LAPORAN HASIL PNELITIAN ILMIAH MENINGKATKAN...

51
MENINGKATKAN PENGGUNAAN BAHASA JAWA KRAMA ALUS DENGAN MEDIA SOSIAL BAGI SISWA KELAS X RA DI SMK NEGERI 2 KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Oleh Rahayu Nur Istiana,S.Pd. NIP 198404152010012035 SMK NEGERI 2 KARANGANYAR KARANGANYAR 2015 LAPORAN HASIL PNELITIAN ILMIAH

Transcript of LAPORAN HASIL PNELITIAN ILMIAH MENINGKATKAN...

  • MENINGKATKAN PENGGUNAAN BAHASA JAWA

    KRAMA ALUS DENGAN MEDIA SOSIAL

    BAGI SISWA KELAS X RA

    DI SMK NEGERI 2 KARANGANYAR

    TAHUN PELAJARAN 2014/2015

    Oleh

    Rahayu Nur Istiana,S.Pd.

    NIP 198404152010012035

    SMK NEGERI 2 KARANGANYAR

    KARANGANYAR

    2015

    LAPORAN HASIL PNELITIAN ILMIAH

  • ii

    HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN PENELITIAN

    1. Judul Penelitian: MENINGKATKAN PENGGUNAAN BAHASA JAWA

    KRAMA ALUS DENGAN MEDIA SOSIAL BAGI

    SISWA KELAS X RA DI SMK NEGERI 2

    KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2014/2015

    2. Peneliti Utama

    a. Nama Lengkap : Rahayu Nur Istiana, S.Pd.

    b. NIP : 19840415 201001 2 035

    c. Pangkat/Golongan : Penata Muda Tingkat I/III b

    d. Jabatan : Guru Pertama

    e. Sekolah : SMK Negeri 2 Karanganyar

    f. Jumlah Peneliti : 1 orang

    g. Lama Penelitian : 4 bulan

    h. Dari bulan : Januari 2015

    i. Sampai bulan : April 2015

    j. Sumber dana : Swadana

    Karanganyar, 11 April 2015

    Mengetahui, Peneliti, Kepala Sekolah SMK N 2 Karanganyar

    Drs. Wahyu Widodo,M.T Rahayu Nur Istiana,S.Pd.

    NIP 19601019 199412 1 001 NIP 19840415 2010 01 2 035

  • iii

    P E M E R I N T A H K A B U P A T E N K A R A N G A N Y A R

    D I N A S P E N D I D I K A N P E M U D A D A N O L A H R A G A

    S M K N E G E R I 2 K A R A N G A N Y A R

    Alamat : Jl. Yos Sudarso, Bejen, Telp. 0271 494549, Fax. 0271 6498171,

    Karanganyar 57716

    Email : [email protected] Website www.smkn2kra.sch.id

    SURAT PERNYATAAN KEASLIAN

    Nomor:

    Yang bertanda tangan dibawah ini:

    Nama : Drs. Wahyu Widodo, M.T.

    NIP : 19601019 199412 1 001

    Jabatan : Kepala SMK Negeri 2 Karanganyar

    Memberikan pernyataan keaslian pada penelitian dan semua bukti fisik kepada:

    Nama : Rahayu Nur Istiana, S.Pd.

    NIP : 19840415 201001 2 035

    Jabatan : Guru Madya

    Dengan judul: “Meningkatkan Penggunaan Bahasa Jawa Krama Alus

    dengan Media Sosial bagi Siswa Kelas XRA di SMK Negeri 2 Karanganyar

    Tahun Pelajaran 2014/2015”.

    Demikian surat keterangan ini kami buat dan disampaikan kepada yang

    bersangkutan untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

    Karanganyar, November 2015

    Kepala SMK Negeri 2 Karanganyar

    Drs. Wahyu Widodo, M.T.

    NIP. 19601019 199412 1 001

    mailto:[email protected]://www.smkn2kra.sch.id/

  • iv

    P E M E R I N T A H K A B U P A T E N K A R A N G A N Y A R

    D I N A S P E N D I D I K A N P E M U D A D A N O L A H R A G A

    S M K N E G E R I 2 K A R A N G A N Y A R

    Alamat : Jl. Yos Sudarso, Bejen, Telp. 0271 494549, Fax. 0271 6498171,

    Karanganyar 57716

    Email : [email protected] Website www.smkn2kra.sch.id

    SURAT PERNYATAAN BELUM PERNAH DINILAIKAN

    Nomor:

    Yang bertanda tangan dibawah ini:

    Nama : Drs. Wahyu Widodo, M.T.

    NIP : 19601019 199412 1 001

    Jabatan : Kepala SMK Negeri 2 Karanganyar

    Memberikan pernyataan bahwa laporan hasil penelitian ini belum pernah

    dinilaikan untuk penambahan Penilaian Angka Kredit, kepada:

    Nama : Rahayu Nur Istiana, S.Pd.

    NIP : 19840415 201001 2 035

    Jabatan : Guru Madya

    Dengan judul: “Meningkatkan Penggunaan Bahasa Jawa Krama Alus

    dengan Media Sosial bagi Siswa Kelas XRA di SMK Negeri 2 Karanganyar

    Tahun Pelajaran 2014/2015”.

    Demikian surat keterangan ini kami buat dan disampaikan kepada yang

    bersangkutan untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

    Karanganyar, November 2015

    Kepala SMK Negeri 2 Karanganyar

    Drs. Wahyu Widodo, M.T.

    NIP. 19601019 199412 1 001

    mailto:[email protected]://www.smkn2kra.sch.id/

  • v

    P E M E R I N T A H K A B U P A T E N K A R A N G A N Y A R

    D I N A S P E N D I D I K A N P E M U D A D A N O L A H R A G A

    S M K N E G E R I 2 K A R A N G A N Y A R

    Alamat : Jl. Yos Sudarso, Bejen, Telp. 0271 494549, Fax. 0271 6498171,

    Karanganyar 57716

    Email : [email protected] Website www.smkn2kra.sch.id

    SURAT KETERANGAN

    Yang bertanda tangan dibawah ini:

    Nama : Ima Aryani Inprasetyawati, S.Pd.

    NIP : -

    Pangkat/Golongan Ruang/TMT : - / -

    Jabatan : Pengelola Perpustakaan

    Unit Kerja : SMK Negeri 2 Karanganyar

    Menyatakan bahwa:

    Nama : Rahayu Nur Istiana,S.Pd.

    NIP : 1984 04152010012035

    Pangkat/Golongan/TMT : Penata Muda Tingkat I / III b

    Jabatan : Guru Pertama

    Unit Kerja : SMK Negeri 2 Karanganyar

    Telah mempublikasikan makalah hasil penelitian dalam rangka Pengembangan

    Keprofesian Berkelanjutan di Perpustakaan SMK Negeri 2 Karanganyar sebagai

    arsip dan refernsi bacaan dengan judult:

    No Jenis Karya Nama Judul Nomor

    Katalog

    1 Laporan

    Penelitian

    Meningkatkan Penggunaan Bahasa

    Jawa Krama Alus dengan Media Sosial

    Bagi Siswa Kelas X RA di SMK Negeri

    2 Karanganyar Tahun Pelajaran

    2014/2015

    Demikian surat keterangan ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana

    mestinya

    Karanganyar, November 2015

    Pengelola Perpustakaan

    Ayu Fenny Primadani P.,S.Hum.

    NIP -

    mailto:[email protected]://www.smkn2kra.sch.id/

  • vi

    ABSTRAK

    Rahayu Nur Istiana,S.Pd. NIP 198404152010012035 . MENINGKATKAN

    PENGGUNAAN BAHASA JAWA KRAMA ALUS BAGI SISWA KELAS X

    RA DI SMK NEGERI 2 KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN

    2014/2015. Laporan hasil penelitian ilmiah. April 2015.

    Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan: (1) bentuk penggunaan

    bahasa Jawa di media sosial; dan (2) keefektifan media sosial dalam

    meningkatkan penggunaan bahasa Jawa krama alus.

    Penelitian ini berbentuk deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif.

    Sumber data berupa dokumen, yaitu pemakaian bahasa Jawa krama alus di media

    sosial dari Januari sampai April 2015. Teknik pengumpulan data dilakukan

    dengan teknik mencatat dokumen dan kuesioner/angket. Penentuan sampel

    dilakukan dengan purposive sampling. Uji validitas data menggunakan triangulasi

    teori dan triangulasi metode. Teknik analisis data dengan menggunakan model

    analisis mengalir.

    Hasil penelitian ini adalah: (1) bentuk penggunaan bahasa Jawa di media

    sosial berupa kalimat atau ukara dikelompokkan menjadi yaitu: (a) ragam krama,

    seperti mung ngomong kok mas, sing paling ganteng teng kelas XRA niku Hery

    Setya mas, haha, kug iso dijenengi bedol comp jar? ; (b) ragam ngoko, seperti

    Ayo monggo poro sedherek. Sakniki sampun diwiwiti usaha service komputer

    ingkang namine "bedol comp"; tilem wonten griyo bu. hehehe. (2) keefektifan

    media sosial dalam meningkatkan penggunaan bahasa Jawa krama alus bagi siswa

    kelas X RA, yaitu sangat efektif dalam hal: (a) membantu siswa dalam

    meningkatkan pemakaian bahasa Jawa krama alus dengan meningkatnya

    kompetensi memahami, berbicara, membaca, dan menulis bahasa Jawa pada

    siswa; (b) membantu siswa untuk terbiasa menggunakan bahasa Jawa ngoko,

    khususnya krama dalam berkomunikasi dengan guru atau orang yang lebih

    tua/dihormati; (c) meningkatkan sikap positif remaja terhadap bahasa Jawa yang

    dimasukkan ke kurikulum sekolah; (d) meningkatkan penggunaan bahasa Jawa

    krama alus oleh siswa di media sosial; dan (e) meningkatkan kepedulian siswa

    dalam meningkatkan penggunaan bahasa Jawa krama alus.

    https://www.facebook.com/herysetya11https://www.facebook.com/herysetya11

  • vii

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan

    hidayah-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan karya ilmiah ini.

    Banyak hambatan dan kesulitan dapat teratasi berkat bantuan dari berbagai

    pihak. Atas segala bentuk bantuan tersebut, peneliti sampaikan terima kasih

    kepada yang terhormat:

    1. Drs. Wahyu Widodo, MT, selaku Kepala Sekolah SMK N 2 Karanganyar

    yang telah memberikan izin dan memfasilitasi karya ilmiah ini

    2. Anak-anakku kelas XRA yang telah membantu dan mendukung pelaksanaan

    penulisan Karya ilmiah ini

    3. Berbagai pihak yang telah membantu peneliti, yang tidak mungkin peneliti

    sebutkan satu per satu.

    Akhirnya, peneliti berharap semoga Karya ilmiah ini dapat bermanfaat dan

    menambah wawasan bagi para pembaca.

