Laporan Hubungan Ikan Dengan Lingkungannya

31
INTERAKSI MAKHLUK HIDUP DENGAN LINGKUNGANNYA A. Tujuan 1. Mengetahui hubungan antara ikan dengan lingkungan perairan 2. Mengetahui adanya perubahan oksigen, suhu, derajat keasaman dalam akuarium 3. Mengetahui frekuensi respirasi ikan dan posisi ikan dalam lingkungan akuarium B. Dasar Teori Setiap mahluk hidup memiliki ciri-ciri tertentu, salah satunya menerima dan menanggapi rangsang. Ketika terjadi perubahan terhadap kondisi lingkungan, maka mahluk hidup akan melakukan penyesuaian diri atau adaptasi untuk merasa lebih nyaman dan bisa beraktivitas dengan normal. Ketika mahluk hidup tersebut tak mampu untuk menyesuaikan diri, maka ia akan mengalami kematian atau terkana seleksi alam (Amdah, 2011). Ekosistem adalah suatu sistem di alam dimana di dalamnya terjadi hubungan timbal balik antara organisme dengan organisme yang lainnya, serta kondisi lingkungannya. Ekosistem sifatnya tidak tergantung kepada ukuran, tetapi lebih ditekankan kepada kelengkapan komponennya. Ekosistem lengkap terdiri atas komponen

description

laporan interaksi makhluk hidup(ikan dengan lingkungannya)

Transcript of Laporan Hubungan Ikan Dengan Lingkungannya

Page 1: Laporan Hubungan Ikan Dengan Lingkungannya

INTERAKSI MAKHLUK HIDUP DENGAN LINGKUNGANNYA

A. Tujuan

1. Mengetahui hubungan antara ikan dengan lingkungan perairan

2. Mengetahui adanya perubahan oksigen, suhu, derajat keasaman dalam

akuarium

3. Mengetahui frekuensi respirasi ikan dan posisi ikan dalam lingkungan

akuarium

B. Dasar Teori

Setiap mahluk hidup memiliki ciri-ciri tertentu, salah satunya menerima dan

menanggapi rangsang. Ketika terjadi perubahan terhadap kondisi lingkungan, maka

mahluk hidup akan melakukan penyesuaian diri atau adaptasi untuk merasa lebih

nyaman dan bisa beraktivitas dengan normal. Ketika mahluk hidup tersebut tak

mampu untuk menyesuaikan diri, maka ia akan mengalami kematian atau terkana

seleksi alam (Amdah, 2011).

Ekosistem adalah suatu sistem di alam dimana di dalamnya terjadi hubungan

timbal balik antara organisme dengan organisme yang lainnya, serta kondisi

lingkungannya. Ekosistem sifatnya tidak tergantung kepada ukuran, tetapi lebih

ditekankan kepada kelengkapan komponennya. Ekosistem lengkap terdiri atas

komponen abiotik dan biotik. Komponen biotik dan abiotik tersebut antara lain:

1. Komponen Biotik

Biotik adalah mahluk hidup. Lingkungan biotic suatu mahluk hidup adalah

seluruh mahluk hidup, baik dari spesiesnya sendiri maupun dari spesies berbeda yang

hidup di tempat yang sama. Dengan demikian, dalam suatu tempat , setiap mahluk

hidup merupakan lingkungan hidup bagi mahluk hidup lain. Komponen-komponen

biotic terdiri dari berbagai jenis mikroorganisme, hidrila, dan lain-lain

2. Komponen Abiotik

Abiotik adalah bukan mahluk hidup atau komponen tak hidup. Komponen

abiotik merupakan komponen fisik dan kimia tempat hidup mahluk hidup. Contoj

Page 2: Laporan Hubungan Ikan Dengan Lingkungannya

komponen abiotik antara lain suhu, cahaya, air, kelembapan,udara, garam-garam

mineral, dan tanah.

Keadaan lingkungan suatu organisme umumnya selalu berubah. Keadaan

lingkungan yang mempengaruhi suatu habitaat adalah perubahan suhu udara,

kelembapan, intensitas cahaya matahari, air, tanah, dan makanan. Bila keadaan

lingkungan berubah maka sifat habitat akan berubah pula. Banyak faktor yang dapat

mempengaruhi organisme dalam melakukan aktivitasnya contohnya pengaruh dari

luar seperti lingkungan dan pengaruh dalam yang berasal dari organisme itu sendiri.

Ikan merupakan hewan ektotermik yang berarti tidak menghasilkan panas

tubuh, sehingga suhu tubuhnya tergantung atau menyesuaikan suhu lingkungan

sekelilingnya (Tunas, 2005). Sebagai hewan air, ikan memiliki beberapa mekanisme

fisiologis yang tidak dimiliki oleh hewan darat. Perbedaan habitat menyebabkan

perkembangan organ-organ ikan disesuaikan dengan kondisi lingkungan (Yushinta,

2004). Secara kesuluruhan ikan lebih toleran terhadap perubahan suhu air, beberapa

spesies mampu hidup pada suhu air mencapai 290C, sedangkan jenis lain dapat hidup

pada suhu air yang sangat dingin, akan tetapi kisaran toleransi individual terhadap

suhu umumnya terbatas (Sukiya, 2005)

Suhu merupakan faktor penting dalam ekosistem perairan (Ewusie, 1990).

Kenaikan suhu air dapat akan menimbulkan kehidupan ikan dan hewan air lainnya

terganggu (Kanisius, 1992). Menurut Soetjipta (1993), Air memiliki beberapa sifat

termal yang unik, sehingga perubahan suhu dalam air berjalan lebih lambat dari pada

udara. Selanjutnya Soetjipta menambahkan bahwa walaupun suhu kurang mudah

berubah di dalam air daripada di udara, namun suhu merupakan faktor pembatas

utama, oleh karena itu mahluk akuatik sering memiliki toleransi yang sempit.

