Laporan Faal PancaIndera Yarsi

24
SISTEM SENSORIK Tujuan : Pada akhir latihan mahasiswa harus dapat : 1. Membedakan perasaan subyektif panas dan dingin 2. Menetapkan adanya titik-titik panasm dingin, tekan dan nyeri di kulit 3. Memeriksa daya menentukan tempat rangsangan taktil (lokalisasi nyeri) 4. Memeriksa daya membedakan dua titik tekan (diskriminasi taktil) pada perangsangan serentak (simultan) dan perangsangan berurutan (suksesif) 5. Menentukan adanya perasaan iringan dan menerangkan mekanisme terjadinya (after image) 6. Memeriksa daya membedakan berbagai kekasaran sifat benda a. Kekasaran permukaan b. Bentuk c. Bahan pakaian 7. Memeriksa daya menentukan sikap anggota tubuh 8. Mengukur waktu reaksi 9. Menyebutkan faktor-faktor sikap anggota tubuh Alat yang diperlukan : 1. 3 waskom dengan air bersuhu 20 o , 30 o , dan 40 o C 2. Gelas beker dan termometer kimia 3. Alkohol atau eter 4. Es 5. Kerucut kekuningan + bejana berisi kikiran kuningan + estesiometer rambut Frey dan jarum 6. Pensil + jangka + pelbagai jenis amplas + benda-benda kecil + bahan-bahan pakaian 7. Mistar pengukur reaksi Teori dasar : Fungsi sel saraf adalah mengirimkan impuls yang berupa rangsang. Setiap neuron terdiri dari satu badan sel yang di Laporan Prak Faal 1 – B2 Page 1

description

Sistem Sensorik & Keseimbangan

Transcript of Laporan Faal PancaIndera Yarsi

Page 1: Laporan Faal PancaIndera Yarsi

SISTEM SENSORIK

Tujuan :

Pada akhir latihan mahasiswa harus dapat :

1. Membedakan perasaan subyektif panas dan dingin2. Menetapkan adanya titik-titik panasm dingin, tekan dan nyeri di kulit3. Memeriksa daya menentukan tempat rangsangan taktil (lokalisasi nyeri)4. Memeriksa daya membedakan dua titik tekan (diskriminasi taktil) pada perangsangan

serentak (simultan) dan perangsangan berurutan (suksesif)5. Menentukan adanya perasaan iringan dan menerangkan mekanisme terjadinya (after

image)6. Memeriksa daya membedakan berbagai kekasaran sifat benda

a. Kekasaran permukaanb. Bentukc. Bahan pakaian

7. Memeriksa daya menentukan sikap anggota tubuh8. Mengukur waktu reaksi9. Menyebutkan faktor-faktor sikap anggota tubuh

Alat yang diperlukan :

1. 3 waskom dengan air bersuhu 20o, 30o, dan 40o C2. Gelas beker dan termometer kimia3. Alkohol atau eter4. Es5. Kerucut kekuningan + bejana berisi kikiran kuningan + estesiometer rambut Frey dan

jarum6. Pensil + jangka + pelbagai jenis amplas + benda-benda kecil + bahan-bahan pakaian7. Mistar pengukur reaksi

Teori dasar :

Fungsi sel saraf adalah mengirimkan impuls yang berupa rangsang. Setiap neuron terdiri dari satu badan sel yang di dalamnya terdapat sitoplasma dan inti sel. Dari badan sel keluar dua macam serabut saraf, yaitu dendrit dan akson (neurit). Setiap neuron hanya mempunyai satu akson dan minimal satu dendrit. Kedua serabut saraf ini berisi plasma sel. Pada bagian luar akson terdapat lapisan lemak disebut mielin yang merupakan kumpulan sel Schwann yang menempel pada akson.

Berdasarkan struktur dan fungsinya, sel saraf dapat dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu sel saraf sensorik, sel saraf motorik, dan sel saraf intermediet.

a. Sel saraf sensorik berfungsi menghantar impuls dari reseptor ke sistem saraf pusat, yaitu otak (ensefalon) dan sumsum belakang (medula spinalis). Ujung akson dari saraf sensori berhubungan dengan saraf asosiasi (intermediet).

b. Sel saraf motorik berfungsi mengirim impuls dari sistem saraf pusat ke otot atau kelenjar yang hasilnya berupa tanggapan tubuh terhadap rangsangan. Badan sel saraf motorik

Laporan Prak Faal 1 – B2 Page 1

Page 2: Laporan Faal PancaIndera Yarsi

berada di sistem saraf pusat. Dendritnya sangat pendek berhubungan dengan akson saraf asosiasi, sedangkan aksonnya dapat sangat panjang.

c. Sel saraf intermediet atau sel saraf asosiasi. Sel ini dapat ditemukan di dalam sistem saraf pusat dan berfungsi menghubungkan sel saraf motorik dengan sel saraf sensorik. Sel saraf intermediet menerima impuls dari reseptor sensori atau sel saraf asosiasi lainnya.