    Karanganyar, April 2015

    Penulis

  • viii

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i

    HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... ii

    HALAMAN SURAT PERNYATAAN KEASLIAN ...................................... iii

    HALAMAN SURAT PERNYATAAN BELUM PERNAH DINILAIKAN .. iv

    HALAMAN SURAT KETERANGAN ........................................................... v

    HALAMAN ABSTRAK .................................................................................. vi

    KATA PENGANTAR ..................................................................................... viii

    DAFTAR ISI .................................................................................................... viii

    DAFTAR TABEL ............................................................................................ ix

    DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... x

    DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xi

    DAFTAR SINGKATAN ................................................................................. xii

    BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1

    A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1

    B. Rumusan Masalah ............................................................................ 4

    C. Tujuan Penelitian ............................................................................. 4

    D. Manfaat Penelitian ........................................................................... 5

    BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR ............................. 6

    A. Kajian Teori ..................................................................................... 6

    1. Hakikat Bahasa Jawa ................................................................... 6

    2. Melestarikan Bahasa Jawa ........................................................... 10

    3. Hakikat Media Sosial................................................................... 13

    4. Hakikat Facebook ........................................................................ 14

    B. Kerangka Berpikir ........................................................................... 16

    BAB III METODOLOGI PENELITIAN......................................................... 18

    A. Objek dan Waktu Penelitian ............................................................ 18

    B. Jenis Penelitian ................................................................................ 18

    C. Teknik Pengumpulan Data .............................................................. 18

  • ix

    D. Populasi Dan Sample ....................................................................... 19

    E. Uji Validitas Data ............................................................................ 20

    F. Teknik Analisis Data ........................................................................ 20

    BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................... 21

    A. Bentuk Penggunaan Bahasa Jawa di Media Sosial ......................... 21

    B. Keefektifan Media Sosial untuk Melestarikan Bahasa Jawa ........... 23

    BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ....................................... 34

    A. Simpulan .......................................................................................... 34

    B. Implikasi .......................................................................................... 35

    C. Saran ................................................................................................ 35

    DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 37

    LAMPIRAN ..................................................................................................... 39

  • x

    DAFTAR TABEL

    Tabel Halaman

    1. Deskripsi Kegiatan dan Waktu Penelitian.................................................. 18

    2. Kemampuan Bahasa Jawa dan Bahasa lain. (Sebelum) ............................. 23

    3. Kemampuan Bahasa Jawa dan Bahasa lain. (Setelah) ............................... 24

    4. Penggunaan Bahasa Jawa di Sekolah. (sebelum) ....................................... 26

    5. Penggunaan Bahasa Jawa di Sekolah. (setelah) ......................................... 26

    6. Mengenai Pembelajaran Bahasa Jawa di sekolahn (sebelum) ................... 27

    7. Mengenai Pembelajaran Bahasa Jawa di sekolahn (setelah) ..................... 27

    8. Kemampuan Memahami dan Menggunakan Bahasa Jawa. (Sebelum) ..... 29

    9. Kemampuan Memahami dan Menggunakan Bahasa Jawa. (Setelah) ....... 29

    10. Mengenai Penggunaan Media Sosial di Kalangan Remaja/Pelajar

    (sebelum) .................................................................................................... 30

    11. Mengenai Penggunaan Media Sosial di Kalangan Remaja/Pelajar

    (setelah) ...................................................................................................... 30

    12. Mengenai Pendapat Penggunaan dan Pelestarian Bahasa Jawa.

    (Sebelum) ................................................................................................... 31

    13. Mengenai Pendapat Penggunaan dan Pelestarian Bahasa Jawa. (Setelah) 32

    14. Deskripsi Data ............................................................................................ 39

  • xi

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar Halaman

    1. Kerangka Berpikir ...................................................................................... 17

    2. Gambar Wawancara dengan Orang Tua .................................................... 63

    3. Gambar Wawancara Responde .................................................................. 64

    4. Gambar Wawancara dengan Pakar IT........................................................ 66

    5. Dokumentasi saat Pengisian Angket .......................................................... 67

    6. Screen Shot Postingan Anggota Grup XRA Jawa Banget ......................... 68

  • xii

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran Halaman

    1. Deskripsi Data ............................................................................................ 39

    2. Angket Angket/Kuesioner (Sebelum Bergabung Di Grup Xra Jawa

    Banget ......................................................................................................... 44

    3. Angket Angket/Kuesioner (Sebelum Bergabung Di Grup Xra Jawa

    Banget ......................................................................................................... 47

    4. Daftar Pertanyaan dan Wawancara dengan Orang Tua .............................. 50

    5. Transkrip Wawancara dengan Orang Tua 1 ............................................... 51

    6. Transkrip Wawancara dengan Orang Tua 2 ............................................... 53

    7. Daftar Pertanyaan dan Wawancara dengan Siswa ..................................... 55

    8. Transkrip Wawancara dengan Siswa 1....................................................... 56

    9. Transkrip Wawancara dengan Siswa 2....................................................... 58

    10. Daftar Pertanyaan dan Wawancara dengan Pakar IT ................................. 60

    11. Transkrip Wawancara dengan Pakar IT ..................................................... 61

    12. Gambar Wawancara dengan Orang Tua..................................................... 63

    13. Gambar Wawancara dengan Responden .................................................... 64

    14. Gambar Wawancara dengan Pakar IT ........................................................ 66

    15. Dokumentasi Saat Pengisian Angket.......................................................... 67

    16. Screen Shoot Postingan Anggota Grup XRA Jawa Banget ....................... 68

  • xiii

    DAFTAR SINGKATAN

    D…/D1 : Data…/Data 1

    P…/P1 : Pengirim 1

    K…/K1 : Komentar 1

    Feb : Februari

    Mar : Maret

    Apr : April

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. LATAR BELAKANG MASALAH

    Berawal dari ketidaktertarikan siswa dalam belajar bahasa Jawa, khususnya

    mata pelajaran bahasa Jawa di sekolah. Apalagi ketika bertemu dengan

    kompetensi unggah ungguh bahasa Jawa khususnya bahasa Jawa Krama. Banyak

    kaum remaja dalam hal ini pelajar yang mengeluhkan sulit belajar bahasa Jawa.

    Sebagaimana diungkapkan Mulyana (2006: 1) bahwasanya pelajaran bahasa Jawa

    di sekolah tampaknya kian menjadi momok bagi siswa. Ada berbagai macam

    alasan di antaranya: tidak tahu sama sekali tentang unggah ungguh basa terutama

    basa Jawa krama, takut kalau salah apabila ingin menggunakan bahasa Jawa

    krama dalam komunikasi sehari-hari, tidak ada motivasi dari keluarga untuk

    menggunakan bahasa Jawa krama dalam berkomunikasi, adanya tendensi merasa

    lebih percaya diri dan lebih keren apabila menggunakan bahasa Indonesia terlebih

    menggunakan bahasa asing. Contohlah bahasa internasional, bahasa Inggris dan

    bahasa korea.yang sedang populer di kalangan remaja.

    Hal tersebut di atas diperkuat oleh Louise Baird dalam Kumala (2010:1)

    menyebutkan sejumlah anggapan negatif masyarakat terhadap bahasa daerah

    yaitu: (1) bahasa daerah adalah sesuatu yang kuno, berasal dari masa lampau; (2)

    bahasa daerah tidak berguna di luar daerahnya; (3) bahasa daerah merupakan

    bahasa orang miskin dan tidak berpendidikan; (4) bahasa daerah menghalangi

    proses belajar dan menjadi orang pintar; (5) bahasa daerah menghalangi

    kemajuan; (6) bahasa daerah lambing keterbelakangan; (7) bahasa daerah tidak

    bergengsi.

    Sebagaimana kita ketahui bahasa Jawa merupakan bahasa ibu pada

    penduduk Jawa dan sekitarnya. Hal ini dinyatakan dalan Wikipedia (2015) bahasa

    Jawa adalah bahasa yang digunakan penduduk bersuku bangsa Jawa di Jawa

    Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur. Selain itu, bahasa Jawa juga digunakan

    oleh penduduk yang tinggal di beberapa daerah lain seperti Banten (terutama

    Serang, Cilegon, dan Tangerang) serta Jawa Barat (terutama kawasan pantai utara

    http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Jawahttp://id.wikipedia.org/wiki/Jawa_Tengahhttp://id.wikipedia.org/wiki/Jawa_Tengahhttp://id.wikipedia.org/wiki/Yogyakartahttp://id.wikipedia.org/wiki/Jawa_Timurhttp://id.wikipedia.org/wiki/Bantenhttp://id.wikipedia.org/wiki/Seranghttp://id.wikipedia.org/wiki/Cilegonhttp://id.wikipedia.org/wiki/Tangeranghttp://id.wikipedia.org/wiki/Jawa_Barat

  • 2

    yang meliputi Karawang, Subang, Indramayu, dan Cirebon). Senada dengan

    pernyataan di atas, Wijaya (2013: 1) mengatakan bahwa:

    “Bahasa Jawa hampir mendominasi bahasa daerah yang ada di Indonesia

    setelah bahasa Indonesia sendiri. Hal ini terjadi dikarenakan menyebarnya suku

    Jawa di seluruh pelosok negeri. Suku Jawa bisa dibilang sebagai satu suku yang

    dominan di Indonesia. Jumlah penduduk suku Jawa memang lebih banyak

    daripada suku bangsa yang lain. Suku bangsa Jawa yang dimaksud adalah mereka

    yang memiliki asal dari Jawa Tengah, Jawa Timur dan Daerah Istimewa

    Yogyakarta.

    Oglobin dalam Kumala (2010: 2) juga menyatakan bahwa bahasa Jawa

    merupakan bahasa daerah dengan jumlah penutur yang paling banyak.

    Menurut catatan, jumlah penutur bahasa 80 juta orang, kira-kira 40% dari jumlah

    penduduk Indonesia.

    Namun demikian, bahasa Jawa menghadapi penurunan pemakaian, terutama di

    kalangan muda. Mereka memilih untuk tidak menggunakan dengan alasan

    kepraktisan. Selain itu, maraknya penggunaan bahasa gaul yang dianggap lebih

    ”modern” membuat bahasa Jawa semakin terpinggirkan, bahkan di lingkungan

    masyarakat Jawa sendiri. Penurunan pemakaian bahasa daerah juga dipicu oleh

    adanya anggapan negatif masyarakat terhadap bahasa daerah.

    Bahasa Jawa yang dulu merupakan bahasa yang besar, dengan ber-tambahnya

    waktu, penggunaannya semakin berkurang. Saat ini para kaum muda di Pulau

    Jawa, khususnya yang masih di usia sekolah, sebagian besar tidak menguasai

    bahasa Jawa. Hal ini bisa disebabkan oleh gencarnya serbuan beragam budaya

    asing dan arus informasi yang masuk melalui bermacam sarana seperti televisi dan

    lain-lain. Pemakaian bahasa gaul, bahasa asing, dan bahasa seenaknya sendiri

    (campuran Jawa-Indonesia Inggris) juga ikut memperparah kondisi bahasa Jawa

    yang semakin lama semakinn surut. Meminjam istilah Istiana dalam artikel

    (Solopos: 2009) ada gejala “Demam Bahasa Campur-campur. Dicontohkan dalam

    lirik lagu berikut: 1) “...I am sorry ku tak akan love you lagi...”.; 2) “...sumpah I

    love you, I need you, I miss you; 3) “You say aku seperti barbie...”.

    Bahasa memiliki peran penting dalam kehidupan. Begitu juga dengan bahasa

    Jawa juga memiliki peran penting. Gorys Keraf (2001:3-8) menyatakan bahwa

    ada empat fungsi bahasa, yaitu: 1. Alat untuk menyatakan ekspresi diri, 2. Alat

    http://id.wikipedia.org/wiki/Karawanghttp://id.wikipedia.org/wiki/Subanghttp://id.wikipedia.org/wiki/Indramayuhttp://id.wikipedia.org/wiki/Cirebon

  • 3

    komunikasi, 3. Alat mengadakan integrasi dan adaptasi sosial, 4. Alat

    mengadakan kontrol sosial.

    Oleh karena itu, kaum remaja khususnya pelajar yang merupakan salah satu

    civitas akademika sebagai generasi penerus bangsa harus ditanamkan rasa cinta

    dan rasa memliki yang tinggi terhadap budaya lokal dalam hal ini bahasa Jawa.

    Sebagaimana diamanahkan dalam pasal 32 ayat (2) UUD 1945 yang berbunyi

    Negara menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai kekayaan budaya

    nasional. Kalau bukan generasi muda siapa yang akan mencintai dan melestarikan

    budayanya sendiri.. Jikalau remaja yang notabene adalah generasi penerus tetapi

    tidak terbiasa bahkan tidak pernah menggunakan bahasa Jawa dalam

    berkomunikasi niscaya bahasa Jawa akan hilang dengan sendirinya. Alih alih

    nanti budaya kita diklaim Negara tetangga.

    Hal yang harus kita lakukan adalah melestarikan budaya Jawa, pertama kita

    harus terbiasa menggunakan atau mengaplikasikan dalam kehidupan sehari hari.

    Komunitas yang kita bidik adalah remaja pada umumnya dan pelajar pada

    khususnya. Hal yang paling dekat denngan kaum remaja adalah media sosial.

    Sosial media sudah menjadi santapan setiap hari bagi setiap netizen yang

    didominasi kaum remaja. Hal ini juga diperkuat dengan hasil survei yang

    dilakukan oleh Frontier Consulting Group Indonesia mengenai perilaku digital

    remaja. Di tahun 2011 Hasil survei menunjukkan bahwa 91,2% remaja memiliki

    akun media sosial. Fakta lain berdasarkan data Kominfo pada April 2012, jumlah

    pengguna jejaring sosial di Indonesia juga besar. Setidaknya tercatat sebanyak

    44,6 juta pengguna Facebook. Oleh karena itu, facebook sebagai salah satu jenis

    media sosial dimungkinkan menjadi media yang tepat sebagai sarana melestarikan

    bahasa Jawa.

