Laporan Hasil Pemetaan Populasi Kunci Provinsi DKI Jakarta · memanfaatkan data-data ini dalam...

65
2014 Komisi Penanggulangan AIDS Provinsi DKI Jakarta Laporan Hasil Pemetaan Populasi Kunci Provinsi DKI Jakarta Dukungan Teknis Oleh

Transcript of Laporan Hasil Pemetaan Populasi Kunci Provinsi DKI Jakarta · memanfaatkan data-data ini dalam...

Page 1: Laporan Hasil Pemetaan Populasi Kunci Provinsi DKI Jakarta · memanfaatkan data-data ini dalam diskusi program sehari-hari. Tanpa itu, berapapun banyaknya data ... Slamet Febrianto

2014

Komisi Penanggulangan AIDS

Provinsi DKI Jakarta

Laporan Hasil Pemetaan Populasi Kunci

Provinsi DKI Jakarta

Dukungan Teknis Oleh

Page 2: Laporan Hasil Pemetaan Populasi Kunci Provinsi DKI Jakarta · memanfaatkan data-data ini dalam diskusi program sehari-hari. Tanpa itu, berapapun banyaknya data ... Slamet Febrianto

Laporan Hasil Pemetaan Populasi Kunci 2014 | KPAP DKI Jakarta | Dukungan Teknis oleh Program SUM I Hal 2

Daftar Isi

Kata Pengantar 4

Tim Pemetaan 5

Tim Penyusun Laporan 9

Daftar Isti lah 10

Ringkasan Eksekutif 11

Bagian Satu | Konteks dan Kebutuhan Pemetaan 12

1. Latar Belakang 12

2. Definisi Pemetaan 12

3. Tujuan Pemetaan 12

4. Jenis dan Ruang Lingkup Pemetaan 13

5. Manfaat Pemetaan 13

Bagian Dua | Metode Pemetaan 15

1. Pendekatan Pemetaan 15

2. Waktu dan Lokasi Pemetaan 15

3. Tim Pemetaan 15

4. Tahapan Pemetaan 16

5. Definisi Operasional 16

6. Populasi dan Sampel Pemetaan 17

7. Metode Pengumpulan Data 17

8. Teknik Pengolahan dan Analisis Data 17

Bagian Tiga | Hasil-Hasil Pemetaan Geografis 18

1. Hasil-Hasil Pemetaan Geografis WPS 18

a. Jumlah Populasi WPS 18

b. Jenis-Jenis Hotspot WPS 20

c. Indikator Pengendalian Mutu Pemetaan Geografis WPS 24

2. Hasil-Hasil Pemetaan Geografis LSL 24

a. Jumlah Populasi LSL 24

b. Jenis-Jenis Hotspot LSL 25

c. Indikator Pengendalian Mutu Pemetaan Geografis LSL 27

3. Hasil-Hasil Pemetaan Geografis Waria 28

a. Jumlah Populasi Waria 28

b. Jenis-Jenis Hotspot Waria 29

c. Indikator Pengendalian Mutu Pemetaan Geografis Waria 30

Page 3: Laporan Hasil Pemetaan Populasi Kunci Provinsi DKI Jakarta · memanfaatkan data-data ini dalam diskusi program sehari-hari. Tanpa itu, berapapun banyaknya data ... Slamet Febrianto

Laporan Hasil Pemetaan Populasi Kunci 2014 | KPAP DKI Jakarta | Dukungan Teknis oleh Program SUM I Hal 3

4. Hasil-Hasil Pemetaan Geografis LBT 31

a. Jumlah Populasi LBT 31

b. Jenis-Jenis Hotspot LBT 33

c. Indikator Pengendalian Mutu Pemetaan Geografis LBT 34

5. Hasil-Hasil Pemetaan Geografis Penasun 35

a. Jumlah Populasi Penasun 35

b. Jenis-Jenis Hotspot Penasun 36

c. Indikator Pengendalian Mutu Pemetaan Geografis Penasun 37

Bagian Empat | Hasil-Hasil Pemetaan Sosial 39

1. Hasil Pemetaan Sosial WPS 39

2. Hasil Pemetaan Sosial LSL 44

3. Hasil Pemetaan Sosial Waria 48

4. Hasil Pemetaan Sosial LBT 53

5. Hasil Pemetaan Sosial Penasun 57

Bagian Lima | Hasil -Hasil Pemetaan Sumber Daya 60

1. Hasil Pemetaan Lembaga yang Bekerja Untuk Penanggulangan HIV dan AIDS (LSM) 60

2. Hasil Pemetaan Fasilitas Layanan Kesehatan 60

Bagian Enam | Kesimpulan dan Rekomendasi 63

1. Kesimpulan 63

2. Rekomendasi 64

3. Keterbatasan Pemetaan 65

Page 4: Laporan Hasil Pemetaan Populasi Kunci Provinsi DKI Jakarta · memanfaatkan data-data ini dalam diskusi program sehari-hari. Tanpa itu, berapapun banyaknya data ... Slamet Febrianto

Laporan Hasil Pemetaan Populasi Kunci 2014 | KPAP DKI Jakarta | Dukungan Teknis oleh Program SUM I Hal 4

Kata Pengantar

Proses pemetaan dan laporannya ini tidak akan terwujud tanpa kerja sama yang baik antara KPAP DKI

Jakarta, KPAK enam wilayah, LSM, Forum LSM dan Program SUM I. Terima kasih saya ucapkan atas kerja

keras semua tim pemetaan yang terlibat. Tanpa kontribusi anda semua, pemetaan ini tidak akan pernah

terjadi dan mendapatkan hasilnya seperti saat ini.

Kita sudah lama menyadari bahwa data pemetaan sangat penting untuk proses perencanaan dan evaluasi program. Pada tahun 2014 ini kita melakukan pemetaan dengan cara berbeda dan metode

yang lebih sistematis mengacu pada buku ‘Petunjuk Teknis Pemetaan Untuk Perencanaan Intervensi’

yang diterbitkan KPAN dan Kemenkes RI. Mudah-mudahan informasi hasil pemetaan seperti yang

tertuang dalam laporan ini dapat membantu kita membuat perencanaan dan evaluasi program yang

lebih baik.

Dalam hal perencanaan, data pemetaan dapat digunakan antara lain untuk menetapkan target program,

menghitung jumlah logistik yang diperlukan (misalnya kondom, pelicin, LAS), memperkirakan kebutuhan capacity building bagi staf pelaksana program dan menghitung dukungan anggaran yang diperlukan

untuk mencapai target-target program.

Dalam hal evaluasi, data pemetaan dapat digunakan sebagai denominator untuk melihat kemajuan

program (misalnya dengan membandingkan antara jumlah orang yang sudah dijangkau/mengakses

layanan dengan hasil pemetaan yang ditetapkan sebagai target), melihat efektivitas program

berdasarkan jumlah dan sebaran hotspot, melihat pemerataan program secara geografis dan

sebagainya.

Catatan khusus sengaja saya berikan dalam hal pemanfaatan data-data ini bagi monitoring, evaluasi dan

pengembangan program. Semua jerih payah mengumpulkan data rasanya baru memadai jika kita

memanfaatkan data-data ini dalam diskusi program sehari-hari. Tanpa itu, berapapun banyaknya data

yang sudah kita kumpulkan hanya akan mengisi rak-rak buku kantor kita tetapi tidak berdampak bagi

penguatan dan pengembangan program. Ini fenomena umum di Indonesia. Tetapi kita harus memulainya

di Jakarta: memanfaatkan semua data yang ada untuk memandu kita menjalanlan program.

Dalam rangka itu, KPAP Provinsi DKI Jakarta berencana mengembangkan fact sheet untuk beberapa

laporan dan data yang sangat kaya menjadi bagian-bagian kecil yang lebih menarik. Sebab kebanyakan

dari kita mungkin cukup repot untuk membaca laporan suatu penelitian secara lengkap. Mudah -

mudahan dengan langkah ini, kita bisa memanfaatkan data yang ada secara lebih baik. Pengembagan

fact sheet akan kita mulai dengan laporan hasil pemetaan ini. Saya berharap, bidang-bidang lain dan

KPAK yang melakukan riset, asesmen atau semacamnya juga dapat mengembangkan fact sheet agar

informasi yang ada lebih menarik untuk dibaca dan ditelaah.

Sekali lagi saya ucapkan terima kasih atas kerja keras dan partisipasi semua pihak. Semoga setiap

proses kegiatan memberi pembelajaran terbaik bagi kita untuk menjalankan inovasi-inovasi lain yang

berdampak.

Jakarta, Desember 2014

Hj. Dra. Rohana Manggala, M.Si

Sekretaris KPAP DKI Jakarta

Page 5: Laporan Hasil Pemetaan Populasi Kunci Provinsi DKI Jakarta · memanfaatkan data-data ini dalam diskusi program sehari-hari. Tanpa itu, berapapun banyaknya data ... Slamet Febrianto

Laporan Hasil Pemetaan Populasi Kunci 2014 | KPAP DKI Jakarta | Dukungan Teknis oleh Program SUM I Hal 5

Tim Pemetaan

Provinsi John Alubwaman

Catur Prasetyo

Lili Fitriyah

Adrie Admira

Ida Kusumaningrum

Erlian Rista Aditya

Kabid Monev dan Pengembangan

Bidang Monev dan Pengembangan

Bidang Monev dan Pengembangan

Bidang Monev dan Pengembangan

Bidang Promosi dan Pencegahan

SUM I DKI Jakarta

Jakarta Pusat Miko

Susi Hidayah

Adi Sumari

Sabilan Muhtadin

Corry Kedarsari

Ballqis

Bunda Joyce

Ria Dwi S. Pangayow

Budi Mulia

Ahmad SP

Sika Anggrani

Lolly Joselly

Soeradji

Anggraeny

Ati Susilowati

Wulan

Muji

Topan

Benny Hamidi

Peter DS

Frederick Scott

T. Hadi

Taufik H

Yulitanti

Eri Kurnia

Arman Aedy

Yanuar R

Syarif

Wiwik Anggraini

Imanita

Yanti

Sri

M. Sofian

dr. I Gede Subagia

Rizky Rahmatia

Yayasan Intermedika

Yayasan Intermedika

Yayasan Intermedika

Yayasan Intermedika

Yayasan Srikandi Sejati

Yayasan Srikandi Sejati

Yayasan Srikandi Sejati

Yayasan Layak

Jakarta Plus Center

Jakarta Plus Center

Jakarta Plus Center

Jakarta Plus Center

Jakarta Plus Center

Jakarta Plus Center

Jakarta Plus Center

Jakarta Plus Center

Jakarta Plus Center

Jakarta Plus Center

Yayasan Pelita Harapan Bangsa

Yayasan Pelita Harapan Bangsa

Karisma

Karisma

Karisma

Karisma

Gema

KAKI

KAKI

KAKI

KPAK Jakarta Pusat

KPAK Jakarta Pusat

KPAK Jakarta Pusat

KPAK Jakarta Pusat

KPAK Jakarta Pusat

KPAK Jakarta Pusat

KPAK Jakarta Pusat

Jakarta Utara Okky Darmianto. R

Orin

Ella Mantika

Donna

Zaenal Ramadhan

Abdul. S

Yuwana. E

Mulya. A

Adhy. N

Evan

Neni. L

Hafids

Yayasan Srikandi Sejati

Yayasan Srikandi Sejati

Yayasan Srikandi Sejati

Yayasan Srikandi Sejati

LPA Karya Bhakti

LPA Karya Bhakti

Jakarta Plus Center

Jakarta Plus Center

Jakarta Plus Center

Jakarta Plus Center

Jakarta Plus Center

PKBI Jakarta Utara

Page 6: Laporan Hasil Pemetaan Populasi Kunci Provinsi DKI Jakarta · memanfaatkan data-data ini dalam diskusi program sehari-hari. Tanpa itu, berapapun banyaknya data ... Slamet Febrianto

Laporan Hasil Pemetaan Populasi Kunci 2014 | KPAP DKI Jakarta | Dukungan Teknis oleh Program SUM I Hal 6

Noviya

Cecep Septiyansah

S. Rahayu

Elyana

Sukmaji

Elia

Sarnan

Endang. S

Dayat. F

Deni

Magda Lena

Syukron. M

Ujang Jatmika

Heri Pianah

Wahyu. S

Budy. M

Nur Aini

Nani

Imanudin

M. Sukmarajaya

Putra Indrayana

Azis Fauzi

Asep

Edi

Bahroni

Djadjang Djunaedi

Fahmi Arizal

PKBI Jakarta Utara

PKBI Jakarta Utara

PKBI Jakarta Utara

PKBI Jakarta Utara

PKBI Jakarta Utara

PKBI Jakarta Utara

PKBI Jakarta Utara

PKBI Jakarta Utara

PKBI Jakarta Utara

Bandung Wangi

Bandung Wangi

PENA

PENA

PENA

PENA

Yayasan Anak dan Perempuan

Yayasan Anak dan Perempuan

Yayasan Anak dan Perempuan

KIOS Atmajaya

KIOS Atmajaya

KIOS Atmajaya

KIOS Atmajaya

KPAK Jakarta Utara

KPAK Jakarta Utara

KPAK Jakarta Utara

KPAK Jakarta Utara

KPAK Jakarta Utara

Jakarta Barat Risman Sofian

Yayan Baskarah

Sadon Kuswara

Julius Tambunan

Elfeida Sardiana

Sutarko Candi

Theokusita. M Da Gomez

Martinus Zangga

Nanda

Teto

Henny Pawaka

Kristina

Agustin

Acung

Zulham

Voni Istirani

Zakaria

Sahroni

Budi. HS

Sugeng

Ali Paruq

Yuli

Zaenal

Iwan. T

Firman

Rohmat Noviar

Benny Hamidi

Peter

Putera

Fahrul

Yayasan Intermedika

Yayasan Intermedika

Yayasan Intermedika

Yayasan Intermedika

ICODESA

ICODESA

ICODESA

ICODESA

ICODESA

ICODESA

Yayasan Srikandi Sejati

Yayasan Srikandi Sejati

Yayasan Srikandi Sejati

Yayasan Srikandi Sejati

GEMA

GEMA

GEMA

GEMA

GEMA

GEMA

GEMA

GEMA

Yayasan Kusuma Buana

Yayasan Kusuma Buana

Yayasan Kusuma Buana

Yayasan Kusuma Buana

Yayasan Pelita Harapan Bangsa

Yayasan Pelita Harapan Bangsa

KIOS Atmajaya

KIOS Atmajaya

Page 7: Laporan Hasil Pemetaan Populasi Kunci Provinsi DKI Jakarta · memanfaatkan data-data ini dalam diskusi program sehari-hari. Tanpa itu, berapapun banyaknya data ... Slamet Febrianto

Laporan Hasil Pemetaan Populasi Kunci 2014 | KPAP DKI Jakarta | Dukungan Teknis oleh Program SUM I Hal 7

Bayu

Paldy

Aprizal

Rino. A

Windi. AM

Syamsul. M

dr. Aryani. S

Yusup

Diah

Slamet Febrianto

KIOS Atmajaya

KIOS Atmajaya

Yayasan Mutiara Maharani

Yayasan Mutiara Maharani

KPAK Jakarta Barat

KPAK Jakarta Barat

KPAK Jakarta Barat

KPAK Jakarta Barat

KPAK Jakarta Barat

KPAK Jakarta Barat

Jakarta Selatan Andhika

Al

Saiful

Sendi

Tayen

Aldi

Mario

Hadi

Jiran

Hendra

M.T. Hanny H.S.Pd

Ahmad Pramono

Ragil Wahyono

Aurie

Wahyu

Paridan

Budi Setiawan

Teus Lugulanten

Mario Sinatra

Indhi Sadira

Rosa

Puni

Dewi. R

Andika. PW

Mulya

Zaenal Suhendi

Hartono

Abdul Rohim

Eka Aditya

Seila

Yola Anggun

Vira

Erwin Nugrogho

Tovan Agus

Heri Santoso

Kanti Lituhayu

Tri Witjaksono

Yayasan Intermedika

Yayasan Intermedika

Yayasan Intermedika

Yayasan Intermedika

Yayasan Intermedika

Yayasan Intermedika

KAPETA

KAPETA

KAPETA

KAPETA

KAPETA

KAPETA

KAPETA

KAPETA

KAPETA

KAPETA

KAPETA

KAPETA

KAPETA

KAPETA

Pokja Faletehan

PPK-UI

PPK-UI

PPK-UI

PPK-UI

Stigma

Stigma

Stigma

Yayasan Srikandi Sejati

Yayasan Srikandi Sejati

Yayasan Srikandi Sejati

Yayasan Srikandi Sejati

YHP

YHP

Sudinkes

KPAK Jakarta Selatan

KPAK Jakarta Selatan

Jakarta Timur Nancy Iskandar

Minul

Yuni

Nuke Ayu Amelia

Dian

Uchi

Adin

Tono

Salaludin

Koko

Yayasan Srikandi Sejati

Yayasan Srikandi Sejati

Yayasan Srikandi Sejati

Yayasan Srikandi Sejati

Yayasan Srikandi Sejati

Yayasan Srikandi Sejati

LPA-Karya Bhakti

LPA-Karya Bhakti

LPA-Karya Bhakti

LPA-Karya Bhakti

Page 8: Laporan Hasil Pemetaan Populasi Kunci Provinsi DKI Jakarta · memanfaatkan data-data ini dalam diskusi program sehari-hari. Tanpa itu, berapapun banyaknya data ... Slamet Febrianto

Laporan Hasil Pemetaan Populasi Kunci 2014 | KPAP DKI Jakarta | Dukungan Teknis oleh Program SUM I Hal 8

Kevin

Agus

Sony

Syeni Alfianti

Tasinah

Chanra Ely Jhonatan . M

Jumadi Galingging

Devi

Irma

Rian Wulandari

Eva Rosita

Mirnawati

Suherman

Heni

Saimah

Maryati

Ai Yuniati

Yuli Risciani

Nurdjanah

Iyan

Satya Hadi

Indra A. Gunawan

Faizin

Maya

Hodland Silalahi

Djaenal Arifin

Suryana

Reza Novalino

LPA-Karya Bhakti

LPA-Karya Bhakti

LPA-Karya Bhakti

PKBI Jakarta Timur

PKBI Jakarta Timur

PKBI Jakarta Timur

PKBI Jakarta Timur

PKBI Jakarta Timur

PKBI Jakarta Timur

Yayasan Hidup Positif

Yayasan Hidup Positif

Yayasan Hidup Positif

Bandungwangi

Bandungwangi

Bandungwangi

Bandungwangi

Bandungwangi

Rempah

Rempah

Rempah

Rempah

Rempah

Rempah

Rempah

Karisma

Karisma

Karisma

Karisma

Kepulauan Seribu H. Anwar

Ahmad Gojali

Anton

Muclis

Ahmad Nuryani

Hilmansyah

Bhaskar J

dr. Heldy

Arif R.A

Palupi

KPAK Kepulauan Seribu

KPAK Kepulauan Seribu

KPAK Kepulauan Seribu

KPAK Kepulauan Seribu

KPAK Kepulauan Seribu

KPAK Kepulauan Seribu

KPAK Kepulauan Seribu

KPAK Kepulauan Seribu

KPAK Kepulauan Seribu

KPAK Kepulauan Seribu

Page 9: Laporan Hasil Pemetaan Populasi Kunci Provinsi DKI Jakarta · memanfaatkan data-data ini dalam diskusi program sehari-hari. Tanpa itu, berapapun banyaknya data ... Slamet Febrianto

Laporan Hasil Pemetaan Populasi Kunci 2014 | KPAP DKI Jakarta | Dukungan Teknis oleh Program SUM I Hal 9

Tim Penyusun Laporan

Jakarta Pusat Wiwik Anggraini

Ria Dwi S. Pangayow

Jakarta Utara Fahmi Arizal

Djadjang Djunaedi

Jakarta Barat Samsul

Windi

Daniel Upay

Jakarta Selatan Tri Witjaksono

Kanti Lituhayu

Aldy

Jakarta Timur Imam Mulyadi

Aminullah

Kepulauan Seribu Hilmansyah

Provins DKI Jakarta John Alubwaman

Catur Prasetyo

Ida Kusumaningrum

Lili Fitriyah

Adrie Admira

Erlian Rista Aditya

Editor

Erlian Rista Aditya

John Alubwaman

Page 10: Laporan Hasil Pemetaan Populasi Kunci Provinsi DKI Jakarta · memanfaatkan data-data ini dalam diskusi program sehari-hari. Tanpa itu, berapapun banyaknya data ... Slamet Febrianto

Laporan Hasil Pemetaan Populasi Kunci 2014 | KPAP DKI Jakarta | Dukungan Teknis oleh Program SUM I Hal 10

Daftar Istilah

ABK Anak Buah Kapal

Champion Tokoh komunitas yang secara sukarela aktif/potensial aktif melakukan kegiatan

pencegahan HIV di komunitasnya

CST Care, Support and Treatment = PDP

Fasyankes Fasilitas Layanan Kesehatan

GIS Geographical Information System

GPS Geographic Positioning System

Hotspot Tempat negosiasi dan/atau transaksi seks dan penggunaan narkoba suntik

Hotzone Pengelompokkan beberapa hotspot terdekat (dalam radius 300) meter menjadi satu

HCT HIV Counseling and Testing

Informan Sumber informasi yang berasal dari populasi kunci dan dianggap kredibel serta

mengetahui informasi tentang populasi kunci di suatu hotspot

Informan Kunci Sumber informasi yang berasal dari luar populasi kunci dan dianggap kredibel serta

mengetahui informasi tentang populasi kunci di suatu hotspot

KIE Komunikasi, Informasi, Edukasi

KT HIV Konseling dan Tes HIV

KTH Konseling dan Tetsing HIV

KTS Konseling dan Testing Sukarela

KPP Komunikasi Perubahan Perilaku

LASS Layanan Alat Suntik Steril = LJSS

LBT Lelaki Berisiko Tinggi

LJSS Layanan Jarum Suntik Steril

LSL Lelaki berhubungan Seks dengan Lelaki

Lokasi Hotspot

Media KPP Media cetak (leaflet, sticker, poster dll) dan non cetak untuk mendukung proses KPP

(Komunikasi Perubahan Perilaku)

Media KIE Media cetak (leaflet, sticker, poster dll) dan non cetak untuk mendukung proses KIE

(Komunikasi, Informasi dan Edukasi)

MOU Memorandum of Understanding

MMT Methadone Maitenance Treatment = PTRM

Nyebong Bahasa slang di kalangan Waria untuk menyebut proses mencari tamu/klien

di suatu hotspot

Outlet Penjua/distributor/pengecer kondom baik kondom komersial/subsidi

PDP Perawatan, Dukungan dan Pengobatan

PE Peer Educator/Pendidik Sebaya

Penasun Pengguna Napza Suntik

Penapisan Pemeriksaan rutin IMS kepada populasi kunci tanpa melihat ada/tidaknya gejala

PMTS Pencegahan Penularan IMS Melalui Transmisi Seksual

PMTCT Prevention Mother To Child Transmission = PPIA

PPSK Program Pemasaran Sosial Kondom

PPIA Pencegahan Penularan Ibu ke Anak

PTRM Perawatan Terapi Rumatan Metadon

Pokja Kelompok Kerja

Pokmas Kelompok Masyarakat

Popkun Populasi Kunci

Populasi Kunci Populasi paling berisiko terhadap penularan HIV yaitu Penasun, WPS, LSL, Waria dan

LBT

RR Reporting dan Recording

STBP Survey Terpadu Biologis dan Perilaku

TKBM Tenaga Bongkar Muat Barang

VCT Voluntary Counseling and Testing

WPS Wanita Pekerja Seks

WPSL/WPSTL Wanita Pekerja Seks Langsung/Wanita Pekerja Seks Tidak Langsung

Page 11: Laporan Hasil Pemetaan Populasi Kunci Provinsi DKI Jakarta · memanfaatkan data-data ini dalam diskusi program sehari-hari. Tanpa itu, berapapun banyaknya data ... Slamet Febrianto

Laporan Hasil Pemetaan Populasi Kunci 2014 | KPAP DKI Jakarta | Dukungan Teknis oleh Program SUM I Hal 11

Ringkasan Eksekutif

Pemetaan populasi kunci tahun 2014 menggunakan metode yang berbeda dan jauh lebih sistematis

dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Hal ini berkat adanya Panduan Teknis Pemetaan Populasi Kunci

Untuk Perencanaan Intervensi yang dikeluarkan KPAN dan Kemenkes RI tahun 2014.

