Laporan Hasil Observasi Seni Tradisi

58
Lembar Persetujuan Laporan Hasil Observasi Seni Tradisional Siswa Orang Tua/Wali Adrian H.P Maman Handiati NIS. 101110154 Siswa Orang Tua/Wali Fika Apriandini Abik Basyiar NIS. 101110281 Siswa Orang Tua/Wali Siti Maryam Didin Hassanudin NIS. 101110263

description

Menjelaskan tentang hasil observasi yang dilakukan penulis tentang seni seni tradisional di pameran di bale

Transcript of Laporan Hasil Observasi Seni Tradisi

Page 1: Laporan Hasil Observasi Seni Tradisi

Lembar Persetujuan

Laporan Hasil Observasi Seni Tradisional

Siswa Orang Tua/Wali

Adrian H.P Maman Handiati

NIS. 101110154

Siswa Orang Tua/Wali

Fika Apriandini Abik Basyiar

NIS. 101110281

Siswa Orang Tua/Wali

Siti Maryam Didin Hassanudin

NIS. 101110263

Guru Pembimbing

Drs. Yosep Parjan

Page 2: Laporan Hasil Observasi Seni Tradisi

Peta Kabupaten Kuningan

Page 3: Laporan Hasil Observasi Seni Tradisi

Visi dan Misi Kabupaten Kuningan

V I S I

*Kuningan lebih Sejahtera Berbasis Pertanian dan Pariwisata yang Maju dalam

Lingkungan Lestari dan Agamis Tahun 2013

M I S I

*

Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia dan memantapkan pembangunan

manusia melalui akselerasi peningkatan derajat pendidikan, kesehatan, dan

daya beli.

*

Meningkatkan pengembangan agropolitan dan kepariwisataan daerah melalui

penguatan sarana dan prasarana, sinergitas sektor dan wilayah, serta

produktvitas dengan berorientasi pada pemberdayaan perekonomian rakyat.

* Meningkatkan kehidupan masyarakat yang agamis, harmonis, dan bersatu.

*

Meningkatkan pelestarian sumberdaya alam dan lingkungan hidup dalam

kerangka Kabupaten Konservasi dengan berorientasi pada perlindungan,

pengawetan, dan pemanfaatan secara lestari.

Page 4: Laporan Hasil Observasi Seni Tradisi

Kata Pengantar

Assalamualaikum Wr. Wb

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas Rahmat dan

Karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan Laporan Hasil Observasi tentang Seni

Budaya Tradisional di Kabupaten Kuningan. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah

limpahkan kepada Nabi Muhammad saw. dan semoga sampai kepada umat ajarannya.

Keberhasilan dalam penyusunan laporan hasi observasi ini tidak lepas dari

berbagai kendala yang menjadi duri penghalang penulis dalam proses penyusunannya.

Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini penulis banyak mengucapkan banyak terima

kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan laporan ini,

diantaranya kepada yang terhormat :

1. Kepala SMA Negeri 3 Kuningan, Drs. H. Agus Hakim, M.Pd. yang telah

memberikan izin dan menyediakan sarana serta prasarana kepadapenulis dalam

proses penyusunan laporan ini.

2. Guru pembimbing mata pelajaran Seni Budaya, Drs. Yosep Parjan yang telah

membimbing dan memberi arahan dalam kriteria penyusunan laporan ini.

3. Wali kelas XI IPA 3, Sri Endah W., S.Si. yang telah memberi arahan dan motivasi

dalam penyusunan laporan ini.

4. Orang tua penulis yang telah memberikan izin dan motivasi serta dukungan

sehingga turut membantu dalam kelancaran penyusunan laporan ini.

5. Semua narasumber yang telah membantu dalam memperoleh keterangan serta

informasi tentang seni tradisional kepada penulis.

6. Rekan-rekan yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini.

7. Dan kepada semua pihak yang berkaitan yang telah membantu dalam penyusunan

observasi ini baik secara langsung maupun tidak langsung.

Melalui makalah ini, penulis berharap dapat membantu pemerintah dalam

menjaga dan melestarikan budaya tradisional khususnya di Kabupaten Kuningan.

Tiada makhluk yang sempurna, demikian pula dengan laporan ini, masih jauh dari

kesempurnaan. Apabila ada kekurangan dalam penyusunan laporan ini penulis memohon

maaf.

Page 5: Laporan Hasil Observasi Seni Tradisi

Semoga laporan hasil observasi ini dapat memberi manfaat yang dijadikan

sumber pembelajaran dan tambahan ilmu khususnya bagi penulis dan umumnya bagi

para pembaca, supaya mencintai dan melestarikan kebudayaan seni tradisional yang

bersifat endemic di wilayah Kabupaten Kuningan sebagai bagian dari kekayaan budaya

Indonesia.

Terima kasih atas perhatiannya. Mohon maaf atas segala kekurangannya.

Kuningan, Maret 2012

Penulis

Page 6: Laporan Hasil Observasi Seni Tradisi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia kaya akan suku bangsa yang sangat beraneka ragam sehingga

menghasilkan seni dan budaya yang berbeda-beda pula. Namun pengaruh globalisasi dan

perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) menimbulkan dampak positif

dan negatif bagi masyarakat. Salah satu dampak negatifnya terhadap budaya yakni

banyak masyarakat yang tidak mengetahui bahkan kurang meminati budaya tradisional,

salah satunya dikabupaten Kuningan, Jawa Barat, banyak generasi muda yang lebih

menyukai budaya modern.

Oleh karena itu, penulis melakukan observasi, minimalnya untuk mengetahui dan

mempelajari meksimalnya melestarikannya agar seni budaya tradisional khususnya di

kabupaten Kuningan tidak hilang tetap diminati oleh generasi muda sampai masa yang

akan datang.

1.2 Landasan

1) Kurikulum ( KTSP ) Seni Budaya SMA negeri 3 Kuningan Tahun Pelajaran

2011/2012.

2) Program pembelajaran kelas XI semester genap tahun pelajaran 2011/2012.

3) Tugas mata pelajaran pendidikan seni Budaya SMA Negeri 3 Kuningan.

4) Surat tugas dari Kepala Sekolah tentang observasi Seni Budaya dalam masyarakat

secara langsung.

5) Strategi proses pembelajaran dan sistem penilaian pendidikan di SMA Negeri 3

Kuningan.

