LAPORAN INFUNDASI

37
LAPORAN PRAKTIKUM GALENIKA INFUNDASI Piper bettle oleh kelompok 6 1. Meyna Sulistyaningrum M3511037 2. Nina Anindyawati M3511040 3.Okky Mareta M3511042 4. Pebri Andriyanto M3511043 5. Pratiwi Hening P M3511044 6. Previ Rahma A M3511045 D3 FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Transcript of LAPORAN INFUNDASI

Page 1: LAPORAN INFUNDASI

LAPORAN PRAKTIKUM GALENIKA

INFUNDASI Piper bettle

oleh

kelompok 6

1. Meyna Sulistyaningrum M3511037

2. Nina Anindyawati M3511040

3. Okky Mareta M3511042

4. Pebri Andriyanto M3511043

5. Pratiwi Hening P M3511044

6. Previ Rahma A M3511045

D3 FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

2011

Page 2: LAPORAN INFUNDASI

LAPORAN PRAKTIKUM GALENIKA

INFUNDASI DAUN SIRIH

I. Tujuan

1. Mahasiswa diharapkan mampu membuat serbuk dengan derajat kehalusan

tertentu.

2. Mahasiswa diharapkan mampu memahami dan mampu melakukan penyarian

bahan alam dengan metode infundasi.

3. Mahasiswa diharapkan mampu melakukan kontrol kualitas terhadap ekstrak.

II. Dasar Teori Metode Ekstraksi

Obat tradisional bukan hal yang baru bagi masyarakat  Indonesia.

Sebelum obat-obat kimia berkembang secara modern, nenek moyang

kitaumumnya menggunakan obat-obatan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan

untuk mengatasi problem kesehatannya.

Dari tumbuhan obat tersebut dapat dibuat berbagai produk yang sangat

bermanfaat dalam menunjang industri obat tradisional, farmasi, makanan dan

minuman. Ragam bentuk hasil olahannya, antar lain berupa simplisia.

Simplisia adalah bahan baku alamiah yang digunakan untuk membuat ramuan

obat tradisional yang belum mengalami pengolahan pengeringan. Proses

pembuatan simplia pada prinsipnya meliputi tahap – tahap pencucian, pengecilan

ukuran dan pengeringan.

Penyarian (ekstraksi) adalah kegiatan penarikan zat yang dapat larut dari

bahan yang tidak larut dengan pelarut air. Simplisia yang didasari, mengandung

zat aktif yang dapat larut dan zat aktif yang tidak larut seperti serat karbohidrat,

protein dan lain –lain. Faktor yang mempengaruhi kecepatan penyarian adalah

kecepatan difusi zat yang larut melalui lapisan-lapisan batas antara penyari

dengan bahan yang mengandung zat tertentu. ( Anonim, 1989 )

Zat aktif yang terdapat dalam berbagai simplisia dapat digolongkan ke dalam

alkaloida, glikosida, flavonoid dan lain-lain. Struktur kimia yang berbeda – beda

dapat mempengaruhi kelarutan serta stabilitas senyawa-senyawa tersebut terhadap

Page 3: LAPORAN INFUNDASI

pemanasan logam berat, udara, cahaya dan derajat keasaman. Dengan

diketahuinya zat aktif yang dikandung simplisia akan mempermudah pemilihan

cairan penyari dan cara penyarian yang tepat. Penyarian disamping

memperhatikan sifat fisik simplisia dan sifat zat aktifnya, harus juga

memperhatikan zat-zat yang sering terdapat dalam simplisia seperti protein,

karbohidrat, lemak, dan gula poses penyarian dapat dipisahkan menjadi :

Pembuatan serbuk, Pembahasan, Penyarian dan Pemekatan. (Anonim, 1999)

Ekstraksi

Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan dari bahan padat maupun cair dengan

bantuan pelarut. Pelarut yang digunakan harus dapat mengekstrak substansi yang

diinginkan tanpa mlarutkan material yang lainnya. Ekstraksi merupakan proses

pemisahan suatu bahan dari campurannya, ekstraksi dapat dilakukan dengan

berbagai cara. Ekstraksi meggunakan pelarut didasarkan pada kelarutan

komponen lain dalam campuran (Suyitno, 1989).

Ekstraksi padat cair atau leaching adalah transfer difusi komponen terlarut dari

padatan inert ke dalam pelarutnya. Proses ini merupakan proses yang bersifat fisik

karena komponen terlarut kemudian dikembalikan lagi ke keadaan semula tanpa

mengalami perubahan kimiawi. Ekstraksi dari bahan padat dapat dilakukan jika

bahan yang diinginkan dapat larut dalam solven pengekstraksi. Ekstrasi

berkelanjutan diperlukan apabila padatan hanya sedikit larut dalam pelarut.

Namun sering juga digunakan padatan yang larut karena efektivitasnya. (Lucas,

Howard J, David Pressman. Principles and Practice In Organic Chemistry).

Faktor-faktor yang mempengaruhi laju ektraksi adalah tipe persiapan sample,

waktu ekstraksi, kuantitas pelarut, suhu pelarut, da tipe pelarut.

Infundasi

Infundasi adalah proses penyarian yang umumnya unuk menyari

kandungan zat aktif yang ada pada sediaan tanaman yang larut dalam air.

Penyarian adalah peristiwa memindahkan massa zat aktif yang semula berada di

dalam sel ditarik ole cairan penyari sehingga zat aktif larut dalam cairan penyari

Page 4: LAPORAN INFUNDASI

(Anonim, 1986). Sistem pelarut yang digunakan dalam ekstraksi harus dipilih

berdasarkan kemampuannya dalam melarutkan jumlah maksimal zat aktif dan

seminimal mungkin zat yang tidak digunakan. ( Ansel, 1989)

Farmakope Indonesia menetapkan untuk proses penyarian sebagai cairan

penyari digunakan air, etanol – air, eter. Penyarian pada pembuatan obat di

Indonesia masih terbatas pada penggunaan cairan penyari air, etanol atau etanol –

air. ( Anonim, 1979 )

Infusa adalah sediaan cair yang dibuat dengan cara menyari simplisia

dengan air pada suhu 900 C selama 15 menit. Penyarian dengan cara ini

menghasilkan sari yang tidak stabil dan mudah tercemar oleh kuman dan kapang.

