Laporan Hidrokoloid

41
LAPORAN PRAKTIKUM Mata Kuliah Teknologi Industri Hidrokoloid Perairan Semester Gasal 2015/2016 MANAJEMEN MUTU PT. SURYA INDOALGAS - SIDOARJO Disusun oleh: Ariffany Nanda P. A. 26030112120002 Dinda Rizki 26030112140019 Ayunda Dita Wardani 26030112110020 Hendra Syahputra 26030112130024 Basyrowi Arbi 26030112140043 Nina Retnowati 26030112130055 Fatin Hidayati 26030112140057 Anita Novania 26030112140062 Sarah Nur Halimah 26030112130092 Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro Semarang 2015

description

Pengolahan Rumput laut Glacillaria sp. menjadi Agar-agar

Transcript of Laporan Hidrokoloid

Page 1: Laporan Hidrokoloid

LAPORAN PRAKTIKUM Mata Kuliah Teknologi Industri Hidrokoloid Perairan

Semester Gasal 2015/2016

MANAJEMEN MUTU

PT. SURYA INDOALGAS - SIDOARJO

Disusun oleh:

Ariffany Nanda P. A. 26030112120002

Dinda Rizki 26030112140019

Ayunda Dita Wardani 26030112110020

Hendra Syahputra 26030112130024

Basyrowi Arbi 26030112140043

Nina Retnowati 26030112130055

Fatin Hidayati 26030112140057

Anita Novania 26030112140062

Sarah Nur Halimah 26030112130092

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Universitas Diponegoro

Semarang

2015

Page 2: Laporan Hidrokoloid

ii

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Praktikum Mata Kuliah Teknologi Industri Hidrokoloid Perairan

ini telah disetujui dan disahkan pada:

Hari :

Tanggal :

Tempat : Semarang

Menyetujui,

Koordinator Praktikum

Eko Susanto, S.Pi., M.Sc.

NIP. 19820913 200604 1 003

Ketua Kelompok

Basyrowi Arbi

NIM. 26030112140043

Page 3: Laporan Hidrokoloid

iii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .................................................................................. i

LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................... ii

DAFTAR ISI ............................................................................................... iii

DAFTAR TABEL ....................................................................................... iv

DAFTAR GAMBAR .................................................................................. v

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. vi

I. PENDAHULUAN .............................................................................. 1

1.1. Latar Belakang ............................................................................. 1

1.2. Tujuan .......................................................................................... 5

II. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................... 6

2.1. Definisi Manajemen Mutu ............................................................ 6

2.1.1. Definisi Manajemen Mutu Terpadu Hasil Perikanan .......... 6

2.2. Gambaran Umum Perusahaan ....................................................... 7

2.3. Proses Produksi ............................................................................ 8

2.4. Penerapan Manajemen Mutu Hasil Perikanan ............................... 10

2.4.1. HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point) ............. 10

2.4.2. Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 .......................... 11

2.4.3. Sertifikat GMP (Good Manufactury Practice) ................... 14

2.4.4. Sertifikat BPOM ................................................................ 15

2.4.5. Sertifikat Halal .................................................................. 17

2.5. Quality Control PT. Surya Indoalgas ............................................ 18

2.6. Sistem Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan .................. 19

2.6.1. Pengembangan dan Penerapan Persyaratan atau Standar

Metode Pengujian .............................................................. 19

2.6.2. Pengendalian Mutu ............................................................ 20

2.6.3. Pengawasan Mutu ............................................................. 21

2.6.4. Sertifikasi .......................................................................... 22

2.7. Manajemen Mutu PT. Surya Indoalgas ......................................... 23

III. PENUTUP .......................................................................................... 28

3.1. Kesimpulan ................................................................................... 28

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 29

LAMPIRAN ................................................................................................ 31

Page 4: Laporan Hidrokoloid

iv

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Identifikasi Kekuatan dan Kelemahan dalam Penerapan Manajemen

Mutu di Perusahaan ....................................................................................... 11

Page 5: Laporan Hidrokoloid

v

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Diagram Alir Proses Pembuatan Tepung Agar PT. Surya Indoalgas .............. 8

2. Label HACCP PT. Surya Indoalgas ............................................................... 10

3. Dasar Pemikiran Manajemen Mutu ............................................................... 10

4. Label ISO PT. Surya Indoalgas ..................................................................... 12

5. Logo GMP PT. Surya Indoalgas .................................................................... 15

6. Logo BPOM PT. Surya Indoalgas ................................................................. 17

7. Label Halal PT. Surya Indoalgas ................................................................... 18

Page 6: Laporan Hidrokoloid

vi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Dokumentasi Praktikum Mata Kuliah Teknologi Industri

Hidrokoloid Perairan 2015 .............................................................. 32

Page 7: Laporan Hidrokoloid

1

1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Manajemen mutu dapat dianggap memiliki tiga komponen utama:

pengendalian mutu, jaminan mutu dan perbaikan mutu. Manajemen mutu

berfokus tidak hanya pada mutu produk, namun juga cara untuk

mencapainya. Manajemen mutu menggunakan jaminan mutu dan

pengendalian terhadap proses dan produk untuk mencapai mutu secara

lebih konsisten.

Manajemen mutu adalah fenomena mutakhir. Kebudayaan maju

yang mendukung seni dan kerajinan membolehkan pembeli memilih

barang dengan standar mutu yang lebih tinggi dibandingkan dengan

barang normal. Dalam masyarakat yang menghargai seni dan kerajinan,

salah satu tugas dari sang empu adalah mengepalai bengkel, serta melatih

dan mengawasi pegawai dan pemagang. Sang empu menetapkan standar,

menilai pekerjaan pegawai dan memerintahkan pengerjaan ulang ataupun

perbaikan yang diperlukan. Pekerjaan secara kerajinan memiliki

keterbatasan yaitu hanya mampu menghasilkan sedikit produk, namun

dipihak lain memiliki keunggulan yaitu setiap produk dapat dibuat secara

berbeda sesuai dengan keinginan pemesan. Pendekatan pekerjaan

kerajinan terhadap mutu merupakan masukan utama saat pembentukan

awal manajemen mutu sebagai bagian dari ilmu manajemen. Revolusi

industri mengganti pendekatan pekerjaan kerajinan dengan produksi masal

dan pekerjaan berulang yang bertujuan untuk menghasilkan barang yang

sama dalam jumlah yang besar.

Mutu (kualitas) dalam kerangka ISO 9000 didefinisikan sebagai

“Ciri dan karakter menyeluruh dari suatu produk atau jasa yang

mempengaruhi kemampuan produk tersebut untuk memuaskan kebutuhan

tertentu”. Hal ini berarti bahwa kita harus dapat mengidentifikasikan ciri

dan karkter produk yang berhubungan dengan mutu dan kemudian

membuat suatu dasar tolak ukur dan cara pengendaliannya.

Page 8: Laporan Hidrokoloid

2

Definisi ini jelas menekankan pada kepuasan pelanggan atau

pemakai produk. Dalam suatu proyek gedung, pelanggan dapat berarti

pemberi tugas, penyewa gedung atau masyarakat pemakai. Misalnya dari

segi disain, kepuasan dapat diukur dari segi estetika, pemenuhan fungsi,

keawetan bahan, keamanan, dan ketepatan waktu. Sedangkan dari segi

pelaksanaan, ukurannya adalah pada kerapihan penyelesaian, integritas

(sesuai gambar dan spesifikasi) pelaksanaan, tepatnya waktu penyerahan

dan biaya, serta bebas cacat.