Beberapa faktor lain yang mempengaruhi aktivitas organisme adalah DO

(Dissolved Oxygen) dan pH. Tingginya suhu air akan mengurangi kadar oksigen

terlarut. Keadaan suhu air dan DO akan mempengaruhi aktivitas ikan. Suhu air sangat

berkaitan erat dengan konsentrasi oksigen terlarut dan laju konsumsi oksigen hewan

air . Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen =DO) dibutuhkan oleh semua jasad hidup

untuk pernapasan, proses metabolisme atau pertukaran zat yang kemudian

Page 3: Laporan Hubungan Ikan Dengan Lingkungannya

menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan pembiakan. Disamping itu, oksigen

juga dibutuhkan untuk oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik dalam proses

aerobik. Oksigen merupakan salah satu gas yang terlarut dalam perairan. Kadar

oksigen yang larut di perairan bervariasi, tergantung pada suhu, salinitas, turbulensi

air, dan tekanan atmosfer. Semakin besar suhu dan ketinggian serta semakin kecil

tekanan atmosfer, kadar oksigen terlarut semakin kecil (Effendi, 2003). Sumber

utama oksigen dalam suatu perairan berasal sari suatu proses difusi dari udara bebas

dan hasil fotosintesis organisme yang hidup dalam perairan tersebut (Salmin, 2005).

Kadar kelarutan oksigen menentukan kualitas suatu perairan, semakin tinggi

kualitas air semakin baik kehidupan ikan dan organisme air lain di dalamnya. Proses

metabolisme ikan membutuhkan oksigen untuk menghasilkan energi untuk

pertumbuhan dan perkembangbiakan. Sumber utama oksigen dalam perairan berasal

dari proses difusi dari udara bebas dan hasil fotosintesis tumbuhan yang hidup dalam

perairan tersebut (Salmin, 2005). Kecepatan difusi oksigen dari udara, tergantung

dari kekeruhan air, suhu, pergerakan massa air dan udara, kadar garam (salinitas),

luas daerah permukaan perairan yang terbuka, tekanan atmosfer, dan prosentase

oksigen di sekelilingnya (Edward dan FS. Pulumahuny, 2003). pH sangat penting

sebagai parameter kualitas air karena dapat mengontrol tipe dan laju kecepatan reaksi

beberapa bahan di dalam air, selain itu ikan dan mahluk-mahluk akuatik lainnya

hidup pada selang pH tertentu, sehingga dengan diketahuinya nilai pH maka kita akan

tahu apakah air tersebut sesuai atau tidak untuk menunjang kehidupan organisme air

termasuk di dalamnya ikan dan tumbuhan air.

C. Alat dan Bahan

~ 5 buah ikan ~ Hidrila

~ 4 buah kolam ~ Stopwatch

~ Air ~ pH meter dan DO meter

~ Counter ~ Termometer

~ Penggaris ~ Batu

Page 4: Laporan Hubungan Ikan Dengan Lingkungannya

D. Prosedur

1. Mencuci kolam hingga bersih

2. Mengisi ketiga kolam dengan volume air yang sama

3. Memasukkan ikan, dan hidrila dengan ketentuan berikut ini :

Kolam pertama diisi dengan hidrila

Kolam kedua diisi dengan ikan

Kolam ketiga diisi dengan hidrila dan 1 ikan

Kolam keempat diisi dengan hidrila dan 3 ikan

4. Kolam diletakkan didekat jendela

5. Mengukur ketinggian air, pH, DO, temperature, dan frekuensi membuka

menutupnya operculum ikan selama 1 menit

6. Pengukuran dilakukan secara berkala selama 10 hari dan dilaksanakan tiap pukul

12.00 WIB.

E. Data

1. Aquarium 1 (Hydrilla dan Air)

Hari ke-

pHSuhu (◦C)

DO (mg/L)ketinggian air

(cm)Volume (L)

1 7.4 26 7.5 11 10.04852 6.89 25.1 6.63 11 10.04853 7.49 24.4 7.0 11 10.04854 7.65 24 7.63 11 10.04855 6.96 24 7.16 10.7 9.774456 7.2 25.3 7.33 10.6 9.68317 7.3 24 7.23 10.4 9.50048 7.3 24.3 7.28 10.35 9.4547259 7.3 24.7 7.33 10.3 9.4090510 7.3 25 7.4 10.3 9.40905

Pada aquarium 1 yang hanya berisi hydrilla dan air didapatkan data pada hari

ke satu pengamatan suhunya 260C, yang merupakan suhu normal dan merupakan

suhu normal untuk semua organisme yang hidup di air dan pada hari ke satu ini

keadaan di dalam aquarium 1 ini masih keadaan air alami belum terjadi proses

Page 5: Laporan Hubungan Ikan Dengan Lingkungannya

fotosintesis oleh tumbuhan hydrilla, dengan kadar oksigen terlarut (DO) sebesar

7,5 mg/L dan pH sebesar 7,4 pada volume air 10,4085 L.

Pada hari ke dua terjadi penuruanan suhu dari 260C ke 25,10C sehingga

menyebabkan penurunan kadar oksigen terlarut (DO) dari 7,5 mg/L ke 6,63 mg/L,

hal ini di sebabkan karena penurunan suhu sehingga tumbuhan hydrilla tidak dapat

melakukan fotosintesis secara maksimal. Serta terjadi penurunan pH dari 7,4 ke

6,89 hal ini dikarenakan hydrilla tidak dapat melakukan fotosintesis secara

maksimal menyebabkan asam karbonat dalam air tidak dipakai seluruhnya pada

proses fotosintesis. namun penurunannya masih dapat ditolerir oleh organisme

yang tumbuh di dalam air yaitu hydrilla.

Pada hari ke tiga dan ke empat terjadi penurunan suhu, namun oksigen

terlarut dan pH pada air meningkat.Hal ini memang agak ganjal dan aneh sebab

jika suhu turun maka aktifitas hidrilla untuk melakukan fotosintesis juga menurun

sehingga kadar oksigen terlarut seharusnya juga turun sebab saat fotosintesis

hydrilla menghasilkan sedikit oksigen, serta pH air juga harusnya menurun sebab

saat fotosintesis hidrilla memerlukan karbon dioksida didalam air karbon dioksida

berupa asam karbonat sebab karbon dioksida di udara jika berikatan dengan air

akan membentuk asam karbonat karna tidak terjadi fotosintesis secara maksimal

maka penggunaan asam karbonat untuk fotosintesis tidak efektif sehingga masih

banyak asam karbonat yang terdapat di lingkungan. Namun jika di tinjau dari

sudut pandang yang lain hal tersebut bisa terjadi karena pada aquarium 1 hanya

terdapat satu organisme yaitu hidrilla sehingga tidak terlalu banyak pencemaran air

oleh hasil ekskresinya pada saat respirasi sehingga pH air meningkat dan kadar

oksigen terlarut dapat meningkat karena adanya proses difusi antara air dgn udara

bebas dan juga hasil fotosintesis.