    Alangkah baiknya jika bahasa pengantar yang digunakan di dalamnya

    mengutamakan bahasa ibu (bahasa daerah) masing-masing dalam hal ini bahasa

    Jawa. Dengan begitu remaja akan terbiasa menggunakan dan muncul rasa bangga

    dan rasa percaya diri untuk menggunakannya. Pada akhirnya, bahasa jawa dengan

    sendirinya akan tetap terjada dan lestari seriring dengan perkembangan zaman.

  • 4

    Banyak memang akun akuan yang sarat dengan budaya Jawa telah dibuat oleh

    pecinta budaya Jawa. Akan tetapi, bagi kaum remaja yang awam dan bahkan acuh

    dengan budaya Jawa, tidak akan melirik akun tersebut. Pertama yang harus kita

    lakukan adalah menanamkan daya tarik dengan melibatkan emosional. Dalam hal

    ini peneliti mencoba membuat grup yang beranggotakan teman yang sudah kenal

    di dunia nyata. Dengan begitu ada rasa emosi yang kuat untuk meramaikan dan

    sharing bersama di grup tersebut. Anggota merasa nyaman untuk berdiskusi hal

    apapun dan tidak takut salah karena dilakukan dengan teman yang sudah dikenal.

    Rasa sungkan dan tidak percaya diri akan hilang dengan sendirinya.Tentunya

    bahasa pengantar yang digunakan adalah bahasa Jawa. Dengan demikian, semakin

    sering bahasa jawa digunakan di dunia maya maka akan tetap menjaga kelestarian

    bahasa Jawa. Selain itu, juga sebagai sarana diskusi permasalahan sekitar bahasa

    Jawa.

    Berdasarkan uraian di atas, penelitian difokuskan pada keefektifan penggunaan

    media sosial dalam hal ini facebook sebagai sarana melestarikan dan

    meningkatkan penggunaan bahasa Jawa pada kaum remaja pada umumnya dan

    pelajar pada khususnya. Dengan mengangkat judul “Meningkatkan Penggunaan

    Bahasa Jawa Krama Alus bagi Siswa Kelas X RA di SMK Negeri 2 Karanganyar

    Tahun Pelajaran 2014/2015”

    B. RUMUSAN MASALAH

    1. Bagaimana bentuk penggunaan bahasa Jawa di media sosial?

    2. Seberapa efektif peran media sosial untuk meningkatkan penggunaan

    bahasa Jawa krama alus bagi siswa kelas X RA Tahun Pelajaran

    2014/2015 ?

    C. TUJUAN PENELITIAN

    1. Mendeskripsikan bentuk penggunaan bahasa Jawa di media sosial.

    2. Mendeskripsikan keefektifan penggunaan media sosial sebagai sarana

    untuk meningkatkan penggunaan bahasa Jawa krama alus bagi siswa kelas

    X RA di SMK Negeri 2 Karanganyar Tahun Pelajaran 2014/2015.

  • 5

    D. MANFAAT PENELITIAN

    1. Manfaat teoritis

    Menambah wawasan pembaca pada umumnya dan remaja/siswa pada khususnya

    mengenai peningkatan penggunaan bahasa Jawa krama alus.

    2. Manfaat praktis

    a. Membantu para pelajar yang mengalami kesulitan belajar bahasa Jawa

    pada umumnya dan krama alus pada khususnya

    b. Meningkatkan penggunaan bahasa Jawa krama alus

    c. Memberikan pengalaman bagi peneliti dan hasilnya dapat digunakan

    dalam usaha pelestarian bahasa Jawa.

    d. Memberikan langkah awal atau dasar bagi penelitian selanjutnya.

  • 6

    BAB II

    KAJIAN TEORI

    A. HAKIKAT BAHASA JAWA

    Bahasa Jawa adalah bahasa daerah yang digunakan penduduk Jawa di Jawa

    Tengah,Yogyakarta & Jawa Timur. Selain itu, Bahasa Jawa juga digunakan oleh

    penduduk yang tinggal beberapa daerah lain seperti di Banten terutama kota

    Serang, kabupaten Serang, kota Cilegon dan kabupaten Tangerang, Jawa Barat

    khususnya kawasan Pantai utara terbentang dari pesisir

    utara Karawang, Subang, Indramayu, kota Cirebon dan kabupaten Cirebon.

    (Wikipedia, 2015)

    Diperkuat oleh Hermadi (2010), bahasa Jawa merupakan bahasa yang

    digunakan sebagai bahasa pergaulan sehari-hari di daerah Jawa, khususnya Jawa

    Tengah. Hal ini tidak mengherankan karena kejayaan kehidupan keraton di masa

    lampau banyak terdapat di daerah Jawa Tengah dibanding di daerah Jawa yang

    lain. Dengan demikian, bahasa Jawa merupakan bahasa asli masyarakat Jawa di

    Indonesia, khususnya di daerah Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, dan

    daerah di sekitarnya. Bahasa Jawa adalah bahasa ibu yang menjadi bahasa

    pergaulan sehari-hari masyarakat Jawa.

    Dalam Tata Bahasa Baku Bahasa Jawa (1991:5), tingkat tutur bahasa Jawa

    dibagi menjadi dua ragam yang pada hakekatnya meliputi empat ragam. Dua

    ragam yang dimaksud adalah tingkat tutur ngoko dan krama, kemudian kedua

    ragam itu menjadi empat ragam yang terdiri dari ngoko dan ngoko alus, krama

    dan krama alus. Sebagaimana juga diungkapkan Sry Satriya Tjatur Wisnu

    Sasangka (2009: 101-127) unggah-ungguh bahasa Jawa secara emik dapat

    dibedakan menjadi dua yaitu bentuk ngoko (ragam ngoko) dan krama (ragam

    krama). Kedua bentuk tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

    a. Ragam Ngoko

    Yang dimaksud dengan ragam ngoko adalah bentuk unggah-ungguh bahasa

    Jawa yang berintikan leksikon ngoko, atau yang menjadi unsur inti di dalam

    ragam ngoko adalah leksikon ngoko, bukan leksikon lain. Afiks yang muncul

  • 7

    dalam ragam semuanya menggunakan ragam ngoko yaitu afiks di-, -e, dan –ake.

    ragam ngoko dapat dibedakan menjadi dua yaitu ngoko lugu dan ngoko alus.

    1) Ngoko Lugu

    Yang dimaksud dengan ngoko lugu adalah bentuk unggah-ungguh

    bahasa Jawa yang semua kosakatanya berbentuk ngoko atau netral (leksikon

    ngoko lan netral) tanpa terselip krama, krama inggil, atau krama andhap.

    Afiks yang digunakan dalam raga mini adalah afiks di-, -e, dan –ake bukan afiks

    dipun-, -ipun, dan –aken. Berikut ini disajikan conth ngoko lugu:

    Akeh wit aren kang ditegor seperlu dijupuk pathin.

    ‘banyak pohon enau yang ditebang untuk diambil sarinya’

    Bengi iku uga Ayunda mlebu rumah sakit diterake bapak lan ibune.

    ‘malam itu juga Ayunda dibawa ke rumah sakit diantar bapak dan ibunya’

    2) Ngoko Alus

    Yang dimaksud dengan ngoko alus adalah bentuk unggah-ungguh yang

    didalamnya bukan hanya terdiri atas leksikon ngoko dan netral saja,

    melainkan juga terdiri atas leksikon krama inggil, krama andhap, dan krama.

    Afiks yang dipakai dalam ngoko alus ini yaitu di-, -e, dan –ne. Berikut ini

    disajikan contoh ngoko alus:

    Dhuwite mau wis diasta apa durung, Mas?

    ‘Uangnya tadi sudah dibawa atau belum, Kak?’

    Sing ireng manis kae garwane Bu Mulyani.

    ‘Yang hitam manis itu suami Bu Mulyani’

    b. Ragam Krama

    Yang dimaksud dengan ragam krama adalah bentuk unggah-ungguh

    bahasa Jawa yang berintikan leksikon krama, atau yang menjadi unsur inti di

    dalam ragam krama, bukan leksikon lain. Afiks yang digunakan dalam ragam

    krama yaitu afiks dipun-, -ipun, dan –aken. Ragam krama mempunyai dua

    bentuk varian yaitu krama lugu dan krama alus

    1) Krama lugu

    Ragam krama lugu dapat didefinisikan sebagai suatu bentuk

    ragam krama yang kadar kehalusannya rendah. Meskipun begitu, jika

  • 8

    dibandingkan dengan ngoko alus, ragam krama lugu tetap menunjukkan kadar

    kehalusannya. Masyarakat awam menyebut ragam ini dengan sebutan krama

    madya. Ragam krama lugu sering muncul afiks ngoko di-, -e, dan –ake daripada

    afiks dipun-, -ipun, dan –aken. Selain afiks ngoko, afiks madya mang- juga

    sering muncul dalam ragam ini. Berikut ini disajikan beberapa contoh krama

    lugu:

    Mbak, njenengan wau dipadosi bapak.

    ‘Mbak, Anda tadi dicari bapak.’

    Griya tipe 21 niku sitine wiyare pinten meter?

    ‘Rumah tipe 21 itu luas tanahnya berapa meter?’

    2) Krama alus

    Yang dimaksud dengan krama alus adalah bentuk unggah-ungguh

    bahasa Jawa yang semua kosakatanya terdiri atas leksikon krama dan dapat

    ditambah dengan leksikon krama inggil atau krama andhap. Meskipun begitu,

    yang menjadi leksikon inti dalam ragam ini hanyalah leksikon yang berbentuk

    krama. Leksikon madya dan leksikon ngoko tidak pernah muncul di dalam

    tingkat tutur ini. Leksikon krama inggil dan andhap selalu digunakan untuk

    penghormatan terhadap mitra wicara. Dalam tingkat tutur ini afiks dipun-, -

    ipun, dan –aken cenderung lebih sering muncul daripada afiks di-, -e, dan –ake.

    Berikut ini disajikan contoh krama alus:

    Sapunika ngaten kemawon Mbak, Dhik Handoko punika

    dipunsuwuni bantuan pinten?

    ‘Sekarang begini saja Mbak, Dik Handoko dimintai bantuan berapa?

    Ing wekdal semanten kathah tiyang sami risak watak lan budi

    pakartinipun.

    ‘Saat itu banyak orang yang rusak perangai dan budi pekertinya’

    Pakar bahasa lain, Poedjosoedarma (1979:3) berpendapat tingkat tutur

    adalah variasi-variasi bahasa yang membedakan antara satu dengan yang lainnya

    oleh perbedaan sikap santun yang ada pada diri pembicara terhadap lawan bicara.

    Tingkat tutur bahasa Jawa adalah tingkatan dalam penggunakan bahasa Jawa

  • 9

    sesuai pemakai atau penutur dengan petutur atau lawan bicara, situasi

    komunikasinya (resmi atau tisak resmi).

    Harjawiyana (2001:18) juga mengelompokkan undha usuk bahasa Jawa

    secara lebih terperinci, yaitu sebagai berikut:

    1. Basa ngoko terdiri dari ngoko lugu dan ngoko andhap. Ngoko andhap dibagi

    lagi menjadi antya basa dan basa antya.

    2. Basa madya terdiri dari madya ngoko, madyantara, dan madya krama.

    3. Basa krama desa

    4. Basa krama terdiri dari mudha krama, kramantara, dan wredha krama

    5. Basa krama inggil

    6. Basa kedhaton

    Di zaman modern ini undha usuk basa dikelompokkan secara lebih ringkas

    (Harjawiyana, 2001: 19), yaitu:

    1. Basa ngoko terdiri ngoko lugu dan ngoko alus

    Contoh: Pak Ali mau lunga menyang apotik (ngoko lugu)

    Pak Ali mau tindak menyang apotik. (ngoko alus)

    2. Basa krama terdiri dari krama dan krama alus

    Contoh: Pak Ali wau kesah ten apotik. (krama)

    Pak Ali kalawau tindah dhateng apotik. (krama alus)

    Adapula yang dimaksud ragam bahasa adalah variasi bahasa menurut

    pemakaian yang berbeda-beda menurut topic yang dibicarakan, menurut

    hubungan pembicara, kawan bicara, dan orang yang dibicarakan dan menurut

    medium pembicaraan (Kridalaksana, 2001:184). Sedangkan pengertian ragam

    bahasa Jawa oleh Chaer dan Agustina (2010:63) dikatakan sebagai dialek yaitu

    variasi bahasa dari sekelompok penutur yang jumlahnya relatif yang berada pada

    satu tempat, wilayah, atau area tertentu. Keanekaragaman bahasa Jawa antara lain

    dialek Surakarta, dialek Yogyakarta Banyumasan, Surabaya dan lain sebagainya.

