LAPORAN KASUS
Transcript of LAPORAN KASUS
BAB I
PENDAHULUAN
Skizofrenia merupakan suatu deskirpsi sindrom dengan variasi penyebab
(banyak belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tidak selalu bersifat kronis
“deteriorating”) yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada
perimbangan pengaruh genetik, fisik, dan sosial budaya
Gejala skizofrenia biasanya muncul pada usia remaja akhir atau dewasa
muda. Awitan laki-laki biasanya 15-25 tahun pada perempuan 25-35 tahun.
Prognosis biasanya lebih buruk pada laki-laki bila dibandingkan dengan
perempuan. Awitan setelah umur 40 tahun jarang terjadi
Penyebab skizofrenia sampai sekarang belum diketahui secara pasti.
Namun, berbagai teori telah berkembang seperti model diastasis-stes dan hipotesis
dopamine. Model diastasis stress merupakan satu model yang mengintegrasikan
faktor biologis, psikososial, dan lingkungan.
Pada umumnya ditandai oleh penyimpangan yang fundamental dan
karakteristik dari pikiran dan persepsi, serta afek yang tidak wajar (inappropriate)
atau tumpul (blunted). Kesadaran composmentis dan kemampuan intelektual
biasanya tetap terpelihara, walaupun kemunduran kognitif tertentu dapat terjadi
dikemudian hari
Gangguan skizofrenia berdasarkan PPDGJ III yaitu skizofrenia paranoid,
skizofrenia hebefrenik, skizofrenia katatonik, skizofrenia tak terinci, depresi pasca
skizofrenia, skizofrenia residual, skizofrenia simpleks, skizofrenia lainnya,
skizofrenia ytt. Beberapa kriteria diagnostic untuk subtype skizofrenia menurut
DSM-IV yaitu tipe paranoid, tipe terdisorganisasi, tipe katatonik, tipe tak
tergolongkan, dan tipe residual
BAB II
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien :
Nama : Idris
Tempat Tanggal Lahir :
Umur : 43 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Tani
Status Perkawinan : Belum Menikah
Pendidikan Terakhir : SD
Alamat : Jln Jambi Suak Kandis KM 62 Kumpe, Jambi
Telp :
Identitas dari Alloanamnesis :
Nama : Adam
Umur : 40 tahun
Pekerjaan : Taani
Pendidikan Terakhir : SD
Alamat : Jln Jambi Suak Kandis KM 62 Kumpe, Jambi
Telp :
Hubungan dengan pasien : Adik Kandung
I. ANAMNESIS
Sebab Utama
Keluhan Utama : Os sering mengamuk, melamun, dan berbicara sendiri
Riwayat Penyakit Sekarang
Keluhan Os ini muncul sejak 2 bulan yang lalu. Adapun faktor yang
menyebabkan munculnya keluhan Os ini adalah saat Os pulang dari kerja
motong karet.
Gejala Os saat pulang dari tempat kerjanya adalah emosinya meningkat dan
jika ada orang yang mengganggunya dia langsung marah dan mengamuk. Os
merasa sudah hidup 1000 tahun. Os mengaku mempunyai kekuatan melebihi
kekuatan supermen. Pengakuannya tidak bias disangkal. Os merasa dirinya
hidup mati, sudah mati kemudian hidup lagi, pada saat dia mati dia merasa
ada orang yang mengambil kekuatannya itu.
Os sering mendengar bisikan suara “Senjata Aku Jangan di Senggol” Gejala
yang muncul menyebabkan Os sulit tidur, sering marah dan mengamuk.
Os pernah berobat ke RSJD Jambi 1 tahun yang lalu, dengan keluhan sulit
tidur, sering melamun dan emosional yang tinggi . Os diberikan terapi
pengobatan. Namun, sejak 3 bulan ini Os tidak lagi minum obat (putus obat)
dikarenakan Os tidak mau minum obat lagi dan keluarganya juga
membiarkan Os tidak minum obat.
Riwayat Penyakit Dahulu
1. Gangguan mental emosi : Skizofrenia Paranoid
Pengobatan yang diberikan : Risperidon, THP, CPZ
Nama rumah sakit : RSJD Jambi
Lama sakit : ± 1 tahun
Efek samping pengobatan : Os merasa tenang, tidak sulit tidur lagi
2. Gangguan psikosomatik (-), kejang (-), trauma kepala (-), penyakit fisik
berat (-), penggunaan alkohol dan zat lain (-), penyakit menular seksual (-),
gangguan neurologis (-)
Riwayat Keluarga
Budaya dan norma agama yang dianut : Melayu, agama Islam
Os anak ke 5 dari 7 bersaudara,
Gambaran kepribadian orang tua dan saudara os : sulit dinilai
Riwayat gangguan jiwa dikeluarga os ; adik os yang paling bungsu juga
mengalami gangguan jiwa
Dampak yang dialami oleh Os : sejak 2 bulan ini Os tidak lagi bekerja.
