LAPORAN HASIL KEGIATAN UJI ADAPTASI BEBERAPA...

55
1 LAPORAN HASIL KEGIATAN UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS PADI DATARAN TINGGI DI PROVINSI ACEH PENANGGUNGJAWAB KEGIATAN : IDAWANNI BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEH BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2015

Transcript of LAPORAN HASIL KEGIATAN UJI ADAPTASI BEBERAPA...

Page 1: LAPORAN HASIL KEGIATAN UJI ADAPTASI BEBERAPA …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/25-Pendahuluan.pdf · 3 KATA PENGANTAR Tulisan ini merupakan laporan akhir yang merupakan hasil

1

LAPORAN HASIL KEGIATAN

UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS PADI DATARAN TINGGI DI PROVINSI ACEH

PENANGGUNGJAWAB KEGIATAN : IDAWANNI

BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEH BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI

PERTANIAN

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN

2015

Page 2: LAPORAN HASIL KEGIATAN UJI ADAPTASI BEBERAPA …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/25-Pendahuluan.pdf · 3 KATA PENGANTAR Tulisan ini merupakan laporan akhir yang merupakan hasil

2

LEMBAR PENGESAHAN

1. Judul RDHP

Uji Adaptasi Beberapa Varietas Padi Dataran Tinggi di Provinsi Aceh

2. Unit Kerja : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Provinsi Aceh

3. Alamat Unit Kerja : Jalan P. Nyak Makam No. 27 Lampineung Banda Aceh- 23125

4. Sumber Dana : Dipa Bptp Aceh 2014

5. Status Penelitian : Baru 6. Penanggung Jawab : A. Nama : Idawanni, SP

B. Pangkat / Golongan : Penata III C

C. Jabatan : Peneliti Muda

7. Lokasi : Provinsi Aceh

8. Agroekosistem : Lahan Sawah

9. Tahun Mulai : 2015

10. Tahun Selesai : 2015

11. Output Tahunan : -

12. Output Akhir : Diperolehnya satu atau lebih varietas padi dataran tinggi yang adaptif spesifik lokasi.

Meningkatnya Produktivitas dan Pendapatan Petani Padi Sawah Dataran Tinggi.

13. Biaya : RP 88.000.000,- (Delapan Puluh Delapan Juta Rupiah)

Mengetahui : Kepala Balai Besar

Menyetujui Kepala Balai

Dr. Ir. Abdul Basit MS NIP. 19610929 198603 1 003

Ir. Basri A. Bakar, M.Si. NIP. 19600811 198503 1 001

Koordinator Program, Dr. Rachman Jaya, S.Pi. M.Si NIP. 19740305 200003 1 001

Penanggung jawab Kegiatan,

Idawanni, SP NIP. 19680924 199803 2 001

Page 3: LAPORAN HASIL KEGIATAN UJI ADAPTASI BEBERAPA …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/25-Pendahuluan.pdf · 3 KATA PENGANTAR Tulisan ini merupakan laporan akhir yang merupakan hasil

3

KATA PENGANTAR

Tulisan ini merupakan laporan akhir yang merupakan hasil

pelaksanaan kegiatan Kajian Uji Adaptasi Beberapa Varietas Padi Dataran

Tinggi di Provinsi Aceh yang dilakukan mulai Bulan Februari sampai

Desember 2015.

Pelaksanaan pengkajian ini melibatkan Dinas/Lembaga terkait

dengan menggunakan metode penelitian partisipatif (Participatory

Research) dan mengacu pada konsep-konsep kemitraan antara

peneliti/pengkaji, penyuluh lapangan, petani dan pengguna lainnya. Luas

lahan yang digunakan dalam kajian ini 3 Ha, dengan satu kelompok tani

Tunas Karya Empat di Desa Umah Besi Kecamatan Gajah Putih Kabupaten

Bener Meriah. Teknologi yang dilakukan menggunakan 5 varietas unggul

baru padi dataran tinggi yaitu varietas inpari 26, Inpari 27, Inpari 28,

Sarinah, Batang Piaman dan 1 varietas Ciherang (yang sudah sering

digunakan oleh petani) dan pupuk anorganik

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada

rekan-rekan peneliti, penyuluh, teknisi dan tenaga administrasi serta

semua pihak yang telah membantu mulai dari perencanaan hingga

tersusunnya laporan akhir ini.

Semoga laporan akhir ini bermanfaat bagi yang membutuhkan,

mohon maaf atas segala kekurangan.

Banda Aceh, 27 Desember 2015 Penanggung Jawab Kegiatan, Idawanni,SP

Page 4: LAPORAN HASIL KEGIATAN UJI ADAPTASI BEBERAPA …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/25-Pendahuluan.pdf · 3 KATA PENGANTAR Tulisan ini merupakan laporan akhir yang merupakan hasil

4

RINGKASAN

1. Judul RDHP : Uji Adaptasi Beberapa Varietas Padi Dataran Tinggi di Provinsi Aceh

2. Unit Kerja : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Aceh

3. Lokasi : Kabupaten Bener Meriah

4. Agroekosistem : Lahan Sawah

5. Status : Baru

6. Tujuan : - Untuk mendapatkan varietas padi sawah dataran tinggi yang adaptif spesifik lokasi

- Untuk meningkatkan produktivitas dan pendapatan petani melalui melalui penerapan teknologi budidaya introduksi padi sawah dataran tinggi

7. Keluaran : - Diperolehnya satu atau lebih varietas

padi sawah dataran tinggi yang adaptif spesif lokasi

-Meningkatnya produktivitas dan pendapatan usahatani padi sawah dataran tinggi

8. Hasil : Varietas Sarinah memberikan hasil tertinggi 6,2 ton /ha diikuti varietas Batang Piaman 6 ton/ha dan Inpari 26 5,1 ton/ha

9. Prakiraan Manfaat : - Meningkatnya penggunaan satu atau

lebih varietas padi sawah dataran tinggi yang memiliki daya adaptasi

- Memberikan tambahan keuntungan/ pendapatan dengan menggunakan varietas unggul baru padi dataran tinggi

10. Prakiraan Dampak : - Berkembangnya penggunaan varietas unggul padi dataran tinggi dii Kecamatan Gajah Putih

Page 5: LAPORAN HASIL KEGIATAN UJI ADAPTASI BEBERAPA …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/25-Pendahuluan.pdf · 3 KATA PENGANTAR Tulisan ini merupakan laporan akhir yang merupakan hasil

5

11. Prosedur : Pengkajian dilaksanakan di lahan sawah pada ketinggian 875 m dari permukaan laut di Kabupaten Bener Meriah Kecamatan Gajah Putih Desa Umah Besi dengan luas lahan pengkajian ± 3 ha. Pengkajian ini dilaksanakan mulai dari bulan Februari – Desember 2015, namun untuk kegiatan di lapangan bulan September – Desember 2015, dengan kelompok tani yang terlibat yaitu Tunas

Karya Empat. Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok (Randomized Block Disign) dengan petak perlakuan yang di uji yaitu beberapa varietas dengan 3 (tiga) ulangan. Setiap ulangan terdiri dari 6 plot perlakuan, pengambilan sampel dilakukan disetiap plot sebanyak 10 tanaman. Data pengamatan lebih lanjut dianalisis secara statistika menggunakan analisis sidik ragam. Peubah yang diamati ; 1) tinggi tanaman, 2) jumlah anakan, 3) Panjang Malai 4) jumlah malai per rumpun, 5) jumlah gabah isi, 6) bobot 1000 butir gabah pada kadar air 14 %, 7) Hasil ton/ha dan 9) serangan hama penyakit di lapang.

12. Jangka Waktu : 1 Tahun

13. Biaya : RP 88.000.000,- (Delapan Puluh

Delapan Juta Rupiah)

Page 6: LAPORAN HASIL KEGIATAN UJI ADAPTASI BEBERAPA …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/25-Pendahuluan.pdf · 3 KATA PENGANTAR Tulisan ini merupakan laporan akhir yang merupakan hasil

6

SUMMARY

1. Title : Plateau in Aceh Province Plateau in Aceh Province

2. Implementation Unit : Assessment Institute for Agriculture Technology (AIAT aceh)

3. Location : Kabupaten Bener Meriah

4. Agroecosystem : Wetland

5. Status : New 6. Objectives

: - To get the varieties of paddy plateau

specific adaptive

- To increase the productivity and income of farmers through cultivation technology through the introduction of paddy plateau

7. Output

: - Obtaining one or more varieties of

paddy plateau adaptive spesif location

- ncreased productivity and farm income of paddy plateau

8. Outcome

: Sarinah varieties gives the highest yield of 6.2 tonnes / ha followed varieties Batang Piaman 6 tonnes / ha and Inpari 26 5 tonnes / ha

9. Expected benefit : - Increased use of one or more varieties of paddy plateau which has adaptability

- Provide additional profits / income by using new varieties of upland rice

10. Expected impact : The growing use of high yielding varieties of upland rice in the district of Gajah Putih

11. Procedure

: Studies conducted in paddy fields at an

altitude of 875 m above sea level in Bener Meriah District of the Gajah Putih Village Umah Besi with an area of ± 3 ha land assessment. This assessment was conducted from February - December 2015, however, for the activities in the field September - December 2015, with farmers' groups involved, namely Tunas Karya empat. This study uses a randomized complete block design (Randomized Block Disign) with treatment in test plots are

Page 7: LAPORAN HASIL KEGIATAN UJI ADAPTASI BEBERAPA …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/25-Pendahuluan.pdf · 3 KATA PENGANTAR Tulisan ini merupakan laporan akhir yang merupakan hasil

7

several varieties with three (3) replicates. Each quiz consists of six treatment plots, sampling was conducted as many as 10 plants in each plot. Further observation data analyzed statistically using analysis of variance. Variables measured; 1) plant height, 2) the number of tillers, 3) Long Tassel 4) the number of panicles per hill, 5) the number of filled grain, 6) 1000 grain weight grain moisture content of 14%, 7) Yield ton / ha and 9) pests disease in the field.

