laporan kasus osteoartritis
-
Upload
marisa-gunawan -
Category
Documents
-
view
515 -
download
9
description
Transcript of laporan kasus osteoartritis
BAB I
ILUSTRASI KASUS
IIdentitas Pasien
Nama Pasien Ny R
Umur 75 tahun
Jenis Kelamin Perempuan
Alamat Ungaran
Pekerjaan Ibu Rumah Tangga
Status Perkawinan Menikah
Agama Islam
Suku Jawa
No Rekam Medik 19 23 xx
Tanggal Masuk RS 2 Februari 2014
Tanggal Keluar RS 7 Februari 2014
Tanggal Pemeriksaan 2 ndash 7 Februari 2014
II Anamnesis
Riwayat keluhan pasien diperoleh secara autoanamnesis dan
alloanamnesis (anak pasien) yang dilakukan pada tanggal 2 Februari 2014
saat pasien tiba di IGD RSUD Ungaran
1 Keluhan Utama
Kedua lutut nyeri dan sulit berjalan
2 Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang diantar keluarganya ke IGD RSUD Ungaran pada
tanggal 2 Februari 2014 pukul 1613 WIB dengan keluhan kedua lutut
terasa nyeri dan sulit untuk berjalan Keluhan ini dirasakan pasien secara
tiba ndash tiba sejak plusmn 2 hari SMRS Nyeri dirasakan pasien seperti
berdenyut dan tertusuk jarum Nyeri tersebut juga tidak menghilang
dengan kompres minyak urut maupun obat pengurang rasa sakit Nyeri
semakin memberat saat pasien melipat lututnya dan menggerakkan
11
kakinya tetapi sedikit berkurang dengan istirahat Awalnya pasien
mengaku mendapatkan keluhan nyeri dan sulit berjalan ini ketika pasien
ingin beranjak dari tempat tidurnya menuju kamar mandi Ketika akan
berdiri pasien merasakan kedua kakinya sangat nyeri dan sulit untuk
digerakkan hingga pasien terjatuh ke lantai Pasien menyangkal adanya
benturan di kepala saat jatuh Riwayat pingsan setelah jatuh mual
muntah sesak kejang pusing lumpuh separo cedal pelo merot
semuanya juga disangkal Riwayat makan minum buang air besar dan
buang air kecil semuanya masih dalam batas normal Sebenarnya pasien
sudah lama merasakan nyeri pada kedua lututnya ini yaitu selama plusmn 1
tahun SMRS namun perlahan dirasa semakin memberat sejak ada
bengkak di kedua lututnya dan puncaknya yaitu 2 HSMRS karena
keluhan pasien ini menyebabkan dirinya tidak bisa berjalan lagi Pasien
mengaku baru menyadari ada pembengkakan di kedua lututnya ini kira ndash
kira 6 bulan terakhir (SMRS) Bengkak tersebut menyebabkan pasien
susah menggerakkan kakinya dan menyebabkan terhambatnya aktivitas
sehari ndash hari pasien Namun pasien masih bisa berjalan pelan ndash pelan
tanpa tongkat Di daerah lutut yang bengkak tersebut terasa hangat
Pasien mengatakan bengkaknya tidak mengecil setelah dikompres
dengan air dingin ataupun setelah pasien beristirahat
Selain keluhan nyeri dan bengkak pasien juga merasakan kaku
pada kedua lututnya Biasanya kaku ini muncul pada pagi hari setelah
pasien bangun tidur dan menetap sekitar setengah jam Saat kaku ini
muncul pasien tidak bisa menggerakkan kakinya sama sekali pasien
hanya bisa diam di tempat tidur Saat dicoba digerakkan oleh orang lain
kaki pasien hanya bisa bergeser ke kanan ataupun ke kiri tidak bisa
ditekuk dan kadang pasien juga merasakan gemertak ketika lututnya
digerakkan
Pasien mengaku sudah pernah berobat ke alternatif (dipijat) dan
mengkonsumsi obat yang dibeli di apotek untuk meredakan keluhan
bengkak dan nyeri pada lututnya hanya saja pasien lupa nama obatnya
2
Pasien juga mengaku bahwa sebelum sakit selama plusmn 1 tahun ini pasien
masih sering melakukan pekerjaan rumah seperti menyapu dan
memasak tetapi semenjak kedua lututnya terasa nyeri pasien hanya bisa
berjalan santai di sekeliling rumahnya
Pada saat pemeriksaan di IGD RSUD Ungaran keluhan pasien
dirasakan semakin memberat kedua kaki semakin nyeri dan semakin
sulit untuk digerakkan Pasien bahkan tidak bisa menekuk kakinya Pada
saat memasuki ruang pemeriksaanpun pasien tidak kuat untuk berjalan
sendiri
3 Riwayat Penyakit Dahulu
a Riwayat Keluhan Serupa diakui (sudah plusmn 1 tahun tetapi
pasien masih bisa berjalan)
b Riwayat Kencing Manis disangkal
c Riwayat Darah Tinggi diakui (sudah gt 2 tahun tetapi tidak
rutin konsumsi OAH)
d Riwayat Penyakit Jantung disangkal
e Riwayat Sakit Ginjal disangkal
f Alergi Obat dan Makanan disangkal
g Riwayat Asma disangkal
h Riwayat Sakit Maag disangkal
i Riwayat Operasi disangkal
j Riwayat Opname di RS diakui (karena keracunan plusmn 5 tahun
yang lalu)
k Riwayat Asam Urat tidak tahu (tidak pernah cek)
l Riwayat Kolesterol tidak tahu (tidak pernah cek)
m Riwayat Trauma Jatuh disangkal
4 Riwayat Penyakit Keluarga
a Riwayat Penyakit Serupa disangkal
b Riwayat Darah Tinggi disangkal
c Riwayat Kencing Manis disangkal
d Riwayat Penyakit Jantung disangkal
3
e Riwayat Penyakit Ginjal disangkal
f Riwayat Asma disangkal
5 Riwayat Kebiasaan
a Riwayat Minum Jamu dan Obat Bebas disangkal
b Riwayat Minum Alkhohol disangkal
c Riwayat Merokok disangkal
d Riwayat Minum Suplemen disangkal
e Riwayat Makan Makanan Berlemak disangkal
6 Riwayat Lingkungan dan Sosial
Pasien adalah seorang ibu rumah tangga yang tinggal di dalam
lingkungan tempat tinggal yang cukup bersih bersama anaknya Pasien
menggunakan fasilitas Umum untuk biaya pengobatan selama di rumah
sakit
III PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 2 Februari 2014 jam 1613
WIB saat pasien tiba di IGD RSUD Ungaran
1 Keadaan umum sedang tampak kesakitan
2 Kesadaran composmentis GCS E4V5M6 15
3 Tanda Vital
a Tekanan darah 150100 mmHg posisi berbaring lengan kiri
b Nadi 86 xmenit reguler kuat isi dan tegangan cukup
c Respirasi 18xmenit tipe thorakoabdominal
d Suhu 37ordmC per axiler
e Saturasi O2 99
4 Status Gizi
BB = 65 kg
TB = 155 cm
BMI = 65 = 2705 kgm2 (harga normal = 185-225 kgm2)
(155)2
Kesan overweight
4
5 Pemeriksaan fisik
a Kepala
Bentuk mesocephal rambut warna hitam sebagian beruban mudah
rontok (-) tidak mudah dicabut (+) luka (-)
1) Wajah
Simetris eritema (-) ruam muka (-) luka (-)
2) Mata
Konjungtiva palpebra anemis (--) sklera ikterik (--) oedem
palpebra (--) sianosis (-) pupil isokor (3mm 3mm) reflek
cahaya directindirect (++) perdarahan subkonjungtiva (--)
3) Telinga
Sekret (-) darah (-) nyeri tekan mastoid (-) gangguan fungsi
pendengaran (-)
4) Hidung
Deviasi septum nasi (-) epistaksis (-) nafas cuping hidung (-)
sekret (-) fungsi pembau baik foetor ex nasal (-)
5) Mulut
Sianosis (-) gusi berdarah (-) kering (-) stomatitis (-) pucat(-)
lidah tifoid (-) papil lidah atropi (-) luka pada sudut bibir (-)
b Leher
Leher simetris retraksi suprasternal (-) deviasi trachea (-) JVP R0
pembesaran kelenjar limfe (-) pembesaran kelenjar tiroid (-)
c Thorax
Bentuk normochest simetris retraksi intercostalis (-) pernafasan
thorakoabdominal sela iga melebar (-) jejas (-)
Jantung
1) Inspeksi Iktus kordis tidak tampak
2) Palpasi Iktus kordis tidak kuat angkat
5
3) Perkusi
Batas jantung
Kiri atas SIC II linea parasternalis sinistra
Kiri bawah SIC V 2 cm medial linea midclavicularis
sinistra
Kanan atas SIC II linea parasternalis dextra
Kanan bawah SIC IV linea parasternalis dextra
Pinggang jantung SIC II-III parasternalis sinistra
Konfigurasi jantung kesan tidak melebar
4) Auskultasi Bunyi jantung I-II murni intensitas reguler bising
(-) gallop (-)
Paru - Paru
1) Inspeksi
Normochest sela iga tidak melebar gerakan pernafasan simetris
kanan kiri retraksi intercostae (-)
2) Palpasi
Ketinggalan gerak
Depan Belakang
- - - -
- - - -
- - - -
Fremitus
Depan Belakang
N N N N
N N N N
N N N N
6
3) Perkusi
Depan Belakang
Sonor Sonor Sonor Sonor
Sonor Sonor Sonor Sonor
Sonor Sonor Sonor Sonor
4) Auskultasi
Suara dasar vesikuler
Depan Belakang
+ + + +
+ + + +
+ + + +
Suara tambahan wheezing (--) ronkhi (--)
d Abdomen
1) Inspeksi
Dinding perut sejajar dinding dada distended (-) umbilikus
tampak dan tidak ada inflamasi kaput medusa (-) venektasi (-)
sikatrik bekas operasi (-)
2) Auskultasi
Peristaltik (+) normal
3) Perkusi
Timpani (+) ascites (-) shifting dullnes (-)
4) Palpasi
Supel nyeri tekan epigastrium (-) lien dan hepar tidak teraba
membesar ginjal tidak teraba nyeri ketok costovertebrae (-)
defans muskular (-)
7
e Ekstremitas
1) Ekstremitas superior
Dekstra
Pergerakan motorik dalam batas normal tanda-tanda inflamasi
(-) oedem (-) eritem (-) CRT lt 3 detik clubbing finger (-)
kuku nekrosis (-) akral hangat (+) deformitas (-)
Sinistra
Pergerakan motorik dalam batas normal tanda-tanda inflamasi
(-) oedem (-) eritem (-) CRT lt 3 detik clubbing finger (-)
kuku nekrosis (-) akral hangat (+) deformitas (-)
2) Ekstremitas inferior
Dekstra
Pergerakan motorik sendi lutut terbatas (+) tanda-tanda
inflamasi sendi lutut (+) oedem sendi lutut (+) deformitas
sendi lutut (+) krepitasi sendi lutut (+) nyeri gerak dan
tekan (+) hiperemi (-) kuku nekrosis (-) akral hangat (+)
Sinistra
Pergerakan motorik sendi lutut terbatas (+) tanda-tanda
inflamasi sendi lutut (+) oedem sendi lutut (+) deformitas
sendi lutut (+) krepitasi sendi lutut (+) nyeri gerak dan
tekan(+) hiperemi (-) kuku nekrosis (-) akral hangat (+)
8
Genu Dekstra Genu Sinistra
IV PEMERIKSAAN PENUNJANG
1 Pemeriksaan EKG
a Frekuensi 87xmenit saat pertama kali masuk RS ritme reguler
b Jenis irama Sinus
c Zona transisi V6
d Aksis Lead II (+) aVL (+)
e Morfologi gelombang
1) Gelombang P selalu diikuti gelombang QRS dan T
2) Interval PR 012 detik
3) Gelombang QRS 010 detik
4) Elevasi ST (-)
5) Depresi ST (-)
6) Gelombang T inverted di Lead II III aVF dan V1 ndash V3
9
2 Laboratorium Darah dan Urin (tanggal 2 dan 3 Februari 2014)
Keterangan 02022014 03022014 SatuanNilai
RujukanHematologi rutinHemoglobin 118 - gdl 115-16
Hematokrit 369 - 35-49
Leukosit 83 - 10sup3microl 40-11Trombosit 297 - 10sup3microl 150-440Eritrosit 505 - 10⁶microl 38-52
Indeks eritrosit
MCV 731 - fl 82-95MCH 233 - pg 27-31MCHC 319 - gdl 32-36RDW 185 - 116-148
Hitung jenis
Granulosit 732 (H) - 50-70Limfosit 170 (L) - 20-40Monosit 98 (H) - 2-8
Kimia Ginjal
Ureum - 16 mgdL 10-45Creatinin - 073 mgdL 05-11
Asam Urat - 60 mgdL 24-60
GDS 199 - mgdL lt 200
Kimia Profil Lipid
Kolesterol Total - 199 mgdL lt200HDL Kolesterol - 35 (L) mgdL gt40LDL Kolesterol - 1348 (H) mgdL lt 130Trigliserid - 146 mgdL 35-160
URIN RUTIN 03022014 Satuan Nilai Rujukan
10
MAKROSKOPIS
Warna Kuning Kuning muda - kuning
Kekeruhan Jernih Jernih
KIMIA URINE
pH Reaksi 60 46 ndash 85Berat jenis 1015 1003 ndash 1030Protein Negatif mgdL NegatifReduksi Negatif mgdL NegatifLeukosit Esterase Negatif microL NegatifBilirubin Negatif mgdL NegatifUrobilinogen Normal mgdL NormalNitrit Negatif mgdL NegatifKeton Negatif mgdL NegatifBlood (HbEri) Negatif mgdL Negatif
MIKROSKOPIS
Leukosit Sedimen 10 ndash 15 SelLPB 0 ndash 15Eritrosit Sedimen 0 SelLPB 0 ndash 3 Epitel 5 - 10 SelLPB 0 ndash 15 Silinder Negatif LPK NegatifKristal Negatif LPB NegatifBakteri Negatif LPB NegatifJamur Negatif LPB NegatifLain - lain Negatif LPB
11
3 Foto Rontgen (tanggal 2 Februari 2014)
X ndash Ray Genu Dekstra et Sinistra
Kesan
Osteofit pada condylus lateralis dan medialis os tibia femoralis
dekstra disertai penyempitan sendi tibia femoralis lateralis dekstra
merupakan gambaran osteoarthrosis genu dekstra grade III
Osteofit pada condylus lateralis dan medialis os tibia femoralis
sinistra disertai penyempitan sendi femoro tibialis sinistra disertai
irreguler pada tulang tibia fibula sekitar sendi dan sklerotik
subcondral merupakan gambaran osteoarthosis genu sinistra grade
IV disertai osteoarthritis peradangan
12
X ndash Ray Pelvis AP
13
Kesan
Lesi opak pada cavum pelvis suspek massa DD vesikolitiasis ( usul
USG abdomen )
Tak tampak fraktur maupun dislokasi
V ASSESMENT DIAGNOSIS KERJA DAN DIAGNOSIS BANDING
1 Osteoartritis Genu Dextra et Sinistra
2 Hipertensi stage I
3 Ischemia Hearth Disease
Daftar masalah Problem AssesmentPlanning Diagnosa
Plannning Terapi (IGD)Planning
Monitoring
75 tahun Kedua kaki nyeri tidak bisa jalan (+) tidak bisa ditekuk (+) kaku riwjatuh (-)
Pmx Fisik Genu D et S ada deformitas (+) bengkak(+) krepitasi (+)
Foto x-ray genu osteoarthritis osteofit sendi genu D et S
-Deformitas Sendi-Proses Degeneratif
Osteoartritis Genu Dextra et Sinistra
- X-ray genu Dekstra et Sinistra
- Pmx Cairan synovial sendi genu
Non Farmakologi- A-B-C management ( infRL 20tpm)- Edukasi pasien- Terapi Fisik latihan gerak sendi- Fisioterapi-Penurunan berat badanFarmakologi- Inj Ranitidin 1 Amp12j- Inj Ketorolac 30mg (E)po Natrium Diklofenak 2x1 Analsik 2x1 Vit BC 1x1
-Tanda dan gejala Klinis
- TD 150100 mmHg
Gangguan hemo -dinamik
Hipertensi stage I
- EKG Foto Thorax
Non Farmakologi- Diet rendah garamFarmakologi
- Cek ulang Tekanan Darah
14
Fungsi Ginjal
- Captopril 2 x 25mg (po)- Amlodipin 1x10mg (po)
EKG Gelombang T inverted di Lead II III aVF dan V1 ndash V3
-Ateroskle- rosis-Hipoksia vaskuler
Ischemia Hearth Disease
-Cek Profil Lipid Asam Urat Enzim Jantung
Non Farmakologi-Tirah baring- O2 3-4lpmFarmakologi-ISDN 3x5mg
-Cek EKG serial 4 jam
VI POMR (Problem Oriented Medical Record)
VII FOLLOW UP
Tanggal Subjektif dan Objektif Penatalaksanaan03022014 S kaki masih nyeri jika digerakkan (+)
pegel (+) masih belum bisa berjalan pusing (-) sesak (-)KU Kesadaran Sedang composmentisVS TD 170100 mmHg RR 18 kali menit N 88 kali menit T 370CVAS 7Bengkak (+) eritem (-) ROM terbatasEKG T inverted Lead IIIII aVF amp V1-V3
O2 3lpmIVFD RL 20 tpm Captopril 3x25mgHCT 2x50mgAmlodipin 1x10mgAnalsik 3x1Natrium Diklofenak 3x1ISDN 3x5mg
15
04022014 S kaki masih nyeri jika digerakkan ditekuk (+) pasien tetap masih belum bisa duduk maupun berjalan sesak(-) pusing(-)KU Kesadaran Sedang composmentisVS TD 130100 mmHg RR 18 kali menit N 76 kali menit T 3730CVAS 7Bengkak (+) eritem (-) ROM terbatas
O2 3lpmIVFD RL 20 tpm Captopril 3x25mgHCT 2x50mgAmlodipin 1x10mgAnalsik 3x1Natrium Diklofenak 3x1ISDN 3x5mg(+) Inj Flamicort 1 Amp Omeprazole 2x1
05022014 S kaki masih nyeri jika digerakkan (+) namun pasien sudah bisa tidur miring sambil menekuk lututnya pegel (+) masih belum bisa berjalan (+)KU Kesadaran Sedang composmentisVS TD 150100 mmHg RR 18 kali menit N 86 kali menit T 370CVAS 5Bengkak (+) eritem (-) ROM terbatas
O2 3lpmIVFD RL 20 tpm Captopril 3x25mgHCT 2x50mgAmlodipin 1x10mgAnalsik 3x1Natrium Diklofenak 3x1ISDN 3x5mg(+) Inj Flamicort 1 Amp Omeprazole 2x1Co SpRM untuk Fisioterapi
pasien sudah difisioterapi (IR)06022014 S kaki masih nyeri jika digerakkan (+)
ditambah keluhan nyeri pinggang keluhan pusing sesak mual muntah disangkalKU Kesadaran Sedang composmentisVS TD 200100 mmHg RR 20 kali menit N 88 kali menit T 3630CVAS 7Bengkak (+) eritem (-) ROM terbatas
O2 3lpmIVFD RL 20 tpm Inj Flamicort 1 AmpCaptopril 3x25mgHCT 2x50mgAmlodipin 1x10mgAnalsik 3x1Natrium Diklofenak 3x1ISDN 3x5mgOmeprazole 2x1
Fisioterapi masih dilanjutkan
16
07022014 S kaki masih nyeri tapi lebih jarang pasien sudah bisa setengah duduk namun tetap dibantu keluarga sesak (-) pusing (sedikit) makan minum (+) sedikit - sedikitKU Kesadaran Sedang composmentisVS TD 200100 mmHg RR 18 kali menit N 76 kali menit T 370CVAS 5Bengkak (+) eritem (-) ROM terbatas
Pasien dan keluarga APS pulang karena persoalan biaya terapi pulang
Captopril 3x25mgHCT 2x50mgAmlodipin 1x10mgAnalsik 3x1Natrium Diklofenak 3x1ISDN 3x5mgOmeprazole 2x1(+) Clonidin 3x1 tab
VIIIPROGNOSIS
Qua ad vitam Dubia ad bonam
Qua ad functionam Dubia ad malam
Qua ad sanationam Dubia ad malam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
IDefinisi
Osteoarthritis (OA dikenal juga sebagai arthritis degeneratif penyakit
degeneratif sendi) merupakan penyakit sendi degeneratif yang mengenai
sendi-sendi penumpu berat badan dengan gambaran patologis yang berupa
kerusakan kartilago sendi dimana terjadi proses degradasi interaktif sendi
17
yang kompleks terdiri dari proses perbaikan pada kartilago tulang dan
sinovium diikuti komponen sekunder proses inflamasi12
II Epidemiologi
Osteoartritis merupakan penyakit sendi yang paling banyak ditemukan di
dunia termasuk di Indonesia Bahkan sejak tahun 2001 hingga 2010
dicanangkan sebagai dekade penyakit tulang dan sendi di seluruh dunia5
Penyakit ini menempati urutan kedua setelah penyakit kardiovaskuler sebagai
penyebab ketidakmampuan fisik Di Inggris dan Wales sekitar 13 hingga
175 juta orang mengalami gejala OA Di Amerika 1 dari 7 penduduk
menderita OA34
Di Australia pada tahun 2002 diperkirakan biaya nasional untuk OA
sebesar 1 dari GNP yaitu mencapai $Aus 2700orangtahun4 Di Indonesia
sendiri prevalensi total OA sebanyak 343 juta orang pada tahun 2002 dan
mencapai 365 juta orang pada tahun 2007 Diperkirakan 1 sampai 2 juta
orang lanjut usia di Indonesia menderita cacat karena osteoarthritis Pada
beberapa penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan terjadinya
osteoarthritis pada obesitas dan sendi penahan beban tubuh5 Dari sekian
banyak sendi yang dapat terserang OA lutut merupakan sendi yang paling
sering dijumpai terserang OA Data Arthritis Research Campaign
menunjukkan bahwa lebih dari 550 ribu orang di Inggris menderita OA lutut
yang parah dan lebih dari 80 ribu operasi replacement sendi lutut dilakukan di
Inggris pada tahun 2000 dengan biaya 405 juta Poundsterling6
III Patofisiologi Osteoartritis
Terjadinya OA tidak lepas dari banyak persendian yang ada di dalam
tubuh manusia Sebanyak 230 sendi menghubungkan 206 tulang yang
memungkinkan terjadinya gesekan Untuk melindungi tulang dari gesekan di
dalam tubuh ada tulang rawan Namun karena berbagai faktor risiko yang ada
maka terjadi erosi pada tulang rawan dan berkurangnya cairan pada sendi
Tulang rawan sendiri berfungsi untuk meredam getar antar tulang Tulang
rawan terdiri atas jaringan lunak kolagen yang berfungsi untuk menguatkan
18
17
sendi proteoglikan yang membuat jaringan tersebut elastis dan air (70
bagian) yang menjadi bantalan pelumas dan pemberi nutrisi910
Kondrosit adalah sel yang tugasnya membentuk proteoglikan dan
kolagen pada rawan sendi Osteoartritis terjadi akibat kondrosit gagal
mensintesis matriks yang berkualitas dan memelihara keseimbangan antara
degradasi dan sintesis matriks ekstraseluler termasuk produksi kolagen tipe I
III VI dan X yang berlebihan dan sintesis proteoglikan yang pendek Hal
tersebut menyebabkan terjadi perubahan pada diameter dan orientasi dari serat
kolagen yang mengubah biomekanik dari tulang rawan sehingga tulang rawan
sendi kehilangan sifat kompresibilitasnya yang unik9
Selain kondrosit sinoviosit juga berperan pada patogenesis OA
terutama setelah terjadi sinovitis yang menyebabkan nyeri dan perasaan tidak
nyaman Sinoviosit yang mengalami peradangan akan menghasilkan Matrix
Metalloproteinases (MMPs) dan berbagai sitokin yang akan dilepaskan ke
dalam rongga sendi dan merusak matriks rawan sendi serta mengaktifkan
kondrosit Pada akhirnya tulang subkondral juga akan ikut berperan dimana
osteoblas akan terangsang dan menghasilkan enzim proteolitik 910
Agrekanase merupakan enzim yang akan memecah proteoglikan di
dalam matriks rawan sendi yang disebut agrekan Ada dua tipe agrekanase
yaitu agrekanase 1 (ADAMTs-4) dan agrekanase 2 (ADAMTs-11) MMPs
diproduksi oleh kondrosit kemudian diaktifkan melalui kaskade yang
melibatkan proteinase serin (aktivator plasminogen plamsinogen plasmin)
radikal bebas dan beberapa MMPs tipe membran Kaskade enzimatik ini
dikontrol oleh berbagai inhibitor termasuk TIMPs dan inhibitor aktifator
plasminogen Enzim lain yang turut berperan merusak kolagen tipe II dan
proteoglikan adalah katepsin yang bekerja pada pH rendah termasuk
proteinase aspartat (katepsin D) dan proteinase sistein (katepsin B H K L
dan S) yang disimpam di dalam lisosom kondrosit Hialuronidase tidak
terdapat di dalam rawan sendi tetapi glikosidase lain turut berperan merusak
proteoglikan10
19
Berbagai sitokin turut berperan merangsang kondrosit dalam
menghasilkan enzim perusak rawan sendi Sitokin-sitokin pro-inflamasi akan
melekat pada reseptor di permukaan kondrosit dan sinoviosit dan
menyebabkan transkripsi gene MMP sehingga produksi enzim tersebut
meningkat Sitokin yang terpenting adalah IL-1 selain sebagai sitokin
pengatur (IL-6 IL-8 LIFI) dan sitokin inhibitor (IL-4 IL-10 IL-13 dan IFN-
γ) Sitokin inhibitor ini bersama IL-Ira dapat menghambat sekresi berbagai
MMPs dan meningkatkan sekresi TIMPs Selain itu IL-4 dan IL-13 juga
dapat melawan efek metabolik IL-1 IL-1 juga berperan menurunkan sintesis
kolagen tipe II dan IX dan meningkatkan sintesis kolagen tipe I dan III
sehingga menghasilkan matriks rawan sendi yang berkualitas buruk 910
IV Klasifikasi Osteoartritis
OA dapat terjadi secara primer (idiopatik) maupun sekunder seperti
yang tercantum di bawah ini 19
IDIOPATIK SEKUNDER
20
SetempatTangan- nodus Heberden dan Bouchard (nodal)- artritis erosif interfalang- karpal-metakarpal IKaki - haluks valgus- haluks rigidus- jari kontraktur (hammercock-up toes)- talonavikulareCoxae- eksentrik (superior)- konsentrik (aksial medial)- difus (koksa senilis)Vertebra- sendi apofiseal- sendi intervertebral- spondilosis (osteofit)- ligamentum (hiperostosis penyakit Forestier diffuse idiopathic skeletal hyperostosis=DISH)Tempat lainnya- glenohumeral- akromioklavikular- tibiotalar- sakroiliaka- temporomandibularMenyeluruhMeliputi 3 atau lebih daerah yang tersebut diatas (Kellgren-Moore)
Traumaminus akutminus kronik (okupasional port)Kongenital atau developmentalGangguan setempatminus Penyakit Leg-Calve-Perthesminus Dislokasi koksa kongenitalminus Slipped epiphysisFaktor mekanikminus Panjang tungkai tidak samaminus Deformitas valgus varusminus Sindroma hipermobilitasMetabolikminus Okronosis (alkaptonuria)minus Hemokromatosisminus Penyakit Wilsonminus Penyakit GaucherEndokrinminus Akromegaliminus Hiperparatiroidismeminus Diabetes melitusminus Obesitasminus HipotiroidismePenyakit Deposit Kalsiumminus Deposit kalsium pirofosfat dihidratminus Artropati hidroksiapatitPenyakit Tulang dan Sendi lainnya Setempatminus FrakturminusNekrosis avaskular
Tabel 21 Osteoartritis Idiopatik dan Sekunder
V Manifestasi Klinis 15
1 Nyeri sendi
Terutama bila sendi bergerak atau menanggung beban yang akan
berkurang bila penderita beristirahat
21
2 Kaku pada pagi hari (morning stiffness)
Kekakuan pada sendi yang terserang terjadi setelah imobilisasi yang
cukup lama (gel phenomenon) bahkan sering disebutkan kaku muncul
pada pagi hari setelah bangun tidur (morning stiffness)
3 Hambatan pergerakan sendi
Hambatan pergerakan sendi ini bersifat progresif lambat bertambah
berat secara perlahan sejalan dengan bertambahnya nyeri pada sendi
4 Krepitasi
Rasa gemeretak (seringkali sampai terdengar) yang terjadi pada sendi
yang sakit
5 Perubahan bentuk sendi
Sendi yang mengalami osteoarthritis biasanya mengalami perubahan
berupa perubahan bentuk dan penyempitan pada celah sendi
6 Perubahan gaya berjalan
Hal yang paling meresahkan pasien adalah perubahan gaya berjalan
hampir semua pasien osteoarthritis pada pergelangan kaki lutut dan
panggul mengalami perubahan gaya berjalan (pincang)
VI Faktor Risiko Osteoartritis Lutut (Genu)
Secara garis besar terdapat dua pembagian faktor risiko OA lutut yaitu
faktor predisposisi dan faktor biomekanis
1 Faktor Predisposisi
a Faktor Demografi
1) Umur
Dari semua faktor risiko untuk timbulnya osteoartritis faktor
ketuaan adalah yang terkuat Proses penuaan dianggap sebagai
penyebab peningkatan kelemahan di sekitar sendi penurunan
kelenturan sendi kalsifikasi tulang rawan dan menurunkan
fungsi kondrosit yang semuanya mendukung terjadinya OA
Studi Framingham menunjukkan bahwa 27 orang berusia 63 ndash
22
70 tahun memiliki bukti radiografik menderita OA lutut yang
meningkat mencapai 40 pada usia 80 tahun atau lebih7
2) Jenis kelamin
Prevalensi OA pada laki-laki sebelum usia 50 tahun lebih tinggi
dibandingkan perempuan tetapi setelah usia lebih dari 50 tahun
prevalensi perempuan lebih tinggi menderita OA dibandingkan
laki-laki Hal ini dikaitkan dengan pengurangan hormon
estrogen yang signifikan pada wanita8
3) Ras Etnis
Prevalensi OA lutut pada penderita di negara Eropa dan
Amerika tidak berbeda sedangkan suatu penelitian
membuktikan bahwa ras Afrika ndash Amerika memiliki risiko
menderita OA lutut 2 kali lebih besar dibandingkan ras
Kaukasia Penduduk Asia juga memiliki risiko menderita OA
lutut lebih tinggi dibandingkan Kaukasia1011 Suatu studi lain
menyimpulkan bahwa populasi kulit berwarna lebih banyak
terserang OA dibandingkan kulit putih9
b Faktor Genetik
Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoartritis Adanya
mutasi dalam gen prokolagen atau gen-gen struktural lain untuk
unsur-unsur tulang rawan sendi seperti kolagen proteoglikan
berperan dalam timbulnya kecenderungan familial pada
osteoartritis10
c Faktor Gaya Hidup
1) Kebiasaan Merokok
Merokok dapat merusak sel dan menghambat proliferasi sel
tulang rawan sendi
Merokok dapat meningkatkan tekanan oksidan yang
mempengaruhi hilangnya tulang rawan
23
Merokok dapat meningkatkan kandungan karbonmonoksida
dalam darah menyebabkan jaringan kekurangan oksigen
dan dapat menghambat pembentukan tulang rawan12
2) Konsumsi Vitamin D
Orang yang tidak biasa mengkonsumsi makanan yang
mengandung vitamin D memiliki peningkatan risiko 3 kali lipat
menderita OA lutut13
d Faktor Metabolik
1) Obesitas
Berat badan yang berlebih ternyata dapat meningkatkan tekanan
mekanik pada sendi penahan beban tubuh dan lebih sering
menyebabkan osteoartritis lutut7
2) Osteoporosis
Hubungan antara OA lutut dan osteoporosis mendukung teori
bahwa gerakan mekanis yang abnormal tulang akan
mempercepat kerusakan tulang rawan sendi10
3) Penyakit Lain
OA lutut terbukti berhubungan dengan diabetes mellitus
hipertensi dan hiperurikemi dengan catatan pasien tidak
mengalami obesitas10
4) Histerktomi
Hal ini diduga berkaitan dengan pengurangan produksi hormon
estrogen setelah dilakukan pengangkatan rahim 10
5) Manisektomi
Menisektomi merupakan operasi yang dilakukan di daerah lutut
dan telah diidentifikasi sebagai faktor risiko penting bagi OA
lutut Hal ini berkaitan dengan hilangnya jaringan meniscus14
2 Faktor Biomekanis
a Riwayat Trauma Lutut
24
Trauma lutut yang akut termasuk robekan pada ligamentum
krusiatum dan meniskus merupakan faktor risiko timbulnya OA
lutut9
b Kelainan Anatomis
Faktor risiko timbulnya OA lutut antara lain kelainan lokal pada
sendi lutut seperti genu varum genu valgus Legg ndash Calve ndashPerthes
disease dan displasia asetabulum10
c Pekerjaan
Osteoartritis banyak ditemukan pada pekerja fisik berat terutama
yang banyak menggunakan kekuatan yang bertumpu pada lutut
(petani kuli dll)9
d Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik berat seperti berdiri lama (2 jam atau lebih setiap
hari) berjalan jarak jauh (2 jam atau lebih setiap hari) mengangkat
barang berat (10 kg ndash 50 kg selama 10 kali atau lebih setiap
minggu) mendorong objek yang berat (10 kg ndash 50 kg selama 10
kali atau lebih setiap minggu) naik turun tangga setiap hari
merupakan faktor risiko OA lutut 9
e Kebiasaan Olahraga
Atlit olah raga benturan keras dan membebani lutut seperti sepak
bola lari maraton dan kung fu memiliki risiko meningkat untuk
menderita OA lutut10
VII Kriteria Diagnosis Osteoartritis Lutut (Genu)
25
Kriteria diagnosis OA lutut menggunakan kriteria klasifikasi American
College of Rheumatology seperti tercantum pada tabel berikut ini 16
Tabel 22 Kriteria Klasifikasi Osteoartritis Lutut
Derajat osteoartritis lutut dinilai menjadi lima derajat oleh Kellgren dan
Lawrence yaitu 17
- Derajat 0 tidak ada gambaran osteoartritis
- Derajat 1 osteoartritis meragukan dengan gambaran sendi normal tetapi
terdapat osteofit minimal
- Derajat 2 osteoartritis minimal dengan osteofit pada 2 tempat tidak terdapat
sklerosis dan kista subkondral serta celah sendi baik
- Derajat 3 osteoartritis moderat dengan osteofit moderat deformitas ujung
tulang dan celah sendi sempit
- Derajat 4 osteoartritis berat dengan osteofit besar deformitas ujung tulang
celah sendi hilang serta adanyasklerosis dan kista subkondral
26
VIIIPenatalaksanaan Osteoarthritis
Tujuan penatalaksanaan pasien dengan osteoarthritis adalah18
1 Meredakan nyeri
2 Mengoptimalkan fungsi sendi
3 Mengurangi ketergantungan kepada orang lain dan meningkatkan
kualitas hidup
4 Menghambat progresivitas penyakit
5 Mencegah terjadinya komplikasi
Pilar terapi pada pasien dengan osteoarthritis yaitu
Nonfarmakologis
1 Modifikasi pola hidup
2 Edukasi
3 Istirahat teratur yang bertujuan mengurangi penggunaan beban pada
sendi
4 Modifikasi aktivitas
5 Menurunkan berat badan
6 Rehabilitasi medik fisioterapi
a Latihan statis dan memperkuat otot-otot
b Fisioterapi yang berguna untuk mengurangi nyeri menguatkan otot
dan menambah luas pergerakan sendi
7 Penggunaan alat bantu
Farmakologis
1 Sistemik
a Analgetik
Non narkotik parasetamol
Opioid (kodein tramadol)
b Antiinflamasi nonsteroid (NSAIDs)
Oral
Injeksi
Suppositoria
27
c DMOADs (disease modifying OA drugs)
Diantara nutraceutical yang saat ini tersedia di Indonesia adalah
Glucosamine sulfate dan Chondroitine sulfate
2 Topikal
a Krim rubefacients dan capsaicin
Beberapa sediaan telah tersedia di Indonesia dengan cara kerja pada
umumnya bersifat counter irritant
b Krim NSAIDs
Beberapa yang dapat digunakan adalah gel piroxicam dan sodium
diklofenak
3 Injeksi intraartikularintra lesi
Pada dasarnya ada 2 indikasi suntikan intra artikular yakni penanganan
simtomatik dengan steroid dan viskosuplementasi dengan hyaluronan
untuk modifikasi perjalanan penyakit Beberapa preparat injeksi
intraartikular diantaranya
a Steroid ( triamsinolone hexacetonide dan methyl prednisolone )
Hanya diberikan jika ada satu atau dua sendi yang mengalami
nyeri dan inflamasi yang kurang responsif terhadap pemberian
NSAIDs tak dapat mentolerir NSAIDs atau ada komorbiditas yang
merupakan kontra indikasi terhadap pemberian NSAIDs
Dosis untuk sendi besar seperti lutut 40-50 mginjeksi
sedangkan untuk sendi-sendi kecil biasanya digunakan dosis 10 mg
b Hyaluronan high molecular weight dan low molecular weight
Diberikan berturut-turut 5 sampai 6 kali dengan interval satu
minggu masing-masing 2 sampai 25 ml Hyaluronan Sediaan di
Indonesia diantaranya adalah Hyalgan dan Osflex
4 Pembedahan
Sebelum diputuskan untuk terapi pembedahan harus dipertimbangkan
terlebih dahulu risiko dan keuntungannya Pertimbangan dilakukan
tindakan operatif bila
28
a Deformitas menimbulkan gangguan mobilisasi
b Nyeri yang tidak dapat teratasi dengan penganan medikamentosa
dan rehabilitatif
Ada 2 tipe terapi pembedahan Realignment osteotomi dan replacement
joint
Macam-macam operasi sendi lutut untuk osteoarthritis
a Partial replacementunicompartemental
b High tibial osteotomy orang muda
c Patella amp condyle resurfacing
d Minimally constrained total replacement stabilitas sendi dilakukan
sebagian oleh ligament asli dan sebagian oleh sendi buatan
e Cinstrained joint fixed hinges dipakai bila ada tulang hilang dan
severe instability
f Total knee replacement apabila didapatkan nyeri deformitas
instability akibat dari rheumatoid atau osteoarthritis
29
Gambar 21 Piramida Penatalaksanaan Osteoartritis
BAB III
DISKUSI DAN PEMBAHASAN
OA adalah penyakit degenerasi kartilago artikuler yang berlangsung secara
perlahan dan ditandai dengan nyeri sendi kekakuan dan keterbatasan gerak yang
berkembang secara progresif Tanda-tanda tersebut ditemukan pada penderita ini
Berdasarkan etiologinya OA diklasifikasikan menjadi dua yaitu OA
primer dan OA sekunder OA primer disebut juga OA idiopatik yaitu OA yang
kausanya tidak diketahui dan tidak ada hubungannya dengan penyakit sistemik
maupun proses perubahan lokal pada sendi OA sekunder adalah OA yang
didasari oleh adanya kelainan endokrin trauma inflamasi metabolik
pertumbuhan herediter jejas mikro dan makro serta imobilisasi yang terlalu lama
faktor mekanik penyakit deposit kalsium penyakit tulang dan sendi lainnya serta
neuropatik endemik Beberapa faktor risiko yang diketahui berhubungan dengan
penyakit OA diantaranya faktor risiko umum yang penting seperti kegemukan
faktor genetik dan jenis kelamin serta beberapa faktor risiko lain seperti usia lebih
dari 40 tahun suku bangsa cedera sendi pekerjaan olahraga kelainan
pertumbuhan kepadatan tulang dan lain-lain Pada penderita ini berdasarkan
30
anamnesis riwayat sosialnya penderita adalah seorang wanita berusia 75 tahun
yang meskipun tidak melakukan pekerjaan yang berat tetapi dirinya tetap
menjalankan pekerjaan rumah tangga (sebelum sakit) yang notabene banyak
menggunakan sendi lutut Selain itu dari pemeriksaan fisik penderita ini juga
mengalami kegemukan Kondisi-kondisi pada penderita ini merupakan faktor
risiko sekunder terjadinya OA Jadi dapat disimpulkan bahwa penyebab OA pada
penderita ini bukan termasuk faktor risiko OA primer
Penderita datang dengan keluhan nyeri pada kedua sendi lutut sejak plusmn 1
tahun SMRS dan puncaknya 2 hari SMRS dimana penderita sudah tidak bisa
berjalan lagi Nyeri sendi merupakan keluhan yang umum terjadi pada penyakit
reumatik seperti artritis gout OA keganasan reumatik septik dan lain
sebagainya Pada penderita ini nyeri terlokalisir pada lutut tanpa adanya nyeri
pada sendi yang lain nyeri bertambah saat melakukan gerakan (seperti berjalan)
dan berkurang apabila beristirahat Tidak ada demam Nyeri tidak menetap
sepanjang hari Nyeri seperti ini biasanya ditemukan pada OA
Penderita juga mengeluh kaku sendi Kaku sendi dirasakan penderita pada
pagi hari Keadaan ini biasanya disebabkan oleh desakan cairan yang berada di
sekitar jaringan yang mengalami inflamasi (kapsul sendi sinovial atau bursa)
Kaku sendi makin nyata pada pagi hari atau setelah istirahat Setelah digerak-
gerakkan cairan akan menyebar dari jaringan yang mengalami inflamasi sehingga
penderita merasa terlepas dari ikatan dan bisa menggerakkan sendinya kembali
Lama kaku sendi pada OA adalah kurang dari 30 menit sedangkan pada AR
minimal satu jam Pada penderita ini kaku sendi juga dirasakan pada pagi hari
selama plusmn 20-30 menit dan menghilang dengan sendirinya bila penderita
menggerakkan kakinya dengan beraktivitas seperti biasa Hal ini sesuai untuk
mendukung keluhan pada penderita OA
Penderita juga mengalami bengkak pada kedua lutut Bengkak dirasakan
oleh penderita sejak 6 bulan SMRS Sendi yang membengkak bisa disebabkan
oleh penonjolan tulang sinovitis efusi dan karena adanya osteofit yang dapat
mengubah permukaan sendi Pada penderita ditemukan osteofit pada pemeriksaan
rontgent
31
29
Pemeriksaan fisik lokalis pada kedua sendi lutut didapatkan pada
inspeksi didapatkan pembesaran bengkak pada kedua sendi lutut dengan tidak
ada perubahan warna kulit Palpasi pada kedua sendi lutut didapatkan nyeri tekan
dan pada perabaan dirasakan hangat Pemeriksaan gerak sendi didapat
keterbatasan gerak fleksi yaitu hanya dapat mengerakkan lutut sebesar 60deg
Hambatan gerak terutama disebabkan oleh adanya remodelling osteofit penebalan
kapsul dan juga adanya efusi Pada auskultasi sendi lutut penderita ditemukan
adanya krepitasi dimana terdengar suara gemeretak ldquokretek-kretekrdquo seperti suara
krupuk yang diremukkan Gejala ini mungkin disebabkan karena gesekan kedua
permukaan tulang sendi yang irregular pada saat sendi digerakkan ataupun secara
pasif dimanipulasi
Pemeriksaan radiologis pada penderita ini didapatkan adanya gambaran
berupa penyempitan sendi dan osteofit pada pinggir sendi Menipisnya rawan
sendi diawali dengan retak dan terbelahnya permukaan sendi di beberapa tempat
yang kemudian menyatu dan disebut sebagai fibrilasi Di lain pihak pada tulang
akan terjadi pula perubahan sebagai reaksi tubuh untuk memperbaiki kerusakan
Perubahan itu adalah penebalan tulang subkondral dan pembentukan osteofit
marginal disusul kemudian dengan perubahan komposisi molekular dan struktur
tulang Penipisan kartilago sendi akibat proses degeneratif memberi gambaran
penyempitan celah sendi yang tidak simetris pada foto polos radiologi Fungsi
kartilago sendi berkurang bahkan menghilang mengakibatkan beban stres di
daerah subkhondral bertambah Beberapa subkhondral tersebut dapat diamati pada
poto polos radiologi berupa pembentukan osteofit sklerotik subkhondral maupun
pembentukan kista subkhondral Pada penderita ini ditemukan adanya
pembentukan osteofit pada condylus lateralis dan medialis os tibio femoralis
Pada OA anamnesa (gejala klinis) pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
radiologi sudah dapat menunjang penegakan diagnosis Hasil pemeriksaan
laboratorium pada OA biasanya tidak banyak berguna Darah tepi (Hb Leukosit
dan LED) dalam batas normal kecuali OA generalisata yang harus dibedakan
dengan arthritis peradangan Pada OA yang disertai peradangan mungkin
didapatkan penurunan viskositas pleositosis sedang hingga ringan serta
32
peningkatan ringan sel radang (lt8000m) gt1 Pada penderita ini dilakukan
pemeriksaan laboratorium darah lengkap kimia darah dan urin lengkap karena
pemeriksaan tersebut merupakan pemeriksaan rutin Dari hasil pemeriksaan
laboratorium pada penderita ini tidak ditemukan adanya kelainan
Diagnosis OA sudah bisa ditegakkan secara klinis dengan memakai
kriteria OA yang dibuat oleh Subcommittee American College of Rheumatology
(ACR) Kriteria OA lutut secara klinis laboratorium dan radiologis adalah adanya
nyeri lutut osteofit dan salah satu dari tanda berikut yaitu usia lebih dari 50
tahun kaku sendi kurang dari 30 menit atau adanya krepitus Pada penderita ini
wanita berusia 75 tahun ditemukan memiliki keluhan nyeri kedua sendi lutut
terdapat kaku sendi selama 20-30 menit terdapat krepitus dan pada pemeriksaan
radiologi ditemukan adanya osteofit
Pengelolaan penderita dengan OA bertujuan untuk menghilangkan
keluhan mengoptimalkan fungsi sendi mengurangi ketergantungan dan
meningkatkan kualitas hidup menghambat progresivitas penyakit dan mencegah
komplikasi Pilar terapi OA non farmakologis (edukasi terapi fisik
dietpenurunan berat badan) farmakologis (analgetik kortikosteroid lokal
sistemik kondroprotektif dan biologik) dan pembedahan
Edukasi sangat penting bagi semua pasien OA Dua hal yang menjadi
tujuan edukasi adalah bagaimana mengatasi nyeri dan disabilitas Pemberian
edukasi pada penderita ini sangat penting karena dengan edukasi diharapkan
pengetahuan penderita mengenai penyakit OA menjadi meningkat dan pengobatan
menjadi lebih mudah serta dapat diajak bersama-sama untuk mencegah kerusakan
organ sendi lebih lanjut Edukasi yang diberikan pada penderita ini yaitu
memberikan pengertian bahwa OA adalah penyakit yang kronik sehingga perlu
dipahami bahwa mungkin dalam derajat tertentu akan tetap ada rasa nyeri kaku
dan keterbatasan gerak serta fungsi Selain itu agar rasa nyeri dapat berkurang
maka penderita hendaknya mengurangi aktivitaspekerjaannya sehingga tidak
terlalu banyak menggunakan sendi lutut dan lebih banyak beristirahat Penderita
juga disarankan untuk kembali kontrol sehingga dapat diketahui apakah
33
penyakitnya sudah membaik atau ternyata ada efek samping akibat obat yang
diberikan
Terapi fisik bertujuan untuk melatih penderita agar persendiannya tetap
dapat dipakai dan melatih penderita untuk melindungi sendi yang sakit Pada
penderita ini dianjurkan untuk berolah raga tapi olah raga yang memperberat
sendi sebaiknya dihindari seperti lari atau joging Hal ini dikarenakan dapat
menambah inflamasi meningkatkan tekanan intraartikular bila ada efusi sendi dan
bahkan bisa menyebabkan robekan kapsul sendi Untuk mencegah risiko
terjadinya kecacatan pada sendi sebaiknya dilakukan olah raga peregangan otot
seperti mQuadrisep femoris dengan peregangan otot diharapkan dapat membantu
dalam peningkatan fungsi sendi secara keseluruhan dan mengurangi nyeri Pada
penderita ini disarankan untuk senam lantai 3 kali seminggu dimana pasien
mengambil posisi terlentang sambil meregangkan lututnya dengan cara
mengangkat kaki dan secara perlahan menekuk dan meluruskan lututnya Olah
raga ini sangat mudah dilakukan apalagi mengingat usia penderita yang sudah
mencapai 75 tahun
Diet bertujuan untuk menurunkan berat badan pada penderita OA yang
gemuk Hal ini sebaiknya menjadi program utama pengobatan OA Penurunan
berat badan seringkali dapat mengurangi keluhan dan peradangan Selain itu
obesitas juga dapat meningkatkan risiko progresifitas dari OA Pada penderita ini
disarankan untuk mengurangi berat badan dengan mengatur diet rendah kalori
sampai mungkin mendekati berat badan ideal Dimana prinsipnya adalah
mengurangi kalori yang masuk dibawah energi yang dibutuhkan Penurunan
energi intake yang aman dianjurkan pemberian defisit energi antara 500-1000
kalori perhari sehingga diharapkan akan terjadi pembakaran lemak tubuh dan
penurunan berat badan 05 ndash 1 kg per minggu Biasanya intake energi diberikan
1200-1300 kal per hari dan paling rendah 800 kal per hari Formula yang dapat
digunakan untuk kebutuhan energi berdasarkan berat badan adalah 22kalkgBB
aktualhari dengan cara ini didapatkan defisit energi 1000 kalhari Pada penderita
ini dianjurkan untuk diet 1400 kal perhari agar mencapai BB idealnya yakni
setidaknya mencapai 55 kg Namun cara ini juga memerlukan kehati ndash hatian
34
dikarenakan usia penderita dan daya tahan tubuhnya yang memang sudah tidak
mendukung untuk melakukan usaha diit
Terapi farmakologis pada penderita OA biasanya bersifat simptomatis
Pada tahap awal dapat dicoba analgetik sederhana seperti asetaminofen atau
salisilat Bila tidak ada perbaikan dapat diberikan obat anti inflamasi non steroid
Untuk mengurangi keluhan nyeri pada penderita ini telah diberikan pengobatan
langsung dengan obat anti inflamasi non steroid seperti Na-diklofenak dengan
dosis 3times50 mg tanpa menggunakan obat lini pertama Hal ini dikarenakan keluhan
pada penderita ini sudah cukup berat ditambah pula adanya bengkak dan rasa
hangat di lutut yang tidak hilang dengan obat analgetik sederhana ( seperti yang
biasa dikonsumsi penderita) Na-diklofenak merupakan obat golongan OAINS
COX-1 inhibitor yang non-selektif dimana obat ini diberikan pada penderita
karena tidak terdapat riwayat pernah menderita gangguan gastrointestinal Namun
mengingat usia penderita yang memang sudah lanjut maka penderita juga
diberikan obat pelapis lambung untuk menjaga kondisi saluran pencernaannya Di
sini penderita diberikan obat golongan PPI (Omeprazole 2 x 20 mg) Setelah
dievaluasi beberapa hari ternyata keluhan nyeri dan bengkak pada penderita tidak
kunjung ada perubahan maka ditambahkan pula obat steroid injeksi dimana
pilihannya adalah InjTriamcinolon 1 Amp24 jam (Inj Flamicort) Selain itu
pasien juga dikonsulkan ke spesialis rehabilitasi medis untuk dilakukan
fisioterapi
Terapi pembedahan Terapi ini diberikan apabila terapi farmakologis dan
rehabilitasi tidak berhasil untuk mengurangi rasa sakit dan juga untuk melakukan
koreksi apabila terjadi deformitas yang menimbulkan gangguan mobilisasi sendi
yang mengganggu aktifitas sehari-hari Pada penderita ini tidak sampai dilakukan
terapi pembedahan
35
DAFTAR PUSTAKA
1 Soeroso J Isbagio H Kalim H Broto R Pramudiyo R Osteoartritis In
Sudoyo AW Setiyohadi B Alwi I Simadibrata M Setiati S editors Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam 4th ed Jakarta Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit
Dalam Fakultas Kedokteran Indonesia 2006 p 1195-201
2 Osteoarthritis Wikipedia The Free Encyclopedia [serial on the internet]
2009 [cited 2009 Sep 1] Available from
httpenwikipediaorgwikiOsteoarthritis
3 Reginster JY The Prevalence and Burden of Osteoarthritis Rheumatology
2002 41 (suppl 1) 3 ndash 6
4 Wibowo Dhidik Tri Kurniawan Yusuf Latifah Tati Gunadi Rachmat
Perancangan dan Implementasi Sistem Bantu Diagnosis Penyakit
Osteoartritis dan Reumatoid Artritis Melalui Deteksi Penyempitan Celah
Sendi pada Citra X-Ray Tangan dan Lutut Dalam Temu Ilmiah
Reumatologi Jakarta 2003 168 ndash 172
5 Konggres Nasional Ikatan Reumatologi Indonesia VI httppemda-
diygoidberita 2005 102140
36
6 Arthritis Research Campaign 2000 Available at
httpwwwarcorgukabout_arthastatshtm
7 Felson DT Zhang Y Hannan MT et al The Incidence and Natural
History of Knee Osteoarthritis in the Elderly The Framingham
Osteoarthritis Study Arthritis Rheumatology 1995 38 1500 ndash 1505
8 Felson DT Zhang Y An Update on the Epidemiology of Knee and Hip
Osteoarthritis with a View to Prevention Arthritis Rheumatology 1998
41 1343 ndash 1355
9 Setiyohadi Bambang Osteoartritis Selayang Pandang Dalam Temu Ilmiah
Reumatologi Jakarta 2003 27 ndash 31
10 Klippel John H Dieppe Paul A Brooks Peter et al Osteoarthritis In
Rheumatology United Kingdom Mosby ndash Year Book Europe Limited
1994 21 ndash 106
11 Abbate L Renner JB Stevens J et al Do Body Composition and Body Fat
Distribution Explain Ethnic Differences in Radiographic Knee
Osteoarthritis Outcomes in African -American and Caucasian Women The
North American Association for the Study of Obesity 2006 14 1274 ndash
1281
12 Amin Niu Jingbo Hunter David et al Smoking Worsens Knee
Osteoarthritis News Center Oklahoma City Oklahoma USA 2006 1 ndash 4
13 McAlindon Timothy E Felson David T Zhang Yuqing et al Relation of
Dietary Intake and Serum Levels of Vitamin D to Progression of
Osteoarthritis of the Knee Among Participants in the Framingham Study
14 Englund M and Lohmander LS Patellofemoral Osteoarthritis Coexistent
with Tibiofemoral Osteoarthritis in a Meniscectomy Population Annals of
the Rheumatic Diseases 2005 64 1721 ndash 1726
15 Carter MA Osteoartritis In Price SA Wilson LM Patofisiologi konsep
klinis proses-proses penyakit 6th ed Jakarta EGC 2006 p 1380-4
16 Altman RD Criteria for the Classification of Osteoarthritis Journal of
Rheumatology 1991 27 (suppl) 10 ndash 12
37
17 Milne AD Evans NA Stanish WD Nonoperative Management of Knee
Osteoarthritis In Hartono IM Studi komparasi antara WOMAC index
dengan Kellgren-Lawrence grading system pada penderita osteoarthritis
genu [PPDS1 thesis] Semarang Medical Faculty Diponegoro University
2007 p 12
18 Haq I Murphy E Dacre J Osteoarthritis Review Postgrad Med J 2003
79 377 ndash 383
19 Anonim [1986] Criteria for classification of idiopathic osteoarthtritis (OA)
of the knee American College of Rheumatology [serial on the internet]
2010 [cited 2010 Jan 20] Available from
httpwwwrheumatologyorgpublicationsclassificationoakneeasp
aud=mem
38
- BAB I
- ILUSTRASI KASUS
- 1 Pemeriksaan EKG
- X ndash Ray Pelvis AP
- BAB III
- DISKUSI DAN PEMBAHASAN
-
kakinya tetapi sedikit berkurang dengan istirahat Awalnya pasien
mengaku mendapatkan keluhan nyeri dan sulit berjalan ini ketika pasien
ingin beranjak dari tempat tidurnya menuju kamar mandi Ketika akan
berdiri pasien merasakan kedua kakinya sangat nyeri dan sulit untuk
digerakkan hingga pasien terjatuh ke lantai Pasien menyangkal adanya
benturan di kepala saat jatuh Riwayat pingsan setelah jatuh mual
muntah sesak kejang pusing lumpuh separo cedal pelo merot
semuanya juga disangkal Riwayat makan minum buang air besar dan
buang air kecil semuanya masih dalam batas normal Sebenarnya pasien
sudah lama merasakan nyeri pada kedua lututnya ini yaitu selama plusmn 1
tahun SMRS namun perlahan dirasa semakin memberat sejak ada
bengkak di kedua lututnya dan puncaknya yaitu 2 HSMRS karena
keluhan pasien ini menyebabkan dirinya tidak bisa berjalan lagi Pasien
mengaku baru menyadari ada pembengkakan di kedua lututnya ini kira ndash
kira 6 bulan terakhir (SMRS) Bengkak tersebut menyebabkan pasien
susah menggerakkan kakinya dan menyebabkan terhambatnya aktivitas
sehari ndash hari pasien Namun pasien masih bisa berjalan pelan ndash pelan
tanpa tongkat Di daerah lutut yang bengkak tersebut terasa hangat
Pasien mengatakan bengkaknya tidak mengecil setelah dikompres
dengan air dingin ataupun setelah pasien beristirahat
Selain keluhan nyeri dan bengkak pasien juga merasakan kaku
pada kedua lututnya Biasanya kaku ini muncul pada pagi hari setelah
pasien bangun tidur dan menetap sekitar setengah jam Saat kaku ini
muncul pasien tidak bisa menggerakkan kakinya sama sekali pasien
hanya bisa diam di tempat tidur Saat dicoba digerakkan oleh orang lain
kaki pasien hanya bisa bergeser ke kanan ataupun ke kiri tidak bisa
ditekuk dan kadang pasien juga merasakan gemertak ketika lututnya
digerakkan
Pasien mengaku sudah pernah berobat ke alternatif (dipijat) dan
mengkonsumsi obat yang dibeli di apotek untuk meredakan keluhan
bengkak dan nyeri pada lututnya hanya saja pasien lupa nama obatnya
2
Pasien juga mengaku bahwa sebelum sakit selama plusmn 1 tahun ini pasien
masih sering melakukan pekerjaan rumah seperti menyapu dan
memasak tetapi semenjak kedua lututnya terasa nyeri pasien hanya bisa
berjalan santai di sekeliling rumahnya
Pada saat pemeriksaan di IGD RSUD Ungaran keluhan pasien
dirasakan semakin memberat kedua kaki semakin nyeri dan semakin
sulit untuk digerakkan Pasien bahkan tidak bisa menekuk kakinya Pada
saat memasuki ruang pemeriksaanpun pasien tidak kuat untuk berjalan
sendiri
3 Riwayat Penyakit Dahulu
a Riwayat Keluhan Serupa diakui (sudah plusmn 1 tahun tetapi
pasien masih bisa berjalan)
b Riwayat Kencing Manis disangkal
c Riwayat Darah Tinggi diakui (sudah gt 2 tahun tetapi tidak
rutin konsumsi OAH)
d Riwayat Penyakit Jantung disangkal
e Riwayat Sakit Ginjal disangkal
f Alergi Obat dan Makanan disangkal
g Riwayat Asma disangkal
h Riwayat Sakit Maag disangkal
i Riwayat Operasi disangkal
j Riwayat Opname di RS diakui (karena keracunan plusmn 5 tahun
yang lalu)
k Riwayat Asam Urat tidak tahu (tidak pernah cek)
l Riwayat Kolesterol tidak tahu (tidak pernah cek)
m Riwayat Trauma Jatuh disangkal
4 Riwayat Penyakit Keluarga
a Riwayat Penyakit Serupa disangkal
b Riwayat Darah Tinggi disangkal
c Riwayat Kencing Manis disangkal
d Riwayat Penyakit Jantung disangkal
3
e Riwayat Penyakit Ginjal disangkal
f Riwayat Asma disangkal
5 Riwayat Kebiasaan
a Riwayat Minum Jamu dan Obat Bebas disangkal
b Riwayat Minum Alkhohol disangkal
c Riwayat Merokok disangkal
d Riwayat Minum Suplemen disangkal
e Riwayat Makan Makanan Berlemak disangkal
6 Riwayat Lingkungan dan Sosial
Pasien adalah seorang ibu rumah tangga yang tinggal di dalam
lingkungan tempat tinggal yang cukup bersih bersama anaknya Pasien
menggunakan fasilitas Umum untuk biaya pengobatan selama di rumah
sakit
III PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 2 Februari 2014 jam 1613
WIB saat pasien tiba di IGD RSUD Ungaran
1 Keadaan umum sedang tampak kesakitan
2 Kesadaran composmentis GCS E4V5M6 15
3 Tanda Vital
a Tekanan darah 150100 mmHg posisi berbaring lengan kiri
b Nadi 86 xmenit reguler kuat isi dan tegangan cukup
c Respirasi 18xmenit tipe thorakoabdominal
d Suhu 37ordmC per axiler
e Saturasi O2 99
4 Status Gizi
BB = 65 kg
TB = 155 cm
BMI = 65 = 2705 kgm2 (harga normal = 185-225 kgm2)
(155)2
Kesan overweight
4
5 Pemeriksaan fisik
a Kepala
Bentuk mesocephal rambut warna hitam sebagian beruban mudah
rontok (-) tidak mudah dicabut (+) luka (-)
1) Wajah
Simetris eritema (-) ruam muka (-) luka (-)
2) Mata
Konjungtiva palpebra anemis (--) sklera ikterik (--) oedem
palpebra (--) sianosis (-) pupil isokor (3mm 3mm) reflek
cahaya directindirect (++) perdarahan subkonjungtiva (--)
3) Telinga
Sekret (-) darah (-) nyeri tekan mastoid (-) gangguan fungsi
pendengaran (-)
4) Hidung
Deviasi septum nasi (-) epistaksis (-) nafas cuping hidung (-)
sekret (-) fungsi pembau baik foetor ex nasal (-)
5) Mulut
Sianosis (-) gusi berdarah (-) kering (-) stomatitis (-) pucat(-)
lidah tifoid (-) papil lidah atropi (-) luka pada sudut bibir (-)
b Leher
Leher simetris retraksi suprasternal (-) deviasi trachea (-) JVP R0
pembesaran kelenjar limfe (-) pembesaran kelenjar tiroid (-)
c Thorax
Bentuk normochest simetris retraksi intercostalis (-) pernafasan
thorakoabdominal sela iga melebar (-) jejas (-)
Jantung
1) Inspeksi Iktus kordis tidak tampak
2) Palpasi Iktus kordis tidak kuat angkat
5
3) Perkusi
Batas jantung
Kiri atas SIC II linea parasternalis sinistra
Kiri bawah SIC V 2 cm medial linea midclavicularis
sinistra
Kanan atas SIC II linea parasternalis dextra
Kanan bawah SIC IV linea parasternalis dextra
Pinggang jantung SIC II-III parasternalis sinistra
Konfigurasi jantung kesan tidak melebar
4) Auskultasi Bunyi jantung I-II murni intensitas reguler bising
(-) gallop (-)
Paru - Paru
1) Inspeksi
Normochest sela iga tidak melebar gerakan pernafasan simetris
kanan kiri retraksi intercostae (-)
2) Palpasi
Ketinggalan gerak
Depan Belakang
- - - -
- - - -
- - - -
Fremitus
Depan Belakang
N N N N
N N N N
N N N N
6
3) Perkusi
Depan Belakang
Sonor Sonor Sonor Sonor
Sonor Sonor Sonor Sonor
Sonor Sonor Sonor Sonor
4) Auskultasi
Suara dasar vesikuler
Depan Belakang
+ + + +
+ + + +
+ + + +
Suara tambahan wheezing (--) ronkhi (--)
d Abdomen
1) Inspeksi
Dinding perut sejajar dinding dada distended (-) umbilikus
tampak dan tidak ada inflamasi kaput medusa (-) venektasi (-)
sikatrik bekas operasi (-)
2) Auskultasi
Peristaltik (+) normal
3) Perkusi
Timpani (+) ascites (-) shifting dullnes (-)
4) Palpasi
Supel nyeri tekan epigastrium (-) lien dan hepar tidak teraba
membesar ginjal tidak teraba nyeri ketok costovertebrae (-)
defans muskular (-)
7
e Ekstremitas
1) Ekstremitas superior
Dekstra
Pergerakan motorik dalam batas normal tanda-tanda inflamasi
(-) oedem (-) eritem (-) CRT lt 3 detik clubbing finger (-)
kuku nekrosis (-) akral hangat (+) deformitas (-)
Sinistra
Pergerakan motorik dalam batas normal tanda-tanda inflamasi
(-) oedem (-) eritem (-) CRT lt 3 detik clubbing finger (-)
kuku nekrosis (-) akral hangat (+) deformitas (-)
2) Ekstremitas inferior
Dekstra
Pergerakan motorik sendi lutut terbatas (+) tanda-tanda
inflamasi sendi lutut (+) oedem sendi lutut (+) deformitas
sendi lutut (+) krepitasi sendi lutut (+) nyeri gerak dan
tekan (+) hiperemi (-) kuku nekrosis (-) akral hangat (+)
Sinistra
Pergerakan motorik sendi lutut terbatas (+) tanda-tanda
inflamasi sendi lutut (+) oedem sendi lutut (+) deformitas
sendi lutut (+) krepitasi sendi lutut (+) nyeri gerak dan
tekan(+) hiperemi (-) kuku nekrosis (-) akral hangat (+)
8
Genu Dekstra Genu Sinistra
IV PEMERIKSAAN PENUNJANG
1 Pemeriksaan EKG
a Frekuensi 87xmenit saat pertama kali masuk RS ritme reguler
b Jenis irama Sinus
c Zona transisi V6
d Aksis Lead II (+) aVL (+)
e Morfologi gelombang
1) Gelombang P selalu diikuti gelombang QRS dan T
2) Interval PR 012 detik
3) Gelombang QRS 010 detik
4) Elevasi ST (-)
5) Depresi ST (-)
6) Gelombang T inverted di Lead II III aVF dan V1 ndash V3
9
2 Laboratorium Darah dan Urin (tanggal 2 dan 3 Februari 2014)
Keterangan 02022014 03022014 SatuanNilai
RujukanHematologi rutinHemoglobin 118 - gdl 115-16
Hematokrit 369 - 35-49
Leukosit 83 - 10sup3microl 40-11Trombosit 297 - 10sup3microl 150-440Eritrosit 505 - 10⁶microl 38-52
Indeks eritrosit
MCV 731 - fl 82-95MCH 233 - pg 27-31MCHC 319 - gdl 32-36RDW 185 - 116-148
Hitung jenis
Granulosit 732 (H) - 50-70Limfosit 170 (L) - 20-40Monosit 98 (H) - 2-8
Kimia Ginjal
Ureum - 16 mgdL 10-45Creatinin - 073 mgdL 05-11
Asam Urat - 60 mgdL 24-60
GDS 199 - mgdL lt 200
Kimia Profil Lipid
Kolesterol Total - 199 mgdL lt200HDL Kolesterol - 35 (L) mgdL gt40LDL Kolesterol - 1348 (H) mgdL lt 130Trigliserid - 146 mgdL 35-160
URIN RUTIN 03022014 Satuan Nilai Rujukan
10
MAKROSKOPIS
Warna Kuning Kuning muda - kuning
Kekeruhan Jernih Jernih
KIMIA URINE
pH Reaksi 60 46 ndash 85Berat jenis 1015 1003 ndash 1030Protein Negatif mgdL NegatifReduksi Negatif mgdL NegatifLeukosit Esterase Negatif microL NegatifBilirubin Negatif mgdL NegatifUrobilinogen Normal mgdL NormalNitrit Negatif mgdL NegatifKeton Negatif mgdL NegatifBlood (HbEri) Negatif mgdL Negatif
MIKROSKOPIS
Leukosit Sedimen 10 ndash 15 SelLPB 0 ndash 15Eritrosit Sedimen 0 SelLPB 0 ndash 3 Epitel 5 - 10 SelLPB 0 ndash 15 Silinder Negatif LPK NegatifKristal Negatif LPB NegatifBakteri Negatif LPB NegatifJamur Negatif LPB NegatifLain - lain Negatif LPB
11
3 Foto Rontgen (tanggal 2 Februari 2014)
X ndash Ray Genu Dekstra et Sinistra
Kesan
Osteofit pada condylus lateralis dan medialis os tibia femoralis
dekstra disertai penyempitan sendi tibia femoralis lateralis dekstra
merupakan gambaran osteoarthrosis genu dekstra grade III
Osteofit pada condylus lateralis dan medialis os tibia femoralis
sinistra disertai penyempitan sendi femoro tibialis sinistra disertai
irreguler pada tulang tibia fibula sekitar sendi dan sklerotik
subcondral merupakan gambaran osteoarthosis genu sinistra grade
IV disertai osteoarthritis peradangan
12
X ndash Ray Pelvis AP
13
Kesan
Lesi opak pada cavum pelvis suspek massa DD vesikolitiasis ( usul
USG abdomen )
Tak tampak fraktur maupun dislokasi
V ASSESMENT DIAGNOSIS KERJA DAN DIAGNOSIS BANDING
1 Osteoartritis Genu Dextra et Sinistra
2 Hipertensi stage I
3 Ischemia Hearth Disease
Daftar masalah Problem AssesmentPlanning Diagnosa
Plannning Terapi (IGD)Planning
Monitoring
75 tahun Kedua kaki nyeri tidak bisa jalan (+) tidak bisa ditekuk (+) kaku riwjatuh (-)
Pmx Fisik Genu D et S ada deformitas (+) bengkak(+) krepitasi (+)
Foto x-ray genu osteoarthritis osteofit sendi genu D et S
-Deformitas Sendi-Proses Degeneratif
Osteoartritis Genu Dextra et Sinistra
- X-ray genu Dekstra et Sinistra
- Pmx Cairan synovial sendi genu
Non Farmakologi- A-B-C management ( infRL 20tpm)- Edukasi pasien- Terapi Fisik latihan gerak sendi- Fisioterapi-Penurunan berat badanFarmakologi- Inj Ranitidin 1 Amp12j- Inj Ketorolac 30mg (E)po Natrium Diklofenak 2x1 Analsik 2x1 Vit BC 1x1
-Tanda dan gejala Klinis
- TD 150100 mmHg
Gangguan hemo -dinamik
Hipertensi stage I
- EKG Foto Thorax
Non Farmakologi- Diet rendah garamFarmakologi
- Cek ulang Tekanan Darah
14
Fungsi Ginjal
- Captopril 2 x 25mg (po)- Amlodipin 1x10mg (po)
EKG Gelombang T inverted di Lead II III aVF dan V1 ndash V3
-Ateroskle- rosis-Hipoksia vaskuler
Ischemia Hearth Disease
-Cek Profil Lipid Asam Urat Enzim Jantung
Non Farmakologi-Tirah baring- O2 3-4lpmFarmakologi-ISDN 3x5mg
-Cek EKG serial 4 jam
VI POMR (Problem Oriented Medical Record)
VII FOLLOW UP
Tanggal Subjektif dan Objektif Penatalaksanaan03022014 S kaki masih nyeri jika digerakkan (+)
pegel (+) masih belum bisa berjalan pusing (-) sesak (-)KU Kesadaran Sedang composmentisVS TD 170100 mmHg RR 18 kali menit N 88 kali menit T 370CVAS 7Bengkak (+) eritem (-) ROM terbatasEKG T inverted Lead IIIII aVF amp V1-V3
O2 3lpmIVFD RL 20 tpm Captopril 3x25mgHCT 2x50mgAmlodipin 1x10mgAnalsik 3x1Natrium Diklofenak 3x1ISDN 3x5mg
15
04022014 S kaki masih nyeri jika digerakkan ditekuk (+) pasien tetap masih belum bisa duduk maupun berjalan sesak(-) pusing(-)KU Kesadaran Sedang composmentisVS TD 130100 mmHg RR 18 kali menit N 76 kali menit T 3730CVAS 7Bengkak (+) eritem (-) ROM terbatas
O2 3lpmIVFD RL 20 tpm Captopril 3x25mgHCT 2x50mgAmlodipin 1x10mgAnalsik 3x1Natrium Diklofenak 3x1ISDN 3x5mg(+) Inj Flamicort 1 Amp Omeprazole 2x1
05022014 S kaki masih nyeri jika digerakkan (+) namun pasien sudah bisa tidur miring sambil menekuk lututnya pegel (+) masih belum bisa berjalan (+)KU Kesadaran Sedang composmentisVS TD 150100 mmHg RR 18 kali menit N 86 kali menit T 370CVAS 5Bengkak (+) eritem (-) ROM terbatas
O2 3lpmIVFD RL 20 tpm Captopril 3x25mgHCT 2x50mgAmlodipin 1x10mgAnalsik 3x1Natrium Diklofenak 3x1ISDN 3x5mg(+) Inj Flamicort 1 Amp Omeprazole 2x1Co SpRM untuk Fisioterapi
pasien sudah difisioterapi (IR)06022014 S kaki masih nyeri jika digerakkan (+)
ditambah keluhan nyeri pinggang keluhan pusing sesak mual muntah disangkalKU Kesadaran Sedang composmentisVS TD 200100 mmHg RR 20 kali menit N 88 kali menit T 3630CVAS 7Bengkak (+) eritem (-) ROM terbatas
O2 3lpmIVFD RL 20 tpm Inj Flamicort 1 AmpCaptopril 3x25mgHCT 2x50mgAmlodipin 1x10mgAnalsik 3x1Natrium Diklofenak 3x1ISDN 3x5mgOmeprazole 2x1
Fisioterapi masih dilanjutkan
16
07022014 S kaki masih nyeri tapi lebih jarang pasien sudah bisa setengah duduk namun tetap dibantu keluarga sesak (-) pusing (sedikit) makan minum (+) sedikit - sedikitKU Kesadaran Sedang composmentisVS TD 200100 mmHg RR 18 kali menit N 76 kali menit T 370CVAS 5Bengkak (+) eritem (-) ROM terbatas
Pasien dan keluarga APS pulang karena persoalan biaya terapi pulang
Captopril 3x25mgHCT 2x50mgAmlodipin 1x10mgAnalsik 3x1Natrium Diklofenak 3x1ISDN 3x5mgOmeprazole 2x1(+) Clonidin 3x1 tab
VIIIPROGNOSIS
Qua ad vitam Dubia ad bonam
Qua ad functionam Dubia ad malam
Qua ad sanationam Dubia ad malam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
IDefinisi
Osteoarthritis (OA dikenal juga sebagai arthritis degeneratif penyakit
degeneratif sendi) merupakan penyakit sendi degeneratif yang mengenai
sendi-sendi penumpu berat badan dengan gambaran patologis yang berupa
kerusakan kartilago sendi dimana terjadi proses degradasi interaktif sendi
17
yang kompleks terdiri dari proses perbaikan pada kartilago tulang dan
sinovium diikuti komponen sekunder proses inflamasi12
II Epidemiologi
Osteoartritis merupakan penyakit sendi yang paling banyak ditemukan di
dunia termasuk di Indonesia Bahkan sejak tahun 2001 hingga 2010
dicanangkan sebagai dekade penyakit tulang dan sendi di seluruh dunia5
Penyakit ini menempati urutan kedua setelah penyakit kardiovaskuler sebagai
penyebab ketidakmampuan fisik Di Inggris dan Wales sekitar 13 hingga
175 juta orang mengalami gejala OA Di Amerika 1 dari 7 penduduk
menderita OA34
Di Australia pada tahun 2002 diperkirakan biaya nasional untuk OA
sebesar 1 dari GNP yaitu mencapai $Aus 2700orangtahun4 Di Indonesia
sendiri prevalensi total OA sebanyak 343 juta orang pada tahun 2002 dan
mencapai 365 juta orang pada tahun 2007 Diperkirakan 1 sampai 2 juta
orang lanjut usia di Indonesia menderita cacat karena osteoarthritis Pada
beberapa penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan terjadinya
osteoarthritis pada obesitas dan sendi penahan beban tubuh5 Dari sekian
banyak sendi yang dapat terserang OA lutut merupakan sendi yang paling
sering dijumpai terserang OA Data Arthritis Research Campaign
menunjukkan bahwa lebih dari 550 ribu orang di Inggris menderita OA lutut
yang parah dan lebih dari 80 ribu operasi replacement sendi lutut dilakukan di
Inggris pada tahun 2000 dengan biaya 405 juta Poundsterling6
III Patofisiologi Osteoartritis
Terjadinya OA tidak lepas dari banyak persendian yang ada di dalam
tubuh manusia Sebanyak 230 sendi menghubungkan 206 tulang yang
memungkinkan terjadinya gesekan Untuk melindungi tulang dari gesekan di
dalam tubuh ada tulang rawan Namun karena berbagai faktor risiko yang ada
maka terjadi erosi pada tulang rawan dan berkurangnya cairan pada sendi
Tulang rawan sendiri berfungsi untuk meredam getar antar tulang Tulang
rawan terdiri atas jaringan lunak kolagen yang berfungsi untuk menguatkan
18
17
sendi proteoglikan yang membuat jaringan tersebut elastis dan air (70
bagian) yang menjadi bantalan pelumas dan pemberi nutrisi910
Kondrosit adalah sel yang tugasnya membentuk proteoglikan dan
kolagen pada rawan sendi Osteoartritis terjadi akibat kondrosit gagal
mensintesis matriks yang berkualitas dan memelihara keseimbangan antara
degradasi dan sintesis matriks ekstraseluler termasuk produksi kolagen tipe I
III VI dan X yang berlebihan dan sintesis proteoglikan yang pendek Hal
tersebut menyebabkan terjadi perubahan pada diameter dan orientasi dari serat
kolagen yang mengubah biomekanik dari tulang rawan sehingga tulang rawan
sendi kehilangan sifat kompresibilitasnya yang unik9
Selain kondrosit sinoviosit juga berperan pada patogenesis OA
terutama setelah terjadi sinovitis yang menyebabkan nyeri dan perasaan tidak
nyaman Sinoviosit yang mengalami peradangan akan menghasilkan Matrix
Metalloproteinases (MMPs) dan berbagai sitokin yang akan dilepaskan ke
dalam rongga sendi dan merusak matriks rawan sendi serta mengaktifkan
kondrosit Pada akhirnya tulang subkondral juga akan ikut berperan dimana
osteoblas akan terangsang dan menghasilkan enzim proteolitik 910
Agrekanase merupakan enzim yang akan memecah proteoglikan di
dalam matriks rawan sendi yang disebut agrekan Ada dua tipe agrekanase
yaitu agrekanase 1 (ADAMTs-4) dan agrekanase 2 (ADAMTs-11) MMPs
diproduksi oleh kondrosit kemudian diaktifkan melalui kaskade yang
melibatkan proteinase serin (aktivator plasminogen plamsinogen plasmin)
radikal bebas dan beberapa MMPs tipe membran Kaskade enzimatik ini
dikontrol oleh berbagai inhibitor termasuk TIMPs dan inhibitor aktifator
plasminogen Enzim lain yang turut berperan merusak kolagen tipe II dan
proteoglikan adalah katepsin yang bekerja pada pH rendah termasuk
proteinase aspartat (katepsin D) dan proteinase sistein (katepsin B H K L
dan S) yang disimpam di dalam lisosom kondrosit Hialuronidase tidak
terdapat di dalam rawan sendi tetapi glikosidase lain turut berperan merusak
proteoglikan10
19
Berbagai sitokin turut berperan merangsang kondrosit dalam
menghasilkan enzim perusak rawan sendi Sitokin-sitokin pro-inflamasi akan
melekat pada reseptor di permukaan kondrosit dan sinoviosit dan
menyebabkan transkripsi gene MMP sehingga produksi enzim tersebut
meningkat Sitokin yang terpenting adalah IL-1 selain sebagai sitokin
pengatur (IL-6 IL-8 LIFI) dan sitokin inhibitor (IL-4 IL-10 IL-13 dan IFN-
γ) Sitokin inhibitor ini bersama IL-Ira dapat menghambat sekresi berbagai
MMPs dan meningkatkan sekresi TIMPs Selain itu IL-4 dan IL-13 juga
dapat melawan efek metabolik IL-1 IL-1 juga berperan menurunkan sintesis
kolagen tipe II dan IX dan meningkatkan sintesis kolagen tipe I dan III
sehingga menghasilkan matriks rawan sendi yang berkualitas buruk 910
IV Klasifikasi Osteoartritis
OA dapat terjadi secara primer (idiopatik) maupun sekunder seperti
yang tercantum di bawah ini 19
IDIOPATIK SEKUNDER
20
SetempatTangan- nodus Heberden dan Bouchard (nodal)- artritis erosif interfalang- karpal-metakarpal IKaki - haluks valgus- haluks rigidus- jari kontraktur (hammercock-up toes)- talonavikulareCoxae- eksentrik (superior)- konsentrik (aksial medial)- difus (koksa senilis)Vertebra- sendi apofiseal- sendi intervertebral- spondilosis (osteofit)- ligamentum (hiperostosis penyakit Forestier diffuse idiopathic skeletal hyperostosis=DISH)Tempat lainnya- glenohumeral- akromioklavikular- tibiotalar- sakroiliaka- temporomandibularMenyeluruhMeliputi 3 atau lebih daerah yang tersebut diatas (Kellgren-Moore)
Traumaminus akutminus kronik (okupasional port)Kongenital atau developmentalGangguan setempatminus Penyakit Leg-Calve-Perthesminus Dislokasi koksa kongenitalminus Slipped epiphysisFaktor mekanikminus Panjang tungkai tidak samaminus Deformitas valgus varusminus Sindroma hipermobilitasMetabolikminus Okronosis (alkaptonuria)minus Hemokromatosisminus Penyakit Wilsonminus Penyakit GaucherEndokrinminus Akromegaliminus Hiperparatiroidismeminus Diabetes melitusminus Obesitasminus HipotiroidismePenyakit Deposit Kalsiumminus Deposit kalsium pirofosfat dihidratminus Artropati hidroksiapatitPenyakit Tulang dan Sendi lainnya Setempatminus FrakturminusNekrosis avaskular
Tabel 21 Osteoartritis Idiopatik dan Sekunder
V Manifestasi Klinis 15
1 Nyeri sendi
Terutama bila sendi bergerak atau menanggung beban yang akan
berkurang bila penderita beristirahat
21
2 Kaku pada pagi hari (morning stiffness)
Kekakuan pada sendi yang terserang terjadi setelah imobilisasi yang
cukup lama (gel phenomenon) bahkan sering disebutkan kaku muncul
pada pagi hari setelah bangun tidur (morning stiffness)
3 Hambatan pergerakan sendi
Hambatan pergerakan sendi ini bersifat progresif lambat bertambah
berat secara perlahan sejalan dengan bertambahnya nyeri pada sendi
4 Krepitasi
Rasa gemeretak (seringkali sampai terdengar) yang terjadi pada sendi
yang sakit
5 Perubahan bentuk sendi
Sendi yang mengalami osteoarthritis biasanya mengalami perubahan
berupa perubahan bentuk dan penyempitan pada celah sendi
6 Perubahan gaya berjalan
Hal yang paling meresahkan pasien adalah perubahan gaya berjalan
hampir semua pasien osteoarthritis pada pergelangan kaki lutut dan
panggul mengalami perubahan gaya berjalan (pincang)
VI Faktor Risiko Osteoartritis Lutut (Genu)
Secara garis besar terdapat dua pembagian faktor risiko OA lutut yaitu
faktor predisposisi dan faktor biomekanis
1 Faktor Predisposisi
a Faktor Demografi
1) Umur
Dari semua faktor risiko untuk timbulnya osteoartritis faktor
ketuaan adalah yang terkuat Proses penuaan dianggap sebagai
penyebab peningkatan kelemahan di sekitar sendi penurunan
kelenturan sendi kalsifikasi tulang rawan dan menurunkan
fungsi kondrosit yang semuanya mendukung terjadinya OA
Studi Framingham menunjukkan bahwa 27 orang berusia 63 ndash
22
70 tahun memiliki bukti radiografik menderita OA lutut yang
meningkat mencapai 40 pada usia 80 tahun atau lebih7
2) Jenis kelamin
Prevalensi OA pada laki-laki sebelum usia 50 tahun lebih tinggi
dibandingkan perempuan tetapi setelah usia lebih dari 50 tahun
prevalensi perempuan lebih tinggi menderita OA dibandingkan
laki-laki Hal ini dikaitkan dengan pengurangan hormon
estrogen yang signifikan pada wanita8
3) Ras Etnis
Prevalensi OA lutut pada penderita di negara Eropa dan
Amerika tidak berbeda sedangkan suatu penelitian
membuktikan bahwa ras Afrika ndash Amerika memiliki risiko
menderita OA lutut 2 kali lebih besar dibandingkan ras
Kaukasia Penduduk Asia juga memiliki risiko menderita OA
lutut lebih tinggi dibandingkan Kaukasia1011 Suatu studi lain
menyimpulkan bahwa populasi kulit berwarna lebih banyak
terserang OA dibandingkan kulit putih9
b Faktor Genetik
Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoartritis Adanya
mutasi dalam gen prokolagen atau gen-gen struktural lain untuk
unsur-unsur tulang rawan sendi seperti kolagen proteoglikan
berperan dalam timbulnya kecenderungan familial pada
osteoartritis10
c Faktor Gaya Hidup
1) Kebiasaan Merokok
Merokok dapat merusak sel dan menghambat proliferasi sel
tulang rawan sendi
Merokok dapat meningkatkan tekanan oksidan yang
mempengaruhi hilangnya tulang rawan
23
Merokok dapat meningkatkan kandungan karbonmonoksida
dalam darah menyebabkan jaringan kekurangan oksigen
dan dapat menghambat pembentukan tulang rawan12
2) Konsumsi Vitamin D
Orang yang tidak biasa mengkonsumsi makanan yang
mengandung vitamin D memiliki peningkatan risiko 3 kali lipat
menderita OA lutut13
d Faktor Metabolik
1) Obesitas
Berat badan yang berlebih ternyata dapat meningkatkan tekanan
mekanik pada sendi penahan beban tubuh dan lebih sering
menyebabkan osteoartritis lutut7
2) Osteoporosis
Hubungan antara OA lutut dan osteoporosis mendukung teori
bahwa gerakan mekanis yang abnormal tulang akan
mempercepat kerusakan tulang rawan sendi10
3) Penyakit Lain
OA lutut terbukti berhubungan dengan diabetes mellitus
hipertensi dan hiperurikemi dengan catatan pasien tidak
mengalami obesitas10
4) Histerktomi
Hal ini diduga berkaitan dengan pengurangan produksi hormon
estrogen setelah dilakukan pengangkatan rahim 10
5) Manisektomi
Menisektomi merupakan operasi yang dilakukan di daerah lutut
dan telah diidentifikasi sebagai faktor risiko penting bagi OA
lutut Hal ini berkaitan dengan hilangnya jaringan meniscus14
2 Faktor Biomekanis
a Riwayat Trauma Lutut
24
Trauma lutut yang akut termasuk robekan pada ligamentum
krusiatum dan meniskus merupakan faktor risiko timbulnya OA
lutut9
b Kelainan Anatomis
Faktor risiko timbulnya OA lutut antara lain kelainan lokal pada
sendi lutut seperti genu varum genu valgus Legg ndash Calve ndashPerthes
disease dan displasia asetabulum10
c Pekerjaan
Osteoartritis banyak ditemukan pada pekerja fisik berat terutama
yang banyak menggunakan kekuatan yang bertumpu pada lutut
(petani kuli dll)9
d Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik berat seperti berdiri lama (2 jam atau lebih setiap
hari) berjalan jarak jauh (2 jam atau lebih setiap hari) mengangkat
barang berat (10 kg ndash 50 kg selama 10 kali atau lebih setiap
minggu) mendorong objek yang berat (10 kg ndash 50 kg selama 10
kali atau lebih setiap minggu) naik turun tangga setiap hari
merupakan faktor risiko OA lutut 9
e Kebiasaan Olahraga
Atlit olah raga benturan keras dan membebani lutut seperti sepak
bola lari maraton dan kung fu memiliki risiko meningkat untuk
menderita OA lutut10
VII Kriteria Diagnosis Osteoartritis Lutut (Genu)
25
Kriteria diagnosis OA lutut menggunakan kriteria klasifikasi American
College of Rheumatology seperti tercantum pada tabel berikut ini 16
Tabel 22 Kriteria Klasifikasi Osteoartritis Lutut
Derajat osteoartritis lutut dinilai menjadi lima derajat oleh Kellgren dan
Lawrence yaitu 17
- Derajat 0 tidak ada gambaran osteoartritis
- Derajat 1 osteoartritis meragukan dengan gambaran sendi normal tetapi
terdapat osteofit minimal
- Derajat 2 osteoartritis minimal dengan osteofit pada 2 tempat tidak terdapat
sklerosis dan kista subkondral serta celah sendi baik
- Derajat 3 osteoartritis moderat dengan osteofit moderat deformitas ujung
tulang dan celah sendi sempit
- Derajat 4 osteoartritis berat dengan osteofit besar deformitas ujung tulang
celah sendi hilang serta adanyasklerosis dan kista subkondral
26
VIIIPenatalaksanaan Osteoarthritis
Tujuan penatalaksanaan pasien dengan osteoarthritis adalah18
1 Meredakan nyeri
2 Mengoptimalkan fungsi sendi
3 Mengurangi ketergantungan kepada orang lain dan meningkatkan
kualitas hidup
4 Menghambat progresivitas penyakit
5 Mencegah terjadinya komplikasi
Pilar terapi pada pasien dengan osteoarthritis yaitu
Nonfarmakologis
1 Modifikasi pola hidup
2 Edukasi
3 Istirahat teratur yang bertujuan mengurangi penggunaan beban pada
sendi
4 Modifikasi aktivitas
5 Menurunkan berat badan
6 Rehabilitasi medik fisioterapi
a Latihan statis dan memperkuat otot-otot
b Fisioterapi yang berguna untuk mengurangi nyeri menguatkan otot
dan menambah luas pergerakan sendi
7 Penggunaan alat bantu
Farmakologis
1 Sistemik
a Analgetik
Non narkotik parasetamol
Opioid (kodein tramadol)
b Antiinflamasi nonsteroid (NSAIDs)
Oral
Injeksi
Suppositoria
27
c DMOADs (disease modifying OA drugs)
Diantara nutraceutical yang saat ini tersedia di Indonesia adalah
Glucosamine sulfate dan Chondroitine sulfate
2 Topikal
a Krim rubefacients dan capsaicin
Beberapa sediaan telah tersedia di Indonesia dengan cara kerja pada
umumnya bersifat counter irritant
b Krim NSAIDs
Beberapa yang dapat digunakan adalah gel piroxicam dan sodium
diklofenak
3 Injeksi intraartikularintra lesi
Pada dasarnya ada 2 indikasi suntikan intra artikular yakni penanganan
simtomatik dengan steroid dan viskosuplementasi dengan hyaluronan
untuk modifikasi perjalanan penyakit Beberapa preparat injeksi
intraartikular diantaranya
a Steroid ( triamsinolone hexacetonide dan methyl prednisolone )
Hanya diberikan jika ada satu atau dua sendi yang mengalami
nyeri dan inflamasi yang kurang responsif terhadap pemberian
NSAIDs tak dapat mentolerir NSAIDs atau ada komorbiditas yang
merupakan kontra indikasi terhadap pemberian NSAIDs
Dosis untuk sendi besar seperti lutut 40-50 mginjeksi
sedangkan untuk sendi-sendi kecil biasanya digunakan dosis 10 mg
b Hyaluronan high molecular weight dan low molecular weight
Diberikan berturut-turut 5 sampai 6 kali dengan interval satu
minggu masing-masing 2 sampai 25 ml Hyaluronan Sediaan di
Indonesia diantaranya adalah Hyalgan dan Osflex
4 Pembedahan
Sebelum diputuskan untuk terapi pembedahan harus dipertimbangkan
terlebih dahulu risiko dan keuntungannya Pertimbangan dilakukan
tindakan operatif bila
28
a Deformitas menimbulkan gangguan mobilisasi
b Nyeri yang tidak dapat teratasi dengan penganan medikamentosa
dan rehabilitatif
Ada 2 tipe terapi pembedahan Realignment osteotomi dan replacement
joint
Macam-macam operasi sendi lutut untuk osteoarthritis
a Partial replacementunicompartemental
b High tibial osteotomy orang muda
c Patella amp condyle resurfacing
d Minimally constrained total replacement stabilitas sendi dilakukan
sebagian oleh ligament asli dan sebagian oleh sendi buatan
e Cinstrained joint fixed hinges dipakai bila ada tulang hilang dan
severe instability
f Total knee replacement apabila didapatkan nyeri deformitas
instability akibat dari rheumatoid atau osteoarthritis
29
Gambar 21 Piramida Penatalaksanaan Osteoartritis
BAB III
DISKUSI DAN PEMBAHASAN
OA adalah penyakit degenerasi kartilago artikuler yang berlangsung secara
perlahan dan ditandai dengan nyeri sendi kekakuan dan keterbatasan gerak yang
berkembang secara progresif Tanda-tanda tersebut ditemukan pada penderita ini
Berdasarkan etiologinya OA diklasifikasikan menjadi dua yaitu OA
primer dan OA sekunder OA primer disebut juga OA idiopatik yaitu OA yang
kausanya tidak diketahui dan tidak ada hubungannya dengan penyakit sistemik
maupun proses perubahan lokal pada sendi OA sekunder adalah OA yang
didasari oleh adanya kelainan endokrin trauma inflamasi metabolik
pertumbuhan herediter jejas mikro dan makro serta imobilisasi yang terlalu lama
faktor mekanik penyakit deposit kalsium penyakit tulang dan sendi lainnya serta
neuropatik endemik Beberapa faktor risiko yang diketahui berhubungan dengan
penyakit OA diantaranya faktor risiko umum yang penting seperti kegemukan
faktor genetik dan jenis kelamin serta beberapa faktor risiko lain seperti usia lebih
dari 40 tahun suku bangsa cedera sendi pekerjaan olahraga kelainan
pertumbuhan kepadatan tulang dan lain-lain Pada penderita ini berdasarkan
30
anamnesis riwayat sosialnya penderita adalah seorang wanita berusia 75 tahun
yang meskipun tidak melakukan pekerjaan yang berat tetapi dirinya tetap
menjalankan pekerjaan rumah tangga (sebelum sakit) yang notabene banyak
menggunakan sendi lutut Selain itu dari pemeriksaan fisik penderita ini juga
mengalami kegemukan Kondisi-kondisi pada penderita ini merupakan faktor
risiko sekunder terjadinya OA Jadi dapat disimpulkan bahwa penyebab OA pada
penderita ini bukan termasuk faktor risiko OA primer
Penderita datang dengan keluhan nyeri pada kedua sendi lutut sejak plusmn 1
tahun SMRS dan puncaknya 2 hari SMRS dimana penderita sudah tidak bisa
berjalan lagi Nyeri sendi merupakan keluhan yang umum terjadi pada penyakit
reumatik seperti artritis gout OA keganasan reumatik septik dan lain
sebagainya Pada penderita ini nyeri terlokalisir pada lutut tanpa adanya nyeri
pada sendi yang lain nyeri bertambah saat melakukan gerakan (seperti berjalan)
dan berkurang apabila beristirahat Tidak ada demam Nyeri tidak menetap
sepanjang hari Nyeri seperti ini biasanya ditemukan pada OA
Penderita juga mengeluh kaku sendi Kaku sendi dirasakan penderita pada
pagi hari Keadaan ini biasanya disebabkan oleh desakan cairan yang berada di
sekitar jaringan yang mengalami inflamasi (kapsul sendi sinovial atau bursa)
Kaku sendi makin nyata pada pagi hari atau setelah istirahat Setelah digerak-
gerakkan cairan akan menyebar dari jaringan yang mengalami inflamasi sehingga
penderita merasa terlepas dari ikatan dan bisa menggerakkan sendinya kembali
Lama kaku sendi pada OA adalah kurang dari 30 menit sedangkan pada AR
minimal satu jam Pada penderita ini kaku sendi juga dirasakan pada pagi hari
selama plusmn 20-30 menit dan menghilang dengan sendirinya bila penderita
menggerakkan kakinya dengan beraktivitas seperti biasa Hal ini sesuai untuk
mendukung keluhan pada penderita OA
Penderita juga mengalami bengkak pada kedua lutut Bengkak dirasakan
oleh penderita sejak 6 bulan SMRS Sendi yang membengkak bisa disebabkan
oleh penonjolan tulang sinovitis efusi dan karena adanya osteofit yang dapat
mengubah permukaan sendi Pada penderita ditemukan osteofit pada pemeriksaan
rontgent
31
29
Pemeriksaan fisik lokalis pada kedua sendi lutut didapatkan pada
inspeksi didapatkan pembesaran bengkak pada kedua sendi lutut dengan tidak
ada perubahan warna kulit Palpasi pada kedua sendi lutut didapatkan nyeri tekan
dan pada perabaan dirasakan hangat Pemeriksaan gerak sendi didapat
keterbatasan gerak fleksi yaitu hanya dapat mengerakkan lutut sebesar 60deg
Hambatan gerak terutama disebabkan oleh adanya remodelling osteofit penebalan
kapsul dan juga adanya efusi Pada auskultasi sendi lutut penderita ditemukan
adanya krepitasi dimana terdengar suara gemeretak ldquokretek-kretekrdquo seperti suara
krupuk yang diremukkan Gejala ini mungkin disebabkan karena gesekan kedua
permukaan tulang sendi yang irregular pada saat sendi digerakkan ataupun secara
pasif dimanipulasi
Pemeriksaan radiologis pada penderita ini didapatkan adanya gambaran
berupa penyempitan sendi dan osteofit pada pinggir sendi Menipisnya rawan
sendi diawali dengan retak dan terbelahnya permukaan sendi di beberapa tempat
yang kemudian menyatu dan disebut sebagai fibrilasi Di lain pihak pada tulang
akan terjadi pula perubahan sebagai reaksi tubuh untuk memperbaiki kerusakan
Perubahan itu adalah penebalan tulang subkondral dan pembentukan osteofit
marginal disusul kemudian dengan perubahan komposisi molekular dan struktur
tulang Penipisan kartilago sendi akibat proses degeneratif memberi gambaran
penyempitan celah sendi yang tidak simetris pada foto polos radiologi Fungsi
kartilago sendi berkurang bahkan menghilang mengakibatkan beban stres di
daerah subkhondral bertambah Beberapa subkhondral tersebut dapat diamati pada
poto polos radiologi berupa pembentukan osteofit sklerotik subkhondral maupun
pembentukan kista subkhondral Pada penderita ini ditemukan adanya
pembentukan osteofit pada condylus lateralis dan medialis os tibio femoralis
Pada OA anamnesa (gejala klinis) pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
radiologi sudah dapat menunjang penegakan diagnosis Hasil pemeriksaan
laboratorium pada OA biasanya tidak banyak berguna Darah tepi (Hb Leukosit
dan LED) dalam batas normal kecuali OA generalisata yang harus dibedakan
dengan arthritis peradangan Pada OA yang disertai peradangan mungkin
didapatkan penurunan viskositas pleositosis sedang hingga ringan serta
32
peningkatan ringan sel radang (lt8000m) gt1 Pada penderita ini dilakukan
pemeriksaan laboratorium darah lengkap kimia darah dan urin lengkap karena
pemeriksaan tersebut merupakan pemeriksaan rutin Dari hasil pemeriksaan
laboratorium pada penderita ini tidak ditemukan adanya kelainan
Diagnosis OA sudah bisa ditegakkan secara klinis dengan memakai
kriteria OA yang dibuat oleh Subcommittee American College of Rheumatology
(ACR) Kriteria OA lutut secara klinis laboratorium dan radiologis adalah adanya
nyeri lutut osteofit dan salah satu dari tanda berikut yaitu usia lebih dari 50
tahun kaku sendi kurang dari 30 menit atau adanya krepitus Pada penderita ini
wanita berusia 75 tahun ditemukan memiliki keluhan nyeri kedua sendi lutut
terdapat kaku sendi selama 20-30 menit terdapat krepitus dan pada pemeriksaan
radiologi ditemukan adanya osteofit
Pengelolaan penderita dengan OA bertujuan untuk menghilangkan
keluhan mengoptimalkan fungsi sendi mengurangi ketergantungan dan
meningkatkan kualitas hidup menghambat progresivitas penyakit dan mencegah
komplikasi Pilar terapi OA non farmakologis (edukasi terapi fisik
dietpenurunan berat badan) farmakologis (analgetik kortikosteroid lokal
sistemik kondroprotektif dan biologik) dan pembedahan
Edukasi sangat penting bagi semua pasien OA Dua hal yang menjadi
tujuan edukasi adalah bagaimana mengatasi nyeri dan disabilitas Pemberian
edukasi pada penderita ini sangat penting karena dengan edukasi diharapkan
pengetahuan penderita mengenai penyakit OA menjadi meningkat dan pengobatan
menjadi lebih mudah serta dapat diajak bersama-sama untuk mencegah kerusakan
organ sendi lebih lanjut Edukasi yang diberikan pada penderita ini yaitu
memberikan pengertian bahwa OA adalah penyakit yang kronik sehingga perlu
dipahami bahwa mungkin dalam derajat tertentu akan tetap ada rasa nyeri kaku
dan keterbatasan gerak serta fungsi Selain itu agar rasa nyeri dapat berkurang
maka penderita hendaknya mengurangi aktivitaspekerjaannya sehingga tidak
terlalu banyak menggunakan sendi lutut dan lebih banyak beristirahat Penderita
juga disarankan untuk kembali kontrol sehingga dapat diketahui apakah
33
penyakitnya sudah membaik atau ternyata ada efek samping akibat obat yang
diberikan
Terapi fisik bertujuan untuk melatih penderita agar persendiannya tetap
dapat dipakai dan melatih penderita untuk melindungi sendi yang sakit Pada
penderita ini dianjurkan untuk berolah raga tapi olah raga yang memperberat
sendi sebaiknya dihindari seperti lari atau joging Hal ini dikarenakan dapat
menambah inflamasi meningkatkan tekanan intraartikular bila ada efusi sendi dan
bahkan bisa menyebabkan robekan kapsul sendi Untuk mencegah risiko
terjadinya kecacatan pada sendi sebaiknya dilakukan olah raga peregangan otot
seperti mQuadrisep femoris dengan peregangan otot diharapkan dapat membantu
dalam peningkatan fungsi sendi secara keseluruhan dan mengurangi nyeri Pada
penderita ini disarankan untuk senam lantai 3 kali seminggu dimana pasien
mengambil posisi terlentang sambil meregangkan lututnya dengan cara
mengangkat kaki dan secara perlahan menekuk dan meluruskan lututnya Olah
raga ini sangat mudah dilakukan apalagi mengingat usia penderita yang sudah
mencapai 75 tahun
Diet bertujuan untuk menurunkan berat badan pada penderita OA yang
gemuk Hal ini sebaiknya menjadi program utama pengobatan OA Penurunan
berat badan seringkali dapat mengurangi keluhan dan peradangan Selain itu
obesitas juga dapat meningkatkan risiko progresifitas dari OA Pada penderita ini
disarankan untuk mengurangi berat badan dengan mengatur diet rendah kalori
sampai mungkin mendekati berat badan ideal Dimana prinsipnya adalah
mengurangi kalori yang masuk dibawah energi yang dibutuhkan Penurunan
energi intake yang aman dianjurkan pemberian defisit energi antara 500-1000
kalori perhari sehingga diharapkan akan terjadi pembakaran lemak tubuh dan
penurunan berat badan 05 ndash 1 kg per minggu Biasanya intake energi diberikan
1200-1300 kal per hari dan paling rendah 800 kal per hari Formula yang dapat
digunakan untuk kebutuhan energi berdasarkan berat badan adalah 22kalkgBB
aktualhari dengan cara ini didapatkan defisit energi 1000 kalhari Pada penderita
ini dianjurkan untuk diet 1400 kal perhari agar mencapai BB idealnya yakni
setidaknya mencapai 55 kg Namun cara ini juga memerlukan kehati ndash hatian
34
dikarenakan usia penderita dan daya tahan tubuhnya yang memang sudah tidak
mendukung untuk melakukan usaha diit
Terapi farmakologis pada penderita OA biasanya bersifat simptomatis
Pada tahap awal dapat dicoba analgetik sederhana seperti asetaminofen atau
salisilat Bila tidak ada perbaikan dapat diberikan obat anti inflamasi non steroid
Untuk mengurangi keluhan nyeri pada penderita ini telah diberikan pengobatan
langsung dengan obat anti inflamasi non steroid seperti Na-diklofenak dengan
dosis 3times50 mg tanpa menggunakan obat lini pertama Hal ini dikarenakan keluhan
pada penderita ini sudah cukup berat ditambah pula adanya bengkak dan rasa
hangat di lutut yang tidak hilang dengan obat analgetik sederhana ( seperti yang
biasa dikonsumsi penderita) Na-diklofenak merupakan obat golongan OAINS
COX-1 inhibitor yang non-selektif dimana obat ini diberikan pada penderita
karena tidak terdapat riwayat pernah menderita gangguan gastrointestinal Namun
mengingat usia penderita yang memang sudah lanjut maka penderita juga
diberikan obat pelapis lambung untuk menjaga kondisi saluran pencernaannya Di
sini penderita diberikan obat golongan PPI (Omeprazole 2 x 20 mg) Setelah
dievaluasi beberapa hari ternyata keluhan nyeri dan bengkak pada penderita tidak
kunjung ada perubahan maka ditambahkan pula obat steroid injeksi dimana
pilihannya adalah InjTriamcinolon 1 Amp24 jam (Inj Flamicort) Selain itu
pasien juga dikonsulkan ke spesialis rehabilitasi medis untuk dilakukan
fisioterapi
Terapi pembedahan Terapi ini diberikan apabila terapi farmakologis dan
rehabilitasi tidak berhasil untuk mengurangi rasa sakit dan juga untuk melakukan
koreksi apabila terjadi deformitas yang menimbulkan gangguan mobilisasi sendi
yang mengganggu aktifitas sehari-hari Pada penderita ini tidak sampai dilakukan
terapi pembedahan
35
DAFTAR PUSTAKA
1 Soeroso J Isbagio H Kalim H Broto R Pramudiyo R Osteoartritis In
Sudoyo AW Setiyohadi B Alwi I Simadibrata M Setiati S editors Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam 4th ed Jakarta Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit
Dalam Fakultas Kedokteran Indonesia 2006 p 1195-201
2 Osteoarthritis Wikipedia The Free Encyclopedia [serial on the internet]
2009 [cited 2009 Sep 1] Available from
httpenwikipediaorgwikiOsteoarthritis
3 Reginster JY The Prevalence and Burden of Osteoarthritis Rheumatology
2002 41 (suppl 1) 3 ndash 6
4 Wibowo Dhidik Tri Kurniawan Yusuf Latifah Tati Gunadi Rachmat
Perancangan dan Implementasi Sistem Bantu Diagnosis Penyakit
Osteoartritis dan Reumatoid Artritis Melalui Deteksi Penyempitan Celah
Sendi pada Citra X-Ray Tangan dan Lutut Dalam Temu Ilmiah
Reumatologi Jakarta 2003 168 ndash 172
5 Konggres Nasional Ikatan Reumatologi Indonesia VI httppemda-
diygoidberita 2005 102140
36
6 Arthritis Research Campaign 2000 Available at
httpwwwarcorgukabout_arthastatshtm
7 Felson DT Zhang Y Hannan MT et al The Incidence and Natural
History of Knee Osteoarthritis in the Elderly The Framingham
Osteoarthritis Study Arthritis Rheumatology 1995 38 1500 ndash 1505
8 Felson DT Zhang Y An Update on the Epidemiology of Knee and Hip
Osteoarthritis with a View to Prevention Arthritis Rheumatology 1998
41 1343 ndash 1355
9 Setiyohadi Bambang Osteoartritis Selayang Pandang Dalam Temu Ilmiah
Reumatologi Jakarta 2003 27 ndash 31
10 Klippel John H Dieppe Paul A Brooks Peter et al Osteoarthritis In
Rheumatology United Kingdom Mosby ndash Year Book Europe Limited
1994 21 ndash 106
11 Abbate L Renner JB Stevens J et al Do Body Composition and Body Fat
Distribution Explain Ethnic Differences in Radiographic Knee
Osteoarthritis Outcomes in African -American and Caucasian Women The
North American Association for the Study of Obesity 2006 14 1274 ndash
1281
12 Amin Niu Jingbo Hunter David et al Smoking Worsens Knee
Osteoarthritis News Center Oklahoma City Oklahoma USA 2006 1 ndash 4
13 McAlindon Timothy E Felson David T Zhang Yuqing et al Relation of
Dietary Intake and Serum Levels of Vitamin D to Progression of
Osteoarthritis of the Knee Among Participants in the Framingham Study
14 Englund M and Lohmander LS Patellofemoral Osteoarthritis Coexistent
with Tibiofemoral Osteoarthritis in a Meniscectomy Population Annals of
the Rheumatic Diseases 2005 64 1721 ndash 1726
15 Carter MA Osteoartritis In Price SA Wilson LM Patofisiologi konsep
klinis proses-proses penyakit 6th ed Jakarta EGC 2006 p 1380-4
16 Altman RD Criteria for the Classification of Osteoarthritis Journal of
Rheumatology 1991 27 (suppl) 10 ndash 12
37
17 Milne AD Evans NA Stanish WD Nonoperative Management of Knee
Osteoarthritis In Hartono IM Studi komparasi antara WOMAC index
dengan Kellgren-Lawrence grading system pada penderita osteoarthritis
genu [PPDS1 thesis] Semarang Medical Faculty Diponegoro University
2007 p 12
18 Haq I Murphy E Dacre J Osteoarthritis Review Postgrad Med J 2003
79 377 ndash 383
19 Anonim [1986] Criteria for classification of idiopathic osteoarthtritis (OA)
of the knee American College of Rheumatology [serial on the internet]
2010 [cited 2010 Jan 20] Available from
httpwwwrheumatologyorgpublicationsclassificationoakneeasp
aud=mem
38
- BAB I
- ILUSTRASI KASUS
- 1 Pemeriksaan EKG
- X ndash Ray Pelvis AP
- BAB III
- DISKUSI DAN PEMBAHASAN
-
Pasien juga mengaku bahwa sebelum sakit selama plusmn 1 tahun ini pasien
masih sering melakukan pekerjaan rumah seperti menyapu dan
memasak tetapi semenjak kedua lututnya terasa nyeri pasien hanya bisa
berjalan santai di sekeliling rumahnya
Pada saat pemeriksaan di IGD RSUD Ungaran keluhan pasien
dirasakan semakin memberat kedua kaki semakin nyeri dan semakin
sulit untuk digerakkan Pasien bahkan tidak bisa menekuk kakinya Pada
saat memasuki ruang pemeriksaanpun pasien tidak kuat untuk berjalan
sendiri
3 Riwayat Penyakit Dahulu
a Riwayat Keluhan Serupa diakui (sudah plusmn 1 tahun tetapi
pasien masih bisa berjalan)
b Riwayat Kencing Manis disangkal
c Riwayat Darah Tinggi diakui (sudah gt 2 tahun tetapi tidak
rutin konsumsi OAH)
d Riwayat Penyakit Jantung disangkal
e Riwayat Sakit Ginjal disangkal
f Alergi Obat dan Makanan disangkal
g Riwayat Asma disangkal
h Riwayat Sakit Maag disangkal
i Riwayat Operasi disangkal
j Riwayat Opname di RS diakui (karena keracunan plusmn 5 tahun
yang lalu)
k Riwayat Asam Urat tidak tahu (tidak pernah cek)
l Riwayat Kolesterol tidak tahu (tidak pernah cek)
m Riwayat Trauma Jatuh disangkal
4 Riwayat Penyakit Keluarga
a Riwayat Penyakit Serupa disangkal
b Riwayat Darah Tinggi disangkal
c Riwayat Kencing Manis disangkal
d Riwayat Penyakit Jantung disangkal
3
e Riwayat Penyakit Ginjal disangkal
f Riwayat Asma disangkal
5 Riwayat Kebiasaan
a Riwayat Minum Jamu dan Obat Bebas disangkal
b Riwayat Minum Alkhohol disangkal
c Riwayat Merokok disangkal
d Riwayat Minum Suplemen disangkal
e Riwayat Makan Makanan Berlemak disangkal
6 Riwayat Lingkungan dan Sosial
Pasien adalah seorang ibu rumah tangga yang tinggal di dalam
lingkungan tempat tinggal yang cukup bersih bersama anaknya Pasien
menggunakan fasilitas Umum untuk biaya pengobatan selama di rumah
sakit
III PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 2 Februari 2014 jam 1613
WIB saat pasien tiba di IGD RSUD Ungaran
1 Keadaan umum sedang tampak kesakitan
2 Kesadaran composmentis GCS E4V5M6 15
3 Tanda Vital
a Tekanan darah 150100 mmHg posisi berbaring lengan kiri
b Nadi 86 xmenit reguler kuat isi dan tegangan cukup
c Respirasi 18xmenit tipe thorakoabdominal
d Suhu 37ordmC per axiler
e Saturasi O2 99
4 Status Gizi
BB = 65 kg
TB = 155 cm
BMI = 65 = 2705 kgm2 (harga normal = 185-225 kgm2)
(155)2
Kesan overweight
4
5 Pemeriksaan fisik
a Kepala
Bentuk mesocephal rambut warna hitam sebagian beruban mudah
rontok (-) tidak mudah dicabut (+) luka (-)
1) Wajah
Simetris eritema (-) ruam muka (-) luka (-)
2) Mata
Konjungtiva palpebra anemis (--) sklera ikterik (--) oedem
palpebra (--) sianosis (-) pupil isokor (3mm 3mm) reflek
cahaya directindirect (++) perdarahan subkonjungtiva (--)
3) Telinga
Sekret (-) darah (-) nyeri tekan mastoid (-) gangguan fungsi
pendengaran (-)
4) Hidung
Deviasi septum nasi (-) epistaksis (-) nafas cuping hidung (-)
sekret (-) fungsi pembau baik foetor ex nasal (-)
5) Mulut
Sianosis (-) gusi berdarah (-) kering (-) stomatitis (-) pucat(-)
lidah tifoid (-) papil lidah atropi (-) luka pada sudut bibir (-)
b Leher
Leher simetris retraksi suprasternal (-) deviasi trachea (-) JVP R0
pembesaran kelenjar limfe (-) pembesaran kelenjar tiroid (-)
c Thorax
Bentuk normochest simetris retraksi intercostalis (-) pernafasan
thorakoabdominal sela iga melebar (-) jejas (-)
Jantung
1) Inspeksi Iktus kordis tidak tampak
2) Palpasi Iktus kordis tidak kuat angkat
5
3) Perkusi
Batas jantung
Kiri atas SIC II linea parasternalis sinistra
Kiri bawah SIC V 2 cm medial linea midclavicularis
sinistra
Kanan atas SIC II linea parasternalis dextra
Kanan bawah SIC IV linea parasternalis dextra
Pinggang jantung SIC II-III parasternalis sinistra
Konfigurasi jantung kesan tidak melebar
4) Auskultasi Bunyi jantung I-II murni intensitas reguler bising
(-) gallop (-)
Paru - Paru
1) Inspeksi
Normochest sela iga tidak melebar gerakan pernafasan simetris
kanan kiri retraksi intercostae (-)
2) Palpasi
Ketinggalan gerak
Depan Belakang
- - - -
- - - -
- - - -
Fremitus
Depan Belakang
N N N N
N N N N
N N N N
6
3) Perkusi
Depan Belakang
Sonor Sonor Sonor Sonor
Sonor Sonor Sonor Sonor
Sonor Sonor Sonor Sonor
4) Auskultasi
Suara dasar vesikuler
Depan Belakang
+ + + +
+ + + +
+ + + +
Suara tambahan wheezing (--) ronkhi (--)
d Abdomen
1) Inspeksi
Dinding perut sejajar dinding dada distended (-) umbilikus
tampak dan tidak ada inflamasi kaput medusa (-) venektasi (-)
sikatrik bekas operasi (-)
2) Auskultasi
Peristaltik (+) normal
3) Perkusi
Timpani (+) ascites (-) shifting dullnes (-)
4) Palpasi
Supel nyeri tekan epigastrium (-) lien dan hepar tidak teraba
membesar ginjal tidak teraba nyeri ketok costovertebrae (-)
defans muskular (-)
7
e Ekstremitas
1) Ekstremitas superior
Dekstra
Pergerakan motorik dalam batas normal tanda-tanda inflamasi
(-) oedem (-) eritem (-) CRT lt 3 detik clubbing finger (-)
kuku nekrosis (-) akral hangat (+) deformitas (-)
Sinistra
Pergerakan motorik dalam batas normal tanda-tanda inflamasi
(-) oedem (-) eritem (-) CRT lt 3 detik clubbing finger (-)
kuku nekrosis (-) akral hangat (+) deformitas (-)
2) Ekstremitas inferior
Dekstra
Pergerakan motorik sendi lutut terbatas (+) tanda-tanda
inflamasi sendi lutut (+) oedem sendi lutut (+) deformitas
sendi lutut (+) krepitasi sendi lutut (+) nyeri gerak dan
tekan (+) hiperemi (-) kuku nekrosis (-) akral hangat (+)
Sinistra
Pergerakan motorik sendi lutut terbatas (+) tanda-tanda
inflamasi sendi lutut (+) oedem sendi lutut (+) deformitas
sendi lutut (+) krepitasi sendi lutut (+) nyeri gerak dan
tekan(+) hiperemi (-) kuku nekrosis (-) akral hangat (+)
8
Genu Dekstra Genu Sinistra
IV PEMERIKSAAN PENUNJANG
1 Pemeriksaan EKG
a Frekuensi 87xmenit saat pertama kali masuk RS ritme reguler
b Jenis irama Sinus
c Zona transisi V6
d Aksis Lead II (+) aVL (+)
e Morfologi gelombang
1) Gelombang P selalu diikuti gelombang QRS dan T
2) Interval PR 012 detik
3) Gelombang QRS 010 detik
4) Elevasi ST (-)
5) Depresi ST (-)
6) Gelombang T inverted di Lead II III aVF dan V1 ndash V3
9
2 Laboratorium Darah dan Urin (tanggal 2 dan 3 Februari 2014)
Keterangan 02022014 03022014 SatuanNilai
RujukanHematologi rutinHemoglobin 118 - gdl 115-16
Hematokrit 369 - 35-49
Leukosit 83 - 10sup3microl 40-11Trombosit 297 - 10sup3microl 150-440Eritrosit 505 - 10⁶microl 38-52
Indeks eritrosit
MCV 731 - fl 82-95MCH 233 - pg 27-31MCHC 319 - gdl 32-36RDW 185 - 116-148
Hitung jenis
Granulosit 732 (H) - 50-70Limfosit 170 (L) - 20-40Monosit 98 (H) - 2-8
Kimia Ginjal
Ureum - 16 mgdL 10-45Creatinin - 073 mgdL 05-11
Asam Urat - 60 mgdL 24-60
GDS 199 - mgdL lt 200
Kimia Profil Lipid
Kolesterol Total - 199 mgdL lt200HDL Kolesterol - 35 (L) mgdL gt40LDL Kolesterol - 1348 (H) mgdL lt 130Trigliserid - 146 mgdL 35-160
URIN RUTIN 03022014 Satuan Nilai Rujukan
10
MAKROSKOPIS
Warna Kuning Kuning muda - kuning
Kekeruhan Jernih Jernih
KIMIA URINE
pH Reaksi 60 46 ndash 85Berat jenis 1015 1003 ndash 1030Protein Negatif mgdL NegatifReduksi Negatif mgdL NegatifLeukosit Esterase Negatif microL NegatifBilirubin Negatif mgdL NegatifUrobilinogen Normal mgdL NormalNitrit Negatif mgdL NegatifKeton Negatif mgdL NegatifBlood (HbEri) Negatif mgdL Negatif
MIKROSKOPIS
Leukosit Sedimen 10 ndash 15 SelLPB 0 ndash 15Eritrosit Sedimen 0 SelLPB 0 ndash 3 Epitel 5 - 10 SelLPB 0 ndash 15 Silinder Negatif LPK NegatifKristal Negatif LPB NegatifBakteri Negatif LPB NegatifJamur Negatif LPB NegatifLain - lain Negatif LPB
11
3 Foto Rontgen (tanggal 2 Februari 2014)
X ndash Ray Genu Dekstra et Sinistra
Kesan
Osteofit pada condylus lateralis dan medialis os tibia femoralis
dekstra disertai penyempitan sendi tibia femoralis lateralis dekstra
merupakan gambaran osteoarthrosis genu dekstra grade III
Osteofit pada condylus lateralis dan medialis os tibia femoralis
sinistra disertai penyempitan sendi femoro tibialis sinistra disertai
irreguler pada tulang tibia fibula sekitar sendi dan sklerotik
subcondral merupakan gambaran osteoarthosis genu sinistra grade
IV disertai osteoarthritis peradangan
12
X ndash Ray Pelvis AP
13
Kesan
Lesi opak pada cavum pelvis suspek massa DD vesikolitiasis ( usul
USG abdomen )
Tak tampak fraktur maupun dislokasi
V ASSESMENT DIAGNOSIS KERJA DAN DIAGNOSIS BANDING
1 Osteoartritis Genu Dextra et Sinistra
2 Hipertensi stage I
3 Ischemia Hearth Disease
Daftar masalah Problem AssesmentPlanning Diagnosa
Plannning Terapi (IGD)Planning
Monitoring
75 tahun Kedua kaki nyeri tidak bisa jalan (+) tidak bisa ditekuk (+) kaku riwjatuh (-)
Pmx Fisik Genu D et S ada deformitas (+) bengkak(+) krepitasi (+)
Foto x-ray genu osteoarthritis osteofit sendi genu D et S
-Deformitas Sendi-Proses Degeneratif
Osteoartritis Genu Dextra et Sinistra
- X-ray genu Dekstra et Sinistra
- Pmx Cairan synovial sendi genu
Non Farmakologi- A-B-C management ( infRL 20tpm)- Edukasi pasien- Terapi Fisik latihan gerak sendi- Fisioterapi-Penurunan berat badanFarmakologi- Inj Ranitidin 1 Amp12j- Inj Ketorolac 30mg (E)po Natrium Diklofenak 2x1 Analsik 2x1 Vit BC 1x1
-Tanda dan gejala Klinis
- TD 150100 mmHg
Gangguan hemo -dinamik
Hipertensi stage I
- EKG Foto Thorax
Non Farmakologi- Diet rendah garamFarmakologi
- Cek ulang Tekanan Darah
14
Fungsi Ginjal
- Captopril 2 x 25mg (po)- Amlodipin 1x10mg (po)
EKG Gelombang T inverted di Lead II III aVF dan V1 ndash V3
-Ateroskle- rosis-Hipoksia vaskuler
Ischemia Hearth Disease
-Cek Profil Lipid Asam Urat Enzim Jantung
Non Farmakologi-Tirah baring- O2 3-4lpmFarmakologi-ISDN 3x5mg
-Cek EKG serial 4 jam
VI POMR (Problem Oriented Medical Record)
VII FOLLOW UP
Tanggal Subjektif dan Objektif Penatalaksanaan03022014 S kaki masih nyeri jika digerakkan (+)
pegel (+) masih belum bisa berjalan pusing (-) sesak (-)KU Kesadaran Sedang composmentisVS TD 170100 mmHg RR 18 kali menit N 88 kali menit T 370CVAS 7Bengkak (+) eritem (-) ROM terbatasEKG T inverted Lead IIIII aVF amp V1-V3
O2 3lpmIVFD RL 20 tpm Captopril 3x25mgHCT 2x50mgAmlodipin 1x10mgAnalsik 3x1Natrium Diklofenak 3x1ISDN 3x5mg
15
04022014 S kaki masih nyeri jika digerakkan ditekuk (+) pasien tetap masih belum bisa duduk maupun berjalan sesak(-) pusing(-)KU Kesadaran Sedang composmentisVS TD 130100 mmHg RR 18 kali menit N 76 kali menit T 3730CVAS 7Bengkak (+) eritem (-) ROM terbatas
O2 3lpmIVFD RL 20 tpm Captopril 3x25mgHCT 2x50mgAmlodipin 1x10mgAnalsik 3x1Natrium Diklofenak 3x1ISDN 3x5mg(+) Inj Flamicort 1 Amp Omeprazole 2x1
05022014 S kaki masih nyeri jika digerakkan (+) namun pasien sudah bisa tidur miring sambil menekuk lututnya pegel (+) masih belum bisa berjalan (+)KU Kesadaran Sedang composmentisVS TD 150100 mmHg RR 18 kali menit N 86 kali menit T 370CVAS 5Bengkak (+) eritem (-) ROM terbatas
O2 3lpmIVFD RL 20 tpm Captopril 3x25mgHCT 2x50mgAmlodipin 1x10mgAnalsik 3x1Natrium Diklofenak 3x1ISDN 3x5mg(+) Inj Flamicort 1 Amp Omeprazole 2x1Co SpRM untuk Fisioterapi
pasien sudah difisioterapi (IR)06022014 S kaki masih nyeri jika digerakkan (+)
ditambah keluhan nyeri pinggang keluhan pusing sesak mual muntah disangkalKU Kesadaran Sedang composmentisVS TD 200100 mmHg RR 20 kali menit N 88 kali menit T 3630CVAS 7Bengkak (+) eritem (-) ROM terbatas
O2 3lpmIVFD RL 20 tpm Inj Flamicort 1 AmpCaptopril 3x25mgHCT 2x50mgAmlodipin 1x10mgAnalsik 3x1Natrium Diklofenak 3x1ISDN 3x5mgOmeprazole 2x1
Fisioterapi masih dilanjutkan
16
07022014 S kaki masih nyeri tapi lebih jarang pasien sudah bisa setengah duduk namun tetap dibantu keluarga sesak (-) pusing (sedikit) makan minum (+) sedikit - sedikitKU Kesadaran Sedang composmentisVS TD 200100 mmHg RR 18 kali menit N 76 kali menit T 370CVAS 5Bengkak (+) eritem (-) ROM terbatas
Pasien dan keluarga APS pulang karena persoalan biaya terapi pulang
Captopril 3x25mgHCT 2x50mgAmlodipin 1x10mgAnalsik 3x1Natrium Diklofenak 3x1ISDN 3x5mgOmeprazole 2x1(+) Clonidin 3x1 tab
VIIIPROGNOSIS
Qua ad vitam Dubia ad bonam
Qua ad functionam Dubia ad malam
Qua ad sanationam Dubia ad malam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
IDefinisi
Osteoarthritis (OA dikenal juga sebagai arthritis degeneratif penyakit
degeneratif sendi) merupakan penyakit sendi degeneratif yang mengenai
sendi-sendi penumpu berat badan dengan gambaran patologis yang berupa
kerusakan kartilago sendi dimana terjadi proses degradasi interaktif sendi
17
yang kompleks terdiri dari proses perbaikan pada kartilago tulang dan
sinovium diikuti komponen sekunder proses inflamasi12
II Epidemiologi
Osteoartritis merupakan penyakit sendi yang paling banyak ditemukan di
dunia termasuk di Indonesia Bahkan sejak tahun 2001 hingga 2010
dicanangkan sebagai dekade penyakit tulang dan sendi di seluruh dunia5
Penyakit ini menempati urutan kedua setelah penyakit kardiovaskuler sebagai
penyebab ketidakmampuan fisik Di Inggris dan Wales sekitar 13 hingga
175 juta orang mengalami gejala OA Di Amerika 1 dari 7 penduduk
menderita OA34
Di Australia pada tahun 2002 diperkirakan biaya nasional untuk OA
sebesar 1 dari GNP yaitu mencapai $Aus 2700orangtahun4 Di Indonesia
sendiri prevalensi total OA sebanyak 343 juta orang pada tahun 2002 dan
mencapai 365 juta orang pada tahun 2007 Diperkirakan 1 sampai 2 juta
orang lanjut usia di Indonesia menderita cacat karena osteoarthritis Pada
beberapa penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan terjadinya
osteoarthritis pada obesitas dan sendi penahan beban tubuh5 Dari sekian
banyak sendi yang dapat terserang OA lutut merupakan sendi yang paling
sering dijumpai terserang OA Data Arthritis Research Campaign
menunjukkan bahwa lebih dari 550 ribu orang di Inggris menderita OA lutut
yang parah dan lebih dari 80 ribu operasi replacement sendi lutut dilakukan di
Inggris pada tahun 2000 dengan biaya 405 juta Poundsterling6
III Patofisiologi Osteoartritis
Terjadinya OA tidak lepas dari banyak persendian yang ada di dalam
tubuh manusia Sebanyak 230 sendi menghubungkan 206 tulang yang
memungkinkan terjadinya gesekan Untuk melindungi tulang dari gesekan di
dalam tubuh ada tulang rawan Namun karena berbagai faktor risiko yang ada
maka terjadi erosi pada tulang rawan dan berkurangnya cairan pada sendi
Tulang rawan sendiri berfungsi untuk meredam getar antar tulang Tulang
rawan terdiri atas jaringan lunak kolagen yang berfungsi untuk menguatkan
18
17
sendi proteoglikan yang membuat jaringan tersebut elastis dan air (70
bagian) yang menjadi bantalan pelumas dan pemberi nutrisi910
Kondrosit adalah sel yang tugasnya membentuk proteoglikan dan
kolagen pada rawan sendi Osteoartritis terjadi akibat kondrosit gagal
mensintesis matriks yang berkualitas dan memelihara keseimbangan antara
degradasi dan sintesis matriks ekstraseluler termasuk produksi kolagen tipe I
III VI dan X yang berlebihan dan sintesis proteoglikan yang pendek Hal
tersebut menyebabkan terjadi perubahan pada diameter dan orientasi dari serat
kolagen yang mengubah biomekanik dari tulang rawan sehingga tulang rawan
sendi kehilangan sifat kompresibilitasnya yang unik9
Selain kondrosit sinoviosit juga berperan pada patogenesis OA
terutama setelah terjadi sinovitis yang menyebabkan nyeri dan perasaan tidak
nyaman Sinoviosit yang mengalami peradangan akan menghasilkan Matrix
Metalloproteinases (MMPs) dan berbagai sitokin yang akan dilepaskan ke
dalam rongga sendi dan merusak matriks rawan sendi serta mengaktifkan
kondrosit Pada akhirnya tulang subkondral juga akan ikut berperan dimana
osteoblas akan terangsang dan menghasilkan enzim proteolitik 910
Agrekanase merupakan enzim yang akan memecah proteoglikan di
dalam matriks rawan sendi yang disebut agrekan Ada dua tipe agrekanase
yaitu agrekanase 1 (ADAMTs-4) dan agrekanase 2 (ADAMTs-11) MMPs
diproduksi oleh kondrosit kemudian diaktifkan melalui kaskade yang
melibatkan proteinase serin (aktivator plasminogen plamsinogen plasmin)
radikal bebas dan beberapa MMPs tipe membran Kaskade enzimatik ini
dikontrol oleh berbagai inhibitor termasuk TIMPs dan inhibitor aktifator
plasminogen Enzim lain yang turut berperan merusak kolagen tipe II dan
proteoglikan adalah katepsin yang bekerja pada pH rendah termasuk
proteinase aspartat (katepsin D) dan proteinase sistein (katepsin B H K L
dan S) yang disimpam di dalam lisosom kondrosit Hialuronidase tidak
terdapat di dalam rawan sendi tetapi glikosidase lain turut berperan merusak
proteoglikan10
19
Berbagai sitokin turut berperan merangsang kondrosit dalam
menghasilkan enzim perusak rawan sendi Sitokin-sitokin pro-inflamasi akan
melekat pada reseptor di permukaan kondrosit dan sinoviosit dan
menyebabkan transkripsi gene MMP sehingga produksi enzim tersebut
meningkat Sitokin yang terpenting adalah IL-1 selain sebagai sitokin
pengatur (IL-6 IL-8 LIFI) dan sitokin inhibitor (IL-4 IL-10 IL-13 dan IFN-
γ) Sitokin inhibitor ini bersama IL-Ira dapat menghambat sekresi berbagai
MMPs dan meningkatkan sekresi TIMPs Selain itu IL-4 dan IL-13 juga
dapat melawan efek metabolik IL-1 IL-1 juga berperan menurunkan sintesis
kolagen tipe II dan IX dan meningkatkan sintesis kolagen tipe I dan III
sehingga menghasilkan matriks rawan sendi yang berkualitas buruk 910
IV Klasifikasi Osteoartritis
OA dapat terjadi secara primer (idiopatik) maupun sekunder seperti
yang tercantum di bawah ini 19
IDIOPATIK SEKUNDER
20
SetempatTangan- nodus Heberden dan Bouchard (nodal)- artritis erosif interfalang- karpal-metakarpal IKaki - haluks valgus- haluks rigidus- jari kontraktur (hammercock-up toes)- talonavikulareCoxae- eksentrik (superior)- konsentrik (aksial medial)- difus (koksa senilis)Vertebra- sendi apofiseal- sendi intervertebral- spondilosis (osteofit)- ligamentum (hiperostosis penyakit Forestier diffuse idiopathic skeletal hyperostosis=DISH)Tempat lainnya- glenohumeral- akromioklavikular- tibiotalar- sakroiliaka- temporomandibularMenyeluruhMeliputi 3 atau lebih daerah yang tersebut diatas (Kellgren-Moore)
Traumaminus akutminus kronik (okupasional port)Kongenital atau developmentalGangguan setempatminus Penyakit Leg-Calve-Perthesminus Dislokasi koksa kongenitalminus Slipped epiphysisFaktor mekanikminus Panjang tungkai tidak samaminus Deformitas valgus varusminus Sindroma hipermobilitasMetabolikminus Okronosis (alkaptonuria)minus Hemokromatosisminus Penyakit Wilsonminus Penyakit GaucherEndokrinminus Akromegaliminus Hiperparatiroidismeminus Diabetes melitusminus Obesitasminus HipotiroidismePenyakit Deposit Kalsiumminus Deposit kalsium pirofosfat dihidratminus Artropati hidroksiapatitPenyakit Tulang dan Sendi lainnya Setempatminus FrakturminusNekrosis avaskular
Tabel 21 Osteoartritis Idiopatik dan Sekunder
V Manifestasi Klinis 15
1 Nyeri sendi
Terutama bila sendi bergerak atau menanggung beban yang akan
berkurang bila penderita beristirahat
21
2 Kaku pada pagi hari (morning stiffness)
Kekakuan pada sendi yang terserang terjadi setelah imobilisasi yang
cukup lama (gel phenomenon) bahkan sering disebutkan kaku muncul
pada pagi hari setelah bangun tidur (morning stiffness)
3 Hambatan pergerakan sendi
Hambatan pergerakan sendi ini bersifat progresif lambat bertambah
berat secara perlahan sejalan dengan bertambahnya nyeri pada sendi
4 Krepitasi
Rasa gemeretak (seringkali sampai terdengar) yang terjadi pada sendi
yang sakit
5 Perubahan bentuk sendi
Sendi yang mengalami osteoarthritis biasanya mengalami perubahan
berupa perubahan bentuk dan penyempitan pada celah sendi
6 Perubahan gaya berjalan
Hal yang paling meresahkan pasien adalah perubahan gaya berjalan
hampir semua pasien osteoarthritis pada pergelangan kaki lutut dan
panggul mengalami perubahan gaya berjalan (pincang)
VI Faktor Risiko Osteoartritis Lutut (Genu)
Secara garis besar terdapat dua pembagian faktor risiko OA lutut yaitu
faktor predisposisi dan faktor biomekanis
1 Faktor Predisposisi
a Faktor Demografi
1) Umur
Dari semua faktor risiko untuk timbulnya osteoartritis faktor
ketuaan adalah yang terkuat Proses penuaan dianggap sebagai
penyebab peningkatan kelemahan di sekitar sendi penurunan
kelenturan sendi kalsifikasi tulang rawan dan menurunkan
fungsi kondrosit yang semuanya mendukung terjadinya OA
Studi Framingham menunjukkan bahwa 27 orang berusia 63 ndash
22
70 tahun memiliki bukti radiografik menderita OA lutut yang
meningkat mencapai 40 pada usia 80 tahun atau lebih7
2) Jenis kelamin
Prevalensi OA pada laki-laki sebelum usia 50 tahun lebih tinggi
dibandingkan perempuan tetapi setelah usia lebih dari 50 tahun
prevalensi perempuan lebih tinggi menderita OA dibandingkan
laki-laki Hal ini dikaitkan dengan pengurangan hormon
estrogen yang signifikan pada wanita8
3) Ras Etnis
Prevalensi OA lutut pada penderita di negara Eropa dan
Amerika tidak berbeda sedangkan suatu penelitian
membuktikan bahwa ras Afrika ndash Amerika memiliki risiko
menderita OA lutut 2 kali lebih besar dibandingkan ras
Kaukasia Penduduk Asia juga memiliki risiko menderita OA
lutut lebih tinggi dibandingkan Kaukasia1011 Suatu studi lain
menyimpulkan bahwa populasi kulit berwarna lebih banyak
terserang OA dibandingkan kulit putih9
b Faktor Genetik
Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoartritis Adanya
mutasi dalam gen prokolagen atau gen-gen struktural lain untuk
unsur-unsur tulang rawan sendi seperti kolagen proteoglikan
berperan dalam timbulnya kecenderungan familial pada
osteoartritis10
c Faktor Gaya Hidup
1) Kebiasaan Merokok
Merokok dapat merusak sel dan menghambat proliferasi sel
tulang rawan sendi
Merokok dapat meningkatkan tekanan oksidan yang
mempengaruhi hilangnya tulang rawan
23
Merokok dapat meningkatkan kandungan karbonmonoksida
dalam darah menyebabkan jaringan kekurangan oksigen
dan dapat menghambat pembentukan tulang rawan12
2) Konsumsi Vitamin D
Orang yang tidak biasa mengkonsumsi makanan yang
mengandung vitamin D memiliki peningkatan risiko 3 kali lipat
menderita OA lutut13
d Faktor Metabolik
1) Obesitas
Berat badan yang berlebih ternyata dapat meningkatkan tekanan
mekanik pada sendi penahan beban tubuh dan lebih sering
menyebabkan osteoartritis lutut7
2) Osteoporosis
Hubungan antara OA lutut dan osteoporosis mendukung teori
bahwa gerakan mekanis yang abnormal tulang akan
mempercepat kerusakan tulang rawan sendi10
3) Penyakit Lain
OA lutut terbukti berhubungan dengan diabetes mellitus
hipertensi dan hiperurikemi dengan catatan pasien tidak
mengalami obesitas10
4) Histerktomi
Hal ini diduga berkaitan dengan pengurangan produksi hormon
estrogen setelah dilakukan pengangkatan rahim 10
5) Manisektomi
Menisektomi merupakan operasi yang dilakukan di daerah lutut
dan telah diidentifikasi sebagai faktor risiko penting bagi OA
lutut Hal ini berkaitan dengan hilangnya jaringan meniscus14
2 Faktor Biomekanis
a Riwayat Trauma Lutut
24
Trauma lutut yang akut termasuk robekan pada ligamentum
krusiatum dan meniskus merupakan faktor risiko timbulnya OA
lutut9
b Kelainan Anatomis
Faktor risiko timbulnya OA lutut antara lain kelainan lokal pada
sendi lutut seperti genu varum genu valgus Legg ndash Calve ndashPerthes
disease dan displasia asetabulum10
c Pekerjaan
Osteoartritis banyak ditemukan pada pekerja fisik berat terutama
yang banyak menggunakan kekuatan yang bertumpu pada lutut
(petani kuli dll)9
d Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik berat seperti berdiri lama (2 jam atau lebih setiap
hari) berjalan jarak jauh (2 jam atau lebih setiap hari) mengangkat
barang berat (10 kg ndash 50 kg selama 10 kali atau lebih setiap
minggu) mendorong objek yang berat (10 kg ndash 50 kg selama 10
kali atau lebih setiap minggu) naik turun tangga setiap hari
merupakan faktor risiko OA lutut 9
e Kebiasaan Olahraga
Atlit olah raga benturan keras dan membebani lutut seperti sepak
bola lari maraton dan kung fu memiliki risiko meningkat untuk
menderita OA lutut10
VII Kriteria Diagnosis Osteoartritis Lutut (Genu)
25
Kriteria diagnosis OA lutut menggunakan kriteria klasifikasi American
College of Rheumatology seperti tercantum pada tabel berikut ini 16
Tabel 22 Kriteria Klasifikasi Osteoartritis Lutut
Derajat osteoartritis lutut dinilai menjadi lima derajat oleh Kellgren dan
Lawrence yaitu 17
- Derajat 0 tidak ada gambaran osteoartritis
- Derajat 1 osteoartritis meragukan dengan gambaran sendi normal tetapi
terdapat osteofit minimal
- Derajat 2 osteoartritis minimal dengan osteofit pada 2 tempat tidak terdapat
sklerosis dan kista subkondral serta celah sendi baik
- Derajat 3 osteoartritis moderat dengan osteofit moderat deformitas ujung
tulang dan celah sendi sempit
- Derajat 4 osteoartritis berat dengan osteofit besar deformitas ujung tulang
celah sendi hilang serta adanyasklerosis dan kista subkondral
26
VIIIPenatalaksanaan Osteoarthritis
Tujuan penatalaksanaan pasien dengan osteoarthritis adalah18
1 Meredakan nyeri
2 Mengoptimalkan fungsi sendi
3 Mengurangi ketergantungan kepada orang lain dan meningkatkan
kualitas hidup
4 Menghambat progresivitas penyakit
5 Mencegah terjadinya komplikasi
Pilar terapi pada pasien dengan osteoarthritis yaitu
Nonfarmakologis
1 Modifikasi pola hidup
2 Edukasi
3 Istirahat teratur yang bertujuan mengurangi penggunaan beban pada
sendi
4 Modifikasi aktivitas
5 Menurunkan berat badan
6 Rehabilitasi medik fisioterapi
a Latihan statis dan memperkuat otot-otot
b Fisioterapi yang berguna untuk mengurangi nyeri menguatkan otot
dan menambah luas pergerakan sendi
7 Penggunaan alat bantu
Farmakologis
1 Sistemik
a Analgetik
Non narkotik parasetamol
Opioid (kodein tramadol)
b Antiinflamasi nonsteroid (NSAIDs)
Oral
Injeksi
Suppositoria
27
c DMOADs (disease modifying OA drugs)
Diantara nutraceutical yang saat ini tersedia di Indonesia adalah
Glucosamine sulfate dan Chondroitine sulfate
2 Topikal
a Krim rubefacients dan capsaicin
Beberapa sediaan telah tersedia di Indonesia dengan cara kerja pada
umumnya bersifat counter irritant
b Krim NSAIDs
Beberapa yang dapat digunakan adalah gel piroxicam dan sodium
diklofenak
3 Injeksi intraartikularintra lesi
Pada dasarnya ada 2 indikasi suntikan intra artikular yakni penanganan
simtomatik dengan steroid dan viskosuplementasi dengan hyaluronan
untuk modifikasi perjalanan penyakit Beberapa preparat injeksi
intraartikular diantaranya
a Steroid ( triamsinolone hexacetonide dan methyl prednisolone )
Hanya diberikan jika ada satu atau dua sendi yang mengalami
nyeri dan inflamasi yang kurang responsif terhadap pemberian
NSAIDs tak dapat mentolerir NSAIDs atau ada komorbiditas yang
merupakan kontra indikasi terhadap pemberian NSAIDs
Dosis untuk sendi besar seperti lutut 40-50 mginjeksi
sedangkan untuk sendi-sendi kecil biasanya digunakan dosis 10 mg
b Hyaluronan high molecular weight dan low molecular weight
Diberikan berturut-turut 5 sampai 6 kali dengan interval satu
minggu masing-masing 2 sampai 25 ml Hyaluronan Sediaan di
Indonesia diantaranya adalah Hyalgan dan Osflex
4 Pembedahan
Sebelum diputuskan untuk terapi pembedahan harus dipertimbangkan
terlebih dahulu risiko dan keuntungannya Pertimbangan dilakukan
tindakan operatif bila
28
a Deformitas menimbulkan gangguan mobilisasi
b Nyeri yang tidak dapat teratasi dengan penganan medikamentosa
dan rehabilitatif
Ada 2 tipe terapi pembedahan Realignment osteotomi dan replacement
joint
Macam-macam operasi sendi lutut untuk osteoarthritis
a Partial replacementunicompartemental
b High tibial osteotomy orang muda
c Patella amp condyle resurfacing
d Minimally constrained total replacement stabilitas sendi dilakukan
sebagian oleh ligament asli dan sebagian oleh sendi buatan
e Cinstrained joint fixed hinges dipakai bila ada tulang hilang dan
severe instability
f Total knee replacement apabila didapatkan nyeri deformitas
instability akibat dari rheumatoid atau osteoarthritis
29
Gambar 21 Piramida Penatalaksanaan Osteoartritis
BAB III
DISKUSI DAN PEMBAHASAN
OA adalah penyakit degenerasi kartilago artikuler yang berlangsung secara
perlahan dan ditandai dengan nyeri sendi kekakuan dan keterbatasan gerak yang
berkembang secara progresif Tanda-tanda tersebut ditemukan pada penderita ini
Berdasarkan etiologinya OA diklasifikasikan menjadi dua yaitu OA
primer dan OA sekunder OA primer disebut juga OA idiopatik yaitu OA yang
kausanya tidak diketahui dan tidak ada hubungannya dengan penyakit sistemik
maupun proses perubahan lokal pada sendi OA sekunder adalah OA yang
didasari oleh adanya kelainan endokrin trauma inflamasi metabolik
pertumbuhan herediter jejas mikro dan makro serta imobilisasi yang terlalu lama
faktor mekanik penyakit deposit kalsium penyakit tulang dan sendi lainnya serta
neuropatik endemik Beberapa faktor risiko yang diketahui berhubungan dengan
penyakit OA diantaranya faktor risiko umum yang penting seperti kegemukan
faktor genetik dan jenis kelamin serta beberapa faktor risiko lain seperti usia lebih
dari 40 tahun suku bangsa cedera sendi pekerjaan olahraga kelainan
pertumbuhan kepadatan tulang dan lain-lain Pada penderita ini berdasarkan
30
anamnesis riwayat sosialnya penderita adalah seorang wanita berusia 75 tahun
yang meskipun tidak melakukan pekerjaan yang berat tetapi dirinya tetap
menjalankan pekerjaan rumah tangga (sebelum sakit) yang notabene banyak
menggunakan sendi lutut Selain itu dari pemeriksaan fisik penderita ini juga
mengalami kegemukan Kondisi-kondisi pada penderita ini merupakan faktor
risiko sekunder terjadinya OA Jadi dapat disimpulkan bahwa penyebab OA pada
penderita ini bukan termasuk faktor risiko OA primer
Penderita datang dengan keluhan nyeri pada kedua sendi lutut sejak plusmn 1
tahun SMRS dan puncaknya 2 hari SMRS dimana penderita sudah tidak bisa
berjalan lagi Nyeri sendi merupakan keluhan yang umum terjadi pada penyakit
reumatik seperti artritis gout OA keganasan reumatik septik dan lain
sebagainya Pada penderita ini nyeri terlokalisir pada lutut tanpa adanya nyeri
pada sendi yang lain nyeri bertambah saat melakukan gerakan (seperti berjalan)
dan berkurang apabila beristirahat Tidak ada demam Nyeri tidak menetap
sepanjang hari Nyeri seperti ini biasanya ditemukan pada OA
Penderita juga mengeluh kaku sendi Kaku sendi dirasakan penderita pada
pagi hari Keadaan ini biasanya disebabkan oleh desakan cairan yang berada di
sekitar jaringan yang mengalami inflamasi (kapsul sendi sinovial atau bursa)
Kaku sendi makin nyata pada pagi hari atau setelah istirahat Setelah digerak-
gerakkan cairan akan menyebar dari jaringan yang mengalami inflamasi sehingga
penderita merasa terlepas dari ikatan dan bisa menggerakkan sendinya kembali
Lama kaku sendi pada OA adalah kurang dari 30 menit sedangkan pada AR
minimal satu jam Pada penderita ini kaku sendi juga dirasakan pada pagi hari
selama plusmn 20-30 menit dan menghilang dengan sendirinya bila penderita
menggerakkan kakinya dengan beraktivitas seperti biasa Hal ini sesuai untuk
mendukung keluhan pada penderita OA
Penderita juga mengalami bengkak pada kedua lutut Bengkak dirasakan
oleh penderita sejak 6 bulan SMRS Sendi yang membengkak bisa disebabkan
oleh penonjolan tulang sinovitis efusi dan karena adanya osteofit yang dapat
mengubah permukaan sendi Pada penderita ditemukan osteofit pada pemeriksaan
rontgent
31
29
Pemeriksaan fisik lokalis pada kedua sendi lutut didapatkan pada
inspeksi didapatkan pembesaran bengkak pada kedua sendi lutut dengan tidak
ada perubahan warna kulit Palpasi pada kedua sendi lutut didapatkan nyeri tekan
dan pada perabaan dirasakan hangat Pemeriksaan gerak sendi didapat
keterbatasan gerak fleksi yaitu hanya dapat mengerakkan lutut sebesar 60deg
Hambatan gerak terutama disebabkan oleh adanya remodelling osteofit penebalan
kapsul dan juga adanya efusi Pada auskultasi sendi lutut penderita ditemukan
adanya krepitasi dimana terdengar suara gemeretak ldquokretek-kretekrdquo seperti suara
krupuk yang diremukkan Gejala ini mungkin disebabkan karena gesekan kedua
permukaan tulang sendi yang irregular pada saat sendi digerakkan ataupun secara
pasif dimanipulasi
Pemeriksaan radiologis pada penderita ini didapatkan adanya gambaran
berupa penyempitan sendi dan osteofit pada pinggir sendi Menipisnya rawan
sendi diawali dengan retak dan terbelahnya permukaan sendi di beberapa tempat
yang kemudian menyatu dan disebut sebagai fibrilasi Di lain pihak pada tulang
akan terjadi pula perubahan sebagai reaksi tubuh untuk memperbaiki kerusakan
Perubahan itu adalah penebalan tulang subkondral dan pembentukan osteofit
marginal disusul kemudian dengan perubahan komposisi molekular dan struktur
tulang Penipisan kartilago sendi akibat proses degeneratif memberi gambaran
penyempitan celah sendi yang tidak simetris pada foto polos radiologi Fungsi
kartilago sendi berkurang bahkan menghilang mengakibatkan beban stres di