Riwayat Pribadi
1. Masa Kanak Awal (hingga usia 3 tahun)
Riwayat prenatal : Ibu Os hamil cukup bulan dan persalinan dibantu oleh
dukun beranak, dan Ibu Os tidak ada masalah kesehatan fisik dan psikis
ketika mengandung Os, Os lahir normal, tidak ada masalah tumbuh
kembang Os, Os anak yang diinginkan oleh orang tuanya.
Kebiasaan makan : Os mendapatkan ASI dari ibunya
Perkembangan awal : perkembangan bahasa, perkembangan motoric,
kecemasan terhadap orang asing, cemas berpisah : sulit dinilai
Toilet training : usia mulai dilakukan, sikap orang tua, perasaan tentang
hal ini, pengendalian urinasi dan defekasi : sulit dinilai
Gejala gangguan perilaku : mengisap jempol (+), membenturkan kepala
(-), ketakutan (-), mengompol atau defekasi di tempat tidur (-),
menggigiti kuku (-), masturbasi (-)
Temperamen : pemalu (-), gelisah (-), aktif (+), menarik diri (-), rajin
(+), senang bermain di luar (+)
2. Masa Kanak Pertengahan (usia 3 sampai 11 tahun)
Os merasa senang pertama kali masuk sekolah, Os mudah bergaul dengan
temannya
3. Masa Kanak Akhir (prapubertas sampai remaja)
Hubungan dengan teman sebaya : Os memiliki banyak teman
Riwayat Sekolah : hubungan dengan guru baik
Perkembangan kognisi dan motorik : Os baru bisa membaca saat kelas 2
SD, Os Suka bermain bola
Masalah emosional atau fisik pada remaja : mimpi buruk (+), fobia (-),
mengompol (-), melarikan diri (-), merokok (+), penggunaan obat
terlarang dan alkohol (-), masalah berat badan (-)
Riwayat psikoseksual : Os mendapat pengetahuan seksual dari buku, Os
tidak tertarik sesama jenis, Os tidak pernah pacaran
Latar belakang agama : tidak ada masalah
4. Masa Dewasa
Riwayat pekerjaan : Os bekerja sebagai buruh tani, dengan memotong
kebun karet milik orang lain. Os tidak pernah ada masalah dengan
pekerjaannya
Aktivitas social: Os suka bergaul dengan orang lain
Seksualitas dewasa : Os tidak pernah pacaran dan belum menikah
Riwayat kemiliteran : tidak ada riwayat militer
Sistem nilai : Os senang dengan pekerjaannya dan dia rajin bekerja, Os
percaya dengan adanya surga dan neraka, dimana surga tempat bagi
orang yang baik sedangkan neraka tempat bagi orang yang jahat
II STATUS MENTAL
A. Penampilan
1. Identifikasi pribadi
Sikap Os terhadap pemeriksa : kooperatif, penuh perhatian, namun
sulit dipercaya
2. Perilaku dan aktivitas psikomotor : cara berjalan os normal, gerak
tubuh normal, tic (-), stereotipi (-), gerakan mencabut (-), kaku (-),
hiperaktif (-), lambat (-), ekopraksia (-)
3. Gambaran umum : postur tubuh baik, rapi
B. Gaya bicara
Cepat (+), lantang (+), emosional (+), tertekan (-), tertahan (-), monoton
(-), berbisik (-), pelo (-), menggumam (-), gagap (-), ekolalia (-)
C. Mood dan Afek
Afek : appropriate (+), inappropriate (-), restriksi (-), tumpul (-), datar (-),
dangkal (-)
Mood : disforik (-), eutimik (+), exspansive (-), irritable (-), labil (-),
elevated (-), euphoria (-), ectasy (-), depresi (-), anhedonia (-),
dukacita/berkabung (-), aleksitimia (-)
Emosi lainnya : anxiety (-), free floating anxiety (-), agitasi (-), tension (-),
panic (-), apatis (-), ambivalensi (-), agresi (-), takut (-), putus asa (-),
marah (-), merasa kosong (-), merasa berdosa (-), malas (-), merasa sia-sia
(-), merasa rendah diri (-), simpati (-), abreaksional (-)
D. Pikiran dan persepsi
1. Bentuk pikiran
a. Produktivitas : flight of ideas (-), pikiran cepat (-), pikiran lambat
