Laporan fisika dasar (gaya gesekan)
-
Upload
rezki-amaliah -
Category
Education
-
view
107 -
download
13
Transcript of Laporan fisika dasar (gaya gesekan)
GAYA GESEKAN
Rezki Amaliah*), Muh. Aditya Junaid, Nurqamri Putri Basofi, Rachmat Permata,
Qur’aniah Ali.
Fisika Dasar, Geografi 2015
Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan AlamAbstrak, Telah dilakukan eksperimen gaya gesekan. Tujuan dilakukannya percobaan ini ialah (1) untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi gaya gesekan, (2) memahami konsep gaya gesek statik dan gaya gesek kinetik, (3) menentukan koefisien gesek statik dan gaya gesek kinetik. Pada praktikum ini dilakukan dengan cara mengukur gaya berat balok kemudian balok dikaitkan dengan neraca pegas 0-5 N menggunakan tali kemudian balok tersebut ditarik secara perlahan untuk mengetahui hubungan antara gaya normal dengan gaya gesekan, dalam percobaan ini digunakan permukaan kasar, sedang dan halus, alas yang digunakan yaitu bidang datar dan bidang miring setiap percobaan balok ditambahkan beban yang berbeda-beda dengan jarak tertentu. Dari data tersebut diperoleh hasil hubungan antara gaya normal dan gaya gesek statiknya adalah 1,4; 1,2; 1,2; sedangkan dengan gaya gesek kinetiknya adalah 0,7; 0,6; 0,6; adapun hasil dari hubungan antara keadaan permukaan dengan gaya gesek statiknya adalah 0,7; 1,15; 1,07; sedangkan dengan gaya gesk kintiknya adalah 0,6; 0,9; 0,7 adapun nilai koefisien gesekan statik pada bidang miring yaitu 0,47 sedangkan nilai koefisien kinetiknya adalah 0,48. Dari praktikum ini diperoleh kesimpulan gaya gesekan dipengaruhi oleh jenis permukaan benda, gaya normal (gaya tarik), sudut kemiringan (sudut kritis) dan waktu tempuh. Besarnya gaya gesekan bergantung pada kekasaran permukaan benda. Kata kunci: Gaya Gesekan, Gaya gesekan statik, Gaya gesekan Kinetik, dan
Gaya Normal.
RUMUSAN MASALAH
1. Apa sajakah factor-faktor yang mempengaruhi gaya gesekan ?
2. Bagaimana konsep gaya gesek statik dan kinetik ?
3. Bagaimanakah cara menentukan koefisien gesek statik dan kinetik ?
TUJUAN
1. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi gaya gesekan
2. Memahami konsep gaya gesek statik dan kinetik
3. Menentukan koefisien gesek statik dan kinetik
METODOLOGI EKSPERIMEN
Teori Singkat
Gesekan adalah persinggungan antara dua atau lebih dari suatu benda.
Gaya-gaya gesek yang bekerja antara dua permukaan yang berada dalam keadaan
relatif satu dengan yang lainnya disebut dengan gesekan statik. Gaya gesekan
statik yang maksimum adalah gaya yang terkecil yang menyebabkan benda
bergerak. Sekali benda bergerak, gaya-gaya gesekan yang bekerja akan berkurang
besarnya, sehingga untuk mempertahankan gesekan lurus beraturan diperlukan
gaya yang relatif lebih kecil. Gaya-gaya gesekan selalu melawan gerak dan
gerakan relatif antara dua benda yang bersinggungan gaya gesekan dapat juga
terjadi. [2]
Sebuah balok yang didorong di atas meja akan bergerak Bila sebuah balok
massanya m, kita lepaskan dengan kecepatan awal Vo pada sebuah bidang
horizontal, maka balok itu akhirnya akan berhenti. Ini berarti di dalam gerakan
balok mengalami perlambatan, atau ada gaya yang menahan balok, gaya ini
disebut gaya gesekan. Besarnya gaya gesekan ditentukan oleh koefisien gesekan
antar kedua permukaan benda dan gaya normal. Besarnya koefisien gesekan
ditentukan oleh kekasaran permukaan bidang dan benda.
Gaya gesekan dibagi dua yaitu: gaya gesekan statis (fs) dan gaya gesekan
kinetik (fk). Gaya gesek statis adalah gesekan antara dua benda padat yang tidak
bergerak relative sama satu sama lain. Seperti contoh gesekan statis dapat
mencegah benda meluncur kebawah pada bidang miring. Koefisien gesek statis
umumnya di notasikan μs dan pada umumnya lebih besar dari koefisien gesek
kinetis. Gaya gesek kinetis atau dinamis terjadi ketika dua benda bergerak reatif
satu sama lain dan saling bergesekan. Koefisien gesek kinetis umumnya
dinotasikan dengan μk dan pada umumnya selalu lebih kecil dari gaya gesek statis
untuk material yang sama. [3]
Dalam pecobaan kali ini akan berlaku hukum Newton 1 dan 2:
Hukum Newton 1
“setiap benda akan tetap berada dalam keadaan diam atau bergerak lurus
beraturan kecuali jika ia dipaksa untuk mengubah keadaan itu oleh gaya-gaya
yang berpengaruh padanya”.
