Laporan Fisika Dasar
-
Upload
deta-meila-putri -
Category
Documents
-
view
263 -
download
19
description
Transcript of Laporan Fisika Dasar
LAPORAN FISIKA DASAR
“ PENGUKURAN DASAR PADA BENDA PADAT “
DISUSUN OLEH :
1. ANITA PURNAMASARI 0661 12 0822. DETA MEILA PUTRI 0661 12 0763. MIA PUSPA DEWI 0661 12 080
Tanggal Praktikum
25 Oktober 2012
Asisten :
1. Rissa2. Trirakhma M.si3. Noorlela Marcheta
LABORATORIUM FISIKA
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PAKUAN
BOGOR
2012
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam kehidupan sehari-hari kita tentu pernah melakukan suatu kegiatan
pengukuran. Misalnya menghitung panjang pensil dengan penggaris. Kegiatan
tersebut merupakan kegiatan pengukuran. Pada dasarnya, pengukuran adalah
membandingkan sesuatu yang diukur dengan satuan tertentu seperti panjang
satuannya adalah m (meter) atau cm (centimeter). Untuk melakukan pengukuran
kita memerlukan alat pembanding antara sesuatu yang diukur dengan satuannya
yang disebut alat ukur. Didalam fisika, suatu pengukuran selalu dihinggapi
ketidakpastian. Berbagai macam penyebab diantaranya :
1. Adanya nilai skala terkecil (least count) yang timbul oleh keterbatasan alat
ukur.
2. Adanya ketidakpastian bersistem.
3. Adanya ketidakpastian titik nol.
4. Keterbatasan pengamat.
Demikian banyaknya hal yang harus diatur dan dikuasai sehingga
pengamat mudah sekali melakukan suatu kesalahan. Kalau dipikir sejenak
haruslah diakui bahwa demikian banyaknya sumber kesalahan tidak dapat
dihindari atau diatasi semuanya dengan sekaligus setiap saat. Kemustahilan ini
memang terbukti setiap kali kita melakukan eksperimen di laboratorium meskipun
telah menggunakan alat-alat yang memiliki tingkat ketelitian yang tinggi.
I.1. Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari dilaksanakannya praktikum pengukuran dasar pada
benda
padat ini adalah sebagai berikut :
a. Mempelajari dan menggunakan alat-alat ukur
b. Menentukan volume dan massa jenis benda padat
c. Menggunakan teori ketidakpastian
I.2. Dasar Teori
- Besaran dan Satuan
Besaran adalah segala sesuatu yang dapat diukur atau dihitung, dinyatakan
dengan angka dan mempunyai satuan. Dari pengertian ini dapat diartikan bahwa
sesuatu itu dapat dikatakan sebagai besaran harus mempunyai 3 syarat yaitu :
1. dapat diukur atau dihitung
2. dapat dinyatakan dengan angka-angka atau mempunyai nilai
3. mempunyai satuan
Bila ada satu saja dari syarat tersebut diatas tidak dipenuhi maka sesuatu itu tidak
dapat dikatakan sebagai besaran.
Besaran berdasarkan cara memperolehnya dapat dikelompokkan menjadi 2
macam yaitu :
1. Besaran Fisika yaitu besaran yang diperoleh dari pengukuran. Karena
diperoleh dari pengukuran maka harus ada alat ukurnya. Sebagai contoh
adalah massa. Massa merupakan besaran fisika karena massa dapat diukur
dengan menggunakan neraca.
2. Besaran non Fisika yaitu besaran yang diperoleh dari penghitungan.
Dalam hal ini tidak diperlukan alat ukur tetapi alat hitung sebagai misal
kalkulator. Contoh besaran non fisika adalah Jumlah.
Besaran Fisika sendiri dibagi menjadi 2
1. Besaran Pokok
Adalah besaran yang ditentukan lebih dulu berdasarkan kesepatan para
ahli fisika. Besaran pokok yang paling umum ada 7 macam yaitu Panjang
(m), Massa (kg), Waktu (s), Suhu (K), Kuat Arus Listrik (A), Intensitas
Cahaya (cd), dan Jumlah Zat (mol). Besaran pokok mempunyai ciri khusus
antara lain diperoleh dari pengukuran langsung, mempunyai satu satuan
(tidak satuan ganda), dan ditetapkan terlebih dahulu.
