Laporan Gts Nda 1
description
Transcript of Laporan Gts Nda 1
LAPORAN KEPANITERAAN PROSTODONSIA
GIGI TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN
UJUNG BEBAS RAHANG BAWAH
Disusun oleh:
Indra Prasetyanti
10 / 305129 / KG / 08783
Pembimbing:
drg. Murti Indrastuti, M.Kes, Sp.Pros (K)
BAGIAN PROSTODONSIA
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2014
I. PENDAHULUAN
Kehilangan gigi dapat berpengaruh pada senyum dan rasa percaya diri
seseorang. Kehilangan gigi dapat disebabkan oleh berbagai macam kejadian, baik
gigi tersebut dicabut oleh dokter gigi atau akibat penyakit peridontal atau adanya
trauma. Gigi tiruan adalah suatu alat yang berfungsi untuk menggantikan sebagian
atau seluruh gigi asli yang hilang dan digunakan pada rahang atas maupun rahang
bawah.
Akibat-akibat yang timbul karena hilangnya gigi dalam waktu yang lama
dan tidak dibuatkan gigi tiruan pengganti adalah :
1. Pada gigi asli yang hilang dapat terjadi :
a. Penurunan efisiensi kunyah
b. Gangguan fungsi bicara
c. Penampilan menjadi jelek
2. Pada gigi asli yang masih tinggal dapat terjadi :
a. Drifting dan tilting yaitu bergeraknya gigi tetangga ke daerah yang tak
bergigi
b. Erupsi gigi antagonis
3. Terjadi ketidaksesuaian oklusi dan terbentuk ruang yang memudahkan
terjadinya impaksi makanan
4. Hilangnya gigi anterior menyebabkan berkurangnya estetika dan kurang
sempurnanya pengucapan huruf
5. Hilangnya gigi posterior dapat mengakibatkan terganggunya alat pencernaan
karena penghancuran makanan kurang optimal, sehingga kerjanya lebih berat
6. Gangguan pada sendi temporomandibular
7. Terbentuknya gingiva poket pada gigi yang miring, berlanjut menjadi
periodontal pocket
8. Resesi gingiva karena kurang stimulasi
9. Kebersihan mulut terganggu
10. Efek terhadap jaringan lunak di dalam mulut
1
Gigi tiruan harus dibuat mirip dengan gigi asli yang masih ada, sehingga
tidak terlihat perubahan yang nyata pada penampilan wajah dan senyum pasien.
Gigi tiruan juga dapat membuat seseorang merasa nyaman pada saat memakan
makanan tertentu dan dapat mengurangi rasa malu akibat kehilangan gigi. Pada
beberapa kasus yang tidak memungkinkan dibuatkan gigi tiruan jembatan dan
implan, maka gigi tiruan sebagian lepasan merupakan pilihan terbaik.
Gigi Tiruan Sebagian (GTS) adalah gigi tiruan yang menggantikan satu
atau lebih gigi yang hilang dan bagian lain dari rahang yang tidak bergigi sebagian
yang mudah dipasang dan dilepas oleh pasien.
Pembuatan gigi tiruan sebagian harus memperhatikan beberapa hal, yaitu
:
1. Harus tahan lama
2. Dapat mempertahankan dan melindungi gigi yang masih ada dan jaringan
di sekitarnya
3. Tidak merugikan pasien
4. Mempunyai konstruksi dan desain yang harmonis
2
II. TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian gigi tiruan sebagian (GTS) menurut Applegate (1925) adalah
suatu alat yang dapat dilepas menggantikan gigi asli yang hilang dan memperoleh
dukungan utama dari jaringan sadel dengan suatu dukungan tambahan dari gigi
asli yang masih tertinggal.