Sesungguhnya hukum Newton pertama ini memberikan pernyataan
tentang kerangka acuan. Pada umumnya, percepatan suatu benda bergantung
kerangka acuan mana ia diukur. Hukum ini menyatakan bahwa jika tidak ada
benda lain di dekatnya (artinya tidak ada gaya yang bekerja, karena setiap gaya
harus dikaitkan dengan benda dengan lingkungannya) maka dapat dicari suatu
keluarga kerangka acuan sehingga suatu partikel tidak mengalami percepatan.
Kenyataan bahwa tanpa gaya luar suatu benda akan tetap diam atau tetap
bergerak lurus beraturan sering dinyatakan dengan memberikan suatu sifat pada
benda yang disebut inersia (kelembaman), karena itu hukum Newton pertama
sering disebut hukum inersia dan kerangka acuan dimana hukum ini berlaku
disebut kerangka inersial. Kerangka acuan ini sering dianggap diam terhadap
bintang yang sangat jauh.
Hukum Newton 2
“percepatan yang dialami oleh suatu benda sebanding dengan besarnya
gaya yang bekerja dan berbanding terbalik dengan massa benda itu” [4]
Sebuah balok beratnya W, berada pada bidang mendatar yang kasar,
kemudian ditarik oleh gaya F seperti pada Gambar 2.1 di bawah ini.
Arah gaya gesekan f berlawanan arah dengan gaya penyebabnya F, dan
berlaku:
1. Untuk harga F <fs maka balok dalam keadaan diam.
2. Untuk harga F = fs maka balok tepat saat akan bergerak.
3. Apabila Fase diperbesar lagi sehingga F >fs maka benda bergerak dan gaya
gesekan statis fs akan berubah menjadi gaya gesekan kinetisfk.
Gambar 3.1: Gaya-gaya yang bekerja pada benda
W
N
fF
Gaya gesekan antara dua permukaan yang saling diam satu terhadap yang
lain disebut gaya gesekan statis. Gaya gesekan statis yang maksimum sama
dengan gaya terkecil yang dibutuhkan agar benda mulai bergerak. Sekali gerak
telah dimulai, gaya gesekan antar kedua permukaan biasanya berkurang sehingga
diperlukan gaya yang lebih kecil untuk menjaga agar benda bergerak beraturan.
Gaya yang bekerja antara dua permukaan yang saling bergerak relatif disebut gaya
gesekan kinetik. Jika fs menyatakan besar gaya gesekan statik maksimum, maka :
μs=f s
N (4.1)
Dengan μs adalah koefisien gesekan statik dan N adalah besar gaya normal. Jika
fk menyatakan besar gaya gesekan kinetik, maka :
μk=f k
N (4.2)
dengan μk adalah koefisien gesekan kinetik.
Bila sebuah benda dalam keadaan diam pada suatu bidang datar, dan
kemudian bidang tempat benda tersebut dimiringkan perlahan-lahan sehingga
membentuk sudut sampai benda tepat akan bergerak, koefisien gesekan statik
antara benda dan bidang diberikan oleh persamaan,
S = tan c (4.3)
Dengan c adalah sudut pada saat benda tepat akan bergerak, yang disebut
sudut kritis. Koefisien gesekan statik merupakan nilai tangen sudut kemiringan
bidang, dengan keadaan benda tepat akan bergerak/meluncur. Pada sudut-sudut
yang lebih besar dari c, balok meluncur lurus berubah beraturan ke ujung bawah
bidang miring dengan percepatan:
ax = g (sin θ − μk cos θ ) (4.4)
di mana adalah sudut kemiringan bidang dan k adalah koefisien gesek kinetik
antara benda dengan bidang. Dengan mengukur percepatan ax, maka koefisien
gesekan k dapat dihitung. [1]
Alat dan Bahan
1. Neraca pegas 0-5 N 1 buah
2. Katrol meja 1 buah
3. Balok kasar 1 buah
4. Balok licin 1 buah
5. Beban @ 50 gram 3 buah
6. Tali/benang secukupnya
7. Balok persegi (dengan stecker penyambung) 1 buah
8. Papan landasan 1 buah
9. Bidang miring 1 buah
10. Stopwatch 1 buah
11. Mistar 1 buah
Identifikasi Variabel
Kegiatan 1 :1. Variabel kontrol : Jenis permukaan benda2. Variabel manipulasi : Gaya Normal3. Variabel respon : Gaya tarik
Kegiatan 2 :1. Variabel kontrol : Gaya normal2. Variabel manipulasi : Jenis permukaan3. Variabel respon : Gaya tarik
Kegiatan 3 :1. Variabel kontrol : Jenis Permukaan2. Variabel manipulasi : Gaya berat3. Variabel respon : Sudut kritis
Kegiatan 4 :1. Variabel kontrol : Gaya normal, sudut kemiringan bidang2. Variabel manipulasi : Jarak tempuh3. Variabel respon : Waktu tempuh
Definisi Operasional Variabel
Kegiatan 1 :1. Variabel kontrol : Jenis permukaan benda adalah besarnya
kekasaran maupun kehalusan suatu permukaan benda dalam menentukan besarnya gaya gesekan, dalam kegiatan ini digunakan permukaan dua.
