(Laporan i) Sistem Saraf Otonom 2015 (Wiri Resky Amalia)

download (Laporan i) Sistem Saraf Otonom 2015 (Wiri Resky Amalia)

of 48

description

sso

Transcript of (Laporan i) Sistem Saraf Otonom 2015 (Wiri Resky Amalia)

SISTEM SARAF OTONOM 2015

SISTEM SARAF OTONOM 2015

BAB 1 PENDAHULUANA. Latar BelakangSistem saraf sangat berperan penting dalam kehidupan manusia, sistem ini sangat berperan penting dalam hal fisiologis manusia. Sistem saraf yang normal dengan baik dapat mengatur atau menjalankan perintah (impuls), sehingga manusia bisa dengan baik menjalankan aktifitasnya. Maka dari itu sistem saraf ini sangatlah vital dalam kehidupan manusia,Sistem saraf secara fungsionalnya dibagi menjadi dua golongan yaitu, sistem saraf somatik (sadar) dan sistem saraf otonom (tidak sadar). Masing masing sistem saraf tersebut sangat berbeda dalam fungsinya. Sistem saraf somati berfungsi pada saat manusia melakukan aktifitas sesuai dengan keinginannya, sehingga sistem saraf ini berhubungan dengan pergerakan tubuh. Sedangkan sistem saraf otonom fungsinya bekerja di bawah kesadaran manusia, contohnya denyutan jantung, pelebaran pupil mata(midiasis) , vasokontriksi pembulu darah, salivasi, dan lain lain. Adakalanya terjadi abnormalitas pada organ organ yang bekerja di bawah kesadaran (SSO), sehingga dalam dunia kefarmasian penting untuk mengetahui penggolongan obat pada sistem saraf, khususnya sistem saraf otonom yang bekerja di luar kesadaran. Karena dari masig masing golongan obat akan memberikan efek farmakodinamik yang berbeda beda pula. Tidak hanya penggolonngan obatnya, mekanisme kerja obat dan efek obat pada masing masing golongan terhadap SSO juga penting unntuk diketahui.Sehingga, pada praktikum kali ini akan dilakukan praktikum SSO dengan melihat efek faramakodinamik yang diberikan oleh beberapa obat terhadap probandus. B. Tujuan Percobaan Untuk menentukan efek farmakodinamika dari obat cendotropin, epinefrin, dan bisoprolol pada hewan coba mencit (Mus musculus) dengan parameter pengamatan berupa miosis, midriasis, diare, tremor, vasodilatasi, vasokontriksi, grooming, takikardia, bradikardia, dan ssalivasi..

BAB II TINJAUAN PUSTAKAA. Teori UmumSistem saraf pusat terdiri dari otak dan medula spinalis yang dilindungi tulang kranium dan kanal vertebral. Sistem saraf perifer meliputi seluruh jaringan saraf lain dalam tubuh. Secara fungsional sistem saraf perifer terbagi menjadi Saraf sensorik mentransmisi informasi dari reseptor sensorik ke sistem saraf pusat dan Saraf motorik, menstransmisi informasi dari sistem saraf pusat keotot dan kelenjar. Sistem eferen dri saraf perifer memiliki dua sub divisi: Divisi somatik (Volunter) yang berkaitan dengan perubahan eksternal dan pembentukan respon motorik volunter pada otot rangka dan Divisi otonom (Involunter) mengendalikan seluruh respon involunter pada otot polos, otot jantung dan kelenjar denagn cara mentransmisi impuls saraf melalui jalur saraf simpatis, parasimpatis dan sebagian besar organ internal dibawah kendali otonom. (Sloane Ethel, 2004)Sistem saraf otonom ialah sistem saraf yang tidak dapat dikendalikan oleh kemamuan kita melalui otak. Sistem saraf otonom menendalikan beberapa organ tubuh seprti jantung, pembuluh darah, ginjal, pupil mata, lambung dan usus. Sistem saraf ini dapat dipacu (induksi) atau dihambat (inhibisi) oleh senyawa obat (Syaifuddin, 2013).Otot jantung, otot polos, sebagian besar kelenjar eksokrin, sebagian kelenjar endokrin dan jaringan adipose (lemak) disarafi oleh sistem saraf otonom. Terdapat dua neurotransmitter yang bekerja pada pembagian saraf ini asetilkoline dan norepinefrin. Kedua neurotransmitter ini, dengan bekerja dengan independen, menimbulkn efek yang sedimikian beragam seperti sekresi liur, kontraksi kantung empedu, dan gerakan motoric volunteer. Efek efek ini adalah contoh utama bagaimana pembawa pesan kimiawi yang sama dapat memicu berbagai respons di berbagai organ, bergantug pada spesialisasi organ efektor yang bersangkutan. (Sherwood, 2011)Sistem saraf otonom bersama-sama dengan sistem endokrin mengkoordinasi pengaturan dan integrasi fungsi-fungsi tubuh. Sistem endokrin mengirimkan sinyal kepada jaringan targetnya melalui hormon yang kadarnya bervariasi dalam darah. Sebaliknya, sistem saraf menghantarkannya melalui serabut-serabut saraf yang berakhir pada organ reseptor, dan efek khusus akan timbul akibat pelepasan substansi neuromediator (Alwy, 2004).Sistem saraf secara konvensional dibagi menjadi susunan saraf pusat (SSP;Otak dan Korda spinalis ) dan sistem saraf perifer (jaringan neuron dari luar ssp). Bagian motorik eferen sistem saraf autonomic dan somatic. Sistem saraf autonom umumnya tidak bergantung (Autonom) yaitu aktifitasnya tidak berada dibawah kontrol kesadaran langsung. Sistem ini berkaitan langsung dengan fungsi visceral seperti curah jantung, aliran darah ke bagian organ, dan pencernaan yang penting bagi kehidupan (Katzung, 2014). Pada susunan saraf otonom, impuls disalurkan ke organ tujuan (efektor, organ ujung) secara tak langsung. Saraf otonom di beberapa tempat terkumpul di sel-sel ganglion, dimana terdapat sinaps, yaitu sela di antara dua neuron (sel saraf). Saraf yang meneruskan impuls dari SSP ke ganglia dinamakan neuron preganglioner, sedangkan saraf antara ganglia dan organ ujung disebut neuron post-ganglioner. Impuls dari SSP dalam sinaps dialihkan dari satu neuron kepada yang lain secara kimiawi dengan jalan neurotransmitter (juga disebut neurohormon). Bila dalam suatu neuron impuls tiba di sinaps, maka pada saat itu juga neuron tersebut membebaskan suatu neurohormon di ujungnya, yang melintasi sinaps dan merangsang neuron berikutnya. Pada sinaps yang berikut dibebaskan pula neurohormon dan seterusnya hingga impuls tiba di organ efektor (Rahardja, 2002 ).Berbagai sistem dalam tubuh (misalnya pencernaan, sirkulasi) secara otomatis dikendalikan oleh sistem saraf otonom (dan sistem endokrin). Kendali sistem saraf otonom seringkali melibatkan umpan balik negative dan terdapat banyak serabut aferen (sensoris) yang membawa informasi ke pusat pada hipotalamus dan medulla.Pusat-pusat ini mengendalikan sistem saraf otonom, yang terbagi secara anatomis menjadi dua bagian besar yaitu sistem simpatis dan sistem parasimpatis. Banyak organ yang dipersarafi oleh kedua sistem tersebut yang secara umum memiliki aktifitas berlawanan (Neal, 2006).Sistem saraf otonom memiliki 2 subdivisi, yaitu sistem saraf simpatis dan sistem saraf parasimpatis. Serat saraf simpatis berasal dari region toraks dan lumbal medulla spinalis. Sebagian besar serat praganglion sangat pendek, bersinap dengan badan sel neuron pascaganglion di dalam ganglia yang terletak di rantai ganglion simpatis, yang berada di sepanjang kedua sissi medulla spinalis (Sherwood, 2011).Sistem saraf simpatis umumnya bersifat katabolik, mengeluarkan energy (sistem flght or flight). Sistem ini meningkatkan frekuensi jantung, mendilatasi bronki, dan mengurangi sekeresi, sedangkan pada parasimpatis bersifat anabolic, menyimpan energy, misalnya menurunkan frekuensi jantung, menstimuli fungsi gastrointestinal (Olson, 2003).Pada individu yang sedang beristirahat, sistem parasimpatis mendominasi pada sebagian besar organ, mengakibatkan denyut janntung relative lambat, sekresi adekuat, dan molalitas usus yang sesuai. Tetapi pada individu yang sedang strees simpatis mendominasi, mengalihkan energy untuk fungsi fungsi yang membuat orang siap untuk fight of free. (mis. Penigkatan oksigenasi jaringan dengan brokondilatasi dan peningkatan curah jantung (Olson, 2003).Reseptor Alfa dan Beta. Adrenergik dapat dibagi dalam dua kelompok menurut titik-kerjanya di sel-sel efektor dari organ-ujung, yakni reseptor-alfa dan reseptor-beta (Ahlquist 1948). Perbedaan antara kedua jenis reseptor didasarkan atas kepekaannya bagi adrenalin, noradrenalin (NA), dan isoprenalin. Reseptor alfa lebih peka bagi NA, sedangkan reseptor-beta lebih sensitif bagi isoprenalin. (Rahardja, 2002 ).Diferensiasi lebih lanjut dapat dilakukan menurut efek fisiologinya, yaitu dalam alfa-1 dan alfa-2, serta beta-1 dan beta-2. Pada umumnya, stimulasi dari masing-masing reseptor itu menghasilkan efek-efek sebagai berikut: (Rahardja, 2002a. Alfa-1 : menimbulkan vasokonstriksi dari otot polos dan menstimulasi sel-sel kelenjar dengan bertambahnya antara lain sekresi liur dan keringat.b. Alfa-2 : menghambat pelepasan NA pada saraf-saraf adrenergis dengan turunnya tekanan darah. Mungkin pelepasan ACh dan saraf kolinergis dalam usus pun terhambat sehingga antara lain menurunnya peristaltik.c. Beta-1 : memperkuat daya dan frekuensi konstraksi jantung (efek inotrop dan kronotrop).d. Beta-2 : bronchodilatasi dan stimulasi metabolisme glikogen dan lemak.Lokasi reseptor ini umumnya adalah sebagai berikut:a. Alfa-1 dan beta-1 : postsinaptis, artinya sinaps di organ efektor.b. Alfa-2 dan beta-2 : presinaptis dan ekstrasinaptis, yaitu di muka sinaps atau diluarnya, antara lain di kulit otak, rahim, dan pelat-pelat darah. Reseptor-a1fa juga terdapat presinaptis.

