Laporan Kasus Limfadenitis TB

download Laporan Kasus Limfadenitis TB

of 33

Transcript of Laporan Kasus Limfadenitis TB

BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Penyakit Tuberkulosis atau TB (singkatan yang sekarang ditinggalkan adalah TBC) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini paling sering menyerang paru-paru walaupun pada sepertiga kasus menyerang organ tubuh lain dan ditularkan orang ke orang. Ini juga salah satu penyakit tertua yang diketahui menyerang manusia. Jika diterapi dengan benar tuberkulosis yang disebabkan oleh kompleks Mycobacterium tuberculosis, yang peka terhadap obat, praktis dapat disembuhkan. Tanpa terapi tuberkulosa akan mengakibatkan kematian dalam lima tahun pertama pada lebih dari setengah kasus. Limfadenitis terjadi bila kuman TB terkena pada kelenjar getah bening, maka akan terjadi radang kelenjar getah bening menahun, yang ditandai dengan pembesaran kelenjar getah bening leher hanya di satu sisi, tidak terasa sakit tetapi berpotensi membesar dan menjadi banyak. Penyebaran ke kelenjar getah bening biasanya disebabkan karena kuman TBC tertahan di kelenjar amandel dan kemudian menular ke kelenjar getah bening leher. Sedangkan Laringitis terjadi karena kuman TB yang sudah menginfeksi kelenjar getah bening pada leher kemudian menyebar dan menginfeksi laring yang terdapat pada leher. Tuberkulosis (TB) masih merupakan masalah besar di Indonesia. Prevalensinya mencapai 0,29% dan merupakan penyebab kematian nomor 3. Indonesia merupakan penyumbang kasus TB nomor 3 terbesar di dunia. Di perkirakan, masalah TB yang belum jugaLaporan Studi Kasus Magang Gizi Klinik Bagian Infection Centre RSWS Tahun 2011 NURUL AFIAH (K21108303)

1

berakhir ini terjadi karena basil tuberkulosis resisten yang telah menyebar ke seluruh wilayah Indonesia. B. Data Dasar Pasien 1. Identitas Pasien Nama Umur

: Nn. Nurmaida : 20 tahun : Wanita : Mahasiswi : Islam : Palopo : 517839 : IC Lantai 2 Perempuan Kamar 6 : Limfadenitis TB, Laringitis TB e.c TB paru, hemoptiasis.

Jenis Kelamin Pekerjaan Agama Alamat No. Register RM

Kamar perwatan Diagnosa Medis

2. Data Subyektif a. Keluhan Utama Sesak nafas, nyeri dada, batuk, lendir warna kehijauan, nyeri menelan, demam disertai menggigil, awalnya suara serak dan lama kelamaan menghilang sama sekali. b. Sosial Ekonomi dan Lingkungan Seorang mahasiswi AKPER Swasta di Makassar semester 5, berasal dari Palopo. tinggal di rumah kos sendirian, 2 tahun sebelumnya pernah di rawat di RS dengan diagnosis TB paru, ibunya seorang wiraswasta, anak bungsu dari 3 bersaudara, ayahnya sudah meninggal tahun lalu karena penyakit TB paru.Laporan Studi Kasus Magang Gizi Klinik Bagian Infection Centre RSWS Tahun 2011 NURUL AFIAH (K21108303)

2

c. Kebiasaan Makan

Nafsu makan baik Makan tidak teratur dengan makanan pokok nasi dan

mie instant, nasi 200gr/hr, 5-6 kali seminggu makan mie instant sebanyak 1-2 bungkus per hari,

Sumber lauk hewani 3-4x seminggu berupa ikan, Jarang mengkonsumsi sayuran yaitu 1-2 kali Alergi terhadap udang.

telur, tempe/tahu sebanyak 100gr/hr . seminggu. Jarang Mengkonsumsi buah 1-2 kali seminggu.

3. Data Obyektif Antropometri (5 Desember 2011) :TB = 151 Cm

BBA = 27,7 Kg BBI = (TB-100) 10% = (151-100) 5,1 = 51-5,1 = 45,9 Kg

Perhitungan status giziIMT = BB/TB2 = 27,7/1,512 = 27,7/2,82 = 9,82 (Gizi Buruk)Laporan Studi Kasus Magang Gizi Klinik Bagian Infection Centre RSWS Tahun 2011 NURUL AFIAH (K21108303)

3

Pemeriksaan Laboratorium Tabel 1 Data Laboratorium Pasien Saat Dirawat Di Rumah Sakit Laboratorium Ureum 24 mg/dL Kreatinin 0.5 mg/dL GDS 124 mg/dl SGOT 21 u/L SGPT 12 u/L Protein total 5,8 Albumin 2,3 Fe 34 TIBC 156 HB 8,8 g/dl HCT 27,8 g/dl RBC 3,52 g/dl MCH 24,9 g/dl MCV 78 g/dl MCHC 31,8 g/dl Sumber: Data Sekunder Terolah 2011 Pemeriksaan Hasil Nilai Normal 10 50 mg/dl < 1,3 mg/dl 140 mg/dl 5-40 u/L 5-35 u/L 6,6-8,7 3,5-5,0 37-148 274-389 12 16 g/dl 37-38 g/dl 4,5-6,0 g/dl 27-32 g/dl 80-97 g/dl 31,8 g/dl Ket N N N N N N

c. Pemeriksaan Fisik - Klinis :Laporan Studi Kasus Magang Gizi Klinik Bagian Infection Centre RSWS Tahun 2011 NURUL AFIAH (K21108303)

