Laporan Hasil Observasi Seni Tradisi
-
Upload
fika-apriandini -
Category
Documents
-
view
1.775 -
download
10
description
Transcript of Laporan Hasil Observasi Seni Tradisi
Lembar Persetujuan
Laporan Hasil Observasi Seni Tradisional
Siswa Orang Tua/Wali
Adrian H.P Maman Handiati
NIS. 101110154
Siswa Orang Tua/Wali
Fika Apriandini Abik Basyiar
NIS. 101110281
Siswa Orang Tua/Wali
Siti Maryam Didin Hassanudin
NIS. 101110263
Guru Pembimbing
Drs. Yosep Parjan
Peta Kabupaten Kuningan
Visi dan Misi Kabupaten Kuningan
V I S I
*Kuningan lebih Sejahtera Berbasis Pertanian dan Pariwisata yang Maju dalam
Lingkungan Lestari dan Agamis Tahun 2013
M I S I
*
Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia dan memantapkan pembangunan
manusia melalui akselerasi peningkatan derajat pendidikan, kesehatan, dan
daya beli.
*
Meningkatkan pengembangan agropolitan dan kepariwisataan daerah melalui
penguatan sarana dan prasarana, sinergitas sektor dan wilayah, serta
produktvitas dengan berorientasi pada pemberdayaan perekonomian rakyat.
* Meningkatkan kehidupan masyarakat yang agamis, harmonis, dan bersatu.
*
Meningkatkan pelestarian sumberdaya alam dan lingkungan hidup dalam
kerangka Kabupaten Konservasi dengan berorientasi pada perlindungan,
pengawetan, dan pemanfaatan secara lestari.
Kata Pengantar
Assalamualaikum Wr. Wb
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas Rahmat dan
Karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan Laporan Hasil Observasi tentang Seni
Budaya Tradisional di Kabupaten Kuningan. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah
limpahkan kepada Nabi Muhammad saw. dan semoga sampai kepada umat ajarannya.
Keberhasilan dalam penyusunan laporan hasi observasi ini tidak lepas dari
berbagai kendala yang menjadi duri penghalang penulis dalam proses penyusunannya.
Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini penulis banyak mengucapkan banyak terima
kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan laporan ini,
diantaranya kepada yang terhormat :
1. Kepala SMA Negeri 3 Kuningan, Drs. H. Agus Hakim, M.Pd. yang telah
memberikan izin dan menyediakan sarana serta prasarana kepadapenulis dalam
proses penyusunan laporan ini.
2. Guru pembimbing mata pelajaran Seni Budaya, Drs. Yosep Parjan yang telah
membimbing dan memberi arahan dalam kriteria penyusunan laporan ini.
3. Wali kelas XI IPA 3, Sri Endah W., S.Si. yang telah memberi arahan dan motivasi
dalam penyusunan laporan ini.
4. Orang tua penulis yang telah memberikan izin dan motivasi serta dukungan
sehingga turut membantu dalam kelancaran penyusunan laporan ini.
5. Semua narasumber yang telah membantu dalam memperoleh keterangan serta
informasi tentang seni tradisional kepada penulis.
6. Rekan-rekan yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini.
7. Dan kepada semua pihak yang berkaitan yang telah membantu dalam penyusunan
observasi ini baik secara langsung maupun tidak langsung.
Melalui makalah ini, penulis berharap dapat membantu pemerintah dalam
menjaga dan melestarikan budaya tradisional khususnya di Kabupaten Kuningan.
Tiada makhluk yang sempurna, demikian pula dengan laporan ini, masih jauh dari
kesempurnaan. Apabila ada kekurangan dalam penyusunan laporan ini penulis memohon
maaf.
Semoga laporan hasil observasi ini dapat memberi manfaat yang dijadikan
sumber pembelajaran dan tambahan ilmu khususnya bagi penulis dan umumnya bagi
para pembaca, supaya mencintai dan melestarikan kebudayaan seni tradisional yang
bersifat endemic di wilayah Kabupaten Kuningan sebagai bagian dari kekayaan budaya
Indonesia.
Terima kasih atas perhatiannya. Mohon maaf atas segala kekurangannya.
Kuningan, Maret 2012
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia kaya akan suku bangsa yang sangat beraneka ragam sehingga
menghasilkan seni dan budaya yang berbeda-beda pula. Namun pengaruh globalisasi dan
perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) menimbulkan dampak positif
dan negatif bagi masyarakat. Salah satu dampak negatifnya terhadap budaya yakni
banyak masyarakat yang tidak mengetahui bahkan kurang meminati budaya tradisional,
salah satunya dikabupaten Kuningan, Jawa Barat, banyak generasi muda yang lebih
menyukai budaya modern.
Oleh karena itu, penulis melakukan observasi, minimalnya untuk mengetahui dan
mempelajari meksimalnya melestarikannya agar seni budaya tradisional khususnya di
kabupaten Kuningan tidak hilang tetap diminati oleh generasi muda sampai masa yang
akan datang.
1.2 Landasan
1) Kurikulum ( KTSP ) Seni Budaya SMA negeri 3 Kuningan Tahun Pelajaran
2011/2012.
2) Program pembelajaran kelas XI semester genap tahun pelajaran 2011/2012.
3) Tugas mata pelajaran pendidikan seni Budaya SMA Negeri 3 Kuningan.
4) Surat tugas dari Kepala Sekolah tentang observasi Seni Budaya dalam masyarakat
secara langsung.
5) Strategi proses pembelajaran dan sistem penilaian pendidikan di SMA Negeri 3
Kuningan.
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah hasil Observasi Seni Tradisional di Kabupaten Kuningan
adalah sebagai berikut :
1) Turut serta menunjang program pemerintah dalam rangka melestarikan seni
budaya tradisional khususnya di Kabupaten Kuningan.
2) Meningkatkan daya apresiasi siswa terhadap seni budaya tradisional sebagai
warisan leluhur Bangsa.
