Laporan Kajian Pola Pengusahaan Situ Cileunca

64
LAPORAN KEGIATAN KAJIAN AWAL POLA PENGUSAHAAN SITU CILEUNCA/CIPANJUNJANG, PLTA PLC dalam RANGKA KEHANDALAN AIR BAKU SPAM PDAM KOTA BANDUNG 0

Transcript of Laporan Kajian Pola Pengusahaan Situ Cileunca

Page 1: Laporan Kajian Pola Pengusahaan Situ Cileunca

LAPORAN KEGIATAN

KAJIAN AWAL POLA PENGUSAHAAN SITU CILEUNCA/CIPANJUNJANG, PLTA PLC dalam RANGKA KEHANDALAN AIR BAKU SPAM PDAM KOTA BANDUNG

0

Page 2: Laporan Kajian Pola Pengusahaan Situ Cileunca

Unit Penelitian dan PengembanganPDAM TIRTAWENING KOTA BANDUNG2013

Page 3: Laporan Kajian Pola Pengusahaan Situ Cileunca

KATA PENGANTARSitu Cipanunjang dan Situ Cileunca merupakan situ yang menampung air dengan

kapasitas yang cukup besar, keberadaannya telah dimanfaatkan oleh Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) yakni PLTA Plengan, Lamajan dan Cikalong dan juga di daerah hilir digunakan oleh PDAM, yakni PDAM Tirtarahardja dan PDAM Tirtawening Kota Bandung, selain dimanfaatkan oleh kebutuhan lainnya.

Seiring dengan perjalan waktu, keberadaan situ mengalami perubahan, baik perubahan karena iklim yang tidak menentu, sedimentasi dan juga pemanfaatan yang semakin beragam sedikit banyak kan mempengaruhi ketersediaan sumber air baku, khususnya buat PDAM Tirtawening Kota Bandung. Untuk dapat memastikan kembali apakah keberadaan situ ini masih akan menjadi sumber air baku yang potensial atau tidak, maka perlu adanya Pola Pengusahaan terhadap Situ tersebut.

Di dalam mencari bentuk pola pengusahaan seperti apa yang harus dilakukan, maka diperlukan kajian awal mengenai keberadaan situ tersebut saat ini, dan kajian ini hanya sebatas melihat kondisi eksisting dan mendiskusikannya dengan pakar lingkungan dari ITB untuk membangun Pola Pengusahaan yang optimal bagi mereka yang berkepentingan akan keberadaan situ tersebut.

Demikian gambaran secara umum, kajian awal ini sebagai pengantar untuk melakukan kajian yang lebih lanjut dan lebih detail yang dapat memenuhi syarat untuk kepentingan pembentukan model Pola Pengusahaan yang tepat.

Bandung, Desember 2013

Ketua Tim

Agung Sugianto

i

Page 4: Laporan Kajian Pola Pengusahaan Situ Cileunca

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................................. I

DAFTAR ISI......................................................................................................................................... II

I. PENDAHULUAN........................................................................................................................... 1

1.1. LATAR BELAKANG..........................................................................................................................11.2. TUJUAN.......................................................................................................................................21.3. RUANG LINGKUP............................................................................................................................21.4. WAKTU DAN METODE PELAKSANAAN................................................................................................21.5. PELAKSANA...................................................................................................................................3

II. KONDISI SAAT INI........................................................................................................................... 4

2.1. SISTEM PRODUKSI PDAM TIRTAWENING DAN SUMBER AIR BAKU................................................................4a. Sistem Produksi I.......................................................................................................................4b. Sistem Produksi 2....................................................................................................................11

2.2. PROYEKSI KEBUTUHAN AIR MINUM KOTA BANDUNG...............................................................................15c. Keadaan dan jenis kota...........................................................................................................16d. Rencana pengembangan kota................................................................................................16e. Data kependudukan yang ada................................................................................................16

III. PELAKSANAAN............................................................................................................................ 18

3.1. LOKASI OBJEK KAJIAN.........................................................................................................................18a. Situ Cileunca............................................................................................................................18b. Situ Cipanunjang.....................................................................................................................19c. Sungai Cisangkuy....................................................................................................................19

3.2. DATA TEKNIS SITU.............................................................................................................................243.3. TATA GUNA LAHAN DI SEKITAR DAS CISANGKUY.....................................................................................363.4. POLA PENGUSAHAAN.........................................................................................................................37

IV. KESIMPULAN DAN SARAN........................................................................................................... 43

4.1. KESIMPULAN....................................................................................................................................434.2. SARAN............................................................................................................................................44

V. FOTO KEGIATAN SURVEY.............................................................................................................. 45

ii

Page 5: Laporan Kajian Pola Pengusahaan Situ Cileunca

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Meningkatnya angka pertumbuhan penduduk Kota Bandung berdampak terhadap meningkatnya kebutuhan akan air bersih, dan PDAM Tirtawening Kota Bandung sebagai operator dalam Sistem Penyediaan Air Minum yang bertugas memberikan pelayanan dan kemanfaatan umum kepada seluruh masyarakat melalui pelayanan air minum dan air limbah juga bertugas untuk mewujudkan penambahan cakupan pelayanan air minum dan air limbah yang disesuaikan dengan pertambahan penduduk kota Bandung. Di dalam melaksanakan tugasnya PDAM Tirtawening Kota Bandung menghadapi permasaahan yang cukup menantang yakni ketersediaan sumber air baku.

Sumber air baku yang saat ini dipergunakan oleh PDAM Tirtawening terdiri dari 3 (tiga) jenis, yakni dari air permukaan, mata air dan air tanah dalam atau sumur bor, hanya dua yang disebutkan terakhir dengan berjalannya waktu sudah semakin menurun dan banyak yang sudah tidak digunakan lagi. Jadi saat ini air baku yang menjadi sumber utama berasal

1

Page 6: Laporan Kajian Pola Pengusahaan Situ Cileunca

dari air permukaan atau sungai. Sumber air yang berasal dari Sungai Cikapundung, Sungai Cibeureum, Sungai Cirateun, Sungai Cipanjalu dan Sungai Cisangkuy dengan total kapasitas sebesar 3.215 l/detik 1. Sedangkan yang berasal dari mata air berasal dari Bandung Utara dan mata air Bandung Timur dengan kapasitas sebesar 110 l/detik dan yang berasal dari sumur bor sebesar 157 l/detik, maka total sumber air baku yang masuk secara keseluruhan sebesar 3.482 l/detik.

Mengantisipasi perkembangan Kota Bandung sebagai urban metropolitan dan sebagai Ibu Kota Propinsi Jawa Barat, merupakan Kota Jasa dan magnit bagi pertumbuhan aktifitas pembangunan, perlu ditunjang infrastruktur air minum yang memadai, maka skenario pelayanan air minum zona potensial berkembang ke dua arah yang utama, yakni ke arah Utara dan Selatan dengan garis pembatas yang membentang dari Barat ke Timur adalah Jalan Soekarno-Hatta.

Guna menjamin ketersediaan air minum bagi masyarakat Kota Bandung diperlukan pengembangan SPAM PDAM Tirtawening Kota Bandung selaras Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN).

Salah satu bentuk pengembangan SPAM adalah menggali atau mengoptimalkan sumber-sumber air yang lain atau yang ada yang dapat mememenuhi kebutuhan air minum Kota Bandung. Dari sekian banyak sumber air yang ada, beberapa kandidat sumber air yang perlu dikaji adalah Situ Cileunca/Cipanjunjang, PLTA PLC (Pembangkit Listrik Tenaga Air Plengan, Lamajan, Cikalong) yang terletak di daerah Bandung Selatan.

1.2. Tujuan

Tujuan dari kegiatan ini adalah mengevaluasi keberadaan Situ Cileunca/Cipanjunjang, PLTA PLC (Plengan, Lamajan, Cikalong) dan mencari pola pengusahaan situ yang dapat menjamin keberadaan sumber air baku untuk Kota Bandung.

1.3. Ruang Lingkup

Proyeksi Kebutuhan Air Minum Mengidentifikasi aspek teknis di lokasi Mengidentifikasi tata guna lahan di sekitar lokasi Mengidentifikasi Fungsi sumber saat ini Pola pengusahaan Dam/Waduk

1.4. Waktu dan Metode Pelaksanaan

Untuk melakukan evaluasi ini diperlukan waktu 1 (satu) bulan yaitu pada November 2013 dengan metode Survey Lapangan dan Mengumpulkan data Sekunder .

1 Business Plan PDAM Tirtawening 2013-2017

Page 7: Laporan Kajian Pola Pengusahaan Situ Cileunca

1.5. Pelaksana

Kegiatan dilaksanakan oleh Tim internal PDAM Tirtawening Kota Bandung dengan dibantu oleh Prof. Arwin Sabar dari Institut Teknologi Bandung sebagai nara sumber.