Manajemen mutu adalah aspek-aspek dari fungsi manajemen

keseluruhan yang menetapkan dan menjalankan kebijakan mutu suatu

perusahaan/organisasi. Dalam rangka mencukupkan kebutuhan pelanggan

dan ketepatan waktu dengan anggaran yang hemat dan ekonomis, seorang

manager proyek harus memasukkan dan mengadakan pelatihan

management kualitas.

Ada 6 (enam) lingkup dari pekerjaan pabrik yang mana kualitas

harus diuji dan diperiksa yaitu kualitas dari penerangan dan keputusan dari

klien, kualitas dari proses disain kualitas material dan komponen, kualitas

dari kumpulan proyek, kualitas dari kegiatan management pabrik,

management pabrik sebagai rata rata dari peningkatan kualitas pabrik

Hidrokoloid dapat diartikan sebagai polimer larut air, mampu

membentuk koloid, dan mampu mengentalkan larutan atau membentuk gel

dari larutan tersebut. Hidrokoloid merupakan salah satu ingridien kunci

pada sugar confectionery terutama untuk permen gum dan jelly. Pemilihan

jenis hidrokoloid disamping dipertimbangkan berdasarkan penerapannya,

juga sangat tergantung pada sifat-sifat koloid, sifat produk pangan yang

dihasilkan dan faktor pertimbangan biaya. Sifat pembentukan gel

bervariasi dari satu jenis hidrokoloid ke hidrokoloid lainnya tergantung

pada jenisnya. Gel mungkin mengandung 99,9% air tetapi mempunyai

sifat lebih khas seperti padatan, khususnya sifat elastisitas (elasticity) dan

kekakuan (rigidity).

Gelasi atau pemebentukan gel merupakan fenomena yang menarik

dengan sifat yang kompleks. Pada prinsipnya gel hidrokoloid terjadi

Page 9: Laporan Hidrokoloid

3

karena adanya pembentukan jala atau jaringan tiga dimensi oleh molekul

primer yang terentang pada seluruh volume gel yang terbentuk dengan

memerangkap sejumlah air didalamnya. Terjadi ikatan silang pada

polimer-polimer yang terdiri dari molekul rantai panjang dalam jumlah

yang cukup maka akan terbentuk bangunan tiga dimensi yang kontinu

sehingga molekul pelarut akan terjebak diantaranya, terjadi immobilisasi

molekul pelarut dan terbentuk struktur yang kaku dan tegar yang tahan

terhadap gaya maupun tekanan tertentu.

Fungsi hidrokoloid adalah sebagai pembentuk gel, pengental,

penstabil, memperbaiki atau sebagai booster flavor, mencegah

pengkristalan kembali gula, menghasilkan warna transparan pada permen

yang dibuat, dan sebagainya Sementara dari bahan baku yang lautan

terdapat banyak pilihan bahan yang bisa dijadikan sebagai sumber

hidrokoloid, bahan baku ini di dominasi oleh beragam jenis algae.

Terutama kelas rodhophyta. Seperti: agar (Glacilaria sp.), alginat, algin,

fulcelaran, dan karagenan (dari Euheuma cottonii dan Euchoma spinosum)

Agar- agar merupakan komoditi yang sudah lama ada dan dikenal

di Indonesia. Rumput laut khusunya rumput laut merah dan coklat adalah

salah satu tumbuhan yang memiliki nilai ekonomis untuk industri karena

merupakan bahan baku yang luas penggunaanya. Salah satunya rumput

laut ini mengandung agar yang apabila diolah lebih lanjut lagi dapat

menghasilkan agar – agar yang banyak digunakan dalam industri makanan,

farmasi, makanan hewan, dan industri - industri lain.

Pada tahun 1990, Tirtomulyadi Sulistyo - pendiri PT. Surya

Indoalgas, melihat kesempatan yang baik untuk menghasilkan Agar Agar

Powder dari Gracilaria sp. Alasan utama adalah karena Indonesia

memiliki garis pantai yang luas yang merupakan tempat yang ideal untuk

budidaya rumput laut. Selain itu, ada banyak aplikasi di industri gula yang

menggunakan Agar Agar Powder, terutama di pasar ekspor sehingga akan

menjadi peluang bisnis yang potensial. Oleh karena itu, Tirtomulyadi

Sulisyo memutuskan untuk berinvestasi pada tanaman Agar Agar

Manufacturing - PT. Surya Indoalgas di Wonoayu, Sidoarjo - Jawa Timur,

Page 10: Laporan Hidrokoloid

4

yang berdekatan dengan kota terbesar kedua di Indonesia - Surabaya. PT.

Tanaman Surya Indoalgas menempati Total 3,8 hektar dengan kapasitas

saat ini sekitar 250 MT per tahun dan bersedia untuk ditingkatkan hingga

350 MT-400 MT untuk memenuhi kebutuhan pasar. Mesin yang berasal

dari Jepang dan tiga tahun pertama operasi, pabrik telah dioperasikan oleh

teknisi Jepang. Menggunakan transfer teknologi, mesin modern dan proses

produksi dari Jepang, produk kami diterima secara luas di pasar

internasional seperti negara-negara Asia, Jepang, Thailand, Taiwan, India

dan negara-negara Eropa: Inggris, Jerman, Rusia untuk beberapa nama.

Sistem manajemen mutu memiliki definisi yaitu sebagai suatu

sistem untuk mengarahkan dan mengendalikan organisasi dalam hal mutu

disamping itu juga berguna sebagai suatu sistem manajemen untuk

menetapkan kebijakan dan sasaran serta untuk mencapai sasaran itu.

Terdapat persyaratan umum yang harus diperhatikan oleh suatu organisasi

dalam sistem manajemen mutu yaitu menetapkan sistem manajemen mutu,

mendokumentasikan sistem manajemen mutu, mengimplementasikan

sistem manajemen mutu, memelihara sistem manajemen mutu dan ke

empat elemen ini harus selalu diperhatikan dan terus menerus melakukan

perbaikan guna keefektifannya.

Adapun fungsi dari manajemen dalam sistem manajemen mutu

yaitu berupa POAC (Planning, Organizing, Actuating and Controlling).

Planning, atau proses perencanaan adalah proses yang menyangkut upaya

yang dilakukan untuk mengantisipasi kecenderungan di masa yang akan

datang dan penentuan strategi dan taktik yang tepat untuk mewujudkan

target dan tujuan organisasi. Organizing, atau dalam bahasa Indonesia

perorganiasasian merupakan proses menyangkut bagaimana strategi dan

taktik yang telah dirumuskan dalam perencanaan didesain dalam sebuah

struktur organisasi yang tepat dan tangguh, sistem dan lingkungan

organisasi yang kondusif, dan dapat memastikan bahwa semua pihak

dalam organisasi dapat bekerja secara efektif dan efisien guna pencapaian

tujuan organisasi. Actuating, atau pelaksanaan dan implementasi,

perencanaan dan pengorganisasian yang baik kurang berarti bila tidak

Page 11: Laporan Hidrokoloid

5

diikuti dengan pelaksanaan kerja. Untuk itu maka dibutuhkan kerja keras,

kerja cerdas dan kerjasama. Semua sumber daya manusia yang ada harus

dioptimalkan untuk mencapai visi, misi dan program kerja organisasi.

Pelaksanaan kerja harus sejalan dengan rencana kerja yang telah disusun.

Kecuali memang ada hal-hal khusus sehingga perlu dilakukan penyesuian.

Setiap SDM harus bekerja sesuai dengan tugas, fungsi dan peran, keahlian

dan kompetensi masing-masing SDM untuk mencapai visi, misi dan

program kerja organisasi yang telah ditetapkan. Controlling, proses

pengawasan dan pengendalian adalah proses yang dilakukan untuk

memastikan seluruh rangkaian kegiatan yang telah direncanakan,

diorganisasikan dan diimplementasikan dapat berjalan sesuai dengan target

yang diharapkan sekalipun berbagai perubahan terjadi dalam lingkungan

dunia bisnis yang dihadapi.

