Laporan Hidrokoloid
-
Upload
basyrowi-arby -
Category
Documents
-
view
112 -
download
6
description
Transcript of Laporan Hidrokoloid
LAPORAN PRAKTIKUM Mata Kuliah Teknologi Industri Hidrokoloid Perairan
Semester Gasal 2015/2016
MANAJEMEN MUTU
PT. SURYA INDOALGAS - SIDOARJO
Disusun oleh:
Ariffany Nanda P. A. 26030112120002
Dinda Rizki 26030112140019
Ayunda Dita Wardani 26030112110020
Hendra Syahputra 26030112130024
Basyrowi Arbi 26030112140043
Nina Retnowati 26030112130055
Fatin Hidayati 26030112140057
Anita Novania 26030112140062
Sarah Nur Halimah 26030112130092
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Diponegoro
Semarang
2015
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Praktikum Mata Kuliah Teknologi Industri Hidrokoloid Perairan
ini telah disetujui dan disahkan pada:
Hari :
Tanggal :
Tempat : Semarang
Menyetujui,
Koordinator Praktikum
Eko Susanto, S.Pi., M.Sc.
NIP. 19820913 200604 1 003
Ketua Kelompok
Basyrowi Arbi
NIM. 26030112140043
iii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................... ii
DAFTAR ISI ............................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ....................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. v
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. vi
I. PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................. 1
1.2. Tujuan .......................................................................................... 5
II. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................... 6
2.1. Definisi Manajemen Mutu ............................................................ 6
2.1.1. Definisi Manajemen Mutu Terpadu Hasil Perikanan .......... 6
2.2. Gambaran Umum Perusahaan ....................................................... 7
2.3. Proses Produksi ............................................................................ 8
2.4. Penerapan Manajemen Mutu Hasil Perikanan ............................... 10
2.4.1. HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point) ............. 10
2.4.2. Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 .......................... 11
2.4.3. Sertifikat GMP (Good Manufactury Practice) ................... 14
2.4.4. Sertifikat BPOM ................................................................ 15
2.4.5. Sertifikat Halal .................................................................. 17
2.5. Quality Control PT. Surya Indoalgas ............................................ 18
2.6. Sistem Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan .................. 19
2.6.1. Pengembangan dan Penerapan Persyaratan atau Standar
Metode Pengujian .............................................................. 19
2.6.2. Pengendalian Mutu ............................................................ 20
2.6.3. Pengawasan Mutu ............................................................. 21
2.6.4. Sertifikasi .......................................................................... 22
2.7. Manajemen Mutu PT. Surya Indoalgas ......................................... 23
III. PENUTUP .......................................................................................... 28
3.1. Kesimpulan ................................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 29
LAMPIRAN ................................................................................................ 31
iv
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Identifikasi Kekuatan dan Kelemahan dalam Penerapan Manajemen
Mutu di Perusahaan ....................................................................................... 11
v
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Diagram Alir Proses Pembuatan Tepung Agar PT. Surya Indoalgas .............. 8
2. Label HACCP PT. Surya Indoalgas ............................................................... 10
3. Dasar Pemikiran Manajemen Mutu ............................................................... 10
4. Label ISO PT. Surya Indoalgas ..................................................................... 12
5. Logo GMP PT. Surya Indoalgas .................................................................... 15
6. Logo BPOM PT. Surya Indoalgas ................................................................. 17
7. Label Halal PT. Surya Indoalgas ................................................................... 18
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Dokumentasi Praktikum Mata Kuliah Teknologi Industri
Hidrokoloid Perairan 2015 .............................................................. 32
1
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Manajemen mutu dapat dianggap memiliki tiga komponen utama:
pengendalian mutu, jaminan mutu dan perbaikan mutu. Manajemen mutu
berfokus tidak hanya pada mutu produk, namun juga cara untuk
mencapainya. Manajemen mutu menggunakan jaminan mutu dan
pengendalian terhadap proses dan produk untuk mencapai mutu secara
lebih konsisten.
Manajemen mutu adalah fenomena mutakhir. Kebudayaan maju
yang mendukung seni dan kerajinan membolehkan pembeli memilih
barang dengan standar mutu yang lebih tinggi dibandingkan dengan
barang normal. Dalam masyarakat yang menghargai seni dan kerajinan,
salah satu tugas dari sang empu adalah mengepalai bengkel, serta melatih
dan mengawasi pegawai dan pemagang. Sang empu menetapkan standar,
menilai pekerjaan pegawai dan memerintahkan pengerjaan ulang ataupun
perbaikan yang diperlukan. Pekerjaan secara kerajinan memiliki
keterbatasan yaitu hanya mampu menghasilkan sedikit produk, namun
dipihak lain memiliki keunggulan yaitu setiap produk dapat dibuat secara
berbeda sesuai dengan keinginan pemesan. Pendekatan pekerjaan
kerajinan terhadap mutu merupakan masukan utama saat pembentukan
awal manajemen mutu sebagai bagian dari ilmu manajemen. Revolusi
industri mengganti pendekatan pekerjaan kerajinan dengan produksi masal
dan pekerjaan berulang yang bertujuan untuk menghasilkan barang yang
sama dalam jumlah yang besar.
Mutu (kualitas) dalam kerangka ISO 9000 didefinisikan sebagai
“Ciri dan karakter menyeluruh dari suatu produk atau jasa yang
mempengaruhi kemampuan produk tersebut untuk memuaskan kebutuhan
tertentu”. Hal ini berarti bahwa kita harus dapat mengidentifikasikan ciri
dan karkter produk yang berhubungan dengan mutu dan kemudian
membuat suatu dasar tolak ukur dan cara pengendaliannya.
2
Definisi ini jelas menekankan pada kepuasan pelanggan atau
pemakai produk. Dalam suatu proyek gedung, pelanggan dapat berarti
pemberi tugas, penyewa gedung atau masyarakat pemakai. Misalnya dari
segi disain, kepuasan dapat diukur dari segi estetika, pemenuhan fungsi,
keawetan bahan, keamanan, dan ketepatan waktu. Sedangkan dari segi
pelaksanaan, ukurannya adalah pada kerapihan penyelesaian, integritas
(sesuai gambar dan spesifikasi) pelaksanaan, tepatnya waktu penyerahan
dan biaya, serta bebas cacat.
Manajemen mutu adalah aspek-aspek dari fungsi manajemen
keseluruhan yang menetapkan dan menjalankan kebijakan mutu suatu
perusahaan/organisasi. Dalam rangka mencukupkan kebutuhan pelanggan
dan ketepatan waktu dengan anggaran yang hemat dan ekonomis, seorang
manager proyek harus memasukkan dan mengadakan pelatihan
management kualitas.
Ada 6 (enam) lingkup dari pekerjaan pabrik yang mana kualitas
harus diuji dan diperiksa yaitu kualitas dari penerangan dan keputusan dari
klien, kualitas dari proses disain kualitas material dan komponen, kualitas
dari kumpulan proyek, kualitas dari kegiatan management pabrik,
management pabrik sebagai rata rata dari peningkatan kualitas pabrik
Hidrokoloid dapat diartikan sebagai polimer larut air, mampu
membentuk koloid, dan mampu mengentalkan larutan atau membentuk gel
dari larutan tersebut. Hidrokoloid merupakan salah satu ingridien kunci
pada sugar confectionery terutama untuk permen gum dan jelly. Pemilihan
jenis hidrokoloid disamping dipertimbangkan berdasarkan penerapannya,
juga sangat tergantung pada sifat-sifat koloid, sifat produk pangan yang
dihasilkan dan faktor pertimbangan biaya. Sifat pembentukan gel
bervariasi dari satu jenis hidrokoloid ke hidrokoloid lainnya tergantung
pada jenisnya. Gel mungkin mengandung 99,9% air tetapi mempunyai
sifat lebih khas seperti padatan, khususnya sifat elastisitas (elasticity) dan
kekakuan (rigidity).