Gambaran umum terjadinya proses neurotransmisi pada sistem saraf otonomNeurotransmisi dalam neuron kolinergik ada 6 tahap, yaitu (Mycek, 2013) :1. Sintesa asetilkolin.2. Penyimpanan asetilkolin ke dlm. Vesikel.3. Pelepasan asetilkolin.4. Pengikatan pada reseptor.5. Penghancuran asetilkolin.6. Daur ulang kolin.Neurotransmisi adrenergicHipotesis dopamine pada manusia terutama pada pasien skizofrenia berkembang dari pengamatan bahwa obatyang menghambat reseptor dopamine seperti : haloperidol mempunyai aktifitas antipsikotik dan obat yang mengstimulasi aktivitas dopamine seperti : amphetamine dapat menginduksi gejala psikotik pada orang yang nonskizofrenia jika diberikan dalam dosis tinggi. Hipotesis dopamine tetap merupakan hipotesis neurokimiawi yang utama pada skizofrenia. Suatu serial penelitian telah menunjukkan bahwa konsentrasi plasma HVA, pada kenyataannya menurun pada benyak pasien skizofrenik yang berespon terhadap obat antipsikotik. Masalah utama pada hipotesis tersebut adalah bahwa penghambatan reseptor dopamine menurunkan gejala psikotik pada hamper setiap gangguan, seperti psikosis yang berhubungan tumor otak dan psikotik yang disertai dengan mania. Jadi, beberapa kelainan neurokimiawi yang masih belum dikenali dalam skizofrenia mungkin bersifat unik untuk masing kondisi. (Kaplan H, 1995) Dopamine juga terlibat dalam psikofisiologi gangguan mood. Aktifitas dopamine dapat rendah pada Depresi dan Mania. Observasi bahwa L-dopa dapat menyebabkan mania dan psikosis pada beberapa pasien parkinsonisme mendukung hipotesis tersebut. Beberapa penelitian telah menemukan kadar metabolit dopamine yang rendah pada pasien Depresi. Obat-obat sistem saraf otonom dibagi menjadi 5 bagian utama yaitu: Parasimpatomimetik atau kolinergik. Efek obat golongan ini menyerupai efek yang ditimbulkan dari aktivitas susunan saraf parasimpatis. Simpatomimetik atau adrenergic yang efeknya menyerupai efek yang ditimbulkan oleh aktivitas susunan saraf simpatis. Parasimpatolitik atau penghambat kolinergik menghambat timbulnya efek akibat aktivitas susunan saraf parasimpatis. Simpatolitik atau penghambat adrenergic menghambat timbulnya efek akibat aktivitas saraf simpatis. Obat ganglion merangsang atau menghambat penerusan impuls di ganglion. (Mycek, 2013)Penggolongan obat SSO dapat juga sebagai berikut:1. Agonis kolinergikAgonis kolinergik dibagi menjadi 3 kelompok yaitu:a) Bekerja langsungObat-obat yang termasuk dalam kelompok ini yaitu: Asetilkolin, betanekol, karbakol, dan pilokarpin.b) Bekerja tak langsung (reversibel)Obat-obat yang termasuk dalam kelompok ini yaitu: edrofonium, neostigmin, fisostigmin, dan piridostigmin.c) Bekerja tak langsung (ireversibel)Obat-obat yang termasuk dalam kelompok ini yaitu: ekotiofat dan isoflurofat.2. Antagonis kolinergikAntagonis kolinergik terbagi ke dalam 3 kelompok, yaitu:a) Obat antimuskarinikObat-obat yang termasuk dalam kelompok ini yaitu: atropin, ipratropium, dan skopolamin.b) Penyekat ganglionikObat-obat yang termasuk dalam kelompok ini yaitu: mekamilamin, nikotin, dan trimetafan.c) Penyekat neuromuskularObat-obat yang termasuk dalam kelompok ini yaitu: atrakurium, doksakurium, metokurin, mivakurium, pankuronium, piperkuronium, rokuronium, suksinilkolin, tubokurarin, dan vekuronium.3. Agonis adrenergikAgonis adrenergik terbagi ke dalam 3 kelompok, yaitu:a) Bekerja langsungObat-obat yang termasuk dalam kelompok ini yaitu: albuterol, klonidin, dobutamin, dopamin, epinefrin, isopreterenol, metapreterenol, metoksamin, norepinefrin*, fenilefrin, ritodrin, dan terbutalin.b) Bekerja tak langsungObat-obat yang termasuk dalam kelompok ini yaitu: amfetamin dan tiramin.c) Bekarja gandaObat-obat yang termasuk dalam kelompok ini yaitu: efedrin dan metaraminol.4. Antagonis adrenergikAntagonis adrenergik terbagi ke dalam 3 kelompok, yaitu:a) Penyekat- Obat-obat yang termasuk dalam kelompok ini yaitu: doxazosin, fenoksinbenzamin, fentolamin, prazosin, dan terazosin.b) Penyekat- Obat-obat yang termasuk dalam kelompok ini yaitu: asebutolol, atenolol, labetalol, metoprolol, nadolol, pindolol, propranolol, dan timolol.(Mycek,2013)Agonis muskarinik dibedakan atas (1) asetilkolin dan ester kolin sintetis yaitu metakolin,karbakol, dan betanekol dan (2) alkaloid kolinergik yang terdapat di aalam yaitu muskari, pilokarpin, dan arekolin, beserta senyawa sintetisnya. Antagonis muskarinik dikelompokkan dalam 3 kelompok yaitu (1) alkaloid antimuskarinik, atropine dan skopolamin; (2) deprivat seministisnya. (3) dan derivan sintetisnya (FK UI, 2007).Agonis kolinergikAgonis kolinergik meniru efek asetilkolin dengan cara berikatan langsung pada kolinoseptor. Obat ini adalah ester sintetik kolin, seperti karbakol dan betanekol, atau alkaloid alam seperti pilokarpin.a. Agonis kolinergik langsungSemua obat kolinergik yang bekerja langsung mempunyai masa kerja lebih lama dibandingkan asetilkolin. Beberapa diantaranya yang sangat bermanfaat dalam terapi (pilokarpin dan betanekol) lebih mudah terikat pada reseptor muskarinik dan kadang-kadang dikenal sebagai obat muskarinik. Namun demikian, sebagai satu grup, maka agonis yang bekerja langsung ini menunjukkan kurang spesifik dalam kerjanya, yang sudah tentu akan membatasi penggunaan klinisnya. Asetilkolin adalah suatu senyawa amonium kuartener yang tidak mampu menembus membran. Walaupun sebagai suatu neurotransmitter saraf parasimpatis dan kolinergik, namun dalam terapi zat ini kurang penting karena beragam kerjanya dan sangat cepat di-inaktifkan oleh asetilkolinesterase. Aktivitasnya berupa muskarinik dan nikotinik. Kerjanya termasuk menurunkan denyut jantung dan curah jantung, menurunkan tekanan darah.Asetilkolin juga mempunyai kerja lain seperti pada saluran cerna, asetilkolin dapat meningkatkan sekresi saliva, memacu sekresi dan gerakan usus. Sekresi bronkial juga dipacu. Pada saluran genitourinaus, tonus otot detrusor urine juga ditingkatkan. Pada mata, asetilkolin memacu kontraksi otot siliaris untuk melihat dekat dan menkontriksi otot sfingter pupil sehingga timbul miosis.Betanekol mempunyai struktur yang berkaitan dengan asetilkolin; asetatnya diganti dengan karbamat dan kolinnya dimetilasi.kerja nikotiniknya kecil atau tidak ada sama sekali, tetapi kerja muskariniknya sangat kuat. Masa kerjanya berlangsung sekitar 1 jamKerja : memacu langsung reseptor muskarinik, sehingga tonus dan motilitas usus meningkat, dan memacu pula otot detrusor kandung kemih sementara trigonum dan sfingter kemih melemas, sehingga urin terpencar keluar.Karbakol (karbamikolin) bekerja sebagai muskarinik maupun nikotinik.Kerja : berefek sangat kuat terhadap sistem kardiovaskuler dan sistem pencernaan karena aktivitas pacu ganglion-nya dan mungkin tahap awalnya memacu dan kemudian mendepresi sistem tersebut. Penetesan lokal pada mata, dpat meniru efek asetilkolin yang menimbulkan miosis.Pilokarpin menunjukkan kativitas muskarinik dan terutama digunakan untuk oftalmologiKerja : dapat menimbulkan miosis dengan cepat dan kontraksi otot siliaris. Pada mata akan terjadi suatu spasme akomodasi, da penglihata akan terpaku pada jarak tertentu, sehingga sulit untuk memfokus suatu objek. Pilokarpin adalah salah satu pemacu sekresi kelenjar keringat, air mata, dan saliva, tetapi obat ini tidak digunkan untuk maksud demikian.b. Inhibitor kolinesterasePada bagian sistem syaraf otonom terdapat suatu enzim yang sangat penting yaitu Asetilkolin asetil hidrolase (AchE) atau biasa disebut dengan asetilkolinesterase. Enzim ini ditemukan pada celah syaraf kolinergik, neuromuscular junction, dan darah. Enzim ini sangat penting karena berfungsi untuk memecah asetilkolin menjadi asetat dan kolin. Obat dalam hal ini bereaksi dengan menghambat enzim kolinesterase pada celah sinaptik. Sedangkan obat-obatannya beraksi dengan 2 tipe, yaitu sebagai Inhibitor reversibel dan sebagai Inhibitor Ireversibel.1. Antikolinesterase ReversibelObat ini dapat berinteraksi secara kompetitif dengan sisi aktif enzim AChE dan dapat terbalikkan / reversibel. Obat pada golongan ini bersifat larut air. Contoh obat-obatan yang bersifat inhibitor reversibel ini yaitu : Fisotigmin merupakan substrat yang relatif stabil yang berfungsi meng-inaktifkan secara reversible asetilkolinesterase. Akibatnya terjadi potensiasi aktivasi kolinergik diseluruh tubuh.Kerja : lama kerja sekitar 2-4 jam, dapat mencapai dan