Page 8: Laporan Kajian Pola Pengusahaan Situ Cileunca

II. KONDISI SAAT INI

2.1. Sistem Produksi PDAM Tirtawening dan Sumber Air Baku

Instalasi Pengolahan Air di PDAM Tirtawening Kota Bandung dibagi menjadi 2(dua) yakni Sistem Produksi I dan Sistem Produksi II.

a. Sistem Produksi I

Sistem produksi 1 terdiri dari sistem pengolahan dimana air baku berasal dari S. Cisangkuy (Cisangkuy Lama dan Cisangkuy Baru), Pompa Cikapundung, Dago Bengkok, Air Tanah (Sumur Bor) dan Badak Singa itu sendiri.

1. Sungai Cisangkuy

Mutu Sungai Cisangkuy di Cikalong cukup baik karena telah dilakukan prasedimentasi terlebih dahulu. Yang menjadi masalah adalah jika pihak PLN mengadakan perbaikan mesin-

Page 9: Laporan Kajian Pola Pengusahaan Situ Cileunca

mesin atau pemeliharaan turbin, ada bagian minyak atau tumpahan yang ikut mengalir dalam air baku.

Debit dari air Sungai Cisangkuy yang mengalir dari keluaran turbin PLN di Cikalong masih memadai. Debit untuk 1 (satu) turbin kira-kira 5,5 – 6,0 m3/det, tetapi saat ini hanya menggunakan 1 (satu) turbin dengan debit 2.000 L/det. Hal ini dikarenakan PLN memiliki izin pengambilan air dengan debit tersebut, jika PLN bermaksud mengambil air lebih dari jumlah yang diizinkan perlu dipertimbangkan kembali dengan peruntukkan air untuk keperluan irigasi. Izin yang diberikan untuk saat ini adalah 1800 L/det. Dengan 2 (dua) instalasi yang menyadap air baku dari Sungai Cisangkuy, yaitu Sungai Cikalong Lama dan Cikalong Baru.

Berikut ini adalah skema tata air Sungai Cisangkuy dan gambaran mengenai air yang disadap

Bagan 1. Skema Tata Air Sungai Cisangkuy

Page 10: Laporan Kajian Pola Pengusahaan Situ Cileunca

Skematik pengaliran air baku dari intake Cikalong dapat diilustrasikan sebagai berikut :

Air Limpasan Dari Turbin Jembatan Pipa Air Dari Turbin

Intake Sungai Cisangkuy Screen Sungai Cisangkuy

Terowongan Menuju Sedimentasi Bak Sedimentasi

Outlet Sedimentasi (Pipa Baru, Pipa Lama,

Over Fow dan Intake Kabupaten)

Bak Over Fow dan Intake kabupaten

2. Intake

Cikalong Lama

Page 11: Laporan Kajian Pola Pengusahaan Situ Cileunca

Instalasi lama menyadap air sungai bagian hilir dari bangunan PLTA Cikalong dengan membuat bendungan tetap pada ketinggian ± 852,50 m dpl. Bangunan sadap dilengkapi bangunan prasedimentasi yang mempunyai alat penguras lumpur dan menjadi satu dengan bangunan baru. Air disalurkan melalui pipa dengan ukuran 800 mm dengan 900 mm sepanjang 32 km, dialirkan ke Badaksingan Bandung pada elevasi 753,20 m dpl dengan kapasitas rencana 1800 L/det semula instalasi Cikalong Lama direncanakan dengan kapasitas 1.000 L/det, namun saat ini hanya dapat menyalurkan air sebesar 700 L/det. Di Cikalong tidak ada meter air induk untuk mengukur debit air yang mengalir dalam pipa transmisi yang disalurkan dari Cikalong menuju IPA Badaksinga.

Kondisi sungai di lokasi pintu intake banyak terdapat batu-batu besar dan kecil, yang akan terbawa masuk ke bak intake, terutama pada saat musim hujan dan aliran air sungai besar maka batu akan terbawa aliran ke bak intake akan semakin banyak dan menghambat aliran/menyumbat pada pintu intake.

Cikalong Baru

Instalasi baru menyadap air langsung dari keluaran turbin PLTA Cikalong lebih hulu dan lebih tinggi dari bangunan sadap lama. Bangunan sadap terdiri dari bangunan pintu air, saluran terbuka dengan pelimpah untuk membatasi debit air, sebuah pipa melintasi sungai di atas bendung lama sekaligus menjadi jembatan penyebrangan dan sebuah bangunan prasedimentasi yang menyatu dengan bangunan lama dilengkapi dengan alat penguras endapan/lumpur secara mekanis.

Kapasitas rencana dari instalasi pipa baru adalah 800 L/det melalui pipa baja ukuran diameter 850 mm sepanjang 32 km dari Cikalong ke Badaksinga. Namun pada kenyataannya kemampuan kapasitas sekitar 660 L/det dan tidak dipasang meter induk di Cikalong untuk mengukur debit air yang mengalir melalui pipa transmisi dari Cikalong ke Badaksinga. Untuk enambah debit dari Cikalong masih memungkinkan namun diperlukan kordinasi dengan pihak terkait, apalagi bila rencana pengaliran air dari Sungai Cilaki dan Sungai Cibatarua serta pembuatan waduk di sungai tersebut dilaksanakan.

Dalam bak, air sungai dari pintu intake dan limpasan dari turbin PLN terdapat regulator yang berfungsi untuk mengatur kapasitas pengaliran. Pada saat ini regulator dalam keadaan rusak, dengan kondisi cashing dilepas sehingga tidak dapat berfungsi secara optimal.

Sebelum mengalir ke dalam tunnel terdapat pintu yang berfungsi sebagai pengatur aliran, pada saat ini kondisinya secara fisik perlu perawatan.

3. Tunnel

Tunnel mengalirkan air dari intake ke bak pra sedimentasi, pada ujung tunnel tidak terdapat alat ukur, sehingga tidak dapat diperkirakan kapasitas air yang masuk ke dalam bak

Page 12: Laporan Kajian Pola Pengusahaan Situ Cileunca

pra sedimentasi. Bangunan perata aliran yang berupa kotak-kotak banyak yang telah rusak dan hancur.

4. Prasedimentasi

Bak pra sedimentasi 2 terletak di Cikalong, terdiri dari dua kompartemen dengan unit pengeruk lumpur elektrik yang saat ini masih dapat beroperasi dengan baik. Pada saat musim hujan kapasitas pengaliran dari intake besar sehingga kecepatan aliran pada bak pra sedemantasi 2 meningkat.

5. Pipa Transmisi

Pipa ini berfungsi untuk mengalirkan air baku dari bak pra sedimentasi/bak pengendap, menuju ke instalasi pengolahan air (IPA) Badaksinga Kota Bandung, dengan pipa sepanjang 31, 25 km yang membentang melalui dua wilayah kabupaten Bandung dan kota Bandung. Sepanjang jalur pipa transmisi ini

dilengkapi dengan peralatan hidrolis, seperti : PRV (Pressure Relief Valve), WO/LP (Wash Out), AV/HP (Air Valve), NRVS (Non Return Valve Structure), OVS (Over Speed Valve System), dan Manometer. Ditambah dengan 6 titik gabungan ( interkoneksi ) antara pipa lama dengan pipa baru yang berfungsi untuk melakukan by pass apabila, terjadi kerusakan dan kehilangan atau dilakukan perbaikan terhadap pipa dengan tanpa menurunkan banyak kapasitas air dari kedua pipa transmisi tersebut.

Pipa Transmisi Lama

Pipa transmisi lama dipasang pada tahun 1959, dengan kapasitas desain pengaliran 1.000 liter/detik, dengan diameter sebesar Ø 800 mm – Ø 900 mm dan material pipa terbuat dari cast iron.

Pipa Transmisi Baru

Pipa transmisi baru dipasang pada tahun 1992, dengan kapasitas desain pengaliran 800 liter/detik, diameter Ø 850 mm dan material pipa terbuat dari besi/steel berlapis semen/cement lining di bagian dalam.

Jalur pipa lama mulai dari pra sedimentasi menyusuri jalan inspeksi, jalan raya Banjaran – Pangalengan, menyeberang jalan di pertigaan Banjaran dan menyusuri sisi kanan rel kereta api hingga jalan raya Banjaran. Kemudian menyusuri jalan raya hingga Baleendah. Sedangkan pipa baru terus menyusuri jalur rel kereta api mulai dari banjaran hingga pasar Kordon Bandung.

Page 13: Laporan Kajian Pola Pengusahaan Situ Cileunca

6. Pompa Cikapundung (Jl. Siliwangi)

Bangunan sadap yang terletak di hilir dari jembatan jalan Siliwangi menyadap air Sungai Cikapundung dengan 2 pompa hanya mengalirkan air sebesar 180 L/det dari debit rencana sebesar 200 L/det, dialirkan ke IPA Badaksinga pada ketinggian ± 753,20 m dpl. Penambahan debit dari Sungai Cikapundung masih dimungkinkan dengan kesepakatan pihak Pengairan, POJ dan PLN sektor Saguling. Letak titik sadap hilir PLTA Dago Bengkok II dan harus bersedia menerima air seadanya dari operasi PLN.