    Setiap dialek bahasa Jawa tersebut mempunyai ciri khas masing-masing.

    Perbedaan dialek merupakan ragam dari bahasa Jawa, walaupun berdialek beda

    namun mereka pengguna bahasa Jawa pada umumnya bisa menerima bahasa satu

    dan lainnya.

  • 10

    B. MELESTARIKAN BAHASA JAWA

    Melestarikan berasal dari kata dasar lestari yang berarti tetap seperti

    keadaannya semula, tidak berubah, bertahan, kekal. Sedangkan kata melestarikan

    sendiri merupakan kelompok kata kerja yang berarti menjadikan (membiarkan)

    tetap tidak berubah, membiarkan tetap seperti keadaan semula, mempertahankan

    kelangsungan (hidup dsb). Dicontohkan dalam kalimat seperti berikut: Kita perlu

    melestarikan peningggalan sejarah. (KBBI Online: 2012)

    Bahasa Jawa juga merupakan salah satu warisan budaya Indonesia yang

    harus dilestarikan dan dijaga karena jika tidak bahasa Jawa dapat terkikis dan

    semakin hilang dari Pulau Jawa. Dalam kedudukannya sebagai bahasa daerah,

    bahasa Jawa memiliki fungsi sebagai berikut: (1) lambang kebanggaan daerah, (2)

    lambang identitas daerah, dan (3) alat perhubungan di dalam keluarga dan

    masyarakat daerah (Khalim dalam Tubiyono, 2008). Bahasa Jawa memiliki hak

    hidup yang sama dengan bahasa Indonesia. Hal ini sesuai dengan penjelasan

    Undang-Undang Dasar 1945 yang mengamanatkan bahasa (daerah) Jawa akan

    dihormati dan dipelihara oleh negara, termasuk pemerintah pusat atau pun daerah

    (Alwi, 2000). Oleh karena itu, generasi muda suku Jawa sudah sepantasnya

    melestarikan bahasa Jawa demi kelangsungan dan tetap terjaganya bahasa Jawa di

    Pulau Jawa. Apalagi, bahasa Jawa merupakan bahasa budi yang menyiratkan budi

    pekerti luhur, atau merupakan cerminan dari tata krama dan tata krama berbahasa

    menunjukkan budi pekerti pemakainya.

    Ada tiga ranah wilayah yang sangat berpengaruh terhadap kelestarian

    bahasa Jawa. Anonim (2014) menyatakan tiga ranah tersebut, yaitu: 1) lingkungan

    sekolah, merupakan lingkungan yang tepat sebagai prasarana untuk

    mempertahankan budaya berbahasa Jawa, karena siswa dapat belajar serta dapat

    mempraktikkan dengan guru maupun teman-temannya. Penggunaan bahasa Jawa

    dalam pembelajaran untuk waktu tertentu juga dapat meningkatkan ketrampilan

    berbahasa Jawa, jadi semua warga sekolah ikut berpartisipasi dalam melestarikan

    penggunaan bahasa Jawa; 2) lingkungan keluarga, sebaiknya para orang tua juga

    mengajarkan bahasa Jawa kepada anak-anaknya sehingga anak-anak akan terbiasa

    dengan bahasa Jawa. Bisa tidaknya seseorang mempelajari bahasa bukan dari

  • 11

    mudah atau sulitnya bahasa itu, melainkan dari pembiasaan. Namun,

    kenyataannya orang tua cenderung mengajarkan anak-anaknya dengan pengantar

    bahasa Indonesia; 3) melalui media-media yang telah ada di sekitar, seperti

    televise, internet, radio, dan Koran.

    Senada dengan di atas Rahardjo (2001) menyatakan beberapa cara atau

    langkah supaya bahasa Jawa tidak hilang. Adapun caranya sebagai berikut:

    1. Menanamkan sejak dini bahasa dan kebudayaan Jawa kepada anak-anak.

    Supaya mereka tidak menganggap bahasa Jawa adalah bahasa yang kuno, dan

    supaya mereka terbiasa menggunakan bahasa Jawa.

    2. Membiasakan diri menggunakan bahasa Jawa, di dalam kehidupan sehari-hari

    dalam berbicara dibiasakan menggunakan bahasa Jawa yang benar, baik dari

    segi bahasanya maupun unggah-ungguhnya. Supaya dapat ditiru oleh anak-

    anak, jadi bahasa Jawa akan tetep lestari dengan baik.

    3. Mengajarkan bahasa Jawa, yaitu mengajarkan bahasa Jawa baik secara formal

    (sekolah) maupun informal (masyarakat). Secara formal bahasa Jawa dan

    kebudayaan Jawa diajarkan di sekolah-sekolah di dalam pembelajaran,

    sehingga anak didik mengenal dan mengetahui bahasa dan kebudayaan Jawa

    dengan baik. Secara informal bahasa Jawa bisa diajarkan kepada anak-anak di

    lingkungan keluarga atau masyarakat, mereka akan belajar secara langsung

    mengenai kebudayaan Jawa yang ada di masyarakat, sebagai bentuk praktik

    dari teori yang ada di sekolah tadi

    Menguatkan pendapat di atas, Haikal menyatakan teknologi bisa memainkan

    perannya dalam pelestarian budaya dan nilai luhur bangsa indonesia, berikut

    contoh peran teknologi dalam melestarikan budaya dan nilai luhur bangsa

    Indonesia:

    1. Televisi

    Televisi merupakan salah satu media penyampaian informasi, misalnya

    informasi tentang kebudayaan. Maka dari itu, industri pertelevisian perlu

    menambah acara–acara tentang kebudayaan Indonesia. Selain memberikan

    informasi tentang kebudayaan Indonesia kepada masyarakat umum, tayangan

    tersebut juga dapat dijadikan ajang promosi kepada dunia tentang kebudayaan

  • 12

    Indonesia. Sehingga menarik para wisatawan mancanegara untuk berkunjung ke

    Indonesia. Serta menghindari pengklaiman kebudayaan Indonesia oleh negara lain

    seperti yang banyak terjadi akhir-akhir ini.

    2. Internet Merupakan media penyampaian informasi yang dapat digunakan dalam

    pelestarian budaya dan nilai luhur bangsa Indonesia. Contoh dari media internet

    yang sekarang ini lagi populernya di masyarakat kita maupun masyarakat dunia,

    yaitu:

    Bagi Pengguna Blog

    Misalnya dengan banyak menuliskan (posting) seputar budaya Indonesia atau

    destinasi wisata yang menarik di Indonesia, kuliner khas Indonesia, cinderamata,

    dan lain-lain. Tentu saja dihiasi dengan gambar-gambar yang menarik dan berbau

    unsur budaya Indonesia.

    Bagi Penikmat Youtube

    Caranya, dengan banyak mengunggah (upload) video-video tentang

    perjuangan para pahlawan ke youtube. Selain itu, dapat diwujudkan dengan

    mengunggah video atau tutorial mengenai pembuatan batik, atau masakan-

    masakan khas daerah di Indonesia.

    Bagi Pengguna Twitter

    Misalnya kita membuat hastag #WeLoveBatikIndonesia dengan maksud kita

    bangga dan cinta terhadap hasil karya anak bangsa Indonesia dengan wujud cinta

    batik atau dengan hastag #AyoIndonesiaBisa yang berarti tiupan semangat dari

    masyarakat Indonesia untuk mendukung para atlet yang berlaga di Sea Games.

    Lalu, kita juga dapat update status atau nge-tweet dengan menggunakan bahasa

    daerah seperti bahasa Jawa, bahasa Sunda, dan lain-lain

    Bagi Pengguna Blackberry

    Misalnya dengan sharefoto atau video mengenai keeksotikan suatu pulau

    seperti Pulau Dewata Bali, Pulau Komodo, Pulau Karimun Jawa, dan banyak lagi

    destinasi wisata yang tak kalah menarik dan tersebar di seluruh wilayah negara

    kita tercinta, Indonesia.

  • 13

    Bagi Pengguna Facebook

    Misalnya dengan cara memakai foto profil saat kita sedang mengenakan

    pakaian adat, membuat fanspage atau group misalnya fanspage

    Dari pernyataan di atas, kita dapat menarik suatu simpulan bahwasanya

    internet pada umumnya dan media sosial pada khususnya dapat kita maksimalkan

    guna melestarikan budaya nasional dalam hal ini adalah pemakain bahasa Jawa.

    para pencinta bahasa Jawa misalnya dengan menuliskan #Jawa Banget.

    C. HAKIKAT MEDIA SOSIAL

    Media sosial (Wikipedia) adalah sebuah media online, dengan para

    penggunanya bisa dengan mudah berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan isi

    meliputi blog, jejaring sosial, forum dan dunia virtual. Pakar IT lainnya, Andreas

    Kaplan dan Michael Haenlein mendefinisikan media sosial sebagai sebuah

    kelompok aplikasi berbasis internet yang membangun di atas dasar ideologi dan

    teknologi Web 2.0, dan yang memungkinkan penciptaan dan pertukaran user-

    generated content.

    Media sosial teknologi mengambil berbagai bentuk termasuk majalah,

    forum internet, weblog, blog sosial, microblogging, wiki, podcast, foto atau

    gambar, video, peringkat dan bookmark sosial. Dengan menerapkan satu set teori-

    teori dalam bidang media penelitian (kehadiran sosial, media kekayaan) dan

    proses sosial (self-presentasi, self-disclosure) Kaplan dan Haenlein menciptakan

    skema klasifikasi untuk berbagai jenis media sosial. Menurut Kaplan dan

    Haenlein ada enam jenis media sosial, yaitu sebagai berikut:

    1) Proyek Kolaborasi

    Website mengijinkan usernya untuk dapat mengubah, menambah, ataupun

    me-remove konten – konten yang ada di website ini. contohnya wikipedia

    2) Blog dan microblog

    User lebih bebas dalam mengekspresikan sesuatu di blog ini seperti curhat

    ataupun mengkritik kebijakan pemerintah. Contohnya twitter.

    3) Konten

  • 14

    Para user dari pengguna website ini saling meng-share konten-konten media,

    baik seperti video, ebook, gambar, dan lain-lain. Contohnya youtube.

    4) Situs jejaring sosial

    Aplikasi yang mengizinkan user untuk dapat terhubung dengan cara membuat

    informasi pribadi sehingga dapat terhubung dengan orang lain. Informasi

    pribadi itu bisa seperti foto – foto. contoh facebook.

    5) Virtual game world

    Dunia virtual, dimana mengreplikasikan lingkungan 3D, dimana user bisa

    muncul dalam bentuk avatar – avatar yang diinginkan serta berinteraksi

    dengan orang lain selayaknya di dunia nyata. contohnya game online.

    6) Virtual social world

    Dunia virtual yang dimana penggunanya merasa hidup di dunia virtual, sama

    seperti virtual game world, berinteraksi dengan yang lain. Namun, Virtual

    Social World lebih bebas, dan lebih ke arah kehidupan, contohnya second

    life.

    Adapun media sosial mempunyai ciri - ciri sebagai berikut:

    Pesan yang di sampaikan tidak hanya untuk satu orang saja namun bisa

    keberbagai banyak orang contohnya pesan melalui SMS ataupun internet

    Pesan yang di sampaikan bebas, tanpa harus melalui suatu Gatekeeper

    Pesan yang di sampaikan cenderung lebih cepat di banding media lainnya

    Penerima pesan yang menentukan waktu interaksi

    D. HAKIKAT FACEBOOK

    Facebook adalah sebuah layanan jejaring sosial yang diluncurkan pada

    bulan Februari 2004, dimiliki dan dioperasikan oleh Facebook, Inc. Pada

    September 2012, Facebook memiliki lebih dari satu miliar pengguna aktif, lebih

    dari separuhnya menggunakan telepon genggam. Pengguna harus mendaftar

    sebelum dapat menggunakan situs ini. Setelah itu, pengguna dapat membuat profil

    pribadi, menambahkan pengguna lain sebagai teman, dan bertukar pesan,

    termasuk pemberitahuan otomatis ketika mereka memperbarui profilnya. Selain

    itu, pengguna dapat bergabung dengan grup pengguna dengan ketertarikan yang

  • 15

    sama, diurutkan berdasarkan tempat kerja, sekolah atau perguruan tinggi, atau ciri

    khas lainnya, dan mengelompokkan teman-teman mereka ke dalam daftar seperti

    "Rekan Kerja" atau "Teman Dekat".

