Laporan Kasus Kedokteran Keluarga

65
1 PORTOFOLIO TIFOID FEVER Oleh CANDRA FITRI WULANSARI 208.121.0013 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

Transcript of Laporan Kasus Kedokteran Keluarga

Page 1: Laporan Kasus Kedokteran Keluarga

1

PORTOFOLIO

TIFOID FEVER

Oleh

CANDRA FITRI WULANSARI

208.121.0013

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

UNIVERSITAS ISLAM MALANG

2012

Page 2: Laporan Kasus Kedokteran Keluarga

2

BAB I

PENDAHULUAN

STATUS PASIEN

A. Pendahuluan

Demam tifoid merupakan penyakit infeksi sistemik akut yang biasanya

terdapat pada saluran pencernaan (usus halus) oleh kuman Salmonella typhi

atau Salmonella partatyphi dengan gejala demam satu minggu atau lebih

disertai gangguan pada saluran pencernaan dan dengan atau tanpa gangguan

kesadaran. Demam tifoid merupakan salah satu penyakit infeksi endemik di

Asia, Afrika, Amerika latin, Karibia, dan Oceania, termasuk Indonesia

penyakit yang masih tergolong endemik di negara-negara yang sedang

berkembang seperti Indonesia. Penyakit infeksi yang ditularkan melalui

makanan dan minuman ini, disebabkan oleh kuman S. typhi. Insiden demam

tifoid di seluruh dunia menurut data pada tahun 2002 sekitar 16 juta per tahun,

600.000 di antaranya menyebabkan kematian.

Di Indonesia insidens penyakit tersebut tergolong masih tinggi.

Penyakit tersebut diduga erat hubungannya dengan hygiene perorangan yang

kurang baik, sanitasi lingkungan yang jelek (misalnya penyediaan air bersih

yang kurang memadai, pembuangan sampah dan kotoran manusia yang

kurang memenuhi syarat kesehatan, pengawasan makanan dan minuman yang

Page 3: Laporan Kasus Kedokteran Keluarga

3

belum sempurna), serta fasilitas kesehatan yang tidak terjangkau oleh

sebagian besar masyarakat.

Tata laksana pada demam tifoid yang masih sering digunakan adalah

istirahat, perawatan, diet, terapi penunjang, serta pemberian antibiotik.

Antibiotik adalah zat kimiawi yang dihasilkan oleh mikroorganisme yang

mempunyai kemampuan, dalam larutan encer, untuk menghambat

pertumbuhan atau membunuh mikroorganisme lain.

B. Identitas Penderita

Nama : Nn. Nv

Umur : 15th

Jeniskelamin : perempuan

Pekerjaan : Pelajar SMA Kelas 2 SMA 5 Malang

Pendidikan : SMA

Alamat : Jl. Pekalongan dalam no. 6 Malang

Status : Belum Kawin

Suku : Jawa

C. Anamnesa

1. Keluhan utama : Demam

2. Keluhan tambahan : Muntah, batuk kering, lemas

3. Riwayat penyakit sekarang :

Pasien datang ke IGD RSI Unisma dengan keluhan demam terus menerus

sejak hari ketiga lebaran Hari Raya Idul Fitri. Demam terutama dirasakan

saat menjelang sore hingga malam hari. Saat sakit diikuti batuk kering

yang hilang timbul. Setelah demam, 1 minggu kemudian muncul diare

selama dua hari, kemudian hilang. Saat demam , kepala terasa berat, mata

berkunang-kunang (-), telinga berdenging (+) kadang – kadang, perut

teraba keras dan kembung, nyeri tekan epigastrium (+), lemas (+), mual

Page 4: Laporan Kasus Kedokteran Keluarga

4

(+), muntah 2kali. Tidak mngalami gangguan BAK dan BAB. Pasien

tidak mengeluh perdarahan dihidung, perdarahan gusi, perdarahan dikulit,

badan tidak terasa pegel-pegel di badan.

Pasien pada waktu panas hari ketiga dibawa ke RS H B dan tidak

membaik, kemudian dibawa ke RSUD SA dan tetap tidak membaik. Saat

di RS HB pasien mendapat obat untuk diminum yaitu parasetamol,

antimuntah dan antasida. Sebelumnya penderita mengunjungi daerah

endemik malaria di Malang bagian selatan, menggigil (-),kemerahan pada

wajah (-), berkeringat berlebihan (-).

4. Riwayat penyakit dahulu :

Riwayat sakit serupa : (-)

Riwayat mondok : saat SD: sakit tifus; saat SMP: kejang

epilepsi

Riwayat sakit gula : (disangkal)

Riwayat penyakit jantung : (disangkal)

Riwayat hipertensi : (disangkal)

Riwayat kejang : saat SMP kelas 3, tidak pernah kambuh

lagi. Pengguna rutin obat fenitoin 100 mg.

Riwayat alergi obat : (disangkal)

Riwayat alergi makanan : (disangkal)

5. Riwayat sakit keluarga

Riwayat sakit serupa : (disangkal)

Riwayat mondok : (disangkal)

Riwayat sakit gula : (disangkal)

Riwayat penyakit jantung : (disangkal)

Riwayat hipertensi : (disangkal)

Riwayat kejang : (disangkal)

Riwayat alergi obat : (disangkal)

Riwayat alergi makanan : (disangkal)

Page 5: Laporan Kasus Kedokteran Keluarga

5

6. Riwayat kebiasaan

Riwayat merokok : (disangkal)

Riwayat minum alkohol : (disangkal)

Riwayat olah raga : panjat tebing

Riwayat pengisian waktu luang : mengikuti kegiatan

ekstrakurikuler pecinta alam sangat aktif. Hingga sore hari

terkadang lupa makan.

7. Riwayat sosial ekonomi:

Ayah bekerja sebagai satpam gudang

Ibu sebagai ibu rumah tangga

Memiliki kos-kosan putri 3 kamar

8. Riwayat gizi

Memiliki kebiasaan makan hanya 2x sehari, telat makan, susah makan.

Tidak menyukai sayur mayur

Lebih menyukai ikan dan daging

D. Anamnesa Sistem

1. Kulit : kulit gatal (-)

2. Kepala : sakit kepala (+), pusing (-), rambut kepala rontok

(-) , luka pada kepala (-), benjolan atau borok (-)

3. Mata : pandangan mata berkunang – kunang

(-),pengelihatan kabur(-) , ketajaman mata

berkurang (-)

4. Hidung : tersumbat (-), mimisan (-)

5. Telinga : pendengaran berkurang (-), berdengung (-), keluar

cairan (-)

6. Mulut : sariawan (-), mulut kering (-), lidah terasa pahit (-)

7. Tenggorokan : sakit menelan (-), serak (-), mengi (-)

8. Pernafasan : sesak nafas (-), batuk lama(-)

9. Kardiovaskular : berdebar – debar (-), nyeri dada (-), ampeg (-)

Page 6: Laporan Kasus Kedokteran Keluarga

6

10. Gastrointestinal : mual (+), muntah(+), diare(-),nafsu makan

menurun (-), nyeri perut(+), BAB tidak ada

keluhan

11. Genitouria : BAK lancar,6-8 kali sehari dan 3 kali di malam

hari, warna kuning jernih, jumlah dalam batas

normal, nyeri BAK (-)