4

Tabel 2. Hasil Pemeriksaan Fisik-Klinis Pemeriksaan 05/12/11 Tensi (mmHg) 110/80 Respirasi (x/menit) 30 0 Suhu ( C) 37,6 Nadi (kali/menit) 96 Keadaan Umum Lemah Keluhan Suara hilang, sesak dan batuk Sumber : Data Sekunder Terolah, 2011 d. Riyawat Makan Makanan yang dimakan sebelum intervensi : Tabel 3. Daftar Hasil Recall 24 Jam Asupan Sblm Intervensi Menu Pagi 06.00 : Nasi Orak-arik wortel Beras giling Telur wortel Minyak kelapa Bandeng Bandeng Minyak kelapa 3/5 gls 1/4 btr 2/5 gls sdt ptg sdt 50 15 50 2,5 20 2,5 Bahan Makanan JUMLAH URT Gram

rica-rica Snack 10.00 Susu Siang 12.00: Nasi Tumis kacang panjang + Beras giling Kacang panjang Tauge 3/5 gls 3/5 gls 2/5 gls 50 50 30 Entramix 3 sdm 30

Laporan Studi Kasus Magang Gizi Klinik Bagian Infection Centre RSWS Tahun 2011 NURUL AFIAH (K21108303)

5

toge

Minyak kelapa Telur ayam

sdt 1 btr sdt 1/8 bh

2,5 50 2,5 100

Telur bb. Bali Minyak kelapa Pepaya

Buah Susu Entramix 3 sdm 30

Snack 16.00

Malam 19.00 : Nasi Sambel goreng bandeng cabe ijo Podomoro Beras Giling Bandeng Minyak kelapa Kangkung Labu siam Santan Buah Pisang ambon 3/5 gls pot sdt 3/5 gls 3/5 gls 3 sdm 1/4 bh 50 20 2,5 60 50 15 50

Sumber : Data Primer Teolah, 2011

Asupan zat-zat gizi sehari sebelum intervensi : Tabel 4. Asupan Zat Gizi Sebelum IntervensiLaporan Studi Kasus Magang Gizi Klinik Bagian Infection Centre RSWS Tahun 2011 NURUL AFIAH (K21108303)

6

Energi Asupan Kebutuhan % Kebutuhan 1238 kkal 1926,96 kkal 61,24

Protein 42,94 gr 96,36 gr 44,56

Lemak 30,44 gr 53,52 gr 56,87

KH 199 gr 265 gr 75,3

Sumber : Data Primer Terolah, 2011 e. Scrining Gizi Tabel 5. Scrining Gizi NO INDIKATOR 1 BB kurang 2 Hilang/kurang nafsu makan 3 Kesulitan mengunyah dan menelan 4 Mual dan muntah 5 Alergi / Intoleransi Zat Gizi 6 Diet Khusus 7 Albumin rendah 8 Hemoglobin rendah 9 Oedema Sumber : Data Sekunder Terolah, 2011 + + + + + + -

Laporan Studi Kasus Magang Gizi Klinik Bagian Infection Centre RSWS Tahun 2011 NURUL AFIAH (K21108303)

7

BAB II PENENTUAN MASALAH GIZI A. Diagnosis Gizi 1. Domain Intake Tabel 6. Distribusi Diagnosis Gizi Berdasarkan Domain Intake No 1 Problem Asupan Makanan kurang Etiologi Kekurangan intake makanan yang disebabkan karena adanya rasa sakit saat menelan, batuk dan sesakNI-2.1 - Kekurangan intake makanan & minuman oral yang disebabkan

Sign/Simpton- ditandai dengan

asupan makanan- - E : (64,24%) - P : (44,56%) - L : (56,9%) - KH: (75,3%)

& minuman oral yang kurang yaitu :

-

karena sakit saat menelan, batuk dan sesak yang ditandai dengan asupan makanan yang kurang yaitu :- E : (64,24%) - P : (44,56%) - L : (56,9%) - KH: (75,3%)

2

IMT Albumin , Prot total HB Fe, TIBCRBC MCV MCH HCT

Meningkatnya kebutuhan Protein dan Fe dari kebutuhan normal yang

Ditandai dengan IMT = 9,82 (gizi buruk) Albumin = 2,3 Prot total = 5,8

Laporan Studi Kasus Magang Gizi Klinik Bagian Infection Centre RSWS Tahun 2011 NURUL AFIAH (K21108303)

8

disebabkan oleh HB = 8,8 penyakit infeksi yang diderita Fe = 34TIBC=156 RBC = 3,52 MCH = 24,9 HCT = 27,8% MCV = 78

NI.5.1 Meningkatnya kebutuhan Protein dan Fe dari kebutuhan normal tubuh yang disebabkan oleh penyakit infeksi yang diderita yang ditandai dengan IMT = 9,82 (gizi buruk) Albumin = 2,3 Prot total = 5,8 HB = 8,8 Fe = 34TIBC=156 RBC = 3,52 MCH = 24,9 HCT = 27,8% MCV = 78

Laporan Studi Kasus Magang Gizi Klinik Bagian Infection Centre RSWS Tahun 2011 NURUL AFIAH (K21108303)

9

2. Domain Perilaku Tabel 7 Diagnosis Gizi Berdasarkan Domain Perilaku No 1 Problem Etiologi Sign/simpton makan tidak teratur, makan mie instant 5-6 kali seminggu sebanyak 1-2 bungkus per hari.