Produk agar yang dihasilkan oleh PT Surya Indoalgas dijamin

dengan menggunakan manajemen mutu yang sangat baik. Hal ini

dikarenakan produk agar sudah memasuki pasar ekspor sehingga jaminan

mutu sudah diawasi oleh perusahaan.

1.2. Tujuan

Tujuan dari Praktikum Teknologi Industri Hidrokoloid Perairan

adalah sebagai berikut:

1. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami jenis hidrokoloid

penghasil agar dari proses penanganan bahan baku hingga menjadi produk

akhir.

2. Mengetahui dan memahami manajemen mutu yang ada di PT. Surya

Indoalgas

Page 12: Laporan Hidrokoloid

6

II. PEMBAHASAN

2.1. Definisi Manajemen Mutu

Tujuan dari manajemen mutu adalah untuk menjamin suatu hasil

produksi atau jasa mampu memenuhi keinginan konsumen. Manajemen

mutu mencakup dua hal, yaitu jaminan mutu dan pengendalian mutu

(Arthatianti, 2008). Menurut Brian Rothery, manajemen mutu adalah

aktivitas pengendalian yang mencakur unsur-unsur sebagai berikut

a. Definisi sasaran, yaitu komitmen tertulis terhadap kebijaksanaan mutu

yang terdefinisi yang diikuti rincian instruksi/prosedur untuk setiap

langkah mencapai tujuan.

b. Standar segala spesifikasi teknis dan prosedural yang dapat memenuhi

kebutuhan yang diminta.

c. Sistem, yaitu cara-cara yang digunakan untuk melakukan kegiatan di

perusahaan .

Menurut European Organization for Quality, Manajemen Mutu

Total (TQM) adalah cara untuk mengendalikan/mengatur aktivitas melalui

perbaikan secara berkesinambungan agar menjadi efisien dan efektif,

perusahaan yang menerapkannya mampu memperolah keunggulan

bersaing yang menjamin suksea jangka panjang dan mampu memenuhi

kebutuhan konsumen, pekerja, pemegang saham dan masyarakat sekitar.

2.1.1. Definisi Manajemen Mutu Terpadu Hasil Perikanan

Dalam Surat Keputusan (SK) Menteri Kelautan dan Perikanan

Nomor Kep.01/Men/2002 tentang Sistem Manajemen Mutu Terpadu Hasil

Perikanan yang merupakan pembaharuan dari Surat Keputusan Menteri

Pertanian Nomor 41/Kpts/IK.201/1998 tentang Sistem Manajemen Mutu

Terpadu Hasil Perikanan disebutkan bahwa Sistem Manajemen Mutu

Terpadu merupakan bentuk, tanggung jawab, prosedur, proses,

sumberdaya organisasi untuk menerapkan sistem manajemen mutu secara

terpadu dalam seluruh rangkaian proses produksi hasil perikanan mulai pra

panen, pemanenan, dan pasca panen.

Page 13: Laporan Hidrokoloid

7

Sistem Manajemen Mutu yang dimaksud bentuk tanggung jawab

dan prosedur untuk menerapkan jaminan mutu yakni upaya pencegahan

yang perlu diperhatikan dan direncanakan dalam rangka menghasilkan

hasil perikanan yang aman bagi kesehatan manusia dan bermutu, yang

lazimnya diselenggarakan sejak awal produksi hasil perikanan sampai

dengan siap diperdagangkan atau serta merupakan sistem pengawasan dan

pengendalian mutu yang selalu berkembang menyesuaikan dengan

perkembangan ilmu dan teknologi. Program Manajemen Mutu Terpadu

(PMMT) berdasarkan konsepsi Hazard Analysis Critical Control Point

(HACCP) dianggap sesuai untuk ditetapkan sebagai Sistem Manajemen

Mutu Terpadu Hasil Perikanan.

2.2. Gambaran Umum Perusahaan

PT. Surya Indoalgas didirikan pada tahun 1990 oleh Bapak

Trimulyadi Sulistyo, dasar pendirian pabrik adalah melihat peluang

produksi tepung agar dari rumput laut Gracilaria sp. di Indonesia.

Pemikiran tersebut didasarkan kawasan Indonesia memiliki garis pantai

yang panjang, dan tempat yang ideal bagi budidaya tepung agar PT. Surya

Indoalgas teletak di Wonoayu, Sidoarjo-Jawa Timur.

PT. Surya Indoalgas memiliki luas 3,8 hektar dengan kapasitas

bangunan sebesar 250 MT dan akan meningkat sebesar 350 MT – 400 MT

untuk peralatan. Mesin didatangkan dari Jepang dan dioperasikan oleh

teknisi Jepang. Penggunaan teknologi Jepang menggunakan mesin modern

sudah diterima pada pasar Internasional seperti Jepang, Thailand, Taiwan,

India. Sedangkan pasar Eropa seperti: Inggris, German. Rusia.

Visi dan misi yang dimiliki PT. Surya Indoalgas yaitu :

1. Menyediakan makanan sehat dari rumput laut

2. Mengembangkan makanan berkualitas tinggi dari rumput laut untuk

memenuhi kebutuhan pelanggan

3. Didukung dengan peningkatan proses produksi dan teknologi

Page 14: Laporan Hidrokoloid

8

Distribusi

2.3. Proses Produksi

Produk yang dihasilkan oleh PT. Surya Indoalgas berupa tepung

agar. Proses dilakukan di dalam pabrik dengan menggunakan mesin.

Proses produksi dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1. Diagram Alir Proses Pembuatan Tepung Agar

PT. Surya Indoalgas

Penerimaan Bahan Baku

Pencucian

Bleaching

Ekstraksi

Filtrasi

Pembentukan Gel

Penekanan

Pemotongan

Pengeringan

Milling

Packing

Page 15: Laporan Hidrokoloid

9

Spesifikasi produk akhir tepung agar PT. Surya Indoalgas adalah

sebagai berikut :

1. Produk : Tepung Agar

2. Kelas Alga : Rhodophyceae

3. Jenis : 600-1200

4. Kekuatan Gel : 600-1200 gr / cm2

5. Ukuran partikel : 80 Mesh

6. Kelembaban : 20% maksimum

7. Nilai pH : 6-8

8. Viskositas : 10 cps +/- 5cps

9. Kejelasan dan warna larutan : Kekuningan jelas

10. Transparansi : min 5 cm

11. Arensic (seperti AS) : maks 1 ppm

12. Logam Berat : maks 20 ppm

13. Timbal ( Pb ) : maks 5 ppm

14. Kadmium : < 1 ppm

15. Mercury : < 1 ppm

16. Angka lempeng total : < 3.000 cfu / g

17. E. Coli : negatif / g

18. Saimonella : negatif / 25g

19. Strach dan dekstrin : negatif

20. Gelatin dan protein : negatif

21. Packing : 20 kg. Dikemas dengan 2 tas poli

dan 2 kotak batin untuk diletakkan

di kotak penggelombang

22. Suhu penyimpanan : 18-25 ' C

23. Ash : maks 6,5% setelah suhu pada

550o C ( pada substansi kering)

24. Unsoluble penting : maks 1,0% dalam air panas

25. Abu larut asam : maks 0,5%

26. Penyerapan air : min 5 kali

Page 16: Laporan Hidrokoloid

10

2.4. Penerapan Manajemen Mutu Di Perusahaan

2.4.1. HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point)

HACCP diterapkan diperusahaan atas dasar dari trend kebutuhan

akan keamanan pangan yang merupakan tuntutan atau desakan akan

kebutuhan pangan aman di masyarakat saat ini. Selain itu HACCP pada

perusahaan juga merupakan salah satu bukti konsekuensi dari perusahaan

untuk selalu mengutamakan kebutuhan konsumen yang menginginkan

produk dengan kualitas yang baik. Selain itu, HACCP digunakan untuk

jaminan keamanan yang akan diekspor

Gambar 2. Label HACCP PT. Surya Indoalgas

HACCP diterapkan di perusahaan PT. Surya Indoalgas untuk

menjamin keamanan produk-produk agar dari PT. Surya Indoalgas.

