19 Anonim [1986] Criteria for classification of idiopathic osteoarthtritis (OA)

of the knee American College of Rheumatology [serial on the internet]

2010 [cited 2010 Jan 20] Available from

httpwwwrheumatologyorgpublicationsclassificationoakneeasp

aud=mem

38

  • BAB I
  • ILUSTRASI KASUS
  • 1 Pemeriksaan EKG
  • X ndash Ray Pelvis AP
  • BAB III
  • DISKUSI DAN PEMBAHASAN
Page 18: laporan kasus osteoartritis

yang kompleks terdiri dari proses perbaikan pada kartilago tulang dan

sinovium diikuti komponen sekunder proses inflamasi12

II Epidemiologi

Osteoartritis merupakan penyakit sendi yang paling banyak ditemukan di

dunia termasuk di Indonesia Bahkan sejak tahun 2001 hingga 2010

dicanangkan sebagai dekade penyakit tulang dan sendi di seluruh dunia5

Penyakit ini menempati urutan kedua setelah penyakit kardiovaskuler sebagai

penyebab ketidakmampuan fisik Di Inggris dan Wales sekitar 13 hingga

175 juta orang mengalami gejala OA Di Amerika 1 dari 7 penduduk

menderita OA34

Di Australia pada tahun 2002 diperkirakan biaya nasional untuk OA

sebesar 1 dari GNP yaitu mencapai $Aus 2700orangtahun4 Di Indonesia

sendiri prevalensi total OA sebanyak 343 juta orang pada tahun 2002 dan

mencapai 365 juta orang pada tahun 2007 Diperkirakan 1 sampai 2 juta

orang lanjut usia di Indonesia menderita cacat karena osteoarthritis Pada

beberapa penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan terjadinya

osteoarthritis pada obesitas dan sendi penahan beban tubuh5 Dari sekian

banyak sendi yang dapat terserang OA lutut merupakan sendi yang paling

sering dijumpai terserang OA Data Arthritis Research Campaign

menunjukkan bahwa lebih dari 550 ribu orang di Inggris menderita OA lutut

yang parah dan lebih dari 80 ribu operasi replacement sendi lutut dilakukan di

Inggris pada tahun 2000 dengan biaya 405 juta Poundsterling6

III Patofisiologi Osteoartritis

Terjadinya OA tidak lepas dari banyak persendian yang ada di dalam

tubuh manusia Sebanyak 230 sendi menghubungkan 206 tulang yang

memungkinkan terjadinya gesekan Untuk melindungi tulang dari gesekan di

dalam tubuh ada tulang rawan Namun karena berbagai faktor risiko yang ada

maka terjadi erosi pada tulang rawan dan berkurangnya cairan pada sendi

Tulang rawan sendiri berfungsi untuk meredam getar antar tulang Tulang

rawan terdiri atas jaringan lunak kolagen yang berfungsi untuk menguatkan

18

17

sendi proteoglikan yang membuat jaringan tersebut elastis dan air (70

bagian) yang menjadi bantalan pelumas dan pemberi nutrisi910

Kondrosit adalah sel yang tugasnya membentuk proteoglikan dan

kolagen pada rawan sendi Osteoartritis terjadi akibat kondrosit gagal

mensintesis matriks yang berkualitas dan memelihara keseimbangan antara

degradasi dan sintesis matriks ekstraseluler termasuk produksi kolagen tipe I

III VI dan X yang berlebihan dan sintesis proteoglikan yang pendek Hal

tersebut menyebabkan terjadi perubahan pada diameter dan orientasi dari serat

kolagen yang mengubah biomekanik dari tulang rawan sehingga tulang rawan

sendi kehilangan sifat kompresibilitasnya yang unik9

Selain kondrosit sinoviosit juga berperan pada patogenesis OA

terutama setelah terjadi sinovitis yang menyebabkan nyeri dan perasaan tidak

nyaman Sinoviosit yang mengalami peradangan akan menghasilkan Matrix

Metalloproteinases (MMPs) dan berbagai sitokin yang akan dilepaskan ke

dalam rongga sendi dan merusak matriks rawan sendi serta mengaktifkan

kondrosit Pada akhirnya tulang subkondral juga akan ikut berperan dimana

osteoblas akan terangsang dan menghasilkan enzim proteolitik 910

Agrekanase merupakan enzim yang akan memecah proteoglikan di

dalam matriks rawan sendi yang disebut agrekan Ada dua tipe agrekanase

yaitu agrekanase 1 (ADAMTs-4) dan agrekanase 2 (ADAMTs-11) MMPs

diproduksi oleh kondrosit kemudian diaktifkan melalui kaskade yang

melibatkan proteinase serin (aktivator plasminogen plamsinogen plasmin)

radikal bebas dan beberapa MMPs tipe membran Kaskade enzimatik ini

dikontrol oleh berbagai inhibitor termasuk TIMPs dan inhibitor aktifator

plasminogen Enzim lain yang turut berperan merusak kolagen tipe II dan

proteoglikan adalah katepsin yang bekerja pada pH rendah termasuk

proteinase aspartat (katepsin D) dan proteinase sistein (katepsin B H K L

dan S) yang disimpam di dalam lisosom kondrosit Hialuronidase tidak

terdapat di dalam rawan sendi tetapi glikosidase lain turut berperan merusak

proteoglikan10

19

Berbagai sitokin turut berperan merangsang kondrosit dalam

menghasilkan enzim perusak rawan sendi Sitokin-sitokin pro-inflamasi akan

melekat pada reseptor di permukaan kondrosit dan sinoviosit dan

menyebabkan transkripsi gene MMP sehingga produksi enzim tersebut

meningkat Sitokin yang terpenting adalah IL-1 selain sebagai sitokin

pengatur (IL-6 IL-8 LIFI) dan sitokin inhibitor (IL-4 IL-10 IL-13 dan IFN-

γ) Sitokin inhibitor ini bersama IL-Ira dapat menghambat sekresi berbagai

MMPs dan meningkatkan sekresi TIMPs Selain itu IL-4 dan IL-13 juga

dapat melawan efek metabolik IL-1 IL-1 juga berperan menurunkan sintesis

kolagen tipe II dan IX dan meningkatkan sintesis kolagen tipe I dan III

sehingga menghasilkan matriks rawan sendi yang berkualitas buruk 910

IV Klasifikasi Osteoartritis

OA dapat terjadi secara primer (idiopatik) maupun sekunder seperti

yang tercantum di bawah ini 19

IDIOPATIK SEKUNDER

20

SetempatTangan- nodus Heberden dan Bouchard (nodal)- artritis erosif interfalang- karpal-metakarpal IKaki - haluks valgus- haluks rigidus- jari kontraktur (hammercock-up toes)- talonavikulareCoxae- eksentrik (superior)- konsentrik (aksial medial)- difus (koksa senilis)Vertebra- sendi apofiseal- sendi intervertebral- spondilosis (osteofit)- ligamentum (hiperostosis penyakit Forestier diffuse idiopathic skeletal hyperostosis=DISH)Tempat lainnya- glenohumeral- akromioklavikular- tibiotalar- sakroiliaka- temporomandibularMenyeluruhMeliputi 3 atau lebih daerah yang tersebut diatas (Kellgren-Moore)

Traumaminus akutminus kronik (okupasional port)Kongenital atau developmentalGangguan setempatminus Penyakit Leg-Calve-Perthesminus Dislokasi koksa kongenitalminus Slipped epiphysisFaktor mekanikminus Panjang tungkai tidak samaminus Deformitas valgus varusminus Sindroma hipermobilitasMetabolikminus Okronosis (alkaptonuria)minus Hemokromatosisminus Penyakit Wilsonminus Penyakit GaucherEndokrinminus Akromegaliminus Hiperparatiroidismeminus Diabetes melitusminus Obesitasminus HipotiroidismePenyakit Deposit Kalsiumminus Deposit kalsium pirofosfat dihidratminus Artropati hidroksiapatitPenyakit Tulang dan Sendi lainnya Setempatminus FrakturminusNekrosis avaskular

Tabel 21 Osteoartritis Idiopatik dan Sekunder

V Manifestasi Klinis 15

1 Nyeri sendi

Terutama bila sendi bergerak atau menanggung beban yang akan

berkurang bila penderita beristirahat

21

2 Kaku pada pagi hari (morning stiffness)

Kekakuan pada sendi yang terserang terjadi setelah imobilisasi yang

cukup lama (gel phenomenon) bahkan sering disebutkan kaku muncul

pada pagi hari setelah bangun tidur (morning stiffness)

3 Hambatan pergerakan sendi

Hambatan pergerakan sendi ini bersifat progresif lambat bertambah

berat secara perlahan sejalan dengan bertambahnya nyeri pada sendi

4 Krepitasi

Rasa gemeretak (seringkali sampai terdengar) yang terjadi pada sendi

yang sakit

5 Perubahan bentuk sendi

Sendi yang mengalami osteoarthritis biasanya mengalami perubahan

berupa perubahan bentuk dan penyempitan pada celah sendi

6 Perubahan gaya berjalan

Hal yang paling meresahkan pasien adalah perubahan gaya berjalan

hampir semua pasien osteoarthritis pada pergelangan kaki lutut dan

panggul mengalami perubahan gaya berjalan (pincang)

VI Faktor Risiko Osteoartritis Lutut (Genu)

Secara garis besar terdapat dua pembagian faktor risiko OA lutut yaitu

faktor predisposisi dan faktor biomekanis

1 Faktor Predisposisi

a Faktor Demografi

1) Umur

Dari semua faktor risiko untuk timbulnya osteoartritis faktor

ketuaan adalah yang terkuat Proses penuaan dianggap sebagai

penyebab peningkatan kelemahan di sekitar sendi penurunan

kelenturan sendi kalsifikasi tulang rawan dan menurunkan

fungsi kondrosit yang semuanya mendukung terjadinya OA

Studi Framingham menunjukkan bahwa 27 orang berusia 63 ndash

22

70 tahun memiliki bukti radiografik menderita OA lutut yang

meningkat mencapai 40 pada usia 80 tahun atau lebih7

2) Jenis kelamin

Prevalensi OA pada laki-laki sebelum usia 50 tahun lebih tinggi

dibandingkan perempuan tetapi setelah usia lebih dari 50 tahun

prevalensi perempuan lebih tinggi menderita OA dibandingkan

laki-laki Hal ini dikaitkan dengan pengurangan hormon

estrogen yang signifikan pada wanita8

3) Ras Etnis

Prevalensi OA lutut pada penderita di negara Eropa dan

Amerika tidak berbeda sedangkan suatu penelitian

membuktikan bahwa ras Afrika ndash Amerika memiliki risiko

menderita OA lutut 2 kali lebih besar dibandingkan ras

Kaukasia Penduduk Asia juga memiliki risiko menderita OA

lutut lebih tinggi dibandingkan Kaukasia1011 Suatu studi lain

menyimpulkan bahwa populasi kulit berwarna lebih banyak

terserang OA dibandingkan kulit putih9

b Faktor Genetik

Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoartritis Adanya

mutasi dalam gen prokolagen atau gen-gen struktural lain untuk

unsur-unsur tulang rawan sendi seperti kolagen proteoglikan

berperan dalam timbulnya kecenderungan familial pada

osteoartritis10

c Faktor Gaya Hidup

1) Kebiasaan Merokok

Merokok dapat merusak sel dan menghambat proliferasi sel

tulang rawan sendi

Merokok dapat meningkatkan tekanan oksidan yang

mempengaruhi hilangnya tulang rawan

23

Merokok dapat meningkatkan kandungan karbonmonoksida

dalam darah menyebabkan jaringan kekurangan oksigen

dan dapat menghambat pembentukan tulang rawan12

2) Konsumsi Vitamin D

Orang yang tidak biasa mengkonsumsi makanan yang

mengandung vitamin D memiliki peningkatan risiko 3 kali lipat

menderita OA lutut13

d Faktor Metabolik

1) Obesitas

Berat badan yang berlebih ternyata dapat meningkatkan tekanan

mekanik pada sendi penahan beban tubuh dan lebih sering

menyebabkan osteoartritis lutut7

2) Osteoporosis

Hubungan antara OA lutut dan osteoporosis mendukung teori

bahwa gerakan mekanis yang abnormal tulang akan

mempercepat kerusakan tulang rawan sendi10

3) Penyakit Lain

OA lutut terbukti berhubungan dengan diabetes mellitus

hipertensi dan hiperurikemi dengan catatan pasien tidak

mengalami obesitas10

4) Histerktomi

Hal ini diduga berkaitan dengan pengurangan produksi hormon

estrogen setelah dilakukan pengangkatan rahim 10

5) Manisektomi

Menisektomi merupakan operasi yang dilakukan di daerah lutut

dan telah diidentifikasi sebagai faktor risiko penting bagi OA

lutut Hal ini berkaitan dengan hilangnya jaringan meniscus14

2 Faktor Biomekanis

a Riwayat Trauma Lutut

24

Trauma lutut yang akut termasuk robekan pada ligamentum

krusiatum dan meniskus merupakan faktor risiko timbulnya OA

lutut9

b Kelainan Anatomis

Faktor risiko timbulnya OA lutut antara lain kelainan lokal pada

sendi lutut seperti genu varum genu valgus Legg ndash Calve ndashPerthes

disease dan displasia asetabulum10

c Pekerjaan

Osteoartritis banyak ditemukan pada pekerja fisik berat terutama

yang banyak menggunakan kekuatan yang bertumpu pada lutut

(petani kuli dll)9

d Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik berat seperti berdiri lama (2 jam atau lebih setiap

hari) berjalan jarak jauh (2 jam atau lebih setiap hari) mengangkat

barang berat (10 kg ndash 50 kg selama 10 kali atau lebih setiap

minggu) mendorong objek yang berat (10 kg ndash 50 kg selama 10

kali atau lebih setiap minggu) naik turun tangga setiap hari

merupakan faktor risiko OA lutut 9

e Kebiasaan Olahraga

Atlit olah raga benturan keras dan membebani lutut seperti sepak

bola lari maraton dan kung fu memiliki risiko meningkat untuk

menderita OA lutut10

VII Kriteria Diagnosis Osteoartritis Lutut (Genu)

25

Kriteria diagnosis OA lutut menggunakan kriteria klasifikasi American

College of Rheumatology seperti tercantum pada tabel berikut ini 16

Tabel 22 Kriteria Klasifikasi Osteoartritis Lutut

Derajat osteoartritis lutut dinilai menjadi lima derajat oleh Kellgren dan

Lawrence yaitu 17

- Derajat 0 tidak ada gambaran osteoartritis

- Derajat 1 osteoartritis meragukan dengan gambaran sendi normal tetapi

terdapat osteofit minimal

- Derajat 2 osteoartritis minimal dengan osteofit pada 2 tempat tidak terdapat

sklerosis dan kista subkondral serta celah sendi baik

- Derajat 3 osteoartritis moderat dengan osteofit moderat deformitas ujung

tulang dan celah sendi sempit

- Derajat 4 osteoartritis berat dengan osteofit besar deformitas ujung tulang

celah sendi hilang serta adanyasklerosis dan kista subkondral

26

VIIIPenatalaksanaan Osteoarthritis

Tujuan penatalaksanaan pasien dengan osteoarthritis adalah18

1 Meredakan nyeri

2 Mengoptimalkan fungsi sendi

3 Mengurangi ketergantungan kepada orang lain dan meningkatkan

kualitas hidup

4 Menghambat progresivitas penyakit

5 Mencegah terjadinya komplikasi

Pilar terapi pada pasien dengan osteoarthritis yaitu

Nonfarmakologis

1 Modifikasi pola hidup

2 Edukasi

3 Istirahat teratur yang bertujuan mengurangi penggunaan beban pada

sendi

4 Modifikasi aktivitas

5 Menurunkan berat badan

6 Rehabilitasi medik fisioterapi

a Latihan statis dan memperkuat otot-otot

b Fisioterapi yang berguna untuk mengurangi nyeri menguatkan otot

dan menambah luas pergerakan sendi

7 Penggunaan alat bantu

Farmakologis

1 Sistemik

a Analgetik

Non narkotik parasetamol

Opioid (kodein tramadol)

b Antiinflamasi nonsteroid (NSAIDs)

Oral

Injeksi

Suppositoria

27

c DMOADs (disease modifying OA drugs)

Diantara nutraceutical yang saat ini tersedia di Indonesia adalah

Glucosamine sulfate dan Chondroitine sulfate

2 Topikal

a Krim rubefacients dan capsaicin

Beberapa sediaan telah tersedia di Indonesia dengan cara kerja pada

umumnya bersifat counter irritant

b Krim NSAIDs

Beberapa yang dapat digunakan adalah gel piroxicam dan sodium

diklofenak

3 Injeksi intraartikularintra lesi

Pada dasarnya ada 2 indikasi suntikan intra artikular yakni penanganan

simtomatik dengan steroid dan viskosuplementasi dengan hyaluronan

untuk modifikasi perjalanan penyakit Beberapa preparat injeksi

intraartikular diantaranya

a Steroid ( triamsinolone hexacetonide dan methyl prednisolone )

Hanya diberikan jika ada satu atau dua sendi yang mengalami

nyeri dan inflamasi yang kurang responsif terhadap pemberian

NSAIDs tak dapat mentolerir NSAIDs atau ada komorbiditas yang

merupakan kontra indikasi terhadap pemberian NSAIDs

Dosis untuk sendi besar seperti lutut 40-50 mginjeksi

sedangkan untuk sendi-sendi kecil biasanya digunakan dosis 10 mg

b Hyaluronan high molecular weight dan low molecular weight

Diberikan berturut-turut 5 sampai 6 kali dengan interval satu

minggu masing-masing 2 sampai 25 ml Hyaluronan Sediaan di

Indonesia diantaranya adalah Hyalgan dan Osflex

4 Pembedahan

Sebelum diputuskan untuk terapi pembedahan harus dipertimbangkan

terlebih dahulu risiko dan keuntungannya Pertimbangan dilakukan

tindakan operatif bila

28

a Deformitas menimbulkan gangguan mobilisasi

b Nyeri yang tidak dapat teratasi dengan penganan medikamentosa

dan rehabilitatif

Ada 2 tipe terapi pembedahan Realignment osteotomi dan replacement

joint

Macam-macam operasi sendi lutut untuk osteoarthritis

a Partial replacementunicompartemental

b High tibial osteotomy orang muda

c Patella amp condyle resurfacing

d Minimally constrained total replacement stabilitas sendi dilakukan

sebagian oleh ligament asli dan sebagian oleh sendi buatan

e Cinstrained joint fixed hinges dipakai bila ada tulang hilang dan

severe instability

f Total knee replacement apabila didapatkan nyeri deformitas

instability akibat dari rheumatoid atau osteoarthritis

29

Gambar 21 Piramida Penatalaksanaan Osteoartritis

BAB III

DISKUSI DAN PEMBAHASAN

OA adalah penyakit degenerasi kartilago artikuler yang berlangsung secara

perlahan dan ditandai dengan nyeri sendi kekakuan dan keterbatasan gerak yang

berkembang secara progresif Tanda-tanda tersebut ditemukan pada penderita ini

Berdasarkan etiologinya OA diklasifikasikan menjadi dua yaitu OA

primer dan OA sekunder OA primer disebut juga OA idiopatik yaitu OA yang

kausanya tidak diketahui dan tidak ada hubungannya dengan penyakit sistemik

maupun proses perubahan lokal pada sendi OA sekunder adalah OA yang

didasari oleh adanya kelainan endokrin trauma inflamasi metabolik

pertumbuhan herediter jejas mikro dan makro serta imobilisasi yang terlalu lama

faktor mekanik penyakit deposit kalsium penyakit tulang dan sendi lainnya serta

neuropatik endemik Beberapa faktor risiko yang diketahui berhubungan dengan

penyakit OA diantaranya faktor risiko umum yang penting seperti kegemukan

faktor genetik dan jenis kelamin serta beberapa faktor risiko lain seperti usia lebih

dari 40 tahun suku bangsa cedera sendi pekerjaan olahraga kelainan

pertumbuhan kepadatan tulang dan lain-lain Pada penderita ini berdasarkan

30

anamnesis riwayat sosialnya penderita adalah seorang wanita berusia 75 tahun

yang meskipun tidak melakukan pekerjaan yang berat tetapi dirinya tetap

menjalankan pekerjaan rumah tangga (sebelum sakit) yang notabene banyak

menggunakan sendi lutut Selain itu dari pemeriksaan fisik penderita ini juga

mengalami kegemukan Kondisi-kondisi pada penderita ini merupakan faktor

risiko sekunder terjadinya OA Jadi dapat disimpulkan bahwa penyebab OA pada

penderita ini bukan termasuk faktor risiko OA primer

Penderita datang dengan keluhan nyeri pada kedua sendi lutut sejak plusmn 1

tahun SMRS dan puncaknya 2 hari SMRS dimana penderita sudah tidak bisa

berjalan lagi Nyeri sendi merupakan keluhan yang umum terjadi pada penyakit

reumatik seperti artritis gout OA keganasan reumatik septik dan lain

sebagainya Pada penderita ini nyeri terlokalisir pada lutut tanpa adanya nyeri

pada sendi yang lain nyeri bertambah saat melakukan gerakan (seperti berjalan)

dan berkurang apabila beristirahat Tidak ada demam Nyeri tidak menetap

sepanjang hari Nyeri seperti ini biasanya ditemukan pada OA

Penderita juga mengeluh kaku sendi Kaku sendi dirasakan penderita pada

pagi hari Keadaan ini biasanya disebabkan oleh desakan cairan yang berada di

sekitar jaringan yang mengalami inflamasi (kapsul sendi sinovial atau bursa)

Kaku sendi makin nyata pada pagi hari atau setelah istirahat Setelah digerak-

gerakkan cairan akan menyebar dari jaringan yang mengalami inflamasi sehingga

penderita merasa terlepas dari ikatan dan bisa menggerakkan sendinya kembali

Lama kaku sendi pada OA adalah kurang dari 30 menit sedangkan pada AR

minimal satu jam Pada penderita ini kaku sendi juga dirasakan pada pagi hari

selama plusmn 20-30 menit dan menghilang dengan sendirinya bila penderita

menggerakkan kakinya dengan beraktivitas seperti biasa Hal ini sesuai untuk

mendukung keluhan pada penderita OA

Penderita juga mengalami bengkak pada kedua lutut Bengkak dirasakan

oleh penderita sejak 6 bulan SMRS Sendi yang membengkak bisa disebabkan

oleh penonjolan tulang sinovitis efusi dan karena adanya osteofit yang dapat

mengubah permukaan sendi Pada penderita ditemukan osteofit pada pemeriksaan

rontgent

31

29

Pemeriksaan fisik lokalis pada kedua sendi lutut didapatkan pada

inspeksi didapatkan pembesaran bengkak pada kedua sendi lutut dengan tidak

ada perubahan warna kulit Palpasi pada kedua sendi lutut didapatkan nyeri tekan

dan pada perabaan dirasakan hangat Pemeriksaan gerak sendi didapat

keterbatasan gerak fleksi yaitu hanya dapat mengerakkan lutut sebesar 60deg

Hambatan gerak terutama disebabkan oleh adanya remodelling osteofit penebalan

kapsul dan juga adanya efusi Pada auskultasi sendi lutut penderita ditemukan

adanya krepitasi dimana terdengar suara gemeretak ldquokretek-kretekrdquo seperti suara

krupuk yang diremukkan Gejala ini mungkin disebabkan karena gesekan kedua

permukaan tulang sendi yang irregular pada saat sendi digerakkan ataupun secara

pasif dimanipulasi

Pemeriksaan radiologis pada penderita ini didapatkan adanya gambaran

berupa penyempitan sendi dan osteofit pada pinggir sendi Menipisnya rawan

sendi diawali dengan retak dan terbelahnya permukaan sendi di beberapa tempat

yang kemudian menyatu dan disebut sebagai fibrilasi Di lain pihak pada tulang

akan terjadi pula perubahan sebagai reaksi tubuh untuk memperbaiki kerusakan

Perubahan itu adalah penebalan tulang subkondral dan pembentukan osteofit

marginal disusul kemudian dengan perubahan komposisi molekular dan struktur

tulang Penipisan kartilago sendi akibat proses degeneratif memberi gambaran

penyempitan celah sendi yang tidak simetris pada foto polos radiologi Fungsi

kartilago sendi berkurang bahkan menghilang mengakibatkan beban stres di

daerah subkhondral bertambah Beberapa subkhondral tersebut dapat diamati pada

poto polos radiologi berupa pembentukan osteofit sklerotik subkhondral maupun

pembentukan kista subkhondral Pada penderita ini ditemukan adanya

pembentukan osteofit pada condylus lateralis dan medialis os tibio femoralis

Pada OA anamnesa (gejala klinis) pemeriksaan fisik dan pemeriksaan

radiologi sudah dapat menunjang penegakan diagnosis Hasil pemeriksaan

laboratorium pada OA biasanya tidak banyak berguna Darah tepi (Hb Leukosit

dan LED) dalam batas normal kecuali OA generalisata yang harus dibedakan

dengan arthritis peradangan Pada OA yang disertai peradangan mungkin

didapatkan penurunan viskositas pleositosis sedang hingga ringan serta

32

peningkatan ringan sel radang (lt8000m) gt1 Pada penderita ini dilakukan

pemeriksaan laboratorium darah lengkap kimia darah dan urin lengkap karena

pemeriksaan tersebut merupakan pemeriksaan rutin Dari hasil pemeriksaan

laboratorium pada penderita ini tidak ditemukan adanya kelainan

Diagnosis OA sudah bisa ditegakkan secara klinis dengan memakai

kriteria OA yang dibuat oleh Subcommittee American College of Rheumatology

(ACR) Kriteria OA lutut secara klinis laboratorium dan radiologis adalah adanya

nyeri lutut osteofit dan salah satu dari tanda berikut yaitu usia lebih dari 50

tahun kaku sendi kurang dari 30 menit atau adanya krepitus Pada penderita ini

wanita berusia 75 tahun ditemukan memiliki keluhan nyeri kedua sendi lutut

terdapat kaku sendi selama 20-30 menit terdapat krepitus dan pada pemeriksaan

radiologi ditemukan adanya osteofit

Pengelolaan penderita dengan OA bertujuan untuk menghilangkan

keluhan mengoptimalkan fungsi sendi mengurangi ketergantungan dan

meningkatkan kualitas hidup menghambat progresivitas penyakit dan mencegah

komplikasi Pilar terapi OA non farmakologis (edukasi terapi fisik

dietpenurunan berat badan) farmakologis (analgetik kortikosteroid lokal

sistemik kondroprotektif dan biologik) dan pembedahan

Edukasi sangat penting bagi semua pasien OA Dua hal yang menjadi

tujuan edukasi adalah bagaimana mengatasi nyeri dan disabilitas Pemberian

edukasi pada penderita ini sangat penting karena dengan edukasi diharapkan

pengetahuan penderita mengenai penyakit OA menjadi meningkat dan pengobatan

menjadi lebih mudah serta dapat diajak bersama-sama untuk mencegah kerusakan

organ sendi lebih lanjut Edukasi yang diberikan pada penderita ini yaitu

memberikan pengertian bahwa OA adalah penyakit yang kronik sehingga perlu

dipahami bahwa mungkin dalam derajat tertentu akan tetap ada rasa nyeri kaku

dan keterbatasan gerak serta fungsi Selain itu agar rasa nyeri dapat berkurang

maka penderita hendaknya mengurangi aktivitaspekerjaannya sehingga tidak

terlalu banyak menggunakan sendi lutut dan lebih banyak beristirahat Penderita

juga disarankan untuk kembali kontrol sehingga dapat diketahui apakah

33

penyakitnya sudah membaik atau ternyata ada efek samping akibat obat yang

diberikan

Terapi fisik bertujuan untuk melatih penderita agar persendiannya tetap

dapat dipakai dan melatih penderita untuk melindungi sendi yang sakit Pada

penderita ini dianjurkan untuk berolah raga tapi olah raga yang memperberat

sendi sebaiknya dihindari seperti lari atau joging Hal ini dikarenakan dapat

menambah inflamasi meningkatkan tekanan intraartikular bila ada efusi sendi dan

bahkan bisa menyebabkan robekan kapsul sendi Untuk mencegah risiko

terjadinya kecacatan pada sendi sebaiknya dilakukan olah raga peregangan otot

seperti mQuadrisep femoris dengan peregangan otot diharapkan dapat membantu

dalam peningkatan fungsi sendi secara keseluruhan dan mengurangi nyeri Pada

penderita ini disarankan untuk senam lantai 3 kali seminggu dimana pasien

mengambil posisi terlentang sambil meregangkan lututnya dengan cara

mengangkat kaki dan secara perlahan menekuk dan meluruskan lututnya Olah

raga ini sangat mudah dilakukan apalagi mengingat usia penderita yang sudah

mencapai 75 tahun

Diet bertujuan untuk menurunkan berat badan pada penderita OA yang

gemuk Hal ini sebaiknya menjadi program utama pengobatan OA Penurunan

berat badan seringkali dapat mengurangi keluhan dan peradangan Selain itu

obesitas juga dapat meningkatkan risiko progresifitas dari OA Pada penderita ini

disarankan untuk mengurangi berat badan dengan mengatur diet rendah kalori

sampai mungkin mendekati berat badan ideal Dimana prinsipnya adalah

mengurangi kalori yang masuk dibawah energi yang dibutuhkan Penurunan

energi intake yang aman dianjurkan pemberian defisit energi antara 500-1000

kalori perhari sehingga diharapkan akan terjadi pembakaran lemak tubuh dan

penurunan berat badan 05 ndash 1 kg per minggu Biasanya intake energi diberikan

1200-1300 kal per hari dan paling rendah 800 kal per hari Formula yang dapat

digunakan untuk kebutuhan energi berdasarkan berat badan adalah 22kalkgBB

aktualhari dengan cara ini didapatkan defisit energi 1000 kalhari Pada penderita

ini dianjurkan untuk diet 1400 kal perhari agar mencapai BB idealnya yakni

setidaknya mencapai 55 kg Namun cara ini juga memerlukan kehati ndash hatian

34

dikarenakan usia penderita dan daya tahan tubuhnya yang memang sudah tidak

mendukung untuk melakukan usaha diit

Terapi farmakologis pada penderita OA biasanya bersifat simptomatis

Pada tahap awal dapat dicoba analgetik sederhana seperti asetaminofen atau

salisilat Bila tidak ada perbaikan dapat diberikan obat anti inflamasi non steroid

Untuk mengurangi keluhan nyeri pada penderita ini telah diberikan pengobatan

langsung dengan obat anti inflamasi non steroid seperti Na-diklofenak dengan

dosis 3times50 mg tanpa menggunakan obat lini pertama Hal ini dikarenakan keluhan

pada penderita ini sudah cukup berat ditambah pula adanya bengkak dan rasa

hangat di lutut yang tidak hilang dengan obat analgetik sederhana ( seperti yang

biasa dikonsumsi penderita) Na-diklofenak merupakan obat golongan OAINS

COX-1 inhibitor yang non-selektif dimana obat ini diberikan pada penderita

karena tidak terdapat riwayat pernah menderita gangguan gastrointestinal Namun

mengingat usia penderita yang memang sudah lanjut maka penderita juga

diberikan obat pelapis lambung untuk menjaga kondisi saluran pencernaannya Di

sini penderita diberikan obat golongan PPI (Omeprazole 2 x 20 mg) Setelah

dievaluasi beberapa hari ternyata keluhan nyeri dan bengkak pada penderita tidak

kunjung ada perubahan maka ditambahkan pula obat steroid injeksi dimana

pilihannya adalah InjTriamcinolon 1 Amp24 jam (Inj Flamicort) Selain itu

pasien juga dikonsulkan ke spesialis rehabilitasi medis untuk dilakukan

fisioterapi

Terapi pembedahan Terapi ini diberikan apabila terapi farmakologis dan

rehabilitasi tidak berhasil untuk mengurangi rasa sakit dan juga untuk melakukan

koreksi apabila terjadi deformitas yang menimbulkan gangguan mobilisasi sendi

yang mengganggu aktifitas sehari-hari Pada penderita ini tidak sampai dilakukan

terapi pembedahan

35

DAFTAR PUSTAKA

1 Soeroso J Isbagio H Kalim H Broto R Pramudiyo R Osteoartritis In

Sudoyo AW Setiyohadi B Alwi I Simadibrata M Setiati S editors Buku

Ajar Ilmu Penyakit Dalam 4th ed Jakarta Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit

Dalam Fakultas Kedokteran Indonesia 2006 p 1195-201

2 Osteoarthritis Wikipedia The Free Encyclopedia [serial on the internet]

2009 [cited 2009 Sep 1] Available from

httpenwikipediaorgwikiOsteoarthritis

3 Reginster JY The Prevalence and Burden of Osteoarthritis Rheumatology

2002 41 (suppl 1) 3 ndash 6

4 Wibowo Dhidik Tri Kurniawan Yusuf Latifah Tati Gunadi Rachmat

Perancangan dan Implementasi Sistem Bantu Diagnosis Penyakit

Osteoartritis dan Reumatoid Artritis Melalui Deteksi Penyempitan Celah

Sendi pada Citra X-Ray Tangan dan Lutut Dalam Temu Ilmiah

Reumatologi Jakarta 2003 168 ndash 172

5 Konggres Nasional Ikatan Reumatologi Indonesia VI httppemda-

diygoidberita 2005 102140

36

6 Arthritis Research Campaign 2000 Available at

httpwwwarcorgukabout_arthastatshtm

7 Felson DT Zhang Y Hannan MT et al The Incidence and Natural

History of Knee Osteoarthritis in the Elderly The Framingham

Osteoarthritis Study Arthritis Rheumatology 1995 38 1500 ndash 1505

8 Felson DT Zhang Y An Update on the Epidemiology of Knee and Hip

Osteoarthritis with a View to Prevention Arthritis Rheumatology 1998

41 1343 ndash 1355

9 Setiyohadi Bambang Osteoartritis Selayang Pandang Dalam Temu Ilmiah

Reumatologi Jakarta 2003 27 ndash 31

10 Klippel John H Dieppe Paul A Brooks Peter et al Osteoarthritis In

Rheumatology United Kingdom Mosby ndash Year Book Europe Limited

1994 21 ndash 106

11 Abbate L Renner JB Stevens J et al Do Body Composition and Body Fat

Distribution Explain Ethnic Differences in Radiographic Knee

Osteoarthritis Outcomes in African -American and Caucasian Women The

North American Association for the Study of Obesity 2006 14 1274 ndash

1281

12 Amin Niu Jingbo Hunter David et al Smoking Worsens Knee

Osteoarthritis News Center Oklahoma City Oklahoma USA 2006 1 ndash 4

13 McAlindon Timothy E Felson David T Zhang Yuqing et al Relation of

Dietary Intake and Serum Levels of Vitamin D to Progression of

Osteoarthritis of the Knee Among Participants in the Framingham Study

14 Englund M and Lohmander LS Patellofemoral Osteoarthritis Coexistent

with Tibiofemoral Osteoarthritis in a Meniscectomy Population Annals of

the Rheumatic Diseases 2005 64 1721 ndash 1726

15 Carter MA Osteoartritis In Price SA Wilson LM Patofisiologi konsep

klinis proses-proses penyakit 6th ed Jakarta EGC 2006 p 1380-4

16 Altman RD Criteria for the Classification of Osteoarthritis Journal of

Rheumatology 1991 27 (suppl) 10 ndash 12

37

17 Milne AD Evans NA Stanish WD Nonoperative Management of Knee

Osteoarthritis In Hartono IM Studi komparasi antara WOMAC index

dengan Kellgren-Lawrence grading system pada penderita osteoarthritis

genu [PPDS1 thesis] Semarang Medical Faculty Diponegoro University

2007 p 12

18 Haq I Murphy E Dacre J Osteoarthritis Review Postgrad Med J 2003

79 377 ndash 383

19 Anonim [1986] Criteria for classification of idiopathic osteoarthtritis (OA)

of the knee American College of Rheumatology [serial on the internet]

2010 [cited 2010 Jan 20] Available from

httpwwwrheumatologyorgpublicationsclassificationoakneeasp

aud=mem

38

  • BAB I
  • ILUSTRASI KASUS
  • 1 Pemeriksaan EKG
  • X ndash Ray Pelvis AP
  • BAB III
  • DISKUSI DAN PEMBAHASAN
Page 19: laporan kasus osteoartritis

sendi proteoglikan yang membuat jaringan tersebut elastis dan air (70

bagian) yang menjadi bantalan pelumas dan pemberi nutrisi910

Kondrosit adalah sel yang tugasnya membentuk proteoglikan dan

kolagen pada rawan sendi Osteoartritis terjadi akibat kondrosit gagal

mensintesis matriks yang berkualitas dan memelihara keseimbangan antara

degradasi dan sintesis matriks ekstraseluler termasuk produksi kolagen tipe I

III VI dan X yang berlebihan dan sintesis proteoglikan yang pendek Hal

tersebut menyebabkan terjadi perubahan pada diameter dan orientasi dari serat

kolagen yang mengubah biomekanik dari tulang rawan sehingga tulang rawan

sendi kehilangan sifat kompresibilitasnya yang unik9

Selain kondrosit sinoviosit juga berperan pada patogenesis OA

terutama setelah terjadi sinovitis yang menyebabkan nyeri dan perasaan tidak

nyaman Sinoviosit yang mengalami peradangan akan menghasilkan Matrix

Metalloproteinases (MMPs) dan berbagai sitokin yang akan dilepaskan ke

dalam rongga sendi dan merusak matriks rawan sendi serta mengaktifkan

kondrosit Pada akhirnya tulang subkondral juga akan ikut berperan dimana

osteoblas akan terangsang dan menghasilkan enzim proteolitik 910

Agrekanase merupakan enzim yang akan memecah proteoglikan di

dalam matriks rawan sendi yang disebut agrekan Ada dua tipe agrekanase

yaitu agrekanase 1 (ADAMTs-4) dan agrekanase 2 (ADAMTs-11) MMPs

diproduksi oleh kondrosit kemudian diaktifkan melalui kaskade yang

melibatkan proteinase serin (aktivator plasminogen plamsinogen plasmin)

radikal bebas dan beberapa MMPs tipe membran Kaskade enzimatik ini

dikontrol oleh berbagai inhibitor termasuk TIMPs dan inhibitor aktifator

plasminogen Enzim lain yang turut berperan merusak kolagen tipe II dan

proteoglikan adalah katepsin yang bekerja pada pH rendah termasuk

proteinase aspartat (katepsin D) dan proteinase sistein (katepsin B H K L

dan S) yang disimpam di dalam lisosom kondrosit Hialuronidase tidak

terdapat di dalam rawan sendi tetapi glikosidase lain turut berperan merusak

proteoglikan10

19

Berbagai sitokin turut berperan merangsang kondrosit dalam

menghasilkan enzim perusak rawan sendi Sitokin-sitokin pro-inflamasi akan

melekat pada reseptor di permukaan kondrosit dan sinoviosit dan

menyebabkan transkripsi gene MMP sehingga produksi enzim tersebut

meningkat Sitokin yang terpenting adalah IL-1 selain sebagai sitokin

pengatur (IL-6 IL-8 LIFI) dan sitokin inhibitor (IL-4 IL-10 IL-13 dan IFN-

γ) Sitokin inhibitor ini bersama IL-Ira dapat menghambat sekresi berbagai

MMPs dan meningkatkan sekresi TIMPs Selain itu IL-4 dan IL-13 juga

dapat melawan efek metabolik IL-1 IL-1 juga berperan menurunkan sintesis

kolagen tipe II dan IX dan meningkatkan sintesis kolagen tipe I dan III

sehingga menghasilkan matriks rawan sendi yang berkualitas buruk 910

IV Klasifikasi Osteoartritis

OA dapat terjadi secara primer (idiopatik) maupun sekunder seperti

yang tercantum di bawah ini 19

IDIOPATIK SEKUNDER

20

SetempatTangan- nodus Heberden dan Bouchard (nodal)- artritis erosif interfalang- karpal-metakarpal IKaki - haluks valgus- haluks rigidus- jari kontraktur (hammercock-up toes)- talonavikulareCoxae- eksentrik (superior)- konsentrik (aksial medial)- difus (koksa senilis)Vertebra- sendi apofiseal- sendi intervertebral- spondilosis (osteofit)- ligamentum (hiperostosis penyakit Forestier diffuse idiopathic skeletal hyperostosis=DISH)Tempat lainnya- glenohumeral- akromioklavikular- tibiotalar- sakroiliaka- temporomandibularMenyeluruhMeliputi 3 atau lebih daerah yang tersebut diatas (Kellgren-Moore)

Traumaminus akutminus kronik (okupasional port)Kongenital atau developmentalGangguan setempatminus Penyakit Leg-Calve-Perthesminus Dislokasi koksa kongenitalminus Slipped epiphysisFaktor mekanikminus Panjang tungkai tidak samaminus Deformitas valgus varusminus Sindroma hipermobilitasMetabolikminus Okronosis (alkaptonuria)minus Hemokromatosisminus Penyakit Wilsonminus Penyakit GaucherEndokrinminus Akromegaliminus Hiperparatiroidismeminus Diabetes melitusminus Obesitasminus HipotiroidismePenyakit Deposit Kalsiumminus Deposit kalsium pirofosfat dihidratminus Artropati hidroksiapatitPenyakit Tulang dan Sendi lainnya Setempatminus FrakturminusNekrosis avaskular

Tabel 21 Osteoartritis Idiopatik dan Sekunder

V Manifestasi Klinis 15

1 Nyeri sendi

Terutama bila sendi bergerak atau menanggung beban yang akan

berkurang bila penderita beristirahat

21

2 Kaku pada pagi hari (morning stiffness)

Kekakuan pada sendi yang terserang terjadi setelah imobilisasi yang

cukup lama (gel phenomenon) bahkan sering disebutkan kaku muncul

pada pagi hari setelah bangun tidur (morning stiffness)

3 Hambatan pergerakan sendi

Hambatan pergerakan sendi ini bersifat progresif lambat bertambah

berat secara perlahan sejalan dengan bertambahnya nyeri pada sendi

4 Krepitasi

Rasa gemeretak (seringkali sampai terdengar) yang terjadi pada sendi

yang sakit

5 Perubahan bentuk sendi

Sendi yang mengalami osteoarthritis biasanya mengalami perubahan

berupa perubahan bentuk dan penyempitan pada celah sendi

6 Perubahan gaya berjalan

Hal yang paling meresahkan pasien adalah perubahan gaya berjalan

hampir semua pasien osteoarthritis pada pergelangan kaki lutut dan

panggul mengalami perubahan gaya berjalan (pincang)

VI Faktor Risiko Osteoartritis Lutut (Genu)

Secara garis besar terdapat dua pembagian faktor risiko OA lutut yaitu

faktor predisposisi dan faktor biomekanis

1 Faktor Predisposisi

a Faktor Demografi

1) Umur

Dari semua faktor risiko untuk timbulnya osteoartritis faktor

ketuaan adalah yang terkuat Proses penuaan dianggap sebagai

penyebab peningkatan kelemahan di sekitar sendi penurunan

kelenturan sendi kalsifikasi tulang rawan dan menurunkan

fungsi kondrosit yang semuanya mendukung terjadinya OA

Studi Framingham menunjukkan bahwa 27 orang berusia 63 ndash

22

70 tahun memiliki bukti radiografik menderita OA lutut yang

meningkat mencapai 40 pada usia 80 tahun atau lebih7

2) Jenis kelamin

Prevalensi OA pada laki-laki sebelum usia 50 tahun lebih tinggi

dibandingkan perempuan tetapi setelah usia lebih dari 50 tahun

prevalensi perempuan lebih tinggi menderita OA dibandingkan

laki-laki Hal ini dikaitkan dengan pengurangan hormon

estrogen yang signifikan pada wanita8

3) Ras Etnis

Prevalensi OA lutut pada penderita di negara Eropa dan

Amerika tidak berbeda sedangkan suatu penelitian

membuktikan bahwa ras Afrika ndash Amerika memiliki risiko

menderita OA lutut 2 kali lebih besar dibandingkan ras

Kaukasia Penduduk Asia juga memiliki risiko menderita OA

lutut lebih tinggi dibandingkan Kaukasia1011 Suatu studi lain

menyimpulkan bahwa populasi kulit berwarna lebih banyak

terserang OA dibandingkan kulit putih9

b Faktor Genetik

Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoartritis Adanya

mutasi dalam gen prokolagen atau gen-gen struktural lain untuk

unsur-unsur tulang rawan sendi seperti kolagen proteoglikan

berperan dalam timbulnya kecenderungan familial pada

osteoartritis10

c Faktor Gaya Hidup

1) Kebiasaan Merokok

Merokok dapat merusak sel dan menghambat proliferasi sel

tulang rawan sendi

Merokok dapat meningkatkan tekanan oksidan yang

mempengaruhi hilangnya tulang rawan

23

Merokok dapat meningkatkan kandungan karbonmonoksida

dalam darah menyebabkan jaringan kekurangan oksigen

dan dapat menghambat pembentukan tulang rawan12

2) Konsumsi Vitamin D

Orang yang tidak biasa mengkonsumsi makanan yang

mengandung vitamin D memiliki peningkatan risiko 3 kali lipat

menderita OA lutut13

d Faktor Metabolik

1) Obesitas

Berat badan yang berlebih ternyata dapat meningkatkan tekanan

mekanik pada sendi penahan beban tubuh dan lebih sering

menyebabkan osteoartritis lutut7

2) Osteoporosis

Hubungan antara OA lutut dan osteoporosis mendukung teori

bahwa gerakan mekanis yang abnormal tulang akan

mempercepat kerusakan tulang rawan sendi10

3) Penyakit Lain

OA lutut terbukti berhubungan dengan diabetes mellitus

hipertensi dan hiperurikemi dengan catatan pasien tidak

mengalami obesitas10

4) Histerktomi

Hal ini diduga berkaitan dengan pengurangan produksi hormon

estrogen setelah dilakukan pengangkatan rahim 10

5) Manisektomi

Menisektomi merupakan operasi yang dilakukan di daerah lutut

dan telah diidentifikasi sebagai faktor risiko penting bagi OA

lutut Hal ini berkaitan dengan hilangnya jaringan meniscus14

2 Faktor Biomekanis

a Riwayat Trauma Lutut

24

Trauma lutut yang akut termasuk robekan pada ligamentum

krusiatum dan meniskus merupakan faktor risiko timbulnya OA

lutut9

b Kelainan Anatomis

Faktor risiko timbulnya OA lutut antara lain kelainan lokal pada

sendi lutut seperti genu varum genu valgus Legg ndash Calve ndashPerthes

disease dan displasia asetabulum10

c Pekerjaan

Osteoartritis banyak ditemukan pada pekerja fisik berat terutama

yang banyak menggunakan kekuatan yang bertumpu pada lutut

(petani kuli dll)9

d Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik berat seperti berdiri lama (2 jam atau lebih setiap

hari) berjalan jarak jauh (2 jam atau lebih setiap hari) mengangkat

barang berat (10 kg ndash 50 kg selama 10 kali atau lebih setiap

minggu) mendorong objek yang berat (10 kg ndash 50 kg selama 10

kali atau lebih setiap minggu) naik turun tangga setiap hari

merupakan faktor risiko OA lutut 9

e Kebiasaan Olahraga

Atlit olah raga benturan keras dan membebani lutut seperti sepak

bola lari maraton dan kung fu memiliki risiko meningkat untuk

menderita OA lutut10

VII Kriteria Diagnosis Osteoartritis Lutut (Genu)

25

Kriteria diagnosis OA lutut menggunakan kriteria klasifikasi American

College of Rheumatology seperti tercantum pada tabel berikut ini 16

Tabel 22 Kriteria Klasifikasi Osteoartritis Lutut

Derajat osteoartritis lutut dinilai menjadi lima derajat oleh Kellgren dan

Lawrence yaitu 17

- Derajat 0 tidak ada gambaran osteoartritis

- Derajat 1 osteoartritis meragukan dengan gambaran sendi normal tetapi

terdapat osteofit minimal

- Derajat 2 osteoartritis minimal dengan osteofit pada 2 tempat tidak terdapat

sklerosis dan kista subkondral serta celah sendi baik

- Derajat 3 osteoartritis moderat dengan osteofit moderat deformitas ujung

tulang dan celah sendi sempit

- Derajat 4 osteoartritis berat dengan osteofit besar deformitas ujung tulang

celah sendi hilang serta adanyasklerosis dan kista subkondral

26

VIIIPenatalaksanaan Osteoarthritis

Tujuan penatalaksanaan pasien dengan osteoarthritis adalah18

1 Meredakan nyeri

2 Mengoptimalkan fungsi sendi

3 Mengurangi ketergantungan kepada orang lain dan meningkatkan

kualitas hidup

4 Menghambat progresivitas penyakit

5 Mencegah terjadinya komplikasi

Pilar terapi pada pasien dengan osteoarthritis yaitu

Nonfarmakologis

1 Modifikasi pola hidup

2 Edukasi

3 Istirahat teratur yang bertujuan mengurangi penggunaan beban pada

sendi

4 Modifikasi aktivitas

5 Menurunkan berat badan

6 Rehabilitasi medik fisioterapi

a Latihan statis dan memperkuat otot-otot

b Fisioterapi yang berguna untuk mengurangi nyeri menguatkan otot

dan menambah luas pergerakan sendi

7 Penggunaan alat bantu

Farmakologis

1 Sistemik

a Analgetik

Non narkotik parasetamol

Opioid (kodein tramadol)

b Antiinflamasi nonsteroid (NSAIDs)

Oral

Injeksi

Suppositoria

27

c DMOADs (disease modifying OA drugs)