memacu SSP. Neostigmin suatu senyawa sintetik yang dapat menghambat asetilkolinesterase secara reversible seperti fisotigmin, tetapi lebih polar dan oleh sebab itu tidak dapat masuk dalam SSP. Masa kerjanya 2-4 jam. Neostigmin juga bermanfaat sebagai simtomatik pada mistenia gravis, suatu penyakit autoimun yang disebabkan oleh antiboditerhadap reseptor nikotinik yang terikat pada reseptol asetilkolin dari sambungan neuromuskular. Efek samping berupa salivasi, muka merah, dan pans, menurunnya tekanan darah, mual, nyeri perut, diare dan bronkospasme.Piridogstimin penghambat kolinesterase lain yang digunakan untuk pengobatan jangka panjang miastenia gravis. Masa kerjanya lebih panjang (3-6 jam) dari neogstigmin (2-4 jam) Edrofonium kerja obat ini mirip dengan neostigmin, kecuali obat ini lebih cepat diserap dan masa kerjanya lebih singkat (sekitar 10-20 menit). Edrofonium amin kuartener dan digunakan untuk mendiagnosis miastenia gravis. Injeksi intravena edrofonium menyebabkan peningkatan kekuatan otot dengan cepat. Kelebihan dosis dari obat ini harus diperhatikan karena mungkin menimbulkan krisis kolinergik. Atropin adalah antidotumnya.2. Antikolinesterase IrreversibelSejumlah senyawa organofosfat sintetik mempunyai kapasitas untuk melekat secara kovalen pada asetilkolinesterase. Keadaan ini memperpanjang efek asetilkolin pada semua tempat pelepasannya. Kebanyakan dari obat ini sangat toksik dn dikembangkan hanya untuk keperluan militer sebagai racun saraf. Senyawa turunannya seperti paration digunakan sebagai inteksida.Isoflurofat merupakan organofosfat yang terikat secara kovalen pada serin-OH pada sisi aktif asetilkolinesterase. Sekali terikat, maka enzim menjadi tidak aktif secara permanen, dan restorasi (pemulihan kembali) aktivitas asetilkolinesterase memerlukan sintesis molekul enzim baru. Setelah terjadi modifikasi kovalen asetilkolinesterase, maka enzim yang terfosforisasiakan melepas secara perlahan satu gugus isopropilnya. Kehilangan satu gugus alkil, yang sering disebut sebagai penuaan, menjadi sulit sekali bagi reaktivator kimia seperti pralidoksim, untuk memecah ikatan antara sisa obat dan enzim. Obat saraf yang baru, ditujukan untuk militer, bekerja setelah beberapa menit atau detik, sedangkan DFP dalam 6-8 jam.Kerja : kerja obat ini meliputi pacuan kolinergik umum, kelumpuhan fungsi motor (yang menimbulkan kesulitan bernapas), dan kejang. Isoflurofat menimbulkan pula miosis kuat dan bermanfaat terapeutik. Atroin dosis besar mampu melawan semua efek muskarini dan efek sentral Isoflurofat.Antagonis KolinergikAntagonis kolinergik (disebut juga obat penyekat kolinergik atau obat antikolinergik) mengikat kolinoreseptor tetapi tidak memicu efek intraseluler diperntarai reseptor seperti lazimnya. Yang paling bermanfaat dari obat golongan ini adalah menyekat sinaps muskarinik pada saraf parasimpatis secara selektif.oleh karena itu, efek persarafan parasimpatis menjadi terganggu, dan kerja pacu simpatis muncul tanpa imbangan.a. Obat antimuskarinikObat golongan ini seperti atropin dan skopolamin bekerja menyekat reseptor muskarinik yang menyebabkan hambatan semua fungsi muskarinik. Selain itu, obat ini menyekat sedikit perkeualian neuron simpatis yang juga kolinergik, seperti saraf simpatis yang menuju kelenjar keringat. Bertentangan dengan obat agonis kolinerik yang kegunaan teraupetiknya tebatas, maka obat penyekat kolinergik ini sangat menguntungkan dalam sejumlah besar situasi klinis. Karena obat ini tidak menyekat nikotinik, maka obat antimuskarinik ini sedikit atau tidak mempengaruhi smbungan saraf otot rangka atau ganglia otonom. Atropin, alkaloid belladonna, memiliki afinitas kuat terhadap reseptor muskarink, dimana obat ini terikat secara kompetitif, sehingga mencegah asetilkolin terikat pada tempatnya di reseptor muskarinik. Atropin menyekat reseptor muskarinik baik di snetral maupun saraf tepi. Kerja obat ini secara umum berlangsung sekitar 4 jam kecuali bila diteteskan kedalam mata, maka kerjanya sampai berhari-hari.Skolapomin, alkaloid beladona lainnya, dapat menimbulkan efek tepi yang sama dengan efek atropin. Tetapi efek skopolamin lebih nyata pada SSP dan masa kerjanya lebih lama dibandingkan atropin. Ipratropium penyedotan Ipratropium, suatu turunan kuartener atropin, bermanfaat untuk pengobatan asma dan penyakit paru obstruksi menahun (PPOM) pada pasien yang tidak cocok menelan agonis adrenergik.Penyekat ganglionikObat ini menunjukkan tidak adanya selektivitas terhadap ganglia simpatis maupun parasimpatis dan tidak efektif sebagai antagonis neuromuskular. Oleh karena itu, obat ini menghentikan semua keluaran sistem saraf otonom pada reseptor nikotinikrespon yang teramati memang kompleks dan sulit diduga, sehingga tidak mungkin meperoleh kerja yang selektif. Obat penyekat ganglionik jarang digunakan untuk maksud terapi saat ini. Tetapi obat ini ering digunakan sebagai alat dalam eksperimen farmakologi.Nikotin satu komponen dalam roko sigaret, nikotin memiliki sejumlah kerja yang kurang menyenangkan. Tergantung pada dosis, ikotin mendepolarisasi ganglia, menimbulkan pertama kali gejala pacuan dan kemudian diikuti oleh paralisis dari semua ganglia. Efek pacunya kompleks, termasuk peningkatan tekanan darah, pertambahan denyut jantung ( akibat pelepasan transmitter dari ujung saraf adrenergik dan medula adrenalis ), serta peningkatan peristaltis dan sekresi. Pada dosis lebih tinggi, teanan darah justru menurun karena penyekatan ganglionik, dan aktivitas saluran cerna otot-otot kandung kemih terhent.Trimetafan adalah obat penyekat ganglionik nikotinik bekerja singkat dan bersifat kompetitif yang harus diberikan secara infus intravena. Saat ini trimetafan digunakan untuk menurunkan tekanan darah dalam keadaan darurat seperti hipertensi yang disebabkan oleh edema paru atau pecahnya aneurisma aorta bila obat lain tidak dapat digunakan. Mekamilamin menyekat kompetitif ganglia nikotinik. Lam kerjanya berkisar 10 jam setelah pemberian tunggal. Ambilan obat melalui penyerapan oral baik, berbeda dengan trimetafan. b. Obat penyekat neuromuskularPenyekat neuromuskular bermanfaat secara klinik selama opersi guna melemaskan otot secara sempurna tanpa memperbanyak obat anastesi yang sebanding dalam melemaskan otot. Obat penyekat neuromuskular ini strukturnya analog dengan asetilkolin dan bekerja baik sebagai antagonis (tipe nondepolarisasi) maupun agonis (tipe depolarisasi) terhadap reseptor yang terdapat cekungan sambungan neuromuskular.Agonis adrenergikAgonis adrenergik merupakan obat yang memacu atau meningkatkan syaraf adrenergik. Oleh karena itu obat-obat yang bekerja secara agonis adrenergik ini beraksi menyerupai neurotransmitternya, yaitu nor-adrenalin. Agonis adrenergik juga dinamakan dengan Adrenomimetik. Obat-obat yang bekerja dengan cara ini bereaksi dengan reseptor adrenergik, yaitu reseptor adrenergik & reseptor adrenergik (Mycek,2013). Obat agonis adrenergi memiliki 3 mekanisme kerja yaitu: a) Agonis bekerja langsung obat-obat yang bekerja lngsung pada reseptor dan dengan menimbulkan efek mirip pacuan saraf simpatis atau pelepasan hormon epinefrin dari medula adrenalis, contoh obat agonis yang bekerja langsung.a. Epinefrin : epinefrin berinteraksi terhadap reseptor dan . Pada dosis rendah, efek (vasodilatasi) pada sistem vaskular menonjol sekali, sedangkan pada dosis tinggi, efek (vasokontriksi) menjadi efek terkuat. (Mycek,2013)Kerja : kerja utama epinefrin adalah pada sistem kardiovaskuler. Senyawa ini memperkuat daya kontraksi otot jantung (miokard) (inotropik positif: kerja 1). Oleh sebab itu, curah jantung meningkat pula. Akibat dar efek ini maka kebutuhan oksigen otot jantung meningkat juga. Epinefrin mengkontriksi areriol dikulit, membran mukosa dan visera (efek ) dan mendilatasi pembuluh darah kehati dan otot rangka (efek 2). Aliran darah ke ginjal menurun. Oleh karena itu, efek kumulatif epinefrin adalah peningkatan tekanan sistolik bersama dengan sedikit penurunan tekanan diastolik yang akhirnya menimbulkan refleks perlambatan jantung (Mycek,2013).a. Norepinefrin Obat ini akan memacu semua tipe reseptor adrenergik. Namun dalam kenyataannya, bila obat ini diberikan pada manusia dalam dosis terapi, maka reseptor adrenergik saja yang paling dipengaruhi (Mycek, 2013).Kerja kardiovaskuler : norepinefrin menyebabkan kenaikan tahanan perifer akibat