Reseptor sensorik berupa sel-sel khusus atau proses sel yang memberikan informasi tentang kondisi di dalam dan diluar tubuh kepada susunan saraf pusat. Indera peraba dikulit adalah indera yang digunakan untuk merasakan sensitivitas temeperatur, nyeri, sentuhan, tekanan, getaran dan proprioseptif. Nosiseptor

Reseptor nyeri /nosiseptor terletak pada daerah superficial kulit, kapsul sendi, dalam periostes tulang sekitar dinding pembuluh darah. Reseptor nyeri merupakan free nerve ending dengan daerah reseptif yang luas, sebagai hasilnya sering kali sulit membedakan sumber rasa nyeri yang tepat. Nosiseptor sensitif terhadap temperatur yang ekstrim, kerusakan mekanis dan kimia seperti mediator kimia yang dilepaskan sel yang rusak. Rangsangan pada dendrite di nosiseptor menimbulkan depolarisasi, bila segmen akson mencapai batas ambang dan terjadi potensial aksi di susunan saraf pusat.

TermoreseptorTemperatur reseptor/termoreseptor merupakan free nerve ending yang terletak pada dermis, otot skeletal, liver, hipotalamus. Reseptor dingin tiga/empat kali lebih banyak daripada reseptor panas. Tidak ada strukur yang membedakan reseptor dingin dan panas. Sensasi temperature diteruskan pada jalur yang sama dengan sensasi nyeri. Termoreseptor merupakan phasic reseptor, aktif bila temperatur berubah, tetapi cepat beradaptasi menjadi temperatur yang stabil.

MekanoreseptorMekanoreseptor sangat sensitif terhadap rangsangan yang terjadi pada membran sel. Membran sel memiliki regulasi mekanis ion channel dimana bias terbuka ataupun tertutup bila ada respon terhadap tegangan, tekanan dan yang bias menimbulkan kelainan pada membrane. Terdapat tiga jenis mechanoreseptor antara lain:

- Tactile reseptor memberikan sensai sentuhan, tekanan dan getaran. Sensasi sentuhan memberikan inforamsi tentang bentuk atau tekstur, dimana tekanan memberikan sensasi derajat kelainan mekanis. Sensasi getaran memberikan sensasi denyutan/ debaran.

- Baroreseptor untuk mendeteksi adanya perubahan tekanan pada dinding pembuluh darah dan pada tractus digestivus, urinarius dan sistem reproduksi.

- Proprioseptor untuk memonitor posisi sendi dan otot, hal ini merupakan struktur dan fungsi yang kompleks pada reseptor sensoris.

KemoreseptorKemoreseptor tidak mengirim informasi pada korteks primer sensoris, jadi kita tidak tahu adanya sensasi yang diberikan kepada reseptor tersebut. Saat informasi datang lalu diteruskan menuju batang otak yang merupakan pusat otonomik yang mengatur pusat respirasi dan fungsi cardiovascular.

Tata kerja :

I. Perasaan subyektif panas dan dingin

1. Sediakan 3 waskom yang masing-masing berisi air dengan suhu kira-kira 20o, 30o, dan 40oC

Laporan Prak Faal 1 – B2 Page 2

Page 3: Laporan Faal PancaIndera Yarsi

2. Masukkan tangan kanan ke dalam air bersuhu 20o dan tangan kanan ke dalam air bersuhu 40oC untuk ± 2 menit. Catat kesan apa yang saudara alami.

3. Kemudian masukkan segera kedua tangan itu serentak ke dalam air bersuhu 30oC. Catat kesan apa yang saudara alami.VII.1. Apakah ada perbedaan perasaan subyektif antara kedua tangan tersebut? Apa

sebabnya?Jawaban : Tangan kanan terasa lebih panas dibandingkan dengan tangan kiri,

karena perubahan suhu yang diterima oleh kulit.4. Tiup perlahan-lahan kulit punggung tangan yang kering dari jarak ± 10 cm.5. Basahi sekarang kulit punggung tangan tersebut dengan air dan tiup sekali lagi dengan

kecepatan seperti di atas. Bandingkan kesan yang saudara alami hasil tiupan suhu pada sub. 4 dan 5.

6. Olesi sebagian kulit punggung tangan dengan alkohol atau eter.VII.2. Apakah ada perbedaan antara ke-3 hasil tindakan pada sub. 4, 5 dan 6? Apa

sebabnya?Jawaban : Ada, pada tangan yang di olesi alkohol dingin terasa lebih lama.

Hasil praktikum dan pembahasan

OP : Muthia Ayu (20 tahun)

Jenis Kelamin : Perempuan.

NO Suhu Perasaan Subjektif1. 20 derajat Tangan kanan : Dingin2. 40 derajat Tangan kiri : Panas3. 30 derajat Tangan kanan : Hangat

Tangan kiri : Semakin hangat

Hal ini terjadi karena pada saat waskom yang berisi air biasa ada pengurangan kalor pada tangan kiri (dari hangat sampai dingin) dan ada penambahan kalor pada tangan kanan (dari dingin sampai hangat). Pada kulit punggung tangan terasa lebih dingin setelah dibasahi dengan alcohol atau eter.

II. Titik-titik panas, dingin, tekan dan nyeri di kulit

1. Letakkan punggung tangan kanan saudara diatas sehelai kertas dan tarik garis pada pinggir tangan dan jari-jari sehingga terdapat lukisan tangan.

2. Pilih dan gambarkan di telapak tangan itu suatu daerah seluas 3 x 3 cm dan gambarkan pula daerah itu di lukisan tangan pada kertas.