2. Variabel manipulasi : Gaya normal adalah besarnya beban berat yang diberikan pada benda yang dinyatakan dalam N.
3. Variabel respon : Gaya tarik adalah besarnya gaya tarikan yang diberikan pada pegas.
Kegiatan 2 :1. Variabel kontrol : Gaya normal adalah besarnya beban
berat yang diberikan pada benda yang dinyatakan dalam N
2. Variabel manipulasi : Jenis permukaan adalah besarnya kekasaran maupun kehalusan suatu permukaan benda dalam menentukan besarnya gaya gesekan
3. Variabel respon : Gaya tarik adalah besarnya gaya tarikan yang diberikan pada pegas
Kegiatan 3 :1. Variabel kontrol : Jenis permukaan adalah besarnya
kekasaran maupun kehalusan suatu permukaan benda dalam menentukan besarnya gaya gesekan
2. Variabel manipulasi : Gaya berat besarnya ukuran berat yang di berikan pada benda yang dinyatakan dalam N
3. Variabel respon : Sudut kritis adalah besarnya sudut yang di berikan pada bidang miring yang dinyatakan dalam derajat.
Kegiatan 4 :1. Variabel kontrol : Gaya berat besarnya ukuran berat
yang di berikan pada benda yang dinyatakan dalam N.
Sudut kemiringan bidang adalah besarnya sudut yang di berikan pada bidang miring yang dinyatakan dalam derajat
2. Variabel manipulasi : Jarak tempuh adalah besarnya jarak dialami benda saat meluncur pada bidang miring yang dinyatakan dalam cm
3. Variabel respon : Waktu tempuh adalah besaran yang digunakan untuk mengukur berapa lama suatu benda bisa sampai pada titik akhir yang dinyatakan dalam sekon
ProsedurKerja
Kegiatan 1. Hubungan antara gaya normal dan gaya gesekan
Menarik balok dengan neraca pegas seperti pada gambar dibawah ini
Mengamati penunjukan neraca pegas pada saat balok tepat akan bergerak dan
pada saat balok bergerak lurus beraturan. Menambahkan beban di atas balok, dan
mengamati penunjukkan neraca pegas pada saat balok akan tepat bergerak dan
pada saat balok bergerak lurus beraturan.
Tali Katrol
Neraca pegas
Meja
Balok
Melakukan beberapa kali dengan mengubah-ubah penambahan beban di atas
balok
Mencatat hasil pengamatan pada tabel pengamatan.
Kegiatan 2 Hubungan antara keadaan permukaan dengan gaya gesekan.
Mengganti permukaan meja atau balok yang lebih kasar atau halus. Mengamati
penunjukkan pegas. Pada saat balok akan tepat bergerak dan pada saat balok
bergerak lurus beraturan.
Melakukan kegiatan ini beberapa kali dengan mengganti permukaan meja tau
balok yang lebih kasar/halus.
Mencatat hasil pengamatan pada tabel pengamatan.
Kegiatan 3Menentukan koefisien geseka statik pada bidang miring
a. Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan.
b. Meletakkan bidang di atas meja dengan posisi mendatar (¿0¿
c. Meletakkan balok persegi di salah satu ujung bidang tersebut.
d. Mengangkat secara perlahan ujung bidan tempat balok berada sehingga
sudut kemiringan bertambah. Mencatat sudut kemiringan bidang pada saat
benda tepat akan bergerak.
e. Mengulangi kegiatan (d) dengan menambah beban pada balok persegi
hingga memperoleh sedikitnya 5 (lima) data pengukuran sudut.
Kegiatan 4 Menentukan koefisien gesekan kinetic pada bidang miring
a. Mengatur kemiringan bidang dengan sudut yang lebih besar dari sudut
kritis (c) yang telah diperoleh pada bagian 1 di atas untuk balok persegi
tanpa beban tambahan. Mencatat waktu tempuh ini sebagai 1.
b. Meletakkan balok di ujung atas bidang yang telah diketahui panjangnya.
c. Melepaskan balok bersamaan dengan menjalankan stopwatch untuk
mengukur waktu tempuh balok persegi bergerak lurus berubah beraturan
hingga ke ujung bawah bidang. Mencatat waktu tempuh ini sebagai t1.
d. Mengulangi kegiatan (c) dengan jarak tempuh yang berbeda-beda paling
sedikit 6 data.
e. Mencatat hasil pengamatn pada tabel hasil pengamatan.