12. Duration : 1 Year

13. Budget : IDR 88.000.000

Page 8: LAPORAN HASIL KEGIATAN UJI ADAPTASI BEBERAPA …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/25-Pendahuluan.pdf · 3 KATA PENGANTAR Tulisan ini merupakan laporan akhir yang merupakan hasil

8

Page 9: LAPORAN HASIL KEGIATAN UJI ADAPTASI BEBERAPA …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/25-Pendahuluan.pdf · 3 KATA PENGANTAR Tulisan ini merupakan laporan akhir yang merupakan hasil

9

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………………… i

KATA PENGANTAR ........................................................................... ii

RINGKASAN……………………………………………………………………. iii

DAFTAR ISI ..................................................................................... vii

DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………………… v

DAFTAR TABEL………………………………………………………………… ix

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................ 1

1.2 Dasar Pertimbangan ................................................................ 3

1.3 Tujuan dan Keluaran ............................................................... 3

1.4 Perkiraan dan Manfaat ............................................................. 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................ 5

BAB III METODELOGI ..................................................................... 8

3.1 Pendekatan ............................................................................ 8

3.2 Ruang Lingkup Kegiatan .......................................................... 8

3.3 Komponen Teknologi yang Diterapkan ...................................... 8

3.4 Bahan dan Alat ........................................................................ 9

3.5 Metode Pelaksanaan Pengkajian ............................................... 10

3.6 Pengamatan ............................................................................ 11

BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN ........................... 14

4.1 Karakteristik Fisik Lokasi Pengkajian .......................................... 14

4.2 Uji Adptasi Varietas Unggul Baru Padi Dataran Tinggi .................. 14

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................... 24

5.1 Kesimpulan ............................................................................... 24

5.2 Saran ....................................................................................... 24

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 25

LAMPIRAN

Page 10: LAPORAN HASIL KEGIATAN UJI ADAPTASI BEBERAPA …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/25-Pendahuluan.pdf · 3 KATA PENGANTAR Tulisan ini merupakan laporan akhir yang merupakan hasil

10

Lampiran 1. Deskripsi Varietas Unggul Baru PadiDataran Tinggi ................ 26

Lampiran 2. Analisa Resiko Foto Kegiatan Padi Dataran Tinggi ................... 32

Lampiran 3. Personalia ........................................................................... 32

Lampiran 4. Foto Kegiatan Padi Dataran Tinggi ......................................... 33

Page 11: LAPORAN HASIL KEGIATAN UJI ADAPTASI BEBERAPA …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/25-Pendahuluan.pdf · 3 KATA PENGANTAR Tulisan ini merupakan laporan akhir yang merupakan hasil

11

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman 1. Teknologi anjuran budidaya padi dataran Tinggi………………….

2. T inggi Tanaman Beberapa Varietas Padi Padi Dataran Tinggi

pada Umur 3, 6, dan 10 MST ……………………………..…………….

3 Jumlah Anakan Beberapa Varietas Padi Padi Dataran Tinggi pada Umur 3, 6, dan 10 MST ………………………………………………

4. Jumlah Panjang Malai Per Rumpun Beberapa Varietas Padi

Dataran Tinggi………………………………………………………………………

5. Jumlah Malai Per Rumpun Beberapa Varietas Padi Dataran Tinggi……………………………………………………………………….........

6. Jumlah Gabah Berisi Per Malai pada Beberapa Varietas Padi Padi Dataran Tinggi.........................................................................

7. Berat 1000 Butir pada Beberapa Varietas Padi Gogo Padi Dataran

Tinggi......................................................................................

8. Produksi Ton Per Ha pada Beberapa Varietas Padi Padi Dataran Tinggi.............................................................................

11

14

16

17

18

19

20

21

Page 12: LAPORAN HASIL KEGIATAN UJI ADAPTASI BEBERAPA …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/25-Pendahuluan.pdf · 3 KATA PENGANTAR Tulisan ini merupakan laporan akhir yang merupakan hasil

12

Page 13: LAPORAN HASIL KEGIATAN UJI ADAPTASI BEBERAPA …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/25-Pendahuluan.pdf · 3 KATA PENGANTAR Tulisan ini merupakan laporan akhir yang merupakan hasil

13

Page 14: LAPORAN HASIL KEGIATAN UJI ADAPTASI BEBERAPA …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/25-Pendahuluan.pdf · 3 KATA PENGANTAR Tulisan ini merupakan laporan akhir yang merupakan hasil

14

1 PENDAHULUAN

1. 1. Latar belakang

Tanaman padi merupakan tanaman pangan utama Indonesia karena lebih

dari setengah penduduk indonesia menjadikan beras sebagai makanan pokok.

Sementara itu, kebutuhan beras setiap tahun makin bertambah, seiring dengan

laju pertambahan penduduk rata-rata 1,7 % pertahun dan kebutuhan perkapita

sebanyak 134 kg, maka pada tahun 2025 Indonesia harus mampu menghasilkan

padi sebanyak 78 juta ton GKG untuk mencukupi kebutuhan beras nasional

(Abdullah, 2004). Oleh karenanya, peningkatan produksi beras melalui

peningkatan produktivitas padi dan peningkatan pendapatan petani merupakan

tuntutan yang tidak bisa dielakkan sehingga selalu di masukkan dalam agenda

kebijakan pemerintah di bidang pertanian.

Tahun 2007, produksi padi nasional mencapai 57,05 juta ton gabah

kering giling, dengan luas panen 11,97 juta ha dan produktivitas 4,89 ton/ha

(Deptan,2009). Padi sawah masih mendominasi kontribusi terhadap produksi

padi nasional 54,11 juta ton. Provinsi Aceh merupakan sentra produksi tanaman

pangan khususnya padi dalam pemenuhan kebutuhan pangan, pakan dan

industri nasional yang setiap tahunnya terus meningkat. Sekitar 1,4 % kebutuhan

beras nasional dipenuhi dari Provinsi Aceh, dengan rerata produktivitas 4,6

ton/ha (Dirjen Tanaman Pangan, 2013). Produktivitas padi Provinsi Aceh

mengalami peningkatan dari 4,26 ton per hektar pada 2008, meningkat jadi 4,32

ton per hektar pada 2009 atau meningkat sebesar 1,37 persen, sedangkan target

peningkatan pada tahun 2013 sebesar 6,08% atau 5,2 ton per hektar (BPS,

2012).

Berdasarkan angka tersebut terlihat bahwa peningkatan produksi padi

masih terfokus pada padi sawah. Akan tetapi, produksi padi sawah menghadapi

beberapa kendala. Kendala produksi padi sawah meliputi konversi lahan sawah

menjadi fungsi lainnya (Soedjana, 2005), pencucian lahan sawah produktif (Zen

et al., 2002), serta adanya kendala-kendala abiotik terkait agroiklim maupun

kendala biotik. Oleh karena itu, upaya alternatif terhadap peningkatan produksi

Page 15: LAPORAN HASIL KEGIATAN UJI ADAPTASI BEBERAPA …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/25-Pendahuluan.pdf · 3 KATA PENGANTAR Tulisan ini merupakan laporan akhir yang merupakan hasil

15

padi pada lahan sawah masih diperlukan untuk memecahkan masalah kestabilan

produksi padi nasional dan ketahanan pangan.

Dataran tinggi merupakan salah satu potensi yang dapat dijadikan upaya

alternatif bagi pengembangan areal tanam padi sawah. Luas lahan dataran tinggi

dengan kemiringan lebih besar dari 15% diperkirakan sekitar 25,5 juta hektar

(Las et al., 1993). Dari lahan seluas tersebut dilaporkan baru 0,50 juta hektar

yang dimanfaatkan untuk lahan sawah dengan rata-rata hasil padi berkisar 2,5 –

5,0 ton/ha (Harahap et al., 1993).

Kabupaten Bener meriah merupakan dataran tinggi di Propinsi Aceh yang

hanya memiliki luas lahan sawah 3,312 hektar dengan produksi/ha nya hanya 3,5

- 4,3 ton, sedangkan jumlah penduduk kab bener meriah tahun 2012 ± 129.925

dengan kebutuhan beras ± 18.079 ton, berarti kabupaten bener meriah terjadi

kekurangan beras sebanyak ± 7.093.2 ton. Kekurangan beras untuk kabupaten

bener meriah diperoleh dari kabupaten lain di Aceh.

Pengembangan padi sawah di dataran tinggi menghadapi kendala.

Beberapa faktor pembatas produksi padi sawah dataran tinggi adalah kondisi

agroiklim spesifik meliputi suhu rendah, curah hujan relatif tinggi, ketersediaan

air tanah yang rendah, fotoperiodisasi panjang dan kelembaban udara yang

tinggi. Suhu rendah dilaporkan Shimono et al. (2005) telah menyebabkan

kehilangan hasil padi sebanyak 0,37 juta kilogram gabah atau setara dengan

15% dari total kehilangan hasil yang terjadi di Jepang.

Suhu rendah juga mengakibatkan pertumbuhan tanaman tertunda, malai tidak

sempurna keluar atau tidak keluar sama sekali, persentase gabah hampa tinggi

atau hampa sama sekali, dan perkembangan biji tidak sempurna (Hamdani,

1979).

Pemecahan masalah di dataran tinggi karena suhu rendah dapat

dilakukan dengan memanfaatkan varietas yang memiliki tingkat kesesuaian tinggi

terhadap kondisi lingkungan dengan penanaman varietas unggul padi yang

toleran suhu rendah, efisien dalam pemanfaatan air dan cahaya matahari, tahan

kelembaban tinggi serta tahan hama penyakit, sehingga mampu menghasilkan

dalam waktu singkat (umur genjah) dan memiliki potensi hasil tinggi. Oleh

karena itu di perlukan kajian adaptasi beberapa varietas padi dataran tinggi

Page 16: LAPORAN HASIL KEGIATAN UJI ADAPTASI BEBERAPA …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/25-Pendahuluan.pdf · 3 KATA PENGANTAR Tulisan ini merupakan laporan akhir yang merupakan hasil

16

1.2. Dasar Pertimbangan

Kegiatan uji daya adaptasi beberapa varietas unggul baru dataran tinggi

yang dilakukan oleh BPTP Aceh sesuai dengan kerangka pelaksana program

badan litbang pertanian dan sesuai dengan petunjuk pelaksanaan meliputi; (1)

Memberikan informasi teknologi kepada pengguna, (2) Pembuatan demonstrasi

plot, (3) Demonstrasi VUB

Salah satu faktor penghambat dalam adopsi teknologi oleh petani adalah

belum adanya keyakinan petani terhadap manfaat teknologi itu sendiri sebelum

melihatnya secara langsung. Dalam penerapan teknologi sesuai dengan yang

dianjurkan, petani mengalami hambatan psikologis berupa kekuatiran apakah

hasil produksi akan sesuai seperti yang diharapkan, padahal biaya input sudah

lebih tinggi. Untuk mengatasi hambatan psikologis tersebut, penerapan teknologi

di lahan pertanian dilaksanakan sebagai pengkajian, dan menjadi contoh bagi

petani agar secara langsung dapat dilihat manfaat dari penerapan teknologi

specifik lokasi.