3. Tutup mata orang percobaan dan letakkan punggung tangan kanannya santai di meja.4. Selidiki secara teratur menurut garis-garis sejajar titik-titik yang memberikan kesan

panas yang jelas pada telapak tangan tersebut dengan menggunakan kerucut kekuningan yang telah dipanasi. Cara memanasi kerucut kekuningan yaitu dengan menempatkannya dalam bejana berisi kikiran kuningan yang direndam dalam air panas bersuhu 50oC. Tandai titik-titik panas yang diperoleh dengan tinta.

Laporan Prak Faal 1 – B2 Page 3

Page 4: Laporan Faal PancaIndera Yarsi

5. Ulangi penyelidikan yang serupa pada sub. 4 dengan kerucut kekuningan yang telah didinginkan. Cara mendinginkan kerucut kekuningan yaitu dengan menempatkannya dalam bejana berisi kikiran kuningan yang direndam dalam air es.

6. Selidiki pula menurut cara diatas titik-titik yang memberikan kesan tekan dengan menggunakan estesiometer rambut Frey dan titik-titik yang memberikan kesan nyeri dengan jarum.

7. Gambarkan dengan simbol yang berbeda semua titik yang diperoleh pada lukisan tangan di kertas.VII.3. Menurut teori, kesan apakah yang akan diperoleh bila titik dingin dirangsang

oleh kedua benda panas? Bagaimana keterangannya?Jawaban : Tidak terdapat reaksi karena pada titik tersebut hanya terdapat reseptor

dingin dimana reseptor tersebut bekerja bila diberikan rangsangan dingin.

Hasil praktikum dan pembahasan

OP : Muthia Ayu (20 tahun)

Jenis kelamin : Perempuan

Titik kiri atas merasa paling dingin diantara ketiga titik lainnya.

Titik kanan bawah merasa paling panas dan ditekan diantara ketiga titik lainnya.

Laporan Prak Faal 1 – B2 Page 4

Page 5: Laporan Faal PancaIndera Yarsi

III. Lokalisasi taktil

1. Tutup mata orang percobaan dan tekankan ujung pensil pada suatu titik di kulit ujung jarinya.

2. Suruh sekarang orang percobaan melokalisasi tempat yang baru dirangsang tadi dengan ujung sebuah pensil pula.

3. Tetapkan jarak antara titik rangsang dan titik yang ditunjuk.4. Ulangi percobaan ini sampai 5 kali dan tentukan jarak rata-rata untuk kulit ujung jari,

telapak tangan, lengan bawah, lengan atas dan tengkuk.VII.4. Apakah kemampuan lokalisasi taktil seseorang sama besarnya untuk seluruh

bagian tubuh?Jawaban : Kemampuan lokalisasi taktil pada seluruh bagian tubuh berbeda-beda.

Reseptor taktil adalah mekanoreseptor. Reseptor taktil yang berbeda memiliki kepekaan dan kecepatan mengirim impuls yang berbeda pula, seperti pada ujung jari dan bibir yang akan lebih sensitif terhadap rangsangan dibanding telapak tangan, lengan atas dan tengkuk.

VII.5. Apakah istilah kemampuan seseorang untuk menentukan tempat rangsang taktil?

Jawaban : Lokalisasi taktil/ TPL (Two Point Localization)

Hasil praktikum dan pembahasan

OP : M. Harys Maulana (20 tahun)

Jenis kelamin : Laki-laki

Lokasi Sentuhan Kulit Hasil yang DidapatUjung Jari Sentuhan I = 0 cm

Sentuhan II = 0 cm Sentuhan III = 0 cm Sentuhan IV = 0 cm Sentuhan V = 0 cm

Telapak Tangan Sentuhan I = 0 cm Sentuhan II = 0 cm Sentuhan III = 0 cm Sentuhan IV = 0 cm Sentuhan V = 1,5 cm

Lengan Atas Sentuhan I = 1,5 cm Sentuhan II = 2 cm Sentuhan III = 0 cm Sentuhan IV = 0,5 cm Sentuhan V = 1 cm

Lengan Bawah Sentuhan I = 2 cm Sentuhan II = 1 cm Sentuhan III = 0 cm Sentuhan IV = 0 cm Sentuhan V = 1 cm

Tengkuk Sentuhan I = 0 cm

Laporan Prak Faal 1 – B2 Page 5

Page 6: Laporan Faal PancaIndera Yarsi

Sentuhan II = 2 cm Sentuhan III = 0 cm Sentuhan IV = 2 cm Sentuhan V = 0 cm

Rata-rata hasil :

Lokalisasi taktilJarak titik di kulit ujung jari = 0 cmJarak titik di telapak tangan = 0,3 cmJarak titik di lengan atas = 1 cmJarak titik di lengan bawah = 0,8 cmJarak titik di tengkuk = 0,8 cm

Dari data yang didapatkan lokalisasi taktil yang dilakukan normal. Hampir semua informasi mengenai sentuhan, tekanan, dan getaran masuk ke korda spinalis melalui akar dorsal saraf spinal yang sesuai.

IV. Diskriminasi taktil

1. Tentukan secara kasar ambang membedakan dua titik untuk ujung jari dengan menempatkan kedua ujung sebuah jangka secara serentak (simultan) pada kulit ujung jari.

