Laporan Kasus Neurologi (LBP)

30
Laporan Kasus Neurologi LBP ec. Spondylolisthesis Pembimbing: dr. Meirina Oleh: Themy Suteja 090100113 Christella Caroline 090100127 Jenny Candra 090100177 Mellissa Cyintia William 090100184 Melysa Kemala Putri 090100319 KEPANITRAAN KLINIK SENIOR DEPARTEMEN SMF NEUROLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP HAM

description

Laporan Kasus Neurologi (LBP)

Transcript of Laporan Kasus Neurologi (LBP)

Page 1: Laporan Kasus Neurologi (LBP)

Laporan Kasus Neurologi

LBP ec. Spondylolisthesis

Pembimbing: dr. Meirina

Oleh:

Themy Suteja 090100113

Christella Caroline 090100127

Jenny Candra 090100177

Mellissa Cyintia William 090100184

Melysa Kemala Putri 090100319

KEPANITRAAN KLINIK SENIOR

DEPARTEMEN SMF NEUROLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP HAM

MEDAN

Page 2: Laporan Kasus Neurologi (LBP)

2013

Page 3: Laporan Kasus Neurologi (LBP)

i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

karunia dan rahmat-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan makalah ini

dengan tepat waktu.

Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui pencapaian

pembelajaran dalam kepaniteraan klinik senior Departemen Ilmu Saraf di Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara terutama mengenai spondilolisthesis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Departemen Ilmu Saraf dalam

penyusunan makalah ini. Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini

masih memiliki kekurangan dan jauh dari kesempurnaan dikarenakan keterbatasan

kemampuan penulis. Oleh karenanya, penulis mengharapkan saran dan kritik yang

membangun, untuk kesempurnaan makalah ini.

Medan, 28 Desember 2013

Penulis

Page 4: Laporan Kasus Neurologi (LBP)

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................. i

DAFTAR ISI................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 1

1. 1. Latar Belakang.............................................................................. 1

1.2. Tujuan Penulisan............................................................................ 2

1.3. Manfaat Penulisan.......................................................................... 2

BAB II LAPORAN KASUS......................................................................... 3

BAB III TINJAUAN PUSTAKA................................................................ 35

3.1. Nyeri Punggung Bawah (NPB) ................................................... 35

3.1.1. Definisi................................................................................ 35

3.1.2. Epidemiologi....................................................................... 35

3.1.3. Faktor Risiko....................................................................... 36

3.1.4. Etiologi................................................................................ 37

3.1.5. Klasifikasi............................................................................ 40

3.1.6. Patofisiologi......................................................................... 43

3.1.7. Gejala klinis......................................................................... 46

3.1.8. Diagnosa Banding............................................................... 47

3.1.9. Diagnosis............................................................................. 49

3.1.10. Penatalaksanaan................................................................. 50

3.1.11. Pencegahan........................................................................ 52

3.2. Spondylolisthesis ......................................................................... 53

3.2.1. Definisi................................................................................ 53

3.2.2. Etiopatofisiologi.................................................................. 53

3.2.3. Epidemiologi....................................................................... 55

3.2.4. Gejala Klinis........................................................................ 55

3.2.5. Diagnosis............................................................................. 56

3.2.6. Penatalaksanaan................................................................... 60

3.2.7. Komplikasi.......................................................................... 60

3.2.8. Prognosis............................................................................. 61

Page 5: Laporan Kasus Neurologi (LBP)

iii

BAB IV DISKUSI KASUS........................................................................... 62

BAB V KESIMPULAN................................................................................ 63

BAB VI SARAN............................................................................................ 64

DAFTAR PUSTAKA ......................................…………………………… 65

Page 6: Laporan Kasus Neurologi (LBP)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Nyeri punggung belakang (NPB) adalah suatu gejala berupa nyeri di bagian

pinggang yang dapat menjalar ke tungkai kanan atau kiri.1 NPB dapat merupakan

nyeri lokal maupun nyeri radikular atau keduanya. Nyeri terasa di antara sudut iga

terbawah dan lipat bokong bawah, yaitu di daerah lumbal atau lumbosakral dan sering

disertai dengan penjalaran nyeri ke arah tungkai. Nyeri yang berasal dari daerah

punggung bawah dapat dirujuk ke daerah lain atau sebaliknya, nyeri yang berasal

dari daerah lain dirasakan di daerah punggung bawah (referred pain).2

Frekuensi NPB tertinggi terjadi pada usia 35-55 tahun, dan akan semakin

meningkat sesuai dengan bertambahnya usia. Sebuah penelitian di Kanada

melaporkan masalah punggung berada pada urutan tertinggi ketiga yang menjadi

penyebab kronis masalah kesehatan pada umur >65 tahun untuk wanita dan berada

pada urutan keempat tertinggi pada laki laki untuk kategori yang sama.3 Di Amerika