Dalam berusahatani padi, petani umumnya menggunakan benih bermutu

rendah (lokal), tanam bibit umur tua (>25 hari setelah sebar) dan >5 bibit per

lubang sehingga benih yang digunakan banyak, tanam tidak serentak,

menggunakan pupuk tidak berimbang dan tidak menggunakan bahan organik,

mengairi terus-menerus (menggenang), mengendalikan OPT kurang sempurna,

serta cara panen kurang sempurna sehingga kehilangan hasilnya tinggi. Hal ini

berdampak pada produktivitas tanaman kurang optimal, biaya produksi tinggi

(kurang efisien), masalah OPT menjadi lebih komplek, kesuburan tanah turun.

Sebagai kewajiban dan tugas dari Badan Litbang Pertanian dalam rangka

melaksanakan pengkajian, maka BPTP Aceh perlu melakukan pengkajian uji daya

adaptasi varietas unggul baru dataran tinggi.

1.3. Tujuan dan Keluaran

Tujuan kajian ini yaitu :

- Untuk mendapatkan varietas padi sawah dataran tinggi yang adaptif spesifik

lokasi

Page 17: LAPORAN HASIL KEGIATAN UJI ADAPTASI BEBERAPA …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/25-Pendahuluan.pdf · 3 KATA PENGANTAR Tulisan ini merupakan laporan akhir yang merupakan hasil

17

- Untuk meningkatkan produktivitas dan pendapatan petani melalui melalui

penerapan teknologi budidaya introduksi padi sawah dataran tinggi

Keluaran yang diharapkan yaitu :

- Diperolehnya satu atau lebih varietas padi sawah dataran tinggi yang memiliki

daya adaptasi pada ketinggian di atas 800 meter dari permukaaan laut

- Tersedianya data analisis produktivitas dan pendapatan usahatani padi sawah

dataran tinggi

1.4. Perkiraan Manfaat

Dari kajian yang akan dilaksanakan perkiraan dan manfaat yang

diharapkan adalah sebagai berikut :

- Meningkatnya penggunaan satu atau lebih varietas padi sawah dataran tinggi

yang memiliki daya adaptasi

- Memberikan tambahan keuntungan/ pendapatan dengan menggunakan

varietas unggul baru dataran tinggi

Page 18: LAPORAN HASIL KEGIATAN UJI ADAPTASI BEBERAPA …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/25-Pendahuluan.pdf · 3 KATA PENGANTAR Tulisan ini merupakan laporan akhir yang merupakan hasil

18

II. TINJAUAN PUSTAKA

Padi merupakan komoditas tanaman pangan yang penting di Indonesia.

Penduduk Indonesia menjadikan beras sebagai bahan makanan pokok dengan

konsumsi beras 108-137 kg per kapita. Sembilan puluh lima persen penduduk

Indonesia mengonsumsi bahan makanan ini (Swastika et al., 2007). Beras

mampu mencukupi 63% total kecukupan energi, 38% protein dan 21,5% Protein

(Indrasari et al., 2006). Kandungan gizi dari beras tersebut menjadikan

komoditas padi sangat penting untuk kebutuhan pangan sehingga menjadi

perhatian di Indonesia untuk memenuhi kebutuhan beras.

Sementara kebutuhan beras setiap tahun makin bertambah, seiring

dengan laju pertambahan penduduk, oleh karena itu peningkatan produksi padi

di Indonesia harus tetap dilakukan lebih tinggi dari laju pertumbuhan penduduk

yang mencapai rata-rata 1,3% per tahun.

Pemerintah Republik Indonesia melalui Departemen Pertanian

menetapkan aksi program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN) sebesar 2

juta ton beras pada tahun 2007 dan selanjutnya kenaikkan 5% untuk setiap

tahunnya. Program P2BN digulirkan selain dilatarbelakangi oleh kondisi

pemerintah RI yang masih mengimpor beras sekitar 3% untuk memenuhi

kebutuhan pangan nasional pada tahun 2007, maka dilatarbelakangi pula oleh

ketidakstabilan kondisi perberasan nasional dimana diantaranya disebabkan

terjadinya penurunan luas areal tanam dan luas areal panen akibat konversi

lahan sawah produktif, serangan organisme pengganggu tanaman (OPT),

semakin terbatasnya sumberdaya air serta perubahan iklim (dampak fenomena

iklim) yang sulit diprediksi.

Provinsi Aceh merupakan sentra produksi tanaman pangan khususnya

padi dalam pemenuhan kebutuhan pangan, pakan dan industri nasional yang

setiap tahunnya terus meningkat. Sekitar 1,4 % kebutuhan beras nasional

dipenuhi dari Provinsi Aceh, dengan rerata produktivitas 4,60 ton/ha (Dirjen

Tanaman Pangan, 2013). Produktivitas padi Provinsi Aceh mengalami penurunan

dari 4,65 ton per hektar pada 2011, menurun jadi 4,61 ton per hektar pada

2012, hal ini sangat dipengaruhi oleh rendahnya produktivitas padi dataran tinggi

berkisar 2,60 ton/ha, sedangkan target peningkatan pada tahun 2013 4,72 ton

per hektar (Distan Tanaman Pangan Aceh, 2013).

Page 19: LAPORAN HASIL KEGIATAN UJI ADAPTASI BEBERAPA …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/25-Pendahuluan.pdf · 3 KATA PENGANTAR Tulisan ini merupakan laporan akhir yang merupakan hasil

19

Padi sebagai salah satu komoditi pangan yang mempunyai potensi

produksi dan perkembangan yang cukup tinggi di Provinsi Aceh. Ketersediaan

lahan sawah potensial ada seluas 408.486 ha tersebar pada 21 kabupaten/kota.

Dari data tersebut menunjukkan bahwa setiap musim tanam Aceh membutuhkan

benih padi 12,25 juta ton dengan perhitungan kebutuhan benih 30 kg/ha. (Dinas

Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Prov. Aceh, 2012).

BPTP Aceh merupakan salah satu lembaga pelayanan teknis dibawah

BBP2TP yang turut berperan dalam menghasilkan inovasi teknologi sekaligus

berfungsi sebagai penyebar informasi teknologi hasil pengkajian kepada

pengguna melalui kegiatan desiminasi. Salah satu kegiatan pengkajian yang akan

dilaksanakan dalam upaya percepatan adopsi teknologi yaitu kegiatan pengkajian

teknologi specifik lokasi.

Pengelolaan tanaman padi sawah bertujuan meningkatkan produktivitas

dan pendapatan petani padi sawah serta melestarikan lingkungan produksi

melalui inovasi teknologi seperti peningkatan indeks tanam, varietas unggul,

penggunaan benih bermutu dan berlabel, pengendalian opt, pengelolaan hara,

pengaturan populasi tanam, melalui perbaikan sistem tanam dan lainnya, (Anom,

2000).

Saat ini telah banyak dirilis VUB padi sawah oleh litbang pertanian yang

memiliki keunggulan masing-masing sehingga diharapkan para petani

mengetahui keunggulan dan kelemahan masing-masing varietas sebagai bahan

dalam mempertimbangkan pemilihan varietas yang sesuai dengan lokasi

pengembangan. Hal ini penting agar kerugian hasil dimasa panen dapat ditekan.

Pengusahaan tanaman padi di dataran tinggi merupakan upaya

peningkatan produktivitas lahan dengan menerapkan paket teknologi spesifik

lokasi. Diantara teknologi yang diterapkan, varietas unggul memegang peranan

yang paling menonjol baik kontribusinya terhadap peningkatan hasil persatuan

luas maupun sebagai salah satu komponen utama dalam pengendalian hama dan

penyakit. Disamping itu, varietas unggul umumnya berumur pendek (genjah)

sehingga sangat penting artinya bagi petani dalam mengatur pola tanam

(Sudharto, et al. 1995)

Penggunaan varietas unggul merupakan salah satu metode perbaikan

teknis budidaya yang sangat erat kaitannnya dengan peningkatan produktivitas

padi sawah. Persyaratan yang perlu diperhatikan dalam mengintroduksi varietas

Page 20: LAPORAN HASIL KEGIATAN UJI ADAPTASI BEBERAPA …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/25-Pendahuluan.pdf · 3 KATA PENGANTAR Tulisan ini merupakan laporan akhir yang merupakan hasil

20

unggul baru adalah varietas yang mampu beradaptasi dengan kondisi setempat.

Secara total pemanfaatan benih unggul akan memberikan nilai tambah berupa

terjadinya peningkatan tambahan produksi dan penerimaan usahatani (Bobihoe

dan Endrizal, 1998)

Manfaat dan dampaknya membantu memecahkan masalah pelandaian

produktivitas padi sawah guna meningkatkan stok beras nasional pada kondisi

sumberdaya pertanian di wilayah petani sesuai dengan masalah yang akan

diatasi (demand driven technology) secara berkelanjutan.

Page 21: LAPORAN HASIL KEGIATAN UJI ADAPTASI BEBERAPA …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/25-Pendahuluan.pdf · 3 KATA PENGANTAR Tulisan ini merupakan laporan akhir yang merupakan hasil

21

III. METODELOGI

3.1. Pendekatan

Pengkajian ini akan dilaksanakan di lahan sawah milik petani di Kabu-

paten Bener Meriah yang merupakan salah satu daerah yang mempunyai

ketinggian 700 – 1500 meter dari permukaan laut dengan luas lahan 3 Ha,

dengan kelompok tani setempat. Kegiatan ini bersifat partisipatif dan kemitraan

antara peneliti/pengkaji, penyuluh lapangan, petani dan pengguna lainnya.

