laporan genetika

23
Jumat, 29 Mei 2009 Laporan Genetika Ikan 3.3 Prosedur Perlakuan 1. Urutan pekerjaan pemijahan ikan komet, lele dan Ar – Ar dengan hormone buatan (Ovaprim) adalah sebagai berikut : 1. Menyiapkan kolam pemijahan 1. Keringkan dan bersihkan bak atau baskom yang akan digunakan untuk pemijahan. 2. Menjelang dilakukan penyuntikan, bak/ baskom diisi air sampai terendam air 5 cm. 2. Menyeleksi induk yang siap memijah 1. Pada malam hari, tangkap induk 2. Memilih induk betina yang matang telur, perutnya besar dan lunak, tetapi bila diurut tidak dapat keluar telurnya. 3. Memilih induk jantan yang sehat, tidak cacat, dan tidak berpenyakit. 4. Memisahkan induk jantan dan betina di dalam wadah tersendiri sambil menunggu saat disuntik. 3. Menyiapkan alat dan hormone ovaprim untuk disuntikkan. Gunakan injeksi spuit yang telah dibersihkan dengan air panas atau gunakan alat injeksi yang baru. 4. Timbang induk betina dan tentukan dosis ovaprim. 1. Induk yang beratnya kurang lebih 1 kg, dosis ovaprimnya 0,3 s/d 0,5 cc. bila beratnya 0,5 kg, maka dosis yang diperlukan hanya setengahnya. 2. Menyedot dengan injeksi spuit sebanyak hormone yang diperlukan misalnya 0,12 ml. setelah itu, sedot lagi dengan jarum yang sama aqua pro injection sebanyak 0,05 ml untuk mengencerkannya. 5. Cara Menyuntik

Transcript of laporan genetika

Page 1: laporan genetika

Jumat, 29 Mei 2009

Laporan Genetika Ikan

3.3 Prosedur Perlakuan

1. Urutan pekerjaan pemijahan ikan komet, lele dan Ar – Ar dengan hormone buatan (Ovaprim) adalah sebagai berikut :

1. Menyiapkan kolam pemijahan

1. Keringkan dan bersihkan bak atau baskom yang akan digunakan untuk pemijahan.2. Menjelang dilakukan penyuntikan, bak/ baskom diisi air sampai terendam air 5 cm.

2. Menyeleksi induk yang siap memijah

1. Pada malam hari, tangkap induk 2. Memilih induk betina yang matang telur, perutnya besar dan lunak, tetapi bila diurut

tidak dapat keluar telurnya.3. Memilih induk jantan yang sehat, tidak cacat, dan tidak berpenyakit.4. Memisahkan induk jantan dan betina di dalam wadah tersendiri sambil menunggu saat

disuntik.

3. Menyiapkan alat dan hormone ovaprim untuk disuntikkan. Gunakan injeksi spuit yang telah dibersihkan dengan air panas atau gunakan alat injeksi yang baru.

4. Timbang induk betina dan tentukan dosis ovaprim.

1. Induk yang beratnya kurang lebih 1 kg, dosis ovaprimnya 0,3 s/d 0,5 cc. bila beratnya 0,5 kg, maka dosis yang diperlukan hanya setengahnya.

2. Menyedot dengan injeksi spuit sebanyak hormone yang diperlukan misalnya 0,12 ml. setelah itu, sedot lagi dengan jarum yang sama aqua pro injection sebanyak 0,05 ml untuk mengencerkannya.

5. Cara Menyuntik

1. Praktikan memegang induk yang hendak disuntik (dahulukan betina) dengan menggunakan handuk untuk menutup dan memegang kepala ikan dan memegang pangkal ekornya. Letakkan ikan di atas meja yang telah diberi alas handuk atau lap.

2. Praktikan lain menyuntikkan hormone yang sudah disiapkan tadi ke dalam bagian dorsal (punggung) yang lunak.

3. Lakukan penyuntikan secara hati-hati. Setelah obat didorong masuk, jarum dicabut, lalu bekas suntikan ditekan atau ditutup dengan jari beberapa saat sambil ditekan-tekan agar obat tidak keluar.

