LAPORAN INSECTA SISTEMATIK HEWAN

download LAPORAN INSECTA SISTEMATIK HEWAN

of 13

description

Universitas Halu Oleo

Transcript of LAPORAN INSECTA SISTEMATIK HEWAN

Judul: Insecta

Lokasi: Laboratorium Zoologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Tujuan: Mampu mendeskripsikan dan mengklasifikasikannya

Hari/tanggal: Selasa, 25 November 2014

A. Gambar LiteraturGambar PengamatanKeterangan

3211. Antenna2. Sayap (Peteron)3. kaki

B. Prosedur Kerja Identifikasi :Prosedur kerja identifikasi pada praktikum insecta yaitu kecoa (Periplaneta sp.) yang di identifikasi sebelumnya di bius terlebih dahulu dengan menggunakan kloroform 70% kemudian melakukan pengamatan dengan cara identifikasi kecoa (Periplaneta sp.) secara kuantitatif dan kualitatif. Pengamatan kecoa (Periplaneta sp.) dengan cara kualitatif kecoa (Periplaneta sp.) antara lain: bentuk tubuh, tipe antenna, tipe mulut, tipe tungkai/kaki, jumlah kaki, tipe mata dan jumlah Sayap.Sedangkan pengamatan kecoa (Periplaneta sp.) secara kuantitatif antara lain: dengan cara mengukur panjang seluruh tubuh, panjang kepala, panjang dada, panjang sayap, panjang antenna, lebar kepala, lebar abdomen dan lebar sayap.

C. Deskripsi Morfologi Kecoa (Periplaneta sp.)Jenis-jenis lipas atau kecoa yang paling banyak terdapat di lingkungan peternakan dan pemukiman di indonesia adalah perplaneta americana dan Blatella germanica. Lipas atau kecoa tumbuh dan berkembang dengan cara metamorphosis sederhana. Kehidupan lipas atau kecoa berawal dari telur, kemudian nimfa dan dewasa. Generasinya tumpang tindih, sehingga semua stadium dapat ditemukan pada setiap saat dalam satu tahun. Celah dab retakan merupakan tempat persembunyiandan perkembangbiakan yang disukainya. Betina meletakkan telurnya tidak satu persatu dialam akan tetapi sekumpulan telur (16-50 butir) secara teratur di dalam satu kantung yang disebut dengan ooteka. Ootekaini bentuknya seperti dompet, warna coklat sampai hitam kecoklatan. Ooteka pada setiap jenis lipas berbeda dab bias digunakan sebagai alat bantu dalam menentukkan spesies apa dalam suatu tempat.Pengamatan kecoa (Periplaneta sp.) secara kuantitatif bentuk tubuh pada kecoa (Periplaneta sp.) oval, tipe antena, tipe mulut menggigit, tipe tungkai/kaki memanjang, jumlah kaki 3 pasang, tipe mata dan jumlah Sayap 2 pasang. Pengamatan kecoa (Periplaneta sp.) secara kuantitatif yaitu panjang panjang seluruh tubuh 3.6 cm, panjang kepala 0.7 cm, panjang dada 1.5 cm, panjang sayap 2.8 cm, panjang antenna 5 cm, lebar kepala 1 cm, lebar abdomen 1 cm dan lebar sayap 1 cm (Hadi, 2012)

D. KlasifikasiKingdom : AnimaliaPillum : ArthropodaKelas : InsectaOrdo : OrthopteraFamilia : BlattellidaeGenus : PeriplanetaSpesies : Periplaneta sp.

A. Gambar LiteraturGambar PengamatanKeterangan

1

5423

1. Kepala (Caput)2. Sayap (Peteron)3. Dada (Toraks)4. Perut (Abdomen)5. Ekor (Candal)

B. Prosedur Kerja IdentifikasiProsedur kerja identifikasi pada praktikum insecta yaitu capung (Neurothemis sp.) yang di identifikasi sebelumnya di bius terlebih dahulu dengan menggunakan kloroform 70% kemudian melakukan pengamatan dengan cara identifikasi capung (Neurothemis sp.)secara kuantitatif dan kualitatif. Pengamatan Capung (Neurothemis sp.) dengan cara kualitatif capung (Neurothemis sp.) antara lain: bentuk tubuh, tipe antenna, tipe mulut, tipe tungkai/kaki, jumlah kaki, tipe mata dan jumlah Sayap.Sedangkan pengamatan Capung (Neurothemis sp.) secara kuantitatif antara lain: dengan cara mengukur panjang seluruh tubuh, panjang kepala, panjang dada, panjang sayap, panjang antenna, lebar kepala, lebar abdomen dan lebar sayap.