daerah subkhondral bertambah Beberapa subkhondral tersebut dapat diamati pada
poto polos radiologi berupa pembentukan osteofit sklerotik subkhondral maupun
pembentukan kista subkhondral Pada penderita ini ditemukan adanya
pembentukan osteofit pada condylus lateralis dan medialis os tibio femoralis
Pada OA anamnesa (gejala klinis) pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
radiologi sudah dapat menunjang penegakan diagnosis Hasil pemeriksaan
laboratorium pada OA biasanya tidak banyak berguna Darah tepi (Hb Leukosit
dan LED) dalam batas normal kecuali OA generalisata yang harus dibedakan
dengan arthritis peradangan Pada OA yang disertai peradangan mungkin
didapatkan penurunan viskositas pleositosis sedang hingga ringan serta
32
peningkatan ringan sel radang (lt8000m) gt1 Pada penderita ini dilakukan
pemeriksaan laboratorium darah lengkap kimia darah dan urin lengkap karena
pemeriksaan tersebut merupakan pemeriksaan rutin Dari hasil pemeriksaan
laboratorium pada penderita ini tidak ditemukan adanya kelainan
Diagnosis OA sudah bisa ditegakkan secara klinis dengan memakai
kriteria OA yang dibuat oleh Subcommittee American College of Rheumatology
(ACR) Kriteria OA lutut secara klinis laboratorium dan radiologis adalah adanya
nyeri lutut osteofit dan salah satu dari tanda berikut yaitu usia lebih dari 50
tahun kaku sendi kurang dari 30 menit atau adanya krepitus Pada penderita ini
wanita berusia 75 tahun ditemukan memiliki keluhan nyeri kedua sendi lutut
terdapat kaku sendi selama 20-30 menit terdapat krepitus dan pada pemeriksaan
radiologi ditemukan adanya osteofit
Pengelolaan penderita dengan OA bertujuan untuk menghilangkan
keluhan mengoptimalkan fungsi sendi mengurangi ketergantungan dan
meningkatkan kualitas hidup menghambat progresivitas penyakit dan mencegah
komplikasi Pilar terapi OA non farmakologis (edukasi terapi fisik
dietpenurunan berat badan) farmakologis (analgetik kortikosteroid lokal
sistemik kondroprotektif dan biologik) dan pembedahan
Edukasi sangat penting bagi semua pasien OA Dua hal yang menjadi
tujuan edukasi adalah bagaimana mengatasi nyeri dan disabilitas Pemberian
edukasi pada penderita ini sangat penting karena dengan edukasi diharapkan
pengetahuan penderita mengenai penyakit OA menjadi meningkat dan pengobatan
menjadi lebih mudah serta dapat diajak bersama-sama untuk mencegah kerusakan
organ sendi lebih lanjut Edukasi yang diberikan pada penderita ini yaitu
memberikan pengertian bahwa OA adalah penyakit yang kronik sehingga perlu
dipahami bahwa mungkin dalam derajat tertentu akan tetap ada rasa nyeri kaku
dan keterbatasan gerak serta fungsi Selain itu agar rasa nyeri dapat berkurang
maka penderita hendaknya mengurangi aktivitaspekerjaannya sehingga tidak
terlalu banyak menggunakan sendi lutut dan lebih banyak beristirahat Penderita
juga disarankan untuk kembali kontrol sehingga dapat diketahui apakah
33
penyakitnya sudah membaik atau ternyata ada efek samping akibat obat yang
diberikan
Terapi fisik bertujuan untuk melatih penderita agar persendiannya tetap
dapat dipakai dan melatih penderita untuk melindungi sendi yang sakit Pada
penderita ini dianjurkan untuk berolah raga tapi olah raga yang memperberat
sendi sebaiknya dihindari seperti lari atau joging Hal ini dikarenakan dapat
menambah inflamasi meningkatkan tekanan intraartikular bila ada efusi sendi dan
bahkan bisa menyebabkan robekan kapsul sendi Untuk mencegah risiko
terjadinya kecacatan pada sendi sebaiknya dilakukan olah raga peregangan otot
seperti mQuadrisep femoris dengan peregangan otot diharapkan dapat membantu
dalam peningkatan fungsi sendi secara keseluruhan dan mengurangi nyeri Pada
penderita ini disarankan untuk senam lantai 3 kali seminggu dimana pasien
mengambil posisi terlentang sambil meregangkan lututnya dengan cara
mengangkat kaki dan secara perlahan menekuk dan meluruskan lututnya Olah
raga ini sangat mudah dilakukan apalagi mengingat usia penderita yang sudah
mencapai 75 tahun
Diet bertujuan untuk menurunkan berat badan pada penderita OA yang
gemuk Hal ini sebaiknya menjadi program utama pengobatan OA Penurunan
berat badan seringkali dapat mengurangi keluhan dan peradangan Selain itu
obesitas juga dapat meningkatkan risiko progresifitas dari OA Pada penderita ini
disarankan untuk mengurangi berat badan dengan mengatur diet rendah kalori
sampai mungkin mendekati berat badan ideal Dimana prinsipnya adalah
mengurangi kalori yang masuk dibawah energi yang dibutuhkan Penurunan
energi intake yang aman dianjurkan pemberian defisit energi antara 500-1000
kalori perhari sehingga diharapkan akan terjadi pembakaran lemak tubuh dan
penurunan berat badan 05 ndash 1 kg per minggu Biasanya intake energi diberikan
1200-1300 kal per hari dan paling rendah 800 kal per hari Formula yang dapat
digunakan untuk kebutuhan energi berdasarkan berat badan adalah 22kalkgBB
aktualhari dengan cara ini didapatkan defisit energi 1000 kalhari Pada penderita
ini dianjurkan untuk diet 1400 kal perhari agar mencapai BB idealnya yakni
setidaknya mencapai 55 kg Namun cara ini juga memerlukan kehati ndash hatian
34
dikarenakan usia penderita dan daya tahan tubuhnya yang memang sudah tidak
mendukung untuk melakukan usaha diit
Terapi farmakologis pada penderita OA biasanya bersifat simptomatis
Pada tahap awal dapat dicoba analgetik sederhana seperti asetaminofen atau
salisilat Bila tidak ada perbaikan dapat diberikan obat anti inflamasi non steroid
Untuk mengurangi keluhan nyeri pada penderita ini telah diberikan pengobatan
langsung dengan obat anti inflamasi non steroid seperti Na-diklofenak dengan
dosis 3times50 mg tanpa menggunakan obat lini pertama Hal ini dikarenakan keluhan
pada penderita ini sudah cukup berat ditambah pula adanya bengkak dan rasa
hangat di lutut yang tidak hilang dengan obat analgetik sederhana ( seperti yang
biasa dikonsumsi penderita) Na-diklofenak merupakan obat golongan OAINS
COX-1 inhibitor yang non-selektif dimana obat ini diberikan pada penderita
karena tidak terdapat riwayat pernah menderita gangguan gastrointestinal Namun
mengingat usia penderita yang memang sudah lanjut maka penderita juga
diberikan obat pelapis lambung untuk menjaga kondisi saluran pencernaannya Di
sini penderita diberikan obat golongan PPI (Omeprazole 2 x 20 mg) Setelah
dievaluasi beberapa hari ternyata keluhan nyeri dan bengkak pada penderita tidak
kunjung ada perubahan maka ditambahkan pula obat steroid injeksi dimana
pilihannya adalah InjTriamcinolon 1 Amp24 jam (Inj Flamicort) Selain itu
pasien juga dikonsulkan ke spesialis rehabilitasi medis untuk dilakukan
fisioterapi
Terapi pembedahan Terapi ini diberikan apabila terapi farmakologis dan
rehabilitasi tidak berhasil untuk mengurangi rasa sakit dan juga untuk melakukan
koreksi apabila terjadi deformitas yang menimbulkan gangguan mobilisasi sendi
yang mengganggu aktifitas sehari-hari Pada penderita ini tidak sampai dilakukan
terapi pembedahan
35
DAFTAR PUSTAKA
1 Soeroso J Isbagio H Kalim H Broto R Pramudiyo R Osteoartritis In
Sudoyo AW Setiyohadi B Alwi I Simadibrata M Setiati S editors Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam 4th ed Jakarta Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit
Dalam Fakultas Kedokteran Indonesia 2006 p 1195-201
2 Osteoarthritis Wikipedia The Free Encyclopedia [serial on the internet]
2009 [cited 2009 Sep 1] Available from
httpenwikipediaorgwikiOsteoarthritis
3 Reginster JY The Prevalence and Burden of Osteoarthritis Rheumatology
2002 41 (suppl 1) 3 ndash 6
4 Wibowo Dhidik Tri Kurniawan Yusuf Latifah Tati Gunadi Rachmat
Perancangan dan Implementasi Sistem Bantu Diagnosis Penyakit
Osteoartritis dan Reumatoid Artritis Melalui Deteksi Penyempitan Celah
Sendi pada Citra X-Ray Tangan dan Lutut Dalam Temu Ilmiah
Reumatologi Jakarta 2003 168 ndash 172
5 Konggres Nasional Ikatan Reumatologi Indonesia VI httppemda-
diygoidberita 2005 102140
36
6 Arthritis Research Campaign 2000 Available at
httpwwwarcorgukabout_arthastatshtm
7 Felson DT Zhang Y Hannan MT et al The Incidence and Natural
History of Knee Osteoarthritis in the Elderly The Framingham
Osteoarthritis Study Arthritis Rheumatology 1995 38 1500 ndash 1505
8 Felson DT Zhang Y An Update on the Epidemiology of Knee and Hip
Osteoarthritis with a View to Prevention Arthritis Rheumatology 1998
41 1343 ndash 1355
9 Setiyohadi Bambang Osteoartritis Selayang Pandang Dalam Temu Ilmiah
Reumatologi Jakarta 2003 27 ndash 31
10 Klippel John H Dieppe Paul A Brooks Peter et al Osteoarthritis In
Rheumatology United Kingdom Mosby ndash Year Book Europe Limited
1994 21 ndash 106
11 Abbate L Renner JB Stevens J et al Do Body Composition and Body Fat
Distribution Explain Ethnic Differences in Radiographic Knee
Osteoarthritis Outcomes in African -American and Caucasian Women The
North American Association for the Study of Obesity 2006 14 1274 ndash
1281
12 Amin Niu Jingbo Hunter David et al Smoking Worsens Knee
Osteoarthritis News Center Oklahoma City Oklahoma USA 2006 1 ndash 4
13 McAlindon Timothy E Felson David T Zhang Yuqing et al Relation of
Dietary Intake and Serum Levels of Vitamin D to Progression of
Osteoarthritis of the Knee Among Participants in the Framingham Study
14 Englund M and Lohmander LS Patellofemoral Osteoarthritis Coexistent
with Tibiofemoral Osteoarthritis in a Meniscectomy Population Annals of
the Rheumatic Diseases 2005 64 1721 ndash 1726
15 Carter MA Osteoartritis In Price SA Wilson LM Patofisiologi konsep
klinis proses-proses penyakit 6th ed Jakarta EGC 2006 p 1380-4
16 Altman RD Criteria for the Classification of Osteoarthritis Journal of
Rheumatology 1991 27 (suppl) 10 ndash 12
37
17 Milne AD Evans NA Stanish WD Nonoperative Management of Knee
Osteoarthritis In Hartono IM Studi komparasi antara WOMAC index
dengan Kellgren-Lawrence grading system pada penderita osteoarthritis
genu [PPDS1 thesis] Semarang Medical Faculty Diponegoro University
2007 p 12
18 Haq I Murphy E Dacre J Osteoarthritis Review Postgrad Med J 2003
79 377 ndash 383
19 Anonim [1986] Criteria for classification of idiopathic osteoarthtritis (OA)
of the knee American College of Rheumatology [serial on the internet]
2010 [cited 2010 Jan 20] Available from
httpwwwrheumatologyorgpublicationsclassificationoakneeasp
aud=mem
38
- BAB I
- ILUSTRASI KASUS
- 1 Pemeriksaan EKG
- X ndash Ray Pelvis AP
- BAB III
- DISKUSI DAN PEMBAHASAN
-
e Riwayat Penyakit Ginjal disangkal
f Riwayat Asma disangkal
5 Riwayat Kebiasaan
a Riwayat Minum Jamu dan Obat Bebas disangkal
b Riwayat Minum Alkhohol disangkal
c Riwayat Merokok disangkal
d Riwayat Minum Suplemen disangkal
e Riwayat Makan Makanan Berlemak disangkal
6 Riwayat Lingkungan dan Sosial
Pasien adalah seorang ibu rumah tangga yang tinggal di dalam
lingkungan tempat tinggal yang cukup bersih bersama anaknya Pasien
menggunakan fasilitas Umum untuk biaya pengobatan selama di rumah
sakit
III PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 2 Februari 2014 jam 1613
WIB saat pasien tiba di IGD RSUD Ungaran
1 Keadaan umum sedang tampak kesakitan
2 Kesadaran composmentis GCS E4V5M6 15
3 Tanda Vital
a Tekanan darah 150100 mmHg posisi berbaring lengan kiri
b Nadi 86 xmenit reguler kuat isi dan tegangan cukup
c Respirasi 18xmenit tipe thorakoabdominal
d Suhu 37ordmC per axiler
e Saturasi O2 99
4 Status Gizi
BB = 65 kg
TB = 155 cm
BMI = 65 = 2705 kgm2 (harga normal = 185-225 kgm2)
(155)2
Kesan overweight
4
5 Pemeriksaan fisik
a Kepala
Bentuk mesocephal rambut warna hitam sebagian beruban mudah
rontok (-) tidak mudah dicabut (+) luka (-)
1) Wajah
Simetris eritema (-) ruam muka (-) luka (-)
2) Mata
Konjungtiva palpebra anemis (--) sklera ikterik (--) oedem
palpebra (--) sianosis (-) pupil isokor (3mm 3mm) reflek
cahaya directindirect (++) perdarahan subkonjungtiva (--)
3) Telinga
Sekret (-) darah (-) nyeri tekan mastoid (-) gangguan fungsi
pendengaran (-)
4) Hidung
Deviasi septum nasi (-) epistaksis (-) nafas cuping hidung (-)
sekret (-) fungsi pembau baik foetor ex nasal (-)
5) Mulut
Sianosis (-) gusi berdarah (-) kering (-) stomatitis (-) pucat(-)
lidah tifoid (-) papil lidah atropi (-) luka pada sudut bibir (-)
b Leher
Leher simetris retraksi suprasternal (-) deviasi trachea (-) JVP R0
pembesaran kelenjar limfe (-) pembesaran kelenjar tiroid (-)
c Thorax
Bentuk normochest simetris retraksi intercostalis (-) pernafasan
thorakoabdominal sela iga melebar (-) jejas (-)
Jantung
1) Inspeksi Iktus kordis tidak tampak
2) Palpasi Iktus kordis tidak kuat angkat
5
3) Perkusi
Batas jantung
Kiri atas SIC II linea parasternalis sinistra
Kiri bawah SIC V 2 cm medial linea midclavicularis
sinistra
Kanan atas SIC II linea parasternalis dextra
Kanan bawah SIC IV linea parasternalis dextra
Pinggang jantung SIC II-III parasternalis sinistra
Konfigurasi jantung kesan tidak melebar
4) Auskultasi Bunyi jantung I-II murni intensitas reguler bising
(-) gallop (-)
Paru - Paru
1) Inspeksi
Normochest sela iga tidak melebar gerakan pernafasan simetris
kanan kiri retraksi intercostae (-)
2) Palpasi
Ketinggalan gerak
Depan Belakang
- - - -
- - - -
- - - -
Fremitus
Depan Belakang
N N N N
N N N N
N N N N
6
3) Perkusi
Depan Belakang
Sonor Sonor Sonor Sonor
Sonor Sonor Sonor Sonor
Sonor Sonor Sonor Sonor
4) Auskultasi
Suara dasar vesikuler
Depan Belakang
+ + + +
+ + + +
+ + + +
Suara tambahan wheezing (--) ronkhi (--)
d Abdomen
1) Inspeksi
Dinding perut sejajar dinding dada distended (-) umbilikus
tampak dan tidak ada inflamasi kaput medusa (-) venektasi (-)
sikatrik bekas operasi (-)
2) Auskultasi
Peristaltik (+) normal
3) Perkusi
Timpani (+) ascites (-) shifting dullnes (-)
4) Palpasi
Supel nyeri tekan epigastrium (-) lien dan hepar tidak teraba
membesar ginjal tidak teraba nyeri ketok costovertebrae (-)
defans muskular (-)
7
e Ekstremitas
1) Ekstremitas superior
Dekstra
Pergerakan motorik dalam batas normal tanda-tanda inflamasi
(-) oedem (-) eritem (-) CRT lt 3 detik clubbing finger (-)
kuku nekrosis (-) akral hangat (+) deformitas (-)
Sinistra
Pergerakan motorik dalam batas normal tanda-tanda inflamasi
(-) oedem (-) eritem (-) CRT lt 3 detik clubbing finger (-)
kuku nekrosis (-) akral hangat (+) deformitas (-)
2) Ekstremitas inferior
Dekstra
Pergerakan motorik sendi lutut terbatas (+) tanda-tanda
inflamasi sendi lutut (+) oedem sendi lutut (+) deformitas
sendi lutut (+) krepitasi sendi lutut (+) nyeri gerak dan
tekan (+) hiperemi (-) kuku nekrosis (-) akral hangat (+)
Sinistra
Pergerakan motorik sendi lutut terbatas (+) tanda-tanda
inflamasi sendi lutut (+) oedem sendi lutut (+) deformitas
sendi lutut (+) krepitasi sendi lutut (+) nyeri gerak dan
tekan(+) hiperemi (-) kuku nekrosis (-) akral hangat (+)
8
Genu Dekstra Genu Sinistra
IV PEMERIKSAAN PENUNJANG
1 Pemeriksaan EKG
a Frekuensi 87xmenit saat pertama kali masuk RS ritme reguler
b Jenis irama Sinus
c Zona transisi V6
d Aksis Lead II (+) aVL (+)
e Morfologi gelombang
1) Gelombang P selalu diikuti gelombang QRS dan T
2) Interval PR 012 detik
3) Gelombang QRS 010 detik
4) Elevasi ST (-)
5) Depresi ST (-)
6) Gelombang T inverted di Lead II III aVF dan V1 ndash V3
9
2 Laboratorium Darah dan Urin (tanggal 2 dan 3 Februari 2014)
Keterangan 02022014 03022014 SatuanNilai
RujukanHematologi rutinHemoglobin 118 - gdl 115-16
Hematokrit 369 - 35-49
Leukosit 83 - 10sup3microl 40-11Trombosit 297 - 10sup3microl 150-440Eritrosit 505 - 10⁶microl 38-52
Indeks eritrosit
MCV 731 - fl 82-95MCH 233 - pg 27-31MCHC 319 - gdl 32-36RDW 185 - 116-148
Hitung jenis
Granulosit 732 (H) - 50-70Limfosit 170 (L) - 20-40Monosit 98 (H) - 2-8
Kimia Ginjal
Ureum - 16 mgdL 10-45Creatinin - 073 mgdL 05-11
Asam Urat - 60 mgdL 24-60
GDS 199 - mgdL lt 200
Kimia Profil Lipid
Kolesterol Total - 199 mgdL lt200HDL Kolesterol - 35 (L) mgdL gt40LDL Kolesterol - 1348 (H) mgdL lt 130Trigliserid - 146 mgdL 35-160
URIN RUTIN 03022014 Satuan Nilai Rujukan
10
MAKROSKOPIS
Warna Kuning Kuning muda - kuning
Kekeruhan Jernih Jernih
KIMIA URINE
pH Reaksi 60 46 ndash 85Berat jenis 1015 1003 ndash 1030Protein Negatif mgdL NegatifReduksi Negatif mgdL NegatifLeukosit Esterase Negatif microL NegatifBilirubin Negatif mgdL NegatifUrobilinogen Normal mgdL NormalNitrit Negatif mgdL NegatifKeton Negatif mgdL NegatifBlood (HbEri) Negatif mgdL Negatif
MIKROSKOPIS
Leukosit Sedimen 10 ndash 15 SelLPB 0 ndash 15Eritrosit Sedimen 0 SelLPB 0 ndash 3 Epitel 5 - 10 SelLPB 0 ndash 15 Silinder Negatif LPK NegatifKristal Negatif LPB NegatifBakteri Negatif LPB NegatifJamur Negatif LPB NegatifLain - lain Negatif LPB
11
3 Foto Rontgen (tanggal 2 Februari 2014)
X ndash Ray Genu Dekstra et Sinistra
Kesan
Osteofit pada condylus lateralis dan medialis os tibia femoralis
dekstra disertai penyempitan sendi tibia femoralis lateralis dekstra
merupakan gambaran osteoarthrosis genu dekstra grade III
Osteofit pada condylus lateralis dan medialis os tibia femoralis
sinistra disertai penyempitan sendi femoro tibialis sinistra disertai
irreguler pada tulang tibia fibula sekitar sendi dan sklerotik
subcondral merupakan gambaran osteoarthosis genu sinistra grade
IV disertai osteoarthritis peradangan
12
X ndash Ray Pelvis AP
13
Kesan
Lesi opak pada cavum pelvis suspek massa DD vesikolitiasis ( usul
USG abdomen )
Tak tampak fraktur maupun dislokasi
V ASSESMENT DIAGNOSIS KERJA DAN DIAGNOSIS BANDING
1 Osteoartritis Genu Dextra et Sinistra
2 Hipertensi stage I
3 Ischemia Hearth Disease
Daftar masalah Problem AssesmentPlanning Diagnosa
Plannning Terapi (IGD)Planning
Monitoring
75 tahun Kedua kaki nyeri tidak bisa jalan (+) tidak bisa ditekuk (+) kaku riwjatuh (-)
Pmx Fisik Genu D et S ada deformitas (+) bengkak(+) krepitasi (+)
Foto x-ray genu osteoarthritis osteofit sendi genu D et S
-Deformitas Sendi-Proses Degeneratif
Osteoartritis Genu Dextra et Sinistra
- X-ray genu Dekstra et Sinistra
- Pmx Cairan synovial sendi genu
Non Farmakologi- A-B-C management ( infRL 20tpm)- Edukasi pasien- Terapi Fisik latihan gerak sendi- Fisioterapi-Penurunan berat badanFarmakologi- Inj Ranitidin 1 Amp12j- Inj Ketorolac 30mg (E)po Natrium Diklofenak 2x1 Analsik 2x1 Vit BC 1x1
-Tanda dan gejala Klinis
- TD 150100 mmHg
Gangguan hemo -dinamik
Hipertensi stage I
- EKG Foto Thorax
Non Farmakologi- Diet rendah garamFarmakologi
- Cek ulang Tekanan Darah
14
Fungsi Ginjal
- Captopril 2 x 25mg (po)- Amlodipin 1x10mg (po)
EKG Gelombang T inverted di Lead II III aVF dan V1 ndash V3
-Ateroskle- rosis-Hipoksia vaskuler
Ischemia Hearth Disease
-Cek Profil Lipid Asam Urat Enzim Jantung
Non Farmakologi-Tirah baring- O2 3-4lpmFarmakologi-ISDN 3x5mg
-Cek EKG serial 4 jam
VI POMR (Problem Oriented Medical Record)
VII FOLLOW UP
Tanggal Subjektif dan Objektif Penatalaksanaan03022014 S kaki masih nyeri jika digerakkan (+)
pegel (+) masih belum bisa berjalan pusing (-) sesak (-)KU Kesadaran Sedang composmentisVS TD 170100 mmHg RR 18 kali menit N 88 kali menit T 370CVAS 7Bengkak (+) eritem (-) ROM terbatasEKG T inverted Lead IIIII aVF amp V1-V3
O2 3lpmIVFD RL 20 tpm Captopril 3x25mgHCT 2x50mgAmlodipin 1x10mgAnalsik 3x1Natrium Diklofenak 3x1ISDN 3x5mg
15
04022014 S kaki masih nyeri jika digerakkan ditekuk (+) pasien tetap masih belum bisa duduk maupun berjalan sesak(-) pusing(-)KU Kesadaran Sedang composmentisVS TD 130100 mmHg RR 18 kali menit N 76 kali menit T 3730CVAS 7Bengkak (+) eritem (-) ROM terbatas
O2 3lpmIVFD RL 20 tpm Captopril 3x25mgHCT 2x50mgAmlodipin 1x10mgAnalsik 3x1Natrium Diklofenak 3x1ISDN 3x5mg(+) Inj Flamicort 1 Amp Omeprazole 2x1
05022014 S kaki masih nyeri jika digerakkan (+) namun pasien sudah bisa tidur miring sambil menekuk lututnya pegel (+) masih belum bisa berjalan (+)KU Kesadaran Sedang composmentisVS TD 150100 mmHg RR 18 kali menit N 86 kali menit T 370CVAS 5Bengkak (+) eritem (-) ROM terbatas
O2 3lpmIVFD RL 20 tpm Captopril 3x25mgHCT 2x50mgAmlodipin 1x10mgAnalsik 3x1Natrium Diklofenak 3x1ISDN 3x5mg(+) Inj Flamicort 1 Amp Omeprazole 2x1Co SpRM untuk Fisioterapi
pasien sudah difisioterapi (IR)06022014 S kaki masih nyeri jika digerakkan (+)
ditambah keluhan nyeri pinggang keluhan pusing sesak mual muntah disangkalKU Kesadaran Sedang composmentisVS TD 200100 mmHg RR 20 kali menit N 88 kali menit T 3630CVAS 7Bengkak (+) eritem (-) ROM terbatas
O2 3lpmIVFD RL 20 tpm Inj Flamicort 1 AmpCaptopril 3x25mgHCT 2x50mgAmlodipin 1x10mgAnalsik 3x1Natrium Diklofenak 3x1ISDN 3x5mgOmeprazole 2x1
Fisioterapi masih dilanjutkan
16
07022014 S kaki masih nyeri tapi lebih jarang pasien sudah bisa setengah duduk namun tetap dibantu keluarga sesak (-) pusing (sedikit) makan minum (+) sedikit - sedikitKU Kesadaran Sedang composmentisVS TD 200100 mmHg RR 18 kali menit N 76 kali menit T 370CVAS 5Bengkak (+) eritem (-) ROM terbatas
Pasien dan keluarga APS pulang karena persoalan biaya terapi pulang
Captopril 3x25mgHCT 2x50mgAmlodipin 1x10mgAnalsik 3x1Natrium Diklofenak 3x1ISDN 3x5mgOmeprazole 2x1(+) Clonidin 3x1 tab
VIIIPROGNOSIS
Qua ad vitam Dubia ad bonam
Qua ad functionam Dubia ad malam
Qua ad sanationam Dubia ad malam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
IDefinisi
Osteoarthritis (OA dikenal juga sebagai arthritis degeneratif penyakit
degeneratif sendi) merupakan penyakit sendi degeneratif yang mengenai
sendi-sendi penumpu berat badan dengan gambaran patologis yang berupa
kerusakan kartilago sendi dimana terjadi proses degradasi interaktif sendi
17
yang kompleks terdiri dari proses perbaikan pada kartilago tulang dan
sinovium diikuti komponen sekunder proses inflamasi12
II Epidemiologi
Osteoartritis merupakan penyakit sendi yang paling banyak ditemukan di
dunia termasuk di Indonesia Bahkan sejak tahun 2001 hingga 2010
dicanangkan sebagai dekade penyakit tulang dan sendi di seluruh dunia5
Penyakit ini menempati urutan kedua setelah penyakit kardiovaskuler sebagai
penyebab ketidakmampuan fisik Di Inggris dan Wales sekitar 13 hingga
175 juta orang mengalami gejala OA Di Amerika 1 dari 7 penduduk
menderita OA34
Di Australia pada tahun 2002 diperkirakan biaya nasional untuk OA
sebesar 1 dari GNP yaitu mencapai $Aus 2700orangtahun4 Di Indonesia
sendiri prevalensi total OA sebanyak 343 juta orang pada tahun 2002 dan
mencapai 365 juta orang pada tahun 2007 Diperkirakan 1 sampai 2 juta
orang lanjut usia di Indonesia menderita cacat karena osteoarthritis Pada
beberapa penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan terjadinya
osteoarthritis pada obesitas dan sendi penahan beban tubuh5 Dari sekian
banyak sendi yang dapat terserang OA lutut merupakan sendi yang paling
sering dijumpai terserang OA Data Arthritis Research Campaign
menunjukkan bahwa lebih dari 550 ribu orang di Inggris menderita OA lutut
yang parah dan lebih dari 80 ribu operasi replacement sendi lutut dilakukan di
Inggris pada tahun 2000 dengan biaya 405 juta Poundsterling6
III Patofisiologi Osteoartritis
Terjadinya OA tidak lepas dari banyak persendian yang ada di dalam
tubuh manusia Sebanyak 230 sendi menghubungkan 206 tulang yang
memungkinkan terjadinya gesekan Untuk melindungi tulang dari gesekan di
dalam tubuh ada tulang rawan Namun karena berbagai faktor risiko yang ada
maka terjadi erosi pada tulang rawan dan berkurangnya cairan pada sendi
Tulang rawan sendiri berfungsi untuk meredam getar antar tulang Tulang
rawan terdiri atas jaringan lunak kolagen yang berfungsi untuk menguatkan
18
17
sendi proteoglikan yang membuat jaringan tersebut elastis dan air (70
bagian) yang menjadi bantalan pelumas dan pemberi nutrisi910
Kondrosit adalah sel yang tugasnya membentuk proteoglikan dan
kolagen pada rawan sendi Osteoartritis terjadi akibat kondrosit gagal
mensintesis matriks yang berkualitas dan memelihara keseimbangan antara
degradasi dan sintesis matriks ekstraseluler termasuk produksi kolagen tipe I
III VI dan X yang berlebihan dan sintesis proteoglikan yang pendek Hal
tersebut menyebabkan terjadi perubahan pada diameter dan orientasi dari serat
kolagen yang mengubah biomekanik dari tulang rawan sehingga tulang rawan
sendi kehilangan sifat kompresibilitasnya yang unik9
Selain kondrosit sinoviosit juga berperan pada patogenesis OA
terutama setelah terjadi sinovitis yang menyebabkan nyeri dan perasaan tidak
nyaman Sinoviosit yang mengalami peradangan akan menghasilkan Matrix
Metalloproteinases (MMPs) dan berbagai sitokin yang akan dilepaskan ke
dalam rongga sendi dan merusak matriks rawan sendi serta mengaktifkan
kondrosit Pada akhirnya tulang subkondral juga akan ikut berperan dimana
osteoblas akan terangsang dan menghasilkan enzim proteolitik 910
Agrekanase merupakan enzim yang akan memecah proteoglikan di
dalam matriks rawan sendi yang disebut agrekan Ada dua tipe agrekanase
yaitu agrekanase 1 (ADAMTs-4) dan agrekanase 2 (ADAMTs-11) MMPs
diproduksi oleh kondrosit kemudian diaktifkan melalui kaskade yang
melibatkan proteinase serin (aktivator plasminogen plamsinogen plasmin)
radikal bebas dan beberapa MMPs tipe membran Kaskade enzimatik ini
dikontrol oleh berbagai inhibitor termasuk TIMPs dan inhibitor aktifator
plasminogen Enzim lain yang turut berperan merusak kolagen tipe II dan
proteoglikan adalah katepsin yang bekerja pada pH rendah termasuk
proteinase aspartat (katepsin D) dan proteinase sistein (katepsin B H K L
dan S) yang disimpam di dalam lisosom kondrosit Hialuronidase tidak
terdapat di dalam rawan sendi tetapi glikosidase lain turut berperan merusak
proteoglikan10
19
Berbagai sitokin turut berperan merangsang kondrosit dalam
menghasilkan enzim perusak rawan sendi Sitokin-sitokin pro-inflamasi akan
melekat pada reseptor di permukaan kondrosit dan sinoviosit dan
menyebabkan transkripsi gene MMP sehingga produksi enzim tersebut
meningkat Sitokin yang terpenting adalah IL-1 selain sebagai sitokin
pengatur (IL-6 IL-8 LIFI) dan sitokin inhibitor (IL-4 IL-10 IL-13 dan IFN-
γ) Sitokin inhibitor ini bersama IL-Ira dapat menghambat sekresi berbagai
MMPs dan meningkatkan sekresi TIMPs Selain itu IL-4 dan IL-13 juga
dapat melawan efek metabolik IL-1 IL-1 juga berperan menurunkan sintesis
kolagen tipe II dan IX dan meningkatkan sintesis kolagen tipe I dan III
sehingga menghasilkan matriks rawan sendi yang berkualitas buruk 910
IV Klasifikasi Osteoartritis
OA dapat terjadi secara primer (idiopatik) maupun sekunder seperti
yang tercantum di bawah ini 19
IDIOPATIK SEKUNDER
20
SetempatTangan- nodus Heberden dan Bouchard (nodal)- artritis erosif interfalang- karpal-metakarpal IKaki - haluks valgus- haluks rigidus- jari kontraktur (hammercock-up toes)- talonavikulareCoxae- eksentrik (superior)- konsentrik (aksial medial)- difus (koksa senilis)Vertebra- sendi apofiseal- sendi intervertebral- spondilosis (osteofit)- ligamentum (hiperostosis penyakit Forestier diffuse idiopathic skeletal hyperostosis=DISH)Tempat lainnya- glenohumeral- akromioklavikular- tibiotalar- sakroiliaka- temporomandibularMenyeluruhMeliputi 3 atau lebih daerah yang tersebut diatas (Kellgren-Moore)
Traumaminus akutminus kronik (okupasional port)Kongenital atau developmentalGangguan setempatminus Penyakit Leg-Calve-Perthesminus Dislokasi koksa kongenitalminus Slipped epiphysisFaktor mekanikminus Panjang tungkai tidak samaminus Deformitas valgus varusminus Sindroma hipermobilitasMetabolikminus Okronosis (alkaptonuria)minus Hemokromatosisminus Penyakit Wilsonminus Penyakit GaucherEndokrinminus Akromegaliminus Hiperparatiroidismeminus Diabetes melitusminus Obesitasminus HipotiroidismePenyakit Deposit Kalsiumminus Deposit kalsium pirofosfat dihidratminus Artropati hidroksiapatitPenyakit Tulang dan Sendi lainnya Setempatminus FrakturminusNekrosis avaskular
Tabel 21 Osteoartritis Idiopatik dan Sekunder
V Manifestasi Klinis 15
1 Nyeri sendi
Terutama bila sendi bergerak atau menanggung beban yang akan
berkurang bila penderita beristirahat
21
2 Kaku pada pagi hari (morning stiffness)
Kekakuan pada sendi yang terserang terjadi setelah imobilisasi yang
cukup lama (gel phenomenon) bahkan sering disebutkan kaku muncul
pada pagi hari setelah bangun tidur (morning stiffness)
3 Hambatan pergerakan sendi
Hambatan pergerakan sendi ini bersifat progresif lambat bertambah
berat secara perlahan sejalan dengan bertambahnya nyeri pada sendi
4 Krepitasi
Rasa gemeretak (seringkali sampai terdengar) yang terjadi pada sendi
yang sakit
5 Perubahan bentuk sendi
Sendi yang mengalami osteoarthritis biasanya mengalami perubahan
berupa perubahan bentuk dan penyempitan pada celah sendi
6 Perubahan gaya berjalan
Hal yang paling meresahkan pasien adalah perubahan gaya berjalan
hampir semua pasien osteoarthritis pada pergelangan kaki lutut dan
panggul mengalami perubahan gaya berjalan (pincang)
VI Faktor Risiko Osteoartritis Lutut (Genu)
Secara garis besar terdapat dua pembagian faktor risiko OA lutut yaitu
faktor predisposisi dan faktor biomekanis
1 Faktor Predisposisi
a Faktor Demografi
1) Umur
Dari semua faktor risiko untuk timbulnya osteoartritis faktor
ketuaan adalah yang terkuat Proses penuaan dianggap sebagai
penyebab peningkatan kelemahan di sekitar sendi penurunan
kelenturan sendi kalsifikasi tulang rawan dan menurunkan
fungsi kondrosit yang semuanya mendukung terjadinya OA
Studi Framingham menunjukkan bahwa 27 orang berusia 63 ndash
22
70 tahun memiliki bukti radiografik menderita OA lutut yang
meningkat mencapai 40 pada usia 80 tahun atau lebih7
2) Jenis kelamin
Prevalensi OA pada laki-laki sebelum usia 50 tahun lebih tinggi
dibandingkan perempuan tetapi setelah usia lebih dari 50 tahun
prevalensi perempuan lebih tinggi menderita OA dibandingkan
laki-laki Hal ini dikaitkan dengan pengurangan hormon
estrogen yang signifikan pada wanita8
3) Ras Etnis
Prevalensi OA lutut pada penderita di negara Eropa dan
Amerika tidak berbeda sedangkan suatu penelitian
membuktikan bahwa ras Afrika ndash Amerika memiliki risiko
menderita OA lutut 2 kali lebih besar dibandingkan ras
Kaukasia Penduduk Asia juga memiliki risiko menderita OA
lutut lebih tinggi dibandingkan Kaukasia1011 Suatu studi lain
menyimpulkan bahwa populasi kulit berwarna lebih banyak
terserang OA dibandingkan kulit putih9
b Faktor Genetik
Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoartritis Adanya
mutasi dalam gen prokolagen atau gen-gen struktural lain untuk
unsur-unsur tulang rawan sendi seperti kolagen proteoglikan
berperan dalam timbulnya kecenderungan familial pada
osteoartritis10
c Faktor Gaya Hidup
1) Kebiasaan Merokok
Merokok dapat merusak sel dan menghambat proliferasi sel
tulang rawan sendi
Merokok dapat meningkatkan tekanan oksidan yang
mempengaruhi hilangnya tulang rawan
23
Merokok dapat meningkatkan kandungan karbonmonoksida
dalam darah menyebabkan jaringan kekurangan oksigen
dan dapat menghambat pembentukan tulang rawan12
2) Konsumsi Vitamin D
Orang yang tidak biasa mengkonsumsi makanan yang
mengandung vitamin D memiliki peningkatan risiko 3 kali lipat
menderita OA lutut13
d Faktor Metabolik
1) Obesitas
Berat badan yang berlebih ternyata dapat meningkatkan tekanan
mekanik pada sendi penahan beban tubuh dan lebih sering
menyebabkan osteoartritis lutut7
2) Osteoporosis
Hubungan antara OA lutut dan osteoporosis mendukung teori
bahwa gerakan mekanis yang abnormal tulang akan
mempercepat kerusakan tulang rawan sendi10
3) Penyakit Lain
OA lutut terbukti berhubungan dengan diabetes mellitus
hipertensi dan hiperurikemi dengan catatan pasien tidak
mengalami obesitas10
4) Histerktomi
Hal ini diduga berkaitan dengan pengurangan produksi hormon
estrogen setelah dilakukan pengangkatan rahim 10
5) Manisektomi
Menisektomi merupakan operasi yang dilakukan di daerah lutut
dan telah diidentifikasi sebagai faktor risiko penting bagi OA
lutut Hal ini berkaitan dengan hilangnya jaringan meniscus14
2 Faktor Biomekanis
a Riwayat Trauma Lutut
24
Trauma lutut yang akut termasuk robekan pada ligamentum
krusiatum dan meniskus merupakan faktor risiko timbulnya OA
lutut9
b Kelainan Anatomis
Faktor risiko timbulnya OA lutut antara lain kelainan lokal pada
sendi lutut seperti genu varum genu valgus Legg ndash Calve ndashPerthes
disease dan displasia asetabulum10
c Pekerjaan
Osteoartritis banyak ditemukan pada pekerja fisik berat terutama
yang banyak menggunakan kekuatan yang bertumpu pada lutut
(petani kuli dll)9
d Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik berat seperti berdiri lama (2 jam atau lebih setiap
hari) berjalan jarak jauh (2 jam atau lebih setiap hari) mengangkat
barang berat (10 kg ndash 50 kg selama 10 kali atau lebih setiap
minggu) mendorong objek yang berat (10 kg ndash 50 kg selama 10
kali atau lebih setiap minggu) naik turun tangga setiap hari
merupakan faktor risiko OA lutut 9
e Kebiasaan Olahraga
Atlit olah raga benturan keras dan membebani lutut seperti sepak
bola lari maraton dan kung fu memiliki risiko meningkat untuk
menderita OA lutut10
VII Kriteria Diagnosis Osteoartritis Lutut (Genu)
25
Kriteria diagnosis OA lutut menggunakan kriteria klasifikasi American
College of Rheumatology seperti tercantum pada tabel berikut ini 16
Tabel 22 Kriteria Klasifikasi Osteoartritis Lutut
Derajat osteoartritis lutut dinilai menjadi lima derajat oleh Kellgren dan
Lawrence yaitu 17
- Derajat 0 tidak ada gambaran osteoartritis
- Derajat 1 osteoartritis meragukan dengan gambaran sendi normal tetapi
terdapat osteofit minimal
- Derajat 2 osteoartritis minimal dengan osteofit pada 2 tempat tidak terdapat
sklerosis dan kista subkondral serta celah sendi baik
- Derajat 3 osteoartritis moderat dengan osteofit moderat deformitas ujung
tulang dan celah sendi sempit
- Derajat 4 osteoartritis berat dengan osteofit besar deformitas ujung tulang
celah sendi hilang serta adanyasklerosis dan kista subkondral
26
VIIIPenatalaksanaan Osteoarthritis
Tujuan penatalaksanaan pasien dengan osteoarthritis adalah18
1 Meredakan nyeri
2 Mengoptimalkan fungsi sendi
3 Mengurangi ketergantungan kepada orang lain dan meningkatkan
kualitas hidup
4 Menghambat progresivitas penyakit
5 Mencegah terjadinya komplikasi
Pilar terapi pada pasien dengan osteoarthritis yaitu
Nonfarmakologis
1 Modifikasi pola hidup
2 Edukasi
3 Istirahat teratur yang bertujuan mengurangi penggunaan beban pada
sendi
4 Modifikasi aktivitas
5 Menurunkan berat badan
6 Rehabilitasi medik fisioterapi
a Latihan statis dan memperkuat otot-otot
b Fisioterapi yang berguna untuk mengurangi nyeri menguatkan otot
dan menambah luas pergerakan sendi
7 Penggunaan alat bantu
Farmakologis
1 Sistemik
a Analgetik
Non narkotik parasetamol
Opioid (kodein tramadol)
b Antiinflamasi nonsteroid (NSAIDs)
Oral
Injeksi
Suppositoria
27
c DMOADs (disease modifying OA drugs)
Diantara nutraceutical yang saat ini tersedia di Indonesia adalah
Glucosamine sulfate dan Chondroitine sulfate
2 Topikal
a Krim rubefacients dan capsaicin
Beberapa sediaan telah tersedia di Indonesia dengan cara kerja pada
umumnya bersifat counter irritant
b Krim NSAIDs
Beberapa yang dapat digunakan adalah gel piroxicam dan sodium
diklofenak
3 Injeksi intraartikularintra lesi
Pada dasarnya ada 2 indikasi suntikan intra artikular yakni penanganan
simtomatik dengan steroid dan viskosuplementasi dengan hyaluronan
untuk modifikasi perjalanan penyakit Beberapa preparat injeksi
intraartikular diantaranya
a Steroid ( triamsinolone hexacetonide dan methyl prednisolone )
Hanya diberikan jika ada satu atau dua sendi yang mengalami
nyeri dan inflamasi yang kurang responsif terhadap pemberian
NSAIDs tak dapat mentolerir NSAIDs atau ada komorbiditas yang
merupakan kontra indikasi terhadap pemberian NSAIDs
Dosis untuk sendi besar seperti lutut 40-50 mginjeksi
sedangkan untuk sendi-sendi kecil biasanya digunakan dosis 10 mg
b Hyaluronan high molecular weight dan low molecular weight
Diberikan berturut-turut 5 sampai 6 kali dengan interval satu
minggu masing-masing 2 sampai 25 ml Hyaluronan Sediaan di
Indonesia diantaranya adalah Hyalgan dan Osflex
4 Pembedahan
Sebelum diputuskan untuk terapi pembedahan harus dipertimbangkan
terlebih dahulu risiko dan keuntungannya Pertimbangan dilakukan
tindakan operatif bila
28
a Deformitas menimbulkan gangguan mobilisasi
b Nyeri yang tidak dapat teratasi dengan penganan medikamentosa
dan rehabilitatif
Ada 2 tipe terapi pembedahan Realignment osteotomi dan replacement
joint
Macam-macam operasi sendi lutut untuk osteoarthritis
a Partial replacementunicompartemental
b High tibial osteotomy orang muda
c Patella amp condyle resurfacing
d Minimally constrained total replacement stabilitas sendi dilakukan
sebagian oleh ligament asli dan sebagian oleh sendi buatan
e Cinstrained joint fixed hinges dipakai bila ada tulang hilang dan
severe instability
f Total knee replacement apabila didapatkan nyeri deformitas
instability akibat dari rheumatoid atau osteoarthritis
29
Gambar 21 Piramida Penatalaksanaan Osteoartritis
BAB III
DISKUSI DAN PEMBAHASAN
OA adalah penyakit degenerasi kartilago artikuler yang berlangsung secara
perlahan dan ditandai dengan nyeri sendi kekakuan dan keterbatasan gerak yang
berkembang secara progresif Tanda-tanda tersebut ditemukan pada penderita ini
Berdasarkan etiologinya OA diklasifikasikan menjadi dua yaitu OA
primer dan OA sekunder OA primer disebut juga OA idiopatik yaitu OA yang
kausanya tidak diketahui dan tidak ada hubungannya dengan penyakit sistemik
maupun proses perubahan lokal pada sendi OA sekunder adalah OA yang
didasari oleh adanya kelainan endokrin trauma inflamasi metabolik
pertumbuhan herediter jejas mikro dan makro serta imobilisasi yang terlalu lama
faktor mekanik penyakit deposit kalsium penyakit tulang dan sendi lainnya serta
neuropatik endemik Beberapa faktor risiko yang diketahui berhubungan dengan
penyakit OA diantaranya faktor risiko umum yang penting seperti kegemukan
faktor genetik dan jenis kelamin serta beberapa faktor risiko lain seperti usia lebih
dari 40 tahun suku bangsa cedera sendi pekerjaan olahraga kelainan
pertumbuhan kepadatan tulang dan lain-lain Pada penderita ini berdasarkan
30
anamnesis riwayat sosialnya penderita adalah seorang wanita berusia 75 tahun
yang meskipun tidak melakukan pekerjaan yang berat tetapi dirinya tetap
menjalankan pekerjaan rumah tangga (sebelum sakit) yang notabene banyak
menggunakan sendi lutut Selain itu dari pemeriksaan fisik penderita ini juga
mengalami kegemukan Kondisi-kondisi pada penderita ini merupakan faktor
risiko sekunder terjadinya OA Jadi dapat disimpulkan bahwa penyebab OA pada
penderita ini bukan termasuk faktor risiko OA primer
Penderita datang dengan keluhan nyeri pada kedua sendi lutut sejak plusmn 1
tahun SMRS dan puncaknya 2 hari SMRS dimana penderita sudah tidak bisa
berjalan lagi Nyeri sendi merupakan keluhan yang umum terjadi pada penyakit
reumatik seperti artritis gout OA keganasan reumatik septik dan lain
sebagainya Pada penderita ini nyeri terlokalisir pada lutut tanpa adanya nyeri
pada sendi yang lain nyeri bertambah saat melakukan gerakan (seperti berjalan)
dan berkurang apabila beristirahat Tidak ada demam Nyeri tidak menetap
sepanjang hari Nyeri seperti ini biasanya ditemukan pada OA
Penderita juga mengeluh kaku sendi Kaku sendi dirasakan penderita pada
pagi hari Keadaan ini biasanya disebabkan oleh desakan cairan yang berada di
sekitar jaringan yang mengalami inflamasi (kapsul sendi sinovial atau bursa)
Kaku sendi makin nyata pada pagi hari atau setelah istirahat Setelah digerak-
gerakkan cairan akan menyebar dari jaringan yang mengalami inflamasi sehingga
penderita merasa terlepas dari ikatan dan bisa menggerakkan sendinya kembali
Lama kaku sendi pada OA adalah kurang dari 30 menit sedangkan pada AR
minimal satu jam Pada penderita ini kaku sendi juga dirasakan pada pagi hari
selama plusmn 20-30 menit dan menghilang dengan sendirinya bila penderita
menggerakkan kakinya dengan beraktivitas seperti biasa Hal ini sesuai untuk
mendukung keluhan pada penderita OA
Penderita juga mengalami bengkak pada kedua lutut Bengkak dirasakan
oleh penderita sejak 6 bulan SMRS Sendi yang membengkak bisa disebabkan
oleh penonjolan tulang sinovitis efusi dan karena adanya osteofit yang dapat
mengubah permukaan sendi Pada penderita ditemukan osteofit pada pemeriksaan
rontgent
31
29
Pemeriksaan fisik lokalis pada kedua sendi lutut didapatkan pada
inspeksi didapatkan pembesaran bengkak pada kedua sendi lutut dengan tidak
ada perubahan warna kulit Palpasi pada kedua sendi lutut didapatkan nyeri tekan
dan pada perabaan dirasakan hangat Pemeriksaan gerak sendi didapat
keterbatasan gerak fleksi yaitu hanya dapat mengerakkan lutut sebesar 60deg
Hambatan gerak terutama disebabkan oleh adanya remodelling osteofit penebalan
kapsul dan juga adanya efusi Pada auskultasi sendi lutut penderita ditemukan
adanya krepitasi dimana terdengar suara gemeretak ldquokretek-kretekrdquo seperti suara
krupuk yang diremukkan Gejala ini mungkin disebabkan karena gesekan kedua
permukaan tulang sendi yang irregular pada saat sendi digerakkan ataupun secara
pasif dimanipulasi
Pemeriksaan radiologis pada penderita ini didapatkan adanya gambaran
berupa penyempitan sendi dan osteofit pada pinggir sendi Menipisnya rawan
sendi diawali dengan retak dan terbelahnya permukaan sendi di beberapa tempat
yang kemudian menyatu dan disebut sebagai fibrilasi Di lain pihak pada tulang
akan terjadi pula perubahan sebagai reaksi tubuh untuk memperbaiki kerusakan
Perubahan itu adalah penebalan tulang subkondral dan pembentukan osteofit
marginal disusul kemudian dengan perubahan komposisi molekular dan struktur
tulang Penipisan kartilago sendi akibat proses degeneratif memberi gambaran
penyempitan celah sendi yang tidak simetris pada foto polos radiologi Fungsi
kartilago sendi berkurang bahkan menghilang mengakibatkan beban stres di
daerah subkhondral bertambah Beberapa subkhondral tersebut dapat diamati pada
poto polos radiologi berupa pembentukan osteofit sklerotik subkhondral maupun
pembentukan kista subkhondral Pada penderita ini ditemukan adanya
pembentukan osteofit pada condylus lateralis dan medialis os tibio femoralis
Pada OA anamnesa (gejala klinis) pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
radiologi sudah dapat menunjang penegakan diagnosis Hasil pemeriksaan
laboratorium pada OA biasanya tidak banyak berguna Darah tepi (Hb Leukosit
dan LED) dalam batas normal kecuali OA generalisata yang harus dibedakan
dengan arthritis peradangan Pada OA yang disertai peradangan mungkin
didapatkan penurunan viskositas pleositosis sedang hingga ringan serta
32
peningkatan ringan sel radang (lt8000m) gt1 Pada penderita ini dilakukan
pemeriksaan laboratorium darah lengkap kimia darah dan urin lengkap karena
pemeriksaan tersebut merupakan pemeriksaan rutin Dari hasil pemeriksaan
laboratorium pada penderita ini tidak ditemukan adanya kelainan
Diagnosis OA sudah bisa ditegakkan secara klinis dengan memakai
kriteria OA yang dibuat oleh Subcommittee American College of Rheumatology
(ACR) Kriteria OA lutut secara klinis laboratorium dan radiologis adalah adanya
nyeri lutut osteofit dan salah satu dari tanda berikut yaitu usia lebih dari 50
tahun kaku sendi kurang dari 30 menit atau adanya krepitus Pada penderita ini
wanita berusia 75 tahun ditemukan memiliki keluhan nyeri kedua sendi lutut
terdapat kaku sendi selama 20-30 menit terdapat krepitus dan pada pemeriksaan
radiologi ditemukan adanya osteofit
Pengelolaan penderita dengan OA bertujuan untuk menghilangkan
keluhan mengoptimalkan fungsi sendi mengurangi ketergantungan dan
meningkatkan kualitas hidup menghambat progresivitas penyakit dan mencegah
komplikasi Pilar terapi OA non farmakologis (edukasi terapi fisik
dietpenurunan berat badan) farmakologis (analgetik kortikosteroid lokal
sistemik kondroprotektif dan biologik) dan pembedahan
Edukasi sangat penting bagi semua pasien OA Dua hal yang menjadi
tujuan edukasi adalah bagaimana mengatasi nyeri dan disabilitas Pemberian
edukasi pada penderita ini sangat penting karena dengan edukasi diharapkan
pengetahuan penderita mengenai penyakit OA menjadi meningkat dan pengobatan
menjadi lebih mudah serta dapat diajak bersama-sama untuk mencegah kerusakan
organ sendi lebih lanjut Edukasi yang diberikan pada penderita ini yaitu
memberikan pengertian bahwa OA adalah penyakit yang kronik sehingga perlu
dipahami bahwa mungkin dalam derajat tertentu akan tetap ada rasa nyeri kaku
dan keterbatasan gerak serta fungsi Selain itu agar rasa nyeri dapat berkurang
maka penderita hendaknya mengurangi aktivitaspekerjaannya sehingga tidak
terlalu banyak menggunakan sendi lutut dan lebih banyak beristirahat Penderita
juga disarankan untuk kembali kontrol sehingga dapat diketahui apakah
33
penyakitnya sudah membaik atau ternyata ada efek samping akibat obat yang
diberikan
Terapi fisik bertujuan untuk melatih penderita agar persendiannya tetap
dapat dipakai dan melatih penderita untuk melindungi sendi yang sakit Pada
penderita ini dianjurkan untuk berolah raga tapi olah raga yang memperberat
sendi sebaiknya dihindari seperti lari atau joging Hal ini dikarenakan dapat
menambah inflamasi meningkatkan tekanan intraartikular bila ada efusi sendi dan
bahkan bisa menyebabkan robekan kapsul sendi Untuk mencegah risiko
terjadinya kecacatan pada sendi sebaiknya dilakukan olah raga peregangan otot
seperti mQuadrisep femoris dengan peregangan otot diharapkan dapat membantu
dalam peningkatan fungsi sendi secara keseluruhan dan mengurangi nyeri Pada
penderita ini disarankan untuk senam lantai 3 kali seminggu dimana pasien
mengambil posisi terlentang sambil meregangkan lututnya dengan cara
mengangkat kaki dan secara perlahan menekuk dan meluruskan lututnya Olah
raga ini sangat mudah dilakukan apalagi mengingat usia penderita yang sudah
mencapai 75 tahun
Diet bertujuan untuk menurunkan berat badan pada penderita OA yang
gemuk Hal ini sebaiknya menjadi program utama pengobatan OA Penurunan
berat badan seringkali dapat mengurangi keluhan dan peradangan Selain itu
obesitas juga dapat meningkatkan risiko progresifitas dari OA Pada penderita ini
disarankan untuk mengurangi berat badan dengan mengatur diet rendah kalori
sampai mungkin mendekati berat badan ideal Dimana prinsipnya adalah
mengurangi kalori yang masuk dibawah energi yang dibutuhkan Penurunan
energi intake yang aman dianjurkan pemberian defisit energi antara 500-1000
kalori perhari sehingga diharapkan akan terjadi pembakaran lemak tubuh dan
penurunan berat badan 05 ndash 1 kg per minggu Biasanya intake energi diberikan
1200-1300 kal per hari dan paling rendah 800 kal per hari Formula yang dapat
digunakan untuk kebutuhan energi berdasarkan berat badan adalah 22kalkgBB
aktualhari dengan cara ini didapatkan defisit energi 1000 kalhari Pada penderita
ini dianjurkan untuk diet 1400 kal perhari agar mencapai BB idealnya yakni
setidaknya mencapai 55 kg Namun cara ini juga memerlukan kehati ndash hatian
34
dikarenakan usia penderita dan daya tahan tubuhnya yang memang sudah tidak
mendukung untuk melakukan usaha diit
Terapi farmakologis pada penderita OA biasanya bersifat simptomatis
Pada tahap awal dapat dicoba analgetik sederhana seperti asetaminofen atau
salisilat Bila tidak ada perbaikan dapat diberikan obat anti inflamasi non steroid
Untuk mengurangi keluhan nyeri pada penderita ini telah diberikan pengobatan
langsung dengan obat anti inflamasi non steroid seperti Na-diklofenak dengan
dosis 3times50 mg tanpa menggunakan obat lini pertama Hal ini dikarenakan keluhan
pada penderita ini sudah cukup berat ditambah pula adanya bengkak dan rasa
hangat di lutut yang tidak hilang dengan obat analgetik sederhana ( seperti yang
biasa dikonsumsi penderita) Na-diklofenak merupakan obat golongan OAINS
COX-1 inhibitor yang non-selektif dimana obat ini diberikan pada penderita
karena tidak terdapat riwayat pernah menderita gangguan gastrointestinal Namun
mengingat usia penderita yang memang sudah lanjut maka penderita juga
diberikan obat pelapis lambung untuk menjaga kondisi saluran pencernaannya Di
sini penderita diberikan obat golongan PPI (Omeprazole 2 x 20 mg) Setelah
dievaluasi beberapa hari ternyata keluhan nyeri dan bengkak pada penderita tidak
kunjung ada perubahan maka ditambahkan pula obat steroid injeksi dimana
pilihannya adalah InjTriamcinolon 1 Amp24 jam (Inj Flamicort) Selain itu
pasien juga dikonsulkan ke spesialis rehabilitasi medis untuk dilakukan
fisioterapi
Terapi pembedahan Terapi ini diberikan apabila terapi farmakologis dan
rehabilitasi tidak berhasil untuk mengurangi rasa sakit dan juga untuk melakukan
koreksi apabila terjadi deformitas yang menimbulkan gangguan mobilisasi sendi
yang mengganggu aktifitas sehari-hari Pada penderita ini tidak sampai dilakukan
terapi pembedahan
35
DAFTAR PUSTAKA
1 Soeroso J Isbagio H Kalim H Broto R Pramudiyo R Osteoartritis In
Sudoyo AW Setiyohadi B Alwi I Simadibrata M Setiati S editors Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam 4th ed Jakarta Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit
Dalam Fakultas Kedokteran Indonesia 2006 p 1195-201
2 Osteoarthritis Wikipedia The Free Encyclopedia [serial on the internet]
2009 [cited 2009 Sep 1] Available from
httpenwikipediaorgwikiOsteoarthritis
3 Reginster JY The Prevalence and Burden of Osteoarthritis Rheumatology
2002 41 (suppl 1) 3 ndash 6
4 Wibowo Dhidik Tri Kurniawan Yusuf Latifah Tati Gunadi Rachmat
Perancangan dan Implementasi Sistem Bantu Diagnosis Penyakit
Osteoartritis dan Reumatoid Artritis Melalui Deteksi Penyempitan Celah
Sendi pada Citra X-Ray Tangan dan Lutut Dalam Temu Ilmiah
Reumatologi Jakarta 2003 168 ndash 172
5 Konggres Nasional Ikatan Reumatologi Indonesia VI httppemda-
diygoidberita 2005 102140
36
6 Arthritis Research Campaign 2000 Available at
httpwwwarcorgukabout_arthastatshtm
7 Felson DT Zhang Y Hannan MT et al The Incidence and Natural
History of Knee Osteoarthritis in the Elderly The Framingham
Osteoarthritis Study Arthritis Rheumatology 1995 38 1500 ndash 1505
8 Felson DT Zhang Y An Update on the Epidemiology of Knee and Hip
Osteoarthritis with a View to Prevention Arthritis Rheumatology 1998
41 1343 ndash 1355
9 Setiyohadi Bambang Osteoartritis Selayang Pandang Dalam Temu Ilmiah
Reumatologi Jakarta 2003 27 ndash 31
10 Klippel John H Dieppe Paul A Brooks Peter et al Osteoarthritis In
Rheumatology United Kingdom Mosby ndash Year Book Europe Limited
1994 21 ndash 106
11 Abbate L Renner JB Stevens J et al Do Body Composition and Body Fat
Distribution Explain Ethnic Differences in Radiographic Knee
Osteoarthritis Outcomes in African -American and Caucasian Women The
North American Association for the Study of Obesity 2006 14 1274 ndash
1281
12 Amin Niu Jingbo Hunter David et al Smoking Worsens Knee
Osteoarthritis News Center Oklahoma City Oklahoma USA 2006 1 ndash 4
13 McAlindon Timothy E Felson David T Zhang Yuqing et al Relation of
Dietary Intake and Serum Levels of Vitamin D to Progression of
Osteoarthritis of the Knee Among Participants in the Framingham Study
14 Englund M and Lohmander LS Patellofemoral Osteoarthritis Coexistent
with Tibiofemoral Osteoarthritis in a Meniscectomy Population Annals of
the Rheumatic Diseases 2005 64 1721 ndash 1726
15 Carter MA Osteoartritis In Price SA Wilson LM Patofisiologi konsep
klinis proses-proses penyakit 6th ed Jakarta EGC 2006 p 1380-4
16 Altman RD Criteria for the Classification of Osteoarthritis Journal of
Rheumatology 1991 27 (suppl) 10 ndash 12
37
17 Milne AD Evans NA Stanish WD Nonoperative Management of Knee
Osteoarthritis In Hartono IM Studi komparasi antara WOMAC index
dengan Kellgren-Lawrence grading system pada penderita osteoarthritis
genu [PPDS1 thesis] Semarang Medical Faculty Diponegoro University
2007 p 12
18 Haq I Murphy E Dacre J Osteoarthritis Review Postgrad Med J 2003
79 377 ndash 383
19 Anonim [1986] Criteria for classification of idiopathic osteoarthtritis (OA)
of the knee American College of Rheumatology [serial on the internet]
2010 [cited 2010 Jan 20] Available from
httpwwwrheumatologyorgpublicationsclassificationoakneeasp
aud=mem
38
- BAB I
- ILUSTRASI KASUS
- 1 Pemeriksaan EKG
- X ndash Ray Pelvis AP
- BAB III
- DISKUSI DAN PEMBAHASAN
-
5 Pemeriksaan fisik
a Kepala
Bentuk mesocephal rambut warna hitam sebagian beruban mudah
rontok (-) tidak mudah dicabut (+) luka (-)
1) Wajah
Simetris eritema (-) ruam muka (-) luka (-)
2) Mata
Konjungtiva palpebra anemis (--) sklera ikterik (--) oedem
palpebra (--) sianosis (-) pupil isokor (3mm 3mm) reflek
cahaya directindirect (++) perdarahan subkonjungtiva (--)
3) Telinga
Sekret (-) darah (-) nyeri tekan mastoid (-) gangguan fungsi
pendengaran (-)
4) Hidung
Deviasi septum nasi (-) epistaksis (-) nafas cuping hidung (-)
sekret (-) fungsi pembau baik foetor ex nasal (-)
5) Mulut
Sianosis (-) gusi berdarah (-) kering (-) stomatitis (-) pucat(-)
lidah tifoid (-) papil lidah atropi (-) luka pada sudut bibir (-)
b Leher
Leher simetris retraksi suprasternal (-) deviasi trachea (-) JVP R0
pembesaran kelenjar limfe (-) pembesaran kelenjar tiroid (-)
c Thorax
Bentuk normochest simetris retraksi intercostalis (-) pernafasan
thorakoabdominal sela iga melebar (-) jejas (-)
Jantung
1) Inspeksi Iktus kordis tidak tampak
2) Palpasi Iktus kordis tidak kuat angkat
5
3) Perkusi
Batas jantung
Kiri atas SIC II linea parasternalis sinistra
Kiri bawah SIC V 2 cm medial linea midclavicularis
sinistra
Kanan atas SIC II linea parasternalis dextra
Kanan bawah SIC IV linea parasternalis dextra
Pinggang jantung SIC II-III parasternalis sinistra
Konfigurasi jantung kesan tidak melebar
4) Auskultasi Bunyi jantung I-II murni intensitas reguler bising
(-) gallop (-)
Paru - Paru
1) Inspeksi
Normochest sela iga tidak melebar gerakan pernafasan simetris
kanan kiri retraksi intercostae (-)
2) Palpasi
Ketinggalan gerak
Depan Belakang
- - - -
- - - -
- - - -
Fremitus
Depan Belakang
N N N N
N N N N
N N N N
6
3) Perkusi
Depan Belakang
Sonor Sonor Sonor Sonor
Sonor Sonor Sonor Sonor
Sonor Sonor Sonor Sonor
4) Auskultasi
Suara dasar vesikuler
Depan Belakang
+ + + +
+ + + +
+ + + +
Suara tambahan wheezing (--) ronkhi (--)
d Abdomen
1) Inspeksi
Dinding perut sejajar dinding dada distended (-) umbilikus
tampak dan tidak ada inflamasi kaput medusa (-) venektasi (-)
sikatrik bekas operasi (-)
2) Auskultasi
Peristaltik (+) normal
3) Perkusi
Timpani (+) ascites (-) shifting dullnes (-)
4) Palpasi
Supel nyeri tekan epigastrium (-) lien dan hepar tidak teraba
membesar ginjal tidak teraba nyeri ketok costovertebrae (-)
defans muskular (-)
7
e Ekstremitas
1) Ekstremitas superior
Dekstra
Pergerakan motorik dalam batas normal tanda-tanda inflamasi
(-) oedem (-) eritem (-) CRT lt 3 detik clubbing finger (-)
kuku nekrosis (-) akral hangat (+) deformitas (-)
Sinistra
Pergerakan motorik dalam batas normal tanda-tanda inflamasi
(-) oedem (-) eritem (-) CRT lt 3 detik clubbing finger (-)
kuku nekrosis (-) akral hangat (+) deformitas (-)
2) Ekstremitas inferior
Dekstra
Pergerakan motorik sendi lutut terbatas (+) tanda-tanda
inflamasi sendi lutut (+) oedem sendi lutut (+) deformitas
sendi lutut (+) krepitasi sendi lutut (+) nyeri gerak dan
tekan (+) hiperemi (-) kuku nekrosis (-) akral hangat (+)
Sinistra
Pergerakan motorik sendi lutut terbatas (+) tanda-tanda
inflamasi sendi lutut (+) oedem sendi lutut (+) deformitas
sendi lutut (+) krepitasi sendi lutut (+) nyeri gerak dan
tekan(+) hiperemi (-) kuku nekrosis (-) akral hangat (+)
8
Genu Dekstra Genu Sinistra
IV PEMERIKSAAN PENUNJANG
1 Pemeriksaan EKG
a Frekuensi 87xmenit saat pertama kali masuk RS ritme reguler
b Jenis irama Sinus
c Zona transisi V6
d Aksis Lead II (+) aVL (+)
e Morfologi gelombang
1) Gelombang P selalu diikuti gelombang QRS dan T
2) Interval PR 012 detik
3) Gelombang QRS 010 detik
4) Elevasi ST (-)
5) Depresi ST (-)
6) Gelombang T inverted di Lead II III aVF dan V1 ndash V3
9
2 Laboratorium Darah dan Urin (tanggal 2 dan 3 Februari 2014)
Keterangan 02022014 03022014 SatuanNilai
RujukanHematologi rutinHemoglobin 118 - gdl 115-16
Hematokrit 369 - 35-49
Leukosit 83 - 10sup3microl 40-11Trombosit 297 - 10sup3microl 150-440Eritrosit 505 - 10⁶microl 38-52
Indeks eritrosit
MCV 731 - fl 82-95MCH 233 - pg 27-31MCHC 319 - gdl 32-36RDW 185 - 116-148
Hitung jenis
Granulosit 732 (H) - 50-70Limfosit 170 (L) - 20-40Monosit 98 (H) - 2-8
Kimia Ginjal
Ureum - 16 mgdL 10-45Creatinin - 073 mgdL 05-11
Asam Urat - 60 mgdL 24-60
GDS 199 - mgdL lt 200
Kimia Profil Lipid
Kolesterol Total - 199 mgdL lt200HDL Kolesterol - 35 (L) mgdL gt40LDL Kolesterol - 1348 (H) mgdL lt 130Trigliserid - 146 mgdL 35-160
URIN RUTIN 03022014 Satuan Nilai Rujukan
10
MAKROSKOPIS
Warna Kuning Kuning muda - kuning
Kekeruhan Jernih Jernih
KIMIA URINE
pH Reaksi 60 46 ndash 85Berat jenis 1015 1003 ndash 1030Protein Negatif mgdL NegatifReduksi Negatif mgdL NegatifLeukosit Esterase Negatif microL NegatifBilirubin Negatif mgdL NegatifUrobilinogen Normal mgdL NormalNitrit Negatif mgdL NegatifKeton Negatif mgdL NegatifBlood (HbEri) Negatif mgdL Negatif
MIKROSKOPIS
Leukosit Sedimen 10 ndash 15 SelLPB 0 ndash 15Eritrosit Sedimen 0 SelLPB 0 ndash 3 Epitel 5 - 10 SelLPB 0 ndash 15 Silinder Negatif LPK NegatifKristal Negatif LPB NegatifBakteri Negatif LPB NegatifJamur Negatif LPB NegatifLain - lain Negatif LPB
11
3 Foto Rontgen (tanggal 2 Februari 2014)
X ndash Ray Genu Dekstra et Sinistra
Kesan
Osteofit pada condylus lateralis dan medialis os tibia femoralis
dekstra disertai penyempitan sendi tibia femoralis lateralis dekstra
merupakan gambaran osteoarthrosis genu dekstra grade III
Osteofit pada condylus lateralis dan medialis os tibia femoralis
sinistra disertai penyempitan sendi femoro tibialis sinistra disertai
irreguler pada tulang tibia fibula sekitar sendi dan sklerotik
subcondral merupakan gambaran osteoarthosis genu sinistra grade
IV disertai osteoarthritis peradangan
12
X ndash Ray Pelvis AP
13
Kesan
Lesi opak pada cavum pelvis suspek massa DD vesikolitiasis ( usul
USG abdomen )
Tak tampak fraktur maupun dislokasi
V ASSESMENT DIAGNOSIS KERJA DAN DIAGNOSIS BANDING
1 Osteoartritis Genu Dextra et Sinistra
2 Hipertensi stage I
3 Ischemia Hearth Disease
Daftar masalah Problem AssesmentPlanning Diagnosa
Plannning Terapi (IGD)Planning
Monitoring
75 tahun Kedua kaki nyeri tidak bisa jalan (+) tidak bisa ditekuk (+) kaku riwjatuh (-)
Pmx Fisik Genu D et S ada deformitas (+) bengkak(+) krepitasi (+)
Foto x-ray genu osteoarthritis osteofit sendi genu D et S
-Deformitas Sendi-Proses Degeneratif
Osteoartritis Genu Dextra et Sinistra
- X-ray genu Dekstra et Sinistra
- Pmx Cairan synovial sendi genu
Non Farmakologi- A-B-C management ( infRL 20tpm)- Edukasi pasien- Terapi Fisik latihan gerak sendi- Fisioterapi-Penurunan berat badanFarmakologi- Inj Ranitidin 1 Amp12j- Inj Ketorolac 30mg (E)po Natrium Diklofenak 2x1 Analsik 2x1 Vit BC 1x1
-Tanda dan gejala Klinis
- TD 150100 mmHg
Gangguan hemo -dinamik
Hipertensi stage I
- EKG Foto Thorax
Non Farmakologi- Diet rendah garamFarmakologi
- Cek ulang Tekanan Darah
14
Fungsi Ginjal
- Captopril 2 x 25mg (po)- Amlodipin 1x10mg (po)
EKG Gelombang T inverted di Lead II III aVF dan V1 ndash V3
-Ateroskle- rosis-Hipoksia vaskuler
Ischemia Hearth Disease
-Cek Profil Lipid Asam Urat Enzim Jantung
Non Farmakologi-Tirah baring- O2 3-4lpmFarmakologi-ISDN 3x5mg
-Cek EKG serial 4 jam
VI POMR (Problem Oriented Medical Record)
VII FOLLOW UP
Tanggal Subjektif dan Objektif Penatalaksanaan03022014 S kaki masih nyeri jika digerakkan (+)
pegel (+) masih belum bisa berjalan pusing (-) sesak (-)KU Kesadaran Sedang composmentisVS TD 170100 mmHg RR 18 kali menit N 88 kali menit T 370CVAS 7Bengkak (+) eritem (-) ROM terbatasEKG T inverted Lead IIIII aVF amp V1-V3
O2 3lpmIVFD RL 20 tpm Captopril 3x25mgHCT 2x50mgAmlodipin 1x10mgAnalsik 3x1Natrium Diklofenak 3x1ISDN 3x5mg
15
04022014 S kaki masih nyeri jika digerakkan ditekuk (+) pasien tetap masih belum bisa duduk maupun berjalan sesak(-) pusing(-)KU Kesadaran Sedang composmentisVS TD 130100 mmHg RR 18 kali menit N 76 kali menit T 3730CVAS 7Bengkak (+) eritem (-) ROM terbatas
O2 3lpmIVFD RL 20 tpm Captopril 3x25mgHCT 2x50mgAmlodipin 1x10mgAnalsik 3x1Natrium Diklofenak 3x1ISDN 3x5mg(+) Inj Flamicort 1 Amp Omeprazole 2x1
05022014 S kaki masih nyeri jika digerakkan (+) namun pasien sudah bisa tidur miring sambil menekuk lututnya pegel (+) masih belum bisa berjalan (+)KU Kesadaran Sedang composmentisVS TD 150100 mmHg RR 18 kali menit N 86 kali menit T 370CVAS 5Bengkak (+) eritem (-) ROM terbatas
O2 3lpmIVFD RL 20 tpm Captopril 3x25mgHCT 2x50mgAmlodipin 1x10mgAnalsik 3x1Natrium Diklofenak 3x1ISDN 3x5mg(+) Inj Flamicort 1 Amp Omeprazole 2x1Co SpRM untuk Fisioterapi
pasien sudah difisioterapi (IR)06022014 S kaki masih nyeri jika digerakkan (+)
ditambah keluhan nyeri pinggang keluhan pusing sesak mual muntah disangkalKU Kesadaran Sedang composmentisVS TD 200100 mmHg RR 20 kali menit N 88 kali menit T 3630CVAS 7Bengkak (+) eritem (-) ROM terbatas
O2 3lpmIVFD RL 20 tpm Inj Flamicort 1 AmpCaptopril 3x25mgHCT 2x50mgAmlodipin 1x10mgAnalsik 3x1Natrium Diklofenak 3x1ISDN 3x5mgOmeprazole 2x1
Fisioterapi masih dilanjutkan
16
07022014 S kaki masih nyeri tapi lebih jarang pasien sudah bisa setengah duduk namun tetap dibantu keluarga sesak (-) pusing (sedikit) makan minum (+) sedikit - sedikitKU Kesadaran Sedang composmentisVS TD 200100 mmHg RR 18 kali menit N 76 kali menit T 370CVAS 5Bengkak (+) eritem (-) ROM terbatas
Pasien dan keluarga APS pulang karena persoalan biaya terapi pulang
Captopril 3x25mgHCT 2x50mgAmlodipin 1x10mgAnalsik 3x1Natrium Diklofenak 3x1ISDN 3x5mgOmeprazole 2x1(+) Clonidin 3x1 tab
VIIIPROGNOSIS
Qua ad vitam Dubia ad bonam
Qua ad functionam Dubia ad malam
Qua ad sanationam Dubia ad malam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
IDefinisi
Osteoarthritis (OA dikenal juga sebagai arthritis degeneratif penyakit
degeneratif sendi) merupakan penyakit sendi degeneratif yang mengenai
sendi-sendi penumpu berat badan dengan gambaran patologis yang berupa
kerusakan kartilago sendi dimana terjadi proses degradasi interaktif sendi
17
yang kompleks terdiri dari proses perbaikan pada kartilago tulang dan
sinovium diikuti komponen sekunder proses inflamasi12
II Epidemiologi
Osteoartritis merupakan penyakit sendi yang paling banyak ditemukan di
dunia termasuk di Indonesia Bahkan sejak tahun 2001 hingga 2010
dicanangkan sebagai dekade penyakit tulang dan sendi di seluruh dunia5
Penyakit ini menempati urutan kedua setelah penyakit kardiovaskuler sebagai
penyebab ketidakmampuan fisik Di Inggris dan Wales sekitar 13 hingga
175 juta orang mengalami gejala OA Di Amerika 1 dari 7 penduduk
menderita OA34
Di Australia pada tahun 2002 diperkirakan biaya nasional untuk OA
sebesar 1 dari GNP yaitu mencapai $Aus 2700orangtahun4 Di Indonesia
sendiri prevalensi total OA sebanyak 343 juta orang pada tahun 2002 dan
mencapai 365 juta orang pada tahun 2007 Diperkirakan 1 sampai 2 juta
orang lanjut usia di Indonesia menderita cacat karena osteoarthritis Pada
beberapa penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan terjadinya
osteoarthritis pada obesitas dan sendi penahan beban tubuh5 Dari sekian
banyak sendi yang dapat terserang OA lutut merupakan sendi yang paling
sering dijumpai terserang OA Data Arthritis Research Campaign
menunjukkan bahwa lebih dari 550 ribu orang di Inggris menderita OA lutut
yang parah dan lebih dari 80 ribu operasi replacement sendi lutut dilakukan di
Inggris pada tahun 2000 dengan biaya 405 juta Poundsterling6
III Patofisiologi Osteoartritis
Terjadinya OA tidak lepas dari banyak persendian yang ada di dalam
tubuh manusia Sebanyak 230 sendi menghubungkan 206 tulang yang
memungkinkan terjadinya gesekan Untuk melindungi tulang dari gesekan di
dalam tubuh ada tulang rawan Namun karena berbagai faktor risiko yang ada
maka terjadi erosi pada tulang rawan dan berkurangnya cairan pada sendi
Tulang rawan sendiri berfungsi untuk meredam getar antar tulang Tulang
rawan terdiri atas jaringan lunak kolagen yang berfungsi untuk menguatkan
18
17
sendi proteoglikan yang membuat jaringan tersebut elastis dan air (70
bagian) yang menjadi bantalan pelumas dan pemberi nutrisi910
Kondrosit adalah sel yang tugasnya membentuk proteoglikan dan
kolagen pada rawan sendi Osteoartritis terjadi akibat kondrosit gagal
mensintesis matriks yang berkualitas dan memelihara keseimbangan antara
degradasi dan sintesis matriks ekstraseluler termasuk produksi kolagen tipe I
III VI dan X yang berlebihan dan sintesis proteoglikan yang pendek Hal
tersebut menyebabkan terjadi perubahan pada diameter dan orientasi dari serat
kolagen yang mengubah biomekanik dari tulang rawan sehingga tulang rawan
sendi kehilangan sifat kompresibilitasnya yang unik9
Selain kondrosit sinoviosit juga berperan pada patogenesis OA
terutama setelah terjadi sinovitis yang menyebabkan nyeri dan perasaan tidak
nyaman Sinoviosit yang mengalami peradangan akan menghasilkan Matrix
Metalloproteinases (MMPs) dan berbagai sitokin yang akan dilepaskan ke
dalam rongga sendi dan merusak matriks rawan sendi serta mengaktifkan
kondrosit Pada akhirnya tulang subkondral juga akan ikut berperan dimana
osteoblas akan terangsang dan menghasilkan enzim proteolitik 910
Agrekanase merupakan enzim yang akan memecah proteoglikan di
dalam matriks rawan sendi yang disebut agrekan Ada dua tipe agrekanase
yaitu agrekanase 1 (ADAMTs-4) dan agrekanase 2 (ADAMTs-11) MMPs
diproduksi oleh kondrosit kemudian diaktifkan melalui kaskade yang
melibatkan proteinase serin (aktivator plasminogen plamsinogen plasmin)
radikal bebas dan beberapa MMPs tipe membran Kaskade enzimatik ini
dikontrol oleh berbagai inhibitor termasuk TIMPs dan inhibitor aktifator
plasminogen Enzim lain yang turut berperan merusak kolagen tipe II dan
proteoglikan adalah katepsin yang bekerja pada pH rendah termasuk
proteinase aspartat (katepsin D) dan proteinase sistein (katepsin B H K L
dan S) yang disimpam di dalam lisosom kondrosit Hialuronidase tidak
terdapat di dalam rawan sendi tetapi glikosidase lain turut berperan merusak
proteoglikan10
19
Berbagai sitokin turut berperan merangsang kondrosit dalam
menghasilkan enzim perusak rawan sendi Sitokin-sitokin pro-inflamasi akan
melekat pada reseptor di permukaan kondrosit dan sinoviosit dan
menyebabkan transkripsi gene MMP sehingga produksi enzim tersebut
meningkat Sitokin yang terpenting adalah IL-1 selain sebagai sitokin
pengatur (IL-6 IL-8 LIFI) dan sitokin inhibitor (IL-4 IL-10 IL-13 dan IFN-
γ) Sitokin inhibitor ini bersama IL-Ira dapat menghambat sekresi berbagai
MMPs dan meningkatkan sekresi TIMPs Selain itu IL-4 dan IL-13 juga
dapat melawan efek metabolik IL-1 IL-1 juga berperan menurunkan sintesis
kolagen tipe II dan IX dan meningkatkan sintesis kolagen tipe I dan III
sehingga menghasilkan matriks rawan sendi yang berkualitas buruk 910
IV Klasifikasi Osteoartritis
OA dapat terjadi secara primer (idiopatik) maupun sekunder seperti
yang tercantum di bawah ini 19
IDIOPATIK SEKUNDER
20
SetempatTangan- nodus Heberden dan Bouchard (nodal)- artritis erosif interfalang- karpal-metakarpal IKaki - haluks valgus- haluks rigidus- jari kontraktur (hammercock-up toes)- talonavikulareCoxae- eksentrik (superior)- konsentrik (aksial medial)- difus (koksa senilis)Vertebra- sendi apofiseal- sendi intervertebral- spondilosis (osteofit)- ligamentum (hiperostosis penyakit Forestier diffuse idiopathic skeletal hyperostosis=DISH)Tempat lainnya- glenohumeral- akromioklavikular- tibiotalar- sakroiliaka- temporomandibularMenyeluruhMeliputi 3 atau lebih daerah yang tersebut diatas (Kellgren-Moore)
Traumaminus akutminus kronik (okupasional port)Kongenital atau developmentalGangguan setempatminus Penyakit Leg-Calve-Perthesminus Dislokasi koksa kongenitalminus Slipped epiphysisFaktor mekanikminus Panjang tungkai tidak samaminus Deformitas valgus varusminus Sindroma hipermobilitasMetabolikminus Okronosis (alkaptonuria)minus Hemokromatosisminus Penyakit Wilsonminus Penyakit GaucherEndokrinminus Akromegaliminus Hiperparatiroidismeminus Diabetes melitusminus Obesitasminus HipotiroidismePenyakit Deposit Kalsiumminus Deposit kalsium pirofosfat dihidratminus Artropati hidroksiapatitPenyakit Tulang dan Sendi lainnya Setempatminus FrakturminusNekrosis avaskular
Tabel 21 Osteoartritis Idiopatik dan Sekunder
V Manifestasi Klinis 15
1 Nyeri sendi
Terutama bila sendi bergerak atau menanggung beban yang akan
berkurang bila penderita beristirahat
21
2 Kaku pada pagi hari (morning stiffness)
Kekakuan pada sendi yang terserang terjadi setelah imobilisasi yang
cukup lama (gel phenomenon) bahkan sering disebutkan kaku muncul
pada pagi hari setelah bangun tidur (morning stiffness)
3 Hambatan pergerakan sendi
Hambatan pergerakan sendi ini bersifat progresif lambat bertambah
berat secara perlahan sejalan dengan bertambahnya nyeri pada sendi
4 Krepitasi
Rasa gemeretak (seringkali sampai terdengar) yang terjadi pada sendi
yang sakit
5 Perubahan bentuk sendi
Sendi yang mengalami osteoarthritis biasanya mengalami perubahan
berupa perubahan bentuk dan penyempitan pada celah sendi
6 Perubahan gaya berjalan
Hal yang paling meresahkan pasien adalah perubahan gaya berjalan
hampir semua pasien osteoarthritis pada pergelangan kaki lutut dan
panggul mengalami perubahan gaya berjalan (pincang)
VI Faktor Risiko Osteoartritis Lutut (Genu)
Secara garis besar terdapat dua pembagian faktor risiko OA lutut yaitu
faktor predisposisi dan faktor biomekanis
1 Faktor Predisposisi
a Faktor Demografi
1) Umur
Dari semua faktor risiko untuk timbulnya osteoartritis faktor
ketuaan adalah yang terkuat Proses penuaan dianggap sebagai
penyebab peningkatan kelemahan di sekitar sendi penurunan
kelenturan sendi kalsifikasi tulang rawan dan menurunkan
fungsi kondrosit yang semuanya mendukung terjadinya OA
Studi Framingham menunjukkan bahwa 27 orang berusia 63 ndash
22
70 tahun memiliki bukti radiografik menderita OA lutut yang
meningkat mencapai 40 pada usia 80 tahun atau lebih7
2) Jenis kelamin
Prevalensi OA pada laki-laki sebelum usia 50 tahun lebih tinggi
dibandingkan perempuan tetapi setelah usia lebih dari 50 tahun
prevalensi perempuan lebih tinggi menderita OA dibandingkan
laki-laki Hal ini dikaitkan dengan pengurangan hormon
estrogen yang signifikan pada wanita8
3) Ras Etnis
Prevalensi OA lutut pada penderita di negara Eropa dan
Amerika tidak berbeda sedangkan suatu penelitian
membuktikan bahwa ras Afrika ndash Amerika memiliki risiko
menderita OA lutut 2 kali lebih besar dibandingkan ras
Kaukasia Penduduk Asia juga memiliki risiko menderita OA
lutut lebih tinggi dibandingkan Kaukasia1011 Suatu studi lain
menyimpulkan bahwa populasi kulit berwarna lebih banyak
terserang OA dibandingkan kulit putih9
b Faktor Genetik
Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoartritis Adanya
mutasi dalam gen prokolagen atau gen-gen struktural lain untuk
unsur-unsur tulang rawan sendi seperti kolagen proteoglikan
berperan dalam timbulnya kecenderungan familial pada
osteoartritis10
c Faktor Gaya Hidup
1) Kebiasaan Merokok
Merokok dapat merusak sel dan menghambat proliferasi sel
tulang rawan sendi
Merokok dapat meningkatkan tekanan oksidan yang
mempengaruhi hilangnya tulang rawan
23
Merokok dapat meningkatkan kandungan karbonmonoksida
dalam darah menyebabkan jaringan kekurangan oksigen
dan dapat menghambat pembentukan tulang rawan12
2) Konsumsi Vitamin D
Orang yang tidak biasa mengkonsumsi makanan yang
mengandung vitamin D memiliki peningkatan risiko 3 kali lipat
menderita OA lutut13
d Faktor Metabolik
1) Obesitas
Berat badan yang berlebih ternyata dapat meningkatkan tekanan
mekanik pada sendi penahan beban tubuh dan lebih sering
menyebabkan osteoartritis lutut7
2) Osteoporosis
Hubungan antara OA lutut dan osteoporosis mendukung teori
bahwa gerakan mekanis yang abnormal tulang akan
mempercepat kerusakan tulang rawan sendi10
3) Penyakit Lain
OA lutut terbukti berhubungan dengan diabetes mellitus
hipertensi dan hiperurikemi dengan catatan pasien tidak
mengalami obesitas10
4) Histerktomi
Hal ini diduga berkaitan dengan pengurangan produksi hormon
estrogen setelah dilakukan pengangkatan rahim 10
5) Manisektomi
Menisektomi merupakan operasi yang dilakukan di daerah lutut
dan telah diidentifikasi sebagai faktor risiko penting bagi OA
lutut Hal ini berkaitan dengan hilangnya jaringan meniscus14
2 Faktor Biomekanis
a Riwayat Trauma Lutut
24
Trauma lutut yang akut termasuk robekan pada ligamentum
krusiatum dan meniskus merupakan faktor risiko timbulnya OA
lutut9
b Kelainan Anatomis
Faktor risiko timbulnya OA lutut antara lain kelainan lokal pada
sendi lutut seperti genu varum genu valgus Legg ndash Calve ndashPerthes
disease dan displasia asetabulum10
c Pekerjaan
Osteoartritis banyak ditemukan pada pekerja fisik berat terutama
yang banyak menggunakan kekuatan yang bertumpu pada lutut
(petani kuli dll)9
d Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik berat seperti berdiri lama (2 jam atau lebih setiap
hari) berjalan jarak jauh (2 jam atau lebih setiap hari) mengangkat
barang berat (10 kg ndash 50 kg selama 10 kali atau lebih setiap
minggu) mendorong objek yang berat (10 kg ndash 50 kg selama 10
kali atau lebih setiap minggu) naik turun tangga setiap hari
merupakan faktor risiko OA lutut 9
e Kebiasaan Olahraga
Atlit olah raga benturan keras dan membebani lutut seperti sepak
bola lari maraton dan kung fu memiliki risiko meningkat untuk
menderita OA lutut10
VII Kriteria Diagnosis Osteoartritis Lutut (Genu)
25
Kriteria diagnosis OA lutut menggunakan kriteria klasifikasi American
College of Rheumatology seperti tercantum pada tabel berikut ini 16
Tabel 22 Kriteria Klasifikasi Osteoartritis Lutut
Derajat osteoartritis lutut dinilai menjadi lima derajat oleh Kellgren dan
Lawrence yaitu 17
- Derajat 0 tidak ada gambaran osteoartritis
- Derajat 1 osteoartritis meragukan dengan gambaran sendi normal tetapi
terdapat osteofit minimal
- Derajat 2 osteoartritis minimal dengan osteofit pada 2 tempat tidak terdapat
sklerosis dan kista subkondral serta celah sendi baik
- Derajat 3 osteoartritis moderat dengan osteofit moderat deformitas ujung
tulang dan celah sendi sempit
- Derajat 4 osteoartritis berat dengan osteofit besar deformitas ujung tulang
celah sendi hilang serta adanyasklerosis dan kista subkondral
26
VIIIPenatalaksanaan Osteoarthritis
Tujuan penatalaksanaan pasien dengan osteoarthritis adalah18
1 Meredakan nyeri
2 Mengoptimalkan fungsi sendi
3 Mengurangi ketergantungan kepada orang lain dan meningkatkan
kualitas hidup
4 Menghambat progresivitas penyakit
5 Mencegah terjadinya komplikasi
Pilar terapi pada pasien dengan osteoarthritis yaitu
Nonfarmakologis
1 Modifikasi pola hidup
2 Edukasi
3 Istirahat teratur yang bertujuan mengurangi penggunaan beban pada
sendi
4 Modifikasi aktivitas
5 Menurunkan berat badan
6 Rehabilitasi medik fisioterapi
a Latihan statis dan memperkuat otot-otot
b Fisioterapi yang berguna untuk mengurangi nyeri menguatkan otot
dan menambah luas pergerakan sendi
7 Penggunaan alat bantu
Farmakologis
1 Sistemik
a Analgetik
Non narkotik parasetamol
Opioid (kodein tramadol)
b Antiinflamasi nonsteroid (NSAIDs)
Oral
Injeksi
Suppositoria
27
c DMOADs (disease modifying OA drugs)
Diantara nutraceutical yang saat ini tersedia di Indonesia adalah
Glucosamine sulfate dan Chondroitine sulfate
2 Topikal
a Krim rubefacients dan capsaicin
Beberapa sediaan telah tersedia di Indonesia dengan cara kerja pada
umumnya bersifat counter irritant
b Krim NSAIDs
Beberapa yang dapat digunakan adalah gel piroxicam dan sodium
diklofenak
3 Injeksi intraartikularintra lesi
Pada dasarnya ada 2 indikasi suntikan intra artikular yakni penanganan
simtomatik dengan steroid dan viskosuplementasi dengan hyaluronan
untuk modifikasi perjalanan penyakit Beberapa preparat injeksi
intraartikular diantaranya
a Steroid ( triamsinolone hexacetonide dan methyl prednisolone )
Hanya diberikan jika ada satu atau dua sendi yang mengalami
nyeri dan inflamasi yang kurang responsif terhadap pemberian
NSAIDs tak dapat mentolerir NSAIDs atau ada komorbiditas yang
merupakan kontra indikasi terhadap pemberian NSAIDs
Dosis untuk sendi besar seperti lutut 40-50 mginjeksi
sedangkan untuk sendi-sendi kecil biasanya digunakan dosis 10 mg
b Hyaluronan high molecular weight dan low molecular weight
Diberikan berturut-turut 5 sampai 6 kali dengan interval satu
minggu masing-masing 2 sampai 25 ml Hyaluronan Sediaan di
Indonesia diantaranya adalah Hyalgan dan Osflex
4 Pembedahan
Sebelum diputuskan untuk terapi pembedahan harus dipertimbangkan
terlebih dahulu risiko dan keuntungannya Pertimbangan dilakukan
tindakan operatif bila
28
a Deformitas menimbulkan gangguan mobilisasi
b Nyeri yang tidak dapat teratasi dengan penganan medikamentosa
dan rehabilitatif
Ada 2 tipe terapi pembedahan Realignment osteotomi dan replacement
joint
Macam-macam operasi sendi lutut untuk osteoarthritis
a Partial replacementunicompartemental
b High tibial osteotomy orang muda
c Patella amp condyle resurfacing
d Minimally constrained total replacement stabilitas sendi dilakukan
sebagian oleh ligament asli dan sebagian oleh sendi buatan
e Cinstrained joint fixed hinges dipakai bila ada tulang hilang dan
severe instability
f Total knee replacement apabila didapatkan nyeri deformitas
instability akibat dari rheumatoid atau osteoarthritis
29
Gambar 21 Piramida Penatalaksanaan Osteoartritis
BAB III
DISKUSI DAN PEMBAHASAN
OA adalah penyakit degenerasi kartilago artikuler yang berlangsung secara
perlahan dan ditandai dengan nyeri sendi kekakuan dan keterbatasan gerak yang
berkembang secara progresif Tanda-tanda tersebut ditemukan pada penderita ini
Berdasarkan etiologinya OA diklasifikasikan menjadi dua yaitu OA
primer dan OA sekunder OA primer disebut juga OA idiopatik yaitu OA yang
kausanya tidak diketahui dan tidak ada hubungannya dengan penyakit sistemik
maupun proses perubahan lokal pada sendi OA sekunder adalah OA yang
didasari oleh adanya kelainan endokrin trauma inflamasi metabolik
pertumbuhan herediter jejas mikro dan makro serta imobilisasi yang terlalu lama
faktor mekanik penyakit deposit kalsium penyakit tulang dan sendi lainnya serta
neuropatik endemik Beberapa faktor risiko yang diketahui berhubungan dengan
penyakit OA diantaranya faktor risiko umum yang penting seperti kegemukan
faktor genetik dan jenis kelamin serta beberapa faktor risiko lain seperti usia lebih
dari 40 tahun suku bangsa cedera sendi pekerjaan olahraga kelainan
pertumbuhan kepadatan tulang dan lain-lain Pada penderita ini berdasarkan
30
anamnesis riwayat sosialnya penderita adalah seorang wanita berusia 75 tahun
yang meskipun tidak melakukan pekerjaan yang berat tetapi dirinya tetap
menjalankan pekerjaan rumah tangga (sebelum sakit) yang notabene banyak
menggunakan sendi lutut Selain itu dari pemeriksaan fisik penderita ini juga
mengalami kegemukan Kondisi-kondisi pada penderita ini merupakan faktor
risiko sekunder terjadinya OA Jadi dapat disimpulkan bahwa penyebab OA pada
penderita ini bukan termasuk faktor risiko OA primer
Penderita datang dengan keluhan nyeri pada kedua sendi lutut sejak plusmn 1
tahun SMRS dan puncaknya 2 hari SMRS dimana penderita sudah tidak bisa
berjalan lagi Nyeri sendi merupakan keluhan yang umum terjadi pada penyakit
reumatik seperti artritis gout OA keganasan reumatik septik dan lain
sebagainya Pada penderita ini nyeri terlokalisir pada lutut tanpa adanya nyeri
pada sendi yang lain nyeri bertambah saat melakukan gerakan (seperti berjalan)
dan berkurang apabila beristirahat Tidak ada demam Nyeri tidak menetap
sepanjang hari Nyeri seperti ini biasanya ditemukan pada OA
Penderita juga mengeluh kaku sendi Kaku sendi dirasakan penderita pada
pagi hari Keadaan ini biasanya disebabkan oleh desakan cairan yang berada di
sekitar jaringan yang mengalami inflamasi (kapsul sendi sinovial atau bursa)
Kaku sendi makin nyata pada pagi hari atau setelah istirahat Setelah digerak-
gerakkan cairan akan menyebar dari jaringan yang mengalami inflamasi sehingga
penderita merasa terlepas dari ikatan dan bisa menggerakkan sendinya kembali
Lama kaku sendi pada OA adalah kurang dari 30 menit sedangkan pada AR
minimal satu jam Pada penderita ini kaku sendi juga dirasakan pada pagi hari
selama plusmn 20-30 menit dan menghilang dengan sendirinya bila penderita
menggerakkan kakinya dengan beraktivitas seperti biasa Hal ini sesuai untuk
mendukung keluhan pada penderita OA
Penderita juga mengalami bengkak pada kedua lutut Bengkak dirasakan
oleh penderita sejak 6 bulan SMRS Sendi yang membengkak bisa disebabkan
oleh penonjolan tulang sinovitis efusi dan karena adanya osteofit yang dapat
mengubah permukaan sendi Pada penderita ditemukan osteofit pada pemeriksaan
rontgent
31
29
Pemeriksaan fisik lokalis pada kedua sendi lutut didapatkan pada
inspeksi didapatkan pembesaran bengkak pada kedua sendi lutut dengan tidak
ada perubahan warna kulit Palpasi pada kedua sendi lutut didapatkan nyeri tekan
dan pada perabaan dirasakan hangat Pemeriksaan gerak sendi didapat
keterbatasan gerak fleksi yaitu hanya dapat mengerakkan lutut sebesar 60deg
Hambatan gerak terutama disebabkan oleh adanya remodelling osteofit penebalan
kapsul dan juga adanya efusi Pada auskultasi sendi lutut penderita ditemukan
adanya krepitasi dimana terdengar suara gemeretak ldquokretek-kretekrdquo seperti suara
krupuk yang diremukkan Gejala ini mungkin disebabkan karena gesekan kedua
permukaan tulang sendi yang irregular pada saat sendi digerakkan ataupun secara
pasif dimanipulasi
Pemeriksaan radiologis pada penderita ini didapatkan adanya gambaran
berupa penyempitan sendi dan osteofit pada pinggir sendi Menipisnya rawan
sendi diawali dengan retak dan terbelahnya permukaan sendi di beberapa tempat
yang kemudian menyatu dan disebut sebagai fibrilasi Di lain pihak pada tulang
akan terjadi pula perubahan sebagai reaksi tubuh untuk memperbaiki kerusakan
Perubahan itu adalah penebalan tulang subkondral dan pembentukan osteofit
marginal disusul kemudian dengan perubahan komposisi molekular dan struktur
tulang Penipisan kartilago sendi akibat proses degeneratif memberi gambaran
penyempitan celah sendi yang tidak simetris pada foto polos radiologi Fungsi
kartilago sendi berkurang bahkan menghilang mengakibatkan beban stres di
daerah subkhondral bertambah Beberapa subkhondral tersebut dapat diamati pada
poto polos radiologi berupa pembentukan osteofit sklerotik subkhondral maupun
pembentukan kista subkhondral Pada penderita ini ditemukan adanya
pembentukan osteofit pada condylus lateralis dan medialis os tibio femoralis
Pada OA anamnesa (gejala klinis) pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
radiologi sudah dapat menunjang penegakan diagnosis Hasil pemeriksaan
laboratorium pada OA biasanya tidak banyak berguna Darah tepi (Hb Leukosit
dan LED) dalam batas normal kecuali OA generalisata yang harus dibedakan
dengan arthritis peradangan Pada OA yang disertai peradangan mungkin
didapatkan penurunan viskositas pleositosis sedang hingga ringan serta
32
peningkatan ringan sel radang (lt8000m) gt1 Pada penderita ini dilakukan
pemeriksaan laboratorium darah lengkap kimia darah dan urin lengkap karena
pemeriksaan tersebut merupakan pemeriksaan rutin Dari hasil pemeriksaan
laboratorium pada penderita ini tidak ditemukan adanya kelainan
Diagnosis OA sudah bisa ditegakkan secara klinis dengan memakai
kriteria OA yang dibuat oleh Subcommittee American College of Rheumatology
(ACR) Kriteria OA lutut secara klinis laboratorium dan radiologis adalah adanya
nyeri lutut osteofit dan salah satu dari tanda berikut yaitu usia lebih dari 50
tahun kaku sendi kurang dari 30 menit atau adanya krepitus Pada penderita ini
wanita berusia 75 tahun ditemukan memiliki keluhan nyeri kedua sendi lutut
terdapat kaku sendi selama 20-30 menit terdapat krepitus dan pada pemeriksaan
radiologi ditemukan adanya osteofit
Pengelolaan penderita dengan OA bertujuan untuk menghilangkan
keluhan mengoptimalkan fungsi sendi mengurangi ketergantungan dan
meningkatkan kualitas hidup menghambat progresivitas penyakit dan mencegah
komplikasi Pilar terapi OA non farmakologis (edukasi terapi fisik
dietpenurunan berat badan) farmakologis (analgetik kortikosteroid lokal
sistemik kondroprotektif dan biologik) dan pembedahan
Edukasi sangat penting bagi semua pasien OA Dua hal yang menjadi
tujuan edukasi adalah bagaimana mengatasi nyeri dan disabilitas Pemberian
edukasi pada penderita ini sangat penting karena dengan edukasi diharapkan
pengetahuan penderita mengenai penyakit OA menjadi meningkat dan pengobatan
menjadi lebih mudah serta dapat diajak bersama-sama untuk mencegah kerusakan
organ sendi lebih lanjut Edukasi yang diberikan pada penderita ini yaitu
memberikan pengertian bahwa OA adalah penyakit yang kronik sehingga perlu
dipahami bahwa mungkin dalam derajat tertentu akan tetap ada rasa nyeri kaku
dan keterbatasan gerak serta fungsi Selain itu agar rasa nyeri dapat berkurang
maka penderita hendaknya mengurangi aktivitaspekerjaannya sehingga tidak
terlalu banyak menggunakan sendi lutut dan lebih banyak beristirahat Penderita
juga disarankan untuk kembali kontrol sehingga dapat diketahui apakah
33
penyakitnya sudah membaik atau ternyata ada efek samping akibat obat yang
diberikan
Terapi fisik bertujuan untuk melatih penderita agar persendiannya tetap
dapat dipakai dan melatih penderita untuk melindungi sendi yang sakit Pada
penderita ini dianjurkan untuk berolah raga tapi olah raga yang memperberat
sendi sebaiknya dihindari seperti lari atau joging Hal ini dikarenakan dapat
menambah inflamasi meningkatkan tekanan intraartikular bila ada efusi sendi dan
bahkan bisa menyebabkan robekan kapsul sendi Untuk mencegah risiko
terjadinya kecacatan pada sendi sebaiknya dilakukan olah raga peregangan otot
seperti mQuadrisep femoris dengan peregangan otot diharapkan dapat membantu
dalam peningkatan fungsi sendi secara keseluruhan dan mengurangi nyeri Pada
penderita ini disarankan untuk senam lantai 3 kali seminggu dimana pasien
mengambil posisi terlentang sambil meregangkan lututnya dengan cara
mengangkat kaki dan secara perlahan menekuk dan meluruskan lututnya Olah
raga ini sangat mudah dilakukan apalagi mengingat usia penderita yang sudah
mencapai 75 tahun
Diet bertujuan untuk menurunkan berat badan pada penderita OA yang
gemuk Hal ini sebaiknya menjadi program utama pengobatan OA Penurunan
berat badan seringkali dapat mengurangi keluhan dan peradangan Selain itu
obesitas juga dapat meningkatkan risiko progresifitas dari OA Pada penderita ini
disarankan untuk mengurangi berat badan dengan mengatur diet rendah kalori
sampai mungkin mendekati berat badan ideal Dimana prinsipnya adalah
mengurangi kalori yang masuk dibawah energi yang dibutuhkan Penurunan
energi intake yang aman dianjurkan pemberian defisit energi antara 500-1000
kalori perhari sehingga diharapkan akan terjadi pembakaran lemak tubuh dan
penurunan berat badan 05 ndash 1 kg per minggu Biasanya intake energi diberikan
1200-1300 kal per hari dan paling rendah 800 kal per hari Formula yang dapat
digunakan untuk kebutuhan energi berdasarkan berat badan adalah 22kalkgBB
aktualhari dengan cara ini didapatkan defisit energi 1000 kalhari Pada penderita
ini dianjurkan untuk diet 1400 kal perhari agar mencapai BB idealnya yakni
setidaknya mencapai 55 kg Namun cara ini juga memerlukan kehati ndash hatian
34
dikarenakan usia penderita dan daya tahan tubuhnya yang memang sudah tidak
mendukung untuk melakukan usaha diit
Terapi farmakologis pada penderita OA biasanya bersifat simptomatis
Pada tahap awal dapat dicoba analgetik sederhana seperti asetaminofen atau
salisilat Bila tidak ada perbaikan dapat diberikan obat anti inflamasi non steroid
Untuk mengurangi keluhan nyeri pada penderita ini telah diberikan pengobatan
langsung dengan obat anti inflamasi non steroid seperti Na-diklofenak dengan
dosis 3times50 mg tanpa menggunakan obat lini pertama Hal ini dikarenakan keluhan
pada penderita ini sudah cukup berat ditambah pula adanya bengkak dan rasa
hangat di lutut yang tidak hilang dengan obat analgetik sederhana ( seperti yang
biasa dikonsumsi penderita) Na-diklofenak merupakan obat golongan OAINS
COX-1 inhibitor yang non-selektif dimana obat ini diberikan pada penderita
karena tidak terdapat riwayat pernah menderita gangguan gastrointestinal Namun
mengingat usia penderita yang memang sudah lanjut maka penderita juga
diberikan obat pelapis lambung untuk menjaga kondisi saluran pencernaannya Di
sini penderita diberikan obat golongan PPI (Omeprazole 2 x 20 mg) Setelah
dievaluasi beberapa hari ternyata keluhan nyeri dan bengkak pada penderita tidak
kunjung ada perubahan maka ditambahkan pula obat steroid injeksi dimana
pilihannya adalah InjTriamcinolon 1 Amp24 jam (Inj Flamicort) Selain itu
pasien juga dikonsulkan ke spesialis rehabilitasi medis untuk dilakukan
fisioterapi
Terapi pembedahan Terapi ini diberikan apabila terapi farmakologis dan
rehabilitasi tidak berhasil untuk mengurangi rasa sakit dan juga untuk melakukan
koreksi apabila terjadi deformitas yang menimbulkan gangguan mobilisasi sendi
yang mengganggu aktifitas sehari-hari Pada penderita ini tidak sampai dilakukan
terapi pembedahan
35
DAFTAR PUSTAKA
1 Soeroso J Isbagio H Kalim H Broto R Pramudiyo R Osteoartritis In
Sudoyo AW Setiyohadi B Alwi I Simadibrata M Setiati S editors Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam 4th ed Jakarta Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit
Dalam Fakultas Kedokteran Indonesia 2006 p 1195-201
2 Osteoarthritis Wikipedia The Free Encyclopedia [serial on the internet]
2009 [cited 2009 Sep 1] Available from
httpenwikipediaorgwikiOsteoarthritis
3 Reginster JY The Prevalence and Burden of Osteoarthritis Rheumatology
2002 41 (suppl 1) 3 ndash 6
4 Wibowo Dhidik Tri Kurniawan Yusuf Latifah Tati Gunadi Rachmat
Perancangan dan Implementasi Sistem Bantu Diagnosis Penyakit
Osteoartritis dan Reumatoid Artritis Melalui Deteksi Penyempitan Celah
Sendi pada Citra X-Ray Tangan dan Lutut Dalam Temu Ilmiah
Reumatologi Jakarta 2003 168 ndash 172
5 Konggres Nasional Ikatan Reumatologi Indonesia VI httppemda-
diygoidberita 2005 102140
36
6 Arthritis Research Campaign 2000 Available at
httpwwwarcorgukabout_arthastatshtm
7 Felson DT Zhang Y Hannan MT et al The Incidence and Natural
History of Knee Osteoarthritis in the Elderly The Framingham
Osteoarthritis Study Arthritis Rheumatology 1995 38 1500 ndash 1505
8 Felson DT Zhang Y An Update on the Epidemiology of Knee and Hip
Osteoarthritis with a View to Prevention Arthritis Rheumatology 1998
41 1343 ndash 1355
9 Setiyohadi Bambang Osteoartritis Selayang Pandang Dalam Temu Ilmiah
Reumatologi Jakarta 2003 27 ndash 31
10 Klippel John H Dieppe Paul A Brooks Peter et al Osteoarthritis In
Rheumatology United Kingdom Mosby ndash Year Book Europe Limited
1994 21 ndash 106
11 Abbate L Renner JB Stevens J et al Do Body Composition and Body Fat
Distribution Explain Ethnic Differences in Radiographic Knee
Osteoarthritis Outcomes in African -American and Caucasian Women The
North American Association for the Study of Obesity 2006 14 1274 ndash
1281
12 Amin Niu Jingbo Hunter David et al Smoking Worsens Knee
Osteoarthritis News Center Oklahoma City Oklahoma USA 2006 1 ndash 4
13 McAlindon Timothy E Felson David T Zhang Yuqing et al Relation of
Dietary Intake and Serum Levels of Vitamin D to Progression of
Osteoarthritis of the Knee Among Participants in the Framingham Study
14 Englund M and Lohmander LS Patellofemoral Osteoarthritis Coexistent
with Tibiofemoral Osteoarthritis in a Meniscectomy Population Annals of
the Rheumatic Diseases 2005 64 1721 ndash 1726
15 Carter MA Osteoartritis In Price SA Wilson LM Patofisiologi konsep
klinis proses-proses penyakit 6th ed Jakarta EGC 2006 p 1380-4
16 Altman RD Criteria for the Classification of Osteoarthritis Journal of
Rheumatology 1991 27 (suppl) 10 ndash 12
37
17 Milne AD Evans NA Stanish WD Nonoperative Management of Knee
Osteoarthritis In Hartono IM Studi komparasi antara WOMAC index
dengan Kellgren-Lawrence grading system pada penderita osteoarthritis
genu [PPDS1 thesis] Semarang Medical Faculty Diponegoro University
2007 p 12
18 Haq I Murphy E Dacre J Osteoarthritis Review Postgrad Med J 2003
79 377 ndash 383
19 Anonim [1986] Criteria for classification of idiopathic osteoarthtritis (OA)
of the knee American College of Rheumatology [serial on the internet]
2010 [cited 2010 Jan 20] Available from
httpwwwrheumatologyorgpublicationsclassificationoakneeasp
aud=mem
38
- BAB I
- ILUSTRASI KASUS
- 1 Pemeriksaan EKG
- X ndash Ray Pelvis AP
- BAB III
- DISKUSI DAN PEMBAHASAN
-
3) Perkusi
Batas jantung
Kiri atas SIC II linea parasternalis sinistra
Kiri bawah SIC V 2 cm medial linea midclavicularis
sinistra
Kanan atas SIC II linea parasternalis dextra
Kanan bawah SIC IV linea parasternalis dextra
Pinggang jantung SIC II-III parasternalis sinistra
Konfigurasi jantung kesan tidak melebar
4) Auskultasi Bunyi jantung I-II murni intensitas reguler bising
(-) gallop (-)
Paru - Paru
1) Inspeksi
Normochest sela iga tidak melebar gerakan pernafasan simetris
kanan kiri retraksi intercostae (-)
2) Palpasi
Ketinggalan gerak
Depan Belakang
- - - -
- - - -
- - - -
Fremitus
Depan Belakang
N N N N
N N N N
N N N N
6
3) Perkusi
Depan Belakang
Sonor Sonor Sonor Sonor
Sonor Sonor Sonor Sonor
Sonor Sonor Sonor Sonor
4) Auskultasi
Suara dasar vesikuler
Depan Belakang
+ + + +
+ + + +
+ + + +
Suara tambahan wheezing (--) ronkhi (--)
d Abdomen
1) Inspeksi
Dinding perut sejajar dinding dada distended (-) umbilikus
tampak dan tidak ada inflamasi kaput medusa (-) venektasi (-)
sikatrik bekas operasi (-)
2) Auskultasi
Peristaltik (+) normal
3) Perkusi
Timpani (+) ascites (-) shifting dullnes (-)
4) Palpasi
Supel nyeri tekan epigastrium (-) lien dan hepar tidak teraba
membesar ginjal tidak teraba nyeri ketok costovertebrae (-)
defans muskular (-)
7
e Ekstremitas
1) Ekstremitas superior
Dekstra
Pergerakan motorik dalam batas normal tanda-tanda inflamasi
(-) oedem (-) eritem (-) CRT lt 3 detik clubbing finger (-)
kuku nekrosis (-) akral hangat (+) deformitas (-)
Sinistra
Pergerakan motorik dalam batas normal tanda-tanda inflamasi
(-) oedem (-) eritem (-) CRT lt 3 detik clubbing finger (-)
kuku nekrosis (-) akral hangat (+) deformitas (-)
2) Ekstremitas inferior
Dekstra
Pergerakan motorik sendi lutut terbatas (+) tanda-tanda
inflamasi sendi lutut (+) oedem sendi lutut (+) deformitas
sendi lutut (+) krepitasi sendi lutut (+) nyeri gerak dan
tekan (+) hiperemi (-) kuku nekrosis (-) akral hangat (+)
Sinistra
Pergerakan motorik sendi lutut terbatas (+) tanda-tanda
inflamasi sendi lutut (+) oedem sendi lutut (+) deformitas
sendi lutut (+) krepitasi sendi lutut (+) nyeri gerak dan
tekan(+) hiperemi (-) kuku nekrosis (-) akral hangat (+)
8
Genu Dekstra Genu Sinistra
IV PEMERIKSAAN PENUNJANG
1 Pemeriksaan EKG
a Frekuensi 87xmenit saat pertama kali masuk RS ritme reguler
b Jenis irama Sinus
c Zona transisi V6
d Aksis Lead II (+) aVL (+)
e Morfologi gelombang
1) Gelombang P selalu diikuti gelombang QRS dan T
2) Interval PR 012 detik
3) Gelombang QRS 010 detik
4) Elevasi ST (-)
5) Depresi ST (-)
6) Gelombang T inverted di Lead II III aVF dan V1 ndash V3
9
2 Laboratorium Darah dan Urin (tanggal 2 dan 3 Februari 2014)
Keterangan 02022014 03022014 SatuanNilai
RujukanHematologi rutinHemoglobin 118 - gdl 115-16
Hematokrit 369 - 35-49
Leukosit 83 - 10sup3microl 40-11Trombosit 297 - 10sup3microl 150-440Eritrosit 505 - 10⁶microl 38-52
Indeks eritrosit
MCV 731 - fl 82-95MCH 233 - pg 27-31MCHC 319 - gdl 32-36RDW 185 - 116-148
Hitung jenis
Granulosit 732 (H) - 50-70Limfosit 170 (L) - 20-40Monosit 98 (H) - 2-8
Kimia Ginjal
Ureum - 16 mgdL 10-45Creatinin - 073 mgdL 05-11
Asam Urat - 60 mgdL 24-60
GDS 199 - mgdL lt 200
Kimia Profil Lipid
Kolesterol Total - 199 mgdL lt200HDL Kolesterol - 35 (L) mgdL gt40LDL Kolesterol - 1348 (H) mgdL lt 130Trigliserid - 146 mgdL 35-160
URIN RUTIN 03022014 Satuan Nilai Rujukan
10
MAKROSKOPIS
Warna Kuning Kuning muda - kuning
Kekeruhan Jernih Jernih
KIMIA URINE
pH Reaksi 60 46 ndash 85Berat jenis 1015 1003 ndash 1030Protein Negatif mgdL NegatifReduksi Negatif mgdL NegatifLeukosit Esterase Negatif microL NegatifBilirubin Negatif mgdL NegatifUrobilinogen Normal mgdL NormalNitrit Negatif mgdL NegatifKeton Negatif mgdL NegatifBlood (HbEri) Negatif mgdL Negatif
MIKROSKOPIS
Leukosit Sedimen 10 ndash 15 SelLPB 0 ndash 15Eritrosit Sedimen 0 SelLPB 0 ndash 3 Epitel 5 - 10 SelLPB 0 ndash 15 Silinder Negatif LPK NegatifKristal Negatif LPB NegatifBakteri Negatif LPB NegatifJamur Negatif LPB NegatifLain - lain Negatif LPB
11
3 Foto Rontgen (tanggal 2 Februari 2014)
X ndash Ray Genu Dekstra et Sinistra
Kesan
Osteofit pada condylus lateralis dan medialis os tibia femoralis
dekstra disertai penyempitan sendi tibia femoralis lateralis dekstra
merupakan gambaran osteoarthrosis genu dekstra grade III
Osteofit pada condylus lateralis dan medialis os tibia femoralis
sinistra disertai penyempitan sendi femoro tibialis sinistra disertai
irreguler pada tulang tibia fibula sekitar sendi dan sklerotik
subcondral merupakan gambaran osteoarthosis genu sinistra grade
IV disertai osteoarthritis peradangan
12
X ndash Ray Pelvis AP
13
Kesan
Lesi opak pada cavum pelvis suspek massa DD vesikolitiasis ( usul
USG abdomen )
Tak tampak fraktur maupun dislokasi
V ASSESMENT DIAGNOSIS KERJA DAN DIAGNOSIS BANDING
1 Osteoartritis Genu Dextra et Sinistra
2 Hipertensi stage I
3 Ischemia Hearth Disease
Daftar masalah Problem AssesmentPlanning Diagnosa
Plannning Terapi (IGD)Planning
Monitoring
75 tahun Kedua kaki nyeri tidak bisa jalan (+) tidak bisa ditekuk (+) kaku riwjatuh (-)
Pmx Fisik Genu D et S ada deformitas (+) bengkak(+) krepitasi (+)
Foto x-ray genu osteoarthritis osteofit sendi genu D et S
-Deformitas Sendi-Proses Degeneratif
Osteoartritis Genu Dextra et Sinistra
- X-ray genu Dekstra et Sinistra
- Pmx Cairan synovial sendi genu
Non Farmakologi- A-B-C management ( infRL 20tpm)- Edukasi pasien- Terapi Fisik latihan gerak sendi- Fisioterapi-Penurunan berat badanFarmakologi- Inj Ranitidin 1 Amp12j- Inj Ketorolac 30mg (E)po Natrium Diklofenak 2x1 Analsik 2x1 Vit BC 1x1
-Tanda dan gejala Klinis
- TD 150100 mmHg
Gangguan hemo -dinamik
Hipertensi stage I
- EKG Foto Thorax
Non Farmakologi- Diet rendah garamFarmakologi
- Cek ulang Tekanan Darah
14
Fungsi Ginjal
- Captopril 2 x 25mg (po)- Amlodipin 1x10mg (po)
EKG Gelombang T inverted di Lead II III aVF dan V1 ndash V3
-Ateroskle- rosis-Hipoksia vaskuler
Ischemia Hearth Disease
-Cek Profil Lipid Asam Urat Enzim Jantung
Non Farmakologi-Tirah baring- O2 3-4lpmFarmakologi-ISDN 3x5mg
-Cek EKG serial 4 jam
VI POMR (Problem Oriented Medical Record)
VII FOLLOW UP
Tanggal Subjektif dan Objektif Penatalaksanaan03022014 S kaki masih nyeri jika digerakkan (+)
pegel (+) masih belum bisa berjalan pusing (-) sesak (-)KU Kesadaran Sedang composmentisVS TD 170100 mmHg RR 18 kali menit N 88 kali menit T 370CVAS 7Bengkak (+) eritem (-) ROM terbatasEKG T inverted Lead IIIII aVF amp V1-V3
O2 3lpmIVFD RL 20 tpm Captopril 3x25mgHCT 2x50mgAmlodipin 1x10mgAnalsik 3x1Natrium Diklofenak 3x1ISDN 3x5mg
15
04022014 S kaki masih nyeri jika digerakkan ditekuk (+) pasien tetap masih belum bisa duduk maupun berjalan sesak(-) pusing(-)KU Kesadaran Sedang composmentisVS TD 130100 mmHg RR 18 kali menit N 76 kali menit T 3730CVAS 7Bengkak (+) eritem (-) ROM terbatas
O2 3lpmIVFD RL 20 tpm Captopril 3x25mgHCT 2x50mgAmlodipin 1x10mgAnalsik 3x1Natrium Diklofenak 3x1ISDN 3x5mg(+) Inj Flamicort 1 Amp Omeprazole 2x1
05022014 S kaki masih nyeri jika digerakkan (+) namun pasien sudah bisa tidur miring sambil menekuk lututnya pegel (+) masih belum bisa berjalan (+)KU Kesadaran Sedang composmentisVS TD 150100 mmHg RR 18 kali menit N 86 kali menit T 370CVAS 5Bengkak (+) eritem (-) ROM terbatas
O2 3lpmIVFD RL 20 tpm Captopril 3x25mgHCT 2x50mgAmlodipin 1x10mgAnalsik 3x1Natrium Diklofenak 3x1ISDN 3x5mg(+) Inj Flamicort 1 Amp Omeprazole 2x1Co SpRM untuk Fisioterapi
pasien sudah difisioterapi (IR)06022014 S kaki masih nyeri jika digerakkan (+)
ditambah keluhan nyeri pinggang keluhan pusing sesak mual muntah disangkalKU Kesadaran Sedang composmentisVS TD 200100 mmHg RR 20 kali menit N 88 kali menit T 3630CVAS 7Bengkak (+) eritem (-) ROM terbatas
O2 3lpmIVFD RL 20 tpm Inj Flamicort 1 AmpCaptopril 3x25mgHCT 2x50mgAmlodipin 1x10mgAnalsik 3x1Natrium Diklofenak 3x1ISDN 3x5mgOmeprazole 2x1
Fisioterapi masih dilanjutkan
16
07022014 S kaki masih nyeri tapi lebih jarang pasien sudah bisa setengah duduk namun tetap dibantu keluarga sesak (-) pusing (sedikit) makan minum (+) sedikit - sedikitKU Kesadaran Sedang composmentisVS TD 200100 mmHg RR 18 kali menit N 76 kali menit T 370CVAS 5Bengkak (+) eritem (-) ROM terbatas
Pasien dan keluarga APS pulang karena persoalan biaya terapi pulang
Captopril 3x25mgHCT 2x50mgAmlodipin 1x10mgAnalsik 3x1Natrium Diklofenak 3x1ISDN 3x5mgOmeprazole 2x1(+) Clonidin 3x1 tab
VIIIPROGNOSIS
Qua ad vitam Dubia ad bonam
Qua ad functionam Dubia ad malam
Qua ad sanationam Dubia ad malam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
IDefinisi
Osteoarthritis (OA dikenal juga sebagai arthritis degeneratif penyakit
degeneratif sendi) merupakan penyakit sendi degeneratif yang mengenai
sendi-sendi penumpu berat badan dengan gambaran patologis yang berupa
kerusakan kartilago sendi dimana terjadi proses degradasi interaktif sendi
17
yang kompleks terdiri dari proses perbaikan pada kartilago tulang dan
sinovium diikuti komponen sekunder proses inflamasi12
II Epidemiologi
Osteoartritis merupakan penyakit sendi yang paling banyak ditemukan di
dunia termasuk di Indonesia Bahkan sejak tahun 2001 hingga 2010
dicanangkan sebagai dekade penyakit tulang dan sendi di seluruh dunia5
Penyakit ini menempati urutan kedua setelah penyakit kardiovaskuler sebagai
penyebab ketidakmampuan fisik Di Inggris dan Wales sekitar 13 hingga
175 juta orang mengalami gejala OA Di Amerika 1 dari 7 penduduk
menderita OA34
Di Australia pada tahun 2002 diperkirakan biaya nasional untuk OA
sebesar 1 dari GNP yaitu mencapai $Aus 2700orangtahun4 Di Indonesia
sendiri prevalensi total OA sebanyak 343 juta orang pada tahun 2002 dan
mencapai 365 juta orang pada tahun 2007 Diperkirakan 1 sampai 2 juta
orang lanjut usia di Indonesia menderita cacat karena osteoarthritis Pada
beberapa penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan terjadinya
osteoarthritis pada obesitas dan sendi penahan beban tubuh5 Dari sekian
banyak sendi yang dapat terserang OA lutut merupakan sendi yang paling
sering dijumpai terserang OA Data Arthritis Research Campaign
menunjukkan bahwa lebih dari 550 ribu orang di Inggris menderita OA lutut
yang parah dan lebih dari 80 ribu operasi replacement sendi lutut dilakukan di
Inggris pada tahun 2000 dengan biaya 405 juta Poundsterling6
III Patofisiologi Osteoartritis
Terjadinya OA tidak lepas dari banyak persendian yang ada di dalam
tubuh manusia Sebanyak 230 sendi menghubungkan 206 tulang yang
memungkinkan terjadinya gesekan Untuk melindungi tulang dari gesekan di
dalam tubuh ada tulang rawan Namun karena berbagai faktor risiko yang ada
maka terjadi erosi pada tulang rawan dan berkurangnya cairan pada sendi
Tulang rawan sendiri berfungsi untuk meredam getar antar tulang Tulang
rawan terdiri atas jaringan lunak kolagen yang berfungsi untuk menguatkan
18
17
sendi proteoglikan yang membuat jaringan tersebut elastis dan air (70
bagian) yang menjadi bantalan pelumas dan pemberi nutrisi910
Kondrosit adalah sel yang tugasnya membentuk proteoglikan dan
kolagen pada rawan sendi Osteoartritis terjadi akibat kondrosit gagal
mensintesis matriks yang berkualitas dan memelihara keseimbangan antara
degradasi dan sintesis matriks ekstraseluler termasuk produksi kolagen tipe I
III VI dan X yang berlebihan dan sintesis proteoglikan yang pendek Hal
tersebut menyebabkan terjadi perubahan pada diameter dan orientasi dari serat
kolagen yang mengubah biomekanik dari tulang rawan sehingga tulang rawan
sendi kehilangan sifat kompresibilitasnya yang unik9
Selain kondrosit sinoviosit juga berperan pada patogenesis OA
terutama setelah terjadi sinovitis yang menyebabkan nyeri dan perasaan tidak
nyaman Sinoviosit yang mengalami peradangan akan menghasilkan Matrix
Metalloproteinases (MMPs) dan berbagai sitokin yang akan dilepaskan ke
dalam rongga sendi dan merusak matriks rawan sendi serta mengaktifkan
kondrosit Pada akhirnya tulang subkondral juga akan ikut berperan dimana
osteoblas akan terangsang dan menghasilkan enzim proteolitik 910
Agrekanase merupakan enzim yang akan memecah proteoglikan di
dalam matriks rawan sendi yang disebut agrekan Ada dua tipe agrekanase
yaitu agrekanase 1 (ADAMTs-4) dan agrekanase 2 (ADAMTs-11) MMPs
diproduksi oleh kondrosit kemudian diaktifkan melalui kaskade yang
melibatkan proteinase serin (aktivator plasminogen plamsinogen plasmin)
radikal bebas dan beberapa MMPs tipe membran Kaskade enzimatik ini
dikontrol oleh berbagai inhibitor termasuk TIMPs dan inhibitor aktifator
plasminogen Enzim lain yang turut berperan merusak kolagen tipe II dan
proteoglikan adalah katepsin yang bekerja pada pH rendah termasuk
proteinase aspartat (katepsin D) dan proteinase sistein (katepsin B H K L
dan S) yang disimpam di dalam lisosom kondrosit Hialuronidase tidak
terdapat di dalam rawan sendi tetapi glikosidase lain turut berperan merusak
proteoglikan10
19
Berbagai sitokin turut berperan merangsang kondrosit dalam
menghasilkan enzim perusak rawan sendi Sitokin-sitokin pro-inflamasi akan
melekat pada reseptor di permukaan kondrosit dan sinoviosit dan
menyebabkan transkripsi gene MMP sehingga produksi enzim tersebut
meningkat Sitokin yang terpenting adalah IL-1 selain sebagai sitokin
pengatur (IL-6 IL-8 LIFI) dan sitokin inhibitor (IL-4 IL-10 IL-13 dan IFN-
γ) Sitokin inhibitor ini bersama IL-Ira dapat menghambat sekresi berbagai
MMPs dan meningkatkan sekresi TIMPs Selain itu IL-4 dan IL-13 juga
dapat melawan efek metabolik IL-1 IL-1 juga berperan menurunkan sintesis
kolagen tipe II dan IX dan meningkatkan sintesis kolagen tipe I dan III
sehingga menghasilkan matriks rawan sendi yang berkualitas buruk 910
IV Klasifikasi Osteoartritis
OA dapat terjadi secara primer (idiopatik) maupun sekunder seperti
yang tercantum di bawah ini 19
IDIOPATIK SEKUNDER
20
SetempatTangan- nodus Heberden dan Bouchard (nodal)- artritis erosif interfalang- karpal-metakarpal IKaki - haluks valgus- haluks rigidus- jari kontraktur (hammercock-up toes)- talonavikulareCoxae- eksentrik (superior)- konsentrik (aksial medial)- difus (koksa senilis)Vertebra- sendi apofiseal- sendi intervertebral- spondilosis (osteofit)- ligamentum (hiperostosis penyakit Forestier diffuse idiopathic skeletal hyperostosis=DISH)Tempat lainnya- glenohumeral- akromioklavikular- tibiotalar- sakroiliaka- temporomandibularMenyeluruhMeliputi 3 atau lebih daerah yang tersebut diatas (Kellgren-Moore)
Traumaminus akutminus kronik (okupasional port)Kongenital atau developmentalGangguan setempatminus Penyakit Leg-Calve-Perthesminus Dislokasi koksa kongenitalminus Slipped epiphysisFaktor mekanikminus Panjang tungkai tidak samaminus Deformitas valgus varusminus Sindroma hipermobilitasMetabolikminus Okronosis (alkaptonuria)minus Hemokromatosisminus Penyakit Wilsonminus Penyakit GaucherEndokrinminus Akromegaliminus Hiperparatiroidismeminus Diabetes melitusminus Obesitasminus HipotiroidismePenyakit Deposit Kalsiumminus Deposit kalsium pirofosfat dihidratminus Artropati hidroksiapatitPenyakit Tulang dan Sendi lainnya Setempatminus FrakturminusNekrosis avaskular
Tabel 21 Osteoartritis Idiopatik dan Sekunder
V Manifestasi Klinis 15
1 Nyeri sendi
Terutama bila sendi bergerak atau menanggung beban yang akan
berkurang bila penderita beristirahat
21
2 Kaku pada pagi hari (morning stiffness)
Kekakuan pada sendi yang terserang terjadi setelah imobilisasi yang
cukup lama (gel phenomenon) bahkan sering disebutkan kaku muncul
pada pagi hari setelah bangun tidur (morning stiffness)
3 Hambatan pergerakan sendi
Hambatan pergerakan sendi ini bersifat progresif lambat bertambah
berat secara perlahan sejalan dengan bertambahnya nyeri pada sendi
4 Krepitasi
Rasa gemeretak (seringkali sampai terdengar) yang terjadi pada sendi
yang sakit
5 Perubahan bentuk sendi
Sendi yang mengalami osteoarthritis biasanya mengalami perubahan
berupa perubahan bentuk dan penyempitan pada celah sendi
6 Perubahan gaya berjalan
Hal yang paling meresahkan pasien adalah perubahan gaya berjalan
hampir semua pasien osteoarthritis pada pergelangan kaki lutut dan
panggul mengalami perubahan gaya berjalan (pincang)
VI Faktor Risiko Osteoartritis Lutut (Genu)
Secara garis besar terdapat dua pembagian faktor risiko OA lutut yaitu
faktor predisposisi dan faktor biomekanis
1 Faktor Predisposisi
a Faktor Demografi
1) Umur
Dari semua faktor risiko untuk timbulnya osteoartritis faktor
ketuaan adalah yang terkuat Proses penuaan dianggap sebagai
penyebab peningkatan kelemahan di sekitar sendi penurunan
kelenturan sendi kalsifikasi tulang rawan dan menurunkan
fungsi kondrosit yang semuanya mendukung terjadinya OA
Studi Framingham menunjukkan bahwa 27 orang berusia 63 ndash
22
70 tahun memiliki bukti radiografik menderita OA lutut yang
meningkat mencapai 40 pada usia 80 tahun atau lebih7
2) Jenis kelamin
Prevalensi OA pada laki-laki sebelum usia 50 tahun lebih tinggi
dibandingkan perempuan tetapi setelah usia lebih dari 50 tahun
prevalensi perempuan lebih tinggi menderita OA dibandingkan
laki-laki Hal ini dikaitkan dengan pengurangan hormon
estrogen yang signifikan pada wanita8
3) Ras Etnis
Prevalensi OA lutut pada penderita di negara Eropa dan
Amerika tidak berbeda sedangkan suatu penelitian
membuktikan bahwa ras Afrika ndash Amerika memiliki risiko
menderita OA lutut 2 kali lebih besar dibandingkan ras
Kaukasia Penduduk Asia juga memiliki risiko menderita OA
lutut lebih tinggi dibandingkan Kaukasia1011 Suatu studi lain
menyimpulkan bahwa populasi kulit berwarna lebih banyak
terserang OA dibandingkan kulit putih9
b Faktor Genetik
Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoartritis Adanya
mutasi dalam gen prokolagen atau gen-gen struktural lain untuk
unsur-unsur tulang rawan sendi seperti kolagen proteoglikan
berperan dalam timbulnya kecenderungan familial pada
osteoartritis10
c Faktor Gaya Hidup
1) Kebiasaan Merokok
Merokok dapat merusak sel dan menghambat proliferasi sel
tulang rawan sendi
Merokok dapat meningkatkan tekanan oksidan yang
mempengaruhi hilangnya tulang rawan
23
Merokok dapat meningkatkan kandungan karbonmonoksida
dalam darah menyebabkan jaringan kekurangan oksigen
dan dapat menghambat pembentukan tulang rawan12
2) Konsumsi Vitamin D
Orang yang tidak biasa mengkonsumsi makanan yang
mengandung vitamin D memiliki peningkatan risiko 3 kali lipat
menderita OA lutut13
d Faktor Metabolik
1) Obesitas
Berat badan yang berlebih ternyata dapat meningkatkan tekanan
mekanik pada sendi penahan beban tubuh dan lebih sering
menyebabkan osteoartritis lutut7
2) Osteoporosis
Hubungan antara OA lutut dan osteoporosis mendukung teori
bahwa gerakan mekanis yang abnormal tulang akan
mempercepat kerusakan tulang rawan sendi10
3) Penyakit Lain
OA lutut terbukti berhubungan dengan diabetes mellitus
hipertensi dan hiperurikemi dengan catatan pasien tidak
mengalami obesitas10
4) Histerktomi
Hal ini diduga berkaitan dengan pengurangan produksi hormon
estrogen setelah dilakukan pengangkatan rahim 10
5) Manisektomi
Menisektomi merupakan operasi yang dilakukan di daerah lutut
dan telah diidentifikasi sebagai faktor risiko penting bagi OA
lutut Hal ini berkaitan dengan hilangnya jaringan meniscus14
2 Faktor Biomekanis
a Riwayat Trauma Lutut
24
Trauma lutut yang akut termasuk robekan pada ligamentum
krusiatum dan meniskus merupakan faktor risiko timbulnya OA
lutut9
b Kelainan Anatomis
Faktor risiko timbulnya OA lutut antara lain kelainan lokal pada
sendi lutut seperti genu varum genu valgus Legg ndash Calve ndashPerthes
disease dan displasia asetabulum10
c Pekerjaan
Osteoartritis banyak ditemukan pada pekerja fisik berat terutama
yang banyak menggunakan kekuatan yang bertumpu pada lutut
(petani kuli dll)9
d Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik berat seperti berdiri lama (2 jam atau lebih setiap
hari) berjalan jarak jauh (2 jam atau lebih setiap hari) mengangkat
barang berat (10 kg ndash 50 kg selama 10 kali atau lebih setiap
minggu) mendorong objek yang berat (10 kg ndash 50 kg selama 10
kali atau lebih setiap minggu) naik turun tangga setiap hari
merupakan faktor risiko OA lutut 9
e Kebiasaan Olahraga
Atlit olah raga benturan keras dan membebani lutut seperti sepak
bola lari maraton dan kung fu memiliki risiko meningkat untuk
menderita OA lutut10
VII Kriteria Diagnosis Osteoartritis Lutut (Genu)
25
Kriteria diagnosis OA lutut menggunakan kriteria klasifikasi American
College of Rheumatology seperti tercantum pada tabel berikut ini 16
Tabel 22 Kriteria Klasifikasi Osteoartritis Lutut
Derajat osteoartritis lutut dinilai menjadi lima derajat oleh Kellgren dan
Lawrence yaitu 17
- Derajat 0 tidak ada gambaran osteoartritis
- Derajat 1 osteoartritis meragukan dengan gambaran sendi normal tetapi
terdapat osteofit minimal
- Derajat 2 osteoartritis minimal dengan osteofit pada 2 tempat tidak terdapat
sklerosis dan kista subkondral serta celah sendi baik
- Derajat 3 osteoartritis moderat dengan osteofit moderat deformitas ujung
tulang dan celah sendi sempit
- Derajat 4 osteoartritis berat dengan osteofit besar deformitas ujung tulang
celah sendi hilang serta adanyasklerosis dan kista subkondral
26
VIIIPenatalaksanaan Osteoarthritis
Tujuan penatalaksanaan pasien dengan osteoarthritis adalah18
1 Meredakan nyeri
2 Mengoptimalkan fungsi sendi
3 Mengurangi ketergantungan kepada orang lain dan meningkatkan
kualitas hidup
4 Menghambat progresivitas penyakit
5 Mencegah terjadinya komplikasi
Pilar terapi pada pasien dengan osteoarthritis yaitu
Nonfarmakologis
1 Modifikasi pola hidup
2 Edukasi
3 Istirahat teratur yang bertujuan mengurangi penggunaan beban pada
sendi
4 Modifikasi aktivitas
5 Menurunkan berat badan
6 Rehabilitasi medik fisioterapi
a Latihan statis dan memperkuat otot-otot
b Fisioterapi yang berguna untuk mengurangi nyeri menguatkan otot
dan menambah luas pergerakan sendi
7 Penggunaan alat bantu
Farmakologis
1 Sistemik
a Analgetik
Non narkotik parasetamol
Opioid (kodein tramadol)
b Antiinflamasi nonsteroid (NSAIDs)
Oral
Injeksi
Suppositoria
27
c DMOADs (disease modifying OA drugs)
Diantara nutraceutical yang saat ini tersedia di Indonesia adalah
Glucosamine sulfate dan Chondroitine sulfate
2 Topikal
a Krim rubefacients dan capsaicin
Beberapa sediaan telah tersedia di Indonesia dengan cara kerja pada
umumnya bersifat counter irritant
b Krim NSAIDs
Beberapa yang dapat digunakan adalah gel piroxicam dan sodium
diklofenak
3 Injeksi intraartikularintra lesi
Pada dasarnya ada 2 indikasi suntikan intra artikular yakni penanganan
simtomatik dengan steroid dan viskosuplementasi dengan hyaluronan
untuk modifikasi perjalanan penyakit Beberapa preparat injeksi
intraartikular diantaranya
a Steroid ( triamsinolone hexacetonide dan methyl prednisolone )
Hanya diberikan jika ada satu atau dua sendi yang mengalami
nyeri dan inflamasi yang kurang responsif terhadap pemberian
NSAIDs tak dapat mentolerir NSAIDs atau ada komorbiditas yang
merupakan kontra indikasi terhadap pemberian NSAIDs
Dosis untuk sendi besar seperti lutut 40-50 mginjeksi
sedangkan untuk sendi-sendi kecil biasanya digunakan dosis 10 mg
b Hyaluronan high molecular weight dan low molecular weight
Diberikan berturut-turut 5 sampai 6 kali dengan interval satu
minggu masing-masing 2 sampai 25 ml Hyaluronan Sediaan di
Indonesia diantaranya adalah Hyalgan dan Osflex
4 Pembedahan
Sebelum diputuskan untuk terapi pembedahan harus dipertimbangkan
terlebih dahulu risiko dan keuntungannya Pertimbangan dilakukan
tindakan operatif bila
28
a Deformitas menimbulkan gangguan mobilisasi
b Nyeri yang tidak dapat teratasi dengan penganan medikamentosa
dan rehabilitatif
Ada 2 tipe terapi pembedahan Realignment osteotomi dan replacement
joint
Macam-macam operasi sendi lutut untuk osteoarthritis
a Partial replacementunicompartemental
b High tibial osteotomy orang muda
c Patella amp condyle resurfacing
d Minimally constrained total replacement stabilitas sendi dilakukan
sebagian oleh ligament asli dan sebagian oleh sendi buatan
e Cinstrained joint fixed hinges dipakai bila ada tulang hilang dan
severe instability
f Total knee replacement apabila didapatkan nyeri deformitas
instability akibat dari rheumatoid atau osteoarthritis
29
Gambar 21 Piramida Penatalaksanaan Osteoartritis
BAB III
DISKUSI DAN PEMBAHASAN
OA adalah penyakit degenerasi kartilago artikuler yang berlangsung secara
perlahan dan ditandai dengan nyeri sendi kekakuan dan keterbatasan gerak yang
berkembang secara progresif Tanda-tanda tersebut ditemukan pada penderita ini
Berdasarkan etiologinya OA diklasifikasikan menjadi dua yaitu OA
primer dan OA sekunder OA primer disebut juga OA idiopatik yaitu OA yang
kausanya tidak diketahui dan tidak ada hubungannya dengan penyakit sistemik
maupun proses perubahan lokal pada sendi OA sekunder adalah OA yang
didasari oleh adanya kelainan endokrin trauma inflamasi metabolik
pertumbuhan herediter jejas mikro dan makro serta imobilisasi yang terlalu lama
faktor mekanik penyakit deposit kalsium penyakit tulang dan sendi lainnya serta
neuropatik endemik Beberapa faktor risiko yang diketahui berhubungan dengan
penyakit OA diantaranya faktor risiko umum yang penting seperti kegemukan
faktor genetik dan jenis kelamin serta beberapa faktor risiko lain seperti usia lebih
dari 40 tahun suku bangsa cedera sendi pekerjaan olahraga kelainan
pertumbuhan kepadatan tulang dan lain-lain Pada penderita ini berdasarkan
30
anamnesis riwayat sosialnya penderita adalah seorang wanita berusia 75 tahun
yang meskipun tidak melakukan pekerjaan yang berat tetapi dirinya tetap
menjalankan pekerjaan rumah tangga (sebelum sakit) yang notabene banyak
menggunakan sendi lutut Selain itu dari pemeriksaan fisik penderita ini juga
mengalami kegemukan Kondisi-kondisi pada penderita ini merupakan faktor
risiko sekunder terjadinya OA Jadi dapat disimpulkan bahwa penyebab OA pada
penderita ini bukan termasuk faktor risiko OA primer
Penderita datang dengan keluhan nyeri pada kedua sendi lutut sejak plusmn 1
tahun SMRS dan puncaknya 2 hari SMRS dimana penderita sudah tidak bisa
berjalan lagi Nyeri sendi merupakan keluhan yang umum terjadi pada penyakit
reumatik seperti artritis gout OA keganasan reumatik septik dan lain
sebagainya Pada penderita ini nyeri terlokalisir pada lutut tanpa adanya nyeri
pada sendi yang lain nyeri bertambah saat melakukan gerakan (seperti berjalan)
dan berkurang apabila beristirahat Tidak ada demam Nyeri tidak menetap
sepanjang hari Nyeri seperti ini biasanya ditemukan pada OA
Penderita juga mengeluh kaku sendi Kaku sendi dirasakan penderita pada
pagi hari Keadaan ini biasanya disebabkan oleh desakan cairan yang berada di
sekitar jaringan yang mengalami inflamasi (kapsul sendi sinovial atau bursa)
Kaku sendi makin nyata pada pagi hari atau setelah istirahat Setelah digerak-
gerakkan cairan akan menyebar dari jaringan yang mengalami inflamasi sehingga
penderita merasa terlepas dari ikatan dan bisa menggerakkan sendinya kembali
Lama kaku sendi pada OA adalah kurang dari 30 menit sedangkan pada AR
minimal satu jam Pada penderita ini kaku sendi juga dirasakan pada pagi hari
selama plusmn 20-30 menit dan menghilang dengan sendirinya bila penderita
menggerakkan kakinya dengan beraktivitas seperti biasa Hal ini sesuai untuk
mendukung keluhan pada penderita OA
Penderita juga mengalami bengkak pada kedua lutut Bengkak dirasakan
oleh penderita sejak 6 bulan SMRS Sendi yang membengkak bisa disebabkan
oleh penonjolan tulang sinovitis efusi dan karena adanya osteofit yang dapat
mengubah permukaan sendi Pada penderita ditemukan osteofit pada pemeriksaan
rontgent
31
29
Pemeriksaan fisik lokalis pada kedua sendi lutut didapatkan pada
inspeksi didapatkan pembesaran bengkak pada kedua sendi lutut dengan tidak
ada perubahan warna kulit Palpasi pada kedua sendi lutut didapatkan nyeri tekan
dan pada perabaan dirasakan hangat Pemeriksaan gerak sendi didapat
keterbatasan gerak fleksi yaitu hanya dapat mengerakkan lutut sebesar 60deg
Hambatan gerak terutama disebabkan oleh adanya remodelling osteofit penebalan
kapsul dan juga adanya efusi Pada auskultasi sendi lutut penderita ditemukan
adanya krepitasi dimana terdengar suara gemeretak ldquokretek-kretekrdquo seperti suara
krupuk yang diremukkan Gejala ini mungkin disebabkan karena gesekan kedua
permukaan tulang sendi yang irregular pada saat sendi digerakkan ataupun secara
pasif dimanipulasi
Pemeriksaan radiologis pada penderita ini didapatkan adanya gambaran
berupa penyempitan sendi dan osteofit pada pinggir sendi Menipisnya rawan
sendi diawali dengan retak dan terbelahnya permukaan sendi di beberapa tempat
yang kemudian menyatu dan disebut sebagai fibrilasi Di lain pihak pada tulang
akan terjadi pula perubahan sebagai reaksi tubuh untuk memperbaiki kerusakan
Perubahan itu adalah penebalan tulang subkondral dan pembentukan osteofit
marginal disusul kemudian dengan perubahan komposisi molekular dan struktur
tulang Penipisan kartilago sendi akibat proses degeneratif memberi gambaran
penyempitan celah sendi yang tidak simetris pada foto polos radiologi Fungsi
kartilago sendi berkurang bahkan menghilang mengakibatkan beban stres di
daerah subkhondral bertambah Beberapa subkhondral tersebut dapat diamati pada
poto polos radiologi berupa pembentukan osteofit sklerotik subkhondral maupun
pembentukan kista subkhondral Pada penderita ini ditemukan adanya
pembentukan osteofit pada condylus lateralis dan medialis os tibio femoralis
Pada OA anamnesa (gejala klinis) pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
radiologi sudah dapat menunjang penegakan diagnosis Hasil pemeriksaan
laboratorium pada OA biasanya tidak banyak berguna Darah tepi (Hb Leukosit
dan LED) dalam batas normal kecuali OA generalisata yang harus dibedakan
dengan arthritis peradangan Pada OA yang disertai peradangan mungkin
didapatkan penurunan viskositas pleositosis sedang hingga ringan serta
32
peningkatan ringan sel radang (lt8000m) gt1 Pada penderita ini dilakukan
pemeriksaan laboratorium darah lengkap kimia darah dan urin lengkap karena
pemeriksaan tersebut merupakan pemeriksaan rutin Dari hasil pemeriksaan
laboratorium pada penderita ini tidak ditemukan adanya kelainan
Diagnosis OA sudah bisa ditegakkan secara klinis dengan memakai
kriteria OA yang dibuat oleh Subcommittee American College of Rheumatology
(ACR) Kriteria OA lutut secara klinis laboratorium dan radiologis adalah adanya
nyeri lutut osteofit dan salah satu dari tanda berikut yaitu usia lebih dari 50
tahun kaku sendi kurang dari 30 menit atau adanya krepitus Pada penderita ini
wanita berusia 75 tahun ditemukan memiliki keluhan nyeri kedua sendi lutut
terdapat kaku sendi selama 20-30 menit terdapat krepitus dan pada pemeriksaan
radiologi ditemukan adanya osteofit
Pengelolaan penderita dengan OA bertujuan untuk menghilangkan
keluhan mengoptimalkan fungsi sendi mengurangi ketergantungan dan
meningkatkan kualitas hidup menghambat progresivitas penyakit dan mencegah
komplikasi Pilar terapi OA non farmakologis (edukasi terapi fisik
dietpenurunan berat badan) farmakologis (analgetik kortikosteroid lokal
