laporan k5 lamun

28
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia mempunyai perairan laut yang lebih luas dari pada daratan, oleh karena itu Indonesia di kenal sebagai negara maritim. Perairan laut Indonesia kaya akan berbagai biota laut baik flora maupun fauna. Demikian luas serta keragaman jasad– jasad hidup di dalam yang kesemuanya membentuk dinamika kehidupan di laut yang saling berkesinambungan (Nybakken 1988). Salah satu bentuk kekayaan flora di perairan Indonesia yaitu adanya tumbuhan lamun. Lamun (seagrass) adalah satu- satunya kelompok tumbuhan berbunga yang hidup di lingkungan laut (Kasijan, 2001).Tumbuh-tumbuhan ini hidup di perairan yang dangkal. Lamun merupakan produktifitas primer di perairan dangkal di seluruh dunia dan merupakan sumber makanan penting bagi banyak organisme. Padang lamun merupakan ekosistem yang tinggi produktifitas organiknya, dengan keanekaragaman biota yang cukup tinggi. Pada ekosistem, ini hidup beraneka ragam biota laut seperti ikan, krustacea, moluska ( Pinna sp, Lambis sp, Strombus sp), Ekinodermata ( Holothuria sp, Synapta sp, Diadema sp, Arcbaster sp, Linckia sp) dan cacing ( Polichaeta) (Bengen, 2001). Lamun sangat berperan dalam ekosistemnya yaitu dalam hal dapat menstabilkan garis pantai karena lamun ini memiliki

Transcript of laporan k5 lamun

Page 1: laporan k5 lamun

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia mempunyai perairan laut yang lebih luas dari  pada daratan, oleh karena itu

Indonesia di kenal sebagai negara maritim. Perairan laut Indonesia kaya akan berbagai

biota laut baik flora maupun fauna. Demikian luas serta keragaman jasad– jasad hidup di

dalam yang kesemuanya membentuk dinamika kehidupan di laut yang saling

berkesinambungan (Nybakken 1988).

Salah satu bentuk kekayaan flora di perairan Indonesia yaitu adanya tumbuhan lamun.

Lamun (seagrass) adalah satu-satunya kelompok tumbuhan berbunga yang hidup di

lingkungan laut (Kasijan, 2001).Tumbuh-tumbuhan ini hidup di perairan yang dangkal.

Lamun merupakan produktifitas primer di perairan dangkal di seluruh dunia dan

merupakan sumber makanan penting bagi banyak organisme.

Padang lamun merupakan ekosistem yang tinggi produktifitas organiknya, dengan

keanekaragaman biota yang cukup tinggi. Pada ekosistem, ini hidup beraneka ragam

biota laut seperti ikan, krustacea, moluska ( Pinna sp, Lambis sp, Strombus sp),

Ekinodermata  ( Holothuria sp, Synapta sp, Diadema sp, Arcbaster sp, Linckia sp) dan

cacing ( Polichaeta) (Bengen, 2001).

Lamun sangat berperan dalam ekosistemnya yaitu dalam hal dapat menstabilkan garis

pantai karena lamun ini memiliki akar yang terjalin dengan kuat sehingga dapat

menstabilkan substrat yang ada agar tidak cepat tererosi oleh arus maupun gelombang air

laut.Selain itu juga fungsinya dalam mempertahankan kehidupan dari biota-biota laut

seperti ikan dalam bentuk juvenille karen lamun ini berfungsi dalam hal nursery ground,

feeding ground, dan spawning ground.

2.2 Tujuan Praktikum

Tujuan diadakan praktikum tentang lamun yaitu :

a. Mahasiswa dapat mempelajari dan mengetahui morfologi luar lamun.

b. Mahasiswa dapat menyebutkan kharakteristik masing-masing lamun.

Page 2: laporan k5 lamun

c. Mahasiswa dapat mengidentifikasi masing-masing lamun yang ada dengan

bantuan buku identifikasi.

d. Mahasiswa dapat membedakan dan menunjukkan berbagai jenis lamun

berdasarkan spesiesnya.

