Laporan Foto Pengelolaan Banjir Ambon Nov 2015

50
LAPORAN FOTO 2015 BANJIR TERPADU PENGELOLAAN DI KOTA AMBON Kota Teluk Elok yang Harus Waspada Sungai di Ambon Dalam Gambar 5 AMBON BENCANA MENELUSURI JEJAK BANJIR di Kota Ambon BICARA SOLUSI BANJIR Dari Respon Hingga Pengelolaan Banjir Terpadu Capacity Development Technical Assistance (CDTA) 7849-INO Komplek Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Jalan Patimura No.20, Kebayoran Baru, Jakarta. Gedung Ditjen Sumber Daya Air Lantai 8 Phone / Fax : 021 7229807. E-mail: [email protected] www.pengelolaair.blogspot.com

description

Laporan Foto Pengelolaan Banjir Terpadu di Kota Ambon ini merupakan dokumentasi kegiatan Capacity Development Technical Assistance (CDTA 7849-INO) pada bulan November 2015.Isi dari laporan ini yaitu:• Ambon: Kota Teluk Elok yang Harus Waspada Bencana• Menelusuri Jejak Banjir di Kota Ambon• Bicara Solusi Banjir:• Dari Respon Hingga Pengelolaan Banjir Terpadu• Pilihan Relokasi yang Tidak Mudah• 5 Sungai di Ambon dalam Gambar• Tentang Program Pengelolaan Banjir Terpadu• Lampiran dan Referensi

Transcript of Laporan Foto Pengelolaan Banjir Ambon Nov 2015

Page 1: Laporan Foto Pengelolaan Banjir Ambon Nov 2015

LAPORAN FOTO2015

BANJIR TERPADUPENGELOLAAN

DI KOTA AMBON

Kota Teluk Elok yang Harus Waspada

Sungai di Ambon Dalam Gambar5

AMBON

BENCANA MENELUSURI JEJAK BANJIR

di Kota AmbonBICARA SOLUSI BANJIR Dari Respon Hingga Pengelolaan Banjir Terpadu

Capacity Development Technical Assistance (CDTA) 7849-INOKomplek Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

Jalan Patimura No.20, Kebayoran Baru, Jakarta. Gedung Ditjen Sumber Daya Air Lantai 8Phone / Fax : 021 7229807. E-mail: [email protected]

www.pengelolaair.blogspot.com

Page 2: Laporan Foto Pengelolaan Banjir Ambon Nov 2015

2 3

Laporan Foto Pengelolaan Banjir Terpadu bertujuan untuk mendokumentasikan upaya berbagai pihak dalam mengatasi persoalan banjir di Kota Ambon. Banjir besar yang melanda Kota Ambon pada pertengahan

tahun 2012 dan 2013 yang lalu, membuat kita semakin menyadari bahwa penanganan banjir tidak lagi bisa dilakukan secara terpisah, melainkan harus ditangani secara komprehensif dan terpadu. Penanganan banjir terpadu perlu menggabungkan pendekatan struktural dan non-struktural yang melibatkan dan meningkatkan kapasitas pemangku kepentingan terkait.

Laporan ini juga mendokumentasikan kondisi lima sungai utama yang berada di Kota Ambon, yaitu Wai (Sungai) Batu Merah, Wai Batu Gajah, Wai Batu Gantung, Wai Tomu dan Wai Ruhu. Sungai di Kota Ambon dan Pulau Ambon masuk ke dalam Wilayah Sungai Ambon-Seram.

Tentu saja laporan singkat ini masih jauh dari lengkap apalagi komprehensif, tetapi diharapkan dapat memberikan gambaran singkat bagi pembaca yang ingin mengetahui secara cepat tentang kegiatan, pemangku kepentingan dan kondisi umum ke-lima sungai di Kota Ambon yang dipotret dalam laporan ini.

Selamat membaca!.

Merupakan program pengembangan kapasitas dalam Pengelolaan Sumber Daya Air (SDA). Program ini dibiayai dengan dana hibah Japan Fund For Poverty Reduction yang secara administrasi disalurkan melalui Asian Development Bank (ADB). Direktorat Bina Penatagunaan SDA Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) dibantu konsultan CDTA telah melaksanakan berbagai kegiatan terkait pengembangan kapasitas dalam pengelolaan SDA sejak pertengahan tahun 2012 hingga November 2015. Tujuan proyek ini antara lain membantu dan memberikan dukungan untuk finalisasi strategi pengembangan kapasitas dalam Pengelolaan SDA, serta pelaksanaannya

di 4 provinsi pilot proyek. Selain itu membantu Kementerian PUPR untuk menyusun Rancangan Peraturan Menteri PUPR serta mempersiapkan Strategi dan Rencana Aksi Pengembangan Kapasitas dalam Pengelolaan SDA (2015-2019).

Tim CDTA juga membantu persiapan perencanaan wilayah sungai secara partisipatif berupa dokumen Pola dan Rencana Pengelolaan SDA Wilayah Sungai. Tim juga membantu penguatan Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai (TKPSDA-WS) di 4 propinsi yang menjadi pilot proyek, yaitu Provinsi Aceh, Provinsi Sulawesi Utara, Provinsi Maluku dan Provinsi Banten.

DAFTAR ISI5

15

29

41

Ambon: Kota Teluk Elok yang Harus Waspada Bencana

Menelusuri Jejak Banjir di Kota Ambon

Bicara Solusi Banjir: Dari Respon Hingga Pengelolaan Banjir Terpadu

Pilihan Relokasi yang Tidak Mudah

47

53

87

97

Tentang Program Pengelolaan Banjir Terpadu

5 Sungai di Ambon Dalam Gambar

Lampiran

Referensi

- Ir.M.Napitupulu, Dipl. HE- Darismanto, ME- Ir. SR Lengkong- Ir. Amir Radjab, Dil, HE- Ir.Raymond Kemur, MSc- Ir. Pandi MS Hutabarat, MSc- Ir. Bambang Riswardi, M.Eng.- Ir. Minanto, MSc.- Diella Dachlan- Frantz Hendra- Burhanudin Amri

Penulis dan tata letak :Diella Dachlan

Foto:Ng Swan Ti/Dok.CDTA

TIM CDTA 7489-INO

Capacity Development Technical Assistance (CDTA) 7849-INOKomplek Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan RakyatJalan Patimura No.20, Kebayoran Baru, JakartaGedung Ditjen Sumber Daya Air Lantai 8Phone / Fax : 021 7229807E-mail: [email protected]

PENGANTAR

Capacity Development Technical Assistance (CDTA) 7849-INO River Basin and Water Resources Management

CDTA 7849-INO, 2015

Catatan Redaksi: Diperbolehkan untuk mengutip isi dari publikasi ini dengan mencantumkan sumber

Keterangan foto: pemandangan pantai di Desa Allan, Kecamatan Leihitu, Kabupaten Maluku Tengah (17/11/15)

Page 3: Laporan Foto Pengelolaan Banjir Ambon Nov 2015

4 5

AMBON Kota Teluk Elok yang Harus

Waspada Bencana

Page 4: Laporan Foto Pengelolaan Banjir Ambon Nov 2015

6 7

Kota Ambon terletak di Pulau Ambon dan secara administratif termasuk ke dalam Provinsi Maluku. Pulau Ambon terbagi atas dua wilayah, yaitu Kabupaten Maluku Tengah dan Kota Ambon. Kota seluas 359, 45 kilometer persegi ini

(berdasarkan Survey Tata Guna Tanah tahun 1980) menempati sekitar dua per lima luas Pulau Ambon, dengan garis pantai sepanjang 98 km.

Kota Ambon terdiri dari 5 kecamatan, yang terbagi ke dalam 20 kelurahan serta 30 desa atau negeri. Dalam konteks Kota Ambon, pembagian kelurahan, desa dan negeri ini untuk membedakan kawasan perkotaan (kelurahan) dengan kawasan non-perkotaan yang masih terpelihara nilai sosial budaya masyarakat setempatnya (negeri).

Sekilas Sejarah Ambon

Kota Ambon ini tak hanya elok, namun juga sarat sejarah budaya dan memiliki potensi kekayaan alam yang luar biasa. Terletak di sepanjang teluk dengan topografi berbukit-bukit, Pulau Ambon termasuk salah satu destinasi wisata Indonesia yang terkenal akan keindahannya, terutama pantai, alam bawah laut, ragam budaya dan sejarahnya. Selain itu, daerah yang mulai ditempati oleh Portugis pada tahun 1575 ini terkenal akan hasil buminya untuk perdagangan, seperti pala, cengkeh dan rempah-rempah lainnya. Pada tahun 1921, Pemerintah Belanda memberikan hak yang sama dengan Pemerintah Kolonial Belanda, sebagai tanda pengakuan atas perjuangan Rakyat Indonesia asal Maluku di bawah kepemimpinan Alexander Yacob Patty.

Melalui seminar di Kota Ambon pada pertengahan November 1972, pemerintah Kota Ambon dan warganya memutuskan bahwa pendirian Kota Ambon adalah 7 September 1575 dan hari jadinya diperingati setiap tahun pada tanggal tersebut.

Kota Ambon didera berbagai peristiwa konflik sejak masa sebelum Indonesia merdeka, hingga konflik antar agama pada akhir tahun 1990-an lalu. Hal ini berkontribusi turut mengubah peta sosial budaya Kota Ambon,. Namun kini pembangunan dan perkembangan di Kota Ambon terus melaju pesat.

Dari berita yang dilansir oleh Maluku Post (23/11/15), disebutkan bahwa rata-rata pertumbuhan produk domestik regional bruto (PDRB) Kota Ambon pada peride 2011-2014, mencapai 6,60 persen/tahun, dengan skala ekonomi meningkat dari Rp 1,80 triliun (2010) menjadi Rp 2,32 triliun (2014).Pertumbuhan ekonomi di Kota Ambon pada tahun 2014 yaitu sekitar 5,96 persen. Pertumbuhan ekonomi ini dipicu oleh pertumbuhan positif pada sektor pertanian, listrik, gas dan air bersih serta sektor jasa keuangan.

Keterangan foto: (atas) Jembatan Merah Putih (20/11/15). (Kiri tengah) pala, cengkeh dan rempah-rempah hasil bumi Provinsi Maluku yang terkenal. (Kiri bawah) menunggu senja di Teluk Ambon. (Kanan bawah) Salah satu

tujuan wisata di Kota Ambon, Pintu Kota, Desa Latuhalat, Kec. Nusaniwe, kota Ambon (17/11/15) Keterangan foto: (atas) Patung Christina Marta Tiahahu di Desa Karang Panjang,

Kec. Sirimau, Kota Ambon (16/11/15). (kiri) Peta administrasi

Wilayah Sungai Ambon dan Seram

Page 5: Laporan Foto Pengelolaan Banjir Ambon Nov 2015

8 9

Rawan Bencana

Mengelilingi Kota Ambon yang elok dengan topografi berbukit, pengunjung akan disuguhi keelokan pemandangan alam kota ini.

Namun, jika melihat lebih dekat dan masuk menjelajahi kelurahan, desa dan negeri di Kota Ambon, pengunjung yang jeli akan dapat melihat bahwa dibalik keelokan yang mempesona, Kota Ambon yang cantik ini menyimpan potensi bencana yang mengharuskan penduduknya untuk tetap waspada.

Jenis bencana yang teridentifikasi oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Ambon antara lain; banjir, kekeringan, kebakaran, tanah longsor, gempa bumi, tsunami, angin puting beliung, gelombang pasang dan abrasi pantai.

Permukiman penduduk Kota Ambon amatlah padat dan mulai merambah perbukitan hijau yang mengelilingi kota ini. Permukiman di bangun di lereng-lereng terjal dan bahkan ada yang persis di bawah tebing yang rawan longsor.

Di Kelurahan Batu Gajah dan Batu Merah misalnya, penduduk bukan saja membangun permukiman yang mengepung bantaran sungai, melainkan di jalur lintasan air. Hal ini tampaknya belum disadari oleh warga.

