LapoRan Finish

58
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada material hasil proses produksi diperlukan suatu alat ukur linier untuk mengetahui apakah material tersebut sudah sesuai dengan toleransi yang dikehendaki atau belum. Karena alat ukur ini dirasakan sangat penting dalam ilmu proses produksi maka diperlukan suatu pengukuran dengan menggunakan jangka sorong dan mikrometer. Jangka sorong dan mikrometer skrup merupakan salah satu dari alat ukur linier. Jangka sorong memiliki ketelitian yang cukup tinggi yaitu 0,05 mm, namun mikrometer skrup lebih teliti lagi dibandingkan dengan jangka sorong. Selain itu mikrometer skrup disamping memiliki kelebihan juga memiliki kekurangan karena bentuknya yang kecil dan hanya digunakan untuk pengukuran dengan ketelitian yang tinggi 0,01 mm, oleh sebab itu didalam kehidupan sehari-hari kita harus dapat menentukan alat ukur apa yang sesuai dengan bidang atau kontruksi bidang suatu benda yang hendak diukur. Dalam laporan ini akan di bahas cara kerja dan cara pembacaan dari alat ukur linier yaitu jangka sorong dan mikrometer, sehingga kita dapat mengamati secara jelas 1

description

FINISH

Transcript of LapoRan Finish

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangPada material hasil proses produksi diperlukan suatu alat ukur linier untuk mengetahui apakah material tersebut sudah sesuai dengan toleransi yang dikehendaki atau belum. Karena alat ukur ini dirasakan sangat penting dalam ilmu proses produksi maka diperlukan suatu pengukuran dengan menggunakan jangka sorong dan mikrometer.Jangka sorong dan mikrometer skrup merupakan salah satu dari alat ukur linier. Jangka sorong memiliki ketelitian yang cukup tinggi yaitu 0,05 mm, namun mikrometer skrup lebih teliti lagi dibandingkan dengan jangka sorong. Selain itu mikrometer skrup disamping memiliki kelebihan juga memiliki kekurangan karena bentuknya yang kecil dan hanya digunakan untuk pengukuran dengan ketelitian yang tinggi 0,01 mm, oleh sebab itu didalam kehidupan sehari-hari kita harus dapat menentukan alat ukur apa yang sesuai dengan bidang atau kontruksi bidang suatu benda yang hendak diukur.Dalam laporan ini akan di bahas cara kerja dan cara pembacaan dari alat ukur linier yaitu jangka sorong dan mikrometer, sehingga kita dapat mengamati secara jelas alat ukur apa yang lebih teliti serta apa kegunaan dan kelebihan dari masing-masing alat ukur tersebut sehingga kita dapat mengerti dalam penggunaan jangka sorong dan mikrometer skrup dalam kehidupan sehari-hari, seperti di industri-industri atau perusahaan yang kerap kali menggunakan alat ukur linier.Untuk mengetahui karakteristik alat ukur linier dan faktor-faktor yang mempengaruhinya maka dilakukan pengujian yaitu pengujian dengan jangka sorong dan mikrometer.

1.2 TujuanTujuan dari praktikum pengukuran linier ini adalah agar:a. Kegunaan dan fungsi dari masing-masing alat ukur.b. Cara pembacaan dari alat ukur yang digunakan.c. Mengetahui beberapa jenis alat ukur linier.d. Memilih metode pengukuran dan alat ukur yang tepat.e. Menganalisa data pengukuran

1.3 ManfaatAdapun manfaat dari praktikum metrologi industri ini adalah :a. Praktikan dapat menggunakan jangka sorong dan mikrometer dengan benar.b. Praktikan dapat membaca hasil dan mengetahui cara kerja dari alat ukur tersebut.c. Praktikan dapat mengetahui ketelitian dari masing-masing alat ukur.d. Praktikan mampu mencari alat ukur apa yang tepat untuk digunakan pada benda kerja yang akan diukur.e. Praktikan bisa membandingkan, mengetahui dan memilih alat ukur yang paling teliti.

