Laporan Hasil Pengawasan BPKP 2016.pdf · SISKEUDES kepada desa-desa pada sembilan pemerintah...
Transcript of Laporan Hasil Pengawasan BPKP 2016.pdf · SISKEUDES kepada desa-desa pada sembilan pemerintah...
LAPORAN HASIL PENGAWASAN
PERWAKILAN BPKP PROVINSI MALUKU UTARA
TAHUN 2016
LAP- 465/PW33/6/2016
30 Desember 2016
BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN
Laporan Hasil Pengawasan
Perwakilan BPKP Provinsi Maluku Utara
Tahun 2016
NOMOR : LAP-465/PW33/6/2016
TANGGAL : 30 Desember 2016
i
KATA PENGANTAR
Kepala Perwakilan
BPKP Provinsi Maluku
Utara
Indra Khaira Jaya, SE, MM
Kepala Perwakilan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Provinsi Maluku Utara Puji Syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya, Laporan Hasil Pengawasan tahun 2016 Perwakilan BPKP Provinsi Maluku Utara dapat kami terbitkan. Laporan ini merupakan gambaran kegiatan yang dilakukan oleh Perwakilan BPKP Provinsi Maluku Utara dan potret kinerja pemerintah daerah se-Maluku Utara dan Perwakilan BPKP Provinsi Maluku Utara tahun 2016.
Tahun 2016 merupakan tahun pertama bagi saya di Maluku Utara, sehingga tahun 2016 saya berupaya untuk semakin meningkatkan peran pengawasan BPKP sebagaimana yang diamanahkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP), Peraturan Presiden Nomor 192 Tahun 2014 tentang Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan, Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2014 tentang Peningkatan Kualitas Sistem Pengendalian Intern dan Keandalan Penyelenggaraan Fungsi Pengawasan Intern Dalam Rangka Mewujudkan Kesejahteraan Rakyat dan Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional. Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) mengarahkan kebijakan dan strategi pengawasan BPKP untuk mendukung terwujudnya sasaran pembangunan nasional, yaitu pembangunan tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, dan terpercaya.
Hal ini sejalan dengan Visi Perwakilan BPKP Provinsi Maluku Utara yang mengusung Tema : “Auditor Internal Pemerintah RI Berkelas Dunia Untuk Meningkatkan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan di Wilayah Provinsi Maluku Utara”. Sebagai upaya dalam mengimplementasikan amanah tersebut, Perwakilan BPKP Provinsi Maluku Utara terus berkomitmen untuk menyajikan secara transparan hasil pengawasan yang telah dilaksanakan secara periodik kepada Gubernur di Wilayah Provinsi Maluku Utara sebagai wakil pemerintah pusat di daerah. Adapun hasil pengawasan yang dimaksudkan adalah pada empat fokus pengawasan Perwakilan BPKP Provinsi Maluku Utara yakni (1) Pengawasan Program Pembangunan Nasional; (2) Peningkatan Ruang Fiskal; (3) Pengamanan Keuangan/Aset Daerah serta (4) Peningkatan Governance System.
Harapan kami semoga Laporan Hasil Pengawasan ini dapat digunakan oleh Gubernur maupun stakeholder terkait lainnya untuk bahan refleksi dan memberikan masukan dalam pengambilan kebijakan strategis di Wilayah Provinsi Maluku Utara terlebih dalam peningkatan pembangunan daerah, akuntabilitas, dan kinerja pemerintah daerah.
Terima Kasih
Kepala Perwakilan
Indra Khaira Jaya NIP 19681231 199303 1 001
v i i i
DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Rencana dan Realisasi Penugasan per Fokus Pengawasan KF-1 (PKPT-KF-1) .. 2 Tabel 2 : Realisasi Penugasan per Fokus Pengawasan (Non-PKPT-KF3) ......................... 3 Tabel 3 : Audit Kinerja Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) ............................. 6 Tabel 4 : Pengawasan Penyerapan Anggaran ................................................................ 11 Tabel 5 : Hasil Evaluasi Penggunaan Dana Desa ............................................................. 12 Tabel 6 : Hasil Verifikasi Dana Alokasi Khusus (DAK) Reimbursement Bidang Infrastruktur TA 2015 ....................................................................................... 16 Tabel 7 : Rekapitulasi Potensi Penyelamatan Keuangan Negara ................................... 24 Tabel 8 : Audit Investigatif atas Permintaan APH/Non-APH .......................................... 25 Tabel 9 : Penghitungan Kerugian Keuangan Negara ...................................................... 25 Tabel 10 : Pemberian Keterangan Ahli di Hadapan Penyidik ............................................ 26 Tabel 11 : Pemberian Keterangan Ahli di Persidangan ..................................................... 27 Tabel 12 : Opini LKPD ....................................................................................................... 29 Tabel 13 : Kualitas LAKIP .................................................................................................. 35 Tabel 14 : Hasil Evaluasi LKPPD Berdasarkan Validasi Kementerian Dalam Negeri .......... 36 Tabel 15 : Hasil Evaluasi Kapabilitas APIP Daerah ............................................................ 37 Tabel 16 : Pembinaan SPIP ............................................................................................... 39 Tabel 17 : Evaluasi Kinerja PDAM ..................................................................................... 41 Tabel 18 : Perkembangan BLUD di Provinsi Maluku Utara ............................................... 42
i i
RINGKASAN EKSEKUTIF
Sesuai Peraturan Presiden Nomor 192 Tahun 2014, BPKP mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pengawasan keuangan negara/daerah dan pembangunan nasional. Selain itu, Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) mengamanahkan BPKP untuk melakukan pengawasan intern atas penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah termasuk akuntabilitas keuangan negara, dan pembinaan penyelenggaraan SPIP. Pengawasan Perwakilan BPKP Provinsi Maluku Utara diarahkan pada empat fokus, yaitu: (1) Pengawalan Program Pembangunan Nasional; (2) Peningkatan Ruang Fiskal (Optimalisasi Penerimaan Negara/Daerah, Dana Alokasi Khusus); (3) Pengamanan Keuangan/Aset Negara dan Daerah; (4) Peningkatan Governance System. Untuk mengawal empat fokus pengawasan tersebut, Perwakilan BPKP Provinsi Maluku Utara didukung oleh sumber daya manusia sebanyak 52 orang, dan melaksanakan kegiatan pengawasan dalam tahun 2016 sebanyak 390 penugasan pengawasan atau 251.61% dari target sebanyak 155 penugasan pengawasan. Fokus pengawalan program pembangunan nasional dimaksudkan untuk mendorong tata kelola dan meningkatkan kesejahteraan rakyat, serta untuk meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat Maluku Utara. Dalam rangka fokus pengawasan tersebut, pada tahun 2016 telah dilaksanakan pengawasan terhadap penyerapan anggaran K/L sebanyak 27 kali, dengan terdapat nilai temuan berupa pengembalian ke kas negara/daerah sebesar Rp1.076.712.201,00 dan temuan administrasi sebesar Rp6.712.804.608,13 serta dilakukan pengawasan terhadap Program Strategis Nasional (PSN) antara lain atas:
- Pembangunan PLTU 2 x 3 MW di Sofifi - Pembangunan Smelter di Buli Halmahera Timur - Pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) di Pulau Morotai - Perluasan landasan pacu Bandara Sultan Babulllah Kota Ternate - Pembangunan gudang beku terintegrasi di Tidore, Weda, Pulau Morotai, dan
Halmahera Selatan - Pembangunan Jalan dan Jembatan di Pulau Morotai
Sedangkan dalam pengawalan program pembangunan di bidang Kemaritiman dan Kelautan, terdapat nilai temuan pengembalian ke kas negara sebesar Rp9.474.400,00. Di bidang Pendidikan, terdapat nilai temuan yang perlu dilakukan pengembalian ke kas negara sebesar Rp846.500,00 dan temuan administrasi sebesar Rp2.783.808.100,00. Di bidang kesehatan, evaluasi kinerja atas Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) menunjukkan hasil relatif masih kurang berhasil dengan skor 55,88 dari skor yang maksimal 100. Dalam evaluasi pada program JKN tersebut terdapat temuan berupa pengembalian ke kas negara/daerah sebesar Rp193.225.518,00. Pengawalan pembangunan juga dilakukan melalui evaluasi penggunaan dana desa. Dari hasil evaluasi terhadap Dana Desa pada sembilan kabupaten/kota yang telah dilakukan oleh APIP per 30 September 2016 diketahui masih terdapat sisa dana di RKUD sebesar Rp222.192.570.283,00. Sedangkan dari hasil evaluasi lapangan secara uji petik dalam
i i i
penggunaan Dana Desa oleh Perwakilan BPKP Provinsi Maluku Utara ditemukan permasalahan penggunaan Dana Desa yang tidak sesuai dengan Permendes PDTT Nomor 21 Tahun 2015 tentang Penetapan Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2016. Untuk mengawal penyaluran dan penggunaan dana desa, BPKP bekerjasama dengan Kementerian Dalam Negeri telah membangun aplikasi SISKEUDES untuk diimplementasikan oleh seluruh desa. Atas hal tersebut Perwakilan BPKP telah melakukan sosialisasi, bimbingan teknis, dan atau pendampingan implementasi SISKEUDES kepada desa-desa pada sembilan pemerintah daerah di Maluku Utara. Dalam fokus peningkatan ruang fiskal, pada tahun 2016 telah dilaksanakan Monitoring dan Evaluasi Pengelolaan Dana Alokasi Khusus (DAK) Reimbursement tahun 2015, DAK Reguler 2015 dan Fisik Reguler 2016, dan DAK Tambahan Usulan Daerah (TUD) 2015. Beberapa simpulan penting dari hasil monitoring dan evaluasi tersebut adalah sebagai berikut: a. Nilai DAK Reimbursement yang dapat di-reimburse-kan untuk diganti oleh Bank Dunia
sebesar Rp109.514.191.070,00 dari nilai DAK sebesar Rp286.048.774.000,00. b. Terdapat beberapa temuan berupa kekurangan nilai pekerjaan sebesar
Rp150.000.556,64 pada DAK Reguler 2015 dan 2016. Atas kekurangan nilai pekerjaan tersebut telah kami rekomendasikan kepada pihak-pihak terkait untuk menyelesaikan pekerjaan kurang tersebut.
Dalam rangka peningkatan ruang fiskal juga telah dilakukan kegiatan Optimalisasi Pendapatan Asli Daerah (OPAD) di Kabupaten Pulau Morotai. Dari hasil reviu terdapat pendapatan sebesar Rp21.201.079.420,29 yang dapat menjadi potensi PAD Pemerintah Kabupaten Pulau Morotai selama periode tahun 2015-2016. Pada pemerintah Provinsi Maluku Utara, Perwakilan BPKP Maluku Utara melakukan koordinasi intensif dengan Dinas Pendapatan dan Aset Daerah Provinsi Maluku Utara untuk memperbaiki tata kelola penerimaan pendapatan daerah khususnya yang berasal dari Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBN-KB). Dari hasil koordinasi tersebut telah dilakukan berbagai perbaikan prosedur penerimaan pendapatan antara lain penyetoran langsung oleh dealer kendaraan atas BBN kendaraan baru dan kewajiban penyetoran secara harian atas pendapatan yang diterima oleh bendahara penerimaan di UPTD Dinas Pendapatan dan Aset Daerah Provinsi Maluku Utara ke kas daerah. Terkait dengan pengamanan pendapatan daerah, Perwakilan BPKP juga melakukan bimbingan teknis implementasi Simda Pendapatan di Kabupaten Halmahera Barat dan Pulau Taliabu. Dalam rangka fokus pengawasan pengamanan keuangan/aset negara/daerah, Perwakilan BPKP Provinsi Maluku Utara telah melaksanakan audit investigatif, audit dalam rangka penghitungan kerugian keuangan negara, pemberian keterangan ahli, serta pendataan dan evaluasi atas aset yang tidak selesai pembangunan dan/atau belum digunakan yang berasal dari dana APBD. Dari kegiatan audit investigasi dan perhitungan kerugian negara, potensi penyelamatan kerugian keuangan negara/daerah adalah sebesar Rp5.679.255.117,21 yang terdiri dari hasil audit investigatif sebesar Rp148.863.114,00 dan audit dalam rangka penghitungan kerugian keuangan negara sebesar Rp5.530.392.003,21. Sedangkan pemberian
iv
keterangan ahli dilakukan 16 kali baik di hadapan penyidik maupun di persidangan. Pemberian keterangan ahli di hadapan penyidik terdiri atas delapan kali pada Kepolisian dan satu kali pada Kejaksaan, serta tujuh kali pada Pengadilan. Sedangkan untuk pengamanan aset daerah, Perwakilan BPKP telah melakukan pendataan aset yang tidak selesai dibangun dan atau belum dimanfaatkan dengan meminta data dari pemerintah daerah. Hasil pendataan diperoleh data terdapat lima pemerintah daerah dengan 16 aset berupa kawasan/non kawasan senilai Rp99.747.594.000,00 yang tidak selesai dibangun dan/atau belum dimanfaatkan. Audit atas bangunan yang tidak dimanfaatkan pada Universitas Khairun, Ternate menemukan 2 lokal bangunan belum selesai pembangunannya dan untuk penyelesaiannya diproyeksikan membutuhkan dana sebesarRp51.552.451.882,00. Dari sisi fokus pengawasan peningkatan governance system, masih perlu upaya yang keras dari pemerintah daerah untuk meningkatkan akuntabilitas keuangan daerah. Berdasarkan hasil audit BPK RI atas sebelas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) di Maluku Utara, terdapat tiga pemerintah daerah yang memperoleh opini WTP, enam pemda memperoleh opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP), satu pemda memperoleh opini Tidak Memberikan Pendapat (TMP), dan satu pemda memperoleh opini Tidak Wajar (TW) dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Dua Pemda yang memperoleh opini WTP mengelola keuangan daerahnya dengan menggunakan aplikasi SIMDA (Sistem Informasi Manajemen Daerah) yang dikembangkan oleh BPKP. Perwakilan BPKP terus mendorong peningkatan akuntabilitas pemerintah daerah di Maluku Utara melalui berbagai kegiatan antara lain: penyediaan aplikasi pengelolaan keuangan daerah maupun barang milik daerah yang terbaru, sosialisasi, bimbingan teknis, dan pendampingan kepada pemerintah daerah terkait dengan penyusunan regulasi, perbaikan tata kelola kepemerintahan, dan implementasi sistem. Dalam rangka peningkatan tata kelola keuangan desa, BPKP bekerjasama dengan Kemendagri mengembangkan aplikasi pengelolaan keuangan desa (SISKEUDES). Perwakilan BPKP Provinsi Maluku Utara telah melakukan sosialisasi, bimbingan teknis, dan pendampingan implementasi aplikasi SISKEUDES kepada 733 desa pada tujuh Pemerintah Daerah di Provinsi Maluku Utara, dan akan melanjutkan pendampingan atas implementasi tersebut pada dua kabupaten lainnya pada tahun 2017. Untuk kinerja penyelenggaraan pemerintah daerah, berdasarkan hasil evaluasi dan validasi LKPPD oleh Tim Daerah selama periode 2014-2016, terdapat dua pemda yang mengalami kenaikan peringkat, empat pemda mengalami penurunan peringkat sedangkan tiga pemda lainnya masih tetap pada peringkat yang sama. Hambatan peningkatan kualitas LKPPD adalah masih lemahnya administrasi dan capaian kinerja. Sedangkan atas implementasi SPIP dan Kapabilitas APIP, hasil assesment Perwakilan BPKP Maluku Utara menunjukkan seluruh pemerintah daerah di Maluku Utara masih berada pada level 1 atau 2 dari yang seharusnya berada pada level 3. Penilaian SPIP yang telah dilaksanakan pada sebelas pemerintah daerah, menghasilkan data sebagai berikut: empat pemda berada pada level 2 dan tujuh pemda berada pada level 1. Sedangkan penilaian Leveling Kapabilitas APIP telah dilaksanakan pada sebelas pemda yang menghasilkan data: lima pemda pada level 2 dan enam pemda pada level 1.
