LAPORAN HASIL PRAKTIKUM KIMIA FISIK M-1_12311006_TRI WIATNO_INSTITUT TEKNOLOGI DAN SAINS BANDUNG
Click here to load reader
-
Upload
detriwiatno -
Category
Documents
-
view
216 -
download
1
description
Transcript of LAPORAN HASIL PRAKTIKUM KIMIA FISIK M-1_12311006_TRI WIATNO_INSTITUT TEKNOLOGI DAN SAINS BANDUNG
LAPORAN HASIL PRAKTIKUM KIMIA FISIK (KU-2101)
KINETIKA HALOGENASI ASETON DENGAN KATALISATOR ASAM
Nama : Tri Wiatno
NIM : 12311006
Program Studi : Teknik Metalurgi dan Material
Tanggal percobaan : 17 Desember 2012
Tanggal pengumpulan : 25 Desember 2012
Asisten : Ali Syari’ati, S.Si
LABORATORIUM KIMIA DASAR
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2012
INST
ITU
TTEKNOLOGI DAN
SAIN
S
BA N DU NG
I. Tujuan Dalam percobaan ini bertujuan untuk:
Menentukan hukum laju reaksi iodinasi dalam suasana asam
II. Teori Dasar
Reaksi – reaksi kimia berlangsung dengan laju yang berbeda – beda. Laju
reaksi atau kecepatan reaksi dinyatakan sebagai perubahan konsentrasi zat
pereaksi atau produk reaksi dalam satuan waktu. Laju reaksi bergantung pada
konsentrasi pereaksi maupun hasil reaksi yang dinyatakan dalam suatu hokum
laju sebagai berikut :
− [ ] = 푘 [퐴] [퐵] ………… (1)
Dimana α dan β merupakan orde reaksi terhadap A dan B. Orde reaksi
merupakan pangkat dari konsentrasi komponen dalam hukum laju. Koefisian k di
sebut konstanta laju yang tidak bergantung pada konsentrasi. Secara
pendekatan, laju reaksi dapat dinyatakan -Δ[A]/Δt. Hukum laju reaksi tidak dapat
ditentukan melalui stoikiometri, tetapi harus melalui ekaperimen. Dari bentuk
hukum ini seringkali dapat diperoleh informasi tentang mekanisme reaksi.
Stoikiometri reaksi halogenasi aseton, misalnya iodisasi dapat dituliskan
sebagai berikut:
CH3-CO-CH3 + I2 CH3-CO-CH2I + I – + H+ Ada beberapa fakta yang diperoleh mengenai hukum laju reaksi pada
halogenasi aseton, diantaranya sebagai berikut:
a. Kecepatan reaksi bertambah bila [H+] bertambah (suasana asam), demikian
apabila [OH-] bertambah (suasana basa);
b. Bila reaksi dalam suasana asam, hasil reaksi diperoleh juga H+ dan dalam
larutan yang tidak di buffer, maka kecepatan awal reaksi (pada saat kurang
dari 10% pereaksi telah bereaksi) akan terus bertambah selama reaksi
berlangsung.
c. Kecepatan halogenasi aseton juga bergantung pada konsentrasi aseton,
tetapi tidak tergantung pada konsentrasi halogen kecuali saat konsentrasi
halogen yang sangat tinggi.