Oleh sebab itu, sari yang diperoleh dengan cara ini tidak boleh dsimpan lebih dari

24 jam.

Infusa dibuat dengan membasahi bahan bakunya, biasanya dengan air dua

kali bobot bahannya. Penyaringannya dilakukan pada saat cairan masih panas

dengan kain flanel, kecuali bahan yang mudah menguap ( Anonim, 1986).

KONTROL KUALITAS EKSTRAK

Dalam perdagangan, kita tidak selalu memperoleh simplisia yang

sepenuhnya murni. Bahan asing yang tidak berbahaya dalam jumlah yang kecil

yang terdapat dalam simplisia ataupun yang ditambahkan atau juga dicampurkan,

pada umumnya tidak merugikan. Maka perlu dilakukan control kualitas ekstrak.

1. Kromatografi Lapis Tipis

Kromatografi ditemukan oleh Michael Tsweet, seorang ahli botani di

University Warsaw (Poland) pada tahun 1906. Kata kromatografi berasal dari

bahasa yunani yaitu “warna” dan “tulis”. Kromatografi terbentuk apabila terdapat

suatu fasa diam dan satu fasa bergerak. Fasa diam biasanya adalah padatan atau

cairan, sedangkan fasa bergerak biasanya adalah cairan atau gas. Setiap molekul

yang berbeda akan terserap kapada fasa pegun pada kekuatan yang berbeda. Pada

masa yang sama dua molekul yang berlainan juga mempunyai keterlarutan yang

berbeda dalam fasa bergerak. Kromatografi digunakan untuk memisahkan camprn

Page 5: LAPORAN INFUNDASI

dari suspensinya menjadi komponen-komponennya. Seluruh bentuk kromatografi

bekrja pada prinsip yang sama. Seluruh bentuk kromatografi mempunyai fase

diam(berupa padatan atau cairan yang didukung pada padatan) dan fase gerak

(cairan atau gas). Fase gerak mengalir melalui fase diam dan membawa

komponen-komponen dari campuran bersama-sama komponen-komponen yang

berbeda akan bergrak pada laju yang berbeda pula.

Kromatografi lapis tipis merupakan salah satu kromatografi yang berdasarkan

proses adsorbsi oleh fase diam dibawah gerakan pelarut pengembang. Pada

dasarnya KLT sangat mirip dengan kromatografi kertas terutama pada cara

pelaksanaannya. Perbedaannya terletak pada fase diam nya atau media

pemisahnya, yakni digunakan lapis tipis adsorben sebagai pengganti kertas.

Bahan adsorben sebagai fase diam dapat digunakan silica gel, alumina dan

serbuk selulosa. Partikel silikagel mengandung gugus hidroksil pada

permukaannya yang akan membentuk ikatan hydrogen dengan molekul polar air.

Fase diam untuk kromatografi lapis tipis seringkali juga mengandung substansi

yang mana dapat berpendarflour dalam sinar ultraviolet. Fase gerak merupakan

pelarut atau campuran pelarut yang sesuai. Fase bergerak (fase mobil) biasanya

digunakan pelarut campuran organic atau bisa juga campuran pelarut organic-

organik. (Djie, 2003)

Alat yang penggunaannya berdasarkan prinsip kromatografi adsoprsi yaitu

:

a. Kromatografi Kolom

Prinsip yang mendasari kromatografi kolom adsorpsi ialah bahwa

komponen – komponen dalam zat sampel yang harus diperiksa mempunyai

afinitas yang berbeda-beda terhadap adsorben dalam kolom. Apabila kita

mengalirkan cairan ( elutor ) secara kontinyu melalui kolom yang berisi zat

sampel yang telah diadsorpsikan oleh fase diam, maka yang pertama – tama

dielusikan elutor ialah komponen yang paling lemah terikat kepada adsorben (fase

diam). Komponen –komponen lainnya akan dielusi menurut urutan afinitasnya

Page 6: LAPORAN INFUNDASI

terhadap adsorben, sehingga terjadi pemisahan daripada komponen – komponen

tersebut (Underwood dkk, 2002).

b. Kromatografi Gas

Prinsip Kromatografi Gas adalah pemisahan solut-solut yang mudah

menguap (stabil terhadap panas) yang akan bermigrasi melalui kolom yang

mengandung fase diam dengan suatu kecepatan yang tergantung pada rasio

distribusinya.Pada umumnya solute akan terelusi berdasarkan pada peningkatan

titik didihnya,kecuali jika ada interaksi khusus antara solute dengan fase

diam.Pemisahan yang berdasarkan pada mekanisme adsorpsi adalah yang

digunakan fase diam berupa padatan atau kadang-kadang polimerik (Rohman dkk,

2010).

c. Kromatografi Lempeng Tipis

Kromatografi lapis tipis (KLT) adalah teknik yang sangat umum

digunakan dalam kimia sintetis untuk mengidentifikasi senyawa dan menentukan

kemurniannya. Kromatografi lapis tipis merupakan salah satu analisis kualitatif

dari suatu sampel yang ingin dideteksi dengan prinsip kerjanya memisahkan

komponen-komponen sampel berdasarkan perbedaan kepolaran antara sampel

dengan pelarut yang digunakan.Teknik ini biasanya menggunakan fase diam

berupa lapisan yang seragam pada bidang datar plat kaca, gelas atau aluminium

dengan penjerap berupa silica atau serbuk selulosa (padatan) dan fase geraknya

disesuaikan dengan jenis sampel yang ingin dipisahkan, dapat dipilih dari pustaka.

