Laporan Kasus MH

48
Laporan Kasus “Morbus Hansen” Oleh : Rio Oktabyantoro Pembimbing : Dr. Afaf Agil Al-Munawar,Sp.KK

description

kulit

Transcript of Laporan Kasus MH

Laporan Kasus Morbus Hansen

Laporan KasusMorbus HansenOleh :Rio Oktabyantoro

Pembimbing :Dr. Afaf Agil Al-Munawar,Sp.KKIdentitas PasienNama : Tn. IJenis kelamin: Laki-lakiUmur: 43 tahun Alamat: Jl. SJ Blok B8, Jakarta UtaraAgama : IslamSuku: Jawa

Anamnesis(Autoanamnesis dilakukan di Poliklinik kulit dan kelamin RSIJ Cempaka Putih pada tanggal 20 Maret 2015)

Keluhan Utama :Baal pada kedua telapak kaki sejak 3 minggu SMRS

Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang dengan keluhan baal pada kedua telapak kaki sejak 3 minggu SMRS. Keluhan ini dirasakan tidak disertai rasa gatal. Pasien juga mengeluhkan adanya bercak di tubuh, yaitu disekitar siku tangan kanan dan kiri. Tidak ada rasa gatal atau nyeri pada bercak tersebut. Pasien mengatakan bahwa bercak tersebut sering tersenggol dan luka tanpa dirasakan. Pasien mengeluhkan badannya terasa kurang nyaman dan terkadang nyeri di sekitar tubuh.Riwayat Penyakit Dahulu :Belum pernah sakit seperti ini sebelumnya.

Riwayat Alergi :Pasien tidak mempunyai keluhan gatal-gatal atau bentol kemerahan jika setelah makan makanan tertentu.Keluhan sering bersin saat pagi hari, udara dingin atau debu tidak dirasakan pasien.Pasien tidak mempunyai riwayat menggunakan obat-obatan yang pernah menimbulkan reaksi gatal, kulit terkelupas dan sesak nafas.

Riwayat Penyakit Keluarga :Riwayat keluhan yang sama pada keluarga disangkal.

Riwayat Psikososial & Kebiasaan :Penderita mandi sehari 2 kali. Tidak ada penyakit serupa di lingkungan rumah atau kerja

PEMERIKSAAN FISIKKeadaan umum : Tampak sakit RinganKesadaran: compos mentis Tanda-tanda vital:- TD: tidak dilakukan- Nadi: 88 x/menit, reguler- Pernapasan : 20 x/menit, reguler- Suhu : 36,5oC

STATUS GENERALIS Kepala: NormochepalMata: Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik(-/-)Hidung: Normonasi, sekret (-/-), epistaksis (-/-). hipertrofi konka (-/-), polip (-/-)Telinga: Normotia, serumen (-/-), sekret (-/-), darah (-/-).Mulut: mukosa basah (+), sianosis (-), lidah kotor (-).Leher: Pembesaran KGB (-),pembesaran kelenjar tiroid (-)Paru: Simetris, vesikuler (+/+)Jantung: BJ 1 dan II normal, gallop (-), murmur (-)Abdomen: Datar, timpani diseluruh kuadran abdomenEkstremitasAtas: akral hangat, RCT < 2 detik, edema (-/-), sianosis (-/-)Bawah: akral hangat, RCT < 2 detik, edema (-/-), sianosis (-/-)KGB: normal, tidak mengalami pembesaranSTATUS DERMATOLOGIKUSOlecranal dextra (siku kanan) dan thorakalis posterior (punggung) :Lesi nummular, sirkumskrip, dengan macula hipopigmentasi, soliter.

