LAPORAN · Instalasi hidroponik sistem DFT dibuat secara horizontal atau bertingkat, pada saluran...
Transcript of LAPORAN · Instalasi hidroponik sistem DFT dibuat secara horizontal atau bertingkat, pada saluran...
-
LAPORAN
PENELITIAN
PENGARUH BERBAGAI KOMPOSISI MEDIA TANAM
HIDROPONIK SISTEM DFT PADA PERTUMBUHAN
DAN HASIL TANAMAN SELADA (Lactuca sativa L.)
KETUA TIM PENELITI
NUR HAFIZAH (NIDN. 0029097602)
Dibiayai oleh:
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat
Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Amuntai
Tahun 2019
sesuai dengan
Kontrak Penugasan Pelaksanaan Program Penelitian
Nomor: 04/LPPM-STIPER AMT/KP/VI/2019, 15 Juni 2019
SEKOLAH TINGGI ILMU PERTANIAN AMUNTAI
2019
-
LAPORAN
PENELITIAN
PENGARUH BERBAGAI KOMPOSISI MEDIA TANAM
HIDROPONIK SISTEM DFT PADA PERTUMBUHAN
DAN HASIL TANAMAN SELADA (Lactuca sativa L.)
KETUA TIM PENELITI
NUR HAFIZAH, S. Hut., MP (NIDN. 0029097602)
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
SEKOLAH TINGGI ILMU PERTANIAN AMUNTAI
2019
-
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Kegiatan : Pengaruh Berbagai Komposisi Media Tanam
Hidroponik Sistem Dft pada Pertumbuhan dan
Hasil Tanaman Selada (Lactuca sativa L.)
Peneliti / Pelaksana
a. Nama Lengkap : Nur Hafizah, S. Hut., MP
b. NIDN : 0029097602
c. Jabatan Fungsional :
d. Program Studi : Agroteknologi
e. Nomor HP :
f. Surat (e-mail) :
Anggota Peneliti (1)
Nama : Farida Adriani, SP., MP
NIDN : 1115098401
Perguruan Tinggi : Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Amuntai
Anggota Peneliti (2)
Nama : Muhammad Luthfi
NIDN :
Perguruan Tinggi : Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Amuntai
Institusi Mitra (jika ada) :
Nama Institusi Mitra :
Alamat
Penanggung Jawab
Tahun Pelaksanaan
Biaya Tahun Berjalan
Biaya Keseluruhan
:
:
:
2019
Rp. 5.000.000,00
Amuntai, Juli 2019
Mengetahui Ketua Peneliti
Ketua STIPER Amuntai
(Dr. Ir. H. Ahmad Suhaimi, DEA) (Nur Hafizah, S. Hut., MP )
NIP. 19660912 1992031 1 005 NIP. 19760929 200501 2 002
Menyetujui,
Ketua LPPM STIPER Amuntai
(Mahdiannoor, SP., MP)
19790606 200501 1 025
-
RINGKASAN
Selada adalah jenis sayuran berdaun hijau yang memiliki banyak
manfaat dan sumber vitamin yang baik. Hidroponik DFT merupakan budidaya
tanaman tanpa menggunakan tanah. Cocopeat dan hidroton adalah media
tanam hidroponik. Penelitian ini bertujuan untuk (i) mengetahui pengaruh
berbagai komposisi media tanam hidroponik sistem DFT pada pertumbuhan
dan hasil tanaman selada. (ii) mendapatkan komposisi media tanam hidroponik
sistem DFT terbaik pada pertumbuhan dan hasil tanaman selada. Penelitian ini
dilaksanakan di Desa Rica Kecamatan Paringin Kabupaten Balangan dari bulan
Februari sampai bulan April 2019. Penelitian ini menggunakan Rancangan
Acak Kelompok (RAK) faktor tunggal. Faktor yang diamati adalah komposisi
media tanam hidroponik sistem DFT (m) sebanyak 5 taraf yang terdiri dari m1=
100 % cocopeat : 0 % hidroton (100 g cocopeat : 0 g hidroton), m2 = 0 %
cocopeat : 100 % hidroton (0 g cocopeat : 100 g hidroton), m3 = 50 %
cocopeat : 50 % hidroton (50 g cocopeat : 50 g hidroton), m4 = 75 % cocopeat
: 25 % hidroton (75 g cocopeat : 25 g hidroton), m5 = 25 % cocopeat : 75 %
hidroton (25 g cocopeat : 75 g hidroton). Hasil penelitian menunjukan bahwa
perlakuan komposisi media tanam hidroponik berpengaruh sangat nyata
terhadap tinggi tanaman 14, 21, 28 dan 35 HST, berpengaruh sangat nyata
terahdap jumlah daun 7, 21, 28 dan 35 HST, berpengaruh sangat nyata
terhadap berat basah tanaman. Perlakuan terbaik terdapat pada perlakuan m5 =
25 % cocopeat : 75 % hidroton (25 g cocopeat : 75 g hidroton).
Kata kunci: Selada, cocopeat dan hidroton, hidroponik dft
-
DAFTAR ISI
Halaman
BAB. I. PENDAHULUAN ..................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah ............................................................ 3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................... 4
2.1 Tanaman Selada ................................................................. 4
2.2 Hidroponik Sistem DFT ...................................................... 4
2.3 Media Tanam Hidroponik .................................................. 5
BAB III. TUJUAN DAN MANFAAT ................................................... 8
3.1 Tujuan Penelitian ............................................................... 8
3.2 Manfaat Penelitian .............................................................. 8
BAB IV. METODE PENELITIAN ....................................................... 9
4.1 Tempat dan Waktu .............................................................. 9
4.2 Alat dan Bahan .................................................................... 9
4.3 Rancangan Percobaan ......................................................... 10
4.4 Pelaksanaan Percobaan ....................................................... 10
4.5 Pengamatan ......................................................................... 11
4.6 Analisis Data ....................................................................... 12
BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................ 14
5.1 Hasil ................................................................................... 14
5.1.1 Tinggi Tanaman...................................................... 14
5.1.2 Jumlah Daun .......................................................... 15
5.1.3 Berat Basah ............................................................ 16
5.2 Pembahasan ........................................................................ 18
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN .............................................. 21
6.1 Kesimpulan ........................................................................ 21
-
6.2 Saran ................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 22
LAMPIRAN ............................................................................................ 24
-
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Perlakuan komposisi media tanam cocopeat dan hidroton sebanyak 5 perlakuan dengan 5 kelompok ..................................... 17
2. Analisis ragam untuk setiap peubah yang diamati .......................... 20
3. Hasil uji beda rerata tinggi tanaman selada pada berbagai
komposisi media tanam hidroponik ................................................ 21
4. Hasil uji beda rerata jumlah daun selada pada berbagai komposisi
media tanam hidroponik ................................................................. 23
5. Hasil uji beda rerata berat basah tanaman selada pada berbagai
komposisi media tanam hidroponik ................................................ 25
6. Deskripsi tanaman selada Varietas Keriting ................................... 34
7. Kandungan gizi tanaman selada dalam 100 g ................................ 35
8. Kandungan AB Mix komposisi Larutan A dan Larutan B ............. 36
9. Kandungan unsur hara cocopeat/sabut kelapa ................................ 37
10. Uji kehomogenan ragam Bartlett terhadap variabel pengamatan ... 41
11. Data pengamatan dan analisis ragam tinggi tanaman 7 HST .......... 42
12. Data pengamatan dan analisis ragam tinggi tanaman 14 HST......... 43
13. Data pengamatan dan analisis ragam tinggi tanaman 21 HST......... 44
14. Data pengamatan dan analisis ragam tinggi tanaman 28 HST......... 45
15. Data pengamatan dan analisis ragam tinggi tanaman 35 HST......... 46
16. Data pengamatan dan analisis ragam jumlah daun 7 HST .............. 47
17. Data pengamatan dan analisis ragam jumlah daun 14 HST ............ 48
18. Data pengamatan dan analisis ragam jumlah daun 21 HST ............ 49
19. Data pengamatan dan analisis ragam jumlah daun 28 HST ............ 50
-
20. Data pengamatan dan analisis ragam jumlah daun 35 HST ............ 51
21. Data pengamatan dan analisis ragam berat basah tanaman ............. 52
-
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Grafik hubungan tinggi tanaman (cm) selada dengan berbagai komposisi media tanaman hidroponik umur 7, 14, 21, 28 dan 35
HST .................................................................................................. 22
2. Grafik hubungan jumlah daun (helai) selada dengan berbagai komposisi media tanaman hidroponik umur 7, 14, 21, 28 dan 35
HST .................................................................................................. 23
3. Grafik hubungan berat basah tanaman (g) selada selada berbagai komposisi media tanaman hidroponik ............................................. 25
4. Gambar instalasi hidroponik sistem DFT ........................................ 40
-
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Deskripsi tanaman selada Varietas Keriting .................................... 34
2. Kandungan gizi tanaman selada dalam 100 g ................................. 35
3. Kandungan AB-Mix komposisi Larutan A dan Larutan B ............. 36
4. Kandungan unsur hara cocopeat/sabut kelapa ................................ 37
5. Denah tata letak satuan percobaan di lapangan ............................... 38
6. Denah tata letak tanaman pada satuan percobaan ............................ 39
7. Gambar instalasi hidroponik sistem DFT ........................................ 40
8. Uji kehomogenan ragam Bartlett terhadap variabel pengamatan ... 41
9. Data pengamatan dan analisis ragam tinggi tanaman 7 HST .......... 42
10. Data pengamatan dan analisis ragam tinggi tanaman 14 HST......... 43
11. Data pengamatan dan analisis ragam tinggi tanaman 21 HST......... 44
12. Data pengamatan dan analisis ragam tinggi tanaman 28 HST......... 45
13. Data pengamatan dan analisis ragam tinggi tanaman 35 HST......... 46
14. Data pengamatan dan analisis ragam jumlah daun 7 HST .............. 47
15. Data pengamatan dan analisis ragam jumlah daun 14 HST ............ 48
16. Data pengamatan dan analisis ragam jumlah daun 21 HST ............ 49
17. Data pengamatan dan analisis ragam jumlah daun 28 HST ............ 50
18. Data pengamatan dan analisis ragam jumlah daun 35 HST ............ 51
19. Data pengamatan dan analisis ragam berat basah tanaman ............. 52
20. Dokumentasi penelitian ................................................................... 53
-
4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Selada
Tanaman selada dapat tumbuh baik pada dataran rendah maupun dataran
tinggi dengan ketinggian 100-2.000 m dpl dengan suhu rata-rata 15-20o C.