d. Kecepatan reaksi halogenasi tidak dipengaruhi oleh jenis halogen yang
digunakan
Berdasarkan fakta-fakta di atas melalui pendekatan penentuan persamaan
laju reaksi, diperoleh persamaan:
푟 = 푘 [퐴][퐻 ] ………………. (2)
III. Data Pengamatan
Larutan Aseton HCl KI I2 Konsentrasi (M) 3 1 0.01 0.01
Run V (mL) Aseton HCl KI I2
1 3 10 12 10 2 6 10 9 10 3 9 10 6 10 4 12 10 3 10 5 10 3 12 10 6 10 6 9 10 7 10 9 6 10 8 10 12 3 10 9 10 10 12 3
10 10 10 9 6 11 10 10 6 9 12 10 10 3 12
Dari percobaan didapat nilai persen transmitansi sebagai berikut:
Run V (mL) %T (Transmitansi), saat t(s) ke- Aseton HCl KI I2 60 90 120 150 180
1 3 10 12 10 36 37 39 40 41.5 2 6 10 9 10 37 39 42 44 47 3 9 10 6 10 37 40 44 47.5 51 4 12 10 3 10 40 45 49 55 62 5 10 3 12 10 36 37 37.5 38.5 39.5 6 10 6 9 10 37 39 42 44.5 48 7 10 9 6 10 39 43 46.5 51 56 8 10 12 3 10 42 48 54 61 70 9 10 10 12 3 74 79 85 92 98
10 10 10 9 6 64 69 74 81 88 11 10 10 6 9 50 54 60 65.5 72 12 10 10 3 12 28 31.5 35 38 42
Karena 푇 = 푙표푔 , Dengan niilai transmitansi yang di dapat dari percobaan
masih dalam persen (%), maka untuk mendapatkan nilai 푇 haruslah diubah
dengan cara membaginya dengan 100. Sehingga dapat dihitung nilai absorbansi
(A) dari percobaan menggunakan persamaan; 퐴 = −푙표푔 푇
Untuk run 1:
saat t = 60 ; maka 퐴 = −푙표푔 = 0.443697499
Dan seterusnya hingga run ke-12 di masing – masing t(s) yang berbeda.
Diperoleh:
Run V (mL) Absorbansi (A), pada t(s) ke- Aseton HCl KI I2 60 90 120 150 180
1 3 10 12 10 0.4437 0.4318 0.4089 0.3979 0.3820 2 6 10 9 10 0.4318 0.4089 0.3768 0.3565 0.3279 3 9 10 6 10 0.4318 0.3979 0.3565 0.3233 0.2924 4 12 10 3 10 0.3979 0.3468 0.3098 0.2596 0.2076 5 10 3 12 10 0.4437 0.4318 0.4260 0.4145 0.4034 6 10 6 9 10 0.4318 0.4089 0.3768 0.3516 0.3188 7 10 9 6 10 0.4089 0.3665 0.3325 0.2924 0.2518 8 10 12 3 10 0.3768 0.3188 0.2676 0.2147 0.1549 9 10 10 12 3 0.1308 0.1024 0.0706 0.0362 0.0088
10 10 10 9 6 0.1938 0.1612 0.1308 0.0915 0.0555 11 10 10 6 9 0.3010 0.2676 0.2218 0.1838 0.1427 12 10 10 3 12 0.5528 0.5017 0.4559 0.4202 0.3768
IV. Pengolahan Data 4.1 Grafik Absorbansi Terhadap Waktu pada Masing – Masing Run
RUN 1
RUN 2
y = -0,00052x + 0,475800,3700
0,3800
0,3900
0,4000
0,4100
0,4200
0,4300
0,4400
0,4500
0 50 100 150 200
Abso
rban
si (A
)
Waktu, t(s)
RUN 1
Linear (RUN 1)
y = -0,00087x + 0,48446
00,05
0,10,15
0,20,25
0,30,35
0,40,45
0,5
0 50 100 150 200
Abso
rban
si (A
)
Waktu, t(s)
RUN 2
Linear (RUN 2)
RUN 3
RUN 4
y = -0,00118x + 0,50175
0,00000,05000,10000,15000,20000,25000,30000,35000,40000,45000,5000
0 50 100 150 200
Abso
rban
si (A
)
Waktu, t(s)
RUN 3
Linear (RUN 3)
y = -0,00156x + 0,49148
0,0000
0,0500
0,1000
0,1500
0,2000
0,2500
0,3000