Penerapan ini didasarkan dari;

Gambar 3. Dasar Pemikiran Manajemen Mutu

Trend dan tuntutan dari pihak buyer untuk mendapatkan jaminan

keamanan pangan

Menjaga kepuasan konsumen untuk mendapatkan produk yang aman dan

standar

Sistem Halal, Sistem Manajemen Mutu ISO 9001, GMP, SSOP & Sistem

Manajemen Keamanan Pangan HACCP, Badan POM RI, UKAS

Management System

Page 17: Laporan Hidrokoloid

11

HACCP perusahan dikontrol pada tahapan produksi, akan tetapi

kriteria CCP (Ciritical Control Point) yang paling ditekankan pada tahap

Mailling (penepungan). Kontrol pada seluruh kegiatan ini dilakukan

perusahaan dengan cara menjaga kebersihan. Akan tetapi penerapan GMP

dan HACCP diperusahanan PT. Surya Indoalgas masih memiliki banyak

kekurangan.

- Analisia Identifikasi Faktor Internal

Berdasarkan identifikasi faktor internal yang didapatkan dengan

cara wawancara, dan melihat kondisi dilapangan terpilih ada beberapa

kekuatan dan kelemahan perusahaan dalam penerapan HACCP pada

perusahaan. Berikut adalah faktor-faktor yang telah teridentifikasi pada

Tabel 1.

Tabel 1. Identifikasi Kekuatan dan Kelemahan dalam Penerapan

Manajemen Mutu di Perusahaan

No KEKUATAN KELEMAHAN

1.

2.

3.

Sistem Halal, Sistem

Manajemen Mutu ISO 9001,

GMP, SSOP & Sistem

Manajemen Keamanan

Pangan HACCP, Badan POM

RI, UKAS Management

System

Mutu dan kualitas gel strenght

yang ditentukan sangat tinggi

dan berkualitas

Mampu melakukan pemasaran

secara Internasional

Penerapan HACCP dan GMP

pada karyawan kurang baik.

Masih terlihat karyawan yang

tidak menggunakan peralatan

pekerjaan sesuai standa Unit

Pengolahan Ikan.

Bangunan, mesin, sarana, dan

prasarana yang kurang

mendukung pelaksanaan

HACCP. (Bau, Berkarat,

Kotor)

CCP yang diidentifikasi belum

terlalu efektif dan efisien

2.4.2. Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008

ISO 9001 merupakan standar internasional di bidang sistem

manajemen mutu. Suatu lembaga/organisasi yang telah mendapatkan

akreditasi (pengakuan dari pihak lain yang independen) ISO tersebut,

dapat dikatakan telah memenuhi persyaratan internasional dalam hal

manajemen penjaminan mutu produk/jasa yang dihasilkannya.

Page 18: Laporan Hidrokoloid

12

ISO 9001:2008 adalah suatu standar internasional untuk sistem

manajemen Mutu atau kualitas. ISO 9001:2008 menetapkan persyaratan-

persyaratan dan rekomendasi untuk desain dan penilaian dari suatu sistem

manajemen mutu. ISO 9001:2008 bukan merupakan standar produk,

karena tidak menyatakan persyaratan - persyaratan yang harus dipenuhi

oleh sebuah produk (barang atau jasa). ISO 9001:2008 hanya merupakan

standar sistem manajemen kualitas. Namun, bagaimanapun juga

diharapkan bahwa produk yang dihasilkan dari suatu sistem manajemen

kualitas internasional, akan berkualitas baik (standar).

Sehingga dapat disimpulkan bahwa Quality Management Systems

(ISO 9001:2008) adalah Merupakan prosedur terdokumentasi dan praktek-

praktek standar untuk manajemen sistem, yang bertujuan menjamin

kesesuaian dari suatu proses dan produk (barang atau jasa) terhadap

kebutuhan atau persyaratan tertentu, dimana kebutuhan atau persyaratan

tertentu tersebut ditentukan atau dispesifikasikan oleh pelanggan dan

organisasi.

System ISO 9001:2008 fokus pada efektifitas proses continual

improvement dengan pilar utama pola berpikir PDCA, dimana dalam

setiap process senantiasa melakukan perencanaan yang matang,

implementasi yang terukur dengan jelas, dilakukan evaluasi dan analisis

data yang akurat serta tindakan perbaikan yang sesuai dan monitoring

pelaksanaannya agar benar-benar bisa menuntaskan masalah yang terjadi

di organisasi.

Gambar 4. Label ISO PT. Surya Indoalgas

Page 19: Laporan Hidrokoloid

13

Pilar berikutnya yang digunakan demi menyukseskan proses

implementasi ISO 9001 ini, maka ditetapkanlah delapan prinsip

manajemen mutu yang bertujuan untuk mengimprovisasi kinerja system

agar proses yang berlangsung sesuai dengan fokus utama yaitu effectivitas

continual improvement, 8 prinsip manajemen yang dimaksud adalah :

1) Customer Focus

Semua aktifitas perencanaan dan implementasi system sematamata

untuk memuaskan customer.

2) Leadership

Top Management berfungsi sebagai Leader dalam mengawal

implementasi System bahwa semua gerak organisasi selalu terkontrol

dalam satu komando dengan commitment yang sama dan gerak yang

sinergi pada setiap elemen organisasi

3) Keterlibatan semua orang

Semua element dalam organisasi terlibat dan concern dalam

implementasi system management mutu sesuai fungsi kerjanya

masingmasing, bahkan hingga office boy sekalipun hendaknya

senantiasa melakukan yang terbaik dan membuktikan kinerjanya layak

serta berkualitas, pada fungsinya sebagai office boy.

4) Pendekatan Proses

Aktifitas implementasi system selalu mengikuti alur proses yang

terjadi dalam organisasi. Pendekatan pengelolaan proses dipetakan

melalui business process. Dengan demikian, pemborosan karena

proses yang tidak perlu bisa dihindari atau sebaliknya, ada proses

yang tidak terlaksana karena pelaksanaan yang tidak sesuai dengan

flow process itu sendiri yang berdampak pada hilangnya kepercayaan

pelanggan

5) Pendekatan System ke Management

Implementasi system mengedepankan pendekatan pada cara

pengelolaan (management) proses bukan sekedar menghilangkan

masalah yang terjadi. Karena itu konsep kaizen, continual

improvement sangat ditekankan. Pola pengelolaannya bertujuan

Page 20: Laporan Hidrokoloid

14

memperbaiki cara dalam menghilangkan akar (penyebab) masalah dan

melakukan improvement untuk menghilangkan potensi masalah.

6) Perbaikan berkelanjutan

Improvement, adalah roh implementasi ISO 9001:2008

7) Pendekatan Fakta sebagai Dasar Pengambilan Keputusan

Setiap keputusan dalam implementasi system selalu didasarkan pada

fakta dan data. Tidak ada data (bukti implementasi) sama dengan tidak

dilaksanakannya system ISO 9001:2008

8) Kerjasama yang saling menguntungkan dengan pemasok

Supplier bukanlah pembantu, tetapi mitra usaha, business partner

karena itu harus terjadi pola hubungan saling menguntungkan.