sistemik kondroprotektif dan biologik) dan pembedahan
Edukasi sangat penting bagi semua pasien OA Dua hal yang menjadi
tujuan edukasi adalah bagaimana mengatasi nyeri dan disabilitas Pemberian
edukasi pada penderita ini sangat penting karena dengan edukasi diharapkan
pengetahuan penderita mengenai penyakit OA menjadi meningkat dan pengobatan
menjadi lebih mudah serta dapat diajak bersama-sama untuk mencegah kerusakan
organ sendi lebih lanjut Edukasi yang diberikan pada penderita ini yaitu
memberikan pengertian bahwa OA adalah penyakit yang kronik sehingga perlu
dipahami bahwa mungkin dalam derajat tertentu akan tetap ada rasa nyeri kaku
dan keterbatasan gerak serta fungsi Selain itu agar rasa nyeri dapat berkurang
maka penderita hendaknya mengurangi aktivitaspekerjaannya sehingga tidak
terlalu banyak menggunakan sendi lutut dan lebih banyak beristirahat Penderita
juga disarankan untuk kembali kontrol sehingga dapat diketahui apakah
33
penyakitnya sudah membaik atau ternyata ada efek samping akibat obat yang
diberikan
Terapi fisik bertujuan untuk melatih penderita agar persendiannya tetap
dapat dipakai dan melatih penderita untuk melindungi sendi yang sakit Pada
penderita ini dianjurkan untuk berolah raga tapi olah raga yang memperberat
sendi sebaiknya dihindari seperti lari atau joging Hal ini dikarenakan dapat
menambah inflamasi meningkatkan tekanan intraartikular bila ada efusi sendi dan
bahkan bisa menyebabkan robekan kapsul sendi Untuk mencegah risiko
terjadinya kecacatan pada sendi sebaiknya dilakukan olah raga peregangan otot
seperti mQuadrisep femoris dengan peregangan otot diharapkan dapat membantu
dalam peningkatan fungsi sendi secara keseluruhan dan mengurangi nyeri Pada
penderita ini disarankan untuk senam lantai 3 kali seminggu dimana pasien
mengambil posisi terlentang sambil meregangkan lututnya dengan cara
mengangkat kaki dan secara perlahan menekuk dan meluruskan lututnya Olah
raga ini sangat mudah dilakukan apalagi mengingat usia penderita yang sudah
mencapai 75 tahun
Diet bertujuan untuk menurunkan berat badan pada penderita OA yang
gemuk Hal ini sebaiknya menjadi program utama pengobatan OA Penurunan
berat badan seringkali dapat mengurangi keluhan dan peradangan Selain itu
obesitas juga dapat meningkatkan risiko progresifitas dari OA Pada penderita ini
disarankan untuk mengurangi berat badan dengan mengatur diet rendah kalori
sampai mungkin mendekati berat badan ideal Dimana prinsipnya adalah
mengurangi kalori yang masuk dibawah energi yang dibutuhkan Penurunan
energi intake yang aman dianjurkan pemberian defisit energi antara 500-1000
kalori perhari sehingga diharapkan akan terjadi pembakaran lemak tubuh dan
penurunan berat badan 05 ndash 1 kg per minggu Biasanya intake energi diberikan
1200-1300 kal per hari dan paling rendah 800 kal per hari Formula yang dapat
digunakan untuk kebutuhan energi berdasarkan berat badan adalah 22kalkgBB
aktualhari dengan cara ini didapatkan defisit energi 1000 kalhari Pada penderita
ini dianjurkan untuk diet 1400 kal perhari agar mencapai BB idealnya yakni
setidaknya mencapai 55 kg Namun cara ini juga memerlukan kehati ndash hatian
34
dikarenakan usia penderita dan daya tahan tubuhnya yang memang sudah tidak
mendukung untuk melakukan usaha diit
Terapi farmakologis pada penderita OA biasanya bersifat simptomatis
Pada tahap awal dapat dicoba analgetik sederhana seperti asetaminofen atau
salisilat Bila tidak ada perbaikan dapat diberikan obat anti inflamasi non steroid
Untuk mengurangi keluhan nyeri pada penderita ini telah diberikan pengobatan
langsung dengan obat anti inflamasi non steroid seperti Na-diklofenak dengan
dosis 3times50 mg tanpa menggunakan obat lini pertama Hal ini dikarenakan keluhan
pada penderita ini sudah cukup berat ditambah pula adanya bengkak dan rasa
hangat di lutut yang tidak hilang dengan obat analgetik sederhana ( seperti yang
biasa dikonsumsi penderita) Na-diklofenak merupakan obat golongan OAINS
COX-1 inhibitor yang non-selektif dimana obat ini diberikan pada penderita
karena tidak terdapat riwayat pernah menderita gangguan gastrointestinal Namun
mengingat usia penderita yang memang sudah lanjut maka penderita juga
diberikan obat pelapis lambung untuk menjaga kondisi saluran pencernaannya Di
sini penderita diberikan obat golongan PPI (Omeprazole 2 x 20 mg) Setelah
dievaluasi beberapa hari ternyata keluhan nyeri dan bengkak pada penderita tidak
kunjung ada perubahan maka ditambahkan pula obat steroid injeksi dimana
pilihannya adalah InjTriamcinolon 1 Amp24 jam (Inj Flamicort) Selain itu
pasien juga dikonsulkan ke spesialis rehabilitasi medis untuk dilakukan
fisioterapi
Terapi pembedahan Terapi ini diberikan apabila terapi farmakologis dan
rehabilitasi tidak berhasil untuk mengurangi rasa sakit dan juga untuk melakukan
koreksi apabila terjadi deformitas yang menimbulkan gangguan mobilisasi sendi
yang mengganggu aktifitas sehari-hari Pada penderita ini tidak sampai dilakukan
terapi pembedahan
35
DAFTAR PUSTAKA
1 Soeroso J Isbagio H Kalim H Broto R Pramudiyo R Osteoartritis In
Sudoyo AW Setiyohadi B Alwi I Simadibrata M Setiati S editors Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam 4th ed Jakarta Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit
Dalam Fakultas Kedokteran Indonesia 2006 p 1195-201
2 Osteoarthritis Wikipedia The Free Encyclopedia [serial on the internet]
2009 [cited 2009 Sep 1] Available from
httpenwikipediaorgwikiOsteoarthritis
3 Reginster JY The Prevalence and Burden of Osteoarthritis Rheumatology
2002 41 (suppl 1) 3 ndash 6
4 Wibowo Dhidik Tri Kurniawan Yusuf Latifah Tati Gunadi Rachmat
Perancangan dan Implementasi Sistem Bantu Diagnosis Penyakit
Osteoartritis dan Reumatoid Artritis Melalui Deteksi Penyempitan Celah
Sendi pada Citra X-Ray Tangan dan Lutut Dalam Temu Ilmiah
Reumatologi Jakarta 2003 168 ndash 172
5 Konggres Nasional Ikatan Reumatologi Indonesia VI httppemda-
diygoidberita 2005 102140
36
6 Arthritis Research Campaign 2000 Available at
httpwwwarcorgukabout_arthastatshtm
7 Felson DT Zhang Y Hannan MT et al The Incidence and Natural
History of Knee Osteoarthritis in the Elderly The Framingham
Osteoarthritis Study Arthritis Rheumatology 1995 38 1500 ndash 1505
8 Felson DT Zhang Y An Update on the Epidemiology of Knee and Hip
Osteoarthritis with a View to Prevention Arthritis Rheumatology 1998
41 1343 ndash 1355
9 Setiyohadi Bambang Osteoartritis Selayang Pandang Dalam Temu Ilmiah
Reumatologi Jakarta 2003 27 ndash 31
10 Klippel John H Dieppe Paul A Brooks Peter et al Osteoarthritis In
Rheumatology United Kingdom Mosby ndash Year Book Europe Limited
1994 21 ndash 106
11 Abbate L Renner JB Stevens J et al Do Body Composition and Body Fat
Distribution Explain Ethnic Differences in Radiographic Knee
Osteoarthritis Outcomes in African -American and Caucasian Women The
North American Association for the Study of Obesity 2006 14 1274 ndash
1281
12 Amin Niu Jingbo Hunter David et al Smoking Worsens Knee
Osteoarthritis News Center Oklahoma City Oklahoma USA 2006 1 ndash 4
13 McAlindon Timothy E Felson David T Zhang Yuqing et al Relation of
Dietary Intake and Serum Levels of Vitamin D to Progression of
Osteoarthritis of the Knee Among Participants in the Framingham Study
14 Englund M and Lohmander LS Patellofemoral Osteoarthritis Coexistent
with Tibiofemoral Osteoarthritis in a Meniscectomy Population Annals of
the Rheumatic Diseases 2005 64 1721 ndash 1726
15 Carter MA Osteoartritis In Price SA Wilson LM Patofisiologi konsep
klinis proses-proses penyakit 6th ed Jakarta EGC 2006 p 1380-4
16 Altman RD Criteria for the Classification of Osteoarthritis Journal of
Rheumatology 1991 27 (suppl) 10 ndash 12
37
17 Milne AD Evans NA Stanish WD Nonoperative Management of Knee
Osteoarthritis In Hartono IM Studi komparasi antara WOMAC index
dengan Kellgren-Lawrence grading system pada penderita osteoarthritis
genu [PPDS1 thesis] Semarang Medical Faculty Diponegoro University
2007 p 12
18 Haq I Murphy E Dacre J Osteoarthritis Review Postgrad Med J 2003
79 377 ndash 383
19 Anonim [1986] Criteria for classification of idiopathic osteoarthtritis (OA)
of the knee American College of Rheumatology [serial on the internet]
2010 [cited 2010 Jan 20] Available from
httpwwwrheumatologyorgpublicationsclassificationoakneeasp
aud=mem
38
- BAB I
- ILUSTRASI KASUS
- 1 Pemeriksaan EKG
- X ndash Ray Pelvis AP
- BAB III
- DISKUSI DAN PEMBAHASAN
-
3) Perkusi
Depan Belakang
Sonor Sonor Sonor Sonor
Sonor Sonor Sonor Sonor
Sonor Sonor Sonor Sonor
4) Auskultasi
Suara dasar vesikuler
Depan Belakang
+ + + +
+ + + +
+ + + +
Suara tambahan wheezing (--) ronkhi (--)
d Abdomen
1) Inspeksi
Dinding perut sejajar dinding dada distended (-) umbilikus
tampak dan tidak ada inflamasi kaput medusa (-) venektasi (-)
sikatrik bekas operasi (-)
2) Auskultasi
Peristaltik (+) normal
3) Perkusi
Timpani (+) ascites (-) shifting dullnes (-)
4) Palpasi
Supel nyeri tekan epigastrium (-) lien dan hepar tidak teraba
membesar ginjal tidak teraba nyeri ketok costovertebrae (-)
defans muskular (-)
7
e Ekstremitas
1) Ekstremitas superior
Dekstra
Pergerakan motorik dalam batas normal tanda-tanda inflamasi
(-) oedem (-) eritem (-) CRT lt 3 detik clubbing finger (-)
kuku nekrosis (-) akral hangat (+) deformitas (-)
Sinistra
Pergerakan motorik dalam batas normal tanda-tanda inflamasi
(-) oedem (-) eritem (-) CRT lt 3 detik clubbing finger (-)
kuku nekrosis (-) akral hangat (+) deformitas (-)
2) Ekstremitas inferior
Dekstra
Pergerakan motorik sendi lutut terbatas (+) tanda-tanda
inflamasi sendi lutut (+) oedem sendi lutut (+) deformitas
sendi lutut (+) krepitasi sendi lutut (+) nyeri gerak dan
tekan (+) hiperemi (-) kuku nekrosis (-) akral hangat (+)
Sinistra
Pergerakan motorik sendi lutut terbatas (+) tanda-tanda
inflamasi sendi lutut (+) oedem sendi lutut (+) deformitas
sendi lutut (+) krepitasi sendi lutut (+) nyeri gerak dan
tekan(+) hiperemi (-) kuku nekrosis (-) akral hangat (+)
8
Genu Dekstra Genu Sinistra
IV PEMERIKSAAN PENUNJANG
1 Pemeriksaan EKG
a Frekuensi 87xmenit saat pertama kali masuk RS ritme reguler
b Jenis irama Sinus
c Zona transisi V6
d Aksis Lead II (+) aVL (+)
e Morfologi gelombang
1) Gelombang P selalu diikuti gelombang QRS dan T
2) Interval PR 012 detik
3) Gelombang QRS 010 detik
4) Elevasi ST (-)
5) Depresi ST (-)
6) Gelombang T inverted di Lead II III aVF dan V1 ndash V3
9
2 Laboratorium Darah dan Urin (tanggal 2 dan 3 Februari 2014)
Keterangan 02022014 03022014 SatuanNilai
RujukanHematologi rutinHemoglobin 118 - gdl 115-16
Hematokrit 369 - 35-49
Leukosit 83 - 10sup3microl 40-11Trombosit 297 - 10sup3microl 150-440Eritrosit 505 - 10⁶microl 38-52
Indeks eritrosit
MCV 731 - fl 82-95MCH 233 - pg 27-31MCHC 319 - gdl 32-36RDW 185 - 116-148
Hitung jenis
Granulosit 732 (H) - 50-70Limfosit 170 (L) - 20-40Monosit 98 (H) - 2-8
Kimia Ginjal
Ureum - 16 mgdL 10-45Creatinin - 073 mgdL 05-11
Asam Urat - 60 mgdL 24-60
GDS 199 - mgdL lt 200
Kimia Profil Lipid
Kolesterol Total - 199 mgdL lt200HDL Kolesterol - 35 (L) mgdL gt40LDL Kolesterol - 1348 (H) mgdL lt 130Trigliserid - 146 mgdL 35-160
URIN RUTIN 03022014 Satuan Nilai Rujukan
10
MAKROSKOPIS
Warna Kuning Kuning muda - kuning
Kekeruhan Jernih Jernih
KIMIA URINE
pH Reaksi 60 46 ndash 85Berat jenis 1015 1003 ndash 1030Protein Negatif mgdL NegatifReduksi Negatif mgdL NegatifLeukosit Esterase Negatif microL NegatifBilirubin Negatif mgdL NegatifUrobilinogen Normal mgdL NormalNitrit Negatif mgdL NegatifKeton Negatif mgdL NegatifBlood (HbEri) Negatif mgdL Negatif
MIKROSKOPIS
Leukosit Sedimen 10 ndash 15 SelLPB 0 ndash 15Eritrosit Sedimen 0 SelLPB 0 ndash 3 Epitel 5 - 10 SelLPB 0 ndash 15 Silinder Negatif LPK NegatifKristal Negatif LPB NegatifBakteri Negatif LPB NegatifJamur Negatif LPB NegatifLain - lain Negatif LPB
11
3 Foto Rontgen (tanggal 2 Februari 2014)
X ndash Ray Genu Dekstra et Sinistra
Kesan
Osteofit pada condylus lateralis dan medialis os tibia femoralis
dekstra disertai penyempitan sendi tibia femoralis lateralis dekstra
merupakan gambaran osteoarthrosis genu dekstra grade III
Osteofit pada condylus lateralis dan medialis os tibia femoralis
sinistra disertai penyempitan sendi femoro tibialis sinistra disertai
irreguler pada tulang tibia fibula sekitar sendi dan sklerotik
subcondral merupakan gambaran osteoarthosis genu sinistra grade
IV disertai osteoarthritis peradangan
12
X ndash Ray Pelvis AP
13
Kesan
Lesi opak pada cavum pelvis suspek massa DD vesikolitiasis ( usul
USG abdomen )
Tak tampak fraktur maupun dislokasi
V ASSESMENT DIAGNOSIS KERJA DAN DIAGNOSIS BANDING
1 Osteoartritis Genu Dextra et Sinistra
2 Hipertensi stage I
3 Ischemia Hearth Disease
Daftar masalah Problem AssesmentPlanning Diagnosa
Plannning Terapi (IGD)Planning
Monitoring
75 tahun Kedua kaki nyeri tidak bisa jalan (+) tidak bisa ditekuk (+) kaku riwjatuh (-)
Pmx Fisik Genu D et S ada deformitas (+) bengkak(+) krepitasi (+)
Foto x-ray genu osteoarthritis osteofit sendi genu D et S
-Deformitas Sendi-Proses Degeneratif
Osteoartritis Genu Dextra et Sinistra
- X-ray genu Dekstra et Sinistra
- Pmx Cairan synovial sendi genu
Non Farmakologi- A-B-C management ( infRL 20tpm)- Edukasi pasien- Terapi Fisik latihan gerak sendi- Fisioterapi-Penurunan berat badanFarmakologi- Inj Ranitidin 1 Amp12j- Inj Ketorolac 30mg (E)po Natrium Diklofenak 2x1 Analsik 2x1 Vit BC 1x1
-Tanda dan gejala Klinis
- TD 150100 mmHg
Gangguan hemo -dinamik
Hipertensi stage I
- EKG Foto Thorax
Non Farmakologi- Diet rendah garamFarmakologi
- Cek ulang Tekanan Darah
14
Fungsi Ginjal
- Captopril 2 x 25mg (po)- Amlodipin 1x10mg (po)
EKG Gelombang T inverted di Lead II III aVF dan V1 ndash V3
-Ateroskle- rosis-Hipoksia vaskuler
Ischemia Hearth Disease
-Cek Profil Lipid Asam Urat Enzim Jantung
Non Farmakologi-Tirah baring- O2 3-4lpmFarmakologi-ISDN 3x5mg
-Cek EKG serial 4 jam
VI POMR (Problem Oriented Medical Record)
VII FOLLOW UP
Tanggal Subjektif dan Objektif Penatalaksanaan03022014 S kaki masih nyeri jika digerakkan (+)
pegel (+) masih belum bisa berjalan pusing (-) sesak (-)KU Kesadaran Sedang composmentisVS TD 170100 mmHg RR 18 kali menit N 88 kali menit T 370CVAS 7Bengkak (+) eritem (-) ROM terbatasEKG T inverted Lead IIIII aVF amp V1-V3
O2 3lpmIVFD RL 20 tpm Captopril 3x25mgHCT 2x50mgAmlodipin 1x10mgAnalsik 3x1Natrium Diklofenak 3x1ISDN 3x5mg
15
04022014 S kaki masih nyeri jika digerakkan ditekuk (+) pasien tetap masih belum bisa duduk maupun berjalan sesak(-) pusing(-)KU Kesadaran Sedang composmentisVS TD 130100 mmHg RR 18 kali menit N 76 kali menit T 3730CVAS 7Bengkak (+) eritem (-) ROM terbatas
O2 3lpmIVFD RL 20 tpm Captopril 3x25mgHCT 2x50mgAmlodipin 1x10mgAnalsik 3x1Natrium Diklofenak 3x1ISDN 3x5mg(+) Inj Flamicort 1 Amp Omeprazole 2x1
05022014 S kaki masih nyeri jika digerakkan (+) namun pasien sudah bisa tidur miring sambil menekuk lututnya pegel (+) masih belum bisa berjalan (+)KU Kesadaran Sedang composmentisVS TD 150100 mmHg RR 18 kali menit N 86 kali menit T 370CVAS 5Bengkak (+) eritem (-) ROM terbatas
O2 3lpmIVFD RL 20 tpm Captopril 3x25mgHCT 2x50mgAmlodipin 1x10mgAnalsik 3x1Natrium Diklofenak 3x1ISDN 3x5mg(+) Inj Flamicort 1 Amp Omeprazole 2x1Co SpRM untuk Fisioterapi
pasien sudah difisioterapi (IR)06022014 S kaki masih nyeri jika digerakkan (+)
ditambah keluhan nyeri pinggang keluhan pusing sesak mual muntah disangkalKU Kesadaran Sedang composmentisVS TD 200100 mmHg RR 20 kali menit N 88 kali menit T 3630CVAS 7Bengkak (+) eritem (-) ROM terbatas
O2 3lpmIVFD RL 20 tpm Inj Flamicort 1 AmpCaptopril 3x25mgHCT 2x50mgAmlodipin 1x10mgAnalsik 3x1Natrium Diklofenak 3x1ISDN 3x5mgOmeprazole 2x1
Fisioterapi masih dilanjutkan
16
07022014 S kaki masih nyeri tapi lebih jarang pasien sudah bisa setengah duduk namun tetap dibantu keluarga sesak (-) pusing (sedikit) makan minum (+) sedikit - sedikitKU Kesadaran Sedang composmentisVS TD 200100 mmHg RR 18 kali menit N 76 kali menit T 370CVAS 5Bengkak (+) eritem (-) ROM terbatas
Pasien dan keluarga APS pulang karena persoalan biaya terapi pulang
Captopril 3x25mgHCT 2x50mgAmlodipin 1x10mgAnalsik 3x1Natrium Diklofenak 3x1ISDN 3x5mgOmeprazole 2x1(+) Clonidin 3x1 tab
VIIIPROGNOSIS
Qua ad vitam Dubia ad bonam
Qua ad functionam Dubia ad malam
Qua ad sanationam Dubia ad malam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
IDefinisi
Osteoarthritis (OA dikenal juga sebagai arthritis degeneratif penyakit
degeneratif sendi) merupakan penyakit sendi degeneratif yang mengenai
sendi-sendi penumpu berat badan dengan gambaran patologis yang berupa
kerusakan kartilago sendi dimana terjadi proses degradasi interaktif sendi
17
yang kompleks terdiri dari proses perbaikan pada kartilago tulang dan
sinovium diikuti komponen sekunder proses inflamasi12
II Epidemiologi
Osteoartritis merupakan penyakit sendi yang paling banyak ditemukan di
dunia termasuk di Indonesia Bahkan sejak tahun 2001 hingga 2010
dicanangkan sebagai dekade penyakit tulang dan sendi di seluruh dunia5
Penyakit ini menempati urutan kedua setelah penyakit kardiovaskuler sebagai
penyebab ketidakmampuan fisik Di Inggris dan Wales sekitar 13 hingga
175 juta orang mengalami gejala OA Di Amerika 1 dari 7 penduduk
menderita OA34
Di Australia pada tahun 2002 diperkirakan biaya nasional untuk OA
sebesar 1 dari GNP yaitu mencapai $Aus 2700orangtahun4 Di Indonesia
sendiri prevalensi total OA sebanyak 343 juta orang pada tahun 2002 dan
mencapai 365 juta orang pada tahun 2007 Diperkirakan 1 sampai 2 juta
orang lanjut usia di Indonesia menderita cacat karena osteoarthritis Pada
beberapa penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan terjadinya
osteoarthritis pada obesitas dan sendi penahan beban tubuh5 Dari sekian
banyak sendi yang dapat terserang OA lutut merupakan sendi yang paling
sering dijumpai terserang OA Data Arthritis Research Campaign
menunjukkan bahwa lebih dari 550 ribu orang di Inggris menderita OA lutut
yang parah dan lebih dari 80 ribu operasi replacement sendi lutut dilakukan di
Inggris pada tahun 2000 dengan biaya 405 juta Poundsterling6
III Patofisiologi Osteoartritis
Terjadinya OA tidak lepas dari banyak persendian yang ada di dalam
tubuh manusia Sebanyak 230 sendi menghubungkan 206 tulang yang
memungkinkan terjadinya gesekan Untuk melindungi tulang dari gesekan di
dalam tubuh ada tulang rawan Namun karena berbagai faktor risiko yang ada
maka terjadi erosi pada tulang rawan dan berkurangnya cairan pada sendi
Tulang rawan sendiri berfungsi untuk meredam getar antar tulang Tulang
rawan terdiri atas jaringan lunak kolagen yang berfungsi untuk menguatkan
18
17
sendi proteoglikan yang membuat jaringan tersebut elastis dan air (70
bagian) yang menjadi bantalan pelumas dan pemberi nutrisi910
Kondrosit adalah sel yang tugasnya membentuk proteoglikan dan
kolagen pada rawan sendi Osteoartritis terjadi akibat kondrosit gagal
mensintesis matriks yang berkualitas dan memelihara keseimbangan antara
degradasi dan sintesis matriks ekstraseluler termasuk produksi kolagen tipe I
III VI dan X yang berlebihan dan sintesis proteoglikan yang pendek Hal
tersebut menyebabkan terjadi perubahan pada diameter dan orientasi dari serat
kolagen yang mengubah biomekanik dari tulang rawan sehingga tulang rawan
sendi kehilangan sifat kompresibilitasnya yang unik9
Selain kondrosit sinoviosit juga berperan pada patogenesis OA
terutama setelah terjadi sinovitis yang menyebabkan nyeri dan perasaan tidak
nyaman Sinoviosit yang mengalami peradangan akan menghasilkan Matrix
Metalloproteinases (MMPs) dan berbagai sitokin yang akan dilepaskan ke
dalam rongga sendi dan merusak matriks rawan sendi serta mengaktifkan
kondrosit Pada akhirnya tulang subkondral juga akan ikut berperan dimana
osteoblas akan terangsang dan menghasilkan enzim proteolitik 910
Agrekanase merupakan enzim yang akan memecah proteoglikan di
dalam matriks rawan sendi yang disebut agrekan Ada dua tipe agrekanase
yaitu agrekanase 1 (ADAMTs-4) dan agrekanase 2 (ADAMTs-11) MMPs
diproduksi oleh kondrosit kemudian diaktifkan melalui kaskade yang
melibatkan proteinase serin (aktivator plasminogen plamsinogen plasmin)
radikal bebas dan beberapa MMPs tipe membran Kaskade enzimatik ini
dikontrol oleh berbagai inhibitor termasuk TIMPs dan inhibitor aktifator
plasminogen Enzim lain yang turut berperan merusak kolagen tipe II dan
proteoglikan adalah katepsin yang bekerja pada pH rendah termasuk
proteinase aspartat (katepsin D) dan proteinase sistein (katepsin B H K L
dan S) yang disimpam di dalam lisosom kondrosit Hialuronidase tidak
terdapat di dalam rawan sendi tetapi glikosidase lain turut berperan merusak
proteoglikan10
19
Berbagai sitokin turut berperan merangsang kondrosit dalam
menghasilkan enzim perusak rawan sendi Sitokin-sitokin pro-inflamasi akan
melekat pada reseptor di permukaan kondrosit dan sinoviosit dan
menyebabkan transkripsi gene MMP sehingga produksi enzim tersebut
meningkat Sitokin yang terpenting adalah IL-1 selain sebagai sitokin
pengatur (IL-6 IL-8 LIFI) dan sitokin inhibitor (IL-4 IL-10 IL-13 dan IFN-
γ) Sitokin inhibitor ini bersama IL-Ira dapat menghambat sekresi berbagai
MMPs dan meningkatkan sekresi TIMPs Selain itu IL-4 dan IL-13 juga
dapat melawan efek metabolik IL-1 IL-1 juga berperan menurunkan sintesis
kolagen tipe II dan IX dan meningkatkan sintesis kolagen tipe I dan III
sehingga menghasilkan matriks rawan sendi yang berkualitas buruk 910
IV Klasifikasi Osteoartritis
OA dapat terjadi secara primer (idiopatik) maupun sekunder seperti
yang tercantum di bawah ini 19
IDIOPATIK SEKUNDER
20
SetempatTangan- nodus Heberden dan Bouchard (nodal)- artritis erosif interfalang- karpal-metakarpal IKaki - haluks valgus- haluks rigidus- jari kontraktur (hammercock-up toes)- talonavikulareCoxae- eksentrik (superior)- konsentrik (aksial medial)- difus (koksa senilis)Vertebra- sendi apofiseal- sendi intervertebral- spondilosis (osteofit)- ligamentum (hiperostosis penyakit Forestier diffuse idiopathic skeletal hyperostosis=DISH)Tempat lainnya- glenohumeral- akromioklavikular- tibiotalar- sakroiliaka- temporomandibularMenyeluruhMeliputi 3 atau lebih daerah yang tersebut diatas (Kellgren-Moore)
Traumaminus akutminus kronik (okupasional port)Kongenital atau developmentalGangguan setempatminus Penyakit Leg-Calve-Perthesminus Dislokasi koksa kongenitalminus Slipped epiphysisFaktor mekanikminus Panjang tungkai tidak samaminus Deformitas valgus varusminus Sindroma hipermobilitasMetabolikminus Okronosis (alkaptonuria)minus Hemokromatosisminus Penyakit Wilsonminus Penyakit GaucherEndokrinminus Akromegaliminus Hiperparatiroidismeminus Diabetes melitusminus Obesitasminus HipotiroidismePenyakit Deposit Kalsiumminus Deposit kalsium pirofosfat dihidratminus Artropati hidroksiapatitPenyakit Tulang dan Sendi lainnya Setempatminus FrakturminusNekrosis avaskular
Tabel 21 Osteoartritis Idiopatik dan Sekunder
V Manifestasi Klinis 15
1 Nyeri sendi
Terutama bila sendi bergerak atau menanggung beban yang akan
berkurang bila penderita beristirahat
21
2 Kaku pada pagi hari (morning stiffness)
Kekakuan pada sendi yang terserang terjadi setelah imobilisasi yang
cukup lama (gel phenomenon) bahkan sering disebutkan kaku muncul
pada pagi hari setelah bangun tidur (morning stiffness)
3 Hambatan pergerakan sendi
Hambatan pergerakan sendi ini bersifat progresif lambat bertambah
berat secara perlahan sejalan dengan bertambahnya nyeri pada sendi
4 Krepitasi
Rasa gemeretak (seringkali sampai terdengar) yang terjadi pada sendi
yang sakit
5 Perubahan bentuk sendi
Sendi yang mengalami osteoarthritis biasanya mengalami perubahan
berupa perubahan bentuk dan penyempitan pada celah sendi
6 Perubahan gaya berjalan
Hal yang paling meresahkan pasien adalah perubahan gaya berjalan
hampir semua pasien osteoarthritis pada pergelangan kaki lutut dan
panggul mengalami perubahan gaya berjalan (pincang)
VI Faktor Risiko Osteoartritis Lutut (Genu)
Secara garis besar terdapat dua pembagian faktor risiko OA lutut yaitu
faktor predisposisi dan faktor biomekanis
1 Faktor Predisposisi
a Faktor Demografi
1) Umur
Dari semua faktor risiko untuk timbulnya osteoartritis faktor
ketuaan adalah yang terkuat Proses penuaan dianggap sebagai
penyebab peningkatan kelemahan di sekitar sendi penurunan
kelenturan sendi kalsifikasi tulang rawan dan menurunkan
fungsi kondrosit yang semuanya mendukung terjadinya OA
Studi Framingham menunjukkan bahwa 27 orang berusia 63 ndash
22
70 tahun memiliki bukti radiografik menderita OA lutut yang
meningkat mencapai 40 pada usia 80 tahun atau lebih7
2) Jenis kelamin
Prevalensi OA pada laki-laki sebelum usia 50 tahun lebih tinggi
dibandingkan perempuan tetapi setelah usia lebih dari 50 tahun
prevalensi perempuan lebih tinggi menderita OA dibandingkan
laki-laki Hal ini dikaitkan dengan pengurangan hormon
estrogen yang signifikan pada wanita8
3) Ras Etnis
Prevalensi OA lutut pada penderita di negara Eropa dan
Amerika tidak berbeda sedangkan suatu penelitian
membuktikan bahwa ras Afrika ndash Amerika memiliki risiko
menderita OA lutut 2 kali lebih besar dibandingkan ras
Kaukasia Penduduk Asia juga memiliki risiko menderita OA
lutut lebih tinggi dibandingkan Kaukasia1011 Suatu studi lain
menyimpulkan bahwa populasi kulit berwarna lebih banyak
terserang OA dibandingkan kulit putih9
b Faktor Genetik
Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoartritis Adanya
mutasi dalam gen prokolagen atau gen-gen struktural lain untuk
unsur-unsur tulang rawan sendi seperti kolagen proteoglikan
berperan dalam timbulnya kecenderungan familial pada
osteoartritis10
c Faktor Gaya Hidup
1) Kebiasaan Merokok
Merokok dapat merusak sel dan menghambat proliferasi sel
tulang rawan sendi
Merokok dapat meningkatkan tekanan oksidan yang
mempengaruhi hilangnya tulang rawan
23
Merokok dapat meningkatkan kandungan karbonmonoksida
dalam darah menyebabkan jaringan kekurangan oksigen
dan dapat menghambat pembentukan tulang rawan12
2) Konsumsi Vitamin D
Orang yang tidak biasa mengkonsumsi makanan yang
mengandung vitamin D memiliki peningkatan risiko 3 kali lipat
menderita OA lutut13
d Faktor Metabolik
1) Obesitas
Berat badan yang berlebih ternyata dapat meningkatkan tekanan
mekanik pada sendi penahan beban tubuh dan lebih sering
menyebabkan osteoartritis lutut7
2) Osteoporosis
Hubungan antara OA lutut dan osteoporosis mendukung teori
bahwa gerakan mekanis yang abnormal tulang akan
mempercepat kerusakan tulang rawan sendi10
3) Penyakit Lain
OA lutut terbukti berhubungan dengan diabetes mellitus
hipertensi dan hiperurikemi dengan catatan pasien tidak
mengalami obesitas10
4) Histerktomi
Hal ini diduga berkaitan dengan pengurangan produksi hormon
estrogen setelah dilakukan pengangkatan rahim 10
5) Manisektomi
Menisektomi merupakan operasi yang dilakukan di daerah lutut
dan telah diidentifikasi sebagai faktor risiko penting bagi OA
lutut Hal ini berkaitan dengan hilangnya jaringan meniscus14
2 Faktor Biomekanis
a Riwayat Trauma Lutut
24
Trauma lutut yang akut termasuk robekan pada ligamentum
krusiatum dan meniskus merupakan faktor risiko timbulnya OA
lutut9
b Kelainan Anatomis
Faktor risiko timbulnya OA lutut antara lain kelainan lokal pada
sendi lutut seperti genu varum genu valgus Legg ndash Calve ndashPerthes
disease dan displasia asetabulum10
c Pekerjaan
Osteoartritis banyak ditemukan pada pekerja fisik berat terutama
yang banyak menggunakan kekuatan yang bertumpu pada lutut
(petani kuli dll)9
d Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik berat seperti berdiri lama (2 jam atau lebih setiap
hari) berjalan jarak jauh (2 jam atau lebih setiap hari) mengangkat
barang berat (10 kg ndash 50 kg selama 10 kali atau lebih setiap
minggu) mendorong objek yang berat (10 kg ndash 50 kg selama 10
kali atau lebih setiap minggu) naik turun tangga setiap hari
merupakan faktor risiko OA lutut 9
e Kebiasaan Olahraga
Atlit olah raga benturan keras dan membebani lutut seperti sepak
bola lari maraton dan kung fu memiliki risiko meningkat untuk
menderita OA lutut10
VII Kriteria Diagnosis Osteoartritis Lutut (Genu)
25
Kriteria diagnosis OA lutut menggunakan kriteria klasifikasi American
College of Rheumatology seperti tercantum pada tabel berikut ini 16
Tabel 22 Kriteria Klasifikasi Osteoartritis Lutut
Derajat osteoartritis lutut dinilai menjadi lima derajat oleh Kellgren dan
Lawrence yaitu 17
- Derajat 0 tidak ada gambaran osteoartritis
- Derajat 1 osteoartritis meragukan dengan gambaran sendi normal tetapi
terdapat osteofit minimal
- Derajat 2 osteoartritis minimal dengan osteofit pada 2 tempat tidak terdapat
sklerosis dan kista subkondral serta celah sendi baik
- Derajat 3 osteoartritis moderat dengan osteofit moderat deformitas ujung
tulang dan celah sendi sempit
- Derajat 4 osteoartritis berat dengan osteofit besar deformitas ujung tulang
celah sendi hilang serta adanyasklerosis dan kista subkondral
26
VIIIPenatalaksanaan Osteoarthritis
Tujuan penatalaksanaan pasien dengan osteoarthritis adalah18
1 Meredakan nyeri
2 Mengoptimalkan fungsi sendi
3 Mengurangi ketergantungan kepada orang lain dan meningkatkan
kualitas hidup
4 Menghambat progresivitas penyakit
5 Mencegah terjadinya komplikasi
Pilar terapi pada pasien dengan osteoarthritis yaitu
Nonfarmakologis
1 Modifikasi pola hidup
2 Edukasi
3 Istirahat teratur yang bertujuan mengurangi penggunaan beban pada
sendi
4 Modifikasi aktivitas
5 Menurunkan berat badan
6 Rehabilitasi medik fisioterapi
a Latihan statis dan memperkuat otot-otot
b Fisioterapi yang berguna untuk mengurangi nyeri menguatkan otot
dan menambah luas pergerakan sendi
7 Penggunaan alat bantu
Farmakologis
1 Sistemik
a Analgetik
Non narkotik parasetamol
Opioid (kodein tramadol)
b Antiinflamasi nonsteroid (NSAIDs)
Oral
Injeksi
Suppositoria
27
c DMOADs (disease modifying OA drugs)
Diantara nutraceutical yang saat ini tersedia di Indonesia adalah
Glucosamine sulfate dan Chondroitine sulfate
2 Topikal
a Krim rubefacients dan capsaicin
Beberapa sediaan telah tersedia di Indonesia dengan cara kerja pada
umumnya bersifat counter irritant
b Krim NSAIDs
Beberapa yang dapat digunakan adalah gel piroxicam dan sodium
diklofenak
3 Injeksi intraartikularintra lesi
Pada dasarnya ada 2 indikasi suntikan intra artikular yakni penanganan
simtomatik dengan steroid dan viskosuplementasi dengan hyaluronan
untuk modifikasi perjalanan penyakit Beberapa preparat injeksi
intraartikular diantaranya
a Steroid ( triamsinolone hexacetonide dan methyl prednisolone )
Hanya diberikan jika ada satu atau dua sendi yang mengalami
nyeri dan inflamasi yang kurang responsif terhadap pemberian
NSAIDs tak dapat mentolerir NSAIDs atau ada komorbiditas yang
merupakan kontra indikasi terhadap pemberian NSAIDs
Dosis untuk sendi besar seperti lutut 40-50 mginjeksi
sedangkan untuk sendi-sendi kecil biasanya digunakan dosis 10 mg
b Hyaluronan high molecular weight dan low molecular weight
Diberikan berturut-turut 5 sampai 6 kali dengan interval satu
minggu masing-masing 2 sampai 25 ml Hyaluronan Sediaan di
Indonesia diantaranya adalah Hyalgan dan Osflex
4 Pembedahan
Sebelum diputuskan untuk terapi pembedahan harus dipertimbangkan
terlebih dahulu risiko dan keuntungannya Pertimbangan dilakukan
tindakan operatif bila
28
a Deformitas menimbulkan gangguan mobilisasi
b Nyeri yang tidak dapat teratasi dengan penganan medikamentosa
dan rehabilitatif
Ada 2 tipe terapi pembedahan Realignment osteotomi dan replacement
joint
Macam-macam operasi sendi lutut untuk osteoarthritis
a Partial replacementunicompartemental
b High tibial osteotomy orang muda
c Patella amp condyle resurfacing
d Minimally constrained total replacement stabilitas sendi dilakukan
sebagian oleh ligament asli dan sebagian oleh sendi buatan
e Cinstrained joint fixed hinges dipakai bila ada tulang hilang dan
severe instability
f Total knee replacement apabila didapatkan nyeri deformitas
instability akibat dari rheumatoid atau osteoarthritis
29
Gambar 21 Piramida Penatalaksanaan Osteoartritis
BAB III
DISKUSI DAN PEMBAHASAN
OA adalah penyakit degenerasi kartilago artikuler yang berlangsung secara
perlahan dan ditandai dengan nyeri sendi kekakuan dan keterbatasan gerak yang
berkembang secara progresif Tanda-tanda tersebut ditemukan pada penderita ini
Berdasarkan etiologinya OA diklasifikasikan menjadi dua yaitu OA
primer dan OA sekunder OA primer disebut juga OA idiopatik yaitu OA yang
kausanya tidak diketahui dan tidak ada hubungannya dengan penyakit sistemik
maupun proses perubahan lokal pada sendi OA sekunder adalah OA yang
didasari oleh adanya kelainan endokrin trauma inflamasi metabolik
pertumbuhan herediter jejas mikro dan makro serta imobilisasi yang terlalu lama
faktor mekanik penyakit deposit kalsium penyakit tulang dan sendi lainnya serta
neuropatik endemik Beberapa faktor risiko yang diketahui berhubungan dengan
penyakit OA diantaranya faktor risiko umum yang penting seperti kegemukan
faktor genetik dan jenis kelamin serta beberapa faktor risiko lain seperti usia lebih
dari 40 tahun suku bangsa cedera sendi pekerjaan olahraga kelainan
pertumbuhan kepadatan tulang dan lain-lain Pada penderita ini berdasarkan
30
anamnesis riwayat sosialnya penderita adalah seorang wanita berusia 75 tahun
yang meskipun tidak melakukan pekerjaan yang berat tetapi dirinya tetap
menjalankan pekerjaan rumah tangga (sebelum sakit) yang notabene banyak
menggunakan sendi lutut Selain itu dari pemeriksaan fisik penderita ini juga
mengalami kegemukan Kondisi-kondisi pada penderita ini merupakan faktor
risiko sekunder terjadinya OA Jadi dapat disimpulkan bahwa penyebab OA pada
penderita ini bukan termasuk faktor risiko OA primer
Penderita datang dengan keluhan nyeri pada kedua sendi lutut sejak plusmn 1
tahun SMRS dan puncaknya 2 hari SMRS dimana penderita sudah tidak bisa
berjalan lagi Nyeri sendi merupakan keluhan yang umum terjadi pada penyakit
reumatik seperti artritis gout OA keganasan reumatik septik dan lain
sebagainya Pada penderita ini nyeri terlokalisir pada lutut tanpa adanya nyeri
pada sendi yang lain nyeri bertambah saat melakukan gerakan (seperti berjalan)
dan berkurang apabila beristirahat Tidak ada demam Nyeri tidak menetap
sepanjang hari Nyeri seperti ini biasanya ditemukan pada OA
Penderita juga mengeluh kaku sendi Kaku sendi dirasakan penderita pada
pagi hari Keadaan ini biasanya disebabkan oleh desakan cairan yang berada di
sekitar jaringan yang mengalami inflamasi (kapsul sendi sinovial atau bursa)
Kaku sendi makin nyata pada pagi hari atau setelah istirahat Setelah digerak-
gerakkan cairan akan menyebar dari jaringan yang mengalami inflamasi sehingga
penderita merasa terlepas dari ikatan dan bisa menggerakkan sendinya kembali
Lama kaku sendi pada OA adalah kurang dari 30 menit sedangkan pada AR
minimal satu jam Pada penderita ini kaku sendi juga dirasakan pada pagi hari
selama plusmn 20-30 menit dan menghilang dengan sendirinya bila penderita
menggerakkan kakinya dengan beraktivitas seperti biasa Hal ini sesuai untuk
mendukung keluhan pada penderita OA
Penderita juga mengalami bengkak pada kedua lutut Bengkak dirasakan
oleh penderita sejak 6 bulan SMRS Sendi yang membengkak bisa disebabkan
oleh penonjolan tulang sinovitis efusi dan karena adanya osteofit yang dapat
mengubah permukaan sendi Pada penderita ditemukan osteofit pada pemeriksaan
rontgent
31
29
Pemeriksaan fisik lokalis pada kedua sendi lutut didapatkan pada
inspeksi didapatkan pembesaran bengkak pada kedua sendi lutut dengan tidak
ada perubahan warna kulit Palpasi pada kedua sendi lutut didapatkan nyeri tekan
dan pada perabaan dirasakan hangat Pemeriksaan gerak sendi didapat
keterbatasan gerak fleksi yaitu hanya dapat mengerakkan lutut sebesar 60deg
Hambatan gerak terutama disebabkan oleh adanya remodelling osteofit penebalan
kapsul dan juga adanya efusi Pada auskultasi sendi lutut penderita ditemukan
adanya krepitasi dimana terdengar suara gemeretak ldquokretek-kretekrdquo seperti suara
krupuk yang diremukkan Gejala ini mungkin disebabkan karena gesekan kedua
permukaan tulang sendi yang irregular pada saat sendi digerakkan ataupun secara
pasif dimanipulasi
Pemeriksaan radiologis pada penderita ini didapatkan adanya gambaran
berupa penyempitan sendi dan osteofit pada pinggir sendi Menipisnya rawan
sendi diawali dengan retak dan terbelahnya permukaan sendi di beberapa tempat
yang kemudian menyatu dan disebut sebagai fibrilasi Di lain pihak pada tulang
akan terjadi pula perubahan sebagai reaksi tubuh untuk memperbaiki kerusakan
Perubahan itu adalah penebalan tulang subkondral dan pembentukan osteofit
marginal disusul kemudian dengan perubahan komposisi molekular dan struktur
tulang Penipisan kartilago sendi akibat proses degeneratif memberi gambaran
penyempitan celah sendi yang tidak simetris pada foto polos radiologi Fungsi
kartilago sendi berkurang bahkan menghilang mengakibatkan beban stres di
daerah subkhondral bertambah Beberapa subkhondral tersebut dapat diamati pada
poto polos radiologi berupa pembentukan osteofit sklerotik subkhondral maupun
pembentukan kista subkhondral Pada penderita ini ditemukan adanya
pembentukan osteofit pada condylus lateralis dan medialis os tibio femoralis
Pada OA anamnesa (gejala klinis) pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
radiologi sudah dapat menunjang penegakan diagnosis Hasil pemeriksaan
laboratorium pada OA biasanya tidak banyak berguna Darah tepi (Hb Leukosit
dan LED) dalam batas normal kecuali OA generalisata yang harus dibedakan
dengan arthritis peradangan Pada OA yang disertai peradangan mungkin
didapatkan penurunan viskositas pleositosis sedang hingga ringan serta
32
peningkatan ringan sel radang (lt8000m) gt1 Pada penderita ini dilakukan
pemeriksaan laboratorium darah lengkap kimia darah dan urin lengkap karena
pemeriksaan tersebut merupakan pemeriksaan rutin Dari hasil pemeriksaan
laboratorium pada penderita ini tidak ditemukan adanya kelainan
Diagnosis OA sudah bisa ditegakkan secara klinis dengan memakai
kriteria OA yang dibuat oleh Subcommittee American College of Rheumatology
(ACR) Kriteria OA lutut secara klinis laboratorium dan radiologis adalah adanya
nyeri lutut osteofit dan salah satu dari tanda berikut yaitu usia lebih dari 50
tahun kaku sendi kurang dari 30 menit atau adanya krepitus Pada penderita ini
wanita berusia 75 tahun ditemukan memiliki keluhan nyeri kedua sendi lutut
terdapat kaku sendi selama 20-30 menit terdapat krepitus dan pada pemeriksaan
radiologi ditemukan adanya osteofit
Pengelolaan penderita dengan OA bertujuan untuk menghilangkan
keluhan mengoptimalkan fungsi sendi mengurangi ketergantungan dan
meningkatkan kualitas hidup menghambat progresivitas penyakit dan mencegah
komplikasi Pilar terapi OA non farmakologis (edukasi terapi fisik
dietpenurunan berat badan) farmakologis (analgetik kortikosteroid lokal
sistemik kondroprotektif dan biologik) dan pembedahan
Edukasi sangat penting bagi semua pasien OA Dua hal yang menjadi
tujuan edukasi adalah bagaimana mengatasi nyeri dan disabilitas Pemberian
edukasi pada penderita ini sangat penting karena dengan edukasi diharapkan
pengetahuan penderita mengenai penyakit OA menjadi meningkat dan pengobatan
menjadi lebih mudah serta dapat diajak bersama-sama untuk mencegah kerusakan
organ sendi lebih lanjut Edukasi yang diberikan pada penderita ini yaitu
memberikan pengertian bahwa OA adalah penyakit yang kronik sehingga perlu
dipahami bahwa mungkin dalam derajat tertentu akan tetap ada rasa nyeri kaku
dan keterbatasan gerak serta fungsi Selain itu agar rasa nyeri dapat berkurang
maka penderita hendaknya mengurangi aktivitaspekerjaannya sehingga tidak
terlalu banyak menggunakan sendi lutut dan lebih banyak beristirahat Penderita
juga disarankan untuk kembali kontrol sehingga dapat diketahui apakah
33
penyakitnya sudah membaik atau ternyata ada efek samping akibat obat yang
diberikan
Terapi fisik bertujuan untuk melatih penderita agar persendiannya tetap
dapat dipakai dan melatih penderita untuk melindungi sendi yang sakit Pada
penderita ini dianjurkan untuk berolah raga tapi olah raga yang memperberat
sendi sebaiknya dihindari seperti lari atau joging Hal ini dikarenakan dapat
menambah inflamasi meningkatkan tekanan intraartikular bila ada efusi sendi dan
bahkan bisa menyebabkan robekan kapsul sendi Untuk mencegah risiko
terjadinya kecacatan pada sendi sebaiknya dilakukan olah raga peregangan otot
seperti mQuadrisep femoris dengan peregangan otot diharapkan dapat membantu
dalam peningkatan fungsi sendi secara keseluruhan dan mengurangi nyeri Pada
penderita ini disarankan untuk senam lantai 3 kali seminggu dimana pasien
mengambil posisi terlentang sambil meregangkan lututnya dengan cara
mengangkat kaki dan secara perlahan menekuk dan meluruskan lututnya Olah
raga ini sangat mudah dilakukan apalagi mengingat usia penderita yang sudah
mencapai 75 tahun
Diet bertujuan untuk menurunkan berat badan pada penderita OA yang
gemuk Hal ini sebaiknya menjadi program utama pengobatan OA Penurunan
berat badan seringkali dapat mengurangi keluhan dan peradangan Selain itu
obesitas juga dapat meningkatkan risiko progresifitas dari OA Pada penderita ini
disarankan untuk mengurangi berat badan dengan mengatur diet rendah kalori
sampai mungkin mendekati berat badan ideal Dimana prinsipnya adalah
mengurangi kalori yang masuk dibawah energi yang dibutuhkan Penurunan
energi intake yang aman dianjurkan pemberian defisit energi antara 500-1000
kalori perhari sehingga diharapkan akan terjadi pembakaran lemak tubuh dan
penurunan berat badan 05 ndash 1 kg per minggu Biasanya intake energi diberikan
1200-1300 kal per hari dan paling rendah 800 kal per hari Formula yang dapat
digunakan untuk kebutuhan energi berdasarkan berat badan adalah 22kalkgBB
aktualhari dengan cara ini didapatkan defisit energi 1000 kalhari Pada penderita
ini dianjurkan untuk diet 1400 kal perhari agar mencapai BB idealnya yakni
setidaknya mencapai 55 kg Namun cara ini juga memerlukan kehati ndash hatian
34
dikarenakan usia penderita dan daya tahan tubuhnya yang memang sudah tidak
mendukung untuk melakukan usaha diit
Terapi farmakologis pada penderita OA biasanya bersifat simptomatis
Pada tahap awal dapat dicoba analgetik sederhana seperti asetaminofen atau
salisilat Bila tidak ada perbaikan dapat diberikan obat anti inflamasi non steroid
Untuk mengurangi keluhan nyeri pada penderita ini telah diberikan pengobatan
langsung dengan obat anti inflamasi non steroid seperti Na-diklofenak dengan
dosis 3times50 mg tanpa menggunakan obat lini pertama Hal ini dikarenakan keluhan
pada penderita ini sudah cukup berat ditambah pula adanya bengkak dan rasa
hangat di lutut yang tidak hilang dengan obat analgetik sederhana ( seperti yang
biasa dikonsumsi penderita) Na-diklofenak merupakan obat golongan OAINS
COX-1 inhibitor yang non-selektif dimana obat ini diberikan pada penderita
karena tidak terdapat riwayat pernah menderita gangguan gastrointestinal Namun
mengingat usia penderita yang memang sudah lanjut maka penderita juga
diberikan obat pelapis lambung untuk menjaga kondisi saluran pencernaannya Di
sini penderita diberikan obat golongan PPI (Omeprazole 2 x 20 mg) Setelah
dievaluasi beberapa hari ternyata keluhan nyeri dan bengkak pada penderita tidak
kunjung ada perubahan maka ditambahkan pula obat steroid injeksi dimana
pilihannya adalah InjTriamcinolon 1 Amp24 jam (Inj Flamicort) Selain itu
pasien juga dikonsulkan ke spesialis rehabilitasi medis untuk dilakukan
fisioterapi
Terapi pembedahan Terapi ini diberikan apabila terapi farmakologis dan
rehabilitasi tidak berhasil untuk mengurangi rasa sakit dan juga untuk melakukan
koreksi apabila terjadi deformitas yang menimbulkan gangguan mobilisasi sendi
yang mengganggu aktifitas sehari-hari Pada penderita ini tidak sampai dilakukan
terapi pembedahan
35
DAFTAR PUSTAKA
1 Soeroso J Isbagio H Kalim H Broto R Pramudiyo R Osteoartritis In
Sudoyo AW Setiyohadi B Alwi I Simadibrata M Setiati S editors Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam 4th ed Jakarta Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit
Dalam Fakultas Kedokteran Indonesia 2006 p 1195-201
2 Osteoarthritis Wikipedia The Free Encyclopedia [serial on the internet]
2009 [cited 2009 Sep 1] Available from
httpenwikipediaorgwikiOsteoarthritis
3 Reginster JY The Prevalence and Burden of Osteoarthritis Rheumatology
2002 41 (suppl 1) 3 ndash 6
4 Wibowo Dhidik Tri Kurniawan Yusuf Latifah Tati Gunadi Rachmat
Perancangan dan Implementasi Sistem Bantu Diagnosis Penyakit
Osteoartritis dan Reumatoid Artritis Melalui Deteksi Penyempitan Celah
Sendi pada Citra X-Ray Tangan dan Lutut Dalam Temu Ilmiah
Reumatologi Jakarta 2003 168 ndash 172
5 Konggres Nasional Ikatan Reumatologi Indonesia VI httppemda-
diygoidberita 2005 102140
36
6 Arthritis Research Campaign 2000 Available at
httpwwwarcorgukabout_arthastatshtm
7 Felson DT Zhang Y Hannan MT et al The Incidence and Natural
History of Knee Osteoarthritis in the Elderly The Framingham
Osteoarthritis Study Arthritis Rheumatology 1995 38 1500 ndash 1505
8 Felson DT Zhang Y An Update on the Epidemiology of Knee and Hip
Osteoarthritis with a View to Prevention Arthritis Rheumatology 1998
41 1343 ndash 1355
9 Setiyohadi Bambang Osteoartritis Selayang Pandang Dalam Temu Ilmiah
Reumatologi Jakarta 2003 27 ndash 31
10 Klippel John H Dieppe Paul A Brooks Peter et al Osteoarthritis In
Rheumatology United Kingdom Mosby ndash Year Book Europe Limited
1994 21 ndash 106
11 Abbate L Renner JB Stevens J et al Do Body Composition and Body Fat
Distribution Explain Ethnic Differences in Radiographic Knee
Osteoarthritis Outcomes in African -American and Caucasian Women The
North American Association for the Study of Obesity 2006 14 1274 ndash
1281
12 Amin Niu Jingbo Hunter David et al Smoking Worsens Knee
Osteoarthritis News Center Oklahoma City Oklahoma USA 2006 1 ndash 4
13 McAlindon Timothy E Felson David T Zhang Yuqing et al Relation of
Dietary Intake and Serum Levels of Vitamin D to Progression of
Osteoarthritis of the Knee Among Participants in the Framingham Study
14 Englund M and Lohmander LS Patellofemoral Osteoarthritis Coexistent
with Tibiofemoral Osteoarthritis in a Meniscectomy Population Annals of
the Rheumatic Diseases 2005 64 1721 ndash 1726
15 Carter MA Osteoartritis In Price SA Wilson LM Patofisiologi konsep
klinis proses-proses penyakit 6th ed Jakarta EGC 2006 p 1380-4
16 Altman RD Criteria for the Classification of Osteoarthritis Journal of
Rheumatology 1991 27 (suppl) 10 ndash 12
37
17 Milne AD Evans NA Stanish WD Nonoperative Management of Knee
Osteoarthritis In Hartono IM Studi komparasi antara WOMAC index
dengan Kellgren-Lawrence grading system pada penderita osteoarthritis
genu [PPDS1 thesis] Semarang Medical Faculty Diponegoro University
2007 p 12
18 Haq I Murphy E Dacre J Osteoarthritis Review Postgrad Med J 2003
79 377 ndash 383
19 Anonim [1986] Criteria for classification of idiopathic osteoarthtritis (OA)
of the knee American College of Rheumatology [serial on the internet]
2010 [cited 2010 Jan 20] Available from
httpwwwrheumatologyorgpublicationsclassificationoakneeasp
aud=mem
38
- BAB I
- ILUSTRASI KASUS
- 1 Pemeriksaan EKG
- X ndash Ray Pelvis AP
- BAB III
- DISKUSI DAN PEMBAHASAN
-
e Ekstremitas
1) Ekstremitas superior
Dekstra
Pergerakan motorik dalam batas normal tanda-tanda inflamasi
(-) oedem (-) eritem (-) CRT lt 3 detik clubbing finger (-)
kuku nekrosis (-) akral hangat (+) deformitas (-)
Sinistra
Pergerakan motorik dalam batas normal tanda-tanda inflamasi
(-) oedem (-) eritem (-) CRT lt 3 detik clubbing finger (-)
kuku nekrosis (-) akral hangat (+) deformitas (-)
2) Ekstremitas inferior
Dekstra
Pergerakan motorik sendi lutut terbatas (+) tanda-tanda
inflamasi sendi lutut (+) oedem sendi lutut (+) deformitas
sendi lutut (+) krepitasi sendi lutut (+) nyeri gerak dan
tekan (+) hiperemi (-) kuku nekrosis (-) akral hangat (+)
Sinistra
Pergerakan motorik sendi lutut terbatas (+) tanda-tanda
inflamasi sendi lutut (+) oedem sendi lutut (+) deformitas
sendi lutut (+) krepitasi sendi lutut (+) nyeri gerak dan
tekan(+) hiperemi (-) kuku nekrosis (-) akral hangat (+)
8
Genu Dekstra Genu Sinistra
IV PEMERIKSAAN PENUNJANG
1 Pemeriksaan EKG
a Frekuensi 87xmenit saat pertama kali masuk RS ritme reguler
b Jenis irama Sinus
c Zona transisi V6
d Aksis Lead II (+) aVL (+)
e Morfologi gelombang
1) Gelombang P selalu diikuti gelombang QRS dan T
2) Interval PR 012 detik
3) Gelombang QRS 010 detik
4) Elevasi ST (-)
5) Depresi ST (-)
6) Gelombang T inverted di Lead II III aVF dan V1 ndash V3
9
2 Laboratorium Darah dan Urin (tanggal 2 dan 3 Februari 2014)
Keterangan 02022014 03022014 SatuanNilai
RujukanHematologi rutinHemoglobin 118 - gdl 115-16
Hematokrit 369 - 35-49
Leukosit 83 - 10sup3microl 40-11Trombosit 297 - 10sup3microl 150-440Eritrosit 505 - 10⁶microl 38-52
Indeks eritrosit
MCV 731 - fl 82-95MCH 233 - pg 27-31MCHC 319 - gdl 32-36RDW 185 - 116-148
Hitung jenis
Granulosit 732 (H) - 50-70Limfosit 170 (L) - 20-40Monosit 98 (H) - 2-8
Kimia Ginjal
Ureum - 16 mgdL 10-45Creatinin - 073 mgdL 05-11
Asam Urat - 60 mgdL 24-60
GDS 199 - mgdL lt 200
Kimia Profil Lipid
Kolesterol Total - 199 mgdL lt200HDL Kolesterol - 35 (L) mgdL gt40LDL Kolesterol - 1348 (H) mgdL lt 130Trigliserid - 146 mgdL 35-160
URIN RUTIN 03022014 Satuan Nilai Rujukan
10
MAKROSKOPIS
Warna Kuning Kuning muda - kuning
Kekeruhan Jernih Jernih
KIMIA URINE
pH Reaksi 60 46 ndash 85Berat jenis 1015 1003 ndash 1030Protein Negatif mgdL NegatifReduksi Negatif mgdL NegatifLeukosit Esterase Negatif microL NegatifBilirubin Negatif mgdL NegatifUrobilinogen Normal mgdL NormalNitrit Negatif mgdL NegatifKeton Negatif mgdL NegatifBlood (HbEri) Negatif mgdL Negatif
MIKROSKOPIS
Leukosit Sedimen 10 ndash 15 SelLPB 0 ndash 15Eritrosit Sedimen 0 SelLPB 0 ndash 3 Epitel 5 - 10 SelLPB 0 ndash 15 Silinder Negatif LPK NegatifKristal Negatif LPB NegatifBakteri Negatif LPB NegatifJamur Negatif LPB NegatifLain - lain Negatif LPB
11
3 Foto Rontgen (tanggal 2 Februari 2014)
X ndash Ray Genu Dekstra et Sinistra
Kesan
Osteofit pada condylus lateralis dan medialis os tibia femoralis
dekstra disertai penyempitan sendi tibia femoralis lateralis dekstra
merupakan gambaran osteoarthrosis genu dekstra grade III
Osteofit pada condylus lateralis dan medialis os tibia femoralis
sinistra disertai penyempitan sendi femoro tibialis sinistra disertai
irreguler pada tulang tibia fibula sekitar sendi dan sklerotik
subcondral merupakan gambaran osteoarthosis genu sinistra grade
IV disertai osteoarthritis peradangan
12
X ndash Ray Pelvis AP
13
Kesan
Lesi opak pada cavum pelvis suspek massa DD vesikolitiasis ( usul
USG abdomen )
Tak tampak fraktur maupun dislokasi
V ASSESMENT DIAGNOSIS KERJA DAN DIAGNOSIS BANDING
1 Osteoartritis Genu Dextra et Sinistra
2 Hipertensi stage I
3 Ischemia Hearth Disease
Daftar masalah Problem AssesmentPlanning Diagnosa
Plannning Terapi (IGD)Planning
Monitoring
75 tahun Kedua kaki nyeri tidak bisa jalan (+) tidak bisa ditekuk (+) kaku riwjatuh (-)
Pmx Fisik Genu D et S ada deformitas (+) bengkak(+) krepitasi (+)
Foto x-ray genu osteoarthritis osteofit sendi genu D et S
-Deformitas Sendi-Proses Degeneratif
Osteoartritis Genu Dextra et Sinistra
- X-ray genu Dekstra et Sinistra
- Pmx Cairan synovial sendi genu
Non Farmakologi- A-B-C management ( infRL 20tpm)- Edukasi pasien- Terapi Fisik latihan gerak sendi- Fisioterapi-Penurunan berat badanFarmakologi- Inj Ranitidin 1 Amp12j- Inj Ketorolac 30mg (E)po Natrium Diklofenak 2x1 Analsik 2x1 Vit BC 1x1
-Tanda dan gejala Klinis
- TD 150100 mmHg
Gangguan hemo -dinamik
Hipertensi stage I
- EKG Foto Thorax
Non Farmakologi- Diet rendah garamFarmakologi
- Cek ulang Tekanan Darah
14
Fungsi Ginjal
- Captopril 2 x 25mg (po)- Amlodipin 1x10mg (po)
EKG Gelombang T inverted di Lead II III aVF dan V1 ndash V3
-Ateroskle- rosis-Hipoksia vaskuler
Ischemia Hearth Disease
-Cek Profil Lipid Asam Urat Enzim Jantung
Non Farmakologi-Tirah baring- O2 3-4lpmFarmakologi-ISDN 3x5mg
-Cek EKG serial 4 jam
VI POMR (Problem Oriented Medical Record)
VII FOLLOW UP
Tanggal Subjektif dan Objektif Penatalaksanaan03022014 S kaki masih nyeri jika digerakkan (+)
pegel (+) masih belum bisa berjalan pusing (-) sesak (-)KU Kesadaran Sedang composmentisVS TD 170100 mmHg RR 18 kali menit N 88 kali menit T 370CVAS 7Bengkak (+) eritem (-) ROM terbatasEKG T inverted Lead IIIII aVF amp V1-V3
O2 3lpmIVFD RL 20 tpm Captopril 3x25mgHCT 2x50mgAmlodipin 1x10mgAnalsik 3x1Natrium Diklofenak 3x1ISDN 3x5mg
15
04022014 S kaki masih nyeri jika digerakkan ditekuk (+) pasien tetap masih belum bisa duduk maupun berjalan sesak(-) pusing(-)KU Kesadaran Sedang composmentisVS TD 130100 mmHg RR 18 kali menit N 76 kali menit T 3730CVAS 7Bengkak (+) eritem (-) ROM terbatas
O2 3lpmIVFD RL 20 tpm Captopril 3x25mgHCT 2x50mgAmlodipin 1x10mgAnalsik 3x1Natrium Diklofenak 3x1ISDN 3x5mg(+) Inj Flamicort 1 Amp Omeprazole 2x1
05022014 S kaki masih nyeri jika digerakkan (+) namun pasien sudah bisa tidur miring sambil menekuk lututnya pegel (+) masih belum bisa berjalan (+)KU Kesadaran Sedang composmentisVS TD 150100 mmHg RR 18 kali menit N 86 kali menit T 370CVAS 5Bengkak (+) eritem (-) ROM terbatas
O2 3lpmIVFD RL 20 tpm Captopril 3x25mgHCT 2x50mgAmlodipin 1x10mgAnalsik 3x1Natrium Diklofenak 3x1ISDN 3x5mg(+) Inj Flamicort 1 Amp Omeprazole 2x1Co SpRM untuk Fisioterapi
pasien sudah difisioterapi (IR)06022014 S kaki masih nyeri jika digerakkan (+)
ditambah keluhan nyeri pinggang keluhan pusing sesak mual muntah disangkalKU Kesadaran Sedang composmentisVS TD 200100 mmHg RR 20 kali menit N 88 kali menit T 3630CVAS 7Bengkak (+) eritem (-) ROM terbatas
O2 3lpmIVFD RL 20 tpm Inj Flamicort 1 AmpCaptopril 3x25mgHCT 2x50mgAmlodipin 1x10mgAnalsik 3x1Natrium Diklofenak 3x1ISDN 3x5mgOmeprazole 2x1
Fisioterapi masih dilanjutkan
16
07022014 S kaki masih nyeri tapi lebih jarang pasien sudah bisa setengah duduk namun tetap dibantu keluarga sesak (-) pusing (sedikit) makan minum (+) sedikit - sedikitKU Kesadaran Sedang composmentisVS TD 200100 mmHg RR 18 kali menit N 76 kali menit T 370CVAS 5Bengkak (+) eritem (-) ROM terbatas
Pasien dan keluarga APS pulang karena persoalan biaya terapi pulang
Captopril 3x25mgHCT 2x50mgAmlodipin 1x10mgAnalsik 3x1Natrium Diklofenak 3x1ISDN 3x5mgOmeprazole 2x1(+) Clonidin 3x1 tab
VIIIPROGNOSIS
Qua ad vitam Dubia ad bonam
Qua ad functionam Dubia ad malam
Qua ad sanationam Dubia ad malam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
IDefinisi
Osteoarthritis (OA dikenal juga sebagai arthritis degeneratif penyakit
degeneratif sendi) merupakan penyakit sendi degeneratif yang mengenai
sendi-sendi penumpu berat badan dengan gambaran patologis yang berupa
kerusakan kartilago sendi dimana terjadi proses degradasi interaktif sendi
17
yang kompleks terdiri dari proses perbaikan pada kartilago tulang dan
sinovium diikuti komponen sekunder proses inflamasi12
II Epidemiologi
Osteoartritis merupakan penyakit sendi yang paling banyak ditemukan di
dunia termasuk di Indonesia Bahkan sejak tahun 2001 hingga 2010
dicanangkan sebagai dekade penyakit tulang dan sendi di seluruh dunia5
Penyakit ini menempati urutan kedua setelah penyakit kardiovaskuler sebagai
penyebab ketidakmampuan fisik Di Inggris dan Wales sekitar 13 hingga
175 juta orang mengalami gejala OA Di Amerika 1 dari 7 penduduk
menderita OA34
Di Australia pada tahun 2002 diperkirakan biaya nasional untuk OA
sebesar 1 dari GNP yaitu mencapai $Aus 2700orangtahun4 Di Indonesia
sendiri prevalensi total OA sebanyak 343 juta orang pada tahun 2002 dan
mencapai 365 juta orang pada tahun 2007 Diperkirakan 1 sampai 2 juta
orang lanjut usia di Indonesia menderita cacat karena osteoarthritis Pada
beberapa penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan terjadinya
osteoarthritis pada obesitas dan sendi penahan beban tubuh5 Dari sekian
banyak sendi yang dapat terserang OA lutut merupakan sendi yang paling
sering dijumpai terserang OA Data Arthritis Research Campaign
menunjukkan bahwa lebih dari 550 ribu orang di Inggris menderita OA lutut
yang parah dan lebih dari 80 ribu operasi replacement sendi lutut dilakukan di
Inggris pada tahun 2000 dengan biaya 405 juta Poundsterling6
III Patofisiologi Osteoartritis
Terjadinya OA tidak lepas dari banyak persendian yang ada di dalam
tubuh manusia Sebanyak 230 sendi menghubungkan 206 tulang yang
memungkinkan terjadinya gesekan Untuk melindungi tulang dari gesekan di
dalam tubuh ada tulang rawan Namun karena berbagai faktor risiko yang ada
maka terjadi erosi pada tulang rawan dan berkurangnya cairan pada sendi
Tulang rawan sendiri berfungsi untuk meredam getar antar tulang Tulang
rawan terdiri atas jaringan lunak kolagen yang berfungsi untuk menguatkan
18
17
sendi proteoglikan yang membuat jaringan tersebut elastis dan air (70
bagian) yang menjadi bantalan pelumas dan pemberi nutrisi910
Kondrosit adalah sel yang tugasnya membentuk proteoglikan dan
kolagen pada rawan sendi Osteoartritis terjadi akibat kondrosit gagal
mensintesis matriks yang berkualitas dan memelihara keseimbangan antara
degradasi dan sintesis matriks ekstraseluler termasuk produksi kolagen tipe I
III VI dan X yang berlebihan dan sintesis proteoglikan yang pendek Hal
tersebut menyebabkan terjadi perubahan pada diameter dan orientasi dari serat
kolagen yang mengubah biomekanik dari tulang rawan sehingga tulang rawan
sendi kehilangan sifat kompresibilitasnya yang unik9
Selain kondrosit sinoviosit juga berperan pada patogenesis OA
terutama setelah terjadi sinovitis yang menyebabkan nyeri dan perasaan tidak
nyaman Sinoviosit yang mengalami peradangan akan menghasilkan Matrix
Metalloproteinases (MMPs) dan berbagai sitokin yang akan dilepaskan ke
dalam rongga sendi dan merusak matriks rawan sendi serta mengaktifkan
kondrosit Pada akhirnya tulang subkondral juga akan ikut berperan dimana
osteoblas akan terangsang dan menghasilkan enzim proteolitik 910
Agrekanase merupakan enzim yang akan memecah proteoglikan di
dalam matriks rawan sendi yang disebut agrekan Ada dua tipe agrekanase
yaitu agrekanase 1 (ADAMTs-4) dan agrekanase 2 (ADAMTs-11) MMPs
diproduksi oleh kondrosit kemudian diaktifkan melalui kaskade yang
melibatkan proteinase serin (aktivator plasminogen plamsinogen plasmin)
radikal bebas dan beberapa MMPs tipe membran Kaskade enzimatik ini
dikontrol oleh berbagai inhibitor termasuk TIMPs dan inhibitor aktifator
plasminogen Enzim lain yang turut berperan merusak kolagen tipe II dan
proteoglikan adalah katepsin yang bekerja pada pH rendah termasuk
proteinase aspartat (katepsin D) dan proteinase sistein (katepsin B H K L
dan S) yang disimpam di dalam lisosom kondrosit Hialuronidase tidak
terdapat di dalam rawan sendi tetapi glikosidase lain turut berperan merusak
proteoglikan10
19
Berbagai sitokin turut berperan merangsang kondrosit dalam
menghasilkan enzim perusak rawan sendi Sitokin-sitokin pro-inflamasi akan
melekat pada reseptor di permukaan kondrosit dan sinoviosit dan
menyebabkan transkripsi gene MMP sehingga produksi enzim tersebut
meningkat Sitokin yang terpenting adalah IL-1 selain sebagai sitokin
pengatur (IL-6 IL-8 LIFI) dan sitokin inhibitor (IL-4 IL-10 IL-13 dan IFN-
γ) Sitokin inhibitor ini bersama IL-Ira dapat menghambat sekresi berbagai
MMPs dan meningkatkan sekresi TIMPs Selain itu IL-4 dan IL-13 juga
dapat melawan efek metabolik IL-1 IL-1 juga berperan menurunkan sintesis
kolagen tipe II dan IX dan meningkatkan sintesis kolagen tipe I dan III
sehingga menghasilkan matriks rawan sendi yang berkualitas buruk 910
IV Klasifikasi Osteoartritis
OA dapat terjadi secara primer (idiopatik) maupun sekunder seperti
yang tercantum di bawah ini 19
IDIOPATIK SEKUNDER
20
SetempatTangan- nodus Heberden dan Bouchard (nodal)- artritis erosif interfalang- karpal-metakarpal IKaki - haluks valgus- haluks rigidus- jari kontraktur (hammercock-up toes)- talonavikulareCoxae- eksentrik (superior)- konsentrik (aksial medial)- difus (koksa senilis)Vertebra- sendi apofiseal- sendi intervertebral- spondilosis (osteofit)- ligamentum (hiperostosis penyakit Forestier diffuse idiopathic skeletal hyperostosis=DISH)Tempat lainnya- glenohumeral- akromioklavikular- tibiotalar- sakroiliaka- temporomandibularMenyeluruhMeliputi 3 atau lebih daerah yang tersebut diatas (Kellgren-Moore)
Traumaminus akutminus kronik (okupasional port)Kongenital atau developmentalGangguan setempatminus Penyakit Leg-Calve-Perthesminus Dislokasi koksa kongenitalminus Slipped epiphysisFaktor mekanikminus Panjang tungkai tidak samaminus Deformitas valgus varusminus Sindroma hipermobilitasMetabolikminus Okronosis (alkaptonuria)minus Hemokromatosisminus Penyakit Wilsonminus Penyakit GaucherEndokrinminus Akromegaliminus Hiperparatiroidismeminus Diabetes melitusminus Obesitasminus HipotiroidismePenyakit Deposit Kalsiumminus Deposit kalsium pirofosfat dihidratminus Artropati hidroksiapatitPenyakit Tulang dan Sendi lainnya Setempatminus FrakturminusNekrosis avaskular
Tabel 21 Osteoartritis Idiopatik dan Sekunder
V Manifestasi Klinis 15
1 Nyeri sendi
Terutama bila sendi bergerak atau menanggung beban yang akan
berkurang bila penderita beristirahat
21
2 Kaku pada pagi hari (morning stiffness)
Kekakuan pada sendi yang terserang terjadi setelah imobilisasi yang
cukup lama (gel phenomenon) bahkan sering disebutkan kaku muncul
pada pagi hari setelah bangun tidur (morning stiffness)
3 Hambatan pergerakan sendi
Hambatan pergerakan sendi ini bersifat progresif lambat bertambah
berat secara perlahan sejalan dengan bertambahnya nyeri pada sendi
4 Krepitasi
Rasa gemeretak (seringkali sampai terdengar) yang terjadi pada sendi
yang sakit
5 Perubahan bentuk sendi
Sendi yang mengalami osteoarthritis biasanya mengalami perubahan
berupa perubahan bentuk dan penyempitan pada celah sendi
6 Perubahan gaya berjalan
Hal yang paling meresahkan pasien adalah perubahan gaya berjalan
hampir semua pasien osteoarthritis pada pergelangan kaki lutut dan
panggul mengalami perubahan gaya berjalan (pincang)
VI Faktor Risiko Osteoartritis Lutut (Genu)
Secara garis besar terdapat dua pembagian faktor risiko OA lutut yaitu
faktor predisposisi dan faktor biomekanis
1 Faktor Predisposisi
a Faktor Demografi
1) Umur
Dari semua faktor risiko untuk timbulnya osteoartritis faktor
ketuaan adalah yang terkuat Proses penuaan dianggap sebagai
penyebab peningkatan kelemahan di sekitar sendi penurunan
kelenturan sendi kalsifikasi tulang rawan dan menurunkan
fungsi kondrosit yang semuanya mendukung terjadinya OA
Studi Framingham menunjukkan bahwa 27 orang berusia 63 ndash
22
70 tahun memiliki bukti radiografik menderita OA lutut yang
meningkat mencapai 40 pada usia 80 tahun atau lebih7
2) Jenis kelamin
Prevalensi OA pada laki-laki sebelum usia 50 tahun lebih tinggi
dibandingkan perempuan tetapi setelah usia lebih dari 50 tahun
prevalensi perempuan lebih tinggi menderita OA dibandingkan
laki-laki Hal ini dikaitkan dengan pengurangan hormon
estrogen yang signifikan pada wanita8
3) Ras Etnis
Prevalensi OA lutut pada penderita di negara Eropa dan
Amerika tidak berbeda sedangkan suatu penelitian
membuktikan bahwa ras Afrika ndash Amerika memiliki risiko
menderita OA lutut 2 kali lebih besar dibandingkan ras
Kaukasia Penduduk Asia juga memiliki risiko menderita OA
lutut lebih tinggi dibandingkan Kaukasia1011 Suatu studi lain
menyimpulkan bahwa populasi kulit berwarna lebih banyak
terserang OA dibandingkan kulit putih9
b Faktor Genetik
Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoartritis Adanya
mutasi dalam gen prokolagen atau gen-gen struktural lain untuk
unsur-unsur tulang rawan sendi seperti kolagen proteoglikan
berperan dalam timbulnya kecenderungan familial pada
osteoartritis10
c Faktor Gaya Hidup
1) Kebiasaan Merokok
Merokok dapat merusak sel dan menghambat proliferasi sel
tulang rawan sendi
Merokok dapat meningkatkan tekanan oksidan yang
mempengaruhi hilangnya tulang rawan
23
Merokok dapat meningkatkan kandungan karbonmonoksida
dalam darah menyebabkan jaringan kekurangan oksigen
dan dapat menghambat pembentukan tulang rawan12
2) Konsumsi Vitamin D
Orang yang tidak biasa mengkonsumsi makanan yang
mengandung vitamin D memiliki peningkatan risiko 3 kali lipat
menderita OA lutut13
d Faktor Metabolik
1) Obesitas
Berat badan yang berlebih ternyata dapat meningkatkan tekanan
mekanik pada sendi penahan beban tubuh dan lebih sering
menyebabkan osteoartritis lutut7
2) Osteoporosis
Hubungan antara OA lutut dan osteoporosis mendukung teori
bahwa gerakan mekanis yang abnormal tulang akan
mempercepat kerusakan tulang rawan sendi10
3) Penyakit Lain
OA lutut terbukti berhubungan dengan diabetes mellitus
hipertensi dan hiperurikemi dengan catatan pasien tidak
mengalami obesitas10
4) Histerktomi
Hal ini diduga berkaitan dengan pengurangan produksi hormon
estrogen setelah dilakukan pengangkatan rahim 10
5) Manisektomi
Menisektomi merupakan operasi yang dilakukan di daerah lutut
dan telah diidentifikasi sebagai faktor risiko penting bagi OA
lutut Hal ini berkaitan dengan hilangnya jaringan meniscus14
2 Faktor Biomekanis
a Riwayat Trauma Lutut
24
Trauma lutut yang akut termasuk robekan pada ligamentum
krusiatum dan meniskus merupakan faktor risiko timbulnya OA
lutut9
b Kelainan Anatomis
Faktor risiko timbulnya OA lutut antara lain kelainan lokal pada
sendi lutut seperti genu varum genu valgus Legg ndash Calve ndashPerthes
disease dan displasia asetabulum10
c Pekerjaan
Osteoartritis banyak ditemukan pada pekerja fisik berat terutama
yang banyak menggunakan kekuatan yang bertumpu pada lutut
(petani kuli dll)9
d Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik berat seperti berdiri lama (2 jam atau lebih setiap
hari) berjalan jarak jauh (2 jam atau lebih setiap hari) mengangkat
barang berat (10 kg ndash 50 kg selama 10 kali atau lebih setiap
minggu) mendorong objek yang berat (10 kg ndash 50 kg selama 10
kali atau lebih setiap minggu) naik turun tangga setiap hari
merupakan faktor risiko OA lutut 9
e Kebiasaan Olahraga
Atlit olah raga benturan keras dan membebani lutut seperti sepak
bola lari maraton dan kung fu memiliki risiko meningkat untuk
menderita OA lutut10
VII Kriteria Diagnosis Osteoartritis Lutut (Genu)
25
Kriteria diagnosis OA lutut menggunakan kriteria klasifikasi American
College of Rheumatology seperti tercantum pada tabel berikut ini 16
Tabel 22 Kriteria Klasifikasi Osteoartritis Lutut
Derajat osteoartritis lutut dinilai menjadi lima derajat oleh Kellgren dan
Lawrence yaitu 17
- Derajat 0 tidak ada gambaran osteoartritis
- Derajat 1 osteoartritis meragukan dengan gambaran sendi normal tetapi
terdapat osteofit minimal
- Derajat 2 osteoartritis minimal dengan osteofit pada 2 tempat tidak terdapat
sklerosis dan kista subkondral serta celah sendi baik
- Derajat 3 osteoartritis moderat dengan osteofit moderat deformitas ujung
tulang dan celah sendi sempit
- Derajat 4 osteoartritis berat dengan osteofit besar deformitas ujung tulang
celah sendi hilang serta adanyasklerosis dan kista subkondral
26
VIIIPenatalaksanaan Osteoarthritis
Tujuan penatalaksanaan pasien dengan osteoarthritis adalah18
1 Meredakan nyeri
2 Mengoptimalkan fungsi sendi
3 Mengurangi ketergantungan kepada orang lain dan meningkatkan
kualitas hidup
4 Menghambat progresivitas penyakit
5 Mencegah terjadinya komplikasi
Pilar terapi pada pasien dengan osteoarthritis yaitu
Nonfarmakologis
1 Modifikasi pola hidup
2 Edukasi
3 Istirahat teratur yang bertujuan mengurangi penggunaan beban pada
sendi
4 Modifikasi aktivitas
5 Menurunkan berat badan
6 Rehabilitasi medik fisioterapi
a Latihan statis dan memperkuat otot-otot
b Fisioterapi yang berguna untuk mengurangi nyeri menguatkan otot
dan menambah luas pergerakan sendi
7 Penggunaan alat bantu
Farmakologis
1 Sistemik
a Analgetik
Non narkotik parasetamol
Opioid (kodein tramadol)
b Antiinflamasi nonsteroid (NSAIDs)
Oral
Injeksi
Suppositoria
27
c DMOADs (disease modifying OA drugs)
Diantara nutraceutical yang saat ini tersedia di Indonesia adalah
Glucosamine sulfate dan Chondroitine sulfate
2 Topikal
a Krim rubefacients dan capsaicin
Beberapa sediaan telah tersedia di Indonesia dengan cara kerja pada
umumnya bersifat counter irritant
b Krim NSAIDs
Beberapa yang dapat digunakan adalah gel piroxicam dan sodium
diklofenak
3 Injeksi intraartikularintra lesi
Pada dasarnya ada 2 indikasi suntikan intra artikular yakni penanganan
simtomatik dengan steroid dan viskosuplementasi dengan hyaluronan
untuk modifikasi perjalanan penyakit Beberapa preparat injeksi
intraartikular diantaranya
a Steroid ( triamsinolone hexacetonide dan methyl prednisolone )
Hanya diberikan jika ada satu atau dua sendi yang mengalami
nyeri dan inflamasi yang kurang responsif terhadap pemberian
NSAIDs tak dapat mentolerir NSAIDs atau ada komorbiditas yang
merupakan kontra indikasi terhadap pemberian NSAIDs
Dosis untuk sendi besar seperti lutut 40-50 mginjeksi
sedangkan untuk sendi-sendi kecil biasanya digunakan dosis 10 mg
b Hyaluronan high molecular weight dan low molecular weight
Diberikan berturut-turut 5 sampai 6 kali dengan interval satu
minggu masing-masing 2 sampai 25 ml Hyaluronan Sediaan di
Indonesia diantaranya adalah Hyalgan dan Osflex
4 Pembedahan
Sebelum diputuskan untuk terapi pembedahan harus dipertimbangkan
terlebih dahulu risiko dan keuntungannya Pertimbangan dilakukan
tindakan operatif bila
28
a Deformitas menimbulkan gangguan mobilisasi
b Nyeri yang tidak dapat teratasi dengan penganan medikamentosa
dan rehabilitatif
Ada 2 tipe terapi pembedahan Realignment osteotomi dan replacement
joint
Macam-macam operasi sendi lutut untuk osteoarthritis
a Partial replacementunicompartemental
b High tibial osteotomy orang muda
c Patella amp condyle resurfacing
d Minimally constrained total replacement stabilitas sendi dilakukan
sebagian oleh ligament asli dan sebagian oleh sendi buatan
e Cinstrained joint fixed hinges dipakai bila ada tulang hilang dan
severe instability
f Total knee replacement apabila didapatkan nyeri deformitas
instability akibat dari rheumatoid atau osteoarthritis
29
Gambar 21 Piramida Penatalaksanaan Osteoartritis
BAB III
DISKUSI DAN PEMBAHASAN
OA adalah penyakit degenerasi kartilago artikuler yang berlangsung secara
perlahan dan ditandai dengan nyeri sendi kekakuan dan keterbatasan gerak yang
berkembang secara progresif Tanda-tanda tersebut ditemukan pada penderita ini
Berdasarkan etiologinya OA diklasifikasikan menjadi dua yaitu OA
primer dan OA sekunder OA primer disebut juga OA idiopatik yaitu OA yang
kausanya tidak diketahui dan tidak ada hubungannya dengan penyakit sistemik
maupun proses perubahan lokal pada sendi OA sekunder adalah OA yang
didasari oleh adanya kelainan endokrin trauma inflamasi metabolik
pertumbuhan herediter jejas mikro dan makro serta imobilisasi yang terlalu lama
faktor mekanik penyakit deposit kalsium penyakit tulang dan sendi lainnya serta
neuropatik endemik Beberapa faktor risiko yang diketahui berhubungan dengan
penyakit OA diantaranya faktor risiko umum yang penting seperti kegemukan
faktor genetik dan jenis kelamin serta beberapa faktor risiko lain seperti usia lebih
dari 40 tahun suku bangsa cedera sendi pekerjaan olahraga kelainan
pertumbuhan kepadatan tulang dan lain-lain Pada penderita ini berdasarkan
30
anamnesis riwayat sosialnya penderita adalah seorang wanita berusia 75 tahun
yang meskipun tidak melakukan pekerjaan yang berat tetapi dirinya tetap
menjalankan pekerjaan rumah tangga (sebelum sakit) yang notabene banyak
menggunakan sendi lutut Selain itu dari pemeriksaan fisik penderita ini juga
mengalami kegemukan Kondisi-kondisi pada penderita ini merupakan faktor
risiko sekunder terjadinya OA Jadi dapat disimpulkan bahwa penyebab OA pada
penderita ini bukan termasuk faktor risiko OA primer
Penderita datang dengan keluhan nyeri pada kedua sendi lutut sejak plusmn 1
tahun SMRS dan puncaknya 2 hari SMRS dimana penderita sudah tidak bisa
berjalan lagi Nyeri sendi merupakan keluhan yang umum terjadi pada penyakit
reumatik seperti artritis gout OA keganasan reumatik septik dan lain
sebagainya Pada penderita ini nyeri terlokalisir pada lutut tanpa adanya nyeri
pada sendi yang lain nyeri bertambah saat melakukan gerakan (seperti berjalan)
dan berkurang apabila beristirahat Tidak ada demam Nyeri tidak menetap
sepanjang hari Nyeri seperti ini biasanya ditemukan pada OA
Penderita juga mengeluh kaku sendi Kaku sendi dirasakan penderita pada
pagi hari Keadaan ini biasanya disebabkan oleh desakan cairan yang berada di
sekitar jaringan yang mengalami inflamasi (kapsul sendi sinovial atau bursa)
Kaku sendi makin nyata pada pagi hari atau setelah istirahat Setelah digerak-
gerakkan cairan akan menyebar dari jaringan yang mengalami inflamasi sehingga
penderita merasa terlepas dari ikatan dan bisa menggerakkan sendinya kembali
Lama kaku sendi pada OA adalah kurang dari 30 menit sedangkan pada AR
minimal satu jam Pada penderita ini kaku sendi juga dirasakan pada pagi hari
selama plusmn 20-30 menit dan menghilang dengan sendirinya bila penderita
menggerakkan kakinya dengan beraktivitas seperti biasa Hal ini sesuai untuk
mendukung keluhan pada penderita OA
Penderita juga mengalami bengkak pada kedua lutut Bengkak dirasakan
oleh penderita sejak 6 bulan SMRS Sendi yang membengkak bisa disebabkan
oleh penonjolan tulang sinovitis efusi dan karena adanya osteofit yang dapat
mengubah permukaan sendi Pada penderita ditemukan osteofit pada pemeriksaan
rontgent
31
29
Pemeriksaan fisik lokalis pada kedua sendi lutut didapatkan pada
inspeksi didapatkan pembesaran bengkak pada kedua sendi lutut dengan tidak
ada perubahan warna kulit Palpasi pada kedua sendi lutut didapatkan nyeri tekan
dan pada perabaan dirasakan hangat Pemeriksaan gerak sendi didapat
keterbatasan gerak fleksi yaitu hanya dapat mengerakkan lutut sebesar 60deg
Hambatan gerak terutama disebabkan oleh adanya remodelling osteofit penebalan
kapsul dan juga adanya efusi Pada auskultasi sendi lutut penderita ditemukan
adanya krepitasi dimana terdengar suara gemeretak ldquokretek-kretekrdquo seperti suara
krupuk yang diremukkan Gejala ini mungkin disebabkan karena gesekan kedua
permukaan tulang sendi yang irregular pada saat sendi digerakkan ataupun secara
pasif dimanipulasi
Pemeriksaan radiologis pada penderita ini didapatkan adanya gambaran
berupa penyempitan sendi dan osteofit pada pinggir sendi Menipisnya rawan
sendi diawali dengan retak dan terbelahnya permukaan sendi di beberapa tempat
yang kemudian menyatu dan disebut sebagai fibrilasi Di lain pihak pada tulang
akan terjadi pula perubahan sebagai reaksi tubuh untuk memperbaiki kerusakan
Perubahan itu adalah penebalan tulang subkondral dan pembentukan osteofit
marginal disusul kemudian dengan perubahan komposisi molekular dan struktur
tulang Penipisan kartilago sendi akibat proses degeneratif memberi gambaran
penyempitan celah sendi yang tidak simetris pada foto polos radiologi Fungsi
kartilago sendi berkurang bahkan menghilang mengakibatkan beban stres di
daerah subkhondral bertambah Beberapa subkhondral tersebut dapat diamati pada
poto polos radiologi berupa pembentukan osteofit sklerotik subkhondral maupun
pembentukan kista subkhondral Pada penderita ini ditemukan adanya
pembentukan osteofit pada condylus lateralis dan medialis os tibio femoralis
Pada OA anamnesa (gejala klinis) pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
radiologi sudah dapat menunjang penegakan diagnosis Hasil pemeriksaan
laboratorium pada OA biasanya tidak banyak berguna Darah tepi (Hb Leukosit
dan LED) dalam batas normal kecuali OA generalisata yang harus dibedakan
dengan arthritis peradangan Pada OA yang disertai peradangan mungkin
didapatkan penurunan viskositas pleositosis sedang hingga ringan serta
32
peningkatan ringan sel radang (lt8000m) gt1 Pada penderita ini dilakukan
pemeriksaan laboratorium darah lengkap kimia darah dan urin lengkap karena
pemeriksaan tersebut merupakan pemeriksaan rutin Dari hasil pemeriksaan
laboratorium pada penderita ini tidak ditemukan adanya kelainan
Diagnosis OA sudah bisa ditegakkan secara klinis dengan memakai
kriteria OA yang dibuat oleh Subcommittee American College of Rheumatology
(ACR) Kriteria OA lutut secara klinis laboratorium dan radiologis adalah adanya
nyeri lutut osteofit dan salah satu dari tanda berikut yaitu usia lebih dari 50
tahun kaku sendi kurang dari 30 menit atau adanya krepitus Pada penderita ini
wanita berusia 75 tahun ditemukan memiliki keluhan nyeri kedua sendi lutut
terdapat kaku sendi selama 20-30 menit terdapat krepitus dan pada pemeriksaan
radiologi ditemukan adanya osteofit
Pengelolaan penderita dengan OA bertujuan untuk menghilangkan
keluhan mengoptimalkan fungsi sendi mengurangi ketergantungan dan
meningkatkan kualitas hidup menghambat progresivitas penyakit dan mencegah
komplikasi Pilar terapi OA non farmakologis (edukasi terapi fisik
dietpenurunan berat badan) farmakologis (analgetik kortikosteroid lokal
sistemik kondroprotektif dan biologik) dan pembedahan
Edukasi sangat penting bagi semua pasien OA Dua hal yang menjadi
tujuan edukasi adalah bagaimana mengatasi nyeri dan disabilitas Pemberian
edukasi pada penderita ini sangat penting karena dengan edukasi diharapkan
pengetahuan penderita mengenai penyakit OA menjadi meningkat dan pengobatan
menjadi lebih mudah serta dapat diajak bersama-sama untuk mencegah kerusakan
organ sendi lebih lanjut Edukasi yang diberikan pada penderita ini yaitu
memberikan pengertian bahwa OA adalah penyakit yang kronik sehingga perlu
dipahami bahwa mungkin dalam derajat tertentu akan tetap ada rasa nyeri kaku
dan keterbatasan gerak serta fungsi Selain itu agar rasa nyeri dapat berkurang
maka penderita hendaknya mengurangi aktivitaspekerjaannya sehingga tidak
terlalu banyak menggunakan sendi lutut dan lebih banyak beristirahat Penderita
juga disarankan untuk kembali kontrol sehingga dapat diketahui apakah
33
penyakitnya sudah membaik atau ternyata ada efek samping akibat obat yang
diberikan
Terapi fisik bertujuan untuk melatih penderita agar persendiannya tetap
dapat dipakai dan melatih penderita untuk melindungi sendi yang sakit Pada
penderita ini dianjurkan untuk berolah raga tapi olah raga yang memperberat
sendi sebaiknya dihindari seperti lari atau joging Hal ini dikarenakan dapat
menambah inflamasi meningkatkan tekanan intraartikular bila ada efusi sendi dan
bahkan bisa menyebabkan robekan kapsul sendi Untuk mencegah risiko
terjadinya kecacatan pada sendi sebaiknya dilakukan olah raga peregangan otot
seperti mQuadrisep femoris dengan peregangan otot diharapkan dapat membantu
dalam peningkatan fungsi sendi secara keseluruhan dan mengurangi nyeri Pada
penderita ini disarankan untuk senam lantai 3 kali seminggu dimana pasien
mengambil posisi terlentang sambil meregangkan lututnya dengan cara
mengangkat kaki dan secara perlahan menekuk dan meluruskan lututnya Olah
raga ini sangat mudah dilakukan apalagi mengingat usia penderita yang sudah
mencapai 75 tahun
Diet bertujuan untuk menurunkan berat badan pada penderita OA yang
gemuk Hal ini sebaiknya menjadi program utama pengobatan OA Penurunan
berat badan seringkali dapat mengurangi keluhan dan peradangan Selain itu
obesitas juga dapat meningkatkan risiko progresifitas dari OA Pada penderita ini
disarankan untuk mengurangi berat badan dengan mengatur diet rendah kalori
sampai mungkin mendekati berat badan ideal Dimana prinsipnya adalah
mengurangi kalori yang masuk dibawah energi yang dibutuhkan Penurunan
energi intake yang aman dianjurkan pemberian defisit energi antara 500-1000
kalori perhari sehingga diharapkan akan terjadi pembakaran lemak tubuh dan
penurunan berat badan 05 ndash 1 kg per minggu Biasanya intake energi diberikan
1200-1300 kal per hari dan paling rendah 800 kal per hari Formula yang dapat
digunakan untuk kebutuhan energi berdasarkan berat badan adalah 22kalkgBB
aktualhari dengan cara ini didapatkan defisit energi 1000 kalhari Pada penderita
ini dianjurkan untuk diet 1400 kal perhari agar mencapai BB idealnya yakni
setidaknya mencapai 55 kg Namun cara ini juga memerlukan kehati ndash hatian
34
dikarenakan usia penderita dan daya tahan tubuhnya yang memang sudah tidak
mendukung untuk melakukan usaha diit
Terapi farmakologis pada penderita OA biasanya bersifat simptomatis
Pada tahap awal dapat dicoba analgetik sederhana seperti asetaminofen atau
salisilat Bila tidak ada perbaikan dapat diberikan obat anti inflamasi non steroid
Untuk mengurangi keluhan nyeri pada penderita ini telah diberikan pengobatan
langsung dengan obat anti inflamasi non steroid seperti Na-diklofenak dengan
dosis 3times50 mg tanpa menggunakan obat lini pertama Hal ini dikarenakan keluhan
pada penderita ini sudah cukup berat ditambah pula adanya bengkak dan rasa
hangat di lutut yang tidak hilang dengan obat analgetik sederhana ( seperti yang
biasa dikonsumsi penderita) Na-diklofenak merupakan obat golongan OAINS
COX-1 inhibitor yang non-selektif dimana obat ini diberikan pada penderita
karena tidak terdapat riwayat pernah menderita gangguan gastrointestinal Namun
mengingat usia penderita yang memang sudah lanjut maka penderita juga
diberikan obat pelapis lambung untuk menjaga kondisi saluran pencernaannya Di
sini penderita diberikan obat golongan PPI (Omeprazole 2 x 20 mg) Setelah
dievaluasi beberapa hari ternyata keluhan nyeri dan bengkak pada penderita tidak
kunjung ada perubahan maka ditambahkan pula obat steroid injeksi dimana
pilihannya adalah InjTriamcinolon 1 Amp24 jam (Inj Flamicort) Selain itu
pasien juga dikonsulkan ke spesialis rehabilitasi medis untuk dilakukan
fisioterapi
Terapi pembedahan Terapi ini diberikan apabila terapi farmakologis dan
rehabilitasi tidak berhasil untuk mengurangi rasa sakit dan juga untuk melakukan
koreksi apabila terjadi deformitas yang menimbulkan gangguan mobilisasi sendi
yang mengganggu aktifitas sehari-hari Pada penderita ini tidak sampai dilakukan
terapi pembedahan
35
DAFTAR PUSTAKA
1 Soeroso J Isbagio H Kalim H Broto R Pramudiyo R Osteoartritis In
Sudoyo AW Setiyohadi B Alwi I Simadibrata M Setiati S editors Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam 4th ed Jakarta Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit
Dalam Fakultas Kedokteran Indonesia 2006 p 1195-201
2 Osteoarthritis Wikipedia The Free Encyclopedia [serial on the internet]
2009 [cited 2009 Sep 1] Available from
httpenwikipediaorgwikiOsteoarthritis
3 Reginster JY The Prevalence and Burden of Osteoarthritis Rheumatology
2002 41 (suppl 1) 3 ndash 6
4 Wibowo Dhidik Tri Kurniawan Yusuf Latifah Tati Gunadi Rachmat
Perancangan dan Implementasi Sistem Bantu Diagnosis Penyakit
Osteoartritis dan Reumatoid Artritis Melalui Deteksi Penyempitan Celah
Sendi pada Citra X-Ray Tangan dan Lutut Dalam Temu Ilmiah
Reumatologi Jakarta 2003 168 ndash 172
5 Konggres Nasional Ikatan Reumatologi Indonesia VI httppemda-
diygoidberita 2005 102140
36
6 Arthritis Research Campaign 2000 Available at
httpwwwarcorgukabout_arthastatshtm
7 Felson DT Zhang Y Hannan MT et al The Incidence and Natural
History of Knee Osteoarthritis in the Elderly The Framingham
Osteoarthritis Study Arthritis Rheumatology 1995 38 1500 ndash 1505
8 Felson DT Zhang Y An Update on the Epidemiology of Knee and Hip
Osteoarthritis with a View to Prevention Arthritis Rheumatology 1998
41 1343 ndash 1355
9 Setiyohadi Bambang Osteoartritis Selayang Pandang Dalam Temu Ilmiah
Reumatologi Jakarta 2003 27 ndash 31
10 Klippel John H Dieppe Paul A Brooks Peter et al Osteoarthritis In
Rheumatology United Kingdom Mosby ndash Year Book Europe Limited
1994 21 ndash 106
11 Abbate L Renner JB Stevens J et al Do Body Composition and Body Fat
Distribution Explain Ethnic Differences in Radiographic Knee
Osteoarthritis Outcomes in African -American and Caucasian Women The
North American Association for the Study of Obesity 2006 14 1274 ndash
1281
12 Amin Niu Jingbo Hunter David et al Smoking Worsens Knee
Osteoarthritis News Center Oklahoma City Oklahoma USA 2006 1 ndash 4
13 McAlindon Timothy E Felson David T Zhang Yuqing et al Relation of
Dietary Intake and Serum Levels of Vitamin D to Progression of
Osteoarthritis of the Knee Among Participants in the Framingham Study
14 Englund M and Lohmander LS Patellofemoral Osteoarthritis Coexistent
with Tibiofemoral Osteoarthritis in a Meniscectomy Population Annals of
the Rheumatic Diseases 2005 64 1721 ndash 1726
15 Carter MA Osteoartritis In Price SA Wilson LM Patofisiologi konsep
klinis proses-proses penyakit 6th ed Jakarta EGC 2006 p 1380-4
16 Altman RD Criteria for the Classification of Osteoarthritis Journal of
Rheumatology 1991 27 (suppl) 10 ndash 12
37
17 Milne AD Evans NA Stanish WD Nonoperative Management of Knee
Osteoarthritis In Hartono IM Studi komparasi antara WOMAC index
dengan Kellgren-Lawrence grading system pada penderita osteoarthritis
genu [PPDS1 thesis] Semarang Medical Faculty Diponegoro University
2007 p 12
18 Haq I Murphy E Dacre J Osteoarthritis Review Postgrad Med J 2003
79 377 ndash 383
19 Anonim [1986] Criteria for classification of idiopathic osteoarthtritis (OA)
of the knee American College of Rheumatology [serial on the internet]
2010 [cited 2010 Jan 20] Available from
httpwwwrheumatologyorgpublicationsclassificationoakneeasp
aud=mem
38
- BAB I
- ILUSTRASI KASUS
- 1 Pemeriksaan EKG
- X ndash Ray Pelvis AP
- BAB III
- DISKUSI DAN PEMBAHASAN
-
IV PEMERIKSAAN PENUNJANG
1 Pemeriksaan EKG
a Frekuensi 87xmenit saat pertama kali masuk RS ritme reguler
b Jenis irama Sinus
c Zona transisi V6
d Aksis Lead II (+) aVL (+)
e Morfologi gelombang
1) Gelombang P selalu diikuti gelombang QRS dan T
2) Interval PR 012 detik
3) Gelombang QRS 010 detik
4) Elevasi ST (-)
5) Depresi ST (-)
6) Gelombang T inverted di Lead II III aVF dan V1 ndash V3
9
2 Laboratorium Darah dan Urin (tanggal 2 dan 3 Februari 2014)
Keterangan 02022014 03022014 SatuanNilai
RujukanHematologi rutinHemoglobin 118 - gdl 115-16
Hematokrit 369 - 35-49
Leukosit 83 - 10sup3microl 40-11Trombosit 297 - 10sup3microl 150-440Eritrosit 505 - 10⁶microl 38-52
Indeks eritrosit
MCV 731 - fl 82-95MCH 233 - pg 27-31MCHC 319 - gdl 32-36RDW 185 - 116-148
Hitung jenis
Granulosit 732 (H) - 50-70Limfosit 170 (L) - 20-40Monosit 98 (H) - 2-8
Kimia Ginjal
Ureum - 16 mgdL 10-45Creatinin - 073 mgdL 05-11
Asam Urat - 60 mgdL 24-60
GDS 199 - mgdL lt 200
Kimia Profil Lipid
Kolesterol Total - 199 mgdL lt200HDL Kolesterol - 35 (L) mgdL gt40LDL Kolesterol - 1348 (H) mgdL lt 130Trigliserid - 146 mgdL 35-160
URIN RUTIN 03022014 Satuan Nilai Rujukan
10
MAKROSKOPIS
Warna Kuning Kuning muda - kuning
Kekeruhan Jernih Jernih
KIMIA URINE
pH Reaksi 60 46 ndash 85Berat jenis 1015 1003 ndash 1030Protein Negatif mgdL NegatifReduksi Negatif mgdL NegatifLeukosit Esterase Negatif microL NegatifBilirubin Negatif mgdL NegatifUrobilinogen Normal mgdL NormalNitrit Negatif mgdL NegatifKeton Negatif mgdL NegatifBlood (HbEri) Negatif mgdL Negatif
MIKROSKOPIS
Leukosit Sedimen 10 ndash 15 SelLPB 0 ndash 15Eritrosit Sedimen 0 SelLPB 0 ndash 3 Epitel 5 - 10 SelLPB 0 ndash 15 Silinder Negatif LPK NegatifKristal Negatif LPB NegatifBakteri Negatif LPB NegatifJamur Negatif LPB NegatifLain - lain Negatif LPB
11
3 Foto Rontgen (tanggal 2 Februari 2014)
X ndash Ray Genu Dekstra et Sinistra
Kesan
Osteofit pada condylus lateralis dan medialis os tibia femoralis
dekstra disertai penyempitan sendi tibia femoralis lateralis dekstra
merupakan gambaran osteoarthrosis genu dekstra grade III
Osteofit pada condylus lateralis dan medialis os tibia femoralis
sinistra disertai penyempitan sendi femoro tibialis sinistra disertai
irreguler pada tulang tibia fibula sekitar sendi dan sklerotik
subcondral merupakan gambaran osteoarthosis genu sinistra grade
IV disertai osteoarthritis peradangan
12
X ndash Ray Pelvis AP
13
Kesan
Lesi opak pada cavum pelvis suspek massa DD vesikolitiasis ( usul
USG abdomen )
Tak tampak fraktur maupun dislokasi
V ASSESMENT DIAGNOSIS KERJA DAN DIAGNOSIS BANDING
1 Osteoartritis Genu Dextra et Sinistra
2 Hipertensi stage I
3 Ischemia Hearth Disease
Daftar masalah Problem AssesmentPlanning Diagnosa
Plannning Terapi (IGD)Planning
Monitoring
75 tahun Kedua kaki nyeri tidak bisa jalan (+) tidak bisa ditekuk (+) kaku riwjatuh (-)
Pmx Fisik Genu D et S ada deformitas (+) bengkak(+) krepitasi (+)
Foto x-ray genu osteoarthritis osteofit sendi genu D et S
-Deformitas Sendi-Proses Degeneratif
Osteoartritis Genu Dextra et Sinistra
- X-ray genu Dekstra et Sinistra
- Pmx Cairan synovial sendi genu
Non Farmakologi- A-B-C management ( infRL 20tpm)- Edukasi pasien- Terapi Fisik latihan gerak sendi- Fisioterapi-Penurunan berat badanFarmakologi- Inj Ranitidin 1 Amp12j- Inj Ketorolac 30mg (E)po Natrium Diklofenak 2x1 Analsik 2x1 Vit BC 1x1
-Tanda dan gejala Klinis
- TD 150100 mmHg
Gangguan hemo -dinamik
Hipertensi stage I
- EKG Foto Thorax
Non Farmakologi- Diet rendah garamFarmakologi
- Cek ulang Tekanan Darah
14
Fungsi Ginjal
- Captopril 2 x 25mg (po)- Amlodipin 1x10mg (po)
EKG Gelombang T inverted di Lead II III aVF dan V1 ndash V3
-Ateroskle- rosis-Hipoksia vaskuler
Ischemia Hearth Disease
-Cek Profil Lipid Asam Urat Enzim Jantung
Non Farmakologi-Tirah baring- O2 3-4lpmFarmakologi-ISDN 3x5mg
-Cek EKG serial 4 jam
VI POMR (Problem Oriented Medical Record)
VII FOLLOW UP
Tanggal Subjektif dan Objektif Penatalaksanaan03022014 S kaki masih nyeri jika digerakkan (+)
pegel (+) masih belum bisa berjalan pusing (-) sesak (-)KU Kesadaran Sedang composmentisVS TD 170100 mmHg RR 18 kali menit N 88 kali menit T 370CVAS 7Bengkak (+) eritem (-) ROM terbatasEKG T inverted Lead IIIII aVF amp V1-V3
O2 3lpmIVFD RL 20 tpm Captopril 3x25mgHCT 2x50mgAmlodipin 1x10mgAnalsik 3x1Natrium Diklofenak 3x1ISDN 3x5mg
15
04022014 S kaki masih nyeri jika digerakkan ditekuk (+) pasien tetap masih belum bisa duduk maupun berjalan sesak(-) pusing(-)KU Kesadaran Sedang composmentisVS TD 130100 mmHg RR 18 kali menit N 76 kali menit T 3730CVAS 7Bengkak (+) eritem (-) ROM terbatas
O2 3lpmIVFD RL 20 tpm Captopril 3x25mgHCT 2x50mgAmlodipin 1x10mgAnalsik 3x1Natrium Diklofenak 3x1ISDN 3x5mg(+) Inj Flamicort 1 Amp Omeprazole 2x1
05022014 S kaki masih nyeri jika digerakkan (+) namun pasien sudah bisa tidur miring sambil menekuk lututnya pegel (+) masih belum bisa berjalan (+)KU Kesadaran Sedang composmentisVS TD 150100 mmHg RR 18 kali menit N 86 kali menit T 370CVAS 5Bengkak (+) eritem (-) ROM terbatas
O2 3lpmIVFD RL 20 tpm Captopril 3x25mgHCT 2x50mgAmlodipin 1x10mgAnalsik 3x1Natrium Diklofenak 3x1ISDN 3x5mg(+) Inj Flamicort 1 Amp Omeprazole 2x1Co SpRM untuk Fisioterapi
pasien sudah difisioterapi (IR)06022014 S kaki masih nyeri jika digerakkan (+)
ditambah keluhan nyeri pinggang keluhan pusing sesak mual muntah disangkalKU Kesadaran Sedang composmentisVS TD 200100 mmHg RR 20 kali menit N 88 kali menit T 3630CVAS 7Bengkak (+) eritem (-) ROM terbatas
O2 3lpmIVFD RL 20 tpm Inj Flamicort 1 AmpCaptopril 3x25mgHCT 2x50mgAmlodipin 1x10mgAnalsik 3x1Natrium Diklofenak 3x1ISDN 3x5mgOmeprazole 2x1
Fisioterapi masih dilanjutkan
16
07022014 S kaki masih nyeri tapi lebih jarang pasien sudah bisa setengah duduk namun tetap dibantu keluarga sesak (-) pusing (sedikit) makan minum (+) sedikit - sedikitKU Kesadaran Sedang composmentisVS TD 200100 mmHg RR 18 kali menit N 76 kali menit T 370CVAS 5Bengkak (+) eritem (-) ROM terbatas
Pasien dan keluarga APS pulang karena persoalan biaya terapi pulang
Captopril 3x25mgHCT 2x50mgAmlodipin 1x10mgAnalsik 3x1Natrium Diklofenak 3x1ISDN 3x5mgOmeprazole 2x1(+) Clonidin 3x1 tab
VIIIPROGNOSIS
Qua ad vitam Dubia ad bonam
Qua ad functionam Dubia ad malam
Qua ad sanationam Dubia ad malam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
IDefinisi
Osteoarthritis (OA dikenal juga sebagai arthritis degeneratif penyakit
degeneratif sendi) merupakan penyakit sendi degeneratif yang mengenai
sendi-sendi penumpu berat badan dengan gambaran patologis yang berupa
kerusakan kartilago sendi dimana terjadi proses degradasi interaktif sendi
17
yang kompleks terdiri dari proses perbaikan pada kartilago tulang dan
sinovium diikuti komponen sekunder proses inflamasi12
II Epidemiologi
Osteoartritis merupakan penyakit sendi yang paling banyak ditemukan di
dunia termasuk di Indonesia Bahkan sejak tahun 2001 hingga 2010
dicanangkan sebagai dekade penyakit tulang dan sendi di seluruh dunia5
Penyakit ini menempati urutan kedua setelah penyakit kardiovaskuler sebagai
penyebab ketidakmampuan fisik Di Inggris dan Wales sekitar 13 hingga
175 juta orang mengalami gejala OA Di Amerika 1 dari 7 penduduk
menderita OA34
Di Australia pada tahun 2002 diperkirakan biaya nasional untuk OA
sebesar 1 dari GNP yaitu mencapai $Aus 2700orangtahun4 Di Indonesia
sendiri prevalensi total OA sebanyak 343 juta orang pada tahun 2002 dan
mencapai 365 juta orang pada tahun 2007 Diperkirakan 1 sampai 2 juta
orang lanjut usia di Indonesia menderita cacat karena osteoarthritis Pada
beberapa penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan terjadinya
osteoarthritis pada obesitas dan sendi penahan beban tubuh5 Dari sekian
banyak sendi yang dapat terserang OA lutut merupakan sendi yang paling
sering dijumpai terserang OA Data Arthritis Research Campaign
menunjukkan bahwa lebih dari 550 ribu orang di Inggris menderita OA lutut
yang parah dan lebih dari 80 ribu operasi replacement sendi lutut dilakukan di
Inggris pada tahun 2000 dengan biaya 405 juta Poundsterling6
III Patofisiologi Osteoartritis
Terjadinya OA tidak lepas dari banyak persendian yang ada di dalam
tubuh manusia Sebanyak 230 sendi menghubungkan 206 tulang yang
memungkinkan terjadinya gesekan Untuk melindungi tulang dari gesekan di
dalam tubuh ada tulang rawan Namun karena berbagai faktor risiko yang ada
maka terjadi erosi pada tulang rawan dan berkurangnya cairan pada sendi
Tulang rawan sendiri berfungsi untuk meredam getar antar tulang Tulang
rawan terdiri atas jaringan lunak kolagen yang berfungsi untuk menguatkan
18
17
sendi proteoglikan yang membuat jaringan tersebut elastis dan air (70
bagian) yang menjadi bantalan pelumas dan pemberi nutrisi910
Kondrosit adalah sel yang tugasnya membentuk proteoglikan dan
kolagen pada rawan sendi Osteoartritis terjadi akibat kondrosit gagal
mensintesis matriks yang berkualitas dan memelihara keseimbangan antara
degradasi dan sintesis matriks ekstraseluler termasuk produksi kolagen tipe I
III VI dan X yang berlebihan dan sintesis proteoglikan yang pendek Hal
tersebut menyebabkan terjadi perubahan pada diameter dan orientasi dari serat
kolagen yang mengubah biomekanik dari tulang rawan sehingga tulang rawan
sendi kehilangan sifat kompresibilitasnya yang unik9
Selain kondrosit sinoviosit juga berperan pada patogenesis OA
terutama setelah terjadi sinovitis yang menyebabkan nyeri dan perasaan tidak
nyaman Sinoviosit yang mengalami peradangan akan menghasilkan Matrix
Metalloproteinases (MMPs) dan berbagai sitokin yang akan dilepaskan ke
dalam rongga sendi dan merusak matriks rawan sendi serta mengaktifkan
kondrosit Pada akhirnya tulang subkondral juga akan ikut berperan dimana
osteoblas akan terangsang dan menghasilkan enzim proteolitik 910
Agrekanase merupakan enzim yang akan memecah proteoglikan di
dalam matriks rawan sendi yang disebut agrekan Ada dua tipe agrekanase
yaitu agrekanase 1 (ADAMTs-4) dan agrekanase 2 (ADAMTs-11) MMPs
diproduksi oleh kondrosit kemudian diaktifkan melalui kaskade yang
melibatkan proteinase serin (aktivator plasminogen plamsinogen plasmin)
radikal bebas dan beberapa MMPs tipe membran Kaskade enzimatik ini
dikontrol oleh berbagai inhibitor termasuk TIMPs dan inhibitor aktifator
plasminogen Enzim lain yang turut berperan merusak kolagen tipe II dan
proteoglikan adalah katepsin yang bekerja pada pH rendah termasuk
proteinase aspartat (katepsin D) dan proteinase sistein (katepsin B H K L
dan S) yang disimpam di dalam lisosom kondrosit Hialuronidase tidak
terdapat di dalam rawan sendi tetapi glikosidase lain turut berperan merusak
proteoglikan10
19
Berbagai sitokin turut berperan merangsang kondrosit dalam
menghasilkan enzim perusak rawan sendi Sitokin-sitokin pro-inflamasi akan
melekat pada reseptor di permukaan kondrosit dan sinoviosit dan
menyebabkan transkripsi gene MMP sehingga produksi enzim tersebut
meningkat Sitokin yang terpenting adalah IL-1 selain sebagai sitokin
pengatur (IL-6 IL-8 LIFI) dan sitokin inhibitor (IL-4 IL-10 IL-13 dan IFN-
γ) Sitokin inhibitor ini bersama IL-Ira dapat menghambat sekresi berbagai
MMPs dan meningkatkan sekresi TIMPs Selain itu IL-4 dan IL-13 juga
dapat melawan efek metabolik IL-1 IL-1 juga berperan menurunkan sintesis
kolagen tipe II dan IX dan meningkatkan sintesis kolagen tipe I dan III
sehingga menghasilkan matriks rawan sendi yang berkualitas buruk 910
IV Klasifikasi Osteoartritis
OA dapat terjadi secara primer (idiopatik) maupun sekunder seperti
yang tercantum di bawah ini 19
IDIOPATIK SEKUNDER
20
SetempatTangan- nodus Heberden dan Bouchard (nodal)- artritis erosif interfalang- karpal-metakarpal IKaki - haluks valgus- haluks rigidus- jari kontraktur (hammercock-up toes)- talonavikulareCoxae- eksentrik (superior)- konsentrik (aksial medial)- difus (koksa senilis)Vertebra- sendi apofiseal- sendi intervertebral- spondilosis (osteofit)- ligamentum (hiperostosis penyakit Forestier diffuse idiopathic skeletal hyperostosis=DISH)Tempat lainnya- glenohumeral- akromioklavikular- tibiotalar- sakroiliaka- temporomandibularMenyeluruhMeliputi 3 atau lebih daerah yang tersebut diatas (Kellgren-Moore)
Traumaminus akutminus kronik (okupasional port)Kongenital atau developmentalGangguan setempatminus Penyakit Leg-Calve-Perthesminus Dislokasi koksa kongenitalminus Slipped epiphysisFaktor mekanikminus Panjang tungkai tidak samaminus Deformitas valgus varusminus Sindroma hipermobilitasMetabolikminus Okronosis (alkaptonuria)minus Hemokromatosisminus Penyakit Wilsonminus Penyakit GaucherEndokrinminus Akromegaliminus Hiperparatiroidismeminus Diabetes melitusminus Obesitasminus HipotiroidismePenyakit Deposit Kalsiumminus Deposit kalsium pirofosfat dihidratminus Artropati hidroksiapatitPenyakit Tulang dan Sendi lainnya Setempatminus FrakturminusNekrosis avaskular
Tabel 21 Osteoartritis Idiopatik dan Sekunder
V Manifestasi Klinis 15
1 Nyeri sendi
Terutama bila sendi bergerak atau menanggung beban yang akan
berkurang bila penderita beristirahat
21
2 Kaku pada pagi hari (morning stiffness)
Kekakuan pada sendi yang terserang terjadi setelah imobilisasi yang
cukup lama (gel phenomenon) bahkan sering disebutkan kaku muncul
pada pagi hari setelah bangun tidur (morning stiffness)
3 Hambatan pergerakan sendi
Hambatan pergerakan sendi ini bersifat progresif lambat bertambah
berat secara perlahan sejalan dengan bertambahnya nyeri pada sendi
4 Krepitasi
Rasa gemeretak (seringkali sampai terdengar) yang terjadi pada sendi
yang sakit
5 Perubahan bentuk sendi
Sendi yang mengalami osteoarthritis biasanya mengalami perubahan
berupa perubahan bentuk dan penyempitan pada celah sendi
6 Perubahan gaya berjalan
Hal yang paling meresahkan pasien adalah perubahan gaya berjalan
hampir semua pasien osteoarthritis pada pergelangan kaki lutut dan
panggul mengalami perubahan gaya berjalan (pincang)
VI Faktor Risiko Osteoartritis Lutut (Genu)
Secara garis besar terdapat dua pembagian faktor risiko OA lutut yaitu
faktor predisposisi dan faktor biomekanis
1 Faktor Predisposisi
a Faktor Demografi
1) Umur
Dari semua faktor risiko untuk timbulnya osteoartritis faktor
ketuaan adalah yang terkuat Proses penuaan dianggap sebagai
penyebab peningkatan kelemahan di sekitar sendi penurunan
kelenturan sendi kalsifikasi tulang rawan dan menurunkan
fungsi kondrosit yang semuanya mendukung terjadinya OA
Studi Framingham menunjukkan bahwa 27 orang berusia 63 ndash
22
70 tahun memiliki bukti radiografik menderita OA lutut yang
meningkat mencapai 40 pada usia 80 tahun atau lebih7
2) Jenis kelamin
Prevalensi OA pada laki-laki sebelum usia 50 tahun lebih tinggi
dibandingkan perempuan tetapi setelah usia lebih dari 50 tahun
prevalensi perempuan lebih tinggi menderita OA dibandingkan
laki-laki Hal ini dikaitkan dengan pengurangan hormon
estrogen yang signifikan pada wanita8
3) Ras Etnis
Prevalensi OA lutut pada penderita di negara Eropa dan
Amerika tidak berbeda sedangkan suatu penelitian
membuktikan bahwa ras Afrika ndash Amerika memiliki risiko
menderita OA lutut 2 kali lebih besar dibandingkan ras
Kaukasia Penduduk Asia juga memiliki risiko menderita OA
lutut lebih tinggi dibandingkan Kaukasia1011 Suatu studi lain
menyimpulkan bahwa populasi kulit berwarna lebih banyak
terserang OA dibandingkan kulit putih9
b Faktor Genetik
Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoartritis Adanya
mutasi dalam gen prokolagen atau gen-gen struktural lain untuk
unsur-unsur tulang rawan sendi seperti kolagen proteoglikan
berperan dalam timbulnya kecenderungan familial pada
osteoartritis10
c Faktor Gaya Hidup
1) Kebiasaan Merokok
Merokok dapat merusak sel dan menghambat proliferasi sel
tulang rawan sendi
Merokok dapat meningkatkan tekanan oksidan yang
mempengaruhi hilangnya tulang rawan
23
Merokok dapat meningkatkan kandungan karbonmonoksida
dalam darah menyebabkan jaringan kekurangan oksigen
dan dapat menghambat pembentukan tulang rawan12
2) Konsumsi Vitamin D
Orang yang tidak biasa mengkonsumsi makanan yang
mengandung vitamin D memiliki peningkatan risiko 3 kali lipat
menderita OA lutut13
d Faktor Metabolik
1) Obesitas
Berat badan yang berlebih ternyata dapat meningkatkan tekanan
mekanik pada sendi penahan beban tubuh dan lebih sering
menyebabkan osteoartritis lutut7
2) Osteoporosis
Hubungan antara OA lutut dan osteoporosis mendukung teori
bahwa gerakan mekanis yang abnormal tulang akan
mempercepat kerusakan tulang rawan sendi10
3) Penyakit Lain
OA lutut terbukti berhubungan dengan diabetes mellitus
hipertensi dan hiperurikemi dengan catatan pasien tidak
mengalami obesitas10
4) Histerktomi
Hal ini diduga berkaitan dengan pengurangan produksi hormon
estrogen setelah dilakukan pengangkatan rahim 10
5) Manisektomi
Menisektomi merupakan operasi yang dilakukan di daerah lutut
dan telah diidentifikasi sebagai faktor risiko penting bagi OA
lutut Hal ini berkaitan dengan hilangnya jaringan meniscus14
2 Faktor Biomekanis
a Riwayat Trauma Lutut
24
Trauma lutut yang akut termasuk robekan pada ligamentum
krusiatum dan meniskus merupakan faktor risiko timbulnya OA
lutut9
b Kelainan Anatomis
Faktor risiko timbulnya OA lutut antara lain kelainan lokal pada
sendi lutut seperti genu varum genu valgus Legg ndash Calve ndashPerthes
disease dan displasia asetabulum10
c Pekerjaan
Osteoartritis banyak ditemukan pada pekerja fisik berat terutama
yang banyak menggunakan kekuatan yang bertumpu pada lutut
(petani kuli dll)9
d Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik berat seperti berdiri lama (2 jam atau lebih setiap
hari) berjalan jarak jauh (2 jam atau lebih setiap hari) mengangkat
barang berat (10 kg ndash 50 kg selama 10 kali atau lebih setiap
minggu) mendorong objek yang berat (10 kg ndash 50 kg selama 10
kali atau lebih setiap minggu) naik turun tangga setiap hari
merupakan faktor risiko OA lutut 9
e Kebiasaan Olahraga
Atlit olah raga benturan keras dan membebani lutut seperti sepak
bola lari maraton dan kung fu memiliki risiko meningkat untuk
menderita OA lutut10
VII Kriteria Diagnosis Osteoartritis Lutut (Genu)
25
Kriteria diagnosis OA lutut menggunakan kriteria klasifikasi American
College of Rheumatology seperti tercantum pada tabel berikut ini 16
Tabel 22 Kriteria Klasifikasi Osteoartritis Lutut
Derajat osteoartritis lutut dinilai menjadi lima derajat oleh Kellgren dan
Lawrence yaitu 17
- Derajat 0 tidak ada gambaran osteoartritis
- Derajat 1 osteoartritis meragukan dengan gambaran sendi normal tetapi
terdapat osteofit minimal
- Derajat 2 osteoartritis minimal dengan osteofit pada 2 tempat tidak terdapat
sklerosis dan kista subkondral serta celah sendi baik
- Derajat 3 osteoartritis moderat dengan osteofit moderat deformitas ujung
tulang dan celah sendi sempit
- Derajat 4 osteoartritis berat dengan osteofit besar deformitas ujung tulang
celah sendi hilang serta adanyasklerosis dan kista subkondral
26
VIIIPenatalaksanaan Osteoarthritis
Tujuan penatalaksanaan pasien dengan osteoarthritis adalah18
1 Meredakan nyeri
2 Mengoptimalkan fungsi sendi
3 Mengurangi ketergantungan kepada orang lain dan meningkatkan
kualitas hidup
4 Menghambat progresivitas penyakit
5 Mencegah terjadinya komplikasi
Pilar terapi pada pasien dengan osteoarthritis yaitu
Nonfarmakologis
1 Modifikasi pola hidup
2 Edukasi
3 Istirahat teratur yang bertujuan mengurangi penggunaan beban pada
sendi
4 Modifikasi aktivitas
5 Menurunkan berat badan
6 Rehabilitasi medik fisioterapi
a Latihan statis dan memperkuat otot-otot
b Fisioterapi yang berguna untuk mengurangi nyeri menguatkan otot
dan menambah luas pergerakan sendi
7 Penggunaan alat bantu
Farmakologis
1 Sistemik
a Analgetik
Non narkotik parasetamol
Opioid (kodein tramadol)
b Antiinflamasi nonsteroid (NSAIDs)
Oral
Injeksi
Suppositoria
27
c DMOADs (disease modifying OA drugs)
Diantara nutraceutical yang saat ini tersedia di Indonesia adalah
Glucosamine sulfate dan Chondroitine sulfate
2 Topikal
a Krim rubefacients dan capsaicin
Beberapa sediaan telah tersedia di Indonesia dengan cara kerja pada
umumnya bersifat counter irritant
b Krim NSAIDs
Beberapa yang dapat digunakan adalah gel piroxicam dan sodium
diklofenak
3 Injeksi intraartikularintra lesi
Pada dasarnya ada 2 indikasi suntikan intra artikular yakni penanganan
simtomatik dengan steroid dan viskosuplementasi dengan hyaluronan
untuk modifikasi perjalanan penyakit Beberapa preparat injeksi
intraartikular diantaranya
a Steroid ( triamsinolone hexacetonide dan methyl prednisolone )
Hanya diberikan jika ada satu atau dua sendi yang mengalami
nyeri dan inflamasi yang kurang responsif terhadap pemberian
NSAIDs tak dapat mentolerir NSAIDs atau ada komorbiditas yang
merupakan kontra indikasi terhadap pemberian NSAIDs
Dosis untuk sendi besar seperti lutut 40-50 mginjeksi
sedangkan untuk sendi-sendi kecil biasanya digunakan dosis 10 mg
b Hyaluronan high molecular weight dan low molecular weight
Diberikan berturut-turut 5 sampai 6 kali dengan interval satu
minggu masing-masing 2 sampai 25 ml Hyaluronan Sediaan di
Indonesia diantaranya adalah Hyalgan dan Osflex
4 Pembedahan
Sebelum diputuskan untuk terapi pembedahan harus dipertimbangkan
terlebih dahulu risiko dan keuntungannya Pertimbangan dilakukan
tindakan operatif bila
28
a Deformitas menimbulkan gangguan mobilisasi
b Nyeri yang tidak dapat teratasi dengan penganan medikamentosa
dan rehabilitatif
Ada 2 tipe terapi pembedahan Realignment osteotomi dan replacement
joint
Macam-macam operasi sendi lutut untuk osteoarthritis
a Partial replacementunicompartemental
b High tibial osteotomy orang muda
c Patella amp condyle resurfacing
d Minimally constrained total replacement stabilitas sendi dilakukan
sebagian oleh ligament asli dan sebagian oleh sendi buatan
e Cinstrained joint fixed hinges dipakai bila ada tulang hilang dan
severe instability
f Total knee replacement apabila didapatkan nyeri deformitas
instability akibat dari rheumatoid atau osteoarthritis
29
Gambar 21 Piramida Penatalaksanaan Osteoartritis
BAB III
DISKUSI DAN PEMBAHASAN
OA adalah penyakit degenerasi kartilago artikuler yang berlangsung secara
perlahan dan ditandai dengan nyeri sendi kekakuan dan keterbatasan gerak yang
berkembang secara progresif Tanda-tanda tersebut ditemukan pada penderita ini
Berdasarkan etiologinya OA diklasifikasikan menjadi dua yaitu OA
primer dan OA sekunder OA primer disebut juga OA idiopatik yaitu OA yang
kausanya tidak diketahui dan tidak ada hubungannya dengan penyakit sistemik
maupun proses perubahan lokal pada sendi OA sekunder adalah OA yang
didasari oleh adanya kelainan endokrin trauma inflamasi metabolik
pertumbuhan herediter jejas mikro dan makro serta imobilisasi yang terlalu lama
faktor mekanik penyakit deposit kalsium penyakit tulang dan sendi lainnya serta
neuropatik endemik Beberapa faktor risiko yang diketahui berhubungan dengan
penyakit OA diantaranya faktor risiko umum yang penting seperti kegemukan
faktor genetik dan jenis kelamin serta beberapa faktor risiko lain seperti usia lebih
dari 40 tahun suku bangsa cedera sendi pekerjaan olahraga kelainan
pertumbuhan kepadatan tulang dan lain-lain Pada penderita ini berdasarkan
30
anamnesis riwayat sosialnya penderita adalah seorang wanita berusia 75 tahun
yang meskipun tidak melakukan pekerjaan yang berat tetapi dirinya tetap
menjalankan pekerjaan rumah tangga (sebelum sakit) yang notabene banyak
menggunakan sendi lutut Selain itu dari pemeriksaan fisik penderita ini juga
mengalami kegemukan Kondisi-kondisi pada penderita ini merupakan faktor
risiko sekunder terjadinya OA Jadi dapat disimpulkan bahwa penyebab OA pada
penderita ini bukan termasuk faktor risiko OA primer
Penderita datang dengan keluhan nyeri pada kedua sendi lutut sejak plusmn 1
tahun SMRS dan puncaknya 2 hari SMRS dimana penderita sudah tidak bisa
berjalan lagi Nyeri sendi merupakan keluhan yang umum terjadi pada penyakit
reumatik seperti artritis gout OA keganasan reumatik septik dan lain
sebagainya Pada penderita ini nyeri terlokalisir pada lutut tanpa adanya nyeri
pada sendi yang lain nyeri bertambah saat melakukan gerakan (seperti berjalan)
dan berkurang apabila beristirahat Tidak ada demam Nyeri tidak menetap
sepanjang hari Nyeri seperti ini biasanya ditemukan pada OA
Penderita juga mengeluh kaku sendi Kaku sendi dirasakan penderita pada
pagi hari Keadaan ini biasanya disebabkan oleh desakan cairan yang berada di
sekitar jaringan yang mengalami inflamasi (kapsul sendi sinovial atau bursa)
Kaku sendi makin nyata pada pagi hari atau setelah istirahat Setelah digerak-
gerakkan cairan akan menyebar dari jaringan yang mengalami inflamasi sehingga
penderita merasa terlepas dari ikatan dan bisa menggerakkan sendinya kembali
Lama kaku sendi pada OA adalah kurang dari 30 menit sedangkan pada AR
minimal satu jam Pada penderita ini kaku sendi juga dirasakan pada pagi hari
selama plusmn 20-30 menit dan menghilang dengan sendirinya bila penderita
menggerakkan kakinya dengan beraktivitas seperti biasa Hal ini sesuai untuk
mendukung keluhan pada penderita OA
Penderita juga mengalami bengkak pada kedua lutut Bengkak dirasakan
oleh penderita sejak 6 bulan SMRS Sendi yang membengkak bisa disebabkan
oleh penonjolan tulang sinovitis efusi dan karena adanya osteofit yang dapat
mengubah permukaan sendi Pada penderita ditemukan osteofit pada pemeriksaan
rontgent
31
29
Pemeriksaan fisik lokalis pada kedua sendi lutut didapatkan pada
inspeksi didapatkan pembesaran bengkak pada kedua sendi lutut dengan tidak
ada perubahan warna kulit Palpasi pada kedua sendi lutut didapatkan nyeri tekan
dan pada perabaan dirasakan hangat Pemeriksaan gerak sendi didapat
keterbatasan gerak fleksi yaitu hanya dapat mengerakkan lutut sebesar 60deg
Hambatan gerak terutama disebabkan oleh adanya remodelling osteofit penebalan
kapsul dan juga adanya efusi Pada auskultasi sendi lutut penderita ditemukan
adanya krepitasi dimana terdengar suara gemeretak ldquokretek-kretekrdquo seperti suara
krupuk yang diremukkan Gejala ini mungkin disebabkan karena gesekan kedua
permukaan tulang sendi yang irregular pada saat sendi digerakkan ataupun secara
pasif dimanipulasi
Pemeriksaan radiologis pada penderita ini didapatkan adanya gambaran
berupa penyempitan sendi dan osteofit pada pinggir sendi Menipisnya rawan
sendi diawali dengan retak dan terbelahnya permukaan sendi di beberapa tempat
yang kemudian menyatu dan disebut sebagai fibrilasi Di lain pihak pada tulang
akan terjadi pula perubahan sebagai reaksi tubuh untuk memperbaiki kerusakan
Perubahan itu adalah penebalan tulang subkondral dan pembentukan osteofit
marginal disusul kemudian dengan perubahan komposisi molekular dan struktur
tulang Penipisan kartilago sendi akibat proses degeneratif memberi gambaran
penyempitan celah sendi yang tidak simetris pada foto polos radiologi Fungsi
kartilago sendi berkurang bahkan menghilang mengakibatkan beban stres di
daerah subkhondral bertambah Beberapa subkhondral tersebut dapat diamati pada
poto polos radiologi berupa pembentukan osteofit sklerotik subkhondral maupun
pembentukan kista subkhondral Pada penderita ini ditemukan adanya
pembentukan osteofit pada condylus lateralis dan medialis os tibio femoralis
Pada OA anamnesa (gejala klinis) pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
radiologi sudah dapat menunjang penegakan diagnosis Hasil pemeriksaan
laboratorium pada OA biasanya tidak banyak berguna Darah tepi (Hb Leukosit
dan LED) dalam batas normal kecuali OA generalisata yang harus dibedakan
dengan arthritis peradangan Pada OA yang disertai peradangan mungkin
didapatkan penurunan viskositas pleositosis sedang hingga ringan serta
32
peningkatan ringan sel radang (lt8000m) gt1 Pada penderita ini dilakukan
pemeriksaan laboratorium darah lengkap kimia darah dan urin lengkap karena
pemeriksaan tersebut merupakan pemeriksaan rutin Dari hasil pemeriksaan
laboratorium pada penderita ini tidak ditemukan adanya kelainan
Diagnosis OA sudah bisa ditegakkan secara klinis dengan memakai
kriteria OA yang dibuat oleh Subcommittee American College of Rheumatology
(ACR) Kriteria OA lutut secara klinis laboratorium dan radiologis adalah adanya
nyeri lutut osteofit dan salah satu dari tanda berikut yaitu usia lebih dari 50
tahun kaku sendi kurang dari 30 menit atau adanya krepitus Pada penderita ini
wanita berusia 75 tahun ditemukan memiliki keluhan nyeri kedua sendi lutut
terdapat kaku sendi selama 20-30 menit terdapat krepitus dan pada pemeriksaan
radiologi ditemukan adanya osteofit
Pengelolaan penderita dengan OA bertujuan untuk menghilangkan
keluhan mengoptimalkan fungsi sendi mengurangi ketergantungan dan
meningkatkan kualitas hidup menghambat progresivitas penyakit dan mencegah
komplikasi Pilar terapi OA non farmakologis (edukasi terapi fisik
dietpenurunan berat badan) farmakologis (analgetik kortikosteroid lokal
sistemik kondroprotektif dan biologik) dan pembedahan
Edukasi sangat penting bagi semua pasien OA Dua hal yang menjadi
tujuan edukasi adalah bagaimana mengatasi nyeri dan disabilitas Pemberian
edukasi pada penderita ini sangat penting karena dengan edukasi diharapkan
pengetahuan penderita mengenai penyakit OA menjadi meningkat dan pengobatan
menjadi lebih mudah serta dapat diajak bersama-sama untuk mencegah kerusakan
organ sendi lebih lanjut Edukasi yang diberikan pada penderita ini yaitu
memberikan pengertian bahwa OA adalah penyakit yang kronik sehingga perlu
dipahami bahwa mungkin dalam derajat tertentu akan tetap ada rasa nyeri kaku
dan keterbatasan gerak serta fungsi Selain itu agar rasa nyeri dapat berkurang
maka penderita hendaknya mengurangi aktivitaspekerjaannya sehingga tidak
terlalu banyak menggunakan sendi lutut dan lebih banyak beristirahat Penderita
juga disarankan untuk kembali kontrol sehingga dapat diketahui apakah
33
penyakitnya sudah membaik atau ternyata ada efek samping akibat obat yang
diberikan
Terapi fisik bertujuan untuk melatih penderita agar persendiannya tetap
dapat dipakai dan melatih penderita untuk melindungi sendi yang sakit Pada
penderita ini dianjurkan untuk berolah raga tapi olah raga yang memperberat
sendi sebaiknya dihindari seperti lari atau joging Hal ini dikarenakan dapat
menambah inflamasi meningkatkan tekanan intraartikular bila ada efusi sendi dan
bahkan bisa menyebabkan robekan kapsul sendi Untuk mencegah risiko
terjadinya kecacatan pada sendi sebaiknya dilakukan olah raga peregangan otot
seperti mQuadrisep femoris dengan peregangan otot diharapkan dapat membantu
dalam peningkatan fungsi sendi secara keseluruhan dan mengurangi nyeri Pada
penderita ini disarankan untuk senam lantai 3 kali seminggu dimana pasien
mengambil posisi terlentang sambil meregangkan lututnya dengan cara
mengangkat kaki dan secara perlahan menekuk dan meluruskan lututnya Olah
raga ini sangat mudah dilakukan apalagi mengingat usia penderita yang sudah
mencapai 75 tahun
Diet bertujuan untuk menurunkan berat badan pada penderita OA yang
gemuk Hal ini sebaiknya menjadi program utama pengobatan OA Penurunan
berat badan seringkali dapat mengurangi keluhan dan peradangan Selain itu
obesitas juga dapat meningkatkan risiko progresifitas dari OA Pada penderita ini
disarankan untuk mengurangi berat badan dengan mengatur diet rendah kalori
sampai mungkin mendekati berat badan ideal Dimana prinsipnya adalah
mengurangi kalori yang masuk dibawah energi yang dibutuhkan Penurunan
energi intake yang aman dianjurkan pemberian defisit energi antara 500-1000
kalori perhari sehingga diharapkan akan terjadi pembakaran lemak tubuh dan
penurunan berat badan 05 ndash 1 kg per minggu Biasanya intake energi diberikan
1200-1300 kal per hari dan paling rendah 800 kal per hari Formula yang dapat
digunakan untuk kebutuhan energi berdasarkan berat badan adalah 22kalkgBB
aktualhari dengan cara ini didapatkan defisit energi 1000 kalhari Pada penderita
ini dianjurkan untuk diet 1400 kal perhari agar mencapai BB idealnya yakni
setidaknya mencapai 55 kg Namun cara ini juga memerlukan kehati ndash hatian
34
dikarenakan usia penderita dan daya tahan tubuhnya yang memang sudah tidak
mendukung untuk melakukan usaha diit
Terapi farmakologis pada penderita OA biasanya bersifat simptomatis
Pada tahap awal dapat dicoba analgetik sederhana seperti asetaminofen atau
salisilat Bila tidak ada perbaikan dapat diberikan obat anti inflamasi non steroid
Untuk mengurangi keluhan nyeri pada penderita ini telah diberikan pengobatan
langsung dengan obat anti inflamasi non steroid seperti Na-diklofenak dengan
dosis 3times50 mg tanpa menggunakan obat lini pertama Hal ini dikarenakan keluhan
pada penderita ini sudah cukup berat ditambah pula adanya bengkak dan rasa
hangat di lutut yang tidak hilang dengan obat analgetik sederhana ( seperti yang
biasa dikonsumsi penderita) Na-diklofenak merupakan obat golongan OAINS
COX-1 inhibitor yang non-selektif dimana obat ini diberikan pada penderita
karena tidak terdapat riwayat pernah menderita gangguan gastrointestinal Namun
mengingat usia penderita yang memang sudah lanjut maka penderita juga
diberikan obat pelapis lambung untuk menjaga kondisi saluran pencernaannya Di
sini penderita diberikan obat golongan PPI (Omeprazole 2 x 20 mg) Setelah
dievaluasi beberapa hari ternyata keluhan nyeri dan bengkak pada penderita tidak
kunjung ada perubahan maka ditambahkan pula obat steroid injeksi dimana
pilihannya adalah InjTriamcinolon 1 Amp24 jam (Inj Flamicort) Selain itu
pasien juga dikonsulkan ke spesialis rehabilitasi medis untuk dilakukan
fisioterapi
Terapi pembedahan Terapi ini diberikan apabila terapi farmakologis dan
rehabilitasi tidak berhasil untuk mengurangi rasa sakit dan juga untuk melakukan
koreksi apabila terjadi deformitas yang menimbulkan gangguan mobilisasi sendi
yang mengganggu aktifitas sehari-hari Pada penderita ini tidak sampai dilakukan
terapi pembedahan
35
DAFTAR PUSTAKA
1 Soeroso J Isbagio H Kalim H Broto R Pramudiyo R Osteoartritis In
Sudoyo AW Setiyohadi B Alwi I Simadibrata M Setiati S editors Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam 4th ed Jakarta Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit
Dalam Fakultas Kedokteran Indonesia 2006 p 1195-201
2 Osteoarthritis Wikipedia The Free Encyclopedia [serial on the internet]
2009 [cited 2009 Sep 1] Available from
httpenwikipediaorgwikiOsteoarthritis
3 Reginster JY The Prevalence and Burden of Osteoarthritis Rheumatology
2002 41 (suppl 1) 3 ndash 6
4 Wibowo Dhidik Tri Kurniawan Yusuf Latifah Tati Gunadi Rachmat
Perancangan dan Implementasi Sistem Bantu Diagnosis Penyakit
Osteoartritis dan Reumatoid Artritis Melalui Deteksi Penyempitan Celah
Sendi pada Citra X-Ray Tangan dan Lutut Dalam Temu Ilmiah
Reumatologi Jakarta 2003 168 ndash 172
5 Konggres Nasional Ikatan Reumatologi Indonesia VI httppemda-
diygoidberita 2005 102140
36
6 Arthritis Research Campaign 2000 Available at
httpwwwarcorgukabout_arthastatshtm
7 Felson DT Zhang Y Hannan MT et al The Incidence and Natural
History of Knee Osteoarthritis in the Elderly The Framingham
Osteoarthritis Study Arthritis Rheumatology 1995 38 1500 ndash 1505
8 Felson DT Zhang Y An Update on the Epidemiology of Knee and Hip
Osteoarthritis with a View to Prevention Arthritis Rheumatology 1998
41 1343 ndash 1355
9 Setiyohadi Bambang Osteoartritis Selayang Pandang Dalam Temu Ilmiah
Reumatologi Jakarta 2003 27 ndash 31
10 Klippel John H Dieppe Paul A Brooks Peter et al Osteoarthritis In
Rheumatology United Kingdom Mosby ndash Year Book Europe Limited
1994 21 ndash 106
11 Abbate L Renner JB Stevens J et al Do Body Composition and Body Fat
Distribution Explain Ethnic Differences in Radiographic Knee
Osteoarthritis Outcomes in African -American and Caucasian Women The
North American Association for the Study of Obesity 2006 14 1274 ndash
1281
12 Amin Niu Jingbo Hunter David et al Smoking Worsens Knee
Osteoarthritis News Center Oklahoma City Oklahoma USA 2006 1 ndash 4
13 McAlindon Timothy E Felson David T Zhang Yuqing et al Relation of
Dietary Intake and Serum Levels of Vitamin D to Progression of
Osteoarthritis of the Knee Among Participants in the Framingham Study
14 Englund M and Lohmander LS Patellofemoral Osteoarthritis Coexistent
with Tibiofemoral Osteoarthritis in a Meniscectomy Population Annals of
the Rheumatic Diseases 2005 64 1721 ndash 1726
15 Carter MA Osteoartritis In Price SA Wilson LM Patofisiologi konsep
klinis proses-proses penyakit 6th ed Jakarta EGC 2006 p 1380-4
16 Altman RD Criteria for the Classification of Osteoarthritis Journal of
Rheumatology 1991 27 (suppl) 10 ndash 12
37
17 Milne AD Evans NA Stanish WD Nonoperative Management of Knee
Osteoarthritis In Hartono IM Studi komparasi antara WOMAC index
dengan Kellgren-Lawrence grading system pada penderita osteoarthritis
genu [PPDS1 thesis] Semarang Medical Faculty Diponegoro University
2007 p 12
18 Haq I Murphy E Dacre J Osteoarthritis Review Postgrad Med J 2003
79 377 ndash 383
19 Anonim [1986] Criteria for classification of idiopathic osteoarthtritis (OA)
of the knee American College of Rheumatology [serial on the internet]
2010 [cited 2010 Jan 20] Available from
httpwwwrheumatologyorgpublicationsclassificationoakneeasp
aud=mem
38
- BAB I
- ILUSTRASI KASUS
- 1 Pemeriksaan EKG
- X ndash Ray Pelvis AP
- BAB III
- DISKUSI DAN PEMBAHASAN
-
2 Laboratorium Darah dan Urin (tanggal 2 dan 3 Februari 2014)
Keterangan 02022014 03022014 SatuanNilai
RujukanHematologi rutinHemoglobin 118 - gdl 115-16
Hematokrit 369 - 35-49
Leukosit 83 - 10sup3microl 40-11Trombosit 297 - 10sup3microl 150-440Eritrosit 505 - 10⁶microl 38-52
Indeks eritrosit
MCV 731 - fl 82-95MCH 233 - pg 27-31MCHC 319 - gdl 32-36RDW 185 - 116-148
Hitung jenis
Granulosit 732 (H) - 50-70Limfosit 170 (L) - 20-40Monosit 98 (H) - 2-8
Kimia Ginjal
Ureum - 16 mgdL 10-45Creatinin - 073 mgdL 05-11
Asam Urat - 60 mgdL 24-60
GDS 199 - mgdL lt 200
Kimia Profil Lipid
Kolesterol Total - 199 mgdL lt200HDL Kolesterol - 35 (L) mgdL gt40LDL Kolesterol - 1348 (H) mgdL lt 130Trigliserid - 146 mgdL 35-160
URIN RUTIN 03022014 Satuan Nilai Rujukan
10
MAKROSKOPIS
Warna Kuning Kuning muda - kuning