BAB II DASAR TEORI

2.1 Jangka SorongAlat ukur ini dalam praktik sehari-hari mempunyai banyak sebutan antara lain; jangka sorong,mistar ingsut, sketmat, sigmat, atau vernier caliper. Alat ini merupakan suatu alat pengukuran yang cepat dan relatif teliti untuk mengukur diameter dalam,diameter luar dan kedalaman suatu benda.Bagian jangka sorong terdiri atas kunci peluncur, kunci penggerak halus, skala utama batang, lidah pengukur kedalaman. Penggunaan pada jangka sorong dapat dilihat pada gambar 2,berikut:

Gambar 2.1. Jangka sorong

Jangka sorong terbagi menjadi tiga macam yaitu jangka sorong dengan pembacaan nonius , jangka sorong jam ukur , serta jangka sorong digital. Berikut adalah macam-macamnya :

Gambar 2.2. jangka sorong pembacaan nonius

Gambar 2.3 jangka sorong jam ukur

Gambar 2.4 jangka sorong digital

2.2 Mikrometer Mikrometer merupakan alat ukur linier langsung dengan tingkat ketelitian yang lebih tinggi hingga mencapai 0,001 mm. ada 3 macam mikrometer yaitu : mikrometer dalam, mikrometer luar dan mikrometer kedalaman.Mikrometer luar memlki bentuk yang bermacam-macam yang disesuaikandengan bentuk benda yang diukur. Bagian-bagian dari mikrometer luar terdiri dari spindle, anvil, inner sleeve, thimble, lock clam, outer sleeve, ratchet stopper. Spindle merupakan poros panjang yang dapat bergerak maju mundur untuk menyesuaikan dimensi benda yang akan diukur. untuk menggerakkan spindle dilakuka dengan cara memutar thimble. Apabila thimble di putar ke kanan,maka spindle akan mendekati anvil. Pada saat mengukur benda kerja jika jarak antar spindle dengan benda kerja masih jauh, maka untuk mendekatkannya dengan cara memutar thimble ke kanan. Namun apabila jarak antara ujung spindle dengan benda kerja sudah dekat maka untuk mendekatkannya dengan cara memutar ratchet stopper sampai ujung spindle menyentuh benda kerja. Lock clamp digunakan untun mengunci spindle agar tadak dapat berputar sehingga posisi skala pengukuran tidak berubah.

Gambar 2.5 mikrometerAda enam macam mikrometer, yaitu mikrometer dimeter dalam , mikrometer tiga kaki (triobor), mikrometer lubang, mikrometer V-Anvil, mikrometer ulir dan mikrometer roda gigi. Berikut ini adalah contoh-contoh mikrometer:

(a) (b)(c)

(d) (e)(f)Gambar 2.6 Jenis-jenis Mikrometer,(a) mikrometer diameter dalam, (b) mikrometer tiga kaki, (c) mikrometer lubang, (d) mikrometer v-anvil, (e) mikrometer ulir,(f) mikrometer roda gigiBAB IIIMETODOLOGI PERCOBAAN

3.1 AlatAdapun alat yang digunakan pada praktikum ini adalah :a. Jangka Sorong

Gambar 3.1 Jangka Sorong

b. Mikrometer

Gambar 3.2 Jangka Sorong

3.2 BahanAdapun bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah :a. Karburator

Gambar 3.3 Karburator

b. Rumah Piston

Gambar 3.4 Rumah Piston

c. Bearing

Gambar 3.5 Bearing

d. Pelat

Gambar 3.6 Pelat

e. Poros

Gambar3.7 Poros3.3 Cara Pembacaan Alata. Jangka Sorong

Gambar 3.8 Contoh Pembacaan jangka sorongPembacaan hasil pengukuran pada jangka sorong yang menggunakan skala nonius, cara pembacaan ukurannya secara singkat sebagai berikut :1. Baca angka mm pada skala utama (pada gambar 3.8) menunjukan angka 9 mm.2. Baca angka kelebihan ukuran dengan cara mencari garis skala utama yang segaris lurus dengan skala nonius (pada gambar 3.8) menunjukan angka 0.15.3. jumlahkan kedua ukuran yang ditunjukan alat ukur jangka sorong sehingga diperoleh ukuran 9,15 mm.

b. Mikrometer

Gambar 3.9 Contoh Pembacaan AlatCara membaca skala pada mikrometer : Pertama-tama perhatikan bilangan bulat pada skala utama barrel, lalu perhatikan apakah terbaca skala setengah milimeter pada bagian atas skala utama (ada kalanya dibawah), dan akhirnya bacalah skala perseratusan pada lingkaran.

