Laporan Kadar Glukosa

11
Laporan Praktikum Hari/Tanggal : Sabtu/19 Desember 2009 Biokimia Umum Waktu : 08.00-11.00 WIB PJP : Waras Nurcholis, M.Si Asisten : Ervian Hadi Ramdani Joel Rivandi Sinaga Sri Asih Farah Meutia PENENTUAN KADAR GLUKOSA DALAM DARAH Kelompok I : Ahmad Fauzan C14080007 Nora Putri Sari C14080011 Sri Bonasi Sinaga C14080027

description

kadar glukosa

Transcript of Laporan Kadar Glukosa

Page 1: Laporan Kadar Glukosa

Laporan Praktikum Hari/Tanggal : Sabtu/19 Desember 2009Biokimia Umum Waktu : 08.00-11.00 WIB

PJP : Waras Nurcholis, M.SiAsisten : Ervian Hadi Ramdani

Joel Rivandi SinagaSri AsihFarah Meutia

PENENTUAN KADAR GLUKOSA DALAM DARAH

Kelompok I :

Ahmad Fauzan C14080007Nora Putri Sari C14080011Sri Bonasi Sinaga C14080027

DEPARTEMEN BIOKIMIAFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGORBOGOR

2009

Page 2: Laporan Kadar Glukosa

Pendahuluan

Suatu organisme merupakan rangkaian dari organ-organ yang memiliki

fungsinya masing-masing. Berbagai organ tersebut dapat bekerja aktif dengan

adanya kerja sama antar jaringan. Salah satu jaringan yang berperan penting bagi

kehidupan adalah jaringan darah. Keberadaan darah dalam tubuh sangatlah

penting. Peranan darah dalah tubuh yaitu berperan dalam transport oksigen,

karbon dioksida, metabolit- metabolit yang tidak diperlukan, mengatur suhu

tubuh normal, mempertahankan keseimbangan asam basa, mengatur

keseimbangan air, mengatasi infeksi, transport hormon dalam proses

metabolisme dan transport metabolit- metabolit antar jaringan (Lehninger, 1982).

Jumlah darah dalam tubuh sekitar 5 -7 % dari berat badan. Darah tersusun

oleh beberapa senyawa yang saling terkait yang diantaranya adalah glukosa.

Kadar normal glukosa dalam darah adalah 70 – 100 gr/dl. Akan tetapi nilai

tersebut tidak selalu tetap. Ketika kita makan makanan yang banyak mengandung

karbohidrat, maka kadar glukosa dalam darah akan meningkat menjadi 120-130

mg/dl. Sedangkan ketika kita dalam keadaan berpuasa, maka kadarnya turun

menjadi 60-70 mg/dl (Anonima, 2007).

Menurut Linder (1997) sumber glukosa dalam darah yaitu berasal dari

karbohidrat makanan, berbagai senyawa glukogenik yang mengalami

glukoneogenesis, serta glikogen hati oleh glikogenesis. Sebagian besar

karbohidrat yang terdapat pada makanan akan dicerna membentuk glukosa,

galaktosa atau fruktosa. Monosakarida tersebut langsung diabsorbsi ke dalam

vena porta. Setelah itu, galaktosa dan fruktosa akan diubah menjadi glukosa dalam

hati. Senyawa-senyawa glukogenik yang mengalami glukoneogenesis dibagi

menjadi dua kategori, yaitu senyawa yang langsung diubah menjadi glukosa tanpa

banyak resiklus, seperti beberapa asam amino dan propionate serta senyawa yang

merupakan hasil dari metabolisme parsial glukosa dalam jaringan tertentu yang

diangkut ke hati dan ginjal, dimana mereka disintesis kembali menjadi glukosa .

Tujuan

Percobaan kali ini bertujuan untuk mengetahui kadar glukosa (gula

pereduksi) dalam darah sapi dengan menggunakan metode spektofotometri.

Page 3: Laporan Kadar Glukosa

Alat dan Bahan

Pada percobaan ini menggunakan beberapa alat dan bahan. Adapun alat

yang digunakan yaitu pipet tetes, tabung reaksi, pipet volumetrik, penjepit tabung

reaksi, kertas tissu, corong, erlenmeyer, kertas saring, tabung Folin Wu, dan

spektronik-20. Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah darah

sapi, akuades, larutan kupritartat alkalis, larutan fosfomolibdat, larutan standar

glukosa 0,1 dan 0,2 mg/ml, larutan H2SO4 0,67 N, dan larutan Na-wolframat.