2. Dekatkan kedua ujung jangka itu sampai di bawah ambang dab kemudian jauhkan berangsur-angsur sehingga kedua ujung jangka itu tepat dapat dibedakan sebagai 2 titik.VII.6. Bagaimana caranya saudara mengetahui bahwa jarak antara ke 2 ujung

jangka dibawah ambang diskriminasi taktil?Jawaban : Ketajaman taktil relatif suatu bagian dapat ditentukan dengan uji ambang

diskriminasi 2 titik. Apabila 2 ujung dari jangka tersebut ditempelkan ke permukaan kulit dan merangsang 2 medan reseptif yang berbeda, maka dirasakan 2 titik terpisah. Namun jika kedua ujung jangka tersebut menempel di permukaan kulit dan merangsang medan reseptif yang sama, akan dirasakan sebagai 1 titik. Ambang 2 titik berkisar dari 2mm di ujung jari, dan 48mm di kulit betis yang diskriminasinya paling rendah.

3. Ulangi percobaan ini dari suatu jarak permulaan diatas ambang. Ambil angka ambang terkecil sebagai ambang diskriminasi taktil tempat itu.

4. Lakukan percobaan diatas sekali lagi, tetapi sekarang dengan menempatkan kedua ujung jangka secara berturut-turut (suksesif).

5. Tentukan dengan cara yang sama (simultan dan suksesif) ambang membedakan dua titik ujung jari, tengkuk, bibir, pipi, dan lidah.

6. Berikan sekarang jarak kedua ujung jangka yang sebesar-besarnya yang masih dirasakan oleh kulit pipi depan telinga sebagai satu titik. Dengan jarak ini, gerakan jangka itu dengan ujungnya pada kulit ke arah pipi muka, bibir atas dan bibir bawah.

Laporan Prak Faal 1 – B2 Page 6

Page 7: Laporan Faal PancaIndera Yarsi

Arah gerakan harus tegak lurus terhadap garis yang menghubungkan kedua ujung jangka.

7. Catat apa yang saudara alami.

Hasil praktikum dan pembahasan

OP : M. Harys Maulana (20 tahun)

Jenis kelamin : Laki-laki

Lokasi Diskriminasi Taktil (cm)

Ujung Jari 0,5Bibir 1,0Pipi 0,8

Tengkuk 0,3Lidah 0,8

Dari data yang didapatkan dari praktikum diskriminasi taktil, apabila kedua titik menyentuh lapangan reseptif yang sama, keduanya akan dirasakan sebagai satu titik. TPL (Two Point Localization) lebih peka pada bagian yang menonjol, seperti bibir, pipi. Jarak tusuk 1 dan 2 tergantung waktu, jadi waktu mempengaruhi sehingga ada penyebaran sensasi.

V. Perasaan iringan (After image)

1. Letakkan sebuah pensil antara kepala dan daun telingan dan biarkan di tempat selama saudara melakukan percobaan VI.

2. Setelah saudara selesai dengan percobaan VI angkatlah pensil dari telingan saudara dan apalah yang saudara rasakan setelah pensil itu diambil?VII.7. Bagaimana mekanisme terjadinya perasaan iringan?Jawaban : Hal ini dapat terjadi karena adanya reseptor fasik yang cepat beradaptasi.

Karena cepatnya beradaptasi reseptor yang mencakup reseptor taktil ini, maka titik yang terus menerus diletakkan pensil atau menggunakan jam tangan, akan tidak dirasakan lagi karena sudah terbiasa dan karena adaptasi cepat reseptor ini.

Hasil praktikum dan pembahasan

OP : M. Harys Maulana (20 tahun)

Jenis kelamin : Laki-laki

OP dapat merasakan adanya pensil saat pensil pertama kali diletakkan di atas daun telinga, namun ketika setelah percobaan VI selesai, OP tidak merasa ada pensil yang sebelumnya diletakkan di daun telinganya. Namun, ketika pensil tersebut diangkat dari daun telinganya, Op merasakan kembali adanya pensil tersebut.

Laporan Prak Faal 1 – B2 Page 7

Page 8: Laporan Faal PancaIndera Yarsi

Ketika pulpen atau pensil dilepas seperti ada yang hilang karena beratnya sudah konstan atau sudah biasa atau sudah kembali. Adanya adaptasi reseptor terhadap rangsangan benda yang dihasilkan melalui tekanan, getaran dan sifat fisik benda, mengakibatkan kita terbiasa dalam memakai benda tersebut.

VI. Daya membedakan berbagai sifat benda

A. Kekasaran permukaan benda1. Dengan mata tertutup suruh orang percobaan meraba-raba permukaan ampelas

yang derajat kekasaran yang berbeda-beda2. Perhatikan kemampuan orang percobaan untuk membedakan derajat

kekasaran ampelas.

Jenis Ampelas Permukaan yang dirasakanAmpelas 1 – Ampelas baru Kasar bangetAmpelas 2 – Ampelas baru sedikit dipakai Kasar agak halusAmpelas 3 – Ampelas bekas Halus

B. Bentuk benda1. Dengan mata tertutup suruh orang percobaan memegang-megang benda-benda

kecil yang saudara berikan.2. Suruh orang percobaan menyebutkan nama/bentuk benda-benda itu.