Pada saat hari ke-5 suhu air sama dengan hari ke-4 namun DO menurun

dari7,63 menjadi 7,16 hal tersebut dikarenakan hasil fotosintesis yang kurang

maksimal dan difusi oksigen diair dengan udara bebas tidak terjadi, serta terjadi

penurunan pH dari 7,65 menjadi 6,96 haltersebut dikarenakan asam karbonat yang

digunakan untuk fotosintesis tidak maksimal. Serta terjadi penurunan volume air

Page 6: Laporan Hubungan Ikan Dengan Lingkungannya

hal ini dsebabkan oleh intensitas cahaya yang terus menerus mengenai aquarium

sehingga terjadi penguapan air di aquarim.

Pada hari ke 6 suhu meningkat dari 24 menjadi 25,3 begitupula DO dan pH di

karenakan pada suhu ini terjadi fotosintesis yang maksimal sehingga menghasilkn

hasil yang sangat baik. Pada hari ke 7 sampai ke 10 terjadi perubahan suhu dari 24

ke 24,3 ke 24,7 dan terakhir menjadi 25 namun pada hari ke 7 sampai ke 10 pH air

konstan yaitu 7,3 dan kadaroksigen terlarut mengalami perubahan dari 7.23 ke

7.28 ke 7.33 dan terakhir menjadi 7.4 hal tersebut terjadi karena pada setiap

perubahan terjadi peningkatan suhu sehingga fotosintesis berlangsung dengan

maksimal setiap peningkatan suhu sehingga terjadi peningkatan kadar oksigen

terlarut setiap hari sehingga pH air pun konstan sebab proses fotosintesis selalu

berlangsung maksimal.

Aquarium 2

Hari ke-

pHSuhu (◦C)

DO (mg/L)

f operkulum ( ../ menit)

ketinggian air (cm)

Volume (L)

1 7.5 26 7.57 49 10.7 9.774452 6.88 24.6 6.83 84  10.7 9.774453 7.31 24.3 7.1 70  10.6 9.68314 7.6 25.2 7.67 55 10.5 9.591755 7.1 25.5 6.4 61 10 9.1356 7 25.3 7.2 61 9.7 8.860957 7.3 24.9 6.6 12 9.6 8.76968 7.4 25 6.9 25 9.4 8.58699 7.4 25 7.1 38 9.4 8.5869

10 7.4 25 7.3 46 9.4 8.5869

Catatan :

1. Hari 1 : Jum’at, 24 Januari 2014

Posisi ikan di bawah dan tidak naik ke permukaan

2. Hari 2 : Sabtu, 25 Januari 2014

Posisi ikan di pojok bawah

3. Hari 3 : Minggu, 26 Januari 2014

Posisi ikan di pojok kiri bawah

Page 7: Laporan Hubungan Ikan Dengan Lingkungannya

4. Hari 4 : Senin, 27 Januari 2014

Posisi ikan di pojok kiri bawah

5. Hari 5 : Selasa, 28 Januari 2014

Posisi ikan di pojok kiri bawah

6. Hari 6 : Rabu, 29 Januari 2014

Posisi ikan di pojok kiri bawah

7. Hari 7 : Kamis, 30 Januari 2014

Posisi ikan yakni berenang dari ujung satu ke ujung

yang lain dengan lincah

8. Hari 10 : Minggu, 2 Februari 2014

Posisi ikan berada di pojok kanan bawah dan

pergerakan operkulum lemah

9. Pengamatan pada hari ke- 8 dan hari ke- 9 tidak dilakukan

dan perhitungan data secara statistic

Pada aquarium 2 yang hanya berisi ikan dan air didapatkan data pada hari ke

satu pengamatan suhunya 260C, yang merupakan suhu normal dan merupakan suhu

normal untuk semua organisme yang hidup di air dan pada hari ke satu ini keadaan di

dalam aquarium 2 ini masih keadaan air alami belum terjadi proses respirasi oleh ikan

mas dengan kadar oksigen terlarut (DO) sebesar 7,57 mg/L, pH sebesar 7,7 dan

frekuensi operkulum ikan sebesar 49/menit hal ini dikarenakan ikan baru saja di

pindah dari ember ke dalam aquarium sehingga ikan membutuhkan adaptasi dengan

lingkungan di dalam aquarium pada volume air 9.77445 L.

Pada hari ke dua suhu air berubah menjadi 24,6 terjadi penurunan suhu

sehingga terjadi penurunan kadar oksigen terlarut dari 7,57 mg/L menjadi 6,83 mg/L

hal ini dikarenakan terjadipenggunaan oksigen oleh ikan sedangkan sumber oksigen

haya dari difusi air dengan udara bebas dan hal tersebut tidak selalu dapat dilakukan

sebab ada beberapa faktor yang mempengaruhi, serta terjadi penurunan pH sebab

kadar oksigen terlarut lebih sedikit dan frekuensi operkulum meningkat menjadi 84

dikarenakan kadar oksigen terlarut yang tersedia sangat sedikit.

Page 8: Laporan Hubungan Ikan Dengan Lingkungannya

Pada hari ke tiga terjadi perbahan menjadi 24,3 terjadi penurunan suhu namun

terjadi peningkatan kadar oksigen terlarut menjadi 7.1 mg/L hal tersebut dikarenakan

tekanan udara tidak terlalu pekat sehingga proses difusi dapat terjadi dengan

maksimal dan terjadi kenaikan pH menjadi 7.31 hal ini terjadi karena kadar oksigen

terlarut di dalam air lebih banyak dari pada kadar karbon dioksida dalam air sehingga

terjadi penurunan frekuensi operkulum ikan menjadi 70/menit karena kadar oksigen

terlarut tercukupi namun terjadi penurunan volume menjadi 9.6831 hal ini disebabkan

karena terjadi suhu sehingga air mengalami penguapan.

