Laporan Interim Masterplan

102

Transcript of Laporan Interim Masterplan

Page 1: Laporan Interim Masterplan

 

Page 2: Laporan Interim Masterplan

LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi

i

Sesuai dengan SP No. KPA/SP/DPU-I-S/PU/X/2011 tanggal 17 Oktober 2011 antara

Pengguna Jasa pekerjaan ini adalah Dinas Pekerjaan Umum Kota Cimahi Kuasa Pengguna

Anggaran Bidang Permukiman dan Perumahan dengan PT. Secon dWitunggal Putra

tentang Pekerjaan Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi, maka kami

melaporkan :

LAPORAN INTERIM

Dalam laporan ini diuraikan tentang Latar Belakang, Maksud dan Tujuan, Apresiasi,Lokasi,

Koordinasi dan Arahan, Tinjauan Sosial Ekonomi, Tinjauan RTRW, Hidrologi, Identifikasi

dan Inventarisasi Kondisi Eksisting serta Konsep Penyusunan Master Drainase.

Demikian Laporan ini disampaikan untuk memberikan gambaran pekerjaan, saran dan

masukan dari direksi pekerjaan diharapkan dapat menyempurnakan laporan ini.

Bandung, Desember 2011 PT. SECON Dwitunggal putra

DRS. Radjulaini, MPd Team Leader

Page 3: Laporan Interim Masterplan

LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi

ii

DAFTAR ISI ii

DAFTAR TABEL v

DAFTAR GAMBAR viii

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang I-1

1.2 Maksud dan Tujuan I-2

1.3 Sasaran I-2

1.4 Waktu Pelaksanaan I-4

1.5 Nama Organisasi Pengguna Jasa I-4

1.6 Nama dan Ruang Lingkup Wilayah Pekerjaan I-4

1.7 Lingkup Kegiatan I-7

BAB II. APRESIASI, LOKASI, KOORDINASI DAN ARAHAN

2.1 Wilayah Administratif Cimahi II-1

2.2 Kondisi Fisik Kota Cimahi II-3

2.2.1 Kondisi Geologi II-3

2.2.2 Kondisi Topografi II-3

2.2.3 Kondisi Hidrologi II-4

2.2.4 Iklim dan Curah Hujan II-5

2.3 Tata Guna Lahan II-5

2.4 Kondisi Prasarana dan Sarana Jalan II-5

2.5 Rekap Hasil Koordinasi dan Arahan II-6

2.6 Batas – batas Daerah Perencanaan II-6

2.7 Identifikasi dan Inventarisasi Permasalahan Umum dan

Spesifikasi Lokasi II-8

Page 4: Laporan Interim Masterplan

LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi

iii

2.8 Permasalahan Kawasan Perkotaan Cimahi II-9

BAB III. TINJAUAN SOSIAL DAN EKONOMI

3.1 Tinjauan Sosial III-1

3.1.1 Fasilitas Pendidikan III-1

3.1.2 Fasilitas Kesehatan III-7

3.1.3 Fasilitas Peribadatan III-9

3.1.4 Fasilitas Permukiman/Perumahan III-12

3.2 Tinjauan Ekonomi III-13

3.2.1 Ekonomi Makro III-13

3.2.2 Ekonomi III-18

3.2.3 Usaha Masyarakat III-20

BAB IV. HIDROLOGI

4.1 Analisa Curah Hujan IIV-1

4.2 Intensitas Hujan IIV-2

4.2.1 Model Intensitas Hujan Mononobe IIV-2

4.2.2 Model Intensitas Hujan Mononobe Modifikasi (MMK) IIV-9

4.3 Debit Banjir Rencana Berdasarkan Intensitas Hujan IIV-24

BAB V. IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI KONDISI EKSISTING

5.1 Identifikasi Dan Inventarisasi Lapangan IV-1

5.2 Kondisi Drainase Ekisting IV-1

5.2.1 Permasalahan Drainase Perkotaan IV-2

5.2.2 Permasalahan Drainase Ibukota Kecamatan IV-6

BAB VI. KONSEP PENYUSUNAN MASTER DRAINASE

6.1 Umum VI-1

6.2 Acuan Teknis Formal VI-1

6.3 Konsep Eko-Hidraulik dalam Drainase VI-8

6.3.1 Fungsi Sungai sebagai Saluran Drainase VI-8

6.3.2 Pelurusan Sungai, Sudetan dan Tanggul VI-9

6.3.3 Drainase Ramah Lingkungan VI-9

Page 5: Laporan Interim Masterplan

LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi

iv

6.3.4 Eko-Engineering dalam Eko-Hidraulik VI-12

6.4 Prinsip-prinsip Teknis Master Plan Drainase Kota Cimahi VI-17

6.5 Strategi Pelaksanaan Pekerjaan VI-17

6.6 Indikasi Program VI-21

Page 6: Laporan Interim Masterplan

LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi

v

Tabel 2.1 Data Administrasi Kota Cimahi II-2

Tabel 2.2 Data DAS Kota Cimahi II-11

Tabel 2.3 Jumlah Penduduk dan Komposisi Penduduk Kabupaten

Sumedang Tahun 2003 – Tahun 2009 II-24

Tabel 2.4 Kepadatan Penduduk Kota Cimahi Tahun

2003 - Tahun 2009 (sampai 17 Agustus 2009) II-25

Tabel 3.1 Jumlah TK, Kelas dan siswa menurut Kelompok di Kota Cimahi III-2

Tabel 3.2 Jumlah SD, siswa Negeri dan swasta Menurut kelas di Kota

Cimahi III-3

Tabel 3.3 Jumlah Madrasah Ibtidaiyah (MI) Siswa Negeri dan swasta di

Kota Cimahi III-4

Tabel 3.4 Jumlah SLTP, Siswa Menurut Kelas di Kota Cimahi III-5

Tabel 3.5 Jumlah SMU,Siswa Menurut Kelasa di kota Cimahi III-6

Tabel 3.6 Jumlah SMK, Siswa Menurut Kelas di Kota Cimahi III-7

Tabel 3.7 Jumlah Rumah Sakit Menurut Kecamatan di Kota Cimahi III-9

Tabel 3.8 Jumlah Rumah Sakit Menurut Kecamatan di Kota Cimahi III-10

Tabel 3.9 Jumlah Tenaga Kesehatan Menurut Kecamatan di Kota Cimahi III-11

Tabel 3.10 Jumlah Tempat Perbadatan Umat Islam di Kota Cimahi III-12

Tabel 3.11 Jumlah sarana Peribadatan Agama Kristen Protestan, Katolik,

Hindu dan Budha di Kota Cimahi III-13

Tabel 4.1 Nomor Urut Data Intensitas Hujan Berdasarkan Metode

Gingorten IV-5

Tabel 4.2 Nilai Intensitas Hujan Berdasarkan Metode Gingorten IV-5

Tabel 4.3 Tabel Perhitungan Nilai tetapan Model Intensitas Hujan

Mononobe untuk Periode ulang T = 2 IV-6

Tabel 4.4 Nilai tetapan m dan R24/24 untuk setiap Periode Ulang IV-7

Tabel 4.5 Proyeksi Intensitas Hujan Model Mononobe untuk Lokasi kajian IV-8

Tabel 4.6 Nomor Urut Data, Curah Hujan Harian dan Koefisien R 24

24

Page 7: Laporan Interim Masterplan

LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi

vi

Berdasarkan data curah hujan Stasiun Hujan Dago Pakar IV-11

Tabel 4.7 Nomor Urut Data, Curah Hujan Harian dan Koefisien R 24

24

Berdasarkan data curah hujan Stasiun Pengamatan Cipeusing IV-11

Tabel 4.8 Nomor Urut Data, Curah Hujan Harian dan Koefisien R 24

24

Berdasarkan data curah hujan Stasiun Pengamatan Margahayu IV-12

Tabel 4.9 Formulasi untuk Menghitung Tetapan mh untuk Setiap t (jam)

Berdasarkan data curah hujan Stasiun Pengamatan Cipeusing IV-13

Tabel 4.10 Formulasi untuk Menghitung Tetapan mh untuk Setiap t (jam)

Berdasarkan data curah hujan Stasiun Pengamatan Margahayu IV-13

Tabel 4.11 Formulasi untuk Menghitung Tetapan mh untuk Setiap t (jam)

Berdasarkan data curah hujan Stasiun Pengamatan Dago Pakar IV-14

Tabel 4.12 Formulasi dan Tetapan mh untuk Model Mononobe yang Telah

Dikembangkan (MMK) Berdasarkan data curah hujan Stasiun

Hujan Margahayu IV-14

Tabel 4.13 Formulasi dan Tetapan mh untuk Model Mononobe yang Telah

Dikembangkan (MMK) Berdasarkan data curah hujan Stasiun

Cipeusing IV-15

Tabel 4.14 Formulasi dan Tetapan mh untuk Model Mononobe yang Telah

Dikembangkan (MMK) Berdasarkan data curah hujan Stasiun

Margahayu IV-15

Tabel 4.15 Hubungan antara mh dengan Durasi Hujan (t:jam) dan Formulasi

Model Mononobe yang Telah Dikembangkan (MMK) Berdasarkan

data curah hujan Dago Pakar IV-16

Tabel 4.16 Hubungan antara mh dengan Durasi Hujan (t:jam) dan Formulasi

Model Mononobe yang Telah Dikembangkan (MMK) Berdasarkan

data curah hujan Cipeusing IV-16

Tabel 4.17 Hubungan antara mh dengan Durasi Hujan (t:jam) dan Formulasi

Model Mononobe yang Telah Dikembangkan (MMK) Berdasarkan

data curah hujan Stasiun Margahayu IV-17

Tabel 4.18 Proyeksi Intensitas Hujan Model Mononobe yang Telah Dikembangkan (MMK) Berdasarkan data curah hujan Stasiun Hujan Dago Pakar IV-18

Page 8: Laporan Interim Masterplan

LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi

vii

Tabel 4.19 Proyeksi Intensitas Hujan Model Mononobe yang Telah

Dikembangkan (MMK) Berdasarkan data curah hujan Stasiun

Hujan Cipeusing IV-19

Tabel 4.20 Proyeksi Intensitas Hujan Model Mononobe yang Telah

Dikembangkan (MMK) Berdasarkan data curah hujan Stasiun

Hujan Margahayu IV-21

Tabel 4.21 Harga C Berdasarkan Type Catchment Area IV-23

Tabel 5.1 Rekapitulasi Permasalahan Drainase Eksisting V-2

Page 9: Laporan Interim Masterplan

LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi

viii

Gambar 2.1 Citra Google Earth Daerah Perkotaan Cimahi II-7

Gambar 2.2 Drainase dijalan Melong drainase tertutup sedimen sampah II-9

Gambar 2.3 Drainase rusak di sekitar daerah Melong dan tertutup sedimen II-9

Gambar 2.4 Sungai yang tertutup sedimen sehingga air menjadi tinggi II-10

Gambar 2.5 Drainase di sekitar Cibeureum yang dialiri air limbah II-10

Gambar 2.6 Saluran Drainase yang tertutup sampah di daerah Cibeureum II-11

Gambar 2.7 Saluran drainase tertutup di bawah fly Over Cimindi II-11

Gambar 2.8 Drainase di sekitar Cimindi yang tertutup sedimen dan sampah II-12

Gambar 2.9 Gorong-gorong di bawah Fly Over Cimindi yang tertutup sampah II-12

Gambar 2.10 Dimensi Gorong-gorong yang kecil dan tertutup sampah di sekitar

Cimindi II-13

Gambar 2.11 Drainase tertutup sedimen, sampah dan batu II-13

Gambar 2.12 Saluran Drainase di daerah Cibaligo II-14

Gambar 2.13 Dimensi saluran yang tidak memadai di sekitar Cibaligo II-14

Gambar 2.14 Drainase yang menempel dengan rumah warga serta tertutup

sedimen II-15

Gambar 2.15 Drainase di daerah Cihanjuang dan tertutup sampah II-15

Gambar 2.16 Pada tanggal 22 Oktober di Cihanjuang terjadi banjir akibat hujan

yang cukup besar serta dimensi saluran yang tidak memadai II-16

Gambar 2.17 Akibat dimensi yang tidak memadai air meluap dan menggenang

di jalan II-16

Gambar 2.18 Hujan yang cukup deras menggenangi jalan di bawah fly over

Cimindi II-17

Gambar 2.19 Debit air yang cukup besar di salah satu saluran drainase di

sekitar Cimindi II-17

Gambar 2.20 Akibat air meluap ke jalan aktivitas terganggu sehingga

mengakibatkan kemacetan II-18

Page 10: Laporan Interim Masterplan

LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi

ix

Gambar 2.21 Drainase di Cisangkan yang tertutup sedimen dan batu II-18

Gambar 2.22 Sedimen dan sampah yang cukup tebal menghambat aliran air II-19

Gambar 2.23 Saluran yang rusak akibat kurangnya pemeliharaan II-19

Gambar 2.24 Saluran yang tetutup sampah di wilayah Leuwi gajah II-20

Gambar 2.25 Saluran yang menuju sungai dengan dimensi yang kecil dan

tertutup material II-20

Gambar 2.26 Embung Leuwi gajah II-21

Gambar 2.27 Pencatatan hasil survey lapangan dan pengambilan koordinat

dengan menggunakan GPS II-21

Gambar 2.27 Koordinasi pada saat survey lapangan II-22

Gambar 4.1. Flowchart Analisis Hidrologi IV -3 Gambar 4.2. Grafik Model Intensitas Hujan (Gringorten) IV -5 Gambar 4.3. Grafik Model Intensitas Hujan Mononobe IV -8 Gambar 4.4. Flowchart Analisis Hidrologi Menggunakan MMK IV -10 Gambar 4.5 Intensitas Hujan Model Mononobe yang Telah Dikembangkan

(MMK) Berdasarkan data curah hujan Stasiun Hujan Dago

Pakar

IV -18

Gambar 4.6. Intensitas Hujan Model Mononobe yang Telah Dikembangkan

(MMK) Berdasarkan data curah hujan Stasiun Hujan Cipeusing IV -19

Gambar 4.7. Intensitas Hujan Model Mononobe yang Telah Dikembangkan

(MMK) Berdasarkan data curah hujan Stasiun Hujan

Margahayu

IV -20

Gambar 4.9. Langkah Perhitungan Debit Banjir Maksimum Drainase IV -24 Gambar 6.1. Ilustrasi alur air hujan di rumah VI -11 Gambar 6.2. Kerangka berpikir penyusunan Master Plan Drainase Kota

Cimahi VI -19

Page 11: Laporan Interim Masterplan

LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi

I - 1

1.1. Latar Belakang

ota Cimahi terletak 10 KM di sebelah barat Kota Bandung sebagai ibu kota Propinsi

Jawa Barat. Kota Cimahi terdiri dari 3 (tiga) kecamatan, yaitu Kecamatan Cimahi

utara, Kecamatan Cimahi Tengah, dan Kecamatan Cimahi Selatan dengan ketinggian 730 m

diatas permukaan laut, topografi bergelombang dan kemiringan antara 0-15% hampir seluruh

wilayah kota. Hanya tiga kelurahan yang mempunyai kemiringan lebih dari 15% yaitu

kelurahan Cipageran, Padasuka dan Cibeber.

Kota Cimahi mempunyai enam sungai alam yang mengalir dari arah utara ke selatan. Sungai-

sungai tersebut terdapat pada wilayah bagian timur sampai ke barat, yang meliputi Sungai

Cibeureum, Sungai Cilember, Sungai Mancong, Sungai Cimahi, Sungai Cisangkan dan Sungai

Cisasak. Keseluruhan sungai mempunyai daerah pengaliran sungai (DPS) tersendiri yang

bermuara di Sungai Citarum. Sungai-sungai tersebut melalui kawasan permukiman hingga

kawasan industri. Daerah persawahan yang sebelumnya ada, saat ini sudah mulai terkonversi

oleh bangunan-bangunan permukiman dan lain-lain seiring dengan perkembangan kota dan

pertumbuhan penduduk yang memerlukan lahan untuk ditempati. Lebih jauh, dengan

terjadinya alih fungsi sawah menjadi area terbangun, telah menyebabkan alih fungsi saluran

irigasi menjadi saluran drainase yang tentunya memiliki prinsip pengaliran yang berlawanan.

Penduduk Kota Cimahi yang setiap tahunnya bertambah tentunya membutuhkan peningkatan

sarana dan prasarana yang berakibat terhadap perubahan tata guna dan tutupan lahan.

Tutupan lahan dengan perekerasan semakin meningkat karena peningkatan jumlah pemukiman

yang cenderung mengurangi infiltrasi air hujan atau meningkatkan limpasan permukaan (run

off). Perubahan sifat dan karakteristik aliran permukiman ini tentunya harus diikuti dengan

penyesuaian prasarana drainase. Banyaknya konversi lahan yang tidak diikuti dengan

penanganan drainase yang tepat dan berwawasan lingkungan telah menimbulkan banyak

masalah belakangan ini. Konsep drainase yang hanya bertujuan untuk mengalirkan air hujan

secepatnya telah mengakibatkan banyaknya lokasi banjir berikut peningkatan banjir di

beberapa kawasan. Lebih jauh, konsep ini telah menyebabkan berkurangnya resapan air tanah

Page 12: Laporan Interim Masterplan

LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi

I - 2

yang secara langsung mengancam kelestarian air tanah dan menyebabkan kekeringan. Sistem

drainase yang berwawasan lingkungan menggunakan konsep peningkatan waktu tinggal air

hujan yang jatuh di darat semaksimum mungkin berada di daratan. Usaha yang dilakukan

untuk peningkatan waktu tinggal air hujan di daratan adalah dengan meningkatkan inflitrasi,

perkolasi dan mengurangi debit limpasan air hujan. Meskipun demikian konsep drainase

berwawasan lingkungan harus tetap mampu menjalankan fungsi drainase Pengentasan

masalah banjir tentunya tidak bisa hanya diselesaikan tempat per tempat secara parsial. Untuk

mengatasi permasalahan saluran ini harus dibuat suatu perencanaan yang menyeluruh dan

terintegrasi agar tidak terjadi ‘pemindahan’ masalah banjir dari satu tempat ke tempat yang

lain. Dalam rangka penyelesaian masalah banjir dan penertiban drainase di seluruh kawasan di

Kota Cimahi, pemerintah Kota Cimahi melalui Dinas Pekerjaan Umum selaku instansi teknis

pelaksanaan pembangunan fisik di Kota Cimahi akan membuat masterplan drainase yang

mencakup pekerjaan perencanaan drainase yang menyeluruh dan terintegrasi di seluruh

wilayah kota berikut rencana teknis pelaksanaannya.sebagai pencegah terjadinya genangan

dan banjir.

1.2. Maksud dan Tujuan

Maksud : Maksud dari pekerjaan ini adalah sebagai petunjuk bagi Konsultan Perencana yang

memuat azas, kriteria dan proses yang harus dipenuhi, diperhatikan dan

diinterpretasikan di dalam melaksanakan tugas pekerjaan ini.