    Facebook didirikan oleh Mark Zuckerberg bersama teman sekamarnya dan

    sesama mahasiswa Universitas Harvard, Eduardo Saverin, Andrew

    McCollum, Dustin Moskovitz dan Chris Hughes. Keanggotaan situs web ini

    awalnya terbatas untuk mahasiswa Harvard saja, kemudian diperluas ke perguruan

    lain di Boston, Ivy League, dan Universitas Stanford. Situs ini secara perlahan

    membuka diri kepada mahasiswa di universitas lain sebelum dibuka untuk siswa

    sekolah menengah atas, dan akhirnya untuk setiap orang yang berusia minimal 13

    tahun. Meski begitu, menurut survei Consumer Reports bulan Mei 2011, ada 7,5

    juta anak di bawah usia 13 tahun yang memiliki akun Facebook dan 5 juta lainnya

    di bawah 10 tahun, sehingga melanggar persyaratan layanan situs ini.

    Studi Compete.comhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Compete.com&ac

    tion=edit&redlink=1 bulan Januari 2009 menempatkan Facebook sebagai layanan

    jejaring sosial yang paling banyak digunakan menurut jumlah pengguna aktif

    bulanan di seluruh dunia. Entertainment Weekly menempatkannya di daftar

    "terbaik" akhir dasawarsa dengan komentar, "Bagaimana caranya kita menguntit

    mantan kekasih kita, mengingat ulang tahun rekan kerja kita, mengganggu teman

    kita, dan bermain Scrabulous sebelum Facebook diciptakan.

    Quantcast memperkirakan Facebook memiliki 138,9 juta pengunjung

    bulanan di AS pada Mei 2011. Menurut Social Media Today pada April 2010,

    sekitar 41,6% penduduk Amerika Serikat memiliki akun Facebook. Meski begitu,

    pertumbuhan pasar Facebook mulai turun di sejumlah wilayah dengan hilangnya 7

    juta pengguna aktif di Amerika Serikat dan Kanada pada Mei 2011.

    Nama layanan ini berasal dari nama buku yang diberikan kepada mahasiswa

    pada tahun akademik pertama oleh beberapa pihak administrasi universitas

    di AmerikaSerikat dengan tujuan membantu mahasiswa mengenal satu sama lain.

    Facebook memungkinkan setiap orang berusia minimal 13 tahun menjadi

    pengguna terdaftar di situs ini.

    http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Compete.com&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Compete.com&action=edit&redlink=1

  • 16

    E. KERANGKA BERPIKIR

    Bahasa Jawa sudah dimasukkan sebagai muatan lokal wajib di sekolah.

    Banyak pelajar yang di sini adalah kaum remaja mengalami kesulitan belajar

    bahasa Jawa dan cenderung malas untuk memakainya. Akibatnya tidak ada rasa

    cinta dan memiliki terhadap bahasanya sendiri.

    Media sosial dalam hal ini khususnya facebook, merupakan jejaring sosial

    yang paling digandrungi kaum remaja sebagaimana diuraikan di latar belakang

    masalah dan kajian teori. Maka dari itu, penulis memilih sebagai media untuk

    melestarikan bahasa Jawa. caranya dengandiskusi ataupun sharing antar teman

    tentang semua tetek bengek yang berkaitan dengan bahasa Jawa dan harus

    menggunakan bahasa Jawa. Penulis membuat suatu grup yang beranggotakan

    teman-teman yang sudah dikenal di dunia nyata dengan harapan tidak adanya rasa

    sungkan dan tidak percaya diri ketika mengungkapkan uneg-uneg di grup

    menggunakan bahasa Jawa.

    Sumber data menggunakan angket yang disebarkan pada anggota grup

    untuk kemudian dianalisis guna mendeskripsikan peran media sosial dalam

    melestarikan bahasa Jawa. Salah satunya adalah mendeskripsikan bentuk-bentuk

    pemakaian bahasa Jawa di media sosial. Selain itu juga mendeskripsikan

    keefektifan penggunaan media sosial dalam melestarikan bahasa Jawa. Berikut

    penulis sajikan kerangka berpikir penelitian yang berjudul “Melestarikan

    Pemakaian Bahasa Jawa Menggunakan Media Sosial.”

  • 17

    Gambar 1. Kerangka Berpikir

    Semakin sedikit remaja yang

    menggunakan bahasa Jawa

    Analisis

    Sosial media (facebbok) dianggap sebagai media yang tepat

    untuk meningkatkan penggunaan bahasa Jawa krama alus.

    dengan membuat Grup XRa Jawa Banget

    Angket sebelum

    menjadi anggota

    grup Xra Jawa

    Banget

    Mendeskripsikan keefektifan

    penggunaan media sosial dalam

    meningkatkan penggunaan

    bahasa Jawa krama alus

    Mendeskripsikan bentuk-bentuk

    penggunaan bahasa Jawa di

    media sosial

    Angket Setelah

    menjadi anggota

    grup Xra Jawa

    Banget

  • 18

    BAB III

    METODOLOGI PENELITIAN

    A. OBJEK DAN WAKTU PENELTIAN

    Objek penelitian berupa pemakaian bahasa Jawa di sosial media dalam hal

    ini Grup XRA Jawa Banget dan Grup XRA Jawa Banget sebagai media

    meningkatkan penggunaan bahasa Jawa krama alus. Penelitian dilaksanakan

    selama empat bulan, yaitu bulan Januari sampai dengan April 2015. Lebih

    jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

    Tabel 2. Deskripsi Kegiatan dan Waktu Penelitian

    No Kegiatan 2015

    Januari Februari Maret April

    1 Observasi xx--

    2 Pengumpulan data --xx xxxx xxxx x---

    3 Analisis data xxxx x---

    4 Penulisan Laporan xx--

    B. JENIS PENELITIAN

    Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif untuk

    mendeskripsikan bentuk penggunaan bahasa Jawa krama alus di media sosial

    (Grup XRA Jawa Banget). Analisis juga dilakukan dengan deskriptif kuantitatif

    untuk mendeskripsikan keefektifan penggunaan media sosial dalam usaha

    meningkatkan penggunaan bahasa Jawa krama alus.

    C. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

    Teknik pengumpulan data yang pertama adalah dengan teknik dokumen atau

    pengambilan data berupa bentuk penggunaan bahasa Jawa di media sosial (Grup

  • 19

    XRA Jawa Banget. Untuk mempermudah pengambilan data pada grup dilakukan

    screen shoot dan copy paste. Untuk kemudian dilakukan pengkodean dan di

    analisis. Pengambilan data dilakukan mulai bulan Januari sampai dengan tanggal

    empat bulan April 2015.

    Teknik yang kedua adalah angket atau kuesionr. Angket dibuat dalam bentuk

    angket tertutup dan terbuka yang berisi pertanyaan sekitar pengunaan dan persepsi

    tentang penggunaan bahasa Jawa dikalangan siswa X RA. Untuk penghematan

    biaya angket dibuat dalam dua jenis yaitu soft file dan hard copy. Soft file

    diperuntukan bagi responden yang menggunakan lap top dalam mengisi angket.

    Hal ini dilakukan karena responden sudah terbiasa dan merasa lebih yaman

    berhadapan dengan lap top. Sedangkan yang berupa hard copy diperuntukan bagi

    yang tidak membawa lap top saat mengisi angket. Pengisian angket dilakukan

    secara bersama-sama dan dipandu oleh peneliti supaya ada kesaam persepsi

    sehingga di dapatkan data yang valid.

    D. POPULASI DAN SAMPLE

    Populasi dari penelitian ini adalah remaja pada umumnya dan pelajar pada

    khususnya. Pengambilan sample deilakukan dengan purposive sampling, yaitu

    semua anggota di Grup XRA Jawa Banget dijadikan sample. Jadi, Sample dari

    peneletian ini adalah kelas XRA SMK N 2 Karanganyar yang juga merupakan

    anggota Grup XRA Jawa Banget sebanyak 34 anggota. Dengan rincian 2 orang

    sebagai peneliti dan pada saat pengisisan 1 anggota tidak masuk. Sehingga jumlah

    responden sebanyak 31 siswa/remaja. Usia anggota grup ini adalah usia remaja

    berkisar antara 16 sampai 17 tahun. Sample dianggap tepat karena mewakili siswa

    yang aktif di dunia media sosial dan tergabung dalam grup di media sosial yang

    bahasa pengantar adalah bahasa Jawa. Dengan kata lain grup ini bertujuan untuk

    meningkatkan penggunaan bahasa Jawa bagi siswa kelas X RA.

    Grup XRA jawa banget dibuat dalam rangka meningkatkan penggunaan

    bahasa Jawa krama alus dengan cara diskusi di media sosial. Alasan mengapa

    dibuat grup ini adalah terlebih dahulu sudah mengenal di dunia nyata sehingga

    ketika berkomunikasi dengan bahasa Jawa ngoko maupun krama tidak ada rasa

  • 20

    sungkan dan malu ataupun takut salah. Banyak grup di media sosial yang

    memperhatikan bahasa Jawa, tapi karena tidak mengenal dengan anggota sering

    timbul rasa takut atau malu jika akan menggunakan bahasa Jawa dalam

    berkomunikasi.

    E. UJI VALIDITAS DATA

    Uji validitas data yang digunakan adalah dengan triangulasi teori, yaitu

    menggunakan berbagai teori mengenai bahasa Jawa untuk mendeskripsikan

    bentuk penggunaan bahasa Jawa di media sosial. Berbagai teori mengenai bentuk

    bahasa Jawa yang berupa kalimat atau ukara baik ragam ngoko dan krama

    sebagaimana dalam Bab II oleh Harimukti Kridalaksana, Abdul Chaer dan

    Agustina, Sry Satriya Tjatur Wisnu Sasangka, juga oleh Haryana Harjawiyana.

    Ujivaliditas data yang kedua adalah dengan triangulasi metode, yaitu

    angket/kuesioner dan wawancara. Wawancara dilakukan dengan beberapa orang

    tua wali murid untuk mengkroscekkan data kuesioner/angket yang diperoleh dari

    siswa. Misalnya untuk pengisian angket mengenai penggunaan bahasa

    komunikasi di rumah. Selain itu, wawancara dilakukan kepada ahli IT tentang

    pendapatnya mengenai peningkatan pemakaian bahasa Jawa di media sosial.

    F. TEKNIK ANALISIS DATA

    Teknik analisis data yang dilakukan dengan teknik analisis mengalir.

    Maksudnya dengan analisis mengalir adalah proses pengambilan data/dokumen

    sudah bisa dilakukan sebelum tahap pengumpulan data. Selain itu juga dilakukan

    penyajian dan penarikan kesimpulan sementara sebelum data dianalisis secara

    mendalam. Dengan kata lain, komponen-komponen penelitian tersebut masih

    menjalin dan tetap dilakukan sampai waktu pengumpulan data selesai dan

    berakhir pada proses penulisan laporan penelitian.

  • 21

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Bab ini akan membahas hasil penelitian yang terbagi dalam dua

    sub bab, yaitu, mendeskripsikan bentuk penggunaan bahasa Jawa di media sosial

    dan mendeskripsikan keefektifan penggunaan media sosial untuk meningkatkan

    penggunaan bahasa Jawa.

    A. Bentuk Penggunaan Bahasa Jawa di Media Sosial

    Bentuk penggunaan bahasa Jawa di media sosial (Grup XRA Jawa Banget)

    berupa kalimat atau ukara=bahasa Jawa. Ukara tersebut berdasarkan unggah

    ungguh basa terbagi dalam dua tataran, yaitu tataran ngoko dan krama.

    Sebagaimana yang diungkapkan dalam bab II kajian teori oleh Sry Satriya Tjatur

    Wisnu Sasangka, dalam bahasa Jawa mengenal adanya unggah-ungguh basa yang terdiri

    dari ragam ngoko dan krama.