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah hasil Observasi Seni Tradisional di Kabupaten Kuningan

adalah sebagai berikut :

1) Turut serta menunjang program pemerintah dalam rangka melestarikan seni

budaya tradisional khususnya di Kabupaten Kuningan.

Page 7: Laporan Hasil Observasi Seni Tradisi

2) Meningkatkan daya apresiasi siswa terhadap seni budaya tradisional sebagai

warisan leluhur Bangsa.

3) Meningkatkan dan mengembangkan wawasan pengetahuan tentang seni budaya

tradisional di Kabupaten Kuningan.

4) Melaksanakan proses pembelajaran khususnya seni budaya tradisional di luar

kampus.

5) Mengenal secara langsung tentang kehidupan seni budaya tradisional dalam

masyarakat.

6) Memenuhi salah satu sistem penilaian dalam proses pembelajaran khususnya seni

budaya di SMA Negeri 3 Kuningan.

1.4 Manfaat Penulisan

1) Siswa dapat memiliki minat dan keinginan untuk mempelajari seni tradisional

lebih dalam

2) Masyarakat akan lebih mengenal tentang seni dan budaya tradisional mereka

sendiri

3) Lembaga pendidikan dan pemerintah dapat memiliki pembendaharaan

mengenai seni tradisional, untuk membantu melestarikan kesenian tradisional

1.5 Permasalahan

Permasalahan yang diambil dari hasil observasi Seni Tradisional di Kabupaten

Kuningan adalah sebagai berikut :

1) Rendahnya perkembangan seni tradisional di Kabupaten Kuningan?

2) Kurangnya penunjang pemerintah dalam melestarikan seni tradisional ?

3) Rendahnya perhatian masyarakat terhadap seni tradisional di Kbupaten

Kuningan ?

1.6 Teknik Observasi

1) Pengumpulan data melalui wawancara kepada para narasumber .

2) Mengolah data melalui diskusi kelompok.

3) Penyusunan laporan hasil observasi.

4) Penyerahan hasil observasi berbentuk laporan kepada guru pengajar

Page 8: Laporan Hasil Observasi Seni Tradisi

BAB II

PEMBAHASAN

Hasil Observasi Seni Tradisional Di Kabupaten Kuningan

2.1 TEMBANG SUNDA

2.1.1 Riwayat Tembang Sunda Cianjuran

Asal mulanya tembang sunda cianjuran tumbuh dan berkembang di lingkungan

ningrat yang ada di sekeliling pedalaman cianjur. Menurut catatan sejarah, sebelum resmi

pedalaman Cianjur. Seni tembang sunda sudah di mulai dan dikenal di masyarakat

Cianjur. Terutama sesepuh pemimpin masyarakat Cianjur pada waktu itu yang bernama

Raden Aria Wiratanu 1 yang mempunyai julukan Dalem Cikundul.(1677).

Pada masa pemerintahan Wisatanu 2 yang mempunyai julukan Dalem Trikolot

atau Dalem Pamoyanan, sudah terlihat muncul seorang seniman keturunann padaleman

putra Aria Cikondang yang bernama Raden Candramannggala. Menurut catatan sejarah,

pada saat itu sudah bisa berpantun erta beliau di jadikan juru pantun di Cianjur.

Pada masa pemerintahan wiratanu VI yang mempunyai julukan dalem enoh

(1776-1813),perkembangan seni pantun lebih pesat,terutama pada masa pemerintahan

raden wasitadirejja yaitu putra dalem enoh.sehingga raden wasitareja.di beri julukan

dalem seni.

Waktu Cianjur di perintah oleh dalem R.A Prawirarderaja 1(1813-1833) seni

tembang rancang buhun sudah bisa di padukan dengan seni beluk dan seterusnya

berkembang menjadi seni tembang belut.

Tahta dalem R.A Prawiradireja 1 tahun ke putranya, Aom Kancra atau

Tumenggung Wiranegara. Dikarenakan pada masa itu daerah Cianjur di jajah oleh

Belanda menganggap bahwa Aom Kancra tidak mampu dalam memimpin dalam

kedaleman Cianjur. Pada akhirnya Aom Kancra hanya bisa memimpin pedaleman

Cianjur kurang lebih satu tahun(1833-1834). Seterusnya tahta padaleman di serahkan

kepada Dalem Prawireja 1 yang lain,yaitu Aom Hasan atau R.A.A.

Kuswaningrat yang mempunyai julukan Pancanitii (1834-1864) dan pada masa

puncak kejayaan lagu-lagu seni tembang cianjuran mencapai klimaks dan jaman

Page 9: Laporan Hasil Observasi Seni Tradisi

keemasan. Kemudian nyambung ke jaman kanjeng prawideraja 2(1863-1910).

Selanjutnya menyebar ke luar tembok pendopo Kab.Cianjur,bertambah mekar di tatar

priangan. Pada masa Tumenggung Wiranatakusumah (1912-1920) sampai sekarang

tembang seni cianjran telah dikenal. Bukan saja ditatar pasundan tetapi sampai ke

mancanegara.

2.1.2 Daerah penyebaran

Pada masa pemerintahan sebelum Dalem Pancaniti seni tembang sunda cianjuran

hanyya berkembang di sekiling Padaleman Cianjur saja dan hannya untuk kalangan

ningrat dan para priyai. Akan tetapi pada masa pemerintahan Dalem Pancaniti dan

sesudahnya seni tembang sunda berkembang di tatar priangan bahkan terkenal sampai ke

mancanegara.

2.1.3 Tokoh-tokohnya

1) Dalem Pancaniti.