4. Setelah disuntik, didiamkan selama 24 jam.

2. Mengeluarkan Telur

Page 2: laporan genetika

Alternative lain pembuahan (fertilisasi) buatan yaitu dengan melakukan pengurutan (stripping). Setelah hormon disuntikkan dan induk-induk siap memijah, disaat yang tepat dilakukan pengurutan telur dan sperma untuk dicampurkan di dalam satu wadah agar terjadi pembuahan (fertilisasi) telur-telur tersebut secara buatan di dalam baskom.

Cara pengurutan ini lebih canggih dan hasil benihnya dapat lebih banyak, karena segalanya lebih terkontrol. Namun poses ini tentu saja memerlukan teknisi pelaksana yang mempunyai keterampilan lebih baik.

Beberapa keuntungan cara pengurutan ini antara lain sebagai berikut :

1. Jumlah telur yang dihasilkan dapat dihitung secara persis (lebih ilmiah)2. Jumlah telur yang dibuahi sperma (derajat fertilisasi) lebih banyak.3. Dapat dilakukan pengurutan waktu, misalnya waktu pengurutan.

1. Cara Mengeluarkan Telur

Setelah disuntik dengan menggunakan hormone ovaprim, induk jantan maupun betina dipisahkan. Setelah sekitar 12 jam setelah disuntik, diperkirakan telur sudah dapat diurut. Namun, sebelumnya induk tersebut perlu diperiksa dahulu (sudah siap diurut atau belum). Cara memeriksanya adalah sebagai berikut :

1. Induk komet betina ditangkap menggunakan saringan. Badannya dipegang dan kepalanya ditutupi dengan handuk basah, lalu perutnya diurut sedikit kearah dubur.

2. Apabila beberapa butir telur dapat keluar maka induk betina itu sudah siap untuk diurut. Pengurutan dilanjutkan untuk mengeluarkan seluruh telurnya. Dengan hati-hati tetapi cukup kuat, perut ikan diurut mulai dari sirip dadanya ke artah dubur. Telur yang keluar di tamping dalam sebuah baskom yang bersih dan kering.

3. Apabila telur belum dapat keluar saat diurut maka induk tersebut dikembalikan ke dalam kotak penampungannya lagi. Dan perlu diperiksa lagi setiap 10-15 menit.

Hal-hal yang harus diperhatikan pada proses pengurutan telur adalah sebagai berikut :

1. Kain yang digunakan untuk menutupi kepala ikan pada waktu diurut harus halus dan bersih. Penggunaan kain ini dimaksudkan supaya induk tidak stress waktu induk diurut.

2. Wadah atau baskom untuk menampung telur harus benar-benar kering dan bersih, karena kotoran dapat mempengaruhi proses pembuahan.

3. Apabila telur masih sulit keluar waktu diurut maka pengurutan harus dihentikan. Tunggu hingga telur mudah dikeluarkan dengan pengurutan sedikit.

4. Apabila saat diurut telur keluar bercampur darah, maka sebaiknya pengurutan dihentikan saja.

2. Cara Mengeluarkan Sperma

Page 3: laporan genetika

Cara mengeluarkan sperma sama dengan cara pengurutan telur, yaitu :

1. Induk jantan ditangkap menggunakan saringan. Badanya dipegang dan kepalanya ditutupi dengan handuk basah. Perutnya diurut sedikit kea rah dubur.

2. Apabila sperma sudah dapat keluar maka induk jantan itu sudah siap untuk diurut. Pengurutan dilanjutkan untuk mengeluarkan seluruh spermanya. Dengan hati-hati tetapi cukup kuat, perut ikan diurut mulai dari sirip dadanya ke arah dubur, dan ditampung dalam baskom yang bersih dan kering.

