Laporan Faal-lelah Ototpdf
-
Upload
cornelia-johana -
Category
Documents
-
view
272 -
download
3
Transcript of Laporan Faal-lelah Ototpdf
1
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Teori
Kata kelelahan menunjukkan keadaan yang berbeda–beda, tetapi semuanya
berakibat kepada pengurangan kapasitas kerja dan ketahanan tubuh.1 Kelelahan
(fatigue) adalah rasa capek yang tidak hilang waktu istirahat. Istilah kelelahan
mengarah pada kondisi melemahnya tenaga untuk melakukan suatu kegiatan,
walaupun itu bukan satu-satunya gejala. Secara umum gejala kelelahan yang lebih
dekat adalah pada pengertian kelelahan fisik atau physical fatigue dan kelelahan
mental atau mentalfatigue.2
Kelelahan adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh terhindar
dari kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah istirahat. Kelelahan
kerja akan menurunkan kinerja dan menambah tingkat kesalahan kerja.1 Pembebanan
otot secara statispun (static muscular loading) jika dipertahankan dalam waktu yang
cukup lama akan mengakibatkan RSI (Repetition Strain Injuries), yaitu nyeri otot,
tulang, tendon, dan lain-lain yang diakibatkan oleh jenis pekerjaan yang bersifat
berulang (repetitive).3
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan kelelahan akibat kerja adalah
suatu mekanisme perlindungan tubuh yang dirasakan secara subjektif yang terjadi
akibat kerja fisik atau mental secara berulang sehingga menyebabkan
ketidaknyamanan, hilangnya efisiensi dan penurunan kapasitas kerja serta ketahanan
tubuh yang ditandai oleh adanya pelemahan kegiatan, pelemahan motivasi dan
kelelahan fisik.4
Kelelahan otot dapat diakibatkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah
waktu istirahat otot yang kurang, kontraksi yang terus-menerus atau meningkat,
berlangsung dalam waktu lama, asam laktat yang meningkat, sumber energi
berkurang, dan kerja enzim yang berkurang.4
Apabila waktu istirahat otot terlalu sedikit padahal kerja otot (kontrasi)
berlangsung dalam waktu yang cukup lama, maka otot akan kehabisan energi (ATP).
Otot tidak memiliki waktu yang cukup untuk memproduksi ATP yang baru, jika terus
berlangsung maka produksi ATP akan dialihkan dengan cara anaerob.6 Produksi
dengan cara anaerob akan membuat penimbunan asam laktat semakin banyak. Asam
laktat yang merupakan hasil metabolism secara anaerob dapat menyebabkan
kelelahan otot. Kelelahan otot biasanya ditandai dengan tubuh yang menjadi lemas
dan juga lelah.5
2
Asam laktat dapat diubah lagi menjadi glukosa dengan bantuan enzim-enzim
yang ada di hati. Akan tetapi hanya sekitar 70% asam laktat yang dapat diubah
kembali menjadi glukosa oleh enzim-enzim dalam hati. Cara lain untuk mengurangi
penimbunan asam laktat adalah dengan menambah pasokan oksigen ke dalam darah.
Kebutuhan oksigen yang tinggi akan mengakibatkan seseorang bernapas dengan
terengah-engah.5
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kelelahan otot, antara lain
pengosongan ATP-CP, pengosongan simpanan glikogen otot atau akumulasi asam
laktat. Asam laktat merupakan sisa asam dari metabolism anaerob yang terjadi di
sitosol dan menghasilkan 2 ATP. Sementara itu, pada metabolism aerob terjadi
didalam matriks mitokondria dan menghasilkan energi yang lebih tinggi dari
metabolism anaerob yaitu 36 ATP. Metabolisme aerob membutuhkan oksigen yang
akan dikirim oleh darah. Oleh karena itu, apabila terjadi gangguan aliran darah, maka
metabolism otot akan terganggu, kekuatan kontraksi berkurang, dan timbul kelelahan
otot dalam 1 atau 2 menit karena hilangnya pasokan gizi, terutama hilangnya
oksigen.5
Mekanisme Kelelahan Otot (Fatigue)
Kontraksi merupakan hal terpenting dari otot. Hal ini berkaitan dengan
penggunaan adenosin triposphate (ATP) sebagai energi kontraksi. Mekanisme
kontraksi otot berlangsung melalui daur reaksi yang kompleks. Hal ini dapat
dijelaskan melalui teori pergeseran filamen (sliding filament theory). Keseluruhan
proses membutuhkan energi yang diperoleh dari ATP yang disimpan dalam kepala
miosin. Tahapan kontraksi otot hingga relaksasi. Pada neuromuscular junction,
asetilkolin dilepaskan dari synaptic terminal menuju reseptor dalam sarkoma. Hasil
perubahan potensial transmembran dari serabut otot akan menghasilkan pontensial
aksi yang menyebar melintasi seluruh permukaan dan sepanjang tubulus T. Retikulum
sarkoplasma melepaskan cadangan ion kalsium, sehingga meningkatkan konsentrasi
kalsium di sarkoplasma dan sekitar sarkomer. Ion Kalsium berikatan dengan troporin
dan menghasilkan perubahan orientasi kompleks troponin-tropomiosin yang terlihat
pada bagian yang aktif dari aktin, meosin cross bridge terbentuk pada saat kepala
miosin berikatan dengan bagian yang aktif. Kontraksi otot dimulai sebagai siklus
yang berulang dari meosin cross bridge. Siklus ini terjadidengan adanya hidrolisa
ATP. Proses ini menimbulkan pergeseran filamen dan pemendekan serabut otot.