Kegiatan ini dalam pelaksanaannya juga akan melibatkan instansi terkait yaitu

Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Bener Meriah,

BPP Kecamatan, Lembaga Desa dan lain-lain. Teknologi yang dilakukan dengan

kelompok tani yaitu teknologi penggunaan varietas unggul dan sistim tanam jajar

legowo 2 : 1 dan 4 : 1 dengan menggunakan pupuk anorganik

3.2. Ruang Lingkup Kegiatan

- Identifikasi permasalahan dan kendala dalam usahatani padi serta peluang

mengatasinya

- Pilihan komponen teknologi di agroekosistem untuk padi sawah dataran

tinggi.

- Fokus identifikasi dilakukan terhadap : Karakterisasi lokasi, mencakup validasi

peta desa, peta topografi dan hidrologi, sumberdaya, kalender musim

tanam.

- Pengambilan contoh tanah untuk mengetahui kandungan kimia tanah.

3.3. Komponen Teknologi yang Diterapkan

Metodologi yang digunakan berupa petak tanam demontrasi plot

menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) dengan 3 ulangan. Teknologi

yang diterapkan adalah teknologi anjuran budidaya padi sawah dataran tinggi.

Varietas padi yang digunakan terdiri dari 5 (lima) varietas unggul yaitu Inpari

26, inpari 27, Inpari 28, Sarinah , Batang Piaman dan 1(satu) varietas yang

sering digunakan di daerah setempat Ciherang sebagai kontrol. Paket teknologi

anjuran yang digunakan seperti terlihat pada tabel 1.

Page 22: LAPORAN HASIL KEGIATAN UJI ADAPTASI BEBERAPA …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/25-Pendahuluan.pdf · 3 KATA PENGANTAR Tulisan ini merupakan laporan akhir yang merupakan hasil

22

Tabel 1. Teknologi anjuran budidaya padi sawah pada uji adaptasi beberapa varietas padi dataran tinggi di Provinsi Aceh

Komponen budidaya Pilihan komponen teknologi

Varietas - Sarinah - Inpari 26 - Inpari 27 - Inpari 28 - Batang Piaman - Ciherang ( pembanding )

Benih bermutu - Berlebel biru, Uji daya Kecambah

Jumlah benih - Semai 20 – 30 kg/ha

Umur Pindah - 20 hari setelah semai

Jumlah bibit per lubang - 2 batang

Sistem tanam - Jajar legowo 2 : 1 dan 4 : 1

Pengelolaan air - Secara efektif dan efisien

Pemupukan :

- Urea - SP36 - KCl - Dolomit

- 200 kg/ha - 150 kg/ha - 100 kg/ha - 300 kg * Urea Diberikan 3 kali yaitu pada saat

tanam dan umur 25 serta 40 HST

Pengendalian hama/penyakit - monitoring populasi hama - pestisida - Herbisida

3.4. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan adalah :

- Benih padi sawah dataran tinggi varietas : Sarinah, Inpari 26, Inpari 27,

Inpari 28, Batang Piaman dan varietas Ciherang yang exiting sebagai

pembanding

- Pupuk anorganik : Urea 200 kg/ha, SP-36 150 kg/ha, KCL 100 Kg/ha

- Karung/goni

- Ajir dari bambu, kantong plastik, spidol permanent, cat, kuas, topi

lapang, meja lapang, tali plastik, label, sepatu lapang dll.

Page 23: LAPORAN HASIL KEGIATAN UJI ADAPTASI BEBERAPA …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/25-Pendahuluan.pdf · 3 KATA PENGANTAR Tulisan ini merupakan laporan akhir yang merupakan hasil

23

Alat yang digunakan adalah :

- Cangkul, sprayer, garu, tali ajir, ATK, Thresher, Meteran, Cutter, Sabit,

PUTK, Bor tanah dan Camera

-

3.5. Metode Pelaksanaan Pengkajian

A. Lokasi dan Waktu

Pengkajian ini dilaksanakan di lahan sawah pada daerah dengan

ketinggian diatas 800 meter dari permukaan laut di Kabupaten Bener Meriah

Kecamatan Gajah Putih, Desa Umah Besi dengan luas lahan pengkajian ± 3 ha.

Pengkajian ini dilaksanakan mulai dari bulan Februari – Desember 2014, namun

untuk kegiatan di lapangan akan dilaksanakan pada musim tanam gaduh atau

MT II pada bulan September – Desember 2015, dengan kelompok tani yang

terlibat yaitu Bina Karya Empat

B. Rancangan Penelitian

Pengkajian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok yang terdiri 6

(enam) perlakuan dan tiga ulangan. Perlakuannya adalah varietas Sarinah,

Inpari 26, Inpari 27, Inpari 28, Batang Piaman dan varietas Ciherang yang

exiting sebagai pembanding. Setiap ulangan terdiri dari 6 plot perlakuan,

pengambilan sampel dilakukan disetiap plot sebanyak 10 tanaman .

C. Persiapan Bibit

Benih di rendam dulu selama 24 jam sebelum semai, bedengan

pembibitan dibuat dengan lebar 1-2 m dan panjang di sesuaikan dengan

keadaan lahan. Untuk mencegah serangan tikus, buat pagar plastik mengelilingi

tempat pembibitan.

D. Penanaman

Tanam dilakukan setelah bibit berumur 20 hari setelah semai dan jumlah

bibit yang di tanam tidak lebih dari 3 bibit per rumpun. Jarak tanam 20 x 10 x

40. Sistem tanam jajar legowo adalah cara tanam berselang seling 4 baris dan 1

baris kosong , jarak baris yang dikosongkan disebut satu unit, populasi tananam

jajar legowo 4 : 1 (25 rumpun/m2 )

Page 24: LAPORAN HASIL KEGIATAN UJI ADAPTASI BEBERAPA …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/25-Pendahuluan.pdf · 3 KATA PENGANTAR Tulisan ini merupakan laporan akhir yang merupakan hasil

24

E. Pemupukan

Pupuk yang digunakan dalam budidaya padi sawah pada kegiatan ini

menggunakan pupuk anorganik. Penggunaan pupuk anorganik dilaksanakan

sesuai petunjuk budidaya, yaitu 200 kg/ha Urea, 150 kg/ha SP-36, KCL 100

kg/ha. Urea diberikan 3 kali yaitu pada saat tanam, umur 25 HST dan umur 40

HST sedangkan SP-36 dan KCL di berikan 2 kali, masing – masing 1/2 dosis pada

saat tanam , dan pada umur 25 hari setelah tanam. Pupuk diberikan dengan

cara di disebar diantara barisan tanaman.

F. Penyulaman dan Penyiangan

Penyulaman dilakukan seminggu setelah tanam, sedangkan penyiangan

pertama dan kedua dilakukan masing-masing pada 30 hari dan 60 hari setelah

tanam. Bila perlu dilakukan penyiangan ketiga, tergantung keadaan di lapangan.

G. Pemeliharaan

Pengendalian gulma dilakukan secara kultur teknis dan secara kimiawi

dengan menggunakan herbisida. Secara mekanis gulma dapat dikendalikan

dengan menggunakan cangkul atau kored, sedangkan secara kimia dapat

mengikuti petunjuk. Penyiangan dilakukan pada saat tanaman berumur 3 dan 5

minggu setelah tanam. Sedangkan pengendalian hama dan penyakit, dilakukan

sesuai dengan ambang kendali hama dan penyakit

3.6. Pengamatan

1. Tinggi Tanaman

Pengukuran tinggi tanaman dilakukan saat tanaman berumur 3, 6, dan 10

MST. Sampel tanaman yang diamati sebanyak 10 rumpun tanaman untuk setiap

perlakuan. Pada setiap sampel tanaman dibuat patok tanda sampel, pengukuran

pertumbuhan tinggi tanaman dilakukan dengan menggunakan alat meteran.

Diukur dari permukaan tanah sampai ujung daun tertinggi.

2. Jumlah Anakan

Page 25: LAPORAN HASIL KEGIATAN UJI ADAPTASI BEBERAPA …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/25-Pendahuluan.pdf · 3 KATA PENGANTAR Tulisan ini merupakan laporan akhir yang merupakan hasil

25

Pengamatan jumlah anakan dihitung saat tanaman berumur 3, 10 MST

dan jumlah anakan panen. Jumlah anakan dihitung per rumpun dari tanaman

sampel yang telah ditetapkan pada setiap plot

3. Panjang Malai

panjang malai diukur menjelang panen yang diukur dari pangkal malai

sampai ujung malai pada tanaman sampel.

4. Jumlah Gabah total Per malai

Jumlah gabah permalai dihitung dengan mengambil semua gabah seluruh

malai tanaman sampel kemudian dirata-ratakan. Perhitungan dilakukan setelah

panen, dari tanaman sampel yang ditetapkan pada setiap plot.

5. Jumlah Gabah Isi Per Malai

Jumlah gabah berisi per malai dihitung dengan mengambil semua gabah

berisi daei tanaman sampel setiap plot. Perhitungan dilakukan saat panen

6.Jumlah Gabah Hampa Per malai

Jumlah gabah hampa per malai dihitung dengan mengambil semua gabah

hampa seluruh malai tanaman sampel kemudian dirata-ratakan. Penghitungan

dilakukan setelah panen.

8. Bobot 1000 Butir

Gabah dihitung sebanyak seribu butir kemudian ditimbang beratnya, ini

dilakukan setelah panen

7. Bobot Kering Gabah Per Plot

Pengamatan bobot gabah perplot di lakukan setelah panen. Gabah

dipisahkan darii malai kemudian dikeringkan dengan cara dijemur sampai kadar

airnya mencapai 14 %.

8. Bobot Kering Gabah Per Hektar

Pengamatan bobot kering gabah per hektar

Page 26: LAPORAN HASIL KEGIATAN UJI ADAPTASI BEBERAPA …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/25-Pendahuluan.pdf · 3 KATA PENGANTAR Tulisan ini merupakan laporan akhir yang merupakan hasil

26

9. Serangan Hama dan Penyakit

Ketahanan terhadap penyakit diamati dari luasan 1 m2 sebanyak 10

sampel menggunakan skala 0 – 5, dimana : 0 = tidak ada serangan, 1 =

serangan 20%, 2 = serangan 21 – 40%, 3 = serangan 41 – 60%, 4 = serangan

61 – 80 %, dan 5 = serangan > 80%. Intensitas serangan penyakit diukur

dengan rumus :

I = ∑( n x v)

N x V Dimana :

I= Intensitas serangan n=jumlah rumpun yang diamati untuk setiap kategori serangan v=nilai skala dari setiap kategori serangan N=jumlah rumpun yang diamati V=nilai skala dari kategori serangan tertinggi

11. Metoda Analisis

Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok (Randomized Block

Disign) dengan petak perlakuan yang di uji yaitu adaptasi beberapa varietas

dengan 3 (tiga) ulangan. Setiap ulangan terdiri dari 6 plot perlakuan,

pengambilan sampel dilakukan disetiap plot sebanyak 10 tanaman. Data

pengamatan lebih lanjut dianalisis secara statistika menggunakan analisis sidik

ragam.

