LAPORAN KASUS (ASKEP) SOL Ny. N.doc

30
BAB 1 KONSEP MEDIS A. PENGERTIAN SOL (Space Occupying Lesion) merupakan generalisasi masalah mengenai adanya lesi pada ruang intracranial khususnya yang mengenai otak. Terdapat beberapa penyebab yang dapat menimbulkan lesi pada otak seperti kontusio serebri, hematoma, infark, abses otak dan tumor pada intracranial (Smeltzer & Bare, 2013). Tumor otak adalah lesi oleh karena ada desakan ruang baik jinak / ganas yang tumbuh di otak, meningen dan tengkorak. Tumor otak merupakan salah satu tumor susunan saraf pusat, baik ganas maupun tidak. Tumor ganas disusunan saraf pusat adalah semua proses neoplastik yang terdapat dalam intracranial atau dalam kanalis spinalis, yang mempunyai sebagian atau seluruh sifat-sifat proses ganas spesifik seperti yang berasal

Transcript of LAPORAN KASUS (ASKEP) SOL Ny. N.doc

BAB 1KONSEP MEDISA. PENGERTIANSOL (Space Occupying Lesion) merupakan generalisasi masalah mengenai adanya lesi pada ruang intracranial khususnya yang mengenai otak. Terdapat beberapa penyebab yang dapat menimbulkan lesi pada otak seperti kontusio serebri, hematoma, infark, abses otak dan tumor pada intracranial (Smeltzer & Bare, 2013).Tumor otak adalah lesi oleh karena ada desakan ruang baik jinak / ganas yang tumbuh di otak, meningen dan tengkorak. Tumor otak merupakan salah satu tumor susunan saraf pusat, baik ganas maupun tidak. Tumor ganas disusunan saraf pusat adalah semua proses neoplastik yang terdapat dalam intracranial atau dalam kanalis spinalis, yang mempunyai sebagian atau seluruh sifat-sifat proses ganas spesifik seperti yang berasal dari sel-selsaraf di meaningen otak, termasuk juga tumor yang berasal dari sel penunjang (Neuroglia), sel epitel pembuluh darah dan selaput otak. (Fransisca, 2008: 84). Kranium merupakan tempat yang kaku dengan volume yang terfiksasi maka lesi-lesi ini akan meningkatkan tekanan intracranial. Suatu lesi yang meluas pertama kali dengan cara mengeluarkan cairan serebrospinal dari rongga cranium. Akhirnya vena mengalami kompresi, dangan gangguan sirkulasi darah otak dan cairan serebrospinal mulai timbul dan tekanan intracranial mulai naik. Kongesti venosa menimbulkan peningkatan produksi dan penurunan absorpsi cairan serebrospinal dan meningkatkan volume dan terjadi kembali hal-hal seperti diatas.B. ETIOLOGIGejala terjadinya spesifik sesuai dengan gangguan daerah otak yang terkena. Menyebutkan tanda-tanda yang ditunjukkan lokal, seperti pada ketidaknormalan sensori dan motorik. Perubahan pengelihatan dan kejang karena fungsi dari bagian-bagian berbeda-beda dan otak. Lokasi tumor dapat ditentukan pada bagiannya dengan mengidentifikasi fungsi yang dipengaruhi oleh adanya tumor.1. Tumor lobus frontal

Sering menyebabkan gangguan kepribadian, perubahan status emosional dan tingkah laku dan disintegrasi perilaku mental. Pasien sering menjadi ekstrim yang tidak teratur dan kurang merawat diri dan menggunakan bahasa cabul.2. Tumor cerebellum (atur sikap badan / aktifitas otak dan keseimbangan)

Mengatakan pusing, ataksia (kehilangan keseimbangan / berjalan yang sempoyongan dengan kencenderungan jatuh, otot tidak terkoordinasi dan nigtatius (gerakan mata berirama tidak sengaja) biasanya menunjukkan gerak horizontal.3. Tumor korteks motorik

Menimbulkan manifestasi gerakan seperti epilepsy, kejang jarksonian dimana kejang terletak pada satu sisi.4. Tumor lobus frontal

Sering menyebabkan gangguan kepribadian, perubahan status emosional dan tingkah laku dan distulegrasi perilaku mental. Pasien sering menjadi ekstrim yang tidak teratur dan kurang merawat diri dan menggunakan bahasa cabul.5. Tumor intra cranialDapat menghasilkan gangguan kepribadian, konfusi, gangguan fungsi bicara dan gangguan gaya berjalan, terutama pada pasien lansia. Tipe tumor yang paling sering adalah meningioma, glioblastana (tumor otak yang sangat maligna) dan metastase serebral dari bagian luar.6. Tumor sudut cerebelopointinBiasanya diawali pada jaring saraf akustik dan memberi rangkaian gejala yang timbul dengan semua karakteristik gejala pada tumor otak.

