LAPORAN FAEKOL ANTIDIARE.docx

12
BAB I PENDAHULUAN 1.1 TujuanPercobaan Mengetahui contoh-contoh obat anti diare Mengetahui cara kerja obat anti diare 1.2 Latar Belakang Makanan yang ditelan akan bercampur dengan air liur yang mengandung amilase yaitu enzim yang membantu pencernaan, makanan masuk keesofagus dengan bantuan suatu mekanisme peristaltik dan seterusnya masuk ke dalam lambung. Dalam lambung makanan akan mengalami beberapa hal yang penting antara lain terjadi pemecahan protein menjadi asam amino, kemudian makanan diteruskan oleh gelombang peristaltik sedikit demi sedikit masuk ke dalam usus halus, bila porsi kecil makanan telah memasuki usus halus akan timbul refleks untuk menghentikan sementara penyaluran makanan dari lambung ke dalam usus halus dan refleks yang lain akan memacu kelenjar utama dari saluran cerna ( hati, kandung empedu, pancreas) untuk membantu penyerapan dari zat-zat makanan. Setelah menelan makanan, suatu gelombang peristaltik mambawa bolus makan menuju esofagus dengan cepat. gelombang ini akan membuka sfingter esophagus bagian bawah. Pada beberapa penyakit gelombang ini tidak dapat membuka sfingter esophagus bagian bawah dengan sempurna. Sfingter esophagus akan selalu tertutup untuk mencegah isi lambung mengalir kembali ke esofagus, Rasa nyeri retrosternal (heart burn) dan Peradangan mukosa esophagus (esofagitis refluks : mukosa sangat merah dan mudah berdarah) disebabkan karena adanya refluks asam lambung kedalam esophagus yang merupakan akibat kelumpuhan pada refleks sfingter esophagus bagian bawah di sebabkan karena kebiasaan merokok dan minum kopi. 1 Angka kejadian diare, penyakit yang ditandai perubahan konsistensi tinja dan peningkatan frekuensi berak, di sebagian besar wilayah Indonesia hingga saat ini masih tinggi. Kepala Subdit Diare dan Kecacingan Departemen Kesehatan I Wayan Widaya 1

Transcript of LAPORAN FAEKOL ANTIDIARE.docx

BAB IPENDAHULUAN1.1 TujuanPercobaan Mengetahui contoh-contoh obat anti diare Mengetahui cara kerja obat anti diare1.2 Latar BelakangMakanan yang ditelan akan bercampur dengan air liur yang mengandung amilase yaitu enzim yang membantu pencernaan, makanan masuk keesofagus dengan bantuan suatu mekanisme peristaltik dan seterusnya masuk ke dalam lambung. Dalam lambung makanan akan mengalami beberapa hal yang penting antara lain terjadi pemecahan protein menjadi asam amino, kemudian makanan diteruskan oleh gelombang peristaltik sedikit demi sedikit masuk ke dalam usus halus, bila porsi kecil makanan telah memasuki usus halus akan timbul refleks untuk menghentikan sementara penyaluran makanan dari lambung ke dalam usus halus dan refleks yang lain akan memacu kelenjar utama dari saluran cerna ( hati, kandung empedu, pancreas) untuk membantu penyerapan dari zat-zat makanan. Setelah menelan makanan, suatu gelombang peristaltik mambawa bolus makan menuju esofagus dengan cepat. gelombang ini akan membuka sfingter esophagus bagian bawah. Pada beberapa penyakit gelombang ini tidak dapat membuka sfingter esophagus bagian bawah dengan sempurna. Sfingter esophagus akan selalu tertutup untuk mencegah isi lambung mengalir kembali ke esofagus, Rasa nyeri retrosternal (heart burn) dan Peradangan mukosa esophagus (esofagitis refluks : mukosa sangat merah dan mudah berdarah) disebabkan karena adanya refluks asam lambung kedalam esophagus yang merupakan akibat kelumpuhan pada refleks sfingter esophagus bagian bawah di sebabkan karena kebiasaan merokok dan minum kopi.1Angka kejadian diare, penyakit yang ditandai perubahan konsistensi tinja dan peningkatan frekuensi berak, di sebagian besar wilayah Indonesia hingga saat ini masih tinggi. Kepala Subdit Diare dan Kecacingan Departemen Kesehatan I Wayan Widaya di Jakarta, Kamis, mengatakan, angka kejadian diare Indonesia menurut survei morbiditas yang dilakukan Departemen Kesehatan tahun 2003 berkisar antara 200-374 per 1000 penduduk. "Sedangkan pada balita, setiap balita rata-rata menderita diare satu sampai dua kali dalam satu tahun," katanya serta menambahkan bahwa tingkat kematian akibat diare pun masih cukup tinggi. Menurut hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004 angka kematian akibat diare 23 per 100 ribu penduduk dan pada balita 75 per 100 ribu balita. Selama 2006, kata Wayan, sebanyak 41 kabupaten di 16 provinsi melaporkan Kejadian Luar Biasa (KLB) diare di wilayahnya.