Sering Kebiasaan yang salah mengkonsumsi mengenai makanan mie instant disebabkan oleh kebiasaan makan tidak untuk memenuhi kebutuhan zat gizi (asal kenyang) yang

NB-1.2 Kebiasaan yang salah mengenai makanan disebabkan oleh kebiasaan makan tidak untuk memenuhi kebutuhan zat gizi (asal kenyang) yang ditandai dengan makan tidak teratur, makan mie instant 5-6 kali seminggu sebanyak 1-2 bungkus per hari. 2 Kontak dengan Intake makanan yang seringnya ayahnya tidak aman disebabkan menggunakan oleh kurangnya sendok/ gelas pengetahuan dan bekas pakai kebiasaan berinteraksi ayahnya dan dengan penderita TB berinteraksi yang. terus-menerus tanpa menggunakan alat pelindung. NB-3.1 Intake makanan yang tidak aman disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dan kebiasaan berinteraksi dengan penderita TB yang ditandai dengan seringnya menggunakan sendok/ gelas bekas pakai ayahnya dan berinteraksi terus-menerus tanpa menggunakan alat pelindung. B. Diagnosis MedisLaporan Studi Kasus Magang Gizi Klinik Bagian Infection Centre RSWS Tahun 2011 NURUL AFIAH (K21108303)

10

Limfadenitis TB, Laringitis TB e.c TB paru, TB paru dan Hemoptiasis

BAB IIILaporan Studi Kasus Magang Gizi Klinik Bagian Infection Centre RSWS Tahun 2011 NURUL AFIAH (K21108303)

11

RENCANA TERAPI GIZI

A. Rencana Asuhan Gizi 1. Jenis Diet Diet TKTP 2. Tujuan Diet b) Meningkatkan asupan makanan untuk memenuhi kebutuhan gizi. c) Membantu memperbaiki status gizi hingga mencapai status gizi normal d) Membantu Meningkatkan kadar Hb dan albumin sampai mencapai normal 2. Prinsip/Syarat Diet Energi sesuai kebutuhan (1926,96 Kkal). Protein tinggi, yaitu 20% dari kebutuhan energy total untuk

mencegah dan memperbaiki jaringan tubuh yang rusak dan memenuhi kebutuhan albumin Lemak cukup yaitu 25% dari kebutuhan Energi total

sebagai cadangan energy. Karbohidrat rendah, sisa dari kebutuhan energy total (55%)

untuk mengurangi sesak. Vitamin cukup terutama vitamin A, C dan E sebagai Antioksidan. Mineral cukup, pemberian Fe cukup dan tidak di atas kebutuhan sampai keadaan pasien stabil.

Laporan Studi Kasus Magang Gizi Klinik Bagian Infection Centre RSWS Tahun 2011 NURUL AFIAH (K21108303)

12

3. Konsistensi Makanan Biasa4.

Cara Pemberian :

Oral 5. Frekuensi Pemberian : 3 x makanan utama dan 2x selingan 6. Perhitungan Kebutuhan Energi dan Zat Gizi BEE:655+(9,6xBBI)+(1,7xTB)(4,7xU) :655+(9,6x45,9)+(1,8x151)(4,7x20) :655+440,64+271,8 94 : 1273,44 Faktor Aktifitas : Tidur: 8/24 x 1 =0,33

Duduk:12/24x1,08=0,54 Jalan;2/24 x 2,37 =0,197 Berdiri;2/24 x1,17=0,097 FA =1,164 FS =1,3 Kebutuhan Energi : TEE : BEE x FA x FS : 1273,44 x 1,164 x 1,3 E : 1926,96 KkalLaporan Studi Kasus Magang Gizi Klinik Bagian Infection Centre RSWS Tahun 2011 NURUL AFIAH (K21108303)

13

Kebutuhan protein : P : 20% x E : 4 : 20% x 1926,96 :4 : 96,34 gr Kebutuhan lemak : L : 25% x E : 9 : 25% x 1926,96 : 9 : 53,52 gr Kebutuhan karbohidrat : KH : 55% x E : 4 : 55%x 1926,96 :4 : 264,95 gr

7. Rencana Edukasi dan Konsultasi Gizi A. Materi1. Diet TKTP 2. Pentingnya asupan makanan bagi pasien dengan penyakit infeksi

dan status gizi buruk pasien 3. Makanan yang perlu dikonsumsi dan yang perlu dibatasi B. Tujuan Agar pasien: Dapat menjalankan diet yang dianjurkan dengan benar

Laporan Studi Kasus Magang Gizi Klinik Bagian Infection Centre RSWS Tahun 2011 NURUL AFIAH (K21108303)

14

15

Mengerti tentang makanan yang boleh, dibatasi dan Memperbaiki dan meningkatkan asupan makanan

dihindari untuk dikonsumsi C. Waktu : Menit setiap kali kunjungan D. Tempat Gedung Infection Centre Lantai 2 Perempuan Kamar 6 E. Metode Bed side teachingF. Alat Bantu :

8. Rencana Monitoring dan Evaluasi A. Antropometri Penimbangan BB awal dan akhir intervensi B. Biokimia Setiap kali ada pemerikaan C. Fisik/linis Setiap hari: KU Tensi, Pernapasan Nadi, Suhu ,Laporan Studi Kasus Magang Gizi Klinik Bagian Infection Centre RSWS Tahun 2011 NURUL AFIAH (K21108303)

15

D. Dietary Intake/hari E. Edukasi Kepatuhan keluarga pasien memberikan makanan/minuman kepada pasien sesuai yang dianjurkan. B. Implementasi Asuhan Gizi1.