3) Meningkatkan dan mengembangkan wawasan pengetahuan tentang seni budaya
tradisional di Kabupaten Kuningan.
4) Melaksanakan proses pembelajaran khususnya seni budaya tradisional di luar
kampus.
5) Mengenal secara langsung tentang kehidupan seni budaya tradisional dalam
masyarakat.
6) Memenuhi salah satu sistem penilaian dalam proses pembelajaran khususnya seni
budaya di SMA Negeri 3 Kuningan.
1.4 Manfaat Penulisan
1) Siswa dapat memiliki minat dan keinginan untuk mempelajari seni tradisional
lebih dalam
2) Masyarakat akan lebih mengenal tentang seni dan budaya tradisional mereka
sendiri
3) Lembaga pendidikan dan pemerintah dapat memiliki pembendaharaan
mengenai seni tradisional, untuk membantu melestarikan kesenian tradisional
1.5 Permasalahan
Permasalahan yang diambil dari hasil observasi Seni Tradisional di Kabupaten
Kuningan adalah sebagai berikut :
1) Rendahnya perkembangan seni tradisional di Kabupaten Kuningan?
2) Kurangnya penunjang pemerintah dalam melestarikan seni tradisional ?
3) Rendahnya perhatian masyarakat terhadap seni tradisional di Kbupaten
Kuningan ?
1.6 Teknik Observasi
1) Pengumpulan data melalui wawancara kepada para narasumber .
2) Mengolah data melalui diskusi kelompok.
3) Penyusunan laporan hasil observasi.
4) Penyerahan hasil observasi berbentuk laporan kepada guru pengajar
BAB II
PEMBAHASAN
Hasil Observasi Seni Tradisional Di Kabupaten Kuningan
2.1 TEMBANG SUNDA
2.1.1 Riwayat Tembang Sunda Cianjuran
Asal mulanya tembang sunda cianjuran tumbuh dan berkembang di lingkungan
ningrat yang ada di sekeliling pedalaman cianjur. Menurut catatan sejarah, sebelum resmi
pedalaman Cianjur. Seni tembang sunda sudah di mulai dan dikenal di masyarakat
Cianjur. Terutama sesepuh pemimpin masyarakat Cianjur pada waktu itu yang bernama
Raden Aria Wiratanu 1 yang mempunyai julukan Dalem Cikundul.(1677).
Pada masa pemerintahan Wisatanu 2 yang mempunyai julukan Dalem Trikolot
atau Dalem Pamoyanan, sudah terlihat muncul seorang seniman keturunann padaleman
putra Aria Cikondang yang bernama Raden Candramannggala. Menurut catatan sejarah,
pada saat itu sudah bisa berpantun erta beliau di jadikan juru pantun di Cianjur.
Pada masa pemerintahan wiratanu VI yang mempunyai julukan dalem enoh
(1776-1813),perkembangan seni pantun lebih pesat,terutama pada masa pemerintahan
raden wasitadirejja yaitu putra dalem enoh.sehingga raden wasitareja.di beri julukan
dalem seni.
Waktu Cianjur di perintah oleh dalem R.A Prawirarderaja 1(1813-1833) seni
tembang rancang buhun sudah bisa di padukan dengan seni beluk dan seterusnya
berkembang menjadi seni tembang belut.
Tahta dalem R.A Prawiradireja 1 tahun ke putranya, Aom Kancra atau
Tumenggung Wiranegara. Dikarenakan pada masa itu daerah Cianjur di jajah oleh
Belanda menganggap bahwa Aom Kancra tidak mampu dalam memimpin dalam
kedaleman Cianjur. Pada akhirnya Aom Kancra hanya bisa memimpin pedaleman
Cianjur kurang lebih satu tahun(1833-1834). Seterusnya tahta padaleman di serahkan
kepada Dalem Prawireja 1 yang lain,yaitu Aom Hasan atau R.A.A.
Kuswaningrat yang mempunyai julukan Pancanitii (1834-1864) dan pada masa
puncak kejayaan lagu-lagu seni tembang cianjuran mencapai klimaks dan jaman
keemasan. Kemudian nyambung ke jaman kanjeng prawideraja 2(1863-1910).
Selanjutnya menyebar ke luar tembok pendopo Kab.Cianjur,bertambah mekar di tatar
priangan. Pada masa Tumenggung Wiranatakusumah (1912-1920) sampai sekarang
tembang seni cianjran telah dikenal. Bukan saja ditatar pasundan tetapi sampai ke
mancanegara.
2.1.2 Daerah penyebaran
Pada masa pemerintahan sebelum Dalem Pancaniti seni tembang sunda cianjuran
hanyya berkembang di sekiling Padaleman Cianjur saja dan hannya untuk kalangan
ningrat dan para priyai. Akan tetapi pada masa pemerintahan Dalem Pancaniti dan
sesudahnya seni tembang sunda berkembang di tatar priangan bahkan terkenal sampai ke
mancanegara.
2.1.3 Tokoh-tokohnya
1) Dalem Pancaniti.
2) R.A.A Prawiradireja
3) R.D Ece Madjid Nata Wiredja
4) Jayalahiman
5) Jaya Wiredja
6) Moh.Askin
7) R.D Siti Sarah
8) Jajam
9) R.D. H. Ibrahim
10) R.D. H. Mohammad Isa
2.1.4 Alat-Alat Yang Digunakan
1) Kecapi indung
2) Kecapi gelung
3) Kecapi perahu
4) Kecapi rincik
5) Suling berlubang surupan 6
6) Suling berlubang surupan 4
7) Rebab
2.1.5 Jumlah Pemain
1) Jurig pirig (tukang kacapi)
2) Wiyaga
Tukang suling
Tukang rinccik
Tukang Rebab
3) Juru kawih
2.1.6 Pertunjukan Dalam Tembang Sunda
Sebenarnya istilah mamaos hanya menunjukkan pada lagu-lagu yang berpolakan
pupuh (tembang), karena istilah mamaos merupakan penghalusan dari kata mamaca,
yaitu seni membaca buku cerita wawacan dengan cara dinyanyikan. Buku wawacan yang
menggunakan aturan pupuh ini ada yang dilagukan dengan teknik nyanyian rancag dan
teknik beluk. Lagu-lagu mamaos berlaras pelog (degung), sorog (nyorog; madenda),
salendro, serta mandalungan. Berdasarkan bahan asal dan sifat lagunya mamaos
dikelompokkan dalam beberapa wanda, yaitu: papantunan, jejemplangan, dedegungan,
dan rarancagan. Sekarang ditambahkan pula jenis kakawen dan panambih sebagai wanda
tersendiri. Lagu-lagu mamaos dari jenis tembang banyak menggunakan pola pupuh
Kinanti, Sinom, Asmarandana, dan Dangdanggula, serta ada di antaranya lagu dari pupuh
lainnya.