Penerapan prosedur standar organisasi yang telah ditetapkan

merupakan persyaratn penting dari ISO. Untuk menjalankan SMM ISO

dalam organisasi diperlukan pembuatan prosedur standar terhadap semua

aktifitas kerja yang berdampak terhadap kualitas secara jelas dan mudah

diterapkan. Kegiatan yang merupakan bagian dari penerapan prosedur

adalah: melakukan audit secara periodik, adanya kepatuhan terhadap

prosedur standar, dan adanya penerapan corrective and preventive action.

2.4.3. Sertifikat GMP (Good Manufactury Practice)

GMP memiliki pengertian yang cukup mendasar yaitu suatu

pedoman yang menjelaskan bagaiaman memproduksi makanan agar aman

bermutu, dan layak untuk dikonsumsi. Berisi penjelasan-penjelasan

tentang persyaratan minimum dan pengolahan umum yang harus dipenuhi

dalam penanganan bahan pangan di seluruh mata rantai pengolahan dari

mulai bahan baku sampai produk akhir.

Penerapan jaminan mutu pangan harus di dukung oleh penerapan

GMP dan HACCP sebagai sistem pengganti prosedur inspeksi tradisional

yang mendeteksi adanya cacat dan bahaya dalam suatu produk pangan

setelah produk selesai diproses. GMP menetapkan KRITERIA (istilah

umum, persyaratan bangunan dan fasilitas lain, peralatan serta control

terhadap proses produksi dan proses pengolahan), STÁNDAR (Spesifikasi

bahan baku dan produk, komposisi produk) dan KONDISI (parameter

Page 21: Laporan Hidrokoloid

15

proses pengolahan) untuk menghasilkan produk mutu yang baik.

Sedangkan HACCP (Hazard Analysis Critical Control Points)

memfokuskan perhatian terhadap masalah pengawasan dan pengendalian

keamanan pangan melalui identifikasi, analisis dan pemantauan terhadap

titik-titikkritis pada keseluruhan bahan yang digunakan dan tahapan proses

pengolahan yang dicurigai akan dapat menimbulkan bahaya bagi

konsumen.

Berikut manfaat dari sertifikat GMP :

1. Menjamin kualitas dan keamanan pangan

2. Meningkatkan kepercayaan dalam keamanan produk dan prouksi

3. Mengurangi kerugian dan pemborosan

4. Menjamin efisiensi penerapan HACCP

5. Memenuhi persyaratan peraturan/spesifikasi/standar

Gambar 5. Logo GMP PT. Surya Indoalgas

2.4.4. Sertifikat BPOM

Badan Pengawas Obat dan Makanan Badan Pengawas Obat dan

Makanan (BPOM) adalah lembaga pemerintah yang bertugas melakukan

regulasi, standardisasi, dan sertifikasi produk makanan dan obat yang

mencakup keseluruhan aspek pembuatan, penjualan, penggunaan, dan

keamanan makanan, obat-obatan, kosmetik, dan produk lainnya. Badan

Pengawas Obat dan Makanan atau disingkat Badan POM adalah sebuah

lembaga di Indonesia yang bertugas mengawasi peredaran obat-obatan dan

makanan di Indonesia. Fungsi dan tugas badan ini menyerupai fungsi dan

tugas Food and Drug Administration (FDA) di Amerika Serikat.

Page 22: Laporan Hidrokoloid

16

Fungsi Badan POM berfungsi antara lain:

1. Pengaturan, regulasi, dan standardisasi;

2. Lisensi dan sertifikasi industri di bidang farmasi berdasarkan Cara-

cara Produksi yang Baik;

3. Evaluasi produk sebelum diizinkan beredar;

4. Post marketing vigilance termasuk sampling dan pengujian

laboratorium, pemeriksaan sarana produksi dan distribusi, penyidikan

dan penegakan hukum.

5. Pre-audit dan pasca-audit iklan dan promosi produk; dan

6. Riset terhadap pelaksanaan kebijakan pengawasan obat dan makanan

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dalam

Pasal 111 ayat (1) menyatakan bahwa makanan dan minuman yang

digunakan masyarakat harus didasarkan pada standar dan/atau persyaratan

kesehatan. Terkait hal tersebut di atas, Undang-Undang tersebut

mengamanahkan bahwa makanan dan minuman yang tidak memenuhi

ketentuan standar, persyaratan kesehatan, dan/atau membahayakan

kesehatan dilarang untuk diedarkan, ditarik dari peredaran, dicabut izin

edar dan disita untuk dimusnahkan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

Dalam rangka produksi dan peredaran pangan oleh IRTP, Pasal 43

Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan

Gizi Pangan mengamanatkan bahwa pangan olahan yang diproduksi oleh

industri rumah tangga wajib memiliki Sertifikat Produksi Pangan Industri

Rumah Tangga (SPPIRT) yang diterbitkan oleh Bupati/Walikota dan

Kepala Badan POM menetapkan pedoman pemberian SPP-IRT.

Sementara itu, Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007

tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah

Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota pada Bidang

Kesehatan - sub bidang Obat dan Perbekalan Kesehatan, mengamanatkan

bahwa pengawasan dan registrasi makanan minuman produksi rumah

Page 23: Laporan Hidrokoloid

17

tangga merupakan urusan pemerintahan yang wajib diselenggarakan oleh

Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.

Gambar 6. Logo BPOM PT. Surya Indoalgas

2.4.5. Sertifikat Halal

PT. Surya Indoalgas telah memiliki sertifikat halal yang berarti

tidak mengandung bahan yang haram. Sertifikasi halal dapat didefinisikan

sebagai suatu kegiatan pengujian secara sistematik untuk mengetahui

apakah suatu barang yang diproduksi suatu perusahaan telah memenuhi

ketentuan halal. Hasil dari kegiatan sertifikasi halal adalah diterbitkannya

sertifikat halal apabila produk yang dimaksudkan telah memenuhi

ketentuan sebagai produk halal. Sertifikasi halal dilakukan oleh lembaga

yang mempunyai otoritas untuk melaksanakannya. Tujuan akhir dari

Sertifikasi halal dan labelisasi halal merupakan dua kegiatan yang berbeda

tetapi mempunyai keterkaitan satu sama lain. Sertifikasi halal dapat

didefinisikan sebagai suatu kegiatan pengujian secara sistematik untuk

mengetahui apakah suatu barang yang diproduksi suatu perusahaan telah

memenuhi ketentuan halal.

Labelisasi halal adalah pencantuman tulisan atau pernyataan halal

pada kemasan produk untuk menunjukkan bahwa produk yang dimaksud

berstatus sebagai produk halal. Di Indonesia lembaga yang otoritatif

melaksanakan Sertifikasi Halal adalah Majelis Ulama Indonesia (MUI)

yang secara teknis ditangani oleh Lembaga Pengkajian Pangan Obat-

obatan, dan Kosmetika (LPPOM). Sedangkan kegiatan labelisasi halal

dikelola oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM).

Page 24: Laporan Hidrokoloid

18

Gambar 7. Label Halal PT. Surya Indoalgas

2.5. Quality Control PT. Surya Indoalgas

Sistem manajemen mutu berkaitan dengan kontol kualitas yang

dilakukan oleh suatu perusahaan atau pihak produsen. PT. Surya Indoalgas

berusaha untuk menjaga kualitas yang dimiliki oleh pabriknya. Kontrol

kualitas yang diterapkan di PT. Surya Indoalgas yaitu

1. Quality Control Incoming (Penerimaan bahan)

Mengontrol kualitas bahan baku & kimia. Setiap rumput laut yang

telah dikirim ke PT. Surya Indoalgas, telah secara teratur diperiksa oleh

laboratorium untuk mempertahankan kelembaban rumput laut sehingga

kualitas tinggi Tepung agar dapat diproduksi secara konsisten.