Pontensial aksi dibangkitkan dengan adanya pemecahan asetikolin oleh
3
asitilkolinesterase. Retikulum sarkoplasma akan menyerap kembali ion kalsium
sehingga konsentrasi ion kalsium menuru. Saat mendekati fase istirahat, kompleks
troponin-tropomiosin akan kembali ke posisi awal. Sehingga mencegah interaksi
cross bridge lebih lanjut. Tanpa interaksi cross bridge lebih lanjut maka pergeseran
filamen tidak akan timbul dan kontraksi akan berhenti. Relaksasi otot akan terjadi
dan otot akan kembali secara pasif pada resting length.7
Selama ATP tersedia daur tersebut dapat terus berlangsung. Pada keadaan
kontraksi, ATP yang tersedia didalam otot akan habis terpakai 1 detik. Oleh karena
itu ada jalur metabolisme produktif yang menghasilkan ATP. ATP dengan bantuan
kretin kinase akan segera menjadi kretin pospat. Persediaan kretin pospan ini hanya
cukup untuk beberapa detik, selanjutnya ATP diperoleh dari posforilasi oksidatif.
Apabila oksigen tidak cukup maka asam piruvat akan diubah menjadi asam laktat,
yang apabila menumbuk akan terjadi kelelahan otot.7
Selama latihan berat banyak oksigen dibawah kedalam otot, tetapi oksigen
yang mencapai sel otot tidak cukup. Asam laktat akan menumbuk dan berdifusi ke
dalam cairan jaringan dan darah. Keberadaan asam laktat di dalam darah akan
merangsang pusat pernafasan sehingga frekuensi dan kedalaman napas pun
meningkat. Hal ini berlangsung terus-menerus, bahkan setelah kontrasi itu selesai
sampai jumlah oksigen cukup untuk memungkinkan sel otot dan hati mengoksidasi
asam laktat dengan sempurna menjadi glikogen.7
Pemijatan (massage) pada otot yang lelah akan memperbaiki sirkulasi darah
sehingga proses pemuliahn dari kelelahan otot berjalan lebih cepat. 7
1.2. Rumusan Masalah
a. Apakah terjadi pemulihan sempurna dari kelelahan otot setelah melakukan
kerja dengan frekuensi rendah?
b. Apakah perubahan peredaran darah mempengaruhi terjadinya kelelahan otot?
c. Apakah terdapat pengaruh dari istirahat dan pemijatan (massage) terhadap
kelelahan?
d. Dapatkah timbul rasa nyeri karena kekurangan darah (ischemia)?
4
1.3. Tujuan
a. Mengetahui proses pemulihan sempurna dari kelelahan otot setelah
melakukan kerja dengan frekuensi rendah
b. Mengamati dan mengetahui pengaruh dari perubahan peredaran darah
terhadap kelelahan otot
c. Mengamati dan mengetahui pengaruh istirahat dan pemijatan (massage)
terhadap kelelahan otot
d. Mengetahui hubungan kekurangan darah (ischemia) terhadap rasa nyeri
pada otot
2. METODE KERJA
2.1. Alat
1. Ergograf jari
2. Metronom
3. Manset Sphygmomanometer
2.2. Cara Kerja
a. Pemulihan Sempurna dari Kelelahan Otot Setelah Melakukan Kerja dengan
Frekuensi Rendah
1. Siapkan ergograf (perhatikan kertas, penulis, panjang tali dsb)
2. Orang coba duduk dan lengan bawah kanan diletakkan di atas meja.
Peganglah Ergograf, sedangkan jari telunjuknya diletakkan/dimasukkan pada
penarik.
3. Pasanglah beban 1/3 dari beban maksimal yang dapat ditarik.
4. Ikuti irama metronom sambil dilakukan tarikan setiap 4 detik hingga 1/2
panjang kertas pencatat terlampaui.
5. Hendaknya perhatian orang coba dipusatkan pada tugas ini tanpa melihat
hasilnya pada kertas pencatat dan setiap tarikan dilakukan sekuat-kuatnya
dengan jari telunjuk tanpa mengikut sertakan otot jarinya, seperti otot tangan
dan otot lengan.
5
b. Pengaruh Gangguan Sirkulasi Darah terhadap Kelelahan
1. Pakailah kertas ergograf baru.
2. Manset sphygmomanometer dipasang pada lengan kanan atas orang percobaan
yang sama.
3. Besarnya beban tetap seperti percobaan I.
4. Tarikan dilakukan setiap 4 detik sebanyak 12 tarikan.
5. Pada tarikan ke-13, manset dipompa sampai denyut arteri radialis tidak teraba
lagi.
6. Tarikan dilakukan sehingga amplitudo mengecil hingga 1/4 amplitudo awal,
turunkan tekanan di dalam manset agar peredaran darah pulih kembali. Berilah
tanda pada ergogram pada saat tekanan di dalam manset mulai dinaikkan dan
diturunkan.
7. Tarikan dilakukan terus sehingga amplitudo tarikan kembali seperti pada awal
percobaan.
c. Pengaruh Istirahat dan Pemijatan (Massage) terhadap Kelelahan
Percobaan ini dilakukan oleh orang coba lain
1. Pasanglah beban sebesar 1/3 dari beban maksimal yang dapat ditarik.
2. Tarikan dilakukan setiap satu detik sesuai dengan irama metronom hingga
amplitudo tarikan mengecil hingga 1/4 amplitudo awal.
3. Kemudian orang coba beristirahat selama 3 menit. Selama istirahat lengan
diletakkan di tempat semula sambil lengan dipijat (massage) ke arah proximal
oleh temannya.
4. Lakukan kembali tarikan lagi seperti ad.2
5. Orang coba kembali beristirahat selama 3 menit, lengan tetap di tempat
semula tetapi tanpa dipijat (massage)
6. Lakukan kembali tarikan untuk ketiga kalinya seperti ad.2. Perhatikan
pengaruh pemijatan pada waktu istirahat terhadap hasil kerja orang coba.
