LAPORAN KASUS

31
BAB I PENDAHULUAN Skizofrenia merupakan suatu deskirpsi sindrom dengan variasi penyebab (banyak belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tidak selalu bersifat kronis “deteriorating”) yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada perimbangan pengaruh genetik, fisik, dan sosial budaya Gejala skizofrenia biasanya muncul pada usia remaja akhir atau dewasa muda. Awitan laki-laki biasanya 15-25 tahun pada perempuan 25-35 tahun. Prognosis biasanya lebih buruk pada laki-laki bila dibandingkan dengan perempuan. Awitan setelah umur 40 tahun jarang terjadi Penyebab skizofrenia sampai sekarang belum diketahui secara pasti. Namun, berbagai teori telah berkembang seperti model diastasis-stes dan hipotesis dopamine. Model diastasis stress merupakan satu model yang mengintegrasikan faktor biologis, psikososial, dan lingkungan. Pada umumnya ditandai oleh penyimpangan yang fundamental dan karakteristik dari pikiran dan persepsi, serta afek yang tidak wajar (inappropriate) atau tumpul (blunted). Kesadaran composmentis dan kemampuan intelektual biasanya tetap terpelihara,

Transcript of LAPORAN KASUS

Page 1: LAPORAN KASUS

BAB I

PENDAHULUAN

Skizofrenia merupakan suatu deskirpsi sindrom dengan variasi penyebab

(banyak belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tidak selalu bersifat kronis

“deteriorating”) yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada

perimbangan pengaruh genetik, fisik, dan sosial budaya

Gejala skizofrenia biasanya muncul pada usia remaja akhir atau dewasa

muda. Awitan laki-laki biasanya 15-25 tahun pada perempuan 25-35 tahun.

Prognosis biasanya lebih buruk pada laki-laki bila dibandingkan dengan

perempuan. Awitan setelah umur 40 tahun jarang terjadi

Penyebab skizofrenia sampai sekarang belum diketahui secara pasti.

Namun, berbagai teori telah berkembang seperti model diastasis-stes dan hipotesis

dopamine. Model diastasis stress merupakan satu model yang mengintegrasikan

faktor biologis, psikososial, dan lingkungan.

Pada umumnya ditandai oleh penyimpangan yang fundamental dan

karakteristik dari pikiran dan persepsi, serta afek yang tidak wajar (inappropriate)

atau tumpul (blunted). Kesadaran composmentis dan kemampuan intelektual

biasanya tetap terpelihara, walaupun kemunduran kognitif tertentu dapat terjadi

dikemudian hari

Gangguan skizofrenia berdasarkan PPDGJ III yaitu skizofrenia paranoid,

skizofrenia hebefrenik, skizofrenia katatonik, skizofrenia tak terinci, depresi pasca

skizofrenia, skizofrenia residual, skizofrenia simpleks, skizofrenia lainnya,

skizofrenia ytt. Beberapa kriteria diagnostic untuk subtype skizofrenia menurut

DSM-IV yaitu tipe paranoid, tipe terdisorganisasi, tipe katatonik, tipe tak

tergolongkan, dan tipe residual

Page 2: LAPORAN KASUS

BAB II

LAPORAN KASUS

Identitas Pasien :

Nama : Idris

Tempat Tanggal Lahir :

Umur : 43 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Pekerjaan : Tani

Status Perkawinan : Belum Menikah

Pendidikan Terakhir : SD

Alamat : Jln Jambi Suak Kandis KM 62 Kumpe, Jambi

Telp :

Identitas dari Alloanamnesis :

Nama : Adam

Umur : 40 tahun

Pekerjaan : Taani

Pendidikan Terakhir : SD

Alamat : Jln Jambi Suak Kandis KM 62 Kumpe, Jambi

Telp :

Hubungan dengan pasien : Adik Kandung

I. ANAMNESIS

Sebab Utama

Keluhan Utama : Os sering mengamuk, melamun, dan berbicara sendiri

Page 3: LAPORAN KASUS

Riwayat Penyakit Sekarang

Keluhan Os ini muncul sejak 2 bulan yang lalu. Adapun faktor yang

menyebabkan munculnya keluhan Os ini adalah saat Os pulang dari kerja

motong karet.

Gejala Os saat pulang dari tempat kerjanya adalah emosinya meningkat dan

jika ada orang yang mengganggunya dia langsung marah dan mengamuk. Os

merasa sudah hidup 1000 tahun. Os mengaku mempunyai kekuatan melebihi

kekuatan supermen. Pengakuannya tidak bias disangkal. Os merasa dirinya

hidup mati, sudah mati kemudian hidup lagi, pada saat dia mati dia merasa

ada orang yang mengambil kekuatannya itu.

