Laporan IHT Haris

43
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Perlindungan tanaman meliputi segala kegiatan perlindungan terhadap kerusakan pertanaman mulai dari tanam sampai diterima konsumen. Perlindungan tanaman menyangkut seluruh kegiatan pertanian dan peraturan hukum, ditinjau dari segi keuntungan produsen. Pengetahuan perlindungan tanaman dalam arti luas mempelajari gangguan karena penyakit, hama, gulma tanaman dan pengganggu abiotik serta cara penanggulangannya. Pertanian merupan usaha bercocok tanam yang penuh resiko. Hal tersebut dikarenakan adanya pengganggu dari jasad hidup atau sering disebut dengan jasad pengganggu. Djafaruddin (1996), membedakan jasad pengganggu menjadi hama, penyakit dan gulma. 1.2 Tujuan Praktikum Tujuan kegiatan praktikum antara lain sebagai berikut: 1. Mahasiswa mampu mengidentifikasi gejala-gejala serangan hama. 2. Mahasiswa mengenali jenis-jenis hama yang umum menyerang tanaman budidaya dilapangan. 1

Transcript of Laporan IHT Haris

Page 1: Laporan IHT Haris

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Perlindungan tanaman meliputi segala kegiatan perlindungan terhadap

kerusakan pertanaman mulai dari tanam sampai diterima konsumen.

Perlindungan tanaman menyangkut seluruh kegiatan pertanian dan peraturan

hukum, ditinjau dari segi keuntungan produsen. Pengetahuan perlindungan

tanaman dalam arti luas mempelajari gangguan karena penyakit, hama, gulma

tanaman dan pengganggu abiotik serta cara penanggulangannya.

Pertanian merupan usaha bercocok tanam yang penuh resiko. Hal

tersebut dikarenakan adanya pengganggu dari jasad hidup atau sering disebut

dengan jasad pengganggu. Djafaruddin (1996), membedakan jasad

pengganggu menjadi hama, penyakit dan gulma.

1.2 Tujuan Praktikum

Tujuan kegiatan praktikum antara lain sebagai berikut:

1. Mahasiswa mampu mengidentifikasi gejala-gejala serangan hama.

2. Mahasiswa mengenali jenis-jenis hama yang umum menyerang tanaman

budidaya dilapangan.

3. Mahasiswa menyerap pengetahuan dan pengalaman petani dalam metode

pengendalian dan pemberantasan hama yang biasa digunakan oleh

petani.

4. Mahasiswa mengetahui dan membandingan antara teori yang

diterimanya dengan fakta dilapangan.

1.3 Manfaat Praktikum

1. Mahasiswa mampu mengidentifikasi gejala-gejala serangan hama.

2. Mahasiswa mengenali jenis-jenis hama yang umum menyerang tanaman

budidaya dilapangan.

1

Page 2: Laporan IHT Haris

3. Mahasiswa menyerap pengetahuan dan pengalaman petani dalam metode

pengendalian dan pemberantasan hama yang biasa digunakan oleh

petani.

4. Mahasiswa mengetahui dan membandingan antara teori yang

diterimanya dengan fakta dilapangan.

2

Page 3: Laporan IHT Haris

BAB II.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Umum

Salah stu factor penyebab gagal panen dialami oleh petani adalah karena

serangan Hama pada tanaman budidaya. Hama merupakan Organisme

Pengganggu Tanaman (OPT) yang menjadi Vektor penyakit.

Hama ialah jasad pengganggu yang merupakan sejenis makhluk hidup

yang termasuk kedalam kelompok hewan. Jenis hama dapat dikelompokan

menjadi 6 (enam) kelompok, antara lain :

- Serangga (insecta) misalnya walang sangit, wereng dan lain-lain.

- Binatang menyusui (mamalia) misalnya babi, tikus dan lain-lain.

- Binatang lunak (mollusca) misalnya keong emas, bekicot dan lain-lain.

- Kaki delapan (acarina) misalnya tungau.

- Kaki seribu (thrimp) misalnya luing.

- Burung (aves) misalnya pipit.

Pengendalian OPT tersebut di atas yang terbaik adalah preventif

dibandingkan kuratif. Pengendalian secara preventif dapat berhasil manakala

petani sering mengunjungi tanaman yang diusahakan. Di samping itu,

pengetahuan tentang biologi hama dan identifikasinya yang akurat merupakan

prasyaratan bagi keberhasilan suatu usaha pengendalian jasad pengganggu

tanaman.

Permasalahn timbulnya gangguan atau kerusakan oleh jasad pengganggu

tanaman dipengaruhi oleh 5 (lima) faktor utama, yaitu : manusia, tanaman inang,

hama, lingkungan dan waktu

Hama dapat dikelompokan dalam beberapa kategori berdasarkan tipe kerusakan

yang ditimbulkannya, yaitu sebagai berikut :

- Penghilang tegakan

- Pemakan jaringan

- Penghisap asimilat

- Pereduksi tingkat fotosintesis

3

Page 4: Laporan IHT Haris

- Pereduksi penyinaran

- Pemacu senesan daun

- Pereduksi turgor

Metode pengendalian OPT seperti metode menanam varietas yang tahan, kultur

teknik,hayati/biologis, perundangan atau karantina, serta bahan kimia berbahaya

atau pestisisda yang dapat diterapkan ,disesuikan dengan karakteristik biologi

hama tanamannya, bagian tanaman yang diserang, fase pertumbuhan tanaman

dan pertimbangan sosio-kultural masyarakat setempat. Namun secara umum,

prinsip-prinsip pengendalian jasad pengganggu tanaman tersebut dapat dibagi

menjadi 4 (empat) yaitu : 1).Eksekusi 2). Eradikasi 3). Proteksi 4).

Immunisasi.