(-)
Kontinuitas pikiran : relevansi menjawab pertanyaan (-), asosiasi
yang longgar (-), hubungan sebab akibat (-), logis (-), tangentiality
(+), circumstantiality (-), menyimpang dari pokok pembicaraan (-),
selalu memberikan alasan (-), perseversi (-), blocking (-)
b. Hendaya bahasa : koheren (+), word salad (+), clang association
(-), neologisme (-)
2. Isi pikir
Pikiran yang dikontrol dari dunia luar (-), thought broadcast (-),
thought insertion (-), thought withdrawl (-), ideas of reference (-),
ideas of influence (-), pembentukan konsep (-), autism (-), ide untuk
bunuh diri (-)
3. Gangguan berpikir
Waham kejar
4. Gangguan persepsi
Halusinasi auditorik (+), halusinasi visual (-)
5. Fantasi dan mimpi : tidak ada
E. Sensorium
a. Alertness : composmentis (+), somnolen (-), stupor (-), berkabut (-),
delirium (-), koma (-)
b. Orientasi : gangguan orientasi waktu (-), gangguan orientasi tempat (-),
gangguan orientasi personal (-)
c. Konsentrasi dan kalkulasi : baik
d. Memori : gangguan memori jauh (+), gangguan memori agak lama (-),
gangguan memori baru saja (-), gangguan memori segera (-)
e. Pengetahuan umum : terganggu
f. Pikiran abstrak : terganggu
g. Tilikan
Kesadaran bahwa dirinya menyangkal sepenuhnya bahwa dia sakit
h. Daya nilai
RTA Os terganggu dimana saat serangan kambuh Os mengamuk dan
membawa alat tajam ingin membunuh orang
III PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT
1. Pemeriksaaan Fisik
Kesadaran :
TD :
Nadi :
Suhu :
RR :
2. Pemeriksaan Neurologis
3. Pemeriksaan Psikometrik
4. Pemeriksaan laboratorium
5. Pemeriksaan Penunjang Lainnya
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
Skizorenia adalah gangguan yang paling lazim dan paling penting
dalam kelompok gangguan F2x. Gangguan skizotipal memiliki banyak ciri
khas dari gangguan skizofrenik dan mungkin berkaitan secara genetik dengan
skizofrenia, namun demikian, halusinasi, waham, dan gangguan perilaku
ynag besar dari skizofrenia sendiri tidak terdapat dalam gangguan skizotipal
dan karenanya gangguan ini tidak selalu menjadi perhatian medis.
Kebanyakan gangguan waham mungkin berberkaitan dengan
skizofrenia, walaupun keduanya mungkin sukar dibedakan secara klinis,
terutama pada stadium awalnya. Keduanya merupakan suatu kumpulan
gangguan yang heterogen dan sukar sekali dimengerti, yang untuk mudahnya
saja dibagi berdasarkan lamanya perjalanan penyakit yang karakteristik
menjadi sekelompok gangguan waham yang menetap, dan sekelompok
lainnya yang lebih besar yaitu gangguan waham yang menetap, dan
sekelompok lainnya yang lebih besar yaitu gangguan psikotik akut dan
sementar (transient). Terutama kelompok yang terakhir, tampaknya lazim
dijumpai di Negara-negara berkembang. Subdivisi yang diberikan disini
harus dianggap sebagai bersifat sementara. Gangguan skizoafektif tetap
dipertahankan dalam seksi ini walaupun ada sifat-sifatnya yang kontroversial.
Gangguan skizofrenik umumnya ditandai oleh distorsi pikiran dan
persepsi yang mendasar yang khas, dan oleh ofek yang tidak wajar
(inappropriate) atau tumpul (blunted). Kesadaran yang jernih dan
kemampuan intelektual biasanya tetap dipertahankan, walaupun deficit
kognitif tertentu dapat berkembang kemudian. Gangguan ini melibatkan
fungsi yang paling mendasar yang memberikan kepada orang normal atau
perasaan kepribadian (individuality), keunikan, dan pengarahan diri (self
direction).