2) R.A.A Prawiradireja

3) R.D Ece Madjid Nata Wiredja

4) Jayalahiman

Page 10: Laporan Hasil Observasi Seni Tradisi

5) Jaya Wiredja

6) Moh.Askin

7) R.D Siti Sarah

8) Jajam

9) R.D. H. Ibrahim

10) R.D. H. Mohammad Isa

2.1.4 Alat-Alat Yang Digunakan

1) Kecapi indung

2) Kecapi gelung

3) Kecapi perahu

4) Kecapi rincik

5) Suling berlubang surupan 6

6) Suling berlubang surupan 4

7) Rebab

2.1.5 Jumlah Pemain

1) Jurig pirig (tukang kacapi)

2) Wiyaga

Tukang suling

Tukang rinccik

Tukang Rebab

3) Juru kawih

2.1.6 Pertunjukan Dalam Tembang Sunda

Sebenarnya istilah mamaos hanya menunjukkan pada lagu-lagu yang berpolakan

pupuh (tembang), karena istilah mamaos merupakan penghalusan dari kata mamaca,

yaitu seni membaca buku cerita wawacan dengan cara dinyanyikan. Buku wawacan yang

Page 11: Laporan Hasil Observasi Seni Tradisi

menggunakan aturan pupuh ini ada yang dilagukan dengan teknik nyanyian rancag dan

teknik beluk. Lagu-lagu mamaos berlaras pelog (degung), sorog (nyorog; madenda),

salendro, serta mandalungan. Berdasarkan bahan asal dan sifat lagunya mamaos

dikelompokkan dalam beberapa wanda, yaitu: papantunan, jejemplangan, dedegungan,

dan rarancagan. Sekarang ditambahkan pula jenis kakawen dan panambih sebagai wanda

tersendiri. Lagu-lagu mamaos dari jenis tembang banyak menggunakan pola pupuh

Kinanti, Sinom, Asmarandana, dan Dangdanggula, serta ada di antaranya lagu dari pupuh

lainnya.

Masalah dalam tembang sunda yaitu tidak mengedapankan indoor atau out door,

dan masalah yang mengundang pertunjukkan itu pun sendiri,dan bisa dalam acara out

door dalam hajatan,khitanan,dan acara ulang tahun daerah.kalau indoor dalam ruangan

secara langsung dan di bimbing. Dalam kesimpulan nya dalam tembang sunda bisa

dilakukan out door maupun indoor.

2.1.7 Pakaian Yang Digunakan Dalam Pertunjukan Tembang

Pakaian yang digunakan biasanya berupa pakaian daerah, yakni kebaya atau

pakaian yang telah ditentukan. Pakaian ini tidak harus resmi, asalkan sopan dan rapi serta

sesuai dengan aturan. Maka dari itu, penonton akan menilai bagaimana penampilan orang

yang menyanyikan tembang tersebut.

Page 12: Laporan Hasil Observasi Seni Tradisi

2.2 GOONG RENTENG

2.2.1 Pengertian Goong Renteng

Istilah goong renteng merupakan perpaduan dari kata “goong” dan “renteng”.

Kata goong merupakan istilah kuno Sunda yang berarti gamelan, sedangkan kata renteng

berkaitan dengan penempatan pencon-pencon atau bonang yang diletakan secara

berderet/berjejer atau ngarenteng. Jadi secara harfiah goong renteng merupakan goong

(pencon) yang diletakan/ disusun berderet (ngarenteng). Nama Goong Renteng ini kadang

– kadang disebut “Gamelan Renteng” atau “Goong Kromong” (1977:72).

Goong renteng memiliki 2 macam laras ada yang berlaras salendro dan ada yang

berlaras pelog. Peralatannya terdiri dari Kongkoang, Cempres, Paneteg, dan Goong.

Kongkoang (alat musik berpencon), Cempres (alat musik bilah) dan goong

diklasifikasikan sebagai idiofon.

Sementara Peneteg (semacam kendang) diklasifikasikan sebagai membranofone.

Ditinjau dari cara memainkannya kongkoag, cepres dan goong diklafikasikan sebagai alat

pukul, sedangkan paneteg sebagai alat tepuk. Dalam ansamble kongkoang dan cempres

berfungsi pembawa melodi, kendang sebagai pembawa irama, dan goong sebagai

penutup lagu atau siklus lagu. Pepeator pada goong renteng pada umumnya tidak

bertambah.

2.2.2 Asal-Usul Kesenian Goong Renteng

2.2.2.1 Goong Renteng Di Jawa Barat (Secara Umum)

Goong renteng merupakan salah satu jenis gamelan khas masyarakat Sunda yang

sudah cukup tua, paling tidak goong renteng sudah dikenal sejak abad ke-16 dan tersebar

di berbagai wilayah Jawa Barat. Menurut Jacobs Kunst (1934:386) goong renteng dapat

ditemukan di Cileunyi dan Cikebo wilayah Tanjung Sari (Sumedang), Lebak Wangi

wilayah Pameungpeuk (Bandung) dan Keraton Kanoman (Cirebon). Selain itu goong

renteng jug terdapat di Cigugur (Kuningan), Talaga (Majalengka), Ciwaru (Sumedang),

Tambi (Indramayu), Mayung Suranenggala, dan Tegalan (Cirebon).

Page 13: Laporan Hasil Observasi Seni Tradisi

Lagu-lagu pada goong renteng Embah Badong di Lebak Wangi, Batu Kasut,

Bandung. Goong renteng Penggugah Manah di Sukamulya, Kuningan. Dan goong

renteng Talaga Manggung di Majalengka (bahkan tidak pernah ditabuh lagi) lagu-

lagunya masih tetap itu-itu juga.

Secara fisik goong renteng mempunyai kemiripan dengan gamelan degung tetapi

dalam hal usia goong renteng dianggap lebih tua keberadaannya daripada degung,

sehingga ada yang menduga bahawa gamelan degung merupakan pengembangan dari

goong renteng, mungkin karena ketuaannya. Pada Umumnya goongrenteng sekarang

dianggap dengan gamelan keramat. Sehingga memeliharanya diperlukan khusus secara

adat (ritual kepercayaan). Kelengkapan waditra gamelan renteng tidak sama setiap

tempat, demikian pula lagunya.

2.2.2.2 Goong Renteng Di Kuningan

Awal keberadaan atau kelahiran goong renteng panggugah manah di perkirakan

pada sekitar akhir abad XVIII.pada saat itu daerah sukamulya belum berbentuk

kelurahan,masih berbentuk desa,namanya pun bukan sukamulya tetapi desa cipanas dan

berada dalam wilayah kecamatan kuningan.

Sejak zaman islam berkembang,kab.kuningan merupakan bagian dari wilayah

kesultanan (sekarang keresidenan) cirebon.demikian pula kehadiran goong renteng

merupakan salah satu bukti bahwa pengaruh dalam seni budaya.

Kehadiran goong renteng di kelurahan sukamulya ini pada awalnyaa di bawa oleh

tokoh yang bernama Raksajaya.goong renteng ini di bawanya dari cirebon di beli dari

dari buyut anjung(pangeran paangongan)dengaan harga 750 (mata uang belanda).untuk

mendapat goong renteng rakjayasa berupaya memesannya dalam waktu dan proses cukup

lama.sebelum di bawa ke sukamulya ia mencoba memeriksa terlebih dahulu kualitas

bunyi dan kesempurnaa nada-nada nya (larasnya).rakjayasa merupakan salah satu orang

yang mengerti terhadap dalam kualitas bunyi dan goong renteng tersebut.

