laporan fisfar kelarutan

31
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelarutan adalah jumlah zat yang terlarut pada waktu berada dalam keseimbangan dengan bagian padat pada suhu tertentu.Kelarutan mempunyai peranan yang sangat penting dalam dunia farmasi karena suatu obat baru dapat diabsorbsi setelah zat aktifnya terlarut dalam cairan usus, sehingga salah satu usaha mempertinggi efek farmakologi dari sediaan adalah dengan menaikkan kelarutan zat aktifnya. Selain itu dapat membantu para ahli farmasi dalam membantunya memilih medium pelarut yang paling baik untuk obat atau kombinasi obat, dapat membantu mengatasi kesulitan-kesulitan tertentu yang timbul pada waktu pembuatan larutan farmasetis dan lebih jauh lagi dapat bertindak sebagai standar uji kemurnian, pengetahuan yang lebih mendetail mengenai kelarutan dan sifat-sifat yang berhubungan dengan itu juga memberikan informasi mengenai struktur obat dan gaya antarmolekul obat. Kelarutan dari suatu senyawa bergantung pada sifat kimia dan fisika zat terlarut dan pelarut, juga bergantung pada factor temperatur, tekanan,

description

fisfar

Transcript of laporan fisfar kelarutan

Page 1: laporan fisfar kelarutan

BAB I

PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang

Kelarutan adalah jumlah zat yang terlarut pada waktu berada dalam keseimbangan

dengan bagian padat pada suhu tertentu.Kelarutan mempunyai peranan yang sangat penting

dalam dunia farmasi karena suatu obat baru dapat diabsorbsi setelah zat aktifnya terlarut

dalam cairan usus, sehingga salah satu usaha mempertinggi efek farmakologi dari sediaan

adalah dengan menaikkan kelarutan zat aktifnya. Selain itu dapat membantu para ahli farmasi

dalam membantunya memilih medium pelarut yang paling baik untuk obat atau kombinasi

obat, dapat membantu mengatasi kesulitan-kesulitan tertentu yang timbul pada waktu

pembuatan larutan farmasetis dan lebih jauh lagi dapat bertindak sebagai standar uji

kemurnian, pengetahuan yang lebih mendetail mengenai kelarutan dan sifat-sifat yang

berhubungan dengan itu juga memberikan informasi mengenai struktur obat dan gaya

antarmolekul obat. Kelarutan dari suatu senyawa bergantung pada sifat kimia dan fisika zat

terlarut dan pelarut, juga bergantung pada factor temperatur, tekanan, pH dan untuk jumlah

yang lebih kecil bergantung pada hal terbaginya zat terlarut.  Dalam percobaan ini akan

dilakukan uji kelarutan asam benzoat dan asam borat dalam pelarut air.

B.       Maksud Praktikum

1.         Untuk menentukan kecepatan suatu zat secara kuantitatif

2.         Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan suatu zat.

C.      Tujuan Praktikum

1.        Menentukan kecepatan suatu zat secara kuantitatif

2.        Menerangkan faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan suatu zat

D.    Prinsip Praktikum

Page 2: laporan fisfar kelarutan

Penentuan kelarutan dari kadar asam salisilat berdasarkan penambahan tween 80,

sebagai surfaktan dengan konsentrasi yang bervariasi.

Page 3: laporan fisfar kelarutan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.    Dasar Teori

Secara kuantitatif, kelarutan suatu zat dinyatakan sebagai konsentrasi zat terlarut didalam larutan jenuhnya pada suhu dan tekanan tertentu. Kelarutan dinyatakan dalam satuan mililiter pelarut yang dapat melarutkan satu gram zat. Misalnya 1 gram asam salisilat akan larut dalam 500 mL air. Kelarutan juga dinyatakan dalam satuan molalitas, molaritas dan persen (1).

Pelepasan zat aktif dari bentuk sediaannya sangat dipengaruhi oleh sifat-sifat kimia dan fisika zat tersebut serta formulasinya. Pada prinsinya obat baru dapat di absorpsi setelah zat aktifnya terlarut dalam cairan usus, sehingga salah satu usaha untuk mempertinggi efek Farmakologi dari sediaaan adalah dengan menaikkan kelarutan zat aktifnya (1).

Kelarutan atau solubilitas adalah kemampuan suatu zat kimia tertentu, zat terlarut (solute), untuk larut dalam suatu pelarut (solvent). Kelarutan dinyatakan dalam jumlah maksimum zat terlarut yang larut dalam suatu pelarut pada kesetimbangan. Larutan hasil disebut larutan jenuh. Zat-zat tertentu dapat larut dengan perbandingan apapun terhadap suatu pelarut. Contohnya adalah etanol di dalam air. Sifat ini lebih dalam bahasa Inggris lebih tepatnya disebut miscible. Pelarut umumnya merupakan suatu cairan yang dapat berupa zat murni ataupun campuran. Zat yang terlarut, dapat berupa gas, cairan lain, atau padat. Kelarutan bervariasi dari selalu larut seperti etanol dalam air, hingga sulit terlarut, seperti perak klorida dalam air. Istilah "tak larut" (insoluble) sering diterapkan pada senyawa yang sulit larut, walaupun sebenarnya hanya ada sangat sedikit kasus yang benar-benar tidak ada bahan yang terlarut. Dalam beberapa kondisi, titik kesetimbangan kelarutan dapat dilampaui untuk menghasilkan suatu larutan yang disebut lewat jenuh (supersaturated) yang metastabil (5).