Diet Pasien ( Macam-macam Bentuk diet) Jenis diet yang diberikan pada pasien adalah diet TKTP. Tujuan

pemberian diet ini adalah Memenuhi kebutuhan energi dan protein yang meningkat untuk mencegah dan mengurangi kerusakan jaringan tubuh. Membantu meningkatkan kadar albumin dan hemoglobin dalam darah serta membantu memperbaiki status gizi pasien menjadi normal. Pada diet ini energi yang dibutuhkan sesuai dengan umur pasien adalah sebesar 1926,96 kkal, Protein tinggi, yaitu 20% dari total energi, Lemak cukup, yaitu 25% dari kebutuhan energi total, Karbohidrat rendah yaitu 55% dari kebutuhan energi total, Konsumsi vitamin dan mineral utamanya vitamin A, C, E yang berfungsi sebagai aktioksidan dan konsumsi mineral cukup utamanya Fe untuk membantu meningkatkan kadar Hb dalam darah. 2. Susunan Menu Dari hasil perhitungan kebutuhan zat gizi, maka didapatkan standar kebutuhan energi dan zat gizi harian pasien sebagai berikut : Energi Protein = 1926,96 kkal = 96,34 gr

Laporan Studi Kasus Magang Gizi Klinik Bagian Infection Centre RSWS Tahun 2011 NURUL AFIAH (K21108303)

16

Lemak KH

= 53,52 gr = 265 gr

Berdasarkan standar kebutuhan tersebut, maka perencanaan distribusi makanan pasien berdasarkan menu dan porsi makanan seharinya adalah sebagai berikut : Tabel 7 Daftar Perencanaan Menu Menu Pagi 06.00 :

Bahan Makanan Beras giling Ikan segar Saos tomat Minyak kelapa

JUMLAH URT Gram 3/5 gls 1 ptg 1 sdm 1 sdt 1 ptg 1 sdt 1 sdt 1/3 gls 1/5 gls 1 bh 50 50 10 5 50 5 5 60 35 100

Nasi Ikan goreng asam manis

Tempe bacem

Tempe Gula aren Minyak kelapa Bayam

Bening bayam

Kacang Panjang Jeruk manis

Buah Jam 10.00 Puding susu Agar-agar Susu entramix Gula pasir Siang 12.00:

sdt 1 sdm 1 sdm 3/4 gls 1 ptg sdt

2 15 5 75 50 2,5

Nasi Ikan pallumara

Beras giling Ikan bandeng Minyak kelapa

Laporan Studi Kasus Magang Gizi Klinik Bagian Infection Centre RSWS Tahun 2011 NURUL AFIAH (K21108303)

17

Tempe

1 ptg sdt 1/3 gls 1/5 gls sdt 1/10 bh

40 2,5 60 30 2,5 75

oseng Tempe

Minyak kelapa Kacang panjang Toge Minyak kelapa Semangka

Tumis kacang panjang + toge

Buah

Jam 16.00 Barongko Pisang Raja Gula Pasir Santan susu

1 bh 3 sdt 2 sdm 3 sdm 3/4 gls 1 ptg sdg btr 1 pot 1 sdm sdt 1/5 gls 2/5 gls 2/5 gls 3 sdt 1 bh

100 15 25 30 75 50 20 30 25 2.5 30 35 30 15 100

Entramix Beras Giling Tahu Telur

Malam 19.00 : Nasi Pepes tahu

Semur ayam

Ayam Kecap Minyak kelapa

Sayur Lodeh

Nangka Muda Labu siam Kacang panjang Santan

Buah

Pepaya

Laporan Studi Kasus Magang Gizi Klinik Bagian Infection Centre RSWS Tahun 2011 NURUL AFIAH (K21108303)

18

Laporan Studi Kasus Magang Gizi Klinik Bagian Infection Centre RSWS Tahun 2011 NURUL AFIAH (K21108303)

19

BAB IV TINJAUAN PUSTAKA A. PENGERTIAN Limfadenitis Tuberkulosa merupakan penyakit infeksi akibat terjadinya infeksi dari suatu bagian tubuh maka terjadi pula peradangan pada kelenjar getah bening regioner dari lesi primer, keadaan ini dinamakan limfadenitis. Laringitis Tuberkulosa adalah penyakit infeksi bagian laring yang menyebabkan terganggunya kotak suara sehingga menyebabkan suara hilang secara perlahan-lahan, Laringitis karena Tuberkulosis merupakan infeksi yang terjadi karena kuman TB yang biasanya terdapat pada dahak yang dikeluarkan menempel pada kelenjar amandel dan menyebar ke kelenjar getah bening leher sampai pada laring yang juga terdapat pada sekitar leher. Hemoptiasis atau Batuk darah merupakan suatu gejala atau tanda dari suatu penyakit infeksi. Volume darah yang dibatukkan bervariasi dan dahak bercampur darah dalam jumlah minimal hingga masif, tergantung laju perdarahan dan lokasi perdarahan. Batuk darah atau hemoptisis adalah ekspektorasi darah akibat perdarahan pada saluran napas di bawah laring, atau perdarahan yang keluar melalui saluran napas bawah laring. Batuk darah lebih sering merupakan tanda atau gejala dari penyakit dasar sehingga etiologi harus dicari melalui pemeriksaan yang lebih teliti. B.PATOFISIOLOGI Penyebab penyakit ini adalah bakteri kompleks Mycobacterium tuberculosis. Mycobacteria termasuk dalam famili Mycobacteriaceae dan termasuk dalam ordo Actinomycetales. kompleks Mycobacterium tuberculosis meliputi M. tuberculosis, M. bovis, M. africanum, M.Laporan Studi Kasus Magang Gizi Klinik Bagian Infection Centre RSWS Tahun 2011 NURUL AFIAH (K21108303)