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya goong renteng terdapat pula di daerah

kabupaten kuningan, yaitu di kelurahan sukamulya yang bernama “penggugah manah”

bagaimana kesenian goong renteng dapat masuk ke kabupaten kuningan ? berikut adalah

uraian mengenai goong renteng yang ada di kabupaten kuningan.

Page 14: Laporan Hasil Observasi Seni Tradisi

Pada zaman islam kabupaten kuningan mrupakan bagian dari wilayah kekuasaan

keresidenan cirebon, jadi penngaruh-pengaruh yang menyangkut sosial budaya akan

terasa oleh masyarakat kuningan.

Pada tahun 1792 m di desa cipanas (sekarang sukamulya), kecamatam kuningan,

kabupaten kuningan, muncul kesenian goong renteng yang diprakarsai oleh bapak

raksajaya yang beragama islamr dan bertempat tinggal di kuningan.

Goong renteng masuk ke kuningan yaitu karena hasil membeli dari buyut anjun

(pangeran pagongan cirebon) dengan harga 750,- (tujuh ratus lima puluh ) mata uang

belanda, yang berbahan perunggu. Beliau dengan susah payah menginginkan goong

tersebut dan mencoba untuk menyelaraskan nada-nada agar sempurna pada goong

tersebut dengan cara mendengarkan tabuhan goong dari kejauhan dan dilakukan dengar

cara berulang-ulang sampai suara goong terdengar sempurna.

Setelah goong renteng tersebut sempurna siselaraskan kemudian dibawa ke

sukamulya dengan bantuan keluarganya dan mulai dipentaskan dengan lagu-lagu

ciptaannya dan para nayaga.

Bapak Raksajaya sangat menjaga dan merawat goong renteng tersebut dengan

amat baik sehingga setiap mulud dicuci (dibersihkan) dengan air asem supaya bersih

kemudian dipentaskan.

Menurut cerita zaman dahulu goong renteng mengandung nilai mistik atau magic

yaitu pada saat setelah pagelaran / penabuhan goong suara goong akan membekas di

telinga (terdengar selalu) selama satu minggu meskipun waditranya sudah disimpan

dalam peti namun seiring dengan perkembangan zaman cerita itu tidak nyata adanya

namun semua itu tergantung pada kepercayaan masing-masing.

2.2.3 Fungsi Penyajian Goong Renteng

Fungsi penyajian goong renteng yang sebenarnya dalam kebudayaan sunda pada

masyarakat dulu belum diketahui secara pasti, namun pada awal keberadaannya berfungsi

sebagai sarana upacara ritual khususnya dalam upacara Maulid Nabi Muhammad SAW.

Pada perkembangannya, fungsi goong renteng bertambah, seperti waditranya ditambah

dengan seperangkat kendang, sekarang juga penyajian goong renteng digunakan untuk

sarana hiburan seperti dipentaskan dalam resepsi khitanan, pernikahan, dan lain lain.

Page 15: Laporan Hasil Observasi Seni Tradisi

2.2.4 Tokoh dan Pemegang Goong Renteng

Adapun tokoh yang memegang dan mengembangkan kesenian goong renteng

namun di Kabupaten Kuningan tokoh-tokoh itu tidak di ketahui pasti, hanya saja

berdasarkan penelitian beberapa tokoh masyarakat yang ada di daerah Sukamulya, yang

katanya diturunkan secara turun temurun antara lain:

Mula-mula dipegang oleh Bapak Raksajaya yang merupakan tokoh utama atau

pendiri goong renteng di Sukamulya, Kabupaten Kuningan. Setelah beliau meninggal

digantikan oleh anaknya yang bernama Bapak Bangsajaya, kemudian dipegang oleh

Bapak Ngalambang dan setelah beliau meninggal digantikan oleh putrinya yang bernama

Ibu Emur dan beliau pun meninggal kemudian diturunkan kepada anak sulungnya yang

bernama Bapak Djuki yang kemudian di wariskan lagi kepada anaknya yaitu Bapak Sahri

Sudarta sampai dengan sekarang.

Pada awalnya pengelolaan kesenian goong renteng “penggugah manah” dilakukan

secara tradisional yaitu sacara turun temurun dalam sistem kelompok kerabat

kekeluargaan. Namun pada periode berikutnya sistem pengelolaannya berkembang

menjadi sebuah bentuk organisasi yang jelas struktur kepengurusannya, serta dilengkapi

dengan sistem organisasi yang menunjukkan kemampanan (tertib berorganisasi). Adapun

susunan kepengurusan yang menjabat sekarang adalah sebagai berikut

No Nama Jabatan

1 Kepala Kelurahan Sukamulya Pelindung

2 Djuki bin Astrawilastra Penanggung Jawab

3 Maman Penasehat

4 Sahri Sudarta Ketua

5 Memed Sekretaris

6 Eman Bendahara

7 Tisna Humas

8 Karja Pembantu Umum

9 Yayat Lurah Sekar

2.2.5 Waditra dan Pelaku Goong Renteng

Goong renteng tentunya mempunyai waditra yang di gunakan yaitu di antaranya :

Page 16: Laporan Hasil Observasi Seni Tradisi

- Panglima : Bonang pendek yang jumlahnya 5 buah

- Bonang 1 : Bonang Rantai yang jumlahnya 14 buah

- Bonang 2 : Bonang Rantai yang jumlahnya sama yaitu 14 buah

- Gambang : Jumlahnya ada 14 buah

- Kendang : Kendang besar dan kendang kecil yang jumlahnya ada 3 buah

- Ketuk : Bonang tinggi yang jumlahnya ada 2 buah

- Kecrek : 2 stel, 1 stel , 2 keping jumlahnya 4 keping

- Goong Gede : Goong gede dan kempul yang berjumlah 2

Alat bantu yang digunakan hanyalah kayu yaitu sebgai alat penabuh waditra

goong renteng.

Sedangkan pemain-pemain goong renteng yaitu :

- Penabuh goong panglima, dimana goong yang ditabuh sebanyak 5 goong

- Penabuh goong renteng 1, dimana goong yang ditabuh sebanyak 7 goong.