Tanaman selada dapat tumbuh dengan baik dengan pH tanah 6,0-6,8 atau idealnya
6,5. Tanaman selada dapat tumbuh di dataran rendah tetapi krop yang terbentuk
kurang baik, tanaman selada tidak tahan terhadap intensitas curah hujan yang
tinggi, kelembaban terlalu tinggi, dan tegangan air yang tinggi. Dalam keadaan
lingkungan sperti ini tanaman akan mudah terserang penyakit (Pracaya, 2008).
Tanaman selada dapat tumbuh pada berbagai macam tanah, namun jenis
tanah yang baik untuk tanaman selada adalah lempung berdebu, lempung
berpasir, dan tanah yang kaya akan humus, selada menyukai tanah yang gembur,
subur dan berdrainase baik kaya akan bahan organik (Zulkarnain, 2013).
2.2 Hidroponik Sistem DFT
Hidroponik adalah lahan budidaya pertanian tanpa menggunakan media
tanah, sehingga hidroponik merupakan aktivitas pertanian yang dijalankan dengan
menggunakan air sebagai medium untuk menggantikan tanah, sehingga sistem
bercocok tanam secara hidroponik dapat memanfaatkan lahan yang sempit
(Roidah, 2014). Bercocok tanam dengan sistem hidroponik memiliki berbagai
kelebihan, baik dalam proses budidaya, masa tanam, maupun hasil panen.
Budidaya tanaman hidroponik lebih efisien dibandingkan dengan budidaya secara
konvensional di tanah, karena tidak perlu mengolah tanah dan menyiangi gulma,
nutrisi yang diberikan pada tanaman hidroponik dapat disesuaikan dengan
kebutuhannya dan dapat dicek dengan mudah kadar nutrisinya sehingga
pertumbuhan tanaman maksimal (Nurdin, 2017).
Instalasi hidroponik sistem DFT dibuat secara horizontal atau bertingkat,
pada saluran output DFT diatur sedemikian rupa sehingga larutan nutrisi tidak
lagsung habis walaupun pompa air dimatikan larutan nutrisi tetap menggenang
pada instalasi dengan ketinggian tertentu dan akar tetap dapat menyerap nutrisi
(Tintondp, 2016).
-
5
Hidroponik sistem Deep Flow Technique (DFT) sangat cocok diterapkan
di daerah yang sering mengalami pemadaman listrik dan menjadi solusi untuk
menghemat biaya pemakaian listrik. Hidroponik sistem DFT umumnya
digunakan untuk menanan tanaman sayauran daun, baik yang memiliki
pertumbuhan meninggi seperti kangkung maupun yang melebar seperti selada
(Nurdin, 2017).
Hidroponik sistem DFT terdapat penghalang dibagian output air nutrisi
yang ditinggikan yang menuju kearah air nutrisi, agar aliran air dari sistem tidak
mengalir seluruhnya ke wadah penampung nutrisi tetapi ada yang tertahan. Cara
tersebut akan menghasilkan genangan air nutrisi selama beberapa jam dan akar
tanaman tetap bisa menyerap air, nutrisi, dan oksigen yang membuat tanaman
tetap segar (Nurdin, 2017).
2.3 Media Tanam Hidroponik
Media tanam ialah salah satu hal utama yang harus diperhatikan dalam
budidaya dengan sistem hidroponik, karena media tanam yang berperan
menyimpan nutrisi dan menyangga tanaman. Jenis media tanam yang dapat
diguakan untuk budidaya dengan sistem hidroponik dapat terbuat dari bahan
anorganik dan organik dengan berbagai macam jenis (Maitimu dan Suryanto,
2018).
Cocopeat (sabut kelapa) merupakan media tanam hidroponik yang terbuat
dari sabut kelapa tua yang telah di haluskan menjadi bubuk-bubuk seperti pasir,
cocopeat dapat menjadi media tanam hidroponik baik pada saat penyemaian atau
pembesaran (Nurdin, 2017).
Penggunaan cocopeat sebagai media tanam mulai digunakan karena
cocopeat mampu menahan air lebih lama dibandingkan dengan media lainnya,
kelebihan ini menjadi poin penting dalam kelangsungan hidup tanaman, cocopeat
berasal dari serbuk serat sabut kelapa yang pada umumnya hanya menjadi limbah
(Febriani, 2016).
Cocopeat atau serbuk sabut kelapa merupakan media tanam organik yang
diperoleh dari hasil pengolahan limbah sabut kelapa, cocopeat memiliki pH 5,0-
6,7 dan daya serap air tinggi sehingga tingkat aerasi kecil. Cocopeat adalah media
tanam ramah lingkungan karena berasal dari bahan organik yang aman, dalam
-
6
aplikasinya sebagai media tanam hidroponik cocopeat biasanya dicampurkan
dengan media tanam lain untuk meningkatkan aersi dan pasokan oksigen pada
akar tanaman (Azzamy, 2015).
Expanded clay atau yang lebih dikenal dengan nama hidroton merupakan
media tanam hidroponik yang terbuat dari tanah lempung yang dicetak atau
dibentuk bulat menyerupai kelereng, lalu dibakar pada suhu tinggi, media tanam
hidroton cocok digunakan untuk budidaya tanaman sayuran yang memiliki akar
rimbun dengan masa tanam yang cukup lama. Kelebihan utama hidroton adalah
memiliki daya serap air yang tinggi (Nurdin, 2017).
Hidroton merupakan media tanam hidroponik yang berbentuk bulat, dalam
bulatan-bulatan terdapat pori-pori yang dapat menyerap air sehingga dapat
menjaga ketersediaan nutrisi untuk tanaman hidroponik. Pembuatan hidroton
menggunakan tanah liat karena merupakan jenis tanah yang bertekstur halus dan
lengket atau berlumpur. Karakteristik dari tanah liat adalah memiliki pori-pori
berukuran kecil (pori-pori mikro) yang berisi air kapiler atau udara. Hidroton
memiliki pH netral dan stabil dengan bentuk yang bulat (tidak bersudut) yang
dapat mengurangi resiko merusak akar, dan ruang antar bulatan-bulatan ini bagus
untuk ketersediaan oksigen bagi akar, hidroton dapat dipakai berulang-ulang
untuk penanaman selanjutnya (Siregar et. al., 2017).