Gejala pertama :

Tinitus dan kelihatan vertigo, segera ikuti perkembangan saraf-saraf yang mengarah terjadinya tuli (gangguan fungsi saraf cranial ke VIII / vestibulochorlearis / oktavus)

Kesemutan dan rasa gatal-gatal pada wajah dan lidah (berhubungan dengan cranial ke V/trigemirus) Terjadi kelemahan atau paralisis (keterbatasan saraf cranial ke VII / fecialis) Pembesaran tumor menekan serebelum, mungkin ada abnormalitas pada fungsi motorik (aktivitas otot, sikap badan dan keseimbangan)

C. PATOFISIOLOGI/ PATHWAY

D. TANDA DAN GEJALA (MANIFESTASI KLINIS)1. Tanda dan gejala peningkatan TIK :

a) Sakit kepala

b) Muntah

c) Papiledema

2. Gejala terlokalisasi ( spesifik sesuai dengan dareh otak yang terkena ) :

a) Tumor korteks motorik ; gerakan seperti kejang kejang yang terletak pada satu sisi tubuh ( kejang jacksonian )

b) Tumor lobus oksipital ; hemianopsia homonimus kontralateral (hilang penglihatan pada setengah lapang pandang, pada sisi yang berlawanan dengan tumor) dan halusinasi penglihatan.c) Tumor serebelum ; pusing, ataksia, gaya berjalan sempoyongan dengan kecenderungan jatuh kesisi yang lesi, otot otot tidak terkoordinasi dan nistagmus ( gerakan mata berirama dan tidak disengaja )

d) Tumor lobus frontal ; gangguan kepribadia, perubahan status emosional dan tingkah laku, disintegrasi perilaku mental, pasien sering menjadi ekstrim yang tidak teratur dan kurang merawat diri

e) Tumor sudut serebelopontin ; tinitus dan kelihatan vertigo, tuli (gangguan saraf kedelapan), kesemutan dan rasa gatal pada wajah dan lidah (saraf kelima), kelemahan atau paralisis (saraf kranial keketujuh), abnormalitas fungsi motorik.

f) Tumor intrakranial bisa menimbulkan gangguan kepribadian, konfusi, gangguan bicara dan gangguan gaya berjalan terutam pada lansia. ( Brunner & Sudarth, 2003 ; 2170 )

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG1. CT Scan : Memberi informasi spesifik mengenal jumlah, ukuran, kepadatan, jejas tumor, dan meluasnya edema serebral sekunder serta memberi informasi tentang sistem vaskuler. 2. MRI : Membantu dalam mendeteksijejas yang kecil dan tumor didalam batang otak dan daerah hiposisis, dimana tulang menggangu dalam gambaran yang menggunakan CT Scan3. Biopsi stereotaktik : Dapat mendiagnosa kedudukan tumor yang dalam dan untuk memberi dasar pengobatan seta informasi prognosi.4. Angiografi : Memberi gambaran pembuluh darah serebal dan letak tumor5. Elektroensefalografi (EEG) : Mendeteksi gelombang otak abnormal pada daerah yang ditempati tumor dan dapat memungkinkan untuk mengevaluasi lobus temporal pada waktu kejang (Doenges, 2000).F. PENATALAKSAAN MEDISTumor otak yang tidak terobati menunjukkan ke arah kematian, salah satu akibat peningkatan TIK atau dari kerusakan otak yang disebabkan oleh tumor. Pasien dengan kemungkinan tumor otak harus dievaluasi dan diobati dengan segera bila memungkinkan sebelum kerusakan neurologis tidak dapat diubah. Tujuannya adalah mengangkat dan memusnahkan semua tumor atau banyak kemungkinan tanpa meningkatkan penurunan neurologik (paralisis, kebutaan) atau tercapainya gejala-gejala dengan mengangkat sebagian (dekompresi).