Pikiran, perasaan dan perbuatan yang paling intim atau mendalam
sering terasa diketahui oleh atau terbagi rasa dengan orang lain, dan waham-
waham dapat timbul, yang menjelaskan bahwa kekuatan alami dan
supernatural sedang bekerja mempengaruhi pikiran dan perbuatan penderita
dengan cara-cara yang sering tidak masuk akal atau bizarre. Individu
mungkin menganggap dirinya sebagai pusat segala-galanya yang terjadi.
Halusinasi, terutama auditorik, lazim dijumpai dan mungkin memberi
komentar tentang perilaku dan pikiran individu itu. Persepsi sering terganggu
secara lain : warna-warna atau suara-suara berubah menjadi amat intensif
atau berubah dalam kualitasnya, dan gambaran yang tidak relevan mengenai
benda atau hal yang biasa (sehari-hari) dapat tampak menjadi lebih penting
daripada objek atau situasi keseluruhannya. Kebingungan (perplexity) juga
lazim dijumpai pada awal penyakit dan sering mengakibatkan keyakinan
bahwa situasi sehari-hari itu benar memiliki suatu makna khusus, biasanya
bernada seram atau mengancam, yang ditujukan secara khas pada individu
tersebut.
Pada gangguan berfikir skizofrenia yang karakteristik, ciri-ciri
yang hanya bersifat perifer dan tidak relevan dari suatu konsep berfikir yang
menyeluruh, yang selalu dihambat dalam aktivitas mental yang normal
ditampilkan ke muka dan menggantikan gambaran yang relevan dan sesuai
untuk situasi yang nyata itu, dengan demikian maka pikiran menjadi samar-
samar, berbentuk “ bulat panjang” dan “lonjong” (elliptical) dan samar-samar
(obscure), dan ekspresinya dalam pembicaraan kadang-kadang tidak dapat
dipahami. Sering arus pikiran menjadi terputus-putus (breaks) dan
mengalami interpolasi (sisipan-sisipan), dan pikiran tersebut mungkin terasa
“tersedot” atau tertarik oleh sesuatu dari luar. Suasana perasaan tampak
dangkal, cepat berubah-ubah (capricious) atau tidak serasi (incongruous).
Ambivalensi dan gangguan kemauan (volition) dapat tampak sebagai inersia,
negativism, atau stupor. Mungkin terdapat katatonia.
Menurut DSM-IV, adapun klasifikasi untuk skizofrenia ada 5
yakni subtipe paranoid, terdisorganisasi (hebefrenik), katatonik, tidak
tergolongkan dan residual. Untuk istilah skizofrenia simpleks dalam DSM-IV
adalah gangguan deteriorative sederhana. Sedangkan menurut Pedoman
Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) di Indonesia yang ke-
III skizofrenia dibagi ke dalam 6 subtipe yaitu katatonik, paranoid,
hebefrenik, tak terinci (undifferentiated), simpleks, residual dan depresi pasca
skizofrenia.
3.2 Epidemiologi
Prevalensinya antara laki-laki dan perempuan sama, namun
menunjukkan perbedaan dalam onset dan perjalanan penyakit. Laki-laki
mempunyai onset yang lebih awal daripada perempuan. Usia puncak onset
untuk laki-laki adalah 15 sampai 25 tahun, sedangkan perempuan 25 sampai
35 tahun. Beberapa penelitian telah menyatakan bahwa laki-laki adalah lebih
mungkin daripada wanita untuk terganggua oleh gejala negative dn wanita
lebih mungkin memiliki fungsi sosial yang lebih baik daripada laki-laki. Pada
umumnya, hasil akhir untuk pasien skizofrenia wanita adalah lebih baik
daripada hasil akhir untuk skizofrenia laki-laki.
Skizofrenia tidak terdistribusi rata secara geografis di seluruh
dunia. Secara historis, prvalensi skizofrenia di Timur Laut dan Barat Amerika
Serikat adalah tinggi dari daerah lainnya.
Penelitian insiden pada gangguan yang relative jarang terjadi,
seperti skizofrenia, sulit dilakukan. Survei telah dilakukan diberbagai Negara,
namun dan hampir semua hasil menunjukkan tingkat insiden per tahun
skizofrenia pada orang dewasa dalam rentang yang sempit berkisar antara 0,1
dan 0,4 per 1000 penduduk. Ini merupakan temuan utama dari penelitian di
10 negara yang dilakukan oleh WHO. Untuk prevalensi atau insiden
skizofrenia di Indonesia belum ditentukan sampai sekarang, begitu juga
untuk setiap subtipe skizofrenia.