Os sering mendengar bisikan suara “Senjata Aku Jangan di Senggol” Gejala

yang muncul menyebabkan Os sulit tidur, sering marah dan mengamuk.

Os pernah berobat ke RSJD Jambi 1 tahun yang lalu, dengan keluhan sulit

tidur, sering melamun dan emosional yang tinggi . Os diberikan terapi

pengobatan. Namun, sejak 3 bulan ini Os tidak lagi minum obat (putus obat)

dikarenakan Os tidak mau minum obat lagi dan keluarganya juga

membiarkan Os tidak minum obat.

Riwayat Penyakit Dahulu

1. Gangguan mental emosi : Skizofrenia Paranoid

Pengobatan yang diberikan : Risperidon, THP, CPZ

Nama rumah sakit : RSJD Jambi

Lama sakit : ± 1 tahun

Efek samping pengobatan : Os merasa tenang, tidak sulit tidur lagi

2. Gangguan psikosomatik (-), kejang (-), trauma kepala (-), penyakit fisik

berat (-), penggunaan alkohol dan zat lain (-), penyakit menular seksual (-),

gangguan neurologis (-)

Riwayat Keluarga

Budaya dan norma agama yang dianut : Melayu, agama Islam

Page 4: LAPORAN KASUS

Os anak ke 5 dari 7 bersaudara,

Gambaran kepribadian orang tua dan saudara os : sulit dinilai

Riwayat gangguan jiwa dikeluarga os ; adik os yang paling bungsu juga

mengalami gangguan jiwa

Dampak yang dialami oleh Os : sejak 2 bulan ini Os tidak lagi bekerja.

Riwayat Pribadi

1. Masa Kanak Awal (hingga usia 3 tahun)

Riwayat prenatal : Ibu Os hamil cukup bulan dan persalinan dibantu oleh

dukun beranak, dan Ibu Os tidak ada masalah kesehatan fisik dan psikis

ketika mengandung Os, Os lahir normal, tidak ada masalah tumbuh

kembang Os, Os anak yang diinginkan oleh orang tuanya.

Kebiasaan makan : Os mendapatkan ASI dari ibunya

Perkembangan awal : perkembangan bahasa, perkembangan motoric,

kecemasan terhadap orang asing, cemas berpisah : sulit dinilai

Toilet training : usia mulai dilakukan, sikap orang tua, perasaan tentang

hal ini, pengendalian urinasi dan defekasi : sulit dinilai

Gejala gangguan perilaku : mengisap jempol (+), membenturkan kepala

(-), ketakutan (-), mengompol atau defekasi di tempat tidur (-),

menggigiti kuku (-), masturbasi (-)

Temperamen : pemalu (-), gelisah (-), aktif (+), menarik diri (-), rajin

(+), senang bermain di luar (+)

2. Masa Kanak Pertengahan (usia 3 sampai 11 tahun)

Os merasa senang pertama kali masuk sekolah, Os mudah bergaul dengan

temannya

Page 5: LAPORAN KASUS

3. Masa Kanak Akhir (prapubertas sampai remaja)

Hubungan dengan teman sebaya : Os memiliki banyak teman

Riwayat Sekolah : hubungan dengan guru baik

Perkembangan kognisi dan motorik : Os baru bisa membaca saat kelas 2

SD, Os Suka bermain bola

Masalah emosional atau fisik pada remaja : mimpi buruk (+), fobia (-),

mengompol (-), melarikan diri (-), merokok (+), penggunaan obat

terlarang dan alkohol (-), masalah berat badan (-)

Riwayat psikoseksual : Os mendapat pengetahuan seksual dari buku, Os

tidak tertarik sesama jenis, Os tidak pernah pacaran

Latar belakang agama : tidak ada masalah

4. Masa Dewasa

Riwayat pekerjaan : Os bekerja sebagai buruh tani, dengan memotong

kebun karet milik orang lain. Os tidak pernah ada masalah dengan

pekerjaannya

Aktivitas social: Os suka bergaul dengan orang lain

Seksualitas dewasa : Os tidak pernah pacaran dan belum menikah

Riwayat kemiliteran : tidak ada riwayat militer

Sistem nilai : Os senang dengan pekerjaannya dan dia rajin bekerja, Os

percaya dengan adanya surga dan neraka, dimana surga tempat bagi

orang yang baik sedangkan neraka tempat bagi orang yang jahat

II STATUS MENTAL

A. Penampilan

1. Identifikasi pribadi

Sikap Os terhadap pemeriksa : kooperatif, penuh perhatian, namun

sulit dipercaya

2. Perilaku dan aktivitas psikomotor : cara berjalan os normal, gerak

tubuh normal, tic (-), stereotipi (-), gerakan mencabut (-), kaku (-),

hiperaktif (-), lambat (-), ekopraksia (-)