2. Quality Assesment Process (Proses pembuatan produk)

Mengontrol kualitas dari setiap langkah proses produksi. Kontrol

yang tepat juga terus dipelihara oleh pekerja kompeten dan terlatih,

dimana masing-masing sampel pada setiap tahap proses produksi telah

dianalisis dengan cermat. Sistem kontrol terus menerus telah dilakukan

untuk memastikan konsistensi kualitas Tepung agar PT Surya

Indoalgas.

3. Quality Control End Product (Produk Akhir)

Mengontrol kualitas produk akhir. Industri makanan sangat sensitif

pada kualitas, produk harus aman dan higienis. Perusahaan mengukur

kualitas produk jadi berdasarkan standar KOBE dan juga menggunakan

peralatan Nikkansui Jepang . Perusahaan terus mengembangkan proses

Page 25: Laporan Hidrokoloid

19

manufaktur untuk lebih meningkatkan produk yang sudah ada baik dari

kualitas serta efisiensi biaya untuk menciptakan nilai kepada pelanggan.

Proses ini didukung oleh laboratorium yang terus dikembangkan dan

sumber daya manusia berpengalaman untuk melakukan penelitian.

4. Quality Assesment Control The Packing Process & Packing Warehouse

(Kontrol proses pengepakan dan penyimpanan gudang)

Perusahaan memisahkan gudang produk WIP dan produk akhir

untuk mengontrol kualitas. Suhu kamar gudang dikontrol pada suhu 18-

25 derajat celcius serta penjagaan higienis gudang selalu dilakukan

untuk menjaga kualitas produk sebelum diberikan kepada pelanggan.

2.6. Sistem Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan

Sistem Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan meliputi kegiatan:

a. Pengembangan dan penerapan persyaratan atau standar metode

pengujian;

b. Pengendalian Mutu;

c. Pengawasan Mutu; dan

d. Sertifikasi.

2.6.1. Pengembangan dan Penerapan Persyaratan atau Standar Metode

Pengujian

(1) Persyaratan atau standar metode pengujian meliputi:

a. Jenis alat, bahan atau media, dan reagensia yang akan digunakan;

b. Teknik dan prosedur pelaksanaan pengujian; dan

c. Analisis data dan penyajian hasil pengujian.

(2) Persyaratan atau standar metode pengujian dapat dikembangkan

sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan

kepentingan perlindungan konsumen.

(3) Persyaratan atau standar metode pengujian diterapkan pada semua

pengujian hasil perikanan.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengembangan persyaratan metode

pengujian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan

peraturan menteri.

Page 26: Laporan Hidrokoloid

20

(5) Ketentuan pengembangan standar metode pengujian dilaksanakan

sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan di bidang

standardisasi.

2.6.2. Pengendalian Mutu

(1) Pengendalian mutu dilakukan pada kegiatan pembudidayaan,

penanganan, pengolahan, pengemasan, penyimpanan, dan

pendistribusian hasil perikanan.

(2) Pengendalian mutu dilakukan oleh Inspektur Mutu.

a. Pembudidaya

(1) Pengendalian mutu pada kegiatan pembudidayaan paling sedikit

dilakukan melalui:

a. Inspeksi;

b. Audit;

c. Surveilan;

d. Verifikasi; dan

e. Pengambilan dan pengujian contoh.

(2) Terhadap hasil pengendalian mutu dapat diterbitkan sertifikat cara

pembudidayaan yang baik.

(3) Sertifikat cara pembudidayaan yang baik diterbitkan oleh menteri.

(4) Penerbitan sertifikat cara pembudidayaan yang baik dilakukan jika

hasil pengendalian mutu memenuhi persyaratan.

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara penerbitan

sertifikat cara pembudidayaan yang baik diatur dengan peraturan

menteri.

b. Penanganan

(1) Pengendalian mutu pada kegiatan penanganan, pengolahan,

pengemasan, penyimpanan, dan pendistribusian dilakukan melalui:

a. Inspeksi;

b. Verifikasi;

c. Surveilan;

d. Audit; dan

e. Pengambilan contoh.

Page 27: Laporan Hidrokoloid

21

(2) Inspeksi dilakukan melalui pemeriksaan terhadap:

a. Unit produksi, pengolahan, distribusi, dan manajemennya; dan

b. Sistem produksi, dokumen, pengujian produk, asal dan tujuan

produk, input atau output, dalam rangka melakukan verifikasi.

(3) Verifikasi dilakukan melalui pemeriksaan terhadap penerapan

hazard analysis critical control point dalam rangka memberikan

jaminan mutu dan keamanan hasil perikanan.

(4) Surveilan dilakukan melalui penilaian kesesuaian secara sistematis

dan berulang.

(5) Audit dilakukan melalui proses yang sistematis, independen, dan

terdokumentasi untuk mendapatkan rekaman, fakta atau informasi

yang relevan, dan kajian yang obyektif untuk menentukan sejauh

mana persyaratan telah terpenuhi.

(6) Pengambilan contoh dilakukan dengan mengambil contoh untuk

dilakukan pengujian sesuai dengan parameter uji yang diperlukan.

(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pengendalian mutu

diatur dengan peraturan menteri.

2.6.3. Pengawasan Mutu

(1) Pengawasan mutu dilakukan pada kegiatan pembudidayaan atau

penangkapan, penanganan, pengolahan, pengemasan, penyimpanan,

dan pendistribusian hasil perikanan.

(2) Pengawasan mutu dilakukan melalui:

a. Bimbingan dalam penyusunan prosedur dan penerapan persyaratan

pembudidayaan atau penangkapan, penanganan, pengolahan,

pengemasan, penyimpanan, dan pendistribusian;

b. Bimbingan dan fasilitasi dalam penyusunan dokumen, validasi, dan

penerapan sistem mutu; dan

c. Pemantauan dan evaluasi terhadap mutu dan keamanan produk

untuk dikonsumsi.

(3) Hasil pengawasan mutu berupa rekomendasi penerbitan sertifikat

Kelayakan Pengolahan.

(4) Pengawasan mutu dilakukan oleh pengawas mutu

Page 28: Laporan Hidrokoloid

22

2.6.4. Sertifikasi

(1) Terhadap pelaku usaha industri pengolahan ikan dapat diberikan

sertifikat yang meliputi:

a. Sertifikat kelayakan pengolahan;

b. Sertifikat penerapan program manajemen mutu terpadu; dan

c. Sertifikat kesehatan produk pengolahan ikan.

(2) Sertifikat diberikan secara bertahap.

(3) Sertifikat wajib di informasikan kepada konsumen melalui

pencantumannya secara singkat, jelas, dan mudah dipahami pada

produk pengolahan ikan.

a. Sertifikat Kelayakan Pengolahan

(1) Sertifikat kelayakan pengolahan diberikan oleh menteri atau

pejabat yang ditunjuk kepada pelaku usaha industri pengolahan hasil

perikanan terhadap setiap unit pengolahan yang telah memenuhi

dan menerapkan cara pengolahan yang baik (good manufacturing

practices) dan memenuhi persyaratan prosedur operasi sanitasi standar

(standard sanitation operating procedure).

(2) Sertifikat kelayakan pengolahan berlaku untuk jangka waktu 2 (dua)

tahun dan dapat diperpanjang untuk jangka waktu yang sama.

(3) Untuk memperoleh sertifikat kelayakan pengolahan, pelaku usaha

industri pengolahan harus mengajukan permohonan kepada menteri

atau pejabat yang ditunjuk.

(4) Permohonan sertifikat kelayakan pengolahan harus disertai dengan

kelengkapan dokumen paling sedikit berupa:

a. Identitas pemohon;

b. Akte pendirian industri pengolahan ikan bagi perusahaan; dan

c. Rekomendasi kelayakan pengolahan dari pengawas mutu.

