Laporan Hasil Kunker Komisi VI DPR-RI Ke Provinsi Jawa Barat ...

29
1 LAPORAN HASIL KUNJUNGAN KERJA KOMISI VI DPR-RI KE PROPINSI JAWA BARAT MASA RESES SIDANG II TAHUN SIDANG 2011-2012 Tanggal 18 S.D 22 Desember 2011 ______________________________________________________________ I. Pendahuluan A. Dasar 1. Keputusan Pimpinan DPR-RI Nomor: 35/PIMP/II/2011-2012 Tanggal 16 Desember 2011 tentang Penugasan Anggota Komisi I s/d XI, Banggar, dan BAKN DPR-RI untuk melakukan Kunjungan Kerja Berkelompok dalam Masa Reses Masa Persidangan II Tahun 2011-2012 2. Keputusan Rapat Intern Komisi VI DPR-RI tanggal 2011 mengenai Sasaran dan Obyek Kunjungan Kerja Komisi VI DPR-RI pada Masa Persidangan II tahun Sidang 2011-2012. B. Maksud dan Tujuan Laporan ini dimaksudkan untuk memberi gambaran tentang berbagai temuan hasil Kunjungan Kerja Komisi VI DPR-RI yang terkait dengan bidang tugasnya di Propinsi Jawa Barat dalam rangka memenuhi salah satu fungsi Dewan sebagaimana diatur dalam Tata Tertib DPR-RI ini dengan tujuan sebagai bahan masukan bagi pemerintah untuk ditindak- lanjuti sesuai ketentuan yang berlaku. C. Sasaran Kunjungan Kerja Sasaran kunjungan kerja di titikberatkan pada aspek: 1. Pengawasan Pelaksanaan Peraturan Perundang-undangan dan Pengawasan terhadap kinerja lembaga-lembaga/badan yang berada di dalam lingkup mitra kerja Komisi VI DPR-RI; 2. Pembahasan perkembangan daerah, khususnya yang berkaitan dengan bidang mitra kerja Komisi VI DPR-RI; 3. Memonitor situasi lapangan serta menampung aspirasi yang berkembang berkaitan dengan pengembangan Investasi, Industri, Perdagangan, Koperasi dan UKM, penciptaan lapangan kerja, serta peningkatan kesejahteraan masyarakat lokal. D. Obyek Kunjungan Kerja 1. Pemda Propinsi Jawa Barat 2. Pupuk Kujang, PT. Berdikari, Perum Bulog, Perum Jasa Tirta II, PT. Sang Hyang Sri, dan PT. Pertani

Transcript of Laporan Hasil Kunker Komisi VI DPR-RI Ke Provinsi Jawa Barat ...

Page 1: Laporan Hasil Kunker Komisi VI DPR-RI Ke Provinsi Jawa Barat ...

1

LAPORAN HASIL KUNJUNGAN KERJA KOMISI VI DPR-RI

KE PROPINSI JAWA BARAT MASA RESES SIDANG II TAHUN SIDANG 2011-2012

Tanggal 18 S.D 22 Desember 2011 ______________________________________________________________ I. Pendahuluan

A. Dasar

1. Keputusan Pimpinan DPR-RI Nomor: 35/PIMP/II/2011-2012 Tanggal 16 Desember

2011 tentang Penugasan Anggota Komisi I s/d XI, Banggar, dan BAKN DPR-RI untuk melakukan Kunjungan Kerja Berkelompok dalam Masa Reses Masa Persidangan II Tahun 2011-2012

2. Keputusan Rapat Intern Komisi VI DPR-RI tanggal 2011 mengenai Sasaran dan Obyek Kunjungan Kerja Komisi VI DPR-RI pada Masa Persidangan II tahun Sidang 2011-2012.

B. Maksud dan Tujuan

Laporan ini dimaksudkan untuk memberi gambaran tentang berbagai temuan hasil Kunjungan Kerja Komisi VI DPR-RI yang terkait dengan bidang tugasnya di Propinsi Jawa Barat dalam rangka memenuhi salah satu fungsi Dewan sebagaimana diatur dalam Tata Tertib DPR-RI ini dengan tujuan sebagai bahan masukan bagi pemerintah untuk ditindak-lanjuti sesuai ketentuan yang berlaku.

C. Sasaran Kunjungan Kerja

Sasaran kunjungan kerja di titikberatkan pada aspek: 1. Pengawasan Pelaksanaan Peraturan Perundang-undangan dan Pengawasan terhadap

kinerja lembaga-lembaga/badan yang berada di dalam lingkup mitra kerja Komisi VI DPR-RI;

2. Pembahasan perkembangan daerah, khususnya yang berkaitan dengan bidang mitra kerja Komisi VI DPR-RI;

3. Memonitor situasi lapangan serta menampung aspirasi yang berkembang berkaitan dengan pengembangan Investasi, Industri, Perdagangan, Koperasi dan UKM, penciptaan lapangan kerja, serta peningkatan kesejahteraan masyarakat lokal.

D. Obyek Kunjungan Kerja 1. Pemda Propinsi Jawa Barat 2. Pupuk Kujang, PT. Berdikari, Perum Bulog, Perum Jasa Tirta II, PT. Sang Hyang Sri,

dan PT. Pertani

Page 2: Laporan Hasil Kunker Komisi VI DPR-RI Ke Provinsi Jawa Barat ...

2

3. PT. Bio Farma, PT. Indo Farma, PT. Kimia Farma 4. PT. Inti, PT. LEN Industri, PT. PLN, Pertamina, PGN, dan PT. Geodipa 5. Bank Indonesia, BNI, BRI, Bank Mandiri, BTN,Bukopin,Bank Jabar 6. PT. KAI, Pindad, PT. DI, dan PT. PPA 7. PTPN VIII dan PT. RNI

E. Waktu dan Acara Kunjungan Kerja (Terlampir)

II. Jawa Barat

Potensi Jawa Barat Dalam Konstelasi Nasional :

• Provinsi Dengan Jumlah Penduduk Terbesar (43,021 Juta Jiwa) • Pusat Kegiatan Industri Manufaktur Dan Strategis Nasional • Instalasi Vital Nasional (Pendidikan, Litbang Dan Hankam), Beberapa Berkelas Dunia • Berbatasan Dengan Ibukota Negara • Provinsi Dengan Struktur Geologi Yang Kompleks • Memiliki Tiga Pusat Kegiatan Nasional (Pkn) Dan 2 Pkn-P • Memiliki Taman Nasional, Suaka Margasatwa Dan Cagar Alam

Kontribusi Jawa Barat Terhadap Nasional : • Berkontribusi terhadap PDB Nasional (14,24%) • Kontribusi PMA Jawa Barat Terhadap Nasional (34,46%) • Menyumbang Produksi Beras Nasional (17,32% ) • Provinsi Produsen Komoditi Ekspor Nasional (As 18,4%, Jepang 12,52%)

Kontribusi Jawa Barat Terhadap Regional Jawa Bali : • Lintasan Utama Arus Regional Barang Dan Penumpang Sumatera-Jawa-Bali • Pmdn Tertinggi Di P. Jawa-Bali • Penyedia Listrik Dengan Kapasitas Daya Terpasang 4.654 Mw : Plta 1.941 Mw, Plt Geotermal 1.061 Mw, Lainnya 1.652 Mw • Luas Kawasan Hutan Terbesar Di Jawa-Bali Sebesar (1,04 Jt Ha) • Memiliki 40 Daerah Aliran Sungai (Das) • Merupakan Tujuan Wisata • Debit Air Permukaan 81 Milyar M3/Tahun Dan Air Tanah 150 Jt M3/Tahun Kontribusi Jawa Barat Terhadap Ibukota Negara : • Penyedia Air Baku Untuk Dki • Penyedia Bahan Pangan Untuk Dki • Penyedia Lahan Dan Infrastruktur Pendukung Aktivitas Dki.

Kegiatan yang telah dilaksanakan Pemerintah Propinsi Jawa Barat Tahun 2011: 1. Pengembangan sistem usaha tani terpadu yang implementasinya melalui Program Gerakan Multi Agribisnis (GEMAR); 2. Pengembangan agroforestry di area lahan kritis; 3. Pengembangan ikan keramba di muara sungai sepanjang pantai Selatan Jawa Barat, yang implementasinya melalui Gerakan Pengembangan Perikanan Muara Pantai Selatan

Page 3: Laporan Hasil Kunker Komisi VI DPR-RI Ke Provinsi Jawa Barat ...

3

(GAPURA SELATAN); 4. Pengembangan hutan mangrove, rumput laut dan perikanan tambak, serta

pengendalian perikanan tambak di pantura Jawa Barat, yang implementasinya melalui Gerakan Pengembangan Perikanan Pantai Utara (GAPURA UTARA);

5. Gerakan Pengembangan dan Perlindungan Pasar Tradisional (GEMPITA); 6. Pengembangan Lumbung Pangan dan Desa Mandiri Pangan; 7. Program Dana Bergulir “Kredit Cinta Rakyat” (KCR); 8. Membentuk Perusahaan Penjamin Kredit Daerah untuk penjaminan agunan bagi UMKM; 9. Melaksanakan Operasi Pasar untuk Kebutuhan Pokok (Beras, Gula, Minyak Goreng);

10. Melaksanakan kegiatan Bazar rutin setiap bulan; 11. Penyelenggaraan Rakornas Bidang Perekonomian Provinsi seluruh Indonesia

menghasilkan Deklarasi Bandung diantaranya membentuk Forum Kerjasama Asisten Perekonomian dan Pembangunan di Indonesia.

MP3EI • MP3EI dicanangkan pada tanggal 27 mei 2011 oleh Presiden RI, dengan tujuan

mencapai aspirasi Indonesia 2025, yaitu menjadi negara maju dan sejahtera dengan PDB sekitar USD 4,3 Triliun dan menjadi negara dengan PDB terbesar ke-9 di dunia. Pada tahun 2010, PDB Nasional RI berada pada urutan ke 16.

• Dari Aspek Kelembagaan telah dibentuk Tim Kerja Komite Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (KP3EI) Jawa Barat dengan Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor 500,05/Kep.1265-Admrek/2011 tanggal 3 Oktober 2011.

• Langkah-langkah yang telah dilakukan KP3EI Jawa Barat, adalah : Rapat Pleno I KP3EI Jawa Barat pada tanggal 17 Oktober 2011, Rapat Pleno II KP3EI Jawa Barat pada tanggal 2 November 2011 serta Rapat Pleno III KP3EI Jawa Barat pada tanggal 30 November 2011

• Penyusunan laporan perkembangan pelaksanaan Proyek-proyek MP3EI di Jawa Barat selanjutnya disampaikan kepada Ketua KP3EI Koridor Jawa (Menteri PU dan Menteri Perindustrian) dan Gubernur Jawa Tengah (Ketua Forum Gubernur Koridor Jawa)

• Rekapitulasi Proyek-Proyek MP3EI di Jawa Barat : III. DESKRIPSI PER BIDANG A. BIDANG PERDAGANGAN

Kebijakan: • Meningkatkan Sistem dan Jaringan Distribusi Barang serta Pengembangan Pasar

Dalam dan Luar Negeri.