Serikat dilaporkan 60-80% orang dewasa pernah mengalami NPB, keadaan ini akan

menimbulkan kerugian yang cukup banyak untuk biaya pengobatan dan kehilangan

jam kerja. Sekitar 5% dari populasi di Amerika Serikat mengalami serangan NPB

akut, dan menduduki urutan keempat untuk diagnosis rawat inap.4

Spondylolisthesis menunjukkan suatu pergeseran ke depan satu korpus

vertebra bila dibandingkan dengan vertebra yang terletak dibawahnya. Umumnya

diklasifikasikan ke dalam lima bentuk : kongenital atau displastik, isthmus,

degeneratif, traumatik, dan patologis. 3,4,9,10

Etiologi spondylolisthesis adalah multifaktorial. Predisposisi congenital

tampak pada spondylolisthesis tipe 1 dan tipe 2, dan postur, gravitasi, tekanan

rotasional dan stres/tekanan kosentrasi tinggi pada sumbu tubuh berperan penting

dalam terjadinya pergeseran tersebut. Gambaran klinis spondylolisthesis sangat

bervariasi dan bergantung pada tipe pergeseran dan usia pasien. Gejala jarang

Page 7: Laporan Kasus Neurologi (LBP)

2

berhubungan dengan derajat pergeseran (slippage), meskipun sangat berkaitan dengan

instabilitas segmental yang terjadi. Pasien dengan spondylolisthesis degeneratif

biasanya pada orang tua dan muncul dengan nyeri tulang belakang (back pain),

radikulopati, klaudikasio neurogenik, atau gabungan beberapa gejala tersebut. 3,4,9,10

1.2. Tujuan Penulisan

Tujuan penelitian laporan ini adalah untuk memenuhi tugas kepaniteraan

klinik senior Departemen Ilmu Penyakit Saraf RSUP Haji Adam Malik Medan dan

meningkatkan pemahaman dan pengetahuan mahasiswa tentang nyeri punggung

bawah.

1.3. Manfaat Penulisan

Manfaat dari penulisan laporan ini adalah sebagai sarana untuk mengetahui

dan mempelajari lebih dalam mengenai nyeri punggung bawah berdasarkan teori dan

kasus yang ada.

Page 8: Laporan Kasus Neurologi (LBP)

3

3.1. Spondylolisthesis

3.1.1. Definisi

Kata spondylolisthesis berasal dari bahasa Yunani yang terdiri atas kata

spondylo yang berarti “tulang belakang (vertebra)”, dan listhesis yang berarti

“bergeser”. Maka spondilolistesis merupakan istilah deskriptif untuk pergeseran

(biasanya ke anterior) dari vertebra relatif terhadap vertebra yang dibawahnya.21,25

3.1.2. Etiopatofisiologi

Penyebab dari sindrom ini adalah malformasi persimpangan lumbosakral

yang kecil, sendi facet tidak kompeten, yang dapat bersifat kongenital (bawaan),

disebut sebagai spondilolisthesis displastik, atau mungkin terjadi selama masa remaja

karena patah tulang atau cedera pada salah satu tulang-tulang belakang dari kegiatan

olahraga terkait seperti angkat berat, berlari, berenang, atau sepak bola yang

menyebabkan seseorang memiliki spondilolisthesis isthmic.19,27

Ada lima jenis utama dari Spondilolisthesis dikategorikan oleh sistem

klasifikasi Wiltse:

1. Displatik.

- Sendi facet memungkinkan pergeseran kedepan.

- Lengkungan neural biasanya masih utuh.20

2. Isthmic.

- Lesi dari pars.