Diantara nutraceutical yang saat ini tersedia di Indonesia adalah

Glucosamine sulfate dan Chondroitine sulfate

2 Topikal

a Krim rubefacients dan capsaicin

Beberapa sediaan telah tersedia di Indonesia dengan cara kerja pada

umumnya bersifat counter irritant

b Krim NSAIDs

Beberapa yang dapat digunakan adalah gel piroxicam dan sodium

diklofenak

3 Injeksi intraartikularintra lesi

Pada dasarnya ada 2 indikasi suntikan intra artikular yakni penanganan

simtomatik dengan steroid dan viskosuplementasi dengan hyaluronan

untuk modifikasi perjalanan penyakit Beberapa preparat injeksi

intraartikular diantaranya

a Steroid ( triamsinolone hexacetonide dan methyl prednisolone )

Hanya diberikan jika ada satu atau dua sendi yang mengalami

nyeri dan inflamasi yang kurang responsif terhadap pemberian

NSAIDs tak dapat mentolerir NSAIDs atau ada komorbiditas yang

merupakan kontra indikasi terhadap pemberian NSAIDs

Dosis untuk sendi besar seperti lutut 40-50 mginjeksi

sedangkan untuk sendi-sendi kecil biasanya digunakan dosis 10 mg

b Hyaluronan high molecular weight dan low molecular weight

Diberikan berturut-turut 5 sampai 6 kali dengan interval satu

minggu masing-masing 2 sampai 25 ml Hyaluronan Sediaan di

Indonesia diantaranya adalah Hyalgan dan Osflex

4 Pembedahan

Sebelum diputuskan untuk terapi pembedahan harus dipertimbangkan

terlebih dahulu risiko dan keuntungannya Pertimbangan dilakukan

tindakan operatif bila

28

a Deformitas menimbulkan gangguan mobilisasi

b Nyeri yang tidak dapat teratasi dengan penganan medikamentosa

dan rehabilitatif

Ada 2 tipe terapi pembedahan Realignment osteotomi dan replacement

joint

Macam-macam operasi sendi lutut untuk osteoarthritis

a Partial replacementunicompartemental

b High tibial osteotomy orang muda

c Patella amp condyle resurfacing

d Minimally constrained total replacement stabilitas sendi dilakukan

sebagian oleh ligament asli dan sebagian oleh sendi buatan

e Cinstrained joint fixed hinges dipakai bila ada tulang hilang dan

severe instability

f Total knee replacement apabila didapatkan nyeri deformitas

instability akibat dari rheumatoid atau osteoarthritis

29

Gambar 21 Piramida Penatalaksanaan Osteoartritis

BAB III

DISKUSI DAN PEMBAHASAN

OA adalah penyakit degenerasi kartilago artikuler yang berlangsung secara

perlahan dan ditandai dengan nyeri sendi kekakuan dan keterbatasan gerak yang

berkembang secara progresif Tanda-tanda tersebut ditemukan pada penderita ini

Berdasarkan etiologinya OA diklasifikasikan menjadi dua yaitu OA

primer dan OA sekunder OA primer disebut juga OA idiopatik yaitu OA yang

kausanya tidak diketahui dan tidak ada hubungannya dengan penyakit sistemik

maupun proses perubahan lokal pada sendi OA sekunder adalah OA yang

didasari oleh adanya kelainan endokrin trauma inflamasi metabolik

pertumbuhan herediter jejas mikro dan makro serta imobilisasi yang terlalu lama

faktor mekanik penyakit deposit kalsium penyakit tulang dan sendi lainnya serta

neuropatik endemik Beberapa faktor risiko yang diketahui berhubungan dengan

penyakit OA diantaranya faktor risiko umum yang penting seperti kegemukan

faktor genetik dan jenis kelamin serta beberapa faktor risiko lain seperti usia lebih

dari 40 tahun suku bangsa cedera sendi pekerjaan olahraga kelainan

pertumbuhan kepadatan tulang dan lain-lain Pada penderita ini berdasarkan

30

anamnesis riwayat sosialnya penderita adalah seorang wanita berusia 75 tahun

yang meskipun tidak melakukan pekerjaan yang berat tetapi dirinya tetap

menjalankan pekerjaan rumah tangga (sebelum sakit) yang notabene banyak

menggunakan sendi lutut Selain itu dari pemeriksaan fisik penderita ini juga

mengalami kegemukan Kondisi-kondisi pada penderita ini merupakan faktor

risiko sekunder terjadinya OA Jadi dapat disimpulkan bahwa penyebab OA pada

penderita ini bukan termasuk faktor risiko OA primer

Penderita datang dengan keluhan nyeri pada kedua sendi lutut sejak plusmn 1

tahun SMRS dan puncaknya 2 hari SMRS dimana penderita sudah tidak bisa

berjalan lagi Nyeri sendi merupakan keluhan yang umum terjadi pada penyakit

reumatik seperti artritis gout OA keganasan reumatik septik dan lain

sebagainya Pada penderita ini nyeri terlokalisir pada lutut tanpa adanya nyeri

pada sendi yang lain nyeri bertambah saat melakukan gerakan (seperti berjalan)

dan berkurang apabila beristirahat Tidak ada demam Nyeri tidak menetap

sepanjang hari Nyeri seperti ini biasanya ditemukan pada OA

Penderita juga mengeluh kaku sendi Kaku sendi dirasakan penderita pada

pagi hari Keadaan ini biasanya disebabkan oleh desakan cairan yang berada di

sekitar jaringan yang mengalami inflamasi (kapsul sendi sinovial atau bursa)

Kaku sendi makin nyata pada pagi hari atau setelah istirahat Setelah digerak-

gerakkan cairan akan menyebar dari jaringan yang mengalami inflamasi sehingga

penderita merasa terlepas dari ikatan dan bisa menggerakkan sendinya kembali

Lama kaku sendi pada OA adalah kurang dari 30 menit sedangkan pada AR

minimal satu jam Pada penderita ini kaku sendi juga dirasakan pada pagi hari

selama plusmn 20-30 menit dan menghilang dengan sendirinya bila penderita

menggerakkan kakinya dengan beraktivitas seperti biasa Hal ini sesuai untuk

mendukung keluhan pada penderita OA

Penderita juga mengalami bengkak pada kedua lutut Bengkak dirasakan

oleh penderita sejak 6 bulan SMRS Sendi yang membengkak bisa disebabkan

oleh penonjolan tulang sinovitis efusi dan karena adanya osteofit yang dapat

mengubah permukaan sendi Pada penderita ditemukan osteofit pada pemeriksaan

rontgent

31

29

Pemeriksaan fisik lokalis pada kedua sendi lutut didapatkan pada

inspeksi didapatkan pembesaran bengkak pada kedua sendi lutut dengan tidak

ada perubahan warna kulit Palpasi pada kedua sendi lutut didapatkan nyeri tekan

dan pada perabaan dirasakan hangat Pemeriksaan gerak sendi didapat

keterbatasan gerak fleksi yaitu hanya dapat mengerakkan lutut sebesar 60deg

Hambatan gerak terutama disebabkan oleh adanya remodelling osteofit penebalan

kapsul dan juga adanya efusi Pada auskultasi sendi lutut penderita ditemukan

adanya krepitasi dimana terdengar suara gemeretak ldquokretek-kretekrdquo seperti suara

krupuk yang diremukkan Gejala ini mungkin disebabkan karena gesekan kedua

permukaan tulang sendi yang irregular pada saat sendi digerakkan ataupun secara

pasif dimanipulasi

Pemeriksaan radiologis pada penderita ini didapatkan adanya gambaran

berupa penyempitan sendi dan osteofit pada pinggir sendi Menipisnya rawan

sendi diawali dengan retak dan terbelahnya permukaan sendi di beberapa tempat

yang kemudian menyatu dan disebut sebagai fibrilasi Di lain pihak pada tulang

akan terjadi pula perubahan sebagai reaksi tubuh untuk memperbaiki kerusakan

Perubahan itu adalah penebalan tulang subkondral dan pembentukan osteofit

marginal disusul kemudian dengan perubahan komposisi molekular dan struktur

tulang Penipisan kartilago sendi akibat proses degeneratif memberi gambaran

penyempitan celah sendi yang tidak simetris pada foto polos radiologi Fungsi

kartilago sendi berkurang bahkan menghilang mengakibatkan beban stres di

daerah subkhondral bertambah Beberapa subkhondral tersebut dapat diamati pada

poto polos radiologi berupa pembentukan osteofit sklerotik subkhondral maupun

pembentukan kista subkhondral Pada penderita ini ditemukan adanya

pembentukan osteofit pada condylus lateralis dan medialis os tibio femoralis

Pada OA anamnesa (gejala klinis) pemeriksaan fisik dan pemeriksaan

radiologi sudah dapat menunjang penegakan diagnosis Hasil pemeriksaan

laboratorium pada OA biasanya tidak banyak berguna Darah tepi (Hb Leukosit

dan LED) dalam batas normal kecuali OA generalisata yang harus dibedakan

dengan arthritis peradangan Pada OA yang disertai peradangan mungkin

didapatkan penurunan viskositas pleositosis sedang hingga ringan serta

32

peningkatan ringan sel radang (lt8000m) gt1 Pada penderita ini dilakukan

pemeriksaan laboratorium darah lengkap kimia darah dan urin lengkap karena

pemeriksaan tersebut merupakan pemeriksaan rutin Dari hasil pemeriksaan

laboratorium pada penderita ini tidak ditemukan adanya kelainan

Diagnosis OA sudah bisa ditegakkan secara klinis dengan memakai

kriteria OA yang dibuat oleh Subcommittee American College of Rheumatology

(ACR) Kriteria OA lutut secara klinis laboratorium dan radiologis adalah adanya

nyeri lutut osteofit dan salah satu dari tanda berikut yaitu usia lebih dari 50

tahun kaku sendi kurang dari 30 menit atau adanya krepitus Pada penderita ini

wanita berusia 75 tahun ditemukan memiliki keluhan nyeri kedua sendi lutut

terdapat kaku sendi selama 20-30 menit terdapat krepitus dan pada pemeriksaan

radiologi ditemukan adanya osteofit

Pengelolaan penderita dengan OA bertujuan untuk menghilangkan

keluhan mengoptimalkan fungsi sendi mengurangi ketergantungan dan

meningkatkan kualitas hidup menghambat progresivitas penyakit dan mencegah

komplikasi Pilar terapi OA non farmakologis (edukasi terapi fisik

dietpenurunan berat badan) farmakologis (analgetik kortikosteroid lokal

sistemik kondroprotektif dan biologik) dan pembedahan

Edukasi sangat penting bagi semua pasien OA Dua hal yang menjadi

tujuan edukasi adalah bagaimana mengatasi nyeri dan disabilitas Pemberian

edukasi pada penderita ini sangat penting karena dengan edukasi diharapkan

pengetahuan penderita mengenai penyakit OA menjadi meningkat dan pengobatan

menjadi lebih mudah serta dapat diajak bersama-sama untuk mencegah kerusakan

organ sendi lebih lanjut Edukasi yang diberikan pada penderita ini yaitu

memberikan pengertian bahwa OA adalah penyakit yang kronik sehingga perlu

dipahami bahwa mungkin dalam derajat tertentu akan tetap ada rasa nyeri kaku

dan keterbatasan gerak serta fungsi Selain itu agar rasa nyeri dapat berkurang

maka penderita hendaknya mengurangi aktivitaspekerjaannya sehingga tidak

terlalu banyak menggunakan sendi lutut dan lebih banyak beristirahat Penderita

juga disarankan untuk kembali kontrol sehingga dapat diketahui apakah

33

penyakitnya sudah membaik atau ternyata ada efek samping akibat obat yang

diberikan

Terapi fisik bertujuan untuk melatih penderita agar persendiannya tetap

dapat dipakai dan melatih penderita untuk melindungi sendi yang sakit Pada

penderita ini dianjurkan untuk berolah raga tapi olah raga yang memperberat

sendi sebaiknya dihindari seperti lari atau joging Hal ini dikarenakan dapat

menambah inflamasi meningkatkan tekanan intraartikular bila ada efusi sendi dan

bahkan bisa menyebabkan robekan kapsul sendi Untuk mencegah risiko

terjadinya kecacatan pada sendi sebaiknya dilakukan olah raga peregangan otot

seperti mQuadrisep femoris dengan peregangan otot diharapkan dapat membantu

dalam peningkatan fungsi sendi secara keseluruhan dan mengurangi nyeri Pada

penderita ini disarankan untuk senam lantai 3 kali seminggu dimana pasien

mengambil posisi terlentang sambil meregangkan lututnya dengan cara

mengangkat kaki dan secara perlahan menekuk dan meluruskan lututnya Olah

raga ini sangat mudah dilakukan apalagi mengingat usia penderita yang sudah

mencapai 75 tahun

Diet bertujuan untuk menurunkan berat badan pada penderita OA yang

gemuk Hal ini sebaiknya menjadi program utama pengobatan OA Penurunan

berat badan seringkali dapat mengurangi keluhan dan peradangan Selain itu

obesitas juga dapat meningkatkan risiko progresifitas dari OA Pada penderita ini

disarankan untuk mengurangi berat badan dengan mengatur diet rendah kalori

sampai mungkin mendekati berat badan ideal Dimana prinsipnya adalah

mengurangi kalori yang masuk dibawah energi yang dibutuhkan Penurunan

energi intake yang aman dianjurkan pemberian defisit energi antara 500-1000

kalori perhari sehingga diharapkan akan terjadi pembakaran lemak tubuh dan

penurunan berat badan 05 ndash 1 kg per minggu Biasanya intake energi diberikan

1200-1300 kal per hari dan paling rendah 800 kal per hari Formula yang dapat

digunakan untuk kebutuhan energi berdasarkan berat badan adalah 22kalkgBB

aktualhari dengan cara ini didapatkan defisit energi 1000 kalhari Pada penderita

ini dianjurkan untuk diet 1400 kal perhari agar mencapai BB idealnya yakni

setidaknya mencapai 55 kg Namun cara ini juga memerlukan kehati ndash hatian

34

dikarenakan usia penderita dan daya tahan tubuhnya yang memang sudah tidak

mendukung untuk melakukan usaha diit

Terapi farmakologis pada penderita OA biasanya bersifat simptomatis

Pada tahap awal dapat dicoba analgetik sederhana seperti asetaminofen atau

salisilat Bila tidak ada perbaikan dapat diberikan obat anti inflamasi non steroid

Untuk mengurangi keluhan nyeri pada penderita ini telah diberikan pengobatan

langsung dengan obat anti inflamasi non steroid seperti Na-diklofenak dengan

dosis 3times50 mg tanpa menggunakan obat lini pertama Hal ini dikarenakan keluhan

pada penderita ini sudah cukup berat ditambah pula adanya bengkak dan rasa

hangat di lutut yang tidak hilang dengan obat analgetik sederhana ( seperti yang

biasa dikonsumsi penderita) Na-diklofenak merupakan obat golongan OAINS

COX-1 inhibitor yang non-selektif dimana obat ini diberikan pada penderita

karena tidak terdapat riwayat pernah menderita gangguan gastrointestinal Namun

mengingat usia penderita yang memang sudah lanjut maka penderita juga

diberikan obat pelapis lambung untuk menjaga kondisi saluran pencernaannya Di

sini penderita diberikan obat golongan PPI (Omeprazole 2 x 20 mg) Setelah

dievaluasi beberapa hari ternyata keluhan nyeri dan bengkak pada penderita tidak

kunjung ada perubahan maka ditambahkan pula obat steroid injeksi dimana

pilihannya adalah InjTriamcinolon 1 Amp24 jam (Inj Flamicort) Selain itu

pasien juga dikonsulkan ke spesialis rehabilitasi medis untuk dilakukan

fisioterapi

Terapi pembedahan Terapi ini diberikan apabila terapi farmakologis dan

rehabilitasi tidak berhasil untuk mengurangi rasa sakit dan juga untuk melakukan

koreksi apabila terjadi deformitas yang menimbulkan gangguan mobilisasi sendi

yang mengganggu aktifitas sehari-hari Pada penderita ini tidak sampai dilakukan

terapi pembedahan

35

DAFTAR PUSTAKA

1 Soeroso J Isbagio H Kalim H Broto R Pramudiyo R Osteoartritis In

Sudoyo AW Setiyohadi B Alwi I Simadibrata M Setiati S editors Buku

Ajar Ilmu Penyakit Dalam 4th ed Jakarta Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit

Dalam Fakultas Kedokteran Indonesia 2006 p 1195-201

2 Osteoarthritis Wikipedia The Free Encyclopedia [serial on the internet]

2009 [cited 2009 Sep 1] Available from

httpenwikipediaorgwikiOsteoarthritis

3 Reginster JY The Prevalence and Burden of Osteoarthritis Rheumatology

2002 41 (suppl 1) 3 ndash 6

4 Wibowo Dhidik Tri Kurniawan Yusuf Latifah Tati Gunadi Rachmat

Perancangan dan Implementasi Sistem Bantu Diagnosis Penyakit

Osteoartritis dan Reumatoid Artritis Melalui Deteksi Penyempitan Celah

Sendi pada Citra X-Ray Tangan dan Lutut Dalam Temu Ilmiah

Reumatologi Jakarta 2003 168 ndash 172

5 Konggres Nasional Ikatan Reumatologi Indonesia VI httppemda-

diygoidberita 2005 102140

36

6 Arthritis Research Campaign 2000 Available at

httpwwwarcorgukabout_arthastatshtm

7 Felson DT Zhang Y Hannan MT et al The Incidence and Natural

History of Knee Osteoarthritis in the Elderly The Framingham

Osteoarthritis Study Arthritis Rheumatology 1995 38 1500 ndash 1505

8 Felson DT Zhang Y An Update on the Epidemiology of Knee and Hip

Osteoarthritis with a View to Prevention Arthritis Rheumatology 1998

41 1343 ndash 1355

9 Setiyohadi Bambang Osteoartritis Selayang Pandang Dalam Temu Ilmiah

Reumatologi Jakarta 2003 27 ndash 31

10 Klippel John H Dieppe Paul A Brooks Peter et al Osteoarthritis In

Rheumatology United Kingdom Mosby ndash Year Book Europe Limited

1994 21 ndash 106

11 Abbate L Renner JB Stevens J et al Do Body Composition and Body Fat

Distribution Explain Ethnic Differences in Radiographic Knee

Osteoarthritis Outcomes in African -American and Caucasian Women The

North American Association for the Study of Obesity 2006 14 1274 ndash

1281

12 Amin Niu Jingbo Hunter David et al Smoking Worsens Knee

Osteoarthritis News Center Oklahoma City Oklahoma USA 2006 1 ndash 4

13 McAlindon Timothy E Felson David T Zhang Yuqing et al Relation of

Dietary Intake and Serum Levels of Vitamin D to Progression of

Osteoarthritis of the Knee Among Participants in the Framingham Study

14 Englund M and Lohmander LS Patellofemoral Osteoarthritis Coexistent

with Tibiofemoral Osteoarthritis in a Meniscectomy Population Annals of

the Rheumatic Diseases 2005 64 1721 ndash 1726

15 Carter MA Osteoartritis In Price SA Wilson LM Patofisiologi konsep

klinis proses-proses penyakit 6th ed Jakarta EGC 2006 p 1380-4

16 Altman RD Criteria for the Classification of Osteoarthritis Journal of

Rheumatology 1991 27 (suppl) 10 ndash 12

37

17 Milne AD Evans NA Stanish WD Nonoperative Management of Knee

Osteoarthritis In Hartono IM Studi komparasi antara WOMAC index

dengan Kellgren-Lawrence grading system pada penderita osteoarthritis

genu [PPDS1 thesis] Semarang Medical Faculty Diponegoro University

2007 p 12

18 Haq I Murphy E Dacre J Osteoarthritis Review Postgrad Med J 2003

79 377 ndash 383

19 Anonim [1986] Criteria for classification of idiopathic osteoarthtritis (OA)

of the knee American College of Rheumatology [serial on the internet]

2010 [cited 2010 Jan 20] Available from

httpwwwrheumatologyorgpublicationsclassificationoakneeasp

aud=mem

38

  • BAB I
  • ILUSTRASI KASUS
  • 1 Pemeriksaan EKG
  • X ndash Ray Pelvis AP
  • BAB III
  • DISKUSI DAN PEMBAHASAN
Page 20: laporan kasus osteoartritis

Berbagai sitokin turut berperan merangsang kondrosit dalam

menghasilkan enzim perusak rawan sendi Sitokin-sitokin pro-inflamasi akan

melekat pada reseptor di permukaan kondrosit dan sinoviosit dan

menyebabkan transkripsi gene MMP sehingga produksi enzim tersebut

meningkat Sitokin yang terpenting adalah IL-1 selain sebagai sitokin

pengatur (IL-6 IL-8 LIFI) dan sitokin inhibitor (IL-4 IL-10 IL-13 dan IFN-

γ) Sitokin inhibitor ini bersama IL-Ira dapat menghambat sekresi berbagai

MMPs dan meningkatkan sekresi TIMPs Selain itu IL-4 dan IL-13 juga

dapat melawan efek metabolik IL-1 IL-1 juga berperan menurunkan sintesis

kolagen tipe II dan IX dan meningkatkan sintesis kolagen tipe I dan III

sehingga menghasilkan matriks rawan sendi yang berkualitas buruk 910

IV Klasifikasi Osteoartritis

OA dapat terjadi secara primer (idiopatik) maupun sekunder seperti

yang tercantum di bawah ini 19

IDIOPATIK SEKUNDER

20

SetempatTangan- nodus Heberden dan Bouchard (nodal)- artritis erosif interfalang- karpal-metakarpal IKaki - haluks valgus- haluks rigidus- jari kontraktur (hammercock-up toes)- talonavikulareCoxae- eksentrik (superior)- konsentrik (aksial medial)- difus (koksa senilis)Vertebra- sendi apofiseal- sendi intervertebral- spondilosis (osteofit)- ligamentum (hiperostosis penyakit Forestier diffuse idiopathic skeletal hyperostosis=DISH)Tempat lainnya- glenohumeral- akromioklavikular- tibiotalar- sakroiliaka- temporomandibularMenyeluruhMeliputi 3 atau lebih daerah yang tersebut diatas (Kellgren-Moore)

Traumaminus akutminus kronik (okupasional port)Kongenital atau developmentalGangguan setempatminus Penyakit Leg-Calve-Perthesminus Dislokasi koksa kongenitalminus Slipped epiphysisFaktor mekanikminus Panjang tungkai tidak samaminus Deformitas valgus varusminus Sindroma hipermobilitasMetabolikminus Okronosis (alkaptonuria)minus Hemokromatosisminus Penyakit Wilsonminus Penyakit GaucherEndokrinminus Akromegaliminus Hiperparatiroidismeminus Diabetes melitusminus Obesitasminus HipotiroidismePenyakit Deposit Kalsiumminus Deposit kalsium pirofosfat dihidratminus Artropati hidroksiapatitPenyakit Tulang dan Sendi lainnya Setempatminus FrakturminusNekrosis avaskular

Tabel 21 Osteoartritis Idiopatik dan Sekunder

V Manifestasi Klinis 15

1 Nyeri sendi

Terutama bila sendi bergerak atau menanggung beban yang akan

berkurang bila penderita beristirahat

21

2 Kaku pada pagi hari (morning stiffness)

Kekakuan pada sendi yang terserang terjadi setelah imobilisasi yang

cukup lama (gel phenomenon) bahkan sering disebutkan kaku muncul

pada pagi hari setelah bangun tidur (morning stiffness)

3 Hambatan pergerakan sendi

Hambatan pergerakan sendi ini bersifat progresif lambat bertambah

berat secara perlahan sejalan dengan bertambahnya nyeri pada sendi

4 Krepitasi

Rasa gemeretak (seringkali sampai terdengar) yang terjadi pada sendi

yang sakit

5 Perubahan bentuk sendi

Sendi yang mengalami osteoarthritis biasanya mengalami perubahan

berupa perubahan bentuk dan penyempitan pada celah sendi

6 Perubahan gaya berjalan

Hal yang paling meresahkan pasien adalah perubahan gaya berjalan

hampir semua pasien osteoarthritis pada pergelangan kaki lutut dan

panggul mengalami perubahan gaya berjalan (pincang)

VI Faktor Risiko Osteoartritis Lutut (Genu)

Secara garis besar terdapat dua pembagian faktor risiko OA lutut yaitu

faktor predisposisi dan faktor biomekanis

1 Faktor Predisposisi

a Faktor Demografi

1) Umur

Dari semua faktor risiko untuk timbulnya osteoartritis faktor

ketuaan adalah yang terkuat Proses penuaan dianggap sebagai

penyebab peningkatan kelemahan di sekitar sendi penurunan

kelenturan sendi kalsifikasi tulang rawan dan menurunkan

fungsi kondrosit yang semuanya mendukung terjadinya OA

Studi Framingham menunjukkan bahwa 27 orang berusia 63 ndash

22

70 tahun memiliki bukti radiografik menderita OA lutut yang

meningkat mencapai 40 pada usia 80 tahun atau lebih7

2) Jenis kelamin

Prevalensi OA pada laki-laki sebelum usia 50 tahun lebih tinggi

dibandingkan perempuan tetapi setelah usia lebih dari 50 tahun

prevalensi perempuan lebih tinggi menderita OA dibandingkan

laki-laki Hal ini dikaitkan dengan pengurangan hormon

estrogen yang signifikan pada wanita8

3) Ras Etnis

Prevalensi OA lutut pada penderita di negara Eropa dan

Amerika tidak berbeda sedangkan suatu penelitian

membuktikan bahwa ras Afrika ndash Amerika memiliki risiko

menderita OA lutut 2 kali lebih besar dibandingkan ras

Kaukasia Penduduk Asia juga memiliki risiko menderita OA

lutut lebih tinggi dibandingkan Kaukasia1011 Suatu studi lain

menyimpulkan bahwa populasi kulit berwarna lebih banyak

terserang OA dibandingkan kulit putih9

b Faktor Genetik

Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoartritis Adanya

mutasi dalam gen prokolagen atau gen-gen struktural lain untuk

unsur-unsur tulang rawan sendi seperti kolagen proteoglikan

berperan dalam timbulnya kecenderungan familial pada

osteoartritis10

c Faktor Gaya Hidup

1) Kebiasaan Merokok

Merokok dapat merusak sel dan menghambat proliferasi sel

tulang rawan sendi

Merokok dapat meningkatkan tekanan oksidan yang

mempengaruhi hilangnya tulang rawan

23

Merokok dapat meningkatkan kandungan karbonmonoksida

dalam darah menyebabkan jaringan kekurangan oksigen

dan dapat menghambat pembentukan tulang rawan12

2) Konsumsi Vitamin D

Orang yang tidak biasa mengkonsumsi makanan yang

mengandung vitamin D memiliki peningkatan risiko 3 kali lipat

menderita OA lutut13

d Faktor Metabolik

1) Obesitas

Berat badan yang berlebih ternyata dapat meningkatkan tekanan

mekanik pada sendi penahan beban tubuh dan lebih sering

menyebabkan osteoartritis lutut7

2) Osteoporosis

Hubungan antara OA lutut dan osteoporosis mendukung teori

bahwa gerakan mekanis yang abnormal tulang akan

mempercepat kerusakan tulang rawan sendi10

3) Penyakit Lain

OA lutut terbukti berhubungan dengan diabetes mellitus

hipertensi dan hiperurikemi dengan catatan pasien tidak

mengalami obesitas10

4) Histerktomi

Hal ini diduga berkaitan dengan pengurangan produksi hormon

estrogen setelah dilakukan pengangkatan rahim 10

5) Manisektomi

Menisektomi merupakan operasi yang dilakukan di daerah lutut

dan telah diidentifikasi sebagai faktor risiko penting bagi OA

lutut Hal ini berkaitan dengan hilangnya jaringan meniscus14

2 Faktor Biomekanis

a Riwayat Trauma Lutut

24

Trauma lutut yang akut termasuk robekan pada ligamentum

krusiatum dan meniskus merupakan faktor risiko timbulnya OA

lutut9

b Kelainan Anatomis

Faktor risiko timbulnya OA lutut antara lain kelainan lokal pada

sendi lutut seperti genu varum genu valgus Legg ndash Calve ndashPerthes

disease dan displasia asetabulum10

c Pekerjaan

Osteoartritis banyak ditemukan pada pekerja fisik berat terutama

yang banyak menggunakan kekuatan yang bertumpu pada lutut

(petani kuli dll)9

d Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik berat seperti berdiri lama (2 jam atau lebih setiap

hari) berjalan jarak jauh (2 jam atau lebih setiap hari) mengangkat

barang berat (10 kg ndash 50 kg selama 10 kali atau lebih setiap

minggu) mendorong objek yang berat (10 kg ndash 50 kg selama 10

kali atau lebih setiap minggu) naik turun tangga setiap hari

merupakan faktor risiko OA lutut 9

e Kebiasaan Olahraga

Atlit olah raga benturan keras dan membebani lutut seperti sepak

bola lari maraton dan kung fu memiliki risiko meningkat untuk

menderita OA lutut10

VII Kriteria Diagnosis Osteoartritis Lutut (Genu)

25

Kriteria diagnosis OA lutut menggunakan kriteria klasifikasi American

College of Rheumatology seperti tercantum pada tabel berikut ini 16

Tabel 22 Kriteria Klasifikasi Osteoartritis Lutut

Derajat osteoartritis lutut dinilai menjadi lima derajat oleh Kellgren dan

Lawrence yaitu 17

- Derajat 0 tidak ada gambaran osteoartritis

- Derajat 1 osteoartritis meragukan dengan gambaran sendi normal tetapi

terdapat osteofit minimal

- Derajat 2 osteoartritis minimal dengan osteofit pada 2 tempat tidak terdapat

sklerosis dan kista subkondral serta celah sendi baik

- Derajat 3 osteoartritis moderat dengan osteofit moderat deformitas ujung

tulang dan celah sendi sempit

- Derajat 4 osteoartritis berat dengan osteofit besar deformitas ujung tulang

celah sendi hilang serta adanyasklerosis dan kista subkondral

26

VIIIPenatalaksanaan Osteoarthritis

Tujuan penatalaksanaan pasien dengan osteoarthritis adalah18

1 Meredakan nyeri

2 Mengoptimalkan fungsi sendi

3 Mengurangi ketergantungan kepada orang lain dan meningkatkan

kualitas hidup

4 Menghambat progresivitas penyakit

5 Mencegah terjadinya komplikasi

Pilar terapi pada pasien dengan osteoarthritis yaitu

Nonfarmakologis

1 Modifikasi pola hidup

2 Edukasi

3 Istirahat teratur yang bertujuan mengurangi penggunaan beban pada

sendi

4 Modifikasi aktivitas

5 Menurunkan berat badan

6 Rehabilitasi medik fisioterapi

a Latihan statis dan memperkuat otot-otot

b Fisioterapi yang berguna untuk mengurangi nyeri menguatkan otot

dan menambah luas pergerakan sendi

7 Penggunaan alat bantu

Farmakologis

1 Sistemik

a Analgetik

Non narkotik parasetamol

Opioid (kodein tramadol)

b Antiinflamasi nonsteroid (NSAIDs)

Oral

Injeksi

Suppositoria

27

c DMOADs (disease modifying OA drugs)

Diantara nutraceutical yang saat ini tersedia di Indonesia adalah

Glucosamine sulfate dan Chondroitine sulfate

2 Topikal

a Krim rubefacients dan capsaicin

Beberapa sediaan telah tersedia di Indonesia dengan cara kerja pada

umumnya bersifat counter irritant

b Krim NSAIDs

Beberapa yang dapat digunakan adalah gel piroxicam dan sodium

diklofenak

3 Injeksi intraartikularintra lesi

Pada dasarnya ada 2 indikasi suntikan intra artikular yakni penanganan

simtomatik dengan steroid dan viskosuplementasi dengan hyaluronan

untuk modifikasi perjalanan penyakit Beberapa preparat injeksi

intraartikular diantaranya

a Steroid ( triamsinolone hexacetonide dan methyl prednisolone )

Hanya diberikan jika ada satu atau dua sendi yang mengalami

nyeri dan inflamasi yang kurang responsif terhadap pemberian

NSAIDs tak dapat mentolerir NSAIDs atau ada komorbiditas yang

merupakan kontra indikasi terhadap pemberian NSAIDs

Dosis untuk sendi besar seperti lutut 40-50 mginjeksi

sedangkan untuk sendi-sendi kecil biasanya digunakan dosis 10 mg

b Hyaluronan high molecular weight dan low molecular weight

Diberikan berturut-turut 5 sampai 6 kali dengan interval satu

minggu masing-masing 2 sampai 25 ml Hyaluronan Sediaan di

Indonesia diantaranya adalah Hyalgan dan Osflex

4 Pembedahan

Sebelum diputuskan untuk terapi pembedahan harus dipertimbangkan

terlebih dahulu risiko dan keuntungannya Pertimbangan dilakukan

tindakan operatif bila

28

a Deformitas menimbulkan gangguan mobilisasi

b Nyeri yang tidak dapat teratasi dengan penganan medikamentosa

dan rehabilitatif

Ada 2 tipe terapi pembedahan Realignment osteotomi dan replacement

joint

Macam-macam operasi sendi lutut untuk osteoarthritis

a Partial replacementunicompartemental

b High tibial osteotomy orang muda

c Patella amp condyle resurfacing

d Minimally constrained total replacement stabilitas sendi dilakukan

sebagian oleh ligament asli dan sebagian oleh sendi buatan

e Cinstrained joint fixed hinges dipakai bila ada tulang hilang dan

severe instability

f Total knee replacement apabila didapatkan nyeri deformitas

instability akibat dari rheumatoid atau osteoarthritis

29

Gambar 21 Piramida Penatalaksanaan Osteoartritis

BAB III

DISKUSI DAN PEMBAHASAN

OA adalah penyakit degenerasi kartilago artikuler yang berlangsung secara

perlahan dan ditandai dengan nyeri sendi kekakuan dan keterbatasan gerak yang

berkembang secara progresif Tanda-tanda tersebut ditemukan pada penderita ini

Berdasarkan etiologinya OA diklasifikasikan menjadi dua yaitu OA

primer dan OA sekunder OA primer disebut juga OA idiopatik yaitu OA yang

kausanya tidak diketahui dan tidak ada hubungannya dengan penyakit sistemik

maupun proses perubahan lokal pada sendi OA sekunder adalah OA yang

didasari oleh adanya kelainan endokrin trauma inflamasi metabolik

pertumbuhan herediter jejas mikro dan makro serta imobilisasi yang terlalu lama

faktor mekanik penyakit deposit kalsium penyakit tulang dan sendi lainnya serta

neuropatik endemik Beberapa faktor risiko yang diketahui berhubungan dengan

penyakit OA diantaranya faktor risiko umum yang penting seperti kegemukan

faktor genetik dan jenis kelamin serta beberapa faktor risiko lain seperti usia lebih

dari 40 tahun suku bangsa cedera sendi pekerjaan olahraga kelainan

pertumbuhan kepadatan tulang dan lain-lain Pada penderita ini berdasarkan

30

anamnesis riwayat sosialnya penderita adalah seorang wanita berusia 75 tahun

yang meskipun tidak melakukan pekerjaan yang berat tetapi dirinya tetap

menjalankan pekerjaan rumah tangga (sebelum sakit) yang notabene banyak

menggunakan sendi lutut Selain itu dari pemeriksaan fisik penderita ini juga

mengalami kegemukan Kondisi-kondisi pada penderita ini merupakan faktor

risiko sekunder terjadinya OA Jadi dapat disimpulkan bahwa penyebab OA pada

penderita ini bukan termasuk faktor risiko OA primer

Penderita datang dengan keluhan nyeri pada kedua sendi lutut sejak plusmn 1

tahun SMRS dan puncaknya 2 hari SMRS dimana penderita sudah tidak bisa

berjalan lagi Nyeri sendi merupakan keluhan yang umum terjadi pada penyakit

reumatik seperti artritis gout OA keganasan reumatik septik dan lain

sebagainya Pada penderita ini nyeri terlokalisir pada lutut tanpa adanya nyeri

pada sendi yang lain nyeri bertambah saat melakukan gerakan (seperti berjalan)

dan berkurang apabila beristirahat Tidak ada demam Nyeri tidak menetap

sepanjang hari Nyeri seperti ini biasanya ditemukan pada OA

Penderita juga mengeluh kaku sendi Kaku sendi dirasakan penderita pada

pagi hari Keadaan ini biasanya disebabkan oleh desakan cairan yang berada di

sekitar jaringan yang mengalami inflamasi (kapsul sendi sinovial atau bursa)

Kaku sendi makin nyata pada pagi hari atau setelah istirahat Setelah digerak-

gerakkan cairan akan menyebar dari jaringan yang mengalami inflamasi sehingga

penderita merasa terlepas dari ikatan dan bisa menggerakkan sendinya kembali

Lama kaku sendi pada OA adalah kurang dari 30 menit sedangkan pada AR

minimal satu jam Pada penderita ini kaku sendi juga dirasakan pada pagi hari

selama plusmn 20-30 menit dan menghilang dengan sendirinya bila penderita

menggerakkan kakinya dengan beraktivitas seperti biasa Hal ini sesuai untuk

mendukung keluhan pada penderita OA

Penderita juga mengalami bengkak pada kedua lutut Bengkak dirasakan

oleh penderita sejak 6 bulan SMRS Sendi yang membengkak bisa disebabkan

oleh penonjolan tulang sinovitis efusi dan karena adanya osteofit yang dapat

mengubah permukaan sendi Pada penderita ditemukan osteofit pada pemeriksaan

rontgent

31

29

Pemeriksaan fisik lokalis pada kedua sendi lutut didapatkan pada

inspeksi didapatkan pembesaran bengkak pada kedua sendi lutut dengan tidak

ada perubahan warna kulit Palpasi pada kedua sendi lutut didapatkan nyeri tekan

dan pada perabaan dirasakan hangat Pemeriksaan gerak sendi didapat

keterbatasan gerak fleksi yaitu hanya dapat mengerakkan lutut sebesar 60deg

Hambatan gerak terutama disebabkan oleh adanya remodelling osteofit penebalan

kapsul dan juga adanya efusi Pada auskultasi sendi lutut penderita ditemukan

adanya krepitasi dimana terdengar suara gemeretak ldquokretek-kretekrdquo seperti suara

krupuk yang diremukkan Gejala ini mungkin disebabkan karena gesekan kedua

permukaan tulang sendi yang irregular pada saat sendi digerakkan ataupun secara

pasif dimanipulasi

Pemeriksaan radiologis pada penderita ini didapatkan adanya gambaran

berupa penyempitan sendi dan osteofit pada pinggir sendi Menipisnya rawan

sendi diawali dengan retak dan terbelahnya permukaan sendi di beberapa tempat

yang kemudian menyatu dan disebut sebagai fibrilasi Di lain pihak pada tulang

akan terjadi pula perubahan sebagai reaksi tubuh untuk memperbaiki kerusakan

Perubahan itu adalah penebalan tulang subkondral dan pembentukan osteofit

marginal disusul kemudian dengan perubahan komposisi molekular dan struktur

tulang Penipisan kartilago sendi akibat proses degeneratif memberi gambaran

penyempitan celah sendi yang tidak simetris pada foto polos radiologi Fungsi

kartilago sendi berkurang bahkan menghilang mengakibatkan beban stres di

daerah subkhondral bertambah Beberapa subkhondral tersebut dapat diamati pada

poto polos radiologi berupa pembentukan osteofit sklerotik subkhondral maupun

pembentukan kista subkhondral Pada penderita ini ditemukan adanya

pembentukan osteofit pada condylus lateralis dan medialis os tibio femoralis

Pada OA anamnesa (gejala klinis) pemeriksaan fisik dan pemeriksaan

radiologi sudah dapat menunjang penegakan diagnosis Hasil pemeriksaan

laboratorium pada OA biasanya tidak banyak berguna Darah tepi (Hb Leukosit

dan LED) dalam batas normal kecuali OA generalisata yang harus dibedakan

dengan arthritis peradangan Pada OA yang disertai peradangan mungkin

didapatkan penurunan viskositas pleositosis sedang hingga ringan serta

32

peningkatan ringan sel radang (lt8000m) gt1 Pada penderita ini dilakukan

pemeriksaan laboratorium darah lengkap kimia darah dan urin lengkap karena

pemeriksaan tersebut merupakan pemeriksaan rutin Dari hasil pemeriksaan

laboratorium pada penderita ini tidak ditemukan adanya kelainan

Diagnosis OA sudah bisa ditegakkan secara klinis dengan memakai

kriteria OA yang dibuat oleh Subcommittee American College of Rheumatology

(ACR) Kriteria OA lutut secara klinis laboratorium dan radiologis adalah adanya

nyeri lutut osteofit dan salah satu dari tanda berikut yaitu usia lebih dari 50

tahun kaku sendi kurang dari 30 menit atau adanya krepitus Pada penderita ini

wanita berusia 75 tahun ditemukan memiliki keluhan nyeri kedua sendi lutut

terdapat kaku sendi selama 20-30 menit terdapat krepitus dan pada pemeriksaan

radiologi ditemukan adanya osteofit

Pengelolaan penderita dengan OA bertujuan untuk menghilangkan

keluhan mengoptimalkan fungsi sendi mengurangi ketergantungan dan

meningkatkan kualitas hidup menghambat progresivitas penyakit dan mencegah

komplikasi Pilar terapi OA non farmakologis (edukasi terapi fisik

dietpenurunan berat badan) farmakologis (analgetik kortikosteroid lokal

sistemik kondroprotektif dan biologik) dan pembedahan

Edukasi sangat penting bagi semua pasien OA Dua hal yang menjadi

tujuan edukasi adalah bagaimana mengatasi nyeri dan disabilitas Pemberian

edukasi pada penderita ini sangat penting karena dengan edukasi diharapkan

pengetahuan penderita mengenai penyakit OA menjadi meningkat dan pengobatan

menjadi lebih mudah serta dapat diajak bersama-sama untuk mencegah kerusakan

organ sendi lebih lanjut Edukasi yang diberikan pada penderita ini yaitu

memberikan pengertian bahwa OA adalah penyakit yang kronik sehingga perlu

dipahami bahwa mungkin dalam derajat tertentu akan tetap ada rasa nyeri kaku

dan keterbatasan gerak serta fungsi Selain itu agar rasa nyeri dapat berkurang

maka penderita hendaknya mengurangi aktivitaspekerjaannya sehingga tidak

terlalu banyak menggunakan sendi lutut dan lebih banyak beristirahat Penderita

juga disarankan untuk kembali kontrol sehingga dapat diketahui apakah

33

penyakitnya sudah membaik atau ternyata ada efek samping akibat obat yang

diberikan

Terapi fisik bertujuan untuk melatih penderita agar persendiannya tetap

dapat dipakai dan melatih penderita untuk melindungi sendi yang sakit Pada

penderita ini dianjurkan untuk berolah raga tapi olah raga yang memperberat

sendi sebaiknya dihindari seperti lari atau joging Hal ini dikarenakan dapat

menambah inflamasi meningkatkan tekanan intraartikular bila ada efusi sendi dan

bahkan bisa menyebabkan robekan kapsul sendi Untuk mencegah risiko

terjadinya kecacatan pada sendi sebaiknya dilakukan olah raga peregangan otot

seperti mQuadrisep femoris dengan peregangan otot diharapkan dapat membantu

dalam peningkatan fungsi sendi secara keseluruhan dan mengurangi nyeri Pada

penderita ini disarankan untuk senam lantai 3 kali seminggu dimana pasien

mengambil posisi terlentang sambil meregangkan lututnya dengan cara

mengangkat kaki dan secara perlahan menekuk dan meluruskan lututnya Olah

raga ini sangat mudah dilakukan apalagi mengingat usia penderita yang sudah

mencapai 75 tahun

Diet bertujuan untuk menurunkan berat badan pada penderita OA yang

gemuk Hal ini sebaiknya menjadi program utama pengobatan OA Penurunan

berat badan seringkali dapat mengurangi keluhan dan peradangan Selain itu

obesitas juga dapat meningkatkan risiko progresifitas dari OA Pada penderita ini

disarankan untuk mengurangi berat badan dengan mengatur diet rendah kalori

sampai mungkin mendekati berat badan ideal Dimana prinsipnya adalah

mengurangi kalori yang masuk dibawah energi yang dibutuhkan Penurunan

energi intake yang aman dianjurkan pemberian defisit energi antara 500-1000

kalori perhari sehingga diharapkan akan terjadi pembakaran lemak tubuh dan

penurunan berat badan 05 ndash 1 kg per minggu Biasanya intake energi diberikan

1200-1300 kal per hari dan paling rendah 800 kal per hari Formula yang dapat

digunakan untuk kebutuhan energi berdasarkan berat badan adalah 22kalkgBB

aktualhari dengan cara ini didapatkan defisit energi 1000 kalhari Pada penderita

ini dianjurkan untuk diet 1400 kal perhari agar mencapai BB idealnya yakni

setidaknya mencapai 55 kg Namun cara ini juga memerlukan kehati ndash hatian

34

dikarenakan usia penderita dan daya tahan tubuhnya yang memang sudah tidak

mendukung untuk melakukan usaha diit

Terapi farmakologis pada penderita OA biasanya bersifat simptomatis

Pada tahap awal dapat dicoba analgetik sederhana seperti asetaminofen atau

salisilat Bila tidak ada perbaikan dapat diberikan obat anti inflamasi non steroid

Untuk mengurangi keluhan nyeri pada penderita ini telah diberikan pengobatan

langsung dengan obat anti inflamasi non steroid seperti Na-diklofenak dengan

dosis 3times50 mg tanpa menggunakan obat lini pertama Hal ini dikarenakan keluhan

pada penderita ini sudah cukup berat ditambah pula adanya bengkak dan rasa

hangat di lutut yang tidak hilang dengan obat analgetik sederhana ( seperti yang

biasa dikonsumsi penderita) Na-diklofenak merupakan obat golongan OAINS

COX-1 inhibitor yang non-selektif dimana obat ini diberikan pada penderita

karena tidak terdapat riwayat pernah menderita gangguan gastrointestinal Namun

mengingat usia penderita yang memang sudah lanjut maka penderita juga

diberikan obat pelapis lambung untuk menjaga kondisi saluran pencernaannya Di

sini penderita diberikan obat golongan PPI (Omeprazole 2 x 20 mg) Setelah

dievaluasi beberapa hari ternyata keluhan nyeri dan bengkak pada penderita tidak

kunjung ada perubahan maka ditambahkan pula obat steroid injeksi dimana

pilihannya adalah InjTriamcinolon 1 Amp24 jam (Inj Flamicort) Selain itu

pasien juga dikonsulkan ke spesialis rehabilitasi medis untuk dilakukan

fisioterapi

Terapi pembedahan Terapi ini diberikan apabila terapi farmakologis dan

rehabilitasi tidak berhasil untuk mengurangi rasa sakit dan juga untuk melakukan

koreksi apabila terjadi deformitas yang menimbulkan gangguan mobilisasi sendi

yang mengganggu aktifitas sehari-hari Pada penderita ini tidak sampai dilakukan

terapi pembedahan

35

DAFTAR PUSTAKA

1 Soeroso J Isbagio H Kalim H Broto R Pramudiyo R Osteoartritis In

Sudoyo AW Setiyohadi B Alwi I Simadibrata M Setiati S editors Buku

Ajar Ilmu Penyakit Dalam 4th ed Jakarta Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit

Dalam Fakultas Kedokteran Indonesia 2006 p 1195-201

2 Osteoarthritis Wikipedia The Free Encyclopedia [serial on the internet]

2009 [cited 2009 Sep 1] Available from

httpenwikipediaorgwikiOsteoarthritis

3 Reginster JY The Prevalence and Burden of Osteoarthritis Rheumatology

2002 41 (suppl 1) 3 ndash 6

4 Wibowo Dhidik Tri Kurniawan Yusuf Latifah Tati Gunadi Rachmat

Perancangan dan Implementasi Sistem Bantu Diagnosis Penyakit

Osteoartritis dan Reumatoid Artritis Melalui Deteksi Penyempitan Celah

Sendi pada Citra X-Ray Tangan dan Lutut Dalam Temu Ilmiah

Reumatologi Jakarta 2003 168 ndash 172

5 Konggres Nasional Ikatan Reumatologi Indonesia VI httppemda-

diygoidberita 2005 102140

36

6 Arthritis Research Campaign 2000 Available at

httpwwwarcorgukabout_arthastatshtm

7 Felson DT Zhang Y Hannan MT et al The Incidence and Natural

History of Knee Osteoarthritis in the Elderly The Framingham

Osteoarthritis Study Arthritis Rheumatology 1995 38 1500 ndash 1505

8 Felson DT Zhang Y An Update on the Epidemiology of Knee and Hip

Osteoarthritis with a View to Prevention Arthritis Rheumatology 1998

41 1343 ndash 1355

9 Setiyohadi Bambang Osteoartritis Selayang Pandang Dalam Temu Ilmiah

Reumatologi Jakarta 2003 27 ndash 31

10 Klippel John H Dieppe Paul A Brooks Peter et al Osteoarthritis In

Rheumatology United Kingdom Mosby ndash Year Book Europe Limited

1994 21 ndash 106

11 Abbate L Renner JB Stevens J et al Do Body Composition and Body Fat

Distribution Explain Ethnic Differences in Radiographic Knee

Osteoarthritis Outcomes in African -American and Caucasian Women The

North American Association for the Study of Obesity 2006 14 1274 ndash

1281

12 Amin Niu Jingbo Hunter David et al Smoking Worsens Knee

Osteoarthritis News Center Oklahoma City Oklahoma USA 2006 1 ndash 4

13 McAlindon Timothy E Felson David T Zhang Yuqing et al Relation of

Dietary Intake and Serum Levels of Vitamin D to Progression of

Osteoarthritis of the Knee Among Participants in the Framingham Study

14 Englund M and Lohmander LS Patellofemoral Osteoarthritis Coexistent

with Tibiofemoral Osteoarthritis in a Meniscectomy Population Annals of

the Rheumatic Diseases 2005 64 1721 ndash 1726

15 Carter MA Osteoartritis In Price SA Wilson LM Patofisiologi konsep

klinis proses-proses penyakit 6th ed Jakarta EGC 2006 p 1380-4

16 Altman RD Criteria for the Classification of Osteoarthritis Journal of

Rheumatology 1991 27 (suppl) 10 ndash 12

37

17 Milne AD Evans NA Stanish WD Nonoperative Management of Knee

Osteoarthritis In Hartono IM Studi komparasi antara WOMAC index

dengan Kellgren-Lawrence grading system pada penderita osteoarthritis

genu [PPDS1 thesis] Semarang Medical Faculty Diponegoro University

2007 p 12

18 Haq I Murphy E Dacre J Osteoarthritis Review Postgrad Med J 2003

79 377 ndash 383

19 Anonim [1986] Criteria for classification of idiopathic osteoarthtritis (OA)

of the knee American College of Rheumatology [serial on the internet]