2.3 Manfaat

Melalui praktikum Botani Laut tentang Lamun, diharapkan mahasiswa dapat

membedakan spesies lamun yang terdapat di Indonesia, menyebutkan ciri-ciri, serta dapat

melakukan identifikasi atau taksonomi dengan benar.

Page 3: laporan k5 lamun

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Definisi Padang Lamun

Perairan pesisir merupakan lingkungan yang memperoleh sinar matahari cukup yang

dapat menembus sampai ke dasar perairan. Di perairan ini juga kaya akan nutrien karena

mendapat pasokan dari dua tempat yaitu darat dan lautan sehingga merupakan ekosistem

yang tinggi produktivitas organiknya. Karena lingkungan yang sangat mendukung di

perairan pesisir maka tumbuhan lamun dapat hidup dan berkembang secara optimal.

Lamun didefinisikan sebagai satu-satunya tumbuhan berbunga (Angiospermae) yang

mampu beradaptasi secara penuh di perairan yang salinitasnya cukup tinggi atau hidup

terbenam di dalam air dan memiliki rhizoma, daun, dan akar sejati. Beberapa ahli juga

mendefinisikan lamun (Seagrass) sebagai tumbuhan air berbunga, hidup di dalam air

laut, berpembuluh, berdaun, berimpang, berakar, serta berbiak dengan biji dan tunas.

Ekosistem padang lamun memiliki kondisi ekologis yang sangat khusus dan berbeda

dengan ekosistem mangrove dan terumbu karang. Ciri-ciri ekologis padang lamun antara

lain adalah :

1. Terdapat di perairan pantai yang landai, di dataran lumpur/pasir

2. Pada batas terendah daerah pasang surut dekat hutan bakau atau di dataran terumbu

karang

3. Mampu hidup sampai kedalaman 30 meter, di perairan tenang dan terlindung

4. Sangat tergantung pada cahaya matahari yang masuk ke perairan.

5. Mampu melakukan proses metabolisme secara optimal jika keseluruhan tubuhnya

terbenam air termasuk daur generatif

6. Mampu hidup di media air asin

7. Mempunyai sistem perakaran yang berkembang baik.

Padang lamun adalah ekosistem pesisir yang ditumbuhi oleh lamun sebagai vegetasi

yang dominan. Lamun (seagrass) adalah kelompok tumbuhan berbiji tertutup

(Angiospermae) dan berkeping tunggal (Monokotil) yang mampu hidup secara permanen

di bawah permukaan air laut (Sheppard et al., 1996). Komunitas lamun berada di antara

batas terendah daerah pasangsurut sampai kedalaman tertentu dimana cahaya matahari

masih dapat mencapai dasar laut (Sitania, 1998).

Page 4: laporan k5 lamun

2.2 Klasifikasi Lamun

Tanaman lamun memiliki bunga, berpolinasi, menghasilkan buah dan menyebarkan bibit

seperti banyak tumbuhan darat. Klasifikasi lamun adalah berdasarkan karakter tumbuh-

tumbuhan. Selain itu, genera di daerah tropis memiliki morfologi yang berbeda sehingga

pembedaan spesies dapat dilakukan dengan dasar gambaran morfologi dan anatomi.

Lamun merupakan tumbuhan laut monokotil yang secara utuh memiliki perkembangan

sistem perakaran dan rhizoma yang baik. Pada sistem klasifikasi, lamun berada pada Sub

kelas Monocotyledoneae, kelas Angiospermae. Dari 4 famili lamun yang diketahui, 2

berada di perairan Indonesia yaitu Hydrocharitaceae dan Cymodoceae. Famili

Hydrocharitaceae dominan merupakan lamun yang tumbuh di air tawar sedangkan 3

famili lain merupakan lamun yang tumbuh di laut.  

Di seluruh dunia diperkirakan terdapat sebanyak 52 jenis lamun, di mana di Indonesia

ditemukan sekitar 15 jenis yang termasuk ke dalam 2 famili: (1) Hydrocharitaceae, dan

(2) Potamogetonaceae. Jenis yang membentuk komunitas padang lamun tunggal, antara

lain: Thalassia hemprichii, Enhalus acoroides, Halophila ovalis, Cymodocea serrulata,

dan Thallassodendron ciliatum.