ResumeSeorang laki-laki usia 43 tahun datang ke poli kulit RSIJ Cempaka Putih dengan keluhan baal pada kedua kakinya. Keluhan sudah dirasakan sejak 3 minggu SMRS. Pasien tidak mengeluhkan adanya gatal-gatal pada tubuh. Pasien juga mengeluhkan adanya luka yang muncul tanpa dirasakan pada sikunya.Pada pemeriksaan fisik ditemukan adaya madarosis, anastesia pada daerah lesi dan rasa baal pada kaki

RENCANA PEMERIKSAAN PENUNJANGPemeriksaan dengan kerokan kulitPewarnaan GramDIAGNOSIS BANDINGPitiriasis Vesikolor

DIAGNOSIS KERJAMorbus Hansen

PENATALAKSANAANNon Medikamentosa:Tidak meminum obat atau mengoles obat sembarangan tanpa resep dokterMenjaga sanitasi terutama kebersihan tubuhTidak memakai handuk ataupun pakaian dalam bersama

Medikamentosa:MDT PB

PROGNOSISQuo ad vitam: ad bonamQuo ad functionam: dubia ad bonamQuo ad sanationam: dubia ad bonamAnalisa KasusPada pasien ini ditegakkan diagnosis kerja yaitu Morbus Hansen. Hal ini diperoleh dengan dilakukannya anamnesis, pemeriksaan fisik dengan melihat gambaran klinis dan lokasi terjadinya lesi pada kasus ini.

AnamnesisSeorang laki-laki berusia 43 tahun datang dengan keluhan rasa baal pada kaki tanpa disertai gatal sejak 3 minggu yang lalu. Kemudian pasien juga mengeluhkan adanya luka yang tidak dirasakan pada siku.

Anamnesis sesuai dengan TeoriAda rasa baal pada keluhan utama, sesuai dengan cardinal sign MH. Pasien juga mengeluhkan adanya nyeri didaerah sendi. Adanya riwayat luka yang tidak dirasakan oleh pasien.

Pemeriksaan FisikStatus DermatologikusOlecranal dextra (siku kanan) dan thorakalis posterior (punggung) : Lesi nummular, sirkumskrip, dengan macula hipopigmentasi, soliter.

Pemeriksaan Fisik sesuai dengan Teori :Pada pemeriksaan fisik ditemukan adaya madarosis, anastesia pada daerah lesi dan rasa baal pada kaki.

Sehingga berdasarkan Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis, pada kasus ini ditegakkan Diagnosa Kerja : Morbus Hansen

TINJAUAN PUSTAKA

DefinisiKusta atau morbus Hansen merupakan penyakit infeksi yang kronik, dan penyebabnya ialah Mycobacterium leprae yang bersifat intraselular obligat. Saraf perifer sebagai afinitas pertama, lalu kulit dan mukosa traktus respiratorius bagian atas, kemudian dapat ke organ lain kecuali susunan saraf pusat. 1EtiologiKuman penyebabnya adalah Mycobacterium leprae yang ditemukan oleh G.A. Hansen padatahun 1874 di Norwegia.

21PatogenesisPengaruh M. leprae terhadap kulit bergantung pd imunitas seseorang.Proteksi awal melalui mekanisme imunitas non-spesifik dg fagositosis o/makrofag.Bila gagal, berlanjut mekanisme imunitas spesifik.Pada kusta tipe TT kemampuan fungsi sistem imunitas selular tinggi. Pada kusta tipe LL terjadi kelumpuhan sistem imunitas selular.

KlasifikasiTT: tuberkuloid polar, bentuk yang stabilTi: tuberkuloid indefiniteBT: borderline tuberculoidBB: Mid borderlineBl : borderline lepromatousLi: lepromatosa indefiniteLL: Lepromatosa polar, bentuk yang stabil