Jumlah populasi kunci di DKI Jakarta berdasarkan hasil pemetaan ini adalah sebanyak 4.193 WPSL,

7.669 WPSTL, 4.465 LSL, 1.206 Waria, 122.096 LBT dan 2.004 Penasun. Rata-rata mobilitas setiap populasi kunci adalah 1-3 hotspot per hari. Artinya setiap hari terdapat kemungkinan populasi kunci

berpindah hotspot ke 1 sampai 3 hotspot lain. Pemetaan ini juga berhasil mengidentifikasi jumlah

hotspot untuk setiap populasi yakni 352 hotspot WPSL, 523 hotspot WPSTL, 281 hotspot LSL, 217

hotspot Waria, 890 hotspot LBT dan 229 hotspot Penasun.

Terdapat tiga jenis/bentuk hotspot paling utama pada populasi WPSL yakni wisma, rumah kost dan

warung, pada WPSTL hotspot paling banyak berupa panti pijat, café dan karaoke, pada LSL adalah mall,

minimarket dan salon, pada Waria adalah salon, rumah kontrakan dan rumah kost, pada LBT hotspot utamanya berupa pangkalan ojek, pangkalan truk dan pabrik dan pada populasi Penasun hotspot

utamanya kebanyakan berupa pinggir jalan, rumah/kost dan gang. Jika semua hotspot

dikelompokkan(clustering) menggunkan aplikasi GIS, dalam radius 300 meter (disebut dengan hotzone)

maka akan terdapat 78 hotzone LSL, 97 hotzone Waria, 126 hotzone WPS, 213 hotzone LBT dan 99

hotzone Penasun.

Dua indikator utama dalam pilar satu PMTS (penguatan dan pelibatan pemangku kepentingan) yakni

adanya Pokja Lokasi dan kesepakatan lokasi masih belum sesuai harapan. Rata-rata (keseluruhan untuk tingkat provinsi) baru 43% hotspot WPS, 15% hotspot LSL, 14% hotspot Waria dan 22% hotspot LBT yang

mempunyai Pokja Lokasi dan baru 39% hotspot WPS, 15% hotspot LSL, 34% hotspot Waria, dan 21%

hotspot LBT yang mempunyai kesepakatan lokasi.

Dua indikator utama dalam pilar dua PMTS (komunikasi perubahan perilaku) yakni adanya jumlah PE

aktif dan media KPP yang cukup juga masih belum sesuai harapan. Rata-rata (keseluruhan untuk tingkat

provinsi) baru 26% hotspot WPS, 24% hotspot LSL, 34% hotspot Waria dan 14% hotspot LBT yang mempunyai jumlah PE aktif cukup dan baru 47% hotspot WPS, 35% hotspot LSL, 37% hotspot Waria, dan

23% hotspot LBT yang mempunyai distribusi Media KPP cukup.

Dua indikator utama dalam pilar tiga PMTS (penyediaan dan distribusi kondom) yakni adanya jumlah

outlet kondom dan jumlah kondom terdistribusi belum sesuai harapan. Rata-rata (keseluruhan untuk

tingkat provinsi) baru 53% hotspot WPS, 43% hotspot LSL, 74% hotspot Waria dan 16% hotspot LBT yang

mempunyai jumlah outlet kondom cukup dan baru 40% hotspot WPS, 39% hotspot LSL, 65% hotspot

Waria, dan 15% hotspot LBT yang mempunyai distribusi kondom cukup.

Tiga indikator utama dalam pilar empat PMTS (pemeriksaan IMS dan HCT) yakni adanya pemeriksaan

rutin di setiap hotspot, semua populasi kunci dalam hotspot mengikuti pemeriksaan dan keramahan

petugas Kesehatan. Rata-rata (keseluruhan untuk tingkat provinsi) 44% hotspot WPS, 28% hotspot LSL,

82% hotspot Waria dan 25% hotspot LBT yang mempunyai pemeriksaan rutin IMS dan HCT dan baru 34%

hotspot WPS, 14% hotspot LSL, 33% hotspot Waria, dan 16% hotspot LBT yang 100% populasi kuncinya

mengikuti pemeriksaan rutin. Sementara itu rata-rata 70% hotspot WPS, 41% hotspot LSL, 81% hotspot

Waria dan 34% hotspot LBT melihat penyedia layana sudah aman.

Terdapat 23 LSM aktif yang bekerja untuk penanggulangan HIV dan AIDS. Variasi layanan mereka antara

lain penjangkauan, pendampingan, rujukan ke Fasyankes dan pendampingan ODHA. Terdapat 74

Fasyankes yang dipetakan di Jakarta dengan variasi layanan antara lain IMS, VCT, LAS, PTRM, kesdas, IO

dan ARV.

Page 12: Laporan Hasil Pemetaan Populasi Kunci Provinsi DKI Jakarta · memanfaatkan data-data ini dalam diskusi program sehari-hari. Tanpa itu, berapapun banyaknya data ... Slamet Febrianto

Laporan Hasil Pemetaan Populasi Kunci 2014 | KPAP DKI Jakarta | Dukungan Teknis oleh Program SUM I Hal 12

Bagian Satu | Konteks dan Kebutuhan Pemetaan

1. Latar Belakang

Mengetahui jumlah dan dimana populasi kunci biasa berada, bekerja, berkumpul atau tinggal (hotspot)

menjadi kebutuhan mendasar untuk dapat menjalankan program pencegahan HIV yang efektif. Data ini

diperlukan untuk menghitung anggaran yang diperlukan bagi program pencegahan HIV, bentuk kegiatan yang

sesuai dengan karakateristik hotspot yang ada, cara paling efektif menjangkau mereka dan prioritas-prioritas

program yang perlu ditetapkan.

Pemetaan merupakan salah satu cara untuk mengetahui besaran jumlah dan letak hotspot populasi kunci. Di

DKI Jakarta, kegiatan pemetaan populasi kunci telah menjadi agenda rutin program KPAP DKI Jaka rta.

Pemetaan populasi kunci yang pertama telah dilakukan pada 2009, kemudian diperbaharui pada 2010 dan

2012.

Pemetaan populasi kunci 2014 ini adalah proses pembaharuan data dari pemetaan sebelumnya.

Pembaharuan data pemetaan perlu dilakukan karena adanya faktor mobilitas atau turn-over populasi kunci

baik antar wilayah di DKI Jakarta maupun dari dan ke luar Jakarta. Hal ini menyebabkan jumlah populasi kunci

yang selalu fluktuatif . Pembaharuan data pemetaan juga dilakukan untuk mengidentifikasi kemunculan

hotspot baru dan hilangnya hotspot lama, perubahan tipe/bentuk hotspot dan karakteristik demografi

populasi kunci.

Berbeda dengan proses-proses pemetaan sebelumnya, pemetaan populasi kunci 2014 dilakukan lebih

sistematis secara metode karena mendasarkan diri pada Petunjuk Teknis Pemetaan Populasi Kunci Untuk

Perencanaan Intervensi Program HIV, Kemenkes RI dan KPAN, 2014. Pemetaan 2014 berusaha memetakan

lima populasi kunci yakni LSL, Waria, WPS, Penasun dan LBT.

2. Definisi Pemetaan

Sampai saat ini tidak ada definisi baku yang berlaku secara nasional tentang makna pemetaan. Untuk tujuan

praktis, pemetaan atau lebih tepat disebut pemetaan komunitas di DKI Jakarta didefinisikan sebagai:

“Proses partisipatoris menggambarkan situasi lingkungan geografis, sosial dan sumber daya penanggulangan

HIV dan AIDS, terutama jumlah populasi kunci, lokasi fisik di mana populasi kunci biasanya berada, situasi

sosial khas populasi kunci yang ada dan layanan pencegahan, perawatan, dukungan dan pengobatan HIV dan

AIDS tertentu yang dapat mendukung pelaksanaan program”.

3. Tujuan Pemetaan

Ada beberapa tujuan mengapa pemetaan perlu dilakukan, yakni:

Untuk mengetahui jumlah dan sebaran populasi kunci penerima manfaat program.

Untuk mengetahui situasi lingkungan fisik di mana populasi kunci penerima manfaat program biasanya

berada (tempat nongkrong, tempat kerja, tempat tinggal, tipe/bentuk hotspot).

Untuk mengetahui peta sosial populasi kunci penerima manfaat program (karakter istik demografi dasar,

aktivitas sehari-hari, mobilitas, orang-orang berpengaruh di komunitas dll).

Untuk mengetahui keberadaan layanan kesehatan dan LSM pencegahan HIV terdekat dan yang biasa

diakses populasi kunci.

Page 13: Laporan Hasil Pemetaan Populasi Kunci Provinsi DKI Jakarta · memanfaatkan data-data ini dalam diskusi program sehari-hari. Tanpa itu, berapapun banyaknya data ... Slamet Febrianto

Laporan Hasil Pemetaan Populasi Kunci 2014 | KPAP DKI Jakarta | Dukungan Teknis oleh Program SUM I Hal 13

4. Jenis dan Ruang Lingkup Pemetaan

Sesuai dengan definisi dan tujuan pemetaan, maka terdapat tiga jenis pemetaan yang dilakukan dalam

pemetaan populasi kunci 2014 di DKI Jakarta ini, yakni pemetaan geografis, sosial dan sumber daya program

dengan ruang lingkup sbb:

Diagram 1.1 Ruang Lingkup Pemetaan

5. Manfaat Pemetaan

Data pemetaan dapat dimanfaatkan untuk:

Perencanaan Program

o Untuk menentukan prioritas hotspot yang perlu dijangkau terlebih dahulu, biasanya yang jumlah

populasi kuncinya banyak dan ukuran hotspotnya besar atau mulai dari mudah dijangkau terlebih

dahulu

o Untuk menghitung target program sesuai jumlah populasi kunci yang benar-benar ada di

lapangan

o Untuk menghitung kebutuhan dan kualifikasi petugas lapangan sesuai karakteristik populasi

kunci dan jenis hotspot

o Untuk menghitung kebutuhan materi pencegahan (kondom, pelicin, alat suntik) dan media KIE

Pemetaan

Geografis

Estimasi Jumlah

Nama & Jenis Hotspot

Mobilitas

Sosial

Keterlibatan Pemangku

Kepentingan

Pengetahuan dan Kegiatan Pen-

cegahan

Penggunaan Kondom

Akses ke Fasyankes

Sumber Daya Program

LSM Penanggulangan

HIV & AIDS

Fasilitas Layanan Kesehatan

Page 14: Laporan Hasil Pemetaan Populasi Kunci Provinsi DKI Jakarta · memanfaatkan data-data ini dalam diskusi program sehari-hari. Tanpa itu, berapapun banyaknya data ... Slamet Febrianto

Laporan Hasil Pemetaan Populasi Kunci 2014 | KPAP DKI Jakarta | Dukungan Teknis oleh Program SUM I Hal 14

Implementasi Program

o Untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas penjangkaun populasi kunci, misalnya dengan

membagi wilayah penjangkauan berdasarkan kesamaan jenis hotspot, ukuran hotspot atau jarak

antar hotspot.

o Untuk meningkatkan penerimaan program oleh komunitas dan melibatkan komunitas dalam

program dengan melibatkan tokoh-tokoh kunci di hotspot

Monitoring dan Evaluasi Program

o Untuk memonitor berapa banyak populasi kunci yang telah dijangkau dibandingkan jumlah hasil

pemetaan sebagai target

o Untuk menilai kemajuan program, misalnya program PMTS yang mempunyai komponen

penguatan pemangku kepentingan lokal dengan melihat berapa banyak lokasi yang telah

mempunyai Pokja lokasi dibandingkan total jumlah lokasi yang ada.

Page 15: Laporan Hasil Pemetaan Populasi Kunci Provinsi DKI Jakarta · memanfaatkan data-data ini dalam diskusi program sehari-hari. Tanpa itu, berapapun banyaknya data ... Slamet Febrianto

Laporan Hasil Pemetaan Populasi Kunci 2014 | KPAP DKI Jakarta | Dukungan Teknis oleh Program SUM I Hal 15

Tim Pemetaan Provinsi

Tim Lapangan Tim Lapangan Tim Lapangan

Tim Pemetaan Kota/Kab

Bagian Dua | Metode Pemetaan

1. Pendekatan Pemetaan

Pemetaan ini menggunakan dua pendekatan penelitian yakni kuantitatif dan kualitatif. Pendekatan kuantitatif

digunakan untuk menghitung jumlah populasi kunci dan sebagian pemetaan sosial. Pendekatan kualitatif

digunakan untuk memetakan sumber daya penanggulangan HIV dan AIDS dan sebagian pemetaan sosial.

2. Waktu dan Lokasi Pemetaan

Pemetaan dilakukan selama empat minggu untuk lima populasi kunci yakni LSL, Waria, WPS, Penasun dan

LBT. Setiap populasi dipetakan selama satu minggu serentak di enam kota/kab di DKI Jakarta.

Tabel 2 .1 Waktu, Sasaran dan Lokasi Pemetaan

Waktu

Populasi

Sasaran

Pemetaan

Lokasi

13 – 17 Oktober 2014 LSL dan Waria Jakarta Pusat, Utara, Barat, Selatan, Timur dan Kep.

Seribu

20 – 24 Oktober 2014 WPS Jakarta Pusat, Utara, Barat, Selatan dan Timur

27 – 31 Oktober 2014 Penasun Jakarta Pusat, Utara, Barat, Selatan dan Timur

3 – 7 November 2014 LBT Jakarta Pusat, Utara, Barat, Selatan, Timur dan Kep.

Seribu

Pemetaan dilakukan di semua kecamatan di semua kota/kab di DKI Jakarta.

3. Tim Pemetaan

Tim pemetaan terdiri dari berbagai komponen yakni KPAP, KPAK, Sudinkes dan LSM. Struktur tim pemetaan

dibuat menjadi seperti ini:

Diagram 2.1 Struktur Tim Pemetaan

Tim pemetaan provinsi berperan

menyiapkan tim pemetaan

kota/kabupaten, melatih mereka,

menyiapkan instrumen dan form,

menyediakan anggaran, melakukan

supervisi ke kota/kab dan

menganalisis data.

Tim pemetaan kota/kab be rtugas

sebagai koordinator dan supervisor

dalam pelaksanaan pemetaan yang

sebenarnya. Selama pelaksanaan

pemetaan tim pemetaan kota/kab

bertugas merekrut tim lapangan,

memberikan orientasi kepada

mereka, mensupervisi tim lapangan di lapangan, memutuskan apakah kunjungan lapangan perlu dilakukan

ulang atau perlu ada cek silang dari tim lapangan lain, memeriksa kelengkapan isian dan akurasi data pada

Page 16: Laporan Hasil Pemetaan Populasi Kunci Provinsi DKI Jakarta · memanfaatkan data-data ini dalam diskusi program sehari-hari. Tanpa itu, berapapun banyaknya data ... Slamet Febrianto

Laporan Hasil Pemetaan Populasi Kunci 2014 | KPAP DKI Jakarta | Dukungan Teknis oleh Program SUM I Hal 16

form hasil pemetaan, mengelola pertemuan data entry bersama tim lapangan dan bersama tim pemetaan

provinsi melakukan analisis data hasil pemetaan.

Tim lapangan bertugas mengumpulkan data ke lapangan menggunakan berbagai instrumen yang telah

disediakan termasuk melakukan wawancara dengan informan dan informan kunci, melakukan observasi

langsung ke lapangan, menggunakan GPS untuk menitik koordinat setiap hotspot dan menginput data ke

dalam worksheet excel yang telah disediakan.

4. Tahapan Pemetaan

Untuk meningkatkan kualitas data hasil pemetaan dan pemanfaatannya, proses pemetaan ini mengikuti

beberapa tahap seperti yang direkomendasikan dalam Petunjuk Teknis Pemetaan, namun dengan beberapa

penyesuaian sesuai kebutuhan di DKI Jakarta.

Diagram 2.1 Tahapan Umum Pemetaan

5. Definisi Operasional

Penasun adalah orang yang menyuntikkan napza minimal satu kali menyuntik dalam satu tahun terakhir.

Kelompok ini tidak mencakup penasun yang sedang dalam terapi subtitusi opiat atau dalam program

abstinen.

Lebih banyak penasun laki-laki daripada perempuan, dengan lama menggunakan napza suntik dan frekuensi

menyuntik beragam. Pada umumnya penasun mempunyai kesamaan karakteristik sebagai berikut yaitu

menyukai tempat yang tersembunyi, berkumpul hanya dengan kelompoknya, persaudaraan yang kuat di

antara mereka, dan pekerjaan yang beragam seperti wiraswasta, freelance, tukang ojek dan lain lain.

Wanita Pekerja Seks Langsung adalah perempuan yang menjual seks untuk uang atau barang sebagai

sumber utama pendapatan mereka, Sumber utama artinya ada kepastian memperoleh pendapatan, bukan

besar/kecilnya pendapatan. Para perempuan ini termasuk mereka yang bekerja di rumah

•Pembentukan tim kota/kab

•Pelatihan tim kota/kab

•Rekrutmen tim lapangan

•Orientasi tim lapangan

Persiapan

•Listing data hotspot •Pengumpulan data ke

lapangan

•Data entry dan verifikasi

Pelaksanaan •Pertemuan konsensus

hasil pemetaan bersama stakeholder

•Workshop penulisan hasil pemetaan

Penulisan Laporan

•Workshop akhir tahun program 2014

•Rancangan kegiatan APBD 2015

Pemanfaatan Hasil

Page 17: Laporan Hasil Pemetaan Populasi Kunci Provinsi DKI Jakarta · memanfaatkan data-data ini dalam diskusi program sehari-hari. Tanpa itu, berapapun banyaknya data ... Slamet Febrianto

Laporan Hasil Pemetaan Populasi Kunci 2014 | KPAP DKI Jakarta | Dukungan Teknis oleh Program SUM I Hal 17

bordil,lokalisasi,jalanan atau tempat-tempat umum di mana pelanggan datang untuk membeli Seks. Para

perempuan ini mungkin bekerja atau tidak bekerja untuk makelar atau mucikari.

Wanita Pekerja Seks Tidak Langsung adalah perempuan bekerja di tempat hiburan (seperti karaoke, bar, panti

pijat dan lain-lain) dan yang menjual Seks kepada pelanggan mereka yang ditemui di tempat hiburan.

Transaksi seks dapat terjadi di tempat hiburan atau diluar tempat hiburan dan pemilik/manajer tempat

hiburan mungkin memfasilitasi atau tidak memfasilitasi transaksi seks tersebut.

Lelaki yang berhubungan Seks dengan Lelaki adalah laki-laki yang berhubungan seks dengan pasangan laki-

lakinya. Kelompok ini termasuk orang-orang yang mengidentifikasi dirinya sebagai gay,biseksual atau

heteroseksual. Kategori ini termasuk orang-orang yang menjual dan/atau membeli seks dengan laki-laki lain.

(pekerja seks laki-laki).

Waria adalah transgender (laki-laki menjadi perempuan)atau laki-laki secara biologis yang mengidentifikasi

dirinya sebagai perempuan dan/atau berperilaku dan berpakaian seperti perempuan.

Lelaki Berisiko Tinggi (LBT) adalah laki-laki potensial pembeli jasa seks WPS seperti ABK/Pelaut,

Nelayan,Tenaga Bongkar Muat Barang (TKBM), Pegawai Industri Pabrikan (pada industri yang mayoritas laki-

laki dengan karyawan lebih dari 500 orang), Pekerja Kontruksi pada proyek konstruksi jangka panjang lebih

dari satu tahun, Sopir Truk, Sopir Taxi dan Ojek (khusus yang berada pada radius 100 m dari hotspot WPS).

Daftar ini merujuk kepada hasil-hasil STBP 2007 dan 2011 dengan penyesuaian.

Hotspot adalah tempat transaksi dan/atau negosiasi seks dan/atau pemakaian narkoba suntik.

6. Populasi dan Sampel Pemetaan

Populasi yang dipetakan dalam pemetaan ini adalah lima kelompok populasi kunci paling berisiko terhadap

penularan HIV yakni LSL, Waria, WPS, Penasun dan LBT sesuai dengan definisi operasional yang ditetapkan.