HASIL EKSPERIMEN DAN ANALISIS DATA Hasil pengamatan
Kegiatan 1
Jenis permukaan benda adalah 2 (antara halus dan kasar)
Tabel 1. Hubungan antara gaya tarik dengan gaya normal
No Gaya Normal ( N ) Keadaan benda Gaya Tarik (N)
1 |1,2± 0,1|
Tepat akan bergerak
1. |1,6 ± 0,1|
2. |1,8± 0,1|
3. |1,8 ± 0,1|
Bergerak lurus beraturan
1. |0,8± 0,1|
2. |0,8 ± 0,1|
3. |0,8± 0,1|
2 |1,10 ± 0,05|
Tepat akan bergerak
1. |2,2 ± 0,1|
2. |2,2± 0,1|
3. |2,2 ± 0,1|
Bergerak lurus beraturan
1. |1,0± 0,1|
2. |1,2± 0,1|
3. |1,0± 0,1|
3 |1,60 ± 0,05|
Tepat akan bergerak
1. |2,8 ± 0,1|
2. |2,6± 0,1|
3. |2,8 ± 0,1|
Bergerak lurus beraturan
1. |1,2 ± 0,1|
2. |1,4 ± 0,1|
3. |1,4± 0,1|
Kegiatan 2
Gaya normal : |1,8 ± 0,1|
Tabel 2. Hubungan antara jenis permukaan dengan gaya tarik
Jenis Permukaan Keadaan Benda Gaya Tarik (N)
I
Tepat akan bergerak
1. |1,4 ± 0,1|
2. |1,2 ± 0,1|
3. |1,4 ± 0,1|
Bergerak lurus beraturan
1. |1,0 ± 0,1|
2. |1,0 ± 0,1|
3. |1,0 ± 0,1|
II Tepat akan bergerak
1. |2,0 ± 0,1|
2. |2,0 ± 0,1|
3. |2,2 ± 0,1|
Bergerak lurus beraturan
1. |1,4 ± 0,1|
2. |1,6 ± 0,1|
3. |1,6 ± 0,1|
III
Tepat akan bergerak
1. |1,8 ± 0,1|
2. |2,0 ± 0,1|
3. |2,0 ± 0,1|
Bergerak lurus beraturan 1. |1,2 ± 0,1|
2. |1,4 ± 0,1|
3. |1,4 ± 0,1|
Kegiatan 3
Tabel 3. Gaya gesekan statik pada bidang miring
No Gaya berat ( N ) Sudut kritis (°)
1 |1,6 ± 0,1|
1. |29,0 ± 0,5|
2. |29,0 ± 0,5|
3. |28,5 ± 0,5|
2 |2,0 ± 0,1|
1. |25,0 ± 0,5|
2. |24,5 ± 0,5|
3. |25,0 ± 0,5|
3 |2,6 ± 0,1|
1. |23,5 ± 0,5|
2. |24,0 ± 0,5|
3. |24,0 ± 0,5|
4 |3,0 ± 0,1|
1. |24,0 ± 0,5|
2. |24,0 ± 0,5|
3. |24,0 ± 0,5|
Kegiatan 4
Gaya Normal = |1,8 ± 0,1| N
Sudut kemiringan bidang = |32,00 ± 0,05|
Tabel 4. Gaya gesekan kinetik pada bidang miring
No Jarak tempuh (cm) Waktu tempuh (s)
1 |30,00 ± 0,05|
1. |0,5 ± 0,1|
2. |0,5 ± 0,1|
3. |0,5 ± 0,1|
2 |60,00 ± 0,05|
1. |0,8 ± 0,1|
2. |0,9 ± 0,1|
3. |0,8 ± 0,1|
3 |90,00 ± 0,05|
1. |1,2 ± 0,1|
2. |1,1 ± 0,1|
3. |1,1 ± 0,1|
ANALISIS DATA
Kegiatan 1 : Hubungan antara gaya normal dan gaya gesekan
Jenis permukaan adalah 2 (antara kasar dan halus)
1. Tepat akan bergerak ∑ F x=¿0¿
F−f g s= 0
F=f gs
Saat benda benda diam dan ada pengaruh gaya luar F = μSN maka benda
dalam keadaan tepat akan bergerak (gaya gesek statis), maka F = fs dan memiliki
gaya normal yaitu gaya tarik terkecil yang di hasilkan terhadap benda untuk dapat
bergerak.
2. Bergerak Lurus Beraturan
∑ F x=¿0¿
F−f gk= 0
F=f gk
Saat benda bergerak lurus beraturan yaitu perubahan gaya dari gaya
gesek statis (fs) menjadi gaya gesek kinetik (fk) dimana F > fs.