X 100%

Page 27: LAPORAN HASIL KEGIATAN UJI ADAPTASI BEBERAPA …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/25-Pendahuluan.pdf · 3 KATA PENGANTAR Tulisan ini merupakan laporan akhir yang merupakan hasil

27

IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Karakteristik Fisik Lokasi Pengkajian

Uji adaptasi beberapa varietas padi Dataran tinggi di Provinsi Aceh

dilaksanakan di Desa Umah Besi Kecamatan Gajah Putih di Kabupaten Bener

Meriah.

Kecamatan Gajah Putih adalah sebuah kecamatan yang terdapat di

Kabupaten Bener Meriah, yang dibentuk berdasarkan qanun pembentukan

kecamatan Kabupaten Bener Meriah no 5 tahun 2007. Kecamatan Gajah Putih

dibagi atas sepuluh desa yaitu Desa Pante Raya, Reronga, Gajah Putih, Simpang

Rahmad, Gayo Setie, Timang Gajah, Alam Jaya, Pantan Lues, Meriah Jaya, dan

Desa Umah Besi. Wilayah ini berjarak sekitar ± 21,9 Km dari ibukota kabupaten

dengan luas kecamatan ± 73,57 Km2. Jumlah penduduk di kecamatan Gajah

Putih sebanyak 9.404 orang, terdiri dari 4.849 orang laki-laki dan 4.555 orang

wanita.

4.2 Uji Adaptasi Varietas Unggul Baru Padi Dataran Tinggi

a. Tinggi tanaman

Data hasil pengukuran tinggi tanaman padi dataran tinggi pada umur 3,

6, dan 10 minggu setelah tanam pada uji adaptasi beberapa varietas padi

dataran tinggi di Provinsi Aceh disajikan pada Tabel 2.

Pada Tabel 2 dari hasil analisis ragam pada umur 3 MST tinggi tanaman

tidak berbeda nyata antar varietas disini jumpai tanaman tertinggi pada varietas

Batang Piaman dengan tinggi 36.44 cm sedangkan yang terendah di jumpai

pada varietas Inpari 26 dengan tinggi 32.02 cm. Pada umur 6 MST tanaman

tertinggi di jumpai pada varietas Batang Piaman dengan tinggi tanaman 80.33

cm yang berbeda nyata dengan Varietas Sarinah dengan tinggi 73.51 cm. Pada

umur 10 MST tanaman tertinggi di jumpai pada varietas Batang Piaman dengan

tinggi 115.43 yang berbeda sangat nyata dengan varietas Inpari 26, Inpari 27

dan Inpari 28.

Page 28: LAPORAN HASIL KEGIATAN UJI ADAPTASI BEBERAPA …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/25-Pendahuluan.pdf · 3 KATA PENGANTAR Tulisan ini merupakan laporan akhir yang merupakan hasil

28

Tabel 2. Tinggi Tanaman Beberapa Varietas Padi Dataran Tinggi pada Umur 3, 6, dan 10 Minggu Setelah Tanam

No. Kode Varietas 3 MST 6 MST 10 MST

1. V1 Inpari 26 32.02 a 63.40 a 81.50 a

2. V2 Inpari 27 32.64 a 65.36 a 82.04 a

3. V3 Inpari 28 33.53 a 68.22 ab 97.22 b

4. V4 Sarinah 34.49 a 73.51 b 110.04 cd

5. V5 Batang Piaman 36.06 a 80.33 c 115.43 d

6. V6 Ciherang 35.13 a 71.27 b 107.87 c

Pertumbuhan tinggi tanaman bervariasi dari setiap varietas akibat dari

faktor genetik dari masing-masing varietas yang berbeda sehingga pertumbuhan

dilapangan juga memberikan penampilan yang berbeda, terutama dalam hal

pertumbuhan tinggi tanaman. Seperti yang dikemukakan Sujitno et al. (2011)

bahwa tinggi tanaman dipengaruhi oleh sifat genetik dan kondisi lingkungan

tumbuh tanaman. Berhubungan dengan tinggi tanaman, petani lebih menyukai

tanaman dengan tinggi tanaman yang tidak terlalu tinggi, hal ini berkaitan

dengan tingkat ketahanan tanaman terhadap keadaan cuaca seperti hujan dan

angin, dimana tanaman dengan tinggi tanaman lebih tinggi biasanya mudah

rebah. Akan tetapi tanaman yang berpostur terlalu pendek relatif menyulitkan

saat pelaksanaan panen. Kanada dan Beachel, (1974) melaporkan juga bahwa

akibat cekaman suhu rendah menyebabkan umur tanaman padi bisa bertambah

panjang, dan menekan pertumbuhan tanaman sehingga lebih pendek.

b. Jumlah Anakan

Data hasil pengukuran jumlah anakan tanaman padi pada umur 3, 6

MST, dan jumlah anakan panen pada uji adaptasi beberapa varietas padi dataran

tinggi di Provinsi Aceh disajikan pada Tabel 3.

Page 29: LAPORAN HASIL KEGIATAN UJI ADAPTASI BEBERAPA …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/25-Pendahuluan.pdf · 3 KATA PENGANTAR Tulisan ini merupakan laporan akhir yang merupakan hasil

29

Tabel 3. Jumlah Anakan Beberapa Varietas Padi Dataran Tinggi pada Umur 3, 6, dan 10 Minggu Setelah Tanam

No Kode Varietas 3 MST 10 MST Jlh anakan panen

1. V1 Inpari 26 9.44 ab 21.60 ab 16.36 ab

2. V2 Inpari 27 8.7 ab 20.04 ab 14.56 a

3. V3 Inpari 28 11.64b 22.51 ab 16.53 ab

4. V4 Sarinah 10.13 ab 24.38 b 19.57 b

5. V5 Batang Piaman 10.6 ab 22.72 ab 17.03 ab

6. V6 Ciherang 8 a 18.11 a 13.03 a

Pada Tabel 3 dari hasil analisis ragam jumlah anakan pada pada umur 3

MST, 6 MST dan jumlah anakan panen berbeda antar varietas. Secara statistik

menunjukkan bahwa pertumbuhan jumlah anakan tertinggi pada umur 3 MST

pada varietas Inpari 28 (11.64) yang tidak berbeda nyata dengan varietas

Sarinah (10.13) dan batang piaman (10.6) dan berbeda nyata dengan jumlah

anakan Ciherang (8). Sedangkan Jumlah anakan pada umur 10 MST jumlah

anakan tertinggi dijumpai pada varietas Sarinah (24,38) yang tidak berbeda

nyata dengan varietas lainnya dan berbeda nyata dengan Ciherang (18.11).

Sedangkan jumlah anakan panen jumlah anakan tertingi di jumpai pada varietas

Sarinah (19.57) yang berbeda nyata dengan varietas Inpari 27 dan Ciherang dan

tidak berbeda nyata dengan varietas lainnya.

Jumlah anakan yang menghasilkan malai merupakan salah satu karakter

tanaman yang dapat menentukan produktivitas tanaman. Makin banyak anakan

yang menghasilkan malai erat hubungannya dengan bertambahnya tempat

kedudukan gabah (Siregar et al. 1998). Selain itu varietas dengan jumlah anakan

per rumpun yang disertai dengan jumlah gabah per malai yang banyak akan

memberikan hasil yang tinggi dibandingkan dengan varietas dengan jumlah

anakan dan jumlah gabah per malai lebih sedikit (Veeresh et al., 2011).

Page 30: LAPORAN HASIL KEGIATAN UJI ADAPTASI BEBERAPA …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/25-Pendahuluan.pdf · 3 KATA PENGANTAR Tulisan ini merupakan laporan akhir yang merupakan hasil

30

c. Panjang Malai

Data hasil pengukuran Panjang malai beberapa varietas padi dataran tinggi

pada uji adaptasi beberapa varietas padi dataran tinggi di Provinsi Aceh disajikan

pada Tabel 4.

Tabel 4. Panjang Malai Beberapa Varietas Padi Dataran Tinggi

No. Kode Varietas Panjang malai (cm)

1. V1 Inpari 26 27.06 bc

2. V2 Inpari 27 26.49 ab

3. V3 Inpari 28 27.58c

4. V4 Sarianah 28.30d

5. V5 Batang Piaman 28.19 d

6. V6 Ciherang 25.96 a

Pada tabel 4 dapat dilihat bahwa panjang malai berkisar antara 25,96 –

28,19 cm, dimana malai terpanjang terdapat pada varietas Sarinah (28,30 cm)

yang tidak berbeda nyata dengan varietas Batang Piaman dan berbeda nyata

dengan Inpari 28 dan Ciherang. Sedangkan malai terpendek dijumpai pada

varietas ciherang (25,96).

