LAPORAN HASIL PENELITIAN - eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/4150/1/kinerja IPO.pdfDr. H.M. Riza...
Embed Size (px)
Transcript of LAPORAN HASIL PENELITIAN - eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/4150/1/kinerja IPO.pdfDr. H.M. Riza...

LAPORAN HASIL PENELITIAN
KINERJA HARGA SAHAM JANGKA PENDEK DAN JANGKA PANJANG SETELAH
PENAWARAN SAHAM PERDANA (IPO)
Oleh :
Ketua : Dr. MEINA WULANSARI Y, SE, M.Si.
Anggota : ASRID JUNIAR, SE, MM. REDAWATI,SE, M.Fin.
RINI RAHMAWATI, SE, MM. IDA MULYANA RISKITIASARI ARIF FAHYUDI
SUMBER DANA : PNBP FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS TA 2015
KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS BANJARMASIN
2015

ii ii
REKAPITULASI PENELITIAN
1. Judul Penelitian : Kinerja Harga Saham Jangka Pendek dan Jangka Panjang Setelah Penawaran Harga Saham Perdana (IPO)
2. Organisasi : Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lambung Mangkurat 3. Ketua Peneliti a. Nama : Dr. Meina Wulansari Y, SE, M.Si. b. NIP : 197905032005012001 c. Pangkat/Gol. : Lektor / III-c d. Unit Kerja : Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNLAM Banjarmasin 4. Jumlah Anggota dalam tim : 6 (enam) orang a. Nama : Asrid Juniar, SE, MM. NIP : 197806182005011001 Pangkat/Gol. : Lektor/ III-d Unit Kerja : FEB UNLAM Banjarmasin b. Nama : Redawati, SE, M.Fin. NIP : 197507232000032002 Pangkat/Gol. : Lektor/ III-c Unit Kerja : FEB UNLAM Banjarmasin c. Nama : Rini Rahmawati, SE, MM. NIP : 197602122002122001 Pangkat/Gol. : Lektor/ III-d Unit Kerja : FEB UNLAM Banjarmasin
d. Nama : Ida Mulyana NIM : C1B111051 Jurusan : Manajemen FEB Unlam e. Nama : Riskitiasari NIM : C1B111005 Jurusan : Manajemen FEB UNLAM f. Nama : Arif Fahyudi NIM : C1B112090 Jurusan : Manajemen FEB UNLAM
5. Jangka waktu Penelitian : 4 (empat) bulan 6. Sumber Dana : PNBP FEB Unlam Tahun 2015 7. Dana Penelitian : Rp. 15.000.000,- (Lima belas juta rupiah) Banjarmasin, Desember 2015 Ketua Jurusan Manajemen, Ketua Peneliti, Ahmad Rifani, SE, MM. Dr. Meina Wulansari Y, SE, M.Si. NIP. 197807052003121002 NIP. 197905032005012001 Mengetahui / Menyetujui Menyetujui Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat UNLAM, Dr. H.M. Riza Firdaus, SE, MM. Prof. Dr. Ir. H.M. Arief Soendjoto, M.Sc. NIP. 196709091993031001 NIP. 196006231988011001

iii iii
ABSTRAKSI
Tujuan dari penel i t ian ini adalah untuk menemukan bukti empir is tentang ter jadinya fenomena underpricing dan kinerja jangka pendek dan jangka panjang perusahaan yang melakukan ini t ial publ ic offer ing di Indonesia. Dalam penel i tian ini terdapat 71 perusahaan yang melakukan ini t ial publ ic offer ing dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2012. Setelah di lakukan pemil ihan sampel berdasarkan metode purposive sampl ing, terdapat 44 sampel perusahaan yang masuk dalam penel i t ian ini . Hasi l dari pengujian one sample t test menunjukan bahwa dalam jangka pendek kinerja saham terl ihat outperformed sedangkan dalam jangka panjang kiner ja saham terl ihat underperformed. Hasi l dari uji paired sample t test menunjukan bahwa ada perbedaan yang signi f ikan antara kinerja jangka panjang dan jangka pendek pada perusahaan yang melakukan IPO.
Kata kunci : Initial Public Offering, Underpricing, Outperformed, Underperformed.

iv iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan limpahan dan petunjuk-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian ini.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada yang terhormat :
1. Bapak Dekan Fakultas Ekonomi yang telah mengijinkan penulis untuk melakukan
penelitian.
2. Ketua Jurusan Manajemen yang telah mendorong dan mengijinkan penulis untuk
melakukan penelitian.
3. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah banyak
membantu menyelesaikan penelitian ini.
Semoga Allah SWT berkenan pula memberikan penghargaan kepada semua pihak
yang telah membantu penulis.
Banjarmasin, Desember 2015
Penulis

v
DAFTAR ISI
REKAPITULASI PENELITIAN .............................................................. ii ABSTRAKSI .......................................................................................... iii KATA PENGANTAR ............................................................................. iv DAFTAR ISI ........................................................................................... v BAB I. PENDAHULUAN .................................................................... 1 1.1 Latar Belakang Masalah ................................................... 1 1.2 Tujuan Khusus.................................................................. 6 1.3 Urgensi (Keutamaan) Penelitian ...................................... 7 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................ 8 2.1 Initial Public Offering (IPO) ................................................ 8 2.2 Hipotesis Pasar Modal Efisien ....................................... 15 2.3 Informasi Asimetri ............................................................. 17 2.4 Kinerja Saham .................................................................. 18 2.5 Return dan Abnormal Return ............................................ 19 2.6 Kinerja Jangka Pendek dan Jangka Panjang ................... 21 2.7 Underpricing dan Overpricing ........................................... 22 2.8 Hipotesis Penelitian .......................................................... 24 BAB III. METODE PENELITIAN .......................................................... 25 3.1 Jenis, Sumber dan Metode Pengumpulan Data ............... 25 3.2 Populasi dan Sampel ........................................................ 26 3.3 Definisi Operasional Variabel ........................................... 28 3.4 Teknik Analisis Data ......................................................... 30 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................. 32 4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian ................................. 32 4.2 Initial Return ..................................................................... 33
4.3 Statistik Deskriptif............................................................. 37 4.4 Kinerja Saham Jangka Pendek ........................................ 40 4.5 Kinerja Saham Jangka Panjang ....................................... 44 4.6 Perbedaan Kinerja Saham Jangka Pendek dan Jangka
Panjang ............................................................................ 48 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................. 51 5.1 Kesimpulan ....................................................................... 51 5.2 Saran ................................................................................ 52 DAFTAR PUSTAKA

vi
LAMPIRAN-LAMPIRAN

1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Penawaran Umum Perdana atau Initial Public Offering (IPO)
merupakan kegiatan perusahaan untuk menjual sahamnya kepada publik
melalui pasar modal untuk pertama kalinya. Kegiatan penawaran umum
perdana atau IPO dilakukan sebagai salah satu alternatif untuk
memperoleh sumber dana. Perusahaan bisa menggunakan dana hasil
dari penjualan saham perdana untuk menjaga kelangsungan hidup
perusahaan atau pengembangan perusahaan. Dana yang diperoleh
melalui penawaran umum perdana bisa digunakan oleh perusahaan untuk
berbagai kegiatan, inverstor harus mengetahui dan memahami tujuan dari
perusahaan tersebut.
IPO diharapkan akan berakibat pada membaiknya prospek
perusahaan yang terjadi karena adanya dana segar yang masuk ke
perusahaan. Membaiknya prospek perusahaan ini akan menyebabkan
harga saham yang ditawarkan menjadi lebih tinggi. Kinerja perusahaan
sebelum IPO merupakan informasi bagi investor mengenai pertumbuhan
kinerja perusahaan. Investor berharap bahwa kinerja perusahaan
berikutnya sesudah IPO dapat dipertahankan atau bahkan dapat lebih
ditingkatkan (Handayani, 2008).

2
Tambunan (2013) menyatakan bahwa pada umumnya perusahaan
memiliki tiga hal dari hasil penawaran umum perdana yaitu ekspansi
usaha, membayar utang, dan modal kerja. Investor perlu memperhatikan
secara baik tujuan dari perusahaan, hal ini bisa dilihat melalui prospektus
yang diterbitkan oleh emiten. Ang (1997) menyatakan bahwa prospektus
adalah suatu barang cetakan atau media cetak yang berisi informasi
mengenai perusahaan yang akan melaksanakan penawaran penjualan
saham kepada masyarakat umum dan informasi yang terkandung
didalamnya untuk disebarluaskan kepada masyarakat umum sebagai
pelaksanaan keterbukaan informasi. Setelah mendapat prospektus maka
informasi mengenai perusahaan bisa dipelajari oleh investor untuk
mengetahui prospek dan risiko investasi pada saham perusahaan tersebut
karena akan mempengaruhi terhadap hasil investasi.
Darmadji dan Fahruddin (2008) menjelaskan bahwa saham (stock
atau share) merupakan suatu tanda penyertaan atau pemilikan seseorang
atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Pemilik
saham adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga
tersebut, sedangkan wujud dari saham berupa selembar kertas. Porsi
pemilikan saham ditentukan dari seberapa besar penyertaan yang
ditanamkan di perusahaan tersebut. Hal-hal yang menjadi pertimbangan
investor dalam investasi adalah hasil yang diharapkan dan tingkat risiko
yang dihadapi. Hasil yang diharapkan dari investasi akan terwujud setelah
melewati jangka waktu tertentu dan selama jangka waktu tersebut

3
terdapat risiko pada investasi yang dilakukan. Semakin besar risiko yang
dihadapi dan harus ditanggung maka semakin besar tingkat pengembalian
yang harus dikompensasikan.
Salah satu hal yang menarik untuk diteliti ketika perusahaan
melakukan IPO adalah terjadinya beberapa anomali pada bursa saham.
Hasil penelitian tentang perilaku diseputaran IPO menghasilkan tiga
anomali utama yaitu terjadinya underpricing, short run outperformed dan
long run underperformance. Fenomena kinerja saham yang menunjukkan
underpricing merupakan fenomena yang umum terjadi di pasar modal di
dunia, tanpa terkecuali di Indonesia. Fenomena ini umumnya terjadi dalam
jangka pendek yaitu setelah perusahaan melakukan penawaran saham
perdana di pasar primer dan memasuki pasar sekunder. Fenomena
underpricing di pasar modal Amerika diantaranya didokumentasikan oleh
Ibbotson (1975) yang menemukan rata-rata underpricing sebesar 11,4%
terjadi pada saham-saham perusahaan setelah melakukan IPO tahun
1960-1969. Lebih lanjut Ibbotson, et al (1993) menemukan rata-rata
underpricing sebesar 15,3% terjadi pada saham-saham perusahaan
setelah melakukan IPO dari tahun 1960-1992. Di Indonesia sendiri,
fenomena underpricing juga terjadi pada perusahaan perusahaan yang
melakukan IPO. Tabel 1.1. memperlihatkan fenomena underpricing yang
terjadi pada Bursa Efek Indonesia tahun 2009 – 2012

4
Tabel 1.1. Perusahaan yang melakukan IPO di BEI dan Perusahaan yang
mengalami Overpricing, Underpricing periode 2009 – 2012
Sumber : Bursa Efek Indonesia, data diolah (2015)
Tabel 1.1. memperlihatkan fenomena terjadinya underpricing pada
saat melakukan penawaran pasar perdana ke publik dari tahun 2009
sampai dengan 2012. Dari 84 emiten sebanyak 68 emiten atau sebesar
80,95 % emiten mengalami underpricing, sedangkan sebanyak 13 emiten
atau sebesar 15,48% mengalami overpricing dan 3 emiten tidak
mengalami underpricing maupun overpricing. Fenomena terjadinya
underpricing yang terbanyak ada pada tahun 2010 yaitu sebesar 22
emiten dari 23 emiten yang melakukan IPO.
Menurut Beatty (1989), kondisi underpricing menimbulkan dampak
yang berbeda bagi perusahaan dan investor. Perusahaan tidak akan
diuntungkan apabila terjadi underpricing, karena dana yang diperoleh dari
go public tidak maksimum. Sebaliknya, jika terjadi overpricing pada saat
IPO, maka investor yang akan merugi, karena mereka tidak menerima
initial return yaitu keuntungan yang diperoleh pemegang saham karena
perbedaan harga saham yang dibeli di pasar perdana saat IPO dengan
harga jual yang bersangkutan di hari pertama di pasar sekunder.
Tahun Perusahaan
IPO Underpricing Overpricing
Non (Underpricing/Overpricing)
2009 13 8 4 1
2010 23 22 1 0
2011 25 17 7 1
2012 23 21 1 1
Total 84 68 13 3

5
Dalam pengamatan lebih lanjut beberapa hasil penelitian
menunjukan bahwa ternyata kinerja saham yang melakukan IPO banyak
yang mengalami penurunan dalam jangka waktu yang lebih lama.
Penurunan kinerja saham yang dimaksud adalah menurunnya harga
saham dalam jangka panjang (underperformed). Ritter (1991) menemukan
bahwa rata-rata return saham penawaran umum perdana (IPO) di bursa
saham Amerika Serikat ditemukan sebesar -29,13% diakhir tahun ketiga
setelah IPO. Hasil tersebut sejalan dengan penelitian Guntoro dkk (2008)
bahwa kinerja saham jangka panjang pada perusahaan yang melakukan
IPO akan mengalami underperformed. Disamping itu hasil penelitian
Guntoro dkk (2008) menemukan terjadinya perbedaan kinerja saham
jangka pendek dan kinerja saham jangka panjang. Kondisi ini terjadi
karena informasi asimetri terjadi pada kelompok informed investor dan
uninformed investor.
Berkaitan dengan underperformance, Ritter (1991) menyimpulkan
ada empat penyebabnya. Pertama, Pandangan dari investor mengenai
pola harga memberikan gambaran mengenai kesempatan untuk strategi
perdagangan yang aktif untuk mendapatkan superior returns, kedua, non-
zero aftermarket performance menimbulkan pertanyaan tentang efisiensi
informasi dipasar IPO. Ketiga, Periode tingginya volume perdagangan
yang berkaitan dengan long run underperformance yang rendah
mengindikasikan keberhasilan waktu pelepasan (timing) perusahaan-
perusahaan yang melepaskan ekuitasnya dan yang keempat adalah

6
derajat rendahnya tingkat pengembalian setelah IPO lebih rendah bagi
perusahaan go public.
Penelitian ini ingin menguji kembali dari beberapa penelitian yang
sudah dilakukan sebelumnya serta mengembangkannya sehingga dapat
membuktikan kebenaran teori dari penelitian sebelumnya masih layak
atau tidak jika diterapkan dalam masa sekarang ini. Kinerja saham yang
diukur dalam penelitian ini merupakan kinerja dari perusahaan-
perusahaan yang melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia periode Januari
2009 sampai dengan desember 2012. Untuk melihat performa masing-
masing perusahaan pada kinerja saham dalam jangka panjang mengalami
underperformance dan kinerja saham jangka pendek mengalami
outperformance dilihat melalui harga penawaran saham perdana dari
masing-masing perusahaan.
1.2. Tujuan Khusus
Berkaitan dengan hal tersebut di atas, Usulan penelitian ini disusun
dengan tujuan untuk mengetahui apakah fenomena underpricing,
outperformed dan underperformed terjadi di Bursa Efek Indonesia.
Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan
yang signifikan antara kinerja saham jangka pendek dan jangka panjang
pada perusahaan yang melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia. Hasil
penelitian ini diharapkan mampu menjelaskan mengenai fenomena

7
anomali pasar saham yang terjadi di Bursa Efek Indonesia pada saat
perusahaan melakukan IPO.
1.3. Urgensi (Keutamaan) Penelitian
Hal-hal yang menjadi pertimbangan investor dalam investasi adalah
hasil yang diharapkan dan tingkat risiko yang dihadapi. Hasil yang
diharapkan dari investasi akan terwujud setelah melewati jangka waktu
tertentu dan selama jangka waktu tersebut terdapat risiko pada investasi
yang dilakukan. Semakin besar risiko yang dihadapi dan harus ditanggung
maka semakin besar tingkat pengembalian yang harus dikompensasikan.
Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah
fenomena underpricing, outperformance dan underperformance terjadi
pada Bursa Efek Indonesia sehingga hasil penelitian ini dapat menjadi
pertimbangan bagi emiten/calon emiten dalam menentukan offering price
sehingga tidak terjadi underpricing yang dapat merugikan emiten.