Tabel 1.1 Hubungan antara gaya Tarik dengan gaya normal saat benda tepat akan
bergerak
No Gaya Normal (N) Keadaan Benda Gaya Tarik (N)
1 |0,60 ± 0,05| Tepat akan bergerak
1. |1,60 ± 0,05|
2. |1,80 ± 0,05|
3. |1,80 ± 0,05|
Rata – rata:
|1,7± 0,1|
2 |1,10 ± 0,05| Tepat akan bergerak 1. |2,2 0± 0,05|
fs
W
F
N
2. |2,20 ± 0,05|
3. |2,20 ± 0,05|
Rata – rata:
|2,20 ± 0,05|
3 |0,60 ± 0,05| Tepat akan bergerak
1. |2,8 0 ± 0,05|
2. |2,6 0 ± 0,05|
3. |2,8 0 ± 0,05|
Rata – rata:
|2,7 ± 0 , 1|
Grafik 1. Hubungan antara gaya normal dengan gaya gesekan
1 1.2 1.4 1.6 1.8 2 2.2 2.40.0
0.5
1.0
1.5
2.0
2.5
3.0
f(x) = 0.982456140350877 x + 0.519298245614033R² = 0.976642790407974
Hubungan antara gaya normal dan gaya gesekan statik
Hubungan antara gaya normal dan gaya gesekan statikLinear (Hubungan antara gaya normal dan gaya gesekan statik)
N (Newton)
fs (N)
y=mx+c
μs=yx=m
¿0,9825
∆ μs = |∆ ∆ N∆ N | + |∆ ∆ F s
∆ F s| μs
= |0,251 | + |0,25
1 | 0,9825
= |0,5| 0,5263
N
fs
= 0,49
KR = ∆ μs
μs x 100%
= 0,490,98 x 100%
= 50 %
DK = 100% - KR
= 100% - 50%
= 50 %
PF = |μs ± ∆ μs|μs = |0,98 ± 0,49|
= |9,8 ± 4,9| 10-1
Tabel 1.2 Table Hubungan antara gaya tarik dengan gaya normal saat benda
bergerak lurus beraturan
No. Gaya normal (N) Keadaan Benda Gaya tarik
1 |0,60± 0,05| Bergerak lurus beraturan
1. |0,80 ± 0,05|
2. |0,80 ± 0,05|
3. |0,80 ± 0,05|
Rata – rata:
|0,80 ± 0,05|
2 |1,10 ± 0,05| Bergerak lurus beraturan
1. |1,00 ± 0,05|
2. |1,20 ± 0,05|
3. |1,00 ± 0,05|
Rata – rata:
|1,1 ± 0,1|
3 |1,60 ± 0,05| Bergerak lurus beraturan
1. |1,20 ± 0,05|
2. |1,4 0 ± 0,05|
3. |1,4 0 ± 0,05|
Rata – rata:
|1,3 ± 0,1|
Grafik 2. Hubungan antara gaya normal dengan gaya gesekan
1 1.2 1.4 1.6 1.8 2 2.2 2.40
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2
1.4f(x) = 0.526315789473681 x + 0.154385964912286R² = 0.98684210526316
Hubungan antara gaya normal dan gaya gesek kinetik
Hubungan antara gaya normal dan gaya gesek kinetikLinear (Hubungan antara gaya normal dan gaya gesek kinetik)
N (Newton)
Fs (N)
y=mx+c
μs=yx=m
¿0,5263
∆ μs = |∆ ∆ N∆ N | + |∆ ∆ F s
∆ F s| μs
= |0,251 | + |0,1
0,5| 0,5263
= |0,45| 0,5263
= 0,24
KR = ∆ μs
μs x 100%
= 0,240,53 x 100%
= 45 %
DK = 100% - KR
= 100% - 45%
= 55 %
PF = |μs ± ∆ μs|
N
fs
μs = |0,5 ± 0,2| = |5 ± 2| 10-1
Kegiatan 2 : Hubungan antara keadaan permukaan dengan gaya gesekan
Tabel 2.1 Hubungan antara keadaan permukaan dengan gaya gesekan
Jenis Permukaan Keadaan Benda Gaya Tarik (N)
I
Tepat akan bergerak
1.|1,4 ± 0,1|
2.|1,2± 0,1|
3.|1,4 ± 0,1|
Rata-rata:
|1,3 ± 0,1|
Bergerak lurus beraturan
1.|1,0 ±0,1|
2.|1,0 ±0,1|
3.|1,0 ±0,1|
Rata-rata:
|1 , 0 ±0 , 05|
II Tepat akan bergerak
1.|2,0 ±0,1|
2.|2,0± 0,1|
3.|2,2 ±0,1|
Rata-rata:
|2,1 ± 0 ,01|
Bergerak lurus beraturan 1.|1,4 ± 0,1|
2.|1,6± 0,1|
3.|1,6± 0,1|
Rata-rata:
|1 ,5± 0 , 01|
III
Tepat akan bergerak
1.|1,8±0,1|
2.|2,0 ± 0,1|
3.|2,0± 0,1|
Rata-rata:
|1,9± 0 ,1|
Bergerak lurus beraturan
1.|1,2± 0,1|
2.|1,4 ± 0,1|
3.|1,4± 0,1|
Rata-rata:
|1 , 3 ±0 , 1|
a. Permukaan I1) Tepat akan bergerak
Fs = F s .1+F s .2+F s .3
3 = 1,4+1,2+1,4
3 = 1,3 N