Sampel pemetaan adalah masing-masing 2 – 3 orang anggota populasi kunci yang dianggap mengetahui

seluk-beluk populasi kunci di hotspot yang dipetakan dan 2 – 3 orang informan kunci yaitu tokoh komunitas

bukan populasi kunci yang dianggap mengetahui seluk-beluk populasi kunci di hotspot yang dipetakan.

7. Metode Pengumpulan Data

Data primer dikumpulkan dengan cara wawancara terstruktur menggunakan kuesioner singkat (untuk

pemetaan geografis) dan panduan wawancara mendalam (untuk pemetaan sosial dan sumber daya) serta

observasi. Semua pengumpulan data dilakukan langsung di lapangan ke setiap hotspot, LSM dan Fasyankes.

Data sekunder pendukung dikumpulkan berdasarkan katalog data koleksi KPAP DKI, SUM I dan hasil

penelusuran internet.

8. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data hasil pemetaan menggunakan excel worksheet, pivot table dan kategorisasi pendapat

khusus untuk merangkum hasil wawancara mendalam dengan informan dan informan kunci pada pemetaan

sosial.

Page 18: Laporan Hasil Pemetaan Populasi Kunci Provinsi DKI Jakarta · memanfaatkan data-data ini dalam diskusi program sehari-hari. Tanpa itu, berapapun banyaknya data ... Slamet Febrianto

Laporan Hasil Pemetaan Populasi Kunci 2014 | KPAP DKI Jakarta | Dukungan Teknis oleh Program SUM I Hal 18

Bagian Tiga | Hasil-Hasil Pemetaan Geografis

1. Hasil-Hasil Pemetaan Geografis WPS

a. Jumlah Populasi WPS

Berikut hasil pemetaan geografis terutama estimasi jumlah WPSL di berbagai wilayah:

Tabel 3 .1 Hasil Pemetaan WPSL Jakarta 2014

Kab/

Kota

Jumlah

Hotspot

Jumlah

Perkiraan

Populasi

Jumlah

Populasi

Hasil

Observasi

Rerata

Jumlah

Populasi

Per

Hotspot

Koreksi

Mobilitas

Diterapkan

Jumlah

Populasi

Dikoreksi

Mobilitas

Keputusan

Hasil

Pemetaan

Jakarta Pusat 74 1.991 1.682 27 0.98 1.961 1.961

Jakarta Utara 142 1.257 1.236 9 0.89 1.122 1.122

Jakarta Barat 12 332 287 28 0.66 222 222

Jakarta Selatan 34 137 106 4 0.85 117 117

Jakarta Timur 90 872 704 10 0.88 771 771

Kepulauan Seribu 0 0 0 0 0 0 0

Total Provinsi 352 4.589 4.015 13 4.193 4.193

Berdasarkan hasil pemetaan ini, maka disimpulkan jumlah WPSL di Jakarta adalah 4.193 orang. Jumlah WPSL

terbanyak terdapat di Jakarta Pusat sebesar 1.961 orang. Jumlah ini telah memperhitungkan kemungkinan

mobilitas diantara mereka yang menyebabkan sebagian populasi terhitung ulang selama proses pemetaan.

Kemungkinan mobilitas ini direpresentasikan dalam bentuk angka ‘koreksi mobilitas yang diterapkan’.

Meskipun demikian diperkirakan jumlah populasi WPSL di Jakarta mencapai 4.589. Jumlah ini adalah jumlah

yang diperkirakan oleh para informan dan informan kunci berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan

mereka langsung di hotspot. Tim pemetaan melakukan wawancara mendalam paling tidak kepada 2 informan

dan 1 informan kunci di setiap hotspot. Sementara itu berdasarkan hasil observasi langsung tim pemetaan,

diperkirakan terdapat 4.015 WPSL di Jakarta. Diperkirakan rata-rata terdapat 13 orang W PSL di setiap

hotspot.

Berdasarkan pemetaan ini, tidak ditemukan adanya hotspot WPSL di Kepulauan Seribu. Hal ini disebabkan

rata-rata LBT asal Kepulauan Seribu melakukan transaksi seks di Jakarta atau kota -kota lain di sepanjang

jalur penangkapan ikan para nelayan Kep. Seribu. Nelayan , seperti yang akan dijelakan berikutnya,

merupakan populasi LBT terbesar di Kep. Seribu.

Berikut kesimpulan hasil pemetaan jumlah WPSL di Jakarta, diurutkan berdasarkan jumlah terkecil sampai

terbesar menurut wilayah:

Page 19: Laporan Hasil Pemetaan Populasi Kunci Provinsi DKI Jakarta · memanfaatkan data-data ini dalam diskusi program sehari-hari. Tanpa itu, berapapun banyaknya data ... Slamet Febrianto

Laporan Hasil Pemetaan Populasi Kunci 2014 | KPAP DKI Jakarta | Dukungan Teknis oleh Program SUM I Hal 19

Grafik 3.1 Kesimpulan Jumlah WPSL Hasil Pemetaan

Selanjutnya adalah hasil pemetaan geografis terutama estimasi jumlah pada populasi WPSTL di berbagai

wilayah. Angkanya adalah sebagai berikut:

Tabel 3 .2 Hasil Pemetaan WPSTL Jakarta 2014

Kab/

Kota

Jumlah

Hotspot

Jumlah

Perkiraan

Populasi

Jumlah

Populasi

Hasil

Observasi

Rerata

Jumlah

Populasi

Per

Hotspot

Koreksi

Mobilitas

Diterapkan

Jumlah

Populasi

Dikoreksi

Mobilitas

Keputusan

Hasil

Pemetaan

Jakarta Pusat 33 1.474 1.382 45 1 1.474 1.474

Jakarta Utara 113 2.327 1.437 21 0.81 1.887 1.887

Jakarta Barat 144 2.228 1.895 15 0.9 2.005 2.005

Jakarta Selatan 114 1.437 771 13 0.85 1.222 1.222

Jakarta Timur 119 1.307 976 11 0.82 1.081 1.081

Kepulauan Seribu 0 0 0 0 0 0 0

Total Provinsi 523 8.773 6.461 16 7.669 7.669

Berdasarkan tabel 3.2 disimpulkan terdapat 7.669 orang WPSTL di Jakarta. Namun demikian rentang

perkiraannya adalah antara 6.461 orang (jumlah populasi hasil observasi) sampai 8.773 orang (jumlah

perkiraan populasi) . Jumlah perkiraan populasi diperoleh berdasarkan hasil wawancara tim pemetaan dengan

informant dan key informant di setiap hotspot yang dipetakan. Sementara jumlah populasi hasil observasi

adalah hasil pengamatan langsung tim pemetaan ketika melakukan kunjungan pemetaan di se tiap hotspot.

Melalui pemetaan ini diketahui juga bahwa total jumlah hotspot WPSTL di Jakarta adalah 523 hotspot dengan

rata-rata jumlah WPSTL per hotspot sebanyak 16 orang. Tidak ditemukan hotspot WPSTL di Kepulauan Seribu.

Jumlah WPSTL sebanyak 7.669 merupakan pengalian antara ‘jumlah perkiraan populasi’ dengan angka

‘koreksi mobilitas diterapkan’. Hal ini dilakukan untuk memperkecil angka double counting populasi selama

proses pemetaan karena pengaruh mobilitas. Dengan menerapkan angka koreksi mobili tas, WPSTL yang

melakukan mobilitas diperkecil kemungkinannya untuk terhitung ulang di hotspot lain.

Berikut kesimpulan hasil pemetaan jumlah WPSTL di Jakarta, diurutkan berdasarkan jumlah terkecil sampai

terbesar menurut wilayah:

0 117

222

771

1122

1961

0

500

1000

1500

2000

2500

Kep. Seribu JKT Selatan JKT Barat JKT Timur JKT Utara JKT Pusat

N 4.193

Page 20: Laporan Hasil Pemetaan Populasi Kunci Provinsi DKI Jakarta · memanfaatkan data-data ini dalam diskusi program sehari-hari. Tanpa itu, berapapun banyaknya data ... Slamet Febrianto

Laporan Hasil Pemetaan Populasi Kunci 2014 | KPAP DKI Jakarta | Dukungan Teknis oleh Program SUM I Hal 20

Grafik 3.2 Kesimpulan Jumlah WPSTL Hasil Pemetaan

b. Jenis-Jenis Hotspot WPS

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara mendalam, terdapat 352 hotspot WPSL di Jakarta. Jika diurutkan

berdasarkan jumlahnya, maka Jakarta Utara memilik hotspot WPSL terbanyak. Figurnya lengkapnya adalah

sebagai berikut:

Grafik 3.3 Distribusi Jumlah Hotspot WPSL Berdasarkan Wilayah

Namun jika dilihat dari jenis hotspotnya tanpa membedakan wilayah, maka wisma adalah jenis hotspot WPSL

terbanyak di Jakarta disusul rumah kost, warung, café dan jalan. Figur lengkapnya adalah sebagai berikut:

0

1081 1222

1474

1887 2005

0

500

1000

1500

2000

2500

Kep. Seribu JKT Timur JKT Selatan JKT Pusat JKT Utara JKT Barat

N 7669

0

12

34

74

90

142

0

20

40

60

80

100

120

140

160

Kep. Seribu JKT Barat JKT Selatan JKT Pusat JKT Timur JKT Utara

N 352

Page 21: Laporan Hasil Pemetaan Populasi Kunci Provinsi DKI Jakarta · memanfaatkan data-data ini dalam diskusi program sehari-hari. Tanpa itu, berapapun banyaknya data ... Slamet Febrianto

Laporan Hasil Pemetaan Populasi Kunci 2014 | KPAP DKI Jakarta | Dukungan Teknis oleh Program SUM I Hal 21

Grafik 3.4 Distribusi Jenis Hotspot WPSL Hasil Pemetaan 2014

Catatan perlu diberikan terhadap beberapa jenis hotspot yang biasanya didefinisikan sebagai hotspot WPSTL

tetapi dalam pemetaan ini masuk dalam kategori hotspot WPSL.

Dalam pengertian konvensional hotspot-hotspot seperti bar, spa, hotel, karaoke, panti pijat dan café biasanya

dikategorikan sebagai hotspot WPSTL. Namun tim pemetaan di setiap wilayah melihat bahwa di beberapa bar,

café dan tempat-tempat yang disebutkan di atas ternyata tidak ada aktivitas lain selain negosiasi dan

transaksi seks secara langsung. Syarat bahwa kerja seks bukan kerja utama untuk mengatakan bahwa orang-

orang di dalam bisnis ini adalah WPSTL dengan demikian tidak terpenuhi. Sebaliknya, meski namanya bar dan

café tetapi ternyata hanya nama belaka dan tidak ada aktivitas bar dan café pada umumnya. Oleh karena itu,

dalam pemetaan ini beberapa bar dan café serta tempat-tempat semacamnya tetap dimasukkan sebagai

hotspot WPSL.

Namun demikian tidak semua bar dan café otomatis adalah hotspot WPSL. Sebagian besar bar dan café tetap

merupakan hotspot WPSTL. Hanya sebagian kecil yang merupakan hotspot WPSL dan hal ini dijustifikasi

berdasarkan observasi dan hasil wawancara mendalam tim pemetaan dengan informant dan key informant di

setiap hotspot.

Selanjutnya pada tabel 3.3 di bawah ini diuraikan persentase setiap jenis hotspot di setiap wilayah. Di Jakarta

Pusat jenis hotspot WPSL terbanyak berupa warung (95%). Sementara di Jakarta Utara jenis hotspot WPSL

terbanyak adalah wisma (57%). Untuk Jakarta Barat jenis hotspot warung adalah hotspot WPSL yang

terbanyak (25%) dan di Jakarta Selatan jenis hotspot terbanyak adalah berupa jalan (47%). Sementara di

Jakarta Timur 79% hotspot WPSL berupa rumah kost.

1 2 2 2 2 3 3 3

11 12 16

62

70 73

90

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

N 352

Page 22: Laporan Hasil Pemetaan Populasi Kunci Provinsi DKI Jakarta · memanfaatkan data-data ini dalam diskusi program sehari-hari. Tanpa itu, berapapun banyaknya data ... Slamet Febrianto

Laporan Hasil Pemetaan Populasi Kunci 2014 | KPAP DKI Jakarta | Dukungan Teknis oleh Program SUM I Hal 22

Grafik 3.5 Distribusi Jenis Hotspot WPSL Berdasarkan Wilayah

Sementara itu pada WPSTL, gambaran jumlah hotspotnya adalah sebagai berikut:

Grafik 3.6 Distribusi Jumlah Hotspot WPSTL Berdasarkan Wilayah

Jakarta Barat memiliki jumlah hotspot WPSTL terbanyak dibandingkan wilayah lain. Sampai pemetaan ini

selesai dilakukan, tidak ditemukan hotspot WPSTL di Kepulauan Seribu. Dilihat dari jenis hotspot pada

populasi WPSTL, figurnya cukup beragam seperti tampak pada tabel berikut ini.

Jika dilihat dari sebaran jenis-jenis hotspotnya, maka berikut figurnya di tiap wilayah:

95%

3% 1% 1% 1%

42%

57%

1%

25%

17%

8% 8%

33%

8% 6%

47%

6% 3%

6% 3%

9% 3%

9% 3%

10%

79%

11%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

Wa

run

g

Ho

tel

Bio

sk

op

Ca

Pa

nti

Pija

t

Ca

Wis

ma

Pa

nti

Pija

t

Wa

run

g

Ta

ma

n

Jala

n

Sta

siu

n

Jem

ba

tan

Pe

rgu

da

ng

an

Ta

ma

n

Jala

n

Sta

siu

n

Ho

tel

Ca

Ru

ma

h K

ost

Pa

nti

Pija

t

Ma

ll

Min

ima

rt

La

inn

ya

Wis

ma

Ru

ma

h K

ost

La

inn

ya

JKT Pusat JKT Utara JKT Barat JKT Selatan JKT Timur

N JP 74, N JU 143, N JB 12, N JS 34, N JT 90, N Kep. Seribu 0

0

33

113 114 119

144

0

20

40

60

80

100

120

140

160

Kep. Seribu JKT Pusat JKT Utara JKT Selatan JKT Timur JKT Barat

N 523

Page 23: Laporan Hasil Pemetaan Populasi Kunci Provinsi DKI Jakarta · memanfaatkan data-data ini dalam diskusi program sehari-hari. Tanpa itu, berapapun banyaknya data ... Slamet Febrianto

Laporan Hasil Pemetaan Populasi Kunci 2014 | KPAP DKI Jakarta | Dukungan Teknis oleh Program SUM I Hal 23

Grafik 3.7 Distribusi Jenis Hotspot WPSTL Hasil Pemetaan 2014

Tiga jenis hotspot WPSTL terbanyak adalah panti pijat, café dan karaoke. Panti pijat merupakan jenis hotspot

terbanyak tidak saja di tingkat provinsi, namun juga di setiap wilayah. Berdasarkan situasi ini, tampaknya

program pencegahan HIV pada WPSTL perlu lebih difokuskan ke panti pijat.

Berikut adalah informasi lebih lengkap terkait sebaran jenis hotspot WPSTL di setiap wilayah.

Grafik 3 .8 Distribusi Jenis Hotspot WPSTL Berdasarkan Wilayah

1 1 1 2 2 2 3 4 4 4 10 11

28

49

70

98

233

0

50

100

150

200

250

N 523

58%

15%

27% 24%

5%

42%

2% 6%

2% 1%

18%

60%

10% 13%

2%

14%

1%

30% 31%

8%

3%

8%

2%

9%

1% 1% 1% 4%

1% 4%

56%

8%

34%

1%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

Pa

nti

Pija

t

Ka

rao

ke

Ba

r

Pa

nti

Pija

t

Ka

rao

ke

Ca

Wis

ma

Ho

tel

Pe

ngin

ap

an

Dis

ko

tik

Sp

a

Pa

nti

Pija

t

Ka

rao

ke

Ba

r

Dis

ko

tik

Sp

a

Sta

siu

n

Pa

nti

Pija

t

Ka

rao

ke

Ca

Ho

tel

Sp

a

Sta

siu

n

Sa

lon

Ru

ma

h K

ost

Te

rmin

al

Pa

sa

r

Ma

ll

Min

ima

rt

La

inn

ya

Pa

nti

Pija

t

Ka

rao

ke

Ca

Sa

lon

JKT Pusat JKT Utara JKT Barat JKT Selatan JKT Timur

N JP 33, N JU 113, N JB 144,

N JS 114 , N JP 119

Page 24: Laporan Hasil Pemetaan Populasi Kunci Provinsi DKI Jakarta · memanfaatkan data-data ini dalam diskusi program sehari-hari. Tanpa itu, berapapun banyaknya data ... Slamet Febrianto

Laporan Hasil Pemetaan Populasi Kunci 2014 | KPAP DKI Jakarta | Dukungan Teknis oleh Program SUM I Hal 24

c. Indikator Pengendalian Mutu Pemetaan Geografis WPS

Indikator pengendalian mutu digunakan sebagai kontrol dan deskripsi atas kualitas proses pemetaan pada

setiap populasi kunci. Proses pemetaan ini dianggap memenuhi kualitas minimal yang diharapkan jika:

Jumlah hari kerja efektif dianggap cukup untuk memetakan sebaran hotspot di berbagai wilayah

Ada keterlibatan populasi kunci dalam pelaksanaan pemetaan.

Miniman 20% hotspot yang dipetakan dikunjungi supervisor pemetaan dari total hotspot yang dipetakan.

Minimal 10% hotspot di cek silang oleh tim pemetaan lain dari total hotspot yang dipetakan.

Berikut gambaran beberapa indikator pengendalian mutu pemetaan untuk pemetaan populasi WPS.

Tabel 3 .3 Indikator Pengendalian Mutu Pemetaan

Kab/Kota Jumlah

Hari Kerja

% Anggota

Tim dr

Popkun

Rerata Jumlah

Hotspot

Dipetakan/Hari

Jumlah (%)

Hotspot

Dikunjungi

Pengawas

Jumlah (%)

Hotspot Dicek

Silang

Jakarta Pusat 5 33% 25 88% 64%

Jakarta Utara 5 0% 36 20% 10%

Jakarta Barat 5 0% 32 20% 0%

Jakarta Selatan 5 10% 21 45% 10%

Jakarta Timur 5 28% 40 20% 6%

Kepulauan Seribu 0 0% 0 0% 0%

Pada pemetaan WPS, total hari kerja efektif di setiap wilayah adalah 5 hari untuk memetakan semua hotspot

WPS di semua kota/kab sampai tingkat kecamatan. Populasi kunci terlibat dalam pemetaan di Jakarta Pusat,

Selatan dan Timur tetapi tidak ada populasi kunci WPS yang terlibat di tiga wilayah lain. Para anggota tim

pemetaan kota/kab sebagai tim supervisor melakukan supervisi ke minimal 20% hotspot yang dipetakan.

Bahkan 88% hotspot yang dipetakan di Jakarta Pusat disupervisi oleh tim pemetaan kota/kab.

Persentase hotspot yang dicek silang memadai khususnya di Jakarta Pusat, Utara dan Selatan, Kurang

memadai di Jakarta Timur (6% dari harapan 10%) dan tidak memadai di Jakarta Barat (0%). Kepulauan Seribu

dikeluarkan dari semua analisis pengendalian mutu pemetaan karena tidak ada program WPS di sana, tidak

ada LSM pendamping WPS di sana dan berdasarkan proses listing awal ketika membuat daftar master

hotspot, tidak ditemukan adanya hotspot WPS sehingga pemetaan pada populasi WPS tidak dilakukan di

Kepulauan Seribu.

Secara keseluruhan di lihat dari level provinsi, mutu pemetaan pada populasi WPS dianggap memadai, tetapi

belum bisa dikatakan baik atau sangat baik. Memadai karena secara umum (dianalisis pada level provinsi)

rata-rata kriteria mutu yang dijalankan sama dengan indikator minimal yang diharapkan, meskipun di

beberapa wilayah terdapat beberapa indikator mutu minimal yang tidak terpenuhi.

2. Hasil-Hasil Pemetaan Geografis LSL

a. Jumlah Populasi LSL

Berikut hasil pemetaan geografis terutama estimasi jumlah LSL di berbagai wilayah:

Page 25: Laporan Hasil Pemetaan Populasi Kunci Provinsi DKI Jakarta · memanfaatkan data-data ini dalam diskusi program sehari-hari. Tanpa itu, berapapun banyaknya data ... Slamet Febrianto

Laporan Hasil Pemetaan Populasi Kunci 2014 | KPAP DKI Jakarta | Dukungan Teknis oleh Program SUM I Hal 25

Tabel 3 .4 Hasil Pemetaan LSL Jakarta 2014

Kab/

Kota

Jumlah

Hotspot

Jumlah

Perkiraan

Populasi

Jumlah

Populasi

Hasil

Observasi

Rerata

Jumlah

Populasi

Per

Hotspot

Koreksi

Mobilitas

Diterapkan

Jumlah

Populasi

Dikoreksi

Mobilitas

Keputusan

Hasil

Pemetaan

Jakarta Pusat 30 1.212 997 40 0.78 918 918

Jakarta Utara 50 523 444 10 0.7 373 373

Jakarta Barat 62 1.555 1.344 25 0.67 1.044 1.044

Jakarta Selatan 55 1.947 1.771 35 0.78 1.518 1.518

Jakarta Timur 84 714 496 20 0.85 612 612

Kepulauan Seribu 0 0 0 0 0 0 0

Total Provinsi 281 5.951 5.052 21 4.465 4.465

Berdasarkan hasil pemetaan ini, maka disimpulkan jumlah LSL di Jakarta adalah 4.465 orang. Jumlah LSL

terbanyak terdapat di Jakarta Selatan sebesar 1.947 orang. Jumlah ini telah memperhitungkan kemungkinan

mobilitas diantara mereka yang menyebabkan sebagian populasi terhitung ulang selama proses pemetaan.

Kemungkinan mobilitas ini direpresentasikan dalam bentuk angka ‘koreksi mobilitas yang diterapkan’. Total

jumlah hotspot LSL di Jakarta adalah 281.