Fase larutan dapat berwujud gas, padat ataupun cair. Larutan gas misalnya udara. Larutan padat misalnya perunggu, amalgam dan paduan logam yang lain. Larutan cair misalnya air laut, larutan gula dalam air, dan lain-lain. Komponen larutan terdiri dari pelarut (solvent) dan zat terlarut (solute). Pada bagian ini dibahas larutan cair. Pelarut cair umumnya adalah air. Pelarut cair yang lain misalnya bensena, kloroform, eter, dan alkohol. Jika pelarutnya bukan air, maka nama pelarutnya disebutkan. Misalnya larutan garam dalam alkohol disebut larutan garam dalam alkohol (alkohol disebutkan), tetapi larutan garam dalam air disebut larutan garam (air tidak disebutkan).

Sifat Larutan.Sifat fisik zat dapat dikelmpokkan dalam sifat koligatif, aditif dan konstitutif. Dalam

bidang termodinamika, sifat termodinamika dari sistem digolongkan, dalam sifat ekstensif, bergantung pada jumah zat dalam sistem (misalnya massa dan volume) dan sifat intensif , yang tidak bergantung jumlah zat dalam sistem (misalnya temperatur, tekanan kerapatan, tegangan permukaan, dan viskositas dari cairan murni).

Sifat koligatif terutama bergantung pada jumlah partikel dalam larutan. Sifat koligatif larutan adalah tekanan osmosis, penurunan tekanan uap, penurunan titik beku, dan kenaikan titik didih. Harga sifat koligatif kira-kira sama untuk konsentrasi yang setara dari berbagai zat nonelektrolit dalam larutan tanpa mengindahkan jenis atau sifat kimiawi dari konstituen. Dalam menetapkan sifat koligatif dari larutan zat padat dalam cairan, dianggap zat padat tidak menguap dan tekanan uap di atas larutan seluruhnya berasal dari pelarut.

Page 4: laporan fisfar kelarutan

Sifat Aditif bergantung pada andil atom total dalam molekul atau pada jumlah sifat konstituen dalam larutan. Contoh sifat aditif dari suatu senyawa adalah berat molekul, yaitu jumlah massa atom konstituen. Massa dari komponen suatu larutan juga bersifat aditif, massa total dari larutan adalah jumlah massa masing-masing komponen.

Sifat Konstitutif bergantung pada penyusunan dan untuk jumlah yang lebih sedikit, pada jenis dan jumlah atom dalam suatu molekul. Sifat ini memberikan petunjuk terhadap aturan senyawa tunggal, dan kelompok molekul dalam sistem. Banyak sifat fisik yang sebagian aditif dan sebagian konstitutif. Pembiasan cahaya, sifat listrik, sifat permukaan dan antarpermukaan dan kelarutan obat setidak-tidaknya sebagian berupa sifat konstitutif dan sebagian sifat aditif.

Tipe LarutanLarutan dapat digolongkan sesuai dengan keadaan terjadinya zat terlarut dan pelarut,

dan karena tiga wujud zat (gas, cair, padat kristal), ada sembilan kemungkinan sifat campuran homogen antara zat terlarut dan pelarut.

Zat Terlarut Pelarut Contoh

Gas Gas Udara

Zat Cair Gas Air dalam oksigen

Zat Padat Gas Uap iodium dalam udara

Gas Zat Cair Air berkarbonat

Zat Cair Zat Cair Alakohol dalam air

Zat Padat Zat Cair Larutan NaCl dalam air

Gas Zat Padat Hidrogen dalam paladium

Zat Cair Zat Padat Minyak mineral dalam parafin

Zat Padat Zat Padat Campuran emas-perak, campuran alum

Larutan jenuh adalah suatu larutan dimana zat terlarut berada dalam kesetimbangan

dengan fase padat (zat terlarut).Larutan tidak jenuh atau hampir jenuh adalah suatu larutan

yang mengandung zat terlarut dalam konsentrasi di bawah konsentrasi yang dibutuhkan untuk

penjenuhan sempurna pada temperatur tertentu.Larutan lewat jenuh adalah suatu larutan yang

mengandung zat terlarut dalam konsentrasi lebih banyak daripada yang seharusnya ada pada

temperatur tertentu, terdapat juga zat terlarut yang tidak larut (2).