    Bentuk penggunaan bahasa Jawa dalam ragam ngoko di media sosial Grup XRA

    Jawa Banget sebagai berikut:

    1. mung ngomong kok mas, sing paling ganteng teng kelas XRA niku Hery

    Setya mas (D35/K15/25 Mar 2015)

    2. mlah rebutan ganteng (D36/K16/25 Mar 2015)

    3. haha, kug iso dijenengi bedol comp jar? (D21/K1/25 Mar 2015)

    4. msalahe aku dereng adus ug jar. Hahaha (D51/K31/26 Mar 2015)

    5. Cemeng Kurniaone hhhe kok mudeng to mas (D75/K15/31 Mar 2015)

    6. kantin'e dereng tutup.. nek pengen jajan ngejak aku wae.. (D76/K16/31 Mar

    2015)

    7. sek pnting ora padudon (D82/K22/31 Mar 2015)

    8. Luthfi Amry aku tresno sliramu mas . (D87/K27/31 Mar 2015)

    Bentuk Penggunaan bahasa Jawa dalam ragam krama di media sosial Grup

    XRA Jawa Banget sebagai berikut:

    1. Cecongkrahan antarane KPK lan POLRI samsaya mambahi reribet

    perpolitikan nagari kita. Mangga sinten badhe asung panemu dipun

    sumanggakaken. Nuwun (D1/P1/23 Jan 2015)

    https://www.facebook.com/herysetya11https://www.facebook.com/herysetya11https://www.facebook.com/armickz.solozsejatiz

  • 22

    2. Kok namung ditengok thok mangga sami asung panemu/ kasih pendapat.

    (D2/K1/23 Jan 2015)

    3. asung panemu dumteng admin grup niki di damel grup terbuka kemawon dos

    pundi? Nuwun (D4/P1/13 Feb 2015)

    4. nggeh mboten npo2 bu. nggeh msalahe kathah senk mboten sering mbikak fb

    (D5/K1/13 Feb 2015)

    5. bu, naming misale niki trbuka mboten enten ingkang ngirim sami mawon niku

    bu. pripun saene bu? (D6/K2/14 Feb 2015)

    6. Preinan ngantos setunggal minggu dipun isi kegiyatan napa kemawon?

    Mangga sami dipun share dateng kanca kanca lewat grup

    niki...sumanggakaken. Sip ok (D8/P1/3 Mar 2015)

    7. tilem wonten griyo bu. hehehe. panjenengan pripun bu? Hehehe (D9/K1/9

    Mar 2015)

    8. saksampunipun sinau piyambak wonten griya mangga benjang sami ke

    sekolah kagem persiapan UTS dinten kemis...sumangga...nuwun (D10/P1/10

    Mar 2015)

    9. pensi dinten kamis yen mboten salah bu. njenengan nampilke mboten bu?

    Hehehe (D1/K1/18 Maret 2015)

    10. Ayo monggo poro sedherek. Sakniki sampun diwiwiti usaha service komputer

    ingkang namine "bedol comp" . Poro sderek sing laptop utawi pc nipun

    rusak. Saget di dandani. Suwun. (D20/P1/25 Mar 2015)

    11. bubar mawon nggeh (D40/K20/25 Mar 2015)

    12. Jos gandos ....lha geten niki kekarepane ibu gayeng tenan...sip mas mbk

    mangga lajeng nggih nuwun (D44/K24/25 Mar 2015)

    13. Haha. Sampun dalu. Monggo tilem sesarengan. (D45/K25/25 Mar 2015)

    14. Tebeh bu griyane (D54/K1/29 Mar 2015)

    15. kramaipun "Galau" niku napa nggih? (D60/P1/31 Mar 2015)

    16. Dateng kanca kanca keng badhe ningali the last naruto menika daftar

    tiketipun sawetara wekdal...nuwun (D99/K1/2 Apr 2015)

    17. Hehe. Buk, niki wau dinten nopo nggeh. (D103/K5/3 Apr 2015)

  • 23

    Pada lampiran. 1 berupa tabel deskripsi bentuk penggunaan bahasa Jawa di

    media sosial sudah sekaligus kami beri keterangan masuk dalam tataran ngoko

    atau krama. Hal ini untuk memudahkan pembaca dalam membaca data sekaligus

    sebagai analisis awal dalam menganalisis data.

    Dengan demikian dapat ditarik sebuah simpulan bahwa penngunaan bahasa

    Jawa di Grup XRA Jawa banget menggunakan bahasa Jawa dalam tataran ngoko

    dan krama. Antara pemakaian ragam ngoko dan krama, anggota grup lebih sering

    menggunakan ragam krama. Mengingat Grup ini juga sebagai salah satu media

    untuk belajar dalam pemakaian ragam Krama. Diharapkan dengan terbiasa

    menggunakan ragam krama di Grup atau media sosial, siswa juga bisa

    mengaplikasikan di dunia nyata untuk berkomunikasi dengan orang tua, orang

    yang lebih tua dan dihormati. Salah satunya ketika berkomunikasi dengan guru

    saat berasa di lingkungan sekolah.

    B. Keefektifan Media Sosial untuk Meningkatkan Penggunaan Bahasa

    Jawa Krama Alus

    Penting untuk diketahui bagaimana kemampuan berbahasa di kelas XRA,

    karena kemampuan berbahasa inilah yang menentukan bahasa apa yang kemudian

    akan digunakan untuk berkomunikasi. Kemampuan bahasa yang disorot dalam

    penelitian ini adalah kemampuan berbahasa Jawa ngoko, Jawa krama alus

    kemampuan berbahasa Indonesia, kemampuan berbahasa Inggris,dan kemampuan

    berbahasa lainnya.

    Tabel 1. Kemampuan berbahasa Jawa dan bahasa lain. (Sebelum)

    N

    o.

    Pertanyaan/Kete

    rangan

    Memahami Berbicara

    Tidak

    Bisa

    Agak

    Bisa Bisa

    Juml

    ah

    Tidak

    Bisa

    Agak

    Bisa Bisa

    Juml

    ah

    1

    Kemampuan

    berbahasa Jawa

    ngoko

    0 0% 1 3,2

    %

    3

    0

    96,8

    % 31 0 0% 2

    6,5

    %

    2

    9

    93,5

    % 31

    2

    Kemampuan

    berbahasa Jawa

    krama

    5 16

    %

    2

    3

    74,2

    % 3 9,7% 31 8

    26

    %

    1

    9

    61,3

    % 4

    12,9

    % 31

    3

    Kemampuan

    berbahasa

    Indonesia

    0 0% 0 0,0

    %

    3

    1

    100,0

    % 31 0 0% 0

    0,0

    %

    3

    1

    100,0

    % 31

  • 24

    4

    Kemampuan

    berbahasa

    Inggris

    3 10

    %

    2

    6

    83,9

    % 2 6,5% 31 1 3%

    2

    4

    77,4

    % 6

    19,4

    % 31

    Tabel 1.1. Kemampuan berbahasa Jawa dan bahasa lain. (Setelah)

    Membaca Menulis Jumlah

    Tidak Bisa Agak Bisa Bisa Jumlah Tidak Bisa Agak Bisa Bisa

    0 0% 1 3.2% 30 96.8% 31 0 0% 3 9.7% 28 90.3% 31

    0 0.0% 3 9.7% 28 90.3% 31 0 0.0% 5 16.1% 26 83.9% 31

    Dari tabel 1(sebelum bergabung dengan Grup XRA Jawa Banget) dan

    tabel 1.1 (Setelah bergabung dengan Grup XRA Jawa Banget) untuk kemampuan

    berbahasa Jawa ngoko kompetensi memahami pada kemampuan bisa mengalami

    kenaikan 3,2% dari yang menyatakan bisa sebanyak 30 responden (96,8%)

    meningkat menjadi 31 responden (100%). Kemudian untuk kompetensi berbicara

    mengalami kenaikan 6,5% dari yang menyatakan bisa sebanyak 29 responden

    (93,5%) meningkat menjadi 31 responden (100%). Selanjutnya untuk kompetensi

    membaca pada kemampuan bisa mengalami kenaikan 45,2% dari yang

    menyatakan bisa 16 responden (51,6%) meningkat menjadi 30 responden

    (96,8%). Pada kompetensi menulis juga mengalami peningkatan pada kemampuan

    bisa sebesar 29 % dari yang menyatakan bisa sebanyak 19 responden (61,3%)

    meningkat menjadi 28 responden (90,3%)

    Selanjutnya pada kemampuan berbahasa Jawa krama alus untuk

    kompetensi memahami pada kemampuan bisa mengalami peningkatan sebesar

    Membaca Menulis Jumlah

    Tidak Bisa Agak Bisa Bisa Jumlah Tidak Bisa Agak Bisa Bisa

    0 0% 15 48.4% 16 51.6% 31 0 0% 12 38.7% 19 61.3% 31

    9 29.0% 16 51.6% 6 19.4% 31 10 32.3% 19 61.3% 2 6.5% 31

    0 0% 0 0.0% 31 100.0% 31 0 0% 0 0.0% 31 100.0% 31

    0 0% 20 64.5% 11 35.5% 31 0 0% 25 80.6% 6 19.4% 31

    No. Pertanyaan/Keterangan

    Memahami Berbicara

    Tidak

    Bisa Agak Bisa Bisa Jumlah

    Tidak

    Bisa Agak Bisa Bisa Jumlah

    1 Kemampuan

    berbahasa Jawa ngoko 0 0% 0 0.0% 31 100.0% 31 0 0% 0 0.0% 31 100.0% 31

    2

    Kemampuan

    berbahasa Jawa krama

    alus

    1 3% 8 25.8% 22 71.0% 31 0 0% 4 12.9% 27 87.1% 31

  • 25

    61,3% dari yang menyatakan bisa 3 responden (9,7%) meningkat menjadi 22

    responden (71%). Terjadi kenaikan yang sangat signifikan. Pada kompetensi

    berbicara untuk yang menjawab bisa juga terjadi kenaikan yang signifikan, yaitu

    sebesar 74,2% dengan rincian yang dulunya hanya 4 responden (12,9%) yang

    menjawab bisa meningkat menjadi 27 responden (87,1%). Pada ranah membaca

    terjadi peningkatan sebesar 70,9%, yaitu yang semula menjawab bisa hanya 6

    responden (19,4%) meningkat menjadi 28 responden (90,3%). Hal yang sama juga

    terjadi pada ranah menulis meningkat 77,4% dari yang semula menjawab bisa 2

    responden (6,5%) menjadi 26 responden (83,9%).

    Salah satu cara untuk melestarikan pemakaian bahasa Jawa adalah dengan

    memasukkan bahasa Jawa di kurikulum sekolah. Sebagaimana diungkapkan oleh

    Rahardjo (2001) yang menyatakan bahwa pelestarian bahasa Jawa melalui

    pendidikan formal (sekolah). Kompetensi bahasa Jawa yang diajarkan di sekolah

    mencakup ranah memahami, berbicara, membaca, dan menulis. Dari tabel di atas

    terjadi peningkatan yang signifikan pada kemampuan siswa yang meliputi

    keempat kompetensi setelah bergabung di Grup XRA Jawa Banget. Dengam

    demikian, media sosial sangat efektif dalam upaya ikut melestarikan dan

    meningkatkan penggunaan bahasa Jawa di kalangan siswa.

    Dari hasil wawancara dengan orangtua responden, kita dapatkan informasi

    yang menguatkan hasil analisis data yang telah dilakukan. Adapaun hasil

    wawancara yaitu remaja dalam berkomunikasi kebanyakan menggunakan bahasa

    Jawa ngoko. Memang terkadang juga menggunakan bahasa Jawa krama ataupun

    ngoko ngalus yang berupa kalimat-kalimat pendek. Contohnya Sampun dahar,

    Pak? = Sudah makan, Pak?.

    Dari hasil wawancara juga diketahui fakta baru tentang peran orang tua

    dalam meningkatkan penggunaan bahasa Jawa khususnya bahasa Jawa krama

    alus, yaitu dengan mengajarkan pada anak-anak mereka bahasa Jawa krama

    sebagai bahasa ibu (native language). Akan tetapi, karena pengaruh globalisasi

    seperti adanya bahasa gaul pemakaian bahasa Jawa di kalangan remaja/siswa

    semakin terkikis. Banyak remaja/siswa sekarang yang lebih senang berkomunikasi

    dengan orang tua menggunakan bahasa gaul. Dicontohkan: “Sik Mak, aku lagi

  • 26

    galau”. Begitu juga dengan pakar IT yang kami wawancara menyatakan kalau

    anak sekarang cenderung menggunakan bahasa yang dicampur campur antara

    bahasa Jawa dengan bahasa Indonesia.