Kekeruhan Jernih Jernih
KIMIA URINE
pH Reaksi 60 46 ndash 85Berat jenis 1015 1003 ndash 1030Protein Negatif mgdL NegatifReduksi Negatif mgdL NegatifLeukosit Esterase Negatif microL NegatifBilirubin Negatif mgdL NegatifUrobilinogen Normal mgdL NormalNitrit Negatif mgdL NegatifKeton Negatif mgdL NegatifBlood (HbEri) Negatif mgdL Negatif
MIKROSKOPIS
Leukosit Sedimen 10 ndash 15 SelLPB 0 ndash 15Eritrosit Sedimen 0 SelLPB 0 ndash 3 Epitel 5 - 10 SelLPB 0 ndash 15 Silinder Negatif LPK NegatifKristal Negatif LPB NegatifBakteri Negatif LPB NegatifJamur Negatif LPB NegatifLain - lain Negatif LPB
11
3 Foto Rontgen (tanggal 2 Februari 2014)
X ndash Ray Genu Dekstra et Sinistra
Kesan
Osteofit pada condylus lateralis dan medialis os tibia femoralis
dekstra disertai penyempitan sendi tibia femoralis lateralis dekstra
merupakan gambaran osteoarthrosis genu dekstra grade III
Osteofit pada condylus lateralis dan medialis os tibia femoralis
sinistra disertai penyempitan sendi femoro tibialis sinistra disertai
irreguler pada tulang tibia fibula sekitar sendi dan sklerotik
subcondral merupakan gambaran osteoarthosis genu sinistra grade
IV disertai osteoarthritis peradangan
12
X ndash Ray Pelvis AP
13
Kesan
Lesi opak pada cavum pelvis suspek massa DD vesikolitiasis ( usul
USG abdomen )
Tak tampak fraktur maupun dislokasi
V ASSESMENT DIAGNOSIS KERJA DAN DIAGNOSIS BANDING
1 Osteoartritis Genu Dextra et Sinistra
2 Hipertensi stage I
3 Ischemia Hearth Disease
Daftar masalah Problem AssesmentPlanning Diagnosa
Plannning Terapi (IGD)Planning
Monitoring
75 tahun Kedua kaki nyeri tidak bisa jalan (+) tidak bisa ditekuk (+) kaku riwjatuh (-)
Pmx Fisik Genu D et S ada deformitas (+) bengkak(+) krepitasi (+)
Foto x-ray genu osteoarthritis osteofit sendi genu D et S
-Deformitas Sendi-Proses Degeneratif
Osteoartritis Genu Dextra et Sinistra
- X-ray genu Dekstra et Sinistra
- Pmx Cairan synovial sendi genu
Non Farmakologi- A-B-C management ( infRL 20tpm)- Edukasi pasien- Terapi Fisik latihan gerak sendi- Fisioterapi-Penurunan berat badanFarmakologi- Inj Ranitidin 1 Amp12j- Inj Ketorolac 30mg (E)po Natrium Diklofenak 2x1 Analsik 2x1 Vit BC 1x1
-Tanda dan gejala Klinis
- TD 150100 mmHg
Gangguan hemo -dinamik
Hipertensi stage I
- EKG Foto Thorax
Non Farmakologi- Diet rendah garamFarmakologi
- Cek ulang Tekanan Darah
14
Fungsi Ginjal
- Captopril 2 x 25mg (po)- Amlodipin 1x10mg (po)
EKG Gelombang T inverted di Lead II III aVF dan V1 ndash V3
-Ateroskle- rosis-Hipoksia vaskuler
Ischemia Hearth Disease
-Cek Profil Lipid Asam Urat Enzim Jantung
Non Farmakologi-Tirah baring- O2 3-4lpmFarmakologi-ISDN 3x5mg
-Cek EKG serial 4 jam
VI POMR (Problem Oriented Medical Record)
VII FOLLOW UP
Tanggal Subjektif dan Objektif Penatalaksanaan03022014 S kaki masih nyeri jika digerakkan (+)
pegel (+) masih belum bisa berjalan pusing (-) sesak (-)KU Kesadaran Sedang composmentisVS TD 170100 mmHg RR 18 kali menit N 88 kali menit T 370CVAS 7Bengkak (+) eritem (-) ROM terbatasEKG T inverted Lead IIIII aVF amp V1-V3
O2 3lpmIVFD RL 20 tpm Captopril 3x25mgHCT 2x50mgAmlodipin 1x10mgAnalsik 3x1Natrium Diklofenak 3x1ISDN 3x5mg
15
04022014 S kaki masih nyeri jika digerakkan ditekuk (+) pasien tetap masih belum bisa duduk maupun berjalan sesak(-) pusing(-)KU Kesadaran Sedang composmentisVS TD 130100 mmHg RR 18 kali menit N 76 kali menit T 3730CVAS 7Bengkak (+) eritem (-) ROM terbatas
O2 3lpmIVFD RL 20 tpm Captopril 3x25mgHCT 2x50mgAmlodipin 1x10mgAnalsik 3x1Natrium Diklofenak 3x1ISDN 3x5mg(+) Inj Flamicort 1 Amp Omeprazole 2x1
05022014 S kaki masih nyeri jika digerakkan (+) namun pasien sudah bisa tidur miring sambil menekuk lututnya pegel (+) masih belum bisa berjalan (+)KU Kesadaran Sedang composmentisVS TD 150100 mmHg RR 18 kali menit N 86 kali menit T 370CVAS 5Bengkak (+) eritem (-) ROM terbatas
O2 3lpmIVFD RL 20 tpm Captopril 3x25mgHCT 2x50mgAmlodipin 1x10mgAnalsik 3x1Natrium Diklofenak 3x1ISDN 3x5mg(+) Inj Flamicort 1 Amp Omeprazole 2x1Co SpRM untuk Fisioterapi
pasien sudah difisioterapi (IR)06022014 S kaki masih nyeri jika digerakkan (+)
ditambah keluhan nyeri pinggang keluhan pusing sesak mual muntah disangkalKU Kesadaran Sedang composmentisVS TD 200100 mmHg RR 20 kali menit N 88 kali menit T 3630CVAS 7Bengkak (+) eritem (-) ROM terbatas
O2 3lpmIVFD RL 20 tpm Inj Flamicort 1 AmpCaptopril 3x25mgHCT 2x50mgAmlodipin 1x10mgAnalsik 3x1Natrium Diklofenak 3x1ISDN 3x5mgOmeprazole 2x1
Fisioterapi masih dilanjutkan
16
07022014 S kaki masih nyeri tapi lebih jarang pasien sudah bisa setengah duduk namun tetap dibantu keluarga sesak (-) pusing (sedikit) makan minum (+) sedikit - sedikitKU Kesadaran Sedang composmentisVS TD 200100 mmHg RR 18 kali menit N 76 kali menit T 370CVAS 5Bengkak (+) eritem (-) ROM terbatas
Pasien dan keluarga APS pulang karena persoalan biaya terapi pulang
Captopril 3x25mgHCT 2x50mgAmlodipin 1x10mgAnalsik 3x1Natrium Diklofenak 3x1ISDN 3x5mgOmeprazole 2x1(+) Clonidin 3x1 tab
VIIIPROGNOSIS
Qua ad vitam Dubia ad bonam
Qua ad functionam Dubia ad malam
Qua ad sanationam Dubia ad malam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
IDefinisi
Osteoarthritis (OA dikenal juga sebagai arthritis degeneratif penyakit
degeneratif sendi) merupakan penyakit sendi degeneratif yang mengenai
sendi-sendi penumpu berat badan dengan gambaran patologis yang berupa
kerusakan kartilago sendi dimana terjadi proses degradasi interaktif sendi
17
yang kompleks terdiri dari proses perbaikan pada kartilago tulang dan
sinovium diikuti komponen sekunder proses inflamasi12
II Epidemiologi
Osteoartritis merupakan penyakit sendi yang paling banyak ditemukan di
dunia termasuk di Indonesia Bahkan sejak tahun 2001 hingga 2010
dicanangkan sebagai dekade penyakit tulang dan sendi di seluruh dunia5
Penyakit ini menempati urutan kedua setelah penyakit kardiovaskuler sebagai
penyebab ketidakmampuan fisik Di Inggris dan Wales sekitar 13 hingga
175 juta orang mengalami gejala OA Di Amerika 1 dari 7 penduduk
menderita OA34
Di Australia pada tahun 2002 diperkirakan biaya nasional untuk OA
sebesar 1 dari GNP yaitu mencapai $Aus 2700orangtahun4 Di Indonesia
sendiri prevalensi total OA sebanyak 343 juta orang pada tahun 2002 dan
mencapai 365 juta orang pada tahun 2007 Diperkirakan 1 sampai 2 juta
orang lanjut usia di Indonesia menderita cacat karena osteoarthritis Pada
beberapa penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan terjadinya
osteoarthritis pada obesitas dan sendi penahan beban tubuh5 Dari sekian
banyak sendi yang dapat terserang OA lutut merupakan sendi yang paling
sering dijumpai terserang OA Data Arthritis Research Campaign
menunjukkan bahwa lebih dari 550 ribu orang di Inggris menderita OA lutut
yang parah dan lebih dari 80 ribu operasi replacement sendi lutut dilakukan di
Inggris pada tahun 2000 dengan biaya 405 juta Poundsterling6
III Patofisiologi Osteoartritis
Terjadinya OA tidak lepas dari banyak persendian yang ada di dalam
tubuh manusia Sebanyak 230 sendi menghubungkan 206 tulang yang
memungkinkan terjadinya gesekan Untuk melindungi tulang dari gesekan di
dalam tubuh ada tulang rawan Namun karena berbagai faktor risiko yang ada
maka terjadi erosi pada tulang rawan dan berkurangnya cairan pada sendi
Tulang rawan sendiri berfungsi untuk meredam getar antar tulang Tulang
rawan terdiri atas jaringan lunak kolagen yang berfungsi untuk menguatkan
18
17
sendi proteoglikan yang membuat jaringan tersebut elastis dan air (70
bagian) yang menjadi bantalan pelumas dan pemberi nutrisi910
Kondrosit adalah sel yang tugasnya membentuk proteoglikan dan
kolagen pada rawan sendi Osteoartritis terjadi akibat kondrosit gagal
mensintesis matriks yang berkualitas dan memelihara keseimbangan antara
degradasi dan sintesis matriks ekstraseluler termasuk produksi kolagen tipe I
III VI dan X yang berlebihan dan sintesis proteoglikan yang pendek Hal
tersebut menyebabkan terjadi perubahan pada diameter dan orientasi dari serat
kolagen yang mengubah biomekanik dari tulang rawan sehingga tulang rawan
sendi kehilangan sifat kompresibilitasnya yang unik9
Selain kondrosit sinoviosit juga berperan pada patogenesis OA
terutama setelah terjadi sinovitis yang menyebabkan nyeri dan perasaan tidak
nyaman Sinoviosit yang mengalami peradangan akan menghasilkan Matrix
Metalloproteinases (MMPs) dan berbagai sitokin yang akan dilepaskan ke
dalam rongga sendi dan merusak matriks rawan sendi serta mengaktifkan
kondrosit Pada akhirnya tulang subkondral juga akan ikut berperan dimana
osteoblas akan terangsang dan menghasilkan enzim proteolitik 910
Agrekanase merupakan enzim yang akan memecah proteoglikan di
dalam matriks rawan sendi yang disebut agrekan Ada dua tipe agrekanase
yaitu agrekanase 1 (ADAMTs-4) dan agrekanase 2 (ADAMTs-11) MMPs
diproduksi oleh kondrosit kemudian diaktifkan melalui kaskade yang
melibatkan proteinase serin (aktivator plasminogen plamsinogen plasmin)
radikal bebas dan beberapa MMPs tipe membran Kaskade enzimatik ini
dikontrol oleh berbagai inhibitor termasuk TIMPs dan inhibitor aktifator
plasminogen Enzim lain yang turut berperan merusak kolagen tipe II dan
proteoglikan adalah katepsin yang bekerja pada pH rendah termasuk
proteinase aspartat (katepsin D) dan proteinase sistein (katepsin B H K L
dan S) yang disimpam di dalam lisosom kondrosit Hialuronidase tidak
terdapat di dalam rawan sendi tetapi glikosidase lain turut berperan merusak
proteoglikan10
19
Berbagai sitokin turut berperan merangsang kondrosit dalam
menghasilkan enzim perusak rawan sendi Sitokin-sitokin pro-inflamasi akan
melekat pada reseptor di permukaan kondrosit dan sinoviosit dan
menyebabkan transkripsi gene MMP sehingga produksi enzim tersebut
meningkat Sitokin yang terpenting adalah IL-1 selain sebagai sitokin
pengatur (IL-6 IL-8 LIFI) dan sitokin inhibitor (IL-4 IL-10 IL-13 dan IFN-
γ) Sitokin inhibitor ini bersama IL-Ira dapat menghambat sekresi berbagai
MMPs dan meningkatkan sekresi TIMPs Selain itu IL-4 dan IL-13 juga
dapat melawan efek metabolik IL-1 IL-1 juga berperan menurunkan sintesis
kolagen tipe II dan IX dan meningkatkan sintesis kolagen tipe I dan III
sehingga menghasilkan matriks rawan sendi yang berkualitas buruk 910
IV Klasifikasi Osteoartritis
OA dapat terjadi secara primer (idiopatik) maupun sekunder seperti
yang tercantum di bawah ini 19
IDIOPATIK SEKUNDER
20
SetempatTangan- nodus Heberden dan Bouchard (nodal)- artritis erosif interfalang- karpal-metakarpal IKaki - haluks valgus- haluks rigidus- jari kontraktur (hammercock-up toes)- talonavikulareCoxae- eksentrik (superior)- konsentrik (aksial medial)- difus (koksa senilis)Vertebra- sendi apofiseal- sendi intervertebral- spondilosis (osteofit)- ligamentum (hiperostosis penyakit Forestier diffuse idiopathic skeletal hyperostosis=DISH)Tempat lainnya- glenohumeral- akromioklavikular- tibiotalar- sakroiliaka- temporomandibularMenyeluruhMeliputi 3 atau lebih daerah yang tersebut diatas (Kellgren-Moore)
Traumaminus akutminus kronik (okupasional port)Kongenital atau developmentalGangguan setempatminus Penyakit Leg-Calve-Perthesminus Dislokasi koksa kongenitalminus Slipped epiphysisFaktor mekanikminus Panjang tungkai tidak samaminus Deformitas valgus varusminus Sindroma hipermobilitasMetabolikminus Okronosis (alkaptonuria)minus Hemokromatosisminus Penyakit Wilsonminus Penyakit GaucherEndokrinminus Akromegaliminus Hiperparatiroidismeminus Diabetes melitusminus Obesitasminus HipotiroidismePenyakit Deposit Kalsiumminus Deposit kalsium pirofosfat dihidratminus Artropati hidroksiapatitPenyakit Tulang dan Sendi lainnya Setempatminus FrakturminusNekrosis avaskular
Tabel 21 Osteoartritis Idiopatik dan Sekunder
V Manifestasi Klinis 15
1 Nyeri sendi
Terutama bila sendi bergerak atau menanggung beban yang akan
berkurang bila penderita beristirahat
21
2 Kaku pada pagi hari (morning stiffness)
Kekakuan pada sendi yang terserang terjadi setelah imobilisasi yang
cukup lama (gel phenomenon) bahkan sering disebutkan kaku muncul
pada pagi hari setelah bangun tidur (morning stiffness)
3 Hambatan pergerakan sendi
Hambatan pergerakan sendi ini bersifat progresif lambat bertambah
berat secara perlahan sejalan dengan bertambahnya nyeri pada sendi
4 Krepitasi
Rasa gemeretak (seringkali sampai terdengar) yang terjadi pada sendi
yang sakit
5 Perubahan bentuk sendi
Sendi yang mengalami osteoarthritis biasanya mengalami perubahan
berupa perubahan bentuk dan penyempitan pada celah sendi
6 Perubahan gaya berjalan
Hal yang paling meresahkan pasien adalah perubahan gaya berjalan
hampir semua pasien osteoarthritis pada pergelangan kaki lutut dan
panggul mengalami perubahan gaya berjalan (pincang)
VI Faktor Risiko Osteoartritis Lutut (Genu)
Secara garis besar terdapat dua pembagian faktor risiko OA lutut yaitu
faktor predisposisi dan faktor biomekanis
1 Faktor Predisposisi
a Faktor Demografi
1) Umur
Dari semua faktor risiko untuk timbulnya osteoartritis faktor
ketuaan adalah yang terkuat Proses penuaan dianggap sebagai
penyebab peningkatan kelemahan di sekitar sendi penurunan
kelenturan sendi kalsifikasi tulang rawan dan menurunkan
fungsi kondrosit yang semuanya mendukung terjadinya OA
Studi Framingham menunjukkan bahwa 27 orang berusia 63 ndash
22
70 tahun memiliki bukti radiografik menderita OA lutut yang
meningkat mencapai 40 pada usia 80 tahun atau lebih7
2) Jenis kelamin
Prevalensi OA pada laki-laki sebelum usia 50 tahun lebih tinggi
dibandingkan perempuan tetapi setelah usia lebih dari 50 tahun
prevalensi perempuan lebih tinggi menderita OA dibandingkan
laki-laki Hal ini dikaitkan dengan pengurangan hormon
estrogen yang signifikan pada wanita8
3) Ras Etnis
Prevalensi OA lutut pada penderita di negara Eropa dan
Amerika tidak berbeda sedangkan suatu penelitian
membuktikan bahwa ras Afrika ndash Amerika memiliki risiko
menderita OA lutut 2 kali lebih besar dibandingkan ras
Kaukasia Penduduk Asia juga memiliki risiko menderita OA
lutut lebih tinggi dibandingkan Kaukasia1011 Suatu studi lain
menyimpulkan bahwa populasi kulit berwarna lebih banyak
terserang OA dibandingkan kulit putih9
b Faktor Genetik
Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoartritis Adanya
mutasi dalam gen prokolagen atau gen-gen struktural lain untuk
unsur-unsur tulang rawan sendi seperti kolagen proteoglikan
berperan dalam timbulnya kecenderungan familial pada
osteoartritis10
c Faktor Gaya Hidup
1) Kebiasaan Merokok
Merokok dapat merusak sel dan menghambat proliferasi sel
tulang rawan sendi
Merokok dapat meningkatkan tekanan oksidan yang
mempengaruhi hilangnya tulang rawan
23
Merokok dapat meningkatkan kandungan karbonmonoksida
dalam darah menyebabkan jaringan kekurangan oksigen
dan dapat menghambat pembentukan tulang rawan12
2) Konsumsi Vitamin D
Orang yang tidak biasa mengkonsumsi makanan yang
mengandung vitamin D memiliki peningkatan risiko 3 kali lipat
menderita OA lutut13
d Faktor Metabolik
1) Obesitas
Berat badan yang berlebih ternyata dapat meningkatkan tekanan
mekanik pada sendi penahan beban tubuh dan lebih sering
menyebabkan osteoartritis lutut7
2) Osteoporosis
Hubungan antara OA lutut dan osteoporosis mendukung teori
bahwa gerakan mekanis yang abnormal tulang akan
mempercepat kerusakan tulang rawan sendi10
3) Penyakit Lain
OA lutut terbukti berhubungan dengan diabetes mellitus
hipertensi dan hiperurikemi dengan catatan pasien tidak
mengalami obesitas10
4) Histerktomi
Hal ini diduga berkaitan dengan pengurangan produksi hormon
estrogen setelah dilakukan pengangkatan rahim 10
5) Manisektomi
Menisektomi merupakan operasi yang dilakukan di daerah lutut
dan telah diidentifikasi sebagai faktor risiko penting bagi OA
lutut Hal ini berkaitan dengan hilangnya jaringan meniscus14
2 Faktor Biomekanis
a Riwayat Trauma Lutut
24
Trauma lutut yang akut termasuk robekan pada ligamentum
krusiatum dan meniskus merupakan faktor risiko timbulnya OA
lutut9
b Kelainan Anatomis
Faktor risiko timbulnya OA lutut antara lain kelainan lokal pada
sendi lutut seperti genu varum genu valgus Legg ndash Calve ndashPerthes
disease dan displasia asetabulum10
c Pekerjaan
Osteoartritis banyak ditemukan pada pekerja fisik berat terutama
yang banyak menggunakan kekuatan yang bertumpu pada lutut
(petani kuli dll)9
d Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik berat seperti berdiri lama (2 jam atau lebih setiap
hari) berjalan jarak jauh (2 jam atau lebih setiap hari) mengangkat
barang berat (10 kg ndash 50 kg selama 10 kali atau lebih setiap
minggu) mendorong objek yang berat (10 kg ndash 50 kg selama 10
kali atau lebih setiap minggu) naik turun tangga setiap hari
merupakan faktor risiko OA lutut 9
e Kebiasaan Olahraga
Atlit olah raga benturan keras dan membebani lutut seperti sepak
bola lari maraton dan kung fu memiliki risiko meningkat untuk
menderita OA lutut10
VII Kriteria Diagnosis Osteoartritis Lutut (Genu)
25
Kriteria diagnosis OA lutut menggunakan kriteria klasifikasi American
College of Rheumatology seperti tercantum pada tabel berikut ini 16
Tabel 22 Kriteria Klasifikasi Osteoartritis Lutut
Derajat osteoartritis lutut dinilai menjadi lima derajat oleh Kellgren dan
Lawrence yaitu 17
- Derajat 0 tidak ada gambaran osteoartritis
- Derajat 1 osteoartritis meragukan dengan gambaran sendi normal tetapi
terdapat osteofit minimal
- Derajat 2 osteoartritis minimal dengan osteofit pada 2 tempat tidak terdapat
sklerosis dan kista subkondral serta celah sendi baik
- Derajat 3 osteoartritis moderat dengan osteofit moderat deformitas ujung
tulang dan celah sendi sempit
- Derajat 4 osteoartritis berat dengan osteofit besar deformitas ujung tulang
celah sendi hilang serta adanyasklerosis dan kista subkondral
26
VIIIPenatalaksanaan Osteoarthritis
Tujuan penatalaksanaan pasien dengan osteoarthritis adalah18
1 Meredakan nyeri
2 Mengoptimalkan fungsi sendi
3 Mengurangi ketergantungan kepada orang lain dan meningkatkan
kualitas hidup
4 Menghambat progresivitas penyakit
5 Mencegah terjadinya komplikasi
Pilar terapi pada pasien dengan osteoarthritis yaitu
Nonfarmakologis
1 Modifikasi pola hidup
2 Edukasi
3 Istirahat teratur yang bertujuan mengurangi penggunaan beban pada
sendi
4 Modifikasi aktivitas
5 Menurunkan berat badan
6 Rehabilitasi medik fisioterapi
a Latihan statis dan memperkuat otot-otot
b Fisioterapi yang berguna untuk mengurangi nyeri menguatkan otot
dan menambah luas pergerakan sendi
7 Penggunaan alat bantu
Farmakologis
1 Sistemik
a Analgetik
Non narkotik parasetamol
Opioid (kodein tramadol)
b Antiinflamasi nonsteroid (NSAIDs)
Oral
Injeksi
Suppositoria
27
c DMOADs (disease modifying OA drugs)
Diantara nutraceutical yang saat ini tersedia di Indonesia adalah
Glucosamine sulfate dan Chondroitine sulfate
2 Topikal
a Krim rubefacients dan capsaicin
Beberapa sediaan telah tersedia di Indonesia dengan cara kerja pada
umumnya bersifat counter irritant
b Krim NSAIDs
Beberapa yang dapat digunakan adalah gel piroxicam dan sodium
diklofenak
3 Injeksi intraartikularintra lesi
Pada dasarnya ada 2 indikasi suntikan intra artikular yakni penanganan
simtomatik dengan steroid dan viskosuplementasi dengan hyaluronan
untuk modifikasi perjalanan penyakit Beberapa preparat injeksi
intraartikular diantaranya
a Steroid ( triamsinolone hexacetonide dan methyl prednisolone )
Hanya diberikan jika ada satu atau dua sendi yang mengalami
nyeri dan inflamasi yang kurang responsif terhadap pemberian
NSAIDs tak dapat mentolerir NSAIDs atau ada komorbiditas yang
merupakan kontra indikasi terhadap pemberian NSAIDs
Dosis untuk sendi besar seperti lutut 40-50 mginjeksi
sedangkan untuk sendi-sendi kecil biasanya digunakan dosis 10 mg
b Hyaluronan high molecular weight dan low molecular weight
Diberikan berturut-turut 5 sampai 6 kali dengan interval satu
minggu masing-masing 2 sampai 25 ml Hyaluronan Sediaan di
Indonesia diantaranya adalah Hyalgan dan Osflex
4 Pembedahan
Sebelum diputuskan untuk terapi pembedahan harus dipertimbangkan
terlebih dahulu risiko dan keuntungannya Pertimbangan dilakukan
tindakan operatif bila
28
a Deformitas menimbulkan gangguan mobilisasi
b Nyeri yang tidak dapat teratasi dengan penganan medikamentosa
dan rehabilitatif
Ada 2 tipe terapi pembedahan Realignment osteotomi dan replacement
joint
Macam-macam operasi sendi lutut untuk osteoarthritis
a Partial replacementunicompartemental
b High tibial osteotomy orang muda
c Patella amp condyle resurfacing
d Minimally constrained total replacement stabilitas sendi dilakukan
sebagian oleh ligament asli dan sebagian oleh sendi buatan
e Cinstrained joint fixed hinges dipakai bila ada tulang hilang dan
severe instability
f Total knee replacement apabila didapatkan nyeri deformitas
instability akibat dari rheumatoid atau osteoarthritis
29
Gambar 21 Piramida Penatalaksanaan Osteoartritis
BAB III
DISKUSI DAN PEMBAHASAN
OA adalah penyakit degenerasi kartilago artikuler yang berlangsung secara
perlahan dan ditandai dengan nyeri sendi kekakuan dan keterbatasan gerak yang
berkembang secara progresif Tanda-tanda tersebut ditemukan pada penderita ini
Berdasarkan etiologinya OA diklasifikasikan menjadi dua yaitu OA
primer dan OA sekunder OA primer disebut juga OA idiopatik yaitu OA yang
kausanya tidak diketahui dan tidak ada hubungannya dengan penyakit sistemik
maupun proses perubahan lokal pada sendi OA sekunder adalah OA yang
didasari oleh adanya kelainan endokrin trauma inflamasi metabolik
pertumbuhan herediter jejas mikro dan makro serta imobilisasi yang terlalu lama
faktor mekanik penyakit deposit kalsium penyakit tulang dan sendi lainnya serta
neuropatik endemik Beberapa faktor risiko yang diketahui berhubungan dengan
penyakit OA diantaranya faktor risiko umum yang penting seperti kegemukan
faktor genetik dan jenis kelamin serta beberapa faktor risiko lain seperti usia lebih
dari 40 tahun suku bangsa cedera sendi pekerjaan olahraga kelainan
pertumbuhan kepadatan tulang dan lain-lain Pada penderita ini berdasarkan
30
anamnesis riwayat sosialnya penderita adalah seorang wanita berusia 75 tahun
yang meskipun tidak melakukan pekerjaan yang berat tetapi dirinya tetap
menjalankan pekerjaan rumah tangga (sebelum sakit) yang notabene banyak
menggunakan sendi lutut Selain itu dari pemeriksaan fisik penderita ini juga
mengalami kegemukan Kondisi-kondisi pada penderita ini merupakan faktor
risiko sekunder terjadinya OA Jadi dapat disimpulkan bahwa penyebab OA pada
penderita ini bukan termasuk faktor risiko OA primer
Penderita datang dengan keluhan nyeri pada kedua sendi lutut sejak plusmn 1
tahun SMRS dan puncaknya 2 hari SMRS dimana penderita sudah tidak bisa
berjalan lagi Nyeri sendi merupakan keluhan yang umum terjadi pada penyakit
reumatik seperti artritis gout OA keganasan reumatik septik dan lain
sebagainya Pada penderita ini nyeri terlokalisir pada lutut tanpa adanya nyeri
pada sendi yang lain nyeri bertambah saat melakukan gerakan (seperti berjalan)
dan berkurang apabila beristirahat Tidak ada demam Nyeri tidak menetap
sepanjang hari Nyeri seperti ini biasanya ditemukan pada OA
Penderita juga mengeluh kaku sendi Kaku sendi dirasakan penderita pada
pagi hari Keadaan ini biasanya disebabkan oleh desakan cairan yang berada di
sekitar jaringan yang mengalami inflamasi (kapsul sendi sinovial atau bursa)
Kaku sendi makin nyata pada pagi hari atau setelah istirahat Setelah digerak-
gerakkan cairan akan menyebar dari jaringan yang mengalami inflamasi sehingga
penderita merasa terlepas dari ikatan dan bisa menggerakkan sendinya kembali
Lama kaku sendi pada OA adalah kurang dari 30 menit sedangkan pada AR
minimal satu jam Pada penderita ini kaku sendi juga dirasakan pada pagi hari
selama plusmn 20-30 menit dan menghilang dengan sendirinya bila penderita
menggerakkan kakinya dengan beraktivitas seperti biasa Hal ini sesuai untuk
mendukung keluhan pada penderita OA
Penderita juga mengalami bengkak pada kedua lutut Bengkak dirasakan
oleh penderita sejak 6 bulan SMRS Sendi yang membengkak bisa disebabkan
oleh penonjolan tulang sinovitis efusi dan karena adanya osteofit yang dapat
mengubah permukaan sendi Pada penderita ditemukan osteofit pada pemeriksaan
rontgent
31
29
Pemeriksaan fisik lokalis pada kedua sendi lutut didapatkan pada
inspeksi didapatkan pembesaran bengkak pada kedua sendi lutut dengan tidak
ada perubahan warna kulit Palpasi pada kedua sendi lutut didapatkan nyeri tekan
dan pada perabaan dirasakan hangat Pemeriksaan gerak sendi didapat
keterbatasan gerak fleksi yaitu hanya dapat mengerakkan lutut sebesar 60deg
Hambatan gerak terutama disebabkan oleh adanya remodelling osteofit penebalan
kapsul dan juga adanya efusi Pada auskultasi sendi lutut penderita ditemukan
adanya krepitasi dimana terdengar suara gemeretak ldquokretek-kretekrdquo seperti suara
krupuk yang diremukkan Gejala ini mungkin disebabkan karena gesekan kedua
permukaan tulang sendi yang irregular pada saat sendi digerakkan ataupun secara
pasif dimanipulasi
Pemeriksaan radiologis pada penderita ini didapatkan adanya gambaran
berupa penyempitan sendi dan osteofit pada pinggir sendi Menipisnya rawan
sendi diawali dengan retak dan terbelahnya permukaan sendi di beberapa tempat
yang kemudian menyatu dan disebut sebagai fibrilasi Di lain pihak pada tulang
akan terjadi pula perubahan sebagai reaksi tubuh untuk memperbaiki kerusakan
Perubahan itu adalah penebalan tulang subkondral dan pembentukan osteofit
marginal disusul kemudian dengan perubahan komposisi molekular dan struktur
tulang Penipisan kartilago sendi akibat proses degeneratif memberi gambaran
penyempitan celah sendi yang tidak simetris pada foto polos radiologi Fungsi
kartilago sendi berkurang bahkan menghilang mengakibatkan beban stres di
daerah subkhondral bertambah Beberapa subkhondral tersebut dapat diamati pada
poto polos radiologi berupa pembentukan osteofit sklerotik subkhondral maupun
pembentukan kista subkhondral Pada penderita ini ditemukan adanya
pembentukan osteofit pada condylus lateralis dan medialis os tibio femoralis
Pada OA anamnesa (gejala klinis) pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
radiologi sudah dapat menunjang penegakan diagnosis Hasil pemeriksaan
laboratorium pada OA biasanya tidak banyak berguna Darah tepi (Hb Leukosit
dan LED) dalam batas normal kecuali OA generalisata yang harus dibedakan
dengan arthritis peradangan Pada OA yang disertai peradangan mungkin
didapatkan penurunan viskositas pleositosis sedang hingga ringan serta
32
peningkatan ringan sel radang (lt8000m) gt1 Pada penderita ini dilakukan
pemeriksaan laboratorium darah lengkap kimia darah dan urin lengkap karena
pemeriksaan tersebut merupakan pemeriksaan rutin Dari hasil pemeriksaan
laboratorium pada penderita ini tidak ditemukan adanya kelainan
Diagnosis OA sudah bisa ditegakkan secara klinis dengan memakai
kriteria OA yang dibuat oleh Subcommittee American College of Rheumatology
(ACR) Kriteria OA lutut secara klinis laboratorium dan radiologis adalah adanya
nyeri lutut osteofit dan salah satu dari tanda berikut yaitu usia lebih dari 50
tahun kaku sendi kurang dari 30 menit atau adanya krepitus Pada penderita ini
wanita berusia 75 tahun ditemukan memiliki keluhan nyeri kedua sendi lutut
terdapat kaku sendi selama 20-30 menit terdapat krepitus dan pada pemeriksaan
radiologi ditemukan adanya osteofit
Pengelolaan penderita dengan OA bertujuan untuk menghilangkan
keluhan mengoptimalkan fungsi sendi mengurangi ketergantungan dan
meningkatkan kualitas hidup menghambat progresivitas penyakit dan mencegah
komplikasi Pilar terapi OA non farmakologis (edukasi terapi fisik
dietpenurunan berat badan) farmakologis (analgetik kortikosteroid lokal
sistemik kondroprotektif dan biologik) dan pembedahan
Edukasi sangat penting bagi semua pasien OA Dua hal yang menjadi
tujuan edukasi adalah bagaimana mengatasi nyeri dan disabilitas Pemberian
edukasi pada penderita ini sangat penting karena dengan edukasi diharapkan
pengetahuan penderita mengenai penyakit OA menjadi meningkat dan pengobatan
menjadi lebih mudah serta dapat diajak bersama-sama untuk mencegah kerusakan
organ sendi lebih lanjut Edukasi yang diberikan pada penderita ini yaitu
memberikan pengertian bahwa OA adalah penyakit yang kronik sehingga perlu
dipahami bahwa mungkin dalam derajat tertentu akan tetap ada rasa nyeri kaku
dan keterbatasan gerak serta fungsi Selain itu agar rasa nyeri dapat berkurang
maka penderita hendaknya mengurangi aktivitaspekerjaannya sehingga tidak
terlalu banyak menggunakan sendi lutut dan lebih banyak beristirahat Penderita
juga disarankan untuk kembali kontrol sehingga dapat diketahui apakah
33
penyakitnya sudah membaik atau ternyata ada efek samping akibat obat yang
diberikan
Terapi fisik bertujuan untuk melatih penderita agar persendiannya tetap
dapat dipakai dan melatih penderita untuk melindungi sendi yang sakit Pada
penderita ini dianjurkan untuk berolah raga tapi olah raga yang memperberat
sendi sebaiknya dihindari seperti lari atau joging Hal ini dikarenakan dapat
menambah inflamasi meningkatkan tekanan intraartikular bila ada efusi sendi dan
bahkan bisa menyebabkan robekan kapsul sendi Untuk mencegah risiko
terjadinya kecacatan pada sendi sebaiknya dilakukan olah raga peregangan otot
seperti mQuadrisep femoris dengan peregangan otot diharapkan dapat membantu
dalam peningkatan fungsi sendi secara keseluruhan dan mengurangi nyeri Pada
penderita ini disarankan untuk senam lantai 3 kali seminggu dimana pasien
mengambil posisi terlentang sambil meregangkan lututnya dengan cara
mengangkat kaki dan secara perlahan menekuk dan meluruskan lututnya Olah
raga ini sangat mudah dilakukan apalagi mengingat usia penderita yang sudah
mencapai 75 tahun
Diet bertujuan untuk menurunkan berat badan pada penderita OA yang
gemuk Hal ini sebaiknya menjadi program utama pengobatan OA Penurunan
berat badan seringkali dapat mengurangi keluhan dan peradangan Selain itu
obesitas juga dapat meningkatkan risiko progresifitas dari OA Pada penderita ini
disarankan untuk mengurangi berat badan dengan mengatur diet rendah kalori
sampai mungkin mendekati berat badan ideal Dimana prinsipnya adalah
mengurangi kalori yang masuk dibawah energi yang dibutuhkan Penurunan
energi intake yang aman dianjurkan pemberian defisit energi antara 500-1000
kalori perhari sehingga diharapkan akan terjadi pembakaran lemak tubuh dan
penurunan berat badan 05 ndash 1 kg per minggu Biasanya intake energi diberikan
1200-1300 kal per hari dan paling rendah 800 kal per hari Formula yang dapat
digunakan untuk kebutuhan energi berdasarkan berat badan adalah 22kalkgBB
aktualhari dengan cara ini didapatkan defisit energi 1000 kalhari Pada penderita
ini dianjurkan untuk diet 1400 kal perhari agar mencapai BB idealnya yakni
setidaknya mencapai 55 kg Namun cara ini juga memerlukan kehati ndash hatian
34
dikarenakan usia penderita dan daya tahan tubuhnya yang memang sudah tidak
mendukung untuk melakukan usaha diit
Terapi farmakologis pada penderita OA biasanya bersifat simptomatis
Pada tahap awal dapat dicoba analgetik sederhana seperti asetaminofen atau
salisilat Bila tidak ada perbaikan dapat diberikan obat anti inflamasi non steroid
Untuk mengurangi keluhan nyeri pada penderita ini telah diberikan pengobatan
langsung dengan obat anti inflamasi non steroid seperti Na-diklofenak dengan
dosis 3times50 mg tanpa menggunakan obat lini pertama Hal ini dikarenakan keluhan
pada penderita ini sudah cukup berat ditambah pula adanya bengkak dan rasa
hangat di lutut yang tidak hilang dengan obat analgetik sederhana ( seperti yang
biasa dikonsumsi penderita) Na-diklofenak merupakan obat golongan OAINS
COX-1 inhibitor yang non-selektif dimana obat ini diberikan pada penderita
karena tidak terdapat riwayat pernah menderita gangguan gastrointestinal Namun
mengingat usia penderita yang memang sudah lanjut maka penderita juga
diberikan obat pelapis lambung untuk menjaga kondisi saluran pencernaannya Di
sini penderita diberikan obat golongan PPI (Omeprazole 2 x 20 mg) Setelah
dievaluasi beberapa hari ternyata keluhan nyeri dan bengkak pada penderita tidak
kunjung ada perubahan maka ditambahkan pula obat steroid injeksi dimana
pilihannya adalah InjTriamcinolon 1 Amp24 jam (Inj Flamicort) Selain itu
pasien juga dikonsulkan ke spesialis rehabilitasi medis untuk dilakukan
fisioterapi
Terapi pembedahan Terapi ini diberikan apabila terapi farmakologis dan
rehabilitasi tidak berhasil untuk mengurangi rasa sakit dan juga untuk melakukan
koreksi apabila terjadi deformitas yang menimbulkan gangguan mobilisasi sendi
yang mengganggu aktifitas sehari-hari Pada penderita ini tidak sampai dilakukan
terapi pembedahan
35
DAFTAR PUSTAKA
1 Soeroso J Isbagio H Kalim H Broto R Pramudiyo R Osteoartritis In
Sudoyo AW Setiyohadi B Alwi I Simadibrata M Setiati S editors Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam 4th ed Jakarta Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit
Dalam Fakultas Kedokteran Indonesia 2006 p 1195-201
2 Osteoarthritis Wikipedia The Free Encyclopedia [serial on the internet]
2009 [cited 2009 Sep 1] Available from
httpenwikipediaorgwikiOsteoarthritis
3 Reginster JY The Prevalence and Burden of Osteoarthritis Rheumatology
2002 41 (suppl 1) 3 ndash 6
4 Wibowo Dhidik Tri Kurniawan Yusuf Latifah Tati Gunadi Rachmat
Perancangan dan Implementasi Sistem Bantu Diagnosis Penyakit
Osteoartritis dan Reumatoid Artritis Melalui Deteksi Penyempitan Celah
Sendi pada Citra X-Ray Tangan dan Lutut Dalam Temu Ilmiah
Reumatologi Jakarta 2003 168 ndash 172
5 Konggres Nasional Ikatan Reumatologi Indonesia VI httppemda-
diygoidberita 2005 102140
36
6 Arthritis Research Campaign 2000 Available at
httpwwwarcorgukabout_arthastatshtm
7 Felson DT Zhang Y Hannan MT et al The Incidence and Natural
History of Knee Osteoarthritis in the Elderly The Framingham
Osteoarthritis Study Arthritis Rheumatology 1995 38 1500 ndash 1505
8 Felson DT Zhang Y An Update on the Epidemiology of Knee and Hip
Osteoarthritis with a View to Prevention Arthritis Rheumatology 1998
41 1343 ndash 1355
9 Setiyohadi Bambang Osteoartritis Selayang Pandang Dalam Temu Ilmiah
Reumatologi Jakarta 2003 27 ndash 31
10 Klippel John H Dieppe Paul A Brooks Peter et al Osteoarthritis In
Rheumatology United Kingdom Mosby ndash Year Book Europe Limited
1994 21 ndash 106
11 Abbate L Renner JB Stevens J et al Do Body Composition and Body Fat
Distribution Explain Ethnic Differences in Radiographic Knee
Osteoarthritis Outcomes in African -American and Caucasian Women The
North American Association for the Study of Obesity 2006 14 1274 ndash
1281
12 Amin Niu Jingbo Hunter David et al Smoking Worsens Knee
Osteoarthritis News Center Oklahoma City Oklahoma USA 2006 1 ndash 4
13 McAlindon Timothy E Felson David T Zhang Yuqing et al Relation of
Dietary Intake and Serum Levels of Vitamin D to Progression of
Osteoarthritis of the Knee Among Participants in the Framingham Study
14 Englund M and Lohmander LS Patellofemoral Osteoarthritis Coexistent
with Tibiofemoral Osteoarthritis in a Meniscectomy Population Annals of
the Rheumatic Diseases 2005 64 1721 ndash 1726
15 Carter MA Osteoartritis In Price SA Wilson LM Patofisiologi konsep
klinis proses-proses penyakit 6th ed Jakarta EGC 2006 p 1380-4
16 Altman RD Criteria for the Classification of Osteoarthritis Journal of
Rheumatology 1991 27 (suppl) 10 ndash 12
37
17 Milne AD Evans NA Stanish WD Nonoperative Management of Knee
Osteoarthritis In Hartono IM Studi komparasi antara WOMAC index
dengan Kellgren-Lawrence grading system pada penderita osteoarthritis
genu [PPDS1 thesis] Semarang Medical Faculty Diponegoro University
2007 p 12
18 Haq I Murphy E Dacre J Osteoarthritis Review Postgrad Med J 2003
79 377 ndash 383
19 Anonim [1986] Criteria for classification of idiopathic osteoarthtritis (OA)
of the knee American College of Rheumatology [serial on the internet]
2010 [cited 2010 Jan 20] Available from
httpwwwrheumatologyorgpublicationsclassificationoakneeasp
aud=mem
38
- BAB I
- ILUSTRASI KASUS
- 1 Pemeriksaan EKG
- X ndash Ray Pelvis AP
- BAB III
- DISKUSI DAN PEMBAHASAN
-
MAKROSKOPIS
Warna Kuning Kuning muda - kuning
Kekeruhan Jernih Jernih
KIMIA URINE
pH Reaksi 60 46 ndash 85Berat jenis 1015 1003 ndash 1030Protein Negatif mgdL NegatifReduksi Negatif mgdL NegatifLeukosit Esterase Negatif microL NegatifBilirubin Negatif mgdL NegatifUrobilinogen Normal mgdL NormalNitrit Negatif mgdL NegatifKeton Negatif mgdL NegatifBlood (HbEri) Negatif mgdL Negatif
MIKROSKOPIS
Leukosit Sedimen 10 ndash 15 SelLPB 0 ndash 15Eritrosit Sedimen 0 SelLPB 0 ndash 3 Epitel 5 - 10 SelLPB 0 ndash 15 Silinder Negatif LPK NegatifKristal Negatif LPB NegatifBakteri Negatif LPB NegatifJamur Negatif LPB NegatifLain - lain Negatif LPB
11
3 Foto Rontgen (tanggal 2 Februari 2014)
X ndash Ray Genu Dekstra et Sinistra
Kesan
Osteofit pada condylus lateralis dan medialis os tibia femoralis
dekstra disertai penyempitan sendi tibia femoralis lateralis dekstra
merupakan gambaran osteoarthrosis genu dekstra grade III
Osteofit pada condylus lateralis dan medialis os tibia femoralis
sinistra disertai penyempitan sendi femoro tibialis sinistra disertai
irreguler pada tulang tibia fibula sekitar sendi dan sklerotik
subcondral merupakan gambaran osteoarthosis genu sinistra grade
IV disertai osteoarthritis peradangan
12
X ndash Ray Pelvis AP
13
Kesan
Lesi opak pada cavum pelvis suspek massa DD vesikolitiasis ( usul
USG abdomen )
Tak tampak fraktur maupun dislokasi
V ASSESMENT DIAGNOSIS KERJA DAN DIAGNOSIS BANDING
1 Osteoartritis Genu Dextra et Sinistra
2 Hipertensi stage I
3 Ischemia Hearth Disease
Daftar masalah Problem AssesmentPlanning Diagnosa
Plannning Terapi (IGD)Planning
Monitoring
75 tahun Kedua kaki nyeri tidak bisa jalan (+) tidak bisa ditekuk (+) kaku riwjatuh (-)
Pmx Fisik Genu D et S ada deformitas (+) bengkak(+) krepitasi (+)
Foto x-ray genu osteoarthritis osteofit sendi genu D et S
-Deformitas Sendi-Proses Degeneratif
Osteoartritis Genu Dextra et Sinistra
- X-ray genu Dekstra et Sinistra
- Pmx Cairan synovial sendi genu
Non Farmakologi- A-B-C management ( infRL 20tpm)- Edukasi pasien- Terapi Fisik latihan gerak sendi- Fisioterapi-Penurunan berat badanFarmakologi- Inj Ranitidin 1 Amp12j- Inj Ketorolac 30mg (E)po Natrium Diklofenak 2x1 Analsik 2x1 Vit BC 1x1
-Tanda dan gejala Klinis
- TD 150100 mmHg
Gangguan hemo -dinamik
Hipertensi stage I
- EKG Foto Thorax
Non Farmakologi- Diet rendah garamFarmakologi
- Cek ulang Tekanan Darah
14
Fungsi Ginjal
- Captopril 2 x 25mg (po)- Amlodipin 1x10mg (po)
EKG Gelombang T inverted di Lead II III aVF dan V1 ndash V3
-Ateroskle- rosis-Hipoksia vaskuler
Ischemia Hearth Disease
-Cek Profil Lipid Asam Urat Enzim Jantung
Non Farmakologi-Tirah baring- O2 3-4lpmFarmakologi-ISDN 3x5mg
-Cek EKG serial 4 jam
VI POMR (Problem Oriented Medical Record)
VII FOLLOW UP
Tanggal Subjektif dan Objektif Penatalaksanaan03022014 S kaki masih nyeri jika digerakkan (+)
pegel (+) masih belum bisa berjalan pusing (-) sesak (-)KU Kesadaran Sedang composmentisVS TD 170100 mmHg RR 18 kali menit N 88 kali menit T 370CVAS 7Bengkak (+) eritem (-) ROM terbatasEKG T inverted Lead IIIII aVF amp V1-V3
O2 3lpmIVFD RL 20 tpm Captopril 3x25mgHCT 2x50mgAmlodipin 1x10mgAnalsik 3x1Natrium Diklofenak 3x1ISDN 3x5mg
15
04022014 S kaki masih nyeri jika digerakkan ditekuk (+) pasien tetap masih belum bisa duduk maupun berjalan sesak(-) pusing(-)KU Kesadaran Sedang composmentisVS TD 130100 mmHg RR 18 kali menit N 76 kali menit T 3730CVAS 7Bengkak (+) eritem (-) ROM terbatas
O2 3lpmIVFD RL 20 tpm Captopril 3x25mgHCT 2x50mgAmlodipin 1x10mgAnalsik 3x1Natrium Diklofenak 3x1ISDN 3x5mg(+) Inj Flamicort 1 Amp Omeprazole 2x1
05022014 S kaki masih nyeri jika digerakkan (+) namun pasien sudah bisa tidur miring sambil menekuk lututnya pegel (+) masih belum bisa berjalan (+)KU Kesadaran Sedang composmentisVS TD 150100 mmHg RR 18 kali menit N 86 kali menit T 370CVAS 5Bengkak (+) eritem (-) ROM terbatas
O2 3lpmIVFD RL 20 tpm Captopril 3x25mgHCT 2x50mgAmlodipin 1x10mgAnalsik 3x1Natrium Diklofenak 3x1ISDN 3x5mg(+) Inj Flamicort 1 Amp Omeprazole 2x1Co SpRM untuk Fisioterapi
pasien sudah difisioterapi (IR)06022014 S kaki masih nyeri jika digerakkan (+)
ditambah keluhan nyeri pinggang keluhan pusing sesak mual muntah disangkalKU Kesadaran Sedang composmentisVS TD 200100 mmHg RR 20 kali menit N 88 kali menit T 3630CVAS 7Bengkak (+) eritem (-) ROM terbatas
O2 3lpmIVFD RL 20 tpm Inj Flamicort 1 AmpCaptopril 3x25mgHCT 2x50mgAmlodipin 1x10mgAnalsik 3x1Natrium Diklofenak 3x1ISDN 3x5mgOmeprazole 2x1
Fisioterapi masih dilanjutkan
16
07022014 S kaki masih nyeri tapi lebih jarang pasien sudah bisa setengah duduk namun tetap dibantu keluarga sesak (-) pusing (sedikit) makan minum (+) sedikit - sedikitKU Kesadaran Sedang composmentisVS TD 200100 mmHg RR 18 kali menit N 76 kali menit T 370CVAS 5Bengkak (+) eritem (-) ROM terbatas
Pasien dan keluarga APS pulang karena persoalan biaya terapi pulang
Captopril 3x25mgHCT 2x50mgAmlodipin 1x10mgAnalsik 3x1Natrium Diklofenak 3x1ISDN 3x5mgOmeprazole 2x1(+) Clonidin 3x1 tab
VIIIPROGNOSIS
Qua ad vitam Dubia ad bonam
Qua ad functionam Dubia ad malam
Qua ad sanationam Dubia ad malam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
IDefinisi
Osteoarthritis (OA dikenal juga sebagai arthritis degeneratif penyakit
degeneratif sendi) merupakan penyakit sendi degeneratif yang mengenai
sendi-sendi penumpu berat badan dengan gambaran patologis yang berupa
kerusakan kartilago sendi dimana terjadi proses degradasi interaktif sendi
17
yang kompleks terdiri dari proses perbaikan pada kartilago tulang dan
sinovium diikuti komponen sekunder proses inflamasi12
II Epidemiologi
Osteoartritis merupakan penyakit sendi yang paling banyak ditemukan di
dunia termasuk di Indonesia Bahkan sejak tahun 2001 hingga 2010
dicanangkan sebagai dekade penyakit tulang dan sendi di seluruh dunia5
Penyakit ini menempati urutan kedua setelah penyakit kardiovaskuler sebagai
penyebab ketidakmampuan fisik Di Inggris dan Wales sekitar 13 hingga
175 juta orang mengalami gejala OA Di Amerika 1 dari 7 penduduk
menderita OA34
Di Australia pada tahun 2002 diperkirakan biaya nasional untuk OA
sebesar 1 dari GNP yaitu mencapai $Aus 2700orangtahun4 Di Indonesia
sendiri prevalensi total OA sebanyak 343 juta orang pada tahun 2002 dan
mencapai 365 juta orang pada tahun 2007 Diperkirakan 1 sampai 2 juta
orang lanjut usia di Indonesia menderita cacat karena osteoarthritis Pada
beberapa penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan terjadinya
osteoarthritis pada obesitas dan sendi penahan beban tubuh5 Dari sekian
banyak sendi yang dapat terserang OA lutut merupakan sendi yang paling
sering dijumpai terserang OA Data Arthritis Research Campaign
menunjukkan bahwa lebih dari 550 ribu orang di Inggris menderita OA lutut
yang parah dan lebih dari 80 ribu operasi replacement sendi lutut dilakukan di
Inggris pada tahun 2000 dengan biaya 405 juta Poundsterling6
III Patofisiologi Osteoartritis
Terjadinya OA tidak lepas dari banyak persendian yang ada di dalam
tubuh manusia Sebanyak 230 sendi menghubungkan 206 tulang yang
memungkinkan terjadinya gesekan Untuk melindungi tulang dari gesekan di
dalam tubuh ada tulang rawan Namun karena berbagai faktor risiko yang ada
maka terjadi erosi pada tulang rawan dan berkurangnya cairan pada sendi
Tulang rawan sendiri berfungsi untuk meredam getar antar tulang Tulang
rawan terdiri atas jaringan lunak kolagen yang berfungsi untuk menguatkan
18
17
sendi proteoglikan yang membuat jaringan tersebut elastis dan air (70
bagian) yang menjadi bantalan pelumas dan pemberi nutrisi910
Kondrosit adalah sel yang tugasnya membentuk proteoglikan dan
kolagen pada rawan sendi Osteoartritis terjadi akibat kondrosit gagal
mensintesis matriks yang berkualitas dan memelihara keseimbangan antara
degradasi dan sintesis matriks ekstraseluler termasuk produksi kolagen tipe I
III VI dan X yang berlebihan dan sintesis proteoglikan yang pendek Hal
tersebut menyebabkan terjadi perubahan pada diameter dan orientasi dari serat
kolagen yang mengubah biomekanik dari tulang rawan sehingga tulang rawan
sendi kehilangan sifat kompresibilitasnya yang unik9
Selain kondrosit sinoviosit juga berperan pada patogenesis OA
terutama setelah terjadi sinovitis yang menyebabkan nyeri dan perasaan tidak
nyaman Sinoviosit yang mengalami peradangan akan menghasilkan Matrix
Metalloproteinases (MMPs) dan berbagai sitokin yang akan dilepaskan ke
dalam rongga sendi dan merusak matriks rawan sendi serta mengaktifkan
kondrosit Pada akhirnya tulang subkondral juga akan ikut berperan dimana
osteoblas akan terangsang dan menghasilkan enzim proteolitik 910
Agrekanase merupakan enzim yang akan memecah proteoglikan di
dalam matriks rawan sendi yang disebut agrekan Ada dua tipe agrekanase
yaitu agrekanase 1 (ADAMTs-4) dan agrekanase 2 (ADAMTs-11) MMPs
diproduksi oleh kondrosit kemudian diaktifkan melalui kaskade yang
melibatkan proteinase serin (aktivator plasminogen plamsinogen plasmin)
radikal bebas dan beberapa MMPs tipe membran Kaskade enzimatik ini
dikontrol oleh berbagai inhibitor termasuk TIMPs dan inhibitor aktifator
plasminogen Enzim lain yang turut berperan merusak kolagen tipe II dan
proteoglikan adalah katepsin yang bekerja pada pH rendah termasuk
proteinase aspartat (katepsin D) dan proteinase sistein (katepsin B H K L
dan S) yang disimpam di dalam lisosom kondrosit Hialuronidase tidak
terdapat di dalam rawan sendi tetapi glikosidase lain turut berperan merusak
proteoglikan10
19
Berbagai sitokin turut berperan merangsang kondrosit dalam
menghasilkan enzim perusak rawan sendi Sitokin-sitokin pro-inflamasi akan
melekat pada reseptor di permukaan kondrosit dan sinoviosit dan
menyebabkan transkripsi gene MMP sehingga produksi enzim tersebut
meningkat Sitokin yang terpenting adalah IL-1 selain sebagai sitokin
pengatur (IL-6 IL-8 LIFI) dan sitokin inhibitor (IL-4 IL-10 IL-13 dan IFN-
γ) Sitokin inhibitor ini bersama IL-Ira dapat menghambat sekresi berbagai
MMPs dan meningkatkan sekresi TIMPs Selain itu IL-4 dan IL-13 juga
dapat melawan efek metabolik IL-1 IL-1 juga berperan menurunkan sintesis
kolagen tipe II dan IX dan meningkatkan sintesis kolagen tipe I dan III
sehingga menghasilkan matriks rawan sendi yang berkualitas buruk 910
IV Klasifikasi Osteoartritis
OA dapat terjadi secara primer (idiopatik) maupun sekunder seperti
yang tercantum di bawah ini 19
IDIOPATIK SEKUNDER
20
SetempatTangan- nodus Heberden dan Bouchard (nodal)- artritis erosif interfalang- karpal-metakarpal IKaki - haluks valgus- haluks rigidus- jari kontraktur (hammercock-up toes)- talonavikulareCoxae- eksentrik (superior)- konsentrik (aksial medial)- difus (koksa senilis)Vertebra- sendi apofiseal- sendi intervertebral- spondilosis (osteofit)- ligamentum (hiperostosis penyakit Forestier diffuse idiopathic skeletal hyperostosis=DISH)Tempat lainnya- glenohumeral- akromioklavikular- tibiotalar- sakroiliaka- temporomandibularMenyeluruhMeliputi 3 atau lebih daerah yang tersebut diatas (Kellgren-Moore)
Traumaminus akutminus kronik (okupasional port)Kongenital atau developmentalGangguan setempatminus Penyakit Leg-Calve-Perthesminus Dislokasi koksa kongenitalminus Slipped epiphysisFaktor mekanikminus Panjang tungkai tidak samaminus Deformitas valgus varusminus Sindroma hipermobilitasMetabolikminus Okronosis (alkaptonuria)minus Hemokromatosisminus Penyakit Wilsonminus Penyakit GaucherEndokrinminus Akromegaliminus Hiperparatiroidismeminus Diabetes melitusminus Obesitasminus HipotiroidismePenyakit Deposit Kalsiumminus Deposit kalsium pirofosfat dihidratminus Artropati hidroksiapatitPenyakit Tulang dan Sendi lainnya Setempatminus FrakturminusNekrosis avaskular
Tabel 21 Osteoartritis Idiopatik dan Sekunder
V Manifestasi Klinis 15
1 Nyeri sendi
Terutama bila sendi bergerak atau menanggung beban yang akan
berkurang bila penderita beristirahat
21
2 Kaku pada pagi hari (morning stiffness)
Kekakuan pada sendi yang terserang terjadi setelah imobilisasi yang
cukup lama (gel phenomenon) bahkan sering disebutkan kaku muncul
pada pagi hari setelah bangun tidur (morning stiffness)
3 Hambatan pergerakan sendi
Hambatan pergerakan sendi ini bersifat progresif lambat bertambah
berat secara perlahan sejalan dengan bertambahnya nyeri pada sendi
4 Krepitasi
Rasa gemeretak (seringkali sampai terdengar) yang terjadi pada sendi
yang sakit
5 Perubahan bentuk sendi
Sendi yang mengalami osteoarthritis biasanya mengalami perubahan
berupa perubahan bentuk dan penyempitan pada celah sendi
6 Perubahan gaya berjalan
Hal yang paling meresahkan pasien adalah perubahan gaya berjalan
hampir semua pasien osteoarthritis pada pergelangan kaki lutut dan
panggul mengalami perubahan gaya berjalan (pincang)
VI Faktor Risiko Osteoartritis Lutut (Genu)
Secara garis besar terdapat dua pembagian faktor risiko OA lutut yaitu
faktor predisposisi dan faktor biomekanis
1 Faktor Predisposisi
a Faktor Demografi
1) Umur
Dari semua faktor risiko untuk timbulnya osteoartritis faktor
ketuaan adalah yang terkuat Proses penuaan dianggap sebagai
penyebab peningkatan kelemahan di sekitar sendi penurunan
kelenturan sendi kalsifikasi tulang rawan dan menurunkan
fungsi kondrosit yang semuanya mendukung terjadinya OA
Studi Framingham menunjukkan bahwa 27 orang berusia 63 ndash
22
70 tahun memiliki bukti radiografik menderita OA lutut yang
meningkat mencapai 40 pada usia 80 tahun atau lebih7
2) Jenis kelamin
Prevalensi OA pada laki-laki sebelum usia 50 tahun lebih tinggi
dibandingkan perempuan tetapi setelah usia lebih dari 50 tahun
prevalensi perempuan lebih tinggi menderita OA dibandingkan
laki-laki Hal ini dikaitkan dengan pengurangan hormon
estrogen yang signifikan pada wanita8
3) Ras Etnis
Prevalensi OA lutut pada penderita di negara Eropa dan
Amerika tidak berbeda sedangkan suatu penelitian
membuktikan bahwa ras Afrika ndash Amerika memiliki risiko
menderita OA lutut 2 kali lebih besar dibandingkan ras
Kaukasia Penduduk Asia juga memiliki risiko menderita OA
lutut lebih tinggi dibandingkan Kaukasia1011 Suatu studi lain
menyimpulkan bahwa populasi kulit berwarna lebih banyak
terserang OA dibandingkan kulit putih9
b Faktor Genetik
Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoartritis Adanya
mutasi dalam gen prokolagen atau gen-gen struktural lain untuk
unsur-unsur tulang rawan sendi seperti kolagen proteoglikan
berperan dalam timbulnya kecenderungan familial pada
osteoartritis10
c Faktor Gaya Hidup
1) Kebiasaan Merokok
Merokok dapat merusak sel dan menghambat proliferasi sel
tulang rawan sendi
Merokok dapat meningkatkan tekanan oksidan yang
mempengaruhi hilangnya tulang rawan
23
Merokok dapat meningkatkan kandungan karbonmonoksida
dalam darah menyebabkan jaringan kekurangan oksigen
dan dapat menghambat pembentukan tulang rawan12
2) Konsumsi Vitamin D
Orang yang tidak biasa mengkonsumsi makanan yang
mengandung vitamin D memiliki peningkatan risiko 3 kali lipat
menderita OA lutut13
d Faktor Metabolik
1) Obesitas
Berat badan yang berlebih ternyata dapat meningkatkan tekanan
mekanik pada sendi penahan beban tubuh dan lebih sering
menyebabkan osteoartritis lutut7
2) Osteoporosis
Hubungan antara OA lutut dan osteoporosis mendukung teori
bahwa gerakan mekanis yang abnormal tulang akan
mempercepat kerusakan tulang rawan sendi10
3) Penyakit Lain
OA lutut terbukti berhubungan dengan diabetes mellitus
hipertensi dan hiperurikemi dengan catatan pasien tidak
mengalami obesitas10
4) Histerktomi
Hal ini diduga berkaitan dengan pengurangan produksi hormon
estrogen setelah dilakukan pengangkatan rahim 10
5) Manisektomi
Menisektomi merupakan operasi yang dilakukan di daerah lutut
dan telah diidentifikasi sebagai faktor risiko penting bagi OA
lutut Hal ini berkaitan dengan hilangnya jaringan meniscus14
2 Faktor Biomekanis
a Riwayat Trauma Lutut
24
Trauma lutut yang akut termasuk robekan pada ligamentum
krusiatum dan meniskus merupakan faktor risiko timbulnya OA
lutut9
b Kelainan Anatomis
Faktor risiko timbulnya OA lutut antara lain kelainan lokal pada
sendi lutut seperti genu varum genu valgus Legg ndash Calve ndashPerthes
disease dan displasia asetabulum10
c Pekerjaan
Osteoartritis banyak ditemukan pada pekerja fisik berat terutama
yang banyak menggunakan kekuatan yang bertumpu pada lutut
(petani kuli dll)9
d Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik berat seperti berdiri lama (2 jam atau lebih setiap
hari) berjalan jarak jauh (2 jam atau lebih setiap hari) mengangkat
barang berat (10 kg ndash 50 kg selama 10 kali atau lebih setiap
minggu) mendorong objek yang berat (10 kg ndash 50 kg selama 10
kali atau lebih setiap minggu) naik turun tangga setiap hari
merupakan faktor risiko OA lutut 9
e Kebiasaan Olahraga
Atlit olah raga benturan keras dan membebani lutut seperti sepak
bola lari maraton dan kung fu memiliki risiko meningkat untuk
menderita OA lutut10
VII Kriteria Diagnosis Osteoartritis Lutut (Genu)
25
Kriteria diagnosis OA lutut menggunakan kriteria klasifikasi American
College of Rheumatology seperti tercantum pada tabel berikut ini 16
Tabel 22 Kriteria Klasifikasi Osteoartritis Lutut
Derajat osteoartritis lutut dinilai menjadi lima derajat oleh Kellgren dan
Lawrence yaitu 17
- Derajat 0 tidak ada gambaran osteoartritis
- Derajat 1 osteoartritis meragukan dengan gambaran sendi normal tetapi
terdapat osteofit minimal
- Derajat 2 osteoartritis minimal dengan osteofit pada 2 tempat tidak terdapat
sklerosis dan kista subkondral serta celah sendi baik
- Derajat 3 osteoartritis moderat dengan osteofit moderat deformitas ujung
tulang dan celah sendi sempit
- Derajat 4 osteoartritis berat dengan osteofit besar deformitas ujung tulang
celah sendi hilang serta adanyasklerosis dan kista subkondral
26
VIIIPenatalaksanaan Osteoarthritis
Tujuan penatalaksanaan pasien dengan osteoarthritis adalah18
1 Meredakan nyeri
2 Mengoptimalkan fungsi sendi
3 Mengurangi ketergantungan kepada orang lain dan meningkatkan
kualitas hidup
4 Menghambat progresivitas penyakit
5 Mencegah terjadinya komplikasi
Pilar terapi pada pasien dengan osteoarthritis yaitu
Nonfarmakologis
1 Modifikasi pola hidup
2 Edukasi
3 Istirahat teratur yang bertujuan mengurangi penggunaan beban pada
sendi
4 Modifikasi aktivitas
5 Menurunkan berat badan
6 Rehabilitasi medik fisioterapi
a Latihan statis dan memperkuat otot-otot
b Fisioterapi yang berguna untuk mengurangi nyeri menguatkan otot
dan menambah luas pergerakan sendi
7 Penggunaan alat bantu
Farmakologis
1 Sistemik
a Analgetik
Non narkotik parasetamol
Opioid (kodein tramadol)
b Antiinflamasi nonsteroid (NSAIDs)
Oral
Injeksi
Suppositoria
27
c DMOADs (disease modifying OA drugs)
Diantara nutraceutical yang saat ini tersedia di Indonesia adalah
Glucosamine sulfate dan Chondroitine sulfate
2 Topikal
a Krim rubefacients dan capsaicin
Beberapa sediaan telah tersedia di Indonesia dengan cara kerja pada
umumnya bersifat counter irritant
b Krim NSAIDs
Beberapa yang dapat digunakan adalah gel piroxicam dan sodium
diklofenak
3 Injeksi intraartikularintra lesi
Pada dasarnya ada 2 indikasi suntikan intra artikular yakni penanganan
simtomatik dengan steroid dan viskosuplementasi dengan hyaluronan
untuk modifikasi perjalanan penyakit Beberapa preparat injeksi
intraartikular diantaranya
a Steroid ( triamsinolone hexacetonide dan methyl prednisolone )
Hanya diberikan jika ada satu atau dua sendi yang mengalami
nyeri dan inflamasi yang kurang responsif terhadap pemberian
NSAIDs tak dapat mentolerir NSAIDs atau ada komorbiditas yang
merupakan kontra indikasi terhadap pemberian NSAIDs
Dosis untuk sendi besar seperti lutut 40-50 mginjeksi
sedangkan untuk sendi-sendi kecil biasanya digunakan dosis 10 mg
b Hyaluronan high molecular weight dan low molecular weight
Diberikan berturut-turut 5 sampai 6 kali dengan interval satu
minggu masing-masing 2 sampai 25 ml Hyaluronan Sediaan di
Indonesia diantaranya adalah Hyalgan dan Osflex
4 Pembedahan
Sebelum diputuskan untuk terapi pembedahan harus dipertimbangkan
terlebih dahulu risiko dan keuntungannya Pertimbangan dilakukan
tindakan operatif bila
28
a Deformitas menimbulkan gangguan mobilisasi
b Nyeri yang tidak dapat teratasi dengan penganan medikamentosa
dan rehabilitatif
Ada 2 tipe terapi pembedahan Realignment osteotomi dan replacement
joint
Macam-macam operasi sendi lutut untuk osteoarthritis
a Partial replacementunicompartemental
b High tibial osteotomy orang muda
c Patella amp condyle resurfacing
d Minimally constrained total replacement stabilitas sendi dilakukan
sebagian oleh ligament asli dan sebagian oleh sendi buatan
e Cinstrained joint fixed hinges dipakai bila ada tulang hilang dan
severe instability
f Total knee replacement apabila didapatkan nyeri deformitas
instability akibat dari rheumatoid atau osteoarthritis
29
Gambar 21 Piramida Penatalaksanaan Osteoartritis
BAB III
DISKUSI DAN PEMBAHASAN
OA adalah penyakit degenerasi kartilago artikuler yang berlangsung secara
perlahan dan ditandai dengan nyeri sendi kekakuan dan keterbatasan gerak yang
berkembang secara progresif Tanda-tanda tersebut ditemukan pada penderita ini
Berdasarkan etiologinya OA diklasifikasikan menjadi dua yaitu OA
primer dan OA sekunder OA primer disebut juga OA idiopatik yaitu OA yang
kausanya tidak diketahui dan tidak ada hubungannya dengan penyakit sistemik
maupun proses perubahan lokal pada sendi OA sekunder adalah OA yang
didasari oleh adanya kelainan endokrin trauma inflamasi metabolik
pertumbuhan herediter jejas mikro dan makro serta imobilisasi yang terlalu lama
faktor mekanik penyakit deposit kalsium penyakit tulang dan sendi lainnya serta
neuropatik endemik Beberapa faktor risiko yang diketahui berhubungan dengan
penyakit OA diantaranya faktor risiko umum yang penting seperti kegemukan
faktor genetik dan jenis kelamin serta beberapa faktor risiko lain seperti usia lebih
dari 40 tahun suku bangsa cedera sendi pekerjaan olahraga kelainan
pertumbuhan kepadatan tulang dan lain-lain Pada penderita ini berdasarkan
30
anamnesis riwayat sosialnya penderita adalah seorang wanita berusia 75 tahun
yang meskipun tidak melakukan pekerjaan yang berat tetapi dirinya tetap
menjalankan pekerjaan rumah tangga (sebelum sakit) yang notabene banyak
menggunakan sendi lutut Selain itu dari pemeriksaan fisik penderita ini juga
mengalami kegemukan Kondisi-kondisi pada penderita ini merupakan faktor
risiko sekunder terjadinya OA Jadi dapat disimpulkan bahwa penyebab OA pada
penderita ini bukan termasuk faktor risiko OA primer
Penderita datang dengan keluhan nyeri pada kedua sendi lutut sejak plusmn 1
tahun SMRS dan puncaknya 2 hari SMRS dimana penderita sudah tidak bisa
berjalan lagi Nyeri sendi merupakan keluhan yang umum terjadi pada penyakit
reumatik seperti artritis gout OA keganasan reumatik septik dan lain
sebagainya Pada penderita ini nyeri terlokalisir pada lutut tanpa adanya nyeri
pada sendi yang lain nyeri bertambah saat melakukan gerakan (seperti berjalan)
dan berkurang apabila beristirahat Tidak ada demam Nyeri tidak menetap
sepanjang hari Nyeri seperti ini biasanya ditemukan pada OA
Penderita juga mengeluh kaku sendi Kaku sendi dirasakan penderita pada
pagi hari Keadaan ini biasanya disebabkan oleh desakan cairan yang berada di
sekitar jaringan yang mengalami inflamasi (kapsul sendi sinovial atau bursa)
Kaku sendi makin nyata pada pagi hari atau setelah istirahat Setelah digerak-
gerakkan cairan akan menyebar dari jaringan yang mengalami inflamasi sehingga
penderita merasa terlepas dari ikatan dan bisa menggerakkan sendinya kembali
Lama kaku sendi pada OA adalah kurang dari 30 menit sedangkan pada AR
minimal satu jam Pada penderita ini kaku sendi juga dirasakan pada pagi hari
selama plusmn 20-30 menit dan menghilang dengan sendirinya bila penderita
menggerakkan kakinya dengan beraktivitas seperti biasa Hal ini sesuai untuk
mendukung keluhan pada penderita OA
Penderita juga mengalami bengkak pada kedua lutut Bengkak dirasakan
oleh penderita sejak 6 bulan SMRS Sendi yang membengkak bisa disebabkan
oleh penonjolan tulang sinovitis efusi dan karena adanya osteofit yang dapat
mengubah permukaan sendi Pada penderita ditemukan osteofit pada pemeriksaan
rontgent
31
29
Pemeriksaan fisik lokalis pada kedua sendi lutut didapatkan pada
inspeksi didapatkan pembesaran bengkak pada kedua sendi lutut dengan tidak
ada perubahan warna kulit Palpasi pada kedua sendi lutut didapatkan nyeri tekan
dan pada perabaan dirasakan hangat Pemeriksaan gerak sendi didapat
keterbatasan gerak fleksi yaitu hanya dapat mengerakkan lutut sebesar 60deg
Hambatan gerak terutama disebabkan oleh adanya remodelling osteofit penebalan
kapsul dan juga adanya efusi Pada auskultasi sendi lutut penderita ditemukan
adanya krepitasi dimana terdengar suara gemeretak ldquokretek-kretekrdquo seperti suara
krupuk yang diremukkan Gejala ini mungkin disebabkan karena gesekan kedua
permukaan tulang sendi yang irregular pada saat sendi digerakkan ataupun secara
pasif dimanipulasi
Pemeriksaan radiologis pada penderita ini didapatkan adanya gambaran
berupa penyempitan sendi dan osteofit pada pinggir sendi Menipisnya rawan
sendi diawali dengan retak dan terbelahnya permukaan sendi di beberapa tempat
yang kemudian menyatu dan disebut sebagai fibrilasi Di lain pihak pada tulang
akan terjadi pula perubahan sebagai reaksi tubuh untuk memperbaiki kerusakan
Perubahan itu adalah penebalan tulang subkondral dan pembentukan osteofit
marginal disusul kemudian dengan perubahan komposisi molekular dan struktur
tulang Penipisan kartilago sendi akibat proses degeneratif memberi gambaran
penyempitan celah sendi yang tidak simetris pada foto polos radiologi Fungsi
kartilago sendi berkurang bahkan menghilang mengakibatkan beban stres di
daerah subkhondral bertambah Beberapa subkhondral tersebut dapat diamati pada
poto polos radiologi berupa pembentukan osteofit sklerotik subkhondral maupun
pembentukan kista subkhondral Pada penderita ini ditemukan adanya
pembentukan osteofit pada condylus lateralis dan medialis os tibio femoralis
Pada OA anamnesa (gejala klinis) pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
radiologi sudah dapat menunjang penegakan diagnosis Hasil pemeriksaan
laboratorium pada OA biasanya tidak banyak berguna Darah tepi (Hb Leukosit
dan LED) dalam batas normal kecuali OA generalisata yang harus dibedakan
dengan arthritis peradangan Pada OA yang disertai peradangan mungkin
didapatkan penurunan viskositas pleositosis sedang hingga ringan serta
32
peningkatan ringan sel radang (lt8000m) gt1 Pada penderita ini dilakukan
pemeriksaan laboratorium darah lengkap kimia darah dan urin lengkap karena
pemeriksaan tersebut merupakan pemeriksaan rutin Dari hasil pemeriksaan
laboratorium pada penderita ini tidak ditemukan adanya kelainan
Diagnosis OA sudah bisa ditegakkan secara klinis dengan memakai
kriteria OA yang dibuat oleh Subcommittee American College of Rheumatology
(ACR) Kriteria OA lutut secara klinis laboratorium dan radiologis adalah adanya
nyeri lutut osteofit dan salah satu dari tanda berikut yaitu usia lebih dari 50
tahun kaku sendi kurang dari 30 menit atau adanya krepitus Pada penderita ini
wanita berusia 75 tahun ditemukan memiliki keluhan nyeri kedua sendi lutut
terdapat kaku sendi selama 20-30 menit terdapat krepitus dan pada pemeriksaan
radiologi ditemukan adanya osteofit
Pengelolaan penderita dengan OA bertujuan untuk menghilangkan
keluhan mengoptimalkan fungsi sendi mengurangi ketergantungan dan
meningkatkan kualitas hidup menghambat progresivitas penyakit dan mencegah
komplikasi Pilar terapi OA non farmakologis (edukasi terapi fisik
dietpenurunan berat badan) farmakologis (analgetik kortikosteroid lokal
sistemik kondroprotektif dan biologik) dan pembedahan
Edukasi sangat penting bagi semua pasien OA Dua hal yang menjadi
tujuan edukasi adalah bagaimana mengatasi nyeri dan disabilitas Pemberian
edukasi pada penderita ini sangat penting karena dengan edukasi diharapkan
pengetahuan penderita mengenai penyakit OA menjadi meningkat dan pengobatan
menjadi lebih mudah serta dapat diajak bersama-sama untuk mencegah kerusakan
organ sendi lebih lanjut Edukasi yang diberikan pada penderita ini yaitu
memberikan pengertian bahwa OA adalah penyakit yang kronik sehingga perlu
dipahami bahwa mungkin dalam derajat tertentu akan tetap ada rasa nyeri kaku
dan keterbatasan gerak serta fungsi Selain itu agar rasa nyeri dapat berkurang
maka penderita hendaknya mengurangi aktivitaspekerjaannya sehingga tidak
terlalu banyak menggunakan sendi lutut dan lebih banyak beristirahat Penderita
juga disarankan untuk kembali kontrol sehingga dapat diketahui apakah
33
penyakitnya sudah membaik atau ternyata ada efek samping akibat obat yang
diberikan
Terapi fisik bertujuan untuk melatih penderita agar persendiannya tetap
dapat dipakai dan melatih penderita untuk melindungi sendi yang sakit Pada
penderita ini dianjurkan untuk berolah raga tapi olah raga yang memperberat
sendi sebaiknya dihindari seperti lari atau joging Hal ini dikarenakan dapat
menambah inflamasi meningkatkan tekanan intraartikular bila ada efusi sendi dan
bahkan bisa menyebabkan robekan kapsul sendi Untuk mencegah risiko
terjadinya kecacatan pada sendi sebaiknya dilakukan olah raga peregangan otot
seperti mQuadrisep femoris dengan peregangan otot diharapkan dapat membantu
dalam peningkatan fungsi sendi secara keseluruhan dan mengurangi nyeri Pada
penderita ini disarankan untuk senam lantai 3 kali seminggu dimana pasien
mengambil posisi terlentang sambil meregangkan lututnya dengan cara
mengangkat kaki dan secara perlahan menekuk dan meluruskan lututnya Olah
raga ini sangat mudah dilakukan apalagi mengingat usia penderita yang sudah
mencapai 75 tahun
Diet bertujuan untuk menurunkan berat badan pada penderita OA yang
gemuk Hal ini sebaiknya menjadi program utama pengobatan OA Penurunan
berat badan seringkali dapat mengurangi keluhan dan peradangan Selain itu
obesitas juga dapat meningkatkan risiko progresifitas dari OA Pada penderita ini
disarankan untuk mengurangi berat badan dengan mengatur diet rendah kalori
sampai mungkin mendekati berat badan ideal Dimana prinsipnya adalah
mengurangi kalori yang masuk dibawah energi yang dibutuhkan Penurunan
energi intake yang aman dianjurkan pemberian defisit energi antara 500-1000
kalori perhari sehingga diharapkan akan terjadi pembakaran lemak tubuh dan
penurunan berat badan 05 ndash 1 kg per minggu Biasanya intake energi diberikan
1200-1300 kal per hari dan paling rendah 800 kal per hari Formula yang dapat
digunakan untuk kebutuhan energi berdasarkan berat badan adalah 22kalkgBB
aktualhari dengan cara ini didapatkan defisit energi 1000 kalhari Pada penderita
ini dianjurkan untuk diet 1400 kal perhari agar mencapai BB idealnya yakni
setidaknya mencapai 55 kg Namun cara ini juga memerlukan kehati ndash hatian
34
dikarenakan usia penderita dan daya tahan tubuhnya yang memang sudah tidak
mendukung untuk melakukan usaha diit
Terapi farmakologis pada penderita OA biasanya bersifat simptomatis
Pada tahap awal dapat dicoba analgetik sederhana seperti asetaminofen atau
salisilat Bila tidak ada perbaikan dapat diberikan obat anti inflamasi non steroid
Untuk mengurangi keluhan nyeri pada penderita ini telah diberikan pengobatan
langsung dengan obat anti inflamasi non steroid seperti Na-diklofenak dengan
dosis 3times50 mg tanpa menggunakan obat lini pertama Hal ini dikarenakan keluhan
pada penderita ini sudah cukup berat ditambah pula adanya bengkak dan rasa
hangat di lutut yang tidak hilang dengan obat analgetik sederhana ( seperti yang
biasa dikonsumsi penderita) Na-diklofenak merupakan obat golongan OAINS
COX-1 inhibitor yang non-selektif dimana obat ini diberikan pada penderita
karena tidak terdapat riwayat pernah menderita gangguan gastrointestinal Namun
mengingat usia penderita yang memang sudah lanjut maka penderita juga
diberikan obat pelapis lambung untuk menjaga kondisi saluran pencernaannya Di
sini penderita diberikan obat golongan PPI (Omeprazole 2 x 20 mg) Setelah
dievaluasi beberapa hari ternyata keluhan nyeri dan bengkak pada penderita tidak
kunjung ada perubahan maka ditambahkan pula obat steroid injeksi dimana
pilihannya adalah InjTriamcinolon 1 Amp24 jam (Inj Flamicort) Selain itu
pasien juga dikonsulkan ke spesialis rehabilitasi medis untuk dilakukan
fisioterapi
Terapi pembedahan Terapi ini diberikan apabila terapi farmakologis dan
rehabilitasi tidak berhasil untuk mengurangi rasa sakit dan juga untuk melakukan
koreksi apabila terjadi deformitas yang menimbulkan gangguan mobilisasi sendi
yang mengganggu aktifitas sehari-hari Pada penderita ini tidak sampai dilakukan
terapi pembedahan
35
DAFTAR PUSTAKA
1 Soeroso J Isbagio H Kalim H Broto R Pramudiyo R Osteoartritis In
Sudoyo AW Setiyohadi B Alwi I Simadibrata M Setiati S editors Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam 4th ed Jakarta Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit
Dalam Fakultas Kedokteran Indonesia 2006 p 1195-201
2 Osteoarthritis Wikipedia The Free Encyclopedia [serial on the internet]
2009 [cited 2009 Sep 1] Available from
httpenwikipediaorgwikiOsteoarthritis
3 Reginster JY The Prevalence and Burden of Osteoarthritis Rheumatology
2002 41 (suppl 1) 3 ndash 6
4 Wibowo Dhidik Tri Kurniawan Yusuf Latifah Tati Gunadi Rachmat
Perancangan dan Implementasi Sistem Bantu Diagnosis Penyakit
Osteoartritis dan Reumatoid Artritis Melalui Deteksi Penyempitan Celah
Sendi pada Citra X-Ray Tangan dan Lutut Dalam Temu Ilmiah
Reumatologi Jakarta 2003 168 ndash 172
5 Konggres Nasional Ikatan Reumatologi Indonesia VI httppemda-
diygoidberita 2005 102140
36
6 Arthritis Research Campaign 2000 Available at
httpwwwarcorgukabout_arthastatshtm
7 Felson DT Zhang Y Hannan MT et al The Incidence and Natural
History of Knee Osteoarthritis in the Elderly The Framingham
Osteoarthritis Study Arthritis Rheumatology 1995 38 1500 ndash 1505
8 Felson DT Zhang Y An Update on the Epidemiology of Knee and Hip
Osteoarthritis with a View to Prevention Arthritis Rheumatology 1998
41 1343 ndash 1355
9 Setiyohadi Bambang Osteoartritis Selayang Pandang Dalam Temu Ilmiah
Reumatologi Jakarta 2003 27 ndash 31
10 Klippel John H Dieppe Paul A Brooks Peter et al Osteoarthritis In
Rheumatology United Kingdom Mosby ndash Year Book Europe Limited
1994 21 ndash 106
11 Abbate L Renner JB Stevens J et al Do Body Composition and Body Fat
Distribution Explain Ethnic Differences in Radiographic Knee
Osteoarthritis Outcomes in African -American and Caucasian Women The
North American Association for the Study of Obesity 2006 14 1274 ndash
1281
12 Amin Niu Jingbo Hunter David et al Smoking Worsens Knee
Osteoarthritis News Center Oklahoma City Oklahoma USA 2006 1 ndash 4
13 McAlindon Timothy E Felson David T Zhang Yuqing et al Relation of
Dietary Intake and Serum Levels of Vitamin D to Progression of
Osteoarthritis of the Knee Among Participants in the Framingham Study
14 Englund M and Lohmander LS Patellofemoral Osteoarthritis Coexistent
with Tibiofemoral Osteoarthritis in a Meniscectomy Population Annals of
the Rheumatic Diseases 2005 64 1721 ndash 1726
15 Carter MA Osteoartritis In Price SA Wilson LM Patofisiologi konsep
klinis proses-proses penyakit 6th ed Jakarta EGC 2006 p 1380-4
16 Altman RD Criteria for the Classification of Osteoarthritis Journal of
Rheumatology 1991 27 (suppl) 10 ndash 12
37
17 Milne AD Evans NA Stanish WD Nonoperative Management of Knee
Osteoarthritis In Hartono IM Studi komparasi antara WOMAC index
dengan Kellgren-Lawrence grading system pada penderita osteoarthritis
genu [PPDS1 thesis] Semarang Medical Faculty Diponegoro University
2007 p 12
18 Haq I Murphy E Dacre J Osteoarthritis Review Postgrad Med J 2003
79 377 ndash 383
19 Anonim [1986] Criteria for classification of idiopathic osteoarthtritis (OA)
of the knee American College of Rheumatology [serial on the internet]
2010 [cited 2010 Jan 20] Available from
httpwwwrheumatologyorgpublicationsclassificationoakneeasp
aud=mem
38
- BAB I
- ILUSTRASI KASUS
- 1 Pemeriksaan EKG
- X ndash Ray Pelvis AP
- BAB III
- DISKUSI DAN PEMBAHASAN
-
3 Foto Rontgen (tanggal 2 Februari 2014)
X ndash Ray Genu Dekstra et Sinistra
Kesan
Osteofit pada condylus lateralis dan medialis os tibia femoralis
dekstra disertai penyempitan sendi tibia femoralis lateralis dekstra
merupakan gambaran osteoarthrosis genu dekstra grade III
Osteofit pada condylus lateralis dan medialis os tibia femoralis
sinistra disertai penyempitan sendi femoro tibialis sinistra disertai
irreguler pada tulang tibia fibula sekitar sendi dan sklerotik
subcondral merupakan gambaran osteoarthosis genu sinistra grade
IV disertai osteoarthritis peradangan
12
X ndash Ray Pelvis AP
13
Kesan
Lesi opak pada cavum pelvis suspek massa DD vesikolitiasis ( usul
USG abdomen )
Tak tampak fraktur maupun dislokasi
V ASSESMENT DIAGNOSIS KERJA DAN DIAGNOSIS BANDING
1 Osteoartritis Genu Dextra et Sinistra
2 Hipertensi stage I
3 Ischemia Hearth Disease
Daftar masalah Problem AssesmentPlanning Diagnosa
Plannning Terapi (IGD)Planning
Monitoring
75 tahun Kedua kaki nyeri tidak bisa jalan (+) tidak bisa ditekuk (+) kaku riwjatuh (-)
Pmx Fisik Genu D et S ada deformitas (+) bengkak(+) krepitasi (+)
Foto x-ray genu osteoarthritis osteofit sendi genu D et S
-Deformitas Sendi-Proses Degeneratif
Osteoartritis Genu Dextra et Sinistra
- X-ray genu Dekstra et Sinistra
- Pmx Cairan synovial sendi genu
Non Farmakologi- A-B-C management ( infRL 20tpm)- Edukasi pasien- Terapi Fisik latihan gerak sendi- Fisioterapi-Penurunan berat badanFarmakologi- Inj Ranitidin 1 Amp12j- Inj Ketorolac 30mg (E)po Natrium Diklofenak 2x1 Analsik 2x1 Vit BC 1x1
-Tanda dan gejala Klinis
- TD 150100 mmHg
Gangguan hemo -dinamik
Hipertensi stage I
- EKG Foto Thorax
Non Farmakologi- Diet rendah garamFarmakologi
- Cek ulang Tekanan Darah
14
Fungsi Ginjal
- Captopril 2 x 25mg (po)- Amlodipin 1x10mg (po)
EKG Gelombang T inverted di Lead II III aVF dan V1 ndash V3
-Ateroskle- rosis-Hipoksia vaskuler
Ischemia Hearth Disease
-Cek Profil Lipid Asam Urat Enzim Jantung
Non Farmakologi-Tirah baring- O2 3-4lpmFarmakologi-ISDN 3x5mg
-Cek EKG serial 4 jam
VI POMR (Problem Oriented Medical Record)
VII FOLLOW UP
Tanggal Subjektif dan Objektif Penatalaksanaan03022014 S kaki masih nyeri jika digerakkan (+)
pegel (+) masih belum bisa berjalan pusing (-) sesak (-)KU Kesadaran Sedang composmentisVS TD 170100 mmHg RR 18 kali menit N 88 kali menit T 370CVAS 7Bengkak (+) eritem (-) ROM terbatasEKG T inverted Lead IIIII aVF amp V1-V3
O2 3lpmIVFD RL 20 tpm Captopril 3x25mgHCT 2x50mgAmlodipin 1x10mgAnalsik 3x1Natrium Diklofenak 3x1ISDN 3x5mg
15
04022014 S kaki masih nyeri jika digerakkan ditekuk (+) pasien tetap masih belum bisa duduk maupun berjalan sesak(-) pusing(-)KU Kesadaran Sedang composmentisVS TD 130100 mmHg RR 18 kali menit N 76 kali menit T 3730CVAS 7Bengkak (+) eritem (-) ROM terbatas
O2 3lpmIVFD RL 20 tpm Captopril 3x25mgHCT 2x50mgAmlodipin 1x10mgAnalsik 3x1Natrium Diklofenak 3x1ISDN 3x5mg(+) Inj Flamicort 1 Amp Omeprazole 2x1
05022014 S kaki masih nyeri jika digerakkan (+) namun pasien sudah bisa tidur miring sambil menekuk lututnya pegel (+) masih belum bisa berjalan (+)KU Kesadaran Sedang composmentisVS TD 150100 mmHg RR 18 kali menit N 86 kali menit T 370CVAS 5Bengkak (+) eritem (-) ROM terbatas
O2 3lpmIVFD RL 20 tpm Captopril 3x25mgHCT 2x50mgAmlodipin 1x10mgAnalsik 3x1Natrium Diklofenak 3x1ISDN 3x5mg(+) Inj Flamicort 1 Amp Omeprazole 2x1Co SpRM untuk Fisioterapi
pasien sudah difisioterapi (IR)06022014 S kaki masih nyeri jika digerakkan (+)
ditambah keluhan nyeri pinggang keluhan pusing sesak mual muntah disangkalKU Kesadaran Sedang composmentisVS TD 200100 mmHg RR 20 kali menit N 88 kali menit T 3630CVAS 7Bengkak (+) eritem (-) ROM terbatas
O2 3lpmIVFD RL 20 tpm Inj Flamicort 1 AmpCaptopril 3x25mgHCT 2x50mgAmlodipin 1x10mgAnalsik 3x1Natrium Diklofenak 3x1ISDN 3x5mgOmeprazole 2x1
Fisioterapi masih dilanjutkan
16
07022014 S kaki masih nyeri tapi lebih jarang pasien sudah bisa setengah duduk namun tetap dibantu keluarga sesak (-) pusing (sedikit) makan minum (+) sedikit - sedikitKU Kesadaran Sedang composmentisVS TD 200100 mmHg RR 18 kali menit N 76 kali menit T 370CVAS 5Bengkak (+) eritem (-) ROM terbatas
Pasien dan keluarga APS pulang karena persoalan biaya terapi pulang
Captopril 3x25mgHCT 2x50mgAmlodipin 1x10mgAnalsik 3x1Natrium Diklofenak 3x1ISDN 3x5mgOmeprazole 2x1(+) Clonidin 3x1 tab
VIIIPROGNOSIS
Qua ad vitam Dubia ad bonam
Qua ad functionam Dubia ad malam
Qua ad sanationam Dubia ad malam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
IDefinisi
Osteoarthritis (OA dikenal juga sebagai arthritis degeneratif penyakit
degeneratif sendi) merupakan penyakit sendi degeneratif yang mengenai
sendi-sendi penumpu berat badan dengan gambaran patologis yang berupa
kerusakan kartilago sendi dimana terjadi proses degradasi interaktif sendi
17
yang kompleks terdiri dari proses perbaikan pada kartilago tulang dan
sinovium diikuti komponen sekunder proses inflamasi12
II Epidemiologi
Osteoartritis merupakan penyakit sendi yang paling banyak ditemukan di
dunia termasuk di Indonesia Bahkan sejak tahun 2001 hingga 2010
dicanangkan sebagai dekade penyakit tulang dan sendi di seluruh dunia5
Penyakit ini menempati urutan kedua setelah penyakit kardiovaskuler sebagai
penyebab ketidakmampuan fisik Di Inggris dan Wales sekitar 13 hingga
175 juta orang mengalami gejala OA Di Amerika 1 dari 7 penduduk
menderita OA34
Di Australia pada tahun 2002 diperkirakan biaya nasional untuk OA
sebesar 1 dari GNP yaitu mencapai $Aus 2700orangtahun4 Di Indonesia
sendiri prevalensi total OA sebanyak 343 juta orang pada tahun 2002 dan
mencapai 365 juta orang pada tahun 2007 Diperkirakan 1 sampai 2 juta
orang lanjut usia di Indonesia menderita cacat karena osteoarthritis Pada
beberapa penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan terjadinya
osteoarthritis pada obesitas dan sendi penahan beban tubuh5 Dari sekian
banyak sendi yang dapat terserang OA lutut merupakan sendi yang paling
sering dijumpai terserang OA Data Arthritis Research Campaign
menunjukkan bahwa lebih dari 550 ribu orang di Inggris menderita OA lutut
yang parah dan lebih dari 80 ribu operasi replacement sendi lutut dilakukan di
Inggris pada tahun 2000 dengan biaya 405 juta Poundsterling6
III Patofisiologi Osteoartritis
Terjadinya OA tidak lepas dari banyak persendian yang ada di dalam
tubuh manusia Sebanyak 230 sendi menghubungkan 206 tulang yang
memungkinkan terjadinya gesekan Untuk melindungi tulang dari gesekan di
dalam tubuh ada tulang rawan Namun karena berbagai faktor risiko yang ada
maka terjadi erosi pada tulang rawan dan berkurangnya cairan pada sendi
Tulang rawan sendiri berfungsi untuk meredam getar antar tulang Tulang
rawan terdiri atas jaringan lunak kolagen yang berfungsi untuk menguatkan
18
17
sendi proteoglikan yang membuat jaringan tersebut elastis dan air (70
bagian) yang menjadi bantalan pelumas dan pemberi nutrisi910
Kondrosit adalah sel yang tugasnya membentuk proteoglikan dan
kolagen pada rawan sendi Osteoartritis terjadi akibat kondrosit gagal
mensintesis matriks yang berkualitas dan memelihara keseimbangan antara
degradasi dan sintesis matriks ekstraseluler termasuk produksi kolagen tipe I
III VI dan X yang berlebihan dan sintesis proteoglikan yang pendek Hal
tersebut menyebabkan terjadi perubahan pada diameter dan orientasi dari serat
kolagen yang mengubah biomekanik dari tulang rawan sehingga tulang rawan
sendi kehilangan sifat kompresibilitasnya yang unik9
Selain kondrosit sinoviosit juga berperan pada patogenesis OA
terutama setelah terjadi sinovitis yang menyebabkan nyeri dan perasaan tidak
nyaman Sinoviosit yang mengalami peradangan akan menghasilkan Matrix
Metalloproteinases (MMPs) dan berbagai sitokin yang akan dilepaskan ke
dalam rongga sendi dan merusak matriks rawan sendi serta mengaktifkan
kondrosit Pada akhirnya tulang subkondral juga akan ikut berperan dimana
osteoblas akan terangsang dan menghasilkan enzim proteolitik 910
Agrekanase merupakan enzim yang akan memecah proteoglikan di
dalam matriks rawan sendi yang disebut agrekan Ada dua tipe agrekanase
yaitu agrekanase 1 (ADAMTs-4) dan agrekanase 2 (ADAMTs-11) MMPs
diproduksi oleh kondrosit kemudian diaktifkan melalui kaskade yang
melibatkan proteinase serin (aktivator plasminogen plamsinogen plasmin)
radikal bebas dan beberapa MMPs tipe membran Kaskade enzimatik ini
dikontrol oleh berbagai inhibitor termasuk TIMPs dan inhibitor aktifator
plasminogen Enzim lain yang turut berperan merusak kolagen tipe II dan
proteoglikan adalah katepsin yang bekerja pada pH rendah termasuk
proteinase aspartat (katepsin D) dan proteinase sistein (katepsin B H K L
dan S) yang disimpam di dalam lisosom kondrosit Hialuronidase tidak
terdapat di dalam rawan sendi tetapi glikosidase lain turut berperan merusak
proteoglikan10
19
Berbagai sitokin turut berperan merangsang kondrosit dalam
menghasilkan enzim perusak rawan sendi Sitokin-sitokin pro-inflamasi akan
melekat pada reseptor di permukaan kondrosit dan sinoviosit dan
menyebabkan transkripsi gene MMP sehingga produksi enzim tersebut
meningkat Sitokin yang terpenting adalah IL-1 selain sebagai sitokin
pengatur (IL-6 IL-8 LIFI) dan sitokin inhibitor (IL-4 IL-10 IL-13 dan IFN-
γ) Sitokin inhibitor ini bersama IL-Ira dapat menghambat sekresi berbagai
MMPs dan meningkatkan sekresi TIMPs Selain itu IL-4 dan IL-13 juga
dapat melawan efek metabolik IL-1 IL-1 juga berperan menurunkan sintesis
kolagen tipe II dan IX dan meningkatkan sintesis kolagen tipe I dan III
sehingga menghasilkan matriks rawan sendi yang berkualitas buruk 910
IV Klasifikasi Osteoartritis
OA dapat terjadi secara primer (idiopatik) maupun sekunder seperti
yang tercantum di bawah ini 19
IDIOPATIK SEKUNDER
20
SetempatTangan- nodus Heberden dan Bouchard (nodal)- artritis erosif interfalang- karpal-metakarpal IKaki - haluks valgus- haluks rigidus- jari kontraktur (hammercock-up toes)- talonavikulareCoxae- eksentrik (superior)- konsentrik (aksial medial)- difus (koksa senilis)Vertebra- sendi apofiseal- sendi intervertebral- spondilosis (osteofit)- ligamentum (hiperostosis penyakit Forestier diffuse idiopathic skeletal hyperostosis=DISH)Tempat lainnya- glenohumeral- akromioklavikular- tibiotalar- sakroiliaka- temporomandibularMenyeluruhMeliputi 3 atau lebih daerah yang tersebut diatas (Kellgren-Moore)
Traumaminus akutminus kronik (okupasional port)Kongenital atau developmentalGangguan setempatminus Penyakit Leg-Calve-Perthesminus Dislokasi koksa kongenitalminus Slipped epiphysisFaktor mekanikminus Panjang tungkai tidak samaminus Deformitas valgus varusminus Sindroma hipermobilitasMetabolikminus Okronosis (alkaptonuria)minus Hemokromatosisminus Penyakit Wilsonminus Penyakit GaucherEndokrinminus Akromegaliminus Hiperparatiroidismeminus Diabetes melitusminus Obesitasminus HipotiroidismePenyakit Deposit Kalsiumminus Deposit kalsium pirofosfat dihidratminus Artropati hidroksiapatitPenyakit Tulang dan Sendi lainnya Setempatminus FrakturminusNekrosis avaskular
Tabel 21 Osteoartritis Idiopatik dan Sekunder
V Manifestasi Klinis 15
1 Nyeri sendi
Terutama bila sendi bergerak atau menanggung beban yang akan
berkurang bila penderita beristirahat
21
2 Kaku pada pagi hari (morning stiffness)
Kekakuan pada sendi yang terserang terjadi setelah imobilisasi yang
cukup lama (gel phenomenon) bahkan sering disebutkan kaku muncul
pada pagi hari setelah bangun tidur (morning stiffness)
3 Hambatan pergerakan sendi
Hambatan pergerakan sendi ini bersifat progresif lambat bertambah
berat secara perlahan sejalan dengan bertambahnya nyeri pada sendi
4 Krepitasi
Rasa gemeretak (seringkali sampai terdengar) yang terjadi pada sendi
yang sakit
5 Perubahan bentuk sendi
Sendi yang mengalami osteoarthritis biasanya mengalami perubahan
berupa perubahan bentuk dan penyempitan pada celah sendi
6 Perubahan gaya berjalan
Hal yang paling meresahkan pasien adalah perubahan gaya berjalan
hampir semua pasien osteoarthritis pada pergelangan kaki lutut dan
panggul mengalami perubahan gaya berjalan (pincang)
VI Faktor Risiko Osteoartritis Lutut (Genu)
Secara garis besar terdapat dua pembagian faktor risiko OA lutut yaitu
faktor predisposisi dan faktor biomekanis
1 Faktor Predisposisi
a Faktor Demografi
1) Umur
Dari semua faktor risiko untuk timbulnya osteoartritis faktor
ketuaan adalah yang terkuat Proses penuaan dianggap sebagai
penyebab peningkatan kelemahan di sekitar sendi penurunan
kelenturan sendi kalsifikasi tulang rawan dan menurunkan
fungsi kondrosit yang semuanya mendukung terjadinya OA
Studi Framingham menunjukkan bahwa 27 orang berusia 63 ndash
22
70 tahun memiliki bukti radiografik menderita OA lutut yang
meningkat mencapai 40 pada usia 80 tahun atau lebih7
2) Jenis kelamin
Prevalensi OA pada laki-laki sebelum usia 50 tahun lebih tinggi
dibandingkan perempuan tetapi setelah usia lebih dari 50 tahun
prevalensi perempuan lebih tinggi menderita OA dibandingkan
laki-laki Hal ini dikaitkan dengan pengurangan hormon
estrogen yang signifikan pada wanita8
3) Ras Etnis
Prevalensi OA lutut pada penderita di negara Eropa dan
Amerika tidak berbeda sedangkan suatu penelitian
membuktikan bahwa ras Afrika ndash Amerika memiliki risiko
menderita OA lutut 2 kali lebih besar dibandingkan ras
Kaukasia Penduduk Asia juga memiliki risiko menderita OA
lutut lebih tinggi dibandingkan Kaukasia1011 Suatu studi lain
menyimpulkan bahwa populasi kulit berwarna lebih banyak
terserang OA dibandingkan kulit putih9
b Faktor Genetik
Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoartritis Adanya
mutasi dalam gen prokolagen atau gen-gen struktural lain untuk
unsur-unsur tulang rawan sendi seperti kolagen proteoglikan
berperan dalam timbulnya kecenderungan familial pada
osteoartritis10
c Faktor Gaya Hidup
1) Kebiasaan Merokok
Merokok dapat merusak sel dan menghambat proliferasi sel
tulang rawan sendi
Merokok dapat meningkatkan tekanan oksidan yang
mempengaruhi hilangnya tulang rawan
23
Merokok dapat meningkatkan kandungan karbonmonoksida
dalam darah menyebabkan jaringan kekurangan oksigen
dan dapat menghambat pembentukan tulang rawan12
2) Konsumsi Vitamin D
Orang yang tidak biasa mengkonsumsi makanan yang
mengandung vitamin D memiliki peningkatan risiko 3 kali lipat
menderita OA lutut13
d Faktor Metabolik
1) Obesitas
Berat badan yang berlebih ternyata dapat meningkatkan tekanan
mekanik pada sendi penahan beban tubuh dan lebih sering
menyebabkan osteoartritis lutut7
2) Osteoporosis
Hubungan antara OA lutut dan osteoporosis mendukung teori
bahwa gerakan mekanis yang abnormal tulang akan
mempercepat kerusakan tulang rawan sendi10
3) Penyakit Lain
OA lutut terbukti berhubungan dengan diabetes mellitus
hipertensi dan hiperurikemi dengan catatan pasien tidak
mengalami obesitas10
4) Histerktomi
Hal ini diduga berkaitan dengan pengurangan produksi hormon
estrogen setelah dilakukan pengangkatan rahim 10
5) Manisektomi
Menisektomi merupakan operasi yang dilakukan di daerah lutut
dan telah diidentifikasi sebagai faktor risiko penting bagi OA
lutut Hal ini berkaitan dengan hilangnya jaringan meniscus14
2 Faktor Biomekanis
a Riwayat Trauma Lutut
24
Trauma lutut yang akut termasuk robekan pada ligamentum
krusiatum dan meniskus merupakan faktor risiko timbulnya OA
lutut9
b Kelainan Anatomis
Faktor risiko timbulnya OA lutut antara lain kelainan lokal pada
sendi lutut seperti genu varum genu valgus Legg ndash Calve ndashPerthes
disease dan displasia asetabulum10
c Pekerjaan
Osteoartritis banyak ditemukan pada pekerja fisik berat terutama
yang banyak menggunakan kekuatan yang bertumpu pada lutut
(petani kuli dll)9
d Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik berat seperti berdiri lama (2 jam atau lebih setiap
hari) berjalan jarak jauh (2 jam atau lebih setiap hari) mengangkat
barang berat (10 kg ndash 50 kg selama 10 kali atau lebih setiap
minggu) mendorong objek yang berat (10 kg ndash 50 kg selama 10
kali atau lebih setiap minggu) naik turun tangga setiap hari
merupakan faktor risiko OA lutut 9
e Kebiasaan Olahraga
Atlit olah raga benturan keras dan membebani lutut seperti sepak
bola lari maraton dan kung fu memiliki risiko meningkat untuk
menderita OA lutut10
VII Kriteria Diagnosis Osteoartritis Lutut (Genu)
25
Kriteria diagnosis OA lutut menggunakan kriteria klasifikasi American
College of Rheumatology seperti tercantum pada tabel berikut ini 16
Tabel 22 Kriteria Klasifikasi Osteoartritis Lutut
Derajat osteoartritis lutut dinilai menjadi lima derajat oleh Kellgren dan
Lawrence yaitu 17
- Derajat 0 tidak ada gambaran osteoartritis
- Derajat 1 osteoartritis meragukan dengan gambaran sendi normal tetapi
terdapat osteofit minimal
- Derajat 2 osteoartritis minimal dengan osteofit pada 2 tempat tidak terdapat
sklerosis dan kista subkondral serta celah sendi baik
- Derajat 3 osteoartritis moderat dengan osteofit moderat deformitas ujung
tulang dan celah sendi sempit
- Derajat 4 osteoartritis berat dengan osteofit besar deformitas ujung tulang
celah sendi hilang serta adanyasklerosis dan kista subkondral
26
VIIIPenatalaksanaan Osteoarthritis
Tujuan penatalaksanaan pasien dengan osteoarthritis adalah18
1 Meredakan nyeri
2 Mengoptimalkan fungsi sendi
3 Mengurangi ketergantungan kepada orang lain dan meningkatkan
kualitas hidup
4 Menghambat progresivitas penyakit
5 Mencegah terjadinya komplikasi
Pilar terapi pada pasien dengan osteoarthritis yaitu
Nonfarmakologis
1 Modifikasi pola hidup
2 Edukasi
3 Istirahat teratur yang bertujuan mengurangi penggunaan beban pada
sendi
4 Modifikasi aktivitas
5 Menurunkan berat badan
6 Rehabilitasi medik fisioterapi
a Latihan statis dan memperkuat otot-otot
b Fisioterapi yang berguna untuk mengurangi nyeri menguatkan otot
dan menambah luas pergerakan sendi
7 Penggunaan alat bantu
Farmakologis
1 Sistemik
a Analgetik
Non narkotik parasetamol
Opioid (kodein tramadol)
b Antiinflamasi nonsteroid (NSAIDs)
Oral
Injeksi
Suppositoria
27
c DMOADs (disease modifying OA drugs)
Diantara nutraceutical yang saat ini tersedia di Indonesia adalah
Glucosamine sulfate dan Chondroitine sulfate
2 Topikal
a Krim rubefacients dan capsaicin
Beberapa sediaan telah tersedia di Indonesia dengan cara kerja pada
umumnya bersifat counter irritant
b Krim NSAIDs
Beberapa yang dapat digunakan adalah gel piroxicam dan sodium
diklofenak
3 Injeksi intraartikularintra lesi
Pada dasarnya ada 2 indikasi suntikan intra artikular yakni penanganan
simtomatik dengan steroid dan viskosuplementasi dengan hyaluronan
untuk modifikasi perjalanan penyakit Beberapa preparat injeksi
intraartikular diantaranya
a Steroid ( triamsinolone hexacetonide dan methyl prednisolone )
Hanya diberikan jika ada satu atau dua sendi yang mengalami
nyeri dan inflamasi yang kurang responsif terhadap pemberian
NSAIDs tak dapat mentolerir NSAIDs atau ada komorbiditas yang
merupakan kontra indikasi terhadap pemberian NSAIDs
Dosis untuk sendi besar seperti lutut 40-50 mginjeksi
sedangkan untuk sendi-sendi kecil biasanya digunakan dosis 10 mg
b Hyaluronan high molecular weight dan low molecular weight
Diberikan berturut-turut 5 sampai 6 kali dengan interval satu
minggu masing-masing 2 sampai 25 ml Hyaluronan Sediaan di
Indonesia diantaranya adalah Hyalgan dan Osflex
4 Pembedahan
Sebelum diputuskan untuk terapi pembedahan harus dipertimbangkan
terlebih dahulu risiko dan keuntungannya Pertimbangan dilakukan
tindakan operatif bila
28
a Deformitas menimbulkan gangguan mobilisasi
b Nyeri yang tidak dapat teratasi dengan penganan medikamentosa
dan rehabilitatif
Ada 2 tipe terapi pembedahan Realignment osteotomi dan replacement
joint
Macam-macam operasi sendi lutut untuk osteoarthritis
a Partial replacementunicompartemental
b High tibial osteotomy orang muda
c Patella amp condyle resurfacing
d Minimally constrained total replacement stabilitas sendi dilakukan
sebagian oleh ligament asli dan sebagian oleh sendi buatan
e Cinstrained joint fixed hinges dipakai bila ada tulang hilang dan
severe instability
f Total knee replacement apabila didapatkan nyeri deformitas
instability akibat dari rheumatoid atau osteoarthritis
29
Gambar 21 Piramida Penatalaksanaan Osteoartritis
BAB III
DISKUSI DAN PEMBAHASAN
OA adalah penyakit degenerasi kartilago artikuler yang berlangsung secara
perlahan dan ditandai dengan nyeri sendi kekakuan dan keterbatasan gerak yang
berkembang secara progresif Tanda-tanda tersebut ditemukan pada penderita ini
Berdasarkan etiologinya OA diklasifikasikan menjadi dua yaitu OA
primer dan OA sekunder OA primer disebut juga OA idiopatik yaitu OA yang
kausanya tidak diketahui dan tidak ada hubungannya dengan penyakit sistemik
maupun proses perubahan lokal pada sendi OA sekunder adalah OA yang
didasari oleh adanya kelainan endokrin trauma inflamasi metabolik
pertumbuhan herediter jejas mikro dan makro serta imobilisasi yang terlalu lama
faktor mekanik penyakit deposit kalsium penyakit tulang dan sendi lainnya serta
neuropatik endemik Beberapa faktor risiko yang diketahui berhubungan dengan
penyakit OA diantaranya faktor risiko umum yang penting seperti kegemukan
faktor genetik dan jenis kelamin serta beberapa faktor risiko lain seperti usia lebih
dari 40 tahun suku bangsa cedera sendi pekerjaan olahraga kelainan
pertumbuhan kepadatan tulang dan lain-lain Pada penderita ini berdasarkan
30
anamnesis riwayat sosialnya penderita adalah seorang wanita berusia 75 tahun
yang meskipun tidak melakukan pekerjaan yang berat tetapi dirinya tetap
menjalankan pekerjaan rumah tangga (sebelum sakit) yang notabene banyak
menggunakan sendi lutut Selain itu dari pemeriksaan fisik penderita ini juga
mengalami kegemukan Kondisi-kondisi pada penderita ini merupakan faktor
risiko sekunder terjadinya OA Jadi dapat disimpulkan bahwa penyebab OA pada
penderita ini bukan termasuk faktor risiko OA primer
Penderita datang dengan keluhan nyeri pada kedua sendi lutut sejak plusmn 1
tahun SMRS dan puncaknya 2 hari SMRS dimana penderita sudah tidak bisa
berjalan lagi Nyeri sendi merupakan keluhan yang umum terjadi pada penyakit
reumatik seperti artritis gout OA keganasan reumatik septik dan lain
sebagainya Pada penderita ini nyeri terlokalisir pada lutut tanpa adanya nyeri
pada sendi yang lain nyeri bertambah saat melakukan gerakan (seperti berjalan)
dan berkurang apabila beristirahat Tidak ada demam Nyeri tidak menetap
sepanjang hari Nyeri seperti ini biasanya ditemukan pada OA
Penderita juga mengeluh kaku sendi Kaku sendi dirasakan penderita pada
pagi hari Keadaan ini biasanya disebabkan oleh desakan cairan yang berada di
sekitar jaringan yang mengalami inflamasi (kapsul sendi sinovial atau bursa)
Kaku sendi makin nyata pada pagi hari atau setelah istirahat Setelah digerak-
gerakkan cairan akan menyebar dari jaringan yang mengalami inflamasi sehingga
penderita merasa terlepas dari ikatan dan bisa menggerakkan sendinya kembali
Lama kaku sendi pada OA adalah kurang dari 30 menit sedangkan pada AR
minimal satu jam Pada penderita ini kaku sendi juga dirasakan pada pagi hari
selama plusmn 20-30 menit dan menghilang dengan sendirinya bila penderita
menggerakkan kakinya dengan beraktivitas seperti biasa Hal ini sesuai untuk
mendukung keluhan pada penderita OA
Penderita juga mengalami bengkak pada kedua lutut Bengkak dirasakan
oleh penderita sejak 6 bulan SMRS Sendi yang membengkak bisa disebabkan
oleh penonjolan tulang sinovitis efusi dan karena adanya osteofit yang dapat
mengubah permukaan sendi Pada penderita ditemukan osteofit pada pemeriksaan
rontgent
31
29
Pemeriksaan fisik lokalis pada kedua sendi lutut didapatkan pada
inspeksi didapatkan pembesaran bengkak pada kedua sendi lutut dengan tidak
ada perubahan warna kulit Palpasi pada kedua sendi lutut didapatkan nyeri tekan
dan pada perabaan dirasakan hangat Pemeriksaan gerak sendi didapat
keterbatasan gerak fleksi yaitu hanya dapat mengerakkan lutut sebesar 60deg
Hambatan gerak terutama disebabkan oleh adanya remodelling osteofit penebalan
kapsul dan juga adanya efusi Pada auskultasi sendi lutut penderita ditemukan
adanya krepitasi dimana terdengar suara gemeretak ldquokretek-kretekrdquo seperti suara
krupuk yang diremukkan Gejala ini mungkin disebabkan karena gesekan kedua
permukaan tulang sendi yang irregular pada saat sendi digerakkan ataupun secara
pasif dimanipulasi
Pemeriksaan radiologis pada penderita ini didapatkan adanya gambaran
berupa penyempitan sendi dan osteofit pada pinggir sendi Menipisnya rawan
sendi diawali dengan retak dan terbelahnya permukaan sendi di beberapa tempat
yang kemudian menyatu dan disebut sebagai fibrilasi Di lain pihak pada tulang
akan terjadi pula perubahan sebagai reaksi tubuh untuk memperbaiki kerusakan
Perubahan itu adalah penebalan tulang subkondral dan pembentukan osteofit
marginal disusul kemudian dengan perubahan komposisi molekular dan struktur
tulang Penipisan kartilago sendi akibat proses degeneratif memberi gambaran
penyempitan celah sendi yang tidak simetris pada foto polos radiologi Fungsi
kartilago sendi berkurang bahkan menghilang mengakibatkan beban stres di
daerah subkhondral bertambah Beberapa subkhondral tersebut dapat diamati pada
poto polos radiologi berupa pembentukan osteofit sklerotik subkhondral maupun
pembentukan kista subkhondral Pada penderita ini ditemukan adanya
pembentukan osteofit pada condylus lateralis dan medialis os tibio femoralis
Pada OA anamnesa (gejala klinis) pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
radiologi sudah dapat menunjang penegakan diagnosis Hasil pemeriksaan
laboratorium pada OA biasanya tidak banyak berguna Darah tepi (Hb Leukosit
dan LED) dalam batas normal kecuali OA generalisata yang harus dibedakan
dengan arthritis peradangan Pada OA yang disertai peradangan mungkin
didapatkan penurunan viskositas pleositosis sedang hingga ringan serta
32
peningkatan ringan sel radang (lt8000m) gt1 Pada penderita ini dilakukan
pemeriksaan laboratorium darah lengkap kimia darah dan urin lengkap karena
pemeriksaan tersebut merupakan pemeriksaan rutin Dari hasil pemeriksaan
laboratorium pada penderita ini tidak ditemukan adanya kelainan
Diagnosis OA sudah bisa ditegakkan secara klinis dengan memakai
kriteria OA yang dibuat oleh Subcommittee American College of Rheumatology
(ACR) Kriteria OA lutut secara klinis laboratorium dan radiologis adalah adanya
nyeri lutut osteofit dan salah satu dari tanda berikut yaitu usia lebih dari 50
tahun kaku sendi kurang dari 30 menit atau adanya krepitus Pada penderita ini
wanita berusia 75 tahun ditemukan memiliki keluhan nyeri kedua sendi lutut
terdapat kaku sendi selama 20-30 menit terdapat krepitus dan pada pemeriksaan
radiologi ditemukan adanya osteofit
Pengelolaan penderita dengan OA bertujuan untuk menghilangkan
keluhan mengoptimalkan fungsi sendi mengurangi ketergantungan dan
meningkatkan kualitas hidup menghambat progresivitas penyakit dan mencegah
komplikasi Pilar terapi OA non farmakologis (edukasi terapi fisik
dietpenurunan berat badan) farmakologis (analgetik kortikosteroid lokal
sistemik kondroprotektif dan biologik) dan pembedahan
Edukasi sangat penting bagi semua pasien OA Dua hal yang menjadi
tujuan edukasi adalah bagaimana mengatasi nyeri dan disabilitas Pemberian
edukasi pada penderita ini sangat penting karena dengan edukasi diharapkan
pengetahuan penderita mengenai penyakit OA menjadi meningkat dan pengobatan
menjadi lebih mudah serta dapat diajak bersama-sama untuk mencegah kerusakan
organ sendi lebih lanjut Edukasi yang diberikan pada penderita ini yaitu
memberikan pengertian bahwa OA adalah penyakit yang kronik sehingga perlu
dipahami bahwa mungkin dalam derajat tertentu akan tetap ada rasa nyeri kaku
dan keterbatasan gerak serta fungsi Selain itu agar rasa nyeri dapat berkurang
maka penderita hendaknya mengurangi aktivitaspekerjaannya sehingga tidak
terlalu banyak menggunakan sendi lutut dan lebih banyak beristirahat Penderita
juga disarankan untuk kembali kontrol sehingga dapat diketahui apakah
33
penyakitnya sudah membaik atau ternyata ada efek samping akibat obat yang
diberikan
Terapi fisik bertujuan untuk melatih penderita agar persendiannya tetap
dapat dipakai dan melatih penderita untuk melindungi sendi yang sakit Pada
penderita ini dianjurkan untuk berolah raga tapi olah raga yang memperberat
sendi sebaiknya dihindari seperti lari atau joging Hal ini dikarenakan dapat
menambah inflamasi meningkatkan tekanan intraartikular bila ada efusi sendi dan
bahkan bisa menyebabkan robekan kapsul sendi Untuk mencegah risiko
terjadinya kecacatan pada sendi sebaiknya dilakukan olah raga peregangan otot
seperti mQuadrisep femoris dengan peregangan otot diharapkan dapat membantu
dalam peningkatan fungsi sendi secara keseluruhan dan mengurangi nyeri Pada
penderita ini disarankan untuk senam lantai 3 kali seminggu dimana pasien
mengambil posisi terlentang sambil meregangkan lututnya dengan cara
mengangkat kaki dan secara perlahan menekuk dan meluruskan lututnya Olah
raga ini sangat mudah dilakukan apalagi mengingat usia penderita yang sudah
mencapai 75 tahun
Diet bertujuan untuk menurunkan berat badan pada penderita OA yang
gemuk Hal ini sebaiknya menjadi program utama pengobatan OA Penurunan
berat badan seringkali dapat mengurangi keluhan dan peradangan Selain itu
obesitas juga dapat meningkatkan risiko progresifitas dari OA Pada penderita ini
disarankan untuk mengurangi berat badan dengan mengatur diet rendah kalori
sampai mungkin mendekati berat badan ideal Dimana prinsipnya adalah
mengurangi kalori yang masuk dibawah energi yang dibutuhkan Penurunan
energi intake yang aman dianjurkan pemberian defisit energi antara 500-1000
kalori perhari sehingga diharapkan akan terjadi pembakaran lemak tubuh dan
penurunan berat badan 05 ndash 1 kg per minggu Biasanya intake energi diberikan
1200-1300 kal per hari dan paling rendah 800 kal per hari Formula yang dapat
digunakan untuk kebutuhan energi berdasarkan berat badan adalah 22kalkgBB
aktualhari dengan cara ini didapatkan defisit energi 1000 kalhari Pada penderita
ini dianjurkan untuk diet 1400 kal perhari agar mencapai BB idealnya yakni
setidaknya mencapai 55 kg Namun cara ini juga memerlukan kehati ndash hatian
34
dikarenakan usia penderita dan daya tahan tubuhnya yang memang sudah tidak
mendukung untuk melakukan usaha diit
Terapi farmakologis pada penderita OA biasanya bersifat simptomatis
Pada tahap awal dapat dicoba analgetik sederhana seperti asetaminofen atau
salisilat Bila tidak ada perbaikan dapat diberikan obat anti inflamasi non steroid
Untuk mengurangi keluhan nyeri pada penderita ini telah diberikan pengobatan
langsung dengan obat anti inflamasi non steroid seperti Na-diklofenak dengan
dosis 3times50 mg tanpa menggunakan obat lini pertama Hal ini dikarenakan keluhan
pada penderita ini sudah cukup berat ditambah pula adanya bengkak dan rasa
hangat di lutut yang tidak hilang dengan obat analgetik sederhana ( seperti yang
biasa dikonsumsi penderita) Na-diklofenak merupakan obat golongan OAINS
COX-1 inhibitor yang non-selektif dimana obat ini diberikan pada penderita
karena tidak terdapat riwayat pernah menderita gangguan gastrointestinal Namun
mengingat usia penderita yang memang sudah lanjut maka penderita juga
diberikan obat pelapis lambung untuk menjaga kondisi saluran pencernaannya Di
sini penderita diberikan obat golongan PPI (Omeprazole 2 x 20 mg) Setelah
dievaluasi beberapa hari ternyata keluhan nyeri dan bengkak pada penderita tidak
kunjung ada perubahan maka ditambahkan pula obat steroid injeksi dimana
pilihannya adalah InjTriamcinolon 1 Amp24 jam (Inj Flamicort) Selain itu
pasien juga dikonsulkan ke spesialis rehabilitasi medis untuk dilakukan
fisioterapi
Terapi pembedahan Terapi ini diberikan apabila terapi farmakologis dan
rehabilitasi tidak berhasil untuk mengurangi rasa sakit dan juga untuk melakukan
koreksi apabila terjadi deformitas yang menimbulkan gangguan mobilisasi sendi
yang mengganggu aktifitas sehari-hari Pada penderita ini tidak sampai dilakukan
terapi pembedahan
35
DAFTAR PUSTAKA
1 Soeroso J Isbagio H Kalim H Broto R Pramudiyo R Osteoartritis In
Sudoyo AW Setiyohadi B Alwi I Simadibrata M Setiati S editors Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam 4th ed Jakarta Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit
Dalam Fakultas Kedokteran Indonesia 2006 p 1195-201
2 Osteoarthritis Wikipedia The Free Encyclopedia [serial on the internet]
2009 [cited 2009 Sep 1] Available from
httpenwikipediaorgwikiOsteoarthritis
3 Reginster JY The Prevalence and Burden of Osteoarthritis Rheumatology
2002 41 (suppl 1) 3 ndash 6
4 Wibowo Dhidik Tri Kurniawan Yusuf Latifah Tati Gunadi Rachmat
Perancangan dan Implementasi Sistem Bantu Diagnosis Penyakit
Osteoartritis dan Reumatoid Artritis Melalui Deteksi Penyempitan Celah
Sendi pada Citra X-Ray Tangan dan Lutut Dalam Temu Ilmiah
Reumatologi Jakarta 2003 168 ndash 172
5 Konggres Nasional Ikatan Reumatologi Indonesia VI httppemda-
diygoidberita 2005 102140
36
6 Arthritis Research Campaign 2000 Available at
httpwwwarcorgukabout_arthastatshtm
7 Felson DT Zhang Y Hannan MT et al The Incidence and Natural
History of Knee Osteoarthritis in the Elderly The Framingham
Osteoarthritis Study Arthritis Rheumatology 1995 38 1500 ndash 1505
8 Felson DT Zhang Y An Update on the Epidemiology of Knee and Hip
Osteoarthritis with a View to Prevention Arthritis Rheumatology 1998
41 1343 ndash 1355
9 Setiyohadi Bambang Osteoartritis Selayang Pandang Dalam Temu Ilmiah
Reumatologi Jakarta 2003 27 ndash 31
10 Klippel John H Dieppe Paul A Brooks Peter et al Osteoarthritis In
Rheumatology United Kingdom Mosby ndash Year Book Europe Limited
1994 21 ndash 106
11 Abbate L Renner JB Stevens J et al Do Body Composition and Body Fat
Distribution Explain Ethnic Differences in Radiographic Knee
Osteoarthritis Outcomes in African -American and Caucasian Women The
North American Association for the Study of Obesity 2006 14 1274 ndash
1281
12 Amin Niu Jingbo Hunter David et al Smoking Worsens Knee
Osteoarthritis News Center Oklahoma City Oklahoma USA 2006 1 ndash 4
13 McAlindon Timothy E Felson David T Zhang Yuqing et al Relation of
Dietary Intake and Serum Levels of Vitamin D to Progression of
Osteoarthritis of the Knee Among Participants in the Framingham Study
14 Englund M and Lohmander LS Patellofemoral Osteoarthritis Coexistent
with Tibiofemoral Osteoarthritis in a Meniscectomy Population Annals of
the Rheumatic Diseases 2005 64 1721 ndash 1726
15 Carter MA Osteoartritis In Price SA Wilson LM Patofisiologi konsep
klinis proses-proses penyakit 6th ed Jakarta EGC 2006 p 1380-4
16 Altman RD Criteria for the Classification of Osteoarthritis Journal of
Rheumatology 1991 27 (suppl) 10 ndash 12
37
17 Milne AD Evans NA Stanish WD Nonoperative Management of Knee
Osteoarthritis In Hartono IM Studi komparasi antara WOMAC index
dengan Kellgren-Lawrence grading system pada penderita osteoarthritis
genu [PPDS1 thesis] Semarang Medical Faculty Diponegoro University
2007 p 12
18 Haq I Murphy E Dacre J Osteoarthritis Review Postgrad Med J 2003
79 377 ndash 383
19 Anonim [1986] Criteria for classification of idiopathic osteoarthtritis (OA)
of the knee American College of Rheumatology [serial on the internet]
2010 [cited 2010 Jan 20] Available from
httpwwwrheumatologyorgpublicationsclassificationoakneeasp
aud=mem
38
- BAB I
- ILUSTRASI KASUS
- 1 Pemeriksaan EKG
- X ndash Ray Pelvis AP
- BAB III
- DISKUSI DAN PEMBAHASAN
-
X ndash Ray Pelvis AP
13
Kesan
Lesi opak pada cavum pelvis suspek massa DD vesikolitiasis ( usul
USG abdomen )
Tak tampak fraktur maupun dislokasi
V ASSESMENT DIAGNOSIS KERJA DAN DIAGNOSIS BANDING
1 Osteoartritis Genu Dextra et Sinistra
2 Hipertensi stage I
3 Ischemia Hearth Disease
Daftar masalah Problem AssesmentPlanning Diagnosa
Plannning Terapi (IGD)Planning
Monitoring
75 tahun Kedua kaki nyeri tidak bisa jalan (+) tidak bisa ditekuk (+) kaku riwjatuh (-)
Pmx Fisik Genu D et S ada deformitas (+) bengkak(+) krepitasi (+)
Foto x-ray genu osteoarthritis osteofit sendi genu D et S
-Deformitas Sendi-Proses Degeneratif
Osteoartritis Genu Dextra et Sinistra
- X-ray genu Dekstra et Sinistra
- Pmx Cairan synovial sendi genu
Non Farmakologi- A-B-C management ( infRL 20tpm)- Edukasi pasien- Terapi Fisik latihan gerak sendi- Fisioterapi-Penurunan berat badanFarmakologi- Inj Ranitidin 1 Amp12j- Inj Ketorolac 30mg (E)po Natrium Diklofenak 2x1 Analsik 2x1 Vit BC 1x1
-Tanda dan gejala Klinis
- TD 150100 mmHg
Gangguan hemo -dinamik
Hipertensi stage I
- EKG Foto Thorax
Non Farmakologi- Diet rendah garamFarmakologi
- Cek ulang Tekanan Darah
14
Fungsi Ginjal
- Captopril 2 x 25mg (po)- Amlodipin 1x10mg (po)
EKG Gelombang T inverted di Lead II III aVF dan V1 ndash V3
-Ateroskle- rosis-Hipoksia vaskuler
Ischemia Hearth Disease
-Cek Profil Lipid Asam Urat Enzim Jantung
Non Farmakologi-Tirah baring- O2 3-4lpmFarmakologi-ISDN 3x5mg
-Cek EKG serial 4 jam
VI POMR (Problem Oriented Medical Record)
VII FOLLOW UP
Tanggal Subjektif dan Objektif Penatalaksanaan03022014 S kaki masih nyeri jika digerakkan (+)
pegel (+) masih belum bisa berjalan pusing (-) sesak (-)KU Kesadaran Sedang composmentisVS TD 170100 mmHg RR 18 kali menit N 88 kali menit T 370CVAS 7Bengkak (+) eritem (-) ROM terbatasEKG T inverted Lead IIIII aVF amp V1-V3
O2 3lpmIVFD RL 20 tpm Captopril 3x25mgHCT 2x50mgAmlodipin 1x10mgAnalsik 3x1Natrium Diklofenak 3x1ISDN 3x5mg
15
04022014 S kaki masih nyeri jika digerakkan ditekuk (+) pasien tetap masih belum bisa duduk maupun berjalan sesak(-) pusing(-)KU Kesadaran Sedang composmentisVS TD 130100 mmHg RR 18 kali menit N 76 kali menit T 3730CVAS 7Bengkak (+) eritem (-) ROM terbatas
O2 3lpmIVFD RL 20 tpm Captopril 3x25mgHCT 2x50mgAmlodipin 1x10mgAnalsik 3x1Natrium Diklofenak 3x1ISDN 3x5mg(+) Inj Flamicort 1 Amp Omeprazole 2x1
05022014 S kaki masih nyeri jika digerakkan (+) namun pasien sudah bisa tidur miring sambil menekuk lututnya pegel (+) masih belum bisa berjalan (+)KU Kesadaran Sedang composmentisVS TD 150100 mmHg RR 18 kali menit N 86 kali menit T 370CVAS 5Bengkak (+) eritem (-) ROM terbatas
O2 3lpmIVFD RL 20 tpm Captopril 3x25mgHCT 2x50mgAmlodipin 1x10mgAnalsik 3x1Natrium Diklofenak 3x1ISDN 3x5mg(+) Inj Flamicort 1 Amp Omeprazole 2x1Co SpRM untuk Fisioterapi
pasien sudah difisioterapi (IR)06022014 S kaki masih nyeri jika digerakkan (+)
ditambah keluhan nyeri pinggang keluhan pusing sesak mual muntah disangkalKU Kesadaran Sedang composmentisVS TD 200100 mmHg RR 20 kali menit N 88 kali menit T 3630CVAS 7Bengkak (+) eritem (-) ROM terbatas
O2 3lpmIVFD RL 20 tpm Inj Flamicort 1 AmpCaptopril 3x25mgHCT 2x50mgAmlodipin 1x10mgAnalsik 3x1Natrium Diklofenak 3x1ISDN 3x5mgOmeprazole 2x1
Fisioterapi masih dilanjutkan
16
07022014 S kaki masih nyeri tapi lebih jarang pasien sudah bisa setengah duduk namun tetap dibantu keluarga sesak (-) pusing (sedikit) makan minum (+) sedikit - sedikitKU Kesadaran Sedang composmentisVS TD 200100 mmHg RR 18 kali menit N 76 kali menit T 370CVAS 5Bengkak (+) eritem (-) ROM terbatas
Pasien dan keluarga APS pulang karena persoalan biaya terapi pulang
Captopril 3x25mgHCT 2x50mgAmlodipin 1x10mgAnalsik 3x1Natrium Diklofenak 3x1ISDN 3x5mgOmeprazole 2x1(+) Clonidin 3x1 tab
VIIIPROGNOSIS
Qua ad vitam Dubia ad bonam
Qua ad functionam Dubia ad malam
Qua ad sanationam Dubia ad malam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
IDefinisi
Osteoarthritis (OA dikenal juga sebagai arthritis degeneratif penyakit
degeneratif sendi) merupakan penyakit sendi degeneratif yang mengenai
sendi-sendi penumpu berat badan dengan gambaran patologis yang berupa
kerusakan kartilago sendi dimana terjadi proses degradasi interaktif sendi
17
yang kompleks terdiri dari proses perbaikan pada kartilago tulang dan
sinovium diikuti komponen sekunder proses inflamasi12
II Epidemiologi
Osteoartritis merupakan penyakit sendi yang paling banyak ditemukan di
dunia termasuk di Indonesia Bahkan sejak tahun 2001 hingga 2010
dicanangkan sebagai dekade penyakit tulang dan sendi di seluruh dunia5
Penyakit ini menempati urutan kedua setelah penyakit kardiovaskuler sebagai
penyebab ketidakmampuan fisik Di Inggris dan Wales sekitar 13 hingga
175 juta orang mengalami gejala OA Di Amerika 1 dari 7 penduduk
menderita OA34
Di Australia pada tahun 2002 diperkirakan biaya nasional untuk OA
sebesar 1 dari GNP yaitu mencapai $Aus 2700orangtahun4 Di Indonesia
sendiri prevalensi total OA sebanyak 343 juta orang pada tahun 2002 dan
mencapai 365 juta orang pada tahun 2007 Diperkirakan 1 sampai 2 juta
orang lanjut usia di Indonesia menderita cacat karena osteoarthritis Pada
beberapa penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan terjadinya
osteoarthritis pada obesitas dan sendi penahan beban tubuh5 Dari sekian
banyak sendi yang dapat terserang OA lutut merupakan sendi yang paling
sering dijumpai terserang OA Data Arthritis Research Campaign
menunjukkan bahwa lebih dari 550 ribu orang di Inggris menderita OA lutut
yang parah dan lebih dari 80 ribu operasi replacement sendi lutut dilakukan di
Inggris pada tahun 2000 dengan biaya 405 juta Poundsterling6
III Patofisiologi Osteoartritis
Terjadinya OA tidak lepas dari banyak persendian yang ada di dalam
tubuh manusia Sebanyak 230 sendi menghubungkan 206 tulang yang
memungkinkan terjadinya gesekan Untuk melindungi tulang dari gesekan di
dalam tubuh ada tulang rawan Namun karena berbagai faktor risiko yang ada
maka terjadi erosi pada tulang rawan dan berkurangnya cairan pada sendi
Tulang rawan sendiri berfungsi untuk meredam getar antar tulang Tulang
rawan terdiri atas jaringan lunak kolagen yang berfungsi untuk menguatkan
18
17
sendi proteoglikan yang membuat jaringan tersebut elastis dan air (70
bagian) yang menjadi bantalan pelumas dan pemberi nutrisi910
Kondrosit adalah sel yang tugasnya membentuk proteoglikan dan
kolagen pada rawan sendi Osteoartritis terjadi akibat kondrosit gagal
mensintesis matriks yang berkualitas dan memelihara keseimbangan antara
degradasi dan sintesis matriks ekstraseluler termasuk produksi kolagen tipe I
III VI dan X yang berlebihan dan sintesis proteoglikan yang pendek Hal
tersebut menyebabkan terjadi perubahan pada diameter dan orientasi dari serat
kolagen yang mengubah biomekanik dari tulang rawan sehingga tulang rawan
sendi kehilangan sifat kompresibilitasnya yang unik9
Selain kondrosit sinoviosit juga berperan pada patogenesis OA
terutama setelah terjadi sinovitis yang menyebabkan nyeri dan perasaan tidak
nyaman Sinoviosit yang mengalami peradangan akan menghasilkan Matrix
Metalloproteinases (MMPs) dan berbagai sitokin yang akan dilepaskan ke
dalam rongga sendi dan merusak matriks rawan sendi serta mengaktifkan
kondrosit Pada akhirnya tulang subkondral juga akan ikut berperan dimana
osteoblas akan terangsang dan menghasilkan enzim proteolitik 910
Agrekanase merupakan enzim yang akan memecah proteoglikan di
dalam matriks rawan sendi yang disebut agrekan Ada dua tipe agrekanase
yaitu agrekanase 1 (ADAMTs-4) dan agrekanase 2 (ADAMTs-11) MMPs
diproduksi oleh kondrosit kemudian diaktifkan melalui kaskade yang
melibatkan proteinase serin (aktivator plasminogen plamsinogen plasmin)
radikal bebas dan beberapa MMPs tipe membran Kaskade enzimatik ini
dikontrol oleh berbagai inhibitor termasuk TIMPs dan inhibitor aktifator
plasminogen Enzim lain yang turut berperan merusak kolagen tipe II dan
proteoglikan adalah katepsin yang bekerja pada pH rendah termasuk
proteinase aspartat (katepsin D) dan proteinase sistein (katepsin B H K L
dan S) yang disimpam di dalam lisosom kondrosit Hialuronidase tidak
terdapat di dalam rawan sendi tetapi glikosidase lain turut berperan merusak
proteoglikan10
19
Berbagai sitokin turut berperan merangsang kondrosit dalam
menghasilkan enzim perusak rawan sendi Sitokin-sitokin pro-inflamasi akan
melekat pada reseptor di permukaan kondrosit dan sinoviosit dan
menyebabkan transkripsi gene MMP sehingga produksi enzim tersebut
meningkat Sitokin yang terpenting adalah IL-1 selain sebagai sitokin
pengatur (IL-6 IL-8 LIFI) dan sitokin inhibitor (IL-4 IL-10 IL-13 dan IFN-
γ) Sitokin inhibitor ini bersama IL-Ira dapat menghambat sekresi berbagai
MMPs dan meningkatkan sekresi TIMPs Selain itu IL-4 dan IL-13 juga
dapat melawan efek metabolik IL-1 IL-1 juga berperan menurunkan sintesis
kolagen tipe II dan IX dan meningkatkan sintesis kolagen tipe I dan III
sehingga menghasilkan matriks rawan sendi yang berkualitas buruk 910
IV Klasifikasi Osteoartritis
OA dapat terjadi secara primer (idiopatik) maupun sekunder seperti
yang tercantum di bawah ini 19
IDIOPATIK SEKUNDER
20
SetempatTangan- nodus Heberden dan Bouchard (nodal)- artritis erosif interfalang- karpal-metakarpal IKaki - haluks valgus- haluks rigidus- jari kontraktur (hammercock-up toes)- talonavikulareCoxae- eksentrik (superior)- konsentrik (aksial medial)- difus (koksa senilis)Vertebra- sendi apofiseal- sendi intervertebral- spondilosis (osteofit)- ligamentum (hiperostosis penyakit Forestier diffuse idiopathic skeletal hyperostosis=DISH)Tempat lainnya- glenohumeral- akromioklavikular- tibiotalar- sakroiliaka- temporomandibularMenyeluruhMeliputi 3 atau lebih daerah yang tersebut diatas (Kellgren-Moore)
Traumaminus akutminus kronik (okupasional port)Kongenital atau developmentalGangguan setempatminus Penyakit Leg-Calve-Perthesminus Dislokasi koksa kongenitalminus Slipped epiphysisFaktor mekanikminus Panjang tungkai tidak samaminus Deformitas valgus varusminus Sindroma hipermobilitasMetabolikminus Okronosis (alkaptonuria)minus Hemokromatosisminus Penyakit Wilsonminus Penyakit GaucherEndokrinminus Akromegaliminus Hiperparatiroidismeminus Diabetes melitusminus Obesitasminus HipotiroidismePenyakit Deposit Kalsiumminus Deposit kalsium pirofosfat dihidratminus Artropati hidroksiapatitPenyakit Tulang dan Sendi lainnya Setempatminus FrakturminusNekrosis avaskular
Tabel 21 Osteoartritis Idiopatik dan Sekunder
V Manifestasi Klinis 15
1 Nyeri sendi
Terutama bila sendi bergerak atau menanggung beban yang akan
berkurang bila penderita beristirahat
21
2 Kaku pada pagi hari (morning stiffness)
Kekakuan pada sendi yang terserang terjadi setelah imobilisasi yang
cukup lama (gel phenomenon) bahkan sering disebutkan kaku muncul
pada pagi hari setelah bangun tidur (morning stiffness)
3 Hambatan pergerakan sendi
Hambatan pergerakan sendi ini bersifat progresif lambat bertambah
berat secara perlahan sejalan dengan bertambahnya nyeri pada sendi
4 Krepitasi
Rasa gemeretak (seringkali sampai terdengar) yang terjadi pada sendi
yang sakit
5 Perubahan bentuk sendi
Sendi yang mengalami osteoarthritis biasanya mengalami perubahan
berupa perubahan bentuk dan penyempitan pada celah sendi
6 Perubahan gaya berjalan
Hal yang paling meresahkan pasien adalah perubahan gaya berjalan
hampir semua pasien osteoarthritis pada pergelangan kaki lutut dan
panggul mengalami perubahan gaya berjalan (pincang)
VI Faktor Risiko Osteoartritis Lutut (Genu)
Secara garis besar terdapat dua pembagian faktor risiko OA lutut yaitu
faktor predisposisi dan faktor biomekanis
1 Faktor Predisposisi
a Faktor Demografi
1) Umur
Dari semua faktor risiko untuk timbulnya osteoartritis faktor
ketuaan adalah yang terkuat Proses penuaan dianggap sebagai
penyebab peningkatan kelemahan di sekitar sendi penurunan
kelenturan sendi kalsifikasi tulang rawan dan menurunkan
fungsi kondrosit yang semuanya mendukung terjadinya OA
Studi Framingham menunjukkan bahwa 27 orang berusia 63 ndash
22
70 tahun memiliki bukti radiografik menderita OA lutut yang
meningkat mencapai 40 pada usia 80 tahun atau lebih7
2) Jenis kelamin
Prevalensi OA pada laki-laki sebelum usia 50 tahun lebih tinggi
dibandingkan perempuan tetapi setelah usia lebih dari 50 tahun
prevalensi perempuan lebih tinggi menderita OA dibandingkan
laki-laki Hal ini dikaitkan dengan pengurangan hormon
estrogen yang signifikan pada wanita8
3) Ras Etnis
Prevalensi OA lutut pada penderita di negara Eropa dan
Amerika tidak berbeda sedangkan suatu penelitian
membuktikan bahwa ras Afrika ndash Amerika memiliki risiko
menderita OA lutut 2 kali lebih besar dibandingkan ras
Kaukasia Penduduk Asia juga memiliki risiko menderita OA
lutut lebih tinggi dibandingkan Kaukasia1011 Suatu studi lain
menyimpulkan bahwa populasi kulit berwarna lebih banyak
terserang OA dibandingkan kulit putih9
b Faktor Genetik
Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoartritis Adanya
mutasi dalam gen prokolagen atau gen-gen struktural lain untuk
unsur-unsur tulang rawan sendi seperti kolagen proteoglikan
berperan dalam timbulnya kecenderungan familial pada
osteoartritis10
c Faktor Gaya Hidup
1) Kebiasaan Merokok
Merokok dapat merusak sel dan menghambat proliferasi sel
tulang rawan sendi
Merokok dapat meningkatkan tekanan oksidan yang
mempengaruhi hilangnya tulang rawan
23
Merokok dapat meningkatkan kandungan karbonmonoksida
dalam darah menyebabkan jaringan kekurangan oksigen
dan dapat menghambat pembentukan tulang rawan12
2) Konsumsi Vitamin D
Orang yang tidak biasa mengkonsumsi makanan yang
mengandung vitamin D memiliki peningkatan risiko 3 kali lipat
menderita OA lutut13
d Faktor Metabolik
1) Obesitas
Berat badan yang berlebih ternyata dapat meningkatkan tekanan
mekanik pada sendi penahan beban tubuh dan lebih sering
menyebabkan osteoartritis lutut7
2) Osteoporosis
Hubungan antara OA lutut dan osteoporosis mendukung teori
bahwa gerakan mekanis yang abnormal tulang akan
mempercepat kerusakan tulang rawan sendi10
3) Penyakit Lain
OA lutut terbukti berhubungan dengan diabetes mellitus
hipertensi dan hiperurikemi dengan catatan pasien tidak
mengalami obesitas10
4) Histerktomi
Hal ini diduga berkaitan dengan pengurangan produksi hormon
estrogen setelah dilakukan pengangkatan rahim 10
5) Manisektomi
Menisektomi merupakan operasi yang dilakukan di daerah lutut
dan telah diidentifikasi sebagai faktor risiko penting bagi OA
lutut Hal ini berkaitan dengan hilangnya jaringan meniscus14
2 Faktor Biomekanis
a Riwayat Trauma Lutut
24
Trauma lutut yang akut termasuk robekan pada ligamentum
krusiatum dan meniskus merupakan faktor risiko timbulnya OA
lutut9
b Kelainan Anatomis
Faktor risiko timbulnya OA lutut antara lain kelainan lokal pada
sendi lutut seperti genu varum genu valgus Legg ndash Calve ndashPerthes
disease dan displasia asetabulum10
c Pekerjaan
Osteoartritis banyak ditemukan pada pekerja fisik berat terutama
yang banyak menggunakan kekuatan yang bertumpu pada lutut
(petani kuli dll)9
d Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik berat seperti berdiri lama (2 jam atau lebih setiap
hari) berjalan jarak jauh (2 jam atau lebih setiap hari) mengangkat
barang berat (10 kg ndash 50 kg selama 10 kali atau lebih setiap
minggu) mendorong objek yang berat (10 kg ndash 50 kg selama 10
kali atau lebih setiap minggu) naik turun tangga setiap hari
merupakan faktor risiko OA lutut 9
e Kebiasaan Olahraga
Atlit olah raga benturan keras dan membebani lutut seperti sepak
bola lari maraton dan kung fu memiliki risiko meningkat untuk
menderita OA lutut10
VII Kriteria Diagnosis Osteoartritis Lutut (Genu)
25
Kriteria diagnosis OA lutut menggunakan kriteria klasifikasi American
College of Rheumatology seperti tercantum pada tabel berikut ini 16
Tabel 22 Kriteria Klasifikasi Osteoartritis Lutut
Derajat osteoartritis lutut dinilai menjadi lima derajat oleh Kellgren dan
Lawrence yaitu 17