Indikasi gigi tiruan sebagian lepasan adalah :
1. Hilangnya satu atau lebih sebagian gigi
2. Gigi yang tertinggal dalam keadaan baik dan memenuhi syarat
sebagai gigi pegangan
3. Keadaan processus alveolaris masih baik
4. Kesehatan umum dan kebersihan mulut pasien baik
5. Pasien mau dibuatkan gigi tiruan sebagian lepasan
Prinsip pembuatan desain geligi tiruan dikenal 4 tahap yaitu (Gunadi dkk.,
1995) :
Tahap 1: menentukan kelas dari masing-masing daerah tak bergigi (sadel)
Tahap 2 : menentukan macam dukungan dari setiap sadel
Tahap 3 : menentukan macam penahan
Tahap 4 : menentukan macam konektor
Ruangan tak bergigi pada rongga mulut dapat diklasifikasikan, salah satu
klasifikasi yang sering digunakan adalah Klasifikasi Applegate-Kennedy (1923)
yang merupakan modifikasi klasifikasi Kennedy.
a. Kelas I, yaitu daerah tak bergigi terletak di bagian posterior dari
gigi yang masih ada dan berada pada kedua sisi rahang (Bilateral Free End
atau ujung bebas pada dua sisi).
b. Kelas II, yaitu daerah tak bergigi terletak di bagian posterior dari
gigi yang masih ada, berada hanya pada satu sisi rahang saja (Unilateral
Free End atau ujung bebas pada satu sisi).
3
c. Kelas III, yaitu keadaan tak bergigi paradental dengan ke dua gigi
tetangganya tidak lagi mampu memberi dukungan kepada protesa secara
keseluruhan.
d. Kelas IV, yaitu daerah tak bergigi terletak di anterior gigi-geligi
yang masih ada dan melewati median line.
e. Kelas V, yaitu daerah tak bergigi paradental dimana gigi yang
tertinggal gigi anterior tidak dapat dipakai sebagai gigi penahan.
f. Kelas VI daerah tak bergigi paradental dengan kedua gigi tetangga
dapat dipakai sebagai gigi penahan.
Bila terdapat daerah tak bergigi tambahan oleh Applegate-Kennedy
disebut sebagai modifikasi, kecuali kelas IV tidak ada modifikasi.
Klasifikasi gigi tiruan sebagian berdasarkan letak klamer menurut Miller
ditentukan sebagai berikut:
1. Klas I
Menggunakan dua buah klamer dimana klamer-klamer tersebut lurus
berhadapan dan tegak lurus median line.
2. Klas II
Menggunakan dua buah klamer yang letaknya saling berhadapan dan
membentuk garis diagonal serta melewati median line.
3. Klas III
Menggunakan tiga buah klamer yang letaknya sedemikian rupa sehingga
apabila klamer-klamer itu dihubungkan dengan suatu garis, merupakan
suatu segitiga yang terletak di tengah gigi tiruan.
4. Klas IV
Menggunakan empat buah klamer yang letaknya sedemikian rupa
sehingga apabila klamer-klamer itu dihubungkan dengan suatu garis lurus,
merupakan suatu segi empat yang terletak di tengah gigi tiruan.
Selain pengklasifikasian diatas, gigi tiruan sebagian lepasan dapat
diklasifikasikan lagi berdasarkan beberapa hal, yaitu :
1. Berdasarkan bahan yang digunakan:
4
a. Gigi tiruan kerangka logam (frame prosthesa/ metal prosthesa)
b. Gigi tiruan akrilik
c. Kombinasi kerangka logam dan akrilik
2. Berdasarkan saat pemasangan:
a. Protesa immediate, dipasang segera setelah pencabutan
b. Protesa konvensional, dipasang setelah gigi lama dicabut
3. Berdasarkan ada tidaknya wing (sayap):
a. Open face denture, GTS dibuat tanpa gusi tiruan di bagian
bukal/labial. Gigi tiruan open face diindikasikan pada bagian anterior bila
tulang alveolar belum resorbsi sehingga gigi artifisial dapat dipasang
seolah-olah keluar dari gusi (tampak estetik seperti gigi asli).
b. Close face denture, GTS dibuat dengan gusi tiruan di bagian
bukal/labial. Gigi tiruan close face diindikasikan pada bagian anterior
bila tulang alveolar telah resorpsi karena sayap dapat meningkatkan
estetika dengan memberi dukungan bagi bibir.