v
Dalam rangka peningkatan maturitas SPIP dan level kapabilitas APIP di Maluku Utara, Perwakilan BPKP Maluku Utara mendorong seluruh pemerintah daerah mengimplementasikan penyelenggaraan SPIP dan meningkatkan kapabilitas APIP melalui berbagai upaya antara lain: a. Pendidikan dan Pelatihan(Diklat) Peningkatan Kapabilitas APIP. b. Pendampingan Peningkatan Maturitas SPIP Kota Ternate dalam bentuk FGD Penilaian
Risiko. c. Narasumber Penyusunan Pelaporan SPIP di Provinsi Maluku Utara dan Kabupaten
Halmahera Barat. d. Bimbingan Teknis Implementasi SIM-HP di Kabupaten Halmahera Utara. Sedangkan untuk meningkatkan tata kelola di sektor korporasi, pada tahun 2016, Perwakilan BPKP Provinsi Maluku Utara telah melakukan asistensi penerapan Good Corporate Governance (GCG) pada dua BUMD yaitu PDAM kota Ternate dan PDAM Kota Tidore, melakukan evaluasi kinerja pada lima PDAM yang berada di Wilayah Maluku Utara, dan memberikan asistensi bagi satuan kerja yang akan menerapkan pola BLUD. Dari hasil evaluasi kinerja PDAM, berdasarkan hasil evaluasi diperoleh predikat Cukup. Permasalahan yang paling banyak dialami oleh PDAM adalah biaya produksi air lebih besar daripada harga jual air. Hal ini menyebabkan PDAM terus merugi dan tidak mampu memberikan kontribusi fiskal pada Pemerintah Daerah. Sedangkan untuk asistensi pola penerapan BLUD diwujudkan dalam bentuk asistensi implementasi Sistem Informasi Akuntansi (SIA) BLUD kepada Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Model Bacan. Selain informasi kegiatan pengawasaan tersebut di di atas, dapat kami sampaikan masih terdapat hasil audit Perwakilan BPKP Provinsi Maluku Utara atas KL/Pemda yang perlu mendapat perhatian berupa temuan audit sampai dengan tahun 2016 sebanyak 1721 kejadian senilai Rp82.788.608.445,00, yang telah ditindaklanjuti sebanyak 756 kejadian senilai Rp13.598.794.742,77, sehingga masih terdapat saldo temuan yang belum ditindaklanjuti dan memerlukan perhatian khusus sebanyak 965 kejadian senilai Rp69.189.813.702,23.
v i
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR.......................................................................................................... i
RINGKASAN EKSEKUTIF ................................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ............................................................................................................... viii
BAB I GAMBARAN UMUM PENGAWASAN
A. PERAN BPKP ..................................................................................................................................... 1
B. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGAWASAN BPKP ................................................................... 2
C. PELAKSANAAN KEGIATAN PENGAWASAN ........................................................................................ 2
D. DUKUNGAN SUMBER DAYA .............................................................................................................. 3
BAB II URAIAN HASIL PENGAWASAN TERHADAP AKUNTABILITAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NASIONAL
A. Pengawalan Akuntabilitas Program Pembangunan Nasional
1. Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional ……………..................................................... 4
2. Kesehatan............................................................................................................. …………………… 6
3. Maritim dan Kelautan.................................................................................................................. 8
4. Pendidikan................................................................................................................................... 9
5. Penyerapan Anggaran............................................................ ...................................................... 10
6. Evaluasi Pengelolaan Dana Desa Tahun 2016 ............................................................................. 12
7. Isu Strategis Nasional................................................................................................................... 13
B. PENINGKATAN KONTRIBUSI RUANG FISKAL
1. Penerimaan Negara/Daerah........................................................................................................ 15
2. Efisiensi Pengeluaran Negara/Daerah......................................................................................... 16
3. Pengawasan Kegiatan Lintas Sektoral ......................................................................................... 19
C. PENGAMANAN ASET NEGARA/DAERAH
1. Audit Investigatif ......................................................................................................................... 25
2. Penghitungan Kerugian Keuangan Negara (PKKN)...................................................................... 25
3. Pemberian Keterangan Ahli.......................................................................................................... 26
4. Pendataan dan Evaluasi atas Kawasan/Bangunan Hasil Pengadaan yang Tidak Selesai
dan/atau Belum Dimanfaatkan.............................. ........................................ ............................ 27
5. Audit Aset Bermasalah per 30 September 2016 pada Universitas Khairun Ternate.................. 28
D. PENINGKATAN GOVERNANCE SYSTEM
1. Peningkatan Kualitas Pelaporan Keuangan dan Kinerja
1.1 Asistensi Pengelolaan Keuangan pada Pemda ................................................................... 29
1.2 Evaluasi Keterlambatan Penetapan APBD Tahun 2016...................................................... 31
1.3 Evaluasi Penyerapan APBD Tahun 2015 dan Semester I Tahun 2016 .......……………………… 32
1.4 Pendampingan Reviu RKA-SKPD dan RKA-PPKD Tahun Anggaran 2017 …………………………. 33
1.5 Pendampingan Pengelolaan Keuangan Desa...................................................................... 34
1.6 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Pemerintah Daerah .............. 35
1.7 Laporan Kinerja Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (LKPPD) ........................................ 36
2. Penguatan Kapabilitas Aparat Pengawasan Intern Pemerintah.................................................. 37
3. Penguatan Tata Kelola Pemerintah dan Korporasi
5.1 Pembinaan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) .............................................. 39
v i i
5.2 Asesmen Penerapan Good Corporate Governance (Khusus BUMN/D).............................. 40
5.3 Badan Layanan Umum Daerah ......................................................................................... 42
5.4 Pengadaan Barang dan Jasa ............................................................................................... 43
5.5 Koordinasi Supervisi dan Pencegahan (Korsupgah) Korupsi ............................................. 44
5.6 Tindak Lanjut Hasil Pengawasan ....................................................................................... 44
1
BAB I
Gambaran Umum Pengawasan
A. Peran BPKP
Sesuai Peraturan Presiden Nomor 192 Tahun 2014, BPKP mempunyai tugas
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pengawasan keuangan
Negara/Daerah dan pembangunan nasional. Selain itu, Peraturan Pemerintah Nomor
60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP)
mengamanahkan BPKP untuk melakukan pengawasan intern atas penyelenggaraan
tugas dan fungsi Instansi Pemerintah termasuk akuntabilitas keuangan negara, dan
pembinaan penyelenggaraan SPIP.
Dalam melaksanakan tugas dan amanah tersebut, BPKP menyelenggarakan fungsi
koordinasi dan sinergi penyelenggaraan pengawasan intern bersama-sama dengan
APIP lainnya. Fungsi pengawasan intern tersebut meliputi :
1. Pelaksanaan audit, reviu, evaluasi, pemantauan dan kegiatan pengawasan lainnya
terhadap perencanaan, pelaksanaan dan pertanggungjawaban akuntabilitas
penerimaan dan pengeluaran keuangan negara/daerah serta pembangunan
nasional yang dibiayai oleh anggaran negara/daerah.
2. Pengawasan intern terhadap perencanaan dan pelaksanaan pemanfaatan asset
negara/daerah.
3. Pemberian konsultasi terkait manajemen risiko, pengendalian intern dan tata
kelola atas instansi/badan usaha/badan lainnya dan program/kebijakan
pemerintah yang strategis.
4. Pengawasan terhadap perencanaan dan pelaksanaan program atau kegiatan yang
dapat menghambat kelancaran pembangunan, audit penyesuaian harga, audit
klaim, audit investigasi yang berindikasi merugikan keuangan negara/daerah, audit
penghitungan kerugian keuangan negara/daerah, pemberian keterangan ahli dan
upaya pencegahan korupsi.
5. Pelaksanaan reviu atas laporan keuangan pemerintah daerah dan laporan kinerja
instansi pemerintah pusat, sosialisasi, bimbingan dan konsultasi penyelenggaraan
sistem pengendalian intern kepada instansi pemerintah pusat, pemerintah daerah
dan badan lainnya.
Fokus kegiatan pengawasan intern untuk tahun 2016 mengacu kepada :
1. Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2014 tentang Peningkatan Kualitas Sistem
Pengendalian Intern dan Keandalan Penyelenggaraan Fungsi Pengawasan Intern
Dalam Rangka Mewujudkan Kesejahteraan Rakyat.
2. Inpres Nomor 1 Tahun 2016 Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional.
2
B. Arah Kebijakan dan Strategi Pengawasan BPKP
Arah kebijakan dan strategi pengawasan BPKP diarahkan untuk mendukung
terwujudnya sasaran pembangunan nasional, yaitu pembangunan tata kelola
pemerintahan yang bersih, efektif, dan terpercaya. Perwakilan BPKP Provinsi Maluku
Utara melaksanaan kegiatan pengawasan dikelompokan dalam empat fokus, yaitu:
(1) Pengawalan Program Pembangunan Nasional (Pendidikan, Kesehatan, Infrastruktur
Dasar, Kedaulatan Pangan, Kemaritiman, Kedaulatan Energi, Perhubungan, Perlindungan
Sosial dan Pariwisata); (2) Peningkatan Ruang Fiskal (Optimalisasi Penerimaan Daerah, Dana
Alokasi Khusus, Program Lintas Sektoral); (3) Pengamanan Keuangan/Aset Negara dan
Daerah (Audit Investigatif, Audit Penghitungan Kerugian Keuangan Negara, Pemberian
Keterangan Ahli dan Hambatan Kelancaran Pembangunan); (4) Peningkatan Governance
System (Pelaporan Keuangan dan Kinerja, Kapabilitas APIP, Maturitas SPIP, GCG).
C. Pelaksanaan Kegiatan Pengawasan
Jumlah realisasi kegiatan pengawasan tahun 2016 sebanyak 390 penugasan
pengawasan atau 251,61% dari target tahun 2016 sebanyak 155 penugasan
pengawasan. Realisasi kegiatan pengawasan tersebut terdiri dari 155 penugasan
pengawasan (PKPT-KF-1) yang diprogramkan dan 235 penugasan pengawasan diluar
yang diprogramkan (Non-PKPT-KF3). Adapun rencana dan realisasi penugasan
pengawasan yang diprogramkan pada Tabel 1.
Tabel 1 Rencana dan Realisasi Penugasan per Fokus Pengawasan (PKPT-KF-1)
No. Fokus Pengawasan Rencana (PP) Realisasi (PP) %
1.
Pengawalan Akuntabilitas Program Pembangunan Nasional
54 54 100,00
2. Peningkatan Kontribusi Ruang Fiskal
11 11 100,00
3. Pengamanan Aset Negara 19 19 100,00
4. Peningkatan Governance System 71 71 100,00
Jumlah 155 155 100,00
3
Sedangkan penugasan pengawasan diluar yang diprogramkan (Non-PKPT-KF-3) pada
Tabel 2 sebagai berikut.
Tabel 2
Realisasi Penugasan per Fokus Pengawasan (Non-PKPT-KF-3)
No. Fokus Pengawasan Realisasi (PP)
1.
Pengawalan Akuntabilitas Program Pembangunan Nasional
24
2. Peningkatan Kontribusi Ruang Fiskal 5
3. Pengamanan Aset Negara 9
4. Peningkatan Governance System 197
Jumlah 235
D. Dukungan Sumber Daya
Dalam melaksanakan fungsi koordinasi dan sinergitas pengawasan, Perwakilan BPKP
Provinsi Maluku Utara didukung oleh sumber daya manusia sebanyak 52 orang,
dengan komposisi: jabatan fungsional auditor (JFA) sebanyak 45 orang (86,53%),
pegawai struktural sebanyak 4 orang (7,70%), dan non JFA dan non struktural
sebanyak 3 orang (5,77%).
Rincian pegawai BPKP berdasarkan jabatan terlihat pada Grafik.
Grafik Komposisi Pegawai Perwakilan BPKP Provinsi Maluku Utara Berdasarkan
Jabatan
E. Dukungan Sumber Dana
Untuk melaksanakan kegiatan pengawasan di tahun 2016, Perwakilan BPKP Provinsi
Maluku Utara didukung anggaran DIPA Perwakilan sebesar Rp12.767.737.000,00.
Realisasi anggaran untuk kegiatan pengawasan dan dukungan pengawasan sebesar
Rp12.576.967.785,00 atau mencapai 98,50% dari anggaran.
Mendukung kegiatan pengawasan Perwakilan BPKP Provinsi Maluku Utara dibantu
pendanaan pengawasan dari Kementerian Lembaga dan Pemerintah Daerah sebesar
Rp1.179.618.071,00 sesuai dengan ketentuan.
5,77%
7,70%
86,53%
4
BAB II
Hasil Pengawasan terhadap
Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan Nasional
Laporan Hasil Pengawasan BPKP di lingkungan Provinsi Maluku Utara Tahun 2016
disajikan dalam empat fokus pengawasan, yaitu pengawalan akuntabilitas program
pembangunan nasional, peningkatan ruang fiskal, pengamanan aset negara, dan
peningkatan governance system, dengan rincian sebagai berikut.
A. Pengawalan Akuntabilitas Program Pembangunan Nasional
Kegiatan yang masuk dalam klasifikasi ini adalah kegiatan pengawasan yang
memantau pelaksanaan program-program prioritas pembangunan nasional dengan
mempertimbangkan aspek: strategis (mendapat perhatian publik, isu terkini dan
berdampak pada percepatan pertumbuhan ekonomi), signifikan (merupakan
program prioritas pembangunan nasional), dan material (program lintas sektoral
yang dominan jumlah anggaran dan dampak kegiatannya).
Tujuan pengawasan adalah memastikan pencapaian tujuan program strategis
secara efisien, efektif, dan ekonomis, dengan tetap berpegang pada tata kelola
pemerintahan yang baik, serta memberikan sistem peringatan dini dan deteksi
hambatan pelaksanaan program strategis beserta rekomendasi sebagai alternatif
solusinya.
Termasuk dalam fokus ini adalah kegiatan dalam lingkup, antara lain:
1. Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional (Inpres 1/2016)
Proyek Strategis Nasional adalah proyek yang dilaksanakan oleh Pemerintah,
Pemerintah Daerah, dan/atau badan usaha yang memiliki sifat strategis untuk
peningkatan pertumbuhan dan pemerataan pembangunan dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pembangunan daerah.
BPKP diberikan amanat untuk melaksanakan pengawasan atas tata kelola
(governance) percepatan pelaksanaan PSN sebagaimana dinyatakan dalam poin
kelima Instruksi Presiden No I Tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek
Strategis Nasional sebagaimana diatur dalam poin 5 Inpres Nomor 1 Tahun 2016
tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional.
Tahun 2016 Perwakilan BPKP Provinsi Maluku Utara telah melakukan
pengawasan terhadap Proyek Strategis Nasional di wilayah Provinsi Maluku Utara
secara periodik setiap triwulannya yang meliputi penyiapan proyek, penyediaan
lahan untuk proyek, pendanaan proyek, jaminan pemerintah, perijinan/non
perijinan, pengadaan barang/jasa, pemenuhan komponen dalam negeri, tata
ruang, pelaksanaan pembangunan fisik proyek, pengawasan dan pengendalian
proyek serta regulasi proyek, dengan hasil sebagai berikut:
5
a) Pembangunan PLTU 2x3 MW di Sofifi
Pembangunan PLTU dilaksanakan oleh PT. PLN dan direncanakan akan selesai
pada tanggal 15 Februari 2017 (unit 1) dan 16 April 2017 (unit 2). Proyek ini
bernilai USD8.966.320 dan Rp62.227.013.955,00.
Berdasarkan hasil reviu disimpulkan bahwa Proyek Pembangunan PLTU
Sofifi 2x3 MW dapat dilaksanakan sesuai target dan kontrak, tidak dijumpai
kendala yang berarti dengan syarat adanya perijinan, hanya saja bukti-bukti
perijinan dan non perijinan pembangunan proyek secara keseluruhan, tidak
tersedia di lokasi proyek, karena lemahnya sistem administrasi dokumen
proyek. Progres fisik pelaksanaan Proyek Pembangunan PLTU Sofifi 2x3 MW
hingga triwulan III tahun 2016 berdasarkan Statement Letter baru mencapai
28,46% dari target yang telah ditetapkan sebesar 96,14%, karena:
1. Kontraktor terkendala mencari sub kontraktor di sekitar Proyek PLTU Sofifi.
2. Keterlambatan pemesanan material berupa semen tipe 2 dari
PT. Indocement Jakarta.
b) Pembangunan Smelter di Buli, Halmahera Timur
Pembangunan Smelter dilaksanakan oleh PT. Antam dan direncanakan akan
selesai pada tanggal 31 Maret 2019. Proyek ini bernilai Rp3.500.238.000.000.
Berdasarkan hasil reviu Proyek Pembangunan Smelter Buli dapat berjalan
dengan baik karena seluruh perijinan untuk dimulainya proyek hampir
seluruhnya telah diperoleh dan pendanaan telah tersedia, hanya proses
tender pelaksana dengan sistem EPC yang tidak berjalan sesuai dengan jadwal
waktu yang direncanakan karena adanya proses tender yang harus diulang.
Progres fisik pelaksanaan Proyek Pembangunan Smelter di Buli Kabupaten
Halmahera Timur hingga saat pelaksanaan reviu masih 0%, namun progres
keuangan telah mencapai 7,15% atau di bawah target sebesar 2,23% dari
9,38% yang ditargetkan. Sedangkan time skedul sampai dengan progress saat
reviu mengalami keterlambatan waktu selama tiga bulan dari jadwal yang
telah direncanakan.
c) Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)
Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dilaksanakan oleh PT.
Jababeka Morotai dan direncanakan akan selesai pada tanggal 1 Juli 2017
dengan nilai proyek sebesar Rp 74 T (perkiraan).
Berdasarkan hasil reviu perkembangan proyek dapat disimpulkan bahwa
realisasi pembangunan KEK Morotai masih jauh dari target yang telah
ditetapkan dalam rencana aksi sehingga KEK Morotai berisiko tidak dapat
dioperasikan secara tepat waktu.