Masalah dalam tembang sunda yaitu tidak mengedapankan indoor atau out door,
dan masalah yang mengundang pertunjukkan itu pun sendiri,dan bisa dalam acara out
door dalam hajatan,khitanan,dan acara ulang tahun daerah.kalau indoor dalam ruangan
secara langsung dan di bimbing. Dalam kesimpulan nya dalam tembang sunda bisa
dilakukan out door maupun indoor.
2.1.7 Pakaian Yang Digunakan Dalam Pertunjukan Tembang
Pakaian yang digunakan biasanya berupa pakaian daerah, yakni kebaya atau
pakaian yang telah ditentukan. Pakaian ini tidak harus resmi, asalkan sopan dan rapi serta
sesuai dengan aturan. Maka dari itu, penonton akan menilai bagaimana penampilan orang
yang menyanyikan tembang tersebut.
2.2 GOONG RENTENG
2.2.1 Pengertian Goong Renteng
Istilah goong renteng merupakan perpaduan dari kata “goong” dan “renteng”.
Kata goong merupakan istilah kuno Sunda yang berarti gamelan, sedangkan kata renteng
berkaitan dengan penempatan pencon-pencon atau bonang yang diletakan secara
berderet/berjejer atau ngarenteng. Jadi secara harfiah goong renteng merupakan goong
(pencon) yang diletakan/ disusun berderet (ngarenteng). Nama Goong Renteng ini kadang
– kadang disebut “Gamelan Renteng” atau “Goong Kromong” (1977:72).
Goong renteng memiliki 2 macam laras ada yang berlaras salendro dan ada yang
berlaras pelog. Peralatannya terdiri dari Kongkoang, Cempres, Paneteg, dan Goong.
Kongkoang (alat musik berpencon), Cempres (alat musik bilah) dan goong
diklasifikasikan sebagai idiofon.
Sementara Peneteg (semacam kendang) diklasifikasikan sebagai membranofone.
Ditinjau dari cara memainkannya kongkoag, cepres dan goong diklafikasikan sebagai alat
pukul, sedangkan paneteg sebagai alat tepuk. Dalam ansamble kongkoang dan cempres
berfungsi pembawa melodi, kendang sebagai pembawa irama, dan goong sebagai
penutup lagu atau siklus lagu. Pepeator pada goong renteng pada umumnya tidak
bertambah.
2.2.2 Asal-Usul Kesenian Goong Renteng
2.2.2.1 Goong Renteng Di Jawa Barat (Secara Umum)
Goong renteng merupakan salah satu jenis gamelan khas masyarakat Sunda yang
sudah cukup tua, paling tidak goong renteng sudah dikenal sejak abad ke-16 dan tersebar
di berbagai wilayah Jawa Barat. Menurut Jacobs Kunst (1934:386) goong renteng dapat
ditemukan di Cileunyi dan Cikebo wilayah Tanjung Sari (Sumedang), Lebak Wangi
wilayah Pameungpeuk (Bandung) dan Keraton Kanoman (Cirebon). Selain itu goong
renteng jug terdapat di Cigugur (Kuningan), Talaga (Majalengka), Ciwaru (Sumedang),
Tambi (Indramayu), Mayung Suranenggala, dan Tegalan (Cirebon).
Lagu-lagu pada goong renteng Embah Badong di Lebak Wangi, Batu Kasut,
Bandung. Goong renteng Penggugah Manah di Sukamulya, Kuningan. Dan goong
renteng Talaga Manggung di Majalengka (bahkan tidak pernah ditabuh lagi) lagu-
lagunya masih tetap itu-itu juga.
Secara fisik goong renteng mempunyai kemiripan dengan gamelan degung tetapi
dalam hal usia goong renteng dianggap lebih tua keberadaannya daripada degung,
sehingga ada yang menduga bahawa gamelan degung merupakan pengembangan dari
goong renteng, mungkin karena ketuaannya. Pada Umumnya goongrenteng sekarang
dianggap dengan gamelan keramat. Sehingga memeliharanya diperlukan khusus secara
adat (ritual kepercayaan). Kelengkapan waditra gamelan renteng tidak sama setiap
tempat, demikian pula lagunya.
2.2.2.2 Goong Renteng Di Kuningan
Awal keberadaan atau kelahiran goong renteng panggugah manah di perkirakan
pada sekitar akhir abad XVIII.pada saat itu daerah sukamulya belum berbentuk
kelurahan,masih berbentuk desa,namanya pun bukan sukamulya tetapi desa cipanas dan
berada dalam wilayah kecamatan kuningan.
Sejak zaman islam berkembang,kab.kuningan merupakan bagian dari wilayah
kesultanan (sekarang keresidenan) cirebon.demikian pula kehadiran goong renteng
merupakan salah satu bukti bahwa pengaruh dalam seni budaya.