4. Berdasarkan jaringan pendukungnya menurut Victor L.S. (1975):
a. Gigi tiruan dengan dukungan mukosa (mucosa supported) , yaitu
gigi tiruan yang hanya mendapat dukungan dari jaringan mukosa
b. Gigi tiruan dengan dukungan gigi (tooth supported), yaitu gigi
tiruan yang hanya mendapat dukungan dari gigi asli
c. Gigi tiruan dengan dukungan mukosa dan gigi (mucosa and tooth
supported), yaitu gigi tiruan yang mendapat dukungan dari mukosa dan
gigi asli.
Gigi tiruan sebagian lepasan akrilik adalah suatu gigi tiruan sebagian
lepasan yang terdiri dari akrilik serta elemen gigi tiruan. Bagian-bagian dari gigi
tiruan sebagian lepasan akrilik adalah (Gunadi dkk., 1995):
1. Retainer, yang terdiri dari :a. Retainer langsung (direct retainer), yaitu bagian dari gigi tiruan yang
menahan terlepasnya gigi tiruan secara langsung, berupa lengan
retentive
5
b. Retainer tidak langsung (indirect retainer), yaitu bagian dari gigi
tiruan yang menahan gigi tiruan secara tidak langsung, berupa lengan
pengimbang, sandaran/rest
2. Sandaran atau rest yaitu bagian dari cangkolan yang bersandar pada bidang
oklusal atau incisal gigi pegangan yang memberikan dukungan vertikal
terhadap gigi tiruan
3. Gigi pengganti, yaitu bagian dari gigi tiruan yang menggantikan gigi asli yang
hilang
4. Basis atau landasan, merupakan basis berupa resin yaitu bagian dari gigi tiruan
untuk tempat perlekatan elemen gigi dan bagian yang berkontak dengan
mukosa mulut.
Fungsi dari basis/plat akrilik ini adalah :
a. mendukung gigi (elemen) tiruan
b. meneruskan tekanan oklusal ke jaringan di
bawahnya
c. memberikan retensi dan stabilisasi kepada gigi
tiruan
Fungsi Gigi tiruan sebagian lepasan adalah (Gunadi dkk., 1995):
1. Pemulihan fungsi estetik
2. Peningkatan fungsi bicara
3. Perbaikan dan peningkatan fungsi pengunyahan
4. Pelestarian jaringan mulut yang masih tinggal
5. Pencegahan migrasi gigi
6. Peningkatan distribusi beban kunyah
Gigi tiruan sebagian lepasan juga dapat berefek buruk seperti berikut
(Gunadi dkk., 1995):
1. Peningkatan akumulasi plak, sehingga pasien perlu meningkatkan
kebersihan mulutnya
2. Trauma langsung pada mukosa mulut dari komponen protesa
6
3. Penyaluran gaya kunyah.
Lebih sulit menyalurkan agar semua gaya bersifat regang dan disebarkan
kepada seluas mungkin permukaan yang dapat menerimanya, sebab
dalam hal ini gaya-gaya lebih bersifat kompresif dan permukaan yang
dapat menahannya relatif kurang luas.
4. Permukaan oklusal jika tidak didesain dengan benar akan
mengakibatkan kerusakan gigi dan jaringan periodontal, terjadinya
peradangan mukosa, dan disfungsi otot kunyah dan wajah.
Untuk meminimalisir akibat pemakaian gigi tiruan sebagian lepasan
seperti di atass, maka dalam menentukan desain dari gigi tiruan sebagian lepasan,
perlu diperhatikan beberapa faktor, yaitu :
1. Retensi
Adalah kemampuan gigi tiruan untuk melawan gaya pemindah yang
cenderung memindah protesa ke arah oklusal. Yang dapat memberikan
retensi adalah : lengan retentif, klamer, oklusal rest, kontur dan landasan
gigi, oklusi, adhesi, tekanan atmosfer, dan surface tension.