12. Neurologik : kejang (-),lumpuh(-),kesemutan(-),dan rasa tebal (-)

13. Psikiatrik : emosi stabil, mudah marah(-)

14. Muskuloskeletal : kaku sendi (-), nyeri tangan dan kaki(-),nyeri otot(-)

15. Ekstremitas atas :

Kanan: bengkak (-), sakit(-),luka(-)

Kiri: bengkak (-), sakit(-),luka(-)

16. Ekstremitas bawah:

Kanan: bengkak (-), sakit(-),luka(-)

Kiri: bengkak (-), sakit(-),luka(-)

E. Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan umum : Compos Mentis (GCS: 4,5,6) ,Tampak

lemas

2. Tanda vital :

BB : 50 kg

TB : 169 cm

BMI : 17 → kesan normal

Tensi : 100/70 mmHg

Nadi : 80x /menit

Pernafasan : 18x / menit

Suhu : 38 C

3. Kulit

Page 7: Laporan Kasus Kedokteran Keluarga

7

Sawomatang,turgor baik,ikterik( -), sianosis( -),venektasi(-), ptekie (-),

spidernavi(-)

4. Kepala

Bentuk kepala mesocephal, luka (-), rambut tdk mudah dicabut, keriput

(-), makula(-),papula(-),nodula(-), kelainan mimikwajah (-), atrofi

m.temporalis(-)

5. Mata

Konjungtiva anemis -/-, sclera ikterik -/-, pupil isokor (3mm/3mm), reflek

kornea (+/+), katarak -/-, tanda radang -/-

6. Hidung

Nafas cuping hidung (-/-), secret (-/-), epistaksis (-/-),

deformitas hidung (-), hiperpigmentasi (-), saddle nose (-).

7. Mulut

Bibi pucat(-), bibir kering(-), lidah kotor (-),tepi lidah hiperemi (-),

tremor(-)

8. Telinga

Nyeri tekan mastoid (-/-), secret (-/-), pendengaran berkurang (-/-), cuping

telinga dalam batas normal

9. Tenggorokan

Tonsil membesar (-/-), hiperemi faring(-)

10. Leher

JVP (5 + 2) cmH2O tidak meningkat, trakea ditengah, pembesaran KGB

(-), pembesaran kel.tiroid(-), lesi pada kulit (-).

Page 8: Laporan Kasus Kedokteran Keluarga

8

11. Toraks

Simetris, normochest, retraksi intercostal (-), retraksi subcostal(-),spider

navi(-), venectasi (-),pembesaran kel. Limfe (-)

COR

I: ictus cordis tak tampak

P : ictus cordis tak kuat angkat

P : batas kiri atas : SIC II linea para sternalis sinistra

batas kanan atas : SIC II linea para sternalis dekstra

batas kiri bawah : SIC V 1 cm lateral linea medio

clavicularis sinistra

batas kanan bawah :SIC IV linea para sternalis dekstra

pinggang jantung :SIC III linea para sternalis sinistra (batas

jantung kesan tidak melebar

A : Bunyi Jantung I–II intensitas normal, regular, bising (-)

PULMO

I : pengembangan dada kanan sama dengan dada kiri

P : fremitus raba kanan sama dengan kiri

P : sonor/sonor

Sonor Sonor

Sonor

sonor sonor

A : suara dasar vesikular (+/+),

suara tambahan (-/-),

dinamis depan belakang

+ +

+

+ +

- -

-

- -

Page 9: Laporan Kasus Kedokteran Keluarga

9

12. Abdomen

I : dinding perut sejajar dengan dinding dada, venektasi (-)

A : bising usus (+) normal

P : supel, nyeri tekan (+) region epigastrium, hepar dan lien tidak teraba

P : timpani seluruh lapang perut

13. System collumna vertebralis

I : deformitas(-), skoliosis(-),kiphosis(-),lordosis(-)

P : nyeri tekan (-)

P : NKCV (-)

14. Ekstremitas

Palmar eritema (-/-)

Akral dingin : Oedem : Ulkus :

15. Sistem genitalia

Dalam batas normal

16. Pemeriksaan neurologik

Kesadaran : GCS E4V5M6

Fungsi Luhur : dlm batas normal

Fungsi Vegetatif : dlm batas normal, tidak ada gangguan

Fungsi motorik:

- -

- -- -

- -

- -

- -

N N

N N

Page 10: Laporan Kasus Kedokteran Keluarga

10

Kekuatan tonus RF RP

17. Pemeriksaan psikiatrik

Penampilan : perawatan diri baik

Kesadaran : kualitatif tidak berubah; kuantitatif CM

Afek : appropriate

Psikomotor : normoaktif

Proses Pikir : realistis

F. Pemeriksaan Laboratorium

1. Tanggal 4 September 2012

Anemia, leukositosis, trombositosis, monositosis, SGOT/SGPT

meningkat, Thypi O (+) 1/160, Parathypi OA(+) 1/80, Parathypi OB (+)

1/160.

2. Tanggal 6 September 2012

Anemia, leukositosis, trombositosis, monositosis, SGOT/SGPT

meningkat, Thypi O (-), Thypi H(-), Parathypi OA(+) 1/160, Parathypi OB

(+) 1/160, pemeriksaan preparat tebal malaria (-), pemeriksaan preparat

tipis malaria (-).

3. Tanggal 10 September 2012

Anemia, leukositosis, trombositosis, monositosis,eosinofilia

4. Tanggal 11 September 2012

Kultur malaria (-)

G. Resume

Sejak hari ketiga hari raya Idul Fitri yang lalu, pasien mengeluh demam

dirasakan pada sore sampai malam hari, kepala juga terasa berat saat demam,

5 5

5 5

2 2

2 2

n n

n n

- -

- -

Page 11: Laporan Kasus Kedokteran Keluarga

11

tidak hilang dengan istirahat, pada saat beraktifitas tidak bertambah berat.

Tiga hari kemudian pasien dibawa ke RS HB diberi obat parasetamol dan

antasida, demam tidak membaik. Beberapa hari kemudian dibawa ke RSUD

SA kemudia dikirim ke RSI Unisma.Nafsu makan berkurang sejak sakit.

Dahulu pasien pernah menderita demam tifoid dan pernah mengalami

epilepsi. Pasien juga mengalami mual, muntah. Dari pemeriksaam fisik

didapatkan keadaan umum tampak lemas, compos mentis (GCS:456), status

gizi baik, tanda vital 100/70 mmHg. Pada mulut tidak didapatkan lidah kotor

dan tepi hiperemi, pada abdomen ada nyeri epigastrium. Pada pemeriksaan

laboratorium didapatkan Hb: menurun, leukositosis, Thypi H (+), Parathypi

OA(+), Parathypi OB (+).