Disamping itu, kelarutan adalah fungsi sebuah parameter

molekul.Pengionan struktur dan ukuran molekul stereokimia dan struktur

elektronik. Semuanya akan mempengaruhi antar aksi pelarut dan terlarut,

seperti pada bagian terdahulu, air membentuk ikatan hydrogen dengan

Page 5: laporan fisfar kelarutan

ion atau dengan senyawa non ionik, sedangkan polar melalui gugus –OH, -

NH, atau dengan pasangan elektron tak mengikat pada atom oksigen atau

nitrogen. Ion atau molekul akan memperoleh sampel hidrat dan akan

memisah dari bongkahan zat padat dan artinya melar

Pada umumnya, kelarutan kebanyakan zat padat dan zat cair dalam solven cair

bertambah dengan naiknya temperatur.Untuk gas adlam zat cair, kelakuan yang sebaliknya

terjadi. Proses larut untuk gas dalam zat cair hampir selalu bersifat eksotermik, sebab

partikel-partikel solut telah terpisah satu sama lain dan efek panas yang dominan akan timbul

akibat solvasi yang terjadi bilamana gas larut. Kaidah Le Chatelier meramalkan bahwa

kenaikan temperatur akan mengakibatkan perubahan endotermik, yang untuk gas terjadi

bilamana ia meninggalkan larutan. Oleh karen aitu, gas-gas menjadi kurang larut jika

temperatur zat cair di mana gas dilarutkan menjadi lebih tinggi. Sebagai contoh, mendidihkan

air. Gelembung-gelembung kecil tampak pad apermukaan panci sebelum pendidihan terjadi.

Gelembung-gelembung tersebut mengandung udara yang diusir dari larutan jika air menjadi

panas.Kita juga menggunakan kelakukan kelarutan gas yang umum bilamana kita

menyimpan botol yang berisi minuman yang diberi CO2 dalam almari es dalam keadaan

terbuka.  Cairan tersebut akan menahan CO2 yang terlarut lebih lama bilamana ia dijaga tetap

dingin, sebab CO2 lebih larut pada temperatur-temperatur rendah. Lain contoh dari

phenomenon ini adalah gas-gas yang terlarut dalam air mengalir dalam telaga-telaga dan

dalam sungai-sungai. Kadar oksigen yang terlarut, yang merupakan keharusan bagi

kehidupan marine, berkurang dalam bulan-bulan dimusim panas, dibanding dengan kadar

oksigen selama musim dingin (Moechtar, 1989).

Aksi pelarut dari cairan nonpolar, seperti hidrokarbon berbeda denga zat polar. Pelarut

non polar tidak dapat mengurangi gaya tarik-menarik antara ion-ion elektrolit lemah dan

kuat, karena tetapan dilektrtik pelarut yang rendah.Sedangkan pelarut polar dapat melarutkan

zat terlarut nonpolar dengan tekanan yang sama melalui inter aski dipole induksi (Martin ,

1993).

Larutan terjadi apabila suatu zat padat bersinggungan dengan suatu cairan, maka zat

padat tadi terbagi secara molecular dalam cairan tersebut .Kelarutan suatu zat tergantung atas

dua factor, yaitu luasnya permukaan dan kecepatan difusi. Umumnya zat dengan molekul

besar, kecepatan kecil disbanding dengan zat yang molekulnya .dengan penggerusan kristal

Page 6: laporan fisfar kelarutan

sampai halus, akan memperluas permukaan sedangkan dengan pemanasan tidak hanya

kelarutanya bertambah tetapi juga menaikkan kecepatan difusi (Martin, 1993).

Jika suatu larutan ditempatkan terpisah dari suatu contoh pelarut murni yang digunakan

dalam larutan itu hanya oleh suatu dinding berpori yang dapat dilewati oleh molekul pelarut

tetapi tidak oleh molekul zat terlarut, maka molekul-molekul pelarut akan berpindah kedalam

larutan kearah  menyamakan konsentrasi larutan pada kedua sisi dinding pemisah. Dinding

pemisah yang bersifat seperti itu disebut membran semipermeabel (semipermeable

membrane). (Martin, 1990)

Kekuatan tarik menarik antara atom-atom menyebabkan pembentukan molekul

ion.Kekuatan dari suatu intramolekuler yang berkembang diantara molekul-molekul seperti

itu, menentukan keadaan fisik bahan (yaitu padat, cair atau gas) pada kondisi tertentu seperti

suhu dan tekanan.Pada kondisi biasa kebanyakan senyawa organik, jadi juga kebanyakan zat

obat, berbentuk molekul suatu zat padat (Howard, 1990).

Apabila molekul-molekul saling mempengaruhi maka terjadi gaya tarik menarik.

Menyebabkan molekul-molekul bersatu, sedangkan gaya tolak menolak mencegah terjadinya

interpenetrasi dan dekstruksi molekuler. Bila gaya tarik menarik dan tolak menolak sama

maka energi potensial diantara dua molekul adalah minimum dan sistem itu paling stabil

(Howard, 1990).

Kelarutan suatu bahan dalam suatu pelarut tertentu menunjukkan konsentrasi

maksimum larutan yang dapat dibuat dari bahan dan pelarut tersebut.Bila suatu pelarut pada

suhu tertentu melarutkan semua zat terlarut sampai batas daya melarutkannya, larutan ini

disebut larutan jenuh. Agar supaya diperhatikan berbagai akan kemungkinan kelarutan

diantara dua macam bahan kimia yang menentukan jumlah masing-masing yang diperlukan

untuk m embuat larutan jenuh, disebutkan dua contoh bahan sediaan resmi larutan jenuh

dalam air, yaitu larutan Tropikal Kalsium Hidroksida, USP (Calcium Hydroxide Tropical

Page 7: laporan fisfar kelarutan

Solution, USP), dan larutan Oral Kalium Iodida, USP (Potasium Iodide Solution, USP)

(Howard, 1990).