Gelasi atau pemebentukan gel merupakan fenomena yang menarik
dengan sifat yang kompleks. Pada prinsipnya gel hidrokoloid terjadi
3
karena adanya pembentukan jala atau jaringan tiga dimensi oleh molekul
primer yang terentang pada seluruh volume gel yang terbentuk dengan
memerangkap sejumlah air didalamnya. Terjadi ikatan silang pada
polimer-polimer yang terdiri dari molekul rantai panjang dalam jumlah
yang cukup maka akan terbentuk bangunan tiga dimensi yang kontinu
sehingga molekul pelarut akan terjebak diantaranya, terjadi immobilisasi
molekul pelarut dan terbentuk struktur yang kaku dan tegar yang tahan
terhadap gaya maupun tekanan tertentu.
Fungsi hidrokoloid adalah sebagai pembentuk gel, pengental,
penstabil, memperbaiki atau sebagai booster flavor, mencegah
pengkristalan kembali gula, menghasilkan warna transparan pada permen
yang dibuat, dan sebagainya Sementara dari bahan baku yang lautan
terdapat banyak pilihan bahan yang bisa dijadikan sebagai sumber
hidrokoloid, bahan baku ini di dominasi oleh beragam jenis algae.
Terutama kelas rodhophyta. Seperti: agar (Glacilaria sp.), alginat, algin,
fulcelaran, dan karagenan (dari Euheuma cottonii dan Euchoma spinosum)
Agar- agar merupakan komoditi yang sudah lama ada dan dikenal
di Indonesia. Rumput laut khusunya rumput laut merah dan coklat adalah
salah satu tumbuhan yang memiliki nilai ekonomis untuk industri karena
merupakan bahan baku yang luas penggunaanya. Salah satunya rumput
laut ini mengandung agar yang apabila diolah lebih lanjut lagi dapat
menghasilkan agar – agar yang banyak digunakan dalam industri makanan,
farmasi, makanan hewan, dan industri - industri lain.
Pada tahun 1990, Tirtomulyadi Sulistyo - pendiri PT. Surya
Indoalgas, melihat kesempatan yang baik untuk menghasilkan Agar Agar
Powder dari Gracilaria sp. Alasan utama adalah karena Indonesia
memiliki garis pantai yang luas yang merupakan tempat yang ideal untuk
budidaya rumput laut. Selain itu, ada banyak aplikasi di industri gula yang
menggunakan Agar Agar Powder, terutama di pasar ekspor sehingga akan
menjadi peluang bisnis yang potensial. Oleh karena itu, Tirtomulyadi
Sulisyo memutuskan untuk berinvestasi pada tanaman Agar Agar
Manufacturing - PT. Surya Indoalgas di Wonoayu, Sidoarjo - Jawa Timur,
4
yang berdekatan dengan kota terbesar kedua di Indonesia - Surabaya. PT.
Tanaman Surya Indoalgas menempati Total 3,8 hektar dengan kapasitas
saat ini sekitar 250 MT per tahun dan bersedia untuk ditingkatkan hingga
350 MT-400 MT untuk memenuhi kebutuhan pasar. Mesin yang berasal
dari Jepang dan tiga tahun pertama operasi, pabrik telah dioperasikan oleh
teknisi Jepang. Menggunakan transfer teknologi, mesin modern dan proses
produksi dari Jepang, produk kami diterima secara luas di pasar
internasional seperti negara-negara Asia, Jepang, Thailand, Taiwan, India
dan negara-negara Eropa: Inggris, Jerman, Rusia untuk beberapa nama.
Sistem manajemen mutu memiliki definisi yaitu sebagai suatu
sistem untuk mengarahkan dan mengendalikan organisasi dalam hal mutu
disamping itu juga berguna sebagai suatu sistem manajemen untuk
menetapkan kebijakan dan sasaran serta untuk mencapai sasaran itu.
Terdapat persyaratan umum yang harus diperhatikan oleh suatu organisasi
dalam sistem manajemen mutu yaitu menetapkan sistem manajemen mutu,
mendokumentasikan sistem manajemen mutu, mengimplementasikan
sistem manajemen mutu, memelihara sistem manajemen mutu dan ke
empat elemen ini harus selalu diperhatikan dan terus menerus melakukan
perbaikan guna keefektifannya.
Adapun fungsi dari manajemen dalam sistem manajemen mutu
yaitu berupa POAC (Planning, Organizing, Actuating and Controlling).
Planning, atau proses perencanaan adalah proses yang menyangkut upaya
yang dilakukan untuk mengantisipasi kecenderungan di masa yang akan
datang dan penentuan strategi dan taktik yang tepat untuk mewujudkan
target dan tujuan organisasi. Organizing, atau dalam bahasa Indonesia
perorganiasasian merupakan proses menyangkut bagaimana strategi dan
taktik yang telah dirumuskan dalam perencanaan didesain dalam sebuah
struktur organisasi yang tepat dan tangguh, sistem dan lingkungan
organisasi yang kondusif, dan dapat memastikan bahwa semua pihak
dalam organisasi dapat bekerja secara efektif dan efisien guna pencapaian
tujuan organisasi. Actuating, atau pelaksanaan dan implementasi,
perencanaan dan pengorganisasian yang baik kurang berarti bila tidak
5
diikuti dengan pelaksanaan kerja. Untuk itu maka dibutuhkan kerja keras,
kerja cerdas dan kerjasama. Semua sumber daya manusia yang ada harus
dioptimalkan untuk mencapai visi, misi dan program kerja organisasi.
Pelaksanaan kerja harus sejalan dengan rencana kerja yang telah disusun.
Kecuali memang ada hal-hal khusus sehingga perlu dilakukan penyesuian.
Setiap SDM harus bekerja sesuai dengan tugas, fungsi dan peran, keahlian
dan kompetensi masing-masing SDM untuk mencapai visi, misi dan
program kerja organisasi yang telah ditetapkan. Controlling, proses
pengawasan dan pengendalian adalah proses yang dilakukan untuk
memastikan seluruh rangkaian kegiatan yang telah direncanakan,
diorganisasikan dan diimplementasikan dapat berjalan sesuai dengan target
yang diharapkan sekalipun berbagai perubahan terjadi dalam lingkungan
dunia bisnis yang dihadapi.
Produk agar yang dihasilkan oleh PT Surya Indoalgas dijamin
dengan menggunakan manajemen mutu yang sangat baik. Hal ini
dikarenakan produk agar sudah memasuki pasar ekspor sehingga jaminan
mutu sudah diawasi oleh perusahaan.
1.2. Tujuan
Tujuan dari Praktikum Teknologi Industri Hidrokoloid Perairan
adalah sebagai berikut:
1. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami jenis hidrokoloid
penghasil agar dari proses penanganan bahan baku hingga menjadi produk
akhir.