7. Sumur Bor

Sistem produksi dari sumur bor hingga saat ini yang dapat dimafaatkan oleh PDAM Tirtawening Kota Bandung berkapasitas ± 93 L/det yang berlokasi di wilayah Bandung Utara Kabupaten Bandung. Berikut ini adalah data mengenai lokasi sumur bor di Kota Bandung.

Tabel 1. Letak dan Kapasitas Sumur Bor Yang Digunakan di Kota Bandung

No Nama Nama Sumur AlamatDebit

(L/det)1 Cimahi

PDAM Melong Asih Melong Asih Blok 9 10,77PT. Puri Pratama PA Gempol Asri Gempol Asri 6,00PDAM Bumi Asri Bumi Asri Gempolsari 7,10PDAM Melong Asih Cijerah 2 Blok 8 10,13PAM AW – 14 Jl. Raya Timur (BPKP) 6,50

2 Bandung Sumur AWProyek Air Minum AW – 1 Jl. Jend A Yani (Dinas

Pariwisata6,71

PDAM/Pompa Air AW – 3 Jl. Gudang Selatan 2,50PDAM/Pompa Air AW – 5 Jl. Jawa (Bale

Keselamatan)5,00

PDAM/Pompa Air AW – 6 Jl. Gereja (PJKA) 10,00PDAM/Pompa Air AW – 8 Jl. Industri 13,00Proyek Air Minum AW – 11 Jl. Elang 17,39Proyek Air Minum AW – 13 Jl. Jend Sudirman 19,75PDAM/Pompa Air AW – 9 Jl. Ters. Industri

(Dekat PN Gas)6,50

PDAM/Pompa Air AW - 12 Jl. Jend Sudirman 7,523 Bandung Sumur Lokal

Pompa air Arcamanik I Sukamiskin UB 5,60PT. Baleendah PDAM Arcamanik III Golf Garden 8,21PDAM Arcamanik IV Komp. Arcamanik (Jl.

Speed Boat)10,41

Rumah Pompa PDAM Arcamanik II Golf GardenPDAM Citarip Perum Citarip Kopo 4,43PDAM Kodya DT II Bdg Dadali Jl. Dadali 0,31Perum Perumnas Kopo I Bumi Kopo Kencana 6,92PAM Kodya DT II Bdg Kopo II Kopo Plaza A24 2,57PDAM Margahayu Margahayu Raya 2,04Sumur Bor PDAM PPI Pramuka Pussenif 2,51Sumur Bor PDAM Pratista Jl. Pratista 9,09Pompa Artesis Raflesia Jl. Taman Raflesia 0,63PDAM Saibi KK Saibi Cijerah 5,91

Page 14: Laporan Kajian Pola Pengusahaan Situ Cileunca

No Nama Nama Sumur AlamatDebit

(L/det)PDAM Sukapura Jl. Sukapura 2,96Pompa Air Minum Sumbersari I Komp. Sumber sari 1,34

Sumbersari IIRumah Pompa PDAM Taman

LingkarTaman Lingkar Sel 2,89

PD Air Minum Merkarwangi Komp. Mekarwangi 1,83PDAM/Sumur Bor Mekarwangi Jl. Mekar Raharja 2 7,65Pompa Air PDAM Jl. Dulatif Jl. Dulatif 2,50

Total 204,17 Sumber : Corporate Plan PDAM 2007-2011

Bumi Kopo Kencana I Jl Jendral Ahmad Yani

BPT - 3Gambar 1. Beberapa Sumur Bor Yang Ada Di Kota Bandung

8. Badak Singa

Instalasi Badaksinga merupakan gabungan 2 buah IPA. Instalasi pertama adalah rancangan dari Degremont – Perancis, dibangun sekitar tahun 1954 yang memiliki kapasitas rancangan sebesar 1000 lt/det. Instalasi kedua dirancang oleh IWACO – Belanda, memiliki kapasitas rancangan sebesar 800 L/detik dibangun pada tahun 1990. Dua pipa transmisi air baku sepanjang ± 32 km (dengan diameter 850 mm dan 800 - 900

mm) memasok air dari sungai Cisangkuy di Cikalong, serta sebuah pipa transmisi tambahan

Page 15: Laporan Kajian Pola Pengusahaan Situ Cileunca

untuk memasok air baku yang diambil dari sungai Cikapudung. Kedua IPA itu menggunakan struktur inlet yang umum, dimana pembubuhan koagulan polyalumunium khlorida (PAC) dan pengadukan cepat (fast mix) dilakukan setempat, kemudian air yang diolah tersebut dibagi menjadi 8 aliran.

Instalasi lama terdiri dari 4 unit akselator untuk proses flokulasi dan pengendapan, serta 20 buah saringan pasir cepat jenis satu media. Instalasi baru memiliki 4 flokulator jenis aliran naik turun dan bak pengendap dilengkapi dengan plat lammella, serta 10 buah saringan pasir cepat jenis dua media.

Air yang telah disaring, dari kedua instalasi itu dibubuhi khlor sebagai desinfektan dan ditampung dalam reservoir bawah tanah. Pengaturan pH menggunakan kapur, namun saat ini proses tersebut tidak dilakukan. Kapasitas perencanaan seluruh IPA adalah sebesar 1800 liter/detik, tetapi debit air maksimum yang masuk ke IPA rata-rata hanya sebesar 1500 liter/detik, terutama disebabkan oleh adanya hambatan dalam pipa transmisi air baku dari

Cikalong. Diperlukan upaya untuk meningkatkan kinerja instalasi lama untuk mencapai hasil yang memuaskan sesuai dengan kapasitas perencanaan dan kualitas yang memenuhi syarat.

Dalam program mendesak mencakup optimalisasi dan pengoperasian IPA tersebut. Pilihan pertama, kemungkinan dilakukan sedikit modifikasi untuk mencapai kapasitas kapasitas pengolahan sebesar 1800 liter/detik. Sedang pilihan kedua kemungkinan dilakukan rehabilitasi secara menyeluruh terhadap instalasi tersebut, termasuk peningkatan peralatan mekanis, elektronis dan instrumentasi.

b. Sistem Produksi 2

Sistem produksi 2 terdiri dari sistem pengolahan dimana air baku yang diambil berasal dari mata air (24 lokasi mata air), air permukaan (S. Cibeureum (40 L/det), S. Cirateun (5 L/det), S. Cikapundung/Bantar (600 L/det), Kolam Tandon PLN Pakar (42 L/det) dan S. Cipanjalu (20 L/det)). Berikut ini adalah uraian mengenai sistem produksi berdasarkan sumber air bakunya.

1. Mata Air

Pada awalnya sumber mata air yang dapat dimanfaatkan oleh PDAM Tirtawening Kota Bandung berasal dari mata air Ciwangun, Cilaki dan Cigentur, terletak di di wilayah Bandung Utara Kabupaten Bandung dengan debit sebesar ± 93 L/det. Kemudian ditemukan beberapa mata air baru di wilayah yang sama, yaitu Ciasahan, Legok Baygon, Panyairan, Cibadak dan Ciwangi, sehingga debit total dari mata air mencapai ± 200 L/det. Debit air yang berasal dari

Page 16: Laporan Kajian Pola Pengusahaan Situ Cileunca

mata air tersebut sebagian dialirkan ke Reservoir R-XI, sebagian lagi langsung masuk ke system distribusi.

Sumber mata air yang digunakan oleh PDAM Tirtawening Kota Bandung untuk melayani kebutuhan masyarakatnya adalah sebagai berikut :

Mata Air Cigentur I and II Ciliang Cilaki Ciwangun Cisalada I and II Cicariuk Cibadak Cirateun Cikendi Ciasahan Legok Baygon Citalaga Panyairan Ciwangi

Sumber air ini di olah di Resevoir XI di Ledeng dengan total debit 190 L/dtk. Gambar berikut ini beberapa sumber Mata air yang dikumpulkan di Reservoir XI – Ledeng.

Gambar 2. Sumber Air Mata Air Yang Dikumpulkan di Reservoir XI- PDAM Tirtawening Kota Bandung

Page 17: Laporan Kajian Pola Pengusahaan Situ Cileunca

2. Sungai Cibeureum

Mutu Sungai Cibeureum cukup baik untuk air baku tetapi saluran pengantar dari Bendung Cibeureum ke IPA Ledeng melalui tepi jalan sehingga tercampur dengan fungsi drainase, dikhawatirkan ada air limbah yang ikut masuk ke saluran pengantar tersebut. Pada waktu terjadi banjir air Sungai Cibeureum menjadi keruh tetapi umumnya berlangsung dalam waktu yang tidak terlalu lama.