Nilai ukuran dari gambar dibaca sbb :- Skala utama= 10 x 1,00 mm= 10,00 mm- Skala minor= 1 x 0,50 mm= 0,50 mm- Skala pemutar= 16 x 0,01 mm= 0,16 mm- Nilai = 10,66 mm

3.4 Prosedur Penggunaan Alata. Jangka Sorong1. Mengukur Diameter Luar Benda

Gambar 3.10 Mengukur diameter luarCara mengukur diameter, lebar, atau ketebalan benda :a. Memutar pengunci ke kirib. Memasukkan benda ke rahang bawah jangka sorongc. Menggeser rahang agar rahang tepat pada bendad. Memutar pengunci ke kanane. Membaca skala yang ada pada jangka sorong

2. Mengukur kedalaman benda

Gambar 3.11 Mengukur kedalaman benda

Cara mengukur diameter, lebar, atau ketebalan benda :a. Memutar pengunci ke kirib. Memasukkan rahang atas ke dalam bendac. Menggeser agar rahang tepat pada bendad. Memutar pengunci ke kanane. Membaca skala yang ada pada jangka sorong

3. Mengukur diameter dalam benda

Gambar 3.12 Mengukur diameter dalamCara mengukur diameter dalam :a. Memutar pengunci ke kirib. Membuka rahang sorong hingga ujung lancip menyentuh dasar tabungc. Memutar pengunci ke kanand. Membaca skala yang ada pada jangka sorongb. Mikrometer1. Pegang mikrometer dengan tangan kanana. Pegang saklar putar hati-hati dengan jari jempol dan telunjukb. Lingkarkan jari tengah dan jari manis dengan kuat ke rangka mikrometerc. Putar skala berlawanan dengan arah jarum jam sampai jarak kedua ujung ukur cukup lebar dimasuki benda yang akan diukur.

2. Pegang benda uji di tangan kiria. Putar skala searah jarum jam jari jempol dan telunjuk sampai terasa ada tekananb. Putar sedikit skala dengan maju mundur sampai terasa tekanan yang merata pada kedua ujung ukurc. Putar pengunci pada saat skala putar tidak dapat digerakkan dan terdengar bunyi klikd. Kunci spindle dengan perlengkapan pengunci.

3.5 DataTabel 3.1 Hasil pengukuran Diameter Luar Poros dengan mikrometer (mm)

NoPercobaan Poros Bertngkat

Tingkat 1Tingkat 2Tingkat 3

111821,5026,30

2218,0521,5026,28

3318,0121,4526,29

441821,5026,29

5518,0121,5126,30

Tabel 3.2 Ketebalan plat dengan mikrometer (mm)

Nopercobaan Posisi 1Posisi 2

116,426,41

226,436,42

336,416,41

446,426,41

556,426,42

Tabel 3.3 Diameter luar dengan jangka sorong (mm)

NoPercobaan Poros Bertngkat

Tingkat 1Tingkat 2Tingkat 3

1118,0121,5326,30

2218,1021,5226,28

3318,0121,5426,29

4418,0121,5226,29

5518,0421,5226,30

Tabel 3.4 Hasil pengukuran diameter dalam menggunakan jangka sorong (mm)

NoPercobaanKarburatorPistonBearing

1115,90 41,25 40,10

2215,90 41,20 40,05

3315,85 41,25 40,05

4415,90 41,20 40,01

5515,92 41,25 40.01

Table 3.5 Diameter kedalaman benda menggunakan jangka sorong (mm)

NoPercobaanKarburatorPistonBearing

1143,40 37,1523,50

2243,50 37,1523,51

3343,50 37,1023,49

4443,49 37,1723,51

5543,48 37,1023,50

Tabel 3.6 Ketebalan plat menggunakan jangka sorong (mm)

Nopercobaan Posisi 1Posisi 2

116,106,15

226,126,14

336,106,10

446,126,14

556,146,12

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisa Data hasil PengukuranDari hasil pengukuran maka kami analisis sebagai berikuta. Pengukuran diameter luar porosTabel 4.1 pengukuran diameter luar poros dengan mikrometer (mm)NoPercobaan Poros Bertngkat

Tingkat 1Tingkat 2Tingkat 3

111821,5026,30

2218,0521,5026,28

3318,0121,4526,29

441821,5026,29

5518,0121,5126,30

18,0121,4926,29

Dari Tabel 4.1 Tingkat 1 rata-rata pada titik 1 = jumlah hasil pengukuran Banyaknya pengukuran= =18,01 mm

Grafik 4.1 Pengukuran diameter luar poros

Tingkat 2 rata-rata pada titik 2= jumlah hasil pengukuran Banyaknya pengukuran= = 21,49 mm

Grafik 4.2 Pengukuran diameter luar poros

Tingkat 3 rata-rata pada titik 3= jumlah hasil pengukuran Banyaknya pengukuran= = 26,29 mm

Grafik 4.3 Pengukuran diameter luar poros

b. Pengukuran tebal platTable 4.2 Pengukuran tebal plat dengan mikrometer (mm)Nopercobaan Posisi 1Posisi 2