Dari 3 benda yang diberikan op dapat menyebutkan dan membedakan semua dengan benar. Sehingga dapat disimpulkan kemampuan membedakan bentuk benda pada op normal.

C. Bahan pakaian1. Dengan mata tertutup suruh orang percobaan meraba-raba bahan-bahan

pakaian yang saudara berikan.2. Suruh orang percobaan setiap kali menyebutkan jenis/bentuk benda-benda itu.

VII.8. Bila orang percobaan membuat kesalahan dalam membedakan sifat benda (ukuran, bentuk, berat, permukaan), apa nama kelainan neurologis yang dideritanya?

Jawaban : Terjadi lesi pada lobus parietal yang tidak dominan gangguannya disebut “agnosia”. Jika pasien mempunyai daya visus normal dan tidak dapat mengenali benda disebut “agnosia visual”. Jika ketidakmampuan seorang pasien mengenali sebuah benda dengan palpasi tanpa adanya gangguan sensorik sebut “agnosia taktil”.

Dari 3 kain yang diberikan op dapat menyebutkan jenis/benda yang diberikan dengan benar. Sehingga dapat disimpulkan kemampuan membedakan pada op normal.

Hasil praktikum dan pembahasan

OP : Leni (20 tahun)

Jenis kelamin : Perempuan

Laporan Prak Faal 1 – B2 Page 8

Page 9: Laporan Faal PancaIndera Yarsi

Percobaan HasilA Dapat membedakan sifat bendaB Dapat membedakan benda-benda kecil. Cth : pensil, mistar, penghapusC Dapat menyebutkan jenis dan bentuk bahan yang diberikan penguji

VII. Tafsiran sikap

1. Suruh orang percobaan duduk dan tutup mata.2. Pegang dan gerakkan secara pasif lengan bawah orang percobaan ke dekat kepalanya,

ke dekat dadanya, ke dekat lututnya dan akhirnya gantungkan di sisi badannya.3. Tanyakan setiap kali sikap dan lokasi lengan orang percobaan.4. Suruh orang percobaan dengan telunjuknya menyentuh telinga, hidung, dan dahinya

dengan perlahan-lahan setelah setiap kali mengangkat lurus lengannya.5. Perhatikan apakah ada kesalahan.

VII.9. Bila orang percobaan membuat kesalahan dalam melokalisasi tempat-tempat yang diminta, apa nama kelainan neurologis yang dideritanya?

Jawaban : Apabila pasien tidak mampu mengenali tubuh pasien sendiri disebut “autopagnosia”. Jika pasien tidak mampu melakukan suatu gerakan volunter tanpa adanya gangguan dalam kekuatan, sensasi atau koordinasi motorik disebut “apraksia”, dan jika pasien dapat mendengar dan memahami perintah tetapi tidak dapat mengintegrasikan aktivitas motorik yang akan melakukan gerakan itu disebut “dispraksia”.

Hasil praktikum dan pembahasan

Op : Leni(20 tahun)

Jenis kelamin : Perempuan

OP dapat menyebutkan lokalisasi dimana lengannya di dekatkan dan dapat menunjuk dengan tepat dengan telunjukkan bagian-bagian dari kepala yang disebutkan oleh penguji. Sehingga dapat dikatakan bahwa OP memiliki tafsiran sikap yang normal dan bagus.

VIII. Waktu reaksi

1. Suruh orang percobaan duduk dan meletakkan lengan bawah dan tangan kananya di tepi meja dengan ibu jari dan telunjuk berjarak 1 cm siap menjepit.

2. Pemeriksa memegang mistar pengukur waktu reaksi pada titik hitam dengan menempatkan garis tebal diantara dan setinggi ibu jari dan telunjuk orang percobaan tanpa menyentuh jari-jari orang percobaan.

3. Dengan tiba-tiba pemeriksa melepaskan mistar tersebut dan orang percobaan harus menangkap selekas-lekasnya. Ulangi percobaan ini sebanyak 5 kali.

4. Tetapkan waktu reaksi orang percobaan (rata-rata dari ke 5 hasil yang diperoleh).VII.10. Apa yang menentukan waktu reaksi seseorang?Jawaban : Waktu reaksi seseorang dipengaruhi kecepatan dalam merespon

rangsangan dari luar. Pada ujung ujung perifer, neuron aferen memiliki

Laporan Prak Faal 1 – B2 Page 9

Page 10: Laporan Faal PancaIndera Yarsi

reseptor yang memberitahu SSP mengenai perubahan yang dapat di deteksi atau rangsangan baik dari dunia luar maupun lingkungan dalam dengan membangkitkan potensial aksi sebagai respon terhadap rangsangan.

Hasil praktikum dan pembahasan

OP : Indah (20 tahun)

Jenis kelamin : Perempuan

Percobaan Hasil waktu1 0,232 0,223 0,184 0,215 0,18

Rata – rata 0,204

Dari hasil data yang didapatkan terlihat gerak refleks berjalan sangat cepat dan tanggapan terjadi secara otomatis terhadap rangsangan, tanpa memerlukan kontrol dari otak. Jadi dapat dikatakan gerakan terjadi tanpa dipengaruhi kehendak atau tanpa disadari terlebih dahulu.