Pada hari ke empat terjadi perubahan menjadi 25.2 terjadi kenaikan suhu air

namun terjadi kenaikan kadar oksigen terlarut menjadi 7.67 hal tersebut dikarenakan

tekanan udara tidak terlalu pekat sehingga proses difusi dapat terjadi dengan

maksimal sehingga terjadi peningkatan pH menjadi 7.6 31 hal ini terjadi karena kadar

oksigen terlarut di dalam air lebih banyak dari pada kadar karbon dioksida dalam air

sehingga terjadi penurunan frekuensi operkulum ikan menjadi 55/menit karena kadar

oksigen terlarut tercukupi namun terjadi penurunan volume menjadi 9.59175 hal ini

di karenakan kolam selalu mendapat cahaya langsung baik pagi maupun siang

sehingga terjadi pengupan air dalm aquarium.

Pada hari ke lima terjadi perubahan suhu menjadi 25.5 terjadi kenaikan suhu

air di ikuti dengan penurunan kadar oksigen terlarut menjadi 6.4 hal tersebut terjadi

karena terjadipenggunaan oksigen oleh ikan sedangkan sumber oksigen haya dari

difusi air dengan udara bebas dan hal tersebut tidak selalu dapat dilakukan sebab ada

beberapa faktor yang mempengaruhi, anehnya tidak terjadi penurunan pH air pH air

malah meningkat 7.1 mungkin terjadi kesalahan saat membaca skala pada alat

sehingga frekuensi operkulum ikan meningkat menjadi 61/menit karena kadar

oksigen terlarut yang dibutuhkan tidak tersedia sesuai dengan kebutuhannya dan

terjadi penurunan volume menjadi 9.135 hal ini di karenakan kolam selalu mendapat

cahaya langsung baik pagi maupun siang sehingga terjadi pengupan air dalm

aquarium dan juga terjadi kenaikan suhu air.

Pada hari ke enam terjadi perubahan suhu menjadi 25.3

terjadi penurunan suhu sehingga terjadi peningkatan kadar oksigen

Page 9: Laporan Hubungan Ikan Dengan Lingkungannya

terlarut menjadi 7.2 hal ini dikarenakan tekanan udara tidak terlalu pekat

sehingga proses difusi dapat terjadi dengan maksimal dan kadar pH 7, hal ini sesuai

dengan perubahan yang terjadi namun jika dibandingkan dengan data pH sebelum

nya tidak lah sesuai. Namun frekuensi operkulum konstan yaitu sebesar 61/menit.

Sedangkan volumenya mengalami penurunan menjadi 8.86095 hal

ini di karenakan kolam selalu mendapat cahaya langsung baik pagi maupun siang

sehingga terjadi pengupan air dalm aquarium.

Pada hari ke tujuh terjadi penurunan suhu menjadi 24.9

namun terjadi penurunan kadar oksigen terlarut menjadi 6.6 hal

tersebut terjadi karena terjadipenggunaan oksigen oleh ikan sedangkan sumber

oksigen haya dari difusi air dengan udara bebas dan hal tersebut tidak selalu dapat

dilakukan sebab ada beberapa faktor yang mempengaruhi serta terjadi proses respirasi

oleh ikan yang menghasilkan karbon dioksida. Namun pH air malah meningkat 7.3

dimungkinkan terdapat kesalahan oleh pengamat saat membaca

skala pada alat. Karena kadar oksigen terlarutmenurun

menyebabkan frekuensi operkulum ikan menurun menjadi 12/menit

karena ikan sudah tidak memiliki tenaga untuk melakukan proses

metabolisme dalam tubuhnya. Sedangkan volumenya mengalami

penurunan menjadi 8.7696 hal ini di karenakan kolam selalu mendapat cahaya

langsung baik pagi maupun siang sehingga terjadi pengupan air dalm aquarium.

Pada hari ke delapan terjadi peningkatan suhu menjadi 25

sehingga terjadi peningkatan kadar oksigen terlarut menjadi 6,9 hal

tersebut terjadi karena difusi air dengan udara bebas walaupun tidak maksimal.

Sehingga terjadi kenaikan kadar pH air menjadi 7,4 karena kadar oksigen terlarut

lebih besar dibandingkan karn dioksida dalam air. Sehingga terjadi kenaikan

frekuensi operkulum ikan menjadi 25/menit karena kadar oksigen terlarut dalam air

dapatmencukupi kebutuhan ikan. Sedangkan volume airnya senantiasa mengalami

penurunan sebab aquarium selalu mendapat cahaya langsung baik pagi maupun siang

sehingga terjadi pengupan air dalm aquarium.

Page 10: Laporan Hubungan Ikan Dengan Lingkungannya

Pada hari ke sembilan dan kesepuluh suhunya tidak

mengalami perubahan yakni sebesar 25 namun mengalami

peningkatang kadar oksigen pada hari ke sembilan dan ke sepuluh

yaitu 7,1 dan 7,3 namun pH airnya konstan yakni sebesar 7,4

namun frekuensi operkulumnya juga meningkat pada hari ke

sembilan 38/menit dan pada hari ke sepuluh 46/menit hal tersebut

di sebabkan oleh kadar oksigen terlarut yang semakin meningkat

dan kekonstanan pH. Namun volume airnya tidak mengalami

perubahan malah tetap konstan dari hari ke delapan sampai ke

sepuluh.