Larutan atau campuran larutan yang digunakan dinamakan eluen. Semakin dekat

kepolaran antara sampel dengan eluen maka sampel akan semakin terbawa oleh

fase gerak tersebut (Rohman dkk., 2010).

Uji Organoleoptis

Cara pemeriksaan dengan panca indera Meliputi bentuk, bau, rasa pada

lidah dan tangan Jangan melalui pendengaran terhadap bentuk, ukuran, warna

Page 7: LAPORAN INFUNDASI

bagian luar dan bagian dalam, retakan-retakan, gambaran susunan bahan berserat,

bergumpal, dan lain-lain (Anonim, 1980).

Bobot Jenis

Bobot jenis suatu zat adalah hasil yang diperoleh dengan membagi bobot

zat yang dengan bobot air, dalm piknometer. Kecuali dinyatakan lain dalam

monografi, keduanya ditetapkan pada suhu 250C. Kecuali dinyatakan lain dalam

masing-masing monografi, penetapan bobot jenis digunakan hanya untuk cairan,

dan kecuali dinyatakan lain, didasarkan pada perbandingan bobot zat diudara pada

suhu 250C terhadap bobot air dengan volume dan suhu yang sama. Bila suhu

ditetapkan dalam monografi, bobot jenis adalah perbandingan bobot zat di udara

pada suhu yang sama. Bila pada suhu 250C zat berbentuk padat, tetapkan bobot

jenis pada suhu yang telah tertera pada masing-masing monografi, dan mengacu

pada air pada suhu 250C (Anonim, 1979).

Penetapan susut pengeringan

Susut pengeringan adalah kadar bagian yang menguap suatu zat. Kecuali

dinyatakan lain, suhu penetapan adalah 1050C dan susut pengeringan ditetapkan

sebagai berikut: Timbang seksama 1 gram sampai 2 gram zat dalam botol timbang

dangkal bertutup yang sebelumnya telah dipanaskan pada suhu penetapan selama

30 menit dan telah ditara. Jika zat berupa hablur besar, sebelum ditimbang digerus

dengan cepat hingga ukuran butiran lebih kurang 2mm. Ratakan zat dalam botol

timbang dengan menggoyangkan botol, hingga merupakan lapisan setebal lebih

kurang 5mm sampai 10mm, masukkan ke dalam ruang pengering, buka tutpnya,

keringkan pada suhu penetapan hingga bobot tetap. Sebelum setiap penimbangan,

biarkan botol dalam keadaan tertutup mendingin dalam eksikator hingga suhu

kamar. Jika suhu lebur zat lebih rendah dari suhu penetapan, pengeringan

dilakukan pada suhu antara 50 dan 100 di bawah suhu leburnya selama satu sampai

dua jam kemudian pada suhu penetapan selama waktu yang ditentukan atau

hingga bobot tetap (Anonim, 1980).

Page 8: LAPORAN INFUNDASI

III. Alat dan Bahan

A. Alat dan bahan Infundasi

Alat

1. Blender 7. Kompor

2. Ayakan 8. Kain Flanel

3. Plastik 9. Kain Lap

4. Label 10. Geas Ukur

5. Panci Infus 11. Batang Pengaduk

6. Alumunium Foil 12. Pengorengan

Bahan

1. Simplisia tanaman Piper bettle

2. Air

B. Alat dan Bahan Kontrol Kualitas Ekstrak

Alat

1. Piknometer 10. Anak Timbang

2. Timbangan Digital 11. Batang Pengaduk

3. Termometer 12. Oven

4. Wadah Es 13. Sudip

5. Botol Timbang 14. Kompor

6. Glass Obyak 15. Penggorengan

7. Seperangkat alat uji kelengketan 16. Lemari Asam

8. Alat Penyemprot 17. Beaker Glas

9. Pipa Kapiler

Page 9: LAPORAN INFUNDASI

Bahan

1. Ekstrak kental Piper bettle

2. Infusa Piper bettle

3. N-heksane

4. Etil asetat

5. Silika GF254

6. Lampu UV254 dan UV366

7. Reagen serium sulfat, liebermen burchad, FeCl3, amonia

8. Air

9. Es Batu / air Es

IV. Cara Kerja

a. Pembuatan serbuk simplia

Dimasukkan

Dikeluarkan dan diayak

Dimasukkan

b. Infundasi

Ditimbang 20 gram

Blender

Ayakan

Plastik dan diberi label

Ayakan

Plastik dan diberi label

Simplisia Piper bettle

Ditimbang 20 gram

Blender

Ayakan

Plastik dan diberi label

Page 10: LAPORAN INFUNDASI

Dimasukkan ditambahkan

DimasukkanDitambahkan

Diperoleh

Diuji

c. Ekstraksi

Panci AAquades

Dipanaskan 15 menit dihitung mulai suhu dalam panci A 900 dan sesekali diaduk

Panci B Air Ledeng

Diukur volume infus yang didapat

Filtrat cairan infus

Infus diserkai saat dingin dengan kain flanel

Kontrol kualitas

Ekstrak cair dipekatkan ad kental

Penggorengan

Dipanaskan ad mengental sambil diaduk - adukDipanaskan ad mengental sambil diaduk - adukEkstrak kental simplisia

