Laporan Igd 8 Case1

15
HAEMOPTOE + TB PARU Oleh : Danae Kristina Natasia SMF REHABILITASI MEDIK DAN KEDOKTERAN EMERGENCY

description

guygfi7

Transcript of Laporan Igd 8 Case1

CSS Gigitan Ular Berbisa

HAEMOPTOE + TB PARUOleh :Danae Kristina Natasia

SMF REHABILITASI MEDIK DAN KEDOKTERAN EMERGENCY

PENDAHULUANBatuk merupakan reflek pertahanan yang timbul akibat iritasi percabangan trakeobronkial. Kemampuan untuk batuk merupakan mekanisme yang penting untuk membersihkan saluran napas bagian bawah. Batuk juga merupakan gejala tersering penyakit pernapasan. 1Batuk darah (hemoptisis) adalah darah atau dahak bercampur darah yang dibatukkan yang berasal dari saluran pernafasan bagian bawah (mulai glotis ke arah distal). Batuk darah adalah suatu keadaan menakutkan / mengerikan yang menyebabkan beban mental bagi penderita dan keluarga penderita sehingga menyebabakan takut untuk berobat ke dokter. Batuk darah merupakan suatu gejala atau tanda suatu penyakit infeksi. Volume darah yang dibatukkan bervariasi dan dahak bercampur darah dalam jumlah minimal hingga masif, tergantung laju perdarahan dan lokasi perdarahan.2PENDAHULUANBatuk darah atau hemoptisis adalah ekspektorasi darah akibat perdarahan pada saluran napas di bawah laring, atau perdarahan yang keluar melalui saluran napas bawah laring.

Batuk darah lebih sering merupakan tanda atau gejala penyakit dasar sehingga etiologi harus dicari melalui pemeriksaan yang lebih teliti.

Batuk darah masif dapat diklasifikasikan berdasarkan volume darah yang dikeluarkan pada periode tertentu.

Batuk darah masif memerlukan penanganan segera karena dapat mengganggu pertukaran gas di paru dan dapat mengganggu kestabilan hemodinamik penderita sehingga bila tidak ditangani dengan baik dapat mengancam jiwa.2KASUS

KASUS2.1 IDENTITASIdentitas penderitaNama : Tn. HJenis kelamin: Laki-lakiUsia: 39 tahunAlamat: Ds. ManuhingPekerjaan: Swasta

2.2 ANAMNESISAnamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada 9 Juli 2015.1. Keluhan utama: Batuk darah2. Riwayat penyakit sekarang: Pasien datang dengan keluhan batuk darah. Pasien mengeluh batuk darah sejak pagi hari. Darah berwarna merah bergumpal dan banyak, setiap pasien batuk akan mengeluarkan darah. Keluhan serupa sebelumnya disangkal. BAB Hitam disangkal. Sesak napas disangkal, batuk (+), pasien masih dalam pengubatan TB Paru sudah berjalan selama 5 bulan menuju bulan ke 6 pengobatan3. Riwayat penyakit dahulu: Riwayat pengobatan TB Paru, Riw HT, DM dan jantung disangkal.KASUS

KASUSIV. PEMERIKSAAN PENUNJANG9 Juli 2015GDS135 mg/dLHB14,7 g/dLHematokrit43,1%Trombosit220.000/uLLeukosit4.950/uLKASUSIV. PEMERIKSAAN PENUNJANG9 Juli 2015

KASUSIV. PEMERIKSAAN PENUNJANG9 Juli 2015

KASUSV. DIAGNOSA a. Diagnosa BandingHaemoptoe e.c Infeksi TB ParuHaematemesisb. Diagnosa klinisHaemoptoe e.c Infeksi TB Paru

VI. USULAN PEMERIKSAANBronkoskopiDL ulang 12 jamKASUSVII. PENATALAKSANAANO2 Nasal Canul 3 LpmInf. NaCl 0,9% 20 tpmInj. Asam Traneksamat 3 x 500mg (IV)Inj. Ranitidin 2 x 50mg (IV)Po :OBH 3 x C1OAT

VIII. PROGNOSISQuo ad vitam: dubiaQuo ad functionam: dubiaQuo ad sanationam: dubiaKESIMPULANKasus ini merupakan kasus yang termasuk dalam priority sign yaitu pasien datang diantar keluarga dengan keluhan batuk darah. Pasien diberi label Kuning. Tata laksana awal pada pasien ini adalah ditempatkan di ruangan non-bedah. Berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang yang dilakukan, pasien ini saat ini didiagnosa dengan Haemoptoe e.c Infeksi TB Paru. Dari anamnesa didapatkan adanya keluhan batuk darah yang terjadi serta dari pemeriksaan fisik ditemukan adanya ronkhi pada kedua lapang paru. Dalam penegakkan diagnosa haemoptoe, perlu diketahui penyebab dari batuk darah yang dialami pasien. KESIMPULANUntuk mengetahui penyebab batuk darah kita harus memastikan bahwa perdarahan tersebut berasal dari saluran pernafasan bawah, dan bukan berasal dari nasofaring atau gastrointestinal. Dengan perkataan lain bahwa penderita tersebut benar-benar batuk darah dan bukan muntah darah.Pada pasien ini terapi utama adalah dengan mengatasi penyebab yaitu tatalaksana TB Paru dengan OAT, selain itu juga diberikan terapi simptomatis berupa anti-perdarahan, diharapkan dengan pemberian obat dapat menurunkan kemungkinan terjadinya perdarahan yang masif. KESIMPULANPada hemoptosis idiopatik prognosisnya baik kecuali bila penderita mengalami hemoptosis yang rekuren. Sedangkan pada hemoptisis sekunder ada beberapa faktor yang menentukan prognosis.DAFTAR PUSTAKAPrice SA.Wilson LM.Patofisiologi Konsep Klinik Proses-proses Penyakit ed.6, Jakarta: EGC.2006Nugroho, A. Hemoptisis Masif. Kesehatan Milik Semua : Pusat Informasi Penyakit dan Kesehatan. Penyakit Paru dan Saluran Pernafasan.2002. www.infopenyakit.com.Alsagaff, Hood. Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya : Airlangga University Press. 2009Arief,Nirwan. Kegawatdaruratan Paru. Jakarta: Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi FK UI. 2009 Tabrani, Rab.Ilmu Penyakit Paru. Jakarta: TIM.2010Pitoyo CW. Hemoptisis. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, penyunting. Buku ajar ilmu penyakit dalam, jilid II, edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FKUI.2006PAPDI. Hemoptisis. Dalam: Rani Aziz, Sugondo Sidartawan, Nasir Anna U.Z., Wijaya Ika Prasetya, Nafrialdi, Mansyur Arif. Panduan pelayanan medik. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.2006Amirullah, R. Gambaran dan Penatalaksanaan Batuk Darah di Biro Pulmonologi RSMTH. Cermin Dunia Kedokteran No.33.2004