3. Gambaran umum : postur tubuh baik, rapi

Page 6: LAPORAN KASUS

B. Gaya bicara

Cepat (+), lantang (+), emosional (+), tertekan (-), tertahan (-), monoton

(-), berbisik (-), pelo (-), menggumam (-), gagap (-), ekolalia (-)

C. Mood dan Afek

Afek : appropriate (+), inappropriate (-), restriksi (-), tumpul (-), datar (-),

dangkal (-)

Mood : disforik (-), eutimik (+), exspansive (-), irritable (-), labil (-),

elevated (-), euphoria (-), ectasy (-), depresi (-), anhedonia (-),

dukacita/berkabung (-), aleksitimia (-)

Emosi lainnya : anxiety (-), free floating anxiety (-), agitasi (-), tension (-),

panic (-), apatis (-), ambivalensi (-), agresi (-), takut (-), putus asa (-),

marah (-), merasa kosong (-), merasa berdosa (-), malas (-), merasa sia-sia

(-), merasa rendah diri (-), simpati (-), abreaksional (-)

D. Pikiran dan persepsi

1. Bentuk pikiran

a. Produktivitas : flight of ideas (-), pikiran cepat (-), pikiran lambat

(-)

Kontinuitas pikiran : relevansi menjawab pertanyaan (-), asosiasi

yang longgar (-), hubungan sebab akibat (-), logis (-), tangentiality

(+), circumstantiality (-), menyimpang dari pokok pembicaraan (-),

selalu memberikan alasan (-), perseversi (-), blocking (-)

b. Hendaya bahasa : koheren (+), word salad (+), clang association

(-), neologisme (-)

2. Isi pikir

Pikiran yang dikontrol dari dunia luar (-), thought broadcast (-),

thought insertion (-), thought withdrawl (-), ideas of reference (-),

ideas of influence (-), pembentukan konsep (-), autism (-), ide untuk

bunuh diri (-)

3. Gangguan berpikir

Waham kejar

4. Gangguan persepsi

Page 7: LAPORAN KASUS

Halusinasi auditorik (+), halusinasi visual (-)

5. Fantasi dan mimpi : tidak ada

E. Sensorium

a. Alertness : composmentis (+), somnolen (-), stupor (-), berkabut (-),

delirium (-), koma (-)

b. Orientasi : gangguan orientasi waktu (-), gangguan orientasi tempat (-),

gangguan orientasi personal (-)

c. Konsentrasi dan kalkulasi : baik

d. Memori : gangguan memori jauh (+), gangguan memori agak lama (-),

gangguan memori baru saja (-), gangguan memori segera (-)

e. Pengetahuan umum : terganggu

f. Pikiran abstrak : terganggu

g. Tilikan

Kesadaran bahwa dirinya menyangkal sepenuhnya bahwa dia sakit

h. Daya nilai

RTA Os terganggu dimana saat serangan kambuh Os mengamuk dan

membawa alat tajam ingin membunuh orang

III PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT

1. Pemeriksaaan Fisik

Kesadaran :

TD :

Nadi :

Suhu :

RR :

2. Pemeriksaan Neurologis

3. Pemeriksaan Psikometrik

4. Pemeriksaan laboratorium

5. Pemeriksaan Penunjang Lainnya

Page 8: LAPORAN KASUS

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Definisi

Skizorenia adalah gangguan yang paling lazim dan paling penting

dalam kelompok gangguan F2x. Gangguan skizotipal memiliki banyak ciri

khas dari gangguan skizofrenik dan mungkin berkaitan secara genetik dengan

skizofrenia, namun demikian, halusinasi, waham, dan gangguan perilaku

ynag besar dari skizofrenia sendiri tidak terdapat dalam gangguan skizotipal

dan karenanya gangguan ini tidak selalu menjadi perhatian medis.

Kebanyakan gangguan waham mungkin berberkaitan dengan

skizofrenia, walaupun keduanya mungkin sukar dibedakan secara klinis,

terutama pada stadium awalnya. Keduanya merupakan suatu kumpulan

gangguan yang heterogen dan sukar sekali dimengerti, yang untuk mudahnya

saja dibagi berdasarkan lamanya perjalanan penyakit yang karakteristik

menjadi sekelompok gangguan waham yang menetap, dan sekelompok

lainnya yang lebih besar yaitu gangguan waham yang menetap, dan

sekelompok lainnya yang lebih besar yaitu gangguan psikotik akut dan

sementar (transient). Terutama kelompok yang terakhir, tampaknya lazim

dijumpai di Negara-negara berkembang. Subdivisi yang diberikan disini

harus dianggap sebagai bersifat sementara. Gangguan skizoafektif tetap

dipertahankan dalam seksi ini walaupun ada sifat-sifatnya yang kontroversial.