3.3 Etiologi
Penyebab skizofrenia sampai sekarang belum diketahui secara
pasti. Namun berbagai teori telah berkembang sperti model diastasis-stres
dan hipotesis dopamine. Model diastasis stress merupakan satu model yang
mengintegrasi faktor biologis, psikososial dan lingkungan. Model ini
mendalilkan bahwa seseorang yang mungkin memiliki suatu kerentanan
spesifik (diastasis) yang jika dikenai oleh suatu pengaruh lingkungan yang
menimbulkan stress, memungkinkan perkembangan gejala skizofrenia.
Komponen lingkungan dapat biologis (seperti infeksi) atau psikologis (seperti
situasi keluarga yang penuh ketegangan).
Hipotesis dopamin menyatakan bahwa skizofrenia disebabkan oleh
terlalu banyaknya aktivitas dopaminergic. Teori tersebut muncul dari dua
pengamatan. Pertama, kecuali untuk clozapin, khasiat dan potensi
antipsikotik berhubungan dengan kemampuannya untuk bertindak sebagi
antagonis reseptor dopaminergik tipe 2. Kedua, obat-obatan yang
meningkatkan aktivitas dopaminergik (seperti amfetamin) merupakan salah
satu psikomimetik. Namun belum jelas apakah hiperaktivitas dopamin ini
karena terlalu banyaknya pelepasan dopamin atau terlalu banyaknya reseptor
dopamin atau kombinasi kedua mekanisme tersebut. Namun ada dua masalah
mengenai hipotesa ini, dimana hiperaktivitas dopamin adalah tidak khas
untuk skizofrenia karena antagonis dopamin efektif dalam mengobati hampir
semua pasien psikotik dan pasien teragitasi berat. Kedua beberapa data
elektrofisiologi menyatakan bahwa neuron dopaminergik mungkin
meningkatkan kecepatan pembakarannnya sebagai respon dari pemaparan
jangka panjang dengan obat antipsikotik. Data tersebut menyatakan bahwa
abnormalitas awal pada pasien skizofrenia mungkin melibatkan keadaan
hipodopaminergik.
Skizofrenia berdasarkan teori dopamin terdiri dari empat jalur dopamin
yaitu :
1. Mesolimbik dopamin pathways: merupakan hipotesis terjadinya gejala
positif pada penderita skizofrenia. Mesolimbik dopamin pathways
memproyeksikan badan sel dopaminergik ke bagian ventral tegmentum
area (VTA) di batang otak kemuadian ke nukleus akumbens di daerah
limbik. Jalur ini berperan penting pada emosional, perilaku khususnya
halusinasi pendengaran, waham dan gangguan pikiran. Antipsikotik
bekerja melalui blockade reseptor dopamin khususnya reseptor dopamin
D2. Hipotesis hiperaktif mesolimbik dopamin pathways menyebabkan
gejala positif meningkat.
2. Mesokortikal dopamin pathways : jalur ini dimulai dari daerah VTA ke
daerah serebral korteks khususnya korteks limbik. Peranan mesokortikal
dopamin pathways adalah sebagai mediasi dari gejala negativ dan
kognitif pada penderita skizofrenia. Gejala negativ dan kognitif
disebabkan terjadinya penurunan dopamin di jalur mesokortikal terutama
pada daerah dorsolateral prefrontal korteks. Penurunan dopamin di
mesokotikal dopamin pathwyas dapat terjadi inhibisi dopamin yang
berlebihan pada jalur ini atau melalui blockade antipsikotik terhadap
reseptor D2. Peningkatan dopamin pada mesokortikal dapat memperbaiki
gejala negativ atau mungkin gejala kognitif.
3. Nogostriatal dopamin pathways : berjalan dari daerah subtansia nigra
pada batang otak ke daerah bangsal ganglia atau striatum. Jalur ini
merupakan bagian dari sistem saraf ekstrapiramidal. Penurunan dopamin
di nigostriatal dopamin pathways dapat menyebabkan gangguan
pergerakan seperti yang ditemukan pada penyakit parkinson yaitu
rigiditas, bradikinesia dan tremor. Namun hiperaktif atau peningkatan
dopamin di jalur ini yang mendasari terjadinya gangguan pergerakan
hiperkinetik seperti korea, diskinesia atau tik
4. Tuberoinfundibular dopamin pathways : jalur ini dimulai dari daerah
hipotalamus ke hipofisis anterior. Dalam keadaan normal
tuberoinfundibular dopamin pathways mempengaruhi oleh inhibisi dan
pelepasan aktif prolaktin, dimana dopamin berfungsi melepaskan
inhibitor pelepasan prolaktin. Sehingga jika ada gangguan dari jalur ini
akibat lesi atau penggunaan obat antipsikotik, maka akan terjadi
peningkatan prolaktin yang dilepas sehingga menimbulkan galaktorea,
amenorea atau disfungsi seksual
Selain dopamin, neurotransmitter lainnya juga tidak ketinggalan
diteliti mengenai hubungannya dengan skizofrenia. Serotonin contohnya,
karena obat antipsikotik atipikal mempunyai aktivitas dengan serotonin.