Kehadiran goong renteng di kelurahan sukamulya ini pada awalnyaa di bawa oleh
tokoh yang bernama Raksajaya.goong renteng ini di bawanya dari cirebon di beli dari
dari buyut anjung(pangeran paangongan)dengaan harga 750 (mata uang belanda).untuk
mendapat goong renteng rakjayasa berupaya memesannya dalam waktu dan proses cukup
lama.sebelum di bawa ke sukamulya ia mencoba memeriksa terlebih dahulu kualitas
bunyi dan kesempurnaa nada-nada nya (larasnya).rakjayasa merupakan salah satu orang
yang mengerti terhadap dalam kualitas bunyi dan goong renteng tersebut.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya goong renteng terdapat pula di daerah
kabupaten kuningan, yaitu di kelurahan sukamulya yang bernama “penggugah manah”
bagaimana kesenian goong renteng dapat masuk ke kabupaten kuningan ? berikut adalah
uraian mengenai goong renteng yang ada di kabupaten kuningan.
Pada zaman islam kabupaten kuningan mrupakan bagian dari wilayah kekuasaan
keresidenan cirebon, jadi penngaruh-pengaruh yang menyangkut sosial budaya akan
terasa oleh masyarakat kuningan.
Pada tahun 1792 m di desa cipanas (sekarang sukamulya), kecamatam kuningan,
kabupaten kuningan, muncul kesenian goong renteng yang diprakarsai oleh bapak
raksajaya yang beragama islamr dan bertempat tinggal di kuningan.
Goong renteng masuk ke kuningan yaitu karena hasil membeli dari buyut anjun
(pangeran pagongan cirebon) dengan harga 750,- (tujuh ratus lima puluh ) mata uang
belanda, yang berbahan perunggu. Beliau dengan susah payah menginginkan goong
tersebut dan mencoba untuk menyelaraskan nada-nada agar sempurna pada goong
tersebut dengan cara mendengarkan tabuhan goong dari kejauhan dan dilakukan dengar
cara berulang-ulang sampai suara goong terdengar sempurna.
Setelah goong renteng tersebut sempurna siselaraskan kemudian dibawa ke
sukamulya dengan bantuan keluarganya dan mulai dipentaskan dengan lagu-lagu
ciptaannya dan para nayaga.
Bapak Raksajaya sangat menjaga dan merawat goong renteng tersebut dengan
amat baik sehingga setiap mulud dicuci (dibersihkan) dengan air asem supaya bersih
kemudian dipentaskan.
Menurut cerita zaman dahulu goong renteng mengandung nilai mistik atau magic
yaitu pada saat setelah pagelaran / penabuhan goong suara goong akan membekas di
telinga (terdengar selalu) selama satu minggu meskipun waditranya sudah disimpan
dalam peti namun seiring dengan perkembangan zaman cerita itu tidak nyata adanya
namun semua itu tergantung pada kepercayaan masing-masing.
2.2.3 Fungsi Penyajian Goong Renteng
Fungsi penyajian goong renteng yang sebenarnya dalam kebudayaan sunda pada
masyarakat dulu belum diketahui secara pasti, namun pada awal keberadaannya berfungsi
sebagai sarana upacara ritual khususnya dalam upacara Maulid Nabi Muhammad SAW.
Pada perkembangannya, fungsi goong renteng bertambah, seperti waditranya ditambah
dengan seperangkat kendang, sekarang juga penyajian goong renteng digunakan untuk
sarana hiburan seperti dipentaskan dalam resepsi khitanan, pernikahan, dan lain lain.
2.2.4 Tokoh dan Pemegang Goong Renteng
Adapun tokoh yang memegang dan mengembangkan kesenian goong renteng
namun di Kabupaten Kuningan tokoh-tokoh itu tidak di ketahui pasti, hanya saja
berdasarkan penelitian beberapa tokoh masyarakat yang ada di daerah Sukamulya, yang
katanya diturunkan secara turun temurun antara lain:
Mula-mula dipegang oleh Bapak Raksajaya yang merupakan tokoh utama atau
pendiri goong renteng di Sukamulya, Kabupaten Kuningan. Setelah beliau meninggal
digantikan oleh anaknya yang bernama Bapak Bangsajaya, kemudian dipegang oleh
Bapak Ngalambang dan setelah beliau meninggal digantikan oleh putrinya yang bernama
Ibu Emur dan beliau pun meninggal kemudian diturunkan kepada anak sulungnya yang
bernama Bapak Djuki yang kemudian di wariskan lagi kepada anaknya yaitu Bapak Sahri
Sudarta sampai dengan sekarang.
Pada awalnya pengelolaan kesenian goong renteng “penggugah manah” dilakukan
secara tradisional yaitu sacara turun temurun dalam sistem kelompok kerabat
kekeluargaan. Namun pada periode berikutnya sistem pengelolaannya berkembang
menjadi sebuah bentuk organisasi yang jelas struktur kepengurusannya, serta dilengkapi
dengan sistem organisasi yang menunjukkan kemampanan (tertib berorganisasi). Adapun
susunan kepengurusan yang menjabat sekarang adalah sebagai berikut
No Nama Jabatan
1 Kepala Kelurahan Sukamulya Pelindung
2 Djuki bin Astrawilastra Penanggung Jawab
3 Maman Penasehat
4 Sahri Sudarta Ketua
5 Memed Sekretaris
6 Eman Bendahara
7 Tisna Humas
8 Karja Pembantu Umum
9 Yayat Lurah Sekar
2.2.5 Waditra dan Pelaku Goong Renteng
Goong renteng tentunya mempunyai waditra yang di gunakan yaitu di antaranya :
- Panglima : Bonang pendek yang jumlahnya 5 buah
- Bonang 1 : Bonang Rantai yang jumlahnya 14 buah
- Bonang 2 : Bonang Rantai yang jumlahnya sama yaitu 14 buah
- Gambang : Jumlahnya ada 14 buah
- Kendang : Kendang besar dan kendang kecil yang jumlahnya ada 3 buah
- Ketuk : Bonang tinggi yang jumlahnya ada 2 buah
- Kecrek : 2 stel, 1 stel , 2 keping jumlahnya 4 keping
- Goong Gede : Goong gede dan kempul yang berjumlah 2
Alat bantu yang digunakan hanyalah kayu yaitu sebgai alat penabuh waditra
goong renteng.