H. Differential diagnosis

Demam Tifus Demam Berdarah

Demam Malaria

Demam:Sore – malam:Suhu > 38C

√ Demam:Tdk khas2-7 demam2-3 kritis

---

Trias malaria:1.DinginMenggigil, demam tinggi

-

Nyeri kepala √ Nyeri kepala √

Pusing - Nyeri retrorbital

- 2. PanasMuka merah,demam ↑

-

Nyeri otot - Mialgia - 3. berkeringatSuhu menurun, merasa sehat

-

Anoreksia - Ruam kulit - Melakukan perjalanan daerah endemis

Mual √ Perdarahan mukosa

- Nyeri perut √

Muntah √ Hematemesis - Rwyt transfuse darah -Obstipasi - Laborat:Sebah √ Laoratorium: Preparat tebal -Dyspepsia √ Leukositosis

hr ke tiga- Preparat tipis -

Epistaksis - Trombositopeni

√ Tes antigen P-F test X

Bradikardi - Hematokrit - Tes serologi XLidah kotor - Faal

hemostasis- Tes PCR X

Page 12: Laporan Kasus Kedokteran Keluarga

12

Hepatomegali - Lipoproteinemia

X kultur -

Splenomegali - SGOT/SGPT ↑

Gg kesadaran - Urin :UreumKreatinin

--

Laboratorium: Imunoserologi:IgG:IgM:

--

Leukopenia - Uji antigen NS1

x

leukositosis √Anemia -Trombositosis -LED ↑ -SGOT/SGPT ↑ √Trombositositopeni

Monositosis √Uji widal:Tiphy OParatiphy AB

1/80-

Uji Tubex (deteksi ab iktn IgM dg anti09 terkonjugasi)

X

Uji typhydot (IgG-IgM)

X

Uji IGM (dipstick)

-

I. Planning Diagnostik

1. Kultur darah untuk demam tifoid

2. Pemeriksaan PCR

3. Rapid Test

4. Foto polos abdomen untuk komplikasi tifoid

J. Diagnostik Holistik

Page 13: Laporan Kasus Kedokteran Keluarga

13

Nn.Nv usia 15 th adalah penderita demam yang tidak berhenti selama kurang

lebih dua minggu yang diantar ke IGD RSI Unisma oleh kedua orang tuanya.

Tinggal dilingkungan keluarga extended family. Hubungan dengan keluarga

harmonis dan terbuka. Nn. Nv adalah aktivis pecinta alam disekolahnya.

1. Diagnosis Biologis

Observasi febris e.c tifoid fever

2. Diagnosis Psikologis

Hubungan Nn.Nv dengan keluarga dekat dan merupakan anak tunggal

selain itu mereka saling mendukung dan berkomunikasi.

3. Diagnosis Sosial

Merupakan aktifis pecinta alam disekolahnya, sebagai ketua, shingga

interaksi dengan teman sebaya diluar rumah cukup bagus.

K. Penatalaksanaan

1. Non medikamentosa

a. Edukasi

Edukasi pasien tentang pentingnya menjaga pola makan

Edukasi pasien mengenai pentingnya menjaga kesehatan

Edukasi pasien perlunya menjaga keseimbangan kesehatan

Edukasi mengenai demam tifus (pencegahan recurrent, komplikasi

dan prognosis)

b. Diet

Diet yang dibutuhkan adalah diet yang tidak mengganggu saluran

pencernaan pasien. Pemberian karbohidrat dapat menggunakan bubur

saring yang kemudian bertahap ditingkatkan menjadi bubur

kasarhingga nasi, seiiring dengan proses penyembuhan pasien.

Menghindari makanan yang sulit dicerna seperti makanan berserat

tinggi,sayur mayur dan buah-buahan yang sulit dicerna.

c. Latihan jasmani

Page 14: Laporan Kasus Kedokteran Keluarga

14

Endotoksik pada bakteri diproduksi dan diedarkan dalam tubuh saat

melakukan aktifitas. Hindari aktifitas berat agar tidak merangsang

pengeluaran endotoksin.

d. Pola hidup

Stress adalah salah satu hal yang dapat memicu terjadinya gangguan

pencernaan sehingga pasien sebaiknya tdak dalam kondisi stress atau

dibawah tekanan.

Pasien harus tirah baring minimal 7 hari bebas demam atau kurag lebih

selama 14 hari. Tirah baring dengan perawatan sepenuhnya di tempat

seperti makan, minum, mandi, buang air kecil dan buang air besar

akan membantu dan mempercepat masa penyembuhan. Dalam

perawatan perlu sekali dijaga kebersihan tempat tidur, pakaian, dan

perlengkapan yg dipakai. Posisi pasien perlu diawasi untuk mencegah

dekubitus, hygiene penderita tetap dijaga dan diperhatikan. Istirahat

bertujuan untuk mencegah komplikasi dan mempercepat

penyembuhan.

2. Medikamentosa

a. Terapi cairan

Infuse Ringer Asering

BB pasien : 50kg ;

Pemberian cairan maintenance: 50 cc x 50kgBB x 20tetes = 50.000

24 jam x 60 menit 1440

= 35 tetes/menit

b. Terapi kausatif

Levocine 1 x500 mg antibiotik gol quinolon

c. Terapi simptomatif

Injeksi:

Page 15: Laporan Kasus Kedokteran Keluarga

15

Ondancentron 2x 4mg / IV antiemetik

Antrain 3 x1 amp / IV analgetik non narkotik

Ranitidine 3 x 1amp / IV antasida

Cernevit 1x 1 vial/ hari drip multivitamin

Per oral:

Parasetamol 4 x 500 mg antipiretik

L. Komplikasi

1. Perforasi usus

Biasanya terjadi pada minggu ketiga serangan tifoid fever, bias juga

dialami sejak serangan minggu pertama. Diagnosis dipastikan dengan foto

BNO 3 posisi. Terapi pemberian antibiotic, cairan dapat memperbaiki

keadaan.

M. Follow Up

Tanggal 6 September 2012

S : demam, mual, muntah, nyeri perut

O : Ku: tampak lemas, CM, gizi baik

Tanda vital: T: 110/80 mmHg

N: 90 x / m

RR:-

S: 36,8C; jam 14.00 T: 38,7C

A : hemorrhagic fever ec. Suspet tifoid fever

P :

Tes widal dan darah lengkap

Pagi:

Infuse Asering 20 tetes

Inj ondancentron 3 x 4

Inj tizos 2x1

Inj ranivel 3 x 1

Inj cernevite drip (stop)

Po hepamerz 2 x1

Page 16: Laporan Kasus Kedokteran Keluarga

16

Po Edotin2 x 1

Tanggal 7 September 2012

S : demam, mual, muntah, nyeri perut

O : Ku: tampak lemas, CM, gizi baik

Tanda vital: T: 100/80 mmHg

N: 94 x / m

RR:-

S: 37C; jam 12.00 T: 38,2C

A : hemorrhagic fever e.c. tifoid fever

P :

Pagi:

Infuse Asering 20 tetes

Inj ondancentron 3 x 4

Inj tizos 2x1 (stop)

Inj ranivel 3 x 1

Po hepamerz 2 x1

Po Edotin2 x 1

Po Pamol 3 x1

Tanggal 8 September 2012

S : demam, mual, muntah, nyeri perut

O : Ku: tampak lemas, CM, gizi baik

Tanda vital: T: 110/80 mmHg

N: 86 x / m

RR:-

S: 37C;

A : hemorrhagic fever e.c. tifoid fever

P :

Bed rest

Page 17: Laporan Kasus Kedokteran Keluarga

17

Pagi:

Infuse Asering 20 tetes

Inj ondancentron 3 x 4

Inj tizos 2x1 (stop)

Inj ranivel 3 x 1

Po hepamerz 2 x1

Po Edotin2 x 1

Po Pamol 3 x1

Tanggal 9 September 2012

S : demam, mual, muntah, nyeri perut

O : Ku: tampak lemas, CM, gizi baik

Tanda vital: T: 110/70 mmHg

N: 80 x / m

RR: 21

S: 36C;

A : hemorrhagic fever e.c. tifoid fever

P :

Bed rest

Pagi:

Infuse Asering 20 tetes

Inj volequin 1 x 500mg

Inj ranitidine 3 x 1

Po hepamerz 2 x1

Po codein 3 10mg

Po doxyciclin 2 x100mg

Tanggal 10 September 2012

S : demam, mual, muntah, nyeri perut

O : Ku: cukup, CM, gizi baik

Page 18: Laporan Kasus Kedokteran Keluarga

18

Tanda vital:

T: 110/70 mmHg

N: 80 x / m

RR: 21

S: 36C;

A : hemorrhagic fever e.c. tifoid fever

P :

Bed rest

Uji Darah Lengkap

Pagi:

Infuse Asering 20 tetes

Inj volequin 1 x 500mg

Inj ranitidine 3 x 1

Inj antrain

Po codein 3 10mg

Po doxyciclin 2 x100mg

Tanggal 11 September 2012

S : demam, mual, muntah, nyeri perut

O : Ku: cukup, CM, gizi baik

Tanda vital: T: 100/70 mmHg

N: 100 x / m

RR: 18 x / m

S: 36C;

A : hemorrhagic fever e.c. tifoid fever

P :

Bed rest

Uji Darah Lengkap, kultur malaria, uji IgG-IgM salmonella

Pagi:

Infuse Asering 20 tetes

Page 19: Laporan Kasus Kedokteran Keluarga

19

Inj volequin 1 x 500mg

Inj ranitidine 3 x 1

Po codein 3 10mg

Po doxyciclin 2 x100mg

N. FLOW SHEET

Nama : Nn. Nv

Diagnosis : Demam tifoid.

No Tanggal Vital sign BB/TB BMI Keluhan Rencana

1 6-9-2012 T: 110/80

mmHg

N: 90 x / m

RR:-

S: 36,8C;

jam 14.00

T: 38,7C

50 /

169 cm

17 Demam pada

sore-malam

hari, pusing,

nyeri

perut,mual,

muntah.

Terapi

medikamentosa,

terapi nonmedika

mentosa (diet dan

bed rest,

pemeriksaan

laboratorium,

DL,widal)

2 7-9-2012 T : 140/90

N :76x/mnt

RR: 18x/mnt

S : 36,5˚c

50 /

169 cm

17 Demam pada

sore-malam

hari, pusing,

nyeri

perut,mual,

muntah.

Terapi

medikamentosa,

terapi nonmedika

mentosa (diet dan

bed rest)

3 8-9-2012 T : 140/80

N : 78 x/mnt

RR: 18x/mnt

S : 36,8˚c

50 /

169 cm

17 Demam pada

sore-malam

hari, pusing,

nyeri

perut,mual,

muntah.

Terapi

medikamentosa,

terapi nonmedika

mentosa (diet dan

bed rest,

Page 20: Laporan Kasus Kedokteran Keluarga

20

44 9-9-2012 T : 130/90

N : 82x/mnt

RR: 18x/mnt

S : 36˚c

50 /

169 cm

17 Demam pada

sore-malam

hari, pusing,

nyeri

perut,mual,

muntah.

Terapi

medikamentosa,

terapi nonmedika

mentosa (diet dan

bed rest,

10-9-2012 T: 110/70

mmHg

N: 80 x / m

RR: 21

S: 36C;

50 /

169 cm

17 Demam pada

sore-malam

hari, mual

Terapi

medikamentosa,

terapi nonmedika

mentosa (diet dan

bed rest, uji DL)

11-9-2012 T: 100/70

mmHg

N: 100 x / m

RR: 18 x / m

S: 36C;

50 /

169 cm

17 Sudah tidak

demam, hanya

mual

Boleh pulang, rawat

jalan Terapi

medikamentosa,

terapi nonmedika

mentosa , uji kultur

Page 21: Laporan Kasus Kedokteran Keluarga

21

BAB II

KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA

Nama Kepala Keluarga : Tn. S

AlamatLengkap : Jalan Pekalongan Dalam no 6, Malang

Bentuk Keluarga : Extended Family

NO NamaKeduduka

nL/P Usia Pendidikan Pekerjaan Pasien Klinik Ket

1. Tn. SKepala

keluargaL 45 Th SMP Satpam Tdk -

2. Ny.S Istri P 38 Th SD IRT Tdk -

3. Nn.Nv Anak P 15 Th SMA Pelajar Ya

OF. Ec.

Typhoid

fever

4. Tn.J Kakek L 63 Th - - Tdk -

5. Ny.J Nenek P 58 Th - - Tdk -

IDENTIFIKASI FUNGSI- FUNGSI KELUARGA

A. FUNGSI HOLISTIK

1. Fungsi Biologis :

Page 22: Laporan Kasus Kedokteran Keluarga

22

Keluarga terdiri atas penderita (Nn. Nv 15 tahun), bersama dengan

ayah dan ibu yaitu Tn. S dan Ny. S, serta kakek dan neneknya yaitu Tn.J

dan Ny.J.

2. Fungsi Psikologis :

Hubungan keluarga di antara mereka terjalin baik, terbukti dengan

adanya komunikasi antar anggota keluarga, dan hubungan antara anak dan

anggota keluarga yang lain baik dan saling menyayangi.

3. Fungsi Sosial :

Keluarga ini tidak mempunyai kedudukan sosial tertentu dalam

masyarakat, hanya sebagai anggota masyarakat biasa. Penderita aktif dalam

kegiatan ekstrakurikuler pecinta alam. Di lingkungan rumahnya hanya memiliki

satu teman sebaya yang berbeda jenis kelamin yang kurang begitu akrab.

Hubungan keluarga pasien dengan tetangga baik, jika ada kegiatan selalu

berusaha untuk berpartisipasi.

Kesimpulan:

Hubungan kelurga Ny. M berjalan baik semua komunikasi antar anggota keluraga

baik dengan lingkungan rumah (tetangga) juga baik.

B. FUNGSI FISIOLOGIS

APGAR Terhadap Keluarga Nn.Nv Ny.S

A

Saya puas bahwa saya dapat kembali ke

keluarga saya bila saya menghadapi

masalah 2 2

P

Saya puas dengan cara keluarga saya

membahas dan membagi masalah

dengan saya 2 2

Page 23: Laporan Kasus Kedokteran Keluarga

23

G

Saya puas dengan cara keluarga saya

menerima dan mendukung keinginan

saya untuk melakukan kegiatan baru atau

arah hidup yang baru

2 2

A

Saya puas dengan cara keluarga saya

mengekspresikan kasih sayangnya dan

merespon emosi saya seperti kemarahan,

perhatian dll

2 2

R

Saya puas dengan cara keluarga saya dan

saya membagi waktu bersama-sama 2 2

10 10

APGAR skore kelurga 10+10 = 20:2 = 10 → Fungsi Fisiolog Baik.