Program: • Peningkatan dan Pengembangan Ekspor • Pengembangan Sistem Perdagangan Dalam Negeri • Perlindungan Konsumen dan Pengamanan Perdagangan.

Strategis: • Meningkatnya ekspor-impor Jawa Barat • Meningkatnya distribusi barang kebutuhan pokok masyarakat dan barang strategis; • Meningkatnya penggunaan produk dalam negeri;

Page 4: Laporan Hasil Kunker Komisi VI DPR-RI Ke Provinsi Jawa Barat ...

4

• Meningkatnya fungsi sarana dan prasarana perdagangan; • Meningkatnya pengembangan dan perlindungan pasar tradisional (GEMPITA). • Meningkatnya pengawasan barang beredar dan jasa; • Meningkatnya perlindungan terhadap konsumen dan produsen; • Meningkatnya tertib usaha dan tertib ukur/takar/timbang dan perlengkapannya.

B. BIDANG PERINDUSTRIAN

Kebijakan:

• Meningkatkan Daya Saing Industri.

Program: • Pengembangan Industri Kecil dan Menengah • Penataan struktur dan Peningkatan Kemampuan Teknologi Industri. Strategis: • Meningkatnya unit usaha industri kecil menegah; • Meningkatnya penyerapan tenaga kerja industri kecil menengah; • Meningkatnya pelayanan terhadap pelaku usaha IKM • Meningkatnya sinergitas pengembangan industri; • Meningkatnya penguasaan teknologi industri; • Meningkatnya penyerapan tenaga kerja oleh industri besar

C. BIDANG PENANAMAN MODAL

Kebijakan:

• Peningkatan Iklim Usaha dan Investasi.

Program: • Peningkatan Iklim Investasi • Peningkatan Promosi dan Kerjasama Investasi.

Strategis: • Terwujudnya harmonisasi dan integrasi peraturan dan ketentuan pendukung di

bidang penanaman modal; • Terfasilitasinya jaminan keamanan dan kepastian hukum di bidang penanaman

modal; • Meningkatnya pelaksanaan kebijakan penanaman modal di Jawa Barat; • Meningkatnya pemberian fasilitas penanaman modal bagi penanam modal; • Meningkatnya kualitas pelayanan perizinan dan non perizinan di bidang penanaman

modal • Terbentuknya forum interaksi investor mitra Jawa Barat (West Java Partner); • Meningkatnya promosi yang terintegrasi dengan pemangku kepentingan terkait di

Jawa Barat; • Tersusunnya paket peluang investasi yang layak untuk ditawarkan kepada penanam

modal; • Meningkatnya kerjasama investasi antar pemerintah daerah dan antara pemerintah

daerah dengan swasta;

Page 5: Laporan Hasil Kunker Komisi VI DPR-RI Ke Provinsi Jawa Barat ...

5

• Terfasilitasinya perencanaan dan pengembangan kawasan ekonomi khusus; • Terfasilitasinya penyediaan promotion and business center yang representatif.

D. BIDANG KOPERASI DAN UKM

Kebijakan:

• Menguatkan Kelembagaan dan Usaha, Kapasitas Sumber Daya Manusia, Sistem Pembiayaan dan Peluang Pasar KUMKM.

Program: • Pengembangan Kewirausahaan dan Keunggulan Kompetitif Koperasi, Usaha Mikro,

Kecil dan Menengah • Pengembangan Sistem Pendukung Usaha bagi Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan

Menengah • Pembinaan dan Pengembangan BUMD dan Lembaga Keuangan Non Perbankan.

Strategis: • Mendorong penumbuhan wirausaha, dan wirausaha yang berdaya saing serta

penyerapan tenaga kerja; • Meningkatnya kualitas kelembagaan koperasi • Meningkatnya akses permodalan KUMKM dg jaminan kolateral bekerjasama dg

perbankan dan lembaga keuangan mikro • Meningkatnya akses teknologi tepat guna • Pengembangan akses pasar melalui promosi dan kreasi produk, dukungan

pendampingan tempat usaha • Meningkatnya kinerja dan daya saing BUMD dalam rangka memperbaiki pelayanan

kepada masyarakat dan memberikan sumbangan terhadap keuangan daerah; • Meningkatnya peran Lembaga Keuangan Non Perbankan

IV. PERMASALAH SPESIFIK DAN REKOMENDASI

A. PEMERINTAH DAERAH PROPINSI JAWA BARAT

Permasalahan : 1. Kondisi permesinan yang mendukung industri tekstil dan produk tekstil serta alas kaki

tidak sesuai perkembangan teknologi. 2. Terbatasnya infrastruktur yang mendukung sektor perindustrian dan perdagangan. 3. Terbatasnya sarana perdagangan/pusat promisi dan pasar tradisional yang representatif. 4. Rendahnya akses berinvestasi, pelayanan perijinan, regulasi dan jaminan investasi. 5. Terbatasnya akses pembiayaan. Rekomendasi : 1. Pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus 2. Subsidi pupuk dan sarana produksi 3. Aplikasi teknologi tepat guna 4. Pengembangan jejaring usaha dan permodalan

Page 6: Laporan Hasil Kunker Komisi VI DPR-RI Ke Provinsi Jawa Barat ...

6

5. Pengembangan pengolahan hasil/industri dan penguatan pasar 6. Penyuluhan dan pendampingan usaha 7. Pengembangan sistem ketahanan pangan daerah (roice centre, food centre dll)

B. PUPUK KUJANG, PERUM BULOG, PT. PERTANI, PT. SANG HYANG SRI, PERUM JASA TIRTA II, DAN PT. BERDIKARI. Permasalahan : Pupuk Kujang Dalam mendorong pembangunan pertanian nasional, PT. Pupuk Kujang telah melakukan hal-hal sebagai berikut: - Memberikan bantuan permodalan di bidang usaha pertanian melalui pola kemitraan - Memberikan pembinaan melalui penelitian di bidang pertanian dalam upaya

meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan - Penyaluran dana bina lingkungan untuk sarana prasarana - Melaksanakan program GP3K (gerakan peningkatan produksi pangan berbasis).

Dalam mendorong peningkatan produksi pertanian PT. Pupuk Kujang telah melakukan hal-hal sebagai berikut: - Ketersediaan pupuk urea, NPK & organik dengan mengutamakan penyaluran ke sektor

pangan khususnya Jawa barat dengan prinsip 6 tepat - Pola distribusi dengan basis penyerahan gudang lini III di tiap kabupaten sampai lini IV - Melakukan pemantauan dan supervisi di lini III s.d. lini IV - Melakukan sosialisasi dan demplot pupuk majemuk dan organik untuk perbaikan hara

tanah dan peningkatan hasil - Pelaksanaan GP3K untuk meningkatkan produktivitas pangan.

Penelitian yang dikembangkan PT. Pupuk Kujang adalah penelitian-penelitian yang berkaitan dengan pengembangan pupuk NPK, organik, dan hayati baik dari formula maupun substitusi bahan baku. Penelitian tersebut dilakukan sendiri maupun bekerjasama dengan berbagai lembaga penelitian dan instansi akademik. Selain itu dilakukan kajian-kajian mengenai sumber energi alternatif pengganti gas bumi. Sesuai dengan misi utama Pupuk Kujang yaitu mendukung ketahanan pangan nasional, strategi diversifikasi adalah mengupayakan transformasi bisnis dari produsen pupuk tunggal menjadi produsen pupuk majemuk yaitu pupuk NPK, pupuk organik, dan pupuk hayati. Selain itu mengembangkan industri petrokimia dalam upaya memanfaatkan sarana dan fasilitas yang ada seperti unit produksi hidrogen & CO, perluasan H2O2, Asam Formiat dan Bioethanol. Perum Jasa Tirta II Hambatan yang dialami Perum Jasa Tirta II dalam pengembangannya: - Peraturan mengenai pengusahaan antara lain di bidang air, listrik, dan lahan serta

pengeloaan SDA di wilayah sungai Citarum belum selaras. - Kedudukan dan kewenangan PJT II terkait pengaturan aset serah kelola PU belum

sesuai apabila dikaitkan dengan peraturan-peraturan yang mengatur aset negara diantaranya UU Perbendaharaan Negara beserta turunannya.

Page 7: Laporan Hasil Kunker Komisi VI DPR-RI Ke Provinsi Jawa Barat ...

7

Adapun dukungan yang diharapkan Perum Jasa Tirta II dalam upaya pengembangan perusahaan adalah perlunya penegasan tentang kedudukan dan kewenangan PJT II dalam pengelolaan dan pengusahaan SDA di wilayah Sungai Citarum melalui sinkronisasi/penyesuaian perundang-undangan yang berlaku. PT. Pertani Program pengembangan perseroan: - Merencanakan produksi pupuk berbasis Bio Teknologi Organik yang ramah lingkungan. - Memantapkan jaringan distribusi modern berbasis pelayanan informasi pertanian yang

akurat (TOPSINDO, RESI GUDANG) - Meningkatkan kapasitas terpakai Penggilingan Padi - Meningkatkan produksi benih varietas unggul/hibrida - Membangun sinergi/kemitraan mewujudkan agropolitan Prioritas program adalah Berperan aktif dalam pengamanan produksi beras Nasional melalui Program Gerakan Peningkatan Produksi Pangan Berbasis Korporasi yaitu menjalin kemitraan dengan Gapoktan yang tersebar diseluruh Indonesia. (19 Propinsi). Pelaksanaan Seleksi mitra kerjasama produksi POG berlandaskan pada : a. Peraturan Menteri Negara BUMN No. Per-05/MBU/2008, tanggal 03 September 2008,

tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa BUMN. b. Peraturan Direksi PT Pertani (Persero) Nomor : Pert.001.2/ADM/01.50 tanggal 9

Pebruari 2009, Tentang Pedoman Kerjasama Produksi Barang Dagangan PT Pertani (Persero).

GP3K BUMN merupakan bentuk dukungan BUMN untuk meningkatkan ketahanan pangan nasional. BUMN bersinergi untuk meningkatkan produktivitas dengan cara: petani menyediakan lahan dan menggarap, sedangkan BUMN melakukan pengawalan dan menyediakan modal pengelohan lahan, benih, pupuk, dan pestisida serta offtaker. Program ini direncanakan untuk mendukung target surplus beras nasional 10 juta ton dalam kurun waktu tahun 2011-2015. Program GP3K BUMN ini dilakukan melalui dua pendekatan yakni: 1. Optimalisasi lahan sawah: inovasi paket usaha tani dikembangkan di lahan sawah

untuk meningkatkan produktivitasnya. 2. Optimalisasi lahan kering: inovasi paket usaha tani dikembangkan di lahan kering untuk

mengoptimalkan lahan kering tersebut. Pola kerjasama BUMN dengan petani adalah pola Yarnen (bayar panen) dimana seluruh kebutuhan sarana produksi petani dibantu dalam bentuk pinjaman natura & innatura dan dikembangkan/dibayar oleh petani setelah panen. GP3K menerapkan 3 (tiga) strategi, yaitu: 1. Teknologi meliputi teknologi budidaya dan penggunaan varietas unggul baru hibrida

dan non hibrida. Inovasi teknologi ini diharapkan mampu mendorong produktivitas; 2. Kelembagaan meliputi

a. Sinergi antar BUMN dengan sasaran untuk penguatan penyediaan dan distribusi (delivery sistem) sarana produksi sesuai kalender tanam, dan b. Sinergi petani dengan BUMN sasaran penguatan receiving system berupa

Page 8: Laporan Hasil Kunker Komisi VI DPR-RI Ke Provinsi Jawa Barat ...