6
Program JKN di wilayah Provinsi
Maluku Utara masih kurang
memadai
Disamping melakukan pengawasan atas tiga proyek strategis nasional tersebut,
BPKP juga melakukan beberapa kegiatan berupa survei dan reviu tata kelola pada
beberapa satuan kerja yang mengelola proyek strategis nasional antara lain:
Penyelenggara Bandar Udara Kelas II Sultan Babullah, Penyelenggaran Jalan
Wilayah Nasional I, dan Dinas Kelautan dan Kemaritiman Provinsi Maluku Utara,
atas pembangunan:
- Perpanjangan Landasan Pacu Bandara Sultan Baabullah
- Gudang Beku Terintegrasi
- Jalan dan Jembatan
Seluruh pengawasan tersebut dimaksudkan untuk mendorong perbaikan tata
kelola untuk meningkatkan kinerja proyek agar segera dapat dimanfaatkan dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat di Provinsi Maluku Utara.
2. Kesehatan:
Pelaksanaan pengawasan di bidang kesehatan telah dilaksanakan atas tujuh
kegiatan pengawasan berupa :
a) Audit kinerja Program Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN) yang
bertujuan untuk menilai kelayakan
pelaksanaan program.
Hasil penilaian menunjukkan bahwa secara keseluruhan, program JKN di
wilayah Provinsi Maluku Utara masih kurang berhasil dengan skor 55,88 dari
target skor kinerja 100, sebagaimana disajikan pada Tabel 3. Hal ini antara lain
disebabkan SDM dan sarana prasarana penunjang pelayanan kesehatan serta
alokasi anggaran bidang kesehatan yang belum memadai sebagaimana
ditetapkan dalam standar /peraturan yang berlaku. Tabel 3
Audit Kinerja Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
Disamping itu, terdapat hasil temuan audit kinerja berupa pengembalian ke
kas Negara/Daerah atas program JKN pada Kabupaten Halmahera Utara
No. Uraian
Kegiatan Kab/Kota
Target
Skor
Kinerja
Capaian
Kinerja
Gap Simpulan Hasil
Kinerja
1. Audit Kinerja Program JKN
Kota Ternate 100 61,46 38,54 Cukup Berhasil
2. Audit Kinerja Program JKN
Kab. Halmahera Utara
100 55,14 44,86 Kurang Bep;pp [rhasil
3. Audit Kinerja Program JKN
Kab. Halmahera Timur
100 45,08 54,92 Kurang Berhasil
4. Audit Kinerja Program JKN
Kab. Halmahera Selatan
100 61,85 38,15 Cukup Berhasil
Jumlah 55,88 Kurang Berhasil
7
sebesar Rp193.225.518,00 disebabkan oleh kekurangan pembayaran kapitasi
kepada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP), pembayaran denda
keterlambatan penyaluran klaim, dan kapitasi yang belum dipungut.
b) Audit Kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
Hasil audit menunjukkan bahwa masih terdapat data kepesertaan Program
Jaminan Kesehatan Nasional yang ganda, dengan rincian sebagai berikut:
1) Terdapat Peserta Bantuan Iuran (PBI) APBN Ganda
Terhadap kepesertaan JKN, berupa Peserta Bantuan Iuran (PBI) yang
dibiayai oleh APBN di Wilayah Provinsi Maluku Utara dengan uji petik
pada 3 Kabupaten/Kota, ternyata kepesertaannya ganda yaitu Kota
Tidore Kepulauan 43 orang, Kabupaten Halmahera Barat 494 orang, dan
Kabupaten Halmahera Timur 717 orang.
2) Terdapat Peserta PBI APBD Ganda
Terhadap kepesertaan JKN, berupa Peserta Bantuan Iuran (PBI) yang
dibiayai oleh APBD di Wilayah Provinsi Maluku Utara, dengan uji petik
pada 3 Kabupaten/Kota, ternyata terdapat kepesertaan ganda yaitu Kota
Tidore 6 orang, Kepulauan, Kabupaten Halmahera Barat 542 orang, dan
Kabupaten Halmahera Timur 8 orang.
3) Terdapat Kepesertaan Ganda antara PBI APBN dan PBI APBD pada Kota
Tidore Kepulauan
Terhadap kepesertaan JKN untuk penduduk Kota Tidore Kepulauan yang
terdaftar dengan jenis kepesertaan PBI APBN dan PBI APBD Tahun 2016,
ditemukan sejumlah 313 peserta memiliki kepesertaan ganda, yaitu
terdaftar sebagai peserta PBI APBN dan juga terdaftar sebagai peserta PBI
APBD.
4) Terdapat PNS Daerah yang Masih Terdaftar Sebagai PBI APBN
Terhadap kepesertaan JKN untuk penduduk Kota Tidore Kepulauan dan
Kabupaten Halmahera Timur yang terdaftar dengan jenis kepesertaan PBI
APBN dan PNS Daerah Tahun 2015 dan 2016, dengan uji petik pada Kota
Tidore Kepulauan dan Kabupaten Halmahera Timur ditemukan Pegawai
Negeri Sipil (PNS) Daerah yang juga terdaftar sebagai peserta PBI APBN
yaitu Kota Tidore Kepulauan sebanyak 5 (lima) PNS Daerah dan
Kabupaten Halmahera Timur sebanyak 70 PNS Daerah.
5) Terdapat Penduduk yang Telah Pindah Keluar Namun Masih Terdaftar
sebagai Peserta JKN Kota Tidore Kepulauan dan Kabupaten Halmahera
Barat
Terhadap kepesertaan JKN untuk penduduk Kota Tidore Kepulauan dan
Kabupaten Halmahera Barat yang terdaftar dengan jenis kepesertaan PBI
APBN dan PBI APBD untuk tahun 2015 dan tahun 2016, terdapat
8
Pengembalian ke Kas Negara
dalam bidang Kemaritiman dan
Kelautan sebesar Rp9.474.400,00
diantaranya penduduk yang telah pindah dan keluar dari Kota Tidore
Kepulauan dan Kabupaten Halmahera Barat, namun masih terdaftar
sebagai peserta JKN PBI APBD dan PBI APBN Kota Tidore Kepulauan dan
Kabupaten Halmahera Barat sebanyak 298 peserta, yang terdiri dari 254
orang peserta PBI APBN Kota Tidore Kepulauan untuk masing-masing
tahun 2015 dan 2016, serta 44 orang peserta PBI APBN dan APBD
Kabupaten Halmahera Barat pada tahun 2016.
6) Terdapat Penduduk Meninggal Dunia yang Masih Terdaftar Sebagai
Peserta JKN yang Dibiayai oleh APBN (PBI APBN) ataupun APBD (PBI
APBD)
Terhadap kepesertaan JKN untuk penduduk Kota Tidore Kepulauan yang
terdaftar dengan jenis kepesertaan PBI APBN Tahun 2015 dan 2016,
dengan uji petik pada Kota Tidore Kepulauan dan Kabupaten Halmahera
Barat ditemukan penduduk yang telah meninggal dunia, dan masih
tercatat sebagai peserta PBI APBN ataupun peserta PBI APBD yaitu di
Kota Tidore 407 jiwa dan Kabupaten Halmahera Selatan 129 jiwa.
7) Terdapat PNSD yang belum terdaftar sebagai Peserta BPJS
Terhadap kepesertaan JKN untuk penduduk Kota Tidore Kepulauan,
Kabupaten Halmahera Timur, dan Kabupaten Halmahera Barat masih
terdapat 2.522 PNSD yang belum terdaftar sebagai peserta Jaminan
Kesehatan Nasional.
Terhadap permasalahan tersebut telah kami sarankan kepada Pemerintah
Daerah untuk melakukan update PBI APBN/APBD dan perbaikan data
kepersertaan Jaminan Kesehatan Nasional secara periodik.
3. Maritim dan Kelautan:
Pelaksanaan pengawasan di bidang Maritim dan Kelautan telah dilaksanakan
sebanyak satu kegiatan berupa Audit atas Laporan Keuangan Coastal Community
Development Project (CCDP) / Proyek Pembangunan Masyarakat Pesisir (Proyek
PMP) (IFAD Loan No I-880-ID, Spanish Thrust
LoanNo E-16-ID) pada Dinas Kelautan dan
Perikanan Kota Ternate ditutup dengan jumlah
penerimaan dan pengeluaran TA 2015 sebesar Rp7.668.657.000,00 serta realisasi
pengeluaran kumulatif sampai dengan 31 Desember 2015 sebesar
Rp13.423.721.000,00.
Pengujian atas Sistem Pengendalian Intern Pemerintah didasarkan atas Peraturan
Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah menunjukkan bahwa secara umum Sistem Pengendalian Intern cukup
memadai, namun demikian masih dijumpai kelemahan pada unsur:
9
Pengelolaan atas Dana Transfer ke
Daerah dalam bidang Pendidikan masih
sangat lemah
a. Identifikasi Risiko, yaitu belum dilakukan identifikasi risiko maupun analisis
risiko secara sistematis menurut metode ilmiah;
b. Kegiatan Pengendalian yaitu pelaksanaan pencatatan belum akurat atas
transaksi;
c. Monitoring yaitu lemahnya monitoring PPK terhadap pertanggungjawaban
Kelompok Masyarakat.
Dari hasil audit pada kelompok nelayan penerima bantuan, terdapat ketekoran
kas sebesar Rp9.474.900,00 yang disebabkan kelalaian Ketua dan Bendahara
Kelompok dan lemahnya pengawasan dari Tenaga Pendamping Desa (TDP). Atas
temuan tersebut telah disarankan kepada pihak-pihak terkait untuk
mempertanggungjawabkan ketekoran kas tersebut dengan mengembalikan ke
kas kelompok dengan total sebesar Rp9.474.900,00 serta memberikan sanksi
kepada Tim Pendamping Desa atas kelalaiannya melaksanakan pekerjaan.
4. Pendidikan:
Pelaksanaan pengawasan atas 13 kegiatan Bidang Pendidikan dengan uraian
sebagai berikut :
a) Verifikasi atas Tunggakan
Tunjangan Profesi Guru Agama
Tahun 2013 sampai dengan 2015,
untuk memastikan bahwa tunggakan tunjangan profesi guru telah
diperhitungkan sesuai dengan peraturan yang berlaku sebagai dasar
pembayaran tunjangan profesi guru, dan mengidentifikasi
kendala/permasalahan yang terjadi dalam penyelesaian tunggakan TP Guru.
Berdasarkan hasil verifikasi, jumlah tunggakan TP Guru Agama per 31
Desember 2015 Provinsi Maluku Utara adalah sebesar Rp2.790.372.900,00
untuk 106 guru dengan rincian sebagai berikut:
No Kabupaten/kota Jumlah guru Tunggakan (Rp)
1 Tidore Kepulauan 9 31.298.800,00
2 Kota Ternate - Nihil
3 Pulau Morotai 6 122.358.400,00
4 Sula - Nihil
5 Halmahera Utara 71 1.209.555.700,00
6 Halmahera Selatan 19 1.420.595.200,00
7 Halmahera Barat - Nihil
8 Halmahera Tengah 1 6.564.800,00
9 Halmahera Timur - Nihil
10 Taliabu - Nihil
JUMLAH 106 2.790.372.900,00
Terhadap permasalahan tersebut telah disarankan kepada Kepala Kantor
Wilayah Kementerian Agama Provinsi Maluku Utara agar menyelesaikan
10
Penyerapan anggaran berupa
pengembalian ke kas Negara/daerah
sebesar Rp270.578.501,00 dan temuan
administrasi sebesar Rp6.712.804.608,13
tunggakan tersebut dengan menggunakan laporan individu kabupaten/kota
sebagai dasar perhitungan dan pembayaran jumlah TP Guru Agama.
b) Pemetaan Pengelolaan Dana Transfer ke Daerah Bidang Pendidikan (DAK,
Tamsil, dan TPG PNSD) pada Provinsi Maluku Utara, dengan tujuan untuk
mendapatkan informasi tentang penerimaan, penyaluran, sisa anggaran.
Hasil pemetaan atas dana transfer ke daerah bidang pendidikan adalah
sebagai berikut :
1) Kesesuaian target penyaluran DAK, TP dan Tamsil Guru PNSD;
2) Terdapat sisa anggaran DAK di BUD sebesar Rp13.436.232.953,08, TP dan
Tamsil Guru PNSD sebesar Rp140.208.678.860,00 , per 31 Maret 2016;
Dari hasil pemetaan tersebut, telah direkomendasikan kepada masing-
masing Kepala Dinas Pendidikan dan Kepala DPKAD agar menindaklanjuti
sesuai yang telah disampaikan pada masing-masing Laporan Pemetaan
Kabupaten/Kota, diantaranya adalah sebagai berikut :
1) Meningkatkan kualitas administrasi, pengarsipan, dan pengendalian
pengelolaan dana DAK, TP Guru PNSD,dan Tamsil Guru PNSD dengan
dukungan tim yang profesionaldan pegawai yang kompeten.
2) Meningkatkan pengendalian intern dan eksternal atas pengelolaan dan
trasfer kedaerah bidang pendidikan agar kinerja pengelolaannya dapat
ditingkatkan.
3) Melakukan rekonsiliasi atas penggunaan dana DAK, TP Guru PNSD, dan
Tamsil Guru PNSD secara periodik antara catatan BUD/pengelola dengan
rekening koran di bank.
4) Membayarkan Tamsil kepada guru PNSD setelah melalui proses verifikasi.
5. Penyerapan Anggaran:
Pengawasan terhadap penyerapan anggaran telah dilaksanakan atas 27 kegiatan
PNPM, DASIMAS, penyusunan laporan keuangan, PILKADA, BPPD, Desa Mandiri,
dan Tunjangan Penghasilan Guru
berupa audit keuangan,
pendampingan penyusunan Laporan
Keuangan dan reviu Laporan
Keuangan yang bertujuan masing-masing memberi opini, menilai kelayakan dan
kewajaran Laporan Keuangan.
Dari pengawasan di 27 kegiatan pembangunan tersebut terdapat nilai temuan
berupa pengembalian ke kas negara/daerah sebesar Rp270.578.501,00 berupa
pengembalian atas kekurangan pembayaran pajak dan pengembalian atas
kelebihan belanja barang/jasa dan temuan administrasi sebesar
11
Rp6.712.804.608,13 berupa anggaran yang belum dimanfaatkan dan dokumen
pertanggungjawaban yang belum lengkap sebagaimana tersaji dalam Tabel 4.
Tabel 4
Pengawasan Penyerapan Anggaran
No. Uraian Kegiatan Kab/Kota
Pengembalian Ke
Kas Negara/Daerah
(Rp)
Temuan
Administrasi
(Rp)
1. Audit PAMSIMAS Kab. Halmahera Selatan 0.00 0.00
2. Audit PAMSIMAS Provinsi Maluku Utara 0.00 0.00
3. Audit PNPM Provinsi Maluku Utara 16,128,000.00 390,000,000.00
4. Audit SOLID Kab. Halmahera Barat 32,885,792.00 913,000,000.00
5. Audit SOLID Kab. Halmahera Selatan 0.00 0.00
6. Audit SOLID Kab. Halmahera Tengah 0.00 0.00
7. Audit SOLID Kab. Halmahera Timur 0.00 176,070,000.00
8. Audit SOLID Kab. Halmahera Utara 0.00 79.270.484
9. Audit SOLID Kab. Kepulauan Sula 0.00 0.00
10. Audit SOLID Provinsi Maluku Utara 190,600,000.00 9,039,800.00
11. BIMTEK LK di MA Provinsi Maluku Utara 0.00 0.00
12.
Joint Audit atas Peningkatan
Jalan Hotmix
Kab. Halmahera Selatan 0.00 0.00
13.
Kompilasi Pendampingan Penyusunan LK PU PERA
Provinsi Maluku Utara 0.00 0.00
14. Kompilasi Reviu atas Dana Hibah
Pilkada Bawaslu
Provinsi Maluku Utara 0.00 0.00
15.
Pendampingan Penyusunan LK
Satker Kemenkum dan HAM
Provinsi Maluku Utara 0.00 0.00
16.
Workshop penyusunan LK
Kementerian Pertanian
Provinsi Maluku Utara 0.00 0.00
17. Pendampingan Penyusunan LK PU BINA MARGA
Provinsi Maluku Utara 0.00 0.00
18. Pendampingan Penyusunan LK
Ditjen SDA Balai Wilayah Sungai
Provinsi Maluku Utara 0.00 0.00
19. Pendampingan Penyusunan LK
pada BAWASLU
Provinsi Maluku Utara 0.00 0.00
20
Pendampingan Penyusunan LK
pada Kepolisian Daerah
Provinsi Maluku Utara 0.00 0.00
21.
Pendampingan Penyusunan LK
pada Satker Ketenagakerjaan
Provinsi Maluku Utara 0.00 0.00
22. Reviu Dana Hibah Pilkada
Panwaslu
Kab. Halmahera Utara 0.00 3,623,063,239.00
23.