Gangguan skizofrenik umumnya ditandai oleh distorsi pikiran dan

persepsi yang mendasar yang khas, dan oleh ofek yang tidak wajar

(inappropriate) atau tumpul (blunted). Kesadaran yang jernih dan

kemampuan intelektual biasanya tetap dipertahankan, walaupun deficit

kognitif tertentu dapat berkembang kemudian. Gangguan ini melibatkan

fungsi yang paling mendasar yang memberikan kepada orang normal atau

Page 9: LAPORAN KASUS

perasaan kepribadian (individuality), keunikan, dan pengarahan diri (self

direction).

Pikiran, perasaan dan perbuatan yang paling intim atau mendalam

sering terasa diketahui oleh atau terbagi rasa dengan orang lain, dan waham-

waham dapat timbul, yang menjelaskan bahwa kekuatan alami dan

supernatural sedang bekerja mempengaruhi pikiran dan perbuatan penderita

dengan cara-cara yang sering tidak masuk akal atau bizarre. Individu

mungkin menganggap dirinya sebagai pusat segala-galanya yang terjadi.

Halusinasi, terutama auditorik, lazim dijumpai dan mungkin memberi

komentar tentang perilaku dan pikiran individu itu. Persepsi sering terganggu

secara lain : warna-warna atau suara-suara berubah menjadi amat intensif

atau berubah dalam kualitasnya, dan gambaran yang tidak relevan mengenai

benda atau hal yang biasa (sehari-hari) dapat tampak menjadi lebih penting

daripada objek atau situasi keseluruhannya. Kebingungan (perplexity) juga

lazim dijumpai pada awal penyakit dan sering mengakibatkan keyakinan

bahwa situasi sehari-hari itu benar memiliki suatu makna khusus, biasanya

bernada seram atau mengancam, yang ditujukan secara khas pada individu

tersebut.

Pada gangguan berfikir skizofrenia yang karakteristik, ciri-ciri

yang hanya bersifat perifer dan tidak relevan dari suatu konsep berfikir yang

menyeluruh, yang selalu dihambat dalam aktivitas mental yang normal

ditampilkan ke muka dan menggantikan gambaran yang relevan dan sesuai

untuk situasi yang nyata itu, dengan demikian maka pikiran menjadi samar-

samar, berbentuk “ bulat panjang” dan “lonjong” (elliptical) dan samar-samar

(obscure), dan ekspresinya dalam pembicaraan kadang-kadang tidak dapat

dipahami. Sering arus pikiran menjadi terputus-putus (breaks) dan

mengalami interpolasi (sisipan-sisipan), dan pikiran tersebut mungkin terasa

“tersedot” atau tertarik oleh sesuatu dari luar. Suasana perasaan tampak

dangkal, cepat berubah-ubah (capricious) atau tidak serasi (incongruous).

Ambivalensi dan gangguan kemauan (volition) dapat tampak sebagai inersia,

negativism, atau stupor. Mungkin terdapat katatonia.

Page 10: LAPORAN KASUS

Menurut DSM-IV, adapun klasifikasi untuk skizofrenia ada 5

yakni subtipe paranoid, terdisorganisasi (hebefrenik), katatonik, tidak

tergolongkan dan residual. Untuk istilah skizofrenia simpleks dalam DSM-IV

adalah gangguan deteriorative sederhana. Sedangkan menurut Pedoman

Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) di Indonesia yang ke-

III skizofrenia dibagi ke dalam 6 subtipe yaitu katatonik, paranoid,

hebefrenik, tak terinci (undifferentiated), simpleks, residual dan depresi pasca

skizofrenia.

3.2 Epidemiologi

Prevalensinya antara laki-laki dan perempuan sama, namun

menunjukkan perbedaan dalam onset dan perjalanan penyakit. Laki-laki

mempunyai onset yang lebih awal daripada perempuan. Usia puncak onset

untuk laki-laki adalah 15 sampai 25 tahun, sedangkan perempuan 25 sampai

35 tahun. Beberapa penelitian telah menyatakan bahwa laki-laki adalah lebih

mungkin daripada wanita untuk terganggua oleh gejala negative dn wanita

lebih mungkin memiliki fungsi sosial yang lebih baik daripada laki-laki. Pada

umumnya, hasil akhir untuk pasien skizofrenia wanita adalah lebih baik

daripada hasil akhir untuk skizofrenia laki-laki.

Skizofrenia tidak terdistribusi rata secara geografis di seluruh

dunia. Secara historis, prvalensi skizofrenia di Timur Laut dan Barat Amerika

Serikat adalah tinggi dari daerah lainnya.