Sedangkan pemain-pemain goong renteng yaitu :
- Penabuh goong panglima, dimana goong yang ditabuh sebanyak 5 goong
- Penabuh goong renteng 1, dimana goong yang ditabuh sebanyak 7 goong.
- Penabuh goong renteng 2, dimana goong yang ditabuh sebanyak 14 goong.
- Penabuh goong ketuk di mana goong yang ditabuh sebanyak 2 goong.
- Penabuh goong gambang.
- Penabuh goong kendang
- Penabuh kecrrek yang merangkap alok.
Sedangkan saat ini orang yang memainkan alat-alat tersebut di kelurahan
Sukamulya sendiri yaitu:
No Nama UsiaWaditra Yang
Dimainkan
1 Karja 39 Tahun Bonang I
2 Suher 42 Tahun Bonang II
3 Kamar 45 Tahun Bonang
4 Oyon 35 Tahun Bonang Panglima
5 Tisna 39 Tahun Bonang Panglima
6 Yayat 39 Tahun Kendang
7 Karsa 22 Tahun Kendang
8 Maman 33 Tahun Goong
9 Winata 60 Tahun Kecrek (Simbal)
2.2.6 Busana yang digunakan dalam Penyajian Goong Renteng
Busana yang digunakan para pemain goong renteng saamaa seperti lazimnya para
wigaya kesenian tradisional jawa barat lainnya antara lain memakai baju takwa,celana
hitam,tutup kepala {bendo},batik sebagai khas sunda.
2.2.7 Lagu dan Iringan Goong Renteng
Kesenian goong renteng tidak lepas dari dengan lagu atau instrumen lagu yang di
pertunjukkan.sebernanya jumlah lagu yang di gunakan pada goong renteng cukup banyak
yaitu sekitar 35 lagu,namun sekarang yang sering dimainkan kurang lebih 17 lagu dalam
sekali pertunjukkan.ada beberapa lagu di antaranya:
Lagu kebojiro/papalayon:lagu ini suka di pakai dalam penyaambutan tamu.
Lagu bangbulu
Lagu maalang totog
Lagu sulanjana
Lagu suasana,Dll.
Selain lagu di atas masih banyak lagu lainnya:
Laras yang digunakan:
Laras mandalungan
Laras penyatuan
Laras pelog
Laras Salendro
Goong renteng adalah salah satu kesenian tradisional jawa barat,dengan sifatnya yang
tradisional ini dari dulu sampai sekarang tetaap mempertahankan sifat tradisional nya
itu,tetapi dilihat dari alat-alat yaang digunakan dan lagu-lagu yang dipentaskan lebih di
sesuaikan dengan keadaan sekarang,sehingga dapat di katakan kesenian goong renteng ini
terus mengikuti perkembangan jaman.
Adapun fungsi renteng di kuningan yaitu sebagai alat kesenian keramat dan sebagai
sarana hiburan masyarakat yang di tampilkan dalam upacara-upacara besar di kuningan
seperti saptontan atau saptuan dimana dalam upacara ini masyarakat mengadakan lomba
balap kuda sambil memukul gantungan yang berisi air bersamaan dengan itu goong
renteng itu goong renteng ditampilkan sebagai pengiringnya.dalam upacara seren taun
pun suka di pentaskan namun sekarang ini goong renteng di tampilkan dalam upacara
penyambutan tamu dalam pernikahan dan khitanan.
Ada beberapa pementasan yang pernah di lakukan oleh kelompok kesenian goong
renteng “penggugah Manah”ini yang di anggap penting yaitu :
Pada awal tahun di pentaskan di Cirebon,mewakili kesenian kabupaten Kuningan.
Pada tanggal 8 agustus 1967 di pentaskan di hadapan para peneliti bagian
kebudayaan dari Amerika serikat bertempat di desa,Cigugur Kabupaten
Kuningan.
Pada tahun 1969 di pentaskan di hadapan para peneliti di bagian kebudayaan dari
Belanda.
Gambar. Contoh Alat Musik Goong Renteng
2.3 PUPUH
2.3.1 Pengertian Pupuh
Menurut Enday Sadari piph diartikan sebagai danding yang sudah mempunyai
aturan-aturan khusus. Sedangkan di dalam pelajaran Bahasa Sunda, pupuh adalah
rumpaka lagu yang mempunyai patokan dan aturan yang tentu serta mempunyai watak
yang menggambarkan masing-masing pupuh.
Menurut Atik Sopandi, S.Kar., pupuh adalah pola penyusunan syair atau rumpaka.
Pengertian ini berlandaskan pada fungsi dari pupuh, yaitu sebagai sumber pola untuk
membuat rumpaka yang akan digunakan sebagai sarana penyajian tembang.
2.3.2 Asal Usul atau Riwayat Pupuh
Pupuh atau danding berasal dari kebudayaan Jawa Salah satu hal yang
membuktikan bahwa pupuh berasal dari Jawa yaitu dengan memperhatikan nama-
namanya. Lihat saja kata-kata seperti asmarandana, dandanggula, kinanti dll. Seperti itu
adalah kata-kata yang berasal dari bahasa jawa.
Pada dasar nya karawitan Sunda yaitu terbagi menjadi 3 bentuk ,yaitu:
1. Karawitan Sekar
2. Karawitan Gending (Instrumentalia) dan
3. Karawitan Sekar Gending
Karawitan sekar menurunkan dua jenis pola,yakni sekaran kawih dan sekaran kembang.
Dari sekaran tembang ini hadir dengan pupuh sebanyak tujuh belas. Yang di maksud
dengan sekaran kawih adalah sekar tandak atau sekaran yang memiliki keajengan ketukan
di dlam perjalanannya.Sedangkan sekaran tembang ialah sekaran irama merdeka atau
sekar yang memiliki kebebasan (bebas terikat) ketukan.