Menurut metode kelarutan, sejumlah besar obat ditempatkan dalam wadah yang tertutup

baik, bersama-sama dengan larutan zat pengompleks dalam berbagai konsentrasi dan botol

dikocok dalam bak pada temperatur konstan sampai tercapai kesetimbangan.Cairan

supernatan dalam porsi yang cukup diambil dan dianalisis (Alfred, 1990).

Higuchi dan Lach menggunakan metode kelarutan untuk menyelidiki kompleksasi dari

p-amino asam benzoat (PABA) oleh kafeina. Hasil diplot seperti pada gamar dimana titik A

garis memotong sumbu tegak adalah  kelarutan obat dalam air. Dengan penambahan kafeina,

kelarutan p-amino asam benzoat naik secara linear disebabkan karena kompleksasi.Pada titik

B, larutan dijenuhkan terhadap kompleks dan obat itu sendiri.Kompleks terus terbentuk dan

mengendap dari sistem jenuh apabila semakin banyak kafeina ditambahkan.Pada titik C,

semua kelebihan zat padat PABA telah masuk dalam larutan dan telah diubah menjadi

kompleks (Alfred, 1990).

Suatu zat dapat melarut dalam pelarut tertentu, tetapi jumlahnya selalu terbatas, batas

itu disebut kelarutan. Kelarutan adalah jumlah zat terlarut yang dapat larut dalam sejumlah

pelarut pada suhu tertentu sampai membentuk larutan jenuh (Esteien Y, 2005).

Kelarutan untuk menyatakan kelarutan zat kimia, istilah kelarutan dalam pengertian

umumkadang-kadang perlu digunakan tanpa mengindahkan  perubahan kimia yang mungkin

terjadi pada pelarutan tersebut. Pernyataan kelarutan zat dalam bagian tertentu pelarut adalah

kelarutan pada suhu 200  dan kecuali dinyatakan lain menunjukkan bahwa, 1 bagian bobot zat

padat atau satu bagian volume zat cair larut dalam bagian tertentu volume pelarut. Pernyataan

kelarutan yang tidak disertai angka adalah kelarutan pada suhu kamar. Kecuali dinyatakan

lain, zat jika dilarutkan boleh menunjukkan sedikit kotoran  mekanik seperti bagian kertas

saring , serat dan butiran debu. Pernyataan bagian dalam kelarutan berarti bahwa 1 g zat

Page 8: laporan fisfar kelarutan

padat atau 1ml zat cair dalam sejumlah ml pelarut. Jika kelarutan suatu zaat tidak diketahui

dengan pasti, kelarutannya dapat ditunjukkan dengan istilah (Ditjen POM, 1979).

Istilah kelarutanJumlah bagian pelarut diperlukan

untuk melarutkan 1 bagian zat

Sangat mudah larut Kurang dari 1

Mudah larut 1 sampai 10

Larut 10 sampai 30

Agak sukar larut 30 sampai 100

Sukar larut 100 sampai 1000

Sangat sukar larut 1000 sampai10.000

Praktis tidak larut Lebih dari 10.000

     Faktor yang mempengaruhi kelarutan

-          Sifat dari solute dan solvent

Substansi polar cenderung lebih miscible atau soluble dengan substansi polar lainnya.

Substansi nonpolar cenderung untuk miscible dengan substansi nonpolar lainnya, dan tidak

miscible dengan substansi polar lainnya Sifat pelarut (Sukardjo, 1977)

-          pH

Suatu zat asam lemah atau basa lemah akan sukar terlarut, karena tidak mudah terionisasi.

Semakin kecil pKanya maka suatu zat semakin sukar larut, sedangkan semakin besar pKa

maka suatu zat akan akan mudah larut (Lund, 1994).

-          Suhu

Kenaikan temperatur akan meningkatkan kelarutan zat yang proses melarutnya melalui

penyerapan panas/kalor (reaksi endotermik) dan akan menurunkan kelarutan zat yang proses

melarutnya dengan pengeluaran panas/kalor (reaksi eksotermik) (Lund, 1994).

Page 9: laporan fisfar kelarutan

-          Solution aditif.

Additivies baik dapat meningkatkan atau mengurangi kelarutan zat terlarut dalam pelarut

tertentu (Lund, 1994).

B.     Uraian Bahan

1.    Air suling (Ditjen POM, FI III : 96)

Nama resmi                                         : AQUA DESTILLATA

Sinonim                                               : Air suling

Rumus Molekul                                   : H2O

Berat Molekul                                     : 18,02

                        :   cairan tidak berwarna, tidak     mempunyai rasa                            

Penyimpanan                                       :  Dalam wadah tertutupbaik

Kegunaan                                            :  Sebagai pelarut

2.    Alkohol (Ditjen POM, FI IV: 63)

Nama resmi                                         :  AETHANOLUM

Sinonim                                               :  Etanol, etil alkohol

Rumus Molekul                                   :  C2H6O

Berat Molekul                                     : 46,07

                          : cairan mudah menguap,tidak       berwarna, jernih,. Bau khas dan menyebabkan rasa terbakar

pada lidah, mudah terbakar.