2.2. Pencegahan Hama

Untuk mencegah serangan hama dapat dilakukan beberapa langkah berikut :

1. Rotasi tanaman dengan menanam tanaman lain yang bukan inang.

2. Pengolahan tanah yang baik

3. Melindungi musuh alami hama (Predator) dengan menyediakan habitat yang

cocok serta menghindari penggunaan pestisida berbahan aktif yang bersifat

racun yang dapat membunuh predator

4. Menyiapkan Biodinamik dari stone meal serta penggunaan mulsa pada

tanaman

5. Pengembalaan hewan ternak seperti bebek yang dapat memakan serangga.

2.3. Morfologi Umum Hama

Untuk mengenal berbagai jenis binatang yang dapat berperan sebagai

hama, maka sebagai langkah awal dalam kuliah dasar - dasar Perlintan akan

dipelajari bentuk atau morfologi, khususnya morfologi luar (external

morphology) binatang penyebab hama. Namun demikian, tidak semua sifat

morfologi tersebut akan dipelajari dan yang dipelajari hanya terbatas pada

morfologi “penciri” dari masing-masing golongan. Hal ini bertujuan untuk

mempermudah dalam melakukan identifikasi atau mengenali jenis - jenis hama

yang dijumpai di lapangan. Dunia binatang (Animal Kingdom) terbagi menjadi

4

Page 5: Laporan IHT Haris

beberapa golongan besar yang masing-masing disebut Filum. Dari masing-

masing filum tersebut dapat dibedakan lagi menjadi golongan - golongan yang

lebih kecil yang disebut Klas. Dari Klas ini kemudian digolongkan lagi menjadi

Ordo (Bangsa) kemudian Famili (suku), Genus (Marga) dan Spesies (jenis).

Beberapa filum yang anggotanya diketahui berpotensi sebagai hama tanaman

adalah Aschelminthes (nematoda), Mollusca (siput), Chordata (binatang

bertulang belakang), dan Arthropoda (serangga, tunggau, dan lain - lain). Dalam

uraian berikut akan dibicarakan secara singkat tentang sifat-sifat morfologi luar

anggota filum tersebut.

2.3.1. Filum Aschelminthes

Anggota filum Aschelminthes yang banyak dikenal berperan sebagai

hama tanaman (bersifat parasit) adalah anggota klas Nematoda. Namun, tidak

semua anggota klas Nematoda bertindak sebagai hama, sebab ada di antaranya

yang berperan sebagai nematoda saprofag serta sebagai nematoda predator

(pemangsa), yang disebut terakhir ini tidak akan dibicarakan dalam uraian -

uraian selanjutnya.

Secara umum ciri - ciri anggota klas Nematoda tersebut antara lain

Adalah:

* Tubuh tidak bersegmen (tidak beruas)

* Bilateral simetris (setungkup) dan tidak memiliki alat gerak

* Tubuh terbungkus oleh kutikula dan bersifat transparan.

Untuk pembicaraan selanjutnya, anggota klas nematoda yang bersifat

saprofag digolongkan ke dalam nematoda non parasit dan untuk kelompok

nematoda yang berperan sebagai hama tanaman dimasukkan ke dalam golongan

nematoda parasit.

Ditinjau dari susunannya, maka bentuk stylet dapat dibedakan menjadi

dua tipe, yaitu tipe stomatostylet dan odonostylet. Tipe stomatostylet tersusun

atas bagian - bagian conus (ujung), silindris (bagian tengah) dan knop stylet

(bagian pangkal). Tipe stylet ini dijumpai pada nematoda parasit dari ordo

Tylenchida.

5

Page 6: Laporan IHT Haris

Tipe odonostylet dijumpai pada nematoda parasit dari ordo Dorylaimida, yang

styletnya tersusun atas conus dan silindris saja. Beberapa contoh dari nematoda

parasit ini antara lain adalah :

a. Meloidogyne sp. yang juga dikenal sebagai nematoda “puru akar” pada

tanaman tomat, lombok, tembakau dan lain - lain.

b. Hirrschmanieella oryzae (vBrdH) pada akar tanaman padi sawah.

c. Pratylenchus coffae (Zimm) pada akar tanaman kopi.

2.3.2. Filum Mollusca

Dari filum Mollusca ini yang anggotanya berperan sebagai hama adalah

dari klas Gastropoda yang salah satu jenisnya adalah Achatina fulica Bowd atau

bekicot, Pomacea ensularis canaliculata (keong emas). Binatang tersebut

memiliki tubuh yang lunak dan dilindungi oleh cangkok (shell) yang keras. Pada

bagian anterior dijumpai dua pasang antene yang masing-masing ujungnya

terdapat mata. Pada ujung anterior sebelah bawah terdapat alat mulut yang

dilengkapi dengan gigi parut (radula). Lubang genetalia terdapat pada bagian

samping sebelah kanan, sedang anus dan lubang pernafasan terdapat di bagian

tepi mantel tubuh dekat dengan cangkok/shell.

Bekicot atau siput bersifat hermaprodit, sehingga setiap individu dapat

menghasilkan sejumlah telur fertil. Bekicot aktif pada malam hari serta hidup

baik pada kelembaban tinggi. Pada siang hari biasanya bersembunyi pada

tempat-tempat terlindung atau pada dinding-dinding bangunan, pohon atau

tempat lain yang tersembunyi.

2.3.3. Filum Chordata

Anggota Filum Chordata yang umum dijumpai sebagai hama tanaman

adalah dari klas Mammalia (Binatang menyusui). Namun, tidak semua binatang

anggota klas Mammalia bertindak sebagai hama melainkan hanya beberapa jenis

(spesies) saja yang benar - benar merupakan hama tanaman. Jenis - jenis tersebut

antara lain bangsa kera (Primates), babi (Ungulata), beruang (Carnivora),

musang (Carnivora) serta bangsa binatang pengerat (ordo rodentina). Anggota

6

Page 7: Laporan IHT Haris

ordo Rodentina ini memiliki peranan penting sebagai perusak tanaman, sehingga

secara khusus perlu dibicarakan tersendiri, yang meliputi keluarga bajing dan

tikus.

1. Keluarga Bajing (fam. Sciuridae)

Ada dua jenis yang penting, yaitu Callossciurus notatus Bodd. dan C.

nigrovittatus yang keduanya dikenal dengan nama “bajing”. Jenis pertama

dijumpai pada daerah - daerah di Indonesia dengan ketinggian sampai 9000 m di

atas permukaan laut. Sedang jenis C. nigrovittatus dapat dijumpai di Jawa,

Kalimantan, dan Sumatera pada daerha dengan ketinggian sampai 1500 m.

Jenis bajing ini umumnya banyak menimbulkan kerusakan pada tanaman

kelapa namun beberapa jenis tanaman buah kadang - kadang juga diserangnya.