2. Besaran Turunan
Adalah besaran yang diturunkan dari besaran pokok. Besaran ini ada
banyak macamnya sebagai contoh gaya (N) diturunkan dari besaran pokok
massa, panjang dan waktu. Volume (meter kubik) diturunkan dari besaran
pokok panjang, dan lain-lain. Besaran turunan mempunyai ciri khusus
antara lain : diperoleh dari pengukuran langsung dan tidak langsung,
mempunyai satuan lebih dari satu dan diturunkan dari besaran pokok.
- Pengukuran Cara Statis
Pengukuran statis dilakukan pada benda beraturan, misalnya balok, kubus,
tabung/silinder, tabung, dan sebagainya, dengan cara menghitung volume dengan
rumus pada masing-masing bidang. Misalnya :
- Volume balok : p x ℓ x t
- Volume tabung/silinder : π . r2 . t
Mengukur massa jenis ( ρ )
Massa jenis (rapat massa) suatu zat adalah massa tiap satuan volume atau dapat
dirumuskan:
V=M u−M a
Dengan :
M u = Massa udara
M a = Massa air
ρ=MV
Dengan :
ρ=¿ massa jenis (Kg/m3)
M = massa zat (Kg)
V = volume zat (m3)
Jika massa dan volume dapat diketahui dengan cara menimbang zat itu
dengan timbangan atau neraca teknis sehingga besaran massa dapat diukur
langsung dengan alat ukurnya. Untuk mengukur langsung volume zat padat dapat
dilakukan dengan memasukkan zat padat itu ke dalam gelas ukur yang berisi zat
cair. Apabila zat itu tenggelam seluruhnya maka perubahan penunjukan volume
itu dari zat padat tersebut.
Tetapi untuk mengukur volume zat padat besarannya tidak selalu dapat
diukur langsung seperti itu karena terdapat zat padat yang massa jenisnya lebih
kecil dari zat cair sehingga kalau zat padat tersebut dimasukkan ke dalam zat cair
akan mengapung atau melayang ( tidak tenggelam seluruhnya).
BAB II
ALAT DAN BAHAN
Sejak jaman dahulu orang telah melakukan pengukuran, seperti mengukur
luas tanah, mengukur massa badannya, dan mengukur selang waktu antara
matahari terbit sampai tenggelam. Mengukur merupakan yaitu proses
membandingkan suatu besaran yang diukur dengan besaran tertentu yang telah
diketahui atau ditetapkan sebagai acuan. Pada pengukuran yang berbeda kita
mungkin membutuhkan alat/instrumen yang berbeda pula. Misalnya, saat
mengukur panjang jalan Anda menggunakan meteran, tetapi saat menimbang
berat badan Anda menggunakan neraca. Berikut akan Anda pelajari instrumen
pengukur panjang, massa, dan waktu.
II.1. ALAT
Alat Pengukuran yang dibutuhkan pada praktikum kali ini adalah :
a. Jangka Sorong
Jangka sorong terdiri atas dua bagian, yaitu rahang tetap dan rahang geser.
Skala panjang yang terdapat pada rahang tetap merupakan skala utama, sedangkan
skala pendek yang terdapat pada rahang geser merupakan skala nonius atau
vernier. Nama vernier diambilkan dari nama penemu jangka sorong, yaitu Pierre
Vernier, seorang ahli teknik berkebangsaan Prancis. Skala utama pada jangka
sorong memiliki skala dalam cm dan mm. Sedangkan skala nonius pada jangka
sorong memiliki panjang 9 mm dan di bagi dalam 10 skala, sehingga beda satu
skala nonius dengan satu skala pada skala utama adalah 0,1 mm atau 0,01 cm.