20

microti, dan M. canettii. Dari beberapa kompleks tersebut, M. tuberculosis merupakan jenis yang terpenting dan paling sering dijumpai. M.tuberculosis berbentuk batang, berukuran panjang 5 dan lebar 3, tidak membentuk spora, dan termasuk bakteri aerob. Mycobacteria dapat diberi pewarnaan seperti bakteri lainnya, misalnya dengan Pewarnaan Gram. Namun, sekali mycobacteria diberi warna oleh pewarnaan gram, maka warna tersebut tidak dapat dihilangkan dengan asam. Oleh karena itu, maka mycobacteria disebut sebagai Basil Tahan Asam atau BTA. Lipoarabinomannan, suatu molekul lain dalam dinding sel mycobacteria, berperan dalam interaksi antara inang dan patogen, menjadikan M. tuberculosis dapat bertahan hidup di dalam makrofaga. Kelainan yang dapat dijumpai pada kelenjar getah bening berupa pembesaran kelenjar itu dapat disebabkan oleh beberapa hal misalnya Infeksi akut maupun kronis. Pembesaran kelenjar getah bening akibat infeksi akut. Peradangan kelenjar getah bening ini menyebabkan hiperplasia kelenjar tersebut hingga secara klinis teraba membesar. Limfadenitis Kronis Disebabkan oleh infeksi kronis. Infeksi kronis nonspesifik misalnya pada keadaan seseorang dengan faringitis kronis akan ditemukan pembesaran kelenjar getah bening leher (limfadenitis). Pembesaran di sini ditandai oleh tanda radang yang sangat minimal dan tidak nyeri. Pembesaran kronis yang spesifik dan masih banyak di Indonesia adalah akibat tuberkulosa. Limfadenitis tuberkulosa ini ditandai oleh pembesaran kelenjar getah benng, padat / keras, multiple dan dapat berkonglomerasi satu sama lain. Dapat pula sudah terjadi perkijuan seluruh kelenjar, sehingga kelenjar itu melunakseperti abses tetapi tidak nyeri sepertiLaporan Studi Kasus Magang Gizi Klinik Bagian Infection Centre RSWS Tahun 2011 NURUL AFIAH (K21108303)

21

abses banal. Apabila Abses ini pecah ke kulit, lukanya sukar sembuh oleh karena keluar secret terus menerus sehingga seperti fistula. Limfadenitis tuberculosa pada kelenjar getah bening dapat terjadi sedemikian rupa, besar dan konglomerasi sehingga leher penderita itu disebut seperti bull neck. Pada keadaan seperti ini kadang kadang sukar dibedakan dengan limfoma malignum. Limfadenitis tuberkulosa diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan histopatologi, terutama yang tidak disertai oleh tuberkulosa paru. Pada gambaran histopologi yang spesifik adalah perkijuan dan sel datia Langhan s. C. ETIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO Bakteri Mycobacterium tuberculosa, bakteri ini dapat menular. Jika penderita bersin atau batuk maka bakteri tuberculosi akan bertebaran di udara. Infeksi awal yang terjadi pada anak-anak umunya akan menghilang dengan sendirinya jika anak-anak telah mengembangkan imunitasnya sendiri selama periode 6-10 minggu. Tetapi banyak juga terjadi dalam berbagai kasus, infeksi awal tersebut malah berkembang menjadi progressive tuberculosis yang menjangkiti organ paru dan organ tubuh lainnya. Jika sudah terkena infeksi yang progresif ini maka gejala yang terlihat adalah demam, berat badan turun, rasa lelah, kehilangan nafsu makan dan batuk-batuk. Dalam kasus reactivation tuberculosis, infeksi awal tuberculosis (primary tuberculosis) mungkin telah lenyap tetapi bakterinya tidak mati melainkan hanya "tidur" untuk sementara waktu. Bilamana kondisi tubuh sedang tidak fit dan dalam imunitas yang rendah, maka bakteri ini akan aktif kembali. Gejala yang paling menyolok adalah demam yang berlangsung lama denga keringat yang berlebihan pada malam hari dan diikuti oleh rasa lelah dan berat badan yang turun. Jika penyakit ini semakin progresif maka bakteri yang aktif tersebut akan merusak jaringan paru dan terbentuk rongga-ronggaLaporan Studi Kasus Magang Gizi Klinik Bagian Infection Centre RSWS Tahun 2011 NURUL AFIAH (K21108303)

22

(lubang) pada paru-paru penderita maka si penderita akan batuk-batuk dan memproduksi sputum (dahak) yang bercampur dengan darah. Penyakit TBC adalah penyakit yang dapat ditularkan terutama melalui percikan ludah dari orang yang menderita, namun bila daya tahan tubuh seseorang itu baik maka kuman yang ada didalam tubuh hanya akan menetap dan tidak akan menyebabkan infeksi dan saat daya tahan tubuh sedang turun maka kuman akan menjadi aktif dan menyebabkan timbulnya infeksi pada orang tersebut. Inkubasinya sangat tergantung kepada individu dan level dari infeksi tersebut, apakah termasuk dasar, progresif atau aktif kembali. TBC adalah penyakit kronis yang dapat berlangsung selama bertahuntahun jika tidak ditangani secara benar. Jika sudah terinfeksi TBC sebaiknya penderita dirawat di rumah sakit atau sanatorium sampai sembuh betul D.GEJALA KLINIS.1. Pembengkakan kelenjar getah bening leher, kelenjar tidak sakit,

multiple,

bebas

atas

konglomerasi

satu

sama

lain.