2. Stabilisasi
Adalah perlawanan atau ketahanan terhadap perpindahan gigi tiruan dalam
arah horisontal. Stabilisasi terlihat bila dalam keadaan berfungsi. Gigi yang
mempunyai stabilisasi pasti mempunyai retensi, sedangkan gigi yang
mempunyai retensi belum tentu mempunyai stabilisasi.
3. Estetika
b. Penempatan klamer harus sedemikian rupa sehingga tidak terlihat
dalam posisi bagaimanapun juga
c. Gigi tiruan harus pantas dan tampak asli bagi pasien, meliputi warna
gigi dan inklinasi/ posisi tiap gigi
d. Kontur gingiva harus sesuai dengan keadaan pasien
Rencana pembuatan desain merupakan salah satu tahap penting dan
merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan atau kegagalan sebuah gigi
tiruan. Dalam pembuatan desain gigi tiruan dikenal empat tahap yaitu:
7
a. Tahap I: menentukan klasifikasi dari masing-masing daerah tak bergigi
(sadel).
b. Tahap II: menentukan macam dukungan dari setiap sadel.
Dukungan bagi gigi tiruan sebagian lepasan merupakan semua dukungan
yang diterima dari jaringan mulut untuk melawan atau menahan atau
menyangga gaya oklusal yang diterima protesa. Dukungan terbaik untuk
protesa sebagian lepasan dapat diperoleh dengan memperhatikan dan
mempertimbangkan beberapa faktor, seperti keadaan jaringan pendukung,
panjang sadel, jumlah sadel, dan keadaan rahang yang akan dipasangi gigi
tiruan (Gunadi dkk., 1995).
Bentuk daerah tak bergigi ada dua macam, yaitu sadel tertutup
(paradental) dan daerah berujung bebas (free end). Ada tiga pilihan untuk
dukungan sadel paradental, yaitu dukungan dari gigi, dari mukosa, atau
dari gigi dan mukosa (kombinasi), sedangkan untuk sadel berujung bebas,
dukungan bisa berasal dari mukosa, atau gigi dan mukosa (kombinasi).
c. Tahap III: menentukan jenis penahan (retainer)
Ada dua macam retainer untuk gigi tiruan, yaitu direct retainer dan
indirect retainer. Penentuan jenis retainer yang akan dipilih perlu
memperhatikan faktor dari dukungan sadel, stabilisasi gigi tiruan, dan
estetika (Gunadi dkk., 1995).
d. Tahap IV: menentukan jenis konektor
Konektor pada tiap rahang terbagi menjadi:
a. Konektor utama (major connector)
Merupakan bagian gigi tiruan sebagian lepasan yang menghubungkan
bagian protesa yang terletak pada salah satu sisi rahang dengan yang
ada pada sisi lainnya. Konektor untuk protesa resin yang dipakai
biasanya adalah konektor berbentuk pelat.
b. Konektor minor atau tambahan (minor connector)
Merupakan bagian gigi tiruan sebagian lepasan yang mengubungkan
konektor utama dengan bagian lain, misalnya suatu penahan langsung
8
atau sandaran oklusal dihubungkan dengan konektor utama melalui
suatu konektor minor. (Gunadi dkk., 1995)
9
III. LAPORAN KASUS
A. Identifikasi
Pasien :
Nama : Sudirjo
Umur : 59 tahun
Jenis kelamin : Laki- laki
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Madinan rt 07 no.37 Banyuraden Gamping Sleman
No. kartu :
B. Anamnesa
1. Pemeriksaan Subyektif :
Motivasi : Pasien datang ke klinik atas keinginan sendiri untuk
membuatkan gigi palsu.
CC : Ingin membuatkan gigi palsu karena banyak gigi atas dan bawah
yang telah dicabut dan lepas sehingga kesulitan dalam
mengunyah.