3. Cara kedua dengan menggunakan injection spuit, yaitu dengan cara menekan bagian dubur induk jantan dan setelah terlihat cairan spermanya, kemudian disedot dengan menggunakan alat injection spuit yang telah disiapkan.

4. Apabila sperma belum dapat keluar saat diurut maka induk jantan tersebut dikembalikan dan perlu dicarikan lagi jantan yang sudah matang gonad.

3. Cara Proses Pembuahan

Adapun cara proses Pembuahan diantaranya :

1. Setelah telur dan sperma berhasil dikeluarkan, segera dilakukan pembuahan buatan.2. Telur yang ditampung di dalam baskom dan sperma ditampung dalam baskom3. Lalu diaduk dan diratakan.

HAPLOIDISASI

Prosedur:

1. Ambil dua petridisk, masing-masing petridisk diisi larutan sperma ikan mas dengan ketebalan sekitar 1mm.

2. Masukkan kedua petridisk yang berisi sperma ke dalam kotak radiasi selama 3menit. 3. Kemudian masukkan satu sendok kecil sel telur ikan tersebut ke dalam larutan sperma

tersebut.4. Lalu diaduk hingga rata.5. Diamkan selama dua menit.6. Lalu dengan segera masukkan campuran telur dan sperma tersebut ke dalam saringan

atau kain saring.7. Masukan kedalam bak penetasan yang telah dipasang aerasi.8. Dan jangan biarkan telur itu menumpuk karena akan mengalami kematian (tidak

dapat menetas)9. Diamkan selama beberapa waktu10. Ambil beberapa butir telur yang telah dibuahi, letakkan dalam objek glass.11. Amati setiap perubahan fase di bawah mikroskop12. Gambar setiap perubahan fase pada telur.

Page 4: laporan genetika

GINOGENESIS

Partenogenesis adalah satu-satunya proses reproduksi yang sama sekali tak memerlukan peran pejantan. Keturunan partenogenesis akan betina semua jika dua kromosom yang sama membentuk jenis kelamin betina (sistem kromosomnya XX adalah betina dan XY jantan), salah satunya adalah ginogenesis.

Ginogenesis adalah proses terbentuknya zigot dari gamet betina tanpa kontribusi dari gamet jantan. Dalam ginogenesis gamet jantan hanya berfungsi untuk merangsang perkembangan telur dan sifat-sifat genetisnya tidak diturnkan. Ginogenesis dapat terjadi secara alami dan buatan.

Ginogenesis buatan dapat dilakukan dengan mutagenesis sperma dengan sinar ultraviolet (UV) dan kejutan panas. Radiasi yang terjadi merupakan proses penyinaran dengan menggunakan bahan mutagen untuk menghasilkan mutan. Sinar ultraviolet (UV) merupakan radiasi yang juga merupakan

sinar tidak tampak yang mempunyai panjang gelombang 200-380 nm.

Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mempelajari teknik ginogenesis dengan kejutan panas.

Prosedur:

13. Ambil dua petridisk, masing-masing petridisk diisi larutan sperma ikan mas dengan ketebalan sekitar 1mm.

14. Masukkan kedua petridisk yang berisi sperma ke dalam kotak radiasi selama dua menit.

15. Kemudian masukkan satu sendok kecil sel telur ikan tersebut ke dalam larutan sperma tersebut.

16. Lalu diaduk hingga rata.17. Diamkan selama dua menit.18. Lalu dengan segera masukkan campuran telur dan sperma tersebut ke dalam saringan

atau kain saring.19. Kemudian apungkan ke dalam water bath dengan suhu 40°C selam 3 menit.20. Setelah itu, angkat dan masukkan ke dalam bak penetasan yang telah diberikan aerasi. 21. Dan jangan biarkan telur itu menumpuk karena akan mengalami kematian (tidak

dapat menetas)22. Diamkan selama beberapa waktu23. Ambil beberapa butir telur yang telah dibuahi, letakkan dalam objek glass.24. Amati setiap perubahan fase di bawah mikroskop25. Gambar setiap perubahan fase pada telur.