Pada non Hodgkin limfoma, dapat tumbuh pada kelompok kelenjar getah bening lain (G. 1 ) misalnya pada traktus digestivus atau pada organ organ parenkhima. 2. Demam tipe pel Ebstein. 3. Gatal gatal. 4. Keringat malam.5. Berat badan menurun lebih dari 10 % dalam 6 bulan terakhir tanpa

diketahui sebabnya. 6. Kurang nafsu makan. 7. Daya kerja menurun drastis8. Kadang-kadang disertai sesak nafas. 9. Nyeri setelah mendapat intake alkohol ( 15-20 %) Laporan Studi Kasus Magang Gizi Klinik Bagian Infection Centre RSWS Tahun 2011 NURUL AFIAH (K21108303)

23

10. Pola perluasan Hodgkin sistematis secara sntripetal, dan relatif lebih lambat dan Non Hodgkin tidak sistematis dan relatif lebih cepat bermetasis ketempat yang jauh. E. PENULARAN Penularan penyakit ini karena kontak dengan dahak atau menghirup titik-titik air dari bersin atau batuk dari orang yang terinfeksi kuman tuberkulosis, anak anak sering mendapatkan penularan dari orang dewasa di sekitar rumah maupun saat berada di fasilitas umum seperti kendaraan umum, rumah sakit dan dari lingkungan sekitar rumah. Oleh sebab ini masyarakat di Indonesia perlu sadar bila dirinya terdiagnosis tuberkulosis maka hati hati saat berinteraksi dengan orang lain agar tidak batuk sembarangan , tidak membuang ludah sembarangan dan sangat dianjurkan untuk bersedia memakai masker atau setidaknya sapu tangan atau tissue F. PENCEGAHAN Pencegahan dari penyakit Tb terdiri atas:

Imunisasi BCG pada anak balita, Vaksin BCG sebaiknya

diberikan sejak anak masih kecil agar terhindar dari penyakit tersebut.

Bila ada yang dicurigai sebagai penderita TBC maka harus

segera diobati sampai tuntas agar tidak menjadi penyakit yang lebih berat dan terjadi penularan.

Jangan minum susu sapi mentah dan harus dimasak Bagi penderita untuk tidak membuang ludah sembarangan. Pencegahan terhadap penyakit TBC dapat dilakukan dengan

tidak melakukan kontak udara dengan penderita, minum obat pencegah dengan dosis tinggi dan hidup secara sehat.Laporan Studi Kasus Magang Gizi Klinik Bagian Infection Centre RSWS Tahun 2011 NURUL AFIAH (K21108303)

24

Terutama rumah harus baik ventilasi udaranya dimana sinar matahari pagi masuk ke dalam rumah.

Tutup mulut dengan sapu tangan bila batuk serta tidak

meludah/mengeluarkan dahak di sembarangan tempat dan menyediakan tempat ludah yang diberi lisol atau bahan lain yang dianjurkan dokter dan untuk mengurangi aktivitas kerja serta menenangkan pikiran. G. PENATALAKSANAAN DIET Penyakit infeksi seperti Tuberkulosis dan penyakit penyertanya tidak memiliki diet khusus, penatalaksanaan diet yang umum digunakan untuk penyakit infeksi adalah diet TKTP. Tujuan diet : Memberikan makanan yang adekuat untuk membantu menjaga atau memperbaiki status gizi Syarat diet : Energi tinggi, sesuai kebutuhan yang digunakan untuk aktifitas. Protein tinggi, yang berfungsi untuk perbaikan dan pemeliharaan jaringan tubuh serta meningkatkan kadar albumin. Lemak cukup, sebagai sumber energi cadangan Karbohidrat cukup, berfungsi untuk menyediakan energy bagi tubuh, dalam keadaan sesak, karbohidrat dibatasi. Konsumsi mineral cukup. Konsumsi vitamin cukup.

Laporan Studi Kasus Magang Gizi Klinik Bagian Infection Centre RSWS Tahun 2011 NURUL AFIAH (K21108303)

25

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Monitoring 1. Monitoring Diet Pasien Hasil monitoring diet pasien menunjukkan bahwa selama di rawat inap pasien mendapatkan diet TKTP. Pemberian diet ini bertujuan untuk Memenuhi kebutuhan energi dan protein yang meningkat untuk mencegah dan mengurangi kerusakan jaringan tubuh. Membantu memperbaiki status gizi pasien menjadi normal. Berdasarkan hasil recall 24 jam sebelum intervensi tanggal 04/12/2011 diperoleh persentase asupan yaitu energi 64,24%, protein 44,56%, lemak 56,9%, dan Karbohirdat 75,3%. Berdasarkan hasil recall 24 jam sebelum intervensi tersebut, maka ada beberapa diagnosa gizi dari domain intake yang dapat ditegakkan. Dalam hal ini, diagnosa gizi yang ditegakkan adalah NI-2.1, dan NI-5.1. Asupan Energi sebesar 64,24%, protein 44,56%, lemak 56,9%, dan Karbohirdat 75,3% ini memunculkan diagnosis NI.2.1. yaitu Asupan makanan melalui oral kurang yang disebabkan oleh batuk dan sesak serta sakit saat menelan. Dan karena nilai Hb, HCT dan RBC juga dibawah normal, maka diagnose gizi NI-5.1 juga ditegakkan. Yakni meningkatnya kebutuhan Protein dan Fe yang disebabkan oleh penyakit infeksi yang diderita, yang ditandai dengan IMT kurang, kadar Hb rendah, Fe dan TIBC rendah juga kadar Albumin rendah. Adapun hasil monitoring asupan makanan pasien selama intervensi, dapat dilihat pada tabel berikut:

Laporan Studi Kasus Magang Gizi Klinik Bagian Infection Centre RSWS Tahun 2011 NURUL AFIAH (K21108303)

26

Tabel 8 Distribusi Hasil Monitoring Asupan Makanan Pasien E (Kkal) Asupan 1726,3 I Kebutuhan 1926,96 06/12/2011 % Asupan 89,58 Asupan 1766,75 II Kebutuhan 1926,96 07/12/2011 % Asupan 91,68 Asupan 1900,55 III Kebutuhan 1926,96 08/12/2011 % Asupan 98,62 Rata-rata % asupan 93,29 Sumber : Data Primer Terolah, 2011 HARI URAIAN ASUPAN ZAT GIZI P (gr) L (gr) KH (gr) 68,16 44,83 266 96,36 53,5 265 70,73 83,79 100 56,85 53,9 256 96,36 53,5 265 59 100,7 96,7 75,43 55,11 273 96,36 53,5 265 78,28 103 103 69,48 95,83 99,9

Berdasarkan tabel 10 diatas, dapat diketahui bahwa selama tiga hari intervensi asupan makanan pasien sangat baik dan sudah mencapai standar kebutuhan pasien. Meskipun ada keluhan sakit saat menelan dan rasa sesak namun pasien sangat mengerti bahwa makanan merupakan elemen penting dalam proses penyembuhan hal ini terkait karena pasien merupakan mahasiswi kesehatan yang mengerti tentang penyakit yang dideritanya. Selama tiga hari intervensi terjadi peningkatan asupan yang sangat memuaskan. Pada akhir intervensi asupan pasien bahkan mencapai 98,6%. Edukasi yang diberikan yakni makanan yang boleh dan yang dibatasi juga sangat diperhatikan oleh pasien dan keluarga pasien sehingga memudahkan pasien mencapai nilai asupan makanan yang baik.

2. Monitoring Pemeriksaan Fisik/KlinikLaporan Studi Kasus Magang Gizi Klinik Bagian Infection Centre RSWS Tahun 2011 NURUL AFIAH (K21108303)

27

Hasil monitoring perkembangan pemeriksaan fisik dan klinis pasien memberikan informasi bahwa perubahan hasil pemeriksaan fisik-klinis pasien selama 2 hari intervensi dalam keadaan normal. Data lengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 9 Distribusi Perkembangan Fisik dan Klinis Pasien Jenis Pemeriksaan KU Keluhan 06/12/2011 Sedang Suara hilang, sesak, batuk dan Hasil Pemeriksaan 07/12/2011 08/12/2011 Sedang Sedang Sesak berkurang, sesak berkurang, sakit menelan sakit menelan berkurang 110/80 mmHg 96X/menit 28X/menit 37,40

sakit menelan berkurang TD 110/80 mmHg 110/80 mmHg Nadi 112X/menit 104X/menit Nafas 32X/menit 30X/menit 0 36,7 36,80 Suhu Sumber : Data Sekunder Terolah, 2011 3. Monitoring Pemeriksaan Laboratorium

Adapun perkembangan data laboratorium pasien selama intervensi study kasus berlangsung tidak dapat dimonitoring karena tidak ada pemeriksaan laboratorium terbaru pasien. B. Hasil Motivasi Diet Pasien 1. Perkembangan Pengetahuan Gizi Pasien dan penjaga pasien, sebelum pelaksanaan intervensi belum pernah mendapatkan edukasi terkait dengan masalah gizi. Terapi edukasi yang diberikan dengan metode penyuluhan gizi yang dilakukan selama 1 hari sebelum pelaksanaan intervensi dan diskusi yang dilakukan setiap hari selama 3 hari intervensi menunjukkan hasil yang baik, dimana penjaga pasien dan pasien merespon dengan baik apa yang kami sampaikan terakait diet yangLaporan Studi Kasus Magang Gizi Klinik Bagian Infection Centre RSWS Tahun 2011 NURUL AFIAH (K21108303)

28

dianjurkan, terlihat penjaga pasien dalam hal ini ibu dan saudara perempuan pasien yang mendampingi pasien sedikit demi sedikit mulai memahami dan mengetahui tentang diet TKTP. 2. Sikap Dan Perilaku Pasien Terhadap Diet Hasil recall konsumsi 24 jam sebelum pelaksanaan intervensi menunjukkan bahwa asupan energy, protein, lemak, dan karbohidrat pasien pasien. Penyuluhan gizi dan diskusi dapat memberikan motivasi pasien dan penjaga pasien untuk menjalankan terapi diet yang dianjurkan dengan baik dan benar. Hal ini terlihat dari sikap positif dan perilaku pasien terhadap anjuran diet sehingga asupan pasien bisa mencapai standar kebutuhan dan pasien terlihat bersemangat serta termotivasi untuk terus meningkatkan asupannya. C. Evaluasi Asuhan Gizi Pasien 1. Konsumsi Energi dan Zat Gizi Pasien Hasil monitoring evaluasi asupan energi dan zat gizi selama studi kasus didapatkan data bahwa terjadi peningkatan asupan yang sangat baik dari hasil recall pasien selama 3 hari intervensi. Rata-rata asupan enrgi pasien mencapai 93%, namun asupan protein pasien hanya 69%. Hal ini disebabkan karena pasien tidak suka terhadap lauk dari makanan rumah sakit. 2. Evaluasi Status Gizi Keadaan status gizi pasien dari awal studi kasus sampai dengan berakhirnya kegiatan intervensi menunjukkan tidak mengalami perubahan yakni tetap dengan status gizi buruk, dan terjadi penurunanLaporan Studi Kasus Magang Gizi Klinik Bagian Infection Centre RSWS Tahun 2011 NURUL AFIAH (K21108303)