8

peningkatan akses petani terhadap modal dan penguatan petani atau kelompok tani dalam menerapkan teknologi secara sempurna untuk mencapai peningkatan produktivitas pada level teratas

3. Administrasi berupa pencatatan seluruh petani peserta GP3K dalam by name dan by adress.

Ketiga strategi tersebut diharapkan mampu meningkatkan produktivitas minimal 1 ton/hektar. GP3K menggunakan pendekatan korporasi dalam penerapan ketiga inovasi diatas. Artinya seluruh transaksi modal kerja untuk penerapan inovasi oleh petani menggunakan hitungan bisnis. Nilai tambah minimal 1 ton/ha tersebut, sebagian berupa keuntungan petani dan sebagian lainnya menjadi keuntungan perusahaan. Dengan cara demikian terjadi peningkatan pendapatan usaha tani yang dikelola oleh petani. GP3K diimplementasikan dalam 2 format, yaitu: - Intensifikasi: dilakukan dengan menerapkan ketiga strategi untuk mendongkrak

produktivitas melawan pelandaian produktivitas yang terjadi di lahan pertanian existing.

- Ekstensifikasi: dilakukan dengan membuka lahan baru diluar jawa melalui pengebangan pertanian skala luas (food estate).

Perum Bulog Memperkuat pilar dan ketersediaan pangan: a. Jaminan Pasar

- Menyerap surplus selama panen. - Diharapkan 10% dari produksi/th - Menyerap 1,5 – 3 juta ton str beras/th.

b. Jaminan Harga - Mampu mengangkat harga di pasar produsen sepanjang panen

c. Manfaat Pengadaan: - mendorong pembangunan pedesaan melalui peningkatan pendapatan dan perluasan

lapangan kerja Rp. 19 T uang beredar.

Strategi mengoptimalkan pengadaan DN 2011: Strategi Pendukung 1. Memberikan kesempatan yang lebih luas bagi Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan)

serta penggilingan besar dan kecil untuk menjadi mitra kerja. Seiring dengan itu terhadap Mitra Kerja yang pada tahun ini tidak melakukan/merealisasikan kontrak pengadaan dengan Perum BULOG, maka pada tahun depan akan dikeluarkan dari daftar mitra kerja.

2. Divre/Sub Divre membuka pelayanan 7 (tujuh) hari dalam seminggu (termasuk hari Sabtu dan Minggu), menyelesaikan administrasi pembayaran selama 1 (satu) hari, dan meminta beberapa bank koresponden untuk memperpanjang jam operasional hingga jam 18.00 waktu setempat.

3. Meningkatkan kegiatan monitoring terhadap pelaksanaan panen padi dan perkembangan harga gabah/beras yang terjadi di lapangan melalui koordinasi

Page 9: Laporan Hasil Kunker Komisi VI DPR-RI Ke Provinsi Jawa Barat ...

9

dengan Dinas Pertanian dan BPS setempat. Tantangan dalam menyerap surplus petani:

Petani Produsen - Keterbatasan pengering selama puncak musim hujan untuk menghasilkan beras

berkualitas - Saprotan tepat waktu, jumlah dan kualitas - Khususnya Petani kecil (lahan sempit), terperangkap sistem ijon karena akses

terhadap modal sangat rendah. Diperlukan bantuan Pemerintah (misal KKPE atau kredit lainnya, penyempurnaan distribusi SAPROTAN)

SATGAS & UPGB - SATGAS (setiap Subdivre) - Terbatas wilayah kerjanya dan dibatasi peraturan - UPGB : 131 Unit dengan total kapasitas ±500 ribu ton gabah/th Perlu didorong kerjasama dengan Kelompok Tani, LDM, PUAP, LUDM, GLK(Koperasi), GP3K

Mitra BULOG : Penggilingan dan Pedagang - Penggilingan :

Besar Kecil : Lebih banyak dan tersebar Pedagang/ pemilik modal biasanya memberikan

Uang Muka (Ijon), juga mendorong praktek tebasan. Bangkitkan Penggilingan2 Kecil untuk bekerjasama dengan UPGB dan SATGAS sehingga : - Dapat memotong rantai pemasaran - Memperkecil marjin pemasaran - Meningkatkan efisiensi pemasaran - Petani dapat menikmati nilai tambah yg lebih besar.

Diperlukan Distribusi/Pemasaran yang efektif dan efisien, menyangkut: - Dimensi Waktu - Dimensi Lokasi/Tempat

Sehingga terbentuk pasar beras yang terintegrasi dengan baik Posisi stok bulog: - Stok beras BULOG di Gudang Per 31 Oktober 2011 : 1,177 juta Ton untuk 4,32 bulan

penyaluran rutin. - BULOG masih tetap mengusahakan pengadan DN sampai dengan akhir tahun dengan

mengoptimalkan pengadaan sisa panen gadu. - Stok akan terus diperkuat dengan tambahan pasokan dari pengadan LN yang masuk

sejak Agustus 2011. Pengelolaan CBP: memperkuat pilar stabilisasi. Untuk Darurat dan Rawan pangan Pasca Bencana - menghadapi bencana alam - bencana krn ulah manusia (man-made disasters) seperti konflik sosial,

pemberontakan, pengungsian dsb. Stabilisasi Harga melalui pelaksanaan OPM Tersebar di seluruh gudang BULOG se – Indonesia.

Page 10: Laporan Hasil Kunker Komisi VI DPR-RI Ke Provinsi Jawa Barat ...

10

PT. Berdikari Hambatan yang dihadapi oleh perseroan:

- Keterbatasan modal kerja - Kemampuan/kompetensi SDM masih memerlukan perbaikan - Besarnya hutang yang tidak produktif yang mengakibatkan beban bunga tinggi.

Dukungan yang diperlukan oleh perseroan: - Dukungan untuk mewujudkan PT. Berdikari sebagai BUMN peternakan dan pengelola

cadangan sapi bibit nasional - Dukungan sinergi dengan BUMN maupun instansi lainnya dalam kerangka

pemanfaatan lahan perkebunan untuk pengembangan kawasan perbibitan sapi (beef breeding centre)

- Dukungan dalam mempercepat proses penyelesaian perijinan dari instansi terkait, khususnya dalam rangka pemanfaatan aset untuk kegiatan pengembangan perusahaan terkait pengembangan usaha pertanian dan peternakan

- Dukungan dalam meningkatkan peran PT. Berdikari dalam rangka pengawasan/impor komoditi pertanian melalu instalasi karantina tumbuhan (IKT) dan instalasi karantina hewan (IKH) di berbagai pelabuhan impor utama di Indonesia

- Meningkatkan sinergi antar BUMN. Peningkatan peran berdikari sebagai distributor sarana pertanian maupun sebagai pemasok sarana produksi pertanian pada BUMN perkebunan.

Rekomendasi : 1. Komisi VI DPR RI meminta Perum Bulog untuk menjamin ketersediaan beras dalam

negeri khususnya di wilayah Jawa Barat 2. Komisi VI DPR RI meminta kepada Pupuk Kujang, Perum Bulog, PT. Berdikari, dan PT.

Pertani untuk senantiasa melakukan efisiensi sehingga kinerja perseroan dapat ditingkatkan dan berdaya saing tinggi.

3. Komisi VI DPR RI meminta kepada Perum Bulog, PT. Pertani dan Perum Jasa Tirta II untuk melakukan sinergi antar BUMN.

4. Komisi VI DPR RI meminta kepada Perum Bulog agar dalam menyalurkan beras miskin didasarkan pada data orang miskin yang ada sehingga penyalurannya dapat tepat sasaran.

5. Berkaitan dengan program GP3K, Komisi VI DPR RI mendukunga program tersebut dan meminta BUMN terkait untuk melaporkan perkembangan program tersebut dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP).

C. PT. BIO FARMA, PT. INDO FARMA, DAN PT. KIMIA FARMA

Bio Farma Jenis produk Bio Farma: - Vaksin (TT, DT, DTP, DTP-HB, BCG, Td, Polio, Measles, Hepatitis B Rec, Seasonal Flu) - Antisera (Tetanus, Difteri, Bisa ular) Kebijakan riset dan pengembangan vaksin:

Sejalan dengan kebijakan perusahaan: growth dan efisiensi. Growth dicapai melalui inovasi produk baru dan diversifikasi produk

Mendukung kebutuhan Pemerintah untuk program imunisasi nasional Mempertimbangkan kebutuhan WHO dan UNICEF untuk program imunisasi global

Page 11: Laporan Hasil Kunker Komisi VI DPR-RI Ke Provinsi Jawa Barat ...

11

Strategi Bio Farma:

Melakukan aliansi strategik dalam bidang penelitian dan pengembangan produk dengan berbagai pihak.

Kimia Farma Kegiatan kimia farma saat ini Sektor private: Menyediakan obat, alat kesehatan dan pelayanan kesehatan lainnya yang berkompetisi dengan PMDN dan PMA berdasarkan mekanisme pasar Sektor public: Kimia Farma mengemban misi pemerintah dalam bidang kesehatan khususnya penyediaan obat-obat antara lain:

a. Memproduksi obat-obat generik yang harganya terjangkau oleh masyarakat, baik untuk kebutuhan pemerintah yang juga dibutuhkan oleh pasar reguler di sektor swasta.

b. Memproduksi obat-obat strategis untuk kebutuhan medis seperti obat golongan narkotika, obat hiv/aids dan lainnya

c. Memasok obat-obat untuk program jaskesmas, program kesehatan dasar dan obat-obat program lain seperti program TB, Malaria, onat peningkatan gizi dll.

d. Melalui anak perusahaan memasok alat-alat kesehatanbaik untuk pasar pemerintah maupun reguler khususnya untuk kebutuhan rumah sakit.

e. Berperan aktif dalam pemenuhan kebutuhan obat-obat untuk keadaan darurat/emergency seperti bencana alam dll termasuk pelayanan pada daerah-daerah konflik.