6
d. Timbulnya Rasa Nyeri karena KekuranganAliran Darah (Ischemia)
1. Percobaan ini dilakukan oleh orang lain dan dilakukan tanpa menggunakan
kertas pencatat,
2. Berilah pembebanan sedemikian rupa sehingga tarikan hanya akan diberikan
pada amplitudo tarikan yang kecil saja.
3. Manset dipasang pada lengan atas kanan orang coba dan manset dipompa
hingga arteri radialis tidak teraba lagi.
4. Tarikan dilakukan setiap 1 detik sesuai irama metronom sampai terjadi
kelelahan sempurna atau sampai terjadi rasa nyeri yang tidak tertahankan.
5. Pada saa timbul kelelahan sempurna atau rasa nyeri pada lengan tersebut,
kemudian tekanan dalam manset diturunkan.
6. Perhatikanlah suhu dan warna lengan bawah sebelum dan sesudah percobaan
di atas. Suhu ditentukan dengan meraba dan membandingkannya dengan
lengan bawah kiri ( amati percobaan yang terjadi setiap 7 detik).
7
3. HASIL PRAKTIKUM
3.1. Pemulihan Sempurna dari Kelelahan Otot setelah Melakukan Kerja Frekuensi
Rendah
a. Kelompok 1
Grafik 1. Hasil Percobaan Ia
Pada percobaan ini orang coba menarik beban dengan menggunakan
telunjuknya, setiap 4 detik sampai dengan penulis pada ergograf jari mencapai
setengah dari kertas yang disediakan, agar tempo penarikan tetap stabil digunakan
metronom. Beban maksimal dari orang coba sebesar 4500 gr, sehingga beban yang
digunakan untuk mengerjakkan praktikum ini adalah 1/3 dari beban maksimal
tersebut, yaitu 1500 gr. Grafik hasil yang kami dapatkan dari kerja orang coba
menunjukkan hasil yang cenderung stabil.
b. Kelompok 2
Grafik 2. Hasil Percobaan Ib
Pada percobaan ini orang coba menarik beban dengan menggunakan
telunjuknya, setiap 4 detik sampai dengan penulis pada ergograf jari mencapai
8
setengah dari kertas yang disediakan, agar tempo penarikan tetap stabil digunakan
metronom. Beban maksimal dari orang coba sebesar 5985 gr, sehingga beban yang
digunakan untuk mengerjakkan praktikum ini adalah 1/3 dari beban maksimal
tersebut, yaitu 1995 gr.
3.2. Pengaruh Perubahan Peredaran Darah terhadap Kelelahan
a. Kelompok 1
Grafik 3. Hasil percobaan IIa
Pada percobaan ini, pengaruh gangguan sirkulasi darah terhadap kelelahan,
pada awalnya tarikan yang dilakukan masih menunjukkan amplitudo yang tinggi,
namun ketika manset yang terpasang pada lengan mulai dipompa hingga denyu arteria
radialis tidak teraba amplitudo tarikan sedikit demi sedikit menurun hingga ¼
amplitudo awal, ini menandakan bahwa orang coba mengalami kelelahan otot disertai
sirkulasi darah yang terhambat sehingga penyediaan oksigen untuk mengubah asam
laktat menjadi glukosa lagi terhambat. Pada saat tekanan dalam manset diturunkan
hingga sirkulasi darah pulih kembali, sedikit demi sedikit amplitudo naik hingga ke
jarak awal. Hal ini menunjukkan sirkulasi darah yang sudah pulih sehingga
pembentukan asam laktat kembali menjadi glukosa lebih cepat prosesnya.
9
b. Kelompok 2
Grafik 4. Hasil Percobaan IIb
Mekanisme percobaan ini adalah dengan memberikan perlakuan pengaruh
gangguan peredaran darah pada percobaan kerja steady state.Pada hasil percobaan,
didapatkan bahwa ternyata dengan dilakukan gangguan pada peredaran darahnya
dengan oklusi objek percobaan lebih cepat lelah lebih cepat mengalami kelelahan
otot. Telah dibahas sebelumnya bahwa kelelaahan otot dapat terjadi karena
pemasokan O2 yang kurang dalam upaya relaksasi untuk pemenuhan ATP sebagai
energi untuk mekanisme kontraksi otot dan juga karena penimbunan asam laktat
sebagai sisa hasil metabolisme dalam mekanisme glikolisis pada kondisi
anaerob.Apabila dikenakan perlakuan gangguan peredaran darah pada objek
percobaan,maka OP akan lebih cepat lelah.
10
3.3. Pengaruh Istirahat dan Pemijatan (massage) terhadap Kelelahan
a. Kelompok 1
Grafik 5. Hasil Percobaan IIIa
Pemijatan ketiga dilakukan oleh orang coba yang berbeda, dengan beban 1/3
dari beban maksimum dimana beban maksimum orang coba adalah 6065 gr sehingga
1/3 dari 6065 gr adalah 2021,6 gr tetapi beban yang di pakai adalah 2000 gr.
Tarikan dilakukan setiap detik sampai amplitudo tarikan mencapai ¼
amplitudo awal. Titik (a) adalah titik dimana amplitude tarikan orang coba mencapai
¼ detik. Kemudian orang coba di beri istirahat dan dilanjutkan dengan pemijatan pada
lengan orang coba ke arah proksimal oleh temannya. Lalu orang coba melakukan lagi
tarikan setiap detik dan menunjukkan peningkatan karena pemijatan yaitu titik (b).
Tarikan dilakukan terus hingga orang coba mencapai ¼ tariran amplitudo awal lagi,
yaitu titik (c). Setelah itu, orang coba diberi waktu istirahat 3 menit namun tidak
dilakukan pemijatan pada lengan orang coba. Titik (d) menunjukkan peningkatan
penarikan yang dilakukan oleh orang coba akibat melakukan istirahat selama 3 menit
tanpa dilakukan pemijatan, dimana amplitudo yang dihasilkan lebih kecil daripada
saat diberi pemijatan. Lalu percobaan berakhir sampai amplitude tarikan sudah
mencapai ¼ amplitudo awal lagi.