- Penabuh goong renteng 2, dimana goong yang ditabuh sebanyak 14 goong.

- Penabuh goong ketuk di mana goong yang ditabuh sebanyak 2 goong.

- Penabuh goong gambang.

- Penabuh goong kendang

- Penabuh kecrrek yang merangkap alok.

Sedangkan saat ini orang yang memainkan alat-alat tersebut di kelurahan

Sukamulya sendiri yaitu:

No Nama UsiaWaditra Yang

Dimainkan

1 Karja 39 Tahun Bonang I

2 Suher 42 Tahun Bonang II

3 Kamar 45 Tahun Bonang

4 Oyon 35 Tahun Bonang Panglima

5 Tisna 39 Tahun Bonang Panglima

6 Yayat 39 Tahun Kendang

7 Karsa 22 Tahun Kendang

8 Maman 33 Tahun Goong

9 Winata 60 Tahun Kecrek (Simbal)

2.2.6 Busana yang digunakan dalam Penyajian Goong Renteng

Page 17: Laporan Hasil Observasi Seni Tradisi

Busana yang digunakan para pemain goong renteng saamaa seperti lazimnya para

wigaya kesenian tradisional jawa barat lainnya antara lain memakai baju takwa,celana

hitam,tutup kepala {bendo},batik sebagai khas sunda.

2.2.7 Lagu dan Iringan Goong Renteng

Kesenian goong renteng tidak lepas dari dengan lagu atau instrumen lagu yang di

pertunjukkan.sebernanya jumlah lagu yang di gunakan pada goong renteng cukup banyak

yaitu sekitar 35 lagu,namun sekarang yang sering dimainkan kurang lebih 17 lagu dalam

sekali pertunjukkan.ada beberapa lagu di antaranya:

Lagu kebojiro/papalayon:lagu ini suka di pakai dalam penyaambutan tamu.

Lagu bangbulu

Lagu maalang totog

Lagu sulanjana

Lagu suasana,Dll.

Selain lagu di atas masih banyak lagu lainnya:

Laras yang digunakan:

Laras mandalungan

Laras penyatuan

Laras pelog

Laras Salendro

Goong renteng adalah salah satu kesenian tradisional jawa barat,dengan sifatnya yang

tradisional ini dari dulu sampai sekarang tetaap mempertahankan sifat tradisional nya

itu,tetapi dilihat dari alat-alat yaang digunakan dan lagu-lagu yang dipentaskan lebih di

sesuaikan dengan keadaan sekarang,sehingga dapat di katakan kesenian goong renteng ini

terus mengikuti perkembangan jaman.

Adapun fungsi renteng di kuningan yaitu sebagai alat kesenian keramat dan sebagai

sarana hiburan masyarakat yang di tampilkan dalam upacara-upacara besar di kuningan

seperti saptontan atau saptuan dimana dalam upacara ini masyarakat mengadakan lomba

balap kuda sambil memukul gantungan yang berisi air bersamaan dengan itu goong

renteng itu goong renteng ditampilkan sebagai pengiringnya.dalam upacara seren taun

Page 18: Laporan Hasil Observasi Seni Tradisi

pun suka di pentaskan namun sekarang ini goong renteng di tampilkan dalam upacara

penyambutan tamu dalam pernikahan dan khitanan.

Ada beberapa pementasan yang pernah di lakukan oleh kelompok kesenian goong

renteng “penggugah Manah”ini yang di anggap penting yaitu :

Pada awal tahun di pentaskan di Cirebon,mewakili kesenian kabupaten Kuningan.

Pada tanggal 8 agustus 1967 di pentaskan di hadapan para peneliti bagian

kebudayaan dari Amerika serikat bertempat di desa,Cigugur Kabupaten

Kuningan.

Pada tahun 1969 di pentaskan di hadapan para peneliti di bagian kebudayaan dari

Belanda.

Page 19: Laporan Hasil Observasi Seni Tradisi
Page 20: Laporan Hasil Observasi Seni Tradisi

Gambar. Contoh Alat Musik Goong Renteng

Page 21: Laporan Hasil Observasi Seni Tradisi

2.3 PUPUH

2.3.1 Pengertian Pupuh

Menurut Enday Sadari piph diartikan sebagai danding yang sudah mempunyai

aturan-aturan khusus. Sedangkan di dalam pelajaran Bahasa Sunda, pupuh adalah

rumpaka lagu yang mempunyai patokan dan aturan yang tentu serta mempunyai watak

yang menggambarkan masing-masing pupuh.

Menurut Atik Sopandi, S.Kar., pupuh adalah pola penyusunan syair atau rumpaka.

Pengertian ini berlandaskan pada fungsi dari pupuh, yaitu sebagai sumber pola untuk

membuat rumpaka yang akan digunakan sebagai sarana penyajian tembang.

2.3.2 Asal Usul atau Riwayat Pupuh

Pupuh atau danding berasal dari kebudayaan Jawa Salah satu hal yang

membuktikan bahwa pupuh berasal dari Jawa yaitu dengan memperhatikan nama-

namanya. Lihat saja kata-kata seperti asmarandana, dandanggula, kinanti dll. Seperti itu

adalah kata-kata yang berasal dari bahasa jawa.

Pada dasar nya karawitan Sunda yaitu terbagi menjadi 3 bentuk ,yaitu:

1. Karawitan Sekar

2. Karawitan Gending (Instrumentalia) dan

3. Karawitan Sekar Gending

Karawitan sekar menurunkan dua jenis pola,yakni sekaran kawih dan sekaran kembang.

Dari sekaran tembang ini hadir dengan pupuh sebanyak tujuh belas. Yang di maksud

dengan sekaran kawih adalah sekar tandak atau sekaran yang memiliki keajengan ketukan

di dlam perjalanannya.Sedangkan sekaran tembang ialah sekaran irama merdeka atau

sekar yang memiliki kebebasan (bebas terikat) ketukan.