116,426,41

226,436,42

336,416,41

446,426,41

556,426,42

6,426,41

Dari tabel 4.2 maka diperoleh Posisi 1 rata-rata pada posisi 1 = jumlah hasil pengukuran Banyaknya pengukuran = = 6,42 mm

Grafik 4.4 Pengukuran tebal plat

Posisi 2 rata-rata pada posisi 2 = jumlah hasil pengukuran Banyaknya pengukuran = =6,41mm

Grafik 4,5 Pengukuran tebal plat

1. Pengukuran diameter luar

Tabel 4.3. Diameter luar poros dengan jangka sorong (mm)

NoPercobaan Poros Bertngkat

Tingkat 1Tingkat 2Tingkat 3

1118,0121,5326,30

2218,1021,5226,28

3318,0121,5426,29

4418,0121,5226,29

5518,0421,5226,30

18,0321,5226,29

Dari Tabel 4.3 maka Tingkat 1 rata-rata pada tingkat 1 = jumlah hasil pengukuran Banyaknya pengukuran= =18,03 mm

Grafik 4.6 Pengukuran diameter luar poros

Tingkat 2 rata-rata pada tingkat 2 = jumlah hasil pengukuran Banyaknya pengukuran = = 21,52 mm

Grafik 4.7 Pengukuran diameter luar poros

Tingkat 3 rata-rata pada tingkat 3 = jumlah hasil pengukuran Banyaknya pengukuran = =26,29 mm

Grafik 4.8 pengukuran diameter luar poros

2. Pengukuran diameter dalamTabel 4.4. Hasil pengukuran diameter dalam menggunakan jangka sorong (mm)

NoPercobaanKarburatorPistonBearing

1115,90 41,25 40,10

2215,90 41,20 40,05

3315,85 41,25 40,05

4415,90 41,20 40,01

5515,92 41,25 40.01

15,8941,2340,08

Dari Tabel 4.4 maka diperoleh : Karburator rata-rata= jumlah hasil pengukuran Banyaknya pengukuran = =15,89 mm

Grafik 4.9 pengukuran diameter dalam karburator

Piston rata-rata= jumlah hasil pengukuran Banyaknya pengukuran= =41,23 mm

Grafik 4.10 Pengukuran diameter dalam piston

Bearing rata-rata= jumlah hasil pengukuran Banyaknya pengukuran= =40,08 mm

Grafik 4.11 pengukuran diameter dalam bearing

3. Pengukuran kedalamanTable 4.5. Diameter kedalaman benda menggunakan jangka sorong (mm)

NoPercobaanKarburatorPistonBearing

1143,40 37,1523,50

2243,50 37,1523,51

3343,50 37,1023,49

4443,49 37,1723,51

5543,48 37,1023,50

43,4737,1323,50

Dari Tabel 4.5 diperoleh hasil sebagai berikut : Karburator rata-rata= jumlah hasil pengukuran Banyaknya pengukuran==43,47 mm

Grafik 4.12 pengukuran kedalam karburator

Piston rata-rata= jumlah hasil pengukuran Banyaknya pengukuran= =37,13 mm

Gtafik 4.13 Pengukuran kedalaman piston Bearing rata-rata= jumlah hasil pengukuran Banyaknya pengukuran==23,50 mm

Grafik 4.14 pengukuran kedalaman bearing

4. Pengukuran ketebalan platTabel 4.6. Ketebalan plat menggunakan jangka sorong (mm)

Nopercobaan Posisi 1Posisi 2

116,106,15

226,126,14

336,106,10

446,126,14

556,146,12

6,116,13

Dari Tabel 4.6 diperoleh hasil sebagai berikut : posisi 1 rata-rata= jumlah hasil pengukuran Banyaknya pengukuran= = 6,11mm