PI : Sekarang tidak ada keluhan rasa sakit dan ingin dibuatkan gigi
tiruan.
PDH : Pernah beberapa kali mencabutkan giginya tanpa komplikasi dan
belum pernah memakai gigi palsu, pernah membersihkan karang
gigi, pernah dilakukan penambalan pada gigi depan rahang atas.
PMH : Sehat, tidak dicurigai menderita penyakit sistemik.
Tidak ada riwayat alergi obat-obatan
FH : Ayah :
Ibu :
2. Pemeriksaan Obyektif :
a. Umum :
Jasmani : sehat, tak ada kelainan
10
Rohani : komunikatif dan kooperatif
b.Lokal :
Ekstra oral:
Muka : bulat, simetris, tak ada kelainan
Profil : cembung
Bibir : sedang, tak ada kelainan
Intra Oral :
Palatum : normal, tak ada kelainan
Mukosa : normal, tak ada kelainan
Gingiva : normal, tak ada kelainan
Lidah : normal, tak ada kelainan
Torus Palatinus : Tidak ada
Pemeriksaan Prosessus alveolaris :
-) Rahang Bawah :
Posterior kiri : tinggi
Anterior : tinggi
Posterior kanan : sedang
c. Pemeriksaan Elemen :
18 17 16 15 14 13 12 11 21 22 23 24 25 26 27 28
48 47 46 45 44 43 42 41 31 32 33 34 35 36 37 38
Keterangan :
X : gigi telah dicabut
C. Klasifikasi
Klasifikasi RA : Applegate Kennedy kelas I
Klasifikasi RB : Applegate Kennedy kelas I modifikasi 1P
11
IV. RENCANA PERAWATAN
A. Mouth Preparation
Merupakan persiapan-persiapan di dalam mulut sebelum dibuatkan gigi
tiruan sebagian, meliputi :
1. Periodontal treatment, dengan scalling untuk membersihkan karang gigi
2. Conservative treatment, apabila ada gigi yang karies
B. Perawatan
1) Kunjungan I
a. Membuat cetakan untuk studi model dan model kerja pertama
(RA dan RB)
Alat : sendok cetak perforated stock tray no. 2
Bahan cetak : hydrocolloid irreversible (alginat)
Cara mencetak : mukostatik
Sebelum mencetak, sendok cetak dicobakan dulu ke mulut pasien,
pasien dilatih supaya bernafas melalui hidung dan bersikap tenang
sewaktu dicetak.
Pencetakan RA :
1. Pasien duduk dengan posisi tegak, dataran oklusal
RA sejajar lantai.
2. Operator berdiri di belakang samping kanan pasien
3. Dibuat adonan sesuai perbandingan P/W yaitu 3:1,
setelah dicapai konsistensi tertentu, alginat dimasukkan ke dalam
sendok cetak dengan merata, kemudian dimasukkan ke dalam mulut
dan ditekan pada prosesus alveolaris rahang atas dengan otot-otot
bibir dan pipi ditarik.
4. Dilakukan muscle trimming agar bahan cetak
mencapai lipatan mukosa.
12
5. Posisi dipertahankan sampai setting, kemudian
sendok cetak diambil dan diamati bila ada kekurangan.
6. Hasil cetakan diisi dengan stone gips.
Pencetakan RB
1. Pasien duduk tegak dengan
dataran oklusal sejajar lantai
2. Operator berdiri di depan
samping kanan pasien
3. Sendok cetak RB yang telah
terisi alginat dimasukkan ke mulut pasien dengan menempelkan
bagian posterior dulu, lalu sedikit demi sedikit ke arah anterior sampai
seluruh gigi terbenam alginat.
4. Fiksasi sendok cetak dengan
menggunakan jari telunjuk dan jari tengah agar posisi sendok tidak
berubah. Pasien diintruksikan untuk mengangkat lidah kemudian lidah
direlaks/dijulurkan untuk mendapatkan cetakan frenulum lingualis.