Cairan infus

Penggorengan

Dipanaskan ad mengental sambil diaduk - aduk

Ekstrak kental simplisia

Diukur volume infus yang didapat

Kontrol kualitas

Ekstrak cair dipekatkan ad kental

Filtrat cairan infus

Diukur volume infus yang didapat

Kontrol kualitas

Ekstrak cair dipekatkan ad kental

Infus diserkai saat dingin dengan kain flanel

Filtrat cairan infus

Diukur volume infus yang didapat

Kontrol kualitas

Ekstrak cair dipekatkan ad kental

Panci A

Dipanaskan 15 menit dihitung mulai suhu dalam panci A 900 dan sesekali diaduk

Panci B Air Ledeng

Infus diserkai saat dingin dengan kain flanel

Filtrat cairan infus

Diukur volume infus yang didapat

Kontrol kualitas

Ekstrak cair dipekatkan ad kental

Aquades Panci A

Dipanaskan 15 menit dihitung mulai suhu dalam panci A 900 dan sesekali diaduk

Panci B Air Ledeng

Infus diserkai saat dingin dengan kain flanel

Filtrat cairan infus

Diukur volume infus yang didapat

Kontrol kualitas

Ekstrak cair dipekatkan ad kental

Menyiapkan simplisia dengan derajat halus tertentu

Ditimbang serbuk simplia sebanyak 20 gram

Aquades Panci A

Dipanaskan 15 menit dihitung mulai suhu dalam panci A 900 dan sesekali diaduk

Panci B Air Ledeng

Infus diserkai saat dingin dengan kain flanel

Filtrat cairan infus

Diukur volume infus yang didapat

Kontrol kualitas

Ekstrak cair dipekatkan ad kental

Page 11: LAPORAN INFUNDASI

Dimasukkan

Diperoleh

KONTROL KUALITAS

Ekstrak kental simplisia

Page 12: LAPORAN INFUNDASI

a. Uji Susut Pengeringan

Dioven/dipanaskan

dimasukkan

b. Uji Parameter Bobot Jenis

Botol dikeluarkan dan didinginkan

Oven pada suhu 1050 selama 30 menit

2 g esktrak kental

Ekstrak kental

Dioven pada suhu 1050 selama 15 menit

Botol dikeluarkan dan didinginkan

Ditimbang

Dicatat beratnya

Perlakuan diatas diulangi sampai bobot tetap

ditimbang

Botol kosong

Ditimbang

Perlakuan diatas diulangi sampai bobot tetapPerlakuan diatas diulangi sampai bobot tetapPerlakuan diatas diulangi sampai bobot tetap