WHOPBMBLesi kulit (makula datar, papul yang meninggi, nodus)1-5 lesiHipopigmentasi/eritemaDistribusi tidak simetrisHilangnya sensasi jelas> 5 lesiDistribusi lebih simetrisHilangnya sensasi kurang jelasKerusakan saraf (menyebabkan hilangnya sensasi/kelemahan otot yang dipersarafi oleh saraf yang terkena)Hanya satu cabang sarafBanyak cabang sarafPBGAMBARAN KLINISKarakteristikTuberkuloid (TT)Borderline tuberculoid (BT)Intermediate (I)LesiTipeMakula atau makula dibatasi infiltratMakula dibatasi infiltrat saja MakulaJumlahSatu atau beberapa Beberapa atau satu dengan lesi satelit Satu atau beberapa DistribusiTerlokalisasi dan asimetrisAsimetris Bervariasi PermukaanKering, skuamaKering, skuamaDapat halus agak berkilatSensibilitasHilang HilangAgak tergangguBTAPada lesi kulit-- atau 1+Biasanya -Tes LeprominPositif kuat (3+)Positif (2+)Meragukan (1+)25Morbus Hansen (Kusta)

TTMakula atau makula dibatasi infiltrat, terlokalisasi simetris, kering, berskuama, sensibilitas hilang, tes Lepromin 3+, BTA -.26Morbus Hansen (Kusta)(Klaus Wolff et al, 2008)

BTMakula dibatasi infiltrat, kering, berskuama, beberapa, ada lesi satelit, sensibilitas hilang, tes Lepromin 2+, BTA-.27Morbus Hansen (Kusta)(Klaus Wolff et al, 2008)MBGAMBARAN KLINISKarakteristikLepromatosa (LL)Borderline lepromatosa (BL)Mid-borderline (BB)LesiTipeMakula, infiltrate difus, papul, nodusMakula, plak, papulPlak, lesi berbentuk kubah, punched-out lesionJumlahBanyak, praktis tidak ada kulit sehatBanyak, tapi kulit sehat masih adaBeberapa, kulit sehat +DistribusiLuas, simetrisCenderung simetrisAsimetrisPermukaanHalus berkilapHalus berkilapSedikit berkilap, beberapa keringSensibilitasTidak tergangguSedikit berkurangberkurangBTAPada lesi kulitBanyak (globi)BanyakAgak bayakPada hembusan hidungBanyak (globi)Biasanya tidak adaTidak adaTes Lepromin--Biasanya -, dapat juga 28Morbus Hansen (Kusta)

LLMakula, infiltrate difus, papul, nodusPermukaan halusmengkilapTidak ada kulit yang sehatSensibilitas normalBTA : banyakTes Lepromin -

29Morbus Hansen (Kusta)(Klaus Wolff et al, 2008)

BLMakula, plak, papul, halus berkilapSensibilitas sedikit Kulit sehat masih adaBTA kulit banyak, BTA hidung Tes Lepromin-

30Morbus Hansen (Kusta)(Klaus Wolff et al, 2008)

BBKhas ! PUNCHED-OUT LESION

31Morbus Hansen (Kusta)(Klaus Wolff et al, 2008)32Gejala Klinik SifatLLBLBBBentukMakula infiltrat, difus, papul, nodusMakula, plakat, papulPlakat, dome shped, punched outJumlahTak terhitungSukar dihitungDapat dihitungDistribusisimetrisHampir simetrisasimetris

33Gejala Klinik lanjutanSifatLLBL BBPermukaan Halus berkilatHalus berkilatAgak kasar agak berkilatbatasTidak jelasAgak jelasAgak jelasanestesiaTidak adaTidak jelasLebih jelasBTA lesi kulitBanyak Banyak Agak banyakBTA sekretBanyak Negatif Negatif34Gejala Klinik LanjutanSifatTTBTIBentukMakula saja Makula dibatasi infiltratHanya makulaJumlahSatu, dapat beberapaBeberapa atau satu dengan lesi satelitSatu atau beberapaDistribusiasimetrismasih asimetrisvariasi35Gejala Klinik LanjutanSifatTTBT IPermukaan Kering bersisikKering bersisikHalus agak berkilatbatasjelasjelasJelas atau tidakanestesiaBiasanya tidak jelasTak jelasTidak ada samapi tidak jelasBTA lesi kulitnegatifNegatif/ 1+Biasanya negatifBTA sekretBanyak Biasanya negatifNegatifKriteria DiagnosisDitemukan satu atau lebih TANDA KARDINAL :

Bercak kulit yang mati rasaPenebalan nervus periferDitemukan M. Leprae (BTA)

36Reaksi kusta

Reaksi kusta adalah interupsi dengan episode akut pada perjalanan penyakit yang sebenarnya sangat kronik.Pemeriksaan Penderita KustaAnamnesisSubyektif : Keluhan penderita, Kelainan kulit, Mati rasa, Gangguan fungsi pada saraf.Obyektif : Riwayat kontak dengan penderita, Latar belakang keluarga misalnya Keadaan sosial ekonomi.