Riset formulasi : 1) Pengembangan formulasi produk ”off patent” 2) Peningkatan formulasi produk ’existing” Riset Kimia : - Pengembangan derivat jodium, caster oil, dan kina - Isolat herbal

Kimia farma melakukan kolaborasi dan aliansi baik di dalam negeri seperti kerjasama dengan PTN, RS dan Lembaga-lembaga penelitian, royalti produk jadi (finished product), maupun dengan luar negeri seperti riset formulasi obat baru (me too pertama) dan pengembangann produk baru berbasis produk yang sudah ada (sebasic acid). Pola kemitraan yang sudah dibangun dengan Bio Farma dan Indo farma yaitu: pengadaan bahan baku, distribusi obat dan alat kesehatan, ekspor, pendidikan dan pelatihan SDM. PT. Indo Farma PT. Indo Farma memproduksi beragam produk. Sesuai dengan sejarah pendiriannya, sebagian besar merupakan obat generik berlogo (OGB-90%), sisanya merupakan produk branded generik (5%), produk over the counter (OTC-30%) dan produk rapid test diagnostic (2%). Sebagian besar produk Indo Farma dipasarkan untuk pasar nasional (97%) dan hanya 3% untuk pemenuhan pasar ekspor. Sementara untuk pasar nasional Indo Farma sudah mampu bergeser dari pasar tender ke pasar reguler. Saat ini 66% produk Indo Farma dipasarkan untuk reguler, dan 34% untuk institusi.

Page 12: Laporan Hasil Kunker Komisi VI DPR-RI Ke Provinsi Jawa Barat ...

12

Kebijakan research and development yang dikembangkan Indo Farma: - Melakukan pengembangan produk ’me too’ untuk produk originator yang telah habis

masa patennya - Melakukan kerjasama penelitian dengan lembaga-lembaga penelitian dan akademik

untuk pengembangan produk baru - Melakukan lisensi produk - Membangun fasilitas pabrik ’pilot plan’ untuk mendukung pengembangan produk baru.

Strategi diversifikasi produk yang dilakukan Indo Farma: - Pengembangan produk radiofarmaka - Pengembangan produk alat terapi kanker - Pengembangan jasa teknik dan mesin farmasi - Pemasaran produk diagnostik rapid test dan instrumen alat kesehatan. Pola kemitraan yang dibangun antara Indo Farma, Bio Farma, dan Kimia Farma yaitu dengan melakukan kerjasama dalam 3 (tiga) bidang: - Kerjasama pengadaan bahan baku yang dilakukan melalui PT. Indo Farma Global

Medika - Kerjasama pemasaran luar negeri, yang dilakukan melalui PT. Bio Farma - Kerjasama pemasaran dalam negeri, yang dilakukan melalui PT. Kimia Farma TD.

Rekomendasi: 1. Komisi VI DPR RI meminta PT. Bio Farma, PT. Indo Farma, dan PT. Kimia Farma untuk

terus melakukan research dan pengembangan produk serta tetap melakukan sinergi antar BUMN.

2. Komisi VI DPR RI meminta kepada PT. Bio Farma, PT. Indo Farma, dan PT. Kimia Farma untuk senantiasa melakukan efisiensi sehingga kinerja perseroan dapat ditingkatkan dan berdaya saing tinggi.

D. PT. KAI, PT. DI, PT. PINDAD, DAN PT. PPA PT. Kereta Api Iindonesia Upaya yang dilakukan oleh PT. KAI untuk perbaikan/peremajaan prasarana untuk meingkatkan keselamatan, kapasitas, dan keandalan dilakukan secara bertahap:

a. Penggantian bantalan kayu menjadi beton b. Penggantian rel dan wesel dari tipe (R42) ke tipe (R54) c. Penambahan gardu listrik dan sumber daya d. Penambahan jalur KA e. Diharapkan perpres mengenai IMO-TAC-PSO, menggunakan dana APBN

Strategi pengembangan PT. KAI ke depan: - Pengembangan angkutan batu bara di Sumatera Selatan dari 10 juta ton/tahun

menuju 22,7 juta ton/tahun sampai dengan tahun 2014 - Pengembangan angkutan peti kemas di Jawa dari 2.000 teus per minggu menjadi

6.000 teus per minggu di tahun 2014 dan 15.000 teus per minggu di tahun 2018.

Page 13: Laporan Hasil Kunker Komisi VI DPR-RI Ke Provinsi Jawa Barat ...

13

Upaya yang dilakukan PT. KAI untuk peningkatan keselamatan: - Dibentuk direktorat keselamatan dan manajemen resiko (termasuk keamanan) - Upaya peningkatan di bidang keselamatan (telah memiliki safety inspector,

melaksanakan diklap/sosialisasi keseluruh tentang identifikasi potensi bahaya, supervisi teknis, inspeksi keseluruhan unit kerja, investigasi)

- Upaya peningkatan di bidang keamanan (melakukan kerjasama dengan polri dengan melaksanakan MOU, meningkatkan pengamanan jalur KA dengan selalu berkoordinasi aktif dengan para babinkamtibmas dan babinsa, melakukan pengawalan semua kereta api dan pengamanan stasioner di lingkungan stasiun, meningkatkan jumlah personel pengamanan, membangun kembali polisi khusus kereta api.

PT. Dirgantara Indonensia - Banggar telah menyetujui Rp 1T - Tambahan Rp 400M disetujui komisi VI, sehingga total PMN 2012 sebesar Rp 1,4T

pada ABPN 2012 dari target semula Rp 2,055T - Sisanya diharapkan dapat disetujui pada APBN-P 2012 atau APBN 2013 - Belum disetujuinya seluruh usulan PMN pada tahun 2012 berdampak pada ditundanya

pembayaran utang PPA Rp 675M dan beban bunga atas pinjaman tersebut.

Kinerja tahun 2011 prognosa dan rencana 2012 - Usulan PMN cash tahun 2012 sebesar 1,4T untuk modal kerja, investasi fasilitas,

pengenmbangan produk baru dan regenerasi SDM - PT. DI akan bankable sehingga mendapatkan kepercayaan dari customer, mitra

strategis, perbankan Perubahan ekuitas tahun 2011 yang berasal dari konversi utang menjadi PMN sehingga neraca bankable dan vendor

- Kenaikan perolehan kontrak dan penjualan dan mulai memperoleh laba di tahun 2012 - Akan dapat menyerahkan produk secara tepat waktu - Memiliki produk yang kompetitif - Perluasan pasar ke Asia Pasifik dengan mitra strategis dengan Airbus Military - Dapat memenuhi kebutuhan MEF Kemenhan - Tersedianya fasilitas produksi, engineering, SDM untuk pengembangan ke depan.

Hambatan dalam efisiensi perusahaan: 1. Procurement yang belum tepat waktu 2. Masih diperlukannya bridging loan guna menjembatani antara waktu tanda tangan

kontrak dengan efektif loan agreement 3. Berdampak pada delivery yang pendek, sehingga perlu ekstra effort untuk percepatan 4. Adanya gap usia SDM dan kompetensi antara karyawan yang akan pensiun dengan

karyawan baru 5. Fasilitas produksi yang sudah tua.

PT. Pindad Persoalan dan hambatan : - SDM - Fasilitas produksi sudah tua berkisar 18-26 tahun mengakibatkan penurunan kapasitas

produksi - Sistem/proses bisnis formal yang ada saat ini sudah tidak memadai untuk menangani

Page 14: Laporan Hasil Kunker Komisi VI DPR-RI Ke Provinsi Jawa Barat ...

14

persoalan bisnis yang kompleks. - Modal - Pembangunan lini produksi baru membutuhkan dana yang besar - Hasil litbang yang sudah disertifikasi belum tentu dipesan/dibeli - Volume pesanan per jenis produk berfluktuasi - Perputaran modal kerja lama.

Kebijakan research and development: - Reverse engineering - Fokus pengembangan produk pada produk alutsista untuk kavaleri dan artileri - Pengembangan produk-produk non alutsista hanya dilakukan pada produk yang terkait

dengan teknologi produk alutsista.

Strategi diversifikasi perseroan: - Pengembangan produk berdasarkan pada kemampuan rancang bangun dan produksi

yang ada - Pengembangan kemampuan rancang bangun secara bertahap - Pengembangan kemampuan produksi secara bertahap.

PT. Perusahaan Pengelola Aset Kendala yang dialami perseroan secara umum dapat diatasi, namun yang cukup berarti adalah kemampuan keuangan membiaya R/R BUMN yang terbatas. Dana yang dimiliki sebagian besar telah disalurkan untuk pembiayaan restrukturisasi dan/atau revitalisasi (R/R) BUMN. Sampai dengan posisi bulan november 2011, jumlah BUMN yang dikelola oleh PT. PPA adalah sebanyak 17 BUMN. Adapun status tahapan restrukturisasi dan/atau revitalisasi (R/R) dari masing-masing BUMN adalah sebagai berikut: 1. Tahap kajian

- PT. Boma Bisma Indra - Perum Pengangkutan Djakarta - PT. Industri Sandang Nusantara (Persero) - PT. Bahana Pembinaan Usaha Indonesia (Persero) - PT. Nindya Karya (Persero) - PT. Varuna Tirta Prakasya (Persero).

2. Tahap finalisasi R/R - PT. Dirgantara Indonesia (Persero) - PT. Industri Kapal Indonesia (Persero) - PT. Djakarta Lloyd (Persero) - PT. Balai Pustaka (Persero) - PT. Survai Udara Penas (Persero) - Perum Produksi Film Negara - PT. Kertas Kraft Aceh (Persero).

3. Tahap implementasi R/R - PT. PAL Indonesia (Persero) - PT. Merpati Nusantara Airlines (Persero) - PT. Waskita Karya (Persero) - PT. Industri Gelas (Persero).

Page 15: Laporan Hasil Kunker Komisi VI DPR-RI Ke Provinsi Jawa Barat ...

15

Rekomendasi: 1. Komisi VI DPR RI meminta PT. Pindad dan PT. DI untuk terus melakukan research dan

pengembangan produk serta tetap melakukan sinergi antar BUMN. 2. Komisi VI DPR RI meminta kepada PT. KAI, PT. DI, dan PT. Pindad untuk senantiasa

melakukan efisiensi sehingga kinerja perseroan dapat ditingkatkan dan berdaya saing tinggi.

3. Komisi VI DPR RI meminta kepada PT. PPA untuk menginventarisis aset-aset yang terbengkalai dan menyampaikan kepada Komisi VI DPR RI.

4. Khusus untuk PT. KAI, Komisi VI DPR RI akan menindaklanjuti dengan Rapat Dengar Pendapat

E. PT. INTI, PT. LEN INDUSTRI, PERTAMINA, PGN, PT. GEODIPA, DAN PLN.

PT. INTI Hambatan yang dialami oleh PT. INTI dalam pengembangan perseroan: - Pelaksanaan sinergi BUMN sering ditafsirkan sebagai hal yang menyalahi peraturan

yang ada - Belum adanya ekosistem pendukung untuk mengembangkan produk-produk dalam

negeri.

Dukungan yang diperlukan oleh PT. INTI dalm pengembangan perseroan - Dukungan politik diperlukan dalam sinergi BUMN - Review kebijakan bea masuk dan perpajakan - Dukungan perbankan nasional untuk pendanaan/investasi dengan biaya yang lebih

kompetitif - Dukungan atas kebijakan penerapan lokal konten pada setiap produk.

Kebijakan pengembangan produk genuine: - Menambah portofolio produk genuine yang dapat memenuhi kebutuhan pasar dengan

time to market yang memadai - Memanfaatkan secara optimal hasil applied reserach dari lembaga penelitian atau

kampus.