Gejala serangan hama bajing pada buah kelapa tampak terbentuknya lubang

yang cukup lebar dan tidak teratur dekat dengan ujung buah, sedang jika yang

menyerang tikus maka lubang yang terbentuk lebih kecil serta tampak lebih

teratur / rapi.

2. Keluarga tikus (fam. Muridae)

Ada beberapa jenis yang diketahui banyak menimbulkan kerusakan

antara lain, tikus rumah (Rattus - rattus diardi Jent); tikus pohon (Rattus - rattus

tiomanicus Muller), serta tikus sawah (Rattus-rattus argentiver_Rob.&Kl). Tikus

rumah dikenal pula sebagai tikus hitam karena warna bulunya hitam keabu -

abuan atau hitam kecoklatan. Panjang tubuh sampai ke kepala antara 11 - 20 cm

dan panjang ekor biasanya lebih panjang daripada panjang tubuh + kepala.

Jumlah puting susunya ada 10 buah.

Tikus pohon memiliki ukuran tubuh yang hampir sama dengan tikus

rumah. Bulu tubuh bagian ventral putih bersih atau kadang - kadang agak keabu-

abuan. Panjang ekor biasanya lebih panjang daripada panjang tubuh + kepala.

Jumlah putting susunya ada 10 buah.

Tikus sawah memiliki ciri - ciri tubuh antara lain bulu - bulu tubuh

bagian ventral berwarna keabu-abuan atau biru keperakan. Panjang ekor

biasanya sama atau lebih pendek daripada panjang tubuh + kepala. Pada

7

Page 8: Laporan IHT Haris

pertumbuhan penuh panjang tubuhnya antara 16 - 22 cm serta jumlah puting

susu ada 12 buah.

2.3.4. Filum Arthropoda

Merupakan filum terbesar di antara filum - filum yang lain karena lebih

dari 75 % dari binatang-binatanag yang telah dikenal merupakan anggota dari

filum ini. Karena itu, sebagian besar dari jenis-jenis hama tanaman juga

termasuk dalam filum Arthropoda.

Anggota dari filum Arthropoda yang mempunyai peranan penting

sebagai hama tanaman adalah klas Arachnida (tunggau) dan klas Insecta atau

Hexapoda (serangga).

1. Klas Arachnida

Tanda - tanda morfologi yang khas dari anggota klas Arachnida ini adalah:

a. Tubuh terbagi atas dua daerah (region), yaitu cephalothorax (gabungan

caput dan thorax) dan abdomen.

b. Tidak memiliki antene dan mata facet.

c. Kaki empat pasang dan beruas - ruas.

Dalam klas Arachnida ini, yang anggotanya banyak berperan sebagai hama

adalah dari ordo Acarina atau juga sering disebut mites (tunggau).

Morfologi dari mites ini antara lain, segmentasi tubuh tidak jelas dan

dilengkapi dengan bulu - bulu (rambut) yang kaku dan cephhalothorax

dijumpai adanya empat pasang kaki.

Alat mulut tipe penusuk dan pengisap yang memiliki bagian - bagian satu

pasang chelicerae (masing - masing terdidi dari tiga segmen) dan satu pasang

pedipaalpus. Chelicerae tersebut membentuk alat seperti jarum sebagai

penusuk. Beberapa jenis hama dari ordo Acarina antara lain adalah :

- Tetranychus cinnabarinus Doisd. atau hama tunggau merah / jingga pada

daun ketela pohon.

- Brevipalpus obovatus Donn. (tunggau daun teh).

- Tenuipalpus orchidarum Parf. (tunggau merah pada anggrek).

8

Page 9: Laporan IHT Haris

2. Klas Insekta (Hexapoda / serangga)

Anggota beberapa ordo dari klas Insekta dikenal sebagai penyebab hama

tanaman, namun ada beberapa yang bertindak sebagai musuh alami hama

(parasitoid dan predator) serta sebagai serangga penyerbuk.

Secara umum morfologi anggota klas Insekta ini adalah:

a. Tubuh terdiri atas ruas - ruas (segmen) dan terbagi dalam tiga daerah,

yaitu caput, thorax dan abdomen.

b. Kaki tiga pasang, pada thorax.

c. Antene satu pasang.

d. Biasanya bersayap dua pasang, namun ada yang hanya sepasang atau

bahkan tidak bersayap sama sekali.

Memahami pengetahuan morfologi serangga tersebut sangatlah penting,

karena anggota serangga pada tiap - tiap ordo biasanya memiliki sifat

morfologi yang khas yang secara sederhana dapat digunakan untuk mengenali

atau menentukan kelompok serangga tersebut. Sifat morfologi tersebut juga

menyangkut morfologi serangga stadia muda, karena bentuk-bentuk serangga

muda tersebut juga memiliki ciri yang khas yang juga dapat digunakan dalam

identifikasi.

Bentuk-bentuk serta ciri serangga stadia muda tersebut secara khusus

kakan dibicarakan pada uraian tentang Metamorfose serangga, sedang uraian

singkat tentang morfologi “penciri” pada beberapa ordo penting klas Insekta

akan diberikan pada uraian selanjutnya. Berdasarkan sifat morfologinya,

maka larva dan pupa serangga dapat dikelompokkan sebagai berikut :

1. Tipe larva

a. Polipoda, tipe larva ini memiliki ciri antara lain tubuh berbentuk silindris,

kepala berkembang baik serta dilengkapi dengan kaki abdominal dan kaki

thorakal. Tipe larva ini dijumpai pada larva ngengat / kupu (Lepidoptera)

b. Oligopoda, tipe larva ini dapat dikelompokkan menjadi : Campodeiform

dan Scarabaeiform,

9

Page 10: Laporan IHT Haris

c. Apodus (Apodous), tipe larva ini memiliki badan yang memanjang dan

tidak memiliki kaki. Kepala ada yang berkembang baik ada yang tidak. Tipe

larva ini dijumpai pada anggota ordo Diptera dan familia Curculionidae

(Coleoptera).