Pada percobaan ini, orang coba yang berbeda diberi beban sebesar 1/3 dari
beban maksimal, yaitu 2021,6 gr (yang digunakan 2000 gr) dan mendapatkan 3
perlakuan. Perlakuan pertama sama seperti percobaan 2, hanya dengan intensitas
penarikan yang lebih cepat, yaitu 1 detik. Hasil yang di dapat menunjukkan amplitudo
cukup stabil dan kerja otot baik pada awal penarikan kemudian sedikit mengalami
kelelahan.
11
Pada pelakuan kedua, setelah otot bekerja otot diberi istirahat dan pemijatan
kea rah proksimal dengan ibu jari. Hasilnya menunjukkan bahwa kerja otot kembali
maksimal, seperti gambar grafik pada kertas pencatat setinggi garis awal. Hal ini
disebabkan karena sirkulasi darah ke seluruh tubuh diperlancar oleh factor istirahat
dan pemijatan kearah proksimal.
Ketika otot mencapai steady state, maka diberikan perlakuan ketiga dengan
member istirahat pada otot tanpa pemijatan. Hasilnya kerja otot tidak semaksimal
perlakuan sebelumnya karena sirkulasi darah ke seluruh tubuh belum sepenuhnya
lancer dan proses perubahan asam laktat membutuhkan waktu lama. Oleh karena itu,
istirahat dan pemijatan diperlukan untuk memperlancar sirkulasi darah dan perubahan
asam laktat lebih cepat.
b. Kelompok 2
Grafik 6. Hasil Percobaan IIIb
Beban 1/3 maksimal : 2380gr
Pada hasil praktikum, diperoleh amplitudo awal yang tinggi sampai
menunjukkan penurunan 1/4 amplitudo awal pada kertas ergograf jari, kemudian
dilakukan pemijatan dan masa istirahat selama 3 menit. Sesudahnya dilakukan
tarikan lagi, diperoleh amplitudo yang lebih tinggi dari amplitudo awal dan sampai
penurunan 1/4 amplitudo tersebut, dilakukan masa istirahat selama 3 menit tanpa
pemijatan. Kemudian orang coba melakukan tarikan lagi, diperoleh jarak yang
lebih pendek dan hasil amplitudo yang lebih rendah dari amplitudo tarikan yang
sebelumnya dilakukan pemijatan dan masa istirahat.
12
3.4. Timbulnya Rasa Sakit karena Kekurangan Darah (Ischemia)
a. Kelompok 1
Grafik 7. Hasil Percobaan IVa
Tabel 1. Hasil Praktikum Timbulnya Rasa Nyeri karena Kekurangan Darah IVa
Detik Gejala
Obyektif Subyektif yang
dirasakan oleh
orang coba
Warna Suhu Keringat
7
14
21
28
35
42
49
56
63
70
Kemerahan
Kemerahan
Kemerahan
Kemerahan
Kemerahan
Kemerahan
Normal
Normal
Normal
Normal
Panas
Panas
Panas
Panas
Panas
Panas
Hangat
Hangat
Normal
Normal
Berkeringat
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Merasa berat di
awal, jarinya
merasa sakit
tapi belum
terasa nyeri di
bagian lengan
atas. Lama-
kelamaan
merasa nyeri di
bagian lengan
atas. Setelah
manset
diturunkan
orang coba
merasa lega dan
nyeri yang
dirasa juga
menghilang.
13
Orang coba diukur tekanannya dan diperoleh hasil 100/70, kemudian dipasang manset
sphygmomanometer sampai melebihi diatas tekanan sistol untuk menghentikan aliran
darah. Orang coba kemudian melakukan tarikan dengan beban yang menghasilkan
amplitudo terkecil, beban yang dipakai sebesar 10kg. Awal mula amplitudo besar
setelah 13 tarikan ampliudo langsung mengecil dan turun drastis mencapai 1/4
amplitudo awal. Tarikan tetap dilanjutkan sampai tarikan ke-16, lalu diberhentikan
karena orang coba mengalami nyeri tak tertahankan, kemerahan, berkeringat, dan
suhu di sekitar manset terasa panas. Pada detik ke-49 kemerahan sudah menjadi
normal. Pada detik ke-63 suhu mulai normal sedangkan nyeri yang dirasa sejak awal
manset dibuka langsung hilang.
b. Kelompok 2
Grafik 8. Hasil Percobaan IVb
A à manset sphygmomanometer mulai dipompa
B à tekanan dalam manset diturunkan
Adanya tekanan pada lengan menghambat sirkulasi darah.Kerja darah dan jantung
terhampat sehingga terjadi metabolisme anaerob karena kekurangan O2 dalam darah
dan terhambatnya penyaluran nutrisi. Asam laktat hasil metabolisme anaerob adalah
penyebab kelelahan, dan kelelahan tersebut menyebabkan terjadinya kelelahan
sempurna dan nyeri tak tertahankan.
14
Tabel 2. Hasil Praktikum Timbulnya Rasa Nyeri karena Kekurangan Darah IVb
Detik ke-
Gejala
Objektif Subjektif yang
dirasakan oleh
orang coba Warna Suhu Keringat
7’
14’
21’
28’
35’
42’
49’
56’
63’
70’
Normal
Normal
Normal
kemerahan
kemerahan
kemerahan
kemerahan
kemerahan
kemerahan
kemerahan
Normal
Normal
Normal
Panas
Panas
Panas
Panas
Hangat
Hangat
Hangat
-
-
-
+
+
-
-
-
-
-
Normal
Normal
Normal
Merasa Berat
Nyeri
Nyeri
Nyeri
Nyeri
Nyeri Berkurang
Nyeri Hilang
Pada percobaan ini objek penelitian (orang coba) menarik beban tanpa
dipasangi manset terlebih dahulu.Setelah tarikan ke 13 manset mulai dipompa sampai
denyut arteri radialis tidak teraba. Maka pada saat ini pembuluh darah tersumbat,
sehingga terjadi kegagalan pasokan darah untuk memasok elemen metabolisme yang
esensial atau kegagalan metabolisme pembuangan hasil sisa metabolisme
(penimbunan asam laktat)5.