PT. LEN Industri Kendala perusahaan yang dialami Internal: - Struktur modal yang tidak ideal (ekuitas & hutang SLA) - Arus kas yang ketat - Basis proyek jangka pendek. Eksternal: - Perubahan teknologi yang cepat - Lemahnya industri hulu - Sinergi yang belum optimal (potensi captive market tidak dapat termanfaatkan) - Persyaratan alutsista yang tinggi - Kebijakan yang kurang mendukung.

Page 16: Laporan Hasil Kunker Komisi VI DPR-RI Ke Provinsi Jawa Barat ...

16

Dukungan yang diharapkan oleh PT. LEN Industri: - Ekuitas dan hutang - Untuk program penugasan seperti ”roket masional”, perlu kepastian program dan

order jangka panjang sehingga resources internal LEN tidak terbebani (karena hanya dana material yang disiapkan oleh program)

- Pengembangan produk pertahanan perlu kepastian order karena single market sehingga alokasi dana dan resources di inovasi produk defense sangat riskan

- Kebijakan-kebijakan yang menunjang bagi pengguna renewable energy dalam upaya membuka pasar

- Investasi pemerintah untuk industri hulu produk solar modul - Memfasilitasi upaya optimalisasi sinergi antar BUMN terkait - Kebijakan PMN untuk meningkatkan kinerja BUMN yang akan tumbuh - Kebijakan deviden untuk BUMN yang masih memerlukan investasi - Kebijakan bea masuk yang mendorong pertumbuhan industri - Law enforcement penerapan SNI dan TKDN dalam upaya peningkatan daya saing dan

pertumbuhan industri dalam negeri - Pembentukan lembaga teknis untuk sertifikasi SNI - Percepatan proses pelelangan barang/jasa melalui peningkatan sistem pasca kualifikasi

dan dapat mengakomodasi brainware melalui penawaran sistem secara utuh - Perluasan pengalihan pendanaan KE menjadi PDN sehingga memberikan kesempatan

yang lebih luas kepada industri dalam negeri terlibat dalam proyek dan alih teknologi.

Usulan-usulan PT. LEN Industri: 1. Momentum pertumbuhan ekonomi Indonesia agar didedikasikan untuk pertumbuhan

industri dalam negeri khususnya industri elektroteknika nasional 2. Strategi pengembangan industri yang bergerak ke hulu, sehingga memperkuat

piramida industri elektroteknika nasional 3. Strategi pengembangan industri yang fokus kepada substitusi produk impor yang

dibutuhkan dalam pembangunan infrastruktur nasional, sehingga industri dalam negeri mampu menghasilkan produk yang akan digunakan sendiri dan dapat diekspor kemudian hari

4. Pemetaan segera atas kebutuhan produk yang digunakan dalam pembangunan infrasturktur dan diupayakan pengembangan produk substitusi secara bertahap

5. Kebijakan Pemerintah yang terintegrasi yang memungkinkan penggunaan produk dalam negeri secara maksimal

6. Dukungan dan fasilitasi pemerintah dalam mendukung pengembangan produk dalam negeri dan pemanfaatannya dalam pembangunan infratruktur nasional.

Prinsip-prinsip GCG: - Fairness - Transparancy - Accountability - Responsibility - Independency.

Page 17: Laporan Hasil Kunker Komisi VI DPR-RI Ke Provinsi Jawa Barat ...

17

Perusahaan Gas Negara - Percepatan pembangunan infrastruktur gas di Jawa bagian barat - Terpenuhinya kebutuhan gas dan listrik.

Manfaat: - Pemakaian gas untuk pembangkit baru, untuk mengatasi defisit listrik yang memiliki

dampak yang sudah meluas - Dengan berkembangnya sektor industri, komersil dan RT akan memberikan kontribusi

pembangunan ekonomi di Propinsi Jawa Barat.

PGN juga telah melakukan sineri BUMN diantaranya: dengan Pertamina dalam hal penyediaan pasokan gas dan pembentukan join venture, dengan PLN dalam hal penyediaan supply gas, dengan Krakatau Steel dalam penyediaan supply gas, dengan Mandiri, BRI,BNI dalam hal penyediaan layanan pembayaran pemakaian gas bumi oleh pelanggan PGN. Kendala yang dihadapi: 1. Terjadinya penurunan pasokan gas yang disebabkan oleh:

- Penurunan lapangan gas existing yang belum diimbangi dengan pengembangan lapangan tersebut

- Perpanjangan terhadap kontrak-kontrak existing mengalami hambatan karena adanya price review untuk menunjang peningkatan biaya wksplorasi

- Adanya kegiatan maintenance, turn around atau total shutdown.

2. Perubahan titik serah terima gas dari pemasok gas yang semula di city gate berpindah ke wellhead sehingga adanya biaya tambahan transport yang semula tidak ada.

3. Adanya kebijakan permen 03-3010 pasal 6 ayat 3 dan PTK BP Migas No 29 tahun 2009 yang memberikan prioritas alokasi gas pada: lifting minyak, pupuk, pistrik, dan industri lainnya.

4. Belum adanya penetapan harga LNG domestik termasuk transportasinya.

5. Kurang bergairahnya produsen gas bumi untuk menjual gasnya ke domestik hal ini disebabkan harga domestik lebih rendah dari harga ekspor

6. Adanya masalah-masalah sosial dan izin penggunaan lahan untuk pembangunan jaringan pipa gas bumi.

PT. Geo Dipa Energi Kondisi existing kapasitas terpasang sampai dengan 2011 adalah 1.189MW (4,17%), eksisting PLTP Dieng I 60MW. Permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan: 1. Keuangan

- Saat ini GDE hanya dapat mengoperasikan 1 unit PLTP di Dieng - Kemampuan meminjam GDE terkendala BMPK Induk Perusahaan - Dengan ekuitas saat ini kemampuan meminjam GDE, yang tercermin dari debt equity

ratio (DER), tidak mencukupi pengembangan lapangan Patuha dan Dieng unit-unit

Page 18: Laporan Hasil Kunker Komisi VI DPR-RI Ke Provinsi Jawa Barat ...

18

berikutnya.

2. Operasional - Harga jual listrik dieng masih belum mencerminkan keekonomian sehingga kurang

menarik bagi investor - Uap lapangan Patuha yang sudah siap untuk digunakan sejak tahun 1998 tidak dapat

dimanfaatkan - Kendala dalam pembebasan lahan.

3. Korporasi - Kelangkaan tenaga ahli panas bumi.

Strategi perusahaan untuk mengatasi permasalahan: - Mengubah status GDE menjadi BUMN panas bumi - Memanfaatkan sumber-sumber pendanaan yang tersedia untuk pengembangan lapangan

Dieng dan Patuha - Menjajaki kemungkinan kerjasama dengan investor strategis, baik untuk pengembangan

upstream maupun downstream - Pembangunan PLTP Patuha unit 1, COD tahun 2013 - Pengembangan lapangan Dieng Unit 2 dan 3 dan lapangan Patuha unit 2 dan 3 - Negosiasi harga jual listrik Dieng - Rekruitmen, khususnya tenaga ahli panas bumi - Pendekatan ke masyarakat setempat dan Pemerintah Daerah terkait - Meningkatkan community development.

Pertamina Selama 5 tahun terakhir, kuota Premium dan solar selalu lebih rendah dibandingkan dengan realisasinya. Sehubungan program pengaturan BBM bersubsidi, Pertamina menjadi bagian dari kelompok kerja sebagai sebagai berikut: 1. Kelompok kerja operasional (PIC: Pertamina) 2. Kelompok kerja pengawasan (PIC: BPH Migas) 3. Kelompok kerja sosialisasi (PIC: KESDM) 4. Kelompok kerja hukum (PIC: KESDM) 5. Kelompok kerja sosial-ekonomi (PIC: Bappenas) 6. Pemerintah Tk I & dan Tk II Propinsi Jawa barat Monitoring penyaluran BBM Bersubsidi a. Operasional

- Pemasangan GPS di setiap mobil tangki - Implementasi sistem automasi di terminal BBM - Pelaksanaan audit berkala oleh lembaga eksternal maupun internal - Monitoring khusus terhadap SPBU yang berpotensi penyalurannya tidak tepat sasaran

b. Administrasi - Penetapan alokasi kepada SPDN/SPBN sesuai kebutuhan - Lembaga penyalur secara wajib menyampaikan laporan penjualan berdasarkan angka

totalisator dispensing pump - Tindakan pembinaan kepada SPBU yang melakukan pelanggaran (surat peringatan dan

skorsing)

Page 19: Laporan Hasil Kunker Komisi VI DPR-RI Ke Provinsi Jawa Barat ...

19

Rekomendasi : 1. Komisi VI DPR RI meminta kepada PT. Geo Dipa Energi untuk terus menerus

melakukan inovasi dan pengembangan energi panas bumi 2. Komisi VI DPR RI meminta kepada PGN untuk menjamin pasokan gas khususnya untuk

di daerah Jawa Barat 3. Komisi VI DPR RI meminta kepada PT. Pertamina untuk menjamin ketersediaan

pasokan BBM khususnya untuk di daerah Jawa Barat 4. Komisi VI DPR RI meminta PT. INTI dan PT. LEN Industri untuk terus melakukan

research dan pengembangan produk serta tetap melakukan sinergi antar BUMN. 5. Komisi VI DPR RI meminta kepada PT. INTI, PT. LEN Industri, PT. Geo Dipa Energi

untuk senantiasa melakukan efisiensi sehingga kinerja perseroan dapat ditingkatkan dan berdaya saing tinggi.

F. BANK INDONESIA, BRI, BNI, BANK MANDIRI, BTN,BUKOPIN DAN BANK JABAR

Bank Mandiri

Kinerja perbankan di Jawa Barat selama 3 (tiga) tahun terakhir cukup menggembirakan, hal ini bisa dilihat dari perkembangan aset, kredit maupun dana yang terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun yang bisa dilihat dari indikator-indikator sebagai berikut:

Selama 3 (tiga) tahun terakhir (2008-September 2011) asset perbankan di Jawa Barat rata-rata per tahun tumbuh (CAGR) 21,5%, dari Rp 154,9 triliun di tahun 2008 menjadi Rp 264,9 triliun pada September 2011. Bahkan selama sembilan bulan terakhit (Desember 2010- September 2011) aset tumbuh lebih pesat lagi mencapai 25,6% ytd. Pertumbuhan asset perbankan di provinsi Jawa Barat jauh lebih baik dibandingkan pertumbuhan asset perbankan nasional pada periode yang sama yang rata-rata tumbuh sebesar 14,7% .