0,3500
0,4000
0,4500
0 50 100 150 200
Abso
rban
si (A
)
Waktu, t(s)
RUN 4
Linear (RUN 4)
RUN 5
RUN 6
y = -0,00033x + 0,463040,4
0,4050,41
0,4150,42
0,4250,43
0,4350,44
0,4450,45
0 50 100 150 200
Abso
rban
si (A
)
Waktu, t(s)
RUN 5
Linear (RUN 5)
y = -0,00094x + 0,49090
00,05
0,10,15
0,20,25
0,30,35
0,40,45
0,5
0 50 100 150 200
Abso
rban
si (A
)
Waktu, t(s)
RUN 6
Linear (RUN 6)
RUN 7
RUN 8
y = -0,00129x + 0,48574
0
0,05
0,1
0,15
0,2
0,25
0,3
0,35
0,4
0,45
0 50 100 150 200
Abso
rban
si (A
)
Waktu, t(s)
RUN 7
Linear (RUN 7)
y = -0,00183x + 0,48572
0
0,05
0,1
0,15
0,2
0,25
0,3
0,35
0,4
0 50 100 150 200
Abso
rban
si (A
)
Waktu, t(s)
RUN 8
Linear (RUN 8)
RUN 9
RUN 10
y = -0,00115x + 0,26508
0
0,05
0,1
0,15
0,2
0,25
0 50 100 150 200
Abso
rban
si (A
)
Waktu, t(s)
RUN 10
Linear (RUN 10)
y = -0,00103x + 0,193840
0,02
0,04
0,06
0,08
0,1
0,12
0,14
0 50 100 150 200
Abso
rban
si (A
)
Waktu, t(s)
RUN 9
Linear (RUN 9)
RUN 11
RUN 12
y = -0,00134x + 0,38361
0,0000
0,0500
0,1000
0,1500
0,2000
0,2500
0,3000
0,3500
0 50 100 150 200
Abso
rban
si (A
)
Waktu, t(s)
RUN 11
Linear (RUN 11)
y = -0,00145x + 0,63495
0,0000
0,1000
0,2000
0,3000
0,4000
0,5000
0,6000
0 50 100 150 200
Abso
rban
si (A
)
Waktu, t(s)
RUN 12
Linear (RUN 12)
Berdasarkan grafik tersebut, dapat ditentukan laju reaksi yang diperoleh dari
negatif gradien persamaan garisnya.
Run Laju rekasi (r)
1 0.00052 2 0.00087 3 0.00118 4 0.00156 5 0.00033 6 0.00094 7 0.00129 8 0.00183 9 0.00103
10 0.00115 11 0.00134 12 0.00145
4.2 Menentukan Orde Reaksi Setiap Pereaksi
Data Konsentrasi:
Larutan Aseton HCl KI I2 Konsentrasi (M) 3 1 0.01 0.01
[퐴] = [퐴] , dimana [퐴] merupakan konsentrasi terkoreksi.
Aseton (Volume HCl & I2 tetap)
[퐴푠푒푡표푛] = [퐴푠푒푡표푛]푉
푉
[퐴푠푒푡표푛] = 33
35 = ퟎ.ퟐퟓퟕퟏퟒퟑ [퐴푠푒푡표푛] = 36
35 = ퟎ.ퟓퟏퟒퟐퟖퟔ
[퐴푠푒푡표푛] = 39
35 = ퟎ.ퟕퟕퟏퟒퟐퟗ [퐴푠푒푡표푛] = 31235 = ퟏ.ퟎퟐퟖퟓퟕퟏ
Untuk run lainnya:
[퐴푠푒푡표푛] ퟓ 풔.풅 ퟏퟐ = 31035 = ퟎ.ퟖퟓퟕퟏퟒퟑ
Maka akan di dapat,
Run V r ln r [Aseton]' ln [Aseton]' 1 3 0.00052 -7.56168 0.257143 -1.358123 2 6 0.00087 -7.04702 0.514286 -0.664976 3 9 0.00118 -6.74224 0.771429 -0.259511 4 12 0.00156 -6.46307 1.028571 0.028171
Grafik ln r Terhadap ln [Aseton]’
Diperoleh bahwa, orde reaksi adalah gradien dari persamaan garis pada
grafik. Maka, orde reaksi untuk aseton adalah 0.781
HCl (Volume Aseton & I2 tetap)
[퐻퐶푙] = [퐻퐶푙]푉
푉
[퐻퐶푙] = 13
35 = ퟎ.ퟎퟖퟓퟕퟏퟒ [퐻퐶푙] = 16
35 = ퟎ.ퟏퟕퟏퟒퟐퟗ
[퐻퐶푙] = 19
35 = ퟎ.ퟐퟓퟕퟏퟒퟑ [퐻퐶푙] = 11235 = ퟎ.ퟑퟒퟐퟖퟓퟕ
untuk run lainnya:
[퐻퐶푙] ퟏ 풔.풅 ퟒ & ퟗ 풔.풅 ퟏퟐ = 11035 = ퟎ.ퟐퟖퟓퟕퟏퟒ
y = 0,781x - 6,513
-7,80000
-7,60000
-7,40000
-7,20000
-7,00000
-6,80000
-6,60000
-6,40000-1,500000 -1,000000 -0,500000 0,000000 0,500000
ln r
ln [Aseton]'
Aseton
Linear (Aseton)
Maka akan di dapat,