Dioven pada suhu 1050 selama 15 menit

Botol dikeluarkan dan didinginkan

Ditimbang

Dicatat beratnya

Ditimbang

Perlakuan diatas diulangi sampai bobot tetap

Botol kosong

Dioven pada suhu 1050 selama 15 menit

Botol dikeluarkan dan didinginkan

Ditimbang

Dicatat beratnya

Ditimbang

Perlakuan diatas diulangi sampai bobot tetap

2 g esktrak kentalBotol kosong

Dioven pada suhu 1050 selama 15 menit

Botol dikeluarkan dan didinginkan

Ditimbang

Dicatat beratnya

Ditimbang

Perlakuan diatas diulangi sampai bobot tetap

Ekstrak kentalditimbang

2 g esktrak kentalBotol kosong

Dioven pada suhu 1050 selama 15 menit

Botol dikeluarkan dan didinginkan

Ditimbang

Dicatat beratnya

Ditimbang

Perlakuan diatas diulangi sampai bobot tetap

Botol timbang

Botol dikeluarkan dan didinginkan

Oven pada suhu 1050 selama 30 menit

Ekstrak kentalditimbang

2 g esktrak kentalBotol kosong

Dioven pada suhu 1050 selama 15 menit

Botol dikeluarkan dan didinginkan

Ditimbang

Dicatat beratnya

Ditimbang

Perlakuan diatas diulangi sampai bobot tetap

Page 13: LAPORAN INFUNDASI

c. Uji Kelengketan

Diletakkan

Diberi

Dipisahkan

d. Uji Kromatografi Lapis Tipis

Piknometer Kosong

Ditimbang

Ditimbang

Diisi air diletakkan ad suhu 180C

Air dikeluarkan

Diganti dengan diisi cairan infus ad suhu 180C

Air dikeluarkan

Ditimbang

Diisi air diletakkan pada suhu kamar selama 5 menit

ditimbang

Cairan infus dikeluarkan

Diisi dengan cairan infus pada suhu kamar selama 5 menit

ditimbang

Cairan infus dikeluarkan

100 mg ekstrak kental

Obyek glas

Beban 1 kg selama 5 menit

Ditarik dengan sistem katrol dengan berat ttt dibantu penjepit

Dicatat waktunya ad terlepas

100 mg ekstrak kental

Obyek glas

Percobaan diatas dilakukan sebanyak 3x

Beban 1 kg selama 5 menit

Ditarik dengan sistem katrol dengan berat ttt dibantu penjepit

Dicatat waktunya ad terlepas

100 mg ekstrak kental

Obyek glas

Piknometer Kosong

Ditimbang

Ditimbang

Diisi air diletakkan ad suhu 180C

Air dikeluarkan

Diganti dengan diisi cairan infus ad suhu 180C

Air dikeluarkan

Ditimbang

Diisi air diletakkan pada suhu kamar selama 5 menit

ditimbang

Piknometer Kosong

Ditimbang

Ditimbang

Diisi air diletakkan ad suhu 180C

Air dikeluarkan

Diganti dengan diisi cairan infus ad suhu 180C

Air dikeluarkan

Ditimbang

Diisi air diletakkan pada suhu kamar selama 5 menit

Cairan infus dikeluarkan

ditimbang

Piknometer Kosong

Ditimbang

Ditimbang

Diisi air diletakkan ad suhu 180C

Air dikeluarkan

Diganti dengan diisi cairan infus ad suhu 180C

Air dikeluarkan

Ditimbang

Diisi air diletakkan pada suhu kamar selama 5 menit

Diisi dengan cairan infus pada suhu kamar selama 5 menit

Cairan infus dikeluarkan

ditimbang

Piknometer Kosong

Ditimbang

Ditimbang

Diisi air diletakkan ad suhu 180C

Air dikeluarkan

Diganti dengan diisi cairan infus ad suhu 180C

Air dikeluarkan

Ditimbang

Diisi air diletakkan pada suhu kamar selama 5 menit

Diisi dengan cairan infus pada suhu kamar selama 5 menit

Cairan infus dikeluarkan

ditimbang

Piknometer Kosong

Ditimbang

Ditimbang

Diisi air diletakkan ad suhu 180C

Air dikeluarkan

Diganti dengan diisi cairan infus ad suhu 180C

Air dikeluarkan

Ditimbang

Diisi air diletakkan pada suhu kamar selama 5 menit

Perlakuan diatas diulangi sebanyak 3x

ditimbang

Cairan infus dikeluarkan

Diisi dengan cairan infus pada suhu kamar selama 5 menit

Cairan infus dikeluarkan

ditimbang

Piknometer Kosong

Ditimbang

Ditimbang

Diisi air diletakkan ad suhu 180C

Air dikeluarkan

Diganti dengan diisi cairan infus ad suhu 180C

Air dikeluarkan

Ditimbang

Diisi air diletakkan pada suhu kamar selama 5 menit

Page 14: LAPORAN INFUNDASI

Dilarutkan

Ditotolkan

Dimasukkan Ditambahkan Ditambahkan

Diperiksa

Disemprot

Dilanjutkan disemprot

V. Hasil dan Pembahasan

Membuat garis dengan pensil pada

Megencerkan ekstrak dengan pelarut yang sesuai

Plat Silika GF254

Bejana Pengembangn-hekasane 1 ml

Etil asetat 3 ml

Tunggu hingga eluen naik samapai tanda

Diambil dan dikeringkan di oven selama 5 menit

Lampu UV254 dan UV366

Dengan serium (IV) sulfat

Diamati dan dicatat

Dengan cairan deteksi

Diamati dan dicatat

Dengan cairan deteksi

Diamati dan dicatat

Dengan cairan deteksi

Diamati dan dicatat

Dengan serium (IV) sulfat

Dengan cairan deteksi

Diamati dan dicatat

Lampu UV254 dan UV366

Dengan serium (IV) sulfat

Dengan cairan deteksi

Diamati dan dicatat

Tunggu hingga eluen naik samapai tanda

Diambil dan dikeringkan di oven selama 5 menit

Lampu UV254 dan UV366

Dengan serium (IV) sulfat

Dengan cairan deteksi

Diamati dan dicatat

Plat Silika GF254

Bejana Pengembangn-hekasane 1 ml

Etil asetat 3 ml

Tunggu hingga eluen naik samapai tanda

Diambil dan dikeringkan di oven selama 5 menit

Lampu UV254 dan UV366

Dengan serium (IV) sulfat

Dengan cairan deteksi

Diamati dan dicatat

Megencerkan ekstrak dengan pelarut yang sesuai

Plat Silika GF254

Bejana Pengembangn-hekasane 1 ml

Etil asetat 3 ml

Tunggu hingga eluen naik samapai tanda

Diambil dan dikeringkan di oven selama 5 menit

Lampu UV254 dan UV366

Dengan serium (IV) sulfat

Dengan cairan deteksi

Diamati dan dicatat

Membuat garis dengan pensil pada

kedua ujung plat

Megencerkan ekstrak dengan pelarut yang sesuai

Plat Silika GF254

Bejana Pengembangn-hekasane 1 ml

Etil asetat 3 ml

Tunggu hingga eluen naik samapai tanda

batas ad 7 cmDiambil dan dikeringkan di oven selama 5 menit

Lampu UV254 dan UV366

Dengan serium (IV) sulfat

Dengan cairan deteksi

Diamati dan dicatat

Page 15: LAPORAN INFUNDASI

A. Hasil Metode Ekstraksi

Metode Ekstraksi

- Berat Sampel : 40 gram

- Volume cairan yang digunakan : 480 mL

- Volume infus yang diperoleh : 364 mL

- Metode ekstraksi yang digunakan : Infundasi

- Berat sampel yang digunakan : 40 gram

- Cairan penyari : air/aquades

- Volume cairan penyari yang digunakan : 480 mL

- Volume sari yang diperoleh : 364 mL

- Cara penguapan : Diuapkan dengan

penggorengan

- Berat ekstrak kental yang diperoleh : 9 gram

B. Pembahasan Metode InfundasiInfundasi adalah proses penyarian untuk kandungan zat aktif yang larut

dalam air dari bahan-bahan nabati. Infusa adalah sediaan cair yang dibuat dengan

menyari simplisia dengan air ada suhu 900 selama 15 menit. Pada proses infundasi

kali ini menggunakan simplisia kering Piper betle (daun sirih). Zat yang

terkandung dalam daun ini adalah tanin, alkaloid, saponin, flavonoid, estragot, dll.

Morfologi dari atau ciri dari simplisia Piper betle ini adalah bentuk padat,

keriting, kering, hijau coklat agak tua, rasa pahit, bau khas, dan bagian yang

digunaka dalam hal ini adalah daunnya yang berbentuk simplisia.

Sebelum dilakukan proses perebusan, sampel simplisia diserbuk dahulu.

Caranya simplisia dimasukkan ke dalam blender diserbuk hingga derajat halus

tertentu kemudian diayak dengan pengayak sampai lolos semua partikel –

partikelnya jika belum lolos bisa kembali diserbuk dengan cara digerus dahulu di

dalam mortir atau kembali dimasukkan ke dalam blender. Tujuan dilakukannya

penyerbukan ini adalah untuk memperkecil ukuran partikel sehingga luas

permukaan lebih besar dan zat aktif yang tersari lebih banyak karena kontak

Page 16: LAPORAN INFUNDASI

dengan cairan penyari lebih besar. Kemudian serbuk simplisia ditimbang

sebanyak 40 gram.