vasokontriksi kuat hampir semua lapangan vaskular, termasuk ginjal. Pada preparat jaringan jantung terpisah, norepinefrin akan memacu kontraktilitas jantung; namun secara invivo, pacuan ini hanya ringan sekali bila ada hal ini akibat dari peningkatan tekanan darah yang emacu suatu refleks berkaitan dengan aktivitas vagal melalui pacuan baroreseptor (Mycek,2013).b. IsoproterenolBekerja langsung yang terutama memacu reseptor 1 dan 2 (dept. farmakologi dan terapi, 2010). Kerja :Kardiovaskular : pacuan obat ini seaktif epinefrin sehingga bermanfaat pada pengobatan blok antrioventrikular atau henti jantung. Isoproterenol mendilatasi pula arteriol otot rangka (kerja 2.), sehingga mengurangi tahanan perifer. Karena kerja pacu jantungnya, obat in mungkin enaikkan sedikit tekanan sistol, tetapi sangat menurunkan tekanan arteri rerata dan tekanan diastolic (Mycek,2013)..c. DopaminDopamin dapat mengaktifkan reseptor adrenergik dan . Sebagai contoh, pada dosis tinggi obat ini menimbulkan vasokontriksi dengan mengaktifkan reseptor , sebaliknya pada dosis rendah, obat akan memacu reseptor jantung (Mycek,2013)..d. Dobutamin Kerja : adalah suatu katekolamin sintetik, bekerja langsung yang merupakan agonis reseptor 1. Obat ini tersedia dalam bentuk campuraan resemik (Mycek,2013)..e. Fenilefrin Fenilefterin adalah obat adrenergik sintetik langsung yang terutama mengikat reseptor 2. Fenilefterin adalah suatu vasokontriktor yang mampu meningkatkan tekanan sistolik maupun diastolik. Efeknya terhadap jantung langsung tidak ada, tetapi memacu refleks bradikardia bila diberikan parental. Obat ini digunakan untuk enaikkan tekanan darah dan menghentikan serangan tarikardiasupraventrikular. Dosis besar dapat menyebabkan sakit kepala hipertensif dan ketidakteraturan jantung (Mycek,2013)..f. Metoksamin Metoksamin adalah obat adrenergik sintetik bekerja langsung yang mengikat reseptor alpha, terlebih lagi reseptor 1 dan 2. Obat ini digunakan juga untuk menanggulangi hipotensi selama operasi yang memperoleh anastesi halotan. Obat ini cenderung tidak memacu aritmia jantung pada pasien yang disensitisasi anastesi umum halotan. Efek samping yang terjadi berupa sakit kepala hipertensif dan muntah-muntah (Mycek,2013).g. Klonidin Klonidin adalah agonis 2 yang digunakan pada hipertensi esensial untuk menurunkan tekanan darah karena kerjanya pada SSP. Obat ini dapat digunakan juga untuk mengurangi gejala yang timbul akibat putus obat opiat atau benzodiazepine (Mycek,2013).h. Metaproterenol Obat ini dapat idberikan peroral atau inhalasi. Obat ini bekerja terutama pada reseptor 2, menimbulkan efek ringan pada jantung. Obat ini menyebabkan dilatasi bronkiolus dan memperbaiki fungsi aliran udara. Obat ini berfungsi sebagai bronkodilator pada pengobatan asma dan melegakan bronkospasme (Mycek,2013)..i. Terbutalin Tetrabulin yang bersifat lebih selektif daripada metaproterenol dan masa kerjanya lebih lama. Obat ini diberikan baik secara oral ataupun subkutan. Digunakan sebagai bronkodilator dan mengurangi kontraksi rahim pada persalinan premature (Mycek,2013)..j. Albuterol Albuterol adalah agonis 2 selektif yang sifatnya mirip sekali dengan tetrabutalin. Obat ini banyak dignakan sebagai inhalan untuk mengatasi bronkospasme (Mycek,2013).b). Agonis adrenergik bekerja tidak langsungObat-obat ini memperkuat efek norepinefrin endogen, tetapi tidak langsung mempengaruhi reseptor pasca sinaptik (Mycek,2013)..a. Amfetamin Amfetamin sering diduga hanya bekerja sebagai pacu sentral kuat saja oleh pecandu penyaahgunaan obat. Sebenarnya obat ini dapat menaikkan tekanan darah dengan jelas karena kerja agonis -nya pada pembuluh darah sebagaimana juga efek pacu -nya pada jantung (dept.farmakologi dan terapi UI).b. Tiramin Tiramin tidak digunakan dalam klinik, tetapi banyak ditemukan dalam makanan fermentasi, seperti keju dan anggur chianti. Obat ini adalah produk normal dari hasil metabolisme tirosin (Mycek,2013)..c) Agonis adrenergik bekerja ganda a. Efedrin Efedrin adalah alkaloid tumbuhan, tetapi sekarang dapat dibuat secara sintetik. Obat ini adalah obat adrenergik bekerja ganda, berarti tidak saja melepas simpanan norepinefrin dari ujung saraf, tetapi mampu pula memacu langsung reseptor dan . Oleh karena itu, sejumlah besar kerja adrenergik yang muncul sering sekali dengan efek epinefrin, walaupun sedikit lebih lemah (Mycek,2013)..b. Metaraminol Metaraminol adalah obat adrenergik yang bekerja ganda dengan kerja yang mirip norepinefrin. Obat ini digunakan pada pengobatan syok dan untuk mengatasi hipotensi mendadak (Mycek,2013)..Antagonis adrenergikAntagonis adrenergik mengikat adrenoseptor tetapi tidak menimbulkan efek intraseluler yang diperantarai reseptor seperti lazimnya (Mycek,2013)..Obat penyekat adrenergik Obat-obat yang menyekat adrenoseptor sangat mempengaruhi tekanan darah.a. Fenoksibenzamin Kerja fenoksibenzamin ini berakhir sekitar 24 jam setelah pemberian tunggal. Setelah obat disuntikkan,belum erjadi penyekatan beberapa jam karena molekul harus dibiotransformasi lebih dulu menjadi bentuk aktif (Mycek,2013)..Kerja :Efek kardiovaskular : penurunan resistensi perifer ini menimbulkan refleks takikardia. Lebih jauh kemampuan untuk menyekat reseptor 2 presinaptik pada jantung justru menimbulkan peningkatan curah jantung (Mycek,2013)..Reversal epinefrin : fenoksibenzamin tidak mempunyai efek terhadap kerja isoproterenol yang murni sebagai agonis (Mycek,2013)..b. Fentolamin Kebalikan dari fenoksibenzamin, fentolamin menimbulkan penyekatan kompetitif terhadap reseptor 1 dan 2. Kerja obat ini berakhir setelah 4 jam pemberian tunggal. Fentolamin digunakan juga untuk terapi feokromositoma dan keadaan klinis lainnya ditandai dengan pelepasan katekolamin berlebihan (Mycek,2013).. c. Prazosin, terazosin, dan doksazosinKerja kardiovaskuler : prazosin dan terazosin menurunkan resistensi vaskular perifer dan menurunkan tekanan darah arterial dengan melemaskan otot polos arteri dan vena (Mycek,2013)..Obat penyeka adrenergik Semua obat penyekat yang digunakan dalam klinik bersifat antagonis kompetitif. a. Propranolol: suatu antagonis- non-selektif kardiovaskular, vasokonstriksi perifer, bronkokonstriksi, peningkatan retensi natrium, menghambat kerja isoproterenol (Mycek,2013).b. Timolol dan nadolol: antagonis- non-selektifTimolol menyekat juga adrenoseptor 1 dan 2 dan leih kuat dari propranolol. Nadolol kerjanya sangat panjang. Nadolol mengurangi produksi cairan humor mata dan digunakan secara topikal pada pengobatan glaukoma sudut terbuka menahun, dan dapat pula sesekali digunakan untuk pengobatan sistemik hipertensi (dept. farmakologi dan terapi UI,2010). c. Asebutolol, atenolol, metoprolol, dan esmolol antagonis selektifKerja : obat-obat penyekat menurunkan tekanan darah pada hipertensi dan meningkatkan toleransi latihan fisik dan angina (Mycek,2013)..d. Pindolol, dan asebutolol: antagonis dengan aktivitas agonis parsialKerja : pada kardiovaskular asebutolol dan pindolol bukan penyekat murni; melainkan mempunyai kemampuan memacu dengan lemah sekali reseptor 1 dan 2 dan oleh karena itu disebut memiliki aktivitas simpatomimetik intrinsik. Serta pengurangan efek metabolic (Mycek,2013)..e. Labetalol penyekat dan Kerja : obat ini tidak mengganggu kadar lipid atau glukosa darah alam serum (Mycek,2013)..Obat-obat yang mempengaruhi pelepasan atau ambilan kembali neurotransmittera. Reserpin Awal kerja obat ini lambat timbul tetapi masa kerjanya panjang. Bila obat dihentikan kerjanya menetap selama beberapa hari (dept.farmakologi Dan terapi UI,2010).b. Guanetidin Obat ini sekarang jarang digunakan untuk pengobatan hipertensi karena sering menimbulkan hipotensi ortostatik dan mengganggu fungsi seksual pada lelaki (dept.farmakologi Dan terapi UI,2010)..c. Kokain Kokain adalah unik diantara anastesi lokal yang mampu menyekat enzim ATPase diaktifkan Na dan K melintas membran sel neuron adrenergik. Akibatnya, norepinefrin menumpuk dalam ruang sinaptik, menimbulkan bertambahnya aktivitas simpatetik dan memperkuat kerja epinefrin dan norepinefrin. Oleh karena itu, dosis kecil katekolamin mampu menimbulkan efek yang diperkuat pada pasien yang menelan kokain dibanding yang tidak menelannya (dept.farmakologi Dan terapi UI,2010).. B. Uraian Bahan dan Obat1. Uraian bahan1. Na-CMC (Dirjen POM, 1979: 401)Nama Resmi :NATRII CARBOXYMETHYLCELLULOSUM