Reviu Dana Hibah Pilkada
Panwaslu Serentak Thn 2015
Panwaslu Kab. Kepulauan Sula
Kab. Kepulauan Sula 30,091,709.00 378,405,000.00
24. Reviu Pengelolaan DSP Tahap II
BPBD Kota Ternate
Kota Ternate 0.00 0.00
25. Reviu Dana Hibah Pilkada Panwaslu
Kab. Halmahera Selatan 873,000.00 27,400,000.00
26. Verifikasi Tunggakan Kemendes
pada Provinsi Maluku Utara
Provinsi Maluku Utara 0.00 1,195,826,569.13
27. Verifikasi Tunggakan TPG
Kemenag Kabupaten Halmahera
Tengah
Kabupaten Halmahera
Tengah
0.00 0.00
TOTAL 270,578,501.00 6,712,804,608.13
Terhadap permasalahan tersebut telah disarankan kepada pihak terkait agar
kekurangan pembayaran pajak dan pengembalian atas kelebihan belanja
barang/jasa ditindaklanjuti dengan pengembalian ke kas negara/daerah, dan
perbaikan administratif pengelolaannya.
12
6. Evaluasi Pengelolaan Dana Desa Tahun 2016
Hasil evaluasi yang dilakukan pada sembilan kabupaten/kota di Provinsi Maluku
Utara yang menerima dana desa, per 30 September 2016, adalah sebagai berikut:
Tabel 5
Hasil Evaluasi Penggunaan Dana Desa
No. Pemerintah
Daerah Jumlah
Desa Pagu Dana Desa
Realisasi Penyaluran
Dana Desa dari RKUD ke RKD
Sisa Dana di RKUD
1. Kabupaten Halmahera Barat
170 101.717.600.000 59.602.259.160 42.012.860.440
2. Kabupaten Halmahera Tengah
61 40.138.672.000 29.479.773.073 10.658.898.927
3. Kabupaten Halmahera Timur
102 64.029.136.000 38.417.481.600 25.611.654.400
4 Kabupaten Halmahera Selatan
249 147.723.101.000 88.479.971.780 59.243.129.220
5 Kabupaten Halmahera Utara
196 117.810.132.000 83.458.895.600 34.351.236.400
6 Kabupaten Kepulauan Sula
78 49.859.356.000 29.915.613.600 19.943.742.400
7 Kabupaten Pulau Morotai
88 54.777.775.000 31.383.666.704 23.394.108.296
8 Kabupaten Pulau Taliabu
71 45.163.122.000 8.045.320.400 6.976.940.200
9 Kota Tidore Kepulauan
49 32.236.420.000 32.236.420.000 0
Jumlah 1.064 653.455.314.000 401.019.401.917 222.192.570.283
Secara umum terdapat beberapa masalah yang terjadi dalam penggunaan
anggaran Dana Desa, yaitu:
a) Penggunaan Dana Desa yang tidak sesuai dengan Permendes PDTT Nomor 21
Tahun 2015 tentang Penetapan Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2016
yaitu untuk bidang pembangunan dan pemberdayaan masyarakat.
b) Proses pengadaan barang dan jasa belum sesuai dengan ketentuan yang
berlaku yaitu tidak memberdayakan masyarakat.
c) Pencairan Dana Desa yang tidak sesuai dengan prosedur yang berlaku, yaitu
tanpa dokumen atau bukti yang lengkap.
d) Penatausahaan dan pelaporan penggunaan Dana Desa belum dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan.
13
7. Isu Strategis Nasional:
Dalam rangka pelaksanaan pengawasan Isu Strategis Nasional telah dilaksanakan
kegiatan pengawasan atas kegiatan berskala nasional dan berdampak luas yang
bertujuan untuk menilai kelayakan pelaksanaan program dengan melaksanakan
pengawasan atas:
a) Pengelolaan Dana Siap Pakai Dalam Rangka Penanganan Darurat Bencana
Alam Gempa Bumi di Wilayah Kabupaten Hamahera Barat
Dari hasil audit tersebut ditemukan permasalahan pembayaran kepada
rekanan yang tidak sesuai kontrak sebesar Rp39.289.091,00 dan pajak serta
PNBP yang belum disetor sebesar Rp135.511.013,00.
b) Reviu atas Pertanggungjawaban Dana Hibah Pilkada Serentak Komisi
Pemilihan Umum Kabupaten Halmahera Selatan
Reviu Pertanggungjawaban Keuangan Dana Hibah Pilkada Serentak KPU
bertujuan untuk memberikan keyakinan memadai bahwa dokumen/bukti-
bukti pertanggungjawaban keuangan Dana Hibah Pilkada Serentak telah
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan, standar, rencana, atau norma yang
ditetapkan.
Berdasarkan hasil reviu atas penggunaan dana hibah Pilkada Serentak pada
KPU Kabupaten Halmahera Selatan terdapat pengeluaran yang belum
didukung bukti pertanggungjawaban sebesar Rp2.148.870.471,00 dan sisa
dana sebesar Rp52.000.000,00 belum disetorkan ke kas daerah.
Atas hal tersebut, telah kami sarankan kepada Ketua KPU Kabupaten
tersebut agar menginstruksikan bendahara dan pengelola keuangan untuk
segera melengkapi bukti pendukung pertanggungjawaban pengeluaran terkait
penggunaan dana hibah yang belum didukung bukti pertanggungjawabkan
tersebut dan jika tidak dapat dilengkapi agar disetor ke Kas Negara, termasuk
sisa dana yang tidak digunakan.
c) Pertanggungjawaban Keuangan Dana Hibah Pilkada Serentak Tahun 2015
dan Pemungutan Suara Ulang Tahun 2016 pada Bawaslu Provinsi Maluku
Utara
Tujuan reviu pertanggungjawaban keuangan Dana Hibah Pilkada Serentak
Tahun 2015 dan Pemungutan Suara Ulang Tahun 2016 adalah:
1) Memberikan keyakinan memadai bahwa dokumen/bukti-bukti
pertanggungjawaban keuangan Dana Hibah Pilkada Serentak Tahun 2015
dan Pemungutan Suara Ulang Tahun 2016 telah dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan, standar, rencana, atau norma yang telah ditetapkan.
2) Memberikan saran sebagai alternatif solusi atas permasalahan yang
ditemukan.
14
Berdasarkan hasil reviu yang dilakukan oleh Perwakilan BPKP Provinsi Maluku
Utara terdapat kelebihan pembayaran biaya perjalanan dinas sebesar
Rp5.493.000,00, belum adanya penyetoran pajak ke Kas Negara yang dipungut
oleh Bendahara sebesar Rp35.863.847,00, pembayaran honor ganda sebesar
Rp5.500.000,00, dan pengeluaran yang belum dapat dipertanggungjawabkan
sebesar Rp4.028.868.239,00, serta sisa dana yang belum disetorkan ke kas
daerah sebesar Rp8.439.709,00. Atas hal tersebut, telah kami rekomendasikan
kepada Bawaslu Provinsi Maluku Utara agar mengambil langkah-langkah
akuntabilitas atas pertanggungjawaban keuangan yang belum sesuai dengan
ketentuan.
d) Pendampingan Penyusunan Laporan Keuangan Instansi Vertikal
Pada tahun 2016 Perwakilan BPKP Provinsi Maluku Utara juga telah melakukan
pendampingan atas penyusunan Laporan Keuangan Kepolisian Daerah Maluku
Utara, Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM, dan Dinas PU Bina
Marga Provinsi Maluku Utara atas pengelolaan dana APBN yang dikelola oleh
instansi tersebut. Pendampingan penyusunan laporan keuangan tersebut
dimaksudkan agar laporan keuangan instansi tersebut sesuai dengan kaidah
Standar Akuntansi Pemerintahan dan sesuai dengan ketentuan perundangan
yang berlaku sehingga mendukung laporan keuangan instansi pemerintah
pusat.
15
Potensi Pendapatan Asli Daerah
(PAD) sebesar Rp21.201.079.420,29
B. Peningkatan Ruang Fiskal
Peningkatan ruang fiskal difokuskan pada peningkatan optimalisasi penerimaan
keuangan negara/daerah dan menjaga pengeluaran keuangan negara/daerah dalam
batas kewajaran dan efisien.
Pada tahun 2016 Perwakilan BPKP Provinsi Maluku Utara telah melakukan
perhitungan potensi penerimaan keuangan daerah yang berasal dari pajak daerah,
retribusi daerah dan PAD lainnya di Kabupaten Morotai, Evaluasi dan Monitoring atas
Dana Alokasi Khusus, Rapat Koordinasi dengan Pemerintah Provinsi Maluku Utara,
dan Implementasi SIMDA pendapatan pada Kabupaten Halmahera Barat dan Pulau
Taliabu. dengan rincian kegiatan dan hasil pengawasan sebagai berikut:
1. Penerimaan Negara/Daerah
a) Optimalisasi Pendapatan Asli Daerah (OPAD)
Pada tahun 2016, kegiatan pengawasan dalam rangka Optimalisasi
Pendapatan Asli Daerah (OPAD)
dilakukan pada Pemerintah Kabupaten
Pulau Morotai. Atas kegiatan OPAD
tersebut, telah dihitung potensi PAD tahun 2015 dan 2016 sebesar
Rp21.201.079.420,29
Sarankan yang telah kami berikan, agar Pemerintah Kabupaten Pulau Morotai
dalam mengoptimalisasi pendapatan asli daerah, melakukan langkah-langkah
sebagai berikut:
1. Pemantauan, penelitian dan evaluasi jenis pajak dan retribusi daerah, baik
secara administrasi maupun turun langsung ke lapangan.
2. Sosialisasi kepada masyarakat melalui brosur, baliho serta spanduk untuk
menginformasikan tentang arti pentingnya membayar pajak terhadap
pelaksanaan pembangunan.
3. Pendataan objek pajak dan retribusi daerah untuk meningkatkan akurasi
sekaligus pemutakhiran data dalam menggali sumber penerimaan yang
dalam pelaksanaanya belum optimal.
b) Rapat Kerja Perbaikan Tata Kelola Penerimaan Pajak Daerah Provinsi
Maluku Utara
Perwakilan BPKP Maluku Utara telah koordinasi yang intensif dengan Dinas
Pendapatan dan Aset Daerah Provinsi Maluku Utara untuk memperbaiki tata
kelola penerimaan pendapatan daerah khususnya yang berasal dari Pajak
Kendaraan Bermotor (PKB) dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBN-
KB). Dari hasil koordinasi tersebut telah dilakukan berbagai perbaikan
prosedur penerimaan pendapatan antara lain penyetoran langsung oleh
16
dealer kendaraan atas BBN kendaraan baru dan kewajiban penyetoran secara
harian atas pendapatan yang diterima oleh bendahara penerimaan di UPTD
Dinas Pendapatan dan Aset Daerah Provinsi Maluku Utara ke kas daerah.
c) Implementasi SIMDA Pendapatan
Untuk meningkatkan akuntabilitas dan pengamanan atas pendapatan asli
daerah, pada tahun 2016 Perwakilan BPKP Provinsi Maluku Utara telah
melakukan bimbingan teknis dan pendampingan implementasi SIMDA
Pendapatan di Kabupatan Halmahera Barat dan Pulau Taliabu. Dengan
implementasi aplikasi tersebut diharapkan tata kelola pendapatan asli daerah
lebih akuntabel dan transparan, dan dapat menjadi contoh bagi kota dan
kabupaten lainnya yang belum menggunakan aplikasi berbasis IT.
2. Efisiensi Pengeluaran Negara/Daerah
Kegiatan pengawasan dalam rangka efisiensi pengeluaran keuangan
negara/daerah dilakukan dengan melakukan monitoring Dana Alokasi Khusus
(DAK), dimaksudkan untuk memberikan masukan penyempurnaan kebijakan
kepada Kementerian Keuangan kebijakan dalam penyaluran dana perimbangan
dan meningkatkan efisiensi belanja daerah dalam rangka peningkatan ruang fiskal.
Pada tahun 2016, Perwakilan BPKP Provinsi Maluku Utara melakukan kegiatan
verifikasi dan monitoring atas DAK Reimbursement Bidang Infrastruktur, DAK
Tambahan Usulan Daerah, DAK Reguler 2015 dan DAK Fisik Reguler Tahun 2016,
dengan rincian sebegai berikut:
a) Verifikasi Dana Alokasi Khusus Reimbursement Bidang Infrastruktur
Verifikasi atas pelaksanaan DAK Bidang Infrastruktur tahun 2015 pada
pemerintah provinsi/kabupaten/kota di Provinsi Maluku Utara dilakukan untuk
menilai kelayakan laporan output DAK yang dibuat pemerintah
provinsi/kabupaten/kota, yang hasilnya akan digunakan sebagai dasar
penentuan jumlah penggantian DAK sebagaimana disajikan pada Tabel 6:
Tabel 6
Hasil Verifikasi Dana Alokasi Khusus (DAK) Reimbursement Bidang Infrastruktur TA 2015
No. Pemda Nilai DAK (Rp) Nilai DAK yang di-reimburst (Rp)
Nilai yang tidak di-reimburst (Rp)
1. Provinsi Maluku Utara 98.197.616.000,00 43.335.801.947,92 54.861.814.052,08
2. Kabupaten Kepulauan Sula 26.821.762.000,00 15.742.338.281,59 11.079.423.718,41
3. Kabupaten Halmahera Selatan 20.454.126.000,00 7.354.496.505,24 13.099.629.494,76
4. Kabupaten Halmahera Barat 21.599.061.000,00 3.036.854.558,91 18.562.206.441,09
5. Kabupaten Halmahera Tengah 17.870.765.000,00 2.756.793.841,48 15.113.971.158,52
6. Kabupaten Halmahera Timur 23.110.824.000,00 8.872.691.019,35 14.238.132.980,65
7. Kabupaten Halmahera Utara 22.005.654.000,00 1.912.199.964,15 20.093.454.035,85
8. Kabupaten Pulau Morotai 20.616.464.000,00 2.768.992.094,45 17.847.471.905,55
9. Kota Ternate 15.595.272.000,00 10.689.202.352,88 4.906.069.647,12
10. Kota Tidore Kepulauan 19.777.230.000,00 13.044.820.504,38 6.732.409.495,62
Jumlah 286.048.774.000,00 109.514.191.070,35 176.534.582.929,65
17
Dari tabel diatas, terdapat dana sebesar Rp109.514.191.070,35 yang dapat
di-reimburst (yang dapat diganti) oleh Bank Dunia, sedangkan sebesar
Rp176.534.582.929,65 tidak eligible sehingga tidak di-reimburst (dapat diganti)
oleh Bank Dunia. Upaya yang masih harus dilakukan oleh pemerintah daerah
provinsi/kabupaten/kota dalam mendorong efisiensi pengeluaran keuangan
negara/ daerah, antara lain sebagai berikut:
1) Meningkatkan komitmen pemerintah daerah dalam merealisasikan
capaian nilai reimburst yang akan bermanfaat sebagai tambahan ruang
fiskal.
2) Meningkatkan ketelitian dan tanggungjawab Pengguna Anggaran (PA),
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) mulai dari tahap perencanaan,
pengadaan, pelaksanaan dan pengendalian sehingga akan mengurangi
timbulnya kerugian keuangan negara/daerah.
b) Monitoring dan Evaluasi Pengelolaan DAK Reguler TA 2015 dan DAK Reguler
Fisik TA 2016
Berdasarkan permintaan Menteri Keuangan melalui surat nomor:
S-681/PK/2016 tanggal 27 September 2016 tentang Pemantauan dan Evaluasi
Pelaksanaan DAK Fisik Tahun Anggaran 2015 dan 2016, Perwakilan BPKP
Provinsi Maluku Utara melakukan evaluasi pengelolaan DAK Reguler TA 2015
dan 2016 pada Pemerintah Kabupaten Kepulauan Sula.
Dari hasil monitoring tersebut realisasi pencairan DAK Reguler tahun 2015
dari Rekening Kas Umum Daerah (BUD) ke Rekening SKPD/Pihak III sebesar
Rp70.990.774.796,00 atau 84,11% dari jumlah DAK Reguler yang diterima dari
BUN ke BUD sebesar Rp84.398.900.000,00 sehingga terdapat sisa DAK Reguler
di BUD per 31 Desember 2015 sebesar Rp13.408.125.204,00. Sisa tersebut
telah dianggarkan kembali dalam APBD/P TA 2016 sebesar
Rp9.234.174.816,00, sedangkan sisanya sebesar Rp4.173.950.388,00 masih
tersimpan di Rekening Kas Umum Daerah.
Sedangkan untuk DAK Fisik Reguler TA 2016, sampai dengan saat monev
per 30 September 2016, realisasi penyerapan melalui SP2D daerah sebesar
Rp33.450.255.701,00 atau 55,37% dari jumlah DAK Fisik Reguler TA 2016 yang
diterima dari BUN ke BUD sebesar Rp60.408.116.000,00.
Rendahnya realisasi penyerapan DAK Fisik TA 2016 karena keterlambatan
proses pengadaan barang/jasa sehingga sebagian besar penyerapan DAK Fisik
TA 2016 masih berupa pemberian uang muka dan termin pembayaran I.