8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Initial Public Offering (IPO)
Perusahaan yang membutuhkan dana dapat melakukan penerbitan
surat – surat berharga seperti saham (stock), obligasi (bond), dan
sekuritas lainnya. Surat berharga yang baru dijual dapat berupa
penawaran perdana ke publik (initial public offering atau IPO) atau
tambahan surat berharga baru jika perusahaan sudah go public. Initial
Public Offering (IPO) merupakan kegiatan yang dilakukan perusahaan
dalam rangka penawaran umum penjualan saham perdana (Ang, 1997).
Setelah saham dijual di pasar perdana kemudian saham tersebut
didaftarkan di pasar sekunder (listing).
Penawaran umum perdana (IPO) merupakan suatu persyaratan
yang harus dilakukan bagi emiten yang baru pertama kali menjual
sahamnya di Bursa Efek. Keputusan perusahaan untuk menjadi
perusahaan go public merupakan keputusan yang tidak tanpa perhitungan
karena perusahaan dihadapkan pada beberapa konsekuensi yang
menguntungkan (benefits) maupun yang merugikan (cost). Alasan
dilakukan go public adalah karena dorongan atas kebutuhan modal
(capital need).
Perusahaan yang go public adalah perusahaan yang mengalami
pertumbuhan yang pesat. Karena pertumbuhan yang pesat, perusahaan

9
dituntut untuk mampu menyediakan dana untuk keperluan ekspansi dan
untuk keperluan investasi baru. Menurut Daljono (2000), hal
menguntungkan yang dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam
melaksanakan penawaran umum antara lain bahwa melalui go public,
perusahaan akan mendapatkan dana segar yang dapat digunakan
sebagai modal untuk jangka panjang dan juga sangat berguna untuk
mengembangkan perusahaan, membayar utang dan tujuan-tujuan lainnya.
Manfaat go public, dapat pula meningkatkan nilai pasar dari perusahaan
karena umumnya perusahaan yang sudah menjadi perusahaan publik,
likuiditasnya akan lebih meningkat bila dibandingkan dengan perusahaan
yang masih tertutup.
Initial Public Offering yang dilakukan oleh perusahaan juga akan
meningkatkan kekayaan bersih perusahaan, tanpa perlu membayar
kembali atau meminta tambahan pinjaman. Disamping itu citra dan
perkembangan perusahaan akan meningkat karena suatu perusahaan
yang semula lingkup usahanya hanya bersifat nasional akan lebih mudah
untuk dapat melakukan ekspansi ke tingkat internasional seiring dengan
penjualan sahamnya. Jika penawaran ini sukses, maka peningkatan citra
perusahaan itu dengan sendirinya akan menyertai pula.
Menurut Sunariyah (2006), ada empat alasan mengapa perusahaan
ingin melakukan penawaran umum dan menerbitkan serta menjual
sahamnya kepada masyarakat yaitu:

10
1. Meningkatkan modal Perusahaan. Dari segi perusahaan, dana
yang masuk dari masyarakat ke perusahaan akan memperkuat
kondisi permodalan yang akan meningkatkan kemampuan
perusahaan.
2. Memungkinkan pendiri untuk diversifikasi usaha. Dengan menjual
saham pada masyarakat akan memberi indikasi mengenai
beberapa harga saham menurut penilaian masyarakat yang dapat
memberi kesempatan bagi perusahaan untuk menunaikan seluruh
atau sebagian sahamnya dengan laba kenaikan harga saham.
Dengan demikian perusahaan akan memperoleh keuntungan
kenaikan harga yang dapat digunakan untuk mengadakan
diversifikasi penanaman dananya.
3. Mempermudah usaha pembelian perusahaan lain.Para pemegang
saham perusahaan sebelum penawaran umum mempunyai
kesempatan untuk mencari dana dari lembaga-lembaga keuangan
tanpa melepaskan sahamnya. Dengan pinjaman tersebut, dapat
dijadikan pembayaran untuk mengambil alih perusahaan lain.
(Share swap, yaitu membeli perusahaan lain tanpa mengeluarkan
uang tunai, tetapi membayar dengan saham yang listed di bursa).
4. Nilai perusahaan. Penawaran umum memungkinkan masyarakat
maupun manajemen mengetahui nilai perusahaan yang tercermin
pada kekuatan tawar-menawar saham. Apabila perusahaan
diperkirakan sebagai perusahaan yang mempunyai prospek pada

11
masa yang akan datang, maka nilai saham menjadi lebih tinggi dan
begitu pula sebaliknya.
Beberapa keuntungan yang didapatkan oleh perusahaan karena
melakukan penawaran umum, yaitu (Jogiyanto, 2010: 35):
1. Kemudahan meningkatkan modal di masa mendatang. Perusahaan
yang masih tertutup, calon investor biasanya enggan untuk
menanamkan modalnya disebabkan kurangnya keterbukaan
informasi keuangan antara pemilik dan investor. Sedang untuk
perusahaan yang sudah melakukan penawaran umum, informasi
keuangan harus dilaporkan ke publik secara reguler yang
kelayakannya sudah diperiksa oleh akuntan publik.
2. Meningkatkan likuiditas bagi pemegang saham Perusahaan yang
masih tertutup dan belum mempunyai pasar untuk sahamnya,
pemegang saham akan lebih sulit untuk menjual saham yang
dimilikinya dibandingkan jika perusahaan sudah melakukan
penawaran umum.
3. Nilai pasar perusahaan diketahui Berkaitan dengan alasan-alasan
tertentu, nilai perusahaan perlu diketahui. Misalnya jika perusahaan
ingin memberikan insentif dalam opsi saham (stock option) kepada
manajer-manajernya, maka nilai sebenarnya dari opsi tersebut
perlu diketahui. Jika perusahaan masih tertutup, nilai opsi sulit
ditentukan.
Di samping beberapa keuntungan dari perusahaan yang melakukan

12
penawaran umum, beberapa kerugiannya adalah sebagai berikut
(Jogiyanto, 2010: 35-36):
1. Biaya laporan yang meningkat. Perusahaan yang sudah melakukan
penawaran umum, pada setiap kuartal dan tahunnya harus
menyerahkan laporan-laporan kepada regulator. Laporan-laporan
ini sangat mahal terutama untuk perusahaan yang ukurannya kecil.
2. Pengungkapan (disclosure). Beberapa pihak di dalam perusahaan
umumnya keberatan dengan ide pengungkapan. Manajer enggan
mengungkapkan semua informasi yang dimiliki karena dapat
digunakan oleh pesaing. Sedang pemilik enggan mengungkapkan
informasi tentang saham yang dimilikinya karena publik akan
mengetahui besarnya kekayaaan yang dimiliki.
3. Ketakutan untuk diambil alih. Manajer perusahaan yang hanya
mempunyai hak veto kecil akan khawatir jika perusahaan
melakukan penawaran umum. Manajer perusahaan publik dengan
hak veto yang rendah umumnya diganti dengan manajer yang baru
jika perusahaan diambil alih.
Tahapan penawaran umum saham terbagi menjadi 4 (empat) tahap
sebagai berikut (Darmadji dan Fakhruddin, 2008) :
1. Tahapan Persiapan
Tahapan ini merupakan tahapan awal dalam rangka mempersiapkan
segala sesuatu yang berkaitan dengan proses Penawaran Umum.
Pada tahap yang paling awal perusahaan yang akan menerbitkan

13
saham terlebih dahulu melakukan Rapat Umum Pemegang Saham
(RUPS) untuk meminta persetujuan para pemegang saham dalam
rangka Penawaran Umum saham. Setelah mendapat persetujuan,
selanjutnya emiten melakukan penunjukan penjamin emisi, lembaga
dan profesi penunjang pasar modal seperti akuntan publik, konsultan
hukum, penilai dan notaris. Pihak-pihak yang membantu emiten dalam
proses penerbitan saham, antara lain:
a. Penjamin Emisi (underwriter)
Merupakan pihak yang paling banyak terlibat dalam membantu
emiten dalam rangka penerbitan saham. Kegiatan yang dilakukan
penjamin emisi antara lain menyiapkan berbagai dokumen,
menyiapkan prospektus, dan lain-lain.
b. Akuntan Publik
Bertugas melakukan audit atau pemeriksaan atas laporan keuangan
perusahaan.
c. Penilai
Melakukan penilaian terhadap aktiva tetap perusahaan dan
menentukan nilai wajar dari aktiva tetap tersebut.
d. Konsultan Hukum
Memberikan pendapat dari segi hukum (legal opinion).
e. Notaris

14
Melakukan perubahan atas Anggaran Dasar, membuat akta
perjanjian- perjanjian dalam rangka penawaran umum dan juga
notulen-notulen rapat.
2. Tahap Pengajuan Pernyataan Pendaftaran
Pada tahap ini, dilengkapi dengan dokumen-dokumen pendukung
(laporan keuangan yang telah diaudit, pendapat dari konsultan hukum,
dan berbagai dokumen lainnya) menyampaikan pendaftaran kepada
Badan Pengawas Pasar Modal hingga Bapepam menyatakan
Pernyataan Pendaftaran menjadi Efektif. Pernyataan Efektif dari
Bapepam merupakan “tiket” bagi perusahaan untuk melakukan
Penawaran Umum di Pasar Perdana.
3. Penawaran Umum (Pasar Perdana)
Tahapan ini merupakan tahapan utama, karena pada waktu inilah
emiten menawarkan saham kepada masyarakat investor. Investor
dapat membeli saham tersebut melalui agen-agen penjual yang telah
ditunjuk. Masa Penawaran Umum sekurang-kurangnya tiga hari kerja
(yaitu masa dimana masyarakat mengisi formulir pemesanan dan
penyerahan uang untuk diserahkan ke agen penjual). Perlu diingat
pula bahwa tidak seluruh keinginan investor terpenuhi dalam tahapan
ini. Misal, saham yang dilepas ke pasar perdana sebanyak 100 juta
saham sementara yang ingin dibeli seluruh investor berjumlah 150 juta
saham. Investor tersebut dapat membeli di pasar sekunder yaitu

15
setelah saham dicatatkan di Bursa Efek, jika investor tidak
mendapatkan saham pada pasar perdana.
4. Pencatatan saham di Bursa Efek
Setelah selesai penjualan saham di pasar perdana, selanjutnya
saham tersebut dicatatkan di Bursa Efek. Di Indonesia, saham dapat
dicatatkan di Bursa Efek Indonesia.
2.2. Hipotesis Pasar Modal yang Efisien
Hipotesis pasar modal yang efisien mengatakan bahwa harga
sekuritas akan segera mencerminkan informasi yang relevan. Dengan
kata lain, keputusan investasi yang dilakukan oleh para pemodal
merupakan reaksi atas informasi yang mereka terima. Semakin cepat
informasi baru tercermin pada harga sekuritas, semakin efisien pasar
modal tersebut. Harga-harga sekuritas akan cepat menyesuaikan bila ada
informasi baru yang muncul, dan setelah terjadi penyesuaian para
pemodal tidak akan mampu untuk mendapatkan tingkat keuntungan diatas
normal (abnormal return) dengan melakukan transaksi perdagangan di
bursa efek. Efisiensi pasar modal yang dikaitkan dengan bagaimana pasar
bereaksi terhadap informasi yang tersedia ini dibuat dengan efisiensi
pasar secara informasi (Jogiyanto, 2000).
Pasar modal dikatakan efisien jika harga-harga saham
mencerminkan semua informasi yang tersedia. Foster menyatakan bahwa
harga efisien pasar modal berkaitan dengan suatu item informasi tertentu

16
(Foster, 1986). Pasar modal efisien terhadap suatu item informasi jika
investor tidak mungkin memperoleh abnormal return – return yang lebih
besar dari expected return dalam suatu investasi pada kondisi normal –
secara konsisten dengan memanfaatkan item informasi tersebut. Pasar
modal efisien difokuskan pada variabel pasar keseluruhan (seperti harga
saham atau return sekuritas) dan bukannya pada perilaku individual.
Efisiensi pasar modal dibedakan ke dalam 3 bentuk, yaitu efisiensi
bentuk lemah, efisiensi bentuk kuat dan efisiensi bentuk setengah kuat.
Hipotesis pasar modal yang efisiensi dalam bentuk lemah menyatakan
bahwa harga saham mencerminkan semua informasi yang ada pada
catatan harga di waktu lalu. Sedangkan hipotesis pasar yang efisien
dalam bentuk kuat menyatakan bahwa semua informasi yang relevan dan
tersedia, tercermin dalam harga saham. Jadi baik informasi yang telah
dipublikasikan maupun informasi yang belum dipublikasikan (private
information) akan tercermin dalam harga saham.
Terakhir, hipotesis pasar yang efisien dalam bentuk setengah kuat
menyatakan bahwa harga saham mencerminkan semua informasi yang
tersedia kepada publik. Informasi publik akan tercermin ke dalam harga
saham secara cepat dan tidak bias. Investor tidak akan dapat memperoleh
return di atas normal dengan membeli saham atas dasar suatu publikasi.