2. Kolam 3

Hari ke-

pHSuhu (◦C)

DO (mg/L)

f operkulum ( ../ menit)

Volume air ( L)

Keterangan

1 7,5 26 7,5 69 10,715

2 6,97 24,4 6,9 86 10,604

3 7,42 24,3 7,1 51 10,604

4 7,2 25 5,6 52 10,604

5 6,7 25,6 6,5 71 10,408

6 7,1 25,9 7,4 52 10,212

7 7,4 25,2 7,5 64 10,212

8 7,3 25,2 7,4 61

9 7,1 25,2 7,4 59

10 6,9 25,1 7,3 57

Pada aquarium 3 yang hanya berisi satu ikan, hidra dan air didapatkan data

pada hari ke satu pengamatan suhunya 260C, yang merupakan suhu normal dan

merupakan suhu normal untuk semua organisme yang hidup di air dan pada hari ke

Page 11: Laporan Hubungan Ikan Dengan Lingkungannya

satu ini keadaan di dalam aquarium 3 ini masih keadaan air alami belum terjadi

proses respirasi oleh ikan mas dengan kadar oksigen terlarut (DO) sebesar 7,5 mg/L,

pH sebesar 7,5 dan frekuensi operkulum ikan sebesar 69/menit hal ini dikarenakan

ikan baru saja di pindah dari ember ke dalam aquarium sehingga ikan membutuhkan

adaptasi dengan lingkungan di dalam aquarium. Pada aquarium telah di isi air dengan

volume air 10,715 L.

Pada hari ke dua suhu air berubah menjadi 24,4 terjadi penurunan suhu

sehingga terjadi penurunan kadar oksigen terlarut dari 7,5 mg/L menjadi 6,9 mg/L hal

ini dikarenakan terjadi proses foosintesis yang kurang maksimal oleh hidrilla atau

difusi air dengan udara bebas kurang maksimal sebab hal tersebut tidak selalu dapat

dilakukan sebab ada beberapa faktor yang mempengaruhi. Serta terjadi penurunan pH

menjadi 6,97 sebab kadar oksigen terlarut lebih sedikit daripada kadar karbon

dioksida dan frekuensi operkulum meningkat menjadi 86 dikarenakan kadar oksigen

terlarut yang tersedia sangat sedikit. Terjadi penurunan suhu menjadi 10,604

dikarenakan aquarium selalu mendapatkan pencahayaan oleh matahari baik pagi

maupun siang hari.

Pada hari ke tiga terjadi perbahan menjadi 24,3 terjadi penurunan suhu namun

terjadi peningkatan kadar oksigen terlarut menjadi 7.1 mg/L hal tersebut dikarenakan

tekanan udara tidak terlalu pekat sehingga proses difusi dapat terjadi dengan

maksimal dan proses fotosintesis oleh hidrilla juga berjalan maksimal. Terjadi

kenaikan pH menjadi 7.42 hal ini terjadi karena kadar oksigen terlarut di dalam air

lebih banyak dari pada kadar karbon dioksida dalam air sehingga terjadi penurunan

frekuensi operkulum ikan menjadi 51/menit karena kadar oksigen terlarut tercukupi.

Volume air dalam akuarium konstan yaitu sebesar 10,604.

Pada hari ke empat terjadi perubahan menjadi 25 terjadi kenaikan suhu air

disertai dengan terjadi penurunan kadar oksigen terlarut menjadi 5,6 hal tersebut

dikarenakan tekanan terlalu pekat sehingga proses difusi tidak terjadi dengan

maksimal sehingga terjadi penurunan pH menjadi 7,2 hal ini terjadi karena kadar

oksigen terlarut di dalam air lebih sedikit dari pada kadar karbon dioksida dalam air

sehingga terjadi penurunan frekuensi operkulum ikan menjadi 52/menit karena kadar

Page 12: Laporan Hubungan Ikan Dengan Lingkungannya

oksigen terlarut tidak tercukupi namun terjadi penurunan volume menjadi 9.59175

hal ini di karenakan kolam selalu mendapat cahaya langsung baik pagi maupun siang

sehingga terjadi pengupan air dalm aquarium. Volume air dalam akuarium konstan

yaitu sebesar 10,604.

Pada hari ke lima terjadi perubahan suhu menjadi 25,9 terjadi kenaikan suhu

air di ikuti dengan peningkatan kadar oksigen terlarut menjadi 6.5 hal tersebut terjadi

karena terjadi hal tersebut tidak selalu dapat dilakukan sebab ada beberapa faktor

yang mempengaruhi, terjadi penurunan pH menjadi 6,7 mungkin terjadi kesalahan

saat membaca skala pada alat sehingga frekuensi operkulum ikan meningkat menjadi

71/menit karena kadar oksigen terlarut yang dibutuhkan tidak tersedia sesuai dengan

kebutuhannya dan terjadi penurunan volume menjadi 10.408 hal ini di karenakan

aquarium selalu mendapat cahaya langsung baik pagi maupun siang sehingga terjadi

pengupan air dalm aquarium dan juga terjadi kenaikan suhu air.

Pada hari ke enam terjadi perubahan suhu menjadi 25,9

terjadi peningkatan suhu sehingga terjadi peningkatan kadar

oksigen terlarut menjadi 7.4 hal ini dikarenakan tekanan udara tidak

terlalu pekat sehingga proses difusi dapat terjadi dengan maksimal dan terjadinya

fotosintesis yang maksimal oleh hidrilla.terjadi peningkatan pH 7,1, hal ini terjadi

karena metabolisme ikan dan hidrilla meningjat. Namun frekuensi operkulum

meningkat menjadi 52/menit hal tersebut terjadikarena kadar oksigen terlarut dalam

air meningkat. Sedangkan volumenya mengalami penurunan menjadi

10,212 hal ini di karenakan kolam selalu mendapat cahaya langsung baik pagi

maupun siang sehingga terjadi pengupan air dalm aquarium.

Pada hari ke tujuh terjadi penurunan suhu menjadi 25,5

namun terjadi peningkatan kadar oksigen terlarut menjadi 7,5 hal

ini dikarenakan tekanan udara tidak terlalu pekat sehingga proses difusi dapat

terjadi dengan maksimal dan terjadinya fotosintesis yang maksimal oleh hidrilla.

Sehingga terjadi peningkatan pH air menjadi 7,4 karena kadar oksigen

terlarut lebih banyak dibandingkan dengan kadar karbon dioksida.

Namun frekuensi operkulum ikan meningkat menjadi 64/menit

Page 13: Laporan Hubungan Ikan Dengan Lingkungannya

karena oksigen terlarut yang tersedia tidak mencukupi

kebutuhannya. Sedangkan volumenya konstan yakni sebesar

10,212.