Selain media tanam nutrisi tanaman juga penting pada sistem tanam
hidroponik, nutrisi hidroponik merupakan pupuk yang mengandung unsur hara
makro dan mikro yang diperlukan oleh tanaman hidroponik, nutrisi tersebut
dipormulasikan secara khusus sesuai dengan jenis dan fase pertumbuhan tanaman
(Rahmat, 2015).
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jakarta (2016), menyatakan unsur
hara makro dibutuhkan dalam jumlah besar oleh tanaman dan konsentrasinya
dalam larutan relatif tinggi, sedangkan unsur hara mikro hanya diperlukan dalam
konsentrasi yang rendah. Untuk jenis larutan hara yang sudah sangat dikenal
dalam hidroponik adalah AB-Mix.
Nutrisi AB-Mix adalah salah satu merk pupuk yang digunakan untuk
tanaman hidroponik yang memiliki kandungan unsur hara makro dan mikro serta
-
7
mineral yang cukup lengkap, dalam satu kemasan AB-Mix ada dua pack pupuk A
dan pupuk B sehingga kalau di gabung menjadi AB-Mix (Sulistyo, 2018).
Menurut penelitian Siregar (2017), pada pemberian nutrisi AB-mix sistem
tanam hidroponik terhadap tanaman sawi menunjukan konsentrasi nutrisi AB-mix
7 ml/l air adalah perlakuan terbaik pada tinggi tanaman, jumlah daun dan berat
tanaman.
Berdasarkan penelitian Utami (2016), pada pertumbuhan bayam merah
secara hidroponik dengan konsetrasi nutrisi dan media tanam yang berbeda. Ada
pengaruh pemberian konsentrasi nutrisi dan media tanam yang berbeda pada
pertumbuhan tinggi tanaman bayam merah terhadap konsentrasi nutrisi 5 ml/ l air
dengan media tanam cocopeat /sabut kelapa 100%.
Menurut Marlina et. al., (2015), pengaruh media tanam granul hidroton
dari tanah liat pada pertumbuhan sayuran hidroponik sistem sumbu, menunjukan
media tanam hidroton 100 % dengan ukuran 4, 6 dan 12 mm tidak berpengaruh
pada tinggi tanaman, jumlah daun dan bobot berangaksan tanaman kangkung,
bayam dan sawi.
Berdasarkan penelitian sebelumnya, penulis tertarik melakukan penelitian
untuk mengkombinasikan media tanam hidroton dengan cocopeat pada tanaman
selada dengan sistem tanam hidroponik DFT.
-
8
BAB III. TUJUAN DAN MANFAAT
3.1 Tujuan Penelitian
1. Mengetahui pengaruh berbagai komposisi media tanam hidroponik sistem DFT
pada pertumbuhan dan hasil tanaman selada.
2. Mendapatkan media tanam hidroponik sistem DFT terbaik pada pertumbuhan
dan hasil tanaman selada.
3.2 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi bagi penulis,
civitas akademik, petani dan dinas terkait tentang manfaat media tanam
hidroponik sistem DFT untuk budidaya tanaman selada.
-
9
BAB IV. METODE PENELITIAN
4.1 Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Rica Kecamatan Paringin Kabupaten
Balangan Provinsi Kalimantan Selatan, pada bulan Februari sampai bulan April
2019.
4.2 Alat dan Bahan
Alat
Pipa VPC. Pipa yang digunakan adalah pipa PVC dengan ukuran 3 inch.
Netpot. Digunakan sebagai tempat media tanam untuk selada.
Lem. Digunakan untuk menyambung pipa PVC.
Gergaji Besi. Digunakan untuk memotong pipa PVC.
Pompa Aerator. Pompa digunakan untuk mengalirkan air nutrisi ke tanaman.
Bak Penampung. Bak digunakan untuk menampung air nutrisi.
Bor Listrik. Digunakan untuk membuat lubang pada pipa PVC.
Kayu. Digunakan untuk tempat meletakkan pipa PVC.
Plastik Naungan. Digunakan untuk atap hidroponik.
TDS Meter. Digunakan untuk mengukur kepekatan larutan nutrisi
hidroponik.
Kabel listrik. Digunakan sebagai penghubung aliran listrik untuk menyalakan
pompa aerator.
Meteran. Digunakan untuk pengukur tanaman.
Neraca digital. Dugunakan untuk menimbang tanaman.
Alat tulis. Digunakan untuk mencatat data hasil penelitian.
Kamera. Digunakan untuk alat dokumentasi penelitian.
Bahan
Benih. Benih yang digunakan adalah benih selada Varietas Selada Keriting
Cap Panah Merah. Deskripsi dapat dilihat pada Lampiran 1.
AB-Mix. Larutan yang digunakan sebagai nutrisi. Kandungan AB-Mix dapat
dilihat pada Lampiran 3.
Cocopeat. Digunakan sebagai media tanam dan perlakuan. Kandungan unsur
hara dapat dilihat pada Lampiran 4.
-
10
Hidroton. Digunakan sebagai media tanam dan perlakuan.
Air. Digunakan untuk pencampuran larutan nutrisi AB-Mix.
Rockwool. Digunakan sebagai tempat media penyemaian ukuran 2 x 2 cm.
4.3 Rancangan Percobaan
Penelitian ini merupakan percobaan yang dilakukan di lapangan, dengan
menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan faktor tunggal,
pengelompokan berdasarkan tinggi bibit. Faktor yang diteliti adalah komposisi
media cocopeat dengan hidroton (m) sebanyak 5 taraf yaitu :
m1= 100 % cocopeat : 0 % hidroton (100 g cocopeat : 0 g hidroton)
m2 = 0 % cocopeat : 100 % hidroton (0 g cocopeat : 100 g hidroton)
m3 = 50 % cocopeat : 50 % hidroton (50 g cocopeat : 50 g hidroton)
m4 = 75 % cocopeat : 25 % hidroton (75 g cocopeat : 25 g hidroton)
m5 = 25 % cocopeat : 75 % hidroton (25 g cocopeat : 75 g hidroton)
Perlakuan komposisi media tanam terdapat 5 perlakuan dengan 5 kelompok.
Dengan demikian terdapat 25 satuan percobaan, setiap satuan percobaan terdiri dari 6
tanaman dengan 4 tanaman sebagai sampel sehingga terdapat 150 tanaman. Untuk
kombinasi perlakuan dapat dilihat pada tababel berikut ini.
Tabel 1. Perlakuan komposisi media tanam cocopeat dan hidroton sebanyak 5
perlakuan dengan 5 kelompok.
Komposisi perlakuan media
tanam (M)
Kelompok
I II III IV V
m1 m1I m1II m1III m1IV m1V
m2 m2I m2II m2III m2IV m2V
m3 m3I m3II m3III m3IV m3V
m4 m4I m4II m4III m4IV m4V
m5 m5I m5II m5III m5IV m5V
4.4 Pelaksanaan Percobaan
Persiapan pembuatan hidroponik. Pembuatan hidroponik dengan cara
membuat lubang pada pipa PVC menggunakan bor listrik untuk penempatan netpot
dengan lebar 7 cm dengan jarak antar lubang 15 cm. Kemudian dilakukan
penyambungan pipa PVC menggunakan lem pipa untuk menyatukan semua pipa dan
-
11
meletakkan pompa aerator pada bak penampung nutrisi dengan selang yang
terpasang pada pipa PVC untuk mengalirkan air pada tanaman.
Persiapan persemaian. Media persemaian menggunakan rockwool dengan
ukuran 2 x 2 cm media semai dibasahi dengan air selanjutnya benih diletakkan pada
rockwool yang sudah diberi lubang ditengahnya. Semaian diberi air 2 x sehari agar
media tetap lembab setelah semaian berumur 10 hari, bibit siap dipindahkan ke
netpot.
Persiapan media tanam. Pertama cocopeat dicampur dengan hidroton sesuai
komposisi media tanam pada taraf perlakuan, kemudian dimasukkan kedalam netpot
ukuran 7 cm, setelah itu diletakkan pada pipa yang telah dilubangi.
Penanaman. Memilih bibit selada yang pertumbuhannya baik, cirinya daun
segar, berisi, tidak terserang hama dan penyakit, penanaman dilakukan setelah bibit
berumur 10 hari di persemaian. Penanaman dilakukan pada pagi hari dengan 1 bibit
per netpot tanam dengan jarak tanam antar netpot 15 cm.