Jadi, skala terkecil pada jangka sorong adalah 0,1 mm atau 0,01 cm. Jangka
sorong tepat digunakan untuk mengukur diameter luar, diameter dalam,
kedalaman tabung, dan panjang benda sampai nilai 10 cm.
b. Mikrometer Sekrup
Mikrometer sekrup sering digunakan untuk mengukur tebal bendabenda
tipis dan mengukur diameter benda-benda bulat yang kecil seperti tebal kertas dan
diameter kawat. Mikrometer sekrup terdiri atas dua bagian, yaitu poros tetap dan
poros ulir. Skala panjang yang terdapat pada poros tetap merupakan skala utama,
sedangkan skala panjang yang terdapat pada poros ulir merupakan skala nonius.
Skala utama mikrometer sekrup mempunyai skala dalam mm, sedangkan skala
noniusnya terbagi dalam 50 bagian. Satu bagian pada skala nonius mempunyai
nilai 1/50 × 0,5 mm atau 0,01 mm. Jadi, mikrometer sekrup mempunyai tingkat
ketelitian paling tinggi dari kedua alat yang telah disebutkan sebelumnya, yaitu
0,01 mm.
c. Neraca Teknis
Massa benda menyatakan banyaknya zat yang terdapat dalam suatu benda.
Massa tiap benda selalu sama dimana pun benda tersebut berada. Satuan SI untuk
massa adalah kilogram (kg). Alat untuk mengukur massa disebut neraca. Ada
beberapa jenis neraca, antara lain, neraca ohauss, neraca lengan, neraca langkan,
neraca pasar, neraca tekan, neraca badan, dan neraca elektronik. Setiap neraca
memiliki spesifikasi penggunaan yang berbeda-beda. Jenis neraca yang umum ada
adalah neraca tiga lengan dan empat lengan. Pada neraca tiga lengan, lengan
paling depan memuat angka satuan dan sepersepuluhan, lengan tengah memuat
angka puluhan, dan lengan paling belakang memuat angka ratusan.
d. Neraca ohaus
Neraca Ohauss terdiri atas tiga batang skala. Batang pertama berskala ratusan
gram, batang kedua berskala puluhan gram, dan batang ketiga berskala satuan
gram. Neraca ini mempunyai ketelitian hingga 0,1 g. Benda yang akan ditimbang
diletakkan di atas
piringan. Setelah beban geser disetimbangkan dengan benda, massa benda dapat
dibaca pada skala neraca.
Fungsi Neraca Ohaus
Neraca ini berguna untuk mengukur massa benda atau logam dalam praktek
laboratorium. Kapasitas beban yang ditimbang dengan menggunakan neraca ini
adalah 311 gram. Batas ketelitian neraca Ohauss yaitu 0,1 gram.
II.2. BAHAN
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
1. Silinder Besi
2. Balok kuningan
3. Kunci
BAB III
METODE PERCOBAAN
III.1. CARA STATIS
1. Diukur panjang, lebar dan tinggi benda padat pada bagian ujung dan
tengah benda. Dibuat hasil pengukuran dalam bentuk tabel masing-masing
tersendiri.
2. Diukur tebalnya dengan mikrometer skrup juga seperti nomor 1.
3. Ditentukan massa benda padat dengan cara menimbang cukup sekali saja.
4. Dicatat suhu ruangan pada awal dan akhir percobaan.
5. Dihitung volume benda tersebut dengan masing-masing rumus.
6. Diukurlah benda padat yang lain dengan harga rata-rata masing-masing
penyimpangan.
7. Lalu diukur massa jenis benda setelah volume benda diketahui.
III.2 CARA DINAMIS
1. Ditentukan massa benda padat dengan cara menimbang menggunakan
neraca ohaus.
2. Lalu, ditimbang benda tersebut tergantung pada tali tipis menggunakan
neraca teknis.
3. Ditimbang sekali lagi benda yang tergantung tersebut terendam seluruhnya
di dalam air. Ingat airnya tidak ikut tertimbang dan benda tidak mengenai
dasar bejana.