Skoring :

Hampir selalu : 2 poin

Kadang – kadang : 1 poin

Hampir tak pernah : 0 poin

C. FUNGSI PATOLOGIS DENGAN ALAT SCREEM

SCREEM

SUMBER PATHOLOGY KET

SocialInteraksi sosial yang baik antar anggota keluarga juga

dengan saudara. Partisipasi mereka dalam masyarakat

misalnya mengikuti tahlil rutin, pengajian,

_

Cultural Kepuasan atau kebanggaan terhadap budaya baik, hal ini

dapat dilihat dari pergaulan sehari-hari baik, banyak tradisi

budaya yang masih diikuti. Menggunakan bahasa jawa dan _

Page 24: Laporan Kasus Kedokteran Keluarga

24

Indonesia, tata krama dan kesopanan

Religius Pemahaman terhadap ajaran agama cukup, demikian juga

dalam ketaatannya dalam beribadah. -

Economy Ekonomi keluarga ini termasuk perekonomian menengah

kebawah. Pendapatannya sudah mencukupi untuk standard

hidup layak sehari hari.

+

Education Tingkat pendidikan dan pengetahuan keluarga ini meskipun

belum ada yang sampai pada tahap Perg. Tinggi tetapi masih

peduli terhadap perkembangan ilmu.

-

Medical Keluarga ini belum menganggap pemeriksaan rutin kesehatan

sebagai kebutuhan, akan tetapi pasien jika merasa sakit,

pasien mencari pelayanan dokter terdekat.

-

Kesimpulan :

Hubungan kelurga Nn. Nv baik-baik semua, tingkat ketercukupan ekonomi

cukup untuk kehidupan sehari-hari akan tetapi dengan pendapatan tersebut untuk

memenuhi kebutuhan keluarga dalam serumah yang terdiri dari 5 orang, sehingga

antar keluarga saling membantu untuk memenuhi kebutuhan yang lainnya.

Pendapatan ekonomi untuk kebutuhan keluarga terbantudengan adanya kos-kosan

yang disewakan.

D. POLA INTERAKSI KELUARGA

Pasien

Ny. S

nenekkakek

Tn.S

Page 25: Laporan Kasus Kedokteran Keluarga

: meninggal

: laki - laki

: perempuan

atau

: penderita

25

Keterangan : Hubungan baikHubungan antara anggota keluarga baik

E. GENOGRAM

Keterangan:

Ny.S

Nn. Nv

Kakek Nenek

Tn. S

Page 26: Laporan Kasus Kedokteran Keluarga

26

BAB IIIIDENTIFIKASI FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

KESEHATAN

A. IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

KESEHATAN

a. Identifikasi faktor perilaku keluarga

1. Pengetahuan

Keluarga mempunyai pengetahuan yang cukup baik tentang kesehatan

meskipun tingkat pendidikannya tidak cukup baik. Menurut pendapat semua

keluarga anggota, yang dimaksud kondisi sehat adalah suatu kondisi dimana

seseorang tidak menderita penyakit sehingga bisa melakukan aktivitasnya

dengan baik. Anggota keluarga mengetahui bahwa penyakit pasien itu bisa

kambuh kembali, karena ada riwayat penyakit yang sama seperti ini

sebelumnya.

2. Sikap

Keluarga ini peduli terhadap kesehatan penderita. Selama keluarga pasien

sakit anggota keluarga yang lain ikut menjaga dan memperhatikan kesehatan

pasien.

3. Tindakan

Keluarga pasien mengantarkan Nn. Nv berobat ke rumah sakit dan ke dokter

pada saat pasien mengeluh kesakitan, karena keadaan Nn. Nv tidak membaik

maka keluarga pasien langsng membawa pasien ke rumah sakit terdekat untuk

mendapat pertolongan lebih lanjut.

b. Identifikasi faktor non perilaku

1. Lingkungan

Page 27: Laporan Kasus Kedokteran Keluarga

Keluarga Ny. T

Faktor Perilaku

Keluarga Tn. SSikap: keluarga cukup

peduli terhadap penyakit penderita

Lingkungan : rumah cukup memenuhi syarat

kesehatan

Tindakan: keluarga mengantarkan Nn.Nv

untuk berobat

Faktor Non Perilaku

Pengetahuan: keluarga cukup

memahami penyakit penderita

Keturunan : tidak ada penyakit keturunan pada keluarga Tn.S

Pelayanan Kesehatan : Jika sakit Nn.Nv ke

dokter praktek

27

Rumah yang dihuni keluarga ini cukup baik. Rumah pasien sudah

merupakan rumah yang sudah memenuhi standar kesehatan. Luas bangunan

cukup besar, ada halaman depan, pencahayaan cukup, ventilasi cukup.

Sumber air keluarga ini berasal dari PDAM, kamar mandi dan jamban

sudah ada. Air minum yang digunakan memakai air gallon.

2. Pelayanan kesehatan seperti rumah sakit, praktek, dokter, apotik, dan lain

sebagainya tergolong dekat dengan rumah keluarga Tn. S, sehingga

keluarga mudah mendapatkan pelayanan medis yang baik dan tepat.

Keluarga pasien memperhatikan kesehatan antar keluarganya apabila ada

yang sakit langsng dibawa berobat.

3. Keturunan

Tidak ada faktor penyakit turunan yang terdapat dalam keluarga Tn.S

Page 28: Laporan Kasus Kedokteran Keluarga

28

B. IDENTIFIKASI LINGKUNGAN RUMAH

Lingkungan Luar Rumah

Keluarga tinggal bersama dengan mertua, keluarga dan anaknya. Rumah ini

mempunyai pagar pendek, mempunyai halaman depan, Saluran pembuangan limbah

sudah tersalur ke got. Pembuangan sampah di rumah di bakar di perkarangan yang

kosong.

Lingkungan Dalam Rumah

Dinding rumah terbuat dari batu bata yang di cat, sedangkan lantai rumah

sudah menggunakan keramik. Rumah ini terdiri dari Lima ruangan yaitu ruang tamu,

7 kamar tidur, satu dapur dan dua kamar mandi. Tiga kamar yang berada di lantai dua

dikoskan. Rumah ini mempunyai dua pintu untuk keluar masuk (di bagian depan).

Keluarga ini sudah mempunyai fasilitas MCK keluarga dan fasilitas air dari PDAM.

Ventilasi udara masih cukup tedapat 5 jendela dengan lubang ventilasi untuk

pertukaran udara.

Denah Rumah

Lantai 1.

Ruangtamu

RT

Ruangmakan

Teras

KT 2

Kamar mandi 1

KT 3

Dapur

KT 1

Page 29: Laporan Kasus Kedokteran Keluarga

29

Lantai 2.

KT kos 3

Kamar mandi

Teras dan tangga

KT kos 1

KT kos 2

Jemuran

Page 30: Laporan Kasus Kedokteran Keluarga

30

BAB VIDAFTAR MASALAH

A. Masalah Medis

Tifoid Fever

B. Masalah Non Medis:

1. Orangtua memanjakan anaknya.

2. Pola hidup Nn. Nv tidak menjaga pola makannya.

3. Kurangnya pengetahuan tentang penyakit yang diderita.

C. Diagram Permasalahan Pasien

An. A

MASALAH MEDIS

Tifoid fever

MASALAH NON MEDIS

Orang tua memanjakan anaknya.