2. Tipe pupa

Perbedaan bentuk pupa didasarkan pada kedudukan alat tambahan

(appendages), seperti calon sayap, calon kaki, antene dan lainnya. Tipe pupa

dikelompokkan menjadi tiga tipe :

a. Tipe obtecta, yakni pupa yang memiliki alat tambahan (calon) melekat

pada tubuh pupa. Kadang-kadang pupa terbungkus cocon yang dibentuk dari

liur dan bulu dari larva.

b. Tipe eksarat, yakni pupa yang memiliki alat tambahan bebas (tidak

melekat pada tubuh pupa ) dan tidak terbungkus oleh cocon.

c. Tipe coartacta, yakni pupa yang mirip dengan tipe eksarat, tetapi eksuviar

tidak mengelupas (membungkus tubuh pupa). Eksuviae mengeras dan

membentuk rongga untuk membungkus tubuh pupa dan disebut puparium.

Tipe pupa obtecta dijumpai pada anggota ordo Lepidoptera, pupa eksarat

pada ordo Hymenoptera dan Coleoptera, sedang pupa coartacta pada ordo

Diptera.

Morfologi Beberapa Ordo Serangga yang Penting

a. Ordo Orthoptera (bangsa belalang)

Sebagian anggotanya dikenal sebagai pemakan tumbuhan, namun ada

beberapa di antaranya yang bertindak sebagai predator pada serangga lain.

Anggota dari ordo ini umumnya memilki sayap dua pasang. Sayap depan

lebih sempit daripada sayap belakang dengan vena - vena menebal /

mengeras dan disebut tegmina. Sayap belakang membranus dan melebar

dengan vena-vena yang teratur. Pada waktu istirahat sayap belakang melipat

di bawah sayap depan. Alat - alat tambahan lain pada caput antara lain : dua

buah (sepasang) mata facet, sepasang antene, serta tiga buah mata sederhana

10

Page 11: Laporan IHT Haris

(occeli). Dua pasang sayap serta tiga pasang kaki terdapat pada thorax. Pada

segmen (ruas) pertama abdomen terdapat suatu membran alat pendengar

yang disebut tympanum. Spiralukum yang merupakan alat pernafasan luar

terdapat pada tiap - tiap segmen abdomen maupun thorax. Anus dan alat

genetalia luar dijumpai pada ujung abdomen (segmen terakhir abdomen).

Ada mulutnya bertipe penggigit dan penguyah yang memiliki bagian-bagian

labrum, sepasang mandibula, sepasang maxilla dengan masing - masing

terdapat palpus maxillarisnya, dan labium dengan palpus labialisnya.

Metamorfose sederhana (paurometabola) dengan perkembangan

melalui tiga stadia yaitu telur ---> nimfa ---> dewasa (imago). Bentuk nimfa

dan dewasa terutama dibedakan pada bentuk dan ukuran sayap serta ukuran

tubuhnya.

Beberapa jenis serangga anggota ordo Orthoptera ini adalah :

- Kecoa (Periplaneta sp.)

- Belalang sembah / mantis (Otomantis sp.)

- Belalang kayu (Valanga nigricornis Drum.)

b. Ordo Hemiptera (bangsa kepik) / kepinding

Ordo ini memiliki anggota yang sangat besar serta sebagian besar

anggotanya bertindak sebagai pemakan tumbuhan (baik nimfa maupun

imago). Namun beberapa di antaranya ada yang bersifat predator yang

mingisap cairan tubuh serangga lain. Umumnya memiliki sayap dua pasang

(beberapa spesies ada yang tidak bersayap). Sayap depan menebal pada

bagian pangkal (basal) dan pada bagian ujung membranus. Bentuk sayap

tersebut disebut Hemelytra. Sayap belakang membranus dan sedikit lebih

pendek daripada sayap depan. Pada bagian kepala dijumpai adanya sepasang

antene, mata facet dan occeli.Tipe alat mulut pencucuk pengisap yang terdiri

atas moncong (rostum) dan dilengkapi dengan alat pencucuk dan pengisap

berupa stylet. Pada ordo Hemiptera, rostum tersebut muncul pada bagian

anterior kepala (bagian ujung). Rostum tersebut beruas - ruas memanjang

yang membungkus stylet. Pada alat mulut ini terbentuk dua saluran, yakni

saluran makanan dan saluran ludah.

11

Page 12: Laporan IHT Haris

Metamorfose bertipe sederhana (paurometabola) yang dalam

perkembangannya melalui stadia : telur ---> nimfa ---> dewasa. Bnetuk

nimfa memiliki sayap yang belum sempurna dan ukuran tubuh lebih kecil

dari dewasanya.

Beberapa contoh serangga anggota ordo Hemiptera ini adalah :

- Walang sangit (Leptorixa oratorius Thumb.)

- Kepik hijau (Nezara viridula L)

- Bapak pucung (Dysdercus cingulatus F)

c. Ordo Homoptera (wereng, kutu dan sebagainya)

Anggota ordo Homoptera memiliki morfologi yang mirip dengan ordo

Hemiptera. Perbedaan pokok antara keduanya antara lain terletak pada

morfologi sayap depan dan tempat pemunculan rostumnya.

Sayap depan anggota ordo Homoptera memiliki tekstur yang homogen, bisa

keras semua atau membranus semua, sedang sayap belakang bersifat

membranus. Alat mulut juga bertipe pencucuk pengisap dan rostumnya

muncul dari bagian posterior kepala. Alat-alat tambahan baik pada kepala

maupun thorax umumnya sama dengan anggota Hemiptera.

Tipe metamorfose sederhana (paurometabola) yang perkembangannya

melalui stadia : telur ---> nimfa ---> dewasa. Baik nimfa maupun dewasa

umumnya dapat bertindak sebagai hama tanaman.

Serangga anggota ordo Homoptera ini meliputi kelompok wereng dan

kutu-kutuan, seperti :

- Wereng coklat (Nilaparvata lugens Stal.)

- Kutu putih daun kelapa (Aleurodicus destructor Mask.)

- Kutu loncat lamtoro (Heteropsylla sp.).

d. Ordo Coleptera (bangsa kumbang)

Anggota - anggotanya ada yang bertindak sebagai hama tanaman, namun

ada juga yang bertindak sebagai predator (pemangsa) bagi serangga lain.

Sayap terdiri dari dua pasang. Sayap depan mengeras dan menebal serta

tidak memiliki vena sayap dan disebut elytra. Apabila istirahat, elytra seolah

12

Page 13: Laporan IHT Haris

- olah terbagi menjadi dua (terbelah tepat di tengah-tengah bagian dorsal).