- Derajat 0 tidak ada gambaran osteoartritis
- Derajat 1 osteoartritis meragukan dengan gambaran sendi normal tetapi
terdapat osteofit minimal
- Derajat 2 osteoartritis minimal dengan osteofit pada 2 tempat tidak terdapat
sklerosis dan kista subkondral serta celah sendi baik
- Derajat 3 osteoartritis moderat dengan osteofit moderat deformitas ujung
tulang dan celah sendi sempit
- Derajat 4 osteoartritis berat dengan osteofit besar deformitas ujung tulang
celah sendi hilang serta adanyasklerosis dan kista subkondral
26
VIIIPenatalaksanaan Osteoarthritis
Tujuan penatalaksanaan pasien dengan osteoarthritis adalah18
1 Meredakan nyeri
2 Mengoptimalkan fungsi sendi
3 Mengurangi ketergantungan kepada orang lain dan meningkatkan
kualitas hidup
4 Menghambat progresivitas penyakit
5 Mencegah terjadinya komplikasi
Pilar terapi pada pasien dengan osteoarthritis yaitu
Nonfarmakologis
1 Modifikasi pola hidup
2 Edukasi
3 Istirahat teratur yang bertujuan mengurangi penggunaan beban pada
sendi
4 Modifikasi aktivitas
5 Menurunkan berat badan
6 Rehabilitasi medik fisioterapi
a Latihan statis dan memperkuat otot-otot
b Fisioterapi yang berguna untuk mengurangi nyeri menguatkan otot
dan menambah luas pergerakan sendi
7 Penggunaan alat bantu
Farmakologis
1 Sistemik
a Analgetik
Non narkotik parasetamol
Opioid (kodein tramadol)
b Antiinflamasi nonsteroid (NSAIDs)
Oral
Injeksi
Suppositoria
27
c DMOADs (disease modifying OA drugs)
Diantara nutraceutical yang saat ini tersedia di Indonesia adalah
Glucosamine sulfate dan Chondroitine sulfate
2 Topikal
a Krim rubefacients dan capsaicin
Beberapa sediaan telah tersedia di Indonesia dengan cara kerja pada
umumnya bersifat counter irritant
b Krim NSAIDs
Beberapa yang dapat digunakan adalah gel piroxicam dan sodium
diklofenak
3 Injeksi intraartikularintra lesi
Pada dasarnya ada 2 indikasi suntikan intra artikular yakni penanganan
simtomatik dengan steroid dan viskosuplementasi dengan hyaluronan
untuk modifikasi perjalanan penyakit Beberapa preparat injeksi
intraartikular diantaranya
a Steroid ( triamsinolone hexacetonide dan methyl prednisolone )
Hanya diberikan jika ada satu atau dua sendi yang mengalami
nyeri dan inflamasi yang kurang responsif terhadap pemberian
NSAIDs tak dapat mentolerir NSAIDs atau ada komorbiditas yang
merupakan kontra indikasi terhadap pemberian NSAIDs
Dosis untuk sendi besar seperti lutut 40-50 mginjeksi
sedangkan untuk sendi-sendi kecil biasanya digunakan dosis 10 mg
b Hyaluronan high molecular weight dan low molecular weight
Diberikan berturut-turut 5 sampai 6 kali dengan interval satu
minggu masing-masing 2 sampai 25 ml Hyaluronan Sediaan di
Indonesia diantaranya adalah Hyalgan dan Osflex
4 Pembedahan
Sebelum diputuskan untuk terapi pembedahan harus dipertimbangkan
terlebih dahulu risiko dan keuntungannya Pertimbangan dilakukan
tindakan operatif bila
28
a Deformitas menimbulkan gangguan mobilisasi
b Nyeri yang tidak dapat teratasi dengan penganan medikamentosa
dan rehabilitatif
Ada 2 tipe terapi pembedahan Realignment osteotomi dan replacement
joint
Macam-macam operasi sendi lutut untuk osteoarthritis
a Partial replacementunicompartemental
b High tibial osteotomy orang muda
c Patella amp condyle resurfacing
d Minimally constrained total replacement stabilitas sendi dilakukan
sebagian oleh ligament asli dan sebagian oleh sendi buatan
e Cinstrained joint fixed hinges dipakai bila ada tulang hilang dan
severe instability
f Total knee replacement apabila didapatkan nyeri deformitas
instability akibat dari rheumatoid atau osteoarthritis
29
Gambar 21 Piramida Penatalaksanaan Osteoartritis
BAB III
DISKUSI DAN PEMBAHASAN
OA adalah penyakit degenerasi kartilago artikuler yang berlangsung secara
perlahan dan ditandai dengan nyeri sendi kekakuan dan keterbatasan gerak yang
berkembang secara progresif Tanda-tanda tersebut ditemukan pada penderita ini
Berdasarkan etiologinya OA diklasifikasikan menjadi dua yaitu OA
primer dan OA sekunder OA primer disebut juga OA idiopatik yaitu OA yang
kausanya tidak diketahui dan tidak ada hubungannya dengan penyakit sistemik
maupun proses perubahan lokal pada sendi OA sekunder adalah OA yang
didasari oleh adanya kelainan endokrin trauma inflamasi metabolik
pertumbuhan herediter jejas mikro dan makro serta imobilisasi yang terlalu lama
faktor mekanik penyakit deposit kalsium penyakit tulang dan sendi lainnya serta
neuropatik endemik Beberapa faktor risiko yang diketahui berhubungan dengan
penyakit OA diantaranya faktor risiko umum yang penting seperti kegemukan
faktor genetik dan jenis kelamin serta beberapa faktor risiko lain seperti usia lebih
dari 40 tahun suku bangsa cedera sendi pekerjaan olahraga kelainan
pertumbuhan kepadatan tulang dan lain-lain Pada penderita ini berdasarkan
30
anamnesis riwayat sosialnya penderita adalah seorang wanita berusia 75 tahun
yang meskipun tidak melakukan pekerjaan yang berat tetapi dirinya tetap
menjalankan pekerjaan rumah tangga (sebelum sakit) yang notabene banyak
menggunakan sendi lutut Selain itu dari pemeriksaan fisik penderita ini juga
mengalami kegemukan Kondisi-kondisi pada penderita ini merupakan faktor
risiko sekunder terjadinya OA Jadi dapat disimpulkan bahwa penyebab OA pada
penderita ini bukan termasuk faktor risiko OA primer
Penderita datang dengan keluhan nyeri pada kedua sendi lutut sejak plusmn 1
tahun SMRS dan puncaknya 2 hari SMRS dimana penderita sudah tidak bisa
berjalan lagi Nyeri sendi merupakan keluhan yang umum terjadi pada penyakit
reumatik seperti artritis gout OA keganasan reumatik septik dan lain
sebagainya Pada penderita ini nyeri terlokalisir pada lutut tanpa adanya nyeri
pada sendi yang lain nyeri bertambah saat melakukan gerakan (seperti berjalan)
dan berkurang apabila beristirahat Tidak ada demam Nyeri tidak menetap
sepanjang hari Nyeri seperti ini biasanya ditemukan pada OA
Penderita juga mengeluh kaku sendi Kaku sendi dirasakan penderita pada
pagi hari Keadaan ini biasanya disebabkan oleh desakan cairan yang berada di
sekitar jaringan yang mengalami inflamasi (kapsul sendi sinovial atau bursa)
Kaku sendi makin nyata pada pagi hari atau setelah istirahat Setelah digerak-
gerakkan cairan akan menyebar dari jaringan yang mengalami inflamasi sehingga
penderita merasa terlepas dari ikatan dan bisa menggerakkan sendinya kembali
Lama kaku sendi pada OA adalah kurang dari 30 menit sedangkan pada AR
minimal satu jam Pada penderita ini kaku sendi juga dirasakan pada pagi hari
selama plusmn 20-30 menit dan menghilang dengan sendirinya bila penderita
menggerakkan kakinya dengan beraktivitas seperti biasa Hal ini sesuai untuk
mendukung keluhan pada penderita OA
Penderita juga mengalami bengkak pada kedua lutut Bengkak dirasakan
oleh penderita sejak 6 bulan SMRS Sendi yang membengkak bisa disebabkan
oleh penonjolan tulang sinovitis efusi dan karena adanya osteofit yang dapat
mengubah permukaan sendi Pada penderita ditemukan osteofit pada pemeriksaan
rontgent
31
29
Pemeriksaan fisik lokalis pada kedua sendi lutut didapatkan pada
inspeksi didapatkan pembesaran bengkak pada kedua sendi lutut dengan tidak
ada perubahan warna kulit Palpasi pada kedua sendi lutut didapatkan nyeri tekan
dan pada perabaan dirasakan hangat Pemeriksaan gerak sendi didapat
keterbatasan gerak fleksi yaitu hanya dapat mengerakkan lutut sebesar 60deg
Hambatan gerak terutama disebabkan oleh adanya remodelling osteofit penebalan
kapsul dan juga adanya efusi Pada auskultasi sendi lutut penderita ditemukan
adanya krepitasi dimana terdengar suara gemeretak ldquokretek-kretekrdquo seperti suara
krupuk yang diremukkan Gejala ini mungkin disebabkan karena gesekan kedua
permukaan tulang sendi yang irregular pada saat sendi digerakkan ataupun secara
pasif dimanipulasi
Pemeriksaan radiologis pada penderita ini didapatkan adanya gambaran
berupa penyempitan sendi dan osteofit pada pinggir sendi Menipisnya rawan
sendi diawali dengan retak dan terbelahnya permukaan sendi di beberapa tempat
yang kemudian menyatu dan disebut sebagai fibrilasi Di lain pihak pada tulang
akan terjadi pula perubahan sebagai reaksi tubuh untuk memperbaiki kerusakan
Perubahan itu adalah penebalan tulang subkondral dan pembentukan osteofit
marginal disusul kemudian dengan perubahan komposisi molekular dan struktur
tulang Penipisan kartilago sendi akibat proses degeneratif memberi gambaran
penyempitan celah sendi yang tidak simetris pada foto polos radiologi Fungsi
kartilago sendi berkurang bahkan menghilang mengakibatkan beban stres di
daerah subkhondral bertambah Beberapa subkhondral tersebut dapat diamati pada
poto polos radiologi berupa pembentukan osteofit sklerotik subkhondral maupun
pembentukan kista subkhondral Pada penderita ini ditemukan adanya
pembentukan osteofit pada condylus lateralis dan medialis os tibio femoralis
Pada OA anamnesa (gejala klinis) pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
radiologi sudah dapat menunjang penegakan diagnosis Hasil pemeriksaan
laboratorium pada OA biasanya tidak banyak berguna Darah tepi (Hb Leukosit
dan LED) dalam batas normal kecuali OA generalisata yang harus dibedakan
dengan arthritis peradangan Pada OA yang disertai peradangan mungkin
didapatkan penurunan viskositas pleositosis sedang hingga ringan serta
32
peningkatan ringan sel radang (lt8000m) gt1 Pada penderita ini dilakukan
pemeriksaan laboratorium darah lengkap kimia darah dan urin lengkap karena
pemeriksaan tersebut merupakan pemeriksaan rutin Dari hasil pemeriksaan
laboratorium pada penderita ini tidak ditemukan adanya kelainan
Diagnosis OA sudah bisa ditegakkan secara klinis dengan memakai
kriteria OA yang dibuat oleh Subcommittee American College of Rheumatology
(ACR) Kriteria OA lutut secara klinis laboratorium dan radiologis adalah adanya
nyeri lutut osteofit dan salah satu dari tanda berikut yaitu usia lebih dari 50
tahun kaku sendi kurang dari 30 menit atau adanya krepitus Pada penderita ini
wanita berusia 75 tahun ditemukan memiliki keluhan nyeri kedua sendi lutut
terdapat kaku sendi selama 20-30 menit terdapat krepitus dan pada pemeriksaan
radiologi ditemukan adanya osteofit
Pengelolaan penderita dengan OA bertujuan untuk menghilangkan
keluhan mengoptimalkan fungsi sendi mengurangi ketergantungan dan
meningkatkan kualitas hidup menghambat progresivitas penyakit dan mencegah
komplikasi Pilar terapi OA non farmakologis (edukasi terapi fisik
dietpenurunan berat badan) farmakologis (analgetik kortikosteroid lokal
sistemik kondroprotektif dan biologik) dan pembedahan
Edukasi sangat penting bagi semua pasien OA Dua hal yang menjadi
tujuan edukasi adalah bagaimana mengatasi nyeri dan disabilitas Pemberian
edukasi pada penderita ini sangat penting karena dengan edukasi diharapkan
pengetahuan penderita mengenai penyakit OA menjadi meningkat dan pengobatan
menjadi lebih mudah serta dapat diajak bersama-sama untuk mencegah kerusakan
organ sendi lebih lanjut Edukasi yang diberikan pada penderita ini yaitu
memberikan pengertian bahwa OA adalah penyakit yang kronik sehingga perlu
dipahami bahwa mungkin dalam derajat tertentu akan tetap ada rasa nyeri kaku
dan keterbatasan gerak serta fungsi Selain itu agar rasa nyeri dapat berkurang
maka penderita hendaknya mengurangi aktivitaspekerjaannya sehingga tidak
terlalu banyak menggunakan sendi lutut dan lebih banyak beristirahat Penderita
juga disarankan untuk kembali kontrol sehingga dapat diketahui apakah
33
penyakitnya sudah membaik atau ternyata ada efek samping akibat obat yang
diberikan
Terapi fisik bertujuan untuk melatih penderita agar persendiannya tetap
dapat dipakai dan melatih penderita untuk melindungi sendi yang sakit Pada
penderita ini dianjurkan untuk berolah raga tapi olah raga yang memperberat
sendi sebaiknya dihindari seperti lari atau joging Hal ini dikarenakan dapat
menambah inflamasi meningkatkan tekanan intraartikular bila ada efusi sendi dan
bahkan bisa menyebabkan robekan kapsul sendi Untuk mencegah risiko
terjadinya kecacatan pada sendi sebaiknya dilakukan olah raga peregangan otot
seperti mQuadrisep femoris dengan peregangan otot diharapkan dapat membantu
dalam peningkatan fungsi sendi secara keseluruhan dan mengurangi nyeri Pada
penderita ini disarankan untuk senam lantai 3 kali seminggu dimana pasien
mengambil posisi terlentang sambil meregangkan lututnya dengan cara
mengangkat kaki dan secara perlahan menekuk dan meluruskan lututnya Olah
raga ini sangat mudah dilakukan apalagi mengingat usia penderita yang sudah
mencapai 75 tahun
Diet bertujuan untuk menurunkan berat badan pada penderita OA yang
gemuk Hal ini sebaiknya menjadi program utama pengobatan OA Penurunan
berat badan seringkali dapat mengurangi keluhan dan peradangan Selain itu
obesitas juga dapat meningkatkan risiko progresifitas dari OA Pada penderita ini
disarankan untuk mengurangi berat badan dengan mengatur diet rendah kalori
sampai mungkin mendekati berat badan ideal Dimana prinsipnya adalah
mengurangi kalori yang masuk dibawah energi yang dibutuhkan Penurunan
energi intake yang aman dianjurkan pemberian defisit energi antara 500-1000
kalori perhari sehingga diharapkan akan terjadi pembakaran lemak tubuh dan
penurunan berat badan 05 ndash 1 kg per minggu Biasanya intake energi diberikan
1200-1300 kal per hari dan paling rendah 800 kal per hari Formula yang dapat
digunakan untuk kebutuhan energi berdasarkan berat badan adalah 22kalkgBB
aktualhari dengan cara ini didapatkan defisit energi 1000 kalhari Pada penderita
ini dianjurkan untuk diet 1400 kal perhari agar mencapai BB idealnya yakni
setidaknya mencapai 55 kg Namun cara ini juga memerlukan kehati ndash hatian
34
dikarenakan usia penderita dan daya tahan tubuhnya yang memang sudah tidak
mendukung untuk melakukan usaha diit
Terapi farmakologis pada penderita OA biasanya bersifat simptomatis
Pada tahap awal dapat dicoba analgetik sederhana seperti asetaminofen atau
salisilat Bila tidak ada perbaikan dapat diberikan obat anti inflamasi non steroid
Untuk mengurangi keluhan nyeri pada penderita ini telah diberikan pengobatan
langsung dengan obat anti inflamasi non steroid seperti Na-diklofenak dengan
dosis 3times50 mg tanpa menggunakan obat lini pertama Hal ini dikarenakan keluhan
pada penderita ini sudah cukup berat ditambah pula adanya bengkak dan rasa
hangat di lutut yang tidak hilang dengan obat analgetik sederhana ( seperti yang
biasa dikonsumsi penderita) Na-diklofenak merupakan obat golongan OAINS
COX-1 inhibitor yang non-selektif dimana obat ini diberikan pada penderita
karena tidak terdapat riwayat pernah menderita gangguan gastrointestinal Namun
mengingat usia penderita yang memang sudah lanjut maka penderita juga
diberikan obat pelapis lambung untuk menjaga kondisi saluran pencernaannya Di
sini penderita diberikan obat golongan PPI (Omeprazole 2 x 20 mg) Setelah
dievaluasi beberapa hari ternyata keluhan nyeri dan bengkak pada penderita tidak
kunjung ada perubahan maka ditambahkan pula obat steroid injeksi dimana
pilihannya adalah InjTriamcinolon 1 Amp24 jam (Inj Flamicort) Selain itu
pasien juga dikonsulkan ke spesialis rehabilitasi medis untuk dilakukan
fisioterapi
Terapi pembedahan Terapi ini diberikan apabila terapi farmakologis dan
rehabilitasi tidak berhasil untuk mengurangi rasa sakit dan juga untuk melakukan
koreksi apabila terjadi deformitas yang menimbulkan gangguan mobilisasi sendi
yang mengganggu aktifitas sehari-hari Pada penderita ini tidak sampai dilakukan
terapi pembedahan
35
DAFTAR PUSTAKA
1 Soeroso J Isbagio H Kalim H Broto R Pramudiyo R Osteoartritis In
Sudoyo AW Setiyohadi B Alwi I Simadibrata M Setiati S editors Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam 4th ed Jakarta Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit
Dalam Fakultas Kedokteran Indonesia 2006 p 1195-201
2 Osteoarthritis Wikipedia The Free Encyclopedia [serial on the internet]
2009 [cited 2009 Sep 1] Available from
httpenwikipediaorgwikiOsteoarthritis
3 Reginster JY The Prevalence and Burden of Osteoarthritis Rheumatology
2002 41 (suppl 1) 3 ndash 6
4 Wibowo Dhidik Tri Kurniawan Yusuf Latifah Tati Gunadi Rachmat
Perancangan dan Implementasi Sistem Bantu Diagnosis Penyakit
Osteoartritis dan Reumatoid Artritis Melalui Deteksi Penyempitan Celah
Sendi pada Citra X-Ray Tangan dan Lutut Dalam Temu Ilmiah
Reumatologi Jakarta 2003 168 ndash 172
5 Konggres Nasional Ikatan Reumatologi Indonesia VI httppemda-
diygoidberita 2005 102140
36
6 Arthritis Research Campaign 2000 Available at
httpwwwarcorgukabout_arthastatshtm
7 Felson DT Zhang Y Hannan MT et al The Incidence and Natural
History of Knee Osteoarthritis in the Elderly The Framingham
Osteoarthritis Study Arthritis Rheumatology 1995 38 1500 ndash 1505
8 Felson DT Zhang Y An Update on the Epidemiology of Knee and Hip
Osteoarthritis with a View to Prevention Arthritis Rheumatology 1998
41 1343 ndash 1355
9 Setiyohadi Bambang Osteoartritis Selayang Pandang Dalam Temu Ilmiah
Reumatologi Jakarta 2003 27 ndash 31
10 Klippel John H Dieppe Paul A Brooks Peter et al Osteoarthritis In
Rheumatology United Kingdom Mosby ndash Year Book Europe Limited
1994 21 ndash 106
11 Abbate L Renner JB Stevens J et al Do Body Composition and Body Fat
Distribution Explain Ethnic Differences in Radiographic Knee
Osteoarthritis Outcomes in African -American and Caucasian Women The
North American Association for the Study of Obesity 2006 14 1274 ndash
1281
12 Amin Niu Jingbo Hunter David et al Smoking Worsens Knee
Osteoarthritis News Center Oklahoma City Oklahoma USA 2006 1 ndash 4
13 McAlindon Timothy E Felson David T Zhang Yuqing et al Relation of
Dietary Intake and Serum Levels of Vitamin D to Progression of
Osteoarthritis of the Knee Among Participants in the Framingham Study
14 Englund M and Lohmander LS Patellofemoral Osteoarthritis Coexistent
with Tibiofemoral Osteoarthritis in a Meniscectomy Population Annals of
the Rheumatic Diseases 2005 64 1721 ndash 1726
15 Carter MA Osteoartritis In Price SA Wilson LM Patofisiologi konsep
klinis proses-proses penyakit 6th ed Jakarta EGC 2006 p 1380-4
16 Altman RD Criteria for the Classification of Osteoarthritis Journal of
Rheumatology 1991 27 (suppl) 10 ndash 12
37
17 Milne AD Evans NA Stanish WD Nonoperative Management of Knee
Osteoarthritis In Hartono IM Studi komparasi antara WOMAC index
dengan Kellgren-Lawrence grading system pada penderita osteoarthritis
genu [PPDS1 thesis] Semarang Medical Faculty Diponegoro University
2007 p 12
18 Haq I Murphy E Dacre J Osteoarthritis Review Postgrad Med J 2003
79 377 ndash 383
19 Anonim [1986] Criteria for classification of idiopathic osteoarthtritis (OA)
of the knee American College of Rheumatology [serial on the internet]
2010 [cited 2010 Jan 20] Available from
httpwwwrheumatologyorgpublicationsclassificationoakneeasp
aud=mem
38
- BAB I
- ILUSTRASI KASUS
- 1 Pemeriksaan EKG
- X ndash Ray Pelvis AP
- BAB III
- DISKUSI DAN PEMBAHASAN
-
Kesan
Lesi opak pada cavum pelvis suspek massa DD vesikolitiasis ( usul
USG abdomen )
Tak tampak fraktur maupun dislokasi
V ASSESMENT DIAGNOSIS KERJA DAN DIAGNOSIS BANDING
1 Osteoartritis Genu Dextra et Sinistra
2 Hipertensi stage I
3 Ischemia Hearth Disease
Daftar masalah Problem AssesmentPlanning Diagnosa
Plannning Terapi (IGD)Planning
Monitoring
75 tahun Kedua kaki nyeri tidak bisa jalan (+) tidak bisa ditekuk (+) kaku riwjatuh (-)
Pmx Fisik Genu D et S ada deformitas (+) bengkak(+) krepitasi (+)
Foto x-ray genu osteoarthritis osteofit sendi genu D et S
-Deformitas Sendi-Proses Degeneratif
Osteoartritis Genu Dextra et Sinistra
- X-ray genu Dekstra et Sinistra
- Pmx Cairan synovial sendi genu
Non Farmakologi- A-B-C management ( infRL 20tpm)- Edukasi pasien- Terapi Fisik latihan gerak sendi- Fisioterapi-Penurunan berat badanFarmakologi- Inj Ranitidin 1 Amp12j- Inj Ketorolac 30mg (E)po Natrium Diklofenak 2x1 Analsik 2x1 Vit BC 1x1
-Tanda dan gejala Klinis
- TD 150100 mmHg
Gangguan hemo -dinamik
Hipertensi stage I
- EKG Foto Thorax
Non Farmakologi- Diet rendah garamFarmakologi
- Cek ulang Tekanan Darah
14
Fungsi Ginjal
- Captopril 2 x 25mg (po)- Amlodipin 1x10mg (po)
EKG Gelombang T inverted di Lead II III aVF dan V1 ndash V3
-Ateroskle- rosis-Hipoksia vaskuler
Ischemia Hearth Disease
-Cek Profil Lipid Asam Urat Enzim Jantung
Non Farmakologi-Tirah baring- O2 3-4lpmFarmakologi-ISDN 3x5mg
-Cek EKG serial 4 jam
VI POMR (Problem Oriented Medical Record)
VII FOLLOW UP
Tanggal Subjektif dan Objektif Penatalaksanaan03022014 S kaki masih nyeri jika digerakkan (+)
pegel (+) masih belum bisa berjalan pusing (-) sesak (-)KU Kesadaran Sedang composmentisVS TD 170100 mmHg RR 18 kali menit N 88 kali menit T 370CVAS 7Bengkak (+) eritem (-) ROM terbatasEKG T inverted Lead IIIII aVF amp V1-V3
O2 3lpmIVFD RL 20 tpm Captopril 3x25mgHCT 2x50mgAmlodipin 1x10mgAnalsik 3x1Natrium Diklofenak 3x1ISDN 3x5mg
15
04022014 S kaki masih nyeri jika digerakkan ditekuk (+) pasien tetap masih belum bisa duduk maupun berjalan sesak(-) pusing(-)KU Kesadaran Sedang composmentisVS TD 130100 mmHg RR 18 kali menit N 76 kali menit T 3730CVAS 7Bengkak (+) eritem (-) ROM terbatas
O2 3lpmIVFD RL 20 tpm Captopril 3x25mgHCT 2x50mgAmlodipin 1x10mgAnalsik 3x1Natrium Diklofenak 3x1ISDN 3x5mg(+) Inj Flamicort 1 Amp Omeprazole 2x1
05022014 S kaki masih nyeri jika digerakkan (+) namun pasien sudah bisa tidur miring sambil menekuk lututnya pegel (+) masih belum bisa berjalan (+)KU Kesadaran Sedang composmentisVS TD 150100 mmHg RR 18 kali menit N 86 kali menit T 370CVAS 5Bengkak (+) eritem (-) ROM terbatas
O2 3lpmIVFD RL 20 tpm Captopril 3x25mgHCT 2x50mgAmlodipin 1x10mgAnalsik 3x1Natrium Diklofenak 3x1ISDN 3x5mg(+) Inj Flamicort 1 Amp Omeprazole 2x1Co SpRM untuk Fisioterapi
pasien sudah difisioterapi (IR)06022014 S kaki masih nyeri jika digerakkan (+)
ditambah keluhan nyeri pinggang keluhan pusing sesak mual muntah disangkalKU Kesadaran Sedang composmentisVS TD 200100 mmHg RR 20 kali menit N 88 kali menit T 3630CVAS 7Bengkak (+) eritem (-) ROM terbatas
O2 3lpmIVFD RL 20 tpm Inj Flamicort 1 AmpCaptopril 3x25mgHCT 2x50mgAmlodipin 1x10mgAnalsik 3x1Natrium Diklofenak 3x1ISDN 3x5mgOmeprazole 2x1
Fisioterapi masih dilanjutkan
16
07022014 S kaki masih nyeri tapi lebih jarang pasien sudah bisa setengah duduk namun tetap dibantu keluarga sesak (-) pusing (sedikit) makan minum (+) sedikit - sedikitKU Kesadaran Sedang composmentisVS TD 200100 mmHg RR 18 kali menit N 76 kali menit T 370CVAS 5Bengkak (+) eritem (-) ROM terbatas
Pasien dan keluarga APS pulang karena persoalan biaya terapi pulang
Captopril 3x25mgHCT 2x50mgAmlodipin 1x10mgAnalsik 3x1Natrium Diklofenak 3x1ISDN 3x5mgOmeprazole 2x1(+) Clonidin 3x1 tab
VIIIPROGNOSIS
Qua ad vitam Dubia ad bonam
Qua ad functionam Dubia ad malam
Qua ad sanationam Dubia ad malam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
IDefinisi
Osteoarthritis (OA dikenal juga sebagai arthritis degeneratif penyakit
degeneratif sendi) merupakan penyakit sendi degeneratif yang mengenai
sendi-sendi penumpu berat badan dengan gambaran patologis yang berupa
kerusakan kartilago sendi dimana terjadi proses degradasi interaktif sendi
17
yang kompleks terdiri dari proses perbaikan pada kartilago tulang dan
sinovium diikuti komponen sekunder proses inflamasi12
II Epidemiologi
Osteoartritis merupakan penyakit sendi yang paling banyak ditemukan di
dunia termasuk di Indonesia Bahkan sejak tahun 2001 hingga 2010
dicanangkan sebagai dekade penyakit tulang dan sendi di seluruh dunia5
Penyakit ini menempati urutan kedua setelah penyakit kardiovaskuler sebagai
penyebab ketidakmampuan fisik Di Inggris dan Wales sekitar 13 hingga
175 juta orang mengalami gejala OA Di Amerika 1 dari 7 penduduk
menderita OA34
Di Australia pada tahun 2002 diperkirakan biaya nasional untuk OA
sebesar 1 dari GNP yaitu mencapai $Aus 2700orangtahun4 Di Indonesia
sendiri prevalensi total OA sebanyak 343 juta orang pada tahun 2002 dan
mencapai 365 juta orang pada tahun 2007 Diperkirakan 1 sampai 2 juta
orang lanjut usia di Indonesia menderita cacat karena osteoarthritis Pada
beberapa penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan terjadinya
osteoarthritis pada obesitas dan sendi penahan beban tubuh5 Dari sekian
banyak sendi yang dapat terserang OA lutut merupakan sendi yang paling
sering dijumpai terserang OA Data Arthritis Research Campaign
menunjukkan bahwa lebih dari 550 ribu orang di Inggris menderita OA lutut
yang parah dan lebih dari 80 ribu operasi replacement sendi lutut dilakukan di
Inggris pada tahun 2000 dengan biaya 405 juta Poundsterling6
III Patofisiologi Osteoartritis
Terjadinya OA tidak lepas dari banyak persendian yang ada di dalam
tubuh manusia Sebanyak 230 sendi menghubungkan 206 tulang yang
memungkinkan terjadinya gesekan Untuk melindungi tulang dari gesekan di
dalam tubuh ada tulang rawan Namun karena berbagai faktor risiko yang ada
maka terjadi erosi pada tulang rawan dan berkurangnya cairan pada sendi
Tulang rawan sendiri berfungsi untuk meredam getar antar tulang Tulang
rawan terdiri atas jaringan lunak kolagen yang berfungsi untuk menguatkan
18
17
sendi proteoglikan yang membuat jaringan tersebut elastis dan air (70
bagian) yang menjadi bantalan pelumas dan pemberi nutrisi910
Kondrosit adalah sel yang tugasnya membentuk proteoglikan dan
kolagen pada rawan sendi Osteoartritis terjadi akibat kondrosit gagal
mensintesis matriks yang berkualitas dan memelihara keseimbangan antara
degradasi dan sintesis matriks ekstraseluler termasuk produksi kolagen tipe I
III VI dan X yang berlebihan dan sintesis proteoglikan yang pendek Hal
tersebut menyebabkan terjadi perubahan pada diameter dan orientasi dari serat
kolagen yang mengubah biomekanik dari tulang rawan sehingga tulang rawan
sendi kehilangan sifat kompresibilitasnya yang unik9
Selain kondrosit sinoviosit juga berperan pada patogenesis OA
terutama setelah terjadi sinovitis yang menyebabkan nyeri dan perasaan tidak
nyaman Sinoviosit yang mengalami peradangan akan menghasilkan Matrix
Metalloproteinases (MMPs) dan berbagai sitokin yang akan dilepaskan ke
dalam rongga sendi dan merusak matriks rawan sendi serta mengaktifkan
kondrosit Pada akhirnya tulang subkondral juga akan ikut berperan dimana
osteoblas akan terangsang dan menghasilkan enzim proteolitik 910
Agrekanase merupakan enzim yang akan memecah proteoglikan di
dalam matriks rawan sendi yang disebut agrekan Ada dua tipe agrekanase
yaitu agrekanase 1 (ADAMTs-4) dan agrekanase 2 (ADAMTs-11) MMPs
diproduksi oleh kondrosit kemudian diaktifkan melalui kaskade yang
melibatkan proteinase serin (aktivator plasminogen plamsinogen plasmin)
radikal bebas dan beberapa MMPs tipe membran Kaskade enzimatik ini
dikontrol oleh berbagai inhibitor termasuk TIMPs dan inhibitor aktifator
plasminogen Enzim lain yang turut berperan merusak kolagen tipe II dan
proteoglikan adalah katepsin yang bekerja pada pH rendah termasuk
proteinase aspartat (katepsin D) dan proteinase sistein (katepsin B H K L
dan S) yang disimpam di dalam lisosom kondrosit Hialuronidase tidak
terdapat di dalam rawan sendi tetapi glikosidase lain turut berperan merusak
proteoglikan10
19
Berbagai sitokin turut berperan merangsang kondrosit dalam
menghasilkan enzim perusak rawan sendi Sitokin-sitokin pro-inflamasi akan
melekat pada reseptor di permukaan kondrosit dan sinoviosit dan
menyebabkan transkripsi gene MMP sehingga produksi enzim tersebut
meningkat Sitokin yang terpenting adalah IL-1 selain sebagai sitokin
pengatur (IL-6 IL-8 LIFI) dan sitokin inhibitor (IL-4 IL-10 IL-13 dan IFN-
γ) Sitokin inhibitor ini bersama IL-Ira dapat menghambat sekresi berbagai
MMPs dan meningkatkan sekresi TIMPs Selain itu IL-4 dan IL-13 juga
dapat melawan efek metabolik IL-1 IL-1 juga berperan menurunkan sintesis
kolagen tipe II dan IX dan meningkatkan sintesis kolagen tipe I dan III
sehingga menghasilkan matriks rawan sendi yang berkualitas buruk 910
IV Klasifikasi Osteoartritis
OA dapat terjadi secara primer (idiopatik) maupun sekunder seperti
yang tercantum di bawah ini 19
IDIOPATIK SEKUNDER
20
SetempatTangan- nodus Heberden dan Bouchard (nodal)- artritis erosif interfalang- karpal-metakarpal IKaki - haluks valgus- haluks rigidus- jari kontraktur (hammercock-up toes)- talonavikulareCoxae- eksentrik (superior)- konsentrik (aksial medial)- difus (koksa senilis)Vertebra- sendi apofiseal- sendi intervertebral- spondilosis (osteofit)- ligamentum (hiperostosis penyakit Forestier diffuse idiopathic skeletal hyperostosis=DISH)Tempat lainnya- glenohumeral- akromioklavikular- tibiotalar- sakroiliaka- temporomandibularMenyeluruhMeliputi 3 atau lebih daerah yang tersebut diatas (Kellgren-Moore)
Traumaminus akutminus kronik (okupasional port)Kongenital atau developmentalGangguan setempatminus Penyakit Leg-Calve-Perthesminus Dislokasi koksa kongenitalminus Slipped epiphysisFaktor mekanikminus Panjang tungkai tidak samaminus Deformitas valgus varusminus Sindroma hipermobilitasMetabolikminus Okronosis (alkaptonuria)minus Hemokromatosisminus Penyakit Wilsonminus Penyakit GaucherEndokrinminus Akromegaliminus Hiperparatiroidismeminus Diabetes melitusminus Obesitasminus HipotiroidismePenyakit Deposit Kalsiumminus Deposit kalsium pirofosfat dihidratminus Artropati hidroksiapatitPenyakit Tulang dan Sendi lainnya Setempatminus FrakturminusNekrosis avaskular
Tabel 21 Osteoartritis Idiopatik dan Sekunder
V Manifestasi Klinis 15
1 Nyeri sendi
Terutama bila sendi bergerak atau menanggung beban yang akan
berkurang bila penderita beristirahat
21
2 Kaku pada pagi hari (morning stiffness)
Kekakuan pada sendi yang terserang terjadi setelah imobilisasi yang
cukup lama (gel phenomenon) bahkan sering disebutkan kaku muncul
pada pagi hari setelah bangun tidur (morning stiffness)
3 Hambatan pergerakan sendi
Hambatan pergerakan sendi ini bersifat progresif lambat bertambah
berat secara perlahan sejalan dengan bertambahnya nyeri pada sendi
4 Krepitasi
Rasa gemeretak (seringkali sampai terdengar) yang terjadi pada sendi
yang sakit
5 Perubahan bentuk sendi
Sendi yang mengalami osteoarthritis biasanya mengalami perubahan
berupa perubahan bentuk dan penyempitan pada celah sendi
6 Perubahan gaya berjalan
Hal yang paling meresahkan pasien adalah perubahan gaya berjalan
hampir semua pasien osteoarthritis pada pergelangan kaki lutut dan
panggul mengalami perubahan gaya berjalan (pincang)
VI Faktor Risiko Osteoartritis Lutut (Genu)
Secara garis besar terdapat dua pembagian faktor risiko OA lutut yaitu
faktor predisposisi dan faktor biomekanis
1 Faktor Predisposisi
a Faktor Demografi
1) Umur
Dari semua faktor risiko untuk timbulnya osteoartritis faktor
ketuaan adalah yang terkuat Proses penuaan dianggap sebagai
penyebab peningkatan kelemahan di sekitar sendi penurunan
kelenturan sendi kalsifikasi tulang rawan dan menurunkan
fungsi kondrosit yang semuanya mendukung terjadinya OA
Studi Framingham menunjukkan bahwa 27 orang berusia 63 ndash
22
70 tahun memiliki bukti radiografik menderita OA lutut yang
meningkat mencapai 40 pada usia 80 tahun atau lebih7
2) Jenis kelamin
Prevalensi OA pada laki-laki sebelum usia 50 tahun lebih tinggi
dibandingkan perempuan tetapi setelah usia lebih dari 50 tahun
prevalensi perempuan lebih tinggi menderita OA dibandingkan
laki-laki Hal ini dikaitkan dengan pengurangan hormon
estrogen yang signifikan pada wanita8
3) Ras Etnis
Prevalensi OA lutut pada penderita di negara Eropa dan
Amerika tidak berbeda sedangkan suatu penelitian
membuktikan bahwa ras Afrika ndash Amerika memiliki risiko
menderita OA lutut 2 kali lebih besar dibandingkan ras
Kaukasia Penduduk Asia juga memiliki risiko menderita OA
lutut lebih tinggi dibandingkan Kaukasia1011 Suatu studi lain
menyimpulkan bahwa populasi kulit berwarna lebih banyak
terserang OA dibandingkan kulit putih9
b Faktor Genetik
Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoartritis Adanya
mutasi dalam gen prokolagen atau gen-gen struktural lain untuk
unsur-unsur tulang rawan sendi seperti kolagen proteoglikan
berperan dalam timbulnya kecenderungan familial pada
osteoartritis10
c Faktor Gaya Hidup
1) Kebiasaan Merokok
Merokok dapat merusak sel dan menghambat proliferasi sel
tulang rawan sendi
Merokok dapat meningkatkan tekanan oksidan yang
mempengaruhi hilangnya tulang rawan
23
Merokok dapat meningkatkan kandungan karbonmonoksida
dalam darah menyebabkan jaringan kekurangan oksigen
dan dapat menghambat pembentukan tulang rawan12
2) Konsumsi Vitamin D
Orang yang tidak biasa mengkonsumsi makanan yang
mengandung vitamin D memiliki peningkatan risiko 3 kali lipat
menderita OA lutut13
d Faktor Metabolik
1) Obesitas
Berat badan yang berlebih ternyata dapat meningkatkan tekanan
mekanik pada sendi penahan beban tubuh dan lebih sering
menyebabkan osteoartritis lutut7
2) Osteoporosis
Hubungan antara OA lutut dan osteoporosis mendukung teori
bahwa gerakan mekanis yang abnormal tulang akan
mempercepat kerusakan tulang rawan sendi10
3) Penyakit Lain
OA lutut terbukti berhubungan dengan diabetes mellitus
hipertensi dan hiperurikemi dengan catatan pasien tidak
mengalami obesitas10
4) Histerktomi
Hal ini diduga berkaitan dengan pengurangan produksi hormon
estrogen setelah dilakukan pengangkatan rahim 10
5) Manisektomi
Menisektomi merupakan operasi yang dilakukan di daerah lutut
dan telah diidentifikasi sebagai faktor risiko penting bagi OA
lutut Hal ini berkaitan dengan hilangnya jaringan meniscus14
2 Faktor Biomekanis
a Riwayat Trauma Lutut
24
Trauma lutut yang akut termasuk robekan pada ligamentum
krusiatum dan meniskus merupakan faktor risiko timbulnya OA
lutut9
b Kelainan Anatomis
Faktor risiko timbulnya OA lutut antara lain kelainan lokal pada
sendi lutut seperti genu varum genu valgus Legg ndash Calve ndashPerthes
disease dan displasia asetabulum10
c Pekerjaan
Osteoartritis banyak ditemukan pada pekerja fisik berat terutama
yang banyak menggunakan kekuatan yang bertumpu pada lutut
(petani kuli dll)9
d Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik berat seperti berdiri lama (2 jam atau lebih setiap
hari) berjalan jarak jauh (2 jam atau lebih setiap hari) mengangkat
barang berat (10 kg ndash 50 kg selama 10 kali atau lebih setiap
minggu) mendorong objek yang berat (10 kg ndash 50 kg selama 10
kali atau lebih setiap minggu) naik turun tangga setiap hari
merupakan faktor risiko OA lutut 9
e Kebiasaan Olahraga
Atlit olah raga benturan keras dan membebani lutut seperti sepak
bola lari maraton dan kung fu memiliki risiko meningkat untuk
menderita OA lutut10
VII Kriteria Diagnosis Osteoartritis Lutut (Genu)
25
Kriteria diagnosis OA lutut menggunakan kriteria klasifikasi American
College of Rheumatology seperti tercantum pada tabel berikut ini 16
Tabel 22 Kriteria Klasifikasi Osteoartritis Lutut
Derajat osteoartritis lutut dinilai menjadi lima derajat oleh Kellgren dan
Lawrence yaitu 17
- Derajat 0 tidak ada gambaran osteoartritis
- Derajat 1 osteoartritis meragukan dengan gambaran sendi normal tetapi
terdapat osteofit minimal
- Derajat 2 osteoartritis minimal dengan osteofit pada 2 tempat tidak terdapat
sklerosis dan kista subkondral serta celah sendi baik
- Derajat 3 osteoartritis moderat dengan osteofit moderat deformitas ujung
tulang dan celah sendi sempit
- Derajat 4 osteoartritis berat dengan osteofit besar deformitas ujung tulang
celah sendi hilang serta adanyasklerosis dan kista subkondral
26
VIIIPenatalaksanaan Osteoarthritis
Tujuan penatalaksanaan pasien dengan osteoarthritis adalah18
1 Meredakan nyeri
2 Mengoptimalkan fungsi sendi
3 Mengurangi ketergantungan kepada orang lain dan meningkatkan
kualitas hidup
4 Menghambat progresivitas penyakit
5 Mencegah terjadinya komplikasi
Pilar terapi pada pasien dengan osteoarthritis yaitu
Nonfarmakologis
1 Modifikasi pola hidup
2 Edukasi
3 Istirahat teratur yang bertujuan mengurangi penggunaan beban pada
sendi
4 Modifikasi aktivitas
5 Menurunkan berat badan
6 Rehabilitasi medik fisioterapi
a Latihan statis dan memperkuat otot-otot
b Fisioterapi yang berguna untuk mengurangi nyeri menguatkan otot
dan menambah luas pergerakan sendi
7 Penggunaan alat bantu
Farmakologis
1 Sistemik
a Analgetik
Non narkotik parasetamol
Opioid (kodein tramadol)
b Antiinflamasi nonsteroid (NSAIDs)
Oral
Injeksi
Suppositoria
27
c DMOADs (disease modifying OA drugs)
Diantara nutraceutical yang saat ini tersedia di Indonesia adalah
Glucosamine sulfate dan Chondroitine sulfate
2 Topikal
a Krim rubefacients dan capsaicin
Beberapa sediaan telah tersedia di Indonesia dengan cara kerja pada
umumnya bersifat counter irritant
b Krim NSAIDs
Beberapa yang dapat digunakan adalah gel piroxicam dan sodium
diklofenak
3 Injeksi intraartikularintra lesi
Pada dasarnya ada 2 indikasi suntikan intra artikular yakni penanganan
simtomatik dengan steroid dan viskosuplementasi dengan hyaluronan
untuk modifikasi perjalanan penyakit Beberapa preparat injeksi
intraartikular diantaranya
a Steroid ( triamsinolone hexacetonide dan methyl prednisolone )
Hanya diberikan jika ada satu atau dua sendi yang mengalami
nyeri dan inflamasi yang kurang responsif terhadap pemberian
NSAIDs tak dapat mentolerir NSAIDs atau ada komorbiditas yang
merupakan kontra indikasi terhadap pemberian NSAIDs
Dosis untuk sendi besar seperti lutut 40-50 mginjeksi
sedangkan untuk sendi-sendi kecil biasanya digunakan dosis 10 mg
b Hyaluronan high molecular weight dan low molecular weight
Diberikan berturut-turut 5 sampai 6 kali dengan interval satu
minggu masing-masing 2 sampai 25 ml Hyaluronan Sediaan di
Indonesia diantaranya adalah Hyalgan dan Osflex
4 Pembedahan
Sebelum diputuskan untuk terapi pembedahan harus dipertimbangkan
terlebih dahulu risiko dan keuntungannya Pertimbangan dilakukan
tindakan operatif bila
28
a Deformitas menimbulkan gangguan mobilisasi
b Nyeri yang tidak dapat teratasi dengan penganan medikamentosa
dan rehabilitatif
Ada 2 tipe terapi pembedahan Realignment osteotomi dan replacement
joint
Macam-macam operasi sendi lutut untuk osteoarthritis
a Partial replacementunicompartemental
b High tibial osteotomy orang muda
c Patella amp condyle resurfacing
d Minimally constrained total replacement stabilitas sendi dilakukan
sebagian oleh ligament asli dan sebagian oleh sendi buatan
e Cinstrained joint fixed hinges dipakai bila ada tulang hilang dan
severe instability
f Total knee replacement apabila didapatkan nyeri deformitas
instability akibat dari rheumatoid atau osteoarthritis
29
Gambar 21 Piramida Penatalaksanaan Osteoartritis
BAB III
DISKUSI DAN PEMBAHASAN
OA adalah penyakit degenerasi kartilago artikuler yang berlangsung secara
perlahan dan ditandai dengan nyeri sendi kekakuan dan keterbatasan gerak yang
berkembang secara progresif Tanda-tanda tersebut ditemukan pada penderita ini
Berdasarkan etiologinya OA diklasifikasikan menjadi dua yaitu OA
primer dan OA sekunder OA primer disebut juga OA idiopatik yaitu OA yang
kausanya tidak diketahui dan tidak ada hubungannya dengan penyakit sistemik
maupun proses perubahan lokal pada sendi OA sekunder adalah OA yang
didasari oleh adanya kelainan endokrin trauma inflamasi metabolik
pertumbuhan herediter jejas mikro dan makro serta imobilisasi yang terlalu lama
faktor mekanik penyakit deposit kalsium penyakit tulang dan sendi lainnya serta
neuropatik endemik Beberapa faktor risiko yang diketahui berhubungan dengan
penyakit OA diantaranya faktor risiko umum yang penting seperti kegemukan
faktor genetik dan jenis kelamin serta beberapa faktor risiko lain seperti usia lebih
dari 40 tahun suku bangsa cedera sendi pekerjaan olahraga kelainan
pertumbuhan kepadatan tulang dan lain-lain Pada penderita ini berdasarkan
30
anamnesis riwayat sosialnya penderita adalah seorang wanita berusia 75 tahun
yang meskipun tidak melakukan pekerjaan yang berat tetapi dirinya tetap
menjalankan pekerjaan rumah tangga (sebelum sakit) yang notabene banyak
menggunakan sendi lutut Selain itu dari pemeriksaan fisik penderita ini juga
mengalami kegemukan Kondisi-kondisi pada penderita ini merupakan faktor
risiko sekunder terjadinya OA Jadi dapat disimpulkan bahwa penyebab OA pada
penderita ini bukan termasuk faktor risiko OA primer
Penderita datang dengan keluhan nyeri pada kedua sendi lutut sejak plusmn 1
tahun SMRS dan puncaknya 2 hari SMRS dimana penderita sudah tidak bisa
berjalan lagi Nyeri sendi merupakan keluhan yang umum terjadi pada penyakit
reumatik seperti artritis gout OA keganasan reumatik septik dan lain
sebagainya Pada penderita ini nyeri terlokalisir pada lutut tanpa adanya nyeri
pada sendi yang lain nyeri bertambah saat melakukan gerakan (seperti berjalan)
dan berkurang apabila beristirahat Tidak ada demam Nyeri tidak menetap
sepanjang hari Nyeri seperti ini biasanya ditemukan pada OA
Penderita juga mengeluh kaku sendi Kaku sendi dirasakan penderita pada
pagi hari Keadaan ini biasanya disebabkan oleh desakan cairan yang berada di
sekitar jaringan yang mengalami inflamasi (kapsul sendi sinovial atau bursa)
Kaku sendi makin nyata pada pagi hari atau setelah istirahat Setelah digerak-
gerakkan cairan akan menyebar dari jaringan yang mengalami inflamasi sehingga
penderita merasa terlepas dari ikatan dan bisa menggerakkan sendinya kembali
Lama kaku sendi pada OA adalah kurang dari 30 menit sedangkan pada AR
minimal satu jam Pada penderita ini kaku sendi juga dirasakan pada pagi hari
selama plusmn 20-30 menit dan menghilang dengan sendirinya bila penderita
menggerakkan kakinya dengan beraktivitas seperti biasa Hal ini sesuai untuk
mendukung keluhan pada penderita OA
Penderita juga mengalami bengkak pada kedua lutut Bengkak dirasakan
oleh penderita sejak 6 bulan SMRS Sendi yang membengkak bisa disebabkan
oleh penonjolan tulang sinovitis efusi dan karena adanya osteofit yang dapat
mengubah permukaan sendi Pada penderita ditemukan osteofit pada pemeriksaan
rontgent
31
29
Pemeriksaan fisik lokalis pada kedua sendi lutut didapatkan pada
inspeksi didapatkan pembesaran bengkak pada kedua sendi lutut dengan tidak
ada perubahan warna kulit Palpasi pada kedua sendi lutut didapatkan nyeri tekan
dan pada perabaan dirasakan hangat Pemeriksaan gerak sendi didapat
keterbatasan gerak fleksi yaitu hanya dapat mengerakkan lutut sebesar 60deg
Hambatan gerak terutama disebabkan oleh adanya remodelling osteofit penebalan
kapsul dan juga adanya efusi Pada auskultasi sendi lutut penderita ditemukan
adanya krepitasi dimana terdengar suara gemeretak ldquokretek-kretekrdquo seperti suara
krupuk yang diremukkan Gejala ini mungkin disebabkan karena gesekan kedua
permukaan tulang sendi yang irregular pada saat sendi digerakkan ataupun secara
pasif dimanipulasi
Pemeriksaan radiologis pada penderita ini didapatkan adanya gambaran
berupa penyempitan sendi dan osteofit pada pinggir sendi Menipisnya rawan
sendi diawali dengan retak dan terbelahnya permukaan sendi di beberapa tempat
yang kemudian menyatu dan disebut sebagai fibrilasi Di lain pihak pada tulang
akan terjadi pula perubahan sebagai reaksi tubuh untuk memperbaiki kerusakan
Perubahan itu adalah penebalan tulang subkondral dan pembentukan osteofit
marginal disusul kemudian dengan perubahan komposisi molekular dan struktur
tulang Penipisan kartilago sendi akibat proses degeneratif memberi gambaran
penyempitan celah sendi yang tidak simetris pada foto polos radiologi Fungsi
kartilago sendi berkurang bahkan menghilang mengakibatkan beban stres di
daerah subkhondral bertambah Beberapa subkhondral tersebut dapat diamati pada
poto polos radiologi berupa pembentukan osteofit sklerotik subkhondral maupun
pembentukan kista subkhondral Pada penderita ini ditemukan adanya
pembentukan osteofit pada condylus lateralis dan medialis os tibio femoralis
Pada OA anamnesa (gejala klinis) pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
radiologi sudah dapat menunjang penegakan diagnosis Hasil pemeriksaan
laboratorium pada OA biasanya tidak banyak berguna Darah tepi (Hb Leukosit
dan LED) dalam batas normal kecuali OA generalisata yang harus dibedakan
dengan arthritis peradangan Pada OA yang disertai peradangan mungkin
didapatkan penurunan viskositas pleositosis sedang hingga ringan serta
32
peningkatan ringan sel radang (lt8000m) gt1 Pada penderita ini dilakukan
pemeriksaan laboratorium darah lengkap kimia darah dan urin lengkap karena
pemeriksaan tersebut merupakan pemeriksaan rutin Dari hasil pemeriksaan
laboratorium pada penderita ini tidak ditemukan adanya kelainan
Diagnosis OA sudah bisa ditegakkan secara klinis dengan memakai
kriteria OA yang dibuat oleh Subcommittee American College of Rheumatology
(ACR) Kriteria OA lutut secara klinis laboratorium dan radiologis adalah adanya
nyeri lutut osteofit dan salah satu dari tanda berikut yaitu usia lebih dari 50
tahun kaku sendi kurang dari 30 menit atau adanya krepitus Pada penderita ini
wanita berusia 75 tahun ditemukan memiliki keluhan nyeri kedua sendi lutut
terdapat kaku sendi selama 20-30 menit terdapat krepitus dan pada pemeriksaan
radiologi ditemukan adanya osteofit
Pengelolaan penderita dengan OA bertujuan untuk menghilangkan
keluhan mengoptimalkan fungsi sendi mengurangi ketergantungan dan
meningkatkan kualitas hidup menghambat progresivitas penyakit dan mencegah
komplikasi Pilar terapi OA non farmakologis (edukasi terapi fisik
dietpenurunan berat badan) farmakologis (analgetik kortikosteroid lokal
sistemik kondroprotektif dan biologik) dan pembedahan
Edukasi sangat penting bagi semua pasien OA Dua hal yang menjadi
tujuan edukasi adalah bagaimana mengatasi nyeri dan disabilitas Pemberian
edukasi pada penderita ini sangat penting karena dengan edukasi diharapkan
pengetahuan penderita mengenai penyakit OA menjadi meningkat dan pengobatan
menjadi lebih mudah serta dapat diajak bersama-sama untuk mencegah kerusakan
organ sendi lebih lanjut Edukasi yang diberikan pada penderita ini yaitu
memberikan pengertian bahwa OA adalah penyakit yang kronik sehingga perlu
dipahami bahwa mungkin dalam derajat tertentu akan tetap ada rasa nyeri kaku
dan keterbatasan gerak serta fungsi Selain itu agar rasa nyeri dapat berkurang
maka penderita hendaknya mengurangi aktivitaspekerjaannya sehingga tidak
terlalu banyak menggunakan sendi lutut dan lebih banyak beristirahat Penderita
juga disarankan untuk kembali kontrol sehingga dapat diketahui apakah
33
penyakitnya sudah membaik atau ternyata ada efek samping akibat obat yang
diberikan
Terapi fisik bertujuan untuk melatih penderita agar persendiannya tetap
dapat dipakai dan melatih penderita untuk melindungi sendi yang sakit Pada
penderita ini dianjurkan untuk berolah raga tapi olah raga yang memperberat
sendi sebaiknya dihindari seperti lari atau joging Hal ini dikarenakan dapat
menambah inflamasi meningkatkan tekanan intraartikular bila ada efusi sendi dan
bahkan bisa menyebabkan robekan kapsul sendi Untuk mencegah risiko
terjadinya kecacatan pada sendi sebaiknya dilakukan olah raga peregangan otot
seperti mQuadrisep femoris dengan peregangan otot diharapkan dapat membantu
dalam peningkatan fungsi sendi secara keseluruhan dan mengurangi nyeri Pada
penderita ini disarankan untuk senam lantai 3 kali seminggu dimana pasien
mengambil posisi terlentang sambil meregangkan lututnya dengan cara
mengangkat kaki dan secara perlahan menekuk dan meluruskan lututnya Olah
raga ini sangat mudah dilakukan apalagi mengingat usia penderita yang sudah
mencapai 75 tahun
Diet bertujuan untuk menurunkan berat badan pada penderita OA yang
gemuk Hal ini sebaiknya menjadi program utama pengobatan OA Penurunan
berat badan seringkali dapat mengurangi keluhan dan peradangan Selain itu
obesitas juga dapat meningkatkan risiko progresifitas dari OA Pada penderita ini
disarankan untuk mengurangi berat badan dengan mengatur diet rendah kalori
sampai mungkin mendekati berat badan ideal Dimana prinsipnya adalah
mengurangi kalori yang masuk dibawah energi yang dibutuhkan Penurunan
energi intake yang aman dianjurkan pemberian defisit energi antara 500-1000
kalori perhari sehingga diharapkan akan terjadi pembakaran lemak tubuh dan
penurunan berat badan 05 ndash 1 kg per minggu Biasanya intake energi diberikan
1200-1300 kal per hari dan paling rendah 800 kal per hari Formula yang dapat
digunakan untuk kebutuhan energi berdasarkan berat badan adalah 22kalkgBB
aktualhari dengan cara ini didapatkan defisit energi 1000 kalhari Pada penderita
ini dianjurkan untuk diet 1400 kal perhari agar mencapai BB idealnya yakni
setidaknya mencapai 55 kg Namun cara ini juga memerlukan kehati ndash hatian
34
dikarenakan usia penderita dan daya tahan tubuhnya yang memang sudah tidak
mendukung untuk melakukan usaha diit
Terapi farmakologis pada penderita OA biasanya bersifat simptomatis
Pada tahap awal dapat dicoba analgetik sederhana seperti asetaminofen atau
salisilat Bila tidak ada perbaikan dapat diberikan obat anti inflamasi non steroid
Untuk mengurangi keluhan nyeri pada penderita ini telah diberikan pengobatan
langsung dengan obat anti inflamasi non steroid seperti Na-diklofenak dengan
dosis 3times50 mg tanpa menggunakan obat lini pertama Hal ini dikarenakan keluhan
pada penderita ini sudah cukup berat ditambah pula adanya bengkak dan rasa
hangat di lutut yang tidak hilang dengan obat analgetik sederhana ( seperti yang
biasa dikonsumsi penderita) Na-diklofenak merupakan obat golongan OAINS
COX-1 inhibitor yang non-selektif dimana obat ini diberikan pada penderita
karena tidak terdapat riwayat pernah menderita gangguan gastrointestinal Namun
mengingat usia penderita yang memang sudah lanjut maka penderita juga
diberikan obat pelapis lambung untuk menjaga kondisi saluran pencernaannya Di
sini penderita diberikan obat golongan PPI (Omeprazole 2 x 20 mg) Setelah
dievaluasi beberapa hari ternyata keluhan nyeri dan bengkak pada penderita tidak
kunjung ada perubahan maka ditambahkan pula obat steroid injeksi dimana
pilihannya adalah InjTriamcinolon 1 Amp24 jam (Inj Flamicort) Selain itu
pasien juga dikonsulkan ke spesialis rehabilitasi medis untuk dilakukan
fisioterapi
Terapi pembedahan Terapi ini diberikan apabila terapi farmakologis dan
rehabilitasi tidak berhasil untuk mengurangi rasa sakit dan juga untuk melakukan
koreksi apabila terjadi deformitas yang menimbulkan gangguan mobilisasi sendi
yang mengganggu aktifitas sehari-hari Pada penderita ini tidak sampai dilakukan
terapi pembedahan
35
DAFTAR PUSTAKA
1 Soeroso J Isbagio H Kalim H Broto R Pramudiyo R Osteoartritis In
Sudoyo AW Setiyohadi B Alwi I Simadibrata M Setiati S editors Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam 4th ed Jakarta Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit
Dalam Fakultas Kedokteran Indonesia 2006 p 1195-201
2 Osteoarthritis Wikipedia The Free Encyclopedia [serial on the internet]
2009 [cited 2009 Sep 1] Available from
httpenwikipediaorgwikiOsteoarthritis
3 Reginster JY The Prevalence and Burden of Osteoarthritis Rheumatology
2002 41 (suppl 1) 3 ndash 6
4 Wibowo Dhidik Tri Kurniawan Yusuf Latifah Tati Gunadi Rachmat
Perancangan dan Implementasi Sistem Bantu Diagnosis Penyakit
Osteoartritis dan Reumatoid Artritis Melalui Deteksi Penyempitan Celah
Sendi pada Citra X-Ray Tangan dan Lutut Dalam Temu Ilmiah
Reumatologi Jakarta 2003 168 ndash 172
5 Konggres Nasional Ikatan Reumatologi Indonesia VI httppemda-
diygoidberita 2005 102140
36
6 Arthritis Research Campaign 2000 Available at
httpwwwarcorgukabout_arthastatshtm
7 Felson DT Zhang Y Hannan MT et al The Incidence and Natural
History of Knee Osteoarthritis in the Elderly The Framingham
Osteoarthritis Study Arthritis Rheumatology 1995 38 1500 ndash 1505
8 Felson DT Zhang Y An Update on the Epidemiology of Knee and Hip
Osteoarthritis with a View to Prevention Arthritis Rheumatology 1998
41 1343 ndash 1355
9 Setiyohadi Bambang Osteoartritis Selayang Pandang Dalam Temu Ilmiah
Reumatologi Jakarta 2003 27 ndash 31
10 Klippel John H Dieppe Paul A Brooks Peter et al Osteoarthritis In
Rheumatology United Kingdom Mosby ndash Year Book Europe Limited
1994 21 ndash 106
11 Abbate L Renner JB Stevens J et al Do Body Composition and Body Fat
Distribution Explain Ethnic Differences in Radiographic Knee
Osteoarthritis Outcomes in African -American and Caucasian Women The
North American Association for the Study of Obesity 2006 14 1274 ndash
1281
12 Amin Niu Jingbo Hunter David et al Smoking Worsens Knee
Osteoarthritis News Center Oklahoma City Oklahoma USA 2006 1 ndash 4
13 McAlindon Timothy E Felson David T Zhang Yuqing et al Relation of
Dietary Intake and Serum Levels of Vitamin D to Progression of
Osteoarthritis of the Knee Among Participants in the Framingham Study
14 Englund M and Lohmander LS Patellofemoral Osteoarthritis Coexistent
with Tibiofemoral Osteoarthritis in a Meniscectomy Population Annals of
the Rheumatic Diseases 2005 64 1721 ndash 1726
15 Carter MA Osteoartritis In Price SA Wilson LM Patofisiologi konsep
klinis proses-proses penyakit 6th ed Jakarta EGC 2006 p 1380-4
16 Altman RD Criteria for the Classification of Osteoarthritis Journal of
Rheumatology 1991 27 (suppl) 10 ndash 12
37
17 Milne AD Evans NA Stanish WD Nonoperative Management of Knee
Osteoarthritis In Hartono IM Studi komparasi antara WOMAC index
dengan Kellgren-Lawrence grading system pada penderita osteoarthritis
genu [PPDS1 thesis] Semarang Medical Faculty Diponegoro University
2007 p 12
18 Haq I Murphy E Dacre J Osteoarthritis Review Postgrad Med J 2003
79 377 ndash 383
19 Anonim [1986] Criteria for classification of idiopathic osteoarthtritis (OA)
of the knee American College of Rheumatology [serial on the internet]
2010 [cited 2010 Jan 20] Available from
httpwwwrheumatologyorgpublicationsclassificationoakneeasp
aud=mem
38
- BAB I
- ILUSTRASI KASUS
- 1 Pemeriksaan EKG
- X ndash Ray Pelvis AP
- BAB III
- DISKUSI DAN PEMBAHASAN
-
Fungsi Ginjal
- Captopril 2 x 25mg (po)- Amlodipin 1x10mg (po)
EKG Gelombang T inverted di Lead II III aVF dan V1 ndash V3
-Ateroskle- rosis-Hipoksia vaskuler
Ischemia Hearth Disease
-Cek Profil Lipid Asam Urat Enzim Jantung
Non Farmakologi-Tirah baring- O2 3-4lpmFarmakologi-ISDN 3x5mg
-Cek EKG serial 4 jam
VI POMR (Problem Oriented Medical Record)
VII FOLLOW UP
Tanggal Subjektif dan Objektif Penatalaksanaan03022014 S kaki masih nyeri jika digerakkan (+)
pegel (+) masih belum bisa berjalan pusing (-) sesak (-)KU Kesadaran Sedang composmentisVS TD 170100 mmHg RR 18 kali menit N 88 kali menit T 370CVAS 7Bengkak (+) eritem (-) ROM terbatasEKG T inverted Lead IIIII aVF amp V1-V3
O2 3lpmIVFD RL 20 tpm Captopril 3x25mgHCT 2x50mgAmlodipin 1x10mgAnalsik 3x1Natrium Diklofenak 3x1ISDN 3x5mg
15
04022014 S kaki masih nyeri jika digerakkan ditekuk (+) pasien tetap masih belum bisa duduk maupun berjalan sesak(-) pusing(-)KU Kesadaran Sedang composmentisVS TD 130100 mmHg RR 18 kali menit N 76 kali menit T 3730CVAS 7Bengkak (+) eritem (-) ROM terbatas
O2 3lpmIVFD RL 20 tpm Captopril 3x25mgHCT 2x50mgAmlodipin 1x10mgAnalsik 3x1Natrium Diklofenak 3x1ISDN 3x5mg(+) Inj Flamicort 1 Amp Omeprazole 2x1
05022014 S kaki masih nyeri jika digerakkan (+) namun pasien sudah bisa tidur miring sambil menekuk lututnya pegel (+) masih belum bisa berjalan (+)KU Kesadaran Sedang composmentisVS TD 150100 mmHg RR 18 kali menit N 86 kali menit T 370CVAS 5Bengkak (+) eritem (-) ROM terbatas
O2 3lpmIVFD RL 20 tpm Captopril 3x25mgHCT 2x50mgAmlodipin 1x10mgAnalsik 3x1Natrium Diklofenak 3x1ISDN 3x5mg(+) Inj Flamicort 1 Amp Omeprazole 2x1Co SpRM untuk Fisioterapi
pasien sudah difisioterapi (IR)06022014 S kaki masih nyeri jika digerakkan (+)
ditambah keluhan nyeri pinggang keluhan pusing sesak mual muntah disangkalKU Kesadaran Sedang composmentisVS TD 200100 mmHg RR 20 kali menit N 88 kali menit T 3630CVAS 7Bengkak (+) eritem (-) ROM terbatas
O2 3lpmIVFD RL 20 tpm Inj Flamicort 1 AmpCaptopril 3x25mgHCT 2x50mgAmlodipin 1x10mgAnalsik 3x1Natrium Diklofenak 3x1ISDN 3x5mgOmeprazole 2x1
Fisioterapi masih dilanjutkan
16
07022014 S kaki masih nyeri tapi lebih jarang pasien sudah bisa setengah duduk namun tetap dibantu keluarga sesak (-) pusing (sedikit) makan minum (+) sedikit - sedikitKU Kesadaran Sedang composmentisVS TD 200100 mmHg RR 18 kali menit N 76 kali menit T 370CVAS 5Bengkak (+) eritem (-) ROM terbatas
Pasien dan keluarga APS pulang karena persoalan biaya terapi pulang
Captopril 3x25mgHCT 2x50mgAmlodipin 1x10mgAnalsik 3x1Natrium Diklofenak 3x1ISDN 3x5mgOmeprazole 2x1(+) Clonidin 3x1 tab
VIIIPROGNOSIS
Qua ad vitam Dubia ad bonam
Qua ad functionam Dubia ad malam
Qua ad sanationam Dubia ad malam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
IDefinisi
Osteoarthritis (OA dikenal juga sebagai arthritis degeneratif penyakit
degeneratif sendi) merupakan penyakit sendi degeneratif yang mengenai
sendi-sendi penumpu berat badan dengan gambaran patologis yang berupa
kerusakan kartilago sendi dimana terjadi proses degradasi interaktif sendi
17
yang kompleks terdiri dari proses perbaikan pada kartilago tulang dan
sinovium diikuti komponen sekunder proses inflamasi12
II Epidemiologi
Osteoartritis merupakan penyakit sendi yang paling banyak ditemukan di
dunia termasuk di Indonesia Bahkan sejak tahun 2001 hingga 2010
dicanangkan sebagai dekade penyakit tulang dan sendi di seluruh dunia5
Penyakit ini menempati urutan kedua setelah penyakit kardiovaskuler sebagai
penyebab ketidakmampuan fisik Di Inggris dan Wales sekitar 13 hingga
175 juta orang mengalami gejala OA Di Amerika 1 dari 7 penduduk
menderita OA34
Di Australia pada tahun 2002 diperkirakan biaya nasional untuk OA
sebesar 1 dari GNP yaitu mencapai $Aus 2700orangtahun4 Di Indonesia
sendiri prevalensi total OA sebanyak 343 juta orang pada tahun 2002 dan
mencapai 365 juta orang pada tahun 2007 Diperkirakan 1 sampai 2 juta
orang lanjut usia di Indonesia menderita cacat karena osteoarthritis Pada
beberapa penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan terjadinya
osteoarthritis pada obesitas dan sendi penahan beban tubuh5 Dari sekian
banyak sendi yang dapat terserang OA lutut merupakan sendi yang paling
sering dijumpai terserang OA Data Arthritis Research Campaign
menunjukkan bahwa lebih dari 550 ribu orang di Inggris menderita OA lutut
yang parah dan lebih dari 80 ribu operasi replacement sendi lutut dilakukan di
Inggris pada tahun 2000 dengan biaya 405 juta Poundsterling6
III Patofisiologi Osteoartritis
Terjadinya OA tidak lepas dari banyak persendian yang ada di dalam
tubuh manusia Sebanyak 230 sendi menghubungkan 206 tulang yang
memungkinkan terjadinya gesekan Untuk melindungi tulang dari gesekan di
dalam tubuh ada tulang rawan Namun karena berbagai faktor risiko yang ada
maka terjadi erosi pada tulang rawan dan berkurangnya cairan pada sendi
Tulang rawan sendiri berfungsi untuk meredam getar antar tulang Tulang
rawan terdiri atas jaringan lunak kolagen yang berfungsi untuk menguatkan
18
17
sendi proteoglikan yang membuat jaringan tersebut elastis dan air (70
bagian) yang menjadi bantalan pelumas dan pemberi nutrisi910
Kondrosit adalah sel yang tugasnya membentuk proteoglikan dan
kolagen pada rawan sendi Osteoartritis terjadi akibat kondrosit gagal
mensintesis matriks yang berkualitas dan memelihara keseimbangan antara
degradasi dan sintesis matriks ekstraseluler termasuk produksi kolagen tipe I
III VI dan X yang berlebihan dan sintesis proteoglikan yang pendek Hal
tersebut menyebabkan terjadi perubahan pada diameter dan orientasi dari serat
kolagen yang mengubah biomekanik dari tulang rawan sehingga tulang rawan
sendi kehilangan sifat kompresibilitasnya yang unik9
Selain kondrosit sinoviosit juga berperan pada patogenesis OA
terutama setelah terjadi sinovitis yang menyebabkan nyeri dan perasaan tidak
nyaman Sinoviosit yang mengalami peradangan akan menghasilkan Matrix
Metalloproteinases (MMPs) dan berbagai sitokin yang akan dilepaskan ke
dalam rongga sendi dan merusak matriks rawan sendi serta mengaktifkan
kondrosit Pada akhirnya tulang subkondral juga akan ikut berperan dimana
osteoblas akan terangsang dan menghasilkan enzim proteolitik 910
Agrekanase merupakan enzim yang akan memecah proteoglikan di
dalam matriks rawan sendi yang disebut agrekan Ada dua tipe agrekanase
yaitu agrekanase 1 (ADAMTs-4) dan agrekanase 2 (ADAMTs-11) MMPs
diproduksi oleh kondrosit kemudian diaktifkan melalui kaskade yang
melibatkan proteinase serin (aktivator plasminogen plamsinogen plasmin)
radikal bebas dan beberapa MMPs tipe membran Kaskade enzimatik ini
dikontrol oleh berbagai inhibitor termasuk TIMPs dan inhibitor aktifator
plasminogen Enzim lain yang turut berperan merusak kolagen tipe II dan
proteoglikan adalah katepsin yang bekerja pada pH rendah termasuk
proteinase aspartat (katepsin D) dan proteinase sistein (katepsin B H K L
dan S) yang disimpam di dalam lisosom kondrosit Hialuronidase tidak
terdapat di dalam rawan sendi tetapi glikosidase lain turut berperan merusak
proteoglikan10
19
Berbagai sitokin turut berperan merangsang kondrosit dalam
menghasilkan enzim perusak rawan sendi Sitokin-sitokin pro-inflamasi akan
melekat pada reseptor di permukaan kondrosit dan sinoviosit dan
menyebabkan transkripsi gene MMP sehingga produksi enzim tersebut
meningkat Sitokin yang terpenting adalah IL-1 selain sebagai sitokin
pengatur (IL-6 IL-8 LIFI) dan sitokin inhibitor (IL-4 IL-10 IL-13 dan IFN-
γ) Sitokin inhibitor ini bersama IL-Ira dapat menghambat sekresi berbagai
MMPs dan meningkatkan sekresi TIMPs Selain itu IL-4 dan IL-13 juga
dapat melawan efek metabolik IL-1 IL-1 juga berperan menurunkan sintesis
kolagen tipe II dan IX dan meningkatkan sintesis kolagen tipe I dan III
sehingga menghasilkan matriks rawan sendi yang berkualitas buruk 910
IV Klasifikasi Osteoartritis
OA dapat terjadi secara primer (idiopatik) maupun sekunder seperti
yang tercantum di bawah ini 19
IDIOPATIK SEKUNDER
20
SetempatTangan- nodus Heberden dan Bouchard (nodal)- artritis erosif interfalang- karpal-metakarpal IKaki - haluks valgus- haluks rigidus- jari kontraktur (hammercock-up toes)- talonavikulareCoxae- eksentrik (superior)- konsentrik (aksial medial)- difus (koksa senilis)Vertebra- sendi apofiseal- sendi intervertebral- spondilosis (osteofit)- ligamentum (hiperostosis penyakit Forestier diffuse idiopathic skeletal hyperostosis=DISH)Tempat lainnya- glenohumeral- akromioklavikular- tibiotalar- sakroiliaka- temporomandibularMenyeluruhMeliputi 3 atau lebih daerah yang tersebut diatas (Kellgren-Moore)
Traumaminus akutminus kronik (okupasional port)Kongenital atau developmentalGangguan setempatminus Penyakit Leg-Calve-Perthesminus Dislokasi koksa kongenitalminus Slipped epiphysisFaktor mekanikminus Panjang tungkai tidak samaminus Deformitas valgus varusminus Sindroma hipermobilitasMetabolikminus Okronosis (alkaptonuria)minus Hemokromatosisminus Penyakit Wilsonminus Penyakit GaucherEndokrinminus Akromegaliminus Hiperparatiroidismeminus Diabetes melitusminus Obesitasminus HipotiroidismePenyakit Deposit Kalsiumminus Deposit kalsium pirofosfat dihidratminus Artropati hidroksiapatitPenyakit Tulang dan Sendi lainnya Setempatminus FrakturminusNekrosis avaskular
Tabel 21 Osteoartritis Idiopatik dan Sekunder
V Manifestasi Klinis 15
1 Nyeri sendi
Terutama bila sendi bergerak atau menanggung beban yang akan
berkurang bila penderita beristirahat
21
2 Kaku pada pagi hari (morning stiffness)
Kekakuan pada sendi yang terserang terjadi setelah imobilisasi yang
cukup lama (gel phenomenon) bahkan sering disebutkan kaku muncul
pada pagi hari setelah bangun tidur (morning stiffness)
3 Hambatan pergerakan sendi
Hambatan pergerakan sendi ini bersifat progresif lambat bertambah
berat secara perlahan sejalan dengan bertambahnya nyeri pada sendi
4 Krepitasi
Rasa gemeretak (seringkali sampai terdengar) yang terjadi pada sendi
yang sakit
5 Perubahan bentuk sendi
Sendi yang mengalami osteoarthritis biasanya mengalami perubahan
berupa perubahan bentuk dan penyempitan pada celah sendi
6 Perubahan gaya berjalan
Hal yang paling meresahkan pasien adalah perubahan gaya berjalan
hampir semua pasien osteoarthritis pada pergelangan kaki lutut dan
panggul mengalami perubahan gaya berjalan (pincang)
VI Faktor Risiko Osteoartritis Lutut (Genu)
Secara garis besar terdapat dua pembagian faktor risiko OA lutut yaitu
faktor predisposisi dan faktor biomekanis
1 Faktor Predisposisi
a Faktor Demografi
1) Umur
Dari semua faktor risiko untuk timbulnya osteoartritis faktor
ketuaan adalah yang terkuat Proses penuaan dianggap sebagai
penyebab peningkatan kelemahan di sekitar sendi penurunan
kelenturan sendi kalsifikasi tulang rawan dan menurunkan
fungsi kondrosit yang semuanya mendukung terjadinya OA
Studi Framingham menunjukkan bahwa 27 orang berusia 63 ndash
22
70 tahun memiliki bukti radiografik menderita OA lutut yang
meningkat mencapai 40 pada usia 80 tahun atau lebih7
2) Jenis kelamin
Prevalensi OA pada laki-laki sebelum usia 50 tahun lebih tinggi
dibandingkan perempuan tetapi setelah usia lebih dari 50 tahun
prevalensi perempuan lebih tinggi menderita OA dibandingkan
laki-laki Hal ini dikaitkan dengan pengurangan hormon
estrogen yang signifikan pada wanita8
3) Ras Etnis
Prevalensi OA lutut pada penderita di negara Eropa dan
Amerika tidak berbeda sedangkan suatu penelitian
membuktikan bahwa ras Afrika ndash Amerika memiliki risiko
menderita OA lutut 2 kali lebih besar dibandingkan ras
Kaukasia Penduduk Asia juga memiliki risiko menderita OA
lutut lebih tinggi dibandingkan Kaukasia1011 Suatu studi lain
menyimpulkan bahwa populasi kulit berwarna lebih banyak
terserang OA dibandingkan kulit putih9
b Faktor Genetik
Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoartritis Adanya
mutasi dalam gen prokolagen atau gen-gen struktural lain untuk
unsur-unsur tulang rawan sendi seperti kolagen proteoglikan
berperan dalam timbulnya kecenderungan familial pada
osteoartritis10
c Faktor Gaya Hidup
1) Kebiasaan Merokok
Merokok dapat merusak sel dan menghambat proliferasi sel
tulang rawan sendi
Merokok dapat meningkatkan tekanan oksidan yang
mempengaruhi hilangnya tulang rawan
23
Merokok dapat meningkatkan kandungan karbonmonoksida
dalam darah menyebabkan jaringan kekurangan oksigen
dan dapat menghambat pembentukan tulang rawan12
2) Konsumsi Vitamin D
Orang yang tidak biasa mengkonsumsi makanan yang
mengandung vitamin D memiliki peningkatan risiko 3 kali lipat
menderita OA lutut13
d Faktor Metabolik
1) Obesitas
Berat badan yang berlebih ternyata dapat meningkatkan tekanan
mekanik pada sendi penahan beban tubuh dan lebih sering
menyebabkan osteoartritis lutut7
2) Osteoporosis
Hubungan antara OA lutut dan osteoporosis mendukung teori
bahwa gerakan mekanis yang abnormal tulang akan
mempercepat kerusakan tulang rawan sendi10
3) Penyakit Lain
OA lutut terbukti berhubungan dengan diabetes mellitus
hipertensi dan hiperurikemi dengan catatan pasien tidak
mengalami obesitas10
4) Histerktomi
Hal ini diduga berkaitan dengan pengurangan produksi hormon
estrogen setelah dilakukan pengangkatan rahim 10
5) Manisektomi
Menisektomi merupakan operasi yang dilakukan di daerah lutut
dan telah diidentifikasi sebagai faktor risiko penting bagi OA
lutut Hal ini berkaitan dengan hilangnya jaringan meniscus14
2 Faktor Biomekanis
a Riwayat Trauma Lutut
24
Trauma lutut yang akut termasuk robekan pada ligamentum
krusiatum dan meniskus merupakan faktor risiko timbulnya OA
lutut9
b Kelainan Anatomis
Faktor risiko timbulnya OA lutut antara lain kelainan lokal pada
sendi lutut seperti genu varum genu valgus Legg ndash Calve ndashPerthes
disease dan displasia asetabulum10
c Pekerjaan
Osteoartritis banyak ditemukan pada pekerja fisik berat terutama
yang banyak menggunakan kekuatan yang bertumpu pada lutut
(petani kuli dll)9
d Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik berat seperti berdiri lama (2 jam atau lebih setiap
hari) berjalan jarak jauh (2 jam atau lebih setiap hari) mengangkat
barang berat (10 kg ndash 50 kg selama 10 kali atau lebih setiap
minggu) mendorong objek yang berat (10 kg ndash 50 kg selama 10
kali atau lebih setiap minggu) naik turun tangga setiap hari
merupakan faktor risiko OA lutut 9
e Kebiasaan Olahraga
Atlit olah raga benturan keras dan membebani lutut seperti sepak
bola lari maraton dan kung fu memiliki risiko meningkat untuk
menderita OA lutut10
VII Kriteria Diagnosis Osteoartritis Lutut (Genu)
25
Kriteria diagnosis OA lutut menggunakan kriteria klasifikasi American
College of Rheumatology seperti tercantum pada tabel berikut ini 16
Tabel 22 Kriteria Klasifikasi Osteoartritis Lutut
Derajat osteoartritis lutut dinilai menjadi lima derajat oleh Kellgren dan
Lawrence yaitu 17
- Derajat 0 tidak ada gambaran osteoartritis
- Derajat 1 osteoartritis meragukan dengan gambaran sendi normal tetapi
terdapat osteofit minimal
- Derajat 2 osteoartritis minimal dengan osteofit pada 2 tempat tidak terdapat
sklerosis dan kista subkondral serta celah sendi baik
- Derajat 3 osteoartritis moderat dengan osteofit moderat deformitas ujung
tulang dan celah sendi sempit
- Derajat 4 osteoartritis berat dengan osteofit besar deformitas ujung tulang
celah sendi hilang serta adanyasklerosis dan kista subkondral
26
VIIIPenatalaksanaan Osteoarthritis
Tujuan penatalaksanaan pasien dengan osteoarthritis adalah18
1 Meredakan nyeri
2 Mengoptimalkan fungsi sendi
3 Mengurangi ketergantungan kepada orang lain dan meningkatkan
kualitas hidup
4 Menghambat progresivitas penyakit
5 Mencegah terjadinya komplikasi
Pilar terapi pada pasien dengan osteoarthritis yaitu
Nonfarmakologis
1 Modifikasi pola hidup
2 Edukasi
3 Istirahat teratur yang bertujuan mengurangi penggunaan beban pada
sendi
4 Modifikasi aktivitas
5 Menurunkan berat badan
6 Rehabilitasi medik fisioterapi
a Latihan statis dan memperkuat otot-otot
b Fisioterapi yang berguna untuk mengurangi nyeri menguatkan otot
dan menambah luas pergerakan sendi
7 Penggunaan alat bantu
Farmakologis
1 Sistemik
a Analgetik
Non narkotik parasetamol
Opioid (kodein tramadol)
b Antiinflamasi nonsteroid (NSAIDs)
Oral
Injeksi
Suppositoria
27
c DMOADs (disease modifying OA drugs)
Diantara nutraceutical yang saat ini tersedia di Indonesia adalah
Glucosamine sulfate dan Chondroitine sulfate
2 Topikal
a Krim rubefacients dan capsaicin
Beberapa sediaan telah tersedia di Indonesia dengan cara kerja pada
umumnya bersifat counter irritant
b Krim NSAIDs
Beberapa yang dapat digunakan adalah gel piroxicam dan sodium
diklofenak
3 Injeksi intraartikularintra lesi
Pada dasarnya ada 2 indikasi suntikan intra artikular yakni penanganan
simtomatik dengan steroid dan viskosuplementasi dengan hyaluronan
untuk modifikasi perjalanan penyakit Beberapa preparat injeksi
intraartikular diantaranya
a Steroid ( triamsinolone hexacetonide dan methyl prednisolone )
Hanya diberikan jika ada satu atau dua sendi yang mengalami
nyeri dan inflamasi yang kurang responsif terhadap pemberian
NSAIDs tak dapat mentolerir NSAIDs atau ada komorbiditas yang
merupakan kontra indikasi terhadap pemberian NSAIDs
Dosis untuk sendi besar seperti lutut 40-50 mginjeksi
sedangkan untuk sendi-sendi kecil biasanya digunakan dosis 10 mg
b Hyaluronan high molecular weight dan low molecular weight
Diberikan berturut-turut 5 sampai 6 kali dengan interval satu
minggu masing-masing 2 sampai 25 ml Hyaluronan Sediaan di
Indonesia diantaranya adalah Hyalgan dan Osflex
4 Pembedahan
Sebelum diputuskan untuk terapi pembedahan harus dipertimbangkan
terlebih dahulu risiko dan keuntungannya Pertimbangan dilakukan
tindakan operatif bila
28
a Deformitas menimbulkan gangguan mobilisasi
b Nyeri yang tidak dapat teratasi dengan penganan medikamentosa
dan rehabilitatif
Ada 2 tipe terapi pembedahan Realignment osteotomi dan replacement
joint
Macam-macam operasi sendi lutut untuk osteoarthritis
a Partial replacementunicompartemental
b High tibial osteotomy orang muda
c Patella amp condyle resurfacing
d Minimally constrained total replacement stabilitas sendi dilakukan
sebagian oleh ligament asli dan sebagian oleh sendi buatan
e Cinstrained joint fixed hinges dipakai bila ada tulang hilang dan
severe instability
f Total knee replacement apabila didapatkan nyeri deformitas
instability akibat dari rheumatoid atau osteoarthritis
29
Gambar 21 Piramida Penatalaksanaan Osteoartritis
BAB III
DISKUSI DAN PEMBAHASAN
OA adalah penyakit degenerasi kartilago artikuler yang berlangsung secara
perlahan dan ditandai dengan nyeri sendi kekakuan dan keterbatasan gerak yang
berkembang secara progresif Tanda-tanda tersebut ditemukan pada penderita ini
Berdasarkan etiologinya OA diklasifikasikan menjadi dua yaitu OA
primer dan OA sekunder OA primer disebut juga OA idiopatik yaitu OA yang
kausanya tidak diketahui dan tidak ada hubungannya dengan penyakit sistemik
maupun proses perubahan lokal pada sendi OA sekunder adalah OA yang
didasari oleh adanya kelainan endokrin trauma inflamasi metabolik
pertumbuhan herediter jejas mikro dan makro serta imobilisasi yang terlalu lama
faktor mekanik penyakit deposit kalsium penyakit tulang dan sendi lainnya serta
neuropatik endemik Beberapa faktor risiko yang diketahui berhubungan dengan
penyakit OA diantaranya faktor risiko umum yang penting seperti kegemukan
faktor genetik dan jenis kelamin serta beberapa faktor risiko lain seperti usia lebih
dari 40 tahun suku bangsa cedera sendi pekerjaan olahraga kelainan
pertumbuhan kepadatan tulang dan lain-lain Pada penderita ini berdasarkan
30
anamnesis riwayat sosialnya penderita adalah seorang wanita berusia 75 tahun
yang meskipun tidak melakukan pekerjaan yang berat tetapi dirinya tetap
menjalankan pekerjaan rumah tangga (sebelum sakit) yang notabene banyak
menggunakan sendi lutut Selain itu dari pemeriksaan fisik penderita ini juga
mengalami kegemukan Kondisi-kondisi pada penderita ini merupakan faktor
risiko sekunder terjadinya OA Jadi dapat disimpulkan bahwa penyebab OA pada
penderita ini bukan termasuk faktor risiko OA primer
Penderita datang dengan keluhan nyeri pada kedua sendi lutut sejak plusmn 1
tahun SMRS dan puncaknya 2 hari SMRS dimana penderita sudah tidak bisa
berjalan lagi Nyeri sendi merupakan keluhan yang umum terjadi pada penyakit
reumatik seperti artritis gout OA keganasan reumatik septik dan lain
sebagainya Pada penderita ini nyeri terlokalisir pada lutut tanpa adanya nyeri
pada sendi yang lain nyeri bertambah saat melakukan gerakan (seperti berjalan)
dan berkurang apabila beristirahat Tidak ada demam Nyeri tidak menetap
sepanjang hari Nyeri seperti ini biasanya ditemukan pada OA
Penderita juga mengeluh kaku sendi Kaku sendi dirasakan penderita pada
pagi hari Keadaan ini biasanya disebabkan oleh desakan cairan yang berada di
sekitar jaringan yang mengalami inflamasi (kapsul sendi sinovial atau bursa)
Kaku sendi makin nyata pada pagi hari atau setelah istirahat Setelah digerak-
gerakkan cairan akan menyebar dari jaringan yang mengalami inflamasi sehingga
penderita merasa terlepas dari ikatan dan bisa menggerakkan sendinya kembali
Lama kaku sendi pada OA adalah kurang dari 30 menit sedangkan pada AR
minimal satu jam Pada penderita ini kaku sendi juga dirasakan pada pagi hari
selama plusmn 20-30 menit dan menghilang dengan sendirinya bila penderita
menggerakkan kakinya dengan beraktivitas seperti biasa Hal ini sesuai untuk
mendukung keluhan pada penderita OA
Penderita juga mengalami bengkak pada kedua lutut Bengkak dirasakan
oleh penderita sejak 6 bulan SMRS Sendi yang membengkak bisa disebabkan
oleh penonjolan tulang sinovitis efusi dan karena adanya osteofit yang dapat
mengubah permukaan sendi Pada penderita ditemukan osteofit pada pemeriksaan
rontgent
31
29
Pemeriksaan fisik lokalis pada kedua sendi lutut didapatkan pada
inspeksi didapatkan pembesaran bengkak pada kedua sendi lutut dengan tidak
ada perubahan warna kulit Palpasi pada kedua sendi lutut didapatkan nyeri tekan
dan pada perabaan dirasakan hangat Pemeriksaan gerak sendi didapat
keterbatasan gerak fleksi yaitu hanya dapat mengerakkan lutut sebesar 60deg
Hambatan gerak terutama disebabkan oleh adanya remodelling osteofit penebalan
kapsul dan juga adanya efusi Pada auskultasi sendi lutut penderita ditemukan
adanya krepitasi dimana terdengar suara gemeretak ldquokretek-kretekrdquo seperti suara
krupuk yang diremukkan Gejala ini mungkin disebabkan karena gesekan kedua
permukaan tulang sendi yang irregular pada saat sendi digerakkan ataupun secara
pasif dimanipulasi
Pemeriksaan radiologis pada penderita ini didapatkan adanya gambaran
berupa penyempitan sendi dan osteofit pada pinggir sendi Menipisnya rawan
sendi diawali dengan retak dan terbelahnya permukaan sendi di beberapa tempat
yang kemudian menyatu dan disebut sebagai fibrilasi Di lain pihak pada tulang
akan terjadi pula perubahan sebagai reaksi tubuh untuk memperbaiki kerusakan
Perubahan itu adalah penebalan tulang subkondral dan pembentukan osteofit
marginal disusul kemudian dengan perubahan komposisi molekular dan struktur
tulang Penipisan kartilago sendi akibat proses degeneratif memberi gambaran
penyempitan celah sendi yang tidak simetris pada foto polos radiologi Fungsi
kartilago sendi berkurang bahkan menghilang mengakibatkan beban stres di
daerah subkhondral bertambah Beberapa subkhondral tersebut dapat diamati pada
poto polos radiologi berupa pembentukan osteofit sklerotik subkhondral maupun
pembentukan kista subkhondral Pada penderita ini ditemukan adanya
pembentukan osteofit pada condylus lateralis dan medialis os tibio femoralis
Pada OA anamnesa (gejala klinis) pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
radiologi sudah dapat menunjang penegakan diagnosis Hasil pemeriksaan
laboratorium pada OA biasanya tidak banyak berguna Darah tepi (Hb Leukosit
dan LED) dalam batas normal kecuali OA generalisata yang harus dibedakan
dengan arthritis peradangan Pada OA yang disertai peradangan mungkin
didapatkan penurunan viskositas pleositosis sedang hingga ringan serta
32
peningkatan ringan sel radang (lt8000m) gt1 Pada penderita ini dilakukan
pemeriksaan laboratorium darah lengkap kimia darah dan urin lengkap karena
pemeriksaan tersebut merupakan pemeriksaan rutin Dari hasil pemeriksaan
laboratorium pada penderita ini tidak ditemukan adanya kelainan
Diagnosis OA sudah bisa ditegakkan secara klinis dengan memakai
kriteria OA yang dibuat oleh Subcommittee American College of Rheumatology
(ACR) Kriteria OA lutut secara klinis laboratorium dan radiologis adalah adanya
nyeri lutut osteofit dan salah satu dari tanda berikut yaitu usia lebih dari 50
tahun kaku sendi kurang dari 30 menit atau adanya krepitus Pada penderita ini
wanita berusia 75 tahun ditemukan memiliki keluhan nyeri kedua sendi lutut
terdapat kaku sendi selama 20-30 menit terdapat krepitus dan pada pemeriksaan
radiologi ditemukan adanya osteofit
Pengelolaan penderita dengan OA bertujuan untuk menghilangkan
keluhan mengoptimalkan fungsi sendi mengurangi ketergantungan dan
meningkatkan kualitas hidup menghambat progresivitas penyakit dan mencegah
komplikasi Pilar terapi OA non farmakologis (edukasi terapi fisik
dietpenurunan berat badan) farmakologis (analgetik kortikosteroid lokal
sistemik kondroprotektif dan biologik) dan pembedahan
Edukasi sangat penting bagi semua pasien OA Dua hal yang menjadi
tujuan edukasi adalah bagaimana mengatasi nyeri dan disabilitas Pemberian
edukasi pada penderita ini sangat penting karena dengan edukasi diharapkan
pengetahuan penderita mengenai penyakit OA menjadi meningkat dan pengobatan
menjadi lebih mudah serta dapat diajak bersama-sama untuk mencegah kerusakan
organ sendi lebih lanjut Edukasi yang diberikan pada penderita ini yaitu
memberikan pengertian bahwa OA adalah penyakit yang kronik sehingga perlu
dipahami bahwa mungkin dalam derajat tertentu akan tetap ada rasa nyeri kaku
dan keterbatasan gerak serta fungsi Selain itu agar rasa nyeri dapat berkurang
maka penderita hendaknya mengurangi aktivitaspekerjaannya sehingga tidak
terlalu banyak menggunakan sendi lutut dan lebih banyak beristirahat Penderita
juga disarankan untuk kembali kontrol sehingga dapat diketahui apakah
33
penyakitnya sudah membaik atau ternyata ada efek samping akibat obat yang
diberikan
Terapi fisik bertujuan untuk melatih penderita agar persendiannya tetap
dapat dipakai dan melatih penderita untuk melindungi sendi yang sakit Pada
penderita ini dianjurkan untuk berolah raga tapi olah raga yang memperberat
sendi sebaiknya dihindari seperti lari atau joging Hal ini dikarenakan dapat
menambah inflamasi meningkatkan tekanan intraartikular bila ada efusi sendi dan
bahkan bisa menyebabkan robekan kapsul sendi Untuk mencegah risiko
terjadinya kecacatan pada sendi sebaiknya dilakukan olah raga peregangan otot
seperti mQuadrisep femoris dengan peregangan otot diharapkan dapat membantu
dalam peningkatan fungsi sendi secara keseluruhan dan mengurangi nyeri Pada
penderita ini disarankan untuk senam lantai 3 kali seminggu dimana pasien
mengambil posisi terlentang sambil meregangkan lututnya dengan cara
mengangkat kaki dan secara perlahan menekuk dan meluruskan lututnya Olah
raga ini sangat mudah dilakukan apalagi mengingat usia penderita yang sudah
mencapai 75 tahun
Diet bertujuan untuk menurunkan berat badan pada penderita OA yang
gemuk Hal ini sebaiknya menjadi program utama pengobatan OA Penurunan
berat badan seringkali dapat mengurangi keluhan dan peradangan Selain itu
obesitas juga dapat meningkatkan risiko progresifitas dari OA Pada penderita ini
disarankan untuk mengurangi berat badan dengan mengatur diet rendah kalori
sampai mungkin mendekati berat badan ideal Dimana prinsipnya adalah
mengurangi kalori yang masuk dibawah energi yang dibutuhkan Penurunan
energi intake yang aman dianjurkan pemberian defisit energi antara 500-1000
kalori perhari sehingga diharapkan akan terjadi pembakaran lemak tubuh dan
penurunan berat badan 05 ndash 1 kg per minggu Biasanya intake energi diberikan
1200-1300 kal per hari dan paling rendah 800 kal per hari Formula yang dapat
digunakan untuk kebutuhan energi berdasarkan berat badan adalah 22kalkgBB
aktualhari dengan cara ini didapatkan defisit energi 1000 kalhari Pada penderita
ini dianjurkan untuk diet 1400 kal perhari agar mencapai BB idealnya yakni
setidaknya mencapai 55 kg Namun cara ini juga memerlukan kehati ndash hatian
34
dikarenakan usia penderita dan daya tahan tubuhnya yang memang sudah tidak
mendukung untuk melakukan usaha diit
Terapi farmakologis pada penderita OA biasanya bersifat simptomatis
Pada tahap awal dapat dicoba analgetik sederhana seperti asetaminofen atau
salisilat Bila tidak ada perbaikan dapat diberikan obat anti inflamasi non steroid
Untuk mengurangi keluhan nyeri pada penderita ini telah diberikan pengobatan
langsung dengan obat anti inflamasi non steroid seperti Na-diklofenak dengan
dosis 3times50 mg tanpa menggunakan obat lini pertama Hal ini dikarenakan keluhan
pada penderita ini sudah cukup berat ditambah pula adanya bengkak dan rasa
hangat di lutut yang tidak hilang dengan obat analgetik sederhana ( seperti yang
biasa dikonsumsi penderita) Na-diklofenak merupakan obat golongan OAINS
COX-1 inhibitor yang non-selektif dimana obat ini diberikan pada penderita
karena tidak terdapat riwayat pernah menderita gangguan gastrointestinal Namun
mengingat usia penderita yang memang sudah lanjut maka penderita juga
diberikan obat pelapis lambung untuk menjaga kondisi saluran pencernaannya Di
sini penderita diberikan obat golongan PPI (Omeprazole 2 x 20 mg) Setelah
dievaluasi beberapa hari ternyata keluhan nyeri dan bengkak pada penderita tidak
kunjung ada perubahan maka ditambahkan pula obat steroid injeksi dimana
pilihannya adalah InjTriamcinolon 1 Amp24 jam (Inj Flamicort) Selain itu
pasien juga dikonsulkan ke spesialis rehabilitasi medis untuk dilakukan
fisioterapi
Terapi pembedahan Terapi ini diberikan apabila terapi farmakologis dan
rehabilitasi tidak berhasil untuk mengurangi rasa sakit dan juga untuk melakukan
koreksi apabila terjadi deformitas yang menimbulkan gangguan mobilisasi sendi
yang mengganggu aktifitas sehari-hari Pada penderita ini tidak sampai dilakukan
terapi pembedahan
35
DAFTAR PUSTAKA
1 Soeroso J Isbagio H Kalim H Broto R Pramudiyo R Osteoartritis In
Sudoyo AW Setiyohadi B Alwi I Simadibrata M Setiati S editors Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam 4th ed Jakarta Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit
Dalam Fakultas Kedokteran Indonesia 2006 p 1195-201
2 Osteoarthritis Wikipedia The Free Encyclopedia [serial on the internet]
2009 [cited 2009 Sep 1] Available from
httpenwikipediaorgwikiOsteoarthritis
3 Reginster JY The Prevalence and Burden of Osteoarthritis Rheumatology
2002 41 (suppl 1) 3 ndash 6
4 Wibowo Dhidik Tri Kurniawan Yusuf Latifah Tati Gunadi Rachmat
Perancangan dan Implementasi Sistem Bantu Diagnosis Penyakit
Osteoartritis dan Reumatoid Artritis Melalui Deteksi Penyempitan Celah
Sendi pada Citra X-Ray Tangan dan Lutut Dalam Temu Ilmiah
Reumatologi Jakarta 2003 168 ndash 172
5 Konggres Nasional Ikatan Reumatologi Indonesia VI httppemda-
diygoidberita 2005 102140
36
6 Arthritis Research Campaign 2000 Available at
httpwwwarcorgukabout_arthastatshtm
7 Felson DT Zhang Y Hannan MT et al The Incidence and Natural
History of Knee Osteoarthritis in the Elderly The Framingham
Osteoarthritis Study Arthritis Rheumatology 1995 38 1500 ndash 1505
8 Felson DT Zhang Y An Update on the Epidemiology of Knee and Hip
Osteoarthritis with a View to Prevention Arthritis Rheumatology 1998
41 1343 ndash 1355
9 Setiyohadi Bambang Osteoartritis Selayang Pandang Dalam Temu Ilmiah
Reumatologi Jakarta 2003 27 ndash 31
10 Klippel John H Dieppe Paul A Brooks Peter et al Osteoarthritis In
Rheumatology United Kingdom Mosby ndash Year Book Europe Limited
1994 21 ndash 106
11 Abbate L Renner JB Stevens J et al Do Body Composition and Body Fat
Distribution Explain Ethnic Differences in Radiographic Knee
Osteoarthritis Outcomes in African -American and Caucasian Women The
North American Association for the Study of Obesity 2006 14 1274 ndash
1281
12 Amin Niu Jingbo Hunter David et al Smoking Worsens Knee
Osteoarthritis News Center Oklahoma City Oklahoma USA 2006 1 ndash 4
13 McAlindon Timothy E Felson David T Zhang Yuqing et al Relation of
Dietary Intake and Serum Levels of Vitamin D to Progression of
Osteoarthritis of the Knee Among Participants in the Framingham Study
14 Englund M and Lohmander LS Patellofemoral Osteoarthritis Coexistent
with Tibiofemoral Osteoarthritis in a Meniscectomy Population Annals of
the Rheumatic Diseases 2005 64 1721 ndash 1726
15 Carter MA Osteoartritis In Price SA Wilson LM Patofisiologi konsep
klinis proses-proses penyakit 6th ed Jakarta EGC 2006 p 1380-4
16 Altman RD Criteria for the Classification of Osteoarthritis Journal of
Rheumatology 1991 27 (suppl) 10 ndash 12
37
17 Milne AD Evans NA Stanish WD Nonoperative Management of Knee
Osteoarthritis In Hartono IM Studi komparasi antara WOMAC index
dengan Kellgren-Lawrence grading system pada penderita osteoarthritis
genu [PPDS1 thesis] Semarang Medical Faculty Diponegoro University
2007 p 12
18 Haq I Murphy E Dacre J Osteoarthritis Review Postgrad Med J 2003
79 377 ndash 383
19 Anonim [1986] Criteria for classification of idiopathic osteoarthtritis (OA)
of the knee American College of Rheumatology [serial on the internet]
2010 [cited 2010 Jan 20] Available from
httpwwwrheumatologyorgpublicationsclassificationoakneeasp
aud=mem
38
- BAB I
- ILUSTRASI KASUS
- 1 Pemeriksaan EKG
- X ndash Ray Pelvis AP
- BAB III
- DISKUSI DAN PEMBAHASAN
-
04022014 S kaki masih nyeri jika digerakkan ditekuk (+) pasien tetap masih belum bisa duduk maupun berjalan sesak(-) pusing(-)KU Kesadaran Sedang composmentisVS TD 130100 mmHg RR 18 kali menit N 76 kali menit T 3730CVAS 7Bengkak (+) eritem (-) ROM terbatas
O2 3lpmIVFD RL 20 tpm Captopril 3x25mgHCT 2x50mgAmlodipin 1x10mgAnalsik 3x1Natrium Diklofenak 3x1ISDN 3x5mg(+) Inj Flamicort 1 Amp Omeprazole 2x1
05022014 S kaki masih nyeri jika digerakkan (+) namun pasien sudah bisa tidur miring sambil menekuk lututnya pegel (+) masih belum bisa berjalan (+)KU Kesadaran Sedang composmentisVS TD 150100 mmHg RR 18 kali menit N 86 kali menit T 370CVAS 5Bengkak (+) eritem (-) ROM terbatas
O2 3lpmIVFD RL 20 tpm Captopril 3x25mgHCT 2x50mgAmlodipin 1x10mgAnalsik 3x1Natrium Diklofenak 3x1ISDN 3x5mg(+) Inj Flamicort 1 Amp Omeprazole 2x1Co SpRM untuk Fisioterapi
pasien sudah difisioterapi (IR)06022014 S kaki masih nyeri jika digerakkan (+)
ditambah keluhan nyeri pinggang keluhan pusing sesak mual muntah disangkalKU Kesadaran Sedang composmentisVS TD 200100 mmHg RR 20 kali menit N 88 kali menit T 3630CVAS 7Bengkak (+) eritem (-) ROM terbatas
O2 3lpmIVFD RL 20 tpm Inj Flamicort 1 AmpCaptopril 3x25mgHCT 2x50mgAmlodipin 1x10mgAnalsik 3x1Natrium Diklofenak 3x1ISDN 3x5mgOmeprazole 2x1
Fisioterapi masih dilanjutkan
16
07022014 S kaki masih nyeri tapi lebih jarang pasien sudah bisa setengah duduk namun tetap dibantu keluarga sesak (-) pusing (sedikit) makan minum (+) sedikit - sedikitKU Kesadaran Sedang composmentisVS TD 200100 mmHg RR 18 kali menit N 76 kali menit T 370CVAS 5Bengkak (+) eritem (-) ROM terbatas
Pasien dan keluarga APS pulang karena persoalan biaya terapi pulang
Captopril 3x25mgHCT 2x50mgAmlodipin 1x10mgAnalsik 3x1Natrium Diklofenak 3x1ISDN 3x5mgOmeprazole 2x1(+) Clonidin 3x1 tab
VIIIPROGNOSIS
Qua ad vitam Dubia ad bonam
Qua ad functionam Dubia ad malam
Qua ad sanationam Dubia ad malam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
IDefinisi
Osteoarthritis (OA dikenal juga sebagai arthritis degeneratif penyakit
degeneratif sendi) merupakan penyakit sendi degeneratif yang mengenai
sendi-sendi penumpu berat badan dengan gambaran patologis yang berupa
kerusakan kartilago sendi dimana terjadi proses degradasi interaktif sendi
17
yang kompleks terdiri dari proses perbaikan pada kartilago tulang dan
sinovium diikuti komponen sekunder proses inflamasi12
II Epidemiologi
Osteoartritis merupakan penyakit sendi yang paling banyak ditemukan di
dunia termasuk di Indonesia Bahkan sejak tahun 2001 hingga 2010
dicanangkan sebagai dekade penyakit tulang dan sendi di seluruh dunia5
Penyakit ini menempati urutan kedua setelah penyakit kardiovaskuler sebagai
penyebab ketidakmampuan fisik Di Inggris dan Wales sekitar 13 hingga
175 juta orang mengalami gejala OA Di Amerika 1 dari 7 penduduk
menderita OA34
Di Australia pada tahun 2002 diperkirakan biaya nasional untuk OA
sebesar 1 dari GNP yaitu mencapai $Aus 2700orangtahun4 Di Indonesia
sendiri prevalensi total OA sebanyak 343 juta orang pada tahun 2002 dan
mencapai 365 juta orang pada tahun 2007 Diperkirakan 1 sampai 2 juta
orang lanjut usia di Indonesia menderita cacat karena osteoarthritis Pada
beberapa penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan terjadinya
osteoarthritis pada obesitas dan sendi penahan beban tubuh5 Dari sekian
banyak sendi yang dapat terserang OA lutut merupakan sendi yang paling
sering dijumpai terserang OA Data Arthritis Research Campaign
menunjukkan bahwa lebih dari 550 ribu orang di Inggris menderita OA lutut
yang parah dan lebih dari 80 ribu operasi replacement sendi lutut dilakukan di
Inggris pada tahun 2000 dengan biaya 405 juta Poundsterling6
III Patofisiologi Osteoartritis
Terjadinya OA tidak lepas dari banyak persendian yang ada di dalam
tubuh manusia Sebanyak 230 sendi menghubungkan 206 tulang yang
memungkinkan terjadinya gesekan Untuk melindungi tulang dari gesekan di
dalam tubuh ada tulang rawan Namun karena berbagai faktor risiko yang ada
maka terjadi erosi pada tulang rawan dan berkurangnya cairan pada sendi
Tulang rawan sendiri berfungsi untuk meredam getar antar tulang Tulang
rawan terdiri atas jaringan lunak kolagen yang berfungsi untuk menguatkan
18
17
sendi proteoglikan yang membuat jaringan tersebut elastis dan air (70
bagian) yang menjadi bantalan pelumas dan pemberi nutrisi910
Kondrosit adalah sel yang tugasnya membentuk proteoglikan dan
kolagen pada rawan sendi Osteoartritis terjadi akibat kondrosit gagal
mensintesis matriks yang berkualitas dan memelihara keseimbangan antara
degradasi dan sintesis matriks ekstraseluler termasuk produksi kolagen tipe I
III VI dan X yang berlebihan dan sintesis proteoglikan yang pendek Hal
tersebut menyebabkan terjadi perubahan pada diameter dan orientasi dari serat
kolagen yang mengubah biomekanik dari tulang rawan sehingga tulang rawan
sendi kehilangan sifat kompresibilitasnya yang unik9
Selain kondrosit sinoviosit juga berperan pada patogenesis OA
terutama setelah terjadi sinovitis yang menyebabkan nyeri dan perasaan tidak
nyaman Sinoviosit yang mengalami peradangan akan menghasilkan Matrix
Metalloproteinases (MMPs) dan berbagai sitokin yang akan dilepaskan ke
dalam rongga sendi dan merusak matriks rawan sendi serta mengaktifkan
kondrosit Pada akhirnya tulang subkondral juga akan ikut berperan dimana
osteoblas akan terangsang dan menghasilkan enzim proteolitik 910
Agrekanase merupakan enzim yang akan memecah proteoglikan di
dalam matriks rawan sendi yang disebut agrekan Ada dua tipe agrekanase
yaitu agrekanase 1 (ADAMTs-4) dan agrekanase 2 (ADAMTs-11) MMPs
diproduksi oleh kondrosit kemudian diaktifkan melalui kaskade yang
melibatkan proteinase serin (aktivator plasminogen plamsinogen plasmin)
radikal bebas dan beberapa MMPs tipe membran Kaskade enzimatik ini
dikontrol oleh berbagai inhibitor termasuk TIMPs dan inhibitor aktifator
plasminogen Enzim lain yang turut berperan merusak kolagen tipe II dan
proteoglikan adalah katepsin yang bekerja pada pH rendah termasuk
proteinase aspartat (katepsin D) dan proteinase sistein (katepsin B H K L
dan S) yang disimpam di dalam lisosom kondrosit Hialuronidase tidak
terdapat di dalam rawan sendi tetapi glikosidase lain turut berperan merusak
proteoglikan10
19
Berbagai sitokin turut berperan merangsang kondrosit dalam
menghasilkan enzim perusak rawan sendi Sitokin-sitokin pro-inflamasi akan
melekat pada reseptor di permukaan kondrosit dan sinoviosit dan
menyebabkan transkripsi gene MMP sehingga produksi enzim tersebut
meningkat Sitokin yang terpenting adalah IL-1 selain sebagai sitokin
pengatur (IL-6 IL-8 LIFI) dan sitokin inhibitor (IL-4 IL-10 IL-13 dan IFN-
γ) Sitokin inhibitor ini bersama IL-Ira dapat menghambat sekresi berbagai
MMPs dan meningkatkan sekresi TIMPs Selain itu IL-4 dan IL-13 juga
dapat melawan efek metabolik IL-1 IL-1 juga berperan menurunkan sintesis
kolagen tipe II dan IX dan meningkatkan sintesis kolagen tipe I dan III
sehingga menghasilkan matriks rawan sendi yang berkualitas buruk 910
IV Klasifikasi Osteoartritis
OA dapat terjadi secara primer (idiopatik) maupun sekunder seperti
yang tercantum di bawah ini 19
IDIOPATIK SEKUNDER
20
SetempatTangan- nodus Heberden dan Bouchard (nodal)- artritis erosif interfalang- karpal-metakarpal IKaki - haluks valgus- haluks rigidus- jari kontraktur (hammercock-up toes)- talonavikulareCoxae- eksentrik (superior)- konsentrik (aksial medial)- difus (koksa senilis)Vertebra- sendi apofiseal- sendi intervertebral- spondilosis (osteofit)- ligamentum (hiperostosis penyakit Forestier diffuse idiopathic skeletal hyperostosis=DISH)Tempat lainnya- glenohumeral- akromioklavikular- tibiotalar- sakroiliaka- temporomandibularMenyeluruhMeliputi 3 atau lebih daerah yang tersebut diatas (Kellgren-Moore)
Traumaminus akutminus kronik (okupasional port)Kongenital atau developmentalGangguan setempatminus Penyakit Leg-Calve-Perthesminus Dislokasi koksa kongenitalminus Slipped epiphysisFaktor mekanikminus Panjang tungkai tidak samaminus Deformitas valgus varusminus Sindroma hipermobilitasMetabolikminus Okronosis (alkaptonuria)minus Hemokromatosisminus Penyakit Wilsonminus Penyakit GaucherEndokrinminus Akromegaliminus Hiperparatiroidismeminus Diabetes melitusminus Obesitasminus HipotiroidismePenyakit Deposit Kalsiumminus Deposit kalsium pirofosfat dihidratminus Artropati hidroksiapatitPenyakit Tulang dan Sendi lainnya Setempatminus FrakturminusNekrosis avaskular
Tabel 21 Osteoartritis Idiopatik dan Sekunder
V Manifestasi Klinis 15
1 Nyeri sendi
Terutama bila sendi bergerak atau menanggung beban yang akan
berkurang bila penderita beristirahat
21
2 Kaku pada pagi hari (morning stiffness)
Kekakuan pada sendi yang terserang terjadi setelah imobilisasi yang
cukup lama (gel phenomenon) bahkan sering disebutkan kaku muncul
pada pagi hari setelah bangun tidur (morning stiffness)
3 Hambatan pergerakan sendi
Hambatan pergerakan sendi ini bersifat progresif lambat bertambah
berat secara perlahan sejalan dengan bertambahnya nyeri pada sendi
4 Krepitasi
Rasa gemeretak (seringkali sampai terdengar) yang terjadi pada sendi
yang sakit
5 Perubahan bentuk sendi
Sendi yang mengalami osteoarthritis biasanya mengalami perubahan
berupa perubahan bentuk dan penyempitan pada celah sendi
6 Perubahan gaya berjalan
Hal yang paling meresahkan pasien adalah perubahan gaya berjalan
hampir semua pasien osteoarthritis pada pergelangan kaki lutut dan
panggul mengalami perubahan gaya berjalan (pincang)
VI Faktor Risiko Osteoartritis Lutut (Genu)
Secara garis besar terdapat dua pembagian faktor risiko OA lutut yaitu
faktor predisposisi dan faktor biomekanis
1 Faktor Predisposisi
a Faktor Demografi
1) Umur
Dari semua faktor risiko untuk timbulnya osteoartritis faktor
ketuaan adalah yang terkuat Proses penuaan dianggap sebagai
penyebab peningkatan kelemahan di sekitar sendi penurunan
kelenturan sendi kalsifikasi tulang rawan dan menurunkan
fungsi kondrosit yang semuanya mendukung terjadinya OA
Studi Framingham menunjukkan bahwa 27 orang berusia 63 ndash
22
70 tahun memiliki bukti radiografik menderita OA lutut yang
meningkat mencapai 40 pada usia 80 tahun atau lebih7
2) Jenis kelamin
Prevalensi OA pada laki-laki sebelum usia 50 tahun lebih tinggi
dibandingkan perempuan tetapi setelah usia lebih dari 50 tahun
prevalensi perempuan lebih tinggi menderita OA dibandingkan
laki-laki Hal ini dikaitkan dengan pengurangan hormon
estrogen yang signifikan pada wanita8
3) Ras Etnis
Prevalensi OA lutut pada penderita di negara Eropa dan
Amerika tidak berbeda sedangkan suatu penelitian
membuktikan bahwa ras Afrika ndash Amerika memiliki risiko
menderita OA lutut 2 kali lebih besar dibandingkan ras
Kaukasia Penduduk Asia juga memiliki risiko menderita OA
lutut lebih tinggi dibandingkan Kaukasia1011 Suatu studi lain
menyimpulkan bahwa populasi kulit berwarna lebih banyak
terserang OA dibandingkan kulit putih9
b Faktor Genetik
Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoartritis Adanya
mutasi dalam gen prokolagen atau gen-gen struktural lain untuk
unsur-unsur tulang rawan sendi seperti kolagen proteoglikan
berperan dalam timbulnya kecenderungan familial pada
osteoartritis10
c Faktor Gaya Hidup
1) Kebiasaan Merokok
Merokok dapat merusak sel dan menghambat proliferasi sel
tulang rawan sendi
Merokok dapat meningkatkan tekanan oksidan yang
mempengaruhi hilangnya tulang rawan
23
Merokok dapat meningkatkan kandungan karbonmonoksida
dalam darah menyebabkan jaringan kekurangan oksigen
dan dapat menghambat pembentukan tulang rawan12
2) Konsumsi Vitamin D
Orang yang tidak biasa mengkonsumsi makanan yang
mengandung vitamin D memiliki peningkatan risiko 3 kali lipat
menderita OA lutut13
d Faktor Metabolik
1) Obesitas
Berat badan yang berlebih ternyata dapat meningkatkan tekanan
mekanik pada sendi penahan beban tubuh dan lebih sering
menyebabkan osteoartritis lutut7
2) Osteoporosis
Hubungan antara OA lutut dan osteoporosis mendukung teori
bahwa gerakan mekanis yang abnormal tulang akan
mempercepat kerusakan tulang rawan sendi10
3) Penyakit Lain
OA lutut terbukti berhubungan dengan diabetes mellitus
hipertensi dan hiperurikemi dengan catatan pasien tidak
mengalami obesitas10
4) Histerktomi
Hal ini diduga berkaitan dengan pengurangan produksi hormon
estrogen setelah dilakukan pengangkatan rahim 10
5) Manisektomi
Menisektomi merupakan operasi yang dilakukan di daerah lutut
dan telah diidentifikasi sebagai faktor risiko penting bagi OA
lutut Hal ini berkaitan dengan hilangnya jaringan meniscus14
2 Faktor Biomekanis
a Riwayat Trauma Lutut
24
Trauma lutut yang akut termasuk robekan pada ligamentum
krusiatum dan meniskus merupakan faktor risiko timbulnya OA
lutut9
b Kelainan Anatomis
Faktor risiko timbulnya OA lutut antara lain kelainan lokal pada
sendi lutut seperti genu varum genu valgus Legg ndash Calve ndashPerthes
disease dan displasia asetabulum10
c Pekerjaan
Osteoartritis banyak ditemukan pada pekerja fisik berat terutama
yang banyak menggunakan kekuatan yang bertumpu pada lutut
(petani kuli dll)9
d Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik berat seperti berdiri lama (2 jam atau lebih setiap
hari) berjalan jarak jauh (2 jam atau lebih setiap hari) mengangkat
barang berat (10 kg ndash 50 kg selama 10 kali atau lebih setiap
minggu) mendorong objek yang berat (10 kg ndash 50 kg selama 10
kali atau lebih setiap minggu) naik turun tangga setiap hari
merupakan faktor risiko OA lutut 9
e Kebiasaan Olahraga
Atlit olah raga benturan keras dan membebani lutut seperti sepak
bola lari maraton dan kung fu memiliki risiko meningkat untuk
menderita OA lutut10
VII Kriteria Diagnosis Osteoartritis Lutut (Genu)
25
Kriteria diagnosis OA lutut menggunakan kriteria klasifikasi American
College of Rheumatology seperti tercantum pada tabel berikut ini 16
Tabel 22 Kriteria Klasifikasi Osteoartritis Lutut
Derajat osteoartritis lutut dinilai menjadi lima derajat oleh Kellgren dan
Lawrence yaitu 17
- Derajat 0 tidak ada gambaran osteoartritis
- Derajat 1 osteoartritis meragukan dengan gambaran sendi normal tetapi
terdapat osteofit minimal
- Derajat 2 osteoartritis minimal dengan osteofit pada 2 tempat tidak terdapat
sklerosis dan kista subkondral serta celah sendi baik
- Derajat 3 osteoartritis moderat dengan osteofit moderat deformitas ujung
tulang dan celah sendi sempit
- Derajat 4 osteoartritis berat dengan osteofit besar deformitas ujung tulang
celah sendi hilang serta adanyasklerosis dan kista subkondral
26
VIIIPenatalaksanaan Osteoarthritis
Tujuan penatalaksanaan pasien dengan osteoarthritis adalah18
1 Meredakan nyeri
2 Mengoptimalkan fungsi sendi
3 Mengurangi ketergantungan kepada orang lain dan meningkatkan
kualitas hidup
4 Menghambat progresivitas penyakit
5 Mencegah terjadinya komplikasi
Pilar terapi pada pasien dengan osteoarthritis yaitu
Nonfarmakologis
1 Modifikasi pola hidup
2 Edukasi
3 Istirahat teratur yang bertujuan mengurangi penggunaan beban pada
sendi
4 Modifikasi aktivitas
5 Menurunkan berat badan
6 Rehabilitasi medik fisioterapi
a Latihan statis dan memperkuat otot-otot
b Fisioterapi yang berguna untuk mengurangi nyeri menguatkan otot
dan menambah luas pergerakan sendi
7 Penggunaan alat bantu
Farmakologis
1 Sistemik
a Analgetik
Non narkotik parasetamol
Opioid (kodein tramadol)
b Antiinflamasi nonsteroid (NSAIDs)
Oral
Injeksi
Suppositoria
27
c DMOADs (disease modifying OA drugs)
Diantara nutraceutical yang saat ini tersedia di Indonesia adalah
Glucosamine sulfate dan Chondroitine sulfate
2 Topikal
a Krim rubefacients dan capsaicin
Beberapa sediaan telah tersedia di Indonesia dengan cara kerja pada
umumnya bersifat counter irritant
b Krim NSAIDs
Beberapa yang dapat digunakan adalah gel piroxicam dan sodium
diklofenak
3 Injeksi intraartikularintra lesi
Pada dasarnya ada 2 indikasi suntikan intra artikular yakni penanganan
simtomatik dengan steroid dan viskosuplementasi dengan hyaluronan
untuk modifikasi perjalanan penyakit Beberapa preparat injeksi
intraartikular diantaranya
a Steroid ( triamsinolone hexacetonide dan methyl prednisolone )
Hanya diberikan jika ada satu atau dua sendi yang mengalami
nyeri dan inflamasi yang kurang responsif terhadap pemberian
NSAIDs tak dapat mentolerir NSAIDs atau ada komorbiditas yang
merupakan kontra indikasi terhadap pemberian NSAIDs
Dosis untuk sendi besar seperti lutut 40-50 mginjeksi
sedangkan untuk sendi-sendi kecil biasanya digunakan dosis 10 mg
b Hyaluronan high molecular weight dan low molecular weight
Diberikan berturut-turut 5 sampai 6 kali dengan interval satu
minggu masing-masing 2 sampai 25 ml Hyaluronan Sediaan di
Indonesia diantaranya adalah Hyalgan dan Osflex
4 Pembedahan
Sebelum diputuskan untuk terapi pembedahan harus dipertimbangkan
terlebih dahulu risiko dan keuntungannya Pertimbangan dilakukan
tindakan operatif bila
28
a Deformitas menimbulkan gangguan mobilisasi
b Nyeri yang tidak dapat teratasi dengan penganan medikamentosa
dan rehabilitatif
Ada 2 tipe terapi pembedahan Realignment osteotomi dan replacement
joint
Macam-macam operasi sendi lutut untuk osteoarthritis
a Partial replacementunicompartemental
b High tibial osteotomy orang muda
c Patella amp condyle resurfacing
d Minimally constrained total replacement stabilitas sendi dilakukan
sebagian oleh ligament asli dan sebagian oleh sendi buatan
e Cinstrained joint fixed hinges dipakai bila ada tulang hilang dan
severe instability
f Total knee replacement apabila didapatkan nyeri deformitas
instability akibat dari rheumatoid atau osteoarthritis
29
Gambar 21 Piramida Penatalaksanaan Osteoartritis
BAB III
DISKUSI DAN PEMBAHASAN
OA adalah penyakit degenerasi kartilago artikuler yang berlangsung secara
perlahan dan ditandai dengan nyeri sendi kekakuan dan keterbatasan gerak yang
berkembang secara progresif Tanda-tanda tersebut ditemukan pada penderita ini
Berdasarkan etiologinya OA diklasifikasikan menjadi dua yaitu OA
primer dan OA sekunder OA primer disebut juga OA idiopatik yaitu OA yang
kausanya tidak diketahui dan tidak ada hubungannya dengan penyakit sistemik
maupun proses perubahan lokal pada sendi OA sekunder adalah OA yang
didasari oleh adanya kelainan endokrin trauma inflamasi metabolik
pertumbuhan herediter jejas mikro dan makro serta imobilisasi yang terlalu lama
faktor mekanik penyakit deposit kalsium penyakit tulang dan sendi lainnya serta
neuropatik endemik Beberapa faktor risiko yang diketahui berhubungan dengan
penyakit OA diantaranya faktor risiko umum yang penting seperti kegemukan
faktor genetik dan jenis kelamin serta beberapa faktor risiko lain seperti usia lebih
dari 40 tahun suku bangsa cedera sendi pekerjaan olahraga kelainan
pertumbuhan kepadatan tulang dan lain-lain Pada penderita ini berdasarkan
30
anamnesis riwayat sosialnya penderita adalah seorang wanita berusia 75 tahun
yang meskipun tidak melakukan pekerjaan yang berat tetapi dirinya tetap
menjalankan pekerjaan rumah tangga (sebelum sakit) yang notabene banyak
menggunakan sendi lutut Selain itu dari pemeriksaan fisik penderita ini juga
mengalami kegemukan Kondisi-kondisi pada penderita ini merupakan faktor
risiko sekunder terjadinya OA Jadi dapat disimpulkan bahwa penyebab OA pada
penderita ini bukan termasuk faktor risiko OA primer
Penderita datang dengan keluhan nyeri pada kedua sendi lutut sejak plusmn 1
tahun SMRS dan puncaknya 2 hari SMRS dimana penderita sudah tidak bisa
berjalan lagi Nyeri sendi merupakan keluhan yang umum terjadi pada penyakit
reumatik seperti artritis gout OA keganasan reumatik septik dan lain
sebagainya Pada penderita ini nyeri terlokalisir pada lutut tanpa adanya nyeri
pada sendi yang lain nyeri bertambah saat melakukan gerakan (seperti berjalan)
dan berkurang apabila beristirahat Tidak ada demam Nyeri tidak menetap
sepanjang hari Nyeri seperti ini biasanya ditemukan pada OA
Penderita juga mengeluh kaku sendi Kaku sendi dirasakan penderita pada
pagi hari Keadaan ini biasanya disebabkan oleh desakan cairan yang berada di
sekitar jaringan yang mengalami inflamasi (kapsul sendi sinovial atau bursa)
Kaku sendi makin nyata pada pagi hari atau setelah istirahat Setelah digerak-
gerakkan cairan akan menyebar dari jaringan yang mengalami inflamasi sehingga
penderita merasa terlepas dari ikatan dan bisa menggerakkan sendinya kembali
Lama kaku sendi pada OA adalah kurang dari 30 menit sedangkan pada AR
minimal satu jam Pada penderita ini kaku sendi juga dirasakan pada pagi hari
selama plusmn 20-30 menit dan menghilang dengan sendirinya bila penderita
menggerakkan kakinya dengan beraktivitas seperti biasa Hal ini sesuai untuk
mendukung keluhan pada penderita OA
Penderita juga mengalami bengkak pada kedua lutut Bengkak dirasakan
oleh penderita sejak 6 bulan SMRS Sendi yang membengkak bisa disebabkan
oleh penonjolan tulang sinovitis efusi dan karena adanya osteofit yang dapat
mengubah permukaan sendi Pada penderita ditemukan osteofit pada pemeriksaan
rontgent
31
29
Pemeriksaan fisik lokalis pada kedua sendi lutut didapatkan pada
inspeksi didapatkan pembesaran bengkak pada kedua sendi lutut dengan tidak
ada perubahan warna kulit Palpasi pada kedua sendi lutut didapatkan nyeri tekan
dan pada perabaan dirasakan hangat Pemeriksaan gerak sendi didapat
keterbatasan gerak fleksi yaitu hanya dapat mengerakkan lutut sebesar 60deg
Hambatan gerak terutama disebabkan oleh adanya remodelling osteofit penebalan
kapsul dan juga adanya efusi Pada auskultasi sendi lutut penderita ditemukan
adanya krepitasi dimana terdengar suara gemeretak ldquokretek-kretekrdquo seperti suara
krupuk yang diremukkan Gejala ini mungkin disebabkan karena gesekan kedua
permukaan tulang sendi yang irregular pada saat sendi digerakkan ataupun secara
pasif dimanipulasi
Pemeriksaan radiologis pada penderita ini didapatkan adanya gambaran
berupa penyempitan sendi dan osteofit pada pinggir sendi Menipisnya rawan
sendi diawali dengan retak dan terbelahnya permukaan sendi di beberapa tempat
yang kemudian menyatu dan disebut sebagai fibrilasi Di lain pihak pada tulang
akan terjadi pula perubahan sebagai reaksi tubuh untuk memperbaiki kerusakan
Perubahan itu adalah penebalan tulang subkondral dan pembentukan osteofit
marginal disusul kemudian dengan perubahan komposisi molekular dan struktur
tulang Penipisan kartilago sendi akibat proses degeneratif memberi gambaran
penyempitan celah sendi yang tidak simetris pada foto polos radiologi Fungsi
kartilago sendi berkurang bahkan menghilang mengakibatkan beban stres di
daerah subkhondral bertambah Beberapa subkhondral tersebut dapat diamati pada
poto polos radiologi berupa pembentukan osteofit sklerotik subkhondral maupun
pembentukan kista subkhondral Pada penderita ini ditemukan adanya
pembentukan osteofit pada condylus lateralis dan medialis os tibio femoralis
Pada OA anamnesa (gejala klinis) pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
radiologi sudah dapat menunjang penegakan diagnosis Hasil pemeriksaan
laboratorium pada OA biasanya tidak banyak berguna Darah tepi (Hb Leukosit
dan LED) dalam batas normal kecuali OA generalisata yang harus dibedakan
dengan arthritis peradangan Pada OA yang disertai peradangan mungkin
didapatkan penurunan viskositas pleositosis sedang hingga ringan serta
32
peningkatan ringan sel radang (lt8000m) gt1 Pada penderita ini dilakukan
pemeriksaan laboratorium darah lengkap kimia darah dan urin lengkap karena
pemeriksaan tersebut merupakan pemeriksaan rutin Dari hasil pemeriksaan
laboratorium pada penderita ini tidak ditemukan adanya kelainan
Diagnosis OA sudah bisa ditegakkan secara klinis dengan memakai
kriteria OA yang dibuat oleh Subcommittee American College of Rheumatology
(ACR) Kriteria OA lutut secara klinis laboratorium dan radiologis adalah adanya
nyeri lutut osteofit dan salah satu dari tanda berikut yaitu usia lebih dari 50
tahun kaku sendi kurang dari 30 menit atau adanya krepitus Pada penderita ini
wanita berusia 75 tahun ditemukan memiliki keluhan nyeri kedua sendi lutut
terdapat kaku sendi selama 20-30 menit terdapat krepitus dan pada pemeriksaan
radiologi ditemukan adanya osteofit
Pengelolaan penderita dengan OA bertujuan untuk menghilangkan
keluhan mengoptimalkan fungsi sendi mengurangi ketergantungan dan
meningkatkan kualitas hidup menghambat progresivitas penyakit dan mencegah
komplikasi Pilar terapi OA non farmakologis (edukasi terapi fisik
dietpenurunan berat badan) farmakologis (analgetik kortikosteroid lokal
sistemik kondroprotektif dan biologik) dan pembedahan
Edukasi sangat penting bagi semua pasien OA Dua hal yang menjadi
tujuan edukasi adalah bagaimana mengatasi nyeri dan disabilitas Pemberian
edukasi pada penderita ini sangat penting karena dengan edukasi diharapkan
pengetahuan penderita mengenai penyakit OA menjadi meningkat dan pengobatan
menjadi lebih mudah serta dapat diajak bersama-sama untuk mencegah kerusakan
organ sendi lebih lanjut Edukasi yang diberikan pada penderita ini yaitu
memberikan pengertian bahwa OA adalah penyakit yang kronik sehingga perlu
dipahami bahwa mungkin dalam derajat tertentu akan tetap ada rasa nyeri kaku
dan keterbatasan gerak serta fungsi Selain itu agar rasa nyeri dapat berkurang
maka penderita hendaknya mengurangi aktivitaspekerjaannya sehingga tidak
terlalu banyak menggunakan sendi lutut dan lebih banyak beristirahat Penderita
juga disarankan untuk kembali kontrol sehingga dapat diketahui apakah
33
penyakitnya sudah membaik atau ternyata ada efek samping akibat obat yang
diberikan
Terapi fisik bertujuan untuk melatih penderita agar persendiannya tetap
dapat dipakai dan melatih penderita untuk melindungi sendi yang sakit Pada
penderita ini dianjurkan untuk berolah raga tapi olah raga yang memperberat
sendi sebaiknya dihindari seperti lari atau joging Hal ini dikarenakan dapat
menambah inflamasi meningkatkan tekanan intraartikular bila ada efusi sendi dan
bahkan bisa menyebabkan robekan kapsul sendi Untuk mencegah risiko
terjadinya kecacatan pada sendi sebaiknya dilakukan olah raga peregangan otot
seperti mQuadrisep femoris dengan peregangan otot diharapkan dapat membantu
dalam peningkatan fungsi sendi secara keseluruhan dan mengurangi nyeri Pada
penderita ini disarankan untuk senam lantai 3 kali seminggu dimana pasien
mengambil posisi terlentang sambil meregangkan lututnya dengan cara
mengangkat kaki dan secara perlahan menekuk dan meluruskan lututnya Olah
raga ini sangat mudah dilakukan apalagi mengingat usia penderita yang sudah
mencapai 75 tahun
Diet bertujuan untuk menurunkan berat badan pada penderita OA yang
gemuk Hal ini sebaiknya menjadi program utama pengobatan OA Penurunan
berat badan seringkali dapat mengurangi keluhan dan peradangan Selain itu
obesitas juga dapat meningkatkan risiko progresifitas dari OA Pada penderita ini
disarankan untuk mengurangi berat badan dengan mengatur diet rendah kalori
sampai mungkin mendekati berat badan ideal Dimana prinsipnya adalah
mengurangi kalori yang masuk dibawah energi yang dibutuhkan Penurunan
energi intake yang aman dianjurkan pemberian defisit energi antara 500-1000
kalori perhari sehingga diharapkan akan terjadi pembakaran lemak tubuh dan
penurunan berat badan 05 ndash 1 kg per minggu Biasanya intake energi diberikan
1200-1300 kal per hari dan paling rendah 800 kal per hari Formula yang dapat
digunakan untuk kebutuhan energi berdasarkan berat badan adalah 22kalkgBB
aktualhari dengan cara ini didapatkan defisit energi 1000 kalhari Pada penderita
ini dianjurkan untuk diet 1400 kal perhari agar mencapai BB idealnya yakni
setidaknya mencapai 55 kg Namun cara ini juga memerlukan kehati ndash hatian
34
dikarenakan usia penderita dan daya tahan tubuhnya yang memang sudah tidak
mendukung untuk melakukan usaha diit
Terapi farmakologis pada penderita OA biasanya bersifat simptomatis
Pada tahap awal dapat dicoba analgetik sederhana seperti asetaminofen atau
salisilat Bila tidak ada perbaikan dapat diberikan obat anti inflamasi non steroid
Untuk mengurangi keluhan nyeri pada penderita ini telah diberikan pengobatan
langsung dengan obat anti inflamasi non steroid seperti Na-diklofenak dengan
dosis 3times50 mg tanpa menggunakan obat lini pertama Hal ini dikarenakan keluhan
pada penderita ini sudah cukup berat ditambah pula adanya bengkak dan rasa
hangat di lutut yang tidak hilang dengan obat analgetik sederhana ( seperti yang
biasa dikonsumsi penderita) Na-diklofenak merupakan obat golongan OAINS
COX-1 inhibitor yang non-selektif dimana obat ini diberikan pada penderita
karena tidak terdapat riwayat pernah menderita gangguan gastrointestinal Namun
mengingat usia penderita yang memang sudah lanjut maka penderita juga
diberikan obat pelapis lambung untuk menjaga kondisi saluran pencernaannya Di
sini penderita diberikan obat golongan PPI (Omeprazole 2 x 20 mg) Setelah
dievaluasi beberapa hari ternyata keluhan nyeri dan bengkak pada penderita tidak
kunjung ada perubahan maka ditambahkan pula obat steroid injeksi dimana
pilihannya adalah InjTriamcinolon 1 Amp24 jam (Inj Flamicort) Selain itu
pasien juga dikonsulkan ke spesialis rehabilitasi medis untuk dilakukan
fisioterapi
Terapi pembedahan Terapi ini diberikan apabila terapi farmakologis dan
rehabilitasi tidak berhasil untuk mengurangi rasa sakit dan juga untuk melakukan
koreksi apabila terjadi deformitas yang menimbulkan gangguan mobilisasi sendi
yang mengganggu aktifitas sehari-hari Pada penderita ini tidak sampai dilakukan
terapi pembedahan
35
DAFTAR PUSTAKA
1 Soeroso J Isbagio H Kalim H Broto R Pramudiyo R Osteoartritis In
Sudoyo AW Setiyohadi B Alwi I Simadibrata M Setiati S editors Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam 4th ed Jakarta Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit
Dalam Fakultas Kedokteran Indonesia 2006 p 1195-201
2 Osteoarthritis Wikipedia The Free Encyclopedia [serial on the internet]
2009 [cited 2009 Sep 1] Available from
httpenwikipediaorgwikiOsteoarthritis
3 Reginster JY The Prevalence and Burden of Osteoarthritis Rheumatology
2002 41 (suppl 1) 3 ndash 6
4 Wibowo Dhidik Tri Kurniawan Yusuf Latifah Tati Gunadi Rachmat
Perancangan dan Implementasi Sistem Bantu Diagnosis Penyakit
Osteoartritis dan Reumatoid Artritis Melalui Deteksi Penyempitan Celah
Sendi pada Citra X-Ray Tangan dan Lutut Dalam Temu Ilmiah
Reumatologi Jakarta 2003 168 ndash 172
5 Konggres Nasional Ikatan Reumatologi Indonesia VI httppemda-
diygoidberita 2005 102140
36
6 Arthritis Research Campaign 2000 Available at
httpwwwarcorgukabout_arthastatshtm
7 Felson DT Zhang Y Hannan MT et al The Incidence and Natural
History of Knee Osteoarthritis in the Elderly The Framingham
Osteoarthritis Study Arthritis Rheumatology 1995 38 1500 ndash 1505
8 Felson DT Zhang Y An Update on the Epidemiology of Knee and Hip
Osteoarthritis with a View to Prevention Arthritis Rheumatology 1998
41 1343 ndash 1355
9 Setiyohadi Bambang Osteoartritis Selayang Pandang Dalam Temu Ilmiah
Reumatologi Jakarta 2003 27 ndash 31
10 Klippel John H Dieppe Paul A Brooks Peter et al Osteoarthritis In
Rheumatology United Kingdom Mosby ndash Year Book Europe Limited
1994 21 ndash 106
11 Abbate L Renner JB Stevens J et al Do Body Composition and Body Fat
Distribution Explain Ethnic Differences in Radiographic Knee
Osteoarthritis Outcomes in African -American and Caucasian Women The
North American Association for the Study of Obesity 2006 14 1274 ndash
1281
12 Amin Niu Jingbo Hunter David et al Smoking Worsens Knee
Osteoarthritis News Center Oklahoma City Oklahoma USA 2006 1 ndash 4
13 McAlindon Timothy E Felson David T Zhang Yuqing et al Relation of
Dietary Intake and Serum Levels of Vitamin D to Progression of
Osteoarthritis of the Knee Among Participants in the Framingham Study
14 Englund M and Lohmander LS Patellofemoral Osteoarthritis Coexistent
with Tibiofemoral Osteoarthritis in a Meniscectomy Population Annals of
the Rheumatic Diseases 2005 64 1721 ndash 1726
15 Carter MA Osteoartritis In Price SA Wilson LM Patofisiologi konsep
klinis proses-proses penyakit 6th ed Jakarta EGC 2006 p 1380-4
16 Altman RD Criteria for the Classification of Osteoarthritis Journal of
Rheumatology 1991 27 (suppl) 10 ndash 12
37
17 Milne AD Evans NA Stanish WD Nonoperative Management of Knee
Osteoarthritis In Hartono IM Studi komparasi antara WOMAC index
dengan Kellgren-Lawrence grading system pada penderita osteoarthritis
genu [PPDS1 thesis] Semarang Medical Faculty Diponegoro University
2007 p 12
18 Haq I Murphy E Dacre J Osteoarthritis Review Postgrad Med J 2003
79 377 ndash 383
19 Anonim [1986] Criteria for classification of idiopathic osteoarthtritis (OA)
of the knee American College of Rheumatology [serial on the internet]
2010 [cited 2010 Jan 20] Available from
httpwwwrheumatologyorgpublicationsclassificationoakneeasp
aud=mem
38
- BAB I
- ILUSTRASI KASUS
- 1 Pemeriksaan EKG
- X ndash Ray Pelvis AP
- BAB III
- DISKUSI DAN PEMBAHASAN
-
07022014 S kaki masih nyeri tapi lebih jarang pasien sudah bisa setengah duduk namun tetap dibantu keluarga sesak (-) pusing (sedikit) makan minum (+) sedikit - sedikitKU Kesadaran Sedang composmentisVS TD 200100 mmHg RR 18 kali menit N 76 kali menit T 370CVAS 5Bengkak (+) eritem (-) ROM terbatas
Pasien dan keluarga APS pulang karena persoalan biaya terapi pulang
Captopril 3x25mgHCT 2x50mgAmlodipin 1x10mgAnalsik 3x1Natrium Diklofenak 3x1ISDN 3x5mgOmeprazole 2x1(+) Clonidin 3x1 tab
VIIIPROGNOSIS
Qua ad vitam Dubia ad bonam
Qua ad functionam Dubia ad malam
Qua ad sanationam Dubia ad malam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
IDefinisi
Osteoarthritis (OA dikenal juga sebagai arthritis degeneratif penyakit
degeneratif sendi) merupakan penyakit sendi degeneratif yang mengenai
sendi-sendi penumpu berat badan dengan gambaran patologis yang berupa
kerusakan kartilago sendi dimana terjadi proses degradasi interaktif sendi
17
yang kompleks terdiri dari proses perbaikan pada kartilago tulang dan
sinovium diikuti komponen sekunder proses inflamasi12
II Epidemiologi
Osteoartritis merupakan penyakit sendi yang paling banyak ditemukan di
dunia termasuk di Indonesia Bahkan sejak tahun 2001 hingga 2010
dicanangkan sebagai dekade penyakit tulang dan sendi di seluruh dunia5
Penyakit ini menempati urutan kedua setelah penyakit kardiovaskuler sebagai
penyebab ketidakmampuan fisik Di Inggris dan Wales sekitar 13 hingga
175 juta orang mengalami gejala OA Di Amerika 1 dari 7 penduduk
menderita OA34
Di Australia pada tahun 2002 diperkirakan biaya nasional untuk OA
sebesar 1 dari GNP yaitu mencapai $Aus 2700orangtahun4 Di Indonesia
sendiri prevalensi total OA sebanyak 343 juta orang pada tahun 2002 dan
mencapai 365 juta orang pada tahun 2007 Diperkirakan 1 sampai 2 juta
orang lanjut usia di Indonesia menderita cacat karena osteoarthritis Pada
beberapa penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan terjadinya
osteoarthritis pada obesitas dan sendi penahan beban tubuh5 Dari sekian
banyak sendi yang dapat terserang OA lutut merupakan sendi yang paling
sering dijumpai terserang OA Data Arthritis Research Campaign
menunjukkan bahwa lebih dari 550 ribu orang di Inggris menderita OA lutut
yang parah dan lebih dari 80 ribu operasi replacement sendi lutut dilakukan di
Inggris pada tahun 2000 dengan biaya 405 juta Poundsterling6
III Patofisiologi Osteoartritis
Terjadinya OA tidak lepas dari banyak persendian yang ada di dalam
tubuh manusia Sebanyak 230 sendi menghubungkan 206 tulang yang
memungkinkan terjadinya gesekan Untuk melindungi tulang dari gesekan di
dalam tubuh ada tulang rawan Namun karena berbagai faktor risiko yang ada
maka terjadi erosi pada tulang rawan dan berkurangnya cairan pada sendi
Tulang rawan sendiri berfungsi untuk meredam getar antar tulang Tulang
rawan terdiri atas jaringan lunak kolagen yang berfungsi untuk menguatkan
18
17
sendi proteoglikan yang membuat jaringan tersebut elastis dan air (70
bagian) yang menjadi bantalan pelumas dan pemberi nutrisi910
Kondrosit adalah sel yang tugasnya membentuk proteoglikan dan
kolagen pada rawan sendi Osteoartritis terjadi akibat kondrosit gagal