Pemeliharaan. Pemeliharaan tanaman selada meliputi pemberian nutrisi AB-
Mix secara bertahap. Pada minggu pertama nilai TDS yang digunakan 560 ppm
dengan cara memberikan campuran larutan nutrisi AB-Mix stock A 2,8 ml/l air dan
stock B 2,8 ml/l air. Pada minggu ke dua dan ke tiga nilai TDS yang digunakan 700
ppm dengan cara memberikan campuran larutan Nutrisi AB-Mix stock A 3,5 ml/l air
dan stock B 3,5 ml/l air. Pada minggu ke empat TDS yang digunakan 840 ppm
dengan cara memberikan campuran larutan nutrisi AB-Mix stock A 4,2 ml/l air dan
stock B 4,2 ml/l air dan pompa air dihidupkan pada siang hari selama 12.00 jam dari
jam 07.00-18.00 untuk mengalirkan air nutrisi.
Panen. Selada dapat langsung dipanen pada saat umur 35 HST. Kriteria
panen tanaman selada yang tepat ialah daunnya banyak, memiliki bobot yang berisi.
Panen dilakukan pada pagi hari dengan cara mencabut tanaman hingga ke akarnya
bagian dari akar dicuci dan ditempatkan pada bak berisi air agar tetap segar.
4.5 Pengamatan
Tinggi tanaman. Pengukuran terhadap tinggi tanaman dimulai dari
permukaan ujung media tanam sampai ujung daun yang paling tinggi dengan cara
-
12
merangkumnya. Pengukuran tehadap tinggi tanaman dilakukan saat tanaman
berumur 7, 14, 21, 28 dan 35 HST dengan satuan centimeter (cm).
Jumlah daun. Jumlah daun yang diamati adalah pada semua daun yang
terdapat pada tanaman. Dihitung pada saat tanaman berumur 7, 14, 21, 28 dan 35
HST dengan satuan helai.
Berat basah. Berat basah selada dihitung pada umur 35 HST setelah panen
dengan menimbang selada, dengan satuan gram (g).
4.6 Analisis Data
Model linear aditif yang digunakan untuk menganalisis setiap peubah yang
diamati adalah :
Yij = µ + αi + βj + εij
Dimana :
i = 1,2,3,4 dan 5 ( komposisi media tanam)
j = 1,2,3,4 dan 5 (kelompok)
Yij = Pengaruh satuan percobaan yang menerima perlakuan ke-i pada
kelompok ke-j
µ = Nilai tengah umum
αi = Pertambahan karena pengaruh perlakuan ke-i
βj = Pengaruh kelompok ke-j
εij = Pertambahan karena pengaruh galat acak percobaan yang menerima perlakuan ke-i pada kelompok ke-j
Berdasarkan model linear aditif tersebut dapat dibuat bentuk analisis ragam
sebagai berikut :
Tabel 2. Analisis ragam untuk setiap peubah yang diamati.
Sumber
Keragaman
Derajat
Bebas
Jumlah
Kuadrat
Kuadrat
Tengah F Hitung
F Tabel
5 % 1 %
Kelompok
Perlakuan
Galat
4
4
16
JKK
JKP
JKG
JKK/V1
JKP/V2
JKG/V3
KTK/KTG
KTP/KTG
3,01
3,01
4,77
4,77
Total 24 JKT
-
13
Setelah data terkumpul maka terlebih dahulu dilakukan Uji Kehomogenan
Ragam Bartlet. Apabila data homogen, maka dilakukan Uji F pada taraf nyata 5 %
dan 1 %. Jika F hitung lebih besar dari F tabel maka Uji F menyatakan pengaruh
nyata atau sangat nyata, pengujian dilanjutkan dengan Uji Beda Nilai Tengah
perlakuan dengan menggunakan Uji DMRT pada taraf 5 % (Langai, 2002).
-
14
BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil
5.1.1 Tinggi Tanaman
Data hasil pengamatan terhadap tinggi tanaman selada dan analisis ragamnya
pada umur 7, 14, 21, 28 dan 35 HST dapat dilihat pada Lampiran 9, 10, 11, 12 dan
13. Hasil analisis ragam peubah yang diamati menunjukkan bahwa perlakuan
komposisi media tanam hidroponik tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman umur
7 HST tetapi berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman selada pada umur 14,
21, 28 dan 35 HST. Hasil uji beda rata-rata tinggi tanaman dapat dilihat pada tabel
berikut ini.
Tabel 3. Hasil uji beda rata-rata tinggi tanaman selada pada berbagai komposisi
media tanam hidroponik.
Perlakuan Rata-Rata Tinggi Tanaman (cm)
14 HST 21 HST 28 HST 35 HST
m1
m2
m3
m4
m5
6,19b
4,56a
6,55b
6,51b
7,80c
10,37b 7,68a
10,63b 10,56b 11,46b
11,99b
9,23a
12,24b 12,02b 13,13b
13,86 b 10,07 a 14,00 b 13,95 b 15,18 b
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama
menunjukkan perlakuan tersebut tidak berbeda berdasarkan Uji
DMRT pada taraf nyata 5%.
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa pada umur 14 HST perlakuan m5
menunjukan rata-rata tinggi tanaman tertinggi yaitu 7,80 cm yang berbeda dengan
perlakuan m1, m2, m3 dan m4. Sedangkan pada umur 21, 28 dan 35 HST, perlakuan
m5 masih menunjukan rata-rata tinggi tanaman tertinggi yaitu, 11,46 cm, 13,13 cm
dan 15,18 cm namun tidak berbeda dengan perlakuan m1, m2, m3 dan m4. Untuk
lebih jelasnya rata-rata tinggi tanaman dapat dilihat pada grafik berikut ini.
-
15
Gambar 1. Grafik hubungan tinggi tanaman (cm) selada dengan berbagai komposisi
media tanam hidroponik umur 7, 14, 21, 28 dan 35 HST.
Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat bahwa perlakuan komposisi media
tanam hidroponik dapat meningkatkan rata-rata tinggi tanaman umur 7, 14, 21, 28
dan 35 HST dari m1 sampai m2 mengalami penurunan kemudian meningkat pada m3
dan menurun kembali pada m4 kemudian kembali meningkat pada m5.
5.1.2 Jumlah Daun
Data hasil pengamatan terhadap jumlah daun tanaman selada dan analisis
ragamnya pada umur 7, 14, 21, 28 dan 35 HST dapat dilihat pada Lampiran 14, 15,
16, 17 dan 18. Hasil analisis ragam peubah yang diamati menunjukkan bahwa
perlakuan komposisi media tanam hidroponik berpengaruh sangat nyata terhadap
jumlah daun tanaman selada pada umur 7, 21, 28 dan 35 HST. Berpengaruh nyata
terhadap jumlah daun umur 14 HST. Hasil uji beda rata-rata jumlah daun dapat
dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4. Hasil uji beda rata-rata jumlah daun tanaman selada pada berbagai
komposisi media tanam hidroponik.
Perlakuan Rata-Rata Jumlah Daun (helai)
7 HST 14 HST 21 HST 28 HST 35 HST
m1
m2
m3
m4
m5
3,5a 3,35a 4,65b 4,6b 4,6b
5,15b
4,05a
5,6b
5,45b
5,7b
6,1b 4,25a 6,25b 6,15b 7,05c
7,1b 5,2a
7,35b 7,2b 8,35c
9,75b 6,25a 11,3c 9,75b
13,35d
0
2
4
6
8
10
12
14
16
m1 m2 m3 m4 m5
Tin
ggi
tan
am
an
(cm
)7 HST
14 HST
21 HST
28 HST
35 HST
m1 m2 m3 m4 m5
-
16
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama
menunjukkan perlakuan tersebut tidak berbeda berdasarkan Uji
DMRT pada taraf nyata 5%.
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa pada umur 7 HST perlakuan m3
menunjukan rata-rata jumlah daun tanaman terbanyak yaitu 4,65 helai tetapi tidak
berbeda dengan perlakuan m4 dan m5 berbeda nyata dengan m1 dan m2. Pada umur
14 HST perlakuan m5 menunjukan rata-rata jumlah daun tanaman terbanyak yaitu 5,7
helai tetapi tidak berbeda dengan perlakuan m4 dan m5 berbeda nyata dengan m2.