- Terdapat 3 subtipe: fraktur stress, pemanjangan dari pars, dan fraktur pars

akut.20

3. Degeratif.

Page 9: Laporan Kasus Neurologi (LBP)

4

Spondilolisthesis bisa disebabkan oleh penuaan, umum, dan keausan tulang,

jaringan, otot-otot, dan ligamen tulang belakang disebut sebagai

spondilolisthesis degeneratif.20

4. Trauma.

Tipe ini terjadinya bersifat skunder terhadap suatu proses trauma pada

vertebrata yang menyebabkan fraktur pada sebagian pars interartikularis. Tipe

ini terjadi sesudah periode satu minggu atau lebih dari trauma. Acute pars

fracture tidak termasuk tipe ini..20

5. Patologis.

Jenis terakhir Spondilolisthesis, yang juga yang paling langka, disebut

spondilolisthesis patologis. Jenis Spondilolisthesis terjadi karena kerusakan

pada elemen posterior dari metastasis (kanker sel-sel yang menyebar ke

bagian lain dari tubuh dan menyebabkan tumor) atau penyakit tulang

metabolik. Jenis ini telah dilaporkan dalam kasus-kasus penyakit Paget tulang

(dinamai Sir James Paget, seorang ahli bedah Inggris yang menggambarkan

gangguan kronis yang biasanya menghasilkan tulang membesar dan cacat),

tuberkulosis (penyakit menular mematikan yang biasanya menyerang paru-

paru tetapi dapat menyebar ke bagian lain dari tubuh), tumor sel raksasa, dan

metastasis tumor.20

Diagnosis yang tepat dan identifikasi jenis atau kategori Spondilolisthesis

adalah penting untuk memahami serta keparahan dari pergeseran yang terbagi

menjadi 5 kelas sebelum pengobatan yang tepat untuk kondisi tersebut dapat

disarankan.20

3.1.3. Epidemiologi

Insidensi spondilolisthesis tipe ismik berkisar 5% berdasarkan studi otopsi.

Spondilolisthesis degeneratif memiliki frekuensi tersering karena secara umum

populasi pastinya akan mengalami penuaan. Spondillistesis degeneratif biasanya

Page 10: Laporan Kasus Neurologi (LBP)

5

dialami oleh lanjut usia dan jarang mengenai usia dibawah 40 tahun. Kelainan ini

biasanya mengenai perempuan 5 kali lebih banyak dibandingkan laki-laki. Paling

sering melibatkan level L4-L5. Sampai 5,8% pria dan 9,1% wanita memiliki

spondilolisthesis tipe ini.19,20,26

3.1.4. Gejala klinis

Presentasi klinis dapat bermacam-macam, tergantung pada jenis pergeseran

dan usia pasien. Selama tahun-tahun awal kehidupan, presentasi klinis dapat berupa

nyeri punggung bawah ringan yang sesekali dirasakan pada panggul dan paha

posterior, terutama saat beraktivitas. Gejala jarang berkorelasi dengan tingkat

pergeseran, meskipun mereka disebabkan ketidakstabilan segmental. Tanda

neurologis seringkali berkorelasi dengan tingkat selip dan melibatkan motorik,

sensorik, dan perubahan refleks yang sesuai untuk pelampiasan akar saraf (biasanya

S1).21

Gejala yang paling umum dari spondylolisthesis adalah:

1. Nyeri punggung bawah.

Hal ini sering lebih memberat dengan latihan terutama dengan ekstensi tulang

belakang lumbal.22

2. Beberapa pasien dapat mengeluhkan nyeri, mati rasa, kesemutan, atau

kelemahan pada kaki karena kompresi saraf. Kompresi parah dari saraf dapat

menyebabkan hilangnya kontrol dari usus atau fungsi kandung kemih.22

3. Keketatan dari paha belakang dan penurunan jangkauan gerak dari punggung

bawah.22

Pasien dengan spondilolistesis degeneratif biasanya lebih tua dan datang

dengan nyeri punggung, radikulopati, klaudikasio neurogenik, atau kombinasi dari

gejala-gejala tersebut. Pergeseran yang paling umum adalah di L4-5 dan kurang

umum di L3-4. Gejala-gejala radikuler sering hasil dari stenosis recessus lateral dari

facet dan ligamen hipertrofi dan/ atau disk herniasi. Akar saraf L5 dipengaruhi paling

Page 11: Laporan Kasus Neurologi (LBP)

6

sering dan menyebabkan kelemahan ekstensor halusis longus. Stenosis pusat dan

klaudikasio neurogenik bersamaan mungkin atau mungkin tidak ada.22

Penyebab gejala klaudikasio selama ambulasi adalah multifaktorial. Rasa

sakit ini berkurang ketika pasien memfleksikan tulang belakang dengan duduk atau

bersandar. Fleksi memperbesar ukuran kanal oleh peregangan ligamentum flavum

menonjol, pengurangan lamina utama dan aspek, dan pembesaran foramen tersebut.