Selain itu, beberapa peneliti melaporkan pemberin antipsikotik jangka
panjang menurunkan aktivitas noradrenergik.
3.4 Gejala dan diagnosis
Secara klasik skizofrenia paranoid ditandai terutama oleh adanya
waham persekutorik (waham kejar) atau waham kebesaran. Pasien
skizofrenia paranoid biasanya berumur lebih tua daripada skizofrenia
terdisorganisasi atau katatonik jika mereka mengalami episode pertama
penyakitnya. Kekuatan ego pasien paranoid cenderung lebih besar dari pasien
katatonik dan terdisorganisasi. Pasien skizofrenia paranoid menunjukkan
regresi yang lambat dari kemampuan mentalnya, respon emosional dan
perilakunya tipe lain pasien skizofrenia.
Pasien skizofrenia paranoid tipikal adalah tegang, pencuriga,
berhati-hati dan tidak ramah. Mereka juga dapat bersikap bermusuhan atau
agresif. Pasien skizofrenia paranoid kadang-kadang dapat menempatkan diri
mereka sendiri secara adekuat di dalam situasi sosial. Kecerdasan mereka
tidak terpengaruhi oleh kecenderungan psikosis mereka dan tetap intak.
Waham yang kacau dan halusinasi yang mencolok adalah gejala
psikotik yang karakteristik untuk skizofrenia
Terlebih dahulu akan dibahas mengenai penegakkan diagnosis
skizofrenia. Adapun menurut DSM-IV sebagai berikut :
A. Gejala karakteristik : dua (atau lebih) gejala berikut, masing-masing
ditemukan untuk bagian waktu yang bermakna selama periode 1 bulan
(atau kurang jika diobati dengan berhasil)
1. Waham
2. Halusinasi
3. Bicara terdisorganisasi (misalnya seing meyimpang atau inkoheensi)
4. Perilaku terdisorganisasi atau katatonik yang jelas
5. Gejala negatif yaitu pendataran afektif, alogia, atau tidak ada
kemauan (avolition)
Catatan : hanya satu gejala kreteria A yang diperlukan jika waham adalah
kacau atau halusinasi terdiri dari suara yang terus-menerus mengomentari
perilaku atau pikiran pasien atau dua lebih suara yang saling bercakap-
cakap satu sama lainnya.
B. Disfungsi sosial/pekerjaan : untuk bagian waktu yang bermakna sejak
onset gangguan, satu atau lebih fungsi utama seperti pakerjaan, hubungan
interpersonal, atau perawatan diri, adalah jelas dibawah tingkat yang
dicapai sebelum onset (atau jika onset pada masa anak-anak atau remaja,
kegagalan untuk mencapai tingkat pencapaian interpersonal, akademik,
atau pekerjaan yang diharapkan).
C. Durasi : tanda gangguan terus-menerus menetap sekurangnya 6 bulan.
Pada 6 bulan tersebut, harus termasuk 1 bulan fase aktif (yang
memperlihatkan gejala kriteria A) dan mungkin termasuk gejala
prodormal atau residual.
D. Penyingkiran gangguan skizoafektif atau gangguan mood : gangguan
skizoafektif atau gangguan mood dengan ciri psikotik telah disingkirkan
karena : (1) tidak ada episode depresif berat, manik atau campuran yang
telah terjadi bersama-sama gejala fase aktif atau (2) jika episode mood
telah terjadi selama gejala fase aktif, durasi totalnya relatif singkat
dibandingkan durasi periode aktif dan residual.