Sayap belakang membranus dan jika sedang istirahat melipat di bawah sayap

depan. Alat mulut bertipe penggigit-pengunyah, umumnya mandibula

berkembang dengan baik. Pada beberapa jenis, khususnya dari suku

Curculionidae alat mulutnya terbentuk pada moncong yang terbentuk di

depan kepala.

Metamorfose bertipe sempurna (holometabola) yang perkembangannya

melalui stadia : telur ---> larva ---> kepompong (pupa) ---> dewasa (imago).

Larva umumnya memiliki kaki thoracal (tipe oligopoda), namun ada

beberapa yang tidak berkaki (apoda). Kepompong tidak memerlukan pakan

dari luar (istirahat) dan bertipe bebas / libera.

Beberapa contoh anggotanya adalah :

- Kumbang badak (Oryctes rhinoceros L)

- Kumbang janur kelapa (Brontispa longissima Gestr)

- Kumbang buas (predator) Coccinella sp.

e. Ordo Lepidoptera (bangsa kupu/ngengat)

Dari ordo ini, hanya stadium larva (ulat) saja yang berpotensi sebagai

hama, namun beberapa diantaranya ada yang predator. Serangga dewasa

umumnya sebagai pemakan/pengisap madu atau nektar. Sayap terdiri dari

dua pasang, membranus dan tertutup oleh sisik - sisik yang berwarna - warni.

Pada kepala dijumpai adanya alat mulut seranga bertipe pengisap, sedang

larvanya memiliki tipe penggigit. Pada serangga dewasa, alat mulut berupa

tabung yang disebut proboscis, palpus maxillaris dan mandibula biasanya

mereduksi, tetapi palpus labialis berkembang sempurna.

Metamorfose bertipe sempurna (Holometabola) yang

perkembangannya melalui stadia : telur ---> larva ---> kepompong --->

dewasa. Larva bertipe polipoda, memiliki baik kaki thoracal maupun

abdominal, sedang pupanya bertipe obtekta.

Beberapa jenisnya antara lain :

- Penggerek batang padi kuning (Tryporiza incertulas Wlk)

- Kupu gajah (Attacus atlas L)

13

Page 14: Laporan IHT Haris

- Ulat grayak pada tembakau (Spodoptera litura)

f. Ordo Diptera (bangsa lalat, nyamuk)

Serangga anggota ordo Diptera meliputi serangga pemakan

tumbuhan, pengisap darah, predator dan parasitoid. Serangga dewasa hanya

memiliki satu pasang sayap di depan, sedang sayap belakang mereduksi

menjadi alat keseimbangan berbentuk gada dan disebut halter. Pada

kepalanya juga dijumpai adanya antene dan mata facet.

Tipe alat mulut bervariasi, tergantung sub ordonya, tetapi umumnya

memiliki tipe penjilat-pengisap, pengisap, atau pencucuk pengisap.

Pada tipe penjilat pengisap alat mulutnya terdiri dari tiga bagian yaitu :

- bagian pangkal yang berbentuk kerucut disebut rostum

- bagian tengah yang berbentuk silindris disebut haustellum

- bagian ujung yang berupa spon disebut labellum atau oral disc.

Metamorfosenya sempurna (holometabola) yang perkembangannya

melalui stadia : telur ---> larva ---> kepompong ---> dewasa. Larva tidak

berkaki (apoda_ biasanya hidup di sampah atau sebagai pemakan daging,

namun ada pula yang bertindak sebagai hama, parasitoid dan predator. Pupa

bertipe coartacta.

Beberapa contoh anggotanya adalah :

- lalat buah (Dacus spp.)

- lalat predator pada Aphis (Asarcina aegrota F)

- lalat rumah (Musca domesticaLinn.)

- lalat parasitoid (Diatraeophaga striatalis).

g. Ordo Hymenoptera (bangsa tawon, tabuhan, semut)

Kebanyakan dari anggotanya bertindak sebagai predator / parasitoid

pada serangga lain dan sebagian yang lain sebagai penyerbuk. Sayap terdiri

dari dua pasang dan membranus. Sayap depan umumnya lebih besar

daripada sayap belakang. Pada kepala dijumpai adanya antene (sepasang),

14

Page 15: Laporan IHT Haris

mata facet dan occelli. Tipe alat mulut penggigit atau penggigit-pengisap

yang dilengkapi flabellum sebagai alat pengisapnya.

Metamorfose sempurna (Holometabola) yang melalui stadia : telur->

larva--> kepompong ---> dewasa. Anggota famili Braconidae, Chalcididae,

Ichnemonidae, Trichogrammatidae dikenal sebagai tabuhan parasit penting

pada hama tanaman.

Beberapa contoh anggotanya antara lain adalah :

- Trichogramma sp. (parasit telur penggerek tebu / padi).

- Apanteles artonae Rohw. (tabuhan parasit ulat Artona).

- Tetratichus brontispae Ferr. (parasit kumbang Brontispa).

h. Ordo Odonata (bangsa capung / kinjeng)

Memiliki anggota yang cukup besar dan mudah dikenal. Sayap dua

pasang dan bersifat membranus. Pada capung besar dijumpai vena - vena

yang jelas dan pada kepala dijumpai adanya mata facet yang besar.

Metamorfose tidak sempurna (Hemimetabola), pada stadium larva

dijumpai adanya alat tambahan berupa insang dan hidup di dalam air.

Anggota-anggotanya dikenal sebagai predator pada beberapa jenis serangga

keecil yang termasuk hama, seperti beberapa jenis trips, wereng, kutu loncat

serta ngengat penggerek batang padi.

15

Page 16: Laporan IHT Haris

BAB III

METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1. Waktu Dan Tempat

Praktikum ilmu hama tumbuhan dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 11

Desember 2010, Pukul 15.00. Tempat praktikum berlokasi di areal budidaya

tanaman sayuran Kelompok Tani Makmur Abadi yang beralamat di Jalan

Pendidikan, Gg. Arjuna Kembar, Sangatta, Kutai Timur.