Page 5: laporan genetika

TRIPLOIDISASI

Pengelolaan budidaya ikan (khususnya ikan lele) perlu memperhatikan efisiensi dan produktivitas usaha serta kualitas ikan. Hal ini harus diimbangi dengan upaya perbaikan dan peningkatan kualitas induk maupun benih ikan mas. Saat ini disinyalir telah terjadi penurunan kualitas induk maupun benih ikan lele yang dipelihara oleh petani ikan. Beberapa usaha maupun penelitian telah dilakukan dalam upaya peningkatan produktivitas (produksi) dan perbaikan serta peningkatan kualitas genetik ikan lele seperti program seleksi, manipulasi jenis kelamin melalui perlakuan hormonal maupun manipulasi kromosom.

Poliploidisasi merupakan salah satu metode manipulasi kromosom untuk perbaikan dan peningkatan kualitas genetik ikan guna menghasilkan benih-benih ikan yang mempunyai keunggulan, antara lain: pertumbuhan cepat, toleransi terhadap lingkungan dan resisten terhadap penyakit. Induksi poliploid dalam budidaya ikan sangat menarik perhatian masyarakat petani ikan maupun para peneliti dibidang perikanan. Poliploidisasi pada ikan dapat dilakukan melalui perlakuan secara fisik seperti melakukan kejutan (shocking) suhu baik panas maupun dingin, pressure (hydrostatic pressure) dan atau secara kimiawi untuk mencegah peloncatan polar body II atau pembelahan pertama pada telur terfertilisasi.

Triploidisasi merupakan salah satu bagian dari ploidisasi dengan proses atau kejadian terbentuknya individu dengan kromosom lebih dari dua set. Triploidisasi telah dilakukan dan digunakan untuk meningkatkan pertumbuh ikan.

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mempelajari teknik triploidisasi dengan menggunakan pengaruh kejutan suhu panas terhadap keberhasilan poliploidisasi pada ikan lele.

Prosedur:

1. Ambil satu petridisk, masing-masing petridisk diisi dengan ketebalan 1mm larutan sperma.

2. Kemudian masukkan satu sendok kecil sel telur ke dalam larutan sperma tersebut.3. Lalu aduk hingga rata 4. Lalu dengan segera masukkan campuran telur dan sperma tersebut ke dalam saringan

atau kain saring.5. Kemudian apungkan ke dalam bak.6. Diamkan selama dua menit.7. Angkat saringan, kemudian masukkan ke dalam heat shock selama dua menit dengan

suhu 39-400C8. Setelah itu, angkat dan masukkan ke dalam akuarium yang telah diberi aerasi.9. Diamkan selama beberapa waktu.10. Ambil beberapa butir telur yang telah dibuahi, letakkan dalam objek glass.

Page 6: laporan genetika

11. Amati setiap perubahan fase di bawah mikroskop12. Gambar setiap perubahan fase pada telur.

Controlling / Embriogenesis

Cara controlling hibridisasi diantaranya :

1. Ambil satu petridisk, masing-masing petridisk diisi larutan sperma ikan mas dengan ketebalan sekitar 1mm.

2. Kemudian masukkan satu sendok kecil sel telur ikan ke dalam larutan sperma ikan mas tersebut, aduk selama 30 detik.

3. Lalu dengan segera masukkan campuran telur dan sperma tersebut ke dalam saringan atau kain saring.

4. Kemudian apungkan ke dalam bak / baskom ember yang berisi air.5. Diamkan selama dua menit.6. Angkat saringan, kemudian masukkan kedalam askuarium yang telah diberi aerasi.7. Diamkan selama beberapa waktu.8. Ambil beberapa butir telur yang telah dibuahi, letakkan dalam objek glass.9. Amati setiap perubahan fase di bawah mikroskop10. Gambar setiap perubahan fase pada telur.