Meskipun demikian diperkirakan jumlah populasi LSL di Jakarta mencapai 5.951 orang. Jumlah ini adalah

jumlah yang diperkirakan oleh para informan dan informan kunci berdasarkan hasil wawancara mendalam

dengan mereka langsung di hotspot. Tim pemetaan melakukan wawancara mendalam paling tidak kepada 2

informan dan 1 informan kunci di setiap hotspot. Sementara itu berdasarkan hasil observasi langsung tim

pemetaan, diperkirakan terdapat 5.052 LSL di Jakarta. Diperkirakan rata-rata terdapat 21 orang LSL di setiap

hotspot. Pemetaan ini juga mengkonfirmasi bahwa sejauh ini tidak ada hotspot LSL di Kepulauan Seribu.

Berikut kesimpulan hasil pemetaan jumlah LSL di Jakarta, diurutkan berdasarkan jumlah terkecil sampai

terbesar menurut wilayah:

Grafik 3.9 Kesimpulan Jumlah LSL Hasil Pemetaan

b. Jenis-Jenis Hotspot LSL

Jakarta Timur memiliki jumlah hotspot LSL terbanyak dibandingkan wilayah-wilayah lainnnya. Total hotspot LSL

di DKI Jakarta adalah 281. Berikut grafik jumlah hotspot diurutkan berdasarkan jumlahnya untuk setiap

wilayah.

0

373

612

918

1044

1518

0

200

400

600

800

1000

1200

1400

1600

Kep. Seribu JKT Utara JKT Timur JKT Pusat JKT Barat JKT Selatan

N 4465

Page 26: Laporan Hasil Pemetaan Populasi Kunci Provinsi DKI Jakarta · memanfaatkan data-data ini dalam diskusi program sehari-hari. Tanpa itu, berapapun banyaknya data ... Slamet Febrianto

Laporan Hasil Pemetaan Populasi Kunci 2014 | KPAP DKI Jakarta | Dukungan Teknis oleh Program SUM I Hal 26

1 1 1 1 1 4 4 4 4 4 5 6 6 6 8

11 12 17 17

26 26 28 30

58

0

10

20

30

40

50

60

70

N 281

Grafik 3.10 Distribusi Jumlah Hotspot LSL Berdasarkan Wilayah

Dilihat dari jenis-jenis hotspot yang ada tanpa melihat wilayahnya, maka mall, minimarket dan salon

merupakan tiga jenis hotspot LSL dengan jumlah terbanyak. Grafik … menunjukkan informasi dimaksud.

Grafik 3.11 Distribusi Jenis Hotspot LSL Hasil Pemetaan 2014

Intervensi perubahan perilaku pada LSL sampai saat ini masih dianggap yang paling sulit. Oleh karena itu

memfokuskan diri pada hostpot-hotspot dimana LSL banyak berada bisa menjadi satu langkah program yang

penting. Logikanya dengan menyasar hotspot yang paling banyak berarti menyasar banyak LSL dari sisi

cakupan. Jika hal ini berhasil, maka epidemi akan terpengaruh karena mayoritas LSL terjankau program

secara baik.

0

30

50 55

62

84

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

Kep. Seribu JKT Pusat JKT Utara JKT Selatan JKT Barat JKT Timur

N 281

Page 27: Laporan Hasil Pemetaan Populasi Kunci Provinsi DKI Jakarta · memanfaatkan data-data ini dalam diskusi program sehari-hari. Tanpa itu, berapapun banyaknya data ... Slamet Febrianto

Laporan Hasil Pemetaan Populasi Kunci 2014 | KPAP DKI Jakarta | Dukungan Teknis oleh Program SUM I Hal 27

3

1

4

1

9

3

1 1

3

1 2

1

15

1 2

13

5

2 2 1

2

7

15

1 1 1

6

8

2

8

6

2 1

9

1 1

8

4 3

1 1 2

1 1 1

13

10

2 2 3 3

1

16

5 5

3

1 2

21

2 3

5

8 7

5

0

5

10

15

20

25

Ca

fe

Pa

nti

Pijat

Rum

ah K

ost

Min

ima

rket

Bio

sk

op

Warn

et

Sa

lon

Bio

sk

op

Min

ima

rket

Rum

ah K

ost

Fit

ne

s

Ca

fe

Hote

l

Sa

lon

Ta

man

Min

i M

ark

et

Sp

a

Bio

sk

op

Ca

fe

Kara

oke

Sa

lon

Ta

man

Pa

sar

Min

ima

rket

Fit

ne

s C

en

ter

Sa

una

, K

ola

m R

en

ang

Waru

ng

Rum

ah K

ost

Rel

Mall

Bio

sk

op

Min

ima

rket

Rusu

n

JKT Pusat JKT Utara JKT Barat JKT Selatan JKT Timur

N JP 30, N JU 50, N JB 62, N JS 55, N JT 84

Seperti ditunjukkan pada Grafik … setiap wilayah mempunyai jenis hotspot dengan jumlah terbanyak yang

kurang lebih sama. Hal ini akan mempermudah pengembangan desain intervensi di tingkat provinsi. Berikut

data lebih rinci jenis-jenis hotspot LSL di setiap wilayah:

Grafik 3.12 Distribusi Jenis Hotspot LSL Berdasarkan Wilayah

c. Indikator Pengendalian Mutu Pemetaan Geografis LSL

Berikut gambaran beberapa indikator pengendalian mutu pemetaan untuk pemetaan populasi LSL.

Tabel 3 .5 Indikator Pengendal ian Mutu Pemetaan Geografis LSL

Kab/Kota Jumlah

Hari Kerja

% Anggota

Tim dr

Popkun

Rerata Jumlah

Hotspot

Dipetakan/Hari

Jumlah (%)

Hotspot

Dikunjungi

Pengawas

Jumlah (%)

Hotspot Dicek

Silang

Jakarta Pusat 7 83% 6 20% 27%

Jakarta Utara 5 100% 13 20% 10%

Jakarta Barat 5 100% 13 0% 0%

Jakarta Selatan 5 100% 8 20% 7%

Jakarta Timur 5 100% 12 20% 4%

Kepulauan Seribu 0 0% 0 0% 0%

Pada pemetaan LSL, total hari kerja efektif di setiap wilayah adalah 5 hari untuk memetakan semua hotspot

WPS di semua kota/kab sampai tingkat kecamatan, kecuali di Jakarta Pusat yang sampai 7 hari. Semua tim

pemetaan di Jakarta Utara, Barat, Selatan dan Timur adalah populasi kunci. Hanya di Jakarta Pusat yang tim

pemetaannya kombinasi antara populasi kunci dan staf KPAK. Namun demikian jumlah anggota tim pemetaan

dari populasi kunci mendapai 83% dari total tim pemetaan yang terlibat.

Para anggota tim pemetaan kota/kab sebagai tim supervisor melakukan supervisi ke minimal 20% hotspot

yang dipetakan. Persentase hotspot yang dicek silang memadai khususnya di Jakarta Pusat dan Utara dan

kurang memadai di Jakarta Selatan (7% dari harapan 10%) dan Timur (4%) dan tidak memadai di Jakarta

Barat (0%). Kepulauan Seribu dikeluarkan dari semua analisis pengendalian mutu pemetaan karena tidak

ada program LSL di sana, tidak ada LSM pendamping LSL di sana dan berdasarkan proses listing awal ketika

Page 28: Laporan Hasil Pemetaan Populasi Kunci Provinsi DKI Jakarta · memanfaatkan data-data ini dalam diskusi program sehari-hari. Tanpa itu, berapapun banyaknya data ... Slamet Febrianto

Laporan Hasil Pemetaan Populasi Kunci 2014 | KPAP DKI Jakarta | Dukungan Teknis oleh Program SUM I Hal 28

membuat daftar master hotspot, tidak ditemukan adanya hotspot LSL sehingga pemetaan pada populasi LSL

tidak dilakukan di Kepulauan Seribu.

Secara keseluruhan di lihat dari level provinsi, mutu pemetaan pada populasi WPS dianggap baik atau lebih

dari memadai. Baik karena secara umum (dianalisis pada level provinsi) di atas rata-rata kriteria/indikator

minimal yang diharapkan, meskipun Jakarta Barat terdapat beberapa indikator mutu minimal yagn tidak

terpenuhi.

3. Hasil-Hasil Pemetaan Geografis Waria

a. Jumlah Populasi Waria

Selanjutnya adalah hasil pemetaan geografis terutama estimasi jumlah pada populasi Waria di berbagai

wilayah. Angkanya adalah sebagai berikut:

Tabel 3 .6 Hasil Pemetaan Waria Jakarta 2014

Kab/

Kota

Jumlah

Hotspot

Jumlah

Perkiraan

Populasi

Jumlah

Populasi

Hasil

Observasi

Rerata

Jumlah

Populasi

Per

Hotspot

Koreksi

Mobilitas

Diterapkan

Jumlah

Populasi

Dikoreksi

Mobilitas

Keputusan

Hasil

Pemetaan

Jakarta Pusat 13 191 160 14 0.85 161 161

Jakarta Utara 63 367 244 6 0.5 184 184

Jakarta Barat 32 294 239 9 0.69 202 202

Jakarta Selatan 36 275 253 8 0.7 192 192

Jakarta Timur 71 645 434 9 0.72 465 465

Kepulauan Seribu 2 2 2 1 1 2 2

Total Provinsi 217 1.774 1.332 8 1 .206 1.206

Berdasarkan tabel 3.6 disimpulkan terdapat 1.206 orang Waria di Jakarta. Namun demikian rentang

perkiraannya adalah antara 1.332 orang (jumlah populasi hasil observasi) sampai 1.774 orang (jumlah

perkiraan populasi) . ‘Jumlah perkiraan populasi’ diperoleh berdasarkan hasil wawancara tim pemetaan

dengan informant dan key informant di setiap hotspot yang dipetakan. Sementara ‘jumlah populasi hasil

observasi’ adalah hasil pengamatan langsung tim pemetaan ketika melakukan kunjungan pemetaan di setiap

hotspot.

Melalui pemetaan ini diketahui juga bahwa total jumlah hotspot Waria di Jakarta adalah sebanyak 217

hotspot dengan rata -rata jumlah Waria per hotspot sebanyak 8 orang. Hanya ditemukan dua hotspot Waria di

Kepulauan Seribu dengan total jumlah populasi sebanyak 2 orang.

Jumlah Waria sebanyak 1.206 merupakan pengalian antara ‘jumlah perkiraan populasi’ dengan angka

‘koreksi mobilitas diterapkan’. Hal ini dilakukan untuk memperkecil angka double counting populasi selama

proses pemetaan karena pengaruh mobilitas. Dengan menerapkan angka koreksi mobilitas, Waria yang

melakukan mobilitas diperkecil kemungkinannya untuk terhitung ulang di hotspot lain.

Berikut kesimpulan hasil pemetaan jumlah Waria di Jakarta, diurutkan berdasarkan jumlah terkecil sampai

terbesar menurut wilayah:

Page 29: Laporan Hasil Pemetaan Populasi Kunci Provinsi DKI Jakarta · memanfaatkan data-data ini dalam diskusi program sehari-hari. Tanpa itu, berapapun banyaknya data ... Slamet Febrianto

Laporan Hasil Pemetaan Populasi Kunci 2014 | KPAP DKI Jakarta | Dukungan Teknis oleh Program SUM I Hal 29

Grafik 3.13 Kesimpulan Jumlah Waria Hasil Pemetaan

Jakarta Timur memiliki jumlah populasi Waria terbanyak. Tidak heran jika jumlah hotspot Waria terbanyak juga

terdapat di Jakarta Timur. Jumlah hotspot dan populasi Waria di Jakarta Timur hampir 2-3 kali lipat dari

wilayah lain.

b. Jenis-Jenis Hotspot Waria

Berikut bebrapa deskripsi terkait hostpot waria. Jumlah hotspot Waria terbanyak ada di Jakarta Timur di susul

Jakarta Utara dan Selatan. Grafiknya urutan wilayah berdasarkan jumlah hotspot Waria terbanyak adalah sbb:

Grafik 3.14 Distribusi Jumlah Hotspot Waria Berdasarkan Wilayah

Sementara itu, jika dilihat dari jenis hotspotnya tanpa membedakan wilayah, maka Salon, kontrakan dan

rumah kost merupakan jenis hotspot terbanyak di kalangan Waria. Figur selengkapnya adalah sebagai berikut:

2

161 184 192 202

465

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

500

Kep. Seribu JKT Pusat JKT Utara JKT Selatan JKT Barat JKT Timur

N 1206

2

13

32 36

63

71

0

10

20

30

40

50

60

70

80

Kep. Seribu JKT Pusat JKT Barat JKT Selatan JKT Utara JKT Timur

N 217

Page 30: Laporan Hasil Pemetaan Populasi Kunci Provinsi DKI Jakarta · memanfaatkan data-data ini dalam diskusi program sehari-hari. Tanpa itu, berapapun banyaknya data ... Slamet Febrianto

Laporan Hasil Pemetaan Populasi Kunci 2014 | KPAP DKI Jakarta | Dukungan Teknis oleh Program SUM I Hal 30

Grafik 3.15 Distribusi Jenis Hotspot Waria Hasil Pemetaan 2014

Jika semua jenis hotspot tersebut dianalisis berdasarkan wilayah, maka gambarannya adalah sebagai berikut:

Grafik 3.16 Distribusi Jenis Hotspot Waria Berdasarkan Wilayah

Rumah kosta dalah jenis hotspot terbanyak di Jakarta Pusat dan Jakarta Selatan. Sementara di Jakarta Utara

salon adalah jenis hotspot terbanyak. Di Jakarta Barat dan Timur, rumah kontrakan menjadi jenis hotspot

Waria terbanyak. Melihat data jenis hotspot ini, tampaknya intervensi pada Waria akan lebih efisien jika

dilakukan di tempat tinggal dibandingkan langsung ke lokasi nongkrong. Alasannya, selain karena jumlah

populasinya banyak, tetapi juga karena kemudahan memberikan informasi dengan proses komunikasi yang

mungkin bisa dilakukan lebih baik karena lebih tenang dan bisa lebih lama dibandingkan dilakukan di lokasi

nongrong/mejeng.

c. Indikator Pengendalian Mutu Pemetaan Geografis Waria

Berikut gambaran indikator pengendalian mutu pada pemetaan populasi Waria:

1 1 1 1 1 3 4 4 7 8 11 17

37

49

72

0

10

20

30

40

50

60

70

80

N 217

8% 8%

15%

31%

38%

2% 2%

6%

24%

67%

3% 3% 3% 3% 3%

9% 9% 9%

22%

34%

3% 3% 6% 6%

36%

47%

1%

13% 14% 18%

54%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

Rel

Gela

ng

ga

ng

Waru

ng

Sa

lon

Rum

ah K

ost

Ta

man

La

inn

ya

Jem

ba

tan

Rum

ah K

ost

Sa

lon

Pa

sar

La

pan

ga

n

SP

BU

Ha

lte

Sta

siu

n

Waru

ng

Ga

ng

Jem

ba

tan

Jala

n

Kon

trak

an

Ta

man

La

inn

ya

Waru

ng

Sta

siu

n

Sa

lon

Rum

ah K

ost

La

inn

ya

Ta

man

Waru

ng

Sa

lon

Kon

trak

an

JKT Pusat JKT Utara JKT Barat JKT Selatan JKT Timur

N JP 13, N JU 63, N JB 32 N JS 36, N JT71, N Kep. Seribu 2

Page 31: Laporan Hasil Pemetaan Populasi Kunci Provinsi DKI Jakarta · memanfaatkan data-data ini dalam diskusi program sehari-hari. Tanpa itu, berapapun banyaknya data ... Slamet Febrianto

Laporan Hasil Pemetaan Populasi Kunci 2014 | KPAP DKI Jakarta | Dukungan Teknis oleh Program SUM I Hal 31

Tabel 3 .7 Indikator Pengendalia n Mutu Pemetaan Geografis Waria

Kab/Kota Jumlah

Hari Kerja

% Anggota

Tim dr

Popkun

Rerata Jumlah

Hotspot

Dipetakan/Hari

Jumlah (%)

Hotspot

Dikunjungi

Pengawas

Jumlah (%)

Hotspot Dicek

Silang

Jakarta Pusat 5 75% 3 23% 38%

Jakarta Utara 5 100% 21 20% 10%

Jakarta Barat 5 100% 7 0% 0%

Jakarta Selatan 5 100% 7 10% 33%

Jakarta Timur 5 100% 23 20% 11%

Kepulauan Seribu 2 0% 1 100% 100%

Pada pemetaan Waria, total hari kerja efektif di setiap wilayah adalah 5 hari untuk memetakan semua hotspot

Waria di semua kota/kab sampai tingkat kecamatan, kecuali di Kepulauan Seribu yang hanya 2 hari karena

jumlah hotspot yang juga hanya dua.

Semua tim pemetaan di Jakarta Barat, Selatan dan Timur adalah populasi kunci. Hanya di Jakarta Pusat yang

tim pemetaannya merupakan kombinasi antara populasi kunci dan staf KPAK. Namun demikian jumlah

anggota tim pemetaan dari populasi kunci mendapai 75% dari total tim pemetaan yang terlibat. Sementara itu

di Kepulauan Seribu pemetaan dilakukan langsung oleh staf KPAK karena hanya ada 2 Waria di 2 hotspot

berbeda di sana.

Para anggota tim pemetaan kota/kab di Jakarta Pusat, Utara dan Timur sebagai tim supervisor melakukan

supervisi ke minimal 20% hotspot yang dipetakan. Sementara di Jakarta Selatan hanya ke 10% hotspot dari

indikator minimal ke 20% hotspot. Tim supervisor di Jakarta Barat tidak melakukan supervisi ke satupun

hotspot LSL yang dipetakan selama proses pemetaan berlangsung.

Persentase hotspot yang dicek silang secara memadai terjadi di Jakarta Pusat, Utara, Selatan dan Timur. Di

Jakarta Barat tidak ada hotspot Waria yang mendapat cek silang. Sementara di Kepulauan Seribu 100%

hotspot di cek silang oleh tim pemetaan lain.

Secara keseluruhan di lihat dari level provinsi, mutu pemetaan pada populasi WPS dianggap baik atau lebih

dari memadai. Baik karena secara umum (dianalisis pada level provinsi) di atas rata -rata kriteria/indikator

minimal yang diharapkan, meskipun Jakarta Barat terdapat beberapa indikator mutu minimal yagn tidak

terpenuhi.

4. Hasil-Hasil Pemetaan Geografis LBT

a. Jumlah Populasi LBT

Berikut rekap hasil pemetaan geografis terutama estimasi populasi LBT di Jakarta.

Tabel 3 .8 Hasil Pemetaan LBT Jakarta 2014

Kab/

Kota

Jumlah

Hotspot

Jumlah

Perkiraan

Populasi

Jumlah

Populasi

Hasil

Observasi

Rerata

Jumlah

Populasi

Per

Hotspot

Koreksi

Mobilitas

Diterapkan

Jumlah

Populasi

Dikoreksi

Mobilitas

Keputusan

Hasil

Pemetaan

Jakarta Pusat 138 9.091 8.152 66 0.75 6.816 6.816

Jakarta Utara 112 56.212 28.141 502 0.99 55.450 55.450

Jakarta Barat 108 16.947 15.743 157 0.94 15.930 15.930

Jakarta Selatan 100 27.220 22.486 272 0.6 16.332 16.332

Jakarta Timur 418 27.687 26.420 64 0.95 26.420 26.420

Page 32: Laporan Hasil Pemetaan Populasi Kunci Provinsi DKI Jakarta · memanfaatkan data-data ini dalam diskusi program sehari-hari. Tanpa itu, berapapun banyaknya data ... Slamet Febrianto

Laporan Hasil Pemetaan Populasi Kunci 2014 | KPAP DKI Jakarta | Dukungan Teknis oleh Program SUM I Hal 32

Kepulauan Seribu 14 1.187 1.063 85 0.97 1.148 1.148

Total Provinsi 890 138.344 102.005 155 122.096 122.096

Berdasarkan hasil pemetaan ini, maka disimpulkan jumlah LBT di Jakarta adalah 122.096 orang. Jumlah LBT

terbanyak terdapat di Jakarta Utara sebesar 56.212 orang. Jumlah ini telah memperhitungkan kemungkinan

mobilitas diantara mereka yang menyebabkan sebagian populasi terhitung ulang selama proses pemetaan.

Kemungkinan mobilitas ini direpresentasikan dalam bentuk angka ‘koreksi mobilitas yang diterapkan’.

Meskipun demikian diperkirakan jumlah populasi LBT di Jakarta mencapai 138.344 orang. Jumlah ini adalah

jumlah yang diperkirakan oleh para informan dan informan kunci berdasarkan hasil wawancara mendalam

dengan mereka langsung di hotspot. Tim pemetaan melakukan wawancara mendalam paling tidak kepada 2

informan dan 1 informan kunci di setiap hotspot. Sementara itu berdasarkan hasil observasi langsung tim

pemetaan, diperkirakan terdapat 102.005 LBT di Jakarta. Diperkirakan rata-rata terdapat 155 orang LBT di

setiap hotspot.

LBT dalam konteks pemetaan ini didefinisikan dengan cara yang cukup ketat dan spesifik merujuk kepada

hasil-hasil STBP 2007 dan 2011 dengan penyesuaian. LBT dalam kontek pemetaan ini didefinisikan sebagai

‘laki-laki potensial pembeli jasa seks WPS seperti ABK/Pelaut, Nelayan,Tenaga Bongkar Muat Barang (TKBM),

Pegawai Industri Pabrikan (pada industri yang mayoritas laki-laki dengan karyawan lebih dari 500 orang),

Pekerja Kontruksi pada proyek konstruksi jangka panjang lebih dari satu tahun , Sopir Truk, serta Sopir Taxi

dan Ojek (khusus yang berada pada radius 100 m dari hotspot WPS)’. Jika definisi operasional ini diperluas,

sangat mungkin pemetaan ini akan menghasilkan jumlah yang jauh lebih banyak. Namun demikian, tim

pemetaan sepakat untuk membatasi definisi LBT di Jakarta agar lebih fokus dan benar -benar menyasar

mereka yang mempunyai potensi perilaku berisiko tinggi.

Berikut kesimpulan hasil pemetaan jumlah LBT di Jakarta, diurutkan berdasarkan jumlah terkecil sampai

terbesar menurut wilayah:

Grafik 3.16 Kesimpulan Jumlah LBT Hasil Pemetaan

Total populasi LBT hasil pemetaan ini adalah 122.096 yang tersebar di enam kota/kabupaten. Jakarta Utara

mempunyai jumlah LBT terbanyak dibandingkan wilayah lain. Jumlah populasi LBT di Jakarta Utara dua kali

lipat lebih dibandingkan jumlah populasi LBT wilayah lain.