1. Pendekatan pembedahan (craniotomy)

Dilakukan untuk mengobati pasien meningioma, astrositoma kistik pada serebelum, kista koloid pada ventrikel ke-3, tumor kongenital seperti demoid dan beberapa granuloma. Untuk pasien dengan glioma maligna, pengangkatan tumor secara menyeluruh dan pengobatan tidak mungkin, tetapi dapat melakukan tindakan yang mencakup pengurangan TIK, mengangkat jaringan nefrotik dan mengangkat bagian besar dari tumor yang secara teori meninggalkan sedikit sel yang tertinggal atau menjadi resisten terhadap radiasi atau kemoterapi.

2. Pendekatan kemoterapy

Terapi radiasi merupakan dasar pada pengobatan beberapa tumor otak, juga menurunkan timbulnya kembali tumor yang tidak lengkap transplantasi sum-sum tulang autologi intravens digunakan pada beberapa pasien yang akan menerima kemoterapi atau terapi radiasi karena keadaan ini penting sekali untuk menolong pasien terhadap adanya keracunan sumsum tulang sebagai akibat dosis tinggi radiasi.

Kemoterapi digunakan pada jenis tumor otak tertentu saja. Hal ini bisa digunakan pada klien :

a) Segera setelah pembedahan/tumor reduction kombinasi dengan terapi radiasib) Setelah tumor recurancec) Setelah lengkap tindakan radiasi3. Pendekatan stereotaktik

Stereotaktik merupakan elektroda dan kanula dimasukkan hingga titik tertentu di dalam otak dengan tujuan melakukan pengamatan fisiologis atau untuk menghancurkan jaringan pada penyakit seperti paralisis agitans, multiple sklerosis & epilepsy. Pemeriksaan untuk mengetahui lokasi tumor dengan sinar X, CT, sedangkan untuk menghasilkan dosis tinggi pada radiasi tumor sambil meminimalkan pengaruh pada jaringan otak di sekitarnya dilakukan pemeriksaan Radiosotop (III) dengan cara ditempelkan langsung ke dalam tumor.G. KOMPLIKASI

Komplikasi setelah pembedahan dapat disebabkan efek depresif anestesi narkotik dan imobilitas. Echymosis dan edema periorbital umumnya terjadi setelah pembedahan intracranial. Komplikasi khusus / spesifik pembedahan intrakranial tergantung pada area pembedahan dan prosedur yang diberikan, misalnya :

1. Kehilangan memory2. Paralisis3. Peningkatan ICP4. Kehilangan / kerusakan verbal / berbicara5. Kehilangan / kerusakan sensasi khusus6. Mental confusionPeningkatan TIK yang disebabkan edema cerebral / perdarahan adalah komplikasi mayor pembedahan intrakranial, dengan manifestasi klinik :

1. Perubahan visual dan verbal2. Perubahan kesadaran (level of conciousnes/LOC) berhubungan dengan sakit kepala3. Perubahan pupil4. Kelemahan otot / paralysis5. Perubahan pernafasanDisamping terjadi komplikasi diatas, ada beberapa juga temuan gangguan yang terjadi yaitu :

1. Gangguan fungsi neurologis.Jika tumor otak menyebabkan fungsi otak mengalami gangguan pada serebelum maka akan menyebabkan pusing, ataksia (kehilangan keseimbangan) atau gaya berjalan yang sempoyongan dan kecenderunan jatuh ke sisi yang lesu, otot-otot tidak terkoordinasi dan ristagmus ( gerakan mata berirama tidak disengaja ) biasanya menunjukkan gerakan horizontal.2. Gangguan kognitif. Pada tumor otak akan menyebabkan fungsi otak mengalami gangguan sehingga dampaknya kemampuan berfikir, memberikan rasional, termasuk proses mengingat, menilai, orientasi, persepsi dan memerhatikan juga akan menurun.3. Gangguan tidur & mood Tumor otak bisa menyebabkan gangguan pada kelenjar pireal, sehingga hormone melatonin menurun akibatnya akan terjadi resiko sulit tidur, badan malas, depresi, dan penyakit melemahkan system lain dalam tubuh.4. Disfungsi seksuala) Pada wanita mempunyai kelenjar hipofisis yang mensekresi kuantitas prolaktin yang berlebihan dengan menimbulkan amenurrea atau galaktorea (kelebihan atau aliran spontan susu )b) Pada pria dengan prolaktinoma dapat muncul dengan impotensi dan hipogonadisme.c) Gejala pada seksualitas biasanya berdampak pada hubungan dan perubahan tingkat kepuasan.H. PENGKAJIAN KEPERAWATAN