2010 [cited 2010 Jan 20] Available from

httpwwwrheumatologyorgpublicationsclassificationoakneeasp

aud=mem

38

  • BAB I
  • ILUSTRASI KASUS
  • 1 Pemeriksaan EKG
  • X ndash Ray Pelvis AP
  • BAB III
  • DISKUSI DAN PEMBAHASAN
Page 21: laporan kasus osteoartritis

SetempatTangan- nodus Heberden dan Bouchard (nodal)- artritis erosif interfalang- karpal-metakarpal IKaki - haluks valgus- haluks rigidus- jari kontraktur (hammercock-up toes)- talonavikulareCoxae- eksentrik (superior)- konsentrik (aksial medial)- difus (koksa senilis)Vertebra- sendi apofiseal- sendi intervertebral- spondilosis (osteofit)- ligamentum (hiperostosis penyakit Forestier diffuse idiopathic skeletal hyperostosis=DISH)Tempat lainnya- glenohumeral- akromioklavikular- tibiotalar- sakroiliaka- temporomandibularMenyeluruhMeliputi 3 atau lebih daerah yang tersebut diatas (Kellgren-Moore)

Traumaminus akutminus kronik (okupasional port)Kongenital atau developmentalGangguan setempatminus Penyakit Leg-Calve-Perthesminus Dislokasi koksa kongenitalminus Slipped epiphysisFaktor mekanikminus Panjang tungkai tidak samaminus Deformitas valgus varusminus Sindroma hipermobilitasMetabolikminus Okronosis (alkaptonuria)minus Hemokromatosisminus Penyakit Wilsonminus Penyakit GaucherEndokrinminus Akromegaliminus Hiperparatiroidismeminus Diabetes melitusminus Obesitasminus HipotiroidismePenyakit Deposit Kalsiumminus Deposit kalsium pirofosfat dihidratminus Artropati hidroksiapatitPenyakit Tulang dan Sendi lainnya Setempatminus FrakturminusNekrosis avaskular

Tabel 21 Osteoartritis Idiopatik dan Sekunder

V Manifestasi Klinis 15

1 Nyeri sendi

Terutama bila sendi bergerak atau menanggung beban yang akan

berkurang bila penderita beristirahat

21

2 Kaku pada pagi hari (morning stiffness)

Kekakuan pada sendi yang terserang terjadi setelah imobilisasi yang

cukup lama (gel phenomenon) bahkan sering disebutkan kaku muncul

pada pagi hari setelah bangun tidur (morning stiffness)

3 Hambatan pergerakan sendi

Hambatan pergerakan sendi ini bersifat progresif lambat bertambah

berat secara perlahan sejalan dengan bertambahnya nyeri pada sendi

4 Krepitasi

Rasa gemeretak (seringkali sampai terdengar) yang terjadi pada sendi

yang sakit

5 Perubahan bentuk sendi

Sendi yang mengalami osteoarthritis biasanya mengalami perubahan

berupa perubahan bentuk dan penyempitan pada celah sendi

6 Perubahan gaya berjalan

Hal yang paling meresahkan pasien adalah perubahan gaya berjalan

hampir semua pasien osteoarthritis pada pergelangan kaki lutut dan

panggul mengalami perubahan gaya berjalan (pincang)

VI Faktor Risiko Osteoartritis Lutut (Genu)

Secara garis besar terdapat dua pembagian faktor risiko OA lutut yaitu

faktor predisposisi dan faktor biomekanis

1 Faktor Predisposisi

a Faktor Demografi

1) Umur

Dari semua faktor risiko untuk timbulnya osteoartritis faktor

ketuaan adalah yang terkuat Proses penuaan dianggap sebagai

penyebab peningkatan kelemahan di sekitar sendi penurunan

kelenturan sendi kalsifikasi tulang rawan dan menurunkan

fungsi kondrosit yang semuanya mendukung terjadinya OA

Studi Framingham menunjukkan bahwa 27 orang berusia 63 ndash

22

70 tahun memiliki bukti radiografik menderita OA lutut yang

meningkat mencapai 40 pada usia 80 tahun atau lebih7

2) Jenis kelamin

Prevalensi OA pada laki-laki sebelum usia 50 tahun lebih tinggi

dibandingkan perempuan tetapi setelah usia lebih dari 50 tahun

prevalensi perempuan lebih tinggi menderita OA dibandingkan

laki-laki Hal ini dikaitkan dengan pengurangan hormon

estrogen yang signifikan pada wanita8

3) Ras Etnis

Prevalensi OA lutut pada penderita di negara Eropa dan

Amerika tidak berbeda sedangkan suatu penelitian

membuktikan bahwa ras Afrika ndash Amerika memiliki risiko

menderita OA lutut 2 kali lebih besar dibandingkan ras

Kaukasia Penduduk Asia juga memiliki risiko menderita OA

lutut lebih tinggi dibandingkan Kaukasia1011 Suatu studi lain

menyimpulkan bahwa populasi kulit berwarna lebih banyak

terserang OA dibandingkan kulit putih9

b Faktor Genetik

Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoartritis Adanya

mutasi dalam gen prokolagen atau gen-gen struktural lain untuk

unsur-unsur tulang rawan sendi seperti kolagen proteoglikan

berperan dalam timbulnya kecenderungan familial pada

osteoartritis10

c Faktor Gaya Hidup

1) Kebiasaan Merokok

Merokok dapat merusak sel dan menghambat proliferasi sel

tulang rawan sendi

Merokok dapat meningkatkan tekanan oksidan yang

mempengaruhi hilangnya tulang rawan

23

Merokok dapat meningkatkan kandungan karbonmonoksida

dalam darah menyebabkan jaringan kekurangan oksigen

dan dapat menghambat pembentukan tulang rawan12

2) Konsumsi Vitamin D

Orang yang tidak biasa mengkonsumsi makanan yang

mengandung vitamin D memiliki peningkatan risiko 3 kali lipat

menderita OA lutut13

d Faktor Metabolik

1) Obesitas

Berat badan yang berlebih ternyata dapat meningkatkan tekanan

mekanik pada sendi penahan beban tubuh dan lebih sering

menyebabkan osteoartritis lutut7

2) Osteoporosis

Hubungan antara OA lutut dan osteoporosis mendukung teori

bahwa gerakan mekanis yang abnormal tulang akan

mempercepat kerusakan tulang rawan sendi10

3) Penyakit Lain

OA lutut terbukti berhubungan dengan diabetes mellitus

hipertensi dan hiperurikemi dengan catatan pasien tidak

mengalami obesitas10

4) Histerktomi

Hal ini diduga berkaitan dengan pengurangan produksi hormon

estrogen setelah dilakukan pengangkatan rahim 10

5) Manisektomi

Menisektomi merupakan operasi yang dilakukan di daerah lutut

dan telah diidentifikasi sebagai faktor risiko penting bagi OA

lutut Hal ini berkaitan dengan hilangnya jaringan meniscus14

2 Faktor Biomekanis

a Riwayat Trauma Lutut

24

Trauma lutut yang akut termasuk robekan pada ligamentum

krusiatum dan meniskus merupakan faktor risiko timbulnya OA

lutut9

b Kelainan Anatomis

Faktor risiko timbulnya OA lutut antara lain kelainan lokal pada

sendi lutut seperti genu varum genu valgus Legg ndash Calve ndashPerthes

disease dan displasia asetabulum10

c Pekerjaan

Osteoartritis banyak ditemukan pada pekerja fisik berat terutama

yang banyak menggunakan kekuatan yang bertumpu pada lutut

(petani kuli dll)9

d Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik berat seperti berdiri lama (2 jam atau lebih setiap

hari) berjalan jarak jauh (2 jam atau lebih setiap hari) mengangkat

barang berat (10 kg ndash 50 kg selama 10 kali atau lebih setiap

minggu) mendorong objek yang berat (10 kg ndash 50 kg selama 10

kali atau lebih setiap minggu) naik turun tangga setiap hari

merupakan faktor risiko OA lutut 9

e Kebiasaan Olahraga

Atlit olah raga benturan keras dan membebani lutut seperti sepak

bola lari maraton dan kung fu memiliki risiko meningkat untuk

menderita OA lutut10

VII Kriteria Diagnosis Osteoartritis Lutut (Genu)

25

Kriteria diagnosis OA lutut menggunakan kriteria klasifikasi American

College of Rheumatology seperti tercantum pada tabel berikut ini 16

Tabel 22 Kriteria Klasifikasi Osteoartritis Lutut

Derajat osteoartritis lutut dinilai menjadi lima derajat oleh Kellgren dan

Lawrence yaitu 17

- Derajat 0 tidak ada gambaran osteoartritis

- Derajat 1 osteoartritis meragukan dengan gambaran sendi normal tetapi

terdapat osteofit minimal

- Derajat 2 osteoartritis minimal dengan osteofit pada 2 tempat tidak terdapat

sklerosis dan kista subkondral serta celah sendi baik

- Derajat 3 osteoartritis moderat dengan osteofit moderat deformitas ujung

tulang dan celah sendi sempit

- Derajat 4 osteoartritis berat dengan osteofit besar deformitas ujung tulang

celah sendi hilang serta adanyasklerosis dan kista subkondral

26

VIIIPenatalaksanaan Osteoarthritis

Tujuan penatalaksanaan pasien dengan osteoarthritis adalah18

1 Meredakan nyeri

2 Mengoptimalkan fungsi sendi

3 Mengurangi ketergantungan kepada orang lain dan meningkatkan

kualitas hidup

4 Menghambat progresivitas penyakit

5 Mencegah terjadinya komplikasi

Pilar terapi pada pasien dengan osteoarthritis yaitu

Nonfarmakologis

1 Modifikasi pola hidup

2 Edukasi

3 Istirahat teratur yang bertujuan mengurangi penggunaan beban pada

sendi

4 Modifikasi aktivitas

5 Menurunkan berat badan

6 Rehabilitasi medik fisioterapi

a Latihan statis dan memperkuat otot-otot

b Fisioterapi yang berguna untuk mengurangi nyeri menguatkan otot

dan menambah luas pergerakan sendi

7 Penggunaan alat bantu

Farmakologis

1 Sistemik

a Analgetik

Non narkotik parasetamol

Opioid (kodein tramadol)

b Antiinflamasi nonsteroid (NSAIDs)

Oral

Injeksi

Suppositoria

27

c DMOADs (disease modifying OA drugs)

Diantara nutraceutical yang saat ini tersedia di Indonesia adalah

Glucosamine sulfate dan Chondroitine sulfate

2 Topikal

a Krim rubefacients dan capsaicin

Beberapa sediaan telah tersedia di Indonesia dengan cara kerja pada

umumnya bersifat counter irritant

b Krim NSAIDs

Beberapa yang dapat digunakan adalah gel piroxicam dan sodium

diklofenak

3 Injeksi intraartikularintra lesi

Pada dasarnya ada 2 indikasi suntikan intra artikular yakni penanganan

simtomatik dengan steroid dan viskosuplementasi dengan hyaluronan

untuk modifikasi perjalanan penyakit Beberapa preparat injeksi

intraartikular diantaranya

a Steroid ( triamsinolone hexacetonide dan methyl prednisolone )

Hanya diberikan jika ada satu atau dua sendi yang mengalami

nyeri dan inflamasi yang kurang responsif terhadap pemberian

NSAIDs tak dapat mentolerir NSAIDs atau ada komorbiditas yang

merupakan kontra indikasi terhadap pemberian NSAIDs

Dosis untuk sendi besar seperti lutut 40-50 mginjeksi

sedangkan untuk sendi-sendi kecil biasanya digunakan dosis 10 mg

b Hyaluronan high molecular weight dan low molecular weight

Diberikan berturut-turut 5 sampai 6 kali dengan interval satu

minggu masing-masing 2 sampai 25 ml Hyaluronan Sediaan di

Indonesia diantaranya adalah Hyalgan dan Osflex

4 Pembedahan

Sebelum diputuskan untuk terapi pembedahan harus dipertimbangkan

terlebih dahulu risiko dan keuntungannya Pertimbangan dilakukan

tindakan operatif bila

28

a Deformitas menimbulkan gangguan mobilisasi

b Nyeri yang tidak dapat teratasi dengan penganan medikamentosa

dan rehabilitatif

Ada 2 tipe terapi pembedahan Realignment osteotomi dan replacement

joint

Macam-macam operasi sendi lutut untuk osteoarthritis

a Partial replacementunicompartemental

b High tibial osteotomy orang muda

c Patella amp condyle resurfacing

d Minimally constrained total replacement stabilitas sendi dilakukan

sebagian oleh ligament asli dan sebagian oleh sendi buatan

e Cinstrained joint fixed hinges dipakai bila ada tulang hilang dan

severe instability

f Total knee replacement apabila didapatkan nyeri deformitas

instability akibat dari rheumatoid atau osteoarthritis

29

Gambar 21 Piramida Penatalaksanaan Osteoartritis

BAB III

DISKUSI DAN PEMBAHASAN

OA adalah penyakit degenerasi kartilago artikuler yang berlangsung secara

perlahan dan ditandai dengan nyeri sendi kekakuan dan keterbatasan gerak yang

berkembang secara progresif Tanda-tanda tersebut ditemukan pada penderita ini

Berdasarkan etiologinya OA diklasifikasikan menjadi dua yaitu OA

primer dan OA sekunder OA primer disebut juga OA idiopatik yaitu OA yang

kausanya tidak diketahui dan tidak ada hubungannya dengan penyakit sistemik

maupun proses perubahan lokal pada sendi OA sekunder adalah OA yang

didasari oleh adanya kelainan endokrin trauma inflamasi metabolik

pertumbuhan herediter jejas mikro dan makro serta imobilisasi yang terlalu lama

faktor mekanik penyakit deposit kalsium penyakit tulang dan sendi lainnya serta

neuropatik endemik Beberapa faktor risiko yang diketahui berhubungan dengan

penyakit OA diantaranya faktor risiko umum yang penting seperti kegemukan

faktor genetik dan jenis kelamin serta beberapa faktor risiko lain seperti usia lebih

dari 40 tahun suku bangsa cedera sendi pekerjaan olahraga kelainan

pertumbuhan kepadatan tulang dan lain-lain Pada penderita ini berdasarkan

30

anamnesis riwayat sosialnya penderita adalah seorang wanita berusia 75 tahun

yang meskipun tidak melakukan pekerjaan yang berat tetapi dirinya tetap

menjalankan pekerjaan rumah tangga (sebelum sakit) yang notabene banyak

menggunakan sendi lutut Selain itu dari pemeriksaan fisik penderita ini juga

mengalami kegemukan Kondisi-kondisi pada penderita ini merupakan faktor

risiko sekunder terjadinya OA Jadi dapat disimpulkan bahwa penyebab OA pada

penderita ini bukan termasuk faktor risiko OA primer

Penderita datang dengan keluhan nyeri pada kedua sendi lutut sejak plusmn 1

tahun SMRS dan puncaknya 2 hari SMRS dimana penderita sudah tidak bisa

berjalan lagi Nyeri sendi merupakan keluhan yang umum terjadi pada penyakit

reumatik seperti artritis gout OA keganasan reumatik septik dan lain

sebagainya Pada penderita ini nyeri terlokalisir pada lutut tanpa adanya nyeri

pada sendi yang lain nyeri bertambah saat melakukan gerakan (seperti berjalan)

dan berkurang apabila beristirahat Tidak ada demam Nyeri tidak menetap

sepanjang hari Nyeri seperti ini biasanya ditemukan pada OA

Penderita juga mengeluh kaku sendi Kaku sendi dirasakan penderita pada

pagi hari Keadaan ini biasanya disebabkan oleh desakan cairan yang berada di

sekitar jaringan yang mengalami inflamasi (kapsul sendi sinovial atau bursa)

Kaku sendi makin nyata pada pagi hari atau setelah istirahat Setelah digerak-

gerakkan cairan akan menyebar dari jaringan yang mengalami inflamasi sehingga

penderita merasa terlepas dari ikatan dan bisa menggerakkan sendinya kembali

Lama kaku sendi pada OA adalah kurang dari 30 menit sedangkan pada AR

minimal satu jam Pada penderita ini kaku sendi juga dirasakan pada pagi hari

selama plusmn 20-30 menit dan menghilang dengan sendirinya bila penderita

menggerakkan kakinya dengan beraktivitas seperti biasa Hal ini sesuai untuk

mendukung keluhan pada penderita OA

Penderita juga mengalami bengkak pada kedua lutut Bengkak dirasakan

oleh penderita sejak 6 bulan SMRS Sendi yang membengkak bisa disebabkan

oleh penonjolan tulang sinovitis efusi dan karena adanya osteofit yang dapat

mengubah permukaan sendi Pada penderita ditemukan osteofit pada pemeriksaan

rontgent

31

29

Pemeriksaan fisik lokalis pada kedua sendi lutut didapatkan pada

inspeksi didapatkan pembesaran bengkak pada kedua sendi lutut dengan tidak

ada perubahan warna kulit Palpasi pada kedua sendi lutut didapatkan nyeri tekan

dan pada perabaan dirasakan hangat Pemeriksaan gerak sendi didapat

keterbatasan gerak fleksi yaitu hanya dapat mengerakkan lutut sebesar 60deg

Hambatan gerak terutama disebabkan oleh adanya remodelling osteofit penebalan

kapsul dan juga adanya efusi Pada auskultasi sendi lutut penderita ditemukan

adanya krepitasi dimana terdengar suara gemeretak ldquokretek-kretekrdquo seperti suara

krupuk yang diremukkan Gejala ini mungkin disebabkan karena gesekan kedua

permukaan tulang sendi yang irregular pada saat sendi digerakkan ataupun secara

pasif dimanipulasi

Pemeriksaan radiologis pada penderita ini didapatkan adanya gambaran

berupa penyempitan sendi dan osteofit pada pinggir sendi Menipisnya rawan

sendi diawali dengan retak dan terbelahnya permukaan sendi di beberapa tempat

yang kemudian menyatu dan disebut sebagai fibrilasi Di lain pihak pada tulang

akan terjadi pula perubahan sebagai reaksi tubuh untuk memperbaiki kerusakan

Perubahan itu adalah penebalan tulang subkondral dan pembentukan osteofit

marginal disusul kemudian dengan perubahan komposisi molekular dan struktur

tulang Penipisan kartilago sendi akibat proses degeneratif memberi gambaran

penyempitan celah sendi yang tidak simetris pada foto polos radiologi Fungsi

kartilago sendi berkurang bahkan menghilang mengakibatkan beban stres di

daerah subkhondral bertambah Beberapa subkhondral tersebut dapat diamati pada

poto polos radiologi berupa pembentukan osteofit sklerotik subkhondral maupun

pembentukan kista subkhondral Pada penderita ini ditemukan adanya

pembentukan osteofit pada condylus lateralis dan medialis os tibio femoralis

Pada OA anamnesa (gejala klinis) pemeriksaan fisik dan pemeriksaan

radiologi sudah dapat menunjang penegakan diagnosis Hasil pemeriksaan

laboratorium pada OA biasanya tidak banyak berguna Darah tepi (Hb Leukosit

dan LED) dalam batas normal kecuali OA generalisata yang harus dibedakan

dengan arthritis peradangan Pada OA yang disertai peradangan mungkin

didapatkan penurunan viskositas pleositosis sedang hingga ringan serta

32

peningkatan ringan sel radang (lt8000m) gt1 Pada penderita ini dilakukan

pemeriksaan laboratorium darah lengkap kimia darah dan urin lengkap karena

pemeriksaan tersebut merupakan pemeriksaan rutin Dari hasil pemeriksaan

laboratorium pada penderita ini tidak ditemukan adanya kelainan

Diagnosis OA sudah bisa ditegakkan secara klinis dengan memakai

kriteria OA yang dibuat oleh Subcommittee American College of Rheumatology

(ACR) Kriteria OA lutut secara klinis laboratorium dan radiologis adalah adanya

nyeri lutut osteofit dan salah satu dari tanda berikut yaitu usia lebih dari 50

tahun kaku sendi kurang dari 30 menit atau adanya krepitus Pada penderita ini

wanita berusia 75 tahun ditemukan memiliki keluhan nyeri kedua sendi lutut

terdapat kaku sendi selama 20-30 menit terdapat krepitus dan pada pemeriksaan

radiologi ditemukan adanya osteofit

Pengelolaan penderita dengan OA bertujuan untuk menghilangkan

keluhan mengoptimalkan fungsi sendi mengurangi ketergantungan dan

meningkatkan kualitas hidup menghambat progresivitas penyakit dan mencegah

komplikasi Pilar terapi OA non farmakologis (edukasi terapi fisik

dietpenurunan berat badan) farmakologis (analgetik kortikosteroid lokal

sistemik kondroprotektif dan biologik) dan pembedahan

Edukasi sangat penting bagi semua pasien OA Dua hal yang menjadi

tujuan edukasi adalah bagaimana mengatasi nyeri dan disabilitas Pemberian

edukasi pada penderita ini sangat penting karena dengan edukasi diharapkan

pengetahuan penderita mengenai penyakit OA menjadi meningkat dan pengobatan

menjadi lebih mudah serta dapat diajak bersama-sama untuk mencegah kerusakan

organ sendi lebih lanjut Edukasi yang diberikan pada penderita ini yaitu

memberikan pengertian bahwa OA adalah penyakit yang kronik sehingga perlu

dipahami bahwa mungkin dalam derajat tertentu akan tetap ada rasa nyeri kaku

dan keterbatasan gerak serta fungsi Selain itu agar rasa nyeri dapat berkurang

maka penderita hendaknya mengurangi aktivitaspekerjaannya sehingga tidak

terlalu banyak menggunakan sendi lutut dan lebih banyak beristirahat Penderita

juga disarankan untuk kembali kontrol sehingga dapat diketahui apakah

33

penyakitnya sudah membaik atau ternyata ada efek samping akibat obat yang

diberikan

Terapi fisik bertujuan untuk melatih penderita agar persendiannya tetap

dapat dipakai dan melatih penderita untuk melindungi sendi yang sakit Pada

penderita ini dianjurkan untuk berolah raga tapi olah raga yang memperberat

sendi sebaiknya dihindari seperti lari atau joging Hal ini dikarenakan dapat

menambah inflamasi meningkatkan tekanan intraartikular bila ada efusi sendi dan

bahkan bisa menyebabkan robekan kapsul sendi Untuk mencegah risiko

terjadinya kecacatan pada sendi sebaiknya dilakukan olah raga peregangan otot

seperti mQuadrisep femoris dengan peregangan otot diharapkan dapat membantu

dalam peningkatan fungsi sendi secara keseluruhan dan mengurangi nyeri Pada

penderita ini disarankan untuk senam lantai 3 kali seminggu dimana pasien

mengambil posisi terlentang sambil meregangkan lututnya dengan cara

mengangkat kaki dan secara perlahan menekuk dan meluruskan lututnya Olah

raga ini sangat mudah dilakukan apalagi mengingat usia penderita yang sudah

mencapai 75 tahun

Diet bertujuan untuk menurunkan berat badan pada penderita OA yang

gemuk Hal ini sebaiknya menjadi program utama pengobatan OA Penurunan

berat badan seringkali dapat mengurangi keluhan dan peradangan Selain itu

obesitas juga dapat meningkatkan risiko progresifitas dari OA Pada penderita ini

disarankan untuk mengurangi berat badan dengan mengatur diet rendah kalori

sampai mungkin mendekati berat badan ideal Dimana prinsipnya adalah

mengurangi kalori yang masuk dibawah energi yang dibutuhkan Penurunan

energi intake yang aman dianjurkan pemberian defisit energi antara 500-1000

kalori perhari sehingga diharapkan akan terjadi pembakaran lemak tubuh dan

penurunan berat badan 05 ndash 1 kg per minggu Biasanya intake energi diberikan

1200-1300 kal per hari dan paling rendah 800 kal per hari Formula yang dapat

digunakan untuk kebutuhan energi berdasarkan berat badan adalah 22kalkgBB

aktualhari dengan cara ini didapatkan defisit energi 1000 kalhari Pada penderita

ini dianjurkan untuk diet 1400 kal perhari agar mencapai BB idealnya yakni

setidaknya mencapai 55 kg Namun cara ini juga memerlukan kehati ndash hatian

34

dikarenakan usia penderita dan daya tahan tubuhnya yang memang sudah tidak

mendukung untuk melakukan usaha diit

Terapi farmakologis pada penderita OA biasanya bersifat simptomatis

Pada tahap awal dapat dicoba analgetik sederhana seperti asetaminofen atau

salisilat Bila tidak ada perbaikan dapat diberikan obat anti inflamasi non steroid

Untuk mengurangi keluhan nyeri pada penderita ini telah diberikan pengobatan

langsung dengan obat anti inflamasi non steroid seperti Na-diklofenak dengan

dosis 3times50 mg tanpa menggunakan obat lini pertama Hal ini dikarenakan keluhan

pada penderita ini sudah cukup berat ditambah pula adanya bengkak dan rasa

hangat di lutut yang tidak hilang dengan obat analgetik sederhana ( seperti yang

biasa dikonsumsi penderita) Na-diklofenak merupakan obat golongan OAINS

COX-1 inhibitor yang non-selektif dimana obat ini diberikan pada penderita

karena tidak terdapat riwayat pernah menderita gangguan gastrointestinal Namun

mengingat usia penderita yang memang sudah lanjut maka penderita juga

diberikan obat pelapis lambung untuk menjaga kondisi saluran pencernaannya Di

sini penderita diberikan obat golongan PPI (Omeprazole 2 x 20 mg) Setelah

dievaluasi beberapa hari ternyata keluhan nyeri dan bengkak pada penderita tidak

kunjung ada perubahan maka ditambahkan pula obat steroid injeksi dimana

pilihannya adalah InjTriamcinolon 1 Amp24 jam (Inj Flamicort) Selain itu

pasien juga dikonsulkan ke spesialis rehabilitasi medis untuk dilakukan

fisioterapi

Terapi pembedahan Terapi ini diberikan apabila terapi farmakologis dan

rehabilitasi tidak berhasil untuk mengurangi rasa sakit dan juga untuk melakukan

koreksi apabila terjadi deformitas yang menimbulkan gangguan mobilisasi sendi

yang mengganggu aktifitas sehari-hari Pada penderita ini tidak sampai dilakukan

terapi pembedahan

35

DAFTAR PUSTAKA

1 Soeroso J Isbagio H Kalim H Broto R Pramudiyo R Osteoartritis In

Sudoyo AW Setiyohadi B Alwi I Simadibrata M Setiati S editors Buku

Ajar Ilmu Penyakit Dalam 4th ed Jakarta Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit

Dalam Fakultas Kedokteran Indonesia 2006 p 1195-201

2 Osteoarthritis Wikipedia The Free Encyclopedia [serial on the internet]

2009 [cited 2009 Sep 1] Available from

httpenwikipediaorgwikiOsteoarthritis

3 Reginster JY The Prevalence and Burden of Osteoarthritis Rheumatology

2002 41 (suppl 1) 3 ndash 6

4 Wibowo Dhidik Tri Kurniawan Yusuf Latifah Tati Gunadi Rachmat

Perancangan dan Implementasi Sistem Bantu Diagnosis Penyakit

Osteoartritis dan Reumatoid Artritis Melalui Deteksi Penyempitan Celah

Sendi pada Citra X-Ray Tangan dan Lutut Dalam Temu Ilmiah

Reumatologi Jakarta 2003 168 ndash 172

5 Konggres Nasional Ikatan Reumatologi Indonesia VI httppemda-

diygoidberita 2005 102140

36

6 Arthritis Research Campaign 2000 Available at

httpwwwarcorgukabout_arthastatshtm

7 Felson DT Zhang Y Hannan MT et al The Incidence and Natural

History of Knee Osteoarthritis in the Elderly The Framingham

Osteoarthritis Study Arthritis Rheumatology 1995 38 1500 ndash 1505

8 Felson DT Zhang Y An Update on the Epidemiology of Knee and Hip

Osteoarthritis with a View to Prevention Arthritis Rheumatology 1998

41 1343 ndash 1355

9 Setiyohadi Bambang Osteoartritis Selayang Pandang Dalam Temu Ilmiah

Reumatologi Jakarta 2003 27 ndash 31

10 Klippel John H Dieppe Paul A Brooks Peter et al Osteoarthritis In

Rheumatology United Kingdom Mosby ndash Year Book Europe Limited

1994 21 ndash 106

11 Abbate L Renner JB Stevens J et al Do Body Composition and Body Fat

Distribution Explain Ethnic Differences in Radiographic Knee

Osteoarthritis Outcomes in African -American and Caucasian Women The

North American Association for the Study of Obesity 2006 14 1274 ndash

1281

12 Amin Niu Jingbo Hunter David et al Smoking Worsens Knee

Osteoarthritis News Center Oklahoma City Oklahoma USA 2006 1 ndash 4

13 McAlindon Timothy E Felson David T Zhang Yuqing et al Relation of

Dietary Intake and Serum Levels of Vitamin D to Progression of

Osteoarthritis of the Knee Among Participants in the Framingham Study

14 Englund M and Lohmander LS Patellofemoral Osteoarthritis Coexistent

with Tibiofemoral Osteoarthritis in a Meniscectomy Population Annals of

the Rheumatic Diseases 2005 64 1721 ndash 1726

15 Carter MA Osteoartritis In Price SA Wilson LM Patofisiologi konsep

klinis proses-proses penyakit 6th ed Jakarta EGC 2006 p 1380-4

16 Altman RD Criteria for the Classification of Osteoarthritis Journal of

Rheumatology 1991 27 (suppl) 10 ndash 12

37

17 Milne AD Evans NA Stanish WD Nonoperative Management of Knee

Osteoarthritis In Hartono IM Studi komparasi antara WOMAC index

dengan Kellgren-Lawrence grading system pada penderita osteoarthritis

genu [PPDS1 thesis] Semarang Medical Faculty Diponegoro University

2007 p 12

18 Haq I Murphy E Dacre J Osteoarthritis Review Postgrad Med J 2003

79 377 ndash 383

19 Anonim [1986] Criteria for classification of idiopathic osteoarthtritis (OA)

of the knee American College of Rheumatology [serial on the internet]

2010 [cited 2010 Jan 20] Available from

httpwwwrheumatologyorgpublicationsclassificationoakneeasp

aud=mem

38

  • BAB I
  • ILUSTRASI KASUS
  • 1 Pemeriksaan EKG
  • X ndash Ray Pelvis AP
  • BAB III
  • DISKUSI DAN PEMBAHASAN
Page 22: laporan kasus osteoartritis

2 Kaku pada pagi hari (morning stiffness)

Kekakuan pada sendi yang terserang terjadi setelah imobilisasi yang

cukup lama (gel phenomenon) bahkan sering disebutkan kaku muncul

pada pagi hari setelah bangun tidur (morning stiffness)

3 Hambatan pergerakan sendi

Hambatan pergerakan sendi ini bersifat progresif lambat bertambah

berat secara perlahan sejalan dengan bertambahnya nyeri pada sendi

4 Krepitasi

Rasa gemeretak (seringkali sampai terdengar) yang terjadi pada sendi

yang sakit

5 Perubahan bentuk sendi

Sendi yang mengalami osteoarthritis biasanya mengalami perubahan

berupa perubahan bentuk dan penyempitan pada celah sendi

6 Perubahan gaya berjalan

Hal yang paling meresahkan pasien adalah perubahan gaya berjalan

hampir semua pasien osteoarthritis pada pergelangan kaki lutut dan

panggul mengalami perubahan gaya berjalan (pincang)

VI Faktor Risiko Osteoartritis Lutut (Genu)

Secara garis besar terdapat dua pembagian faktor risiko OA lutut yaitu

faktor predisposisi dan faktor biomekanis

1 Faktor Predisposisi

a Faktor Demografi

1) Umur

Dari semua faktor risiko untuk timbulnya osteoartritis faktor

ketuaan adalah yang terkuat Proses penuaan dianggap sebagai

penyebab peningkatan kelemahan di sekitar sendi penurunan

kelenturan sendi kalsifikasi tulang rawan dan menurunkan

fungsi kondrosit yang semuanya mendukung terjadinya OA

Studi Framingham menunjukkan bahwa 27 orang berusia 63 ndash

22

70 tahun memiliki bukti radiografik menderita OA lutut yang

meningkat mencapai 40 pada usia 80 tahun atau lebih7

2) Jenis kelamin

Prevalensi OA pada laki-laki sebelum usia 50 tahun lebih tinggi

dibandingkan perempuan tetapi setelah usia lebih dari 50 tahun

prevalensi perempuan lebih tinggi menderita OA dibandingkan

laki-laki Hal ini dikaitkan dengan pengurangan hormon

estrogen yang signifikan pada wanita8

3) Ras Etnis

Prevalensi OA lutut pada penderita di negara Eropa dan

Amerika tidak berbeda sedangkan suatu penelitian

membuktikan bahwa ras Afrika ndash Amerika memiliki risiko

menderita OA lutut 2 kali lebih besar dibandingkan ras

Kaukasia Penduduk Asia juga memiliki risiko menderita OA

lutut lebih tinggi dibandingkan Kaukasia1011 Suatu studi lain

menyimpulkan bahwa populasi kulit berwarna lebih banyak

terserang OA dibandingkan kulit putih9

b Faktor Genetik

Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoartritis Adanya

mutasi dalam gen prokolagen atau gen-gen struktural lain untuk

unsur-unsur tulang rawan sendi seperti kolagen proteoglikan

berperan dalam timbulnya kecenderungan familial pada

osteoartritis10

c Faktor Gaya Hidup

1) Kebiasaan Merokok

Merokok dapat merusak sel dan menghambat proliferasi sel

tulang rawan sendi

Merokok dapat meningkatkan tekanan oksidan yang

mempengaruhi hilangnya tulang rawan

23

Merokok dapat meningkatkan kandungan karbonmonoksida

dalam darah menyebabkan jaringan kekurangan oksigen

dan dapat menghambat pembentukan tulang rawan12

2) Konsumsi Vitamin D

Orang yang tidak biasa mengkonsumsi makanan yang

mengandung vitamin D memiliki peningkatan risiko 3 kali lipat

menderita OA lutut13

d Faktor Metabolik

1) Obesitas

Berat badan yang berlebih ternyata dapat meningkatkan tekanan

mekanik pada sendi penahan beban tubuh dan lebih sering

menyebabkan osteoartritis lutut7

2) Osteoporosis

Hubungan antara OA lutut dan osteoporosis mendukung teori

bahwa gerakan mekanis yang abnormal tulang akan

mempercepat kerusakan tulang rawan sendi10

3) Penyakit Lain

OA lutut terbukti berhubungan dengan diabetes mellitus

hipertensi dan hiperurikemi dengan catatan pasien tidak

mengalami obesitas10

4) Histerktomi

Hal ini diduga berkaitan dengan pengurangan produksi hormon

estrogen setelah dilakukan pengangkatan rahim 10

5) Manisektomi

Menisektomi merupakan operasi yang dilakukan di daerah lutut

dan telah diidentifikasi sebagai faktor risiko penting bagi OA

lutut Hal ini berkaitan dengan hilangnya jaringan meniscus14

2 Faktor Biomekanis

a Riwayat Trauma Lutut

24

Trauma lutut yang akut termasuk robekan pada ligamentum

krusiatum dan meniskus merupakan faktor risiko timbulnya OA

lutut9

b Kelainan Anatomis

Faktor risiko timbulnya OA lutut antara lain kelainan lokal pada

sendi lutut seperti genu varum genu valgus Legg ndash Calve ndashPerthes

disease dan displasia asetabulum10

c Pekerjaan

Osteoartritis banyak ditemukan pada pekerja fisik berat terutama

yang banyak menggunakan kekuatan yang bertumpu pada lutut

(petani kuli dll)9

d Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik berat seperti berdiri lama (2 jam atau lebih setiap

hari) berjalan jarak jauh (2 jam atau lebih setiap hari) mengangkat

barang berat (10 kg ndash 50 kg selama 10 kali atau lebih setiap

minggu) mendorong objek yang berat (10 kg ndash 50 kg selama 10

kali atau lebih setiap minggu) naik turun tangga setiap hari

merupakan faktor risiko OA lutut 9

e Kebiasaan Olahraga

Atlit olah raga benturan keras dan membebani lutut seperti sepak

bola lari maraton dan kung fu memiliki risiko meningkat untuk

menderita OA lutut10

VII Kriteria Diagnosis Osteoartritis Lutut (Genu)

25

Kriteria diagnosis OA lutut menggunakan kriteria klasifikasi American

College of Rheumatology seperti tercantum pada tabel berikut ini 16

Tabel 22 Kriteria Klasifikasi Osteoartritis Lutut

Derajat osteoartritis lutut dinilai menjadi lima derajat oleh Kellgren dan

Lawrence yaitu 17

- Derajat 0 tidak ada gambaran osteoartritis

- Derajat 1 osteoartritis meragukan dengan gambaran sendi normal tetapi

terdapat osteofit minimal

- Derajat 2 osteoartritis minimal dengan osteofit pada 2 tempat tidak terdapat

sklerosis dan kista subkondral serta celah sendi baik

- Derajat 3 osteoartritis moderat dengan osteofit moderat deformitas ujung

tulang dan celah sendi sempit

- Derajat 4 osteoartritis berat dengan osteofit besar deformitas ujung tulang

celah sendi hilang serta adanyasklerosis dan kista subkondral

26

VIIIPenatalaksanaan Osteoarthritis

Tujuan penatalaksanaan pasien dengan osteoarthritis adalah18

1 Meredakan nyeri

2 Mengoptimalkan fungsi sendi

3 Mengurangi ketergantungan kepada orang lain dan meningkatkan

kualitas hidup

4 Menghambat progresivitas penyakit

5 Mencegah terjadinya komplikasi

Pilar terapi pada pasien dengan osteoarthritis yaitu

Nonfarmakologis

1 Modifikasi pola hidup

2 Edukasi

3 Istirahat teratur yang bertujuan mengurangi penggunaan beban pada

sendi

4 Modifikasi aktivitas

5 Menurunkan berat badan

6 Rehabilitasi medik fisioterapi

a Latihan statis dan memperkuat otot-otot

b Fisioterapi yang berguna untuk mengurangi nyeri menguatkan otot

dan menambah luas pergerakan sendi

7 Penggunaan alat bantu

Farmakologis

1 Sistemik

a Analgetik

Non narkotik parasetamol

Opioid (kodein tramadol)

b Antiinflamasi nonsteroid (NSAIDs)

Oral

Injeksi

Suppositoria

27

c DMOADs (disease modifying OA drugs)

Diantara nutraceutical yang saat ini tersedia di Indonesia adalah

Glucosamine sulfate dan Chondroitine sulfate

2 Topikal

a Krim rubefacients dan capsaicin

Beberapa sediaan telah tersedia di Indonesia dengan cara kerja pada

umumnya bersifat counter irritant

b Krim NSAIDs

Beberapa yang dapat digunakan adalah gel piroxicam dan sodium

diklofenak

3 Injeksi intraartikularintra lesi

Pada dasarnya ada 2 indikasi suntikan intra artikular yakni penanganan

simtomatik dengan steroid dan viskosuplementasi dengan hyaluronan

untuk modifikasi perjalanan penyakit Beberapa preparat injeksi

intraartikular diantaranya

a Steroid ( triamsinolone hexacetonide dan methyl prednisolone )

Hanya diberikan jika ada satu atau dua sendi yang mengalami

nyeri dan inflamasi yang kurang responsif terhadap pemberian

NSAIDs tak dapat mentolerir NSAIDs atau ada komorbiditas yang

merupakan kontra indikasi terhadap pemberian NSAIDs

Dosis untuk sendi besar seperti lutut 40-50 mginjeksi

sedangkan untuk sendi-sendi kecil biasanya digunakan dosis 10 mg

b Hyaluronan high molecular weight dan low molecular weight

Diberikan berturut-turut 5 sampai 6 kali dengan interval satu

minggu masing-masing 2 sampai 25 ml Hyaluronan Sediaan di

Indonesia diantaranya adalah Hyalgan dan Osflex

4 Pembedahan

Sebelum diputuskan untuk terapi pembedahan harus dipertimbangkan

terlebih dahulu risiko dan keuntungannya Pertimbangan dilakukan

tindakan operatif bila

28

a Deformitas menimbulkan gangguan mobilisasi

b Nyeri yang tidak dapat teratasi dengan penganan medikamentosa

dan rehabilitatif

Ada 2 tipe terapi pembedahan Realignment osteotomi dan replacement

joint

Macam-macam operasi sendi lutut untuk osteoarthritis

a Partial replacementunicompartemental

b High tibial osteotomy orang muda

c Patella amp condyle resurfacing

d Minimally constrained total replacement stabilitas sendi dilakukan

sebagian oleh ligament asli dan sebagian oleh sendi buatan

e Cinstrained joint fixed hinges dipakai bila ada tulang hilang dan

severe instability

f Total knee replacement apabila didapatkan nyeri deformitas

instability akibat dari rheumatoid atau osteoarthritis

29

Gambar 21 Piramida Penatalaksanaan Osteoartritis

BAB III

DISKUSI DAN PEMBAHASAN

OA adalah penyakit degenerasi kartilago artikuler yang berlangsung secara

perlahan dan ditandai dengan nyeri sendi kekakuan dan keterbatasan gerak yang

berkembang secara progresif Tanda-tanda tersebut ditemukan pada penderita ini

Berdasarkan etiologinya OA diklasifikasikan menjadi dua yaitu OA

primer dan OA sekunder OA primer disebut juga OA idiopatik yaitu OA yang

kausanya tidak diketahui dan tidak ada hubungannya dengan penyakit sistemik

maupun proses perubahan lokal pada sendi OA sekunder adalah OA yang

didasari oleh adanya kelainan endokrin trauma inflamasi metabolik

pertumbuhan herediter jejas mikro dan makro serta imobilisasi yang terlalu lama

faktor mekanik penyakit deposit kalsium penyakit tulang dan sendi lainnya serta

neuropatik endemik Beberapa faktor risiko yang diketahui berhubungan dengan

penyakit OA diantaranya faktor risiko umum yang penting seperti kegemukan

faktor genetik dan jenis kelamin serta beberapa faktor risiko lain seperti usia lebih

dari 40 tahun suku bangsa cedera sendi pekerjaan olahraga kelainan

pertumbuhan kepadatan tulang dan lain-lain Pada penderita ini berdasarkan

30

anamnesis riwayat sosialnya penderita adalah seorang wanita berusia 75 tahun

yang meskipun tidak melakukan pekerjaan yang berat tetapi dirinya tetap

menjalankan pekerjaan rumah tangga (sebelum sakit) yang notabene banyak

menggunakan sendi lutut Selain itu dari pemeriksaan fisik penderita ini juga

mengalami kegemukan Kondisi-kondisi pada penderita ini merupakan faktor

risiko sekunder terjadinya OA Jadi dapat disimpulkan bahwa penyebab OA pada

penderita ini bukan termasuk faktor risiko OA primer

Penderita datang dengan keluhan nyeri pada kedua sendi lutut sejak plusmn 1

tahun SMRS dan puncaknya 2 hari SMRS dimana penderita sudah tidak bisa

berjalan lagi Nyeri sendi merupakan keluhan yang umum terjadi pada penyakit

reumatik seperti artritis gout OA keganasan reumatik septik dan lain

sebagainya Pada penderita ini nyeri terlokalisir pada lutut tanpa adanya nyeri

pada sendi yang lain nyeri bertambah saat melakukan gerakan (seperti berjalan)

dan berkurang apabila beristirahat Tidak ada demam Nyeri tidak menetap

sepanjang hari Nyeri seperti ini biasanya ditemukan pada OA

Penderita juga mengeluh kaku sendi Kaku sendi dirasakan penderita pada

pagi hari Keadaan ini biasanya disebabkan oleh desakan cairan yang berada di

sekitar jaringan yang mengalami inflamasi (kapsul sendi sinovial atau bursa)

Kaku sendi makin nyata pada pagi hari atau setelah istirahat Setelah digerak-

gerakkan cairan akan menyebar dari jaringan yang mengalami inflamasi sehingga

penderita merasa terlepas dari ikatan dan bisa menggerakkan sendinya kembali

Lama kaku sendi pada OA adalah kurang dari 30 menit sedangkan pada AR

minimal satu jam Pada penderita ini kaku sendi juga dirasakan pada pagi hari

selama plusmn 20-30 menit dan menghilang dengan sendirinya bila penderita

menggerakkan kakinya dengan beraktivitas seperti biasa Hal ini sesuai untuk

mendukung keluhan pada penderita OA

Penderita juga mengalami bengkak pada kedua lutut Bengkak dirasakan

oleh penderita sejak 6 bulan SMRS Sendi yang membengkak bisa disebabkan

oleh penonjolan tulang sinovitis efusi dan karena adanya osteofit yang dapat

mengubah permukaan sendi Pada penderita ditemukan osteofit pada pemeriksaan

rontgent

31

29

Pemeriksaan fisik lokalis pada kedua sendi lutut didapatkan pada

inspeksi didapatkan pembesaran bengkak pada kedua sendi lutut dengan tidak

ada perubahan warna kulit Palpasi pada kedua sendi lutut didapatkan nyeri tekan

dan pada perabaan dirasakan hangat Pemeriksaan gerak sendi didapat

keterbatasan gerak fleksi yaitu hanya dapat mengerakkan lutut sebesar 60deg

Hambatan gerak terutama disebabkan oleh adanya remodelling osteofit penebalan

kapsul dan juga adanya efusi Pada auskultasi sendi lutut penderita ditemukan

adanya krepitasi dimana terdengar suara gemeretak ldquokretek-kretekrdquo seperti suara

krupuk yang diremukkan Gejala ini mungkin disebabkan karena gesekan kedua

permukaan tulang sendi yang irregular pada saat sendi digerakkan ataupun secara

pasif dimanipulasi

Pemeriksaan radiologis pada penderita ini didapatkan adanya gambaran

berupa penyempitan sendi dan osteofit pada pinggir sendi Menipisnya rawan

sendi diawali dengan retak dan terbelahnya permukaan sendi di beberapa tempat

yang kemudian menyatu dan disebut sebagai fibrilasi Di lain pihak pada tulang

akan terjadi pula perubahan sebagai reaksi tubuh untuk memperbaiki kerusakan

Perubahan itu adalah penebalan tulang subkondral dan pembentukan osteofit

marginal disusul kemudian dengan perubahan komposisi molekular dan struktur

tulang Penipisan kartilago sendi akibat proses degeneratif memberi gambaran

penyempitan celah sendi yang tidak simetris pada foto polos radiologi Fungsi

kartilago sendi berkurang bahkan menghilang mengakibatkan beban stres di

daerah subkhondral bertambah Beberapa subkhondral tersebut dapat diamati pada

poto polos radiologi berupa pembentukan osteofit sklerotik subkhondral maupun

pembentukan kista subkhondral Pada penderita ini ditemukan adanya

pembentukan osteofit pada condylus lateralis dan medialis os tibio femoralis

Pada OA anamnesa (gejala klinis) pemeriksaan fisik dan pemeriksaan

radiologi sudah dapat menunjang penegakan diagnosis Hasil pemeriksaan

laboratorium pada OA biasanya tidak banyak berguna Darah tepi (Hb Leukosit

dan LED) dalam batas normal kecuali OA generalisata yang harus dibedakan

dengan arthritis peradangan Pada OA yang disertai peradangan mungkin

didapatkan penurunan viskositas pleositosis sedang hingga ringan serta

32

peningkatan ringan sel radang (lt8000m) gt1 Pada penderita ini dilakukan

pemeriksaan laboratorium darah lengkap kimia darah dan urin lengkap karena

pemeriksaan tersebut merupakan pemeriksaan rutin Dari hasil pemeriksaan

laboratorium pada penderita ini tidak ditemukan adanya kelainan

Diagnosis OA sudah bisa ditegakkan secara klinis dengan memakai

kriteria OA yang dibuat oleh Subcommittee American College of Rheumatology

(ACR) Kriteria OA lutut secara klinis laboratorium dan radiologis adalah adanya

nyeri lutut osteofit dan salah satu dari tanda berikut yaitu usia lebih dari 50

tahun kaku sendi kurang dari 30 menit atau adanya krepitus Pada penderita ini

wanita berusia 75 tahun ditemukan memiliki keluhan nyeri kedua sendi lutut

terdapat kaku sendi selama 20-30 menit terdapat krepitus dan pada pemeriksaan

radiologi ditemukan adanya osteofit

Pengelolaan penderita dengan OA bertujuan untuk menghilangkan

keluhan mengoptimalkan fungsi sendi mengurangi ketergantungan dan

meningkatkan kualitas hidup menghambat progresivitas penyakit dan mencegah

komplikasi Pilar terapi OA non farmakologis (edukasi terapi fisik

dietpenurunan berat badan) farmakologis (analgetik kortikosteroid lokal

sistemik kondroprotektif dan biologik) dan pembedahan

Edukasi sangat penting bagi semua pasien OA Dua hal yang menjadi

tujuan edukasi adalah bagaimana mengatasi nyeri dan disabilitas Pemberian

edukasi pada penderita ini sangat penting karena dengan edukasi diharapkan

pengetahuan penderita mengenai penyakit OA menjadi meningkat dan pengobatan

menjadi lebih mudah serta dapat diajak bersama-sama untuk mencegah kerusakan

organ sendi lebih lanjut Edukasi yang diberikan pada penderita ini yaitu

memberikan pengertian bahwa OA adalah penyakit yang kronik sehingga perlu

dipahami bahwa mungkin dalam derajat tertentu akan tetap ada rasa nyeri kaku

dan keterbatasan gerak serta fungsi Selain itu agar rasa nyeri dapat berkurang

maka penderita hendaknya mengurangi aktivitaspekerjaannya sehingga tidak

terlalu banyak menggunakan sendi lutut dan lebih banyak beristirahat Penderita

juga disarankan untuk kembali kontrol sehingga dapat diketahui apakah

33

penyakitnya sudah membaik atau ternyata ada efek samping akibat obat yang

diberikan

Terapi fisik bertujuan untuk melatih penderita agar persendiannya tetap

dapat dipakai dan melatih penderita untuk melindungi sendi yang sakit Pada

penderita ini dianjurkan untuk berolah raga tapi olah raga yang memperberat

sendi sebaiknya dihindari seperti lari atau joging Hal ini dikarenakan dapat

menambah inflamasi meningkatkan tekanan intraartikular bila ada efusi sendi dan

bahkan bisa menyebabkan robekan kapsul sendi Untuk mencegah risiko

terjadinya kecacatan pada sendi sebaiknya dilakukan olah raga peregangan otot

seperti mQuadrisep femoris dengan peregangan otot diharapkan dapat membantu

dalam peningkatan fungsi sendi secara keseluruhan dan mengurangi nyeri Pada

penderita ini disarankan untuk senam lantai 3 kali seminggu dimana pasien

mengambil posisi terlentang sambil meregangkan lututnya dengan cara

mengangkat kaki dan secara perlahan menekuk dan meluruskan lututnya Olah

raga ini sangat mudah dilakukan apalagi mengingat usia penderita yang sudah

mencapai 75 tahun

Diet bertujuan untuk menurunkan berat badan pada penderita OA yang

gemuk Hal ini sebaiknya menjadi program utama pengobatan OA Penurunan

berat badan seringkali dapat mengurangi keluhan dan peradangan Selain itu

obesitas juga dapat meningkatkan risiko progresifitas dari OA Pada penderita ini

disarankan untuk mengurangi berat badan dengan mengatur diet rendah kalori

sampai mungkin mendekati berat badan ideal Dimana prinsipnya adalah

mengurangi kalori yang masuk dibawah energi yang dibutuhkan Penurunan

energi intake yang aman dianjurkan pemberian defisit energi antara 500-1000

kalori perhari sehingga diharapkan akan terjadi pembakaran lemak tubuh dan

penurunan berat badan 05 ndash 1 kg per minggu Biasanya intake energi diberikan

1200-1300 kal per hari dan paling rendah 800 kal per hari Formula yang dapat

digunakan untuk kebutuhan energi berdasarkan berat badan adalah 22kalkgBB

aktualhari dengan cara ini didapatkan defisit energi 1000 kalhari Pada penderita

ini dianjurkan untuk diet 1400 kal perhari agar mencapai BB idealnya yakni

setidaknya mencapai 55 kg Namun cara ini juga memerlukan kehati ndash hatian

34

dikarenakan usia penderita dan daya tahan tubuhnya yang memang sudah tidak

mendukung untuk melakukan usaha diit

Terapi farmakologis pada penderita OA biasanya bersifat simptomatis

Pada tahap awal dapat dicoba analgetik sederhana seperti asetaminofen atau

salisilat Bila tidak ada perbaikan dapat diberikan obat anti inflamasi non steroid