Cara controlling Normal diantaranya :

1. Ambil 1 petridisk, petridisk diisi dengan ketebalan 1 mm larutan sperma.2. Kemudian masukkan satu sendok kecil sel telur ikan ke dalam larutan sperma ikan

tersebut, aduk selama 30 detik. 3. Lalu dengan segera masukkan campuran telur dan sperma tersebut ke dalam saringan

atau kain saring. 4. Kemudian apungkan ke dalam bak / baskom ember yang berisi air.5. Diamkan selama dua menit.6. Angkat saringan, kemudian masukkan kedalam askuarium yang telah diberi aerasi.7. Diamkan selama dua menit.8. Ambil beberapa butir telur yang telah dibuahi, letakkan dalam objek glass.9. Amati setiap perubahan fase di bawah mikroskop10. Gambar setiap perubahan fase pada telur.

Langkah Kerja Teknik Ginogenesis dan Triploidisasi

Perlakuan pada betina:

1. Penyuntikan dengan hormone ovaprim (0,2 ml/kg)secara intra M

Page 7: laporan genetika

2. Proses striping dilakuakn setelah ovulasi (lubang genital terdapat telur) dan bila dilakukan pijatan kearah genital, telur akan keluar dengan lancer.

3. Telur ditampung pada wadah kering.4. Telur disebarkan pada setiap wadah (petridisch) sebanyak 1 sendok

berdasarkan kelompok.

Perlakuan pada jantan:

1. Pengambilan cairan sperma, bagian perut dipijit kearah genital dengan posisi diatas, akan keluar cairan berwarna putih, kemudian disedor dengan suntikan yang telah diisi larutan Na physiol, selanjutnya encerkan sampai 100 kali dan dilakukan pengadukan.

2. Isi petridisch dengan ketebalan sekitar 1 mm yang telah diencerkan untuk setiap kelompok terdapat 5 petridisch. (1 buah untuk triploid 2 buah untuk ginogenesis dan 2 buah untuk control(tanpa perlakuan)).

3. Ginogenesis: larutan sperma pada petridisch dipindahkan kekotak radiasi selama 2 menit.

Proses pembuahan:

1. campukan sperma dengan telur untuk setiap petridisch dan aduk secara merata dengan cara menggoyangkan petridisch ± 30 detik.

2. inkubasi telur masing-masing perlakuan pada saringan dibak penetasan yang telah diisi air dan diberi label.

Hibridisasi

Prosedur:

1. Ambil dua petridisk, masing-masing petridisk diisi larutan sperma ikan Ar-Ar dengan ketebalan sekitar 1mm.

2. Kemudian masukkan satu sendok telur ikan Komet tersebut ke dalam larutan sperma tersebut.

3. Lalu diaduk hingga rata.4. Diamkan selama dua menit.5. Lalu dengan segera masukkan campuran telur dan sperma tersebut ke dalam

saringan atau kain saring.6. Masukan kedalam bak penetasan yang telah dipasang aerasi.7. Dan jangan biarkan telur itu menumpuk karena akan mengalami kematian (tidak

dapat menetas)8. Diamkan selama beberapa waktu

Page 8: laporan genetika

9. Ambil beberapa butir telur yang telah dibuahi, letakkan dalam objek glass.10. Amati setiap perubahan fase di bawah mikroskop11. Gambar setiap perubahan fase pada telur.

Ringkasan

Haploid :

Telur yang telah dibuahi didiamkan selama 2 menit setelah diradiasi, kemudian dimasukkan ke dalam bak penetasan yang telah berisi air.

Ginogenesis:

Telur yang telah dibuahi didiamkan selama 2 menit. Telur yang ada pada saringan diberi perlakuan heat shock pada sterofoam dengan suhu 40 selama 2 menit

Triploid:

Telur yang telah dibuahi didiamkan selama 2 menit. Telur yang ada pada saringan diberi perlakuan heat shock pada sterofoam dengan suhu 40 selama 3 menit.