Laporan Prak Faal 1 – B2 Page 10

Page 11: Laporan Faal PancaIndera Yarsi

SIKAP DAN KESEIMBANGAN BADAN

Tujuan :

Pada akhir latihan ini mahasiswa harus dapat :

1. Mendemonstrasikan kepentingan kedudukan kepala dan mata dalam mempertahankan keseimbangan badan pada manusia

2. Mendemonstrasikan dan menerangkan pengaruh percepatan sudut :a. Dengan kursi barany terhadap :

Gerakan bola mata Tes penyimpangan penunjukkan Tes jatuh (sensasi)

b. Dengan berjalan mengelilingi statif

Teori Dasar

Keseimbangan merupakan interaksi yang kompleks dari integrasi/interaksi sistem sensorik (vestibular, visual, dan somatosensorik termasuk proprioceptor) dan muskuloskeletal (otot, sendi, dan jaringan lunak lain) yang diatur dalam otak sebagai respon terhadap perubahan kondisi internaldan eksternal. Dipengaruhi juga oleh faktor lain seperti, usia, motivasi, kognisi, lingkungan,kelelahan, pengaruh obat dan pengalaman terdahulu.

Fisiologi Keseimbangan

Tujuan dari tubuh mempertahankan keseimbangan adalah: menyanggah tubuh melawan gravitasi dan faktor eksternal lain, untuk mempertahankan pusat massa tubuh agar seimbang dengan bidang tumpu, serta menstabilisasi bagian tubuhketika bagian tubuh lain bergerak. Komponen-komponen pengontrol keseimbangan adalah :

Sistem informasi sensorisPenglihatan muncul ketika mata menerima sinar yang berasal dari obyek sesuai jarak pandang. Dengan informasi visual, maka tubuh dapat menyesuaikan atau bereaksi terhadap perubahan bidang pada lingkungan aktivitas sehingga memberikan kerja otot yang sinergis untuk mempertahankan keseimbangan tubuh.

Sistem vestibularReseptor sensoris vestibular berada di dalam telinga. Reseptor pada sistem vestibular meliputi canalis semisirkularis, utrikulus, serta sakulus. Reseptor dari sistem sensoris ini disebut dengan sistem labyrinth. Sistem labyrinth mendeteksi perubahan posisi kepala dan percepatan perubahan sudut. Beberapa stimulus tidak menuju nukleus vestibular tetapi ke serebelum, formatio retikularis, thalamus dan korteks serebri.

Respon otot-otot postural yang sinergis ( postural muscles response synergies )

Respon otot-otot postural yang sinergis mengarah pada waktu dan jarak dari aktivitas kelompok otot yang diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan dan kontrol postur. Beberapa kelompok otot baik pada ekstremitas atas maupun bawah berfungsi mempertahankan postur saat berdiri tegak serta mengatur keseimbangan tubuh dalam berbagai gerakan.

Laporan Prak Faal 1 – B2 Page 11

Page 12: Laporan Faal PancaIndera Yarsi

Kekuatan otot ( muscle Strength )

Kekuatan otot umumnya diperlukan dalam melakukan aktivitas. Semua gerakan yang dihasilkan merupakan hasil dari adanya peningkatan tegangan otot sebagai respon motorik. Kekuatan otot dapat digambarkan sebagai kemampuan otot menahan beban baik berupa bebaneksternal (eksternal force) maupun beban internal (internal force). Kekuatan otot sangat berhubungan dengan sistem neuromuskuler yaitu seberapa besar kemampuan sistem saraf mengaktifasi otot untuk melakukan kontraksi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan

1) Pusat gravitasi (Center of Gravity-COG). Pusat gravitasi adalah titik utama pada tubuh yang akan mendistribusikanmassa tubuh secara merata. Bila tubuh selalu ditopang oleh titik ini, maka tubuh dalamkeadaan seimbang. Pada manusia, pusat gravitasi berpindah sesuai dengan arah atau perubahan berat. Derajat stabilitas tubuh dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu : ketinggian dari titik pusat gravitasi dengan bidang tumpu, ukuran bidang tumpu, lokasi garis gravitasi dengan bidangtumpu, serta berat badan.

2) Garis gravitasi (Line of Gravity-LOG). Garis gravitasi merupakan garis imajiner yang berada vertikal melalui pusat gravitasi dengan pusat bumi. Hubungan antara garis gravitasi, pusat gravitasi dengan bidang tumpu adalah menentukan derajat stabilitas tubuh.

3) Bidang tumpu (Base of Support-BOS). Bidang tumpu merupakan bagian dari tubuh yang berhubungan dengan permukaan tumpuan.Ketika garis gravitasi tepat berada di bidang tumpu, tubuh dalam keadaan seimbang. Stabilitas yang baik terbentuk dari luasnya area bidang tumpu. Semakin besar bidang tumpu, semakin tinggi stabilitas.

Laporan Prak Faal 1 – B2 Page 12

Page 13: Laporan Faal PancaIndera Yarsi

I. Percobaan sikap pada manusia

Pengaruh kedudukan kepala dan mata yang normal terhadap keseimbangan badan :

1. Suruhlah orang percobaan berjalan mengikuti suatu garis lurus di lantai dengan mata terbuka dan kepala serta badan sikap yang biasa. Perhatikan jalannya dan tanyakan apakah ia mengalami kesukaran dalam mengikuti garis lurus tersebut?