5. Bibir dikatupkan dan pasien
diminta untuk mengucapkan “U”
6. Setelah mengeras cetakan
mulai dilepas dari bagian posterior kemudian hasil cetakan diisi
dengan gips stone.
Cara mencetak dengan metode di atas disebut dengan metode
mencetak mukostatik atau pencetakan tanpa tekanan, yang menunjukkan
lingir dalam keadaan statis. Setelah selesai pencetakan, hasil cetakan diisi
gips stone lalu di-boxing.
b. Membuat desain gigi tiruan sebagian lepasan
Urutan pembuatan desain GTSL free end :
1. Menentukan kelas dari masing-masing daerah tak
bergigi (sadel)
13
Pasien kehilangan gigi RB yaitu 47, 46, 44, 35, 36, 37 , termasuk
klasifikasi kelas I Applegate-Kennedy modifikasi 1P, indikasi gigi
tiruan sebagian lepasan dengan desain bilateral dan perluasan basis ke
distal.
2. Menentukan macam dukungan dari setiap sadel
Dukungan yang dipilih pada kasus ini adalah dukungan gigi dan
mukosa (kombinasi). Gigi yang digunakan sebagai dukungan adalah
gigi 43 dan 34 .
3. Menentukan macam penahan
Penahan langsung berupa cengkeram C pada gigi 43 dan 34 sedangkan
penahan tidak langsung berupa plat akrilik setinggi cingulum pada gigi
anterior.
4. Menentukan macam konektor
Konektor utama adalah plat akrilik lingual.
Desain gigi tiruan sebagian lepasan akrilik pada RB
Keterangan:
1. Cengkeram C dengan
sandaran oklusal
2. Anasir Gigi
3. Plat akrilik
4. Sayap bukal
5. Plat akrilik setinggi
cingulum
2) Kunjungan II
a. Membuat model kerja RA
dan RB
Alat : sendok cetak perforated stock tray no 2
Bahan cetak : hydrocolloid irreversible (alginat)
14
Cara mencetak : mukostatik
3) Kunjungan III
a. Insersi base plate, retensi dan stabilisasi diperiksa.
C klamer pada gigi 43 dan 34 harus diperiksa sudah baik atau belum.
Plat akrilik setinggi singulum harus diperiksa sudah tepat atau belum.
Base plate ketika dipakai harus diperiksa ada kecenderungan
mengungkit atau tidak.
b. Membuat bite rim
Bite rim dibuat dari malam merah dan diletakkan diatas base plate
untuk memperoleh tinggi gigitan pada keadaan oklusi sentrik yang
nantinya akan dipindahkan ke artikulator. Ukuran bite rim posterior
selebar 6 mm, bagian oklusal posterior dibagi oleh garis alveolar ridge
menjadi 3 mm untuk bukal dan 3 mm untuk lingual. Setelah bite rim
dilunakkan, base plate beserta bite rim dipasang pada pasien dan pasien
diinstruksikan untuk menggigit bite rim sambil menelan ludah agar
didapatkan oklusi sentrik pasien. Gigitan pada bite rim berfungsi
sebagai catatan oklusi sentrik. Selanjutnya dilakukan pencetakan model
kerja rahang atas dan bawah dengan sebelumnya mengoleskan vaselin
pada fitting surface. Pencetakan dilakukan dengan base plate dan bite
rim masih terpasang dan klamer terlebih dahulu dikendorkan. Hasil
cetakan diperoleh model kerja dan base plate dipasang pada artikulator.
4) Kunjungan IV
Pemasangan gigi artificial
Gigi rahang bawah yang pertama kali dipasang adalah gigi 37, 36, 34, 35,
44, 46, dan yang terakhir 47.
Setelah itu dilakukan try in pada pasien.