                            :               bercampur dengan air dan         praktik bercampur dengan pelarut organik lain.

Penyimpanan                                       :  Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan                                            :  Sebagai pelarut

3.    Asam salisilat(Ditjen POM,FI IV : 50)

Nama resmi                                         : ACIDUM SALICYLUM

Sinonim                                               : Asam salisilat

Page 10: laporan fisfar kelarutan

Rumus Molekul                                   : C2H6O3

Berat Molekul                                     : 138,12

                     : hablur putih, biasanya berbentuk jarum putih atau serbuk hablur halus putih, rasa agak manis,

tajam, dan stabil di udara.

                           : Sukar larut dalam air dan dalam benzena, mudah laut dalam etanol dan dalam eter, larut

dalam air endidih, agak sukar larut dalam kloroform

Penyimpanan                                    : Dalam wadah tertutup rapat

                                : Sebagai sampel

4.     Propilen glikol (Ditjen POM, FI IV : 712)

Nama resmi                                         : PROPYLENGLYCOLUM

Sinonim                                               : Propilen glikol

Rumus Molekul                                   : C3H8O2

Berat Molekul                                     : 76,09

                            : cairan kental, jernih, tidak berwarna, rasa khas, praktis tidak berbau, menyerap air pada

udara lembab

                           : dapat bercampur dengan air, dengan aseton, dan dengan kloroform, larut dalam eter dan

beberapa minyak esensial tetapi tidak dapat bercampur dengan minyak lemak.

Penyimpanan                                       : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan                                            : Sebagai pelarut

Page 11: laporan fisfar kelarutan

BAB III

KAJIAN PRAKTIKUM

A.    Alat yang digunakan

Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu :

a. Batang pengaduk

b. Klem dan statif

c. Corong gelas

d. Erlenmeyer

e. Gelas kimia 100 ml

f. Gelas ukur 100 ml

g. Magnetic strirer

h. Sendok tanduk

i. Timbangan analitiuk

j. Pipet gondok

B.  Bahan yang digunakan

Bahan yang digunakan dalam prktikum yaitu :

a.       Air suling

b.      Asam salisilat

c.       Propilenglikol

d.      Alkohol 70%

e. NaOH0,1M 250ml

f. Indikator PP

g. Kertas saring

Page 12: laporan fisfar kelarutan

C.      Cara kerja

I. Pengaruh pelarut campur terhadap kelarutan zat

1.      Buatlah 50 ml campuran bahan pelarut yang tertera pada tabel dibawah ini

Pelarut Air % (v/v) Alkohol (v/v)Propilen glikol % (v/v)

A 60 0 40

B 60 5 35

C 60 10 30

D 60 15 25

E 60 20 20

F 60 30 10

G 60 35 5

H 60 40 0

2.      Ambil 50 ml campuran pelarut, larutkan asam salisilat sebanyak 1 gram ke dalam masing-

masing campuran pelarut.

3.      Kocok larutan dengan stirer selama 15 menit. Jika ada endapan yang larut selama

pengocokan tambahkan lagi sejumlah tertentu asam salisilat sampai diperoleh larutan jenuh

kembali.

4.      Saring larutan dan tentukan kadar asam salisilat yang larut dengan cara pipet 10ml larutan

kemudian tambahkan 3 tetes indikator PP lalu titrasi dengan NaOH 0,1 M sampai timbul

warna merah muda.

5.      Buatlah kurva antara kelarutan asam salisilat dengan % pelarut yang ditambahkan.

Page 13: laporan fisfar kelarutan

BAB IV

HASIL PENGAMATAN

A.    Pembahasan

Larutan adalah campuran homogen antara zat pelarut dan zat terlarut. Kelarutan adalah

kemampuan suatu zat melarut dalam pelarut tertentu. Larutan pada umumnya dibagi menjadi

tiga yaitu larutan jenuh adalah larutan yang zat terlarutnya dapat melarut dalam zat

pelarutnya dalam konsentrasi yang maksimal. Larutan lewad jenuh terjadi pada saat zat

terlarut sudah melewati  batas maksimal zat pelarut untuk melarutkannya yang biasanya

ditandai dengan terbentuknya endapan. Lautan tak  jenuh terjadi saat zat terlarut belum

mencapai batas maksimal zat pelarut untuk melarutkannya.

Dalam kelarutan dikenal istilah cosolvent dan cosolvency dimana cosolvent merupakan

bahan yang digunakan untuk meningkatkan kelarutannya misalnya seperti penggunaan

pelarut campur sedangkan cosolvency merupakan peristiwa peningkatan kelarutan.

  Faktor yang mempengaruhi kelarutan suatu zat antara lain :

1.    pH

Zat organik yang bersifat asam lemah/basah lemah adalah zat aktif yang sering

digunakan dalam dunia pengobatan. Kelarutannya dipengaruhi pH, yakni untuk dapat larut.