Run V r ln r [HCl]' ln [HCl]' 5 3 0.00033 -8.01642 0.085714 -2.456736 6 6 0.00094 -6.96963 0.171429 -1.763589 7 9 0.00129 -6.65311 0.257143 -1.358123 8 12 0.00183 -6.30344 0.342857 -1.070441
Grafik ln r Terhadap ln [HCl]’
Diperoleh bahwa, orde reaksi adalah gradien dari persamaan garis pada
grafik. Maka, orde reaksi untuk asam klorida adalah 1.219 ≈ 1
I2 (Volume Aseton & HCl tetap)
[퐼 ] = [퐼 ]푉
푉
[퐼 ] = 0.013
35 = ퟎ.ퟎퟖퟓퟕퟏퟒ [퐼 ] = 0.016
35 = ퟎ.ퟎퟎퟏퟕퟏퟒ
[퐼 ] = 0.019
35 = ퟎ.ퟎퟎퟐퟓퟕퟏ [퐼 ] = 0.011235 = ퟎ.ퟎퟎퟑퟒퟐퟗ
y = 1,219x - 4,958
-9,00000
-8,00000
-7,00000
-6,00000
-5,00000
-4,00000
-3,00000
-2,00000
-1,00000
0,00000
-3,000000 -2,000000 -1,000000 0,000000 1,000000
ln r
ln [HCl]'
HCl
Linear (HCl)
untuk run lainnya:
[퐼 ] . = 0.011035 = ퟎ.ퟎퟎퟐퟖퟓퟕ
Maka akan di dapat,
Run V r ln r [I2]' ln [I2]' 9 3 0.00103 -6.87820 0.000857 -7.061906
10 6 0.00115 -6.76799 0.001714 -6.368759 11 9 0.00134 -6.61509 0.002571 -5.963294 12 12 0.00145 -6.53619 0.003429 -5.675612
Grafik ln r Terhadap ln [I2]’ Sebelum di Regresi
Grafik ln r Terhadap ln [I2]’ Setelah di Regresi
-6,90000
-6,85000
-6,80000
-6,75000
-6,70000
-6,65000
-6,60000
-6,55000
-6,50000
-8,000000 -6,000000 -4,000000 -2,000000 0,000000
ln r
ln [l2]'
I2
y = 0,250x - 5,131-8,00000
-7,00000
-6,00000
-5,00000
-4,00000
-3,00000
-2,00000
-1,00000
0,00000-8,000000 -6,000000 -4,000000 -2,000000 0,000000 2,000000
ln r
ln [I2]'
I2
Linear (I2)
Diperoleh bahwa, orde reaksi adalah gradien dari persamaan garis pada
grafik. Maka, orde reaksi untuk asam klorida adalah 0.250
4.3 Penentuan Nilai Tetapan Laju (k) Dengan Hukum Laju, kita dapat menghitung nilai tetapan laju (k). Dimana,
푟 = 푘 [퐴푠푒푡표푛] [퐻퐶푙] [퐼 ] sehingga 푘 = {[ ] [ ] [ ] }
Dalam hal ini :
푘 = 푟
[퐴푠푒푡표푛] . [퐻퐶푙] [퐼 ] .
Diperoleh hasil:
Run r [Aseton]' [Aseton]'0.781 [HCl]' [I2]' [I2]'0.250 k 1 0.00052 0.257143 0.346215 0.285714 0.002857 0.231197 0.022737 2 0.00087 0.514286 0.594909 0.285714 0.002857 0.231197 0.022139 3 0.00118 0.771429 0.816541 0.285714 0.002857 0.231197 0.021877 4 0.00156 1.028571 1.022245 0.285714 0.002857 0.231197 0.023102 5 0.00033 0.857143 0.886573 0.085714 0.002857 0.231197 0.018783 6 0.00094 0.857143 0.886573 0.171429 0.002857 0.231197 0.026751 7 0.00129 0.857143 0.886573 0.257143 0.002857 0.231197 0.024475 8 0.00183 0.857143 0.886573 0.342857 0.002857 0.231197 0.026040 9 0.00103 0.857143 0.886573 0.285714 0.000857 0.171105 0.023764
10 0.00115 0.857143 0.886573 0.285714 0.001714 0.203480 0.022312 11 0.00134 0.857143 0.886573 0.285714 0.002571 0.225187 0.023492 12 0.00145 0.857143 0.886573 0.285714 0.003429 0.241979 0.023656
k rata -rata 0.023261
Sehingga hukum laju:
푟 = 0.023261 [퐴푠푒푡표푛] . [퐻퐶푙][퐼 ] .