Untuk mengurangi keluhan nyeri pada penderita ini telah diberikan pengobatan

langsung dengan obat anti inflamasi non steroid seperti Na-diklofenak dengan

dosis 3times50 mg tanpa menggunakan obat lini pertama Hal ini dikarenakan keluhan

pada penderita ini sudah cukup berat ditambah pula adanya bengkak dan rasa

hangat di lutut yang tidak hilang dengan obat analgetik sederhana ( seperti yang

biasa dikonsumsi penderita) Na-diklofenak merupakan obat golongan OAINS

COX-1 inhibitor yang non-selektif dimana obat ini diberikan pada penderita

karena tidak terdapat riwayat pernah menderita gangguan gastrointestinal Namun

mengingat usia penderita yang memang sudah lanjut maka penderita juga

diberikan obat pelapis lambung untuk menjaga kondisi saluran pencernaannya Di

sini penderita diberikan obat golongan PPI (Omeprazole 2 x 20 mg) Setelah

dievaluasi beberapa hari ternyata keluhan nyeri dan bengkak pada penderita tidak

kunjung ada perubahan maka ditambahkan pula obat steroid injeksi dimana

pilihannya adalah InjTriamcinolon 1 Amp24 jam (Inj Flamicort) Selain itu

pasien juga dikonsulkan ke spesialis rehabilitasi medis untuk dilakukan

fisioterapi

Terapi pembedahan Terapi ini diberikan apabila terapi farmakologis dan

rehabilitasi tidak berhasil untuk mengurangi rasa sakit dan juga untuk melakukan

koreksi apabila terjadi deformitas yang menimbulkan gangguan mobilisasi sendi

yang mengganggu aktifitas sehari-hari Pada penderita ini tidak sampai dilakukan

terapi pembedahan

35

DAFTAR PUSTAKA

1 Soeroso J Isbagio H Kalim H Broto R Pramudiyo R Osteoartritis In

Sudoyo AW Setiyohadi B Alwi I Simadibrata M Setiati S editors Buku

Ajar Ilmu Penyakit Dalam 4th ed Jakarta Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit

Dalam Fakultas Kedokteran Indonesia 2006 p 1195-201

2 Osteoarthritis Wikipedia The Free Encyclopedia [serial on the internet]

2009 [cited 2009 Sep 1] Available from

httpenwikipediaorgwikiOsteoarthritis

3 Reginster JY The Prevalence and Burden of Osteoarthritis Rheumatology

2002 41 (suppl 1) 3 ndash 6

4 Wibowo Dhidik Tri Kurniawan Yusuf Latifah Tati Gunadi Rachmat

Perancangan dan Implementasi Sistem Bantu Diagnosis Penyakit

Osteoartritis dan Reumatoid Artritis Melalui Deteksi Penyempitan Celah

Sendi pada Citra X-Ray Tangan dan Lutut Dalam Temu Ilmiah

Reumatologi Jakarta 2003 168 ndash 172

5 Konggres Nasional Ikatan Reumatologi Indonesia VI httppemda-

diygoidberita 2005 102140

36

6 Arthritis Research Campaign 2000 Available at

httpwwwarcorgukabout_arthastatshtm

7 Felson DT Zhang Y Hannan MT et al The Incidence and Natural

History of Knee Osteoarthritis in the Elderly The Framingham

Osteoarthritis Study Arthritis Rheumatology 1995 38 1500 ndash 1505

8 Felson DT Zhang Y An Update on the Epidemiology of Knee and Hip

Osteoarthritis with a View to Prevention Arthritis Rheumatology 1998

41 1343 ndash 1355

9 Setiyohadi Bambang Osteoartritis Selayang Pandang Dalam Temu Ilmiah

Reumatologi Jakarta 2003 27 ndash 31

10 Klippel John H Dieppe Paul A Brooks Peter et al Osteoarthritis In

Rheumatology United Kingdom Mosby ndash Year Book Europe Limited

1994 21 ndash 106

11 Abbate L Renner JB Stevens J et al Do Body Composition and Body Fat

Distribution Explain Ethnic Differences in Radiographic Knee

Osteoarthritis Outcomes in African -American and Caucasian Women The

North American Association for the Study of Obesity 2006 14 1274 ndash

1281

12 Amin Niu Jingbo Hunter David et al Smoking Worsens Knee

Osteoarthritis News Center Oklahoma City Oklahoma USA 2006 1 ndash 4

13 McAlindon Timothy E Felson David T Zhang Yuqing et al Relation of

Dietary Intake and Serum Levels of Vitamin D to Progression of

Osteoarthritis of the Knee Among Participants in the Framingham Study

14 Englund M and Lohmander LS Patellofemoral Osteoarthritis Coexistent

with Tibiofemoral Osteoarthritis in a Meniscectomy Population Annals of

the Rheumatic Diseases 2005 64 1721 ndash 1726

15 Carter MA Osteoartritis In Price SA Wilson LM Patofisiologi konsep

klinis proses-proses penyakit 6th ed Jakarta EGC 2006 p 1380-4

16 Altman RD Criteria for the Classification of Osteoarthritis Journal of

Rheumatology 1991 27 (suppl) 10 ndash 12

37

17 Milne AD Evans NA Stanish WD Nonoperative Management of Knee

Osteoarthritis In Hartono IM Studi komparasi antara WOMAC index

dengan Kellgren-Lawrence grading system pada penderita osteoarthritis

genu [PPDS1 thesis] Semarang Medical Faculty Diponegoro University

2007 p 12

18 Haq I Murphy E Dacre J Osteoarthritis Review Postgrad Med J 2003

79 377 ndash 383

19 Anonim [1986] Criteria for classification of idiopathic osteoarthtritis (OA)

of the knee American College of Rheumatology [serial on the internet]

2010 [cited 2010 Jan 20] Available from

httpwwwrheumatologyorgpublicationsclassificationoakneeasp

aud=mem

38

  • BAB I
  • ILUSTRASI KASUS
  • 1 Pemeriksaan EKG
  • X ndash Ray Pelvis AP
  • BAB III
  • DISKUSI DAN PEMBAHASAN
Page 23: laporan kasus osteoartritis

70 tahun memiliki bukti radiografik menderita OA lutut yang

meningkat mencapai 40 pada usia 80 tahun atau lebih7

2) Jenis kelamin

Prevalensi OA pada laki-laki sebelum usia 50 tahun lebih tinggi

dibandingkan perempuan tetapi setelah usia lebih dari 50 tahun

prevalensi perempuan lebih tinggi menderita OA dibandingkan

laki-laki Hal ini dikaitkan dengan pengurangan hormon

estrogen yang signifikan pada wanita8

3) Ras Etnis

Prevalensi OA lutut pada penderita di negara Eropa dan

Amerika tidak berbeda sedangkan suatu penelitian

membuktikan bahwa ras Afrika ndash Amerika memiliki risiko

menderita OA lutut 2 kali lebih besar dibandingkan ras

Kaukasia Penduduk Asia juga memiliki risiko menderita OA

lutut lebih tinggi dibandingkan Kaukasia1011 Suatu studi lain

menyimpulkan bahwa populasi kulit berwarna lebih banyak

terserang OA dibandingkan kulit putih9

b Faktor Genetik

Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoartritis Adanya

mutasi dalam gen prokolagen atau gen-gen struktural lain untuk

unsur-unsur tulang rawan sendi seperti kolagen proteoglikan

berperan dalam timbulnya kecenderungan familial pada

osteoartritis10

c Faktor Gaya Hidup

1) Kebiasaan Merokok

Merokok dapat merusak sel dan menghambat proliferasi sel

tulang rawan sendi

Merokok dapat meningkatkan tekanan oksidan yang

mempengaruhi hilangnya tulang rawan

23

Merokok dapat meningkatkan kandungan karbonmonoksida

dalam darah menyebabkan jaringan kekurangan oksigen

dan dapat menghambat pembentukan tulang rawan12

2) Konsumsi Vitamin D

Orang yang tidak biasa mengkonsumsi makanan yang

mengandung vitamin D memiliki peningkatan risiko 3 kali lipat

menderita OA lutut13

d Faktor Metabolik

1) Obesitas

Berat badan yang berlebih ternyata dapat meningkatkan tekanan

mekanik pada sendi penahan beban tubuh dan lebih sering

menyebabkan osteoartritis lutut7

2) Osteoporosis

Hubungan antara OA lutut dan osteoporosis mendukung teori

bahwa gerakan mekanis yang abnormal tulang akan

mempercepat kerusakan tulang rawan sendi10

3) Penyakit Lain

OA lutut terbukti berhubungan dengan diabetes mellitus

hipertensi dan hiperurikemi dengan catatan pasien tidak

mengalami obesitas10

4) Histerktomi

Hal ini diduga berkaitan dengan pengurangan produksi hormon

estrogen setelah dilakukan pengangkatan rahim 10

5) Manisektomi

Menisektomi merupakan operasi yang dilakukan di daerah lutut

dan telah diidentifikasi sebagai faktor risiko penting bagi OA

lutut Hal ini berkaitan dengan hilangnya jaringan meniscus14

2 Faktor Biomekanis

a Riwayat Trauma Lutut

24

Trauma lutut yang akut termasuk robekan pada ligamentum

krusiatum dan meniskus merupakan faktor risiko timbulnya OA

lutut9

b Kelainan Anatomis

Faktor risiko timbulnya OA lutut antara lain kelainan lokal pada

sendi lutut seperti genu varum genu valgus Legg ndash Calve ndashPerthes

disease dan displasia asetabulum10

c Pekerjaan

Osteoartritis banyak ditemukan pada pekerja fisik berat terutama

yang banyak menggunakan kekuatan yang bertumpu pada lutut

(petani kuli dll)9

d Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik berat seperti berdiri lama (2 jam atau lebih setiap

hari) berjalan jarak jauh (2 jam atau lebih setiap hari) mengangkat

barang berat (10 kg ndash 50 kg selama 10 kali atau lebih setiap

minggu) mendorong objek yang berat (10 kg ndash 50 kg selama 10

kali atau lebih setiap minggu) naik turun tangga setiap hari

merupakan faktor risiko OA lutut 9

e Kebiasaan Olahraga

Atlit olah raga benturan keras dan membebani lutut seperti sepak

bola lari maraton dan kung fu memiliki risiko meningkat untuk

menderita OA lutut10

VII Kriteria Diagnosis Osteoartritis Lutut (Genu)

25

Kriteria diagnosis OA lutut menggunakan kriteria klasifikasi American

College of Rheumatology seperti tercantum pada tabel berikut ini 16

Tabel 22 Kriteria Klasifikasi Osteoartritis Lutut

Derajat osteoartritis lutut dinilai menjadi lima derajat oleh Kellgren dan

Lawrence yaitu 17

- Derajat 0 tidak ada gambaran osteoartritis

- Derajat 1 osteoartritis meragukan dengan gambaran sendi normal tetapi

terdapat osteofit minimal

- Derajat 2 osteoartritis minimal dengan osteofit pada 2 tempat tidak terdapat

sklerosis dan kista subkondral serta celah sendi baik

- Derajat 3 osteoartritis moderat dengan osteofit moderat deformitas ujung

tulang dan celah sendi sempit

- Derajat 4 osteoartritis berat dengan osteofit besar deformitas ujung tulang

celah sendi hilang serta adanyasklerosis dan kista subkondral

26

VIIIPenatalaksanaan Osteoarthritis

Tujuan penatalaksanaan pasien dengan osteoarthritis adalah18

1 Meredakan nyeri

2 Mengoptimalkan fungsi sendi

3 Mengurangi ketergantungan kepada orang lain dan meningkatkan

kualitas hidup

4 Menghambat progresivitas penyakit

5 Mencegah terjadinya komplikasi

Pilar terapi pada pasien dengan osteoarthritis yaitu

Nonfarmakologis

1 Modifikasi pola hidup

2 Edukasi

3 Istirahat teratur yang bertujuan mengurangi penggunaan beban pada

sendi

4 Modifikasi aktivitas

5 Menurunkan berat badan

6 Rehabilitasi medik fisioterapi

a Latihan statis dan memperkuat otot-otot

b Fisioterapi yang berguna untuk mengurangi nyeri menguatkan otot

dan menambah luas pergerakan sendi

7 Penggunaan alat bantu

Farmakologis

1 Sistemik

a Analgetik

Non narkotik parasetamol

Opioid (kodein tramadol)

b Antiinflamasi nonsteroid (NSAIDs)

Oral

Injeksi

Suppositoria

27

c DMOADs (disease modifying OA drugs)

Diantara nutraceutical yang saat ini tersedia di Indonesia adalah

Glucosamine sulfate dan Chondroitine sulfate

2 Topikal

a Krim rubefacients dan capsaicin

Beberapa sediaan telah tersedia di Indonesia dengan cara kerja pada

umumnya bersifat counter irritant

b Krim NSAIDs

Beberapa yang dapat digunakan adalah gel piroxicam dan sodium

diklofenak

3 Injeksi intraartikularintra lesi

Pada dasarnya ada 2 indikasi suntikan intra artikular yakni penanganan

simtomatik dengan steroid dan viskosuplementasi dengan hyaluronan

untuk modifikasi perjalanan penyakit Beberapa preparat injeksi

intraartikular diantaranya

a Steroid ( triamsinolone hexacetonide dan methyl prednisolone )

Hanya diberikan jika ada satu atau dua sendi yang mengalami

nyeri dan inflamasi yang kurang responsif terhadap pemberian

NSAIDs tak dapat mentolerir NSAIDs atau ada komorbiditas yang

merupakan kontra indikasi terhadap pemberian NSAIDs

Dosis untuk sendi besar seperti lutut 40-50 mginjeksi

sedangkan untuk sendi-sendi kecil biasanya digunakan dosis 10 mg

b Hyaluronan high molecular weight dan low molecular weight

Diberikan berturut-turut 5 sampai 6 kali dengan interval satu

minggu masing-masing 2 sampai 25 ml Hyaluronan Sediaan di

Indonesia diantaranya adalah Hyalgan dan Osflex

4 Pembedahan

Sebelum diputuskan untuk terapi pembedahan harus dipertimbangkan

terlebih dahulu risiko dan keuntungannya Pertimbangan dilakukan

tindakan operatif bila

28

a Deformitas menimbulkan gangguan mobilisasi

b Nyeri yang tidak dapat teratasi dengan penganan medikamentosa

dan rehabilitatif

Ada 2 tipe terapi pembedahan Realignment osteotomi dan replacement

joint

Macam-macam operasi sendi lutut untuk osteoarthritis

a Partial replacementunicompartemental

b High tibial osteotomy orang muda

c Patella amp condyle resurfacing

d Minimally constrained total replacement stabilitas sendi dilakukan

sebagian oleh ligament asli dan sebagian oleh sendi buatan

e Cinstrained joint fixed hinges dipakai bila ada tulang hilang dan

severe instability

f Total knee replacement apabila didapatkan nyeri deformitas

instability akibat dari rheumatoid atau osteoarthritis

29

Gambar 21 Piramida Penatalaksanaan Osteoartritis

BAB III

DISKUSI DAN PEMBAHASAN

OA adalah penyakit degenerasi kartilago artikuler yang berlangsung secara

perlahan dan ditandai dengan nyeri sendi kekakuan dan keterbatasan gerak yang

berkembang secara progresif Tanda-tanda tersebut ditemukan pada penderita ini

Berdasarkan etiologinya OA diklasifikasikan menjadi dua yaitu OA

primer dan OA sekunder OA primer disebut juga OA idiopatik yaitu OA yang

kausanya tidak diketahui dan tidak ada hubungannya dengan penyakit sistemik

maupun proses perubahan lokal pada sendi OA sekunder adalah OA yang

didasari oleh adanya kelainan endokrin trauma inflamasi metabolik

pertumbuhan herediter jejas mikro dan makro serta imobilisasi yang terlalu lama

faktor mekanik penyakit deposit kalsium penyakit tulang dan sendi lainnya serta

neuropatik endemik Beberapa faktor risiko yang diketahui berhubungan dengan

penyakit OA diantaranya faktor risiko umum yang penting seperti kegemukan

faktor genetik dan jenis kelamin serta beberapa faktor risiko lain seperti usia lebih

dari 40 tahun suku bangsa cedera sendi pekerjaan olahraga kelainan

pertumbuhan kepadatan tulang dan lain-lain Pada penderita ini berdasarkan

30

anamnesis riwayat sosialnya penderita adalah seorang wanita berusia 75 tahun

yang meskipun tidak melakukan pekerjaan yang berat tetapi dirinya tetap

menjalankan pekerjaan rumah tangga (sebelum sakit) yang notabene banyak

menggunakan sendi lutut Selain itu dari pemeriksaan fisik penderita ini juga

mengalami kegemukan Kondisi-kondisi pada penderita ini merupakan faktor

risiko sekunder terjadinya OA Jadi dapat disimpulkan bahwa penyebab OA pada

penderita ini bukan termasuk faktor risiko OA primer

Penderita datang dengan keluhan nyeri pada kedua sendi lutut sejak plusmn 1

tahun SMRS dan puncaknya 2 hari SMRS dimana penderita sudah tidak bisa

berjalan lagi Nyeri sendi merupakan keluhan yang umum terjadi pada penyakit

reumatik seperti artritis gout OA keganasan reumatik septik dan lain

sebagainya Pada penderita ini nyeri terlokalisir pada lutut tanpa adanya nyeri

pada sendi yang lain nyeri bertambah saat melakukan gerakan (seperti berjalan)

dan berkurang apabila beristirahat Tidak ada demam Nyeri tidak menetap

sepanjang hari Nyeri seperti ini biasanya ditemukan pada OA

Penderita juga mengeluh kaku sendi Kaku sendi dirasakan penderita pada

pagi hari Keadaan ini biasanya disebabkan oleh desakan cairan yang berada di

sekitar jaringan yang mengalami inflamasi (kapsul sendi sinovial atau bursa)

Kaku sendi makin nyata pada pagi hari atau setelah istirahat Setelah digerak-

gerakkan cairan akan menyebar dari jaringan yang mengalami inflamasi sehingga

penderita merasa terlepas dari ikatan dan bisa menggerakkan sendinya kembali

Lama kaku sendi pada OA adalah kurang dari 30 menit sedangkan pada AR

minimal satu jam Pada penderita ini kaku sendi juga dirasakan pada pagi hari

selama plusmn 20-30 menit dan menghilang dengan sendirinya bila penderita

menggerakkan kakinya dengan beraktivitas seperti biasa Hal ini sesuai untuk

mendukung keluhan pada penderita OA

Penderita juga mengalami bengkak pada kedua lutut Bengkak dirasakan

oleh penderita sejak 6 bulan SMRS Sendi yang membengkak bisa disebabkan

oleh penonjolan tulang sinovitis efusi dan karena adanya osteofit yang dapat

mengubah permukaan sendi Pada penderita ditemukan osteofit pada pemeriksaan

rontgent

31

29

Pemeriksaan fisik lokalis pada kedua sendi lutut didapatkan pada

inspeksi didapatkan pembesaran bengkak pada kedua sendi lutut dengan tidak

ada perubahan warna kulit Palpasi pada kedua sendi lutut didapatkan nyeri tekan

dan pada perabaan dirasakan hangat Pemeriksaan gerak sendi didapat

keterbatasan gerak fleksi yaitu hanya dapat mengerakkan lutut sebesar 60deg

Hambatan gerak terutama disebabkan oleh adanya remodelling osteofit penebalan

kapsul dan juga adanya efusi Pada auskultasi sendi lutut penderita ditemukan

adanya krepitasi dimana terdengar suara gemeretak ldquokretek-kretekrdquo seperti suara

krupuk yang diremukkan Gejala ini mungkin disebabkan karena gesekan kedua

permukaan tulang sendi yang irregular pada saat sendi digerakkan ataupun secara

pasif dimanipulasi

Pemeriksaan radiologis pada penderita ini didapatkan adanya gambaran

berupa penyempitan sendi dan osteofit pada pinggir sendi Menipisnya rawan

sendi diawali dengan retak dan terbelahnya permukaan sendi di beberapa tempat

yang kemudian menyatu dan disebut sebagai fibrilasi Di lain pihak pada tulang

akan terjadi pula perubahan sebagai reaksi tubuh untuk memperbaiki kerusakan

Perubahan itu adalah penebalan tulang subkondral dan pembentukan osteofit

marginal disusul kemudian dengan perubahan komposisi molekular dan struktur

tulang Penipisan kartilago sendi akibat proses degeneratif memberi gambaran

penyempitan celah sendi yang tidak simetris pada foto polos radiologi Fungsi

kartilago sendi berkurang bahkan menghilang mengakibatkan beban stres di

daerah subkhondral bertambah Beberapa subkhondral tersebut dapat diamati pada

poto polos radiologi berupa pembentukan osteofit sklerotik subkhondral maupun

pembentukan kista subkhondral Pada penderita ini ditemukan adanya

pembentukan osteofit pada condylus lateralis dan medialis os tibio femoralis

Pada OA anamnesa (gejala klinis) pemeriksaan fisik dan pemeriksaan

radiologi sudah dapat menunjang penegakan diagnosis Hasil pemeriksaan

laboratorium pada OA biasanya tidak banyak berguna Darah tepi (Hb Leukosit

dan LED) dalam batas normal kecuali OA generalisata yang harus dibedakan

dengan arthritis peradangan Pada OA yang disertai peradangan mungkin

didapatkan penurunan viskositas pleositosis sedang hingga ringan serta

32

peningkatan ringan sel radang (lt8000m) gt1 Pada penderita ini dilakukan

pemeriksaan laboratorium darah lengkap kimia darah dan urin lengkap karena

pemeriksaan tersebut merupakan pemeriksaan rutin Dari hasil pemeriksaan

laboratorium pada penderita ini tidak ditemukan adanya kelainan

Diagnosis OA sudah bisa ditegakkan secara klinis dengan memakai

kriteria OA yang dibuat oleh Subcommittee American College of Rheumatology

(ACR) Kriteria OA lutut secara klinis laboratorium dan radiologis adalah adanya

nyeri lutut osteofit dan salah satu dari tanda berikut yaitu usia lebih dari 50

tahun kaku sendi kurang dari 30 menit atau adanya krepitus Pada penderita ini

wanita berusia 75 tahun ditemukan memiliki keluhan nyeri kedua sendi lutut

terdapat kaku sendi selama 20-30 menit terdapat krepitus dan pada pemeriksaan

radiologi ditemukan adanya osteofit

Pengelolaan penderita dengan OA bertujuan untuk menghilangkan

keluhan mengoptimalkan fungsi sendi mengurangi ketergantungan dan

meningkatkan kualitas hidup menghambat progresivitas penyakit dan mencegah

komplikasi Pilar terapi OA non farmakologis (edukasi terapi fisik

dietpenurunan berat badan) farmakologis (analgetik kortikosteroid lokal

sistemik kondroprotektif dan biologik) dan pembedahan

Edukasi sangat penting bagi semua pasien OA Dua hal yang menjadi

tujuan edukasi adalah bagaimana mengatasi nyeri dan disabilitas Pemberian

edukasi pada penderita ini sangat penting karena dengan edukasi diharapkan

pengetahuan penderita mengenai penyakit OA menjadi meningkat dan pengobatan

menjadi lebih mudah serta dapat diajak bersama-sama untuk mencegah kerusakan

organ sendi lebih lanjut Edukasi yang diberikan pada penderita ini yaitu

memberikan pengertian bahwa OA adalah penyakit yang kronik sehingga perlu

dipahami bahwa mungkin dalam derajat tertentu akan tetap ada rasa nyeri kaku

dan keterbatasan gerak serta fungsi Selain itu agar rasa nyeri dapat berkurang

maka penderita hendaknya mengurangi aktivitaspekerjaannya sehingga tidak

terlalu banyak menggunakan sendi lutut dan lebih banyak beristirahat Penderita

juga disarankan untuk kembali kontrol sehingga dapat diketahui apakah

33

penyakitnya sudah membaik atau ternyata ada efek samping akibat obat yang

diberikan

Terapi fisik bertujuan untuk melatih penderita agar persendiannya tetap

dapat dipakai dan melatih penderita untuk melindungi sendi yang sakit Pada

penderita ini dianjurkan untuk berolah raga tapi olah raga yang memperberat

sendi sebaiknya dihindari seperti lari atau joging Hal ini dikarenakan dapat

menambah inflamasi meningkatkan tekanan intraartikular bila ada efusi sendi dan

bahkan bisa menyebabkan robekan kapsul sendi Untuk mencegah risiko

terjadinya kecacatan pada sendi sebaiknya dilakukan olah raga peregangan otot

seperti mQuadrisep femoris dengan peregangan otot diharapkan dapat membantu

dalam peningkatan fungsi sendi secara keseluruhan dan mengurangi nyeri Pada

penderita ini disarankan untuk senam lantai 3 kali seminggu dimana pasien

mengambil posisi terlentang sambil meregangkan lututnya dengan cara

mengangkat kaki dan secara perlahan menekuk dan meluruskan lututnya Olah

raga ini sangat mudah dilakukan apalagi mengingat usia penderita yang sudah

mencapai 75 tahun

Diet bertujuan untuk menurunkan berat badan pada penderita OA yang

gemuk Hal ini sebaiknya menjadi program utama pengobatan OA Penurunan

berat badan seringkali dapat mengurangi keluhan dan peradangan Selain itu

obesitas juga dapat meningkatkan risiko progresifitas dari OA Pada penderita ini

disarankan untuk mengurangi berat badan dengan mengatur diet rendah kalori

sampai mungkin mendekati berat badan ideal Dimana prinsipnya adalah

mengurangi kalori yang masuk dibawah energi yang dibutuhkan Penurunan

energi intake yang aman dianjurkan pemberian defisit energi antara 500-1000

kalori perhari sehingga diharapkan akan terjadi pembakaran lemak tubuh dan

penurunan berat badan 05 ndash 1 kg per minggu Biasanya intake energi diberikan

1200-1300 kal per hari dan paling rendah 800 kal per hari Formula yang dapat

digunakan untuk kebutuhan energi berdasarkan berat badan adalah 22kalkgBB

aktualhari dengan cara ini didapatkan defisit energi 1000 kalhari Pada penderita

ini dianjurkan untuk diet 1400 kal perhari agar mencapai BB idealnya yakni

setidaknya mencapai 55 kg Namun cara ini juga memerlukan kehati ndash hatian

34

dikarenakan usia penderita dan daya tahan tubuhnya yang memang sudah tidak

mendukung untuk melakukan usaha diit

Terapi farmakologis pada penderita OA biasanya bersifat simptomatis

Pada tahap awal dapat dicoba analgetik sederhana seperti asetaminofen atau

salisilat Bila tidak ada perbaikan dapat diberikan obat anti inflamasi non steroid

Untuk mengurangi keluhan nyeri pada penderita ini telah diberikan pengobatan

langsung dengan obat anti inflamasi non steroid seperti Na-diklofenak dengan

dosis 3times50 mg tanpa menggunakan obat lini pertama Hal ini dikarenakan keluhan

pada penderita ini sudah cukup berat ditambah pula adanya bengkak dan rasa

hangat di lutut yang tidak hilang dengan obat analgetik sederhana ( seperti yang

biasa dikonsumsi penderita) Na-diklofenak merupakan obat golongan OAINS

COX-1 inhibitor yang non-selektif dimana obat ini diberikan pada penderita

karena tidak terdapat riwayat pernah menderita gangguan gastrointestinal Namun

mengingat usia penderita yang memang sudah lanjut maka penderita juga

diberikan obat pelapis lambung untuk menjaga kondisi saluran pencernaannya Di

sini penderita diberikan obat golongan PPI (Omeprazole 2 x 20 mg) Setelah

dievaluasi beberapa hari ternyata keluhan nyeri dan bengkak pada penderita tidak

kunjung ada perubahan maka ditambahkan pula obat steroid injeksi dimana

pilihannya adalah InjTriamcinolon 1 Amp24 jam (Inj Flamicort) Selain itu

pasien juga dikonsulkan ke spesialis rehabilitasi medis untuk dilakukan

fisioterapi

Terapi pembedahan Terapi ini diberikan apabila terapi farmakologis dan

rehabilitasi tidak berhasil untuk mengurangi rasa sakit dan juga untuk melakukan

koreksi apabila terjadi deformitas yang menimbulkan gangguan mobilisasi sendi

yang mengganggu aktifitas sehari-hari Pada penderita ini tidak sampai dilakukan

terapi pembedahan

35

DAFTAR PUSTAKA

1 Soeroso J Isbagio H Kalim H Broto R Pramudiyo R Osteoartritis In

Sudoyo AW Setiyohadi B Alwi I Simadibrata M Setiati S editors Buku

Ajar Ilmu Penyakit Dalam 4th ed Jakarta Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit

Dalam Fakultas Kedokteran Indonesia 2006 p 1195-201

2 Osteoarthritis Wikipedia The Free Encyclopedia [serial on the internet]

2009 [cited 2009 Sep 1] Available from

httpenwikipediaorgwikiOsteoarthritis

3 Reginster JY The Prevalence and Burden of Osteoarthritis Rheumatology

2002 41 (suppl 1) 3 ndash 6

4 Wibowo Dhidik Tri Kurniawan Yusuf Latifah Tati Gunadi Rachmat

Perancangan dan Implementasi Sistem Bantu Diagnosis Penyakit

Osteoartritis dan Reumatoid Artritis Melalui Deteksi Penyempitan Celah

Sendi pada Citra X-Ray Tangan dan Lutut Dalam Temu Ilmiah

Reumatologi Jakarta 2003 168 ndash 172

5 Konggres Nasional Ikatan Reumatologi Indonesia VI httppemda-

diygoidberita 2005 102140

36

6 Arthritis Research Campaign 2000 Available at

httpwwwarcorgukabout_arthastatshtm

7 Felson DT Zhang Y Hannan MT et al The Incidence and Natural

History of Knee Osteoarthritis in the Elderly The Framingham

Osteoarthritis Study Arthritis Rheumatology 1995 38 1500 ndash 1505

8 Felson DT Zhang Y An Update on the Epidemiology of Knee and Hip

Osteoarthritis with a View to Prevention Arthritis Rheumatology 1998

41 1343 ndash 1355

9 Setiyohadi Bambang Osteoartritis Selayang Pandang Dalam Temu Ilmiah

Reumatologi Jakarta 2003 27 ndash 31

10 Klippel John H Dieppe Paul A Brooks Peter et al Osteoarthritis In

Rheumatology United Kingdom Mosby ndash Year Book Europe Limited

1994 21 ndash 106

11 Abbate L Renner JB Stevens J et al Do Body Composition and Body Fat

Distribution Explain Ethnic Differences in Radiographic Knee

Osteoarthritis Outcomes in African -American and Caucasian Women The

North American Association for the Study of Obesity 2006 14 1274 ndash

1281

12 Amin Niu Jingbo Hunter David et al Smoking Worsens Knee

Osteoarthritis News Center Oklahoma City Oklahoma USA 2006 1 ndash 4

13 McAlindon Timothy E Felson David T Zhang Yuqing et al Relation of

Dietary Intake and Serum Levels of Vitamin D to Progression of

Osteoarthritis of the Knee Among Participants in the Framingham Study

14 Englund M and Lohmander LS Patellofemoral Osteoarthritis Coexistent

with Tibiofemoral Osteoarthritis in a Meniscectomy Population Annals of

the Rheumatic Diseases 2005 64 1721 ndash 1726

15 Carter MA Osteoartritis In Price SA Wilson LM Patofisiologi konsep

klinis proses-proses penyakit 6th ed Jakarta EGC 2006 p 1380-4

16 Altman RD Criteria for the Classification of Osteoarthritis Journal of

Rheumatology 1991 27 (suppl) 10 ndash 12

37

17 Milne AD Evans NA Stanish WD Nonoperative Management of Knee

Osteoarthritis In Hartono IM Studi komparasi antara WOMAC index

dengan Kellgren-Lawrence grading system pada penderita osteoarthritis

genu [PPDS1 thesis] Semarang Medical Faculty Diponegoro University

2007 p 12

18 Haq I Murphy E Dacre J Osteoarthritis Review Postgrad Med J 2003

79 377 ndash 383

19 Anonim [1986] Criteria for classification of idiopathic osteoarthtritis (OA)

of the knee American College of Rheumatology [serial on the internet]

2010 [cited 2010 Jan 20] Available from

httpwwwrheumatologyorgpublicationsclassificationoakneeasp

aud=mem

38

  • BAB I
  • ILUSTRASI KASUS
  • 1 Pemeriksaan EKG
  • X ndash Ray Pelvis AP
  • BAB III
  • DISKUSI DAN PEMBAHASAN
Page 24: laporan kasus osteoartritis

Merokok dapat meningkatkan kandungan karbonmonoksida

dalam darah menyebabkan jaringan kekurangan oksigen

dan dapat menghambat pembentukan tulang rawan12

2) Konsumsi Vitamin D

Orang yang tidak biasa mengkonsumsi makanan yang

mengandung vitamin D memiliki peningkatan risiko 3 kali lipat

menderita OA lutut13

d Faktor Metabolik

1) Obesitas

Berat badan yang berlebih ternyata dapat meningkatkan tekanan

mekanik pada sendi penahan beban tubuh dan lebih sering

menyebabkan osteoartritis lutut7

2) Osteoporosis

Hubungan antara OA lutut dan osteoporosis mendukung teori

bahwa gerakan mekanis yang abnormal tulang akan

mempercepat kerusakan tulang rawan sendi10

3) Penyakit Lain

OA lutut terbukti berhubungan dengan diabetes mellitus

hipertensi dan hiperurikemi dengan catatan pasien tidak

mengalami obesitas10

4) Histerktomi

Hal ini diduga berkaitan dengan pengurangan produksi hormon

estrogen setelah dilakukan pengangkatan rahim 10

5) Manisektomi

Menisektomi merupakan operasi yang dilakukan di daerah lutut

dan telah diidentifikasi sebagai faktor risiko penting bagi OA

lutut Hal ini berkaitan dengan hilangnya jaringan meniscus14

2 Faktor Biomekanis

a Riwayat Trauma Lutut

24

Trauma lutut yang akut termasuk robekan pada ligamentum

krusiatum dan meniskus merupakan faktor risiko timbulnya OA

lutut9

b Kelainan Anatomis

Faktor risiko timbulnya OA lutut antara lain kelainan lokal pada

sendi lutut seperti genu varum genu valgus Legg ndash Calve ndashPerthes

disease dan displasia asetabulum10

c Pekerjaan

Osteoartritis banyak ditemukan pada pekerja fisik berat terutama

yang banyak menggunakan kekuatan yang bertumpu pada lutut

(petani kuli dll)9

d Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik berat seperti berdiri lama (2 jam atau lebih setiap

hari) berjalan jarak jauh (2 jam atau lebih setiap hari) mengangkat

barang berat (10 kg ndash 50 kg selama 10 kali atau lebih setiap

minggu) mendorong objek yang berat (10 kg ndash 50 kg selama 10

kali atau lebih setiap minggu) naik turun tangga setiap hari

merupakan faktor risiko OA lutut 9

e Kebiasaan Olahraga

Atlit olah raga benturan keras dan membebani lutut seperti sepak

bola lari maraton dan kung fu memiliki risiko meningkat untuk

menderita OA lutut10

VII Kriteria Diagnosis Osteoartritis Lutut (Genu)

25

Kriteria diagnosis OA lutut menggunakan kriteria klasifikasi American

College of Rheumatology seperti tercantum pada tabel berikut ini 16

Tabel 22 Kriteria Klasifikasi Osteoartritis Lutut

Derajat osteoartritis lutut dinilai menjadi lima derajat oleh Kellgren dan

Lawrence yaitu 17

- Derajat 0 tidak ada gambaran osteoartritis

- Derajat 1 osteoartritis meragukan dengan gambaran sendi normal tetapi

terdapat osteofit minimal

- Derajat 2 osteoartritis minimal dengan osteofit pada 2 tempat tidak terdapat

sklerosis dan kista subkondral serta celah sendi baik

- Derajat 3 osteoartritis moderat dengan osteofit moderat deformitas ujung

tulang dan celah sendi sempit

- Derajat 4 osteoartritis berat dengan osteofit besar deformitas ujung tulang

celah sendi hilang serta adanyasklerosis dan kista subkondral

26

VIIIPenatalaksanaan Osteoarthritis

Tujuan penatalaksanaan pasien dengan osteoarthritis adalah18

1 Meredakan nyeri

2 Mengoptimalkan fungsi sendi

3 Mengurangi ketergantungan kepada orang lain dan meningkatkan

kualitas hidup

4 Menghambat progresivitas penyakit

5 Mencegah terjadinya komplikasi

Pilar terapi pada pasien dengan osteoarthritis yaitu

Nonfarmakologis

1 Modifikasi pola hidup

2 Edukasi

3 Istirahat teratur yang bertujuan mengurangi penggunaan beban pada

sendi

4 Modifikasi aktivitas

5 Menurunkan berat badan

6 Rehabilitasi medik fisioterapi

a Latihan statis dan memperkuat otot-otot

b Fisioterapi yang berguna untuk mengurangi nyeri menguatkan otot

dan menambah luas pergerakan sendi

7 Penggunaan alat bantu

Farmakologis

1 Sistemik

a Analgetik

Non narkotik parasetamol

Opioid (kodein tramadol)

b Antiinflamasi nonsteroid (NSAIDs)

Oral

Injeksi

Suppositoria

27

c DMOADs (disease modifying OA drugs)

Diantara nutraceutical yang saat ini tersedia di Indonesia adalah

Glucosamine sulfate dan Chondroitine sulfate

2 Topikal

a Krim rubefacients dan capsaicin

Beberapa sediaan telah tersedia di Indonesia dengan cara kerja pada

umumnya bersifat counter irritant

b Krim NSAIDs

Beberapa yang dapat digunakan adalah gel piroxicam dan sodium

diklofenak

3 Injeksi intraartikularintra lesi

Pada dasarnya ada 2 indikasi suntikan intra artikular yakni penanganan

simtomatik dengan steroid dan viskosuplementasi dengan hyaluronan

untuk modifikasi perjalanan penyakit Beberapa preparat injeksi

intraartikular diantaranya

a Steroid ( triamsinolone hexacetonide dan methyl prednisolone )

Hanya diberikan jika ada satu atau dua sendi yang mengalami

nyeri dan inflamasi yang kurang responsif terhadap pemberian

NSAIDs tak dapat mentolerir NSAIDs atau ada komorbiditas yang

merupakan kontra indikasi terhadap pemberian NSAIDs

Dosis untuk sendi besar seperti lutut 40-50 mginjeksi

sedangkan untuk sendi-sendi kecil biasanya digunakan dosis 10 mg

b Hyaluronan high molecular weight dan low molecular weight

Diberikan berturut-turut 5 sampai 6 kali dengan interval satu

minggu masing-masing 2 sampai 25 ml Hyaluronan Sediaan di

Indonesia diantaranya adalah Hyalgan dan Osflex

4 Pembedahan

Sebelum diputuskan untuk terapi pembedahan harus dipertimbangkan

terlebih dahulu risiko dan keuntungannya Pertimbangan dilakukan

tindakan operatif bila

28

a Deformitas menimbulkan gangguan mobilisasi

b Nyeri yang tidak dapat teratasi dengan penganan medikamentosa

dan rehabilitatif

Ada 2 tipe terapi pembedahan Realignment osteotomi dan replacement

joint

Macam-macam operasi sendi lutut untuk osteoarthritis

a Partial replacementunicompartemental

b High tibial osteotomy orang muda

c Patella amp condyle resurfacing

d Minimally constrained total replacement stabilitas sendi dilakukan

sebagian oleh ligament asli dan sebagian oleh sendi buatan

e Cinstrained joint fixed hinges dipakai bila ada tulang hilang dan

severe instability

f Total knee replacement apabila didapatkan nyeri deformitas

instability akibat dari rheumatoid atau osteoarthritis

29

Gambar 21 Piramida Penatalaksanaan Osteoartritis

BAB III

DISKUSI DAN PEMBAHASAN

OA adalah penyakit degenerasi kartilago artikuler yang berlangsung secara

perlahan dan ditandai dengan nyeri sendi kekakuan dan keterbatasan gerak yang

berkembang secara progresif Tanda-tanda tersebut ditemukan pada penderita ini

Berdasarkan etiologinya OA diklasifikasikan menjadi dua yaitu OA

primer dan OA sekunder OA primer disebut juga OA idiopatik yaitu OA yang

kausanya tidak diketahui dan tidak ada hubungannya dengan penyakit sistemik

maupun proses perubahan lokal pada sendi OA sekunder adalah OA yang

didasari oleh adanya kelainan endokrin trauma inflamasi metabolik

pertumbuhan herediter jejas mikro dan makro serta imobilisasi yang terlalu lama

faktor mekanik penyakit deposit kalsium penyakit tulang dan sendi lainnya serta

neuropatik endemik Beberapa faktor risiko yang diketahui berhubungan dengan

penyakit OA diantaranya faktor risiko umum yang penting seperti kegemukan

faktor genetik dan jenis kelamin serta beberapa faktor risiko lain seperti usia lebih

dari 40 tahun suku bangsa cedera sendi pekerjaan olahraga kelainan

pertumbuhan kepadatan tulang dan lain-lain Pada penderita ini berdasarkan

30

anamnesis riwayat sosialnya penderita adalah seorang wanita berusia 75 tahun

yang meskipun tidak melakukan pekerjaan yang berat tetapi dirinya tetap

menjalankan pekerjaan rumah tangga (sebelum sakit) yang notabene banyak

menggunakan sendi lutut Selain itu dari pemeriksaan fisik penderita ini juga

mengalami kegemukan Kondisi-kondisi pada penderita ini merupakan faktor

risiko sekunder terjadinya OA Jadi dapat disimpulkan bahwa penyebab OA pada

penderita ini bukan termasuk faktor risiko OA primer

Penderita datang dengan keluhan nyeri pada kedua sendi lutut sejak plusmn 1

tahun SMRS dan puncaknya 2 hari SMRS dimana penderita sudah tidak bisa

berjalan lagi Nyeri sendi merupakan keluhan yang umum terjadi pada penyakit

reumatik seperti artritis gout OA keganasan reumatik septik dan lain

sebagainya Pada penderita ini nyeri terlokalisir pada lutut tanpa adanya nyeri

pada sendi yang lain nyeri bertambah saat melakukan gerakan (seperti berjalan)

dan berkurang apabila beristirahat Tidak ada demam Nyeri tidak menetap

sepanjang hari Nyeri seperti ini biasanya ditemukan pada OA

Penderita juga mengeluh kaku sendi Kaku sendi dirasakan penderita pada

pagi hari Keadaan ini biasanya disebabkan oleh desakan cairan yang berada di

sekitar jaringan yang mengalami inflamasi (kapsul sendi sinovial atau bursa)