Grafik 4.15 Pengukuran tebal plat

posisi 2 rata-rata= jumlah hasil pengukuran Banyaknya pengukuran= =6,13 mm

Gambar 4.16 Pengukuran tebal plat

4.2 PembahasanPada pengukuran linier, hasil pengukuran jangka sorong dengan mikrometer mengalami perbedaan karena kedua alat ukur ini memiliki ketelitian yang berbeda. Ketelitian dari jangka sorong 0,05 mm dan ketelitian mikrometer 0,01 mm. Dilihat dari ketelitiannya, mikrometer memiliki ketelitian lebih tinggi dibandingkan jangka sorong.Saat melakukan pengukuran linier akan diperoleh data hasil pengukuran yang berbeda dari setiap kali melakukan pengukuran baik menggunakan jangka sorong maupun mikrometer. Hal ini menyebabkan perlunya pengukuran yang berulang-ulang guna mendapatkan nilai rata-rata untuk hasil pengukuran yang akurat atau maksimal. Pada pengukuran diameter luar poros dengan menggunakan mikrometer pada tingkat pertama diperoleh hasil pengukuran rata-rata yaitu18,01 mm, tingkat kedua 21,49 mm, dan tingkat ketiga 26,29 mm. Sedangkan untuk pengukuran tebal plat dengan menggunakan mikrometer pada posisi satu diperoleh nilai rata-rata pengukuran 6,42 mm, dan posisi dua yaitu 6,41 mm. Kemudian pengukuran diameter luar poros rata-rata dengan menggunakan jangka sorong pada tingkat satu yaitu,18,03 mm, tingkat dua 21,52 mm, dan tingkat tiga 26,29 mm. Selanjutnya pengukuran diameter dalam dengan jangka sorong diperoleh rata-rata untuk karburator 15,9 mm, piston 41,23 mm, dan bearing 40,08 mm. Sedangkan untuk kedalaman, rata rata hasil pengukuran pada karburator 43,47 mm, piston 37,13 mm, dan bearing 23,5 mm. Pada pengukuran tebal plat dengan menggunakan jangka sorong diperoleh pengukuran rata-rata pada posisi satu 6,11 mm dan posisi dua 6,13 mm.Hasil pembacaan skala pada alat ukur linier, jangka sorong dan mikrometer mengalami perubahan data setiap kali melakukan pengukuran disebabkan oleh ;a. Faktor pengamatanb. Faktor pembacaan skala alat ukur yang kurang cermat.c. Faktor penggunan alat tidak sesuai dengan prosedurd. Faktor bentuk spesimen yang tidak rata.e. Faktor kebersihan alat ukur dan benda ukur

BAB VPENUTUP

1.1 KesimpulanDari hasil praktikum metrologi industri yakni pengukuran linier dapat disimpulkan :a. Pada pengukuran dengan menggunakan Jangka sorong dan mikrometer terdapat hasil pengukuran yang berbeda-beda walaupun dilakukan berulang-ulang. Ini disebabkan karena kesalahan pengukuran yang diakibatkan oleh kesalahan pembacaan, atau kesalahan pandangan pada saat mengamati skala yang ditunjukan oleh alat ukur.b. Setelah menggunakan jangka sorong dan mikrometer kita dapat membandingkan hasil yang dicapai oleh kedua alat ukur tersebut.c. Setelah melakukan pengukuran dan menganalisis data dapat disimpulkan bahwa jangka sorong menunjukkan pengukuran yang lebih teliti dibandingkan dengan mikrometer.d. Untuk mengukur diameter dalam dan dan kedalaman kita hanya bisa menggunakan jangka sorong karena mikrometer hanya dapat mengukur ketebalan dan diameter pada praktikan ini.1.2 SaranAdapun saran untuk mengukur dimensi suatu benda dengan menggunakanjangka sorong dan micrometer adalah sebagai berikut :a. Pada saat pengukuran diameter dan tebal suatu benda dengan menggunakan jangka sorong, sebaiknya bahan yang akan di ukur benar-benar tepat berada di tengah-tengah rahangb. Untuk mengukur kedalaman posisi jangka sorong harus tegak lurusc. Untuk mengukur tebal plat posisi mulut alat ukur harus benar-benar tepatd. Untuk mendapatkan hasil yang akurat perlu dilakukan pengukuran berkali-kali lalu menentukan nilai rata-rata supaya kita mengetahui mana pengukuran yang lebih akurat.BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangUntuk mencapai kualitas produksi mesin yang baik, maka diperlukan seorang perancang yang memiliki pengetahuan dan keterampilan yang baik juga dalam perancangan mesin. Hal ini sangat mempengaruhi fungsi kerja dari mesin yang dihasilkan. Banyak hal-hal yang harus diperhatikan dalam perancangan mesin, misalnya adalah perhitungan komponen mesin, pengukuran material yang digunakan, dan lain sebagainya.Dalam melakukan pengukuran, perancang harus memiliki keterampilan dalam menggunakan alat ukur. Kalibrasi dari alat ukur yang digunakan sangat mempengaruhi hasil pengukuran. Selain itu, kemampuan dalam pembacaan skala pada alat ukur juga adalah salah satu hal yang mempengaruhi hasil pengukuran. Misalnya adalah kesalahan pembacaan skala pengukuran sudut pada mesin yang akan dibuat. Jika kesalahan ini terjadi, maka hasil produksi dapat dikatakan gagal dan perancang akan banyak merugikan perusahaan dan banyak orang. Oleh karena itu, sebagai perancang, akan dibutuhkan kemampuan penggunaan alat yang baik.Dalam praktikum ini, kita akan mempelajari penggunaan dan cara kerja dari sebagian alat ukur. Kita akan mempelajari cara penggunaan dan cara membaca skala pengukuran pada alat ukur bevel protactor (busur baja).