Ada lima sungai utama di Kota Ambon, yaitu Wai (Sungai) Batu Merah, Batu Gajah, Batu Gantung, Wai Tomu dan Wai Ruhu. Karakteristik sungai-sungai utama di Kota Ambon adalah terjal dan jaraknya relatif pendek dari hulu ke hilir. Masyarakat Ambon menyebut hulu sungai sebagai “kepala air” dan hilir sebagai “kaki air”.

Secara bercanda, orang-orang yang bekerja di bidang pengelolaan sumber daya air menyebutkan bahwa sungai-sungai di Kota Ambon ini hanya “ada kepala air dan kaki air, tapi tidak ada badan air”, merujuk pada jarak sungai yang relatif pendek ini.

Jika curah hujan sangat tinggi, seperti pada tahun 2012 dan 2013, maka volume air sungai akan meningkat tajam dan melimpas mengakibatkan banjir. Tipe banjir di Kota Ambon, berdasarkan uraian dari pemerintah kota dan warga, termasuk kategori banjir bandang (flash flood). Banjir jenis ini biasanya berdurasi pendek, namun dengan intensitas tinggi. Banjir ini termasuk kategori banjir yang sangat berbahaya, karena tidak dapat diprediksi, debit air tinggi dan arus yang deras berpotensi menyapu apapun yang menghalangi lintasan air.

Keterangan foto: (atas) alih fungsi lahan banyak terjadi di seputar Kota Ambon yang merambah ke daerah-daerah perbukitan yang merupakan daerah tangkapan air, Kampung Batu Tagepe, Kec Sirimau, Kota Ambon

(18/11/15). (Bawah) banjir pada tahun 2013 terekam oleh BWS Maluku

Keterangan foto: (kiri bawah) Penanda rawan banjir di Kec. Leihitu Barat, Kab. Maluku Tengah

Page 6: Laporan Foto Pengelolaan Banjir Ambon Nov 2015

10 11

Bukan hanya banjir dan longsor, ancaman lain yang tak kalah mengintai adalah ancaman tsunami. Maluku termasuk salah satu wilayah di Indonesia yang memiliki aktifitas kegempaan yang cukup tinggi. Periode tahun 1.600 - 2007, tercatat setidaknya ada sekitar 2.800 kejadian gempa dan 10 tsunami. Gempa dan tsunami besar yang terjadi terekam pada 1858, 1889 dan 1939. (National Geographic Indonesia, 15 November 2014)

Salah satu gempa dan tsunami terbesar di Pulau Ambon ini terjadi pada 17 Februari 1674. Bencana ini terekam dalam catatan Georg Everhard Rumphius, ahli ilmu alam yang berada di Ambon pada saat itu. Tsunami menyapu 11 desa di sepanjang pesisir Pulau Ambon dan Seram, menewaskan lebih dari 2.000 jiwa (Kompas, 15 Agustus 2012).

Rekam jejak bencana di Kota Ambon dan secara umum di Provinsi Maluku adalah informasi dan pelajaran berharga bagi kita, sebagai langkah untuk mengantisipasi dan membuat perencanaan pembangunan di masa depan.

Keterangan foto: (atas) pelajar menyeberangi daerah bekas bencana Wai Ela, Desa Negeri Lima, Kecamatan Jazirah Leihitu, Kabupaten Maluku Tengah (17/11/15).

Bendungan alam Wai Ela jebol pada 25 Juli 2013 menyebabkan korban tewas, bangunan rusak dan sekitar 1.027 KK atau 5.227 jiwa mengungsi (Republika, 26 juli 2013).

(Kanan) Bangunan pemecahombak untuk pengaman pantai yang dibangun oleh BWS Maluku di Desa Laha, Kec. Teluk Ambon, Kota Ambon (17/11/15)

Page 7: Laporan Foto Pengelolaan Banjir Ambon Nov 2015

12 13

Antisipasi dan Hidup Berdampingan Dengan Bencana

Perencanaan pembangunan sebuah wilayah dapat memasukkan perspektif antisipasi dan kesiapsiagaan pemerintah dan warga di daerah tersebut dalam menghadapi bencana. Tidak hanya mengantisipasi dan meningkatkan kewaspadaan terhadap bencana, pembangunan berwawasan bencana ini juga dapat mendorong masyarakatnya untuk hidup berdampingan dengan bencana, dengan cara beradaptasi.

Jika terkendala lahan yang terbatas seperti dalam konteks Kota Ambon, maka alternatif adaptasi banjir yang bisa dilakukan misalnya dengan cara meninggikan bangunan, membuat bangunan yang memungkinkan air lewat, membuat pemetaan desa dan jalur evakuasi, dan lain sebagainya.

Bencana seringkali tidak dapat terhindarkan, namun kita bisa mengantisipasinya dengan tetap waspada, mengurangi resiko bencana dengan beradaptasi dan hidup berdampingan dengan bencana.

Luas Wilayah 359, 45 km2Luas laut 17,55 km2 dengan garis pantai

98 kmJumlah Penduduk 379.615 jiwa (BPS 2014)Jumlah Kecamatan 5Jumlah Kelurahan 20Jumlah Desa/Negeri 30Jumlah RW 297Jumlah RT 1.068Rincian Kecamatan, Kelurahan dan Desa/Negeri

Lima (5)Kec. Nusaniwe(luas: 88.35 km, Desa/Negeri : 5 Kel:8 )

Kec. Sirimau(Luas: 86.82 km. Desa/Negeri: 4, Kel: 10)

T.A.Baguala(Luas: 50.50 km. Desa/Negeri: 6, Kel: 1)

Leitimur Selatan(Luas: 50.50 km. Desa/Negeri: 8, Kel: 0)

Teluk Ambon(Luas: 93.67 km. Desa/Negeri:7, Kel:1)

Kecamatan Nusaniwe

1. Kel.Urimessing2. Kel.Benteng3. Kel.Wainitu4. Kel.Kudamati5. Kel.Waihaong6. Kel.Mangga Dua7. Kel.Nusaniwe8. Kel. Batu Merah9. Desa Amahusu10. Desa Nusasiwe11. Desa Urimessing12. Desa Latulahat13. Desa Seilale

Kecamatan Sirimau

1. Kel.Waihoka2. Kel.Amantelu3. Kel.Rijali4. Kel.Karang Panjang5. Kel. Batu Meja6. Kel.Batu Gajah7. Kel.Ahusen8. Kel.Honipopu9. Kel.Uritetu10. Kel.Pandan Kasturi11. Desa Galala12. Desa Hative Kecil13. Desa Soya

Kecamatan Baguala

1. Desa Waihaeru2. Desa Nania3. Desa Negeri Lama4. Desa Passo5. Desa Latta6. Desa Halong7. Kel.Lateri

Kecamatan Leitimur Selatan

1. Desa Hatalai2. Desa Naku3. Desa Kilang4. Desa Ema5. Desa Hukurila6. Desa Hutumuri7. Desa Rutong8. Desa Leahari

Kecamatan Teluk Ambon

1. Desa Laha2. Desa Tawiri3. Desa Hative Besar4. Desa Wayame5. Desa Rumah Tiga6. Kel.Tihu7. Desa Poka8. Desa Hunuth/Durian Patah

Sumber: diolah dari Bappekot Kota Ambon, 2012 dan BPS, 2013

Keterangan foto: tanda-tanda untuk jalur evakuasi bencana di Kota Ambon sudah mulai terpasang. Jl. Skip Bawah,

Kecamatan Sirimau, Kota Ambon (17/11/15)

Pembagian Administrasi

Kota Ambon

Page 8: Laporan Foto Pengelolaan Banjir Ambon Nov 2015

14 15

Keterangan foto: menunggu senja dan bersantau di muara Wai Ruhu, Desa Galala, Kecamatan Sirimau, Kota Ambon (18/11/15)

MENELUSURI

JEJAK BANJIRDI KOTA AMBON

Page 9: Laporan Foto Pengelolaan Banjir Ambon Nov 2015

16 17

Sejak pindah ke Kelurahan Batu Merah, Kecamatan Sirimau, Kota Ambon pada tahun 2004, banjir bukanlah hal yang baru bagi Haji Aminah Kaimudin (65 tahun). Bagian belakang rumahnya

hanya berjarak sekitar 7 meter dari Wai (Sungai) Batu Merah.

“Banjir di sini biasanya kecil-kecil saja, tidak pernah besar” Kata Aminah ketika ditemui di rumahnya (17/11/15). Lebar Wai Batu Merah sekitar lima hingga delapan meter dan di musim kemarau, airnya sangat sedikit. Karena itu, Aminah dan keluarganya terkejut ketika pada tahun 2012, banjir besar tiba-tiba datang menerjang.“Untung rumah kami berlantai dua, jadi kami sempat bertahan di lantai atas sebelum mengungsi ke tempat tetangga” cerita Aminah. Barang-barang di rumahnya nyaris habis hanyut terbawa banjir. Rumah itu ditempati Aminah bersama 7 anggota keluarga lainnya yang terdiri dari keluarga dua anaknya beserta menantu dan cucunya.

Mengira bencana banjir sudah berlalu dan situasi sudah aman, lagi-lagi Aminah dan warga Kelurahan Batu Merah dikejutkan oleh banjir yang lebih besar lagi pada akhir Juli 2013. Kalau pada tahun 2012, banjir menerjang di siang hari, di tahun 2013 banjir datang dini hari di bulan puasa, saat keluarga Muslim di daerah itu baru saja selesai sahur dan sholat subuh.

“Kali ini airnya lebih deras, sehingga kami kesulitan untuk menyeberang. Airnya datang dari belakang, depan dan atas. Suasananya sangat mencekam”

Aminah mengenang kejadian itu. Lantai satu rumahnya dipenuhi air, ketinggian air lebih dari 1,5 meter. Dari lantai dua, bersama keluarga dan dibantu para tetangga, mereka mencoba turun dan menyeberangi banjir dengan tali. Sampai dua minggu berikutnya Aminah mengungsi, baik ke rumah tetangga atau sanak saudaranya yang lebih aman dari banjir.

“Banjirnya sebentar paling hanya satu hari, tetapi lumpurnya yang sangat banyak. Kami membersihkan rumah hanya pada siang hari, khawatir banjir datang lagi. Tahun 2013, sepanjang tahun hujan terus, akibatnya banjir dimana-mana” cerita Aminah. Pembersihan kampungnya juga dibantu oleh tentara dan gotong royong warga.

Meski terus terancam banjir, Aminah mengaku tidak ingin meninggalkan tempat tinggalnya saat ini. Dulu saat masa konflik di Ambon, ia sempat cukup lama tinggal di pengungsian. Karenanya ia sangat bersyukur bisa memiliki rumah dan tinggal bersama keluarganya di Batu Merah.

Keterangan foto: (atas dan kiri) permukiman dan aliran Wai Batu Merah di Kelurahan Batu Merah,

Kecamatan Sirimau, Kota Ambon (18/11/15). (kanan) Aminah Kaimudin

Page 10: Laporan Foto Pengelolaan Banjir Ambon Nov 2015

18 19

Kelurahan Batu Merah, tempat Aminah tinggal, diapit oleh dua bukit. Warga memanfaatkan lahan di lereng-lereng untuk membangun rumah. Dari ketinggian, pemandangannya sangat indah, namun juga menyimpan bahaya. “Tetangga-tetangga yang tinggal di atas itu khawatir karena ada saja batu yang jatuh menimpa atap rumah” kata Aminah.

Dari ketinggian pula, pengunjung dapat melihat bahwa sebagian besar permukiman di daerah ini sesungguhnya berada di jalur aliran Wai Batu Merah dan bukan hanya berada di sempadan sungai.