Page 22: Laporan Hasil Observasi Seni Tradisi

2.3.3 Pengelompokan Pupuh

Menurut para pujangga Sunda, Pupuh dikelompokan menjadi 2 bagian, yaitu :

1.Sekar Ageung

Pupuh yang termasuk sekar ageung berjumlah 4 yaitu :

1).Kinanti

2).Sinom

3).Asmarandana

4).Dangdanggula

2.Sekar Alit

Pupuh yang termasuk sekar alit berjumlah 13 yaitu :

1).Pucung

2).Maskumambang

3).Lambang

4).Ladrang

5).Magatru

6).Balakbak

7).Juru demung

8).Gambuh

9).Mijil

10). Pangkur

11). Wirangrong

12).Durma

13).Gurisa

Page 23: Laporan Hasil Observasi Seni Tradisi

2.3.4 Aturan-aturan Pupuh

Pupuh memiliki aturan aturan yang telah ditentukan, meliputi :

1. Jumlah baris atau padalisan dari setiap bait yang di sebut pada.

2. Jumlah suku kata (engang) dari tiap tiap baris yang disebut guru wilangan.

3. Vokal akhir dasar pada setiap baris yang disebut guru lagu.

4. Beberapa engang atau baris yang disebut padalisan.

Hal ini lebih di jelaskan lagi dalam buku “ Sastra Lagu Sunda” karya Epe Syafei

Adisastra B.A, bahwa patokan ikatan danding secara umum adalah sebagai berikut:

1). Jumlah padalisan (baris) tiap pada (bait) nya, bergantung pada macam pupuhnya

berkisar antara 4-10 baris.

2).Guru wilangan (jumlah suku kata) tiap barisnya juga bergantung pada macam

pupuhnya, yang berkisar antara 3-12 engang (suku kata). Padalisan yang terdiri dari

6 suku kata atau lebih tebagi menjadi dua ruas yang diantaranya ada ruasan 4 suku

kata.

3).Tiap-tiap akhir baris diharuskan dalam suara (vokal) tertentu yang disebut guru

lagu.

4).Tiap macam pupuh mempunyai tugas atau watak masing-masing atau biasanya

sudah tersirat pada nama pupuh itu sendiri.

PupuhPadalisan (baris)

I II III IV V VI VII VIII IX X

Kinanti 8-u 8-i 8-a 8-i 8-a 8-i

Sinom 8--a 8-i 8-a 8-i 7-i 8-u 7-a 8-i 12-a

Asmarandana 8-i 8-a 8-e/o 8-a 7-a 8-u 8-a

Dangdanggula 10-i 10-a 8-e/o 7-u 6-i 7-a 6-u 8-a 12-i 7-a

Mijil 10-i 6-o 6-e 10-i 6-i 6-u

Pangkur 8-a 11-i 8-u 7-a 12-u 8-a 8-i

Durma 12-a 7-i 6-a 7-a 8-i 5-a 7-i

Gurisa 8-a 8-a 8-a 8-a 8-a 8-a

Gambuh 8-u 8-u 12-i 8-u 8-o

Ladrang 10-i 6-a 8-i 12-a

Page 24: Laporan Hasil Observasi Seni Tradisi

Lambang 8-a 8-a 8-a 8-a

Maskumamba

ng

12-i 6-a 8-i 8-a

Balakbak 12-a 3-e 12-a 3-e 12-e 3-e

Magatru 12-u 8-i 8-u 8-i 8-o

Pucung 12-u 6-a 8-e/o 12-a

Wirangrong 8-i 8-o 8-u 8-i 8-a 8-a

Juru demung 8-a 8-u 6-i 8-a 8-u

2.3.5 Watak Pupuh

Watak pupuh mempunyai watak yang berbeda beda, yaitu :

1. Kinanti mempunyai watak perhatian,menanti,harapan.

2. Sinom mempunyai watak senang dan gembira.

3. Asmarandana mempunyai watak berani,cinta.

4. Dangdanggula mempunyai watak kegembiaraan yang di sertai perasaan

keagungan dan rasa tenang.

5. Juru demung mempunyai watak menyesal, bingung dan susah.

6. Gurisa mempunyai watak humor dan melamun.

7. Pucung mempunyai watak pepatah,kabar,terkejut dan sadar.

8. Maskumambang mempunyai watak perihatin,sengsara, sakit.

9. Durma mempunyai watak perang , marah,perkelahian.

10. Magatru mempunyai watak humor disertai rasa perihatin.

11. Lambang mempunyai watak humor,senda gurau.

12. Wirangrong mempunyai watak malu, sial.

13. Pangkur mempunyai watak siap maju ke medan perang.

14. Gambuh mempunyai watak bingung, salah tingkah.

15. Balakbak mempunyai watak humor.

16. Ladrang mempunyai watak humor,senda gurau.

17. Mijil mempunyai watak susah, sediah,celaka.

Page 25: Laporan Hasil Observasi Seni Tradisi

2.3.6 Perkembangan Pupuh

Pupuh pertama dari Cianjur (khususnya Sunda ). Seiring di mainkan sebagai

permainan anak-anak(kaulinan budak) berkembang dengan adanya nasihat nasihat baik

untuk kehidupan sehari hari, atau untuk perilaku atau budi pekerti.

Pengembangan pupuh selain telah menjadi ciri khas kedaerahan

(Cianjuran,Ciawian,Cigawiran) berkembang pula pada kebutuhan-kebutuhan lainnya

misalnya dalam kebutuhan seni sawer

(pemberian pepatah dalam nyanyian) baik sawer,penganten maupun khitanan.

Pupuh dipergunakan pula pada bentuk drama sura, gending karesmen, atau

pengembangannya sebatas bentuk sastranya saja yang ditampilkan sebagai bahan bacaan

tanpa harus menggunakan lagam yang ada pada pupuh tersebut. Di bawah ini adakah

salah satu contoh pengembangan pupuh dalam bantuk lainnya :

Lagam/gaya Asal pupuh Pengembangan/judul baru

Cianjuran

Dangdanggula Bayubud

Kinanti Jemplang titi

Layar Putri

Sinom Sekar Gambir

CiawianKinanti Kinanti Pamanis

Sinom Sinom Pamanis

CigawiranDangdanggula Talutut

Sinom Sinom Ela-ela

Kakawen Asmarandana Asmarandana

Page 26: Laporan Hasil Observasi Seni Tradisi

2.3.7 Daerah Penyebaran Pupuh

Daerah yang menjadi penyebaran pupuh yaitu Cianjur,Ciawi,Cigawir. Maka daerah-

daerah tersebut sering disebut Cianjuran,Ciawian,Cigawiran.