Penelitian insiden pada gangguan yang relative jarang terjadi,

seperti skizofrenia, sulit dilakukan. Survei telah dilakukan diberbagai Negara,

namun dan hampir semua hasil menunjukkan tingkat insiden per tahun

skizofrenia pada orang dewasa dalam rentang yang sempit berkisar antara 0,1

dan 0,4 per 1000 penduduk. Ini merupakan temuan utama dari penelitian di

10 negara yang dilakukan oleh WHO. Untuk prevalensi atau insiden

skizofrenia di Indonesia belum ditentukan sampai sekarang, begitu juga

untuk setiap subtipe skizofrenia.

3.3 Etiologi

Page 11: LAPORAN KASUS

Penyebab skizofrenia sampai sekarang belum diketahui secara

pasti. Namun berbagai teori telah berkembang sperti model diastasis-stres

dan hipotesis dopamine. Model diastasis stress merupakan satu model yang

mengintegrasi faktor biologis, psikososial dan lingkungan. Model ini

mendalilkan bahwa seseorang yang mungkin memiliki suatu kerentanan

spesifik (diastasis) yang jika dikenai oleh suatu pengaruh lingkungan yang

menimbulkan stress, memungkinkan perkembangan gejala skizofrenia.

Komponen lingkungan dapat biologis (seperti infeksi) atau psikologis (seperti

situasi keluarga yang penuh ketegangan).

Hipotesis dopamin menyatakan bahwa skizofrenia disebabkan oleh

terlalu banyaknya aktivitas dopaminergic. Teori tersebut muncul dari dua

pengamatan. Pertama, kecuali untuk clozapin, khasiat dan potensi

antipsikotik berhubungan dengan kemampuannya untuk bertindak sebagi

antagonis reseptor dopaminergik tipe 2. Kedua, obat-obatan yang

meningkatkan aktivitas dopaminergik (seperti amfetamin) merupakan salah

satu psikomimetik. Namun belum jelas apakah hiperaktivitas dopamin ini

karena terlalu banyaknya pelepasan dopamin atau terlalu banyaknya reseptor

dopamin atau kombinasi kedua mekanisme tersebut. Namun ada dua masalah

mengenai hipotesa ini, dimana hiperaktivitas dopamin adalah tidak khas

untuk skizofrenia karena antagonis dopamin efektif dalam mengobati hampir

semua pasien psikotik dan pasien teragitasi berat. Kedua beberapa data

elektrofisiologi menyatakan bahwa neuron dopaminergik mungkin

meningkatkan kecepatan pembakarannnya sebagai respon dari pemaparan

jangka panjang dengan obat antipsikotik. Data tersebut menyatakan bahwa

abnormalitas awal pada pasien skizofrenia mungkin melibatkan keadaan

hipodopaminergik.

Skizofrenia berdasarkan teori dopamin terdiri dari empat jalur dopamin

yaitu :

1. Mesolimbik dopamin pathways: merupakan hipotesis terjadinya gejala

positif pada penderita skizofrenia. Mesolimbik dopamin pathways

memproyeksikan badan sel dopaminergik ke bagian ventral tegmentum

Page 12: LAPORAN KASUS

area (VTA) di batang otak kemuadian ke nukleus akumbens di daerah

limbik. Jalur ini berperan penting pada emosional, perilaku khususnya

halusinasi pendengaran, waham dan gangguan pikiran. Antipsikotik

bekerja melalui blockade reseptor dopamin khususnya reseptor dopamin

D2. Hipotesis hiperaktif mesolimbik dopamin pathways menyebabkan

gejala positif meningkat.

2. Mesokortikal dopamin pathways : jalur ini dimulai dari daerah VTA ke

daerah serebral korteks khususnya korteks limbik. Peranan mesokortikal

dopamin pathways adalah sebagai mediasi dari gejala negativ dan

kognitif pada penderita skizofrenia. Gejala negativ dan kognitif

disebabkan terjadinya penurunan dopamin di jalur mesokortikal terutama

pada daerah dorsolateral prefrontal korteks. Penurunan dopamin di

mesokotikal dopamin pathwyas dapat terjadi inhibisi dopamin yang

berlebihan pada jalur ini atau melalui blockade antipsikotik terhadap

reseptor D2. Peningkatan dopamin pada mesokortikal dapat memperbaiki

gejala negativ atau mungkin gejala kognitif.