Kaku sendi makin nyata pada pagi hari atau setelah istirahat Setelah digerak-

gerakkan cairan akan menyebar dari jaringan yang mengalami inflamasi sehingga

penderita merasa terlepas dari ikatan dan bisa menggerakkan sendinya kembali

Lama kaku sendi pada OA adalah kurang dari 30 menit sedangkan pada AR

minimal satu jam Pada penderita ini kaku sendi juga dirasakan pada pagi hari

selama plusmn 20-30 menit dan menghilang dengan sendirinya bila penderita

menggerakkan kakinya dengan beraktivitas seperti biasa Hal ini sesuai untuk

mendukung keluhan pada penderita OA

Penderita juga mengalami bengkak pada kedua lutut Bengkak dirasakan

oleh penderita sejak 6 bulan SMRS Sendi yang membengkak bisa disebabkan

oleh penonjolan tulang sinovitis efusi dan karena adanya osteofit yang dapat

mengubah permukaan sendi Pada penderita ditemukan osteofit pada pemeriksaan

rontgent

31

29

Pemeriksaan fisik lokalis pada kedua sendi lutut didapatkan pada

inspeksi didapatkan pembesaran bengkak pada kedua sendi lutut dengan tidak

ada perubahan warna kulit Palpasi pada kedua sendi lutut didapatkan nyeri tekan

dan pada perabaan dirasakan hangat Pemeriksaan gerak sendi didapat

keterbatasan gerak fleksi yaitu hanya dapat mengerakkan lutut sebesar 60deg

Hambatan gerak terutama disebabkan oleh adanya remodelling osteofit penebalan

kapsul dan juga adanya efusi Pada auskultasi sendi lutut penderita ditemukan

adanya krepitasi dimana terdengar suara gemeretak ldquokretek-kretekrdquo seperti suara

krupuk yang diremukkan Gejala ini mungkin disebabkan karena gesekan kedua

permukaan tulang sendi yang irregular pada saat sendi digerakkan ataupun secara

pasif dimanipulasi

Pemeriksaan radiologis pada penderita ini didapatkan adanya gambaran

berupa penyempitan sendi dan osteofit pada pinggir sendi Menipisnya rawan

sendi diawali dengan retak dan terbelahnya permukaan sendi di beberapa tempat

yang kemudian menyatu dan disebut sebagai fibrilasi Di lain pihak pada tulang

akan terjadi pula perubahan sebagai reaksi tubuh untuk memperbaiki kerusakan

Perubahan itu adalah penebalan tulang subkondral dan pembentukan osteofit

marginal disusul kemudian dengan perubahan komposisi molekular dan struktur

tulang Penipisan kartilago sendi akibat proses degeneratif memberi gambaran

penyempitan celah sendi yang tidak simetris pada foto polos radiologi Fungsi

kartilago sendi berkurang bahkan menghilang mengakibatkan beban stres di

daerah subkhondral bertambah Beberapa subkhondral tersebut dapat diamati pada

poto polos radiologi berupa pembentukan osteofit sklerotik subkhondral maupun

pembentukan kista subkhondral Pada penderita ini ditemukan adanya

pembentukan osteofit pada condylus lateralis dan medialis os tibio femoralis

Pada OA anamnesa (gejala klinis) pemeriksaan fisik dan pemeriksaan

radiologi sudah dapat menunjang penegakan diagnosis Hasil pemeriksaan

laboratorium pada OA biasanya tidak banyak berguna Darah tepi (Hb Leukosit

dan LED) dalam batas normal kecuali OA generalisata yang harus dibedakan

dengan arthritis peradangan Pada OA yang disertai peradangan mungkin

didapatkan penurunan viskositas pleositosis sedang hingga ringan serta

32

peningkatan ringan sel radang (lt8000m) gt1 Pada penderita ini dilakukan

pemeriksaan laboratorium darah lengkap kimia darah dan urin lengkap karena

pemeriksaan tersebut merupakan pemeriksaan rutin Dari hasil pemeriksaan

laboratorium pada penderita ini tidak ditemukan adanya kelainan

Diagnosis OA sudah bisa ditegakkan secara klinis dengan memakai

kriteria OA yang dibuat oleh Subcommittee American College of Rheumatology

(ACR) Kriteria OA lutut secara klinis laboratorium dan radiologis adalah adanya

nyeri lutut osteofit dan salah satu dari tanda berikut yaitu usia lebih dari 50

tahun kaku sendi kurang dari 30 menit atau adanya krepitus Pada penderita ini

wanita berusia 75 tahun ditemukan memiliki keluhan nyeri kedua sendi lutut

terdapat kaku sendi selama 20-30 menit terdapat krepitus dan pada pemeriksaan

radiologi ditemukan adanya osteofit

Pengelolaan penderita dengan OA bertujuan untuk menghilangkan

keluhan mengoptimalkan fungsi sendi mengurangi ketergantungan dan

meningkatkan kualitas hidup menghambat progresivitas penyakit dan mencegah

komplikasi Pilar terapi OA non farmakologis (edukasi terapi fisik

dietpenurunan berat badan) farmakologis (analgetik kortikosteroid lokal

sistemik kondroprotektif dan biologik) dan pembedahan

Edukasi sangat penting bagi semua pasien OA Dua hal yang menjadi

tujuan edukasi adalah bagaimana mengatasi nyeri dan disabilitas Pemberian

edukasi pada penderita ini sangat penting karena dengan edukasi diharapkan

pengetahuan penderita mengenai penyakit OA menjadi meningkat dan pengobatan

menjadi lebih mudah serta dapat diajak bersama-sama untuk mencegah kerusakan

organ sendi lebih lanjut Edukasi yang diberikan pada penderita ini yaitu

memberikan pengertian bahwa OA adalah penyakit yang kronik sehingga perlu

dipahami bahwa mungkin dalam derajat tertentu akan tetap ada rasa nyeri kaku

dan keterbatasan gerak serta fungsi Selain itu agar rasa nyeri dapat berkurang

maka penderita hendaknya mengurangi aktivitaspekerjaannya sehingga tidak

terlalu banyak menggunakan sendi lutut dan lebih banyak beristirahat Penderita

juga disarankan untuk kembali kontrol sehingga dapat diketahui apakah

33

penyakitnya sudah membaik atau ternyata ada efek samping akibat obat yang

diberikan

Terapi fisik bertujuan untuk melatih penderita agar persendiannya tetap

dapat dipakai dan melatih penderita untuk melindungi sendi yang sakit Pada

penderita ini dianjurkan untuk berolah raga tapi olah raga yang memperberat

sendi sebaiknya dihindari seperti lari atau joging Hal ini dikarenakan dapat

menambah inflamasi meningkatkan tekanan intraartikular bila ada efusi sendi dan

bahkan bisa menyebabkan robekan kapsul sendi Untuk mencegah risiko

terjadinya kecacatan pada sendi sebaiknya dilakukan olah raga peregangan otot

seperti mQuadrisep femoris dengan peregangan otot diharapkan dapat membantu

dalam peningkatan fungsi sendi secara keseluruhan dan mengurangi nyeri Pada

penderita ini disarankan untuk senam lantai 3 kali seminggu dimana pasien

mengambil posisi terlentang sambil meregangkan lututnya dengan cara

mengangkat kaki dan secara perlahan menekuk dan meluruskan lututnya Olah

raga ini sangat mudah dilakukan apalagi mengingat usia penderita yang sudah

mencapai 75 tahun

Diet bertujuan untuk menurunkan berat badan pada penderita OA yang

gemuk Hal ini sebaiknya menjadi program utama pengobatan OA Penurunan

berat badan seringkali dapat mengurangi keluhan dan peradangan Selain itu

obesitas juga dapat meningkatkan risiko progresifitas dari OA Pada penderita ini

disarankan untuk mengurangi berat badan dengan mengatur diet rendah kalori

sampai mungkin mendekati berat badan ideal Dimana prinsipnya adalah

mengurangi kalori yang masuk dibawah energi yang dibutuhkan Penurunan

energi intake yang aman dianjurkan pemberian defisit energi antara 500-1000

kalori perhari sehingga diharapkan akan terjadi pembakaran lemak tubuh dan

penurunan berat badan 05 ndash 1 kg per minggu Biasanya intake energi diberikan

1200-1300 kal per hari dan paling rendah 800 kal per hari Formula yang dapat

digunakan untuk kebutuhan energi berdasarkan berat badan adalah 22kalkgBB

aktualhari dengan cara ini didapatkan defisit energi 1000 kalhari Pada penderita

ini dianjurkan untuk diet 1400 kal perhari agar mencapai BB idealnya yakni

setidaknya mencapai 55 kg Namun cara ini juga memerlukan kehati ndash hatian

34

dikarenakan usia penderita dan daya tahan tubuhnya yang memang sudah tidak

mendukung untuk melakukan usaha diit

Terapi farmakologis pada penderita OA biasanya bersifat simptomatis

Pada tahap awal dapat dicoba analgetik sederhana seperti asetaminofen atau

salisilat Bila tidak ada perbaikan dapat diberikan obat anti inflamasi non steroid

Untuk mengurangi keluhan nyeri pada penderita ini telah diberikan pengobatan

langsung dengan obat anti inflamasi non steroid seperti Na-diklofenak dengan

dosis 3times50 mg tanpa menggunakan obat lini pertama Hal ini dikarenakan keluhan

pada penderita ini sudah cukup berat ditambah pula adanya bengkak dan rasa

hangat di lutut yang tidak hilang dengan obat analgetik sederhana ( seperti yang

biasa dikonsumsi penderita) Na-diklofenak merupakan obat golongan OAINS

COX-1 inhibitor yang non-selektif dimana obat ini diberikan pada penderita

karena tidak terdapat riwayat pernah menderita gangguan gastrointestinal Namun

mengingat usia penderita yang memang sudah lanjut maka penderita juga

diberikan obat pelapis lambung untuk menjaga kondisi saluran pencernaannya Di

sini penderita diberikan obat golongan PPI (Omeprazole 2 x 20 mg) Setelah

dievaluasi beberapa hari ternyata keluhan nyeri dan bengkak pada penderita tidak

kunjung ada perubahan maka ditambahkan pula obat steroid injeksi dimana

pilihannya adalah InjTriamcinolon 1 Amp24 jam (Inj Flamicort) Selain itu

pasien juga dikonsulkan ke spesialis rehabilitasi medis untuk dilakukan

fisioterapi

Terapi pembedahan Terapi ini diberikan apabila terapi farmakologis dan

rehabilitasi tidak berhasil untuk mengurangi rasa sakit dan juga untuk melakukan

koreksi apabila terjadi deformitas yang menimbulkan gangguan mobilisasi sendi

yang mengganggu aktifitas sehari-hari Pada penderita ini tidak sampai dilakukan

terapi pembedahan

35

DAFTAR PUSTAKA

1 Soeroso J Isbagio H Kalim H Broto R Pramudiyo R Osteoartritis In

Sudoyo AW Setiyohadi B Alwi I Simadibrata M Setiati S editors Buku

Ajar Ilmu Penyakit Dalam 4th ed Jakarta Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit

Dalam Fakultas Kedokteran Indonesia 2006 p 1195-201

2 Osteoarthritis Wikipedia The Free Encyclopedia [serial on the internet]

2009 [cited 2009 Sep 1] Available from

httpenwikipediaorgwikiOsteoarthritis

3 Reginster JY The Prevalence and Burden of Osteoarthritis Rheumatology

2002 41 (suppl 1) 3 ndash 6

4 Wibowo Dhidik Tri Kurniawan Yusuf Latifah Tati Gunadi Rachmat

Perancangan dan Implementasi Sistem Bantu Diagnosis Penyakit

Osteoartritis dan Reumatoid Artritis Melalui Deteksi Penyempitan Celah

Sendi pada Citra X-Ray Tangan dan Lutut Dalam Temu Ilmiah

Reumatologi Jakarta 2003 168 ndash 172

5 Konggres Nasional Ikatan Reumatologi Indonesia VI httppemda-

diygoidberita 2005 102140

36

6 Arthritis Research Campaign 2000 Available at

httpwwwarcorgukabout_arthastatshtm

7 Felson DT Zhang Y Hannan MT et al The Incidence and Natural

History of Knee Osteoarthritis in the Elderly The Framingham

Osteoarthritis Study Arthritis Rheumatology 1995 38 1500 ndash 1505

8 Felson DT Zhang Y An Update on the Epidemiology of Knee and Hip

Osteoarthritis with a View to Prevention Arthritis Rheumatology 1998

41 1343 ndash 1355

9 Setiyohadi Bambang Osteoartritis Selayang Pandang Dalam Temu Ilmiah

Reumatologi Jakarta 2003 27 ndash 31

10 Klippel John H Dieppe Paul A Brooks Peter et al Osteoarthritis In

Rheumatology United Kingdom Mosby ndash Year Book Europe Limited

1994 21 ndash 106

11 Abbate L Renner JB Stevens J et al Do Body Composition and Body Fat

Distribution Explain Ethnic Differences in Radiographic Knee

Osteoarthritis Outcomes in African -American and Caucasian Women The

North American Association for the Study of Obesity 2006 14 1274 ndash

1281

12 Amin Niu Jingbo Hunter David et al Smoking Worsens Knee

Osteoarthritis News Center Oklahoma City Oklahoma USA 2006 1 ndash 4

13 McAlindon Timothy E Felson David T Zhang Yuqing et al Relation of

Dietary Intake and Serum Levels of Vitamin D to Progression of

Osteoarthritis of the Knee Among Participants in the Framingham Study

14 Englund M and Lohmander LS Patellofemoral Osteoarthritis Coexistent

with Tibiofemoral Osteoarthritis in a Meniscectomy Population Annals of

the Rheumatic Diseases 2005 64 1721 ndash 1726

15 Carter MA Osteoartritis In Price SA Wilson LM Patofisiologi konsep

klinis proses-proses penyakit 6th ed Jakarta EGC 2006 p 1380-4

16 Altman RD Criteria for the Classification of Osteoarthritis Journal of

Rheumatology 1991 27 (suppl) 10 ndash 12

37

17 Milne AD Evans NA Stanish WD Nonoperative Management of Knee

Osteoarthritis In Hartono IM Studi komparasi antara WOMAC index

dengan Kellgren-Lawrence grading system pada penderita osteoarthritis

genu [PPDS1 thesis] Semarang Medical Faculty Diponegoro University

2007 p 12

18 Haq I Murphy E Dacre J Osteoarthritis Review Postgrad Med J 2003

79 377 ndash 383

19 Anonim [1986] Criteria for classification of idiopathic osteoarthtritis (OA)

of the knee American College of Rheumatology [serial on the internet]

2010 [cited 2010 Jan 20] Available from

httpwwwrheumatologyorgpublicationsclassificationoakneeasp

aud=mem

38

  • BAB I
  • ILUSTRASI KASUS
  • 1 Pemeriksaan EKG
  • X ndash Ray Pelvis AP
  • BAB III
  • DISKUSI DAN PEMBAHASAN
Page 25: laporan kasus osteoartritis

Trauma lutut yang akut termasuk robekan pada ligamentum

krusiatum dan meniskus merupakan faktor risiko timbulnya OA

lutut9

b Kelainan Anatomis

Faktor risiko timbulnya OA lutut antara lain kelainan lokal pada

sendi lutut seperti genu varum genu valgus Legg ndash Calve ndashPerthes

disease dan displasia asetabulum10

c Pekerjaan

Osteoartritis banyak ditemukan pada pekerja fisik berat terutama

yang banyak menggunakan kekuatan yang bertumpu pada lutut

(petani kuli dll)9

d Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik berat seperti berdiri lama (2 jam atau lebih setiap

hari) berjalan jarak jauh (2 jam atau lebih setiap hari) mengangkat

barang berat (10 kg ndash 50 kg selama 10 kali atau lebih setiap

minggu) mendorong objek yang berat (10 kg ndash 50 kg selama 10

kali atau lebih setiap minggu) naik turun tangga setiap hari

merupakan faktor risiko OA lutut 9

e Kebiasaan Olahraga

Atlit olah raga benturan keras dan membebani lutut seperti sepak

bola lari maraton dan kung fu memiliki risiko meningkat untuk

menderita OA lutut10

VII Kriteria Diagnosis Osteoartritis Lutut (Genu)

25

Kriteria diagnosis OA lutut menggunakan kriteria klasifikasi American

College of Rheumatology seperti tercantum pada tabel berikut ini 16

Tabel 22 Kriteria Klasifikasi Osteoartritis Lutut

Derajat osteoartritis lutut dinilai menjadi lima derajat oleh Kellgren dan

Lawrence yaitu 17

- Derajat 0 tidak ada gambaran osteoartritis

- Derajat 1 osteoartritis meragukan dengan gambaran sendi normal tetapi

terdapat osteofit minimal

- Derajat 2 osteoartritis minimal dengan osteofit pada 2 tempat tidak terdapat

sklerosis dan kista subkondral serta celah sendi baik

- Derajat 3 osteoartritis moderat dengan osteofit moderat deformitas ujung

tulang dan celah sendi sempit

- Derajat 4 osteoartritis berat dengan osteofit besar deformitas ujung tulang

celah sendi hilang serta adanyasklerosis dan kista subkondral

26

VIIIPenatalaksanaan Osteoarthritis

Tujuan penatalaksanaan pasien dengan osteoarthritis adalah18

1 Meredakan nyeri

2 Mengoptimalkan fungsi sendi

3 Mengurangi ketergantungan kepada orang lain dan meningkatkan

kualitas hidup

4 Menghambat progresivitas penyakit

5 Mencegah terjadinya komplikasi

Pilar terapi pada pasien dengan osteoarthritis yaitu

Nonfarmakologis

1 Modifikasi pola hidup

2 Edukasi

3 Istirahat teratur yang bertujuan mengurangi penggunaan beban pada

sendi

4 Modifikasi aktivitas

5 Menurunkan berat badan

6 Rehabilitasi medik fisioterapi

a Latihan statis dan memperkuat otot-otot

b Fisioterapi yang berguna untuk mengurangi nyeri menguatkan otot

dan menambah luas pergerakan sendi

7 Penggunaan alat bantu

Farmakologis

1 Sistemik

a Analgetik

Non narkotik parasetamol

Opioid (kodein tramadol)

b Antiinflamasi nonsteroid (NSAIDs)

Oral

Injeksi

Suppositoria

27

c DMOADs (disease modifying OA drugs)

Diantara nutraceutical yang saat ini tersedia di Indonesia adalah

Glucosamine sulfate dan Chondroitine sulfate

2 Topikal

a Krim rubefacients dan capsaicin

Beberapa sediaan telah tersedia di Indonesia dengan cara kerja pada

umumnya bersifat counter irritant

b Krim NSAIDs

Beberapa yang dapat digunakan adalah gel piroxicam dan sodium

diklofenak

3 Injeksi intraartikularintra lesi

Pada dasarnya ada 2 indikasi suntikan intra artikular yakni penanganan

simtomatik dengan steroid dan viskosuplementasi dengan hyaluronan

untuk modifikasi perjalanan penyakit Beberapa preparat injeksi

intraartikular diantaranya

a Steroid ( triamsinolone hexacetonide dan methyl prednisolone )

Hanya diberikan jika ada satu atau dua sendi yang mengalami

nyeri dan inflamasi yang kurang responsif terhadap pemberian

NSAIDs tak dapat mentolerir NSAIDs atau ada komorbiditas yang

merupakan kontra indikasi terhadap pemberian NSAIDs

Dosis untuk sendi besar seperti lutut 40-50 mginjeksi

sedangkan untuk sendi-sendi kecil biasanya digunakan dosis 10 mg

b Hyaluronan high molecular weight dan low molecular weight

Diberikan berturut-turut 5 sampai 6 kali dengan interval satu

minggu masing-masing 2 sampai 25 ml Hyaluronan Sediaan di

Indonesia diantaranya adalah Hyalgan dan Osflex

4 Pembedahan

Sebelum diputuskan untuk terapi pembedahan harus dipertimbangkan

terlebih dahulu risiko dan keuntungannya Pertimbangan dilakukan

tindakan operatif bila

28

a Deformitas menimbulkan gangguan mobilisasi

b Nyeri yang tidak dapat teratasi dengan penganan medikamentosa

dan rehabilitatif

Ada 2 tipe terapi pembedahan Realignment osteotomi dan replacement

joint

Macam-macam operasi sendi lutut untuk osteoarthritis

a Partial replacementunicompartemental

b High tibial osteotomy orang muda

c Patella amp condyle resurfacing

d Minimally constrained total replacement stabilitas sendi dilakukan

sebagian oleh ligament asli dan sebagian oleh sendi buatan

e Cinstrained joint fixed hinges dipakai bila ada tulang hilang dan

severe instability

f Total knee replacement apabila didapatkan nyeri deformitas

instability akibat dari rheumatoid atau osteoarthritis

29

Gambar 21 Piramida Penatalaksanaan Osteoartritis

BAB III

DISKUSI DAN PEMBAHASAN

OA adalah penyakit degenerasi kartilago artikuler yang berlangsung secara

perlahan dan ditandai dengan nyeri sendi kekakuan dan keterbatasan gerak yang

berkembang secara progresif Tanda-tanda tersebut ditemukan pada penderita ini

Berdasarkan etiologinya OA diklasifikasikan menjadi dua yaitu OA

primer dan OA sekunder OA primer disebut juga OA idiopatik yaitu OA yang

kausanya tidak diketahui dan tidak ada hubungannya dengan penyakit sistemik

maupun proses perubahan lokal pada sendi OA sekunder adalah OA yang

didasari oleh adanya kelainan endokrin trauma inflamasi metabolik

pertumbuhan herediter jejas mikro dan makro serta imobilisasi yang terlalu lama

faktor mekanik penyakit deposit kalsium penyakit tulang dan sendi lainnya serta

neuropatik endemik Beberapa faktor risiko yang diketahui berhubungan dengan

penyakit OA diantaranya faktor risiko umum yang penting seperti kegemukan

faktor genetik dan jenis kelamin serta beberapa faktor risiko lain seperti usia lebih

dari 40 tahun suku bangsa cedera sendi pekerjaan olahraga kelainan

pertumbuhan kepadatan tulang dan lain-lain Pada penderita ini berdasarkan

30

anamnesis riwayat sosialnya penderita adalah seorang wanita berusia 75 tahun

yang meskipun tidak melakukan pekerjaan yang berat tetapi dirinya tetap

menjalankan pekerjaan rumah tangga (sebelum sakit) yang notabene banyak

menggunakan sendi lutut Selain itu dari pemeriksaan fisik penderita ini juga

mengalami kegemukan Kondisi-kondisi pada penderita ini merupakan faktor

risiko sekunder terjadinya OA Jadi dapat disimpulkan bahwa penyebab OA pada

penderita ini bukan termasuk faktor risiko OA primer

Penderita datang dengan keluhan nyeri pada kedua sendi lutut sejak plusmn 1

tahun SMRS dan puncaknya 2 hari SMRS dimana penderita sudah tidak bisa

berjalan lagi Nyeri sendi merupakan keluhan yang umum terjadi pada penyakit

reumatik seperti artritis gout OA keganasan reumatik septik dan lain

sebagainya Pada penderita ini nyeri terlokalisir pada lutut tanpa adanya nyeri

pada sendi yang lain nyeri bertambah saat melakukan gerakan (seperti berjalan)

dan berkurang apabila beristirahat Tidak ada demam Nyeri tidak menetap

sepanjang hari Nyeri seperti ini biasanya ditemukan pada OA

Penderita juga mengeluh kaku sendi Kaku sendi dirasakan penderita pada

pagi hari Keadaan ini biasanya disebabkan oleh desakan cairan yang berada di

sekitar jaringan yang mengalami inflamasi (kapsul sendi sinovial atau bursa)

Kaku sendi makin nyata pada pagi hari atau setelah istirahat Setelah digerak-

gerakkan cairan akan menyebar dari jaringan yang mengalami inflamasi sehingga

penderita merasa terlepas dari ikatan dan bisa menggerakkan sendinya kembali

Lama kaku sendi pada OA adalah kurang dari 30 menit sedangkan pada AR

minimal satu jam Pada penderita ini kaku sendi juga dirasakan pada pagi hari

selama plusmn 20-30 menit dan menghilang dengan sendirinya bila penderita

menggerakkan kakinya dengan beraktivitas seperti biasa Hal ini sesuai untuk

mendukung keluhan pada penderita OA

Penderita juga mengalami bengkak pada kedua lutut Bengkak dirasakan

oleh penderita sejak 6 bulan SMRS Sendi yang membengkak bisa disebabkan

oleh penonjolan tulang sinovitis efusi dan karena adanya osteofit yang dapat

mengubah permukaan sendi Pada penderita ditemukan osteofit pada pemeriksaan

rontgent

31

29

Pemeriksaan fisik lokalis pada kedua sendi lutut didapatkan pada

inspeksi didapatkan pembesaran bengkak pada kedua sendi lutut dengan tidak

ada perubahan warna kulit Palpasi pada kedua sendi lutut didapatkan nyeri tekan

dan pada perabaan dirasakan hangat Pemeriksaan gerak sendi didapat

keterbatasan gerak fleksi yaitu hanya dapat mengerakkan lutut sebesar 60deg

Hambatan gerak terutama disebabkan oleh adanya remodelling osteofit penebalan

kapsul dan juga adanya efusi Pada auskultasi sendi lutut penderita ditemukan

adanya krepitasi dimana terdengar suara gemeretak ldquokretek-kretekrdquo seperti suara

krupuk yang diremukkan Gejala ini mungkin disebabkan karena gesekan kedua

permukaan tulang sendi yang irregular pada saat sendi digerakkan ataupun secara

pasif dimanipulasi

Pemeriksaan radiologis pada penderita ini didapatkan adanya gambaran

berupa penyempitan sendi dan osteofit pada pinggir sendi Menipisnya rawan

sendi diawali dengan retak dan terbelahnya permukaan sendi di beberapa tempat

yang kemudian menyatu dan disebut sebagai fibrilasi Di lain pihak pada tulang

akan terjadi pula perubahan sebagai reaksi tubuh untuk memperbaiki kerusakan

Perubahan itu adalah penebalan tulang subkondral dan pembentukan osteofit

marginal disusul kemudian dengan perubahan komposisi molekular dan struktur

tulang Penipisan kartilago sendi akibat proses degeneratif memberi gambaran

penyempitan celah sendi yang tidak simetris pada foto polos radiologi Fungsi

kartilago sendi berkurang bahkan menghilang mengakibatkan beban stres di

daerah subkhondral bertambah Beberapa subkhondral tersebut dapat diamati pada

poto polos radiologi berupa pembentukan osteofit sklerotik subkhondral maupun

pembentukan kista subkhondral Pada penderita ini ditemukan adanya

pembentukan osteofit pada condylus lateralis dan medialis os tibio femoralis

Pada OA anamnesa (gejala klinis) pemeriksaan fisik dan pemeriksaan

radiologi sudah dapat menunjang penegakan diagnosis Hasil pemeriksaan

laboratorium pada OA biasanya tidak banyak berguna Darah tepi (Hb Leukosit

dan LED) dalam batas normal kecuali OA generalisata yang harus dibedakan

dengan arthritis peradangan Pada OA yang disertai peradangan mungkin

didapatkan penurunan viskositas pleositosis sedang hingga ringan serta

32

peningkatan ringan sel radang (lt8000m) gt1 Pada penderita ini dilakukan

pemeriksaan laboratorium darah lengkap kimia darah dan urin lengkap karena

pemeriksaan tersebut merupakan pemeriksaan rutin Dari hasil pemeriksaan

laboratorium pada penderita ini tidak ditemukan adanya kelainan

Diagnosis OA sudah bisa ditegakkan secara klinis dengan memakai

kriteria OA yang dibuat oleh Subcommittee American College of Rheumatology

(ACR) Kriteria OA lutut secara klinis laboratorium dan radiologis adalah adanya

nyeri lutut osteofit dan salah satu dari tanda berikut yaitu usia lebih dari 50

tahun kaku sendi kurang dari 30 menit atau adanya krepitus Pada penderita ini

wanita berusia 75 tahun ditemukan memiliki keluhan nyeri kedua sendi lutut

terdapat kaku sendi selama 20-30 menit terdapat krepitus dan pada pemeriksaan

radiologi ditemukan adanya osteofit

Pengelolaan penderita dengan OA bertujuan untuk menghilangkan

keluhan mengoptimalkan fungsi sendi mengurangi ketergantungan dan

meningkatkan kualitas hidup menghambat progresivitas penyakit dan mencegah

komplikasi Pilar terapi OA non farmakologis (edukasi terapi fisik

dietpenurunan berat badan) farmakologis (analgetik kortikosteroid lokal

sistemik kondroprotektif dan biologik) dan pembedahan

Edukasi sangat penting bagi semua pasien OA Dua hal yang menjadi

tujuan edukasi adalah bagaimana mengatasi nyeri dan disabilitas Pemberian

edukasi pada penderita ini sangat penting karena dengan edukasi diharapkan

pengetahuan penderita mengenai penyakit OA menjadi meningkat dan pengobatan

menjadi lebih mudah serta dapat diajak bersama-sama untuk mencegah kerusakan

organ sendi lebih lanjut Edukasi yang diberikan pada penderita ini yaitu

memberikan pengertian bahwa OA adalah penyakit yang kronik sehingga perlu

dipahami bahwa mungkin dalam derajat tertentu akan tetap ada rasa nyeri kaku

dan keterbatasan gerak serta fungsi Selain itu agar rasa nyeri dapat berkurang

maka penderita hendaknya mengurangi aktivitaspekerjaannya sehingga tidak

terlalu banyak menggunakan sendi lutut dan lebih banyak beristirahat Penderita

juga disarankan untuk kembali kontrol sehingga dapat diketahui apakah

33

penyakitnya sudah membaik atau ternyata ada efek samping akibat obat yang

diberikan

Terapi fisik bertujuan untuk melatih penderita agar persendiannya tetap

dapat dipakai dan melatih penderita untuk melindungi sendi yang sakit Pada

penderita ini dianjurkan untuk berolah raga tapi olah raga yang memperberat

sendi sebaiknya dihindari seperti lari atau joging Hal ini dikarenakan dapat

menambah inflamasi meningkatkan tekanan intraartikular bila ada efusi sendi dan

bahkan bisa menyebabkan robekan kapsul sendi Untuk mencegah risiko

terjadinya kecacatan pada sendi sebaiknya dilakukan olah raga peregangan otot

seperti mQuadrisep femoris dengan peregangan otot diharapkan dapat membantu

dalam peningkatan fungsi sendi secara keseluruhan dan mengurangi nyeri Pada

penderita ini disarankan untuk senam lantai 3 kali seminggu dimana pasien

mengambil posisi terlentang sambil meregangkan lututnya dengan cara

mengangkat kaki dan secara perlahan menekuk dan meluruskan lututnya Olah

raga ini sangat mudah dilakukan apalagi mengingat usia penderita yang sudah

mencapai 75 tahun

Diet bertujuan untuk menurunkan berat badan pada penderita OA yang

gemuk Hal ini sebaiknya menjadi program utama pengobatan OA Penurunan

berat badan seringkali dapat mengurangi keluhan dan peradangan Selain itu

obesitas juga dapat meningkatkan risiko progresifitas dari OA Pada penderita ini

disarankan untuk mengurangi berat badan dengan mengatur diet rendah kalori

sampai mungkin mendekati berat badan ideal Dimana prinsipnya adalah

mengurangi kalori yang masuk dibawah energi yang dibutuhkan Penurunan

energi intake yang aman dianjurkan pemberian defisit energi antara 500-1000

kalori perhari sehingga diharapkan akan terjadi pembakaran lemak tubuh dan

penurunan berat badan 05 ndash 1 kg per minggu Biasanya intake energi diberikan

1200-1300 kal per hari dan paling rendah 800 kal per hari Formula yang dapat

digunakan untuk kebutuhan energi berdasarkan berat badan adalah 22kalkgBB

aktualhari dengan cara ini didapatkan defisit energi 1000 kalhari Pada penderita

ini dianjurkan untuk diet 1400 kal perhari agar mencapai BB idealnya yakni

setidaknya mencapai 55 kg Namun cara ini juga memerlukan kehati ndash hatian

34

dikarenakan usia penderita dan daya tahan tubuhnya yang memang sudah tidak

mendukung untuk melakukan usaha diit

Terapi farmakologis pada penderita OA biasanya bersifat simptomatis

Pada tahap awal dapat dicoba analgetik sederhana seperti asetaminofen atau

salisilat Bila tidak ada perbaikan dapat diberikan obat anti inflamasi non steroid

Untuk mengurangi keluhan nyeri pada penderita ini telah diberikan pengobatan

langsung dengan obat anti inflamasi non steroid seperti Na-diklofenak dengan

dosis 3times50 mg tanpa menggunakan obat lini pertama Hal ini dikarenakan keluhan

pada penderita ini sudah cukup berat ditambah pula adanya bengkak dan rasa

hangat di lutut yang tidak hilang dengan obat analgetik sederhana ( seperti yang

biasa dikonsumsi penderita) Na-diklofenak merupakan obat golongan OAINS

COX-1 inhibitor yang non-selektif dimana obat ini diberikan pada penderita

karena tidak terdapat riwayat pernah menderita gangguan gastrointestinal Namun

mengingat usia penderita yang memang sudah lanjut maka penderita juga

diberikan obat pelapis lambung untuk menjaga kondisi saluran pencernaannya Di

sini penderita diberikan obat golongan PPI (Omeprazole 2 x 20 mg) Setelah

dievaluasi beberapa hari ternyata keluhan nyeri dan bengkak pada penderita tidak

kunjung ada perubahan maka ditambahkan pula obat steroid injeksi dimana

pilihannya adalah InjTriamcinolon 1 Amp24 jam (Inj Flamicort) Selain itu

pasien juga dikonsulkan ke spesialis rehabilitasi medis untuk dilakukan

fisioterapi

Terapi pembedahan Terapi ini diberikan apabila terapi farmakologis dan

rehabilitasi tidak berhasil untuk mengurangi rasa sakit dan juga untuk melakukan

koreksi apabila terjadi deformitas yang menimbulkan gangguan mobilisasi sendi

yang mengganggu aktifitas sehari-hari Pada penderita ini tidak sampai dilakukan

terapi pembedahan

35

DAFTAR PUSTAKA

1 Soeroso J Isbagio H Kalim H Broto R Pramudiyo R Osteoartritis In

Sudoyo AW Setiyohadi B Alwi I Simadibrata M Setiati S editors Buku

Ajar Ilmu Penyakit Dalam 4th ed Jakarta Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit

Dalam Fakultas Kedokteran Indonesia 2006 p 1195-201

2 Osteoarthritis Wikipedia The Free Encyclopedia [serial on the internet]

2009 [cited 2009 Sep 1] Available from

httpenwikipediaorgwikiOsteoarthritis

3 Reginster JY The Prevalence and Burden of Osteoarthritis Rheumatology

2002 41 (suppl 1) 3 ndash 6

4 Wibowo Dhidik Tri Kurniawan Yusuf Latifah Tati Gunadi Rachmat

Perancangan dan Implementasi Sistem Bantu Diagnosis Penyakit

Osteoartritis dan Reumatoid Artritis Melalui Deteksi Penyempitan Celah

Sendi pada Citra X-Ray Tangan dan Lutut Dalam Temu Ilmiah

Reumatologi Jakarta 2003 168 ndash 172

5 Konggres Nasional Ikatan Reumatologi Indonesia VI httppemda-

diygoidberita 2005 102140

36

6 Arthritis Research Campaign 2000 Available at

httpwwwarcorgukabout_arthastatshtm

7 Felson DT Zhang Y Hannan MT et al The Incidence and Natural

History of Knee Osteoarthritis in the Elderly The Framingham

Osteoarthritis Study Arthritis Rheumatology 1995 38 1500 ndash 1505

8 Felson DT Zhang Y An Update on the Epidemiology of Knee and Hip

Osteoarthritis with a View to Prevention Arthritis Rheumatology 1998

41 1343 ndash 1355

9 Setiyohadi Bambang Osteoartritis Selayang Pandang Dalam Temu Ilmiah

Reumatologi Jakarta 2003 27 ndash 31

10 Klippel John H Dieppe Paul A Brooks Peter et al Osteoarthritis In

Rheumatology United Kingdom Mosby ndash Year Book Europe Limited

1994 21 ndash 106

11 Abbate L Renner JB Stevens J et al Do Body Composition and Body Fat

Distribution Explain Ethnic Differences in Radiographic Knee

Osteoarthritis Outcomes in African -American and Caucasian Women The

North American Association for the Study of Obesity 2006 14 1274 ndash

1281

12 Amin Niu Jingbo Hunter David et al Smoking Worsens Knee

Osteoarthritis News Center Oklahoma City Oklahoma USA 2006 1 ndash 4

13 McAlindon Timothy E Felson David T Zhang Yuqing et al Relation of

Dietary Intake and Serum Levels of Vitamin D to Progression of

Osteoarthritis of the Knee Among Participants in the Framingham Study

14 Englund M and Lohmander LS Patellofemoral Osteoarthritis Coexistent

with Tibiofemoral Osteoarthritis in a Meniscectomy Population Annals of

the Rheumatic Diseases 2005 64 1721 ndash 1726

15 Carter MA Osteoartritis In Price SA Wilson LM Patofisiologi konsep

klinis proses-proses penyakit 6th ed Jakarta EGC 2006 p 1380-4

16 Altman RD Criteria for the Classification of Osteoarthritis Journal of

Rheumatology 1991 27 (suppl) 10 ndash 12

37

17 Milne AD Evans NA Stanish WD Nonoperative Management of Knee

Osteoarthritis In Hartono IM Studi komparasi antara WOMAC index

dengan Kellgren-Lawrence grading system pada penderita osteoarthritis

genu [PPDS1 thesis] Semarang Medical Faculty Diponegoro University

2007 p 12

18 Haq I Murphy E Dacre J Osteoarthritis Review Postgrad Med J 2003

79 377 ndash 383

19 Anonim [1986] Criteria for classification of idiopathic osteoarthtritis (OA)

of the knee American College of Rheumatology [serial on the internet]

2010 [cited 2010 Jan 20] Available from

httpwwwrheumatologyorgpublicationsclassificationoakneeasp

aud=mem

38

  • BAB I
  • ILUSTRASI KASUS
  • 1 Pemeriksaan EKG
  • X ndash Ray Pelvis AP
  • BAB III
  • DISKUSI DAN PEMBAHASAN
Page 26: laporan kasus osteoartritis

Kriteria diagnosis OA lutut menggunakan kriteria klasifikasi American

College of Rheumatology seperti tercantum pada tabel berikut ini 16

Tabel 22 Kriteria Klasifikasi Osteoartritis Lutut

Derajat osteoartritis lutut dinilai menjadi lima derajat oleh Kellgren dan

Lawrence yaitu 17

- Derajat 0 tidak ada gambaran osteoartritis

- Derajat 1 osteoartritis meragukan dengan gambaran sendi normal tetapi

terdapat osteofit minimal

- Derajat 2 osteoartritis minimal dengan osteofit pada 2 tempat tidak terdapat

sklerosis dan kista subkondral serta celah sendi baik

- Derajat 3 osteoartritis moderat dengan osteofit moderat deformitas ujung

tulang dan celah sendi sempit

- Derajat 4 osteoartritis berat dengan osteofit besar deformitas ujung tulang

celah sendi hilang serta adanyasklerosis dan kista subkondral

26

VIIIPenatalaksanaan Osteoarthritis

Tujuan penatalaksanaan pasien dengan osteoarthritis adalah18

1 Meredakan nyeri

2 Mengoptimalkan fungsi sendi

3 Mengurangi ketergantungan kepada orang lain dan meningkatkan

kualitas hidup

4 Menghambat progresivitas penyakit

5 Mencegah terjadinya komplikasi

Pilar terapi pada pasien dengan osteoarthritis yaitu

Nonfarmakologis

1 Modifikasi pola hidup

2 Edukasi

3 Istirahat teratur yang bertujuan mengurangi penggunaan beban pada

sendi

4 Modifikasi aktivitas

5 Menurunkan berat badan

6 Rehabilitasi medik fisioterapi

a Latihan statis dan memperkuat otot-otot

b Fisioterapi yang berguna untuk mengurangi nyeri menguatkan otot

dan menambah luas pergerakan sendi

7 Penggunaan alat bantu

Farmakologis

1 Sistemik

a Analgetik

Non narkotik parasetamol

Opioid (kodein tramadol)

b Antiinflamasi nonsteroid (NSAIDs)

Oral

Injeksi

Suppositoria

27

c DMOADs (disease modifying OA drugs)

Diantara nutraceutical yang saat ini tersedia di Indonesia adalah

Glucosamine sulfate dan Chondroitine sulfate

2 Topikal

a Krim rubefacients dan capsaicin

Beberapa sediaan telah tersedia di Indonesia dengan cara kerja pada

umumnya bersifat counter irritant

b Krim NSAIDs

Beberapa yang dapat digunakan adalah gel piroxicam dan sodium

diklofenak

3 Injeksi intraartikularintra lesi

Pada dasarnya ada 2 indikasi suntikan intra artikular yakni penanganan

simtomatik dengan steroid dan viskosuplementasi dengan hyaluronan

untuk modifikasi perjalanan penyakit Beberapa preparat injeksi

intraartikular diantaranya

a Steroid ( triamsinolone hexacetonide dan methyl prednisolone )

Hanya diberikan jika ada satu atau dua sendi yang mengalami

nyeri dan inflamasi yang kurang responsif terhadap pemberian

NSAIDs tak dapat mentolerir NSAIDs atau ada komorbiditas yang

merupakan kontra indikasi terhadap pemberian NSAIDs

Dosis untuk sendi besar seperti lutut 40-50 mginjeksi

sedangkan untuk sendi-sendi kecil biasanya digunakan dosis 10 mg

b Hyaluronan high molecular weight dan low molecular weight

Diberikan berturut-turut 5 sampai 6 kali dengan interval satu

minggu masing-masing 2 sampai 25 ml Hyaluronan Sediaan di

Indonesia diantaranya adalah Hyalgan dan Osflex

4 Pembedahan

Sebelum diputuskan untuk terapi pembedahan harus dipertimbangkan

terlebih dahulu risiko dan keuntungannya Pertimbangan dilakukan

tindakan operatif bila

28

a Deformitas menimbulkan gangguan mobilisasi

b Nyeri yang tidak dapat teratasi dengan penganan medikamentosa

dan rehabilitatif

Ada 2 tipe terapi pembedahan Realignment osteotomi dan replacement

joint

Macam-macam operasi sendi lutut untuk osteoarthritis

a Partial replacementunicompartemental

b High tibial osteotomy orang muda

c Patella amp condyle resurfacing

d Minimally constrained total replacement stabilitas sendi dilakukan

sebagian oleh ligament asli dan sebagian oleh sendi buatan

e Cinstrained joint fixed hinges dipakai bila ada tulang hilang dan

severe instability

f Total knee replacement apabila didapatkan nyeri deformitas

instability akibat dari rheumatoid atau osteoarthritis

29

Gambar 21 Piramida Penatalaksanaan Osteoartritis

BAB III

DISKUSI DAN PEMBAHASAN

OA adalah penyakit degenerasi kartilago artikuler yang berlangsung secara

perlahan dan ditandai dengan nyeri sendi kekakuan dan keterbatasan gerak yang

berkembang secara progresif Tanda-tanda tersebut ditemukan pada penderita ini

Berdasarkan etiologinya OA diklasifikasikan menjadi dua yaitu OA

primer dan OA sekunder OA primer disebut juga OA idiopatik yaitu OA yang

kausanya tidak diketahui dan tidak ada hubungannya dengan penyakit sistemik

maupun proses perubahan lokal pada sendi OA sekunder adalah OA yang

didasari oleh adanya kelainan endokrin trauma inflamasi metabolik

pertumbuhan herediter jejas mikro dan makro serta imobilisasi yang terlalu lama

faktor mekanik penyakit deposit kalsium penyakit tulang dan sendi lainnya serta

neuropatik endemik Beberapa faktor risiko yang diketahui berhubungan dengan

penyakit OA diantaranya faktor risiko umum yang penting seperti kegemukan

faktor genetik dan jenis kelamin serta beberapa faktor risiko lain seperti usia lebih

dari 40 tahun suku bangsa cedera sendi pekerjaan olahraga kelainan

pertumbuhan kepadatan tulang dan lain-lain Pada penderita ini berdasarkan

30

anamnesis riwayat sosialnya penderita adalah seorang wanita berusia 75 tahun

yang meskipun tidak melakukan pekerjaan yang berat tetapi dirinya tetap

menjalankan pekerjaan rumah tangga (sebelum sakit) yang notabene banyak

menggunakan sendi lutut Selain itu dari pemeriksaan fisik penderita ini juga

mengalami kegemukan Kondisi-kondisi pada penderita ini merupakan faktor

risiko sekunder terjadinya OA Jadi dapat disimpulkan bahwa penyebab OA pada

penderita ini bukan termasuk faktor risiko OA primer

Penderita datang dengan keluhan nyeri pada kedua sendi lutut sejak plusmn 1

tahun SMRS dan puncaknya 2 hari SMRS dimana penderita sudah tidak bisa

berjalan lagi Nyeri sendi merupakan keluhan yang umum terjadi pada penyakit

reumatik seperti artritis gout OA keganasan reumatik septik dan lain

sebagainya Pada penderita ini nyeri terlokalisir pada lutut tanpa adanya nyeri

pada sendi yang lain nyeri bertambah saat melakukan gerakan (seperti berjalan)

dan berkurang apabila beristirahat Tidak ada demam Nyeri tidak menetap

sepanjang hari Nyeri seperti ini biasanya ditemukan pada OA

Penderita juga mengeluh kaku sendi Kaku sendi dirasakan penderita pada

pagi hari Keadaan ini biasanya disebabkan oleh desakan cairan yang berada di

sekitar jaringan yang mengalami inflamasi (kapsul sendi sinovial atau bursa)

Kaku sendi makin nyata pada pagi hari atau setelah istirahat Setelah digerak-

gerakkan cairan akan menyebar dari jaringan yang mengalami inflamasi sehingga

penderita merasa terlepas dari ikatan dan bisa menggerakkan sendinya kembali

Lama kaku sendi pada OA adalah kurang dari 30 menit sedangkan pada AR

minimal satu jam Pada penderita ini kaku sendi juga dirasakan pada pagi hari

selama plusmn 20-30 menit dan menghilang dengan sendirinya bila penderita

menggerakkan kakinya dengan beraktivitas seperti biasa Hal ini sesuai untuk

mendukung keluhan pada penderita OA

Penderita juga mengalami bengkak pada kedua lutut Bengkak dirasakan

oleh penderita sejak 6 bulan SMRS Sendi yang membengkak bisa disebabkan

oleh penonjolan tulang sinovitis efusi dan karena adanya osteofit yang dapat

mengubah permukaan sendi Pada penderita ditemukan osteofit pada pemeriksaan

rontgent

31

29

Pemeriksaan fisik lokalis pada kedua sendi lutut didapatkan pada

inspeksi didapatkan pembesaran bengkak pada kedua sendi lutut dengan tidak

ada perubahan warna kulit Palpasi pada kedua sendi lutut didapatkan nyeri tekan

dan pada perabaan dirasakan hangat Pemeriksaan gerak sendi didapat

keterbatasan gerak fleksi yaitu hanya dapat mengerakkan lutut sebesar 60deg

Hambatan gerak terutama disebabkan oleh adanya remodelling osteofit penebalan

kapsul dan juga adanya efusi Pada auskultasi sendi lutut penderita ditemukan

adanya krepitasi dimana terdengar suara gemeretak ldquokretek-kretekrdquo seperti suara

krupuk yang diremukkan Gejala ini mungkin disebabkan karena gesekan kedua

permukaan tulang sendi yang irregular pada saat sendi digerakkan ataupun secara

pasif dimanipulasi

Pemeriksaan radiologis pada penderita ini didapatkan adanya gambaran

berupa penyempitan sendi dan osteofit pada pinggir sendi Menipisnya rawan

sendi diawali dengan retak dan terbelahnya permukaan sendi di beberapa tempat

yang kemudian menyatu dan disebut sebagai fibrilasi Di lain pihak pada tulang

akan terjadi pula perubahan sebagai reaksi tubuh untuk memperbaiki kerusakan

Perubahan itu adalah penebalan tulang subkondral dan pembentukan osteofit

marginal disusul kemudian dengan perubahan komposisi molekular dan struktur

tulang Penipisan kartilago sendi akibat proses degeneratif memberi gambaran

penyempitan celah sendi yang tidak simetris pada foto polos radiologi Fungsi

kartilago sendi berkurang bahkan menghilang mengakibatkan beban stres di

daerah subkhondral bertambah Beberapa subkhondral tersebut dapat diamati pada

poto polos radiologi berupa pembentukan osteofit sklerotik subkhondral maupun

pembentukan kista subkhondral Pada penderita ini ditemukan adanya

pembentukan osteofit pada condylus lateralis dan medialis os tibio femoralis

Pada OA anamnesa (gejala klinis) pemeriksaan fisik dan pemeriksaan

radiologi sudah dapat menunjang penegakan diagnosis Hasil pemeriksaan

laboratorium pada OA biasanya tidak banyak berguna Darah tepi (Hb Leukosit

dan LED) dalam batas normal kecuali OA generalisata yang harus dibedakan

dengan arthritis peradangan Pada OA yang disertai peradangan mungkin

didapatkan penurunan viskositas pleositosis sedang hingga ringan serta

32

peningkatan ringan sel radang (lt8000m) gt1 Pada penderita ini dilakukan

pemeriksaan laboratorium darah lengkap kimia darah dan urin lengkap karena

pemeriksaan tersebut merupakan pemeriksaan rutin Dari hasil pemeriksaan

laboratorium pada penderita ini tidak ditemukan adanya kelainan

Diagnosis OA sudah bisa ditegakkan secara klinis dengan memakai

kriteria OA yang dibuat oleh Subcommittee American College of Rheumatology

(ACR) Kriteria OA lutut secara klinis laboratorium dan radiologis adalah adanya

nyeri lutut osteofit dan salah satu dari tanda berikut yaitu usia lebih dari 50

tahun kaku sendi kurang dari 30 menit atau adanya krepitus Pada penderita ini

wanita berusia 75 tahun ditemukan memiliki keluhan nyeri kedua sendi lutut

terdapat kaku sendi selama 20-30 menit terdapat krepitus dan pada pemeriksaan

radiologi ditemukan adanya osteofit

Pengelolaan penderita dengan OA bertujuan untuk menghilangkan

keluhan mengoptimalkan fungsi sendi mengurangi ketergantungan dan

meningkatkan kualitas hidup menghambat progresivitas penyakit dan mencegah

komplikasi Pilar terapi OA non farmakologis (edukasi terapi fisik

dietpenurunan berat badan) farmakologis (analgetik kortikosteroid lokal

sistemik kondroprotektif dan biologik) dan pembedahan

Edukasi sangat penting bagi semua pasien OA Dua hal yang menjadi

tujuan edukasi adalah bagaimana mengatasi nyeri dan disabilitas Pemberian

edukasi pada penderita ini sangat penting karena dengan edukasi diharapkan

pengetahuan penderita mengenai penyakit OA menjadi meningkat dan pengobatan

menjadi lebih mudah serta dapat diajak bersama-sama untuk mencegah kerusakan

organ sendi lebih lanjut Edukasi yang diberikan pada penderita ini yaitu

memberikan pengertian bahwa OA adalah penyakit yang kronik sehingga perlu

dipahami bahwa mungkin dalam derajat tertentu akan tetap ada rasa nyeri kaku

dan keterbatasan gerak serta fungsi Selain itu agar rasa nyeri dapat berkurang

maka penderita hendaknya mengurangi aktivitaspekerjaannya sehingga tidak

terlalu banyak menggunakan sendi lutut dan lebih banyak beristirahat Penderita

juga disarankan untuk kembali kontrol sehingga dapat diketahui apakah

33

penyakitnya sudah membaik atau ternyata ada efek samping akibat obat yang

diberikan

Terapi fisik bertujuan untuk melatih penderita agar persendiannya tetap

dapat dipakai dan melatih penderita untuk melindungi sendi yang sakit Pada

penderita ini dianjurkan untuk berolah raga tapi olah raga yang memperberat

sendi sebaiknya dihindari seperti lari atau joging Hal ini dikarenakan dapat

menambah inflamasi meningkatkan tekanan intraartikular bila ada efusi sendi dan

bahkan bisa menyebabkan robekan kapsul sendi Untuk mencegah risiko

terjadinya kecacatan pada sendi sebaiknya dilakukan olah raga peregangan otot

seperti mQuadrisep femoris dengan peregangan otot diharapkan dapat membantu

dalam peningkatan fungsi sendi secara keseluruhan dan mengurangi nyeri Pada

penderita ini disarankan untuk senam lantai 3 kali seminggu dimana pasien

mengambil posisi terlentang sambil meregangkan lututnya dengan cara

mengangkat kaki dan secara perlahan menekuk dan meluruskan lututnya Olah

raga ini sangat mudah dilakukan apalagi mengingat usia penderita yang sudah

mencapai 75 tahun

Diet bertujuan untuk menurunkan berat badan pada penderita OA yang

gemuk Hal ini sebaiknya menjadi program utama pengobatan OA Penurunan

berat badan seringkali dapat mengurangi keluhan dan peradangan Selain itu

obesitas juga dapat meningkatkan risiko progresifitas dari OA Pada penderita ini

disarankan untuk mengurangi berat badan dengan mengatur diet rendah kalori

sampai mungkin mendekati berat badan ideal Dimana prinsipnya adalah

mengurangi kalori yang masuk dibawah energi yang dibutuhkan Penurunan

energi intake yang aman dianjurkan pemberian defisit energi antara 500-1000

kalori perhari sehingga diharapkan akan terjadi pembakaran lemak tubuh dan

penurunan berat badan 05 ndash 1 kg per minggu Biasanya intake energi diberikan

1200-1300 kal per hari dan paling rendah 800 kal per hari Formula yang dapat

digunakan untuk kebutuhan energi berdasarkan berat badan adalah 22kalkgBB

aktualhari dengan cara ini didapatkan defisit energi 1000 kalhari Pada penderita

ini dianjurkan untuk diet 1400 kal perhari agar mencapai BB idealnya yakni

setidaknya mencapai 55 kg Namun cara ini juga memerlukan kehati ndash hatian

34

dikarenakan usia penderita dan daya tahan tubuhnya yang memang sudah tidak

mendukung untuk melakukan usaha diit

Terapi farmakologis pada penderita OA biasanya bersifat simptomatis

Pada tahap awal dapat dicoba analgetik sederhana seperti asetaminofen atau

salisilat Bila tidak ada perbaikan dapat diberikan obat anti inflamasi non steroid