Tujuan : Tujuannya adalah membuat suatu masterplan drainase sebagai referensi dalam

perencanaan detail teknis drainase Kota Cimahi. Di beberapa lokasi prioritas akan

dilakukan Detail Engineering Design teknis (DED).

1.3. Sasaran

Sasaran kegiatan ini adalah secara khusus untuk mengatasi banjir dan secara umum sebagai

bagian dari upaya penataan kota yang manfaatnya diharapkan dapat dirasakan oleh

masyarakat sekota Cimahi. Secara terperinci, sasaran kegiatan ini dapat diuraikan sebagai

berikut :

Menganalisa sistem drainase di Kota Cimahi berdasarkan hasil survey lapangan dan

hasil kajian yang telah ada di Kota Cimahi

Page 13: Laporan Interim Masterplan

LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi

I - 3

Melakukan perhitungan secara akurat mengenai sistem drainase di Kota Cimahi

sampai dalam kurun waktu 20 tahun ke depan

Menyajikan suatu program secara komprehensif mengenai rencana pembangunan

dan pengembangan saluran drainase Kota Cimahi untuk jangka menengah dalam

rentang waktu 20 tahun ke depan.

Membuat jadwal penanganan prioritas setiap tahunnya

Memilah kegiatan alternatif yang dapat dikelola oleh masyarakat, pemerintah

maupun privatisasi.

1.4. Waktu Pelaksanaan

Waktu pelaksanaan untuk Pekerjaan Master Plan Drainase di Kota Cimahi ini adalah 90

(sembilan puluh) hari kalender, terhitung semenjak dikeluarkannya Surat Perintah Mulai

kerja (SPMK).

1.5. Nama dan Organisasi Pengguna jasa Kegiatan Perencanaan Master Plan Drainase di Kota Cimahi, Kuasa Pengguna Anggaran

Bidang Permukiman dan Perumahan Dinas Pekerjaan Umum Kota Cimahi.

1.6. Lokasi Pekerjaan Lokasi Pekerjaan Master Plan Drainase di Kota Cimahi secara administrasi berada di Kota

Cimahi.

1.7. Lingkup Kegiatan

Ruang lingkup pekerjaan ini meliputi:

1. Kegiatan Persiapan

a. Pengumpulan data masukan baik primer maupun sekunder

b. Melakukan review data dari laporan studi terdahulu untuk mendapatkan rumusan

permasalahan dan potensi wilayah studi

c. Persiapan Survey

d. Sosialisasi dan diskusi dengan masyarakat yang melibatkan organisasi

kemasyarakatan, diantaranya Forum Kota Sehat.

2. Kegiatan Survey Lapangan

a. Pengukuran topografi dan pemetaan Masterplan dan Penyusunan DED

Page 14: Laporan Interim Masterplan

LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi

I - 4

b. Survey Hidrologi, peninjauan ketersediaan air, sedimentasi dan genangan air banjir

serta pengecekan kondisi debit serta pengamatan kondisi catchment areanya

c. Kegiatan Investigasi Geologi / Mekanika Tanah.

3. Kegiatan Analisis data hidrologi dan hidrolika

a. Analisis Hidrologi Kota Cimahi

b. Analisis permasalahan genangan

c. Analisis perhitungan debit limpasan pada DPS

d. Analisis perhitungan unit pelengkap

e. Analisis perhitungan aliran dan dimensi ideal saluran yang mampu mengatasi

permasalahan banjir dalam kurun waktu 5 tahun ke depan berikut alternatif

penyelesaian masalah genangan dan banjir di Kota Cimahi.

4. Kegiatan Pembuatan Master Plan dan DED Drainase

a. Kerangka sistem dan rencana sistem drainase

b. Perencanaan Struktur Desain dan DED Drainase

c. Sosialisasi dan diskusi dengan masyarakat yang melibatkan organisasi

kemasyarakatan, diantaranya Forum Kota Sehat.

Page 15: Laporan Interim Masterplan

LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi

II - 1

2.1. Wilayah Administratif Kota Cimahi

uas wilayah administratif Kota Cimahi adalah 4.025 Ha yang terdiri atas 3 (tiga)

Kecamatan yaitu Kecamatan Cimahi Utara, Cimahi Tengah dan Cimahi Selatan.

Batas Wilayah Meliputi :

Sebelah utara : Kecamatan Parongpong, Cisarua dan Ngamprah.

Sebelah Timur : Kecamatan Sukasari, Sukajadi, Cicendo dan Andir Kota Bandung

Sebelah Selatan : Kecamatan Marga asih, Batujajar, Kabupaten Bandung Barat

dan Bandung Kulon kota Bandung.

Sebelah Barat : Kecamatan Padalarang, Batujajar, dan Ngamprah Kabupaten

Bandung Barat.

Kota Cimahi memiliki tiga Kecamatan dan 15 Kelurahan, yaitu:

1. Kecamatan Cimahi utara:

• Kelurahan Pasirkaliki

• Kelurahan Cibabat

• Kelurahan Citeureup

• Kelurahan Cipageran.

2. Kecamatan Cimahi Tengah

• Kelurahan Baros

• Kelurahan Karang Mekar

Page 16: Laporan Interim Masterplan

LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi

II - 2

• Kelurahan Cigugur Tengah

• Kelurahan Setiamanah

• Kelurahan Padasuka

• Kelurahan Cimahi

3. Kecamatan Cimahi Selatan

• Kelurahan Cibeber

• Kelurahan Leuwigajah

• Kelurahan Utama

• Kelurahan Melong

• Kelurahan Cibeureum.

Gambar 2.1. Peta Lokasi Kajian

a. RW 02 Melong

b. Kelurahan utama

c. Kelurahan Padasuka

d. Kelurahan Cibeureum

e. Kelurahan Pasirkaliki

f. Jalan Cihanjuang

g. Kali Cimahi

h. Kelurahan Cibabat

i. Aliran Cibaligo

j. Fly Over Cimindi b

c

a

a

g

f

  a

d

h

i

e

Page 17: Laporan Interim Masterplan

LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi

II - 3

Luas wilayah Kecamatan Cimahi Utara 13,31 km², Kecamatan Cimahi Utara 10 km² dan

Kecamatan Cimahi Selatan 40,25 km².

Secara geografis wilayah ini merupakan lembah cekungan yang melandai ke arah selatan,

dengan ketinggian di bagian utara ± 1,040 meter dpl ( Kelurahan Cipageran Kecamatan Cimahi

Utara), yang merupakan lereng Gunung Burangrang dan Gunung Tangkuban Perahu serta

ketinggian di bagian selatan sekitar ± 685 meter dpl (Kelurahan Melong Kecamatan Cimahi

Selatan) yang mengarah ke Sungai Citarum.

Sungai yang melalui Kota Cimahi adalah Sungai Cimahi dengan debit air rata-rata 3.830 l/dt,

dengan anak sungainya ada lima yaitu Kali Cibodas, Ciputri, Cimindi, Cibeureum (masing-

masing di bawah 200 l/dt) dan Kali Cisangkan (496 l/dt), sementara itu mata air yang terdapat

di Kota Cimahi adalah mata air Cikuda dengan debit air 4 l/dt dan mata air Cisintok (93 l/dt).

2.2. Kondisi Fisik Kota Cimahi

2.2.1. Geologi

Kondisi geologi alam kota cimahi, terdiri atas 4 (empat) formasi tanah yaitu

• Batuan tufa, berbatu apung sedang, penyebarannya di sebagian besar wilayah

kecamatan cimahi tengah dan kecamatan cimahi selatan.

• Batuan basal tinggi, penyebaranya di wilayah cimahi utara dan sebagian kecil di

kelurahan cibeber kecamatan cimahi selatan.

• Batuan andesit, penyebarannya di sebagian wilayah kecamatan cimahi selatan yaitu

kelurahan cibeber dan kelurahan leuwigajah.

• Tufa pasir, penyebarannya di sebagian kecil wilayah kelurahan cipageran kecamatan

cimahi utara.

2.2.2. Kondisi Topografi

Kondisi topografi dan kemiringan Kota Cimahi dapat dikelompokan dalam 3 (tiga) klasifikasi

yaitu:

• Tingkat kemiringan 0 – 8 %, pada kawasan atau lahan seluruh wilayah Kota Cimahi

yang berada pada ketinggian antara +700 hingga +800 m di atas permukaan laut (dpl).

• Tingkat kemiringan 8 – 15 %, berada pada kawasan sebelah utara cimahi yaitu di

Kelurahan Cipageran terletak pada ketinggian antara +725 sampai +800 m dpl.

Page 18: Laporan Interim Masterplan

LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi

II - 4

• Tingkat kemiringan 15 – 40 %, berada di kawasan Kecamatan Cimahi Selatann,

tepatnya di perbukitan Gunung Bohong, Kelurahan Cibeber dan Kelurahan Leuwigajah

pada ketinggian antara +800 dan +1000 m dpl.

2.2.3. Kondisi Hidrologi

Kondisi hidrologi dipengaruhi oleh letak geografis dan topografi Kota Cimahi yang terletak di

hulu Sungai Citarum. Kota Cimahi berada dalam bagian cekungan Bandung dan salah satu

daerah lembah Sungai Citarum. Hujan yang jatuh padaDPS di Kota Cimahi cenderung

memberikan limpasan yang cukup besar akibat perubahan tutupan lahan yang terjadi. Tutupan

lahan di Kota Cimahi sebagian besar merupakan tutupan bukan vegetasi. Data penggunaan

lahan di Kota Cimahi pada tahun (2003) menunjukan bahwa :

• Permukiman : 66,52 %

• Pemerintahan : 0,55 %

• Kompleks Militer : 7,97 %

• Perdagangan dan jasa : 1,98 %

• Industri : 6,51 %

Total luas lahan bukan vegetasi adalah 83,53%. Total luas lahan dengan tutupan vegetasi

hanya tinggal 16,47 %. Tutupan lahan vegetasi ini meliputi lahan untuk sawah, lahan kering,

kolam jalur hijau dan peruntukan lahan lainnya. Kecilnya tutupan lahan vegetasi ini

menentukan sifat hidrologi yaitu dengan semakin kecik infiltrasi dan perkolasi yang terjadi.

Kecilnya air hujan yang terinfiltrasi tersebut dapat mengakibatkan terancamnya cadangan air

tanah di Kota Cimahi maupun daerah yang berada di hilir dari DPS yang berada di Kota Cimahi.

Ancaman terhadap cadangan air tanah Kota Cimahi ini dapat dikurangi dengan meningkatkan

infiltasi dengan mempergunakan rekayasa imbuhan buatan.

Berkaitan dengan kondisi hidrologi Kota Cimahi yang spesifik tersebut maka system drainase

Kota Cimahi harus memergunakan system drainase berwawasan lingkungan dengan

mempertahankan waktu tinggal air hujan selama mungkin berada di darat. System drainase

konvensional dengan mempersingkat waktu tinggal air hujan berada di darat akan mengancam

kelestarian air tanah Kota Cimahi. Berkurangnya air tanah di Kota Cimahi akan menyebabkan

Page 19: Laporan Interim Masterplan

LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi

II - 5

berkurangnya volume air tanah dan dapat menyebabkan bencana kekeringan di Kota Cimahi

pada waktu yang akan datang.

2.2.4. Iklim Dan Curah Hujan

Keadaan iklim Kota Cimahi tidak jauh berbeda dengan keadaan iklim daerah sekitarnya seperti

Kabupaten dan Kota Bandung. Jumlah curah hujan rata-rata setiap harinya yaitu sebesar 50,13

mm, musim hujan biasanya terjadi pada bulan November – April dan musim kemarau terjadi

padabulan Mei – Oktober. Suhu udara di Kota Cimahi berkisar antara 18° - 32°C, suhu

minimum berkisar antara 18° - 26°C dan suhu maksimum berkisar antara 27° - 32°C.

2.3. Tata Guna lahan

Berdasarkan data tahun 1976 penggunaan lahan di Kota Cimahi sebagian besar penggunaan

lahannya berupa sawah dengan luas sebesar 2.033,277 Ha atau 48,48% dari luas wilayah Kota

Cimahi. Sedangkan penggunaan lahan untuk pemukiman hanya seluas 768,887 Ha (18,31%).

Seiring dengan perkembangan wilayah Cimahi menjadi kawasan perkotaan terjadi ergeseran

penggunaan lahan ( 1976 – 1986 ) yaitu dari kawasan pertanian (sawah, lahan kering, dan

kolam) menjadi kawasan pemukiman yang luasnya sebesar 1.929,649 Ha (45,99%) dari luas

wilayah Cimahi. Pergeseran tersebut secara fungsional keterkaitan dengan wilayah skitar kota,

terutama yang berbatasab langsung dengan arah barat yaitu Kota Bandung dan sebelah timur

yaitu Padalarang dan ngamprah, hal ini terlihat denganmembentuk pola kawasan yang sah

terbangun mengikuti ruas jalan raya utama.

Ditinjau dari prosentase perkembangan per tahun (1976 – 2000), perkembangan terbesar

terjadi pada penggunaan lahan untuk perdagangan dan jasa (14,42%), pemukiman (10,34%),

pemerintahan sebesar (9,93%), serta industry (7,03%). Sedangkan penurunan terbesar adalah

penggunaan lahan untuk jalur hijau (-3,73% per tahun) dan sawah (-3,55% per tahun).

2.4. Kondisi Prasarana dan Sarana Jalan

Sistem jaringan transportasi di Kota Cimahi menyangkut sistem transportasi darat, yaitu

jaringan jalan utama dan jaringan jalan kereta api. Jaringan jalan utama di Kota Cimahi saat ini

yang membentuk struktur kota akan sangat berpengaruh terhadap pergerakan arus barang

dan orang ke Kota Cimahi. Jaringan jalan utama di Kota Cimahi berdasarkan fungsi jalanya

Page 20: Laporan Interim Masterplan

LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi

II - 6

dapat diklasifikasikan ke dalam jalan tol jalan arteri sekunder, sedangkan berdasarkan status

jalan dari hasill sensus adalah sebagai berikut:

• Jalan tol : Panjang 17 Km, lebar 12 – 40 m

• Jalan Nasional/Negara : Panjang 8 Km, lebar 13 – 20 m

• Jalan Kabupaten : Panjang 43 Km, lebar 3 – 11 m

• Jalan Desa : Panjang 88 Km, lebar 3 – 6 m

Berdasarkan kondisi jalan yang ada tercatat bahwa 73,44% pada kondisi baik, 17,19% pada

kondisi sedang, 3,13% pada kondisi rusak. Jaringan jalan utama yaitu pada jalan raya Cimahi

dan seolah-olah membagi dua bagian, merupakan tempat pertemuan arus lalu lintas berbagai

simpul jalan, sehingga akan menjadi penyumbang padatnya lalu lintas dan ditandai adanya

kemacetan. Kemacetan lainnya di Kota Cimahi dapat diidentidikasikan dari beberapa ruas jalan

seperti Persimpangan Tagog, Jalan Baros, Jalan Cimindi, Jalan Kerkof dan pasar antri.

2.5. Rekap Hasil Koordinasi dan Arahan

Berdasarkan hasil koordinasi dengan Bidang Permukiman dan perumahan Dinas Pekerjaan

Umum Kota Cimahi diinformasikan daerah banjir/Genangan di Kota Cimahi sebagai berikut:

1. RW 02 Melong

2. Kelurahan Utama Ciujung

3. Kelurahan Padasuka (Cisangkan & Jalan Usman Damiri)

4. Kelurahan Cibeureum

5. Kelurahan Pasir Kaliki ( Ciwaruga Selatan)

6. Jalan Cihanjuang

7. Kali Cimahi

8. Cibabat (RS - Bank Jabar)

9. Aliran Cibaligo

10. Fly Over Cimindi

Page 21: Laporan Interim Masterplan

LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi

II - 7

2.6. Batas-batas Daerah Perencanaan

Sesuai dengan arahan Kerangka Acuan Kerja (KAK) Pekerjaan Master Plan Drainase Perkotaan

Kota Cimahi dan arahan rapat persiapan pelaksanaan pekerjaan, maka cakupan lokasi

pekerjaan adalah

1. Secara administratif. lokasi pekerjaan mencakup seluruh wilayah Kota Cimahi.

2. Secara Umum yaitu Daerah Kota Cimahi

3. Kawasan, mencakup gambaran utuh dan rencana induk yang menyeluruh, namun fokus

kajian adalah kawasan fasilitas sosial, fasilitas umum, pemerintahan, pemukiman dan

pariwisata.

4. Secara hidrologis, mencakup satuan-satuan hidrologis menurut batas-batas basin

(cekungan) di Kota Cimahi dan Sekitarnya.

Gambar 2.1. Citra Google Earth Daerah Perkotaan Cimahi

Page 22: Laporan Interim Masterplan

LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi

II - 8

2.7. Identifikasi dan inventarisasi permasalah umum dan spesifik lokasi

Berdasarkan hasil koordinasi dan pengamatan dapat dikemukakan beberapa permasalahan

umum drainase saat ini. Permasalahan tersebut antara lain adalah:

(1) Luapan dan genangan limpasan permukaan (limpasan hujan) yang terjadi pada hampir

setiap kejadian hujan. Kondisi ini berpotensi, merusak atau mempercepat kerusakan

sarana dan prasarana kota, memberikan ketidaknyaman bagi warga.

(2) Kapasitas saluran dan gorong-gorong yang sudah tidak memadai. Kondisi ini, dapat

disebabkan oleh desain yang tidak memadai atau karena volume limpasan permukaan

yang sudah jauh meningkat dibanding ketika saluran drainase didesain/dibangun.

(3) Pertumbuhan kawasan kota yang cepat, alih fungsi lahan, pembangunan kawasan

pemukiman baru, berkurangnya kawasan retensi dan resapan, dan tidak/kurang-nya

upaya pengendalian limpasan di tingkat lokal, memberikan andil signifikan terhadap

pertambahan volume limpasan

(4) Integrasi dan konsistensi sistem jaringan drainase yang belum memadai. Dalam hal ini

terkait belum terciptanya satuan sistem drainase yang saling terkait, saling mendukung

dan terintegrasi, mulai dari tersier, sekunder hingga primer. Sistem drainase eksisting,

masih bersifat spot-spot (setempat) baik dilihat dari aspek sistem jaringan maupun

dimensinya.

(5) Adanya Saluran-saluran drainase yang terputus.

(6) Sangat terbatasnya upaya pembangunan dan operasi dan pemeliharaan. Pembangunan

saluran/sistem drainase baru cenderung lebih lambat dibandingkan dengan pertubuhan

fasilitas dan penduduk kota. Di sisi lain, operasi dan pemeliharaan pada jaringan yang

ada, tidak bisa mengimbangi penurunan fungsi dan laju kerusakan jaringan drainase

yang ada.

(7) Kondisi daerah yang relatif datar dan berada di posisi cekungan/ lebih rendah dari

badan jalan atau sungai.