Hibridisasi

Telur yang telah dibuahi antara jantan Ar-Ar dengan Betina Komet, kemudian dimasukkan ke dalam bak penetasan yang telah berisi air.

Kontrol:

Telur didiamkan pada bak penetasan tanpa perlakuan apapun.

Page 9: laporan genetika
Page 10: laporan genetika

BAB IV

Hasil Pengamatan

Tabel Hasil Pengamatan

Perhitungan Derajat Pembuahan

Telur yang dibuahi X 100%

Total

Tabel. I. Derajat Pembuahan dari Haploid

Jumlah Telur : 88

No Waktu Perlakuan

(Jam) Lama Radiasi

Jumlah Telur Derajat Pembuahan

Mati Hidup

1 10 25 63 71,59

%

2 12 31 57 64,77

3 24 56 32 36,36

4 42 88 0 0

Page 11: laporan genetika

Tabel . II. Derajat Pembuahan dari Triploidisasi dan Ginogenesis Diploid

No Perlakuan Waktu Jumlah Telur Derajat

Pembuahan(Jam) Mati Hidup

1 Diploid 10 20 72 78,26

%

(Radiasi Dan Kejutan Panas)

12 32 60 65,22

Jml Telur : 92 24 40 52 56,52

42 76 16 17,39

2 Triploidisasi 10 13 92 87,62

(Kejutan Panas) 12 24 81 72,14

Jml Telur : 105 24 35 70 66,67

42 43 62 59,05

Tabel. III. Derajat Pembuahan Hibridasi

Jumlah Telur : 83

No WaktuJumlah Telur

Derajat Pembuahan

(Jam) Mati Hidup

1 6 24 59 71,08

%2 24 60 23 27,71

3 36 70 13 15,66

4 42 83 0 0

Page 12: laporan genetika

Perhitungan Derajat Penetasan

Telur yang menetas X 100%

Total

Tabel. IV. Derajat Penetasan

Jumlah Telur Perlakuan Jumlah Telur

Derajat Pembuahan

Mati Hidup

88 Haploid 0 88 0

%

92 Diploid 0 92 0

105 Triploid 3 102 2,94

83 Hibridisasi 0 83 0

Page 13: laporan genetika

BAB V

Pembahasan

1. Pembahasan Haploidisasi

Haploidisasi merupakan salah satu cara untuk menghasilkan bibit unggul yang nantinya dapat dijadikan sebagai induk, pada percobaan ini penyinaran dengan sinar UV dilakukan selama 3 menit, penyinaran ini dimaksudkan untuk merusak materi genetic yang ada dalam sperma, namun penyinaran yang terlalu lama dapat merusak materi genetic secara keseluruhan, sehingga sperma tidak dapat membuahi sel telur, dan sel telur tidak ada yang menetas.

2. Pembahasan Ginogenesis

Ginogenesis merupakan keturunan yang dihasilkan melaui mekanisme partenogenesis, tapi telur membutuhkan rangsangan dari sperma untuk berkembang. Namun, sel sperma tidak menyumbangkan materi genetic apapun pada anak.

Sebelum melakukan ginogenesis buatan dengankejutan suhu, dilakukan penyuntikan induk ikan lele (Clarias sp.) dengan Ovaprime, dengan tujuan mempercepat pematangan gonad. ovaprime merupakan produk yang mengandung 20µg D-Arg6, Pro9-Net sGnRH dan 10 mg domperidone per ml propylene glycol. Ovaprim telah teruji dan terbukti efektif pada ikan, dimana secar signifikan mendorong pematangan tanpa mempengaruhi kemampuan hidup dan fekunditas suatu ikan.

Proses selanjutnya adalah menghancurkan materi genetik sperma dengan sinar ultraviolet (UV), dengan tujuan menonaktifan material genetik sperma melalui radiasi dengan

Page 14: laporan genetika

bahan mutagen sehingga sperma hanya mampu merangsang perkembangan telur tanpa menurunkan sifat genetik. Dunham (2004) dalam Yusrizal (2004) menyatakan bahwa bahan mutagen yang dapat merusak gen pada sperma ada bermacam-macam yaitu sinar gamma, sinar ultraviolet (UV), dan sinar X.