Untuk mengurangi keluhan nyeri pada penderita ini telah diberikan pengobatan

langsung dengan obat anti inflamasi non steroid seperti Na-diklofenak dengan

dosis 3times50 mg tanpa menggunakan obat lini pertama Hal ini dikarenakan keluhan

pada penderita ini sudah cukup berat ditambah pula adanya bengkak dan rasa

hangat di lutut yang tidak hilang dengan obat analgetik sederhana ( seperti yang

biasa dikonsumsi penderita) Na-diklofenak merupakan obat golongan OAINS

COX-1 inhibitor yang non-selektif dimana obat ini diberikan pada penderita

karena tidak terdapat riwayat pernah menderita gangguan gastrointestinal Namun

mengingat usia penderita yang memang sudah lanjut maka penderita juga

diberikan obat pelapis lambung untuk menjaga kondisi saluran pencernaannya Di

sini penderita diberikan obat golongan PPI (Omeprazole 2 x 20 mg) Setelah

dievaluasi beberapa hari ternyata keluhan nyeri dan bengkak pada penderita tidak

kunjung ada perubahan maka ditambahkan pula obat steroid injeksi dimana

pilihannya adalah InjTriamcinolon 1 Amp24 jam (Inj Flamicort) Selain itu

pasien juga dikonsulkan ke spesialis rehabilitasi medis untuk dilakukan

fisioterapi

Terapi pembedahan Terapi ini diberikan apabila terapi farmakologis dan

rehabilitasi tidak berhasil untuk mengurangi rasa sakit dan juga untuk melakukan

koreksi apabila terjadi deformitas yang menimbulkan gangguan mobilisasi sendi

yang mengganggu aktifitas sehari-hari Pada penderita ini tidak sampai dilakukan

terapi pembedahan

35

DAFTAR PUSTAKA

1 Soeroso J Isbagio H Kalim H Broto R Pramudiyo R Osteoartritis In

Sudoyo AW Setiyohadi B Alwi I Simadibrata M Setiati S editors Buku

Ajar Ilmu Penyakit Dalam 4th ed Jakarta Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit

Dalam Fakultas Kedokteran Indonesia 2006 p 1195-201

2 Osteoarthritis Wikipedia The Free Encyclopedia [serial on the internet]

2009 [cited 2009 Sep 1] Available from

httpenwikipediaorgwikiOsteoarthritis

3 Reginster JY The Prevalence and Burden of Osteoarthritis Rheumatology

2002 41 (suppl 1) 3 ndash 6

4 Wibowo Dhidik Tri Kurniawan Yusuf Latifah Tati Gunadi Rachmat

Perancangan dan Implementasi Sistem Bantu Diagnosis Penyakit

Osteoartritis dan Reumatoid Artritis Melalui Deteksi Penyempitan Celah

Sendi pada Citra X-Ray Tangan dan Lutut Dalam Temu Ilmiah

Reumatologi Jakarta 2003 168 ndash 172

5 Konggres Nasional Ikatan Reumatologi Indonesia VI httppemda-

diygoidberita 2005 102140

36

6 Arthritis Research Campaign 2000 Available at

httpwwwarcorgukabout_arthastatshtm

7 Felson DT Zhang Y Hannan MT et al The Incidence and Natural

History of Knee Osteoarthritis in the Elderly The Framingham

Osteoarthritis Study Arthritis Rheumatology 1995 38 1500 ndash 1505

8 Felson DT Zhang Y An Update on the Epidemiology of Knee and Hip

Osteoarthritis with a View to Prevention Arthritis Rheumatology 1998

41 1343 ndash 1355

9 Setiyohadi Bambang Osteoartritis Selayang Pandang Dalam Temu Ilmiah

Reumatologi Jakarta 2003 27 ndash 31

10 Klippel John H Dieppe Paul A Brooks Peter et al Osteoarthritis In

Rheumatology United Kingdom Mosby ndash Year Book Europe Limited

1994 21 ndash 106

11 Abbate L Renner JB Stevens J et al Do Body Composition and Body Fat

Distribution Explain Ethnic Differences in Radiographic Knee

Osteoarthritis Outcomes in African -American and Caucasian Women The

North American Association for the Study of Obesity 2006 14 1274 ndash

1281

12 Amin Niu Jingbo Hunter David et al Smoking Worsens Knee

Osteoarthritis News Center Oklahoma City Oklahoma USA 2006 1 ndash 4

13 McAlindon Timothy E Felson David T Zhang Yuqing et al Relation of

Dietary Intake and Serum Levels of Vitamin D to Progression of

Osteoarthritis of the Knee Among Participants in the Framingham Study

14 Englund M and Lohmander LS Patellofemoral Osteoarthritis Coexistent

with Tibiofemoral Osteoarthritis in a Meniscectomy Population Annals of

the Rheumatic Diseases 2005 64 1721 ndash 1726

15 Carter MA Osteoartritis In Price SA Wilson LM Patofisiologi konsep

klinis proses-proses penyakit 6th ed Jakarta EGC 2006 p 1380-4

16 Altman RD Criteria for the Classification of Osteoarthritis Journal of

Rheumatology 1991 27 (suppl) 10 ndash 12

37

17 Milne AD Evans NA Stanish WD Nonoperative Management of Knee

Osteoarthritis In Hartono IM Studi komparasi antara WOMAC index

dengan Kellgren-Lawrence grading system pada penderita osteoarthritis

genu [PPDS1 thesis] Semarang Medical Faculty Diponegoro University

2007 p 12

18 Haq I Murphy E Dacre J Osteoarthritis Review Postgrad Med J 2003

79 377 ndash 383

19 Anonim [1986] Criteria for classification of idiopathic osteoarthtritis (OA)

of the knee American College of Rheumatology [serial on the internet]

2010 [cited 2010 Jan 20] Available from

httpwwwrheumatologyorgpublicationsclassificationoakneeasp

aud=mem

38

  • BAB I
  • ILUSTRASI KASUS
  • 1 Pemeriksaan EKG
  • X ndash Ray Pelvis AP
  • BAB III
  • DISKUSI DAN PEMBAHASAN
Page 27: laporan kasus osteoartritis

VIIIPenatalaksanaan Osteoarthritis

Tujuan penatalaksanaan pasien dengan osteoarthritis adalah18

1 Meredakan nyeri

2 Mengoptimalkan fungsi sendi

3 Mengurangi ketergantungan kepada orang lain dan meningkatkan

kualitas hidup

4 Menghambat progresivitas penyakit

5 Mencegah terjadinya komplikasi

Pilar terapi pada pasien dengan osteoarthritis yaitu

Nonfarmakologis

1 Modifikasi pola hidup

2 Edukasi

3 Istirahat teratur yang bertujuan mengurangi penggunaan beban pada

sendi

4 Modifikasi aktivitas

5 Menurunkan berat badan

6 Rehabilitasi medik fisioterapi

a Latihan statis dan memperkuat otot-otot

b Fisioterapi yang berguna untuk mengurangi nyeri menguatkan otot

dan menambah luas pergerakan sendi

7 Penggunaan alat bantu

Farmakologis

1 Sistemik

a Analgetik

Non narkotik parasetamol

Opioid (kodein tramadol)

b Antiinflamasi nonsteroid (NSAIDs)

Oral

Injeksi

Suppositoria

27

c DMOADs (disease modifying OA drugs)

Diantara nutraceutical yang saat ini tersedia di Indonesia adalah

Glucosamine sulfate dan Chondroitine sulfate

2 Topikal

a Krim rubefacients dan capsaicin

Beberapa sediaan telah tersedia di Indonesia dengan cara kerja pada

umumnya bersifat counter irritant

b Krim NSAIDs

Beberapa yang dapat digunakan adalah gel piroxicam dan sodium

diklofenak

3 Injeksi intraartikularintra lesi

Pada dasarnya ada 2 indikasi suntikan intra artikular yakni penanganan

simtomatik dengan steroid dan viskosuplementasi dengan hyaluronan

untuk modifikasi perjalanan penyakit Beberapa preparat injeksi

intraartikular diantaranya

a Steroid ( triamsinolone hexacetonide dan methyl prednisolone )

Hanya diberikan jika ada satu atau dua sendi yang mengalami

nyeri dan inflamasi yang kurang responsif terhadap pemberian

NSAIDs tak dapat mentolerir NSAIDs atau ada komorbiditas yang

merupakan kontra indikasi terhadap pemberian NSAIDs

Dosis untuk sendi besar seperti lutut 40-50 mginjeksi

sedangkan untuk sendi-sendi kecil biasanya digunakan dosis 10 mg

b Hyaluronan high molecular weight dan low molecular weight

Diberikan berturut-turut 5 sampai 6 kali dengan interval satu

minggu masing-masing 2 sampai 25 ml Hyaluronan Sediaan di

Indonesia diantaranya adalah Hyalgan dan Osflex

4 Pembedahan

Sebelum diputuskan untuk terapi pembedahan harus dipertimbangkan

terlebih dahulu risiko dan keuntungannya Pertimbangan dilakukan

tindakan operatif bila

28

a Deformitas menimbulkan gangguan mobilisasi

b Nyeri yang tidak dapat teratasi dengan penganan medikamentosa

dan rehabilitatif

Ada 2 tipe terapi pembedahan Realignment osteotomi dan replacement

joint

Macam-macam operasi sendi lutut untuk osteoarthritis

a Partial replacementunicompartemental

b High tibial osteotomy orang muda

c Patella amp condyle resurfacing

d Minimally constrained total replacement stabilitas sendi dilakukan

sebagian oleh ligament asli dan sebagian oleh sendi buatan

e Cinstrained joint fixed hinges dipakai bila ada tulang hilang dan

severe instability

f Total knee replacement apabila didapatkan nyeri deformitas

instability akibat dari rheumatoid atau osteoarthritis

29

Gambar 21 Piramida Penatalaksanaan Osteoartritis

BAB III

DISKUSI DAN PEMBAHASAN

OA adalah penyakit degenerasi kartilago artikuler yang berlangsung secara

perlahan dan ditandai dengan nyeri sendi kekakuan dan keterbatasan gerak yang

berkembang secara progresif Tanda-tanda tersebut ditemukan pada penderita ini

Berdasarkan etiologinya OA diklasifikasikan menjadi dua yaitu OA

primer dan OA sekunder OA primer disebut juga OA idiopatik yaitu OA yang

kausanya tidak diketahui dan tidak ada hubungannya dengan penyakit sistemik

maupun proses perubahan lokal pada sendi OA sekunder adalah OA yang

didasari oleh adanya kelainan endokrin trauma inflamasi metabolik

pertumbuhan herediter jejas mikro dan makro serta imobilisasi yang terlalu lama

faktor mekanik penyakit deposit kalsium penyakit tulang dan sendi lainnya serta

neuropatik endemik Beberapa faktor risiko yang diketahui berhubungan dengan

penyakit OA diantaranya faktor risiko umum yang penting seperti kegemukan

faktor genetik dan jenis kelamin serta beberapa faktor risiko lain seperti usia lebih

dari 40 tahun suku bangsa cedera sendi pekerjaan olahraga kelainan

pertumbuhan kepadatan tulang dan lain-lain Pada penderita ini berdasarkan

30

anamnesis riwayat sosialnya penderita adalah seorang wanita berusia 75 tahun

yang meskipun tidak melakukan pekerjaan yang berat tetapi dirinya tetap

menjalankan pekerjaan rumah tangga (sebelum sakit) yang notabene banyak

menggunakan sendi lutut Selain itu dari pemeriksaan fisik penderita ini juga

mengalami kegemukan Kondisi-kondisi pada penderita ini merupakan faktor

risiko sekunder terjadinya OA Jadi dapat disimpulkan bahwa penyebab OA pada

penderita ini bukan termasuk faktor risiko OA primer

Penderita datang dengan keluhan nyeri pada kedua sendi lutut sejak plusmn 1

tahun SMRS dan puncaknya 2 hari SMRS dimana penderita sudah tidak bisa

berjalan lagi Nyeri sendi merupakan keluhan yang umum terjadi pada penyakit

reumatik seperti artritis gout OA keganasan reumatik septik dan lain

sebagainya Pada penderita ini nyeri terlokalisir pada lutut tanpa adanya nyeri

pada sendi yang lain nyeri bertambah saat melakukan gerakan (seperti berjalan)

dan berkurang apabila beristirahat Tidak ada demam Nyeri tidak menetap

sepanjang hari Nyeri seperti ini biasanya ditemukan pada OA

Penderita juga mengeluh kaku sendi Kaku sendi dirasakan penderita pada

pagi hari Keadaan ini biasanya disebabkan oleh desakan cairan yang berada di

sekitar jaringan yang mengalami inflamasi (kapsul sendi sinovial atau bursa)

Kaku sendi makin nyata pada pagi hari atau setelah istirahat Setelah digerak-

gerakkan cairan akan menyebar dari jaringan yang mengalami inflamasi sehingga

penderita merasa terlepas dari ikatan dan bisa menggerakkan sendinya kembali

Lama kaku sendi pada OA adalah kurang dari 30 menit sedangkan pada AR

minimal satu jam Pada penderita ini kaku sendi juga dirasakan pada pagi hari

selama plusmn 20-30 menit dan menghilang dengan sendirinya bila penderita

menggerakkan kakinya dengan beraktivitas seperti biasa Hal ini sesuai untuk

mendukung keluhan pada penderita OA

Penderita juga mengalami bengkak pada kedua lutut Bengkak dirasakan

oleh penderita sejak 6 bulan SMRS Sendi yang membengkak bisa disebabkan

oleh penonjolan tulang sinovitis efusi dan karena adanya osteofit yang dapat

mengubah permukaan sendi Pada penderita ditemukan osteofit pada pemeriksaan

rontgent

31

29

Pemeriksaan fisik lokalis pada kedua sendi lutut didapatkan pada

inspeksi didapatkan pembesaran bengkak pada kedua sendi lutut dengan tidak

ada perubahan warna kulit Palpasi pada kedua sendi lutut didapatkan nyeri tekan

dan pada perabaan dirasakan hangat Pemeriksaan gerak sendi didapat

keterbatasan gerak fleksi yaitu hanya dapat mengerakkan lutut sebesar 60deg

Hambatan gerak terutama disebabkan oleh adanya remodelling osteofit penebalan

kapsul dan juga adanya efusi Pada auskultasi sendi lutut penderita ditemukan

adanya krepitasi dimana terdengar suara gemeretak ldquokretek-kretekrdquo seperti suara

krupuk yang diremukkan Gejala ini mungkin disebabkan karena gesekan kedua

permukaan tulang sendi yang irregular pada saat sendi digerakkan ataupun secara

pasif dimanipulasi

Pemeriksaan radiologis pada penderita ini didapatkan adanya gambaran

berupa penyempitan sendi dan osteofit pada pinggir sendi Menipisnya rawan

sendi diawali dengan retak dan terbelahnya permukaan sendi di beberapa tempat

yang kemudian menyatu dan disebut sebagai fibrilasi Di lain pihak pada tulang

akan terjadi pula perubahan sebagai reaksi tubuh untuk memperbaiki kerusakan

Perubahan itu adalah penebalan tulang subkondral dan pembentukan osteofit

marginal disusul kemudian dengan perubahan komposisi molekular dan struktur

tulang Penipisan kartilago sendi akibat proses degeneratif memberi gambaran

penyempitan celah sendi yang tidak simetris pada foto polos radiologi Fungsi

kartilago sendi berkurang bahkan menghilang mengakibatkan beban stres di

daerah subkhondral bertambah Beberapa subkhondral tersebut dapat diamati pada

poto polos radiologi berupa pembentukan osteofit sklerotik subkhondral maupun

pembentukan kista subkhondral Pada penderita ini ditemukan adanya

pembentukan osteofit pada condylus lateralis dan medialis os tibio femoralis

Pada OA anamnesa (gejala klinis) pemeriksaan fisik dan pemeriksaan

radiologi sudah dapat menunjang penegakan diagnosis Hasil pemeriksaan

laboratorium pada OA biasanya tidak banyak berguna Darah tepi (Hb Leukosit

dan LED) dalam batas normal kecuali OA generalisata yang harus dibedakan

dengan arthritis peradangan Pada OA yang disertai peradangan mungkin

didapatkan penurunan viskositas pleositosis sedang hingga ringan serta

32

peningkatan ringan sel radang (lt8000m) gt1 Pada penderita ini dilakukan

pemeriksaan laboratorium darah lengkap kimia darah dan urin lengkap karena

pemeriksaan tersebut merupakan pemeriksaan rutin Dari hasil pemeriksaan

laboratorium pada penderita ini tidak ditemukan adanya kelainan

Diagnosis OA sudah bisa ditegakkan secara klinis dengan memakai

kriteria OA yang dibuat oleh Subcommittee American College of Rheumatology

(ACR) Kriteria OA lutut secara klinis laboratorium dan radiologis adalah adanya

nyeri lutut osteofit dan salah satu dari tanda berikut yaitu usia lebih dari 50

tahun kaku sendi kurang dari 30 menit atau adanya krepitus Pada penderita ini

wanita berusia 75 tahun ditemukan memiliki keluhan nyeri kedua sendi lutut

terdapat kaku sendi selama 20-30 menit terdapat krepitus dan pada pemeriksaan

radiologi ditemukan adanya osteofit

Pengelolaan penderita dengan OA bertujuan untuk menghilangkan

keluhan mengoptimalkan fungsi sendi mengurangi ketergantungan dan

meningkatkan kualitas hidup menghambat progresivitas penyakit dan mencegah

komplikasi Pilar terapi OA non farmakologis (edukasi terapi fisik

dietpenurunan berat badan) farmakologis (analgetik kortikosteroid lokal

sistemik kondroprotektif dan biologik) dan pembedahan

Edukasi sangat penting bagi semua pasien OA Dua hal yang menjadi

tujuan edukasi adalah bagaimana mengatasi nyeri dan disabilitas Pemberian

edukasi pada penderita ini sangat penting karena dengan edukasi diharapkan

pengetahuan penderita mengenai penyakit OA menjadi meningkat dan pengobatan

menjadi lebih mudah serta dapat diajak bersama-sama untuk mencegah kerusakan

organ sendi lebih lanjut Edukasi yang diberikan pada penderita ini yaitu

memberikan pengertian bahwa OA adalah penyakit yang kronik sehingga perlu

dipahami bahwa mungkin dalam derajat tertentu akan tetap ada rasa nyeri kaku

dan keterbatasan gerak serta fungsi Selain itu agar rasa nyeri dapat berkurang

maka penderita hendaknya mengurangi aktivitaspekerjaannya sehingga tidak

terlalu banyak menggunakan sendi lutut dan lebih banyak beristirahat Penderita

juga disarankan untuk kembali kontrol sehingga dapat diketahui apakah

33

penyakitnya sudah membaik atau ternyata ada efek samping akibat obat yang

diberikan

Terapi fisik bertujuan untuk melatih penderita agar persendiannya tetap

dapat dipakai dan melatih penderita untuk melindungi sendi yang sakit Pada

penderita ini dianjurkan untuk berolah raga tapi olah raga yang memperberat

sendi sebaiknya dihindari seperti lari atau joging Hal ini dikarenakan dapat

menambah inflamasi meningkatkan tekanan intraartikular bila ada efusi sendi dan

bahkan bisa menyebabkan robekan kapsul sendi Untuk mencegah risiko

terjadinya kecacatan pada sendi sebaiknya dilakukan olah raga peregangan otot

seperti mQuadrisep femoris dengan peregangan otot diharapkan dapat membantu

dalam peningkatan fungsi sendi secara keseluruhan dan mengurangi nyeri Pada

penderita ini disarankan untuk senam lantai 3 kali seminggu dimana pasien

mengambil posisi terlentang sambil meregangkan lututnya dengan cara

mengangkat kaki dan secara perlahan menekuk dan meluruskan lututnya Olah

raga ini sangat mudah dilakukan apalagi mengingat usia penderita yang sudah

mencapai 75 tahun

Diet bertujuan untuk menurunkan berat badan pada penderita OA yang

gemuk Hal ini sebaiknya menjadi program utama pengobatan OA Penurunan

berat badan seringkali dapat mengurangi keluhan dan peradangan Selain itu

obesitas juga dapat meningkatkan risiko progresifitas dari OA Pada penderita ini

disarankan untuk mengurangi berat badan dengan mengatur diet rendah kalori

sampai mungkin mendekati berat badan ideal Dimana prinsipnya adalah

mengurangi kalori yang masuk dibawah energi yang dibutuhkan Penurunan

energi intake yang aman dianjurkan pemberian defisit energi antara 500-1000

kalori perhari sehingga diharapkan akan terjadi pembakaran lemak tubuh dan

penurunan berat badan 05 ndash 1 kg per minggu Biasanya intake energi diberikan

1200-1300 kal per hari dan paling rendah 800 kal per hari Formula yang dapat

digunakan untuk kebutuhan energi berdasarkan berat badan adalah 22kalkgBB

aktualhari dengan cara ini didapatkan defisit energi 1000 kalhari Pada penderita

ini dianjurkan untuk diet 1400 kal perhari agar mencapai BB idealnya yakni

setidaknya mencapai 55 kg Namun cara ini juga memerlukan kehati ndash hatian

34

dikarenakan usia penderita dan daya tahan tubuhnya yang memang sudah tidak

mendukung untuk melakukan usaha diit

Terapi farmakologis pada penderita OA biasanya bersifat simptomatis

Pada tahap awal dapat dicoba analgetik sederhana seperti asetaminofen atau

salisilat Bila tidak ada perbaikan dapat diberikan obat anti inflamasi non steroid

Untuk mengurangi keluhan nyeri pada penderita ini telah diberikan pengobatan

langsung dengan obat anti inflamasi non steroid seperti Na-diklofenak dengan

dosis 3times50 mg tanpa menggunakan obat lini pertama Hal ini dikarenakan keluhan

pada penderita ini sudah cukup berat ditambah pula adanya bengkak dan rasa

hangat di lutut yang tidak hilang dengan obat analgetik sederhana ( seperti yang

biasa dikonsumsi penderita) Na-diklofenak merupakan obat golongan OAINS

COX-1 inhibitor yang non-selektif dimana obat ini diberikan pada penderita

karena tidak terdapat riwayat pernah menderita gangguan gastrointestinal Namun

mengingat usia penderita yang memang sudah lanjut maka penderita juga

diberikan obat pelapis lambung untuk menjaga kondisi saluran pencernaannya Di

sini penderita diberikan obat golongan PPI (Omeprazole 2 x 20 mg) Setelah

dievaluasi beberapa hari ternyata keluhan nyeri dan bengkak pada penderita tidak

kunjung ada perubahan maka ditambahkan pula obat steroid injeksi dimana

pilihannya adalah InjTriamcinolon 1 Amp24 jam (Inj Flamicort) Selain itu

pasien juga dikonsulkan ke spesialis rehabilitasi medis untuk dilakukan

fisioterapi

Terapi pembedahan Terapi ini diberikan apabila terapi farmakologis dan

rehabilitasi tidak berhasil untuk mengurangi rasa sakit dan juga untuk melakukan

koreksi apabila terjadi deformitas yang menimbulkan gangguan mobilisasi sendi

yang mengganggu aktifitas sehari-hari Pada penderita ini tidak sampai dilakukan

terapi pembedahan

35

DAFTAR PUSTAKA

1 Soeroso J Isbagio H Kalim H Broto R Pramudiyo R Osteoartritis In

Sudoyo AW Setiyohadi B Alwi I Simadibrata M Setiati S editors Buku

Ajar Ilmu Penyakit Dalam 4th ed Jakarta Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit

Dalam Fakultas Kedokteran Indonesia 2006 p 1195-201

2 Osteoarthritis Wikipedia The Free Encyclopedia [serial on the internet]

2009 [cited 2009 Sep 1] Available from

httpenwikipediaorgwikiOsteoarthritis

3 Reginster JY The Prevalence and Burden of Osteoarthritis Rheumatology

2002 41 (suppl 1) 3 ndash 6

4 Wibowo Dhidik Tri Kurniawan Yusuf Latifah Tati Gunadi Rachmat

Perancangan dan Implementasi Sistem Bantu Diagnosis Penyakit

Osteoartritis dan Reumatoid Artritis Melalui Deteksi Penyempitan Celah

Sendi pada Citra X-Ray Tangan dan Lutut Dalam Temu Ilmiah

Reumatologi Jakarta 2003 168 ndash 172

5 Konggres Nasional Ikatan Reumatologi Indonesia VI httppemda-

diygoidberita 2005 102140

36

6 Arthritis Research Campaign 2000 Available at

httpwwwarcorgukabout_arthastatshtm

7 Felson DT Zhang Y Hannan MT et al The Incidence and Natural

History of Knee Osteoarthritis in the Elderly The Framingham

Osteoarthritis Study Arthritis Rheumatology 1995 38 1500 ndash 1505

8 Felson DT Zhang Y An Update on the Epidemiology of Knee and Hip

Osteoarthritis with a View to Prevention Arthritis Rheumatology 1998

41 1343 ndash 1355

9 Setiyohadi Bambang Osteoartritis Selayang Pandang Dalam Temu Ilmiah

Reumatologi Jakarta 2003 27 ndash 31

10 Klippel John H Dieppe Paul A Brooks Peter et al Osteoarthritis In

Rheumatology United Kingdom Mosby ndash Year Book Europe Limited

1994 21 ndash 106

11 Abbate L Renner JB Stevens J et al Do Body Composition and Body Fat

Distribution Explain Ethnic Differences in Radiographic Knee

Osteoarthritis Outcomes in African -American and Caucasian Women The

North American Association for the Study of Obesity 2006 14 1274 ndash

1281

12 Amin Niu Jingbo Hunter David et al Smoking Worsens Knee

Osteoarthritis News Center Oklahoma City Oklahoma USA 2006 1 ndash 4

13 McAlindon Timothy E Felson David T Zhang Yuqing et al Relation of

Dietary Intake and Serum Levels of Vitamin D to Progression of

Osteoarthritis of the Knee Among Participants in the Framingham Study

14 Englund M and Lohmander LS Patellofemoral Osteoarthritis Coexistent

with Tibiofemoral Osteoarthritis in a Meniscectomy Population Annals of

the Rheumatic Diseases 2005 64 1721 ndash 1726

15 Carter MA Osteoartritis In Price SA Wilson LM Patofisiologi konsep

klinis proses-proses penyakit 6th ed Jakarta EGC 2006 p 1380-4

16 Altman RD Criteria for the Classification of Osteoarthritis Journal of

Rheumatology 1991 27 (suppl) 10 ndash 12

37

17 Milne AD Evans NA Stanish WD Nonoperative Management of Knee

Osteoarthritis In Hartono IM Studi komparasi antara WOMAC index

dengan Kellgren-Lawrence grading system pada penderita osteoarthritis

genu [PPDS1 thesis] Semarang Medical Faculty Diponegoro University

2007 p 12

18 Haq I Murphy E Dacre J Osteoarthritis Review Postgrad Med J 2003

79 377 ndash 383

19 Anonim [1986] Criteria for classification of idiopathic osteoarthtritis (OA)

of the knee American College of Rheumatology [serial on the internet]

2010 [cited 2010 Jan 20] Available from

httpwwwrheumatologyorgpublicationsclassificationoakneeasp

aud=mem

38

  • BAB I
  • ILUSTRASI KASUS
  • 1 Pemeriksaan EKG
  • X ndash Ray Pelvis AP
  • BAB III
  • DISKUSI DAN PEMBAHASAN
Page 28: laporan kasus osteoartritis

c DMOADs (disease modifying OA drugs)

Diantara nutraceutical yang saat ini tersedia di Indonesia adalah

Glucosamine sulfate dan Chondroitine sulfate

2 Topikal

a Krim rubefacients dan capsaicin

Beberapa sediaan telah tersedia di Indonesia dengan cara kerja pada

umumnya bersifat counter irritant

b Krim NSAIDs

Beberapa yang dapat digunakan adalah gel piroxicam dan sodium

diklofenak

3 Injeksi intraartikularintra lesi

Pada dasarnya ada 2 indikasi suntikan intra artikular yakni penanganan

simtomatik dengan steroid dan viskosuplementasi dengan hyaluronan

untuk modifikasi perjalanan penyakit Beberapa preparat injeksi

intraartikular diantaranya

a Steroid ( triamsinolone hexacetonide dan methyl prednisolone )

Hanya diberikan jika ada satu atau dua sendi yang mengalami

nyeri dan inflamasi yang kurang responsif terhadap pemberian

NSAIDs tak dapat mentolerir NSAIDs atau ada komorbiditas yang

merupakan kontra indikasi terhadap pemberian NSAIDs

Dosis untuk sendi besar seperti lutut 40-50 mginjeksi

sedangkan untuk sendi-sendi kecil biasanya digunakan dosis 10 mg

b Hyaluronan high molecular weight dan low molecular weight

Diberikan berturut-turut 5 sampai 6 kali dengan interval satu

minggu masing-masing 2 sampai 25 ml Hyaluronan Sediaan di

Indonesia diantaranya adalah Hyalgan dan Osflex

4 Pembedahan

Sebelum diputuskan untuk terapi pembedahan harus dipertimbangkan

terlebih dahulu risiko dan keuntungannya Pertimbangan dilakukan

tindakan operatif bila

28

a Deformitas menimbulkan gangguan mobilisasi

b Nyeri yang tidak dapat teratasi dengan penganan medikamentosa

dan rehabilitatif

Ada 2 tipe terapi pembedahan Realignment osteotomi dan replacement

joint

Macam-macam operasi sendi lutut untuk osteoarthritis

a Partial replacementunicompartemental

b High tibial osteotomy orang muda

c Patella amp condyle resurfacing

d Minimally constrained total replacement stabilitas sendi dilakukan

sebagian oleh ligament asli dan sebagian oleh sendi buatan

e Cinstrained joint fixed hinges dipakai bila ada tulang hilang dan

severe instability

f Total knee replacement apabila didapatkan nyeri deformitas

instability akibat dari rheumatoid atau osteoarthritis

29

Gambar 21 Piramida Penatalaksanaan Osteoartritis

BAB III

DISKUSI DAN PEMBAHASAN

OA adalah penyakit degenerasi kartilago artikuler yang berlangsung secara

perlahan dan ditandai dengan nyeri sendi kekakuan dan keterbatasan gerak yang

berkembang secara progresif Tanda-tanda tersebut ditemukan pada penderita ini

Berdasarkan etiologinya OA diklasifikasikan menjadi dua yaitu OA

primer dan OA sekunder OA primer disebut juga OA idiopatik yaitu OA yang

kausanya tidak diketahui dan tidak ada hubungannya dengan penyakit sistemik

maupun proses perubahan lokal pada sendi OA sekunder adalah OA yang

didasari oleh adanya kelainan endokrin trauma inflamasi metabolik

pertumbuhan herediter jejas mikro dan makro serta imobilisasi yang terlalu lama

faktor mekanik penyakit deposit kalsium penyakit tulang dan sendi lainnya serta

neuropatik endemik Beberapa faktor risiko yang diketahui berhubungan dengan

penyakit OA diantaranya faktor risiko umum yang penting seperti kegemukan

faktor genetik dan jenis kelamin serta beberapa faktor risiko lain seperti usia lebih

dari 40 tahun suku bangsa cedera sendi pekerjaan olahraga kelainan

pertumbuhan kepadatan tulang dan lain-lain Pada penderita ini berdasarkan

30

anamnesis riwayat sosialnya penderita adalah seorang wanita berusia 75 tahun

yang meskipun tidak melakukan pekerjaan yang berat tetapi dirinya tetap

menjalankan pekerjaan rumah tangga (sebelum sakit) yang notabene banyak

menggunakan sendi lutut Selain itu dari pemeriksaan fisik penderita ini juga

mengalami kegemukan Kondisi-kondisi pada penderita ini merupakan faktor

risiko sekunder terjadinya OA Jadi dapat disimpulkan bahwa penyebab OA pada

penderita ini bukan termasuk faktor risiko OA primer

Penderita datang dengan keluhan nyeri pada kedua sendi lutut sejak plusmn 1

tahun SMRS dan puncaknya 2 hari SMRS dimana penderita sudah tidak bisa

berjalan lagi Nyeri sendi merupakan keluhan yang umum terjadi pada penyakit

reumatik seperti artritis gout OA keganasan reumatik septik dan lain

sebagainya Pada penderita ini nyeri terlokalisir pada lutut tanpa adanya nyeri

pada sendi yang lain nyeri bertambah saat melakukan gerakan (seperti berjalan)

dan berkurang apabila beristirahat Tidak ada demam Nyeri tidak menetap

sepanjang hari Nyeri seperti ini biasanya ditemukan pada OA

Penderita juga mengeluh kaku sendi Kaku sendi dirasakan penderita pada

pagi hari Keadaan ini biasanya disebabkan oleh desakan cairan yang berada di

sekitar jaringan yang mengalami inflamasi (kapsul sendi sinovial atau bursa)

Kaku sendi makin nyata pada pagi hari atau setelah istirahat Setelah digerak-

gerakkan cairan akan menyebar dari jaringan yang mengalami inflamasi sehingga

penderita merasa terlepas dari ikatan dan bisa menggerakkan sendinya kembali

Lama kaku sendi pada OA adalah kurang dari 30 menit sedangkan pada AR

minimal satu jam Pada penderita ini kaku sendi juga dirasakan pada pagi hari

selama plusmn 20-30 menit dan menghilang dengan sendirinya bila penderita

menggerakkan kakinya dengan beraktivitas seperti biasa Hal ini sesuai untuk

mendukung keluhan pada penderita OA

Penderita juga mengalami bengkak pada kedua lutut Bengkak dirasakan

oleh penderita sejak 6 bulan SMRS Sendi yang membengkak bisa disebabkan

oleh penonjolan tulang sinovitis efusi dan karena adanya osteofit yang dapat

mengubah permukaan sendi Pada penderita ditemukan osteofit pada pemeriksaan

rontgent

31

29

Pemeriksaan fisik lokalis pada kedua sendi lutut didapatkan pada

inspeksi didapatkan pembesaran bengkak pada kedua sendi lutut dengan tidak

ada perubahan warna kulit Palpasi pada kedua sendi lutut didapatkan nyeri tekan

dan pada perabaan dirasakan hangat Pemeriksaan gerak sendi didapat

keterbatasan gerak fleksi yaitu hanya dapat mengerakkan lutut sebesar 60deg

Hambatan gerak terutama disebabkan oleh adanya remodelling osteofit penebalan

kapsul dan juga adanya efusi Pada auskultasi sendi lutut penderita ditemukan

adanya krepitasi dimana terdengar suara gemeretak ldquokretek-kretekrdquo seperti suara

krupuk yang diremukkan Gejala ini mungkin disebabkan karena gesekan kedua

permukaan tulang sendi yang irregular pada saat sendi digerakkan ataupun secara

pasif dimanipulasi

Pemeriksaan radiologis pada penderita ini didapatkan adanya gambaran

berupa penyempitan sendi dan osteofit pada pinggir sendi Menipisnya rawan

sendi diawali dengan retak dan terbelahnya permukaan sendi di beberapa tempat

yang kemudian menyatu dan disebut sebagai fibrilasi Di lain pihak pada tulang

akan terjadi pula perubahan sebagai reaksi tubuh untuk memperbaiki kerusakan

Perubahan itu adalah penebalan tulang subkondral dan pembentukan osteofit

marginal disusul kemudian dengan perubahan komposisi molekular dan struktur

tulang Penipisan kartilago sendi akibat proses degeneratif memberi gambaran

penyempitan celah sendi yang tidak simetris pada foto polos radiologi Fungsi

kartilago sendi berkurang bahkan menghilang mengakibatkan beban stres di

daerah subkhondral bertambah Beberapa subkhondral tersebut dapat diamati pada

poto polos radiologi berupa pembentukan osteofit sklerotik subkhondral maupun

pembentukan kista subkhondral Pada penderita ini ditemukan adanya

pembentukan osteofit pada condylus lateralis dan medialis os tibio femoralis

Pada OA anamnesa (gejala klinis) pemeriksaan fisik dan pemeriksaan

radiologi sudah dapat menunjang penegakan diagnosis Hasil pemeriksaan

laboratorium pada OA biasanya tidak banyak berguna Darah tepi (Hb Leukosit

dan LED) dalam batas normal kecuali OA generalisata yang harus dibedakan

dengan arthritis peradangan Pada OA yang disertai peradangan mungkin

didapatkan penurunan viskositas pleositosis sedang hingga ringan serta

32

peningkatan ringan sel radang (lt8000m) gt1 Pada penderita ini dilakukan

pemeriksaan laboratorium darah lengkap kimia darah dan urin lengkap karena

pemeriksaan tersebut merupakan pemeriksaan rutin Dari hasil pemeriksaan

laboratorium pada penderita ini tidak ditemukan adanya kelainan

Diagnosis OA sudah bisa ditegakkan secara klinis dengan memakai

kriteria OA yang dibuat oleh Subcommittee American College of Rheumatology

(ACR) Kriteria OA lutut secara klinis laboratorium dan radiologis adalah adanya

nyeri lutut osteofit dan salah satu dari tanda berikut yaitu usia lebih dari 50

tahun kaku sendi kurang dari 30 menit atau adanya krepitus Pada penderita ini

wanita berusia 75 tahun ditemukan memiliki keluhan nyeri kedua sendi lutut

terdapat kaku sendi selama 20-30 menit terdapat krepitus dan pada pemeriksaan

radiologi ditemukan adanya osteofit

Pengelolaan penderita dengan OA bertujuan untuk menghilangkan

keluhan mengoptimalkan fungsi sendi mengurangi ketergantungan dan

meningkatkan kualitas hidup menghambat progresivitas penyakit dan mencegah

komplikasi Pilar terapi OA non farmakologis (edukasi terapi fisik

dietpenurunan berat badan) farmakologis (analgetik kortikosteroid lokal

sistemik kondroprotektif dan biologik) dan pembedahan

Edukasi sangat penting bagi semua pasien OA Dua hal yang menjadi

tujuan edukasi adalah bagaimana mengatasi nyeri dan disabilitas Pemberian

edukasi pada penderita ini sangat penting karena dengan edukasi diharapkan

pengetahuan penderita mengenai penyakit OA menjadi meningkat dan pengobatan

menjadi lebih mudah serta dapat diajak bersama-sama untuk mencegah kerusakan

organ sendi lebih lanjut Edukasi yang diberikan pada penderita ini yaitu

memberikan pengertian bahwa OA adalah penyakit yang kronik sehingga perlu

dipahami bahwa mungkin dalam derajat tertentu akan tetap ada rasa nyeri kaku

dan keterbatasan gerak serta fungsi Selain itu agar rasa nyeri dapat berkurang

maka penderita hendaknya mengurangi aktivitaspekerjaannya sehingga tidak

terlalu banyak menggunakan sendi lutut dan lebih banyak beristirahat Penderita

juga disarankan untuk kembali kontrol sehingga dapat diketahui apakah

33

penyakitnya sudah membaik atau ternyata ada efek samping akibat obat yang

diberikan

Terapi fisik bertujuan untuk melatih penderita agar persendiannya tetap

dapat dipakai dan melatih penderita untuk melindungi sendi yang sakit Pada

penderita ini dianjurkan untuk berolah raga tapi olah raga yang memperberat

sendi sebaiknya dihindari seperti lari atau joging Hal ini dikarenakan dapat

menambah inflamasi meningkatkan tekanan intraartikular bila ada efusi sendi dan

bahkan bisa menyebabkan robekan kapsul sendi Untuk mencegah risiko

terjadinya kecacatan pada sendi sebaiknya dilakukan olah raga peregangan otot

seperti mQuadrisep femoris dengan peregangan otot diharapkan dapat membantu

dalam peningkatan fungsi sendi secara keseluruhan dan mengurangi nyeri Pada

penderita ini disarankan untuk senam lantai 3 kali seminggu dimana pasien

mengambil posisi terlentang sambil meregangkan lututnya dengan cara

mengangkat kaki dan secara perlahan menekuk dan meluruskan lututnya Olah

raga ini sangat mudah dilakukan apalagi mengingat usia penderita yang sudah

mencapai 75 tahun

Diet bertujuan untuk menurunkan berat badan pada penderita OA yang

gemuk Hal ini sebaiknya menjadi program utama pengobatan OA Penurunan

berat badan seringkali dapat mengurangi keluhan dan peradangan Selain itu

obesitas juga dapat meningkatkan risiko progresifitas dari OA Pada penderita ini

disarankan untuk mengurangi berat badan dengan mengatur diet rendah kalori

sampai mungkin mendekati berat badan ideal Dimana prinsipnya adalah

mengurangi kalori yang masuk dibawah energi yang dibutuhkan Penurunan

energi intake yang aman dianjurkan pemberian defisit energi antara 500-1000

kalori perhari sehingga diharapkan akan terjadi pembakaran lemak tubuh dan

penurunan berat badan 05 ndash 1 kg per minggu Biasanya intake energi diberikan

1200-1300 kal per hari dan paling rendah 800 kal per hari Formula yang dapat

digunakan untuk kebutuhan energi berdasarkan berat badan adalah 22kalkgBB

aktualhari dengan cara ini didapatkan defisit energi 1000 kalhari Pada penderita

ini dianjurkan untuk diet 1400 kal perhari agar mencapai BB idealnya yakni

setidaknya mencapai 55 kg Namun cara ini juga memerlukan kehati ndash hatian

34

dikarenakan usia penderita dan daya tahan tubuhnya yang memang sudah tidak

mendukung untuk melakukan usaha diit

Terapi farmakologis pada penderita OA biasanya bersifat simptomatis

Pada tahap awal dapat dicoba analgetik sederhana seperti asetaminofen atau

salisilat Bila tidak ada perbaikan dapat diberikan obat anti inflamasi non steroid

Untuk mengurangi keluhan nyeri pada penderita ini telah diberikan pengobatan

langsung dengan obat anti inflamasi non steroid seperti Na-diklofenak dengan

dosis 3times50 mg tanpa menggunakan obat lini pertama Hal ini dikarenakan keluhan

pada penderita ini sudah cukup berat ditambah pula adanya bengkak dan rasa

hangat di lutut yang tidak hilang dengan obat analgetik sederhana ( seperti yang

biasa dikonsumsi penderita) Na-diklofenak merupakan obat golongan OAINS

COX-1 inhibitor yang non-selektif dimana obat ini diberikan pada penderita

karena tidak terdapat riwayat pernah menderita gangguan gastrointestinal Namun

mengingat usia penderita yang memang sudah lanjut maka penderita juga

diberikan obat pelapis lambung untuk menjaga kondisi saluran pencernaannya Di

sini penderita diberikan obat golongan PPI (Omeprazole 2 x 20 mg) Setelah

dievaluasi beberapa hari ternyata keluhan nyeri dan bengkak pada penderita tidak

kunjung ada perubahan maka ditambahkan pula obat steroid injeksi dimana

pilihannya adalah InjTriamcinolon 1 Amp24 jam (Inj Flamicort) Selain itu

pasien juga dikonsulkan ke spesialis rehabilitasi medis untuk dilakukan

fisioterapi

Terapi pembedahan Terapi ini diberikan apabila terapi farmakologis dan

rehabilitasi tidak berhasil untuk mengurangi rasa sakit dan juga untuk melakukan

koreksi apabila terjadi deformitas yang menimbulkan gangguan mobilisasi sendi

yang mengganggu aktifitas sehari-hari Pada penderita ini tidak sampai dilakukan

terapi pembedahan

35

DAFTAR PUSTAKA

1 Soeroso J Isbagio H Kalim H Broto R Pramudiyo R Osteoartritis In

Sudoyo AW Setiyohadi B Alwi I Simadibrata M Setiati S editors Buku

Ajar Ilmu Penyakit Dalam 4th ed Jakarta Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit

Dalam Fakultas Kedokteran Indonesia 2006 p 1195-201

2 Osteoarthritis Wikipedia The Free Encyclopedia [serial on the internet]

2009 [cited 2009 Sep 1] Available from

httpenwikipediaorgwikiOsteoarthritis

3 Reginster JY The Prevalence and Burden of Osteoarthritis Rheumatology

2002 41 (suppl 1) 3 ndash 6

4 Wibowo Dhidik Tri Kurniawan Yusuf Latifah Tati Gunadi Rachmat

Perancangan dan Implementasi Sistem Bantu Diagnosis Penyakit

Osteoartritis dan Reumatoid Artritis Melalui Deteksi Penyempitan Celah

Sendi pada Citra X-Ray Tangan dan Lutut Dalam Temu Ilmiah

Reumatologi Jakarta 2003 168 ndash 172

5 Konggres Nasional Ikatan Reumatologi Indonesia VI httppemda-

diygoidberita 2005 102140

36

6 Arthritis Research Campaign 2000 Available at

httpwwwarcorgukabout_arthastatshtm

7 Felson DT Zhang Y Hannan MT et al The Incidence and Natural

History of Knee Osteoarthritis in the Elderly The Framingham

Osteoarthritis Study Arthritis Rheumatology 1995 38 1500 ndash 1505

8 Felson DT Zhang Y An Update on the Epidemiology of Knee and Hip

Osteoarthritis with a View to Prevention Arthritis Rheumatology 1998

41 1343 ndash 1355

9 Setiyohadi Bambang Osteoartritis Selayang Pandang Dalam Temu Ilmiah

Reumatologi Jakarta 2003 27 ndash 31

10 Klippel John H Dieppe Paul A Brooks Peter et al Osteoarthritis In

Rheumatology United Kingdom Mosby ndash Year Book Europe Limited

1994 21 ndash 106

11 Abbate L Renner JB Stevens J et al Do Body Composition and Body Fat

Distribution Explain Ethnic Differences in Radiographic Knee

Osteoarthritis Outcomes in African -American and Caucasian Women The

North American Association for the Study of Obesity 2006 14 1274 ndash

1281

12 Amin Niu Jingbo Hunter David et al Smoking Worsens Knee

Osteoarthritis News Center Oklahoma City Oklahoma USA 2006 1 ndash 4

13 McAlindon Timothy E Felson David T Zhang Yuqing et al Relation of

Dietary Intake and Serum Levels of Vitamin D to Progression of

Osteoarthritis of the Knee Among Participants in the Framingham Study

14 Englund M and Lohmander LS Patellofemoral Osteoarthritis Coexistent

with Tibiofemoral Osteoarthritis in a Meniscectomy Population Annals of

the Rheumatic Diseases 2005 64 1721 ndash 1726

15 Carter MA Osteoartritis In Price SA Wilson LM Patofisiologi konsep

klinis proses-proses penyakit 6th ed Jakarta EGC 2006 p 1380-4

16 Altman RD Criteria for the Classification of Osteoarthritis Journal of

Rheumatology 1991 27 (suppl) 10 ndash 12

37

17 Milne AD Evans NA Stanish WD Nonoperative Management of Knee

Osteoarthritis In Hartono IM Studi komparasi antara WOMAC index

dengan Kellgren-Lawrence grading system pada penderita osteoarthritis

genu [PPDS1 thesis] Semarang Medical Faculty Diponegoro University

2007 p 12

18 Haq I Murphy E Dacre J Osteoarthritis Review Postgrad Med J 2003

79 377 ndash 383

19 Anonim [1986] Criteria for classification of idiopathic osteoarthtritis (OA)

of the knee American College of Rheumatology [serial on the internet]