Eksistensi lamun di laut merupakan hasil dari beberapa adaptasi yang dilakukan

termasuk toleransi terhadap salinitas yang tinggi, kemampuan untuk menancapkan akar

di substrat sebagai jangkar, dan juga kemampuan untuk tumbuh dan melakukan

reproduksi pada saat terbenam. Salah satu hal yang paling penting dalam adaptasi

reproduksi lamun adalah hidrophilus yaitu kemampuannya untuk melakukan polinasi di

bawah air.  

Secara rinci klasifikasi lamun menurut Den Hartog (1970) dan Menez, Phillips, dan

Calumpong (1983) adalah sebagai berikut : 

Devisi : Anthophyta

Kelas : Angiospermae

Famili : Potamogetonacea

Subfamili : Zosteroideae

Genus : Zostera, Phyllospadix, Heterozostera.

Page 5: laporan k5 lamun

Lamun terdapat pada daerah mid-intertidal sampai kedalaman 50 atau 60 m. Namun

mereka tampak sangat melimpah di daerah sublitoral. Jumlah spesiesnya lebih banyak

terdapat di daerah tropik. Semua tipe substrat dihuni oleh lamun ini. Mulai dari lumpur

encer sampai batu-batuan, tetapi kebun yang paling luas dijumpai pada substrat yang

lunak.tersebut. Jika dilihat dari pola zonasi lamun secara horisontal, maka boleh

dikatakan ekosistem lamun terletak di antara 2 ekosistem bahari penting yaitu ekosistem

mangrove dan ekosistem terumbu karang.  Dengan letak yang berdekatan dengan 2

ekosistem pantai tropik tersebut, ekosistem lamun tidak terisolisasi atau berdiri sendiri

tetapi berinteraksi dengan kedua ekosistem

Dalam ekosistem lamun, rantai makanan terusun dari tingkat-tingkat trofik yang

mencakup proses dan pengangkutan detritus organik dari ekosistem lamun ke konsumen

yang agak rumit. Sumber bahan organik bersal dari produk lamun itu sendiri, di samping

tambahan dari epifit dan alga makrobentos, fitoplankon dan tanaman darat. Zat organik

dimakan fauna melalui perumputan (grazing) atau pemanfaatan detritus.

Lamun biasanya terdapat dalam julah yang melimpah dan sring membentk padang

lamun yang lebat dan luas di perairan tropik. Sifat-sifat lingkungan pantai, terutama

dekat estuari, cocok untuk pertumbuhan dan perkembangan lamun. Namun seperti

halnya mangrove, lamun juga hidup di lingkungan yang sulit. Pengaruh gelombang,

sedimentasi, pemanasan air, pergantian pasang dan surut dan curah hujan, semuanya

harus di hadapi dengan gigih dengan penyesuaian-penyesuaian secara morfologik dan

faal.

2.3 Karakteristik Sistem Vegetatif

Akar

Terdapat perbedaan morfologi dan anatomi akar yang jelas antara jenis lamun yang dapat

digunakan untuk taksonomi. Akar pada beberapa spesies seperti Halophila dan Halodule 

memiliki karakteristik tipis (fragile), seperti rambut, diameter kecil, sedangkan spesies

Thalassodendron memiliki akar yang kuat dan berkayu dengan sel epidermal. Jika

dibandingkan dengan tumbuhan darat, akar dan akar rambut lamun tidak berkembang

dengan baik. Namun, beberapa penelitian memperlihatkan bahwa akar dan rhizoma

lamun memiliki fungsi yang sama dengan tumbuhan darat. Akar-akar halus yang tumbuh

Page 6: laporan k5 lamun

di bawah permukaan rhizoma, dan memiliki adaptasi khusus (contoh : aerenchyma, sel

epidermal) terhadap lingkungan perairan. Semua akar memiliki pusat stele yang

dikelilingi oleh endodermis. Stele mengandung phloem (jaringan transport nutrien) dan

xylem (jaringan yang menyalurkan air) yang sangat tipis. Karena akar lamun tidak

berkembang baik untuk menyalurkan air maka dapat dikatakan bahwa lamun tidak

berperan penting dalam penyaluran air.  