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara

penerbitan sertifikat kelayakan pengolahan dengan peraturan menteri.

(6) Sertifikat kelayakan pengolahan bagi produk perikanan yang

dipasarkan di dalam negeri diterbitkan oleh lembaga penilaian

kesesuaian yang ditunjuk oleh menteri.

Page 29: Laporan Hidrokoloid

23

(7) Lembaga penilaian kesesuaian harus mendapatkan akreditasi dari

Komite Akreditasi Nasional (KAN).

b. Sertifikat Penerapan Program Manajemen Mutu Terpadu

(1) Sertifikat penerapan program manajemen mutu terpadu diberikan

oleh menteri atau pejabat yang ditunjuk kepada pelaku usaha

industri pengolahan ikan yang telah memenuhi dan menerapkan

persyaratan sistem jaminan mutu dan keamanan hasil perikanan.

(2) Sertifikat penerapan program manajemen mutu terpadu berlaku

untuk jangka waktu 1 (satu) tahun dan dapat diperpanjanguntuk

jangka waktu yang sama.

(3) Untuk memperoleh sertifikat penerapan program manajemen mutu,

pelaku usaha industri pengolahan ikan harus mengajukan

permohonan kepada menteri atau pejabat yang ditunjuk.

(4) Permohonan sertifikat penerapan program manajemen mutu

terpadu harus disertai dengan kelengkapan dokumen berupa:

a. Identitas pemohon;

b. Panduan manajemen mutu berdasarkan konsepsi hazard analysis

critical control point; dan

c. Fotokopi sertifikat kelayakan pengolahan.

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara penerbitan

sertifikat penerapan program manajemen mutu terpadu diatur

dengan peraturan menteri.

(6) Sertifikat penerapan program manajemen mutu terpadu bagi

produk perikanan yang dipasarkan di dalam negeri diterbitkan

oleh lembaga penilaian kesesuaian yang ditunjuk oleh menteri.

(7) Lembaga penilaian kesesuaian harus mendapatkan akreditasi dari

Komite Akreditasi Nasional (KAN).

2.7. Manajemen Mutu PT. Surya Indoalgas

Produk agar yang diekspor harus berdasarkan standar yang telah

ditentukan baik oleh pihak buyer maupun berdasarkan standar mutu yang

berlaku didalam negeri dan negara pengimport. Apabila produk yang di

Page 30: Laporan Hidrokoloid

24

ekspor tidak sesuai standar yang telah disepakati maka produk akan direject.

Produk yang direject dilakukan traceability sehingga dapat ditelusuri

mengenai asal bahan baku sejak mulai pemanenan, penanganan, pengolahan

dan sampai dalam bentuk produk. Menurut Handayani (2013), bahwa Uni

Eropa mewajibkan semua pelaku usaha bidang pangan di setiap Negara dan

para pengekspor dari Negara lain menggunakan system traceability untuk

mencatat perjalanan pangan mulai dari pemasok sampai konsumen. Peran

pemerintah dalam menjamin keamanan pangan mengeluarkan kebijakan

yang berupa PERMENKP RI Nomor: Per. 01/Men/2007 tentang

pengendalian sistem jaminan mutu dan keamanan pangan. Pasal 13 berisi

tentang prinsip ketelusuran (traceability) yang menekankan bahwa pelaku

usaha pengolahan harus memberikan label atau informasi yang

mengidentifikasi ketelusurannya sesuai dengan persyaratan jenis produk

tertentu. Maka dari itu system traceability dalam menjamin keamanan

pangan penting untuk diperhatikan. Banyak peneliti meyakinkan bahwa

sistem traceability yang dimiliki perusahaan dapat memberikan manfaat

terhadap pengelolaan dan pengurangan risiko, hal ini sesuai dengan

beberapa pernyataan peneliti yang berkenaan dengan manfaat traceability.

Menurut Kher et. al. (2010), traceability bermanfaat dalam

menemukan sumber-sumber yang berpotensi menimbulkan risiko. Selain

itu, manfaat sistem traceability dapat mengurangi risiko yang berbahaya

dalam proses produksi dan dapat dengan cepat meresponnya,

mengendalikan potensi yang berisiko tinggi agar dapat mencegah kejadian

yang tidak terduga serta memperkuat pengendalian pada potensi yang

berisiko. Menggunakan sistem traceability untuk memprediksi risiko pada

product recall. Begitu juga dengan Bevilacqua et. al. (2009), menyatakan

bahwa produsen yang menyimpan bahan baku dan proses produksi memiliki

potensi risiko pada pencampuran atau kehilangan identitas rantai produksi

yang mungkin terjadi dapat diatasi dengan sistem traceability. Disamping

itu tujuan sistem traceability dapat meningkatkan transparansi dalam rantai

supplai, mengurangi risiko klaim, meningkatkan efisiensi dan manajemen

risiko. Dengan demikian diketahui bahwa traceability dapat memberikan

Page 31: Laporan Hidrokoloid

25

informasi yang cepat untuk mencegah, menemukan potensi risiko (Miranda

et. al., 2003).

Produk agar yang diproduksi PT. Surya Indoalgas pernah

mengalami penolakan (reject), tepatnya dua tahun yang lalu. Produk yang

direject saat itu berkisar 2 ton. Produk direject karena packaging rusak

(jebol). Salah satu penyebab packaging rusak yaitu karena produk dikemas

apa adanya tanpa memperhatikan kualitas dari kemasan. Produk yang telah

direject dikembalikan ke perusahaan, dalam hal ini pihak yang bertanggung

jawab adalah quality assurance. Produk yang telah direject akibat dari

rusaknya packaging maka produk bisa dipacking ulang. Menurut Rijayana

(2005), bahwa pengecekan terhadap mutu suatu produk dilakukan setelah

proses produksi selesai. Pengecekan dilakukan pada setiap tahap operasi

pengerjaan di Area Manufactur. Inspektor diberi tugas dan wewenang untuk

melakukan inspeksi setiap selesai operasi pengerjaan. Apabila hasil

pemeriksaan dinyatakan mutunya bagus maka langakah operasi pengerjaan

selanjutnya bisa diteruskan tetapi apabila hasil pemeriksaan inspektor

dinyatakan tidak sesuai dengan mutu yang telah ditetapkan maka langkah

operasi pengerjaan selanjutnya akan terhenti sementara sampai dikeluarkan

disposisi terhadap barang tersebut. Corrective Action merupakan salah satu

fungsi yang digunakan untuk melaporkan, memproses, menyimpan, dan

mengetahui secara rinci catatan teknis yang diakibatkan oleh adanya

penyimnpangan dalam proses pengerjaan suatu part/material yang tidak

memenuhi kriteria yang telah ditentukan akibatnya produk yang dihasilkan

tidak sesuai dengan mutu yang telah ditetapkan. Tujuan Corrective Action

adalah mencegah agar kesalahan yang sama tidak akan terulang lagi dimasa

yang akan datang. Manajemen perusahaan mendapatkan umpan balik untuk

mengukur kemajuan setiap kegiatan, menganalisis efektifitasnya, dan

mengidentifikasi permasalahan yang terjadi secara lebih dini, sehingga

dapat melakukan tindakan perbaikan yang tepat dan diharapkan mampu

menghasilkan produk-produk yang unggul dalam quality, cost dan schedule.

Fungsi Quality adalah sebagai berikut:

1. Quality Planning and Support

Page 32: Laporan Hidrokoloid

26

2. Program Support and Administrative Support

3. Product Inspection

4. Process Inspection

5. Lingkungan dan keamanan

6. Delivery

7. Sertifikasi dan Kalibrasi

8. Perencanaan Supplier

9. Configurasi Accountability

Setiap fungsi tersebut pada prakteknya tentunya tidak terlepas dari

adanya penyimpangan-penyimpangan yang ditemukan dilapangan.