Otot lengan tidak mendapatkan nutrisi dan suplai O2 yang dibawa oleh
darah.Karena tidak adanya suplai O2 maka otot melakukan metabolisme pada
keadaan anaerob. Hal yang dapat terjadi akibat iskemia yaitu peningkatan kadar asam
laktat dengan mekanisme seperti di bawah ini:4
Peningkatan kadar asam laktat dalam plasma atau otot. Dalam kondisi
aktivitas yang sangat berat kebutuhan energi diperoleh dari metabolisme
anaerob.Dalam keadaan anaerob terjadi metabolisme glukosa yang tidak sempurna
dengan hasil akhir berupa 2 ATP ditambah produk sisa berupa asam laktat.
Produksi sisa yang berupa asam laktat, setelah mengalami disosiasi menjadi
laktat dan H+ merupakan asam kuat.Ion laktat mempunyai efek yang tidak terlalu
besar terhadap kontraksi otot, tetapi peningkatan H+ sangat berpengaruh terhadap
15
munculnya kelelahan otot skelet tersebut. Kelelahan otot skelet yang disebabkan oleh
peningkatan H+ dibuktikan oleh 2 kenyataan yaitu:
1) Percobaan pada kelelahan otot manusia memperlihatkan hubungan yang sangat
kuat terjadinya penurunan kekuatan kontraksi otot sebanding dengan penurunan
pH (peningkatan keasaman) jaringan otot
2) Selanjutnya percobaan pada serat otot skelet menggambarkan dalam keadaan
asidosis sel otot akan terjadi reduksi kekuatan isometri dan kecepatan kontraksi
otot. Keadaan asidosis sel otot akan menurunkan kemampuan kontraksi otot
hingga menimbulkan kelelahan. Keadaan sarkoplasma atau sel otot dengan asam
yang tinggi akan menghambat penglepasan Ca++ dari retikulum sarkoplasma, yang
pada akhirnya kontraksi otot tidak dapat terjadi lagi, sehingga menghentikan
aktivitas.
4. PEMBAHASAN
4.1. Diskusi Hasil
a. Pemulihan Sempurna dari Kelelahan Otot setelah Melakukan Kerja
Frekuensi Rendah
Grafik hasil kerja orang coba yang stabil menunjukkan amplitudo yang sama.
Hal ini menunjukkan tidak terjadinya kelelahan otot pada orang coba, sehingga kerja
otot tidak melebihi dari kerja otot steady state. Jika tidak terjadi kelelahan otot,
sehingga tidak adanya penumpukan asam laktat pada orang coba tersebut.
Pada percobaan ini, tampak terjadi kelelahan. Hal tersebut dapat terlihat pada
grafik ergogram, dimana grafik semakin menurun. Hal ini menunjukkan orang coba
mengalami kelelahan otot. Hal ini menunjukkan, kerja otot orang coba melebihi kerja
otot steady state. Sehingga, asam laktat hasil metabolisme anaerob yang dihasilkan
telah menumpuk sehingga terjadi kelelahan pada orang coba.
Energi untuk melakukan kerja diperoleh dari hasil metabolisme. Metabolisme
anaerob menghasilkan sisa asam, salah satunya asam laktat. Asam laktat yang
dihasilkan berlebih akan menumpuk dan menyebabkan kelelahan. Pada percobaan 1a.
orang coba tidak terjadi kelelahan otot. Hasil penggambaran ergogram, terlihat grafik
yang cenderung stabil. . Hal ini menunjukkan sumber energi yang dimiliki orang coba
masih ada, sehingga tidak terjadi penumpukan asam laktat. Kondisi tersebut, tidak
menimbulkan rasa lemah, lesu, atau penurunan konsentrasi.
16
Sebaliknya, pada percobaan 1b. Orang coba mengalami kelelahan otot.
Sumber energi yang tersedia telah habis dan asam laktat hasil metabolisme anaerob
tersebut menumpuk. Kondisi ini menunjukkan penurunan kapasitas kerja pada orang
coba. Hal ini tampak pada grafik yang menurun akibat dari tarikan yang dilakukan
orang coba semakin melemah karena efek dari kelelahan otot. Orang coba mengalami
penurunan kemampuan kerja.
Orang coba pada percobaan 1a menghasilkan energi yang lebih besar daripada
orang coba pada percobaan 1b. Pada percobaan 1a, beban yang digunakan lebih
ringan daripada percobaan 1b. Oleh karena itu, energi yang digunakan untuk
melakukan kerja pada orang coba percobaan 1b lebih besar daripada orang coba
percobaan 1a. Asam laktat yang dihasilkan juga lebih besar pada orang coba 1b,
sehingga orang coba 1b lebih mudah mengalami kelelahan otot. Kelelahan sentral
juga dapat mempengaruhi kelelahan karena sistem saraf pusat tidak dapat
mengaktifkan neuron motorik yang mempersarafi otot yang bekerja secara adekuat.
Sehingga, individu akan memperlambat kerjanya dan menurunkan aktivitas fisik.