PENGKAJIAN PRIMER1. AirwayAdanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan sekret akibat kelemahan reflek batuk. Jika ada obstruksi maka lakukan :

a) Chin lift / jaw trust

b) Suction / hisap

c) Guedel airway

d) Intubasi trakhea dengan leher ditahan (imobilisasi) pada posisi netral.2. BreathingKelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas, timbulnya pernapasan yang sulit dan / atau tak teratur, suara nafas terdengar ronchi /aspirasi, whezing, sonor, stidor/ ngorok, ekspansi dinding dada.3. Circulation

TD dapat normal atau meningkat, hipotensi terjadi pada tahap lanjut, takikardi, bunyi jantung normal pada tahap dini, disritmia, kulit dan membran mukosa pucat, dingin, dan sianosis pada tahap lanjut.4. DisabilityMenilai kesadaran dengan cepat,apakah sadar, hanya respon terhadap nyeri atau atau sama sekali tidak sadar. Tidak dianjurkan mengukur GCS. Adapun cara yang cukup jelas dan cepat adalah dengan metode AVFUAwake: A, Respon bicara :V, Respon nyeri : P, Tidak ada respon : U5. EksposureLepaskan baju dan penutup tubuh pasien agar dapat dicari semua cidera yang mungkin ada, jika ada kecurigan cedera leher atau tulang belakang, maka imobilisasi inline harus dikerjakan.

PENGKAJIAN SEKUNDER1. Identitas klien : nama, usia, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal masuk rumha sakit dan askes.2. Keluhan utama : nyeri kepala disertai penurunan kesadaran.3. Riwayat penyakit sekarang : demam, anoreksi dan malaise peninggian tekanan intrakranial serta gejala nerologik fokal.4. Riwayat penyakit dahulu : pernah, atau tidak menderita infeksi telinga (otitis media, mastoiditis) atau infeksi paru paru (bronkiektaksis, abses paru, empiema), jantung (endokarditis), organ pelvis, gigi dan kulit).5. Aktivitas / istirahatGejala : malaiseTanda : Ataksia, masalah berjalan, kelumpuhan, gerakan involunter.6. Pemeriksaan Fisik

a) SirkulasiGejala : Adanya riwayat kardiopatologi, seperti endokarditisTanda : TD : meningkat

Nadi : Menurun (berhubungan dengan peningkatan TIK dan pengaruh pada vasomotor).b) EliminasiGejala : Tidak ada, dan Tanda : adanya inkonteninsia dan atau retensi.c) NutrisiGejala : Kehilangan nafsu makan, disfagia (pada periode akut)Tanda : Anoreksia, muntah, turgor kulit jelek, membran mukosa

kering.d) Hygiene

Gejala : -) , dan Tanda : Ketergantungan terhadap semua kebutuhan, perawatan diri (pada periode akut).e) NeurosensoriGejala : Sakit kepala, parestesia, timbul kejang, gangguan penglihatan.Tanda : Penurunan status mental dan kesadaran. Kehilangan memori,

sulit dalam keputusan, afasia, mata : pupil unisokor

(peningkatan TIK), nistagmus, kejang umum lokal.f) Nyeri / kenyamananGejala : Sakit kepala mungkin akan diperburuk oleh ketegangan, leher / pungung kaku.Tanda : Tampak terus terjaga, menangis / mengeluh.g) PernapasanGejala : Adanya riwayat infeksi sinus atau paruTanda : Peningkatan kerja pernapasan (episode awal). Perubahan

mental (letargi sampai koma) dan gelisahh) KeamananGejala : adanya riwayat ISPA / infeksi lain meliputi : mastoiditis, telinga tengah, sinus abses gigi, infeksi pelvis, abdomen ataukulit, fungsi lumbal, pembedahan, fraktur pada tengkorak / cedera kepala.I. DIAGNOSA DAN INTERVENSI KEPERAWATAN 1. Gangguan perfusi jaringan serebral b.d penghentian aliran darah oleh SOL dibuktikan dengan perubahan tingkat kesadaran, kehilangan memori, perubaan respon motorik / sensori, gelisah dan perubahan tanda vital