Dari monitoring DAK Reguler 2015 dan DAK Fisik Reguler TA 2016
ditemukan volume pekerjaan kurang atau tidak sesuai perjanjian senilai
Rp150.000.556,64. Atas pekerjaan kurang tesebut telah disarankan kepada
18
pihak-pihak terkait untuk menindaklanjutinya dengan penyelesaian atas
pekerjaan yang volumenya kurang sesuai dengan kontrak/progress yang
dilaporkan.
c) Monitoring dan Evaluasi Dana Alokasi Khusus Tambahan Usulan Daerah
(DAK TUD)
Monitoring DAK TUD meliputi penilaian atas pelaksanaan kegiatan fisik
pekerjaan dan realisasi pembayaran masing-masing kontrak/pekerjaan pada
bidang/sub bidang yang dibiayai DAK TUD TA 2015.
Hasil monitoring dan evaluasi yang dilakukan Perwakilan BPKP Provinsi
Maluku Utara atas DAK TUD TA 2015 pada Pemerintah Kabupaten Halmahera
Selatan, adalah sebagai berikut :
No Bidang/Sub
Bidang
Transfer dari Kas
Umum Negara
(Rp)
Realisasi Penggunaan
melalui SP2D Daerah
(Rp)
Sisa DAK TUD
per 31 Desember 2015
(Rp)
1 Infrastruktur Jalan 65.000.000.000,00 12.620.173.000,00 52.379.827.000,00
2 Infrastruktur
Irigasi
15.000.000.000,00 2.976.000.000,00 12.024.000.000,00
Jumlah 80.000.000.000,00 15.596.173.000,00 64.403.827.000,00
Sisa kegiatan DAK TUD TA 2015 sebesar Rp64.403.827.000,00 tersebut berasal
dari :
No. Uraian Nilai (Rp) 1 Hasil Pelelangan /akumulasi nilai kontrak lebih kecil
dari pagu DAK 2.019.610.000,00
2 Output kegiatan yang tidak tercapai sampai 31 Desember 2015, pembayaran untuk setiap kontrak baru 20% (uang muka) dan dilanjutkan pada Tahun 2016
62.384.217.000,00
Jumlah 64.403.827.000,00
Dari monitoring DAK TUD yang terdiri dari sembilan paket pekerjaan fisik
terdapat tujuh paket pekerjaan DAK TUD tahun 2015 yang belum selesai
dilaksanakan oleh penyedia barang/jasa, namun telah diaddendum kontraknya
sampai tanggal 31 Maret 2016, sedangkan progress fisik saat monitoring
dibawah target yang telah ditetapkan.
Atas keterlambatan pekerjaan fisik tesebut telah disarankan kepada pihak-
pihak terkait untuk menindaklanjutinya dengan penyelesaian pekerjaan dan
pembayarannya sesuai kesepakatan dalam kontrak/addendum kontrak.
19
3. Pengawasan Kegiatan Lintas Sektoral
Akuntabilitas pengelolaan program lintas sektoral ditekankan pada keberhasilan
pencapaian efektivitas, efisiensi dan kehematan program tersebut. Walaupun
keberhasilan suatu program sulit diukur dengan obyektif, suatu pengukuran harus
tetap dilakukan dengan menggunakan berbagai pendekatan. Beberapa program
strategis harus dapat dinilai tingkat capaiannya sebagai pengukur keberhasilan,
disamping sebagai alat pengendalian kebijakan.
Dalam rangka mendukung program Pemerintah yang bersifat lintas sektoral,
Perwakilan BPKP Provinsi Maluku Utara secara konsisten melakukan pengawasan
pada pelaksanaan program-program tersebut sebagai berikut :
a. Pengawasan Kegiatan Lintas Sektoral Pengelolaan Pinjaman Daerah pada
Pemerintah Kabupaten Halmahera Selatan
Peraturan Pemerintah Nomor 30 tahun 2011 memberikan peluang kepada
pemerintah daerah untuk melaksanakan pinjaman daerah. Pemerintah
Kabupaten Halmahera Selatan melakukan pinjaman daerah kepada Pusat
Investasi Pemerintah (PIP) Kementerian Keuangan Republik Indonesia, yang
dituangkan dalam Akta Perjanjian Investasi Nomor 04 tanggal 30 September
2013. Plafon pinjaman yang disepakati sebesar Rp77.800.000.000,00 dengan
jangka waktu pinjaman lima tahun, bunga pinjaman sebesar 9,25% efektif per
tahun, dihitung dari jumlah dana yang dicairkan dan dibayarkan setiap tiga
bulan.
Pemerintah Kabupaten Halmahera Selatan menggunakan pinjaman daerah
sebagai salah satu sumber pendanaan dalam upaya mempercepat
pembangunan infrastrukur yang mendukung peningkatan perekonomian
daerah, untuk membiayai pembangunan tiga ruas jalan yang menjadi prioritas
dalam rencana pembangunan Pemerintah Kabupaten Halmahera Selatan,
sebagai berikut:
1) Ruas jalan Labuha – Indomut - Belang belang
2) Ruas jalan Mandaong – Pelabuhan Kupal
3) Ruas jalan Babang – Songa – Wayaua – Bibinoi
Hasil evaluasi atas pengelolaan pinjaman daerah periode 2015/2016 pada
Kabupaten Halmahera Selatan atas proses bisnis kelembagaan, kebijakan,
perencanaan, penatausahaan, dan pemanfaatan secara umum telah
memadai, namun demikian publikasi dan pelaporan pengelola pinjaman
belum dilakukan. Sehingga menjadi saran kami kepada Pemerintah Kabupaten
Halmahera Selatan untuk membuat laporan dan mempublikasikan pinjaman
yang telah disepakati dengan PIP.
20
PAD dari pengelolaan Pasar Rakyat :
31 Desember 2015 = 6.124.669.551,00
31 Agustus 2016 = 4.474.250.105,00
b. Pengawasan Kegiatan Lintas Sektoral Pemberdayaan Pasar Tradisional (Pasar
Rakyat) pada Kota Ternate
Pengawasan atas lintas sektoral pemberdayaan pasar tradisional dimaksudkan
untuk menilai pencapaian tujuan dan sasaran/target Program Lintas sektoral
Pemberdayaan Pasar Tradisional tahun 2015 dan 2016.
Terdapat sebelas pasar yang ada di Kota Ternate, sepuluh pasar dikelola oleh
Dinas Pasar dan satu pasar dikelola oleh Dinas Koperasi dan UKM dengan PAD
Tahun 2015 sebesar
Rp6.124.669.551,00 dan Tahun
2016 sebesar Rp4.474.250.105,00.
Hasil evaluasi menunjukkan Pemberdayaan pasar tradisional (pasar rakyat)
Kota Ternate telah mengacu pada target dokumen perencanaan yaitu RPJMD
2011 - 2015 Kota Ternate, RKPD 2015/2016 antara lain peningkatan kualitas
dan pembenahan sarana fisik Pasar Higienis dan penataan managemen
pengelolaan pasar. Hasil evaluasi atas tujuan program pemberdayaan pasar
tradisional (pasar rakyat) dikaitkan dengan tujuan pengelolaan dan
pemberdayaan pasar tradisional menghasilkan simpulan bahwa
pemberdayaan pasar tradisional telah menjadi penggerak roda perekonomian,
namun pasar tradisonal tersebut belum memiliki daya saing dengan pusat
perbelanjaan dan toko modern serta belum menjadi pasar tradional yang
tertib, teratur, bersih, dan sehat.
Atas hal tersebut telah kami sarankan kepada Pemerintah Kota Ternate agar
menetapkan nilai target indikator program/kegiatan dalam dokumen
perencanaan (RPJMD, RKPD dan Renstra SKPD) sehingga keberhasilan
indikator kinerja yang ditetapkan dapat memenuhi kualitas SMART (Spesific,
Measureable, Achieable, Relevant, Timeliness) dan dapat diukur untuk
mendorong terwujudnya pertumbuhan perekonomian baru di luar pusat kota,
sehingga aktivitas ekonomi masyarakat dapat terdistribusi secara merata.
c. Pengawasan kegiatan lintas sektoral pembangunan daerah dalam
pengelolaan dan penyelenggaraan kerjasama daerah pada Pemerintah Kota
Ternate tahun 2015/2016
Kerjasama daerah dilaksanakan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan
rakyat dengan pertimbangan efisiensi dan efektivitas pelayanan publik serta
saling menguntungkan. Pengawasan program lintas sektoral kerjasama daerah
dimaksudkan agar dapat diperoleh/dipetakan permasalahan-permasalahan
kerjasama daerah serta dapat menghasilkan rekomendasi operasional maupun
strategis bagi pengambilan keputusan
21
Pada tahun 2016, Perwakilan BPKP Provinsi Maluku Utara melakukan
pengawasan kerjasama daerah di Kota Ternate. Dari hasil evaluasi, Pemerintah
Kota Ternate belum memiliki regulasi yang mengatur tentang pengelolaan
kerjasama daerah, dan belum memiliki peta bidang/potensi kerjasama daerah,
baik kerjasama antara daerah dengan daerah, maupun kerjasama daerah
dengan pihak ketiga.
Sebagai perwujudan kerjasama daerah dengan pihak ketiga, Pemerintah
Kota Ternate telah melakukan perjanjian kerjasama dengan empat Perseroan
Terbuka, sebagai berikut:
Dari hasil evaluasi atas Kerjasama Daerah (KSD) Pembangunan Pusat
Perbelanjaan Modern (Hypermart) dan Fasilitas Penunjang Lainnya di atas
Tanah Milik Pemerintah Kota Ternate, secara umum telah selaras dengan
prioritas daerah yaitu untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD)
sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat meskipun dalam
pelaksanaannya terdapat kelemahan dalam proses pelaksanaannya, antara
lain tidak adanya satuan kerja yang ditunjuk sebagai pelaksana teknis
penanggungjawab proses perjanjian kerjasama dan kelemahan dalam proses
pendokumentasian proses pelaksanaan perjanjian kerjasama daerah antara
pemerintah daerah dengan pihak ketiga.
Sedangkan manfaat KSD tersebut yang dapat dirasakan antara lain dengan
terserapnya tenaga kerja, berkembangnya perekonomian masyarakat, dan
diterimanya pendapatan asli daerah dari hasil kerjasama tersebut.
Atas evaluasi atas KSD tersebut telah disarankan kepada Pemerintah Kota
Ternate agar mencantumkan kebijakan dan perencanaan KSD dalam dokumen
perencanaan daerah, membentuk Badan Kerjasama Daerah atau TKKSD, dan
membuat potensi kerjasama dan prioritas KSD yang mengacu RPJMD.
d. Program Lintas Sektoral Penanggulangan Penyakit Menular (PPM)
Penanggulangan Penyakit Menular (PPM) adalah upaya kesehatan yang
mengutamakan aspek promotif dan preventif yang ditujukan untuk
menurunkan dan menghilangkan angka kesakitan, kecacatan, dan kematian,
No Pihak Ketiga Bentuk kerjasama 1 PT Jatiluhur Gemilang Pengembangan reklamasi pantai Tapak II dan
pembangunan kawasan pantai wisata terpadu;
2 PT Sumber Arta Bahari Sejahtera
Pembangunan Pusat Perbelanjaan Modern (Hypermart) dan Fasilitas Penunjang Lainnya di atas Tanah Milik Pemerintah Kota Ternate;
3 PT Indoteranusa Pembangunan dan Pengelolaan Wahana Wisata Ternate Park di Kelurahan Kayu Merah, Kecamatan Ternate Selatan, Kota Ternate;
4 PT Yuseda Mandiri Utama
Pembangunan Station Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU).
22
membatasi penularan, serta penyebaran penyakit agar tidak meluas antar
daerah maupun antar negara serta berpotensi menimbulkan kejadian luar
biasa/wabah. Salah satu dari 9 agenda prioritas dalam RPJMN adalah
“meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia melalui Indonesia Pintar,
Indonesia Sehat, Indonesia Kerja dan Indonesia Sejahtera”.
Perwakilan BPKP Provinsi Maluku Utara telah melakukan evaluasi atas
pengelolaan program PPM dengan uji petik penyakit kusta pada Pemerintah
Kota Ternate, dengan hasil sebagai berikut :
1) Strategi penyelenggaraan program PPM penyakit kusta belum optimal
dalam mendukung capaian target.
2) Program PPM penyakit kusta belum tercantum dalam RPJMD Kota Ternate
Tahun 2011 – 2015 serta belum ditetapkan sebagai prioritas
penanggulangan penyakit menular.
3) Pemerintah Kota Ternate belum menyediakan anggaran yang cukup untuk
program PPM penyakit kusta.
Dari hasil pengawasan atas pengelolaan Program PPM tersebut telah kami
sarankan kepada Walikota Ternate agar menetapkan program
penanggulangan penyakit menular kusta sebagai prioritas daerah dengan
menerbitkan Surat Keputusan terkait penanggulangan penyakit kusta.
e. Audit Kinerja
Audit kinerja merupakan jenis audit yang dapat diterapkan pada berbagai
objek audit, tak terbatas pada kegiatan, program, atau instansi. Oleh
karenanya, dapat digunakan sebagai “tools” pengawasan lintas sektoral
maupun sektoral.
Perwakilan BPKP Provinsi Maluku Utara telah melakukan audit kinerja
pelayanan pemerintah daerah dalam tiga bidang, yaitu pendidikan, kesehatan
dan kemaritiman pada lima kabupaten/kota/provinsi dalam menerapkan
Standar Pelayanan Minimal sesuai PP Nomor 65 Tahun 2005, dengan rincian
sebagai berikut :
1) Audit Kinerja Pelayanan Pemerintah Daerah Bidang Pendidikan Kabupaten
Pulau Morotai
2) Audit Kinerja Pelayanan Pemerintah Daerah Bidang Pendidikan Kabupaten
Halmahera Selatan
3) Audit Kinerja Pelayanan Pemerintah Daerah Bidang Kesehatan Kabupaten
Halmahera Barat
4) Audit Kinerja Pelayanan Pemerintah Daerah Bidang Kemaritiman Kota
Tidore Kepulauan
23
5) Audit Kinerja Pelayanan Pemerintah Daerah Bidang Kemaritiman Provinsi
Maluku Utara
Dari hasil audit tersebut terdapat beberapa kelemahan dalam pelayanan
pemerintah daerah antara lain :
1) Indikator dan target pencapaian SPM tidak dicantumkan dalam dokumen
perencanaan daerah;
2) Belum adanya prosedur aturan baku menyangkut pelelangan dan
operasional tempat pemasaran dan distribusi ikan.
Atas hal tersebut yang kami telah menyarankan kepada pemerintah daerah
agar:
1) Dalam dokumen perencanaan dan penganggaran pemerintah daerah
mencantumkan indikator dan target atas pencapaian SPM, memperbaiki
dokumen perencanaan, dan membangun sistem pengumpulan data
kinerja.
2) Membuat prosedur aturan baku menyangkut pelelangan dan operasional
tempat pemasaran dan distribusi ikan.
24
C. Pengamanan Aset Negara/Daerah
Kepemerintahan yang baik merupakan suatu konsepsi tentang penyelenggaraan
pemerintahan yang bersih, demokratis dan efektif sesuai dengan cita-cita terbentuknya
suatu masyarakat madani, dan hal ini terkait dengan kontribusi, pemberdayaan, dan
keseimbangan peran antara tiga subyeknya (pemerintah, dunia usaha/swasta, dan
masyarakat) maupun keseimbangan antara tiga kepentingan (politik, sosial, dan
ekonomi). Kepemerintahan yang baik dan bersih juga mensyaratkan adanya pengaturan
kelembagaan serta kompetensi birokrasi sebagai pelaksana kebijakan politik/publik
atau sebagai perangkat otoritas atas peran-peran negara dalam menjalankan amanat
yang diembannya.
Pengawasan oleh BPKP terhadap akuntabilitas perwujudan iklim kepemerintahan
yang baik dan bersih dilaksanakan melalui: (i) strategi preventif; (ii) strategi represif; dan
(iii) solusi kesisteman.
Strategi preventif yang dilakukan oleh Perwakilan BPKP Provinsi Maluku Utara adalah
berupa pelaksanaan sosialisasi Program Anti Korupsi yang dilaksanakan di Sekolah Tinggi
Pertanian Labuha Kabupaten Halmahera Selatan dengan jumlah peserta sebanyak 90
orang, pemetaan risiko/diagnostic assessment Fraud Control Plan (FCP) pada RSUD
Labuha sebagai sistem cegah dini dan perbaikan tata kelola.
Dari hasil kegiatan tersebut, Perwakilan BPKP Provinsi Maluku Utara telah
memberikan saran kepada pihak terkait agar merancang Fraud Control Plan (FCP)
yang mencakup seluruh atribut FCP serta membenahi area/unit kegiatan yang rentan
terhadap risiko kecurangan/penyimpangan.
Pengawasan atas pengamanan aset negara dilakukan bersama dengan Aparat
Penegak Hukum (APH), yaitu Kepolisian, Kejaksaan, dan KPK dan Non APH dengan
tujuan memberikan kontribusi dalam upaya penyelamatan keuangan negara (strategi
represif) melalui audit investigatif, audit penghitungan kerugian keuangan negara
(PKKN), Pemberian Keterangan Ahli, dan Pendataan/Evaluasi atas Kawasan/Bangunan
Hasil Pengadaan yang Tidak Selesai dan/atau Belum Dimanfaatkan.