Secara program Jakarta Utara perlu memperkuat intervensi pada LBT baik berbasis pelabuhan, jalan raya atau

berbasis tempat kerja informal lainnya.

1148

6816

15930 16332

26420

55450

0

10000

20000

30000

40000

50000

60000

Kep. Seribu JKT Pusat JKT Barat JKT Selatan JKT Timur JKT Utara

N 122.096

Page 33: Laporan Hasil Pemetaan Populasi Kunci Provinsi DKI Jakarta · memanfaatkan data-data ini dalam diskusi program sehari-hari. Tanpa itu, berapapun banyaknya data ... Slamet Febrianto

Laporan Hasil Pemetaan Populasi Kunci 2014 | KPAP DKI Jakarta | Dukungan Teknis oleh Program SUM I Hal 33

b. Jenis-Jenis Hotspot LBT

Berikut ini adalah gambaran beberapa jenis hotspot LBT di Jakarta. Jika hotspot LBT dianalisis berdasarkan

wilayah, maka Jakarta Timur memiliki jumlah hotspot LBT terbanyak dibandingkan wilayah lain. Gambaran

selengkapnya adalah sbb:

Grafik 3.17 Distribusi Jumlah Hotspot LBT Berdasarkan Wilayah

Dilihat dari jenis hotspotnya, Jakarta memiliki hotspot LBT terbanyak berupa pangkalan ojek disusul pangkalan

truk dan pabrik . Berikut gambaran lengkapnya dengan hanya menampilkan lima jenis hotspot terbesar dari

setiap wilayah.

Grafik 3.18 Distribusi Jenis Hotspot LBT Hasil Pemetaan 2014

Informasi tentang jenis hotspot ini juga berguna bagi pengembangan rencana program pencegahan di

kalangan LBT. Jakarta dengan populasi laki-laki yang besar bisa menjadi daerah dengan percepatan kasus

baru HIV di populasi umum jika tidak ada upaya-upaya pencegahan yang lebih sistematis pada populasi LBT.

Mengapa? Seperti diketahui, populasi laki-laki yang mobile umumnya menjadi bridging population, populasi

yang menjembatani penularan HIV dari populasi ku nci ke populasi umum. Sebagai langkah awal, mungkin

Jakarta dapat memfokuskan diri pada tiga hotspot terbanyak di atas.

Sementara itu, jika dilihat jenis hotspot per wilayah, maka gambarannya adalah sbb (hanya 5 jenis hotspot

terbesar yang ditampilkan, kecuali Jakarta Barat dan Kep. Seribu—semua ditampikan):

14

100 108 112 138

418

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

Kep. Seribu JKT Selatan JKT Barat JKT Utara JKT Pusat JKT Timur

N 890

2 4 7 8 8 8 8 8 10 12 13 13 24 32 34 41 68 73

349

0

50

100

150

200

250

300

350

400

N 890

Page 34: Laporan Hasil Pemetaan Populasi Kunci Provinsi DKI Jakarta · memanfaatkan data-data ini dalam diskusi program sehari-hari. Tanpa itu, berapapun banyaknya data ... Slamet Febrianto

Laporan Hasil Pemetaan Populasi Kunci 2014 | KPAP DKI Jakarta | Dukungan Teknis oleh Program SUM I Hal 34

Grafik 3.19 Distribusi Lima Jenis Hotspot LBT Paling Banyak Berdasarkan Wilayah

Melihat data pada grafik di atas, Jakarta Pusat perlu memfokuskan intervensi LBT di pangkalan ojek dan

angkot. Sementara Jakarta Utara di Pangkalan Ojek dan Truk, Jakarta Selatan di hotel dan minimart, Jakarta

Timur di pangkalan ojek dan pabrik dan Kepulauan Seribu di pelabuhan, baik pelabuhan penumpang maupun

pelabuhan nelayan.

c. Indikator Pengendalian Mutu Pemetaan Geografis LBT

Berikut gambaran indikator pengendalian mutu pemetaan geografis pada LBT:

Tabel 3 .9 Indikator Pengendalian Mutu Pemetaan Geografis LBT

Kab/Kota Jumlah

Hari Kerja

% Anggota

Tim dr

Popkun

Rerata Jumlah

Hotspot

Dipetakan/Hari

Jumlah (%)

Hotspot

Dikunjungi

Pengawas

Jumlah (%)

Hotspot Dicek

Silang

Jakarta Pusat 9 100% 23 20% 10%

Jakarta Utara 5 0% 28 20% 10%

Jakarta Barat 5 100% 22 0% 0%

Jakarta Selatan 7 0% 15 20% 11%

Jakarta Timur 5 67% 58 20% 8%

Kepulauan Seribu 7 0% 2 100% 0%

Pada pemetaan LBT, total hari kerja efektif di setiap wilayah beragam, antara 5 -9 hari untuk memetakan

semua hotspot Waria di semua kota/kab sampai tingkat kecamatan. Semua tim pemetaan di Jakarta Pusat

dan Barat adalah populasi kunci. Hanya di Jakarta Timur yang tim pemetaannya merupakan kombinasi antara

populasi kunci dan staf KPAK. Namun demikian jumlah anggota tim pemetaan dari populasi kunci mendapai

67% dari total tim pemetaan yang terlibat di Jakarta Timur. Sementara itu di Jakarta Utara, Selatan dan

Kepulauan Seribu pemetaan dilakukan langsung oleh staf LSM non populasi kunci dan staf KPAK.

5% 6% 9%

23%

44%

7% 8% 8%

22%

32%

2% 4%

44%

50%

8% 8% 10%

12% 13%

6% 6% 8%

13%

47%

14%

29%

57%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

Ta

man

La

inn

ya

Jala

n

Pa

ng

ka

lan

An

gko

t

Pa

ng

ka

lan

Oje

k

Pe

labu

ha

n B

ara

ng

Pa

bri

k

Pa

ng

ka

lan

Ta

xi

Pa

ng

ka

lan

Tru

k

Pa

ng

ka

lan

Oje

k

Te

rmin

al B

us

Pa

bri

k

Pa

ng

ka

lan

Tru

k

Pa

ng

ka

lan

Oje

k

Pa

ng

ka

lan

Ta

xi

Ca

fe

Pa

sar

Min

ima

rket

Hote

l

Pa

ng

ka

lan

Ta

xi

Pa

ng

ka

lan

Bus

Pa

sar

Pa

bri

k

Pa

ng

ka

lan

Oje

k

Waru

ng

Pe

labu

ha

n N

ela

yan

Pe

labu

ha

n P

enu

mp

an

g

JKT Pusat JKT Utara JKT Barat JKT Selatan JKT Timur Kep. Seribu

N JP 112, JU 108, JB 108,

JS 51, JT 335, Kep. Seribu 14

Page 35: Laporan Hasil Pemetaan Populasi Kunci Provinsi DKI Jakarta · memanfaatkan data-data ini dalam diskusi program sehari-hari. Tanpa itu, berapapun banyaknya data ... Slamet Febrianto

Laporan Hasil Pemetaan Populasi Kunci 2014 | KPAP DKI Jakarta | Dukungan Teknis oleh Program SUM I Hal 35

Para anggota tim pemetaan kota/kab di semua wilayah sebagai tim supervisor melakukan supervisi ke

minimal 20% hotspot yang dipetakan. Tim supervisor di Jakarta Barat tidak melakukan supervisi ke satupun

hotspot LBT yang dipetakan selama proses pemetaan berlangsung.

Persentase hotspot yang dicek silang secara memadai terjadi di Jakarta Pusat, Utara dan Selatan. Di Jakarta

Timur 8% hotspot mendapat cek silang, sedikit lebih rendah dari standar minimal yang diharapkan yakni 10%.

Di Jakarta Barat dan Kepulauan Seribu tidak ada hotspot LBT yang mendapat cek silang.

Secara keseluruhan di lihat dari level provinsi, mutu pemetaan pada populasi LBT dianggap baik atau lebih

dari memadai. Baik karena secara umum (dianalisis pada level provinsi) di atas rata -rata kriteria/indikator

minimal yang diharapkan, meskipun Jakarta Barat dan Kepulauan Seribu terdapat beberapa indikator mutu

minimal yagn tidak terpenuhi.

5. Hasil-Hasil Pemetaan Geografis Penasun

a. Jumlah Populasi Penasun

Berikut ini adalah hasil pemetaan geografis pada populasi Penasun terutama tentang estimasi jumlahnya.

Tabel 3 .10 Hasi l Pemetaan Penasun Jakarta 2014

Kab/

Kota

Jumlah

Hotspot

Jumlah

Perkiraan

Populasi

Jumlah

Populasi

Hasil

Observasi

Rerata

Jumlah

Populasi

Per

Hotspot

Koreksi

Mobilitas

Diterapkan

Jumlah

Populasi

Dikoreksi

Mobilitas

Keputusan

Hasil

Pemetaan

Jakarta Pusat 33 431 308 13 0.79 340 340

Jakarta Utara 35 859 557 84 0.6 478 478

Jakarta Barat 22 583 439 27 0.69 403 403

Jakarta Selatan 53 489 397 9 0.86 420 420

Jakarta Timur 86 459 282 5 0.79 363 363

Kepulauan Seribu 0 0 0 0 0 0 0

Total Provinsi 229 2.821 1.983 12 2.004 2.004

Berdasarkan tabel 3.2 disimpulkan terdapat 2.004 orang Penasun di Jakarta. Namun demikian rentang

perkiraannya adalah antara 1.983 orang (jumlah populasi hasil observasi) sampai 2.821 orang (jumlah

perkiraan populasi) . Jumlah perkiraan populasi diperoleh berdasarkan hasil wawancara tim pemetaan dengan

informant dan key informant di setiap hotspot yang dipetakan. Sementara jumlah populasi hasil observasi

adalah hasil pengamatan langsung tim pemetaan ketika melakukan kunjungan pemetaan di setiap hotspot.

Melalui pemetaan ini diketahui juga bahwa total jumlah hotspot Penasun di Jakarta adalah 229 hotspot

dengan rata-rata jumlah Penasun per hotspot sebanyak 12 orang. Tidak ditemukan hotspot Penasun di

Kepulauan Seribu.

Jumlah Penasun sebanyak 2.004 merupakan pengalian antara ‘jumlah perkiraan populasi’ dengan angka

‘koreksi mobilitas diterapkan’. Hal ini dilakukan untuk memperkecil angka double counting populasi selama

proses pemetaan karena pengaruh mobilitas. Dengan menerapkan angka koreksi mobilitas, Penasun yang

melakukan mobilitas diperkecil kemungkinannya untuk terhitung ulang di hotspot lain.

Berikut kesimpulan hasil pemetaan jumlah Penasun di Jakarta, diurutkan berdasarkan jumlah terkecil sampai

terbesar menurut wilayah:

Page 36: Laporan Hasil Pemetaan Populasi Kunci Provinsi DKI Jakarta · memanfaatkan data-data ini dalam diskusi program sehari-hari. Tanpa itu, berapapun banyaknya data ... Slamet Febrianto

Laporan Hasil Pemetaan Populasi Kunci 2014 | KPAP DKI Jakarta | Dukungan Teknis oleh Program SUM I Hal 36

Grafik 3.20 Kesimpulan Jumlah Penasun Hasil Pemetaan

Jumlah populasi Penasun untuk setiap wilayah rata-rata hampir sama, meskipun Jakarta Utara memiliki

jumlah Penasun terbanyak. Karena epidemi juga masih terjadi di Penasun, maka intervensi ke Penasun di

semua wilayah masih perlu menjadi prioritas.

b. Jenis-Jenis Hotspot Penasun

Meskipun jumlah populasi terbanyak terdapat di Jakarta Utara, namun jumlah hotspot Penasun terbanyak

justru terdapat di Jakarta Timur dan Selatan. Hal ini disebabkan oleh jumlah populasi yang kecil di setiap

hotspotnya dan lebih menyebar dibandingkan dengan Jakarta Utara yang jumlah populasi per hotspotnya

cenderung lebih besar dan hotspotnya cenderung besar atau lebih terkonsentrasi. Data selengkapnya tentang

jumlah hotspot Penasun di tiap wilayah berdasarkan jumlahnya adalah sbb:

Grafik 3.21 Distribusi Jumlah Hotspot Penasun Berdasarkan Wilayah

Selanjutnya, pemetaan ini juga berhasil mengumpulkan informasi tentang jenis -jenis hotspot Penasun di

semua wilayah yang dipetakan. Jenis hotspot Penasun terbanyak adalah berupa pinggir jalan, disusul dengan

rumah/kost, gang dan tempat parkir. Deskripsi selengkapnya adalah sbb:

0

340 363

403 420

478

0

100

200

300

400

500

600

Kep. Seribu JKT Pusat JKT Timur JKT Barat JKT Selatan JKT Utara

N 2004

0

22

33 35

53

86

0

20

40

60

80

100

Kep. Seribu JKT Barat JKT Pusat JKT Utara JKT Selatan JKT Timur

N 229

Page 37: Laporan Hasil Pemetaan Populasi Kunci Provinsi DKI Jakarta · memanfaatkan data-data ini dalam diskusi program sehari-hari. Tanpa itu, berapapun banyaknya data ... Slamet Febrianto

Laporan Hasil Pemetaan Populasi Kunci 2014 | KPAP DKI Jakarta | Dukungan Teknis oleh Program SUM I Hal 37

Grafik 3.22 Distribusi Jenis Hotspot Penasun Hasil Pemetaan 2014

Untuk kepentingan efisiensi proses dan efektifitas program, pemetaan ini merekomendasikan untuk

meningkatkan program lebih intensif dan kreatif di jenis hotspot yang paling banyak.

Namun demikian, setiap wilayah mempunyai flesibilitas berdasarkan karakteristiknya masing-masing.

Misalnya di Jakarta Pusat, hotspot penasun terbesar ternyata ada di sekitar pangkalan ojek, sementara d i

Jakarta Timur ada di tempat kost/rumahan. Beriku informasi terkait jenis hotspot ini dibedakan per wilayah.

Grafik 3.22 Distribusi Lima Jenis Hotspot Penasun Paling Banyak Berdasarkan Wilayah

c. Indikator Pengendalian Mutu Pemetaan Geografis Penasun

Berikut gambaran beberapa indikator mutu pemetaan geografis pada Penasun:

2 2 3 3 4 5 5 9 9 10 10 11 12 12

25 30

34

43

05

101520253035404550

N 229

5% 6% 9%

23%

44%

6% 6% 8% 9%

51%

5% 9%

18% 18%

32%

8% 13% 15% 17%

30%

5% 9%

12%

25% 28%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

Ta

ma

n

La

in-la

in

Jala

n

Pa

ngk

ala

n A

ng

ko

t

Pa

ngk

ala

n O

jek

Wa

run

g

sta

siu

n

Pa

ngk

ala

n T

axi

Ga

ng

Pin

gg

ir j

ala

n

Pa

ngk

ala

n M

etr

om

ini

La

in-la

in

Ga

ng

Pe

rum

ah

an

Jala

n

Pa

ngk

ala

n O

jek

lain

-la

in

Pa

rkir

an

Ru

ma

h

jala

n

Pa

ngk

ala

n O

jek

Pa

rkir

an

Wa

rne

t,TP

U,P

lays

tati

Jala

n

Ko

s-k

os

an

JKT Pusat JKT Utara JKT Barat JKT Selatan JKT Timur

N JP 33, JU 35, JB 22, JS 53, JT 86

Page 38: Laporan Hasil Pemetaan Populasi Kunci Provinsi DKI Jakarta · memanfaatkan data-data ini dalam diskusi program sehari-hari. Tanpa itu, berapapun banyaknya data ... Slamet Febrianto

Laporan Hasil Pemetaan Populasi Kunci 2014 | KPAP DKI Jakarta | Dukungan Teknis oleh Program SUM I Hal 38

Tabel 3 .11 Indikator Pengendalian Mutu Pemetaan Geografis Penasun

Kab/Kota Jumlah

Hari Kerja

% Anggota

Tim dr

Popkun

Rerata Jumlah

Hotspot

Dipetakan/Hari

Jumlah (%)

Hotspot

Dikunjungi

Pengawas

Jumlah (%)

Hotspot Dicek

Silang

Jakarta Pusat 5 67% 8 27% 12%

Jakarta Utara 5 100% 8 20% 10%

Jakarta Barat 5 100% 5 0% 0%

Jakarta Selatan 5 100% 7 15% 10%

Jakarta Timur 5 66% 12 20% 4%

Kepulauan Seribu 0 0% 0 0% 0%

Pada pemetaan Penasun, total hari kerja efektif di setiap wilayah adalah 5 hari kerja untuk memetakan semua

hotspot Penasun di semua kota/kab sampai tingkat kecamatan. Semua tim pemetaan di Jakarta Utara, Barat

dan Selatan adalah populasi kunci. Sementara di Jakarta Pusat 67% tim pemetaan yang berasal dari populasi

kunci dan hanya 66% di Jakarta Timur yang tim pemetaannya merupakan populasi kunci.

Para anggota tim pemetaan kota/kab di semua wilayah sebagai tim supervisor melakukan supervisi ke

minimal 20% hotspot yang dipetakan. Tim supervisor di Jakarta Barat dan Kepulauan Seribu tidak melakukan

supervisi ke satupun hotspot Penasun yang dipetakan selama proses pemetaan berlangsung.

Persentase hotspot yang dicek silang secara memadai terjadi di Jakarta Pusat, Utara dan Selatan. Di Jakarta

Timur 4% hotspot mendapat cek silang, sedikit lebih rendah dari standar minimal yang diharapkan yakni 10%.

Di Jakarta Barat tidak ada hotspot LBT yang mendapat cek silang. Kepulauan Seribu dikeluarkan dari semua

analisis pengendalian mutu pemetaan karena tidak ada program Penasun di sana, tidak ada LSM pendamping

penasun di sana dan berdasarkan proses listing awal ketika membuat daftar master hotspot, tidak ditemukan

adanya hotspot Penasun sehingga pemetaan pada populasi Penasun tidak dilakukan di Kepulauan Seribu.

Secara keseluruhan dilihat dari level provinsi, mutu pemetaan pada populasi LBT dianggap baik atau lebih dari

memadai. Baik karena secara umum (dianalisis pada level provinsi) di atas rata-rata kriteria/indikator minimal

yang diharapkan, meskipun Jakarta Barat dan Kepulauan Seribu terdapat beberapa indikator mutu minimal

yagn tidak terpenuhi.

Page 39: Laporan Hasil Pemetaan Populasi Kunci Provinsi DKI Jakarta · memanfaatkan data-data ini dalam diskusi program sehari-hari. Tanpa itu, berapapun banyaknya data ... Slamet Febrianto

Laporan Hasil Pemetaan Populasi Kunci 2014 | KPAP DKI Jakarta | Dukungan Teknis oleh Program SUM I Hal 39

Bagian Empat | Hasil-Hasil Pemetaan Sosial

1. Hasil Pemetaan Sosial WPS

Pemetaan sosial pada populasi WPS baik langsung maupun tidak langsung dilakukan di 876 hotspot (N

Jakpus/JP 107, N Jakut/JU 256, N Jakbar/JB 156, N Jaksel/JS 148, N Jaktim/JT 209). Berbeda dengan

petunjuk teknis pemetaan nasional yang ada, pemetaan sosial di DKI Jakarta difokuskan untuk melihat

beberapa komponen inti pada empat pilar PMTS. Hasil selengkapnya terlampir. Berikut beberapa hasil

utamanya.

Grafik 4 .1 Persentase Hotspot WPS Berdasarkan Ada/Tidaknya Pok ja/Pokmas Aktif

Antara 18 – 67% hotspot WPS di Jakarta mempunyai Pokja Lokasi dan masih ada 41 – 82% hotspot WPS yang

belum mempunyai Pokja Lokasi. Keberadaan Pokja Lokasi mengandaikan adanya proses pelibatan dan

pemberdayaan komunitas dan tidak sekedar mendiseminasikan informasi. Hasil pemetaan sosial ini

mengindikasikan masih lebih banyak hotspot WPS yang tidak mempunyai Pokja Lokasi/Kelompok Masyarakat

(Pokmas) yang secara sukarela mengelola sebagian usaha-usaha pencegahan HIV.

Namun demikian beberapa lokasi mungkin memang tidak memungkinkan untuk mempunyai Pokja Lokasi

karena jumlah populasinya sedikit, dan jenis hotspotnya tidak tetap dan tidak ada struktur sosial tetap yang

bekerja di sana. Pokja lokasi dapat didorong keberadaanya pada hotspot yang memenuhi beberapa situasi di

atas.

59%

33%

82%

45%

65%

41%

67%

18%

55%

35%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

Pusat Utara Barat Selatan Timur

Tidak Ada Pokja/Pokmas Ada Pokja/Pokmas

N JP 107, JU 256, JB 156, JS 148, JT 209

Page 40: Laporan Hasil Pemetaan Populasi Kunci Provinsi DKI Jakarta · memanfaatkan data-data ini dalam diskusi program sehari-hari. Tanpa itu, berapapun banyaknya data ... Slamet Febrianto

Laporan Hasil Pemetaan Populasi Kunci 2014 | KPAP DKI Jakarta | Dukungan Teknis oleh Program SUM I Hal 40

Grafik 4.2 Persentase Hotspot WPS Berdasarkan Ada/Tidaknya Kesepakatan Lokasi Tentang Pencegahan HIV

Antara 9 – 60% hotspot WPS mempunyai kesepakatan lokasi tentang pencegahan HIV dan AIDS. Namun

demikain masih ada 40 – 91% yang tidak mempunyai kesepakatan lokasi. Adanya kesepakatan lokasi

mengindikasikan komitmen komunitas untuk menanggulangi HIV dan AIDS secara memadai memanfaatkan

sumber daya lokal yang ada. Keberadaan Pokja lokasi juga untuk menjamin keberlanjutan program pasca

pendampinga intensif dari LSM melalaui bantuan lembaga donor.