Nama Lain : Natrium karboksilmetilselulosa

Pemerian :Serbuk atau butiran, putih atau kuning gading, tidak berbau dan hampir tidak berbau, higroskopik.

Kelarutan :Mudah mendispersi dalam air, membentuk suspensi koloidal, tidak larut dalam etanol (95%) P, dalam eter P,dalam pelarut organik lain.

2. Aqua Pro Injeksi (Ditjen POM, 1979 : 97)Nama Resmi :AQUA STERILE PRO INJECTION

Nama Lain : Air steril untuk injeksi

Pemerian :Cairan jernih, tidak berwarna dan tidak berbau.

Penyimpanan :Dalam wadah tertutup baik.

3. Alkohol (Ditjen POM, 1979)Nama Resmi :AETHANOLIUM

Nama Lain : Alkohol atau etanol

Pemerian :Cairan tidak berwarna, jernih, mudah menguap dan mudah bergerak, bau khas, rasa panas, mudah terbakar denganmemberikan nayala biru yang tidak berasap

Kelarutan :Sangat mudah larut dalam air, klorofotm P dan dalam eter.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

3. Uraian Obat1. Atropin (Cendotropin) (Ditjen POM, 1979)Nama Resmi ::ATROPINI SULFAT (Dirjen POM, 1979)

Nama Lain:Atropine sulfat (Dirjen POM, 1979)

Pemerian:Hablur tidak berwarna atau serbuk putih ; tidak berbau ; sangat pahit ; sangat beracun (Dirjen POM, 1979)

Golongan obat ::Kardiovaskular (Mycek, 2013)

Indikasi :Tukak peptic, gastritis, hiperasiditas saluran cerna (dept.farmakologi dan terapi UI, 2010)

Kontra indikasi ::Glaukoma sudut tertutup, obstruksi saluran kemih atau saluran cerna, asma, miastenia gravis, penyakit hati atau ginjal (dept.farmakologi dan terapi UI, 2010)

Efek samping :: Anti muskarinik, bradikardia, penurunan secret bronchial, retensi urin, mulut kering kulit kering (Mycek, 2013)

Farmakokinetik ::Aksi onset : cepat, absorpsi lengkap, terdistribusi secara luas dalam badan, menembus plasenta, masuk dalam air susu, menembus sawar darah otak, metabolisme hepatik, ekskresi: urin (Mycek, 2013)

Interaksi obat :Efek antikolinergik meningkat dengan antihistamin, butirofenon, fenotiazin, amantadin, antidepresen trisiklik (Mycek, 2013)

Dosis obat :Injeksi intravena 300-600 mcg, segera sebelum induksi anesthesia, anak-anak 20 mcg atau maksimal 600 mcg (MIMS,2014)

2. Epinefrin (Dirjen POM, 1979)Nama Resmi ::EPINEPHRINUM

Nama lain ::Epinefrin

RM / BM : C9H13NO3 / 183,21

Pemerian ::Serbuk hablur renik, putih atau putih kuning gading

Kelarutan :: Agar sukar larut dalam air; tidak larut dalam etanol (95%) P dan dalam eter P, mudah larut dalam larutan asam mineral, dalam natrium hidroksida P dan dalam kalium hidroksida P, tetapi tidak larut dalam larutan ammonia dan dalam alkali karbonat. Tidak stabil dalam alkali atau netral, berubah menjadi merah jika terkena udara

Penyimpanan ::Dalam wadah tertutup rapat berisi nitrogen, terlindungi dari cahaya

Kegunaan ::simpatomimetik

3. BisoprololNama Paten ::BISOPROLOL (MIMS, 2014)

Indikasi :Hipertensi sebagai monoterapi (dept.farmakologi dan terapi UI, 2010

Kontra indikasi::Anti aritmia, kelas II, Beta adrenergik bloker non selektif

Efek samping :: Anti muskarinik, bradikardia, penurunan secret bronchial, retensi urin, mulut kering kulit kering (Mycek, 2013)

Farmakokinetik ::Onset beta-bloker oral 1 2 jam , durasi 6 jam. Distribusi Vd= 3,9 L/kg untuk dewasa menembus Plasenta, sejumlah kecil masuk air susu. Ikatan protein pada bayi 68% dan dewasa 93%. Metabolisme aktif di hati dan kombinasi tidak aktif. (Dept. farmakologi dan terapi, 2010)

Dosis obat :Awal 5 mg 1 x/hr, dapat ditingkatkan menjadi 10-20 mg 1 x/hr (MIMS, 2014).

BAB III METODE KERJAA. Alat yang DigunakanAdapun alat yang digunakan pada praktikum SSO ini yaitu erlenmeyer, kanula,,kapas, labu takar 5 mL, dan spoit 1mL.B. BahanAdapun bahan yang digunakan pada praktikum SSO ini yaitu Alkohol, PAI (Aqua pro injeksi), betadine, bisoprolol, Cendotropine, Epinefrin, Na-CMCC. Hewan CobaAdapun hewan coba yang digunakan pada praktikum SSO ini yaitu Mencit (Mus musculus).D. Prosedur Kerjaa) Pembuatan BahanPembuatan Na-CMC 1% b/v1. Ditimbang Na-CMC sebanyak 1gram1. Dipanaskan 100 mL air suling hingga suhu 70oC 1. Dimasukkan Na-CMC kedalam lumpang, ditambahkan 100 mL air yang telah dipanaskan kemudian diaduk hingga homogen1. Dimasukkan larutan Na-CMC 1% ke dalam wadah dan disimpan dalam lemari pendinginb) Pembuatan obata. Cendotropin1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan2. Diambil 10mg/mL cendotropin kemudian masukan ke dalam labu ukur 5 mL, dilakukan pengenceran dengan ditambahkan 5 mL larutan API (Aqua Pro Injeksi) ) sehingga diperoleh konsentrasi 5mg/5 mL.3. Diambil 1 mL dari pengenceran dicukupkan 5 mL larutan API (Aqua Pro Injeksi) sehingga diperoleh konsentrasi 0,2mg/5ml.4. Dihitung vlomue yang akan dipipet dan diperoleh 0,75 mL. 5. Dipipet larutan pada pengenceran ke-2 sebanyak 0,75 mL ke dalam labu ukur 5 mL dan cukupkan dengan larutan API sampai batas tanda sehingga diperoleh konsentrasi6. Dihomogenkan 7. Ditutup rapat labu ukur tersebut dan disimpan dalam kulkas.b. Epinefrin1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan 2. Diambil epinefrin 1 mg/ml kemudian dilakukan pengenceran dengan dicukupkan 5 ml dengan API (Aqua Pro Injeksi) sehingga diperoleh konsentrasi 1mg/5ml.3. Diambil 1 ml dari pengenceran diatas ke dalam labu ukur 5 mL yag lain dan dilakukan pengenceran ke-2 dengan dicukupkan dengan larutan API (Aqua Pro Injeksi) sampai batas tanda , lalu homogen sehingga diperoleh konsentrasi 0,2 mL4. Dihitung volume yang akan dipipet dan diperoleh sebanyak 0,625 mL5. Dipipet larutan pada pengenceran ke-2 sebanyak 0,625 mL ke dalam labu ukur 5 mL dan cukupkan dengan larutan API sampai batas tanda 6. Dihomogenkan 7. Ditutup rapat labu ukur tersebut dan disimpan dalam kulkasc.Bisoprolol 1. Disiapkan alat dan bahan2. Dilakukan perhitungan untuk berat yang akan ditimbang terhadap bisoprolol 5 mg, sehingga berat yang ditimbang adalah 0,0036 g3. Ditimbang 0,0036 g serbuk bagi bisoprolol dengan wadah kertas timbang4. Dimasukan serbuk bagi ke dalam labu ukur 5 mL lalu diaddkan larutan Na-CMC sampai batas tanda5. Dihomogenkan6. Ditutup rapat labu ukur dan dimasukan ke dalam kulkasc) Perlakuan pada hewan cobaa. Dikelompokkan hewan coba menjadi 5 kelompok.b. Kelompok I, diberikan mencit cendotropin secara intraperitonial.c. Kelompok II, diberikan mencit bisoprolol secara oral.d. Kelompok III, diberikan mencit epinefrin secara intraperitonial.e. Kelompok IV, diberikan mencit bisoprolol secara oral dan selang 10 menit diberikan lagi cendotropin secara intraperitonialf. Kelompok V, diberikan mencit bisoprolol secara oral dan selang 10 menit diberikan lagi epinefrin secara intraperitonialg. Dilakukan pada menit 15, 30, 60, dan 90 setelah pemberian obat. Pengamatan meliputi pupil mata, diare, tremor kejang, warna daun telinga, grooming, dan sebagainya.

DAFTAR PUSTAKAAlwy, Khidri, Dr. 2004. Buku Ajar Biomedik I. Fakultas Farmasi Universitas Muslim Indonesia : Makassar.Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. Departemen Farmakologi dan Terapeutik FK UI. JakartaDirjen POM, 1979.Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.Kaplan H, 1995, Sinopsis Psikiatri, Jakarta : FK-UI Jakarta , hal. 206-225.Katzung G Bertnam. 2014 Farmakologi Dasar & Klinik edisi 12 VOL 1. EGC : Jakarta.Mycek, Mary. J. dkk. 2013.Farmakologi Ulasan Bergambar Edisi 2. Jakarta: Widya medika.Neal, Michael J. 2006. At a Glance Farmakologi Medis. Erlangga : Jakarta.Olson, James. 2003. Belajar Mudah Farmakologi. EGC : JakartaSherwood, L. 2011. Fisiologi Manusia;dari Sel ke Sistem. Edisi 2. Jakarta;EGCSloane, Ethel. 2004. Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula. EGC : Jakarta.Syaifuddin. 2013. Struktur dan Komponen Tubuh Manusia. Widya Medika: Jakarta.Tim Dosen Farmakologi. 2015. Penuntun Praktikum Farmakologi dan Tokssikologi. FF UMI: Makassar.Tjay, T.H. dan Rahardja, K. 2002.Obat-Obat Penting.Jakarta: PT Elex Media Kompoitindo Gramedia

BAB IV HASIL PENGAMATANA. Data Pengamatana. Kelompok IPerlakuanBBPengamatan Pada Mencit