Semakin sering bagian tubuh tersebut digunakan, maka akan semakin cepat
timbulnya kelelahan otot.
b. Pengaruh Perubahan Peredaran Darah terhadap Kelelahan
Dalam percobaan ini masih dilakukan oleh pelaku yang sama. Akan tetapi
dilakukan pemompaan manset yang bertujuan menghambat aliran darah untuk
mengetahui dampaknya pada kelelahan otot. Pada percobaan inidiidapatkan hasil otot
bekerja lebih lambat dan terasa lelah, dapat dibuktikan dari kertas ergograf yang
semakin mengecil amplitudonya. Irama kontraksi otot akan terjadi setelah melalui
suatu periode aktivitas secara terus menerus. Fenomena berkurangnya kinerja otot
setelah terjadinya tekanan melalui fisik untuk suatu waktu tertentu disebut kelelahan
otot secara fisiologis, dan gejala yang ditunjukkan tidak hanya berupa berkurangnya
tekanan fisik namun juga pada makin rendahnya gerakan. Pada susunan saraf pusat
terdapat sistem aktivasi (bersifat simpatis) dan inhibisi (bersifat parasimpatis).
Rangsangan eferen menghambat pusat-pusat otak dalam mengendalikan gerakan
sehingga frekuensi potensial kegiatan pada sel saraf menjadi berkurang.
Berkurangnya frekuensi tersebut akan menurunkan kekuatan dan kecepatan kontraksi
otot dan gerakan atas perintah kemauan menjadi lambat. Dengan demikian semakin
lambat gerakan seseorang akan menunjukkan semakin lelah otot seseorang. Untuk
17
melakukan aktivitas, tubuh memerlukan energi yang diperoleh dari pembakaran zat
makanan. Energi yang diperoleh dari proses tersebut digunakan oleh otot untuk
melakukan kontraksi dan relaksasi. Energi pada kontraksi diperoleh dari perubahan
adenosine triphosphat (ATP) menjadi adenosine diphosphat (ADP) kemudian ADP
diubah kembali menjadi ATP oleh energi yang tersedia dari pemecahan glikogen.
Dengan tambahan persediaan oksigen maka pemecahan bersifat aerobik, yang
menghasilkan karbondioksida dan air. Deplesi ATP dan phospocreatin
mengakibatkan terjadinya kelelahan otot. Bila tidak cukup tersedia oksigen akan
dipecah menjadi asam laktat (glycogen anaerobic) dan kadar asam laktat dalam darah
akan bertambah. Akumulasi asam laktat dalam aliran darah dapat mengurangi
kapasitas kerja otot yang selanjutnya akan mengakibatkan kondisi yang disebut
kelelahan. Peranan aliran darah pada kelelahan otot sangat menentukan karena otot
yang berkontraksi membutuhkan energi dan dalam peristiwa kontraksi ini oksigen
darah berkurang dan terjadi penimbunan sisa metabolisme berupa karbondioksida,
asam laktat dan lainnya di otot.
Peredaran darah yang tidak lancar akan mempercepat terjadinya kelelahan
otot. Pemompaan manset pada lengan → pembendungan aliran darah ke daerah
ekstrimitas → suplai darah yang mengandung nutrisi dan O2 tidak ada → asam laktat
(penumpukan pada saat kontraksi) tidak dapat diubah kembali menjadi sumber energi
→ kelelahan terjadi lebih, ” Ketika kontraksi, akan ada penumpukan asam laktat
akibat pengubahan glikogen (gula otot) menjadi sumber energi. Dan karena tidak
terdapat suplai oksigen, maka asam laktat tidak dapat diubah kembali menjadi sumber
energi. Akibatnya kelelahan terjadi lebih cepat.
c. Pengaruh Istirahat dan Pemijatan (massage) terhadap Kelelahan
Dalam keadaan anaerob terjadi pengurangan ATP dan akumulasi asam laktat
sebagai produk sisa metabolit pada otot. Parameter akumulasi asam laktat sebagai
indikator kelelahan disebabkan oleh asidosis intraseluler akibat akumulasi asam
laktat. Peningkatan kadar asam laktat dalam plasma atau otot selama aktivitas berat
disebabkan oleh kebutuhan energi yang sangat tinggi, berupa peningkatan kebutuhan
energi sekitar 100 kali lipat dibandingkan dengan kondisi istirahat. Dalam kondisi
aktivitas yang sangat berat kebutuhan energi diperoleh dari metabolisme anaerob.
Dalam keadaan anaerob terjadi metabolisme glukosa yang tidak sempurna dengan
hasil akhir berupa 2 ATP ditambah produk sisa berupa asam laktat.8
18
Produksi sisa yang berupa asam laktat, setelah mengalami disosiasi menjadi
laktat dan H+ merupakan asam kuat. Ion laktat mempunyai efek yang tidak terlalu
besar terhadap kontraksi otot, tetapi peningkatan H+ sangat berpengaruh terhadap
munculnya kelelahan otot skelet tersebut. Dalam keadaan asidosis sel otot akan terjadi
reduksi kekuatan isometri dan kecepatan kontraksi otot. Keadaan asidosis sel otot
akan menurunkan kemampuan kontraksi otot hingga menimbulkan kelelahan.
Keadaan sarkoplasma atau sel otot dengan asam yang tinggi akan menghambat
penglepasan Ca++ dari retikulum sarkoplasma, yang pada akhirnya kontraksi otot
tidak dapat terjadi lagi, sehingga menghentikan aktivitas.8
Tenaga mekanik yang timbul pada kontraksi otot merupakan hasil proses
kimiawi cadangan tenaga dalam otot. Sumber tenaga yang paling penting bagi kerja
otot adalah glukosa. Proses kimiawi ini akan mengubah glukosa menjadi tenaga dan
asam laktat. Penumpukan asam laktat ini yang akan menyebabkan terjadinya rasa
nyeri pada otot. Otot yang tidak rileks akan mengganggu alat-alat tubuh, misalnya
pembuluh darah vena atau arteri. Juga pembuluh limpa dan persarafan. Bisa jadi
pembuluh darah tertekan atau saraf-saraf terjepit. Akibatnya, peredaran darah menjadi
kurang lancar dan saraf menjadi kurang sensitif.8
Pemijatan yang mengalami kelelahan akan memperbaiki sirkulasi darah
sehingga proses pemulihan berjalan lebih cepat. Berdasarkan hasil penelitian,
massage dapat menurunkan kelelahan seseorang, manipulasi dalam sport massage
memberikan efek pada sistem muskular melalui banyak cara, seperti menguraikan
asam laktat penyebab timbulnya kelelahan dan mempercepat aliran darah segar,
mengurangi rasa nyeri yang dapat menimbulkan kekakuan pada otot, serta
meningkatkan fleksibilitas gerak. Rasa sakit dan nyeri pada otot, kelelahan serta rasa
kaku, seluruhnya dapat dengan sukses disembuhkan melalui seni dari massage.