Hal ini mengurangi tekanan pada akar saraf keluar dan, dengan demikian,

mengurangi rasa sakit.22

3.1.5. Diagnosis

Diagnosis yang tepat dari spondilolistesis meliputi anamnesis dan

pemeriksaan yang sesuai dengan gejala spondilolistesis.1 Namun, pasien dengan

spondilolistesis kadang sulit dinilai berdasarkan pemeriksaan fisik saja.2 Pergeseran

ini dapat bersifat asimtomatik atau dapat mennyebabkan nyeri punggung bawah, rasa

tegang pada otot paha bawah, cidera pada akar saraf (seringnya pada L5), simtomatik

stenosis spinal, dan juga dapat menyebabkan Cauda Equina Syndrome (CES) pada

kasus berat. Rasa tegang juga dapat dirasakan pada daerah segmen yang bergeser.

Jika parah, dapat juga menyebabkan tubuh menjadi lebih ‘pendek’.21

Spondylolistesis dapat didiagnosa cukup dengan menggunakan foto polos

dengan sinar X. Posisi terbaik yang bisa dilakukan adalah dari posisi lateral.1Foto

yang dilakukan dari posisi samping atau lateral akan dapat menunjukkan sebuah ruas

tulang belakang yang bergerser ke depan dibandingkan dengan ruas tulang rusuk

yang berdekatan. Berdasarkan persentase pergeseran ruas dengan ruas tulang

belakang yang berdekatan, spondylolistesis dapat dibagi menjadi 5 derajat:20

1. Derajat I dengan pergeseran <26%,

2. Derajat II dengan pergeseran 26%-50%,

3. Derajat III dengan pergeseran 51%-75%,

4. Derajat IV dengan pergeseran 76%-100%,

Page 12: Laporan Kasus Neurologi (LBP)

7

5. Derajat V dengan vertebra telah tergeser sepenuhnya dari vertebra lainnya atau

spondyloptosis.

Gambar 1. Gambar menunjukkan cara menilai derajat spondilolistesis. Kedua anak panah menunjukkan jarak pergeseran dan rasio yang dapat dihitung untuk menunjukkan derajatnya berdasarkan persentase pergeseran.24

Jika pasien masih memiliki keluhan nyeri, kebas, atau lemah tungkai,

pemeriksaan tambahan CT scan atau MRI dapat dilakukan. Keluhan ini dapat

disebabkan oleh stenosis atau penyempitan dari celah untuk saraf ke kaki.25 CT scan

dan MRI adalah pilihan terbaik untuk mendeteksi stenosis yang menyertai

spondilolistesis sehingga dapat digunakan untuk mengidentifikasi kompresi saraf

akibat spondilolistesis.19

Page 13: Laporan Kasus Neurologi (LBP)

8

Gambar 2. Spondilolistesis, gambaran radiologis menunjukkan sebuah spondilolistesis derajat 1 pada anak anak.25

Gambar 3. Proyeksi oblik menunjukkan adanya defek pars bilateral, tanda panah menunjukkan gambaran ‘Scottie Dog with Collar’.25

Page 14: Laporan Kasus Neurologi (LBP)

9

Gambar 4. Gambar menunjukkan tampilan proyeksi oblik dengan komponennya yang menyebabkan terjadinya penampilan ‘Scottie Dog’.25

Gambar 5. Gambaran spondilolistesis traumatic derajat 4.25

PET scan juga dapat digunakan untuk melihat keaktifan tulang di dekat

lokasi defek. Ini terutama untuk membantu dalam tatalaksana spondilolistesis ini

sendiri.25

Page 15: Laporan Kasus Neurologi (LBP)