Sebuah bangunan sadap di bangun di Sungai Cibeureum dilengkapi bangunan prasedimentasi. Air dialirkan ke IPA Ledeng dengan debit rencana 40 L/det. Pengaliran dari bendung Cibeureum ke IPA Ledeng menggunakan saluran terbuka melalui tepi jalan. Pada musim kemarau debit air dapat turun menjadi 30 L/det. Air hasil pengolahan ditampung di R-XI berkapasitas 100 m3 kemudian didistribusikan

kewilayah Bandung Utara bagian barat. Penambahan debit dari sumber air ini sulit dilakukan karena debit air di musim kemarau kecil.

3. Sungai Cirateun

Sebuah bangunan sadap dibangun di sebelah hulu Sungai Cibeureum yang terletak di Kecamatan Isola dengan kapasitas 5 L/det, yang kemudian dialirkan ke IPA Cirateun untuk pelayanan di wilayah Bandung Utara khususnya di Kelurahan Isola, produksi saat ini rata-rata di bawah kapasitas yang direncanakan. Rata-Rata produksi selama

bulan Januari sampai dengan September 2006 adalah sebesar 3,37 L/det.

4. Sungai Cikapundung/Intake Bantar Awi

Air Sungai Cikapundung ketika hujan banyak mengandung lumpur sehingga menurunkan kemampuan IPA Dago Pakar yaitu 600 L/det pada keadaan normal menjadi 500 L/det pada waktu banjir. Pada waktu mendatang perlu diadakan modifikasi sehingga dapat memenuhi kapasitas 600 L/det pada waktu banjir dan pada waktu normal. Sedangkan pengambilan dari kolam reservoir harian PLN tidak begitu berpengaruh karena telah mengalami proses prasedimentasi dan pengambilan air baku dari kolam hanya dalam jumlah kecil. Pada saat ini Sungai Cikapundung telah memasok air untuk PDAM Tirtawening Kota Bandung sebesar 820 L/det dari 840 L/det yang diizinkan, yaitu terdiri dari 600 L/det untuk IPA Dago Pakar, 40 L/det untuk IPA MP Dago Pakar dan pemompaan di sekitar

Page 18: Laporan Kajian Pola Pengusahaan Situ Cileunca

Jembatan Siliwangi 180 L/det dari izin 200 L/det untuk IPA Badaksinga. Saat ini akan dikembangkan pengambilan air dari Sungai Cikapundung (Dago Bengkok) sebesar 600 L/det.

5. Cikapundung I (IPA Pakar)

Sebuah bangunan sadap dan bangunan pra sedimentasi terletak 3,7 km di bagian hulu di bangunan IPA Dago Pakar bangunan sadap PDAM tepat di bagian hulu dari bangunan sadap PLN, mempunyai 2 pintu sadap yaitu di bagian kanan bendung. Kapasitas bangunan sadap, bangunan pra sedimentasi dan pipa dengan diameter 700 mm adalah 600 L/det diolah di Dago Pakar untuk pelayanan air minum di daerah Bandung Utara sebagian di tampung dalam reservoir R-XII (± 845 m dpl) dengan kapasitas 7.500 m3 dan sebagian dialirkan ke reservoir R-XI Cikutra (± 747 m dpl) dengan kapasitas 11.000 m3.

Penyadapan air baku dari Sungai Cikapundung ke IPA Dago Pakar menggunakan bendung penangkap air, bangunan sadap dan bangunan peguras. Pintu sadap dilengkapi dengan saringan (screen) untuk menghindari masuknya sampah ke IPA. Pada umumnya sampah yang masuk adalah sampah plastik.

Saat ini IPA Badaksinga disuplai dari Sungai Cisangkuy sebesar 1400 L/det dan dari Sungai Cikapundung Siliwangi sebesar 150 L/det sehingga total air yang diproduksi oleh IPA Badaksinga adalah 1550 L/det, tetapi angka ini tidak konstan setiap waktu karena kondisi pipa transmisi yang tidak yang tidak mendukung. Pada saat jaringan pipa transmisi baru dari Dago Bengkok dengan kapasitas 300 L/det telah dapat dioperasionalkan. Tambahan supply dari Dago Bengkok dengan air baku yang diambil dari Sungai Cikapundung ini dapat memaksimalkan IPA Badak Singa menjadi 1800 L/det, sehingga kondisi idle di Badak Singa tidak terjadi lagi seperti tahun sebelumnya. Secara skematik tambahan supply dari Dago Bengkok di gambarkan sebagai berikut.

Gambar 3. Skematik Penambahan Supply Dari Dago Bengkok

6. Cikapundung II (Kolam Dago Pakar)

Page 19: Laporan Kajian Pola Pengusahaan Situ Cileunca

Sebuah bangunan sadap yang mengambil air dari kolam reservoir harian milik PLN di Dago Bengkok besar 40 L/det, diolah dalam IPA MP Dago Pakar terpisah tidak jauh dari instalasi Cikapundung I hasil pengolahan di tampung di reservoir dengan kapasitas 100 m3

lebih dahulu, kemudian di distribusikan ke pelanggan di daerah Bandung Utara.

7. Sungai Cikapundung/Kolam Dago Pakar

Penyadapan air untuk IPA MP Dago Pakar dilakukan dengan pemompaan yang mengambil air dari kolam milik PLN, Kolam Pakar sendiri menyadap air dari Sungai Cikapundung tepat di hulu bendung penangkap air baku untuk IPA Dago Pakar, sistem milik PLN ini sebelum masuk kolam pakar tidak melalui proses sedimentasi.

8. Sungai Cipanjalu

Sebuah IPA baru dari Sungai Cipanjalu Ujung Berung dengan kapasitas 20 L/det digunakan untuk pelayanan di wilayah Ujung Berung. Bangunan sadap berdekatan dengan bangunan pengatur air irigasi sehingga pada saat musim kemarau akan terjadi kekurangan air baik untuk irigasi maupun untuk PDAM sehingga diperlukan kordinasi yang lebih intensif dengan pengelola irigasi. Produksi saat ini rata-rata 14,38 L/det.

Untuk wilayah Ujung Berung yang berada di sebelah timur laut Kota Bandung dioperasikan dengan system terpisah dan merupakan zona tersendiri dengan sumber air baku berasal dari 3 (tiga) sumber air; berupa beberapa mata air, Sungai Cipanjalu (20 L/det) dan sumur dalam. Untuk zona ini tidak terdapat reservoir utama.

2.2. Proyeksi Kebutuhan Air Minum Kota Bandung

Penduduk merupakan faktor utama dalam perencanaan, karena suatu perencanaan yang disusun untuk keperluan pada masa datang didasari oleh pengetahuan tentang masalah yang sama pada masa sebelumnya. Perkembangan kehidupan dan semua aktivitas merupakan hal yang penting dalam Sistem Penyediaan Air Minum. Angka pertambahan penduduk tidak lepas dari data–data penduduk sebelumnya. Banyak faktor yang mempengaruhi angka pertambahan penduduk seperti masalah kesehatan, sosial, ekonomi, politik dan lain–lain. Populasi berubah dengan angka–angka kematian, kelahiran dan perpindahan penduduk. Jadi faktor–faktor seperti kelahiran, kematian dan migrasi.

Proyeksi penduduk berguna untuk memperkirakan kebutuhan air di masa akan datang dan perkiraan timbulan air buangan akibat pemakain air tersebut, dengan demikian dapat memberikan tahap perencanaan dan perkiraan pembiyaan pembangunan.

Page 20: Laporan Kajian Pola Pengusahaan Situ Cileunca

Pengertian kebutuhan air adalah jumlah air yang diperlukan secara wajar untuk keperluan pokok kegiatan manusia dan kegiatan lainnya yang memerlukan air. Kebutuhan air memerlukan besaran sistem yang ditetapkan berdasarkan pengelaman-pengalaman dari pemakaian air.

Adapun cara–cara yang diambil untuk menghitung kebutuhan air adalah dengan menghitung proyeksi penduduk hingga tahun perencanaan, dimana perhitungan proyeksi penduduk tergantung oleh beberapa hal berikut :

c. Keadaan dan jenis kota.d. Rencana pengembangan kota.e. Data kependudukan yang ada.

Sesuai dengan kecenderungan pertumbuhan penduduk kota daerah perencanaan yang relatif besar dengan prosentase kenaikan yang cukup tinggi, dimana prosentase pertumbuhan penduduk untuk Kota Bandung sesuai dengan yang tercantum pada dokumen Revisi RTRW Tahun 2029 adalah 1,72%. Untuk lebih jelasnya data rinci perkembangan penduduk Kota Bandung dapat dilihat pada Tabel 7.5.Untuk menentukan jumlah kebutuhan air, digunakan standar sesuai dengan yang tercantum dalam Revisi RTRW Kota Bandung Tahun 2009-2029 yaitu beriksar antara 120 – 140 L/o/hari. Namun sesuai dengan anjuran dari pihak PDAM, dalam perencanaan digunakan angkan yang berbeda, yaitu 140 l/o/hr di awal tahun perencanaan. Hal ini dikarenakan terdapat sebuah kajian sebelumnya (Kajian Sistem Penyediaan Air Minum Cekungan Bandung) yang menyatakan bahwa rata kebutuhan air untuk Kota Bandung adalah 140 l/o/hari. Maka berdasarkan justifikasi tersebut penggunaan standar kebutuhan air Kota Bandung dalam perencanaan ini digunakan 140 L/o/hari untuk menyesuaikan pada kondisi real di lapangan pada saat ini. Berikut ini adalah proyeksi jumlah penduduk dan kebutuhan air (L/det) hingga akhir tahun perencanaan.