Keram Otot berkurang, jaringan tisu yang rusak digantikan, serabut otot baru dapat
dibentuk.
Pemijatan pada orang coba yang mengalami kelelahan otot dapat memulihkan
kelelahan yang terjadi karena pemijatan akan memperbaiki sirkulasi darah sehingga
proses pemulihan dari kelelahan berjalan lebih cepat.9 Dapat dilihat pada hasil
praktikum menunjukkan bahwa otot akan pulih kembali dan bekerja maksimal setelah
menjalani masa istirahat dan pemijatan. Jika dibandingkan dengan otot yang hanya
dengan masa istirahat terlihat peningkatan kerja otot yang tidak terlalu maksimal
19
karena pemulihan otot yang berjalan lebih lambat daripada pemulihan dengan
pemijatan.
d. Timbulnya Rasa Sakit karena Kekurangan Darah
Dari hasil percobaan ini didapatkan kelelahan yang luar biasa akibat beban
berat yang diterima oleh otot sehingga otot harus bekerja secara maksimal. Selain itu,
setelah manset. dipompa, aliran darah menjadi terhambat dan menyebabkan otot
kekurangan suplai oksigen dan nutrisi dari darah untuk metabolisme.
Ischemia adalah suatu keadaan kekurangan oksigen yang bersifat sementara
dan reversibel. Penurunan suplai oksigen akan meningkatkan mekanisme
metabolisme anaerobik. Ischemia yang lama dapat menyebabkan kematian otot atau
nekrosis. Ischemia yang berlangsung lebih dari 30 menit dapat menyebabkan
kerusakan sel yang ireversibel dan kematian otot (nekrosis).
Iskemia terjadi ketika terdapat sel, jaringan atau organ yang kekurangan
oksigen. Umumnya hal tersebut diakibatkan penurunan cardiac output karena
gangguan intrinsik atau ekstrinsik pada pembuluh darah.10 Selama iskemia jaringan
kekurangan oksigen dan nutrisi serta kekurangan aliran darah yang menyebabkan
akumulasi sisa metabolisme. Iskemia pada otot skeletal dapat disebabkan dari faktor
intrinsik yang menyebabkan pembuluh darah tidak tercukupi atau disebabkan faktor
ekstrinsik seperti operasi dan transplantasi. Iskemia yang panjang pada otot skeletal
menyebabkan perubahan pada metabolisme ATP. 10
Dapat disimpulkan, bahwa: Kelelahan otot yang disebabkan oleh iskemia
dapat dijelaskan oleh faktor-faktor seperti peningkatan konsentrasi ion H+ di dalam
plasma atau sel, menurunnya fosfat dari otot karena gangguan sirkulasi, keterbatasan
suplai oksigen atau substrat lain ke otot untuk pembentukan ATP, pemisahan proses
eksitasi – kontraksi, atau pengurangan proses eksitasi, penumpukan asam laktat, dan
kurangnya ATP.11
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ischemia :
1. Perubahan mikrosirkulasi
Perubahan mikrosirkulasi meningkatkan terjadinya ischemia. Ketika di otot
manusia tidak ada sirkulasi sampai 3 jam, ada perubahan miskrosirkulasi dan
terjadi ischemia.
2. Tidak ada fenomena “reflow”
20
Tidak adanya aliran yang dapat mengakibatkan matinya sel otot.
3. Adanya respons inflamasi local
Reperfusi yang diikuti dengan respon inflamasi lokal yang dapat memperparah
kerusakan
4. Adanya respons inflamasi sistemik
Iskemia dapat menyebabkan respon inflamasi lokal, atau lokal dan sistemik.
4.2. Diskusi Jawaban Pertanyaan
a. Pemulihan Sempurna dari Kelelahan Otot setelah Melakukan Kerja
Frekuensi Rendah
Apakah terjadi kelelahan pada percobaan ini?
Pada percobaan pertama dimana otot pada tangan melakukan aktivitas dengan
beban berat 1/3 dari beban maksimal, otot melakukan kerja lebih lama. Kelelahan
yang dialami juga tidak terlalu besar. Hal ini dikarenakan otot yang tidak mengalami
oklusi dapat bergerak bebas. Selain itu, dengan sela waktu 4 detik sebelum penarikan,
otot dapat melakukan kontraksi dan relaksasi dalam waktu yang cukup. Sela waktu 4
detik juga memungkinkan pengangkutan oksigen dari peredaran darah ke otot
secukupnya agar glikolisis aerob dapat berlangsung untuk mendapatkan tenaga saat
melakukan tarikan. Asam laktat yang dihasilkan pun lebih terorganisir dengan baik
(mendapatkan oksigen lebih banyak sehingga asam laktat dapat dipecah). Hal ini
menyebabkan proses pemulihan dari kelelahan otot terjadi lebih cepat.
b. Pengaruh Perubahan Peredaran Darah terhadap Kelelahan
Terangkan pengaruh perubahan darah terhadap kelelahan!