μs = F s
N =
1,31,8 = 0,7
δ 1 = |Fs1−F s|= |1,4 – 1,3|
= 0,1
δ 2 =|Fs2−F s|
= |1,2 – 1,3|
= 0,1
δ 3 = |Fs3−F s|= |1,4 – 1,3|
= 0,1
∆ F s = δ max = 0,1
∆ μs = |∆ NN | + |∆ F s
F s| μs
= |0,11,8| + |0,1
1,3| 0,7
= |0,16| 0,7
= 0,12
KR = ∆ μs
μs x 100%
= 0,120,7 x 100%
= 15,56% (2AP)
DK = 100% - KR
= 100% - 15,56%
= 84,44%
PF = |μs ± ∆ μs|μs = |7,0 ± 1,2| 10-1
2) Bergerak lurus beraturan
Fk = F k .1+Fk .2+F k .3
3 = 1,0+1,0+1,0
3 = 1,0 N
μk = F k
N =
1,01,8 = 0,6
δ 1 = |Fk1−Fk|= |1,0 – 1,0|
= 0
δ 2 =|Fk2−Fk| = |1,0– 1,0|
= 0
δ 3 = |Fk3−F k|= |1,0 – 1,0|
= 0
∆ Fk = δ max = 12
NST = 0,1
∆ μk = |∆ NN | + |∆ F k
F k| μk
= |0,11,8| + |0,1
1,0| 0,6
= |0,16| 0,6
= 0,09
KR = ∆ μk
μk x 100%
= 0,090,6 x 100%
= 15,56% (2 AP)
DK = 100% - KR
= 100% - 15,56%
= 84,44%
PF = |μk ± ∆ μk|μk = |6,0 ± 0,9| 10-1
b. Permukaan II1)Tepat akan bergerak
Fs = F s .1+F s .2+F s .3
3 = 2,0+2,0+2,2
3 = 2,1 N
μs = F s
N =
2,11,8 = 1,2
δ 1 = |Fs1−F s|= |2,0 – 2,1|
= 0,1
δ 2 =|Fs2−F s|
= |2,0 – 2,1|
= 0,1
δ 3 = |Fs3−F s|= |2,0 – 2,1|
= 0,1
∆ F s = δ max = 0,1
∆ μs = |∆ NN | + |∆ F s
F s| μs
= |0,11,8| + |0,1
2,1| 1,2
= |0,12| 1,2
= 0,1
KR = ∆ μs
μs x 100%
= 0,141,1 x 100%
= 12,01% (2 AP)
DK = 100% - KR
= 100% - 12,01%
= 87,99%
PF = |μs ± ∆ μs|μs = |1,2 ± 0,1|
2)Bergerak lurus beraturan
Fk = F k .1+Fk .2+F k .3
3 = 1,4+1,6+1,6
3 = 1,5 N
μk = F k
N =
1,51,8 = 0,9
δ 1 = |Fk1−Fk|= |1,4 – 1,5|
= 0,1
δ 2 =|Fk2−Fk| = |1,6 – 1,5|
= 0,1
δ 3 = |Fk3−F k|= |1,6 – 1,5|
= 0,1
∆ Fk = δ max = 0,1
∆ μk = |∆ NN | + |∆ F k
F k| μk
= |0,21,8| + |0,1
1,5| 0,9
= |0,14| 0,9
= 0,12
KR = ∆ μk
μk x 100%
= 0,9
0,12 x 100%
= 14,25% (2AP)
DK = 100% - KR
= 100% - 14,25 %
= 85,75%
PF = |μk ± ∆ μk|μk = |9,0 ± 1,2| 10-1
c. Permukaan III1) Tepat akan bergerak
Fs = F s .1+F s .2+F s .3
3 = 1,8+2,0+2,0
3 = 1,9 N
μs = F s
N =
1,91,8 = 1,1
δ 1 = |Fs1−F s|= |1,8 – 1,9|
= 0,1
δ 2 =|Fs2−F s|
= |2,0 – 1,9|
= 0,1
δ 3 = |Fs3−F s|= |2,0 – 1,9|
= 0,1
∆ F s = δ max = 0,1
∆ μs = |∆ NN | + |∆ F s
F s| μs
= |0,21,8| + |0,1
1,9| 1,1
= |0,12| 1,1
= 0,13
KR = ∆ μs
μs x 100%
= 0,131,1 x 100%
= 12,45% (2 AP)
DK = 100% - KR
= 100% - 12,45%
= 87,55%
PF = |μs ± ∆ μs|μs = |1,10 ± 0,13|
2)Bergerak lurus beraturan
Fk = F k .1+Fk .2+F k .3
3 = 1,2+1,4+1,4
3 = 1,3 N
μk = F k
N =
1,31,8 = 0,7
δ 1 = |Fk1−Fk|= |1,2 – 1,3|
= 0,1
δ 2 =|Fk2−Fk|
= |1,4 – 1,3|
= 0,1
δ 3 = |Fk3−F k|= |1,4 – 1,3|
= 0,1
∆ Fk = δ max = 0,1
∆ μk = |∆ NN | + |∆ F k
F k| μk
= |0,11,8| + |0,1
1,3| 0,7
= |0,16| 0,7
= 0,12
KR = ∆ μk
μk x 100%
= 0,120,7 x 100%
= 15,56 % (2AP)
DK = 100% - KR
= 100% - 15,56%
= 84,44%
PF = |μk ± ∆ μk|μk = |7,0 ± 1,2| 10-1
Kegiatan 3 : Menentukan koefisian gesekan statik pada bidang miring
1. μs1=tanθ
¿ tan28,8 °
¿0,547
∆ θ=δmax × π180
rad
¿0,33 × 3,14180
rad
¿0,006 rad
∆ μs1=| ∆ θcos2 θ|μs1
¿| 0 ,0 06cos2 (28,8 )|0,547
¿|0 , 0060 , 719|0,547
¿0,00 5
KR=∆ μs1
μs1×100 %
¿ 0,0050,543
×100 %
¿0 , 835 % (4 AP)
DK=100 %−KR
¿100 %−0,835 %
¿99,165 %
μs1=|μs ± ∆ μs|= |0,547 ± 0,005|
¿|5,43 ± 0,07| 10-1
μs2=tan θ
¿ tan24,8
¿0,459
∆ θ=δmax × π180
rad
¿0,33 × 3,14180
rad
¿0,006 rad
∆ μs2=| ∆ θcos2 θ|μs1