2. Mengetahui dan memahami manajemen mutu yang ada di PT. Surya
Indoalgas
6
II. PEMBAHASAN
2.1. Definisi Manajemen Mutu
Tujuan dari manajemen mutu adalah untuk menjamin suatu hasil
produksi atau jasa mampu memenuhi keinginan konsumen. Manajemen
mutu mencakup dua hal, yaitu jaminan mutu dan pengendalian mutu
(Arthatianti, 2008). Menurut Brian Rothery, manajemen mutu adalah
aktivitas pengendalian yang mencakur unsur-unsur sebagai berikut
a. Definisi sasaran, yaitu komitmen tertulis terhadap kebijaksanaan mutu
yang terdefinisi yang diikuti rincian instruksi/prosedur untuk setiap
langkah mencapai tujuan.
b. Standar segala spesifikasi teknis dan prosedural yang dapat memenuhi
kebutuhan yang diminta.
c. Sistem, yaitu cara-cara yang digunakan untuk melakukan kegiatan di
perusahaan .
Menurut European Organization for Quality, Manajemen Mutu
Total (TQM) adalah cara untuk mengendalikan/mengatur aktivitas melalui
perbaikan secara berkesinambungan agar menjadi efisien dan efektif,
perusahaan yang menerapkannya mampu memperolah keunggulan
bersaing yang menjamin suksea jangka panjang dan mampu memenuhi
kebutuhan konsumen, pekerja, pemegang saham dan masyarakat sekitar.
2.1.1. Definisi Manajemen Mutu Terpadu Hasil Perikanan
Dalam Surat Keputusan (SK) Menteri Kelautan dan Perikanan
Nomor Kep.01/Men/2002 tentang Sistem Manajemen Mutu Terpadu Hasil
Perikanan yang merupakan pembaharuan dari Surat Keputusan Menteri
Pertanian Nomor 41/Kpts/IK.201/1998 tentang Sistem Manajemen Mutu
Terpadu Hasil Perikanan disebutkan bahwa Sistem Manajemen Mutu
Terpadu merupakan bentuk, tanggung jawab, prosedur, proses,
sumberdaya organisasi untuk menerapkan sistem manajemen mutu secara
terpadu dalam seluruh rangkaian proses produksi hasil perikanan mulai pra
panen, pemanenan, dan pasca panen.
7
Sistem Manajemen Mutu yang dimaksud bentuk tanggung jawab
dan prosedur untuk menerapkan jaminan mutu yakni upaya pencegahan
yang perlu diperhatikan dan direncanakan dalam rangka menghasilkan
hasil perikanan yang aman bagi kesehatan manusia dan bermutu, yang
lazimnya diselenggarakan sejak awal produksi hasil perikanan sampai
dengan siap diperdagangkan atau serta merupakan sistem pengawasan dan
pengendalian mutu yang selalu berkembang menyesuaikan dengan
perkembangan ilmu dan teknologi. Program Manajemen Mutu Terpadu
(PMMT) berdasarkan konsepsi Hazard Analysis Critical Control Point
(HACCP) dianggap sesuai untuk ditetapkan sebagai Sistem Manajemen
Mutu Terpadu Hasil Perikanan.
2.2. Gambaran Umum Perusahaan
PT. Surya Indoalgas didirikan pada tahun 1990 oleh Bapak
Trimulyadi Sulistyo, dasar pendirian pabrik adalah melihat peluang
produksi tepung agar dari rumput laut Gracilaria sp. di Indonesia.
Pemikiran tersebut didasarkan kawasan Indonesia memiliki garis pantai
yang panjang, dan tempat yang ideal bagi budidaya tepung agar PT. Surya
Indoalgas teletak di Wonoayu, Sidoarjo-Jawa Timur.
PT. Surya Indoalgas memiliki luas 3,8 hektar dengan kapasitas
bangunan sebesar 250 MT dan akan meningkat sebesar 350 MT – 400 MT
untuk peralatan. Mesin didatangkan dari Jepang dan dioperasikan oleh
teknisi Jepang. Penggunaan teknologi Jepang menggunakan mesin modern
sudah diterima pada pasar Internasional seperti Jepang, Thailand, Taiwan,
India. Sedangkan pasar Eropa seperti: Inggris, German. Rusia.
Visi dan misi yang dimiliki PT. Surya Indoalgas yaitu :
1. Menyediakan makanan sehat dari rumput laut
2. Mengembangkan makanan berkualitas tinggi dari rumput laut untuk
memenuhi kebutuhan pelanggan
3. Didukung dengan peningkatan proses produksi dan teknologi
8
Distribusi
2.3. Proses Produksi
Produk yang dihasilkan oleh PT. Surya Indoalgas berupa tepung
agar. Proses dilakukan di dalam pabrik dengan menggunakan mesin.
Proses produksi dapat dilihat pada gambar 1.
Gambar 1. Diagram Alir Proses Pembuatan Tepung Agar
PT. Surya Indoalgas
Penerimaan Bahan Baku
Pencucian
Bleaching
Ekstraksi
Filtrasi
Pembentukan Gel
Penekanan
Pemotongan
Pengeringan
Milling
Packing
9
Spesifikasi produk akhir tepung agar PT. Surya Indoalgas adalah
sebagai berikut :
1. Produk : Tepung Agar
2. Kelas Alga : Rhodophyceae
3. Jenis : 600-1200
4. Kekuatan Gel : 600-1200 gr / cm2
5. Ukuran partikel : 80 Mesh
6. Kelembaban : 20% maksimum
7. Nilai pH : 6-8
8. Viskositas : 10 cps +/- 5cps
9. Kejelasan dan warna larutan : Kekuningan jelas
10. Transparansi : min 5 cm
11. Arensic (seperti AS) : maks 1 ppm
12. Logam Berat : maks 20 ppm
13. Timbal ( Pb ) : maks 5 ppm
14. Kadmium : < 1 ppm
15. Mercury : < 1 ppm
16. Angka lempeng total : < 3.000 cfu / g
17. E. Coli : negatif / g
18. Saimonella : negatif / 25g
19. Strach dan dekstrin : negatif
20. Gelatin dan protein : negatif
21. Packing : 20 kg. Dikemas dengan 2 tas poli
dan 2 kotak batin untuk diletakkan
di kotak penggelombang
22. Suhu penyimpanan : 18-25 ' C
23. Ash : maks 6,5% setelah suhu pada
550o C ( pada substansi kering)
24. Unsoluble penting : maks 1,0% dalam air panas
25. Abu larut asam : maks 0,5%
26. Penyerapan air : min 5 kali
10
2.4. Penerapan Manajemen Mutu Di Perusahaan
2.4.1. HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point)
HACCP diterapkan diperusahaan atas dasar dari trend kebutuhan
akan keamanan pangan yang merupakan tuntutan atau desakan akan
kebutuhan pangan aman di masyarakat saat ini. Selain itu HACCP pada
perusahaan juga merupakan salah satu bukti konsekuensi dari perusahaan
untuk selalu mengutamakan kebutuhan konsumen yang menginginkan
produk dengan kualitas yang baik. Selain itu, HACCP digunakan untuk
jaminan keamanan yang akan diekspor
Gambar 2. Label HACCP PT. Surya Indoalgas
HACCP diterapkan di perusahaan PT. Surya Indoalgas untuk
menjamin keamanan produk-produk agar dari PT. Surya Indoalgas.