1.2 TujuanTujuan dari praktikum yang akan dilakukan adalah :a. Praktikan mengetahui beberapa jenis alat ukur sudut.b. Praktikan mampu memilih metoda pengukuran dan alat ukur yang cocok, melaksanakan pengukuran, menganalisis data hasil pengukuran dan menyimpulkan hasil pengukuran.

1.3 Manfaat Adapun manfaat dari praktikum ini adalah :a. Praktikan menguasai cara kerja dan cara penggunaan dari bevel protactor.b. Praktikan mampu mengaplikasikannya pada dunia kerja.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1Dasar TeoriMetrologi Industri merupakan ilmu yang mempelajari tentang pengukuran. Secara umum, pengukuran dapat diartikan sebagai suatu proses pembandingan antara suatu besaran dengan besaran standar yang berasal dari besaran dasar. Pengukuran geometris terdiri dari tiga aspek yaitu ukuran, bentuk dan kekasaran. Dan secara terperinci, terbagi menjadi pengukuran linear, sudut, kedataran, profil, ulir, roda gigi, penyetelan posisi dan kekasaran permukaan.Pengukuran dibagi beberapa jenis yaitu : a. Pengukuran langsung adalah pengukuran yang dilakukan dengan alat ukur langsung dan hasilnya dapat diperoleh langsung dari pembacaan saat dilakukan pengukuran.b. Pengukuran tak langsung adalah pengukuran yang dilakukan dengan beberapa jenis alat ukur pembanding, standard dan alat bantu.c. Pengukuran dengan pengukuran dengan geometri khusus adalah pengukuran yang dilakukan hanya untuk satu geometri tertentu saja seperti kebulatan,pitch ulir dan lainnya.d. Pengukuran dengan kaliber batas yaitu proses pemeriksaan untuk memastikan apakah objek ukur memiliki harga yang terletak didalam atau diluar daerah toleransi ukuran, bentuk atau posisi.e. Pengukuran dengan bentuk acuan adalah pengukuran dengan cara membandingkan dengan suatu bentuk acuan yang ditetapkan pada layar alat ukur proyeksi.f. Pengukuran dengan mesin ukur koordinat yaitu alat ukur geometri modern dengan memanfaatkan komputer untuk mengontrol gerakan sensor relative terhadap benda ukur untuk menganalisis data pengukuran.

Alat ukur adalah suatu alat yang dipakai untuk mengukur suatu benda yang diukur, alat ukur mesin perkakas biasanya dipakai di pabrik, di workshop, di bengkel kuliah, dan di bengkel sekolah. oleh sebab itu, alat ini membantu untuk mengukur benda yang sulit diukur. Contoh dari alat ukur yang digunakan untuk mengukur besar sudut dari suatu material adalah bevel protactor atau busur baja.

2.2Busur Baja ( Bevel Protactor )Bevel protactor merupakan alat ukur yang digunakan untuk mengetahui nilai atau harga sudut pada suatu benda kerja dimana hasil pengukurannya langsung dapat dibaca pada skala ukurnya. Alat ini dibuat dari plat baja dan dibentuk setengah lingkaran dan diberi batang pemegang serta pengunci. Pada plat setengah lingkaran itulah dicantumkan skala ukuran sudutnya. Bevel protaktor merupakan pengukur sudut universal digunakan untuk pengukuran sudut secara tepat. Pengukuran sudut dapat disetel pada sembarang tempat dengan daerah pengukuran dari nol sampai dengan 1800.Untuk memudahkan, plat berbentuk lingkaran yang berskala tersebut disebut dengan piringan skala utama. Antara piringan skala utama dengan batang pemegang dihubungkan dengan pengunci yang mempunyai fungsi untuk mematikan gerakan dari piringan skala utama waktu mengukur.

Pengunci Gambar 2.1. Bevel Protactor

Skala utamaPenunjuk skala utama

Batang pemegang

Pengunci Gambar 2.2 Bagian-bagian Bevel protactorBaja tersebut hanya mempunyai ketelitian sampai 1 derajat. Piringan skala setengah lingkaran diberi skala sudut dari 0 180 secara bolak-balik. Satu skala kecil besarnya sama dengan 1 derajat. Busur baja cocok digunakan untuk mengukur sudut-sudut benda ukur terutama yang terbuat dari plat.