5) Kunjungan V
15
Try in seluruh gigi tiruan di atas malam dan kontur gusi tiruannya, lalu
dilakukan pengamatan pada :
Oklusi dan retensinya
Stabilisasinya dengan working side dan balancing side
Estetis dengan melihat garis kaninus dan garis tertawa
Pasien diinstruksikan menyebut huruf-huruf p, b, t, th, d, f, v dan lain-
lain sampai tidak ada gangguan
Dilakukan prosesing GTS lepasan resin akrilik ujung bebas.
16
6) Kunjungan VI
Dilakukan insersi yaitu pemasangan GTS lepasan dalam mulut pasien,
yang perlu diperhatikan antara lain: retensi, stabilisasi, oklusi, dan
kenyamanan pasien.
1. Pemasangan dan pengeluaran gigi tiruan
Hambatan pada permukaan gigi atau jaringan yang dijumpai pada saat
pemasangan dan pengeluaran gigi tiruan dapat dihilangkan dengan cara
pengasahan gigi tiruan.
2. Retensi
Yaitu kemampuan GTS untuk melawan gaya pemindah yang cenderung
memindahkan gigi tiruan kearah oklusal.
3. Stabilisasi
Yaitu perlawanan atau ketahanan GTS terhadap gaya yang
menyebabkan perpindahan tempat atau gaya horizontal. Stabilisasi
terlihat dalam keadaan berfungsi, misal GTS tidak bergoyang saat
pengunyahan.
4. Oklusi
Pemeriksaan aspek oklusi dilakukan dengan cara menggunakan gigi
tiruan RA dan dilihat apakah sudah nyaman digunakan pasien
kemudian gigi tiruan RA dilepas dan digunakan gigi tiruan RB dan
dilihat apakah sudah pas dan nyaman digunakan, kemudian gigi tiruan
RA da RB digunakan dan cek oklusi dengan menggunakan articulating
paper. Pemeriksaan aspek oklusi pada saat posisi sentrik. Caranya
dengan memakai kertas artikulasi yang diletakkan di antara gigi atas
dan bawah, kemudian pasien diminta melakukan gerakan mengunyah.
Setelah itu kertas artikulasi diangkat dan dilakukan pemeriksaan oklusal
gigi. Pada keadaan normal terlihat warna yang tersebar secara merata
pada permukaan gigi. Bila terlihat warna yang tidak merata pada
oklusal gigi maka dilakukan pengurangan pada gigi yang bersangkutan
17
dengan metode selective grinding. Pengecekan oklusi ini dilakukan
sampai tidak terjadi traumatik oklusi.
Instruksi yang harus disampaikan kepada pasien :
1. Mengenai cara pemakaian gigi tiruan tersebut
2. Pasien diminta memakai gigi tiruan tersebut terus
menerus selama beberapa waktu (2x24 jam) agar pasien terbiasa
3. Cara pemeliharaan meliputi: (1) Kebersihan gigi
tiruan dan rongga mulut harus dijaga; (2) Pada malam hari atau pada
saat protesa tidak digunakan, protesa dilepas atau direndam dalam air
dingin yang bersih agar gigi tiruan tersebut tidak berubah ukurannya
4. Kontrol: (1) Jika timbul rasa sakit setelah
pemasangan, pasien harap segera kontrol; (2) jika tidak ada keluhan,
kontrol seminggu setelah insersi.
7) Kunjungan VI
Kontrol dilakukan untuk memperbaiki kesalahan yang mungkin terjadi,
antara lain :
1. Pemeriksaan subyektif
Mengenai keluhan rasa sakit atau rasa mengganjal saat pemakaian gigi
tiruan.
2. Pemeriksaan obyektif
Melihat keadaan mulut dan jaringan mulut, melihat keadaan GTS lepasan
baik pada base platenya maupun pada mukosa di bawahnya, posisi
cengkeramannya, keadaan gigi abutment dan jaringan pendukungnya,
oklusi, stabilisasi, dan retensi gigi tiruan.