C. Deskripsi Capung (Neurothemis sp.)Capung (Neurothemis sp.) merupakan salah satu contoh serangga predator dari ordo Odonata. capung ini memiliki dua pasang sayap transparan berwarna kuning kecoklatan dan warna tubuhnya coklat. Stadium capung yang aktif menjadi predator yakni pada waktu imago. Capung biasanya hidup di daerah rawa-rawa dan kolam. Hama sasaran yang dapat diserang oleh predator ini adalah kutu Aphis sp., wereng dan penggerek padi.Capung (Odonata) mempunyai peranan penting pada ekosistem persawahan. Capung dapat berfungsi sebagai serangga predator, baik dalam bentuk nimfa maupun dewasa, dan memangsa berbagai jenis serangga serta organisme lain termasuk serangga hama tanaman padi. Capung (Odonata) juga memiliki karakter yang istimewa yaitu dapat melakukan perkawinan di udara dalam berbagai cara. Sebelum kawin, serangga jantan akan membengkokkan perutnya ke arah depan dan menyalurkan spermatozoa ke dalam organ seperti kantung kemih pada sternite kedua dari perut.Pengamatan capung (Neurothemis sp.) secara kuantitatif bentuk tubuh pada capung (Neurothemis sp.) oval, tipe antena, tipe mulut menggigit, tipe tungkai/kaki memanjang, jumlah kaki 3 pasang, tipe mata dan jumlah Sayap 2 pasang. Pengamatan capung (Neurothemis sp.) secara kuantitatif yaitu panjang seluruh tubuh 4.5 cm, panjang kepala 0.5 cm, panjang dada 1.2 cm, panjang sayap 3 cm, panjang antenna 0.1 cm, lebar kepala 0,5 cm, lebar abdomen 0.5 cm dan lebar sayap 1.5 cm (Ansori, 2008).

D. klasifikasiKingdom: Animalia Phylum: Arthropoda Class: Insecta Ordo: Odonata Family: Libellulidae Genus: Neurothemis Species: Neurothermis sp.

A. Gambar LiteraturGambar PengamatanKeterangan

1

432

1. Antenna 2. Kaki3. Dada (toraks)4. Sayap (Peteron)

B. Prosedur Kerja IdentifikasiProsedur kerja identifikasi pada praktikum insecta yaitu kumbang yang di identifikasi sebelumnya di bius terlebih dahulu dengan menggunakan kloroform 70% kemudian melakukan pengamatan dengan cara identifikasi kumbang secara kuantitatif dan kualitatif. Pengamatan kumbang dengan cara kualitatif kumbang antara lain: bentuk tubuh, tipe antenna, tipe mulut, tipe tungkai/kaki, jumlah kaki, tipe mata dan jumlah Sayap.Sedangkan pengamatan kumbang secara kuantitatif antara lain: dengan cara mengukur panjang seluruh tubuh, panjang kepala, panjang dada, panjang sayap, panjang antenna, lebar kepala, lebar abdomen dan lebar sayap.C. Dekripisi KumbangD. Klasifikasi

A. Gambar LiteraturGambar PengamatanKeterangan

6543211. Antenna2. Kepala (caput)3. Dada (toraks)4. Perut (abdomen)5. Tungkai/kaki6. Sayap (Peteron)

B. Prosedur Kerja IdentifikasiProsedur kerja identifikasi pada praktikum insecta yaitu kumbang yang di identifikasi sebelumnya di bius terlebih dahulu dengan menggunakan kloroform 70% kemudian melakukan pengamatan dengan cara identifikasi kumbang secara kuantitatif dan kualitatif. Pengamatan kumbang dengan cara kualitatif kumbang antara lain: bentuk tubuh, tipe antenna, tipe mulut, tipe tungkai/kaki, jumlah kaki, tipe mata dan jumlah Sayap.Sedangkan pengamatan kumbang secara kuantitatif antara lain: dengan cara mengukur panjang seluruh tubuh, panjang kepala, panjang dada, panjang sayap, panjang antenna, lebar kepala, lebar abdomen dan lebar sayap.

C. Deskripsi Belalang (Melanoplus differentialis) Melanoplus differentialis merupakan belalang yang memiliki tubuh berwarna coklat, serta memiliki 1 pasang antenna, 3 pasang kaki dan sepasang sayap. Banyak belalang yang berwarna cerah, warna ini merupakan tanda peringatan untuk musuhna, bahwa belalang bias menyemprotkan busa pelindung yang bau. Otot kaki belakang belalang sangat kuat dan di lututnya terdapat pegas. Belalang bias melompat sejauh 12 kali panjang badannya sendiri. Berarti sama dengan seorang anak melompati rumah.Pengamatan belalang (Melanoplus differentialis) secara kuantitatif bentuk tubuh pada belalang (Melanoplus differentialis) oval, tipe antena, tipe mulut menggigit, tipe tungkai/kaki memanjang, jumlah kaki 3 pasang, tipe mata dan jumlah Sayap 2 pasang. Pengamatan belalang (Melanoplus differentialis) secara kuantitatif yaitu panjang seluruh tubuh 2.3cm, panjang kepala 0.7 cm, panjang dada 0.7 cm, panjang sayap 2 cm, panjang antenna 0.7 cm, lebar kepala 0,3 cm, lebar abdomen 0.3 cm dan lebar sayap 0.3 cm (Suhara, 2009).

D. Klasifikasi Kingdom : AnimaliaFilum: ArthropodaKelas: InsectaOrdo: OrthopteraFamili: AcrididaeGenus : Melanoplus Species : Melanoplus differentiali

DAFTAR PUSTAKAAnsori, Irwandi., 2008, Keanekaragaman Nimfa Odonata (Dragonflies) Di Beberapa Persawahan Sekitar Bandung Jawa Barat. ITB, Bandung.

Hadi, K. U., 2012, Serangga Pengganggu Kesehatan, Fakultas Kedokteran Hewan IPB, Bandung.Suhara, 2009, Ensiklopedia Mini Hewan, Erlangga, Jakarta