3.2. Bahan Dan Alat

3.2.1. Bahan

- Tanaman budidaya

- Hama yang menyerang tanaman

3.2.1. Alat

- Peralatan Tulis menulis

- Kamera

3.3. Prosedur Praktikum

Praktikum dilakukan langsung dilapangan pada lokasi areal budidaya tanaman

(Kebun) dengan melalui metode pengtamatan langsung Morfologi dan Biologi

hama, Gejala-gejala serangan yang ditimbulkan oleh hama, Tingkat Kerusakan,

serta cara pengendalian hama yang dilakukan oleh petani. Selain itu, juga

dilakukan sesi Tanya jawab kepada petani.

16

Page 17: Laporan IHT Haris

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Dari hasil pengamatan hama pada beberapa komoditas tanaman sayur yang

dibudidayakan oleh petani pada areal Kelompok Tani Makmur Abadi,

teridentifikasi beberapa jenis hama yang menyerang tanaman. Seperti yang

tampak pada table dibawah ini;

No Jenis Komoditas Jenis Hama Di

Temukan

Tingkat Serangan

Rin

gan

Seda

ng

Bera

t

1 Sawi (Brassica Juncea) Belalang √

Ulat √

2 Tomat (Lycopersicum

Esculentum)

Trip √

3 Buncis (Paseolus Vulgaris) Ulat Grayak √

4 Jagung (Zea Mays) Ulat Penggerek

Batang

5 Ketimun (Cucumis Sativum) Kepik Hijau √

6 Gambas (Luffa acutangula L.) Oteng-oteng √

Tabel Hasil Pengamatan

2.1 Pembahasan

2.1.1. Ulat

Salah satu hama dari jenis serangga yang menyerang hamper semua jenis

tanaman sayur adalah Ulat. Larva dari kupu-kupu ini bias menggagalkan

panen dengan menyerang daun, buah, dan umbi. Ulat yang sering

menyerang tanaman sayuran adalah dari jenis Helicoverpa sp. Dan

Spodoptera Litura F.

Tanaman sayuran yang terserang ulat ditandai dengan gejala umum,

daunnya berlubang-lubang serta buah membusuk, sehingga tidak dapat

dikonsumsi. Selain itu juga ditandai dengan adanya kotoran ulat berupa

butiran kecil berwarna hijau kehitaman pada daun dan sekeliling tanaman.

17

Page 18: Laporan IHT Haris

Beberapa contoh hama ulat yang ditemukan pada areal budidaya Kelompok

Tani Makmur Abadi diantaranya:

a. Ulat Grayak (Mythima Separata-Leucania umipunctata)

(Lepidoptera:Noctuidae)

Morfologi:

Telurnya ditutupi oleh bulu berwarna coklat seperti sawo. Larva

muda berwarna kehijauan dsengan bintik hitam pada bagian Abdomen.

Larva tua berwarna abu-abu gelap atau coklat dengan lima garis

memanjang sepanjang badan berwarna kuning coklat atau kehijauan.

Umumnya larva mempunyai bintik hitam arah lateral pada setiap ruas

abdomen. Pupa berwarna coklat kemerah-merahan dan panjangnya

sekitar 16 mm> Ngengat berwarna abu-abu. Sayap depan berwarna

coklat atau keperak-perakan. Sayap belakang berwarna keputih-putihan

dengan noda hitam.

Ngengat betina meletakkan telur secara berkelompok pada bagian

bawah daun. Kadang-kadang pada bagian permukaan daun atas atau

kotiledon. Ngengat betina mampu menghasilkan 4 – 8 kelompok telur

yang terdiri dari kurang lebih 2000 butir. Inkubasi telur 2-4 hari. Larva

yang baru menetas untuk sementara tinggal disekitar kulit telur dan

memakan epidermis bagian bawah daun. Pada awalnya larva merusak

secara bergerombol dan setelah daun pada rumpun habis maka larva

mulai berpencar. Lama stadia larva 13-16 hari dan mengalami lima

instar. Pupa terbentuk dalam tanah dengan lama stadia pupa 9 hari.

Perkembangan ulat grayak; (a) kelompok telur, (b) larvainstar IV, (c) larva instrar VI, (d) pupa, dan (e) imago.

18

Page 19: Laporan IHT Haris

Gejala Serangan

Larva serangga ini menyerang buncis pada fase vegetative dan

generative (sepanjang polong). Serangganya dapat merusak daun cukup

berat dimana daun tinggal tulang-tulangnya. Kerusakan akibat larva

muda yang makan secara bergerombol, meninggalkan tulang daun dan

epidermis bagian atas. Larva dewasa makan daun muda bersama

tulangnya dan pada daun tua tulang-tulangnya masih tersisa. Selain

merusak daun, larva juga merusak polong muda. Apabila populasi tinggi

dapat merusak seluruh tanaman. Serangan berat umumnya terjadi pada

musim kemarau.

Pengendalian

1. Tanam serempak dengan jeda tidak lebih 10 hari

2. Secara mekanik mengumpulkan kelompok telur dan larva instar awal

yang masih bergerombol lalu dibakar.

3. Pergiliran tanaman bukan inang.

4. Penggunaan musuh alami yang berupa parasitoid telur dan larva dan

juga ditemukan adanya pathogen. Musuh alami tersebut antara lain:

Apanteles sp, Brachymeria sp, Bracon sp, Charops Longiventris,

Chelomes sp, Eupletus sp, Microplitis manila, Nyotobia sp, dan

Telenomus spodopterae.

5. Aplikasi insektisida setelah hama mencapai ambang ekonomi.

b. Ulat Penggerek Batang (Ostrinia-Pyrausta furnacalis)

(Lepidoptera: Pyralidae)

Morfologi:

Bentuk telur pipih agak oval mengkilap. Pada waktu baru saja di

letakkan berwarna putih kekuningan dan kemudian akan menjadi hitam

pada waktu menetas. Larva yang baru menetasd berwarna ungu, bagian

kepala berwarna coklat atau hitam, dibagian abdomen ada bintik

sirkuler. Larva yang tumbuh sempurna berwarna krem atauputih kotor.

19

Page 20: Laporan IHT Haris

Pupanya menyerupai gelondongan dan meruncing pada bagian posterior.