V. Pembahasan
Reaksi antara iodine dan aseton adalah sebagai berikut:
CH3COCH3 + I2 CH3COCH2I + H+ + I−
Laju reaksi ini tidak dapat diprediksi melalui stoikiometri dari rekasi melainkan
harus melalui eksperimen karena reaksi iodinasi aseton bukanlah reaksi
sederhana. Reaksi iodinasi aseton pada percobaan ini dikatalisis oleh asam atau
lebih tepatnya oleh ion hydrogen di dalam asam. Kecepatan reaksi akan
meningkat seiring dengan bertambahnya konsentrasi ion hidrogen pada larutan
asam. Basa juga bisa dijadikan katalis karena laju reaksi iodinasi aseton dapat
meningkat dengan bertambahnya ion hidroksida dalam larutan basa. Yang
membedakan kedua katalis asam dan basa adalah pada mekanisme reaksinya
saja, pada asam akan terjadi protonasi sedangkan pada basa akan terjadi
deprotonasi. Mekanisme reaksi iodinasi aseton dengan katalis asam adalah
sebagai berikut:
Karena keton merupakan basa yang sangat lemah, kesetimbangan pada reaksi
pertama tidak mendukung terbentuknya ion. Pada keadaan ini, maka [Ion] =
k[Ac][H+] dimana k adalah konstanta kesetimbangan untuk reaksi ini. Persamaan
laju reaksi iodinasi aseton dengan katalisator asam adalah sebagai berikut:
푟푎푡푒 = −푑[퐶퐻 퐶(푂)퐶퐻 ]
푑푡
−푑[퐼 ]푑푡 = 푘 [퐶퐻 퐶(푂)퐶퐻 ] [퐼 ] [퐻 ]
Asam yang digunakan sebagai katalis dalam percobaan kinetika reaksi
iodinasi aseton ini adalah asam klorida. Penggunaan HCl ini dikarenakan
dibandingkan asam lain seperti asam sulfat, asam klorida tidak dapat berperan
sebagai oksidator.
Reaksi iodinasi aseton cukup mudah untuk diketahui kinetikanya, karena
keberjalanan reaksi dapat diamati dengan berkurangnya konsetrasi iodine yang
ditandai dengan pudarnya warna kecoklatan dengan menggunakan
spektrofotometer pada panjang gelombang dimana reagen lain tidak akan
menyerap secara signifikan. Spektrofotometer UV-VIS 20 yang digunakan λmaks
= 546 nm karena instrumen ini peka hingga panjang gelombang 550 nm. Selain
itu, berdasarkan referensi, panjang gelombang untuk aseton adalah di 330 nm,
dan untuk larutan yang berwarna kuning dan jingga (dalam hal ini iodine) berada
pada rentang 450 – 500 nm dan 500 – 570 nm. Spektrofotometri UV-Visible
merupakan gabungan dari spektrofotometri UV dan spektrofotometri visible
menggunakan dua sumber cahaya berbeda. UV dan visible dapat mengeksitasi
elektron. Eksitasi itu sendiri ialah perpindahan elektron dari tingkat energi dasar
ke tingkat energi tinggi. Semakin banyak elektron tereksitasi maka cahaya yang
terabsorbsi yang dihasilkan akan habis. Aspek kualitatif dan kuantitatif
spektrofotometri UV – Visible:
Aspek kualitatif
Dilakukan dengan cara mengukur lamda maksimal, karena setiap senyawa
mengabsorbsi cahaya pada panjang gelombang yang berbeda.