Pola hidup Nn. Nv tidak menjaga pola makannya.

Kurangnya pengetahuan tentang penyakit yang diderita

Page 31: Laporan Kasus Kedokteran Keluarga

31

BAB VTINJAUAN PUSTAKA

A. Defenisi Demam Tifoid

Demam tifoid disebut juga dengan Typus abdominalis atau typoid fever.

Demam tifoid ialah penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada saluran

pencernaan (usus halus) dengan gejala demam satu minggu atau lebih disertai

gangguan pada saluran pencernaan dan dengan atau tanpa gangguan kesadaran.

B. Infectious Agent

Demam tifoid disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi atau Salmonella

paratyphi dari Genus Salmonella. Bakteri ini berbentuk batang, gram negatif, tidak

membentuk spora, motil, berkapsul dan mempunyai flagella (bergerak dengan rambut

getar). Bakteri ini dapat hidup sampai beberapa minggu di alam bebas seperti di

dalam air, es, sampah dan debu. Bakteri ini dapat mati dengan pemanasan (suhu

600C) selama 15 – 20 menit, pasteurisasi, pendidihan.

Salmonella typhi mempunyai 3 macam antigen, yaitu :

1. Antigen O (Antigen somatik), yaitu terletak pada lapisan luar dari tubuh kuman.

Bagian ini mempunyai struktur kimia lipopolisakarida atau disebut juga

endotoksin. Antigen ini tahan terhadap panas dan alkohol tetapi tidak tahan

terhadap formaldehid.

2. Antigen H (Antigen Flagella), yang terletak pada flagella, fimbriae atau pili dari

kuman. Antigen ini mempunyai struktur kimia suatu protein dan tahan terhadap

formaldehid tetapi tidak tahan terhadap panas dan alkohol.

3. Antigen Vi yang terletak pada kapsul (envelope) dari kuman yang dapat

melindungi kuman terhadap fagositosis.

Page 32: Laporan Kasus Kedokteran Keluarga

32

Ketiga macam antigen tersebut di atas di dalam tubuh penderita akan

menimbulkan pula pembentukan 3 macam antibodi yang lazim disebut aglutinin.

C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi

1. Faktor Host

Manusia adalah sebagai reservoir bagi kuman Salmonella thypi. Terjadinya

penularan Salmonella thypi sebagian besar melalui makanan/minuman yang tercemar

oleh kuman yang berasal dari penderita atau carrier yang biasanya keluar bersama

dengan tinja atau urine. Dapat juga terjadi trasmisi transplasental dari seorang ibu

hamil yang berada dalam bakterimia kepada bayinya.

2. Faktor Agent

Demam tifoid disebabkan oleh bakteri Salmonella thypi. Jumlah kuman yang

dapat menimbulkan infeksi adalah sebanyak 105 – 109 kuman yang tertelan melalui

makanan dan minuman yang terkontaminasi. Semakin besar jumlah Salmonella thypi

yang tertelan, maka semakin pendek masa inkubasi penyakit demam tifoid.

3. Faktor Environment

Demam tifoid merupakan penyakit infeksi yang dijumpai secara luas di

daerah tropis terutama di daerah dengan kualitas sumber air yang tidak memadai

dengan standar hygiene dan sanitasi yang rendah. Beberapa hal yang mempercepat

terjadinya penyebaran demam tifoid adalah urbanisasi, kepadatan penduduk, sumber

air minum dan standart hygiene industri pengolahan makanan yang masih rendah.

D. Manifestasi klinis

Gejala klinis demam tifoid pada anak biasanya lebih ringan jika dibanding

dengan penderita dewasa. Masa inkubasi rata-rata 10 – 20 hari. Setelah masa inkubasi

maka ditemukan gejala prodromal, yaitu perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri

kepala, pusing dan tidak bersemangat.

Kemudian menyusul gejala klinis yang biasa ditemukan, yaitu :

a. Demam

Page 33: Laporan Kasus Kedokteran Keluarga

33

Pada kasus-kasus yang khas, demam berlangsung 3 minggu. Bersifat febris

remiten dan suhu tidak berapa tinggi. Selama minggu pertama, suhu tubuh berangsur-

angsur meningkat setiap hari, biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat lagi

pada sore dan malam hari. Dalam minggu kedua, penderita terus berada dalam

keadaan demam. Dalam minggu ketiga suhu tubuh berangsur-angsur turun dan

normal kembali pada akhir minggu ketiga.

b. Ganguan pada saluran pencernaan

Pada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap. Bibir kering dan pecah-pecah

(ragaden). Lidah ditutupi selaput putih kotor (coated tongue), ujung dan tepinya

kemerahan, jarang disertai tremor. Pada abdomen mungkin ditemukan keadaan perut

kembung (meteorismus). Hati dan limpa membesar disertai nyeri pada perabaan.

Biasanya didapatkan konstipasi, akan tetapi mungkin pula normal bahkan dapat

terjadi diare.

c. Gangguan kesadaran

Umumnya kesadaran penderita menurun walaupun tidak berapa dalam, yaitu

apatis sampai somnolen. Jarang terjadi sopor, koma atau gelisah.

Page 34: Laporan Kasus Kedokteran Keluarga

Gangguan nutrisi kurangdari kebutuhan tubuh

Sebagian dimusnahkan asam lambung

Kuman akan menembus sel-sel epitel

Lamina propia →fagositosis kuman

Respon imun humoral (IgA) mukosa usus kurang baik

Nafsu makan turun

Berkembang biak di usus

Sebagian lolos masuk kedalam usus

Kuman Salmanella typhi , Salmanellaparatyphi masuk ke saluran cerna melalui makanan yang terkontaminasi

Melalui duktus thorasikus kuman masuk ke dalam sirkulasi darah

Ke kelenjar getah bening mesenterika

Dibawa ke plague peyeri ileum distal

Kuman berkembang biak di dalam makrofag

Masuk sirkulasi darah kembali

Kuman berkembang biak

Hepatomegali, Splenomegali

Masuk dan bersarang dihatidan limpa

Hiperplasi jaringan

Makrofag hiperaktif

Peningkatan asam lambung

Infeksi sistemik : demam, malaise, kepala pusing,

perforasi

Erosi pembuluh darahsekitar plague peyeri

Perdarahan saluran cerna

Mual, muntah

Pemeriksaan fisik didapatkan nyeri perut

Timbul komplikasi: gangguan neuropsikiatri, kardiovaskuler, pernafasan.