Pada umur 21, 28 dan 35 HST perlakuan m5 menunjukan rata-rata jumlah daun
tanaman terbanyak yaitu 7,05 helai, 8,35 helai dan 13,35 yang berbeda dengan
perlakuan m1, m2 m3 dan m4. Untuk lebih jelasnya rata-rata jumlah daun dapat
dilihat pada grafik berikut ini.
Gambar 2. Grafik hubungan jumlah daun (helai) selada dengan berbagai komposisi
media tanam hidroponik umur 7, 14, 21, 28 dan 35 HST.
Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat bahwa perlakuan komposisi media
tanam hidroponik dapat meningkatkan rata-rata jumlah daun umur 7 HST dari m1
sampai m2 mengalami penurunan kemudian meningkat pada m3 dan menurun
kembali pada m4 dan m5, pada umur 14, 21, 28 dan 35 HST dari m1 sampai m2
mengalami penurunan kemudian meningkat pada m3 dan menurun kembali pada m4
kemudian kembali meningkat pada m5.
5.1.3 Berat Basah Tanaman
Data hasil pengamatan terhadap berat basah tanaman selada dan analisis
ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 19. Hasil analisis ragam peubah yang diamati
0
2
4
6
8
10
12
14
16
m1 m2 m3 m4 m5
Ju
mla
h D
au
n (h
elai)
Perlakuan
7 HST
14 HST
21 HST
28 HST
35 HST
m1 m2 m3 m4 m5
-
17
menunjukkan bahwa perlakuan komposisi media tanam hidroponik berpengaruh
sangat nyata terhadap berat basah tanaman selada. Hasil uji beda rata-rata berat
basah tanaman dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 5. Hasil uji beda rata-rata berat basah tanaman selada pada berbagai komposisi
media tanam hidroponik.
Perlakuan Rata-Rata Berat Basah Tanaman (g)
m1
m2
m3
m4
m5
28,3b
4,35a
36,6c
29,05b
44,85d
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama
menunjukkan perlakuan tersebut tidak berbeda berdasarkan Uji
DMRT pada taraf nyata 5%.
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa pada perlakuan m5 menunjukan rata-
rata berat basah tanaman terberat yaitu 44.85 g yang berbeda dengan perlakuan m1,
m2, m3 dan m4. Untuk lebih jelasnya rata-rata tinggi tanaman dapat dilihat pada
grafik berikut ini.
Gambar 3. Grafik hubungan berat basah tanaman (g) selada dengan berbagai
komposisi media tanam hidroponik.
Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat bahwa perlakuan komposisi media
tanam hidroponik dapat meningkatkan rata-rata berat basah tanaman dari m1 sampai
m2 mengalami penurunan kemudian meningkat pada m3 dan menurun kembali pada
05
101520253035404550
m1 m2 m3 m4 m5
Ber
at
Basa
h (g
)
Perlakuan
Berat
Basah
m1 m2 m3 m4 m5
-
18
m4 kemudian kembali meningkat pada m5, untuk m5 menunjukan berat basah
tanaman terberat di banding dengan perlakuan m1, m3 dan m4 sedangkan berat basah
tanaman terendah ditunjukan pada perlakuan m2.
5.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis ragam peubah yang diamati menunjukkan bahwa
perlakuan komposisi media tanam hidroponik tidak berpengaruh terhadap tinggi
tanaman umur 7 HST tetapi berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman selada
pada umur 14, 21, 28 dan 35 HST, berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah daun
pada umur 7, 21, 28 dan 35 HST dan berpengaruh nyata terhadap jumlah daun umur
14 HST serta berpengaruh sangat nyata terhadap berat basah tanaman selada. Hal ini
diduga karena tanaman selada memiliki batang yang bersifat (roset) dengan susunan
daun yang melingkar rapat sehingga pada umur 7 HST batangnya masih pendek. Hal
ini sesuai dengan pernyataan Rendy (2012), yang menyatakan bahwa batang (roset)
memiliki batang yang pendek sehingga semua daunnya seakan-akan keluar dari
bagian atas akarnya dan tersusun rapat satu sama lain seperti tanaman kubis, selada
dan brokoli.
Berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman selada pada umur 14, 21,
28 dan 35 HST, berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah daun pada umur 7, 21, 28
dan 35 HST dan berpengaruh nyata terhadap jumlah daun umur 14 HST. Hal ini
diduga karena tanaman selada mendapatkan media tanam yang baik untuk
pertumbuhan tinggi tanaman dan jumlah daun tanaman selada, komposisi media
tanam cocopeat dan hidroton merupakan media tanam yang baik untuk pertumbuhan
tanaman selada karena dapat menghasilkan media tanam yang mampu menyimpan
air nutrisi lebih lama dan mudah ditembus akar serta memiliki sirkulasi udara yang
baik bagi akar tanaman, karena media tanam cocopeat dan hidroton memiliki
kelebihan masing-masing yang baik untuk dikomposisikan. Menurut Artha (2014),
cocopeat adalah media tanam ramah lingkungan karena berasal dari bahan organik
yang aman, keunggulan media tanam cocopeat adalah memiliki daya serap air tinggi
yang baik dalam menyimpan air dengan pH netral, dan cocopeat juga mengandung
unsur hara dari alam yang dapat membantu pertumbuhan tanaman.
Pengomposisian media tanam cocopeat dengan hidroton dapat meningkatkan
drainase dan pasokan oksigen pada akar tanaman, karena media tanam hidroton
-
19
berbentuk bulat pada ruang antar bulatan-bulatan tersebut memiliki celah yang baik
untuk pasokan oksigen pada akar tanaman. Media tanam hidroton cocok digunakan
untuk budidaya tanaman sayuran yang memiliki akar rimbun seperti halnya tanaman
selada yang memiliki akar serabut dan tunggang (Nurdin, 2017). Siregar et.
al.,(2017), juga menambahkan bahwa hidroton memiliki pori-pori berukuran kecil
(pori-pori mikro) yang berisi air kapiler atau udara, hidroton memiliki pH netral dan
stabil dengan bentuk yang bulat (tidak bersudut) yang dapat mengurangi resiko
merusak akar, dan ruang antar bulatan-bulatan ini bagus untuk ketersediaan oksigen
bagi akar, hidroton dapat dipakai berulang-ulang untuk penanaman selanjutnya.
Berpengaruh sangat nyata terhadap berat basah tanaman selada. Hal ini
diduga tergantung pada tinggi tanaman dan jumlah daun tanaman selada karena berat
basah tanaman selada sesuai dengan tinggi tanaman dan jumlah daunnya.
Berdasarkan hasil Uji DMRT pada taraf nyata 5% didapat bahwa perlakuan
m5 (Cocopeat 25% : Hidroton 75%) merupakan perlakuan terbaik. Hal ini di duga
karena dengan cocopeat yang lebih sedikit dan hidroton yang lebih banyak akan
mempermudah akar untuk menembus media tanam karena dengan cocopeat 25%
sudah mampu untuk menyimpan air nutrisi bagi pertumbuhan tanaman dan dengan
hidroton 75% akan mempermudah akar untuk tumbuh dengan baik karena diantara
ruang antar bulatan-bulatan hidroton memiliki celah yang mudah ditembus akar
sehingga akar tanaman lebih cepat sampai ke aliran nutrisi pada pipa
hidroponikdibandingkan dengan perlakuan media tanam lain. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Sugeng (2016), yang menyatakan setiap jenis tanaman memerlukan
karakteristik dan sifat media tanam yang berbeda, seperti tanaman buah memerlukan
media tanam yang solid agar bisa menopang pertumbuhan tanaman yang relatif lebih
besar, sementara jenis tanaman sayuran memerlukan media tanam yang baik seperti
gembur, mampu menyimpan unsur hara bagi tanaman dan mudah ditembus akar.
Media tanam berperan dalam menentukan baik atau buruknya pertumbuhan
tanaman yang mempengaruhi hasil produktivitas tanaman tersebut, syarat media
tanam hidroponik yang baik adalah mampu menyimpan air nutrisi yang cukup untuk
pertumbuhan tanaman, mempunyai drainase dan aerasi yang baik, mudah ditembus
akar dan memiliki pH netral (Rifqi, 2017).