Setelah peradiasian sinar UV dilakukan pengecekan sperma. Hal tersebut untuk melihat motilitas Jika sperma motil tanpa materi genetik di dalamnya maka dapat dilakukan perlakuan ginogenesis selanjutnya. Jika sperma itu nonmotil atau mati maka ginogenesis tidak dapat terjadi yang terjadi hanya diploidisasi biasa.Sel sperma motil tanpa materi genetik yang di dapat dicampurkan dengan sel telur. Tujuannya untuk melakukan pembuahan. Pada proses ini sperma bergerak mencari sel telur yang akan dibuahi.

Kemudian dilakukan kejutan suhu, perlakuan ini bertujuan untuk mencegah pengurangan kromosom betina pada proses perkembangan telur yang akhirnya dapat menghasilkan zigot yang diploid dan homozigot sebab pada dasarnya embrio ginogenetik adalah haploid. Pembentukkan diploid ginogenetik dengan menggunakan kejutan panas lebih baik dibandingkan dengan menggunakan kejutan dingin. Lama kejutan, suhu dan waktu awal kejutan yang diberikan setelah pembuahan untuk tiap jenis sperma dalam tiap petridisch.

Ginogenesis secara spontan dapat terjadi akibat tertahannya polar body II oleh spermatozoa. Hal ini disebabkan pada saat polar body II akan keluar bertabrakan dengan spermatozoa yang akan masuk ke dalam mikrofil sehingga polar body II tidak jadi keluar dan spermatozoa terpental keluar, akibatnya gamet jantan digantikan oleh polar body II sehingga ploidi tetap dua. Sedangkan pada ginogenesis buatan dilakukan dengan cara memanipulasi kromosom. Diploid ginogenetik meiotik diperoleh dari tertahannya polar body II oleh kejutan panas pada saat meiosis kedua sedangkan diploid ginogenetik mitotik diperoleh akibat tertahannya pembelahan pertama sel sehingga sel yang terbentuk menjadi diploid

3. Pembahasan Triploidisasi

Triploidisasi merupakan salah satu bagian dari ploidisasi dengan proses atau kejadian terbentuknya individu dengan kromosom lebih dari dua set. Triploidisasi telah dilakukan dan digunakan untuk meningkatkan pertumbuhan ikan.

Teknik triploidisasi dapat mengunakan dua pelakuan, yaitu perlakuan fisika dan kimia. Penggunaan perlakuan fisika dan kimia sesaat setelah dimulainya pembuahan merupakan cara yang relatif mudah dalam triploidisasi. Kejutan suhu mempunyai kelebihan jika dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Kejutan suhu ini bisa berupa kejutan yang lebih panas dari suhu normal. kejutan panas juga memerlukan waktu yang lebih singkat daripada kejutan dingin. Pendekatan praktis untuk induksi poliploidi melalui kejutan panas merupakan perlakuan aplikatif sesaat setelah fertilisasi (untuk induksi triploidi) atau sesaat setelah pembelahan pertama (untuk induksi tetraploidi) pada suhu lethal.

Tiga parameter yang berhubungan dengan perlakuan kejutan panas adalah umur zigot waktu pelaksanaan kejutan, suhu kejutan dan lama perlakuan kejutan. Pemilihan umur zigot

Page 15: laporan genetika

waktu pelaksanaan, suhu dan lama waktu kejutan yang tepat adalah spesifik untuk masing-masing sperma dalam petridisch.

Prinsip pemberian kejutan suhu pada telur yang telah dibuahi adalah mencegahnya keluarnya badan kutub II pada saat pembelahan meiosis II. Ikan-ikan triploid merupakan ikan-ikan secara genetik mempunyai satu set tambahan kromosom, sehingga pada setiap sel tubuhnya memiliki tiga set kromosom. Dua set kromosom adalah kromosom telur dan satu set kromosom sperma.