Tabel 4.3 di bawah ini menunjukkan hasil pemetaan sosial lainnya yakni tentang kecukupan jumlah pendidik

sebaya (peer educator/PE) atau kader kesehatan komunitas atau semacamnya yang masih aktif. Paling

banyak hanya 48% hostpot yang mempunyai jumlah PE aktif yang cukup (Jakarta Selatan). Kriteria

kecukupannya adalah adanya satu kader untuk minimal setiap 20 orang WPS di setiap hotspot.Di Jakarta

Pusat bahkan 99% hotspot tidak memiliki jumlah PE aktif yang dianggap cukup. Penilaian aktif atau tidaknya

seorang PE diserahkan kepada persepsi informan dan informan kunci pemetaan ini namun berkisar antara

masih ada PE, PE nya rajin memberikan informasi atau motivasi kepada teman sebayanya dan terlibat dalam

beberapa kegiatan pencegahan HIV di tingkat komunitas.

Sementara itu pada tabel 4.4 menunjukkan bahwa sebagian besar hotspot WPS masih mengalami

kekurangan jumlah Media KPP (Media Komunikasi Perubahan Perilaku) yang didistribusikan. Antara 28 – 72%

hotspot menyatakan masih mengalami kekurangan distribusi Media KPP. Kekurangan ini disebabkan tidak

adanya Media KIE atau karena frekuensi distribusinya yang masih kurang. Beberapa jenis Media KPP yang

didisplay juga masih dianggap kurang seperti poster, banner, sticker dan bentuk -bentuk Media KPP luar ruang

lainnya.

64%

41%

71%

40%

91%

36%

59%

29%

60%

9%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

Pusat Utara Barat Selatan Timur

Tidak Ada Kesepakatan Lokasi Ada Kesepakatan Lokasi

N JP 107, JU 256, JB 156, JS 148, JT 209

Page 41: Laporan Hasil Pemetaan Populasi Kunci Provinsi DKI Jakarta · memanfaatkan data-data ini dalam diskusi program sehari-hari. Tanpa itu, berapapun banyaknya data ... Slamet Febrianto

Laporan Hasil Pemetaan Populasi Kunci 2014 | KPAP DKI Jakarta | Dukungan Teknis oleh Program SUM I Hal 41

Grafik 4 .3 Persentase Hotspot WPS Berdasarkan Kecukupan Jumlah Outlet

Grafik 4 .4 Persentase Hotspot WPS Berdasarkan Kecukupan Jumlah Distribusi Media KPP

Pada tabel 4.5 di bawah ini menunjukkan hasil lain pemetaan sosial yakni terkait kecukupan jumlah outlet

kondom, terutama outlet alternatif yang mendistribsikan kondom subsidi. Antara 17-74% hotspot WPS telah

mempunyai jumlah outlet yang cukup. Namun masih ada 26-83% hotspot yang tidak mempunyai jumlah outlet

yang cukup. Standar nasional kecukupan outlet adalah 1:1, minimal ada satu outlet kondom di setiap hotspot.

Masih ada gap yang perlu diperbaiki.

99% 94%

70%

42%

57%

1% 6%

20%

58%

43%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

Pusat Utara Barat Selatan Timur

Jumlah PE Aktif Tidak Cukup Jumlah PE Aktif Cukup

N JP 107, JU 256, JB 156, JS 148, JT 209

72%

58% 61%

45%

28% 28%

42% 39%

55%

72%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

Pusat Utara Barat Selatan Timur

Jumlah Distribusi Media KPP Tidak Cukup Jumlah Distribusi Media KPP Cukup

N JP 107, JU 256, JB 156, JS 148, JT 209

Page 42: Laporan Hasil Pemetaan Populasi Kunci Provinsi DKI Jakarta · memanfaatkan data-data ini dalam diskusi program sehari-hari. Tanpa itu, berapapun banyaknya data ... Slamet Febrianto

Laporan Hasil Pemetaan Populasi Kunci 2014 | KPAP DKI Jakarta | Dukungan Teknis oleh Program SUM I Hal 42

Grafik 4 .5 Persentase Hotspot WPS Berdasarkan Kecukupan Jumlah Outlet Kondom

Jika dilihat dari kecukupan jumlah distribusi kondom, tabel 4.6 menunjukkan bahwa antara 4-65% hotspot

WPS merasa mendapat jumlah distribusi kondom yang cukup. Sementara itu masih ada 34-96% hotspot yang

tidak mendapatkan distribusi kondom dalam jumlah memadai.

Grafik 4 .6 Persentase Hotspot WPS Berdasarkan Kecuku pan Jumlah Kondom Terdistribusi

Jumlah kondom terdistribusi dianggap cukup jika minimal sama dengan jumlah populasi WPS di sebuah

hotspot kali 25 hari kerja.

Tabel 4.7 berikut ini menunjukkan 51-63% hotspot WPS ada pemeriksaan IMS dan KTS rutin, minimal tiga

bulan sekali. Namun demikian masih ada 37-48% hotspot WPS yang tidak ada pemeriksaan IMS dan KTS

rutin. Hal ini bisa disebabkan tidak adanya layanan mobile clinic langsung ke hotspot atau akses yang masih

terbatas ke Fasyankes yang dialami hotspot-hotspot tertentu.

83%

26%

55%

46%

27%

17%

74%

45%

54%

73%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

Pusat Utara Barat Selatan Timur

Jumlah Outlet KondomTidak Cukup Jumlah Outlet Kondom Cukup

N JP 107, JU 256, JB 156, JS 148, JT 209

96%

66%

55%

46%

35%

4%

34%

45%

54%

65%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

Pusat Utara Barat Selatan Timur

Jumlah Distribusi Kondom Tidak Cukup Jumlah Distribusi Kondom Cukup

N JP 107, JU 256, JB 156, JS 148, JT 209

Page 43: Laporan Hasil Pemetaan Populasi Kunci Provinsi DKI Jakarta · memanfaatkan data-data ini dalam diskusi program sehari-hari. Tanpa itu, berapapun banyaknya data ... Slamet Febrianto

Laporan Hasil Pemetaan Populasi Kunci 2014 | KPAP DKI Jakarta | Dukungan Teknis oleh Program SUM I Hal 43

Grafik 4 .7 Persentase Hotspot WPS Berdasarkan Ada/Tidaknya Pemeriksaan IMS dan KTS R utin

Situasi sosial lain yang dijajaki adalah terkait apakah semua WPS di sebuat hotspot yang mendapat

pemeriksaan rutin turut serta dalam pemetaan tersebut atau tidak. Berikut gambarannya.

Grafik 4 .8 Persentase Hotspot WPS Berdasarkan Jumlah Populasi Iku t Pemeriksaan Rutin

Persentase hotspot dimana tidak semua populasi WPS-nya mengikuti pemeriksaan rutin masih cukup besar

yakni antara 41-100% dan baru 11-59% hotspot yang semua populasi WPS-nya mengikuti pemeriksaan rutin.

Dilihat dari persepsi informan dan informan kunci di hotspot WPS tentang keramahan penyedia layanan maka

52-94% hotspot menyatakan bahwa penyedia layanan ramah. Namun demikian masih ada 6-48% hotspot

yang menyatakan penyedia layanan Kesehatan tidak ramah.

99%

48% 49% 45%

37%

1%

52% 51% 55%

63%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

Pusat Utara Barat Selatan Timur

Tidak Ada Pemeriksaan Rutin Ada Pemeriksaan Rutin

N JP 107, JU 256, JB 156, JS 148, JT 209

100% 89%

53% 46% 41%

0% 11%

47% 54% 59%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

Pusat Utara Barat Selatan Timur

Tidak Semua Popkun Ikut Pemeriksaan Semua Popkun Ikut Pemeriksaan

N JP 107, JU 256, JB 156, JS 148, JT 209

Page 44: Laporan Hasil Pemetaan Populasi Kunci Provinsi DKI Jakarta · memanfaatkan data-data ini dalam diskusi program sehari-hari. Tanpa itu, berapapun banyaknya data ... Slamet Febrianto

Laporan Hasil Pemetaan Populasi Kunci 2014 | KPAP DKI Jakarta | Dukungan Teknis oleh Program SUM I Hal 44

Grafik 4 .9 Persentase Hotspot WPS yang Berpendapat Penyedia Layanan Ramah

2. Hasil Pemetaan Sosial LSL

Pemetaan sosial pada populasi LSL dilakukan di 817 hotspot (N Jakpus 107, N Jakut 171, N Jakbar 156, N

Jaksel 149, N Jaktim 234). Hasil-hasil pemetaan sosial pada LSL juga tidak berbeda jauh dengan hasil pada

WPS. Terkait ada/tidaknya Pokja Lokasi, sebagian besar hotspot LSL belum memiliki Pokja Lokasi. Hal ini

disebakkan relatif lebih sulit mendorong pembentukan Pokja Lokasi pada hotspot -hotspot LSL selain

karakteristik hotspot LSL yang lebih kecil, menyebar dan lebih individualis. Selain itu struktur hotspot juga

sangat mempengaruhi apakat Pokja Lokasi dapat diinisiasi atau tidak. Hotspot-hotspot yang tidak

terkonsentrasi dan tidak ada struktur sosial yang relatif sama menyulitkan pengembangan Pokja Lokasi.

Grafik 4.10 Persentase Hotspot LSL Berdasarkan Keberadaan Pok ja Lokasi

Hal yang sama terjadi ketika hotspot dianalisis berdasarkan eksistensi kesepakatan lokasi. Sebagian besar

hotspot belum mempunyai kesepakatan lokasi tentang penanggulangan HIV dan AIDS di hotspot -hotspot

mereka sendiri. Hal ini terkait dengan ketiadaan Pokja Lokasi. Sebab pemangku kepentingan yang dapat

menginisiasi terbentuknya kesepakatan lokasi adalah para anggota Pokja Lokasi. Mungkin yang diperlukan

6%

32%

48%

38%

26%

94%

68%

52%

62%

74%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

Pusat Utara Barat Selatan Timur

Layanan Tidak Ramah Layanan Ramah

N JP 107, JU 256, JB 156, JS 148, JT 209

57%

100%

89% 89% 91%

43%

0%

11% 11% 9%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

Pusat Utara Barat Selatan Timur

Tidak Ada Pokja/Pokmas Ada Pokja/Pokmas

N JP 30, JU 50, JB 62, JS 55, JT 84

Page 45: Laporan Hasil Pemetaan Populasi Kunci Provinsi DKI Jakarta · memanfaatkan data-data ini dalam diskusi program sehari-hari. Tanpa itu, berapapun banyaknya data ... Slamet Febrianto

Laporan Hasil Pemetaan Populasi Kunci 2014 | KPAP DKI Jakarta | Dukungan Teknis oleh Program SUM I Hal 45

adalah bukan Pokja Lokasi tetapi mengidentifikasi champion-champion lokal yang mampu bergerak secara

individu memotivasi anggota kelompok LSL yang lain.

Grafik 4.11 Persentase Hotspot LSL Berdasark an Keberadaan Kesepakata Lokasi

Tabel 4.12 menjelaskan bahwa masih banyak kebutuhan PE atau pendidik komunitas yang perlu

dikembangkan di berbagai hotspot LSL yang ada di Jakarta.

Grafik 4.12 Persentase Hotspot LSL Berdasarkan Kecukupan Jumlah PE Ak tif

Pendekatan PE tampak cukup cocok untuk hotspot-hotspot LSL dibandingkan pendekatan Pokja Lokasi. PE

atau sekumpulan PE apat bertindak secara individual maupun kolektif untuk mendorong adopsi perilaku-

perilaku pencegahan HIV diantara anggota kelompok LSL

Selanjutnya Tabel 4 .13 di bawah ini menjelaskan kecukupan distribusi media KPP di setiap hotspot yang

dipetakan. Secara umum masih lebih banyak hotspot yang kekurangan distribusi media KPP dalam bentuk

apapun.

53%

100% 95%

87% 90%

47%

0% 5%

13% 10%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

Pusat Utara Barat Selatan Timur

Tidak Ada Kesepakatan Lokasi Ada Kesepakatan Lokasi

N JP 30, JU 50, JB 62, JS 55, JT 84

43%

100%

88% 80%

67%

57%

0%

13% 20%

33%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

Pusat Utara Barat Selatan Timur

Jumlah PE Aktif Tidak Cukup Jumlah PE Aktif Cukup

N JP 30, JU 50, JB 62, JS 55, JT 84

Page 46: Laporan Hasil Pemetaan Populasi Kunci Provinsi DKI Jakarta · memanfaatkan data-data ini dalam diskusi program sehari-hari. Tanpa itu, berapapun banyaknya data ... Slamet Febrianto

Laporan Hasil Pemetaan Populasi Kunci 2014 | KPAP DKI Jakarta | Dukungan Teknis oleh Program SUM I Hal 46

Grafik 4.13 Persentase Hotspot LSL Berdasarkan Kecukupan Jumlah Distribusi Media KPP

Pemetaan sosial juga menggali tentang situasi kecukupan outlet kondom. Tabel 4.14 di bawah ini

menunjukkan jumlah outlet yang lumayan banyak meski masih belum memenuhi standar 1:1, satu outlet

untuk satu hotspot. Persentase hotspot yang belum ada outletnya masih signifikan.

Grafik 4.14 Persentase Hotspot LSL Berdasarkan Kecukupan Jumlah Outlet Kondom

Selanjutnya pemetaan sosial juga menggali informasi tentang kecukupan jumlah distribusi kondom.

Jumlah kondom terdistribusi dianggap cukup jika minimal sama dengan jumlah populasi LSL di sebuah

hotspot kali 25 hari kerja. Tabel 4.15 berikut menjelaskan situasinya: ada 63-87% hotspot yang kurang jumlah

distribusi kondomnya. Sementara jumlah hotspot dengan distribusi cukup rata-rata baru mencapai 13-38%

kecuali di Jakarta Pusat yang mencapai 97 persen.

10%

93%

83% 80%

57%

90%

7%

17% 20%

43%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

Pusat Utara Barat Selatan Timur

Jumlah Distribusi Media KPP Tidak Cukup Jumlah Distribusi Media KPP Cukup

N JP 30, JU 50, JB 62, JS 55, JT 84

7%

75%

50%

85%

67%

93%

25%

50%

15%

33%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

Pusat Utara Barat Selatan Timur

Jumlah Outlet KondomTidak Cukup Jumlah Outlet Kondom Cukup

N JP 30, JU 50, JB 62, JS 55, JT 84

Page 47: Laporan Hasil Pemetaan Populasi Kunci Provinsi DKI Jakarta · memanfaatkan data-data ini dalam diskusi program sehari-hari. Tanpa itu, berapapun banyaknya data ... Slamet Febrianto

Laporan Hasil Pemetaan Populasi Kunci 2014 | KPAP DKI Jakarta | Dukungan Teknis oleh Program SUM I Hal 47

Grafik 4.15 Persentase Hotspot LSL Berdasarkan Kecukupan Jumlah Distribusi Kondom

Tabel 4.16 di bawah ini mengulas tentang ada/tidaknya pemeriksaan rutin di hotspot. Di sebagian besar

hotspot belum ada ada pemeriksaan rutin IMS dan KTS baik melalui mobile clinic maupun static clinic.

Rutinitas pemeriksaan dimaksud adalah paling tidak setiap tiga bulan sekali.

Grafik 4.16 Persentase Hotspot LSL Berdasarkan Ada/Tidaknya Pemeriksaan Rutin IMS dan KTS

Selanjutnya tabel 4.17 menjelaskan tentang apakah semua anggota populasi dalam sebuah hotspot telah

mengikuti pemeriksaan rutin atau belum. Hasilnya anggota populasi LSL di sebagian besar hotspot belum

mengikuti pemeriksaan rutin.

3%

86%

63%

87%

66%

97%

14%

38%

13%

34%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

Pusat Utara Barat Selatan Timur

Jumlah Distribusi Kondom Tidak Cukup Jumlah Distribusi Kondom Cukup

N JP 30, JU 50, JB 62, JS 55, JT 84

17%

98% 91% 87%

67%

83%

2% 9% 13%

33%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

Pusat Utara Barat Selatan Timur

Tidak Ada Pemeriksaan Rutin Ada Pemeriksaan Rutin

N JP 30, JU 50, JB 62, JS 55, JT 84

Page 48: Laporan Hasil Pemetaan Populasi Kunci Provinsi DKI Jakarta · memanfaatkan data-data ini dalam diskusi program sehari-hari. Tanpa itu, berapapun banyaknya data ... Slamet Febrianto

Laporan Hasil Pemetaan Populasi Kunci 2014 | KPAP DKI Jakarta | Dukungan Teknis oleh Program SUM I Hal 48

Grafik 4.17 Persentase Hotspot LSL Berdasarkan Jumlah Populasi Ikut Pemeriksaan Rutin

Selanjutnya pada tabel 4.18 di bawah ini memperlihatkan bahwa 16-97% hotspot (diwakili informan dan

informan kunci) menyatakan penyedia layanan yang ada di hotspot mereka ramah. Namun demikian masih

ada persentase yang signifikan yang berpendapat sebaliknya.

Grafik 4 .18 Persentase Hotspot LSL yang Berpendapat Penyedia Layanan Ramah

3. Hasil Pemetaan Sosial Waria

Hasil pemetaan sosial pada populasi Waria mengindikasikan situasi yang lebih baik daripada hasil pada

populasi LSL. Berikut gambaran singkatnya.

Tabel 4.19 menunjukkan bahwa baru sebagian kecil hotspot Waria yang mempunyai Pokja Lokasi. Situasi ini

kurang lebih disebabkan oleh alasan yang sama yang terjadi pada polulasi LSL. Intervensi ke tempat tinggal

tampaknya lebih diperlukan untuk menginisiasi terbentuknya Pokja Lokasi daripada intervensi di lokasi

nyebong/hotspot. Sebab sebagian besar Waria selali tinggal berkelompok dan membentuk satu sistem

dukungan sosial sendiri diantara mereka meskipun lokasi nyebong-nya berbeda-beda.

57%

100% 98%

87% 89%

43%

0% 2%

13% 11%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

Pusat Utara Barat Selatan Timur

Tidak Semua Popkun Ikut Pemeriksaan Semua Popkun Ikut Pemeriksaan

N JP 30, JU 50, JB 62, JS 55, JT 84

3%

84%

72% 80%

57%

97%

16%

28% 20%

43%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

Pusat Utara Barat Selatan Timur

Layanan Tidak Ramah Layanan Ramah

N JP 30, JU 50, JB 62, JS 55, JT 84

Page 49: Laporan Hasil Pemetaan Populasi Kunci Provinsi DKI Jakarta · memanfaatkan data-data ini dalam diskusi program sehari-hari. Tanpa itu, berapapun banyaknya data ... Slamet Febrianto

Laporan Hasil Pemetaan Populasi Kunci 2014 | KPAP DKI Jakarta | Dukungan Teknis oleh Program SUM I Hal 49

Grafik 4 .19 Persentase Hotspot Waria Berdasarkan Keberadaan Pok ja Lokasi

Situasi yang sama ditemukan pada topik kesepakatan lokasi. Baru sebagian kecil hotspot Waria yang

mempunyai kesepakatan lokasi. Gambaranya adalah sbb:

Grafik 4 .20 Persentase Hotspot Waria Berdasarkan Keberadaan Kesepakata Lok asi

Sementara itu terkait kecukupan sumber jumlah PE aktif di setiap hotspot, ditemukan sebagian kecil hotspot

saja yang menyatakan mempunyai jumlah PE aktif yang cukup. Sebagian besar yang lain menyatakan bahwa

jumlah PE aktif di hotspot mereka kurang.

46%

98% 100% 94% 91%

54%

2% 0% 6% 9%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

Pusat Utara Barat Selatan Timur

Tidak Ada Pokja/Pokmas Ada Pokja/Pokmas

N JP 13, JU 63, JB 32, JS 36, JT 71

15%

98%

53%

75%

87% 85%

2%

47%

25%

13%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

Pusat Utara Barat Selatan Timur

Tidak Ada Kesepakatan Lokasi Ada Kesepakatan Lokasi

N JP 13, JU 63, JB 32, JS 36, JT 71

Page 50: Laporan Hasil Pemetaan Populasi Kunci Provinsi DKI Jakarta · memanfaatkan data-data ini dalam diskusi program sehari-hari. Tanpa itu, berapapun banyaknya data ... Slamet Febrianto

Laporan Hasil Pemetaan Populasi Kunci 2014 | KPAP DKI Jakarta | Dukungan Teknis oleh Program SUM I Hal 50

Grafik 4.21 Persentase Hotspot Waria Berdas arkan Kecukupan Jumlah PE Aktif

Pada tabel 4 .22 berikut menjelaskan bahwa sebagian besar hotspot belum mempunyai distribusi Media KPP

yang cukup. Bahkan 100% hotspot yang dipetakan di Jakarta Utara men yatakan jumlah Media KPP yang ada

tidak cukup.

Grafik 4.22 Persentase Hotspot Waria Berdasarkan Kecukupan Jumlah Distribusi Media KPP

Kekurangan Media KPP ini bukan berarti tidak ada distribusi Media KPP yang dilakukan, tetapi lebih

menyatakan bahwa jumlah Media KPP yang didistribusikan kurang.

Tabel 4.23 berikut menjelaskan tentang kecukupan jumlah outlet kondom di setiap hotspot. Sebagian besar

hotspot yang dipetakan menyatakan bahwa jumlah outlet kondom yang adalah cukup.

62%

98%

56%

81%

35% 38%

2%

44%

19%

65%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

Pusat Utara Barat Selatan Timur

Jumlah PE Aktif Tidak Cukup Jumlah PE Aktif Cukup

N JP 13, JU 63, JB 32, JS 36, JT 71

15%

100% 94%

72%

35%

85%

0% 6%

28%

65%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

Pusat Utara Barat Selatan Timur

Jumlah Distribusi Media KPP Tidak Cukup Jumlah Distribusi Media KPP Cukup

N JP 13, JU 63, JB 32, JS 36, JT 71

Page 51: Laporan Hasil Pemetaan Populasi Kunci Provinsi DKI Jakarta · memanfaatkan data-data ini dalam diskusi program sehari-hari. Tanpa itu, berapapun banyaknya data ... Slamet Febrianto

Laporan Hasil Pemetaan Populasi Kunci 2014 | KPAP DKI Jakarta | Dukungan Teknis oleh Program SUM I Hal 51

Grafik 4.23 Persentase Hotspot Waria Berdasarkan Kecukupan Jumlah Outlet Kondom

Namun situasi yang sebaliknya terjadi. Ketika tim pemetaan menanyakan apakah jumlah distribusi kondom

yang ada dirasakan cukup, sebagian besar hostpot menyatakan tidak cukup. Jadi meskipun jumlah outlet

dirasakan cukup oleh sebagian besar hotspot, jumlah distribusi kondomnya dirasakan belum cukup.