15306090

Obat: Cendotropin20 g

Miosis20 g----

Midriasis20 g-++-

Diare20 g----

Tremor20 g----

Vasodiltasi20 g----

Vasokontriksi20 g--++

Grooming20 g++--

Piloereksi20 g-++

Takikardia20 g+++

Bradikardia20 g----

Salivasi20 g----

Ket : + adalah memiliki efek farmakodinamik tersebut Adalah keadaan normal, tidak memiliki efek farmakodinamik tersebut

b. Kelompok IIPerlakuanBBPengamatan Pada Mencit

15306090

Obat: Bisoprolol28 g

Miosis28 g+-++

Midriasis28 g----

Diare28 g----

Tremor28 g+---

Vasodiltasi28 g-++-

Vasokontriksi28 g+---

Grooming28 g++--

Piloereksi28 g+---

Takikardia28 g+---

Bradikardia28 g-+++

Salivasi28 g----

Ket : + adalah memiliki efek farmakodinamik tersebut Adalah keadaan normal, tidak memiliki efek farmakodinamik tersebut

c. Kelompok IIIPerlakuanBBPengamatan Pada Mencit

15306090

Obat: Epinefrin24 g

Miosis24 g-+-+

Midriasis24 g+-+-

Diare24 g----

Tremor24 g----

Vasodiltasi24 g----

Vasokontriksi24 g++++

Grooming24 g++--

Piloereksi24 g+---

Takikardia24 g++++

Bradikardia24 g----

Salivasi24 g----

Ket :+ adalah memiliki efek farmakodinamik tersebut Adalah keadaan normal, tidak memiliki efek farmakodinamik tersebut

d. Kelompok IVPerlakuanBBPengamatan Pada Mencit

15306090

Obat: Bisoprolol + cendotropin24 g

Miosis24 g---+

Midriasis24 g++++

Diare24 g+---

Tremor24 g++--

Vasodiltasi24 g----

Vasokontriksi24 g++++

Grooming24 g----

Piloereksi24 g++++

Takikardia24 g++++

Bradikardia24 g----

Salivasi24 g----

Ket :+ adalah memiliki efek farmakodinamik tersebut Adalah keadaan normal, tidak memiliki efek farmakodinamik tersebut

e. Kelompok VPerlakuanBBPengamatan Pada Mencit

15306090

Obat: Bisoprolol + Epinefrin 30 g

Miosis30 g+---

Midriasis30 g----

Diare30 g----

Tremor30 g----

Vasodiltasi30 g----

Vasokontriksi30 g+---

Grooming30 g-+--

Piloereksi30 g----

Takikardia30 g++--

Bradikardia30 g----

Salivasi30 g+---

Ket : + adalah memiliki efek farmakodinamik tersebut Adalah keadaan normal, tidak memiliki efek farmakodinamik tersebut