Warnanya coklat cerah sampai coklat gelap. Pada bagian posterior

terdapat dua kremaster yang menyerupai jarum. Ngengat berwarna coklat

kekuningan, panjang tubuh 12-14 mm dan rentang sayap mencapai 30

mm. Bagian ujung sayap berwarna coklat gelap dan pada bagian lain

terdapat garis-garis mengkilap. Ngengat betina lebih gemuk. Pada bagian

distal dan apical sayap depan terdapat dua garis zigzag yang gelap dan

tampak pada saat ngengat beristirahat.

Serangga betina yang sudah dewasa meletakkan telur secara

berkelompok sebanyak 10-40 butir dibawah daun. Selama hidupnya yang

sekitar satu minggu mampu menghasilkan 500-1500 butir telur. Stadia

telur 3-10 hari. Larva instar awal pada mulanya makan daun sebelah

bawah. Selanjutnya larva membuat gerekan pada tulang daun. Pada instar

berikutnya membuat gerekan pada batang, biasanya dekat dengan batang

ruas dan menggerek kea rah bawah. Dalam satu lubang gerekan sering

terdapat banyak larva. Stadia larva berkisar antara 3-4 minggu. Pupa

diselimuti kokon di tanah atau batang dekat dengan lubang gerekan.

Serangga aktif pada malam hari dan dapat terbang sampai beberapa

kilometer. Serangga dewasa mampu hidup 10 – 24 hari.

Gejala Serangan

Serangan pada tanaman jagung mengakibatkan batang menjadi

lemah dan mudah patah akibat tiupan angin. Larva membuat gerekan

didalam batang dan membuat terowongan didalamnya. Larva juga

merusak buah jagung. Bila tanaman tidak patah, umumnya menjadi kecil

dan biji yang terbentuk hanya sedikit. Hama penggerek merah jambu

(Sesamea inferens), gejala yang diakibatkan sama dengan penggerek

batang sehingga pemantauan dan pengendaliannya hamper sama.

Pengendalian

1. Pengendalian pada pratanam, yaitu dengan sanitasi sisa-sisa tanaman

jagung. Pengolahan tanah (tanah dibalik)

20

Page 21: Laporan IHT Haris

2. Tanam serentak dan tidak menanam jagung dua kali pada lahan yang

sama.

3. Penggunaan parasitoid telur Trichogramma spp, Parasitoid larva

Xanthopimpla etenimta, Predator dermapterans (cecopet).

4. Pengendalian dilakukan apabila serangan mengkhawatirkan atau

telah mencapai ambang ekonomi. Pengendalian dilakukan pada fase

vegetative sampai pembentukan biji.

c. Kepik Hijau (Nezara viridula L) (Hemiptera: Pentatomidae)

Morfologi:

Telurnya berbentuk tong, pada awalnya berwarna putih lalu

berubah merah jambu, ukurannya 1,2-0,75 mm. Nimfa memiliki warna

yang bervariasi, hitam, putih, dan merah. Kepik berwarna hijau, kadang-

kadang berwarna coklat kemerahan, berukuran 15 x 8 mm

Kepik betina meletakkan telur dalam kelompok 50-60 butir dalam

susunan seperti rakit pada permukaan bawah daun. Jumlah telur

keseluruhannya mencapai kurang lebih 1.100 butir. Nimfa mempunyai

lima instar. Nimfa yang baru menetas tetap tinggal berkelompok didalam

kelompok telur dan tidak makan. Nimfa instar dua mulai menyebar dan

mulai makan, terutama pada biji atau buah yang sedang tumbuh. Stadia

telur dan nimfa sekitar delapan minggu

Gejala Serangan

Kepik dan Nimfa menusuk buah-buahan yang sedang

berkembang, menyebabkan kematian local yang berupa bercak-bercak

pada buah. Serangan pada buah muda akan menyebabkan buah

berlubang. Pada saat hama menghisap buah sering disertai masuknya

jamur pathogen sehingga mengakibatkan buah membusuk.

Pengendalian

1. Tidak menanam ketimun pada lahan yang terserang kepik hijau

21

Page 22: Laporan IHT Haris

2. Pengendalian alami, banyak kelompok telur kepik hijau yang

terparasit yang dicirikan dengan kelompok telur berwarna hitam

keabu-abuan

3. Aplikasi insektisida setelah populasi hama mencapai ambang

batas ekonomi pada tanaman setelah berumur 45 HST.

2.1.2. Belalang (Valanga Nigricornis)

Morfologi:

Belalang (Valanga Nigricornis) memiliki ciri morfologi yaitu berbentuk

bulat memanjang, berwarna coklat kehijauan, mempunyai caput,mata, antena,

thorax, abdomen, mandibula, tiga pasang tungkai, dan sayap.

Belalang pedang (Sexava sp.) memiliki tipe mulut penggigit dan penguyah,

kepala (Caput) yang terdapat antena, dada (Toraks), perut (Abdomen),

terdapat tiga pasang tungkai dan memiliki sayap. nimfa berukuran 7 cm

sampai 9 cm, berwarna hijau kadang-kadang coklat. Masa perkembangan 40

hari.

Siklus Perkembangbiakan Belalang

Siklus Hidup Belalang

22

Page 23: Laporan IHT Haris

Gejala Serangan

Gejala serangannya pada daun tanaman yaitu merusak daun tua dan

dalam keadaan terpaksa juga merusak daun muda, kulit buah dan bunga-

bunga. Pada daun nampak berlubang-lubang.

Pengendalian

1. Tanam serentak

2. Pengendalian dengan insektisida dilakukan apabila serangan

mengkhawatirkan atau telah mencapai ambang ekonomi.

3. Pengendalian dengan musuh alami.

2.1.3. Thrip (Thrips parvispinus Karny.)

Morfologi

Nimfa berwarna pucat, keputihan / kekuningan, instar 1 dan 2

aktif dan tidak bersayap. Nimfa yang tidak aktif berada di permukaan

tanah sekitar tanaman. Perkembangan pupa menjadi trips muda

meningkat pada kelembaban relatif rendah dan suhu relatif tinggi. Daur

hidup sekitar 20 hari, di dataran rendah 7 – 12 hari. Hidup berkelompok.