¿| 0,006cos2(24,8)|0,459
¿|0,0 060 , 913|0,459
¿0,003
KR=∆ μs2
μs2×100 %
¿ 0,0030,459
×100 %
¿0,657 % (3 AP)
DK=100 %−KR
¿100 %−1,431 %
¿9 9,343 %
μs2=|μs ± ∆ μs|¿|0,459 ± 0,00 3|
¿|4,59± 0,0 3| 10-1
2. μs3=tanθ
¿ tan23,8 °
¿0,438
∆ θ=δmax × π180
rad
¿0,33 × 3,14180
rad
¿0,006 rad
∆ μs3=| ∆ θcos2θ|μs1
¿| 0,006cos2(23,8)|0,438
¿| 0,0060 , 072|0,438
¿0,04
KR=∆ μs3
μs3×100 %
¿ 0,040,438
×100 %
¿8,349 % (2 AP)
DK=100 %−KR
¿100 %−8,349 %
¿91,651 %
μs3=|μs ± ∆ μs|¿∨0,44 ± 0,04∨¿
¿∨4,4± 0,4∨¿10-1
3. μs 4=tanθ
¿ tan240
¿0,445
∆ θ=δmax × π180
rad
¿0,05 × 3,14180
rad
¿0,001rad
∆ μs4=| ∆θcos2θ|μs1
¿| 0,006cos2(24)|0,445
¿|0,00 60 , 18 |0,445
¿0,0 1
KR=∆ μs4
μs4× 100 %
¿ 0,010,445
×100 %
¿3,335 % (3 AP)
DK=100 %−KR
¿100 %−3,335 %
¿9 6,665 %
μs 4=|μs± ∆ μs|¿|0,45 ± 0,01|
¿|4,5± 0 , 1| 10-1
Tabel 3.1. Hubungan antara massa beban dan koefisien gesekan statiknya
No Gaya Berat (N) Koefisien Gesekan Statik
1 |1,6 ± 0,1| |0,547 ± 0,007|
2 |2,0 ± 0,1| |0,459 ± 0,009|
3 |2,6 ± 0,1| ¿0,44 ± 0,01∨¿
4 |3,0 ± 0,1| |0,445 ± 0,001|
Kegiatan 4 : Menentukan koefisien gesekan kinetik pada bidang miring
Grafik 3. Hubungan antara jarak tempuh (s) dengan waktu tempuh kuadrat (t2)
50.000 100.000 150.000 200.0000.000
0.200
0.400
0.600
0.800
1.000
1.200
1.400
f(x) = 0.00862037037037033 x − 0.291481481481478R² = 0.993443603760005
Hubungan antara jarak tempuh dengan waktu tempuh kuadrat
Hubungan antara jarak tempuh dengan waktu tem-puh kuadratLinear (Hubungan antara jarak tempuh dengan waktu tempuh kuadrat)
t^2 (s)
S (cm)
y=mx+c
a=2 st2 = x
y= 1
m
¿ 10,0086
¿116,279cm / s2
¿1,163 m /s2
∆ a= |∆ ∆ S∆ S | + |∆ ∆t 2
∆ t 2 | μs
= |0,21 | + | 50
120| 1,163
= |0,62| 1,163
t2
s
= 0,72
KR = ∆ μs
μs x 100%
= 0,72
1,163 x 100%
= 45 %
DK = 100% - KR
= 100% - 61,91%
= 38,09 %
PF = |μs ± ∆ μs|a=|a± ∆ a|
¿|1 , 2± 0 ,7|m /s2
μk=gsinθ−a
gcosθ
¿ 10sin 32 °−1,16310 cos32 °
¿10(0,53)−1,163
10(0,848)
¿0,487
Δ μk = | Δag cosθ| + |1+ a
gsin θ
cos2 θ | Δθ
Δ μk = | 0,710 .cos 32°| + |1+1,2
10sin32
cos232 | 0,487
Δ μk = |0,083| + |0,779| 0,487
Δ μk = 0,419
KR = Δ μk
μk x 100%
= 0,4190,487 x 100%
= 86,129%
DK = 100% - KR
= 100% - 86,129%
= 13,871%
PF = |μk ± ∆ μk|
μk = |0,487 ± 0,419|
=|4,87 ± 4,19| 10-1
PEMBAHASAN
Pada percobaan ini terdiri dari 4 kegiatan yaitu pertama mencari
hubungan antara gaya tarik dan gaya normal, kedua mencari hubungan antara
keadaan permukaan dengan gaya tarik, ketiga menentukan koefisien gesekan
statik pada bidang miring, dan terakhir menentukan koefisien gesekan kinetik
pada bidang miring.
Pada kegiatan pertama dilakukan percobaan sebanyak 3 kali dengan gaya
normal yang berbeda yaitu 1,2 N, 1,8 N dan 2,2 N pada balok yang jenis
permukaan yang digunakan adalah dua (antara halus dan kasar). Lalu data yang
diambil yaitu pada saat keadaan benda tepat akan bergerak dan saat bergerak lurus
beraturan pada bidang datar (meja) yang masing-masing sebanyak 3 kali. Dari
analisis hasilnya terus meningkat sesuai dengan penambahan bebannya, hal itu
menandakan semakin besar gaya normal berarti gaya geseknya semakin besar.