Pada periode yang sama total dana pihak ketiga rata-rata per tahun (CAGR) tumbuh sebesar 20,2%, dari Rp 117,8 triliun di tahun 2008 menjadi Rp 195,2 triliun pada September 2011, namun demikian selama sembilan bulan terakhir (Desember 2010 - September 2011) dana masyarakat tumbuh melambat, hanya sebesar 9,6% ytd,. Meskipun melambat namun pertumbuhan dana di provinsi Jawa barat ini jauh di atas pertumbuhan dana perbankan nasional yang pada periode yang sama tumbuh 8,8% ytd dan tiga tahun terakhir rata-rata per tahun tumbuh sebesar 20,2%. Bila dilihat dari jenisnya, pada September 2011 sebagian besar dana pihak ketiga di Jawa Barat berasal dari dana murah yaitu tabungan dan giro (mencapai 60% atau Rp 116,9 triliun), sedangkan komposisi deposito hanya sebesar 40% atau sebesar Rp 78,3 triliun. Komposisi dana murah di Jawa Barat juga jauh lebih baik dibandingkan perbankan nasional yang pada September 2011 sebesar 54%. Hal ini menunjukkan bahwa potensi dana murah di Jawa Barat cukup besar.

Sementara itu kredit pada periode yang sama rata-rata per tahun (CAGR) tumbuh sebesar 21,8% di atas rata-rata pertumbuhan kredit perbankan nasional yang rata-rata per tahun tumbuh sebesar 18,8%, namun demikian selama sembilan bulan terakhir (Desember 2010-September 2011) Kredit di Provinsi Jawa Barat tumbuh melambat sebesar 14,8% ytd, lebih lambat dibandingkan pertumbuhan kredit perbankan nasional yang sebesar 17,7%.

Page 20: Laporan Hasil Kunker Komisi VI DPR-RI Ke Provinsi Jawa Barat ...

20

Kredit di provinsi Jawa Barat .meningkat dari Rp 87,4 triliun di tahun 2008 menjadi Rp 150,4 triliun pada September 2011.

Dilihat dari jenisnya, pada September 2011, outstanding Kredit Modal Kerja di provinsi Jawa Barat mencapai Rp67,7 triliun, diikuti dengan kredit konsumsi sebesar Rp64,9 triliun, sedangkan kredit investasi hanya sebesar Rp17,7 triliun. Meskipun outstanding kredit investasi jauh lebih rendah dibandingkan KMK dan kredit konsumsi, namun pertumbuhannya selama tiga tahun terakhir (rata-rata tumbuh sebesar 26,8%) lebih pesat dibandingkan kredit modal kerja dan kredit konsumsi yang pada periode yang sama rata-rata per tahun hanya tumbuh sebesar 21,2% dan 21,3%. Apabila dicermati lebih lanjut secara keseluruhan kompoisisi kredit sektor produktif di Jawa Barat (KMK dan KI) mencapai 56,8%, lebih rendah dibandingkan komposisi kredit produktif perbankan nasional yang mencapai 69,5%. Perbankan di Jawa Barat perlu lebih meningkatkan penyaluran kredit untuk kredit produktif agar dapat mendorong pertumbuhan ekonomi, karena pada September 2011 pertumbuhan ekonomi di Jawa Barat sebesar 6,4% yoy berada di bawah pertumbuhan ekonomi nasional yang sebesar 6,5% yoy.

Loan to Deposit Ratio (LDR) perbankan Jawa Barat selama tahun 2008-September 2011 meningkat mencapai 280 bps dari sebesar 74,2% di tahun 2008 menjadi sebesar 77,0% pada September 2011. Peningkatan LDR ini mencerminkan peningkatan peran intermediasi perbankan di Jawa Barat, namun tingkat LDR di Jawa Barat masih jauh dibawah LDR perbankan nasional yang mencapai 81,4% pada September 2011, atau meningkat 580 bps dibandingkan tahun 2008 yang sebesar 74,6%.

Tingkat kredit bermasalah (NPL) di Jawa Barat membaik 30 bps dari 3,4% di tahun 2008 menjadi 3,1% pada September 2011. Meskipun membaik, namun NPL perbankan Jawa Barat masih di atas NPL perbankan nasional yang pada September 2011 sebesar 2,7% atau membaik 50 bps dibandingkan tahun 2008 sebesar 3,2%. Kedepannya tingkat NPL ini perlu dijaga untuk tetap berada pada tingkat yang aman atau berada dibawah ketentuan maksimal yang ditetapkan Bank Indonesia sebesar 5%.

Kinerja Perbankan di Provinsi Jawa barat tahun 2008 – September 2011 :

Keterangan 2008 2009 2010 Sep-11CAGR (%)/

Selisih (%)

Growth ytd

(%)

Total Asset 154,9 181,9 210,9 264,9 21,5% 25,6%

Total Dana Pihak Ketiga (Rp triliun) 117,8 133,3 178,1 195,2 20,2% 9,6%

Giro (Rp triliun) 23,0 25,3 31,5 36,1 17,8% 14,4%

Tabungan (Rp triliun) 42,1 53,1 74,2 80,8 26,8% 8,9%

Deposito (Rp triliun) 52,7 54,9 72,3 78,3 15,5% 8,3%

Kredit (Rp triliun) Lokasi Cabang 87,4 102,6 131,0 150,4 21,8% 14,8%

Modal Kerja 40,0 46,7 60,6 67,7 21,2% 11,7%

Investasi 9,2 10,4 14,5 17,7 26,8% 22,1%

Konsumsi 38,2 45,6 55,8 64,9 21,3% 16,3%

LDR 74,2% 77,0% 73,5% 77,0% 2,9%

NPL 3,5% 3,4% 3,1% 3,1% -0,4%

Page 21: Laporan Hasil Kunker Komisi VI DPR-RI Ke Provinsi Jawa Barat ...

21

Bank Rakyat Indonesia (BRI) Antisipasi BRI menghadapi gejolak krisis global: - Fokus pada sektor UMKM yang tidak terjangkau krisis ekonomi global, karena sektor

tersebut merupakan konsumsi domestik yang tidak terpengaruh oleh krisis ekonomi Global

- Lebih selektif dalam pemberian kredit Valuta Asing, karena beresiko terhadap fluktuasi nilai tukar terutama lebih fokus pada nasabah/ debitur yang dalam usahanya bertransaksi dengan currency yang sama

- Menjaga Posisi Devisa Netto (PDN) sehingga resiko karena perubahan nilai tukar dalam posisi aman.

Upaya yang dilakukan BRI dalam mendrorong sektor riil: - BRI memberikan pembiayaan kredit dengan berbagai macam skim baik berupa Kredit

Modal Kerja (KMK), Kredit Investasi (KI), Kredit Usaha Rakyat (KUR) baik Ritel dan Mikro, Kredit Program yang terdiri dari KKPE (Kredit Ketahanan Pangan dan Energi) meliputi kredit untuk peternakan dan ketahanan pangan. (pembiayaan yang memiliki multiplier efek terhadap sektor riil)

- Ekspansi Unit Kerja BRI - Mengajak para debitur untuk melakukan pameran - Menjalin business linkage melalui pelaksanaan business gathering - Memberi bantuan kepada manajemen perusahaan yang telah menjadi debitur atau

menjalin kerjasama dengan BRI berupa program pelatihan dan pendidikan. - Simpanan BRI di Propinsi Jabar

• Dana Pihak Ketiga (Simpanan) selama 3 tahun terakhir selalu mengalami kenaikan

• Simpanan terbesar terdapat pada tabungan (Britama dan Simpedes sebesar 13.41 Trilyun

Page 22: Laporan Hasil Kunker Komisi VI DPR-RI Ke Provinsi Jawa Barat ...

22

Bank Negara Indonesia (BNI) Area kerja BNI Wilayah Bandung meliputi 20 Kota/Kabupaten yang ada di Jawa Barat diluar Kota/Kabupaten penyangga DKI Jakarta yakni Kota Bogor, Kab Bogor, Kota Depok, Kota Bekasi, Kab Bekasi, dan Kab Karawang Jaringan distribusi BNI wilayah Bandung:

JUMLAH KETERANGAN

OUTLET 86 9 KCU, 69 KLN, & 8 KK

ATM 546 541 ATM & 5 CDM

BLG 6 BNI LAYANAN GERAK

SKM 1 SENTRA KREDIT MENENGAH

SKC 6 SENTRA KREDIT KECIL

SKK 1 SENTRA KREDIT KONSUMER

SBK 1 SENTRA BISNIS KARTU Kinerja Dana BRI:

2009 2010

TABUNGAN 3,912,942 4,381,082 4,631,361 18.36% 5.71%

GIRO 2,372,037 2,716,364 2,466,714 3.99% -9.19%

DEPOSITO 4,353,964 4,414,032 3,628,193 -16.67% -17.80%

TOTAL DPK 10,638,943 11,511,479 10,726,268 0.82% -6.82%

GROWTH NOV '11 THDD P K 2009 2010 Nov-11

Total Dana Pihak Ketiga BNI Wilayah Bandung posisi Nopember 2011 sebesar Rp. 10.726.268 juta mengalami kenaikan sebesar 0,82% jika dibandingkan posisi Desember 2009 namun mengalami penurunan sebesar -6,82% jika dibanding posisi Desember 2010. MARKET SHARE DANA Kontribusi penghimpunan DPK BNI Wilayah Bandung terhadap perbankan di area kerja BNI Wilayah Bandung posisi bulan September 2011 adalah sebesar 7,23% (Posisi Perbankan September 2011 135.901.957 juta sedangkan posisi BNI Wilayah Bandung 9.819.954 juta), yang terbagi atas Market Share Giro 10,35% (Perbankan 23.735.435 juta - BNI 2.456.296 juta), Tabungan 8,58% (Perbankan 52.430.316 juta - BNI 4.495.973 juta), dan Deposito 4,80% (Perbankan 59.736.207 juta – BNI 2.867.685 juta). MARKET SHARE KREDIT Kontribusi penyaluran kredit BNI Wilayah Bandung terhadap perbankan di area kerja BNI Wilayah Bandung posisi bulan September 2011 sebesar 6,93% (Posisi perbankan September 2011 139.000.727 juta sedangkan posisi BNI Wilayah Bandung 9.629.791 juta), yang terbagi atas Market Share Kredit Produktif sebesar 10,19% (Perbankan 83.401.413 juta – BNI 8.501.936 juta) dan Kredit Konsumer sebesar 2,03% (Perbankan 55.599.314 juta – BNI 1.127.854 juta) KENDALA PENYALURAN KUR : “ Sebagian besar pengusaha UMKM saat ini telah memiliki fasilitas kredit di bank terlebih semenjak KUR di launching sehingga semakin sulit untuk mencari calon debitur KUR yang belum mempunyai fasilitas kredit dari bank.”

Page 23: Laporan Hasil Kunker Komisi VI DPR-RI Ke Provinsi Jawa Barat ...

23

Bank Tabungan Negara (BTN) Kinerja Bank BTN per september 2011 - Posisi Sept 2011, total Asset meningkat Rp.12,38T atau tumbuh 19,45% y.o.y,

sebagian besar berasal dari ekspansi kredit dan pertumbuhan dana - Total kredit meningkat Rp 9,98T atau tumbuh 20,24% yoy. Selama tahun 2011, BTN

merealisasikan kredit dan pembiayaan baru sebesar Rp16,55 T. - Bank BTN masih tetap fokus pada bisnis utama KPR dengan total outstanding Rp. 41,8

T (70,59% dari total kredit) terdiri dari KPR subsidi Rp 24,2T dan KPR non subsidi Rp 17,6T

Perkembangan KPR: - Total KPR Rp 41,8 trilliun yg merupakan 71% dari total Kredit yang diberikan sebesar

Rp.59.3 trilliun. - Komposisi KPR yang diberikan adalah 58% KPR Subsidi dan 42% KPR non Subsidi.