2. Ulangi percobaan di atas (no.1) dengan mata tertutup.3. Ulangi percobaan di atas (no.1 dan 2) dengan :

Kepala dimiringkan dengan kuat ke kiri Kepala dimiringkan dengan kuat ke kanan

PVI. 4.8. Bagaimana pengaruh sikap kepala dan mata terhadap keseimbangan badan?

Sikap OP : Rizky Aisyah HasilBerjalan mengikuti garis lurus dengan mata terbuka sikap biasa

Dapat berjalan lurus dengan baik

Berjalan mengikuti garis lurus dengan mata tertutup sikap biasa

Dapat berjalan lurus namun agak miring pada akhirnya

Berjalan mengikuti garis lurus dengan kepala miring ke kiri mata terbuka

Berjalan miring ke kiri

Berjalan mengikuti garis lurus dengan kepala miring ke kanan mata terbuka

Berjalan miring ke kanan

Hal diatas terjadi dikarenakan proses keseimbangan dalam berjalan juga dipengaruhi oleh visualisasi atau pengelihatan. Mata akan membantu agar tetap fokus pada titik utama untuk mempertahankan keseimbangan, dan sebagai monitor tubuh selama melakukan gerak statik atau dinamik.

II. Percobaan keseimbangan pada manusia

Alat yang diperlukan :

1. Kursi Barany2. Tongkat/statif yang panjang

Laporan Prak Faal 1 – B2 Page 13

Page 14: Laporan Faal PancaIndera Yarsi

A. Percobaan dengan kursi Barany 1.Nistagmus

a. Suruh orang percobaan duduk tegak di kursi Barany dengan kedua tangannya memegang erat tangan kursi.

b. Tutup kedua matanya dengan sapu tangan dan tundukkan kepala op 30o ke depan.P.VIA.9 Apa yang dimaksud tindakan penundukan kepala op 30o ke depan?Jawaban : Untuk meneliti hubungan antara aparatus vestibularis yang memberi

informasi esensial bagi sensasi keseimbangan terhadap koordinasi gerakan kepala, leher, gerakan mata dan postur tubuh.

c. Putarlah kursi ke kanan 20 kali dalam 20 detik secara teratur dan tanpa sentakan.d. Hentikan pemutar kursi dengan tiba-tiba.e. Bukalah sapu tangan dan suruhlah op melihat jauh ke depan.f. Perhatikan adanya Nistagmus. Tetapkanlah arah komponen lambat dan cepat

nistagmus tersebut.P.VIA.10 Apa yang dimaksud Rotatory Nistagmus dan Postrotatory nystagmus?Jawaban = Rotatory Nistagmus : Gerakan involunter bola mata sesuai gerak rotasi dari axis.Postrotatory Nistagmus: Apabila seseorang sedang berputar dan secara tiba-tiba dihentikan, dimana fase cepat dari nistagmus berlawanan arah dari gerakan rotasi sebelumnya.

Hasil praktikum dan pembahasan

OP : Silpi Hamidiyah (20 tahun)

Jenis kelamin : Perempuan

Laporan Prak Faal 1 – B2 Page 14

Page 15: Laporan Faal PancaIndera Yarsi

NO Kanalis Semisirkularis Nistagmus Falling1. Horizontal ( + ) kiri - kanan Kanan2. Anterior - Kiri3. Posterior ( + ) Atas - Bawah Belakang

B. Tes Penyimpangan Penunjukkan (Pas Pointing Test of Barany)1. Suruh op duduk tegak di kursi Barany dan tutuplah kedua matanya dengan sapu

tangan.2. Periksa sendiri tepat di muka kursi Barany sambil mengulurkan angan ke arah op.3. Suruhlah op menjulurkan lengan kananya ke depan sehingga dapat menyentuh

jari tangan pemeriksa yang telah diulurkan sebelumnya.4. Suruhlah op mengangkat lengan kanannya ke atas dan kemudian dengan cepat

menurunkan kembali sehingga dapat menyentuh jari pemeriksa lagi. Tindakan no 1-4 merupakan persiapan untuk tes berikut :

5. Suruhlah sekarang op dengan kedua tangannya memegang erat tangan kursi.6. Putarlah kursi ke kanan 10 kali dalam 20 detik secara teratur tanpa sentakan.

Hasil praktikum dan pembahasan

OP : Prisilma Tania (20 tahun)

Jenis Kelamin : Perempuan

Nistagmus Falling( + ) Kiri Pemeriksa

C. Kesan sensasi1. Gunakan orang percobaan yang lain.2. Suruh op duduk di kursi Barany dan tutuplah kedua matanya dengan sapu tangan.3. Putarlah kursi Barany tersebut ke kanan dengan kecepatan yang berangsur-angsur

bertambah dan kemudian kurangilah kecepatan putarannya secara berangsur-angsur pula sampai berhenti.

4. Tanyakan kepada op arah perasaan berputar.5. Berikan keterangan tentang mekanisme terjadinya arah perasaan berputar yang

dirasakan oleh op.