Patriquin (1972) menjelaskan bahwa lamun mampu untuk menyerap nutrien dari dalam

substrat (interstitial) melalui sistem akar-rhizoma. Selanjutnya, fiksasi nitrogen yang

dilakukan oleh bakteri heterotropik di dalam rhizosper Halophila ovalis, Enhalus

acoroides, Syringodium isoetifolium dan Thalassia hemprichii cukup tinggi lebih dari 40

mg N.m-2.day-1. Koloni bakteri yang ditemukan di lamun memiliki peran yang penting

dalam penyerapan nitrogen dan penyaluran nutrien oleh akar. Fiksasi nitrogen

merupakan proses yang penting karena nitrogen merupakan unsur dasar yang penting

dalam metabolisme untuk menyusun struktur komponen sel.

Diantara banyak fungsi, akar lamun merupakan tempat menyimpan oksigen untuk proses

fotosintesis yang dialirkan dari lapisan epidermal daun melalui difusi sepanjang sistem

lakunal (udara) yang berliku-liku. Sebagian besar oksigen yang disimpan di akar dan

rhizoma digunakan untuk metabolisme dasar sel kortikal dan epidermis seperti yang

dilakukan oleh mikroflora di rhizospher. Beberapa lamun diketahui mengeluarkan

oksigen melalui akarnya (Halophila ovalis) sedangkan spesies lain (Thallassia

testudinum) terlihat menjadi lebih baik pada kondisi anoksik.

Larkum et al (1989) menekankan bahwa transport oksigen ke akar mengalami penurunan

tergantung kebutuhan metabolisme sel epidermal akar dan mikroflora yang berasosiasi.

Melalui sistem akar dan rhizoma, lamun dapat memodifikasi sedimen di sekitarnya

melalui transpor oksigen dan kandungan kimia lain. Kondisi ini juga dapat menjelaskan

jika lamun dapat memodifikasi sistem lakunal berdasarkan tingkat anoksia di sedimen.

Dengan demikian pengeluaran oksigen ke sedimen merupakan fungsi dari detoksifikasi

yang sama dengan yang dilakukan oleh tumbuhan darat. Kemampuan ini merupakan

adaptasi untuk kondisi anoksik yang sering ditemukan pada substrat yang memiliki

sedimen liat atau lumpur. Karena akar lamun merupakan tempat untuk melakukan

metabolisme aktif (respirasi) maka konnsentrasi CO2 di jaringan akar relatif tinggi.

Page 7: laporan k5 lamun

Rhizoma dan Batang

Semua lamun memiliki lebih atau kurang rhizoma yang utamanya adalah herbaceous,

walaupun pada Thallasodendron ciliatum (percabangan simpodial) yang memiliki

rhizoma berkayu yang memungkinkan spesies ini hidup pada habitat karang yang

bervariasi dimana spesies lain tidak bisa hidup. Kemampuannya untuk tumbuh pada

substrat yang keras menjadikan T. Ciliatum memiliki energi yang kuat dan dapat hidup

berkoloni disepanjang hamparan terumbu karang.

Struktur rhizoma dan batang lamun memiliki variasi yang sangat tinggi tergantung dari

susunan saluran di dalam stele. Rhizoma, bersama sama dengan akar, menancapkan

tumbuhan ke dalam substrat. Rhizoma seringkali terbenam di dalam substrat yang dapat

meluas secara ekstensif dan memiliki peran yang utama pada reproduksi secara vegetatif

dan reproduksi yang dilakukan secara vegetatif merupakan hal yang lebih penting

daripada reproduksi dengan pembibitan karena lebih menguntungkan untuk penyebaran

lamun. Rhizoma merupakan 60 – 80% biomas lamun.

Daun

Seperti semua tumbuhan monokotil, daun lamun diproduksi dari meristem basal yang

terletak pada potongan rhizoma dan percabangannya. Meskipun memiliki bentuk umum

yang hampir sama, spesies lamun memiliki morfologi khusus dan bentuk anatomi yang

memiliki nilai taksonomi yang sangat tinggi. Beberapa bentuk morfologi sangat mudah

terlihat yaitu bentuk daun, bentuk puncak daun, keberadaan atau ketiadaan ligula.