Page 21: Laporan Kajian Pola Pengusahaan Situ Cileunca

Proyeksi Kebutuhan Air Kota Bandung Tahun 2013 - 2038

Tabel 2. Proyeksi Kebutuhan Air Kota Bandung Tahun 2013-2038

No Tahun Jumlah Penduduk (Jiwa)

Kebutuhan Air (L/det)

1 2013 2,497,752 2,9602 2014 2,540,713 3,0573 2015 2,584,413 3,2034 2016 2,628,865 3,3495 2017 2,674,082 3,3496 2018 2,720,076 3,4707 2019 2,766,861 3,9778 2020 2,814,451 4,1119 2021 2,862,860 4,24610 2022 2,912,101 4,38111 2023 2,962,189 4,51512 2024 3,013,139 5,10013 2025 3,064,965 5,24714 2026 3,117,682 5,39515 2027 3,171,307 5,54216 2028 3,225,853 5,69017 2029 3,281,338 6,35318 2030 3,337,777 6,51319 2031 3,395,186 6,67420 2032 3,453,584 6,83421 2033 3,512,985 6,99522 2034 3,573,409 7,73623 2035 3,634,871 7,90924 2036 3,697,391 8,08325 2037 3,760,986 8,25626 2038 3,825,675 8,430

Sumber : Master Plan PDAM Tirtawening Kota Bandung 2013-2038

Berdasarkan Company Profile PDAM Tirtawening pada September 2009 disebutkan bahwa kapasitas produksi PDAM baru mencapai 2.706,88 l/det, hal ini berarti diperlukan penambahan kapasitas produksi untuk dapat memenuhi kebutuhan air minum Kota Bandung hingga tahun 2038.

Page 22: Laporan Kajian Pola Pengusahaan Situ Cileunca

III. PELAKSANAAN

3.1. Lokasi Objek Kajian

a. Situ Cileunca

Situ Cileunca berada 45 KM sebelah selatan Kota Bandung dan 185 KM dari Kota Jakarta, Situ Cileunca berada di ketinggian 1550 M dpl dan dikelilingi oleh dua perkebunan teh Malabar yang dikelola oleh PTPN VIII, Situ Cileunca letaknya tak jauh dari kecamatan Pangalengan, genangan air seluas 180 hektar ini diapit oleh dua Desa yaitu Desa Wanasari dan Desa Pulosari.Menurut sejarah Situ Cileunca merupakan kawasan pribadi seorang warga Belanda bernama Kuhlan yang dulu menetap di Pangalengan. Dalam pembangunannya Situ Cileunca dilaksanakan dalam waktu yang cukup lama yaitu selama 7 tahun ( 1919 – 1926 ) dengan membendung aliran sungai kali Cileunca, sehingga terbuatlah sebuah situ yang akhirnya menjadi sebuah bendungan yang sekarang diberi nama Dam Pulo. Uniknya dalam pembangunan Situ Cileunca ini berdasarkan cerita para orang tua dahulu situ ini dibangun oleh banyak orang tetapi tidak menggunakan cangkul tetapi mengunakan halu. Pembangunan Situ Cileunca ini dikomandoi oleh dua orang pintar yakni juragan Arya dan Mahesti.

Situ Cileunca

Page 23: Laporan Kajian Pola Pengusahaan Situ Cileunca

Pada zaman Kolonial Belanda Situ Cileunca digunakan sebagai salah satu sumber listrik bagi kota Bandung, selain itu juga debit airnya juga digunakan sebagai cadangan sumber air bersih bagi kota Bandung dikala itu dengan kapasitas air 9.89 juta M3.

b. Situ Cipanunjang

Jarak dari pusat kota Bandung 43 km ke arah selatan. Danau Situ Cipanunjang terletak di kecamatan Pangalengan, di desa Pulosari tepatnya. Suasana dan udara di sekitar danau begitu sejuk dan asri, ketinggian lokasi danau 1100 dpl. Masyarakat sekitar danau Situ Cileunca menggunakan perahu kayu dengan motor tempel kecil sebagai sarana transportasi penghubung dan angkutan. Namanya Situ Cipanunjang, bisa juga diartikan sebagai danau penunjang atau penyokong. Pada prakteknya memang air Danau Situ Cileunca diisi dari air danau Cipanunjang dengan beda tinggi nyaris 100 meter lebih secara geografis. Sudah menjadi kebiasaan masyarakat setempat untuk bertukar kabar ketinggian air bila bertemu warga lain dari seberang danau.

Gambar 4. Situ Cipanunjang

c. Sungai Cisangkuy

Cekungan Sungai Cisangkuy terletak pada 60 49’ LS - 70 18’ LS and 1070 30’ BT - 1070 57’ BT dengan luas area sebesar 294, 15 Km2, panjang 30 km dan terdiri dari 24 sub streams. Batas administrasi yang berada di sekitar sungai tersebut adalah :

Utara : Kecamatan Dayeuh kolot

Page 24: Laporan Kajian Pola Pengusahaan Situ Cileunca

Timur : Kecamatan Pacet dan Kertasari Selatan : Kabupaten Garut Barat : Kecamatan Pasir Jambu dan Ketapang

Gambar 5. Lokasi Cekungan Sungai Cisangkuy

Daerah Aliran Sungai (DAS) Cisangkuy meliputi beberapa Situ / Danau seperti Situ Panunjang dan Cilenca serta dimanfaatkan juga oleh Pembangkit Listrik Tenaga Air di beberapa titik seperti PLTA Plengan, PLTA Lamajan dan PLTA Cikalong. Aliran air inipun dimanfaatkan oleh beberapa PDAM, yakni PDAM Tirtarahardja Kabupaten Bandung dan PDAM Tirtawening Kota Bandung. Beberapa daerah yang terletak di DAS Cisangkuy

adalah Malabar, Cileunca, Cibeureum, Pangalengan, Pasir Jambu, Banjaran, Tanjungsari, Cibintinu dan Baleendah di Bandung Selatan. Pemanfaatan Sungai Cisangkuy selain digunakan untuk PLTA dan Sumber Air Baku PDAM juga digunakan untuk irigasi, keperluan masyarakat lainnya di sekitar DAS, juga digunakan untuk tempat rekreasi dan olah raga.

Page 25: Laporan Kajian Pola Pengusahaan Situ Cileunca

Berikut gambar/peta Daerah Aliran Sungai Cisangkuy yang memperlihatkan aliran air, pemanfaatan oleh PLTA dan PDAM serta daerah-daerah yang berada di sekitar DAS tersebut.

Gambar 6. DAS Sungai Cisangkuy

Page 26: Laporan Kajian Pola Pengusahaan Situ Cileunca

Gambar 7. Legend DAS Sungai Cisangkuy

Berikut Aliran Debit yang digunakan oleh PLTA Plengan, Lamajan dan Cikalong.

Gambar 8. Aliran Debit di PLTA PLC

Data tersebut dimbil dari data sekunder tahun 1996 dengan debit maksimum air yang masuk di PLTA Plengan sebesar 6.40 M3/det dengan rata-rata dari tahun 1992-1996 sebesar 5.56 m3/det dan terdapat air yang terbuang dari PLTA Plengan rata-rata sebesar 0.30 m3/det. Sementara debit air yang masuk ke PLTA Lamajan dan Cikalong maksimal sebesar 13.60 m3/det.

Page 27: Laporan Kajian Pola Pengusahaan Situ Cileunca

SUNGAI CILAKI

SITU PANUNJANG

SITU CILEUNCA

TURBIN PLN PLENGAN

TURBIN PLN LAMAJAN

TURBIN PLN CIKALONG

INTAKE CIKALONG

SU

NG

AI C

ISA

NG

KU

Y

IPA BADAKSINGA

DAM PULO

Gambar 9. Skema Aliran Air di beberapa Lokasi PLTA dan IPA Badaksinga

Skema di atas memberikan gambaran pemanfaatan aliran air dari /ke Sungai Cisangkuy terhadap beberapa utilitas dan juga memperlihatkan kontribusi Sungai Cilaki, Situ Panunjang dan Situ Cileunca. Berikut beberapa hasil pengukuran mengenai aliran air dan gambar situasi dari Situ Cileunca sebagai kontributor air terhadap beberapa Dam/waduk.