B. PembahasanSistem saraf otonom dibagi menjadi saraf simpatis dan parasimpatis, yang umumnya berlawanan satu sama lain. Sebagai contoh, sistem saraf simpatis umumnya bersifat katabolic, mengeluarkan ennergi, sistem ini meningatkan frekuensi jantung, mendilatasi bronki, dan mengurangi sekresi, sedangkan sistem saraf parasimpatis bersifat anabolic, menyimpan energy, misalnya menurunkan frekuensi jantung, menstimulasi fungsi gastrointestinal. Pada individu yang sedang beristirahat, sistem parasimpatis mendominasi pada sebagian besar organ, mengakibatkan denyut jantung relative lambat, sekresi adekuat, dan motilitas usus yang sesuai. Tetapi, pada individu yang seeding stress, sistem saraf simpatis mendominasi, mengalihkan energy untuk fungsi fungsi yang membuat orang siap untuk fight or flee (mis. Peningkatan oksigenasi jaringan dengan bronkodilatasi dan peningkatan curah jantung.Sesuai dengan tujuan pengamatan ini yaitu untuk mengetahui efek farmakodinamik dari obat cendotropin, epinefrin, dan bisoprolol. Adapun efek karmakodinamik yang ingin diamati adalah miosis, midriassiss, diare, tremor, vasodilatasi, vasokontriksi, grooming, piloereksi, takikardia, bradikardia, dan salivasi, maka telah didapatkan hasil terhadap efek farmakodinamik tersebut. Epinefrin merupakan obat golongan simpatis yaitu agonis adrenergic yang berkerja langsung, sedangkan bisoprolol adalah golongan obat simpatis yaitu antagonis adrenergik yang bekerja dalam memnghambat reseptor .Adapun mekanisme kerja dari Epinefrin yaitumemperkuat kontraktilitas miokardium (inotropik positif: kerja 1) dan meningkatkan kecepatan kontraksinya (kronotropik positif: aksi 1). Karena itu curah jantung meningkat. Akibatnya, kebutuhan oksigen dalam miokardium meningkat. Epinefrin mengkontriksikan arteriol di kulit, membran mukosa, dan viseral (efek ) dan mendilatasi pembuluh darah yang menuju ke hati dan otot lurik (efek 2). Aliran darah ginjal berkurang. Karena itu, akumulasi efeknya adalah peningkatan tekanan darah sistolik yang disertai oleh sedikit penurunan tekanan diastolik.Mekanisme kerja dari Bisoprololadalah mengurangi curah jantung dan bersifat inotropik dan kronotropik negatif. Obat ini secara langsung menekan aktivitas sinoatrium dan atrioventrikel. Bradikardia, sebagai hasilnya, biasanya akan membatasi besaran dosis pemberian obat ini. Curah jantung, kekuatan, dan konsumsi oksigen menurun akibat penghambatan reseptor ; efek seperti ini diperlukan untuk pengobatan angina. Obat penghambat - efektif untuk memperlemah aritmia jantung supraventrikel tetapi secara umum, tidak efektif terhadap aritmia ventrikel. Epinefrin merupakan obat golongan simpatis yaitu agonis adrenergic yang berkerja langsung, sedangkan bisoprolol adalah golongan obat simpatis yaitu antagonis adrenergik yang bekerja dalam memnghambat reseptor .Adapun mekanisme kerja dari Epinefrin yaitumemperkuat kontraktilitas miokardium (inotropik positif: kerja 1) dan meningkatkan kecepatan kontraksinya (kronotropik positif: aksi 1). Karena itu curah jantung meningkat. Akibatnya, kebutuhan oksigen dalam miokardium meningkat. Epinefrin mengkontriksikan arteriol di kulit, membran mukosa, dan viseral (efek ) dan mendilatasi pembuluh darah yang menuju ke hati dan otot lurik (efek 2). Aliran darah ginjal berkurang. Karena itu, akumulasi efeknya adalah peningkatan tekanan darah sistolik yang disertai oleh sedikit penurunan tekanan diastolik.Mekanisme kerja dari Bisoprolol adalah mengurangi curah jantung dan bersifat inotropik dan kronotropik negatif. Obat ini secara langsung menekan aktivitas sinoatrium dan atrioventrikel. Bradikardia, sebagai hasilnya, biasanya akan membatasi besaran dosis pemberian obat ini. Curah jantung, kekuatan, dan konsumsi oksigen menurun akibat penghambatan reseptor ; efek seperti ini diperlukan untuk pengobatan angina. Obat penghambat - efektif untuk memperlemah aritmia jantung supraventrikel tetapi secara umum, tidak efektif terhadap aritmia ventrikel.Alat yang digunakan pada praktikum SSO ini yaitu erlenmeyer, kanula,,kapas, labu takar 5 mL, dan spoit 1mL. Adapun bahan yang digunakan pada praktikum SSO ini yaitu Alkohol, PAI (Aqua pro injeksi), betadine, bisoprolol, Cendotropine, Epinefrin, Na-CMC. Adapun hewan coba yang digunakan pada praktikum SSO ini yaitu Mencit (Mus musculus).Alasan digunakannya Mencit (Mus musculus) sebagai probandus karena hewan yang digunakan haruslah memiliki kesamaan struktur dan sistem organ dengan manusia, salah satunya yaitu hewan mencit (Mus Musculus). Selain itu haruslah juga memperhatikan variasi biologik (usia, jenis kelamin) ras, sifat genetik, status kesehatan, nutrisi, bobot dan luas permukaan tubuh, serta keadaan lingkungan fisiologik. Dan juga karena mencit (Mus Musculus) juga memiliki komponen darah yang dapat mewakili mamalia lainnya khususnya manusia, dan juga mencit (Mus Musculus) mempunyai organ terlengkap sebagai hewan mamalia.Adapun hasil pengamatan yang ditunjukan oleh kelompok I yang mengguakan oabt cendotropin dan probandus mencit dengan BB 20 g, yaitu pada menit ke 15 positif terjadi vasokontriksi dan takikardia, pada menit ke 30 positif terjadi midriasis, grooming dan piloereksi. Pada menit ke 60 positif terjadi midriasis, vasokontriksi, piloereksi dan takikardia. Pada menit ke 90 terjadi vasokontriksi dan takikardia.Hasil pengamatan yang ditunjukan oleh kelompok II yang menggunakan obat Bisoprolol dan probandus mencit dengan BB 28 g, yaitu pada menit ke 15 positif terjadi midriasis, tremor, vasokontriksi, grooming, piloereksi, dan takikardia. Pada menit ke 30 positif teerjadi vasodilatasi,grooming, dan bradikardia. Pada menit ke 60 positif terjadi miosis, vasodilatasi, dan bradikardia. Pada menit ke 90 positif terjadi miosis dan bradikardia.Hasil pengamatan yang ditunjukan oleh kelompok III yang menggunnakan obat Epinefrin dan probandus mencit dengan BB 24 g, yaitu pada