10

3.1.6. Penatalaksanaan

Pada kebanyakan kasus spondilolistesis dapat diatasi dengan menggunakan

terapi konservatif. Namun pada pasien pasien tertentu seperti pada pasien dengan

nyeri radikuler, klaudikasi neurogenik, dan pada pasien yang tetap dijumpai

abnormalitas postur atau cara berjalan setelah terapi non operatif, makan proses

pembedahan menjadi indikasi. Tujuan dari terapi pembedahan adalah untuk

menstabilkan segmen spinal dan jika diperlukan dilakukan dekompresi elemen

neural.25

Prinsip tatalaksana adalah untuk meredakan gejala dan meliputi:20

- Modifikasi kegiatan sehari hari, seperti tirah baring selama eksaserbasi akut,

- Analgetik (NSAID),

- Pemakaian korset (brace),

- Fisioterapi.

Hasil terapi non operatif umumnya memberikan hasil yang memuaskan,

terutama pada pasien yang berusia muda. Indikasi operasi (fusi) yaitu:5

- Tanda tanda neurologis seperti nyeri radikuler (tidak dapat ditangani dengan

terapi konservatif), myelopati, klaudikasi neurogenik,

- Pergeseran derajat tinggi >50%,

- Pergeseran tipe 1 dan 2, dengan bukti instabilitas, progresif listhesis, atau

respon tidak baik terhadap perbaikan konservatif,

- Spondilolistesis traumatik,

- Spondilolistesis iatrogenic,

- Listesis tipe 3 (degeneratif) dengan nyeri yang berat,

- Deformitas postural dan abnormalitas langkah jalan.

3.1.7. Komplikasi

Progresifitas dari pergeseran dengan peningkatan tekanan ataupun penarikan

(traction) pada saraf spinal, bisa menyebabkan komplikasi. Pada pasien yang

Page 16: Laporan Kasus Neurologi (LBP)

11

membutuhkan penanganan dengan pembedahan untuk menstabilkan spondilolistesis,

dapat terjadi komplikasi seperti nerve root injury (<1%), kebocoran cairan

serebrospinal (2%-10%), kegagalan melakukan fusi (5%-25%), infeksi dan

perdarahan dari prosedur pembedahan (1%-5%). Pada pasien yang perokok,

kemungkinan untuk terjadinya kegagalan pada saat melakukan fusi ialah (>50%).

Pasien yang berusia lebih muda memiliki resiko yang lebih tinggi untuk menderita

spondilolistesis isthmic atau congenital yang lebih progresif. Radiografi serial dengan

posisi lateral harus dilakukan setiap 6 bulan untuk mengetahui perkembangan pasien

ini.26

3.1.8. Prognosis

Pasien dengan fraktur akut dan pergeseran tulang yang minimal

kemungkinan akan kembali normal apabila fraktur tersebut membaik. Pasien dengan

perubahan vertebra yang progresif dan degenerative kemungkinan akan mengalami

gejala yang sifatnya intermiten. Resiko untuk terjadinya spondilolistesis degenerative

meningkat seiring dengan bertambahnya usia, dan pergeseran vertebra yang progresif

terjadi pada 30% pasien. Bila pergeseran vertebra semakin progresif, foramen neural

akan semakin dekat dan menyebabkan penekanan pada saraf (nerve compression)

atau sciatica hal ini akan membutuhkan pembedahan dekompresi.26

Page 17: Laporan Kasus Neurologi (LBP)

12

BAB IV

DISKUSI KASUS

A, usia 60 tahun, datang dengan keluhan nyeri punggung bawah yang dialami

sejak ± 2 bulan. Setelah hasil pemeriksaan fisik dan radiologi, os didiagnosis

menderita NPB ec spondilolistesis. Nyeri punggung bawah (NPB) adalah suatu gejala

berupa nyeri di bagian pinggang yang dapat menjalar ke tungkai kanan atau kiri.

Banyak penyebab dari NPB, salah satunya adalah spondiloslistesis. Spondilolistesis

adalah istilah yang digunakan untuk merujuk kepada pergeseran ruas tulang

punggung belakang, biasanya pergeseran ke depan, terhadap ruas yang di dekatnya.