2.3.3 Pengelompokan Pupuh
Menurut para pujangga Sunda, Pupuh dikelompokan menjadi 2 bagian, yaitu :
1.Sekar Ageung
Pupuh yang termasuk sekar ageung berjumlah 4 yaitu :
1).Kinanti
2).Sinom
3).Asmarandana
4).Dangdanggula
2.Sekar Alit
Pupuh yang termasuk sekar alit berjumlah 13 yaitu :
1).Pucung
2).Maskumambang
3).Lambang
4).Ladrang
5).Magatru
6).Balakbak
7).Juru demung
8).Gambuh
9).Mijil
10). Pangkur
11). Wirangrong
12).Durma
13).Gurisa
2.3.4 Aturan-aturan Pupuh
Pupuh memiliki aturan aturan yang telah ditentukan, meliputi :
1. Jumlah baris atau padalisan dari setiap bait yang di sebut pada.
2. Jumlah suku kata (engang) dari tiap tiap baris yang disebut guru wilangan.
3. Vokal akhir dasar pada setiap baris yang disebut guru lagu.
4. Beberapa engang atau baris yang disebut padalisan.
Hal ini lebih di jelaskan lagi dalam buku “ Sastra Lagu Sunda” karya Epe Syafei
Adisastra B.A, bahwa patokan ikatan danding secara umum adalah sebagai berikut:
1). Jumlah padalisan (baris) tiap pada (bait) nya, bergantung pada macam pupuhnya
berkisar antara 4-10 baris.
2).Guru wilangan (jumlah suku kata) tiap barisnya juga bergantung pada macam
pupuhnya, yang berkisar antara 3-12 engang (suku kata). Padalisan yang terdiri dari
6 suku kata atau lebih tebagi menjadi dua ruas yang diantaranya ada ruasan 4 suku
kata.
3).Tiap-tiap akhir baris diharuskan dalam suara (vokal) tertentu yang disebut guru
lagu.
4).Tiap macam pupuh mempunyai tugas atau watak masing-masing atau biasanya
sudah tersirat pada nama pupuh itu sendiri.
PupuhPadalisan (baris)
I II III IV V VI VII VIII IX X
Kinanti 8-u 8-i 8-a 8-i 8-a 8-i
Sinom 8--a 8-i 8-a 8-i 7-i 8-u 7-a 8-i 12-a
Asmarandana 8-i 8-a 8-e/o 8-a 7-a 8-u 8-a
Dangdanggula 10-i 10-a 8-e/o 7-u 6-i 7-a 6-u 8-a 12-i 7-a
Mijil 10-i 6-o 6-e 10-i 6-i 6-u
Pangkur 8-a 11-i 8-u 7-a 12-u 8-a 8-i
Durma 12-a 7-i 6-a 7-a 8-i 5-a 7-i
Gurisa 8-a 8-a 8-a 8-a 8-a 8-a
Gambuh 8-u 8-u 12-i 8-u 8-o
Ladrang 10-i 6-a 8-i 12-a
Lambang 8-a 8-a 8-a 8-a
Maskumamba
ng
12-i 6-a 8-i 8-a
Balakbak 12-a 3-e 12-a 3-e 12-e 3-e
Magatru 12-u 8-i 8-u 8-i 8-o
Pucung 12-u 6-a 8-e/o 12-a
Wirangrong 8-i 8-o 8-u 8-i 8-a 8-a
Juru demung 8-a 8-u 6-i 8-a 8-u
2.3.5 Watak Pupuh
Watak pupuh mempunyai watak yang berbeda beda, yaitu :
1. Kinanti mempunyai watak perhatian,menanti,harapan.
2. Sinom mempunyai watak senang dan gembira.
3. Asmarandana mempunyai watak berani,cinta.
4. Dangdanggula mempunyai watak kegembiaraan yang di sertai perasaan
keagungan dan rasa tenang.
5. Juru demung mempunyai watak menyesal, bingung dan susah.
6. Gurisa mempunyai watak humor dan melamun.
7. Pucung mempunyai watak pepatah,kabar,terkejut dan sadar.
8. Maskumambang mempunyai watak perihatin,sengsara, sakit.
9. Durma mempunyai watak perang , marah,perkelahian.
10. Magatru mempunyai watak humor disertai rasa perihatin.
11. Lambang mempunyai watak humor,senda gurau.
12. Wirangrong mempunyai watak malu, sial.
13. Pangkur mempunyai watak siap maju ke medan perang.
14. Gambuh mempunyai watak bingung, salah tingkah.
15. Balakbak mempunyai watak humor.
16. Ladrang mempunyai watak humor,senda gurau.
17. Mijil mempunyai watak susah, sediah,celaka.
2.3.6 Perkembangan Pupuh
Pupuh pertama dari Cianjur (khususnya Sunda ). Seiring di mainkan sebagai
permainan anak-anak(kaulinan budak) berkembang dengan adanya nasihat nasihat baik
untuk kehidupan sehari hari, atau untuk perilaku atau budi pekerti.
Pengembangan pupuh selain telah menjadi ciri khas kedaerahan
(Cianjuran,Ciawian,Cigawiran) berkembang pula pada kebutuhan-kebutuhan lainnya
misalnya dalam kebutuhan seni sawer
(pemberian pepatah dalam nyanyian) baik sawer,penganten maupun khitanan.
Pupuh dipergunakan pula pada bentuk drama sura, gending karesmen, atau
pengembangannya sebatas bentuk sastranya saja yang ditampilkan sebagai bahan bacaan
tanpa harus menggunakan lagam yang ada pada pupuh tersebut. Di bawah ini adakah
salah satu contoh pengembangan pupuh dalam bantuk lainnya :
Lagam/gaya Asal pupuh Pengembangan/judul baru
Cianjuran
Dangdanggula Bayubud
Kinanti Jemplang titi
Layar Putri
Sinom Sekar Gambir
CiawianKinanti Kinanti Pamanis
Sinom Sinom Pamanis
CigawiranDangdanggula Talutut
Sinom Sinom Ela-ela
Kakawen Asmarandana Asmarandana
2.3.7 Daerah Penyebaran Pupuh
Daerah yang menjadi penyebaran pupuh yaitu Cianjur,Ciawi,Cigawir. Maka daerah-
daerah tersebut sering disebut Cianjuran,Ciawian,Cigawiran.