17
2.3. Informasi Asimetri
Fenomena underpricing dan overpricing itu dikarenakan adanya
mispriced di pasar perdana sebagai akibat adanya ketidakseimbangan
informasi antara pihak penjamin emisi dengan pihak perusahaan (emiten)
maupun adanya ketidakseimbangan informasi antar investor. Literatur
keuangan masalah tersebut disebut adanya informasi asimetri (Daljono,
2000). Pada ketidakseimbangan informasi antara penjamin emisi dan
emiten atau disebut model Baron (1982), penjamin emisi dianggap
memiliki informasi yang lebih tinggi mengenai permintaan saham-saham
perusahaan emiten daripada emiten itu sendiri. Penjamin emisi akan
memanfaatkan informasi yang dimilikinya untuk memperoleh kesepakatan
optimal dengan emiten yaitu dengan memperkecil resiko keharusan
membeli saham yang tidak laku dijual. Emiten kurang memiliki informasi
maka emiten harus menerima harga yang diberikan penjamin emisi bagi
penawaran sahamnya. Model ini mengimplikasikan bahwa lebih besar
ketidakpastian emiten mengenai kewajaran harga sahamnya, lebih besar
permintaan terhadap jasa penjamin emisi dalam penetapan harga ini.
Kompensasi atas informasi yang diberikan penjamin emisi adalah dengan
mengijinkan penjamin emisi menawarkan harga perdana sahamnya
dibawah harga equilibrium (Trisnawati, 1999).
Ketidakseimbangan informasi antar investor atau disebut model
Rock (1986), terdapat 2 jenis investor yaitu informed investor dan
uninformed investor. Informed investor mengetahui informasi lebih banyak

18
mengenai prospek perusahaan emiten, maka mereka akan membeli
saham-saham IPO yang diketahui pada pasar sekunder akan melebihi
harga perdana atau mengalami underpriced saja. Uninformed investor
karena kurang memiliki informasi mengenai perusahaan emiten, akan
melakukan penawaran secara sembarangan baik pada saham-saham IPO
yang underpriced maupun yang overpriced. Akibatnya kelompok
uninformed investor memperoleh proporsi yang lebih besar dalam saham
IPO yang overpriced. Uninformed investor menerima saham-saham IPO
yang tidak proporsional, maka uninformed investor akan meninggalkan
pasar perdana., solusi terhadap masalah tersebut maka saham-saham
IPO harus cukup underpriced (Trisnawati, 1999).
2.4. Kinerja Saham
Kinerja saham mengindikasikan kinerja pasar perusahaan dan akan
diukur dengan menggunakan harga saham perusahaan yang beredar di
pasar modal. Kinerja saham dalam penelitian ini diukur dengan
menggunakan tingkat pengembalian (return) saham.
Suatu saham dalam pasar modal memiliki kinerja tersendiri. Kinerja itu
bisa dikatakan baik bila memberikan return yang tinggi kepada investor
sedangkan kinerja saham dikatakan buruk bila return yang diberikan
perusahaan sangat rendah dan bahkan tidak memberikan return. Return
merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Return dapat berupa
realisasi yang sudah terjadi atau return ekspektasi yang belum terjadi

19
tetapi yang diharapkan akan terjadi di masa mendatang (Jogiyanto,
2010:205). Return merupakan salah satu faktor yang memotivasi investor
berinvestasi dan juga merupakan imbalan atas keberanian investor
menanggung risiko atas investasi yang dilakukannya.
2.5. Return dan Abnormal Return
Return merupakan hasil atau keuntungan dari sebuah investasi
yang dilakukan oleh investor. Setiap investor memiliki tujuan yang sama
yaitu untuk memaksimalkan return. Menurut Tandelilin (2010) return
merupakan salah satu faktor yang memotivasi investor untuk berinvestasi
dan juga merupakan imbalan atas keberanian investor menanggung risiko
atas investasi yang dilakukan. Semakin besar return yang dihasilkan suatu
investasi maka akan semakin besar pula daya tarik investasi tersebut bagi
investor walaupun tetap memperhitungkan faktor risiko yang dimiliki oleh
investasi tersebut.
Efisiensi dalam pasar modal menunjukan secara tidak langsung
bahwa seluruh informasi relevan yang tersedia tentang suatu sekuritas
langsung tercermin dalam harganya. Dengan kata lain, sebuah pasar yang
efisien adalah pasar dimana harga surat berharga saat ini memberikan
estimasi terbaik tentang nilainya yang sebenarnya. Jones (2002)
menyatakan secara implisit bahwa dalam suatu pasar modal yang efisien,
tidaklah mungkin untuk secara sistematis memperoleh atau kehilangan

20
profit yang abnormal dari perdagangan berdasarkan informasi yang
dipublikasikan.
Husnan (2001) menyatakan bahwa Abnormal Return merupakan
selisih antara tingkat keuntungan yang sebenarnya dengan tingkat
keuntungan yang diharapkan. Selisih return akan positif jika return yang
didapat lebih besar dari return yang diharapkan atau return yang dihitung,
sedangkan return akan negatif jika return yang didapat lebih kecil dari
return yang diharapkan atau return yang dihitung (Jogiyanto, 2010).
Dalam berbagai literatur, abnormal return sering digunakan sebagai
dasar pengujian efisiensi pasar. Pasar dikatakan efisien jika tidak satupun
pelaku pasar yang menikmati abnormal return dalam jangka yang cukup
panjang. Aggrawal et al (1993) menyatakan bahwa selain digunakan untuk
dasar pengujian efisiensi pasar, abnormal return juga dapat digunakan
untuk melakukan penilaian kinerja surat berharga.
Pada dasarnya ada beberapa model untuk menghitung abnormal
return, diantaranya adalah market model/single index model dan Capital
Asset Pricing Model. Kedua model ini dilakukan dengan menggunakan
estimasi untuk beta, tingkat bunga bebas risiko dan return pasar. Pada
penelitian ini peneliti menggunakan perhitungan abnormal return seperti
yang dilakukan pada penelitian Aggrawal et al (1993). Alasan
menggunakan model ini untuk mempermudah perhitungan karena bagi
perusahaan yang baru go publik sulit untuk menentukan beta yang tepat.

21
2.6. Kinerja Jangka Pendek dan Jangka Panjang
Kinerja jangka pendek adalah kinerja saham dalam jangka waktu
kurang dari satu tahun. Menurut Ritter (1991), faktor yang bisa
menjelaskan terjadinya underperformance adalah kesalahan dalam
pengukuran risiko, bad luck dan terlalu optimisnya investor terhadap
prospek perusahaan. Aggarwal (1993) meneliti kinerja IPO di negara-
negara Amerika Latin (Brasil, Chili, Meksiko) untuk periode 1980 sampai
1990. Hasil yang ditemukan di tiga negara ini konsisten dengan pola yang
ditemukan di negara lain, termasuk Indonesia (Prastiwi dan Kusuma,
2001) yaitu kinerja jangka pendek positif.
Kinerja jangka panjang adalah kinerja saham dalam jangka waktu
lebih dari satu tahun. Dari peneltian Arosio (2001) yang menguji mengenai
fenomena underperformance pada kinerja periode jangka panjang dari
IPO yang dilakukan di Italia. Hasil yang didapatkan pada sebagian besar
IPO yang terjadi mengalami outperformance setelah 1, 5, dan 10 hari
perdagangan dan setelah 2 atau 3 tahun perdagangan akan mengalami
underperformance di pasar, meskipun return saham IPO yang terjadi di
era 80-an tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan dengan return
saham-saham lainnya. Kooli dan Suret (2002) dalam penelitiannya
mengenai perilaku dari saham IPO di Kanada. Didapatkan hasil bahwa
secara signifikan kinerja periode jangka panjang dari IPO di Kanada
mengalami underperformance pada pasar yang sama.

22
Prastiwi dan Kusuma (2001) meneliti mengenai kinerja surat berharga
setelah penawaran perdana di Indonesia dengan melihat perbedaan dari
kinerja periode jangka panjang pendek dan periode jangka panjang.
Didapatkan hasil bahwa kinerja surat berharga pada periode jangka
pendek cukup baik (outperformance) sedangkan kinerja periode jangka
panjang mengalami penurunan (underperformance). Terdapat perbedaan
yang signifikan antara kinerja jangka pendek dan kinerja jangka panjang
pada surat berharga yang dibeli pada harga perdana.
2.7. Underpricing dan Overpricing
Menurut Gumanti (2004), underpricing adalah suatu kondisi dimana
secara rata-rata harga pasar saham perusahaan lebih tinggi dibandingkan
dengan harga penawarannya. Pengertian overpricing adalah suatu kondisi
dimana harga pasar saham perusahaan secara rata-rata cenderung lebih
rendah dibandingkan dengan harga penawarannya. Fenomena terjadinya
underpricing umumnya dijumpai di hampir semua pasar modal di dunia.
Menurut Brigham (1993) dalam Gumanti (2004) definisi
underpricing adalah “stock are underpriced if they begin at the public
markets at a price that is higher than the offering price”. Berdasarkan
definisi tersebut, maka underpricing ditandai dengan peningkatan harga
saham yang mendorong terjadinya pendapatan abnormal positif selama
periode perdagangan tertentu setelah emisi pertama (Sudana & Prasetyo,
2000). Pendapatan ini disebut dengan initial return, atau return yang

23
diterima investor akibat perbedaan harga saham perdana dengan harga
jual saham hari pertama di pasar sekunder.
Pengukuran underpricing saham akan menggunakan initial return
(IR) yang dilakukan oleh Handayani (2008). IR merupakan return awal
yang diterima oleh investor atas selisih antara harga penutupan saham
(closing price) pasar sekunder dan penawaran perdana (IPO) dibagi
dengan closing price IPO. Teori-teori yang menjelaskan tentang
underpricing dan yang telah diuji di berbagai penelitian empiris biasanya
bermuara pada asymetry informasi baik antara pemilik perusahaan dan
calon investor, antar calon investor dan antara issuer dan penjamin emisi.
Bagi perusahaan yang mengeluarkan saham, bila terjadi
underpricing berarti kehilangan kesempatan untuk mendapatkan dana
secara maksimal, sebaliknya jika terjadi overpricing perusahaan berhasil
menghimpun dana secara maksimal. Fenomena underpricing merupakan
gejala umum setiap pasar modal, namun faktor yang mempengaruhinya
berbeda ditiap pasar modal. Hal ini tergantung pada karakteristik dan
kondii ekonomi tempat pasar modal berada.
Kunz dan Anggrawal (1994) yang melakukan penelitian di
Switzerland mensinyalir bahwa underpricing sengaja dilakukan oleh
underwriter untuk mendapatkan manfaat yang akan diperoleh dalam
jangka panjang. Hal ini dapat dilakukan oleh underwriter dikarenakan
kurangnya pengalaman emiten dalam melakukan penerbitan saham. Kunz
dan Aggrawal (1994) menduga bahwa jika semakin banyak perusahaan

24
yang melakukan penerbitan saham maka akan mengurangi terjadinya
underpricing. Selain itu mereka juga menyatakan bahwa persaingan dan
pengalaman underwriter merupakan faktor yang mempengaruhi tingkat
underpricing.
2.8. Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini dinyatakan dalam bentuk hipotesis
alternatif sebagai berikut :
H1: Dalam Jangka Pendek Kinerja saham setelah IPO mengalami
outperformed
H2: Dalam Jangka Panjang Kinerja saham setelah IPO mengalami
underperformed
H3: Terdapat perbedaan Kinerja Saham jangka pendek dan Jangka
Panjang

25
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis, Sumber dan Metode Pengumpulan Data
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian komparatif yaitu
mencari perbedaan kinerja saham periode jangka pendek dan periode
jangka panjang setelah penawaran umum perdana. Data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah data sekunder. Secara spesifik data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah harga perdana (offering price),
Closing price perusahaan sampel dan indeks harga saham gabungan 1
bulan, 3 bulan (untuk kinerja jangka pendek) dan 24 bulan (untuk kinerja
jangka panjang) setelah perusahaan perusahaan tersebut listing di Bursa
Efek Indonesia (BEI).
Data yang dikumpulkan adalah data perusahaan yang melakukan
Initial Public Offering (IPO) pada periode Januari 2010 sampai dengan
Desember 2012, sehingga keseluruhan data yang dikumpulkan adalah
data dari bulan Januari 2010 sampai dengan data bulan Desember 2014.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode dokumentasi, yaitu berupa mengumpulkan, mencatat, dan
mengkaji data sekunder yang telah diterbitkan Bursa Efek Indonesia (BEI),
dan Indonesian Capital Market Directory (ICMD). Penelitian ini juga
menggunakan metode kepustakaan, karena memanfaatkan berbagai

26
macam pustaka yang relevan dengan fenomena yang tengah diamati,
seperti jurnal, skripsi, maupun artikel-artikel yang terkait dengan penelitian
3.2. Populasi dan Sampel
Populasi sasaran dalam penelitian ini adalah perusahaan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang melakukan penawaran perdana
atau initial public offering (IPO) dari bulan Januari tahun 2010 sampai
dengan bulan Desember tahun 2012. Jumlah perusahaan yang
melakukan penawaran perdana di BEI dari bulan Januari tahun 2010
sampai dengan bulan Desember tahun 2012 sebanyak 71 Perusahaan.
Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling.
Adapun ketentuan pemilihan sampel didasarkan pada kriteria sebagai
berikut:
a. Perusahaan melakukan IPO periode Januari 2010 sampai dengan
Desember 2012
b. Perusahaan yang masih aktif melakukan perdagangan saham 1
bulan, 3 bulan 6 bulan dan 24 bulan setelah melakukan penawaran
umum perdana (IPO).
c. Harga perdana dan data harga penutupan hari pertama tersedia.
d. Data harga saham bulanan, serta Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG) mulai bulan Januari 2010 – Desember 2014.
Dari kriteria tersebut di atas, diperoleh sebanyak 44 perusahaan dengan
rincian yang tersaji dalam tabel 4.1 berikut:

27
Tabel 3.1 Kriteria Pengambilan Sampel
KETERANGAN 2010 2011 2012 TOTAL
Perusahaan yang melakukan IPO 23 25 23 71
Data harga saham tidak lengkap 7 11 9 27
Total sampel 16 14 14 44
Sumber: KSEI, data diolah 2015
Tabel 3.2. Daftar Sampel
NO Tanggal
IPO Kode
Emiten Nama Perusahaan
Harga IPO
1 13/12/2010 BSIM Bank Sinarmas Tbk 150
2 09/12/2010 BRMS Bumi Resources Minerals Tbk 635
3 30/11/2010 MIDI Midi Utama Indonesia Tbk 275
4 26/11/2010 BORN Borneo Lumbung Energi & Metal Tbk 1170
5 11/11/2010 APLN Agung Podomoro Land Tbk 365
6 26/10/2010 TBIG Tower Bersama Infrastructure Tbk 2025
7 06/10/2010 HRUM Harum Energy Tbk 5200
8 19/08/2010 BRAU Berau Coal Energy Tbk 400
9 12/07/2010 BUVA Bukit Uluwatu Villa Tbk 260
10 09/07/2010 IPOL Indopoly Swakarsa Industry Tbk 210
11 09/07/2010 GREN Evergreen Invesco Tbk 105
12 08/07/2010 BJBR BPD Jawa Barat dan Banten Tbk 600
13 07/07/2010 SKYB Skybee Tbk 375
14 07/07/2010 GOLD Golden Retailindo Tbk 350
15 28/06/2010 ROTI Nippon Indosari Corpindo Tbk 1275
16 09/02/2010 PTPP PP (Persero) Tbk 560
17 06/12/2011 ABMM ABM Investama Tbk 3750
18 21/11/2011 VIVA Visi Media Asia Tbk 300
19 17/11/2011 GEMS Golden Energy Mines Tbk 2500
20 11/10/2011 SUPR Solusi Tunas Pratama Tbk 3400
21 10/10/2011 SMRU SMR Utama Tbk 600
22 13/07/2011 STAR Star Petrochem Tbk 102
23 12/07/2011 PTIS Indo Straits Tbk 950
24 12/07/2011 SDMU Sidomulyo Selaras 225
25 12/07/2011 ALDO Alkindo Naratama 225
26 08/07/2011 TIFA Tifa Finance Tbk 200
27 09/06/2011 SIMP Salim Ivomas Pratama Tbk 1100
28 23/05/2011 BULL Buana Listya Tama Tbk. 155
29 10/05/2011 HDFA HD Finance Tbk 200

28
30 11/04/2011 SRAJ Sejahteraraya Anugerahjaya Tbk 120
31 19/12/2012 WSKT Waskita Karya (Persero) Tbk 380
32 18/12/2012 WIIM Wismilak Inti Makmur Tbk 650
33 12/11/2012 ASSA Adi Sarana Armada Tbk 390
34 08/10/2012 PALM Provident Agro Tbk 450
35 31/08/2012 IBST Inti Bangun Sejahtera Tbk 1000
36 20/07/2012 TELE Tiphone Mobile Indonesia Tbk 310
37 12/07/2012 BJTM Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk
430
38 11/07/2012 GAMA Gading Development Tbk 105
39 09/07/2012 MSKY MNC Sky Vision Tbk 1520
40 06/07/2012 TOBA Toba Bara Sejahtera Tbk 1900
41 07/06/2012 RANC Supra Boga Lestari Tbk 500
42 10/04/2012 BEST Bekasi Fajar Industrial Estate Tbk 170
43 10/02/2012 ESSA Surya Esa Perkasa Tbk 610
44 09/01/2012 PADI Minna Padi Investama Tbk 395
Sumber : KSEI, data diolah 2015
3.3. Definisi Operasional Variabel
Variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik sebuah
kesimpulan (Sugiyono, 2009: 28). Menurut Kidder (1981) dalam Sugiyono
(2011: 3), variabel adalah suatu kualitas dimana peneliti mempelajari dan
menarik kesimpulan darinya. Selanjutnya Menurut Kerlinger (1973) dalam
Sugiyono (2011: 3), variabel adalah konstruk atau sifat yang akan
dipelajari. Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa
variabel adalah sesuatu yang variatif.
Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang
berbentuk apa saja yang yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik
kesimpulannya (Sugiyono: 2011: 2). Untuk menghindari adanya

29
interpretasi yang berbeda mengenai definisi operasional, maka dijelaskan
beberapa hal sebagai berikut :
a) Kinerja Saham yang dimaksud dalam penelitian ini adalah rata-rata
return yang dihitung dengan Market adjusted Abnormal Return,
dalam hal ini juga dihitung Wealth Relative untuk mendukung hasil
pengujian Market Adjusted Abnormal Return. Kedua persamaan
tersebut dikembangkan oleh Aggrawal et al (1993).
b) Kinerja Jangka Pendek adalah Kinerja saham perusahaan 1 bulan
setelah IPO dan 3 bulan setelah IPO di Bursa Efek Indonesia (BEI)
c) Kinerja Jangka Panjang adalah kinerja saham 24 bulan setelah
listing di Bursa Efek Indonesia (BEI)
Adapun operasionalisasi variabel dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Menghitung Return Total saham setiap periode dengan rumus :
��,� = P�,�P�,
− 1
Dimana
R i,t = total Return
P i,t = Harga Saham pada saat t
P i,0 = Harga Saham pada saat penawaran (offering price)
2. Menghitung Return Pasar setiap periode dengan rumus :
� ,� = P�,�P�,
− 1
Dimana

30
R m,t = Return Indeks Pasar
P m,t = Nilai Indeks Pasar Pada saat t
P m,0 = Nilai Indeks Pasar pada saat penawaran (offering price)
3. Market Adjusted Abnormal Return untuk setiap perusahaan yang
melakukan IPO pada hari ke t dengan rumus :
���,� = � (1 + Rit)(1 + Rmt) − 1� x 100%
Dimana
AR i,t = Market Adjusted Abnormal Return
R i,t = Total Return Saham
R m,0 = Total Return Pasar
3.4. Teknik Analisis Data
Hipotesis dalam penelitian ini akan diuji dengan menggunakan
statistik parametrik. Hipotesis 1 dan Hipotesis 2 diuji dengan one sample t
test. Hipotesis 3 diuji dengan paired sample t-test,. Normalitas data diuji
dengan Kolmogorov Smirnov test. Adapun tahapan tahapan dalam teknik
analisis data adalah sebagai berikut :
1 Abnormal Return digunakan sebagai pengukur kinerja surat
berharga dengan kriteria sebagai berikut :
Abnormal Return > 0, menunjukkan outperformed
Abnormal Return < 0, menunjukkan underperformed
2 Kinerja saham dalam penelitian ini juga diukur dengan Wealth
Relative sebagai berikut :

31
WR = 1 + �1N� R�,�
!�"#
1 + �1N� R�,�
!�"#
Dimana
N = Jumlah sampel dalam 1 periode
R i,t = Total Return Saham
R m,0 = Total Return Pasar
Perhitungan wealth relative ini dimaksudkan untuk
menginterpretasikan total return secara kelompok setiap periode.
Perhitungan ini juga dilakukan untuk mendukung hasil pengujian yang
dilakukan dengan abnormal return sebelumnya. Kriteria pengukuran yang
digunakan adalah sebagai berikut :
WR > 1 menunjukkan kinerja yang outperformed
WR < 1 menunjukkan kinerja yang underperformed

32
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja jangka pendek
dan jangka panjang perusahaan yang melakukan Initial Public Offering
(IPO) di Bursa Efek Indonesia periode Januari 2010 sampai dengan
Desember 2012. Jumlah perusahaan yang melakukan Initial Public
Offering (IPO) di PT. Bursa Efek Indonesia selama periode Januari 2010
– Desember 2012 berjumlah 71 perusahaan, namun yang memenuhi
syarat untuk menjadi sampel hanya sebanyak 44 perusahaan.
Tabel 4.1. memperlihatkan sampel penelitian berdasarkan jenis
industrinya. Dari 44 Emiten tersebut sebanyak 2 Emiten atau sebesar
4,55% bergerak dibidang pertanian, 1 Emiten atau sebesar 2,27%
bergerak di bidang aneka industri, 2 Emiten atau sebesar 4,55% bergerak
di bidang Industri dasar dan Kimia, 3 Emiten atau sebesar 6,82% bergerak
dibidang industri barang konsumen, 4 Emiten atau sebesar 9,09%
bergerak dibidang Infrastruktur, utilitas dan transportasi, 5 emiten atau
sebesar 11,36% bergerak dibidang keuangan, 7 Emiten atau sebesar
15,91% bergerak dibidang pertambangan, sebanyak 12 emiten atau
sebesar 27,27% bergerak dibidang perdagangan Jasa dan Investasi dan
sebesar 18,18% atau sebanyak 8 perusahaan bergerak dibidang Properti,
real estate dan Kontruksi.

33
Tabel 4.1. Sampel Penelitian Berdasarkan Jenis Industri
NO JENIS INDUSTRI JUMLAH %
1 Pertanian 2 4,55
2 Aneka Industri 1 2,27
3 Industri Dasar dan Kimia 2 4,55
4 Industri Barang Konsumsi 3 6,82
5 Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi 4 9,09
6 Keuangan 5 11,36
7 Pertambangan 7 15,91
8 Perdagangan, Jasa dan investasi 12 27,27
9 Properti, Real Estate dan Kontruksi 8 18,18
TOTAL 44 100
Sumber : Data diolah 2015
4.2. Initial Return
Return saham merupakan salah satu faktor yang memotivasi
investor untuk berinvestasi serta merupakan imbalan atas keberanian
investor menanggung risiko atas investasi yang telah dilakukan, Tandelilin
(2010). Return awal (initial return) merupakan selisih harga penawaran
saat IPO dengan harga saham saat penutupan di hari pertama
perdagangan saham di pasar sekunder. Apabila harga saham pada pasar
perdana (IPO) lebih rendah dibandingkan dengan harga saham pada
pasar sekunder pada hari pertama, maka akan terjadi underpricing.
Sebaliknya, apabila harga saat IPO lebih tinggi dibandingkan dengan
harga saham pada pasar sekunder pada hari pertama, maka terjadi
overpricing. Berikut ini adalah hasil perhitungan initial return dari 44
perusahaan yang melakukan IPO tahun 2010 sampai dengan 2012.

34
Tabel 4.2. Initial Return Perusahaan yang Melakukan IPO
Tahun 2010- Tahun 2012
No Kode
Emiten Nama Perusahaan
Harga IPO
Harga Sekunder
Initial Return
(%) Fenomena
1 BSIM Bank Sinarmas Tbk 150 255 70.00% Underpricing
2 BRMS Bumi Resources Minerals Tbk 635
700 10.24% Underpricing
3 MIDI Midi Utama Indonesia Tbk 275
410 49.09% Underpricing
4 BORN Borneo Lumbung Energi & Metal Tbk 1,170
1,280 9.40% Underpricing
5 APLN Agung Podomoro Land Tbk 365
410 12.33% Underpricing
6 TBIG Tower Bersama Infrastructure Tbk 2,025
2,400 18.52% Underpricing
7 HRUM Harum Energy Tbk 5,200
5,450 4.81% Underpricing
8 BRAU Berau Coal Energy Tbk 400
445 11.25% Underpricing
9 BUVA Bukit Uluwatu Villa Tbk 260
310 19.23% Underpricing
10 IPOL Indopoly Swakarsa Industry Tbk 210
235 11.90% Underpricing
11 GREN Evergreen Invesco Tbk 105
178 69.52% Underpricing
12 BJBR Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten
600
900 50.00% Underpricing
13 SKYB Skybee Tbk 375
560 49.33% Underpricing
14 GOLD Golden Retailindo Tbk 350
520 48.57% Underpricing
15 ROTI Nippon Indosari Corpindo Tbk 1,275
1,490 16.86% Underpricing
16 PTPP PP (Persero) Tbk 560 580 3.57% Underpricing
17 ABMM ABM Investama Tbk 3,750 3,825 2.00% Underpricing
18 VIVA Visi Media Asia Tbk 300 450 50.00% Underpricing
19 GEMS Golden Energy Mines Tbk 2,500 2,725 9.00% Underpricing
20 SUPR Solusi Tunas Pratama Tbk 3,400 3,650 7.35% Underpricing
21 SMRU SMR Utama Tbk 600 650 8.33% Underpricing
22 STAR Star Petrochem Tbk 102 138 35.29% Underpricing
23 PTIS Indo Straits Tbk 950 1,000 5.26% Underpricing
24 SDMU Sidomulyo Selaras 225 240 6.67% Underpricing
25 ALDO Alkindo Naratama 225 250 11.11% Underpricing
26 TIFA Tifa Finance Tbk 200 310 55.00% Underpricing
27 SIMP Salim Ivomas Pratama Tbk 1,100 1,250 13.64% Underpricing
28 BULL Buana Listya Tama Tbk. 155 166 7.10% Underpricing
29 HDFA HD Finance Tbk 200 230 15.00% Underpricing
30 SRAJ Sejahteraraya Anugerahjaya Tbk 120 200 66.67% Underpricing

35
31 WSKT Waskita Karya (Persero) Tbk 380 445 17.11% Underpricing
32 WIIM Wismilak Inti Makmur Tbk 650 800 23.08% Underpricing
33 ASSA Adi Sarana Armada Tbk 390 490 25.64% Underpricing
34 PALM Provident Agro Tbk 450 470 4.44% Underpricing
35 IBST Inti Bangun Sejahtera Tbk 1000 1,500 50.00% Underpricing
36 TELE Tiphone Mobile Indonesia Tbk 310 385 24.19% Underpricing
37 BJTM
Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk
430 440 2.33% Underpricing
38 GAMA Gading Development Tbk 105 178 69.52% Underpricing
39 MSKY MNC Sky Vision Tbk 1520 1,540 1.32% Underpricing
40 TOBA Toba Bara Sejahtera Tbk 1900 2,125 11.84% Underpricing
41 RANC Supra Boga Lestari Tbk 500 670 34.00% Underpricing
42 BEST Bekasi Fajar Industrial Estate Tbk 170 285 67.65% Underpricing
43 ESSA Surya Esa Perkasa Tbk 610 910 49.18% Underpricing
44 PADI Minna Padi Investama Tbk 395 550 39.24% Underpricing
Sumber : Data diolah 2015
Berdasarkan tabel 4.2, semua perusahaan menunjukkan initial
return yang bernilai positif, artinya harga saham pada hari pertama
perdagangan saham di pasar sekunder lebih tinggi daripada harga saat
penawaran perdana saham di pasar primer. Berdasarkan tabel 4.2. juga
dapat dilihat bahwa terdapat variasi initial return dari masing-masing
perusahaan yang melakukan IPO. Rata-rata initial return perusahaan yang
melakukan IPO adalah sebesar 26,51 %. Nilai maksimum initial return
sebesar 70% yaitu Bank Sinarmas Tbk dan terkecil sebesar 1,32 % yaitu
MNC Sky Vision Tbk. Kondisi ini menggambarkan bahwa telah terjadi
fenomena underpricing pada 44 perusahaan yang melakukan IPO tahun
2010 sampai dengan 2012.
Kondisi underpricing menimbulkan dampak yang berbeda bagi
emiten (perusahaan) dan bagi investor. Dalam hal ini perusahaan tidak
diuntungkan karena dana yang diperoleh dari penawaran perdana saham