Pada hari ke delapan terjadi penurunan suhu menjadi 25,2

namun terjadi penurunan kadar oksigen terlarut menjadi 7,4 hal

tersebut terjadi karena difusi air dengan udara bebas tidak maksimal dan proses

fotosintesis tumbuhan hidrilla juga berlangsung tidak maksimal. Sehingga terjadi

penurunan kadar pH air menjadi 7,3 karena kadar oksigen terlarut lebih sedikit

dibandingkan karbon dioksida dalam air. Namun terjadi penurunan frekuensi

operkulum ikan menjadi 61/menit.

Pada hari ke sembilan dan kesepuluh suhu mengalami

perubahan yakni 25,5 pada hari ke sembilan dan 25,1 pada hari ke

sepuluh terjadi penurunan, namun mengalami penurunan juga pada

kadar oksigen terlarutnya di hari ke sembilan sebesar7,4 dan di hari

ke sepuluh sebesar7,3 sehingga pH airnya juga mengalami

penurunan dari 7,1 menjadi 6,9. Namun frekuensi operkulumnya

menurun pada hari ke sembilan 59/menit dan pada hari ke sepuluh

57/menit.

4. Kolam 4

Hari ke-

pHSuhu (◦C)

DO (mg/L)

f operkulum ( ../ menit)

ketinggian air (cm)

Volume (L)

1 7.36 26 7.5 63 10.7 9.774452 6.89 24.13 7.03 82  10.7 9.774453 7.21 24.2 6.97 65  10.6 9.68314 6.9 25.9 7.1 54 10.5 9.59175

5 7.13 25.2 5.5 53 10 9.135

6 6.9 27.4 6.7 57 9.7 8.86095

7 7.2 25.8 7.3 46 9.6 8.7696

8 7.2 25.1 7.4 50 9.4 8.5869

9 7.25 25 7.5 52 9.4 8.5869

10 7.4 24.7 7.6 54 9.4 8.5869

Page 14: Laporan Hubungan Ikan Dengan Lingkungannya

Pada aquarium 4 yang hanya berisi tiga ikan, hidrilla dan air didapatkan data

pada hari ke satu pengamatan suhunya 260C, yang merupakan suhu normal dan

merupakan suhu normal untuk semua organisme yang hidup di air dan pada hari ke

satu ini keadaan di dalam aquarium 3 ini masih keadaan air alami belum terjadi

proses respirasi oleh ikan mas dengan kadar oksigen terlarut (DO) sebesar 7,5 mg/L,

pH sebesar 7,36 dan frekuensi operkulum ikan sebesar 63/menit hal ini dikarenakan

ikan baru saja di pindah dari ember ke dalam aquarium sehingga ikan membutuhkan

adaptasi dengan lingkungan di dalam aquarium. Pada aquarium telah di isi air dengan

volume air 9,77445L.

Pada hari ke dua suhu air berubah menjadi 24,13 terjadi penurunan suhu

sehingga terjadi penurunan kadar oksigen terlarut dari 7,5 mg/L menjadi 7,03 mg/L

hal ini dikarenakan terjadi proses foosintesis yang kurang maksimal oleh hidrilla atau

difusi air dengan udara bebas kurang maksimal sebab hal tersebut tidak selalu dapat

dilakukan sebab ada beberapa faktor yang mempengaruhi. Serta terjadi penurunan pH

menjadi 6,89 sebab kadar oksigen terlarut lebih sedikit daripada kadar karbon

dioksida dan frekuensi operkulum meningkat menjadi 82 dikarenakan kadar oksigen

terlarut yang tersedia sangat sedikit. Terjadi kekonstanan volume yaitu 9,77445.

Pada hari ke tiga terjadi perbahan menjadi 24,2 terjadi peningkatan suhu

sehingga terjadi penurunan kadar oksigen terlarut menjadi 6,97 mg/L hal tersebut

dikarenakan tekanan udara terlalu pekat sehingga proses difusi tidak dapat terjadi

dengan maksimal dan proses fotosintesis oleh hidrilla juga berjalan tidak maksimal.

Namun terjadi kenaikan pH menjadi 7.24 hal ini terjadi karenena dimungkinkan saat

mengukur pH peneliti tidak akurat dalm melihat angka dan terjadi penurunan

frekuensi operkulum ikan menjadi 65/menit karena kadar oksigen terlarut tercukupi n

karena ikan sudah ber adaptasi terhadap lingkungan. Volume air dalam akuarium

menurun menjadi 9,6831 hal ini di karenakan kolam selalu mendapat cahaya

langsung baik pagi maupun siang sehingga terjadi pengupan air dalm aquarium dan

juga terjadi kenaikan suhu air.

Pada hari ke empat terjadi perubahan menjadi 25,9 terjadi kenaikan suhu air

disertai dengan terjadi kenaikan kadar oksigen terlarut menjadi 7,1 hal tersebut

Page 15: Laporan Hubungan Ikan Dengan Lingkungannya

dikarenakan tekanan udara tidak terlalu pekat sehingga proses difusi dapat terjadi

dengan maksimal dan juga fotosintesis oleh hidrilla berjalan dengan maksimal.

Namun terjadi penurunan pH menjadi 6,9 . sehingga terjadi penurunan frekuensi

operkulum ikan menjadi 54/menit karena kadar oksigen terlarut tercukupi namun

terjadi penurunan volume menjadi 9.59175 hal ini di karenakan kolam selalu

mendapat cahaya langsung baik pagi maupun siang sehingga terjadi pengupan air

dalm aquarium.

Pada hari ke lima terjadi perubahan suhu menjadi 25,2 terjadi penurunan suhu

air di ikuti dengan penurunan kadar oksigen terlarut menjadi 5.5 hal tersebut terjadi

karena difusi udara dengan air tidak selalu dapat terjadi sebab ada beberapa faktor

yang mempengaruhi, terjadi kenaikan pH menjadi 7,13 mungkin terjadi kesalahan

saat membaca skala pada alat sehingga frekuensi operkulum ikan menurun menjadi

53/menit karena kadar oksigen terlarut yang dibutuhkan tidak tersedia sesuai dengan

kebutuhannya dan terjadi penurunan volume menjadi 9,135 hal ini di karenakan

aquarium selalu mendapat cahaya langsung baik pagi maupun siang sehingga terjadi

pengupan air dalm aquarium dan juga terjadi kenaikan suhu air.