Page 28: Laporan Kajian Pola Pengusahaan Situ Cileunca

Sung

ai C

isang

kuy

Sungai CisaruaD. Playangan

KP

PH

Pens

toc

k

8,4 m3/s

1 m3/s

5,0 m3/s2,8 m3/s

Bendung Cisangkuy

Bendung Cisarua 1 & 2

6,87 MW10,4 m3/s

Φ Limpasan ???Φ Limpasan ???

⊗⊗

⊗⊗

⊗ Situ CileuncaD. P

ulo

Tail Race (ke PLTA Lamajan)Ket :⊗ = Pintu Air

2X3m3/s

3m3/s

Gambar 10. Skema Aliran Air dari Situ Cileunca

3.2. Data Teknis Situ

Berikut data teknis waduk Cipanunjang dan Cileunca :

Tabel 3. Data Teknsi Situ Cipanunjang dan Cileunca

NAMA WADUK/ SITU

LUAS AREA (m2)

VOLUME TAMPUNG (m3)

TMA TERTINGGI (m)

TMA TERTINGGI(minimum) (m)

CIPANUNJANG 1.897.516,40

21.800.000,00 1446,00 1424,00

CILEUNCA 1.542.058,00

11.500.000,00 1418,50 1407,00

Tabel 4. Data Umum Situ Cipanunjang dan Cileunca

Tabel Data- data Umum Situ Cipanunjang dan Situ Cileunca

URAIAN SITU CIPANUNJANG SITU CILEUNCA

DMA Maksimum (m) + 1.446,00 + 1.418,50

DMA Minimum (m) + 1.424,00 + 1.407,00

Kapasitas Efektif (m3) 18.514.661 10.660.511

Luas Situ (km2) 1,897 1,542

Luas Daerah Tangkapan (km2) 7,8 12,7

Page 29: Laporan Kajian Pola Pengusahaan Situ Cileunca

Beberapa bangunan dan saluran yang terdapat di Situ tersebut adalah :

Tabel 5. Data Teknis Bangunan dan Saluran

No Bangunan Sipil Kapasitas (m3/detik)

Total (m3/detik)

1. Sal. Cisangkuy 2,8 8,8 2. Sal. Cisarua 1 5,0 3. Sal. Cisarua 2 1,0

4. Pipa Pesat 1 (dia. 1,1 m) 3,9 8,4 5. Pipa Pesat 2 (dia. 1,3 m) 4,5

Data teknis lainnya mengenai Situ ini adalah ;

Tabel 6. Data Teknis Lainnya

Situ Cipanunjang Luas genangan waduk (awal) Luas genangan waduk (saat ini) Elevasi Puncak Bendung Elevasi Muka Air Normal (NWL) Elevasi Muka Air Tertinggi (HWL) Elevasi Muka Air Terendah (LWL) Debit Air Pembangkitan Debit Inflow Tertinggi Debit Inflow Terendah Volume Tampungan Waduk (Awal) Volume Tampungan Waduk (2009) Volume Endapan Sedimen (2009) Catchment Area

189,7 ha 189,7 ha 1.448 m 1.425 m 1.446 m 1.424 m 8,83 m3/det 6 m3/det 0,2 m3/det 21,8 juta m3 19,02 juta m3 2,78 juta m3 7,80 km2

Situ Cileunca Luas genangan waduk (awal) Luas genangan waduk (saat ini) Elevasi Puncak Bendung Elevasi Muka Air Normal (NWL) Elevasi Muka Air Tertinggi (HWL) Elevasi Muka Air Terendah (LWL) Debit Air Pembangkitan Debit Inflow Tertinggi Debit Inflow Terendah Volume Tampungan Waduk (Awal) Volume Tampungan Waduk (2009) Volume Endapan Sedimen (2009) Catchment Area

154,2 ha 154,2 ha 1.429,5 m 1.215,5 m 1.418,5 m 1.407 m 8,83 m3/det 5 m3/det 0,3 m3/det 11,50 juta m3 9,98 juta m3 1,52 juta m3 12,7 km2

Page 30: Laporan Kajian Pola Pengusahaan Situ Cileunca

Tinggi Muka Air (TMA) Situ Cipanunjang dalam beberapa bulan dapat dilihat pada grafik di bawah ini :

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des

Tertinggi 2010 1435,57 1442,21 1445,80 1446,50 1446,02 1446,50 1445,03 1441,85 1441,43 1442,09 1444,26 1446,23

Rata Rata 2010 1433,67 1438,40 1442,51 1446,26 1445,61 1445,73 1444,35 1438,24 1438,55 1441,94 1442,62 1445,62

Terendah 2010 1433,56 1435,86 1442,33 1445,90 1445,52 1445,14 1441,96 1438,10 1437,93 1441,55 1442,02 1444,44

Tertinggi 2011 1446,23 1446,05 1444,67 1446,5 1446,5 1446,1 1443,97 1436,92 1432,02 1428,26 1428,5 1428,49

Rata Rata 2011 1445,26 1445,06 1444,23 1445,05 1446,41 1445,19 1441,31 1434,77 1429,68 1427,12 1427,79 1427,71

Terendah 2011 1445 1444,56 1443,96 1444,76 1446,06 1444,1 1437,16 1432,4 1428,32 1425,55 1426,75 1426,75

Tertinggi 2013 1440,60 1443,43 1.446,50 1.446,50 1446,50 1445,92 1444,47 1441,42 1435,65 1428,16 1431,95 1437,80

Rata Rata 2013 1438,06 1441,87 1445,63 1446,34 1446,25 1445,40 1443,24 1438,67 1432,60 1426,86 1429,39 1435,2

Terendah 2013 1433,95 1440,68 1443,65 1.446,02 1446,00 1445,48 1441,78 1435,85 1427,41 1424,80 1428,40 1432,2

1400,00

1405,00

1410,00

1415,00

1420,00

1425,00

1430,00

1435,00

1440,00

1445,00

1450,00

DMA MAX1446.50 M

Gambar 11. TMA Situ Cipanunjang

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des

Tertinggi 2011 1418,45 1417,81 1418,56 1418,54 1418,6 1417,81 1416,97 1417,95 1417,39 1418,26 1418,1 1410,05

Rata Rata 2011 1417,6 1417,45 1418,11 1418,43 1418,28 1416,43 1416,43 1417,43 1416,43 1416,43 1416,43 1409,22

Terendah 2011 1416,99 1416,85 1417,68 1418,14 1417,28 1414,48 1414,86 1417,9 1413,11 1407,55 1407,64 1406,75

Tertinggi 2012 1418,79 1418,54 1418,58 1.418,60 1418,60 1418,02 1416,59 1415,51 1416,72 1416,75 1415,79 1417,85

Rata Rata 2012 1417,11 1418,18 1418,38 1418,81 1418,41 1417,34 1415,23 1415,41 1416,17 1416,19 1415,75 1416,06 1.416,92

Terendah 2012 1414,25 1417,88 1418,14 1418,20 1418,10 1416,64 1414,56 1414,94 1415,50 1415,77 1415,74 1414,55