1.3 Hipotesis Diduga air teh dapat digunakan untuk pengobatan anti diare karena teh pahit kental dapat membersihkan bakteri penyebab diare serta membunuh jamur (spora), virus, dan bakteri penyebab diare. BAB IITINJAUAN PUSTAKADiare adalah keadaan buang-buang air dengan banyak cairan. Makanan dari lambung akan dicerna membentuk chymus( masa seperti bubur), masuk ke usus kecil dengan adanya enzim pencernaan makana akan dirombak, kemudian bahan diresorpsi, sisanya berupa serat dan 90% air, masuk ke usus besar. Didalam usus besar air akan diresorpsi sehingga sisa makanan yang encer memadat.2Diare ditandai dengan frekuensi defekasi yang jauh melebihi normal, serta konsistensi feses yang encer. Diare dapat bersifat akut atau kronis. Penyebab diare pun bermacam-macam.3Diare terjadi karena adanya rangsangan terhadap saraf otonom di dinding usus sehingga menimbulkan refleks mempercepat peristaltik usus. Diare akut disebabkan oleh infeksi dengan bakteri seperti: E.Coli, Shigella, Salmonella, V.cholerae. diare kronis mungkin berkaitan dengan berbagai gangguan gastrointestinal, ada pula diare yang berlatar belakang kelainan psikhomatik, alergi oleh makanan atau obat-obatan tertentu. Kelainan pada sistem endokrin dan metabolisme kekurangan vitamin dan sebagai akibat dari radiasi.3.4Diare hebat sering disertai muntah sehingga tubuh kehilangan banyak air dan garam-garam terutama Na dan K sehingga terjadi kekeringan(dehidrasi) kurang K(hipokilemia) dan acidosis(darah jadi asam). Pada anak-anak dan bayi lebih bahaya karena cadangan cairan intra sel sedikit, sedangkan cairan ekstra sel lebih mudah dilepaskan dibanding orang dewasa. Gejala dehidrasi, perasaan haus, mulut dan bibir kering, kulit keriput, air seni berkurang, berat badan turun, gelisah, ngantuk, lemah otot dan sesak napas.2Diare yang berkepanjangan sangat melemahkan penderitanya karena tubuh banyak kehilangan energi cairan dan elektrolit tubuh, sehingga memerlukan terapi pengganti dengan cairan dan elektrolit serta kalori, obat anti bakteri atau anti amuba tergantung penyebab diare maupun obat-obat lain yang bekerja memperlambat peristaltik usus, menghilangkan nyeri dan menenangkan.A. Obat AntidiareAntidiare adalah obat-obatan yang digunakan untuk menanggulangi atau mengobati penyakit yang disebabkan oleh bakteri atau kuman, virus, cacing atau keracunan makanan. Diare dapat ditimbulkan oleh.41.Infeksi oleh bakteri patogen misalnya baktericoli.2.Infeksi oleh kumanthypus (kadang-kadang) dan kolera.3.Infeksi oleh virus misalnya influenza perut dantravellers diarre(masuk angin akibat perjalanan).4.Akibat dari penyakit cacing (cacing gelang, cacing pita).5.Keracunan makanan atau minuman.6.Gangguan gizi.7.Pengaruh enzim tertentu.8.Pengaruh saraf (terkejut, takut).Berdasarkan mekanisme kerjanya dalam menghentikan diare (terapi simptomatis), maka anti diare dibagi menjadi 4 yaitu:41.Menekan peristaltik usus, misalnya loperamide.2.Menciutkan selaput usus atau adstringen, contohnya tannin.3.Pemberian adsorben untuk menyerap racun yang dihasilkan bakteri atau racun penyebab diare yang lain, misalnya carbo-adsorben, kaolin.4.Pemberian mucilago untuk melindungi selaput lendir yang luka.