36
di pasar primer (saat IPO) tidak maksimal. Bagi perusahaan, fenomena ini
memberikan implikasi bahwa sebelum menawarkan saham ke publik
sebaiknya perusahaan dapat memperlihatkan kinerja keuangan yang
benar-benar baik serta memiliki informasi yang memadai mengenai pasar
modal, agar kesepakatan harga awal saham yang terbentuk antara emiten
dengan penjamin emisi tidak merugikan kedua pihak. Sedangkan bagi
investor, kondisi ini sangat menguntungkan karena investor akan
mempunyai kesempatan mendapatkan keuntungan (capital gain) dari
perbedaan harga saham yang dibeli di pasar perdana saat IPO dengan
harga jual saham pada hari pertama di pasar sekunder. Fenomena ini
dapat dijadikan dasar pengambilan keputusan oleh para investor untuk
menahan saham dalam jangka panjang atau segera menjualnya untuk
meminimisasi kerugian.
Menurut beberapa penelitian, fenomena underpricing diantaranya
terjadi karena asymetric information antara emiten, underwriter, dan
investor, atau antara informed investor yang memiliki informasi sempurna
tentang realisasi nilai dari penawaran saham baru dan uninformed investor
yang mempunyai harapan sama atas ketidakpastian nilai saham (Triani
dan Nikmah, 2006). Hasil penelitian yang menggambarkan fenomena
initial return yang underpricing ini sejalan dengan temuan penelitian Arifin
(2010), dan Maria (2011) bahwa terjadi underpricing saham-saham
perusahaan yang melakukan IPO di pasar modal Malaysia. Hasil
penelitian juga konsisten dengan temuan penelitian Ritter (1991) bahwa

37
IPO memiliki tiga anomaly, diantaranya adanya underpricing yang
konsisten. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Carter dan Manaster
(1990) yang menjelaskan bahwa Underpricing terjadi sebagai akibat dari
ketidakpastian harga perdana dipasar sekunder. Semakin besar tingkat
ketidakpastian, semakin besar pula tingkat underpriced.
Menurut Ibbotson (1975) ada beberapa penyebab terjadinya kondisi
underpricing pada saat IPO yaitu : 1) Regulator mensyaratkan pada
underwriter untuk menawarkan harga di bawah expected value, 2) Jika
melakukan underpricing merupakan “promosi” untuk future underwriting
untuk saham yang sama, sehingga dapat menawarkan dengan harga
yang lebih menarik, 3) Jika underwriter berusaha “mengeksploitasi” emiten
yang tidak berpengalaman, 4) Jika spread dari firm commitment tidak
memasukkan semua risiko underwriter mesti melakukan underpriced
sehingga meminimalkan risiko , 5) Jika karena perjanjian tertentu, ada
kompensasi side-payment untuk IPO yang underpricing dan 6) Jika emiten
dan underwriter berpendapat bahwa underpricing merupakan bentuk
“asuransi”. Namun dalam penelitian ini Peneliti tidak meneliti faktor-faktor
penyebab underpricing.
4.3. Statistik Deskriptif
Berdasarkan penelitian yang dianalisis dengan menggunakan
SPSS versi 19.0 diperoleh angka statistik deskriptif pada abnormal return
kinerja saham jangka pendek dan abnormal return kinerja saham jangka

38
panjang untuk 44 perusahaan yang melakukan penawaran perdana (IPO)
tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.3. sebagai berikut:
Tabel 4.3. Mean, Standar Deviasi, Standar Error, Nilai Maksimum
dan Nilai Minimum Abnormal Return
N Minimum Maximum Mean
Std. Deviation
Statistic Statistic Statistic Statistic Std. Error Statistic
BULAN_1 44 -.36731 3.99543 .4955673 .12065264 .80031909
BULAN_3 44 -.39221 3.54626 .5123087 .11856890 .78649708
BULAN_6 44 -.52727 3.23088 .5108677 .13445841 .89189620
BULAN_24 44 -.82506 2.99575 .2159531 .13039483 .86494144
Valid N (listwise)
44
Sumber : Hasil SPSS 19,0 data diolah 2015
Berdasarkan Tabel 4.3. dapat diketahui besarnya nilai rata-rata,
standar deviasi, standard error, nilai maksimum dan nilai minimum dari
abnormal return pada periode jangka pendek selama bulan 1, bulan 3 dan
bulan 6 (AR_JPE) dan periode jangka panjang selama 24 bulan
(AR_JPA). Nilai mean pada bulan 1 sebesar 0,4956 menunjukkan bahwa
apabila investor membeli saham pada penawaran perdana dan
menyimpannya selama periode 1 bulan, maka investor akan mendapatkan
rata-rata abnormal return sebesar 49,56%. Untuk nilai mean periode 3
bulan sebesar 0,51231 menunjukkan bahwa apabila investor membeli
saham pada penawaran perdana dan menyimpannya selama periode 3
bulan, maka investor akan mendapatkan rata-rata abnormal return
sebesar 51,23%. Sedangkan nilai mean pada periode jangka panjang
sebesar 0.21595 menunjukkan bahwa apabila investor membeli saham

39
pada penawaran perdana dan menyimpannya selama periode jangka
panjang (24 bulan), maka investor akan mendapatkan rata-rata abnormal
return sebesar 21,59%.
Standar deviasi pada periode 1 bulan sebesar 0,80032
menunjukkan besarnya risiko yang harus ditanggung oleh investor apabila
investor tersebut membeli saham pada penawaran perdana dan
menyimpannya selama 1 bulan yaitu sebesar 80,03%. Standar deviasi
pada periode 6 bulan sebesar 0.89189 menunjukkan besarnya risiko
yang harus ditanggung oleh investor apabila investor tersebut membeli
saham pada penawaran perdana dan menyimpannya selama 6 bulan
yaitu sebesar 89,19%. Standar deviasi pada periode jangka panjang (24
bulan sebesar 0,86494 yang menunjukkan besarnya risiko yang harus
ditanggung oleh investor apabila ia membeli saham pada penawaran
perdana dan menyimpannya selama 24 bulan sebesar 86,49%. Standar
error menunjukkan nilai penyimpangan abnormal return dari rata-ratanya,
semakin besar nilai standar error maka semakin besar penyimpangan
abnormal return dari rata-ratanya.
Nilai maksimum pada periode jangka pendek(1 bulan, 3 bulan dan
6 bulan) berturut turut menunjukkan angka 3.99543, 3.54626 dan 3.23088
berarti bahwa abnormal return tertinggi dicapai oleh investor yang
membeli saham pada penawaran perdana dan menyimpannya selama
periode jangka pendek (1 bulan, 3 bulan dan 6 bulan) adalah sebesar
399,54 %, 354,63% dan 323,09%. Nilai minimum pada periode jangka

40
pendek (1 bulan, 3 bulan, dan 6 bulan) berturut turut sebesar -0.36731
-0.39221 dan -0.52727 menunjukkan bahwa kerugian terbesar yang
mungkin ditanggung oleh investor yang membeli saham pada penawaran
perdana dan menyimpannya selama periode jangka pendek (1 bulan, 3
bulan dan 6 bulan ) adalah sebesar 36,73%, 39,22% dan 52,72%.
Sedangkan nilai maksimum pada periode jangka panjang menunjukkan
angka sebesar 2.99575 berarti bahwa abnormal return tertinggi yang
dapat dicapai oleh investor yang membeli saham pada penawaran
perdana dan menyimpannya selama periode jangka panjang (24 bulan)
adalah sebesar 299,58%. Nilai minimum pada periode jangka panjang
sebesar -0.82506 menunjukkan bahwa kerugian terbesar yang mungkin
ditanggung oleh investor yang membeli saham pada penawaran perdana
dan menyimpannya selama periode jangka panjang (24 bulan) adalah
sebesar 82,51%.
4.4. Kinerja Saham Jangka Pendek
Kinerja saham jangka pendek diukur dengan abnormal return
jangka pendek yang dihitung dengan menggunakan market-adjusted
model karena model ini mengestimasi return sekuritas sebesar return
indeks pasarnya sehingga tidak perlu menggunakan periode estimasi.
Return sekuritas didapat dari harga saham 1 bulan, 3 bulan dan 6 bulan
setelah penawaran perdana. Return indeks pasar yang digunakan adalah
harga saham IHSG 1 bulan, 3 bulan dan 6 bulan setelah penawaran

41
perdana selama periode pengamatan. Berikut ini adalah grafik 4.1. yang
menunjukkan rata-rata abnormal return kinerja saham jangka pendek dari
semua perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini.
Grafik 4.1. Rata-rata Abnormal Return Kinerja Jangka Pendek
Berdasarkan gambar grafik 4.1, dapat diketahui nilai rata-rata
abnormal return kinerja jangka pendek selama 6 bulan menunjukkan
kecenderungan berfluktuasi walaupun begitu keadaan tingkat
pengembalian masih terbilang baik melihat dari keseluruhan periode
mempunyai nilai yang positif (AR > 0) . Nilai yang positif ini mempunyai
arti bahwa kinerja saham jangka pendek dari perusahaan mengalami
outperformed. Rata-rata abnormal return pada bulan ke 2 setelah
penawaran perdana (IPO) sebesar 0.5279 mengalami peningkatan dari
bulan sebelumnya, dimana pada bulan 1 setelah penawaran perdana
(IPO) sebesar 0.4956. Pada bulan ke 3 setelah penawaran perdana (IPO)
rata-rata abnormal return mengalami penurunan menjadi sebesar sebesar
0.5123 dan pada bulan ke 4 penurunan itu semakin menguat menjadi
sebesar 0.4876. Pada bulan ke 5 terjadi kenaikan dengan nilai rata-rata
0,46
0,47
0,48
0,49
0,5
0,51
0,52
0,53
0,54
1 2 3 4 5 6
Ab
no
rma
l R
etu
rn

abnormal return sebesar
(IPO), nilai rata-rata
peningkatan dari bulan
Untuk menginterprestasikan total
setiap periode dihitung
Disamping itu digunakan uji
kinerja jangka pendek secara statistik mengalami
Perhitungan Wealth Relative
pengujian yang dilakukan pada perhitungan sebelumnya yang
menunjukkan besarnya rata
menunjukkan nilai Wealth Relative
Wealth Relative Periode 2010 sampai dengan 2012
Berdasarkan
dari bulan 1 sampai bulan ke 6 mempunyai nilai yang > 1. Hal ini berarti
kinerja saham dalam periode jangka pendek mengalami
Selama enam bulan setelah IPO nilai
1,4
1,41
1,42
1,43
1,44
1,45
1,46
1,47
1,48
1
We
alt
h R
ela
tiv
e
sebesar 0.51086. Bulan ke 6 setelah penawaran perdana
rata abnormal return sebesar 0.51087
dari bulan ke 5 setelah penawaran perdana (IPO)
Untuk menginterprestasikan total return secara kelompok (grup)
setiap periode dihitung Wealth Relative sebagai pengukur kinerja saham.
Disamping itu digunakan uji one sample t-test untuk menguji apakah
kinerja jangka pendek secara statistik mengalami
Wealth Relative ini dilakukan untuk mendukung hasil
pengujian yang dilakukan pada perhitungan sebelumnya yang
menunjukkan besarnya rata-rata return. Gambar 4.2
Wealth Relative periode jangka pendek.
Gambar 4.2. Wealth Relative Jangka Pendek Perusahaan yang Melakukan IPO
Periode 2010 sampai dengan 2012
Berdasarkan gambar 4.2. dapat diketahui bahwa wealth relative
dari bulan 1 sampai bulan ke 6 mempunyai nilai yang > 1. Hal ini berarti
kinerja saham dalam periode jangka pendek mengalami
Selama enam bulan setelah IPO nilai wealth relative
1 2 3 4 5
42
Bulan ke 6 setelah penawaran perdana
0.51087 mengalami
ke 5 setelah penawaran perdana (IPO).
secara kelompok (grup)
sebagai pengukur kinerja saham.
untuk menguji apakah
kinerja jangka pendek secara statistik mengalami outperformed.
ini dilakukan untuk mendukung hasil
pengujian yang dilakukan pada perhitungan sebelumnya yang
4.2. berikut ini
Jangka Pendek Perusahaan yang Melakukan IPO
wealth relative
dari bulan 1 sampai bulan ke 6 mempunyai nilai yang > 1. Hal ini berarti
kinerja saham dalam periode jangka pendek mengalami outperformed.
wealth relative perusahaan
6

43
mengalami fluktuasi. Dari bulan ke 1 nilai wealth relative perusahaan yang
melakukan IPO sebesar 1,46901 dan kecenderungan mengalami
penurunan sampai dengan bulan ke 4 menjadi 1,42858 dan meningkat
lagi di bulan ke 5 menjadi 1,45107 kemudian mengalami penurunan di
bulan ke 6 menjadi 1,44990.
Tabel 4.4. akan memberikan gambaran Kinerja Jangka pendek
saham setelah IPO dengan menggunakan uji one sample t-test.
Berdasarkan uji one sample t-test diketahui bahwa kinerja jangka pendek
saham perusahaan yang melakukan IPO (1 bulan, 3 bulan dan 6 bulan)
adalah outperformed, signifikan pada level 1%. Hal ini berarti bahwa
hipotesis 1 yang menyatakan bahwa kinerja saham jangka pendek
perusahaan yang melakukan IPO mengalami outperformed diterima.
Kinerja saham jangka pendek yang mengalami outperformed (peningkatan
kinerja saham) tersebut terjadi karena dalam jangka pendek terdapat
fenomena underpricing, dimana harga saham perdana mengalami
underpriced, sehingga diperoleh abnormal return yang positif.
Tabel 4.4. Kinerja Jangka Pendek Saham Setelah Melakukan IPO
Jangka Waktu
Setelah IPO
Jumlah Sampel
t Statistik
Sig. (2-tailed)
Mean Wealth Relative
AR_1BULAN 44 4.107 .000 .495567 1.46901
AR_3BULAN 44 4.321 .000 .512309 1.45340
AR_6BULAN 44 3.799 .000 .510868 1.44990
Sumber : Hasil SPSS 19.0 data diolah, 2015.