4. Diulangi seluruh pengukuran tersebut di atas untuk benda padat yang lain.
BAB IV
DATA PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN
IV.1 Data Pengamatan
Keadaan ruangan P (cm)Hg T (°C) C(%)
Sebelum
percobaan
75,5 28 61
Sesudah percobaan 75,5 29 62
1. Balok kuningan m = 38gr
No p (cm) l (cm) t (cm) V (cm3) ρ ¿3)
1 3,070 1,525 0,915 4,564 8,326
2 3,060 1,535 0,973 4,570 8,315
3 3,065 1,535 0,975 4,587 8,284
x 3,060 1,531 0,974 4,573 8,308
∆ x 2,88617 x 10−3 3,366 x10−3 7,071 x10−4 6,096 x10−3❑ 2,5732 x10−2
2. Silinder besi m = 6,8gr
No D (cm) r (cm) t (cm) V (cm3) ρ ¿3)
1 1,577 0,7885 4,030 7,858 7,864
2 1,547 0,787 4,050 7,872 7,850
3 1,577 0,7885 4,015 7,860 7,862
x 1,576 0,788 4,031 7,858 7,858
∆ x 2,4494 x 10−3 0,5 x10−3 1,0148 10−2 2,9444 x 10−3 2,798 x10−3
3. Cara Dinamis
No Nama
Benda
Mu
(gr)
Ma (gr) V (cm3) ρ ¿3)
1 Silinder 61,00 53,720 7,28 8,38
2 Kunci 13,570 11,500 2,07 6,56
IV.2 Perhitungan
1. Balok kuningan
a. Menghitung volume balok kuningan
- V 1=p1 x l1 x t 1=3,070 x 1,525 x0,975=4,564 cm3
- V 2=p2 x l2 x t 2=3,060 x1,535 x0,973=4,570 cm3
- V 3=p3 x l3 x t 3=3,065 x1,535 x 0,975=4,587 cm3
b. Menghitung massa jenis balok kuningan
- ρ1=mV 1
= 384,564
=8,326gr
cm3
- ρ2=mV 2
= 384,570
=8,315gr
cm3
- ρ3=mV 3
= 384,587
=8,284gr
cm3
c. Menghitung xbalok kuningan
- x panjang=p1+p2+ p3
n=3,070+3,060+3,065
3=3,065 cm
- x lebar=l1+ l2+l3
n=1,525+1,535+1,535
3=1,531 cm
- x tebal=t 1+t 2+t3
n=0,915+0,973+0,975
3=0,974 cm
- x volume=V 1+V 2+V 3
n=4,564+4,570+4,587
3=4,573 cm3
- x massa jenis=ρ1+ ρ2+ ρ3
n=8,326+8,315+8,284
3=8,308
grcm3
d. Menghitung ∆ x balok kuningan
- ∆ x panjang=√∑ ( x−x1 )2+ ( x−x2 )2+( x−x3 )2
N (N−1)
=
√ (3,065−3,070 )2+ (3,065−3,060 )2+(3,065−3,062)2
3(3−1)
= √ (−0,005)2+(0,005)2+(0)2
3 (2)
= √ 0,000025+0,0000256
= √ 0,000056
= √0,00000833 = 2,88617 x 10−3 cm
- ∆ x lebar=√∑ ( x−x1 )2 +( x−x2 )2+( x−x3)2
N (N−1)
=
√ (1,531−1,525 )2+(1,531−1,535 )2+(1,531−1,535)2
3(3−1)
= √ ( o , oo 6 )2+(−0,004 )2+(−0,004 )2
3 (2)
= √ 0,000036+0,000016+0,0000166
= √ 0,0000686
= √0,00001133=3,366 x10−3 cm
- ∆ x tebal=√∑ ( x−x1 )2+ ( x−x2 )2+( x−x3 )2
N (N−1)
=
√ (0,974−0,975)2+(0,974−0,973)2+(0,974−0,975)2
3(2)
= √ (−0,001)2+(−0,001)2+(−0,001)2
3(2)
= √ 0,000001+0,000001+0,0000016
= √ 0,0000036
=√0,0000005=7,071 x10−4 cm
- ∆ x volume=√∑ ( x−x1 )2+( x−x2)2+( x−x3 )2
N (N−1)
=
√ (4,573−4,564 )2+(4,573−4,570)2+(4,573−4,587)2
3 (2)
= √ (0,009)2+(0,003)2+(−0,014)2
3(2)
= √ 0,000018+0,000009+0,0001966
= √ 0,0002236
=√0,00003717=6,096 x 10−3 cm3
- ∆ x massa jenis=√∑ ( x−x1 )2+( x−x2 )2 +( x−x3 )2
N (N−1)
=
√ (8,308−8,326)2+(8,308−8,315)2+(8,308−8,284)2
3(2)
= √ (−0,018)2+(−0,007)2+(0,060)2
3(2)
= √ 0,000324+0,000049+0,00366
=√ 0,0039736
=√0,00066217=2,5732 x10−2 grcm3
e. Menghitung ketelitian balok kuningan
- Ketelitian = (1−|ρlit−ρperc .