Kriteria Hasil : Pasien akan dipertahankan tingkat kesadaran, perbaiakan kognitif, fungsi motorik/sensorik, TTV stabil, tidak ada tanda peningkatan TIK (Tekanan Intra Kranial)Intervensi :

a. Tentukan penyebab penurunan perfusi jaringan

b. Pantau status neurologis secara teratur dan bandingkan dengan nilai standar ( GCS )

c. Pantau TTV

d. Kaji perubahan penglihatan dan keadan pupil

e. Kaji adanya reflek ( menelan, batuk, babinski )

f. Pantau pemasukan dan pengeluaran cairan

g. Auskultasi suara napas, perhatikan adananya hipoventilasi, dan suara tambahan yang abnormal Kolaborasi :

h. Pantau analisa gas darah

i. Berikan obat sesuai indikasi : deuretik, steroid, antikonvulsan

j. Berikan oksigenasi

2. Resiko tinggi terhadap ketidakefektifan pola napas b.d kerusakan neurovaskuler, kerusakan kognitif.

Kriteria Hasil : pasien dapat, dipertahanakan pola nafas efektif, bebas sianosis, dengan GDA dalam batas normal

Intervensi :

a. Kaji dan catat perubahan frekuensi, irama, dan kedalaman pernapasan

b. Angkat kepala tempat tidur sesuai atuiran / posisi miringsesuai indikasi

c. Anjurkan utuk bernapas dalam, jika pasien sadar

d. Lakukan penghisapan lendir dengan hati hati jangan lebih dari 10 15 detik, catat karakter warna, kekentalan dan kekeruhan sekret

e. Pantau pengguanaan obat obatan depresan seperti sedatif

Kolaborasi:

f. Berikan O2 sesuai indikasi

g. Lakaukan fisioterapi dada jika ada indikasi

3. Nyeri (akut/kronis) b.d agen pencedera fisik, kompresi saraf oleh SOL, peningkatan TIK, ditandai dengan : menyetakan nyeri oleh karena perubahan posisi, nyeri, pucat sekitar wajah, perilaku berhati hati, gelisah condong keposisi sakit, penurunan terhadap toleransi aktivitas, penyempitan fokus pad dirisendiri, wajah menahan nyeri, perubahna pola tidur, menarik diri secara fisik

Kriteria Hasil : pasien melaporkan nyeri berkurang, menunjukan perilaku untuk mengurangi kekambuhan atau nyeri .

Intervensi :

a. Kaji keluhan nyeri, tingkat, skala, durasi, dan frekuensi nyeri yang dirasakan klienb. Observasi keadaan nyeri nonverbal (Misal : ekspresi wajah, gelisah, menangis, menarik diri, diaforesis, perubaan frekuensi jantung, pernapasan dan tekanan darah.

c. Anjurkan untuk istirahat dan ciptakan lingkungan yang tenang

d. Berikan kompres panas lembab pada kepala, leher, lengan sesuai kebutuhan

e. Lakukan pemijatan pada daerah kepala / leher / lengan jika pasien dapat toleransi terhadap sentuhan

f. Sarankana pasien untuk menggunakan persyaratan positif saya sembuh atau saya suka hidup ini

Kolaborasi :

g. Berikan analgetik / narkotik sesuai indikasi

h. Berikan antiemetiksesuai indikasi

4. Perubahan persepsi sensori b.d perubahan resepsi sensoris, transmisi dan atau integrasi (trauma atau defisit neurologis), ditandai denagg disorientasi, perubaan respon terhadap rangsang, inkoordinasi motorik, perubahan pola komunikasi, distorsi auditorius dan visual, penghidu, konsentrasi buruk, perubahan proses pikir, respon emosiaonal berlebihan, perubahan pola perilaku

Kriteria Hasil : pasien dapat dipertahanakan tingkat kesadaran dan fuingsi persepsinya, mengakui perubahan dalam kemampuan dan adanya keterlibatan residu, mendemonstrasikan perubahan gaya hidup.