(8) Rendahnya kesadaran dan partisipasi masyarakat terkait dengan optimalisasi fungsi

saluran/system drainase. Terdapat di hampir setiap lokasi prioritas, saluran drainase

yang ada tidak dapat berfungsi atau bahkan saluran sudah tidak tampak lagi karena

sedimentasi dan sampah

Page 23: Laporan Interim Masterplan

LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi

II - 9

2.8. Permasalahan Kawasan Perkotaan Cimahi Hampir seluruh item permasalahan yang disebutkan pada Subab 2.4 di atas secara jelas

ditemui di kawasan Perkotaan Cimahi dan sekitarnya. foto lapangan berikut akan memperjelas

kondisi di lokasi.

Gambar 2.2. Drainase dijalan Melong drainase tertutup sedimen sampah

Gambar 2.3. Drainase rusak di sekitar daerah Melong dan tertutup sedimen

Page 24: Laporan Interim Masterplan

LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi

II - 10

Gambar 2.4. Sungai yang tertutup sedimen sehingga air menjadi tinggi

Gambar 2.5. Drainase di sekitar Cibeureum yang dialiri air limbah

Page 25: Laporan Interim Masterplan

LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi

II - 11

Gambar 2.6. Saluran Drainase yang tertutup sampah di daerah Cibeureum

Gambar 2.7. Saluran drainase tertutup di bawah fly Over Cimindi

Page 26: Laporan Interim Masterplan

LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi

II - 12

Gambar 2.8. Drainase di sekitar Cimindi yang tertutup sedimen dan sampah

Gambar 2.9. Gorong-gorong di bawah Fly Over Cimindi yang tertutup sampah

Page 27: Laporan Interim Masterplan

LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi

II - 13

Gambar 2.10. Dimensi Gorong-gorong yang kecil dan tertutup sampah di sekitar Cimindi

Gambar 2.11. Drainase tertutup sedimen, sampah dan batu

Page 28: Laporan Interim Masterplan

LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi

II - 14

Gambar 2.12. Saluran Drainase di daerah Cibaligo

Gambar 2.13. Dimensi saluran yang tidak memadai di sekitar Cibaligo

Page 29: Laporan Interim Masterplan

LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi

II - 15

Gambar 2.14. Drainase yang menempel dengan rumah warga serta tertutup sedimen

Gambar 2.15. Drainase di daerah Cihanjuang dan tertutup sampah

Page 30: Laporan Interim Masterplan

LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi

II - 16

Gambar 2.16. Pada tanggal 22 Oktober di Cihanjuang terjadi banjir akibat hujan yang cukup besar serta dimensi saluran yang tidak memadai

Gambar 2.17. Akibat dimensi yang tidak memadai air meluap dan menggenang di jalan

Page 31: Laporan Interim Masterplan

LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi

II - 17

Gambar 2.18. Hujan yang cukup deras menggenangi jalan di bawah fly over Cimindi

Gambar 2.19. Debit air yang cukup besar di salah satu saluran drainase di sekitar Cimindi

Page 32: Laporan Interim Masterplan

LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi

II - 18

Gambar 2.20. Akibat air meluap ke jalan aktivitas terganggu sehingga mengakibatkan kemacetan

Gambar 2.21. Drainase di Cisangkan yang tertutup sedimen dan batu

Page 33: Laporan Interim Masterplan

LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi

II - 19

Gambar 2.22. Sedimen dan sampah yang cukup tebal menghambat aliran air

Gambar 2.23. Saluran yang rusak akibat kurangnya pemeliharaan

Page 34: Laporan Interim Masterplan

LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi

II - 20

Gambar 2.24. Saluran yang tetutup sampah di wilayah Leuwi gajah

Gambar 2.25. Saluran yang menuju sungai dengan dimensi yang kecil dan tertutup material

Page 35: Laporan Interim Masterplan

LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi

II - 21

Gambar 2.26. Embung Leuwi gajah

Gambar 2.27. Pencatatan hasil survey lapangan dan pengambilan koordinat dengan menggunakan GPS

Page 36: Laporan Interim Masterplan

LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi

II - 22

Gambar 2.28. Koordinasi pada saat survey lapangan

Page 37: Laporan Interim Masterplan

LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi

III - 1

3.1. Tinjauan Sosial

Kebijaksanaan pembangunan dibidang sosial menyangkut berbagai aspek memang sangat

kompleks, selain berdampak terhadap ekonomi juga dalam sosial politik masyarakat. Bahkan

keberhasilan pembangunan bidang sosial dapat di evaluasi dan dijadikan sebagai indikator

tahun-tahun selanjutnya.

Keberhasilan pembangunan bidang sosial tidak hanya dapat dilihat dari bentuk fisik saja ,

namun harus dilihat secara keseluruhan, yaitu dari segi fisik dan mental. Segi fisik meliputi

pembangunan sarana dan prasarana misalnya gedung atau penunjang lainnya, sedangkan segi

mental meliputi kondisi mental penduduknya.

Salah satu upaya untuk mencapai delapan jalur pemerataan yang mencakup

usaha/pemerataan dalam rangka pembangunan sosial budaya, Pemerintah Kota Cimahi telah

mengupayakan berbagai usaha meliputi bidang pendidikan, kesehatan, agama dan kehidupan

sosial lainnya.

3.2.1. Fasilitas Pendidikan

penggerak pembangunan yang pada gilirannya dapat meningkatkan kesejahteraan di samping

sumber daya alam. Kebijakan pemerintah di dunia pendidikan sangat menentukan arah dan

mutu pendidikan itu sendiri. Untuk mengambil kebijakan yang tepat sasaran pemerintah sangat

membutuhkan data-data pendidikan yang akurat. Pada bab ini disajikan data-data jumlah

sekolah, siswa dan jumlah guru pengajar serta status kepegawainnya.

Pada tahun ajaran 2009/2010, rasio perbandingan jumlah murid terhadap jumlah guru adalah

sebagai berikut; untuk Taman Kanak-kanak (TK) 44,4, Sekolah Dasar (SD) 25,5 murid per

guru, Sekolah lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) 13,98 murid per guru serta Sekolah Menengah

Umum (SMU) adalah 13,43.

Page 38: Laporan Interim Masterplan

LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi

III - 2

Tabel 3.1. Jumlah TK, Kelas dan siswa menurut Kelompok di Kota Cimahi

No

Kecamatan Jumlah

Tk

Siswa

Kelompok

A

Siswa

Kelompok

B

Total Urut BPS

1 010 Cimahi

Selatan

46 549 1576 2125

2 020 Cimahi

tengah

54 644 2020 2664

3 030 Cimahi utara 45 541 1108 1649

2009 145 1.734 4.704 6.438

2008 92 1.355 3.666 5.113

2007 92 1.355 3.666 5.113

2006 88 1.056 3.434 4.490

2005 82 880 2.408 3.288

2004 76 905 3.283 4.188

Page 39: Laporan Interim Masterplan

LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi

III - 3

Tabel 3.2. Jumlah SD, siswa Negeri dan swasta Menurut kelas di Kota Cimahi

No Jml

SD

Siswa Per Kelas ( Negeri + Swasta) Jml

BPS Kec I II III IV V VI

010 Cimahi

Selatan 46

3.660 3.528 3.407 3.344 2.901 2.881 19.721

020 Cimahi

tengah 40

3.666 3.436 3.430 3.390 2.978 3.065 19.965

030 Cimahi

utara 31

2.705 2.348 2.250 2.217 1.919 1.832 13.271

2009 117 1.0031 9.312 9.087 8.951 7.798 7.778 52.957

2008 141 9.657 9.377 8.093 8.322 8.209 8.271 51.929

2007 141 9.657 9.377 8.093 8.322 8.209 8.271 51.929

2006 143 10.581 9.068 9.437 9.422 9.442 8.269 56.219

2005 185 8.343 8.441 8.624 8.741 8.430 7.894 50.473

2004 184 8.412 8.733 9.001 8.539 8.069 7.651 50.405

2003 185 8.557 8.873 8.675 8.191 7.907 7.406 49.609

Page 40: Laporan Interim Masterplan

LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi

III - 4

Tabel 3.3. Jumlah Madrasah Ibtidaiyah (MI) Siswa Negeri dan swasta

Menurut kelas di Kota Cimahi

No Jml

MI

Siswa Per Kelas ( Negeri + Swasta) Jml

BPS Kec I II III IV V VI

010 Cimahi

Selatan 6 252 267 253 222 170 151 1315

020 Cimahi

tengah 5 144 158 122 85 57 644 644

030 Cimahi

utara 2 78 109 98 101 100 562 562

2009 13 474 534 473 408 324 308 2.521

2008 12 580 477 387 359 338 266 2.407

2007 12 580 477 387 359 338 266 2.407

2006 11 932 820 784 765 720 292 4.313

2005 11 409 384 356 292 288 245 1.974

2004 10 394 346 295 303 264 242 1.844

2003 10 337 295 289 267 242 215 1.430

Page 41: Laporan Interim Masterplan

LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi

III - 5

Tabel 3.4. Jumlah SLTP, Siswa Menurut Kelas di Kota Cimahi

No Jumlah

Negeri

SLTP Siswa Per kelas Jml

BPS Kec Swasta I II III

010 Cimahi

Selatan 5 8 2.448 2.413 2.426 7.287

020 Cimahi

tengah 6 8 2.376 2.773 2.560 7.709

030 Cimahi

utara 2 6 1.874 1.619 1.492 4.985

2009 13 22 6.698 6.805 6.478 19.981

2008 12 22 6.944 6.882 6.585 20.441

2007 12 22 6.944 6.882 6.585 20.441

2006 10 24 7.128 14.072 6.400 27.600

2005 10 22 6.823 6.322 6.181 19.326

2004 10 23 6.091 5.779 5.549 17.419

2003 10 24 6.523 6.255 5.584 18.362

Page 42: Laporan Interim Masterplan

LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi

III - 6

Tabel 3.5. Jumlah SMU,Siswa Menurut Kelasa di kota Cimahi

No Jumlah

Negeri

SMU Siswa Per kelas Jml

BPS Kec Swasta I II III

010 Cimahi

Selatan 2 2 1.024 965 974 2.963

020 Cimahi

tengah 3 5 1.412 1.470 1.469 4.351

030 Cimahi

utara 1 3 668 676 733 2.077

2009 6 10 3.104 3.111 3.176 9.391

2008 6 10 3.473 3.778 3.618 10.869

2007 6 10 3.473 3.778 3.618 10.869

2006 6 10 4.064 4.307 3.649 12.020

2005 6 10 3.969 3.859 3.545 11.373

2004 6 11 4.084 3.757 3.698 11.539

2003 6 11 3.914 3.815 3.647 11.376

Page 43: Laporan Interim Masterplan

LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi

III - 7

Tabel 3.6. Jumlah SMK, Siswa Menurut Kelas di Kota Cimahi

No Jumlah

Negeri

SLTP Siswa Per kelas Jml

BPS Kec Swasta I II III

010 Cimahi

Selatan 1 3 857 799 1.193 2.849

020 Cimahi

tengah 1 3 1.125 1.164 819 3.108

030 Cimahi

utara 2 8 2.827 2.595 2.194 7.616

2009 4 14 4.809 4.558 4.206 13.573

2008 2 15 4.425 3.218 3.218 11.184

2007 2 15 4.425 3.218 3.218 11.184

2006 2 15 3.897 3.372 3.343 10.612

2005 2 14 3.625 3.111 2.771 9.731

Page 44: Laporan Interim Masterplan

LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi

III - 8

3.2.2. Fasilitas Kesehatan

Upaya pemerintah untuk meningkatkan derajat dan status kesehatan penduduk dilakukan

antara lain dengan meningkatkan fasilitas dan sarana kesehatan. Pembangunan dibidang

kesehatan bertujuan agar semua lapisan masyarakat dapat memperoleh pelayanan kesehatan

secara mudah, merata dan murah, dengan upaya tersebut di harapkan akan tercapai derajat

kesehatan masyarakat sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan produktifitas.

Pada tahun 2009 jumlah rumah sakit di Kota Cimahi sebanyak 8 rumah sakit yang terdiri dari

rumah sakit pemerintah 2 buah, swasta 2 buah dan rumah sakit bersalin 4 buah. Sedangkan

jumlah puskesmas pada tahun 2009 mengalami peningkatan kuantitas dari tahun sebelumnya

yaitu terdiri dari puskesmas umum sebanyak 11 buah, dan puskesmas pembantu 5 buah

sedangkan untuk posyandu posyandu mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya

sebanyak 380 menjadi 382 posyandu .

Jumlah keluarga pra sejahtera ( pra KS) sebanyak 7.182 Keluarga di tahun 2009 atau 5,85

persen dari jumlah keluarga di Kota Cimahi. Jumlah pra KS tertinggi terdapat di Kecamatan

Cimahi Selatan yaitu sebesar 3638 keluarga.

Page 45: Laporan Interim Masterplan

LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi

III - 9

Tabel 3.7. Jumlah Rumah Sakit Menurut Kecamatan di Kota Cimahi

No Rumah Sakit

Pemerintah

Rumah

Sakit

Rumah Sakit

BPS Kec Swasta Bersalin

010 Cimahi

Selatan 0 1 1

020 Cimahi

tengah 1 1 3

030 Cimahi

utara 1 1 1

2009 2 2 5

2008 1 3 5

2007 2 2 4

2006 2 2 4

2005 2 2 4

2004 2 4 4

Page 46: Laporan Interim Masterplan

LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi

III - 10

Tabel 3.8. Jumlah Puskesmas dan Balai Pengobatan di Kota Cimahi

No Puskesmas Balai

Pengobat

an

Posyan

du

Pengobat

an

Altenatif BPS Kec Umum Pembantu Keliling

010 Cimahi

Selatan 4 1 0 27 132

020 Cimahi

tengah 3 3 0 15 140

030 Cimahi

utara 4 1 1 12 110

2009 11 5 1 54 382 -

2008 9 3 1 82 380 8

2007 9 5 - 57 372 534

2006 9 5 9 41 370 517

2005 9 5 - 38 350 -

2004 8 5 - 30 341 6

Page 47: Laporan Interim Masterplan

LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi

III - 11

Tabel 3.9. Jumlah Tenaga Kesehatan Menurut Kecamatan di Kota Cimahi

No Dokter Bidan Dukun

BPS Kec Laki-

laki

Perem-

puan

Non

BDD BDD Terlatih

Belum

Terlatih

010 Cimahi

Selatan 51 66 0 NR NR

020 Cimahi

tengah 116 33 1 NR NR

030 Cimahi

utara 64 46 0 NR NR

2009 231 145 1 NR NR

2008 148 162 35 - 54 24

2007 148 162 33 - 54 24

2006 22 9 32 - 59 1

2005 160 204 31 - 38 20

2004 81 72 144 - 59 1

Page 48: Laporan Interim Masterplan

LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi

III - 12

3.2.3. Fasilitas Peribadatan

Jumlah sarana peribadatan islam sebanyak 839 buah yang terdiri dari mesjid 352 buah,

langgar 272 dan mushola 215 buah, tempat peribadatan agama lainnya berjumlah 23 buah

terdiri dari gereja protestan 28 buah, gereja kartolik 1 buah dan pura hindu 1 buah.

Tabel 3.10. Jumlah Tempat Perbadatan Umat Islam di Kota Cimahi

No

BPS Kec Mesjid Langgar Mushola Jumlah

010 Cimahi

Selatan 140 102 97 339

020 Cimahi

tengah 105 79 76 260

030 Cimahi

utara 107 91 42 240

2009 352 272 215 839

2008 359 272 356 987

2007 356 272 215 843

2006 355 272 215 842

Page 49: Laporan Interim Masterplan

LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi

III - 13

2005 360 179 256 795

2004 330 179 176 685

Tabel 3.11. Jumlah sarana Peribadatan Agama Kristen Protestan, Katolik,

Hindu dan Budha di Kota Cimahi

No

BPS Kec Greja

Protestan

Greja

Katolik

Pura

Hindu

Vihara

Budha

010 Cimahi

Selatan 4 0 0 0

020 Cimahi

tengah 20 1 1 0

030 Cimahi

utara 4 0 0 0

2009 28 1 1 -

2008 21 1 1 -

Page 50: Laporan Interim Masterplan

LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi

III - 14

2007 21 1 1 -

2006 18 1 1 -

2005 17 1 1 -

2004 17 1 1 -

Page 51: Laporan Interim Masterplan

LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi

III - 15

3.2. Tinjauan Ekonomi

3.2.1. Struktur Ekonomi

Dalam pembentukan struktur ekonomi wilayah, masalah-masalah yang perlu ditanggapi

dalam pola kegiatan ekonomi yang kompleks seperti penyebaran sumber daya alam,

kegiatan-kegiatan ekonomi yang terkonsentrasi dan biaya transport serta biaya komunikasi,

kesemuanya itu memperhitungkan unsur-unsur tata ruang terutama lokasi. Penyebaran

sektor-sektor pembangunan yang tersusun dalam suatu pola ruang yang baik akan

memberikan pendapatan yang tinggi bagi daerah tersebut, sehingga akan meningkatkan

laju pertumbuhan ekonomi.

Laju pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output per kapita dalam jangka panjang.

Penekanan pada proses ini mengandung unsur dinamis, perubahan atau perkembangan.

Laju pertumbuhan ekonomi diukur melalui indikator perkembangan PDRB (Produk Domestik

Regional Bruto) dari tahun ke tahun berdasarkan harga konstan. penyajian atas harga

konstan diperoleh dengan menggunakan harga tetap satu tahun. Dalam hal ini semua

barang dan jasa yang dihasilkan, biaya antara yang digunakan ataupun nilai tambah

masing-masing sektor dinilai tambah bruto masing-masing sektor, sesuai dengan tahun

yang berjalan. Angka PDRB secara absolut memberikan gambaran besarnya tingkat produksi

suatu wilayah.

Angka-angka pendapatan regional menggambarkan adanya kenaikan ataupun penurunan

tingkat pendapatan masyarakat di daerah tersebut. Kenaikan/penurunan itu dapat

disebabkan oleh faktor kenaikan/penurunan riil yaitu kenaikan/penurunan tingkat

pendapatan yang tidak dipengaruhi oleh faktor perubahan harga, bila terjadi kenaikan riil

pendapatan penduduk berarti daya beli penduduk di daerah tersebut meningkat dan

kenaikan/penurunan pendapatan disebabkan karena adanya faktor perubahan harga,

kenaikan pendapatan yang banyak disebabkan karena adanya inflasi (menurunnya nilai

uang) akan melemahkan daya beli penduduk.

Page 52: Laporan Interim Masterplan

LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi

III - 16

3.2.2. Prospek Perkembangan Ekonomi dan Sektor Unggulan

Prospek perkembangan ekonomi di Kota Cimahi berdasarkan Dari kontribusi sektoral

terhadap PDRB Kota Cimahi maka sektor yang mempunyai basis kuat untuk menjadi sektor

ungulan adalah pertanian, perdagangan dan jasa serta industri pengolahan.

Pembangunan sektor pertanian dan industri yang saat ini, masih pada urutan paling bawah

harus dapat didorong dalam rangka terwujudkan struktur ekonomi yang semakin seimbang

dan kokoh bagi Kota Cimahi pada masa datang dengan diciptakannya pengembangan

Agrotekno, agrobisnis dan agroindustri, sehingga tidak merusak lingkungan dan dapat

menampung tenaga kerja yang cukup banyak .