Endotoksin menempel reseptor di kapiler

34

E. Patofisiologi

Page 35: Laporan Kasus Kedokteran Keluarga

35

F. KOMPLIKASI

1. Komplikasi Intestinal (Perdarahan usus, Perforasi usus, Ileus paralitik) 

2. Komplikasi Ekstra Intestinal (Komplikasi Kardiovaskuler : kegagalan sirkulasi

perifer (renjatan septik), miokarditis, trombosis, dan tromboflebitis;

3. Komplikasi darah : anemia hemolitik , trombositopenia, dan / atau

Disseminated Intravascular Coagulation (DIC) dan Sindrom uremia hemolitik;

4. Komplikasi paru: Pneumonia, empiema, dan pleuritis;

5. Komplikasi hepar dan kandung empedu: hepatitis dan kolesistitis;

6. Komplikasi ginjal : glomerulonefritis,pielonefritis, dan perinefritis; Komplikasi

tulang: osteomielitis,periostitis,spondilitisdan Artritis;

7. Komplikasi Neuropsikiatrik: Delirium, meningismus, meningitis, polyneuritis

perifer, sindrom guillain-barre, psikosis dan sindrom katatonia)

G. DIAGNOSA BANDING

1. DEMAM BERDARAH DENGUE

DEFINISIDemam dengue adalah demam virus akut yang disertai sakit kepala, nyeri

otot, sendi dan tulang, penurunan jumlah sel darah putih dan ruam-ruam. Demam

berdarah dengue/dengue hemorrhagic fever (DHF) adalah demam dengue yang

disertai pembesaran hepar dan manifestasi perdarahan. Pada keadaan yang parah bisa

terjadi kegagalan sirkulasi darah dan pasien jatuh dalam syok hipovolemik akibat

kebocoran plasma. Keadaan ini disebut dengue shock syndrome (DSS).

PENYEBAB

Demam dengue dan DHF disebabkan oleh salah satu dari 4 serotipe virus

yang berbeda antigen. Virus ini adalah kelompok Flavivirus dan serotipenya adalah

DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4. Infeksi oleh salah satu jenis serotipe ini akan

memberikan kekebalan seumur hidup tetapi tidak menimbulkan kekebalan terhadap

serotipe yang lain. Sehingga seseorang yang hidup di daerah endemis DHF dapat

mengalami infeksi sebanyak 4 kali seumur hidupnya.

Page 36: Laporan Kasus Kedokteran Keluarga

36

Dengue adalah penyakit daerah tropis dan ditularkan oleh nyamuk Aedes

aegypti. Nyamuk ini adalah nyamuk rumah yang menggigit pada siang hari. Faktor

resiko penting pada DHF adalah serotipe virus, dan faktor penderita seperti umur,

status imunitas, dan predisposisi genetis.

GEJALA UTAMA

1. Demam

Demam tinggi yang mendadak, terus – menerus berlangsung selama 2 – 7

hari, naik turun (demam bifosik). Kadang – kadang suhu tubuh sangat tinggi sampai

40 C dan dapat terjadi kejan demam. Akhir fase demam merupakan fase kritis pada

demam berdarah dengue. Pada saat fase demam sudah mulai menurun dan pasien

seajan sembuh hati – hati karena fase tersebut sebagai awal kejadian syok, biasanya

pada hari ketiga dari demam.

2. Tanda – tanda perdarahan

Penyebab perdarahan pada pasien demam berdarah adalah vaskulopati,

gangguan fungsi trombosit serta koasulasi intravasculer yang menyeluruh. Jenis

perdarahan terbanyak adalah perdarahan bawah kulit seperti ptekia, purpura, ekimosis

dan perdarahan conjuctiva. ptekia merupakan tanda perdarahan yang sering

ditemukan. Muncul pada hari pertama demam tetepai dapat pula dijumpai pada hari

ke 3,4,5 demam. Perdarahan lain yaitu, epitaxis, perdarahan gusi, melena dan

hematemesis.

3. Hepatomegali

Pada umumnya dapat ditemukan pada permulaan penyakit bervariasi dari

haya sekedar diraba sampai 2 – 4 cm di bawah arcus costa kanan. Derajat

hepatomegali tidak sejajar dengan beratnya penyakit, namun nyeri tekan pada daerah

tepi hepar berhubungan dengan adanya perdarahan.

4. Syok

Pada kasus ringan dan sedang, semua tanda dan gejala klinis menghilang

setelah demam turun disertai keluarnya keringat, perubahan pada denyut nadi dan

tekanan darah, akral teraba dingin disertai dengan kongesti kulit. Perubahan ini

memperlihatkan gejala gangguan sirkulasi, sebagai akibat dari perembasan plasma

Page 37: Laporan Kasus Kedokteran Keluarga

37

yang dapat bersifat ringan atau sementara. Pada kasus berat, keadaan umum pasien

mendadak menjadi buruk setelah beberapa hari demam pada saat atau beberapa saat

setelah suhu turun, antara 3 – 7, terdapat tanda kegagalan sirkulasi, kulit terabab

dingin dan lembab terutama pada ujung jari dan kaki, sianosis di sekitar mulut, pasien

menjadi gelisah, nadi cepat, lemah kecil sampai tidak teraba. Pada saat akan terjadi

syok pasien mengeluh nyeri perut

DIAGNOSIS

Diagnosis demam berdarah ditegakkan berdasarkan kriteria diagnosis menurut

WHO tahun 1997 terdiri dari kriteria klinis dan laboratoris.

A. Kriteria Klinis

1. Demam tinggi mendadak, tanpa sebab jelas, berlangsung terus menerus selama 2 –

7 hari.

2. Terdapat manifestasi perdarahan ditandai dengan :

Uji tourniquet positif

ptekia, ekomosis, epitaksis, perdarahan gusi.

Hemetamesis dan atau melena.

3. hepatomegali

4. Syok, ditandai nadi cepat dan lemah serta penurunan tekanan nadi, hipotensi, kaki

dan tangan dingin, kulit lembab dan pasien tampak gelisah.

B. Kriteria Laboratoris

1. Trombositopenia (100.000 sel/ mm3 atau kurang)

2. Hemokonsentrasi peningkatan hematoksit 20% atau lebih.

Dua kriteria pertama ditambah trombositopemia dan hemokonsentrasi atau

peningkatan hematokrit cukup untuk menegakkan diagnosis klinis demam berdarah

dengue.

Derajat Penyakit (WHO, 1997):

Derajat 1: Demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya manifestasi

perdarahan adalah uji torniquet.

Derajat 2: Seperti derajat 1, disertai perdarahan spontan di kulit dan perdaran

lain.

Page 38: Laporan Kasus Kedokteran Keluarga

38

Derajat 3: Didapatkan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan

nadi menurun (20 mmHg atau kurang) atau hipotensi, sianosis di sekitar mulut

kulit dingin dan lembab, tampak gelisah.

Derajat 4: Syok berat, nadi tidak dapat diraba dan tekanan darah tidak terukur.

PENATALAKSANAAN

Pada dasarnya terapi DBD adalah bersifat suportif dan simtomatis.

Penatalaksanaan ditujukan untuk mengganti kehilangan cairan akibat kebocoran

plasma dan memberikan terapi substitusi komponen darah bilamana diperlukan.