Grafik 4.24 Persentase Hotspot Waria Berdasarkan Kec ukupan Jumlah Distribusi Kondom

Berbicara pemeriksaan rutin, sebagian besar hotspot Waria merasa telah mendapatkan pemeriksaan rutin. Ini

adalah situasi paling bagus dibandingkan populasi kunci yang lain. Bahkan 100% hotspot di Jakarta Utara dan

Barat menyatakan telah mendapat pemeriksaan rutin. Berikut gambaran selengkapnya melalui tabel 4.25:

46%

62%

0% 6%

17%

54%

38%

100% 94%

83%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

Pusat Utara Barat Selatan Timur

Jumlah Outlet KondomTidak Cukup Jumlah Outlet Kondom Cukup

N JP 13, JU 63, JB 32, JS 36, JT 71

42%

62%

50%

6%

17%

58%

38%

50%

94%

83%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

Pusat Utara Barat Selatan Timur

Jumlah Distribusi Kondom Tidak Cukup Jumlah Distribusi Kondom Cukup

N JP 13, JU 63, JB 32, JS 36, JT 71

Page 52: Laporan Hasil Pemetaan Populasi Kunci Provinsi DKI Jakarta · memanfaatkan data-data ini dalam diskusi program sehari-hari. Tanpa itu, berapapun banyaknya data ... Slamet Febrianto

Laporan Hasil Pemetaan Populasi Kunci 2014 | KPAP DKI Jakarta | Dukungan Teknis oleh Program SUM I Hal 52

Grafik 4.25 Persentase Hotspot Waria Berdasarkan Ada/Tidaknya Pemeriksaan Rutin IMS dan KTS

Namun situasi sebaliknya ditemukan ketika tim pemetaan menanyakan tentang jumlah populasi Waria yang

mengikuti pemeriksaan. Sebagian besar hotspot menyatakan belum 100% anggota populasi Waria di

sebagian besar hotspot yang mengikuti pemeriksaan rutin. Jadi meskipun sebagian besar hotspot menyatakan

ada pemeriksaan rutin di hotspot mereka, jumlah populasi Waria yang mengikuti pemeriksaan rutin belum

100 persen. Deskripsi selengkapnya ada pada tabel 4.26 di bawah ini.

Grafik 4.26 Persentase Hotspot Waria Berdasarkan Jumlah Populasi Ikut Pemeriksaan Rutin

Berdasarkan pengalaman setiap hotspot mengikuti pemeriksaan rutin, mereka menyatakan bahwa sikap

penyedia layanan Kesehatan dalam memberikan pelayanan sudah ramah di sebagian besar hotspot.

Keramahan ini tidak saja terjadi pada petugas kesehatan yang langsung berhubungan dengan pemeriksaan,

namun di beberapa hotspiot juga menyatakan keramahan staf layanan yang lain di bagian lain seperti bagian

pendaftaran, sekuriti dan staf apotek.

31%

0% 0%

25%

35%

69%

100% 100%

75%

65%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

Pusat Utara Barat Selatan Timur

Tidak Ada Pemeriksaan Rutin Ada Pemeriksaan Rutin

N JP 13, JU 63, JB 32, JS 36, JT 71

100% 91%

25% 25%

96%

0% 9%

75% 75%

4%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

Pusat Utara Barat Selatan Timur

Tidak Semua Popkun Ikut Pemeriksaan Semua Popkun Ikut Pemeriksaan

N JP 13, JU 63, JB 32, JS 36, JT 71

Page 53: Laporan Hasil Pemetaan Populasi Kunci Provinsi DKI Jakarta · memanfaatkan data-data ini dalam diskusi program sehari-hari. Tanpa itu, berapapun banyaknya data ... Slamet Febrianto

Laporan Hasil Pemetaan Populasi Kunci 2014 | KPAP DKI Jakarta | Dukungan Teknis oleh Program SUM I Hal 53

Grafik 4 .27 Persentase Hotspot Waria yang Berpendapat Penyedia Layanan Ramah

4. Hasil Pemetaan Sosial LBT

Pada sebagian besar hotspot LBT ditemukan belum ada kelompok kerja atau kelompok komunitas yang aktif

melakukan kegiatan pencegahan HIV di hotspot-hostpot LBT, persentasenya mencapai antara 44-100% di

semua kota/kab di DKI Jakarta. Gambaran hasil selengkapnya adalah:

Grafik 4.28 Persentase Hotspot LBT Berdasarkan Keberadaan Pok ja Lokasi

Situasi ini disebabkan oleh banyaknya hostpot LBT yang masih harus dijangkau serta intervensi pada LBT yang

relatif baru dan belum menemukan bentuknya seperti intervensi pada WPS.

Situasi tersebut berimplikasi pada ada/tidaknya kesepakatan lokasi tentang pencegahan HIV di hotspot-

hotspot LBT. Tabel 4.29 di bawah ini menjelaskan bahwa sebagian besar hotspot LBT belum mempunyai

kesepakatan lokasi tentang pencegahan HIV. Hal ini banyak dipengaruhi oleh tidak adanya inisiator dan

penggerak terbentuknya kesepakatan lokasi yakni Pokja/Pokmas itu sendiri.

Hal tersebut juga dipengaruhi oleh belum adanya champion-champion individual, misalnya berupa PE di

hotspot-hotspot LBT yang diharapkan mampu menggerakkan komunitas secara individual.

38%

0% 3%

17%

36%

62%

100% 97%

83%

64%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

Pusat Utara Barat Selatan Timur

Layanan Tidak Ramah Layanan Ramah

N JP 13, JU 63, JB 32, JS 36, JT 71

44%

86% 81%

100%

77%

56%

14% 19%

0%

23%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

Pusat Utara Barat Selatan Timur

Tidak Ada Pokja/Pokmas Ada Pokja/Pokmas

N JP 138, JU 112, JB 108, JS 100, JT 418, Kep.Seribu 14

Page 54: Laporan Hasil Pemetaan Populasi Kunci Provinsi DKI Jakarta · memanfaatkan data-data ini dalam diskusi program sehari-hari. Tanpa itu, berapapun banyaknya data ... Slamet Febrianto

Laporan Hasil Pemetaan Populasi Kunci 2014 | KPAP DKI Jakarta | Dukungan Teknis oleh Program SUM I Hal 54

Grafik 4.29 Persentase Hotspot LBT Berdasarkan Keberadaan Kesepakata n Lokasi

Tabel berikut ini menjelaskan tentang sedikitnya champion komunitas pada hostpot LBT. Sebagian besar

hostpot LBT tidak mempunyai jumlah PE aktif yang cukup.

Grafik 4.30 Persentase Hotspot LBT Berdasarkan Kecukupan Jumlah PE Aktif

Selanjutnya pemetaan ini juga melihat kecukupan Media KPP. Pada sebagian besar hotspot, Media KPP

dianggap belum cukup jumlah distribusinya. Informasi selengkapnya tersedia pada tabel 4.31.

Ketidaksukupan ini disebabkan oleh terbatasnya jumlah Media KIE yang diproduksi dan frekuensi distribusi

yang masih kurang serta belum banyak LBT yang terjangkau oleh program pencegahan HIV.

Temuan lain yang menarik terlihat pada tabel 4.32. Sebagian besar hotspot LBT juga menyatakan bahwa

jumlah outlet kondom yang ada masih kurang terutama outlet kondom subsidi. Antara 60-90 persen hostpot

LBT menyatakan hal ini. Performance outlet terbaik ditunjukkan Jakarta Timur yang menyatakan ada 40%

hotspot LBT mengaku mempunyai jumlah outket kondom yang cukup.

64%

89%

74%

100%

71%

36%

11%

26%

0%

29%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

Pusat Utara Barat Selatan Timur

Tidak Ada Kesepakatan Lokasi Ada Kesepakatan Lokasi

N JP 138, JU 112, JB 108, JS 100, JT 418, Kep.Seribu 14

93% 95%

73%

92%

78%

7% 5%

27%

8%

22%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

Pusat Utara Barat Selatan Timur

Jumlah PE Aktif Tidak Cukup Jumlah PE Aktif Cukup

N JP 138, JU 112, JB 108, JS 100, JT 418, Kep.Seribu 14

Page 55: Laporan Hasil Pemetaan Populasi Kunci Provinsi DKI Jakarta · memanfaatkan data-data ini dalam diskusi program sehari-hari. Tanpa itu, berapapun banyaknya data ... Slamet Febrianto

Laporan Hasil Pemetaan Populasi Kunci 2014 | KPAP DKI Jakarta | Dukungan Teknis oleh Program SUM I Hal 55

Grafik 4 .31 Persentase Hotspot LBT Berdasarkan Kecukupan Jumla h Distribusi Media KPP

Ketidakcukupan jumlah outlet disebabkan oleh begitu banyak dan tersebarnya hotspot LBT di DKI Jakarta.

Proses pembentukan otutlet di hotspot -hostpot LBT juga memerlukan asesmen yang lebih berhati-hati

dikarenakan sikap LBT sendir yang masih sangat beragam ketika disediakan kondom di lokasi tongkrongan

mereka.

Grafik 4 .32 Persentase Hotspot LBT Berdasarkan Kecukupan Ju mlah Outlet Kondom

Tabel 4.33 berikut menjelaskan tentang situasi lebih dalam terkait outlet dan kondom. Implikasi lebih jauh

dari jumlah outlet kondom yang tidak cukup adalah jumlah distribusi kondom yang juga dirasakan tidak cukup.

Sebagian besar hotspot LBT menyatakan jumlah distribusi kondom masih kurang.

Topik lain yang dipetakan dalam pemetaan ini adalah tentang situasi pemeriksaan rutin IMS dan KTS pada

berbagai hotspot LBT. Deskripsi selangkapnya ada pada tabel 4.34 di bawah ini.

69%

95%

63%

98%

60%

31%

5%

38%

2%

40%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

Pusat Utara Barat Selatan Timur

Jumlah Distribusi Media KPP Tidak Cukup Jumlah Distribusi Media KPP Cukup

N JP 138, JU 112, JB 108, JS 100, JT 418, Kep.Seribu 14

100%

86%

56%

100%

79%

0%

14%

44%

0%

21%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

Pusat Utara Barat Selatan Timur

Jumlah Outlet KondomTidak Cukup Jumlah Outlet Kondom Cukup

N JP 138, JU 112, JB 108, JS 100, JT 418, Kep.Seribu 14

Page 56: Laporan Hasil Pemetaan Populasi Kunci Provinsi DKI Jakarta · memanfaatkan data-data ini dalam diskusi program sehari-hari. Tanpa itu, berapapun banyaknya data ... Slamet Febrianto

Laporan Hasil Pemetaan Populasi Kunci 2014 | KPAP DKI Jakarta | Dukungan Teknis oleh Program SUM I Hal 56

Grafik 4 .33 Persentase Hotspot LBT Berdasarkan Kec ukupan Jumlah Distribusi Kondom

Tabel 4.34 menunjukkan bahwa sebagian besar hotspit LBT merasa belum ada pemeriksaan rutin di hotspot

mereka. Pemeriksaan rutin ini bisa melalui mobile atau static clinic.

Grafik 4 .34 Persentase Hotspot LBT Berdasarkan Ada/Tidaknya Pemeriksaan Rutin IMS dan KTS

Pada tabel 4.35 di bawah ini memperlihatkan akibat belum adanya proses pemeriksaan rutin bagi hotspot -

hotspot LBT, jumlah populasi LBT di setiap hostpot yang mengikuti pemeriksaan rutin juga belum 100 persen.

Baru sebagian kecil hotspot LBT yang seluruh populasi LBT -nya mengikuti pemeriksaan rutin. Persentasenya

antara 1-46%.

Selanjutnya pada tabel 4.36 menunjukkan situasi keramahan penyedia layanan Kesehatan. Lebih da ri 20-

60% hotspot LBT menyatakan bahwa penyedia layanan Kesehatan telah ramah pada LBT ketika melayani

mereka, kecuali di Jakarta Selatan yang hanya dua persen.

99%

88%

57%

100%

81%

1%

12%

43%

0%

19%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

Pusat Utara Barat Selatan Timur

Jumlah Distribusi Kondom Tidak Cukup Jumlah Distribusi Kondom Cukup

N JP 138, JU 112, JB 108, JS 100, JT 418, Kep.Seribu 14

74%

85%

50%

96%

70%

26%

15%

50%

4%

30%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

Pusat Utara Barat Selatan Timur

Tidak Ada Pemeriksaan Rutin Ada Pemeriksaan Rutin

N JP 138, JU 112, JB 108, JS 100, JT 418, Kep.Seribu 14

Page 57: Laporan Hasil Pemetaan Populasi Kunci Provinsi DKI Jakarta · memanfaatkan data-data ini dalam diskusi program sehari-hari. Tanpa itu, berapapun banyaknya data ... Slamet Febrianto

Laporan Hasil Pemetaan Populasi Kunci 2014 | KPAP DKI Jakarta | Dukungan Teknis oleh Program SUM I Hal 57

Grafik 4.35 Persentase Hotspot LBT Berdasarkan Jumlah Populasi Ikut P emeriksaan Rutin

Tingkat keramahan penyedia layanan Kesehatan diargumentasikan akan meningkatkan demand LBT dalam

memeriksakan diri ke layanan IMS dan KTS terdekat.

Grafik 4 .36 Persentase Hotspot LBT yang Berpendapat Penyedia Layanan Ramah

5. Hasil Pemetaan Sosial Penasun

Pemetaan sosial pada populasi Penasun dilakuka lebih kualitatif. Pemetaan memfokuskan pada empat tema

utama yakni 1) peran komunitas, penyedia layanan, polisi, LSM penjangkau, dan ormas dalam perubahan

perilaku kesehatan Penasun, 2) komunikasi perubahan perilaku, 3) ketersediaan kondom dan alat suntik, dan

4) ketersediaan layanan.

Berikut akan diuraikan hasil-hasil utama pemetaan sosial Penasun tersebut.

99% 97%

54%

100%

72%

1% 3%

46%

0%

28%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

Pusat Utara Barat Selatan Timur

Tidak Semua Popkun Ikut Pemeriksaan Semua Popkun Ikut Pemeriksaan

N JP 138, JU 112, JB 108, JS 100, JT 418, Kep.Seribu 14

72% 73%

49%

98%

37%

28% 27%

51%

2%

63%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

Pusat Utara Barat Selatan Timur

Layanan Tidak Ramah Layanan Ramah

N JP 138, JU 112, JB 108, JS 100, JT 418, Kep.Seribu 14

Page 58: Laporan Hasil Pemetaan Populasi Kunci Provinsi DKI Jakarta · memanfaatkan data-data ini dalam diskusi program sehari-hari. Tanpa itu, berapapun banyaknya data ... Slamet Febrianto

Laporan Hasil Pemetaan Populasi Kunci 2014 | KPAP DKI Jakarta | Dukungan Teknis oleh Program SUM I Hal 58

a. Peran Komunitas, Penyedia Layanan, Polisi, LSM Penjangkau, dan Ormas dalam Perubahan Perilaku

Kesehatan Penasun

Pada program penanggulangan HIV dan AIDS pada Penasun, komunitas umumnya mengambil peran dalam

bentuk:

Saling mengingatkan untuk tidak sharing alat suntik

Mengingatkan untuk menggunakan alat suntik baru

Mengajak pergi ke layanan Kesehatan dasar dan rehabilitasi

Membantu anggota komunitas/teman yang sakit

Menyarankan selalau menggunakan kondom bila sedang sakau dan melakukan hubungan seks

Berbagi informasi tentang layanan Kesehatan

Mempromosikan dan mengajak ikut KDS agar bisa saling bantu sesame teman positif HIV

Pasangan dan keluarga Penasun pun sudah mulai terlibat dalam mendorong perubahan perilaku pada

Penasun. Dibeberapa layanan PTRM di Jakarta sudah banyak terlihat pasangan maupun keluarga membantu

dan menemani Penasun untuk mengakses layanan PTRM.

Namun demikian peran komunitas seperti ini tidak berlaku seragama di semua hotspot. Di banyak hotspot

lain, anggota komunitas masih banyak yang tidak peduli, tidak mendukung perubahan perilaku dan masih

meneruskan kebiasaan sharing alat suntik.

Penyedia layanan terutama Puskesmas, bersama LSM, merupakan ujung tombak penanggulangan HIV dan

AIDS pada Penasun. Banyak layanan telah menyediakan, terutama dan paling banyak adalah LASS, metadon

dan layanan kesehatan dasar.

LSM Penjangkau menjadi sumber informasi pertama dan paling depan bagi komunitas tentang hal -hal terkait

penularan dan penanganan HIV pada Penasun. Banyak anggota komunitas terlibat sebagai relawan dan

petugas outreach di LSM. LSM Penjangkau umumnya memiliki beberapa jenis kegiatan di lapangan untuk

mendorong perubahan perilaku pada penasun. Kegiatan tersebut antara lain pemberian informasi dasar HIV,

rujukan ke layanan kesehatan dasar, rujukan ke layanan pemeriksaan IMS dan KTS, pemberian alat suntik

steril, sosialisasi ke masyarakat, dan pembersihan jarum bekas di hotspot.

Peran polisi sangat beragam. Polisi yang sudah terpapar informasi HIV, mengenal LSM penjangkau dan

penyedia layanan dengan baik, cenderung bersikap kooperatif dengan program pencegahan HIV pada

Penasun.

Peran ormas tidak sepenuhnya tergali dalam pemetaan ini. Justru peran tokoh-tokoh komunitas yang lebih

banyak teridentifikasi seperti RT, RW dan tokoh komunitas Penasun di lapangan. Peran tokoh-tokoh

komunitas beragama mulai dari penggerak komunitas, pemberi ijin kegiatan atau turut menjadi pelaksana

kegiatan dan menjadi sumber informasi komunitas.

b. Komunikasi Perubahan Perilaku

Kegiatan Komunikasi Perubahan Perilaku (KPP) sebagian besar dilakuka oleh LSM dan penyedia layanan. LSM

seperti kita ketahui melakukan berbagai kegiatan KPP langsung di hotspot Penasun. Kegiatan ini antara lain

berupa, pemetaan populasi dan hotspot, pemberian informasi, distribusi alat suntik steril dan kondom,

pengumpulan/pembersihan alat suntik bekas, rujukan ke layanan kesehatan untuk berbagai jenis layanan

seperti LAS, PTRM, IMS, VCT dan kesdas, kerja sama da advokasi kepada penyedia layanan, penilaian risiko

diri, distribusi media KPP, KDS, dan beberapa kegiatan berupa event serta kampanye peningkatan kesadaran

pada masyarakat umum di sekitar hotspot.

Beberapa LSM mempunyai kegiatan riset dan vocational training untuk peningkatan pendapatan Penasun

serta kegiatan manajemen kasus berupa KDS, rujukan tes lanjutan (CD4, SGOT, SGPT dll), rujukan IO,

pendampingan minum ARV, penguatan keluarga agar mampu merawat anggota keluarga yang Penasun dan

postif HIV dll. Kegiatan KPP di lapangan umumnya dilakukan secara face to face dan kelompok kecil oleh

petugas outreach yang telah dibagi wilayah kerja dan target programnya.

Page 59: Laporan Hasil Pemetaan Populasi Kunci Provinsi DKI Jakarta · memanfaatkan data-data ini dalam diskusi program sehari-hari. Tanpa itu, berapapun banyaknya data ... Slamet Febrianto

Laporan Hasil Pemetaan Populasi Kunci 2014 | KPAP DKI Jakarta | Dukungan Teknis oleh Program SUM I Hal 59

KPP berbasis layanan Kesehatan dilakukan oleh petugas Kesehatan saat Penasun mengakses layanan

Kesehatan. Kegiata KPP di Fasyankes umumnya melibatkan konseling dan CST.

c. Ketersediaan Kondom dan Alat Suntik

Alat suntik tersedia luas di berbagai Puskesmas. Saat ini aksesnya semakin mudah. SOP penyediaan dan

distribusi alat suntik juga semakin rapi dijalankan. LSM menjadi distributor satelit alat suntik yang menginduk

ke Puskesmas tertentu. Alat suntik yang disukai komunitas masih yang merk Terumo.

Alat suntik sudah tersedia dalam beragam paket, jumlah dan disalurkan melalui beragam cara. Meskipun

upaya peningkatan pengembalian alat sunti bekas masih perlu ditingkatkan, namun ketersediaan alat suntik

steril diakui komunitas sudah semakin baik.

Kondom juga menjadi paket pencegahan yang didistribusikan kepada Penasun dan biasanya menjadi satu

paket distribusi dengan alat suntik steril . Kondom di Fasyankes relatif mudah diakses dan tidak menjadi

masalah. Namun demikian ketersediaan kondom langsung di hotspot masih perlu ditingkatkan.

d. Ketersediaan Layanan

Ketersediaan layanan sudah semakin baik saat ini. Namun jenis layanan di setiap Fasyankes dan kualitas

serta aksesnya masih beragam. Di beberapa Puskesmas hanya melayani LAS, tetapi tidak ada PTRM.

Beberapa Puskesmas mempunyai layanan yang relatif lengkap mulai dari LAS, kondom, PTRM, IMS, VCT, IO,

ARV dan kesdas.

Kualitas layanan masih relatif beragam meski menunjukkan kecenderungan yang semakin membaik. Kualitas

layanan banyaj dipengaruhi oleh kualitas dan jumlah petugas serta seringnya terjadi mutase petugas

kesehatan. Keterlibatan aktif komunitas dalam membantu pemberian layanan ternyata meningkatkan

penerimaan, kepercayaan dan kualitas layanan. Misalnya di banya Puskesmas staf LSM secara reguler

bertugas di Puskesmas untuk membantu memberikan layanan konseling VCT, konseling adiksi, staf bantuan

di klinik metadon dan LAS.