Page 53: Laporan Interim Masterplan

LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi

IV - 1

4.1. Analisis Curah Hujan

1. Ketersediaan Data

Dalam menghitung besar debit banjir rencana pada perencanaan drainase di

suatu wilayah tertentu diperlukan data curah hujan dari stasiun-stasiun

pencatat yang berada di sekitar wilayah perencanaan.

2. Data Sekunder

Data-data yang diperoleh adalah sebagai berikut :

Foto dokumentasi lapangan.

Gambar peta rupa bumi, skala 1 : 25.000 yang mencakup wilayah Kota

Cimahi, sumber dari Bakosurtanal edisi Tahun 1999 dan Tahun 2000 .

Data curah hujan menitan atau intensitas hujan dari stasiun yang dianggap

mewakili catchment area wilayah kajian.

Data curah hujan harian dari stasiun terdekat dengan lokasi kajian, antara

lain data curah hujan harian dari stasiun hujan Cipeusing, Dago Pakar,

Margahayu dan data curah hujan harian dari Stasiun Pengamat Dirgantara

Tanjungsari.

3. Data Curah Hujan.

Data curah hujan untuk penghitungan debit banjir puncak dalam perencanaan

drainase perkotaan Kota Cimahi diambil dari stasiun hujan terdekat yang dapat

mewakili dan menggambarkan karakteristik hujan di lokasi perencanaan.

Data curah hujan yang digunakan untuk kepentingan tersebut adalah:

1. Stasiun Cipeusing

2. Stasiun Dago Pakar

Page 54: Laporan Interim Masterplan

LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi

IV - 2

3. Stasiun Margahayu

Data ini dapat mewakili dan digunakan untuk perencanaan drainase di wilayah

Kota Cimahi.

4.2. Intensitas Hujan

4.2.1. Model Intensitas Hujan Mononobe

Intensitas hujan adalah tinggi curah hujan yang terjadi secara kontinyu pada suatu

kurun waktu tertentu dimana air tersebut berkonsentrasi. Intensitas hujan biasa

dinotasikan dengan huruf I dengan satuan mm/jam.

Terdapat beberapa metode yang bisa digunakan dalam menghitung dan

menentukan model intensitas hujan, antara lain metode :

a. Jenis Talbot (1881) :

Ia

t b=

+'

…………………………………………………………. 1

b. Jenis Sherman (1905) :

Iat n= ……………………………………………………………. 2

c. Jenis Ishiguro (1953)

Ia

t b=

+……………………………………………………….. 3

d. Jenis Mononobe :

IR

t

m

=⎛⎝⎜

⎞⎠⎟

2 4

2 42 4 ………………………………………………….. 4

Metode yang digunakan dalam menghitung intensitas hujan rencana dalam kajian

ini adalah Metoda Mononobe. Data curah hujan yang diperlukan dalam

penggunaan metode tersebut adalah data curah hujan menitan, dalam hal ini data

jumlah curah hujan harian dalam durasi 0.25 ; 0.5; 1.0 ; 1.5 ; 2.0 ; 3.0 ; 4.0 ; 5.0

dan 7.0 jam.

Langkah atau prosedur analisa proyeksi intensitas hujan menggunakan metode

Mononobe disajikan pada Gambar 4.1.

Page 55: Laporan Interim Masterplan

LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi

IV - 3

1. Input dan Pengurutan data Curah Hujan harian Menitan

Langkah analisa debit puncak diawali dengan input data. Model intensitas hujan

menurut Metoda Mononobe (Persamaan 4) menghendaki tetapan m dan

tetapan R 24

24. Nilai tetapan ini dihitung dari data curah hujan kumulatif dalam 24

jam dan lama (durasi) hujan pada hari yang bersangkutan (jam).

Data intensitas hujan dikelompokan berdasarkan durasi hujannya, kemudian pada

setiap kelompok tersebut data diurut dari nilai terbesar hingga terkecil.

Mulai

Input Data Curah hujan

Tentukan Nomor Urut Data Menggunakan Gringorten untuk

menentukan Periode Ulang Hujan dalam setiap Kelompok Hujan

Formula Model Intensitas Hujan Mononobe pada setiap Periode Ulang

Proyeksi Intensitas pada berbagai Periode Ulang

Hitung Debit Banjir Saluran DenganMetoda Rasional

Tentukan Nilai Tetapan Metode Mononobe (R24/24 dan m)

Formulasikan Model Intensitas Hujan Mononobe pada setiap Periode Ulang

Kelompokan Data Curah /Intensitas Hujan-Berdasarkan Durasi hujan yang sama

Gambar 4.1 Flowchart Analisis Hidrologi

Page 56: Laporan Interim Masterplan

LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi

IV - 4

Besarnya intensitas hujan untuk setiap ti dan periode ulang kejadian hujan

(Ti) ditentukan berdasarkan Gringorten (1963) :

TNd

=+−

0 120 44

,,

…………………………………………………….. 5

atau :

dN T

T=

+ +( , ) ,0 1 2 0 4 4……………………………… 6

dengan :

d = Nomor urut data setelah data diurut dari yang terbesar hingga terkecil

N = Banyaknya data kejadian hujan

T = Periode ulang (tahun)

• Persamaan ini, digunakan karena sifat distribusi hujan jangka pendek

bersifat eksponential.

• Nilai T yang digunakan adalah 2 ; 3 ; 5 ; 7 ; 10 ; 15 dan 20 tahun.

Nilai ini digunakan dengan asumsi bahwa dalam lingkup cekungan kecil

umur kegiatan beberapa tindakan pengelolaan sumberdaya air

biasanya diproyeksikan dalam kisaran waktu tersebut.

Nilai N, ditentukan berdasarkan banyaknya data kejadian hujan untuk

setiap durasi hujan (ti). Dasar penentuan untuk nilai N ini diambil dengan

pertimbangan bahwa hasil pemodelan ini merupakan masukan bagi model

infiltrasi-kolom tanah untuk menduga besarnya surface runoff pada setiap

kejadian hujan.

Dengan menggunakan data yang tersedia, data dari stasiun pencatat hujan

automatis milik RLKT di kawasan Malangbong, dan mengacu pada

persamaan 6 dapat ditentukan nomor urutan data (d) intensitas hujan hasil

pengukuran (urutan dari yang terbesar ke yang terkecil) untuk menentukan

intensitas hujan pada masing-masing durasi hujan (t) dan periode ulang

(T). Nomor urutan (d) hasil perhitungan disajikan pada Tabel 4.1.

Page 57: Laporan Interim Masterplan

LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi

IV - 5

Tabel 4.1 Nomor Urut Data Intensitas Hujan Berdasarkan Metode Gingorten

T Nomor Urut Data (d) pada t (jam) (tahun) 0.25 0.50 1.00 1.50 2.00 3.00 4.00 5.00 7.00

2 8 13 19 8 11 8 8 5 5 3 5 9 12 5 7 5 5 3 4 5 3 5 8 3 4 3 3 2 2 7 2 4 6 2 3 2 3 2 2

10 2 3 4 2 2 2 2 1 1 15 1 2 3 1 2 1 1 1 1 20 1 2 2 1 1 1 1 1 1

Tabel 4.2 Nilai Intensitas Hujan Berdasarkan Metode Gingorten

T Intensitas Hujan : I (mm/jam) pada Durasi Hujan ; t (jam)

(tahun) 0.25 0.5 1 1.5 2 3 4 5 7 2 6.40 3.80 2.30 2.93 1.10 1.67 3.50 1.92 1.363 12.80 4.60 3.70 10.13 2.15 3.57 7.40 4.90 1.365 16.00 9.40 5.10 17.40 4.10 4.13 9.55 7.32 5.667 20.80 10.00 8.20 21.13 5.05 8.73 9.55 7.32 5.66

10 20.80 12.00 10.02 21.13 9.50 8.73 10.43 8.90 7.4415 38.40 20.00 17.00 32.73 9.50 14.90 10.68 8.90 7.4420 38.40 20.00 20.40 32.73 13.55 14.90 10.68 8.90 7.4425 38.40 29.00 20.40 32.73 13.55 14.90 10.68 8.90 7.44

0

2

4

6

8

10

12

14

0.25 0.5 1 1.5 2 3 4 5 7

Intensitas Hujan

; I (m

m/jam

)

Durasi Hujan; t (jam)

T = 2

T = 3

T = 5

T = 7

T = 10

T = 15

T 20

Sumber : hasil analisis data

Gambar 4.2 Grafik Model Intensitas Hujan (Gringorten)

Page 58: Laporan Interim Masterplan

LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi

IV - 6

2. Formulasi Model Intensitas Hujan Mononobe

Formulasi model intensitas hujan dengan menggunakan metode mononobe untuk

berbagai periode ulang diawali dengan penentuan nilai tetapan R24/24 dan m.

Berikut tahapan formulasi model Intensitas hujan Mononobe.

• Ubah bentuk persamaan (4) ke dalam bentuk persamaan regresi linier

sederhana.

………………………… (7)

Dimana :

Y = Log I

A = Log R24/24

B = m

X = Log (24/t)

Dengan melakukan teknik perhitungan matematik dan regresi linier sederhana

maka diperoleh nilai tetapan m dan R24/24. Contoh Perhitungan tersebut disajikan

pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3 Tabel Perhitungan Nilai tetapan Model Intensitas Hujan Mononobe untuk Periode ulang T = 2

log I 24/t log (24/t)(= Y) (=X)

1 0.25 6.40 0.81 96.00 1.98 1.60 3.932 0.50 3.80 0.58 48.00 1.68 0.97 2.833 1.00 2.30 0.36 24.00 1.38 0.50 1.904 1.50 2.93 0.47 16.00 1.20 0.56 1.455 2.00 1.10 0.04 12.00 1.08 0.04 1.166 3.00 1.67 0.22 8.00 0.90 0.20 0.827 4.00 3.50 0.54 6.00 0.78 0.42 0.618 5.00 1.92 0.28 4.80 0.68 0.19 0.469 7.00 1.36 0.13 3.43 0.54 0.07 0.29

Jumlah 3.44 10.22 4.57 13.45

No. ti I (=X*Y) (=X^2)

Sumber : Hasil Analisis

Nilai tetapan m diperoleh dengan formula statistik :

……………………………….. (8) ( )∑ ∑∑ ∑ ∑

−= 22 XXn

YXXYnB

Page 59: Laporan Interim Masterplan

LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi

IV - 7

Nilai tetapan R24/24 diperoleh melalui penyelesaian persamaan

………………………………… (9)

Nilai tetapan m dan R24/24 Model Intensitas Hujan Mononobe untuk setiap

periode ulang selengkapnya adalah sebagai berikut :

Tabel 4.4 Nilai tetapan m dan R24/24 untuk setiap Periode Ulang

No. T R24/24 m Formulasi Model

(Tahun) Mononobe

1 2 0.937 0.361 I2 = 0.937.(24/t)0.361

2 3 1.789 0.357 I3 = 1.789.(24/t)0.357

3 5 4.126 0.236 I5 = 4.126.(24/t)0.236

4 7 4.530 0.283 I7 = 4.530.(24/t)0.283

5 10 6.004 0.242 I10 = 6.004.(24/t)0.242

6 15 4.836 0.437 I15 = 4.836.(24/t)0.437

7 20 5.056 0.443 I20 = 5.056.(24/t)0.443

8 25 4.647 0.491 I25 = 4.647.(24/t)0.491

Sumber : hasil analisis data

3. Proyeksi Intensitas Hujan Menurut Model yang Terbentuk

Berdasarkan formula pada Tabel 4.5, proyeksi intensitas hujan untuk setiap

durasi hujan (t ; jam) pada setiap periode ulang dapat dihitung dan digambarkan.

Hasil perhitungan untuk wilayah kajian disajikan dalam bentuk tabel dan gambar

berikut ini.

Page 60: Laporan Interim Masterplan

LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi

IV - 8

Tabel 4.5 Proyeksi Intensitas Hujan Model Mononobe untuk Lokasi Kajian

T Intensitas Hujan : I (mm/jam) pada Durasi Hujan ; t (jam)

(tahun) 0.25 0.5 1 1.5 2 3 4 5 7

2 4.87 3.79 2.95 2.55 2.30 1.98 1.79 1.65 1.46 3 9.13 7.13 5.56 4.81 4.34 3.76 3.39 3.13 2.78 5 12.12 10.29 8.73 7.94 7.42 6.74 6.30 5.97 5.52 7 16.48 13.55 11.14 9.93 9.15 8.16 7.52 7.06 6.42

10 18.12 15.32 12.96 11.74 10.95 9.93 9.26 8.78 8.09 15 35.54 26.25 19.39 16.24 14.32 12.00 10.58 9.60 8.29 20 38.19 28.09 20.67 17.27 15.20 12.70 11.18 10.13 8.73 25 43.70 31.09 22.12 18.13 15.74 12.90 11.20 10.04 8.51

Sumber : hasil analisis data

Berdasarkan nilai pada Tabel 4.5, untuk setiap periode ulang, dapat

dibentuk grafik yang menyatakan hubungan durasi hujan dan besar intensitas

hujan (mm/jam).

0.00

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

60.00

0.25 0.5 1 1.5 2 3 4 5 7

Intensita

s Hujan; I (m

m/jam

)

Durasi Hujan; t (jam)

T = 2

T =3

T = 5

T = 7

T = 10

T = 15

T = 20

T = 25

Power (T = 25)

Gambar 4.3 Grafik Model Intensitas Hujan Mononobe

Berdasarkan hasil perhitungan model intensitas hujan mononobe seperti

diuraikan di atas maka diketahui :

• Berdasarkan data dan grafik proyeksi intensitas hujan selanjutnya

dapat ditentukan besar intensitas hujan pada berbagai periode ulang

dengan terlebih dahulu menghitung waktu konsentrasi.

Page 61: Laporan Interim Masterplan

LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi

IV - 9

• Formula model intensitas hujan Mononobe tersebut di atas (Tabel 4.4)

dapat digunakan untuk wilayah perencanaan drainase perkotaan Kota

Cimahi bagian sebelah selatan (Wado, Darmaraja, Situraja,

Jatinunggal).

5.2.2 Model Intensitas hujan Mononobe Modifikasi (MMK)

Fakta menunjukan, Ketersediaan data curah hujan dalam durasi pendek (menit

atau jam) di beberapa wilayah sering kali ditemukan tidak lengkap, jumlahnya

tidak memadai atau bahkan tidak tersedia samasekali. Hal ini menjadi kendala

utama dalam perhitungan model intensitas hujan (I). Kondisi ini juga ditemui

ketika melakukan analisis intensitas hujan untuk beberapa lokasi perencanaan

drainase di perkotaan Sumedang. Oleh karena itu dalam kajian ini akan digunakan

Metoda Mononobe Modifikasi atau yang Dikembangkan (MMK) yang lebih fleksibel

dalam penyediaan data. Metode tersebut dikembangkan melalui pendekatan

pemanfaatan data curah hujan harian yang durasinya tidak diketahui, dengan

mengacu pada pada model mononobe yang terbentuk berdasarkan data curah

hujan yang durasinya diketahui. Prosedur atau langkah-langkah metoda Mononobe

yang Dikembangkan (MMK) dalam mentukan model Intensitas Modifikasi secara

garis besar dapat dilihat pada Gambar 4.4.

Page 62: Laporan Interim Masterplan

LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi

IV - 10

Gambar 4.4 Flowchart Analisis Hidrologi Menggunakan MMK

1. Input Data dan Model Mononobe Modifikasi atau yang Dikembangkan

Acuan dasar Model Mononobe sangat sesuai untuk digunakan karena salah satu

parameternya adalah R24 (curah hujan maksimum harian). Dalam hal ini

Page 63: Laporan Interim Masterplan

LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi

IV - 11

parameter R24, dimodifikasi menjadi curah hujan kumulatif yang jatuh selama 24

jam ( 1 hari).

Dengan menggunakan persamaan Gringorten (persamaan 6) dapat ditentukan

nomor urut data dan curah hujan harian untuk setiap periode ulang. Dari data ini

kemudian dihitung koefisien R 2 4

2 4. Hasil perhitungan untuk Stasiun Pengamatan

Dirgantara Tanjung sari, Dago Pakar, Cipeusing dan Stasiun Margahayu disajikan

dalam Tabel 4.6, Tabel 4.7, dan Tabel 4.8 dan Tabel 4.9.

Tabel 4.6 Nomor Urut Data, Curah Hujan Harian dan Koefisien R 24

24

Berdasarkan data curah hujan Stasiun Hujan Dago Pakar

T Urutan Data (d) Curah hujan R24/24(Tahun) Harian (mm)

2 688 11.0 0.45833 458 19.5 0.81255 275 30 1.25007 197 40.0 1.666710 138 52 2.166715 92 70.0 2.916720 69 100.0 4.166725 55 120.0 5.0000

Sumber : hasil analisis data

Tabel 4.7 Nomor Urut Data, Curah Hujan Harian dan Koefisien R 24

24

Berdasarkan data curah hujan Stasiun Hujan Cipeusing

T Urutan Data (d) Curah hujan R24/24(Tahun) Harian (mm)

2 682 11.0 0.45833 455 17.0 0.70835 273 25.0 1.04177 195 31.0 1.291710 137 36.0 1.500015 91 43.0 1.791720 69 46.5 1.937525 55 50.0 2.0833

Sumber : hasil analisis data

Tabel 4.8 Nomor Urut Data, Curah Hujan Harian dan Koefisien R 24

24

Page 64: Laporan Interim Masterplan

LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi

IV - 12

Berdasarkan data curah hujan Stasiun Hujan Margahayu

T Urutan Data (d) Curah hujan R24/24(Tahun) Harian (mm)

2 508 10.0 0.41673 338 15.0 0.62505 203 23.0 0.95837 145 27.5 1.145810 102 34.0 1.416715 68 40.0 1.666720 51 43.0 1.791725 41 45.0 1.8750

Sumber : hasil analisis data

2. Formulasi Model Monobe yang Telah Dikembangkan (MMK)

Berdasarkan formulasi intensitas hujan Model Mononobe yang telah diperoleh

sebelumnya (Tabel 4.4) dan Nilai R 2 4

2 4 (Tabel 4.6, Tabel 4.7, Tabel 4.8 dan Tabel

4.9), dapat diformulasilkan suatu persamaan modifikasi untuk menghitung nilai

tetapan m modifikasi (disebut mh) untuk setiap durasi hujan (t: jam). Formulasi

Model Mononobe modifikasi diperoleh dengan cara mengganti tetapan R 2 4

2 4

dengan nilai yang baru (Tabel 4.6; Tabel 4.7 dan Tabel 4.8). Formulasi Model

Mononobe modifikasi dapat dilihat pada Tabel 4.9, Tabel 4.10 dan Tabel 4.11.