ρlit|)x 100 %
= (1−|8,6−8,3088,6 |) x100 %
= (1−0 , 2928.6 ) x100 %
= (1 – 0,0339) x 100%
= 0,9661 x 100%
= 96,61 %
2. Silinder besi
a. Menghitung volume silinder besi
- V 1=π xr12 x t=3,14 x (0,7885)2 x 4,030=7,858 cm3
- V 2=π xr 22 x t=3,14 x (0,7,872)2 x 4,050=7,872 cm3
- V 3=π xr 32 x t=3,14 x (0,7885)2 x 4,030=7,860 cm3
b. Menghitung massa jenis balok kuningan
- ρ1=mV 1
= 61,87,858
=7,864gr
cm3
- ρ2=mV 2
= 61,87,872
=7,850gr
cm3
- ρ3=mV 3
= 61,87,860
=7,862gr
cm3
c. Menghitung xsilinder besi
- x diameter=d1+d2+d3
n=1,577+1,574+1,577
3=1,576 cm
- x jari− jari=r1+r2+r3
n=0,7885+0,787+0,7885
3=0,788 cm
- x tebal=t 1+t 2+t3
n=4,030+4,050+4.015
3=4,031 cm
- x volume=V 1+V 2+V 3
n=7,858+7,872+7,860
3=7,863 cm3
- x massa jenis=ρ1+ ρ2+ ρ3
n=7,864+7,850+7,862
3=7,858
grcm3
d. Menghitung ∆ x balok kuningan- ∆ x diameter=√∑ ( x−x1 )2+( x−x2 )2 +( x−x3 )2
N (N−1)
=√ (1,576−1,577 )2 +(1,576−1,574 )2 +(1,576−1,577)2
3(3−1)
= √ (−0,001)2+(0,002)2+(−0,001)2
3(2)
= √ 0,000001+0,000004+0,0000016
= √0,000006 = 2,4494 x 10−3 cm
- ∆ x jari− jari=√∑ ( x−x1 )2+( x−x2)2+( x−x3 )2
N (N−1) = √ ( 0,788−0,7885 )2+(0,788−0,787 )2+(0,788−0,7885)2
3(3−1)
= √ (−0,0005 )2+ (0,001 )2+(−0,0005 )2
3(2)
= √ 0,00000025+0,000001+0,000000256
= √ 0.00000156
= √0,00000025=0,5 x 10−3 cm - ∆ x tebal=√∑ ( x−x1 )2+ ( x−x2 )2+( x−x3 )2
N (N−1) = √ (4,031−4,030)2+(4,031−4,050)2+(4,031−4,015)2
3(2)
= √ (0,001)2+(−0,019)2+(0,016)2
3 (2)
= √ 0,000001+0,000361+0,0002566
= √ 0,0006186
=√0,000103=1,0148 10−2 cm
- ∆ x volume=√∑ ( x−x1 )2+( x−x2)2+( x−x3 )2
N (N−1) = √ (7,863−7,858)2 +(7,863−7,872)2+(7,863−7,860)2
3(2)
= √ (0,005)2+(−0,009)2+(0,003)2
3 (2)
= √ 0,000025+0,000081+0,0000096
= √ 0,0000526
=√0,00000867=2,9444 x 10−3 cm3 - ∆ x massa jenis=√∑ ( x−x1 )2+( x−x2 )2 +( x−x3 )2
N (N−1) = √ (7,858−7,864 )2+(7,858−7,850)2+(7,858−7,862)2
3(2)
= √ (−0,006)2+(0,008)2+(−0,004)2
3(2)
= √ 0,000012+0,000019+0,0000166
¿√ 0,0000476
=√0,00000783=2,798 x 10−3 grcm3
e. Menghitung ketelitian silinder besi- Ketelitian = (1−|ρlit−ρperc .