Pada hari ke enam terjadi perubahan suhu menjadi 27,4

terjadi peningkatan suhu sehingga terjadi peningkatan kadar

oksigen terlarut menjadi 6,7 hal ini dikarenakan tekanan udara tidak

terlalu pekat sehingga proses difusi dapat terjadi dengan maksimal dan terjadinya

fotosintesis yang maksimal oleh hidrilla. Namun terjadi penurunan pH menjadi 6,9

hal ini terjadi karena metabolisme ikan dan hidrilla meningkat. Namun frekuensi

operkulum meningkat menjadi 57/menit hal tersebut terjadi karena kadar oksigen

terlarut dalam air meningkat. Sedangkan volumenya mengalami

penurunan menjadi 8,86095 hal ini di karenakan kolam selalu mendapat

cahaya langsung baik pagi maupun siang sehingga terjadi pengupan air dalm

aquarium.

Pada hari ke tujuh terjadi penurunan suhu menjadi 25,8

namun terjadi peningkatan kadar oksigen terlarut menjadi 7,3 hal

ini dikarenakan tekanan udara tidak terlalu pekat sehingga proses difusi dapat

Page 16: Laporan Hubungan Ikan Dengan Lingkungannya

terjadi dengan maksimal dan terjadinya fotosintesis yang maksimal oleh hidrilla.

Sehingga terjadi peningkatan pH air menjadi 7,2 karena kadar oksigen

terlarut lebih banyak dibandingkan dengan kadar karbon dioksida.

Namun frekuensi operkulum ikan menurun menjadi 46/menit.

Sedangkan volumenya mengalami penurunan menjadi 8,7696 hal

ini di karenakan kolam selalu mendapat cahaya langsung baik pagi maupun siang

sehingga terjadi pengupan air dalm aquarium.

Pada hari ke delapan terjadi penurunan suhu menjadi 25,1

sehingga terjadi peningkatan kadar oksigen terlarut menjadi 7,4 hal

tersebut terjadi karena difusi air dengan udara bebas berjalan maksimal dan proses

fotosintesis tumbuhan hidrilla juga berlangsung maksimal, sehingga terjadi

kekonstanan kadar pH air sebesar 7,2. Namun terjadi penurunan frekuensi operkulum

ikan menjadi 50/menit hal ini terjadi karena oksigen terlarut tidak dapat mencukupi

kebutuhan 3 ikan sehingga rata-ratanya terus menurun. Sedangkan volumenya

mengalami penurunan menjadi 8,5869 hal ini di karenakan kolam selalu

mendapat cahaya langsung baik pagi maupun siang sehingga terjadi pengupan air

dalm aquarium.

Pada hari ke sembilan dan kesepuluh suhu mengalami

perubahan yakni 25 pada hari ke sembilan dan 24,7 pada hari ke

sepuluh terjadi penurunan, sehingga terjadi peningkatan pada

kadar oksigen terlarutnya di hari ke sembilan sebesar7,5 dan di hari

ke sepuluh sebesar7,6 sehingga pH airnya juga mengalami

peningkatan dari 7,25 menjadi 7,4. Namun frekuensi operkulumnya

meningkat pada hari ke sembilan 52/menit dan pada hari ke

sepuluh 54/menit. Namun volume air konstan sebesar 8,5869.

Ikan yang hidup di dalam air yang mempunyai suhu relatif tinggi akan mengalami

kenaikan kecepatan respirasi (Kanisius. 1992; 23). Hal tersebut dapat diamati dari

perubahan gerakan operculum ikan. Kisaran toleransi suhu antara spesies ikan satu

dengan lainnya berbeda, misalnya pada ikan salmonid suhu terendah yang dapat

Page 17: Laporan Hubungan Ikan Dengan Lingkungannya

menyeb abkan kematian berada tepat diatas titik beku, sedangkan suhu tinggi dapat

menyebabkan gangguan fisiologis ikan (Tunas. 2005; 16-17). Telah diketahui diatas

bahwa suhu merupakan faktor abiotik yang paling berpengaruh pada lingkungan

perairan, maka perlu diketahui bagaimana suhu mempengaruhi aktifitas biologis

spesies ikan tertentu melalui gerakan operculum Ikan Mas Komet (Carassius auratus).

Kenaikan suhu air akan dapat menimbulkan beberapa akibat sebagai berikut

(Kanisius. 2005; 22-23):

a. Jumlah oksigen terlarut di dalam air menurun.

b. Kecepatan reaksi kimia meningkat

c. Kehidupan ikan dan hewan air lainnya terganggu.

d. Jika batas suhu yang mematikan terlampaui, ikan dan hewan air lainnya mungkin

akan mati.

     Selanjutnya menurut Munro (1978 dalam Tunas 2005; 18), Peningkatan suhu air

dapat menyebabkan penurunan kelarutan gas-gas, tetapi meningkatkan solubilitas

senyawa-senyawa toksik seperti polutan minyak mentah dan pestisida, serta

meningkatkan toksisitas logam berat, sebagai contoh bahwa pada air tawar (salinitas

0%) peningkatan suhu dari 25 menjadi 300C menyebabkan penurunan kelarutan

oksigen dari 8,4 menjadi 7,6 mg/liter.

Menurut Kanisius (1992; 23) suhu air yang relatif tinggi dapat ditandai antara lain

dengan munculnya ikan-ikan dan hewan air lainnya ke permukaan untuk mencari

oksigen.

DO : Kelarutan suatu gas pada cairan. Penurunan kadar oksigen terlarut dapat

disebabkan oleh tiga hal:

1.      Proses oksidasi (pembongkaran) bahan-bahan organik.

2.      Proses reduksi oleh zat-zat yang dihasilkan baktri anaerob dari dasar perairan.

3.      Proses pernapasan orgaisme yang hidup di dalam air, terutama pada malam hari. “

Semakin tercemar, kadar oksigen terlerut semakin mengecil (Abdilanov, 2011).