Setelah dilakukan penyerbukan dan ditimbang pada proses penyarian

dengan metode infundasi ini serbuk Piper bettle dimasukkan ke dalam panci A

yaitu panci yang kecil ditambah dengan cairan penyari yaitu air. Digunakan

pelarut air karena memang sesuai literatur yang ada bahwa metode infundasi ini

dilakukan dengan menyari kandungan zat aktif yang larut dalam air.

Selain itu air dipertimbangkan sebagai penyari karena murah dan mudah

diperoleh, stabil, tidak mudah terbakar, tidak beracun, serta alamiah. Tetapi

meskipun air memliki keunggulan sebagai penyari, air juga memiliki kelemahan

diantaranya yaitu tidak selektif, sari dapat ditumbuhi kapang dan kuman sehinga

cairan infusa cepat rusak dan untuk proses pengeringan dipela waktu yang lama.

Dari beberpa kelemahan – kelemahan air sebagai penyari tersebut maka sari yang

diperoleh tidak boleh disimpan lebih dari 24 jam sebab penyarian dengan metode

infundasi menghasilkan sari yang tidak stabil dan mudah tercemar oleh kuman

dan kapang karena media yang digunakan adalah air yang sifatnya tidak selektif

dan mudah ditumbuhi kuman.

Air yang digunakan untuk melarutkan simplisia ini adalah harus dengan

perbandingan 1 : 10 sesuai dengan literatur (Van Duin, 1990). Dan karena yang

digunakan ini adalah simplisia kering maka masa air ditambah 2x bobot simplisia

keringnya karena simplisia kering ini menyerap air , penambahan ini bertujuan

untuk mengganti bobot air yang terserap oleh simplisia kering. Sehingga

diperoleh berat cairan penyari atau airnya adalah 480 mL. Panci A dimasukkan ke

dalam panci B yang diisi dengan air ledeng secukupnya terhitung suhu yang

berada dalam panci A mencapai 900C. Pada percobaan kali ini tidak ada

termometer maka caranya untuk mengetahui bahwa dalam panci A sudah

mencapai suhu 900C yaitu dengan 2 cara. Yang pertama apabila panci A langsung

dimasukkan ke dalam panci B maka otomatis setelah 10 menit suhu di dalam

panci A adalah 900C. Yang kedua apabila air di dalam panci B didihkan dahulu

baru panci A dimasukkan otomatis setelah 25 menit suhu di dalam panci A adalah

900C hal ini sesuai dengan literatur(Van Duin, 1990).

Page 17: LAPORAN INFUNDASI

Tetapi pada praktikum kali ini kami memilih cara kedua dengan mendidihan air di

dalam panci B terlebih dahulu. Setelah mencapai suhu 900C panci yang berisi

larutan simplisia direndam dengan air dingin selama beberapa menit agar larutan

didalamnya cepat dingin. Karena infusa ini diserkai saat dingin untuk

menghindari penguapan yang berlebihan dimana infusa Piper bettle mengandung

minyak atsiri yang tinggi. Setelah dingin diserkai melalui kain flanel dan

didapatkan volume infus yang diperoleh yaitu 364 mL. Apabila volume infus

belum memenuhi maka ditambahkan air mendidih melalui ampasnya dan

kemudian diserkai lagi dengan kain flanel begitu seterusnya samapi volume yang

dikehendaki.

Setelah diperoleh cairan infus 364 mL, dilakukan penguapan pertama yaitu

dengan cara diuapkan atau dipanaskan di atas penggorengan sambil sesekali

diaduk. Penguapan pertama ini bertujuan untuk mengurangi kadar air yang

tekandung dalam cairan infus. Sehinnga diperoleh ekstrak cair yang digunakan

untuk menghitung parameter bobot jenis sebagai kontrol kualitas yang akan

dijelaskan pada tahap kontrol kualitas.

Kemudian cairan infus dipekatkan lagi atau dikentalkan lagi dengan cara

diuapkan atau dipanaskan diatas penggorengan ad mengental sampai bentuknya

ekstrak kental. Setelah mengental hasil yang d dapat ditimbang sehingga diperoleh

berat ekstrak kental seberat 9 gram. Ekstrak kental ini digunakan untuk

melakukan uji kontrol kualitas yang meliputi susut pengeringan, uj kelengketan,

dan uji kromatografi lapis tipis. Parameter bobot jenisnya tidak digunakan ekstrak

kental tetapi menggunakan ekstrak cair karena ekstrak kental yang di dapat tidak

mencukupi untuk melakukan uji parameter bobot jenis.

A. Hasil Kontrol Kualitas Ekstrak

- Persen rendemen yang dihasilkan :

% = x 100%

Page 18: LAPORAN INFUNDASI

= x 100%

= 22,5 %

- Susut Pengeringan

Susut Pengeringan = x 100%

= 7 %

- Perhitungan Bobot Jenis ( ekstrak cair )

a. Pada Suhu 180C

mair = 6,38 gram

air = 1 ml/gram

minfus = 7,01 gram

vair = infus =

= =

= 6, 38 mL = 1,1 gram/mL

b. Pada Suhu kamar selama 5 menit

mair = 6,32 gram

Air = 1 mL/gram

minfus = 6,96 gram

vair = infus =

= =

= 6,32 mL = 1,1 gram/mL

Page 19: LAPORAN INFUNDASI

- Organoleptis

a. Bentuk : Massa kental atau ekstrak kental

b. Warna : Coklat tua kehitaman

c. Bau : Khas daun sirih

d. Rasa : Pahit

e. Konsistensi : Cairan kental

- Uji kelengketan

a. Pengujian I : 0,55 detik

b. Pengujian II : 0,75 detk

c. Pengujian III : 0,58 detik

Rata-rata waktu yang dibutuhkan =

=

= 0,63 detik

- Uji Kandungan Kimia dena KLT

a. Dengan dragendorff tidak terdapat kandungan organik.

b. Dengan serum 4 Sulfat tidak terdapat kandungan alkaloid.