Keluhan utama yang dijumpai adalah nyeri punggung dekat daerah pergeseran,

seringnya pada daerah L5-S1 sehingga sering datang dengan keluhan nyeri punggung

bawah.

Dari hasil pemeriksaan fisik yang dijumpai pada pasien ditemukan adanya

gejala yang khas pada spondilolistesis, seperti nyeri radikuler atau nyeri menjalar,

yang dijumpai dari hasil pemeriksaan fisik tes Laseque dan tes cross Laseque.

Penegakan diagnosis utama dari spondilolistesis didapat dari foto lateral dan AP pada

corpus vertebra biasanya lumbosakral. Hasil foto pada pasien ini menunjukkan

pergeseran korpus vertebra L4 terhadap L3. Namun dijumpai juga pembentukan

osteofit pada korpus vertebra lumbal, penyempitan diskus intervertebralis dan

foramen intervertebralis L3-L4, sehingga dapat juga menjadi penyebab NPB pada

pasien ini.

Tatalaksana pada pasien ini sesuai dengan tatalaksana yang dianjurkan dari

literatur dan jurnal, yaitu tirah baring dan istirahat, hindari mengangkat beban berat,

pemberian obat analgesik supportif dan perencanaan pemasangan korset pada pasien

ini serta penjadwalan fisioterapi. Pemantauan setelah tatalaksana di atas harus

dilakukan terus selama beberapa waktu untuk melihat perbaikan untuk

mempertimbangkan indikasi operasi apabila tidak ada perbaikan pada os.

Page 18: Laporan Kasus Neurologi (LBP)

13

BAB V

KESIMPULAN

Tn. A, berusia 60 tahun, dengan keluhan nyeri punggung bawah sejak ± 2

bulan yang lalu. Nyeri terasa berdenyut di punggung bagian bawah dan menjalar ke

jari kaki sebelah kanan. Nyeri terasa memberat bila os mengangkat beban berat dan

banyak berjalan atau berdiri terlalu lama. Nyeri terasa berkurang setelah os duduk dan

beristirahat. Dari pemeriksaan fisik dijumpai test Laseque dan Cross Laseque positif.

Dari hasil x-ray lumbosakral posisi AP dan lateral, tampak pembentukan osteofit

pada korpus vertebra lumbal, penyempitan diskus intervertebralis dan foramen

intervertebralis L3-L4, tampak pergeseran korpus vertebra L4 terhadap L3. Dari hasil

anamnesa, pemeriksaan fisik dan penunjang disimpulkan pasien menderita nyeri

punggung bawah ec spondilolistesis dengan hipertensi stage II dan DM tipe 2. Terapi

pada pasien ini bersifat simtomatik seperti penghilang rasa nyeri berupa injeksi

ketorolac, diberikan juga obat anti hipertensi seperti injeksi furosemid, captopril,

nifedipine, dan bisoprolol dan diberikan obat anti diabetes seperti metformin.

Page 19: Laporan Kasus Neurologi (LBP)

14

BAB VI

SARAN

Saran untuk pasien ini adalah untuk melakukan fisioterapi,

menghindari mengangkat beban yang berat, pemasangan korset, kemudian dilakukan

pemantauan selama beberapa waktu apabila tatalaksana diatas tidak tampak ada

perbaikan maka dapat dipertimbangkan indikasi operasi pada os. Untuk hipertensi

dan DM tipe 2 disarankan pasien untuk mengkonsumsi obat anti hipertensi dan obat

anti diabetes secara teratur.

Page 20: Laporan Kasus Neurologi (LBP)

15

DAFTAR PUSTAKA

1. Sjahrir, Hasan,1994. Ilmu Penyakit Saraf: Neurologi Khusus. Medan: USU

Press.

2. Mahadewa, T. G. B., dan Maliawan, Sri, 2009. Diagnosis dan Tatalaksana

Kegawatdaruratan Tulang Belakang. Cetakan Pertama. Jakarta: Sagung Seto.

3. Kelompok Studi Nyeri, 2003. Nyeri Punggung Bawah. Jakarta: Perhimpunan

Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI).

4. Ngoerah, I., 1991. Dasar-dasar Ilmu Penyakit Syaraf. Surabaya: Penerbit

Universitas Airlangga.

5. Manchikanti, L, 2000. Epidemiology of Low Back Pain.

http://www.painphysicianjournal.com/2000/april/2000;3;167-192.pdf.