3. Nogostriatal dopamin pathways : berjalan dari daerah subtansia nigra

pada batang otak ke daerah bangsal ganglia atau striatum. Jalur ini

merupakan bagian dari sistem saraf ekstrapiramidal. Penurunan dopamin

di nigostriatal dopamin pathways dapat menyebabkan gangguan

pergerakan seperti yang ditemukan pada penyakit parkinson yaitu

rigiditas, bradikinesia dan tremor. Namun hiperaktif atau peningkatan

dopamin di jalur ini yang mendasari terjadinya gangguan pergerakan

hiperkinetik seperti korea, diskinesia atau tik

4. Tuberoinfundibular dopamin pathways : jalur ini dimulai dari daerah

hipotalamus ke hipofisis anterior. Dalam keadaan normal

tuberoinfundibular dopamin pathways mempengaruhi oleh inhibisi dan

pelepasan aktif prolaktin, dimana dopamin berfungsi melepaskan

inhibitor pelepasan prolaktin. Sehingga jika ada gangguan dari jalur ini

akibat lesi atau penggunaan obat antipsikotik, maka akan terjadi

Page 13: LAPORAN KASUS

peningkatan prolaktin yang dilepas sehingga menimbulkan galaktorea,

amenorea atau disfungsi seksual

Selain dopamin, neurotransmitter lainnya juga tidak ketinggalan

diteliti mengenai hubungannya dengan skizofrenia. Serotonin contohnya,

karena obat antipsikotik atipikal mempunyai aktivitas dengan serotonin.

Selain itu, beberapa peneliti melaporkan pemberin antipsikotik jangka

panjang menurunkan aktivitas noradrenergik.

3.4 Gejala dan diagnosis

Secara klasik skizofrenia paranoid ditandai terutama oleh adanya

waham persekutorik (waham kejar) atau waham kebesaran. Pasien

skizofrenia paranoid biasanya berumur lebih tua daripada skizofrenia

terdisorganisasi atau katatonik jika mereka mengalami episode pertama

penyakitnya. Kekuatan ego pasien paranoid cenderung lebih besar dari pasien

katatonik dan terdisorganisasi. Pasien skizofrenia paranoid menunjukkan

regresi yang lambat dari kemampuan mentalnya, respon emosional dan

perilakunya tipe lain pasien skizofrenia.

Pasien skizofrenia paranoid tipikal adalah tegang, pencuriga,

berhati-hati dan tidak ramah. Mereka juga dapat bersikap bermusuhan atau

agresif. Pasien skizofrenia paranoid kadang-kadang dapat menempatkan diri

mereka sendiri secara adekuat di dalam situasi sosial. Kecerdasan mereka

tidak terpengaruhi oleh kecenderungan psikosis mereka dan tetap intak.

Waham yang kacau dan halusinasi yang mencolok adalah gejala

psikotik yang karakteristik untuk skizofrenia

Terlebih dahulu akan dibahas mengenai penegakkan diagnosis

skizofrenia. Adapun menurut DSM-IV sebagai berikut :

A. Gejala karakteristik : dua (atau lebih) gejala berikut, masing-masing

ditemukan untuk bagian waktu yang bermakna selama periode 1 bulan

(atau kurang jika diobati dengan berhasil)

Page 14: LAPORAN KASUS

1. Waham

2. Halusinasi

3. Bicara terdisorganisasi (misalnya seing meyimpang atau inkoheensi)

4. Perilaku terdisorganisasi atau katatonik yang jelas

5. Gejala negatif yaitu pendataran afektif, alogia, atau tidak ada

kemauan (avolition)

Catatan : hanya satu gejala kreteria A yang diperlukan jika waham adalah

kacau atau halusinasi terdiri dari suara yang terus-menerus mengomentari

perilaku atau pikiran pasien atau dua lebih suara yang saling bercakap-

cakap satu sama lainnya.

B. Disfungsi sosial/pekerjaan : untuk bagian waktu yang bermakna sejak

onset gangguan, satu atau lebih fungsi utama seperti pakerjaan, hubungan

interpersonal, atau perawatan diri, adalah jelas dibawah tingkat yang

dicapai sebelum onset (atau jika onset pada masa anak-anak atau remaja,

kegagalan untuk mencapai tingkat pencapaian interpersonal, akademik,

atau pekerjaan yang diharapkan).

C. Durasi : tanda gangguan terus-menerus menetap sekurangnya 6 bulan.

Pada 6 bulan tersebut, harus termasuk 1 bulan fase aktif (yang

memperlihatkan gejala kriteria A) dan mungkin termasuk gejala

prodormal atau residual.

D. Penyingkiran gangguan skizoafektif atau gangguan mood : gangguan

skizoafektif atau gangguan mood dengan ciri psikotik telah disingkirkan

karena : (1) tidak ada episode depresif berat, manik atau campuran yang

telah terjadi bersama-sama gejala fase aktif atau (2) jika episode mood

telah terjadi selama gejala fase aktif, durasi totalnya relatif singkat

dibandingkan durasi periode aktif dan residual.