Panjang malai juga di pengaruhi ketersediaan air yang cukup dan suhu

yang rendah pada fase pembungaan. Hal ini sesuai dengan pemaparan

Soemartono et al., (1990) yang menyatakan bahwa sebaiknya temperatur

rendah pada masa berbunga, karena ini berpengaruh baik bagi pertumbuhan dan

hasil akan lebih tinggi. Hasil penelitian Sirappa et al., (2009) bahwa panjang

malai dipengaruhi oleh faktor genetik dari varietas serta daya adaptasi varietas

itu terhadap lingkungan tumbuh tanaman. Panjang malai akan disukai petani

dengan baik jika kriteria tanaman padi memiliki panjang malai yang optimal dan

memiliki gabah yang tingkat pematangan yang serempak dan tidak terdapat butir

hijau. Semakin panjang malai maka diharapkan semakin banyak gabah yang

dihasilkan dari rumpun padi tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Julistia dan

Jumakir (2011) panjang malai tanaman akan memberikan jumlah gabah per

Page 31: LAPORAN HASIL KEGIATAN UJI ADAPTASI BEBERAPA …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/25-Pendahuluan.pdf · 3 KATA PENGANTAR Tulisan ini merupakan laporan akhir yang merupakan hasil

31

malai lebih banyak dan sebaliknya malai tanaman yang pendek memberikan

jumlah gabah per malai lebih sedikit.

d. Jumlah Malai per Rumpun

Data hasil pengukuran jumlah malai per rumpun beberapa varietas padi

dataran tinggi pada uji adaptasi beberapa varietas padi dataran tinggi di Provinsi

Aceh disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Jumlah Malai per Rumpun Beberapa Varietas Padi Dataran Tinggi

No. Kode Varietas Jumlah Malai (batang)

1. V1 Inpari 26 13,20 bc

2. V2 Inpari 27 12,06 ab

3. V3 Inpari 28 14,30 cd

4. V4 Sarianah 15,06 d

5. V5 Batang Piaman 14,04 cd

6. V6 Ciherang 11.53 a

Pada tabel 5 dapat dilihat bahwa Jumlah malai berkisar antara (11,53-15,06)

dimana jumlah malai terbanyak terdapat pada varietas Sarinah (15,06 cm) yang

tidak berbeda nyata dengan varietas Inpari 28, Batang Piaman Inpari 26 dan

inpari 27 sedangkan jumlah malai terendah dijumpai pada varietas Ciherang

(11,53). Jumlah malai per rumpun erat kaitannya dengan kemampuan tanaman

menghasilkan anakan dan kemampuan mempertahankan berbagai fungsi

fisiologis tanaman. Semakin banyak anakan yang terbentuk semakin besar

peluang terbentuknya anakan yang menghasilkan malai. Hal ini sejalan dengan

pendapat Murayama (1995) yang menyatakan bahwa pada saat tanaman mulai

berbunga hampir seluruh hasil fotosintesis dialokasikan ke bagian generatif

tanaman (malai) dalam bentuk tepung. Selain itu, terjadi juga mobilisasi

karbohidrat protein dan mineral yang ada di daun, batang dan akar untuk

dipindahkan ke malai.

Page 32: LAPORAN HASIL KEGIATAN UJI ADAPTASI BEBERAPA …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/25-Pendahuluan.pdf · 3 KATA PENGANTAR Tulisan ini merupakan laporan akhir yang merupakan hasil

32

e. Jumlah Gabah per Malai

Data hasil pengukuran jumlah gabah per malai beberapa varietas padi

dataran tinggi pada uji adaptasi beberapa varietas padi dataran tinggi di Provinsi

Aceh disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Jumlah Gabah per Malai Beberapa Varietas Padi Dataran Tinggi

No. Kode Varietas Jumlah Gabah per Malai(biji)

1. V1 Inpari 26 124 ab

2. V2 Inpari 27 106,4 a

3. V3 Inpari 28 121 ab

4. V4 Sarianah 139 b

5. V5 Batang Piaman 125,2 ab

6. V6 Ciherang 118 ab

Pada tabel 6 dapat dilihat bahwa jumlah gabah per malai berkisar antara 106 ,4

– 139 biji dimana jumlah gabah terbanyak dijumpai pada varietas Sarinah (139

biji) yang berbeda dengan varietas Inpari 26. Perbedaan jumlah gabah per

malai yang dihasilkan dari masing-masing varietas disebabkan oleh faktor

genetik masing-masing varietas. Hal ini sesuai dengan pendapat Guswara

(2007) jumlah gabah per malai dipengaruhi oleh faktor genetik. Disamping itu

faktor lingkungan ikut berperan dalam tinggi rendahnya jumlah gabah permalai,

karena keadaan cuaca yang cerah dapat meningkatkan laju fotosintesa, energi

cahaya yang digunakan untuk merombak air dan gas asam arang dirubah

menjadi makanan, fotosintat yang dihasilkan akan disimpan dalam jaringan

batang dan daun, kemudian akan ditranslokasikan ke gabah tingkat pematangan.

f. Jumlah Gabah Isi per Malai

Data hasil pengukuran jumlah gabah isi per malai beberapa varietas padi

dataran tinggi pada uji adaptasi beberapa varietas padi dataran tinggi di Provinsi

Aceh disajikan pada Tabel 6.

Page 33: LAPORAN HASIL KEGIATAN UJI ADAPTASI BEBERAPA …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/25-Pendahuluan.pdf · 3 KATA PENGANTAR Tulisan ini merupakan laporan akhir yang merupakan hasil

33

Tabel 6. Jumlah Gabah Isi per Malai Beberapa Varietas Padi Dataran Tinggi

No. Kode Varietas Jumlah Gabah Isi per Malai

1. V1 Inpari 26 100,4 ab

2. V2 Inpari 27 93 a

3. V3 Inpari 28 98,5 ab

4. V4 Sarianah 105,7 b

5. V5 Batang Piaman 103,4 b

6. V6 Ciherang 92.4 a

Pada tabel 6 dapat dilihat bahwa jumlah gabah per malai berkisar antara 92,4 –

105,7 dimana jumlah gabah isi per malai tertinggi dijumpai pada varietas

Sarinah (105,7) yang tidak berbeda dengan varietas Batang Piaman dan Inpari

28, dan berbeda nyata dengan varietas Inpari 27 dan Ciherang

g. Bobot 1000 butir Gabah Isi

Data hasil pengukuran bobot 1000 butir beberapa varietas padi dataran

tinggi pada uji adaptasi beberapa varietas padi dataran tinggi di Provinsi Aceh

disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7. Bobot 1000 Butir Gabah Isi Beberapa Varietas Padi Dataran Tinggi

No. Kode Varietas Bobot 1000 Biji (gr)

1. V1 Inpari 26 25.60 ab

2. V2 Inpari 27 25.26 ab

3. V3 Inpari 28 25.20 ab

4. V4 Sarianah 26.5 b

5. V5 Batang Piaman 25.30 ab

6. V6 Ciherang 24,04 a

Page 34: LAPORAN HASIL KEGIATAN UJI ADAPTASI BEBERAPA …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/25-Pendahuluan.pdf · 3 KATA PENGANTAR Tulisan ini merupakan laporan akhir yang merupakan hasil

34

Pada tabel 7 dapat dilihat bahwa bobot 1000 biji berkisar antara 24,04 – 26,5

gram, dimana bobot 1000 biji terberat dijumpai pada varietas Sarinah (26.5)

yang berbeda nyata dengan varietas Ciherang dan tidak berbeda nyata dengan

varietas lainnya. Perbedaan bobot 1000 biji yang dihasilkan erat kaitannya

dengan kemampuan masing-masing varietas menyerap hara yang tersedia,

terutama P. Sebagaimana pendapat Warisno (1998) penyerapan P yang

berbeda akan menyebabkan fotosintat yang dihasilkan oleh tanaman padi

berbeda sehingga hasil fotosintesa yang ditraslokasikan untuk kebutuhan

pengisian biji menjadi berbeda. Biji akan terbentuk sempurna jika tersedia

akumulasi karbohidrat yang cukup, unsur P dibutuhkan tanaman padi sebanyak

75% pada masa generatifnya.

I. Hasil Gabah ton per hektar

Data hasil pengukuran hasil gabah ton per hektar beberapa varietas padi

dataran tinggi pada uji adaptasi beberapa varietas padi dataran tinggi di Provinsi

Aceh disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8. Hasil Gabah Ton per Hektar Beberapa Varietas Padi Dataran Tinggi

No. Kode Varietas Hasil Ton per Hektar

1. V1 Inpari 26 5,1 ab

2. V2 Inpari 27 4,8 ab

3. V3 Inpari 28 5 ab

4. V4 Sarianah 6,2 b

5. V5 Batang Piaman 6 b

6. V6 Ciherang 4,5 a

Pada tabel 8 dapat dilihat bahwa hasil analisis menunjukkan bahwa hasil gabah

kering panen (GKP) dari 6 varietas yang diuji menunjukkan hasil tertinggi adalah

varietas Sarinah (6,2 ton ha/ha), kemudian diikuti masing-masing Batang Piaman

(6 ton/ ha), Inpari 26 (5,1 ton/ha), Inpari 28 (5 ton /ha), Inpari 27 (4,8 ton/ha

dan terendah adalah varietas Ciherang (4,5 ton/ha). Dari hasil uji tersebut,

Page 35: LAPORAN HASIL KEGIATAN UJI ADAPTASI BEBERAPA …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/25-Pendahuluan.pdf · 3 KATA PENGANTAR Tulisan ini merupakan laporan akhir yang merupakan hasil

35

ternyata bahwa varietas Sarinah dan Batang Piaman berbeda nyata dengan

Ciherang.

Temu Lapang

Kegiatan temu lapang dan panen kegiatan Uji Adaptasi Beberapa Varietas

Padi Dataran Tinggi di Kabupaten Bener Meriah di laksanakan pada Tanggal 15

Desember 2015 di Desa Umah Besi Kecamatan Gajah Putih. Dalam kegiatan ini

ada lima varietas yang di uji cobakan yaitu Inpari 26, Inpari 27, Inpari 28,

Batang Piaman, Sarinah dan satu varietas yang sudah sering digunakan oleh

petani yaitu Ciherang.

Page 36: LAPORAN HASIL KEGIATAN UJI ADAPTASI BEBERAPA …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/25-Pendahuluan.pdf · 3 KATA PENGANTAR Tulisan ini merupakan laporan akhir yang merupakan hasil

36

Selain penggunaan Varietas Unggul teknologi lainnya yang diterapkan

pada kegiatan ini adalah penanaman bibit muda umur 20 hari sebanyak 2

batang/lubang tanam. Sistem tanam yang digunakan juga mengintroduksikan

teknologi sistem tanam jajar legowo 2:1 dan 4:1 dengan jarak tanam 20 cm x 10

cm dan jarak legowo 40 cm. Pemupukan berimbang dan pengendalian hama

penyakit tanaman juga diterapkan pada kegiatan ini. Tujuan kajian ini untuk

mendapatkan varietas padi sawah dataran tinggi yang adaptif.

Temu Lapang ini menjadi wadah antara para petani dan

peneliti/penyuluh untuk mendiseminasikan teknologi yang diterapkan dan juga

saling tukar-menukar informasi serta menyebar luaskan teknologi budidaya padi

dataran tinggi yang diterapkan dalam kegiatan penelitian atau percontohan

pertanian. Tentunya dengan kegiatan ini diharapkan meningkatkan kemampuan

petani sehingga bisa mengambil keputusan dan memberikan respon yang tepat,

khususnya saat akan menerapkan teknologi inovasi.