Biasanya Thrips muda ini gerakannya masih sangat lambat dan

pergerakannya hanya terbatas pada tempat dimana dia memperoleh

makanan. Nimfa terdiri dari empat instar, dan Instar pertama sudah mulai

menyerang tanaman. sayap baru akan terlihat pada masa pra-pupa. Daur

hidup sekitar 7-12 hari

Thrips memiliki panjang tubuh sekitar + 1 mm, serangga ini

tergolong sangat kecil namun masih bisa dilihat dengan mata telanjang.

Thrips biasanya menyerang bagian daun muda dan bunga. Serangan

paling parah biasanya terjadi pada musim kemarau, namun tidak

menutup kemungkinan pada saat musim hujan bisa juga terjadi serangan.

23

Page 24: Laporan IHT Haris

Thrips dapat berkembang biak secara generatif (kawin) maupun

vegetatif melalui proses Phartenogenesis, misalnya thrips yang

mengalami phartenogenesis adalah Thrips tabaci yang menyerang

tembakau. Perkembangbiakan secara phartenogenesis akan menghasilkan

serangga-serangga jantan. Menurut Kalshoven (1981) bahwa imago

betina Thrips dapat meletakkan telur sekitar 15 butir secara berkelompok

kedalam jaringan epidhermal daun tanaman dengan masa inkubasi telur

sekitar 7 hari. Telur dari hama ini berbentuk oval atau bahkan mirip

seperti ginjal pada manusia, imago betina akan memasukkkan telurnya ke

dalam jaringan epidhermal daun dengan bantuan ovipositornya yang

tajam. Ukuran telurnya sangat kecil maka sering tak terlihat dengan mata

telanjang. Telur ini diletakkannya dalam jumlah yang besar,dengan rata-

rata 80 butir tiap induk. letak telur akan mudah diketahui dengan

memperhatikan bekas tusukan pada bagian tanaman tersebut dan

biasanya disekitar jaringan tersebut terdapat pembengkakan. Telur-telur

ini akan menetas sekitar 3 atau 7 hari setelah pelatakan oleh imago

betina( Direktorat Perlindungan Tanaman, 1992).

Hama Thrip

Gejala Serangan

Pada permukaan daun akan terdapat bercak-bercak yang

berwarna putih seperti perak. Hal ini terjadi karena masuknya udara ke

dalam jaringan sel-sel yang telah dihisap cairannya oleh hama Thrips

24

Page 25: Laporan IHT Haris

tersebut. Apabila bercak-bercak tersebut saling berdekatan dan akhirnya

bersatu maka daun akan memutih seluruhnya mirip seperti warna perak.

Lama kelamaan bercak ini akan berubah menjadi warna coklat dan

akhirnya daun akan mati. Daun-daun cabai yang terserang hebat maka

tepinya akan menggulung ke dalam dan kadang-kadang juga terdapat

bisul-bisul. Kotoran-kotoran dari Thrips ini akan menutup permukaan

daun sehingga daun menjadi hitam. Jadi pada umumnya bagian tanaman

yang diserang oleh Thrips ini adalah pada daun, kuncup, tunas yang baru

saja tumbuh, bunga serta buah yang masih muda ( Setiadi, 2004 ).

Pengendalian

Tidak menanam berbagai jenis tanaman inang diatas dengan

lokasi yang berdekatan. Hal ini untuk menghindari terjadinya

perpindahan hama Thrips dari komoditi yang satu ke komoditi yang lain,

sehingga menyulitkan dalam hal pengendaliannya atau bahkan bisa

menyebabkan kerusakan produksi- hasil.

2.1.4. Kutu Kuya (Aulocophora similis Oliver)

Morfologi

Kutu Kuya (Aulocophora similis Oliver) biasa juga di sebut

Oteng-oteng merupakan Kumbang daun berukuran 1 cm dengan sayap

kuning polos dan mengkilap. Kumbang ini aktif pada senja dan malam

hari. Bersifat pemangsa segala jenis tanaman (Polifag). Dapat berpindah

dari satu tanaman ke tanaman lain dengan cara terbang.

Kutu Kuya / Oteng-oteng

25

Page 26: Laporan IHT Haris

Gejala Serangan

Merusak dan memakan daging daun sehingga daun bolong; pada

serangan berat, daun tinggal tulangnya.

Pengendalian

1. Melakukan pergiliran tanaman (Rotasi)

2. Waktu tanam serempak (Bersamaan).

3. Penyemprotan Insektisida Natural BVR atau PESTONA

bilamana serangan telah melewati ambang ekonomi.

26

Page 27: Laporan IHT Haris

BAB V

PENUTUP

2.2. Kesimpulan

Pada praktikum Ilmu Hama Tumbuhan diareal budidaya sayuran kelompok

tani Makmur Abadi, teridentifikasi beberapa jenis hama dari golongan serangga

yaitu; Ulat grayak (Spodoptera litura F), Ulat penggerek batang (Omphisa

anastomosalis), Ulat hijau ( ), Berlalang (Caelifera).

Hama yang menyerang tanaman budidaya petani pengendaliannya

dilakukan secara kimiawi dengan menyemprotkan insektisida. Tingkat serangan

hama ringan hingga sedang sehingga masih dapat dikendalikan. Serangan hama

masih dalam batas toleransi, dan belum sampai merugikan.

2.3. Saran

1. Penggunaan pestisida berbahan aktif kimia sebaiknya dikurangi bila

perlu ditiadakan karena tingkat serangan hama masih dapat dikendalikan

dan belum sampai merugikan.

2. Ada baiknya petani mulasi mencoba penggunaan pestisida nabati dalam

pengendalian hama pada tanaman budidaya.

3. Perlu adanya sosialisasi intensif dalam pengendalian hama, penanaman

tanaman perangkap, tanaman repelan, dan tanaman inang alternative.

27

Page 28: Laporan IHT Haris

DAFTAR PUSTAKA

.

DR.Ir.Suharto,M.Sc. Pengenalan dan Pengendalian Hama Tanaman Pangan. Jember:

CV Andi Offset, 2007

Melly Manuhutu & Bernard T. Wahyu w. Panduan Bertanam Sayur Organik. Jakarta:

PT Agro Media Pustaka,2005

Redaksi Agromedia. Panduan Lengkap Budidaya dan Bisnis Cabai. Jakarta: PT Agro

Media Pustaka,2008

28

Page 29: Laporan IHT Haris

LAMPIRAN

29

Page 30: Laporan IHT Haris

30