ρlit|)x 100 %
= (1−|7,8−7,8587,8 |)x 100%
= (1−0,0587,8 )x 100 %
= (1 – 0,0074) x 100%= 0,9926 x 100%= 99,2 6%3. Pengukuran cara dinamis
a. Silinder besi1. Menghitung volume silinder besi- V=M u−M a=61,00−53,720=7,28 cm3 2. Menghitung massa jenis silinder besi- ρ=
M u
V=61,00
7,28=8,38
grcm3
3. Menghitung ketelitian silinder besi4. Ketelitian = (1−|ρlit−ρperc .
ρlit|)x 100 %
= (1−|7,8−8,387,8 |)x 100%
= (1−0,587,8 )x 100 %
= (1 – 0,0743) x 100%= 0,9257 x 100%= 92, 57%b. Kunci1. Menghitung volume kunci- V=M u−M a=13,570−11,500=2,07 cm3
2. Menghitung massa jenis silinder besi- ρ=
M u
V=13,570
2,07=6,56
grcm3
3. Menghitung ketelitian kunci- Ketelitian = (1−|ρlit−ρperc .
ρlit|)x 100 %
= (1−|7,8−6,567,8 |)x 100 %
= (1−1,247,8 ) x100 %
= (1 – 0,159) x 100%= 0,841 x 100%= 84,1 %
BAB V
PEMBAHASAN
Pengukuran adalah penentuan besaran, dimensi, atau kapasitas, biasanya
terhadap suatu standar atau satuan pengukuran. Pengukuran tidak hanya terbatas
pada kuantitas fisik, tetapi juga dapat diperluas untuk mengukur hampir semua
benda yang bisa dibayangkan, seperti tingkat ketidakpastian, atau kepercayaan
konsumen. Menurut William Shockley Pengukuran adalah perbandingan dengan
standar.
Ketelitian atau ketidakpastian suatu besaran fisis memungkinkan kita untuk
mendefinisikan jumlah angka yang menentukan yang terkait dengan besaran tadi.
Contohnya, jika suatu pengukuran dinyatakan menghasilkan 642,54389 ± 1%, ini
berarti bahwa ketidak pastian 6,4. Karena itu kita dibenarkan untuk hanya
mengambil angka-angka dalam bilangan yang menentukan tadi. Dalam hal ini
bilangan yang diambil adalah 642 ± 1% atau 642 ± 6.
Dalam pengukuran kali ini kita melakukan percobaan perhitungan
sebanyak tiga kali, yang terdiri dari perhitungan panjang, lebar, tebal, diameter,
volume, massa jenis dan rata-ratanya. Pada pengukuran panjang, lebar, diameter
menggunakan jangka sorong dengan ketelitian 0,05 mm, sementara untuk
mengukur tebal menggunakan mikrometer sekrup dengan ketelitian 0,01 mm.
Untuk mempermudah dalam penghitungan, kita dapat menggunakan kalkulator
dengan menggunakan fungsi standar deviasi. Massa tali tipis tidak dapat
diabaikan dalam tingkat ketelitian 1%, karena massa tali yang 1% itu
mempengaruhi ketelitian pengukuran.