Zat organik yang bersifat asam lemah diberikan atau dicampurkan dulu dengan larutan basa

agar berbentuk garam organik yang mudah larut dalam air, demikian sebaliknya.

2.    Temperatur

      Ada 3 pernyataan tentang kelarutan yang dipengaruhi oleh temperature yaitu :

Page 14: laporan fisfar kelarutan

a.       Bila suhu dinaikkan, kelarutan akan meningkat, namun bila didinginkan dia akan

mengendap.

b.      Bila suhu dinaikkan, kelarutan akan meningkat.

c.       Bila suhu dinaikkan, kelarutan akan kecil.

3.      Pengaruh bentuk dan ukuran partikel

     Semakin kecil ukuran partikel, maka kelarutan zat tersebut akan meningkat, begitu pula

sebaliknya.

4.    Pengaruh jenis pelarut

          Pelarut polar akan melarutkan lebih baik zat-zat polar atau ionik, begitu pula sebaliknya.

Pelarut non polar akan melarutkan lebih baik zat-zat non polar atau molekul.

5.    Pengaruh konstanta dielektrik

          Besarnya dielektrik diatur dengan penambahan pelarut lain.

6.    Pengaruh penambahan zat-zat lain

                                    Surfaktan adalah suatu zat yang sering digunakan untuk menaikkan

kelarutan suatu zat.

Praktikum kali ini kita mengujikan 3 macam percobaan yaitu, pengaruh pelarut campur

terhadap kelarutan zat, pengaruh penambahan surfaktan terhadap kelarutan suatu zat dan

pengaruh Ph  terhadap kelarutan suatu zat.

 Pada percobaan penentuan pengaruh pelarut terhadap kelarutan suatu zat, dilakukan

dengan mengambil 50 ml pelarut campur yaitu pelarut A,B,C,D,E,F,G,dan H yang telah

ditentukan terlebih dahulu konstanta dialektriknya kemudian dimasukkan 1 gram asam

salisilat. Dikocok dengan menggunakan strirer selama 1,5 jam. Jika setelah dikocok masih

ada endapan larut maka ditambahkan lagi asam salisilat hingga terbentuk endapan. Kemudian

Page 15: laporan fisfar kelarutan

difiltrate lalu hasil filtratnya di keringkan dan tentukan kadar asam salisilat yang larut, setelah

itu dibuatlah kurva antara kelarutan asam salisilat dengan harga konstanta dielektrik.

Pada praktikum ini terjadi banyak kesalahan pada hasil praktikum salah satu

faktornya yaitu kurang telitinya praktikan pada saat membuat larutan yang lewat jenuh.

Aplikasi dari materi percobaan ini sangat penting dalam bidang farmasi, sebab dapat

membantunya memilih medium pelarut yang paling baik untuk obat atau kombinasi obat,

membantu mengatasi kesulitan-kesulitan tertentu yang timbul pada waktu pembuatan larutan

farmasetis (di bidang farmasi) dan lebih jauh lagi, dapat bertindak sebagai standar atau uji

kemurnian

BAB V

PENUTUP

A.     Kesimpulan

Dari hasil percobaan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa :

1.    Uji kelarutan asam salisilat secara kuantitatif menunjukan asam salisilat sukar larut dalam

air, hal ini sesuai literature bahwa asam salisilat sukar larut dalam air.

2.    Semakin tinggi konstanta dielektrik maka semakin sedikit asam salisilat yang terlarut, hal ini

sesuaidengan literature bahwa asam salisilat merupakan senyawa nonpolar yang lebih larut

dalam pelarut yang memiliki konstanta dielektrik rendah.

3.    Semakin tinggi konsentrasi tween 80 semakin banyak asam salisilat yang terlarut.

B.     Saran

Sebaiknya para praktikan mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan

praktikum (alat, bahan, dan atribut) dengan baik dan tidak membuat keributan saat berada di

dalam laboratorium.

Page 16: laporan fisfar kelarutan
Page 17: laporan fisfar kelarutan

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2013, Farmasi Fisika, Makassar : UMI.

Dirjen POM, 1979, Farmakope Indonesia Edisi III, Jakarta : Depkes.

Dirjen POM, 1995, Farmakope Indonesia Edisi IV, Jakarta :Depkes.

Estien Y, 2005. “Kimia Fisika Untuk Paramedis”, Penerbit Andi, Yogyakarta.

Moechtar, 1989, Farmasi Fisika, Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Ansel C. Howard, 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Jakarta : Universitas Indonesia Press.

Martin, Alfred, 1990, Farmasi Fisika Edisi I, Jakarta : Universitas Indonesia Press.Rosenberg. 1992. “Kimia Dasar”. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Underwood, A,L., (1993), “Analisa kimia Kuantitatif”, Penerbit Erlangga, Surabaya

Page 18: laporan fisfar kelarutan

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM FISIKA FARMASI

“KELARUTAN”

X.          Pembahasan

Kelarutan adalah kadar jenuh solute dalam sejumlah solven pada suhu tertentu yang

menunjukkan bahwa interaksi spontan satu atau lebih solute atau solven telah terjadi dan

membentuk dispersi molekuler yang homogen.