Strategi menghadapi gejolak krisis global: 1. Memberikan pelayanan yang unggul dalam pembiayaan perumahan dan industri yang

terkait, pembiayaan konsumsi dan usaha kecil menengah. 2. Meningkatkan keunggulan kompetitif melalui inovasi pengembangan produk, jasa, dan

jaringan strategis berbasis teknologi terkini. 3. Menyiapkan dan mengembangkan Human Capital yang berkualitas, profesional dan

memiliki integritas tinggi. 4. Melaksanakan manajemen perbankan sesuai dengan prinsip kehati-hatian dan Good

Corporate Governance untuk meningkatkan Shareholder Value. 5. Mempedulikan kepentingan masyarakat dan lingkungannya.

Upaya perbankan mendorong sektor riil: Dalam upaya mendorong sektor riil Bank BTN akan meningkatkan penyaluran kredit Kepada Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Penyaluran kredit pada sektor ini oleh Bank BTN hingga September 2011 telah disalurkan kredit ke sektor UMKM sebesar Rp.8.708 miliar atau 14,68% dari posisi total kredit yang sebesar Rp.59.309 miliar, dengan rincian sebesar Rp.96 miliar untuk usaha mikro, Rp.1.307 milar untuk usaha kecil dan Rp.7.304 miliar untuk usaha menengah. Pada tahun 2012 direncanakan penyaluran KUMK akan tumbuh 40 % dibandingkan tahun 2011. Meningkatkan Kerja sama dengan Pengembang dan Perusahaan-perusahaan Kecil dan Menengah. Bank Bukopin Secara umum, Bank Bukopin tidak terpengaruh secara langsung dari gejolak krisis global. Hal ini dikarenakan sebagian besar karakteristik debitur Bukopin adalah pelaku usaha UKMK yang bergerak di sektor dalam negeri. Namun demikian Bank Bukopin tetap mengantisipasi gejolak krisis tersebut antara lain melalui : 1. Mengendalikan / selektif terhadap eksposure Kredit Valas untuk calon debitur korporasi

dan UKMK. 2. Meningkatkan pemberian kredit kepada UKMK yang tidak bersinggungan langsung

dengan bahan baku impor tapi lebih mengutamakan bahan baku lokal sebagai

Page 24: Laporan Hasil Kunker Komisi VI DPR-RI Ke Provinsi Jawa Barat ...

24

komponen produksi. 3. Melakukan kebijakan Segmentasi Bisnis per wilayah kerja (Regional) Bukopin. Upaya perbankan dalam mendorong sektor ril: - Meningkatkan penyaluran kredit kepada pelaku usaha, terutama dalam bidang industri,

konstruksi, perdagangan dan Supply Chain. - Melakukan sosialisasi kepada pelaku usaha mengenai produk dan layanan khususnya

pada Segmentasi Bisnis yang telah ditetapkan. - Memepermudah layanan perbankan kepada pelaku usaha, misalnya melalui kredit

kerjasama/program pemerintah, seperti KUR, SU-005, dan KKPE. - Melakukan kerjasama dengan dinas/instansi terkait dalam penyaluran kredit kepada

binaannya sesuai ketentuan yang berlaku. - Menyediakan produk bank yang mendukung pelaku UMKMK seperti Skim Kredit

Hiswana Migas, Kredit Kemitraan UKMK, Kredit Pundi, dan lain-lain. Kendala penyaluran KUR Belum maksimalnya pencapaian KUR di tahun 2011 dikarenakan : - Bukopin telah memberikan Kredit kepada Usaha Mikro, Usaha Kecil dan Koperasi

(UKMK) melalui Swamitra dan Bisnis Mikro dengan plafond s/d Rp.500 juta, dengan total s/d Agustus 2011 yaitu :

total Pinjaman sebesar Rp. 2,53 Triliyun jumlah debitur sebanyak 168.866 Debitur jumlah outlet Swamitra 675 unit.

- Tenaga marketing (A/O) relatif masih baru (fresh graduate). - Tidak mudah mencari Calon Debitur KUR yang sesuai ketentuan KUR (a.l : tidak

sedang memperoleh kredit, lebih banyak UKMK yang baru memulai atau merintis usaha, tidak ada subsidi bunga, masih sulit mencari Lembaga Linkage yang bonafide dan berkomitmen)

- Terbatasnya jaringan kantor Bank untuk melayani Calon Debitur KUR yang sangat tersebar.

- Masih terdapatnya persepsi dimasyarakat bahwa KUR adalah hibah (Charity) dari Pemerintah.

Bank Jabar Banten Antisipasi krisis global: • Pemerintah negara maju mengalami kesulitan keuangan akibat tingkat hutang yang

sangat tinggi, dimana kondisi tersebut diperparah dengan krisis 2008 • Krisis hutang berpotensi berubah menjadi krisis perbankan global • Policy response sangat dibutuhkan, namun terjadi perdebatan sengit mengenai siapa

pihak yang harus menanggung biaya krisis. Permodalan Bank BJB saat ini sangat kuat dengan CAR 19%, lebih dari cukup bahkan menurut standar Basel III sekalipun.

Tingkat likuiditas yang sangat baik, dengan posisi core liquidity senilai Rp24 triliun. Dengan tingkat LDR saat ini di kisaran 72%, Bank BJB berencana untuk terus melanjutkan program ekspansi pada tahun 2012.

Page 25: Laporan Hasil Kunker Komisi VI DPR-RI Ke Provinsi Jawa Barat ...

25

Tinjauan kinerja perbankan: - Secara nasional, kredit tumbuh rata-rata 21%, sedangkan dana pihak ketiga tumbuh

sebesar 14% dalam tiga tahun terakhir. - Posisi dana pihak ketiga Bank BJB sendiri tumbuh masing – masing sebesar 10% dan

20% pada tahun 2010 dan 2011, dengan pangsa pasar 8.0%. - Bank BJB menyadari posisinya sebagai lembaga mediasi yang akan membantu

mendorong pertumbuhan usaha kecil dan menengah. - Bank BJB terus melakukan pembangunan infrastruktur, termasuk rencana

pembangunan Waroeng bjb sebanyak 400 unit pada 2012. - Sebagai cerminan usaha kami, porsi kredit UMKM terhadap total kredit telah

meningkat dari 13.6% di 2009 ke 19.9% di bulan November 2011. Realisasi KUR:

- Bank BJB telah berhasil menyalurkan KUR senilai Rp1.15 triliun atau setara 4% dari total portofolio kredit Bank BJB.

- Penyaluran KUR mencatat pertumbuhan luar biasa dimana pada 2011 ini tumbuh 59% YoY.

- Penyaluran didominasi sektor perdagangan dengan nilai kredit Rp891 milyar, disusul sektor industri pengolahan dan pertanian masing-masing senilai Rp90 milyar dan Rp61 milyar.

Rekomendasi : 1. Perlunya antisipasi dampak dari CAFTA dimana pada tahun 2015 diprediksi bank-bank

asing akan masuk di Indonesia dengan tingkat suku bunga yang lebih kompetitif. 2. Perlunya bank-bank BUMN untuk mempersiapkan bermain di pasar global dengan

potensi pasar yang cukup besar. 3. Perlunya sosialisasi yang lebih intens dari pihak perbankan utamanya terkait prosedur

penyaluran KUR. G. PTPN VIII, PT. RNI, DAN PERUM PERHUTANI PTPN VIII Kebijakan R & D yang dikembangkan PTPN VIII:

PT Perkebunan Nusantara VIII melakukan Research & development dalam pengembangan produk baru, pengembangan produk eksisting, peningkatan efisiensi dan efektivitas proses pengolahan. Research dilakukan bekerjasama dengan Lembaga-lembaga penelitian dan Perguruan Tinggi dalam pengembangan produk. Joint Research yang telah dilakukan diantaranya : - Kerjasama dengan BPPT dalam pengembangan Mikrohidro dan Audit Energi.

- Kerjasama dengan ITB dalam pengembangan kultur jaringan Kina.

- Kerjasama dengan PT. Riset Perkebunan Nusantara untuk pengembangan sarung tangan karet dan pengembangan karet skim.

- Pembuatan Mesin Petik teh dengan pemanfaatan tenaga surya

- Modifikasi HE (Heat Exchanger) penggunaan Energi BBM menjadi BBG di Pabrik teh.

Page 26: Laporan Hasil Kunker Komisi VI DPR-RI Ke Provinsi Jawa Barat ...

26

Strategi diversifikasi produk yang telah dilakukan PTPN VIII:

a. Pengembangan industri hilir teh 1. Teh celup dan teh walini. Teh celup dan teh curah walini merupakan produk tama

industri hilir Teh PTPN VIII yang terus dikembangkan dalam bentuk varian rasa dan jenis kemasan

2. Instan Tea. Merupakan produk baru industri hilir teh, untuk memenuhi kebutuhan industri minuman berbasis teh, termasuk kosmetik dan farmasi

3. Pengembangan RTD Tea merupakan upaya untuk mengembangkan diversifikasi produk

4. Membentuk anak perusahaan industri hilir pada tahun 2012 b. Pengembangan industri hilir karet

1. Pabrik sarung tangan 2. Industri ban sepeda motor

c. Pengembangan tanaman kekayuan 1. Pembangunan HTI di Jambi 2. Dalam rangka optimalisasi pemanfaatan lahan, dilakukan pengembangan penanaman

kayu-kayuan yang memiliki nilai ekonomis tinggi d. Pembuatan pelet biomasa

Dengan bahan pelepah ddan kelapa sawit yang dilah menjadi pelet atau berupa chip sebagai sumber bahan bakar padat yang rencananya akan bekerjasama dengan perusahaan dari Korea dengan kapasitas bahan baku 178.000 ton/tahun

e. Pabrik kompos Dengan bahan baku dari tandan kosong kelapa sawit yang diolah menjadi kompos, pabrik berlokasi di Cikeas baru dan Cikasungka 60.000 s.d. 75.000 ton/tahun

f. Pengembangan rumah sakit Dengan pembentukan badan hukum rumah sakit dan infrastruktur rumah sakit meliputi penambahan sarana dan prasarana sehingga dapat meningkatkan kelas rumah sakit dari klasifikasi D ke B

g. Pengembangan agrowisata Pengembangan agrowisata direncanakan melalui pembentukan anak perusahaan

Hambatan yang dialami perseroan:

a. Status HGU beberapa kebun masih bermasalah dan terancam tidak dapat diperpanjang.

b. Banyak terjadi gangguan keamanan dan permasalahan lahan, tanaman dan produksi.

c. Terjadi okupasi lahan kebun di beberapa wilayah yang smapai sekarang belum terselesaikan d. Biaya Produksi yang terus meningkat dari tahun ke tahun. karena kenaikan harga komponen

utama biaya produksi antara lain upah, bahan bakar minyak (BBM) , dan sarana produksi lainnya.

e. Produktivitas tanaman yang belum optimal. Produktivitas tanaman budidaya pokok meliputi teh, karet dan kelapa sawit cenderung di bawah rata-rata. Hal ini terutama disebabkan umur tanaman yang sudah tua dan populasi tanaman di bawah standar.