2010 [cited 2010 Jan 20] Available from

httpwwwrheumatologyorgpublicationsclassificationoakneeasp

aud=mem

38

  • BAB I
  • ILUSTRASI KASUS
  • 1 Pemeriksaan EKG
  • X ndash Ray Pelvis AP
  • BAB III
  • DISKUSI DAN PEMBAHASAN
Page 29: laporan kasus osteoartritis

a Deformitas menimbulkan gangguan mobilisasi

b Nyeri yang tidak dapat teratasi dengan penganan medikamentosa

dan rehabilitatif

Ada 2 tipe terapi pembedahan Realignment osteotomi dan replacement

joint

Macam-macam operasi sendi lutut untuk osteoarthritis

a Partial replacementunicompartemental

b High tibial osteotomy orang muda

c Patella amp condyle resurfacing

d Minimally constrained total replacement stabilitas sendi dilakukan

sebagian oleh ligament asli dan sebagian oleh sendi buatan

e Cinstrained joint fixed hinges dipakai bila ada tulang hilang dan

severe instability

f Total knee replacement apabila didapatkan nyeri deformitas

instability akibat dari rheumatoid atau osteoarthritis

29

Gambar 21 Piramida Penatalaksanaan Osteoartritis

BAB III

DISKUSI DAN PEMBAHASAN

OA adalah penyakit degenerasi kartilago artikuler yang berlangsung secara

perlahan dan ditandai dengan nyeri sendi kekakuan dan keterbatasan gerak yang

berkembang secara progresif Tanda-tanda tersebut ditemukan pada penderita ini

Berdasarkan etiologinya OA diklasifikasikan menjadi dua yaitu OA

primer dan OA sekunder OA primer disebut juga OA idiopatik yaitu OA yang

kausanya tidak diketahui dan tidak ada hubungannya dengan penyakit sistemik

maupun proses perubahan lokal pada sendi OA sekunder adalah OA yang

didasari oleh adanya kelainan endokrin trauma inflamasi metabolik

pertumbuhan herediter jejas mikro dan makro serta imobilisasi yang terlalu lama

faktor mekanik penyakit deposit kalsium penyakit tulang dan sendi lainnya serta

neuropatik endemik Beberapa faktor risiko yang diketahui berhubungan dengan

penyakit OA diantaranya faktor risiko umum yang penting seperti kegemukan

faktor genetik dan jenis kelamin serta beberapa faktor risiko lain seperti usia lebih

dari 40 tahun suku bangsa cedera sendi pekerjaan olahraga kelainan

pertumbuhan kepadatan tulang dan lain-lain Pada penderita ini berdasarkan

30

anamnesis riwayat sosialnya penderita adalah seorang wanita berusia 75 tahun

yang meskipun tidak melakukan pekerjaan yang berat tetapi dirinya tetap

menjalankan pekerjaan rumah tangga (sebelum sakit) yang notabene banyak

menggunakan sendi lutut Selain itu dari pemeriksaan fisik penderita ini juga

mengalami kegemukan Kondisi-kondisi pada penderita ini merupakan faktor

risiko sekunder terjadinya OA Jadi dapat disimpulkan bahwa penyebab OA pada

penderita ini bukan termasuk faktor risiko OA primer

Penderita datang dengan keluhan nyeri pada kedua sendi lutut sejak plusmn 1

tahun SMRS dan puncaknya 2 hari SMRS dimana penderita sudah tidak bisa

berjalan lagi Nyeri sendi merupakan keluhan yang umum terjadi pada penyakit

reumatik seperti artritis gout OA keganasan reumatik septik dan lain

sebagainya Pada penderita ini nyeri terlokalisir pada lutut tanpa adanya nyeri

pada sendi yang lain nyeri bertambah saat melakukan gerakan (seperti berjalan)

dan berkurang apabila beristirahat Tidak ada demam Nyeri tidak menetap

sepanjang hari Nyeri seperti ini biasanya ditemukan pada OA

Penderita juga mengeluh kaku sendi Kaku sendi dirasakan penderita pada

pagi hari Keadaan ini biasanya disebabkan oleh desakan cairan yang berada di

sekitar jaringan yang mengalami inflamasi (kapsul sendi sinovial atau bursa)

Kaku sendi makin nyata pada pagi hari atau setelah istirahat Setelah digerak-

gerakkan cairan akan menyebar dari jaringan yang mengalami inflamasi sehingga

penderita merasa terlepas dari ikatan dan bisa menggerakkan sendinya kembali

Lama kaku sendi pada OA adalah kurang dari 30 menit sedangkan pada AR

minimal satu jam Pada penderita ini kaku sendi juga dirasakan pada pagi hari

selama plusmn 20-30 menit dan menghilang dengan sendirinya bila penderita

menggerakkan kakinya dengan beraktivitas seperti biasa Hal ini sesuai untuk

mendukung keluhan pada penderita OA

Penderita juga mengalami bengkak pada kedua lutut Bengkak dirasakan

oleh penderita sejak 6 bulan SMRS Sendi yang membengkak bisa disebabkan

oleh penonjolan tulang sinovitis efusi dan karena adanya osteofit yang dapat

mengubah permukaan sendi Pada penderita ditemukan osteofit pada pemeriksaan

rontgent

31

29

Pemeriksaan fisik lokalis pada kedua sendi lutut didapatkan pada

inspeksi didapatkan pembesaran bengkak pada kedua sendi lutut dengan tidak

ada perubahan warna kulit Palpasi pada kedua sendi lutut didapatkan nyeri tekan

dan pada perabaan dirasakan hangat Pemeriksaan gerak sendi didapat

keterbatasan gerak fleksi yaitu hanya dapat mengerakkan lutut sebesar 60deg

Hambatan gerak terutama disebabkan oleh adanya remodelling osteofit penebalan

kapsul dan juga adanya efusi Pada auskultasi sendi lutut penderita ditemukan

adanya krepitasi dimana terdengar suara gemeretak ldquokretek-kretekrdquo seperti suara

krupuk yang diremukkan Gejala ini mungkin disebabkan karena gesekan kedua

permukaan tulang sendi yang irregular pada saat sendi digerakkan ataupun secara

pasif dimanipulasi

Pemeriksaan radiologis pada penderita ini didapatkan adanya gambaran

berupa penyempitan sendi dan osteofit pada pinggir sendi Menipisnya rawan

sendi diawali dengan retak dan terbelahnya permukaan sendi di beberapa tempat

yang kemudian menyatu dan disebut sebagai fibrilasi Di lain pihak pada tulang

akan terjadi pula perubahan sebagai reaksi tubuh untuk memperbaiki kerusakan

Perubahan itu adalah penebalan tulang subkondral dan pembentukan osteofit

marginal disusul kemudian dengan perubahan komposisi molekular dan struktur

tulang Penipisan kartilago sendi akibat proses degeneratif memberi gambaran

penyempitan celah sendi yang tidak simetris pada foto polos radiologi Fungsi

kartilago sendi berkurang bahkan menghilang mengakibatkan beban stres di

daerah subkhondral bertambah Beberapa subkhondral tersebut dapat diamati pada

poto polos radiologi berupa pembentukan osteofit sklerotik subkhondral maupun

pembentukan kista subkhondral Pada penderita ini ditemukan adanya

pembentukan osteofit pada condylus lateralis dan medialis os tibio femoralis

Pada OA anamnesa (gejala klinis) pemeriksaan fisik dan pemeriksaan

radiologi sudah dapat menunjang penegakan diagnosis Hasil pemeriksaan

laboratorium pada OA biasanya tidak banyak berguna Darah tepi (Hb Leukosit

dan LED) dalam batas normal kecuali OA generalisata yang harus dibedakan

dengan arthritis peradangan Pada OA yang disertai peradangan mungkin

didapatkan penurunan viskositas pleositosis sedang hingga ringan serta

32

peningkatan ringan sel radang (lt8000m) gt1 Pada penderita ini dilakukan

pemeriksaan laboratorium darah lengkap kimia darah dan urin lengkap karena

pemeriksaan tersebut merupakan pemeriksaan rutin Dari hasil pemeriksaan

laboratorium pada penderita ini tidak ditemukan adanya kelainan

Diagnosis OA sudah bisa ditegakkan secara klinis dengan memakai

kriteria OA yang dibuat oleh Subcommittee American College of Rheumatology

(ACR) Kriteria OA lutut secara klinis laboratorium dan radiologis adalah adanya

nyeri lutut osteofit dan salah satu dari tanda berikut yaitu usia lebih dari 50

tahun kaku sendi kurang dari 30 menit atau adanya krepitus Pada penderita ini

wanita berusia 75 tahun ditemukan memiliki keluhan nyeri kedua sendi lutut

terdapat kaku sendi selama 20-30 menit terdapat krepitus dan pada pemeriksaan

radiologi ditemukan adanya osteofit

Pengelolaan penderita dengan OA bertujuan untuk menghilangkan

keluhan mengoptimalkan fungsi sendi mengurangi ketergantungan dan

meningkatkan kualitas hidup menghambat progresivitas penyakit dan mencegah

komplikasi Pilar terapi OA non farmakologis (edukasi terapi fisik

dietpenurunan berat badan) farmakologis (analgetik kortikosteroid lokal

sistemik kondroprotektif dan biologik) dan pembedahan

Edukasi sangat penting bagi semua pasien OA Dua hal yang menjadi

tujuan edukasi adalah bagaimana mengatasi nyeri dan disabilitas Pemberian

edukasi pada penderita ini sangat penting karena dengan edukasi diharapkan

pengetahuan penderita mengenai penyakit OA menjadi meningkat dan pengobatan

menjadi lebih mudah serta dapat diajak bersama-sama untuk mencegah kerusakan

organ sendi lebih lanjut Edukasi yang diberikan pada penderita ini yaitu

memberikan pengertian bahwa OA adalah penyakit yang kronik sehingga perlu

dipahami bahwa mungkin dalam derajat tertentu akan tetap ada rasa nyeri kaku

dan keterbatasan gerak serta fungsi Selain itu agar rasa nyeri dapat berkurang

maka penderita hendaknya mengurangi aktivitaspekerjaannya sehingga tidak

terlalu banyak menggunakan sendi lutut dan lebih banyak beristirahat Penderita

juga disarankan untuk kembali kontrol sehingga dapat diketahui apakah

33

penyakitnya sudah membaik atau ternyata ada efek samping akibat obat yang

diberikan

Terapi fisik bertujuan untuk melatih penderita agar persendiannya tetap

dapat dipakai dan melatih penderita untuk melindungi sendi yang sakit Pada

penderita ini dianjurkan untuk berolah raga tapi olah raga yang memperberat

sendi sebaiknya dihindari seperti lari atau joging Hal ini dikarenakan dapat

menambah inflamasi meningkatkan tekanan intraartikular bila ada efusi sendi dan

bahkan bisa menyebabkan robekan kapsul sendi Untuk mencegah risiko

terjadinya kecacatan pada sendi sebaiknya dilakukan olah raga peregangan otot

seperti mQuadrisep femoris dengan peregangan otot diharapkan dapat membantu

dalam peningkatan fungsi sendi secara keseluruhan dan mengurangi nyeri Pada

penderita ini disarankan untuk senam lantai 3 kali seminggu dimana pasien

mengambil posisi terlentang sambil meregangkan lututnya dengan cara

mengangkat kaki dan secara perlahan menekuk dan meluruskan lututnya Olah

raga ini sangat mudah dilakukan apalagi mengingat usia penderita yang sudah

mencapai 75 tahun

Diet bertujuan untuk menurunkan berat badan pada penderita OA yang

gemuk Hal ini sebaiknya menjadi program utama pengobatan OA Penurunan

berat badan seringkali dapat mengurangi keluhan dan peradangan Selain itu

obesitas juga dapat meningkatkan risiko progresifitas dari OA Pada penderita ini

disarankan untuk mengurangi berat badan dengan mengatur diet rendah kalori

sampai mungkin mendekati berat badan ideal Dimana prinsipnya adalah

mengurangi kalori yang masuk dibawah energi yang dibutuhkan Penurunan

energi intake yang aman dianjurkan pemberian defisit energi antara 500-1000

kalori perhari sehingga diharapkan akan terjadi pembakaran lemak tubuh dan

penurunan berat badan 05 ndash 1 kg per minggu Biasanya intake energi diberikan

1200-1300 kal per hari dan paling rendah 800 kal per hari Formula yang dapat

digunakan untuk kebutuhan energi berdasarkan berat badan adalah 22kalkgBB

aktualhari dengan cara ini didapatkan defisit energi 1000 kalhari Pada penderita

ini dianjurkan untuk diet 1400 kal perhari agar mencapai BB idealnya yakni

setidaknya mencapai 55 kg Namun cara ini juga memerlukan kehati ndash hatian

34

dikarenakan usia penderita dan daya tahan tubuhnya yang memang sudah tidak

mendukung untuk melakukan usaha diit

Terapi farmakologis pada penderita OA biasanya bersifat simptomatis

Pada tahap awal dapat dicoba analgetik sederhana seperti asetaminofen atau

salisilat Bila tidak ada perbaikan dapat diberikan obat anti inflamasi non steroid

Untuk mengurangi keluhan nyeri pada penderita ini telah diberikan pengobatan

langsung dengan obat anti inflamasi non steroid seperti Na-diklofenak dengan

dosis 3times50 mg tanpa menggunakan obat lini pertama Hal ini dikarenakan keluhan

pada penderita ini sudah cukup berat ditambah pula adanya bengkak dan rasa

hangat di lutut yang tidak hilang dengan obat analgetik sederhana ( seperti yang

biasa dikonsumsi penderita) Na-diklofenak merupakan obat golongan OAINS

COX-1 inhibitor yang non-selektif dimana obat ini diberikan pada penderita

karena tidak terdapat riwayat pernah menderita gangguan gastrointestinal Namun

mengingat usia penderita yang memang sudah lanjut maka penderita juga

diberikan obat pelapis lambung untuk menjaga kondisi saluran pencernaannya Di

sini penderita diberikan obat golongan PPI (Omeprazole 2 x 20 mg) Setelah

dievaluasi beberapa hari ternyata keluhan nyeri dan bengkak pada penderita tidak

kunjung ada perubahan maka ditambahkan pula obat steroid injeksi dimana

pilihannya adalah InjTriamcinolon 1 Amp24 jam (Inj Flamicort) Selain itu

pasien juga dikonsulkan ke spesialis rehabilitasi medis untuk dilakukan

fisioterapi

Terapi pembedahan Terapi ini diberikan apabila terapi farmakologis dan

rehabilitasi tidak berhasil untuk mengurangi rasa sakit dan juga untuk melakukan

koreksi apabila terjadi deformitas yang menimbulkan gangguan mobilisasi sendi

yang mengganggu aktifitas sehari-hari Pada penderita ini tidak sampai dilakukan

terapi pembedahan

35

DAFTAR PUSTAKA

1 Soeroso J Isbagio H Kalim H Broto R Pramudiyo R Osteoartritis In

Sudoyo AW Setiyohadi B Alwi I Simadibrata M Setiati S editors Buku

Ajar Ilmu Penyakit Dalam 4th ed Jakarta Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit

Dalam Fakultas Kedokteran Indonesia 2006 p 1195-201

2 Osteoarthritis Wikipedia The Free Encyclopedia [serial on the internet]

2009 [cited 2009 Sep 1] Available from

httpenwikipediaorgwikiOsteoarthritis

3 Reginster JY The Prevalence and Burden of Osteoarthritis Rheumatology

2002 41 (suppl 1) 3 ndash 6

4 Wibowo Dhidik Tri Kurniawan Yusuf Latifah Tati Gunadi Rachmat

Perancangan dan Implementasi Sistem Bantu Diagnosis Penyakit

Osteoartritis dan Reumatoid Artritis Melalui Deteksi Penyempitan Celah

Sendi pada Citra X-Ray Tangan dan Lutut Dalam Temu Ilmiah

Reumatologi Jakarta 2003 168 ndash 172

5 Konggres Nasional Ikatan Reumatologi Indonesia VI httppemda-

diygoidberita 2005 102140

36

6 Arthritis Research Campaign 2000 Available at

httpwwwarcorgukabout_arthastatshtm

7 Felson DT Zhang Y Hannan MT et al The Incidence and Natural

History of Knee Osteoarthritis in the Elderly The Framingham

Osteoarthritis Study Arthritis Rheumatology 1995 38 1500 ndash 1505

8 Felson DT Zhang Y An Update on the Epidemiology of Knee and Hip

Osteoarthritis with a View to Prevention Arthritis Rheumatology 1998

41 1343 ndash 1355

9 Setiyohadi Bambang Osteoartritis Selayang Pandang Dalam Temu Ilmiah

Reumatologi Jakarta 2003 27 ndash 31

10 Klippel John H Dieppe Paul A Brooks Peter et al Osteoarthritis In

Rheumatology United Kingdom Mosby ndash Year Book Europe Limited

1994 21 ndash 106

11 Abbate L Renner JB Stevens J et al Do Body Composition and Body Fat

Distribution Explain Ethnic Differences in Radiographic Knee

Osteoarthritis Outcomes in African -American and Caucasian Women The

North American Association for the Study of Obesity 2006 14 1274 ndash

1281

12 Amin Niu Jingbo Hunter David et al Smoking Worsens Knee

Osteoarthritis News Center Oklahoma City Oklahoma USA 2006 1 ndash 4

13 McAlindon Timothy E Felson David T Zhang Yuqing et al Relation of

Dietary Intake and Serum Levels of Vitamin D to Progression of

Osteoarthritis of the Knee Among Participants in the Framingham Study

14 Englund M and Lohmander LS Patellofemoral Osteoarthritis Coexistent

with Tibiofemoral Osteoarthritis in a Meniscectomy Population Annals of

the Rheumatic Diseases 2005 64 1721 ndash 1726

15 Carter MA Osteoartritis In Price SA Wilson LM Patofisiologi konsep

klinis proses-proses penyakit 6th ed Jakarta EGC 2006 p 1380-4

16 Altman RD Criteria for the Classification of Osteoarthritis Journal of

Rheumatology 1991 27 (suppl) 10 ndash 12

37

17 Milne AD Evans NA Stanish WD Nonoperative Management of Knee

Osteoarthritis In Hartono IM Studi komparasi antara WOMAC index

dengan Kellgren-Lawrence grading system pada penderita osteoarthritis

genu [PPDS1 thesis] Semarang Medical Faculty Diponegoro University

2007 p 12

18 Haq I Murphy E Dacre J Osteoarthritis Review Postgrad Med J 2003

79 377 ndash 383

19 Anonim [1986] Criteria for classification of idiopathic osteoarthtritis (OA)

of the knee American College of Rheumatology [serial on the internet]

2010 [cited 2010 Jan 20] Available from

httpwwwrheumatologyorgpublicationsclassificationoakneeasp

aud=mem

38

  • BAB I
  • ILUSTRASI KASUS
  • 1 Pemeriksaan EKG
  • X ndash Ray Pelvis AP
  • BAB III
  • DISKUSI DAN PEMBAHASAN
Page 30: laporan kasus osteoartritis

Gambar 21 Piramida Penatalaksanaan Osteoartritis

BAB III

DISKUSI DAN PEMBAHASAN

OA adalah penyakit degenerasi kartilago artikuler yang berlangsung secara

perlahan dan ditandai dengan nyeri sendi kekakuan dan keterbatasan gerak yang

berkembang secara progresif Tanda-tanda tersebut ditemukan pada penderita ini

Berdasarkan etiologinya OA diklasifikasikan menjadi dua yaitu OA

primer dan OA sekunder OA primer disebut juga OA idiopatik yaitu OA yang

kausanya tidak diketahui dan tidak ada hubungannya dengan penyakit sistemik

maupun proses perubahan lokal pada sendi OA sekunder adalah OA yang

didasari oleh adanya kelainan endokrin trauma inflamasi metabolik

pertumbuhan herediter jejas mikro dan makro serta imobilisasi yang terlalu lama

faktor mekanik penyakit deposit kalsium penyakit tulang dan sendi lainnya serta

neuropatik endemik Beberapa faktor risiko yang diketahui berhubungan dengan

penyakit OA diantaranya faktor risiko umum yang penting seperti kegemukan

faktor genetik dan jenis kelamin serta beberapa faktor risiko lain seperti usia lebih

dari 40 tahun suku bangsa cedera sendi pekerjaan olahraga kelainan

pertumbuhan kepadatan tulang dan lain-lain Pada penderita ini berdasarkan

30

anamnesis riwayat sosialnya penderita adalah seorang wanita berusia 75 tahun

yang meskipun tidak melakukan pekerjaan yang berat tetapi dirinya tetap

menjalankan pekerjaan rumah tangga (sebelum sakit) yang notabene banyak

menggunakan sendi lutut Selain itu dari pemeriksaan fisik penderita ini juga

mengalami kegemukan Kondisi-kondisi pada penderita ini merupakan faktor

risiko sekunder terjadinya OA Jadi dapat disimpulkan bahwa penyebab OA pada

penderita ini bukan termasuk faktor risiko OA primer

Penderita datang dengan keluhan nyeri pada kedua sendi lutut sejak plusmn 1

tahun SMRS dan puncaknya 2 hari SMRS dimana penderita sudah tidak bisa

berjalan lagi Nyeri sendi merupakan keluhan yang umum terjadi pada penyakit

reumatik seperti artritis gout OA keganasan reumatik septik dan lain

sebagainya Pada penderita ini nyeri terlokalisir pada lutut tanpa adanya nyeri

pada sendi yang lain nyeri bertambah saat melakukan gerakan (seperti berjalan)

dan berkurang apabila beristirahat Tidak ada demam Nyeri tidak menetap

sepanjang hari Nyeri seperti ini biasanya ditemukan pada OA

Penderita juga mengeluh kaku sendi Kaku sendi dirasakan penderita pada

pagi hari Keadaan ini biasanya disebabkan oleh desakan cairan yang berada di

sekitar jaringan yang mengalami inflamasi (kapsul sendi sinovial atau bursa)

Kaku sendi makin nyata pada pagi hari atau setelah istirahat Setelah digerak-

gerakkan cairan akan menyebar dari jaringan yang mengalami inflamasi sehingga

penderita merasa terlepas dari ikatan dan bisa menggerakkan sendinya kembali

Lama kaku sendi pada OA adalah kurang dari 30 menit sedangkan pada AR

minimal satu jam Pada penderita ini kaku sendi juga dirasakan pada pagi hari

selama plusmn 20-30 menit dan menghilang dengan sendirinya bila penderita

menggerakkan kakinya dengan beraktivitas seperti biasa Hal ini sesuai untuk

mendukung keluhan pada penderita OA

Penderita juga mengalami bengkak pada kedua lutut Bengkak dirasakan

oleh penderita sejak 6 bulan SMRS Sendi yang membengkak bisa disebabkan

oleh penonjolan tulang sinovitis efusi dan karena adanya osteofit yang dapat

mengubah permukaan sendi Pada penderita ditemukan osteofit pada pemeriksaan

rontgent

31

29

Pemeriksaan fisik lokalis pada kedua sendi lutut didapatkan pada

inspeksi didapatkan pembesaran bengkak pada kedua sendi lutut dengan tidak

ada perubahan warna kulit Palpasi pada kedua sendi lutut didapatkan nyeri tekan

dan pada perabaan dirasakan hangat Pemeriksaan gerak sendi didapat

keterbatasan gerak fleksi yaitu hanya dapat mengerakkan lutut sebesar 60deg

Hambatan gerak terutama disebabkan oleh adanya remodelling osteofit penebalan

kapsul dan juga adanya efusi Pada auskultasi sendi lutut penderita ditemukan

adanya krepitasi dimana terdengar suara gemeretak ldquokretek-kretekrdquo seperti suara

krupuk yang diremukkan Gejala ini mungkin disebabkan karena gesekan kedua

permukaan tulang sendi yang irregular pada saat sendi digerakkan ataupun secara

pasif dimanipulasi

Pemeriksaan radiologis pada penderita ini didapatkan adanya gambaran

berupa penyempitan sendi dan osteofit pada pinggir sendi Menipisnya rawan

sendi diawali dengan retak dan terbelahnya permukaan sendi di beberapa tempat

yang kemudian menyatu dan disebut sebagai fibrilasi Di lain pihak pada tulang

akan terjadi pula perubahan sebagai reaksi tubuh untuk memperbaiki kerusakan

Perubahan itu adalah penebalan tulang subkondral dan pembentukan osteofit

marginal disusul kemudian dengan perubahan komposisi molekular dan struktur

tulang Penipisan kartilago sendi akibat proses degeneratif memberi gambaran

penyempitan celah sendi yang tidak simetris pada foto polos radiologi Fungsi

kartilago sendi berkurang bahkan menghilang mengakibatkan beban stres di

daerah subkhondral bertambah Beberapa subkhondral tersebut dapat diamati pada

poto polos radiologi berupa pembentukan osteofit sklerotik subkhondral maupun

pembentukan kista subkhondral Pada penderita ini ditemukan adanya

pembentukan osteofit pada condylus lateralis dan medialis os tibio femoralis

Pada OA anamnesa (gejala klinis) pemeriksaan fisik dan pemeriksaan

radiologi sudah dapat menunjang penegakan diagnosis Hasil pemeriksaan

laboratorium pada OA biasanya tidak banyak berguna Darah tepi (Hb Leukosit

dan LED) dalam batas normal kecuali OA generalisata yang harus dibedakan

dengan arthritis peradangan Pada OA yang disertai peradangan mungkin

didapatkan penurunan viskositas pleositosis sedang hingga ringan serta

32

peningkatan ringan sel radang (lt8000m) gt1 Pada penderita ini dilakukan

pemeriksaan laboratorium darah lengkap kimia darah dan urin lengkap karena

pemeriksaan tersebut merupakan pemeriksaan rutin Dari hasil pemeriksaan

laboratorium pada penderita ini tidak ditemukan adanya kelainan

Diagnosis OA sudah bisa ditegakkan secara klinis dengan memakai

kriteria OA yang dibuat oleh Subcommittee American College of Rheumatology

(ACR) Kriteria OA lutut secara klinis laboratorium dan radiologis adalah adanya

nyeri lutut osteofit dan salah satu dari tanda berikut yaitu usia lebih dari 50

tahun kaku sendi kurang dari 30 menit atau adanya krepitus Pada penderita ini

wanita berusia 75 tahun ditemukan memiliki keluhan nyeri kedua sendi lutut

terdapat kaku sendi selama 20-30 menit terdapat krepitus dan pada pemeriksaan

radiologi ditemukan adanya osteofit

Pengelolaan penderita dengan OA bertujuan untuk menghilangkan

keluhan mengoptimalkan fungsi sendi mengurangi ketergantungan dan

meningkatkan kualitas hidup menghambat progresivitas penyakit dan mencegah

komplikasi Pilar terapi OA non farmakologis (edukasi terapi fisik

dietpenurunan berat badan) farmakologis (analgetik kortikosteroid lokal

sistemik kondroprotektif dan biologik) dan pembedahan

Edukasi sangat penting bagi semua pasien OA Dua hal yang menjadi

tujuan edukasi adalah bagaimana mengatasi nyeri dan disabilitas Pemberian

edukasi pada penderita ini sangat penting karena dengan edukasi diharapkan

pengetahuan penderita mengenai penyakit OA menjadi meningkat dan pengobatan

menjadi lebih mudah serta dapat diajak bersama-sama untuk mencegah kerusakan

organ sendi lebih lanjut Edukasi yang diberikan pada penderita ini yaitu

memberikan pengertian bahwa OA adalah penyakit yang kronik sehingga perlu

dipahami bahwa mungkin dalam derajat tertentu akan tetap ada rasa nyeri kaku

dan keterbatasan gerak serta fungsi Selain itu agar rasa nyeri dapat berkurang

maka penderita hendaknya mengurangi aktivitaspekerjaannya sehingga tidak

terlalu banyak menggunakan sendi lutut dan lebih banyak beristirahat Penderita

juga disarankan untuk kembali kontrol sehingga dapat diketahui apakah

33

penyakitnya sudah membaik atau ternyata ada efek samping akibat obat yang

diberikan

Terapi fisik bertujuan untuk melatih penderita agar persendiannya tetap

dapat dipakai dan melatih penderita untuk melindungi sendi yang sakit Pada

penderita ini dianjurkan untuk berolah raga tapi olah raga yang memperberat

sendi sebaiknya dihindari seperti lari atau joging Hal ini dikarenakan dapat

menambah inflamasi meningkatkan tekanan intraartikular bila ada efusi sendi dan

bahkan bisa menyebabkan robekan kapsul sendi Untuk mencegah risiko

terjadinya kecacatan pada sendi sebaiknya dilakukan olah raga peregangan otot

seperti mQuadrisep femoris dengan peregangan otot diharapkan dapat membantu

dalam peningkatan fungsi sendi secara keseluruhan dan mengurangi nyeri Pada

penderita ini disarankan untuk senam lantai 3 kali seminggu dimana pasien

mengambil posisi terlentang sambil meregangkan lututnya dengan cara

mengangkat kaki dan secara perlahan menekuk dan meluruskan lututnya Olah

raga ini sangat mudah dilakukan apalagi mengingat usia penderita yang sudah

mencapai 75 tahun

Diet bertujuan untuk menurunkan berat badan pada penderita OA yang

gemuk Hal ini sebaiknya menjadi program utama pengobatan OA Penurunan

berat badan seringkali dapat mengurangi keluhan dan peradangan Selain itu

obesitas juga dapat meningkatkan risiko progresifitas dari OA Pada penderita ini

disarankan untuk mengurangi berat badan dengan mengatur diet rendah kalori

sampai mungkin mendekati berat badan ideal Dimana prinsipnya adalah

mengurangi kalori yang masuk dibawah energi yang dibutuhkan Penurunan

energi intake yang aman dianjurkan pemberian defisit energi antara 500-1000

kalori perhari sehingga diharapkan akan terjadi pembakaran lemak tubuh dan

penurunan berat badan 05 ndash 1 kg per minggu Biasanya intake energi diberikan

1200-1300 kal per hari dan paling rendah 800 kal per hari Formula yang dapat

digunakan untuk kebutuhan energi berdasarkan berat badan adalah 22kalkgBB

aktualhari dengan cara ini didapatkan defisit energi 1000 kalhari Pada penderita

ini dianjurkan untuk diet 1400 kal perhari agar mencapai BB idealnya yakni

setidaknya mencapai 55 kg Namun cara ini juga memerlukan kehati ndash hatian

34

dikarenakan usia penderita dan daya tahan tubuhnya yang memang sudah tidak

mendukung untuk melakukan usaha diit

Terapi farmakologis pada penderita OA biasanya bersifat simptomatis

Pada tahap awal dapat dicoba analgetik sederhana seperti asetaminofen atau

salisilat Bila tidak ada perbaikan dapat diberikan obat anti inflamasi non steroid

Untuk mengurangi keluhan nyeri pada penderita ini telah diberikan pengobatan

langsung dengan obat anti inflamasi non steroid seperti Na-diklofenak dengan

dosis 3times50 mg tanpa menggunakan obat lini pertama Hal ini dikarenakan keluhan

pada penderita ini sudah cukup berat ditambah pula adanya bengkak dan rasa

hangat di lutut yang tidak hilang dengan obat analgetik sederhana ( seperti yang

biasa dikonsumsi penderita) Na-diklofenak merupakan obat golongan OAINS

COX-1 inhibitor yang non-selektif dimana obat ini diberikan pada penderita

karena tidak terdapat riwayat pernah menderita gangguan gastrointestinal Namun

mengingat usia penderita yang memang sudah lanjut maka penderita juga

diberikan obat pelapis lambung untuk menjaga kondisi saluran pencernaannya Di

sini penderita diberikan obat golongan PPI (Omeprazole 2 x 20 mg) Setelah

dievaluasi beberapa hari ternyata keluhan nyeri dan bengkak pada penderita tidak

kunjung ada perubahan maka ditambahkan pula obat steroid injeksi dimana

pilihannya adalah InjTriamcinolon 1 Amp24 jam (Inj Flamicort) Selain itu

pasien juga dikonsulkan ke spesialis rehabilitasi medis untuk dilakukan

fisioterapi

Terapi pembedahan Terapi ini diberikan apabila terapi farmakologis dan

rehabilitasi tidak berhasil untuk mengurangi rasa sakit dan juga untuk melakukan

koreksi apabila terjadi deformitas yang menimbulkan gangguan mobilisasi sendi

yang mengganggu aktifitas sehari-hari Pada penderita ini tidak sampai dilakukan

terapi pembedahan

35

DAFTAR PUSTAKA

1 Soeroso J Isbagio H Kalim H Broto R Pramudiyo R Osteoartritis In

Sudoyo AW Setiyohadi B Alwi I Simadibrata M Setiati S editors Buku

Ajar Ilmu Penyakit Dalam 4th ed Jakarta Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit

Dalam Fakultas Kedokteran Indonesia 2006 p 1195-201

2 Osteoarthritis Wikipedia The Free Encyclopedia [serial on the internet]

2009 [cited 2009 Sep 1] Available from

httpenwikipediaorgwikiOsteoarthritis

3 Reginster JY The Prevalence and Burden of Osteoarthritis Rheumatology

2002 41 (suppl 1) 3 ndash 6

4 Wibowo Dhidik Tri Kurniawan Yusuf Latifah Tati Gunadi Rachmat

Perancangan dan Implementasi Sistem Bantu Diagnosis Penyakit

Osteoartritis dan Reumatoid Artritis Melalui Deteksi Penyempitan Celah

Sendi pada Citra X-Ray Tangan dan Lutut Dalam Temu Ilmiah

Reumatologi Jakarta 2003 168 ndash 172

5 Konggres Nasional Ikatan Reumatologi Indonesia VI httppemda-

diygoidberita 2005 102140

36

6 Arthritis Research Campaign 2000 Available at

httpwwwarcorgukabout_arthastatshtm

7 Felson DT Zhang Y Hannan MT et al The Incidence and Natural

History of Knee Osteoarthritis in the Elderly The Framingham

Osteoarthritis Study Arthritis Rheumatology 1995 38 1500 ndash 1505

8 Felson DT Zhang Y An Update on the Epidemiology of Knee and Hip

Osteoarthritis with a View to Prevention Arthritis Rheumatology 1998

41 1343 ndash 1355

9 Setiyohadi Bambang Osteoartritis Selayang Pandang Dalam Temu Ilmiah

Reumatologi Jakarta 2003 27 ndash 31

10 Klippel John H Dieppe Paul A Brooks Peter et al Osteoarthritis In

Rheumatology United Kingdom Mosby ndash Year Book Europe Limited

1994 21 ndash 106

11 Abbate L Renner JB Stevens J et al Do Body Composition and Body Fat

Distribution Explain Ethnic Differences in Radiographic Knee

Osteoarthritis Outcomes in African -American and Caucasian Women The

North American Association for the Study of Obesity 2006 14 1274 ndash

1281

12 Amin Niu Jingbo Hunter David et al Smoking Worsens Knee

Osteoarthritis News Center Oklahoma City Oklahoma USA 2006 1 ndash 4

13 McAlindon Timothy E Felson David T Zhang Yuqing et al Relation of

Dietary Intake and Serum Levels of Vitamin D to Progression of

Osteoarthritis of the Knee Among Participants in the Framingham Study

14 Englund M and Lohmander LS Patellofemoral Osteoarthritis Coexistent

with Tibiofemoral Osteoarthritis in a Meniscectomy Population Annals of

the Rheumatic Diseases 2005 64 1721 ndash 1726

15 Carter MA Osteoartritis In Price SA Wilson LM Patofisiologi konsep

klinis proses-proses penyakit 6th ed Jakarta EGC 2006 p 1380-4

16 Altman RD Criteria for the Classification of Osteoarthritis Journal of

Rheumatology 1991 27 (suppl) 10 ndash 12

37

17 Milne AD Evans NA Stanish WD Nonoperative Management of Knee

Osteoarthritis In Hartono IM Studi komparasi antara WOMAC index

dengan Kellgren-Lawrence grading system pada penderita osteoarthritis

genu [PPDS1 thesis] Semarang Medical Faculty Diponegoro University

2007 p 12

18 Haq I Murphy E Dacre J Osteoarthritis Review Postgrad Med J 2003

79 377 ndash 383

19 Anonim [1986] Criteria for classification of idiopathic osteoarthtritis (OA)

of the knee American College of Rheumatology [serial on the internet]

2010 [cited 2010 Jan 20] Available from

httpwwwrheumatologyorgpublicationsclassificationoakneeasp

aud=mem

38

  • BAB I
  • ILUSTRASI KASUS
  • 1 Pemeriksaan EKG
  • X ndash Ray Pelvis AP
  • BAB III
  • DISKUSI DAN PEMBAHASAN
Page 31: laporan kasus osteoartritis

anamnesis riwayat sosialnya penderita adalah seorang wanita berusia 75 tahun

yang meskipun tidak melakukan pekerjaan yang berat tetapi dirinya tetap

menjalankan pekerjaan rumah tangga (sebelum sakit) yang notabene banyak

menggunakan sendi lutut Selain itu dari pemeriksaan fisik penderita ini juga

mengalami kegemukan Kondisi-kondisi pada penderita ini merupakan faktor

risiko sekunder terjadinya OA Jadi dapat disimpulkan bahwa penyebab OA pada

penderita ini bukan termasuk faktor risiko OA primer

Penderita datang dengan keluhan nyeri pada kedua sendi lutut sejak plusmn 1

tahun SMRS dan puncaknya 2 hari SMRS dimana penderita sudah tidak bisa

berjalan lagi Nyeri sendi merupakan keluhan yang umum terjadi pada penyakit

reumatik seperti artritis gout OA keganasan reumatik septik dan lain

sebagainya Pada penderita ini nyeri terlokalisir pada lutut tanpa adanya nyeri

pada sendi yang lain nyeri bertambah saat melakukan gerakan (seperti berjalan)

dan berkurang apabila beristirahat Tidak ada demam Nyeri tidak menetap

sepanjang hari Nyeri seperti ini biasanya ditemukan pada OA

Penderita juga mengeluh kaku sendi Kaku sendi dirasakan penderita pada

pagi hari Keadaan ini biasanya disebabkan oleh desakan cairan yang berada di

sekitar jaringan yang mengalami inflamasi (kapsul sendi sinovial atau bursa)

Kaku sendi makin nyata pada pagi hari atau setelah istirahat Setelah digerak-

gerakkan cairan akan menyebar dari jaringan yang mengalami inflamasi sehingga

penderita merasa terlepas dari ikatan dan bisa menggerakkan sendinya kembali

Lama kaku sendi pada OA adalah kurang dari 30 menit sedangkan pada AR

minimal satu jam Pada penderita ini kaku sendi juga dirasakan pada pagi hari

selama plusmn 20-30 menit dan menghilang dengan sendirinya bila penderita

menggerakkan kakinya dengan beraktivitas seperti biasa Hal ini sesuai untuk

mendukung keluhan pada penderita OA

Penderita juga mengalami bengkak pada kedua lutut Bengkak dirasakan

oleh penderita sejak 6 bulan SMRS Sendi yang membengkak bisa disebabkan

oleh penonjolan tulang sinovitis efusi dan karena adanya osteofit yang dapat

mengubah permukaan sendi Pada penderita ditemukan osteofit pada pemeriksaan

rontgent

31

29

Pemeriksaan fisik lokalis pada kedua sendi lutut didapatkan pada

inspeksi didapatkan pembesaran bengkak pada kedua sendi lutut dengan tidak

ada perubahan warna kulit Palpasi pada kedua sendi lutut didapatkan nyeri tekan

dan pada perabaan dirasakan hangat Pemeriksaan gerak sendi didapat

keterbatasan gerak fleksi yaitu hanya dapat mengerakkan lutut sebesar 60deg

Hambatan gerak terutama disebabkan oleh adanya remodelling osteofit penebalan

kapsul dan juga adanya efusi Pada auskultasi sendi lutut penderita ditemukan

adanya krepitasi dimana terdengar suara gemeretak ldquokretek-kretekrdquo seperti suara

krupuk yang diremukkan Gejala ini mungkin disebabkan karena gesekan kedua

permukaan tulang sendi yang irregular pada saat sendi digerakkan ataupun secara

pasif dimanipulasi

Pemeriksaan radiologis pada penderita ini didapatkan adanya gambaran

berupa penyempitan sendi dan osteofit pada pinggir sendi Menipisnya rawan

sendi diawali dengan retak dan terbelahnya permukaan sendi di beberapa tempat

yang kemudian menyatu dan disebut sebagai fibrilasi Di lain pihak pada tulang

akan terjadi pula perubahan sebagai reaksi tubuh untuk memperbaiki kerusakan

Perubahan itu adalah penebalan tulang subkondral dan pembentukan osteofit

marginal disusul kemudian dengan perubahan komposisi molekular dan struktur

tulang Penipisan kartilago sendi akibat proses degeneratif memberi gambaran

penyempitan celah sendi yang tidak simetris pada foto polos radiologi Fungsi

kartilago sendi berkurang bahkan menghilang mengakibatkan beban stres di

daerah subkhondral bertambah Beberapa subkhondral tersebut dapat diamati pada

poto polos radiologi berupa pembentukan osteofit sklerotik subkhondral maupun

pembentukan kista subkhondral Pada penderita ini ditemukan adanya

pembentukan osteofit pada condylus lateralis dan medialis os tibio femoralis

Pada OA anamnesa (gejala klinis) pemeriksaan fisik dan pemeriksaan

radiologi sudah dapat menunjang penegakan diagnosis Hasil pemeriksaan

laboratorium pada OA biasanya tidak banyak berguna Darah tepi (Hb Leukosit

dan LED) dalam batas normal kecuali OA generalisata yang harus dibedakan

dengan arthritis peradangan Pada OA yang disertai peradangan mungkin

didapatkan penurunan viskositas pleositosis sedang hingga ringan serta

32

peningkatan ringan sel radang (lt8000m) gt1 Pada penderita ini dilakukan

pemeriksaan laboratorium darah lengkap kimia darah dan urin lengkap karena

pemeriksaan tersebut merupakan pemeriksaan rutin Dari hasil pemeriksaan

laboratorium pada penderita ini tidak ditemukan adanya kelainan

Diagnosis OA sudah bisa ditegakkan secara klinis dengan memakai

kriteria OA yang dibuat oleh Subcommittee American College of Rheumatology

(ACR) Kriteria OA lutut secara klinis laboratorium dan radiologis adalah adanya

nyeri lutut osteofit dan salah satu dari tanda berikut yaitu usia lebih dari 50

tahun kaku sendi kurang dari 30 menit atau adanya krepitus Pada penderita ini

wanita berusia 75 tahun ditemukan memiliki keluhan nyeri kedua sendi lutut

terdapat kaku sendi selama 20-30 menit terdapat krepitus dan pada pemeriksaan

radiologi ditemukan adanya osteofit

Pengelolaan penderita dengan OA bertujuan untuk menghilangkan

keluhan mengoptimalkan fungsi sendi mengurangi ketergantungan dan

meningkatkan kualitas hidup menghambat progresivitas penyakit dan mencegah

komplikasi Pilar terapi OA non farmakologis (edukasi terapi fisik

dietpenurunan berat badan) farmakologis (analgetik kortikosteroid lokal

sistemik kondroprotektif dan biologik) dan pembedahan

Edukasi sangat penting bagi semua pasien OA Dua hal yang menjadi

tujuan edukasi adalah bagaimana mengatasi nyeri dan disabilitas Pemberian

edukasi pada penderita ini sangat penting karena dengan edukasi diharapkan

pengetahuan penderita mengenai penyakit OA menjadi meningkat dan pengobatan

menjadi lebih mudah serta dapat diajak bersama-sama untuk mencegah kerusakan

organ sendi lebih lanjut Edukasi yang diberikan pada penderita ini yaitu

memberikan pengertian bahwa OA adalah penyakit yang kronik sehingga perlu

dipahami bahwa mungkin dalam derajat tertentu akan tetap ada rasa nyeri kaku

dan keterbatasan gerak serta fungsi Selain itu agar rasa nyeri dapat berkurang

maka penderita hendaknya mengurangi aktivitaspekerjaannya sehingga tidak

terlalu banyak menggunakan sendi lutut dan lebih banyak beristirahat Penderita

juga disarankan untuk kembali kontrol sehingga dapat diketahui apakah

33

penyakitnya sudah membaik atau ternyata ada efek samping akibat obat yang

diberikan

Terapi fisik bertujuan untuk melatih penderita agar persendiannya tetap

dapat dipakai dan melatih penderita untuk melindungi sendi yang sakit Pada

penderita ini dianjurkan untuk berolah raga tapi olah raga yang memperberat

sendi sebaiknya dihindari seperti lari atau joging Hal ini dikarenakan dapat

menambah inflamasi meningkatkan tekanan intraartikular bila ada efusi sendi dan

bahkan bisa menyebabkan robekan kapsul sendi Untuk mencegah risiko

terjadinya kecacatan pada sendi sebaiknya dilakukan olah raga peregangan otot

seperti mQuadrisep femoris dengan peregangan otot diharapkan dapat membantu

dalam peningkatan fungsi sendi secara keseluruhan dan mengurangi nyeri Pada

penderita ini disarankan untuk senam lantai 3 kali seminggu dimana pasien

mengambil posisi terlentang sambil meregangkan lututnya dengan cara

mengangkat kaki dan secara perlahan menekuk dan meluruskan lututnya Olah

raga ini sangat mudah dilakukan apalagi mengingat usia penderita yang sudah

mencapai 75 tahun

Diet bertujuan untuk menurunkan berat badan pada penderita OA yang

gemuk Hal ini sebaiknya menjadi program utama pengobatan OA Penurunan

berat badan seringkali dapat mengurangi keluhan dan peradangan Selain itu

obesitas juga dapat meningkatkan risiko progresifitas dari OA Pada penderita ini

disarankan untuk mengurangi berat badan dengan mengatur diet rendah kalori

sampai mungkin mendekati berat badan ideal Dimana prinsipnya adalah

mengurangi kalori yang masuk dibawah energi yang dibutuhkan Penurunan

energi intake yang aman dianjurkan pemberian defisit energi antara 500-1000

kalori perhari sehingga diharapkan akan terjadi pembakaran lemak tubuh dan

penurunan berat badan 05 ndash 1 kg per minggu Biasanya intake energi diberikan

1200-1300 kal per hari dan paling rendah 800 kal per hari Formula yang dapat

digunakan untuk kebutuhan energi berdasarkan berat badan adalah 22kalkgBB

aktualhari dengan cara ini didapatkan defisit energi 1000 kalhari Pada penderita

ini dianjurkan untuk diet 1400 kal perhari agar mencapai BB idealnya yakni

setidaknya mencapai 55 kg Namun cara ini juga memerlukan kehati ndash hatian

34

dikarenakan usia penderita dan daya tahan tubuhnya yang memang sudah tidak

mendukung untuk melakukan usaha diit

Terapi farmakologis pada penderita OA biasanya bersifat simptomatis

Pada tahap awal dapat dicoba analgetik sederhana seperti asetaminofen atau

salisilat Bila tidak ada perbaikan dapat diberikan obat anti inflamasi non steroid

Untuk mengurangi keluhan nyeri pada penderita ini telah diberikan pengobatan

langsung dengan obat anti inflamasi non steroid seperti Na-diklofenak dengan

dosis 3times50 mg tanpa menggunakan obat lini pertama Hal ini dikarenakan keluhan

pada penderita ini sudah cukup berat ditambah pula adanya bengkak dan rasa

hangat di lutut yang tidak hilang dengan obat analgetik sederhana ( seperti yang

biasa dikonsumsi penderita) Na-diklofenak merupakan obat golongan OAINS

COX-1 inhibitor yang non-selektif dimana obat ini diberikan pada penderita

karena tidak terdapat riwayat pernah menderita gangguan gastrointestinal Namun

mengingat usia penderita yang memang sudah lanjut maka penderita juga

diberikan obat pelapis lambung untuk menjaga kondisi saluran pencernaannya Di

sini penderita diberikan obat golongan PPI (Omeprazole 2 x 20 mg) Setelah

dievaluasi beberapa hari ternyata keluhan nyeri dan bengkak pada penderita tidak

kunjung ada perubahan maka ditambahkan pula obat steroid injeksi dimana

pilihannya adalah InjTriamcinolon 1 Amp24 jam (Inj Flamicort) Selain itu

pasien juga dikonsulkan ke spesialis rehabilitasi medis untuk dilakukan

fisioterapi

Terapi pembedahan Terapi ini diberikan apabila terapi farmakologis dan

rehabilitasi tidak berhasil untuk mengurangi rasa sakit dan juga untuk melakukan

koreksi apabila terjadi deformitas yang menimbulkan gangguan mobilisasi sendi

yang mengganggu aktifitas sehari-hari Pada penderita ini tidak sampai dilakukan

terapi pembedahan

35

DAFTAR PUSTAKA

1 Soeroso J Isbagio H Kalim H Broto R Pramudiyo R Osteoartritis In

Sudoyo AW Setiyohadi B Alwi I Simadibrata M Setiati S editors Buku

Ajar Ilmu Penyakit Dalam 4th ed Jakarta Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit

Dalam Fakultas Kedokteran Indonesia 2006 p 1195-201

2 Osteoarthritis Wikipedia The Free Encyclopedia [serial on the internet]

2009 [cited 2009 Sep 1] Available from

httpenwikipediaorgwikiOsteoarthritis

3 Reginster JY The Prevalence and Burden of Osteoarthritis Rheumatology

2002 41 (suppl 1) 3 ndash 6

4 Wibowo Dhidik Tri Kurniawan Yusuf Latifah Tati Gunadi Rachmat

Perancangan dan Implementasi Sistem Bantu Diagnosis Penyakit

Osteoartritis dan Reumatoid Artritis Melalui Deteksi Penyempitan Celah

Sendi pada Citra X-Ray Tangan dan Lutut Dalam Temu Ilmiah

Reumatologi Jakarta 2003 168 ndash 172

5 Konggres Nasional Ikatan Reumatologi Indonesia VI httppemda-

diygoidberita 2005 102140

36

6 Arthritis Research Campaign 2000 Available at

httpwwwarcorgukabout_arthastatshtm

7 Felson DT Zhang Y Hannan MT et al The Incidence and Natural

History of Knee Osteoarthritis in the Elderly The Framingham

Osteoarthritis Study Arthritis Rheumatology 1995 38 1500 ndash 1505

8 Felson DT Zhang Y An Update on the Epidemiology of Knee and Hip

Osteoarthritis with a View to Prevention Arthritis Rheumatology 1998

41 1343 ndash 1355

9 Setiyohadi Bambang Osteoartritis Selayang Pandang Dalam Temu Ilmiah

Reumatologi Jakarta 2003 27 ndash 31

10 Klippel John H Dieppe Paul A Brooks Peter et al Osteoarthritis In

Rheumatology United Kingdom Mosby ndash Year Book Europe Limited

1994 21 ndash 106

11 Abbate L Renner JB Stevens J et al Do Body Composition and Body Fat

Distribution Explain Ethnic Differences in Radiographic Knee

Osteoarthritis Outcomes in African -American and Caucasian Women The

North American Association for the Study of Obesity 2006 14 1274 ndash

1281

12 Amin Niu Jingbo Hunter David et al Smoking Worsens Knee

Osteoarthritis News Center Oklahoma City Oklahoma USA 2006 1 ndash 4

13 McAlindon Timothy E Felson David T Zhang Yuqing et al Relation of

Dietary Intake and Serum Levels of Vitamin D to Progression of

Osteoarthritis of the Knee Among Participants in the Framingham Study

14 Englund M and Lohmander LS Patellofemoral Osteoarthritis Coexistent

with Tibiofemoral Osteoarthritis in a Meniscectomy Population Annals of

the Rheumatic Diseases 2005 64 1721 ndash 1726

15 Carter MA Osteoartritis In Price SA Wilson LM Patofisiologi konsep

klinis proses-proses penyakit 6th ed Jakarta EGC 2006 p 1380-4

16 Altman RD Criteria for the Classification of Osteoarthritis Journal of

Rheumatology 1991 27 (suppl) 10 ndash 12

37

17 Milne AD Evans NA Stanish WD Nonoperative Management of Knee

Osteoarthritis In Hartono IM Studi komparasi antara WOMAC index

dengan Kellgren-Lawrence grading system pada penderita osteoarthritis

genu [PPDS1 thesis] Semarang Medical Faculty Diponegoro University

2007 p 12

18 Haq I Murphy E Dacre J Osteoarthritis Review Postgrad Med J 2003

79 377 ndash 383

19 Anonim [1986] Criteria for classification of idiopathic osteoarthtritis (OA)

of the knee American College of Rheumatology [serial on the internet]