Contohnya adalah puncak daun Cymodocea serrulata berbentuk lingkaran dan berserat,

sedangkan C. Rotundata datar dan halus. Daun lamun terdiri dari dua bagian yang

berbeda yaitu pelepah dan daun. Pelepah daun menutupi rhizoma yang baru tumbuh dan

melindungi daun muda. Tetapi genus Halophila yang memiliki bentuk daun petiolate

tidak memiliki pelepah.

Anatomi yang khas dari daun lamun adalah ketiadaan stomata dan keberadaan kutikel

yang tipis. Kutikel daun yang tipis tidak dapat menahan pergerakan ion dan  difusi

karbon sehingga daun dapat menyerap nutrien langsung dari air laut. Air laut merupakan

sumber bikarbonat bagi tumbuh-tumbuhan untuk penggunaan karbon inorganik dalam

proses fotosintesis.

Page 8: laporan k5 lamun

2.4 Reproduksi Lamun

Lamun dapat mereproduksi secara seksual dan aseksual. Reproduksi seksual melalui

pemisahan fragmen atau rimpang yang hanyut (misalnya pada Zostera marina),

meskipun proses ini tampaknya sangat langka. Sedangakan Reproduksi seksual lamun

dilakukan dengan polinasi di air. Lamun mempunyai 3 sistem pollinasi ( cara

menghasilkan pollen ) yaitu :

a. Hydrophilous pollination, pollen dilepas ke laut & dibawa oleh arus laut.

b. Ephydrophily, pollen yang mengambang di permukaan air dibawa oleh pasang

surut

c. Dispersal, pollen berbentuk spherik ( bola berduri pada Hydrocharitaceae ).

2.5 Fungsi Padang Lamun

Menurut Azkab (1988), ekosistem lamun merupakan salah satu ekosistem di laut 

dangkal yang paling produktif. Di samping itu juga ekosistem lamun mempunyai

peranan penting dalam menunjang kehidupan dan perkembangan jasad hidup di laut

dangkal, sebagai berikut :

1. Sebagai produsen primer : Lamun memiliki tingkat produktifitas primer tertinggi bila

dibandingkan dengan ekosistem lainnya yang ada dilaut dangkal seperti ekosistem

terumbu karang (Thayer et al. 1975).

2. Sebagai habitat biota : Lamun memberikan tempat perlindungan dan tempat

menempel berbagai hewan dan tumbuh-tumbuhan (alga). Disamping itu, padang

lamun (seagrass beds) dapat juga sebagai daerah asuhan, padang pengembalaan dan

makanan berbagai jenis ikan herbivora dan ikan-ikan karang (coral fishes) (Kikuchi &

Peres, 1977).

3. Sebagai penangkap sedimen (sediment trap) : Daun lamun yang lebat akan

memperlambat air yang disebabkan oleh arus dan ombak, sehingga perairan

disekitarnya menjadi tenang. Disamping itu, rimpang dan akar lamun dapat menahan

dan mengikat sedmen, sehingga dapat menguatkan dan menstabilkan dasar

permukaan. Jadi, padang lamun disini berfungsi sebagai penangkap sedimen dan juga

dapat mencegah erosi (Gingsuburg & Lowestan, 1958).

Page 9: laporan k5 lamun

4. Sebagai pendaur zat hara : Lamun memegang peranan penting dalam pendauran

berbagai zat hara dan elemen-elemen yang langka dilingkungan laut. Khususnya zat-

zat hara yang dibutuhkan oleh algae epifit.

Sedangkan menurut Philips & Menez (1988), ekosistem lamun merupakan salah satu

ekosistem bahari yang produktif, ekosistem lamun pada perairan dangkal berfungsi

sebagai :     

1. Menstabilkan dan menahan sedimen–sedimen yang dibawa melalui tekanan–tekanan

dari  arus dan gelombang.

2. Daun-daun memperlambat dan mengurangi arus dan gelombang serta

mengembangkan sedimentasi.

3. Memberikan perlindungan terhadap hewan–hewan muda dan dewasa yang

berkunjung ke padang lamun.