1400

1405

1410

1415

1420

1425

1430

1435

1440

1445

1450

DMA MAX1418.50 M

Gambar 12. TMA Situ Cileunca

Page 31: Laporan Kajian Pola Pengusahaan Situ Cileunca

JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOP DES

2009 5,70 8,30 8,30 8,30 7,80 7,60 6,20 4,30 4,00 4,90 4,90 3,70

2010 6,36 7,10 6,60 6,60 7,70 7,50 7,50 6,30 6,80 6,45 8,40 8,40

2011 8,30 7,20 5,53 6,38 7,77 5,68 5,20 6,17 3,47 4,37 2,65

2012 3,97 5,76 8,37 7,40 7,40 7,40 5,10 3,90 3,90 2,50 4,00 5,70

2013 7,50 7,50 7,50 7,60

0,00

1,00

2,00

3,00

4,00

5,00

6,00

7,00

8,00

9,00M

3/De

t

Gambar 13. Inflow Plengan

Page 32: Laporan Kajian Pola Pengusahaan Situ Cileunca

JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOP DES

2009 5,70 8,30 8,30 8,30 7,80 7,60 6,20 4,30 4,00 4,90 4,90 3,70

2010 4,41 7,10 6,60 6,00 6,14 7,50 7,50 5,40 6,80 6,45 8,40 8,40

2011 7,80 7,20 5,53 5,53 6,31 7,77 5,68 5,20 6,17 3,47 4,24 2,65

2012 3,87 5,84 8,37 7,40 7,40 7,40 5,10 3,90 2,90 2,50 4,00 5,70

2013 7,50 7,50 7,50 7,30

0,00

1,00

2,00

3,00

4,00

5,00

6,00

7,00

8,00

9,00

M3/

Det

Gambar 14. Outflow Plengan

Page 33: Laporan Kajian Pola Pengusahaan Situ Cileunca

JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOP DES

2009 5,69 7,77 9,57 9,00 8,39 7,39 5,80 4,11 3,82 3,93 3,93 3,69

2010 5,38 4,02 0,00 2,84 7,98 7,43 6,41 6,70 7,14 7,60 7,95 8,97

2011 7,19 7,33 8,02 7,63 7,30 5,65 3,60 4,06 3,01 4,26 3,07

2012 4,81 6,15 8,41 7,66 7,68 5,88 4,83 3,78 2,57 2,10 3,76 5,78

2013 6,44 5,83 6,12 5,88

0,00

2,00

4,00

6,00

8,00

10,00

12,00

M3/

Det

Gambar 15. Inflow Lamajan

Page 34: Laporan Kajian Pola Pengusahaan Situ Cileunca

JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOP DES

2009 5,69 7,77 9,54 9,00 8,39 7,39 5,80 4,11 3,82 3,93 3,93 3,69

2010 5,38 4,02 0,00 2,84 7,98 7,43 6,41 6,70 7,14 7,60 7,95 8,97

2011 7,19 7,33 8,02 8,02 7,63 7,30 5,65 3,60 4,06 3,36 4,26 3,07

2012 4,81 6,15 8,41 8,64 7,68 5,88 4,83 3,78 2,57 2,10 3,76 5,78

2013 6,44 5,83 6,12 5,88

0,00

2,00

4,00

6,00

8,00

10,00

12,00

M3/

Det

Gambar 16. Outflow Lamajan

Page 35: Laporan Kajian Pola Pengusahaan Situ Cileunca

JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOP DES

2009 7,78 11,83 11,78 11,98 11,56 9,74 6,89 5,76 5,73 5,93 5,93 6,03

2010 9,12 6,91 0,00 3,03 8,05 8,51 7,46 8,99 9,16 10,98 9,86 10,76

2011 9,14 9,56 12,00 12,00 5,80 7,21 9,79 2,94 3,69 7,00 5,27 9,43

2012 5,56 4,74 10,79 8,69 7,77 6,37 4,48 4,04 4,04 2,40 3,79 7,19

2013 7,35 7,66 8,69 7,43

0,00

2,00

4,00

6,00

8,00

10,00

12,00

14,00

M3/

Det

Gambar 17. Inflow Cikalong

Page 36: Laporan Kajian Pola Pengusahaan Situ Cileunca

JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOP DES

2009 6,35 10,54 10,38 10,78 10,22 8,54 4,71 3,92 4,00 4,30 4,30 4,12

2010 7,40 6,21 0,00 2,07 6,82 7,23 6,26 7,16 7,51 7,32 8,20 9,32

2011 7,98 8,81 8,18 8,18 5,66 6,76 7,02 2,79 3,55 6,52 5,30 4,16

2012 5,46 4,67 8,13 8,78 7,97 6,37 4,34 4,01 4,01 2,14 5,40 7,15

2013 7,41 10,94 11,58 7,31

0,00

2,00

4,00

6,00

8,00

10,00

12,00

14,00

M3/

Det

Gambar 18. Outflow Cikalong

Page 37: Laporan Kajian Pola Pengusahaan Situ Cileunca

JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOP DES

2009 2.291 2.976 3.474 3.078 3.124 3.051 2.564 1.931 1.852 1.719 1.719 1.692

2010 2.231 2.459 2.756 2.768 2.857 2.701 2.477 2.505 2.888 2.967 3.010 3.249

2011 3.078 2.808 2.184 2.184 2.662 3.249 2.466 1.731 1.842 1.460 1.715 1.034

2012 1.737 2.329 3.258 3.084 2.492 2.095 1.798 1.766 2.987 1.012 1.663 2.425

2013 2.613 2.702 2.786 2.324

0

500

1.000

1.500

2.000

2.500

3.000

3.500

4.000

GWH

Gambar 19. Produksi Plengan

Page 38: Laporan Kajian Pola Pengusahaan Situ Cileunca

JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOP DES

2009 7.094 9.658 11.876 11.195 10.456 9.186 7.190 5.094 4.749 4.891 4.891 4.606

2010 6.734 4.895 0 3.646 9.971 9.217 7.987 8.361 8.931 9.468 9.947 11.155

2011 8.967 9.136 10.021 10.021 9.517 9.068 6.945 4.477 5.088 4.101 5.328 3.800

2012 6.048 7.662 10.463 10.756 9.515 7.289 5.970 4.653 3.198 2.643 4.683 7.258

2013 8.019 7.234 7.617 7.313

0

2.000

4.000

6.000

8.000

10.000

12.000

14.000

GWH

Gambar 20. Produksi Lamajan

Page 39: Laporan Kajian Pola Pengusahaan Situ Cileunca

JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOP DES

2009 4.724 7.064 7.666 7.719 7.562 6.076 3.497 2.912 2.866 3.192 3.192 3.066

2010 5.518 4.010 0 1.539 5.054 5.155 4.662 5.315 5.523 5.425 6.072 6.824

2011 5.896 6.523 6.064 6.064 4.053 5.016 3.508 2.090 2.663 2.439 3.917 3.131

2012 4.016 3.461 6.048 6.490 5.891 4.660 3.207 2.948 1.924 1.577 2.838 5.204

2013 5.456 5.529 6.316 5.387

0

1.000

2.000

3.000

4.000

5.000

6.000

7.000

8.000

9.000

GWH

Gambar 21. Produksi Cikalong

Page 40: Laporan Kajian Pola Pengusahaan Situ Cileunca

3.3. Tata Guna Lahan di sekitar DAS Cisangkuy

Tata guna di daerah DAS Cisangkuy yang terbesar masih berupa Hutan Primer dan Sekunder (25%) dan kebun campuran (24%). Masih banyak lahan yang berupa sawah (21%) serta industri perkebunan (17%), sisanya berupa pemukiman (5%) dan lain-lain, seperti peternakan dan fasilitas umum (10%).

Hutan Primer dan Sekunder

25%

Perkebunan Industri

17%

Kebun Campuran

24%

Sawah21%

Pemukiman

5%

Industri0%

Lain-lain10%

Gambar 22. Tata Guna Lagan di DAS Cisangkuy

Tata guna lahan ini masih dapat mendukung keberadaan air baku, namun ada kecenderungan perubahan tata guna lahan ini yang dapat mengancam keberadaan sumber air yang ada. Selain itupun pengaruh sedimentasi yang cukup tinggi menyebabkan Situ yang menjadi tandon air yang cukup besar berkurang kapasitas tampungannya juga menyebabkan ancaman akan keberadaan sumber air baku ini, terutama di musim kemarau terjadi kekeringan dan di musim hujan terjadi luapan.

Page 41: Laporan Kajian Pola Pengusahaan Situ Cileunca

3.4. Pola Pengusahaan

Pola pengusahaan adalah metode yang harus digunakan di dalam menghitung ketersediaan air baku pada saat tahun kering, normal dan tahun basah. Yang dimaksud dengan tahun kering adalah tahun dimana curah hujan sangat sedikit (kemarau), sedangkan yang dimaksud dengan tahun normal adalah tahun dimana curah hujan keberadaannya normal, sedangkan yang dimaksud dengan tahun basah adalah tahun dimana curah hujan sangat tinggi.

Untuk mendapatkan pola pengusahaan ini memerlukan data debit bertahun tahun sehingga dapat dihitung peluang untuk keberadaan air dan upaya apa yang harus dilakukan. Selain itupun perlu diperhatikan penggunaan air yang ada, supaya dapat dihitung ketersediaan air yang dapat diusahakan di dalam mendukung sumber air baku PDAM Tirtawening Kota Bandung.

Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik, maka diperlukan data-data sekunder dan juga pengkuran-pengkuran terbaru untuk dibandingkan dan dihitung peluang yang mungkin dapat diusahakan.

Sebagai contoh bentuk skema umum penggunaan aliran air dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Hmaks + 1446,5 m Dpl

Hmaks + 1422,0 m Dpl

Hmin + 1418,5 m Dpl

Hmin + 1407,5 m DplStok maks = 10,7 juta m3

Stok maks = 18,5 juta m3

Q = 1400 LPS

Cisangkuy

Intake cadangan

Prased eksisting Q 1400 Lps

Alokasi air baku Kab. Bdg Q 200 Lps

Q AM = 2300 lps

cisarua

Dam Cilakicilaki

cibatarua

Stok 10 juta m3Stok 500 ribu m3

Q=800 lps

Gambar 23. Skema Pola Pengusahaan Sumber Air Baku

Page 42: Laporan Kajian Pola Pengusahaan Situ Cileunca

Untuk mendapatkan pola pengusahaan air baku yang berasal dari S. Cisangkuy karena dipergunakan juga oleh Plta (Indonesian Power), maka perlu dilihat lagi railway yang ada.

?

Gambar 24. Railway PLTA

Karena air digunakan oleh PLTA sebagai pembangkit listrik, maka perlu diketahui hubungan antara air yang masuk ke dalam PLTA dengan energi listrik yang digunakan. Semakin besar energi yang dihasilkan maka debit air yang digunakanpun harus lebih tinggi pula, dan kondisi ini harus dihitung mengingat keberadaan air yang banyak pihak yang berkepentingan sehingga perlu adanya optimalisasi pemanfaatan air.