Page 60: Laporan Hasil Pemetaan Populasi Kunci Provinsi DKI Jakarta · memanfaatkan data-data ini dalam diskusi program sehari-hari. Tanpa itu, berapapun banyaknya data ... Slamet Febrianto

Laporan Hasil Pemetaan Populasi Kunci 2014 | KPAP DKI Jakarta | Dukungan Teknis oleh Program SUM I Hal 60

Bagian Lima | Hasil-Hasil Pemetaan Sumber Daya

1. Hasil Pemetaan Lembaga yang Bekerja Untuk Penanggulangan HIV dan AIDS (LSM)

Berdasarkan proses pemetaan sumber daya yang ada, pemetaan ini berhasil mengidentifikasi 23 LSM yang

saat ini aktif melakukan program penanggulangan HIV dan AIDS. Beberapa LSM mempunyai program di lebih

dari satu wilayah. Sehingga total semua wilayah sebenarnya ada 28 LSM mitra, dengan catatan ada beberapa

LSM yang sama yang terpetakan lebih dari sekali. Sebaran dari 28 LSM ini menurut wilayah adalah sebagai

berikut:

Diagram 5.1 LSM Penanggulangan HIV

& AIDS Jakarta Hasil Pemetaan

Semua LSM ini adalah anggota Forum LSM HIV dan AIDS DKI

Jakarta, kecuali LSM di Kepulauan Seribu. Jika dilihat dari fokus

populasi kunci yang ditangani maka figurnya adalah sbb:

Grafik 5.1 Sebaran LSM Berdasarkan Popkun Sasaran

Dilihat dari fokus kegiatannya rata-rata melakukan kegiatan penjangkauan dan pendampingan, rujukan

populasi kunci ke Fasyankes, pendidikan dan pelatihan, pendampingan ODHA, PABM dan pemberdayaan

ekonomi.

Daftar selengkapnya hasil pemetaan sumber daya LSM penanggulangan HIV dan AIDS di Jakarta dapat dilihat

pada lampiran laporan ini.

2. Hasil Pemetaan Fasilitas Layanan Kesehatan

Menurut data Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, pada 2014 tercatat ada 233 Fasilitas Layanan

Kesehatan (Fasyankes) terkait HIV dan AIDS di DKI Jakarta dengan berbagai jenis layanan. Jenis layanan

tersebut meliputi:

Grafik 5.2 Jenis Layanan Terkait HIV dan AIDS di DKI Jakarta, 2014

1

2

4 4

6 6

0

1

2

3

4

5

6

7

Waria LSL Semua

Popkun

WPS,

HRM

WPS Penasun

N 23

Jakarta Pusat

• 7 LSM

Jakarta Utara

• 4 LSM

Jakarta Barat

• 7 LSM

Jakarta Selatan

• 3 LSM

Jakarta Timur

• 7 LSM

Kepulauan Seribu

• 1 LSM

Page 61: Laporan Hasil Pemetaan Populasi Kunci Provinsi DKI Jakarta · memanfaatkan data-data ini dalam diskusi program sehari-hari. Tanpa itu, berapapun banyaknya data ... Slamet Febrianto

Laporan Hasil Pemetaan Populasi Kunci 2014 | KPAP DKI Jakarta | Dukungan Teknis oleh Program SUM I Hal 61

Jenis layanan terbanyak adalah

layanan konseling dan tes HIV (KT

HIV). Sementara layanan

Pencegahan Penularan Ibu ke

Anak (PPIA) merupakan jenis

layanan yang paling sedikit

tersedia.

Bentuk berbagai jenis layanan ini

bisa berupa RSUD, RS vertikal,

Puskesmas dan RS/klinik swasta.

Namun demikian belum semua

jenis layanan yang ada di Jakarta

aktif melaporkan kegiatan

penanggulangan HIV dan AIDS

yang dimilikinya kepada Dinkes Provinsi DKI Jakarta. Jenis layanan RS/klinik swasta diakui Dinkes merupakan

salah satu yang paling jarang melaporkan kegiatan -kegiatan terkait penanggulangan HIV dan AIDS-nya, disusul

RS vertikal.

Imbas dari situasi ini adalah pada akurasi dan keluasan pencatatan dan pelaporan penangangan kasus HIV

dan AIDS di DKI Jakarta. Pengungkapan kasus mungkin akan lebih banyak tercatat jika lebih banyak RS/klinik

swasta maupun RS vertikal yang melaporkan kegiatan-kegiatan HIV dan AIDS. Tercatat sebanyak 191 layanan

(82%) melaporkan kegiatan penanggulangan HIV dan AIDS-nya secara rutin kepada Dinkes Provinsi DKI

Jakarta selaku SR Program Global Fund.

Jika dilihat distribusi berbagai jenis layanan tersebut berdasarkan wilayah maka figurnya adalah sebagai

berikut:

Tabel 5 .1 Distribusi Jenis Layanan HIV dan AIDS Berdasarkan Wilayah

Wilayah PPIA PTRM PDP LJSS IMS KT HIV Total

Jakarta Pusat 2 5 9 8 11 16 51

Jakarta Utara 2 2 5 6 8 9 32

Jakarta Barat 5 3 6 8 9 13 44

Jakarta Selatan 3 2 6 8 11 12 41

Jakarta Timur 2 8 11 8 13 23 65

Total 14 20 37 38 52 73 233

Jakarta Timur mempunyai layanan terbanyak saat ini. Jakarta Utara mempunyai jumlah layanan paling sedikit

dibandingkan wilayah lain. Tidak ada layanan terkait HIV dan AIDS di Kepulauan Seribu sampai sejauh ini.

Jika ditilik dari jumlahnya maka layanan sebanyak ini seharusnya sangat cukup untuk melayani upaya-upaya

penanggulangan HIV dan AIDS di DKI Jakarta terutama pada bagian intervensi bio -medis. Namun karena

sasaran penanggulangan HIV dan AIDS adalah kelompok marginal, disadari sepenuhnya belum semua

layanan ini cukup mudah diakses oleh populasi kunci.

Diantara beberapa jenis akses (akses geografis atau jarak dan keterseduaan transportasi, akses finansia l

atau keterjangkauan harga layanan dan akses psikologis dan sosial), jenis aksesibilitas paling utama yang

sering diperhitungkan oleh populasi kunci adalah aksesibilitas psikologis dan sosial. Aksesibilitas ini

menyangkut keramahan petugas Kesehatan kepada populasi kunci, penerimaan, stigma dan diskriminasi,

konfidensialitas dan privasi, serta kesediaan layanan Kesehatan melakukan inovasi -inovasi atau modifikasi

prosedur layanan guna meningkatkan akses populasi kunci yang seringkali mempunyai kebutuhan khusus.

Belum ada data spesifik yang dapat menyimpulkan situasi aksesibilitas ini hingga hari ini.

14 20

37 38

52

73

0

10

20

30

40

50

60

70

80

PPIA PTRM PDP LJSS IMS KT HIV

Page 62: Laporan Hasil Pemetaan Populasi Kunci Provinsi DKI Jakarta · memanfaatkan data-data ini dalam diskusi program sehari-hari. Tanpa itu, berapapun banyaknya data ... Slamet Febrianto

Laporan Hasil Pemetaan Populasi Kunci 2014 | KPAP DKI Jakarta | Dukungan Teknis oleh Program SUM I Hal 62

Namun secara anekdotal, masalah bukan terletak pada petugas kesehatannya semata, tetapi pada sistem

layanan yang berjalan dan personel Fasyankes yang lain. Pada banyak kasus personel pelaksana layanan HIV,

misalnya staf di klinik IMS dan KT HIV, sudah sangat friendly pada populasi kunci, namun belum pada staf di

bagian sekuriti, pendaftaran, loket pengambilan obat, cleaning service dan lainnya.

Edukasi terus-menerus masih diperlukan. Bukan saja kepada petugas kesehatan tetapi juga kepada populasi

kunci itu sendiri agar siap dengan situasi layanan yang saat ini tersedia.

Pada proses pemetaan kali ini, tim pemetaan hanya mendaftar fasyankes dan layanan yang s udah biasa

diakses oleh populasi kunci dan diasumsikan relatif lebih friendly pada populasi kunci. Hal ini terbukti dengan

banyaknya jumlah kunjungan populasi kunci ke Fasyankes dan layanan yang dipetakan di sini.

Grafik 5.3 Distribusi Layanan HIV dan A IDS Hasil Pemetaan

Total terdaftar 74 layanan.

Paling banyak terdapat di

Jakarta Pusat. Layanan

konseling dan tes HIV

masih merupakan layanan

yang paling banyak

tersedia. Sementara

layanan PPIA merupakan

layanan yang paling sedikit

tersedia. Berikut figur

lengkap hasil

pemetaannya:

Grafik 5.4 Jenis Layanan

HIV dan AIDS Di Jakarta

Hasil Pemetaan

Dari 74 layanan yang berhasil

dipetakan, hanya 9 layanan yang

menyediakan layanan PPIA dan

ada 57 layanan IMS dari 74

layanan yang ada. Beberapa

layanan mempunyai lebih dari 4

layanan.

Daftar selengkapnya jenis layanan

HIV dan AIDS yang dipetakan

berdasarkan wilayah dapat dilihat

selengkapnya dalam lampiran

laporan ini.

10

13

15

18 18

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

20

JKT Utara JKT Selatan JKT Barat JKT Timur JKT Pusat

9 13 13

17

24 27

57

71

0

10

20

30

40

50

60

70

80

PPIA PTRM KDS PDP ARV LJSS IMS KT HIV

Page 63: Laporan Hasil Pemetaan Populasi Kunci Provinsi DKI Jakarta · memanfaatkan data-data ini dalam diskusi program sehari-hari. Tanpa itu, berapapun banyaknya data ... Slamet Febrianto

Laporan Hasil Pemetaan Populasi Kunci 2014 | KPAP DKI Jakarta | Dukungan Teknis oleh Program SUM I Hal 63

Bagian Enam | Kesimpulan dan Rekomendasi

1. Kesimpulan

Setelah semua proses pengolahan dan analisis data dilakukan dan mengkaji ulang informasi yang terkumpul,

berikut ini beberapa kesimpulan atas hasil pemetaan ini:

Pertama, jumlah populasi kunci di DKI Jakarta berdasarkan hasil pemetaan ini adalah sebanyak 4.193 WPSL,

7.669 WPSTL, 4.465 LSL, 1.206 Waria, 122.096 LBT dan 2.004 Penasun

Kedua, rata-rata mobilitas setiap populasi kunci adalah 1-3 hotspot per hari. Artinya setiap hari terdapat

kemungkinan populasi kunci berpindah hotspot ke 1 sampai 3 hotspot lain.

Ketiga, diidentifikasi saat ini ada sekitar 352 hotspot WPSL, 523 hotspot WPSTL, 281 hotspot LSL, 217

hotspot Waria, 890 hotspot LBT dan 229 hotspot Penasun.

Keempat, jika semua hotspot dikelompokkan(clustering) dalam radius 300 meter (disebut dengan hotzone)

maka akan terdapat 78 hotzone LSL, 97 hotzone Waria, 126 hotzone WPS, 213 hotzone LBT dan 99 hotzone

Penasun.

Kelima, tiga jenis/bentuk hotspot paling utama pada populasi WPSL adalah wisma, rumah kost dan warung.

Pada populasi WPSTL adalah panti pijat, café dan karaoke. Pada Populasi LSL adalah mall, minimarket dan

salon. Pada populasi Waria adala salon, rumah kontrakan dan rumah kost. Pada populasi LBT adalah

pangkalan ojek, pangkalan truk dan pabrik. Dan pada populasi Penasun tiga jenis hotspot utamanya adalah

pinggir jalan, rumah/kost dan gang.

Keenam, dua indikator utama dalam pilar satu PMTS (penguatan dan pelibatan pemangku kepentingan) yakni

adanya Pokja Lokasi dan kesepakatan lokasi masih belum sesuai harapan. Rata-rata (keseluruhan untuk

tingkat provinsi) baru 43% hotspot WPS, 15% hotspot LSL, 14% hotspot Waria dan 22% hotspot LBT yang

mempunyai Pokja Lokasi dan baru 39% hotspot WPS, 15% hotspot LSL, 34% hotspot Waria, dan 21% hotspot

LBT yang mempunyai kesepakatan lokasi.

Ketujuh, dua indikator utama dalam pilar dua PMTS (komunikasi perubahan perilaku) yakni adanya jumlah PE

aktif dan media KPP yang cukup juga masih belum sesuai harapan. Rata-rata (keseluruhan untuk tingkat

provinsi) baru 26% hotspot WPS, 24% hotspot LSL, 34% hotspot Waria dan 14 % hotspot LBT yang mempunyai

jumlah PE aktif cukup dan baru 47% hotspot WPS, 35% hotspot LSL, 37% hotspot Waria, dan 23% hotspot LBT

yang mempunyai distribusi Media KPP cukup.

Kedelapan, dua indikator utama dalam pilar tiga PMTS (penyediaan dan distribusi kondom) yakni adanya

jumlah outlet kondom dan jumlah kondom terdistribusi belum sesuai harapan. Rata-rata (keseluruhan untuk

tingkat provinsi) baru 53% hotspot WPS, 43% hotspot LSL, 74% hotspot Waria dan 16% hotspot LBT yang

mempunyai jumlah outlet kondom cukup dan baru 40% hotspot WPS, 39% hotspot LSL, 65% hotspot Waria,

dan 15% hotspot LBT yang mempunyai distribusi kondom cukup.

Kesembilan, tiga indikator utama dalam pilar empat PMTS (pemeriksaan IMS dan HCT) yakni adanya

pemeriksaan rutin di setiap hotspot, semua populasi kunci dalam hotspot mengikuti pemeriksaan dan

keramahan petugas Kesehatan. Rata-rata (keseluruhan untuk tingkat provinsi) 44% hotspot WPS, 28%

hotspot LSL, 82% hotspot Waria dan 25% hotspot LBT yang mempunyai pemeriksaan rutin IMS dan HCT dan

baru 34% hotspot WPS, 14% hotspot LSL, 33% hotspot Waria, dan 16% hotspot LBT yang 100% populasi

kuncinya mengikuti pemeriksaan rutin. Sementara itu rata-rata 70% hotspot WPS, 41% hotspot LSL, 81%

hotspot Waria dan 34% hotspot LBT melihat penyedia layana sudah aman.

Kesepuluh, terdapat 23 LSM aktif yang bekerja untuk penanggulangan HIV dan AIDS di Jakarta dengan fokus

kegiatan/program utamanya adalah penjangkaun, pendampingan, rujukan dan pendampingan ODHA.

Page 64: Laporan Hasil Pemetaan Populasi Kunci Provinsi DKI Jakarta · memanfaatkan data-data ini dalam diskusi program sehari-hari. Tanpa itu, berapapun banyaknya data ... Slamet Febrianto

Laporan Hasil Pemetaan Populasi Kunci 2014 | KPAP DKI Jakarta | Dukungan Teknis oleh Program SUM I Hal 64

Sebagian kecil mempunyai shelter ODHA, mempunyai kegiatan pembedayaan ekonomi, advokasi dan

pendidikan-pelatihan.

Kesebelas, terdapat 74 Fasilitas Layanan Kesehatan yang dipetakan dan paling sering diakses populasi kunci

di Jakarta. Namun demikian jumlah total Fasyankes yang mempunyai layanan terkait HIV dan AIDS di Jakarta

adalah sebanyak 233 Fasyankes, dimana 191 diantaranya telah aktif melaporkan kegiatannya ke Dinkes

Provinsi DKI Jakarta dan baru sekitar 74 layanan yang cukup biasa diakses oleh populasi kunci.

2. Rekomendasi

Beberapa tindak lanjut program untuk merespon hasil-hasil pemetaan diperlukan agar program ke depan

tetap berbasis data. Beberapa rekomendasi program melihat hasil pemetaan ini antara lain:

Pertama, memprioritaskan intervensi pada hotspot-hotspot dengan jumlah populasi banyak, mobilitas rendah

dan jenis hotspot yang mudah diakses terlebih dahulu untuk meningkatkan cakupan penjangkauan pada

populasi kunci dalam waktu cepat dan secara bertahap menjangkau hotspot-hotspot dengan populasi kecil,

mobilitas sedang atau tinggi dan jenis hostpot yang sulit diakses.

Kedua, memprioritaskan intervensi pada hotzone yang besar (dengan jumlah hotspot banyak dan populasi

besar) jika sulit membuat prioritas intervensi per hotspot. Sasaran intervensi bukan hotspot secara individual

tetapi sekumpulan hotspot dalam radius 300 meter (hotzone) secara keseluruhan.

Ketiga, di semua hotzone besar, pengembangan Pokja Lokasi dan kesepakatan lokasi perlu mendapat

prioritas.

Keempat, pengembangan program PE di semua hotspot juga perlu mendapat prioritas dimulai dengan

rekrutmen yang baik, pelatihan dan supervisi rutin baik melalui pertemuan rutin atau kunjungan lapangan.

Kelima, memproduksi/mengadaptasi Media KPP baru dalam jumlah cukup dan mendistribusikannya ke

populasi kunci secara sistematis baik dari segi cara/saluran distribusi, waktu distribusi, tempat disribusi dan

pelaksana distribusi.

Keenam, menambah jumlah outlet kondom sampai semua hotspot paling tidak mempunyai satu outlet

dengan cara mengidentifikasi hotspot-hotspot yang belum ada outlet kondomnya memanfaatkan data GIS

cakupan kondom Program Pemasaran Sosial Kondom.

Ketujuh, memanfaatkan RR online logistik kondom KPAN untuk mengembangkan rencana distribusi kondom

agar lebih sesuai kebutuhan lapangan. Perlu mendistribusikan kondom lebih banyak ke semua hotspot agar

jumlahnya mencukupi.

Kedelapan, mengorganisir pelaksanaan dokling lebih terjadwal di hotzone-hotzone besar, mempromosikan

layanan IMS dan HCT di Puskesmas terdekat dengan hotzone secara lebih sistematis menggunakan berbagai

macam media serta memampukan Pokja Lokasi dan PE untuk dapat melakukan rujukan langsung ke

Puskesmas. Bagi LSM penjangkau perlu lebih mendorong kemandirian populasi kunci untuk dapat mengakses

layanan Kesehatan sendiri. Bagi KPAK secara khusus perlu memastikan dan memfasilitasi adanya MOU kerja

sama antara semua LSM yang bekerja di wilayah dengan Fasyankes. Semua ini diperlukan untuk memastikan

pemeriksaan rutin IMS dan HCT serta semua populasi kunci pernah mendapat pemeriksaan secara berkala.

Kesembilan, melakukan pertemuan sensitisasi kepada semua staf Fasyankes (tidak hanya staf klinik IMS dan

HCT) tentang karakteristik populasi kunci dan cara komunikasi interpersonal kepada populasi kunci untuk

meningkatkan keramahan petugas kesehatan dan kenyamanan populasi kunci ketika mengakses layanan

kesehatan.

Page 65: Laporan Hasil Pemetaan Populasi Kunci Provinsi DKI Jakarta · memanfaatkan data-data ini dalam diskusi program sehari-hari. Tanpa itu, berapapun banyaknya data ... Slamet Febrianto

Laporan Hasil Pemetaan Populasi Kunci 2014 | KPAP DKI Jakarta | Dukungan Teknis oleh Program SUM I Hal 65

Kesepuluh, memperbanyak sumber daya LSM dan Fasyankes yang bekerja untuk isu penanggulangan HIV dan

AIDS. Perhatian khusus perlu diberikan kepada Kepulauan Seribu. Atau menambah sumber daya manuasia di

LSM dan Fasyankes agar cakupan program dapat ditingkatkan.

3. Keterbatasan Pemetaan

Pemetaan ini mempunyai beberapa keterbatasan yang berimplikasi pada kualitas data dan informasi yang

dihasilkan. Beberapa keterbatasan pemetaan ini adalah:

Pertama, tidak semua tim pemetaan kota/kab melakukan kunjungan pengawasan/supervisi ke hotspot yang

dipetakan untuk setiap populasi. Panduan Teknis Pemetaan Nasional mensyaratkan minimal 20% hotspot

mendapat kunjungan supervisi. Hal ini mungkin berdampak pada kualitas pengambilan data di lapangan.

Kedua, pada pemetaan LBT, fokus pemetaan hanya dilakukan pada LBT tipe ABK, nelayan, TKBM, sopir truk,

taksi dan ojek yang berpangkalan dalam radius 1 km dari hotspot WPS, pekerja pada industri yang mayoritas

pekerjanya adalah laki-laki dan mempunyai karyawan di atas 500 orang, dan pekerja kontruksi laki-laki

dengan durasi poyek lebih dari satu tahun. Definisi operasional seperti ini tidak mencakup semua jenis LBT

yang mungkin ada di Jakarta yang mengakibatkan jumlah LBT hasil pemetaan lebih rendah daripada yang

diperkirakan sebelumnya. Definisi operasional seperti ini mendasarkan diri pada temuan STBP 2007 dan

2011 dimana laki-laki dengan latar belakang pekerjaan tersebut yang terbukti sebagai LBT. LBT bisa siapa

saja dan dimana saja. Secara sadar pemetaan ini mengambil tipe -tipe LBT seperti disebutkan di atas agar

lebih realistis dengan ketersediaan anggaran, sumber daya dan waktu yang tersedia.

Ketiga, durasi waktu pemetaan dan jumlah tim pemetaan masih dirasakan mempengaruhi kualitas

pengambilan data di lapangan. Rata-rata pemetaan ini dilakukan satu minggu untuk setiap populasi kunci,

bahkan waktu efektif pengambilan data ke lapangan sebenarnya hanya tiga hari. Jumlah tim pelaksana

pemetaan juga dirasakan kurang dibandingkan dengan luas wilayah pemetaan yang harus dicakup. Terdapat

kemungkinan beberapa hotspot tidak terpetakan atau terpetakan dengan kualitas proses yang berbeda.

Keempat, belum semua pihak memandang pemetaan populasi kunci sebagai sesuatu yang penting dalam

konteks perencanaan dan evaluasi program, termasuk penganggaran. Hal ini berdampak pada komitmen dan

partisipasi mereka dalam seluruh proses pemetaan yang masih kurang memadai.

Kelima, pemetaan sumber daya, terutama Fasyankes, baru sebatas mendaftar layanan-layanan

penanggulangan HIV dan AIDS yang ada. Analisis lebih dalam untuk mengetahui aksesibilitasnya belum dapat

dilakukan. Bagi kelompok marginal seperti populasi kunci, akses yang sulit sama dengan tidak ada layanan.