18
V. DISKUSI
Pasien berusia 48 tahun, seorang laki- laki yang bekerja sebagai
wiraswasta. Pasien kehilangan gigi-geligi rahang atas dan rahang bawah. Pada
rahang atas pasien kehilangan gigi 27, 26, 14, 15, 16, 17 sedangkan pada rahang
bawah pasien kehilangan gigi 47, 46, 44, 35, 36, 37. Berdasarkan klasifikasi
Aplegate-Kennedy, maka rahang atas diklasifikasikan sebagai kelas I, dan rahang
bawah termasuk kelas I modifikasi 1P. Pasien akan dibuatkan gigi tiruan ujung
bebas rahang bawah. Klasifikasi pada rahang bawah kelas I modifikasi 1P
Aplegate-Kennedy merupakan indikasi pembuatan protesa gigi tiruan sebagian
lepasan dengan desain bilateral dan perluasan basis ke distal dan memanfaatkan
dukungan kombinasi gigi dan mukosa. Gigi yang digunakan sebagai dukungan
adalah gigi 43 dan 34. Penahan langsung berupa cengkeram C klamer dengan
sandaran oklusal pada gigi 43 dan 34 sedangkan penahan tidak langsung berupa
plat akrilik setinggi singulum pada gigi anterior.
GTS yang akan dibuat adalah GTS ujung bebas resin akrilik pada RB.
Pada rahang bawah direct retainer berupa klamer C dengan sandaran oklusal pada
gigi 43 dan 34, gigi 43 dan 34 digunakan sebagai gigi pegangan karena gigi
premolar merupakan gigi yang mampu menahan beban dengan baik. Indirect
retainer menggunakan plat setinggi cingulum pada gigi anterior untuk melawan
gaya yang dapat memindahkan gigi tiruan kearah oklusal. Klasifikasi letak klamer
pada kasus ini adalah kelas II Miller, yaitu Menggunakan dua buah klamer yang
letaknya saling berhadapan dan membentuk garis diagonal serta melewati median
line. Pada gigi tiruan dibuatkan sayap bukal, gigi tiruan termasuk dalam close face
GTS. Pembuatan sayap bukal digunakan untuk memperbaiki profil dan
mendukung prosesus alveolar yang telah mengalami resorbsi. Anasir gigi dibuat
dari resin akrilik dengan warna, bentuk, dan ukuran yang sesuai dengan gigi asli
yang masih tinggal dan ruang yang tersedia. Warna anasir gigi yang dipilih adalah
A3 sesuai dengan warna gigi pasien yang tersisa.
19
VI. PROGNOSIS
Diperkirakan hasil perawatan adalah baik, karena :
1. Jaringan pendukung baik.
2. Pasien kooperatif dan menyadari arti pentingnya pemakaian gigi tiruan
tersebut.
3. Kesehatan umum pasien baik.
VII. KESIMPULAN
Pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan akrilik untuk pasien yang
kehilangan giginya adalah tindakan rehabilitatif yang dapat mengembalikan
fungsi mastikasi, fungsi bicara dan fungsi estetis sehingga dapat mempertahankan
kesehatan jaringan mulut dan mencegah akibat buruk dari hilangnya gigi asli jika
tidak dibuatkan gigi tiruan. Untuk mendapatkan gigi tiruan sebagian lepasan yang
baik diperlukan perencanaan pembuatan yang baik dan benar. Keberhasilan gigi
tiruan sebagian lepasan ditentukan oleh kerjasama yang baik antara operator dan
pasien.
20
VII. DAFTAR PUSTAKA
Applegate, 1959, Essential of Removable Partial Denture Prosthesis, 2th ed.,
W.B. Sounders Co., Philadelphia, London.
Gunadi, H.A., 1992, Buku Ajar Ilmu Geligi Tiruan Sebagian Lepasan , jilid 1,
Hipocrates, Jakarta.
Osborne, J & Lammie. G.E.1968. Partial Dentures. Blackwell Scientiefic
Publications Oxford & Edinburgh
21