Mencari volume benda dapat dilakukan dengan 2 cara :
1. Cara statis :
- Volume balok kuningan
Vbalok = p . ℓ . t
= 3,065 . 1,531 . 0,974
= 4,57 cm3
- Volume Silinder besi
Vsilinder = πr2t
= 3,14 . 0,7882 . 4,031
= 3,14 . 0,62 . 4,031
= 7,85 cm3
2. Cara Dinamis :
- Volume Silinder
V silinder=Mu−M a
= 61,00 - 53,720
= 7,28 cm3
- Volume Kunci
V kunci=Mu−M a
= 13,570 - 11,500
= 2,07 cm3
Dari kedua percobaan di atas cara statis lebih memiliki ketelitian yang
sangat besar karena cara statis menggunakan mikrometer sekrup dan jangka
sorong yang memiliki ketelitian yang lebih bai dan teliti dibandingkan neraca
teknis dan neraca O’haus.
BAB VI
KESIMPULAN
Dari percobaan, pengamatan dan perhitungan yang telah dilakukan, maka
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Mikrometer sekrup digunakan untuk mengukur ketebalan suatu benda.
2. Jangka sorong digunakan untuk mengukur panjang serta lebar suatu
benda.
3. Pengukuran volume benda dapat dilakukan dengan dua cara,yaitu statis
dan dinamis.
4. Ketelitian pengukuran secara statis lebih baik dan teliti dari pada cara
dinamis.
5. Perhitungan hasil pengukuran dilakukan dengan bantuan fungsi SD pada
kalkulator.
DAFTAR PUSTAKA
http://alljabbar.wordpress.com/2008/03/05/besaran-dan-satuan/
http://muhammadnuruddin071644036.blogspot.com/2010/10/massa-jenis-zat-
padat-bentuk-teratur.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Pengukuran
LAMPIRAN
1. TUGAS AKHIR
1. Berikanlah keterangan mengapa tebal benda tidak diukur dengan
jangka sorong, melainkan dengan serta mikrometer sekrup?
2. Apakah massa tali tipis dapat diabaikan dalam tingkat ketelitian 1%?
3. Tentukan volume benda-benda padat dengan kedua cara !
4. Dari kedua cara diatas, manakah menurut pengamatan yang paling
teliti?
5. Tentukan massa jenis benda-benda tersebut !
6. Dari langkah 5, tentukan jenis-jenis benda tersebut !
7. Tentukan volume benda-benda tersebut pada suhu °C, langkah 6 !
8. Sebutkanlah salah satu cara lain untuk menentukan volume benda
padat !
JAWABAN
1. Mikrometer sekrup di gunakan untuk mengukur tebal tipis karena
ketelitian lebih baik dibandingkan jangka sorong yaitu 0,01 mm. Jika
digunakan untuk mengukur tebal benda dengan tebal maksimal 2,5 cm,
maka mikrometer sekruplah yang digunakan, sedangkan jangka sorong
digunakan untuk mengukur panjang atau lebar suatu benda dengan
ketelitian 0,05 mm.
2. Massa tali tipis tidak dapat diabaikan dalam tingkat ketelitian 1% karena
massa tali yang 1% itu mempengaruhi ketelitian.
3. Cara statis :
- Volume balok kuningan
V balok=p x lx t
= 3,065 . 1,531 . 0,974
= 4,57 cm3
- Volume Silinder besi
Vsilinder = πr2t
= 3,14 . 0,7882 . 4,031
= 3,14 . 0,62 . 4,031
= 7,85 cm3
Cara Dinamis :
- Volume Silinder
V silinder=Mu−M a
= 61,00 - 53,720
= 7,28 cm3
- Volume Kunci
V kunci=Mu−M a
= 13,570 - 11,500
= 2,07 cm3
4. Percobaan pengamatan yang paling teliti adalah percobaan dengan cara
statis
- massa jenis balok kuningan :
ρ=mV
= 38gr/4,573
= 8,31 gr/cm3
- Masa jenis silinder :
ρ=mV
= 61,8/7,63
= 8,1 gr/cm3
5. Jenis benda-bendanya : Balok (kuningan), silinder (besi)
6. Volume silinder besi pada suhu 29oC adalah 7,863 cm3.
Volume balok kuningan pada 29oC adalah 4,573 cm3.
Volume kunci pada suhu 29oC adalah 2,07 cm3.
7. Dengan menggunakan rumus Archimedes yaitu apabila suatu benda
dicelupkan ke dalam air maka jumlah air yang tumpah itu adalah volume
benda tersebut