E. Penyingkiran zat/kondisi medis umum

F. Hubungan dengan gangguan perkembangan pervasif

Sedangkan menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnostik Gangguan

Jiwa (PPDGJ) di Indonesia yang ke-III sebagai berikut :

Page 15: LAPORAN KASUS

Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya

dua gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang jelas) :

a. -“thought eco” = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau

bergema dalam kepalanya (tidak keras) da nisi pikiran ulangan

walaupun isinya sama tapi kualitasnya berbeda

-“thought insertion or withdrawal” = isi pikiran yang asing dari luar

masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil

keluar oleh sesuatu dari luar dirinya (withdrawal); dan

-“thought broadcasting” = isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang

lain atau umum mengetahuinya;

b. -“delusion of control” = waham tentang dirinya dikendalikan oleh

suatu kekuatan tertentu dari luar, atau

-“delusion of influence” = waham tentang dirinya dipengaruhi oleh

suatu kekuatan tertentu dari luar

-“delusion of passivity” = waham tentang dirinya tidak berdaya dan

pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar; (tentang”dirinya” secara jelas

merujuk ke pergerakan tubuh/anggota gerak atau pikiran, tindakan atau

pengindraan khusus);

-“delusion perception” = pengalaman indrawi yang tidak wajar, yang

bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau

mukjizat;

c. Halusinasi auditorik :

- suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap

perilaku pasien, atau

- mendiskusikan perihal pasien diantara mereka sendiri (diantara

berbagai suara yang berbicara) atau

- jenis suara halusinasi lain yang berasal dari slah satu bagian tubuh

pasien

d. Waham-waham menetap lainnya yang menurut budaya setempat

dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal

Page 16: LAPORAN KASUS

keyakinan atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan diatas

manusia biasa

Skizofrenia paranoid

Pedoman diagnostik

Kriteria umum diagnosis skizofrenia (lihat pendahuluan

untuk F20 diatas) harus dipenuhi. Sebagai tambahan terdapat :

Halusinasi dan/waham harus menonjol

Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi

perintah atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi

pluit (whistling), mendenung (humming), atau bunyi tawa

(laughing)

Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual

atau lain-lain perasaan tubuh, halusinasi visual mungkin ada tetapi

jarang menonjol.

Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham

dikendalikan (delusion of control), dipengaruhi (delusion of

influence atau passivity (delusion of passivity) dan keyakinan

dikejar-kejar yang beraneka ragam, adalh yang paling khas

Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala

katatonik secar relative tidak nyata/tidak menonjol

Sedangkan kriteria DSM-IV Skizofrenia tipe Paranoid adalah :

Tipe skizofrenia yang memenuhi kriteria berikut :

A. Preokupasi terhadap suatu atau lebih waham atau halusinasi

auditorik yang sering

B. Tidak ada hal berikut yang prominen: bicara kacau, perilaku

kacau atau katatonik, atau afek datar atau tidak sesuai.

3.5 Diagnosis Banding

1. Gangguan psikotik sekunder dan akibat obat

Page 17: LAPORAN KASUS

Gejala psikosis dan katatonia dapat disebabkan oleh berbagai macam zat.

Saat memeriksa seseorang pasien psikotik, klinisi harus mengikuti tiga

pedoman umum tentang pemeriksan keadaan nonpsikiatri. (1) klinisi

harus cukup agresif dalam mengejar kondisi medis nonpsikiatri jika

pasien menunjukkan adanya gejala yang tidak lazim atau jarang atau

adanya variasi dalam tingkat kesadaran. (2) klinisi harus berusaha untuk

mendapatkan riwayat keluarga yang lengkap, termasuk riwayat gangguan

medis, neurologis, dan psikiatri. (3) klinisi harus mempertimbangkan

kemungkinan suatu kondisi medis nonpsikiatri, bahkan pada pasien

dengan diagnosis skizofrenia sebelumnya. Seorang pasien skizofrenia

mempunyai kemungkinan yang sama untuk menderita tumor otak yang

menyebabkan gejala psikotik dibandingkan dengan seorang pasien

nonskizofrenik. Anamnesis lengkap dan pemeriksaan penunjang

diperlukan untuk menyingkirkan diagnosis banding

2. Gangguan psikotik lain

Gangguan psikotik yang mirip dengan skizofrenia adalah skizofrenoform,

gangguan psikotik singkat dan gangguan skizoafektif. Perbedaan

skizofrenia dengan skizofreniform dilihat dari durasi gejalanya. Pada

skizofrenifom gejalanya sekurangnya 1 bulan tetapi kurang dari 6 bulan.

Gangguan psikotik singkat bila gejala hanya berlangsung sekurangnya

satu hari tetapi tidak lebih dari satu bulan. Gangguan skizoafektif jika

sindrom manik atau depresif berkembang bersama-sama dengan gejala

utama skizofrenia.