4. Daun–daun sangat membantu organisme-organisme epifit.

5. Mempunyai produktifitas dan pertumbuhan yang tinggi.

6. Menfiksasi karbon yang sebagian besar masuk ke dalam sistem daur rantai makanan.

Selain itu secara ekologis padang lamun mempunyai beberapa fungsi penting bagi

wilayah pesisir, yaitu :

1. Produsen detritus dan zat hara.

2. Mengikat sedimen dan menstabilkan substrat yang lunak, dengan sistem perakaran

yang padat dan saling menyilang.

3. Sebagai tempat berlindung, mencari makan, tumbuh besar, dan memijah bagi

beberapa jenis biota laut,  terutama yang melewati masa dewasanya di lingkungan ini.

4. Sebagai tudung pelindung yang melindungi penghuni padang lamun dari sengatan

matahari.

Lamun juga dimanfaatkan oleh manusia baik secara modern maupun tradisional.

Secara Tradisional Secara Modern

Dimanfaatkan untuk kompos dan

pupuk

Cerutu dan mainan anak-anak

Dianyam menadi keranjang

Penyaring limbah

Stabilizator pantai

Bahan untuk pabrik kertas

Makanan

Page 10: laporan k5 lamun

Tumpukan untuk pematang

Pembuatan kasur (sebagai pengisi

kasur)

Dan dibuar jaring ikan

Sumber bahan kimia

Dan obat-obatan

2.5 Faktor-faktor Lingkungan

Beberapa faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap distribusi dan kestabilan

ekosistem padang lamun adalah :

Kecerahan

Penetrasi cahaya yang masuk ke dalam perairan sangat mempengaruhi proses fotosintesis

yang dilakukan oleh tumbuhan lamun. Lamun membutuhkan intensitas cahaya yang

tinggi untuk proses fotosintesa tersebut dan  jika suatu perairan mendapat pengaruh

akibat aktivitas pembangunan sehingga meningkatkan sedimentasi pada badan air yang

akhirnya mempengaruhi turbiditas maka akan berdampak buruk terhadap proses

fotosintesis. Kondisi ini secara luas akan mengganggu produktivitas primer ekosistem

lamun.

Temperatur

Secara umum ekosistem padang lamun ditemukan secara luas di daerah bersuhu dingin

dan di tropis. Hal ini mengindikasikan bahwa lamun memiliki toleransi yang luas

terhadap perubahan temparatur. Kondisi ini tidak selamanya benar jika kita hanya

memfokuskan terhadap lamun di daerah tropis karena kisaran lamun dapat tumbuh

optimal hanya pada temperatur 28 – 30 0C. Hal ini berkaitan dengan kemampuan proses

fotosintesis yang akan menurun jika temperatur berada di luar kisaran tersebut.

Salinitas

Kisaran salinitas yang dapat ditolerir tumbuhan lamun adalah 10 – 40 ‰ dan nilai

optimumnya adalah 35 ‰. Penurunan salinitas akan menurunkan kemampuan lamun

untuk melakukan fotosintesis. Toleransi lamun terhadap salinitas bervariasi juga

terhadap  jenis dan umur. Lamun yang tua dapat mentoleransi fluktuasi salinitas yang

besar. Salinitas juga berpengaruh terhadap biomassa, produktivitas, kerapatan, lebar daun

dan kecepatan pulih. Sedangkan kerapatan semakin meningkat dengan meningkatnya

salinitas.

Page 11: laporan k5 lamun

Substrat

Padang lamun hidup pada berbagai macam tipe sedimen, mulai dari lumpur sampai

karang. Kebutuhan substrat yang utama bagi pengembangan padang lamun adalah

kedalaman sedimen yang cukup. Peranan kedalaman substrat dalam stabilitas sedimen

mencakup 2 hal yaitu : pelindung tanaman dari arus laut dan tempat pengolahan dan

pemasok nutrien.

Kecepatan arus

Produktivitas padang lamun juga dipengaruhi oleh kecepatan arus perairan. Pada saat

kecepatan arus sekitar 0,5 m/detik, jenis Thallassia testudium mempunyai kemampuan

maksimal untuk tumbuh.

Page 12: laporan k5 lamun

BAB III

MATERI DAN METODE

3.1 Waktu dan Tempat Praktikum

Praktikum ini dilakukan pada:

Hari/ tanggal :

Waktu :

Tempat : Laboratorium Kelautan Terpadu Jurusan Ilmu Kelautan

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas

Diponegoro Semarang.