44
4.5. Kinerja Saham Jangka Panjang
Kinerja saham jangka panjang diukur dengan abnormal return
jangka panjang yang dihitung sama seperti kinerja saham jangka pendek,
dengan menggunakan market-adjusted model karena model ini
mengestimasi return sekuritas sebesar return indeks pasarnya sehingga
tidak perlu menggunakan periode estimasi. Return sekuritas yang
digunakan dalam mengukur abnormal return didapat dari harga saham
penutupan 24 bulan setelah penawaran perdana, sedangkan return indeks
pasar yang digunakan adalah harga saham penutupan IHSG 24 bulan
setelah penawaran perdana selama periode pengamatan. Tabel 4.5
berikut menunjukkan abnormal return kinerja saham jangka panjang dari
semua perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini.
Tabel 4.5. Abnormal Return Jangka Panjang Perusahaan yang
Melakukan IPO Periode 2010 – 2012
NO KODE EMITEN BULAN 24 KRITERIA
1 BSIM 0.30522 outperformed
2 BRMS -0.61659 underperformed
3 MIDI 1.38630 outperformed
4 BORN -0.55628 underperformed
5 APLN -0.14479 underperformed
6 TBIG 0.98748 outperformed
7 HRUM -0.09962 underperformed
8 BRAU -0.47753 underperformed
9 BUVA 0.19966 outperformed
10 IPOL -0.59897 underperformed
11 GREN -0.52158 underperformed
12 BJBR 0.14635 outperformed
13 SKYB -0.04925 underperformed
14 GOLD -0.22582 underperformed

45
15 ROTI 1.34054 outperformed
16 PTPP -0.25703 underperformed
17 ABMM -0.37766 underperformed
18 VIVA -0.17776 underperformed
19 GEMS -0.38421 underperformed
20 SUPR 0.80238 outperformed
21 SMRU -0.82506 underperformed
22 STAR -0.56429 underperformed
23 PTIS -0.16699 underperformed
24 SDMU -0.06209 underperformed
25 ALDO 1.50108 outperformed
26 TIFA 0.04340 outperformed
27 SIMP -0.39808 underperformed
28 BULL -0.74773 underperformed
29 HDFA -0.07609 underperformed
30 SRAJ 0.64816 outperformed
31 WSKT 1.83105 outperformed
32 WIMM -0.21055 underperformed
33 ASSA 0.39040 outperformed
34 PALM -0.00676 underperformed
35 IBST 1.52185 outperformed
36 TELE 1.04509 outperformed
37 BJTM -0.23779 underperformed
38 GAMA -0.62302 underperformed
39 MSKY 0.15506 outperformed
40 TOBA -0.64515 underperformed
41 RANC -0.04319 underperformed
42 BEST 1.76594 outperformed
43 ESSA 1.53011 outperformed
44 PADI 2.99575 outperformed
Sumber : Data Sekunder, diolah 2015
Berdasarkan tabel 4.5. diketahui bahwa dari 44 perusahaan yang
melakukan IPO 59,09 % atau sebanyak 26 perusahaan mengalami kinerja
underperformed dalam jangka panjang dan sebanyak 18 perusahaan atau
sebesar 40,91 % mengalami kinerja outperformed dalam jangka panjang.
Rata-rata Abnormal return perusahaan yang melakukan IPO pada jangka

panjang (24 bulan) sebesar 21,60%
panjang perusahaan yang melakukan IPO mengalami
Berikut ini adalah grafik 4.3.
kinerja saham jangka
semua perusahaan
Rata-rata Abnormal ReturnMelakukan IPO Periode 2010 sampai dengan 2012
Gambar 4.3.
jangka panjang. Nilai rata
mempunyai nilai yang positif, dimana dari keseluruhan periode jangka
panjang nilai yang dihasilkan memiliki nilai yang lebih dari nol di setiap
bulannya. Hal tersebut menand
panjang setelah penawaran perdana mengalami
Berdasarkan
perdana (IPO) nilai rata
bulan ke 13 ada kecenderungan kinerja saham perusahaan mengalami
0
0,05
0,1
0,15
0,2
0,25
0,3
0,35
0,4
0,45
0,5
13
Ab
no
rm
al
Re
tu
rn
panjang (24 bulan) sebesar 21,60% yang berarti bahwa kinerja jangka
panjang perusahaan yang melakukan IPO mengalami
Berikut ini adalah grafik 4.3. yang menunjukkan rata-rata abnormal return
kinerja saham jangka Panjang (bulan ke 13 sampai bulan ke 24)
semua perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini.
Gambar 4.3. Abnormal Return Jangka Panjang Perusahaan yang
Melakukan IPO Periode 2010 sampai dengan 2012
4.3. menunjukkan nilai rata-rata abnormal return
jangka panjang. Nilai rata-rata abnormal return kinerja jangka panjang ini
mempunyai nilai yang positif, dimana dari keseluruhan periode jangka
panjang nilai yang dihasilkan memiliki nilai yang lebih dari nol di setiap
bulannya. Hal tersebut menandakan bahwa kinerja saham dalam jangka
panjang setelah penawaran perdana mengalami outperforme
Berdasarkan gambar 4.3. pada bulan ke 13 setelah penawaran
perdana (IPO) nilai rata-rata abnormal return sebesar 0.4654.
bulan ke 13 ada kecenderungan kinerja saham perusahaan mengalami
14 15 16 17 18 19 20 21 22
46
yang berarti bahwa kinerja jangka
panjang perusahaan yang melakukan IPO mengalami outperformed.
abnormal return
Panjang (bulan ke 13 sampai bulan ke 24) dari
yang dijadikan sampel dalam penelitian ini.
Perusahaan yang Melakukan IPO Periode 2010 sampai dengan 2012
abnormal return kinerja
kinerja jangka panjang ini
mempunyai nilai yang positif, dimana dari keseluruhan periode jangka
panjang nilai yang dihasilkan memiliki nilai yang lebih dari nol di setiap
akan bahwa kinerja saham dalam jangka
outperformed.
pada bulan ke 13 setelah penawaran
sebesar 0.4654. setelah
bulan ke 13 ada kecenderungan kinerja saham perusahaan mengalami
23 24

47
penurunan sampai dengan bulan ke 21. Pada bulan ke 22 dan ke 23
kinerja saham mengalami peningkatan, tetapi dibulan ke 24 kinerja saham
kembali mengalami penurunan dimana abnormal return perusahaan
hanya sebesar 0.21595. Hal ini memperlihatkan bahwa semakin lama
investor memegang sahamnya maka semakin tinggi risikonya akan
mengalami kerugian.
Untuk menginterprestasikan total return secara kelompok (grup)
setiap periode dihitung Wealth Relative sebagai pengukur kinerja saham.
Disamping itu digunakan uji one sample t-test untuk menguji apakah
kinerja jangka panjang secara statistik mengalami outperformed.
Perhitungan Wealth Relative ini dilakukan untuk mendukung hasil
pengujian yang dilakukan pada perhitungan sebelumnya yang
menunjukkan besarnya rata-rata return Nilai Wealth Relative dan uji one
sample t test kinerja jangka panjang perusahaan yang melakukan IPO
dapat dilihat pada tabel 4.6.
Tabel 4.6. Kinerja Jangka Panjang Saham Setelah Melakukan IPO
Jangka Waktu
Setelah IPO
Jumlah Sampel
t Statistik
Sig. (2-tailed)
Mean Difference
Wealth Relative
AR_24BULAN 44 1.656 .105 .2159531 1.1625118
Sumber : Hasil SPSS 19.0, data diolah 2015 Berdasarkan uji one sample t-test diketahui bahwa kinerja jangka panjang
saham perusahaan yang melakukan IPO (24 bulan) adalah
underperformed, tidak signifikan pada level 5%. Hal ini berarti bahwa
hipotesis 2 yang menyatakan bahwa kinerja saham jangka panjang

48
perusahaan yang melakukan IPO mengalami underperformed ditolak. Hal
ini disebabkan karena rata-rata nilai abnormal return saham jangka
panjang lebih besar dari nol, meskipun lebih banyak perusahaan yang
mengalami kinerja underperformed daripada outperformed. Hasil ini
didukung dengan nilai wealth relative dari perusahaan yang melakukan
IPO pada bulan ke 24 lebih besar dari 1 yaitu sebesar 1.1625118.
Kinerja saham jangka panjang meskipun mengalami outperformed
berdasarkan perolehan rata-rata abnormal return, tetapi
kecenderungannya mengalami penurunan, ini terjadi karena adanya
informasi asimetrik. Dalam jangka panjang, secara rata-rata saham IPO
berada pada posisi yang menurun sebab: (1) pada pasar sekunder, harga
yang terjadi (equilibrium) secara rata-rata lebih tinggi dibandingkan harga
yang mencerminkan keseluruhan informasi, (2) harga pasar berada pada
kisaran harga yang mencerminkan keseluruhan informasi (Ronni, 2003).
4.6. Perbedaan Kinerja Saham Jangka Pendek dan Jangka Panjang
Perbedaan kinerja saham jangka pendek dan jangka panjang
sesuai hipotesis ketiga diuji menggunakan paired sample t-test, hasil
pengujian dapat dilihat pada tabel 4.7. Berdasarkan tabel 4.7 pengujian
terhadap hipotesis ketiga menunjukkan hasil yang signifikan. Hasil ini
memberikan arti bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja
saham jangka pendek (1 bulan,3 bulan dan 6 bulan) dengan kinerja
saham jangka panjang (24 bulan) pada perusahaan yang melakukan IPO

49
tahun 2010 sampai dengan tahun 2012. Pada pengujian abnormal return 1
bulan dengan 24 bulan memperlihatkan nilai t statistik sebesar 1,967
dengan nilai signifikansi 0,05 yang berarti terdapat perbedaan yang
signifikan antara abnormal return 1 bulan dengan abnormal return 24
bulan. Hal yang sama juga ditemukan pada pengujian abnormal return 3
bulan dan 6 bulan dengan abnormal return 24 bulan yang memperligatkan
nilai t statistik sebesar 2.304 dan 2.319 dengan nilai signifikansi sebesar
0.0260 dan 0.0252 yang berarti terdapat perbedaan yang signifikan
abnormal return 3 bulan dan 6 bulan bulan dengan abnormal return 24
Dengan demikian maka hipotesis ketiga yang menyatakan terdapat
perbedaan antara kinerja saham jangka pendek dan kinerja saham jangka
panjang terbukti secara empiris.
Tabel 4.7. Hasil Uji Beda Rata-Rata Kinerja Saham
Jangka Pendek dan Jangka Panjang
Periode
Paired Differences
t Sig. (2-tailed) Mean
Std. Deviation
Pair 1 AR_1BULAN - AR_24BULAN
.2796142 .9430077 1.967 0.0500
Pair 2 AR_3BULAN - AR_24BULAN
.2963557 .8530434 2.304 0.0260
Pair 3 AR_6BULAN - AR_24BULAN
.2949147 .8434344 2.319 0.0252
Sumber : Hasil SPSS 19.0 data diolah 2015
Adanya perbedaan antara kinerja saham jangka pendek dan jangka
panjang disebabkan karena dalam jangka panjang abnormal return
perusahaan cenderung mengalami penurunan meskipun nilai abnormal
returnnya positif dan wealth relativenya lebih dari 1. Penurunan nilai

50
abnormal return dalam jangka panjang menyebabkan adanya perbedaan
harga saham secara signifikan setelah 24 bulan perusahaan melakukan
IPO jika dibandingkan dengan harga saham pada 1 bulan,3 bulan dan 6
bulan setelah perusahaan IPO. Investor yang menahan saham hingga 24
bulan setelah IPO tetap mendapatkan abnormal return tetapi tidak sebesar
abnormal return pada jangka pendek. Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian Anggarwal & Conroy (2000), Prastiwi dan Kusuma (2001),
Indarti, dkk (2004), serta Maria (2011) yang mengatakan bahwa terdapat
perbedaan antara kinerja saham jangka pendek dengan kinerja saham
jangka panjang.

51
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa:
1. Kinerja saham jangka pendek (1 bulan,3 bulan dan 6 bulan ) diukur
melalui abnormal return dan wealth relative menunjukkan kinerja
outperformed (abnormal return positif dan wealth relative lebih dari
1). Hipotesis 1 yang menyatakan bahwa dalam Jangka Pendek
Kinerja saham setelah IPO mengalami outperformed signifikan
secara statistik pada level 5 %.
2. Kinerja saham jangka panjang (24 bulan ) diukur melalui abnormal
return dan wealth relative menunjukkan kinerja outperformed
(abnormal return positif dan wealth relative lebih dari 1). Hipotesis 2
yang menyatakan bahwa dalam Jangka panjang Kinerja saham
setelah IPO mengalami outperformed tidak signifikan secara
statistik pada level 5%.
3. Terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja saham periode
jangka pendek (6 bulan) dengan kinerja saham periode jangka
panjang (24 bulan) pada perusahaan yang Go Public di Bursa Efek
Indonesia tahun 2009-2011.

52
5.2. Saran
Dengan berbagai keterbatasan dalam penelitian ini, beberapa
saran yang dapat disampaikan oleh peneliti adalah sebagai berikut :
1. Besar kecilnya tingkat underpricing sangat mempengaruhi
kinerja saham setelah melakukan initial public offering (IPO)
karena underpricing merupakan beban biaya tidak langsung bagi
perusahaan. Oleh sebab itu penelitian selanjutnya sebaiknya
melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
tingkat underpricing.
2. Emiten/Calon Emiten sebaiknya berhati-hati dalam menentukan
offering price sehingga tingkat underpricednya tidak terlalu tinggi.
3. Sesuai dengan hasil penelitian ini maka investor sebaiknya
membeli saham perusahaan yang melakukan penawaran umum
perdana dan menahan saham tersebut sampai dengan akhir
bulan pertama karena investor akan mendapatkan keuntungan
dari hari pertama perdagangan menuju akhir bulan pertama
perdagangan.

53
DAFTAR PUSTAKA
Aggrawal, R, Leal R dan Hernandez L, 1993, The Aftermarket Performance of Initial Public Offering in Latin America, Financial Management, vol 22, Tampa , Spring; pp 42-53
Ang, Robbert. 1997. Buku Pintar Pasar Modal Indonesia. Mediasoft
Indonesia Darmadji, Tjiptono. dan Fakhruddin, Hendy M. 2008. Pasar Modal di
Indonesia Pendekatan Tanya Jawab. Jakarta: Salemba Empat Eduardus Tandelilin. 2010. Portofolio dan Investasi. Yogyakarta: Kanisius.
Ghazali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro
Guntoro, Adhi dan Harahap, Tatiek N. 2008. Analisis Perbedaan Kinerja
Saham Jangka Pendek Dan Jangka Panjang Pada Perusahaan Initial Public Offering (IPO) Di Pasar Modal Indonesia. Jurnal Riset Bisnis Indonesia Vol.4 No.2, Juli 2008.
Handayani, Sri Retno. 2008. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Underpricing pada Penawaran Umum Perdana (Studi Kasus pada Perusahaan Keuangan yang Go Publik di Bursa Efek Jakarta Tahun 2000-2006). Tesis, MM Universitas Diponegoro, Semarang.
Hartanto, Immanuel Bekti. dan Ediningsih, Sri Isworo. 2004. Kinerja Harga
Saham setelah Penawaran Perdana (IPO) pada Bursa Efek Jakarta. Usahawan, No. 08, TH XXXIII
Husnan, Suad, 2001, Dasar-dasar teori Portofolio dan Analisis Sekuritas,
Yogyakarta, UPP AMP YKPN Ibbotson, Roger G. (1975); Price Performance of Common Stock New
Issues; Journal of Financial Economics, Vol. 2; pp. 235 – 272. Jogiyanto Hartono 2010. Teori Portofolio dan Analisis Investasi.
Yogyakarta: BFE Yogyakarta. Jones, Charles P. 2002. Investments : Analysis and Management. 8 th
Edition.New York: John Wiley and Sons.Inc.