Acara temu lapang diawali dengan penyampaian sambutan dari

penanggung jawab kegiatan, Camat Kecamatan Gajah Putih, dan Kepala BPTP

Aceh. Dalam sambutannya, Kepala BPTP Aceh menyampaikan varitas Ciherang

sebagai pembanding dari varitas yang diujikan sudah berkembang lebih dari 15

tahun. Untuk jangka waktu tersebut sebetulnya varitas Ciherang sudah tidak

direkomendasikan lagi sebab semakin lama digunakan varitas tersebut akan

mengurangi daya tahan tanaman terhadap hama dan penyakit. Di beberapa

kabupaten varitas Ciherang sudah mulai terserang blash, maka saat ini BPTP

memperkenalkan varitas unggul lain untuk diadaptasikan. Biasanya produktivitas

padi sekitar 4,5 ton, bila bisa meningkat 1 ton saja untuk setiap Ha nya dikalikan

dengan 350.000 Ha luas tanam padi di seluruh Prov Aceh, maka sudah dapat

memacu swasembada. Persoalan ke depan dihadapkan kepada kecucukupan

pangan yang harus berpacu dengan pertambahan penduduk yang semakin

meningkat. Untuk itu program pemerintah yang bekerjasama dengan aparat TNI

dilakukan untuk mencapai swasembada.

Dalam acara dialog antara para petani dengan instansi terkait petani

berharap adanya bantuan alsintan seperti traktor, benih, pupuk dan obat obatan.

Akhirnya kegiatan temu lapang ditutup dengan doa dan panen secara simbolis

yang dipandu oleh tim BPTP Aceh. Semoga kegiatan uji adaptasi padi dataran

tinggi yang telah didiseminasikan dapat memperoleh 1 atau 2 varietas yang

Page 37: LAPORAN HASIL KEGIATAN UJI ADAPTASI BEBERAPA …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/25-Pendahuluan.pdf · 3 KATA PENGANTAR Tulisan ini merupakan laporan akhir yang merupakan hasil

37

cocok untuk dikembangkan oleh petani di Kabupaten Bener Meriah sehingga

produktivitas dapat meningkat sekaligus mendukung upaya swasembada

nasional.

Page 38: LAPORAN HASIL KEGIATAN UJI ADAPTASI BEBERAPA …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/25-Pendahuluan.pdf · 3 KATA PENGANTAR Tulisan ini merupakan laporan akhir yang merupakan hasil

38

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. KESIMPULAN

1. Varietas Sarinah memberikan hasil tertinggi 6.2 ton /ha diikuti varietas

Batang Piaman 6 ton/ha, dan Inpari 26 5.1 ton/ha

2. uji adaptasi dari keenam varietas yang di cobakan Varietas Sarinah,

Batang Piaman dan Inpari 26 baik untuk di kembangkan di dataran tinggi

Kecamatan Gajah Putih Kabupaten Bener Meriah

3. Penerapan teknologi budidaya dengan penggunaan varietas unggul serta

pemberian pupuk yang sesuai rekomendasi padi dataran tinggi sangat

dibutuhkan untuk meningkatkan produktivitas padi dataran tinggi

5.2. SARAN

Perlu dilakukan uji adaptasi lagi untuk tiga varietas yang didapat pada

ketinggian diatas 900 m dpl agar penyebaran dan pengembangan teknologi

penggunaan varietas unggul dataran tinggi agar semakin meluas.

Page 39: LAPORAN HASIL KEGIATAN UJI ADAPTASI BEBERAPA …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/25-Pendahuluan.pdf · 3 KATA PENGANTAR Tulisan ini merupakan laporan akhir yang merupakan hasil

39

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, B. 2004. Pengenalan VUTB Fatmawati dan VUB lainnya. Makalah disampaikan pada Pelatihan Pengembangan Varietas Unggul Tipe Baru (VUTB) Fatmawati dan VUB lainnya, 31 maret – 3 april 2004, di Balitpa, Sukamandi

Badan Pusat Statistik, 2012. Statistik Tanaman Pangan, Hortikultura dan Palawija. Provinsi Aceh.

Bobihoe J. dan Endrizal.1998. Peranan varietas unggul dalam kegiatan

pengembangan teknologi usahatani (padi, jagung dan kedelai). Kupang.Sekretariat Pembina Bimas Propinsi Nusa Tenggara Timur.

Dirjen Tanaman Pangan, 2013. Pedoman Teknis Pelaksanaan SL-PTT Padi dan

Jagung 2013. Kementerian Pertanian. Jakarta. Deptan. 2009. Basis Data Pertanian. Departemen Pertanian. http:// database.

eptan.go.id/ bdspweb/bdsp 2007/hasil_kom.asp. diakses tanggal 5 Januari 2009

Guswara, A.2007. Peningkatan Hasil Tanaman Padi Melalui Pengembangan Padi

Hibrida : Dalam Kumpulan RDTP/ROPP. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Sukamandi.

Hamdani, A.R.. 1979. Low TemperatureProblems and Cold Tolerance Research

Activities for Rice In India. pp.39 - 48. In. Report of a Rice Cold Tolerance Workshop.IRRI, Los Banos.

Harahap, Z., T.S. Silitonga, dan Suwarno.1993. “Pemuliaan Padi dalam PJPT II”.

Makalah pada Pertemuan Pemuliaan Tanaman Puslitbangtan. Bogor, 7-8 Juni 1993.

Indrasari, S.D., Jumali, dan A.A. Daradjat.(2007). Kualitas Beras Giling dan Nilai

Duga Derajat Sosoh Gabah.Penelitian Pertanian Tanaman Pangan 25(3): 194-199

Julistia B., dan Jumakir. 2011. Uji adaptasi beberapa varietas unggul baru (VUB)

padi sawah di Provinsi Jambi. Prosiding Seminar Nasional Pengkajian dan Diseminasi Inovasi Pertanian Mendukung Program Strategis Kementerian Pertanian. BBP2TP. Badan Litbang Pertanian. Cisarua 9-11 Desember 2010. Buku 3. Hal 1106-1111.

Kaneda, C. and H. M. Beachell. 1974. Response of indica-japonica rice hybrids to

low temperature. SABRAO J.6(1):17-32

Page 40: LAPORAN HASIL KEGIATAN UJI ADAPTASI BEBERAPA …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/25-Pendahuluan.pdf · 3 KATA PENGANTAR Tulisan ini merupakan laporan akhir yang merupakan hasil

40

Las, I., P. Wahid, Y.S. Baharsyah, dan Darwis SN. 1993. “Tinjauan iklim dataran tinggi Indonesia”. Potensi kendala dan peluang dalam mendukung pembangunan pertanian pada PJPT II. Seminar sehari tentang iklim. Padang, 6 Pebruari 1993.

Murayama, N 1995. Fertilizer application to rice in relation to nutriphysiology of

ripening. 2.j.Agri.Sci.24:71-77.(J) dalam skripsi H. Sukardi. 2006. Pengaruh Kombinasi Dosis Pupuk Anorganik (NPK) dan Organik Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Padi (Oryza sativa L.). Fakultas Pertanian Unsika.

Shimono, H., Toshihiro Hasegawa, Masahisa Moriyama, Shigeto Fujimuraand

Takayuki Nagata. 2005. Modeling Spikelet Sterility Induced by Low Temperature in Rice. Agron J 97:1524-1536

Sirappa, M.P., A.J. Riewpassa dan Edwin D. Waas., 2007. Kajian Pemberian

Pupuk NPK pada Beberapa Varietas Unggul Padi Sawah di Seram Utara. J. Pengkajian dan Pengembangan Pertanian 10(1): 48 -56

Swastika, D.K.S., J. Wargiono, Soejitno,dan A. Hasanudin. 2007b. Analisis

kebijakan peningkatan produksi padi melalui efisiensi pemanfaatan lahan sawah di Indonesia. Analisis Kebijakan Pertanian 5(1): 36-52.

Soemartono, B. Samad, R. Hardjono dan I. Somadiredja. 1992. Bercocok tanam

padi, Yasa guna, Jakarta. Siregar, H.,Endang S., dan Soewito. 1998. Analisis beberapa sifat galur padi

sawah dua musim tanam di Pusakanegara. Vol. 17 (1): 34-44 Penelitian Tanaman Pangan.

Veeresh, R.P.G., A. Henry, A. Yamauchi, H.E. Shashidhar, R. Serraj. 2011. Root

biology and genetics improvement for drought avoidance in rice. Field Crop Res.122:1-13.

Warisno. 1998 Budidaya Padi Hibrida. Kanisius. Yokyakarta. 81 hlm Zen S., Zarwan dan H. Bahar. 2002. Parameter Genetik Karakter Agronomi Padi

Gogo. Stigma X(3) 208-213.

Page 41: LAPORAN HASIL KEGIATAN UJI ADAPTASI BEBERAPA …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/25-Pendahuluan.pdf · 3 KATA PENGANTAR Tulisan ini merupakan laporan akhir yang merupakan hasil

41

LAMPIRAN 1. DESKRIPSI VARIETAS UNGGUL BARU PADI DATARAN TINGGI

INPARI 26

Umur Tanaman : +- 124 hss

Tinggi Tanaman : +- 80 cm

Kerontokan : Sedang

Kerebahan : Tahan

Tekstur Nasi : Pulen

Bobot 1000 butir : 26,5 gram

Amilosa : 20,9 %

Rata-rata hasil : 5,7 ton GKG

Potensi Hasil : 7,9 ton GKG

Ketahanan hama : Agak rentan WBC 1,2 3

Ketahanan Penyakit : Tahan HDB patotipe III agak rentan IV, VII

Tahan ras blas 033,agak tahan 073,173 rentan 133

Anjuran Tanam : Cocok untuk ditanam di sawah dataran tinggi ± 900 m

dpl

Pemulia : IRRI, Aan A Daradjat, Bambang Suprihatno, Nafisah,

Cucu Gunarsih, Trias Sitaresmi.