2.3.8 Tokoh-Tokoh Pupuh

a. tokoh-tokoh pencipta pupuh

1. Sultan Adi Erutjakra pencipta pupuh Kinanti

2. Sunan Giri Kedaton pencipta pupuh Asmarandana

3. Sunan Giri Kedaton pencipta pupuh Sinom

4. Sunan Kalijaga pencipta pupuh Dangdanggula

5. Sunan Boning pencipta pupuh Pucung

6. Sultan Najagung pencipta pupuh maskumambang

7. Sunan Boning pencipta pupuh Durma

8. Sunan Giri Parapen pencipta pupuh Magatru

9. Sunan Muria pada pencipta pupuh Pangkur

10. Natapraja pencipta pupuh Gambuh

11. Sunan Gesang pencipta pupuh Mijil

12. Mang Koko Koswara pencipta pupuh Sunda

13. Rd.Machjar Angga Koesoemadinata pencipta pupuh Ladrang

b. tokoh penyanyi pupuh

1. Ida Rosida

2. Iik Setiawan ,S.Kar

3. Patah Nata Prawira

Selain yang disebutkan tadi masih ada tokoh tokoh yang lainnya, seperti :

1. Atik Soepandi ,S.Kar

2. Empu Yogiswara

3. Prabu Daniswara

4. Prabu Banjarsari

5. Epe Syafei Adisastra, BA

Page 27: Laporan Hasil Observasi Seni Tradisi

2.3.9 Alat-Alat Pengiring Pupuh

Alat yang di gunakan dalam mengiringi sebuah lagu pupuh adalah alat tradisional,

yaitu:

1. Kecapi (kecapi indung atau gelung)

2. Suling tembang

3. Kendang

4. Goong

5. Rebab

6. Rincik

Selain alat alat di atas dapat juga menggunakan :

1. Konga

2. Kecrek

3. Biola

2.3.10 Jumlah Pemain

Jumlah pemain pupuh relatif, bias di bawakan sendiri maupun lebih dari dua orang

dan maksimal lagu pupuh di bawakan oleh 10 orang .

2.3.11 Bentuk Pertunjukan Pupuh dan Busana yang digunakan

Bentuk pertunjukan pupuh berbeda beda, ada yang berfungsi sebagai ritual,

hiburan dsb. Biasanya berupa pasang diri lagu lagu pupuh kemudian di pentaskan

di gedung atau tempat khusus .

Dalam pertunjukan pupuh biasanya wanita memakai kebaya dan laki laki

memakai baju takwa.

Page 28: Laporan Hasil Observasi Seni Tradisi

2.3.12 Contoh contoh Syair Pupuh Dan Aturanya

1. Kinanti

Laras : salendro

Embat: Irama Merdika

Budak leutik bisa ngapung

8-u

Babaku ngpungna peuting

8-i

Nguriling kakalayangan

8-a

Neangan nu amis amis

8-i

Sarupaning bubuahan

8-a

Naon wae nu ka panggih

8-i

Page 29: Laporan Hasil Observasi Seni Tradisi

2. Asmarandana

Laras : salendro

Embat: Irama Merdika

Eling eling murangkalih

8-i

Kudu apik jeng berseka

8-a

Ulah odoh kanganggo

8-o/e

Munkotor geuwat seuseuhan

8-a

Soeh geuwat kaputan

7-a

Kanu buruk masing butuh

8-u

Kanu anyar masing lebar

8-a

Page 30: Laporan Hasil Observasi Seni Tradisi

3.Mijil

Laras : Pelog

Embat: Irama Merdika

Beurang peuting tambah cape ati

10-i

Jeung tambah rampopoy

6-o

Wungkul inget ka salaki bae

10-e

Mugi aya kadar panggih deui

10-i

Mun teu panggih deui

6-i

Angur pondok umur

6-u

Page 31: Laporan Hasil Observasi Seni Tradisi

4. Pucung

Laras : salendro

Embat: Irama Merdika

Estu untungnu bisa mupunjung indung

12-u

Jeung nyenengkeun bapa

6-a

Tanda yen bagjana gede

8-e/o

Hirup mulus kaseundeuhan ku berekah

12-a

Page 32: Laporan Hasil Observasi Seni Tradisi

5. Gambuh

Laras : Pelog

Embat: Irama Merdika

Nghuleng banget bingung

7-u

Henteu terang ka mana ngajugjug

10-u

Turug turug harita teu enggeus burit

12-i

Panon poe geus rek surup

8-u

Keueung sieun aya meong

8-o

Page 33: Laporan Hasil Observasi Seni Tradisi

6 . Maskumambang

Laras : madenda

Embat: Irama Merdika

He barudak kudu mikir ti leuleutik

12-i

Maneh ka hutangan

6-a

Ku kolot ti barang lahir

8-i

Nepi ka ayeuna pisan

8-a

Page 34: Laporan Hasil Observasi Seni Tradisi

7. Wirangrong

Laras : Pelog

Embat: Irama Merdika

Barudak mangka kaharti

8-i

Ulah rek ka dalon dalon

8-o

Enggon enggon nuntut elmu

8-u

Mangka getol mangka tigin

8-i

Pibekeleun sarerea

8-a

Modal bakti ka nagara

8-a

Page 35: Laporan Hasil Observasi Seni Tradisi

8. Durma

Laras : Pelog

Embat: Irama Merdika

Kanjeng ratu memeh dugi ka mangsana

12-a

Teras mapatkeun aji

7-i

Nagri teh di cipta

6-a

Sina jadi talaga

7-a

Dupi eta jimat encis

8-i

Kersa jeung Raja

5-a

Ngajadi poe matih

7-i

Page 36: Laporan Hasil Observasi Seni Tradisi

9. Sinom

Laras : Madenda

Embat: Irama Merdika

Aya hiji rupa kembang

8-a

Raranggeuyan tapi leutik

8-i

Rupana bodas kacida

8-a

Matak lucu liwat saking

7-i

Hanjakalna teu seungit

8-u

Lamun ku urang di ambung

8-u

Kitu soteh ti beurang

7-a

Ari seug mungguh ti peuting

8-i

Sume leber nyambuang sapakarangan

12-a

Page 37: Laporan Hasil Observasi Seni Tradisi

10.Juru demung

Laras : Pelog Liwung

Embat: Irama Merdika

Badan anu katempuhan

8-a

Da bongan ngalanjur nafsu

8-u

Peurihna kapanggih

6-i

Rek bongan bongan ka saha

8-a

Ayeuna bati kaduhung

8-u

11.Balakbak

Laras : Madenda(Nyorong)