3.6 Terapi

a. Psikofarmakologi

Tidak ada pengobatan yang spesifik untuk masing-masing subtype

skizofrenia. Pengobatan hanya dibedakan berdasarkan gejala apa yang

menonjol pada pasien. Pada skizofrenia paranoid, gejala “positif” lebih

menonjol, maka adapun pengobatan yang disarankan kepada pasien obat-

obat antipsikotik golongan tipikal (chlorpromazine, haloperidol)

Page 18: LAPORAN KASUS

Obat risperidon termasuk golongan atipikal adalah suatu obat antipsikotik

dengan aktivitas antagonis yang bermakna pada reseptor serotonin tipe 2

(5-HT2) dan pada reseptor dopamine tipe 2 serta antihistamin (H1).

Menurut data penelitian, obat ini efektif mengobati gejala positif maupun

negatif. Risperidon senyawa antidopaminergik yang jauh lebih kuat,

berbeda dengan clozapine, sehingga dapat menginduksi gejala

ekstrapiramidal juga hiperprolaktinemia yang menonjol. Meskipun

demikian, risperidon dianggap senyawa antipsikotik “atipikal secara

kuantitatif” karena efek samping neurologis ekstrapiramidalnya kecil

pada dosis harian yang rendah.

Clozapine termasuk obat antipsikotik atipikal yang juga mempunyai

aktivitas antagonis yang bermakna pada reseptor serotonin tipe 2 (5-HT2)

dan ntagonis lemah pada reseptor dopamine tipe 2 juga bersifat

antihistamin (H1). Efek samping berupa gejala ekstrapiramidal sangat

minimal, namun mempunyai sifat antagonis α-1 adrenergik yang bias

menimbulkan hipotensi ortostatik dan sedative. Selain itu, dilaporkan

terjadinya agranulositosis dengan insiden 1-2% ditambah harganya yang

mahal. Clozapine adalah obat lini kedua yang jelas bagi pasien yang tidak

berespon terhadap obat lain yang sekarang ini tersedia.

b. Terapi psikososial

Selain terapi obat-obatan, juga bias diterapkan terapi psikososial yaitu :

terdiri dari terapi perilaku, terapi berorientasi pada keluarga, terapi

kelompok, psikoterapi individual. Terapi perilaku menggunakan hadiah

ekonomi dan latihan keterampilan social untuk meningkatkan

kemampuan social, kemampuan memenuhi diri sendiri, latihan praktis,

dan komunikasi interpersonal. Perilaku adaptif didorong dengn pujian

atau hadiah yang dapat ditebus untuk hal-hal yang diharapkn sehingga

frekuensi maladaptive atau menyimpang dapat diturunkan

Terapi berorientasi keluarga cukup berguna dalam pengobatan

skizofrenia. Pusat dari terapi harus ada situasi segera dan harus termasuk

mengidentifikasi dan menghindari situasi yang kemungkinan

Page 19: LAPORAN KASUS

menimbulkan kesulitan. Setelah pemulangan, topic penting yang harus

dibahas didalam terapi keluarga adalah proses pemulihan khususnya lama

dan kecepatannya. Selanjutnya diarahkan kepada berbagai macam

penerapan strategi menurunkan stress dan mengatasi masalah dan

pelibatan kembali pasien ke dalam aktivitas

Terapi kelompok biasanya memusatkan pada rencana, masalah, dan

hubungan dalam kehidupan nyata. Terapi kelompok efektif dalam

menurunkan isolasi social, meningkatkan rasa persatuan dan

meningkatkan tes realita bagi pasien dengan skizofrenia.

Psikoterapi individual membantu menambah efek terap farmakologi.

Suatu konsep penting didalam psikoterapi adalah perkembangan

hubungan terapeutik yang dialami pasien adalah “aman”. Pengalaman

tersebut dipengaruhi oleh dapat dipercayanya ahli terapi, jarak emosional

antara ahli terapi dan pasien. Ahli psikoterapi sering kali memberikan

interpretasi yang terlalu cepat terhadap pasien skizofrenia. Psikoterapi

untuk seorang pasien skizofrenia harus dimengerti dalam hitungan

decade, bukannya sesi, bulanan, atau bahkan tahunan. Didalam konteks

hubungan professional, fleksibilitas adalah penting dalam menegakkan

hubungan kerja dengan pasien. Tujuan utama adalah menyampaikan

gagasan bahwa ahli terapi dapat dipercaya, ingin memahami pasien dan

akan mencoba melakukannya dan memiliki kepercayaan tentang

kemampuan pasien sebagai manusia. Mandred bleuler menyatakan bahwa

sikap teraupetik terhadap pasien adalah dengan menerima mereka

bukannya mengamati mereka sebagai orang yang tidak dapat dipahami

dan berbeda dari ahli terapi.

3.7 Prognosis

Page 20: LAPORAN KASUS

DAFTAR PUSTAKA