Pada kegiatan kedua dengan gaya normal 1,8 N dan jenis permukan yang
berbeda yaitu I (halus), II (kasar) serta III (antara halus dan kasar) dilakukan
percobaan sebanyak 3 kali. Lalu data yang diambil yaitu pada saat keadaan benda
tepat akan bergerak dan saat bergerak lurus beraturan pada bidang datar (meja)
yang masing-masing sebanyak 3 kali. Dan hasil dari analisis sesuai dengan teori
yaitu semakin kasar permukaan benda maka semakin besar gaya geseknya dan
juga f s> f k.
Pada kegiatan ketiga dilakukan percobaan sebanyak 4 kali dengan gaya
normal berbeda 1,6 N, 2,0 N, 2,6 N dan 3,0 N. Lalu balok tersebut diletakkan
diatas papan yang dapat dimiringkan untuk mencari sudut kritisnya dengan cara
mengangkat salah satu ujung papan hingga balok meluncur, lalu sudut kritisnya
yaitu sudut dimana balok tepat akan bergerak. Setiap gaya normal dilakukan 3 kali
percobaan. Dan hasil dari analisis hampir mendekati teori karena terdapat data
yang tidak sesuai dengan teori yaitu semakin besar gaya normal maka semakin
kecil koefisien gaya statiknya. Hal ini disebabkan papan yang digunakan tingkat
kekasarannya tidak terlalu bagus, terkadang baloknya tidak meluncur.
Pada kegiatan keempat dilakukan percobaan dengan gaya normal 0,6 N
dan sudut kemiringan lebih besar dari sudut kritis pada kegiatan ketiga yaitu
32°.Dilakukan sebanyak 3 kali dengan jarak yang berbeda yaitu 30 cm, 60 cm,
dan 90 cm masing-masing 3 kali pengambilan data dengan mencatat waktu
tempuh balok untuk sampai ke ujung bawah papan. Dan hasil dari analisis hampir
mendekati teori teori yaitu μs>μk jika dikaitkan dengan kegiatan ke-3.
Hasil keseluruhan dari eksperimen ini hampir mendekati ketepatan, namun
masih ada hasil yang kurang relavan yang disebabkan ketidaktelitian saat melihat
penunjukkan di neraca pegas, adanya perbedaan presepsi untuk menentukan
penunjukkan pada neraca, sehingga kurang tepat dalam membaca data, serta
pembulatan nilai data juga membuat data mengalami perubahan dari nilai
sebenarnya, sehingga kesalahan dalam melakukan eksperimen ini masih
ditemukan dan terbilang masih tinggi.
SIMPULAN
Dari hasil analisis data yang kami peroleh, dapat kami simpulkan beberapa
hal yakni :.
1. Faktor yang mempengaruhi gaya gesek diantaranya adalah, gaya normal,
gaya tarik dan permukaan benda.
2. Koefisien gesek statik dimiliki oleh benda yang diam, dan gaya gesek
kinetik dimiliki oleh benda yang bergerak.
3. Untuk menetukan besar koefisien gesek statik digunakan persamaan,
μs=f s
N dan untuk koefisien gesekan kinetik digunakan persamaan μk=f k
N .
Maka diperoleh hasil sebagai berikut:
a. Kegiatan pertama koefisien gesek statiknya yakni untuk 1,2 N = 1,4;
untuk 1,8 N = 1,2 dan untuk 2,2 N = 1,2, sedangkan koefisien gesek
kinetiknya yakni untuk 1,2 N = 0,7; untuk 1,8 N = 0,6 dan untuk 2,2 N
= 0,6.
b. Kegiatan kedua koefisien gesek statiknya yakni untuk permukaan
pertama adalah 0,7; untuk permukaan kedua adalah 1,15; untuk
permukaan ketiga adalah 1,07; sedangkan koefisien gesek kinetiknya
yakni untuk permukaan pertama adalah 0,6; untuk permukaan kedua
adalah 0,9 dan untuk permukaan ketiga adalah 0,7.
c. Untuk kegiatan ketiga koefisien gesek statiknya yakni untuk 1,6 N =
0,55; untuk 2 N = 0,46; untuk 2,6 N = 0,44 dan untuk 3 N = 0,45
d. Untuk kegiatan keempat koefisien gesek kinetiknya yakni 0,49.
DAFTAR RUJUKAN
[1] Herman. 2014. Penuntun Praktikum Fisika Dasar, Makassar: Unit
Laboratorium Fisika Dasar FMIPA UNM.
[2] Rusmardi. 2008. Analisis Percobaan Gesekan (Friction) Untuk
Pengembangan Teknologi Pengereman Pada Kendaraan Bermotor. Jurnal
ilmiah poli rekayasa. Vol 3, No 2.
[3] Halliday & Resnick. 1991. Fisika Jilid 1 (terjemahan), Jakarta: Erlangga
[4] Silaba & Sucipto. 1985. Fisika Dasar Jilid 1. Jakarta: Erlangga