Secara kuantitatif, kelarutan merupakan konsentrasi zat terlarut dalam larutan jenuh

pada temperatur tertentu, sedangkan secara kualitatif didefinisikan sebagai interaksi spontan

dari dua atau lebih zat untuk membentuk dispersi molekuler homogen.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan adalah pH, temperatur, jenis pelarut,

bentuk dan ukuran partikel, konstanta dielekrik pelarut, dan surfaktan, serta efek garam.

Semakin tinggi temperature maka akan mempercepat kelarutan zat, semakin kecil ukuran

partikel zat maka akan mempercepat kelarutan zat, dan dengan adanya garam akan

mengurangi kelarutan zat. Seringkali zat terlarut lebih lebih larut dalam campuran pelarut

daripada dalam satu pelarut saja.Gejala ini dikenal dengan melarut bersama (cosolvency), dan

pelarut yang dalam kombinasi menaikkan kelarutan zat disebut cosolvent.

Pada praktikumini, zat yang diuji sebagai sampel dan standar adalah

parasetamol.Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pelarut campur dan

pengaruh surfaktan terhadap kelarutan parasetamol serta untuk membuat kurva kalibrasi

parasetamol.

Pada praktikum pengaruh pelarut campur terhadap kelarutan parasetamol,

menggunakan pelarut tunggal dan pelarut campuran air, alcohol dan propilenglikol dengan

perbandingan yang berbeda.Kelarutan suatu zat sangat dipengaruhi oleh jenis pelarut atau

polaritas pelarut. Pelarut polar akan melarutkan lebih baik zat-zat polar dan ionik, begitu pula

sebaliknya. Kelarutan juga bergantung pada struktur zat, seperti perbandingan gugus polar

dan non polar dari suatu molekul.Makin panjang rantai gugus non polar suatu zat, makin

sukar zat tersebut larut dalam air. Menurut Hilderbrane : kemampuan zat terlarut untuk

membentuk ikatan hidrogen lebih pentig dari pada kemolaran suatu zat.

Senyawa polar (mempunyai kutub muatan) akan mudah larut dalam senyawa polar.

Misalnya gula, NaCl, alkohol, dan semua asam merupakan senyawa polar sehingga mudah

larut dalam air yang juga merupakan senyawa polar. Sedangkan senyawa nonpolar akan

mudah larut dalam senyawa nonpolar, misalnya lemak mudah larut dalam minyak. Senyawa

Page 19: laporan fisfar kelarutan

nonpolar umumnya tidak larut dalam senyawa polar, misalnya NaCl tidak larut dalam minyak

tanah.

Pelarut polar bertindak sebagai pelarut dengan mekanisme sebagai berikut :

  Mengurangi gaya tarik antara ion yang berlawanan dalam Kristal. 

  Memecah ikatan kovalen elektrolit-elektrolit kuat, karena pelarut ini bersifat amfiprotik.

  Membentuk ikatan hidrogen dengan zat terlarut.

Pelarut non polar tidak dapat mengurangi daya tarik-menarik antara ion-ion karena

konstanta dielektiknya yang rendah.Iapun tidak dapat memecahkan ikatan kovalen dan tidak

dapat membentuk jembatan hidrogen. Pelarut ini dapat melarutkan zat-zat non polar dengan

tekanan internal yang sama melalui induksi antara aksi dipol. Pelarut semi polar dapat

menginduksi tingkat kepolaran molekul-molekul pelarut non polar.Ia bertindak sebagai

perantara (Intermediete Solvent) untuk mencampurkan pelarut non polar dengan non polar.

Menurut FI IV hal 649, parasetamol larut dalam air mendidih dan dalam natrium

hidroksida 1 N dan mudah larut dalam etanol.Sementara itu, Menurut FI III hal 37,

parasetamol larut dalam 70 bagian air, dalam 7 bagian etanol (95%) P, dalam 13 bagian

aseton P, dalam 40 bagian gliserol P dan dalam 9 bagian propilenglikol p; larut dalam larutan

alkali hidroksida. Dari percobaan beberapa perbandingan pelarut campur didapatkan kurva

sebagai berikut:

Dari kurva diatas terlihat kadar paracetamol yang tidak jauh berbeda, terkecuali pada

campuran pelarut air,alcohol, propilenglikol (90;10;0), kadar paracetamol yang didapat

dengan campuran pelarut air,alcohol, propilenglikol (90;10;0) adalah 211,18%, Kadar ini

kurang sesuai dengan literature yang kami peroleh, dimana parasetamol mengandung tidak

kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari 101,0%. Dan kadar parasetamol tertinggi terdapat

pada 100% pelarut alcohol. Namun kurang sesuai dengan literature. Dan kadar parasetamol

yang sesuai dengan literature terdapat pada 100% pelarut air.