Page 18: Laporan Hubungan Ikan Dengan Lingkungannya

Amdah, Misdar. 2011. Pengaruh Suhu Terhadap Aktivitas Organisme. Diakses

melalui http://blognaghgeo.blogspot.com/2011/02/pengaruh-suhu-terhadap-

aktifitas.html pada tanggal 8 Oktober 2012.

Ewusie. 1990. Pengantar Ekologi Tropika. Bandung. Penerbit Institut Teknologi

Bandung 

Kanisius. 1992. Polusi Air dan Udara. Yogjakarta. Penerbis Kanisius 

Soetjipta. 1993. Dasar-dasar Ekologi Hewan. Yogjakarta: Departemen Pendidikan

dan Kebudayaan Sugiri.

Salmin. 2005. Oksigen Terlarut (DO) dan Kebutuhan Oksigen Biologi (BOD)

Sebagai Salah Satu Indikator Untuk Menentukan Kualitas Perairan. Oseana,

Volume XXX, Nomor 3, 2005 : 21 - 26 ISSN 0216-1877, (online)

(http://images.atoxsmd.multiply.multiplycontent.com/attachment/0/ ) diakses

02 Februari 2014

Sukiya. 2005. Biologi Vertebrata. Malang. Penerbit Universitas Negeri Malang 

Fujaya, Yushinta. 2004. Fisisologi Ikan. Jakarta. Penerbit P.T Rineka Cipta 

Tunas, Arthama Wayan. 2005. Patologi Ikan Toloestei. Yogjakarta. Penerbit

Universitas Gadjah Mada 

Aryulina, Diah. 2004. Biologi 2 SMA dan MA untuk kelas XI. Jakarta : PT. Gelora

Aksara Pratama

Campbell. 2004. Biologi, Edisi Kelima-Jilid 3. Jakarta. Penerbit Erlangga Darmadi. 2009. Laporan Praktikum Fisiologi Hewan (Operkulum Ikan). Bandung. Universitas Padjajaran. http://dharmadharma.wordpress.com/ diakses pada Jum’at, 8 April 2011 pukul 19.30 WIB Djamal, Zoer’aini.1992.Prinsip-Prinsip Ekologi dan Organisasi. Jakarta. Penerbit P.T Bumi Aksara Koesbiono, 1980. Biologi Laut. Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor. Mamangkey, Jack j. 2004. Ekologi Ikan Butini (Glossogobius matanensis) di Danau Matano Daerah Malili Sulawesi Selatan. Makalah Falsafah Sains (pps 702) program

Page 19: Laporan Hubungan Ikan Dengan Lingkungannya

pascasarjana/s3 Institut Pertanian Bogor November 25, 2004 Nolan, Collin.1996. Ventilation rates for Goldfish Carassius auratus during changes in dissolved oxygen. Professional Papper. University of Nevada Las Vegas. 12-4-1996 Nawangsari. 1984. Zoologi Umum. Jakarta. Penerbit Erlangga 

Abdlanov, Dikri. 2011. Hubungan antara oksigen terlarut (DO) , PH dengan penyerapan bahan toksik oleh organisme air. Diakses melaluihttp://abdilanov.blogspot.com/2011/11/hubungan-antara-oksigen-terlarut-do-ph.html pada tanggal 8 Oktober 2012.

 Amdah, Misdar. 2011. Pengaruh Suhu Terhadap Aktivitas

Organisme. Diakses melalui http://blognaghgeo.blogspot.com/2011/02/pengaruh-suhu-terhadap-aktifitas.html pada tanggal 8 Oktober 2012.

 Anonim. 2008. Ikan Mas (Cyprinus caprio L.) sebagai Early Warning System

pencemaran lingkungan. Diakses melaluihttp://smk3ae.wordpress.com/2008/07/24/ikan-mas-cyprinus-caprio-l-sebagai-early-warning-system-pencemaran-lingkungan/ pada tanggal 8 Oktober 2012.

 Anonim. 2010. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Adaptasi Hewan terhadap

Lingkungannya. www.google.co.id. Diakses pada tanggal 30 Desember 2010.

 Asmawati. 2004. Biologi Pendidikan IPA 1. Jakarta: Univeersitas Terbuka. Haryono. 1984. Biologi Umum. Jakarta : Intan Pariwara. Kholik. Abdul. 2000. Kamus Biologi Praktis. CV Nurul Umu: Jakarta. Nasir, Mochammad. 1993. Penuntun Praktikum Biologi Umum. Yogyakarta:

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 

Nurani, Rizki Gita. 2011. Pengaruh Berbagai Faktor Lingkungan Terhadap Kehidupan Hewan Akuatik. Diakses melalui http://gitanurani09.blogspot.com/2011/03/pengaruh-berbagai-faktor-lingkungan.html pada tanggal 8 Oktober 2012. Ramadhani, Fitri. 2011. Pengaruh Suhu Terhadap Aktivitas

Organisme. Diakses melalui http://elfitri-vidow.blogspot.com/2012/05/lap-bio-pengaruh-suhu-terhadap.html pada tanggal 8 Oktober 2012.

 

Page 20: Laporan Hubungan Ikan Dengan Lingkungannya

Salmin. 2005. Oksigen Terlarut (DO) dan Kebutuhan Oksigen Biologi(BOD) Sebagai Salah Satu Indikator Untuk Menentukan Kualitas Perairan. Oseana,

Volume XXX, Nomor 3, 2005 : 21 - 26 ISSN 0216-1877. Diakses melaluihttp://images.atoxsmd.multiply.multiplycontent.com/attachment/0/RluywAoKCsYAAAHIw641/oksigen%20terlarut%20dan%20kebutuhan%20oksigen%20biologi%20untuk%20penentuan%20kualitas%20perairan.pdf?nmid=44066689, pada tanggal 8 Oktober 2012.

Soesilo. 1986. Biologi jilid 2. Jakarta : Erlangga. Tim Pengajar. 2010. Biologi umum. Makassar: Jurusan Biologi FMIPA UNM. Udom, P.Eugene. 1987. Dasarr-Dasar Biologi. Yogyakarta: Gayah Mada

Universty         per