Page 65: Laporan Interim Masterplan

LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi

IV - 13

Tabel 4.9 Formulasi untuk Menghitung Tetapan mh untuk Setiap t (jam) Berdasarkan data curah hujan Stasiun Dago Pakar

No. T Model Mononobe R24/24(Tahun)

1 2 I2=0.937.(24/t)0.361 0.45833 I2 = 0.45833 .(24/t)mh

2 3 I3=1.789.(24/t)0.357 0.81250 I3= 0.81250 .(24/t)mh

3 5 I5=4.126.(24/t)0.236 1.25000 I5 = 1.25000 .(24/t)mh

4 7 I7=4.530.(24/t)0.2831.66667 I7= 1.66667 .(24/t)mh

5 10 I10=6.004.(24/t)0.242 2.16667 I10= 2.16667 .(24/t)mh

6 15 I15=4.836.(24/t)0.437 2.9167 I15= 2.91667 .(24/t)mh

7 20 I20=5.056.(24/t)0.443 4.16667 I20 = 4.16667 .(24/t)mh

8 25 I25=4.647.(24/t)0.491 5.00000 I25= 5.00000 .(24/t)mh

Model Mononobe Modifikasi

Sumber : hasil analisis data

Tabel 4.10 Formulasi untuk Menghitung Tetapan mh untuk Setiap t (jam) Berdasarkan data curah hujan Stasiun Cipeusing

No. T Model Mononobe R24/24(Tahun)

1 2 I2=0.937.(24/t)0.361 0.45833 I2 = 0.45833 .(24/t)mh

2 3 I3=1.789.(24/t)0.357 0.70833 I3= 0.70833 .(24/t)mh

3 5 I5=4.126.(24/t)0.236 1.04167 I5 = 1.04167 .(24/t)mh

4 7 I7=4.530.(24/t)0.2831.29167 I7= 1.29167 .(24/t)mh

5 10 I10=6.004.(24/t)0.242 1.50000 I10= 1.50000 .(24/t)mh

6 15 I15=4.836.(24/t)0.437 1.7917 I15= 1.79167 .(24/t)mh

7 20 I20=5.056.(24/t)0.443 1.93750 I20 = 1.93750 .(24/t)mh

8 25 I25=4.647.(24/t)0.491 2.08333 I25= 2.08333 .(24/t)mh

Model Mononobe Modifikasi

Sumber : hasil analisis data

Page 66: Laporan Interim Masterplan

LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi

IV - 14

Tabel 4.11 Formulasi untuk Menghitung Tetapan mh untuk Setiap t (jam) Berdasarkan data curah hujan Stasiun Hujan Margahayu

No. T Model Mononobe R24/24(Tahun)

1 2 I2=0.937.(24/t)0.361 0.41667 I2 = 0.41667 .(24/t)mh

2 3 I3=1.789.(24/t)0.357 0.62500 I3= 0.62500 .(24/t)mh

3 5 I5=4.126.(24/t)0.236 0.95833 I5 = 0.95833 .(24/t)mh

4 7 I7=4.530.(24/t)0.283 1.14583 I7= 1.14583 .(24/t)mh

5 10 I10=6.004.(24/t)0.242 1.41667 I10= 1.41667 .(24/t)mh

6 15 I15=4.836.(24/t)0.437 1.6667 I15= 1.66667 .(24/t)mh

7 20 I20=5.056.(24/t)0.443 1.79167 I20 = 1.79167 .(24/t)mh

8 25 I25=4.647.(24/t)0.491 1.87500 I25= 1.87500 .(24/t)mh

Model Mononobe Modifikasi

Sumber : hasil analisis data

Tabel 4.12 Formulasi dan Tetapan mh untuk Model Mononobe yang Telah Dikembangkan (MMK) Berdasarkan data curah hujan Stasiun Dago Pakar

T

(Tahun) 0.25 0.5 1 1.5 2 3 4 5 7

2 mh2= (log(2.04511))/Log(24/t)+0.361011 0.518 0.546 0.586 0.619 0.649 0.705 0.760 0.817 0.942

3 mh3= (log(2.20212))/Log(24/t)+0.356658 0.530 0.561 0.605 0.641 0.674 0.736 0.797 0.860 0.997

5 mh5= (log(3.3008))/Log(24/t)+0.235882 0.498 0.544 0.612 0.667 0.716 0.810 0.902 0.997 1.205

7 mh7= (log(2.71780))/Log(24/t)+0.283026 0.502 0.541 0.598 0.644 0.685 0.764 0.841 0.920 1.094

10 mh10= (log(2.77129))/Log(24/t)+0.242056 0.465 0.505 0.563 0.610 0.652 0.732 0.811 0.892 1.069

15 mh15= (log(1.65792))/Log(24/t)+0.437293 0.548 0.568 0.596 0.620 0.641 0.680 0.719 0.760 0.848

20 mh20= (log(1.21351))/Log(24/t)+0.443059 0.485 0.493 0.504 0.513 0.521 0.536 0.551 0.566 0.600

25 mh25= (log(0.92942))/Log(24/t)+0.491102 0.475 0.472 0.468 0.465 0.462 0.456 0.450 0.444 0.432

Nilai Koefisien mh pada durasi hujan (t:Jam)Formula

mh

Sumber : hasil analisis data

Page 67: Laporan Interim Masterplan

LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi

IV - 15

Tabel 4.13 Formulasi dan Tetapan mh untuk Model Mononobe yang Telah Dikembangkan (MMK) Berdasarkan data curah hujan Stasiun Hujan Cipeusing

T

(Tahun) 0.25 0.5 1 1.5 2 3 4 5 7

2 mh2= (log(2.04511))/Log(24/t)+0.361011 0.518 0.546 0.586 0.619 0.649 0.705 0.760 0.817 0.942

3 mh3= (log(2.52596))/Log(24/t)+0.356658 0.560 0.596 0.648 0.691 0.730 0.802 0.874 0.947 1.109

5 mh5= (log(3.96096))/Log(24/t)+0.235882 0.537 0.591 0.669 0.732 0.790 0.898 1.004 1.113 1.353

7 mh7= (log(3.50684))/Log(24/t)+0.283026 0.558 0.607 0.678 0.736 0.788 0.886 0.983 1.083 1.301

10 mh10= (log(4.00297))/Log(24/t)+0.242056 0.546 0.600 0.678 0.742 0.800 0.909 1.016 1.126 1.368

15 mh15= (log(2.69894))/Log(24/t)+0.437293 0.655 0.694 0.750 0.795 0.837 0.915 0.991 1.070 1.243

20 mh20= (log(2.60970))/Log(24/t)+0.443059 0.653 0.691 0.745 0.789 0.829 0.904 0.978 1.055 1.222

25 mh25= (log(2.23061))/Log(24/t)+0.491102 0.667 0.698 0.744 0.780 0.814 0.877 0.939 1.003 1.142

Nilai Koefisien mh pada durasi hujan (t:Jam)Formula

mh

Sumber : hasil analisis data

Tabel 4.14 Formulasi dan Tetapan mh untuk Model Mononobe yang Telah

Dikembangkan (MMK) Berdasarkan data curah hujan Stasiun Hujan Margahayu

T

(Tahun) 0.25 0.5 1 1.5 2 3 4 5 7

2 mh2= (log(2.24963))/Log(24/t)+0.361011 0.539 0.570 0.616 0.653 0.687 0.751 0.814 0.878 1.019

3 mh3= (log(2.86276))/Log(24/t)+0.356658 0.587 0.628 0.688 0.736 0.780 0.862 0.944 1.027 1.210

5 mh5= (log(4.305391))/Log(24/t)+0.235882 0.556 0.613 0.695 0.762 0.823 0.938 1.051 1.167 1.421

7 mh7= (log(3.953165))/Log(24/t)+0.283026 0.584 0.638 0.716 0.779 0.836 0.944 1.050 1.159 1.399

10 mh10= (log(4.238440))/Log(24/t)+0.242056 0.558 0.615 0.696 0.763 0.823 0.937 1.048 1.163 1.414

15 mh15= (log(2.901361))/Log(24/t)+0.437293 0.671 0.712 0.772 0.821 0.866 0.950 1.032 1.116 1.302

20 mh20= (log(2.822120))/Log(24/t)+0.443059 0.670 0.711 0.770 0.817 0.861 0.942 1.022 1.104 1.285

25 mh25= (log(2.478457))/Log(24/t)+0.491102 0.690 0.726 0.777 0.818 0.856 0.928 0.998 1.070 1.228

Nilai Koefisien mh pada durasi hujan (t:Jam)Formula

mh

Sumber : hasil analisis data

Persamaan polinomial yang merupakan formulasi hubungan antara durasi hujan (t)

dengan nilai mh untuk setiap periode ulang untuk masing-masing stasiun hujan

disajikan pada Tabel 4.15, Tabel 4.16 dan Tabel 4.17. Dengan diperolehnya

hubungan ini, maka intensitas hujan Model Mononobe yang telah dikembangkan

(MMK) dapat diformulasikan dengan cara mengsubstitusikan persamaan polinomial

yang telah diperoleh pada setiap periode ulang hujan terhadap notasi mh pada MMK.

Page 68: Laporan Interim Masterplan

LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi

IV - 16

Tabel 4.15 Hubungan antara mh dengan Durasi Hujan (t:jam) dan Formulasi

Model Mononobe yang Telah Dikembangkan (MMK) Berdasarkan data curah hujan Stasiun Hujan Dago Pakar

1 2 I2 = 0.45833 .(24/t)mh2 mh2 = 0.004t2 + 0.004t + 0.519

2 3 I3 = 0.81250 .(24/t)mh3 mh3 = 0.004t2 + 0.004t + 0.531

3 5 I5 = 1.25000 .(24/t)mh5 mh5= 0.007t2 + 0.007t + 0.500

4 7 I7 = 1.66667 .(24/t)mh7 mh7 = 0.006t2 + 0.005t + 0.504

5 10 I10 = 2.16667 .(24/t)mh10 mh10 = 0.006t2 + 0.006t + 0.467

6 15 I15 = 2.91667 .(24/t)mh15 mh15 = 0.003t2 + 0.003t + 0.549

7 20 I20 = 4.16667 .(24/t)mh20 mh20 = 0.001t2 + 0.001t + 0.485

8 25 I25 = 5.00000 .(24/t)mh25 mh25 = 0.0005t2 + 0.0004t + 0.4749

No. T (Tahunan)

Nilai mhMMK

Sumber : hasil analisis data

Tabel 4.16 Hubungan antara mh dengan Durasi Hujan (t:jam) dan Formulasi

Model Mononobe yang Telah Dikembangkan (MMK) Berdasarkan data curah hujan Stasiun Hujan Cipeusing

1 2 I2 = 0.45833 .(24/t)mh2 mh2 = 0.004t2 + 0.004t + 0.519

2 3 I3 = 0.70833 .(24/t)mh3 mh3 = 0.005t2 + 0.005t + 0.561

3 5 I5 = 1.04167 .(24/t)mh5 mh5= 0.008t2 + 0.008t + 0.540

4 7 I7 = 1.29167 .(24/t)mh7 mh7 = 0.007t2 + 0.007t + 0.560

5 10 I10 = 1.50000 .(24/t)mh10 mh10 = 0.008t2 + 0.008t + 0.549

6 15 I15 = 1.79167 .(24/t)mh15 mh15 = 0.006t2 + 0.005t + 0.657

7 20 I20 = 1.93750 .(24/t)mh20 mh20 = 0.006t2 + 0.005t + 0.655

8 25 I25 = 2.08333 .(24/t)mh25 mh25 = 0.005t2 + 0.0047t + 0.6686

No. T (Tahunan)

Nilai mhMMK

Sumber : hasil analisis data

Page 69: Laporan Interim Masterplan

LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi

IV - 17

Tabel 4.17 Hubungan antara mh dengan Durasi Hujan (t:jam) dan Formulasi Model Mononobe yang Telah Dikembangkan (MMK) Berdasarkan data curah hujan Stasiun Hujan Margahayu

1 2 I2 = 0.41667 .(24/t)mh2 mh2 = 0.005t2 + 0.004t + 0.540

2 3 I3 = 0.62500 .(24/t)mh3 mh3 = 0.006t2 + 0.006t + 0.589

3 5 I5 = 0.95833 .(24/t)mh5 mh5= 0.009t2 + 0.008t + 0.558

4 7 I7 = 1.14583 .(24/t)mh7 mh7 = 0.008t2 + 0.008t + 0.587

5 10 I10 = 1.41667 .(24/t)mh10 mh10 = 0.009t2 + 0.008t + 0.561

6 15 I15 = 1.66667 .(24/t)mh15 mh15 = 0.006t2 + 0.006t + 0.673

7 20 I20 = 1.79167 .(24/t)mh20 mh20 = 0.006t2 + 0.006t + 0.672

8 25 I25 = 1.87500 .(24/t)mh25 mh25 = 0.0057t2 + 0.0053t + 0.6920

No. T (Tahunan)

Nilai mhMMK

Sumber : hasil analisis data

3. Proyeksi Intensitas Hujan Menurut Model yang Telah Dikembangkan

(MMK)

Berdasarkan formulasi seperti tersaji dalam Tabel 4.15, Tabel 4.16 dan Tabel 4.17,

proyeksi intensitas hujan untuk setiap durasi hujan (t ; jam) pada setiap periode

ulang untuk masing-masing stasiun hujan dapat dihitung dan digambarkan, seperti

disajikan dalam Tabel 4.18, Tabel 4.19 dan Tabel 4.20; serta pada Gambar 4.5,

Gambar 4.6 dan Gambar 4.7 berikut ini.

Page 70: Laporan Interim Masterplan

LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi

IV - 18

Tabel 4.18 Proyeksi Intensitas Hujan Model Mononobe yang Telah Dikembangkan (MMK) Berdasarkan data curah hujan Stasiun Hujan Dago Pakar

Durasi Hujan

t 2 3 5 7 10 15 20 25

0.25 4.93 9.22 12.37 16.75 18.42 35.89 38.18 43.710.50 3.46 6.42 8.84 11.91 13.44 24.64 27.32 31.471.00 2.45 4.51 6.40 8.56 9.93 17.02 19.59 22.681.50 2.01 3.69 5.38 7.15 8.42 13.79 16.15 18.742.00 1.77 3.23 4.81 6.35 7.56 11.93 14.11 16.393.00 1.49 2.71 4.21 5.49 6.65 9.84 11.71 13.584.00 1.34 2.43 3.93 5.06 6.20 8.69 10.30 11.915.00 1.25 2.26 3.81 4.84 5.98 7.95 9.35 10.777.00 1.14 2.06 3.75 4.65 5.83 7.06 8.11 9.28

Intensitas Hujan pada Periode Ulang (T) : (Tahun)

Sumber : hasil analisis data

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

30.00

35.00

40.00

45.00

50.00

0.25 0.50 1.00 1.50 2.00 3.00 4.00 5.00 7.00

Intensita

s Hujan

 (mm/jam

)

Durasi Hujan  (jam)

t =2

t=3

t = 5 

t =7

t = 10

t = 15

t = 20

t = 25

Gambar 4.5 Intensitas Hujan Model Mononobe yang Telah Dikembangkan (MMK) Berdasarkan data curah hujan Stasiun Hujan Dago Pakar

Page 71: Laporan Interim Masterplan

LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi

IV - 19

Tabel 4.19 Proyeksi Intensitas Hujan Model Mononobe yang Telah Dikembangkan (MMK) Berdasarkan data curah hujan Stasiun Hujan Cipeusing

Durasi Hujan

t 2 3 5 7 10 15 20 25

0.25 4.93 9.23 12.39 16.81 18.59 36.21 38.80 44.310.50 3.46 6.31 8.62 11.52 12.86 23.15 24.84 27.991.00 2.45 4.35 6.10 8.01 9.03 14.97 16.09 17.731.50 2.01 3.53 5.06 6.56 7.47 11.74 12.62 13.602.00 1.77 3.08 4.49 5.77 6.61 9.98 10.73 11.293.00 1.49 2.58 3.91 4.93 5.74 8.11 8.73 8.704.00 1.34 2.32 3.65 4.53 5.34 7.16 7.71 7.245.00 1.25 2.16 3.54 4.32 5.17 6.61 7.12 6.297.00 1.14 2.00 3.52 4.17 5.12 6.04 6.51 5.10

Intensitas Hujan pada Periode Ulang (T) : (Tahun)

Sumber : hasil analisis data

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

30.00

35.00

40.00

45.00

50.00

0.25 0.50 1.00 1.50 2.00 3.00 4.00 5.00 7.00

Intensita

s Hujan

 (mm/jam

)

Durasi Hujan  (jam)

t =2

t=3

t = 5 

t =7

t = 10

t = 15

t = 20

t = 25

Gambar 4.6 Intensitas Hujan Model Mononobe yang Telah Dikembangkan (MMK) Berdasarkan data curah hujan Stasiun Hujan Cipeusing

Page 72: Laporan Interim Masterplan

LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi

IV - 20

Tabel 4.20 Proyeksi Intensitas Hujan Model Mononobe yang Telah Dikembangkan (MMK) Berdasarkan data curah hujan Stasiun Hujan Margahayu

Durasi Hujan

t 2 3 5 7 10 15 20 25

0.25 4.93 9.27 12.38 16.89 18.55 36.28 38.82 44.470.50 3.41 6.22 8.51 11.38 12.73 22.96 24.58 27.751.00 2.39 4.22 5.96 7.79 8.89 14.70 15.75 17.511.50 1.95 3.41 4.92 6.34 7.34 11.46 12.29 13.532.00 1.71 2.95 4.36 5.55 6.50 9.70 10.41 11.373.00 1.44 2.47 3.80 4.74 5.66 7.85 8.42 9.094.00 1.30 2.23 3.57 4.37 5.31 6.90 7.41 7.925.00 1.22 2.09 3.48 4.19 5.18 6.35 6.82 7.247.00 1.13 1.95 3.52 4.10 5.22 5.78 6.20 6.50

Intensitas Hujan pada Periode Ulang (T) : (Tahun)

Sumber : hasil analisis data

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

30.00

35.00

40.00

45.00

50.00

0.25 0.50 1.00 1.50 2.00 3.00 4.00 5.00 7.00

Intensita

s Hujan

 (mm/jam

)

Durasi Hujan  (jam)

t =2

t=3

t = 5 

t =7

t = 10

t = 15

t = 20

t = 25

Gambar 4.7 Intensitas Hujan Model Mononobe yang Telah Dikembangkan (MMK) Berdasarkan data curah hujan Stasiun Hujan Margahayu

Page 73: Laporan Interim Masterplan

LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi

IV - 21

Berdasarkan uraian di atas diketahui bahwa :

• Berdasarkan data dan grafik proyeksi intensitas untuk masing-masing wilayah

kajian dapat ditentukan besar intensitas hujan pada berbagai periode ulang

dengan terlebih dahulu menghitung waktu konsentrasi. Salah satu metoda yang

bisa digunakan adalah persamaan Kirpich (1940).

• Proyeksi Intensitas hujan pada berbagai periode ulang berdasarkan model

Mononobe yang telah dikembangkan (MMK) berdasarkan data curah hujan yang

tersedia seperti digambarkan dalam bentuk grafik pada Gambar 4.5, Gambar

4.6, Gambar 4.7 dan Gambar 4.8, menunjukan pola/trend yang hampir sama,

dimana besar intensitas hujan cenderung menurun/mengecil jika durasi

hujannya lebih lama. Intensitas hujan terbesar terjadi pada durasi hujan 0.25

jam pada periode ulang 25 tahunan.