Dilepas tahun : 2012

Page 42: LAPORAN HASIL KEGIATAN UJI ADAPTASI BEBERAPA …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/25-Pendahuluan.pdf · 3 KATA PENGANTAR Tulisan ini merupakan laporan akhir yang merupakan hasil

42

INPARI 27

Umur Tanaman : +- 125 hss

Tinggi Tanaman : +- 81 Cm

Kerontokan : Sedang

Kerebahan : Tahan

Tekstur Nasi : Pulen

Berat 1000 butir : 26,7 gram

Amilosa : 21,8 %

Rata-rata hasil : 5,7 ton GKG

Potensi Hasil : 7,6 ton GKG

Ketahanan hama : Agak rentan WBC 1,2 rentan 3

Ketahanan Penyakit : Tahan HDB patotipe III agak rentan IV,VII

Tahan ras blas 033,agak tahan 073,173 rentan 133

Anjuran Tanam : Cocok untuk ditanam di sawah dataran tinggi ±

900 m dpl

Pemulia : IRRI, Aan A Daradjat, Bambang Suprihatno, Nafisah,

Cucu Gunarsih, Trias Sitaresmi.

Dilepas tahun : 2012

Page 43: LAPORAN HASIL KEGIATAN UJI ADAPTASI BEBERAPA …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/25-Pendahuluan.pdf · 3 KATA PENGANTAR Tulisan ini merupakan laporan akhir yang merupakan hasil

43

INPARI 28

Umur Tanaman : +- 120 hss

Tinggi Tanaman : +- 97 Cm

Kerontokan : Sedang

Kerebahan : Tahan

Tekstur Nasi : Pulen

Berat 1000 butir : 27,4 gr

Amilosa : 23,7 %

Rata-rata hasil : 6,6 ton GKG

Potensi Hasil : 9,5 ton GKG

Ketahanan hama : Agak rentan WBC 1,2, 3

Ketahanan Penyakit : Tahan HDB patotipe III agak rentan IV,VII

Agak Tahan ras blas 033,073, rentan 173, 133

Anjuran Tanam : Cocok untuk ditanam di sawah dataran tinggi

sampai ketinggian 1100 m dpl

Pemulia : Aan A Daradjat, Bambang Suprihatno, Nafisah,

Cucu Gunarsih, Trias Sitaresmi.

Dilepas tahun : 2012

Page 44: LAPORAN HASIL KEGIATAN UJI ADAPTASI BEBERAPA …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/25-Pendahuluan.pdf · 3 KATA PENGANTAR Tulisan ini merupakan laporan akhir yang merupakan hasil

44

SARINAH

Asal : Populasi S3254-2G-21-2 asal Sarinah Garut

Metode seleksi : Galur murni

Golongan : Cere

Umur tanaman : 110–125 hari

Bentuk tanaman : Tegak

Tinggi tanaman : 107–116 cm

Anakan produktif : 15 –20 batang

Warna kaki : Hijau

Warna batang : Hijau

Warna telinga daun : Tidak berwarna

Warna lidah daun : Tidak berwarna

Warna daun : Hijau

Muka daun : Kasar

Posisi daun : Tegak

Daun bendera : Tegak

Bentuk gabah : Ramping

Warna gabah : Kuning bersih

Kerontokan : Mudah

Kerebahan : Tahan

Tekstur nasi : Pulen

Bobot 1000 butir gabah : 25,5 gram

Kadar amilosa : 22,3 %

Potensi hasil : 7,4 –8,0 ton / ha gabah kering giling

Rata-rata hasil : 6,98 ton / ha gabah kering giling

Ketahanan terhadap hama dan : Agak peka terhadap wereng coklat penyakit

biotipe 1, agak rentan biotipe 2 dan rentan

biotipe 3, tidak tahan terhadap penyakit

tungro.

Keterangan : Baik ditanam di dataran sedang sampai

tinggi.

Peneliti Pemulia : Aan A Daradjat, ZA. Simanulang

Page 45: LAPORAN HASIL KEGIATAN UJI ADAPTASI BEBERAPA …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/25-Pendahuluan.pdf · 3 KATA PENGANTAR Tulisan ini merupakan laporan akhir yang merupakan hasil

45

BATANG PIAMAN

Umur Tanaman : 100-121 hari (0-700 m dpl)131 hari (>700 m

dpl)

Asal : Persilangan IR 25393-57/RD203//27316-

96///SPLR7735/SPRL2792

Tinggi Tanaman : 105-117 cm

Golongan : Care

Bentuk tanaman : Tegak

Anakan Produktif : 14-20 malai

Posisi daun : Tegak

Daun Bendera : Tegak

Bentuk gabah : Ramping, ukuran panjang, warna kuning

bersih.

Kerontokan : Sedang

Kerebahan : Sedang

Tekstur nasi : Pera

Bobot 1000 Butir : 28 -30 gr

Kadar Amilosa : 28 %

Rasa Nasi : Sama dengan IR 42

Rata-rata hasil : 6,36 ton/ha

Ketahanan hama dan Penyakit : Tahan terhadap penyakit blas daun dan blas

leher malai

Anjuran Tanam : Cocok untuk ditanam di sawah sampai

ketinggian 850mdpl

Pengusul : Syahrul Zen, Aan Daradjat, Dasmal, Atman,

Adrizal dan Taufik

Page 46: LAPORAN HASIL KEGIATAN UJI ADAPTASI BEBERAPA …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/25-Pendahuluan.pdf · 3 KATA PENGANTAR Tulisan ini merupakan laporan akhir yang merupakan hasil

46

CIHERANG

Kelompok : PadiSawah

Nomor Seleksi : S3383-1d-Pn-41–3-1

AsalPersilangan : IR18349-53-1-3-1-3/IR19661-131-3-

1//IR19661-131-3-1///IR64////IR64

Golongan : Cere

Umur Tanaman : 116-125hari

Bentuk Tanaman : Tegak

Tinggi Tanaman : 107-115cm

Anakan Produktif : 14-17batang

Warna Kaki : Hijau

Warna Batang : Hijau

Warna DaunTelinga : Putih

WarnaDaun : Hijau

Warna Muka Daun : Kasarpadasebelahbawah

Posisi Daun : Tegak

Daun Bendera : Tegak

Bentuk Gabah : Panjangramping

Warna Gabah : Kuningbersih

Kerontokan : Sedang

Kerebahan : Sedang

TeksturNasi : Pulen

Kadar Amilosa : 23%

Bobot 1000 Butir : 27-28g

Rata–RataProduksi : 6t/ha

PotensiHasil : 8,5t/ha

Ketahanan Terhadap Hama : Tahan terhadap wereng coklat biotipe 2 dan 3

Ketahanan Terhadap Penyakit : Tahan terhadap bakteri hawar daun (HDB)

strain IIIdanIV

Anjuran : Cocok ditanam pada musim hujan dan

kemarau dengan ketinggian dibawah 500

mdpl.

Pemulia : Tarjat T, Z. A. Simanullang,., E. Sumadi dan

Aan A. Daradjat-

Dilepas Tahun : 2000

Page 47: LAPORAN HASIL KEGIATAN UJI ADAPTASI BEBERAPA …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/25-Pendahuluan.pdf · 3 KATA PENGANTAR Tulisan ini merupakan laporan akhir yang merupakan hasil

47

LAMPIRAN 2. ANALISIS RESIKO FOTO KEGIATAN PADI PADI DATARAN TINGGI

No. RESIKO PENYEBAB DAMPAK PENANGANAN RESIKO

1 2

Suhu yang rendah, dan Curah Hujan Relatif Tinggi Hama dan Penyakit

-Karena dataran tinggi

Kehilangana hasil, gabah hampa tinggi menyebabkan Penurunan produksi /produktivitas

-Jadwal tanam harus disesuaikan dengan musim -dilakukan pengendalian hama dan penyakit secara terpadu

LAMPIRAN 3. PERSONALIA

No Nama Lengkap Pendidikan Disiplin Ilmu Jabatan

Fungsional Waktu

1 Idawanni, SP S-1 Agoronomi Peneliti 30

2 Ir. Nasir Ali S-1 Budidaya Penyuluh 20

3 Cut Nina Herlina, SPi S-1 Agronomi Penyuluh 20

4 Eka Fitria, SP S-1 Sosek Peneliti 20

5 Fenty Ferayanti, SP S-1 HPT Peneliti 10

6 Ahmad SLTA SPMA Teknisi 10

Page 48: LAPORAN HASIL KEGIATAN UJI ADAPTASI BEBERAPA …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/25-Pendahuluan.pdf · 3 KATA PENGANTAR Tulisan ini merupakan laporan akhir yang merupakan hasil

48

LAMPIRAN 4. FOTO KEGIATAN PADI DATARAN TINGGI

Foto Kegiatan Padi Dataran Tinggi di Kabupaten Bener Meriah

Page 49: LAPORAN HASIL KEGIATAN UJI ADAPTASI BEBERAPA …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/25-Pendahuluan.pdf · 3 KATA PENGANTAR Tulisan ini merupakan laporan akhir yang merupakan hasil

49

Page 50: LAPORAN HASIL KEGIATAN UJI ADAPTASI BEBERAPA …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/25-Pendahuluan.pdf · 3 KATA PENGANTAR Tulisan ini merupakan laporan akhir yang merupakan hasil

50

Page 51: LAPORAN HASIL KEGIATAN UJI ADAPTASI BEBERAPA …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/25-Pendahuluan.pdf · 3 KATA PENGANTAR Tulisan ini merupakan laporan akhir yang merupakan hasil

51

Page 52: LAPORAN HASIL KEGIATAN UJI ADAPTASI BEBERAPA …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/25-Pendahuluan.pdf · 3 KATA PENGANTAR Tulisan ini merupakan laporan akhir yang merupakan hasil

52

Page 53: LAPORAN HASIL KEGIATAN UJI ADAPTASI BEBERAPA …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/25-Pendahuluan.pdf · 3 KATA PENGANTAR Tulisan ini merupakan laporan akhir yang merupakan hasil

53

Page 54: LAPORAN HASIL KEGIATAN UJI ADAPTASI BEBERAPA …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/25-Pendahuluan.pdf · 3 KATA PENGANTAR Tulisan ini merupakan laporan akhir yang merupakan hasil

54

Page 55: LAPORAN HASIL KEGIATAN UJI ADAPTASI BEBERAPA …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/25-Pendahuluan.pdf · 3 KATA PENGANTAR Tulisan ini merupakan laporan akhir yang merupakan hasil

55