“Tempat ini sangat nyaman. Kemana-mana dekat, ke pasar dekat, ke kota dekat, air bersih banyak dan mudah didapat. Di Ambon ini susah cari tanah, makanya saya ingin tetap tinggal disini meskipun banjir” kata Aminah menegaskan.

Persis di seberang rumah Aminah terdapat mata air yang sangat jernih yang juga mengalir ke sungai. Warga memanfaatkannya untuk mengambil air minum, mandi dan cuci dan digunakan anak-anak tempat itu untuk berenang. Menjelang malam, biasanya warga menemukan belut atau sidat (Anguilla sp) di mata air ini, namun jarang ada warga yang memancingnya untuk dimakan.

Keterangan foto: (kiri atas) Sidat/belut/Morea di Desa Larike, Kec. Leihitu Barat

Kab. Maluku Tengah. Di aliran sungai-sungai Kota Ambon terdapat juga, meskipun

ukurannya tidak sebesar jenis yang ada di Desa Larike (17/11/15). (kanan atas) pengukur

ketinggian banjir di Kelurahan Batu Merah. (kanan tengah dan bawah) permukiman di

Kelurahan Batu Merah, Kecamatan Sirimau, Kota Ambon (18/11/15)

Keterangan foto: (atas) mata air di seberang rumah Aminah dan (bawah) rumah tetangga Aminah yang rusak tersapu banjir Juli 2013, Kelurahan Batu Merah, Kecamatan Sirimau, Kota Ambon (18/11/15)

Sempadan sungai berfungsi sebagai ruang penyangga antara ekosistem sungai

dan daratan. Namun dalam konteks Kota Ambon,

akan sangat sulit untuk menerapkan PP No 38 tentang

sungai dan garis sempadan sungai, karena sebagian

besar sudah terkepung oleh permukiman.

Page 11: Laporan Foto Pengelolaan Banjir Ambon Nov 2015

20 21

Masalah Lahan dan “Pengepungan” Bantaran Sungai

Feberien Maail, SP, MT, Sekretaris Badan Perencana Kota (Bapekot) Ambon, yang juga merupakan peneliti perkotaan, mengatakan bahwa secara umum, perencaan kota baru ada sejak tahun 1990-an. Sebelumnya kota tumbuh dan berkembang secara alami. Tidak berbeda dengan Kota Ambon, kota sudah tumbuh berkembang tanpa ada perencanaan.

“Masyarakat cenderung mencari daerah landai karena lebih murah untuk membangunnya dan mudah mendapatkan air bersih. Selain itu lahan di Kota Ambon ini sangat terbatas dibanding dengan pertumbuhan kotanya. Akibatnya harga tanah menjadi mahal. Dalam konteks Ambon, penumpukan permukiman banyak terjadi di pesisir, termasuk di bantaran sungai”, kata Febi ketika ditemui di kantornya (16/11/15). Menurut Febi, perbukitan bukanlah kawasan favorit warga untuk tinggal, karena butuh biaya lebih mahal untuk konstruksi pondasinya.

Karena terbatasnya lahan dengan harga yang relatif mahal, tak heran jika masyarakat di Kota Ambon banyak yang memilih untuk membangun rumah di sisi kanan kiri sungai.

“Selain harga tanah di bantaran sungai lebih murah, sungai-sungai utama di Kota Ambon ini ada di pusat kota. Masyarakat lebih melihatnya dari sisi menguntungkan: tanah murah, pembangunan murah, lokasi di pusat kota, air mudah didapat dan bahkan sungai juga dipakai untuk pembuangan limbah rumah tangga” Febi menjelaskan.

Di sisi lain, Febi mengkhawatirkan volume sampah dan limbah yang semakin memenuhi sungai. “Kalau secara umum kita tahu bahwa 40% warga tinggal di bantaran sungai, berarti 40% volume sampah yang dihasilkan di Kota Ambon ini juga berada di sungai” kata Febi, yang mempercayai bahwa pendidikan berkelanjutan tentang lingkungan untuk warga tetap merupakan solusi jangka panjang untuk kota Ambon yang bersih.

Kekhawatiran tentang lahan juga disampaikan oleh Sutiono, ST, MPSDA, Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Operasional dan Pemeliharaan dari Balai Wilayah Sungai Maluku.

“Meskipun di Kota Ambon sudah ada tata ruang dan zonasi, tetapi ketika konflik dan pasca konflik, penataan ruang ini menjadi tak terkendali. Wilayah permukiman dan perkebunan semakin merambah ke daerah-daerah hulu yang merupakan daerah tangkapan air. Dari sudut pandang pengelolaan sumber daya air, hal ini sangat merisaukan” , kata Sutiono (16/11/15).

Beberapa kawasan lindung dan penyangga di seputar Kota Ambon,

antara lain: Gunung Sirimau,

hulu DAS Air Besar, Air Panas, Wai Niwu 1 dan Wai

Nihu 2 di Negeri Soya, hulu DAS Wai Ruhu, DAS Batu Merah dan

Hulu Das Waitomu (Bapekot Ambon, Desember 2014).

“Status hutan di Ambon adalah hak ulayat masyarakat. Jadi, ketika sebuah kawasan ditetapkan menjadi kawasan lindung, biasanya masyarakat protes, karena ada hak ulayatnya di sana” kata Pieter Papilaya, Seksi Tanaman Pangan dan Hortikultura, Dinas Pertanian dan Kehutanan Kota Ambon (19/11/15). Menurut Pieter, status ulayat ini sudah ada sejak jaman Belanda dan masyarakat adat yang memilikinya dapat menunjukkan surat-suratnya.

Hal ini menimbulkan dilema, karena meski berstatus hutan lindung, tetapi masyarakat tetap beraktivitas dan merasa memiliki hak atas kawasan tersebut. Pemetaan dan pendataan status lahan secara rinci adalah salah satu alternatif yang perlu dipertimbangkan untuk memperoleh kejelasan status lahan di Kota Ambon. Alternatif lain adalah bagaimana pendekatan konservasi kawasan lindung ini juga bisa memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat setempat.

Keterangan foto: Feberien Maail, SP, MT, Sekretaris Badan Perencana Kota (Bapekot) Ambon

(16/11/15)

Keterangan foto: Sutiono, ST, MPSDA, Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Operasional dan Pemeliharaan dari Balai Wilayah Sungai Maluku. (16/11/15)

Keterangan foto: Foto udara Kota Ambon oleh BWS Maluku. Permukiman di Kota Ambon tumbuh pesat di pesisir pantai, teluk dan bantaran sungai.

Page 12: Laporan Foto Pengelolaan Banjir Ambon Nov 2015

22 23

Di Hulu Sudah Banjir

Kota Ambon rawan terkena banjir bandang (flash flood) yang daya rusaknya amat tinggi. Hal ini juga dikarenakan topografi Pulau Ambon yang berbukit dan terjal, ditambah dengan aliran sungai-sungai utama di Kota Ambon yang relatif pendek dari hulu ke hilir dan curah hujan yang bisa sangat tinggi pada saat musim hujan.

Banjir bandang ini sudah terjadi di wilayah hulu. Ini dapat kita lihat di lokasi-lokasi seperti Wai Batu Merah, Wai Batu Gajah dan Wai Batu Gantung. Biasanya terjadi ketika musim hujan atau ketika curah hujan ekstrim, seperti kejadian pada tahun 2013, dimana curah hujan lebih dari 300 mm/hari. Contoh yang cukup menarik dapat kita lihat di RT 5, Kelurahan Batu Gajah. Ketika hujan lebat yang terjadi bulan Juli tahun 2013, tiba-tiba terjadi banjir di Wai Batu Gajah di daerah yang masih termasuk daerah hulu sungai ini.

“Rumah ini rusak karena terbawa banjir. Untung pemiliknya selamat dan mengungsi. Sejak itu pemiliknya tidak pernah balik lagi ke rumah ini.” Kata Yuliana, warga RT 5 Kelurahan Batu Gajah, yang lokasi rumahnya yang berjarak sekitar 20 meter itu.

Menurut Yuliana, ketika banjir, air sungai yang deras dan melimpas berbelok persis di lokasi rumah tetangganya itu dan menyapu sebagian bangunan rumah dan membawa habis barang-barang pemiliknya.

Keterangan foto: (kiri) Yuliana warga RT 5 Kelurahan Batu Gajah (19/11/15). (kanan dan bawah) sisa toilet

dan rumah yang rusak karena banjir Wai Batu Gajah pada banjir Juli 2013.

Keterangan foto: (atas) aliran Wai Batu Gajah di Kelurahan Batu Gajah yang banyak batuan besar di sepanjang aliran sungai. (bawah) pekerjaan konstruksi talud dan jembatan di Kelurahan Batu Gajah, Kecamatan Sirimau,

Kota Ambon (19/11/15)

Page 13: Laporan Foto Pengelolaan Banjir Ambon Nov 2015

24 25

Di Hilir Juga Terkena Banjir

Ketinggian banjir pada tahun 2012-2013 sampai mencapai 5 meter di kota, misalnya di Wai Batu Merah dan Wai Ruhu. Penyebab lainnya adalah karena adanya pasang surut laut, dimana air yang mengalir ke laut tertahan dan mengalami backflow.

Meskipun rumahnya terletak sekitar tiga ratus meter dari Wai Ruhu, rumah keluarga Muhammad Ali Maligana dan ayahnya Muhammad Amin Maligana di Desa Hative Kecil, Kecamatan Sirimau, Kota Ambon masih terkena banjir. Padahal lokasi ini sudah masuk dalam kawasan hilir yang terletak kurang dari 3 kilometer dari laut.

“Sejak tahun 1983 kami tinggal disini, belum ada banjir. Kalau ada pun sedikit saja seperti genangan air. Tahun 2012 kami kena banjir dengan tinggi air 1,5 meter. Tahun berikutnya malah lebih tinggi lagi, melihat dari rumah-rumah terendam, mungkin ketinggian air lebih dari 2 meter”, cerita Muhammad Ali Maligana (19/11/15) ketika ditemui di rumahnya.

Uniknya, Ali saat itu malah menemukan kamera tak jauh dari jangkauannya, sehingga ia berkesempatan untuk merekam kejadian banjir saat itu. “Barang-barang kami banyak habis, apalagi saat itu sudah dekat Lebaran.

Mobil hardtop tua dan vespa saya malah rusak terseret air banjir”, cerita Muhammad Amin Maligana (76 tahun), pensiunan pegawai negeri Kota Ambon sejak tahun 1997. Amin dan 10 anggota keluarganya yang tinggal di rumah itu segera mengungsi ke rumah tetangganya yang bertingkat dua.

Bantuan tidak cepat datang, karenanya bersama-sama dengan tetanggan, mereka saling menolong dan menyediakan tempat aman. Karena letaknya agak tersembunyi, bantuan logistik baru diterima setelah tiga hari. Selain itu ada anggota TNI AL yang juga berkeliling dengan menggunakan perahu karet, karena air masih tinggi.

“Pembersihan rumah kami lakukan pelan-pelan. Kami sampai bayar Rp 2 juta untuk empat orang yang membantu mencuci baju yang terkena lumpur banjir”, kata Amin terkekeh.

Sama seperti Aminah, Amin mengaku tidak tertarik untuk pindah setelah sekian lama menempati rumah tersebut. Jika Aminah mengosongkan lantai satu rumahnya, maka Amin yang tidak memiliki lantai dua, membangun tanggul kecil untuk mencegah air masuk ke dalam rumah. Tanpa disadari, baik Amin dan Aminah telah melakukan antisipasi dan adaptasi akan datangnya banjir. Semoga banjir tidak lagi datang menerjang Kota Ambon.

Keterangan foto: (atas) Foto kondisi banjir rumah Muhammad Amin Maligana (kanan atas) pada akhir Juli 2013 yang terekam oleh kamera Muhammad Ali Maligana (kanan bawah)

Keterangan foto: (atas) Foto rumah Muhammad Amin Maligana (19/11/15). (bawah) aliran Wai Ruhu di hilir di Desa Hative Kecil, Kecamatan Sirimau, kota Ambon (19/11/15).