menit ke 15 positif terjadi midriasis, vasokontriksi,grooming,piloereksi, dan takikardia. Pada menit ke 30 positif terjadi miosis, vasokontriksi, grooming, dan takikardia. Pada menit ke 60 positif terjadi midriasis, vasokontriksi, dan takikardia. Pada menit ke 90 positif terjadi midriasis, vasokontriksi, dan piloereksi. Hasil pengamatan yang ditunjukan oleh kelompok IV yang menggunakan obat epinefrin dan cendotropin, dan probandus mencit dengan BB 24 g, yaitu pada menit ke 15 poitif terjadi midriasis, diare, tremor, vaokontriksi, piloereksi dan takikardia. Pada menit ke 30, poitif terjadi midriasis, tremor, vassokontriksi,piloereksi dan takikardia. Pada menit ke 60, possitif terjadi midriasis, tremor, vasokontriksi, takikardia, dan piloereksi. Pada menit ke 90 positif terjadi miosiss, midriasis, vaokontriksi, piloereksi, dan takikardia. Pada menit ke 90 positif terjadi miosis, midriasis, vasokontriksi,piloereksi, dan takikardia.Hail pengamatan kelompok V dimana, Probandus yang digunakan oleh kelompok V adalah mencit dengan berat 30 g dan obat yang digunakan oleh kelompok V adalah bisoprolol dan epinefrin, pemberian dilakukan dengan cara oral untuk obat bisoprolol dan intraperitonial untuk obat epinefrin, dengan selang waktu 10 menit. Epinefrin merupakan obat golongan simpatis yaitu agonis adrenergic yang berkerja langsung, sedangkan bisoprolol adalah golongan obat simpatis yaitu antagonis adrenergik yang bekerja dalam memnghambat reseptor . Dilakukan pengamatan dengan melihat efek farmakodinamik pada mencit pada selang waktu 15 menit, 30 menit, 60 menit, dan 90 menit.Pada menit ke-15 setelah pemberian obat, efek farmakodinamik yang terjadi pada mencit adalah miosis, vasokontriksi,takikardia, dan salivasi. Terjadi miosis disebabkan karena efek dari obat golongan simpatis adalah miosis pada pupil mata, hal ini terjadi karena sistem saraf simpatis akan menghasilkan energi atau bersifat katabolik, sehingga pemberian obat epinefrin yang menyebabkan efek farmakodinamik tersebut.Selanjutnya terjadi vasokontriksi yang ditandai dengan terlihatnya sedikit pembuluh pembuluh darah pada telinga mencit (telinga mencit berwarna merah), hal ini menunjukan bahwa terjadi kenaikan tekanan darah pada mencit tetapi dalam tingkatan rata rata. Hal ini berdasarkan literature (farmakologi dan terapi) yang mengatakan Pemberian epi menyebabkan tekanan sistolik yang sedang dan penurunan diastolik. Tekanan nadi bertambah besar tetapi tekanan darah rata rata, jarang sekali menunjukan kenaikan yang besar.Pada menit ke-15 juga terjadi efek takikardia, yaitu denyut jantung mencit tiba tiba cepat (meningkat) hal ini diketahui dengan memegang dada mencit. Takikarda merupakan efek dari obat Epinefrin, sebagaimana berdasarkan literatur (farmakologi dan terapi) mengatakan Epinefrin mengaktivasi reseptor 1 di otot jantung, sel pacu jantung dan jaringan konduksi. Pada menit ke 15 juga terjadi salivasi, seharusnya salivasi terjadi pada golongan obat parasimpatis. Sehingga dugaan sementara ketika terjadi salivasi pada probandus berarti probandus memunntahkan sedikit obat yang diberikan secara oral.Pada menit ke 30 efek farmakodinamik yang positif adalah grooming dan takikardia. Pada menit ke -30 hampir menunjukan keadaan normal pada mencit, hal ini bisa saja terjadi karena obat bisoprolol yang bekerja dalam menghambat reseptor . sehingga yang tadinya pada menit ke-15 terjadi miosis dan vasokontriksi berubah menjadi normal pada mennit ke-30.Pada menit ke 60 sampai 90, mencit tidak lagi menunjukan efek farmakodinamik, dalam hal ini keadaan mencit telah kembali normal sama seperti sebelum pemberian obat.Berdasarkan hasil praktikum yang sudah dilakukan diperoleh hasil yang sebagian sesuai dengan literatur dan sebagiannya tidak sesuai dengan literatur, dimana menurut literatur efek farmakodinamik dari cendotropin adalah midriasis dan bradikardia, sedangkan hasil pengamatan efek farmakodinamik dari cendotropin adalah midriasis, vasokontriksi, grooming, piloereki, dan takikardia. Selanjutnya menurut literatur efek farmakodinamik dari bisoprolol adalah midriasis, tremor, vasodiltasi, dan bradikardia yang sudah sesuai dengan hasil pengamatan. Obat yang terakhir adalah epinefrin, menurut lliteratur efek farmakodinamik dari epinefrin adalah midriasis, vasokontriksi, grooming, piloereksi, dan takikardia yang sudah sesuai dengan hasil pengamatan.

BAB V KESIMPULANA. Kesimpulan Berdasarkan hasil pengamatan yang telah didapatkan dapat disimpulkan bahwa: Efek farmakodinamik yang dapat ditimbulkan oleh cendotropin adalah midriasis, vasokontriksi, grooming, piloereki, dan bradikardia.a. Efek farmakodinamik yang dapat ditimbulkan oleh bisoprolol adalah midriasis, tremor, vasodiltasi, frooming, piloereki, dan bradikardia.b. Efek farmakodinamik yang dapat ditimbulkan oleh epinefrin adalah midriasis, vasokontriksi, grooming, piloereksi, dan takikardia.B. SaranSebaiknya asisten lebih mendampigi praktikan pada saat jalannya praktikum agar dapat menjelaskan mengenai materi yang dipraktikumkan.

LAMPIRANA. Perhitungan Dosis1. Cendotropine 10 mg/5 mlDosis Dewasa= Dosis mencit= 0,16mg/kgBB Dosis mencit 30 gram= Larutan stok= Pengenceran =10mg5 mL (10mg/5ml) 1 mL5 mL (2mg/5mL) X5 mL (0,295 mg/5mL)X = 2. Epinefrin 1 mg/ mlDosis Dewasa= Dosis mencit= 0,016mg/kgBB Dosis mencit 30 gram= mgLarutan stok= Pengenceran = 1 mg5 ml (1 mg/5mL) 1 mL5 ml (0,2mg/5mL) X5 mL (0,025 mg/5 mL)X = 3. Bisoprolol 5 mgDosis Dewasa= Dosis mencit= 0,083 mg/kgBB Dosis mencit 30 gram= mgLarutan stok= BYD=

B. Skema KerjaHewan coba mencit

IIIIII IV VCendotropin Bisoprolol Epinefrin Bisoprolol Bisoprolol + + Cendotropin EpinefrinDiamati efek farmakodinamiknya ( miosis, Midriasis, diare, Tremor, vasodilatasi, vasokontriksi, grooming, piloereksi, takikardia, bradikardia, salivasi) Diamati menit 15,30,60,90 Dicatat data pengamatan

Wiri Resky Amalia15020140074