[Diakses 7 Desember 2013]

6. 6. Department of Medicine & Palliative Care. 2009. Low Back Pain.

7. http://www.healingchronicpain.org/content/backpain/pfactprs.asp.

[Diakses 7 Desember 2013]

8. Saputra, Rahmat, 2009. Hubungan Lama Berkendara dengan Timbulnya

Keluhan Nyeri Punggung Bawah pada Pengendara Sepeda Motor.

http://etd.prints.ums.ac.id/3960/1/J110070062.pdf. [Diakses 7 Desember

2013]

9. WHO, 2006. Global Database on Body Mass Index.

http://www.who.int/bmi/index.jsp. [Diakses 7 Desember 2013]

10. Markam, Soemarmo, 1992. Penuntun Neurologi. Jakarta: Binarupa Aksara.

11. Nuartha, A. A., 1989. Beberapa Segi Klinik dan Penatalaksanaan Nyeri

Pinggang Bawah. Cermin Dunia Kedokteran No.54. Denpasar.

12. Everett C. Hills, 2010. Mechanical Low Back Pain,

emedicine.medscape.com/article/310353-overview.

Page 21: Laporan Kasus Neurologi (LBP)

16

13. Marrio, Maurits van Tulder, 2005. European Guidelines for the Management

of Acute Nonspecific Low Back Pain in Primary Care.

14. Guyton A. C., 2004. Guyton and Hall Textbook of Medical Physiology. 11th

edition.

15. Healthwise, 2011. Low Back Pain. Available from:

http://www.webmd.com/back-pain/tc/low-back-pain-symptoms [ Diakses

tanggal 7 Desember 2013]

16. Atul T. Patel, M.D., Abna A. Ogle, M.D., 2000. Diagnosis and management

of Low Back Pain. Available from:

http://www.aafp.org/afp/2000/0315/p1779.html [ Diakses tanggal 7 Desember

2013]

17. NIH, 2003. Low Back Pain. Available from:

http://www.ninds.nih.gov/disorders/backpain/detail_backpain.htm [ Diakses

tanggal 7 Desember 2013]

18. NHS, 2013. Low Back Pain. Available from:

http://www.nhs.uk/Conditions/Back-pain/Pages/Treatment.aspx [ Diakses

tanggal 7 Desember 2013]

19. Mayoclinic, 2012. Low Back Pain. Available from:

http://www.mayoclinic.com/health/back-pain/DS00171/DSECTION=preventi

on [Diakses tanggal 7 Desember 2013]

20. Sjamsuhidajat R, Jong Wd.2005. Spondilolistesis. Dalam: Buku Ajar Ilmu

Bedah Edisi ke-2. Jakarta: EGC. 835

21. Word press. 2011. Spondylolisthesis. Diunduh dari

http://www.spondylolisthesis.org/ [Diakses tanggal 7 Desember 2011].

22. Syaanin, Syaiful. Neurosurgery of Spondylolisthesis. Padang: RSUP. Dr. M.

Djamil/FK-UNAND Padang.

23. Nicrovic, Peter. A. 2009. Back pain in children and adolescents: Overview of

causes. UpToDate Systematic review ver. 17.3

Page 22: Laporan Kasus Neurologi (LBP)

17

24. Lee, Dennis, 2011. Spondylolisthesis Symptoms. Diunduh dari

http://www.medicinenet.com/spondylolisthesis/page2.htm#symptoms

[Diakses tanggal 7 Desember 2011].

25. Irani, Z. Spondylolisthesis Imaging. Diunduh dari

http://emedicine.medscape.com/article/396016-overview#showall [Diakses

tanggal 7 Desember 2011]

26. Shiel Jr, William C. Spondylolisthesis. MedicineNet.com . Diunduh dari :

http://www.medicinenet.com/spondylolisthesis/page2.htm [Diakses tanggal 7

Desember 2011]

27. Japardi, I.2002, Spondilolistesis. Dalam USU digital Library. Fakultas

Kedokteran, Bagian Bedah, Universitas Sumatera Utara.

Medical Disability Guidelines, 2009. Spondylolisthesis. Didapat dari :

http://www.mdguidelines.com/spondylolisthesis/definition [Diakses tanggal

7 Desember 2011]