Page 14: Laporan Foto Pengelolaan Banjir Ambon Nov 2015

26 27

REKAMAN BANJIR AMBON

Tahun DeskripsiJuni 2007 Banjir menggenangi ratusan rumah di kec Teluk

Ambon dan SirimauJuni 2008 Banjir mencapai 1,5 meter melanda sejumlah kawasan

pemukiman di Kota AmbonJuli 2008 Banjir bandang,korban meninggal,pusat kota

terendam 2 meterAgustus 2008September 2008 Banjir melanda kecamatan Nusaniwe dan kecamatan

SirimauJuli 2012 Banjir melanda Kota Ambon, mengakibatkab 244

rumah rusak berat, 256 rusak sedang dan 1.593 rusak ringan. Ketinggian air bervariasi antara 1,5 hingga 5 meter di berbagai titik di Kota Ambon.

Juli 2013 Banjir dan tanah longsor di Kota Ambon. Data kerusakan; 218 rusak berat, 81 rusak sedang, 352 rusak ringan, 9 orang meninggal, 214 luka-luka. 1.634 KK atau 7.212 mengungsi. Ketinggian air bervariasi antara 1,5 hingga 5 meter di berbagai titik di Kota Ambon.

Sumber: Diolah dari Mulya.H, Mananoma, T., Wardoyo, W., 2009, Mengubah Bencana Menjadi Berkah, PLT Hathi XXVI, Banjarmasin dan Dokumen Kriteria Kesiapan Kegiatan Flood Management in Selected River Basins Kementerian Pekerjaan Umum Direktorat Jenderak Sumber Daya Air, Direktorat Sungai dan Pantai, 2014, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Ambon Tahun 2011-2016

Kondisi DeskripsiKondisi morfologi dan geologi • Luas DAS Kecil

• Daya dukung sungai tidak efektif menampung kelebihan air pada saat banjir

• Kemiringan topografi yang tinggi• batuan breksi (jenis yang mudah lepas atau hancur)

Kondisi cuaca • Kondisi Cuaca ekstrem dan intensitas curah hujan tinggi• Setiap musim hujan selalu terjadi banjir karena juga adanya pasang surut

Kondisi sosial dan lingkungan • Perubahan tata guna lahan di Kota Ambon, misalnya daerah resapan menjadi daerah permukiman dan perkebunan.

• Kawasan lindung di Kota Ambon masih tumpang tindih dengan tanah hak ulayat masyarakat

• Implementasi peraturan daerah belum maksimal;• Tata batas hutan tidak akurat;• Terdapat banyak daerah kritis dengan resiko bencana alam tinggi• Permukiman berada di bantaran sungai, bahkan berada di jalur lintasan

air• Pencemaran dan pembuangan sampah ke badan air/sungai antara lain

terjadi di badan air/sungai Way Batu Gantung, Batu Gajah, Tomu, Batu Merah, dan Way Ruh

• Tingginya pencemaran pada perairan Teluk Ambon Dalam• Tingginya sedimentasi• Keterbatasan lahan untuk relokasi masyarakat ke tempat yang lebih

aman dari bencana• Belum efektif fungsi pengawasan pemerintah dan kelembagaan desa

Sumber: diolah dari Dokumen Kriteria Kesiapan Kegiatan Flood Management in Selected River Basins Kementerian Pekerjaan Umum Direktorat Jenderak Sumber Daya Air, Direktorat Sungai dan Pantai, 2014, Pola WS Ambon-Seram 2012, kunjungan lapangan dan hasil wawancara, Nov 2015

Pasal 5

(1) Sungai terdiri atas:a.palung sungai; danb. sempadan sungai.

Pasal 8

(1) Sempadan sungai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) huruf b meliputi ruang di kiri dan kanan palung sungai di antara garis sempadan dan tepi palung sungai untuk sungai tidak bertanggul, atau di antara garis sempadan dan tepi luar kaki tang-gul untuk sungai bertanggul.

(2) Garis sempadan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditentukan pada:a. sungai tidak bertanggul di dalam kawasan perkotaan;b. sungai tidak bertanggul di luar kawasan perkotaan;c.sungai bertanggul di dalam kawasan perkotaan;d.sungai bertanggul di luar kawasan perkotaan;e.sungai yang terpengaruh pasang air laut; f.danau paparan banjir; dang. mata air.

Pasal 9

Garis sempadan pada sungai tidak bertanggul di dalam ka-wasan perkotaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2) huruf a ditentukan:

a.paling sedikit berjarak 10 m (sepuluh meter) dari tepi kiri dan kanan palung sungai sepanjang alur sungai, dalam hal kedalaman sungai kurang dari atau sama dengan 3 m (tiga meter);b. paling sedikit berjarak 15 m (lima belas meter) dari tepi kiri dan kanan palung sungai sepanjang alur sungai dalam hal kedalaman sungai lebih dari 3 m (tiga meter) sampai dengan 20 m (dua puluh meter); danc. paling sedikit berjarak 30 m (tiga puluh meter) dari tepi kiri dan kanan palung sungai sepanjang alur sungai, dalam hal kedalaman sungai lebih dari 20 m (dua puluh meter)

Pasal 11

Garis sempadan sungai bertanggul di dalam kawasan perkotaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2) huruf c ditentukan paling sedikit berjarak 3 m (tiga meter) dari tepi luar kaki tanggul sepanjang alur sungai.

Peraturan Pemerintah republik IndonesiaNomor 28 Tahun 2011 tentang Sungai

Page 15: Laporan Foto Pengelolaan Banjir Ambon Nov 2015

28 29

Keterangan foto: Lokasi restorasi Wai Lela di Desa Rumah Tiga, Kecamatan Teluk Ambon, Kota Ambon (19/11/15) di belakang Kantor BWS Maluku

BICARA SOLUSI BANJIR

Dari Respon Hingga Pengelolaan Banjir Terpadu

Page 16: Laporan Foto Pengelolaan Banjir Ambon Nov 2015

30 31

Ada banyak konsep dalam pengelolaan banjir terpadu. Idealnya pengelolaan banjir terpadu dilakukan secara komprehensif, lintas sektoral dan melibatkan para pemangku kepentingan terkait. Selain itu juga diikuti

oleh pembangunan struktural dan non-struktural, terbagi atas jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang.

Ketika banjir besar terjadi di Ambon pada bulan Juli 2012, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Ambon yang dibentuk pada tanggal 24 September 2011 baru berusia kurang dari satu tahun. “Kami ini ibarat bayi baru lahir yang dipaksa berlari” kata Eva M.F.Tuhumury, Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD (19/11/15). Dengan lima staf yang ada, BPBD yang baru seumur jagung saat itu gigih mencari berbagai referensi upaya penanggulangan dan pencegahan untuk perencanaan di masa depan. Semua dilakukan dalam waktu bersamaan, dengan tetap fokus pada penanganan bencana yang terjadi.

“Ketika ada bencana, otomatis komando ada pada kami, meskipun pada pelaksanaannya, pemerintah kota yang akan menunjuk komando pelaksananya, misalnya Kodim atau tetap pada kami” kata Eva menjelaskan.

Ketika Walikota Ambon mengeluarkan pernyataan tanggap darurat, segera dibentuk tim yang terdiri dari lintas sektor, antara lain PMI, TNI, Polisi, Dinas PU, Dinkes, Dinas Perhubungan, Dinas Sosial, Dinas Kebersihan dan Tagana.

Pada tahun 2012, komandonya ada di BPBD dan pada tahun 2013, komandonya ada di Dandim. Selain bantuan logistik dan pembersihan, ada beberapa titik lokasi pengungsian di Kota Ambon, salah satunya di gedung PLN Batu Gajah.

BPBD memiliki tiga fungsi yaitu sebagai koordinator

atau melakukan fungsi koor-dinasi, komando dan

pelaksana.

Keterangan foto: (atas) Peta hasil KKN Mahasiswa UGM untuk pemetaan lokasi rawan bencana dan jalur evakuasi di Kelurahan Batu Merah, Kecamatan Sirimau, Kota Ambon

(19/11/15). (kiri) Lokasi restorasi Wai Lela di Desa Rumah Tiga, Kecamatan Teluk Ambon, Kota Ambon yang berada di muara Wai Lela (17/11/15).

Page 17: Laporan Foto Pengelolaan Banjir Ambon Nov 2015

32 33

Desa Tangguh Bencana

Pada tahun 2015 ini, staf BPBD sudah ada 29 orang. Meskipun masih tergolong minim, Eva mengaku kondisi saat ini jauh lebih baik daripada sebelumnya. Menghadapi potensi pengelolaan resiko bencana di masa mendatang, BPBD Kota Ambon memiliki konsep Desa Tangguh Bencana untuk dilaksanakan secara bertahap di 50 kelurahan, desa dan negeri yang ada di Kota Ambon.

Konsep Desa Tangguh Bencana adalah warga mengenali dan menyadari potensi bencana yang ada di desanya, tahu harus menyelematkan diri ke mana jika terjadi bencana, termasuk mempersiapkan jalur evakuasi dan peringatan dini bencana serta garis komandonya. Pada tahun 2015 ini, pelaksanaannya baru mulai di Desa Amahusu dan Kelurahan Batu Merah di Kota Ambon.

Eva mengaku terbantu dengan adanya kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Mahasiswa Universitas Gajah Mada, Yogyakarta di Kelurahan Batu Gajah. Di programnya, mahasiswa bersama warga membuat peta resiko bencana dan jalur evakuasi jika terjadi bencana di kelurahan tersebut.

Kelurahan Batu Gajah, termasuk salah satu kelurahan yang rawan bencana longsor dan banjir.

Sehingga pada banjir 2012 lalu, 235 KK atau 999 jiwa harus direlokasi ke tempat yang lebih aman. (Lihat: Pilihan Relokasi yang Tidak Mudah).

Menyusuri permukiman di Kelurahan Batu Gajah (19/11/15), sangat terlihat bahwa daerah ini memang rawan longsor. Permukiman warga dibangun berada di bawah tebing-tebing yang jenis batuannya mudah lepas. Pemandangan di lima sungai utama Kota Ambon nyaris serupa, sungai dipenuhi oleh sampah, terutama di bagian hilir. Namun ada satu yang berbeda.

Reni Siloy, warga RT 5 Kelurahan Batu Gajah, membersihkan sungai dengan kesadarannya sendiri. Rekannya, Benny Alfon mengatakan kerja bakti membersihkan sungai sudah dimulai sejak November tahun 2014 lalu. “Sejak Pak Tosa Sahuleka menjadi ketua RT 5, warga disini diajak bersih sungai setiap Hari Minggu setelah kebaktian gereja”, kata Benny Alfon. Hasilnya jelas terlihat. Wai Batu Gajah di ruas RT 5 tampak paling bersih dibanding dengan ruas sungai lainnya di Kelurahan Batu Gajah yang ditelusuri.

Keterangan foto: (kiri) Reni Siloy, warga RT 5 Kelurahan Batu Gajah membersihkan sungai secara teratur tanpa diminta. (atas) Tanda larangan membuang sampah di

Kelurahan Batu Gajah, Kecamatan Sirimau, Kota Ambon (19/11/15)

Page 18: Laporan Foto Pengelolaan Banjir Ambon Nov 2015

34 35

Kolaborasi Program untuk Pengelolaan Banjir Terpadu

Dalam konteks pengelolaan banjir terpadu di Kota Ambon, salah satu solusinya adalah dengan memadukan program lintas sektoral. Hal ini bisa terakomodasi dalam perencanaan pembangunan terpadu, komperehensif, melibatkan para pemangku kepentingan dan koordinasi yang kuat. Hal ini bisa dilakukan untuk lima sungai utama di Kota Ambon yang kerap banjir.