Embat : Irama Merdika

Nanggung tolok pinuh barang bubututan rarombeng

15-e

Wantu kabeh ape kiran rorombongan garoreng

15-e

Lempangna teh rada ngigir ngalieukan mendeleng

15-e

Page 38: Laporan Hasil Observasi Seni Tradisi

12.Pangkur

Laras : Salendro

Embat : Irama Merdeka

Sakur durjana dursila

8-a

Pada giris repeh teu wani julig

11-i

Rasana tangtu karingkus

8-u

Najan kabur di udag

7-a

Tara weleh mun tacan datang ka tumpur

12-u

Bengis keras ponggawana

8-a

Ngajaga ponggawa nagri

8-i

Page 39: Laporan Hasil Observasi Seni Tradisi

13.Gurisa

Laras : Salendro

Embat : Irama Merdeka

Hayang teuing geura beurang

8-a

Geus beurang rek ka sumedang

8-a

Nagih nu boga hutang

8-a

Mun meunang rek meuli soang

8-a

Tapi najan henteu meunang

8-a

Teu rek buru-buru mulang

8-a

Rek tuluy guguru tembang

8-a

Jeung diajar nabeuh gambang

8-a

Page 40: Laporan Hasil Observasi Seni Tradisi

14.Lambang

Laras : Salendro

Embat : Irama Merdeka

Nawu kubang sisi tegal

8-a

Nyiar bogo meunang kadal

8-a

Atuh teu payu di jual

8-a

Rek didahar da teu halal

8-a

15. Ladrang

Laras : Pelog Sorog

Embat : Irama Merdeka

Aki dartam leumpangna ngagidig

10-i

Gancang pisan gancang pisan

4-a

Bari aya nu dijingjing

8-i

Mawa kisa eusina ucing anakan

12-a

Page 41: Laporan Hasil Observasi Seni Tradisi

16.Dangdanggula

Laras : Pelog Sorog

Embat : Irama Merdeka

Keak keak merak lir careurik

10-i

Heulang julang kalong ngalanglangan

10-a

Geuri-geuri tinggarero

8-o/e

Maung bati ngahiung

7-u

Kuwiwi mah bati ngecewis

9-i

Sagala ngiring lara

7-a

Ka sang putri wiku

6-u

Jeung pa bijil alpukah

8-a

Sato-sato berhala gunung sirinding

12-i

Page 42: Laporan Hasil Observasi Seni Tradisi

17.Magatru

Laras : Madenda

Embat : Irama Merdeka

Nun sumuhun ieu teh namina curuk

12-i

Nu alit namina cinggir

8-i

Anu panjang mah jajangkung

8-u

Anu pangageuna jempol

8-o

Page 43: Laporan Hasil Observasi Seni Tradisi

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan dan Saran

3.1.1 Simpulan :

Setelah mengadakan kegiatan observasi ini ternyata seni budaya tradisional di

Kabupaten Kuningan sangat banyak sekali, beragam dan sangat menarik. Namun kurang

diketahui masyarakat Kuningan. Sehingga seni budaya tradisionala tersebut kurang

dipelihara, dan jarang ditemukan. Meski hanya segelintir orang saja yang mengetahui dan

mau menjaga maupun melestarikan budaya tersebut.

3.1.2 Saran :

Pemerintah

Seni Budaya Tradisional Kuningan merupakan kekayaan budaya dan merupakan

kebanggaan. Dan identitas masyarakat Kuningan. Untuk itu kami mohon

partisipasi dari semua pihak untuk ikut menjaga dan melestarikannya. Kepada

semua masyarakat Kuningan agar nilai-nilai yang terkandung di dalamnya tidak

hilang atau punah.

Lembaga-lembaga tertentu

DISPARBUD, agar lebih mempromosikan Seni Budaya Tradisional yang ada

di Kuningan. Supaya banyak masyarakat yang berkunjung ke Kuningan.

Dinas Pendidikan, agar bisa memperkenalkan pada siswa-siswi sekolah supaya

mereka tahu bahwa Seni Budaya Tradisional di Kuningan masih ada.

Sanggar-sanggar, agar lebih memberikan pelatihan-pelatihan kepada

masyarakat sekitar untuk mempelajari seni budaya yang ada di Kuningan.

Para tokoh seniman, agar lebih dikenal masyarakat. Para tokoh

seniman selalu memperingati atau ikut berpartisipasi di setiap

acara seni budaya tradisional yang ada di Kuningan.

Guru-guru kesenian, sering-seringlah memberikan tugas kepada

setiap siswanya untuk meneliti kesenian yang ada di daerahnya

sendiri,agar mereka mau dan tahu menjaga dan melestarikannya.

Masyarakat, agar selalu memperingati tradisi-tradisi yang di

turunkan oleh leluhurnya untuk dipelihara dan dijaga agar tidak

Page 44: Laporan Hasil Observasi Seni Tradisi

punah,agar masyarakat tahu dan tidak terbawa oleh arus-arus yang

membawa masyarakat sampai melupakan tradisi yang ada di

darahnya sendiri.

3.2 Kesan dan Pesan

3.2.1 Kesan

Penulis bersyukur bisa menyelesaikan tugas observasi dan bisa

mendapatkan bekal untuk melanjutkan ke perguruan tinggi

Saya harap pengadaan Seni Budaya Tradisional agar tetap ada agar

masyarakat tahu betapa pentingnya seni budaya yang ada di daerahnya.

3.2.2 Pesan

Teman sekelas, agar selalu menjaga dan selalu melestarikan seni budaya

tradisional yang ada di kuningan. Bukan hanya untuk memenuhi tugas

semata tetapi untuk esok dan seterusnya.

Lembaga-lembaga tertentu, agar bisa melindungi, menjaga dan

melestarikan supaya seni budaya tradisional yang ada tidak punah

Masyarakat, agar sellu berperan penting dalam memperingati tradisi-tradisi

yang telah ada sehingga tetap terjaga hingga masa yang akan datang.

Page 45: Laporan Hasil Observasi Seni Tradisi

DAFTAR PUSTAKA

Sismayanti, Siska. 2010. Laporan Hasil Observasi Seni Budaya Tradisional.

http://www.disparbud.jabarprov.go.id

http://id.wikipedia.org

http://lh3.ggpht.com

http://peta-kota.blogspot.com

http://www.kuningankab.go.id

www.datasunda.org