Dari hasil audit tahun 2016 diperoleh potensi penyelamatan keuangan negara
sebesar Rp5.679.255.117,21 sebagaimana disajikan pada Tabel 7 :
Tabel 7
Rekapitulasi Potensi Penyelamatan Keuangan Negara
No. Uraian Jumlah (Rp) 1. Audit Investigasi 148.863.114,00
2. Audit Perhitungan Kerugian Keuangan Negara 5.530.392.003,21
Jumlah 5.679.255.117,21
25
1) Audit Investigatif
Berdasarkan hasil audit investigatif terhadap 2 laporan/kasus pada kegiatan
Sosialisasi dan Pembinaan di Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Maluku
Utara, ditemukan indikasi kerugian keuangan negara sebesar Rp148.863.114,00
sebagaimana disajikan pada Tabel 8. Atas indikasi kerugian keuangan Negara
tersebut seluruhnya telah disetor ke kas Negara.
Tabel 8
Audit Investigatif atas Permintaan APH/Non APH
No. Instansi
Pemerintah Pusat
Jumlah
Kasus
Nilai Kerugian (Rp)
1. Kanwil Kementerian Agama 2 148.863.114,00
Audit Investigatif tersebut dilakukan terhadap Kegiatan Non-Fisik (Kegiatan
Sosialisasi dan Pembinaan) pada Program Pendidikan Islam dan Program
Bimbingan Masyarakat Islam di Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi
Maluku Utara Tahun Anggaran 2013.
2) Penghitungan Kerugian Keuangan Negara (PKKN)
Audit dalam rangka Penghitungan Kerugian Keuangan Negara (PKKN) dilakukan
untuk menyatakan pendapat mengenai nilai kerugian negara yang timbul dari
kasus penyimpangan guna mendukung tindakan ligitasi atas permintaan Aparat
Penegak Hukum (APH). Audit PKKN telah dilakukan terhadap enam laporan/kasus
dengan nilai kerugian negara sebesar Rp5.530.392.003,21 dengan rincian sebagai
berikut:
Tabel 9
Penghitungan Kerugian Keuangan Negara
No. Pemda Jumlah kasus
Nilai kerugian (Rp)
1. Provinsi Maluku Utara 2 2.891.805.154,61 2. Kota Ternate 2 2.018.089.940,00 3. Kabupaten Halmahera Selatan 1 212.386.908,60 4. Kabupaten Halmahera Timur 1 408.110.000,00 Jumlah 6 5.530.392.003,21
Hasil audit PKKN atas kasus dugaan Tindak Pidana Korupsi (TPK) yang material
antara lain:
a. Dana Tambahan Penghasilan Bagi Guru Pegawai Negeri Sipil Daerah yg Tidak
Mendapatkan Dana Tunjangan Profesi pada Dinas Pendidikan Provinsi Maluku
Utara TA 2009-2011;
b. Penyalahgunaan Anggaran Kegiatan Peningkatan Pelayanan dan Kesejahteraan
Pemuka Agama pada Dinas Sosial Kabupaten Halmahera Timur Tahun
Anggaran 2013;
26
c. Penyalahgunaan Penyetoran terhadap Pungutan PPh Pasal 22 dan PPN Bulan
Desember 2011 s.d. Bulan Agustus 2015 pada PDAM Kota Ternate;
d. Penyalahgunaan Dana Bantuan Kredit / Kredit Fiktif yang Terjadi di PT
Pegadaian Pada Kantor Unit Pelayanan Cabang Syariah (UPCS) Mangga Dua
Kec. Ternate Selatan Kota Ternate Tahun 2015;
e. Penyaluran Beras Miskin (Raskin) pada Kecamatan Obi Utara Kabupaten
Halmahera Selatan Tahun 2014; dan
f. Penyalahgunaan Dana Bantuan Sosial Berpola Hibah untuk Kegiatan
Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pascabencana BNPB pada BPBD Kab. Haltim TA
2010.
Sebagai tindak lanjut dari hasil audit PPKN atas dugaan TPK tersebut, telah
dilakukan proses BAP Keterangan Ahli oleh auditor yang ditunjuk dihadapan
penyisik , baik dari Kejaksaan maupun Kepolisian.
3) Pemberian Keterangan Ahli
Pemberian keterangan ahli bertujuan untuk memberikan pendapat berdasarkan
keahlian di bidang akuntansi dan auditing dalam suatu kasus TPK dan/atau
perdata untuk membuat terang suatu kasus bagi penyidik dan/atau hakim.
Pemberian keterangan ahli tahun 2016, baik di APH maupun di persidangan telah
dilaksanakan sebanyak 16 kali terdiri atas; satu kali pada Kejaksaan, delapan kali
pada Kepolisian, tujuh kali pada Pengadilan, sebagaimana yang disajikan pada
Tabel 10 dan Tabel 11
Tabel 10
Pemberian Keterangan Ahli di Hadapan Penyidik
No. Pemda Jumlah
Kasus
Nilai Kerugian (Rp)
1. Provinsi Maluku Utara 2 2.891.805.154,61
2. Kota Ternate 2 2.018.089.940,00
3. Halmahera Barat 1 576.523.578,00
4. Kabupaten Halmahera Selatan 1 212.386.908,60
5. Kabupaten Halmahera Timur 1 408.110.000,00
6. Kabupaten Halmahera Utara 1 128.119.160,36
7. Kabupaten Kepulauan Sula 1 862.155.000,00
Jumlah 9 7.097.189.741,57
Pemberian keterangan ahli di depan penyidik tersebut digunakan penyidik
sebagai salah satu bukti/dasar untuk menentukan jumlah kerugian
negara/daerah dan masih menunggu sidang di Pengadilan Tipikor
27
Tabel 11
Pemberian Keterangan Ahli di Persidangan
No. Pemda Jumlah
Kasus
Nilai Kerugian (Rp)
1. Provinsi Maluku Utara 1 3.100.759.600,00
2. Kota Ternate 1 200.200.000,00
3. Kota Tidore Kepulauan 1 59.157.000,00
4. Kabupaten Halmahera Selatan 1 1.081.375.723,39
5. Kabupaten Pulau Morotai 1 295.671.763,04
6. Kabupaten Kepulauan Sula 2 1.231.205.000,00
Jumlah 7 5.968.369.086,43
Pemberian keterangan ahli di persidangan tersebut terhadap 7 kasus telah
dilaksanakan dan masing-masing terdakwa telah divonis pada sidang pengadilan
tingkat pertama.
4) Pendataan dan Evaluasi atas Kawasan/Bangunan Hasil Pengadaan yang Tidak
Selesai dan/atau Belum Dimanfaatkan
Aset Pemerintah Daerah merupakan salah satu unsur penting dalam
penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan kepada masyarakat. Setiap tahun
pemerintah daerah selalu mengalokasikan anggaran pengadaan aset daerah,
terutama untuk bangunan fisik yang nilainya cukup besar.
Perwakilan BPKP Provinsi Maluku Utara pada tahun 2016 melakukan
pendataan atas bangunan fisik hasil pengadaan yang tidak selesai dan belum
dimanfaatkan yang didanai dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
Dalam pelaksanaan pendataan ini, diperoleh data dari pemerintah daerah
kawasan bangunan hasil pengadaan yang tidak selesai sebanyak empat kawasan
dan bangunan pada lima pemerintah daerah dengan nilai total sebesar
Rp99.747.594.000,00, dengan rincian sebagai berikut :
No Pemerintah Daerah Kawasan/Bangunan Nilai (Rp)
1 Kota Ternate 6 9.789.450.000,00
2 Halmahera Selatan 2 -
3 Halmahera Barat 5 48.770.095.000,00
4 Provinsi Maluku Utara 1 75.693.000,00
5 Pulau Morotai 2 41.112.356.000,00
Jumlah 99.747.594.000,00
Untuk lebih mengefektifkan pendataan kawasan/bangunan yang tidak selesai atau
tidak dimanfaatkan kami telah menyarankan agar proses pendataan tersebut
melibatkan Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian Keuangan.
28
5) Audit Aset Bermasalah Per 30 September 2016 pada Universitas Khairun,
Ternate
Tujuan audit aset bermasalah tersebut adalah untuk memberikan informasi yang
relevan dan valid mengenai jumlah, nilai dan kondisi aset bermasalah sebagai
bahan bagi pemerintah dalam menetapkan prioritas dan kebijakan penyelesaian
pembangunannya dan penyediaan anggaran.
Berdasarkan hasil audit terhadap kegiatan pembangunan di Universitas
Khairun, terdapat bangunan yang belum selesai sebanyak 2 (dua) lokal yaitu
gedung kuliah bersama dan gedung kampus di Sofifi senilai Rp51.307.206.000,00
per 30 September 2016. Kedua bangunan yang belum selesai pembangunannya
tersebut dalam kondisi baik.
Untuk menyelesaikan pembangunan kedua gedung tersebut, diproyeksikan
masih akan memerlukan anggaran sebesar Rp51.552.451.882,00.
Terhadap permasalahan hasil audit tersebut telah kami rekomendasikan
kepada Rektor Universitas Khairun berkoordinasi dengan Kemenristekdikti untuk :
1) Pengalokasian dana lanjutan pembangunan Kampus Bersama dan Kampus
Baru di Sofifi.
2) Pencairan dana pembangunan di awal tahun, sehingga cukup waktu
melakukan perencanaan dan pembangunan gedung pendidikan.
29
D. Peningkatan Governance System
Kegiatan pengawasan dalam rangka peningkatan kualitas governance system di
lingkungan wilayah Provinsi Maluku Utara, dilakukan melalui kegiatan assurance dan
consulting yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pelaporan keuangan dan
kinerja, penguatan kapabilitas Aparat Pengawas Intern Pemerintah (APIP) dan
penguatan proses tata kelola pemerintah dan korporasi.
1. Peningkatan Kualitas Pelaporan Keuangan dan Kinerja
Salah satu peran BPKP di daerah adalah meningkatkan kualitas akuntabilitas
keuangan dan kinerja pemerintah daerah. Indikator kualitas akuntabilitas
keuangan salah satunya ditunjukkan dari opini auditor eksternal (BPK) atas
penyajian laporan keuangan. Opini atas laporan keuangan secara bertingkat terdiri
dari: Wajar Tanpa Pengecualian (WTP), Wajar Dengan Pengecualian (WDP), Tidak
Wajar (TW), dan Tidak Memberikan Pendapat (TMP). Perolehan opini atas
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah dilingkungan Pemerintah Provinsi Maluku
Utara disajikan pada Tabel 12:
Tabel 12
Opini LKPD
No. Pemda Opini LKPD 2014
Opini LKPD 2015
1. Provinsi Maluku Utara WDP WDP
2. Kabupaten Kepulauan Sula WDP TMP
3. Kabupaten Halmahera Selatan WTP WTP
4. Kabupaten Halmahera Barat WDP WDP
5. Kabupaten Halmahera Tengah WDP WDP
6. Kabupaten Halmahera Timur WDP WDP
7. Kabupaten Halmahera Utara WDP WDP
8. Kabupaten Pulau Morotai WDP WDP
9. Kabupaten Pulau Taliabu - TW
10. Kota Ternate WTP WTP
11. Kota Tidore WTP WTP
Secara umum akuntabilitas dan kinerja kerja pemerintah daerah masih belum
memuaskan dan perlu ditingkatkan.
Masalah yang menghambat kualitas laporan keuangan sebagai berikut:
a. Kelemahan dalam Sistem Pengendalian Intern menyangkut pengelolaan
pendapatan, belanja, kas, piutang, persediaan dan aset tetap.
b. Perubahan kondisi/mutasi aset tetap yang terjadi selama tahun berjalan tanpa
adanya penyelesaiannya yang cepat.
c. Kurangnya monitoring dan pemantauan oleh pejabat yang bertanggungjawab
atas saldo kas disetiap bendahara SKPD dan PPKD.
d. Kurangnya pemahaman SDM di pemda tentang pengelolaan keuangan dan
aset daerah.
30
Untuk mempertahankan dan/atau meningkatkan opini menuju opini WTP,
Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota disarankan melakukan langkah-langkah
sebagai berikut:
a. Meningkat SPIP dalam pengelolaan keuangan daerah.
b. Melakukan rekonsiliasi aset terutama kas dan aset tetap secara periodik.
c. Meningkatkan kemampuan SDM melalui BIMTEK/DIKLAT terkait pengelolaan
keuangan dan aset daerah.
d. Menindaklanjuti rekomendasi temuan audit dari auditor internal dan
eksternal.
Kegiatan yang telah dilaksanakan Perwakilan BPKP Provinsi Maluku Utara pada
tahun 2016 dalam rangka meningkatkan kualitas pelaporan keuangan dan kinerja
pemerintah daerah se- Maluku Utara adalah sebagai berikut:
No Nama Kegiatan
1. Pendampingan Pengelolaan Keuangan Daerah, Implementasi Sistem Akuntansi Berbasis Akrual menggunakan Simda Keuangan beserta Update Aplikasinya dan Penyusunan LKPD.
2. Pendampingan Reviu atas LKPD.
3. Pendampingan Pengelolaan Aset Daerah dengan Simda BMD.
4. Bimbingan Teknis Aplikasi Sistem Keuangan Desa.
5. Evaluasi Penggunaan Dana Desa.
6. Evaluasi Penyerapan Anggaran .
7. Penilaian Tingkat Maturitas SPIP.
8. Bimbingan Teknis Pembuatan Kebijakan Probity Audit PBJ.
9. Evaluasi Penyusunan dan Penetapan APBD.
10. Pendampingan Penyusunan draft RPJMD.
11. Bimtek dan Pendampingan Reviu RKA-SKPD dan RKA-PPKD.
12. Pendampingan Implementasi SIMDA Pendapatan.
13. Pendampingan Penyusunan Action Plan terhadap Hasil Pemeriksaan BPK-RI.
31
1) Asistensi Pengelolaan Keuangan pada Pemda
Salah satu upaya konkrit untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas
pengelolaan keuangan negara/daerah adalah penyampaian laporan
pertanggungjawaban keuangan pemerintah yang memenuhi prinsip-prinsip tepat
waktu dan disusun dengan mengikuti standar akuntansi pemerintah yang berlaku
umum.
Perwakilan BPKP Provinsi Maluku Utara telah melakukan pendampingan
atas pengelolaan keuangan pada Pemerintah Provinsi Maluku Utara dan
sembilan Kabupaten/Kota. Dari tiga Kabupaten/Kota yang memperoleh opini
WTP pada tahun 2015, sebanyak dua Pemda menggunakan program aplikasi
SIMDA (Sistem Informasi Manajemen Daerah), yaitu Kota Ternate dan
Kabupaten Halmahera Selatan, yang dikembangkan oleh BPKP. Aplikasi SIMDA
juga digunakan oleh 7 (tujuh) Kabupaten/Kota dan Provinsi,yaitu Provinsi
Maluku Utara, Kabupaten Kepulauan Sula, Kabupaten Halmahera Barat,
Kabupaten Halmahera Tengah, Kabupaten Halmahera Timur, Kabupaten
Halmahera Utara, dan Kabupaten Pulau Morotai.
Aplikasi SIMDA tersebut digunakan untuk mengelola keuangan pemerintah
daerah secara komprehensif mulai dari sistem keuangan, aset daerah,
pendapatan daerah, dan penggajian.
Sejak tahun anggaran 2015, Pemerintah telah memberlakukan Standar
Akuntansi Pemerintahan (SAP) berbasis akrual berdasarkan PP Nomor 71
Tahun 2010 dan Permendagri Nomor 64 Tahun 2013. Berdasarkan peraturan
ini, komponen laporan keuangan meliputi neraca, laporan realisasi anggaran,
laporan arus kas, laporan operasional, laporan perubahan ekuitas, laporan
perubahan saldo anggaran lebih, dan catatan atas laporan keuangan.
Terhadap perubahan tersebut, BPKP telah melakukan penyesuaian aplikasi
Sistem Informasi Manajemen Keuangan Daerah (SIMDA) agar dapat
memenuhi SAP berbasis akrual. Perwakilan BPKP Provinsi Maluku Utara telah
melakukan asistensi penerapan Program Aplikasi SIMDA Keuangan berbasis
akrual pada 10 Pemerintah Daerah dari 11 Pemerintah Daerah di wilayah
Maluku Utara, yaitu Provinsi Maluku Utara, Kota Ternate, Halmahera Selatan,
Halmahera Utara, Halmahera Timur, Halmahera Barat, Halmahera Tengah,
Pulau Morotai, Kepulauan Sula, dan Pulau Taliabu.
2) Evaluasi Keterlambatan Penetapan APBD Tahun 2016
Pemerintah Kabupaten Halmahera Barat mengalami keterlambatan dalam
menyusun dan menetapkan APBD tahun 2016. Berdasarkan evaluasi kami atas
penyebab keterlambatan penetapan APBD tersebut adalah :
32
a) Perbaikan hasil evaluasi oleh TAPD yang melibatkan SKPD mengalami
kendala karena terbatasnya kuantitas dan kualitas SDM.
b) Penetapan KUA dan PPAS yang sangat terlambat mengakibatkan
terlambatnya semua proses lanjutan dalam penyusunan dan penetapan
anggaran Tahun 2016.