kurang

dari

kebutuhan

berdasarkan

hasil

perhitungan

kebutuhan yang disesuaikan dengan jenis diet yang diberikan pada

29

berat badan sebanyak 0,5 kg, dari 27,7 kg sebelum intervensi menjadi 27,2 kg setelah intervensi selama 3 hari. Indeks massa tubuh sebelum intervensi adalah 9,82 sedangkan setelah intervensi menjadi 9,64 penurunan IMT ini disebabkan penyakit infeksi yang diderita yang menyebabkan terjadinya peningkatan kebutuhan zat gizi. 3. Perkembangan Pengobatan Yang Berhubungan Dengan Gizi Pengobatan yang berhubungan dengan gizi selama studi kasus dilaksanakan terpantau pada tanggal 6 desember 2011 pasien mendapatkan albumin 20% dan 7 desember 2011 pasien diberikan VIP albumin 3x2 tablet. 4. Perkembangan Terapi Diet Terapi diet dari Rumah sakit adalah TKTP, dan terapi diet yang sama tetap dilanjutkan selama studi kasus berlangsung atas dasar pertimbangan status gizi pasien yang buruk dan adanya masalah asupan yang mengkhawatirkan konsistensi makanan yang diberikan pada pasien adalah makanan biasa. Diet yang diberikan sejak awal intervensi hingga akhir intervensi tidak berubah karena dari hasil monitoring dan evaluasi yang dilakukan setiap hari tidak terdapat identifikasi masalah baru baik dari pemeriksaan antropometri, fisik/klinis maupun laboratorium sehingga terapi diet tetap yaitu Diet TKTP dengan energi 1926,96 kkal, protein 96,34 gr, lemak 53,52 gr dan karbohidrat sebesar 265 gr. Berdasarkan hasil anamnesis makanan pasien selama intervensi diketahui bahwa asupan makanan pasien mengalami peningkatan yang sangat baik dibanding sebelum intervensi hal itu dapat dilihat pada Tabel.8. Konsumsi Zat Gizi Pasien Selama Intervensi, dan pada grafik berikut ini: Grafik 1 : Asupan zat gizi selama intervensiLaporan Studi Kasus Magang Gizi Klinik Bagian Infection Centre RSWS Tahun 2011 NURUL AFIAH (K21108303)

30

120 103 103

100

98,62

80

78,28

Intervensi 1 60 Intervensi 2 Intervensi 3 40

20

0 Energi Protein Lemak Karbohidrat

Berdasarkan grafik di atas, diketahui bahwa selama studi kasus berlangsung, baik asupan energi, protein, lemak maupun asupan karbohidrat semua mengalami peningkatan yang sangat baik dan sudah mencapai standar kebutuhan pasien.

Laporan Studi Kasus Magang Gizi Klinik Bagian Infection Centre RSWS Tahun 2011 NURUL AFIAH (K21108303)

31

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan1. Diagnosa Medis Limfadenitis TB, Laringitis TB e.c

Tb paru, Tb Paru, Hemoptiasis.2. Pasien dalam keadaan status gizi buruk. 3. Jenis diet yang diberikan adalah Diet TKTP 4. Anamnesis makanan pasien selama intervensi

diketahui5. Pada

bahwa kasus

asupan ini

makanan gizi

pasien yang

mengalami peningkatan yang sangat baik. studi diagnose ditegakkan adalah NI-2.1, dan NI.5.1, NB.1.2 dan NB.3.1 dan diagnose gizi ini tetap berlaku setelah dilakukan intervensi. B. Saran 1. Terapi diet dan edukasi gizi harus terus dlakukan untuk memberikan motivasi pada pasien dan keluarganya. 2. Rencana asupan pasien harus diberikan secara bertahap. 3. Pemeriksaan antropometri, fisik-klinis dan laboratorium harus tetap dipantau untuk melakukan identifikasi masalah gizi sedini mungkin.

Laporan Studi Kasus Magang Gizi Klinik Bagian Infection Centre RSWS Tahun 2011 NURUL AFIAH (K21108303)

32

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, Sunita. 2004. Penuntun Diet Edisi Baru. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. FKUI. 1995. Kumpulan Kuliah Ilmu bedah. Binarupa Aksara: Jakarta Price, Sylvia A dan Lorraine M. Wilson. 1994. Patofisiologi, konsep proses-proses penyakit. Jakarta: Penerbit EGC klinis

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2006. Tuberkulosis: Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia. EGC. Mansjoer, Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid I. Media Aesculapius. Yustini, DCN, M.Kes. 2009. Translate International Dietetic & Nutrition Terminology (IDNT) Reference Manual. Instalasi Gizi RS.Dr.Wahidin Sudirohusodo. Makassar.

Laporan Studi Kasus Magang Gizi Klinik Bagian Infection Centre RSWS Tahun 2011 NURUL AFIAH (K21108303)

33