E. Penyingkiran zat/kondisi medis umum
F. Hubungan dengan gangguan perkembangan pervasif
Sedangkan menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnostik Gangguan
Jiwa (PPDGJ) di Indonesia yang ke-III sebagai berikut :
Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya
dua gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang jelas) :
a. -“thought eco” = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau
bergema dalam kepalanya (tidak keras) da nisi pikiran ulangan
walaupun isinya sama tapi kualitasnya berbeda
-“thought insertion or withdrawal” = isi pikiran yang asing dari luar
masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil
keluar oleh sesuatu dari luar dirinya (withdrawal); dan
-“thought broadcasting” = isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang
lain atau umum mengetahuinya;
b. -“delusion of control” = waham tentang dirinya dikendalikan oleh
suatu kekuatan tertentu dari luar, atau
-“delusion of influence” = waham tentang dirinya dipengaruhi oleh
suatu kekuatan tertentu dari luar
-“delusion of passivity” = waham tentang dirinya tidak berdaya dan
pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar; (tentang”dirinya” secara jelas
merujuk ke pergerakan tubuh/anggota gerak atau pikiran, tindakan atau
pengindraan khusus);
-“delusion perception” = pengalaman indrawi yang tidak wajar, yang
bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau
mukjizat;
c. Halusinasi auditorik :
- suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap
perilaku pasien, atau
- mendiskusikan perihal pasien diantara mereka sendiri (diantara
berbagai suara yang berbicara) atau
- jenis suara halusinasi lain yang berasal dari slah satu bagian tubuh
pasien
d. Waham-waham menetap lainnya yang menurut budaya setempat
dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal
keyakinan atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan diatas
manusia biasa
Skizofrenia paranoid
Pedoman diagnostik
Kriteria umum diagnosis skizofrenia (lihat pendahuluan
untuk F20 diatas) harus dipenuhi. Sebagai tambahan terdapat :
Halusinasi dan/waham harus menonjol
Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi
perintah atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi
pluit (whistling), mendenung (humming), atau bunyi tawa
(laughing)
Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual
atau lain-lain perasaan tubuh, halusinasi visual mungkin ada tetapi
jarang menonjol.
Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham
dikendalikan (delusion of control), dipengaruhi (delusion of
influence atau passivity (delusion of passivity) dan keyakinan
dikejar-kejar yang beraneka ragam, adalh yang paling khas
Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala
katatonik secar relative tidak nyata/tidak menonjol
Sedangkan kriteria DSM-IV Skizofrenia tipe Paranoid adalah :
Tipe skizofrenia yang memenuhi kriteria berikut :
A. Preokupasi terhadap suatu atau lebih waham atau halusinasi
auditorik yang sering
B. Tidak ada hal berikut yang prominen: bicara kacau, perilaku
kacau atau katatonik, atau afek datar atau tidak sesuai.
3.5 Diagnosis Banding
1. Gangguan psikotik sekunder dan akibat obat
Gejala psikosis dan katatonia dapat disebabkan oleh berbagai macam zat.
Saat memeriksa seseorang pasien psikotik, klinisi harus mengikuti tiga
pedoman umum tentang pemeriksan keadaan nonpsikiatri. (1) klinisi
harus cukup agresif dalam mengejar kondisi medis nonpsikiatri jika
pasien menunjukkan adanya gejala yang tidak lazim atau jarang atau
adanya variasi dalam tingkat kesadaran. (2) klinisi harus berusaha untuk
mendapatkan riwayat keluarga yang lengkap, termasuk riwayat gangguan
medis, neurologis, dan psikiatri. (3) klinisi harus mempertimbangkan
kemungkinan suatu kondisi medis nonpsikiatri, bahkan pada pasien
dengan diagnosis skizofrenia sebelumnya. Seorang pasien skizofrenia
mempunyai kemungkinan yang sama untuk menderita tumor otak yang
menyebabkan gejala psikotik dibandingkan dengan seorang pasien
nonskizofrenik. Anamnesis lengkap dan pemeriksaan penunjang
diperlukan untuk menyingkirkan diagnosis banding
2. Gangguan psikotik lain
Gangguan psikotik yang mirip dengan skizofrenia adalah skizofrenoform,
gangguan psikotik singkat dan gangguan skizoafektif. Perbedaan
skizofrenia dengan skizofreniform dilihat dari durasi gejalanya. Pada
skizofrenifom gejalanya sekurangnya 1 bulan tetapi kurang dari 6 bulan.
Gangguan psikotik singkat bila gejala hanya berlangsung sekurangnya
satu hari tetapi tidak lebih dari satu bulan. Gangguan skizoafektif jika
sindrom manik atau depresif berkembang bersama-sama dengan gejala
utama skizofrenia.