3.2. Materi

3.2.1 Alat :

Alat Tulis digunakan untuk menulis dan menggambar sample

Kertas Folio digunakan untuk menggambar

Penggaris untuk mengaris dan mengukur sampel

Buku identifikasi : untuk membantu mengidentifikasi bahan sampel yang

diamati

3.2.2 Bahan :

Beberapa jenis lamun yang ditemukan di laut, seperti : Cymodocea rotundata,

Enhalus acoroides, Thalassia Hemprichii, Syringodium isoetifolium, Halophila

ovalis.

3.3. Metode

Mengamati bahan sample lamun meliputi ciri-ciri dan morfologinya.

Page 13: laporan k5 lamun

Menggambar bahan sample lamun yang diamati, mencatat dan mengukur hal-hal

yang perlu diukur.

Mengidentifikasi jenis-jenisnya dan menentukan klasifikasinya.

Mencatat sebagai laporan sementara

Page 14: laporan k5 lamun

BAB IV

HASIL PRAKTIKUM DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Praktikum

Sryngodium isoetifolum Taksonomi Ciri-ciri

Gambar 1 :

Gambar 2 :

Kingdom : Plantae

Divisi : Anthophyta

Kelas : Angiospermae

Famili :

Potamogetonaceae

Sub famili : Posidonioidea

Genus : Sryngodium

Spesies : Sryngodium

isoetifolium

Page 15: laporan k5 lamun

Enhalus Acoroides Taksonomi Ciri-ciri

Gambar 1:

Gambar 2:

Kingdom : Plantae

Divisi : Anthophyta

Kelas : Angiospermae

Famili : Hydrocharitaceae

Subfamili : Hydrocharitoideae

Genus : Enhalus

Spesies : Enhalus acoroides

Page 16: laporan k5 lamun

Thallasia Hemprichii Taksonomi Ciri-ciri

Gambar 1:

Gambar 2 :

Kingdom : Plantae

Subkingdom: Tracheobionta

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Liliopsida

Subkelas : Alismatidae

Ordo : Hydrocharitales

Famili : Hydrocharitaceae

Genus : Thalassia

Spesies : Thalassia hempricii

Page 17: laporan k5 lamun

Halophila ovalis Taksonomi Ciri-ciri

Gambar 1:

Gambar 2:

Kingdom : Plantae

Divisi : Anthophyta

Kelas : Angiospermae

Famili : Hydrocharitaceae

Sub famili : Halophiloideae

Genus : Halophila

Spesies : Halophila ovalis

Page 18: laporan k5 lamun

Cymodocea rotundata Taksonomi Ciri-ciri

Gambar 1:

Gambar 2:

Kingdom :Plantae

Divisi: Magnoliophyta

Kelas : Liliopsida

Ordo : Potamogetonales

Famili : Cymodoceaceae

Genus : Cymodocea

Species: Cymodocea

rotundata

Page 19: laporan k5 lamun

4.2 Pembahasan

4.2.1 Syringodium isoetifolum

Habitat : Tumbuhan laut sejati, tumbuh pada rataan terumbu bersubtsrat pasir,

tumbuh sampai kedalaman 3 m, pada zona yang tidak terlalu lama terekspos udara

pada saat surut maksimal atau pada teluk yang bersubstrat pasir terrigenous, tidak

pernah menyusun padang lamun monospesifik namun tumbuh bersama-sama

dengan jenis lamun yang lain.

Karakteristik Morfologi: Daun silindris dengan panjang mencapai 25 cm dan lebar

2 mm. (Retno Wibaningrum)

4.2.2 Enhalus acroides

Habitat :Tumbuhan laut sejati, habitatnya luas pada rataan terumbu yang

bersubstrat lumpur terrigenous lunak sampai pasir karbonat koarse, namun

ditemukan hanya pada kedalaman perairan.