Implementasi program GP3K:

Komoditas yang dikembangkan untuk Gerakan Peningkatan Produksi Pangan Berbasis Korporasi (GP3K) meliputi padi, padi gogo, jagung, rumput gajah, dan sapi perah. Nilai pendapatan sampai dengan triwulan III tahun 2011 adalah Rp 17.694.529.500,- dan menyerap tenaga kerja sebanyak 2.014 orang (perincian terlampir).

Page 27: Laporan Hasil Kunker Komisi VI DPR-RI Ke Provinsi Jawa Barat ...

27

PT. RNI PT. RNI berkomitmen untuk menunjang kegaitan R & D di setiap bidang usahanya dengan anggaran biaya sebesar 0,5%-1,5% dari penjualan per tahun. Adapun program kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut: - PT. Riset Perkebunan Nusantara: RNI turut serta dalam pengembangan perkebunan

dengan melakukan penyertaan di PT. RPN - Puslitagro: Penataan varietas bibit, pengujian kualitas produk yang dipakai di on farm

maupun off farm, penyediaan parasit-parasit (musuh alami) untuk pengendalian hama penyakit secara hayati, merekomendasikan dosis pupuk yang akan digunakan diseluruh pt. PG. Rajawali II berdasarkan analisa tanah dan daun

- LRPI/P3GI: menjadi anggota LRPI dan P3GI.

Adapun strategi diversifikasi produk yang dikembangkan oleh PT. RNI: - Sedang disusun FS,pabrik bio ethanol berbahan baku tetes (molasses) dengan kapasitas

100 KLPD dan 150 KLPD di PG Jati Tujuh Jabar - Pengembangan co-generation yang memanfaatkan ampas tebu menjadi energi listrik

sebesar 22.000MW di PG jati Tujuh Jabar - Peningkatan kualitas menuju gula premium di PG Subang - Pengolahan gula cair dari tetes di PG Candi Baru - Rencana kerjasama dengan PT Sariwangi Group meliputi bidang operatorship agronomi,

operatorship pabrik, off take 100% hasil produksi - Diversifikasi ke disposible gloves dan finger coat berbahan baku latex - Diversifikasi ke female condom - ASSP diarahkan ke autodestruct.

Pengembangan melalui sinergi BUMN: - Untuk optimalisasi hasil pangan dan pengembangan energi dengan membentuk BUMD

kerjasama ini melibatkan BUMN Agro (PTPN IX,X,XI,Pusri,Petrokimia,Pupuk kaltim, Pupuk Kujang,SHS dan RNI)

- Bergerak di bidang penghijauan dengan memanfaatkan lahan kritis bantaran sungai menjadi lahan produktif. Bersinergi dengan PTPN IX,X,XI,XII,Petrokimia, Jasa Tirta I, dan RNI)

- Bergerak di bidang pertanian dan perdagangan dengan memanfaatkan Hutan Tanaman Industri Karet, kerjasama ini melibatkan BUMN Agro (PTPN VI,VIII,XII,dan RNI)

- Bergerak di bidang perdagangan, pemasaran, dan pengelolaan komoditas agro industri (handling,blending,branding,packaging), pengelolaan gudang, fasilitas penimbunan, transportasi, freight forwarding, bongkar muat dan financing. Kerjasama ini melibatkan BUMN Agro (PTPN I s/d XIV dan RNI)

Hambatan yang dialami RNI dalam pengembangan: 1. Lahan: perlu adanya regulasi untuk menjamin ketersediaanlahan pabrik gula dalam rangka

mencukupi bahan baku tebu 2. Pendanaan: diperlukan kebijakan dibidang pendanaan khususnya berupa kredit lunak

dalam rangka revitalisasi 3. Tata niaga: perlu adanya jaminan harga dasar gula yang ditetapkan pemerintah saat gula

sebagai komoditas bebas yang harganya setiap saat dapat berubah, sedangkan di sisi lain peningkatan biaya sudah dapat dipastikan terus meningkat. Perum Bulog perlu difungsikan

Page 28: Laporan Hasil Kunker Komisi VI DPR-RI Ke Provinsi Jawa Barat ...

28

sebagai pengelola buffer stock termasuk mengendalikan impor baik raw sugar maupun white sugar

4. Perdagangan: perlu ditetapkannya tarif bea masuk dalam rangka perlindungan produksi gula dalam negeri

5. Sarana produksi: perlu adanya kebijakan yang menjamin ketersediaan pupuk dan sarana produksi lainnya secara tepat waktu dan tepat guna

6. Permasalahan ON Farm meliputi: pengembangan areal khususnya tebu rakyat di PT PG Rajawali II terkendala dengan persaingan komoditi lain, produktivitas berfluktuatif dan cenderung rendah terutama pada areal HGU PT PG Rajawali II dan terjadinya persaingan pasokan tebu yang berasal dari tebu bebas relatif tinggi, rendahnya kualitas bahan baku tebu akibat komposisi varietas kurang berimbang dan perolehan bibit relatif sulit, pelaksanaan tebang angkut di beberapa PG PT RNI kurang memenuhi kriteria MBS, infrastruktur dan sistim irigasi PG HGU masih memerlukan perbaikan, di beberap tempat masih kurang memenuhi persyaratan yang dibutuhkan, penerapan mekanisasi pertanian pada PG yang melayanitebu rakyat belum optimal, pelaksanaan pemupukan sering mengalami hambatan keterlambatan pupuk saat dibituhkan danharga cenderung tinggi

7. Permasalahan off farm: rendahnya kinerja pabrik karena kapasitas peralatan proses tidak seimbang akibat adanya investasi peralatan secara parsial sementara beberapa peralatan belum diganti, penggunaan energi untuk proses belum efsien karena beberapa peralatan pembangkit tenaga dan peralatan proses sebagian belum diganti dengan peralatan yang efisien disamping tingginya breakdown time yang terjadi selama proses giling, produk yang dihasilkan masih memiliki kualitas relatif rendah.

Perum Perhutani Produk dan layanan Perhutani: - Perhutani menghasilkan kayu-kayu berkualitas tinggi jenis: jati, pinus, mahoni, sonokelling,

damar, akasia, jabon, sengon dsb. Termasuk pula beberapa jenis rotan dan bambu. Perhutani juga menghasilkan produk barang jadi atau produk industri kayu olahan seperti: garden furniture, housing component (pintu dan kusen), indoor furniture, flooring (lantai kayu), raw sawn timber,TPO dan produk lain sesuai pesanan.

- Perhutani menghasilkan forest chemical products berupa gondorukem dan terpentin, yang merupakan hasil destilasi getah pinus. Produk lain adalah minyak kayu putih, lak, minyak ylang-ylang dan sebagainya.

- Perhutani memproduksi madu berkualitas tinggi, AMDK “air perhutani”, kopi, cengkeh, aren, jagung, empon-empondan bahan pangan lain hasil kerjasama dengan masyarakat desa hutan melalui program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM).

- Perhutani mengelola wisata alam di 145 lokasi. - Perhutani menyediakan benih dan bibit-bibit tanaman kehutanan bersertifikat dihasilkan

oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Perhutani di Cepu. - Perhutani menyediakan paket training dan konsultasi tentang bisnis kehutanan yang

diselenggarakan di Pusat Pelatihan dan dan Pengembangan SDM Madiun. Perhutani juga memiliki pusat assesment centre yang dapat dimanfaatkan juga untuk kerjasama dengan pihak lain.

- Perhutani mengembangkan usaha energi alternatif seperti melalui teknologi mikro hydro - Perhutani menyediakan produk kokon, benag sutera, penangkaran kera, rusa, dan buaya

sekaligus untuk konservasi. - Perhutani membuka kerjasama dengan pihak lian untuk optimalisasi pemanfaatan asset

Page 29: Laporan Hasil Kunker Komisi VI DPR-RI Ke Provinsi Jawa Barat ...

29

Komitmen Perhutani dalam melaksanakan PHL 1. Menerapkan prinsip-prinsip PHL di seluruh wilayah kerja dengan sasaran mendapatkan

sertifikat PHL 2. Mempertahankan dan meningkatkan kelestarian produk, lingkungan dan sosial 3. Menjalin kemitraan dalam implementasi PHBM 4. Meningkatkan kapasitas dan kesejahteraan SDM serta memberikan jaminan dan

keselamatan kerja 5. Menerapkan sistem penghargaaan dan hukuman secara transparan dan konsisten Beberapa permasalahan Perhutani: 1. Permasalahan pemantapan kawasan 2. Kasus tenurial di beberapa lokasi yang sulit untuk disosialisasikan 3. Pengelolaan hutang lindung yang belum diperlakukan sebagai PSO. Perhutani mengelola

658 ribu Ha Hutang Lindung,yang memiliki fungsi intangible yang vital bagi masyarakat.

Rekomendasi: 1. Berkaitan dengan persoalan pengalihan pengelolaan Kawasan Tangkuban Perahu ke

pihak swasta, Komisi VI DPR RI akan menindaklanjuti dengan rapat dengar pendapat dengan Perum Perhutani.

2. Komisi VI DPR RI meminta PT. RNI untuk menerapkan pengunaan SNI Kondom serta meminta PT. RNI untuk mensosialisasikan produk-produk SNI

3. Komisi VI DPR RI meminta PTPN VIII dan Perum Perhutani agar memperjelas batas-batas wilayah lahan yang dikelola oleh PTPN VIII dan Perum Perhutani sehingga kemungkinan permasalahan lahan di masa yang akan datang dapat diantisipasi.

4. Komisi VI DPR RI mendorong PTPN VIII dan PT. RNI untuk terus mengembangkan produk-produk agar terdapat value added terhadap produk yang dihasilkan.

IV. Penutup

Demikianlah gambaran laporan Kunjungan Kerja Komisi VI DPR RI ke daerah Jawa Barat pada Masa Sidang II, TS 2011-2012. Dari kunjungan kerja tersebut, kami menemukan fakta yang sangat jelas, adanya potensi ekonomi daerah, khususnya di Provinsi Jawa Barat. Karena itulah, dari hasil Kunker ini hendaknya semakin meneguhkan tekad kita untuk mendorong lahirnya keputusan-keputusan politik yang berorientasi kepada peningkatan kapabilitas produksi ekonomi rakyat. Kami juga menemukan fakta bahwa koperasi, usaha kecil dan menengah masih jauh dari harapan kita untuk menjadi usaha rakyat yang mandiri, kompetitif dan profesional. Berbagai kelemahan organisasi, manajemen, akses ke pasar, permodalan dan kualitas SDM masih menjadi kendala yang utama. Kebijakan pemerintah nampak belum terintegrasi dan belum menunjukkan keberpihakannya, khususnya pada bentuk-bentuk usaha yang dikelola oleh rakyat.

Komisi VI DPR RI