-
20
Berdasarkan penelitian Utami (2016), pada pertumbuhan bayam merah secara
hidroponik dengan konsetrasi nutrisi dan media tanam yang berbeda. Ada pengaruh
pemberian konsentrasi nutrisi dan media tanam yang berbeda pada pertumbuhan
tinggi tanaman bayam merah terhadap konsentrasi nutrisi 5 ml/ l air dengan media
tanam cocopeat /sabut kelapa 100%.
Berdasarkan hasil dari penelitian menunjukan bahwa perlakuan m2 (0%
cocopeat:100% hidroton) adalah perlakuan yang memperlihatkan pertumbuhan dan
hasil tanaman selada terendah dibandingkan dengan perlakuan lain, hal ini
disebabkan hidroton hanya mempunyai daya serap tinggi namun tidak mempunyai
daya simpan nutrisi yang lama sehingga pada perlakuan m2 tidak mampu
memberikan pertumbuhan dan hasil yang optimal untuk tanaman selada. Sesuai
dengan penelitian Marlina et. al., (2015), pengaruh media tanam granul hidroton dari
tanah liat pada pertumbuhan sayuran hidroponik sistem sumbu menunjukan media
tanam hidroton 100 % dengan ukuran 4, 6 dan 12 mm tidak berpengaruh pada tinggi
tanaman, jumlah daun dan bobot berangkasan tanaman kangkung, bayam dan sawi.
-
21
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Komposisi media tanam hidroponik sistem DFT tidak berpengaruh pada tinggi
tanaman umur 7 HST dan berpengaruh sangat nyata pada umur 14, 21, 28 dan
35 HST, berpengaruh nyata pada jumlah daun umur 14 HST dan berpengaruh
sangat nyata pada umur 7, 21, 28 dan 35 HST serta berpengaruh sangat nyata
pada berat basah tanaman.
2. Didapatkan komposisi media tanam hidroponik sistem DFT terbaik pada m5
(cocopeat 25 g dan hidroton 75 g) untuk pertumbuhan dan hasil tanaman selada.
6.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian maka dalam usaha budidaya
tanaman selada dengan hidroponik sistem DFT disarankan untuk membudidayakan
tanaman selada menggunakan komposisi media tanam hidroponik sistem DFT
(cocopeat 25 g dan hidroton 75 g).
-
22
DAFTAR PUSTAKA
Anindyaputri, I. dan Savitri, T. 2017. 6 Manfaat Sehat Daun Selada yang Belum
Anda Tahu. https://hellosehat.com. Diakses pada tanggal 26 Oktober 2018.
Artha, T. 2014. Interaksi pertumbuhan antara shorea selanica dan ganetum
gnemon dalam media tanam dengan konsentrasi cocopeat yang berbeda.
Skripsi. Fakultas Kehutanan Institut Pertanian. Bogor.
Azzamy. 2015. Macam-Macam Media Tanam Hidroponik. https://mitalom.com.
Diakses pada tanggal 17 November 2018.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jakarta. 2016. Hidroponik Sayuran di
Perkotaan. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. Jakarta.
Binaraesa, N. N. P. C., Sutan, S. M., dan Ahmad, A. M. 2016. Nilai Ec (Electro
conductivity) berdasarkan umur tanaman selada daun hijau (Lactuca sativa
L.) dengan sistem hidroponik NFT (Nutrient Film Technique). Jurnal
Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem Vol. 4 No. 1 Hal. 65-74.
Febriani, W. 2016. Penggunaan berbagai media tanam dan ektomikoriza untuk
meningkatkan kolonisasi dan pertumbuhan shorea javanica. Skripsi.
Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Irawan, L. N. 2017. Pengaruh ekstrak alang-alang (Imperata cylindrica L.) dan
teki (Cyperus rotundus L.) terhadap pertumbuhan gulma pada pertanaman
selada (Lactuca sativa L.). Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas
Muhammadiyah. Purwokerto.
Langai, B. F. 2002. Buku Ajar Rancangan Percobaan. Fakultas Pertanian
Universitas Lambung Mangkurat. Banjarbaru.
Maitimu, D. K. dan Suryanto, A. 2018. Pengaruh media tanam dan konsentrasi
AB Mix pada tanaman kubis bunga (Brassica oleraceae var botrytis L.)
sistem hidroponik substrat. Jurnal Produksi Tanaman Vol. 6 No. 4 Hal. 516-
523.
Marlina, L. Triyono, S., dan Tusi, A. 2015. Pengaruh media tanam granul hidroton
dari tanah liat terhadap pertumbuhan sayuran hidroponik sistem sumbu.
Jurnal Teknik Lampung. Vol. 4 No. 2 Hal. 143-150.
Nugroho, D. B., Maghfoer, M. D., dan Herlina, N. 2017. Pertumbuhan dan hasil
tanaman selada (Lactuca sativa L.) akibat pemberian biourin sapi dan
kascing. Jurnal Produksi Tanaman Vol. 5 No. 4 Hal. 600-607.
Nurdin, SQ. 2017. Mempercepat Panen Sayuran Hidroponik. PT Agromedia
Pustaka. Jakarta.
https://hellosehat.com/https://mitalom.com/
-
23
PT. East West Seed Indonesia. 2018. Deskrivsi Selada Varietas Keriting. PT. East
West Seed Indonesia. Jakarta.
Pracaya. 2008. Bertanam Sayuran Organik di Kebut, Pot, dan Polibag. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Rahmat, P. 2015. Bertanam Hidroponik Gak Pake Masalah. PT Agromedia
Pustaka. Jakarta.
Ramadhan, D. 2017. Pemanfaatan cocopeat sebagai media tumbuh sengon laut
(Paraserianthes falcateria) dan merbau darat (Intsia palembanica).
Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Bandar Lampung
Rifqi. 2017. Syarat Media Tanam Hidroponik yang Baik Agar Tanaman Subur.
http://ilmubudidaya.com. Diakses pada tanggal 7 Juli 2019.
Roidah, I. S. 2014. Pemanfaatan lahan dengan menggunakan sistem hidroponik.
Jurnal Universitas Tulungagung Bonorowo Vol. 1.No. 2 Hal. 43-50.
Siregar, K., Devianti., dan Munawar, I. A. A. 2017. Pengembangan produk tanah
liat melalui pembuatan hidroton sebagai media tanam hidroponik
berwawasan lingkungan dan kesinambungan. Skripsi. Fakultas Pertanian
Universitas Syiah Kuala. Banda Aceh.
Siregar, M. 2017. Respon pemberian nutrisi AB Mix pada sistem tanam hidroponik
terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman sawi (Brassica juncea).
Journal of Animal Science and Agronomy Panca Budi. Vol. 2 No. 02 Hal.
18-24.
Sugeng. 2016. Cara Mudah Membuat Media Tanam Sayuran dalam Polybag.
https://ayo-nambah-ilmu.blogspot.com. Diakses pada tanggal 28 Juli 2019
Sulistyo, J. 2018. Mempersiapkan Pupuk AB Mix untuk Tanaman Hidroponik.
https://kambingjoynim.com. Diakses pada tanggal 21 November 2018.
Tasrin, N. 2014. Profil Perbandingan Kandungan Tanaman Hidroponik dengan
Konvensional. http://www.academia.edu. Diakses pada tanggal 16 Januari
2019.
Utami, K. 2016. Pertumbuhan bayam merah (Alternanthera amoena voss) secara
hidroponik dengan konsentrasi nutrisi dan media tanam yang berbeda.
Skripsi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Muhammadiyah. Surakarta.
Yuliarta, B., Santoso, M., dan Heddy, YB. S. 2014. Pengaruh biourin sapi dan
berbagai dosis pupuk NPK terhadap pertumbuhan dan hasil selada krop
(Lactuca sativa L.). Jurnal Produksi Tanaman Vol. 1 No. 6 Hal. 522-531.
http://ilmubudidaya.com/https://ayo-nambah-ilmu.blogspot.com/https://kambingjoynim.com/http://www.academia.edu/
-
LAMPIRAN
-
25
Lampiran 1. Deskripsi tanaman selada Varietas Keriting Cap Panah Merah.
No Uraian Keterangan
1
2
3
4
Rekomendasi
Warna daun
Umur panen
Produksi
Dataran rendah dan tinggi ketinggian 100-
2000 m dpl
Hijau segar
30 - 40 HST
10 - 12 ton/ha
Sumber : PT. East West Seed Indonesia (2018).
-
26
Lampiran 2. Kandungan gizi tanaman selada dalam 100 g.