Prosedur Percobaan

Metode percobaan kali ini dimulai dengan sebanyak 1 ml darah dipipet ke

dalam erlenmeyer kecil, kemudian ditambahkan setetes demi tetes 1 ml Na-

wolframat 10%, dan 1 ml H2SO4 0,67 N. Larutan tersebut dicampur dengan baik

dan dibiarkan 10 menit, lalu disaring dengan kertas saring dalam tabung

erlenmeyer. Sebanyak 3 tabung reaksi dipersiapkan yang masing-masing diisi

dengan 1 ml filtrat, 1 ml standar glukosa, dan 1 ml akuasdes. Masing-masing

tabung ditambahkan 1 ml larutan kupritartrat. Kemudian ketiga tabung dipanaskan

dengan air mendidih selam 8 menit. Larutan didinginkan dan diencerkan dengan 7

ml akuades. Satu ml larutan fosfomolibdat ditambahkan pada setiap tabung,

perubahan warna yang terjadi diamati dan intensitas warnanya diamati dengan

spektronik-20 pada panjang gelombang 660 nm.

Data dan Hasil Percobaan

Tabel 1 Hasil uji penentuan kadar glukosa darahBahan Absorbansi Konsentrasi ( mg/ml)

Blanko 0,000 A 0,00Standar 0,660 A 0,1Sampel 0,220 AContoh Perhitungan sampel :

C Sampel = x C Standar

= x 0,1 mg/ml

= 0,0333 mg/ml

Pembahasan

Page 4: Laporan Kadar Glukosa

Percobaan kali ini dilakukan untuk menentukan kadar glukosa darah pada

sapi. Prinsip yang digunakan dalam percobaan ini adalah prinsip spektrofotometri.

Prinsip spektrofotometri berperan dalam menentukan intensitas warna pada

gelombang tertentu. Alat yang digunakan untuk analisis spektrofotometri adalah

spektronik-20. Prinsip kerja alat ini adalah suatu larutan akan menyerap cahaya,

besarnya cahaya yang diserap atau absorban sebanding dengan konsentrasi analat

pada sampel. Semakin tinggi nilai absorban, maka konsenterasi analat juga

semakin tinggi (Anonimc. 2007)

Besar penyerapan cahaya (absorbansi) dari suatu kumpulan atom atau

molekul dinyatakan oleh Hukum Beer-Lambert. Hukum Lambert menyatakan

bahwa proporsi berkas cahaya datang yang diserap oleh suatu bahan atau medium

tidak bergantung pada intensitas berkas cahaya yang datang. Hukum ini tentunya

hanya berlaku jika di dalam bahan atau medium tersebut tidak ada reaksi kimia

ataupun proses fisis yang dapat dipicu atau diimbas oleh berkas cahaya datang

tersebut (Anonimd. 2007).

Penentuan kadar glukosa darah pada sapi dapat di

uji dengan mencampurkan sampel (darah sapi) dengan berbagai larutan, seperti

larutan kupritartat alkalis, larutan fosfomolibdat, larutan standar glukosa, larutan

H2SO4 serta larutan Na-Wolframat. Larutan kupritartat alkalis berfungsi untuk

mengoksidasi glukosa, sedangkan untuk melarutkan kembali endapan Cu2O

menggunakan larutan fosfomolibdat. Larutan H2SO4 berfungsi untuk memisahkan

endapan dan filtrat. Larutan Na-Wolframat berfungsi untuk mengendapkan

protein.

Hasil dari percobaan larutan yang ditambahkan dengan larutan standar

glukosa 0,1 mg/ml, absorbansi yang dihasilkan sebesar 0,660. Hasil dari

absorbansi ini termasuk rendah karena warnanya yang tidak pekat sehingga

berpengaruh terhadap banyaknya molekul yang berinteraksi dengan sinar.

Berdasarkan Poedjiadi (1994), jika zat warna tersebut berupa larutan pekat, maka

akan diperoleh absorbansi yang sangat tinggi karena ada banyak molekul yang

berinteraksi dengam sinar. Akan tetapi, dalam larutan yang sangat encer, sangat

sulit untuk melihat warnanya. Hal ini karena nilai absorbansinya sangat rendah.

Bentuk wadah yang semakin panjang akan mempengaruhi panjang larutan

Page 5: Laporan Kadar Glukosa

sehingga sinar akan lebih banyak diserap karena sinar berinteraksi dengan lebih

banyak molekul (Girindra, 2007).

Dari hasil percobaan di atas diperoleh nilai absorban standar 0,660 A

dengan konsentrasi 0,1 mg/ml dan 0,220 A untuk nilai absorban sampel dengan

absorban dan konsentrasi blangko yang sama yaitu 0,000 A dan 0,0 mg/ml. Nilai

konsentrasi sampel adalah 0,0333 mg/ml. Nilai tersebut diperoleh dari hasil bagi

antara absorban sampel dan absorban standar dikali dengan konsentrasi standar.

Berdasarkan literatur, kadar normal glukosa dalam darah sapi adalah 70-90/100

mg/ml (Anonima, 2007). Hal ini berbeda dengan hasil yang diperoleh dari hasil

percobaan. Nilai kadar glukosa yang diperoleh pada percobaan kali ini lebih kecil

jika dibandingkan dengan nilai yang ada pada literatur. Oleh karena itu, dapat di

indikasikan bahwa darah sapi yang dijadikan sample percobaan mengalami

kekurangan kadar glukosanya.