Obat-obat lain yang diberikan untuk mengobati diare ini dapat berupa:41.Kemoterapi, untuk terapi kasual yaitu memusnahkan bakteri penyebab penyakit digunakan obat golongan sulfonamida atau antibiotika.2.Spasmolitik, zat yang dapat melemaskan kejang-kejang otot perut (nyeri perut) pada diare misalnya atropin sulfat.3.Oralit, sebelum diberikan obat yang tepat maka pertolongan pertama pengobatan diare akut seperti pada gastro enteritis ialah mencegah atau mengatasi pengeluaran cairan atau elektrolit yang berlebihan (dehidrasi) terutama pada pasien bayi dan usia lanjut, karena dehidrasi dapat menyebabkan kematian.

BAB IIIMETODOLOGI3.1 Alat dan Bahan A. Alat 1. Alat bedah 2. Papan viksasi3. Penggaris4. Spuit injeksi5. Stopwatch6. Timbangan B. Bahan1. Air teh pekat2. CMC ( Carboksil Metil Celator )3. Diapet 4. Eter 5. Karbon aktif6. Loperamid 7. NaCl fisiologis8. Tikus

3.2 Cara kerja :1. Disediakan hewan coba tikus2. Diberikan Air teh pekat 1 ml3. Dibiarkan selama 45 menit4. Diberikan karbon aktif yang sudah dilautkan dalam CMC5. Dibiarkan 20 menit 6. Dimatikan hewan coba memakai eter7. Dibuka ususnya8. Dibandingkan pergerakan karbon aktif dalam usus antara bahan aktif dengan panjang usus.

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Pengamatan

Hasil Pengamatan

senyawapergerakan

Air teh 1 a = 27 cmb = 67 cmX = 40,29 %

5 a = 42 cmb = 98 cmX = 42,86 %

Diapet 2 a = 55 cmb = 72 cmX = 76,38 %

6 a = 45 cmb = 91 cmX = 49,45 %

Loperamid 3 a = 63 cm b = 108 cmX = 58,33 %

7 a = 35 cmb = 88 cmX = 39,77 %

NaCl4 a = 56 cmb = 96,5 cmX = 58,03 %

8 a = 44,5 cmb = 88 cmX = 50,57 %

4.2 perhitungandik : a ( panjang karbon aktif diusus) = 42 cmb ( panjang seluruh usus) = 98 cmx = =