Penerapan ini didasarkan dari;
Gambar 3. Dasar Pemikiran Manajemen Mutu
Trend dan tuntutan dari pihak buyer untuk mendapatkan jaminan
keamanan pangan
Menjaga kepuasan konsumen untuk mendapatkan produk yang aman dan
standar
Sistem Halal, Sistem Manajemen Mutu ISO 9001, GMP, SSOP & Sistem
Manajemen Keamanan Pangan HACCP, Badan POM RI, UKAS
Management System
11
HACCP perusahan dikontrol pada tahapan produksi, akan tetapi
kriteria CCP (Ciritical Control Point) yang paling ditekankan pada tahap
Mailling (penepungan). Kontrol pada seluruh kegiatan ini dilakukan
perusahaan dengan cara menjaga kebersihan. Akan tetapi penerapan GMP
dan HACCP diperusahanan PT. Surya Indoalgas masih memiliki banyak
kekurangan.
- Analisia Identifikasi Faktor Internal
Berdasarkan identifikasi faktor internal yang didapatkan dengan
cara wawancara, dan melihat kondisi dilapangan terpilih ada beberapa
kekuatan dan kelemahan perusahaan dalam penerapan HACCP pada
perusahaan. Berikut adalah faktor-faktor yang telah teridentifikasi pada
Tabel 1.
Tabel 1. Identifikasi Kekuatan dan Kelemahan dalam Penerapan
Manajemen Mutu di Perusahaan
No KEKUATAN KELEMAHAN
1.
2.
3.
Sistem Halal, Sistem
Manajemen Mutu ISO 9001,
GMP, SSOP & Sistem
Manajemen Keamanan
Pangan HACCP, Badan POM
RI, UKAS Management
System
Mutu dan kualitas gel strenght
yang ditentukan sangat tinggi
dan berkualitas
Mampu melakukan pemasaran
secara Internasional
Penerapan HACCP dan GMP
pada karyawan kurang baik.
Masih terlihat karyawan yang
tidak menggunakan peralatan
pekerjaan sesuai standa Unit
Pengolahan Ikan.
Bangunan, mesin, sarana, dan
prasarana yang kurang
mendukung pelaksanaan
HACCP. (Bau, Berkarat,
Kotor)
CCP yang diidentifikasi belum
terlalu efektif dan efisien
2.4.2. Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008
ISO 9001 merupakan standar internasional di bidang sistem
manajemen mutu. Suatu lembaga/organisasi yang telah mendapatkan
akreditasi (pengakuan dari pihak lain yang independen) ISO tersebut,
dapat dikatakan telah memenuhi persyaratan internasional dalam hal
manajemen penjaminan mutu produk/jasa yang dihasilkannya.
12
ISO 9001:2008 adalah suatu standar internasional untuk sistem
manajemen Mutu atau kualitas. ISO 9001:2008 menetapkan persyaratan-
persyaratan dan rekomendasi untuk desain dan penilaian dari suatu sistem
manajemen mutu. ISO 9001:2008 bukan merupakan standar produk,
karena tidak menyatakan persyaratan - persyaratan yang harus dipenuhi
oleh sebuah produk (barang atau jasa). ISO 9001:2008 hanya merupakan
standar sistem manajemen kualitas. Namun, bagaimanapun juga
diharapkan bahwa produk yang dihasilkan dari suatu sistem manajemen
kualitas internasional, akan berkualitas baik (standar).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa Quality Management Systems
(ISO 9001:2008) adalah Merupakan prosedur terdokumentasi dan praktek-
praktek standar untuk manajemen sistem, yang bertujuan menjamin
kesesuaian dari suatu proses dan produk (barang atau jasa) terhadap
kebutuhan atau persyaratan tertentu, dimana kebutuhan atau persyaratan
tertentu tersebut ditentukan atau dispesifikasikan oleh pelanggan dan
organisasi.
System ISO 9001:2008 fokus pada efektifitas proses continual
improvement dengan pilar utama pola berpikir PDCA, dimana dalam
setiap process senantiasa melakukan perencanaan yang matang,
implementasi yang terukur dengan jelas, dilakukan evaluasi dan analisis
data yang akurat serta tindakan perbaikan yang sesuai dan monitoring
pelaksanaannya agar benar-benar bisa menuntaskan masalah yang terjadi
di organisasi.
Gambar 4. Label ISO PT. Surya Indoalgas
13
Pilar berikutnya yang digunakan demi menyukseskan proses
implementasi ISO 9001 ini, maka ditetapkanlah delapan prinsip
manajemen mutu yang bertujuan untuk mengimprovisasi kinerja system
agar proses yang berlangsung sesuai dengan fokus utama yaitu effectivitas
continual improvement, 8 prinsip manajemen yang dimaksud adalah :
1) Customer Focus
Semua aktifitas perencanaan dan implementasi system sematamata
untuk memuaskan customer.
2) Leadership
Top Management berfungsi sebagai Leader dalam mengawal
implementasi System bahwa semua gerak organisasi selalu terkontrol
dalam satu komando dengan commitment yang sama dan gerak yang
sinergi pada setiap elemen organisasi
3) Keterlibatan semua orang
Semua element dalam organisasi terlibat dan concern dalam
implementasi system management mutu sesuai fungsi kerjanya
masingmasing, bahkan hingga office boy sekalipun hendaknya
senantiasa melakukan yang terbaik dan membuktikan kinerjanya layak
serta berkualitas, pada fungsinya sebagai office boy.
4) Pendekatan Proses
Aktifitas implementasi system selalu mengikuti alur proses yang
terjadi dalam organisasi. Pendekatan pengelolaan proses dipetakan
melalui business process. Dengan demikian, pemborosan karena
proses yang tidak perlu bisa dihindari atau sebaliknya, ada proses
yang tidak terlaksana karena pelaksanaan yang tidak sesuai dengan
flow process itu sendiri yang berdampak pada hilangnya kepercayaan
pelanggan
5) Pendekatan System ke Management
Implementasi system mengedepankan pendekatan pada cara
pengelolaan (management) proses bukan sekedar menghilangkan
masalah yang terjadi. Karena itu konsep kaizen, continual
improvement sangat ditekankan. Pola pengelolaannya bertujuan
14
memperbaiki cara dalam menghilangkan akar (penyebab) masalah dan
melakukan improvement untuk menghilangkan potensi masalah.
6) Perbaikan berkelanjutan
Improvement, adalah roh implementasi ISO 9001:2008
7) Pendekatan Fakta sebagai Dasar Pengambilan Keputusan
Setiap keputusan dalam implementasi system selalu didasarkan pada
fakta dan data. Tidak ada data (bukti implementasi) sama dengan tidak
dilaksanakannya system ISO 9001:2008
8) Kerjasama yang saling menguntungkan dengan pemasok
Supplier bukanlah pembantu, tetapi mitra usaha, business partner
karena itu harus terjadi pola hubungan saling menguntungkan.
Penerapan prosedur standar organisasi yang telah ditetapkan
merupakan persyaratn penting dari ISO. Untuk menjalankan SMM ISO
dalam organisasi diperlukan pembuatan prosedur standar terhadap semua
aktifitas kerja yang berdampak terhadap kualitas secara jelas dan mudah
diterapkan. Kegiatan yang merupakan bagian dari penerapan prosedur
adalah: melakukan audit secara periodik, adanya kepatuhan terhadap
prosedur standar, dan adanya penerapan corrective and preventive action.