2.3.8 Tokoh-Tokoh Pupuh
a. tokoh-tokoh pencipta pupuh
1. Sultan Adi Erutjakra pencipta pupuh Kinanti
2. Sunan Giri Kedaton pencipta pupuh Asmarandana
3. Sunan Giri Kedaton pencipta pupuh Sinom
4. Sunan Kalijaga pencipta pupuh Dangdanggula
5. Sunan Boning pencipta pupuh Pucung
6. Sultan Najagung pencipta pupuh maskumambang
7. Sunan Boning pencipta pupuh Durma
8. Sunan Giri Parapen pencipta pupuh Magatru
9. Sunan Muria pada pencipta pupuh Pangkur
10. Natapraja pencipta pupuh Gambuh
11. Sunan Gesang pencipta pupuh Mijil
12. Mang Koko Koswara pencipta pupuh Sunda
13. Rd.Machjar Angga Koesoemadinata pencipta pupuh Ladrang
b. tokoh penyanyi pupuh
1. Ida Rosida
2. Iik Setiawan ,S.Kar
3. Patah Nata Prawira
Selain yang disebutkan tadi masih ada tokoh tokoh yang lainnya, seperti :
1. Atik Soepandi ,S.Kar
2. Empu Yogiswara
3. Prabu Daniswara
4. Prabu Banjarsari
5. Epe Syafei Adisastra, BA
2.3.9 Alat-Alat Pengiring Pupuh
Alat yang di gunakan dalam mengiringi sebuah lagu pupuh adalah alat tradisional,
yaitu:
1. Kecapi (kecapi indung atau gelung)
2. Suling tembang
3. Kendang
4. Goong
5. Rebab
6. Rincik
Selain alat alat di atas dapat juga menggunakan :
1. Konga
2. Kecrek
3. Biola
2.3.10 Jumlah Pemain
Jumlah pemain pupuh relatif, bias di bawakan sendiri maupun lebih dari dua orang
dan maksimal lagu pupuh di bawakan oleh 10 orang .
2.3.11 Bentuk Pertunjukan Pupuh dan Busana yang digunakan
Bentuk pertunjukan pupuh berbeda beda, ada yang berfungsi sebagai ritual,
hiburan dsb. Biasanya berupa pasang diri lagu lagu pupuh kemudian di pentaskan
di gedung atau tempat khusus .
Dalam pertunjukan pupuh biasanya wanita memakai kebaya dan laki laki
memakai baju takwa.
2.3.12 Contoh contoh Syair Pupuh Dan Aturanya
1. Kinanti
Laras : salendro
Embat: Irama Merdika
Budak leutik bisa ngapung
8-u
Babaku ngpungna peuting
8-i
Nguriling kakalayangan
8-a
Neangan nu amis amis
8-i
Sarupaning bubuahan
8-a
Naon wae nu ka panggih
8-i
2. Asmarandana
Laras : salendro
Embat: Irama Merdika
Eling eling murangkalih
8-i
Kudu apik jeng berseka
8-a
Ulah odoh kanganggo
8-o/e
Munkotor geuwat seuseuhan
8-a
Soeh geuwat kaputan
7-a
Kanu buruk masing butuh
8-u
Kanu anyar masing lebar
8-a
3.Mijil
Laras : Pelog
Embat: Irama Merdika
Beurang peuting tambah cape ati
10-i
Jeung tambah rampopoy
6-o
Wungkul inget ka salaki bae
10-e
Mugi aya kadar panggih deui
10-i
Mun teu panggih deui
6-i
Angur pondok umur
6-u
4. Pucung
Laras : salendro
Embat: Irama Merdika
Estu untungnu bisa mupunjung indung
12-u
Jeung nyenengkeun bapa
6-a
Tanda yen bagjana gede
8-e/o
Hirup mulus kaseundeuhan ku berekah
12-a
5. Gambuh
Laras : Pelog
Embat: Irama Merdika
Nghuleng banget bingung
7-u
Henteu terang ka mana ngajugjug
10-u
Turug turug harita teu enggeus burit
12-i
Panon poe geus rek surup
8-u
Keueung sieun aya meong
8-o
6 . Maskumambang
Laras : madenda
Embat: Irama Merdika
He barudak kudu mikir ti leuleutik
12-i
Maneh ka hutangan
6-a
Ku kolot ti barang lahir
8-i
Nepi ka ayeuna pisan
8-a
7. Wirangrong
Laras : Pelog
Embat: Irama Merdika
Barudak mangka kaharti
8-i
Ulah rek ka dalon dalon
8-o
Enggon enggon nuntut elmu
8-u
Mangka getol mangka tigin
8-i
Pibekeleun sarerea
8-a
Modal bakti ka nagara
8-a
8. Durma
Laras : Pelog
Embat: Irama Merdika
Kanjeng ratu memeh dugi ka mangsana
12-a
Teras mapatkeun aji
7-i
Nagri teh di cipta
6-a
Sina jadi talaga
7-a
Dupi eta jimat encis
8-i
Kersa jeung Raja
5-a
Ngajadi poe matih
7-i
9. Sinom
Laras : Madenda
Embat: Irama Merdika
Aya hiji rupa kembang
8-a
Raranggeuyan tapi leutik
8-i
Rupana bodas kacida
8-a
Matak lucu liwat saking
7-i
Hanjakalna teu seungit
8-u
Lamun ku urang di ambung
8-u
Kitu soteh ti beurang
7-a
Ari seug mungguh ti peuting
8-i
Sume leber nyambuang sapakarangan
12-a
10.Juru demung
Laras : Pelog Liwung
Embat: Irama Merdika
Badan anu katempuhan
8-a
Da bongan ngalanjur nafsu
8-u
Peurihna kapanggih
6-i
Rek bongan bongan ka saha
8-a
Ayeuna bati kaduhung
8-u
11.Balakbak
Laras : Madenda(Nyorong)
Embat : Irama Merdika
Nanggung tolok pinuh barang bubututan rarombeng
15-e
Wantu kabeh ape kiran rorombongan garoreng
15-e
Lempangna teh rada ngigir ngalieukan mendeleng
15-e
12.Pangkur
Laras : Salendro
Embat : Irama Merdeka
Sakur durjana dursila
8-a