Zat Gizi Nilai Gizi
Kalori
Protein
Lemak
Karbohidrat
Kalsium
Fosfor
Zat Besi
Vitamin A
Vitamin B1
Vitamin C
Air
17.00 kalori
1.70 g
0,30 g
3.0 g
182.00 mg
27.00 mg
2.50 mg
2.420 Sl
0.08 mg
50 mg
94.80 mg
Sumber : Tasrin (2014).
-
27
Lampiran 3. Kandungan AB-Mix komposisi Larutan A dan Larutan B.
No A B
Kandungan Komposisi Kandungan Komposisi
1. Kalsium Nitrat 1176 g Kalium dihidro fosfat 335 g
2. Kalium Nitrat 616 g Amnonium sulfat 122 g
3. Fe EDTA 38 g Kalium Sulfat 36 g
4. - - Magnesium sulfat 790 g
5. - - Cupri sulfat 0,4 g
6. - - Zinc sulfat 1,5 g
7. - - Asam borat 4,0 g
8. - - Mangan sulfat 8 g
9. - - Amonium hepta molibdat 0,1 g
Sumber : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jakarta (2016).
-
28
Lampiran 4. Kandungan unsur hara cocopeat/sabut kelapa.
No Komponen Kandungan Kriteria
1 pH 6,07 Netral
2 Nitrogen 0,37% Rendah
3 P-Potensial 0,44% Rendah
4 K-Potensial 0,20% Rendah
5 C-Organik 50,65% Tinggi
Sumber : Ramadhan (2017).
-
29
Lampiran 5. Denah tata letak satuan percobaan di lapangan.
j a l a n
3 inch
20 cm
660 cm
m4I m2I m5I
m1II m3II m2II
m3I
m5III
m4II m5II
m4IV
m1I
m3IV m1IV m2IV
m3III m4III m2III m1III
m5IV
m5V m4V m3V m1V m2V
Keterangan : I, II, III, IV, V = kelompok
: m1, m2, m3, m4 dan m5 = perlakuan
U
r
u
m
a
h
I
II
III
IV
V
-
30
Lampiran 6. Denah tata letak tanaman pada satuan percobaan.
A 15 cm
O X X X X O
3 inch
7 cm 7,5 cm
132 cm
Keterangan :
O = tanaman dalam satuan percobaan
X = tanaman sampel
-
Lampiran 7. Gambar instalasi hidroponik sistem DFT
Penutup pipa Lubang tanam/netpot
Panjang 660 cm Pipa 3 Inch
Saluran pembuangan nutrisi
Saluran pengaliran
nutrisi Saluran
penyedot
nutrisi dari
pompa
Pipa 0,5 Inch
Rak/tempat pipa
Tinggi 80 cm
Panjang 130 cm
Jarak antar
pipa 20 cm
Wadah
nutrisi
Air masuk ke pipa dari bak nutrisi
Air dipipa mengalir menuju pipa pembuangan
Air dipipa pembuangan menuju bak nutrisi
Pompa
didalam air
Gambar di salutran pembuangan ke arah nutrisi
-
41
Lampiran 8. Uji kehomogenan ragam Bartlett terhadap variabel pengamatan.
No Pengamatan X2 hitung X2 tabel Keterangan
1 Tinggi tanaman 7 HST 4,88 9,48 Homogen
2 Tinggi tanaman 14 HST 6,78 9,48 Homogen
3 Tinggi tanaman 21 HST 6,48 9,48 Homogen
4 Tinggi tanaman 28 HST 5,50 9,48 Homogen
5 Tinggi tanaman 35 HST 9,15 9,48 Homogen
6 Jumlah daun 7 HST 1,98 9,48 Homogen
7 Jumlah daun 14 HST 1,64 9,48 Homogen
8 Jumlah daun 21 HST 5,85 9,48 Homogen
9 Jumlah daun 28 HST 8,95 9,48 Homogen
10 Jumlah daun 35 HST 2,82 9,48 Homogen
11 Berat basah tanaman 7,42 9,48 Homogen
Keterangan : Data pengamatan homogen apabila X2 hitung lebih kecil dari X2 tabel-
0,5 (db =5-1)= 9,48x
-
42
Lampiran 9. Data pengamatan dan analisis ragam tinggi tanaman umur 7 HST.
a. Data pengamatan
Perlakuan Kelompok
Jumlah Rata-rata I II III IV V
m1 1,83 1,63 1,58 1,98 1,83 8,85 1,77
m2 2,45 1,53 2,08 1,18 1,5 8,74 1,75
m3 2,6 2,55 1,78 1,65 1,65 10,23 2,05
m4 2,5 1,53 1,73 1,3 1,95 9,01 1,80
m5 2,75 1,75 1,63 1,78 1,5 9,41 1,88
Total 12,13 8,99 8,8 7,89 8,43 46,24 9,25
b. Hasil analisis ragam
Sumber
Keragaman
Derajat
Bebas
Jumlah
Kuadrat
Kuadrat
Tengah F Hitung
F Tabel
5 % 1 %
Kelompok
Perlakuan
Galat
4
4
16
2,22
0,29
1,70
0,55
0,07
0,11
5,22**
0,69ns
3,01
3,01
4,77
4,77
Total 24 4,21
KK : 17,63%
Keterangan : ns = non signifikan / tidak berpengaruh
** = berpengaruh sangat nyata
-
43
Lampiran 10. Data pengamatan dan analisis ragam tinggi tanaman umur 14 HST.
a. Data pengamatan
Perlakuan Kelompok
Jumlah Rata-rata I II III IV V
m1 7,3 6,3 5,9 5,43 5,83 30,96 6,19
m2 6,3 3,88 4,13 4,25 4,25 22,81 4,56
m3 7,43 7,73 5,5 6,3 5,78 32,74 6,55
m4 7,63 6,63 7,25 6,18 4,88 32,57 6,51
m5 7,75 7,88 8,08 7,93 7,38 39,02 7,80
Total 36,41 32,62 30,86 30,09 28,12 158,1 31,62
b. Hasil analisis ragam
Sumber
Keragaman
Derajat
Bebas
Jumlah
Kuadrat
Kuadrat
Tengah F Hitung
F Tabel
5 % 1 %
Kelompok
Perlakuan
Galat
4
4
16
7,82
26,99
6,95
1,96
6,75
0,43
4,50*
15,53**
3,01
3,01
4,77
4,77
Total 24 41,76
KK : 10,42%
Keterangan : * = berpengaruh nyata
** = berpengaruh sangat nyata
-
44
Lampiran 11. Data pengamatan dan analisis ragam tinggi tanaman umur 21 HST.
a. Data pengamatan
Perlakuan Kelompok
Jumlah Rata-rata I II III IV V
m1 11,18 10,55 9,33 9,95 10,83 51,84 10,37
m2 9,78 6,45 6,85 7,58 7,73 38,39 7,68
m3 10,45 10,5 10,4 11,25 10,53 53,13 10,63
m4 11,48 10,48 10,58 11,28 8,98 52,8 10,56
m5 11,25 12,48 10,75 11,3 11,5 57,28 11,46
Total 54,14 50,46 47,91 51,36 49,57 253,44 47,09
b. Hasil analisis ragam
Sumber
Keragaman
Derajat
Bebas
Jumlah
Kuadrat
Kuadrat
Tengah F Hitung
F Tabel
5 % 1 %
Kelompok
Perlakuan
Galat
4
4
16
4,28
41,29
10,49
1,07
10,32
0,66
1,63ns
15,75**
3,01
3,01
4,77
4,77
Total 24 56,06
KK : 7,99%
Keterangan : ns = non signifikan / tidak berpengaruh
** = berpengaruh sangat nyata
-
45
Lampiran 12. Data pengamatan dan analisis ragam tinggi tanaman umur 28 HST.
a. Data pengamatan
Perlakuan Kelompok
Jumlah Rata-rata I II III IV V
m1 12,6 12,5 11,25 11,33 12,25 59,93 11,99
m2 10,63 7,75 8,3 9,5 9,95 46,13 9,23
m3 12,75 11,95 11,75 12,3 12,43 61,18 12,24
m4 12,83 11,63 12,25 12,58 10,83 60,12 12,02
m5 12,68 14 13,23 12,75 13 65,66 13,13
Total 61,49 57,83 56,78 58,46 58,46 293,02 58,60
b. Hasil analisis ragam
Sumber
Keragaman
Derajat
Bebas
Jumlah
Kuadrat
Kuadrat
Tengah F Hitung
F Tabel
5 % 1 %
Kelompok
Perlakuan
Galat
4
4
16
2,46
43,22
9,18
0,61
10,80
0,57
1,07ns
18,84**
3,01
3,01
4,77
4,77
Total 24 54,86
KK : 6,46%
Keterangan : ns = non signifikan / tidak berpengaruh
** = berpengaruh sangat nyata
-
46
Lampiran 13. Data pengamatan dan analisis ragam tinggi tanaman umur 35 HST.