4.3 PembahasanPada praktikum kali ini yaitu mengenai contoh-contoh dan cara kerja obat anti diare bagi tubuh dengan berbagai larutan untuk dilihat perbandingan dan efeknya didalam tubuh, larutan yang digunakan yaitu air teh, diapet, loperamid dan NaCl.Aquadest yang diberikan ke dalam usus melalui syringe termasuk larutan hipotonis. Hipotonis merupakan keadaan dimana konsentrasi dalam larutan rendah dan mengandung banyak air. Ketika larutan aquadest sebagai larutan hipotonis dimasukkan ke dalam lumen usus, maka aquades tersebut akan diabsorpsi ke luar usus hingga tercapai suatu keseimbangan konsentrasi di dalam maupun diluar usus. Oleh karena itu, volume aquades akhir berkurang dari 1 ml menjadi 0,9 ml.Larutan NaCl 0,9% dan MgSO4 1,5% termasuk larutan isotonis. Isotonis merupakan keadaan dimana konsentrasi larutan dan air dalam keadaan seimbang. NaCl 0,9% yang diberikan ke dalam lumen usus tidak menimbulkan absorpsi maupun penarikan air ke dalam lumen karena konsentrasi di luar dan di dalam sudah seimbang. Oleh karena itu, seharusnya volume akhir larutan tidak terjadi perubahan dari volume awal nya. Namun hasil yang didapatkan tidak sesuai dikarenakan pada saat percobaan mengalami kesalahan pada saat penyuntikkan yang mengakibatkan banyak cairan/larutan yang terbuang. Sehingga volume akhir yang didapatkan hanya 2 ml sedangkan volume awal nya 2,5 ml pada larutan NaCl 0,9 % (kelompok 2). Begitu pula pada MgSO4 1,5% kelompok 7 volume akhir larutan adalah 0,4 ml dari volume awal 1 ml. Sedangkan pada MgSO4 1,5% kelompok 4 mengalami perubahan volume akhir lebih besar dibandingkan volume awalnya yaitu 1 ml dari 0,75 ml. Hal ini terjadi mungkin karena pada saat pengurasan usus belum sepenuhnya bersih sehingga sisa cairan terbawa/terambil pada saat pengambilan cairan/larutan tersebut.Larutan hipertonis pada praktikum ini adalah MgSO4 1,7 % dan NaCl 3% . Apabila larutan hipertonis berada pada lumen usus dalam jumlah tertentu maka cairan akan bergerak dari epitel usus ke lumen usus. Pergerakan cairan ini akan membuat feses yang padat akan menjadi encer sehingga defekasi menjadi mudah. Dari hasil pengamatan seharusnya diperoleh perubahan volume setelah dua larutan hipertonis tersebut dimasukkan ke lumen usus. Namun hasil yang didapatkan tidak sesuai, hal ini kemungkinan terjadi kesalahan pada saat posisi penyuntikan, ikatan tiap segmen kurang erat sehingga dapat terjadinya perpindahan cairan dan data biologis dari tiap hewan coba juga dapat mempengaruhi hasil. Sehingga didapat larutan MgSO4 1,7% kelompok 5 mengalami perubahan volume dari volume awal 1 ml menjadi 0,6 ml volume akhir dan pada kelompok 8 mengalami perubahan volume dari volume awal 2 ml menjadi 0,7 ml volume akhir. Begitu juga pada larutan NaCl 3 % kelompok 3 mengalami perubahan volume dari volume awal 1 ml menjadi 0,5 ml volume akhir. Sedangkan pada larutan NaCl 3% kelompok 6 mengalami perubahan volume dari volume awal 0,7 ml menjadi 1,1 ml dan hasil ini menunjukkan hasil yang didapat sesuai dengan literatur.

BAB VPENUTUP

5.1 KesimpulanAquadest yang diberikan ke dalam usus merupakan larutan hipotonis sehingga volume akhir akan berkurang, sedangkan Larutan NaCl 0,9% dan MgSO4 1,5% merupakan larutan isotonis sehingga volume akhir akan tetap dari volume awalnya. Adapun NaCl 3% dan MgSO4 1,7% merupakan larutan hipertonis dimana volume akhirnya akan lebih besar dari volume dapat dikatakan NaCl 3% dan MgSO4 1,7% yang merupakan laktansia garam.

DAFTAR PUSTAKA

Ganiswara, Sulistia G. 1995. Farmakologi dan Terapi. Jakarta: Gaya Baru. Katzung, Bertram G.,1986,Farmakologi Dasar dan Klinik. Jakarta : SalembaMedika Priyanto.Farmakologi Dasar untuk Mahasiswa Farmasi dan Keperawatan.LESKONFI. Jakarta. 2010. Tjay,TanHoandan K. Rahardja.2007.Obat-obat Penting. Jakarta : PT Gramedia Daldiyono. 1990.Diare, Gastroenterologi-Hepatologi. Jakarta : Infomedika. Hal : 14-4.

9