Individu tetraploid merupakan individu yang fertil dan mempunyai laju pertumbuhan yang lebih baik bila dibandingkan dengan spesies diploid. Individu tetraploid mempunyai kemampuan di dalam pembelahan sel yang jauh lebih tinggi bila dibandingkan dengan ikan normal diploid, sehingga ikan tetraploid akan mempunyai jumlah sel yang lebih banyak jika dibandingkan dengan ikan normal.

C. Pembahasan Hibridisasi

Betina hibridogenesis bisa kawin dengan pejantan spesies lain dan keduanya menurunkan materi genetic pada keturunannya. Ketika keturunannya yang betina menghasilkan telur, tak ada materi genetic dari pihak jantan di dalamnya. Telur hanya mengandung kromosom dari pihak betina karena gen jantan dibuang.

Sesungguhnya reproduksi hibridogenesis tak murni aseksual, tapi hemiclonal (separuh genom diturunkan pada generasi selanjutnya, sedangkan separuh lain dimusnahkan). Hibridogenesis terjadi karena perkawinan dua spesies berbeda.Proses ini berlangsung terus sehingga tiap generasi hanya separuh klonal dari betina dan separuh materi genetic baru dari jantan.

Page 16: laporan genetika
Page 17: laporan genetika

BAB VI

Kesimpulan dan Rekomendasi

Ginogenesis, triploidisasi, dan hibridisasi merupakan teknik rekayasa genetika untuk menghasilkan keturunan yang kita inginkan. Pada ginogenesis dihasilkan individu yang seluruhnya betina, pada triploidisasi menghasilkan individu yang bersifat triploid dan steril namun pertumbuhannya cepat, dan pada hibridisasi untuk menghasilkan warna yang dominan.

Kejutan panas merupakan dalam ginogenesis dan triploidisasi merupakan teknik yang dipakai dalam praktikum ini. Pada dasarnya praktikum hampir berhasil, namun karena fator lingkungan, seperti kualitas air juga aerasinya yang kurang diperhatikan setelah terjadi pembuahan, sehingga setelah pembuahan hanya sedikit sekali yang mengalami penetasan. Selain itu juga dalam setiap takaran NaCl yang dibutuhkan mungkin terlalu banyak bila dibandingkan dengan sperma yang dicampur, sehingga telur kebanyakan meresap NaCl nya dibandingkan dengan sperma dari induk jantannya.

Berdasarkan dari hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa :

1. Untuk mendapatkan hibrida – hibrida yang unggul ataupun memproleh benih yang baik, dibutuhkan induk yang baik pula baik dari jantan maupun betina guna menghasilkan sperma dan telur dengan kusntitas dan kualitas yang baik.

2. Selain itu, untuk mendapatkan atau mencapai tingkat keberhasilan yang tinggi dan juga memuaskan perlu dibutuhkan penanganan yang tepat dan sesuai dengan prosedur dalam setiap perlakuan seperti dalam Ginogenesis, Triploidisasi, maupun control normal serta control hybrid.

3. Praktikan mampu untuk mempelajari dan mengetahui effek perlakuan dengan Haploid (2n), Ginogenesis, Triploid (3n), control normal, dan control hybrid (Hibridisasi). Dengan ke-4 perlakuan pemijahan

Adapun rekomendasi yang kami berikan diantaranya ;

1. Untuk praktikan, dalam setiap perhitungan perlu ketelitian dan kecermatan yang sangat tinggi guna mendapatkan data yang sangat akurat.

2. Untuk praktikan, dalam setiap perlakuan diperlukan kecermatan guna memproleh hasil yang memuaskan

Page 18: laporan genetika

3. Untuk penyediaan alat maupun bahan praktikum perlu ditingkatkan agar praktikum dapat berjalan lancar.