a. Data pengamatan
Perlakuan Kelompok
Jumlah Rata-rata I II III IV V
m1 14,43 14,05 12,75 13,33 14,75 69,31 13,86
m2 13,43 8,28 8,75 9,88 10 50,34 10,07
m3 14,75 13,9 13,98 14,25 13,13 70,01 14,00
m4 14,13 13,25 14,75 14,1 13,13 69,36 13,87
m5 14 16,38 15,75 14,63 15,13 75,89 15,18
Total 70,74 65,86 65,98 66,19 66,14 334,91 66,98
b. Hasil analisis ragam
Sumber
Keragaman
Derajat
Bebas
Jumlah
Kuadrat
Kuadrat
Tengah F Hitung
F Tabel
5 % 1 %
Kelompok
Perlakuan
Galat
4
4
16
3,74
75,68
21,72
0,93
18,92
1,36
0,69ns
13,94**
3,01
3,01
4,77
4,77
Total 24 101,14
KK : 8,69%
Keterangan : ns = non signifikan / tidak berpengaruh
** = berpengaruh sangat nyata
-
47
Lampiran 14. Data pengamatan dan analisis ragam jumlah daun umur 7 HST.
a. Data pengamatan
Perlakuan Kelompok
Jumlah Rata-rata I II III IV V
m1 3,75 3 3,75 4,25 3 17,75 3,55
m2 3,5 3,5 3 3,25 3,25 16,5 3,3
m3 4,5 3,75 3,75 4 3,25 19,25 3,85
m4 4,25 3,75 3,75 4 3,25 19 3,8
m5 4 3,5 4,25 4 4 19,75 3,95
Total 20 17,5 18,5 19,5 16,75 92,25 18.45
b. Hasil analisis ragam
Sumber
Keragaman
Derajat
Bebas
Jumlah
Kuadrat
Kuadrat
Tengah F Hitung
F Tabel
5 % 1 %
Kelompok
Perlakuan
Galat
4
4
16
2,68
8,28
2,8
0,67
2,07
0,18
3,82*
11,82**
3,01
3,01
4,77
4,77
Total 24 13,76
KK : 10,08%
Keterangan : * = berpengaruh nyata
** = berpengaruh sangat nyata
-
48
Lampiran 15. Data pengamatan dan analisis ragam jumlah daun umur 14 HST.
a. Data pengamatan
Perlakuan Kelompok
Jumlah Rata-rata I II III IV V
m1 6,25 5 5 4,75 4,75 25,75 5,15
m2 5,5 4,5 3,25 3,75 3,25 20,25 4,05
m3 6,5 5 5,75 6 4,75 28 5,6
m4 5 5,75 5,75 4,75 6 27,25 5,45
m5 5,5 6 7 4,75 5,25 28,5 5,7
Total 28,75 26,25 26,75 24 24 128,75 25,75
b. Hasil analisis ragam
Sumber
Keragaman
Derajat
Bebas
Jumlah
Kuadrat
Kuadrat
Tengah F Hitung
F Tabel
5 % 1 %
Kelompok
Perlakuan
Galat
4
4
16
3,24
8,99
8,19
0,81
2,25
0,51
1,58ns
4,39*
3,01
3,01
4,77
4,77
Total 24 20,42
KK : 13,79%
Keterangan : ns = non signifikan / tidak berpengaruh
* = berpengaruh nyata
-
49
Lampiran 16. Data pengamatan dan analisis ragam jumlah daun umur 21 HST.
a. Data pengamatan
Perlakuan Kelompok
Jumlah Rata-rata I II III IV V
m1 6,25 5,75 5,75 6,5 6,25 30,5 6,1
m2 5,5 4,75 3,5 3,75 3,75 21,25 4,25
m3 6,5 5,75 6,25 6,5 6,25 31,25 6,25
m4 5,75 6,25 6,75 5,75 6,25 30,75 6,15
m5 7,25 7 7,75 6,25 7 35,25 7,05
Total 31,25 29,5 30 28,75 29,5 149 29,8
b. Hasil analisis ragam
Sumber
Keragaman
Derajat
Bebas
Jumlah
Kuadrat
Kuadrat
Tengah F Hitung
F Tabel
5 % 1 %
Kelompok
Perlakuan
Galat
4
4
16
0,69
21,26
4,89
0,17
5,32
0,31
0,56ns
17,39**
3,01
3,01
4,77
4,77
Total 24 26,84
KK : 9,28%
Keterangan : ns = non signifikan / tidak berpengaruh
** = berpengaruh sangat nyata
-
50
Lampiran 17. Data pengamatan dan analisis ragam jumlah daun umur 28 HST.
a. Data pengamatan
Perlakuan Kelompok
Jumlah Rata-rata I II III IV V
m1 6,5 7,5 6,75 8 6,75 35,5 7,1
m2 6,75 5 5 4 5,25 26 5,2
m3 7,75 7,25 7,5 7,25 7 36,75 7,35
m4 7 6,75 7,25 7 8 36 7,2
m5 8,5 8,25 8,75 8 8,25 41,75 8,35
Total 36,5 34,25 35,25 34,25 35,25 176 35,2
b. Hasil analisis ragam
Sumber
Keragaman
Derajat
Bebas
Jumlah
Kuadrat
Kuadrat
Tengah F Hitung
F Tabel
5 % 1 %
Kelompok
Perlakuan
Galat
4
4
16
0,56
26,14
6,52
0,14
6,53
0,41
0,34ns
16,05**
3,01
3,01
4,77
4,77
Total 24 33,21
KK : 9,06%
Keterangan : ns = non signifikan / tidak berpengaruh
** = berpengaruh sangat nyata
-
51
Lampiran 18. Data pengamatan dan analisis ragam jumlah daun umur 35 HST.
a. Data pengamatan
Perlakuan Kelompok
Jumlah Rata-rata I II III IV V
m1 9,25 10,75 10 9,5 9,25 48,75 9,75
m2 8,5 6 5,75 5,5 5,5 31,25 6,25
m3 11,25 12,5 11,5 11 10,25 56,5 11,3
m4 10 9,75 8,75 10,5 9,75 48,75 9,75
m5 12 13 13,5 14 14,25 66,75 13,35
Total 51 52 49,5 50,5 49 252 50.4
b. Hasil analisis ragam
Sumber
Keragaman
Derajat
Bebas
Jumlah
Kuadrat
Kuadrat
Tengah F Hitung
F Tabel
5 % 1 %
Kelompok
Perlakuan
Galat
4
4
16
1,14
135,35
14,49
0,29
33,84
0,91
0,31ns
37,37**
3,01
3,01
4,77
4,77
Total 24 150,97
KK : 9,44%
Keterangan : ns = non signifikan / tidak berpengaruh
** = berpengaruh sangat nyata
-
52
Lampiran 19. Data pengamatan dan analisis ragam berat basah tanaman.
a. Data pengamatan
Perlakuan Kelompok
Jumlah Rata-rata I II III IV V
m1 18,5 36,5 27,25 34,75 24,5 141,5 28,3
m2 12 2,75 3 3 1 21,75 4,35
m3 35,25 33,25 38 40,75 35,75 183 36,6
m4 27 22,75 38 30 27,5 145,25 29,05
m5 43,5 47 47 44,25 42,5 224,25 44,85
Total 136,25 142,25 153,25 152,75 313,25 715,75 143,15
b. Hasil analisis ragam
Sumber
Keragaman
Derajat
Bebas
Jumlah
Kuadrat
Kuadrat
Tengah F Hitung
F Tabel
5 % 1 %
Kelompok
Perlakuan
Galat
4
4
16
76,84
4582,07
396,74
19,21
1145,52
24,80
0,77ns
46,20**
3,01
3,01
4,77
4,77
Total 24 5055,65
KK : 17,39%
Keterangan : ns = non signifikan / tidak berpengaruh
** = berpengaruh sangat nyata