Dalam pemberian terapi cairan, hal terpenting yang perlu dilakukan adalah

pemantauan baik secara klinis maupun laboratoris. Proses kebocoran plasma dan

terjadinya trombositopenia pada umumnya terjadi antara hari ke 4 hingga

6 sejak demam berlangsung. Pada hari ke-7 proses kebocoran plasma akan berkurang

dan cairan akan kembali dari ruang interstitial ke intravaskular. Terapi cairan pada

kondisi tersebut secara bertahap dikurangi. Selain pemantauan untuk menilai apakah

pemberian cairan sudah cukup atau kurang, pemantauan terhadap kemungkinan

Page 39: Laporan Kasus Kedokteran Keluarga

39

terjadinya kelebihan cairan serta terjadinya efusi pleura ataupun asites yang masif

perlu selalu diwaspadai.

Terapi nonfarmakologis yang diberikan meliputi tirah baring (pada

trombositopenia yang berat) dan pemberian makanan dengan kandung-an gizi yang

cukup, lunak dan tidak mengandung zat atau bumbu yang mengiritasi saluaran cerna.

Sebagai terapi simptomatis, dapat diberikan antipiretik berupa parasetamol, serta obat

simptomatis untuk mengatasi keluhan dispepsia. Pemberian aspirin ataupun obat

antiinflamasi nonsteroid sebaiknya dihindari karena

berisiko terjadinya perdarahan pada saluran cerna bagaian atas (lambung/duodenum).

Protokol pemberian cairan sebagai komponen utama penatalaksanaan DBD

dewasa mengikuti 5 protokol, mengacu pada protokol WHO yaitu:

1. Penanganan tersangka DBD tanpa syok

2. Pemberian cairan pada tersangka DBD dewasa di ruang rawat

3. Penatalaksanaan DBD dengan peningkatan hematokrit >20%

Page 40: Laporan Kasus Kedokteran Keluarga

40

4. Penatalaksanaan perdarahan sepontan pada DBD dewasa

5. Tatalaksana sindroma syok dengue pada dewasa

Page 41: Laporan Kasus Kedokteran Keluarga

41

Page 42: Laporan Kasus Kedokteran Keluarga

42

Ada dua hal penting yang perlu diperhatikan dalam terapi cairan khususnya

pada penatalaksanaan demam berdarah dengue: pertama adalah jenis cairan dan

kedua adalah jumlah serta kecepatan cairan yang akan diberikan. Karena tujuan terapi

cairan adalah untuk mengganti kehilangan cairan di ruang intravaskular, pada

dasarnya baik kristaloid (ringer laktat, ringer asetat, cairan salin) maupun koloid

dapat diberikan. WHO menganjurkan terapi kristaloid sebagai cairan standar pada

terapi DBD karena dibandingkan dengan koloid, kristaloid lebih mudah didapat dan

lebih murah. Jenis cairan yang ideal yang sebenarnya dibutuhkan dalam

penatalaksanaan antara lain memiliki sifat bertahan lama di intravaskular, aman dan

relatif mudah diekskresi, tidak mengganggu sistem koagulasi tubuh, dan memiliki

efek alergi yang minimal.

Secara umum, penggunaan kristaloid dalam tatalaksana DBD aman dan

efektif. Beberapa efek samping yang dilaporkan terkait dengan penggunaan kristaloid

adalah edema, asidosis laktat, instabilitas hemodinamik dan hemokonsentrasi.

Kristaloid memiliki waktu bertahan yang singkat di dalam pembuluh darah.

Pemberian larutan RL secara bolus (20 ml/kgBB) akan menyebabkan efek

penambahan volume vascular hanya dalam waktu yang singkat sebelum

didistribusikan ke seluruh kompartemen interstisial (ekstravaskular) dengan

perbandingan 1:3, sehingga dari 20 ml bolus tersebut dalam waktu satu jam hanya 5

ml yang tetap berada dalam

ruang intravaskular dan 15 ml masuk ke dalam ruang interstisial.

Cairan koloid memiliki beberapa keunggulan yaitu: pada jumlah volume

yang sama akan didapatkan ekspansi volume plasma (intravaskular) yang

lebih besar dan bertahan untuk waktu lebih lama di ruang intravaskular.

Dengan kelebihan ini, diharapkan koloid memberikan oksigenasi jaringan

lebih baik dan hemodinamik terjaga lebih stabil. Beberapa kekurangan yang

mungkin didapatkan dengan penggunaan koloid yakni risiko anafilaksis,

koagulopati, dan biaya yang lebih besar.

Page 43: Laporan Kasus Kedokteran Keluarga

43

2. MALARIA FEVER

PENGERTIAN

Malaria merupakan penyakit yang disebabkan oleh imfeksi parasit plasmodium

falsiparum, plasmodium vivax, plasmodium ovale atau plasmodium malariae

ditularkan melalui nyamuk anopheles

DIAGNOSIS

Anamnesisa : riwayat bepergian ke daerah endemik malaria, trias malaria : keadaan

menggigil yang diikuti demama meningkat peningkatan suhu, kemudian memasuki

fase demam dengan suhu yang sangat tinggi hingga menyababkan kemerahan pada

daerah wajah, lalu masuka pada tahap berkeringat dimana jumlah keringat berlebihan

dan suhu perlahan turun.

Pemeriksaan fisik : konjungtifa pucat, sclera ikterik, splenomegali.

Laboratorium : uji tetes preparat tebal, uji tetes preparat tipis, test antigen, test

serologi, pemeriksaan PCR.

Pengobatan : menggunakan antibiotic golongan artemisinin dengan kombinasi.

Komplikasi : malaria berat, renjatan, gagal nafas, gagal ginjal akut.

Prognosis : Malaria Falsiparum ringan atau sedang, malaria vivax atau malaria

ovale : bonam, malaria berat : dubia ad malam.

Page 44: Laporan Kasus Kedokteran Keluarga

44

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan Holistik

Diagnosa holistic dari Nn. Nv usia 15 tahun adalah penderita tifoid fever dengan masa inkubasi yang relative ebih panjang disbanding biasanya. Hidup dalam kondisi keluarga extended family yang harmonis dan saling mendukung. Hidup bermasyarakat dengan tetangga dan Nn.Nv aktif dalam kegiatan ektrakurikuler pecinta alam yang ada disekolahnya.

1. Segi BiologisDari hasil anamnesa, pemeriksaan fisik, dan laboratorium maka dinyatakan bahwa Nn.Nv adalah penderita tifoid fever.

2. Segi PsikologisKeluarga Nn.Nv memiliki nilai APGAR score yang baik dan harmonis.

3. Segi SosialMeski Tn.S hanya seorang satpam dan menghidupi lima orang dalam keluarga, semua kebutuhan masih relative tercukupi karena memiliki tiga kamar kos yang disewakan.

C. Saran Komprehensif1. Promotif

Edukasi pada keluarga tenatng factor resiko penyakit tifoid. Memberikan edukasi bahwa penyakit infeksi ini dipengaruhi oleh pola hidup dan kebersihan lingkungan.

2. PreventifPenderita sebaiknya menjaga pola makannya, makan teratur dan tidak mengkonsumsi makanan yang dapat memicu terjadinya komplikasi dari tifoid. Hidup bersih dan menjaga daya tahan tubuh.

3. KuratifTerapi sesuai dengan pengobatan tifoid

4. Rehabilitatif

Page 45: Laporan Kasus Kedokteran Keluarga

45

Daftar Pustaka

Guyton and Hall. 2007.Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta: EGC.Sudoyo W., Aru dkk. 2010 . Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Ed. V. Jakarta