Aspek kuantitatif
Dihitung berdasarkan pada harga absorbansi dimana:
- Konsentrasi rendah absorban pun rendah
- Konsentrasi tinggi absorban pun rendah
- Senyawa yang asam gelombangnya sama
Pada prinsipnya , Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur absorban
suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang. prinsip kerja alat ini adalah
mengubah cahaya polikromatik menjadi monokromatik yang kemudian didispersi
dan diteruskan ke kuvet masuk ke dalam partikel yang ada dalam larutan,
selanjutnya diserap amplifier dan terdeteksi oleh detektor kemudian terbaca
dimonitor. prinsip ini terjadi saat cahaya masuk ke partikel. tebalnya kuvet juga
dapat mempengaruhi cepatnya cahaya yang diteruskan ke kuvet. Bila semakin
tebal kuvet yang digunakan maka semakin lambat cahaya yang masuk. Kinetika
reaksi dipengaruhi oleh :
Konsentrasi
Katalis
Suhu
luas permukaan
tekanan, dan
energi aktivasi.
Semakin besarnya konsentrasi reaktan, maka laju juga akan semakin besar
karena semakin banyaknya kemungkinan interaksi dalam reaksi yang tentunya
akan mempercepat laju reaksi. Katalis digunakan untuk mempercepat laju
reaksi, dan akan mempengaruhi nilai energi aktivasi, energi aktivasi dapat
diartikan sebagai energi minimum yang dibutuhkan suatu molekul untuk dapat
bereaksi, Energi aktivasi yang besar maka akan mempengaruhi laju reaksinya,
sehingga laju reaksi akan semakin besar pula. Dengan adannya katalis, energi
aktivasi reaksi akan turun karena terbentuknya keadaan transisi dengan energi
yang lebih rendah dibandingkan reaksi tanpa katalis. Hal ini juga tertulis dalam
persamaan laju reaksi, karena 푘 = 퐴 푒 . Sehingga dapat dilihat bahwa
semakin tinggi Ea, maka nilai k akan semakin kecil dan laju juga akan semakin
lambat. Faktor penentu laju selanjutnya adalah suhu, semakin tinggi suhu maka
gerakan molekul akan semakin cepat sehingga kemungkinan untuk
bertumbukan juga akan semakin besar. Bila dilihat dari rumus k, maka dengan
naiknya suhu, nilai k juga akan membesar sehingga laju juga akan semakin
cepat. Masih dari rumus k, A merupakan tetapan arheniuss yang menunjukkan
kemungkinan untuk bertumbukan. Semakin banyak tumbukan nilai k semakin
besar dan laju reaksi juga akan meningkat. Kemungkinan untuk bertumbukan
dapat ditingkatkan dengan membuat luas permukaan yang lebih besar. Namun,
karena bentuk dari reaktan pada percobaan ini adalah cair, maka luas
permukaan tidak banyak mempengaruhi laju iodinasi aseton dengan katalis
asam. Sedangkan untuk tekanan bila suatu reaksi melibatkan gas maka akan
mempengaruhi laju reaksi, bila suatu reaksi melibatkan solid atau liquid maka
tidak akan mempengaruhi laju reaksinya.
VI. Kesimpulan
Dari percobaan dapat disimpulkan bahwa, laju reaksi di pengaruhi oleh
konsentrasi, katalis, energi aktivasi, suhu, dan luas permukaan. Akan tetapi
pengaruh tekanan dalam percobaan kali ini tidaklah diuji. Laju reaksi dapat di
cari dengan cara meregresi grafik antara absorban suatu sampel terhadap
waktu,yang mana gradient dari persamaan tersebut menunjukkan nilai laju suatu
reaksi. Tetapan laju pun dapat ditentukan dengan terlebih dahulu menentukan
orde, dengan cara meregresi grafik antara ln r terhadap ln [konsentrasi]terkoreksi.
Sesuai dengan tujuan percobaan, maka didapatlah hokum laju reaksi iodinasi
dalam suasana asam adalah,
풓 = ퟎ.ퟎퟐퟑퟐퟔퟏ [푨풔풆풕풐풏]ퟎ.ퟕퟖퟏ[푯푪풍][푰ퟐ]ퟎ.ퟐퟓퟎ
VII. Daftar Pustaka Atkins, P.W. 1986. Physical Chemistry. 3rd edition. Oxford: Oxford University
Press.
Day, R.A. Jr and Underwood,A.L. , 1986, Kimia Analisis Quantitatif,
Jakarta:Erlangga.
Online: http://ernadewiajizah.wordpress.com/2012/06/19/spektrofotometri-uv-vis/
http://wanibesak.wordpress.com/tag/kinetika-halogenasi-aseton-dengan-
katalisator-asam/
http://smileangel-chemistry.blogspot.com/2011/04/kinetika-halogenasi-
aseton-dengan.html