54
Kunz R M dan Aggrawal R, 1994, Why Initial Public Offering are underpriced: Evidence from Switzerland, Journal of Banking and Finance, vol 18; pp 705-723
Loughran, Tim. and Ritter, Jay R. 1995. The New Issues Puzzle. The
Journal of Finance, Vol. L, No. 1, pp. 23-51 Maria.S, Eva, 2011. Analisis Kinerja Saham Jangka Panjang Perusahaan
yang Melakukan Initial Public Offering di Bursa Efek Indonesia,Majalah Ilmiah Solusi Unsika ISSN 1412-86676 Vol. 10 No. 20.
Mediaswati, Harlina. 2008. Kinerja Jangka Panjang pada IPO (Initial Public
Offering) di Indonesia Periode 1991-1993. Majalah Ekonomi, Tahun XVIII, No. 2
Prastiwi, Arum. 2001. Analisis Kinerja Surat Berharga Setelah Penawaran
Perdana (IPO) di Indonesia. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia. Vol. 16, No. 2, h. 177-187
Ritter, Jay R, 1991. The Long Run Performance of Initial Public Offerings,
The Journal of Finance, Vil. XLVI, No.1. Sunariyah. 2006. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal. Yogyakarta: UPP
STIM YKPN Tambunan, Andy Porman. 2013. Analisis Saham Pasar Perdana (IPO).
Jakarta: PT Elex Media Komputindo Tandelilin, Eduardus. 2010. Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio.
Yogyakarta: BPFE Yogyakarta Yanuarta RE, Ramel. dan Taqwa, Salma. 2007. Fenomena Underperform
pada Saham-saham IPO di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Economac, Vol. 7, No. 2, Oktober 2007, h. 61-70

LAMPIRAN 1 POPULASI PENELITIAN
No Tanggal Kode Emiten
Nama Perusahaan Industri Harga IPO
Opening Price Harga
Sekunder
Initial Return (%)
1 29/12/2010 MFMI Multifiling Mitra Indonesia Tbk.
Other Trade, Service & Investment
200
270 340 70.00%
2 13/12/2010 BSIM Bank Sinarmas Tbk Bank
150
180 255 70.00%
3 09/12/2010 BRMS Bumi Resources Minerals Tbk Investment Company
635
800 700 10.24%
4 30/11/2010 MIDI Midi Utama Indonesia Tbk Retail Trade
275
330 410 49.09%
5 29/11/2010 WINS Wintermar Offshore Marine Tbk Transportation
380
475 355 -6.58%
6 26/11/2010 BORN Borneo Lumbung Energi & Metal Tbk Coal Mining
1,170
1,300 1280 9.40%
7 11/11/2010 APLN Agung Podomoro Land Tbk Property and Real Estate
365
470 410 12.33%
8 10/11/2010 KRAS Krakatau Steel (Persero) Tbk Metal & Allied Products
850
950 1270 49.41%
9 26/10/2010 TBIG Tower Bersama Infrastructure Tbk Construction
2,025
2,150 2400 18.52%
10 07/10/2010 ICBP Indofood CBP Sukses Makmur Tbk Food & Beverages
5,395
6,000 5950 10.29%
11 06/10/2010 HRUM Harum Energy Tbk Coal Mining
5,200
6,000 5450 4.81%
12 19/08/2010 BRAU Berau Coal Energy Tbk Coal Mining
400
430 445 11.25%
13 12/07/2010 BUVA Bukit Uluwatu Villa Tbk Restaurant, Hotel & Tourism
260
350 310 19.23%
14 09/07/2010 IPOL Indopoly Swakarsa Industry Tbk Plastic & Packaging
210
210 235 11.90%
15 09/07/2010 GREN Evergreen Invesco Tbk Whole Sale
105
160 178 69.52%
16 08/07/2010 BJBR
Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan B
Bank
600 830 900 50.00%
17 07/07/2010 SKYB Skybee Tbk Retail Trade
375
450 560 49.33%
18 07/07/2010 GOLD Golden Retailindo Tbk Retail Trade
350
450 520 48.57%

19 28/06/2010 ROTI Nippon Indosari Corpindo Tbk Food & Beverages
1,275
1,420 1490 16.86%
20 08/03/2010 TOWR Sarana Menara Nusantara Tbk Construction
1,050
1,150 1570 49.52%
21 11/02/2010 BIPI Benakat Integra Tbk Crube Petroleum & Natural
140
175 191 36.43%
22 09/02/2010 PTPP PP (Persero) Tbk Building Construction
560
570 580 3.57%
23 12/01/2010 EMTK Elang Mahkota Teknologi Tbk
Advertising, Printing & Media
720
720 730 1.39%
24 23/12/2011 GWSA Greenwood Sejahtera Tbk Property and Real Estate
250.00
280 205 -18.00%
25 21/12/2011 BAJA Saranacentral Bajatama Tbk Metal & Allied Products
250.00
275 340 36.00%
26 14/12/2011 ERAA Erajaya Swasembada Tbk Retail Trade
1,000.00
1050 990 -1.00%
27 06/12/2011 ABMM ABM Investama Tbk Investment Company
3,750.00
4100 3825 2.00%
28 05/12/2011 CASS Cardig Aero Services Tbk Transportation
400.00
425 395 -1.25%
29 21/11/2011 VIVA Visi Media Asia Tbk
Advertising, Printing & Media
300.00
400 450 50.00%
30 17/11/2011 GEMS Golden Energy Mines Tbk Coal Mining
2,500.00
2575 2725 9.00%
31 08/11/2011 ARII Atlas Resources Tbk Coal Mining
1,500.00
1550 1540 2.67%
32 11/10/2011 SUPR Solusi Tunas Pratama Tbk Construction
3,400.00
3400 3650 7.35%
33 10/10/2011 SMRU SMR Utama Tbk Metal & Mineral Mining
600.00
650 650 8.33%
34 13/07/2011 STAR Star Petrochem Tbk Textile & Garment
102.00
121 138 35.29%
35 12/07/2011 PTIS Indo Straits Tbk Transportation
950.00
1000 1000 5.26%
36 12/07/2011 SDMU Sidomulyo Selaras Transportation
225.00
240 240 6.67%
37 12/07/2011 ALDO Alkindo Naratama Pulp & Paper
225.00
250 250 11.11%
38 08/07/2011 TIFA Tifa Finance Tbk Financial Institution
200.00
210 310 55.00%
39 20/06/2011 MTLA Metropolitan Land Tbk. Property and Real Estate
240.00
250 240 0.00%
40 09/06/2011 SIMP Salim Ivomas Pratama Tbk Plantation
1,100.00
1200 1250 13.64%

41 30/05/2011 JAWA Jaya Agra Wattie Tbk Plantation
500.00
540 495 -1.00%
42 23/05/2011 BULL Buana Listya Tama Tbk. Transportation
155.00
175 166 7.10%
43 10/05/2011 HDFA HD Finance Tbk Financial Institution
200.00
260 230 15.00%
44 11/04/2011 SRAJ Sejahteraraya Anugerahjaya Tbk Health Care
120.00
140 200 66.67%
45 04/06/2011 MBSS Mitrabahtera Segara Sejati Tbk. Transportation
1,600.00
1700 1780 11.25%
46 11/02/2011 GIAA Garuda Indonesia (Persero) Tbk Transportation
750.00
700 620 -17.33%
4 13/01/2011 MBTO Martina Berto Tbk Cosmetic and Household
740.00
800 660 -10.81%
48 12/01/2011 EMDE Megapolitan Developments Tbk Property and Real Estate
250.00
270 210 -16.00%
49 19/12/2012 WSKT Waskita Karya (Persero) Tbk Building Construction 380 450 445 17.11%
50 18/12/2012 WIIM Wismilak Inti Makmur Tbk Tobacco Manufactures 650 850 800 23.08%
51 12/11/2012 ASSA Adi Sarana Armada Tbk Transportation 390 440 490 25.64%
52 08/11/2012 BSSR Baramulti Suksessarana Tbk Coal Mining 1950 1900 1940 -0.51%
53 02/11/2012 TAXI Express Transindo Utama Tbk Transportation 560 590 590 5.36%
54 11/10/2012 NELY Pelayaran Nelly Dwi Putri Tbk Transportation 168 245 205 22.02%
55 08/10/2012 PALM Provident Agro Tbk Plantation 450 540 470 4.44%
56 28/09/2012 SKBM Sekar Bumi Tbk. Food & Beverages 115 155 155 34.78%
57 13/09/2012 NIRO Nirvana Development Tbk Property and Real Estate 105 150 178 69.52%
58 31/08/2012 IBST Inti Bangun Sejahtera Tbk Construction 1000 1250 1500 50.00%
59 20/07/2012 TELE Tiphone Mobile Indonesia Tbk Retail Trade 310 395 385 24.19%
60 12/07/2012 BJTM
Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk
Bank 430 470 440 2.33%
61 11/07/2012 GAMA Gading Development Tbk Property and Real Estate 105 150 178 69.52%
62 10/07/2012 GLOB Global Teleshop Tbk Retail Trade 1150 1250 1150 0.00%
63 10/07/2012 ALTO Tri Banyan Tirta Tbk Food & Beverages 210 260 315 50.00%
64 09/07/2012 MSKY MNC Sky Vision Tbk
Advertising, Printing & Media
1520 1530 1540 1.32%

65 06/07/2012 TOBA Toba Bara Sejahtera Tbk Coal Mining 1900 2125 2125 11.84%
66 05/07/2012 KOBX Kobexindo Tractors Tbk Whole Sale 400 440 460 15.00%
67 28/06/2012 TRIS Trisula International Tbk Textile & Garment 300 400 320 6.67%
68 07/06/2012 RANC Supra Boga Lestari Tbk Retail Trade 500 610 670 34.00%
69 10/04/2012 BEST Bekasi Fajar Industrial Estate Tbk Property and Real Estate 170 185 285 67.65%
70 10/02/2012 ESSA Surya Esa Perkasa Tbk Crube Petroleum & Natural 610 730 910 49.18%
71 09/01/2012 PADI Minna Padi Investama Tbk Securities Company 395 510 550 39.24%

LAMPIRAN 2 ABNORMAL RETURN SAHAM
NOMOR KODE EMITEN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 BSIM 1.625008 1.560994 1.38309 1.440789 1.58463 1.399032 1.106518 0.872076 0.913258 0.950922 0.870679 0.743751
2 BRMS 0.026218 -0.00292 -0.00804 0.025187 -0.01412 0.122615 -0.05243 -0.00083 -0.12227 -0.05965 -0.13065 -0.21338
3 MIDI 0.334867 0.355955 0.498556 0.516496 0.601333 0.745154 0.61807 0.610583 0.586568 0.560999 0.558162 0.520812
4 BORN 0.095638 0.462176 0.341267 0.446968 0.389253 0.236422 0.139225 0.058703 -0.04753 -0.23268 -0.18658 -0.31747
5 APLN 0.097433 0.009554 0.058661 -0.04423 -0.10988 -0.02437 -0.08321 -0.127 -0.11178 -0.09155 -0.11402 -0.10527
6 TBIG 0.366802 0.244388 0.288293 0.221942 0.114393 0.135317 0.052476 0.147499 0.036997 0.009179 -0.00964 -0.04432
7 HRUM 0.311271 0.368296 0.761962 0.649103 0.682931 0.738076 0.71594 0.67177 0.66639 0.6198 0.451847 0.398763
8 BRAU -0.02122 0.004782 0.097624 0.109423 0.191895 0.176389 0.169301 0.123122 0.086121 0.124185 -0.03523 0.091834
9 BUVA 0.109546 0.406804 0.555934 0.412466 0.047927 0.120464 0.140759 0.285063 0.254502 0.553697 0.760684 0.401539
10 IPOL -0.14504 -0.13222 -0.07168 0.106486 -0.03731 0.0075 -0.05653 -0.10404 -0.30016 -0.28157 -0.26338 -0.24567
11 GREN 1.774062 1.08268 0.232488 -0.09981 -0.08175 -0.06504 -0.15498 -0.18974 -0.22906 -0.25194 -0.29285 -0.36847
12 BJBR 1.049505 1.030647 1.127597 1.180798 1.062538 0.760334 0.587206 0.588135 0.693516 0.579102 0.537033 0.468018
13 SKYB 0.289547 0.269482 0.100551 0.06691 0.026366 0.056346 0.109437 0.086384 0.099441 0.165279 0.228393 0.237585
14 GOLD 0.102816 0.154853 0.005755 -0.03619 -0.04328 -0.10122 -0.04905 -0.04553 -0.08874 -0.1129 -0.12617 -0.15811
15 ROTI 0.349621 0.48588 0.835775 0.911238 0.771883 0.583487 0.550043 0.536419 0.785544 0.719374 0.711641 0.6644
16 PTPP 0.070737 -0.02926 -0.13893 -0.15743 -0.12873 -0.08552 -0.16943 -0.22242 -0.36287 -0.37983 -0.41367 -0.38938
17 ABMM -0.03291 -0.06217 -0.09188 -0.07528 -0.12173 -0.11426 -0.09637 -0.13047 -0.12829 -0.19699 -0.20066 -0.2948
18 VIVA 0.66715 0.716793 0.654702 0.549888 0.47589 1.459378 0.991241 1.156047 1.003754 0.483269 0.271427 0.782235
19 GEMS 0.046596 0.035623 0.004159 0.008194 0.049004 -0.00918 0.061002 -0.06139 -0.01559 -0.10881 -0.16068 -0.156
20 SUPR -0.04116 -0.00393 0.080549 0.078841 0.208842 0.191368 0.190325 0.277162 0.218053 0.187784 0.130597 0.097668
21 SMRU -0.36731 -0.37904 -0.39221 -0.38848 -0.41258 -0.43256 -0.53953 -0.64346 -0.64275 -0.658 -0.69816 -0.67448
22 STAR 1.463868 2.122406 1.336119 -0.13453 -0.31559 -0.27125 -0.38925 -0.49373 -0.51917 -0.51854 -0.49452 -0.51021