Penyimpangan tersebut seharusnya dicatat secara detail meliputi:

produknya, area pengerjaan, discrepancy, pekerja dan organisasi (Affected

Organization) yang bertanggung jawab atas terjadinya Rejection Tag dan

yang akan melakukan tindakan perbaikan. Inspektor akan

mencatat/menyimpan dan nonconforming part/material mengenai beberapa

informasi spesifik pada nonconforming part/material yang dicatat

diantaranya adalah: Part Number, Serial Number, Lot Number, Order

Number, Contract Number, Operation Number, Work Center ID, model

unit, Rejaction Tag Record Number, Kode Unit Organisasi, QA Site, serta

keterangan tentang discrepancy yang terjadi. Inspektor yang melakukan

disposisi biasanya ditunjuk sesuai dengan keahlian inspektor tersebut dalam

menganalisis Rejection Tag dengan cara mereview dan mendisposisikan

semua penyimpangan secara baik dengan melihat uraian teks atau melihat

gambar/sketch tentang discrepancy mengenai suatu part. Teks uraian

penjelasan disposisi yang diberikan dapat dibuat secara detail. Semua

disposisi harus diberikan dan disetujui/disapprove oleh penanggung

jawabnya, setiap Rejection Tag harus dibuat Corrective Actin Plan,

sehingga diharapkan terulangnya kejadian jenis penyimpangan ata masalah

yang sama dapat dihindari.

Menentukan penyebab terjadinya reject pada part/material

merupakan pekerjaan yang tidak mudah, karena inspektor harus

menganalisis berbagai kemungkinan yang terjadi, sihingga tidak terjadi

Page 33: Laporan Hidrokoloid

27

kesalahan dalam menentukan penyebab terjadinya reject pada part/material.

Untuk mengetahui penyebab terjadinya reject pada part/material maka harus

dibuat Corrective Action Analysis dengan menentukan Affected

Organization. Bila inspector sudah menentukan personil beserta organisasi

peyebab terjadinya reject pada part/material (Affected Organization) maka

personil tersebut harus mengisi form berisi pengakuan atau pengingkaran

bahwa personil tersebut penyebab terjadinya reject pada part/material untuk

dibuatkan Corrective Action Plan. Jika personil tersebut mengingkari

perbuatannya maka penelusurannya di tentukan tim investigasi. Setelah

dibuat Corrective Action Plan, kemudian cetak Rejection Tag Report untuk

dikirimkan ke organisasi yang bertanggung jawab atau personil yang

ditunjuk untuk melakukan tindakan perbaikan tersebut, setelah tindakan

perbaikan dilakukan oleh organisasi yang bertanggung jawab, selanjutnya

record penyataan tindakan perbaikan tersebut pada Corrective Action

Verification. Jika Corrective Action sudah lengkap / selesai maka Corrective

Action tersebut dapat statusnya menjadi Corretive Close Selanjutnya

Affected Organization melakukan tindakan perbaikan.

Page 34: Laporan Hidrokoloid

28

III. PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Kesimpulan dari Praktikum Mata Kuliah Teknologi Industri

Hidrokoloid Perairan adalah sebagai berikut:

1. Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan tepung agar di PT Surya

Indoalgas merupakan rumput laut hijau atau sering disebut Glacilaria sp.

dari kelas Rhodophyceae. Bahan baku tersebut biasanya berasal dari daerah

Sulawesi karena mempunyai rendemen dan kekuatan gel (gel strenght)

yang bagus. Proses pembuatan Glacilaria sp. menjadi tepung agar adalah

sebagai berikut: penerimaan bahan baku, pencucian, bleaching,ekstraksi,

filtrasi, pembentukan gel, penekanan, pemotongan, pengeringan, milling,

packing dan distribusi.

2. Manajemen mutu yang digunakan sebagai acuan dalam pembuatan tepung

agar di PT Surya Indoalgas antara lain: Sistem Halal, Sistem Manajemen

Mutu ISO 9001:2008, GMP, SSOP & Sistem Manajemen Keamanan

Pangan HACCP, Badan POM RI, UKAS Management System.

Page 35: Laporan Hidrokoloid

29

DAFTAR PUSTAKA

Athatianti, F. A. Penerapan Manajemen Mutu Terpadu pada PT Maya Food

Industries di Kota Pekalongan. 2008. IPB Bogor. [Skripsi].

Benyamin, P. 2013. Manajemen dan Pengembangan Pemasaran pada Perusahaan

Perikanan di Sidoarjo. Universitas Kristen Petra. AGORA Vol. 1,

No.1, (2013).

Bevilacqua, M., Ciarapica, F.E., dan Giacchetta G. 2009. Business Process

Reengineering of a Supply Chain and a Traceability System, a Case

Study. Journal of Food Engineering. 93 (1). 13-22.

Handayani, D. I. 2013. Identifikasi Risiko Rantai Pasok Berbasis Sistem

Traceability pada Minuman Sari Apel. Spektrum Industri. Vol. 11,

No. 2., 117-242. ISSN : 1963-6590.

ISO 9001:2008 an International Standard for Quality Management System.

Switzerland.

Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor KEP.

01/MEN/2007. Persyaratan Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil

Perikanan pada Proses Produksi, Pengolahan dan Distribusi. Jakarta.

Kher, S., Frewer, L.J., De Jonge, J. and Wentholt, M.T.A. 2010. Experts

Perspective on the Implementation of Traceability in Europe, British

Food Journal. Vol. 112 No. 3. Pp. 261-274.

Miranda P.M., Meuwissen, Annet G.J.V., Henk Hogeveen., and Ruud B.M. 2003.

Raceability and Certification in Meat Supply Chains. Journal of

Agribusiness : 167S181.

Peraturan Kepala Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil

Perikanan Selaku Otoritas Kompeten Nomor : PER. 03/BKIPM/2011.

Pedoman Teknis Penerapan Sistem Jaminan Mutu dan Keamanan

Hasil Perikanan.

Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor

HK.03.1.23.04.12.2205 Tahun 2012. Pedoman Pemberian Sertifikat

Produksi Pangan Industri Rumah Tangga. Jakarta.

Page 36: Laporan Hidrokoloid

30

Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor PER.

01/MEN/2007. Pengendalian Sistem Jaminan Mutu dan Keamanan

Hasil Perikanan. Jakarta.

Rijayana, I. 2005. Penelusuran Corective Action untuk Mengurangi Rejaction

Tag. Jurusan Teknik Informatika. Universitas Widyatama. Bandung.

http://www.halalmui.org/mui14/ . Diakses 24-Desember-2015

http://indoalgas.co.id/about-us/ . Diakses 24-Desember-2015

Page 37: Laporan Hidrokoloid

L A M P I R A N

Page 38: Laporan Hidrokoloid

32

Lampiran 1. Dokumentasi Praktikum Mata Kuliah Teknologi Industri

Hidrokoloid Perairan 2015

a. Proses penjemuran Glacilaria sp.

b. Bahan Baku Glacilaria sp. Kering

c. Proses Gel Press 1

Page 39: Laporan Hidrokoloid

33

d. Proses Gel Press 2

e. Treatment Tank

f. Pengemasan

Page 40: Laporan Hidrokoloid

34

g. Pengujian Mutu

h. Water Treatment

i. Pabrik PT. Surya Indoalgas

Page 41: Laporan Hidrokoloid

35

j. Agar Powder

k. Sertifikat HACCP PT. Surya Indoalgas

l. Sertifikat ISO 9001:2008 PT. Surya Indoalgas