B. Pembahasan Kontrol Kualitas

Setelah diperoleh hasil yang berupa ekstrak kental selanjutnya dilakukan

uji kontrol kualitas ekstrak yang bertujuan untuk mengetahui mutu ekstrak yang

dihasilkan. Cara yang digunakan untuk uji kontrol kualitas ekstrak yaitu ada

beberapa pengujian diantanya :

a. Menghitung Rendemen yang dihasilkan

Caranya yaitu bobot hasil simplisia ektrak kental dibagi dengan bobot

simplisia dikalikan dengan 100%. Dan diperoleh rendemen sebesar 22,5 %.

Page 20: LAPORAN INFUNDASI

b. Uji Susut Pengeringan

Pengujian ini dilakukan dengan tujuan untuk memberikan batas maksimal

tentang besarnya senyawa yang hilang pada proses pengeringan. Pengukuran sisa

zat setelah pengeringan pada temperatur 1050C selama 30 menit atau samapai

berat konstan, yang dinyatakan sebagai nilai persen. Dalam hal khusus (jika bahan

tidak mengandung minyak menguap/atsiri dan sisa pelarut organik menguap)

identik dengan kadar air, yaitu kandungan air karena berada di

atmosfir/lingkungan udara terbuka.

Cara pengujian ini adalah 1 gram ekstrak kental ditimbang dan

dimasukkan ke dalam botol timbang bertutup yang sebelumnya telah dipanaskan

pada suhu 1050C selama 30 menit dan ditara. Pemanasan botol timbang ini

bertujuan untuk menstabilkan botol timbang agar dalam pengovenan beratnya

konstan. Sebelum ditimbang ekstrak diratakan dalam botol timbang dengan

menggoyangkan botol hingga merupakan lapisan setebal ± 5 – 10 mm jika yang

diuji berupa ekstrak kental diratakan dengan bantuan pengaduk. Tujuan perataan

ekstrak dalam botol timbang ini adalah supaya pengeringannya cepat dan merata

ke semua ekstrak.

Kemudian dimasukkan ke dalam oven dengan tutup yang dibuka keringkan pada

suhu 1050C hingga bobotnya tetap.

Pada percobaan kali ini dilakukan pengeringan sebanyak 5x dengan sekali

pengeringan 15 menit. Hal ini dikarenakan ekstrak yang dikeringkan mengandung

air sehingga untuk mencapai kering membutuhkan waktu yang cukup lama.

Diperoleh hasil uji susut pengeringan ekstrak kental simplisia Piper bettle adalah

7%.

c. Uji Parameter Bobot Jenis

Bobot jenis adalah massa per satuan volume pada suhu kamar tertentu

250C yang ditentukan dengan alat khusus piknometer atau alat lainnya.

Tujuaannya yaitu memberikan batasan tentang besarnaya massa per satuan

Page 21: LAPORAN INFUNDASI

volume yang merupakan parameter khusus ekstrak cair sampai kental yang masih

bisa dituang dan memberikan gambaran kandungan kimia terlarut.

Caranya yaitu menggunakan piknometer bersih, kering dan telah

dikalibrasi dengan menetapkan bobot piknometer dan bobot air. Diatur hingga

suhu ekstrak 180C lalu dimasukkan ke dalam piknometer dan ditimbang.

Kurangkan botol piknometer kosong dari piknometer yang telah diisi. Bobot jenis

ekstrak cair adalah hasil yang diperoleh dengan membagi bobot ekstrak dengan

botol air, dalam piknometer pada suhu 180C. Selain itu juga dilakukan pengujian

bobot jenis pada suhu kamar yang didiamkan selama 5 menit dengan cara yang

sama seperti diatas. Tujuannya dilakukan pengujian pada 2 suhu yang berbeda

adalah untuk mengetahui apakah suhu mempengaruhi bobot jenis atau tidak. Dari

percobaan diatas didapatkan parameter bobot jenis ekstrak kental pada suhu 180C

adalah 1,1 gram/mL dan pada suhu kamar selama 5 menit adalah 1,1 gram/mL.

Dari hasil tersebut dapat dibuktikan bahwa suhu tidak berpengaruh pada bobot

jenis.

d. Uji Organoleptis

Pada uji organoleptis ini adalah pendeskripsian secara organoleptis dari

ekstrak yang telah diperoleh. Yaitu dihasilkan bentuk massa kental atau ekstrak

kental berwarna coklat tua kehitaman , baunya khas daun sirih, rasanya pahit,

dan berkonsistensi cairan kental.

e. Uji Kelengketan

Uji kelengketan merupakan uji untuk mengetahui konsistensi ekstrak

seberapa kekentalannya. Semakin tidak lengket menandakan penyarinya masih

tertinggal. Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengtahui absorbsi bahan

ekstrak terhadap suatu obat. Karena ekstrak ini nantinya akan dibuat sebagai

bahan obat. Pada prinsipnya percobaan ini adalah adalah sistem katrol. Caranya

yaitu meletakkan 0,1 gram ekstrak kental ke obyek glas kemudian ditutup dengan

obyek glass yang lain lalu diberi beban 1kg selama 5 menit. Setelah itu dipisahkan

dengan menarik sistem katrol dengan berat tertentu dengan bantuan penjepit,

Page 22: LAPORAN INFUNDASI

diamati dan dicata waktunya hingga kedua obyek glass terlepas. Sehingga

diperoleh rata-rata dari uji kelengketan ini adalah 0,63 detik.