mensintesis matriks yang berkualitas dan memelihara keseimbangan antara
degradasi dan sintesis matriks ekstraseluler termasuk produksi kolagen tipe I
III VI dan X yang berlebihan dan sintesis proteoglikan yang pendek Hal
tersebut menyebabkan terjadi perubahan pada diameter dan orientasi dari serat
kolagen yang mengubah biomekanik dari tulang rawan sehingga tulang rawan
sendi kehilangan sifat kompresibilitasnya yang unik9
Selain kondrosit sinoviosit juga berperan pada patogenesis OA
terutama setelah terjadi sinovitis yang menyebabkan nyeri dan perasaan tidak
nyaman Sinoviosit yang mengalami peradangan akan menghasilkan Matrix
Metalloproteinases (MMPs) dan berbagai sitokin yang akan dilepaskan ke
dalam rongga sendi dan merusak matriks rawan sendi serta mengaktifkan
kondrosit Pada akhirnya tulang subkondral juga akan ikut berperan dimana
osteoblas akan terangsang dan menghasilkan enzim proteolitik 910
Agrekanase merupakan enzim yang akan memecah proteoglikan di
dalam matriks rawan sendi yang disebut agrekan Ada dua tipe agrekanase
yaitu agrekanase 1 (ADAMTs-4) dan agrekanase 2 (ADAMTs-11) MMPs
diproduksi oleh kondrosit kemudian diaktifkan melalui kaskade yang
melibatkan proteinase serin (aktivator plasminogen plamsinogen plasmin)
radikal bebas dan beberapa MMPs tipe membran Kaskade enzimatik ini
dikontrol oleh berbagai inhibitor termasuk TIMPs dan inhibitor aktifator
plasminogen Enzim lain yang turut berperan merusak kolagen tipe II dan
proteoglikan adalah katepsin yang bekerja pada pH rendah termasuk
proteinase aspartat (katepsin D) dan proteinase sistein (katepsin B H K L
dan S) yang disimpam di dalam lisosom kondrosit Hialuronidase tidak
terdapat di dalam rawan sendi tetapi glikosidase lain turut berperan merusak
proteoglikan10
19
Berbagai sitokin turut berperan merangsang kondrosit dalam
menghasilkan enzim perusak rawan sendi Sitokin-sitokin pro-inflamasi akan
melekat pada reseptor di permukaan kondrosit dan sinoviosit dan
menyebabkan transkripsi gene MMP sehingga produksi enzim tersebut
meningkat Sitokin yang terpenting adalah IL-1 selain sebagai sitokin
pengatur (IL-6 IL-8 LIFI) dan sitokin inhibitor (IL-4 IL-10 IL-13 dan IFN-
γ) Sitokin inhibitor ini bersama IL-Ira dapat menghambat sekresi berbagai
MMPs dan meningkatkan sekresi TIMPs Selain itu IL-4 dan IL-13 juga
dapat melawan efek metabolik IL-1 IL-1 juga berperan menurunkan sintesis
kolagen tipe II dan IX dan meningkatkan sintesis kolagen tipe I dan III
sehingga menghasilkan matriks rawan sendi yang berkualitas buruk 910
IV Klasifikasi Osteoartritis
OA dapat terjadi secara primer (idiopatik) maupun sekunder seperti
yang tercantum di bawah ini 19
IDIOPATIK SEKUNDER
20
SetempatTangan- nodus Heberden dan Bouchard (nodal)- artritis erosif interfalang- karpal-metakarpal IKaki - haluks valgus- haluks rigidus- jari kontraktur (hammercock-up toes)- talonavikulareCoxae- eksentrik (superior)- konsentrik (aksial medial)- difus (koksa senilis)Vertebra- sendi apofiseal- sendi intervertebral- spondilosis (osteofit)- ligamentum (hiperostosis penyakit Forestier diffuse idiopathic skeletal hyperostosis=DISH)Tempat lainnya- glenohumeral- akromioklavikular- tibiotalar- sakroiliaka- temporomandibularMenyeluruhMeliputi 3 atau lebih daerah yang tersebut diatas (Kellgren-Moore)
Traumaminus akutminus kronik (okupasional port)Kongenital atau developmentalGangguan setempatminus Penyakit Leg-Calve-Perthesminus Dislokasi koksa kongenitalminus Slipped epiphysisFaktor mekanikminus Panjang tungkai tidak samaminus Deformitas valgus varusminus Sindroma hipermobilitasMetabolikminus Okronosis (alkaptonuria)minus Hemokromatosisminus Penyakit Wilsonminus Penyakit GaucherEndokrinminus Akromegaliminus Hiperparatiroidismeminus Diabetes melitusminus Obesitasminus HipotiroidismePenyakit Deposit Kalsiumminus Deposit kalsium pirofosfat dihidratminus Artropati hidroksiapatitPenyakit Tulang dan Sendi lainnya Setempatminus FrakturminusNekrosis avaskular
Tabel 21 Osteoartritis Idiopatik dan Sekunder
V Manifestasi Klinis 15
1 Nyeri sendi
Terutama bila sendi bergerak atau menanggung beban yang akan
berkurang bila penderita beristirahat
21
2 Kaku pada pagi hari (morning stiffness)
Kekakuan pada sendi yang terserang terjadi setelah imobilisasi yang
cukup lama (gel phenomenon) bahkan sering disebutkan kaku muncul
pada pagi hari setelah bangun tidur (morning stiffness)
3 Hambatan pergerakan sendi
Hambatan pergerakan sendi ini bersifat progresif lambat bertambah
berat secara perlahan sejalan dengan bertambahnya nyeri pada sendi
4 Krepitasi
Rasa gemeretak (seringkali sampai terdengar) yang terjadi pada sendi
yang sakit
5 Perubahan bentuk sendi
Sendi yang mengalami osteoarthritis biasanya mengalami perubahan
berupa perubahan bentuk dan penyempitan pada celah sendi
6 Perubahan gaya berjalan
Hal yang paling meresahkan pasien adalah perubahan gaya berjalan
hampir semua pasien osteoarthritis pada pergelangan kaki lutut dan
panggul mengalami perubahan gaya berjalan (pincang)
VI Faktor Risiko Osteoartritis Lutut (Genu)
Secara garis besar terdapat dua pembagian faktor risiko OA lutut yaitu
faktor predisposisi dan faktor biomekanis
1 Faktor Predisposisi
a Faktor Demografi
1) Umur
Dari semua faktor risiko untuk timbulnya osteoartritis faktor
ketuaan adalah yang terkuat Proses penuaan dianggap sebagai
penyebab peningkatan kelemahan di sekitar sendi penurunan
kelenturan sendi kalsifikasi tulang rawan dan menurunkan
fungsi kondrosit yang semuanya mendukung terjadinya OA
Studi Framingham menunjukkan bahwa 27 orang berusia 63 ndash
22
70 tahun memiliki bukti radiografik menderita OA lutut yang
meningkat mencapai 40 pada usia 80 tahun atau lebih7
2) Jenis kelamin
Prevalensi OA pada laki-laki sebelum usia 50 tahun lebih tinggi
dibandingkan perempuan tetapi setelah usia lebih dari 50 tahun
prevalensi perempuan lebih tinggi menderita OA dibandingkan
laki-laki Hal ini dikaitkan dengan pengurangan hormon
estrogen yang signifikan pada wanita8
3) Ras Etnis
Prevalensi OA lutut pada penderita di negara Eropa dan
Amerika tidak berbeda sedangkan suatu penelitian
membuktikan bahwa ras Afrika ndash Amerika memiliki risiko
menderita OA lutut 2 kali lebih besar dibandingkan ras
Kaukasia Penduduk Asia juga memiliki risiko menderita OA
lutut lebih tinggi dibandingkan Kaukasia1011 Suatu studi lain
menyimpulkan bahwa populasi kulit berwarna lebih banyak
terserang OA dibandingkan kulit putih9
b Faktor Genetik
Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoartritis Adanya
mutasi dalam gen prokolagen atau gen-gen struktural lain untuk
unsur-unsur tulang rawan sendi seperti kolagen proteoglikan
berperan dalam timbulnya kecenderungan familial pada
osteoartritis10
c Faktor Gaya Hidup
1) Kebiasaan Merokok
Merokok dapat merusak sel dan menghambat proliferasi sel
tulang rawan sendi
Merokok dapat meningkatkan tekanan oksidan yang
mempengaruhi hilangnya tulang rawan
23
Merokok dapat meningkatkan kandungan karbonmonoksida
dalam darah menyebabkan jaringan kekurangan oksigen
dan dapat menghambat pembentukan tulang rawan12
2) Konsumsi Vitamin D
Orang yang tidak biasa mengkonsumsi makanan yang
mengandung vitamin D memiliki peningkatan risiko 3 kali lipat
menderita OA lutut13
d Faktor Metabolik
1) Obesitas
Berat badan yang berlebih ternyata dapat meningkatkan tekanan
mekanik pada sendi penahan beban tubuh dan lebih sering
menyebabkan osteoartritis lutut7
2) Osteoporosis
Hubungan antara OA lutut dan osteoporosis mendukung teori
bahwa gerakan mekanis yang abnormal tulang akan
mempercepat kerusakan tulang rawan sendi10
3) Penyakit Lain
OA lutut terbukti berhubungan dengan diabetes mellitus
hipertensi dan hiperurikemi dengan catatan pasien tidak
mengalami obesitas10
4) Histerktomi
Hal ini diduga berkaitan dengan pengurangan produksi hormon
estrogen setelah dilakukan pengangkatan rahim 10
5) Manisektomi
Menisektomi merupakan operasi yang dilakukan di daerah lutut
dan telah diidentifikasi sebagai faktor risiko penting bagi OA
lutut Hal ini berkaitan dengan hilangnya jaringan meniscus14
2 Faktor Biomekanis
a Riwayat Trauma Lutut
24
Trauma lutut yang akut termasuk robekan pada ligamentum
krusiatum dan meniskus merupakan faktor risiko timbulnya OA
lutut9
b Kelainan Anatomis
Faktor risiko timbulnya OA lutut antara lain kelainan lokal pada
sendi lutut seperti genu varum genu valgus Legg ndash Calve ndashPerthes
disease dan displasia asetabulum10
c Pekerjaan
Osteoartritis banyak ditemukan pada pekerja fisik berat terutama
yang banyak menggunakan kekuatan yang bertumpu pada lutut
(petani kuli dll)9
d Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik berat seperti berdiri lama (2 jam atau lebih setiap
hari) berjalan jarak jauh (2 jam atau lebih setiap hari) mengangkat
barang berat (10 kg ndash 50 kg selama 10 kali atau lebih setiap
minggu) mendorong objek yang berat (10 kg ndash 50 kg selama 10
kali atau lebih setiap minggu) naik turun tangga setiap hari
merupakan faktor risiko OA lutut 9
e Kebiasaan Olahraga
Atlit olah raga benturan keras dan membebani lutut seperti sepak
bola lari maraton dan kung fu memiliki risiko meningkat untuk
menderita OA lutut10
VII Kriteria Diagnosis Osteoartritis Lutut (Genu)
25
Kriteria diagnosis OA lutut menggunakan kriteria klasifikasi American
College of Rheumatology seperti tercantum pada tabel berikut ini 16
Tabel 22 Kriteria Klasifikasi Osteoartritis Lutut
Derajat osteoartritis lutut dinilai menjadi lima derajat oleh Kellgren dan
Lawrence yaitu 17
- Derajat 0 tidak ada gambaran osteoartritis
- Derajat 1 osteoartritis meragukan dengan gambaran sendi normal tetapi
terdapat osteofit minimal
- Derajat 2 osteoartritis minimal dengan osteofit pada 2 tempat tidak terdapat
sklerosis dan kista subkondral serta celah sendi baik
- Derajat 3 osteoartritis moderat dengan osteofit moderat deformitas ujung
tulang dan celah sendi sempit
- Derajat 4 osteoartritis berat dengan osteofit besar deformitas ujung tulang
celah sendi hilang serta adanyasklerosis dan kista subkondral
26
VIIIPenatalaksanaan Osteoarthritis
Tujuan penatalaksanaan pasien dengan osteoarthritis adalah18
1 Meredakan nyeri
2 Mengoptimalkan fungsi sendi
3 Mengurangi ketergantungan kepada orang lain dan meningkatkan
kualitas hidup
4 Menghambat progresivitas penyakit
5 Mencegah terjadinya komplikasi
Pilar terapi pada pasien dengan osteoarthritis yaitu
Nonfarmakologis
1 Modifikasi pola hidup
2 Edukasi
3 Istirahat teratur yang bertujuan mengurangi penggunaan beban pada
sendi
4 Modifikasi aktivitas
5 Menurunkan berat badan
6 Rehabilitasi medik fisioterapi
a Latihan statis dan memperkuat otot-otot
b Fisioterapi yang berguna untuk mengurangi nyeri menguatkan otot
dan menambah luas pergerakan sendi
7 Penggunaan alat bantu
Farmakologis
1 Sistemik
a Analgetik
Non narkotik parasetamol
Opioid (kodein tramadol)
b Antiinflamasi nonsteroid (NSAIDs)
Oral
Injeksi
Suppositoria
27
c DMOADs (disease modifying OA drugs)
Diantara nutraceutical yang saat ini tersedia di Indonesia adalah
Glucosamine sulfate dan Chondroitine sulfate
2 Topikal
a Krim rubefacients dan capsaicin
Beberapa sediaan telah tersedia di Indonesia dengan cara kerja pada
umumnya bersifat counter irritant
b Krim NSAIDs
Beberapa yang dapat digunakan adalah gel piroxicam dan sodium
diklofenak
3 Injeksi intraartikularintra lesi
Pada dasarnya ada 2 indikasi suntikan intra artikular yakni penanganan
simtomatik dengan steroid dan viskosuplementasi dengan hyaluronan
untuk modifikasi perjalanan penyakit Beberapa preparat injeksi
intraartikular diantaranya
a Steroid ( triamsinolone hexacetonide dan methyl prednisolone )
Hanya diberikan jika ada satu atau dua sendi yang mengalami
nyeri dan inflamasi yang kurang responsif terhadap pemberian
NSAIDs tak dapat mentolerir NSAIDs atau ada komorbiditas yang
merupakan kontra indikasi terhadap pemberian NSAIDs
Dosis untuk sendi besar seperti lutut 40-50 mginjeksi
sedangkan untuk sendi-sendi kecil biasanya digunakan dosis 10 mg
b Hyaluronan high molecular weight dan low molecular weight
Diberikan berturut-turut 5 sampai 6 kali dengan interval satu
minggu masing-masing 2 sampai 25 ml Hyaluronan Sediaan di
Indonesia diantaranya adalah Hyalgan dan Osflex
4 Pembedahan
Sebelum diputuskan untuk terapi pembedahan harus dipertimbangkan
terlebih dahulu risiko dan keuntungannya Pertimbangan dilakukan
tindakan operatif bila
28
a Deformitas menimbulkan gangguan mobilisasi
b Nyeri yang tidak dapat teratasi dengan penganan medikamentosa
dan rehabilitatif
Ada 2 tipe terapi pembedahan Realignment osteotomi dan replacement
joint
Macam-macam operasi sendi lutut untuk osteoarthritis
a Partial replacementunicompartemental
b High tibial osteotomy orang muda
c Patella amp condyle resurfacing
d Minimally constrained total replacement stabilitas sendi dilakukan
sebagian oleh ligament asli dan sebagian oleh sendi buatan
e Cinstrained joint fixed hinges dipakai bila ada tulang hilang dan
severe instability
f Total knee replacement apabila didapatkan nyeri deformitas
instability akibat dari rheumatoid atau osteoarthritis
29
Gambar 21 Piramida Penatalaksanaan Osteoartritis
BAB III
DISKUSI DAN PEMBAHASAN
OA adalah penyakit degenerasi kartilago artikuler yang berlangsung secara
perlahan dan ditandai dengan nyeri sendi kekakuan dan keterbatasan gerak yang
berkembang secara progresif Tanda-tanda tersebut ditemukan pada penderita ini
Berdasarkan etiologinya OA diklasifikasikan menjadi dua yaitu OA
primer dan OA sekunder OA primer disebut juga OA idiopatik yaitu OA yang
kausanya tidak diketahui dan tidak ada hubungannya dengan penyakit sistemik
maupun proses perubahan lokal pada sendi OA sekunder adalah OA yang
didasari oleh adanya kelainan endokrin trauma inflamasi metabolik
pertumbuhan herediter jejas mikro dan makro serta imobilisasi yang terlalu lama
faktor mekanik penyakit deposit kalsium penyakit tulang dan sendi lainnya serta
neuropatik endemik Beberapa faktor risiko yang diketahui berhubungan dengan
penyakit OA diantaranya faktor risiko umum yang penting seperti kegemukan
faktor genetik dan jenis kelamin serta beberapa faktor risiko lain seperti usia lebih
dari 40 tahun suku bangsa cedera sendi pekerjaan olahraga kelainan
pertumbuhan kepadatan tulang dan lain-lain Pada penderita ini berdasarkan
30
anamnesis riwayat sosialnya penderita adalah seorang wanita berusia 75 tahun
yang meskipun tidak melakukan pekerjaan yang berat tetapi dirinya tetap
menjalankan pekerjaan rumah tangga (sebelum sakit) yang notabene banyak
menggunakan sendi lutut Selain itu dari pemeriksaan fisik penderita ini juga
mengalami kegemukan Kondisi-kondisi pada penderita ini merupakan faktor
risiko sekunder terjadinya OA Jadi dapat disimpulkan bahwa penyebab OA pada
penderita ini bukan termasuk faktor risiko OA primer
Penderita datang dengan keluhan nyeri pada kedua sendi lutut sejak plusmn 1
tahun SMRS dan puncaknya 2 hari SMRS dimana penderita sudah tidak bisa
berjalan lagi Nyeri sendi merupakan keluhan yang umum terjadi pada penyakit
reumatik seperti artritis gout OA keganasan reumatik septik dan lain
sebagainya Pada penderita ini nyeri terlokalisir pada lutut tanpa adanya nyeri
pada sendi yang lain nyeri bertambah saat melakukan gerakan (seperti berjalan)
dan berkurang apabila beristirahat Tidak ada demam Nyeri tidak menetap
sepanjang hari Nyeri seperti ini biasanya ditemukan pada OA
Penderita juga mengeluh kaku sendi Kaku sendi dirasakan penderita pada
pagi hari Keadaan ini biasanya disebabkan oleh desakan cairan yang berada di
sekitar jaringan yang mengalami inflamasi (kapsul sendi sinovial atau bursa)
Kaku sendi makin nyata pada pagi hari atau setelah istirahat Setelah digerak-
gerakkan cairan akan menyebar dari jaringan yang mengalami inflamasi sehingga
penderita merasa terlepas dari ikatan dan bisa menggerakkan sendinya kembali
Lama kaku sendi pada OA adalah kurang dari 30 menit sedangkan pada AR
minimal satu jam Pada penderita ini kaku sendi juga dirasakan pada pagi hari
selama plusmn 20-30 menit dan menghilang dengan sendirinya bila penderita
menggerakkan kakinya dengan beraktivitas seperti biasa Hal ini sesuai untuk
mendukung keluhan pada penderita OA
Penderita juga mengalami bengkak pada kedua lutut Bengkak dirasakan
oleh penderita sejak 6 bulan SMRS Sendi yang membengkak bisa disebabkan
oleh penonjolan tulang sinovitis efusi dan karena adanya osteofit yang dapat
mengubah permukaan sendi Pada penderita ditemukan osteofit pada pemeriksaan
rontgent
31
29
Pemeriksaan fisik lokalis pada kedua sendi lutut didapatkan pada
inspeksi didapatkan pembesaran bengkak pada kedua sendi lutut dengan tidak
ada perubahan warna kulit Palpasi pada kedua sendi lutut didapatkan nyeri tekan
dan pada perabaan dirasakan hangat Pemeriksaan gerak sendi didapat
keterbatasan gerak fleksi yaitu hanya dapat mengerakkan lutut sebesar 60deg
Hambatan gerak terutama disebabkan oleh adanya remodelling osteofit penebalan
kapsul dan juga adanya efusi Pada auskultasi sendi lutut penderita ditemukan
adanya krepitasi dimana terdengar suara gemeretak ldquokretek-kretekrdquo seperti suara
krupuk yang diremukkan Gejala ini mungkin disebabkan karena gesekan kedua
permukaan tulang sendi yang irregular pada saat sendi digerakkan ataupun secara
pasif dimanipulasi
Pemeriksaan radiologis pada penderita ini didapatkan adanya gambaran
berupa penyempitan sendi dan osteofit pada pinggir sendi Menipisnya rawan
sendi diawali dengan retak dan terbelahnya permukaan sendi di beberapa tempat
yang kemudian menyatu dan disebut sebagai fibrilasi Di lain pihak pada tulang
akan terjadi pula perubahan sebagai reaksi tubuh untuk memperbaiki kerusakan
Perubahan itu adalah penebalan tulang subkondral dan pembentukan osteofit
marginal disusul kemudian dengan perubahan komposisi molekular dan struktur
tulang Penipisan kartilago sendi akibat proses degeneratif memberi gambaran
penyempitan celah sendi yang tidak simetris pada foto polos radiologi Fungsi
kartilago sendi berkurang bahkan menghilang mengakibatkan beban stres di
daerah subkhondral bertambah Beberapa subkhondral tersebut dapat diamati pada
poto polos radiologi berupa pembentukan osteofit sklerotik subkhondral maupun
pembentukan kista subkhondral Pada penderita ini ditemukan adanya
pembentukan osteofit pada condylus lateralis dan medialis os tibio femoralis
Pada OA anamnesa (gejala klinis) pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
radiologi sudah dapat menunjang penegakan diagnosis Hasil pemeriksaan
laboratorium pada OA biasanya tidak banyak berguna Darah tepi (Hb Leukosit
dan LED) dalam batas normal kecuali OA generalisata yang harus dibedakan
dengan arthritis peradangan Pada OA yang disertai peradangan mungkin
didapatkan penurunan viskositas pleositosis sedang hingga ringan serta
32
peningkatan ringan sel radang (lt8000m) gt1 Pada penderita ini dilakukan
pemeriksaan laboratorium darah lengkap kimia darah dan urin lengkap karena
pemeriksaan tersebut merupakan pemeriksaan rutin Dari hasil pemeriksaan
laboratorium pada penderita ini tidak ditemukan adanya kelainan
Diagnosis OA sudah bisa ditegakkan secara klinis dengan memakai
kriteria OA yang dibuat oleh Subcommittee American College of Rheumatology
(ACR) Kriteria OA lutut secara klinis laboratorium dan radiologis adalah adanya
nyeri lutut osteofit dan salah satu dari tanda berikut yaitu usia lebih dari 50
tahun kaku sendi kurang dari 30 menit atau adanya krepitus Pada penderita ini
wanita berusia 75 tahun ditemukan memiliki keluhan nyeri kedua sendi lutut
terdapat kaku sendi selama 20-30 menit terdapat krepitus dan pada pemeriksaan
radiologi ditemukan adanya osteofit
Pengelolaan penderita dengan OA bertujuan untuk menghilangkan
keluhan mengoptimalkan fungsi sendi mengurangi ketergantungan dan
meningkatkan kualitas hidup menghambat progresivitas penyakit dan mencegah
komplikasi Pilar terapi OA non farmakologis (edukasi terapi fisik
dietpenurunan berat badan) farmakologis (analgetik kortikosteroid lokal
sistemik kondroprotektif dan biologik) dan pembedahan
Edukasi sangat penting bagi semua pasien OA Dua hal yang menjadi
tujuan edukasi adalah bagaimana mengatasi nyeri dan disabilitas Pemberian
edukasi pada penderita ini sangat penting karena dengan edukasi diharapkan
pengetahuan penderita mengenai penyakit OA menjadi meningkat dan pengobatan
menjadi lebih mudah serta dapat diajak bersama-sama untuk mencegah kerusakan
organ sendi lebih lanjut Edukasi yang diberikan pada penderita ini yaitu
memberikan pengertian bahwa OA adalah penyakit yang kronik sehingga perlu
dipahami bahwa mungkin dalam derajat tertentu akan tetap ada rasa nyeri kaku
dan keterbatasan gerak serta fungsi Selain itu agar rasa nyeri dapat berkurang
maka penderita hendaknya mengurangi aktivitaspekerjaannya sehingga tidak
terlalu banyak menggunakan sendi lutut dan lebih banyak beristirahat Penderita
juga disarankan untuk kembali kontrol sehingga dapat diketahui apakah
33
penyakitnya sudah membaik atau ternyata ada efek samping akibat obat yang
diberikan
Terapi fisik bertujuan untuk melatih penderita agar persendiannya tetap
dapat dipakai dan melatih penderita untuk melindungi sendi yang sakit Pada
penderita ini dianjurkan untuk berolah raga tapi olah raga yang memperberat
sendi sebaiknya dihindari seperti lari atau joging Hal ini dikarenakan dapat
menambah inflamasi meningkatkan tekanan intraartikular bila ada efusi sendi dan
bahkan bisa menyebabkan robekan kapsul sendi Untuk mencegah risiko
terjadinya kecacatan pada sendi sebaiknya dilakukan olah raga peregangan otot
seperti mQuadrisep femoris dengan peregangan otot diharapkan dapat membantu
dalam peningkatan fungsi sendi secara keseluruhan dan mengurangi nyeri Pada
penderita ini disarankan untuk senam lantai 3 kali seminggu dimana pasien
mengambil posisi terlentang sambil meregangkan lututnya dengan cara
mengangkat kaki dan secara perlahan menekuk dan meluruskan lututnya Olah
raga ini sangat mudah dilakukan apalagi mengingat usia penderita yang sudah
mencapai 75 tahun
Diet bertujuan untuk menurunkan berat badan pada penderita OA yang
gemuk Hal ini sebaiknya menjadi program utama pengobatan OA Penurunan
berat badan seringkali dapat mengurangi keluhan dan peradangan Selain itu
obesitas juga dapat meningkatkan risiko progresifitas dari OA Pada penderita ini
disarankan untuk mengurangi berat badan dengan mengatur diet rendah kalori
sampai mungkin mendekati berat badan ideal Dimana prinsipnya adalah
mengurangi kalori yang masuk dibawah energi yang dibutuhkan Penurunan
energi intake yang aman dianjurkan pemberian defisit energi antara 500-1000
kalori perhari sehingga diharapkan akan terjadi pembakaran lemak tubuh dan
penurunan berat badan 05 ndash 1 kg per minggu Biasanya intake energi diberikan
1200-1300 kal per hari dan paling rendah 800 kal per hari Formula yang dapat
digunakan untuk kebutuhan energi berdasarkan berat badan adalah 22kalkgBB
aktualhari dengan cara ini didapatkan defisit energi 1000 kalhari Pada penderita
ini dianjurkan untuk diet 1400 kal perhari agar mencapai BB idealnya yakni
setidaknya mencapai 55 kg Namun cara ini juga memerlukan kehati ndash hatian
34
dikarenakan usia penderita dan daya tahan tubuhnya yang memang sudah tidak
mendukung untuk melakukan usaha diit
Terapi farmakologis pada penderita OA biasanya bersifat simptomatis
Pada tahap awal dapat dicoba analgetik sederhana seperti asetaminofen atau
salisilat Bila tidak ada perbaikan dapat diberikan obat anti inflamasi non steroid
Untuk mengurangi keluhan nyeri pada penderita ini telah diberikan pengobatan
langsung dengan obat anti inflamasi non steroid seperti Na-diklofenak dengan
dosis 3times50 mg tanpa menggunakan obat lini pertama Hal ini dikarenakan keluhan
pada penderita ini sudah cukup berat ditambah pula adanya bengkak dan rasa
hangat di lutut yang tidak hilang dengan obat analgetik sederhana ( seperti yang
biasa dikonsumsi penderita) Na-diklofenak merupakan obat golongan OAINS
COX-1 inhibitor yang non-selektif dimana obat ini diberikan pada penderita
karena tidak terdapat riwayat pernah menderita gangguan gastrointestinal Namun
mengingat usia penderita yang memang sudah lanjut maka penderita juga
diberikan obat pelapis lambung untuk menjaga kondisi saluran pencernaannya Di
sini penderita diberikan obat golongan PPI (Omeprazole 2 x 20 mg) Setelah
dievaluasi beberapa hari ternyata keluhan nyeri dan bengkak pada penderita tidak
kunjung ada perubahan maka ditambahkan pula obat steroid injeksi dimana
pilihannya adalah InjTriamcinolon 1 Amp24 jam (Inj Flamicort) Selain itu
pasien juga dikonsulkan ke spesialis rehabilitasi medis untuk dilakukan
fisioterapi
Terapi pembedahan Terapi ini diberikan apabila terapi farmakologis dan
rehabilitasi tidak berhasil untuk mengurangi rasa sakit dan juga untuk melakukan
koreksi apabila terjadi deformitas yang menimbulkan gangguan mobilisasi sendi
yang mengganggu aktifitas sehari-hari Pada penderita ini tidak sampai dilakukan
terapi pembedahan
35
DAFTAR PUSTAKA
1 Soeroso J Isbagio H Kalim H Broto R Pramudiyo R Osteoartritis In
Sudoyo AW Setiyohadi B Alwi I Simadibrata M Setiati S editors Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam 4th ed Jakarta Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit
Dalam Fakultas Kedokteran Indonesia 2006 p 1195-201
2 Osteoarthritis Wikipedia The Free Encyclopedia [serial on the internet]
2009 [cited 2009 Sep 1] Available from
httpenwikipediaorgwikiOsteoarthritis
3 Reginster JY The Prevalence and Burden of Osteoarthritis Rheumatology
2002 41 (suppl 1) 3 ndash 6
4 Wibowo Dhidik Tri Kurniawan Yusuf Latifah Tati Gunadi Rachmat
Perancangan dan Implementasi Sistem Bantu Diagnosis Penyakit
Osteoartritis dan Reumatoid Artritis Melalui Deteksi Penyempitan Celah
Sendi pada Citra X-Ray Tangan dan Lutut Dalam Temu Ilmiah
Reumatologi Jakarta 2003 168 ndash 172
5 Konggres Nasional Ikatan Reumatologi Indonesia VI httppemda-
diygoidberita 2005 102140
36
6 Arthritis Research Campaign 2000 Available at
httpwwwarcorgukabout_arthastatshtm
7 Felson DT Zhang Y Hannan MT et al The Incidence and Natural
History of Knee Osteoarthritis in the Elderly The Framingham
Osteoarthritis Study Arthritis Rheumatology 1995 38 1500 ndash 1505
8 Felson DT Zhang Y An Update on the Epidemiology of Knee and Hip
Osteoarthritis with a View to Prevention Arthritis Rheumatology 1998
41 1343 ndash 1355
9 Setiyohadi Bambang Osteoartritis Selayang Pandang Dalam Temu Ilmiah
Reumatologi Jakarta 2003 27 ndash 31
10 Klippel John H Dieppe Paul A Brooks Peter et al Osteoarthritis In
Rheumatology United Kingdom Mosby ndash Year Book Europe Limited
1994 21 ndash 106
11 Abbate L Renner JB Stevens J et al Do Body Composition and Body Fat
Distribution Explain Ethnic Differences in Radiographic Knee
Osteoarthritis Outcomes in African -American and Caucasian Women The
North American Association for the Study of Obesity 2006 14 1274 ndash
1281
12 Amin Niu Jingbo Hunter David et al Smoking Worsens Knee
Osteoarthritis News Center Oklahoma City Oklahoma USA 2006 1 ndash 4
13 McAlindon Timothy E Felson David T Zhang Yuqing et al Relation of
Dietary Intake and Serum Levels of Vitamin D to Progression of
Osteoarthritis of the Knee Among Participants in the Framingham Study
14 Englund M and Lohmander LS Patellofemoral Osteoarthritis Coexistent
with Tibiofemoral Osteoarthritis in a Meniscectomy Population Annals of
the Rheumatic Diseases 2005 64 1721 ndash 1726
15 Carter MA Osteoartritis In Price SA Wilson LM Patofisiologi konsep
klinis proses-proses penyakit 6th ed Jakarta EGC 2006 p 1380-4
16 Altman RD Criteria for the Classification of Osteoarthritis Journal of
Rheumatology 1991 27 (suppl) 10 ndash 12
37
17 Milne AD Evans NA Stanish WD Nonoperative Management of Knee
Osteoarthritis In Hartono IM Studi komparasi antara WOMAC index
dengan Kellgren-Lawrence grading system pada penderita osteoarthritis
genu [PPDS1 thesis] Semarang Medical Faculty Diponegoro University
2007 p 12
18 Haq I Murphy E Dacre J Osteoarthritis Review Postgrad Med J 2003
79 377 ndash 383
19 Anonim [1986] Criteria for classification of idiopathic osteoarthtritis (OA)
of the knee American College of Rheumatology [serial on the internet]
2010 [cited 2010 Jan 20] Available from
httpwwwrheumatologyorgpublicationsclassificationoakneeasp
aud=mem
38
- BAB I
- ILUSTRASI KASUS
- 1 Pemeriksaan EKG
- X ndash Ray Pelvis AP
- BAB III
- DISKUSI DAN PEMBAHASAN
-
yang kompleks terdiri dari proses perbaikan pada kartilago tulang dan
sinovium diikuti komponen sekunder proses inflamasi12
II Epidemiologi
Osteoartritis merupakan penyakit sendi yang paling banyak ditemukan di
dunia termasuk di Indonesia Bahkan sejak tahun 2001 hingga 2010
dicanangkan sebagai dekade penyakit tulang dan sendi di seluruh dunia5
Penyakit ini menempati urutan kedua setelah penyakit kardiovaskuler sebagai
penyebab ketidakmampuan fisik Di Inggris dan Wales sekitar 13 hingga
175 juta orang mengalami gejala OA Di Amerika 1 dari 7 penduduk
menderita OA34
Di Australia pada tahun 2002 diperkirakan biaya nasional untuk OA
sebesar 1 dari GNP yaitu mencapai $Aus 2700orangtahun4 Di Indonesia
sendiri prevalensi total OA sebanyak 343 juta orang pada tahun 2002 dan
mencapai 365 juta orang pada tahun 2007 Diperkirakan 1 sampai 2 juta
orang lanjut usia di Indonesia menderita cacat karena osteoarthritis Pada
beberapa penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan terjadinya
osteoarthritis pada obesitas dan sendi penahan beban tubuh5 Dari sekian
banyak sendi yang dapat terserang OA lutut merupakan sendi yang paling
sering dijumpai terserang OA Data Arthritis Research Campaign
menunjukkan bahwa lebih dari 550 ribu orang di Inggris menderita OA lutut
yang parah dan lebih dari 80 ribu operasi replacement sendi lutut dilakukan di
Inggris pada tahun 2000 dengan biaya 405 juta Poundsterling6
III Patofisiologi Osteoartritis
Terjadinya OA tidak lepas dari banyak persendian yang ada di dalam
tubuh manusia Sebanyak 230 sendi menghubungkan 206 tulang yang
memungkinkan terjadinya gesekan Untuk melindungi tulang dari gesekan di
dalam tubuh ada tulang rawan Namun karena berbagai faktor risiko yang ada
maka terjadi erosi pada tulang rawan dan berkurangnya cairan pada sendi
Tulang rawan sendiri berfungsi untuk meredam getar antar tulang Tulang
rawan terdiri atas jaringan lunak kolagen yang berfungsi untuk menguatkan
18
17
sendi proteoglikan yang membuat jaringan tersebut elastis dan air (70
bagian) yang menjadi bantalan pelumas dan pemberi nutrisi910
Kondrosit adalah sel yang tugasnya membentuk proteoglikan dan
kolagen pada rawan sendi Osteoartritis terjadi akibat kondrosit gagal
mensintesis matriks yang berkualitas dan memelihara keseimbangan antara
degradasi dan sintesis matriks ekstraseluler termasuk produksi kolagen tipe I
III VI dan X yang berlebihan dan sintesis proteoglikan yang pendek Hal
tersebut menyebabkan terjadi perubahan pada diameter dan orientasi dari serat
kolagen yang mengubah biomekanik dari tulang rawan sehingga tulang rawan
sendi kehilangan sifat kompresibilitasnya yang unik9
Selain kondrosit sinoviosit juga berperan pada patogenesis OA
terutama setelah terjadi sinovitis yang menyebabkan nyeri dan perasaan tidak
nyaman Sinoviosit yang mengalami peradangan akan menghasilkan Matrix
Metalloproteinases (MMPs) dan berbagai sitokin yang akan dilepaskan ke
dalam rongga sendi dan merusak matriks rawan sendi serta mengaktifkan
kondrosit Pada akhirnya tulang subkondral juga akan ikut berperan dimana
osteoblas akan terangsang dan menghasilkan enzim proteolitik 910
Agrekanase merupakan enzim yang akan memecah proteoglikan di
dalam matriks rawan sendi yang disebut agrekan Ada dua tipe agrekanase
yaitu agrekanase 1 (ADAMTs-4) dan agrekanase 2 (ADAMTs-11) MMPs
diproduksi oleh kondrosit kemudian diaktifkan melalui kaskade yang
melibatkan proteinase serin (aktivator plasminogen plamsinogen plasmin)
radikal bebas dan beberapa MMPs tipe membran Kaskade enzimatik ini
dikontrol oleh berbagai inhibitor termasuk TIMPs dan inhibitor aktifator
plasminogen Enzim lain yang turut berperan merusak kolagen tipe II dan
proteoglikan adalah katepsin yang bekerja pada pH rendah termasuk
proteinase aspartat (katepsin D) dan proteinase sistein (katepsin B H K L
dan S) yang disimpam di dalam lisosom kondrosit Hialuronidase tidak
terdapat di dalam rawan sendi tetapi glikosidase lain turut berperan merusak
proteoglikan10
19
Berbagai sitokin turut berperan merangsang kondrosit dalam
menghasilkan enzim perusak rawan sendi Sitokin-sitokin pro-inflamasi akan
melekat pada reseptor di permukaan kondrosit dan sinoviosit dan
menyebabkan transkripsi gene MMP sehingga produksi enzim tersebut
meningkat Sitokin yang terpenting adalah IL-1 selain sebagai sitokin
pengatur (IL-6 IL-8 LIFI) dan sitokin inhibitor (IL-4 IL-10 IL-13 dan IFN-
γ) Sitokin inhibitor ini bersama IL-Ira dapat menghambat sekresi berbagai
MMPs dan meningkatkan sekresi TIMPs Selain itu IL-4 dan IL-13 juga
dapat melawan efek metabolik IL-1 IL-1 juga berperan menurunkan sintesis
kolagen tipe II dan IX dan meningkatkan sintesis kolagen tipe I dan III
sehingga menghasilkan matriks rawan sendi yang berkualitas buruk 910
IV Klasifikasi Osteoartritis
OA dapat terjadi secara primer (idiopatik) maupun sekunder seperti
yang tercantum di bawah ini 19
IDIOPATIK SEKUNDER
20
SetempatTangan- nodus Heberden dan Bouchard (nodal)- artritis erosif interfalang- karpal-metakarpal IKaki - haluks valgus- haluks rigidus- jari kontraktur (hammercock-up toes)- talonavikulareCoxae- eksentrik (superior)- konsentrik (aksial medial)- difus (koksa senilis)Vertebra- sendi apofiseal- sendi intervertebral- spondilosis (osteofit)- ligamentum (hiperostosis penyakit Forestier diffuse idiopathic skeletal hyperostosis=DISH)Tempat lainnya- glenohumeral- akromioklavikular- tibiotalar- sakroiliaka- temporomandibularMenyeluruhMeliputi 3 atau lebih daerah yang tersebut diatas (Kellgren-Moore)
Traumaminus akutminus kronik (okupasional port)Kongenital atau developmentalGangguan setempatminus Penyakit Leg-Calve-Perthesminus Dislokasi koksa kongenitalminus Slipped epiphysisFaktor mekanikminus Panjang tungkai tidak samaminus Deformitas valgus varusminus Sindroma hipermobilitasMetabolikminus Okronosis (alkaptonuria)minus Hemokromatosisminus Penyakit Wilsonminus Penyakit GaucherEndokrinminus Akromegaliminus Hiperparatiroidismeminus Diabetes melitusminus Obesitasminus HipotiroidismePenyakit Deposit Kalsiumminus Deposit kalsium pirofosfat dihidratminus Artropati hidroksiapatitPenyakit Tulang dan Sendi lainnya Setempatminus FrakturminusNekrosis avaskular
Tabel 21 Osteoartritis Idiopatik dan Sekunder
V Manifestasi Klinis 15
1 Nyeri sendi
Terutama bila sendi bergerak atau menanggung beban yang akan
berkurang bila penderita beristirahat
21
2 Kaku pada pagi hari (morning stiffness)
Kekakuan pada sendi yang terserang terjadi setelah imobilisasi yang
cukup lama (gel phenomenon) bahkan sering disebutkan kaku muncul
pada pagi hari setelah bangun tidur (morning stiffness)
3 Hambatan pergerakan sendi
Hambatan pergerakan sendi ini bersifat progresif lambat bertambah
berat secara perlahan sejalan dengan bertambahnya nyeri pada sendi
4 Krepitasi
Rasa gemeretak (seringkali sampai terdengar) yang terjadi pada sendi
yang sakit
5 Perubahan bentuk sendi
Sendi yang mengalami osteoarthritis biasanya mengalami perubahan
berupa perubahan bentuk dan penyempitan pada celah sendi
6 Perubahan gaya berjalan
Hal yang paling meresahkan pasien adalah perubahan gaya berjalan
hampir semua pasien osteoarthritis pada pergelangan kaki lutut dan
panggul mengalami perubahan gaya berjalan (pincang)
VI Faktor Risiko Osteoartritis Lutut (Genu)
Secara garis besar terdapat dua pembagian faktor risiko OA lutut yaitu
faktor predisposisi dan faktor biomekanis
1 Faktor Predisposisi
a Faktor Demografi
1) Umur
Dari semua faktor risiko untuk timbulnya osteoartritis faktor
ketuaan adalah yang terkuat Proses penuaan dianggap sebagai
penyebab peningkatan kelemahan di sekitar sendi penurunan
kelenturan sendi kalsifikasi tulang rawan dan menurunkan
fungsi kondrosit yang semuanya mendukung terjadinya OA
Studi Framingham menunjukkan bahwa 27 orang berusia 63 ndash
22
70 tahun memiliki bukti radiografik menderita OA lutut yang
meningkat mencapai 40 pada usia 80 tahun atau lebih7
2) Jenis kelamin
Prevalensi OA pada laki-laki sebelum usia 50 tahun lebih tinggi
dibandingkan perempuan tetapi setelah usia lebih dari 50 tahun
prevalensi perempuan lebih tinggi menderita OA dibandingkan
laki-laki Hal ini dikaitkan dengan pengurangan hormon
estrogen yang signifikan pada wanita8
3) Ras Etnis
Prevalensi OA lutut pada penderita di negara Eropa dan
Amerika tidak berbeda sedangkan suatu penelitian
membuktikan bahwa ras Afrika ndash Amerika memiliki risiko
menderita OA lutut 2 kali lebih besar dibandingkan ras
Kaukasia Penduduk Asia juga memiliki risiko menderita OA
lutut lebih tinggi dibandingkan Kaukasia1011 Suatu studi lain
menyimpulkan bahwa populasi kulit berwarna lebih banyak
terserang OA dibandingkan kulit putih9
b Faktor Genetik
Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoartritis Adanya
mutasi dalam gen prokolagen atau gen-gen struktural lain untuk
unsur-unsur tulang rawan sendi seperti kolagen proteoglikan
berperan dalam timbulnya kecenderungan familial pada
osteoartritis10
c Faktor Gaya Hidup
1) Kebiasaan Merokok
Merokok dapat merusak sel dan menghambat proliferasi sel
tulang rawan sendi
Merokok dapat meningkatkan tekanan oksidan yang
mempengaruhi hilangnya tulang rawan
23
Merokok dapat meningkatkan kandungan karbonmonoksida
dalam darah menyebabkan jaringan kekurangan oksigen
dan dapat menghambat pembentukan tulang rawan12
2) Konsumsi Vitamin D
Orang yang tidak biasa mengkonsumsi makanan yang
mengandung vitamin D memiliki peningkatan risiko 3 kali lipat
menderita OA lutut13
d Faktor Metabolik
1) Obesitas
Berat badan yang berlebih ternyata dapat meningkatkan tekanan
mekanik pada sendi penahan beban tubuh dan lebih sering
menyebabkan osteoartritis lutut7
2) Osteoporosis
Hubungan antara OA lutut dan osteoporosis mendukung teori
bahwa gerakan mekanis yang abnormal tulang akan
mempercepat kerusakan tulang rawan sendi10
3) Penyakit Lain
OA lutut terbukti berhubungan dengan diabetes mellitus
hipertensi dan hiperurikemi dengan catatan pasien tidak
mengalami obesitas10
4) Histerktomi
Hal ini diduga berkaitan dengan pengurangan produksi hormon
estrogen setelah dilakukan pengangkatan rahim 10
5) Manisektomi
Menisektomi merupakan operasi yang dilakukan di daerah lutut
dan telah diidentifikasi sebagai faktor risiko penting bagi OA
lutut Hal ini berkaitan dengan hilangnya jaringan meniscus14
2 Faktor Biomekanis
a Riwayat Trauma Lutut
24
Trauma lutut yang akut termasuk robekan pada ligamentum
krusiatum dan meniskus merupakan faktor risiko timbulnya OA
lutut9
b Kelainan Anatomis
Faktor risiko timbulnya OA lutut antara lain kelainan lokal pada
sendi lutut seperti genu varum genu valgus Legg ndash Calve ndashPerthes
disease dan displasia asetabulum10
c Pekerjaan
Osteoartritis banyak ditemukan pada pekerja fisik berat terutama
yang banyak menggunakan kekuatan yang bertumpu pada lutut
(petani kuli dll)9
d Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik berat seperti berdiri lama (2 jam atau lebih setiap
hari) berjalan jarak jauh (2 jam atau lebih setiap hari) mengangkat
barang berat (10 kg ndash 50 kg selama 10 kali atau lebih setiap
minggu) mendorong objek yang berat (10 kg ndash 50 kg selama 10
kali atau lebih setiap minggu) naik turun tangga setiap hari
merupakan faktor risiko OA lutut 9
e Kebiasaan Olahraga
Atlit olah raga benturan keras dan membebani lutut seperti sepak
bola lari maraton dan kung fu memiliki risiko meningkat untuk
menderita OA lutut10
VII Kriteria Diagnosis Osteoartritis Lutut (Genu)
25
Kriteria diagnosis OA lutut menggunakan kriteria klasifikasi American
College of Rheumatology seperti tercantum pada tabel berikut ini 16
Tabel 22 Kriteria Klasifikasi Osteoartritis Lutut
Derajat osteoartritis lutut dinilai menjadi lima derajat oleh Kellgren dan
Lawrence yaitu 17
- Derajat 0 tidak ada gambaran osteoartritis
- Derajat 1 osteoartritis meragukan dengan gambaran sendi normal tetapi
terdapat osteofit minimal
- Derajat 2 osteoartritis minimal dengan osteofit pada 2 tempat tidak terdapat
sklerosis dan kista subkondral serta celah sendi baik
- Derajat 3 osteoartritis moderat dengan osteofit moderat deformitas ujung
tulang dan celah sendi sempit
- Derajat 4 osteoartritis berat dengan osteofit besar deformitas ujung tulang
celah sendi hilang serta adanyasklerosis dan kista subkondral
26
VIIIPenatalaksanaan Osteoarthritis
Tujuan penatalaksanaan pasien dengan osteoarthritis adalah18
1 Meredakan nyeri
2 Mengoptimalkan fungsi sendi
3 Mengurangi ketergantungan kepada orang lain dan meningkatkan
kualitas hidup
4 Menghambat progresivitas penyakit
5 Mencegah terjadinya komplikasi
Pilar terapi pada pasien dengan osteoarthritis yaitu
Nonfarmakologis
1 Modifikasi pola hidup
2 Edukasi
3 Istirahat teratur yang bertujuan mengurangi penggunaan beban pada
sendi
4 Modifikasi aktivitas
5 Menurunkan berat badan
6 Rehabilitasi medik fisioterapi
a Latihan statis dan memperkuat otot-otot
b Fisioterapi yang berguna untuk mengurangi nyeri menguatkan otot
dan menambah luas pergerakan sendi
7 Penggunaan alat bantu
Farmakologis
1 Sistemik
a Analgetik
Non narkotik parasetamol
Opioid (kodein tramadol)
b Antiinflamasi nonsteroid (NSAIDs)
Oral
Injeksi
Suppositoria
27
c DMOADs (disease modifying OA drugs)
Diantara nutraceutical yang saat ini tersedia di Indonesia adalah
Glucosamine sulfate dan Chondroitine sulfate
2 Topikal
a Krim rubefacients dan capsaicin
Beberapa sediaan telah tersedia di Indonesia dengan cara kerja pada
umumnya bersifat counter irritant
b Krim NSAIDs
Beberapa yang dapat digunakan adalah gel piroxicam dan sodium
diklofenak
3 Injeksi intraartikularintra lesi
Pada dasarnya ada 2 indikasi suntikan intra artikular yakni penanganan
simtomatik dengan steroid dan viskosuplementasi dengan hyaluronan
untuk modifikasi perjalanan penyakit Beberapa preparat injeksi
intraartikular diantaranya
a Steroid ( triamsinolone hexacetonide dan methyl prednisolone )
Hanya diberikan jika ada satu atau dua sendi yang mengalami
nyeri dan inflamasi yang kurang responsif terhadap pemberian
NSAIDs tak dapat mentolerir NSAIDs atau ada komorbiditas yang
merupakan kontra indikasi terhadap pemberian NSAIDs
Dosis untuk sendi besar seperti lutut 40-50 mginjeksi
sedangkan untuk sendi-sendi kecil biasanya digunakan dosis 10 mg
b Hyaluronan high molecular weight dan low molecular weight
Diberikan berturut-turut 5 sampai 6 kali dengan interval satu
minggu masing-masing 2 sampai 25 ml Hyaluronan Sediaan di
Indonesia diantaranya adalah Hyalgan dan Osflex
4 Pembedahan
Sebelum diputuskan untuk terapi pembedahan harus dipertimbangkan
terlebih dahulu risiko dan keuntungannya Pertimbangan dilakukan
tindakan operatif bila
28
a Deformitas menimbulkan gangguan mobilisasi
b Nyeri yang tidak dapat teratasi dengan penganan medikamentosa
dan rehabilitatif
Ada 2 tipe terapi pembedahan Realignment osteotomi dan replacement
joint
Macam-macam operasi sendi lutut untuk osteoarthritis
a Partial replacementunicompartemental
b High tibial osteotomy orang muda
c Patella amp condyle resurfacing
d Minimally constrained total replacement stabilitas sendi dilakukan
sebagian oleh ligament asli dan sebagian oleh sendi buatan
e Cinstrained joint fixed hinges dipakai bila ada tulang hilang dan
severe instability
f Total knee replacement apabila didapatkan nyeri deformitas
instability akibat dari rheumatoid atau osteoarthritis
29
Gambar 21 Piramida Penatalaksanaan Osteoartritis
BAB III
DISKUSI DAN PEMBAHASAN
OA adalah penyakit degenerasi kartilago artikuler yang berlangsung secara
perlahan dan ditandai dengan nyeri sendi kekakuan dan keterbatasan gerak yang
berkembang secara progresif Tanda-tanda tersebut ditemukan pada penderita ini
Berdasarkan etiologinya OA diklasifikasikan menjadi dua yaitu OA
primer dan OA sekunder OA primer disebut juga OA idiopatik yaitu OA yang
kausanya tidak diketahui dan tidak ada hubungannya dengan penyakit sistemik
maupun proses perubahan lokal pada sendi OA sekunder adalah OA yang
didasari oleh adanya kelainan endokrin trauma inflamasi metabolik
pertumbuhan herediter jejas mikro dan makro serta imobilisasi yang terlalu lama
faktor mekanik penyakit deposit kalsium penyakit tulang dan sendi lainnya serta
neuropatik endemik Beberapa faktor risiko yang diketahui berhubungan dengan
penyakit OA diantaranya faktor risiko umum yang penting seperti kegemukan
faktor genetik dan jenis kelamin serta beberapa faktor risiko lain seperti usia lebih
dari 40 tahun suku bangsa cedera sendi pekerjaan olahraga kelainan
pertumbuhan kepadatan tulang dan lain-lain Pada penderita ini berdasarkan
30
anamnesis riwayat sosialnya penderita adalah seorang wanita berusia 75 tahun
yang meskipun tidak melakukan pekerjaan yang berat tetapi dirinya tetap
menjalankan pekerjaan rumah tangga (sebelum sakit) yang notabene banyak
menggunakan sendi lutut Selain itu dari pemeriksaan fisik penderita ini juga
mengalami kegemukan Kondisi-kondisi pada penderita ini merupakan faktor
risiko sekunder terjadinya OA Jadi dapat disimpulkan bahwa penyebab OA pada
penderita ini bukan termasuk faktor risiko OA primer
Penderita datang dengan keluhan nyeri pada kedua sendi lutut sejak plusmn 1
tahun SMRS dan puncaknya 2 hari SMRS dimana penderita sudah tidak bisa
berjalan lagi Nyeri sendi merupakan keluhan yang umum terjadi pada penyakit
reumatik seperti artritis gout OA keganasan reumatik septik dan lain
sebagainya Pada penderita ini nyeri terlokalisir pada lutut tanpa adanya nyeri
pada sendi yang lain nyeri bertambah saat melakukan gerakan (seperti berjalan)
dan berkurang apabila beristirahat Tidak ada demam Nyeri tidak menetap
sepanjang hari Nyeri seperti ini biasanya ditemukan pada OA
Penderita juga mengeluh kaku sendi Kaku sendi dirasakan penderita pada
pagi hari Keadaan ini biasanya disebabkan oleh desakan cairan yang berada di
sekitar jaringan yang mengalami inflamasi (kapsul sendi sinovial atau bursa)
Kaku sendi makin nyata pada pagi hari atau setelah istirahat Setelah digerak-
gerakkan cairan akan menyebar dari jaringan yang mengalami inflamasi sehingga
penderita merasa terlepas dari ikatan dan bisa menggerakkan sendinya kembali
Lama kaku sendi pada OA adalah kurang dari 30 menit sedangkan pada AR
minimal satu jam Pada penderita ini kaku sendi juga dirasakan pada pagi hari
selama plusmn 20-30 menit dan menghilang dengan sendirinya bila penderita
menggerakkan kakinya dengan beraktivitas seperti biasa Hal ini sesuai untuk
mendukung keluhan pada penderita OA
Penderita juga mengalami bengkak pada kedua lutut Bengkak dirasakan
oleh penderita sejak 6 bulan SMRS Sendi yang membengkak bisa disebabkan
oleh penonjolan tulang sinovitis efusi dan karena adanya osteofit yang dapat
mengubah permukaan sendi Pada penderita ditemukan osteofit pada pemeriksaan
rontgent
31
29
Pemeriksaan fisik lokalis pada kedua sendi lutut didapatkan pada
inspeksi didapatkan pembesaran bengkak pada kedua sendi lutut dengan tidak
ada perubahan warna kulit Palpasi pada kedua sendi lutut didapatkan nyeri tekan
dan pada perabaan dirasakan hangat Pemeriksaan gerak sendi didapat
keterbatasan gerak fleksi yaitu hanya dapat mengerakkan lutut sebesar 60deg
Hambatan gerak terutama disebabkan oleh adanya remodelling osteofit penebalan
kapsul dan juga adanya efusi Pada auskultasi sendi lutut penderita ditemukan
adanya krepitasi dimana terdengar suara gemeretak ldquokretek-kretekrdquo seperti suara
krupuk yang diremukkan Gejala ini mungkin disebabkan karena gesekan kedua
permukaan tulang sendi yang irregular pada saat sendi digerakkan ataupun secara
pasif dimanipulasi
Pemeriksaan radiologis pada penderita ini didapatkan adanya gambaran
berupa penyempitan sendi dan osteofit pada pinggir sendi Menipisnya rawan
sendi diawali dengan retak dan terbelahnya permukaan sendi di beberapa tempat
yang kemudian menyatu dan disebut sebagai fibrilasi Di lain pihak pada tulang
akan terjadi pula perubahan sebagai reaksi tubuh untuk memperbaiki kerusakan
Perubahan itu adalah penebalan tulang subkondral dan pembentukan osteofit
marginal disusul kemudian dengan perubahan komposisi molekular dan struktur
tulang Penipisan kartilago sendi akibat proses degeneratif memberi gambaran
penyempitan celah sendi yang tidak simetris pada foto polos radiologi Fungsi
kartilago sendi berkurang bahkan menghilang mengakibatkan beban stres di
daerah subkhondral bertambah Beberapa subkhondral tersebut dapat diamati pada
poto polos radiologi berupa pembentukan osteofit sklerotik subkhondral maupun
pembentukan kista subkhondral Pada penderita ini ditemukan adanya
pembentukan osteofit pada condylus lateralis dan medialis os tibio femoralis
Pada OA anamnesa (gejala klinis) pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
radiologi sudah dapat menunjang penegakan diagnosis Hasil pemeriksaan
laboratorium pada OA biasanya tidak banyak berguna Darah tepi (Hb Leukosit
dan LED) dalam batas normal kecuali OA generalisata yang harus dibedakan
dengan arthritis peradangan Pada OA yang disertai peradangan mungkin
didapatkan penurunan viskositas pleositosis sedang hingga ringan serta
32
peningkatan ringan sel radang (lt8000m) gt1 Pada penderita ini dilakukan
pemeriksaan laboratorium darah lengkap kimia darah dan urin lengkap karena
pemeriksaan tersebut merupakan pemeriksaan rutin Dari hasil pemeriksaan
laboratorium pada penderita ini tidak ditemukan adanya kelainan
Diagnosis OA sudah bisa ditegakkan secara klinis dengan memakai
kriteria OA yang dibuat oleh Subcommittee American College of Rheumatology
(ACR) Kriteria OA lutut secara klinis laboratorium dan radiologis adalah adanya
nyeri lutut osteofit dan salah satu dari tanda berikut yaitu usia lebih dari 50
tahun kaku sendi kurang dari 30 menit atau adanya krepitus Pada penderita ini
wanita berusia 75 tahun ditemukan memiliki keluhan nyeri kedua sendi lutut
terdapat kaku sendi selama 20-30 menit terdapat krepitus dan pada pemeriksaan
radiologi ditemukan adanya osteofit
Pengelolaan penderita dengan OA bertujuan untuk menghilangkan
keluhan mengoptimalkan fungsi sendi mengurangi ketergantungan dan
meningkatkan kualitas hidup menghambat progresivitas penyakit dan mencegah
komplikasi Pilar terapi OA non farmakologis (edukasi terapi fisik
dietpenurunan berat badan) farmakologis (analgetik kortikosteroid lokal
sistemik kondroprotektif dan biologik) dan pembedahan
Edukasi sangat penting bagi semua pasien OA Dua hal yang menjadi
tujuan edukasi adalah bagaimana mengatasi nyeri dan disabilitas Pemberian
edukasi pada penderita ini sangat penting karena dengan edukasi diharapkan
pengetahuan penderita mengenai penyakit OA menjadi meningkat dan pengobatan
menjadi lebih mudah serta dapat diajak bersama-sama untuk mencegah kerusakan
organ sendi lebih lanjut Edukasi yang diberikan pada penderita ini yaitu
memberikan pengertian bahwa OA adalah penyakit yang kronik sehingga perlu
dipahami bahwa mungkin dalam derajat tertentu akan tetap ada rasa nyeri kaku
dan keterbatasan gerak serta fungsi Selain itu agar rasa nyeri dapat berkurang
maka penderita hendaknya mengurangi aktivitaspekerjaannya sehingga tidak
terlalu banyak menggunakan sendi lutut dan lebih banyak beristirahat Penderita
juga disarankan untuk kembali kontrol sehingga dapat diketahui apakah
33
penyakitnya sudah membaik atau ternyata ada efek samping akibat obat yang
diberikan
Terapi fisik bertujuan untuk melatih penderita agar persendiannya tetap
dapat dipakai dan melatih penderita untuk melindungi sendi yang sakit Pada
penderita ini dianjurkan untuk berolah raga tapi olah raga yang memperberat
sendi sebaiknya dihindari seperti lari atau joging Hal ini dikarenakan dapat
menambah inflamasi meningkatkan tekanan intraartikular bila ada efusi sendi dan
bahkan bisa menyebabkan robekan kapsul sendi Untuk mencegah risiko
terjadinya kecacatan pada sendi sebaiknya dilakukan olah raga peregangan otot
seperti mQuadrisep femoris dengan peregangan otot diharapkan dapat membantu
dalam peningkatan fungsi sendi secara keseluruhan dan mengurangi nyeri Pada
penderita ini disarankan untuk senam lantai 3 kali seminggu dimana pasien
mengambil posisi terlentang sambil meregangkan lututnya dengan cara
mengangkat kaki dan secara perlahan menekuk dan meluruskan lututnya Olah
raga ini sangat mudah dilakukan apalagi mengingat usia penderita yang sudah
mencapai 75 tahun
Diet bertujuan untuk menurunkan berat badan pada penderita OA yang
gemuk Hal ini sebaiknya menjadi program utama pengobatan OA Penurunan
berat badan seringkali dapat mengurangi keluhan dan peradangan Selain itu
obesitas juga dapat meningkatkan risiko progresifitas dari OA Pada penderita ini
disarankan untuk mengurangi berat badan dengan mengatur diet rendah kalori
sampai mungkin mendekati berat badan ideal Dimana prinsipnya adalah
mengurangi kalori yang masuk dibawah energi yang dibutuhkan Penurunan
energi intake yang aman dianjurkan pemberian defisit energi antara 500-1000
kalori perhari sehingga diharapkan akan terjadi pembakaran lemak tubuh dan
penurunan berat badan 05 ndash 1 kg per minggu Biasanya intake energi diberikan
1200-1300 kal per hari dan paling rendah 800 kal per hari Formula yang dapat
digunakan untuk kebutuhan energi berdasarkan berat badan adalah 22kalkgBB
aktualhari dengan cara ini didapatkan defisit energi 1000 kalhari Pada penderita
ini dianjurkan untuk diet 1400 kal perhari agar mencapai BB idealnya yakni
setidaknya mencapai 55 kg Namun cara ini juga memerlukan kehati ndash hatian
34
dikarenakan usia penderita dan daya tahan tubuhnya yang memang sudah tidak
mendukung untuk melakukan usaha diit
Terapi farmakologis pada penderita OA biasanya bersifat simptomatis
Pada tahap awal dapat dicoba analgetik sederhana seperti asetaminofen atau
salisilat Bila tidak ada perbaikan dapat diberikan obat anti inflamasi non steroid
Untuk mengurangi keluhan nyeri pada penderita ini telah diberikan pengobatan
langsung dengan obat anti inflamasi non steroid seperti Na-diklofenak dengan
dosis 3times50 mg tanpa menggunakan obat lini pertama Hal ini dikarenakan keluhan
pada penderita ini sudah cukup berat ditambah pula adanya bengkak dan rasa
hangat di lutut yang tidak hilang dengan obat analgetik sederhana ( seperti yang
biasa dikonsumsi penderita) Na-diklofenak merupakan obat golongan OAINS
COX-1 inhibitor yang non-selektif dimana obat ini diberikan pada penderita
karena tidak terdapat riwayat pernah menderita gangguan gastrointestinal Namun
mengingat usia penderita yang memang sudah lanjut maka penderita juga
diberikan obat pelapis lambung untuk menjaga kondisi saluran pencernaannya Di
sini penderita diberikan obat golongan PPI (Omeprazole 2 x 20 mg) Setelah
dievaluasi beberapa hari ternyata keluhan nyeri dan bengkak pada penderita tidak
kunjung ada perubahan maka ditambahkan pula obat steroid injeksi dimana
pilihannya adalah InjTriamcinolon 1 Amp24 jam (Inj Flamicort) Selain itu
pasien juga dikonsulkan ke spesialis rehabilitasi medis untuk dilakukan
fisioterapi
Terapi pembedahan Terapi ini diberikan apabila terapi farmakologis dan
rehabilitasi tidak berhasil untuk mengurangi rasa sakit dan juga untuk melakukan
koreksi apabila terjadi deformitas yang menimbulkan gangguan mobilisasi sendi
yang mengganggu aktifitas sehari-hari Pada penderita ini tidak sampai dilakukan
terapi pembedahan
35
DAFTAR PUSTAKA
1 Soeroso J Isbagio H Kalim H Broto R Pramudiyo R Osteoartritis In
Sudoyo AW Setiyohadi B Alwi I Simadibrata M Setiati S editors Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam 4th ed Jakarta Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit
Dalam Fakultas Kedokteran Indonesia 2006 p 1195-201
2 Osteoarthritis Wikipedia The Free Encyclopedia [serial on the internet]
2009 [cited 2009 Sep 1] Available from
httpenwikipediaorgwikiOsteoarthritis
3 Reginster JY The Prevalence and Burden of Osteoarthritis Rheumatology
2002 41 (suppl 1) 3 ndash 6
4 Wibowo Dhidik Tri Kurniawan Yusuf Latifah Tati Gunadi Rachmat
Perancangan dan Implementasi Sistem Bantu Diagnosis Penyakit
Osteoartritis dan Reumatoid Artritis Melalui Deteksi Penyempitan Celah
Sendi pada Citra X-Ray Tangan dan Lutut Dalam Temu Ilmiah
Reumatologi Jakarta 2003 168 ndash 172
5 Konggres Nasional Ikatan Reumatologi Indonesia VI httppemda-
diygoidberita 2005 102140
36
6 Arthritis Research Campaign 2000 Available at
httpwwwarcorgukabout_arthastatshtm
7 Felson DT Zhang Y Hannan MT et al The Incidence and Natural
History of Knee Osteoarthritis in the Elderly The Framingham
Osteoarthritis Study Arthritis Rheumatology 1995 38 1500 ndash 1505
8 Felson DT Zhang Y An Update on the Epidemiology of Knee and Hip
Osteoarthritis with a View to Prevention Arthritis Rheumatology 1998
41 1343 ndash 1355
9 Setiyohadi Bambang Osteoartritis Selayang Pandang Dalam Temu Ilmiah
Reumatologi Jakarta 2003 27 ndash 31
10 Klippel John H Dieppe Paul A Brooks Peter et al Osteoarthritis In
Rheumatology United Kingdom Mosby ndash Year Book Europe Limited
1994 21 ndash 106
11 Abbate L Renner JB Stevens J et al Do Body Composition and Body Fat
Distribution Explain Ethnic Differences in Radiographic Knee
Osteoarthritis Outcomes in African -American and Caucasian Women The
North American Association for the Study of Obesity 2006 14 1274 ndash
1281
12 Amin Niu Jingbo Hunter David et al Smoking Worsens Knee
Osteoarthritis News Center Oklahoma City Oklahoma USA 2006 1 ndash 4
13 McAlindon Timothy E Felson David T Zhang Yuqing et al Relation of
Dietary Intake and Serum Levels of Vitamin D to Progression of
Osteoarthritis of the Knee Among Participants in the Framingham Study
14 Englund M and Lohmander LS Patellofemoral Osteoarthritis Coexistent
with Tibiofemoral Osteoarthritis in a Meniscectomy Population Annals of
the Rheumatic Diseases 2005 64 1721 ndash 1726
15 Carter MA Osteoartritis In Price SA Wilson LM Patofisiologi konsep
klinis proses-proses penyakit 6th ed Jakarta EGC 2006 p 1380-4
16 Altman RD Criteria for the Classification of Osteoarthritis Journal of
Rheumatology 1991 27 (suppl) 10 ndash 12
37
17 Milne AD Evans NA Stanish WD Nonoperative Management of Knee
Osteoarthritis In Hartono IM Studi komparasi antara WOMAC index
dengan Kellgren-Lawrence grading system pada penderita osteoarthritis
genu [PPDS1 thesis] Semarang Medical Faculty Diponegoro University
2007 p 12
18 Haq I Murphy E Dacre J Osteoarthritis Review Postgrad Med J 2003
79 377 ndash 383
19 Anonim [1986] Criteria for classification of idiopathic osteoarthtritis (OA)
of the knee American College of Rheumatology [serial on the internet]
2010 [cited 2010 Jan 20] Available from
httpwwwrheumatologyorgpublicationsclassificationoakneeasp
aud=mem
38
- BAB I
- ILUSTRASI KASUS
- 1 Pemeriksaan EKG
- X ndash Ray Pelvis AP
- BAB III
- DISKUSI DAN PEMBAHASAN
-
sendi proteoglikan yang membuat jaringan tersebut elastis dan air (70
bagian) yang menjadi bantalan pelumas dan pemberi nutrisi910
Kondrosit adalah sel yang tugasnya membentuk proteoglikan dan
kolagen pada rawan sendi Osteoartritis terjadi akibat kondrosit gagal
mensintesis matriks yang berkualitas dan memelihara keseimbangan antara
degradasi dan sintesis matriks ekstraseluler termasuk produksi kolagen tipe I
III VI dan X yang berlebihan dan sintesis proteoglikan yang pendek Hal
tersebut menyebabkan terjadi perubahan pada diameter dan orientasi dari serat
kolagen yang mengubah biomekanik dari tulang rawan sehingga tulang rawan
sendi kehilangan sifat kompresibilitasnya yang unik9
Selain kondrosit sinoviosit juga berperan pada patogenesis OA
terutama setelah terjadi sinovitis yang menyebabkan nyeri dan perasaan tidak
nyaman Sinoviosit yang mengalami peradangan akan menghasilkan Matrix
Metalloproteinases (MMPs) dan berbagai sitokin yang akan dilepaskan ke
dalam rongga sendi dan merusak matriks rawan sendi serta mengaktifkan
kondrosit Pada akhirnya tulang subkondral juga akan ikut berperan dimana
osteoblas akan terangsang dan menghasilkan enzim proteolitik 910
Agrekanase merupakan enzim yang akan memecah proteoglikan di
dalam matriks rawan sendi yang disebut agrekan Ada dua tipe agrekanase
yaitu agrekanase 1 (ADAMTs-4) dan agrekanase 2 (ADAMTs-11) MMPs
diproduksi oleh kondrosit kemudian diaktifkan melalui kaskade yang
melibatkan proteinase serin (aktivator plasminogen plamsinogen plasmin)
radikal bebas dan beberapa MMPs tipe membran Kaskade enzimatik ini
dikontrol oleh berbagai inhibitor termasuk TIMPs dan inhibitor aktifator
plasminogen Enzim lain yang turut berperan merusak kolagen tipe II dan
proteoglikan adalah katepsin yang bekerja pada pH rendah termasuk
proteinase aspartat (katepsin D) dan proteinase sistein (katepsin B H K L
dan S) yang disimpam di dalam lisosom kondrosit Hialuronidase tidak
terdapat di dalam rawan sendi tetapi glikosidase lain turut berperan merusak
proteoglikan10
19
Berbagai sitokin turut berperan merangsang kondrosit dalam
menghasilkan enzim perusak rawan sendi Sitokin-sitokin pro-inflamasi akan
melekat pada reseptor di permukaan kondrosit dan sinoviosit dan
menyebabkan transkripsi gene MMP sehingga produksi enzim tersebut
meningkat Sitokin yang terpenting adalah IL-1 selain sebagai sitokin
pengatur (IL-6 IL-8 LIFI) dan sitokin inhibitor (IL-4 IL-10 IL-13 dan IFN-
γ) Sitokin inhibitor ini bersama IL-Ira dapat menghambat sekresi berbagai
MMPs dan meningkatkan sekresi TIMPs Selain itu IL-4 dan IL-13 juga
dapat melawan efek metabolik IL-1 IL-1 juga berperan menurunkan sintesis
kolagen tipe II dan IX dan meningkatkan sintesis kolagen tipe I dan III
sehingga menghasilkan matriks rawan sendi yang berkualitas buruk 910
IV Klasifikasi Osteoartritis
OA dapat terjadi secara primer (idiopatik) maupun sekunder seperti
yang tercantum di bawah ini 19
IDIOPATIK SEKUNDER
20
SetempatTangan- nodus Heberden dan Bouchard (nodal)- artritis erosif interfalang- karpal-metakarpal IKaki - haluks valgus- haluks rigidus- jari kontraktur (hammercock-up toes)- talonavikulareCoxae- eksentrik (superior)- konsentrik (aksial medial)- difus (koksa senilis)Vertebra- sendi apofiseal- sendi intervertebral- spondilosis (osteofit)- ligamentum (hiperostosis penyakit Forestier diffuse idiopathic skeletal hyperostosis=DISH)Tempat lainnya- glenohumeral- akromioklavikular- tibiotalar- sakroiliaka- temporomandibularMenyeluruhMeliputi 3 atau lebih daerah yang tersebut diatas (Kellgren-Moore)
Traumaminus akutminus kronik (okupasional port)Kongenital atau developmentalGangguan setempatminus Penyakit Leg-Calve-Perthesminus Dislokasi koksa kongenitalminus Slipped epiphysisFaktor mekanikminus Panjang tungkai tidak samaminus Deformitas valgus varusminus Sindroma hipermobilitasMetabolikminus Okronosis (alkaptonuria)minus Hemokromatosisminus Penyakit Wilsonminus Penyakit GaucherEndokrinminus Akromegaliminus Hiperparatiroidismeminus Diabetes melitusminus Obesitasminus HipotiroidismePenyakit Deposit Kalsiumminus Deposit kalsium pirofosfat dihidratminus Artropati hidroksiapatitPenyakit Tulang dan Sendi lainnya Setempatminus FrakturminusNekrosis avaskular
Tabel 21 Osteoartritis Idiopatik dan Sekunder
V Manifestasi Klinis 15
1 Nyeri sendi
Terutama bila sendi bergerak atau menanggung beban yang akan
berkurang bila penderita beristirahat
21
2 Kaku pada pagi hari (morning stiffness)
Kekakuan pada sendi yang terserang terjadi setelah imobilisasi yang
cukup lama (gel phenomenon) bahkan sering disebutkan kaku muncul
pada pagi hari setelah bangun tidur (morning stiffness)
3 Hambatan pergerakan sendi
Hambatan pergerakan sendi ini bersifat progresif lambat bertambah
berat secara perlahan sejalan dengan bertambahnya nyeri pada sendi
4 Krepitasi
Rasa gemeretak (seringkali sampai terdengar) yang terjadi pada sendi
yang sakit
5 Perubahan bentuk sendi
Sendi yang mengalami osteoarthritis biasanya mengalami perubahan
berupa perubahan bentuk dan penyempitan pada celah sendi
6 Perubahan gaya berjalan
Hal yang paling meresahkan pasien adalah perubahan gaya berjalan
hampir semua pasien osteoarthritis pada pergelangan kaki lutut dan
panggul mengalami perubahan gaya berjalan (pincang)
VI Faktor Risiko Osteoartritis Lutut (Genu)
Secara garis besar terdapat dua pembagian faktor risiko OA lutut yaitu
faktor predisposisi dan faktor biomekanis
1 Faktor Predisposisi
a Faktor Demografi
1) Umur
Dari semua faktor risiko untuk timbulnya osteoartritis faktor
ketuaan adalah yang terkuat Proses penuaan dianggap sebagai
penyebab peningkatan kelemahan di sekitar sendi penurunan
kelenturan sendi kalsifikasi tulang rawan dan menurunkan
fungsi kondrosit yang semuanya mendukung terjadinya OA
Studi Framingham menunjukkan bahwa 27 orang berusia 63 ndash
22
70 tahun memiliki bukti radiografik menderita OA lutut yang
meningkat mencapai 40 pada usia 80 tahun atau lebih7
2) Jenis kelamin
Prevalensi OA pada laki-laki sebelum usia 50 tahun lebih tinggi
dibandingkan perempuan tetapi setelah usia lebih dari 50 tahun
prevalensi perempuan lebih tinggi menderita OA dibandingkan
laki-laki Hal ini dikaitkan dengan pengurangan hormon
estrogen yang signifikan pada wanita8
3) Ras Etnis
Prevalensi OA lutut pada penderita di negara Eropa dan
Amerika tidak berbeda sedangkan suatu penelitian
membuktikan bahwa ras Afrika ndash Amerika memiliki risiko
menderita OA lutut 2 kali lebih besar dibandingkan ras
Kaukasia Penduduk Asia juga memiliki risiko menderita OA
lutut lebih tinggi dibandingkan Kaukasia1011 Suatu studi lain
menyimpulkan bahwa populasi kulit berwarna lebih banyak
terserang OA dibandingkan kulit putih9
b Faktor Genetik
Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoartritis Adanya
mutasi dalam gen prokolagen atau gen-gen struktural lain untuk
unsur-unsur tulang rawan sendi seperti kolagen proteoglikan
berperan dalam timbulnya kecenderungan familial pada
osteoartritis10
c Faktor Gaya Hidup
1) Kebiasaan Merokok
Merokok dapat merusak sel dan menghambat proliferasi sel
tulang rawan sendi
Merokok dapat meningkatkan tekanan oksidan yang
mempengaruhi hilangnya tulang rawan
23
Merokok dapat meningkatkan kandungan karbonmonoksida
dalam darah menyebabkan jaringan kekurangan oksigen
dan dapat menghambat pembentukan tulang rawan12
2) Konsumsi Vitamin D
Orang yang tidak biasa mengkonsumsi makanan yang
mengandung vitamin D memiliki peningkatan risiko 3 kali lipat
menderita OA lutut13
d Faktor Metabolik
1) Obesitas
Berat badan yang berlebih ternyata dapat meningkatkan tekanan
mekanik pada sendi penahan beban tubuh dan lebih sering
menyebabkan osteoartritis lutut7
2) Osteoporosis
Hubungan antara OA lutut dan osteoporosis mendukung teori
bahwa gerakan mekanis yang abnormal tulang akan
mempercepat kerusakan tulang rawan sendi10
3) Penyakit Lain
OA lutut terbukti berhubungan dengan diabetes mellitus
hipertensi dan hiperurikemi dengan catatan pasien tidak
mengalami obesitas10
4) Histerktomi
Hal ini diduga berkaitan dengan pengurangan produksi hormon
estrogen setelah dilakukan pengangkatan rahim 10
5) Manisektomi
Menisektomi merupakan operasi yang dilakukan di daerah lutut
dan telah diidentifikasi sebagai faktor risiko penting bagi OA
lutut Hal ini berkaitan dengan hilangnya jaringan meniscus14
2 Faktor Biomekanis
a Riwayat Trauma Lutut
24
Trauma lutut yang akut termasuk robekan pada ligamentum
krusiatum dan meniskus merupakan faktor risiko timbulnya OA
lutut9
b Kelainan Anatomis
Faktor risiko timbulnya OA lutut antara lain kelainan lokal pada
sendi lutut seperti genu varum genu valgus Legg ndash Calve ndashPerthes
disease dan displasia asetabulum10
c Pekerjaan
Osteoartritis banyak ditemukan pada pekerja fisik berat terutama
yang banyak menggunakan kekuatan yang bertumpu pada lutut
(petani kuli dll)9
d Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik berat seperti berdiri lama (2 jam atau lebih setiap
hari) berjalan jarak jauh (2 jam atau lebih setiap hari) mengangkat
barang berat (10 kg ndash 50 kg selama 10 kali atau lebih setiap
minggu) mendorong objek yang berat (10 kg ndash 50 kg selama 10
kali atau lebih setiap minggu) naik turun tangga setiap hari
merupakan faktor risiko OA lutut 9
e Kebiasaan Olahraga
Atlit olah raga benturan keras dan membebani lutut seperti sepak
bola lari maraton dan kung fu memiliki risiko meningkat untuk
menderita OA lutut10
VII Kriteria Diagnosis Osteoartritis Lutut (Genu)
25
Kriteria diagnosis OA lutut menggunakan kriteria klasifikasi American
College of Rheumatology seperti tercantum pada tabel berikut ini 16
Tabel 22 Kriteria Klasifikasi Osteoartritis Lutut
Derajat osteoartritis lutut dinilai menjadi lima derajat oleh Kellgren dan
Lawrence yaitu 17
- Derajat 0 tidak ada gambaran osteoartritis
- Derajat 1 osteoartritis meragukan dengan gambaran sendi normal tetapi
terdapat osteofit minimal
- Derajat 2 osteoartritis minimal dengan osteofit pada 2 tempat tidak terdapat
sklerosis dan kista subkondral serta celah sendi baik
- Derajat 3 osteoartritis moderat dengan osteofit moderat deformitas ujung
tulang dan celah sendi sempit
- Derajat 4 osteoartritis berat dengan osteofit besar deformitas ujung tulang
celah sendi hilang serta adanyasklerosis dan kista subkondral
26
VIIIPenatalaksanaan Osteoarthritis
Tujuan penatalaksanaan pasien dengan osteoarthritis adalah18
1 Meredakan nyeri
2 Mengoptimalkan fungsi sendi
3 Mengurangi ketergantungan kepada orang lain dan meningkatkan
kualitas hidup
4 Menghambat progresivitas penyakit
5 Mencegah terjadinya komplikasi
Pilar terapi pada pasien dengan osteoarthritis yaitu
Nonfarmakologis
1 Modifikasi pola hidup
2 Edukasi
3 Istirahat teratur yang bertujuan mengurangi penggunaan beban pada
sendi
4 Modifikasi aktivitas
5 Menurunkan berat badan
6 Rehabilitasi medik fisioterapi
a Latihan statis dan memperkuat otot-otot
b Fisioterapi yang berguna untuk mengurangi nyeri menguatkan otot
dan menambah luas pergerakan sendi
7 Penggunaan alat bantu
Farmakologis
1 Sistemik
a Analgetik
Non narkotik parasetamol
Opioid (kodein tramadol)
b Antiinflamasi nonsteroid (NSAIDs)
Oral
Injeksi
Suppositoria
27
c DMOADs (disease modifying OA drugs)
Diantara nutraceutical yang saat ini tersedia di Indonesia adalah
Glucosamine sulfate dan Chondroitine sulfate
2 Topikal
a Krim rubefacients dan capsaicin
Beberapa sediaan telah tersedia di Indonesia dengan cara kerja pada
umumnya bersifat counter irritant
b Krim NSAIDs
Beberapa yang dapat digunakan adalah gel piroxicam dan sodium
diklofenak
3 Injeksi intraartikularintra lesi
Pada dasarnya ada 2 indikasi suntikan intra artikular yakni penanganan
simtomatik dengan steroid dan viskosuplementasi dengan hyaluronan
untuk modifikasi perjalanan penyakit Beberapa preparat injeksi
intraartikular diantaranya
a Steroid ( triamsinolone hexacetonide dan methyl prednisolone )
Hanya diberikan jika ada satu atau dua sendi yang mengalami
nyeri dan inflamasi yang kurang responsif terhadap pemberian
NSAIDs tak dapat mentolerir NSAIDs atau ada komorbiditas yang
merupakan kontra indikasi terhadap pemberian NSAIDs
Dosis untuk sendi besar seperti lutut 40-50 mginjeksi
sedangkan untuk sendi-sendi kecil biasanya digunakan dosis 10 mg
b Hyaluronan high molecular weight dan low molecular weight
Diberikan berturut-turut 5 sampai 6 kali dengan interval satu
minggu masing-masing 2 sampai 25 ml Hyaluronan Sediaan di
Indonesia diantaranya adalah Hyalgan dan Osflex
4 Pembedahan
Sebelum diputuskan untuk terapi pembedahan harus dipertimbangkan
terlebih dahulu risiko dan keuntungannya Pertimbangan dilakukan
tindakan operatif bila
28
a Deformitas menimbulkan gangguan mobilisasi
b Nyeri yang tidak dapat teratasi dengan penganan medikamentosa
dan rehabilitatif
Ada 2 tipe terapi pembedahan Realignment osteotomi dan replacement
joint
Macam-macam operasi sendi lutut untuk osteoarthritis
a Partial replacementunicompartemental
b High tibial osteotomy orang muda
c Patella amp condyle resurfacing
d Minimally constrained total replacement stabilitas sendi dilakukan
sebagian oleh ligament asli dan sebagian oleh sendi buatan
e Cinstrained joint fixed hinges dipakai bila ada tulang hilang dan
severe instability
f Total knee replacement apabila didapatkan nyeri deformitas
instability akibat dari rheumatoid atau osteoarthritis
29
Gambar 21 Piramida Penatalaksanaan Osteoartritis
BAB III
DISKUSI DAN PEMBAHASAN
OA adalah penyakit degenerasi kartilago artikuler yang berlangsung secara
perlahan dan ditandai dengan nyeri sendi kekakuan dan keterbatasan gerak yang
berkembang secara progresif Tanda-tanda tersebut ditemukan pada penderita ini
Berdasarkan etiologinya OA diklasifikasikan menjadi dua yaitu OA
primer dan OA sekunder OA primer disebut juga OA idiopatik yaitu OA yang
kausanya tidak diketahui dan tidak ada hubungannya dengan penyakit sistemik
maupun proses perubahan lokal pada sendi OA sekunder adalah OA yang
didasari oleh adanya kelainan endokrin trauma inflamasi metabolik
pertumbuhan herediter jejas mikro dan makro serta imobilisasi yang terlalu lama
faktor mekanik penyakit deposit kalsium penyakit tulang dan sendi lainnya serta
neuropatik endemik Beberapa faktor risiko yang diketahui berhubungan dengan
penyakit OA diantaranya faktor risiko umum yang penting seperti kegemukan
faktor genetik dan jenis kelamin serta beberapa faktor risiko lain seperti usia lebih
dari 40 tahun suku bangsa cedera sendi pekerjaan olahraga kelainan
pertumbuhan kepadatan tulang dan lain-lain Pada penderita ini berdasarkan
30
anamnesis riwayat sosialnya penderita adalah seorang wanita berusia 75 tahun
yang meskipun tidak melakukan pekerjaan yang berat tetapi dirinya tetap
menjalankan pekerjaan rumah tangga (sebelum sakit) yang notabene banyak
menggunakan sendi lutut Selain itu dari pemeriksaan fisik penderita ini juga
mengalami kegemukan Kondisi-kondisi pada penderita ini merupakan faktor
risiko sekunder terjadinya OA Jadi dapat disimpulkan bahwa penyebab OA pada
penderita ini bukan termasuk faktor risiko OA primer
Penderita datang dengan keluhan nyeri pada kedua sendi lutut sejak plusmn 1
tahun SMRS dan puncaknya 2 hari SMRS dimana penderita sudah tidak bisa
berjalan lagi Nyeri sendi merupakan keluhan yang umum terjadi pada penyakit
reumatik seperti artritis gout OA keganasan reumatik septik dan lain
sebagainya Pada penderita ini nyeri terlokalisir pada lutut tanpa adanya nyeri
pada sendi yang lain nyeri bertambah saat melakukan gerakan (seperti berjalan)
dan berkurang apabila beristirahat Tidak ada demam Nyeri tidak menetap
sepanjang hari Nyeri seperti ini biasanya ditemukan pada OA
Penderita juga mengeluh kaku sendi Kaku sendi dirasakan penderita pada
pagi hari Keadaan ini biasanya disebabkan oleh desakan cairan yang berada di
sekitar jaringan yang mengalami inflamasi (kapsul sendi sinovial atau bursa)
Kaku sendi makin nyata pada pagi hari atau setelah istirahat Setelah digerak-
gerakkan cairan akan menyebar dari jaringan yang mengalami inflamasi sehingga
penderita merasa terlepas dari ikatan dan bisa menggerakkan sendinya kembali
Lama kaku sendi pada OA adalah kurang dari 30 menit sedangkan pada AR
minimal satu jam Pada penderita ini kaku sendi juga dirasakan pada pagi hari
selama plusmn 20-30 menit dan menghilang dengan sendirinya bila penderita
menggerakkan kakinya dengan beraktivitas seperti biasa Hal ini sesuai untuk
mendukung keluhan pada penderita OA
Penderita juga mengalami bengkak pada kedua lutut Bengkak dirasakan
oleh penderita sejak 6 bulan SMRS Sendi yang membengkak bisa disebabkan
oleh penonjolan tulang sinovitis efusi dan karena adanya osteofit yang dapat
mengubah permukaan sendi Pada penderita ditemukan osteofit pada pemeriksaan
rontgent
31
29
Pemeriksaan fisik lokalis pada kedua sendi lutut didapatkan pada
inspeksi didapatkan pembesaran bengkak pada kedua sendi lutut dengan tidak
ada perubahan warna kulit Palpasi pada kedua sendi lutut didapatkan nyeri tekan
dan pada perabaan dirasakan hangat Pemeriksaan gerak sendi didapat
keterbatasan gerak fleksi yaitu hanya dapat mengerakkan lutut sebesar 60deg
Hambatan gerak terutama disebabkan oleh adanya remodelling osteofit penebalan
kapsul dan juga adanya efusi Pada auskultasi sendi lutut penderita ditemukan
adanya krepitasi dimana terdengar suara gemeretak ldquokretek-kretekrdquo seperti suara
krupuk yang diremukkan Gejala ini mungkin disebabkan karena gesekan kedua
permukaan tulang sendi yang irregular pada saat sendi digerakkan ataupun secara
pasif dimanipulasi
Pemeriksaan radiologis pada penderita ini didapatkan adanya gambaran
berupa penyempitan sendi dan osteofit pada pinggir sendi Menipisnya rawan
sendi diawali dengan retak dan terbelahnya permukaan sendi di beberapa tempat
yang kemudian menyatu dan disebut sebagai fibrilasi Di lain pihak pada tulang
akan terjadi pula perubahan sebagai reaksi tubuh untuk memperbaiki kerusakan
Perubahan itu adalah penebalan tulang subkondral dan pembentukan osteofit
marginal disusul kemudian dengan perubahan komposisi molekular dan struktur
tulang Penipisan kartilago sendi akibat proses degeneratif memberi gambaran
penyempitan celah sendi yang tidak simetris pada foto polos radiologi Fungsi
kartilago sendi berkurang bahkan menghilang mengakibatkan beban stres di
daerah subkhondral bertambah Beberapa subkhondral tersebut dapat diamati pada
poto polos radiologi berupa pembentukan osteofit sklerotik subkhondral maupun
pembentukan kista subkhondral Pada penderita ini ditemukan adanya
pembentukan osteofit pada condylus lateralis dan medialis os tibio femoralis
Pada OA anamnesa (gejala klinis) pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
radiologi sudah dapat menunjang penegakan diagnosis Hasil pemeriksaan
laboratorium pada OA biasanya tidak banyak berguna Darah tepi (Hb Leukosit
dan LED) dalam batas normal kecuali OA generalisata yang harus dibedakan
dengan arthritis peradangan Pada OA yang disertai peradangan mungkin
didapatkan penurunan viskositas pleositosis sedang hingga ringan serta
32
peningkatan ringan sel radang (lt8000m) gt1 Pada penderita ini dilakukan
pemeriksaan laboratorium darah lengkap kimia darah dan urin lengkap karena
pemeriksaan tersebut merupakan pemeriksaan rutin Dari hasil pemeriksaan
laboratorium pada penderita ini tidak ditemukan adanya kelainan
Diagnosis OA sudah bisa ditegakkan secara klinis dengan memakai
kriteria OA yang dibuat oleh Subcommittee American College of Rheumatology
(ACR) Kriteria OA lutut secara klinis laboratorium dan radiologis adalah adanya
nyeri lutut osteofit dan salah satu dari tanda berikut yaitu usia lebih dari 50
tahun kaku sendi kurang dari 30 menit atau adanya krepitus Pada penderita ini
wanita berusia 75 tahun ditemukan memiliki keluhan nyeri kedua sendi lutut
terdapat kaku sendi selama 20-30 menit terdapat krepitus dan pada pemeriksaan
radiologi ditemukan adanya osteofit
Pengelolaan penderita dengan OA bertujuan untuk menghilangkan
keluhan mengoptimalkan fungsi sendi mengurangi ketergantungan dan
meningkatkan kualitas hidup menghambat progresivitas penyakit dan mencegah
komplikasi Pilar terapi OA non farmakologis (edukasi terapi fisik
dietpenurunan berat badan) farmakologis (analgetik kortikosteroid lokal
sistemik kondroprotektif dan biologik) dan pembedahan
Edukasi sangat penting bagi semua pasien OA Dua hal yang menjadi
tujuan edukasi adalah bagaimana mengatasi nyeri dan disabilitas Pemberian
edukasi pada penderita ini sangat penting karena dengan edukasi diharapkan
pengetahuan penderita mengenai penyakit OA menjadi meningkat dan pengobatan
menjadi lebih mudah serta dapat diajak bersama-sama untuk mencegah kerusakan
organ sendi lebih lanjut Edukasi yang diberikan pada penderita ini yaitu
memberikan pengertian bahwa OA adalah penyakit yang kronik sehingga perlu
dipahami bahwa mungkin dalam derajat tertentu akan tetap ada rasa nyeri kaku
dan keterbatasan gerak serta fungsi Selain itu agar rasa nyeri dapat berkurang
maka penderita hendaknya mengurangi aktivitaspekerjaannya sehingga tidak
terlalu banyak menggunakan sendi lutut dan lebih banyak beristirahat Penderita
juga disarankan untuk kembali kontrol sehingga dapat diketahui apakah
33
penyakitnya sudah membaik atau ternyata ada efek samping akibat obat yang
diberikan
Terapi fisik bertujuan untuk melatih penderita agar persendiannya tetap
dapat dipakai dan melatih penderita untuk melindungi sendi yang sakit Pada
penderita ini dianjurkan untuk berolah raga tapi olah raga yang memperberat
sendi sebaiknya dihindari seperti lari atau joging Hal ini dikarenakan dapat
menambah inflamasi meningkatkan tekanan intraartikular bila ada efusi sendi dan
bahkan bisa menyebabkan robekan kapsul sendi Untuk mencegah risiko
terjadinya kecacatan pada sendi sebaiknya dilakukan olah raga peregangan otot
seperti mQuadrisep femoris dengan peregangan otot diharapkan dapat membantu
dalam peningkatan fungsi sendi secara keseluruhan dan mengurangi nyeri Pada
penderita ini disarankan untuk senam lantai 3 kali seminggu dimana pasien
mengambil posisi terlentang sambil meregangkan lututnya dengan cara
mengangkat kaki dan secara perlahan menekuk dan meluruskan lututnya Olah
raga ini sangat mudah dilakukan apalagi mengingat usia penderita yang sudah
mencapai 75 tahun
Diet bertujuan untuk menurunkan berat badan pada penderita OA yang
gemuk Hal ini sebaiknya menjadi program utama pengobatan OA Penurunan
berat badan seringkali dapat mengurangi keluhan dan peradangan Selain itu
obesitas juga dapat meningkatkan risiko progresifitas dari OA Pada penderita ini
disarankan untuk mengurangi berat badan dengan mengatur diet rendah kalori
sampai mungkin mendekati berat badan ideal Dimana prinsipnya adalah
mengurangi kalori yang masuk dibawah energi yang dibutuhkan Penurunan
energi intake yang aman dianjurkan pemberian defisit energi antara 500-1000
kalori perhari sehingga diharapkan akan terjadi pembakaran lemak tubuh dan
penurunan berat badan 05 ndash 1 kg per minggu Biasanya intake energi diberikan
1200-1300 kal per hari dan paling rendah 800 kal per hari Formula yang dapat
digunakan untuk kebutuhan energi berdasarkan berat badan adalah 22kalkgBB
aktualhari dengan cara ini didapatkan defisit energi 1000 kalhari Pada penderita
ini dianjurkan untuk diet 1400 kal perhari agar mencapai BB idealnya yakni
setidaknya mencapai 55 kg Namun cara ini juga memerlukan kehati ndash hatian
34
dikarenakan usia penderita dan daya tahan tubuhnya yang memang sudah tidak
mendukung untuk melakukan usaha diit
Terapi farmakologis pada penderita OA biasanya bersifat simptomatis
Pada tahap awal dapat dicoba analgetik sederhana seperti asetaminofen atau
salisilat Bila tidak ada perbaikan dapat diberikan obat anti inflamasi non steroid
Untuk mengurangi keluhan nyeri pada penderita ini telah diberikan pengobatan
langsung dengan obat anti inflamasi non steroid seperti Na-diklofenak dengan
dosis 3times50 mg tanpa menggunakan obat lini pertama Hal ini dikarenakan keluhan
pada penderita ini sudah cukup berat ditambah pula adanya bengkak dan rasa
hangat di lutut yang tidak hilang dengan obat analgetik sederhana ( seperti yang
biasa dikonsumsi penderita) Na-diklofenak merupakan obat golongan OAINS
COX-1 inhibitor yang non-selektif dimana obat ini diberikan pada penderita
karena tidak terdapat riwayat pernah menderita gangguan gastrointestinal Namun
mengingat usia penderita yang memang sudah lanjut maka penderita juga
diberikan obat pelapis lambung untuk menjaga kondisi saluran pencernaannya Di
sini penderita diberikan obat golongan PPI (Omeprazole 2 x 20 mg) Setelah
dievaluasi beberapa hari ternyata keluhan nyeri dan bengkak pada penderita tidak
kunjung ada perubahan maka ditambahkan pula obat steroid injeksi dimana
pilihannya adalah InjTriamcinolon 1 Amp24 jam (Inj Flamicort) Selain itu
pasien juga dikonsulkan ke spesialis rehabilitasi medis untuk dilakukan
fisioterapi
Terapi pembedahan Terapi ini diberikan apabila terapi farmakologis dan
rehabilitasi tidak berhasil untuk mengurangi rasa sakit dan juga untuk melakukan
koreksi apabila terjadi deformitas yang menimbulkan gangguan mobilisasi sendi
yang mengganggu aktifitas sehari-hari Pada penderita ini tidak sampai dilakukan
terapi pembedahan
35
DAFTAR PUSTAKA
1 Soeroso J Isbagio H Kalim H Broto R Pramudiyo R Osteoartritis In
Sudoyo AW Setiyohadi B Alwi I Simadibrata M Setiati S editors Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam 4th ed Jakarta Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit
Dalam Fakultas Kedokteran Indonesia 2006 p 1195-201
2 Osteoarthritis Wikipedia The Free Encyclopedia [serial on the internet]
2009 [cited 2009 Sep 1] Available from
httpenwikipediaorgwikiOsteoarthritis
3 Reginster JY The Prevalence and Burden of Osteoarthritis Rheumatology
2002 41 (suppl 1) 3 ndash 6
4 Wibowo Dhidik Tri Kurniawan Yusuf Latifah Tati Gunadi Rachmat
Perancangan dan Implementasi Sistem Bantu Diagnosis Penyakit
Osteoartritis dan Reumatoid Artritis Melalui Deteksi Penyempitan Celah
Sendi pada Citra X-Ray Tangan dan Lutut Dalam Temu Ilmiah
Reumatologi Jakarta 2003 168 ndash 172
5 Konggres Nasional Ikatan Reumatologi Indonesia VI httppemda-
diygoidberita 2005 102140
36
6 Arthritis Research Campaign 2000 Available at
httpwwwarcorgukabout_arthastatshtm
7 Felson DT Zhang Y Hannan MT et al The Incidence and Natural
History of Knee Osteoarthritis in the Elderly The Framingham
Osteoarthritis Study Arthritis Rheumatology 1995 38 1500 ndash 1505
8 Felson DT Zhang Y An Update on the Epidemiology of Knee and Hip
Osteoarthritis with a View to Prevention Arthritis Rheumatology 1998
41 1343 ndash 1355
9 Setiyohadi Bambang Osteoartritis Selayang Pandang Dalam Temu Ilmiah
Reumatologi Jakarta 2003 27 ndash 31
10 Klippel John H Dieppe Paul A Brooks Peter et al Osteoarthritis In
Rheumatology United Kingdom Mosby ndash Year Book Europe Limited
1994 21 ndash 106
11 Abbate L Renner JB Stevens J et al Do Body Composition and Body Fat
Distribution Explain Ethnic Differences in Radiographic Knee
Osteoarthritis Outcomes in African -American and Caucasian Women The
North American Association for the Study of Obesity 2006 14 1274 ndash
1281
12 Amin Niu Jingbo Hunter David et al Smoking Worsens Knee
Osteoarthritis News Center Oklahoma City Oklahoma USA 2006 1 ndash 4
13 McAlindon Timothy E Felson David T Zhang Yuqing et al Relation of
Dietary Intake and Serum Levels of Vitamin D to Progression of
Osteoarthritis of the Knee Among Participants in the Framingham Study
14 Englund M and Lohmander LS Patellofemoral Osteoarthritis Coexistent
with Tibiofemoral Osteoarthritis in a Meniscectomy Population Annals of
the Rheumatic Diseases 2005 64 1721 ndash 1726
15 Carter MA Osteoartritis In Price SA Wilson LM Patofisiologi konsep
klinis proses-proses penyakit 6th ed Jakarta EGC 2006 p 1380-4
16 Altman RD Criteria for the Classification of Osteoarthritis Journal of
Rheumatology 1991 27 (suppl) 10 ndash 12
37
17 Milne AD Evans NA Stanish WD Nonoperative Management of Knee
Osteoarthritis In Hartono IM Studi komparasi antara WOMAC index
dengan Kellgren-Lawrence grading system pada penderita osteoarthritis
genu [PPDS1 thesis] Semarang Medical Faculty Diponegoro University
2007 p 12
18 Haq I Murphy E Dacre J Osteoarthritis Review Postgrad Med J 2003
79 377 ndash 383
19 Anonim [1986] Criteria for classification of idiopathic osteoarthtritis (OA)
of the knee American College of Rheumatology [serial on the internet]
2010 [cited 2010 Jan 20] Available from
httpwwwrheumatologyorgpublicationsclassificationoakneeasp
aud=mem
38
- BAB I
- ILUSTRASI KASUS
- 1 Pemeriksaan EKG
- X ndash Ray Pelvis AP
- BAB III
- DISKUSI DAN PEMBAHASAN
-
Berbagai sitokin turut berperan merangsang kondrosit dalam
menghasilkan enzim perusak rawan sendi Sitokin-sitokin pro-inflamasi akan
melekat pada reseptor di permukaan kondrosit dan sinoviosit dan
menyebabkan transkripsi gene MMP sehingga produksi enzim tersebut
meningkat Sitokin yang terpenting adalah IL-1 selain sebagai sitokin
pengatur (IL-6 IL-8 LIFI) dan sitokin inhibitor (IL-4 IL-10 IL-13 dan IFN-
γ) Sitokin inhibitor ini bersama IL-Ira dapat menghambat sekresi berbagai
MMPs dan meningkatkan sekresi TIMPs Selain itu IL-4 dan IL-13 juga
dapat melawan efek metabolik IL-1 IL-1 juga berperan menurunkan sintesis
kolagen tipe II dan IX dan meningkatkan sintesis kolagen tipe I dan III
sehingga menghasilkan matriks rawan sendi yang berkualitas buruk 910
IV Klasifikasi Osteoartritis
OA dapat terjadi secara primer (idiopatik) maupun sekunder seperti
yang tercantum di bawah ini 19
IDIOPATIK SEKUNDER
20
SetempatTangan- nodus Heberden dan Bouchard (nodal)- artritis erosif interfalang- karpal-metakarpal IKaki - haluks valgus- haluks rigidus- jari kontraktur (hammercock-up toes)- talonavikulareCoxae- eksentrik (superior)- konsentrik (aksial medial)- difus (koksa senilis)Vertebra- sendi apofiseal- sendi intervertebral- spondilosis (osteofit)- ligamentum (hiperostosis penyakit Forestier diffuse idiopathic skeletal hyperostosis=DISH)Tempat lainnya- glenohumeral- akromioklavikular- tibiotalar- sakroiliaka- temporomandibularMenyeluruhMeliputi 3 atau lebih daerah yang tersebut diatas (Kellgren-Moore)
Traumaminus akutminus kronik (okupasional port)Kongenital atau developmentalGangguan setempatminus Penyakit Leg-Calve-Perthesminus Dislokasi koksa kongenitalminus Slipped epiphysisFaktor mekanikminus Panjang tungkai tidak samaminus Deformitas valgus varusminus Sindroma hipermobilitasMetabolikminus Okronosis (alkaptonuria)minus Hemokromatosisminus Penyakit Wilsonminus Penyakit GaucherEndokrinminus Akromegaliminus Hiperparatiroidismeminus Diabetes melitusminus Obesitasminus HipotiroidismePenyakit Deposit Kalsiumminus Deposit kalsium pirofosfat dihidratminus Artropati hidroksiapatitPenyakit Tulang dan Sendi lainnya Setempatminus FrakturminusNekrosis avaskular
Tabel 21 Osteoartritis Idiopatik dan Sekunder
V Manifestasi Klinis 15
1 Nyeri sendi
Terutama bila sendi bergerak atau menanggung beban yang akan
berkurang bila penderita beristirahat
21
2 Kaku pada pagi hari (morning stiffness)
Kekakuan pada sendi yang terserang terjadi setelah imobilisasi yang
cukup lama (gel phenomenon) bahkan sering disebutkan kaku muncul
pada pagi hari setelah bangun tidur (morning stiffness)
3 Hambatan pergerakan sendi
Hambatan pergerakan sendi ini bersifat progresif lambat bertambah
berat secara perlahan sejalan dengan bertambahnya nyeri pada sendi
4 Krepitasi
Rasa gemeretak (seringkali sampai terdengar) yang terjadi pada sendi
yang sakit
5 Perubahan bentuk sendi
Sendi yang mengalami osteoarthritis biasanya mengalami perubahan
berupa perubahan bentuk dan penyempitan pada celah sendi
6 Perubahan gaya berjalan
Hal yang paling meresahkan pasien adalah perubahan gaya berjalan
hampir semua pasien osteoarthritis pada pergelangan kaki lutut dan
panggul mengalami perubahan gaya berjalan (pincang)
VI Faktor Risiko Osteoartritis Lutut (Genu)
Secara garis besar terdapat dua pembagian faktor risiko OA lutut yaitu
faktor predisposisi dan faktor biomekanis
1 Faktor Predisposisi
a Faktor Demografi
1) Umur
Dari semua faktor risiko untuk timbulnya osteoartritis faktor
ketuaan adalah yang terkuat Proses penuaan dianggap sebagai
penyebab peningkatan kelemahan di sekitar sendi penurunan
kelenturan sendi kalsifikasi tulang rawan dan menurunkan
fungsi kondrosit yang semuanya mendukung terjadinya OA
Studi Framingham menunjukkan bahwa 27 orang berusia 63 ndash
22
70 tahun memiliki bukti radiografik menderita OA lutut yang
meningkat mencapai 40 pada usia 80 tahun atau lebih7
2) Jenis kelamin
Prevalensi OA pada laki-laki sebelum usia 50 tahun lebih tinggi
dibandingkan perempuan tetapi setelah usia lebih dari 50 tahun
prevalensi perempuan lebih tinggi menderita OA dibandingkan
laki-laki Hal ini dikaitkan dengan pengurangan hormon
estrogen yang signifikan pada wanita8
3) Ras Etnis
Prevalensi OA lutut pada penderita di negara Eropa dan
Amerika tidak berbeda sedangkan suatu penelitian
membuktikan bahwa ras Afrika ndash Amerika memiliki risiko
menderita OA lutut 2 kali lebih besar dibandingkan ras
Kaukasia Penduduk Asia juga memiliki risiko menderita OA
lutut lebih tinggi dibandingkan Kaukasia1011 Suatu studi lain
menyimpulkan bahwa populasi kulit berwarna lebih banyak
terserang OA dibandingkan kulit putih9
b Faktor Genetik
Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoartritis Adanya
mutasi dalam gen prokolagen atau gen-gen struktural lain untuk
unsur-unsur tulang rawan sendi seperti kolagen proteoglikan
berperan dalam timbulnya kecenderungan familial pada
osteoartritis10
c Faktor Gaya Hidup
1) Kebiasaan Merokok
Merokok dapat merusak sel dan menghambat proliferasi sel
tulang rawan sendi
Merokok dapat meningkatkan tekanan oksidan yang
mempengaruhi hilangnya tulang rawan
23
Merokok dapat meningkatkan kandungan karbonmonoksida
dalam darah menyebabkan jaringan kekurangan oksigen
dan dapat menghambat pembentukan tulang rawan12
2) Konsumsi Vitamin D
Orang yang tidak biasa mengkonsumsi makanan yang
mengandung vitamin D memiliki peningkatan risiko 3 kali lipat
menderita OA lutut13
d Faktor Metabolik
1) Obesitas
Berat badan yang berlebih ternyata dapat meningkatkan tekanan
mekanik pada sendi penahan beban tubuh dan lebih sering
menyebabkan osteoartritis lutut7
2) Osteoporosis
Hubungan antara OA lutut dan osteoporosis mendukung teori
bahwa gerakan mekanis yang abnormal tulang akan
mempercepat kerusakan tulang rawan sendi10
3) Penyakit Lain
OA lutut terbukti berhubungan dengan diabetes mellitus
hipertensi dan hiperurikemi dengan catatan pasien tidak
mengalami obesitas10
4) Histerktomi
Hal ini diduga berkaitan dengan pengurangan produksi hormon
estrogen setelah dilakukan pengangkatan rahim 10
5) Manisektomi
Menisektomi merupakan operasi yang dilakukan di daerah lutut
dan telah diidentifikasi sebagai faktor risiko penting bagi OA
lutut Hal ini berkaitan dengan hilangnya jaringan meniscus14
2 Faktor Biomekanis
a Riwayat Trauma Lutut
24
Trauma lutut yang akut termasuk robekan pada ligamentum
krusiatum dan meniskus merupakan faktor risiko timbulnya OA
lutut9
b Kelainan Anatomis
Faktor risiko timbulnya OA lutut antara lain kelainan lokal pada
sendi lutut seperti genu varum genu valgus Legg ndash Calve ndashPerthes
disease dan displasia asetabulum10
c Pekerjaan
Osteoartritis banyak ditemukan pada pekerja fisik berat terutama
yang banyak menggunakan kekuatan yang bertumpu pada lutut
(petani kuli dll)9
d Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik berat seperti berdiri lama (2 jam atau lebih setiap
hari) berjalan jarak jauh (2 jam atau lebih setiap hari) mengangkat
barang berat (10 kg ndash 50 kg selama 10 kali atau lebih setiap
minggu) mendorong objek yang berat (10 kg ndash 50 kg selama 10
kali atau lebih setiap minggu) naik turun tangga setiap hari
merupakan faktor risiko OA lutut 9
e Kebiasaan Olahraga
Atlit olah raga benturan keras dan membebani lutut seperti sepak
bola lari maraton dan kung fu memiliki risiko meningkat untuk
menderita OA lutut10
VII Kriteria Diagnosis Osteoartritis Lutut (Genu)
25
Kriteria diagnosis OA lutut menggunakan kriteria klasifikasi American
College of Rheumatology seperti tercantum pada tabel berikut ini 16
Tabel 22 Kriteria Klasifikasi Osteoartritis Lutut
Derajat osteoartritis lutut dinilai menjadi lima derajat oleh Kellgren dan
Lawrence yaitu 17
- Derajat 0 tidak ada gambaran osteoartritis
- Derajat 1 osteoartritis meragukan dengan gambaran sendi normal tetapi
terdapat osteofit minimal
- Derajat 2 osteoartritis minimal dengan osteofit pada 2 tempat tidak terdapat
sklerosis dan kista subkondral serta celah sendi baik
- Derajat 3 osteoartritis moderat dengan osteofit moderat deformitas ujung
tulang dan celah sendi sempit
- Derajat 4 osteoartritis berat dengan osteofit besar deformitas ujung tulang
celah sendi hilang serta adanyasklerosis dan kista subkondral
26
VIIIPenatalaksanaan Osteoarthritis
Tujuan penatalaksanaan pasien dengan osteoarthritis adalah18
1 Meredakan nyeri
2 Mengoptimalkan fungsi sendi
3 Mengurangi ketergantungan kepada orang lain dan meningkatkan
kualitas hidup
4 Menghambat progresivitas penyakit
5 Mencegah terjadinya komplikasi
Pilar terapi pada pasien dengan osteoarthritis yaitu
Nonfarmakologis
1 Modifikasi pola hidup
2 Edukasi
3 Istirahat teratur yang bertujuan mengurangi penggunaan beban pada
sendi
4 Modifikasi aktivitas
5 Menurunkan berat badan
6 Rehabilitasi medik fisioterapi
a Latihan statis dan memperkuat otot-otot
b Fisioterapi yang berguna untuk mengurangi nyeri menguatkan otot
dan menambah luas pergerakan sendi
7 Penggunaan alat bantu
Farmakologis
1 Sistemik
a Analgetik
Non narkotik parasetamol
Opioid (kodein tramadol)
b Antiinflamasi nonsteroid (NSAIDs)
Oral
Injeksi
Suppositoria
27
c DMOADs (disease modifying OA drugs)
Diantara nutraceutical yang saat ini tersedia di Indonesia adalah
Glucosamine sulfate dan Chondroitine sulfate
2 Topikal
a Krim rubefacients dan capsaicin
Beberapa sediaan telah tersedia di Indonesia dengan cara kerja pada
umumnya bersifat counter irritant
b Krim NSAIDs
Beberapa yang dapat digunakan adalah gel piroxicam dan sodium
diklofenak
3 Injeksi intraartikularintra lesi
Pada dasarnya ada 2 indikasi suntikan intra artikular yakni penanganan
simtomatik dengan steroid dan viskosuplementasi dengan hyaluronan
untuk modifikasi perjalanan penyakit Beberapa preparat injeksi
intraartikular diantaranya
a Steroid ( triamsinolone hexacetonide dan methyl prednisolone )
Hanya diberikan jika ada satu atau dua sendi yang mengalami
nyeri dan inflamasi yang kurang responsif terhadap pemberian
NSAIDs tak dapat mentolerir NSAIDs atau ada komorbiditas yang
merupakan kontra indikasi terhadap pemberian NSAIDs
Dosis untuk sendi besar seperti lutut 40-50 mginjeksi
sedangkan untuk sendi-sendi kecil biasanya digunakan dosis 10 mg
b Hyaluronan high molecular weight dan low molecular weight
Diberikan berturut-turut 5 sampai 6 kali dengan interval satu
minggu masing-masing 2 sampai 25 ml Hyaluronan Sediaan di
Indonesia diantaranya adalah Hyalgan dan Osflex
4 Pembedahan
Sebelum diputuskan untuk terapi pembedahan harus dipertimbangkan
terlebih dahulu risiko dan keuntungannya Pertimbangan dilakukan
tindakan operatif bila
28
a Deformitas menimbulkan gangguan mobilisasi
b Nyeri yang tidak dapat teratasi dengan penganan medikamentosa
dan rehabilitatif
Ada 2 tipe terapi pembedahan Realignment osteotomi dan replacement
joint
Macam-macam operasi sendi lutut untuk osteoarthritis
a Partial replacementunicompartemental
b High tibial osteotomy orang muda
c Patella amp condyle resurfacing
d Minimally constrained total replacement stabilitas sendi dilakukan
sebagian oleh ligament asli dan sebagian oleh sendi buatan
e Cinstrained joint fixed hinges dipakai bila ada tulang hilang dan
severe instability
f Total knee replacement apabila didapatkan nyeri deformitas
instability akibat dari rheumatoid atau osteoarthritis
29
Gambar 21 Piramida Penatalaksanaan Osteoartritis
BAB III
DISKUSI DAN PEMBAHASAN
OA adalah penyakit degenerasi kartilago artikuler yang berlangsung secara
perlahan dan ditandai dengan nyeri sendi kekakuan dan keterbatasan gerak yang
berkembang secara progresif Tanda-tanda tersebut ditemukan pada penderita ini
Berdasarkan etiologinya OA diklasifikasikan menjadi dua yaitu OA
primer dan OA sekunder OA primer disebut juga OA idiopatik yaitu OA yang
kausanya tidak diketahui dan tidak ada hubungannya dengan penyakit sistemik
maupun proses perubahan lokal pada sendi OA sekunder adalah OA yang
didasari oleh adanya kelainan endokrin trauma inflamasi metabolik
pertumbuhan herediter jejas mikro dan makro serta imobilisasi yang terlalu lama
faktor mekanik penyakit deposit kalsium penyakit tulang dan sendi lainnya serta
neuropatik endemik Beberapa faktor risiko yang diketahui berhubungan dengan
penyakit OA diantaranya faktor risiko umum yang penting seperti kegemukan
faktor genetik dan jenis kelamin serta beberapa faktor risiko lain seperti usia lebih
dari 40 tahun suku bangsa cedera sendi pekerjaan olahraga kelainan
pertumbuhan kepadatan tulang dan lain-lain Pada penderita ini berdasarkan
30
anamnesis riwayat sosialnya penderita adalah seorang wanita berusia 75 tahun
yang meskipun tidak melakukan pekerjaan yang berat tetapi dirinya tetap
menjalankan pekerjaan rumah tangga (sebelum sakit) yang notabene banyak
menggunakan sendi lutut Selain itu dari pemeriksaan fisik penderita ini juga
mengalami kegemukan Kondisi-kondisi pada penderita ini merupakan faktor
risiko sekunder terjadinya OA Jadi dapat disimpulkan bahwa penyebab OA pada
penderita ini bukan termasuk faktor risiko OA primer
Penderita datang dengan keluhan nyeri pada kedua sendi lutut sejak plusmn 1
tahun SMRS dan puncaknya 2 hari SMRS dimana penderita sudah tidak bisa
berjalan lagi Nyeri sendi merupakan keluhan yang umum terjadi pada penyakit
reumatik seperti artritis gout OA keganasan reumatik septik dan lain
sebagainya Pada penderita ini nyeri terlokalisir pada lutut tanpa adanya nyeri
pada sendi yang lain nyeri bertambah saat melakukan gerakan (seperti berjalan)
dan berkurang apabila beristirahat Tidak ada demam Nyeri tidak menetap
sepanjang hari Nyeri seperti ini biasanya ditemukan pada OA
Penderita juga mengeluh kaku sendi Kaku sendi dirasakan penderita pada
pagi hari Keadaan ini biasanya disebabkan oleh desakan cairan yang berada di
sekitar jaringan yang mengalami inflamasi (kapsul sendi sinovial atau bursa)
Kaku sendi makin nyata pada pagi hari atau setelah istirahat Setelah digerak-
gerakkan cairan akan menyebar dari jaringan yang mengalami inflamasi sehingga
penderita merasa terlepas dari ikatan dan bisa menggerakkan sendinya kembali
Lama kaku sendi pada OA adalah kurang dari 30 menit sedangkan pada AR
minimal satu jam Pada penderita ini kaku sendi juga dirasakan pada pagi hari
selama plusmn 20-30 menit dan menghilang dengan sendirinya bila penderita
menggerakkan kakinya dengan beraktivitas seperti biasa Hal ini sesuai untuk
mendukung keluhan pada penderita OA
Penderita juga mengalami bengkak pada kedua lutut Bengkak dirasakan
oleh penderita sejak 6 bulan SMRS Sendi yang membengkak bisa disebabkan
oleh penonjolan tulang sinovitis efusi dan karena adanya osteofit yang dapat
mengubah permukaan sendi Pada penderita ditemukan osteofit pada pemeriksaan
rontgent
31
29
Pemeriksaan fisik lokalis pada kedua sendi lutut didapatkan pada
inspeksi didapatkan pembesaran bengkak pada kedua sendi lutut dengan tidak
ada perubahan warna kulit Palpasi pada kedua sendi lutut didapatkan nyeri tekan
dan pada perabaan dirasakan hangat Pemeriksaan gerak sendi didapat
keterbatasan gerak fleksi yaitu hanya dapat mengerakkan lutut sebesar 60deg
Hambatan gerak terutama disebabkan oleh adanya remodelling osteofit penebalan
kapsul dan juga adanya efusi Pada auskultasi sendi lutut penderita ditemukan
adanya krepitasi dimana terdengar suara gemeretak ldquokretek-kretekrdquo seperti suara
krupuk yang diremukkan Gejala ini mungkin disebabkan karena gesekan kedua
permukaan tulang sendi yang irregular pada saat sendi digerakkan ataupun secara
pasif dimanipulasi
Pemeriksaan radiologis pada penderita ini didapatkan adanya gambaran
berupa penyempitan sendi dan osteofit pada pinggir sendi Menipisnya rawan
sendi diawali dengan retak dan terbelahnya permukaan sendi di beberapa tempat
yang kemudian menyatu dan disebut sebagai fibrilasi Di lain pihak pada tulang
akan terjadi pula perubahan sebagai reaksi tubuh untuk memperbaiki kerusakan
Perubahan itu adalah penebalan tulang subkondral dan pembentukan osteofit
marginal disusul kemudian dengan perubahan komposisi molekular dan struktur
tulang Penipisan kartilago sendi akibat proses degeneratif memberi gambaran
penyempitan celah sendi yang tidak simetris pada foto polos radiologi Fungsi
kartilago sendi berkurang bahkan menghilang mengakibatkan beban stres di
daerah subkhondral bertambah Beberapa subkhondral tersebut dapat diamati pada
poto polos radiologi berupa pembentukan osteofit sklerotik subkhondral maupun
pembentukan kista subkhondral Pada penderita ini ditemukan adanya
pembentukan osteofit pada condylus lateralis dan medialis os tibio femoralis
Pada OA anamnesa (gejala klinis) pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
radiologi sudah dapat menunjang penegakan diagnosis Hasil pemeriksaan
laboratorium pada OA biasanya tidak banyak berguna Darah tepi (Hb Leukosit
dan LED) dalam batas normal kecuali OA generalisata yang harus dibedakan
dengan arthritis peradangan Pada OA yang disertai peradangan mungkin
didapatkan penurunan viskositas pleositosis sedang hingga ringan serta
32
peningkatan ringan sel radang (lt8000m) gt1 Pada penderita ini dilakukan
pemeriksaan laboratorium darah lengkap kimia darah dan urin lengkap karena
pemeriksaan tersebut merupakan pemeriksaan rutin Dari hasil pemeriksaan
laboratorium pada penderita ini tidak ditemukan adanya kelainan
Diagnosis OA sudah bisa ditegakkan secara klinis dengan memakai
kriteria OA yang dibuat oleh Subcommittee American College of Rheumatology
(ACR) Kriteria OA lutut secara klinis laboratorium dan radiologis adalah adanya
nyeri lutut osteofit dan salah satu dari tanda berikut yaitu usia lebih dari 50
tahun kaku sendi kurang dari 30 menit atau adanya krepitus Pada penderita ini
wanita berusia 75 tahun ditemukan memiliki keluhan nyeri kedua sendi lutut
terdapat kaku sendi selama 20-30 menit terdapat krepitus dan pada pemeriksaan
radiologi ditemukan adanya osteofit
Pengelolaan penderita dengan OA bertujuan untuk menghilangkan
keluhan mengoptimalkan fungsi sendi mengurangi ketergantungan dan
meningkatkan kualitas hidup menghambat progresivitas penyakit dan mencegah
komplikasi Pilar terapi OA non farmakologis (edukasi terapi fisik
dietpenurunan berat badan) farmakologis (analgetik kortikosteroid lokal
sistemik kondroprotektif dan biologik) dan pembedahan
Edukasi sangat penting bagi semua pasien OA Dua hal yang menjadi
tujuan edukasi adalah bagaimana mengatasi nyeri dan disabilitas Pemberian
edukasi pada penderita ini sangat penting karena dengan edukasi diharapkan
pengetahuan penderita mengenai penyakit OA menjadi meningkat dan pengobatan
menjadi lebih mudah serta dapat diajak bersama-sama untuk mencegah kerusakan
organ sendi lebih lanjut Edukasi yang diberikan pada penderita ini yaitu
memberikan pengertian bahwa OA adalah penyakit yang kronik sehingga perlu
dipahami bahwa mungkin dalam derajat tertentu akan tetap ada rasa nyeri kaku
dan keterbatasan gerak serta fungsi Selain itu agar rasa nyeri dapat berkurang
maka penderita hendaknya mengurangi aktivitaspekerjaannya sehingga tidak
terlalu banyak menggunakan sendi lutut dan lebih banyak beristirahat Penderita
juga disarankan untuk kembali kontrol sehingga dapat diketahui apakah
33
penyakitnya sudah membaik atau ternyata ada efek samping akibat obat yang
diberikan
Terapi fisik bertujuan untuk melatih penderita agar persendiannya tetap
dapat dipakai dan melatih penderita untuk melindungi sendi yang sakit Pada
penderita ini dianjurkan untuk berolah raga tapi olah raga yang memperberat
sendi sebaiknya dihindari seperti lari atau joging Hal ini dikarenakan dapat
menambah inflamasi meningkatkan tekanan intraartikular bila ada efusi sendi dan
bahkan bisa menyebabkan robekan kapsul sendi Untuk mencegah risiko
terjadinya kecacatan pada sendi sebaiknya dilakukan olah raga peregangan otot
seperti mQuadrisep femoris dengan peregangan otot diharapkan dapat membantu
dalam peningkatan fungsi sendi secara keseluruhan dan mengurangi nyeri Pada
penderita ini disarankan untuk senam lantai 3 kali seminggu dimana pasien
mengambil posisi terlentang sambil meregangkan lututnya dengan cara
mengangkat kaki dan secara perlahan menekuk dan meluruskan lututnya Olah
raga ini sangat mudah dilakukan apalagi mengingat usia penderita yang sudah
mencapai 75 tahun
Diet bertujuan untuk menurunkan berat badan pada penderita OA yang
gemuk Hal ini sebaiknya menjadi program utama pengobatan OA Penurunan
berat badan seringkali dapat mengurangi keluhan dan peradangan Selain itu
obesitas juga dapat meningkatkan risiko progresifitas dari OA Pada penderita ini
disarankan untuk mengurangi berat badan dengan mengatur diet rendah kalori
sampai mungkin mendekati berat badan ideal Dimana prinsipnya adalah
mengurangi kalori yang masuk dibawah energi yang dibutuhkan Penurunan
energi intake yang aman dianjurkan pemberian defisit energi antara 500-1000
kalori perhari sehingga diharapkan akan terjadi pembakaran lemak tubuh dan
penurunan berat badan 05 ndash 1 kg per minggu Biasanya intake energi diberikan
1200-1300 kal per hari dan paling rendah 800 kal per hari Formula yang dapat
digunakan untuk kebutuhan energi berdasarkan berat badan adalah 22kalkgBB
aktualhari dengan cara ini didapatkan defisit energi 1000 kalhari Pada penderita
ini dianjurkan untuk diet 1400 kal perhari agar mencapai BB idealnya yakni
setidaknya mencapai 55 kg Namun cara ini juga memerlukan kehati ndash hatian
34
dikarenakan usia penderita dan daya tahan tubuhnya yang memang sudah tidak
mendukung untuk melakukan usaha diit
Terapi farmakologis pada penderita OA biasanya bersifat simptomatis
Pada tahap awal dapat dicoba analgetik sederhana seperti asetaminofen atau
salisilat Bila tidak ada perbaikan dapat diberikan obat anti inflamasi non steroid
Untuk mengurangi keluhan nyeri pada penderita ini telah diberikan pengobatan
langsung dengan obat anti inflamasi non steroid seperti Na-diklofenak dengan
dosis 3times50 mg tanpa menggunakan obat lini pertama Hal ini dikarenakan keluhan
pada penderita ini sudah cukup berat ditambah pula adanya bengkak dan rasa
hangat di lutut yang tidak hilang dengan obat analgetik sederhana ( seperti yang
biasa dikonsumsi penderita) Na-diklofenak merupakan obat golongan OAINS
COX-1 inhibitor yang non-selektif dimana obat ini diberikan pada penderita
karena tidak terdapat riwayat pernah menderita gangguan gastrointestinal Namun
mengingat usia penderita yang memang sudah lanjut maka penderita juga
diberikan obat pelapis lambung untuk menjaga kondisi saluran pencernaannya Di
sini penderita diberikan obat golongan PPI (Omeprazole 2 x 20 mg) Setelah
dievaluasi beberapa hari ternyata keluhan nyeri dan bengkak pada penderita tidak
kunjung ada perubahan maka ditambahkan pula obat steroid injeksi dimana
pilihannya adalah InjTriamcinolon 1 Amp24 jam (Inj Flamicort) Selain itu
pasien juga dikonsulkan ke spesialis rehabilitasi medis untuk dilakukan
fisioterapi
Terapi pembedahan Terapi ini diberikan apabila terapi farmakologis dan
rehabilitasi tidak berhasil untuk mengurangi rasa sakit dan juga untuk melakukan
koreksi apabila terjadi deformitas yang menimbulkan gangguan mobilisasi sendi
yang mengganggu aktifitas sehari-hari Pada penderita ini tidak sampai dilakukan
terapi pembedahan
35
DAFTAR PUSTAKA
1 Soeroso J Isbagio H Kalim H Broto R Pramudiyo R Osteoartritis In
Sudoyo AW Setiyohadi B Alwi I Simadibrata M Setiati S editors Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam 4th ed Jakarta Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit
Dalam Fakultas Kedokteran Indonesia 2006 p 1195-201
2 Osteoarthritis Wikipedia The Free Encyclopedia [serial on the internet]
2009 [cited 2009 Sep 1] Available from
httpenwikipediaorgwikiOsteoarthritis
3 Reginster JY The Prevalence and Burden of Osteoarthritis Rheumatology
2002 41 (suppl 1) 3 ndash 6
4 Wibowo Dhidik Tri Kurniawan Yusuf Latifah Tati Gunadi Rachmat
Perancangan dan Implementasi Sistem Bantu Diagnosis Penyakit
Osteoartritis dan Reumatoid Artritis Melalui Deteksi Penyempitan Celah
Sendi pada Citra X-Ray Tangan dan Lutut Dalam Temu Ilmiah
Reumatologi Jakarta 2003 168 ndash 172
5 Konggres Nasional Ikatan Reumatologi Indonesia VI httppemda-
diygoidberita 2005 102140
36
6 Arthritis Research Campaign 2000 Available at
httpwwwarcorgukabout_arthastatshtm
7 Felson DT Zhang Y Hannan MT et al The Incidence and Natural
History of Knee Osteoarthritis in the Elderly The Framingham
Osteoarthritis Study Arthritis Rheumatology 1995 38 1500 ndash 1505
8 Felson DT Zhang Y An Update on the Epidemiology of Knee and Hip
Osteoarthritis with a View to Prevention Arthritis Rheumatology 1998
41 1343 ndash 1355
9 Setiyohadi Bambang Osteoartritis Selayang Pandang Dalam Temu Ilmiah
Reumatologi Jakarta 2003 27 ndash 31
10 Klippel John H Dieppe Paul A Brooks Peter et al Osteoarthritis In
Rheumatology United Kingdom Mosby ndash Year Book Europe Limited
1994 21 ndash 106
11 Abbate L Renner JB Stevens J et al Do Body Composition and Body Fat
Distribution Explain Ethnic Differences in Radiographic Knee
Osteoarthritis Outcomes in African -American and Caucasian Women The
North American Association for the Study of Obesity 2006 14 1274 ndash
1281
12 Amin Niu Jingbo Hunter David et al Smoking Worsens Knee
Osteoarthritis News Center Oklahoma City Oklahoma USA 2006 1 ndash 4
13 McAlindon Timothy E Felson David T Zhang Yuqing et al Relation of
Dietary Intake and Serum Levels of Vitamin D to Progression of
Osteoarthritis of the Knee Among Participants in the Framingham Study
14 Englund M and Lohmander LS Patellofemoral Osteoarthritis Coexistent
with Tibiofemoral Osteoarthritis in a Meniscectomy Population Annals of
the Rheumatic Diseases 2005 64 1721 ndash 1726
15 Carter MA Osteoartritis In Price SA Wilson LM Patofisiologi konsep
klinis proses-proses penyakit 6th ed Jakarta EGC 2006 p 1380-4
16 Altman RD Criteria for the Classification of Osteoarthritis Journal of
Rheumatology 1991 27 (suppl) 10 ndash 12
37
17 Milne AD Evans NA Stanish WD Nonoperative Management of Knee
Osteoarthritis In Hartono IM Studi komparasi antara WOMAC index
dengan Kellgren-Lawrence grading system pada penderita osteoarthritis
genu [PPDS1 thesis] Semarang Medical Faculty Diponegoro University
2007 p 12
18 Haq I Murphy E Dacre J Osteoarthritis Review Postgrad Med J 2003
79 377 ndash 383
19 Anonim [1986] Criteria for classification of idiopathic osteoarthtritis (OA)
of the knee American College of Rheumatology [serial on the internet]
2010 [cited 2010 Jan 20] Available from
httpwwwrheumatologyorgpublicationsclassificationoakneeasp
aud=mem
38
- BAB I
- ILUSTRASI KASUS
- 1 Pemeriksaan EKG
- X ndash Ray Pelvis AP
- BAB III
- DISKUSI DAN PEMBAHASAN
-
SetempatTangan- nodus Heberden dan Bouchard (nodal)- artritis erosif interfalang- karpal-metakarpal IKaki - haluks valgus- haluks rigidus- jari kontraktur (hammercock-up toes)- talonavikulareCoxae- eksentrik (superior)- konsentrik (aksial medial)- difus (koksa senilis)Vertebra- sendi apofiseal- sendi intervertebral- spondilosis (osteofit)- ligamentum (hiperostosis penyakit Forestier diffuse idiopathic skeletal hyperostosis=DISH)Tempat lainnya- glenohumeral- akromioklavikular- tibiotalar- sakroiliaka- temporomandibularMenyeluruhMeliputi 3 atau lebih daerah yang tersebut diatas (Kellgren-Moore)
Traumaminus akutminus kronik (okupasional port)Kongenital atau developmentalGangguan setempatminus Penyakit Leg-Calve-Perthesminus Dislokasi koksa kongenitalminus Slipped epiphysisFaktor mekanikminus Panjang tungkai tidak samaminus Deformitas valgus varusminus Sindroma hipermobilitasMetabolikminus Okronosis (alkaptonuria)minus Hemokromatosisminus Penyakit Wilsonminus Penyakit GaucherEndokrinminus Akromegaliminus Hiperparatiroidismeminus Diabetes melitusminus Obesitasminus HipotiroidismePenyakit Deposit Kalsiumminus Deposit kalsium pirofosfat dihidratminus Artropati hidroksiapatitPenyakit Tulang dan Sendi lainnya Setempatminus FrakturminusNekrosis avaskular
Tabel 21 Osteoartritis Idiopatik dan Sekunder
V Manifestasi Klinis 15
1 Nyeri sendi
Terutama bila sendi bergerak atau menanggung beban yang akan
berkurang bila penderita beristirahat
21
2 Kaku pada pagi hari (morning stiffness)
Kekakuan pada sendi yang terserang terjadi setelah imobilisasi yang
cukup lama (gel phenomenon) bahkan sering disebutkan kaku muncul
pada pagi hari setelah bangun tidur (morning stiffness)
3 Hambatan pergerakan sendi
Hambatan pergerakan sendi ini bersifat progresif lambat bertambah
berat secara perlahan sejalan dengan bertambahnya nyeri pada sendi
4 Krepitasi
Rasa gemeretak (seringkali sampai terdengar) yang terjadi pada sendi
yang sakit
5 Perubahan bentuk sendi
Sendi yang mengalami osteoarthritis biasanya mengalami perubahan
berupa perubahan bentuk dan penyempitan pada celah sendi
6 Perubahan gaya berjalan
Hal yang paling meresahkan pasien adalah perubahan gaya berjalan
hampir semua pasien osteoarthritis pada pergelangan kaki lutut dan
panggul mengalami perubahan gaya berjalan (pincang)
VI Faktor Risiko Osteoartritis Lutut (Genu)
Secara garis besar terdapat dua pembagian faktor risiko OA lutut yaitu
faktor predisposisi dan faktor biomekanis
1 Faktor Predisposisi
a Faktor Demografi
1) Umur
Dari semua faktor risiko untuk timbulnya osteoartritis faktor
ketuaan adalah yang terkuat Proses penuaan dianggap sebagai
penyebab peningkatan kelemahan di sekitar sendi penurunan
kelenturan sendi kalsifikasi tulang rawan dan menurunkan
fungsi kondrosit yang semuanya mendukung terjadinya OA
Studi Framingham menunjukkan bahwa 27 orang berusia 63 ndash
22
70 tahun memiliki bukti radiografik menderita OA lutut yang
meningkat mencapai 40 pada usia 80 tahun atau lebih7
2) Jenis kelamin
Prevalensi OA pada laki-laki sebelum usia 50 tahun lebih tinggi
dibandingkan perempuan tetapi setelah usia lebih dari 50 tahun
prevalensi perempuan lebih tinggi menderita OA dibandingkan
laki-laki Hal ini dikaitkan dengan pengurangan hormon
estrogen yang signifikan pada wanita8
3) Ras Etnis
Prevalensi OA lutut pada penderita di negara Eropa dan
Amerika tidak berbeda sedangkan suatu penelitian
membuktikan bahwa ras Afrika ndash Amerika memiliki risiko
menderita OA lutut 2 kali lebih besar dibandingkan ras
Kaukasia Penduduk Asia juga memiliki risiko menderita OA
lutut lebih tinggi dibandingkan Kaukasia1011 Suatu studi lain
menyimpulkan bahwa populasi kulit berwarna lebih banyak
terserang OA dibandingkan kulit putih9
b Faktor Genetik
Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoartritis Adanya
mutasi dalam gen prokolagen atau gen-gen struktural lain untuk
unsur-unsur tulang rawan sendi seperti kolagen proteoglikan
berperan dalam timbulnya kecenderungan familial pada
osteoartritis10
c Faktor Gaya Hidup
1) Kebiasaan Merokok
Merokok dapat merusak sel dan menghambat proliferasi sel
tulang rawan sendi
Merokok dapat meningkatkan tekanan oksidan yang
mempengaruhi hilangnya tulang rawan
23
Merokok dapat meningkatkan kandungan karbonmonoksida
dalam darah menyebabkan jaringan kekurangan oksigen
dan dapat menghambat pembentukan tulang rawan12
2) Konsumsi Vitamin D
Orang yang tidak biasa mengkonsumsi makanan yang
mengandung vitamin D memiliki peningkatan risiko 3 kali lipat
menderita OA lutut13
d Faktor Metabolik
1) Obesitas
Berat badan yang berlebih ternyata dapat meningkatkan tekanan
mekanik pada sendi penahan beban tubuh dan lebih sering
menyebabkan osteoartritis lutut7
2) Osteoporosis
Hubungan antara OA lutut dan osteoporosis mendukung teori
bahwa gerakan mekanis yang abnormal tulang akan
mempercepat kerusakan tulang rawan sendi10
3) Penyakit Lain
OA lutut terbukti berhubungan dengan diabetes mellitus
hipertensi dan hiperurikemi dengan catatan pasien tidak
mengalami obesitas10
4) Histerktomi
Hal ini diduga berkaitan dengan pengurangan produksi hormon
estrogen setelah dilakukan pengangkatan rahim 10
5) Manisektomi
Menisektomi merupakan operasi yang dilakukan di daerah lutut
dan telah diidentifikasi sebagai faktor risiko penting bagi OA
lutut Hal ini berkaitan dengan hilangnya jaringan meniscus14
2 Faktor Biomekanis
a Riwayat Trauma Lutut
24
Trauma lutut yang akut termasuk robekan pada ligamentum
krusiatum dan meniskus merupakan faktor risiko timbulnya OA
lutut9
b Kelainan Anatomis
Faktor risiko timbulnya OA lutut antara lain kelainan lokal pada
sendi lutut seperti genu varum genu valgus Legg ndash Calve ndashPerthes
disease dan displasia asetabulum10
c Pekerjaan
Osteoartritis banyak ditemukan pada pekerja fisik berat terutama
yang banyak menggunakan kekuatan yang bertumpu pada lutut
(petani kuli dll)9
d Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik berat seperti berdiri lama (2 jam atau lebih setiap
hari) berjalan jarak jauh (2 jam atau lebih setiap hari) mengangkat
barang berat (10 kg ndash 50 kg selama 10 kali atau lebih setiap
minggu) mendorong objek yang berat (10 kg ndash 50 kg selama 10
kali atau lebih setiap minggu) naik turun tangga setiap hari
merupakan faktor risiko OA lutut 9
e Kebiasaan Olahraga
Atlit olah raga benturan keras dan membebani lutut seperti sepak
bola lari maraton dan kung fu memiliki risiko meningkat untuk
menderita OA lutut10
VII Kriteria Diagnosis Osteoartritis Lutut (Genu)
25
Kriteria diagnosis OA lutut menggunakan kriteria klasifikasi American
College of Rheumatology seperti tercantum pada tabel berikut ini 16
Tabel 22 Kriteria Klasifikasi Osteoartritis Lutut
Derajat osteoartritis lutut dinilai menjadi lima derajat oleh Kellgren dan
Lawrence yaitu 17
- Derajat 0 tidak ada gambaran osteoartritis
- Derajat 1 osteoartritis meragukan dengan gambaran sendi normal tetapi
terdapat osteofit minimal
- Derajat 2 osteoartritis minimal dengan osteofit pada 2 tempat tidak terdapat
sklerosis dan kista subkondral serta celah sendi baik
- Derajat 3 osteoartritis moderat dengan osteofit moderat deformitas ujung
tulang dan celah sendi sempit
- Derajat 4 osteoartritis berat dengan osteofit besar deformitas ujung tulang
celah sendi hilang serta adanyasklerosis dan kista subkondral
26
VIIIPenatalaksanaan Osteoarthritis
Tujuan penatalaksanaan pasien dengan osteoarthritis adalah18
1 Meredakan nyeri
2 Mengoptimalkan fungsi sendi
3 Mengurangi ketergantungan kepada orang lain dan meningkatkan
kualitas hidup
4 Menghambat progresivitas penyakit
5 Mencegah terjadinya komplikasi
Pilar terapi pada pasien dengan osteoarthritis yaitu
Nonfarmakologis
1 Modifikasi pola hidup
2 Edukasi
3 Istirahat teratur yang bertujuan mengurangi penggunaan beban pada
sendi
4 Modifikasi aktivitas
5 Menurunkan berat badan
6 Rehabilitasi medik fisioterapi
a Latihan statis dan memperkuat otot-otot
b Fisioterapi yang berguna untuk mengurangi nyeri menguatkan otot
dan menambah luas pergerakan sendi
7 Penggunaan alat bantu
Farmakologis
1 Sistemik
a Analgetik
Non narkotik parasetamol
Opioid (kodein tramadol)
b Antiinflamasi nonsteroid (NSAIDs)
Oral
Injeksi
Suppositoria
27
c DMOADs (disease modifying OA drugs)
Diantara nutraceutical yang saat ini tersedia di Indonesia adalah
Glucosamine sulfate dan Chondroitine sulfate
2 Topikal
a Krim rubefacients dan capsaicin
Beberapa sediaan telah tersedia di Indonesia dengan cara kerja pada
umumnya bersifat counter irritant
b Krim NSAIDs
Beberapa yang dapat digunakan adalah gel piroxicam dan sodium
diklofenak
3 Injeksi intraartikularintra lesi
Pada dasarnya ada 2 indikasi suntikan intra artikular yakni penanganan
simtomatik dengan steroid dan viskosuplementasi dengan hyaluronan
untuk modifikasi perjalanan penyakit Beberapa preparat injeksi
intraartikular diantaranya
a Steroid ( triamsinolone hexacetonide dan methyl prednisolone )
Hanya diberikan jika ada satu atau dua sendi yang mengalami
nyeri dan inflamasi yang kurang responsif terhadap pemberian
NSAIDs tak dapat mentolerir NSAIDs atau ada komorbiditas yang
merupakan kontra indikasi terhadap pemberian NSAIDs