2.4.3. Sertifikat GMP (Good Manufactury Practice)
GMP memiliki pengertian yang cukup mendasar yaitu suatu
pedoman yang menjelaskan bagaiaman memproduksi makanan agar aman
bermutu, dan layak untuk dikonsumsi. Berisi penjelasan-penjelasan
tentang persyaratan minimum dan pengolahan umum yang harus dipenuhi
dalam penanganan bahan pangan di seluruh mata rantai pengolahan dari
mulai bahan baku sampai produk akhir.
Penerapan jaminan mutu pangan harus di dukung oleh penerapan
GMP dan HACCP sebagai sistem pengganti prosedur inspeksi tradisional
yang mendeteksi adanya cacat dan bahaya dalam suatu produk pangan
setelah produk selesai diproses. GMP menetapkan KRITERIA (istilah
umum, persyaratan bangunan dan fasilitas lain, peralatan serta control
terhadap proses produksi dan proses pengolahan), STÁNDAR (Spesifikasi
bahan baku dan produk, komposisi produk) dan KONDISI (parameter
15
proses pengolahan) untuk menghasilkan produk mutu yang baik.
Sedangkan HACCP (Hazard Analysis Critical Control Points)
memfokuskan perhatian terhadap masalah pengawasan dan pengendalian
keamanan pangan melalui identifikasi, analisis dan pemantauan terhadap
titik-titikkritis pada keseluruhan bahan yang digunakan dan tahapan proses
pengolahan yang dicurigai akan dapat menimbulkan bahaya bagi
konsumen.
Berikut manfaat dari sertifikat GMP :
1. Menjamin kualitas dan keamanan pangan
2. Meningkatkan kepercayaan dalam keamanan produk dan prouksi
3. Mengurangi kerugian dan pemborosan
4. Menjamin efisiensi penerapan HACCP
5. Memenuhi persyaratan peraturan/spesifikasi/standar
Gambar 5. Logo GMP PT. Surya Indoalgas
2.4.4. Sertifikat BPOM
Badan Pengawas Obat dan Makanan Badan Pengawas Obat dan
Makanan (BPOM) adalah lembaga pemerintah yang bertugas melakukan
regulasi, standardisasi, dan sertifikasi produk makanan dan obat yang
mencakup keseluruhan aspek pembuatan, penjualan, penggunaan, dan
keamanan makanan, obat-obatan, kosmetik, dan produk lainnya. Badan
Pengawas Obat dan Makanan atau disingkat Badan POM adalah sebuah
lembaga di Indonesia yang bertugas mengawasi peredaran obat-obatan dan
makanan di Indonesia. Fungsi dan tugas badan ini menyerupai fungsi dan
tugas Food and Drug Administration (FDA) di Amerika Serikat.
16
Fungsi Badan POM berfungsi antara lain:
1. Pengaturan, regulasi, dan standardisasi;
2. Lisensi dan sertifikasi industri di bidang farmasi berdasarkan Cara-
cara Produksi yang Baik;
3. Evaluasi produk sebelum diizinkan beredar;
4. Post marketing vigilance termasuk sampling dan pengujian
laboratorium, pemeriksaan sarana produksi dan distribusi, penyidikan
dan penegakan hukum.
5. Pre-audit dan pasca-audit iklan dan promosi produk; dan
6. Riset terhadap pelaksanaan kebijakan pengawasan obat dan makanan
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dalam
Pasal 111 ayat (1) menyatakan bahwa makanan dan minuman yang
digunakan masyarakat harus didasarkan pada standar dan/atau persyaratan
kesehatan. Terkait hal tersebut di atas, Undang-Undang tersebut
mengamanahkan bahwa makanan dan minuman yang tidak memenuhi
ketentuan standar, persyaratan kesehatan, dan/atau membahayakan
kesehatan dilarang untuk diedarkan, ditarik dari peredaran, dicabut izin
edar dan disita untuk dimusnahkan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Dalam rangka produksi dan peredaran pangan oleh IRTP, Pasal 43
Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan
Gizi Pangan mengamanatkan bahwa pangan olahan yang diproduksi oleh
industri rumah tangga wajib memiliki Sertifikat Produksi Pangan Industri
Rumah Tangga (SPPIRT) yang diterbitkan oleh Bupati/Walikota dan
Kepala Badan POM menetapkan pedoman pemberian SPP-IRT.
Sementara itu, Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007
tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah
Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota pada Bidang
Kesehatan - sub bidang Obat dan Perbekalan Kesehatan, mengamanatkan
bahwa pengawasan dan registrasi makanan minuman produksi rumah
17
tangga merupakan urusan pemerintahan yang wajib diselenggarakan oleh
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.
Gambar 6. Logo BPOM PT. Surya Indoalgas
2.4.5. Sertifikat Halal
PT. Surya Indoalgas telah memiliki sertifikat halal yang berarti
tidak mengandung bahan yang haram. Sertifikasi halal dapat didefinisikan
sebagai suatu kegiatan pengujian secara sistematik untuk mengetahui
apakah suatu barang yang diproduksi suatu perusahaan telah memenuhi
ketentuan halal. Hasil dari kegiatan sertifikasi halal adalah diterbitkannya
sertifikat halal apabila produk yang dimaksudkan telah memenuhi
ketentuan sebagai produk halal. Sertifikasi halal dilakukan oleh lembaga
yang mempunyai otoritas untuk melaksanakannya. Tujuan akhir dari
Sertifikasi halal dan labelisasi halal merupakan dua kegiatan yang berbeda
tetapi mempunyai keterkaitan satu sama lain. Sertifikasi halal dapat
didefinisikan sebagai suatu kegiatan pengujian secara sistematik untuk
mengetahui apakah suatu barang yang diproduksi suatu perusahaan telah
memenuhi ketentuan halal.
Labelisasi halal adalah pencantuman tulisan atau pernyataan halal
pada kemasan produk untuk menunjukkan bahwa produk yang dimaksud
berstatus sebagai produk halal. Di Indonesia lembaga yang otoritatif
melaksanakan Sertifikasi Halal adalah Majelis Ulama Indonesia (MUI)
yang secara teknis ditangani oleh Lembaga Pengkajian Pangan Obat-
obatan, dan Kosmetika (LPPOM). Sedangkan kegiatan labelisasi halal
dikelola oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM).
18
Gambar 7. Label Halal PT. Surya Indoalgas
2.5. Quality Control PT. Surya Indoalgas
Sistem manajemen mutu berkaitan dengan kontol kualitas yang
dilakukan oleh suatu perusahaan atau pihak produsen. PT. Surya Indoalgas
berusaha untuk menjaga kualitas yang dimiliki oleh pabriknya. Kontrol
kualitas yang diterapkan di PT. Surya Indoalgas yaitu
1. Quality Control Incoming (Penerimaan bahan)
Mengontrol kualitas bahan baku & kimia. Setiap rumput laut yang
telah dikirim ke PT. Surya Indoalgas, telah secara teratur diperiksa oleh
laboratorium untuk mempertahankan kelembaban rumput laut sehingga
kualitas tinggi Tepung agar dapat diproduksi secara konsisten.