3.6 Terapi
a. Psikofarmakologi
Tidak ada pengobatan yang spesifik untuk masing-masing subtype
skizofrenia. Pengobatan hanya dibedakan berdasarkan gejala apa yang
menonjol pada pasien. Pada skizofrenia paranoid, gejala “positif” lebih
menonjol, maka adapun pengobatan yang disarankan kepada pasien obat-
obat antipsikotik golongan tipikal (chlorpromazine, haloperidol)
Obat risperidon termasuk golongan atipikal adalah suatu obat antipsikotik
dengan aktivitas antagonis yang bermakna pada reseptor serotonin tipe 2
(5-HT2) dan pada reseptor dopamine tipe 2 serta antihistamin (H1).
Menurut data penelitian, obat ini efektif mengobati gejala positif maupun
negatif. Risperidon senyawa antidopaminergik yang jauh lebih kuat,
berbeda dengan clozapine, sehingga dapat menginduksi gejala
ekstrapiramidal juga hiperprolaktinemia yang menonjol. Meskipun
demikian, risperidon dianggap senyawa antipsikotik “atipikal secara
kuantitatif” karena efek samping neurologis ekstrapiramidalnya kecil
pada dosis harian yang rendah.
Clozapine termasuk obat antipsikotik atipikal yang juga mempunyai
aktivitas antagonis yang bermakna pada reseptor serotonin tipe 2 (5-HT2)
dan ntagonis lemah pada reseptor dopamine tipe 2 juga bersifat
antihistamin (H1). Efek samping berupa gejala ekstrapiramidal sangat
minimal, namun mempunyai sifat antagonis α-1 adrenergik yang bias
menimbulkan hipotensi ortostatik dan sedative. Selain itu, dilaporkan
terjadinya agranulositosis dengan insiden 1-2% ditambah harganya yang
mahal. Clozapine adalah obat lini kedua yang jelas bagi pasien yang tidak
berespon terhadap obat lain yang sekarang ini tersedia.
b. Terapi psikososial
Selain terapi obat-obatan, juga bias diterapkan terapi psikososial yaitu :
terdiri dari terapi perilaku, terapi berorientasi pada keluarga, terapi
kelompok, psikoterapi individual. Terapi perilaku menggunakan hadiah
ekonomi dan latihan keterampilan social untuk meningkatkan
kemampuan social, kemampuan memenuhi diri sendiri, latihan praktis,
dan komunikasi interpersonal. Perilaku adaptif didorong dengn pujian
atau hadiah yang dapat ditebus untuk hal-hal yang diharapkn sehingga
frekuensi maladaptive atau menyimpang dapat diturunkan
Terapi berorientasi keluarga cukup berguna dalam pengobatan
skizofrenia. Pusat dari terapi harus ada situasi segera dan harus termasuk
mengidentifikasi dan menghindari situasi yang kemungkinan
menimbulkan kesulitan. Setelah pemulangan, topic penting yang harus
dibahas didalam terapi keluarga adalah proses pemulihan khususnya lama
dan kecepatannya. Selanjutnya diarahkan kepada berbagai macam
penerapan strategi menurunkan stress dan mengatasi masalah dan
pelibatan kembali pasien ke dalam aktivitas
Terapi kelompok biasanya memusatkan pada rencana, masalah, dan
hubungan dalam kehidupan nyata. Terapi kelompok efektif dalam
menurunkan isolasi social, meningkatkan rasa persatuan dan
meningkatkan tes realita bagi pasien dengan skizofrenia.
Psikoterapi individual membantu menambah efek terap farmakologi.
Suatu konsep penting didalam psikoterapi adalah perkembangan
hubungan terapeutik yang dialami pasien adalah “aman”. Pengalaman
tersebut dipengaruhi oleh dapat dipercayanya ahli terapi, jarak emosional
antara ahli terapi dan pasien. Ahli psikoterapi sering kali memberikan
interpretasi yang terlalu cepat terhadap pasien skizofrenia. Psikoterapi
untuk seorang pasien skizofrenia harus dimengerti dalam hitungan
decade, bukannya sesi, bulanan, atau bahkan tahunan. Didalam konteks
hubungan professional, fleksibilitas adalah penting dalam menegakkan
hubungan kerja dengan pasien. Tujuan utama adalah menyampaikan
gagasan bahwa ahli terapi dapat dipercaya, ingin memahami pasien dan
akan mencoba melakukannya dan memiliki kepercayaan tentang
kemampuan pasien sebagai manusia. Mandred bleuler menyatakan bahwa
sikap teraupetik terhadap pasien adalah dengan menerima mereka
bukannya mengamati mereka sebagai orang yang tidak dapat dipahami
dan berbeda dari ahli terapi.
3.7 Prognosis
DAFTAR PUSTAKA