Dosis untuk sendi besar seperti lutut 40-50 mginjeksi
sedangkan untuk sendi-sendi kecil biasanya digunakan dosis 10 mg
b Hyaluronan high molecular weight dan low molecular weight
Diberikan berturut-turut 5 sampai 6 kali dengan interval satu
minggu masing-masing 2 sampai 25 ml Hyaluronan Sediaan di
Indonesia diantaranya adalah Hyalgan dan Osflex
4 Pembedahan
Sebelum diputuskan untuk terapi pembedahan harus dipertimbangkan
terlebih dahulu risiko dan keuntungannya Pertimbangan dilakukan
tindakan operatif bila
28
a Deformitas menimbulkan gangguan mobilisasi
b Nyeri yang tidak dapat teratasi dengan penganan medikamentosa
dan rehabilitatif
Ada 2 tipe terapi pembedahan Realignment osteotomi dan replacement
joint
Macam-macam operasi sendi lutut untuk osteoarthritis
a Partial replacementunicompartemental
b High tibial osteotomy orang muda
c Patella amp condyle resurfacing
d Minimally constrained total replacement stabilitas sendi dilakukan
sebagian oleh ligament asli dan sebagian oleh sendi buatan
e Cinstrained joint fixed hinges dipakai bila ada tulang hilang dan
severe instability
f Total knee replacement apabila didapatkan nyeri deformitas
instability akibat dari rheumatoid atau osteoarthritis
29
Gambar 21 Piramida Penatalaksanaan Osteoartritis
BAB III
DISKUSI DAN PEMBAHASAN
OA adalah penyakit degenerasi kartilago artikuler yang berlangsung secara
perlahan dan ditandai dengan nyeri sendi kekakuan dan keterbatasan gerak yang
berkembang secara progresif Tanda-tanda tersebut ditemukan pada penderita ini
Berdasarkan etiologinya OA diklasifikasikan menjadi dua yaitu OA
primer dan OA sekunder OA primer disebut juga OA idiopatik yaitu OA yang
kausanya tidak diketahui dan tidak ada hubungannya dengan penyakit sistemik
maupun proses perubahan lokal pada sendi OA sekunder adalah OA yang
didasari oleh adanya kelainan endokrin trauma inflamasi metabolik
pertumbuhan herediter jejas mikro dan makro serta imobilisasi yang terlalu lama
faktor mekanik penyakit deposit kalsium penyakit tulang dan sendi lainnya serta
neuropatik endemik Beberapa faktor risiko yang diketahui berhubungan dengan
penyakit OA diantaranya faktor risiko umum yang penting seperti kegemukan
faktor genetik dan jenis kelamin serta beberapa faktor risiko lain seperti usia lebih
dari 40 tahun suku bangsa cedera sendi pekerjaan olahraga kelainan
pertumbuhan kepadatan tulang dan lain-lain Pada penderita ini berdasarkan
30
anamnesis riwayat sosialnya penderita adalah seorang wanita berusia 75 tahun
yang meskipun tidak melakukan pekerjaan yang berat tetapi dirinya tetap
menjalankan pekerjaan rumah tangga (sebelum sakit) yang notabene banyak
menggunakan sendi lutut Selain itu dari pemeriksaan fisik penderita ini juga
mengalami kegemukan Kondisi-kondisi pada penderita ini merupakan faktor
risiko sekunder terjadinya OA Jadi dapat disimpulkan bahwa penyebab OA pada
penderita ini bukan termasuk faktor risiko OA primer
Penderita datang dengan keluhan nyeri pada kedua sendi lutut sejak plusmn 1
tahun SMRS dan puncaknya 2 hari SMRS dimana penderita sudah tidak bisa
berjalan lagi Nyeri sendi merupakan keluhan yang umum terjadi pada penyakit
reumatik seperti artritis gout OA keganasan reumatik septik dan lain
sebagainya Pada penderita ini nyeri terlokalisir pada lutut tanpa adanya nyeri
pada sendi yang lain nyeri bertambah saat melakukan gerakan (seperti berjalan)
dan berkurang apabila beristirahat Tidak ada demam Nyeri tidak menetap
sepanjang hari Nyeri seperti ini biasanya ditemukan pada OA
Penderita juga mengeluh kaku sendi Kaku sendi dirasakan penderita pada
pagi hari Keadaan ini biasanya disebabkan oleh desakan cairan yang berada di
sekitar jaringan yang mengalami inflamasi (kapsul sendi sinovial atau bursa)
Kaku sendi makin nyata pada pagi hari atau setelah istirahat Setelah digerak-
gerakkan cairan akan menyebar dari jaringan yang mengalami inflamasi sehingga
penderita merasa terlepas dari ikatan dan bisa menggerakkan sendinya kembali
Lama kaku sendi pada OA adalah kurang dari 30 menit sedangkan pada AR
minimal satu jam Pada penderita ini kaku sendi juga dirasakan pada pagi hari
selama plusmn 20-30 menit dan menghilang dengan sendirinya bila penderita
menggerakkan kakinya dengan beraktivitas seperti biasa Hal ini sesuai untuk
mendukung keluhan pada penderita OA
Penderita juga mengalami bengkak pada kedua lutut Bengkak dirasakan
oleh penderita sejak 6 bulan SMRS Sendi yang membengkak bisa disebabkan
oleh penonjolan tulang sinovitis efusi dan karena adanya osteofit yang dapat
mengubah permukaan sendi Pada penderita ditemukan osteofit pada pemeriksaan
rontgent
31
29
Pemeriksaan fisik lokalis pada kedua sendi lutut didapatkan pada
inspeksi didapatkan pembesaran bengkak pada kedua sendi lutut dengan tidak
ada perubahan warna kulit Palpasi pada kedua sendi lutut didapatkan nyeri tekan
dan pada perabaan dirasakan hangat Pemeriksaan gerak sendi didapat
keterbatasan gerak fleksi yaitu hanya dapat mengerakkan lutut sebesar 60deg
Hambatan gerak terutama disebabkan oleh adanya remodelling osteofit penebalan
kapsul dan juga adanya efusi Pada auskultasi sendi lutut penderita ditemukan
adanya krepitasi dimana terdengar suara gemeretak ldquokretek-kretekrdquo seperti suara
krupuk yang diremukkan Gejala ini mungkin disebabkan karena gesekan kedua
permukaan tulang sendi yang irregular pada saat sendi digerakkan ataupun secara
pasif dimanipulasi
Pemeriksaan radiologis pada penderita ini didapatkan adanya gambaran
berupa penyempitan sendi dan osteofit pada pinggir sendi Menipisnya rawan
sendi diawali dengan retak dan terbelahnya permukaan sendi di beberapa tempat
yang kemudian menyatu dan disebut sebagai fibrilasi Di lain pihak pada tulang
akan terjadi pula perubahan sebagai reaksi tubuh untuk memperbaiki kerusakan
Perubahan itu adalah penebalan tulang subkondral dan pembentukan osteofit
marginal disusul kemudian dengan perubahan komposisi molekular dan struktur
tulang Penipisan kartilago sendi akibat proses degeneratif memberi gambaran
penyempitan celah sendi yang tidak simetris pada foto polos radiologi Fungsi
kartilago sendi berkurang bahkan menghilang mengakibatkan beban stres di
daerah subkhondral bertambah Beberapa subkhondral tersebut dapat diamati pada
poto polos radiologi berupa pembentukan osteofit sklerotik subkhondral maupun
pembentukan kista subkhondral Pada penderita ini ditemukan adanya
pembentukan osteofit pada condylus lateralis dan medialis os tibio femoralis
Pada OA anamnesa (gejala klinis) pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
radiologi sudah dapat menunjang penegakan diagnosis Hasil pemeriksaan
laboratorium pada OA biasanya tidak banyak berguna Darah tepi (Hb Leukosit
dan LED) dalam batas normal kecuali OA generalisata yang harus dibedakan
dengan arthritis peradangan Pada OA yang disertai peradangan mungkin
didapatkan penurunan viskositas pleositosis sedang hingga ringan serta
32
peningkatan ringan sel radang (lt8000m) gt1 Pada penderita ini dilakukan
pemeriksaan laboratorium darah lengkap kimia darah dan urin lengkap karena
pemeriksaan tersebut merupakan pemeriksaan rutin Dari hasil pemeriksaan
laboratorium pada penderita ini tidak ditemukan adanya kelainan
Diagnosis OA sudah bisa ditegakkan secara klinis dengan memakai
kriteria OA yang dibuat oleh Subcommittee American College of Rheumatology
(ACR) Kriteria OA lutut secara klinis laboratorium dan radiologis adalah adanya
nyeri lutut osteofit dan salah satu dari tanda berikut yaitu usia lebih dari 50
tahun kaku sendi kurang dari 30 menit atau adanya krepitus Pada penderita ini
wanita berusia 75 tahun ditemukan memiliki keluhan nyeri kedua sendi lutut
terdapat kaku sendi selama 20-30 menit terdapat krepitus dan pada pemeriksaan
radiologi ditemukan adanya osteofit
Pengelolaan penderita dengan OA bertujuan untuk menghilangkan
keluhan mengoptimalkan fungsi sendi mengurangi ketergantungan dan
meningkatkan kualitas hidup menghambat progresivitas penyakit dan mencegah
komplikasi Pilar terapi OA non farmakologis (edukasi terapi fisik
dietpenurunan berat badan) farmakologis (analgetik kortikosteroid lokal
sistemik kondroprotektif dan biologik) dan pembedahan
Edukasi sangat penting bagi semua pasien OA Dua hal yang menjadi
tujuan edukasi adalah bagaimana mengatasi nyeri dan disabilitas Pemberian
edukasi pada penderita ini sangat penting karena dengan edukasi diharapkan
pengetahuan penderita mengenai penyakit OA menjadi meningkat dan pengobatan
menjadi lebih mudah serta dapat diajak bersama-sama untuk mencegah kerusakan
organ sendi lebih lanjut Edukasi yang diberikan pada penderita ini yaitu
memberikan pengertian bahwa OA adalah penyakit yang kronik sehingga perlu
dipahami bahwa mungkin dalam derajat tertentu akan tetap ada rasa nyeri kaku
dan keterbatasan gerak serta fungsi Selain itu agar rasa nyeri dapat berkurang
maka penderita hendaknya mengurangi aktivitaspekerjaannya sehingga tidak
terlalu banyak menggunakan sendi lutut dan lebih banyak beristirahat Penderita
juga disarankan untuk kembali kontrol sehingga dapat diketahui apakah
33
penyakitnya sudah membaik atau ternyata ada efek samping akibat obat yang
diberikan
Terapi fisik bertujuan untuk melatih penderita agar persendiannya tetap
dapat dipakai dan melatih penderita untuk melindungi sendi yang sakit Pada
penderita ini dianjurkan untuk berolah raga tapi olah raga yang memperberat
sendi sebaiknya dihindari seperti lari atau joging Hal ini dikarenakan dapat
menambah inflamasi meningkatkan tekanan intraartikular bila ada efusi sendi dan
bahkan bisa menyebabkan robekan kapsul sendi Untuk mencegah risiko
terjadinya kecacatan pada sendi sebaiknya dilakukan olah raga peregangan otot
seperti mQuadrisep femoris dengan peregangan otot diharapkan dapat membantu
dalam peningkatan fungsi sendi secara keseluruhan dan mengurangi nyeri Pada
penderita ini disarankan untuk senam lantai 3 kali seminggu dimana pasien
mengambil posisi terlentang sambil meregangkan lututnya dengan cara
mengangkat kaki dan secara perlahan menekuk dan meluruskan lututnya Olah
raga ini sangat mudah dilakukan apalagi mengingat usia penderita yang sudah
mencapai 75 tahun
Diet bertujuan untuk menurunkan berat badan pada penderita OA yang
gemuk Hal ini sebaiknya menjadi program utama pengobatan OA Penurunan
berat badan seringkali dapat mengurangi keluhan dan peradangan Selain itu
obesitas juga dapat meningkatkan risiko progresifitas dari OA Pada penderita ini
disarankan untuk mengurangi berat badan dengan mengatur diet rendah kalori
sampai mungkin mendekati berat badan ideal Dimana prinsipnya adalah
mengurangi kalori yang masuk dibawah energi yang dibutuhkan Penurunan
energi intake yang aman dianjurkan pemberian defisit energi antara 500-1000
kalori perhari sehingga diharapkan akan terjadi pembakaran lemak tubuh dan
penurunan berat badan 05 ndash 1 kg per minggu Biasanya intake energi diberikan
1200-1300 kal per hari dan paling rendah 800 kal per hari Formula yang dapat
digunakan untuk kebutuhan energi berdasarkan berat badan adalah 22kalkgBB
aktualhari dengan cara ini didapatkan defisit energi 1000 kalhari Pada penderita
ini dianjurkan untuk diet 1400 kal perhari agar mencapai BB idealnya yakni
setidaknya mencapai 55 kg Namun cara ini juga memerlukan kehati ndash hatian
34
dikarenakan usia penderita dan daya tahan tubuhnya yang memang sudah tidak
mendukung untuk melakukan usaha diit
Terapi farmakologis pada penderita OA biasanya bersifat simptomatis
Pada tahap awal dapat dicoba analgetik sederhana seperti asetaminofen atau
salisilat Bila tidak ada perbaikan dapat diberikan obat anti inflamasi non steroid
Untuk mengurangi keluhan nyeri pada penderita ini telah diberikan pengobatan
langsung dengan obat anti inflamasi non steroid seperti Na-diklofenak dengan
dosis 3times50 mg tanpa menggunakan obat lini pertama Hal ini dikarenakan keluhan
pada penderita ini sudah cukup berat ditambah pula adanya bengkak dan rasa
hangat di lutut yang tidak hilang dengan obat analgetik sederhana ( seperti yang
biasa dikonsumsi penderita) Na-diklofenak merupakan obat golongan OAINS
COX-1 inhibitor yang non-selektif dimana obat ini diberikan pada penderita
karena tidak terdapat riwayat pernah menderita gangguan gastrointestinal Namun
mengingat usia penderita yang memang sudah lanjut maka penderita juga
diberikan obat pelapis lambung untuk menjaga kondisi saluran pencernaannya Di
sini penderita diberikan obat golongan PPI (Omeprazole 2 x 20 mg) Setelah
dievaluasi beberapa hari ternyata keluhan nyeri dan bengkak pada penderita tidak
kunjung ada perubahan maka ditambahkan pula obat steroid injeksi dimana
pilihannya adalah InjTriamcinolon 1 Amp24 jam (Inj Flamicort) Selain itu
pasien juga dikonsulkan ke spesialis rehabilitasi medis untuk dilakukan
fisioterapi
Terapi pembedahan Terapi ini diberikan apabila terapi farmakologis dan
rehabilitasi tidak berhasil untuk mengurangi rasa sakit dan juga untuk melakukan
koreksi apabila terjadi deformitas yang menimbulkan gangguan mobilisasi sendi
yang mengganggu aktifitas sehari-hari Pada penderita ini tidak sampai dilakukan
terapi pembedahan
35
DAFTAR PUSTAKA
1 Soeroso J Isbagio H Kalim H Broto R Pramudiyo R Osteoartritis In
Sudoyo AW Setiyohadi B Alwi I Simadibrata M Setiati S editors Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam 4th ed Jakarta Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit
Dalam Fakultas Kedokteran Indonesia 2006 p 1195-201
2 Osteoarthritis Wikipedia The Free Encyclopedia [serial on the internet]
2009 [cited 2009 Sep 1] Available from
httpenwikipediaorgwikiOsteoarthritis
3 Reginster JY The Prevalence and Burden of Osteoarthritis Rheumatology
2002 41 (suppl 1) 3 ndash 6
4 Wibowo Dhidik Tri Kurniawan Yusuf Latifah Tati Gunadi Rachmat
Perancangan dan Implementasi Sistem Bantu Diagnosis Penyakit
Osteoartritis dan Reumatoid Artritis Melalui Deteksi Penyempitan Celah
Sendi pada Citra X-Ray Tangan dan Lutut Dalam Temu Ilmiah
Reumatologi Jakarta 2003 168 ndash 172
5 Konggres Nasional Ikatan Reumatologi Indonesia VI httppemda-
diygoidberita 2005 102140
36
6 Arthritis Research Campaign 2000 Available at
httpwwwarcorgukabout_arthastatshtm
7 Felson DT Zhang Y Hannan MT et al The Incidence and Natural
History of Knee Osteoarthritis in the Elderly The Framingham
Osteoarthritis Study Arthritis Rheumatology 1995 38 1500 ndash 1505
8 Felson DT Zhang Y An Update on the Epidemiology of Knee and Hip
Osteoarthritis with a View to Prevention Arthritis Rheumatology 1998
41 1343 ndash 1355
9 Setiyohadi Bambang Osteoartritis Selayang Pandang Dalam Temu Ilmiah
Reumatologi Jakarta 2003 27 ndash 31
10 Klippel John H Dieppe Paul A Brooks Peter et al Osteoarthritis In
Rheumatology United Kingdom Mosby ndash Year Book Europe Limited
1994 21 ndash 106
11 Abbate L Renner JB Stevens J et al Do Body Composition and Body Fat
Distribution Explain Ethnic Differences in Radiographic Knee
Osteoarthritis Outcomes in African -American and Caucasian Women The
North American Association for the Study of Obesity 2006 14 1274 ndash
1281
12 Amin Niu Jingbo Hunter David et al Smoking Worsens Knee
Osteoarthritis News Center Oklahoma City Oklahoma USA 2006 1 ndash 4
13 McAlindon Timothy E Felson David T Zhang Yuqing et al Relation of
Dietary Intake and Serum Levels of Vitamin D to Progression of
Osteoarthritis of the Knee Among Participants in the Framingham Study
14 Englund M and Lohmander LS Patellofemoral Osteoarthritis Coexistent
with Tibiofemoral Osteoarthritis in a Meniscectomy Population Annals of
the Rheumatic Diseases 2005 64 1721 ndash 1726
15 Carter MA Osteoartritis In Price SA Wilson LM Patofisiologi konsep
klinis proses-proses penyakit 6th ed Jakarta EGC 2006 p 1380-4
16 Altman RD Criteria for the Classification of Osteoarthritis Journal of
Rheumatology 1991 27 (suppl) 10 ndash 12
37
17 Milne AD Evans NA Stanish WD Nonoperative Management of Knee
Osteoarthritis In Hartono IM Studi komparasi antara WOMAC index
dengan Kellgren-Lawrence grading system pada penderita osteoarthritis
genu [PPDS1 thesis] Semarang Medical Faculty Diponegoro University
2007 p 12
18 Haq I Murphy E Dacre J Osteoarthritis Review Postgrad Med J 2003
79 377 ndash 383
19 Anonim [1986] Criteria for classification of idiopathic osteoarthtritis (OA)
of the knee American College of Rheumatology [serial on the internet]
2010 [cited 2010 Jan 20] Available from
httpwwwrheumatologyorgpublicationsclassificationoakneeasp
aud=mem
38
- BAB I
- ILUSTRASI KASUS
- 1 Pemeriksaan EKG
- X ndash Ray Pelvis AP
- BAB III
- DISKUSI DAN PEMBAHASAN
-
2 Kaku pada pagi hari (morning stiffness)
Kekakuan pada sendi yang terserang terjadi setelah imobilisasi yang
cukup lama (gel phenomenon) bahkan sering disebutkan kaku muncul
pada pagi hari setelah bangun tidur (morning stiffness)
3 Hambatan pergerakan sendi
Hambatan pergerakan sendi ini bersifat progresif lambat bertambah
berat secara perlahan sejalan dengan bertambahnya nyeri pada sendi
4 Krepitasi
Rasa gemeretak (seringkali sampai terdengar) yang terjadi pada sendi
yang sakit
5 Perubahan bentuk sendi
Sendi yang mengalami osteoarthritis biasanya mengalami perubahan
berupa perubahan bentuk dan penyempitan pada celah sendi
6 Perubahan gaya berjalan
Hal yang paling meresahkan pasien adalah perubahan gaya berjalan
hampir semua pasien osteoarthritis pada pergelangan kaki lutut dan
panggul mengalami perubahan gaya berjalan (pincang)
VI Faktor Risiko Osteoartritis Lutut (Genu)
Secara garis besar terdapat dua pembagian faktor risiko OA lutut yaitu
faktor predisposisi dan faktor biomekanis
1 Faktor Predisposisi
a Faktor Demografi
1) Umur
Dari semua faktor risiko untuk timbulnya osteoartritis faktor
ketuaan adalah yang terkuat Proses penuaan dianggap sebagai
penyebab peningkatan kelemahan di sekitar sendi penurunan
kelenturan sendi kalsifikasi tulang rawan dan menurunkan
fungsi kondrosit yang semuanya mendukung terjadinya OA
Studi Framingham menunjukkan bahwa 27 orang berusia 63 ndash
22
70 tahun memiliki bukti radiografik menderita OA lutut yang
meningkat mencapai 40 pada usia 80 tahun atau lebih7
2) Jenis kelamin
Prevalensi OA pada laki-laki sebelum usia 50 tahun lebih tinggi
dibandingkan perempuan tetapi setelah usia lebih dari 50 tahun
prevalensi perempuan lebih tinggi menderita OA dibandingkan
laki-laki Hal ini dikaitkan dengan pengurangan hormon
estrogen yang signifikan pada wanita8
3) Ras Etnis
Prevalensi OA lutut pada penderita di negara Eropa dan
Amerika tidak berbeda sedangkan suatu penelitian
membuktikan bahwa ras Afrika ndash Amerika memiliki risiko
menderita OA lutut 2 kali lebih besar dibandingkan ras
Kaukasia Penduduk Asia juga memiliki risiko menderita OA
lutut lebih tinggi dibandingkan Kaukasia1011 Suatu studi lain
menyimpulkan bahwa populasi kulit berwarna lebih banyak
terserang OA dibandingkan kulit putih9
b Faktor Genetik
Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoartritis Adanya
mutasi dalam gen prokolagen atau gen-gen struktural lain untuk
unsur-unsur tulang rawan sendi seperti kolagen proteoglikan
berperan dalam timbulnya kecenderungan familial pada
osteoartritis10
c Faktor Gaya Hidup
1) Kebiasaan Merokok
Merokok dapat merusak sel dan menghambat proliferasi sel
tulang rawan sendi
Merokok dapat meningkatkan tekanan oksidan yang
mempengaruhi hilangnya tulang rawan
23
Merokok dapat meningkatkan kandungan karbonmonoksida
dalam darah menyebabkan jaringan kekurangan oksigen
dan dapat menghambat pembentukan tulang rawan12
2) Konsumsi Vitamin D
Orang yang tidak biasa mengkonsumsi makanan yang
mengandung vitamin D memiliki peningkatan risiko 3 kali lipat
menderita OA lutut13
d Faktor Metabolik
1) Obesitas
Berat badan yang berlebih ternyata dapat meningkatkan tekanan
mekanik pada sendi penahan beban tubuh dan lebih sering
menyebabkan osteoartritis lutut7
2) Osteoporosis
Hubungan antara OA lutut dan osteoporosis mendukung teori
bahwa gerakan mekanis yang abnormal tulang akan
mempercepat kerusakan tulang rawan sendi10
3) Penyakit Lain
OA lutut terbukti berhubungan dengan diabetes mellitus
hipertensi dan hiperurikemi dengan catatan pasien tidak
mengalami obesitas10
4) Histerktomi
Hal ini diduga berkaitan dengan pengurangan produksi hormon
estrogen setelah dilakukan pengangkatan rahim 10
5) Manisektomi
Menisektomi merupakan operasi yang dilakukan di daerah lutut
dan telah diidentifikasi sebagai faktor risiko penting bagi OA
lutut Hal ini berkaitan dengan hilangnya jaringan meniscus14
2 Faktor Biomekanis
a Riwayat Trauma Lutut
24
Trauma lutut yang akut termasuk robekan pada ligamentum
krusiatum dan meniskus merupakan faktor risiko timbulnya OA
lutut9
b Kelainan Anatomis
Faktor risiko timbulnya OA lutut antara lain kelainan lokal pada
sendi lutut seperti genu varum genu valgus Legg ndash Calve ndashPerthes
disease dan displasia asetabulum10
c Pekerjaan
Osteoartritis banyak ditemukan pada pekerja fisik berat terutama
yang banyak menggunakan kekuatan yang bertumpu pada lutut
(petani kuli dll)9
d Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik berat seperti berdiri lama (2 jam atau lebih setiap
hari) berjalan jarak jauh (2 jam atau lebih setiap hari) mengangkat
barang berat (10 kg ndash 50 kg selama 10 kali atau lebih setiap
minggu) mendorong objek yang berat (10 kg ndash 50 kg selama 10
kali atau lebih setiap minggu) naik turun tangga setiap hari
merupakan faktor risiko OA lutut 9
e Kebiasaan Olahraga
Atlit olah raga benturan keras dan membebani lutut seperti sepak
bola lari maraton dan kung fu memiliki risiko meningkat untuk
menderita OA lutut10
VII Kriteria Diagnosis Osteoartritis Lutut (Genu)
25
Kriteria diagnosis OA lutut menggunakan kriteria klasifikasi American
College of Rheumatology seperti tercantum pada tabel berikut ini 16
Tabel 22 Kriteria Klasifikasi Osteoartritis Lutut
Derajat osteoartritis lutut dinilai menjadi lima derajat oleh Kellgren dan
Lawrence yaitu 17
- Derajat 0 tidak ada gambaran osteoartritis
- Derajat 1 osteoartritis meragukan dengan gambaran sendi normal tetapi
terdapat osteofit minimal
- Derajat 2 osteoartritis minimal dengan osteofit pada 2 tempat tidak terdapat
sklerosis dan kista subkondral serta celah sendi baik
- Derajat 3 osteoartritis moderat dengan osteofit moderat deformitas ujung
tulang dan celah sendi sempit
- Derajat 4 osteoartritis berat dengan osteofit besar deformitas ujung tulang
celah sendi hilang serta adanyasklerosis dan kista subkondral
26
VIIIPenatalaksanaan Osteoarthritis
Tujuan penatalaksanaan pasien dengan osteoarthritis adalah18
1 Meredakan nyeri
2 Mengoptimalkan fungsi sendi
3 Mengurangi ketergantungan kepada orang lain dan meningkatkan
kualitas hidup
4 Menghambat progresivitas penyakit
5 Mencegah terjadinya komplikasi
Pilar terapi pada pasien dengan osteoarthritis yaitu
Nonfarmakologis
1 Modifikasi pola hidup
2 Edukasi
3 Istirahat teratur yang bertujuan mengurangi penggunaan beban pada
sendi
4 Modifikasi aktivitas
5 Menurunkan berat badan
6 Rehabilitasi medik fisioterapi
a Latihan statis dan memperkuat otot-otot
b Fisioterapi yang berguna untuk mengurangi nyeri menguatkan otot
dan menambah luas pergerakan sendi
7 Penggunaan alat bantu
Farmakologis
1 Sistemik
a Analgetik
Non narkotik parasetamol
Opioid (kodein tramadol)
b Antiinflamasi nonsteroid (NSAIDs)
Oral
Injeksi
Suppositoria
27
c DMOADs (disease modifying OA drugs)
Diantara nutraceutical yang saat ini tersedia di Indonesia adalah
Glucosamine sulfate dan Chondroitine sulfate
2 Topikal
a Krim rubefacients dan capsaicin
Beberapa sediaan telah tersedia di Indonesia dengan cara kerja pada
umumnya bersifat counter irritant
b Krim NSAIDs
Beberapa yang dapat digunakan adalah gel piroxicam dan sodium
diklofenak
3 Injeksi intraartikularintra lesi
Pada dasarnya ada 2 indikasi suntikan intra artikular yakni penanganan
simtomatik dengan steroid dan viskosuplementasi dengan hyaluronan
untuk modifikasi perjalanan penyakit Beberapa preparat injeksi
intraartikular diantaranya
a Steroid ( triamsinolone hexacetonide dan methyl prednisolone )
Hanya diberikan jika ada satu atau dua sendi yang mengalami
nyeri dan inflamasi yang kurang responsif terhadap pemberian
NSAIDs tak dapat mentolerir NSAIDs atau ada komorbiditas yang
merupakan kontra indikasi terhadap pemberian NSAIDs
Dosis untuk sendi besar seperti lutut 40-50 mginjeksi
sedangkan untuk sendi-sendi kecil biasanya digunakan dosis 10 mg
b Hyaluronan high molecular weight dan low molecular weight
Diberikan berturut-turut 5 sampai 6 kali dengan interval satu
minggu masing-masing 2 sampai 25 ml Hyaluronan Sediaan di
Indonesia diantaranya adalah Hyalgan dan Osflex
4 Pembedahan
Sebelum diputuskan untuk terapi pembedahan harus dipertimbangkan
terlebih dahulu risiko dan keuntungannya Pertimbangan dilakukan
tindakan operatif bila
28
a Deformitas menimbulkan gangguan mobilisasi
b Nyeri yang tidak dapat teratasi dengan penganan medikamentosa
dan rehabilitatif
Ada 2 tipe terapi pembedahan Realignment osteotomi dan replacement
joint
Macam-macam operasi sendi lutut untuk osteoarthritis
a Partial replacementunicompartemental
b High tibial osteotomy orang muda
c Patella amp condyle resurfacing
d Minimally constrained total replacement stabilitas sendi dilakukan
sebagian oleh ligament asli dan sebagian oleh sendi buatan
e Cinstrained joint fixed hinges dipakai bila ada tulang hilang dan
severe instability
f Total knee replacement apabila didapatkan nyeri deformitas
instability akibat dari rheumatoid atau osteoarthritis
29
Gambar 21 Piramida Penatalaksanaan Osteoartritis
BAB III
DISKUSI DAN PEMBAHASAN
OA adalah penyakit degenerasi kartilago artikuler yang berlangsung secara
perlahan dan ditandai dengan nyeri sendi kekakuan dan keterbatasan gerak yang
berkembang secara progresif Tanda-tanda tersebut ditemukan pada penderita ini
Berdasarkan etiologinya OA diklasifikasikan menjadi dua yaitu OA
primer dan OA sekunder OA primer disebut juga OA idiopatik yaitu OA yang
kausanya tidak diketahui dan tidak ada hubungannya dengan penyakit sistemik
maupun proses perubahan lokal pada sendi OA sekunder adalah OA yang
didasari oleh adanya kelainan endokrin trauma inflamasi metabolik
pertumbuhan herediter jejas mikro dan makro serta imobilisasi yang terlalu lama
faktor mekanik penyakit deposit kalsium penyakit tulang dan sendi lainnya serta
neuropatik endemik Beberapa faktor risiko yang diketahui berhubungan dengan
penyakit OA diantaranya faktor risiko umum yang penting seperti kegemukan
faktor genetik dan jenis kelamin serta beberapa faktor risiko lain seperti usia lebih
dari 40 tahun suku bangsa cedera sendi pekerjaan olahraga kelainan
pertumbuhan kepadatan tulang dan lain-lain Pada penderita ini berdasarkan
30
anamnesis riwayat sosialnya penderita adalah seorang wanita berusia 75 tahun
yang meskipun tidak melakukan pekerjaan yang berat tetapi dirinya tetap
menjalankan pekerjaan rumah tangga (sebelum sakit) yang notabene banyak
menggunakan sendi lutut Selain itu dari pemeriksaan fisik penderita ini juga
mengalami kegemukan Kondisi-kondisi pada penderita ini merupakan faktor
risiko sekunder terjadinya OA Jadi dapat disimpulkan bahwa penyebab OA pada
penderita ini bukan termasuk faktor risiko OA primer
Penderita datang dengan keluhan nyeri pada kedua sendi lutut sejak plusmn 1
tahun SMRS dan puncaknya 2 hari SMRS dimana penderita sudah tidak bisa
berjalan lagi Nyeri sendi merupakan keluhan yang umum terjadi pada penyakit
reumatik seperti artritis gout OA keganasan reumatik septik dan lain
sebagainya Pada penderita ini nyeri terlokalisir pada lutut tanpa adanya nyeri
pada sendi yang lain nyeri bertambah saat melakukan gerakan (seperti berjalan)
dan berkurang apabila beristirahat Tidak ada demam Nyeri tidak menetap
sepanjang hari Nyeri seperti ini biasanya ditemukan pada OA
Penderita juga mengeluh kaku sendi Kaku sendi dirasakan penderita pada
pagi hari Keadaan ini biasanya disebabkan oleh desakan cairan yang berada di
sekitar jaringan yang mengalami inflamasi (kapsul sendi sinovial atau bursa)
Kaku sendi makin nyata pada pagi hari atau setelah istirahat Setelah digerak-
gerakkan cairan akan menyebar dari jaringan yang mengalami inflamasi sehingga
penderita merasa terlepas dari ikatan dan bisa menggerakkan sendinya kembali
Lama kaku sendi pada OA adalah kurang dari 30 menit sedangkan pada AR
minimal satu jam Pada penderita ini kaku sendi juga dirasakan pada pagi hari
selama plusmn 20-30 menit dan menghilang dengan sendirinya bila penderita
menggerakkan kakinya dengan beraktivitas seperti biasa Hal ini sesuai untuk
mendukung keluhan pada penderita OA
Penderita juga mengalami bengkak pada kedua lutut Bengkak dirasakan
oleh penderita sejak 6 bulan SMRS Sendi yang membengkak bisa disebabkan
oleh penonjolan tulang sinovitis efusi dan karena adanya osteofit yang dapat
mengubah permukaan sendi Pada penderita ditemukan osteofit pada pemeriksaan
rontgent
31
29
Pemeriksaan fisik lokalis pada kedua sendi lutut didapatkan pada
inspeksi didapatkan pembesaran bengkak pada kedua sendi lutut dengan tidak
ada perubahan warna kulit Palpasi pada kedua sendi lutut didapatkan nyeri tekan
dan pada perabaan dirasakan hangat Pemeriksaan gerak sendi didapat
keterbatasan gerak fleksi yaitu hanya dapat mengerakkan lutut sebesar 60deg
Hambatan gerak terutama disebabkan oleh adanya remodelling osteofit penebalan
kapsul dan juga adanya efusi Pada auskultasi sendi lutut penderita ditemukan
adanya krepitasi dimana terdengar suara gemeretak ldquokretek-kretekrdquo seperti suara
krupuk yang diremukkan Gejala ini mungkin disebabkan karena gesekan kedua
permukaan tulang sendi yang irregular pada saat sendi digerakkan ataupun secara
pasif dimanipulasi
Pemeriksaan radiologis pada penderita ini didapatkan adanya gambaran
berupa penyempitan sendi dan osteofit pada pinggir sendi Menipisnya rawan
sendi diawali dengan retak dan terbelahnya permukaan sendi di beberapa tempat
yang kemudian menyatu dan disebut sebagai fibrilasi Di lain pihak pada tulang
akan terjadi pula perubahan sebagai reaksi tubuh untuk memperbaiki kerusakan
Perubahan itu adalah penebalan tulang subkondral dan pembentukan osteofit
marginal disusul kemudian dengan perubahan komposisi molekular dan struktur
tulang Penipisan kartilago sendi akibat proses degeneratif memberi gambaran
penyempitan celah sendi yang tidak simetris pada foto polos radiologi Fungsi
kartilago sendi berkurang bahkan menghilang mengakibatkan beban stres di
daerah subkhondral bertambah Beberapa subkhondral tersebut dapat diamati pada
poto polos radiologi berupa pembentukan osteofit sklerotik subkhondral maupun
pembentukan kista subkhondral Pada penderita ini ditemukan adanya
pembentukan osteofit pada condylus lateralis dan medialis os tibio femoralis
Pada OA anamnesa (gejala klinis) pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
radiologi sudah dapat menunjang penegakan diagnosis Hasil pemeriksaan
laboratorium pada OA biasanya tidak banyak berguna Darah tepi (Hb Leukosit
dan LED) dalam batas normal kecuali OA generalisata yang harus dibedakan
dengan arthritis peradangan Pada OA yang disertai peradangan mungkin
didapatkan penurunan viskositas pleositosis sedang hingga ringan serta
32
peningkatan ringan sel radang (lt8000m) gt1 Pada penderita ini dilakukan
pemeriksaan laboratorium darah lengkap kimia darah dan urin lengkap karena
pemeriksaan tersebut merupakan pemeriksaan rutin Dari hasil pemeriksaan
laboratorium pada penderita ini tidak ditemukan adanya kelainan
Diagnosis OA sudah bisa ditegakkan secara klinis dengan memakai
kriteria OA yang dibuat oleh Subcommittee American College of Rheumatology
(ACR) Kriteria OA lutut secara klinis laboratorium dan radiologis adalah adanya
nyeri lutut osteofit dan salah satu dari tanda berikut yaitu usia lebih dari 50
tahun kaku sendi kurang dari 30 menit atau adanya krepitus Pada penderita ini
wanita berusia 75 tahun ditemukan memiliki keluhan nyeri kedua sendi lutut
terdapat kaku sendi selama 20-30 menit terdapat krepitus dan pada pemeriksaan
radiologi ditemukan adanya osteofit
Pengelolaan penderita dengan OA bertujuan untuk menghilangkan
keluhan mengoptimalkan fungsi sendi mengurangi ketergantungan dan
meningkatkan kualitas hidup menghambat progresivitas penyakit dan mencegah
komplikasi Pilar terapi OA non farmakologis (edukasi terapi fisik
dietpenurunan berat badan) farmakologis (analgetik kortikosteroid lokal
sistemik kondroprotektif dan biologik) dan pembedahan
Edukasi sangat penting bagi semua pasien OA Dua hal yang menjadi
tujuan edukasi adalah bagaimana mengatasi nyeri dan disabilitas Pemberian
edukasi pada penderita ini sangat penting karena dengan edukasi diharapkan
pengetahuan penderita mengenai penyakit OA menjadi meningkat dan pengobatan
menjadi lebih mudah serta dapat diajak bersama-sama untuk mencegah kerusakan
organ sendi lebih lanjut Edukasi yang diberikan pada penderita ini yaitu
memberikan pengertian bahwa OA adalah penyakit yang kronik sehingga perlu
dipahami bahwa mungkin dalam derajat tertentu akan tetap ada rasa nyeri kaku
dan keterbatasan gerak serta fungsi Selain itu agar rasa nyeri dapat berkurang
maka penderita hendaknya mengurangi aktivitaspekerjaannya sehingga tidak
terlalu banyak menggunakan sendi lutut dan lebih banyak beristirahat Penderita
juga disarankan untuk kembali kontrol sehingga dapat diketahui apakah
33
penyakitnya sudah membaik atau ternyata ada efek samping akibat obat yang
diberikan
Terapi fisik bertujuan untuk melatih penderita agar persendiannya tetap
dapat dipakai dan melatih penderita untuk melindungi sendi yang sakit Pada
penderita ini dianjurkan untuk berolah raga tapi olah raga yang memperberat
sendi sebaiknya dihindari seperti lari atau joging Hal ini dikarenakan dapat
menambah inflamasi meningkatkan tekanan intraartikular bila ada efusi sendi dan
bahkan bisa menyebabkan robekan kapsul sendi Untuk mencegah risiko
terjadinya kecacatan pada sendi sebaiknya dilakukan olah raga peregangan otot
seperti mQuadrisep femoris dengan peregangan otot diharapkan dapat membantu
dalam peningkatan fungsi sendi secara keseluruhan dan mengurangi nyeri Pada
penderita ini disarankan untuk senam lantai 3 kali seminggu dimana pasien
mengambil posisi terlentang sambil meregangkan lututnya dengan cara
mengangkat kaki dan secara perlahan menekuk dan meluruskan lututnya Olah
raga ini sangat mudah dilakukan apalagi mengingat usia penderita yang sudah
mencapai 75 tahun
Diet bertujuan untuk menurunkan berat badan pada penderita OA yang
gemuk Hal ini sebaiknya menjadi program utama pengobatan OA Penurunan
berat badan seringkali dapat mengurangi keluhan dan peradangan Selain itu
obesitas juga dapat meningkatkan risiko progresifitas dari OA Pada penderita ini
disarankan untuk mengurangi berat badan dengan mengatur diet rendah kalori
sampai mungkin mendekati berat badan ideal Dimana prinsipnya adalah
mengurangi kalori yang masuk dibawah energi yang dibutuhkan Penurunan
energi intake yang aman dianjurkan pemberian defisit energi antara 500-1000
kalori perhari sehingga diharapkan akan terjadi pembakaran lemak tubuh dan
penurunan berat badan 05 ndash 1 kg per minggu Biasanya intake energi diberikan
1200-1300 kal per hari dan paling rendah 800 kal per hari Formula yang dapat
digunakan untuk kebutuhan energi berdasarkan berat badan adalah 22kalkgBB
aktualhari dengan cara ini didapatkan defisit energi 1000 kalhari Pada penderita
ini dianjurkan untuk diet 1400 kal perhari agar mencapai BB idealnya yakni
setidaknya mencapai 55 kg Namun cara ini juga memerlukan kehati ndash hatian
34
dikarenakan usia penderita dan daya tahan tubuhnya yang memang sudah tidak
mendukung untuk melakukan usaha diit
Terapi farmakologis pada penderita OA biasanya bersifat simptomatis
Pada tahap awal dapat dicoba analgetik sederhana seperti asetaminofen atau
salisilat Bila tidak ada perbaikan dapat diberikan obat anti inflamasi non steroid
Untuk mengurangi keluhan nyeri pada penderita ini telah diberikan pengobatan
langsung dengan obat anti inflamasi non steroid seperti Na-diklofenak dengan
dosis 3times50 mg tanpa menggunakan obat lini pertama Hal ini dikarenakan keluhan
pada penderita ini sudah cukup berat ditambah pula adanya bengkak dan rasa
hangat di lutut yang tidak hilang dengan obat analgetik sederhana ( seperti yang
biasa dikonsumsi penderita) Na-diklofenak merupakan obat golongan OAINS
COX-1 inhibitor yang non-selektif dimana obat ini diberikan pada penderita
karena tidak terdapat riwayat pernah menderita gangguan gastrointestinal Namun
mengingat usia penderita yang memang sudah lanjut maka penderita juga
diberikan obat pelapis lambung untuk menjaga kondisi saluran pencernaannya Di
sini penderita diberikan obat golongan PPI (Omeprazole 2 x 20 mg) Setelah
dievaluasi beberapa hari ternyata keluhan nyeri dan bengkak pada penderita tidak
kunjung ada perubahan maka ditambahkan pula obat steroid injeksi dimana
pilihannya adalah InjTriamcinolon 1 Amp24 jam (Inj Flamicort) Selain itu
pasien juga dikonsulkan ke spesialis rehabilitasi medis untuk dilakukan
fisioterapi
Terapi pembedahan Terapi ini diberikan apabila terapi farmakologis dan
rehabilitasi tidak berhasil untuk mengurangi rasa sakit dan juga untuk melakukan
koreksi apabila terjadi deformitas yang menimbulkan gangguan mobilisasi sendi
yang mengganggu aktifitas sehari-hari Pada penderita ini tidak sampai dilakukan
terapi pembedahan
35
DAFTAR PUSTAKA
1 Soeroso J Isbagio H Kalim H Broto R Pramudiyo R Osteoartritis In
Sudoyo AW Setiyohadi B Alwi I Simadibrata M Setiati S editors Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam 4th ed Jakarta Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit
Dalam Fakultas Kedokteran Indonesia 2006 p 1195-201
2 Osteoarthritis Wikipedia The Free Encyclopedia [serial on the internet]
2009 [cited 2009 Sep 1] Available from
httpenwikipediaorgwikiOsteoarthritis
3 Reginster JY The Prevalence and Burden of Osteoarthritis Rheumatology
2002 41 (suppl 1) 3 ndash 6
4 Wibowo Dhidik Tri Kurniawan Yusuf Latifah Tati Gunadi Rachmat
Perancangan dan Implementasi Sistem Bantu Diagnosis Penyakit
Osteoartritis dan Reumatoid Artritis Melalui Deteksi Penyempitan Celah
Sendi pada Citra X-Ray Tangan dan Lutut Dalam Temu Ilmiah
Reumatologi Jakarta 2003 168 ndash 172
5 Konggres Nasional Ikatan Reumatologi Indonesia VI httppemda-
diygoidberita 2005 102140
36
6 Arthritis Research Campaign 2000 Available at
httpwwwarcorgukabout_arthastatshtm
7 Felson DT Zhang Y Hannan MT et al The Incidence and Natural
History of Knee Osteoarthritis in the Elderly The Framingham
Osteoarthritis Study Arthritis Rheumatology 1995 38 1500 ndash 1505
8 Felson DT Zhang Y An Update on the Epidemiology of Knee and Hip
Osteoarthritis with a View to Prevention Arthritis Rheumatology 1998
41 1343 ndash 1355
9 Setiyohadi Bambang Osteoartritis Selayang Pandang Dalam Temu Ilmiah
Reumatologi Jakarta 2003 27 ndash 31
10 Klippel John H Dieppe Paul A Brooks Peter et al Osteoarthritis In
Rheumatology United Kingdom Mosby ndash Year Book Europe Limited
1994 21 ndash 106
11 Abbate L Renner JB Stevens J et al Do Body Composition and Body Fat
Distribution Explain Ethnic Differences in Radiographic Knee
Osteoarthritis Outcomes in African -American and Caucasian Women The
North American Association for the Study of Obesity 2006 14 1274 ndash
1281
12 Amin Niu Jingbo Hunter David et al Smoking Worsens Knee
Osteoarthritis News Center Oklahoma City Oklahoma USA 2006 1 ndash 4
13 McAlindon Timothy E Felson David T Zhang Yuqing et al Relation of
Dietary Intake and Serum Levels of Vitamin D to Progression of
Osteoarthritis of the Knee Among Participants in the Framingham Study
14 Englund M and Lohmander LS Patellofemoral Osteoarthritis Coexistent
with Tibiofemoral Osteoarthritis in a Meniscectomy Population Annals of
the Rheumatic Diseases 2005 64 1721 ndash 1726
15 Carter MA Osteoartritis In Price SA Wilson LM Patofisiologi konsep
klinis proses-proses penyakit 6th ed Jakarta EGC 2006 p 1380-4
16 Altman RD Criteria for the Classification of Osteoarthritis Journal of
Rheumatology 1991 27 (suppl) 10 ndash 12
37
17 Milne AD Evans NA Stanish WD Nonoperative Management of Knee
Osteoarthritis In Hartono IM Studi komparasi antara WOMAC index
dengan Kellgren-Lawrence grading system pada penderita osteoarthritis
genu [PPDS1 thesis] Semarang Medical Faculty Diponegoro University
2007 p 12
18 Haq I Murphy E Dacre J Osteoarthritis Review Postgrad Med J 2003
79 377 ndash 383
19 Anonim [1986] Criteria for classification of idiopathic osteoarthtritis (OA)
of the knee American College of Rheumatology [serial on the internet]
2010 [cited 2010 Jan 20] Available from
httpwwwrheumatologyorgpublicationsclassificationoakneeasp
aud=mem
38
- BAB I
- ILUSTRASI KASUS
- 1 Pemeriksaan EKG
- X ndash Ray Pelvis AP
- BAB III
- DISKUSI DAN PEMBAHASAN
-
70 tahun memiliki bukti radiografik menderita OA lutut yang
meningkat mencapai 40 pada usia 80 tahun atau lebih7
2) Jenis kelamin
Prevalensi OA pada laki-laki sebelum usia 50 tahun lebih tinggi
dibandingkan perempuan tetapi setelah usia lebih dari 50 tahun
prevalensi perempuan lebih tinggi menderita OA dibandingkan
laki-laki Hal ini dikaitkan dengan pengurangan hormon
estrogen yang signifikan pada wanita8
3) Ras Etnis
Prevalensi OA lutut pada penderita di negara Eropa dan
Amerika tidak berbeda sedangkan suatu penelitian
membuktikan bahwa ras Afrika ndash Amerika memiliki risiko
menderita OA lutut 2 kali lebih besar dibandingkan ras
Kaukasia Penduduk Asia juga memiliki risiko menderita OA
lutut lebih tinggi dibandingkan Kaukasia1011 Suatu studi lain
menyimpulkan bahwa populasi kulit berwarna lebih banyak
terserang OA dibandingkan kulit putih9
b Faktor Genetik
Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoartritis Adanya
mutasi dalam gen prokolagen atau gen-gen struktural lain untuk
unsur-unsur tulang rawan sendi seperti kolagen proteoglikan
berperan dalam timbulnya kecenderungan familial pada
osteoartritis10
c Faktor Gaya Hidup
1) Kebiasaan Merokok
Merokok dapat merusak sel dan menghambat proliferasi sel
tulang rawan sendi
Merokok dapat meningkatkan tekanan oksidan yang
mempengaruhi hilangnya tulang rawan
23
Merokok dapat meningkatkan kandungan karbonmonoksida
dalam darah menyebabkan jaringan kekurangan oksigen
dan dapat menghambat pembentukan tulang rawan12
2) Konsumsi Vitamin D
Orang yang tidak biasa mengkonsumsi makanan yang
mengandung vitamin D memiliki peningkatan risiko 3 kali lipat
menderita OA lutut13
d Faktor Metabolik
1) Obesitas
Berat badan yang berlebih ternyata dapat meningkatkan tekanan
mekanik pada sendi penahan beban tubuh dan lebih sering
menyebabkan osteoartritis lutut7
2) Osteoporosis
Hubungan antara OA lutut dan osteoporosis mendukung teori
bahwa gerakan mekanis yang abnormal tulang akan
mempercepat kerusakan tulang rawan sendi10
3) Penyakit Lain
OA lutut terbukti berhubungan dengan diabetes mellitus
hipertensi dan hiperurikemi dengan catatan pasien tidak
mengalami obesitas10
4) Histerktomi
Hal ini diduga berkaitan dengan pengurangan produksi hormon
estrogen setelah dilakukan pengangkatan rahim 10
5) Manisektomi
Menisektomi merupakan operasi yang dilakukan di daerah lutut
dan telah diidentifikasi sebagai faktor risiko penting bagi OA
lutut Hal ini berkaitan dengan hilangnya jaringan meniscus14
2 Faktor Biomekanis
a Riwayat Trauma Lutut
24
Trauma lutut yang akut termasuk robekan pada ligamentum
krusiatum dan meniskus merupakan faktor risiko timbulnya OA
lutut9
b Kelainan Anatomis
Faktor risiko timbulnya OA lutut antara lain kelainan lokal pada
sendi lutut seperti genu varum genu valgus Legg ndash Calve ndashPerthes
disease dan displasia asetabulum10
c Pekerjaan
Osteoartritis banyak ditemukan pada pekerja fisik berat terutama
yang banyak menggunakan kekuatan yang bertumpu pada lutut
(petani kuli dll)9
d Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik berat seperti berdiri lama (2 jam atau lebih setiap
hari) berjalan jarak jauh (2 jam atau lebih setiap hari) mengangkat
barang berat (10 kg ndash 50 kg selama 10 kali atau lebih setiap
minggu) mendorong objek yang berat (10 kg ndash 50 kg selama 10
kali atau lebih setiap minggu) naik turun tangga setiap hari
merupakan faktor risiko OA lutut 9
e Kebiasaan Olahraga
Atlit olah raga benturan keras dan membebani lutut seperti sepak
bola lari maraton dan kung fu memiliki risiko meningkat untuk
menderita OA lutut10
VII Kriteria Diagnosis Osteoartritis Lutut (Genu)
25
Kriteria diagnosis OA lutut menggunakan kriteria klasifikasi American
College of Rheumatology seperti tercantum pada tabel berikut ini 16
Tabel 22 Kriteria Klasifikasi Osteoartritis Lutut
Derajat osteoartritis lutut dinilai menjadi lima derajat oleh Kellgren dan
Lawrence yaitu 17
- Derajat 0 tidak ada gambaran osteoartritis
- Derajat 1 osteoartritis meragukan dengan gambaran sendi normal tetapi
terdapat osteofit minimal
- Derajat 2 osteoartritis minimal dengan osteofit pada 2 tempat tidak terdapat
sklerosis dan kista subkondral serta celah sendi baik
- Derajat 3 osteoartritis moderat dengan osteofit moderat deformitas ujung
tulang dan celah sendi sempit
- Derajat 4 osteoartritis berat dengan osteofit besar deformitas ujung tulang
celah sendi hilang serta adanyasklerosis dan kista subkondral
26
VIIIPenatalaksanaan Osteoarthritis
Tujuan penatalaksanaan pasien dengan osteoarthritis adalah18
1 Meredakan nyeri
2 Mengoptimalkan fungsi sendi
3 Mengurangi ketergantungan kepada orang lain dan meningkatkan
kualitas hidup
4 Menghambat progresivitas penyakit
5 Mencegah terjadinya komplikasi
Pilar terapi pada pasien dengan osteoarthritis yaitu
Nonfarmakologis
1 Modifikasi pola hidup
2 Edukasi
3 Istirahat teratur yang bertujuan mengurangi penggunaan beban pada
sendi
4 Modifikasi aktivitas
5 Menurunkan berat badan
6 Rehabilitasi medik fisioterapi
a Latihan statis dan memperkuat otot-otot
b Fisioterapi yang berguna untuk mengurangi nyeri menguatkan otot
dan menambah luas pergerakan sendi
7 Penggunaan alat bantu
Farmakologis
1 Sistemik
a Analgetik
Non narkotik parasetamol
Opioid (kodein tramadol)
b Antiinflamasi nonsteroid (NSAIDs)
Oral
Injeksi
Suppositoria
27
c DMOADs (disease modifying OA drugs)
Diantara nutraceutical yang saat ini tersedia di Indonesia adalah
Glucosamine sulfate dan Chondroitine sulfate
2 Topikal
a Krim rubefacients dan capsaicin
Beberapa sediaan telah tersedia di Indonesia dengan cara kerja pada
umumnya bersifat counter irritant
b Krim NSAIDs
Beberapa yang dapat digunakan adalah gel piroxicam dan sodium
diklofenak
3 Injeksi intraartikularintra lesi
Pada dasarnya ada 2 indikasi suntikan intra artikular yakni penanganan
simtomatik dengan steroid dan viskosuplementasi dengan hyaluronan
untuk modifikasi perjalanan penyakit Beberapa preparat injeksi
intraartikular diantaranya
a Steroid ( triamsinolone hexacetonide dan methyl prednisolone )
Hanya diberikan jika ada satu atau dua sendi yang mengalami
nyeri dan inflamasi yang kurang responsif terhadap pemberian
NSAIDs tak dapat mentolerir NSAIDs atau ada komorbiditas yang
merupakan kontra indikasi terhadap pemberian NSAIDs
Dosis untuk sendi besar seperti lutut 40-50 mginjeksi
sedangkan untuk sendi-sendi kecil biasanya digunakan dosis 10 mg
b Hyaluronan high molecular weight dan low molecular weight
Diberikan berturut-turut 5 sampai 6 kali dengan interval satu
minggu masing-masing 2 sampai 25 ml Hyaluronan Sediaan di
Indonesia diantaranya adalah Hyalgan dan Osflex
4 Pembedahan
Sebelum diputuskan untuk terapi pembedahan harus dipertimbangkan
terlebih dahulu risiko dan keuntungannya Pertimbangan dilakukan
tindakan operatif bila
28
a Deformitas menimbulkan gangguan mobilisasi
b Nyeri yang tidak dapat teratasi dengan penganan medikamentosa
dan rehabilitatif
Ada 2 tipe terapi pembedahan Realignment osteotomi dan replacement
joint
Macam-macam operasi sendi lutut untuk osteoarthritis
a Partial replacementunicompartemental
b High tibial osteotomy orang muda
c Patella amp condyle resurfacing
d Minimally constrained total replacement stabilitas sendi dilakukan
sebagian oleh ligament asli dan sebagian oleh sendi buatan
e Cinstrained joint fixed hinges dipakai bila ada tulang hilang dan
severe instability
f Total knee replacement apabila didapatkan nyeri deformitas
instability akibat dari rheumatoid atau osteoarthritis
29
Gambar 21 Piramida Penatalaksanaan Osteoartritis
BAB III
DISKUSI DAN PEMBAHASAN
OA adalah penyakit degenerasi kartilago artikuler yang berlangsung secara
perlahan dan ditandai dengan nyeri sendi kekakuan dan keterbatasan gerak yang
berkembang secara progresif Tanda-tanda tersebut ditemukan pada penderita ini
Berdasarkan etiologinya OA diklasifikasikan menjadi dua yaitu OA
primer dan OA sekunder OA primer disebut juga OA idiopatik yaitu OA yang
kausanya tidak diketahui dan tidak ada hubungannya dengan penyakit sistemik
maupun proses perubahan lokal pada sendi OA sekunder adalah OA yang
didasari oleh adanya kelainan endokrin trauma inflamasi metabolik
pertumbuhan herediter jejas mikro dan makro serta imobilisasi yang terlalu lama
faktor mekanik penyakit deposit kalsium penyakit tulang dan sendi lainnya serta
neuropatik endemik Beberapa faktor risiko yang diketahui berhubungan dengan
penyakit OA diantaranya faktor risiko umum yang penting seperti kegemukan
faktor genetik dan jenis kelamin serta beberapa faktor risiko lain seperti usia lebih
dari 40 tahun suku bangsa cedera sendi pekerjaan olahraga kelainan
pertumbuhan kepadatan tulang dan lain-lain Pada penderita ini berdasarkan
30
anamnesis riwayat sosialnya penderita adalah seorang wanita berusia 75 tahun
yang meskipun tidak melakukan pekerjaan yang berat tetapi dirinya tetap
menjalankan pekerjaan rumah tangga (sebelum sakit) yang notabene banyak
menggunakan sendi lutut Selain itu dari pemeriksaan fisik penderita ini juga
mengalami kegemukan Kondisi-kondisi pada penderita ini merupakan faktor
risiko sekunder terjadinya OA Jadi dapat disimpulkan bahwa penyebab OA pada
penderita ini bukan termasuk faktor risiko OA primer
Penderita datang dengan keluhan nyeri pada kedua sendi lutut sejak plusmn 1
tahun SMRS dan puncaknya 2 hari SMRS dimana penderita sudah tidak bisa
berjalan lagi Nyeri sendi merupakan keluhan yang umum terjadi pada penyakit
reumatik seperti artritis gout OA keganasan reumatik septik dan lain
sebagainya Pada penderita ini nyeri terlokalisir pada lutut tanpa adanya nyeri
pada sendi yang lain nyeri bertambah saat melakukan gerakan (seperti berjalan)
dan berkurang apabila beristirahat Tidak ada demam Nyeri tidak menetap
sepanjang hari Nyeri seperti ini biasanya ditemukan pada OA
Penderita juga mengeluh kaku sendi Kaku sendi dirasakan penderita pada
pagi hari Keadaan ini biasanya disebabkan oleh desakan cairan yang berada di
sekitar jaringan yang mengalami inflamasi (kapsul sendi sinovial atau bursa)
Kaku sendi makin nyata pada pagi hari atau setelah istirahat Setelah digerak-
gerakkan cairan akan menyebar dari jaringan yang mengalami inflamasi sehingga
penderita merasa terlepas dari ikatan dan bisa menggerakkan sendinya kembali
Lama kaku sendi pada OA adalah kurang dari 30 menit sedangkan pada AR
minimal satu jam Pada penderita ini kaku sendi juga dirasakan pada pagi hari
selama plusmn 20-30 menit dan menghilang dengan sendirinya bila penderita
menggerakkan kakinya dengan beraktivitas seperti biasa Hal ini sesuai untuk
mendukung keluhan pada penderita OA
Penderita juga mengalami bengkak pada kedua lutut Bengkak dirasakan
oleh penderita sejak 6 bulan SMRS Sendi yang membengkak bisa disebabkan
oleh penonjolan tulang sinovitis efusi dan karena adanya osteofit yang dapat
mengubah permukaan sendi Pada penderita ditemukan osteofit pada pemeriksaan
rontgent
31
29
Pemeriksaan fisik lokalis pada kedua sendi lutut didapatkan pada
inspeksi didapatkan pembesaran bengkak pada kedua sendi lutut dengan tidak
ada perubahan warna kulit Palpasi pada kedua sendi lutut didapatkan nyeri tekan
dan pada perabaan dirasakan hangat Pemeriksaan gerak sendi didapat
keterbatasan gerak fleksi yaitu hanya dapat mengerakkan lutut sebesar 60deg
Hambatan gerak terutama disebabkan oleh adanya remodelling osteofit penebalan
kapsul dan juga adanya efusi Pada auskultasi sendi lutut penderita ditemukan
adanya krepitasi dimana terdengar suara gemeretak ldquokretek-kretekrdquo seperti suara
krupuk yang diremukkan Gejala ini mungkin disebabkan karena gesekan kedua
permukaan tulang sendi yang irregular pada saat sendi digerakkan ataupun secara
pasif dimanipulasi
Pemeriksaan radiologis pada penderita ini didapatkan adanya gambaran
berupa penyempitan sendi dan osteofit pada pinggir sendi Menipisnya rawan
sendi diawali dengan retak dan terbelahnya permukaan sendi di beberapa tempat
yang kemudian menyatu dan disebut sebagai fibrilasi Di lain pihak pada tulang
akan terjadi pula perubahan sebagai reaksi tubuh untuk memperbaiki kerusakan
Perubahan itu adalah penebalan tulang subkondral dan pembentukan osteofit
marginal disusul kemudian dengan perubahan komposisi molekular dan struktur
tulang Penipisan kartilago sendi akibat proses degeneratif memberi gambaran
penyempitan celah sendi yang tidak simetris pada foto polos radiologi Fungsi
kartilago sendi berkurang bahkan menghilang mengakibatkan beban stres di
daerah subkhondral bertambah Beberapa subkhondral tersebut dapat diamati pada
poto polos radiologi berupa pembentukan osteofit sklerotik subkhondral maupun
pembentukan kista subkhondral Pada penderita ini ditemukan adanya
pembentukan osteofit pada condylus lateralis dan medialis os tibio femoralis
Pada OA anamnesa (gejala klinis) pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
radiologi sudah dapat menunjang penegakan diagnosis Hasil pemeriksaan
laboratorium pada OA biasanya tidak banyak berguna Darah tepi (Hb Leukosit
dan LED) dalam batas normal kecuali OA generalisata yang harus dibedakan
dengan arthritis peradangan Pada OA yang disertai peradangan mungkin
didapatkan penurunan viskositas pleositosis sedang hingga ringan serta
32
peningkatan ringan sel radang (lt8000m) gt1 Pada penderita ini dilakukan
pemeriksaan laboratorium darah lengkap kimia darah dan urin lengkap karena
pemeriksaan tersebut merupakan pemeriksaan rutin Dari hasil pemeriksaan
laboratorium pada penderita ini tidak ditemukan adanya kelainan
Diagnosis OA sudah bisa ditegakkan secara klinis dengan memakai
kriteria OA yang dibuat oleh Subcommittee American College of Rheumatology
(ACR) Kriteria OA lutut secara klinis laboratorium dan radiologis adalah adanya
nyeri lutut osteofit dan salah satu dari tanda berikut yaitu usia lebih dari 50
tahun kaku sendi kurang dari 30 menit atau adanya krepitus Pada penderita ini
wanita berusia 75 tahun ditemukan memiliki keluhan nyeri kedua sendi lutut
terdapat kaku sendi selama 20-30 menit terdapat krepitus dan pada pemeriksaan
radiologi ditemukan adanya osteofit
Pengelolaan penderita dengan OA bertujuan untuk menghilangkan
keluhan mengoptimalkan fungsi sendi mengurangi ketergantungan dan
meningkatkan kualitas hidup menghambat progresivitas penyakit dan mencegah
komplikasi Pilar terapi OA non farmakologis (edukasi terapi fisik
dietpenurunan berat badan) farmakologis (analgetik kortikosteroid lokal
sistemik kondroprotektif dan biologik) dan pembedahan
Edukasi sangat penting bagi semua pasien OA Dua hal yang menjadi
tujuan edukasi adalah bagaimana mengatasi nyeri dan disabilitas Pemberian
edukasi pada penderita ini sangat penting karena dengan edukasi diharapkan
pengetahuan penderita mengenai penyakit OA menjadi meningkat dan pengobatan
menjadi lebih mudah serta dapat diajak bersama-sama untuk mencegah kerusakan
organ sendi lebih lanjut Edukasi yang diberikan pada penderita ini yaitu
memberikan pengertian bahwa OA adalah penyakit yang kronik sehingga perlu
dipahami bahwa mungkin dalam derajat tertentu akan tetap ada rasa nyeri kaku
dan keterbatasan gerak serta fungsi Selain itu agar rasa nyeri dapat berkurang
maka penderita hendaknya mengurangi aktivitaspekerjaannya sehingga tidak
terlalu banyak menggunakan sendi lutut dan lebih banyak beristirahat Penderita
juga disarankan untuk kembali kontrol sehingga dapat diketahui apakah
33
penyakitnya sudah membaik atau ternyata ada efek samping akibat obat yang
diberikan
Terapi fisik bertujuan untuk melatih penderita agar persendiannya tetap
dapat dipakai dan melatih penderita untuk melindungi sendi yang sakit Pada
penderita ini dianjurkan untuk berolah raga tapi olah raga yang memperberat
sendi sebaiknya dihindari seperti lari atau joging Hal ini dikarenakan dapat
menambah inflamasi meningkatkan tekanan intraartikular bila ada efusi sendi dan
bahkan bisa menyebabkan robekan kapsul sendi Untuk mencegah risiko
terjadinya kecacatan pada sendi sebaiknya dilakukan olah raga peregangan otot
seperti mQuadrisep femoris dengan peregangan otot diharapkan dapat membantu
dalam peningkatan fungsi sendi secara keseluruhan dan mengurangi nyeri Pada
penderita ini disarankan untuk senam lantai 3 kali seminggu dimana pasien
mengambil posisi terlentang sambil meregangkan lututnya dengan cara
mengangkat kaki dan secara perlahan menekuk dan meluruskan lututnya Olah
raga ini sangat mudah dilakukan apalagi mengingat usia penderita yang sudah
mencapai 75 tahun
Diet bertujuan untuk menurunkan berat badan pada penderita OA yang
gemuk Hal ini sebaiknya menjadi program utama pengobatan OA Penurunan
berat badan seringkali dapat mengurangi keluhan dan peradangan Selain itu
obesitas juga dapat meningkatkan risiko progresifitas dari OA Pada penderita ini
disarankan untuk mengurangi berat badan dengan mengatur diet rendah kalori
sampai mungkin mendekati berat badan ideal Dimana prinsipnya adalah
mengurangi kalori yang masuk dibawah energi yang dibutuhkan Penurunan
energi intake yang aman dianjurkan pemberian defisit energi antara 500-1000
kalori perhari sehingga diharapkan akan terjadi pembakaran lemak tubuh dan
penurunan berat badan 05 ndash 1 kg per minggu Biasanya intake energi diberikan
1200-1300 kal per hari dan paling rendah 800 kal per hari Formula yang dapat
digunakan untuk kebutuhan energi berdasarkan berat badan adalah 22kalkgBB
aktualhari dengan cara ini didapatkan defisit energi 1000 kalhari Pada penderita
ini dianjurkan untuk diet 1400 kal perhari agar mencapai BB idealnya yakni
setidaknya mencapai 55 kg Namun cara ini juga memerlukan kehati ndash hatian
34
dikarenakan usia penderita dan daya tahan tubuhnya yang memang sudah tidak
mendukung untuk melakukan usaha diit
Terapi farmakologis pada penderita OA biasanya bersifat simptomatis
Pada tahap awal dapat dicoba analgetik sederhana seperti asetaminofen atau
salisilat Bila tidak ada perbaikan dapat diberikan obat anti inflamasi non steroid
Untuk mengurangi keluhan nyeri pada penderita ini telah diberikan pengobatan
langsung dengan obat anti inflamasi non steroid seperti Na-diklofenak dengan
dosis 3times50 mg tanpa menggunakan obat lini pertama Hal ini dikarenakan keluhan
pada penderita ini sudah cukup berat ditambah pula adanya bengkak dan rasa
hangat di lutut yang tidak hilang dengan obat analgetik sederhana ( seperti yang
biasa dikonsumsi penderita) Na-diklofenak merupakan obat golongan OAINS
COX-1 inhibitor yang non-selektif dimana obat ini diberikan pada penderita
karena tidak terdapat riwayat pernah menderita gangguan gastrointestinal Namun
mengingat usia penderita yang memang sudah lanjut maka penderita juga
diberikan obat pelapis lambung untuk menjaga kondisi saluran pencernaannya Di
sini penderita diberikan obat golongan PPI (Omeprazole 2 x 20 mg) Setelah
dievaluasi beberapa hari ternyata keluhan nyeri dan bengkak pada penderita tidak
kunjung ada perubahan maka ditambahkan pula obat steroid injeksi dimana
pilihannya adalah InjTriamcinolon 1 Amp24 jam (Inj Flamicort) Selain itu
pasien juga dikonsulkan ke spesialis rehabilitasi medis untuk dilakukan
fisioterapi
Terapi pembedahan Terapi ini diberikan apabila terapi farmakologis dan
rehabilitasi tidak berhasil untuk mengurangi rasa sakit dan juga untuk melakukan
koreksi apabila terjadi deformitas yang menimbulkan gangguan mobilisasi sendi
yang mengganggu aktifitas sehari-hari Pada penderita ini tidak sampai dilakukan
terapi pembedahan
35
DAFTAR PUSTAKA
1 Soeroso J Isbagio H Kalim H Broto R Pramudiyo R Osteoartritis In
Sudoyo AW Setiyohadi B Alwi I Simadibrata M Setiati S editors Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam 4th ed Jakarta Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit
Dalam Fakultas Kedokteran Indonesia 2006 p 1195-201
2 Osteoarthritis Wikipedia The Free Encyclopedia [serial on the internet]
2009 [cited 2009 Sep 1] Available from
httpenwikipediaorgwikiOsteoarthritis
3 Reginster JY The Prevalence and Burden of Osteoarthritis Rheumatology
2002 41 (suppl 1) 3 ndash 6
4 Wibowo Dhidik Tri Kurniawan Yusuf Latifah Tati Gunadi Rachmat
Perancangan dan Implementasi Sistem Bantu Diagnosis Penyakit
Osteoartritis dan Reumatoid Artritis Melalui Deteksi Penyempitan Celah
Sendi pada Citra X-Ray Tangan dan Lutut Dalam Temu Ilmiah
Reumatologi Jakarta 2003 168 ndash 172
5 Konggres Nasional Ikatan Reumatologi Indonesia VI httppemda-
diygoidberita 2005 102140
36
6 Arthritis Research Campaign 2000 Available at
httpwwwarcorgukabout_arthastatshtm
7 Felson DT Zhang Y Hannan MT et al The Incidence and Natural
History of Knee Osteoarthritis in the Elderly The Framingham
Osteoarthritis Study Arthritis Rheumatology 1995 38 1500 ndash 1505
8 Felson DT Zhang Y An Update on the Epidemiology of Knee and Hip
Osteoarthritis with a View to Prevention Arthritis Rheumatology 1998
41 1343 ndash 1355
9 Setiyohadi Bambang Osteoartritis Selayang Pandang Dalam Temu Ilmiah
Reumatologi Jakarta 2003 27 ndash 31
10 Klippel John H Dieppe Paul A Brooks Peter et al Osteoarthritis In
Rheumatology United Kingdom Mosby ndash Year Book Europe Limited
1994 21 ndash 106
11 Abbate L Renner JB Stevens J et al Do Body Composition and Body Fat
Distribution Explain Ethnic Differences in Radiographic Knee
Osteoarthritis Outcomes in African -American and Caucasian Women The
North American Association for the Study of Obesity 2006 14 1274 ndash
1281
12 Amin Niu Jingbo Hunter David et al Smoking Worsens Knee
Osteoarthritis News Center Oklahoma City Oklahoma USA 2006 1 ndash 4
13 McAlindon Timothy E Felson David T Zhang Yuqing et al Relation of
Dietary Intake and Serum Levels of Vitamin D to Progression of
Osteoarthritis of the Knee Among Participants in the Framingham Study
14 Englund M and Lohmander LS Patellofemoral Osteoarthritis Coexistent
with Tibiofemoral Osteoarthritis in a Meniscectomy Population Annals of
the Rheumatic Diseases 2005 64 1721 ndash 1726
15 Carter MA Osteoartritis In Price SA Wilson LM Patofisiologi konsep
klinis proses-proses penyakit 6th ed Jakarta EGC 2006 p 1380-4
16 Altman RD Criteria for the Classification of Osteoarthritis Journal of
Rheumatology 1991 27 (suppl) 10 ndash 12
37
17 Milne AD Evans NA Stanish WD Nonoperative Management of Knee
Osteoarthritis In Hartono IM Studi komparasi antara WOMAC index
dengan Kellgren-Lawrence grading system pada penderita osteoarthritis
genu [PPDS1 thesis] Semarang Medical Faculty Diponegoro University
2007 p 12
18 Haq I Murphy E Dacre J Osteoarthritis Review Postgrad Med J 2003
79 377 ndash 383
19 Anonim [1986] Criteria for classification of idiopathic osteoarthtritis (OA)
of the knee American College of Rheumatology [serial on the internet]
2010 [cited 2010 Jan 20] Available from
httpwwwrheumatologyorgpublicationsclassificationoakneeasp
aud=mem
38
- BAB I
- ILUSTRASI KASUS
- 1 Pemeriksaan EKG
- X ndash Ray Pelvis AP
- BAB III
- DISKUSI DAN PEMBAHASAN
-
Merokok dapat meningkatkan kandungan karbonmonoksida
dalam darah menyebabkan jaringan kekurangan oksigen
dan dapat menghambat pembentukan tulang rawan12
2) Konsumsi Vitamin D
Orang yang tidak biasa mengkonsumsi makanan yang
mengandung vitamin D memiliki peningkatan risiko 3 kali lipat
menderita OA lutut13
d Faktor Metabolik
1) Obesitas
Berat badan yang berlebih ternyata dapat meningkatkan tekanan
mekanik pada sendi penahan beban tubuh dan lebih sering
menyebabkan osteoartritis lutut7
2) Osteoporosis
Hubungan antara OA lutut dan osteoporosis mendukung teori
bahwa gerakan mekanis yang abnormal tulang akan
mempercepat kerusakan tulang rawan sendi10
3) Penyakit Lain
OA lutut terbukti berhubungan dengan diabetes mellitus
hipertensi dan hiperurikemi dengan catatan pasien tidak
mengalami obesitas10
4) Histerktomi
Hal ini diduga berkaitan dengan pengurangan produksi hormon
estrogen setelah dilakukan pengangkatan rahim 10
5) Manisektomi
Menisektomi merupakan operasi yang dilakukan di daerah lutut
dan telah diidentifikasi sebagai faktor risiko penting bagi OA
lutut Hal ini berkaitan dengan hilangnya jaringan meniscus14
2 Faktor Biomekanis
a Riwayat Trauma Lutut
24
Trauma lutut yang akut termasuk robekan pada ligamentum
krusiatum dan meniskus merupakan faktor risiko timbulnya OA
lutut9
b Kelainan Anatomis
Faktor risiko timbulnya OA lutut antara lain kelainan lokal pada
sendi lutut seperti genu varum genu valgus Legg ndash Calve ndashPerthes
disease dan displasia asetabulum10
c Pekerjaan
Osteoartritis banyak ditemukan pada pekerja fisik berat terutama
yang banyak menggunakan kekuatan yang bertumpu pada lutut
(petani kuli dll)9
d Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik berat seperti berdiri lama (2 jam atau lebih setiap
hari) berjalan jarak jauh (2 jam atau lebih setiap hari) mengangkat
barang berat (10 kg ndash 50 kg selama 10 kali atau lebih setiap
minggu) mendorong objek yang berat (10 kg ndash 50 kg selama 10
kali atau lebih setiap minggu) naik turun tangga setiap hari
merupakan faktor risiko OA lutut 9
e Kebiasaan Olahraga
Atlit olah raga benturan keras dan membebani lutut seperti sepak
bola lari maraton dan kung fu memiliki risiko meningkat untuk
menderita OA lutut10
VII Kriteria Diagnosis Osteoartritis Lutut (Genu)
25
Kriteria diagnosis OA lutut menggunakan kriteria klasifikasi American
College of Rheumatology seperti tercantum pada tabel berikut ini 16
Tabel 22 Kriteria Klasifikasi Osteoartritis Lutut
Derajat osteoartritis lutut dinilai menjadi lima derajat oleh Kellgren dan
Lawrence yaitu 17
- Derajat 0 tidak ada gambaran osteoartritis
- Derajat 1 osteoartritis meragukan dengan gambaran sendi normal tetapi
terdapat osteofit minimal
- Derajat 2 osteoartritis minimal dengan osteofit pada 2 tempat tidak terdapat
sklerosis dan kista subkondral serta celah sendi baik
- Derajat 3 osteoartritis moderat dengan osteofit moderat deformitas ujung
tulang dan celah sendi sempit
- Derajat 4 osteoartritis berat dengan osteofit besar deformitas ujung tulang
celah sendi hilang serta adanyasklerosis dan kista subkondral
26
VIIIPenatalaksanaan Osteoarthritis
Tujuan penatalaksanaan pasien dengan osteoarthritis adalah18
1 Meredakan nyeri
2 Mengoptimalkan fungsi sendi
3 Mengurangi ketergantungan kepada orang lain dan meningkatkan
kualitas hidup
4 Menghambat progresivitas penyakit
5 Mencegah terjadinya komplikasi
Pilar terapi pada pasien dengan osteoarthritis yaitu
Nonfarmakologis
1 Modifikasi pola hidup
2 Edukasi
3 Istirahat teratur yang bertujuan mengurangi penggunaan beban pada
sendi
4 Modifikasi aktivitas
5 Menurunkan berat badan
6 Rehabilitasi medik fisioterapi
a Latihan statis dan memperkuat otot-otot
b Fisioterapi yang berguna untuk mengurangi nyeri menguatkan otot
dan menambah luas pergerakan sendi
7 Penggunaan alat bantu
Farmakologis
1 Sistemik
a Analgetik
Non narkotik parasetamol
Opioid (kodein tramadol)
b Antiinflamasi nonsteroid (NSAIDs)
Oral
Injeksi
Suppositoria
27
c DMOADs (disease modifying OA drugs)
Diantara nutraceutical yang saat ini tersedia di Indonesia adalah
Glucosamine sulfate dan Chondroitine sulfate
2 Topikal
a Krim rubefacients dan capsaicin
Beberapa sediaan telah tersedia di Indonesia dengan cara kerja pada
umumnya bersifat counter irritant
b Krim NSAIDs
Beberapa yang dapat digunakan adalah gel piroxicam dan sodium
diklofenak
3 Injeksi intraartikularintra lesi
Pada dasarnya ada 2 indikasi suntikan intra artikular yakni penanganan
simtomatik dengan steroid dan viskosuplementasi dengan hyaluronan
untuk modifikasi perjalanan penyakit Beberapa preparat injeksi
intraartikular diantaranya
a Steroid ( triamsinolone hexacetonide dan methyl prednisolone )
Hanya diberikan jika ada satu atau dua sendi yang mengalami
nyeri dan inflamasi yang kurang responsif terhadap pemberian
NSAIDs tak dapat mentolerir NSAIDs atau ada komorbiditas yang
merupakan kontra indikasi terhadap pemberian NSAIDs
Dosis untuk sendi besar seperti lutut 40-50 mginjeksi
sedangkan untuk sendi-sendi kecil biasanya digunakan dosis 10 mg
b Hyaluronan high molecular weight dan low molecular weight
Diberikan berturut-turut 5 sampai 6 kali dengan interval satu
minggu masing-masing 2 sampai 25 ml Hyaluronan Sediaan di
Indonesia diantaranya adalah Hyalgan dan Osflex
4 Pembedahan
Sebelum diputuskan untuk terapi pembedahan harus dipertimbangkan
terlebih dahulu risiko dan keuntungannya Pertimbangan dilakukan
tindakan operatif bila
28
a Deformitas menimbulkan gangguan mobilisasi
b Nyeri yang tidak dapat teratasi dengan penganan medikamentosa
dan rehabilitatif
Ada 2 tipe terapi pembedahan Realignment osteotomi dan replacement
joint
Macam-macam operasi sendi lutut untuk osteoarthritis
a Partial replacementunicompartemental
b High tibial osteotomy orang muda
c Patella amp condyle resurfacing
d Minimally constrained total replacement stabilitas sendi dilakukan
sebagian oleh ligament asli dan sebagian oleh sendi buatan
e Cinstrained joint fixed hinges dipakai bila ada tulang hilang dan
severe instability
f Total knee replacement apabila didapatkan nyeri deformitas
instability akibat dari rheumatoid atau osteoarthritis
29
Gambar 21 Piramida Penatalaksanaan Osteoartritis
BAB III
DISKUSI DAN PEMBAHASAN
OA adalah penyakit degenerasi kartilago artikuler yang berlangsung secara
perlahan dan ditandai dengan nyeri sendi kekakuan dan keterbatasan gerak yang
berkembang secara progresif Tanda-tanda tersebut ditemukan pada penderita ini
Berdasarkan etiologinya OA diklasifikasikan menjadi dua yaitu OA
primer dan OA sekunder OA primer disebut juga OA idiopatik yaitu OA yang
kausanya tidak diketahui dan tidak ada hubungannya dengan penyakit sistemik
maupun proses perubahan lokal pada sendi OA sekunder adalah OA yang
didasari oleh adanya kelainan endokrin trauma inflamasi metabolik
pertumbuhan herediter jejas mikro dan makro serta imobilisasi yang terlalu lama
faktor mekanik penyakit deposit kalsium penyakit tulang dan sendi lainnya serta
neuropatik endemik Beberapa faktor risiko yang diketahui berhubungan dengan
penyakit OA diantaranya faktor risiko umum yang penting seperti kegemukan
faktor genetik dan jenis kelamin serta beberapa faktor risiko lain seperti usia lebih
dari 40 tahun suku bangsa cedera sendi pekerjaan olahraga kelainan
pertumbuhan kepadatan tulang dan lain-lain Pada penderita ini berdasarkan
30
anamnesis riwayat sosialnya penderita adalah seorang wanita berusia 75 tahun
yang meskipun tidak melakukan pekerjaan yang berat tetapi dirinya tetap
menjalankan pekerjaan rumah tangga (sebelum sakit) yang notabene banyak
menggunakan sendi lutut Selain itu dari pemeriksaan fisik penderita ini juga
mengalami kegemukan Kondisi-kondisi pada penderita ini merupakan faktor
risiko sekunder terjadinya OA Jadi dapat disimpulkan bahwa penyebab OA pada
penderita ini bukan termasuk faktor risiko OA primer
Penderita datang dengan keluhan nyeri pada kedua sendi lutut sejak plusmn 1
tahun SMRS dan puncaknya 2 hari SMRS dimana penderita sudah tidak bisa
berjalan lagi Nyeri sendi merupakan keluhan yang umum terjadi pada penyakit
reumatik seperti artritis gout OA keganasan reumatik septik dan lain
sebagainya Pada penderita ini nyeri terlokalisir pada lutut tanpa adanya nyeri
pada sendi yang lain nyeri bertambah saat melakukan gerakan (seperti berjalan)
dan berkurang apabila beristirahat Tidak ada demam Nyeri tidak menetap
sepanjang hari Nyeri seperti ini biasanya ditemukan pada OA
Penderita juga mengeluh kaku sendi Kaku sendi dirasakan penderita pada
pagi hari Keadaan ini biasanya disebabkan oleh desakan cairan yang berada di
sekitar jaringan yang mengalami inflamasi (kapsul sendi sinovial atau bursa)
Kaku sendi makin nyata pada pagi hari atau setelah istirahat Setelah digerak-
gerakkan cairan akan menyebar dari jaringan yang mengalami inflamasi sehingga
penderita merasa terlepas dari ikatan dan bisa menggerakkan sendinya kembali
Lama kaku sendi pada OA adalah kurang dari 30 menit sedangkan pada AR
minimal satu jam Pada penderita ini kaku sendi juga dirasakan pada pagi hari
selama plusmn 20-30 menit dan menghilang dengan sendirinya bila penderita
menggerakkan kakinya dengan beraktivitas seperti biasa Hal ini sesuai untuk
mendukung keluhan pada penderita OA
Penderita juga mengalami bengkak pada kedua lutut Bengkak dirasakan
oleh penderita sejak 6 bulan SMRS Sendi yang membengkak bisa disebabkan
oleh penonjolan tulang sinovitis efusi dan karena adanya osteofit yang dapat
mengubah permukaan sendi Pada penderita ditemukan osteofit pada pemeriksaan
rontgent
31
29
Pemeriksaan fisik lokalis pada kedua sendi lutut didapatkan pada
inspeksi didapatkan pembesaran bengkak pada kedua sendi lutut dengan tidak
ada perubahan warna kulit Palpasi pada kedua sendi lutut didapatkan nyeri tekan
dan pada perabaan dirasakan hangat Pemeriksaan gerak sendi didapat
keterbatasan gerak fleksi yaitu hanya dapat mengerakkan lutut sebesar 60deg
Hambatan gerak terutama disebabkan oleh adanya remodelling osteofit penebalan
kapsul dan juga adanya efusi Pada auskultasi sendi lutut penderita ditemukan
adanya krepitasi dimana terdengar suara gemeretak ldquokretek-kretekrdquo seperti suara
krupuk yang diremukkan Gejala ini mungkin disebabkan karena gesekan kedua
permukaan tulang sendi yang irregular pada saat sendi digerakkan ataupun secara
pasif dimanipulasi
Pemeriksaan radiologis pada penderita ini didapatkan adanya gambaran
berupa penyempitan sendi dan osteofit pada pinggir sendi Menipisnya rawan
sendi diawali dengan retak dan terbelahnya permukaan sendi di beberapa tempat
yang kemudian menyatu dan disebut sebagai fibrilasi Di lain pihak pada tulang
akan terjadi pula perubahan sebagai reaksi tubuh untuk memperbaiki kerusakan
Perubahan itu adalah penebalan tulang subkondral dan pembentukan osteofit
marginal disusul kemudian dengan perubahan komposisi molekular dan struktur
tulang Penipisan kartilago sendi akibat proses degeneratif memberi gambaran
penyempitan celah sendi yang tidak simetris pada foto polos radiologi Fungsi
kartilago sendi berkurang bahkan menghilang mengakibatkan beban stres di
daerah subkhondral bertambah Beberapa subkhondral tersebut dapat diamati pada
poto polos radiologi berupa pembentukan osteofit sklerotik subkhondral maupun
pembentukan kista subkhondral Pada penderita ini ditemukan adanya
pembentukan osteofit pada condylus lateralis dan medialis os tibio femoralis
Pada OA anamnesa (gejala klinis) pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
radiologi sudah dapat menunjang penegakan diagnosis Hasil pemeriksaan
laboratorium pada OA biasanya tidak banyak berguna Darah tepi (Hb Leukosit
dan LED) dalam batas normal kecuali OA generalisata yang harus dibedakan
dengan arthritis peradangan Pada OA yang disertai peradangan mungkin
didapatkan penurunan viskositas pleositosis sedang hingga ringan serta
32
peningkatan ringan sel radang (lt8000m) gt1 Pada penderita ini dilakukan
pemeriksaan laboratorium darah lengkap kimia darah dan urin lengkap karena
pemeriksaan tersebut merupakan pemeriksaan rutin Dari hasil pemeriksaan
laboratorium pada penderita ini tidak ditemukan adanya kelainan
Diagnosis OA sudah bisa ditegakkan secara klinis dengan memakai
kriteria OA yang dibuat oleh Subcommittee American College of Rheumatology
(ACR) Kriteria OA lutut secara klinis laboratorium dan radiologis adalah adanya
nyeri lutut osteofit dan salah satu dari tanda berikut yaitu usia lebih dari 50
tahun kaku sendi kurang dari 30 menit atau adanya krepitus Pada penderita ini
wanita berusia 75 tahun ditemukan memiliki keluhan nyeri kedua sendi lutut
terdapat kaku sendi selama 20-30 menit terdapat krepitus dan pada pemeriksaan
radiologi ditemukan adanya osteofit
Pengelolaan penderita dengan OA bertujuan untuk menghilangkan
keluhan mengoptimalkan fungsi sendi mengurangi ketergantungan dan
meningkatkan kualitas hidup menghambat progresivitas penyakit dan mencegah
komplikasi Pilar terapi OA non farmakologis (edukasi terapi fisik
dietpenurunan berat badan) farmakologis (analgetik kortikosteroid lokal
sistemik kondroprotektif dan biologik) dan pembedahan
Edukasi sangat penting bagi semua pasien OA Dua hal yang menjadi
tujuan edukasi adalah bagaimana mengatasi nyeri dan disabilitas Pemberian
edukasi pada penderita ini sangat penting karena dengan edukasi diharapkan
pengetahuan penderita mengenai penyakit OA menjadi meningkat dan pengobatan
menjadi lebih mudah serta dapat diajak bersama-sama untuk mencegah kerusakan
organ sendi lebih lanjut Edukasi yang diberikan pada penderita ini yaitu
memberikan pengertian bahwa OA adalah penyakit yang kronik sehingga perlu
dipahami bahwa mungkin dalam derajat tertentu akan tetap ada rasa nyeri kaku
dan keterbatasan gerak serta fungsi Selain itu agar rasa nyeri dapat berkurang
maka penderita hendaknya mengurangi aktivitaspekerjaannya sehingga tidak
terlalu banyak menggunakan sendi lutut dan lebih banyak beristirahat Penderita
juga disarankan untuk kembali kontrol sehingga dapat diketahui apakah
33
penyakitnya sudah membaik atau ternyata ada efek samping akibat obat yang
diberikan
Terapi fisik bertujuan untuk melatih penderita agar persendiannya tetap
dapat dipakai dan melatih penderita untuk melindungi sendi yang sakit Pada
penderita ini dianjurkan untuk berolah raga tapi olah raga yang memperberat
sendi sebaiknya dihindari seperti lari atau joging Hal ini dikarenakan dapat
menambah inflamasi meningkatkan tekanan intraartikular bila ada efusi sendi dan
bahkan bisa menyebabkan robekan kapsul sendi Untuk mencegah risiko
terjadinya kecacatan pada sendi sebaiknya dilakukan olah raga peregangan otot
seperti mQuadrisep femoris dengan peregangan otot diharapkan dapat membantu
dalam peningkatan fungsi sendi secara keseluruhan dan mengurangi nyeri Pada
penderita ini disarankan untuk senam lantai 3 kali seminggu dimana pasien
mengambil posisi terlentang sambil meregangkan lututnya dengan cara
mengangkat kaki dan secara perlahan menekuk dan meluruskan lututnya Olah
raga ini sangat mudah dilakukan apalagi mengingat usia penderita yang sudah
mencapai 75 tahun
Diet bertujuan untuk menurunkan berat badan pada penderita OA yang
gemuk Hal ini sebaiknya menjadi program utama pengobatan OA Penurunan
berat badan seringkali dapat mengurangi keluhan dan peradangan Selain itu
obesitas juga dapat meningkatkan risiko progresifitas dari OA Pada penderita ini
disarankan untuk mengurangi berat badan dengan mengatur diet rendah kalori
sampai mungkin mendekati berat badan ideal Dimana prinsipnya adalah
mengurangi kalori yang masuk dibawah energi yang dibutuhkan Penurunan
energi intake yang aman dianjurkan pemberian defisit energi antara 500-1000
kalori perhari sehingga diharapkan akan terjadi pembakaran lemak tubuh dan
penurunan berat badan 05 ndash 1 kg per minggu Biasanya intake energi diberikan
1200-1300 kal per hari dan paling rendah 800 kal per hari Formula yang dapat
digunakan untuk kebutuhan energi berdasarkan berat badan adalah 22kalkgBB
aktualhari dengan cara ini didapatkan defisit energi 1000 kalhari Pada penderita
ini dianjurkan untuk diet 1400 kal perhari agar mencapai BB idealnya yakni
setidaknya mencapai 55 kg Namun cara ini juga memerlukan kehati ndash hatian
34
dikarenakan usia penderita dan daya tahan tubuhnya yang memang sudah tidak
mendukung untuk melakukan usaha diit
Terapi farmakologis pada penderita OA biasanya bersifat simptomatis
Pada tahap awal dapat dicoba analgetik sederhana seperti asetaminofen atau
salisilat Bila tidak ada perbaikan dapat diberikan obat anti inflamasi non steroid
Untuk mengurangi keluhan nyeri pada penderita ini telah diberikan pengobatan
langsung dengan obat anti inflamasi non steroid seperti Na-diklofenak dengan
dosis 3times50 mg tanpa menggunakan obat lini pertama Hal ini dikarenakan keluhan
pada penderita ini sudah cukup berat ditambah pula adanya bengkak dan rasa
hangat di lutut yang tidak hilang dengan obat analgetik sederhana ( seperti yang
biasa dikonsumsi penderita) Na-diklofenak merupakan obat golongan OAINS
COX-1 inhibitor yang non-selektif dimana obat ini diberikan pada penderita
karena tidak terdapat riwayat pernah menderita gangguan gastrointestinal Namun
mengingat usia penderita yang memang sudah lanjut maka penderita juga
diberikan obat pelapis lambung untuk menjaga kondisi saluran pencernaannya Di
sini penderita diberikan obat golongan PPI (Omeprazole 2 x 20 mg) Setelah
dievaluasi beberapa hari ternyata keluhan nyeri dan bengkak pada penderita tidak
kunjung ada perubahan maka ditambahkan pula obat steroid injeksi dimana
pilihannya adalah InjTriamcinolon 1 Amp24 jam (Inj Flamicort) Selain itu
pasien juga dikonsulkan ke spesialis rehabilitasi medis untuk dilakukan
fisioterapi
Terapi pembedahan Terapi ini diberikan apabila terapi farmakologis dan
rehabilitasi tidak berhasil untuk mengurangi rasa sakit dan juga untuk melakukan
koreksi apabila terjadi deformitas yang menimbulkan gangguan mobilisasi sendi
yang mengganggu aktifitas sehari-hari Pada penderita ini tidak sampai dilakukan
terapi pembedahan
35
DAFTAR PUSTAKA
1 Soeroso J Isbagio H Kalim H Broto R Pramudiyo R Osteoartritis In
Sudoyo AW Setiyohadi B Alwi I Simadibrata M Setiati S editors Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam 4th ed Jakarta Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit
Dalam Fakultas Kedokteran Indonesia 2006 p 1195-201
2 Osteoarthritis Wikipedia The Free Encyclopedia [serial on the internet]
2009 [cited 2009 Sep 1] Available from
httpenwikipediaorgwikiOsteoarthritis
3 Reginster JY The Prevalence and Burden of Osteoarthritis Rheumatology
2002 41 (suppl 1) 3 ndash 6
4 Wibowo Dhidik Tri Kurniawan Yusuf Latifah Tati Gunadi Rachmat
Perancangan dan Implementasi Sistem Bantu Diagnosis Penyakit
Osteoartritis dan Reumatoid Artritis Melalui Deteksi Penyempitan Celah
Sendi pada Citra X-Ray Tangan dan Lutut Dalam Temu Ilmiah
Reumatologi Jakarta 2003 168 ndash 172
5 Konggres Nasional Ikatan Reumatologi Indonesia VI httppemda-
diygoidberita 2005 102140
36
6 Arthritis Research Campaign 2000 Available at
httpwwwarcorgukabout_arthastatshtm
7 Felson DT Zhang Y Hannan MT et al The Incidence and Natural
History of Knee Osteoarthritis in the Elderly The Framingham
Osteoarthritis Study Arthritis Rheumatology 1995 38 1500 ndash 1505
8 Felson DT Zhang Y An Update on the Epidemiology of Knee and Hip
Osteoarthritis with a View to Prevention Arthritis Rheumatology 1998
41 1343 ndash 1355
9 Setiyohadi Bambang Osteoartritis Selayang Pandang Dalam Temu Ilmiah
Reumatologi Jakarta 2003 27 ndash 31
10 Klippel John H Dieppe Paul A Brooks Peter et al Osteoarthritis In
Rheumatology United Kingdom Mosby ndash Year Book Europe Limited
1994 21 ndash 106
11 Abbate L Renner JB Stevens J et al Do Body Composition and Body Fat
Distribution Explain Ethnic Differences in Radiographic Knee
Osteoarthritis Outcomes in African -American and Caucasian Women The
North American Association for the Study of Obesity 2006 14 1274 ndash
1281
12 Amin Niu Jingbo Hunter David et al Smoking Worsens Knee
Osteoarthritis News Center Oklahoma City Oklahoma USA 2006 1 ndash 4
13 McAlindon Timothy E Felson David T Zhang Yuqing et al Relation of
Dietary Intake and Serum Levels of Vitamin D to Progression of
Osteoarthritis of the Knee Among Participants in the Framingham Study
14 Englund M and Lohmander LS Patellofemoral Osteoarthritis Coexistent
with Tibiofemoral Osteoarthritis in a Meniscectomy Population Annals of
the Rheumatic Diseases 2005 64 1721 ndash 1726
15 Carter MA Osteoartritis In Price SA Wilson LM Patofisiologi konsep
klinis proses-proses penyakit 6th ed Jakarta EGC 2006 p 1380-4
16 Altman RD Criteria for the Classification of Osteoarthritis Journal of
Rheumatology 1991 27 (suppl) 10 ndash 12
37
17 Milne AD Evans NA Stanish WD Nonoperative Management of Knee
Osteoarthritis In Hartono IM Studi komparasi antara WOMAC index
dengan Kellgren-Lawrence grading system pada penderita osteoarthritis
genu [PPDS1 thesis] Semarang Medical Faculty Diponegoro University
2007 p 12
18 Haq I Murphy E Dacre J Osteoarthritis Review Postgrad Med J 2003
79 377 ndash 383
19 Anonim [1986] Criteria for classification of idiopathic osteoarthtritis (OA)
of the knee American College of Rheumatology [serial on the internet]
2010 [cited 2010 Jan 20] Available from
httpwwwrheumatologyorgpublicationsclassificationoakneeasp
aud=mem
38
- BAB I
- ILUSTRASI KASUS
- 1 Pemeriksaan EKG
- X ndash Ray Pelvis AP
- BAB III
- DISKUSI DAN PEMBAHASAN
-
Trauma lutut yang akut termasuk robekan pada ligamentum
krusiatum dan meniskus merupakan faktor risiko timbulnya OA
lutut9
b Kelainan Anatomis
Faktor risiko timbulnya OA lutut antara lain kelainan lokal pada
sendi lutut seperti genu varum genu valgus Legg ndash Calve ndashPerthes
disease dan displasia asetabulum10
c Pekerjaan
Osteoartritis banyak ditemukan pada pekerja fisik berat terutama
yang banyak menggunakan kekuatan yang bertumpu pada lutut
(petani kuli dll)9
d Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik berat seperti berdiri lama (2 jam atau lebih setiap
hari) berjalan jarak jauh (2 jam atau lebih setiap hari) mengangkat
barang berat (10 kg ndash 50 kg selama 10 kali atau lebih setiap
minggu) mendorong objek yang berat (10 kg ndash 50 kg selama 10
kali atau lebih setiap minggu) naik turun tangga setiap hari
merupakan faktor risiko OA lutut 9
e Kebiasaan Olahraga
Atlit olah raga benturan keras dan membebani lutut seperti sepak
bola lari maraton dan kung fu memiliki risiko meningkat untuk
menderita OA lutut10
VII Kriteria Diagnosis Osteoartritis Lutut (Genu)
25
Kriteria diagnosis OA lutut menggunakan kriteria klasifikasi American
College of Rheumatology seperti tercantum pada tabel berikut ini 16
Tabel 22 Kriteria Klasifikasi Osteoartritis Lutut
Derajat osteoartritis lutut dinilai menjadi lima derajat oleh Kellgren dan
Lawrence yaitu 17
- Derajat 0 tidak ada gambaran osteoartritis
- Derajat 1 osteoartritis meragukan dengan gambaran sendi normal tetapi
terdapat osteofit minimal
- Derajat 2 osteoartritis minimal dengan osteofit pada 2 tempat tidak terdapat
sklerosis dan kista subkondral serta celah sendi baik
- Derajat 3 osteoartritis moderat dengan osteofit moderat deformitas ujung
tulang dan celah sendi sempit
- Derajat 4 osteoartritis berat dengan osteofit besar deformitas ujung tulang
celah sendi hilang serta adanyasklerosis dan kista subkondral
26
VIIIPenatalaksanaan Osteoarthritis
Tujuan penatalaksanaan pasien dengan osteoarthritis adalah18
1 Meredakan nyeri
2 Mengoptimalkan fungsi sendi
3 Mengurangi ketergantungan kepada orang lain dan meningkatkan
kualitas hidup
4 Menghambat progresivitas penyakit
5 Mencegah terjadinya komplikasi
Pilar terapi pada pasien dengan osteoarthritis yaitu
Nonfarmakologis
1 Modifikasi pola hidup
2 Edukasi
3 Istirahat teratur yang bertujuan mengurangi penggunaan beban pada
sendi
4 Modifikasi aktivitas
5 Menurunkan berat badan
6 Rehabilitasi medik fisioterapi
a Latihan statis dan memperkuat otot-otot
b Fisioterapi yang berguna untuk mengurangi nyeri menguatkan otot
dan menambah luas pergerakan sendi
7 Penggunaan alat bantu
Farmakologis
1 Sistemik
a Analgetik
Non narkotik parasetamol
Opioid (kodein tramadol)
b Antiinflamasi nonsteroid (NSAIDs)
Oral
Injeksi
Suppositoria
27
c DMOADs (disease modifying OA drugs)
Diantara nutraceutical yang saat ini tersedia di Indonesia adalah
Glucosamine sulfate dan Chondroitine sulfate
2 Topikal
a Krim rubefacients dan capsaicin
Beberapa sediaan telah tersedia di Indonesia dengan cara kerja pada
umumnya bersifat counter irritant
b Krim NSAIDs
Beberapa yang dapat digunakan adalah gel piroxicam dan sodium
diklofenak
3 Injeksi intraartikularintra lesi
Pada dasarnya ada 2 indikasi suntikan intra artikular yakni penanganan
simtomatik dengan steroid dan viskosuplementasi dengan hyaluronan
untuk modifikasi perjalanan penyakit Beberapa preparat injeksi
intraartikular diantaranya
a Steroid ( triamsinolone hexacetonide dan methyl prednisolone )
Hanya diberikan jika ada satu atau dua sendi yang mengalami
nyeri dan inflamasi yang kurang responsif terhadap pemberian
NSAIDs tak dapat mentolerir NSAIDs atau ada komorbiditas yang
merupakan kontra indikasi terhadap pemberian NSAIDs
Dosis untuk sendi besar seperti lutut 40-50 mginjeksi
sedangkan untuk sendi-sendi kecil biasanya digunakan dosis 10 mg
b Hyaluronan high molecular weight dan low molecular weight
Diberikan berturut-turut 5 sampai 6 kali dengan interval satu
minggu masing-masing 2 sampai 25 ml Hyaluronan Sediaan di
Indonesia diantaranya adalah Hyalgan dan Osflex
4 Pembedahan
Sebelum diputuskan untuk terapi pembedahan harus dipertimbangkan
terlebih dahulu risiko dan keuntungannya Pertimbangan dilakukan
tindakan operatif bila
28
a Deformitas menimbulkan gangguan mobilisasi
b Nyeri yang tidak dapat teratasi dengan penganan medikamentosa
dan rehabilitatif
Ada 2 tipe terapi pembedahan Realignment osteotomi dan replacement
joint
Macam-macam operasi sendi lutut untuk osteoarthritis
a Partial replacementunicompartemental
b High tibial osteotomy orang muda
c Patella amp condyle resurfacing
d Minimally constrained total replacement stabilitas sendi dilakukan
sebagian oleh ligament asli dan sebagian oleh sendi buatan
e Cinstrained joint fixed hinges dipakai bila ada tulang hilang dan
severe instability
f Total knee replacement apabila didapatkan nyeri deformitas
instability akibat dari rheumatoid atau osteoarthritis
29
Gambar 21 Piramida Penatalaksanaan Osteoartritis
BAB III
DISKUSI DAN PEMBAHASAN
OA adalah penyakit degenerasi kartilago artikuler yang berlangsung secara
perlahan dan ditandai dengan nyeri sendi kekakuan dan keterbatasan gerak yang
berkembang secara progresif Tanda-tanda tersebut ditemukan pada penderita ini
Berdasarkan etiologinya OA diklasifikasikan menjadi dua yaitu OA
primer dan OA sekunder OA primer disebut juga OA idiopatik yaitu OA yang
kausanya tidak diketahui dan tidak ada hubungannya dengan penyakit sistemik
maupun proses perubahan lokal pada sendi OA sekunder adalah OA yang
didasari oleh adanya kelainan endokrin trauma inflamasi metabolik
pertumbuhan herediter jejas mikro dan makro serta imobilisasi yang terlalu lama
faktor mekanik penyakit deposit kalsium penyakit tulang dan sendi lainnya serta
neuropatik endemik Beberapa faktor risiko yang diketahui berhubungan dengan
penyakit OA diantaranya faktor risiko umum yang penting seperti kegemukan
faktor genetik dan jenis kelamin serta beberapa faktor risiko lain seperti usia lebih
dari 40 tahun suku bangsa cedera sendi pekerjaan olahraga kelainan
pertumbuhan kepadatan tulang dan lain-lain Pada penderita ini berdasarkan
30
anamnesis riwayat sosialnya penderita adalah seorang wanita berusia 75 tahun
yang meskipun tidak melakukan pekerjaan yang berat tetapi dirinya tetap
menjalankan pekerjaan rumah tangga (sebelum sakit) yang notabene banyak
menggunakan sendi lutut Selain itu dari pemeriksaan fisik penderita ini juga
mengalami kegemukan Kondisi-kondisi pada penderita ini merupakan faktor
risiko sekunder terjadinya OA Jadi dapat disimpulkan bahwa penyebab OA pada
penderita ini bukan termasuk faktor risiko OA primer
Penderita datang dengan keluhan nyeri pada kedua sendi lutut sejak plusmn 1
tahun SMRS dan puncaknya 2 hari SMRS dimana penderita sudah tidak bisa
berjalan lagi Nyeri sendi merupakan keluhan yang umum terjadi pada penyakit
reumatik seperti artritis gout OA keganasan reumatik septik dan lain
sebagainya Pada penderita ini nyeri terlokalisir pada lutut tanpa adanya nyeri
pada sendi yang lain nyeri bertambah saat melakukan gerakan (seperti berjalan)
dan berkurang apabila beristirahat Tidak ada demam Nyeri tidak menetap
sepanjang hari Nyeri seperti ini biasanya ditemukan pada OA
Penderita juga mengeluh kaku sendi Kaku sendi dirasakan penderita pada
pagi hari Keadaan ini biasanya disebabkan oleh desakan cairan yang berada di
sekitar jaringan yang mengalami inflamasi (kapsul sendi sinovial atau bursa)
Kaku sendi makin nyata pada pagi hari atau setelah istirahat Setelah digerak-
gerakkan cairan akan menyebar dari jaringan yang mengalami inflamasi sehingga
penderita merasa terlepas dari ikatan dan bisa menggerakkan sendinya kembali
Lama kaku sendi pada OA adalah kurang dari 30 menit sedangkan pada AR
minimal satu jam Pada penderita ini kaku sendi juga dirasakan pada pagi hari
selama plusmn 20-30 menit dan menghilang dengan sendirinya bila penderita
menggerakkan kakinya dengan beraktivitas seperti biasa Hal ini sesuai untuk
mendukung keluhan pada penderita OA
Penderita juga mengalami bengkak pada kedua lutut Bengkak dirasakan
oleh penderita sejak 6 bulan SMRS Sendi yang membengkak bisa disebabkan
oleh penonjolan tulang sinovitis efusi dan karena adanya osteofit yang dapat
mengubah permukaan sendi Pada penderita ditemukan osteofit pada pemeriksaan
rontgent
31
29
Pemeriksaan fisik lokalis pada kedua sendi lutut didapatkan pada
inspeksi didapatkan pembesaran bengkak pada kedua sendi lutut dengan tidak
ada perubahan warna kulit Palpasi pada kedua sendi lutut didapatkan nyeri tekan
dan pada perabaan dirasakan hangat Pemeriksaan gerak sendi didapat
keterbatasan gerak fleksi yaitu hanya dapat mengerakkan lutut sebesar 60deg
Hambatan gerak terutama disebabkan oleh adanya remodelling osteofit penebalan
kapsul dan juga adanya efusi Pada auskultasi sendi lutut penderita ditemukan
adanya krepitasi dimana terdengar suara gemeretak ldquokretek-kretekrdquo seperti suara
krupuk yang diremukkan Gejala ini mungkin disebabkan karena gesekan kedua
permukaan tulang sendi yang irregular pada saat sendi digerakkan ataupun secara
pasif dimanipulasi
Pemeriksaan radiologis pada penderita ini didapatkan adanya gambaran
berupa penyempitan sendi dan osteofit pada pinggir sendi Menipisnya rawan
sendi diawali dengan retak dan terbelahnya permukaan sendi di beberapa tempat
yang kemudian menyatu dan disebut sebagai fibrilasi Di lain pihak pada tulang
akan terjadi pula perubahan sebagai reaksi tubuh untuk memperbaiki kerusakan
Perubahan itu adalah penebalan tulang subkondral dan pembentukan osteofit
marginal disusul kemudian dengan perubahan komposisi molekular dan struktur
tulang Penipisan kartilago sendi akibat proses degeneratif memberi gambaran
penyempitan celah sendi yang tidak simetris pada foto polos radiologi Fungsi
kartilago sendi berkurang bahkan menghilang mengakibatkan beban stres di
daerah subkhondral bertambah Beberapa subkhondral tersebut dapat diamati pada
poto polos radiologi berupa pembentukan osteofit sklerotik subkhondral maupun
pembentukan kista subkhondral Pada penderita ini ditemukan adanya
pembentukan osteofit pada condylus lateralis dan medialis os tibio femoralis
Pada OA anamnesa (gejala klinis) pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
radiologi sudah dapat menunjang penegakan diagnosis Hasil pemeriksaan
laboratorium pada OA biasanya tidak banyak berguna Darah tepi (Hb Leukosit
dan LED) dalam batas normal kecuali OA generalisata yang harus dibedakan
dengan arthritis peradangan Pada OA yang disertai peradangan mungkin
didapatkan penurunan viskositas pleositosis sedang hingga ringan serta
32
peningkatan ringan sel radang (lt8000m) gt1 Pada penderita ini dilakukan
pemeriksaan laboratorium darah lengkap kimia darah dan urin lengkap karena
pemeriksaan tersebut merupakan pemeriksaan rutin Dari hasil pemeriksaan
laboratorium pada penderita ini tidak ditemukan adanya kelainan
Diagnosis OA sudah bisa ditegakkan secara klinis dengan memakai
kriteria OA yang dibuat oleh Subcommittee American College of Rheumatology
(ACR) Kriteria OA lutut secara klinis laboratorium dan radiologis adalah adanya
nyeri lutut osteofit dan salah satu dari tanda berikut yaitu usia lebih dari 50
tahun kaku sendi kurang dari 30 menit atau adanya krepitus Pada penderita ini
wanita berusia 75 tahun ditemukan memiliki keluhan nyeri kedua sendi lutut
terdapat kaku sendi selama 20-30 menit terdapat krepitus dan pada pemeriksaan
radiologi ditemukan adanya osteofit
Pengelolaan penderita dengan OA bertujuan untuk menghilangkan
keluhan mengoptimalkan fungsi sendi mengurangi ketergantungan dan
meningkatkan kualitas hidup menghambat progresivitas penyakit dan mencegah
komplikasi Pilar terapi OA non farmakologis (edukasi terapi fisik
dietpenurunan berat badan) farmakologis (analgetik kortikosteroid lokal
sistemik kondroprotektif dan biologik) dan pembedahan
Edukasi sangat penting bagi semua pasien OA Dua hal yang menjadi
tujuan edukasi adalah bagaimana mengatasi nyeri dan disabilitas Pemberian
edukasi pada penderita ini sangat penting karena dengan edukasi diharapkan
pengetahuan penderita mengenai penyakit OA menjadi meningkat dan pengobatan
menjadi lebih mudah serta dapat diajak bersama-sama untuk mencegah kerusakan
organ sendi lebih lanjut Edukasi yang diberikan pada penderita ini yaitu
memberikan pengertian bahwa OA adalah penyakit yang kronik sehingga perlu
dipahami bahwa mungkin dalam derajat tertentu akan tetap ada rasa nyeri kaku
dan keterbatasan gerak serta fungsi Selain itu agar rasa nyeri dapat berkurang
maka penderita hendaknya mengurangi aktivitaspekerjaannya sehingga tidak
terlalu banyak menggunakan sendi lutut dan lebih banyak beristirahat Penderita
juga disarankan untuk kembali kontrol sehingga dapat diketahui apakah
33
penyakitnya sudah membaik atau ternyata ada efek samping akibat obat yang
diberikan
Terapi fisik bertujuan untuk melatih penderita agar persendiannya tetap
dapat dipakai dan melatih penderita untuk melindungi sendi yang sakit Pada
penderita ini dianjurkan untuk berolah raga tapi olah raga yang memperberat
sendi sebaiknya dihindari seperti lari atau joging Hal ini dikarenakan dapat
menambah inflamasi meningkatkan tekanan intraartikular bila ada efusi sendi dan
bahkan bisa menyebabkan robekan kapsul sendi Untuk mencegah risiko
terjadinya kecacatan pada sendi sebaiknya dilakukan olah raga peregangan otot
seperti mQuadrisep femoris dengan peregangan otot diharapkan dapat membantu
dalam peningkatan fungsi sendi secara keseluruhan dan mengurangi nyeri Pada
penderita ini disarankan untuk senam lantai 3 kali seminggu dimana pasien
mengambil posisi terlentang sambil meregangkan lututnya dengan cara
mengangkat kaki dan secara perlahan menekuk dan meluruskan lututnya Olah
raga ini sangat mudah dilakukan apalagi mengingat usia penderita yang sudah
mencapai 75 tahun
Diet bertujuan untuk menurunkan berat badan pada penderita OA yang
gemuk Hal ini sebaiknya menjadi program utama pengobatan OA Penurunan
berat badan seringkali dapat mengurangi keluhan dan peradangan Selain itu
obesitas juga dapat meningkatkan risiko progresifitas dari OA Pada penderita ini
disarankan untuk mengurangi berat badan dengan mengatur diet rendah kalori
sampai mungkin mendekati berat badan ideal Dimana prinsipnya adalah
mengurangi kalori yang masuk dibawah energi yang dibutuhkan Penurunan
energi intake yang aman dianjurkan pemberian defisit energi antara 500-1000
kalori perhari sehingga diharapkan akan terjadi pembakaran lemak tubuh dan
penurunan berat badan 05 ndash 1 kg per minggu Biasanya intake energi diberikan
1200-1300 kal per hari dan paling rendah 800 kal per hari Formula yang dapat
digunakan untuk kebutuhan energi berdasarkan berat badan adalah 22kalkgBB
aktualhari dengan cara ini didapatkan defisit energi 1000 kalhari Pada penderita
ini dianjurkan untuk diet 1400 kal perhari agar mencapai BB idealnya yakni
setidaknya mencapai 55 kg Namun cara ini juga memerlukan kehati ndash hatian
34
dikarenakan usia penderita dan daya tahan tubuhnya yang memang sudah tidak
mendukung untuk melakukan usaha diit
Terapi farmakologis pada penderita OA biasanya bersifat simptomatis
Pada tahap awal dapat dicoba analgetik sederhana seperti asetaminofen atau
salisilat Bila tidak ada perbaikan dapat diberikan obat anti inflamasi non steroid
Untuk mengurangi keluhan nyeri pada penderita ini telah diberikan pengobatan
langsung dengan obat anti inflamasi non steroid seperti Na-diklofenak dengan
dosis 3times50 mg tanpa menggunakan obat lini pertama Hal ini dikarenakan keluhan
pada penderita ini sudah cukup berat ditambah pula adanya bengkak dan rasa
hangat di lutut yang tidak hilang dengan obat analgetik sederhana ( seperti yang
biasa dikonsumsi penderita) Na-diklofenak merupakan obat golongan OAINS
COX-1 inhibitor yang non-selektif dimana obat ini diberikan pada penderita
karena tidak terdapat riwayat pernah menderita gangguan gastrointestinal Namun
mengingat usia penderita yang memang sudah lanjut maka penderita juga
diberikan obat pelapis lambung untuk menjaga kondisi saluran pencernaannya Di
sini penderita diberikan obat golongan PPI (Omeprazole 2 x 20 mg) Setelah
dievaluasi beberapa hari ternyata keluhan nyeri dan bengkak pada penderita tidak
kunjung ada perubahan maka ditambahkan pula obat steroid injeksi dimana
pilihannya adalah InjTriamcinolon 1 Amp24 jam (Inj Flamicort) Selain itu
pasien juga dikonsulkan ke spesialis rehabilitasi medis untuk dilakukan
fisioterapi
Terapi pembedahan Terapi ini diberikan apabila terapi farmakologis dan
rehabilitasi tidak berhasil untuk mengurangi rasa sakit dan juga untuk melakukan
koreksi apabila terjadi deformitas yang menimbulkan gangguan mobilisasi sendi
yang mengganggu aktifitas sehari-hari Pada penderita ini tidak sampai dilakukan
terapi pembedahan
35
DAFTAR PUSTAKA
1 Soeroso J Isbagio H Kalim H Broto R Pramudiyo R Osteoartritis In
Sudoyo AW Setiyohadi B Alwi I Simadibrata M Setiati S editors Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam 4th ed Jakarta Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit
Dalam Fakultas Kedokteran Indonesia 2006 p 1195-201
2 Osteoarthritis Wikipedia The Free Encyclopedia [serial on the internet]
2009 [cited 2009 Sep 1] Available from
httpenwikipediaorgwikiOsteoarthritis
3 Reginster JY The Prevalence and Burden of Osteoarthritis Rheumatology
2002 41 (suppl 1) 3 ndash 6
4 Wibowo Dhidik Tri Kurniawan Yusuf Latifah Tati Gunadi Rachmat
Perancangan dan Implementasi Sistem Bantu Diagnosis Penyakit
Osteoartritis dan Reumatoid Artritis Melalui Deteksi Penyempitan Celah
Sendi pada Citra X-Ray Tangan dan Lutut Dalam Temu Ilmiah
Reumatologi Jakarta 2003 168 ndash 172
5 Konggres Nasional Ikatan Reumatologi Indonesia VI httppemda-
diygoidberita 2005 102140
36
6 Arthritis Research Campaign 2000 Available at
httpwwwarcorgukabout_arthastatshtm
7 Felson DT Zhang Y Hannan MT et al The Incidence and Natural
History of Knee Osteoarthritis in the Elderly The Framingham
Osteoarthritis Study Arthritis Rheumatology 1995 38 1500 ndash 1505
8 Felson DT Zhang Y An Update on the Epidemiology of Knee and Hip
Osteoarthritis with a View to Prevention Arthritis Rheumatology 1998
41 1343 ndash 1355
9 Setiyohadi Bambang Osteoartritis Selayang Pandang Dalam Temu Ilmiah
Reumatologi Jakarta 2003 27 ndash 31
10 Klippel John H Dieppe Paul A Brooks Peter et al Osteoarthritis In
Rheumatology United Kingdom Mosby ndash Year Book Europe Limited
1994 21 ndash 106
11 Abbate L Renner JB Stevens J et al Do Body Composition and Body Fat
Distribution Explain Ethnic Differences in Radiographic Knee
Osteoarthritis Outcomes in African -American and Caucasian Women The
North American Association for the Study of Obesity 2006 14 1274 ndash
1281
12 Amin Niu Jingbo Hunter David et al Smoking Worsens Knee
Osteoarthritis News Center Oklahoma City Oklahoma USA 2006 1 ndash 4
13 McAlindon Timothy E Felson David T Zhang Yuqing et al Relation of
Dietary Intake and Serum Levels of Vitamin D to Progression of
Osteoarthritis of the Knee Among Participants in the Framingham Study
14 Englund M and Lohmander LS Patellofemoral Osteoarthritis Coexistent
with Tibiofemoral Osteoarthritis in a Meniscectomy Population Annals of
the Rheumatic Diseases 2005 64 1721 ndash 1726
15 Carter MA Osteoartritis In Price SA Wilson LM Patofisiologi konsep
klinis proses-proses penyakit 6th ed Jakarta EGC 2006 p 1380-4
16 Altman RD Criteria for the Classification of Osteoarthritis Journal of
Rheumatology 1991 27 (suppl) 10 ndash 12
37
17 Milne AD Evans NA Stanish WD Nonoperative Management of Knee
Osteoarthritis In Hartono IM Studi komparasi antara WOMAC index
dengan Kellgren-Lawrence grading system pada penderita osteoarthritis
genu [PPDS1 thesis] Semarang Medical Faculty Diponegoro University
2007 p 12
18 Haq I Murphy E Dacre J Osteoarthritis Review Postgrad Med J 2003
79 377 ndash 383
19 Anonim [1986] Criteria for classification of idiopathic osteoarthtritis (OA)
of the knee American College of Rheumatology [serial on the internet]
2010 [cited 2010 Jan 20] Available from
httpwwwrheumatologyorgpublicationsclassificationoakneeasp
aud=mem
38
- BAB I
- ILUSTRASI KASUS
- 1 Pemeriksaan EKG
- X ndash Ray Pelvis AP
- BAB III
- DISKUSI DAN PEMBAHASAN
-
Kriteria diagnosis OA lutut menggunakan kriteria klasifikasi American
College of Rheumatology seperti tercantum pada tabel berikut ini 16
Tabel 22 Kriteria Klasifikasi Osteoartritis Lutut
Derajat osteoartritis lutut dinilai menjadi lima derajat oleh Kellgren dan
Lawrence yaitu 17
- Derajat 0 tidak ada gambaran osteoartritis
- Derajat 1 osteoartritis meragukan dengan gambaran sendi normal tetapi
terdapat osteofit minimal
- Derajat 2 osteoartritis minimal dengan osteofit pada 2 tempat tidak terdapat
sklerosis dan kista subkondral serta celah sendi baik
- Derajat 3 osteoartritis moderat dengan osteofit moderat deformitas ujung
tulang dan celah sendi sempit
- Derajat 4 osteoartritis berat dengan osteofit besar deformitas ujung tulang
celah sendi hilang serta adanyasklerosis dan kista subkondral
26
VIIIPenatalaksanaan Osteoarthritis
Tujuan penatalaksanaan pasien dengan osteoarthritis adalah18
1 Meredakan nyeri
2 Mengoptimalkan fungsi sendi
3 Mengurangi ketergantungan kepada orang lain dan meningkatkan
kualitas hidup
4 Menghambat progresivitas penyakit
5 Mencegah terjadinya komplikasi
Pilar terapi pada pasien dengan osteoarthritis yaitu
Nonfarmakologis
1 Modifikasi pola hidup
2 Edukasi
3 Istirahat teratur yang bertujuan mengurangi penggunaan beban pada
sendi
4 Modifikasi aktivitas
5 Menurunkan berat badan
6 Rehabilitasi medik fisioterapi
a Latihan statis dan memperkuat otot-otot
b Fisioterapi yang berguna untuk mengurangi nyeri menguatkan otot
dan menambah luas pergerakan sendi
7 Penggunaan alat bantu
Farmakologis
1 Sistemik
a Analgetik
Non narkotik parasetamol
Opioid (kodein tramadol)
b Antiinflamasi nonsteroid (NSAIDs)
Oral
Injeksi
Suppositoria
27
c DMOADs (disease modifying OA drugs)
Diantara nutraceutical yang saat ini tersedia di Indonesia adalah
Glucosamine sulfate dan Chondroitine sulfate
2 Topikal
a Krim rubefacients dan capsaicin
Beberapa sediaan telah tersedia di Indonesia dengan cara kerja pada
umumnya bersifat counter irritant
b Krim NSAIDs
Beberapa yang dapat digunakan adalah gel piroxicam dan sodium
diklofenak
3 Injeksi intraartikularintra lesi
Pada dasarnya ada 2 indikasi suntikan intra artikular yakni penanganan
simtomatik dengan steroid dan viskosuplementasi dengan hyaluronan
untuk modifikasi perjalanan penyakit Beberapa preparat injeksi
intraartikular diantaranya
a Steroid ( triamsinolone hexacetonide dan methyl prednisolone )
Hanya diberikan jika ada satu atau dua sendi yang mengalami
nyeri dan inflamasi yang kurang responsif terhadap pemberian
NSAIDs tak dapat mentolerir NSAIDs atau ada komorbiditas yang
merupakan kontra indikasi terhadap pemberian NSAIDs
Dosis untuk sendi besar seperti lutut 40-50 mginjeksi
sedangkan untuk sendi-sendi kecil biasanya digunakan dosis 10 mg
b Hyaluronan high molecular weight dan low molecular weight
Diberikan berturut-turut 5 sampai 6 kali dengan interval satu
minggu masing-masing 2 sampai 25 ml Hyaluronan Sediaan di
Indonesia diantaranya adalah Hyalgan dan Osflex
4 Pembedahan
Sebelum diputuskan untuk terapi pembedahan harus dipertimbangkan
terlebih dahulu risiko dan keuntungannya Pertimbangan dilakukan
tindakan operatif bila
28
a Deformitas menimbulkan gangguan mobilisasi
b Nyeri yang tidak dapat teratasi dengan penganan medikamentosa
dan rehabilitatif
Ada 2 tipe terapi pembedahan Realignment osteotomi dan replacement
joint
Macam-macam operasi sendi lutut untuk osteoarthritis
a Partial replacementunicompartemental
b High tibial osteotomy orang muda
c Patella amp condyle resurfacing
d Minimally constrained total replacement stabilitas sendi dilakukan
sebagian oleh ligament asli dan sebagian oleh sendi buatan
e Cinstrained joint fixed hinges dipakai bila ada tulang hilang dan
severe instability
f Total knee replacement apabila didapatkan nyeri deformitas
instability akibat dari rheumatoid atau osteoarthritis
29
Gambar 21 Piramida Penatalaksanaan Osteoartritis
BAB III
DISKUSI DAN PEMBAHASAN
OA adalah penyakit degenerasi kartilago artikuler yang berlangsung secara
perlahan dan ditandai dengan nyeri sendi kekakuan dan keterbatasan gerak yang
berkembang secara progresif Tanda-tanda tersebut ditemukan pada penderita ini
Berdasarkan etiologinya OA diklasifikasikan menjadi dua yaitu OA
primer dan OA sekunder OA primer disebut juga OA idiopatik yaitu OA yang
kausanya tidak diketahui dan tidak ada hubungannya dengan penyakit sistemik
maupun proses perubahan lokal pada sendi OA sekunder adalah OA yang
didasari oleh adanya kelainan endokrin trauma inflamasi metabolik
pertumbuhan herediter jejas mikro dan makro serta imobilisasi yang terlalu lama
faktor mekanik penyakit deposit kalsium penyakit tulang dan sendi lainnya serta
neuropatik endemik Beberapa faktor risiko yang diketahui berhubungan dengan
penyakit OA diantaranya faktor risiko umum yang penting seperti kegemukan
faktor genetik dan jenis kelamin serta beberapa faktor risiko lain seperti usia lebih
dari 40 tahun suku bangsa cedera sendi pekerjaan olahraga kelainan
pertumbuhan kepadatan tulang dan lain-lain Pada penderita ini berdasarkan
30
anamnesis riwayat sosialnya penderita adalah seorang wanita berusia 75 tahun
yang meskipun tidak melakukan pekerjaan yang berat tetapi dirinya tetap
menjalankan pekerjaan rumah tangga (sebelum sakit) yang notabene banyak
menggunakan sendi lutut Selain itu dari pemeriksaan fisik penderita ini juga
mengalami kegemukan Kondisi-kondisi pada penderita ini merupakan faktor
risiko sekunder terjadinya OA Jadi dapat disimpulkan bahwa penyebab OA pada
penderita ini bukan termasuk faktor risiko OA primer
Penderita datang dengan keluhan nyeri pada kedua sendi lutut sejak plusmn 1
tahun SMRS dan puncaknya 2 hari SMRS dimana penderita sudah tidak bisa
berjalan lagi Nyeri sendi merupakan keluhan yang umum terjadi pada penyakit
reumatik seperti artritis gout OA keganasan reumatik septik dan lain
sebagainya Pada penderita ini nyeri terlokalisir pada lutut tanpa adanya nyeri
pada sendi yang lain nyeri bertambah saat melakukan gerakan (seperti berjalan)
dan berkurang apabila beristirahat Tidak ada demam Nyeri tidak menetap
sepanjang hari Nyeri seperti ini biasanya ditemukan pada OA
Penderita juga mengeluh kaku sendi Kaku sendi dirasakan penderita pada
pagi hari Keadaan ini biasanya disebabkan oleh desakan cairan yang berada di
sekitar jaringan yang mengalami inflamasi (kapsul sendi sinovial atau bursa)
Kaku sendi makin nyata pada pagi hari atau setelah istirahat Setelah digerak-
gerakkan cairan akan menyebar dari jaringan yang mengalami inflamasi sehingga
penderita merasa terlepas dari ikatan dan bisa menggerakkan sendinya kembali
Lama kaku sendi pada OA adalah kurang dari 30 menit sedangkan pada AR
minimal satu jam Pada penderita ini kaku sendi juga dirasakan pada pagi hari
selama plusmn 20-30 menit dan menghilang dengan sendirinya bila penderita
menggerakkan kakinya dengan beraktivitas seperti biasa Hal ini sesuai untuk
mendukung keluhan pada penderita OA
Penderita juga mengalami bengkak pada kedua lutut Bengkak dirasakan
oleh penderita sejak 6 bulan SMRS Sendi yang membengkak bisa disebabkan
oleh penonjolan tulang sinovitis efusi dan karena adanya osteofit yang dapat
mengubah permukaan sendi Pada penderita ditemukan osteofit pada pemeriksaan
rontgent
31
29
Pemeriksaan fisik lokalis pada kedua sendi lutut didapatkan pada
inspeksi didapatkan pembesaran bengkak pada kedua sendi lutut dengan tidak
ada perubahan warna kulit Palpasi pada kedua sendi lutut didapatkan nyeri tekan
dan pada perabaan dirasakan hangat Pemeriksaan gerak sendi didapat
keterbatasan gerak fleksi yaitu hanya dapat mengerakkan lutut sebesar 60deg
Hambatan gerak terutama disebabkan oleh adanya remodelling osteofit penebalan
kapsul dan juga adanya efusi Pada auskultasi sendi lutut penderita ditemukan
adanya krepitasi dimana terdengar suara gemeretak ldquokretek-kretekrdquo seperti suara
krupuk yang diremukkan Gejala ini mungkin disebabkan karena gesekan kedua
permukaan tulang sendi yang irregular pada saat sendi digerakkan ataupun secara
pasif dimanipulasi
Pemeriksaan radiologis pada penderita ini didapatkan adanya gambaran
berupa penyempitan sendi dan osteofit pada pinggir sendi Menipisnya rawan
sendi diawali dengan retak dan terbelahnya permukaan sendi di beberapa tempat
yang kemudian menyatu dan disebut sebagai fibrilasi Di lain pihak pada tulang
akan terjadi pula perubahan sebagai reaksi tubuh untuk memperbaiki kerusakan
Perubahan itu adalah penebalan tulang subkondral dan pembentukan osteofit
marginal disusul kemudian dengan perubahan komposisi molekular dan struktur
tulang Penipisan kartilago sendi akibat proses degeneratif memberi gambaran
penyempitan celah sendi yang tidak simetris pada foto polos radiologi Fungsi
kartilago sendi berkurang bahkan menghilang mengakibatkan beban stres di
daerah subkhondral bertambah Beberapa subkhondral tersebut dapat diamati pada
poto polos radiologi berupa pembentukan osteofit sklerotik subkhondral maupun
pembentukan kista subkhondral Pada penderita ini ditemukan adanya
pembentukan osteofit pada condylus lateralis dan medialis os tibio femoralis
Pada OA anamnesa (gejala klinis) pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
radiologi sudah dapat menunjang penegakan diagnosis Hasil pemeriksaan
laboratorium pada OA biasanya tidak banyak berguna Darah tepi (Hb Leukosit
dan LED) dalam batas normal kecuali OA generalisata yang harus dibedakan
dengan arthritis peradangan Pada OA yang disertai peradangan mungkin
didapatkan penurunan viskositas pleositosis sedang hingga ringan serta
32
peningkatan ringan sel radang (lt8000m) gt1 Pada penderita ini dilakukan
pemeriksaan laboratorium darah lengkap kimia darah dan urin lengkap karena
pemeriksaan tersebut merupakan pemeriksaan rutin Dari hasil pemeriksaan
laboratorium pada penderita ini tidak ditemukan adanya kelainan
Diagnosis OA sudah bisa ditegakkan secara klinis dengan memakai
kriteria OA yang dibuat oleh Subcommittee American College of Rheumatology
(ACR) Kriteria OA lutut secara klinis laboratorium dan radiologis adalah adanya
nyeri lutut osteofit dan salah satu dari tanda berikut yaitu usia lebih dari 50
tahun kaku sendi kurang dari 30 menit atau adanya krepitus Pada penderita ini
wanita berusia 75 tahun ditemukan memiliki keluhan nyeri kedua sendi lutut
terdapat kaku sendi selama 20-30 menit terdapat krepitus dan pada pemeriksaan
radiologi ditemukan adanya osteofit
Pengelolaan penderita dengan OA bertujuan untuk menghilangkan
keluhan mengoptimalkan fungsi sendi mengurangi ketergantungan dan
meningkatkan kualitas hidup menghambat progresivitas penyakit dan mencegah
komplikasi Pilar terapi OA non farmakologis (edukasi terapi fisik
dietpenurunan berat badan) farmakologis (analgetik kortikosteroid lokal
sistemik kondroprotektif dan biologik) dan pembedahan
Edukasi sangat penting bagi semua pasien OA Dua hal yang menjadi
tujuan edukasi adalah bagaimana mengatasi nyeri dan disabilitas Pemberian
edukasi pada penderita ini sangat penting karena dengan edukasi diharapkan
pengetahuan penderita mengenai penyakit OA menjadi meningkat dan pengobatan
menjadi lebih mudah serta dapat diajak bersama-sama untuk mencegah kerusakan
organ sendi lebih lanjut Edukasi yang diberikan pada penderita ini yaitu
memberikan pengertian bahwa OA adalah penyakit yang kronik sehingga perlu
dipahami bahwa mungkin dalam derajat tertentu akan tetap ada rasa nyeri kaku
dan keterbatasan gerak serta fungsi Selain itu agar rasa nyeri dapat berkurang
maka penderita hendaknya mengurangi aktivitaspekerjaannya sehingga tidak
terlalu banyak menggunakan sendi lutut dan lebih banyak beristirahat Penderita
juga disarankan untuk kembali kontrol sehingga dapat diketahui apakah
33
penyakitnya sudah membaik atau ternyata ada efek samping akibat obat yang
diberikan
Terapi fisik bertujuan untuk melatih penderita agar persendiannya tetap
dapat dipakai dan melatih penderita untuk melindungi sendi yang sakit Pada
penderita ini dianjurkan untuk berolah raga tapi olah raga yang memperberat
sendi sebaiknya dihindari seperti lari atau joging Hal ini dikarenakan dapat
menambah inflamasi meningkatkan tekanan intraartikular bila ada efusi sendi dan
bahkan bisa menyebabkan robekan kapsul sendi Untuk mencegah risiko
terjadinya kecacatan pada sendi sebaiknya dilakukan olah raga peregangan otot
seperti mQuadrisep femoris dengan peregangan otot diharapkan dapat membantu
dalam peningkatan fungsi sendi secara keseluruhan dan mengurangi nyeri Pada
penderita ini disarankan untuk senam lantai 3 kali seminggu dimana pasien
mengambil posisi terlentang sambil meregangkan lututnya dengan cara
mengangkat kaki dan secara perlahan menekuk dan meluruskan lututnya Olah
raga ini sangat mudah dilakukan apalagi mengingat usia penderita yang sudah
mencapai 75 tahun
Diet bertujuan untuk menurunkan berat badan pada penderita OA yang
gemuk Hal ini sebaiknya menjadi program utama pengobatan OA Penurunan
berat badan seringkali dapat mengurangi keluhan dan peradangan Selain itu
obesitas juga dapat meningkatkan risiko progresifitas dari OA Pada penderita ini
disarankan untuk mengurangi berat badan dengan mengatur diet rendah kalori
sampai mungkin mendekati berat badan ideal Dimana prinsipnya adalah
mengurangi kalori yang masuk dibawah energi yang dibutuhkan Penurunan
energi intake yang aman dianjurkan pemberian defisit energi antara 500-1000
kalori perhari sehingga diharapkan akan terjadi pembakaran lemak tubuh dan
penurunan berat badan 05 ndash 1 kg per minggu Biasanya intake energi diberikan
1200-1300 kal per hari dan paling rendah 800 kal per hari Formula yang dapat
digunakan untuk kebutuhan energi berdasarkan berat badan adalah 22kalkgBB
aktualhari dengan cara ini didapatkan defisit energi 1000 kalhari Pada penderita
ini dianjurkan untuk diet 1400 kal perhari agar mencapai BB idealnya yakni
setidaknya mencapai 55 kg Namun cara ini juga memerlukan kehati ndash hatian
34
dikarenakan usia penderita dan daya tahan tubuhnya yang memang sudah tidak
mendukung untuk melakukan usaha diit
Terapi farmakologis pada penderita OA biasanya bersifat simptomatis
Pada tahap awal dapat dicoba analgetik sederhana seperti asetaminofen atau
salisilat Bila tidak ada perbaikan dapat diberikan obat anti inflamasi non steroid
Untuk mengurangi keluhan nyeri pada penderita ini telah diberikan pengobatan
langsung dengan obat anti inflamasi non steroid seperti Na-diklofenak dengan
dosis 3times50 mg tanpa menggunakan obat lini pertama Hal ini dikarenakan keluhan
pada penderita ini sudah cukup berat ditambah pula adanya bengkak dan rasa
hangat di lutut yang tidak hilang dengan obat analgetik sederhana ( seperti yang
biasa dikonsumsi penderita) Na-diklofenak merupakan obat golongan OAINS
COX-1 inhibitor yang non-selektif dimana obat ini diberikan pada penderita
karena tidak terdapat riwayat pernah menderita gangguan gastrointestinal Namun
mengingat usia penderita yang memang sudah lanjut maka penderita juga
diberikan obat pelapis lambung untuk menjaga kondisi saluran pencernaannya Di
sini penderita diberikan obat golongan PPI (Omeprazole 2 x 20 mg) Setelah
dievaluasi beberapa hari ternyata keluhan nyeri dan bengkak pada penderita tidak
kunjung ada perubahan maka ditambahkan pula obat steroid injeksi dimana
pilihannya adalah InjTriamcinolon 1 Amp24 jam (Inj Flamicort) Selain itu
pasien juga dikonsulkan ke spesialis rehabilitasi medis untuk dilakukan
fisioterapi
Terapi pembedahan Terapi ini diberikan apabila terapi farmakologis dan
rehabilitasi tidak berhasil untuk mengurangi rasa sakit dan juga untuk melakukan
koreksi apabila terjadi deformitas yang menimbulkan gangguan mobilisasi sendi
yang mengganggu aktifitas sehari-hari Pada penderita ini tidak sampai dilakukan
terapi pembedahan
35
DAFTAR PUSTAKA
1 Soeroso J Isbagio H Kalim H Broto R Pramudiyo R Osteoartritis In
Sudoyo AW Setiyohadi B Alwi I Simadibrata M Setiati S editors Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam 4th ed Jakarta Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit
Dalam Fakultas Kedokteran Indonesia 2006 p 1195-201
2 Osteoarthritis Wikipedia The Free Encyclopedia [serial on the internet]
2009 [cited 2009 Sep 1] Available from
httpenwikipediaorgwikiOsteoarthritis
3 Reginster JY The Prevalence and Burden of Osteoarthritis Rheumatology
2002 41 (suppl 1) 3 ndash 6
4 Wibowo Dhidik Tri Kurniawan Yusuf Latifah Tati Gunadi Rachmat
Perancangan dan Implementasi Sistem Bantu Diagnosis Penyakit
Osteoartritis dan Reumatoid Artritis Melalui Deteksi Penyempitan Celah
Sendi pada Citra X-Ray Tangan dan Lutut Dalam Temu Ilmiah
Reumatologi Jakarta 2003 168 ndash 172
5 Konggres Nasional Ikatan Reumatologi Indonesia VI httppemda-
diygoidberita 2005 102140
36
6 Arthritis Research Campaign 2000 Available at
httpwwwarcorgukabout_arthastatshtm
7 Felson DT Zhang Y Hannan MT et al The Incidence and Natural
History of Knee Osteoarthritis in the Elderly The Framingham
Osteoarthritis Study Arthritis Rheumatology 1995 38 1500 ndash 1505
8 Felson DT Zhang Y An Update on the Epidemiology of Knee and Hip
Osteoarthritis with a View to Prevention Arthritis Rheumatology 1998
41 1343 ndash 1355
9 Setiyohadi Bambang Osteoartritis Selayang Pandang Dalam Temu Ilmiah
Reumatologi Jakarta 2003 27 ndash 31
10 Klippel John H Dieppe Paul A Brooks Peter et al Osteoarthritis In
Rheumatology United Kingdom Mosby ndash Year Book Europe Limited
1994 21 ndash 106
11 Abbate L Renner JB Stevens J et al Do Body Composition and Body Fat
Distribution Explain Ethnic Differences in Radiographic Knee
Osteoarthritis Outcomes in African -American and Caucasian Women The
North American Association for the Study of Obesity 2006 14 1274 ndash
1281
12 Amin Niu Jingbo Hunter David et al Smoking Worsens Knee
Osteoarthritis News Center Oklahoma City Oklahoma USA 2006 1 ndash 4
13 McAlindon Timothy E Felson David T Zhang Yuqing et al Relation of
Dietary Intake and Serum Levels of Vitamin D to Progression of
Osteoarthritis of the Knee Among Participants in the Framingham Study
14 Englund M and Lohmander LS Patellofemoral Osteoarthritis Coexistent