Berikut metode untuk melihat berapa besar air yang digunakan untuk dapat menggerakan turbin dengan kapasitas tertentu :

4,87

1,85L

2

LDLs

D

Lx

C

3,587k

kQmaxh

2g

VohhHH

Keterangan : L = panjang pipa (m) D = diameter pipa (m) C = koefisien Chezy h = kehilangan tekan (headloss) H = head (tinggi tekan dalam meter)+H min <H <+Hmaks dikurangi elevasi tailrace Q = debit turbin (m3/dt)

Gambar . Gambar skematik pola operasi waduk dalam menjalankan turbin untuk dapat menghasilkan energi listrik

Gambar 25. Skema Pergerskan Turbin oleh Air dari Situ/Waduk

Page 43: Laporan Kajian Pola Pengusahaan Situ Cileunca

4,87

1,85L

2

LDLs

D

Lx

C

3,587k

kQmaxh

2g

VohhHH

Keterangan : L = panjang pipa (m) D = diameter pipa (m) C = koefisien Chezy h = kehilangan tekan (headloss) H = head (tinggi tekan dalam meter)+H min <H <+Hmaks dikurangi elevasi tailrace Q = debit turbin (m3/dt)

Gambar . Gambar skematik pola operasi waduk dalam menjalankan turbin untuk dapat menghasilkan energi listrik

Energi yang dihasilkan dihitung berdasarkan rumus berikut ini ;

P = η ρ g Q H atau P(t) = 9,81 η Q(t) H(t)

Dimana :

P = tenaga yang dihasilkan (Kilo watt)

= efisiensi turbin dan generator

Q(t) = debit yang digunakan (m3/det)

H(t) = tinggi jatuh rata-rata yang merupakan fungsi volume (m)

=

2

HH

2

VVf t1tt1t

2,628

HQη9,81P tt

t

Kilo Watt dan Q(t) dalam Mm3

W = P(t) x 730 x 10 -6 (GWH)

W = 2,725 x 10-3 x η x Q(t) x H(t) (GWH)

Di dalam membuat pola pengusahaan air dari sebuah Situ/Waduk mengacu pada Peraturan Pemerintah 37 Tahun 2010 tentang Bendungan, dimana pola operasi waduk harus mengacu kepada :

a. Tahun Keringb. Tahun Normalc. Tahun Basah

Page 44: Laporan Kajian Pola Pengusahaan Situ Cileunca

Sistem pengelolaan waduk deterministik menggunakan R 5 th (data historikal 1986-2008)

Untuk mempelajari memoarstokastik pengaruh iklim terhadaptahun basah-kering-normal dilakukan dengan metode markov.

PP 37 Tahun 2010 tentang Bendungan ps 44 : Pola operasi waduk terdiri atas pola operasi :

a. tahun kering; b. tahun normal; danc. tahun basah.

0

100

200

300

400

500

600

700

800

900

Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec

Volu

me

(Mm

3)

Bulan

KeringNormalBasah

Distribusi teoritis

Overshooting

Debit outflow melalui fungsi utilitas(turbin) /tidak ada debit outflow yang

terbuang melalui spillway

Sumber : Hasil analisis, 2011

Gambar 26.Pola Pengusahan Bendungan

Dan menurut Prof Arwin Sabar (2013) metode yang digunakan untuk pola pengusahaan waduk ini adalah sebagai berikut :

PedomanLintasan

• Gestion Avenir Connu• Pengoperasian waduk dengan debit

rencana

DETERMINISTIKMenentukan

lintasan pedoman

• Gestion Avenir Aleatoire• Pengoperasian waduk dengan

ketidakpastian debit inflow•model kontinu•model diskrit Markov

OPTIMALMengoptimalkanlintasan dengan

menerapkan model prakiraan debitPerubahan Iklim

Operasi WadukDeterministik

Kering Normal Basah

PP 37 2010

Model Prakiraan Debit Air

Metoda Kontinu

Metoda diskrit Markov

SOP Pola Pengusahaan

Waduk aktual

Kalibrasi

Metode ARIMA

Matrik Transisi Markov (Disertasi 1992)

Gambar 27. Pola Pengusahaan Waduk (Sabar, Arwin, 20130

Page 45: Laporan Kajian Pola Pengusahaan Situ Cileunca

Menghitung prakiraan debit dengan Metode Diskrit Markov adalah sebagai berikut :

Model diskrit Markov terdiri atas dua tarikan acak (tarikan 1 untuk menentukan state/keadaan dan tarikan 2 untuk menentukan besarannya).

Terdiri dari model biner (=2 kls) dan multikelas (> 2kls).

Model Markov merupakan model diskrit stokastik dalam pengambilan keputusan, dimana keputusan yang diambil pada saat t+1 tergantung pada keputusan yang diambil pada saat t.

Karena data debit bersifat stokastik, maka pendekatan dengan model markov dibuat melalui pembuatan matrik transisi yang menjelaskan mengenai nilai probabilitas (ketidakpastian) kejadian besaran debit tertentu, dimana jumlah probabilitas seluruh kejadian sama dengan 1.

Qr0, Qr1, dan Qr2 masing-masing adalah debit rata-rata pada kelas debit kering, normal dan basah.

n

QQ

n

1i ijrj

Page 46: Laporan Kajian Pola Pengusahaan Situ Cileunca

Pengelolaan Waduk Deterministik

Debit inflow aktual yang masuk waduk Saguling bersifat acak, sehingga ada kemungkinan lebih besar (overshoot), lebih kecil (undershoot), atau tepat sama dengan perkiraan debit yang direncanakan (lintasan pedoman).

Oleh karena itu diperlukan pengelolaan waduk optimal (avenir uncertain atau avenir aleatoire) yaitu mengelola waduk dengan menggunakan prakiraan debit masa depan.

Hal ini diperlukan untuk mengurangi terjadinya overshooting (limpasan) ataupun undershooting (kekurangan air) karena adanya ketidakpastian debit yang masuk ke waduk (Qinflow).

St+1 = St + Qi n - Qout

Penentuan lintasan pedoman (kering-normal-basah) memanfaatkan sifat stokastik data debit historikal

Metode prakiraan debit: Model Kontinu & diskrit Markov

Pkij (n) = probabilitas dimana state debit yang akan

diobservasi (n+1,j) jika state observasi saat ini adalah (n,i) dan jika keputusan yang diambil adalah k

1(n)Pk

1j

kij

Page 47: Laporan Kajian Pola Pengusahaan Situ Cileunca

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan

Dari hasil kajian Pola Pengusahaan Situ Cileunca/Cipanjunjang, PLTA Plengan, Lamajan dan Cikalong (PLC) dapat ditarik beberapa kesimpulan :

1. Kondisi alam yang banyak berubah dan banyaknya kepentingan di dalam memanfaatkan sumber air Situ Cileunca/Cipanjung, maka pola pengusahaan akan berubah pula.

2. Pola pengusahaan sangat dipengaruhi oleh keadaan iklim, aspek lingkungan, kepentingan dan juga ketersediaan data.

3. Penggunaan air dari Situ Cileunca/Cipanjunjang oleh PLTA berkorelasi positif terhadap kesediaan air baku untuk PDAM Kota Bandung

4. Kondisi alam dan data teknis yang telah berubah dari Situ Cileunca/Cipanunjang mengurangi catchment area

Page 48: Laporan Kajian Pola Pengusahaan Situ Cileunca

4.2. Saran

1. Diperlukan kajian khusus yang lebih mendetail untuk mendapatkan Pola Pengusahaan yang optimal yang sesuai dengan kebutuhan sumber air baku untuk PDAM Kota Bandung. Dengan adanya pola pengusahaan yang lebih baik lagi, maka akan didapatkan upaya-upaya yang harus dilakukan, baik itu dari sisi teknis, sosial ekonomi dan juga koordinasi antara pihak yang terkait.

2. Untuk mendapatkan perhitungan yang akurat dalam pola pengusahaan ini, maka perlu adanya data pendukung yang valid.

3. Karena hal ini melibatkan banyak pihak terkait diperlukan koordinasi yang lebih intens lagi.

Page 49: Laporan Kajian Pola Pengusahaan Situ Cileunca

V. FOTO KEGIATAN SURVEY

Page 50: Laporan Kajian Pola Pengusahaan Situ Cileunca

Pengedukan Sedimen di Intake Cikalong

Intake Cikalong

Page 51: Laporan Kajian Pola Pengusahaan Situ Cileunca

Prof. Arwin dan Bapak Edang

DAM Pulo

Page 52: Laporan Kajian Pola Pengusahaan Situ Cileunca

Pemanfaatan Air Oleh PDAM Kabupaten Tirtarahardja

Penggunaan Lahan di Sekitar Situ