Inspeksi dimulai pada saat berinteraksi dengan penderita dan dilanjutkan dengan pemeriksaan lebih lanjut. Ruangan membutuhkan cahaya yang adekuat (terang) diperlukan agar petugas dapat membedakan warna dan bentuk tubuh.

Palpasi : Pemeriksaan saraf tepi dan fungsinya dilakukan pada:

Fungsi sensorik :

- Rasa Raba-Rasa Nyeri-Rasa Suhu

Diagnosis BandingDermatofitosisTinea versikolorPitriasis albaDermatitis seboroikaPitriasis roseaPsoriasis

PengobatanRegimen Pengobatan Kusta tersebut (WHO/DEPKES RI). PB dengan lesi tunggal diberikan ROM (Rifampicin Ofloxacin Minocyclin). Pemberian obat sekali saja langsung RFT/=Release From Treatment. Obat diminum di depan petugas. Anak-anak Ibu hamil tidak di berikan ROM. Bila obat ROM belum tersedia di Puskesmas diobAti dengan regimen pengobatan PB lesi (2-5).

Regimen pengobatan kusta disesuaikan dengan yang direkomendasikan oleh WHO/DEPKES RI (1981). Untuk itu klasifikasi kusta disederhanakan menjadi :1. Pausi Basiler (PB)2. Multi Basiler (MB)

Bila lesi tunggal dgn pembesaran saraf diberikan: regimen pengobatan PB lesi (2-5). PB dengan lesi 2 5.Lama pengobatan 6 dosis ini bisa diselesaikan selama (6-9) bulan. Setelah minum 6 dosis ini dinyatakan RFT (Release From Treatment) yaitu berhenti minum obat.

MB dengan lesi > 5.Lama pengobatan 12 dosis ini bisa diselesaikan selama 12-18 bulan. Setelah selesai minum 12 dosisi obat ini, dinyatakan RFT/=Realease FromTreatment yaitu berhenti minum obat. Masa pengamatan setelah RFT dilakukan secara pasif untuk tipe PB selama 2 tahun dan tipe MB selama 5 tahun. Jika bakterioskopis tetap negatif dan klinis tidak ada keaktifan baru, maka dinyatakan bebas dari pengamatan atau disebut Release From Control =(RFC)

PrognosisDengan adanya obat-obat kombinasi, pengobatan menjadi lebih sederhana dan lebih singkat, serta prognosis menjadi lebih baik. Jika sudah ada kontraktur dan ulkus kronik, prognosis kurang baik.

Daftar PustakaA.Kosasih, I Made Wisnu, Emmy Sjamsoe Dili, Sri Linuwih Menaldi. Kusta. Dalam : Djuanda,Adhi dkk.(ed). Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi Kelima Cetakan Kelima. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.2010;73-88Siregar, Saripati Penyakit Kulit, Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2003 : 124-126Lewis. S.Leprosy. Update Feb 4, 2010. Available at : http://emedicine.medscape.com/article/1104977-overview#showallWolff, Klaus, Johnson, Richard A, Suurmond, Dick. Fitzpatrick's Color Atlas and Synopsis of Clinical Dermatology 5th ed. USA: McGraw-Hill. 2007. P 665-671Willacy Hayley. Update Apr 20, 2010. Available at : http://www.patient.co.uk/doctor/Leprosy.htmWHO.1998 Model Prescribing Information: Drugs Used in Leprosy. Available at: http://apps.who.int/medicinedocs/en/d/Jh2988e/1.html