Di bagian hulu, misalnya. Sutiono, ST, MPSDA, Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Operasional dan Pemeliharaan dari Balai Wilayah Sungai Maluku, menilai bahwa daripada terbuang begitu saja, tampungan-tampungan air bisa dibangun di wilayah hulu.

“Dari penampang sungai yang ada di Kota Ambon, agak sulit untuk menampung air. Kita perlu melakukan pelebaran sisi kanan kiri sungai. Dari sisi sipil, tidak ada masalah. Secara teknis hal ini sangat bisa dilakukan. Namun yang menjadi tantangan adalah dari sisi sosial” kata Sutiono (16/11/15).

Keterangan foto: Cek dam yang dibangun oleh BWS Maluku di Desa Wai Lela, Kec. Teluk Ambon, Kota Ambon. (Bawah) Sutiono, ST, MPSDA, Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Operasional dan Pemeliharaan di Kantor BWS

Maluku (16/11/15)

“Dari sisi sipil, tidak ada masalah. Secara teknis hal ini sangat bisa dilakukan.

Namun yang menjadi tantangan adalah dari sisi sosial” Sutiono

Keterangan foto: (atas) cek dam yang sedang

dibangun oleh BWS Maluku di Hulu Wai

Ruhu di Desa Batu Merah, Kec. Sirimau,

Kota Ambon.

(Tengah) Lokasi untuk cek dam di Hulu Wai

Batu Merah, Desa Wai Hoka, Kec Sirimau, Kota

Ambon

(Bawah) Pembangunan jembatan dan talut,

Desa Batu Gajah, Kecamatan Sirimau,

kota Ambon

Page 19: Laporan Foto Pengelolaan Banjir Ambon Nov 2015

36 37

“Tidak semua lokasi cocok untuk bendungan. Studi JICA (bantuan Jepang) pada tahun 1997 merekomendasikan adanya bendungan-bendungan kecil (small dam). Di lima sungai di Kota Ambon ini dulu sudah ada rencananya untuk membangun small dam ini” kata Sutiono. Lebih lanjut Sutiono menjelaskan bahwa ketika di-survey kembali, lokasi yang dulu teridentifikasi untuk pembangunan small dam ini sudah berubah menjadi permukiman.

Menghijaukan kembali daerah-daerah tangkapan air adalah salah satu upaya pencegahan banjir. “Untuk menjaga kawasan resapan air di wilayah hulu, kami ingin ada pendekatan keanekaragaman pohon. Bukan hanya jenis kayu-kayuan saja, melainkan juga jenis pohon buah, sehingga masyarakat bisa tetap memanfaatkan hasilnya”, kata Pieter Papilaya, Seksi Tanaman Pangan dan Hortikultura, Dinas Pertanian dan Kehutanan Kota Ambon (19/11/15).

Selain itu juga Dinas Pertanian dan Kehutanan Kota Ambon berencana untuk membuat zonasi, daerah-daerah hutan penyangga, dengan prioritas dilakukan di Wai Batu Merah dan Wai Ruhu, ditambah dengan pembangunan sumur resapan dan pembuatan biopori.

Keterangan foto: (atas) Warga memanfaatkan aliran Wai Batu Gajah untuk mencuci. (bawah) Tanaman bakau yang baru ditanam di Desa Rumah Tiga, Kecamatan Teluk Ambon, Kota Ambon

Keterangan foto: Pohon Nangka yang tumbuh di sisi Wai Batu Gajah. (bawah) Pieter Papilaya, Seksi Tanaman Pangan dan Hortikultura, Dinas Pertanian dan Kehutanan Kota Ambon dan Eva M.F. TuhumuryKepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD, di Kantor BPBD Kota Ambon (19/11/15)

Page 20: Laporan Foto Pengelolaan Banjir Ambon Nov 2015

38 39

Kepala Balai Wilayah Maluku, Ir. Muhammad Marasabessy, M.Tech, ketika ditemui di lokasi proyek restorasi Wai Lela, Desa Rumah Tiga, Kecamatan Teluk Ambon, Kota Ambon (19/11/15) mengatakan mendukung penuh rencana pengelolaan banjir terpadu.

“Sesuai fungsi kami dari BWS Maluku, kami sangat mendukung rencana Pemerintah Provinsi Maluku dan Pemerintah Kota Ambon untuk penataan sungai dan membuat kota aman dari banjir” kata Muhammad. Menurut Muhammad, karena dana APBD terbatas, maka untuk pendanaan pengelolaan banjir terpadu, terutama untuk pembangunan infrastruktur akan dibantu dari dana APBN pemerintah pusat.

“Kami juga membantu dan berkolaborasi untuk mendukung tol laut, terutama untuk suplai air dan pekerjaan fisik dengan merestorasi atau mengeruk sungai agar kapal bisa masuk”, Muhammad menambahkan. Muhammad berharap, adanya reklamasi pantai di Kota Ambon dapat menjadi alternatif solusi untuk keterbatasan lahan dan menjadi pilihan lokasi bagi warga yang saat ini tinggal di bantaran sungai.

Restorasi Wai Lela diharapkan dapat menjadi kegiatan percontohan restorasi sungai lainnya di Kota Ambon. Namun Muhammad mengatakan, hal ini bukan berarti desain penataannya serta merta langsung dapat diterapkan untuk lokasi sungai-sungai utama lainnya di Kota Ambon, melainkan harus melihat situasi lapangan dan menyesuaikannya.

Koordinasi dalam memadukan program merupakan salah satu hal yang penting. Untuk itu BWS Maluku berkoordinasi dengan Pemerintah Provinsi Maluku dan Pemerintah Kota Ambon, sekaligus juga memanfaatkan forum koordinasi yaitu Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air (TKPSDA) Wilayah Sungai. Lima sungai utama di Ambon termasuk ke dalam Wilayah Sungai Ambon-Seram.

Keterangan foto: (atas) Jembatan Merah Putih yang sedang dibangun

Keterangan foto: (tengah) Restorasi Wai Lela di desa Rumah Tiga

Kec. Teluk Ambon. (Bawah) Pelatihan Prinsip-Prinsip Perencanaaan Wilayah Sungai oleh

Tim Konsultan CDTA 7849-INO di Ambon pada bulan Maret 2014

Keterangan foto: Restorasi Wai Lela di Desa Tiga, Kecamatan Teluk Ambon. (bawah) Kepala BWS Maluku , Ir. Muhammad Marasabessy, M.Tech, di lokasi proyek restorasi Wai Lela

Page 21: Laporan Foto Pengelolaan Banjir Ambon Nov 2015

40 41

Keterangan foto: Warga melintas di RT 5 Kelurahan Batu Gajah, Kecamatan Sirimau, Kota Ambon (19/11/15)

PILIHAN RELOKASI YANG TIDAK MUDAH

Page 22: Laporan Foto Pengelolaan Banjir Ambon Nov 2015

42 43

Kelurahan Batu Gajah bukan hanya rawan terkena banjir dari Wai Batu Gajah, melainkan juga rawan longsor. Kajian dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menunjukkan bahwa lokasi tersebut tidak lagi ideal sebagai tempat tinggal. Bahkan ada titik-titik yang sudah sangat kritis rawan bencana, mengharuskan para penghuninya meninggalkan lokasi tersebut.

Relokasi menjadi pilihan alternatif. Bukan pilihan yang mudah, karena relokasi selalu menimbulkan gejolak sosial. Saat itu teridentifikasi sebanyak 235 KK atau 999 jiwa yang harus direlokasi dari Kelurahan Batu Gajah. Permasalahan berikutnya: kemana warga harus dipindahkan? mengingat lahan di Kota Ambon yang begitu terbatas.

“Relokasi memang tidak mudah. Kami membutuhkan setidaknya 3 tahun untuk bolak-balik duduk bersama dengan warga, mencari dan menyediakan lahan, membuat konsep pembangunan permukiman hingga proses pembangunan dan penyelesaian”, cerita Eva M.F.Tuhumury, Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Kota Ambon (19/11/15).

Keterangan foto: Gapura masuk ke permukiman relokasi warga Kel. Batu Gajah di Negeri Halong, Kecamatan Baguala, Kota Ambon (19/11/15)

Page 23: Laporan Foto Pengelolaan Banjir Ambon Nov 2015

44 45

Kabar baik datang dari Pemerintah Negeri Halong, Kecamatan Baguala, Kota Ambon, yang bersedia memberikan lahannya secara hibah kepada Pemerintah Kota Ambon. Pemerintah Kota Ambon menyediakan tanah dan rumah untuk relokasi bagi warga, dengan perjanjian bahwa bekas tanah warga di Kelurahan Batu Gajah akan menjadi daerah resapan. Negeri Halong berjarak sekitar 15 kilometer dari Kelurahan Batu Gajah. Meskipun terletak di daerah perbukitan, lokasi baru ini lebih landai dan jauh lebih aman daripada lokasi sebelumnya.

Pembangunan oleh Masyarakat

Pembangunan rumah warga di lokasi baru di Negeri Halong dilakukan sendiri oleh warga. Dengan didampingi oleh Pemerintah Kota Ambon, warga membentuk kelompok Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM). Satu unit rumah nilainya Rp 59 juta, dengan desain dan spesifikasi bangunan dari Dinas PU.

Program pembangunan rumah ini merupakan program gabungan Kementerian Sosial, Pemerintah Provinsi Maluku, BPBD Kota Ambon dan Pemerintah Kota Ambon. Total 235 unit rumah yang dibangun oleh lima BKM yang dibentuk.

Pembangunannya selesai pada bulan September 2015 lalu. Untuk menentukan kepemilikan lokasi rumah, warga melakukan pengundian nomor rumah, agar semua orang mendapatkan kesempatan yang sama untuk mendapatkan lokasi rumah barunya.

Eva mengaku lega dengan selesainya permukiman kembali warga Kelurahan Batu Gajah ini.“Saya senang membayangkan warga bisa tidur lebih nyenyak dan lebih aman dari bencana”, kata Eva.

Relokasi warga memang bukan pilihan yang mudah karena resistensi dan gejolak sosial yang ditimbulkannya. Namun, dalam konteks untuk mengamankan warga dari potensi kehilangan nyawa dan harta benda dari bencana, pilihan tidak mudah ini menjadi pilihan terbaik yang harus diambil. Relokasi warga yang disertai oleh pendampingan dan edukasi, meski tidak mudah, biasanya akan berbuah manis pada ujungnya.

Keterangan foto: Permukiman warga Batu Gajah yang baru di Negeri Halong, Kecamatan Baguala, Kota AMbon. (bawah) Eva M.F. Tuhumury

Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD

Keterangan foto: 235 unit rumah dibangun untuk 235 KK atau 999 jiwa di Negeri Halong, Kecamatan Baguala, Kota Ambon selama tiga tahun (2012-2015) dibangun oleh kelompok-kelompok masyarakat.

Page 24: Laporan Foto Pengelolaan Banjir Ambon Nov 2015

46 47

Keterangan foto: Lokasi restorasi Wai Lela di Desa Rumah Tiga, Kecamatan Teluk Ambon, Kota Ambon (19/11/15) yang bermuara ke laut. Restorasi ini nantinya akan memungkinkan speed boat untuk transportasi

penumpang masuk dari lokasi ini ke pusat Kota Ambon.

TENTANG

PROGRAM PENGELOLAAN BANJIR TERPADU

Page 25: Laporan Foto Pengelolaan Banjir Ambon Nov 2015

48 49

Penanganan banjir memerlukan pendekatan terpadu yang menggabungkan pendekatan struktural dan non-struktural yang melibatkan dan meningkatkan kapasitas pemangku kepentingan terkait. Hal inilah yang melandasi program Flood Management in

Selected River Basin, yang pendanaannya didukung oleh Bank Pembangunan Asia (Asian Development Bank).

Program ini fokus di dua lokasi untuk penanganan banjir terpadu yaitu di DAS Ciujung, Provinsi Banten dan dua DAS di Kota Ambon, Provinsi Maluku yaitu Wai (Sungai) Batu Merah dan Wai Ruhu. Program ini bertujuan untuk mendukung pemerintah dan masyarakat untuk mengelola dan mitigasi resiko banjir yang lebih baik.