Pada praktikum juga dilakukan percobaan untuk mengetahui pengaruh penambahan

surfaktan tween 80 pada kelarutan parasetamol.Surfaktan adalah suatu zat yang sering

digunakan untuk menaikan kelarutan suatu zat. Molekul surfaktan terdiri atas dua bagian

yaitu bagian polar dan non polar.apabila didispersikan dalam air pada konsentrasi yang

rendah, akan berkumpul pada permukaan dengan mengorientasikan bagian polar ke arah air

dan bagian non polar kearah udara, surfaktan mempunyai kecenderungan berasosiasi

membentuk agregat yang dikenal sebagai misel. Konsentrasi pada saat misel mulai terbentuk

disebut konsentrasi misel kritik (KMK).Menurut literatur yang kami dapat bahwa

Page 20: laporan fisfar kelarutan

penambahan surfaktan dapat meningkatkan kelarutan dengan cara menurunkan tegangan

permukaan antara serbuk paracetamol dengan air. Dan didapatkan kurva sebagai berikut:

Dari kurva diatas kadar paracetamol terendah didapat pada penambahan tween 80

0,4% b/v didapatkan kadar paracetamol 86,19%. Kadar paracetamol tertinggi didapatkan

pada penambahan tween 80 0,2% b/v yaitu 104,39%.Sehingga dari kurva diatas, kami belum

dapat membuktikan yaitu semakin banyak konsentrasi Tween 80 yang digunakan maka

konsentrasi suatu zat semakin banyak yang didapatkan.

Pada pembuatan kurva kalibrasi paracetamol dalam larutan NaOH 0,01 N didapatkan

kurva sebagai berikut:

            Dari grafik diatas, dapat dilihat kadar terendah didapat pada pengenceran parasetamol

12 ppm yaitu 66,84%. Dan kadar tertinggi terdapat pada pengenceran parasetamol 150 ppm

yaitu 100,0%.Sehingga dari kurva diatas dari sebagian besar data yang kami peroleh, dapat

dilihat semakin tinggi pengenceran/ppm yang dilakukan maka semakin tinggi pula kadarnya.

Faktor kesalahan yang dapat terjadi sehingga kadar kurang sesuai, karena :

  Kurang telitinya dalam penimbangan zat uji pada sampel maupun standar

  Kurang lamanya dalam pengocokan sehingga masih ada sampel yang belum larut atau pada

saat penyaringan terdapat zat yang tidak terlarut yang terbawa sehingga tidak didapat larutan

yang jenuh.

  Kurang telitinya dalam penggunaan dan pembacaan transmitter pada spektrofotometer UV

XI.       Kesimpulan

A.    Pengaruh pelarut campur terhadap kelarutan zat

1.      Pelarut Air 100% didapatkan kadar paracetamol = 100 %

2.      Pelarut Alkohol 100% didapatkan kadar paracetamol = 103,84 %

3.      Pelarut Propilenglikol 100% didapatkan kadar paracetamol = 89,81 %

4.      Pelarut Air 90%: Alkohol 10% didapatkan kadar paracetamol = 211,18 %

5.      Pelarut Air 80 %: Alkohol 10% : Propilenglikol 10% didapatkan kadar paracetamol = 102,66

%

Dari hasil percobaan, kadar paracetamol tertinggi didapatkan dari campuran pelarut alcohol

100%.

B.     Pengaruh penambahan surfaktan terhadap kelarutan suatu zat

1.      Penambahan tween 80 0,1 % b/v didapatkan kadar paracetamol = 100 %

2.      Penambahan tween 80 0,2 % b/v didapatkan kadar paracetamol = 104,39 %

3.      Penambahan tween 80 0,3 % b/v didapatkan kadar paracetamol = 86,19 %

Page 21: laporan fisfar kelarutan

4.      Penambahan tween 80 0,4 % b/v didapatkan kadar paracetamol = 99,36 %

5.      Penambahan tween 80 0,5 % b/v didapatkan kadar paracetamol = 103,81 %

Dari hasil percobaan, kadar paracetamol tertinggi didapatkan pada penambahan tween 80 0,2

% b/v.

C.     Pembuatan kurva kalibrasi paracetamol dalam NaOH 0,01 N

1.      Konsentrasi parasetamol 12 ppm menunjukan kadar = 66,84 %

2.      Konsentrasi parasetamol 16 ppm menunjukan kadar = 90,02 %

3.      Konsentrasi parasetamol 20 ppm menunjukan kadar = 92,88 %

4.      Konsentrasi parasetamol 50 ppm menunjukan kadar = 80,88 %

5.      Konsentrasi parasetamol 150 ppm menunjukan kadar = 100 %

Dari hasil percobaan, kadar paracetamol tertinggi didapatkan pada 150 ppm.

XII.    Daftar Pustaka

  Martin. A, 1991, Farmasi Fisika Jilid 1, Universitas Indonesia Press, Jakarta

  Anief. Moh, 2007, Farmasetika, UGM Press, Jakarta

  Modul Penuntun Praktikum Fisika Farmasi

  Voight, R. 1994. Teknologi Farmasi. Yogyakarta: UGM press

  Atkins' Physical Chemistry, 7th Ed. by Julio De Paula, P.W. Atkins

  http://id.wikipedia.org/wiki/Kelarutan

  http:////tinz08.wordpress.com/2009/05/02/asidimetri-alkalimetri