2010 [cited 2010 Jan 20] Available from

httpwwwrheumatologyorgpublicationsclassificationoakneeasp

aud=mem

38

  • BAB I
  • ILUSTRASI KASUS
  • 1 Pemeriksaan EKG
  • X ndash Ray Pelvis AP
  • BAB III
  • DISKUSI DAN PEMBAHASAN
Page 32: laporan kasus osteoartritis

Pemeriksaan fisik lokalis pada kedua sendi lutut didapatkan pada

inspeksi didapatkan pembesaran bengkak pada kedua sendi lutut dengan tidak

ada perubahan warna kulit Palpasi pada kedua sendi lutut didapatkan nyeri tekan

dan pada perabaan dirasakan hangat Pemeriksaan gerak sendi didapat

keterbatasan gerak fleksi yaitu hanya dapat mengerakkan lutut sebesar 60deg

Hambatan gerak terutama disebabkan oleh adanya remodelling osteofit penebalan

kapsul dan juga adanya efusi Pada auskultasi sendi lutut penderita ditemukan

adanya krepitasi dimana terdengar suara gemeretak ldquokretek-kretekrdquo seperti suara

krupuk yang diremukkan Gejala ini mungkin disebabkan karena gesekan kedua

permukaan tulang sendi yang irregular pada saat sendi digerakkan ataupun secara

pasif dimanipulasi

Pemeriksaan radiologis pada penderita ini didapatkan adanya gambaran

berupa penyempitan sendi dan osteofit pada pinggir sendi Menipisnya rawan

sendi diawali dengan retak dan terbelahnya permukaan sendi di beberapa tempat

yang kemudian menyatu dan disebut sebagai fibrilasi Di lain pihak pada tulang

akan terjadi pula perubahan sebagai reaksi tubuh untuk memperbaiki kerusakan

Perubahan itu adalah penebalan tulang subkondral dan pembentukan osteofit

marginal disusul kemudian dengan perubahan komposisi molekular dan struktur

tulang Penipisan kartilago sendi akibat proses degeneratif memberi gambaran

penyempitan celah sendi yang tidak simetris pada foto polos radiologi Fungsi

kartilago sendi berkurang bahkan menghilang mengakibatkan beban stres di

daerah subkhondral bertambah Beberapa subkhondral tersebut dapat diamati pada

poto polos radiologi berupa pembentukan osteofit sklerotik subkhondral maupun

pembentukan kista subkhondral Pada penderita ini ditemukan adanya

pembentukan osteofit pada condylus lateralis dan medialis os tibio femoralis

Pada OA anamnesa (gejala klinis) pemeriksaan fisik dan pemeriksaan

radiologi sudah dapat menunjang penegakan diagnosis Hasil pemeriksaan

laboratorium pada OA biasanya tidak banyak berguna Darah tepi (Hb Leukosit

dan LED) dalam batas normal kecuali OA generalisata yang harus dibedakan

dengan arthritis peradangan Pada OA yang disertai peradangan mungkin

didapatkan penurunan viskositas pleositosis sedang hingga ringan serta

32

peningkatan ringan sel radang (lt8000m) gt1 Pada penderita ini dilakukan

pemeriksaan laboratorium darah lengkap kimia darah dan urin lengkap karena

pemeriksaan tersebut merupakan pemeriksaan rutin Dari hasil pemeriksaan

laboratorium pada penderita ini tidak ditemukan adanya kelainan

Diagnosis OA sudah bisa ditegakkan secara klinis dengan memakai

kriteria OA yang dibuat oleh Subcommittee American College of Rheumatology

(ACR) Kriteria OA lutut secara klinis laboratorium dan radiologis adalah adanya

nyeri lutut osteofit dan salah satu dari tanda berikut yaitu usia lebih dari 50

tahun kaku sendi kurang dari 30 menit atau adanya krepitus Pada penderita ini

wanita berusia 75 tahun ditemukan memiliki keluhan nyeri kedua sendi lutut

terdapat kaku sendi selama 20-30 menit terdapat krepitus dan pada pemeriksaan

radiologi ditemukan adanya osteofit

Pengelolaan penderita dengan OA bertujuan untuk menghilangkan

keluhan mengoptimalkan fungsi sendi mengurangi ketergantungan dan

meningkatkan kualitas hidup menghambat progresivitas penyakit dan mencegah

komplikasi Pilar terapi OA non farmakologis (edukasi terapi fisik

dietpenurunan berat badan) farmakologis (analgetik kortikosteroid lokal

sistemik kondroprotektif dan biologik) dan pembedahan

Edukasi sangat penting bagi semua pasien OA Dua hal yang menjadi

tujuan edukasi adalah bagaimana mengatasi nyeri dan disabilitas Pemberian

edukasi pada penderita ini sangat penting karena dengan edukasi diharapkan

pengetahuan penderita mengenai penyakit OA menjadi meningkat dan pengobatan

menjadi lebih mudah serta dapat diajak bersama-sama untuk mencegah kerusakan

organ sendi lebih lanjut Edukasi yang diberikan pada penderita ini yaitu

memberikan pengertian bahwa OA adalah penyakit yang kronik sehingga perlu

dipahami bahwa mungkin dalam derajat tertentu akan tetap ada rasa nyeri kaku

dan keterbatasan gerak serta fungsi Selain itu agar rasa nyeri dapat berkurang

maka penderita hendaknya mengurangi aktivitaspekerjaannya sehingga tidak

terlalu banyak menggunakan sendi lutut dan lebih banyak beristirahat Penderita

juga disarankan untuk kembali kontrol sehingga dapat diketahui apakah

33

penyakitnya sudah membaik atau ternyata ada efek samping akibat obat yang

diberikan

Terapi fisik bertujuan untuk melatih penderita agar persendiannya tetap

dapat dipakai dan melatih penderita untuk melindungi sendi yang sakit Pada

penderita ini dianjurkan untuk berolah raga tapi olah raga yang memperberat

sendi sebaiknya dihindari seperti lari atau joging Hal ini dikarenakan dapat

menambah inflamasi meningkatkan tekanan intraartikular bila ada efusi sendi dan

bahkan bisa menyebabkan robekan kapsul sendi Untuk mencegah risiko

terjadinya kecacatan pada sendi sebaiknya dilakukan olah raga peregangan otot

seperti mQuadrisep femoris dengan peregangan otot diharapkan dapat membantu

dalam peningkatan fungsi sendi secara keseluruhan dan mengurangi nyeri Pada

penderita ini disarankan untuk senam lantai 3 kali seminggu dimana pasien

mengambil posisi terlentang sambil meregangkan lututnya dengan cara

mengangkat kaki dan secara perlahan menekuk dan meluruskan lututnya Olah

raga ini sangat mudah dilakukan apalagi mengingat usia penderita yang sudah

mencapai 75 tahun

Diet bertujuan untuk menurunkan berat badan pada penderita OA yang

gemuk Hal ini sebaiknya menjadi program utama pengobatan OA Penurunan

berat badan seringkali dapat mengurangi keluhan dan peradangan Selain itu

obesitas juga dapat meningkatkan risiko progresifitas dari OA Pada penderita ini

disarankan untuk mengurangi berat badan dengan mengatur diet rendah kalori

sampai mungkin mendekati berat badan ideal Dimana prinsipnya adalah

mengurangi kalori yang masuk dibawah energi yang dibutuhkan Penurunan

energi intake yang aman dianjurkan pemberian defisit energi antara 500-1000

kalori perhari sehingga diharapkan akan terjadi pembakaran lemak tubuh dan

penurunan berat badan 05 ndash 1 kg per minggu Biasanya intake energi diberikan

1200-1300 kal per hari dan paling rendah 800 kal per hari Formula yang dapat

digunakan untuk kebutuhan energi berdasarkan berat badan adalah 22kalkgBB

aktualhari dengan cara ini didapatkan defisit energi 1000 kalhari Pada penderita

ini dianjurkan untuk diet 1400 kal perhari agar mencapai BB idealnya yakni

setidaknya mencapai 55 kg Namun cara ini juga memerlukan kehati ndash hatian

34

dikarenakan usia penderita dan daya tahan tubuhnya yang memang sudah tidak

mendukung untuk melakukan usaha diit

Terapi farmakologis pada penderita OA biasanya bersifat simptomatis

Pada tahap awal dapat dicoba analgetik sederhana seperti asetaminofen atau

salisilat Bila tidak ada perbaikan dapat diberikan obat anti inflamasi non steroid

Untuk mengurangi keluhan nyeri pada penderita ini telah diberikan pengobatan

langsung dengan obat anti inflamasi non steroid seperti Na-diklofenak dengan

dosis 3times50 mg tanpa menggunakan obat lini pertama Hal ini dikarenakan keluhan

pada penderita ini sudah cukup berat ditambah pula adanya bengkak dan rasa

hangat di lutut yang tidak hilang dengan obat analgetik sederhana ( seperti yang

biasa dikonsumsi penderita) Na-diklofenak merupakan obat golongan OAINS

COX-1 inhibitor yang non-selektif dimana obat ini diberikan pada penderita

karena tidak terdapat riwayat pernah menderita gangguan gastrointestinal Namun

mengingat usia penderita yang memang sudah lanjut maka penderita juga

diberikan obat pelapis lambung untuk menjaga kondisi saluran pencernaannya Di

sini penderita diberikan obat golongan PPI (Omeprazole 2 x 20 mg) Setelah

dievaluasi beberapa hari ternyata keluhan nyeri dan bengkak pada penderita tidak

kunjung ada perubahan maka ditambahkan pula obat steroid injeksi dimana

pilihannya adalah InjTriamcinolon 1 Amp24 jam (Inj Flamicort) Selain itu

pasien juga dikonsulkan ke spesialis rehabilitasi medis untuk dilakukan

fisioterapi

Terapi pembedahan Terapi ini diberikan apabila terapi farmakologis dan

rehabilitasi tidak berhasil untuk mengurangi rasa sakit dan juga untuk melakukan

koreksi apabila terjadi deformitas yang menimbulkan gangguan mobilisasi sendi

yang mengganggu aktifitas sehari-hari Pada penderita ini tidak sampai dilakukan

terapi pembedahan

35

DAFTAR PUSTAKA

1 Soeroso J Isbagio H Kalim H Broto R Pramudiyo R Osteoartritis In

Sudoyo AW Setiyohadi B Alwi I Simadibrata M Setiati S editors Buku

Ajar Ilmu Penyakit Dalam 4th ed Jakarta Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit

Dalam Fakultas Kedokteran Indonesia 2006 p 1195-201

2 Osteoarthritis Wikipedia The Free Encyclopedia [serial on the internet]

2009 [cited 2009 Sep 1] Available from

httpenwikipediaorgwikiOsteoarthritis

3 Reginster JY The Prevalence and Burden of Osteoarthritis Rheumatology

2002 41 (suppl 1) 3 ndash 6

4 Wibowo Dhidik Tri Kurniawan Yusuf Latifah Tati Gunadi Rachmat

Perancangan dan Implementasi Sistem Bantu Diagnosis Penyakit

Osteoartritis dan Reumatoid Artritis Melalui Deteksi Penyempitan Celah

Sendi pada Citra X-Ray Tangan dan Lutut Dalam Temu Ilmiah

Reumatologi Jakarta 2003 168 ndash 172

5 Konggres Nasional Ikatan Reumatologi Indonesia VI httppemda-

diygoidberita 2005 102140

36

6 Arthritis Research Campaign 2000 Available at

httpwwwarcorgukabout_arthastatshtm

7 Felson DT Zhang Y Hannan MT et al The Incidence and Natural

History of Knee Osteoarthritis in the Elderly The Framingham

Osteoarthritis Study Arthritis Rheumatology 1995 38 1500 ndash 1505

8 Felson DT Zhang Y An Update on the Epidemiology of Knee and Hip

Osteoarthritis with a View to Prevention Arthritis Rheumatology 1998

41 1343 ndash 1355

9 Setiyohadi Bambang Osteoartritis Selayang Pandang Dalam Temu Ilmiah

Reumatologi Jakarta 2003 27 ndash 31

10 Klippel John H Dieppe Paul A Brooks Peter et al Osteoarthritis In

Rheumatology United Kingdom Mosby ndash Year Book Europe Limited

1994 21 ndash 106

11 Abbate L Renner JB Stevens J et al Do Body Composition and Body Fat

Distribution Explain Ethnic Differences in Radiographic Knee

Osteoarthritis Outcomes in African -American and Caucasian Women The

North American Association for the Study of Obesity 2006 14 1274 ndash

1281

12 Amin Niu Jingbo Hunter David et al Smoking Worsens Knee

Osteoarthritis News Center Oklahoma City Oklahoma USA 2006 1 ndash 4

13 McAlindon Timothy E Felson David T Zhang Yuqing et al Relation of

Dietary Intake and Serum Levels of Vitamin D to Progression of

Osteoarthritis of the Knee Among Participants in the Framingham Study

14 Englund M and Lohmander LS Patellofemoral Osteoarthritis Coexistent

with Tibiofemoral Osteoarthritis in a Meniscectomy Population Annals of

the Rheumatic Diseases 2005 64 1721 ndash 1726

15 Carter MA Osteoartritis In Price SA Wilson LM Patofisiologi konsep

klinis proses-proses penyakit 6th ed Jakarta EGC 2006 p 1380-4

16 Altman RD Criteria for the Classification of Osteoarthritis Journal of

Rheumatology 1991 27 (suppl) 10 ndash 12

37

17 Milne AD Evans NA Stanish WD Nonoperative Management of Knee

Osteoarthritis In Hartono IM Studi komparasi antara WOMAC index

dengan Kellgren-Lawrence grading system pada penderita osteoarthritis

genu [PPDS1 thesis] Semarang Medical Faculty Diponegoro University

2007 p 12

18 Haq I Murphy E Dacre J Osteoarthritis Review Postgrad Med J 2003

79 377 ndash 383

19 Anonim [1986] Criteria for classification of idiopathic osteoarthtritis (OA)

of the knee American College of Rheumatology [serial on the internet]

2010 [cited 2010 Jan 20] Available from

httpwwwrheumatologyorgpublicationsclassificationoakneeasp

aud=mem

38

  • BAB I
  • ILUSTRASI KASUS
  • 1 Pemeriksaan EKG
  • X ndash Ray Pelvis AP
  • BAB III
  • DISKUSI DAN PEMBAHASAN
Page 33: laporan kasus osteoartritis

peningkatan ringan sel radang (lt8000m) gt1 Pada penderita ini dilakukan

pemeriksaan laboratorium darah lengkap kimia darah dan urin lengkap karena

pemeriksaan tersebut merupakan pemeriksaan rutin Dari hasil pemeriksaan

laboratorium pada penderita ini tidak ditemukan adanya kelainan

Diagnosis OA sudah bisa ditegakkan secara klinis dengan memakai

kriteria OA yang dibuat oleh Subcommittee American College of Rheumatology

(ACR) Kriteria OA lutut secara klinis laboratorium dan radiologis adalah adanya

nyeri lutut osteofit dan salah satu dari tanda berikut yaitu usia lebih dari 50

tahun kaku sendi kurang dari 30 menit atau adanya krepitus Pada penderita ini

wanita berusia 75 tahun ditemukan memiliki keluhan nyeri kedua sendi lutut

terdapat kaku sendi selama 20-30 menit terdapat krepitus dan pada pemeriksaan

radiologi ditemukan adanya osteofit

Pengelolaan penderita dengan OA bertujuan untuk menghilangkan

keluhan mengoptimalkan fungsi sendi mengurangi ketergantungan dan

meningkatkan kualitas hidup menghambat progresivitas penyakit dan mencegah

komplikasi Pilar terapi OA non farmakologis (edukasi terapi fisik

dietpenurunan berat badan) farmakologis (analgetik kortikosteroid lokal

sistemik kondroprotektif dan biologik) dan pembedahan

Edukasi sangat penting bagi semua pasien OA Dua hal yang menjadi

tujuan edukasi adalah bagaimana mengatasi nyeri dan disabilitas Pemberian

edukasi pada penderita ini sangat penting karena dengan edukasi diharapkan

pengetahuan penderita mengenai penyakit OA menjadi meningkat dan pengobatan

menjadi lebih mudah serta dapat diajak bersama-sama untuk mencegah kerusakan

organ sendi lebih lanjut Edukasi yang diberikan pada penderita ini yaitu

memberikan pengertian bahwa OA adalah penyakit yang kronik sehingga perlu

dipahami bahwa mungkin dalam derajat tertentu akan tetap ada rasa nyeri kaku

dan keterbatasan gerak serta fungsi Selain itu agar rasa nyeri dapat berkurang

maka penderita hendaknya mengurangi aktivitaspekerjaannya sehingga tidak

terlalu banyak menggunakan sendi lutut dan lebih banyak beristirahat Penderita

juga disarankan untuk kembali kontrol sehingga dapat diketahui apakah

33

penyakitnya sudah membaik atau ternyata ada efek samping akibat obat yang

diberikan

Terapi fisik bertujuan untuk melatih penderita agar persendiannya tetap

dapat dipakai dan melatih penderita untuk melindungi sendi yang sakit Pada

penderita ini dianjurkan untuk berolah raga tapi olah raga yang memperberat

sendi sebaiknya dihindari seperti lari atau joging Hal ini dikarenakan dapat

menambah inflamasi meningkatkan tekanan intraartikular bila ada efusi sendi dan

bahkan bisa menyebabkan robekan kapsul sendi Untuk mencegah risiko

terjadinya kecacatan pada sendi sebaiknya dilakukan olah raga peregangan otot

seperti mQuadrisep femoris dengan peregangan otot diharapkan dapat membantu

dalam peningkatan fungsi sendi secara keseluruhan dan mengurangi nyeri Pada

penderita ini disarankan untuk senam lantai 3 kali seminggu dimana pasien

mengambil posisi terlentang sambil meregangkan lututnya dengan cara

mengangkat kaki dan secara perlahan menekuk dan meluruskan lututnya Olah

raga ini sangat mudah dilakukan apalagi mengingat usia penderita yang sudah

mencapai 75 tahun

Diet bertujuan untuk menurunkan berat badan pada penderita OA yang

gemuk Hal ini sebaiknya menjadi program utama pengobatan OA Penurunan

berat badan seringkali dapat mengurangi keluhan dan peradangan Selain itu

obesitas juga dapat meningkatkan risiko progresifitas dari OA Pada penderita ini

disarankan untuk mengurangi berat badan dengan mengatur diet rendah kalori

sampai mungkin mendekati berat badan ideal Dimana prinsipnya adalah

mengurangi kalori yang masuk dibawah energi yang dibutuhkan Penurunan

energi intake yang aman dianjurkan pemberian defisit energi antara 500-1000

kalori perhari sehingga diharapkan akan terjadi pembakaran lemak tubuh dan

penurunan berat badan 05 ndash 1 kg per minggu Biasanya intake energi diberikan

1200-1300 kal per hari dan paling rendah 800 kal per hari Formula yang dapat

digunakan untuk kebutuhan energi berdasarkan berat badan adalah 22kalkgBB

aktualhari dengan cara ini didapatkan defisit energi 1000 kalhari Pada penderita

ini dianjurkan untuk diet 1400 kal perhari agar mencapai BB idealnya yakni

setidaknya mencapai 55 kg Namun cara ini juga memerlukan kehati ndash hatian

34

dikarenakan usia penderita dan daya tahan tubuhnya yang memang sudah tidak

mendukung untuk melakukan usaha diit

Terapi farmakologis pada penderita OA biasanya bersifat simptomatis

Pada tahap awal dapat dicoba analgetik sederhana seperti asetaminofen atau

salisilat Bila tidak ada perbaikan dapat diberikan obat anti inflamasi non steroid

Untuk mengurangi keluhan nyeri pada penderita ini telah diberikan pengobatan

langsung dengan obat anti inflamasi non steroid seperti Na-diklofenak dengan

dosis 3times50 mg tanpa menggunakan obat lini pertama Hal ini dikarenakan keluhan

pada penderita ini sudah cukup berat ditambah pula adanya bengkak dan rasa

hangat di lutut yang tidak hilang dengan obat analgetik sederhana ( seperti yang

biasa dikonsumsi penderita) Na-diklofenak merupakan obat golongan OAINS

COX-1 inhibitor yang non-selektif dimana obat ini diberikan pada penderita

karena tidak terdapat riwayat pernah menderita gangguan gastrointestinal Namun

mengingat usia penderita yang memang sudah lanjut maka penderita juga

diberikan obat pelapis lambung untuk menjaga kondisi saluran pencernaannya Di

sini penderita diberikan obat golongan PPI (Omeprazole 2 x 20 mg) Setelah

dievaluasi beberapa hari ternyata keluhan nyeri dan bengkak pada penderita tidak

kunjung ada perubahan maka ditambahkan pula obat steroid injeksi dimana

pilihannya adalah InjTriamcinolon 1 Amp24 jam (Inj Flamicort) Selain itu

pasien juga dikonsulkan ke spesialis rehabilitasi medis untuk dilakukan

fisioterapi

Terapi pembedahan Terapi ini diberikan apabila terapi farmakologis dan

rehabilitasi tidak berhasil untuk mengurangi rasa sakit dan juga untuk melakukan

koreksi apabila terjadi deformitas yang menimbulkan gangguan mobilisasi sendi

yang mengganggu aktifitas sehari-hari Pada penderita ini tidak sampai dilakukan

terapi pembedahan

35

DAFTAR PUSTAKA

1 Soeroso J Isbagio H Kalim H Broto R Pramudiyo R Osteoartritis In

Sudoyo AW Setiyohadi B Alwi I Simadibrata M Setiati S editors Buku

Ajar Ilmu Penyakit Dalam 4th ed Jakarta Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit

Dalam Fakultas Kedokteran Indonesia 2006 p 1195-201

2 Osteoarthritis Wikipedia The Free Encyclopedia [serial on the internet]

2009 [cited 2009 Sep 1] Available from

httpenwikipediaorgwikiOsteoarthritis

3 Reginster JY The Prevalence and Burden of Osteoarthritis Rheumatology

2002 41 (suppl 1) 3 ndash 6

4 Wibowo Dhidik Tri Kurniawan Yusuf Latifah Tati Gunadi Rachmat

Perancangan dan Implementasi Sistem Bantu Diagnosis Penyakit

Osteoartritis dan Reumatoid Artritis Melalui Deteksi Penyempitan Celah

Sendi pada Citra X-Ray Tangan dan Lutut Dalam Temu Ilmiah

Reumatologi Jakarta 2003 168 ndash 172

5 Konggres Nasional Ikatan Reumatologi Indonesia VI httppemda-

diygoidberita 2005 102140

36

6 Arthritis Research Campaign 2000 Available at

httpwwwarcorgukabout_arthastatshtm

7 Felson DT Zhang Y Hannan MT et al The Incidence and Natural

History of Knee Osteoarthritis in the Elderly The Framingham

Osteoarthritis Study Arthritis Rheumatology 1995 38 1500 ndash 1505

8 Felson DT Zhang Y An Update on the Epidemiology of Knee and Hip

Osteoarthritis with a View to Prevention Arthritis Rheumatology 1998

41 1343 ndash 1355

9 Setiyohadi Bambang Osteoartritis Selayang Pandang Dalam Temu Ilmiah

Reumatologi Jakarta 2003 27 ndash 31

10 Klippel John H Dieppe Paul A Brooks Peter et al Osteoarthritis In

Rheumatology United Kingdom Mosby ndash Year Book Europe Limited

1994 21 ndash 106

11 Abbate L Renner JB Stevens J et al Do Body Composition and Body Fat

Distribution Explain Ethnic Differences in Radiographic Knee

Osteoarthritis Outcomes in African -American and Caucasian Women The

North American Association for the Study of Obesity 2006 14 1274 ndash

1281

12 Amin Niu Jingbo Hunter David et al Smoking Worsens Knee

Osteoarthritis News Center Oklahoma City Oklahoma USA 2006 1 ndash 4

13 McAlindon Timothy E Felson David T Zhang Yuqing et al Relation of

Dietary Intake and Serum Levels of Vitamin D to Progression of

Osteoarthritis of the Knee Among Participants in the Framingham Study

14 Englund M and Lohmander LS Patellofemoral Osteoarthritis Coexistent

with Tibiofemoral Osteoarthritis in a Meniscectomy Population Annals of

the Rheumatic Diseases 2005 64 1721 ndash 1726

15 Carter MA Osteoartritis In Price SA Wilson LM Patofisiologi konsep

klinis proses-proses penyakit 6th ed Jakarta EGC 2006 p 1380-4

16 Altman RD Criteria for the Classification of Osteoarthritis Journal of

Rheumatology 1991 27 (suppl) 10 ndash 12

37

17 Milne AD Evans NA Stanish WD Nonoperative Management of Knee

Osteoarthritis In Hartono IM Studi komparasi antara WOMAC index

dengan Kellgren-Lawrence grading system pada penderita osteoarthritis

genu [PPDS1 thesis] Semarang Medical Faculty Diponegoro University

2007 p 12

18 Haq I Murphy E Dacre J Osteoarthritis Review Postgrad Med J 2003

79 377 ndash 383

19 Anonim [1986] Criteria for classification of idiopathic osteoarthtritis (OA)

of the knee American College of Rheumatology [serial on the internet]

2010 [cited 2010 Jan 20] Available from

httpwwwrheumatologyorgpublicationsclassificationoakneeasp

aud=mem

38

  • BAB I
  • ILUSTRASI KASUS
  • 1 Pemeriksaan EKG
  • X ndash Ray Pelvis AP
  • BAB III
  • DISKUSI DAN PEMBAHASAN
Page 34: laporan kasus osteoartritis

penyakitnya sudah membaik atau ternyata ada efek samping akibat obat yang

diberikan

Terapi fisik bertujuan untuk melatih penderita agar persendiannya tetap

dapat dipakai dan melatih penderita untuk melindungi sendi yang sakit Pada

penderita ini dianjurkan untuk berolah raga tapi olah raga yang memperberat

sendi sebaiknya dihindari seperti lari atau joging Hal ini dikarenakan dapat

menambah inflamasi meningkatkan tekanan intraartikular bila ada efusi sendi dan

bahkan bisa menyebabkan robekan kapsul sendi Untuk mencegah risiko

terjadinya kecacatan pada sendi sebaiknya dilakukan olah raga peregangan otot

seperti mQuadrisep femoris dengan peregangan otot diharapkan dapat membantu

dalam peningkatan fungsi sendi secara keseluruhan dan mengurangi nyeri Pada

penderita ini disarankan untuk senam lantai 3 kali seminggu dimana pasien

mengambil posisi terlentang sambil meregangkan lututnya dengan cara

mengangkat kaki dan secara perlahan menekuk dan meluruskan lututnya Olah

raga ini sangat mudah dilakukan apalagi mengingat usia penderita yang sudah

mencapai 75 tahun

Diet bertujuan untuk menurunkan berat badan pada penderita OA yang

gemuk Hal ini sebaiknya menjadi program utama pengobatan OA Penurunan

berat badan seringkali dapat mengurangi keluhan dan peradangan Selain itu

obesitas juga dapat meningkatkan risiko progresifitas dari OA Pada penderita ini

disarankan untuk mengurangi berat badan dengan mengatur diet rendah kalori

sampai mungkin mendekati berat badan ideal Dimana prinsipnya adalah

mengurangi kalori yang masuk dibawah energi yang dibutuhkan Penurunan

energi intake yang aman dianjurkan pemberian defisit energi antara 500-1000

kalori perhari sehingga diharapkan akan terjadi pembakaran lemak tubuh dan

penurunan berat badan 05 ndash 1 kg per minggu Biasanya intake energi diberikan

1200-1300 kal per hari dan paling rendah 800 kal per hari Formula yang dapat

digunakan untuk kebutuhan energi berdasarkan berat badan adalah 22kalkgBB

aktualhari dengan cara ini didapatkan defisit energi 1000 kalhari Pada penderita

ini dianjurkan untuk diet 1400 kal perhari agar mencapai BB idealnya yakni

setidaknya mencapai 55 kg Namun cara ini juga memerlukan kehati ndash hatian

34

dikarenakan usia penderita dan daya tahan tubuhnya yang memang sudah tidak

mendukung untuk melakukan usaha diit

Terapi farmakologis pada penderita OA biasanya bersifat simptomatis

Pada tahap awal dapat dicoba analgetik sederhana seperti asetaminofen atau

salisilat Bila tidak ada perbaikan dapat diberikan obat anti inflamasi non steroid

Untuk mengurangi keluhan nyeri pada penderita ini telah diberikan pengobatan

langsung dengan obat anti inflamasi non steroid seperti Na-diklofenak dengan

dosis 3times50 mg tanpa menggunakan obat lini pertama Hal ini dikarenakan keluhan

pada penderita ini sudah cukup berat ditambah pula adanya bengkak dan rasa

hangat di lutut yang tidak hilang dengan obat analgetik sederhana ( seperti yang

biasa dikonsumsi penderita) Na-diklofenak merupakan obat golongan OAINS

COX-1 inhibitor yang non-selektif dimana obat ini diberikan pada penderita

karena tidak terdapat riwayat pernah menderita gangguan gastrointestinal Namun

mengingat usia penderita yang memang sudah lanjut maka penderita juga

diberikan obat pelapis lambung untuk menjaga kondisi saluran pencernaannya Di

sini penderita diberikan obat golongan PPI (Omeprazole 2 x 20 mg) Setelah

dievaluasi beberapa hari ternyata keluhan nyeri dan bengkak pada penderita tidak

kunjung ada perubahan maka ditambahkan pula obat steroid injeksi dimana

pilihannya adalah InjTriamcinolon 1 Amp24 jam (Inj Flamicort) Selain itu

pasien juga dikonsulkan ke spesialis rehabilitasi medis untuk dilakukan

fisioterapi

Terapi pembedahan Terapi ini diberikan apabila terapi farmakologis dan

rehabilitasi tidak berhasil untuk mengurangi rasa sakit dan juga untuk melakukan

koreksi apabila terjadi deformitas yang menimbulkan gangguan mobilisasi sendi

yang mengganggu aktifitas sehari-hari Pada penderita ini tidak sampai dilakukan

terapi pembedahan

35

DAFTAR PUSTAKA

1 Soeroso J Isbagio H Kalim H Broto R Pramudiyo R Osteoartritis In

Sudoyo AW Setiyohadi B Alwi I Simadibrata M Setiati S editors Buku

Ajar Ilmu Penyakit Dalam 4th ed Jakarta Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit

Dalam Fakultas Kedokteran Indonesia 2006 p 1195-201

2 Osteoarthritis Wikipedia The Free Encyclopedia [serial on the internet]

2009 [cited 2009 Sep 1] Available from

httpenwikipediaorgwikiOsteoarthritis

3 Reginster JY The Prevalence and Burden of Osteoarthritis Rheumatology

2002 41 (suppl 1) 3 ndash 6

4 Wibowo Dhidik Tri Kurniawan Yusuf Latifah Tati Gunadi Rachmat

Perancangan dan Implementasi Sistem Bantu Diagnosis Penyakit

Osteoartritis dan Reumatoid Artritis Melalui Deteksi Penyempitan Celah

Sendi pada Citra X-Ray Tangan dan Lutut Dalam Temu Ilmiah

Reumatologi Jakarta 2003 168 ndash 172

5 Konggres Nasional Ikatan Reumatologi Indonesia VI httppemda-

diygoidberita 2005 102140

36

6 Arthritis Research Campaign 2000 Available at

httpwwwarcorgukabout_arthastatshtm

7 Felson DT Zhang Y Hannan MT et al The Incidence and Natural

History of Knee Osteoarthritis in the Elderly The Framingham

Osteoarthritis Study Arthritis Rheumatology 1995 38 1500 ndash 1505

8 Felson DT Zhang Y An Update on the Epidemiology of Knee and Hip

Osteoarthritis with a View to Prevention Arthritis Rheumatology 1998

41 1343 ndash 1355

9 Setiyohadi Bambang Osteoartritis Selayang Pandang Dalam Temu Ilmiah

Reumatologi Jakarta 2003 27 ndash 31

10 Klippel John H Dieppe Paul A Brooks Peter et al Osteoarthritis In

Rheumatology United Kingdom Mosby ndash Year Book Europe Limited

1994 21 ndash 106

11 Abbate L Renner JB Stevens J et al Do Body Composition and Body Fat

Distribution Explain Ethnic Differences in Radiographic Knee

Osteoarthritis Outcomes in African -American and Caucasian Women The

North American Association for the Study of Obesity 2006 14 1274 ndash

1281

12 Amin Niu Jingbo Hunter David et al Smoking Worsens Knee

Osteoarthritis News Center Oklahoma City Oklahoma USA 2006 1 ndash 4

13 McAlindon Timothy E Felson David T Zhang Yuqing et al Relation of

Dietary Intake and Serum Levels of Vitamin D to Progression of

Osteoarthritis of the Knee Among Participants in the Framingham Study

14 Englund M and Lohmander LS Patellofemoral Osteoarthritis Coexistent

with Tibiofemoral Osteoarthritis in a Meniscectomy Population Annals of

the Rheumatic Diseases 2005 64 1721 ndash 1726

15 Carter MA Osteoartritis In Price SA Wilson LM Patofisiologi konsep

klinis proses-proses penyakit 6th ed Jakarta EGC 2006 p 1380-4

16 Altman RD Criteria for the Classification of Osteoarthritis Journal of

Rheumatology 1991 27 (suppl) 10 ndash 12

37

17 Milne AD Evans NA Stanish WD Nonoperative Management of Knee

Osteoarthritis In Hartono IM Studi komparasi antara WOMAC index

dengan Kellgren-Lawrence grading system pada penderita osteoarthritis

genu [PPDS1 thesis] Semarang Medical Faculty Diponegoro University

2007 p 12

18 Haq I Murphy E Dacre J Osteoarthritis Review Postgrad Med J 2003

79 377 ndash 383

19 Anonim [1986] Criteria for classification of idiopathic osteoarthtritis (OA)

of the knee American College of Rheumatology [serial on the internet]

2010 [cited 2010 Jan 20] Available from

httpwwwrheumatologyorgpublicationsclassificationoakneeasp

aud=mem

38

  • BAB I
  • ILUSTRASI KASUS
  • 1 Pemeriksaan EKG
  • X ndash Ray Pelvis AP
  • BAB III
  • DISKUSI DAN PEMBAHASAN
Page 35: laporan kasus osteoartritis

dikarenakan usia penderita dan daya tahan tubuhnya yang memang sudah tidak

mendukung untuk melakukan usaha diit

Terapi farmakologis pada penderita OA biasanya bersifat simptomatis

Pada tahap awal dapat dicoba analgetik sederhana seperti asetaminofen atau

salisilat Bila tidak ada perbaikan dapat diberikan obat anti inflamasi non steroid

Untuk mengurangi keluhan nyeri pada penderita ini telah diberikan pengobatan

langsung dengan obat anti inflamasi non steroid seperti Na-diklofenak dengan

dosis 3times50 mg tanpa menggunakan obat lini pertama Hal ini dikarenakan keluhan

pada penderita ini sudah cukup berat ditambah pula adanya bengkak dan rasa

hangat di lutut yang tidak hilang dengan obat analgetik sederhana ( seperti yang

biasa dikonsumsi penderita) Na-diklofenak merupakan obat golongan OAINS

COX-1 inhibitor yang non-selektif dimana obat ini diberikan pada penderita

karena tidak terdapat riwayat pernah menderita gangguan gastrointestinal Namun

mengingat usia penderita yang memang sudah lanjut maka penderita juga

diberikan obat pelapis lambung untuk menjaga kondisi saluran pencernaannya Di

sini penderita diberikan obat golongan PPI (Omeprazole 2 x 20 mg) Setelah

dievaluasi beberapa hari ternyata keluhan nyeri dan bengkak pada penderita tidak

kunjung ada perubahan maka ditambahkan pula obat steroid injeksi dimana

pilihannya adalah InjTriamcinolon 1 Amp24 jam (Inj Flamicort) Selain itu

pasien juga dikonsulkan ke spesialis rehabilitasi medis untuk dilakukan

fisioterapi

Terapi pembedahan Terapi ini diberikan apabila terapi farmakologis dan

rehabilitasi tidak berhasil untuk mengurangi rasa sakit dan juga untuk melakukan

koreksi apabila terjadi deformitas yang menimbulkan gangguan mobilisasi sendi

yang mengganggu aktifitas sehari-hari Pada penderita ini tidak sampai dilakukan

terapi pembedahan

35

DAFTAR PUSTAKA

1 Soeroso J Isbagio H Kalim H Broto R Pramudiyo R Osteoartritis In

Sudoyo AW Setiyohadi B Alwi I Simadibrata M Setiati S editors Buku

Ajar Ilmu Penyakit Dalam 4th ed Jakarta Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit

Dalam Fakultas Kedokteran Indonesia 2006 p 1195-201

2 Osteoarthritis Wikipedia The Free Encyclopedia [serial on the internet]

2009 [cited 2009 Sep 1] Available from

httpenwikipediaorgwikiOsteoarthritis

3 Reginster JY The Prevalence and Burden of Osteoarthritis Rheumatology

2002 41 (suppl 1) 3 ndash 6

4 Wibowo Dhidik Tri Kurniawan Yusuf Latifah Tati Gunadi Rachmat

Perancangan dan Implementasi Sistem Bantu Diagnosis Penyakit

Osteoartritis dan Reumatoid Artritis Melalui Deteksi Penyempitan Celah

Sendi pada Citra X-Ray Tangan dan Lutut Dalam Temu Ilmiah

Reumatologi Jakarta 2003 168 ndash 172

5 Konggres Nasional Ikatan Reumatologi Indonesia VI httppemda-

diygoidberita 2005 102140

36

6 Arthritis Research Campaign 2000 Available at

httpwwwarcorgukabout_arthastatshtm

7 Felson DT Zhang Y Hannan MT et al The Incidence and Natural

History of Knee Osteoarthritis in the Elderly The Framingham

Osteoarthritis Study Arthritis Rheumatology 1995 38 1500 ndash 1505

8 Felson DT Zhang Y An Update on the Epidemiology of Knee and Hip

Osteoarthritis with a View to Prevention Arthritis Rheumatology 1998

41 1343 ndash 1355

9 Setiyohadi Bambang Osteoartritis Selayang Pandang Dalam Temu Ilmiah

Reumatologi Jakarta 2003 27 ndash 31

10 Klippel John H Dieppe Paul A Brooks Peter et al Osteoarthritis In

Rheumatology United Kingdom Mosby ndash Year Book Europe Limited

1994 21 ndash 106

11 Abbate L Renner JB Stevens J et al Do Body Composition and Body Fat

Distribution Explain Ethnic Differences in Radiographic Knee

Osteoarthritis Outcomes in African -American and Caucasian Women The

North American Association for the Study of Obesity 2006 14 1274 ndash

1281

12 Amin Niu Jingbo Hunter David et al Smoking Worsens Knee

Osteoarthritis News Center Oklahoma City Oklahoma USA 2006 1 ndash 4

13 McAlindon Timothy E Felson David T Zhang Yuqing et al Relation of

Dietary Intake and Serum Levels of Vitamin D to Progression of

Osteoarthritis of the Knee Among Participants in the Framingham Study

14 Englund M and Lohmander LS Patellofemoral Osteoarthritis Coexistent

with Tibiofemoral Osteoarthritis in a Meniscectomy Population Annals of

the Rheumatic Diseases 2005 64 1721 ndash 1726

15 Carter MA Osteoartritis In Price SA Wilson LM Patofisiologi konsep

klinis proses-proses penyakit 6th ed Jakarta EGC 2006 p 1380-4

16 Altman RD Criteria for the Classification of Osteoarthritis Journal of

Rheumatology 1991 27 (suppl) 10 ndash 12

37

17 Milne AD Evans NA Stanish WD Nonoperative Management of Knee

Osteoarthritis In Hartono IM Studi komparasi antara WOMAC index

dengan Kellgren-Lawrence grading system pada penderita osteoarthritis

genu [PPDS1 thesis] Semarang Medical Faculty Diponegoro University

2007 p 12

18 Haq I Murphy E Dacre J Osteoarthritis Review Postgrad Med J 2003

79 377 ndash 383

19 Anonim [1986] Criteria for classification of idiopathic osteoarthtritis (OA)

of the knee American College of Rheumatology [serial on the internet]

2010 [cited 2010 Jan 20] Available from

httpwwwrheumatologyorgpublicationsclassificationoakneeasp

aud=mem

38

  • BAB I
  • ILUSTRASI KASUS
  • 1 Pemeriksaan EKG
  • X ndash Ray Pelvis AP
  • BAB III
  • DISKUSI DAN PEMBAHASAN
Page 36: laporan kasus osteoartritis

DAFTAR PUSTAKA

1 Soeroso J Isbagio H Kalim H Broto R Pramudiyo R Osteoartritis In

Sudoyo AW Setiyohadi B Alwi I Simadibrata M Setiati S editors Buku

Ajar Ilmu Penyakit Dalam 4th ed Jakarta Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit

Dalam Fakultas Kedokteran Indonesia 2006 p 1195-201

2 Osteoarthritis Wikipedia The Free Encyclopedia [serial on the internet]

2009 [cited 2009 Sep 1] Available from

httpenwikipediaorgwikiOsteoarthritis

3 Reginster JY The Prevalence and Burden of Osteoarthritis Rheumatology

2002 41 (suppl 1) 3 ndash 6

4 Wibowo Dhidik Tri Kurniawan Yusuf Latifah Tati Gunadi Rachmat

Perancangan dan Implementasi Sistem Bantu Diagnosis Penyakit

Osteoartritis dan Reumatoid Artritis Melalui Deteksi Penyempitan Celah

Sendi pada Citra X-Ray Tangan dan Lutut Dalam Temu Ilmiah

Reumatologi Jakarta 2003 168 ndash 172

5 Konggres Nasional Ikatan Reumatologi Indonesia VI httppemda-

diygoidberita 2005 102140

36

6 Arthritis Research Campaign 2000 Available at

httpwwwarcorgukabout_arthastatshtm

7 Felson DT Zhang Y Hannan MT et al The Incidence and Natural

History of Knee Osteoarthritis in the Elderly The Framingham

Osteoarthritis Study Arthritis Rheumatology 1995 38 1500 ndash 1505

8 Felson DT Zhang Y An Update on the Epidemiology of Knee and Hip

Osteoarthritis with a View to Prevention Arthritis Rheumatology 1998

41 1343 ndash 1355

9 Setiyohadi Bambang Osteoartritis Selayang Pandang Dalam Temu Ilmiah

Reumatologi Jakarta 2003 27 ndash 31

10 Klippel John H Dieppe Paul A Brooks Peter et al Osteoarthritis In

Rheumatology United Kingdom Mosby ndash Year Book Europe Limited

1994 21 ndash 106

11 Abbate L Renner JB Stevens J et al Do Body Composition and Body Fat

Distribution Explain Ethnic Differences in Radiographic Knee

Osteoarthritis Outcomes in African -American and Caucasian Women The

North American Association for the Study of Obesity 2006 14 1274 ndash

1281

12 Amin Niu Jingbo Hunter David et al Smoking Worsens Knee

Osteoarthritis News Center Oklahoma City Oklahoma USA 2006 1 ndash 4

13 McAlindon Timothy E Felson David T Zhang Yuqing et al Relation of

Dietary Intake and Serum Levels of Vitamin D to Progression of

Osteoarthritis of the Knee Among Participants in the Framingham Study

14 Englund M and Lohmander LS Patellofemoral Osteoarthritis Coexistent

with Tibiofemoral Osteoarthritis in a Meniscectomy Population Annals of

the Rheumatic Diseases 2005 64 1721 ndash 1726

15 Carter MA Osteoartritis In Price SA Wilson LM Patofisiologi konsep

klinis proses-proses penyakit 6th ed Jakarta EGC 2006 p 1380-4

16 Altman RD Criteria for the Classification of Osteoarthritis Journal of

Rheumatology 1991 27 (suppl) 10 ndash 12

37

17 Milne AD Evans NA Stanish WD Nonoperative Management of Knee

Osteoarthritis In Hartono IM Studi komparasi antara WOMAC index

dengan Kellgren-Lawrence grading system pada penderita osteoarthritis

genu [PPDS1 thesis] Semarang Medical Faculty Diponegoro University

2007 p 12

18 Haq I Murphy E Dacre J Osteoarthritis Review Postgrad Med J 2003

79 377 ndash 383

19 Anonim [1986] Criteria for classification of idiopathic osteoarthtritis (OA)

of the knee American College of Rheumatology [serial on the internet]

2010 [cited 2010 Jan 20] Available from

httpwwwrheumatologyorgpublicationsclassificationoakneeasp

aud=mem

38

  • BAB I
  • ILUSTRASI KASUS
  • 1 Pemeriksaan EKG
  • X ndash Ray Pelvis AP
  • BAB III
  • DISKUSI DAN PEMBAHASAN
Page 37: laporan kasus osteoartritis

6 Arthritis Research Campaign 2000 Available at

httpwwwarcorgukabout_arthastatshtm

7 Felson DT Zhang Y Hannan MT et al The Incidence and Natural

History of Knee Osteoarthritis in the Elderly The Framingham

Osteoarthritis Study Arthritis Rheumatology 1995 38 1500 ndash 1505

8 Felson DT Zhang Y An Update on the Epidemiology of Knee and Hip

Osteoarthritis with a View to Prevention Arthritis Rheumatology 1998

41 1343 ndash 1355

9 Setiyohadi Bambang Osteoartritis Selayang Pandang Dalam Temu Ilmiah

Reumatologi Jakarta 2003 27 ndash 31

10 Klippel John H Dieppe Paul A Brooks Peter et al Osteoarthritis In

Rheumatology United Kingdom Mosby ndash Year Book Europe Limited

1994 21 ndash 106

11 Abbate L Renner JB Stevens J et al Do Body Composition and Body Fat

Distribution Explain Ethnic Differences in Radiographic Knee

Osteoarthritis Outcomes in African -American and Caucasian Women The

North American Association for the Study of Obesity 2006 14 1274 ndash

1281

12 Amin Niu Jingbo Hunter David et al Smoking Worsens Knee

Osteoarthritis News Center Oklahoma City Oklahoma USA 2006 1 ndash 4

13 McAlindon Timothy E Felson David T Zhang Yuqing et al Relation of

Dietary Intake and Serum Levels of Vitamin D to Progression of

Osteoarthritis of the Knee Among Participants in the Framingham Study

14 Englund M and Lohmander LS Patellofemoral Osteoarthritis Coexistent

with Tibiofemoral Osteoarthritis in a Meniscectomy Population Annals of

the Rheumatic Diseases 2005 64 1721 ndash 1726

15 Carter MA Osteoartritis In Price SA Wilson LM Patofisiologi konsep

klinis proses-proses penyakit 6th ed Jakarta EGC 2006 p 1380-4

16 Altman RD Criteria for the Classification of Osteoarthritis Journal of

Rheumatology 1991 27 (suppl) 10 ndash 12

37

17 Milne AD Evans NA Stanish WD Nonoperative Management of Knee

Osteoarthritis In Hartono IM Studi komparasi antara WOMAC index

dengan Kellgren-Lawrence grading system pada penderita osteoarthritis

genu [PPDS1 thesis] Semarang Medical Faculty Diponegoro University

2007 p 12

18 Haq I Murphy E Dacre J Osteoarthritis Review Postgrad Med J 2003

79 377 ndash 383

19 Anonim [1986] Criteria for classification of idiopathic osteoarthtritis (OA)

of the knee American College of Rheumatology [serial on the internet]

2010 [cited 2010 Jan 20] Available from

httpwwwrheumatologyorgpublicationsclassificationoakneeasp

aud=mem

38

  • BAB I
  • ILUSTRASI KASUS
  • 1 Pemeriksaan EKG
  • X ndash Ray Pelvis AP
  • BAB III
  • DISKUSI DAN PEMBAHASAN
Page 38: laporan kasus osteoartritis

17 Milne AD Evans NA Stanish WD Nonoperative Management of Knee

Osteoarthritis In Hartono IM Studi komparasi antara WOMAC index

dengan Kellgren-Lawrence grading system pada penderita osteoarthritis

genu [PPDS1 thesis] Semarang Medical Faculty Diponegoro University

2007 p 12

18 Haq I Murphy E Dacre J Osteoarthritis Review Postgrad Med J 2003

79 377 ndash 383

19 Anonim [1986] Criteria for classification of idiopathic osteoarthtritis (OA)

of the knee American College of Rheumatology [serial on the internet]

2010 [cited 2010 Jan 20] Available from

httpwwwrheumatologyorgpublicationsclassificationoakneeasp

aud=mem

38

  • BAB I
  • ILUSTRASI KASUS
  • 1 Pemeriksaan EKG
  • X ndash Ray Pelvis AP
  • BAB III
  • DISKUSI DAN PEMBAHASAN