• Terdapat perbedaan /selisih yang cukup signifikan antara Intensitas hujan 5

(Lima) tahunan dengan Intensitas hujan 25 (Dua puluh lima) tahunan.

Intensitas hujan rencana yang biasa digunakan dalam perencanaan drainase

adalah intensitas hujan 5 (lima) tahunan, sesuai dengan debit rencana yang

digunakan dalam Kajian ini yaitu debit puncak rencana lima tahunan (Q5).

4.1. Debit Banjir Rencana Berdasarkan Intensitas Hujan

Metoda yang digunakan untuk menghitung besar debit puncak pada sarana

drainase dalam kajian ini adalah Metoda Rasional Praktis (Sumber: Metode,

Spesifikasi dan Tata Cara, Dep. Permukiman dan Prasarana Wilayah).

Persamaan yang digunakan

AICQp ...00278.0= ......................................... (10)

Dimana :

Qp = Besarnya debit puncak

C = koefisien pengaliran

I = Intensitas Hujan (mm/jam) pada waktu konsentrasi (tc).

tc = 0.0195.I0.77.S-0.385

A = Luas Cathment Area (Ha)

Page 74: Laporan Interim Masterplan

LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi

IV - 22

Besar debit banjir maximum didalam suatu kawasan tergantung pada beberapa

variabel, antara lain Luas Cathment Area (A), Koefisien Pengaliran (C) dan besar

intensitas hujan yang terjadi pada kawasan tersebut. Besar intensitas hujan yang

digunakan untuk memperoleh debit banjir maksimum adalah besar intensitas hujan

yang terjadi selama waktu Konsentrasi (tc) di kawasan catchment area. Lihat

Tabel 4.21.

Besar koefisien pengaliran (c) pada suatu kawasan sangat tergantung pada type

kawasan Cathment area. Bila daerah pengaliran terdiri dari beberapa tipe kondisi

permukaan yang mempunyai nilai C yang berbeda, maka harga C rata-rata

ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

C1 . A1 + C2 . A2 + C3 . A3 + ……. C = …………………… (11) A1 + A2 + A3 + ….. Keterangan :

C1, C2, C3, … = Koefisien pengaliran yang sesuai dengan tipe kondisi

permukaan

A1, A2, A3, … = Luas daerah pengaliran yang diperhitungkan sesuai

dengan kondisi permukaan

Page 75: Laporan Interim Masterplan

LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi

IV - 23

Tabel 4.21. Harga C berdasarkan type Catchment Area

1 Perumputan tanah pasir, datar, 2 % 0.05 - 0.10tanah pasir, rata-rata, 2- 7 % 0.10 - 0.15tanah pasir, curam, 7 % 0.15 - 0.20tanah gemuk, datar, 2 % 0.13 - 0.17tanah gemuk, rata-rata, 2- 7 % 0.18 - 0.22tanah gemuk, curam, 7 % 0.25 - 0.35

2 Business daerah kota lama 0.75 - 0.95daerah kota pinggiran 0.50 - 0.70

3 Perumahan daerah "single family" 0.30 - 0.50"multi unit", terpisah-pisah 0.40 - 0.60"multi unit", tertutup 0.60 - 0.75"suburban" 0.25 - 0.40daerah rumah-rumah apartemen 0.50 - 0.70

4 Industri daerah ringan 0.50 - 0.80daerah berat 0.60 - 0.90

5 Pertamanan, 0.10 - 0.25kuburan

6 Tempat bermain 0.20 - 0.35

7 Halaman Kareta Api 0.20 - 0.40

8 daerah yang tidak 0.10 - 0.30dikerjakan

9 Jalan beraspal 0.70 - 0.95beton 0.80 - 0.95batu 0.70 - 0.85

10 untuk berjalan dan 0.75 - 0.85naik kuda

11 atap 0.75 - 0.95

Type Daerah Aliran Keterangan Harga C

Waktu konsentrasi adalah waktu yang diperlukan air hujan yang jatuh di titik

terjauh di Cathment Area untuk sampai pada pada titik tinjau. Langkah

perhitungan debit banjir maksimum dapat dilihat pada Gambar 4.8.

Page 76: Laporan Interim Masterplan

LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi

IV - 24

Intensitas Hujan (I)

Waktu Konsentrasi

(tc)

Intensitas Hujan pada Waktu Konsentrasi (Ic )

Luas Catment Area (A)

Koefisien Pengaliran (C)

Qtc = C.Ic. A

Lama Hujan (t)

Gambar 4.8 Langkah Perhitungan Debit Banjir Maksimum Drainase

Dalam perhitungan waktu konsentrasi pada suatu Cathment Area digunakan

persamaan Kirpich (1940) yang mempunyai bentuk persamaan sebagai berikut :

tc = 0.0195.I0.77.S-0.385 (12)

Dimana :

tc = waktu dalam menit

I = panjang saluran dalam m

S = Kemiringan lereng m/m

Debit banjir rencana yang akan digunakan dalam perencanaan drainase di Kota

Cimahi akan digunakan Debit puncak 5 tahunan. Besar debit tersebut selanjutnya

menjadi dasar dalam penentuan dimensi saluran drainase pada lokasi perenanaan.

Estimasi Debit Run off Wilayah Kajian

Estimasi debit run off ini adalah estimasi secara global. Debit ini tidak bisa dijadikan acuan

dalam perencanaan drainase dan hanya memberikan gambaran secara kasar/umum

mengenai debit yang akan diterima oleh catchment area yang selanjutnya akan mengalir

ke sungai. Metode yang digunakan adalah metode rasional :

AICQp ...00278.0=

Dimana :

Page 77: Laporan Interim Masterplan

LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi

IV - 25

Qp = Besarnya debit puncak

C = koefisien pengaliran

I = Intensitas Hujan (mm/jam) pada waktu konsentrasi (tc).

tc = 0.0195.I0.77.S-0.385

A = Luas Cathment Area (Ha)

Hasil Perhitungan disajikan dalam tabel berikut ini.

Page 78: Laporan Interim Masterplan

LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi

V - 1

5.1. Identifikasi Dan Inventarisasi Lapangan

Survey Identifikasi dan nventarisasi dilakukan guna memperoleh gambaran menyeluruh

tentang kondisi daerah perencanaan saat ini (rona awal), baik on site maupun off site.

Beberapa aspek yang menjadi menjadi objek survey inventarisasi antara lain:

• Orientasi dan identifikasi batas-batas daerah perencanaan.

• Kondisi umum fisik-geografis dan lingkungan daerah kajian.

• Identifikasi dan inventarisasi permasalahan umum dan spesifik lokasi perencanaan

berkenaan dengan drainase di kawasan Kota Cimahi,

• Inventarisasi jaringan drainase yang sudah ada

• Identifikasi kemungkinan layout masterplan drainase

Survey inventarisasi dilakukan berdasarkan acuan dasar :

• Peta topografi (Peta Rupa Bumi) Kota Cimahi.

• Citra Satelit

• Data Kota Cimahi.

• Peta ikhtisar dan situasi hasil study dan perencanaan sebelumnya.

• Informasi aktual dari masyarakat setempat dan pemerintah Kota Cimahi

5.2. Kondisi Drainase Eksisting

Pekerjaan Master Plan Drainase Kota Cimahi, sesuai dengan arahan Kerangka Acuan Kerja

(KAK), Secara umum lokasi pekerjaan mencakup seluruh wilayah Kota Cimahi yaitu:

• RW 02 Melong

• Kelurahan Utama

• Kelurahan Padasuka

Page 79: Laporan Interim Masterplan

LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi

V - 2

• Keluraha Cibeureum

• Kelurahan Pasirkaliki

• Jalan cihanjuang

• Kali Cimahi

• Kelurahan Cibabat

• Aliran Cibaligo

• Fly Over Cimindi

Rekapitulasi permasalahan yang ada di perkotaan berdasarkan hasil survey dan identifikasi

lapangan adalah :

Tabel 5.1 Rekapitulasi Permasalahan Drainase Eksisting.

Permasalahan Kondisi Yang Ada Pemecahan Masalah

1. Rw 02 Melong

Beberapa bangunan di bangun di atas saluran drinase sehingga terjadi penyempitan

Saluran yang menyempit pada bagian hilir drainase

Perubahan arah aliran oleh pihak industri (Pabrik) menyebabkan banjir di sekitar.

Pendangkalan Sungai.

Agar direncanakan ulang ( review design) untuk saluran drainase di sekitar Wilayah

Perlu dibuat kolam retensi banjir

Dilakukan OP untuk saluran yang telah ada.

2. Kelurahan Utama

Pengubahan arah aliran sungai untuk kepentingan pabrik

Pendangkalan outpole drainase

Agar direncanakan ulang ( review design) untuk saluran drainase di sekitar kecamatan Tanjungsari

Dilakukan OP untuk saluran yang telah ada.

Normalisasi sungai

Page 80: Laporan Interim Masterplan

LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi

V - 3

Permasalahan Kondisi Yang Ada Pemecahan Masalah

3. Kelurahan padasuka

Sedimentasi dibeberapa ruas drinase

Run off Besar dari daerah bagian atas.

Penyempitan saluran drainase

Agar direncanakan ulang ( review design) untuk saluran drainase di sekitar kecamatan Tanjungsari

Dilakukan OP untuk saluran yang telah ada.

4. Kelurahan Cibeureum

Beban drainase yang terlalu besar

Energi Air yang merusak karena topografi curam sehingga dibeberapa tempat jalan menjadi rusak

Beberapa saluran tersedimentasi

Diperlukan saluran baru untuk menampung aliran air hujan

Dilakukan OP untuk saluran yang telah ada

Pembuatan Kolam olakan

Normalisasi sungai

5. Kelurahan Pasirkaliki

Genangan banjir yg terjadi di Pangeran Kornel disebabkan oleh sedimentasi pada badan saluran oleh sampah dan kabel-kabel

Genangan yang terjadi disebabkan dua saluran dengan beban debit yang besar ketika hujan sedangkan gorong-gorong menuju saluran primer dimensinya kecil.

Di beberapa tempat saluran terpenuhi oleh tanah dan sampah

Agar direncanakan ulang ( review design) untuk saluran drainase di sekitar kecamatan Sumedang selatan

Dilakukan OP untuk saluran yang telah ada

Page 81: Laporan Interim Masterplan

LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi

V - 4

Permasalahan Kondisi Yang Ada Pemecahan Masalah

6. Jalan Cihanjuang

Umumnya banjir terjadi karena imbas dari hujan.

Saluran drainase yang tersumbat sampah pasar.

Saluran drainase tertutup sedimen.

Beban drainase yang terlalu besar

Tertutupnya drainase oleh bangunan yang menyebabkan berkurangnya dimensi drainase.

Bangunan membuang langsung limpasan kejalan

Agar direncanakan ulang ( review design) untuk saluran drainase di sekitar kecamatan sumedang utara

Agar dilakukan OP untuk saluran yang ada.

Diperlukan saluran baru untuk menampung aliran air hujan

7. Kali Cimahi

Dimensi Saluran tidak mencukupi

Beberapa saluran tersedimentasi

Saluran yang menyempit pada bagian hilir drainase

Diperlukan penambahan saluran baru untuk menampung aliran air hujan.

Dilakukan rehabilitasi saluran yang telah ada.

8. Kelurahan Cibabat

Umumnya banjir terjadi karena imbas dari hujan.

Saluran drainase yang tersumbat sampah pasar.

Saluran drainase tertutup sedimen.

Beban drainase yang terlalu besar

Tertutupnya drainase oleh

Agar direncanakan ulang ( review design) untuk saluran drainase di sekitar kawasan permukiman di Kelurahan Cibabat.

Agar dilakukan OP untuk saluran yang ada.

Diperlukan saluran baru untuk menampung aliran air hujan

Page 82: Laporan Interim Masterplan

LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi

V - 5

Permasalahan Kondisi Yang Ada Pemecahan Masalah

bangunan

9. Aliran Cibaligo

Tertutupnya drainase oleh bangunan yang menyebabkan berkurangnya dimensi drainase.

Aliran Sungai Cilember di sepanjang jalan Cibaligo melalui area industri.

Agar direncanakan ulang ( review design) untuk saluran drainase di sekitar kawasan permukiman di Kelurahan Cibabat.

Agar dilakukan OP untuk saluran yang ada.

Diperlukan saluran baru untuk menampung aliran air hujan

10. Fly Over Cimindi

Saluran drainase jalan berupa saluran tertutup dan sudah mengalami sedimentasi.

Lubang pembuang di trotoir pada saluran drainase jalan sudah tertutup.

Tertutupnya drainase oleh bangunan yang menyebabkan berkurangnya dimensi drainase.

Tertutupnya drainase oleh bangunan yang menyebabkan berkurangnya dimensi drainase.

Berkurangnya daya tampung saluran oleh sedimentasi dan sampah.

Agar direncanakan ulang ( review design) untuk saluran drainase di sekitar kawasan permukiman di Kelurahan Cibabat.

Agar dilakukan OP untuk saluran yang ada.

Diperlukan saluran baru untuk menampung aliran air hujan

Sumber : Hasil Survey dan Identifikasi lapangan 2011

Page 83: Laporan Interim Masterplan

LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi

VI - 1

6.1. Umum

Dalam penyusunan dan pengembangan Master Plan Drainase Kota Cimahi terdapat bebe-

rapa kriteria dan standar yang dijadikan acuan. Acuan-acuan tersebut dapat berupa acuan

teknis formal dan acuan konsepsi yang bersifat ilmiah-aplikatif. Disamping itu, master plan

drainase perlu menegaskan beberapa prinsip dasar yang bersifat teknis-lingkungan.

Prinsip dasar ini dapat dipandang sebagai visi, atau cara pandang apa dan bagaimana

sistem drainase disusun dan dikembangkan. Strategi dan prosedur pelaksanaan

penyusunan master plan drainase Kota Cimahi dibuat dengan acuan dan cara pandang

tersebut.

6.2. Acuan Teknis Formal

Beberapa hal yang sangat penting terkait penyusunan masterplan drainase yang

digariskan dalam SNI ini, antara lain :

A. Lingkup SNI dan Beberapa Pengertian

Tata cara perencanaan Umum Drainase Perkotaan tertuang dalam SNI 02-2406-1991.

Dalam SNI, dengan tegas dinyatakan bahwa :

(1) proses perencanaan drainase perkotaan, berlandaskan pada konsep pembangunan

yang terlanjutkan (pembangunan yang berwawasan lingkungan) khususnya dalam

rangka konservasi sumberdaya air agar air permukiman dapat cepat dialirkan dan

diresapkan.

(2) Ruang ligkup perencanaan umum drainase perkotaan mencakup : perencanaan

drainase perkotaan sebagai pembuang air hujan dengan mempertimbangkan

pembangunan berwawasan lingkungan; tidak termasuk saluran pengendali banjir,

pembuang air limbah dan drainase pedesaan;

Page 84: Laporan Interim Masterplan

LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi

VI - 2

(3) perencanaann umum drainase perkotaan tidak mencakup perencanaan teknik

drainase perkotaan yang lebih terperinci.

Beberapa pengertian penting juga tercantum secara jelas dalam SNI ini, antara lain:

a) Drainase adalah prasarana yang berfungsi mengalirkan air permukaan ke badan air

dan atau ke bangunan resapan buatan;

b) Drainase perkotaan adalah drainase di wilayah kota yang berfungsi mengendalikan

kelebihan air permukaan, sehingga tidak mengganggu masyarakat dan dapat

memberikan manfaat bagi kegiatan kehidupan manusia;

c) Sistem drainase utama adalah sistem drainase perkotaan yang melayani kepentingan

sebagian besar warga masyarakat;

d) Sistem drainase lokal adalah sistem drainase perkotaan yang melayani kepentingan

sebagian kecil warga masyarakat;

e) Sistem drainase terpisah adalah sistem drainase yang mempunyai jaringan saluran

pembuangan yang terpisah untuk air permukaan atau air limbah;

f) Sistem drainase gabungan adalah sistem drainase yang mempunyai jaringan saluran

pembuangan.

B. Faktor-faktor umum

Beberapa faktor umum yang harus diperhatikan dalam penyusunan master plan drainase

adalah:

• Faktor sosial ekonomi

Pertumbuhan penduduk, urbanisasi dan angkatan kerja;

Kebutuhan nyata dan prioritas daerah;

Keseimbangan pembangunan antarkota dan dalam kota;

Ketersediaan dan tataguna tanah;

Pertumbuhan fisik kota dan ekonomi pedesaan.

• Faktor medan dan lingkungan

Topografi, keberadaan jaringan saluran drainase, jalan, sawah, perkampungan, laut,

pantai, tataguna tanah, pencemaran lingkungan, estetika, dan sebagainya yang

mempengaruhi dan dipengaruhi sistem drainase perkotaan perlu dipertimbangkan

dan diperhitungkan dalam perencanaan;

Page 85: Laporan Interim Masterplan

LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi

VI - 3

Dalam merencanakan sistem drainase perkotaan yang terletak pada daerah lereng

pegunungan agar diperhitungkan terhadap masalah longsor yang disebabkan oleh

kandungan air tanah;

Dalam merencanakan sistem drainase perkotaan yang terletak pada daerah datar

agar diperhitungkan tersedianya air penggelontor untuk mengatasi kemungkinan

pengendapan dan pencemaran;

Dalam merencanakan sistem drainase perkotaan yang terletak pada daerah yang

terkena pengaruh pengempangan dari laut, danau atau waduk dan sungai agar

diperhitungkan terhadap masalah pembendungan atau pengempangannya.

C. Perencanaan

1. Landasan perencanaan

Perencanaan drainase perkotaan perlu memperhatikan fungsi drainase perkotaan sebagai

prasarana kota yang dilandaskan pada konsep pembangunan yang berwawasan

lingkungan. Konsep ini antara lain berkaitan dengan usaha konservasi sumberdaya air,

yang pada prinsipnya adalah mengendalikan air hujan supaya lebih banyak meresap ke

dalam tanah dan tidak banyak terbuang sebagai aliran permukaan, antara lain dengan

membuat bangunan resapan buatan, kolam tendon, penataan lansekap dan sengkedan.