Gambar 2.3 Pengukuran sudut pada plat dengan menggunakan bevel protactorDi samping itu untuk pengukuran yang cepat alat ini dapat juga untuk mengukur sudut-sudut alat potong. Untuk mengukur sudut-sudut yang kecil maka dalam menggunakan busur baja dapat dibantu dengan penyiku.

BAB IIIMETODE PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahana. Alat Bevel Protactor (busur baja)

Gambar 3.1 Bevel Protactor yang digunakan

b. Bahan Plat trapesium

Gambar 3.2. Plat trapesium3.2Prosedur PraktikumProsedur yang harus diikuti dalam melakukan praktikum menggunakan bevel protactor adalah :a. Permukaan benda ukur dan permukaan kerja dari busur bilah dibersihkan.b. Bidang dari busur bilah harus berimpit atau sejajar dengan bidang dari sudut yang diukur (bidang normal).c. Sisi kerja dari pelat dasar dan salah satu sisi dari bilah utama harus benar-benar berimpit dengan permukaan benda ukur, dan tidak boleh terjadi celah.

3.3Cara Pembacaan Alat UkurBusur baja hanya mempunyai satu skala, yakni skala utama yang mempunyai tingkat kecermatan satu derajat. Prinsip pembacaan skala pengukuran sangat praktis, karena hanya melihat satu skala, yakni skala utama kita sudah dapat hasil pengukuran..

3.4Data Hasil PengukuranHasil Pengukuran pada praktikum ini tertera pada table di bawah ini :

Table 3.1. Hasil Pengukuran Plat A (mm)NO1234

1102100.57776.25

2102.5100.577.176.5

3102.25100.377.376.3

4102100.47776.6

5102100.757776.9

Table 3.2. Hasil Pengukuran Plat B (mm)NO1234

1102.51027776

2102.5102.276.576.3

3102.5102.176.2576.5

4102.5102.576.576.5

5102.5102.2576.476.2

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN

4.1Analisa DataPada tabel hasil pengukuran plat dapat kita lihat bahwa besar antara sudut plat A dan B tidak sama. Ada baiknya pada saat mengukur sudut, posisi busur baja dan posisi sudut plat harus benar-benar presisi, dengan begitu kita bisa mendapat hasil pengukuran yang diinginkan.Table 4.1. Hasil Perhitungan Plat A (mm)Hasil Perhitungan Plat A

No1234

1102100,57776,25

2102,5100,577,176,5

3102,25100,377,376,3

4102100,47776

5102100,757776,9

Jumlah510,75502,45385,4381,95

Rata-rata102,15100,4977,0876,39

rata-rata dari pengukuran plate A didapat dengan rumus : rata-rata pada sudut 1 = jumlah hasil pengukuran Banyaknya pengukuran = 102 + 102,5 + 102,25 + 102 + 102 5 = 102.15 mm

= Hasil pengukuran

= Nilai rata-rata

Grafik 4.1. Plat A Pengukuran 1 rata-rata pada sudut 2 = jumlah hasil pengukuran Banyaknya pengukuran = 100,5 + 100,5+ 100,3+ 100,4 + 100,75 5 = 100,49 mm

= Hasil pengukuran

= Nilai rata-rata

Grafik 4.2. Plat A Pengukuran 2

rata-rata pada sudut 3 = jumlah hasil pengukuran Banyaknya pengukuran = 77 + 77,1+ 77,3+ 77 + 77 5 = 77,08 mm

= Hasil pengukuran

= Nilai rata-rata

Grafik 4.3. Plat A Pengukuran 3

rata-rata pada sudut 4 = jumlah hasil pengukuran Banyaknya pengukuran = 76,25 + 76,5+ 76,3+ 76 + 76,9 5 = 76,39 mm

= Hasil pengukuran= Nilai rata-rata

Grafik 4.4. Plat A Pengukuran 4

Table 4.2 Hasil Pengukuran Plat B (mm)Hasil Perhitungan Plat A

No1234

1102,51027776

2102,5102,276,576,3

3102,5102,176,2576,5

4102,5102,576,576,5

5102,5102,2576,476,2

Jumlah512,5511,05382,65381,5

Rata-rata102,50102,2176,5376,3

rata-rata dari pengukuran plate B didapat dengan rumus : rata-rata pada sudut 1 = jumlah hasil pengukuran Banyaknya pengukuran = 102,5 + 102.5+ 102.5+ 102.5+ 102.5 5 = 102,50 mm

= Hasil pengukuran

= Nilai rata-rata

Grafik 4.5 Plat B Pengukuran 1

rata-rata pada sudut 2 = jumlah hasil pengukuran Banyaknya pengukuran = 102 + 102,2+ 102,1+ 102,5 + 102,25 5 = 102,21mm