Atas hal tersebut telah kami sarankan agar pemerintah daerah menaati jadwal
waktu penyusunan APBD sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan
Daerah yang terakhir diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Permendagri Nomor 13 Tahun
2006.
3) Evaluasi Penyerapan APBD Tahun 2015 dan Semester I Tahun 2016
Hasil evaluasi atas penyerapan APBD tahun 2015 dan semester I tahun 2016
pada empat pemerintah daerah yang diuji petik yaitu Pemerintah Daerah
Provinsi Maluku Utara, Kota Ternate, Kabupaten Pulau Morotai, dan Kota
Tidore Kepulauan disimpulkan bahwa penyebab rendahnya penyerapan
anggaran belanja terjadi pada tatanan kebijakan, sistem, dan teknis, sebagai
berikut:
a) Belanja Barang dan Jasa
(1) Kas daerah tidak cukup tersedia.
(2) Kesalahan dalam proses pengadaan terkait dengan kesalahan
penggunaan nomenklatur nama rekening dan nomenklatur nama
program dan kegiatan.
(3) Lemahnya perencanaan sehingga anggaran terlalu besar/target
volume pekerjaan yang direncanakan dalam pagu DPA lebih besar dari
pada yang dibutuhkan.
b) Belanja Modal
(1) Ketidaksepahaman antara Unit Layanan Pengadaan (ULP) yang
melaksanakan pelelangan dengan SKPD mengenai penggunaan
nomenklatur nama rekening belanja.
(2) Kesalahan dalam proses penganggaran terkait dengan kesalahan
penggunaan nomenklatur nama rekening dan nomenklatur nama
program dan kegiatan.
(3) Lemahnya perencanaan sehingga anggaran terlalu besar/target
volume pekerjaan yang direncanakan dalam pagu DPA lebih besar dari
pada yang dibutuhkan.
c) Belanja Hibah
(1) Kas di daerah yang tidak mencukupi.
33
(2) Lemahnya perencanaan sehingga anggaran terlalu besar/target
volume pekerjaan yang direncanakan dalam pagu DPA lebih besar dari
pada yang dibutuhkan.
(3) Bendahara pengeluaran/Bendahara SKPD terlambat mengajukan
pertanggungjawaban untuk SPP-LS.
(4) Lemahnya kemampuan/kapasitas SDM pengelola pencairan belanja.
d) Belanja Bantuan Sosial
(1) Tidak terpenuhinya syarat dan prosedur penerimaan bantuan sosial.
(2) Ketersediaan kas di daerah yang tidak mencukupi.
Atas hal tersebut telah kami sarankan kepada pemerintah daerah agar
memperbaiki proses penganggaran terkait penggunaan yang tepat atas
nomenklatur nama rekening dan nomenklatur nama program dan kegiatan.
4) Pendampingan Reviu RKA-SKPD dan RKA-PPKD Tahun Anggaran 2017
Salah satu kegiatan pengawasan Aparat Pengawas Intern Pemerintah
(APIP) di lingkungan Provinsi dan Kabupaten/Kota adalah melakukan reviu
Rencana Kerja dan Anggaran (RKA). Hal ini wajib dilakukan mengingat amanat
Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan
Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional (SPPN) bahwa penyusunan APBD disusun sesuai
dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan dan kemampuan
pendapatan daerah dengan berpedoman kepada rencana kerja Pemerintah
Daerah (RKPD) dalam rangka mewujudkan tercapainya tujuan bernegara.
Selama tahun 2016, Perwakilan BPKP Provinsi Maluku Utara telah
melakukan bimbingan teknis dan pendampingan reviu RKA dengan rincian
sebagai berikut:
No Kegiatan Pemda
1 Bimbingan Teknis Reviu RKA-SKPD dan
RKA-PPKD
Kabupaten Halmahera Utara
Kabupaten Halmahera Barat
Provinsi Maluku Utara
2 Pendampingan Reviu RKA-SKPD dan RKA-
PPKD Tahun Anggaran 2017
Kabupaten Halmahera Selatan
Kegiatan tersebut dilakukan dalam bentuk Focus Group Discussion (FGD)
dengan tujuan agar pelaksanaan reviu dapat memberi keyakinan terbatas
mengenai keselarasan terhadap RKPD, RPJMD, Renja-SKPD, KUA dan PPAS
serta penyusunan RKA telah sesuai dengan tata cara dan kaidah-kaidah
34
penganggaran sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 31 Tahun 2016.
Hasil dari bimbingan teknis dan pendampingan reviu RKA tersebut adalah
meningkatnya pemahaman dan kemampuan APIP atas proses reviu Rencana
Kerja dan Anggaran, sehingga proses penyusunan APBD selaras dengan
perencanaan dan sesuai dengan ketentuan penganggaran yang berlaku.
5) Pendampingan Pengelolaan Keuangan Desa
Pelaksanaan keuangan desa ditetapkan dalam Permendagri Nomor 113 Tahun
2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa. Untuk itu, pemerintah daerah
memerlukan sistem tata kelola yang dapat menghasilkan laporan keuangan
dan informasi keuangan lainnya secara lebih komprehensif yang meliputi
informasi mengenai posisi keuangan desa, kondisi kinerja keuangan, dan
akuntabilitas pemerintah desa.
BPKP telah berkoordinasi dengan Kementerian Dalam Negeri untuk
mengembangkan aplikasi sistem informasi bagi pengelolaan keuangan desa
yang disebut Sistem Keuangan Desa (SISKEUDES).
Perwakilan BPKP Provinsi Maluku Utara di tahun 2016 telah melakukan
sosialisasi tata kelola ke seluruh kabupaten dan kota penerima dana desa dan
telah memberikan bimbingan teknis implementasi Program Aplikasi
SISKEUDES pada tujuh pemerintah daerah dari sembilan kabupaten/kota yang
mempunyai desa di wilayah Maluku Utara, yaitu Kabupaten Halmahera
Tengah, Pulau Morotai, Halmahera Selatan, Halmahera Utara, Pulau Taliabu,
Kepulauan Sula, Halmahera Timur dan Kota Tidore Kepulauan.
Dari hasil bimbingan teknis yang telah dilakukan Perwakilan BPKP Provinsi
Maluku Utara pada tujuh kabupaten dan kota tersebut, sebanyak 733 desa
telah mengimplementasikan program aplikasi SISKEUDES secara penuh,
sementara sisanya masih dalam proses implementasi yang akan dilanjutkan
oleh Tim Satuan Tugas Desa (Satgas Desa) yang telah dibentuk oleh masing-
masing pemda.
Untuk desa-desa pada dua kabupaten lainnya yaitu Kabupaten Halmahera
Timur dan Kabupaten Halmahera Barat, belum mengimplementasikan
Program Aplikasi SISKEUDES dan direncanakan akan mengimplementasikan di
Tahun Anggaran 2017.
Agar implementasi program aplikasi SISKEUDES pada Pemda dapat
terlaksana dengan baik, Perwakilan BPKP Provinsi Maluku Utara juga
melakukan Pendidikan dan Pelatihan Pengelolaan Keuangan Desa dengan
Aplikasi SISKEUDES Tahun 2016 bagi pegawai pengelola keuangan desa
35
se-Provinsi Maluku Utara selama 5 hari atau 50 jam latih, yang diikuti 30 orang
peserta menggunakan anggaran STAR-BPKP sebesar Rp94.369.750,00.
6) Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Pemerintah Daerah
Indikator kualitas akuntabilitas kinerja salah satunya ditunjukkan dari hasil
penilaian Kementerian PAN dan RB atas Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah (AKIP). Pada tahun 2016, Perwakilan BPKP Provinsi Maluku Utara
melakukan evaluasi atas implementasi SAKIP pada Pemerintah Kabupaten
Halmahera Utara.
Adapun hasil evaluasi atas implementasi SAKIP adalah sebagai berikut. Tabel 13
Kualitas LAKIP
No. Pemda Evaluasi AKIP 2013
Evaluasi AKIP 2014
Evaluasi AKIP 2015*)
1. Kabupaten Halmahera Barat
D D -
2. Kabupaten Halmahera Selatan
C D -
3. Kabupaten Halmahera Tengah
- D -
4. Kabupaten Halmahera Timur
- - -
5. Kabupaten Halmahera Utara
C C C
6. Kabupaten Kepulauan Sula
- - -
7. Kabupaten Pulau Morotai
- - -
8. Kota Ternate C C - 9. Kota Tidore Kepulauan C C -
*) Hanya satu pemda yang dievaluasi oleh Perwakilan BPKP Provinsi Maluku Utara, sisa
Pemerintah Daerah yang dievaluasi LAKIPnya oleh MenPAN RB belum dapat diperoleh hasilnya
Secara umum, belum ada pemerintah daerah yang mengalami kenaikan
peringkat dalam implementasi SAKIP.
Masalah yang menghambat kualitas AKIP sebagai berikut :
a) Lemahnya komitmen dan dukungan pimpinan.
b) Keterbatasan jumlah Sumber Daya Manusia.
c) Belum terbangunnya Sistem Informasi Kinerja yang memadai.
d) Belum adanya imbalan (reward) dan sanksi (punishment) Instansi.
Untuk meningkatkan akuntabilitas kinerja pemerintah daerah, kami telah
sarankan pihak terkait agar dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :
a) Perbaikan dokumen perencanaan terutama RPJMD dan Renstra SKPD.
b) Perbaikan dalam indikator kinerja pemerintah daerah dan SKPD.
36
c) Perbaikan sistem pengumpulan data kinerja.
Untuk memperbaiki implementasi SAKIP di Provinsi Maluku Utara,
Perwakilan BPKP Provinsi Maluku Utara melakukan kegiatan antara lain :
a) Pendampingan perbaikan dokumen RPJMD Kabupaten Halmahera Selatan.
b) Bimbingan Teknis Implementasi SAKIP pada Kota Tidore Kepulauan.
7) Laporan Kinerja Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (LKPPD)
Kualitas akuntabilitas kinerja ditunjukkan dari hasil penilaian Kemendagri atas
Laporan Kinerja Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (LKPPD) tahun 2013 dan
tahun 2014, yang dievaluasi tahun 2014 dan tahun 2015. Perolehan hasil
evaluasi atas LKPPD di lingkungan Pemerintah Daerah pada tiga tahun terakhir
adalah sebagai berikut:
Tabel 14
Hasil Evaluasi LKPPD Berdasarkan Validasi Kementerian Dalam Negeri
No. Pemda Evaluasi LKPPD 2016
Peringkat Evaluasi LKPPD 2015
Peringkat Evaluasi LKKPD 2014
Peringkat
1. Kota Tidore Kepulauan
3,3357 (ST) 2↓ 3,0787 (ST) 1 3,0725 (ST)
1
2. Kabupaten Halmahera Utara
3,2520 (ST) 3↓ 3,0173 (ST) 2 2,2708 (T) 2
3. Kabupaten Halmahera Selatan
3,4065 (ST) 1↑ 2,8879 (T) 3↑ 1,7369 (S) 6
4. Kota Ternate 2,8863 (T) 4 2,8758 (T) 4↑ 1,6215 (S) 7 5. Kabupaten
Halmahera Timur
2,8675 (T) 5 2,4239 (T) 5↑ 1,4678 (S) 9
6. Kabupaten Pulau Morotai
2,5989 (T) 7↓ 2,2301 (T) 6↓ 1,6664 (S) 5
7. Kabupaten Halmahera Tengah
2,2406 (T) 9↓ 2,1788 (T) 7↑ 1,5816 (S) 8
8. Kabupaten Halmahera Barat
2,4521 (T)
8 2,1763 (T) 8↓ 1,9563 (S) 4
9. Kabupaten Kepulauan Sula
2,6406 (T) 6↑ 1,4562(S) 9↓ 2,1703 (T) 3
Secara umum terdapat dua Pemerintah Daerah yang mengalami kenaikan
peringkat (disimbolkan dengan tanda↑) yakni Kabupaten Halmahera Selatan
dan Kabupaten Kepulauan Sula, tiga Pemerintah Daerah dengan peringkat
tetap yakni Kota Ternate, Kabupaten Halmahera Timur dan Kabupaten
Halmahera Barat sedangkan sisanya mengalami penurunan kualitas LKPPD
(disimbolkan dengan tanda↓) yakni Kota Tidore Kepulauan, Kabupaten
Halmahera Utara, Kabupaten Pulau Morotai, dan Kabupaten Halmahera
Tengah.
Masalah yang menghambat kualitas LKPPD adalah Bagian Pemerintahan
dan SKPD masih kurang tertib dalam menyediakan data capaian kinerja.
37
Untuk mempertahankan/meningkatkan peringkat LKPPD Pemerintah
Daerah [provinsi/kabupaten/kota], kami telah sarankan kepada pihak terkait
agar melakukan langkah-langkah sebagai berikut:
a) Meningkatkan Opini BPK RI atas LKPD Provinsi/Kabupaten/Kota.
b) Melakukan perbaikan administrasi pendukung LPPD sehingga isian LPPD
terklarifikasi dengan data yang lengkap dan akurat.
2. Penguatan Kapabilitas Aparat Pengawasan Intern Pemerintah
Kondisi tata kelola Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) Daerah di
lingkungan Provinsi Maluku Utara sampai dengan tahun 2016 menunjukkan
perbaikan meskipun secara keseluruhan belum menunjukkan hasil yang
menggembirakan sebagaimana ditargetkan dalam RPJM.
Dari 11 APIP Pemerintah Daerah di lingkungan Provinsi Maluku Utara yang
telah di-asses maupun penilaian secara mandiri (self assessment) menunjukkan
bahwa 54,55% atau 6 APIP berada pada Level 1 (initial), 45,45% atau 5 APIP
berada pada Level 2 (infrastructure), dan belum ada atau 0% APIP berada pada
Level 3 (integrated) dari 5 level (optimizing) tertinggi yang mungkin dicapai
sebagaimana yang disajikan pada Tabel 15.
Tabel 15
Hasil Evaluasi Kapabilitas APIP Daerah
No. Inspektorat Level APIP 2015 Level APIP 2016
1. Provinsi Maluku Utara 2 2 2. Kabupaten Halmahera Utara Belum Assessment 2 3. Kabupaten Halmahera Tengah Belum Assessment 1 4. Kabupaten Halmahera Barat 1 1 5. Kabupaten Halmahera Selatan 1 1 6. Kabupaten Halmahera Timur Belum Assessment 1 7. Kabupaten Pulau Morotai Belum Assessment 1 8. Kabupaten Kepulauan Sula Belum Assessment 2 9. Kabupaten Taliabu Belum Assessment 1
10. Kota Ternate 2 2 11. Kota Tidore Kepulauan 1 2
Jumlah
Diharapkan pada akhir tahun 2019, seluruh APIP telah mencapai level 3
(integrated), yaitu APIP telah mampu memberikan layanan assurance dan
consulting sesuai standar yang berlaku, untuk meningkatkan kinerja (ekonomis,
efisensi dan efektivitas) dalam penyelenggaraan pemerintahan.
Jumlah 11 APIP yang telah di asses, sebanyak 81,81% (9) APIP telah
menerapkan Jabatan Fungsional Auditor (JFA). Akan tetapi, Jumlah Auditor yang
dimiliki masih sangat minim. Sampai dengan saat ini, baru terdapat sebanyak 104
JFA yang tersebar pada 9 unit APIP Daerah, sehingga belum semua APIP mampu
38
memerankan fungsinya sebagai unit pengawasan sebagaimana dipersyaratkan
pada PP 60 Tahun 2008.
Langkah dan upaya yang masih perlu dilakukan dalam rangka pencapaian
Level 3 sesuai target pemerintah sebagai berikut:
a) Pembinaan Internal Audit Capability Model
Pembinaan Internal Audit Capability Model terus dilakukan meliputi proses
pendampingan penilaian yang dilakukan secara mandiri (self assessment)
terhadap kapabilitas APIP-nya dan proses validasi (quality assurance) pada 4
APIP yang belum pernah di asses, proses improvement melalui kegiatan
bimbingan teknis (Bimtek) dan monitoring dilakukan pada 7 APIP yang telah
dilakukan assessment.
b) Fasilitasi Pembentukan dan Pengembangan Organisasi Profesi
Penguatan Kapabilitas APIP dilakukan melalui proses pengembangan
organisasi profesi Asosiasi Auditor Intern Pemerintah Indonesia (AAIPI)
dengan mengembangkan forum komunikasi pengawasan dan melakukan
kegiatan telaah sejawat di Inspektorat Kota Ternate dan Kota Tidore
c) Peningkatan Kualitas SDM Aparatur Pengawasan
Peningkatan Kualitas SDM Aparatur Pengawasan pada tahun 2016 terus
dilakukan melalui pengusulan SDM Aparatur Pengawasan ke Pusat
Pendidikan, Pelatihan dan Pengawasan (Pusdiklatwas) BPKP atau pada
lembaga-lembaga Pendidikan dan Pelatihan yang diakui serta dengan
melakukan pendidikan dan pelatihan APIP untuk meningkatkan kapabilitasnya
dengan menggunakan dana hibah STAR-BPKP yang dilaksanakan selama 50
jam latihan yang diikuti oleh Satgas Peningkatan Kapabilitas APIP yang berasal
dari Inspektorat Provinsi/Kota/Kabupaten menggunakan dana STAR-BPKP
sebesar Rp94.369.750,00.
d) Bimbingan Teknis
Bimbingan Teknis Kapabilitas APIP telah dilakukan oleh Perwakilan BPKP
Provinsi Maluku Utara di Inspektorat Kabupaten Halmahera Utara, Halmahera
Tengah, Kota Tidore Kepulauan, Kota Ternate, Kabupaten Halmahera Timur,
Pulau Taliabu, dan Kepulauan Sula.