Gangguan pada aliran darah mengakibatkan kelelahan tot yang berakibat otot
tidak dapat berkontraksi, meskipun rangsangan motorik masih berjalan. Pada
percobaan kedua ini, dalam amplitudo tarikan pertama terlihat garis sejajar seperti
pada percobaan I. Setelah beberapa saat, grafik pada ergogram menunjukkan garis
yang menurun. Hal ini menunjukkan bahwa otot mengalami kelelahan karena manset
yang dipompa pada arteri brachialis mengakibatkan peredaran darah dari atau ke
jantung terhambat sehingga pengaliran oksigen ke seluruh tubuh pun terhambat
bahkan terhenti. Akibatknya, terjadi pengumpulan asam laktat pada bagian lengan
bawah oleh glikolisis anaerob, dimana glikolisis anaerob ini menghasilkan asam laktat
dan sedikit ATP (2 atau 3ATP). Asam laktat yang terkumpul ini mengakibatkan
21
kelelahan pada otot. Kemudian setelah tekanan manset kembali diturunkan, asam
laktat dapat terirai dan otot mengalami pemulihan grafik pada ergogram pun kembali
seperti pada tarikan awal.
c. Pengaruh Istirahat dan Pemijatan (massage) terhadap Kelelahan
Berilah kesimpulan pada percobaan ini!
Kesimpulan percobaan ini adalah ditemukan pengaruh antara pemijatan
terhadap pemulihan kerja otot. Pada istirahat pertama dilakukan pemijatan. Hal ini
bertujuan untuk melancarkan peredaran darah kembali pada lengan sehingga otot
dapat melakukan aktivitasnya dengan lebih baik. Jumlah amplitudo pada ergogram
yang dihasilkan lebih besar daripada hasil amplitudo pada saat istirahat 3 menit tanpa
dilakuakn pemijatan. Pemijatan pada otot yang mengalami kelelahan ke arah proximal
dapat mempercepat aliran darah pada pembuluh darah vena semakin cepat sehingga
merangsang jantung untuk memompa darah lebihc epat sehingga darah yang banyak
mengalir ke otot adalah darah yang hanya mengandung oksigen dan membantu proses
respirasi aerob. Selain itu, pemijatan yang dilakukan dapat membantu pecahnya asam
laktat akibat kerja. Timbunan asam laktat akan dibawa kembali ke jantung atau hepar
untuk diubah menjadi asam piruvat. Akibatnya, pemulihan otot terjadi lebih cepat
karena sirkulasi darah berjalan normal lagi. Sementara itu, perlakuan berupa istirahat
tanpa pemijatan pada otot yang lelah dapat merelaksasikan otot secara sementara,
tetapi otot akan memerlukan waktu yang lebih lama untuk mengeluarkan sisa produk
berupa asam laktat bagian tubuh yang mengalami kelelahan.
d. Timbulnya Rasa Sakit karena Kekurangan Darah
Apa kesimpulan pada percobaan ini?
Kesimpulan pada percobaan ini, terjadi nyeri akibat ischemia. Ischemia
merupakan rasa nyeri yang timbul akibat adanya penyumbatan aliran darah. Pada
percobaan ini, manset spygmomanometer dieratkan hingga denyut arteri radialis tidak
teraba lagi. Pada saat itu, aliran darah tidak ada yang mengalir ke otot. Darah yang
seharusnya membawa oksigen untuk respirasi aerob tidak sampai ke otot. Hal ini
mengakibatkan otot terpaksa harus memecah glikogen sepenuhnya tanpa adanya
respirasi aerob sama sekali dan mengakibatkan kelelahan otot. Kelelahan pada
percobaan ini termasuk dalam kelelahan lokak yang disebabkan oleh jenis pekerjaan.
Kelelahan ini disebut kelalah otot yang berupa tremor atau nyeri otot, dimana otot
22
dipaksa bekerja teru menerus dan terjadi metabolisme anaerob. Akibatnya, tidak ada
suplai oksigen dan nutrisi pada otot sehingga pembentukan asam laktat akan semakin
cepat, asam laktat tidak dapat dialirkan ke jantung dan hepar, ATP yang terbentuk
sedikit dan menimbulkan rasa nyeri tidak tertahankan pada otot. Kurangnya darah
pada otot mengakibatkan warna kuliat di lengan bawah pun menjadi pucat dan lama-
lama menjadi kebiruan. Selain itu, suhu pada lengan menjadi rendah akibat kurangnya
oksigen yang dapat memecah tumpukan asam laktat pada otot.
DAFTAR PUSTAKA
1. Tarwaka. 2004. Ergonomi Untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan
Produktivitas. UNIBA PRESS. Cetakan Pertama. Surakarta. Hal. 35; 97-101;
2. Pearce, Evelyn C.2006. Anatomi dan Fisiologis Untuk Para Medis. PT.
Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Cetakan kedua puluh sembilan. Hal. 141-
144
3. Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka
Cipta. Jakarta. Cetakan ketiga.
4. Almatsier, Sunita. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia. Jakarta. Cetakan
keempat. Hal. 148-149.
5. (Anonim). 2004. Kelelahan Kerja.
http://nonameface.wordpress.com/2008/07/25/kelelahan-kerja-occupational-
fatigue/ [12 November 2009]
6. Sherwood L. 2002. Human Physiology from Cell to System. 2nd ed.
Thompson Publishing Inc. hlm.: 212-253.
7. Wilmore JH, Costil DL. 1994. Physiology of Sport and Exercise. USA:
Human Kinetic. hlm.: 26-41.
8. W.F. Ganong. 2000. review of medical physiology. Lithographed in USA,
California
9. Guyton & Hall. 2001. text book of medical phsyiologi. Saunders, Newyork
10. Reznick, Abraham Z., ed. Oxidative stress in skeletal muscle. Jerman,
Springer. 1998 :p. 239
11. Thomson, Hamish. Oklusi. Jakarta: EGC. 2007.