Hasil praktikum dan pembahasan

OP : Risti Amalia Nastiti. (20 tahun)

Jenis Kelamin : Perempuan

NO Waktu Putaran Kesan Sensasi yang di rasakan OP1. Sewaktu kecepatan putar masih bertambah OP merasa di putar ke arah kanan2. Sewaktu kecepatan putaran menetap OP merasa di putar ke arah kanan3. Sewaktu kecepatan di kurangi OP tidak tahu di putar kearah mana

Laporan Prak Faal 1 – B2 Page 15

Page 16: Laporan Faal PancaIndera Yarsi

4. Segera setelah kursi di hentikan OP merasa di putar ke arah kiri

Mekanisme terjadinya arah perasaan berputar yang dirasakan o.p :

Saat kursi mulai diputar ke kanan, endolimfe akan berputar ke arah sebaliknya, yaitu ke kiri. Akibatnya, kupula akan bergerak ke kiri dan o.p akan merasa berputar ke kiri. Kemudian, kupula akan bergerak ke kanan searah dengan putaran kursi sehingga o.p akan merasa bergerak ke kanan. Saat kecepatan mulai konstan, kupula dalam posisi tegak sehingga o.p akan merasa tidak berputar. Saat kursi dihentikan, kupula akan bergerak ke arah sebaliknya, yaitu ke kanan, sehingga o.p akan merasa berputar ke kanan. Namun, pada praktikum o.p masih merasa berputar ke kanan saat kecepatan sudah konstan dan o.p tidak merasa berputar ke kanan saat kursi dihentikan. Hal ini mungkin disebabkan oleh persepsi keseimbangan o.p yang baik.

D. Percobaan sederhana untuk canalis semisirkularis horizontalis1. Suruhlah op dengan mata tertutup dan kepala ditundukkan 30o, berputar sambil

berpegangan pada tongkat atau statif, menurut arah jarum jam, sebnayak 10 kali dalam 30 detik.

2. Suruhlah op berhenti, kemudian membuka matanya dan berjalan lurus ke muka.3. Perhatikan apa yang terjadi.4. Ulangi percobaan ini dengan berputar menurut arah yang berlawanan dengan arah

jarum jam.P.VIA. 11. a. Apa yang saudara harapkan terjadi pada op ketika berjalan lurus

ke muka setelah berputar 10 kali searah dengan jarum jam?Jawaban : o.p seharusnya berjalan sempoyongan atau tidak lurus garis.

b. Bagaimana keterangannya?Jawaban : Jadi, yang berperan dalam mendeteksi gerakan akselerasi

kepala yang sedang rotasi adalah canalis semisirkularis. Di dalam kanalis sirkularis terdapat sel sel rambut reseptif di ampula dan terbenam dalam lapisan gelatinosa diatasnya yaitu kupula dan terdapat endolimfe. Apabila terjadi rotasi pada kepala, maka endolimfe di dalam kanalis semisirkularis ini akan ikut bergerak berlawanan arah dan akan terus bergerak sampai nantinya gerakan kepala terhenti, sel-sel rambut ini pula akan berhenti.

Hasil praktikum dan pembahasan

OP : M. Iqbal Ramadhan (20 tahun)

Jenis kelamin : Laki-laki

NO Arah Putaran Falling1. Searah jarum Jam Kiri2. Berlawanan arah jarum jam Kiri

Laporan Prak Faal 1 – B2 Page 16

Page 17: Laporan Faal PancaIndera Yarsi

Kesimpulan

Aparatus vestibularis terdiri dari kanalis semisirkularis dan organ otolit (utrikulus dan sakulus). Berfungsi untuk mendeteksi perubahan posisi dan gerakan kepala. Kanalis semisirkularis mendeteksi akselarasi atau deselarasi anguler atau rotasional kepala.

Akselarasi atau deselarasi selama rotasi kepala ke segala arah menyebabkan pergerakan endolimfe yang awalnya tidak ikut bergerak sesuai arah rotasi kepala karena inersia. Apabila gerakan kepala berlanjut dalam arah dan kecepatan yang sama, endolimfe akan menyusul dan bergerak bersama dengan kepala sehingga rambut-rambut kembali ke posisi tegak. Ketika kepala berhenti, keadaan sebaliknya terjadi. Endolimfe secara singkat melanjutkan diri bergerak searah dengan rotasi kepala sementara kepala melambat untuk berhenti. Ketika seseorang berada dalam posisi tegak, rambut-rambut pada utrikulus berorientasi secara vertikal dan rambut-rambut sakulus berjajar secara horizontal.

Laporan Prak Faal 1 – B2 Page 17

Page 18: Laporan Faal PancaIndera Yarsi

DAFTAR PUSTAKA

Buku Penuntun Praktikum Mahasiswa Blok Panca Indera. 2012. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi.

Ganong,.W.F. (2008), Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 22. Jakarta: EGC. Sherwood, Lauralee. (2004). Fisiologi Manusia dari sel ke sistem Edisi 2. Jakarta. EGC. Sloane, Ethel. (2004). Anatomi dan Fisiologi. Jakarta. EGC Frotscher M, Baehr M. Batang Otak-Gangguan Pendengaran. Dalam: Diagnosis Topik

Neurologi . Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2007. hal. 162-3.

Laporan Prak Faal 1 – B2 Page 18