with Tibiofemoral Osteoarthritis in a Meniscectomy Population Annals of
the Rheumatic Diseases 2005 64 1721 ndash 1726
15 Carter MA Osteoartritis In Price SA Wilson LM Patofisiologi konsep
klinis proses-proses penyakit 6th ed Jakarta EGC 2006 p 1380-4
16 Altman RD Criteria for the Classification of Osteoarthritis Journal of
Rheumatology 1991 27 (suppl) 10 ndash 12
37
17 Milne AD Evans NA Stanish WD Nonoperative Management of Knee
Osteoarthritis In Hartono IM Studi komparasi antara WOMAC index
dengan Kellgren-Lawrence grading system pada penderita osteoarthritis
genu [PPDS1 thesis] Semarang Medical Faculty Diponegoro University
2007 p 12
18 Haq I Murphy E Dacre J Osteoarthritis Review Postgrad Med J 2003
79 377 ndash 383
19 Anonim [1986] Criteria for classification of idiopathic osteoarthtritis (OA)
of the knee American College of Rheumatology [serial on the internet]
2010 [cited 2010 Jan 20] Available from
httpwwwrheumatologyorgpublicationsclassificationoakneeasp
aud=mem
38
- BAB I
- ILUSTRASI KASUS
- 1 Pemeriksaan EKG
- X ndash Ray Pelvis AP
- BAB III
- DISKUSI DAN PEMBAHASAN
-
VIIIPenatalaksanaan Osteoarthritis
Tujuan penatalaksanaan pasien dengan osteoarthritis adalah18
1 Meredakan nyeri
2 Mengoptimalkan fungsi sendi
3 Mengurangi ketergantungan kepada orang lain dan meningkatkan
kualitas hidup
4 Menghambat progresivitas penyakit
5 Mencegah terjadinya komplikasi
Pilar terapi pada pasien dengan osteoarthritis yaitu
Nonfarmakologis
1 Modifikasi pola hidup
2 Edukasi
3 Istirahat teratur yang bertujuan mengurangi penggunaan beban pada
sendi
4 Modifikasi aktivitas
5 Menurunkan berat badan
6 Rehabilitasi medik fisioterapi
a Latihan statis dan memperkuat otot-otot
b Fisioterapi yang berguna untuk mengurangi nyeri menguatkan otot
dan menambah luas pergerakan sendi
7 Penggunaan alat bantu
Farmakologis
1 Sistemik
a Analgetik
Non narkotik parasetamol
Opioid (kodein tramadol)
b Antiinflamasi nonsteroid (NSAIDs)
Oral
Injeksi
Suppositoria
27
c DMOADs (disease modifying OA drugs)
Diantara nutraceutical yang saat ini tersedia di Indonesia adalah
Glucosamine sulfate dan Chondroitine sulfate
2 Topikal
a Krim rubefacients dan capsaicin
Beberapa sediaan telah tersedia di Indonesia dengan cara kerja pada
umumnya bersifat counter irritant
b Krim NSAIDs
Beberapa yang dapat digunakan adalah gel piroxicam dan sodium
diklofenak
3 Injeksi intraartikularintra lesi
Pada dasarnya ada 2 indikasi suntikan intra artikular yakni penanganan
simtomatik dengan steroid dan viskosuplementasi dengan hyaluronan
untuk modifikasi perjalanan penyakit Beberapa preparat injeksi
intraartikular diantaranya
a Steroid ( triamsinolone hexacetonide dan methyl prednisolone )
Hanya diberikan jika ada satu atau dua sendi yang mengalami
nyeri dan inflamasi yang kurang responsif terhadap pemberian
NSAIDs tak dapat mentolerir NSAIDs atau ada komorbiditas yang
merupakan kontra indikasi terhadap pemberian NSAIDs
Dosis untuk sendi besar seperti lutut 40-50 mginjeksi
sedangkan untuk sendi-sendi kecil biasanya digunakan dosis 10 mg
b Hyaluronan high molecular weight dan low molecular weight
Diberikan berturut-turut 5 sampai 6 kali dengan interval satu
minggu masing-masing 2 sampai 25 ml Hyaluronan Sediaan di
Indonesia diantaranya adalah Hyalgan dan Osflex
4 Pembedahan
Sebelum diputuskan untuk terapi pembedahan harus dipertimbangkan
terlebih dahulu risiko dan keuntungannya Pertimbangan dilakukan
tindakan operatif bila
28
a Deformitas menimbulkan gangguan mobilisasi
b Nyeri yang tidak dapat teratasi dengan penganan medikamentosa
dan rehabilitatif
Ada 2 tipe terapi pembedahan Realignment osteotomi dan replacement
joint
Macam-macam operasi sendi lutut untuk osteoarthritis
a Partial replacementunicompartemental
b High tibial osteotomy orang muda
c Patella amp condyle resurfacing
d Minimally constrained total replacement stabilitas sendi dilakukan
sebagian oleh ligament asli dan sebagian oleh sendi buatan
e Cinstrained joint fixed hinges dipakai bila ada tulang hilang dan
severe instability
f Total knee replacement apabila didapatkan nyeri deformitas
instability akibat dari rheumatoid atau osteoarthritis
29
Gambar 21 Piramida Penatalaksanaan Osteoartritis
BAB III
DISKUSI DAN PEMBAHASAN
OA adalah penyakit degenerasi kartilago artikuler yang berlangsung secara
perlahan dan ditandai dengan nyeri sendi kekakuan dan keterbatasan gerak yang
berkembang secara progresif Tanda-tanda tersebut ditemukan pada penderita ini
Berdasarkan etiologinya OA diklasifikasikan menjadi dua yaitu OA
primer dan OA sekunder OA primer disebut juga OA idiopatik yaitu OA yang
kausanya tidak diketahui dan tidak ada hubungannya dengan penyakit sistemik
maupun proses perubahan lokal pada sendi OA sekunder adalah OA yang
didasari oleh adanya kelainan endokrin trauma inflamasi metabolik
pertumbuhan herediter jejas mikro dan makro serta imobilisasi yang terlalu lama
faktor mekanik penyakit deposit kalsium penyakit tulang dan sendi lainnya serta
neuropatik endemik Beberapa faktor risiko yang diketahui berhubungan dengan
penyakit OA diantaranya faktor risiko umum yang penting seperti kegemukan
faktor genetik dan jenis kelamin serta beberapa faktor risiko lain seperti usia lebih
dari 40 tahun suku bangsa cedera sendi pekerjaan olahraga kelainan
pertumbuhan kepadatan tulang dan lain-lain Pada penderita ini berdasarkan
30
anamnesis riwayat sosialnya penderita adalah seorang wanita berusia 75 tahun
yang meskipun tidak melakukan pekerjaan yang berat tetapi dirinya tetap
menjalankan pekerjaan rumah tangga (sebelum sakit) yang notabene banyak
menggunakan sendi lutut Selain itu dari pemeriksaan fisik penderita ini juga
mengalami kegemukan Kondisi-kondisi pada penderita ini merupakan faktor
risiko sekunder terjadinya OA Jadi dapat disimpulkan bahwa penyebab OA pada
penderita ini bukan termasuk faktor risiko OA primer
Penderita datang dengan keluhan nyeri pada kedua sendi lutut sejak plusmn 1
tahun SMRS dan puncaknya 2 hari SMRS dimana penderita sudah tidak bisa
berjalan lagi Nyeri sendi merupakan keluhan yang umum terjadi pada penyakit
reumatik seperti artritis gout OA keganasan reumatik septik dan lain
sebagainya Pada penderita ini nyeri terlokalisir pada lutut tanpa adanya nyeri
pada sendi yang lain nyeri bertambah saat melakukan gerakan (seperti berjalan)
dan berkurang apabila beristirahat Tidak ada demam Nyeri tidak menetap
sepanjang hari Nyeri seperti ini biasanya ditemukan pada OA
Penderita juga mengeluh kaku sendi Kaku sendi dirasakan penderita pada
pagi hari Keadaan ini biasanya disebabkan oleh desakan cairan yang berada di
sekitar jaringan yang mengalami inflamasi (kapsul sendi sinovial atau bursa)
Kaku sendi makin nyata pada pagi hari atau setelah istirahat Setelah digerak-
gerakkan cairan akan menyebar dari jaringan yang mengalami inflamasi sehingga
penderita merasa terlepas dari ikatan dan bisa menggerakkan sendinya kembali
Lama kaku sendi pada OA adalah kurang dari 30 menit sedangkan pada AR
minimal satu jam Pada penderita ini kaku sendi juga dirasakan pada pagi hari
selama plusmn 20-30 menit dan menghilang dengan sendirinya bila penderita
menggerakkan kakinya dengan beraktivitas seperti biasa Hal ini sesuai untuk
mendukung keluhan pada penderita OA
Penderita juga mengalami bengkak pada kedua lutut Bengkak dirasakan
oleh penderita sejak 6 bulan SMRS Sendi yang membengkak bisa disebabkan
oleh penonjolan tulang sinovitis efusi dan karena adanya osteofit yang dapat
mengubah permukaan sendi Pada penderita ditemukan osteofit pada pemeriksaan
rontgent
31
29
Pemeriksaan fisik lokalis pada kedua sendi lutut didapatkan pada
inspeksi didapatkan pembesaran bengkak pada kedua sendi lutut dengan tidak
ada perubahan warna kulit Palpasi pada kedua sendi lutut didapatkan nyeri tekan
dan pada perabaan dirasakan hangat Pemeriksaan gerak sendi didapat
keterbatasan gerak fleksi yaitu hanya dapat mengerakkan lutut sebesar 60deg
Hambatan gerak terutama disebabkan oleh adanya remodelling osteofit penebalan
kapsul dan juga adanya efusi Pada auskultasi sendi lutut penderita ditemukan
adanya krepitasi dimana terdengar suara gemeretak ldquokretek-kretekrdquo seperti suara
krupuk yang diremukkan Gejala ini mungkin disebabkan karena gesekan kedua
permukaan tulang sendi yang irregular pada saat sendi digerakkan ataupun secara
pasif dimanipulasi
Pemeriksaan radiologis pada penderita ini didapatkan adanya gambaran
berupa penyempitan sendi dan osteofit pada pinggir sendi Menipisnya rawan
sendi diawali dengan retak dan terbelahnya permukaan sendi di beberapa tempat
yang kemudian menyatu dan disebut sebagai fibrilasi Di lain pihak pada tulang
akan terjadi pula perubahan sebagai reaksi tubuh untuk memperbaiki kerusakan
Perubahan itu adalah penebalan tulang subkondral dan pembentukan osteofit
marginal disusul kemudian dengan perubahan komposisi molekular dan struktur
tulang Penipisan kartilago sendi akibat proses degeneratif memberi gambaran
penyempitan celah sendi yang tidak simetris pada foto polos radiologi Fungsi
kartilago sendi berkurang bahkan menghilang mengakibatkan beban stres di
daerah subkhondral bertambah Beberapa subkhondral tersebut dapat diamati pada
poto polos radiologi berupa pembentukan osteofit sklerotik subkhondral maupun
pembentukan kista subkhondral Pada penderita ini ditemukan adanya
pembentukan osteofit pada condylus lateralis dan medialis os tibio femoralis
Pada OA anamnesa (gejala klinis) pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
radiologi sudah dapat menunjang penegakan diagnosis Hasil pemeriksaan
laboratorium pada OA biasanya tidak banyak berguna Darah tepi (Hb Leukosit
dan LED) dalam batas normal kecuali OA generalisata yang harus dibedakan
dengan arthritis peradangan Pada OA yang disertai peradangan mungkin
didapatkan penurunan viskositas pleositosis sedang hingga ringan serta
32
peningkatan ringan sel radang (lt8000m) gt1 Pada penderita ini dilakukan
pemeriksaan laboratorium darah lengkap kimia darah dan urin lengkap karena
pemeriksaan tersebut merupakan pemeriksaan rutin Dari hasil pemeriksaan
laboratorium pada penderita ini tidak ditemukan adanya kelainan
Diagnosis OA sudah bisa ditegakkan secara klinis dengan memakai
kriteria OA yang dibuat oleh Subcommittee American College of Rheumatology
(ACR) Kriteria OA lutut secara klinis laboratorium dan radiologis adalah adanya
nyeri lutut osteofit dan salah satu dari tanda berikut yaitu usia lebih dari 50
tahun kaku sendi kurang dari 30 menit atau adanya krepitus Pada penderita ini
wanita berusia 75 tahun ditemukan memiliki keluhan nyeri kedua sendi lutut
terdapat kaku sendi selama 20-30 menit terdapat krepitus dan pada pemeriksaan
radiologi ditemukan adanya osteofit
Pengelolaan penderita dengan OA bertujuan untuk menghilangkan
keluhan mengoptimalkan fungsi sendi mengurangi ketergantungan dan
meningkatkan kualitas hidup menghambat progresivitas penyakit dan mencegah
komplikasi Pilar terapi OA non farmakologis (edukasi terapi fisik
dietpenurunan berat badan) farmakologis (analgetik kortikosteroid lokal
sistemik kondroprotektif dan biologik) dan pembedahan
Edukasi sangat penting bagi semua pasien OA Dua hal yang menjadi
tujuan edukasi adalah bagaimana mengatasi nyeri dan disabilitas Pemberian
edukasi pada penderita ini sangat penting karena dengan edukasi diharapkan
pengetahuan penderita mengenai penyakit OA menjadi meningkat dan pengobatan
menjadi lebih mudah serta dapat diajak bersama-sama untuk mencegah kerusakan
organ sendi lebih lanjut Edukasi yang diberikan pada penderita ini yaitu
memberikan pengertian bahwa OA adalah penyakit yang kronik sehingga perlu
dipahami bahwa mungkin dalam derajat tertentu akan tetap ada rasa nyeri kaku
dan keterbatasan gerak serta fungsi Selain itu agar rasa nyeri dapat berkurang
maka penderita hendaknya mengurangi aktivitaspekerjaannya sehingga tidak
terlalu banyak menggunakan sendi lutut dan lebih banyak beristirahat Penderita
juga disarankan untuk kembali kontrol sehingga dapat diketahui apakah
33
penyakitnya sudah membaik atau ternyata ada efek samping akibat obat yang
diberikan
Terapi fisik bertujuan untuk melatih penderita agar persendiannya tetap
dapat dipakai dan melatih penderita untuk melindungi sendi yang sakit Pada
penderita ini dianjurkan untuk berolah raga tapi olah raga yang memperberat
sendi sebaiknya dihindari seperti lari atau joging Hal ini dikarenakan dapat
menambah inflamasi meningkatkan tekanan intraartikular bila ada efusi sendi dan
bahkan bisa menyebabkan robekan kapsul sendi Untuk mencegah risiko
terjadinya kecacatan pada sendi sebaiknya dilakukan olah raga peregangan otot
seperti mQuadrisep femoris dengan peregangan otot diharapkan dapat membantu
dalam peningkatan fungsi sendi secara keseluruhan dan mengurangi nyeri Pada
penderita ini disarankan untuk senam lantai 3 kali seminggu dimana pasien
mengambil posisi terlentang sambil meregangkan lututnya dengan cara
mengangkat kaki dan secara perlahan menekuk dan meluruskan lututnya Olah
raga ini sangat mudah dilakukan apalagi mengingat usia penderita yang sudah
mencapai 75 tahun
Diet bertujuan untuk menurunkan berat badan pada penderita OA yang
gemuk Hal ini sebaiknya menjadi program utama pengobatan OA Penurunan
berat badan seringkali dapat mengurangi keluhan dan peradangan Selain itu
obesitas juga dapat meningkatkan risiko progresifitas dari OA Pada penderita ini
disarankan untuk mengurangi berat badan dengan mengatur diet rendah kalori
sampai mungkin mendekati berat badan ideal Dimana prinsipnya adalah
mengurangi kalori yang masuk dibawah energi yang dibutuhkan Penurunan
energi intake yang aman dianjurkan pemberian defisit energi antara 500-1000
kalori perhari sehingga diharapkan akan terjadi pembakaran lemak tubuh dan
penurunan berat badan 05 ndash 1 kg per minggu Biasanya intake energi diberikan
1200-1300 kal per hari dan paling rendah 800 kal per hari Formula yang dapat
digunakan untuk kebutuhan energi berdasarkan berat badan adalah 22kalkgBB
aktualhari dengan cara ini didapatkan defisit energi 1000 kalhari Pada penderita
ini dianjurkan untuk diet 1400 kal perhari agar mencapai BB idealnya yakni
setidaknya mencapai 55 kg Namun cara ini juga memerlukan kehati ndash hatian
34
dikarenakan usia penderita dan daya tahan tubuhnya yang memang sudah tidak
mendukung untuk melakukan usaha diit
Terapi farmakologis pada penderita OA biasanya bersifat simptomatis
Pada tahap awal dapat dicoba analgetik sederhana seperti asetaminofen atau
salisilat Bila tidak ada perbaikan dapat diberikan obat anti inflamasi non steroid
Untuk mengurangi keluhan nyeri pada penderita ini telah diberikan pengobatan
langsung dengan obat anti inflamasi non steroid seperti Na-diklofenak dengan
dosis 3times50 mg tanpa menggunakan obat lini pertama Hal ini dikarenakan keluhan
pada penderita ini sudah cukup berat ditambah pula adanya bengkak dan rasa
hangat di lutut yang tidak hilang dengan obat analgetik sederhana ( seperti yang
biasa dikonsumsi penderita) Na-diklofenak merupakan obat golongan OAINS
COX-1 inhibitor yang non-selektif dimana obat ini diberikan pada penderita
karena tidak terdapat riwayat pernah menderita gangguan gastrointestinal Namun
mengingat usia penderita yang memang sudah lanjut maka penderita juga
diberikan obat pelapis lambung untuk menjaga kondisi saluran pencernaannya Di
sini penderita diberikan obat golongan PPI (Omeprazole 2 x 20 mg) Setelah
dievaluasi beberapa hari ternyata keluhan nyeri dan bengkak pada penderita tidak
kunjung ada perubahan maka ditambahkan pula obat steroid injeksi dimana
pilihannya adalah InjTriamcinolon 1 Amp24 jam (Inj Flamicort) Selain itu
pasien juga dikonsulkan ke spesialis rehabilitasi medis untuk dilakukan
fisioterapi
Terapi pembedahan Terapi ini diberikan apabila terapi farmakologis dan
rehabilitasi tidak berhasil untuk mengurangi rasa sakit dan juga untuk melakukan
koreksi apabila terjadi deformitas yang menimbulkan gangguan mobilisasi sendi
yang mengganggu aktifitas sehari-hari Pada penderita ini tidak sampai dilakukan
terapi pembedahan
35
DAFTAR PUSTAKA
1 Soeroso J Isbagio H Kalim H Broto R Pramudiyo R Osteoartritis In
Sudoyo AW Setiyohadi B Alwi I Simadibrata M Setiati S editors Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam 4th ed Jakarta Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit
Dalam Fakultas Kedokteran Indonesia 2006 p 1195-201
2 Osteoarthritis Wikipedia The Free Encyclopedia [serial on the internet]
2009 [cited 2009 Sep 1] Available from
httpenwikipediaorgwikiOsteoarthritis
3 Reginster JY The Prevalence and Burden of Osteoarthritis Rheumatology
2002 41 (suppl 1) 3 ndash 6
4 Wibowo Dhidik Tri Kurniawan Yusuf Latifah Tati Gunadi Rachmat
Perancangan dan Implementasi Sistem Bantu Diagnosis Penyakit
Osteoartritis dan Reumatoid Artritis Melalui Deteksi Penyempitan Celah
Sendi pada Citra X-Ray Tangan dan Lutut Dalam Temu Ilmiah
Reumatologi Jakarta 2003 168 ndash 172
5 Konggres Nasional Ikatan Reumatologi Indonesia VI httppemda-
diygoidberita 2005 102140
36
6 Arthritis Research Campaign 2000 Available at
httpwwwarcorgukabout_arthastatshtm
7 Felson DT Zhang Y Hannan MT et al The Incidence and Natural
History of Knee Osteoarthritis in the Elderly The Framingham
Osteoarthritis Study Arthritis Rheumatology 1995 38 1500 ndash 1505
8 Felson DT Zhang Y An Update on the Epidemiology of Knee and Hip
Osteoarthritis with a View to Prevention Arthritis Rheumatology 1998
41 1343 ndash 1355
9 Setiyohadi Bambang Osteoartritis Selayang Pandang Dalam Temu Ilmiah
Reumatologi Jakarta 2003 27 ndash 31
10 Klippel John H Dieppe Paul A Brooks Peter et al Osteoarthritis In
Rheumatology United Kingdom Mosby ndash Year Book Europe Limited
1994 21 ndash 106
11 Abbate L Renner JB Stevens J et al Do Body Composition and Body Fat
Distribution Explain Ethnic Differences in Radiographic Knee
Osteoarthritis Outcomes in African -American and Caucasian Women The
North American Association for the Study of Obesity 2006 14 1274 ndash
1281
12 Amin Niu Jingbo Hunter David et al Smoking Worsens Knee
Osteoarthritis News Center Oklahoma City Oklahoma USA 2006 1 ndash 4
13 McAlindon Timothy E Felson David T Zhang Yuqing et al Relation of
Dietary Intake and Serum Levels of Vitamin D to Progression of
Osteoarthritis of the Knee Among Participants in the Framingham Study
14 Englund M and Lohmander LS Patellofemoral Osteoarthritis Coexistent
with Tibiofemoral Osteoarthritis in a Meniscectomy Population Annals of
the Rheumatic Diseases 2005 64 1721 ndash 1726
15 Carter MA Osteoartritis In Price SA Wilson LM Patofisiologi konsep
klinis proses-proses penyakit 6th ed Jakarta EGC 2006 p 1380-4
16 Altman RD Criteria for the Classification of Osteoarthritis Journal of
Rheumatology 1991 27 (suppl) 10 ndash 12
37
17 Milne AD Evans NA Stanish WD Nonoperative Management of Knee
Osteoarthritis In Hartono IM Studi komparasi antara WOMAC index
dengan Kellgren-Lawrence grading system pada penderita osteoarthritis
genu [PPDS1 thesis] Semarang Medical Faculty Diponegoro University
2007 p 12
18 Haq I Murphy E Dacre J Osteoarthritis Review Postgrad Med J 2003
79 377 ndash 383
19 Anonim [1986] Criteria for classification of idiopathic osteoarthtritis (OA)
of the knee American College of Rheumatology [serial on the internet]
2010 [cited 2010 Jan 20] Available from
httpwwwrheumatologyorgpublicationsclassificationoakneeasp
aud=mem
38
- BAB I
- ILUSTRASI KASUS
- 1 Pemeriksaan EKG
- X ndash Ray Pelvis AP
- BAB III
- DISKUSI DAN PEMBAHASAN
-
c DMOADs (disease modifying OA drugs)
Diantara nutraceutical yang saat ini tersedia di Indonesia adalah
Glucosamine sulfate dan Chondroitine sulfate
2 Topikal
a Krim rubefacients dan capsaicin
Beberapa sediaan telah tersedia di Indonesia dengan cara kerja pada
umumnya bersifat counter irritant
b Krim NSAIDs
Beberapa yang dapat digunakan adalah gel piroxicam dan sodium
diklofenak
3 Injeksi intraartikularintra lesi
Pada dasarnya ada 2 indikasi suntikan intra artikular yakni penanganan
simtomatik dengan steroid dan viskosuplementasi dengan hyaluronan
untuk modifikasi perjalanan penyakit Beberapa preparat injeksi
intraartikular diantaranya
a Steroid ( triamsinolone hexacetonide dan methyl prednisolone )
Hanya diberikan jika ada satu atau dua sendi yang mengalami
nyeri dan inflamasi yang kurang responsif terhadap pemberian
NSAIDs tak dapat mentolerir NSAIDs atau ada komorbiditas yang
merupakan kontra indikasi terhadap pemberian NSAIDs
Dosis untuk sendi besar seperti lutut 40-50 mginjeksi
sedangkan untuk sendi-sendi kecil biasanya digunakan dosis 10 mg
b Hyaluronan high molecular weight dan low molecular weight
Diberikan berturut-turut 5 sampai 6 kali dengan interval satu
minggu masing-masing 2 sampai 25 ml Hyaluronan Sediaan di
Indonesia diantaranya adalah Hyalgan dan Osflex
4 Pembedahan
Sebelum diputuskan untuk terapi pembedahan harus dipertimbangkan
terlebih dahulu risiko dan keuntungannya Pertimbangan dilakukan
tindakan operatif bila
28
a Deformitas menimbulkan gangguan mobilisasi
b Nyeri yang tidak dapat teratasi dengan penganan medikamentosa
dan rehabilitatif
Ada 2 tipe terapi pembedahan Realignment osteotomi dan replacement
joint
Macam-macam operasi sendi lutut untuk osteoarthritis
a Partial replacementunicompartemental
b High tibial osteotomy orang muda
c Patella amp condyle resurfacing
d Minimally constrained total replacement stabilitas sendi dilakukan
sebagian oleh ligament asli dan sebagian oleh sendi buatan
e Cinstrained joint fixed hinges dipakai bila ada tulang hilang dan
severe instability
f Total knee replacement apabila didapatkan nyeri deformitas
instability akibat dari rheumatoid atau osteoarthritis
29
Gambar 21 Piramida Penatalaksanaan Osteoartritis
BAB III
DISKUSI DAN PEMBAHASAN
OA adalah penyakit degenerasi kartilago artikuler yang berlangsung secara
perlahan dan ditandai dengan nyeri sendi kekakuan dan keterbatasan gerak yang
berkembang secara progresif Tanda-tanda tersebut ditemukan pada penderita ini
Berdasarkan etiologinya OA diklasifikasikan menjadi dua yaitu OA
primer dan OA sekunder OA primer disebut juga OA idiopatik yaitu OA yang
kausanya tidak diketahui dan tidak ada hubungannya dengan penyakit sistemik
maupun proses perubahan lokal pada sendi OA sekunder adalah OA yang
didasari oleh adanya kelainan endokrin trauma inflamasi metabolik
pertumbuhan herediter jejas mikro dan makro serta imobilisasi yang terlalu lama
faktor mekanik penyakit deposit kalsium penyakit tulang dan sendi lainnya serta
neuropatik endemik Beberapa faktor risiko yang diketahui berhubungan dengan
penyakit OA diantaranya faktor risiko umum yang penting seperti kegemukan
faktor genetik dan jenis kelamin serta beberapa faktor risiko lain seperti usia lebih
dari 40 tahun suku bangsa cedera sendi pekerjaan olahraga kelainan
pertumbuhan kepadatan tulang dan lain-lain Pada penderita ini berdasarkan
30
anamnesis riwayat sosialnya penderita adalah seorang wanita berusia 75 tahun
yang meskipun tidak melakukan pekerjaan yang berat tetapi dirinya tetap
menjalankan pekerjaan rumah tangga (sebelum sakit) yang notabene banyak
menggunakan sendi lutut Selain itu dari pemeriksaan fisik penderita ini juga
mengalami kegemukan Kondisi-kondisi pada penderita ini merupakan faktor
risiko sekunder terjadinya OA Jadi dapat disimpulkan bahwa penyebab OA pada
penderita ini bukan termasuk faktor risiko OA primer
Penderita datang dengan keluhan nyeri pada kedua sendi lutut sejak plusmn 1
tahun SMRS dan puncaknya 2 hari SMRS dimana penderita sudah tidak bisa
berjalan lagi Nyeri sendi merupakan keluhan yang umum terjadi pada penyakit
reumatik seperti artritis gout OA keganasan reumatik septik dan lain
sebagainya Pada penderita ini nyeri terlokalisir pada lutut tanpa adanya nyeri
pada sendi yang lain nyeri bertambah saat melakukan gerakan (seperti berjalan)
dan berkurang apabila beristirahat Tidak ada demam Nyeri tidak menetap
sepanjang hari Nyeri seperti ini biasanya ditemukan pada OA
Penderita juga mengeluh kaku sendi Kaku sendi dirasakan penderita pada
pagi hari Keadaan ini biasanya disebabkan oleh desakan cairan yang berada di
sekitar jaringan yang mengalami inflamasi (kapsul sendi sinovial atau bursa)
Kaku sendi makin nyata pada pagi hari atau setelah istirahat Setelah digerak-
gerakkan cairan akan menyebar dari jaringan yang mengalami inflamasi sehingga
penderita merasa terlepas dari ikatan dan bisa menggerakkan sendinya kembali
Lama kaku sendi pada OA adalah kurang dari 30 menit sedangkan pada AR
minimal satu jam Pada penderita ini kaku sendi juga dirasakan pada pagi hari
selama plusmn 20-30 menit dan menghilang dengan sendirinya bila penderita
menggerakkan kakinya dengan beraktivitas seperti biasa Hal ini sesuai untuk
mendukung keluhan pada penderita OA
Penderita juga mengalami bengkak pada kedua lutut Bengkak dirasakan
oleh penderita sejak 6 bulan SMRS Sendi yang membengkak bisa disebabkan
oleh penonjolan tulang sinovitis efusi dan karena adanya osteofit yang dapat
mengubah permukaan sendi Pada penderita ditemukan osteofit pada pemeriksaan
rontgent
31
29
Pemeriksaan fisik lokalis pada kedua sendi lutut didapatkan pada
inspeksi didapatkan pembesaran bengkak pada kedua sendi lutut dengan tidak
ada perubahan warna kulit Palpasi pada kedua sendi lutut didapatkan nyeri tekan
dan pada perabaan dirasakan hangat Pemeriksaan gerak sendi didapat
keterbatasan gerak fleksi yaitu hanya dapat mengerakkan lutut sebesar 60deg
Hambatan gerak terutama disebabkan oleh adanya remodelling osteofit penebalan
kapsul dan juga adanya efusi Pada auskultasi sendi lutut penderita ditemukan
adanya krepitasi dimana terdengar suara gemeretak ldquokretek-kretekrdquo seperti suara
krupuk yang diremukkan Gejala ini mungkin disebabkan karena gesekan kedua
permukaan tulang sendi yang irregular pada saat sendi digerakkan ataupun secara
pasif dimanipulasi
Pemeriksaan radiologis pada penderita ini didapatkan adanya gambaran
berupa penyempitan sendi dan osteofit pada pinggir sendi Menipisnya rawan
sendi diawali dengan retak dan terbelahnya permukaan sendi di beberapa tempat
yang kemudian menyatu dan disebut sebagai fibrilasi Di lain pihak pada tulang
akan terjadi pula perubahan sebagai reaksi tubuh untuk memperbaiki kerusakan
Perubahan itu adalah penebalan tulang subkondral dan pembentukan osteofit
marginal disusul kemudian dengan perubahan komposisi molekular dan struktur
tulang Penipisan kartilago sendi akibat proses degeneratif memberi gambaran
penyempitan celah sendi yang tidak simetris pada foto polos radiologi Fungsi
kartilago sendi berkurang bahkan menghilang mengakibatkan beban stres di
daerah subkhondral bertambah Beberapa subkhondral tersebut dapat diamati pada
poto polos radiologi berupa pembentukan osteofit sklerotik subkhondral maupun
pembentukan kista subkhondral Pada penderita ini ditemukan adanya
pembentukan osteofit pada condylus lateralis dan medialis os tibio femoralis
Pada OA anamnesa (gejala klinis) pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
radiologi sudah dapat menunjang penegakan diagnosis Hasil pemeriksaan
laboratorium pada OA biasanya tidak banyak berguna Darah tepi (Hb Leukosit
dan LED) dalam batas normal kecuali OA generalisata yang harus dibedakan
dengan arthritis peradangan Pada OA yang disertai peradangan mungkin
didapatkan penurunan viskositas pleositosis sedang hingga ringan serta
32
peningkatan ringan sel radang (lt8000m) gt1 Pada penderita ini dilakukan
pemeriksaan laboratorium darah lengkap kimia darah dan urin lengkap karena
pemeriksaan tersebut merupakan pemeriksaan rutin Dari hasil pemeriksaan
laboratorium pada penderita ini tidak ditemukan adanya kelainan
Diagnosis OA sudah bisa ditegakkan secara klinis dengan memakai
kriteria OA yang dibuat oleh Subcommittee American College of Rheumatology
(ACR) Kriteria OA lutut secara klinis laboratorium dan radiologis adalah adanya
nyeri lutut osteofit dan salah satu dari tanda berikut yaitu usia lebih dari 50
tahun kaku sendi kurang dari 30 menit atau adanya krepitus Pada penderita ini
wanita berusia 75 tahun ditemukan memiliki keluhan nyeri kedua sendi lutut
terdapat kaku sendi selama 20-30 menit terdapat krepitus dan pada pemeriksaan
radiologi ditemukan adanya osteofit
Pengelolaan penderita dengan OA bertujuan untuk menghilangkan
keluhan mengoptimalkan fungsi sendi mengurangi ketergantungan dan
meningkatkan kualitas hidup menghambat progresivitas penyakit dan mencegah
komplikasi Pilar terapi OA non farmakologis (edukasi terapi fisik
dietpenurunan berat badan) farmakologis (analgetik kortikosteroid lokal
sistemik kondroprotektif dan biologik) dan pembedahan
Edukasi sangat penting bagi semua pasien OA Dua hal yang menjadi
tujuan edukasi adalah bagaimana mengatasi nyeri dan disabilitas Pemberian
edukasi pada penderita ini sangat penting karena dengan edukasi diharapkan
pengetahuan penderita mengenai penyakit OA menjadi meningkat dan pengobatan
menjadi lebih mudah serta dapat diajak bersama-sama untuk mencegah kerusakan
organ sendi lebih lanjut Edukasi yang diberikan pada penderita ini yaitu
memberikan pengertian bahwa OA adalah penyakit yang kronik sehingga perlu
dipahami bahwa mungkin dalam derajat tertentu akan tetap ada rasa nyeri kaku
dan keterbatasan gerak serta fungsi Selain itu agar rasa nyeri dapat berkurang
maka penderita hendaknya mengurangi aktivitaspekerjaannya sehingga tidak
terlalu banyak menggunakan sendi lutut dan lebih banyak beristirahat Penderita
juga disarankan untuk kembali kontrol sehingga dapat diketahui apakah
33
penyakitnya sudah membaik atau ternyata ada efek samping akibat obat yang
diberikan
Terapi fisik bertujuan untuk melatih penderita agar persendiannya tetap
dapat dipakai dan melatih penderita untuk melindungi sendi yang sakit Pada
penderita ini dianjurkan untuk berolah raga tapi olah raga yang memperberat
sendi sebaiknya dihindari seperti lari atau joging Hal ini dikarenakan dapat
menambah inflamasi meningkatkan tekanan intraartikular bila ada efusi sendi dan
bahkan bisa menyebabkan robekan kapsul sendi Untuk mencegah risiko
terjadinya kecacatan pada sendi sebaiknya dilakukan olah raga peregangan otot
seperti mQuadrisep femoris dengan peregangan otot diharapkan dapat membantu
dalam peningkatan fungsi sendi secara keseluruhan dan mengurangi nyeri Pada
penderita ini disarankan untuk senam lantai 3 kali seminggu dimana pasien
mengambil posisi terlentang sambil meregangkan lututnya dengan cara
mengangkat kaki dan secara perlahan menekuk dan meluruskan lututnya Olah
raga ini sangat mudah dilakukan apalagi mengingat usia penderita yang sudah
mencapai 75 tahun
Diet bertujuan untuk menurunkan berat badan pada penderita OA yang
gemuk Hal ini sebaiknya menjadi program utama pengobatan OA Penurunan
berat badan seringkali dapat mengurangi keluhan dan peradangan Selain itu
obesitas juga dapat meningkatkan risiko progresifitas dari OA Pada penderita ini
disarankan untuk mengurangi berat badan dengan mengatur diet rendah kalori
sampai mungkin mendekati berat badan ideal Dimana prinsipnya adalah
mengurangi kalori yang masuk dibawah energi yang dibutuhkan Penurunan
energi intake yang aman dianjurkan pemberian defisit energi antara 500-1000
kalori perhari sehingga diharapkan akan terjadi pembakaran lemak tubuh dan
penurunan berat badan 05 ndash 1 kg per minggu Biasanya intake energi diberikan
1200-1300 kal per hari dan paling rendah 800 kal per hari Formula yang dapat
digunakan untuk kebutuhan energi berdasarkan berat badan adalah 22kalkgBB
aktualhari dengan cara ini didapatkan defisit energi 1000 kalhari Pada penderita
ini dianjurkan untuk diet 1400 kal perhari agar mencapai BB idealnya yakni
setidaknya mencapai 55 kg Namun cara ini juga memerlukan kehati ndash hatian
34
dikarenakan usia penderita dan daya tahan tubuhnya yang memang sudah tidak
mendukung untuk melakukan usaha diit
Terapi farmakologis pada penderita OA biasanya bersifat simptomatis
Pada tahap awal dapat dicoba analgetik sederhana seperti asetaminofen atau
salisilat Bila tidak ada perbaikan dapat diberikan obat anti inflamasi non steroid
Untuk mengurangi keluhan nyeri pada penderita ini telah diberikan pengobatan
langsung dengan obat anti inflamasi non steroid seperti Na-diklofenak dengan
dosis 3times50 mg tanpa menggunakan obat lini pertama Hal ini dikarenakan keluhan
pada penderita ini sudah cukup berat ditambah pula adanya bengkak dan rasa
hangat di lutut yang tidak hilang dengan obat analgetik sederhana ( seperti yang
biasa dikonsumsi penderita) Na-diklofenak merupakan obat golongan OAINS
COX-1 inhibitor yang non-selektif dimana obat ini diberikan pada penderita
karena tidak terdapat riwayat pernah menderita gangguan gastrointestinal Namun
mengingat usia penderita yang memang sudah lanjut maka penderita juga
diberikan obat pelapis lambung untuk menjaga kondisi saluran pencernaannya Di
sini penderita diberikan obat golongan PPI (Omeprazole 2 x 20 mg) Setelah
dievaluasi beberapa hari ternyata keluhan nyeri dan bengkak pada penderita tidak
kunjung ada perubahan maka ditambahkan pula obat steroid injeksi dimana
pilihannya adalah InjTriamcinolon 1 Amp24 jam (Inj Flamicort) Selain itu
pasien juga dikonsulkan ke spesialis rehabilitasi medis untuk dilakukan
fisioterapi
Terapi pembedahan Terapi ini diberikan apabila terapi farmakologis dan
rehabilitasi tidak berhasil untuk mengurangi rasa sakit dan juga untuk melakukan
koreksi apabila terjadi deformitas yang menimbulkan gangguan mobilisasi sendi
yang mengganggu aktifitas sehari-hari Pada penderita ini tidak sampai dilakukan
terapi pembedahan
35
DAFTAR PUSTAKA
1 Soeroso J Isbagio H Kalim H Broto R Pramudiyo R Osteoartritis In
Sudoyo AW Setiyohadi B Alwi I Simadibrata M Setiati S editors Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam 4th ed Jakarta Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit
Dalam Fakultas Kedokteran Indonesia 2006 p 1195-201
2 Osteoarthritis Wikipedia The Free Encyclopedia [serial on the internet]
2009 [cited 2009 Sep 1] Available from
httpenwikipediaorgwikiOsteoarthritis
3 Reginster JY The Prevalence and Burden of Osteoarthritis Rheumatology
2002 41 (suppl 1) 3 ndash 6
4 Wibowo Dhidik Tri Kurniawan Yusuf Latifah Tati Gunadi Rachmat
Perancangan dan Implementasi Sistem Bantu Diagnosis Penyakit
Osteoartritis dan Reumatoid Artritis Melalui Deteksi Penyempitan Celah
Sendi pada Citra X-Ray Tangan dan Lutut Dalam Temu Ilmiah
Reumatologi Jakarta 2003 168 ndash 172
5 Konggres Nasional Ikatan Reumatologi Indonesia VI httppemda-
diygoidberita 2005 102140
36
6 Arthritis Research Campaign 2000 Available at
httpwwwarcorgukabout_arthastatshtm
7 Felson DT Zhang Y Hannan MT et al The Incidence and Natural
History of Knee Osteoarthritis in the Elderly The Framingham
Osteoarthritis Study Arthritis Rheumatology 1995 38 1500 ndash 1505
8 Felson DT Zhang Y An Update on the Epidemiology of Knee and Hip
Osteoarthritis with a View to Prevention Arthritis Rheumatology 1998
41 1343 ndash 1355
9 Setiyohadi Bambang Osteoartritis Selayang Pandang Dalam Temu Ilmiah
Reumatologi Jakarta 2003 27 ndash 31
10 Klippel John H Dieppe Paul A Brooks Peter et al Osteoarthritis In
Rheumatology United Kingdom Mosby ndash Year Book Europe Limited
1994 21 ndash 106
11 Abbate L Renner JB Stevens J et al Do Body Composition and Body Fat
Distribution Explain Ethnic Differences in Radiographic Knee
Osteoarthritis Outcomes in African -American and Caucasian Women The
North American Association for the Study of Obesity 2006 14 1274 ndash
1281
12 Amin Niu Jingbo Hunter David et al Smoking Worsens Knee
Osteoarthritis News Center Oklahoma City Oklahoma USA 2006 1 ndash 4
13 McAlindon Timothy E Felson David T Zhang Yuqing et al Relation of
Dietary Intake and Serum Levels of Vitamin D to Progression of
Osteoarthritis of the Knee Among Participants in the Framingham Study
14 Englund M and Lohmander LS Patellofemoral Osteoarthritis Coexistent
with Tibiofemoral Osteoarthritis in a Meniscectomy Population Annals of
the Rheumatic Diseases 2005 64 1721 ndash 1726
15 Carter MA Osteoartritis In Price SA Wilson LM Patofisiologi konsep
klinis proses-proses penyakit 6th ed Jakarta EGC 2006 p 1380-4
16 Altman RD Criteria for the Classification of Osteoarthritis Journal of
Rheumatology 1991 27 (suppl) 10 ndash 12
37
17 Milne AD Evans NA Stanish WD Nonoperative Management of Knee
Osteoarthritis In Hartono IM Studi komparasi antara WOMAC index
dengan Kellgren-Lawrence grading system pada penderita osteoarthritis
genu [PPDS1 thesis] Semarang Medical Faculty Diponegoro University
2007 p 12
18 Haq I Murphy E Dacre J Osteoarthritis Review Postgrad Med J 2003
79 377 ndash 383
19 Anonim [1986] Criteria for classification of idiopathic osteoarthtritis (OA)
of the knee American College of Rheumatology [serial on the internet]
2010 [cited 2010 Jan 20] Available from
httpwwwrheumatologyorgpublicationsclassificationoakneeasp
aud=mem
38
- BAB I
- ILUSTRASI KASUS
- 1 Pemeriksaan EKG
- X ndash Ray Pelvis AP
- BAB III
- DISKUSI DAN PEMBAHASAN
-
a Deformitas menimbulkan gangguan mobilisasi
b Nyeri yang tidak dapat teratasi dengan penganan medikamentosa
dan rehabilitatif
Ada 2 tipe terapi pembedahan Realignment osteotomi dan replacement
joint
Macam-macam operasi sendi lutut untuk osteoarthritis
a Partial replacementunicompartemental
b High tibial osteotomy orang muda
c Patella amp condyle resurfacing
d Minimally constrained total replacement stabilitas sendi dilakukan
sebagian oleh ligament asli dan sebagian oleh sendi buatan
e Cinstrained joint fixed hinges dipakai bila ada tulang hilang dan
severe instability
f Total knee replacement apabila didapatkan nyeri deformitas
instability akibat dari rheumatoid atau osteoarthritis
29
Gambar 21 Piramida Penatalaksanaan Osteoartritis
BAB III
DISKUSI DAN PEMBAHASAN
OA adalah penyakit degenerasi kartilago artikuler yang berlangsung secara
perlahan dan ditandai dengan nyeri sendi kekakuan dan keterbatasan gerak yang
berkembang secara progresif Tanda-tanda tersebut ditemukan pada penderita ini
Berdasarkan etiologinya OA diklasifikasikan menjadi dua yaitu OA
primer dan OA sekunder OA primer disebut juga OA idiopatik yaitu OA yang
kausanya tidak diketahui dan tidak ada hubungannya dengan penyakit sistemik
maupun proses perubahan lokal pada sendi OA sekunder adalah OA yang
didasari oleh adanya kelainan endokrin trauma inflamasi metabolik
pertumbuhan herediter jejas mikro dan makro serta imobilisasi yang terlalu lama
faktor mekanik penyakit deposit kalsium penyakit tulang dan sendi lainnya serta
neuropatik endemik Beberapa faktor risiko yang diketahui berhubungan dengan
penyakit OA diantaranya faktor risiko umum yang penting seperti kegemukan
faktor genetik dan jenis kelamin serta beberapa faktor risiko lain seperti usia lebih
dari 40 tahun suku bangsa cedera sendi pekerjaan olahraga kelainan
pertumbuhan kepadatan tulang dan lain-lain Pada penderita ini berdasarkan
30
anamnesis riwayat sosialnya penderita adalah seorang wanita berusia 75 tahun
yang meskipun tidak melakukan pekerjaan yang berat tetapi dirinya tetap
menjalankan pekerjaan rumah tangga (sebelum sakit) yang notabene banyak
menggunakan sendi lutut Selain itu dari pemeriksaan fisik penderita ini juga
mengalami kegemukan Kondisi-kondisi pada penderita ini merupakan faktor
risiko sekunder terjadinya OA Jadi dapat disimpulkan bahwa penyebab OA pada
penderita ini bukan termasuk faktor risiko OA primer
Penderita datang dengan keluhan nyeri pada kedua sendi lutut sejak plusmn 1
tahun SMRS dan puncaknya 2 hari SMRS dimana penderita sudah tidak bisa
berjalan lagi Nyeri sendi merupakan keluhan yang umum terjadi pada penyakit
reumatik seperti artritis gout OA keganasan reumatik septik dan lain
sebagainya Pada penderita ini nyeri terlokalisir pada lutut tanpa adanya nyeri
pada sendi yang lain nyeri bertambah saat melakukan gerakan (seperti berjalan)
dan berkurang apabila beristirahat Tidak ada demam Nyeri tidak menetap
sepanjang hari Nyeri seperti ini biasanya ditemukan pada OA
Penderita juga mengeluh kaku sendi Kaku sendi dirasakan penderita pada
pagi hari Keadaan ini biasanya disebabkan oleh desakan cairan yang berada di
sekitar jaringan yang mengalami inflamasi (kapsul sendi sinovial atau bursa)
Kaku sendi makin nyata pada pagi hari atau setelah istirahat Setelah digerak-
gerakkan cairan akan menyebar dari jaringan yang mengalami inflamasi sehingga
penderita merasa terlepas dari ikatan dan bisa menggerakkan sendinya kembali
Lama kaku sendi pada OA adalah kurang dari 30 menit sedangkan pada AR
minimal satu jam Pada penderita ini kaku sendi juga dirasakan pada pagi hari
selama plusmn 20-30 menit dan menghilang dengan sendirinya bila penderita
menggerakkan kakinya dengan beraktivitas seperti biasa Hal ini sesuai untuk
mendukung keluhan pada penderita OA
Penderita juga mengalami bengkak pada kedua lutut Bengkak dirasakan
oleh penderita sejak 6 bulan SMRS Sendi yang membengkak bisa disebabkan
oleh penonjolan tulang sinovitis efusi dan karena adanya osteofit yang dapat
mengubah permukaan sendi Pada penderita ditemukan osteofit pada pemeriksaan
rontgent
31
29
Pemeriksaan fisik lokalis pada kedua sendi lutut didapatkan pada
inspeksi didapatkan pembesaran bengkak pada kedua sendi lutut dengan tidak
ada perubahan warna kulit Palpasi pada kedua sendi lutut didapatkan nyeri tekan
dan pada perabaan dirasakan hangat Pemeriksaan gerak sendi didapat
keterbatasan gerak fleksi yaitu hanya dapat mengerakkan lutut sebesar 60deg
Hambatan gerak terutama disebabkan oleh adanya remodelling osteofit penebalan
kapsul dan juga adanya efusi Pada auskultasi sendi lutut penderita ditemukan
adanya krepitasi dimana terdengar suara gemeretak ldquokretek-kretekrdquo seperti suara
krupuk yang diremukkan Gejala ini mungkin disebabkan karena gesekan kedua
permukaan tulang sendi yang irregular pada saat sendi digerakkan ataupun secara
pasif dimanipulasi
Pemeriksaan radiologis pada penderita ini didapatkan adanya gambaran
berupa penyempitan sendi dan osteofit pada pinggir sendi Menipisnya rawan
sendi diawali dengan retak dan terbelahnya permukaan sendi di beberapa tempat
yang kemudian menyatu dan disebut sebagai fibrilasi Di lain pihak pada tulang
akan terjadi pula perubahan sebagai reaksi tubuh untuk memperbaiki kerusakan
Perubahan itu adalah penebalan tulang subkondral dan pembentukan osteofit
marginal disusul kemudian dengan perubahan komposisi molekular dan struktur
tulang Penipisan kartilago sendi akibat proses degeneratif memberi gambaran
penyempitan celah sendi yang tidak simetris pada foto polos radiologi Fungsi
kartilago sendi berkurang bahkan menghilang mengakibatkan beban stres di
daerah subkhondral bertambah Beberapa subkhondral tersebut dapat diamati pada
poto polos radiologi berupa pembentukan osteofit sklerotik subkhondral maupun
pembentukan kista subkhondral Pada penderita ini ditemukan adanya
pembentukan osteofit pada condylus lateralis dan medialis os tibio femoralis
Pada OA anamnesa (gejala klinis) pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
radiologi sudah dapat menunjang penegakan diagnosis Hasil pemeriksaan
laboratorium pada OA biasanya tidak banyak berguna Darah tepi (Hb Leukosit
dan LED) dalam batas normal kecuali OA generalisata yang harus dibedakan
dengan arthritis peradangan Pada OA yang disertai peradangan mungkin
didapatkan penurunan viskositas pleositosis sedang hingga ringan serta
32
peningkatan ringan sel radang (lt8000m) gt1 Pada penderita ini dilakukan
pemeriksaan laboratorium darah lengkap kimia darah dan urin lengkap karena
pemeriksaan tersebut merupakan pemeriksaan rutin Dari hasil pemeriksaan
laboratorium pada penderita ini tidak ditemukan adanya kelainan
Diagnosis OA sudah bisa ditegakkan secara klinis dengan memakai
kriteria OA yang dibuat oleh Subcommittee American College of Rheumatology
(ACR) Kriteria OA lutut secara klinis laboratorium dan radiologis adalah adanya
nyeri lutut osteofit dan salah satu dari tanda berikut yaitu usia lebih dari 50
tahun kaku sendi kurang dari 30 menit atau adanya krepitus Pada penderita ini
wanita berusia 75 tahun ditemukan memiliki keluhan nyeri kedua sendi lutut
terdapat kaku sendi selama 20-30 menit terdapat krepitus dan pada pemeriksaan
radiologi ditemukan adanya osteofit
Pengelolaan penderita dengan OA bertujuan untuk menghilangkan
keluhan mengoptimalkan fungsi sendi mengurangi ketergantungan dan
meningkatkan kualitas hidup menghambat progresivitas penyakit dan mencegah
komplikasi Pilar terapi OA non farmakologis (edukasi terapi fisik
dietpenurunan berat badan) farmakologis (analgetik kortikosteroid lokal
sistemik kondroprotektif dan biologik) dan pembedahan
Edukasi sangat penting bagi semua pasien OA Dua hal yang menjadi
tujuan edukasi adalah bagaimana mengatasi nyeri dan disabilitas Pemberian
edukasi pada penderita ini sangat penting karena dengan edukasi diharapkan
pengetahuan penderita mengenai penyakit OA menjadi meningkat dan pengobatan
menjadi lebih mudah serta dapat diajak bersama-sama untuk mencegah kerusakan
organ sendi lebih lanjut Edukasi yang diberikan pada penderita ini yaitu
memberikan pengertian bahwa OA adalah penyakit yang kronik sehingga perlu
dipahami bahwa mungkin dalam derajat tertentu akan tetap ada rasa nyeri kaku
dan keterbatasan gerak serta fungsi Selain itu agar rasa nyeri dapat berkurang
maka penderita hendaknya mengurangi aktivitaspekerjaannya sehingga tidak
terlalu banyak menggunakan sendi lutut dan lebih banyak beristirahat Penderita
juga disarankan untuk kembali kontrol sehingga dapat diketahui apakah
33
penyakitnya sudah membaik atau ternyata ada efek samping akibat obat yang
diberikan
Terapi fisik bertujuan untuk melatih penderita agar persendiannya tetap
dapat dipakai dan melatih penderita untuk melindungi sendi yang sakit Pada
penderita ini dianjurkan untuk berolah raga tapi olah raga yang memperberat
sendi sebaiknya dihindari seperti lari atau joging Hal ini dikarenakan dapat
menambah inflamasi meningkatkan tekanan intraartikular bila ada efusi sendi dan
bahkan bisa menyebabkan robekan kapsul sendi Untuk mencegah risiko
terjadinya kecacatan pada sendi sebaiknya dilakukan olah raga peregangan otot
seperti mQuadrisep femoris dengan peregangan otot diharapkan dapat membantu
dalam peningkatan fungsi sendi secara keseluruhan dan mengurangi nyeri Pada
penderita ini disarankan untuk senam lantai 3 kali seminggu dimana pasien
mengambil posisi terlentang sambil meregangkan lututnya dengan cara
mengangkat kaki dan secara perlahan menekuk dan meluruskan lututnya Olah
raga ini sangat mudah dilakukan apalagi mengingat usia penderita yang sudah
mencapai 75 tahun
Diet bertujuan untuk menurunkan berat badan pada penderita OA yang
gemuk Hal ini sebaiknya menjadi program utama pengobatan OA Penurunan
berat badan seringkali dapat mengurangi keluhan dan peradangan Selain itu
obesitas juga dapat meningkatkan risiko progresifitas dari OA Pada penderita ini
disarankan untuk mengurangi berat badan dengan mengatur diet rendah kalori
sampai mungkin mendekati berat badan ideal Dimana prinsipnya adalah
mengurangi kalori yang masuk dibawah energi yang dibutuhkan Penurunan
energi intake yang aman dianjurkan pemberian defisit energi antara 500-1000
kalori perhari sehingga diharapkan akan terjadi pembakaran lemak tubuh dan
penurunan berat badan 05 ndash 1 kg per minggu Biasanya intake energi diberikan
1200-1300 kal per hari dan paling rendah 800 kal per hari Formula yang dapat
digunakan untuk kebutuhan energi berdasarkan berat badan adalah 22kalkgBB
aktualhari dengan cara ini didapatkan defisit energi 1000 kalhari Pada penderita
ini dianjurkan untuk diet 1400 kal perhari agar mencapai BB idealnya yakni
setidaknya mencapai 55 kg Namun cara ini juga memerlukan kehati ndash hatian
34
dikarenakan usia penderita dan daya tahan tubuhnya yang memang sudah tidak
mendukung untuk melakukan usaha diit
Terapi farmakologis pada penderita OA biasanya bersifat simptomatis
Pada tahap awal dapat dicoba analgetik sederhana seperti asetaminofen atau
salisilat Bila tidak ada perbaikan dapat diberikan obat anti inflamasi non steroid
Untuk mengurangi keluhan nyeri pada penderita ini telah diberikan pengobatan
langsung dengan obat anti inflamasi non steroid seperti Na-diklofenak dengan
dosis 3times50 mg tanpa menggunakan obat lini pertama Hal ini dikarenakan keluhan
pada penderita ini sudah cukup berat ditambah pula adanya bengkak dan rasa
hangat di lutut yang tidak hilang dengan obat analgetik sederhana ( seperti yang
biasa dikonsumsi penderita) Na-diklofenak merupakan obat golongan OAINS
COX-1 inhibitor yang non-selektif dimana obat ini diberikan pada penderita
karena tidak terdapat riwayat pernah menderita gangguan gastrointestinal Namun
mengingat usia penderita yang memang sudah lanjut maka penderita juga
diberikan obat pelapis lambung untuk menjaga kondisi saluran pencernaannya Di
sini penderita diberikan obat golongan PPI (Omeprazole 2 x 20 mg) Setelah
dievaluasi beberapa hari ternyata keluhan nyeri dan bengkak pada penderita tidak
kunjung ada perubahan maka ditambahkan pula obat steroid injeksi dimana
pilihannya adalah InjTriamcinolon 1 Amp24 jam (Inj Flamicort) Selain itu
pasien juga dikonsulkan ke spesialis rehabilitasi medis untuk dilakukan
fisioterapi
Terapi pembedahan Terapi ini diberikan apabila terapi farmakologis dan
rehabilitasi tidak berhasil untuk mengurangi rasa sakit dan juga untuk melakukan
koreksi apabila terjadi deformitas yang menimbulkan gangguan mobilisasi sendi
yang mengganggu aktifitas sehari-hari Pada penderita ini tidak sampai dilakukan
terapi pembedahan
35
DAFTAR PUSTAKA
1 Soeroso J Isbagio H Kalim H Broto R Pramudiyo R Osteoartritis In
Sudoyo AW Setiyohadi B Alwi I Simadibrata M Setiati S editors Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam 4th ed Jakarta Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit
Dalam Fakultas Kedokteran Indonesia 2006 p 1195-201
2 Osteoarthritis Wikipedia The Free Encyclopedia [serial on the internet]
2009 [cited 2009 Sep 1] Available from
httpenwikipediaorgwikiOsteoarthritis
3 Reginster JY The Prevalence and Burden of Osteoarthritis Rheumatology
2002 41 (suppl 1) 3 ndash 6
4 Wibowo Dhidik Tri Kurniawan Yusuf Latifah Tati Gunadi Rachmat
Perancangan dan Implementasi Sistem Bantu Diagnosis Penyakit
Osteoartritis dan Reumatoid Artritis Melalui Deteksi Penyempitan Celah
Sendi pada Citra X-Ray Tangan dan Lutut Dalam Temu Ilmiah
Reumatologi Jakarta 2003 168 ndash 172
5 Konggres Nasional Ikatan Reumatologi Indonesia VI httppemda-
diygoidberita 2005 102140
36
6 Arthritis Research Campaign 2000 Available at
httpwwwarcorgukabout_arthastatshtm
7 Felson DT Zhang Y Hannan MT et al The Incidence and Natural
History of Knee Osteoarthritis in the Elderly The Framingham
Osteoarthritis Study Arthritis Rheumatology 1995 38 1500 ndash 1505
8 Felson DT Zhang Y An Update on the Epidemiology of Knee and Hip
Osteoarthritis with a View to Prevention Arthritis Rheumatology 1998
41 1343 ndash 1355
9 Setiyohadi Bambang Osteoartritis Selayang Pandang Dalam Temu Ilmiah
Reumatologi Jakarta 2003 27 ndash 31
10 Klippel John H Dieppe Paul A Brooks Peter et al Osteoarthritis In
Rheumatology United Kingdom Mosby ndash Year Book Europe Limited
1994 21 ndash 106
11 Abbate L Renner JB Stevens J et al Do Body Composition and Body Fat
Distribution Explain Ethnic Differences in Radiographic Knee
Osteoarthritis Outcomes in African -American and Caucasian Women The
North American Association for the Study of Obesity 2006 14 1274 ndash
1281
12 Amin Niu Jingbo Hunter David et al Smoking Worsens Knee
Osteoarthritis News Center Oklahoma City Oklahoma USA 2006 1 ndash 4
13 McAlindon Timothy E Felson David T Zhang Yuqing et al Relation of
Dietary Intake and Serum Levels of Vitamin D to Progression of
Osteoarthritis of the Knee Among Participants in the Framingham Study
14 Englund M and Lohmander LS Patellofemoral Osteoarthritis Coexistent
with Tibiofemoral Osteoarthritis in a Meniscectomy Population Annals of
the Rheumatic Diseases 2005 64 1721 ndash 1726
15 Carter MA Osteoartritis In Price SA Wilson LM Patofisiologi konsep
klinis proses-proses penyakit 6th ed Jakarta EGC 2006 p 1380-4
16 Altman RD Criteria for the Classification of Osteoarthritis Journal of
Rheumatology 1991 27 (suppl) 10 ndash 12
37
17 Milne AD Evans NA Stanish WD Nonoperative Management of Knee
Osteoarthritis In Hartono IM Studi komparasi antara WOMAC index
dengan Kellgren-Lawrence grading system pada penderita osteoarthritis
genu [PPDS1 thesis] Semarang Medical Faculty Diponegoro University
2007 p 12
18 Haq I Murphy E Dacre J Osteoarthritis Review Postgrad Med J 2003
79 377 ndash 383
19 Anonim [1986] Criteria for classification of idiopathic osteoarthtritis (OA)
of the knee American College of Rheumatology [serial on the internet]
2010 [cited 2010 Jan 20] Available from
httpwwwrheumatologyorgpublicationsclassificationoakneeasp
aud=mem
38
- BAB I
- ILUSTRASI KASUS
- 1 Pemeriksaan EKG
- X ndash Ray Pelvis AP
- BAB III
- DISKUSI DAN PEMBAHASAN
-
Gambar 21 Piramida Penatalaksanaan Osteoartritis
BAB III
DISKUSI DAN PEMBAHASAN
OA adalah penyakit degenerasi kartilago artikuler yang berlangsung secara
perlahan dan ditandai dengan nyeri sendi kekakuan dan keterbatasan gerak yang
berkembang secara progresif Tanda-tanda tersebut ditemukan pada penderita ini
Berdasarkan etiologinya OA diklasifikasikan menjadi dua yaitu OA
primer dan OA sekunder OA primer disebut juga OA idiopatik yaitu OA yang
kausanya tidak diketahui dan tidak ada hubungannya dengan penyakit sistemik
maupun proses perubahan lokal pada sendi OA sekunder adalah OA yang
didasari oleh adanya kelainan endokrin trauma inflamasi metabolik
pertumbuhan herediter jejas mikro dan makro serta imobilisasi yang terlalu lama
faktor mekanik penyakit deposit kalsium penyakit tulang dan sendi lainnya serta
neuropatik endemik Beberapa faktor risiko yang diketahui berhubungan dengan
penyakit OA diantaranya faktor risiko umum yang penting seperti kegemukan
faktor genetik dan jenis kelamin serta beberapa faktor risiko lain seperti usia lebih
dari 40 tahun suku bangsa cedera sendi pekerjaan olahraga kelainan
pertumbuhan kepadatan tulang dan lain-lain Pada penderita ini berdasarkan
30
anamnesis riwayat sosialnya penderita adalah seorang wanita berusia 75 tahun
yang meskipun tidak melakukan pekerjaan yang berat tetapi dirinya tetap
menjalankan pekerjaan rumah tangga (sebelum sakit) yang notabene banyak
menggunakan sendi lutut Selain itu dari pemeriksaan fisik penderita ini juga
mengalami kegemukan Kondisi-kondisi pada penderita ini merupakan faktor
risiko sekunder terjadinya OA Jadi dapat disimpulkan bahwa penyebab OA pada
penderita ini bukan termasuk faktor risiko OA primer
Penderita datang dengan keluhan nyeri pada kedua sendi lutut sejak plusmn 1
tahun SMRS dan puncaknya 2 hari SMRS dimana penderita sudah tidak bisa
berjalan lagi Nyeri sendi merupakan keluhan yang umum terjadi pada penyakit
reumatik seperti artritis gout OA keganasan reumatik septik dan lain
sebagainya Pada penderita ini nyeri terlokalisir pada lutut tanpa adanya nyeri
pada sendi yang lain nyeri bertambah saat melakukan gerakan (seperti berjalan)
dan berkurang apabila beristirahat Tidak ada demam Nyeri tidak menetap
sepanjang hari Nyeri seperti ini biasanya ditemukan pada OA
Penderita juga mengeluh kaku sendi Kaku sendi dirasakan penderita pada
pagi hari Keadaan ini biasanya disebabkan oleh desakan cairan yang berada di
sekitar jaringan yang mengalami inflamasi (kapsul sendi sinovial atau bursa)
Kaku sendi makin nyata pada pagi hari atau setelah istirahat Setelah digerak-
gerakkan cairan akan menyebar dari jaringan yang mengalami inflamasi sehingga
penderita merasa terlepas dari ikatan dan bisa menggerakkan sendinya kembali
Lama kaku sendi pada OA adalah kurang dari 30 menit sedangkan pada AR
minimal satu jam Pada penderita ini kaku sendi juga dirasakan pada pagi hari
selama plusmn 20-30 menit dan menghilang dengan sendirinya bila penderita
menggerakkan kakinya dengan beraktivitas seperti biasa Hal ini sesuai untuk
mendukung keluhan pada penderita OA
Penderita juga mengalami bengkak pada kedua lutut Bengkak dirasakan
oleh penderita sejak 6 bulan SMRS Sendi yang membengkak bisa disebabkan
oleh penonjolan tulang sinovitis efusi dan karena adanya osteofit yang dapat
mengubah permukaan sendi Pada penderita ditemukan osteofit pada pemeriksaan
rontgent
31
29
Pemeriksaan fisik lokalis pada kedua sendi lutut didapatkan pada
inspeksi didapatkan pembesaran bengkak pada kedua sendi lutut dengan tidak
ada perubahan warna kulit Palpasi pada kedua sendi lutut didapatkan nyeri tekan
dan pada perabaan dirasakan hangat Pemeriksaan gerak sendi didapat
keterbatasan gerak fleksi yaitu hanya dapat mengerakkan lutut sebesar 60deg
Hambatan gerak terutama disebabkan oleh adanya remodelling osteofit penebalan
kapsul dan juga adanya efusi Pada auskultasi sendi lutut penderita ditemukan
adanya krepitasi dimana terdengar suara gemeretak ldquokretek-kretekrdquo seperti suara
krupuk yang diremukkan Gejala ini mungkin disebabkan karena gesekan kedua
permukaan tulang sendi yang irregular pada saat sendi digerakkan ataupun secara
pasif dimanipulasi
Pemeriksaan radiologis pada penderita ini didapatkan adanya gambaran
berupa penyempitan sendi dan osteofit pada pinggir sendi Menipisnya rawan
sendi diawali dengan retak dan terbelahnya permukaan sendi di beberapa tempat
yang kemudian menyatu dan disebut sebagai fibrilasi Di lain pihak pada tulang
akan terjadi pula perubahan sebagai reaksi tubuh untuk memperbaiki kerusakan
Perubahan itu adalah penebalan tulang subkondral dan pembentukan osteofit
marginal disusul kemudian dengan perubahan komposisi molekular dan struktur
tulang Penipisan kartilago sendi akibat proses degeneratif memberi gambaran
penyempitan celah sendi yang tidak simetris pada foto polos radiologi Fungsi
kartilago sendi berkurang bahkan menghilang mengakibatkan beban stres di
daerah subkhondral bertambah Beberapa subkhondral tersebut dapat diamati pada
poto polos radiologi berupa pembentukan osteofit sklerotik subkhondral maupun
pembentukan kista subkhondral Pada penderita ini ditemukan adanya
pembentukan osteofit pada condylus lateralis dan medialis os tibio femoralis
Pada OA anamnesa (gejala klinis) pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
radiologi sudah dapat menunjang penegakan diagnosis Hasil pemeriksaan
laboratorium pada OA biasanya tidak banyak berguna Darah tepi (Hb Leukosit
dan LED) dalam batas normal kecuali OA generalisata yang harus dibedakan
dengan arthritis peradangan Pada OA yang disertai peradangan mungkin
didapatkan penurunan viskositas pleositosis sedang hingga ringan serta
32
peningkatan ringan sel radang (lt8000m) gt1 Pada penderita ini dilakukan
pemeriksaan laboratorium darah lengkap kimia darah dan urin lengkap karena
pemeriksaan tersebut merupakan pemeriksaan rutin Dari hasil pemeriksaan
laboratorium pada penderita ini tidak ditemukan adanya kelainan
Diagnosis OA sudah bisa ditegakkan secara klinis dengan memakai
kriteria OA yang dibuat oleh Subcommittee American College of Rheumatology
(ACR) Kriteria OA lutut secara klinis laboratorium dan radiologis adalah adanya
nyeri lutut osteofit dan salah satu dari tanda berikut yaitu usia lebih dari 50
tahun kaku sendi kurang dari 30 menit atau adanya krepitus Pada penderita ini
wanita berusia 75 tahun ditemukan memiliki keluhan nyeri kedua sendi lutut
terdapat kaku sendi selama 20-30 menit terdapat krepitus dan pada pemeriksaan
radiologi ditemukan adanya osteofit
Pengelolaan penderita dengan OA bertujuan untuk menghilangkan
keluhan mengoptimalkan fungsi sendi mengurangi ketergantungan dan
meningkatkan kualitas hidup menghambat progresivitas penyakit dan mencegah
komplikasi Pilar terapi OA non farmakologis (edukasi terapi fisik
dietpenurunan berat badan) farmakologis (analgetik kortikosteroid lokal
sistemik kondroprotektif dan biologik) dan pembedahan
Edukasi sangat penting bagi semua pasien OA Dua hal yang menjadi
tujuan edukasi adalah bagaimana mengatasi nyeri dan disabilitas Pemberian
edukasi pada penderita ini sangat penting karena dengan edukasi diharapkan
pengetahuan penderita mengenai penyakit OA menjadi meningkat dan pengobatan
menjadi lebih mudah serta dapat diajak bersama-sama untuk mencegah kerusakan
organ sendi lebih lanjut Edukasi yang diberikan pada penderita ini yaitu
memberikan pengertian bahwa OA adalah penyakit yang kronik sehingga perlu
dipahami bahwa mungkin dalam derajat tertentu akan tetap ada rasa nyeri kaku
dan keterbatasan gerak serta fungsi Selain itu agar rasa nyeri dapat berkurang
maka penderita hendaknya mengurangi aktivitaspekerjaannya sehingga tidak
terlalu banyak menggunakan sendi lutut dan lebih banyak beristirahat Penderita
juga disarankan untuk kembali kontrol sehingga dapat diketahui apakah
33
penyakitnya sudah membaik atau ternyata ada efek samping akibat obat yang
diberikan
Terapi fisik bertujuan untuk melatih penderita agar persendiannya tetap
dapat dipakai dan melatih penderita untuk melindungi sendi yang sakit Pada
penderita ini dianjurkan untuk berolah raga tapi olah raga yang memperberat
sendi sebaiknya dihindari seperti lari atau joging Hal ini dikarenakan dapat
menambah inflamasi meningkatkan tekanan intraartikular bila ada efusi sendi dan
bahkan bisa menyebabkan robekan kapsul sendi Untuk mencegah risiko
terjadinya kecacatan pada sendi sebaiknya dilakukan olah raga peregangan otot
seperti mQuadrisep femoris dengan peregangan otot diharapkan dapat membantu
dalam peningkatan fungsi sendi secara keseluruhan dan mengurangi nyeri Pada
penderita ini disarankan untuk senam lantai 3 kali seminggu dimana pasien
mengambil posisi terlentang sambil meregangkan lututnya dengan cara
mengangkat kaki dan secara perlahan menekuk dan meluruskan lututnya Olah
raga ini sangat mudah dilakukan apalagi mengingat usia penderita yang sudah
mencapai 75 tahun
Diet bertujuan untuk menurunkan berat badan pada penderita OA yang
gemuk Hal ini sebaiknya menjadi program utama pengobatan OA Penurunan
berat badan seringkali dapat mengurangi keluhan dan peradangan Selain itu
obesitas juga dapat meningkatkan risiko progresifitas dari OA Pada penderita ini
disarankan untuk mengurangi berat badan dengan mengatur diet rendah kalori
sampai mungkin mendekati berat badan ideal Dimana prinsipnya adalah
mengurangi kalori yang masuk dibawah energi yang dibutuhkan Penurunan
energi intake yang aman dianjurkan pemberian defisit energi antara 500-1000
kalori perhari sehingga diharapkan akan terjadi pembakaran lemak tubuh dan
penurunan berat badan 05 ndash 1 kg per minggu Biasanya intake energi diberikan
1200-1300 kal per hari dan paling rendah 800 kal per hari Formula yang dapat
digunakan untuk kebutuhan energi berdasarkan berat badan adalah 22kalkgBB
aktualhari dengan cara ini didapatkan defisit energi 1000 kalhari Pada penderita
ini dianjurkan untuk diet 1400 kal perhari agar mencapai BB idealnya yakni
setidaknya mencapai 55 kg Namun cara ini juga memerlukan kehati ndash hatian
34
dikarenakan usia penderita dan daya tahan tubuhnya yang memang sudah tidak
mendukung untuk melakukan usaha diit
Terapi farmakologis pada penderita OA biasanya bersifat simptomatis
Pada tahap awal dapat dicoba analgetik sederhana seperti asetaminofen atau
salisilat Bila tidak ada perbaikan dapat diberikan obat anti inflamasi non steroid
Untuk mengurangi keluhan nyeri pada penderita ini telah diberikan pengobatan
langsung dengan obat anti inflamasi non steroid seperti Na-diklofenak dengan
dosis 3times50 mg tanpa menggunakan obat lini pertama Hal ini dikarenakan keluhan
pada penderita ini sudah cukup berat ditambah pula adanya bengkak dan rasa
hangat di lutut yang tidak hilang dengan obat analgetik sederhana ( seperti yang
biasa dikonsumsi penderita) Na-diklofenak merupakan obat golongan OAINS
COX-1 inhibitor yang non-selektif dimana obat ini diberikan pada penderita
karena tidak terdapat riwayat pernah menderita gangguan gastrointestinal Namun
mengingat usia penderita yang memang sudah lanjut maka penderita juga
diberikan obat pelapis lambung untuk menjaga kondisi saluran pencernaannya Di
sini penderita diberikan obat golongan PPI (Omeprazole 2 x 20 mg) Setelah
dievaluasi beberapa hari ternyata keluhan nyeri dan bengkak pada penderita tidak
kunjung ada perubahan maka ditambahkan pula obat steroid injeksi dimana
pilihannya adalah InjTriamcinolon 1 Amp24 jam (Inj Flamicort) Selain itu
pasien juga dikonsulkan ke spesialis rehabilitasi medis untuk dilakukan
fisioterapi
Terapi pembedahan Terapi ini diberikan apabila terapi farmakologis dan
rehabilitasi tidak berhasil untuk mengurangi rasa sakit dan juga untuk melakukan
koreksi apabila terjadi deformitas yang menimbulkan gangguan mobilisasi sendi
yang mengganggu aktifitas sehari-hari Pada penderita ini tidak sampai dilakukan
terapi pembedahan
35
DAFTAR PUSTAKA
1 Soeroso J Isbagio H Kalim H Broto R Pramudiyo R Osteoartritis In
Sudoyo AW Setiyohadi B Alwi I Simadibrata M Setiati S editors Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam 4th ed Jakarta Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit
Dalam Fakultas Kedokteran Indonesia 2006 p 1195-201
2 Osteoarthritis Wikipedia The Free Encyclopedia [serial on the internet]
2009 [cited 2009 Sep 1] Available from
httpenwikipediaorgwikiOsteoarthritis
3 Reginster JY The Prevalence and Burden of Osteoarthritis Rheumatology
2002 41 (suppl 1) 3 ndash 6
4 Wibowo Dhidik Tri Kurniawan Yusuf Latifah Tati Gunadi Rachmat
Perancangan dan Implementasi Sistem Bantu Diagnosis Penyakit
Osteoartritis dan Reumatoid Artritis Melalui Deteksi Penyempitan Celah
Sendi pada Citra X-Ray Tangan dan Lutut Dalam Temu Ilmiah
Reumatologi Jakarta 2003 168 ndash 172
5 Konggres Nasional Ikatan Reumatologi Indonesia VI httppemda-
diygoidberita 2005 102140
36
6 Arthritis Research Campaign 2000 Available at
httpwwwarcorgukabout_arthastatshtm
7 Felson DT Zhang Y Hannan MT et al The Incidence and Natural
History of Knee Osteoarthritis in the Elderly The Framingham
Osteoarthritis Study Arthritis Rheumatology 1995 38 1500 ndash 1505
8 Felson DT Zhang Y An Update on the Epidemiology of Knee and Hip
Osteoarthritis with a View to Prevention Arthritis Rheumatology 1998
41 1343 ndash 1355
9 Setiyohadi Bambang Osteoartritis Selayang Pandang Dalam Temu Ilmiah
Reumatologi Jakarta 2003 27 ndash 31
10 Klippel John H Dieppe Paul A Brooks Peter et al Osteoarthritis In
Rheumatology United Kingdom Mosby ndash Year Book Europe Limited
1994 21 ndash 106
11 Abbate L Renner JB Stevens J et al Do Body Composition and Body Fat
Distribution Explain Ethnic Differences in Radiographic Knee
Osteoarthritis Outcomes in African -American and Caucasian Women The
North American Association for the Study of Obesity 2006 14 1274 ndash
1281
12 Amin Niu Jingbo Hunter David et al Smoking Worsens Knee
Osteoarthritis News Center Oklahoma City Oklahoma USA 2006 1 ndash 4
13 McAlindon Timothy E Felson David T Zhang Yuqing et al Relation of
Dietary Intake and Serum Levels of Vitamin D to Progression of
Osteoarthritis of the Knee Among Participants in the Framingham Study
14 Englund M and Lohmander LS Patellofemoral Osteoarthritis Coexistent
with Tibiofemoral Osteoarthritis in a Meniscectomy Population Annals of
the Rheumatic Diseases 2005 64 1721 ndash 1726
15 Carter MA Osteoartritis In Price SA Wilson LM Patofisiologi konsep
klinis proses-proses penyakit 6th ed Jakarta EGC 2006 p 1380-4
16 Altman RD Criteria for the Classification of Osteoarthritis Journal of
Rheumatology 1991 27 (suppl) 10 ndash 12
37
17 Milne AD Evans NA Stanish WD Nonoperative Management of Knee
Osteoarthritis In Hartono IM Studi komparasi antara WOMAC index
dengan Kellgren-Lawrence grading system pada penderita osteoarthritis
genu [PPDS1 thesis] Semarang Medical Faculty Diponegoro University
2007 p 12
18 Haq I Murphy E Dacre J Osteoarthritis Review Postgrad Med J 2003
79 377 ndash 383
19 Anonim [1986] Criteria for classification of idiopathic osteoarthtritis (OA)
of the knee American College of Rheumatology [serial on the internet]
2010 [cited 2010 Jan 20] Available from
httpwwwrheumatologyorgpublicationsclassificationoakneeasp
aud=mem
38
- BAB I
- ILUSTRASI KASUS
- 1 Pemeriksaan EKG
- X ndash Ray Pelvis AP
- BAB III
- DISKUSI DAN PEMBAHASAN
-
anamnesis riwayat sosialnya penderita adalah seorang wanita berusia 75 tahun
yang meskipun tidak melakukan pekerjaan yang berat tetapi dirinya tetap
menjalankan pekerjaan rumah tangga (sebelum sakit) yang notabene banyak
menggunakan sendi lutut Selain itu dari pemeriksaan fisik penderita ini juga
mengalami kegemukan Kondisi-kondisi pada penderita ini merupakan faktor
risiko sekunder terjadinya OA Jadi dapat disimpulkan bahwa penyebab OA pada
penderita ini bukan termasuk faktor risiko OA primer
Penderita datang dengan keluhan nyeri pada kedua sendi lutut sejak plusmn 1
tahun SMRS dan puncaknya 2 hari SMRS dimana penderita sudah tidak bisa
berjalan lagi Nyeri sendi merupakan keluhan yang umum terjadi pada penyakit
reumatik seperti artritis gout OA keganasan reumatik septik dan lain
sebagainya Pada penderita ini nyeri terlokalisir pada lutut tanpa adanya nyeri
pada sendi yang lain nyeri bertambah saat melakukan gerakan (seperti berjalan)
dan berkurang apabila beristirahat Tidak ada demam Nyeri tidak menetap
sepanjang hari Nyeri seperti ini biasanya ditemukan pada OA
Penderita juga mengeluh kaku sendi Kaku sendi dirasakan penderita pada
pagi hari Keadaan ini biasanya disebabkan oleh desakan cairan yang berada di
sekitar jaringan yang mengalami inflamasi (kapsul sendi sinovial atau bursa)
Kaku sendi makin nyata pada pagi hari atau setelah istirahat Setelah digerak-
gerakkan cairan akan menyebar dari jaringan yang mengalami inflamasi sehingga
penderita merasa terlepas dari ikatan dan bisa menggerakkan sendinya kembali
Lama kaku sendi pada OA adalah kurang dari 30 menit sedangkan pada AR
minimal satu jam Pada penderita ini kaku sendi juga dirasakan pada pagi hari
selama plusmn 20-30 menit dan menghilang dengan sendirinya bila penderita
menggerakkan kakinya dengan beraktivitas seperti biasa Hal ini sesuai untuk
mendukung keluhan pada penderita OA
Penderita juga mengalami bengkak pada kedua lutut Bengkak dirasakan
oleh penderita sejak 6 bulan SMRS Sendi yang membengkak bisa disebabkan
oleh penonjolan tulang sinovitis efusi dan karena adanya osteofit yang dapat
mengubah permukaan sendi Pada penderita ditemukan osteofit pada pemeriksaan
rontgent
31
29
Pemeriksaan fisik lokalis pada kedua sendi lutut didapatkan pada
inspeksi didapatkan pembesaran bengkak pada kedua sendi lutut dengan tidak
ada perubahan warna kulit Palpasi pada kedua sendi lutut didapatkan nyeri tekan
dan pada perabaan dirasakan hangat Pemeriksaan gerak sendi didapat
keterbatasan gerak fleksi yaitu hanya dapat mengerakkan lutut sebesar 60deg
Hambatan gerak terutama disebabkan oleh adanya remodelling osteofit penebalan
kapsul dan juga adanya efusi Pada auskultasi sendi lutut penderita ditemukan
adanya krepitasi dimana terdengar suara gemeretak ldquokretek-kretekrdquo seperti suara
krupuk yang diremukkan Gejala ini mungkin disebabkan karena gesekan kedua
permukaan tulang sendi yang irregular pada saat sendi digerakkan ataupun secara
pasif dimanipulasi
Pemeriksaan radiologis pada penderita ini didapatkan adanya gambaran
berupa penyempitan sendi dan osteofit pada pinggir sendi Menipisnya rawan
sendi diawali dengan retak dan terbelahnya permukaan sendi di beberapa tempat
yang kemudian menyatu dan disebut sebagai fibrilasi Di lain pihak pada tulang
akan terjadi pula perubahan sebagai reaksi tubuh untuk memperbaiki kerusakan
Perubahan itu adalah penebalan tulang subkondral dan pembentukan osteofit
marginal disusul kemudian dengan perubahan komposisi molekular dan struktur
tulang Penipisan kartilago sendi akibat proses degeneratif memberi gambaran
penyempitan celah sendi yang tidak simetris pada foto polos radiologi Fungsi
kartilago sendi berkurang bahkan menghilang mengakibatkan beban stres di
daerah subkhondral bertambah Beberapa subkhondral tersebut dapat diamati pada
poto polos radiologi berupa pembentukan osteofit sklerotik subkhondral maupun
pembentukan kista subkhondral Pada penderita ini ditemukan adanya
pembentukan osteofit pada condylus lateralis dan medialis os tibio femoralis
Pada OA anamnesa (gejala klinis) pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
radiologi sudah dapat menunjang penegakan diagnosis Hasil pemeriksaan
laboratorium pada OA biasanya tidak banyak berguna Darah tepi (Hb Leukosit
dan LED) dalam batas normal kecuali OA generalisata yang harus dibedakan
dengan arthritis peradangan Pada OA yang disertai peradangan mungkin
didapatkan penurunan viskositas pleositosis sedang hingga ringan serta
32
peningkatan ringan sel radang (lt8000m) gt1 Pada penderita ini dilakukan
pemeriksaan laboratorium darah lengkap kimia darah dan urin lengkap karena
pemeriksaan tersebut merupakan pemeriksaan rutin Dari hasil pemeriksaan
laboratorium pada penderita ini tidak ditemukan adanya kelainan
Diagnosis OA sudah bisa ditegakkan secara klinis dengan memakai
kriteria OA yang dibuat oleh Subcommittee American College of Rheumatology
(ACR) Kriteria OA lutut secara klinis laboratorium dan radiologis adalah adanya
nyeri lutut osteofit dan salah satu dari tanda berikut yaitu usia lebih dari 50
tahun kaku sendi kurang dari 30 menit atau adanya krepitus Pada penderita ini
wanita berusia 75 tahun ditemukan memiliki keluhan nyeri kedua sendi lutut
terdapat kaku sendi selama 20-30 menit terdapat krepitus dan pada pemeriksaan
radiologi ditemukan adanya osteofit
Pengelolaan penderita dengan OA bertujuan untuk menghilangkan
keluhan mengoptimalkan fungsi sendi mengurangi ketergantungan dan
meningkatkan kualitas hidup menghambat progresivitas penyakit dan mencegah
komplikasi Pilar terapi OA non farmakologis (edukasi terapi fisik
dietpenurunan berat badan) farmakologis (analgetik kortikosteroid lokal
sistemik kondroprotektif dan biologik) dan pembedahan
Edukasi sangat penting bagi semua pasien OA Dua hal yang menjadi
tujuan edukasi adalah bagaimana mengatasi nyeri dan disabilitas Pemberian
edukasi pada penderita ini sangat penting karena dengan edukasi diharapkan
pengetahuan penderita mengenai penyakit OA menjadi meningkat dan pengobatan
menjadi lebih mudah serta dapat diajak bersama-sama untuk mencegah kerusakan
organ sendi lebih lanjut Edukasi yang diberikan pada penderita ini yaitu
memberikan pengertian bahwa OA adalah penyakit yang kronik sehingga perlu
dipahami bahwa mungkin dalam derajat tertentu akan tetap ada rasa nyeri kaku
dan keterbatasan gerak serta fungsi Selain itu agar rasa nyeri dapat berkurang
maka penderita hendaknya mengurangi aktivitaspekerjaannya sehingga tidak
terlalu banyak menggunakan sendi lutut dan lebih banyak beristirahat Penderita
juga disarankan untuk kembali kontrol sehingga dapat diketahui apakah
33
penyakitnya sudah membaik atau ternyata ada efek samping akibat obat yang
diberikan
Terapi fisik bertujuan untuk melatih penderita agar persendiannya tetap
dapat dipakai dan melatih penderita untuk melindungi sendi yang sakit Pada
penderita ini dianjurkan untuk berolah raga tapi olah raga yang memperberat
sendi sebaiknya dihindari seperti lari atau joging Hal ini dikarenakan dapat
menambah inflamasi meningkatkan tekanan intraartikular bila ada efusi sendi dan
bahkan bisa menyebabkan robekan kapsul sendi Untuk mencegah risiko
terjadinya kecacatan pada sendi sebaiknya dilakukan olah raga peregangan otot
seperti mQuadrisep femoris dengan peregangan otot diharapkan dapat membantu
dalam peningkatan fungsi sendi secara keseluruhan dan mengurangi nyeri Pada
penderita ini disarankan untuk senam lantai 3 kali seminggu dimana pasien
mengambil posisi terlentang sambil meregangkan lututnya dengan cara
mengangkat kaki dan secara perlahan menekuk dan meluruskan lututnya Olah
raga ini sangat mudah dilakukan apalagi mengingat usia penderita yang sudah
mencapai 75 tahun
Diet bertujuan untuk menurunkan berat badan pada penderita OA yang
gemuk Hal ini sebaiknya menjadi program utama pengobatan OA Penurunan
berat badan seringkali dapat mengurangi keluhan dan peradangan Selain itu
obesitas juga dapat meningkatkan risiko progresifitas dari OA Pada penderita ini
disarankan untuk mengurangi berat badan dengan mengatur diet rendah kalori
sampai mungkin mendekati berat badan ideal Dimana prinsipnya adalah
mengurangi kalori yang masuk dibawah energi yang dibutuhkan Penurunan
energi intake yang aman dianjurkan pemberian defisit energi antara 500-1000
kalori perhari sehingga diharapkan akan terjadi pembakaran lemak tubuh dan
penurunan berat badan 05 ndash 1 kg per minggu Biasanya intake energi diberikan
1200-1300 kal per hari dan paling rendah 800 kal per hari Formula yang dapat
digunakan untuk kebutuhan energi berdasarkan berat badan adalah 22kalkgBB
aktualhari dengan cara ini didapatkan defisit energi 1000 kalhari Pada penderita
ini dianjurkan untuk diet 1400 kal perhari agar mencapai BB idealnya yakni
setidaknya mencapai 55 kg Namun cara ini juga memerlukan kehati ndash hatian
34
dikarenakan usia penderita dan daya tahan tubuhnya yang memang sudah tidak
mendukung untuk melakukan usaha diit
Terapi farmakologis pada penderita OA biasanya bersifat simptomatis
Pada tahap awal dapat dicoba analgetik sederhana seperti asetaminofen atau
salisilat Bila tidak ada perbaikan dapat diberikan obat anti inflamasi non steroid
Untuk mengurangi keluhan nyeri pada penderita ini telah diberikan pengobatan
langsung dengan obat anti inflamasi non steroid seperti Na-diklofenak dengan
dosis 3times50 mg tanpa menggunakan obat lini pertama Hal ini dikarenakan keluhan
pada penderita ini sudah cukup berat ditambah pula adanya bengkak dan rasa
hangat di lutut yang tidak hilang dengan obat analgetik sederhana ( seperti yang
biasa dikonsumsi penderita) Na-diklofenak merupakan obat golongan OAINS
COX-1 inhibitor yang non-selektif dimana obat ini diberikan pada penderita
karena tidak terdapat riwayat pernah menderita gangguan gastrointestinal Namun
mengingat usia penderita yang memang sudah lanjut maka penderita juga
diberikan obat pelapis lambung untuk menjaga kondisi saluran pencernaannya Di
sini penderita diberikan obat golongan PPI (Omeprazole 2 x 20 mg) Setelah
dievaluasi beberapa hari ternyata keluhan nyeri dan bengkak pada penderita tidak
kunjung ada perubahan maka ditambahkan pula obat steroid injeksi dimana
pilihannya adalah InjTriamcinolon 1 Amp24 jam (Inj Flamicort) Selain itu
pasien juga dikonsulkan ke spesialis rehabilitasi medis untuk dilakukan
fisioterapi
Terapi pembedahan Terapi ini diberikan apabila terapi farmakologis dan
rehabilitasi tidak berhasil untuk mengurangi rasa sakit dan juga untuk melakukan
koreksi apabila terjadi deformitas yang menimbulkan gangguan mobilisasi sendi
yang mengganggu aktifitas sehari-hari Pada penderita ini tidak sampai dilakukan
terapi pembedahan
35
DAFTAR PUSTAKA
1 Soeroso J Isbagio H Kalim H Broto R Pramudiyo R Osteoartritis In
Sudoyo AW Setiyohadi B Alwi I Simadibrata M Setiati S editors Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam 4th ed Jakarta Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit
Dalam Fakultas Kedokteran Indonesia 2006 p 1195-201
2 Osteoarthritis Wikipedia The Free Encyclopedia [serial on the internet]
2009 [cited 2009 Sep 1] Available from
httpenwikipediaorgwikiOsteoarthritis
3 Reginster JY The Prevalence and Burden of Osteoarthritis Rheumatology
2002 41 (suppl 1) 3 ndash 6
4 Wibowo Dhidik Tri Kurniawan Yusuf Latifah Tati Gunadi Rachmat
Perancangan dan Implementasi Sistem Bantu Diagnosis Penyakit
Osteoartritis dan Reumatoid Artritis Melalui Deteksi Penyempitan Celah
Sendi pada Citra X-Ray Tangan dan Lutut Dalam Temu Ilmiah
Reumatologi Jakarta 2003 168 ndash 172
5 Konggres Nasional Ikatan Reumatologi Indonesia VI httppemda-
diygoidberita 2005 102140
36
6 Arthritis Research Campaign 2000 Available at
httpwwwarcorgukabout_arthastatshtm
7 Felson DT Zhang Y Hannan MT et al The Incidence and Natural
History of Knee Osteoarthritis in the Elderly The Framingham
Osteoarthritis Study Arthritis Rheumatology 1995 38 1500 ndash 1505
8 Felson DT Zhang Y An Update on the Epidemiology of Knee and Hip
Osteoarthritis with a View to Prevention Arthritis Rheumatology 1998
41 1343 ndash 1355
9 Setiyohadi Bambang Osteoartritis Selayang Pandang Dalam Temu Ilmiah
Reumatologi Jakarta 2003 27 ndash 31
10 Klippel John H Dieppe Paul A Brooks Peter et al Osteoarthritis In
Rheumatology United Kingdom Mosby ndash Year Book Europe Limited
1994 21 ndash 106
11 Abbate L Renner JB Stevens J et al Do Body Composition and Body Fat
Distribution Explain Ethnic Differences in Radiographic Knee
Osteoarthritis Outcomes in African -American and Caucasian Women The
North American Association for the Study of Obesity 2006 14 1274 ndash
1281
12 Amin Niu Jingbo Hunter David et al Smoking Worsens Knee
Osteoarthritis News Center Oklahoma City Oklahoma USA 2006 1 ndash 4
13 McAlindon Timothy E Felson David T Zhang Yuqing et al Relation of
Dietary Intake and Serum Levels of Vitamin D to Progression of
Osteoarthritis of the Knee Among Participants in the Framingham Study
14 Englund M and Lohmander LS Patellofemoral Osteoarthritis Coexistent
with Tibiofemoral Osteoarthritis in a Meniscectomy Population Annals of
the Rheumatic Diseases 2005 64 1721 ndash 1726
15 Carter MA Osteoartritis In Price SA Wilson LM Patofisiologi konsep
klinis proses-proses penyakit 6th ed Jakarta EGC 2006 p 1380-4
16 Altman RD Criteria for the Classification of Osteoarthritis Journal of
Rheumatology 1991 27 (suppl) 10 ndash 12
37
17 Milne AD Evans NA Stanish WD Nonoperative Management of Knee
Osteoarthritis In Hartono IM Studi komparasi antara WOMAC index
dengan Kellgren-Lawrence grading system pada penderita osteoarthritis
genu [PPDS1 thesis] Semarang Medical Faculty Diponegoro University
2007 p 12
18 Haq I Murphy E Dacre J Osteoarthritis Review Postgrad Med J 2003
79 377 ndash 383
19 Anonim [1986] Criteria for classification of idiopathic osteoarthtritis (OA)
of the knee American College of Rheumatology [serial on the internet]
2010 [cited 2010 Jan 20] Available from
httpwwwrheumatologyorgpublicationsclassificationoakneeasp
aud=mem
38
- BAB I
- ILUSTRASI KASUS
- 1 Pemeriksaan EKG
- X ndash Ray Pelvis AP
- BAB III
- DISKUSI DAN PEMBAHASAN
-
Pemeriksaan fisik lokalis pada kedua sendi lutut didapatkan pada
inspeksi didapatkan pembesaran bengkak pada kedua sendi lutut dengan tidak
ada perubahan warna kulit Palpasi pada kedua sendi lutut didapatkan nyeri tekan
dan pada perabaan dirasakan hangat Pemeriksaan gerak sendi didapat
keterbatasan gerak fleksi yaitu hanya dapat mengerakkan lutut sebesar 60deg
Hambatan gerak terutama disebabkan oleh adanya remodelling osteofit penebalan
kapsul dan juga adanya efusi Pada auskultasi sendi lutut penderita ditemukan
adanya krepitasi dimana terdengar suara gemeretak ldquokretek-kretekrdquo seperti suara
krupuk yang diremukkan Gejala ini mungkin disebabkan karena gesekan kedua
permukaan tulang sendi yang irregular pada saat sendi digerakkan ataupun secara
pasif dimanipulasi
Pemeriksaan radiologis pada penderita ini didapatkan adanya gambaran
berupa penyempitan sendi dan osteofit pada pinggir sendi Menipisnya rawan
sendi diawali dengan retak dan terbelahnya permukaan sendi di beberapa tempat
yang kemudian menyatu dan disebut sebagai fibrilasi Di lain pihak pada tulang
akan terjadi pula perubahan sebagai reaksi tubuh untuk memperbaiki kerusakan
Perubahan itu adalah penebalan tulang subkondral dan pembentukan osteofit
marginal disusul kemudian dengan perubahan komposisi molekular dan struktur
tulang Penipisan kartilago sendi akibat proses degeneratif memberi gambaran
penyempitan celah sendi yang tidak simetris pada foto polos radiologi Fungsi
kartilago sendi berkurang bahkan menghilang mengakibatkan beban stres di
daerah subkhondral bertambah Beberapa subkhondral tersebut dapat diamati pada
poto polos radiologi berupa pembentukan osteofit sklerotik subkhondral maupun
pembentukan kista subkhondral Pada penderita ini ditemukan adanya
pembentukan osteofit pada condylus lateralis dan medialis os tibio femoralis
Pada OA anamnesa (gejala klinis) pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
radiologi sudah dapat menunjang penegakan diagnosis Hasil pemeriksaan
laboratorium pada OA biasanya tidak banyak berguna Darah tepi (Hb Leukosit
dan LED) dalam batas normal kecuali OA generalisata yang harus dibedakan
dengan arthritis peradangan Pada OA yang disertai peradangan mungkin
didapatkan penurunan viskositas pleositosis sedang hingga ringan serta
32
peningkatan ringan sel radang (lt8000m) gt1 Pada penderita ini dilakukan
pemeriksaan laboratorium darah lengkap kimia darah dan urin lengkap karena
pemeriksaan tersebut merupakan pemeriksaan rutin Dari hasil pemeriksaan
laboratorium pada penderita ini tidak ditemukan adanya kelainan
Diagnosis OA sudah bisa ditegakkan secara klinis dengan memakai
kriteria OA yang dibuat oleh Subcommittee American College of Rheumatology
(ACR) Kriteria OA lutut secara klinis laboratorium dan radiologis adalah adanya
nyeri lutut osteofit dan salah satu dari tanda berikut yaitu usia lebih dari 50
tahun kaku sendi kurang dari 30 menit atau adanya krepitus Pada penderita ini
wanita berusia 75 tahun ditemukan memiliki keluhan nyeri kedua sendi lutut
terdapat kaku sendi selama 20-30 menit terdapat krepitus dan pada pemeriksaan
radiologi ditemukan adanya osteofit
Pengelolaan penderita dengan OA bertujuan untuk menghilangkan
keluhan mengoptimalkan fungsi sendi mengurangi ketergantungan dan
meningkatkan kualitas hidup menghambat progresivitas penyakit dan mencegah
komplikasi Pilar terapi OA non farmakologis (edukasi terapi fisik
dietpenurunan berat badan) farmakologis (analgetik kortikosteroid lokal
sistemik kondroprotektif dan biologik) dan pembedahan
Edukasi sangat penting bagi semua pasien OA Dua hal yang menjadi
tujuan edukasi adalah bagaimana mengatasi nyeri dan disabilitas Pemberian
edukasi pada penderita ini sangat penting karena dengan edukasi diharapkan
pengetahuan penderita mengenai penyakit OA menjadi meningkat dan pengobatan
menjadi lebih mudah serta dapat diajak bersama-sama untuk mencegah kerusakan
organ sendi lebih lanjut Edukasi yang diberikan pada penderita ini yaitu
memberikan pengertian bahwa OA adalah penyakit yang kronik sehingga perlu
dipahami bahwa mungkin dalam derajat tertentu akan tetap ada rasa nyeri kaku
dan keterbatasan gerak serta fungsi Selain itu agar rasa nyeri dapat berkurang
maka penderita hendaknya mengurangi aktivitaspekerjaannya sehingga tidak
terlalu banyak menggunakan sendi lutut dan lebih banyak beristirahat Penderita
juga disarankan untuk kembali kontrol sehingga dapat diketahui apakah
33
penyakitnya sudah membaik atau ternyata ada efek samping akibat obat yang
diberikan
Terapi fisik bertujuan untuk melatih penderita agar persendiannya tetap
dapat dipakai dan melatih penderita untuk melindungi sendi yang sakit Pada
penderita ini dianjurkan untuk berolah raga tapi olah raga yang memperberat
sendi sebaiknya dihindari seperti lari atau joging Hal ini dikarenakan dapat
menambah inflamasi meningkatkan tekanan intraartikular bila ada efusi sendi dan
bahkan bisa menyebabkan robekan kapsul sendi Untuk mencegah risiko
terjadinya kecacatan pada sendi sebaiknya dilakukan olah raga peregangan otot
seperti mQuadrisep femoris dengan peregangan otot diharapkan dapat membantu
dalam peningkatan fungsi sendi secara keseluruhan dan mengurangi nyeri Pada
penderita ini disarankan untuk senam lantai 3 kali seminggu dimana pasien
mengambil posisi terlentang sambil meregangkan lututnya dengan cara
mengangkat kaki dan secara perlahan menekuk dan meluruskan lututnya Olah
raga ini sangat mudah dilakukan apalagi mengingat usia penderita yang sudah
mencapai 75 tahun
Diet bertujuan untuk menurunkan berat badan pada penderita OA yang
gemuk Hal ini sebaiknya menjadi program utama pengobatan OA Penurunan
berat badan seringkali dapat mengurangi keluhan dan peradangan Selain itu
obesitas juga dapat meningkatkan risiko progresifitas dari OA Pada penderita ini
disarankan untuk mengurangi berat badan dengan mengatur diet rendah kalori
sampai mungkin mendekati berat badan ideal Dimana prinsipnya adalah
mengurangi kalori yang masuk dibawah energi yang dibutuhkan Penurunan
energi intake yang aman dianjurkan pemberian defisit energi antara 500-1000
kalori perhari sehingga diharapkan akan terjadi pembakaran lemak tubuh dan
penurunan berat badan 05 ndash 1 kg per minggu Biasanya intake energi diberikan
1200-1300 kal per hari dan paling rendah 800 kal per hari Formula yang dapat
digunakan untuk kebutuhan energi berdasarkan berat badan adalah 22kalkgBB
aktualhari dengan cara ini didapatkan defisit energi 1000 kalhari Pada penderita
ini dianjurkan untuk diet 1400 kal perhari agar mencapai BB idealnya yakni
setidaknya mencapai 55 kg Namun cara ini juga memerlukan kehati ndash hatian
34
dikarenakan usia penderita dan daya tahan tubuhnya yang memang sudah tidak
mendukung untuk melakukan usaha diit
Terapi farmakologis pada penderita OA biasanya bersifat simptomatis
Pada tahap awal dapat dicoba analgetik sederhana seperti asetaminofen atau
salisilat Bila tidak ada perbaikan dapat diberikan obat anti inflamasi non steroid
Untuk mengurangi keluhan nyeri pada penderita ini telah diberikan pengobatan
langsung dengan obat anti inflamasi non steroid seperti Na-diklofenak dengan
dosis 3times50 mg tanpa menggunakan obat lini pertama Hal ini dikarenakan keluhan
pada penderita ini sudah cukup berat ditambah pula adanya bengkak dan rasa
hangat di lutut yang tidak hilang dengan obat analgetik sederhana ( seperti yang
biasa dikonsumsi penderita) Na-diklofenak merupakan obat golongan OAINS
COX-1 inhibitor yang non-selektif dimana obat ini diberikan pada penderita
karena tidak terdapat riwayat pernah menderita gangguan gastrointestinal Namun
mengingat usia penderita yang memang sudah lanjut maka penderita juga
diberikan obat pelapis lambung untuk menjaga kondisi saluran pencernaannya Di
sini penderita diberikan obat golongan PPI (Omeprazole 2 x 20 mg) Setelah
dievaluasi beberapa hari ternyata keluhan nyeri dan bengkak pada penderita tidak
kunjung ada perubahan maka ditambahkan pula obat steroid injeksi dimana
pilihannya adalah InjTriamcinolon 1 Amp24 jam (Inj Flamicort) Selain itu
pasien juga dikonsulkan ke spesialis rehabilitasi medis untuk dilakukan
fisioterapi
Terapi pembedahan Terapi ini diberikan apabila terapi farmakologis dan
rehabilitasi tidak berhasil untuk mengurangi rasa sakit dan juga untuk melakukan
koreksi apabila terjadi deformitas yang menimbulkan gangguan mobilisasi sendi
yang mengganggu aktifitas sehari-hari Pada penderita ini tidak sampai dilakukan
terapi pembedahan
35
DAFTAR PUSTAKA
1 Soeroso J Isbagio H Kalim H Broto R Pramudiyo R Osteoartritis In
Sudoyo AW Setiyohadi B Alwi I Simadibrata M Setiati S editors Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam 4th ed Jakarta Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit
Dalam Fakultas Kedokteran Indonesia 2006 p 1195-201
2 Osteoarthritis Wikipedia The Free Encyclopedia [serial on the internet]
2009 [cited 2009 Sep 1] Available from
httpenwikipediaorgwikiOsteoarthritis
3 Reginster JY The Prevalence and Burden of Osteoarthritis Rheumatology
2002 41 (suppl 1) 3 ndash 6
4 Wibowo Dhidik Tri Kurniawan Yusuf Latifah Tati Gunadi Rachmat
Perancangan dan Implementasi Sistem Bantu Diagnosis Penyakit
Osteoartritis dan Reumatoid Artritis Melalui Deteksi Penyempitan Celah
Sendi pada Citra X-Ray Tangan dan Lutut Dalam Temu Ilmiah
Reumatologi Jakarta 2003 168 ndash 172
5 Konggres Nasional Ikatan Reumatologi Indonesia VI httppemda-
diygoidberita 2005 102140
36
6 Arthritis Research Campaign 2000 Available at
httpwwwarcorgukabout_arthastatshtm
7 Felson DT Zhang Y Hannan MT et al The Incidence and Natural
History of Knee Osteoarthritis in the Elderly The Framingham
Osteoarthritis Study Arthritis Rheumatology 1995 38 1500 ndash 1505
8 Felson DT Zhang Y An Update on the Epidemiology of Knee and Hip
Osteoarthritis with a View to Prevention Arthritis Rheumatology 1998
41 1343 ndash 1355
9 Setiyohadi Bambang Osteoartritis Selayang Pandang Dalam Temu Ilmiah
Reumatologi Jakarta 2003 27 ndash 31
10 Klippel John H Dieppe Paul A Brooks Peter et al Osteoarthritis In
Rheumatology United Kingdom Mosby ndash Year Book Europe Limited
1994 21 ndash 106
11 Abbate L Renner JB Stevens J et al Do Body Composition and Body Fat
Distribution Explain Ethnic Differences in Radiographic Knee
Osteoarthritis Outcomes in African -American and Caucasian Women The
North American Association for the Study of Obesity 2006 14 1274 ndash
1281
12 Amin Niu Jingbo Hunter David et al Smoking Worsens Knee
Osteoarthritis News Center Oklahoma City Oklahoma USA 2006 1 ndash 4
13 McAlindon Timothy E Felson David T Zhang Yuqing et al Relation of
Dietary Intake and Serum Levels of Vitamin D to Progression of
Osteoarthritis of the Knee Among Participants in the Framingham Study
14 Englund M and Lohmander LS Patellofemoral Osteoarthritis Coexistent
with Tibiofemoral Osteoarthritis in a Meniscectomy Population Annals of
the Rheumatic Diseases 2005 64 1721 ndash 1726
15 Carter MA Osteoartritis In Price SA Wilson LM Patofisiologi konsep
klinis proses-proses penyakit 6th ed Jakarta EGC 2006 p 1380-4
16 Altman RD Criteria for the Classification of Osteoarthritis Journal of
Rheumatology 1991 27 (suppl) 10 ndash 12
37
17 Milne AD Evans NA Stanish WD Nonoperative Management of Knee
Osteoarthritis In Hartono IM Studi komparasi antara WOMAC index
dengan Kellgren-Lawrence grading system pada penderita osteoarthritis
genu [PPDS1 thesis] Semarang Medical Faculty Diponegoro University
2007 p 12
18 Haq I Murphy E Dacre J Osteoarthritis Review Postgrad Med J 2003
79 377 ndash 383
19 Anonim [1986] Criteria for classification of idiopathic osteoarthtritis (OA)
of the knee American College of Rheumatology [serial on the internet]
2010 [cited 2010 Jan 20] Available from
httpwwwrheumatologyorgpublicationsclassificationoakneeasp
aud=mem
38
- BAB I
- ILUSTRASI KASUS
- 1 Pemeriksaan EKG
- X ndash Ray Pelvis AP
- BAB III
- DISKUSI DAN PEMBAHASAN
-
peningkatan ringan sel radang (lt8000m) gt1 Pada penderita ini dilakukan
pemeriksaan laboratorium darah lengkap kimia darah dan urin lengkap karena
pemeriksaan tersebut merupakan pemeriksaan rutin Dari hasil pemeriksaan
laboratorium pada penderita ini tidak ditemukan adanya kelainan
Diagnosis OA sudah bisa ditegakkan secara klinis dengan memakai
kriteria OA yang dibuat oleh Subcommittee American College of Rheumatology
(ACR) Kriteria OA lutut secara klinis laboratorium dan radiologis adalah adanya
nyeri lutut osteofit dan salah satu dari tanda berikut yaitu usia lebih dari 50
tahun kaku sendi kurang dari 30 menit atau adanya krepitus Pada penderita ini
wanita berusia 75 tahun ditemukan memiliki keluhan nyeri kedua sendi lutut
terdapat kaku sendi selama 20-30 menit terdapat krepitus dan pada pemeriksaan
radiologi ditemukan adanya osteofit
Pengelolaan penderita dengan OA bertujuan untuk menghilangkan
keluhan mengoptimalkan fungsi sendi mengurangi ketergantungan dan
meningkatkan kualitas hidup menghambat progresivitas penyakit dan mencegah
komplikasi Pilar terapi OA non farmakologis (edukasi terapi fisik
dietpenurunan berat badan) farmakologis (analgetik kortikosteroid lokal
sistemik kondroprotektif dan biologik) dan pembedahan
Edukasi sangat penting bagi semua pasien OA Dua hal yang menjadi
tujuan edukasi adalah bagaimana mengatasi nyeri dan disabilitas Pemberian
edukasi pada penderita ini sangat penting karena dengan edukasi diharapkan
pengetahuan penderita mengenai penyakit OA menjadi meningkat dan pengobatan
menjadi lebih mudah serta dapat diajak bersama-sama untuk mencegah kerusakan
organ sendi lebih lanjut Edukasi yang diberikan pada penderita ini yaitu
memberikan pengertian bahwa OA adalah penyakit yang kronik sehingga perlu
dipahami bahwa mungkin dalam derajat tertentu akan tetap ada rasa nyeri kaku
dan keterbatasan gerak serta fungsi Selain itu agar rasa nyeri dapat berkurang
maka penderita hendaknya mengurangi aktivitaspekerjaannya sehingga tidak
terlalu banyak menggunakan sendi lutut dan lebih banyak beristirahat Penderita
juga disarankan untuk kembali kontrol sehingga dapat diketahui apakah
33
penyakitnya sudah membaik atau ternyata ada efek samping akibat obat yang
diberikan
Terapi fisik bertujuan untuk melatih penderita agar persendiannya tetap
dapat dipakai dan melatih penderita untuk melindungi sendi yang sakit Pada
penderita ini dianjurkan untuk berolah raga tapi olah raga yang memperberat
sendi sebaiknya dihindari seperti lari atau joging Hal ini dikarenakan dapat
menambah inflamasi meningkatkan tekanan intraartikular bila ada efusi sendi dan
bahkan bisa menyebabkan robekan kapsul sendi Untuk mencegah risiko
terjadinya kecacatan pada sendi sebaiknya dilakukan olah raga peregangan otot
seperti mQuadrisep femoris dengan peregangan otot diharapkan dapat membantu
dalam peningkatan fungsi sendi secara keseluruhan dan mengurangi nyeri Pada
penderita ini disarankan untuk senam lantai 3 kali seminggu dimana pasien
mengambil posisi terlentang sambil meregangkan lututnya dengan cara
mengangkat kaki dan secara perlahan menekuk dan meluruskan lututnya Olah
raga ini sangat mudah dilakukan apalagi mengingat usia penderita yang sudah
mencapai 75 tahun
Diet bertujuan untuk menurunkan berat badan pada penderita OA yang
gemuk Hal ini sebaiknya menjadi program utama pengobatan OA Penurunan
berat badan seringkali dapat mengurangi keluhan dan peradangan Selain itu
obesitas juga dapat meningkatkan risiko progresifitas dari OA Pada penderita ini
disarankan untuk mengurangi berat badan dengan mengatur diet rendah kalori
sampai mungkin mendekati berat badan ideal Dimana prinsipnya adalah
mengurangi kalori yang masuk dibawah energi yang dibutuhkan Penurunan
energi intake yang aman dianjurkan pemberian defisit energi antara 500-1000
kalori perhari sehingga diharapkan akan terjadi pembakaran lemak tubuh dan
penurunan berat badan 05 ndash 1 kg per minggu Biasanya intake energi diberikan
1200-1300 kal per hari dan paling rendah 800 kal per hari Formula yang dapat
digunakan untuk kebutuhan energi berdasarkan berat badan adalah 22kalkgBB
aktualhari dengan cara ini didapatkan defisit energi 1000 kalhari Pada penderita
ini dianjurkan untuk diet 1400 kal perhari agar mencapai BB idealnya yakni
setidaknya mencapai 55 kg Namun cara ini juga memerlukan kehati ndash hatian
34
dikarenakan usia penderita dan daya tahan tubuhnya yang memang sudah tidak
mendukung untuk melakukan usaha diit
Terapi farmakologis pada penderita OA biasanya bersifat simptomatis
Pada tahap awal dapat dicoba analgetik sederhana seperti asetaminofen atau
salisilat Bila tidak ada perbaikan dapat diberikan obat anti inflamasi non steroid
Untuk mengurangi keluhan nyeri pada penderita ini telah diberikan pengobatan
langsung dengan obat anti inflamasi non steroid seperti Na-diklofenak dengan
dosis 3times50 mg tanpa menggunakan obat lini pertama Hal ini dikarenakan keluhan
pada penderita ini sudah cukup berat ditambah pula adanya bengkak dan rasa
hangat di lutut yang tidak hilang dengan obat analgetik sederhana ( seperti yang
biasa dikonsumsi penderita) Na-diklofenak merupakan obat golongan OAINS
COX-1 inhibitor yang non-selektif dimana obat ini diberikan pada penderita
karena tidak terdapat riwayat pernah menderita gangguan gastrointestinal Namun
mengingat usia penderita yang memang sudah lanjut maka penderita juga
diberikan obat pelapis lambung untuk menjaga kondisi saluran pencernaannya Di
sini penderita diberikan obat golongan PPI (Omeprazole 2 x 20 mg) Setelah
dievaluasi beberapa hari ternyata keluhan nyeri dan bengkak pada penderita tidak
kunjung ada perubahan maka ditambahkan pula obat steroid injeksi dimana
pilihannya adalah InjTriamcinolon 1 Amp24 jam (Inj Flamicort) Selain itu
pasien juga dikonsulkan ke spesialis rehabilitasi medis untuk dilakukan
fisioterapi
Terapi pembedahan Terapi ini diberikan apabila terapi farmakologis dan
rehabilitasi tidak berhasil untuk mengurangi rasa sakit dan juga untuk melakukan
koreksi apabila terjadi deformitas yang menimbulkan gangguan mobilisasi sendi
yang mengganggu aktifitas sehari-hari Pada penderita ini tidak sampai dilakukan
terapi pembedahan
35
DAFTAR PUSTAKA
1 Soeroso J Isbagio H Kalim H Broto R Pramudiyo R Osteoartritis In
Sudoyo AW Setiyohadi B Alwi I Simadibrata M Setiati S editors Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam 4th ed Jakarta Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit
Dalam Fakultas Kedokteran Indonesia 2006 p 1195-201
2 Osteoarthritis Wikipedia The Free Encyclopedia [serial on the internet]
2009 [cited 2009 Sep 1] Available from
httpenwikipediaorgwikiOsteoarthritis
3 Reginster JY The Prevalence and Burden of Osteoarthritis Rheumatology
2002 41 (suppl 1) 3 ndash 6
4 Wibowo Dhidik Tri Kurniawan Yusuf Latifah Tati Gunadi Rachmat
Perancangan dan Implementasi Sistem Bantu Diagnosis Penyakit
Osteoartritis dan Reumatoid Artritis Melalui Deteksi Penyempitan Celah
Sendi pada Citra X-Ray Tangan dan Lutut Dalam Temu Ilmiah
Reumatologi Jakarta 2003 168 ndash 172
5 Konggres Nasional Ikatan Reumatologi Indonesia VI httppemda-
diygoidberita 2005 102140
36
6 Arthritis Research Campaign 2000 Available at
httpwwwarcorgukabout_arthastatshtm
7 Felson DT Zhang Y Hannan MT et al The Incidence and Natural
History of Knee Osteoarthritis in the Elderly The Framingham
Osteoarthritis Study Arthritis Rheumatology 1995 38 1500 ndash 1505
8 Felson DT Zhang Y An Update on the Epidemiology of Knee and Hip
Osteoarthritis with a View to Prevention Arthritis Rheumatology 1998
41 1343 ndash 1355
9 Setiyohadi Bambang Osteoartritis Selayang Pandang Dalam Temu Ilmiah
Reumatologi Jakarta 2003 27 ndash 31
10 Klippel John H Dieppe Paul A Brooks Peter et al Osteoarthritis In
Rheumatology United Kingdom Mosby ndash Year Book Europe Limited
1994 21 ndash 106
11 Abbate L Renner JB Stevens J et al Do Body Composition and Body Fat
Distribution Explain Ethnic Differences in Radiographic Knee
Osteoarthritis Outcomes in African -American and Caucasian Women The
North American Association for the Study of Obesity 2006 14 1274 ndash
1281
12 Amin Niu Jingbo Hunter David et al Smoking Worsens Knee
Osteoarthritis News Center Oklahoma City Oklahoma USA 2006 1 ndash 4
13 McAlindon Timothy E Felson David T Zhang Yuqing et al Relation of
Dietary Intake and Serum Levels of Vitamin D to Progression of
Osteoarthritis of the Knee Among Participants in the Framingham Study
14 Englund M and Lohmander LS Patellofemoral Osteoarthritis Coexistent
with Tibiofemoral Osteoarthritis in a Meniscectomy Population Annals of
the Rheumatic Diseases 2005 64 1721 ndash 1726
15 Carter MA Osteoartritis In Price SA Wilson LM Patofisiologi konsep
klinis proses-proses penyakit 6th ed Jakarta EGC 2006 p 1380-4
16 Altman RD Criteria for the Classification of Osteoarthritis Journal of
Rheumatology 1991 27 (suppl) 10 ndash 12
37
17 Milne AD Evans NA Stanish WD Nonoperative Management of Knee
Osteoarthritis In Hartono IM Studi komparasi antara WOMAC index
dengan Kellgren-Lawrence grading system pada penderita osteoarthritis
genu [PPDS1 thesis] Semarang Medical Faculty Diponegoro University
2007 p 12
18 Haq I Murphy E Dacre J Osteoarthritis Review Postgrad Med J 2003
79 377 ndash 383
19 Anonim [1986] Criteria for classification of idiopathic osteoarthtritis (OA)
of the knee American College of Rheumatology [serial on the internet]
2010 [cited 2010 Jan 20] Available from
httpwwwrheumatologyorgpublicationsclassificationoakneeasp
aud=mem
38
- BAB I
- ILUSTRASI KASUS
- 1 Pemeriksaan EKG
- X ndash Ray Pelvis AP
- BAB III
- DISKUSI DAN PEMBAHASAN
-
penyakitnya sudah membaik atau ternyata ada efek samping akibat obat yang
diberikan
Terapi fisik bertujuan untuk melatih penderita agar persendiannya tetap
dapat dipakai dan melatih penderita untuk melindungi sendi yang sakit Pada
penderita ini dianjurkan untuk berolah raga tapi olah raga yang memperberat
sendi sebaiknya dihindari seperti lari atau joging Hal ini dikarenakan dapat
menambah inflamasi meningkatkan tekanan intraartikular bila ada efusi sendi dan
bahkan bisa menyebabkan robekan kapsul sendi Untuk mencegah risiko
terjadinya kecacatan pada sendi sebaiknya dilakukan olah raga peregangan otot
seperti mQuadrisep femoris dengan peregangan otot diharapkan dapat membantu
dalam peningkatan fungsi sendi secara keseluruhan dan mengurangi nyeri Pada
penderita ini disarankan untuk senam lantai 3 kali seminggu dimana pasien
mengambil posisi terlentang sambil meregangkan lututnya dengan cara
mengangkat kaki dan secara perlahan menekuk dan meluruskan lututnya Olah
raga ini sangat mudah dilakukan apalagi mengingat usia penderita yang sudah
mencapai 75 tahun
Diet bertujuan untuk menurunkan berat badan pada penderita OA yang
gemuk Hal ini sebaiknya menjadi program utama pengobatan OA Penurunan
berat badan seringkali dapat mengurangi keluhan dan peradangan Selain itu
obesitas juga dapat meningkatkan risiko progresifitas dari OA Pada penderita ini
disarankan untuk mengurangi berat badan dengan mengatur diet rendah kalori
sampai mungkin mendekati berat badan ideal Dimana prinsipnya adalah
mengurangi kalori yang masuk dibawah energi yang dibutuhkan Penurunan
energi intake yang aman dianjurkan pemberian defisit energi antara 500-1000
kalori perhari sehingga diharapkan akan terjadi pembakaran lemak tubuh dan
penurunan berat badan 05 ndash 1 kg per minggu Biasanya intake energi diberikan
1200-1300 kal per hari dan paling rendah 800 kal per hari Formula yang dapat
digunakan untuk kebutuhan energi berdasarkan berat badan adalah 22kalkgBB
aktualhari dengan cara ini didapatkan defisit energi 1000 kalhari Pada penderita
ini dianjurkan untuk diet 1400 kal perhari agar mencapai BB idealnya yakni
setidaknya mencapai 55 kg Namun cara ini juga memerlukan kehati ndash hatian
34
dikarenakan usia penderita dan daya tahan tubuhnya yang memang sudah tidak
mendukung untuk melakukan usaha diit
Terapi farmakologis pada penderita OA biasanya bersifat simptomatis
Pada tahap awal dapat dicoba analgetik sederhana seperti asetaminofen atau
salisilat Bila tidak ada perbaikan dapat diberikan obat anti inflamasi non steroid
Untuk mengurangi keluhan nyeri pada penderita ini telah diberikan pengobatan
langsung dengan obat anti inflamasi non steroid seperti Na-diklofenak dengan
dosis 3times50 mg tanpa menggunakan obat lini pertama Hal ini dikarenakan keluhan
pada penderita ini sudah cukup berat ditambah pula adanya bengkak dan rasa
hangat di lutut yang tidak hilang dengan obat analgetik sederhana ( seperti yang
biasa dikonsumsi penderita) Na-diklofenak merupakan obat golongan OAINS
COX-1 inhibitor yang non-selektif dimana obat ini diberikan pada penderita
karena tidak terdapat riwayat pernah menderita gangguan gastrointestinal Namun
mengingat usia penderita yang memang sudah lanjut maka penderita juga
diberikan obat pelapis lambung untuk menjaga kondisi saluran pencernaannya Di
sini penderita diberikan obat golongan PPI (Omeprazole 2 x 20 mg) Setelah
dievaluasi beberapa hari ternyata keluhan nyeri dan bengkak pada penderita tidak
kunjung ada perubahan maka ditambahkan pula obat steroid injeksi dimana
pilihannya adalah InjTriamcinolon 1 Amp24 jam (Inj Flamicort) Selain itu
pasien juga dikonsulkan ke spesialis rehabilitasi medis untuk dilakukan
fisioterapi
Terapi pembedahan Terapi ini diberikan apabila terapi farmakologis dan
rehabilitasi tidak berhasil untuk mengurangi rasa sakit dan juga untuk melakukan
koreksi apabila terjadi deformitas yang menimbulkan gangguan mobilisasi sendi
yang mengganggu aktifitas sehari-hari Pada penderita ini tidak sampai dilakukan
terapi pembedahan
35
DAFTAR PUSTAKA
1 Soeroso J Isbagio H Kalim H Broto R Pramudiyo R Osteoartritis In
Sudoyo AW Setiyohadi B Alwi I Simadibrata M Setiati S editors Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam 4th ed Jakarta Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit
Dalam Fakultas Kedokteran Indonesia 2006 p 1195-201
2 Osteoarthritis Wikipedia The Free Encyclopedia [serial on the internet]
2009 [cited 2009 Sep 1] Available from
httpenwikipediaorgwikiOsteoarthritis
3 Reginster JY The Prevalence and Burden of Osteoarthritis Rheumatology
2002 41 (suppl 1) 3 ndash 6
4 Wibowo Dhidik Tri Kurniawan Yusuf Latifah Tati Gunadi Rachmat
Perancangan dan Implementasi Sistem Bantu Diagnosis Penyakit
Osteoartritis dan Reumatoid Artritis Melalui Deteksi Penyempitan Celah
Sendi pada Citra X-Ray Tangan dan Lutut Dalam Temu Ilmiah
Reumatologi Jakarta 2003 168 ndash 172
5 Konggres Nasional Ikatan Reumatologi Indonesia VI httppemda-
diygoidberita 2005 102140
36
6 Arthritis Research Campaign 2000 Available at
httpwwwarcorgukabout_arthastatshtm
7 Felson DT Zhang Y Hannan MT et al The Incidence and Natural
History of Knee Osteoarthritis in the Elderly The Framingham
Osteoarthritis Study Arthritis Rheumatology 1995 38 1500 ndash 1505
8 Felson DT Zhang Y An Update on the Epidemiology of Knee and Hip
Osteoarthritis with a View to Prevention Arthritis Rheumatology 1998
41 1343 ndash 1355
9 Setiyohadi Bambang Osteoartritis Selayang Pandang Dalam Temu Ilmiah
Reumatologi Jakarta 2003 27 ndash 31
10 Klippel John H Dieppe Paul A Brooks Peter et al Osteoarthritis In
Rheumatology United Kingdom Mosby ndash Year Book Europe Limited
1994 21 ndash 106
11 Abbate L Renner JB Stevens J et al Do Body Composition and Body Fat
Distribution Explain Ethnic Differences in Radiographic Knee
Osteoarthritis Outcomes in African -American and Caucasian Women The
North American Association for the Study of Obesity 2006 14 1274 ndash
1281
12 Amin Niu Jingbo Hunter David et al Smoking Worsens Knee
Osteoarthritis News Center Oklahoma City Oklahoma USA 2006 1 ndash 4
13 McAlindon Timothy E Felson David T Zhang Yuqing et al Relation of
Dietary Intake and Serum Levels of Vitamin D to Progression of
Osteoarthritis of the Knee Among Participants in the Framingham Study
14 Englund M and Lohmander LS Patellofemoral Osteoarthritis Coexistent
with Tibiofemoral Osteoarthritis in a Meniscectomy Population Annals of
the Rheumatic Diseases 2005 64 1721 ndash 1726
15 Carter MA Osteoartritis In Price SA Wilson LM Patofisiologi konsep
klinis proses-proses penyakit 6th ed Jakarta EGC 2006 p 1380-4
16 Altman RD Criteria for the Classification of Osteoarthritis Journal of
Rheumatology 1991 27 (suppl) 10 ndash 12
37
17 Milne AD Evans NA Stanish WD Nonoperative Management of Knee
Osteoarthritis In Hartono IM Studi komparasi antara WOMAC index
dengan Kellgren-Lawrence grading system pada penderita osteoarthritis
genu [PPDS1 thesis] Semarang Medical Faculty Diponegoro University
2007 p 12
18 Haq I Murphy E Dacre J Osteoarthritis Review Postgrad Med J 2003
79 377 ndash 383
19 Anonim [1986] Criteria for classification of idiopathic osteoarthtritis (OA)
of the knee American College of Rheumatology [serial on the internet]
2010 [cited 2010 Jan 20] Available from
httpwwwrheumatologyorgpublicationsclassificationoakneeasp
aud=mem
38
- BAB I
- ILUSTRASI KASUS
- 1 Pemeriksaan EKG
- X ndash Ray Pelvis AP
- BAB III
- DISKUSI DAN PEMBAHASAN
-
dikarenakan usia penderita dan daya tahan tubuhnya yang memang sudah tidak
mendukung untuk melakukan usaha diit
Terapi farmakologis pada penderita OA biasanya bersifat simptomatis
Pada tahap awal dapat dicoba analgetik sederhana seperti asetaminofen atau
salisilat Bila tidak ada perbaikan dapat diberikan obat anti inflamasi non steroid
Untuk mengurangi keluhan nyeri pada penderita ini telah diberikan pengobatan
langsung dengan obat anti inflamasi non steroid seperti Na-diklofenak dengan
dosis 3times50 mg tanpa menggunakan obat lini pertama Hal ini dikarenakan keluhan
pada penderita ini sudah cukup berat ditambah pula adanya bengkak dan rasa
hangat di lutut yang tidak hilang dengan obat analgetik sederhana ( seperti yang
biasa dikonsumsi penderita) Na-diklofenak merupakan obat golongan OAINS
COX-1 inhibitor yang non-selektif dimana obat ini diberikan pada penderita
karena tidak terdapat riwayat pernah menderita gangguan gastrointestinal Namun
mengingat usia penderita yang memang sudah lanjut maka penderita juga
diberikan obat pelapis lambung untuk menjaga kondisi saluran pencernaannya Di
sini penderita diberikan obat golongan PPI (Omeprazole 2 x 20 mg) Setelah
dievaluasi beberapa hari ternyata keluhan nyeri dan bengkak pada penderita tidak
kunjung ada perubahan maka ditambahkan pula obat steroid injeksi dimana
pilihannya adalah InjTriamcinolon 1 Amp24 jam (Inj Flamicort) Selain itu
pasien juga dikonsulkan ke spesialis rehabilitasi medis untuk dilakukan
fisioterapi
Terapi pembedahan Terapi ini diberikan apabila terapi farmakologis dan
rehabilitasi tidak berhasil untuk mengurangi rasa sakit dan juga untuk melakukan
koreksi apabila terjadi deformitas yang menimbulkan gangguan mobilisasi sendi
yang mengganggu aktifitas sehari-hari Pada penderita ini tidak sampai dilakukan
terapi pembedahan
35
DAFTAR PUSTAKA
1 Soeroso J Isbagio H Kalim H Broto R Pramudiyo R Osteoartritis In
Sudoyo AW Setiyohadi B Alwi I Simadibrata M Setiati S editors Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam 4th ed Jakarta Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit
Dalam Fakultas Kedokteran Indonesia 2006 p 1195-201
2 Osteoarthritis Wikipedia The Free Encyclopedia [serial on the internet]
2009 [cited 2009 Sep 1] Available from
httpenwikipediaorgwikiOsteoarthritis
3 Reginster JY The Prevalence and Burden of Osteoarthritis Rheumatology
2002 41 (suppl 1) 3 ndash 6
4 Wibowo Dhidik Tri Kurniawan Yusuf Latifah Tati Gunadi Rachmat
Perancangan dan Implementasi Sistem Bantu Diagnosis Penyakit
Osteoartritis dan Reumatoid Artritis Melalui Deteksi Penyempitan Celah
Sendi pada Citra X-Ray Tangan dan Lutut Dalam Temu Ilmiah
Reumatologi Jakarta 2003 168 ndash 172
5 Konggres Nasional Ikatan Reumatologi Indonesia VI httppemda-
diygoidberita 2005 102140
36
6 Arthritis Research Campaign 2000 Available at
httpwwwarcorgukabout_arthastatshtm
7 Felson DT Zhang Y Hannan MT et al The Incidence and Natural
History of Knee Osteoarthritis in the Elderly The Framingham
Osteoarthritis Study Arthritis Rheumatology 1995 38 1500 ndash 1505
8 Felson DT Zhang Y An Update on the Epidemiology of Knee and Hip
Osteoarthritis with a View to Prevention Arthritis Rheumatology 1998
41 1343 ndash 1355
9 Setiyohadi Bambang Osteoartritis Selayang Pandang Dalam Temu Ilmiah
Reumatologi Jakarta 2003 27 ndash 31
10 Klippel John H Dieppe Paul A Brooks Peter et al Osteoarthritis In
Rheumatology United Kingdom Mosby ndash Year Book Europe Limited
1994 21 ndash 106
11 Abbate L Renner JB Stevens J et al Do Body Composition and Body Fat
Distribution Explain Ethnic Differences in Radiographic Knee
Osteoarthritis Outcomes in African -American and Caucasian Women The
North American Association for the Study of Obesity 2006 14 1274 ndash
1281
12 Amin Niu Jingbo Hunter David et al Smoking Worsens Knee
Osteoarthritis News Center Oklahoma City Oklahoma USA 2006 1 ndash 4
13 McAlindon Timothy E Felson David T Zhang Yuqing et al Relation of
Dietary Intake and Serum Levels of Vitamin D to Progression of
Osteoarthritis of the Knee Among Participants in the Framingham Study
14 Englund M and Lohmander LS Patellofemoral Osteoarthritis Coexistent
with Tibiofemoral Osteoarthritis in a Meniscectomy Population Annals of
the Rheumatic Diseases 2005 64 1721 ndash 1726
15 Carter MA Osteoartritis In Price SA Wilson LM Patofisiologi konsep
klinis proses-proses penyakit 6th ed Jakarta EGC 2006 p 1380-4
16 Altman RD Criteria for the Classification of Osteoarthritis Journal of
Rheumatology 1991 27 (suppl) 10 ndash 12
37
17 Milne AD Evans NA Stanish WD Nonoperative Management of Knee
Osteoarthritis In Hartono IM Studi komparasi antara WOMAC index
dengan Kellgren-Lawrence grading system pada penderita osteoarthritis
genu [PPDS1 thesis] Semarang Medical Faculty Diponegoro University
2007 p 12
18 Haq I Murphy E Dacre J Osteoarthritis Review Postgrad Med J 2003
79 377 ndash 383
19 Anonim [1986] Criteria for classification of idiopathic osteoarthtritis (OA)
of the knee American College of Rheumatology [serial on the internet]
2010 [cited 2010 Jan 20] Available from
httpwwwrheumatologyorgpublicationsclassificationoakneeasp
aud=mem
38
- BAB I
- ILUSTRASI KASUS
- 1 Pemeriksaan EKG
- X ndash Ray Pelvis AP
- BAB III
- DISKUSI DAN PEMBAHASAN
-
DAFTAR PUSTAKA
1 Soeroso J Isbagio H Kalim H Broto R Pramudiyo R Osteoartritis In
Sudoyo AW Setiyohadi B Alwi I Simadibrata M Setiati S editors Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam 4th ed Jakarta Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit
Dalam Fakultas Kedokteran Indonesia 2006 p 1195-201
2 Osteoarthritis Wikipedia The Free Encyclopedia [serial on the internet]
2009 [cited 2009 Sep 1] Available from
httpenwikipediaorgwikiOsteoarthritis
3 Reginster JY The Prevalence and Burden of Osteoarthritis Rheumatology
2002 41 (suppl 1) 3 ndash 6
4 Wibowo Dhidik Tri Kurniawan Yusuf Latifah Tati Gunadi Rachmat
Perancangan dan Implementasi Sistem Bantu Diagnosis Penyakit
Osteoartritis dan Reumatoid Artritis Melalui Deteksi Penyempitan Celah
Sendi pada Citra X-Ray Tangan dan Lutut Dalam Temu Ilmiah
Reumatologi Jakarta 2003 168 ndash 172
5 Konggres Nasional Ikatan Reumatologi Indonesia VI httppemda-
diygoidberita 2005 102140
36
6 Arthritis Research Campaign 2000 Available at
httpwwwarcorgukabout_arthastatshtm
7 Felson DT Zhang Y Hannan MT et al The Incidence and Natural
History of Knee Osteoarthritis in the Elderly The Framingham
Osteoarthritis Study Arthritis Rheumatology 1995 38 1500 ndash 1505
8 Felson DT Zhang Y An Update on the Epidemiology of Knee and Hip
Osteoarthritis with a View to Prevention Arthritis Rheumatology 1998
41 1343 ndash 1355
9 Setiyohadi Bambang Osteoartritis Selayang Pandang Dalam Temu Ilmiah
Reumatologi Jakarta 2003 27 ndash 31
10 Klippel John H Dieppe Paul A Brooks Peter et al Osteoarthritis In
Rheumatology United Kingdom Mosby ndash Year Book Europe Limited
1994 21 ndash 106
11 Abbate L Renner JB Stevens J et al Do Body Composition and Body Fat
Distribution Explain Ethnic Differences in Radiographic Knee
Osteoarthritis Outcomes in African -American and Caucasian Women The
North American Association for the Study of Obesity 2006 14 1274 ndash
1281
12 Amin Niu Jingbo Hunter David et al Smoking Worsens Knee
Osteoarthritis News Center Oklahoma City Oklahoma USA 2006 1 ndash 4
13 McAlindon Timothy E Felson David T Zhang Yuqing et al Relation of
Dietary Intake and Serum Levels of Vitamin D to Progression of
Osteoarthritis of the Knee Among Participants in the Framingham Study
14 Englund M and Lohmander LS Patellofemoral Osteoarthritis Coexistent
with Tibiofemoral Osteoarthritis in a Meniscectomy Population Annals of
the Rheumatic Diseases 2005 64 1721 ndash 1726
15 Carter MA Osteoartritis In Price SA Wilson LM Patofisiologi konsep
klinis proses-proses penyakit 6th ed Jakarta EGC 2006 p 1380-4
16 Altman RD Criteria for the Classification of Osteoarthritis Journal of
Rheumatology 1991 27 (suppl) 10 ndash 12
37
17 Milne AD Evans NA Stanish WD Nonoperative Management of Knee
Osteoarthritis In Hartono IM Studi komparasi antara WOMAC index
dengan Kellgren-Lawrence grading system pada penderita osteoarthritis
genu [PPDS1 thesis] Semarang Medical Faculty Diponegoro University
2007 p 12
18 Haq I Murphy E Dacre J Osteoarthritis Review Postgrad Med J 2003
79 377 ndash 383
19 Anonim [1986] Criteria for classification of idiopathic osteoarthtritis (OA)
of the knee American College of Rheumatology [serial on the internet]
2010 [cited 2010 Jan 20] Available from
httpwwwrheumatologyorgpublicationsclassificationoakneeasp
aud=mem
38
- BAB I
- ILUSTRASI KASUS
- 1 Pemeriksaan EKG
- X ndash Ray Pelvis AP
- BAB III
- DISKUSI DAN PEMBAHASAN
-
6 Arthritis Research Campaign 2000 Available at
httpwwwarcorgukabout_arthastatshtm
7 Felson DT Zhang Y Hannan MT et al The Incidence and Natural
History of Knee Osteoarthritis in the Elderly The Framingham
Osteoarthritis Study Arthritis Rheumatology 1995 38 1500 ndash 1505
8 Felson DT Zhang Y An Update on the Epidemiology of Knee and Hip
Osteoarthritis with a View to Prevention Arthritis Rheumatology 1998
41 1343 ndash 1355
9 Setiyohadi Bambang Osteoartritis Selayang Pandang Dalam Temu Ilmiah
Reumatologi Jakarta 2003 27 ndash 31
10 Klippel John H Dieppe Paul A Brooks Peter et al Osteoarthritis In
Rheumatology United Kingdom Mosby ndash Year Book Europe Limited
1994 21 ndash 106
11 Abbate L Renner JB Stevens J et al Do Body Composition and Body Fat
Distribution Explain Ethnic Differences in Radiographic Knee
Osteoarthritis Outcomes in African -American and Caucasian Women The
North American Association for the Study of Obesity 2006 14 1274 ndash
1281
12 Amin Niu Jingbo Hunter David et al Smoking Worsens Knee
Osteoarthritis News Center Oklahoma City Oklahoma USA 2006 1 ndash 4
13 McAlindon Timothy E Felson David T Zhang Yuqing et al Relation of
Dietary Intake and Serum Levels of Vitamin D to Progression of
Osteoarthritis of the Knee Among Participants in the Framingham Study
14 Englund M and Lohmander LS Patellofemoral Osteoarthritis Coexistent
with Tibiofemoral Osteoarthritis in a Meniscectomy Population Annals of
the Rheumatic Diseases 2005 64 1721 ndash 1726
15 Carter MA Osteoartritis In Price SA Wilson LM Patofisiologi konsep
klinis proses-proses penyakit 6th ed Jakarta EGC 2006 p 1380-4
16 Altman RD Criteria for the Classification of Osteoarthritis Journal of
Rheumatology 1991 27 (suppl) 10 ndash 12
37
17 Milne AD Evans NA Stanish WD Nonoperative Management of Knee
Osteoarthritis In Hartono IM Studi komparasi antara WOMAC index
dengan Kellgren-Lawrence grading system pada penderita osteoarthritis
genu [PPDS1 thesis] Semarang Medical Faculty Diponegoro University
2007 p 12
18 Haq I Murphy E Dacre J Osteoarthritis Review Postgrad Med J 2003
79 377 ndash 383
19 Anonim [1986] Criteria for classification of idiopathic osteoarthtritis (OA)
of the knee American College of Rheumatology [serial on the internet]
2010 [cited 2010 Jan 20] Available from
httpwwwrheumatologyorgpublicationsclassificationoakneeasp
aud=mem
38
- BAB I
- ILUSTRASI KASUS
- 1 Pemeriksaan EKG
- X ndash Ray Pelvis AP
- BAB III
- DISKUSI DAN PEMBAHASAN
-
17 Milne AD Evans NA Stanish WD Nonoperative Management of Knee
Osteoarthritis In Hartono IM Studi komparasi antara WOMAC index
dengan Kellgren-Lawrence grading system pada penderita osteoarthritis
genu [PPDS1 thesis] Semarang Medical Faculty Diponegoro University
2007 p 12
18 Haq I Murphy E Dacre J Osteoarthritis Review Postgrad Med J 2003
79 377 ndash 383
19 Anonim [1986] Criteria for classification of idiopathic osteoarthtritis (OA)
of the knee American College of Rheumatology [serial on the internet]
2010 [cited 2010 Jan 20] Available from
httpwwwrheumatologyorgpublicationsclassificationoakneeasp
aud=mem
38
- BAB I
- ILUSTRASI KASUS
- 1 Pemeriksaan EKG
- X ndash Ray Pelvis AP
- BAB III
- DISKUSI DAN PEMBAHASAN
-