23 PTIS -0.00368 -0.05308 -0.35015 -0.00506 -0.14737 -0.14115 0.025359 -0.02796 -0.15884 0.022751 0.032936 -0.02198
24 SDMU 0.311756 0.302749 0.468179 0.278526 0.292312 0.343059 0.369471 0.418995 0.352984 0.317076 0.362902 0.295939
25 ALDO 0.402222 0.347671 0.853275 1.077604 0.753852 0.701208 1.297177 0.986593 0.712371 0.489808 0.658198 0.537554
26 TIFA 0.478784 0.321757 0.065155 0.076158 -0.00157 0.014406 0.076856 0.107906 0.058034 0.337891 0.222418 0.027712
27 SIMP 0.056517 0.102402 0.157597 0.122949 0.076436 0.070506 0.049865 0.208759 0.173922 0.149484 0.097786 0.113699
28 BULL 0.039183 -0.04123 -0.07654 -0.13899 -0.29633 -0.33223 -0.34385 -0.38364 -0.56896 -0.57779 -0.52483 -0.54081
29 HDFA 0.03932 0.012055 0.023882 0.01533 0.146262 0.045447 0.043168 0.026635 0.038369 0.184192 0.249832 0.275986
30 SRAJ 1.624852 1.857531 1.553335 1.405926 1.749452 1.997004 2.505052 1.623062 1.609466 1.735985 1.704084 2.581836
31 WSKT 0.151219 0.375671 0.458752 0.55696 0.843067 0.970528 0.932774 0.707373 0.576794 0.464611 0.149622 0.103901
32 WIMM 0.102939 0.099493 0.276143 0.227769 0.275371 0.203086 0.121523 0.150614 0.023052 0.04797 0.114582 0.088139
33 ASSA 1.276454 1.077229 0.973854 0.980885 0.944464 0.865337 0.766053 0.655204 0.746605 0.724393 0.69822 0.69514
34 PALM 0.033314 0.042486 0.025574 0.071589 0.047083 0.017632 -0.01147 -0.04559 -0.06498 -0.12408 -0.16208 -0.20278
35 IBST 3.995428 3.851584 3.546258 3.660261 3.480449 3.230881 3.077414 3.22137 3.058267 2.907868 2.32937 2.567491
36 TELE 0.082267 0.085378 0.051057 0.197943 0.374856 0.297809 0.208635 0.178315 0.104958 0.13889 0.279292 0.840268
37 BJTM -0.06707 -0.10101 -0.1882 -0.2169 -0.19896 -0.17376 -0.18515 -0.11246 -0.04039 -0.23012 -0.17166 -0.23455
38 GAMA 0.97934 1.136232 1.615293 1.63586 2.236701 2.119986 1.96161 1.931208 1.812514 1.852578 1.867274 2.049995
39 MSKY 0.085022 0.070025 0.272225 0.332542 0.662362 0.328198 0.111874 0.342988 0.206392 0.680415 0.419354 0.355412
40 TOBA -0.22995 -0.23317 -0.28256 -0.33469 -0.39413 -0.52727 -0.5711 -0.59386 -0.61885 -0.63399 -0.65192 -0.65466
41 RANC 0.377763 0.428856 0.620921 0.511679 0.553745 0.503097 0.364028 0.33171 0.360816 0.301758 0.401347 0.505146
42 BEST 1.893627 1.819595 2.165716 2.663505 2.696208 2.707206 2.787136 3.141609 2.901292 2.794464 3.525775 3.560628
43 ESSA 1.542709 2.549485 2.253091 2.018644 2.908242 3.052183 2.827733 3.275447 3.347938 3.53228 3.635913 3.378353
44 PADI 0.459917 0.473679 0.398387 0.526081 0.533376 0.556525 0.620633 0.680138 0.794214 0.933721 1.196789 1.348915
RATA RATA 0.495567 0.52789 0.512309 0.487576 0.510859 0.510868 0.474444 0.459517 0.41368 0.41162 0.405215 0.422736

NOMOR KODE EMITEN
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
1 BSIM 0.647577 0.779162 0.758417 0.58538 0.529249 0.574061 0.513671 0.463196 0.416467 0.426611 0.396438 0.305219
2 BRMS -0.19337 -0.198 -0.12298 -0.15368 -0.25335 -0.36122 -0.49103 -0.31919 -0.45401 -0.45032 -0.51885 -0.61659
3 MIDI 0.449688 0.377497 0.562721 0.32938 0.305352 0.392916 0.387272 0.66026 1.290098 1.279413 1.441883 1.386303
4 BORN -0.3367 -0.32671 -0.31685 -0.34578 -0.38388 -0.45361 -0.5443 -0.61523 -0.59553 -0.62141 -0.5777 -0.55628
5 APLN -0.13428 -0.05533 -0.14547 -0.11705 -0.0809 -0.06929 -0.12123 -0.13212 -0.18049 -0.17291 -0.17303 -0.14479
6 TBIG 0.079068 0.130957 0.092639 0.203459 0.342728 0.338164 0.316446 0.450527 0.499329 0.709607 0.87781 0.987478
7 HRUM 0.476441 0.357238 0.268394 0.32498 0.476032 0.372162 0.133037 0.091398 0.055661 -0.01625 0.003221 -0.09962
8 BRAU 0.054399 -0.03098 -0.13502 -0.1207 -0.16566 -0.14666 -0.01625 0.044137 -0.19216 -0.31985 -0.34613 -0.47753
9 BUVA 0.191122 0.270568 0.251945 0.20241 0.185367 0.193449 0.134578 0.121349 0.23709 0.221368 0.211082 0.199659
10 IPOL -0.36571 -0.41201 -0.43131 -0.49848 -0.49957 -0.52059 -0.5279 -0.53489 -0.54105 -0.56543 -0.60579 -0.59897
11 GREN -0.39949 -0.22302 -0.13072 -0.13505 -0.11776 -0.22141 -0.16149 -0.18168 -0.23733 -0.36172 -0.49629 -0.52158
12 BJBR 0.37581 0.346793 0.168813 0.277009 0.156568 0.149647 0.364612 0.37205 0.357085 0.173968 0.113542 0.146349
13 SKYB 0.346656 0.392482 0.236189 0.085573 0.224092 0.014838 0.076067 -0.04841 -0.07784 -0.12543 -0.01265 -0.04925
14 GOLD -0.04169 0.004991 -0.21735 -0.24288 -0.24587 -0.16851 -0.17199 -0.17441 -0.21158 -0.18258 -0.2012 -0.22582
15 ROTI 0.971073 1.110556 0.9796 1.061753 1.192968 1.008555 1.116808 1.078559 0.997698 1.148911 1.292378 1.340538
16 PTPP -0.19899 -0.28505 -0.36088 -0.3649 -0.38624 -0.50012 -0.40986 -0.53188 -0.28055 -0.34171 -0.0963 -0.25703
17 ABMM -0.33929 -0.37719 -0.36609 -0.33082 -0.36994 -0.40472 -0.39058 -0.38544 -0.33038 -0.37669 -0.38717 -0.37766
18 VIVA 0.354523 0.491831 0.641692 0.277009 0.444047 0.181988 0.0862 -0.00938 -0.61036 -0.32794 -0.38377 -0.17776
19 GEMS -0.16525 -0.18954 -0.22264 -0.22938 -0.27169 -0.28317 -0.24544 -0.35161 -0.22804 -0.2529 -0.36221 -0.38421
20 SUPR 0.029995 0.134962 0.15184 0.109843 0.070763 0.00988 0.038217 0.452769 0.361447 0.521836 0.505315 0.802376
21 SMRU -0.66376 -0.62602 -0.63639 -0.63833 -0.65235 -0.70113 -0.71272 -0.73609 -0.65387 -0.68417 -0.79738 -0.82506
22 STAR -0.52654 -0.53211 -0.54761 -0.54814 -0.55011 -0.55658 -0.57096 -0.59801 -0.60132 -0.61394 -0.57649 -0.56429
23 PTIS -0.10488 -0.10621 -0.17676 -0.21291 -0.17399 -0.10707 -0.17974 -0.23146 -0.25079 -0.22911 -0.24998 -0.16699
24 SDMU 0.231492 0.215991 0.165453 0.134778 0.17605 0.195909 0.135202 0.081654 -0.0048 -0.03046 0.024531 -0.06209
25 ALDO 0.528749 0.635298 0.71751 0.803486 1.149333 1.067503 0.962553 1.307529 1.274749 1.216081 1.458875 1.501084

26 TIFA 0.050003 -0.01567 -0.04048 0.015545 0.207236 0.114338 0.309963 0.111186 0.121778 0.089463 0.040078 0.0434
27 SIMP 0.198239 0.189358 0.089448 -0.00566 -0.08056 -0.13146 -0.02223 -0.12406 -0.21592 -0.33616 -0.41676 -0.39808
28 BULL -0.63573 -0.67636 -0.68962 -0.69245 -0.70163 -0.70203 -0.69826 -0.70761 -0.72488 -0.72959 -0.7422 -0.74773
29 HDFA 0.39189 0.315431 0.234189 0.183181 0.150187 0.01778 0.041992 0.018069 -0.00349 -0.05832 -0.1074 -0.07609
30 SRAJ 2.208487 2.045338 1.601837 1.846595 1.731373 1.532636 1.332834 1.352047 0.915997 0.802251 0.671912 0.648162
31 WSKT 0.394857 0.579667 0.778285 0.640197 0.643901 0.502758 0.822345 0.968533 0.892461 1.017209 1.207912 1.831051
32 WIMM 0.019885 0.132903 0.080989 -0.05406 -0.11589 -0.18767 -0.20646 -0.24286 -0.32657 -0.27792 -0.22832 -0.21055
33 ASSA 0.630925 0.688493 0.73883 0.685524 0.726484 0.655879 0.610396 0.563281 0.476815 0.469307 0.428232 0.390396
34 PALM -0.13089 -0.10015 -0.08548 -0.17008 -0.19281 -0.13937 -0.03139 -0.02207 -0.03945 -0.02548 -0.05189 -0.00676
35 IBST 4.823463 4.274646 4.769964 4.117539 3.950095 3.90037 3.748207 3.509187 1.69262 1.679977 1.613773 1.521851
36 TELE 0.635941 0.792588 0.792735 0.696598 0.69121 0.689522 0.453741 0.360532 0.422982 0.784898 0.826326 1.045086
37 BJTM -0.23423 -0.30881 -0.21079 -0.20685 -0.18613 -0.20024 -0.05621 -0.08224 -0.08819 -0.22867 -0.21136 -0.23779
38 GAMA 2.177281 2.527361 3.02953 0.905585 -0.18927 -0.53334 -0.56961 -0.54639 -0.59823 -0.59839 -0.61552 -0.62302
39 MSKY 0.347359 0.101308 0.444327 0.354995 0.416107 0.174429 0.13499 0.392547 0.309169 0.213526 0.226173 0.155063
40 TOBA -0.64875 -0.62918 -0.6788 -0.64649 -0.64883 -0.64069 -0.65871 -0.68489 -0.71444 -0.63557 -0.63253 -0.64515
41 RANC 0.541912 0.269679 -0.05691 0.070988 0.130063 0.221163 0.177249 0.091991 0.090079 -0.00884 0.090076 -0.04319
42 BEST 3.781059 2.706637 2.488282 2.185526 1.604531 1.72034 1.665436 1.112394 1.248887 1.82457 2.131404 1.765939
43 ESSA 2.950072 2.78473 2.499837 2.753752 2.940745 2.795117 2.803711 3.262614 2.592687 2.083061 2.49237 1.530108
44 PADI 1.711095 1.575876 1.592263 1.733418 1.648345 1.660531 1.034344 0.996749 1.959841 2.628882 2.948261 2.995748
RATA RATA 0.465443 0.435 0.4219 0.337973 0.314236 0.260343 0.241216 0.240969 0.182993 0.198163 0.23206 0.215953

LAMPIRAN 3
WEALTH RELATIVE SAHAM
BULAN 1+(1/N)SIGMA
Rit
1+(1/N)SIGMA
Rmt WR BULAN
1+(1/N)SIGMA
Rit
1+(1/N)SIGMA
Rmt WR
1 1.501564772 1.02215803 1.469014 13 1.607361 1.129777 1.422724
2 1.517677669 1.03419436 1.467498 14 1.584235 1.142475 1.386669
3 1.53262078 1.05450592 1.453402 15 1.552586 1.132576 1.370845
4 1.524907028 1.06742603 1.428583 16 1.500897 1.165366 1.287919
5 1.56937045 1.08152781 1.451068 17 1.469755 1.171298 1.254809
6 1.566325026 1.08029999 1.449898 18 1.418873 1.175882 1.206645
7 1.544775297 1.0872305 1.420835 19 1.408504 1.184902 1.188709
8 1.555326958 1.10476001 1.407841 20 1.420115 1.1935 1.189874
9 1.543089964 1.13093113 1.364442 21 1.378743 1.213538 1.136135
10 1.520305597 1.12198616 1.355013 22 1.408135 1.229045 1.145715
11 1.52453306 1.12350388 1.356945 23 1.427656 1.21238 1.177565
12 1.539337786 1.12067783 1.373577 24 1.418078 1.21984 1.162512

LAMPIRAN 4
HASIL SPSS
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Statistic Statistic Statistic Statistic Std. Error Statistic
BULAN_1 44 -.36731 3.99543 .4955673 .12065264 .80031909
BULAN_3 44 -.39221 3.54626 .5123087 .11856890 .78649708
BULAN_6 44 -.52727 3.23088 .5108677 .13445841 .89189620
BULAN_24 44 -.82506 2.99575 .2159531 .13039483 .86494144
Valid N (listwise) 44
One-Sample Test
Test Value = 0
t df Sig. (2-tailed)
Mean
Difference
95% Confidence Interval of the
Difference
Lower Upper
AR_1BULAN 4.107 43 .000 .4955673 .252248 .738887
AR_3BULAN 4.321 43 .000 .5123087 .273192 .751426
AR_6BULAN 3.799 43 .000 .5108677 .239707 .782029

One-Sample Test
Test Value = 0
t df Sig. (2-tailed)
Mean
Difference
95% Confidence Interval of the
Difference
Lower Upper
AR_24BULAN 1.656 43 .105 .2159531 -.047013 .478919
Paired Samples Test
Paired Differences
t df Sig. (2-tailed) Mean Std. Deviation Std. Error Mean
95% Confidence Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair 1 AR_1BULAN -
AR_24BULAN
.2796142 .9430077 .1421638 -.0070863 .5663147 1.967 43 .050
Pair 2 AR_3BULAN -
AR_24BULAN
.2963557 .8530434 .1286011 .0370068 .5557046 2.304 43 .026
Pair 3 AR_6BULAN -
AR_24BULAN
.2949147 .8434344 .1271525 .0384872 .5513422 2.319 43 .025