    Tabel 2 Penggunaan bahasa Jawa di sekolah. (Sebelum)

    Tabel 2.1 Penggunaan bahasa Jawa di sekolah. (Setelah)

    Dari Tabel 2 dan Tabel 2.1 tentang penggunaan bahasa Jawa ngoko dan

    krama alus di sekolah. pada pernyataan mengenai penggunaan bahasa Jawa

    ngoko dengan teman sekolah untuk jawaban sering terjadi peningkatan sebesar

    9,7% dengan rincian yang yang mejawab sering dari 3 responden (9,7%)

    meningkat menjadi 6 responden (19,4%).

    Pernyataan nomer 2 dari tabel 2 dan 2.1 mengenai penggunaan bahasa Jawa

    krama dengan guru untuk jawaban selalu mengalami peningkatan 74,1% yaitu

    No Pertanyaan/Keterangan Selalu Sering Jarang

    Tidak

    Pernah Jumlah

    1

    Apakah anda menggunakan bahasa

    Jawa ngoko dalam berkomunikasi

    dengan teman sekolah?

    25 80.6% 6 19.4% 0 0% 0 0% 31

    2

    Apakah anda menggunakan bahasa

    Jawa krama dalam berkomunikasi

    dengan guru?

    25 80.6% 6 19.4% 0 0.0% 0 0% 31

    3

    Apakah anda menggunakan bahasa

    krama alus dalam berkomunikasi

    dengan karyawan dan Tu?

    21 58.3% 10 27.8% 5 13.9% 0 0% 36

    No Pertanyaan/Keterangan Selalu Sering Jarang

    Tidak

    Pernah Jumlah

    1

    Apakah anda menggunakan bahasa

    Jawa ngoko dalam berkomunikasi

    dengan teman sekolah?

    28 90.3% 3 9.7% 0 0% 0 0% 31

    2

    Apakah anda menggunakan bahasa

    Jawa krama alus dalam

    berkomunikasi dengan guru?

    2 6.5% 28 90.3% 1 3.2% 0 0% 31

    3

    Apakah anda menggunakan bahasa

    krama alus dalam berkomunikasi

    dengan karyawan dan Tu?

    1 3.2% 25 80.6% 5 16.1% 0 0% 31

  • 27

    dari semula hanya 2 responden (6,5%) menjadi 25 responden (80,6%). untuk

    jawaban sering menglami penurunan dari 28 responden (90,3%) menjadi 6

    responden (19,4%). Dengan demikian, terjadi peningkatkan penggunaan bahasa

    Jawa krama alus sebagai bahasa komunikasi antara siswa/remaja dengan bapak

    ibu guru. Siswa sudah merasa percaya diri dalam menggunakan bahasa Jawa

    Krama dalam komunikasi sehari-hari di lingkungan sekolah dengan guru.

    Pernyataan ketiga dari tabel 2 dan 2.1 tentang penggunaan bahasa Jawa

    krama alus dengan karyawan dan TU sekolah mengalami peningkatan yang

    signifikan untuk jawaban selalu dari 1 responden (3,2%) menjadi 21 responden

    (58,3%). Terjadi peningkatan sebanyak 55,1%.

    Dari analisis di atas dapat disimpulkan bahwa semakin banyak siswa yang

    memggunakan bahasa Jawa dalam berkomunikasi dengan teman, guru, dan staf

    TU di sekolah. Peningkatan juga terjadi pada tataran krama alus. Dengan

    demikian semakin, banyak siswa yang menggunakan bahasa Jawa sebagai bahasa

    komunikasi maka akan semakin lestari bahasa Jawa di kalangan remaja/siswa

    pada khususnya pada masyarakat luas pada umumnya.

    Tabel 3 Mengenai pembelajaran bahasa Jawa di sekolah (Sebelum)

    No. Petanyaan / Keterangan Ya Tidak Ragu-ragu Jumlah

    1

    Apakah anda setuju bahasa Jawa dimasukkan

    dalam kurikulum sekolah sebagai muatan lokal

    wajib?

    20 64.5% 0 0% 11 35.5% 31

    2 Apakah anda menyukai pelajaran bahasa

    Jawa? 10 32.3% 0 0% 21 67.7% 31

    3 Apakah anda mengalami kesulitan dalam

    belajar bahasa Jawa? 23 74.2% 0 0% 8 25.8% 31

    Tabel 3.1 Mengenai pembelajaran bahasa Jawa di sekolah (Setelah)

    N

    o. Petanyaan / Keterangan Ya Tidak

    Ragu-

    ragu Jumlah

    1

    Apakah anda setuju bahasa Jawa dimasukkan

    dalam kurikulum sekolah sebagai muatan lokal

    wajib?

    2

    8

    90.3

    % 0 0% 3 9.7% 31

    2 Apakah anda menyukai pelajaran bahasa Jawa? 2

    4

    77.4

    % 1 3% 6

    19.4

    % 31

    3 Apakah anda mengalami kesulitan dalam belajar

    bahasa Jawa? 3 9.7% 20

    65

    % 8

    25.8

    % 31

  • 28

    Tabel 3 dan 3.1 mengenai pernyataan pembelejaran bahasa Jawa di sekolah

    dapat diuraiakan sebagai berikut. Pernyataan nomer 1 mengenai sikap responden

    apabila bahasa Jawa dimasukkan dalam kurikulum di sekolah untuk jawaban “

    Ya” mengalami kenaikan 25,8% yaitu dari sebelumnya yang menjawab hanya 20

    responden (64,5%) meningkat mnejadi 28 responden (90,3%). Untuk yang

    menjawab ragu-ragu berkurang dari yang menjaab 11 responden (53,5%)

    berkurang hanya tinggal 3 responden (9,7%).

    Selanjutnya pernyataan mengenai apakah menyukai pelajaran bahasa Jawa.

    dari jawaban “ya” terjadi kenaikan sangat signifikan yaitu 45,1%. Dengan rincian

    sebelumnya hanya 10 responden (32,3%) yang menyukai bahasa Jawa meningkat

    menjadi 24 responden (77,4%).

    Pernyataan terakhir dari tabel 3 dan 3.1 adalah tentang kesulitan dalam

    belajar bahasa Jawa. pada ranah jawaban “iya” mencapai 23 responden (74,2%)

    kemudian mengalami penurunan yang signifikan yaitu tinggal 3 responden

    (9,7%). Dan selebihnya setelah bergabung dalan Grup XRA Jawa Banget tidak

    mengalami kesulitan dalam belajar bahasa Jawa 20 responden tidak mengalami

    kesulitan (65%).

    Dari uraian di atas dapat ditarik simpulan bahwa setelah bergabung dengan

    Grup XRA Jawa Banget, siswa lebih menyetujui apabila bahasa Jawa dimasukkan

    dalam kurikulum sekolah, lebih menyukai pelajaran bahasa Jawa, dan kesulitan-

    kesulitan dalam belajar bahasa Jawa lebih diminimalisir. Hal ini diperkuat dengan

    angket terbuka yang diberikan pada responden bahwa kesulitan dalam belajar

    bahasa Jawa dialami oleh 17 responden (54,8%) dalam belajar unggah-ungguh

    basa. Dengan demikian adanya Grup XRA Jawa Banget dapat membantu siswa

    dalam menyelesaikan kesulitan tersebut dengan cara pemakaian bahasa Jawa di

    Grup dan berdiskusi di sana.

  • 29

    Tabel 4 Kemampuan memahami dan menggunakan bahasa Jawa. (Sebelum)

    No Pertanyaan/Keterangan Tidak

    bisa Agak bisa Bisa Jumlah

    1 Bagaimana kemampuan anda memahami

    bahasa Jawa ngoko? 0 0% 1 3.2% 30 96.8% 31

    2 Bagaimana kemampuan anda

    menggunakan tata bahasa ngoko? 2 6.5% 21 67.7% 8 25.8% 31

    3 Bagaimana kemampuan anda memahami

    bahasa Jawa krama alus? 0 0% 29 93.5% 2 6.5% 31

    4

    Bagaimana kemampuan anda

    menggunakan tata bahasa Jawa krama

    alus?

    3 9.7% 28 90.3% 0 0.0% 31

    Tabel 4.1. Kemampuan memahami dan menggunakan bahasa Jawa. (Setelah)

    No Pertanyaan/Keterangan Tidak

    bisa Agak bisa Bisa Jumlah

    1 Bagaimana kemampuan anda memahami

    bahasa Jawa ngoko? 0 0% 0 0.0% 31 100.0% 31

    2 Bagaimana kemampuan anda

    menggunakan tata bahasa ngoko? 0 0.0% 4 12.9% 27 87.1% 31

    3 Bagaimana kemampuan anda memahami

    bahasa Jawa krama alus? 0 0% 6 19.4% 25 80.6% 31

    4

    Bagaimana kemampuan anda

    menggunakan tata bahasa Jawa krama alus

    ?

    0 0.0% 18 58.1% 13 41.9% 31

    Tabel 4 dan 4.1 mengenai kemampuan memahami dan menggunakan tata

    bahasa Jawa baik ngoko maupun krama alus. Rata-rata kemampuan memahami

    dan menggunakan tata bahasa Jawa ngoko semua responden menyatakan bisa atau

    31 responden (100%) bisa. Sedangkan untuk kemampuan memahami bahasa Jawa

    krama dari yang mejawab bisa sebelumnya 2 responden (6,5%) meningkat

    menjadi 25 responden (80,6%). Pada ranah menggunakan tata bahasa Jawa krama

    dari yang menjawab bisa 0% atau tidak ada sama sekali meningkat menjadi 13

    responden (41,9%). Sedangkan sisanya menjawab agak bisa 18 responden

    (58,1%).

    Dengan demikian dapat ditarik sebuah simpulan bahwa dengan bergabung di

    grup dapat meningkatkan kemampuan memahami dan menggunakan tata bahasa

  • 30

    Jawa krama dengan lebih baik. Dengan begitu, siswa merasa semakin percaya diri

    untuk memakai bahasa Jawa krama alus sehingga dapat menjaga kelestarian

    bahasa Jawa.

    Tabel 5 Mengenai penggunaan media sosial di kalangan remaja /pelajar. (Sebelum)

    No. Keterangan/pertanyaan Selalu Sering Jarang Tidak

    Pernah Jumlah

    1 Apakah anda aktif di akun

    media sosial (facebook)?

    1

    0

    32,3

    %

    1

    8

    58,1

    % 3 9,7% 0 0,0% 31

    2

    Apakah anda sering

    menggunakan bahasa Jawa

    ngoko di akun media sosial

    anda?

    7 22,6

    %

    1

    8

    58,1

    % 5

    16,1

    % 1 3,2% 31

    3

    Apakah anda sering

    menggunakan bahasa Jawa

    krama alus di akun media

    sosial anda?

    0 0,0% 0 0,0% 1

    8

    58,1

    % 13 41,9% 31

    4

    Apakah dalam memposting

    atau memberi komentar di

    media sosial, anda sering

    menggunakan bahasa Jawa

    ngoko/krama alus?

    0 0,0% 7 22,6

    %

    2

    1

    67,7

    % 3 9,7% 31

    Tabel 5.1 Mengenai penggunaan media sosial di kalangan remaja /pelajar. (Setelah)

    No. Keterangan/pertanyaan Selalu Sering Jarang Tidak

    Pernah Jumlah

    1

    Apakah anda sering

    menggunakan bahasa Jawa

    ngoko di akun media sosial

    anda?

    20 64,5% 10 32,3% 1 3,2% 0 0,0% 31

    2

    Apakah anda sering

    menggunakan bahasa Jawa

    krama alus di akun media

    sosial anda?

    3 9,7% 21 67,7% 7 22,6% 0 0,0% 31

    3

    Apakah dalam memposting

    atau memberi komentar di

    media sosial, anda sering

    menggunakan bahasa Jawa

    ngoko/krama alus?

    8 25,8% 19 61,3% 4 12,9% 0 0,0% 31

    Dari tabel 5 dan 5.1 dapat diketahui 20 responden (64,5%) responden selalu

    aktif di facebook menggunakan bahasa Jawa ngoko. 10 responden (32,3%) selalu

    dan 1 responden (3,2%) menjawab jarang. Dari angket ini dapat diketahui bahwa

  • 31

    hampir sebagaian besar remaja aktif di facebook menggunakan bahasa Jawa

    ngoko. Dengan demikian, media ini sangat efektif untuk meningkatkan

    penggunaan bahasa Jawa dalam rangka pelestarian bahasa Jawa.