2. Quality Assesment Process (Proses pembuatan produk)
Mengontrol kualitas dari setiap langkah proses produksi. Kontrol
yang tepat juga terus dipelihara oleh pekerja kompeten dan terlatih,
dimana masing-masing sampel pada setiap tahap proses produksi telah
dianalisis dengan cermat. Sistem kontrol terus menerus telah dilakukan
untuk memastikan konsistensi kualitas Tepung agar PT Surya
Indoalgas.
3. Quality Control End Product (Produk Akhir)
Mengontrol kualitas produk akhir. Industri makanan sangat sensitif
pada kualitas, produk harus aman dan higienis. Perusahaan mengukur
kualitas produk jadi berdasarkan standar KOBE dan juga menggunakan
peralatan Nikkansui Jepang . Perusahaan terus mengembangkan proses
19
manufaktur untuk lebih meningkatkan produk yang sudah ada baik dari
kualitas serta efisiensi biaya untuk menciptakan nilai kepada pelanggan.
Proses ini didukung oleh laboratorium yang terus dikembangkan dan
sumber daya manusia berpengalaman untuk melakukan penelitian.
4. Quality Assesment Control The Packing Process & Packing Warehouse
(Kontrol proses pengepakan dan penyimpanan gudang)
Perusahaan memisahkan gudang produk WIP dan produk akhir
untuk mengontrol kualitas. Suhu kamar gudang dikontrol pada suhu 18-
25 derajat celcius serta penjagaan higienis gudang selalu dilakukan
untuk menjaga kualitas produk sebelum diberikan kepada pelanggan.
2.6. Sistem Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan
Sistem Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan meliputi kegiatan:
a. Pengembangan dan penerapan persyaratan atau standar metode
pengujian;
b. Pengendalian Mutu;
c. Pengawasan Mutu; dan
d. Sertifikasi.
2.6.1. Pengembangan dan Penerapan Persyaratan atau Standar Metode
Pengujian
(1) Persyaratan atau standar metode pengujian meliputi:
a. Jenis alat, bahan atau media, dan reagensia yang akan digunakan;
b. Teknik dan prosedur pelaksanaan pengujian; dan
c. Analisis data dan penyajian hasil pengujian.
(2) Persyaratan atau standar metode pengujian dapat dikembangkan
sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan
kepentingan perlindungan konsumen.
(3) Persyaratan atau standar metode pengujian diterapkan pada semua
pengujian hasil perikanan.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengembangan persyaratan metode
pengujian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan
peraturan menteri.
20
(5) Ketentuan pengembangan standar metode pengujian dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan di bidang
standardisasi.
2.6.2. Pengendalian Mutu
(1) Pengendalian mutu dilakukan pada kegiatan pembudidayaan,
penanganan, pengolahan, pengemasan, penyimpanan, dan
pendistribusian hasil perikanan.
(2) Pengendalian mutu dilakukan oleh Inspektur Mutu.
a. Pembudidaya
(1) Pengendalian mutu pada kegiatan pembudidayaan paling sedikit
dilakukan melalui:
a. Inspeksi;
b. Audit;
c. Surveilan;
d. Verifikasi; dan
e. Pengambilan dan pengujian contoh.
(2) Terhadap hasil pengendalian mutu dapat diterbitkan sertifikat cara
pembudidayaan yang baik.
(3) Sertifikat cara pembudidayaan yang baik diterbitkan oleh menteri.
(4) Penerbitan sertifikat cara pembudidayaan yang baik dilakukan jika
hasil pengendalian mutu memenuhi persyaratan.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara penerbitan
sertifikat cara pembudidayaan yang baik diatur dengan peraturan
menteri.
b. Penanganan
(1) Pengendalian mutu pada kegiatan penanganan, pengolahan,
pengemasan, penyimpanan, dan pendistribusian dilakukan melalui:
a. Inspeksi;
b. Verifikasi;
c. Surveilan;
d. Audit; dan
e. Pengambilan contoh.
21
(2) Inspeksi dilakukan melalui pemeriksaan terhadap:
a. Unit produksi, pengolahan, distribusi, dan manajemennya; dan
b. Sistem produksi, dokumen, pengujian produk, asal dan tujuan
produk, input atau output, dalam rangka melakukan verifikasi.
(3) Verifikasi dilakukan melalui pemeriksaan terhadap penerapan
hazard analysis critical control point dalam rangka memberikan
jaminan mutu dan keamanan hasil perikanan.
(4) Surveilan dilakukan melalui penilaian kesesuaian secara sistematis
dan berulang.
(5) Audit dilakukan melalui proses yang sistematis, independen, dan
terdokumentasi untuk mendapatkan rekaman, fakta atau informasi
yang relevan, dan kajian yang obyektif untuk menentukan sejauh
mana persyaratan telah terpenuhi.
(6) Pengambilan contoh dilakukan dengan mengambil contoh untuk
dilakukan pengujian sesuai dengan parameter uji yang diperlukan.
(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pengendalian mutu
diatur dengan peraturan menteri.
2.6.3. Pengawasan Mutu
(1) Pengawasan mutu dilakukan pada kegiatan pembudidayaan atau
penangkapan, penanganan, pengolahan, pengemasan, penyimpanan,
dan pendistribusian hasil perikanan.
(2) Pengawasan mutu dilakukan melalui:
a. Bimbingan dalam penyusunan prosedur dan penerapan persyaratan
pembudidayaan atau penangkapan, penanganan, pengolahan,
pengemasan, penyimpanan, dan pendistribusian;
b. Bimbingan dan fasilitasi dalam penyusunan dokumen, validasi, dan
penerapan sistem mutu; dan
c. Pemantauan dan evaluasi terhadap mutu dan keamanan produk
untuk dikonsumsi.
(3) Hasil pengawasan mutu berupa rekomendasi penerbitan sertifikat
Kelayakan Pengolahan.
(4) Pengawasan mutu dilakukan oleh pengawas mutu
22
2.6.4. Sertifikasi
(1) Terhadap pelaku usaha industri pengolahan ikan dapat diberikan
sertifikat yang meliputi:
a. Sertifikat kelayakan pengolahan;
b. Sertifikat penerapan program manajemen mutu terpadu; dan
c. Sertifikat kesehatan produk pengolahan ikan.
(2) Sertifikat diberikan secara bertahap.
(3) Sertifikat wajib di informasikan kepada konsumen melalui
pencantumannya secara singkat, jelas, dan mudah dipahami pada
produk pengolahan ikan.
a. Sertifikat Kelayakan Pengolahan
(1) Sertifikat kelayakan pengolahan diberikan oleh menteri atau
pejabat yang ditunjuk kepada pelaku usaha industri pengolahan hasil
perikanan terhadap setiap unit pengolahan yang telah memenuhi
dan menerapkan cara pengolahan yang baik (good manufacturing
practices) dan memenuhi persyaratan prosedur operasi sanitasi standar
(standard sanitation operating procedure).
(2) Sertifikat kelayakan pengolahan berlaku untuk jangka waktu 2 (dua)
tahun dan dapat diperpanjang untuk jangka waktu yang sama.
(3) Untuk memperoleh sertifikat kelayakan pengolahan, pelaku usaha
industri pengolahan harus mengajukan permohonan kepada menteri
atau pejabat yang ditunjuk.
(4) Permohonan sertifikat kelayakan pengolahan harus disertai dengan
kelengkapan dokumen paling sedikit berupa:
a. Identitas pemohon;
b. Akte pendirian industri pengolahan ikan bagi perusahaan; dan
c. Rekomendasi kelayakan pengolahan dari pengawas mutu.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara
penerbitan sertifikat kelayakan pengolahan dengan peraturan menteri.