Di tingkat nasional, kegiatan proyek akan dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) sebagai Executing Agency (EA) melalui unit pelaksana (Implementing Agency): Balai Besar Wilayah Sungai Cidanau Ciujung Cidurian (BBWS C3) dan Balai Wilayah Sungai Maluku (BWS Maluku), Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian, Kementerian Pertanian dan Direktorat Jenderal Bina Pembangunan Daerah, Kementerian Dalam Negeri bersama dengan pemerintah provinsi dan kabupaten/kota di lokasi program. Program ini akan dilakukan selama 6 tahun yaitu tahun 2015-2020.

Hasil yang Diharapkan DeskripsiMeningkatnya Basis Pengetahuan Pengelolaan Banjir

• Kegiatan ini akan mendukung :• Peningkatan pengelolaan data hidro-meteorologi, • Penyusunan rencana pengelolaan resiko banjir, • Prakiraan banjir dan peringatan dini termasuk pembentukan

sistem komunikasi, • Pemetaan bahaya, kerentanan, resiko dan tanggap darurat, • Pembentukan prosedur komunikasi banjir, dan • Penguatan kelembagaan dan peningkatan kapasitas teknis.

Teradaptasinya Pengelolaan DAS, Meningkatnya Kapasitas Debit dan Menurunnya Debit Puncak.

• Melalui kegiatan ini masyarakat di daerah hulu sungai akan memperbaiki daerah tanah terdegradasi yang terpilih dengan melaksanakan agroforestri serta upaya konservasi lahan dan air lainnya.

• Kegiatan akan memberdayakan kelompok tani di WS Cidanau Cijujung Cidurian untuk mengadopsi praktek pertanian berke-lanjutan termasuk terasering dan pembuatan kolam retensi untuk mengurani erosi.

• Kegiatan juga akan melaksanakan rencana perbaikan tanah longsor untuk mengurangi sedimentasi di wilayah sungai.

• Kegiatan juga akan mendukung Balai Besar/Balai Wilayah Sun-gai untuk seleksi, menilai kelayakan, menyiapkan desain rinci, pengamanan sosial dan lingkungan, pelelangan, perencanaan O&P serta pelaksanaan konstruksi sub-proyek.

Hasil yang Diharapkan DeskripsiMeningkatnya Kapasitas Manaje-men Resiko Banjir Berbasis Mas-yarakat (Community-Based Flood Risk Management-CBFRM)

• Kegiatan CBFRM akan dilaksanakan untuk memastikan bahwa masyarakat dapat memperoleh manfaat penuh dari meningkatnya infrastruktur pengendali banjir dan meningkatnya peringatan banjir.

• Kegiatan ini akan mendukung :

1. penyusunan rencana kontingensi perencanaan tanggap darurat, prosedur operasi standar, ketentuan evakuasi

2. pembentukan CBFRM dan pengembangan kapasitas masyarakat terpapar resiko banjir dan pengelolaan resiko banjir, dan

3. partisipasi masyarakat dalam perencanaan, desain, dan implementasi kegiatan untuk rehabilitasi daerah tangkapan di hulu sungai.

Pelaksanaan Proyek Yang Efektif • Kegiatan ini akan mendukung Direktorat Jenderal Sumber Daya Air (Executing Agency) untuk melakukan pengawasan kegiatan secara keseluruhan dan memperkuat kapasitas perencanaan, pelaksanaan, dan pengelolaan unit pelaksana (Implementing Agency).

Keterangan foto: (atas) Dony Hermawan, ST, MPSDA, PPK Sungai dan Pantai I BWS

Maluku dan Neneng Nurbaiti, Konsultan ADB bertemu dan berdiskusi dengan warga

di Kota Ambon (19/11/15). (bawah kiri) Neneng Nurbaiti bersama Kepala BWS Maluku, Ir. Muhammad Marasabessy,

Program ini diharapkan dapat mencapai memiliki empat keluaran (output) sebagai berikut:

Keterangan foto: (kanan atas) Kantor BWS Maluku, Jl CHR Soplanit, Desa Rumah Tiga, Kec. Teluk

Ambon, Kota Ambon. (kanan bawah) Maket Flood Control Management di Kantor BWS Maluku

Page 26: Laporan Foto Pengelolaan Banjir Ambon Nov 2015

50 51

Lokasi PenangananProvinsi BantenDAS Ciujung

(10 Desa, 1.145 KK)

BlokangKp.BaruMalabarNagaraPanyabranganDukuhGandayasaKatulisanPanosoganPanyabrangan

1. Konstruksi 11 km tanggul di hilir Bendung Pamarayan,2. Penggalian palung sungai untuk mengembalikan kapasitas aliran

Q25, dan memperkuat dan meninggikan tanggul kiri dan kanan untuk menampung debit banjir Q25 sepanjang 25 km dari sebelah hilir jalan tol ke arah muara, perbaikan drainase kolektor, perkuatan tanggul untuk menahan limpasan banjir dan bangunan pintu.

3. Konstruksi 8 check dam pengendali sedimen untuk mengurangi puncak banjir.

4. Perbaikan muara sungai dengan pengerukan untuk meningkatkan kapasitas pengaliran air langsung ke laut.

Kegiatan non-struktural yang meliputi :• Perbaikan pengelolaan data hidro-meteorologi;• Pemetaan, bahaya, kerentanan, resiko dan tanggap darurat;• Penyusunan rencana pengelolaan resiko banjir;• Pembuatan sistem peramalan banjir dan peringatan dini termasuk sistem

komunikasi.• Agroforestri di daerah tangkapan hujan hulu (4.500 ha) di DAS Ciujung;• Praktik pertanian berkelanjutan di daerah tengah DAS Ciujung;• Praktik irigasi efisien dan konservasi air di daerah hulu dan hilir DAS

Ciujung.

Provinsi Maluku

Sungai Batu Merah(4 Kelurahan, 577 KK)

Kelurahan:1. Amantelu2. Batu Merah3. Rijali4. Waihoka

1. Review DED perbaikan tanggul banjir dan normalisasi sungai2. Perbaikan sistem tanggul banjir dan pekerjaan normalisasi3. Pengembangan sempadan sungai (2,5 km)4. Konstruksi kolam retensi di bagian hulu sungai5. Konstruksi 4 bangunan check dam6. Peningkatan parapet dan tanggul lama di daerah hulu

Wai Ruhu

(2 Desa, 201 KK)

1. Desa Hative Kecil2. Desa Galala

• Review DED peningkatan tanggul banjir dan normalisasi sungai• Peningkatan sistem tanggul banjir dan pekerjaan normalisasi• Pengembangan sempadan sungai (1,6 km)

Untuk kegiatan non-struktural di kedua lokasi meliputi:• Perbaikan pengelolaan data hidro-meteorologi;• Pemetaan, bahaya, kerentanan, resiko dan tanggap darurat;• Penyusunan rencana pengelolaan resiko banjir;• Pembuatan sistem peramalan banjir dan peringatan dini termasuk sistem komunikasi.

Diolah dari Dokumen Kriteria Kesiapan Kegiatan (Readiness Criteria) Flood Management in Selected River Basin, 2014

Keterangan foto: Aliran Wai Batu Merah yang dipenuhi limbah domestik di Kelurahan Batu Merah, Kecamatan Sirimau, Kota Ambon (18/11/15)

Flood Management in Selected River Basin

Page 27: Laporan Foto Pengelolaan Banjir Ambon Nov 2015

52 53Keterangan foto: Hilir Wai Ruhu di Desa Galala, Kecamatan Sirimau, Kota Ambon (18/11/15)

5 SUNGAI DI AMBONDALAM GAMBAR• WAI BATU MERAH

• WAI BATU GAJAH

• WAI BATU GANTUNG

• WAI TOMU

• WAI RUHU

NO Nama Sungai Panjang Sungai (km)

Luas DAS km2

1 Wai Batu Merah 6,8 7,22 Wai Batu Gajah 6,6 6,63 Wai Batu Gantung 5,6 7,44 Wai Tomu 6,1 5,55 Wai Ruhu 11,8 17,2

Sumber: BWS Maluku

Page 28: Laporan Foto Pengelolaan Banjir Ambon Nov 2015

54 55

Keterangan foto:

(Atas) hulu Wai Batu Merah di Desa Wai Hoka, Kecamatan Sirimau, Kota Ambon (18/11/15).

(Kiri) Meskipun di musim kemarau, aliran Wai Batu Merah kecil, namun warga masih bisa memanfaatkannya untuk mencuci. Desa Wai Hoka, Kecamatan Sirimau, Kota Ambon (18/11/15).

Keterangan foto:

(Kanan atas) cek dam di hulu Wai Batu Merah dan

(kanan bawah) penanda muka air banjir (MAB) di hulu Wai Batu

Merah, Desa Wai Hoka, Kecamatan Sirimau, Kota Ambon, Rabu (18/11).

HULUWAI BATU MERAH

Page 29: Laporan Foto Pengelolaan Banjir Ambon Nov 2015

56 57

“Tempat ini sangat nyaman. Kemana-mana dekat, ke pasar dekat, ke kota dekat, air bersih banyak dan

mudah didapat”

Haji Aminah Kaimudin (65 tahun)

Keterangan foto:

Kelurahan Batu Merah, Kecamatan Sirimau, Kota Ambon (18/11/15)

(Atas) Mata air yang mengalir ke Wai Batu Merah digunakan warga untuk mandi dan cuci. Anak-anak memanfaatkannya untuk berenang. Menjelang maghrib di lokasi ini ditemukan belut/sidat/morea.

Keterangan foto: (kanan atas) permukiman warga di aliran Wai Batu Merah nyaris tidak meninggalkan

ruang untuk sempadan sungai. Mengingat di lokasi ini terjadi banjir bandang, keberadaan permukiman di

sisi sungai ini menjadi rawan.

(Kanan bawah) Lokasi Kelurahan Batu Merah diapit dua bukit yang rawan longsor. Namun ketika banjir,

warga menyelamatkan diri ke atas bukit ini.

WAI BATU MERAH TENGAH

Page 30: Laporan Foto Pengelolaan Banjir Ambon Nov 2015

58 59

Keterangan foto: Hilir Wai Batu Merah di Kelurahan Rijali, Kecamatan Sirimau, Kota Ambon (18/11/15).

Lokasi ini berdekatan dengan pasar di Kota Ambon. Pedagang di pasar menempati bangunan semi permanen yang dibangun di atas sungai Wai Batu Merah. Limbah dari pasar pun ikut masuk ke sungai dan terbawa hingga ke muaranya di Teluk Ambon (foto atas, kanan atas dan kanan bawah).

(Kanan tengah) penanda jalur evakuasi di pasar di muara Wai Batu Merah

WAI BATU MERAH

HILIR

Page 31: Laporan Foto Pengelolaan Banjir Ambon Nov 2015

60 61

Keterangan foto: Hulu Wai Batu Gajah di Kelurahan Batu Gajah, Kecamatan

Sirimau, Kota Ambon (19/11/15).

(Atas dan kanan atas, kanan bawah) Batu-batu besar mendominasi aliran

Batu Gajah di daerah hulunya. Daerah ini rawan longsor, selain juga kerap

dilanda banjir bandang, seperti pada tahun 2012 dan 2013 lalu. Akibat banjir

dan longsor, pada tahun 2012, sebanyak 235 KK atau 999 jiwa direlokasi ke

Negeri Halong, Kec.Baguala, sekitar 15km dari Kelurahan Batu Gajah.

HULUWAI BATU GAJAH

Keterangan foto:(Kanan) Wulan Yuliana, kelas 4 SD.

Setiap hari ia membantu orang tuanya dengan pekerjaan rumah tangga. Mencuci

peralatan makan dilakukan Wulan di aliran Wai Batu Gajah.