= Hasil pengukuran

= Nilai rata-rata

Grafik 4.6 Plat B Pengukuran 2

rata-rata pada sudut 3 = jumlah hasil pengukuran Banyaknya pengukuran = 77+ 76,5+ 76,25+ 76,5 + 76,4 5 = 76,53 mm

= Hasil pengukuran

= Nilai rata-rata

Grafik 4.7 Plat B pengukuran 3

rata-rata pada sudut 4 = jumlah hasil pengukuran Banyaknya pengukuran = 76+ 76,3+ 76,5+ 76,5 + 76,2 5 = 76,3 mm

= Hasil pengukuran

= Nilai rata-rata

Grafik 4.8 Plat B pengukuran 4

4.2Pembahasana. Pembacaan dan Pengambilan DataPengambilan data atau hasil dari pengukuran dengan bevel protactor didapat dengan melakukan pengukuran langsung sesuai benda kerja yang diukur seperti gambar dibawah ini :

Gambar 4.1 Pengukuran Sudut pada Plat dengan Bevel ProtactorPembacaan dapat dilihat langsung pada skala utama yang ditunjukan oleh bevel protactor. Hasil Dari setiap pengukuran didata dalam bentuk tabel sesuai format yang telah ditentukan. Dan pembacaan pengukuran ini harus dilakukan dengan teliti sesuai cara-cara yang telah ditentukan untuk mengurangi kesalahan sekecil mungkin.b. Perhitungan Data Pengukuran Dari data setiap pengukuran yang didapat, dilakukan perhitungan untuk mencari rata-rata dari pengukuran tersebut yang akan dicantumkan dalam bentuk tabel dan grafik hasil pengukuran, hal ini untuk memudahkan pamahaman terhadap data yang telah didapatkan. Perhitungan data hasil pengukuran bevel protactor dihitung dengan rumus berikut ini :

: jumlah Rata-rataDengan rumus diatas maka kita akan mendapatkan hasil rata-rata dari pengukuran yang kita lakukan sehingga kita dapat masukan kedalam bentuk grafik hasil pengukuran.c. Pembacaan GrafikGrafik diatas menunjukan data hasil perhitungan dari berapa kali dilakukan percobaan serta nilai rata-rata. Data hasil setiap percobaan itu dilambangkan dengan warna biru dan Nilai rata-rata percobaan di tunjukan dengan warna merah muda. Dari grafik diatas dapat kita ketahui bahwa dari beberapa kali pengukuran yang dilakukan terdapat perbedaan pembacaan namun mendekati sama, hal itu menunjukan bahwa cara pembacaan baik posisi pembacaan, posisi alat serta cara pembacaan kita sangat berpengaruh terhadap hasil yang kita dapatkan. Untuk itu maka kita cari nilai rata-rata untuk mencari nilai pengukuran yang tepat.d. Perbedaan PembacaanSetiap pengukuran yang dilakukan secara berulang-ulang selalu mendapatkan pembacaan yang berbeda. Hal ini disebabkan oleh prosedur pembacaan yang kurang dicermati, misalnya alat ukur yang tidak bersih sehingga pembacaan tidak jelas, posisi pembaca yang tidak tepat sehingga menyebabkan pembacaan pertama dan kedua menjadi berbeda, ketepatan pemasangan alat yang juga menyebabkan skala yang ditunjukan berubah-ubah itulah panyebab data yang didapat berbeda-beda pada setiap pembacaan.

BAB VPENUTUP

5.1KesimpulanDari praktikum yang telah dilaksanakan maka dapat disimpulkan bahwa :a. bevel protaktor adalah salah satu alat ukur lansung untuk mengukur sudut.b. pembacaan pada bevel protaktor dapat langsung kita dapat kan dengan melihat sekala utama yang di tunjukan.c. Perhitungan data hasil pengukuran dapat dihitung dengan rumus

d. Grafik menunjukan perbedaan pembacaan beberapa kali pembacaan dibandingkan dengan nilai rata-rata dari semua pengukuran.e. Prosedur pembacaan yang kurang tepat dapat menyebabkan perbedaan pembacaan.

5.2SaranAdapun saran untuk mengukur sudut suatu benda dengan menggunakanbevel protactor adalah sebagai berikut :a. Untuk menghindari kesalahan dalam pembacaan maka harus menguasai terlebih dahulu cara penggunaan alat yang benar dan cara pembacaan yang tepat.b. Lakukanlah pengukuran dengan sangat hati-hati dan teliti.

34