(6) Sertifikat kelayakan pengolahan bagi produk perikanan yang
dipasarkan di dalam negeri diterbitkan oleh lembaga penilaian
kesesuaian yang ditunjuk oleh menteri.
23
(7) Lembaga penilaian kesesuaian harus mendapatkan akreditasi dari
Komite Akreditasi Nasional (KAN).
b. Sertifikat Penerapan Program Manajemen Mutu Terpadu
(1) Sertifikat penerapan program manajemen mutu terpadu diberikan
oleh menteri atau pejabat yang ditunjuk kepada pelaku usaha
industri pengolahan ikan yang telah memenuhi dan menerapkan
persyaratan sistem jaminan mutu dan keamanan hasil perikanan.
(2) Sertifikat penerapan program manajemen mutu terpadu berlaku
untuk jangka waktu 1 (satu) tahun dan dapat diperpanjanguntuk
jangka waktu yang sama.
(3) Untuk memperoleh sertifikat penerapan program manajemen mutu,
pelaku usaha industri pengolahan ikan harus mengajukan
permohonan kepada menteri atau pejabat yang ditunjuk.
(4) Permohonan sertifikat penerapan program manajemen mutu
terpadu harus disertai dengan kelengkapan dokumen berupa:
a. Identitas pemohon;
b. Panduan manajemen mutu berdasarkan konsepsi hazard analysis
critical control point; dan
c. Fotokopi sertifikat kelayakan pengolahan.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara penerbitan
sertifikat penerapan program manajemen mutu terpadu diatur
dengan peraturan menteri.
(6) Sertifikat penerapan program manajemen mutu terpadu bagi
produk perikanan yang dipasarkan di dalam negeri diterbitkan
oleh lembaga penilaian kesesuaian yang ditunjuk oleh menteri.
(7) Lembaga penilaian kesesuaian harus mendapatkan akreditasi dari
Komite Akreditasi Nasional (KAN).
2.7. Manajemen Mutu PT. Surya Indoalgas
Produk agar yang diekspor harus berdasarkan standar yang telah
ditentukan baik oleh pihak buyer maupun berdasarkan standar mutu yang
berlaku didalam negeri dan negara pengimport. Apabila produk yang di
24
ekspor tidak sesuai standar yang telah disepakati maka produk akan direject.
Produk yang direject dilakukan traceability sehingga dapat ditelusuri
mengenai asal bahan baku sejak mulai pemanenan, penanganan, pengolahan
dan sampai dalam bentuk produk. Menurut Handayani (2013), bahwa Uni
Eropa mewajibkan semua pelaku usaha bidang pangan di setiap Negara dan
para pengekspor dari Negara lain menggunakan system traceability untuk
mencatat perjalanan pangan mulai dari pemasok sampai konsumen. Peran
pemerintah dalam menjamin keamanan pangan mengeluarkan kebijakan
yang berupa PERMENKP RI Nomor: Per. 01/Men/2007 tentang
pengendalian sistem jaminan mutu dan keamanan pangan. Pasal 13 berisi
tentang prinsip ketelusuran (traceability) yang menekankan bahwa pelaku
usaha pengolahan harus memberikan label atau informasi yang
mengidentifikasi ketelusurannya sesuai dengan persyaratan jenis produk
tertentu. Maka dari itu system traceability dalam menjamin keamanan
pangan penting untuk diperhatikan. Banyak peneliti meyakinkan bahwa
sistem traceability yang dimiliki perusahaan dapat memberikan manfaat
terhadap pengelolaan dan pengurangan risiko, hal ini sesuai dengan
beberapa pernyataan peneliti yang berkenaan dengan manfaat traceability.
Menurut Kher et. al. (2010), traceability bermanfaat dalam
menemukan sumber-sumber yang berpotensi menimbulkan risiko. Selain
itu, manfaat sistem traceability dapat mengurangi risiko yang berbahaya
dalam proses produksi dan dapat dengan cepat meresponnya,
mengendalikan potensi yang berisiko tinggi agar dapat mencegah kejadian
yang tidak terduga serta memperkuat pengendalian pada potensi yang
berisiko. Menggunakan sistem traceability untuk memprediksi risiko pada
product recall. Begitu juga dengan Bevilacqua et. al. (2009), menyatakan
bahwa produsen yang menyimpan bahan baku dan proses produksi memiliki
potensi risiko pada pencampuran atau kehilangan identitas rantai produksi
yang mungkin terjadi dapat diatasi dengan sistem traceability. Disamping
itu tujuan sistem traceability dapat meningkatkan transparansi dalam rantai
supplai, mengurangi risiko klaim, meningkatkan efisiensi dan manajemen
risiko. Dengan demikian diketahui bahwa traceability dapat memberikan
25
informasi yang cepat untuk mencegah, menemukan potensi risiko (Miranda
et. al., 2003).
Produk agar yang diproduksi PT. Surya Indoalgas pernah
mengalami penolakan (reject), tepatnya dua tahun yang lalu. Produk yang
direject saat itu berkisar 2 ton. Produk direject karena packaging rusak
(jebol). Salah satu penyebab packaging rusak yaitu karena produk dikemas
apa adanya tanpa memperhatikan kualitas dari kemasan. Produk yang telah
direject dikembalikan ke perusahaan, dalam hal ini pihak yang bertanggung
jawab adalah quality assurance. Produk yang telah direject akibat dari
rusaknya packaging maka produk bisa dipacking ulang. Menurut Rijayana
(2005), bahwa pengecekan terhadap mutu suatu produk dilakukan setelah
proses produksi selesai. Pengecekan dilakukan pada setiap tahap operasi
pengerjaan di Area Manufactur. Inspektor diberi tugas dan wewenang untuk
melakukan inspeksi setiap selesai operasi pengerjaan. Apabila hasil
pemeriksaan dinyatakan mutunya bagus maka langakah operasi pengerjaan
selanjutnya bisa diteruskan tetapi apabila hasil pemeriksaan inspektor
dinyatakan tidak sesuai dengan mutu yang telah ditetapkan maka langkah
operasi pengerjaan selanjutnya akan terhenti sementara sampai dikeluarkan
disposisi terhadap barang tersebut. Corrective Action merupakan salah satu
fungsi yang digunakan untuk melaporkan, memproses, menyimpan, dan
mengetahui secara rinci catatan teknis yang diakibatkan oleh adanya
penyimnpangan dalam proses pengerjaan suatu part/material yang tidak
memenuhi kriteria yang telah ditentukan akibatnya produk yang dihasilkan
tidak sesuai dengan mutu yang telah ditetapkan. Tujuan Corrective Action
adalah mencegah agar kesalahan yang sama tidak akan terulang lagi dimasa
yang akan datang. Manajemen perusahaan mendapatkan umpan balik untuk
mengukur kemajuan setiap kegiatan, menganalisis efektifitasnya, dan
mengidentifikasi permasalahan yang terjadi secara lebih dini, sehingga
dapat melakukan tindakan perbaikan yang tepat dan diharapkan mampu
menghasilkan produk-produk yang unggul dalam quality, cost dan schedule.