Disamping itu, Perwakilan BPKP Provinsi Maluku Utara dalam upaya
meningkatkan kapabilitas APIP juga melakukan bimbingan teknis tentang
Jabatan Fungsional Auditor (JFA) kepada Inspektorat Kabupaten Halmahera
Selatan dan bimbingan teknis implementasi Sistem Informasi Manajemen
Hasil Pengawasan (SIM HP) pada Inspektorat Kabupaten Halmahera Utara.
39
Dengan berbagai upaya yang dilakukan oleh Perwakilan BPKP Provinsi
Maluku Utara, diharapkan kapabilitas APIP dapat terus ditingkatkan untuk
mencapai target 85% APIP pada level 3 di tahun 2019
3. Penguatan Tata Kelola Pemerintahan dan Korporasi
Dalam rangka mengimplementasikan PP Nomor 60 Tahun 2008, BPKP sebagai
pembina SPIP mendukung penerapan SPIP di lingkungan K/L dan Pemda melalui
kegiatan pendampingan dalam upaya mencapai Wilayah Tertib Administrasi (WTA),
opini WTP, dan Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK). Kegiatan yang dilaksanakan BPKP
dalam rangka penguatan tata kelola pemerintah dan korporasi antara lain:
1) Pembinaan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP)
Dalam rangka pembinaan SPIP, telah melakukan kegiatan pendampingan dan
penilaian penerapan SPIP dengan rincian sebagaimana terlihat pada Tabel 16.
Tabel 16
Pembinaan SPIP
No. Pemda Level
Maturitas
Jenis Pendampingan Capaian/ Outcome
Bimtek Diklat Sos. 1. Provinsi Maluku Utara 2 - √ √ Berkembang 2. Kota Tidore Kepulauan 1 - √ - Rintisan
3. Kota Ternate 2 - √ - Berkembang
4. Kabupaten Halmahera Selatan
2 - √ - Berkembang
5. Kabupaten Halmahera Utara 2 - √ - Berkembang
6. Kabupaten Halmahera Barat 1 - √ - Rintisan
7. Kabupaten Halmahera Timur
1 √ √ - Rintisan
8. Kabupaten Halmahera Tengah
1 √ √ - Rintisan
9. Kabupaten Pulau Morotai 1 √ √ - Rintisan
10. Kabupaten Kepulauan Sula 1 √ √ - Rintisan
11. Kabupaten Pulau Taliabu 1 √ √ - Rintisan
Dari hasil pembinaan SPIP di Provinsi Maluku Utara, penyelenggaraan SPIP
di Provinsi Maluku Utara masih banyak menghadapi kendala. Belum
terbangunnya kesadaran akan SPIP tersebut ditunjukkan dari hasil evaluasi
maturitas SPIP pada sebelas Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota di Maluku
Utara yang sampai dengan saat ini baru mencapai level 1 atau 2 dari level 3
yang ditargetkan dalam RPJM.
Pada sebelas pemerintah daerah di Maluku Utara, kelemahan
penyelenggaraan SPIP tersebar dalam seluruh sub unsur SPIP dengan
dominasi pada unsur penilaian risiko yang ditandai belum adanya pedoman
penilaian risiko yang dapat dikomunikasikan kepada seluruh tingkat pimpinan
SKPD dan unsur lingkungan pengendalian yang ditandai dengan belum
40
dilakukannya pemantauan/evaluasi secara berkala dan disesuaikan dengan
perubahan lingkungan strategis.
Unsur penilaian risiko memiliki capaian yang belum memadai disebabkan
belum dilakukannya pemetaan risiko secara terstruktur dan terdokumentasi
secara baik. Dampak yang terjadi adalah pengendalian yang ada masih
bersifat umum dan belum berfokus pada risiko-risiko yang menjadi prioritas
untuk ditangani.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut Perwakilan BPKP Provinsi Maluku
Utara telah mengambil langkah-langkah antara lain sebagai berikut:
a. Pendampingan peningkatan maturitas SPIP Kota Ternate dalam bentuk
Focus Group Discussion (FGD) penilaian risiko.
b. Pendampingan penyusunan laporan SPIP di Provinsi Maluku Utara dan
Kabupaten Halmahera Barat.
c. Mengirimkan surat atensi kepada pemerintah provinsi/kabupaten/kota se-
Maluku Utara atas penetapan target indikator pembangunan bidang
aparatur negara dan mengutamakan tatakelola pemerintah yang baik
dalam RPJM.
d. Membuat surat atensi penyelenggaraan SPIP kepada seluruh pemerintah
daerah yang isinya menginformasikan hasil maturitas penyelenggaran SPIP
beserta kelemahannya dan kelemahan SPIP hasil audit BPK serta langkah-
langkah tindak lanjut perbaikan SPIP.
2) Asesmen Penerapan Good Corporate Governance (Khusus BUMN/D)
Good Corporate Governance (GCG) merupakan salah satu cara untuk dapat
meningkatkan kinerja perusahaan. Penerapan GCG saat ini lebih populer
kepada BUMN, namun sesungguhnya penerapan GCG juga dibutuhkan bagi
BUMD termasuk pada PDAM. Diharapkan dengan penerapan GCG ini BUMD
dapat bekerja dengan lebih ekonomis, efisien, dan efektif.
Pada tahun 2016, asistensi penerapan GCG di laksanakan pada dua BUMD
yaitu PDAM kota Ternate dan PDAM Kota Tidore. Kedua PDAM ini belum
pernah menerapkan GCG pada kegiatannya sehari-hari. Sebagai langkah awal
penerapan GCG, Perwakilan BPKP Provinsi Maluku Utara memberikan
sosialisasi tentang GCG pada seluruh pegawai PDAM terkait dan mendampingi
tim internal PDAM dalam menyusun Pedoman Tata Kelola Perusahaan atau
Code of Corporate Governance (CoCG) dan Aturan Perilaku Pegawai atau Code
of Conduct (CoC).
Setelah CoCG dan CoC difinalisasi, Perwakilan BPKP Provinsi Maluku Utara
dapat memberikan pendampingan lanjutan pada PDAM untuk menyusun
infrastruktur GCG yang lain yaitu Board Manual dan Audit Charter. Apabila
41
seluruh infrastruktur GCG sudah lengkap dimiliki maka tahap selanjutnya
adalah internalisasi infrastruktur GCG kepada seluruh pegawai PDAM.
Dibutuhkan komitmen yang tinggi dari para pejabat dan pegawai PDAM agar
implementasi GCG dapat berjalan dengan efektif sehingga memberi pengaruh
positif pada kinerja perusahaan.
Disamping mendorong BUMD ber-GCG, Perwakilan BPKP Provinsi Maluku
Utara juga telah melakukan evaluasi kinerja pada PDAM yang berada di
Wilayah Maluku Utara. Kegiatan evaluasi kinerja PDAM rutin dilakukan oleh
Perwakilan BPKP Provinsi Maluku Utara dengan tujuan untuk menilai capaian
kinerja PDAM dan mengidentifikasikan permasalahan-permasalahan yang
dihadapi PDAM serta memberikan saran langkah-langkah penyelesaiannya
untuk memenuhi Target Millenium Development Goals (MDGs) di bidang air
bersih.
Pada tahun 2016, kegiatan ini dilakukan terhadap lima PDAM di Provinsi
Maluku Utara. Evaluasi kinerja PDAM dilakukan dengan memperhatikan dua
hal yaitu kinerja PDAM dan tingkat kesehatan PDAM. Hasil kegiatan evaluasi
kinerja PDAM dapat dilihat pada tabel berikut sebagaimana tabel berikut :
Tabel 17
Evaluasi Kinerja PDAM
No PDAM Kota/Kabupaten
Menurut Permendagri
Menurut BPPSPAM Laba/Rugi Penjualan Air (Rp)1
Cakupan Pelayanan2
Nilai Kategori Nilai Kategori
1 Ternate 59,71 Cukup 2,95 Sehat - 394,79 72,21%
2 Halmahera Barat
47,97 Cukup 2,42 Kurang Sehat
751,25 34,84%
3 Halmahera Selatan
52,13 Cukup 3,04 Sehat - 3.039,24 22,23%
4 Halmahera Utara
54,73 Cukup 2,82 Sehat - 1.236,91 29,71%
5 Tidore Kepulauan
46,43 Cukup 2,23 Kurang Sehat
- 1.735,62 16,80%
6 Pulau Morotai - Tidak dapat
dievaluasi
- Tidak dapat
dievaluasi
- -
7 Kepulauan Sula - Tidak dapat
dievaluasi
- Tidak dapat
dievaluasi
- -
Permasalahan yang paling banyak dialami oleh PDAM adalah biaya
produksi air lebih besar daripada harga jual air. Hal ini menyebabkan PDAM
akan terus merugi dan tidak mampu memberikan kontribusi fiskal pada
Pemerintah Daerah. Dari empat PDAM yang dilakukan evaluasi kinerja hanya
1 Rata-rata harga jual air dikurangi dengan harga pokok air
2 Jumlah penduduk yang terlayani dibandingkan dengan jumlah penduduk keseluruhan
42
PDAM Halmahera Barat yang harga jual airnya sudah dapat menutup biaya
produksi (full cost recovery). Pendapatan dari penjualan air belum mampu
menutupi ongkos produksinya disebabkan antara lain karena belum adanya
penyesuaian tarif, beban usaha yang terlalu besar, dan kebocoran produksi
dan distribusi.
PDAM Kota Ternate memiliki cakupan pelayanan yang paling baik yaitu
72,21%. PDAM lainnya memiliki cakupan layanan dibawah 40%. Rendahnya
cakupan layanan PDAM ini paling sering dikarenakan oleh keterbatasan dana
PDAM untuk investasi penambahan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM),
sebaran penduduk yang tidak merata, dan topografi wilayah yang kurang
menguntungkan.
Untuk meningkatkan kinerja PDAM, Perwakilan BPKP Provinsi Maluku
Utara telah melakukan workshop Sistem Informasi Akuntansi (SIA) PDAM
kepada seluruh PDAM tersebut.
3) Badan Layanan Umum Daerah
Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) dibentuk untuk memberikan
pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang
dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan, dan dalam melakukan
kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas. Entitas
pemerintah yang berbentuk BLUD diharuskan menerapkan Pola Pengelolaan
Keuangan BLUD yang memberikan fleksibilitas berupa keleluasaan untuk
menerapkan praktek-praktek bisnis yang sehat untuk meningkatkan
pelayanan kepada masyarakat dalam rangka memajukan kesejahteraan
umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa, sebagai pengecualian dari
ketentuan pengelolaan keuangan daerah pada umumnya.
Perwakilan BPKP Provinsi Maluku memberikan asistensi bagi satuan kerja
yang akan menerapkan pola BLUD. Di wilayah Provinsi Maluku Utara, yang
sudah mendapatkan status BLUD adalah RSUD Halmahera Selatan, RSUD
Chasan Boesoerie Ternate, dan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP)
Model Bacan. RSUD Tidore dan RSUD Halmahera Utara sudah diberikan
sosialisasi tentang BLUD dan saat ini sedang dalam proses persiapan
administratif.
Data perkembangan BLUD di Provinsi Maluku Utara dapat dilihat pada
tabel berikut.
43
Tabel 18
Perkembangan BLUD di Provinsi Maluku Utara
No. Nama Entitas Tersosialisasi Status BLUD Penerapan
1 RSUD Halmahera Selatan Sudah BLUD Sudah
2 RSUD Chasan Boesoerie Sudah BLUD Belum
3 KPHP Model Bacan Sudah BLUD Sudah
4 RSUD Tidore Sudah dalam proses -
5 RSUD Halmahera Utara Sudah dalam proses -
6 Puskesmas Halmahera Selatan Sudah - -
Sumber: Laporan Kegiatan Bidang Akuntan Negara
Pada tahun 2016, Perwakilan BPKP Povinsi Maluku Utara memberikan
asistensi kepada KPHP Model Bacan dalam rangka penerapan BLUD. Asistensi
diberikan untuk membantu KPHP Model Bacan dalam menyiapkan Dokumen
Rencana Bisnis dan Anggaran (RBA). RBA merupakan dokumen yang harus
dimiliki BLUD sesuai dengan amanat Permendagri Nomor 61 tahun 2007
tentang Pedoman Teknis Pola Pengelolaan Keuangan BLUD.
Selain itu, Perwakilan BPKP Provinsi Maluku Utara juga telah memberikan
asistensi implementasi Sistem Informasi Akuntansi (SIA) BLUD kepada KPHP
Model Bacan. Dengan penerapan SIA ini diharapkan BLUD mampu
melaksanakan pengelolaan keuangan dengan tertib dan akurat sehingga
dapat menghasilkan laporan keuangan yang sesuai dengan Standar Akuntansi
Keuangan dan Kebijakan Akuntansi BLUD itu sendiri.
4) Pengadaan Barang dan Jasa
Dalam proses Pengadaan Barang dan Jasa (PBJ) dan pencatatan aset, BPKP
telah melakukan kegiatan pengawasan di lingkungan K/L dan Pemda agar
proses PBJ dilakukan secara efisien sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan
aset yang dicatat mencerminkan kondisi yang sebenarnya. Kegiatan-kegiatan
tersebut antara lain:
a) Monitoring dan Evaluasi PBJ Satker Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah 1
di Provinsi Maluku Utara.
b) Monitoring dan Evaluasi PBJ Satker Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah 2
di Provinsi Maluku Utara.
c) Monitoring dan Evaluasi PBJ Satker Pelaksanaan Jalan Nasional di Provinsi
Maluku Utara.
d) Monitoring dan Evaluasi PBJ Satker Syahbandar Pelabuhan di Kota Ternate.
e) Monitoring dan Evaluasi PBJ Satker Bandar Udara Sultan Babulah di Kota
Ternate.
f) Monitoring dan Evaluasi PBJ pada Balai Wilayah Sungai di Provinsi Maluku
Utara.
44
g) Probity Audit Tahap Pelaksanaan Peningkatan Irigasi Kiri D.I Aha Kabupaten
Pulau Morotai (DAK-Sarana Prasarana) pada Dinas Pekerjaan Umum
Provinsi Maluku Utara Tahun Anggaran 2016.
Permasalahan yang dijumpai dalam pelaksanaan kegiatan PBJ adalah
pelaksanaan PBJ yang masih belum sesuai dengan dokumen perencanaan
serta proses pengujian pembayaran dan fisik yang belum berjalan dengan baik
dan atas hal tersebut, kami telah merekomendasikan kepada pihak terkait
agar dalam proses PBJ memperhatikan hal berikut.
a) Membuat perencanaan dan dokumen pengadaan yang akurat/ sesuai
dengan kebutuhan untuk pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa.
b) Meningkatkan peran Inspektorat untuk verifikasi/pengujian atas
pembayaran dan fisik kegiatan Pengadaan Barang/Jasa.
5) Koordinasi Supervisi dan Pencegahan (Korsupgah) Korupsi
Selama tahun 2016, Perwakilan BPKP Provinsi Maluku Utara melaksanakan
kegiatan-kegiatan dalam rangka penerapan strategi preventif melalui
penilaian risiko di Kota Ternate dalam rangka koordinasi dan supervisi
pencegahan korupsi pada Bappeda, Unit Layanan Pengadaan (ULP) dan Badan
Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (BP2TSP), dengan ruang
lingkup identifikasi risiko dan rencana tindak pengendalian atas implementasi
best practice perencanaan dan penganggaran, ULP dan BP2TSP.
6) Tindak Lanjut Hasil Pengawasan
Hasil Pengawasan yang telah dilaksanakan Perwakilan BPKP Provinsi Maluku
Utara sampai dengan tahun 2016 dari temuan sebanyak 1721 kejadian senilai
Rp82.788.608.445,00, yang telah ditindaklanjuti sebanyak 756 kejadian senilai
Rp13.598.794.742,77, sehingga masih terdapat saldo temuan yang belum
ditindaklanjuti dan memerlukan perhatian khusus sebanyak 965 kejadian
senilai Rp69.189.813.702,23.
Tim Penyusun
Penanggung Jawab/Kepala Perwakilan BPKP Indra Khaira Jaya
Pengendali Mutu/Koorwas APD Mardiyanto Arif Rakhmadi
Pengendali Teknis Agus Yusri Munawar
Ketua Tim Army S Firdaus
Anggota Tim Dini Yuliatami
Anggota Tim Rahayu Muji Lestari
Anggota Tim Miftah Fauzia
Anggota Tim Ridho Rizki Kurniawan
Anggota Tim Hery Wijanarko
Anggota Tim Husseini Irnawati
Anggota Tim Ratna Puspita Sari