Karakteristik Morfologi : Akar panjangnya mencapai 30 cm, rhizome berdiameter

>1cm, dengan rambut-rambut kaku berwarna hitam, daun pipih, berbentuk pita

panjang, jumlah helaian 2 -5, panjang helaian 30-150 cm dan lebar 13 - 17 mm,

ujung daun umumnya ditemukan tidak utuh lagi/putus karena kekuatan

gelombang, bunga jantan dan bunga betina terdapat pada tumbuhan yang berbeda,

bunga jantan bertangkai pendek lurus, bunga betina bertangkai panjang melekuk-

lekuk seperti spiral, buah berukuran besar, permukaan luar berambut tebal, satu

buah berisi 12 biji.

(Retno Wibaningrum)

4.2.3 Thallasia Hemprichii

Species yang paling melimpah dan distribusinya paling luas Mendominasi pada

komunitas campuran. Disebut Lamun dugong karena banyak disukai oleh dugong.

Tumbuh pada berbagai substrat yang bervariasi seperti pasir kasar, pasir kasar

berbatu dan pecahan karang. Akar rimpangnya pendek dan berbuku - buku. Daun

berbentuk pita, tepi rata dan ujung tumpul. T.hemprichii

4.2.4 Halophila ovalis

Habitat : Tumbuhan laut sejati, habitatnya luas pada rataan terumbu pada zona

intertidal atas sampai kedalaman 30 m, memiliki kisaran ekologis yang luas, dan

Page 20: laporan k5 lamun

seringkali menjadi populasi pioneer walaupun juga dapat tumbuh melimpah

bersama jenis lamun lain.

Karakteristik Morfologi : Daun pipih, berbentuk bulat telur, bertangkai daun yang

seringkali bagian yang mendukung helaian berwarna merah, panjang helaian

maksimum mencapai 3,2 cm dan lebar maksimum mencapai 1,3 cm, pertulangan

daun berjumlah 10-25 pasang. (Retno Wibaningrum)

4.2.5 Cymodocea rotundata

Salah satu species yang dominan didaerah intertidal Species pemula. Pinggiran

daun berbentuk bulat. Daun datar, bunga tunggal dengan lembaran daun bunga,

akar cenderung serabut, tanpa cabang, dengan tonjolan kecil pada setiap nodus,

daun mempunyai 7 - 17 jari, ovary berbentuk ganda dan terpisah menjadi 2

stigmata. Rimpang di tunasnya berwarna coklat muda dan putih, panjang antara

11 - 35,9 mm. Daun berbentuk pita, tepinya rata dan ujungnya tumpul, jumlahnya

2 - 33 helai, terdapat pada tunas cabang yang muncul dari buku akar rimpang

daun berukuran panjang antara 77,2 - 180,3 mm dan lebar antara 3,7- 4,95 mm.

Sarung daun berbentuk tirus, ramping kecil pada pangkalnya.

.

Page 21: laporan k5 lamun

BAB V

KESIMPULAN

Dari hasil praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:

a. Lamun merupakan tumbuhan yang berbunga.

b. Lamun telah dapat dibedakan akar, batang dan daunnya.

c. Untuk menentukan ciri-ciri berbagai spesies lamun maka hal yang dapat dijadikan

dasar pembeda antar spesies lamun yaitu bentuk daun dan jumlah lembaran daun,

bentuk akar, jarak internodus, jenis subtrat.

d. Dari hasil pengamatan beberapa spesies lamun yang ada di Indonesia yaitu

Syringodium isoetifolum, Cymodocea rotundata, Enhalus acoroides, Halophila

ovalis, dan Thalassia hempricii

Page 22: laporan k5 lamun

DAFTAR PUSTAKA

Bengen,D.G. 2001. Sinopsis ekosistem dan sumberdaya alam pesisir. Pusat Kajian

Sumberdaya Pesisir dan Lautan, Instititut Pertanian Bogor.

Nontji, Anugrah. 1993. Laut Nusantara. Jakarta Djambatan

Nybaken,J.W. 1988. Biologi Laut suatu pendekatan ekologis. Gramedia, Jakarta.

Romimohtarto Kasijan-Sri Juwana. 2001. Biologi Laut-Ilmu Pengetahuan Tentang Biota

Laut. Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi-LIPI. Jakarta.

Wimbaningrum, Retno. http://plasmanutfah.unej.ac.id/node/4228

www. Wildsingapore.com