Fungsi Quality adalah sebagai berikut:
1. Quality Planning and Support
26
2. Program Support and Administrative Support
3. Product Inspection
4. Process Inspection
5. Lingkungan dan keamanan
6. Delivery
7. Sertifikasi dan Kalibrasi
8. Perencanaan Supplier
9. Configurasi Accountability
Setiap fungsi tersebut pada prakteknya tentunya tidak terlepas dari
adanya penyimpangan-penyimpangan yang ditemukan dilapangan.
Penyimpangan tersebut seharusnya dicatat secara detail meliputi:
produknya, area pengerjaan, discrepancy, pekerja dan organisasi (Affected
Organization) yang bertanggung jawab atas terjadinya Rejection Tag dan
yang akan melakukan tindakan perbaikan. Inspektor akan
mencatat/menyimpan dan nonconforming part/material mengenai beberapa
informasi spesifik pada nonconforming part/material yang dicatat
diantaranya adalah: Part Number, Serial Number, Lot Number, Order
Number, Contract Number, Operation Number, Work Center ID, model
unit, Rejaction Tag Record Number, Kode Unit Organisasi, QA Site, serta
keterangan tentang discrepancy yang terjadi. Inspektor yang melakukan
disposisi biasanya ditunjuk sesuai dengan keahlian inspektor tersebut dalam
menganalisis Rejection Tag dengan cara mereview dan mendisposisikan
semua penyimpangan secara baik dengan melihat uraian teks atau melihat
gambar/sketch tentang discrepancy mengenai suatu part. Teks uraian
penjelasan disposisi yang diberikan dapat dibuat secara detail. Semua
disposisi harus diberikan dan disetujui/disapprove oleh penanggung
jawabnya, setiap Rejection Tag harus dibuat Corrective Actin Plan,
sehingga diharapkan terulangnya kejadian jenis penyimpangan ata masalah
yang sama dapat dihindari.
Menentukan penyebab terjadinya reject pada part/material
merupakan pekerjaan yang tidak mudah, karena inspektor harus
menganalisis berbagai kemungkinan yang terjadi, sihingga tidak terjadi
27
kesalahan dalam menentukan penyebab terjadinya reject pada part/material.
Untuk mengetahui penyebab terjadinya reject pada part/material maka harus
dibuat Corrective Action Analysis dengan menentukan Affected
Organization. Bila inspector sudah menentukan personil beserta organisasi
peyebab terjadinya reject pada part/material (Affected Organization) maka
personil tersebut harus mengisi form berisi pengakuan atau pengingkaran
bahwa personil tersebut penyebab terjadinya reject pada part/material untuk
dibuatkan Corrective Action Plan. Jika personil tersebut mengingkari
perbuatannya maka penelusurannya di tentukan tim investigasi. Setelah
dibuat Corrective Action Plan, kemudian cetak Rejection Tag Report untuk
dikirimkan ke organisasi yang bertanggung jawab atau personil yang
ditunjuk untuk melakukan tindakan perbaikan tersebut, setelah tindakan
perbaikan dilakukan oleh organisasi yang bertanggung jawab, selanjutnya
record penyataan tindakan perbaikan tersebut pada Corrective Action
Verification. Jika Corrective Action sudah lengkap / selesai maka Corrective
Action tersebut dapat statusnya menjadi Corretive Close Selanjutnya
Affected Organization melakukan tindakan perbaikan.
28
III. PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Kesimpulan dari Praktikum Mata Kuliah Teknologi Industri
Hidrokoloid Perairan adalah sebagai berikut:
1. Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan tepung agar di PT Surya
Indoalgas merupakan rumput laut hijau atau sering disebut Glacilaria sp.
dari kelas Rhodophyceae. Bahan baku tersebut biasanya berasal dari daerah
Sulawesi karena mempunyai rendemen dan kekuatan gel (gel strenght)
yang bagus. Proses pembuatan Glacilaria sp. menjadi tepung agar adalah
sebagai berikut: penerimaan bahan baku, pencucian, bleaching,ekstraksi,
filtrasi, pembentukan gel, penekanan, pemotongan, pengeringan, milling,
packing dan distribusi.
2. Manajemen mutu yang digunakan sebagai acuan dalam pembuatan tepung
agar di PT Surya Indoalgas antara lain: Sistem Halal, Sistem Manajemen
Mutu ISO 9001:2008, GMP, SSOP & Sistem Manajemen Keamanan
Pangan HACCP, Badan POM RI, UKAS Management System.
29
DAFTAR PUSTAKA
Athatianti, F. A. Penerapan Manajemen Mutu Terpadu pada PT Maya Food
Industries di Kota Pekalongan. 2008. IPB Bogor. [Skripsi].
Benyamin, P. 2013. Manajemen dan Pengembangan Pemasaran pada Perusahaan
Perikanan di Sidoarjo. Universitas Kristen Petra. AGORA Vol. 1,
No.1, (2013).
Bevilacqua, M., Ciarapica, F.E., dan Giacchetta G. 2009. Business Process
Reengineering of a Supply Chain and a Traceability System, a Case
Study. Journal of Food Engineering. 93 (1). 13-22.
Handayani, D. I. 2013. Identifikasi Risiko Rantai Pasok Berbasis Sistem
Traceability pada Minuman Sari Apel. Spektrum Industri. Vol. 11,
No. 2., 117-242. ISSN : 1963-6590.
ISO 9001:2008 an International Standard for Quality Management System.
Switzerland.
Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor KEP.
01/MEN/2007. Persyaratan Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil
Perikanan pada Proses Produksi, Pengolahan dan Distribusi. Jakarta.
Kher, S., Frewer, L.J., De Jonge, J. and Wentholt, M.T.A. 2010. Experts
Perspective on the Implementation of Traceability in Europe, British
Food Journal. Vol. 112 No. 3. Pp. 261-274.
Miranda P.M., Meuwissen, Annet G.J.V., Henk Hogeveen., and Ruud B.M. 2003.
Raceability and Certification in Meat Supply Chains. Journal of
Agribusiness : 167S181.
Peraturan Kepala Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil
Perikanan Selaku Otoritas Kompeten Nomor : PER. 03/BKIPM/2011.
Pedoman Teknis Penerapan Sistem Jaminan Mutu dan Keamanan
Hasil Perikanan.
Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor
HK.03.1.23.04.12.2205 Tahun 2012. Pedoman Pemberian Sertifikat
Produksi Pangan Industri Rumah Tangga. Jakarta.
30
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor PER.
01/MEN/2007. Pengendalian Sistem Jaminan Mutu dan Keamanan
Hasil Perikanan. Jakarta.
Rijayana, I. 2005. Penelusuran Corective Action untuk Mengurangi Rejaction
Tag. Jurusan Teknik Informatika. Universitas Widyatama. Bandung.
http://www.halalmui.org/mui14/ . Diakses 24-Desember-2015
http://indoalgas.co.id/about-us/ . Diakses 24-Desember-2015
L A M P I R A N
32
Lampiran 1. Dokumentasi Praktikum Mata Kuliah Teknologi Industri
Hidrokoloid Perairan 2015
a. Proses penjemuran Glacilaria sp.
b. Bahan Baku Glacilaria sp. Kering
c. Proses Gel Press 1
33
d. Proses Gel Press 2
e. Treatment Tank
f. Pengemasan
34
g. Pengujian Mutu
h. Water Treatment
i. Pabrik PT. Surya Indoalgas
35
j. Agar Powder
k. Sertifikat HACCP PT. Surya Indoalgas
l. Sertifikat ISO 9001:2008 PT. Surya Indoalgas