Intervensi :

a. Kaji secar teratur perubahan orientasi, kemampuan bicara, afektif, sensoris dan proses pikir

b. Kaji kesadaran sensoris seperti respon sentuan , panas / dingin, benda tajam atau tumpul, keadaran terhadap gerakan dan letak tubuh, perhatkian adanya masalah penglihatan

c. Observasi repon perilaku

d. Hilangkan suara bising / stimulus ang berlebihan

e. Berikan stimulus yang berlebihan seperti verbal, penghidu, taktil, pendengaran, hindari isolasi secara fisik dan psikologis

Kolaborasi :

f. pemberian obat supositoria gna mempermudah proses BAB

g. konsultasi dengan ahli fisioterapi / okupasi

5. Ketidakseimbangan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d peningkatan TIK, konsekuensi kemoterapi, radiasi, pembedahan, (anoreksia, iritasi, penyimpangan rasa mual) dibuktikan oleh : keluhan masukan makanan tidak adekuat, kehilangan sensasi pengecapan, anoreksia, ketidakmampuan untuk mencerna makanan, BBI < 10 %, penurunan penumpukan lemak/masa otot, sariawan, rongga mulut terinflamasi, diare,konstipasi, kram abdomen.

Krieteria Hasil : Pasien dapat mendemonstrasikan berat badan stabil, mengungkapkan pemasukan adekuat, berpartisipasi dalam intervensi spesifik untuk merangsang nafsu makan

Intervensi :

a. Pantau masukan makanan setiap hari

b. Ukur BB setiap hari sesuai indikasi

c. Dorong pasien untuk makandiit tinggi kalori kaya nutrien sesui program

d. Kontrol faktor lingkungan ( bau, bising ) hindari makanan terlalu manis, berlemak dan pedas. Ciptakan suasana makan yang menyenangkan

e. Identifikasi pasien yang mengalami mual / muntahKolaborasi :

f. Pemberian anti emetik dengan jadwal reguiler

g. Vitamin A, D, E dan B6

h. Rujuk kepada ahli diit

i. Pasang / pertahankan slang NGT untuk pemberian makanan enteralDAFTAR PUSTAKA

Batticaca, F. (2008).Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika.Brunner & Suddarth (2003). Keperawatan Medical-Bedah Vol 2. Penerbit : Buku Kedokteran EGC. Jakarta.Doenges M.E, Moorhouse M.F & Geissler A.C (2009). Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan Dan Pendokumentasin Perawatan Pasien. Edisi 3. Penerbit : Buku Kedokteran EGC. Jakarta.McPhee, S. J., & Ganong, W. F. (2012). Patofisiologi penyakit pengantar menuju kedokteran klinis. Jakarta: EGC.Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol 2. Alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica Ester, Yasmin asih, Penerbit : Buku Kedokteran EGC. Jakarta.Price, S. A., & Wilson, L. M. (2012), Patofisiologi Konsep Klinis Proses _ Proses Penyakit, Penerbit : Buku Kedokteran EGC. Jakarta.Wilkinson, J.M. & Ahern R.N (2012). Buku Saku Diagnosa Keperawtan (Diagnosis NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC). Edisi Ke-9 Penerbit : Buku Kedokteran EGC. Jakarta.Idiopatik

( Suddart & Brunner. 2003)

Gang. Rasa nyaman (Nyeri)

Menisefalon tekanan

Hidrosefalus

Obstruksi vena di otak

Penyerapan cairan otak

Resti. Cidera

Mual, muntah, papileodema, pandangan kabur, penurunan fungsi pendengaran, nyeri kepala

Cemas

Gang. komunikasi verbal

Bicara terganggu, afasia

Ancaman kematia

Bradikardi progresif, hipertensi sitemik, gang.pernafasan

Perubahan proses pikir

Peningkatan TIK

Disorientasi

Defisit neurologis

Kerusakan Jar. Neuron ( Nyeri )

Gang. Suplai darah

Hipoksia jaringan

Invasi jaringan otak

Nekrosis jar. otak

Penekanan jaringan otak

Tumor otak

Bertambahnya massa

Aspirasi sekresi

Obstruksi jalan nafas

Dispnea

Henti nafas

Perubahan pola nafas

Gang. Perfusi Jaringan

Gang. Fungsi otak

Oedema

Gang. Neurologis fokal

Kejang

Hernialis ulkus

Gang. kesadaran

Gang. Pertukaran gas