    Agak berbeda kondisinya dengan pemakaian bahasa Jawa krama alus. Ada

    juga responden yang menjawab selalu walaupun persenannya kecil yaitu 3

    responden (9,7%) yang sebelumnya tidak ada atau 0%. Yang menjawab sering 21

    responden (67,7%), dan yang menjawab jarang 7 responden (22,6%).

    Dari analisis di atas setelah bergabung di grup, semakin banyak siswa yang

    memakai bahasa Jawa baik ngoko maupun krama alus. Terlihat dari data tabel di

    atas terjadi peningkatan pemakaian bahasa Jawa ngoko dan krama alus di media

    sosial (facebook).

    Tabel 6 Mengenai pendapat penggunaan dan pelestarian bahasa Jawa (Sebelum)

    No. Pernyataan/Keterangan Sangat Setuju

    Setuju Tidak Tahu Tidak Setuju

    Sangat

    Tidak Setuju

    Jumlah

    1 Bahasa Jawa adalah bahasa

    yang mudah dipahami 0 0,0% 27

    87,1

    % 3 9,7% 1 3,2% 0 0,0% 31

    2

    Bahasa Jawa sering

    menimbulkan

    kesalahpahaman

    0 0,0% 4 12,9

    % 14 45,2% 10 32,3% 3 9,7% 31

    3 Bahasa Jawa mudah untuk

    dipelajari 1 3,2% 22

    71,0

    % 7 22,6% 1 3,2% 0 0,0% 31

    4

    Bahasa Jawa merupakan

    bahasa yang penting sebagai alat komunikasi

    2 6,5% 20 64,5%

    7 22,6% 2 6,5% 0 0,0% 31

    5

    Setiap remaja harus bisa

    berbahasa Jawa ngoko

    maupun karma

    8 25,8

    % 23

    74,2

    % 0 0,0% 0 0,0% 0 0,0% 31

    6 Setiap remaja harus ikut

    melestarikan bahasa Jawa 11

    35,5

    % 20

    64,5

    % 0 0,0% 0 0,0% 0 0,0% 31

    7

    Setiap remaja harus bangga

    menggunakan bahasa Jawa

    sebagai alat komunikasi sehari-hari

    6 19,4

    % 24

    77,4

    % 1 3,2% 0 0,0% 0 0,0% 31

    8

    Setiap remaja bisa menggunakan bahasa Jawa

    sebagai bahasa pengantar di

    akun media sosial.

    2 6,5% 15 48,4

    % 14 45,2% 0 0,0% 0 0,0% 31

    9

    Penggunaan bahasa Jawa di

    media sosial sebagai salah

    satu cara pelestarian bahasa Jawa

    6 19,4

    % 24

    77,4

    % 1 3,2% 0 0,0% 0 0,0% 31

  • 32

    Tabel 6.1 Mengenai pendapat penggunaan dan pelestarian bahasa Jawa (Setelah)

    No.

    Pernyataan/Keterangan Sangat Setuju

    Setuju Tidak Tahu Tidak Setuju

    Sangat

    Tidak

    Setuju

    Jumlah

    1 Bahasa Jawa adalah bahasa yang mudah dipahami

    22 71,0% 9 29,0% 0 0,0% 0 0,0% 0 0,0% 31

    2 Bahasa Jawa sering menimbulkan

    kesalahpahaman

    1 3,2% 1 3,2% 11 35,5% 7 22,6% 11 35,5% 31

    3 Bahasa Jawa mudah untuk

    dipelajari 16 51,6% 15 48,4% 0 0,0% 0 0,0% 0 0,0% 31

    4

    Bahasa Jawa merupakan

    bahasa yang penting sebagai

    alat komunikasi

    19 61,3% 11 35,5% 1 3,2% 0 0,0% 0 0,0% 31

    5

    Setiap remaja harus bisa

    berbahasa Jawa ngoko

    maupun karma

    20 64,5% 11 35,5% 0 0,0% 0 0,0% 0 0,0% 31

    6 Setiap remaja harus ikut

    melestarikan bahasa Jawa 22 71,0% 9 29,0% 0 0,0% 0 0,0% 0 0,0% 31

    7

    Setiap remaja harus bangga

    menggunakan bahasa Jawa

    sebagai alat komunikasi

    sehari-hari

    20 64,5% 10 32,3% 1 3,2% 0 0,0% 0 0,0% 31

    8

    Setiap remaja bisa menggunakan bahasa Jawa

    sebagai bahasa pengantar di

    akun media sosial.

    14 45,2% 15 48,4% 2 6,5% 0 0,0% 0 0,0% 31

    9

    Penggunaan bahasa Jawa di

    media sosial sebagai salah

    satu cara pelestarian bahasa Jawa

    25 80,6% 6 19,4% 0 0,0% 0 0,0% 0 0,0% 31

    Tabel 6 dan 6.1 berisi pernyataan mengenai pelestarian dan pemakaian bahasa

    Jawa. dari hasil angket secara keseluruan ada 9 pernyataan dijawab positif.

    Pertama, bahasa jawa mudah dipahami ada 22 (71,0%) responden yang menjawab

    sangat setuju. Kedua, bahasa jawa sering menimbulkan kesalahpahaman,

    sebanyak 11 (35,5%) menjawab sangat tidak setuju. Pernyataan bahasa Jawa

    mudah untuk dipelajari dengan jawaban paling tinggi sangat setuju oleh 16

    responden (51,6%). Pernyataan bahasa Jawa penting untuk komunikasi mendapat

    jawaban sangat setuju paling tinggi sebanyak 19 ( 61,3%) responden.

    Kemudian yang berkaitan langsung dengan sikap remaja terhadap bahasa

    Jawa itu sendiri. Pernyataan nomer 5 setiap remaja harus bisa berbahasa Jawa

    ngoko maupun krama, sebagian besar responden menjawab sangat setuju yaitu 20

    responden (64,5%). Pernyataan nomer 6 setiap remaja harus ikut melestarikan

    bahasa Jawa dijawab sangat setuju oleh responden paling banyak yaitu 22

  • 33

    responden (71,0%). Pernyataan nomer 7 setiap remaja harus bangga menggunakan

    bahasa Jawa sebagai alat komunikasi sehari-hari. Responden yang menjawab

    sangat setuju paling banyak yaitu 20 responden (64,5%). Sedangkan untuk

    pernyataan nomer 8 mengenai pemakaian bahasa di media sosial responden paling

    banyak bahwa penggunaan bahasa di media sosial sebagai salah satu cara

    pelestarian bahasa Jawa dengan jawaban paling banyak adalah sangat setuju yaitu

    25 responden (80,6%).

    Dari analisi di atas, dapat ditarik suatu simpulan bahawasanya remaja sangat

    mendukung dalam hal pelestarian bahasa Jawa dengan cara penggunaan bahasa

    Jawa di berbagai ranah kehidupan. Salah satunya adalah penggunaan di media

    sosial (facebook) dengan cara membuat grup tersendiri dalam peneleitian ini di

    beri nama Grup XRA Jawa Banget. Dengan meyakini bahwa adanya penggunaan

    bahasa Jawa sebagai bahasa pengantar di Grup dapat ikut meningkatkan

    penggunaan dan melestarikan bahasa Jawa pada umumnya dan krama alus pada

    khususnya.

  • 34

    BAB V

    SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

    A. SIMPULAN

    Berdasarkan analisis data yang dilakukan ditemukan bentuk pemakaian

    bahasa Jawa di media sosia, dapat disimpulkan sebagai berikut:

    1. Bentuk penggunaan bahasa Jawa di media sosial dapat dikelopokkan menjadi

    dua berdasarkan unggah ungguh basa, yaitu: 1) ragam ngoko, seperti mung

    ngomong kok mas, sing paling ganteng teng kelas XRA niku Hery Setya mas

    mlah rebutan ganteng , haha, kug iso dijenengi bedol comp jar?, msalahe aku

    dereng adus ug jar. Hahaha, dan 2) ragam krama alus, seperti: nggeh

    mboten napo2 bu. nggeh msalahe kathah senk mboten sering mbikak fb, tilem

    wonten griyo bu. hehehe. panjenengan pripun bu? Hehehe, pensi dinten

    kamis yen mboten salah bu. njenengan nampilke mboten bu? Hehehe, Haha.

    Sampun dalu. Monggo tilem sesarengan., Dateng kanca kanca keng badhe

    ningali the last naruto menika daftar tiketipun sawetara wekdal...nuwun

    2. Media sosial sangat efektif dalam upaya meningkatkan penggunaan bahasa

    Jawa krama alus bagi siswa kelas X RA berdasarkan simpulan dari analisis,

    sebagai berikut: 1) siswa kelas X RA sangat terbantu dengan penggunaan

    bahasa Jawa krama alus di media sosial, baik untuk ranah memahami,

    berbicara, membaca, dan menulis. Kemampuan siswa kelas X RA dalam

    keempat ranah tersebut mengalami peningkatan setelah bergabung di Grup

    XRA Jawa Banget; 2) siswa kelas X RA sering memakai bahasa Jawa ngoko

    dalam berkomunikasi dengan teman dan bahasa Jawa krama alus dengan

    bapak atau ibu guru dan staf TU ketika di sekolah setelah bergabung dengan

    Grup XRA Jawa Banget; 3) siswa kelas X RA mengalami perubahan sikap

    sangat setuju dan senang apabila bahasa Jawa dimasukkan dalam kurikulum

    sekolah. Sebagaimana kita tahu bahawa salah satu cara melestarikan bahasa

    Jawa adalah dengan memasukkan di sekolah (pendidiakn formal); 4)

    meningkatnya kemampuan siswa kelas X RA dalam memahami dan

    menggunakan tata bahasa Jawa krama alus sehingga remaja tidak takut salah

    https://www.facebook.com/herysetya11

  • 35

    apabila akan memakai bahasa Jawa krama alus untuk berkomunikasi. Dengan

    demikian, bahasa Jawa akan tetap lestari di kalangan siswa pada khususnya

    dan masyarkat pada umumnya; 5) meningkatnya penggunaan bahasa Jawa di

    media sosial oleh siswa setelah bergabung di Grup XRA Jawa Banget

    sehingga tetap menjaga kelestarian penggunaan bahasa Jawa; 6) siswa kelas

    X RA semakin menunjukkan sikap setuju dan mendukung untuk penggunaan

    bahasa Jawa dengan media sosial.

    B. IMPLIKASI

    Simpulan dari penelitian ini berimplikasi pada dunia keilmuan dan

    pendidikan. Implikasi pada bidang keilmuan khususnya bidang bahasa,

    memberikan deskripsi atau gambaran mengenai pengunaan bahasa Jawa di media

    sosial khususnya dan siswa kelas X RA pada umumnya. Penggunaan bahasa

    tersebut dalam ragam ngoko dan krama alus. Dengan demikian, sebagian dari

    siswa kelas X RA masih menggunakan bahasa Jawa baik ngoko maupun krama

    alus.

    Selain itu, simpulan juga berimplikasi pada dunia teknologi komunikasi

    dalam hal ini media sosial. Media sosial sangat efektif sebagai media untuk

    melestarikan budaya, khususnya penggunaan bahasa Jawa di kalangan siswa kelas

    X RA. Media sosial sangat dekat dengan kehidupan siswa sehingga efektif untuk

    meningkatkan penggunaan bahasa Jawa sebagai salah satu cara efektif

    melestarikan budaya.

    Simpulan penelitian ini juga berimplikasi pada dunia pendidikan. Bentuk

    penggunaan bahasa Jawa di media sosial dapat dijadikan pembelajaran bahasa

    Jawa, khususnya mengenai unggah-ungguh basa Jawa. Siswa dapat berlatih

    memperbaiki penggunaan tembung ketika membuat ukara dalam ragam krama

    dan krama alus/inggil. Selanjutnya, Guru dapat menjelaskan letak kekurangan

    dalam pemakaian bahasa Jawa ragam krama alus.

  • 36

    C. SARAN

    Berdasarkan simpulkan dapat disampaikan beberapa saran atau usulan kepada

    berbagai pihak, sebagai berikut:

    1. Bagi remaja pada umumnya dan siswa pada khususnya

    Penggunaan bahasa Jawa di media sosial merupakan salah satu upaya

    melestarikan bahasa Jawa. Oleh karena itu, sebaiknya remaja sekarang harus

    bangga dan sering menggunakan bahasa Jawa untuk berkomunikasi dalam

    berbagai bid