Waktu yang dihasilkan dari uji kelengketan ini sangat cepat itu tandanya

ekstrak yang dihasilkan kurang kental karena pada proses pemekatan tidak tersari

sempurna dan cairan penyarinya masih terkandung dalam ekstrak kental. Juga

disebabkan pemekatan dilakukan dengan dipanasakan di atas penggorengan

sehingga zat aktifnya ikut menguap.

f. Uji Kandungan Kimia dengan Kromtografi Lapis Tipis (KLT)

KLT merupakan metode analisa kuantitatif pendeteksi golongan beberapa

senyawa kimia yang terkandung dalam suatu tanaman dengan menggunakan plat

silika GF254 dan pereaksi semprot srium (IV) sulfat dan pereaksi khusus. KLT ini

terdiri dari fase diam dan fase gerak. Yang menjadi fase diamnya adalah plat

silika GF 254 dan yang menjadi fase gerak adalah n-heksane dan etil asetat.

Digunakan fase gerak tersebut adalah karena n-hekasane bersifat nonpolar dan etil

asetat bersifat semipolar sehingga dapat melarutkan seyawa yang terkandung

dalam tanaman baik yang bersifat polar maupaun non polar karena telah terdapat

pelarut semi polar yaitu etil asetat.

Tahapan dari uji ini yaitu ekstrak diambil 5mg dan dilarutkan pada pelarut

yang sesuai kemudian ditotolkan pada plat silika GF254 yang telah digaris 1cm

pada kedua ujung kemudian ditotolkan dengan pipa kapiler. Lalu dimasukkan ke

dalam bejana pengembang yang berisi fase gerak yang sesuia yaitu n-heksane dan

etil asetat. Plat dikembangkan pada bejana pengembang hingga jarak

pengembangan 7 cm. Lalu dikeringkan di dalam oven selama 5 menit. Diperiksa

dibawah lampu UV254 dan UV366 setelah itu disemprot dengan serium (IV)

sulfat dan semprot dengan deteksi semprot spesifik. Hasilnya diamati dan dicatat.

Pada percobaan KLT ini tidak menunjukkan hasil reaksi yang positif. Hal

ini tidak sesuai literatur yang menunjukkan bahwa Piper bettle mengandung

beberapa senyawa diantaranya yaitu tanin, alkaloid, saponin, flavonoid, estragot,

Page 23: LAPORAN INFUNDASI

dll. Hal ini dikarenakan cairan infus Piper betle sudah tercemar oleh bakteri,

kapang, kuman, dan mikroba lainnya karena ekstrak ini disimpan lebih dar 24 jam

yaitu selama 3 minggu lebih. Sehingga menyebabkan zat-zat aktif yang

terkandung di dalamnya sudah rusak oleh bakteri dan menyebabkan reaksi yang

negatif pada setiap pengujian kandungan senyawa kimia.

VI. Kesimpulan

1. Infundasi adalah proses penyarian untuk menyari kandungan zat aktif yang

larut dalam air dari bahan – bahan nabati yaitu berupa sediaan cair yang

dibuat dengan menyari simplisia dengan air pada suhu 900C selama 15

menit

2. Dari percobaan diperoleh hasil rendemen ekstrak yaitu 22,5 %.

3. Pengujian susut pengeringan bertujuan untuk memberikan batas maksimal

tentang besarnya senyawa yang hilang pada proses pengeringan dan

diperoleh hasil uji susut pengeringan ekstrak kental simplisia Piper bettle

adalah 7%.

4. Uji parameter bobot jenis memberikan batasan tentang besarnaya massa

per satuan volume yang merupakan parameter khusus ekstrak cair sampai

kental yang masih bisa dituang dan memberikan gambaran kandungan

kimia terlarut dengan diperoleh bobot jenis infus yaitu 1,1 gram/mL.

5. Pada uji organoleptis dihasilkan bentuk massa kental atau ekstrak kental

berwarna coklat tua kehitaman , baunya khas daun sirih, rasanya pahit,

dan berkonsistensi cairan kental.

6. Uji kelengketan ini bertujuan untuk mengetahui absorbsi bahan ekstrak

terhadap suatu obat, dan diperlukan waktu 0,63 detik untuk

kelengketannya.

7. Pada uji kandungan kimia dengan Kromatografi Lapis Tipis tidak

menunjukkan adanya reaksi yang positif artinya tidak terdapat bercak yang

menunjukkan kandungan senyawa kimia, karena ekstrak sudah tercemar

oleh bakteri.

Page 24: LAPORAN INFUNDASI

VII. Daftar Pustaka

Anonim. 1986. Sediaan Galenik, 9-10. Direktorat Jenderal POM.

Departemen

Kesehatan Republik Indonesia : Jakarta.

Anonim. 1979. Farmakope Edisi III, 12. Departemen Kesehatan Republik

Indonesia : Jakarta.

Ansel, H. C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan farmasi, 605 – 612.

University

Indonesia Press : Jakarta.

Anonim, 1977, Farmakope Indonesia Edisi IV : Departemen KesehatanRepublik Indonesia

Anonim, 1980, Materia Medika Indonesia : Departemen Kesehatan Republik Indonesia

Anonim, 1999. Sediaan Galenika, Jakarta : Departemen Kesehatan

Republik Indonesia

Anonim, 1989. Ekstrak farmakope Indonesia, Materia Medika Indonesia,

Jakarta: Departemen Kesehatan ReblublikIndonesia

A.N.S., Thomas.1989.Tanaman Obat Tradisional 1.Yogyakarta: Kanisius

Anonim, 1989. Farmakope Indonesia Edisi IV, Jakarta : DEpertemen

KEsehatan Republik Indonesia

Rohman A.,dan Gandjar, I.G.2010. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Rahmawati, Rita, 2001. Kuliah Pengantar Galenika, Surakarta:

Universitas Sebelas Maret.

Mengetahui, Surakarta,11 April 2012

Asisten Pembimbing Praktikan,

Page 25: LAPORAN INFUNDASI

(KELOMPOK 6)

LAMPIRAN

Page 26: LAPORAN INFUNDASI