Page 32: Laporan Foto Pengelolaan Banjir Ambon Nov 2015

62 63

Keterangan foto: Hulu Wai Batu Gajah di Kelurahan Batu Gajah, Kecamatan Sirimau, Kota Ambon (19/11/15).

(Atas) Yoke Van Harli senang mencuci baju di mata air di aliran Wai Batu Gajah. Airnya jernih dan menyegarkan. Menurut Yoke, Belut/sidat/morea kerap kali muncul dari

bawah batu menjelang hari gelap.

WAI BATU GAJAH

Keterangan foto:(kiri) Benny Alfon, warga RT 5, rutin gotong royong membersihkan sungai sejak November 2014 lalu. Kegiatan bersih sungai ini dilakukan warga RT 5 setelah kebaktian gereja setiap hari minggu.

HULU

Page 33: Laporan Foto Pengelolaan Banjir Ambon Nov 2015

64 65

Keterangan foto: Bagian tengah Wai Batu Gajah di Kelurahan Batu Gajah, Kecamatan Sirimau, Kota Ambon (19/11/15). (atas) Pos hidrologi milik BWS Maluku di bagian tengah aliran Wai Batu Gajah. Peta identifikasi lokasi rawan longsor dan jalur evakuasi, hasil KKN Mahasiswa UGM, Yogyakarta

Keterangan foto: (atas) pekerjaan pembangunan talud dan jembatan di

bagian tengah aliran Wai Batu Gajah.

(Kiri dan kanan atas) sampah merupakan hal yang mudah terlihat nyaris di seluruh

aliran sungai-sungai utama di Kota Ambon, tak terkecuali di Wai Batu Gajah.

TENGAHWAI BATU GAJAH

Page 34: Laporan Foto Pengelolaan Banjir Ambon Nov 2015

66 67

Keterangan foto:(Kanan atas) Azwar Ahmad Ambon

sesaat sebelum memasuki gorong-gorong untuk menuju ke muara Wai

Batu Gajah. Jalur ini merupakan jalur pintas pekerja pelabuhan yang tinggal

di kampung dekat pelabuhan.

(Kanan bawah) Permukiman dan sampah di aliran hilir Wai Batu Gajah

Keterangan foto: Arul (kiri) dan Latono (kanan) meskipun bukan asli kelahiran Ambon merasa Ambon adalah kampung halamannya, karena sudah 40 tahun hidup di kota ini. Menurut keduanya, di kampungnya sudah ada petugas sampah yang mengumpulkan sampah dengan gerobak dengan iuran warga Rp 10 ribu per bulan. Namun lebih banyak warga yang buang sampah ke sungai.

Keterangan foto: Hilir dan muara Wai Batu Gajah di Kampung Silale, Kec Nusaniwe, Kota Ambon, (18/11).

WAI BATU GAJAH

HILIR

Page 35: Laporan Foto Pengelolaan Banjir Ambon Nov 2015

68 69

Keterangan foto: Hulu Wai Batu Gantung, Kelurahan Kudamati, Kecamatan Nusaniwe (18/11/15).

(Atas dan kanan)

Hulu Wai Batu Gantung alirannya dipenuhi batu-batuan besar. Di musim kemarau, alirannya sangat kecil dan di beberapa bagian tampak kering. Namun, di musim hujan, daerah ini termasuk salah satu yang langganan banjir bandang.

Keterangan foto: (Kanan atas) gua yang berada di hulu Wai Batu Gantung ini disebut-sebut sebagai lokasi pertahanan tentara Jepang dan penyimpanan senjata.

(Kanan tengah) Yosef Leisina, 80 tahun, menempati rumah yang berbatasan dengan hutan ini sejak tahun 1984. Yosef adalah mantan pejuang kemerdekaan yang ikut beberapa peristiwa sejarah penting Indonesia sebelum dan sesudah kemerdekaan, sebelum akhirnya memutuskan pensiun pada akhir tahun 1980 dan tinggal di tepi Wai Batu Gantung.

(Kanan bawah) Icha dan keluarga menggunakan air pam untuk minum dengan membayar Rp 83 ribu/bulan. Meskipun kadang-kadang ikut mencuci baju dengan menggunakan aliran dari Wai Batu Gantung.

HULUWAI BATU GANTUNG

Page 36: Laporan Foto Pengelolaan Banjir Ambon Nov 2015

70 71

Keterangan foto: bagian tengah aliran Wai Batu Gantung di Kelurahan Kudamati, Kecamatan

Nusaniwe (18/11/15).

Di bagian tengah dan hilir Wai Batu Gantung dipadati oleh permukiman penduduk yang dibangun di bantaran sungai. Permasalah utama di daerah ini adalah sampah rumah tangga yang dibuang warga

langsung ke sungai.

WAI BATU GANTUNG

TENGAH

Page 37: Laporan Foto Pengelolaan Banjir Ambon Nov 2015

72 73

Keterangan foto: Aliran Wai Batu Gantung di hilir dan muara yang berada di Kelurahan Waihaong, Kecamatan Nusaniwe, Kota Ambon (18/11/15)

WAI BATU GANTUNG

HILIR

Page 38: Laporan Foto Pengelolaan Banjir Ambon Nov 2015

74 75

Keterangan foto: hulu Wai Tomu di Kelurahan Batu Meja, Kecamatan

Sirimau, Kota Ambon (19/11/15). Daerah hulu ini juga dikenal dengan nama “Kaki

Setan”.

Pembangunan sabo dam untuk menampung sedimen di hulu Wai Tomu.

Yopi Reuty, pengawas pelerjaan pembangunan

sabo dam, mengatakan pembangunan dimulai pada bulan Juni 2015, dan

diharapkan selesai pada bulan Desember 2015 ini

WAI TOMU

HULU

Page 39: Laporan Foto Pengelolaan Banjir Ambon Nov 2015

76 77

Keterangan foto: bagian tengah aliran Wai Tomu

di Jalan Skip Bawah, Kecamatan Sirimau, Kota

Ambon (17/11/15)

(Kanan tengah dan kanan bawah) Tempat sampah

di sisi Wai Tomu di bagian tengah yang dipadati oleh

permukiman warga.Bangunan bukan saja

berada di sisi bantaran sungai, melainkan tanpa

sadar warga membangun rumahnya di atas

aliran sungai. Hal ini membahayakan, terutama

jika banjir datang.

WAI TOMU

TENGAH

Page 40: Laporan Foto Pengelolaan Banjir Ambon Nov 2015

78 79

Keterangan foto: Hilir dan muara Wai Tomu yang berada di dekat Kantor Dinas Pekejaan Umum Kota Ambon, Kecamatan Sirimau, Kota Ambon (18/11/15).

WAI TOMU

HILIR

Page 41: Laporan Foto Pengelolaan Banjir Ambon Nov 2015

80 81

Hulu Wai Ruhu, Desa Batu Merah, Kecamatan Sirimau, Kota Ambon (18/11/15)

Keterangan foto: Pembangunan cek dam oleh BWS Maluku di hulu Wai Ruhu ini

bertujuan untuk mengurangi sedimen dan untuk menampung air.

Menurut Fahruni, pengawas lapangan (foto kanan), pembangunan diharapkan

selesai pada Desember 2015 ini

WAI RUHU

HULU

Page 42: Laporan Foto Pengelolaan Banjir Ambon Nov 2015

82 83

Desa Hative Kecil, Kecamatan Sirimau, Kota Ambon (19/11/15)

Keterangan foto: (atas) Melianus Yadera dan keluarganya mengungsi hingga sebulan

bersama 8 orang anggota keluarganya ketika banjir besar terjadi di Wai Ruhu dan Kota Ambon secara umum pada Juli 2013.

(Kanan) Rumah ini terletak persis di

samping tanggul setinggi 1,5 meter di Wai Ruhu. Warga sering memanfaatkannya

untuk berjalan menyingkat waktu ke rumah tetangga atau memberi makan ternak di

kandang yang terletak di samping rumah (kanan atas).

WAI RUHU

TENGAH

Page 43: Laporan Foto Pengelolaan Banjir Ambon Nov 2015

84 85

Keterangan foto: (kiri) hilir Wai Ruhu di Desa Hative Kecil, Kecamatan Sirimau, Kota Ambon (18/11/15).

(Kiri bawah dan tengah) Muara Wai Ruhu berada di bawah lokasi pembangunan Jembatan Merah Putih (18/11/15).

(Kanan bawah) Sisi Wai Ruhu di Desa Galala, Kecamatan Sirimau, Kota Ambon (18/11/15) .

WAI RUHU

HILIR

Page 44: Laporan Foto Pengelolaan Banjir Ambon Nov 2015

86 87

LAMPIRANKeterangan foto: salah satu lokasi wisata untuk berinteraksi dengan sidat/belut/morea di Desa Larike, Kecamatan Leihitu Barat, Kabupaten Maluku Tengah.

Page 45: Laporan Foto Pengelolaan Banjir Ambon Nov 2015

88 89

WS Ambon Seram terdiri dari 3 kabupaten dan satu kota, yaitu Kabupaten Seram Bagian Barat, Kabupaten Maluku Tengah, Kabupaten Seram Bagian Timur dan Kota Ambon.

Wilayah Sungai Ambon-Seram terdiri dari 166 DAS dengan luas total 19.207,78 km2, DAS terbesar adalah DAS Arya Yefre (Kab. Seram Bagian Timur) dengan luas 1189,38 km2 dan DAS terkecil adalah DAS Teja (Kab. Seram Bagian Timur) dengan luas 2,94 km2

No Kabupaten / Kota Nama Ibu Kota

1 Kab. Maluku Tengah Masohi2 Kota Ambon Ambon3 Kab. Seram Barat Piru4 Kab. Seram Timur Bula

Sumber : Biro Pusat Statistik, Maluku Dalam Angka 2011 No Nama DAS Luas

(Km2)No Nama DAS Luas

(Km2)No Nama DAS Luas

(Km2)26 DAS Salas 109,42 82 DAS Mang 43,39 138 DAS Sawai 148,3027 DAS Nil 96,81 83 DAS Upah 116,81 139 DAS Tita 139,0128 DAS Meer 88,08 84 DAS Ise 43,91 140 DAS Talahareta 534,1729 DAS Dewang 41,41 85 DAS Pik 40,63 141 DAS Saparau 163,7230 DAS Wana 90,86 86 DAS Kaka 40,90 142 DAS Haruku 176,2431 DAS Laaf 84,85 87 DAS Plain 42,72 143 DAS Tulehu 137,0732 DAS Kilaning 64,26 88 DAS Ngalong 30,35 144 DAS Passo 46,6033 DAS Timati 24,37 89 DAS Lahatan 890,96 145 DAS Hutumury 80,9034 DAS Arya Yefre 1189,38 90 DAS Naku Pia 396,97 146 DAS Batu Merah 70,2035 DAS Alkayatir 62,62 91 DAS Uisi 65,00 147 DAS Way Lela 110,9236 DAS Hatelul 44,22 92 DAS Haruru 28,30 148 DAS Way Sikula 42,9837 DAS Kai 10,51 93 DAS Wawaka 49,03 149 DAS Air Manis 35,5238 DAS Utu 7,02 94 DAS Mata 335,51 150 DAS Larike 93,8239 DAS Selang 43,09 95 DAS Melita 167,83 151 DAS Ureng 62,4740 DAS Kian 36,50 96 DAS Oma 50,34 152 DAS Negeri Lima 47,9341 DAS Keta 50,10 97 DAS Aribasae 8,60 153 DAS Hila 29,5742 DAS Kwaos 74,94 98 DAS Narikery 37,66 154 DAS Hitu Mesing 13,7543 DAS Gegan 24,78 99 DAS Tala 677,37 155 DAS Hulane 118,0844 DAS Urung 25,84 DAS Ate 37,84 156 DAS Kelang 145,9445 DAS Sekal 82,74 101 DAS Ama 55,54 157 DAS Boano 134,0246 DAS Mongasinis 34,71 102 DAS Iya 34,34 158 DAS Gorong 10,4947 DAS Batu Lamin 92,60 103 DAS Sima 33,81 159 DAS Manawoka 134,0548 DAS Eron 80,35 104 DAS Lahena 19,60 160 DAS Kasiu 34,9249 DAS Daut 78,11 105 DAS Hetu 34,97 161 DAS Watubela 30,6850 DAS Yom 88,86 106 DAS Hunta 36,62 162 DAS Banda 49,1151 DAS Mala 36,38 107 DAS Isarway 18,64 163 Das Lusipara 31,9352 DAS Noil 36,82 108 DAS Ira 62,95 164 DAS Teun 16,4553 DAS Kabah 85,03 109 DAS Sopalara-

mu41,02 165 DAS Nila 17,91

54 DAS Oson 45,26 110 DAS Ruapa 201,03 166 DAS Serua 9,5155 DAS Kudal 56,51 111 DAS Nala 124,95 56 DAS Togo 16,56 112 DAS Samu 76,37