2. Tahapan perencanaan

Tahapan perencanaan drainase perkotaan meliputi:

tahapan dilakukan melaui pembuatan rencana induk, studi kelayakan dan

perencanaan detil, dengan penjelasan:

• studi kelayakan dapat dibuat sebagai kelanjutan dari pembuatan rencana induk;

• perencanaan detil perlu dibuat sebelum pekerjaan konstruksi drainase perkotaan

dilaksanakan;

drainase perkotaan di kota-raya dan kota-besar perlu direncanakan secara

menyeluruh melalui tahapan rencana induk;

drainase perkotaan di kota-sedang dan kota-kecil dapat direncanakan melalui tahapan

rencana kerangka sebagai pengganti rencana induk;

drainase perkotaan di kota-sedang yang mempunyai pertumbuhan fisik dan

pertambahan penduduk yang cepat serta drainase perkotaan yang mempunyai

Page 86: Laporan Interim Masterplan

LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi

VI - 4

permasalahan rumit karena keadaan alam setempat, perlu perencanaan yang

menyeluruh melalui tahapan rencana induk;

drainase perkotaan agar direncanakan dengan berbagai alternatif, dan pemilihan

alternatif yang terbaik dilaksanakan melalui proses pengkajian dengan

mempertimbangkan aspek teknik, sosial ekonomi, finansial dan lingkungan;

survei yang dilakukan dalam rangka perencanaan drainase perkotaan meliputi lokasi,

topografi, hidrologi, geoteknik, tataguna tanah, sosial ekonomi, institusi atau

kelembagaan, peranserta masyarakat, kependudukan, lingkungan dan pembiayaan;

penyelidikan yang dilakukan dalam rangka perencanaan drainase perkotaan adalah

rincian lebih lanjut pekerjaan survei untuk mendapatkan parameter-parameter desain;

desain drainase perkotaan agar didasarkan pada pertimbangan hidrologi, hidraulik,

struktur, dan biaya;

penyiapan tanah untuk pembangunan drainase perkotaan agar dilaksanakan sesuai

dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

pelaksanaan drainase perkotaan agar dikerjakan sesuai dengan peraturan konstruksi

yang lazim dipakai dan disetujui instansi yang berwenang;

operasi dan pemeliharaan drainase perkotaan agar yang mengikuti peraturan yang

lazim dipakai dan disetujui instansi yang berwenang.

3. Data dan persyaratan

Data dan persyaratan untuk perencanaan drainase perkotaan dijelaskan sebagai berikut :

1) data primer adalah data dasar yang sangat dibutuhkan dalam perencanaan drainase

perkotaan, yang diperoleh baik dari lapangan maupun dari pustaka, mencakup:

• data permasalahan dan data kuantitatif pada setiap lokasi genangan dan atau

banjir yang meliputi luas, lama, kedalaman rata-rata dan frekuensi genangan;

• data keadaan fungsi, sistem, geometri dan dimensi saluran;

• data daerah pengaliran sungai atau saluran meliputi topografi, hidrologi,

morfologi sungai, sifat tanah, tataguna tanah dan sebagainya;

• data prasarana dan fasilitas kota yang telah ada dan yang direncanakan;

2) data sekunder adalah data tambahan yang dipergunakan dalam perencanaan drainase

perkotaan yang sifatnya menunjang dan atau melengkapi data primer:

• rencana pengembangan kota;

• geoteknik;

Page 87: Laporan Interim Masterplan

LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi

VI - 5

• foto udara;

• pembiayaan;

• kependudukan;

• institusi atau kelembagaan;

• sosial ekonomi;

• peranserta masyarakat;

• keadaan kesehatan lingkungan permukiman;

3) persyaratan kualitas dan kuantitas data untuk analisis agar dikaji dan dipilih sesuai

dengan peralatan, metode perhitungan dan asumsi yang digunakan.

4. Sistem drainase perkotaan

Sistem drainase perkotaan adalah sebagai berikut :

1) ditinjau dari segi fisik, sistem drainase perkotaan terdiri atas saluran primer, sekunder,

tersier, kuarter dan seterusnya;

2) ditinjau dari segi fungsi pelayanan, system drainase perkotaan terdiri atas system

drainase utama dan lokal;

3) drainase perkotaan agar direncanakan sebagai system drainase terpisah, pada

keadaan tertentu dan mendesak, sistem drainase gabungan boleh direncanakan

dengan melalui koordinasi instansi yang berwenang;

4) saluran drainase perkotaan dapat direncanakan sebagai saluran terbuka atau saluran

tertutup dengan mempertimbankan terhadap faktor-faktor tersedianya tanah dan

keadaan alam setempat, pembiayaan, operasi dan pemeliharaan.

5. Kriteria perencanaan

a. Pertimbangan teknik

Saluran drainase perkotaan agar direncanakan dengan pertimbangan teknik

termasuk metode perhitungan yang lazim berlaku sebagai berikut :

1) aspek hidrologi;

• penentuan debit rencana agar dihitung melalui lengkung kekerapan durasi deras

hujan;

• penentuan debit desain dan tinggi jagaan agar didasarkan pada: macam kota (kota-

raya, kota-besar, kota-sedang dan kota-kecil), macam daerah (daerah perdagangan,

daerah industri dan daerah pemukiman), macam saluran (saluran primer, saluran

Page 88: Laporan Interim Masterplan

LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi

VI - 6

sekunder, saluran tersier, saluran jalan bebas hambatan, saluran jalan arteri dan

lain-lain);

• penetapan karakteristik darah aliran berupa luas daaerah aliran, koefisien aliran, dan

penetapan tinggi jagaan agar didasarkan pada macam kota-raya, kota-besar, kota-

sedang, kota-kecil, daerah perdagangan, daerah industri, dan daerah pemukiman;

• drainase perkotaan yang menggunakan bangunan stasiun pompa, perlu

mempertimbangkan penyediaan waduk atau kolam tendon dan memperhitungkan

volume total aliran serta waktu konsentrasi curah hujan;

2) aspek hidraulik;

• kecepatan maksimum aliran agar ditentukan tidak lebih besar dari pada kecepatan

maksimum yang diizinkan sehingga tidak terjadi kerusakan;

• kecepatan minimum aliran agar ditentukan tidak lebih kecil dari pada kecepatan

minimum yang diizinkan sehingga tidak terjadi pengendapan dan pertumbuhan

tanaman air;

• bentuk penampang saluran agar dipilih berupa segi empat, trapesium, lingkaran,

bagian dari lingkaran, bulat telur, bagian dari bulat telur, atau kombinasi dari

bentuk-bentuk tersebut;

• saluran sebaiknya dibuat dengan bentuk majemuk, terdiri atas saluran kecil dan

saluran besar, guna mengurangi beban pemeliharaan;

• kelancaran pengaliran air dari jalan ke dalam saluran drainase agar dilewatkan

melalui lubang pematus yang berdimensi dan berjarak penempatan tertentu;

• dimensi bangunan pelengkap seperti gorong-gorong, pintu air dan lubang

pemeriksaan agar ditentukan berdasarkan kriteria desain sesuai dengan macam

kota, daerah dan macam saluran;

3) aspek struktur;

• jenis dan mutu bahan bangunan agar dipilih sesuai dengan persyaratan desain,

tersedia cukup banyak dan mudah diperoleh;

• kekuatan dan kestabilan bangunan agar diperhitungkan sesuai dengan umur layan

yang ditentukan.

b. Pertimbangan Non Teknik

Saluran drainase perkotan agar direncanakan dengan pertimbangan segi-segi lainnya

sebagai berikut :

Page 89: Laporan Interim Masterplan

LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi

VI - 7

1) biaya:

• drainase perkotaan agar direncanakan sesuai dengan ketersediaan biaya;

• biaya agar dikelola dan dipertanggung-jawabkan sesuai peraturan perundang-

undangan yang berlaku;

2) pemeliharaan:

• drainase perkotaan agar dipelihara dengan membersihkan saluran dan merawat

bangunan pelengkapnya secara berkala sesuai dengan peraturan pemeliharaan yang

lazim dipakai;

• pembersihan saluran drainase dengan cara penggelontoran agar diperhitungkan

sejak tahap awal perencanaan, dan debit minimum untuk penggelontoran agar

diusahakan dari saluran yang ada di dalam atau di dekat perkotaan;

• drainase perkotaan agar dilindungi dengan garis sempadan yang batasnya dtetapkan

sesuai dengan macam saluran;

• drainase perkotaan agar dilengkapi dengan jalan inspeksi untuk keperluan

pemeliharaan dan dapat berfungsi ganda, yaitu disamping berfungsi sebagai jalan

inspeksi dapat pula berfungsi sebagai jalan akses, jalan lokal, jalan kolektor, atau

jalan arteri yang merupakan bagian dari jaringan jalan di dalam kota.

6. Lain-lain

a. Laporan

Laporan mengenai perencanaan drainase perkotaan dijelaskan sebagai berikut :

1) setiap aspek perencanaan baik yang menyangkut bangunan baru maupun

bangunan lama agar dilaporkan dan dikonsultasikan kepada instansi yang

berwenang dan bertanggung jawab atas drainase perkotaan;

2) laporan perlu dibuat secara berkala oleh perencana, dan dilaporkan kepada

instansi yang berwenang dan bertanggung jawab atas drainase perkotaan.

b. Koordinasi dan tanggung jawab perencanaan

1) seluruh penyelenggaraan teknis pekerjaan perencanaan drainase perkotaan agar

dilaksanakan di bawah koordinasi dan tanggung jawab seorang ahli yang

kompeten, dibantu tim terpadu yang karena pelatihan dan pengalamannya

berpengetahuan luas dan ahli dalam pekerjaan yang berkaitan dengan drainase

perkotaan;

Page 90: Laporan Interim Masterplan

LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi

VI - 8

2) apabila dalam tahapan perencanaan drainase perkotaan timbul masalah yang

tidak dapat diselesaikan oleh instansi yang berwenang, maka masalah tersebut

harus diajukan kepada pihak berwenang yang lebih tinggi.

Penjelasan teknis atas SNI ini (Tata Cara Perencanaan Umum Drainase Perkotaan)

terdapat pada Petunjuk Teknis Tata Cara Pembuatan Rencana Induk Drainase

Perkotaan (CT/Dr/Re-TC/001/98).

6.3. Konsep Eko-Hidraulik dalam Drainase.

6.3.1. Fungsi Sungai sebagai Saluran Drainase.

Sungai merupakan komponen drainase utama dalam suatu DAS (Daerah Aliran

Sungai). Bentuk dan ukuran sungai alamiah merupakan bentuk yang sesuai dengan

kondisi geologi, geografi, ekologi, dan hidrologi daerah tsb. Konsep alamiah drainase

adalah bagaimana membuang kelebihan air selambat-lambatnya ke sungai. Hal ini dapat

terlihat dari sungai yang memiliki bentuk alamiah tidak teratur.

Drainase konvensional yang banyak dianut selama ini didefinisikan sebagai usaha untuk

membuang / mengalirkan kelebihan air di suatu tempat secepat-cepatnya menuju sungai,

dan secepat-cepatnya dibuang ke laut. Hal ini bertentangan dengan konsep eko-hidraulik.

Dengan konsep pembuangan secepat-cepatnya ini akan terjadi akumulasi debit di bagian

hilir dan rendahnya konsevasi air untuk ekologi di hulu. Sungai di hilir akan menerima

beban debit yang lebih tinggi dan waktu debit puncak lebih cepat daripada keadaan

semula sehingga menimbulkan penurunan kualitas ekologi di daerah hulu.

Maryono, 2001, mengusulkan konsep drainase baru sebagai suatu usaha membuang

/ mengalirkan kelebihan air ke sungai dengan waktu seoptimal mungkin sehingga tidak

menyebabkan terjadinya masalah kesehatan dan banjir di sungai yang terkait.

Pengelolaan sungai tidak dapat dilakukan hanya dengan melihat fungsi hidraulisnya

saja dan mengabaikan fungsi ekologisnya. Pengelolaan sungai adalah usaha manusia guna

memanfaatkan sungai sebesar-besarnya untuk kepentingan manusia dan lingkungan

secara integral dan berkesinambungan, tanpa menyebabkan kerusakan rezim dan kondisi

ekologis sungai yang bersangkutan.

Page 91: Laporan Interim Masterplan

LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi

VI - 9

Konsep pengelolaan sungai seperti di atas disebut konsep Eko-Hidraulik (Maryono,

2001). Pengelolaan sungai dengan konsep Eko-Hidraulik bukan saja bertujuan untuk

melestarikan kondisi ekologis di lingkungan sungai, namun juga untuk memanfaatkan

komponen ekologis sungai dalam rekayasa hidraulis. Untuk menanggulangi banjir, maka

komponen ekologis di sepanjang alur sungai dapat dimanfaatkan sebagai komponen

retensi hidraulis yang menahan aliran air, sehingga terjadi peredaman banjir. Dengan

banyaknya genangan retensi lokal di sepanjang sungai, maka kualitas ekologi sungai pun

diharapkan akan meningkat. Prinsip pengelolaan sungai adalah bagaimana

mempertahankan kondisi sungai tersebut semaksimal mungkin pada kondisi alamiahnya

(back to nature concept).

6.3.2. Pelurusan Sungai, Sudetan dan Tanggul

Banjir dan permasalah genangan yang kerap kali terjadi di daerah perkotaan

memerlukan penanganan secara komprehensif, tidak hanya menggunakan metode

konvensional melainkan juga dengan metode penyelesaian banjir lainnya, seperti

ekohidrolik. Adapun yang dimaksud metode konvensional adalah membuat sudetan,

normalisasi sungai, pembuatan talud, dan berbagai macam konstruksi sipil lainnya.

Sedangkan metode ekohidrolik bertitik berat pada renaturalisasi, restorasi sungai, serta

peningkatan daya retensi lahan terhadap air hujan. Penyelesaian banjir dan permasalahan

drainase dengan konsep penanganan banjir secara konvensional yang hanya

mengutamakan faktor hidraulik, bertitik tolak pada penanganan dampak banjir secara

lokal. Hal ini perlu diimbangi dengan konsep ekohidrolik yang bertitik tolak pada

penanganan penyebab banjir dari segi ekologi dan lingkungan. Dengan dilakukannya

retensi air di bagian hulu, tengah, dan hilir, juga di sepanjang wilayah sungai, sempadan

sungai, badan sungai, dan saluran, selain berfungsi sebagai penanggulangan banjir juga

sekaligus menanggulangi kekeringan di kawasan yang bersangkutan.

6.3.3. Drainase Ramah Lingkungan

Eko-drainase atau drainase ramah lingkungan adalah sistim drainase yang

memperhatikan kelestarian lingkungan. Hal ini sebenarnya bukan sesuatu yang baru

bahwa segala sesuatu yang berhubungan dengan man made world, segala sesuatu buatan

manusia, perlu dibuat dengan ramah terhadap lingkungan, yang pada gilirannya, artinya

juga perlu ramah terhadap manusia.

Page 92: Laporan Interim Masterplan

LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi

VI - 10

Di bidang drainase, pertimbangan desain sistem drainase sampai saat ini masih

menggunakan paradigma lama yaitu bahwa air drainase harus secepatnya dibuang ke hilir

atau ke laut. Baru kemudian disadari bahwa paradigma ini tidak sesuai lagi dengan

keadaan masa kini ketika didapati fenomena defisit air dalam neraca keseimbangan air

antara ketersediaan dan kebutuhan yang diperlukan oleh manusia yang semakin banyak.

Defisit neraca air ini ditandai dengan menurunnya permukaan air tanah, karena

disedot untuk berbagai keperluan, bahkan tidak hanya untuk keperluan primer manusia

seperti air minum, tetapi juga untuk keperluan sekunder yaitu industri. Tanda yang lain

dari defisit air ini adalah semakin menurunnya kuantitas dan kualitas ketersediaan air baku

akibat semakin membesarnya fluktuasi jumlah aliran permukaan persatuan waktu yang

terjadi di musim penghujan dibandingkan yang terjadi di musim kemarau.

Besarnya fluktuasi ini terjadi antara lain oleh kurangnya daerah resapan air di bagian

hulu dikarenakan gundulnya hutan dan kurangnya usaha membangun sistim tampungan

(tandon) air pada sistim drainase. Hal ini berakibat menurunnya recharging air tanah dan

pada gilirannya kemudian berefek pada turunnya base flow pada aliran sungai atau

menghilangnya mata air mata air dari hulu sungai.

Filosofi pembuatan sistim drainase dengan tampungan-tampungan ramah

lingkungan dalam usaha menanggulangi banjir mirip tetapi tidak sama dengan filosofi

pembuatan waduk penahan banjir. Waduk dibangun dalam skala besar, tidak hanya dalam

pengertian fisik, tapi juga besar dalam efek negatif yang terjadi. Sedangkan sistim

drainase dengan tampungan-tampungan air ramah lingkungan dibuat dan dikelola oleh

orang perorang dan oleh unit masyarakat kecil. Sedemikian sehingga perbedaan filosofi

diantara keduanya ialah bahwa waduk dimotori oleh sebuah otoritas, sedangkan sistim

drainase dengan tampungan-tampungan ramah lingkungan digerakkan oleh public

community.

Penerapan konsep drainase ramah lingkungan di lapangan yang diiringi oleh

program pengembangan masyarakat dilakukan pada berbagai bidang, seperti:

1. Sistem pembuangan air hujan di rumah

Dengan konsep bahwa air hujan harus ditahan selama mungkin dan sebanyak mungkin

diserap oleh tanah maka urutan aliran air hujan di setiap unit rumah dapat mengikuti

alur sebagai berikut :

Page 93: Laporan Interim Masterplan

LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi

VI - 11

Air hujan bungker air sumur resapan saluran

Ilustrasi alur air hujan di setiap unit rumah disajikan pada Gambar 6.1 berikut :

pengisian air tanah

air dapatdigunakan untukberbagai keperluan

air hujan ditampung

dalam bunker

bunker airselokan

sumurresapan

kelebihan air dari sumur resapanmengalir ke selokan

kelebihan air dari bunkermengalir ke sumur resapan

air hujan

Gambar 6.1 Ilustrasi alur air hujan di rumah

1. Pada tahap pertama, air hujan dari atap rumah disalurkan ke bunker air. Air yang

ditampung pada bungker ini di kemudian hari dapat digunakan untuk berbagai

keperluan, seperti untuk menyiram tanaman, mencuci kendaraan, dll. Jika air

untuk keperluan-keperluan diatas dapat diambil dari bungker air yang ada maka

hal ini dapat secara langsung mengurangi beban air yang harus disuplai dari PAM.

2. Pada tahap kedua, air hujan yang tidak tertampung di bungker air dialirkan

menuju sumur resapan. Air dari sumur resapan ini berfungsi sebagai pengisian

kembali air tanah.

3. Pada tahap ketiga, air hujan yang tidak tertampung di sumur resapan kemudian

dialirkan ke selokan / saluran pembuangan air hujan. Hal ini merupakan tahapan

terakhir jika semua usaha untuk menahan air agar dapat meresap ke dalam tanah

telah dilakukan

Jika dihitung, proporsi volume air yang dapat ditampung dalam bungker untuk tiap

rumah mungkin tidak terlalu besar jika dibandingkan dengan keseluruhan volume air

hujan yang turun. Namun jika setiap rumah dalam suatu kompleks perumahan

menggunakan cara seperti ini, maka jumlah volume air yang dapat ditampung akan

Page 94: Laporan Interim Masterplan

LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi

VI - 12

semakin besar. Hal ini juga berlaku dalam penggunaan sumur resapan pada setiap

unit rumah. Walaupun volume air yang dapat menyerap ke tanah untuk satu unit

rumah tidaklah besar, namun jika setiap rumah menerapkan hal ini maka jumlah

volume air yang dapat dikonvservasi akan semakin besar.