Pada giris repeh teu wani julig
11-i
Rasana tangtu karingkus
8-u
Najan kabur di udag
7-a
Tara weleh mun tacan datang ka tumpur
12-u
Bengis keras ponggawana
8-a
Ngajaga ponggawa nagri
8-i
13.Gurisa
Laras : Salendro
Embat : Irama Merdeka
Hayang teuing geura beurang
8-a
Geus beurang rek ka sumedang
8-a
Nagih nu boga hutang
8-a
Mun meunang rek meuli soang
8-a
Tapi najan henteu meunang
8-a
Teu rek buru-buru mulang
8-a
Rek tuluy guguru tembang
8-a
Jeung diajar nabeuh gambang
8-a
14.Lambang
Laras : Salendro
Embat : Irama Merdeka
Nawu kubang sisi tegal
8-a
Nyiar bogo meunang kadal
8-a
Atuh teu payu di jual
8-a
Rek didahar da teu halal
8-a
15. Ladrang
Laras : Pelog Sorog
Embat : Irama Merdeka
Aki dartam leumpangna ngagidig
10-i
Gancang pisan gancang pisan
4-a
Bari aya nu dijingjing
8-i
Mawa kisa eusina ucing anakan
12-a
16.Dangdanggula
Laras : Pelog Sorog
Embat : Irama Merdeka
Keak keak merak lir careurik
10-i
Heulang julang kalong ngalanglangan
10-a
Geuri-geuri tinggarero
8-o/e
Maung bati ngahiung
7-u
Kuwiwi mah bati ngecewis
9-i
Sagala ngiring lara
7-a
Ka sang putri wiku
6-u
Jeung pa bijil alpukah
8-a
Sato-sato berhala gunung sirinding
12-i
17.Magatru
Laras : Madenda
Embat : Irama Merdeka
Nun sumuhun ieu teh namina curuk
12-i
Nu alit namina cinggir
8-i
Anu panjang mah jajangkung
8-u
Anu pangageuna jempol
8-o
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan dan Saran
3.1.1 Simpulan :
Setelah mengadakan kegiatan observasi ini ternyata seni budaya tradisional di
Kabupaten Kuningan sangat banyak sekali, beragam dan sangat menarik. Namun kurang
diketahui masyarakat Kuningan. Sehingga seni budaya tradisionala tersebut kurang
dipelihara, dan jarang ditemukan. Meski hanya segelintir orang saja yang mengetahui dan
mau menjaga maupun melestarikan budaya tersebut.
3.1.2 Saran :
Pemerintah
Seni Budaya Tradisional Kuningan merupakan kekayaan budaya dan merupakan
kebanggaan. Dan identitas masyarakat Kuningan. Untuk itu kami mohon
partisipasi dari semua pihak untuk ikut menjaga dan melestarikannya. Kepada
semua masyarakat Kuningan agar nilai-nilai yang terkandung di dalamnya tidak
hilang atau punah.
Lembaga-lembaga tertentu
DISPARBUD, agar lebih mempromosikan Seni Budaya Tradisional yang ada
di Kuningan. Supaya banyak masyarakat yang berkunjung ke Kuningan.
Dinas Pendidikan, agar bisa memperkenalkan pada siswa-siswi sekolah supaya
mereka tahu bahwa Seni Budaya Tradisional di Kuningan masih ada.
Sanggar-sanggar, agar lebih memberikan pelatihan-pelatihan kepada
masyarakat sekitar untuk mempelajari seni budaya yang ada di Kuningan.
Para tokoh seniman, agar lebih dikenal masyarakat. Para tokoh
seniman selalu memperingati atau ikut berpartisipasi di setiap
acara seni budaya tradisional yang ada di Kuningan.
Guru-guru kesenian, sering-seringlah memberikan tugas kepada
setiap siswanya untuk meneliti kesenian yang ada di daerahnya
sendiri,agar mereka mau dan tahu menjaga dan melestarikannya.
Masyarakat, agar selalu memperingati tradisi-tradisi yang di
turunkan oleh leluhurnya untuk dipelihara dan dijaga agar tidak
punah,agar masyarakat tahu dan tidak terbawa oleh arus-arus yang
membawa masyarakat sampai melupakan tradisi yang ada di
darahnya sendiri.
3.2 Kesan dan Pesan
3.2.1 Kesan
Penulis bersyukur bisa menyelesaikan tugas observasi dan bisa
mendapatkan bekal untuk melanjutkan ke perguruan tinggi
Saya harap pengadaan Seni Budaya Tradisional agar tetap ada agar
masyarakat tahu betapa pentingnya seni budaya yang ada di daerahnya.
3.2.2 Pesan
Teman sekelas, agar selalu menjaga dan selalu melestarikan seni budaya
tradisional yang ada di kuningan. Bukan hanya untuk memenuhi tugas
semata tetapi untuk esok dan seterusnya.
Lembaga-lembaga tertentu, agar bisa melindungi, menjaga dan
melestarikan supaya seni budaya tradisional yang ada tidak punah
Masyarakat, agar sellu berperan penting dalam memperingati tradisi-tradisi
yang telah ada sehingga tetap terjaga hingga masa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Sismayanti, Siska. 2010. Laporan Hasil Observasi Seni Budaya Tradisional.
http://www.disparbud.jabarprov.go.id
http://id.wikipedia.org
http://lh3.ggpht.com
http://peta-kota.blogspot.com
http://www.kuningankab.go.id
www.datasunda.org