Kekurangan kadar glukosa pada sapi dapat menimbulkan beberapa

penyakit, diantaranya ketosis. Ketosis merupakan salah satu penyakit yang sering

terjadi pada sapi perah . Penyakit ini terjadi akibat kekurangan glukosa di dalam

darah dan tubuh. Peristiwa ini biasanya sering terjadi pada sapi yang bunting tua

(masa kering) atau sapi-sapi yang baru melahirkan (masa awal laktasi) dengan

produksi susu yang tinggi (Anonimb, 2009). Pada masa kebuntingan tua

kebutuhan akan glukosa meningkat karena glukosa pada masa itu sangat

dibutuhkan untuk perkembangan pedet dan persiapan kelahiran. Sedangkan pada

masa awal laktasi glukosa sangat dibutuhkan untuk pembentukan laktosa (gula

susu) dan lemak, sehingga jika asupan dari karbohidrat dari pakan kurang maka

secara fisiologis tubuh aka berusaha mencukupinya dengan cara glukoneogenesis

yang biasanya dengan membongkar asam lemak dalam hati.

Efek samping dari pembongkoran asam lemak di hati untuk didapatkan

hasil akhir glukosa akan meningkatkan juga hasil samping yang disebut dengan

benda-benda keton dalam darah. Ketosis dapat bersifat primer seperti pada sapi

yang mempunyai produksi susu tinggi dengan pemberian karbohidrat dalam

pakan yang kurang. Akan tetapi ketosis juga bisa bersifat sekunder yaitu akibat

ganggguan penyakit tertentu yang menyebabkan terjadinya gangguan

metabolisme karbiohidrat meskipun karbohidrat pakan yang diberikan cukup.

Page 6: Laporan Kadar Glukosa

Kejadian ketosis yang bersifat sekunder dapat terjadi akibat kasus

Displasia Abomasum, Metritis, Peritonitis, Mastitis, atau penyakit-penyakit yang

menyebabkan penurunan nafsu makan dalam waktu yang lama. Ada dua bentuk

gejala penyakit ketosis yaitu adanya pembuangan benda-benda keton dan

gangguan syaraf. Pada awalnya biasanya hewan akan mengalami penurunan nafsu

makan lebih dari 2 atau 5 hari, kemudian malas bergerak, kaki bergetar, jalan

sempoyongan atau bahkan tidak kuat berdiri. Pengeluaran benda-benda keton bisa

dideteksi dengan adanya bau khas keton pada urin, susu atau dari nafas sapi yang

menderita. Gejala gangguan syaraf kadang-kadang dapat terlihat, ditandai dengan

sering menjilat, memakan benda-benda asing di sekitarnya dan kadang kala

mengalami kebutaan.

Kondisi gula darah apabila mengalami penurunan terlalu rendah maka

akan berkembang kondisi yang fatal disebut hipoglisemia. Gejala-gejalanya

adalah perasaan lelah, fungsi mental yang menurun, rasa mudah tersinggung, dan

kehilangan kesadaran. Apabila peningkatan hingga level tinggi disebut

hiperglisemia, nafsu makan akan tertekan untuk waktu yang singkat.

Hiperglisemia dalam jangka panjang dapat menyebabkan masalah-masalah

kesehatan yang berkepanjangan pula yang berkaitan dengan diabetes, termasuk

kerusakan pada mata, ginjal, dan saraf (Anonima, 2007).

Simpulan

Berdasarkan hasil percobaan, dapat disimpulakan bahwa darah sapi yang

dijadikan sebagai sampel mengalami kekurangan kadar glukosa. Hal ini terbukti

Page 7: Laporan Kadar Glukosa

Daftar Pustaka

Anonima. 2007. Glukosa.http://id.chem-is-try.org/wiki/Glukosa.[terhubung berkala].(20 Desember 2009)

Anonimb. 2009. Ketosis Pada Sapi Perah. http://budaxperah.Wordpress.com. [terhubung berkala].( 02 Januari 2010)

Anonimc. 2007. Spectrophotometer Absorbsi UV/VIS. http:// sentrabd.com /main/info/Insight/ Spectrophotometer.htm. (terhubung berkala). (20 Desember 2009).

Anonimd. 2007. Hukum Beer-Lambert. http://www.chem-is-try.org (22 Desember 2009).

Girinda A. 2007. Biokimia Patologi. Bogor: IPB.

Lehninger, Albert. 1982. Dasar-Dasar Biokimia. Erlangga: Jakarta

Linder, M.C.1997. Nutrisi dan Metabolisme Karbohidrat. Jakarta : EGC.

Poedjiadi A, 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Penerbit UI-Press: Jakarta.