2. Saluran drainase sebagai long storage

Saluran drainase selain berfungsi untuk mengalirkan air hujan ke daerah yang lebih

rendah, juga dapat difungsikan sebagai long storage. Untuk beberapa kawasan, long

storage ini diperlukan karena air tidak dapat dibuang langsung ke laut akibat adanya

pengaruh pasang surut. Namun untuk beberapa kawasan lain, long storage ini dapat

berfungsi sebagai bagian dari proses retensi air hujan, agar volume air yang

menyerap ke dalam tanah semakin besar.

Selain itu, pada musim kemarau, keberadaan air di saluran drainase cukup penting

untuk menghindari pengendapan dan tertumpuknya berbagai kotoran yang dapat

menimbulkan bau tidak sedap. Dengan adanya long storage tersebut, air yang ada

dapat digunakan untuk melakukan penggelontoran saluran. Pengaturan air pada saat

akan dilakukan penggelontoran dapat dilakukan menggunakan bantuan pintu air

maupun bangunan air sejenis, yang dioperasikan oleh masyarakat setempat.

Dengan demikian, untuk lokasi-lokasi yang dianggap memenuhi persyaratan,

perencanaan saluran drainase perlu mengikutsertakan faktor retensi air, dengan

konsekuensi dimensi saluran drainase akan semakin besar.

3. Peningkatan luas badan air

Peningkatan luas badan air sungai dimaksudkan untuk meningkatkan daya retensi

sungai terhadap air. Komponen retensi alamiah di wilayah sungai, sempadan sungai,

dan badan sungai dapat ditingkatkan dengan cara menanami kembali sempadan dan

sungai yang telah rusak serta memfungsikan daerah genangan atau Folder alamiah

di sepanjang sempadan sungai dari hulu sampai hilir untuk menampung banjir

4. Pemeliharaan kebersihan

6.3.4. Eko-Engineering dalam Eko-Hidraulik .

Teknologi berkelanjutan yang sekarang banyak diterapkan salah satunya adalah Bio-

Engineering, yaitu pemanfaatan tetumbuhan untuk perbaikan-perbaikan struktur fisik

Page 95: Laporan Interim Masterplan

LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi

VI - 13

wilayah sungai. Contoh penerapan Bio-Engineering atau Eko-Engineering adalah untuk

mengatasi permasalahan longsor. Longsoran tebing, erosi pada dinding penahan tanah,

erosi di sekitar pilar jembatan, dan jebolnya tanggul merupakan efek dari meningkatnya

kecepatan air dan debit air.

Bangunan perlindungan tebing sungai yang digunakan dalam teknik konvensional

adalah perkerasan tebing dengan pasangan batu. Konstruksi ini menutup seluruh

permukaan tebing. Bangunan semacam ini secara langsung akan memperpendek alur

sungai dan menurunkan faktor kekasaran dinding. Dalam konsep Eko-Engineering,

perlindungan tebing dapat dilakukan dengan menggunakan vegetasi lokal setempat.

Hermono, 2001, mengusulkan 3 buah vegetasi di Indonesia yang bisa digunakan, yaitu :

Vitiver grass (rumput akar wangi), Ipoema carrnia (karangkungan), dan Bombusa

(bambu).

A. Penggunaan Vertiver grass

Vertiver grass adalah tanaman yang sangat mudah tumbuh di berbagai tingkat

kesuburan tanah, tahan kekeringan dan tahan genangan air serta penanamannya mudah

relatif tanpa pemeliharaan. Akar vertiver ini tumbuh lebat menancap ke bawah (dapat

mencapai 3 m), sehingga tidak terjadi perebutan unsur hara dengan tanaman lain. Sifat

yang menguntungkan lainnya adalah umumya panjang dan dapat bertahan selama

puluhan tahun. Jenis Vertiver adalah yang tidak menghasilkan biji, tidak mempunyai akar

yang dapat menghasilkan tanaman baru dan sekaligus berfungsi sebagai ranting Dengan

karaktenstik ini Vertiver tidak akan berkembang liar di luar daerah rencana, tidak

mengganggu tanaman pertanian di sekitamya dan tikus tidak mau masuk karena bau

akarnya. Daun Vertiver relatif rimbun sebagai penangkal erosi akibat hujan Akarnya yang

kuat akan mengikat tanah disekitarnya Satu jalur Vertiver sepanjang kontur akan berfungsi

mengikat tanah, menahan sedimen dan lumpur yang terbawa air. Maka dapat terbentuk

bangku terasering yang stabil. Beberapa lokasi sungai di Indonesia yang sudah dilakukan

penanaman Vertiver untuk perlindungan tebing adalah Sungai Pecangaan dan Sungai

Wulan di Seluna Jawa Barat, Sungai Cisanggurung, Sungai Gjangkelok di Jawa barat.

Page 96: Laporan Interim Masterplan

LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi

VI - 14

B. Penggunaan Ipoema carnia

Ipomea camia disebut juga Karangkungan atau Kangkung-kangkungan atau

Kangkung londo atau Lompong-lompongan. Ipomea ini merupakan tanaman rawa yang

dapat tumbuh di segala tempat dan tahan terhadap genangan dan arus air.

C. Penggunaan Bambusa (bambu)

Bambusa atau bambu; Bambu termasuk keluarga rumput-rumputan. Tanaman

bambu tumbuh alami di hampir semua benua. Sampai saat ini menurut FAO terdapat

sebanyak 75 genus bambu dan 1250 spesies. Batangnya berbentuk pipa, dengan buku-

buku sebagai pembatas pipa, mempunyai lapisan kulit khusus di bagian dalam dan luar

batangnya. Kekuatan tarik lapis luar 2 kali lipat dan bagian dalam. Memiliki kekuatan tinggi

secara axial dan memiliki sifat lentur. Dalam waktu 3-4 bulan dapat mencapai ketinggian

maksimum 40 meter dan diameter rumpunnya sekitar 15-30 cm.

Bambu ini dapat dijumpai di sebagian besar tebing sungai. Tebing sungai merupakan

habitat yang sangat cocok untuk tanaman bambu. Dalam kaitannya dengan perbaikan

tebing, bambu dapat ditanam di sepanjang bagian tebing yang dianggap rawan. Di

samping itu dapat juga dikombinasikan dengan tanaman Vertiver dan Ipomea.

D. Kombinasi antara bambu, Vertiver dan Ipoema

Kombinasi konstruksi Bambu, vertiver dan Ipomea sesuai untuk lokasi yang

mempunyai kondisi dimana kecepatan air saat banjir kurang dan 1,5 m/dt, air banjir

banyak membawa sedimen tersuspensi (banyak membawa lumpur) dan dasar sungai

bukan tersusun oleh batu kerikil.

Cara pemasangannya adalah batang bambu dipasang vertikal pada lokasi yang

tebingnya mengalami ancaman gerusan, batang melintang mendatar dipasang dan

diikatkan pada batang vertikal sebagai penguat. Di antara baris batang vertikal

dimasukkan ranting pohon (segala jenis ranting dan dahan pohon). Dengan ini

terbentuklah krib porous yang dapat menahan air banjir dan mengikat sedimen. Setelah

endapan terbentuk maka Karangkungan atau Vertiver ditanam Selanjutnya akan tumbuh

kuat dan tumbuhnya tidak teratur saling tindih dan terkait sehingga dapat mempercepat

proses pengendapan. Pada saat batang bambu mulai rapuh dimakan panas dan waktu,

vertiver atau karangkungan dan endapan baru pada kaki tebing sungai cukup stabil dan

mampu menahan gerusan.

Page 97: Laporan Interim Masterplan

LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi

VI - 15

E. Penggunaan batang pohon yang tidak teratur

Batang pohon yang tak teratur, pohon tumbang baru dan belum dipotong dahan dan

rantingnya, dapat dipasang pada bagian yang longsor. Di daerah pegunungan dapat

dipakai pohon cemara. Bagian bawah (akarnya) diletakkan di hulu membujur di sepanjang

tebing yang longsor. Untuk dataran rendah dapat digunakan pohon-pohon atau bambu di

sekitar sungai yang ada. Pada longsoran yang panjang dapat digunakan sejumlah batang

pohon yang dipasang memanjang.

F. Gabungan batang dan ranting pohon membujur

Gabungan (ikatan) batang dan ranting pohon membujur dengan mengikat dahan

dan ranting pohon memanjang dapat dipasang dengan dipatok disepanjang kaki tebing

sungai Fungsi utamanya adalah untuk menahan kemungkinan longsornya tebing akibat

arus air. Jenis tumbuhan (ranting-dahan) dipilih di daerah setempat, misalnya batang

tanaman 'mantang-mantangan' atau bambu-bambu yang berukuran kecil. Ikatan tersebut

sebaiknya ditimbun tanah sebagian sehingga mendorong tumbuh. Untuk menjaga

kebasahan selama masa pertumbuhan, maka ikatan tersebut harus di letakkan di bawah

atau pada muka air rata-rata

G. Ikatan batang dan ranting pohon dengan batu

Ikatan batang dan ranting pohon dengan batu dan tanah di dalamnya memiliki

prinsip yang sama dengan ikatan batang, hanya di bagian dalam ikatan tersebut diisi

dengan batu dan tanah. Fungsi batu dan tanah ini adalah sebagai alat pemberat sehingga

ikatan tidak terbawa arus. Di samping itu mempermudah tumbuhnya batang dan ranting

tersebut.

H. Pagar datar

Pagar ini dapat dibuat dengan bambu atau batang atau ranting pohon yang ada di

sekitar sungai. Penancapan pilar pagar sekitar 50 cm dan jarak pilar antara 50-80 cm.

Pagar di pasang di dasar sungai dengan bagian atas di bawah tinggi muka air rata-rata.

Pemasangan pagar ini paling tepat sebelum musim penghujan. Tergantung jenis tanaman

setempat, dalam waktu berapa bulan tanaman di belakang pagar sudah bisa tumbuh.

Page 98: Laporan Interim Masterplan

LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi

VI - 16

I. Penutup tebing

Penutup tebing untuk menanggulangi erosi ini dapat dibuat dan berbagai macam

bahan, misalnya dari alang-alang, mantang-mantangan, jerami kering, rumput gajah

kering, daun kelapa dll. Di bagian bawah dipasang ikatan batang pohon untuk penahan.

Diantaranya bisa ditanami dengan vegetasi. Jenis vegetasi sebaiknya adalah vegetasi yang

ditemukan di sekitar lokasi tersebut

J. Tanaman tebing

Untuk melindungi erosi dan longsoran tebing yang terjal dapat digunakan

perlindungan dengan tanaman. Jenis tanaman disesuaikan dengan jenis tanaman yang

didapat di sekitar lokasi Panjang batangnya sekitar 60 cm masuk ke dalam tanah dengan

diurug diatasnya dan sekitar 20 cm yang di luar Dengan cara pengurugan ini didapat

kondisi tanah yang gembur dan memungkinkan hidupnya tanaman tersebut. Dengan

masukan sedalam 60 cm ke dalam tanah make akan didapat tanaman yang kuat mengikat

tebing sungai.

K. Penanaman tebing

Tebing-tebing sungai yang tanpa tanaman sebaiknya sesegera mungkin ditanami.

Jenis tanaman dapat dipilih dan daerah setempat Bambu adalah salah satu jenis vegetasi

yang banyak dijumpai di sepanjang sungai di Indonesia. Penanaman bambu dapat

dilakukan dengan memilih beberapa jenis bambu yang sesuai dengan lebar dan kedalaman

sungai. Jenis-jenis bambu yang pendek dan kecil dapat ditanam pada sungai yang relatif

kecil Sedang bambu tinggi dan besar batangnya digunakan pada tebing sungai besar.

Tanaman di tebing sungai ini selain berfungsi sebagai pelindung tebing juga berfungsi

sebagai retensi aliran, sehingga kecepatan aliran turun dan banjir di hilir dapat dikurangi.

L. Tanaman antara pasangan batu kosong

Pasangan batu kosong akan lebih kuat jika dicelah-celahnya ditanami tanaman-

tanaman yang sesuai. Dengan tanaman tersebut batu akan semakin kokoh terikat pada

tebingnya

Page 99: Laporan Interim Masterplan

LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi

VI - 17

6.4. Prinsip-prinsip Teknis Master Plan Drainase Kota Cimahi

Berdasarkan acuan teknis formal termasuk petunjuk teknisnya serta pertimbangan

ilmiah-aplikatif, maka penyusunan master plan drainase untuk Kota Cimahi dilakukan

dengan berpegang pada prinsip-prinsip teknik sebagai berikut:

1. Skema sistem saluran yang dikembangkan mulai dari hierarki sekunder, primer dan

saluran drainase utama (sungai) sebagai main out pole. Namun demikian

sejauhmungkin dapat mengakomodasi kemungkinan perkembangan sistem saluran

drainase yang akan datang.

2. Sistem saluran yang dikembangkan merupakan sistem saluran gabungan, yaitu

sistem saluran yang mempunyai saluran pembuang bersatu antara air permukaan

atau air limbah. Prinsip ini dapat dilakukan dengan syarat bahwa dalam jangka

menengah dan jangka panjang, semua limbah domestik yang akan dibuang ke

saluran drainase telah melalui proses pengolahan/netralisari terlebih dahulu.

3. Asumsi dasar penyusunan master plan drainase ini adalah bahwa :

(1) Dalam jangka menengah dan jangka panjang pengolahan limbah domestik dan

limbah industri atau atau limbah-limbah lain dirancang sedemkian rupa sehingga

terintegrasi dengan master plan ini.

(2) Upaya konservasi air, dalam jangka pendek dan jangka menengah secara

kontinyu dan terintegrasi dilakukan mulai dari tingkat rumah tangga, satuan

pemukiman, hingga ke tingkat satuan hidrologi yang lebih luas. Sehingga

drainase limpasan permukaan air hujan hanya dilakukan setelah seoptimal

mungkin dilakukan menahan dan meresapkan air sebanyak dan selama

mungkin.

(3) Prinsip-prinsip ekohidraulik dilakukan secara sistematis, mulai dari tingkat rumah

tangga, setiap hierarki saluran drainase, sungai, hingga ke tingkat satuan

hidrologi yang lebih luas.

4. Sesuai dengan petunjuk teknis, penyusunan master plan ini dirancanng untuk dapat

mengalirkan limpsan perukaan air hujan pada kala ulang 2 – 5 tahun.

6.5. Strategi Pelaksanaan Pekerjaan

Strategi penyusunan master plan drainase agar diperoleh master plan drainase Kota

Cimahi yang tepat sasaran, antara lain :

Page 100: Laporan Interim Masterplan

LLLaaapppooorrraaannn IIInnnttteeerrriiimmm Pembuatan Master Plan Drainase di Kota Cimahi

VI - 18

(1) Penyusunan dilakukan dengan menerapkan pendekatan dan metoda yang tepat.

Pendekatan yang dimaksud adalah pendekatan pemecahan masalah aktual dan

masalah potensial dengan kerangka berpikir yang sistematis. Metoda yang

digunakan adalah metoda deskriptif-analitik berdasarkan data dan fakta lapangan

serta dasar teoritik-aplikatif yang ada dan mutakhir.

(2) Penyusunan master plan dilakukan melalui sistematika/prosedur yang sistematis

sebagaimana disajikan pada bagan berikut ini.

Page 101: Laporan Interim Masterplan

LLLaaapppooorrraaannn AAAnnntttaaarrraaa Master Plan Drainase Kota Cimahi

VI - 19

Gambar 6.2 Kerangka berpikir penyusunan Master Plan Drainase Kota Cimahi

Masalah Drianse Perkotaan

Kajian Klimatologis (Hujan max , T , Water Balance )

Kajian Kondisi Drainase Daerah Kajian eksisting.

Perumusan permasalahan drainase Daerah Kajian

eksisting

Analisa topografi Kawasan Daerah.

Kajian

Zonasi satuan -satuan basin ( cekungan ) Daerah Kajian

Kajian : Sosial dan Lingkungan

Kajian/Analisa: Foto Udara dan/atau

Citra SatelitKajian : Renaca Tata Ruang Daerah Kajian

dan Sekitarnya

Kajian zonasi dan peruntukan lahan

Daerah Kajian

Rencana Jaringan Saluran Induk dan Saluran Sekunder

Drainase Daerah Kajian

Standar NasionalIndonesia (SNI) Sistem Drainase

Kota

Rencana site : retarding basin /embung /Zona Konserrvasi

Rencana sistem jaringan drainase Daerah Kajian :

• Sistem saluran • Pola Aliran

• Daerah tangkapan

Kajian Strategi Pembangunan Daerah Kajian

Rencana program dan kegiatan pelaksanaanpembangunan drainase Daerah Kajian

dan Detil Desain pada Tiga Lokasi Prioritas

Keluaran

Page 102: Laporan Interim Masterplan

LLLaaapppooorrraaannn AAAnnntttaaarrraaa Master Plan Drainase Kota Cimahi

VI - 20

6.6. Indikasi Program

Master Plan drainase Kota Cimahi, akan menghasilkan sejumlah program penanganan

sistem drainase dan pengendalian banjir di perkotaan. Banjir yang dikendalikan

merupakan banjir yang berasal dari limpasan permukaan air hujan. Program-program

tersebut antara lain:

1. Penataan sistem drainase secara umum. Penataan tersebut antara lain mencakup:

a. Hirarki saluran drainase yang tertata baik, mulai dari saluran tersier, sekunder,

primer hingga outpole pada saluran alami

b. Tata arah aliran yang terencana dalam satu satuan hidrologi. Dalam hal ini seluruh

wilayah Kabupaetn Sumedang terbagi habis ke dalam beberapa satuan hidrologi

c. Rencana penataan sistem drainase yang terintegrasi, antara rencana

rehabilitasi/peningkatan/pengembangan saluran drainase eksisting dengan

pengembaangan saluran drainase yang baru

2. Program pelaksanaan penataan sistem drainase, yang mencakup penjenjangan waktu

dan tahapan kegiatan serta skala prioritas kegiatan. Dalam program pelaksanaan ini

tercakup:

a. Skala prioritas. Skala prioritas ditentukan bedasarkan hasil analisis yang didasarkan

atas kriteria yang ditetapkan oleh Dirjen Ciptakarya

b. Skala waktu program pelaksanaan penataan sistem drainase. Skala waktu program

pelaksanaan terbagi atas:

• Program tahunan, mulai tahun 1 hingga tahun ke 5

• Program 5 tahunan: 6 – 10 tahun; 11 – 15 tahun; 16 – 20 tahun

c. Urutan tahapan kegiatan, mulai dari penyusunan master plan, studi kelayakan,

survey identifikasi dan desain, hingga detail desain, dan pelaksanaan fisik.

d. Pada setiap jenjang waktu dan tahapan kegiatan penanganan, tercakup indikasi

saluran dan/atau satuan hidrologi yang harus ditangani. Tingkat kerincian

informasi saluran dan/atau satuan hidrologi sangat tergantung pada tahapan

kegiatan yang direncanakan. Informasi saluran tersebut antara lain mencakup:

• Lokasi (satuan hidrologi, nama daerah) dan nama atau nomor ruas saluran

• Indikasi panjang dan dimensi

• Bentuk dan jenis penanganan

• Indikasi/estimasi biaya

• Dinas/instansi yang bertanggung jawab