No Nama DAS Luas (Km2)

No Nama DAS Luas (Km2)

No Nama DAS Luas (Km2)

1 DAS Kuwa 268,48 57 DAS Batuasa 29,87 113 DAS Eti 276,442 DAS Hoti 34,34 58 DAS Mol 25,47 114 DAS Masikayang 394,493 DAS Toluarang 236,82 59 DAS Ngawen 23,44 115 DAS Tanahgoang 28,274 DAS Abas 151,99 60 DAS Hatumen 83,46 116 DAS Laala 54,755 DAS Tolouaran 601,37 61 DAS Bobot 959,31 117 DAS Luhu 63,446 DAS Sariputih 155,60 62 DAS Noa 61,05 118 DAS Hila 189,087 DAS Samal 366,05 63 DAS Waulu 157,72 119 DAS Hatualang 88,308 DAS Kobisadar 285,26 64 DAS Nitue 58,62 120 DAS Kewa 320,329 DAS Kobi 26,10 65 DAS Laul Su-

anggi31,75 121 DAS Hinoa 253,90

10 DAS Lofin 102,76 66 DAS Hehut-awai

140,03 122 DAS Lasahata 45,22

11 DAS Boti 254,74 67 DAS Naimno 103,64 123 DAS Punaraja 395,3712 DAS Namto 218,97 68 DAS Mika 24,90 124 DAS Talitapu 193,4313 DAS Sanam 68,35 69 DAS Eilm 36,02 125 DAS Sapalewa 31,6314 DAS Matakabo 268,50 70 DAS Makariki 128,23 126 DAS Oeli 22,1715 DAS Mororuwain 7,40 71 DAS Kawa 419,02 127 DAS Hanati 103,6316 DAS Wola 10,31 72 DAS Tehoro 63,27 128 DAS Wanoi 62,8517 DAS Balangsai 327,26 73 DAS Antar 26,40 129 DAS Makina 157,2918 DAS Teja 2,94 74 DAS Wawalaia 20,15 130 DAS Hawoe 72,2919 DAS Bubi 114,10 75 DAS Wawaia 14,07 131 DAS Tepu 32,8720 DAS Fufa 148,90 76 DAS Winawa 41,25 132 DAS Wakutega 18,1421 DAS Inglasi 90,88 77 DAS Padaya 29,85 133 DAS Kuhu 50,2922 DAS Lola Besar 15,62 78 DAS Meta 30,07 134 DAS Moya 84,9623 DAS Bila Besar 77,34 79 DAS Tun 24,70 135 DAS Nyaka 63,5724 DAS Soat 19,20 80 DAS Riena 40,33 136 DAS Yayane 71,7425 DAS Bilifar 124,03 81 DAS Lata 42,59 137 DAS Kara 127,61

Sumber: Kepres No. 12 Tahun 2012 Tentang Wilayah Sungai

DI WILAYAH SUNGAIDAS AMBON - SERAM

Page 46: Laporan Foto Pengelolaan Banjir Ambon Nov 2015

90 91

Page 47: Laporan Foto Pengelolaan Banjir Ambon Nov 2015

92 93

Page 48: Laporan Foto Pengelolaan Banjir Ambon Nov 2015

94 95

Dalam Bidang Lingkungan pada Dokumen RPJMD 2011-2016

STRATEGI PEMBANGUNAN KOTA AMBON

Strategi ini ditujukan untuk membenahi ruang dan lingkungan kota berdasarkan peruntukan sesuai fungsi konservasi dan fungsi budidaya.

Fungsi konservasi diarahkan pada pembenahan kawasan lindung dan konservasi hutan bakau, penataan daerah aliran sungai (DAS), membangun kota berwawasan lingkungan dengan memperluas ruang terbuka hijau, membangun hutan kota dan menghijaukan lahan kritis, pengendalian pencemaran dan pengrusakan lingkungan hidup di darat dan di laut, dan pengendalian serta pembenahan persampahan dan erosi serta sedimentasi;

Fungsi budidaya diarahkan untuk peningkatan ketahanan pangan dan pengembangan sentra produksi tanaman semusim, tanaman perkebunan pola agroforestry, produksi ternak kecil dan unggas, peningkatan produksi perikanan tangkap dan budidaya perikanan dan rumput laut; Strategi ini juga diarahkan untuk memberdayakan masyarakat dengan meningkatkan kualitas dan kapasistas masyarakat melalui pendidikan dan pelatihan di “Community college” dalam bidang pertanian, peternakan dan perikanan serta keterampilan usaha lainnya

Sumber: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Ambon Tahun 2011-2016http://ambon.go.id/data/RPJMD/RPJMD%202011-2016.pdf

Menata dan meningkatkan lingkungan lestari berbasis partisipatif dan kolaboratif

Tahap pembangunan 2015 merupakan tahapan untuk mengembangkan industri pengolahan hasil pertanian, perkebunan, peternakan dan perikanan di Kota Ambon.

Tahap pembangunan ini mengutamakan pengembangan industri pengolahan hasil perikanan, pertanian, perkebunan dan pengembangan agropolitan.

Tahap pembangunan 2015 terutama diarahkan untuk mendukung tercapainya hal-hal berikut:

1. Meningkatkan penyediaan infrastruktur strategis.2. Memantapkan pengembangan sumber daya manusia.3. Menajamkan program dan kegiatan pembangunan desa untuk mempercepat penanggulangan kemiskinan dan

perluasan lapangan kerja di perdesaan.4. Meningkatkan produksi, produktivitas dan nilai tambah sektor pertanian, perkebunan, serta perikanan

menuju agroindustri pertanian.5. Mengembangkan industri pengolahan berbasis sumber daya lokal dengan membangun kerjasama dan

kemitraan.6. Memperluas kajian hasil kajian pusat-pusat inovasi dan pengembangan daerah dalam menghasilkan

keunggulan daerah dari sektor pertanian, perkebunan, peternakan dan perikanan

Sumber: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Ambon Tahun 2011-2016http://ambon.go.id/data/RPJMD/RPJMD%202011-2016.pdf

Kebijakan Umum dan Program Pembangunan DaerahKebijakan umum untuk mendukung pencapaian Misi Kelima ”Menata dan meningkatkan lingkungan lestari berbasis partisipatif dan kolaboratif”, adalah:

1. Penataan daerah aliran sungai (DAS).2. Peningkatan kebersihan dan keindahan lingkungan hidup.3. Pelaksanaan pembangunan yang berwawasan lingkungan.4. Pemanfaatan sumber daya alam secara efektif dan efisien serta ramah lingkungan

Sumber: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Ambon Tahun 2011-2016http://ambon.go.id/data/RPJMD/RPJMD%202011-2016.pdf

Strategi Arah Kebijakan Program Prioritas SKPD Pelaksana

Membangun sistempengelolaansumberdaya alamsecaraberkelanjutan

• Pengembangan sistem

informasi sumberdaya

alam dan lingkungan

hidup secara terpadu

• Penguatan

kelembagaan

• Peningkatan

partisipasi masyarakat

dalam pengelolaan

sumber daya alam dan

lingkungan hidup

• Program perlindungan dan

konservasi sumber daya

alam

• Program penataan kawasan

rawan bencana

• Program penataan ruang

terbuka hijau

• Program penataan kawasan

wisata

• Program penataan kawasan

Water Front City

• Program pengendalian

pencemaran dan perusakan

lingkungan hidup

• Program peningkatan

kualitas dan akses informasi

sumber daya alam dan

lingkungan hidup

• Program peningkatan

pengendalian polusi

• Program penataan sistem

sanitasi Kota Ambon

• pengembangan pemukiman

dan lingkungan kumuh

• Dinas PU

• Dinas TataKota

• Dinas Kebersihan

• Kantor Lingkungan

Hidup

Sumber: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Ambon Tahun 2011-2016http://ambon.go.id/data/RPJMD/RPJMD%202011-2016.pdf

Page 49: Laporan Foto Pengelolaan Banjir Ambon Nov 2015

96 97

REFERENSI

Pemerintah Kota Ambon, 2011, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Ambon Tahun 2011-2016http://ambon.go.id/data/RPJMD/RPJMD%202011-2016.pdf

Buku Putih Sanitasi Kota Ambon, 2012https://astuti934.files.wordpress.com/2014/07/buku-putih-kota-ambon-bab-2.pdf

Dokumen Kriteria Kesiapan Kegiatan Flood Management in Selected River Basins

Kementerian Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Direktorat Sungai dan Pantai, 2014, Dokumen Kriteria Kesiapan Kegiatan Flood Management in Selected River Basins

Flood Management in Selected River Basin: Ambon, Direktorat Pengairan dan Irigasi Kementerian PPN/Bappenas, 2015

Husain Marasabessy, 2012, Pemodelan Spasial Konservasi Lingkungan Denan Pendekatan Sosial Ekonomi Masyarakat di Kota Ambonhttp://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/61411/2012hma.pdf?sequence=1&isAllowed=y

Kompas, 15 Agustus 2012, Tsunami Tertua di Nusantarahttp://sains.kompas.com/read/2012/08/15/15011394/Tsunami.Tertua.di.Nusantara

Maluku Post, 22 November 2015, Pertumbuhan PDRB Kota Ambon Meningkathttp://www.malukupost.com/2015/11/pertumbuhan-pdrb-kota-ambon-meningkat.html

Mulya.H, Mananoma, T., Wardoyo, W., 2009, Mengubah Bencana Menjadi Berkah, PLT Hathi XXVI, Banjarmasinhttp://repo.unsrat.ac.id/18/1/Mengubah_Bencana_Menjadi_Berkah_%28HATHI_Banjarmasin_2009%2C%28happy%2Ctiny%2Cwasis%29.pdf

National Geographic Indonesia, 15 November 2014, Mengapa Potensi Gempa Sulawesi Utara dan Maluku Tinggi?http://nationalgeographic.co.id/berita/2014/11/mengapa-potensi-gempa-sulawesi-utara-dan-maluku-tinggi Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Ambon-Seram, 2012

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2011 Tentang Sungai

Pemerintah Kota Ambon, Sejarah Ambonhttp://www.ambon.go.id/sejarah-ambon/#Saputra, R.H., 2011. Bangunan Pengatur Sungai dan Pengelolaan Sungai, Makalah Bangunan Sungaihttps://www.scribd.com/doc/97397608/MAKALAH-BANGUNAN-SUNGAI

Udiana, M.I., 2011, Model Perencanaan bangunan Sabo untuk Pengendalian Aliran Debris (Debris Flow), Jurnal Teknik Sipil, 1(1)http://puslit2.petra.ac.id/ejournal/index.php/jurnal-teknik-sipil/article/view/18579

Keterangan foto: Batu Layar, Desa Larike, Kec. Leihitu BaratKab. Maluku Tengah (17/11/15)

Page 50: Laporan Foto Pengelolaan Banjir Ambon Nov 2015

98 99